Ceritasilat Novel Online

Iblis Bukit Setan 2


Pendekar Pedang Matahari Iblis Bukit Setan Bagian 2



"Benar. Mungkin makhluk itu beberapa hari ini tidak akan muncul lagi. Jadi untuk beberapa hari ini kita akan aman!"

   Seru Surya menenangkan para penduduk. Semua langsung melihat ke arah Surya dan bertanya-tanya dalam hati siapa pemuda yang di hadapan mereka itu.

   "Tolong sebagian tetap di sini. Sebagian lagi berjaga seperti biasa. Jika ada sesuatu yang mencurigakan segera beri tahu aku,"

   Ucap Ki Jarot penuh wibawa.

   "Nakmas Surya! Sebaiknya Nakmas ikut kami sebentar ke rumah Kepala Desa. Kita akan ngobrol di sana,"

   Ucap Ki Jarot setelah menghampiri Surya. Surya mengangguk pelan kemudian menoleh ke arah Ki Tarto.

   "Ki Tarto. Tolong beri tahu ke Pandan kalau saya di tempat Kepala Desa,"

   Kata Surya kalem.

   "Baik, Den."

   Sahut Ki Tarto mengangguk.

   Ki Jarot dan yang lain segera beranjak menuju ke rumah Kepala Desa Karang Asem.

   --o0o--Di dalam sebuah rumah yang cukup besar dan tertata rapi tampak beberapa orang tengah berbincang bincang di ruangan tengah.

   Itulah rumah Ki Sarmin, Kepala Desa Karang Asem.

   "Benar, Nakmas. Kami harap Nakmas bersedia tinggal sementara waktu di desa ini. Bantuan Nakmas sangat kami butuhkan. Jadi kami harap Nakmas mau mempertimbangkannya,"

   Ucap Ki Sarmin penuh dengan kewibawaan.

   "Sebagai seorang pendekar apa Nakmas tega membiarkan para penduduk di cekam ketakutan akibat perbuatan Iblis Bukit Setan itu?"

   Ucap Ki Jarot pelan.

   e-bukugratis.blogspot.com Surya terdiam mendengar itu.

   Sebenarnya Surya mau saja membantu tapi Surya merasa kurang enak hati sama tiga murid Perguruan Silat Ular Emas yang lebih dulu dimintai bantuan.

   Sebagai sesama orang persilatan Surya tahu bagaimana harga diri sebuah aliran maupun kemampuan diri dipertaruhkan.

   Surya tidak mau sampai menimbulkan rasa dendam sesama golongan cuma gara-gara salah paham saja.

   Surya kemudian menghela nafas panjang seolah melepas beban berat.

   Surya menatap Ki Jarot dan Kepala Desa bergantian.

   "Maaf, Ki. Sekali lagi saya minta maaf. Urusan saya benar-benar mendesak dan tidak dapat saya tinggalkan. Lagi pula di desa ini ada saudara-saudara dari Perguruan Silat Ular Emas, jadi saya rasa keamanan desa bisa terjamin,"

   Ucap Surya kalem.

   Ki Jarot kaget, bagai diingatkan kalau selain Surya, di dalam rumah masih ada tiga orang murid Perguruan Silat Ular Emas.

   Ki Jarot sekarang paham kenapa Surya tidak mau tinggal di Desa Karang Asem beberapa waktu untuk dimintai tolong, sebab Surya tidak mau sampai melukai hati tiga orang murid Perguruan Silat Ular Emas.

   Sebagai orang yang pernah menikmati asam garam dunia persilatan maka Ki Jarot akhirnya memaklumi sikap Surya itu.

   "Tapi ...

   "

   Ucap Ki Sarmin.

   "Saya paham Nakmas,"

   Ucap Ki Jarot memotong ucapan Kepala Desa.

   "Tidak sepantasnya kami bicara seperti tadi pada Nakmas. Maafkan kami Nakmas."

   Ki Jarot menjura hormat minta maaf atas kelancangannya tadi. Surya tersenyum dan mengangguk pelan.

   "Oh, rupanya Ki Jarot mengerti adat istiadat dunia persilatan."

   Batin Surya dalam hati.

   "Ki Jarot, apa maksudmu?!"

   Seru Kepala Desa heran dengan sikap dan ucapan Ki Jarot yang mendadak berubah.

   "Maaf, Ki. Kita harus menghargai keputusan Nakmas Surya. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita pada orang lain,"

   Ucap Ki Jarot pelan.

   "Ya tapi ...

   "

   Ki Sarmin tidak melanjutkan ucapannya lalu menghela nafas berat.

   "Saudara Surya! Sudah sepantasnya kita satu golongan saling membantu. Janganlah saudara Surya merasa tidak enak hati pada kami, justru kami sangat senang bila saudara mau membantu kami,"

   Seru Suro Langu selaku pimpinan dari tiga orang Perguruan Silat Ular Emas itu. Surya menoleh ke arah orang yang berusia 30 tahunan itu. Perawakan Suro Langu gagah dan sopan.

   "Sebagai orang persilatan aku paham dengan apa yang Kisanak pikirkan. Kami tidak merasa tersinggung ataupun dikecilkan. Bagi kami kepentingan umum lebih didahulukan dibanding kepentingan sendiri karena ini menyangkut hidup orang banyak,"

   Ucap Suro Langu tenang sekali. Surya terdiam merenungkan kata-kata murid Perguruan Silat Ular Emas itu. Tak berapa lama Surya mengangguk pelan.

   "Baiklah kalau begitu,"

   Ucap Surya akhirnya bersedia membantu. e-bukugratis.blogspot.com "Terima kasih Nakmas atas kebesaran hati Nakmas bersedia membantu kami,"

   Ucap Kepala Desa senang. Surya mengangguk pelan. Semua terlihat senang karena ada orang lagi yang membantu penduduk Karang Asem dari ancaman Iblis Bukit Setan.

