Ceritasilat Novel Online

Dendam Kesumat Persilatan 2


Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung Bagian 2


ak Bok dan anak gadisnya.

   Siu Sian, si bocah dan dirinya sendiri masing2 lalu berganti pakaian.

   Ketika pak Bok dan Siu Sian masih belum bangun, Seng Ho pun tak berani mengganggu dan hanya ajak si bocah ber-cakap2.

   Dia menyatakan sesalnya karena sewaktu si bocah disiksa oleh Oey Hiau, dia tak buru2 menolong.

   "Seharusnya aku hendak turun tangan dengan lekas tapi urusanku yang maha penting itu tak mengijinkan diriku diketahui orang. Ah, nak...... kau maafkanlah!"

   "Paman Wan, aku tak jerihkan itu. Memang di dunia ini, kita kaum jembel selalu diperhina orang! Benar, paman Wan, aku telah mengalami pelbagai penderitaan. Aku tak persalahkan mereka, tapi persalahkan kaisar itu. Kalau tidak karena gara2nya, tak sampai kuterlantar begini, tak nanti ayah sampai tak ketahuan rimbanya. Karena tak kuat menahan penderitaan itu, maka ibuku sampai mati merana........ ibu pesan padaku supaya keraskan hati melayari hidup dan harus membalas sakit hati itu...... Kukira apa yang dapat kukerjakan, ialah berunding dengan kyai Kelinci. Dia senantiasa tertawa, dan ini kuanggap dia selalu memberkahi daku!"

   Seng Ho menatap bocah itu dengan seksama, kemudian katanya dengan sayu.

   "Aku belum bertanyakan asal usulmu."

   "Aku she Ceng, ayahku mengusahakan percetakan buku. Turut keterangan ibu, ayah telah menerbitkan buku2 yang menentang kekuasaan pemerintah Ceng sekarang ini. BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
67 Pdf Maker .

   Oz Ini melanggar hukum, ditangkap dan dibuang entah ke mana.

   Dengan membawa diriku, ibu cepat2 tinggalkan rumah untuk melarikan diri dari Peking.

   Beliau bermaksud untuk pulang ke tempat nenek di kota Siangyang.

   Tapi apa lacur, nenek serumah tanggapun telah ditangkap oleh pemerintah.

   Agar aku jangan lupakan peristiwa berdarah akibat kerja ayah itu, maka beliau memilih nama "Ji Hiat" (huruf berdarah) untukku.

   Jadi setiap huruf yang ditulis ayah itu berarti setetes darah beliau yang mengucur....

   tapi selamanya Ibu memanggilku Hiat-ji (anak darah)......."

   Tampak oleh Seng Ho, ketika menuturkan kisah hidup keluarganya itu wajah anak itu berobah sungguh, sikapnya tegang keras.

   Tiba2 terbangunlah semangat Seng Ho.

   Berapa banyak sudah darah mengalir, jiwa melayang.

   Darah dan jiwa dari para pahlawan yang hendak menumbangkan kekuasaan pemerentah asing.

   Pernah guru Seng Ho berkata.

   "Semangat cinta tanah air belum padam, perjuangan pembebasan ini tetap berjalan, patah tumbuh hilang berganti. Kalau tidak begitu, akan sia2 sajalah pengorbanan suci dari kaum gagah kita itu. Dan dendam darah itu akan tetap terkubur se-lama2nya."

   Teringat pula Seng Ho, bagaimana sang guru dahulu senantiasa memupuk tunas2 dari angkatan muda.

   Hiat-ji ternyata seorang tunas harapan yang berperibadi.

   Ya, aku harus membimbingnya untuk menjadikannya tunas penyambung cita2 kaum kita .......

   Memikir sampai di situ, timbullah rasa sayang yang mendalam dari Seng Ho kepada anak itu.

   Ketika Hiat-ji rebah di dalam biara tua karena luka2 hajaran si jahanam Oey Hiau, Seng Ho lah yang setiap hari BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
68 Pdf Maker .

   Oz mengunjunginya untuk membawakan makanan dan obat2an.

   Dan memang anak itu dapat membedakan mana dendam mana persahabatan.

   Budi Seng Ho itu tertanam dalam2 di kalbunya.

   Lebih2 ketika Seng Ho menyerahkan kepingan tubuh kyai Kelinci yang dibanting Oey Hiau, makin dekatlah rasa persahabatan itu.

   Demikianlah, kini antara Seng Ho dan Hiat-ji telah tergalang persatuan hati yang amat mesra.

   Sedikitpun tak terlintas dalam hati Seng Ho, bahwa detik2 itu amat penting sekali dalam sejarah kehidupannya nanti.

   Karena adanya hal itulah maka dia dapat mati dengan puas, jika tiada hal itu maka dendam darahnya pasti se-lama2nya takkan terhimpas.

   Tapi hal itu terjadi di kemudian hari, baik pembaca nanti ikuti jalannya cerita ini dengan sabar.

   Pada saat itu, pak Bok dan Siu Sian pun sudah bangun.

   Juga Siu sian suka dengan Hiat-ji, sebaliknya anak itupun begitu.

   Terutama dia sangat kagum akan kepandaian si nona.

   Ingin benar dia mempunyai kepandaian begitu.

   Pernah almarhum ibunya berkata.

   "Sedapat mungkin kau harus belajar ilmu silat, agar dapat melaksanakan pembalasan sakit hati negara dan keluarga!"

   Lama nian Hiat-ji berharap dapat berjumpa dengan seorang berilmu yang suka menerimanya sebagai murid.

   Sayang, selama dalam perantauannya itu belumlah dia bersua dengan orang yang di-idam2kannya itu.

   Satu2nya pelajaran yang diyakinkan, yakni menjadi "orang yang teguh hati dan keras kemauan", serta dapat mengenal seluk-beluk kehidupan dan masyarakat.

   Adalah mungkin sudah suratan nasibnya bahwa Hiat- ji bakal menjadi seorang pahlawan besar (tayhiap) di BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
69 Pdf Maker .

   Oz kemudian hari, sehingga dia tak mempunyai peruntungan berjumpa dengan orang2 gagah yang berkaliber rendah.

   Sekali ini pada pikirannya, dia telah bertemu dengan orang yang di-cita2kan itu.

   Tapi sedikitpun dia tak mengira, kalau dengan penolong2nya yang ternyata ahli2 silat luar biasa, itupun dia tak mempunyai peruntungan untuk mendapatkan bimbingan mereka.

   Ya, bukan saja tak mendapat ajaran suatu apa2, malah2 jiwanya sendiripun hampir melayang.

   Adakah itu sudah menjadi garis hidupnya, atau memang masih harus mengalami ujian hidup dulu sebelum mendapat kebahagiaan itu? wallahu a"lam! Panjang lebar Siu Sian bertanya tentang diri Hiat-ji, lalu diperkenalkan juga anak itu kepada ayahnya.

   Dalam kesempatan itu, Seng Ho pun memperkenalkan dirinya.

   Dia menuturkan kisah kebinasaan sang kakek guru, yakni Ong Thing Kau.

   Jago ini telah dikerubuti lima jago bayangkari dari istana yang disebut "Lima Tua" (Ngo Lo).

   Ong Thing Kau ternyata seorang jago yang tangguh.

   Dia dapat membunuh empat jago dari Lima Tua itu, namun dirinyapun terluka berat oleh Kong Hiong.

   Syukur, berkat kenekatan sang murid, Tian Yan Jing, ia berhasil loloskan Ong Thing Kau dari kepungan musuh.

   Namun karena luka parah, akhirnya diapun menemui ajalnya.

   Demi mendengar kisah sedih itu, pak Bok menghela napas dalam2, katanya.

   "Ketika itu aku dihukum harus tinggalkan rumah perguruan selama 7 tahun. Sekembaliku ke gunung, barulah kuketahui tentang peristiwa berdarah itu. Sekalipun dalam perguruan kita terdapat catatan rahasia tentang kejadian itu dari mula sampai akhir, tapi BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
70 Pdf Maker .

   Oz yang kuketahui hanyalah bahwa murid murtad itu orang she Biau, nama Sam Wa! Dia mencemarkan kehormatan sumoaynya (adik seperguruan), mengganas di daerah Kangtang, berserikat dengan penjahat asing dan yang paling hebat membumi-darahkan gunung Swat-san.

   Kurang lebih 28 orang murid Swat-san-pay dari angkatan ketiga telah habis dibinasakan semua.

   Sampai kini, rerangka2 dari korban2 itu masih tetap disimpan di lembah Kun-gwan-kok, di gua batu yang ketiga belas di lembah itu.

   Ber-tahun2 kuselidiki, baru kuketahui kalau penghianat itu telah merobah namanya sebagai Biau Kong Hiong.

   Sayang, dia sudah berhasil memiliki 12 macam kitab pusaka dari perguruan kita.

   Tadi, aku berdua dengan anakku telah mengerubutinya, tapi tak berhasil mengalahkan.

   Mungkin ini sudah menjadi peruntungan dari kaumku.

   Kini jejakku telah diketahuinya, kalau bangsat itu tak mengejarnya, itu sih tak mengapa.

   Tapi kalau dia tak mau lepaskan kita, berbahayalah.

   Aku tengah mencari akal rencana langkah kita yang mendatang ini.