   "Oya ya Nakmas. Jika diperkenankan boleh kami tahu apa gelar kependekaran Nakmas ini?"

   Tanya Ki Jarot setelah mereka ngobrol banyak.

   "Dulu sewaktu saya mengembara, orang persilatan mengenal saya dengan julukan Trisula Bayangan."

   "Saya hanya pengembara biasa, Paman. Saya masih hijau di dunia persilatan ini. Ilmu yang saya miliki tidak seberapa tinggi, yang penting cukup untuk bisa menjaga diri saja,"

   Kata Surya merendah.

   "Maaf, saudara Surya! Jika menilik dari pertarungan tadi antara saudara Surya dengan iblis itu, aku rasa ilmu yang kamu miliki bisa diandalkan dan mungkin ilmumu jauh di atas kami,"

   Kata Suro Langu pelan.

   "Itu betul, Suro Langu. Seperti yang sudah ketahui kesaktian iblis itu begitu tinggi bahkan Suro Manik hampir saja terbunuh jika tidak ditolong Nakmas Surya,"

   Ucap Ki Jarot menambahkan.

   "Ah, kalian berlebihan. Itu hanya suatu kebetulan saja,"

   Jawab Surya kalem.

   "Jika aku menilik dari ciri-ciri saudara Surya ini, apakah benar kalau kami ini sedang berhadapan dengan pendekar yang saat ini jadi buah bibir di mana-mana. Seorang pendatang baru yang sudah menggegerkan dunia persilatan wilayah timur ini,"

   Ucap Suro Manik ikut buka suara.

   "Maksud Adi Suro Manik siapa?"

   Tanya Suro Langu cepat.

   "Pendekar Pedang Matahari."

   Sahut Suro Manik pelan.

   "Pendekar Pedang Matahari?!!"

   Seru semua cepat. Mereka lalu memperhatikan Surya dari bawah sampai atas meyakinkan diri benarkah apa kata Suro Manik tadi. Surya hanya tersenyum lembut saja melihat semua orang memperhatikan dirinya.

   "Benarkah Nakmas Surya ini adalah pendekar yang telah membuat geger dunia persilatan dan menghancurkan tokoh sesat digdaya Datuk Sesat yaitu Pendekar Pedang Matahari?!"

   Ucap Ki Jarot dengan sikap penuh selidik dan serius. Surya mengangguk sambil tersenyum saja.

   "Oh, tidak di sangka kalau kami tengah berhadapan dengan pendekar sakti yang kesohor. Terimalah salam hormat kami, Pendekar Pedang Matahari."

   Ki Jarot dan yang lain membungkuk hormat. Mereka memang sangat mengagumi dengan Pendekar Pedang Matahari, kini pendekar yang mereka kagumi ada di hadapan mereka dan sedang bincang-bincang dengan mereka, tentu mereka sangat senang sekali.

   "Tolong jangan di buat berlebihan. Walau bagaimanapun saya tetaplah manusia biasa sama seperti kalian. Jadi tidak selayaknya saling membedakan satu sama lain,"

   Ucap Surya kalem terdengar lembut namun penuh makna.

   Inilah yang membuat semua jadi tambah kagum dengan Surya karena sifat rendah diri dan tidak mau membedakan satu sama lain.

   e-bukugratis.blogspot.com "Saya harap kalian panggil saya seperti biasa saja biar jauh lebih akrab dan dekat."

   Semua mengangguk cepat kemudian tertawa bersama.

   --o0o--SIANG ini Surya mengajak Pandan Wangi ke sebuah bukit yang terletak tak jauh dari Desa Karang Asem, bukit yang terletak di sebelah timur desa ini di kenal dengan nama Bukit Setan, menurut cerita Kepala Desa dan Ki Tarto serta beberapa orang penduduk, bukit itu dinamakan Bukit Setan karena bukit itu sangat angker dan tak ada satu orang penduduk yang berani mendekati bukit itu.

   Di lihat dari struktur medannya pun memang sangat sulit untuk di lalui manusia bila tidak mempunyai kepandaian meringankan tubuh.

   Keadaan yang berbatu juga di dukung rumput ilalang yang tinggi menunjukkan bukit ini memang tidak pernah di jamah manusia.

   "Hemmm ... Tidak ada cara lain. Terpaksa harus minta bantuan dia ...

   "

   Ucap Surya kalem seperti untuk dirinya sendiri.

   "Bantuan dia?! Dia siapa Kakang?!"

   Tanya Pandan Wangi bingung. Surya tidak menghiraukan pertanyaan Pandan Wangi, Surya melangkah maju ke depan beberapa langkah kemudian memandang ke langit sambil berputar pelan.

   "Suiiiiiit ... Suit ... Suit ... Suiiiit!"

   Suara lengkingan tinggi tak beraturan terdengar sangat nyaring. Tak berapa lama tampak di di angkasa terlihat titik hitam yang lama-lama semakin membesar. Surya tersenyum senang melihat benda yang melayang tinggi di awan itu.

   "Krraaaagh!"

   Suara keras sekali terdengar di angkasa. Ternyata itu adalah seekor burung rajawali raksasa dengan bulu hitam putih. Tak berapa lama burung raksasa itu menukik cepat hinggap tak jauh di depan Surya.

   "Akhirnya kau datang juga sobat,"

   Ucap Surya sambil mengelus leher burung rajawali itu.

   "Krrrrrrrrkkk!"

   Burung itu hanya mengereng mengerti apa yang Surya ucapkan.

   Pandan Wangi masih terbengong melihat burung rajawali raksasa di depannya itu.

   Burung rajawali itu mirip si Putih rajawali tunggangan Rangga kekasihnya.

   Selama ini Pandan hanya tahu ada dua burung rajawali raksasa yaitu rajawali putih milik Rangga dan rajawali hitam milik Putri Rajawali Hitam.

   Pandan Wangi tidak menyangka kalau masih ada rajawali raksasa lagi selain si Hitam dan si Putih.

   "Pandan, ayo!"

   Seru Surya agak keras membuyarkan lamunan Pandan Wangi.

   "Ekh?!"

   Pandan Wangi tersadar dari lamunannya tentang rajawali itu.

   "Hupp ... !!"

   Pandan Wangi melompat di atas punggung rajawali itu.

   "Ayo sobat kita selidiki bukit itu,"

   Kata Surya sambil menepuk-nepuk punggung rajawalinya.

   "Krrrrrrkk!"

   Burung rajawali raksasa itu mengkerek sebentar kemudian langsung mengangkasa tinggi.

   e-bukugratis.blogspot.com Dari angkasa Surya menatap kawasan Bukit Setan itu menggunakan Ilmu 'Menembus Pandang'.

   Dengan ilmu itu Surya dapat melihat dengan jelas setiap sudut kawasan Bukit Setan itu.

   Surya cuma melihat pepohonan dan area berbatuan yang terjal di setiap sudut Bukit Setan itu.

   "Kakang! Suruh rendahkan terbang rajawalimu. Aku tidak bisa melihat dengan jelas jika terbang terlalu tinggi!"

   Seru Pandan Wangi keras, karena bagi Pandan, terbang burung rajawali itu terlalu tinggi sehingga yang terlihat di bawah hanya kecil kecIl saja. Surya tertawa kecil mendengar itu.

   "Gunakan Ajian 'Mata Naga Suci'-mu Pandan,"

   Kata Surya memberi tahu kalau dalam rangkaian Ilmu 'Naga Suci' juga ada ilmu yang sejenis dengan Ilmu 'Menembus Pandang' miliknya.

   "Ajian 'Mata Naga Suci'?!"

   Seru Pandan tidak mengerti.

   "Alirkan hawa murnimu ke mata maka kamu akan dapat melihat dengan jelas benda yang sangat jauh!"

   Seru Surya cepat.

   Pandan Wangi mengikuti kata Surya, dia memejamkan matanya dan segera mengalirkan Hawa Murni 'Naga Suci' ke matanya.

   Setelah membuka mata, maka pandangan mata Pandan Wangi jadi lebih terang dan jelas, seolah bukit yang tadi terlihat kecil kini bagai di depan matanya.

   Selain itu matanya terasa dingin dan sejuk.

   Itulah salah satu keampuhan Ilmu 'Naga Suci' yang kini telah ia kuasai berkat pertapaannya di Goa Setan Gunung Bromo.

   Rajawali raksasa itu terus berputar-putar di angkasa menyusuri kawasan Bukit Setan.

   Surya dan Pandan Wangi terus memperhatikan setiap sudut area Bukit Setan itu tapi tidak menemukan keganjilan dI bukit yang konon sangat angker itu.

   Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Desa Karang Asem.

   --o0o--"Hemmm ...

   Jadi Nakmas dan Nini tidak menemukan apa-apa di bukit itu?"

   Tanya Ki Jarot pelan. Kepalanya manggut-manggut pelan sambil merenung dengan laporan Surya setelah menyelidiki Bukit Setan.

   "Benar, Paman. Kami tidak menemukan keganjilan di bukit itu,"

   Ucap Surya.

   "Lalu dimana sarang iblis itu?"

   Tanya Ki Sarmin Kepala Desa Karang Asem. Tiba-tiba datang seorang pemuda ke tempat pertemuan di rumah Kepala Desa itu.

   "Saya pulang,vPaman,"

   Ucap pemuda itu.

   "Oh, kamu sudah pulang Aji Kartiko,"

   Ucap Ki Sarmin tersenyum senang melihat Aji Kartiko sudah pulang.

   "Bagaimana perjalananmu, apakah ada rintangan?"

   Tanya Ki Sarmin setelah berdiri dan menghampiri pemuda yang cukup tampan itu yang bernama Aji Kartiko.

   "Tidak, Paman. Semua lancar,"

   Jawab Aji Kartiko kalem. e-bukugratis.blogspot.com "Syukurlah kalau perjalananmu tidak menemui halangan di jalan."

   Ki Sarmin menepuk bahu Aji Kartiko pelan.

   "O ya. Aku kenal kan pada dua orang pemuda ini mereka Surya dan Pandan Wangi."

   Aji Kartiko menoleh ke tempat Surya dan Pandan Wangi, kemudian tatapan mata Aji Kartiko sangat tajam ke arah Surya.

   "Siapa mereka, Paman?"

   Tanya Aji Kartiko cepat.

   "Mereka ini yang di dunia persilatan bergelar Pendekar Pedang Matahari dan si Kipas Maut,"

   Jawab Ki Sarmin.

   "Ekh?!"

   Aji Kartiko tersentak kaget mendengar gelar yang disebutkan Pamanya Ki Sarmin itu.

   "Pendekar Pedang Matahari?! Aku harus kasih tahu guru cepat,"

   Ucap Aji Kartiko dalam hati.

   "Maaf Paman. Aku mau istirahat dulu di rumah,"

   Ucap Aji Kartiko cepat. Ki Sarmin mengangguk. Aji Kartiko langsung berlalu dengan cepat tanpa melihat orang-orang yang ada di tempat itu.

   "Ada apa dengan Aji Kartiko, kenapa dia sepertinya tergesa-gesa begitu?"

   Kata Ki Sarmin pelan seperti bicara untuk dirinya sendiri. Ki Sarmin menghela nafas lalu kembali duduk di tempat duduknya.

   "Maaf, Ki dan semuanya. Kami mohon diri juga,"

   Ucap Surya.

   "Mau kemana Nakmas?"

   Tanya Ki Sarmin cepat.

   "Kami mau kembali ke tempat Ki Tarto dulu, Ki. Dari tadi pagi kami belum kembali ke sana. Kami tidak enak kalau Ki Tarto mencari kami."

   "Oh ya. Silakan Nakmas,"

   Kata Ki Sarmin mengerti.