   Apabila kukembali ke gunung Swat-san, mungkin bangsat itu akan mengejarnya.

   Tadi telah kutetapkan keputusan, kita menuju ke Tiong-goan (Tiongkok tengah) dulu, dari situ terus menuju Kwan-gwa (luar perbatasan), untuk kemudian dengan memutar kita kembali ke gunung.

   Hanya saja, bangsat itu kelewat waspada.

   Rasanya sukarlan bagi kita untuk lolos dari bahaya sergapnya.

   Kita hanya dapat menyesuaikan diri dengan gelagat nanti!"

   Demikianlah, malam itu juga mereka berangkat, menyeberang sungai menuju ke kota Wulung. Pada hari BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
71 Pdf Maker .

   Oz ketiga mereka sudah melintasi propinsi Oupak.

   Tapi pada saat itu tentara pemerintah sudah nampak mengejarnya! Klranya setelah Kong Hiong terpukul ilmu-pelindung- diri (tenaga dalam "cin bu"), dia bergegas pulang.

   Segera dia keluarkan perintah penting, mengirim pasukan pengejar.

   Di sepanjang jalan, telah penuh dipasangi pertandaan rahasia.

   Walaupun pak Bok bersikap waspada, tapi sayangnya dia itu buta.

   Jadi penandaan rahasia musuh di sepanjang jalan itu, dia tak berdaya mengetahuinya.

   Karena itulah, maka dengan leluasanya anak buah Kong Hiong dapat mengikuti jejak keempat orang itu.

   Andaikata Kong Hiong tak terluka, mungkin pada hari kedua saja, dia sudah dapat menyergapnya.

   Bok buta pun tahu betapa sukarnya untuk lolos dari jaring perangkap musuh, karena biar bagaimana bangsat itu pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan kitab pusaka yang dibawanya itu.

   Diapun bersiap sedia.

   Diberikannya kitab itu kepada Siu Sian untuk disimpan dengan dipesannya wanti2.

   apabila sampai terjadl apa2, dia (Siu Sian) harus berusaha keras untuk menyelamatkan pusaka itu.

   Kemudian harus berusaha sedapat mungkin untuk mencari kitab "Thay-i-keng".

   Dengan memahami ilmu dalam kedua kitab itu sajalah baru nanti dapat menumpas bangsat itu.

   Bok buta minta sang puteri ingat betul pesan itu.

   Benar mulut Siu Sian tak membantah, tapi dalam hati anak dara yang tengah menjelang dewasa itu, dia tak mau mengaku kalah dengan si bangsat.

   Dan yang paling celaka, dara itu tak percaya kalau Kong Hiong mampu menyusul jejak mereka.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
72 Pdf Maker .

   Oz Beda dengan pikiran Seng Ho.

   Anak muda ini cukup insyaf akan kelihayan si bangsat mengatur tipu rencana.

   Dia percaya, kalau bangsat itu tentu dapat mengejar mereka.

   Satu2nya harapannya, muda2han Kong Hiong salah perhitungan, hingga dapatlah sekawan orang itu lolos dari cengkeramnya.

   Tapi dia tak berani banyak mengharap akan terkabulnya harapannya itu! Selama dalam perjalanan, Hiat-ji telah diangkat sebagai murid oleh Bok buta.

   Pak Bok cukup mengetahui jelas akan pribadi Hiat-ji, tambahan pula ketika menguruti tubuh anak itu dahulu, diapun mengetahui bahwa anak itu dikaruniai tulang2 bakat menjadi ahli silat.

   Ingin benar pak Bok mendapatkan tunas muda itu sebagai muridnya, tapi dia masih belum tenang memikirkan bahaya yang mengancam setiap saat itu.

   Namun akhirnya diambilnya juga anak itu sebagai muridnya, katanya.

   "Nak, aku suka padamu. Tapi tentang dapat tidaknya aku memberi pelajaran silat padamu, itu tergantung jodoh kita nanti. Asal aku tak keburu meninggal, kawanan bangsat itu tak berhasil mengejar, nah, tugas berat dari kaum Swat-san-pay akan kuletakkan di atas bahumu!"

   Hiat-ji menghaturkan terima kasih, katanya.

   "Murid mengerti maksud suhu itu. Murid tak percaya suhu sampai kena apa2. Sekalipun nanti terjadi apa2, selama murid masih bernapas, murid tentu akan membalaskan sakit hati itu......."

   Tergeraklah hati pak Bok mendengar kata2 si bocah itu, katanya.

   "Bagus, nak. Ingatlah, tugas membangun kubu2 perguruan Swat-san-pay terletak di bahumu! Kau sudah menyanggupi hal itu!"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
73 Pdf Maker .

   Oz Sekalipun belakangan ikatan guru dan murid itu belum menjadi kenyataan, namun ikrar yang telah diucapkan dalam percakapan itu, telah terpateri kuat2.

   Sekalipun Hiat-ji tak pernah mendapat pelajaran silat dari pak Bok buta, namun kelak dialah yang akan membangun kubu perguruan Swat-san-pay.

   Dalam pergolakan kaum persilatan belakang hari, banyaklah terjadi peristiwa2 besar.

   Tapi menilik jalannya kejadian, kesemuanya itu pararel (segaris) dengan isi percakapan pak Bok dengan Hiat-ji itu! Diluar dugaan, malam itu Kong Hiong sudah dapat menyusul rombongan pak Bok.

   Di tengah sebuah jalan pegunungan di sekitar hutan Sin-ya, tampak Kong Hiong menghadang di muka.

   Dia rupanya.

   seorang diri saja.

   Sambil tertawa, berkatalah jago bayangkari itu.

   "Bok buta, kupercaya tentunya kaupun sudah mengetahui bahwa aku ini adalah murid Swat-san-pay. Hanya Ha Kun Gwan ada sedikit salah faham padaku. Hal ini tak perlu kau mengatakan sekarang, karena toh kau sudah mengetahui sendiri. Kaupun tentunya mengetahui juga, bahwa dalam tata ketentuan perguruan Swat-san- pay telah dicantumkan bahwa kitab pusaka ke tigabelas itu tak boleh hilang. Kini aku telah memiliki yang 12 buah. Sisanya yang satu, kau bawa. Mengingat kita sama2 sekaum, kita selesaikan hal itu dengan jalan damai saja. Kitab ilmu totokan "thian han tiam hiat"

   Itu, kau berikan padaku dan aku takkan melakukan apa2 padamu, artinya kau bebas. Apabila usulku ditolak, terpaksa kita tempuh dengan kekerasan. Dan ini berarti kamu yang cari kesusahan sendiri!"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
74 Pdf Maker .

   
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Oz Tak sangka Bok buta kalau sedemikian cepatnya Kong Hiong sudah dapat menyusul, malah berani membuka suara temberang.

   Atas itu, dia me-nimbang2 sejenak.

   Dia memiliki kepandaian yang tangguh, mahir dalam "thian han tiam hiat", ilmu tutukan Swat-san-pay serta ilmu meremas tulang menghancurkan urat nadi.

   Tapi bangsat itu memiliki ilmu tombak "han kim ciang", yakni ilmu pusaka pertama dari kaum Swat-san-pay.

   Dengan ilmu pembelaan "khun wan tho"

   Dan ketiga belas jurus dari ilmu tombak yang sakti itu, rasanya sukarlan untuk Bok buta mendekati lawan guna menggerakkan ilmu meremas tulang. Ilmunya tongkat "capsa tiang", terang tertindih oleh ilmu tombak "capsa jiang"

   Dari lawan.

   Jadi menurut balans, sekalipun dia maju dengan anaknya ditambah ikut sertanya Seng Ho, tetap masih sukar melawan si bangsat.

   Tempo hari dalam pertempuran di biara tua, dia telah kehilangan kesempatan bagus untuk membinasakan lawan.

   Kalau kini mereka berhadapan pula, tentu si bangsat itu sudah siap sedia.

   Terang, bahwa untuk lolos kali ini, rupanya sukarlah! Kong Hiong menunggu jawaban! Pak Bok sebenarnya seorang yang cerdas.

   Sayang, dia dihadang di tempat semacam itu.

   Karena dia tak dapat melihat akan keadaan di sekelilingnya, maka dia tak berdaya untuk mencari jalan lolos.

   Tiba2 dari arah samping kiri terdengar suatu suara yang lemah, namun hal itu cukup dapat ditangkap oleh pendengaran pak Bok.

   Dia tenangkan plkirannya.

   Walaupun belum diketahui jelas, tapi dia yakin suara itu adalah suara orang.

   Entah lawan, entah kawan.

   Tapi karena urusan sudah berlarut sampai sedemikian BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
75 Pdf Maker . Oz hebatnya, mau tak mau dia harus bertindak. Dengan suara lembut dia tanyakan pada Siu Sian tempat apakah arah kiri situ. Setelah itu dia lalu menjawab Kong Hiong.

   "Bangsat she Biau, kau menghina suhu, membasmi kaum sendiri, menghianati rakyat. Jangan kata ilmu tutukan pusaka kaum kita, sedang barang kita yang bagaimana tak berharganya pun tak nanti rela kuberikan padamu! Jangan kau mengimpi mau seperti "harimau tumbuh sayap"! Mau mengumbar angkara murkamu! Aku orang she Bok ini kalau selama masih hidup tak dapat makan dagingmu, nanti kalau mati dan menjadi setan pun tetap tak mengampuni kau!"