   Surya dan Pandan Wangi segera undur diri dari rumah Kepala Desa tersebut.

   --o0o--MALAM ini Surya tampak termenung di serambi depan rumah Ki Tarto.

   Pikirannya tertuju pada misteri yang terjadi di Desa Karang Asem ini.

   Surya ingat dengan Iblis Bukit Setan yang beberapa waktu lalu bertarung dengan dirinya.

   Dengan menggunakan Ilmu 'Menembus Pandang', Surya dapat melihat wujud asli makhluk itu.

   Wujud asli Iblis Bukit Setan itu adalah seorang pemuda dan pemuda itu mirip dengan pemuda yang tadi Surya temui di rumah Kepala Desa yaitu Aji Kartiko.

   "Pemuda itu mungkinkah wujud asli Iblis Bukit Setan itu. Hemmm ... Aku harus cari tahu siapa pemuda yang bernama Aji Kartiko itu,"

   Kata Surya seperti bergumam.

   "Kakang."

   Suara Pandan Wangi yang memanggil Surya setelah gadis cantik itu duduk di dekat Surya.

   "Kakang sedang apa?"

   Surya hanya sedikit menoleh ke arah Pandan Wangi.

   Surya menghela nafas pelan.

   Pandan Wangi memperhatikan pemuda tampan di sampingnya dengan heran dan bingung sebab sejak dari tempat Kepala Desa siang tadi Surya cuma diam dan tidak banyak bicara seperti ada sesuatu yang di sembunyikan.

   e-bukugratis.blogspot.com "Kakang.

   Ada apa? Apakah ada sesuatu yang Kakang risaukan?"

   Tanya Pandan pelan. Surya menoleh ke Pandan lalu tersenyum tipis.

   "Pandan! Malam ini sepertinya kamu harus mempersiapkan dirimu."

   "Hemm?! Maksud Kakang apa?"

   Tanya Pandan Wangi heran. Surya kembali menghela nafas pelan.

   "Selalu waspadalah dan lindungi dirimu dengan Ajian 'Naga Suci Pemecah Sukma'."

   Pandan Wangi mengerutkan keningnya karena bingung dengan kata Surya itu.

   "Aku pergi dulu,"

   Kata Surya lalu berdiri kemudian melesat dengan cepat menerobos kegelapan malam.

   "Kakang tunggu!"

   Seru Pandan cepat tapi Surya sudah keburu menghilang di kegelapan malam. Pandan hanya bisa menghela nafas panjang heran.

   "Apa sebenarnya maksud Kakang Surya, apa yang dia pikirkan?"

   Gumam Pandan Wangi pelan. Walau masih diliputi perasaan heran dan bingung tapi Pandan Wangi mengikuti kata Surya itu juga. Dengan cepat dia merapatkan dua telapak tangannya di depan dada sambil merapal sesuatu.

   "Ajian 'Naga Suci Pemecah Sukma'!"

   Ucapnya pelan menyebut nama ilmu yang ia keluarkan.

   Ilmu 'Naga Suci Pemecah Sukma' adalah ilmu yang berguna melindungi diri dari segala ilmu yang bersifat gaib, entah itu guna-guna ataupun gangguan dari mahkluk gaib.

   Jika ada sesuatu yang gaib hendak mencelakai maka ilmu itu akan langsung bereaksi dengan cara memperbanyak si pemilik ilmu itu sehingga yang diserang hanyalah bayangan saja.

   Iblis Bukit Setan adalah makhluk jejadian yang bersekutu dengan iblis, maka itulah kenapa Surya menyuruh Pandan Wangi menggunakan Ilmu 'Naga Suci Pemecah Sukma', jadi Pandan Wangi bisa terlindungi jikalau Iblis Bukit Setan menyerang Pandan Wangi.

   Sementara itu Surya yang tengah berlari menembus kegelapan malam terus berlari dengan menggunakan Ilmu 'Menembus Pandang'.

   Dengan ilmu itu Surya dapat melihat jelas di tempat yang gelap.

   Pemuda tampan yang sebenarnya adalah seorang Pangeran itu tiba-tiba berhenti di bawah pohon besar, lalu dia melompat ke dahan dan duduk menghadap ke sebuah rumah yang tak jauh dari tempatnya berada.

   "Hmmm ... rumah ini cukup jauh juga dengan rumah-rumah penduduk. Aku harus gunakan Ilmu 'Pembeda Gerak Dan Suara' untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam rumah itu,"

   Gumam Surya perlahan.

   Surya kemudian merapatkan kedua tangan di depan dada, Surya mengeluarkan Ilmu 'Pembeda Gerak Dan Suara' dan juga Ilmu 'Menembus Pandang'.

   Sehingga dengan jelas dia dapat melihat ke dalam rumah dan juga mendengar segala suara di rumah itu.

   Di dalam rumah yang lumayan besar dan cukup bagus bangunannya namun keadaan di luar tidak terawat rapi.

   sehingga rumah itu jadi kelihat cukup seram juga.

   Di ruang tengah rumah itu tampak Aji Kartiko tengah bersila, di depannya ada baskom yang e-bukugratis.blogspot.com berisi air dengan kembang warna-warni.

   Di sekitar baskom ada segala macam sesajen.

   Sebuah pelita kecil tampak menerangi ruangan dimana Aji Kartiko berada.

   Sesekali Aji Kartiko menabur sesuatu di atas perapian yang terbuat dari tanah lihat.

   Asap kecil langsung keluar dari perapian itu.

   Mulutnya komat-kamit membaca mantera.

   "Eyang Jasad Biru datanglah, datanglah. Aku memanggilmu. Datanglah. Datanglah ...

   "

   Aji Kartiko terus komat-kamit membaca mantra.

   Tak lama ruangan itu dipenuhi asap putih kebiruan yang semakin lama semakin tebal.

   Lalu bagai ada hembusan angin yang menyibakan kepulan asap putih kebiruan.

   Asap itu lama kelamaan hilang dan yang tertinggal sesosok tinggi menyeramkan dengan sekujur tubuh berwarna biru kehitaman.

   Muka berwarna hitam dan bagian mata hanyalah lubang saja namun memancarkan cahaya kemerahan.

   Sedang bagian yang lain tertutup bulu hitam yang tebal menutupi muka.

   Mata sosok tinggi menyeramkan yang dipanggil Eyang Jasad Biru itu tampak tajam memandang Aji Kartiko yang bersila di depannya itu.

   "Anak manusia yang bernama Aji Kartiko, ada apa kau memanggilku?!"

   Kata sosok tinggi itu dengan suara berat memperlihatkan barisan gigi yang bertaring. Aji Kartiko membuka matanya lalu membungkuk hormat pada sosok di depannya.

   "Ampuni saya Eyang Jasad Biru yang telah mengganggu ketenteraman Eyang,"

   Ucap Aji Kartiko kembali membungkuk.

   "Saya membutuhkan bantuan Eyang."

   "Grrrrhmm ... bantuan apa?"

   Suara Eyang Jasad Biru menggelegar berat.

   "Ada seseorang yang sangat hebat menghalangi balas dendam saya Eyang."

   "Siapa?"

   "Orang itu bergelar Pendekar Pedang Matahari."

   "Pendekar Pedang Matahari?!"

   "Benar, Eyang."

   "Bukankah kau telah aku turungkan ilmu kebal senjata tajam dan segala jenis pukulan sakti. Dengan ilmu itu kau bisa membalaskan dendammu tanpa bisa di lukai oleh orang lain."

   "Benar Eyang, tapi orang yang menghalangi saya Ini sangat hebat. Ilmunya sangat tinggi. Beberapa hari yang lalu saya hampir dapat dikalahkannya. Jadi saya mohon Eyang mau menolong saya."

   Mata Eyang Jasad Biru tampak semakin menyala tanda kemarahannya naik.

   Eyang Jasad Biru menggereng keras sampai-sampai ruangan itu bergetar.

   Sungguh luar biasa tenaga dalam yang dimiliki makhluk menyeramkan itu.

   Sejenak Eyang Jasad Biru memejamkan matanya menerawang jauh seperti bersemedi.

   Mendadak Eyang Jasad Biru tersentak kaget.

   "Pangeran Matahari?!"

   Serunya tercekat dan tubuhnya bergetar.

   "Ada apa, Eyang?"

   Seru Aji Kartiko heran dengan tingkah Eyang Jasad Biru yang seperti tersentak kaget. Eyang Jasad Biru menatap Aji Kartiko tajam.

   "Aku tidak dapat menolongmu, Aji Kartiko. Sebab orang yang sedang kamu hadapi adalah bukan orang biasa. Orang itu adalah Pangeran Matahari, penguasa dua alam. Alam e-bukugratis.blogspot.com nyata dan alam gaib. Sebaiknya kamu batalkan niat balas dendammu,"

   Ucap Eyang Jasad Biru lemah. Aji Kartiko tampak terkejut mendengar Eyang Jasad Biru menyuruhnya membatalkan niat balas dendamnya.

   "Tidak, Eyang!"

   Seru Aji Kartiko cepat.

   "Niatku untuk membalas sakit hati orang tuaku pada para penduduk Desa Karang Asem sudah bulat. Aku tidak peduli dengan apapun yang terjadi. Dendam mereka harus di balas!"

   Seru Aji Kartiko mantap dan tegas dengan wajah yang menyiratkan kekerasan tekadnya.

   Eyang Jasad Biru diam dan menatap Aji Kartiko.

   Niat Aji Kartiko sudah begitu kuat untuk balas dendam atas kematian dua orang tuanya.

   Eyang Jasad Biru mengambil sesuatu dari balik pinggangnya.

   "Jika tekad mu memang sudah bulat maka aku hanya bisa membantumu dengan pusaka ini. Terimalah,"

   Ucap Eyang Jasad Biru sambil menyodorkan sebuah pedang kecil ke arah Aji Kartiko. Aji Kartiko menerima pedang kecil itu dari Eyang Jasad Biru.

   "Pusaka itu bernama Pedang Penghancur Roh. Dengan pedang itu kekuatanmu akan bertambah."

   "Terima kasih, Eyang."

   "Aku pergi dulu. Selamat tinggal."

   Sosok Eyang Jasad Biru perlahan-lahan berubah jadi asap putih kebiruan kemudian hilang dari ruangan rumah Aji Kartiko itu.

   Aji Kartiko menatap pedang kecil sepanjang dua jengkal pemberian Eyang Jasad Biru sambil menimang-nimangnya.

   Senyum liciknya langsung merekah lebar.

   "Dengan pedang ini akan aku bunuh siapa saja yang berani menghalangiku. Eyang terima kasih banyak,"

   Ucap Aji Kartiko lalu kembali tersenyum licik.

   "Malam ini juga yang bakal jadi tumbalmu adalah gadis cantik yang bersama Pendekar Pedang Matahari. Akan aku perkosa dia lalu kucabut nyawanya dengan Pedang Penghancur Roh ini. Ha-ha-ha!"

   Aji Kartiko tertawa lebar sambil mengangkat pedang itu tinggi-tinggi.

   Kegelapan malam semakin larut.

   Langit semakin pekat dengan adanya awan hitam mendung seolah memayungi kawasan Desa Karang Asem.

   Seolah akan menjadi saksi peristiwa berdarah yang akan segera terjadi, peristiwa karena dendam dan pantas disebut dendam berdarah.

   Surya yang dari duduk di dahan pohon mendengarkan serta melihat kejadian di dalam rumah Aji Kartiko tadi jadi terkejut.

   Dengan gerakan cepat dia melompat dari dahan pohon itu dan segera berlari cepat menembus kepekatan malam menuju rumah Ki Tarto tempat Pandan Wangi berada.