   Dalam pada itu, Siu Sian memberi keterangan bahwa arah kiri mereka itu ada sebuah jalan kecil yang mestinya dapat dipakai untuk jalan lolos. Setelah memperhitungkan, berkata pulalah Bok buta kepada Kong Hiong. Malah kali ini suaranya lantang sekali.

   "Jahanam, lain kali kita bertemu lagi!"

   Begitu selesai mengucap, dengan sebatnya dia bawa Hiat-ji dan Seng Ho melesat ke arah samping kiri.

   Gerakan Bok buta itu cepat sekali, tapi si Kong Hiong lebih cepat lagi.

   Tapi syukurlah, secara gaib tiba2 segulung asap tebal muncul di tengah, menghadang Kong Hiong.

   Juga pak Bok sedikitpun tak menyangka bahwa di balik tumpukan rumput situ terdapat dua orang bersembunyi, siapapun tampak mengikuti rombongan pak Bok.

   Kiranya kedua orang asing itu, sudah kenal Seng Ho.

   Ingin sekali mereka menegur Seng Ho, tapi karena suasana masih diliputi ancaman maut, terpaksa mereka bungkam dulu.

   Mereka berniat untuk secara diam2 membantu BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
76 Pdf Maker .

   Oz perjuangan pak Bok, tapi karena yang tersebut belakangan itu berusaha cepat untuk loloskan diri, maka akibatnya kedua penolong itu dan Seng Ho telah menderita.

   Kong Hiong cepat mengejar, dan yang lebih dulu kecandak adalah kedua orang itu beserta Seng Ho.

   Lagi2 kedua orang itu lepaskan kiu-yan-tan, pelor asap.

   Asap tebal segera ber-gulung2 membubung ke atas, memegat penglihatan orang.

   Tapi kali ini Kong Hiong tak mau berlaku sebodoh tadi.

   Cepat dia jejakkan kaki, membubung ke atas.

   Di tengah udara dia tendangkan kakinya dalam gerak "dalam awan naik tangga".

   Badannya mencelat lagi kira2 tiga tombak ke atas.

   Dari situ dia lepaskan pandangannya.

   Ternyata di sebelah kiri dari pegunungan situ, tampak tiga sosok tubuh bergerak pesat.

   Dia geram sekali dengan mereka.

   Dengan gerak "burung elang meluncur ke dalam air", dia lanjutkan gerakan tubuhnya untuk melayang ke muka.

   Begitu berhasil melampaui gulungan asap, dia terus mengudaknya.

   Kiranya ketiga sosok tubuh itu bukan lain adalah Seng Ho dan sepasang pria wanita yang hendak mencari balas padanya itu.

   Sedang pak Bok dan anaknya sudah tak ketahuan lagi.

   Kong Hiong tumpahkan kemarahannya kepada sepasang pria-wanita yang telah melepaskan peluru asap itu.

   Tiada pak Bok, mereka pun boleh juga, karena kalau tidak dibasmi tentulah mereka itu akan mengadu biru lagi.

   Setelah mengambil ketetapan, Kong Hiong percepat pengejarannya.

   Tadi sewaktu menyaksikan asap ber-gulung2 itu Seng Ho kaget dalam hatinya, tanpa terasa dia berseru.

   "Adakah kanda Sing Je yang datang ini?!"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
77 Pdf Maker .

   Oz Seruan itu disambut dengan munculnya seseorang dari tengah gulungan asap.

   Orang itu terus menyeret tangan Seng Ho untuk diajak lari.

   Ternyata orang itu memang seperti yang diduga oleh Seng Ho, yakni menantu kesayangan dari suhunya yang bernama Hu Sing Je.

   Dan wanita yang mengikuti di belakangnya bukan lain adalah puteri angkat suhunya yang bernama Ong Gwat Kwan.

   Hati Seng Ho girang tercampur kaget.

   Namun dia tak sempat untuk ber-kata2, karena harus mengikuti keduanya lari dengan pesatnya.

   Jadi sambil lari, mereka sambil ber- cakap2.

   Kini baru Seng Ho mengetahui bahwa sepasang suami-isteri itu telah menetap di gunung Tiam-jong-san untuk meyakinkan ilmu pedang "hun kong kiam", pedang membelah sinar.

   Karena anggap peyakinannya sudah cukup mahir, mereka lalu turun mencari Kong Hiong untuk membalas dendam.

   Tapi ternyata, dalam pertarungan pertama kali mereka telah kena dikurung oleh ilmu silat serba tiga belas jurus dari si bangsat.

   Untunglah Sing Je dapat bertindak cepat.

   Dia lepaskan 3 buah pelor asap untuk mengaburkan penglihatan lawan.

   Dan tipu itu ternyata berhasil sehingga mereka dapat meloloskan diri.

   Seng Ho pun lalu tuturkan pengalamannya yang pahit selama ini.

   Diapun gagal dalam usahanya mencari balas kepada si bangsat.

   Untunglah dia berjumpa dengan pak Bok tua yang ternyata adalah jago terdendam dari Swat-san-pay.

   Tapi mereka tetap dikejar oleh si bangsat itu.

   Tepat pada saat Seng Ho membicarakan hal bangsat Kong Hiong, mereka rasakan di udara ada angin meniup keras, dan sesosok tubuh tampak melayang ke muka.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
78 Pdf Maker . Oz Itulah Biau Kong Hiong, dan dia kini sudah tegak menghadang di tengah jalan.

   "Ai.............!"

   Seng Ho dan Sing Je berbareng mengeluarkan jeritan tertahan.

   Tanpa kata ba atau bu, tombak Kong Hiong ber-kilat2 menyambar ketiga orang itu.

   Tahu kalau sepasang suami isteri itu membekal pelor asap, Kong Hiong terus saja mendesak mereka supaya jangan mempunyai kesempatan melepaskan pelornya.

   Dan karena kepandalan jago bayangkari itu memang beberapa tingkat lebih tinggi dari lawan2nya, maka dalam sekejab saja mereka bertigapun segera menjadi sibuk dibuatnya.

   Seng Ho telah mendapat pelajaran ilmu bandul tok- liong-so dari sang suhu yang disebut "hong hun sin cau", permainan sakti dari angin dan awan.

   Gelombang serangannya men-deru2 bagai ombak mendampar.

   Memang anak muda itu sudah menetapkan tekad, bahwa hari ini dia hendak bertempur mati atau hidup.

   Ketika pada lain saat tombak Kong Hiong menjuju ke badannya, anak muda itu tak mau berkelit atau menangkis.

   Dia hanya barengi menyerang dengan tok-liong-so-nya.

   Biar dia terkena tombak, asal diapun dapat menghantam lawan.

   Dia hendak mengajak mati berbareng pada Kong Hiong.

   Tapi Kong Hiong bukan jago kemaren sore.

   Tak mau dia pertukarkan jiwanya dengan anak muda yang tak bernama itu.

   Maka, demi nampak cara bertempur dari lawannya itu, tertawalah dia dengan tawarnya.

   Cepat tombak ditariknya pulang, sambil mengincar ke arah si anak muda, dia berseru .

   "Kajem bangsat, kau sendirilah yang minta di kirim ke akherat, jangan kau sesalkan aku! Kini mari kuantarkan kau ke sana...........!"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
79 Pdf Maker .

   Oz Kata2nya itu segera ditutup dengan bergeraknya tombak.

   Sesaat itu segera tampak sebuah bianglala emas me-layang2 bagaikan gelombang yang menimpa ke arah Seng Ho.

   Meskipun tadi Seng Ho sudah bulat tekadnya untuk mempertaruhkan jiwanya, namun demi nampak permainan tombak lawan yang sedemikian dahsyatnya, dia melengak kesima.

   Tapi insyaf apa artinya itu, dia terus kibaskan tok-liong-so.

   Sebuah suara gerontangan yang dahsyat segera kedengaran dan menggerunglah Seng Ho dengan murkanya, serta darahpun muncrat.

   Apakah gerangan yang terjadi? Kiranya telah terjadi benturan hebat antara tombak dan tok-liong-so, dengan kesudahan, rantai naga berbisa itu telah putus.

   Separuh dari rantai yang berujung bandul itu terlempar jauh hingga beberapa meter.

   Sedang orangnya pun terhuyung jatuh ke tanah.

   Dan membarengi dengan itu, Kong Hiong susulkan tombaknya dengan gerak "thian bun gay", membuka pintu langit.

   Dada Seng Ho diguratnya memanjang seperti sebuah sungai darah.

   Setelah berhasil membereskan si anak muda, lagi2 si Setan Tanpa Bayangan itu keluarkan ketawa panjang yang temberang.

   Tapi berbareng pada saat itu, tampak segulung asap tebal membubung ke udara.

   Kong Hiong berkeluh menjerit, tapi sudah terlambat, penglihatan matanya segera tertutup dengan asap itu.

   Cepat dia loncat ke atas, dan tampak di sebelah muka sana ada orang berkelebat pergi.

   Buru2 dia buang dirinya ke muka melampaui gulungan asap terus hendak mengejarnya.

   Tapi baru saja dia berhasil melampauinya, kembali sebondong asap tebal ber-gulung2.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
80 Pdf Maker .

   Oz Bukan kepalang mendongkolnya Kong Hiong.