   Surya harus memberitahu Pandan kalau Iblis Bukit Setan kini tengah mengincar Pandan Wangi.

   --o0o--e-bukugratis.blogspot.com "Kemana Nakmas Surya, Nini Pandan?"

   Tanya orang bertubuh tegap dengan kumis di bawah hidungnya. Orang itu duduk bersila di depan Pandan Wangi dengan sikap tenang.

   "Saya tidak tahu, Ki. Tadi Kakang pergi begitu saja. Tampaknya ada sesuatu yang sedang dia selidiki."

   Sahut Pandan Wangi kalem.

   "Benar, Ki Jarot. Tadi Denmas Surya seperti buru-buru. Entah dia hendak kemana,"

   Ucap Ki Tarto menambahi. Ki Jarot manggut-manggut pelan.

   "Begitu? Hemm ... padahal Kepala Desa ingin meminta Nakmas Surya datang ke rumahnya. Tapi ...

   "

   "Apa ada hal yang penting yang hendak Kepala Desa sampaikan, Ki?"

   Potong Pandan cepat.

   "Benar, Nimas."

   "Hal apa itu, Ki?"

   "Tentang Iblis Bukit Setan itu, Nimas."

   "Tentang Iblis Bukit Setan? Apakah sudah ada titik terang tentang makhluk itu, Ki?"

   "Hmm ... belum Nimas. Iblis Bukit Setan itu masih misteri."

   Tiba-tiba Surya datang dengan tergesa-gesa. Semua memandang Surya dengan perasaan senang bercampur heran karena Surya tampak tergesa-gesa.

   "Kakang!"

   Seru Pandan langsung berdiri menghampiri Surya.

   "Nakmas! Syukurlah kau sudah kembali,"

   Ucap Ki Jarot juga berdiri. Surya mengangguk pelan.

   "Paman. Iblis itu sebentar lagi akan muncul kemari. Tolong cepat suruh para penduduk desa yang berjaga untuk bersiap-siap!"

   Seru Surya cepat.

   "Apa?!!"

   Seru semua kaget.

   "Apa maksudmu, Nakmas?"

   Tanya Ki Jarot cepat.

   "Saya tidak dapat menjelaskannya sekarang, Paman. Iblis itu sebentar lagi datang. Cepat Paman,"

   Kata Surya cepat.

   "Tapi ...

   "

   "Ha-ha-ha-ha ...

   "

   Tiba-tiba terdengar suara ketawa keras yang disertai tenaga dalam. Membuat rumah Ki Tarto begetar bagai terjadi lindu.

   "Terlambat. Iblis itu sudah tiba di sini. Pandan hadapi iblis itu, gunakan pedangmu jika iblis menggunakan pedangnya!"

   Seru Surya keras. Semua tampak menutup telinga karena suara ketawa Iblis Bukit Setan itu membuat telinga mereka jadi sakit bahkan yang tidak punya kepandaian jadi kelabakan tidak kuat mendengar suara ketawa iblis itu.

   "Cepat keluar, Pandan. Redam suara ketawa iblis itu dengan Ilmu 'Naga Suci'-mu."

   Teriak Surya cepat.

   Tanpa menunggu perintah Surya lagi Pandan Wangi segera melompak keluar dari pintu.

   Sementara itu Surya dengan cepat menolong Ki Tarto dan istri Ki Tarto serta e-bukugratis.blogspot.com anaknya yang kelabakan tidak kuat menahan suara tawa Iblis Bukit Setan itu.

   Surya menyalurkan tenaga dalamnya ke mereka untuk meredam kekuatan tawa iblis itu.

   Di luar Pandan Wangi dengan cepat mengeluarkan 'Raungan Naga Suci Membelah Air'.

   Terdengar suara lengkingan halus dari mulutnya tapi mampu membuyarkan suara ketawa Iblis Bukit Setan.

   Tak berapa suara ketawa iblis itu lenyap dan kini tak jauh dari hadapan Pandan berdiri tegak dengan sikap menantang sesosok makhluk hitam berjarak tujuh langkah.

   Itulah Iblis Bukit Setan yang telah meneror para penduduk Desa Karang Asem! "Ha-ha-ha-ha! Kau yang akan jadi tumbal ku malam ini, Cah Ayu.

   Ikutlah denganku, kau pasti akan bisa merasakan kenikmatan sorga dunia.

   Ha-ha-ha-ha!"

   Kata Iblis Bukit Setan dengan suara berat sambil tertawa. Pandan Wangi menatap tajam mahluk di depannya.

   "Puih! Siapa sudi ikut denganmu, iblis muka jelek. Kambing pun tak sudi ikut denganmu!"

   Seru Pandan merendahkan mahluk di depannya.

   "Ha-ha-ha-ha! Besar juga nyalimu, Cah Ayu. Aku suka dengan wanita pemberani sepertimu!"

   Seru iblis itu sambil mendekati Pandan Wangi. Pandan Wangi berlaku hati-hati dan tidak mau lengah menghadapi Iblis Bukit Setan itu.

   "Huppp ... !!"

   Tiba-tiba Iblis Bukit Setan menyergap Pandan Wangi dengan cepat dengan tangan mengarah ke dada Pandan.

   Jelas sergapan itu bermaksud menyentuh buah dada Pandan.

   Pandan mengelak ke samping, lalu dengan cepat melancarkan pukulan ke arah lambung iblis itu namun iblis itu dengan mudah mengelak menghindari pukulan yang mengarah ke lambungnya malah dengan gerakan memutar, iblis itu menggerakan tangannya ke pinggul Pandan dengan maksud meremas pantat Pandan.

   Jelas ini membuat Pandan jadi merah padam.

   Dengan melompat ke belakang Pandan mencabut kipas baja dari selipan ikat pinggangnya.

   Kipas baja terkembang dan langsung menyabet ke arah tangan Iblis Bukit Setan.

   Bukk !!! Brett ...