   Lagi2 dia meloncat ke atas, tapi ternyata di sekeliling arah muka sana sudah tak tampak bayangan suatu apa.

   Dia geram sekali kepada sepasang pria-wanita itu, tapi apa daya, sang burung sudah mabur jauh.

   Kalau hanya tak dapat menangkap sepasang burung itu, sih tak mengapa.

   Yang paling dibuat gegetun ialah karena gara2 kedua orang itulah maka sampai pak Bok dapat meloloskan diri.

   Padahal si buta itulah yang paling utama.

   Karena hanya pada dialah nantinya impian Kong Hiong untuk menjagoi seluruh dunia persilatan dapat terlaksana.

   Terpaksa Kong Hiong kembali ke kota Sin-ya untuk menunggu laporan2 dari berbagai fihak tentang jejak pak Bok.

   Sedikitpun dia tak menghiraukan akan keadaan Seng Ho, karena diduganya si anak muda itu pasti sudah melayang jiwanya.

   Dan kelalaian inilah, yang walaupun nampaknya soal kecil, tapi akan merupakan bencana baginya di kemudian hari.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
81 Pdf Maker .

   Oz Kiranya meskipun Seng Ho menggeletak dengan bermandikan darah, tapi dia belum mati dan hanya terluka parah saja.

   Ketika ditusuk tadi, Seng Ho tak sempat mengeluarkan jeritan, terus rubuh tak sadarkan diri.

   Untuk melampiaskan kekejiannya, Kong Hiong susuli lagi menggurat sepanjang dada Seng Ho, hingga dada anak muda itu melowak (menganga) besar sehingga hampir sampai ke bahunya.

   Tempat pertempuran itu jarang sekali didatangi orang.

   Jadi tiada seorangpun yang lewat di situ dan mengetahui ada orang menggeletak.

   Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tiba2 udara berobah mendung dan tak antara lama kemudian turunlah hujan lebat.

   Air hujan itu telah mengguyur muka dan tubuh Seng Ho sehingga dia sadar dari pingsannya.

   Tapi dikarenakan lukanya kelewat parah, dia hanya dapat membuka sepasang matanya, tapi sedikitpun tak dapat berdaya apa2.

   Seluruh tubuhnya dirasakan lemas tak bertulang, seluruh daya kekuatannya lumpuh.

   Ingatannya masih lemah kabur, sedang benak otaknya berdenyut keras seperti hendak memecah kepalanya.

   Dadanya yang terluka itu, jangan dikata lagi, nyeri sakitnya terasa menyusup ke dalam sunsumnya.

   Insyaflah dia, bahwa kali ini dia pasti tak dapat hidup lebih panjang lagi.

   Bayang2 si Malaikat Maut sudah tampak me-lambai2kan tangannya.

   Memikir sampai di situ, dia, menghela napas, namun untuk keheranannya, embusan napasnya pun tak kedengaran.

   Ya, walaupun dia sudah merasa telah bernapas.

   Benar di bajunya dia ada menyimpan obat mujijat, tapi jangan kata untuk menggerakkan kedua tangannya, sedang untuk bergerak sedikit saja, rasanya sudah tak mempunyai kekuatan lagi.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
82 Pdf Maker .

   Oz Bahkan nyeri sakitnya makin lama terasa menyerang hebat dan napasnya pun makin lemah.

   Begitulah keadaan Wan Seng Ho yang sangat mengenaskan itu.

   Dia hanya menanti saat kedatangan si Malaikat Maut saja.

   Tapi dasarnya dia belum ditakdirkan mati pada saat itu, tiba2 dari arah kejauhan terdengar suara ber-detak2 dari roda kereta yang tengah mendatangi.

   Makin lama makin dekat ke tempat situ.

   Seng Ho kerahkan sisa2 tenaganya untuk bergerak, tapi kasihan dia......

   makin bergerak makin sakit, sedang untuk bernapas sedikit saja, dadanya terasa bukan kepalang sakitnya.

   Kembali dia mengeluh napas putus asa.

   Syukurlah, pada saat itu hujan mulai reda.

   Dan entah kebetulan atau entah memang melihatnya, tiba2 kereta itu berhenti di dekat situ.

   Ingin sekali Seng Ho berseru, tapi bukan saja sang suara tak mau keluar, bahkan kepalanya terasa pening dan hampir saja dia jatuh pingsan.

   Dalam keadaan ingat tak ingat, samar2 terdengar olehnya langkah kaki orang mendatangi.

   Pada lain saat, terdengar suara orang ber-kata2.

   "Paman, orang ini sudah mati. Rupanya dia membawa apa2. Di tempat sepi seperti ini, tentu tiada seorang yang mengetahuinya. Tiada jeleknya kita periksa badannya, mungkin ada sesuatu yang dapat kita ambil. Kan kita tak berdosa namanya!"

   "Siao Gu, jangan kau berpikiran serendah itu."

   Sahut seorang lain yang dari nada suaranya seperti seorang tua.

   "Kusuruh kau turun ialah supaya kau memeriksanya apakah dia itu masih bernapas? Kalau sudah meninggal, haruslah kita laporkan pada kepala desa. Kalau dia masih BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
83 Pdf Maker . Oz hidup, kita harus berusaha menolongnya. Ingat.

   "Menolong jiwa seorang manusia, lebih mulia dari tujuh kali bersembahyang potong babi!‟ Kalau kau mempunyai pikiran setamak tadi, Yamadipati pasti takkan mengampuni jiwamu........."

   Habis mengucap itu, orang tua tersebut segera membungkuk untuk memeriksa keadaan Seng Ho.

   Seng Ho jatuh tertelungkup, lukanya tertutup di bawah tubuhnya, berselimutkan darah tercampur air yang sudah mengental.

   Maka begitu tubuhnya dibalikkan, dia samar2 dapat menampak seorang tua tengah memandangnya.

   Berkatalah orang tua itu.

   "Wahai, rupanya orang ini dianiaya penyamun. Astaga, kenapa dadanya kerowak besar.......?"

   Seng Ho kicup2kan matanya. Melihat itu, si orang tua pakai tangannya untuk memeriksa hidung si anak muda. Kini diketahuinya bahwa anak muda itu belum meninggal. Di balik kegirangannya, tampak si orang tua menghela napas, katanya.

   "Sekalipun dia belum mati, tapi jika kuangkutnya dengan keretaku ke kota Sin-ya, jalanannya yang begitu buruk legak-legok itu, tak urung dia tentu meninggal......."

   Seng Ho ngangakan mulutnya untuk mengecup tetesan air hujan.

   Rasa nyaman menyelubungi tubuh dan semangatnya pun agak segar.

   Dia, tak mau mati sekarang, karena sakit hatinya masih belum terhimpas.

   Maka dengan kuatkan sakitnya, dia berkata dengan lemah.

   "Ba....pak...... to ....long..... am....bil...... obat... di...... da...... lam ... ba...... ju...... ku...... dan...... bu.... buhkan .... pa.... da.... lu...... ka.... ku......!"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
84 Pdf Maker .

   Oz Beruntung orang tua itu dapat mendengar apa yang diucapkan.

   Buru2 dia kerjakan permintaan anak muda itu.

   Dari bajunya dikeluarkannya beberapa benda.

   dua tail perak hancur dan sebuah buntelan yang kebetulan tak kena lumuran darah.

   Dalam buntelan Seng Ho itu terdapat beberapa fles dari batu giok (kumala) yang kesemuanya masih kering ringkai.

   Setelah diperiksa, orang tua itu mendapatkan salah sebuah fles itu, tersimpan obat bubukan.

   Dan sebuah fles terisi beberapa butir pil merah.

   Dengan hati2 orang tua itu mengambil obat bubukan kemudian dibubuhkan pada luka si anak muda.

   Celakanya, karena luka itu kelewat panjang, jadi obat itu tak cukup dipakainya.

   Maka hanya pada bagian pusat luka yang ditaburi obat.

   Meskipun obat bubukan itu adalah obat dewa (manjur sekali), tapi karena sudah terlambat jadi tak banyak menolong.

   Seng Ho hanya dapat hidup sepuluh hari lamanya! Sekalipun hanya 10 hari, tapi dalam waktu yang sesingkat itu merupakan kunci perkisaran yang amat penting dari sejarah kehidupan dunia persilatan.

   Andaikata dia tak dapat bertahan hidup sampai 10 hari itu, bukan saja dia akan mati dengan sia2, pun dendam darah kaum persilatan takkan terbalas untuk se-lama2nya! Karena dalam sepuluh hari itu, Biau Kong Hiong telah berhasil membinasakan pak Bok dan puterinya.

   Kitab pusaka yang ke tigabelas "Kun-gwan capsah-po", yakni kitab pusaka dari kaum Swat-san-pay yang terakhir, pun telah kena dirampasnya.

   Dengan begitu, dapat dipastikan.

   jago bayangkari yang telah menghianati perguruan dan bangsanya itu kini sukar dilawan oleh siapapun juga.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
85 Pdf Maker .

   Oz Masih ada lagi sebuah hal yang perlu dicatat di sini, ialah selain buntelan yang terisi fles obat2an, Seng Ho masih menyimpan lagi sebuah benda yang tiada tara harganya, yakni.

   sebuah peta rahasia.

   Peta itu merupakan sebuah pusaka yang maha penting.