   ! Ujung kipas yang runcing menyayat kulit tangan iblis itu, tapi sungguh luar biasa sekali.

   Iblis Bukit Setan cuma oleng ke samping tanpa terluka sedikitpun di tangannya.

   Padahal jelas sekali ujung-ujung kipas yang runcing dan tajam bagai pisau menyayat kulit tangan iblis itu, tapi Iblis Bukit Setan tidak cidera sedikitpun.

   Hal ini sempat membuat Pandan Wangi kaget melihat senjatanya tidak mempan terhadap Iblis Bukit Setan.

   Padahal selama ini kipas saktinya telah memakan korban tokoh-tokoh persilatan.

   Di hadapan iblis itu, kipas saktinya tidak ada gunanya sama sekali.

   Iblis Bukit Setan terkekeh kecil.

   Kembali Iblis Bukit Setan menyerang Pandan Wangi dan arah serangannya selalu terarah di setiap bagian tubuh terlarang Pandan Wangi.

   Melihat serangan yang jorok itu membuat Pandan Wangi tak bisa menahan emosinya, maka dengan gerakan cepat Pandan langsung menggunakan rangkaian jurus 'Naga Suci' yang di padukan dengan kipas saktinya.

   Jurus itu cukup berhasil dan e-bukugratis.blogspot.com membuat Iblis Bukit Setan berkali-kali jatuh bangun terkena pukulan dan tendangan Pandan Wangi.

   Tapi semua tak ada yang membuat Iblis Bukit Setan cidera bahkan lecet sedikitpun tidak.

   Tak terasa pertarungan Pandan Wangi dengan IblIs Bukit Setan sudah mencapai puluhan jurus namun belum ada yang terdesak sama sekali.

   Tempat pertarungan yang semula sepi kini telah ramai di datangi para penduduk desa yang ingin menangkap iblis pembawa bencana itu.

   Surya terus memperhatikan jalannya pertarungan itu.

   Dalam hati ia merasa bersyukur karena Pandan sudah melindungi diri dengan Ilmu 'Naga Suci Pemecah Sukma' sehingga dapat terhindar dari kekuatan gaib yang keluar dari Iblis Bukit Setan itu.

   Surya mendekati Ki Jarot yang terdiam menyaksikan pertarungan tingkat tinggi dengan penuh kagum.

   "Ki Jarot,"

   Panggil Surya pelan. Ki Jarot menoleh ke arah Surya.

   "Pertarungan sepertinya akan sangat berbahaya sekali. Aku kuatir para penduduk bisa kena serangan yang nyasar. Sebaiknya kita suruh para penduduk menjauh, ini demi keselamatan mereka juga."

   "Aku mengerti, Nakmas,"

   Ucap Ki Jarot mengangguk cepat mengerti maksud Surya.

   Dengan cepat Ki Jarot menyuruh para penduduk menjauh dari tempat pertarungan.

   Begitu tahu para penduduk desa sudah jauh dari tempat pertarungan, maka Pandan Wangi segera meningkatkan intensitas serangannya.

   Bahkan Pandan sudah menggunakan jurus ketiga dari lima rangkaian jurus 'Naga Suci'.

   Dengan jurus ketiga 'Naga Suci' ini tampak Pandan mulai unggul dan berkali-kali pukulan dan tendangan yang di aliri tenaga dalam tinggi membuat Iblis Bukit Setan kewalahan dan muntah darah.

   Rupanya inti tenaga dalam 'Naga Suci' mampu menembus lapisan ilmu kebal Iblis Bukit Setan itu.

   "Hiaaaatt !"

   Dugkk ...

   Begk ...

   Plakkk ...

   ! Suara Pukulan 'Naga Suci Menembus Mega' berhasil bersarang di dada Iblis Bukit Setan.

   Iblis itu terpental ke belakang sejauh tiga tombak.

   Braakkk!!! Iblis Bukit Setan menabrak pohon hingga pohon sebesar dekapan orang dewasa itu roboh.

   Sungguh dahsyat kekuatan Pukulan 'Naga Suci Menembus Mega' itu.

   Iblis Bukit Setan bergerak bangkit kembali, nafsu membunuhnya terpancar jelas dari sorot matanya yang merah mengerikan.

   Perlahan Iblis Bukit Setan mencabut pedang pendek yang terselip di pinggangnya.

   Sriing ...

   ! Cahaya biru kehitaman terpancar begitu menggidikkan dari pedang pendek yang bernama Pedang Penghancur Roh yang didapat dari Eyang Jasad Biru.

   "Cabut Pedang Naga Suci-mu, Pandan!"

   Seru suara Surya terngiang di telinga Pandan Wangi.

   Sejenak Pandan menoleh ke arah Surya dan melihat pemuda itu menganggukan kepala pelan.

   e-bukugratis.blogspot.com Slapppp ...

   ! Cahaya putih terang agak kemerahan terpancar hebat dari Pedang Naga Suci begitu tercabut dari sarungnya.

   Seketika tempat pertarungan itu jadi terang, bumi bergetar dengan angin berhembus kencang begitu Pedang Naga Suci keluar dari tempatnya.

   Pamor Pedang Naga Suci sungguh dahsyat dan mengalahkan pamor Pedang Penghancur Roh milik Iblis Bukit Setan.

   Ki Jarot dan yang lain terkesiap melihat kedahsyatan pamor Pedang Naga Suci, membuat dada mereka bergetar hebat karena takjub dengan pamor Pedang Naga Suci tersebut.

   "Sungguh pamor pedang yang luar biasa hebat,"

   Gumam Ki Jarot memuji kekuatan pamor Pedang Naga Suci milik Pandan Wangi.

   Semua yang menonton pertarungan juga berpikir sama dengan Ki Jarot.

   Iblis Bukit Setan menerjang ke depan dengan mengibaskan Pedang Penghancur Roh di tangan Iblis Bukit Setan itu.

   Begitu dikibaskan maka serangkum angin menderu cepat ke arah Pandan Wangi.