   Manakala dia sampai binasa dan peta itu jatuh ke tangan lain orang, maka ludaslah seluruh harapan kaum persilatan umumnya dan Wan Seng Ho khususnya.

   Jadi waktu 10 hari itu, benar2 merupakan detik2 yang penting dari kesudahan kisah ini, karena di situlah nantinya Biau Kong Hiong akan menemui ajalnya.

   Tapi karena hal itu terjadi belakangan, baiknya kami pertangguhkan dan silahkan pembaca mengikuti jalannya cerita ini dengan menurut urutannya............

   Kembali pada keadaan Seng Ho, ternyata setelah dilumuri obat bubuk, dia merasa agak enakan.

   Kemudian diminumnya pula pil merah, dan ini makin menyegarkan semangatnya.

   Sekalipun nyeri lukanya masih menghebat, tapi dia dapat kerahkan semangatnya untuk memusatkan jalan darahnya, dan dapatlah kini dia bangun serta ber- kata2.

   Katanya dengan ter-putus2.

   "Bapak yang berbudi, terima kasih atas pertolonganmu...... Aku seorang tuan tanah desa. Karena di desaku terjadi keributan, maka aku disuruh ke kota untuk mengadu pada pembesar negeri. Tapi di tengah perjalanan aku telah dipegat oleh kaum perusuh lawanku itu dan dipukuli setengah mati begini...., untunglah aku tak sampai binasa! Hanya saja entah bagaimana dengan nasib keponakanku kecil itu......"

   Sengaja Seng Ho tak mau berlaku terus terang karena kuatir kalau jejaknya nanti tercium lagi oleh BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
86 Pdf Maker .

   Oz kawanan kaki tangan si penghianat itu.

   Untunglah si orang tua yang ternyata seorang sais (kusir) tak mau bertanya lebih jauh.

   Karena diapun cukup mengetahui akan keadaan propinsi Holam, di mana memang sering terjadi keributan antara orang dusun dengan pemilik2 tanah.

   Dan dengan begitu, rahasia Seng Ho pun tiada sampai terbuka.

   Orang tua itu segera menghibur Seng Ho, kemudian bertanyakan adakah si anak muda itu suka diangkat ke dalam keretanya untuk dibawa kekota Sin-ya.

   Seng Ho menerima baik tawaran itu.

   Diambilnya dua potong perak untuk diberi pada pemuda anak sais tua itu selaku ongkosnya naik kereta.

   Begitulah, dia segera dipapah si sais tua untuk naik ke dalam kereta.

   Keesokan harinya tibalah mereka di kota Sin-ya.

   Si sais tua mencarikan sebuah hotel yang layak.

   Syukurlah Seng Ho masih membekal uang cukup.

   Teringat akan penuturan tadi, si sais tua menanyakan Seng Ho perihal keponakannya itu serta ciri2nya.

   Dia berjanji hendak mendengarkan kabar2 di luaran sembari memberi pesanan pada pemilik hotel jangan sampai membocorkan hal anak muda itu kepada lain orang.

   Karena dikuatirkan nanti orang2 perusuh itu akan datang lagi ke situ untuk menganiayanya......

   Jadi si sais itu betul2 percaya bahwa si anak muda itu adalah pemilhk tanah desa! Bermula hendak Seng Ho mengatakan tentang diri pak Bok dan puterinya, tapi dia kuatir orang berbalik menaruh curiga padanya, karena kedua ayah beranak itu tak sesuai dengan kedudukan dirinya.

   Maka dia lalu sebut Hiat-ji sebagai keponakannya.

   Ciri2 anak itu diberitahukannya dengan jelas, dan apabila berjumpa BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
87 Pdf Maker .

   Oz supaya mengatakan bahwa "paman kelima mencarinya".

   Anak itu pasti akan percaya.

   Pada alam pikiran Seng Ho, dia tak banyak mengharap akan dapat berjumpa dengan Hiat-ji.

   Tapi apa yang diduga tak bakal terjadi itu malah terjadi! Hiat-ji masih sempat datang untuk menungkuli saat2 kematiannya.

   Dan karena hal itulah maka roda cerita ini berganti arah.

   Memang dalam dunia persilatan seringkali terjadi hal2 yang nampak mustahil! Meskipun selama di hotel Seng Ho mendapat perawatan yang baik, tapi karena lukanya kelewat berat, jadi keadaannya tidak bertambah baik.

   Pemilik hotel mengundangkan beberapa tabib, tapi obat2 buatan mereka itu tak nempil dengan obat buatannya sendiri, kalau saja faktor2 mengijinkan.

   Sebenarnya dia sendiri dapat meramu obat bubukan "kim joang thay i san"

   Dan pil "liong hou gan li wan", ramuan obat dewa yang amat manjur.

   Tapi karena resepnya ketinggalan, dan andaikata ada pun ramuan itu sukar didapatnya serta lama sekali membuatnya.

   Mungkin pada waktu pembuatannya selesai, dia sudah tak bernyawa lagi.

   Pikiran Seng Ho me-layang2 akan kejadian yang telah lampau.

   Ber-tahun2 dia berjerih payah untuk menuntut pelajaran ilmu silat.

   Untuk membalas kematian gurunya, dia menyaru sebagai pengemis di kota Siangyang.

   Kesengsaraan kehidupan pengemis telah kenyang dideritanya.

   Namun di balik penderitaannya itu, dia telah memperoleh sesuatu yang amat berharga.

   Hal itu terjadi begini.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
88 Pdf Maker . Oz Kira2 setengah bulan sebelum dia lolos dari kota Siangyang, sewaktu sedang "bekerja"

   Memeriksa sampah, tiba2 dia menampak pecahan batu merah.

   Karena setiap hari dia harus menanak nasi sendiri, pikirnya batu merah itu dapat dipergunakan untuk tungku penanak nasi.

   Maka dipungutnyalah pecahan batu merah itu hendak dibawa pulang ke biara rusak, di mana dia akan memasak air panas untuk Hiat-ji (sewaktu Hiat-ji jatuh sakit karena dihajar oleh si durjana Oey Hiau).

   Diluar dugaan, di dalam batu merah itu terdapat sebuah benda yang disimpan dengan amat rapinya.

   Kiranya karena batu merah itu lebih besar ukurannya dari batu merah kebanyakan, maka hendak dipotongnya menjadi dua.

   Sekali hantam, batu merah itu hancur.

   Hanya anehnya, belahan batu merah itu tak mau terlepas.

   Setelah diperiksanya ternyata di tengahnya terdapat segulung benda yang berwarna putih.

   Buru2 belahan batu merah itu dipisahkannya dan dengan hati2 diambilnya benda itu.

   Kiranya benda itu adalah sebuah pipa kecil yang berwarna putih.

   Di dalam pipa itu terdapat selembar sutera setipis sayap tongkat.

   
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Di atas sutera halus itu terdapat tulisan yang berbunyi.

   Peta simpanan pusaka dari Siao-sit.

   Itulah suatu penemuan berharga yang tak ter- sangka2.

   Seng Ho yang cerdas otaknya itu segera mengetahui bahwa barang yang tersimpan sedemikian rahasianya itu tentulah maha penting gunanya.

   Begitulah, peta itu lalu disimpannya dengan hati2 sekali.

   Itu waktu sebelum terluka Seng Ho berkeras hendak melaksanakan rencana pembalasannya.

   Dia tak mau tinggalkan kota Siangyang sebelum cita2nya tercapai.

   Dan BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
89 Pdf Maker .

   Oz kini setelah dirinya tak mempunyai harapan lagi, tiba2 dia teringat akan peta itu dan tanpa terasa tangannya meraba pinggang bajunya! Bercucuran air mata Seng Ho membasuh sepasang pipinya.

   Samar2 tampak wajah gurunya.

   Ong Thing Kau dan seperguruan Tian Yan Jing, tengah tertawa padanya.

   Kepalanya terasa ber-putar2, tiba2 kedua wajah orang yang dihormatinya itu ikut ber-putar2, lama-kelamaan menjadi satu, dan berganti pula bentuk wajahnya, manunggal menjadi wajah Hiat-ji! Sepasang mata anak itu memancarkan cahaya yang dingin menyeramkan orang.

   Begitu memandang Seng Ho, wajah Hiat-ji itu tampak tersenyum.

   Tapi sinar matanya yang dingin itu tetap tak kunjung surut! Seng Ho mengerang kesakitan karena dadanya terasa sakit merangsang.

   Dia terkejut.

   Kaki dan tangannya terasa dingin sekali, sukar digerakkan.

   Pada saat itu dia menghela napas.

   Rupanya malaikat elmaut sudah mengetuk pintu....

   Tiba2 dari arah luar jendela terdengar orang ber-kata2.

   "Malam ini tiada rembulannya, tapi langit bertaburan bintang, dirasa kita masih dapat melanjutkan perjalanan nanti."

   Kembali Seng Ho menghela napas. Jadi sudah setengah bulan lamanya dia menetap di hotel situ.

   "Ah, untuk apakah aku menderita kesengsaraan begini ini?"

   Katanya seorang diri.

   Memang tiada dia menemukan jawaban untuk itu, namun dalam hatinya dia rasakan se- olah2 sedang menunggu sesuatu yang di-harap2.

   Dan harapan inilah yang mendorongnya supaya bertahan dulu, BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
90 Pdf Maker .

   Oz biar bagaimana dia harus tak boleh mati dulu.

   Begitulah, setiap kali timbul pertanyaan terhadap dirinya sendiri, setiap kali itu pula sang hati nurani menjawabnya.

   Demikanlah, dari hari ke hari dia lewatkan dengan menahan kesakitan yang hebat, baik rohani maupun jasmaniah.

   Tapi pada hari itu penderitaannya sudah memuncak.

   Tangan dan kakinya terasa kaku dingin.

   Betapa sang keinginan ingin bertahan, namun sang jasmani sudah tak kuat lagi.

   Dan tak dapat menolak kedatangan Yamadipati, sang Dewa pencabut nyawa.

   Keadan Seng Ho sudah berat, jiwanya tengah meregang hendak meningalkan sang tubuh.

   Pikirannya merana dalam lamunan.

   Bayang dari orang2 yang dikenalnya silih berganti ter-bayang2 di mukanya.

   Akhirnya, wajah Hiat-ji tampak juga.

   Matanya yang bundar besar itu tetap tak pernah pudar dari sinarnya yang begitu dingin.

   "Hiat-ji! Tempat ini sudah kelewat dingin sekali, jangan kau memandang orang begitu dingin,"

   Dia mengigau sendirian.

   Namun sinar mata Hiat-ji yang dingin itu berobah dan makin mendekati.

   Nyata biji mata yang bundan besar itu ber-linang2 air mata.

   Dan tiba2 pendengaran Seng Ho terganggu dengan berkumandangnya sebuah suara yang gemetar seperti orang menangis.

   "Go-cek (paman kelima), mengapa kau jadi begini?!"

   Mata Seng Ho ber-kunang2, cepat dia memejamkannya. Selang beberapa saat kemudian, tampak dia membuka mata lagi, dan..... kembali mata bundar dari BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
91 Pdf Maker . Oz Hiat-ji itu tetap masih berada di situ, mengawasinya dengan tak berkesip. Suara ratapan yang sangat merawankan tadi kembali terdengar.

   "Paman Ngo, aku ini Hiat-ji!"

   Pening Seng Ho pudar seketika, dan tersadarlah dia. Sambil gemetar dia berseru.

   "Hiat-ji?! Apakah kau benar Hiat-ji?!"

   "Paman Ngo, tadi aku ditegur oleh paman tua ini yang menanyakan namaku serta mengatakan bahwa pamanku sedang menunggui. Kuduga, tentu kaulah, paman Ngo! Make aku lalu mengikutinya kemari, tak apalah andaikata keliru alamat. Kuberitahukan pada paman tua itu bahwa namaku adalah Hiat-ji. Mendengar itu, dia bersyukur kegirangan karena telah menemukan orang yang dicarinya. Kemudian dia tuturkan keadaanmu, dan sampai di situ kuyakin betul2 kalau dugaanku tadi memang benar......"

   Seng Ho tampak segar pada saat itu. Dengan paksakan diri, dia bangun. Melihat itu buru2 Hiat-ji merangkulnya, katanya.

   "Paman Ngo, begini rupa kau dicelakai oleh bangsat itu, sudahlah jangan bangun, rebahan sajalah! Kau masih mendingan, paman Ngo, karen. suhu dan cici Siu Sian sudah dibinasakan oleh bangsat itu! Sewaktu hendak menutup mata, enci Siu Sian mengatakan padaku bahwa kitab pusaka itu sudah dirampas oleh si bangsat........."

   Tampak Seng Ho membelalakkan matenya, setelah itu dia melolos sabuk sutera yang melilit di pinggangnya, kemudian diterimakan pada Hiat-ji, katanya. BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
92 Pdf Maker .

   Oz "Nah, inilah satu2nya barang peninggalan untukmu.

   Di dalamnya terdapat sebuah peta gunung Siao-sit-san.

   Kau seorang anak yang cerdas, tentu kau dapat menangkap maksudku.

   Aku, paman kelima ini, sungguh benasib malang.

   Mungkin sebentar malam atau paling lambat besok pagi aku sudah akan menyusul suhu dan cicimu.

   Apabila aku sudah tiada, lekaslah kau berangkat ke gunung Siao-sit-san.

   Ingatlah selalu akan dendam darah kita.

   Asal kau berhasil menemukan pusaka itu, kau harus cari balas pada bangsat itu.

   Biau Kong Hiong dan kaisar yang jahat itu.......

   Jangan kau lepaskan mereka.......

   maukah kau berjanji?"

   "Ai, paman Ngo, kau takkan meninggal, jangan kau mengucap begitu! Aku tak dapat menyaksikan kematian suhu Bok, tapi beruntung dapat mendampingi ci Siu Sian mengembuskan napas terakhir. Itu sudah lebih dari cukup, jangan mataku menyaksikan kematianmu, paman Ngo........"

   Memang begitulah jalan kehidupan Hiat-ji.

   Ber- ulang2 dia harus saksikan kematian orang2 yang dikasihinya.

   Ibunya, pak Bok tua, Siu Sian...... Dan kini dia hanya mempunyai seorang paman Ngo di dalam dunia ini.

   Dia satu2nya "bumi tempat berpijak, beringin tempat berlindung"

   Baginya.

   Sewaktu meloloskan diri dari kejaran Biau Kong Hiong, terpaksa mereka berpencar.

   Dan beruntunglah mereka kini dapat saling berjumpa pula.

   Hanya saja, kebahagiaan itu bagaikan hilang tertutup awan kedukaan yang besar.

   Dia dipaksa nasib untuk kesekian kalinya mendampingi dan menyaksikan kematian orang yang dikasihinya.

   Biar bagaimana keras hati Hiat-ji, namun BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
93 Pdf Maker .

   Oz dia tetap seorang anak yang haus dengan kecintaan ayah bunda.

   Seorang anak yang masih membutuhkan rasa kasih dari orang2 yang menganggap sebagai anak kandung.

   Benar dia seorang anak yang dibesarkan oleh penderitaan hidupnya, namun hati manusia, khusus seorang anak2, tetap terdiri dari daging dan darah.

   Betapapun halnya, pada saat itu hatinya hancur luluh seperti disayat sembilu.

   Kata2nya tadi merupakan jeritan hatinya yang merana duka............

   Mendengar ratap rintih Hiat-ji yang merawankan itu, jantung Seng Ho berdenyut keras.

   Dia paksakan bersenyum, lalu katanya.

   "Nak, kelak kalau memandang orang harus lebih dingin lagi. Kita telah dianiaya oleh manusia binatang, kau harus balaskan sakit hatiku ini...... kau, adalah duta kami, kita orang yang membela kebenaran...... nak, ingatlah pesan suhumu, dan jangan lupakan pula pesan pamanmu Ngo ini!"

   Hiat-ji adalah seorang anak yang sudah matang dalam penderitaan. Sekalipun dia belum dapat meninggalkan sifat ke-kanak2annya, namun dia telah "dewasa"

   Untuk menerima petuah orang. Dia anggukkan kepalanya selaku tanda mengerti akan ucapan Seng Ho. Namun mulutnya tak putus2nya me-rintih2 memintanya.

   "Paman Ngo, kau takkan meninggal! Kau takkan meninggal di hadapanku........."

   "Nak, mumpung aku masih dapat mendengarkan, kau tuturkan perihal suhu dan cicimu itu......... biarlah hutang darah itu, walau aku tak berdaya membalas, akan kubawa ke liang kubur......... ya, nak!"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
94 Pdf Maker . Oz Dengan masih sesenggukan, sebelah tangan Hiat-ji menggenggam erat2 kantong sutera pemberian Seng Ho tadi, dan sebelah tangannya lain memegang kepala kyai Kelincinya, air matanya bercucuran, berkatalah dia seorang diri.

   "Kyai Kelinci, biarlah kau menjadi saksi dari kata2 Hiat-ji ini! Aku akan mencari balas, akan menuntut sakit hati suhu!"

   Habis itu, dia lalu menuturkan kisahnya selama ikut dengan pak Bok dan Siu Sian, demikianlah penuturannya itu.

   Setelah tak dapat mengejar sepasang suami isteri Hu, Biau Kong Hiong beristirahat di kota Sin-ya.

   Tak lama kemudian, dia mendapat laporan kilat tentang diketemukannya jejak seorang tua buta, seorang anak gadis dan seorang anak lelaki kecil tanggung.

   Itulah yang dinantikan oleh Kong Hiong.

   Betapa cerdik pak Bok mengatur rencana pelolosannya dari barat dia balik memutar ke timur untuk menyesatkan pengejaran musuh, namun di seluruh propinsi Holam sudah penuh ditanami orang2nya Kong Hiong, ibarat dikatakan setiap tembok, setiap pohon dan setiap jalan, merupakan telinga Kong Hiong.

   Disamping itu Kong Hiong gunakan berbagai cara untuk perhubungan berita, misalnya.

   api pertandaan, kurir berkuda, panah api berantai dll.

   Maka tak heranlah, dalam 7 hari saja, Kong Hiong sudah dapat mencegat rombongan pak Bok di gunung Hok-gu-san............

   Selama 7 hari dalam perjalanan itu, makin erat hubungan antara Siu Sian dengan Hiat-ji yang dianggapnya BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
95 Pdf Maker .

   Oz sebagai adiknya sendiri.