   Pandan tak tinggal diam, dengan cepat dia meluruskan Pedang Naga Suci di depan dada.

   Dengan teiakan senjata pusaka Naga Suci ia kibaskan menyongsong Pedang Penghancur Roh.

   Tang, tang, tang! Blarrr! Blarrr! Ledakan-ledakan keras memporak-porandakan area pertarungan maha dahsya itu.

   Ledakan keras terjadi ketika dua pedang pusaka itu beradu mengadu kesaktian.

   Tempat itu jadi porak-poranda hancur bagai habis kena bencana alam.

   Pandan tersurut ke belakang tiga langkah sedang Iblis Bukit Setan terpental beberapa tombak dan langsung menghantam pohon besar.

   Pedang Penghancur Roh terpental dari tangan dan seketika itu Pedang Penghancur Roh meledak hancur berantakan.

   Pandan Wangi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

   Dengan gerakan cepat Pandan memutar Pedang Naga Suci di depan dada.

   "Ajian 'Pembelah Sukma'!"

   Seru Pandan Wangi.

   Ajian 'Pembelah Sukma' adalah ilmu pamungkas dari rangkaian Naga Suci, ilmu ini membuat lawan tidak berdaya dan tersedot habis kesaktiannya jika terkena Ajian 'Pembelah Sukma'.

   Dari ujung pedang melesat sinar putih kemerahan yang langsung menghantam Iblis Bukit Setan.

   Sinar putih kemerahan membungkus tubuh iblis itu.

   Iblis Bukit Setan menggeliat-geliat karena tenaganya tersedot suatu kekuatan besar.

   Seluruh tulang tulangnya bagai remuk.

   Tak lama Iblis Bukit Setan diam tak bergerak lagi.

   "Cukup Pandan. Hentikan!!"

   Teriak Surya keras.

   Pandan Wangi segera melepaskan ajian pembelah sukmanya.

   Cahaya putih kemerahan langsung hilang dari tubuh Iblis Bukit Setan.

   Bersamaan dengan itu Pedang Naga Suci kembali di sarungkan oleh Pandan Wangi.

   Surya menghampiri Pandan yang masih menatap tajam tubuh Iblis Bukit Setan yang sudah terkulai tidak berdaya.

   "tidak semua musuh harus kau bunuh Pandan,"

   Ucap Surya e-bukugratis.blogspot.com kalem sambil menepuk bahu Pandan pelan.

   Surya tersenyum lembut saat Pandan Wangi menoleh ke arahnya.

   Pandan Wangi hanya menghela nafas cepat karena masih jengkel dengan Iblis Bukit Setan yang menyerangnya dengan kurang ajar.

   Surya menepuk nepuk bahu Pandan Wangi menenangkan.

   "Iblis Bukit Setan sudah kalah!!!"

   Teriak semua penduduk bersorak senang.

   Pantaslah para penduduk bersorak senang karena dengan kalahnya iblis yang meneror para penduduk itu maka mereka terbebas dari perasaan mencekam yang mereka alami selama ini.

   Tampak Ki Jarot menghampiri tubuh iblis itu yang terkulai tak berdaya.

   Setelah diperhatikan Ki Jarot melihat di leher iblis itu seperti terkelupas.

   Dengan hati-hati Ki Jarot memeriksa leher iblis itu.

   Keningnya berkerut karena yang terkelupas bukan kulit, tapi sesuatu yang tipis melindungi kepala iblis itu.

   Ki Jarot menarik kelupasan itu, semakin lama semakin lebar dan kelupasan itu mirip topeng tipis.

   Dengan cepat Ki Jarot menarik topeng tipis itu dan tampaklah wujud asli Iblis Bukit Setan.

   Wajah yang sangat mereka kenal! "Aji Kartiko?!!"

   Seru beberapa orang tercekat karena kaget dengan wujud asli Iblis Bukit Setan yang selama ini meneror mereka.

   "Aji Kartiko?!"

   Seru Ki Sarmin Kepala Desa Karang Asem terkejut. Ki Sarmin menatap dengan penuh ketidakpercayaan kalau wujud Iblis Bukit Setan adalah Aji Kartiko.

   "Nakmas Aji Kartiko! Kenapa Nakmas melakukan semua ini. Kenapa?"

   Ucap Ki Sarmin terpukul dan menangis sambil memeluk tubuh Aji Kartiko.

   Tampak para penduduk tertunduk, mereka juga tidak menyangka kalau pemuda yang dikenal baik sopan dan ramah itu adalah wujud asli iblis yang mencekam mereka.

   Dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa? Aji Kartiko memandang semua penduduk dengan mata sayu, kemudian Aji Kartiko menatap Ki Sarmin yang juga Pamannya sendiri.

   "Paman. Maafkan aku. Aku melakukan semua ini karena dendam orang tuaku yang telah kalian bunuh. Maafkan aku Paman,"

   Ucap Aji Kartiko sengau dan serak. Aji Kartiko tersenyum lalu lunglai tak bergerak lagi alias nyawanya telah hilang dari raganya.

   "Nakmas! Nakmas Aji Kartiko!"

   Seru Ki Sarmin berulang-ulang namun keburu Aji Kartiko menghembuskan nafas terakhir.

   Seluruh penduduk desa walau jengkel tapi juga merasa sedih melihat Kepala Desa mereka berduka cita atas meninggalnya Aji Kartiko.

   Malam itu juga Aji Kartiko di makamkan selayaknya manusia pada umumnya.

   Desa Karang Asem kini telah terbebas dari ketakutan yang selama ini mencekam para penduduk desa.

   --TAMAT--SEGERA HADIR KISAH PENDEKAR PEDANG MATAHARI DALAM EPISODE "NERAKA LEMBAH TENGKORAK"

   E-bukugratis.blogspot.com

   

   

   

Pendekar Cambuk Naga Gerhana Tebing Neraka Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja

Cari Blog Ini