   Siu Sian seorang dara yang cantik rupawan, luhur budi, berilmu silat tinggi.

   Semuda itu umurnya, dia sudah pengalaman, banyak menyaksikan perkara2 di dunia.

   Selama dalam perjalanan itu, dia selalu melindungi Hiat-ji.

   Bagi Hiat-ji, kecuali ibunya, kiranya hanya Siu Sian lah yang bersikap begitu menyayang kepadanya.

   Diapun segera begitu menyayang sekali kepada.

   "sang cici"

   Itu.

   Apalagi setelah Siu Sian menerangkan bahwa ialah yang menggunakan ilmu "bu heng chiu", tangan gaib untuk merampas kyai Kelinci dari bantingan Oey Hiau di depan rumah makan Siang Gwat Lau dulu.

   Dan ayahnya lah yang menotok jalan darah durjana itu secara diam2.

   Mendengar itu, makin bersyukurlah Hiat-ji atas penolong2nya yang budiman itu.

   Kiranya untuk mencari jejak Kong Hiong, Siu Sian telah ajak sang ayah ke kota Siangyang.

   Dan dilukainya Oey Hiau itu, yakni untuk memancing Kong Hiong keluar.

   Tipu itu telah berhasil, namun hasilnya tidak seperti yang diharap.

   Sepanjang perjalanan itu pak Bok berlaku hati2 sekali.

   Dia sangat prihatin sekali bagaimana supaya dapat keluar dari mulut harimau itu.

   Tapi di lain fihak, justeru Kong Hiong bernafsu sekali untuk mendapatkan kitab pusaka yang dibawanya itu.

   Dari itu, perangkappun dipasangnya lebih keras.

   Begitu terpegat di gunung Hok-gu-san, pak Bok sudah cemas.

   Tahu dia sampai di mana keunggulan sang lawan.

   Untuk lolos kali ini, tipis harapannya.

   Namun BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
96 Pdf Maker . Oz sebagai ksatria, dia berpantang ajal. Tanpa banyak bicara, tongkat segera diserangkan ke arah lawan.

   Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ah, kau cari kematian sendiri. Baik kuantar kau ke pintu akherat!"

   Kong Hiong tertawa menghina.

   Begitu tombak digerakkan maka sebuah bianglala emas berkelebat menyambar.

   Hanya dalam beberapa gebrak saja, tongkat pak Bok sudah tergubat dalam sinar bianglala emas itu.

   Kalau tidak Siu Sian lekas2 menolong dengan totokan seruling kumalanya, mungkin pada jurus gerak- kibas, Kong Hiong akan sudah dapat menghantam terpental tongkat pak Bok.

   Memang pak Bok cukup jelas akan kekuatan lawan itu.

   Bukan saja 12 buah kitab pusaka Kun-gwan dari Swat- san-pay sudah dimilikinya, pun bangsat itu sudah menguasai dengan mahirnya pelajaran2 di dalam situ.

   Ilmu tenaga dalam "Kun-gwan-kang"

   Dan "hou-sim-cin-bu"

   Yang dapat melindungi diri seteguh baja telah diyakinkan dengan sempurna.

   Pertempuran di biara tua dahulu itu, pak Bok hanya dapat memecahkan ilmu hou-sim-cin-bu dari bangsat itu.

   Tapi hal itu tak banyak mempengaruhi kekuatan lawan.

   Andaikata kini dia beruntung memperoleh kesempatan lagi seperti tempo hari, paling2 pertandingan akan seri.

   musuh dan dia sendiri dua2nya akan binasa! Tapi kalau menilik kelihayan si bangat itu, kesempatan itu tipis sekali kemungkinannya.

   Menimbang sampai di sini, dada pak Bok berombak mengeluarkan helaan, kemudian bisiknya kepada sang puteri .

   "Siu Sian anakku, kau tentunya ingat akan peraturan dari kaum perguruan kita Swat-san-pay, begitu juga BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
97 Pdf Maker . Oz peraturan2 dalam keluarga kita! Ingatlah baik2 kata2ku itu dan persiapkanlah dirimu!"

   Mendengar ucapan ayahnya, hati Siu Sian seperti di- remas2.

   Melihat cara Kong Hiong bertempur, ia menginsyafi kata2 ayahnya itu.

   Kenyataan mengunjuk, betapa berat sekalipun dia harus teguhkan hatinya berpisah dengan sang ayah serta harus segera meloloskan diri.

   Peraturan Swat-san-pay menyatakan dengan jelas.

   "Tugas melindungi ilmu perguruan lebih penting daripada melindungi kepentingan keluarga". Sedang ajaran sang ayah dulu mengatakan.

   "perintah ayah tak boleh dibantah!"

   Bok buta insyaf bahwa dia bakal tak dapat terhindar dari bencana, di lain fihak dia berkeras agar kitab pusaka itu jangan sampai jatuh ke tangan si bangsat, jadi dengan ucapannya tadi dia memberi perintah agar Siu Sian berusaha untuk tinggalkan medan pertempuran itu dan lari.

   Dengan keraskan sang hati.

   Siu Sian putar seruling kumalanya dengan hebat, men-deru2 bagaikan hujan angin.

   Mengetahui hal itu, puaslah hati pak Bok dan wajahnya mengunjuk senyuman! Kini diapun lalu keluarkan ilmu pusaka dari Swat-san-pay yang disebut sebuah bayangan putih yang ber-gerak2 dengan pesatnya laksana angin menebar awan.

   Pada saat itu, Siu Sian tusukkan serulingnya ke arah ujung tombak Kong Hiong.

   Begitu ujung tombak lawan berkisar ke samping, secepat itu Siu Sian mencelat keluar kalangan, dan sekali dia menjejak, tubuhnya mengapung ke atas dan orangnya pun sudah berada di mulut gunung.

   Di situ Hiat-ji munculkan diri dari BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
98 Pdf Maker .

   Oz tumpukan rumput.

   Dengan air mata ber-linang2, Siu Sian pondong anak itu untuk diajak pergi.

   Tahulah Kong Hiong bahwa kitab pusaka itu berada pada Siu Sian, dan si Bok buta memang sengaja melibat Kong Hiong agar puterinya dapat membawa lari kitab itu.

   Dia memutuskan, lebih dulu membereskan si buta itu, baru nanti mengejar lagi anak perempuan itu.

   Dan lagi, dengan hilangnya si buta lihay itu, berarti lenyapnya suatu penghalang yang merupakan ancaman bencana.

   Asal kepalanya sudah terbasmi, ekornya sih mudah dicekal.

   Dan bagaimana anak perempuan itu tak nanti dapat lolos dari cengkeramnya.

   Kini Kong Hiong curahkan perhatiannya kepada sang lawan, nampaknya dia tak ambil pusing akan kaburnya Siu Sian.

   Tombak diputar ke bagian pinggang, terus dia loncat ke atas, kemudian dia tegak pula menurut garis per-kaki- an (bhe-si) Kun-gwan dan menjalankan ilmu istimewa yang paling diandalkan, yakni jurus2

   "to hwan ngo heng"

   Dan "to loan pat-kwa".

   Jurus2 ini adalah bagian yang terhebat dari ilmu silat "capsa chiu".

   Ini untuk melayani dan mengacaukan permainan musuh.

   Memang permainan pak Bok sukar dilukiskan kehebatannya.

   Tubuhnya bergerak se-olah2 angin menyambar.

   Tongakatnya men-deru2 seperti badai meniup.

   Namun berhadapan dengan seorang jago yang sukar dicari tandingannya di kalangan persilatan seperti Biau Kong Hiong itu, dia tak dapat berbuat banyak.

   Dengan bakat otaknya yang cerdas, memiliki kepandaian silat yang tinggi, ditambah pula telah memahiri 12 pusaka pelajaran dari Kun Gwan, telah menempatkan Setan Tanpa Bayangan BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
99 Pdf Maker . Oz itu dideret yang terkemuka dari barisan bintang2 persilatan. Ilmu pukulan tangan kosong "Kun-gwan-chiu"

   Mempunyai ciri keistimewaan tersendiri. Ilmu itu mengutamakan gerak kelemasan dan kellncahan, dan sebagai imbangan.

   "kun gwan-chiu"

   Itu didampingi dengan ilmu "yau loan chiu"

   Atau mengacaukan musuh dengan serangan2. Kesemuanya ini adalah garis2 inti ilmu silat Kun Gwan. Meskipun dia (Kong Hiong) belum memperoleh pelajaran ilmu totok "Thian han tiam hiat"

   Yang dimiliki oleh pak Bok, namun dengan mendasarkan diri dalam garis2 ilmu silat Kun Gwan itu, Kong Hiong dapat melayani dengan ulet.

   Dengan ketenangan, menindas serangan.

   Betapapun berbahaya serangan Bok buta, namun dia se- olah2 menghadapi tembok karet yang ulet, membal dan sukar ditoblos.

   Bukan tidak tahu Bok buta bahwa gerakannya "sinar mengejar bayangan"

   Itu takkan dapat membobol pertahanan Kong Hiong, tapi karena memang sengaja ia hendak mengulur waktu saja. Tapi rencana Bok buta itu ketahuan juga oleh Kong Hiong, siapa kedengaran tertawa menghina.

   "Bok buta, jangan kira dapat memperdayakan aku. Orang tersebar luas di-mana2. Tanpa susah payah aku tentu dapat mencarimu. Dengan caramu bertempur seperti "anjing menjejak kucing"

   Itu, kau hendak menghambat aku agar anakmu mempunyai kesempatan untuk lari jauh.

   Tapi walaupun budak itu hendak terbang ke manapun, jangan mengimpi dia dapat lolos dari jaring perangkapku.

   Kalau dulu kau sembunyikan diri saja, mungkin aku tak tahu.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
100 Pdf Maker . Oz Tetapi kini kamu adalah seperti ular cari penggebuk sendiri, jangan sesalkan orang, mari, Tua Buta, kau keluarkan ilmu totokmu thian-hian-chiu yang konon mempunyai beratus perobahan, aku pasti takkan mengecewakan harapanmu!"

   Pedih dan geram Bok Buta mendengarkan ketemberangan si bangsat Kong Hiong itu.

   Dia menghela napas dalam2 karena nyata2 kini tiang satu2nya dari kaum Swat-san-pay yang masih hidup pun akan dibinasakan oleh penghianat itu.

   Dan dengan demikian, jiwa mereka ayah dan gadisnya itu pun akan binasa dengan sial! Kematiannya dengan sang anak bukan yang dia sesalkan.

   Karena lambat laun toh dia akan menuju ke pintu kematian juga.

   Hanya saja yang paling dibuat sesalan yakni, dengan tiadanya mereka itu berarti juga kaum Swat-san-pay ludes murid penyambung ilmu perguruan itu, dan yang paling menjadi penasarannya.

   sakit hati kaum Swat-san-pay itu akan tiada berbalas se-lama2nya.....

   Benar tongkatnya itu tetap menjadi pelindung diri yang boleh diandalkan, tapi di sana kini sudah kedengaran deru sambaran angin dari suatu gerakan serangan yang luar biasa.

   Sebagai murid Swat-san-pay tahulah dia bahwa kini si bangsat tengah mengeluarkan ilmu istimewa dari kaum Swat-san-pay, yakni yang disebut Kun-gwan-sin-cao (llmu sakti dari Kun Gwan).

   Tombak rantai dari Kong Hiong men-deru2 laksana badai menerjang.

   Ya, kuat berapa juruskah dia bertahan........? Benar Bok buta memiliki kepandaian mendengar suara dapat membedakan benda, tapi menghadapi deru sambaran tombak rantai si bangsat yang sedemikian sakti BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
101 Pdf Maker .

   Oz dan ganasnya, dia agak kewalahan.

   Apalagi dia sudah sibuk menghadapi serangannya, jadi sukarlan dia memusatkan pendengarannya.

   Kedua kali, dia sudah insyaf, bahwa kali ini dia tak dapat mengatasi gerakan musuh.

   Karena pikiran2 itulah telah menurunkan semangat tempurnya.

   Di lain fihak, memang kali ini Kong Hiong akan menuntut balas kekalahannya di biara rusak tempo hari.

   Dltumpleknya seluruh kepandaian dan tenaganya untuk menghantam lawan.

   Setiap jurus gerakannya selalu merangsang, melibat, menebas dan melekat.

   Dalam keganasannya itu, tersembunyi maksudnya untuk memper- olok2 pak Bok.

   Kecuall maukan jiwa lawan, dia juga berbareng akan menghancurkan senjatanya dan menindas kepandaian pak Bok.

   Pendek kata, dia akan membuka mata lawan, bahwa dalam segala hal dia jauh lebih unggul.

   Dan diandaikan perang, dia maukan kemenangan total, menghancurkm musuh habis2an! Pak Bok pun seorang murid Swat-san-pai yang berkepandaian tinggi, tahu dia betapa ganas perbuatan penghianat itu.

   Dia gusar bukan kepalang.

   Saat itu kedengaran Kong Hiong berkata lagi.

   "Ho, kau mau melibat aku, baik akan kulayanimu secara begini, boleh kau berkelahi sesukamu toh nantinya kau akan mati konyol...........!"

   Kemarahan pak Bok meluap hebat. Tapi apa daya karena dia tak dapat mengatasi kepandaian musuh. Daripada malu, lebih baik dia bunuh diri sendiri! Baru dia dirangsang pikiran nekad begitu, tiba2 dia dikejutkan oleh tenaga.

   "bu-hing" (tanpa bayangan) yang mengurungnya. BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
102 Pdf Maker . Oz Ini memaksanya harus menangkis, dan begitu dia lakukan, segera dia terkejut bukan kepalang. Kiranya ia kini digubat oleh ilmu "Kun-gwan-kang"

   Dari si bangsat.

   Diam2 pak Bok mengeluh dalam hati.

   Tak kira kalau dalam pertempuran pertama dia beruntung dapat memberi pukulan pada musuh, tapi kini akhirnya dia harus menelan pil pahit dari lawan.

   Dengan menggertak gigi, dia kerahkan tenaga dalam "thian han keng", dengan sekuat tenaga dia berusaha menarik tongkatnya dari libatan "kun-gwan- kang"

   Lawan.

   Begitu dapat dia lepas dari libatan itu, pikirnya hendak bunuh diri.

   Saat itu terdengarlah suara berkretekan dari tulang2 lengannya.

   Kembali pak Bok melengak kaget.

   Nyata dia tak dapat melepaskan tongkatnya dari cengkeraman tenaga "Kun-gwan-kang"

   Yang sakti itu, sehingga sampai lengannya tergetar dan tulang2nya ber-derak2.

   Dia merubah rencananya, hendak dilepaskan saja tongkat itu dengan cepat.

   Tapi inipun sudah terlambat............

   Pada saat itu terdengar suara krak-krak yang keras sekali.

   Tongkat pak Bok yang terbuat dari hati pohon li- salju, hasil tanaman istimewa dari gunung Swat-san, telah patah menjadi dua! Pak Bok masih mencekal dua buah ujung dari tongkat kayu li-salju itu.

   Cepat dia loncat ke belakang, tapi secepat itu pula dari arah belakangnya sudah terasa ada sambaran angin menyerang.

   Kali ini dia akan memasang perangkap.

   Sengaja dia pura2 berlaku kalah.

   Begitu tubuhnya diturunkan ke bawah, sekali incar, dia timpukkan dua buah bonggol ujung tongkat tadi ke arah lawan.

   Dua titik benda hitam melesat kearah Kong Hiong.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
103 Pdf Maker .

   Oz Kong Hiong tertawa ber-derai2, sekali tombak rantainya dikibaskan, maka terdengarlah angin menderu hebat, menampar jatuh kedua bonggol ujung tongkat itu.

   Menggunakan kesempatan selagi lawan sibuk menangkis timpukannya tadi, pak Bok hendak menerjangnya.

   Tapi heran dia mengapa tiada terasa lawan menggerakkan tenaga dalamnya untuk menghalau.

   Dia curiga, dan buru2 hendak melangkah balik, tapi sudah kasip.

   Segera dari muka terasa ada suatu daya penarik yang luar biasa kuatnya.

   Terang lawan telah menggerakkan tenaga "Kun-gwan-kang"

   Untuk membetot dia. Sudah tentu pak Bok sibuk bukan kepalang. Karena hal itu berarti tarikan maut..........! Pada puncak kegusarannya itu, terkilaslah suatu keputusan pada pak Bok.

   "Dia sudah begini temberang dan ganas, mengapa aku tak coba rebut kemenangan dalam kekalahan........?"

   Secepat ia mengambil keputusan, segera ia salurkan tenaga dalam "hian han keng"

   Ke arah tangannya untuk dipusatkan pada kedua jari telunjuk dan BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
104 Pdf Maker .

   
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Oz tengah.

   Sekali bergerak, ia melesat maju, kedua tangannya disodorkan untuk menotok jalan darah lawan.

   Serangan ini dimaksud selagi musuh tak menduganya.

   Persentasi-nya, tentu berhasil.

   Tapi alhasil, dia kecewa...........

   Sewaktu Oey Hiau kena totokan tempo hari, sebagai ahli tahulah sudah Kong Hiong bahwa penotoknya pastilah seorang ahli "thian-han-tiam-hiat"

   Yang jempol.

   Siang2 Kong Hiong sudah bersiaga.

   Sesaat pak Bok mengunjuk tanda2 hendak mengerahkan tenaga dalam itu, Kong Hiong sudah dapat menduganya.

   Begitu pak Bok lompat menyerang, Kong Hiong sudah bersiap.

   Tak mau dia tersentuh dengan ilmu meremas tulang dari lawan yang tiada tara kelihayannya itu, dengan lincahnya dia turunkan tubuh untuk menghindar.

   Krak! Krakk! Buru2 Kong Hiong berpaling kebelakang dan, wahai....., dia bersorak kegirangan! Apakah gerangan yang terjadi? Kiranya sepasang jari tangan dari pak Bok itu menotok sebuah pohon besar, menyusup masuk hingga beberapa senti.

   Sedang pada saat itu tubuh pak Bok masih berada di udara.

   Sebagai ahli kekejaman, Kong Hiong tak mau sia2kan kesempatan yang begitu bagus.

   Begitu tombak-rantai disimpan, dia terus gerakkan sepasang tangannya untuk menggempur.

   Gempuran itu disertai dengan kerahan tenaga dalam dahsyat dan dimaksud untuk mendorong pak Bok ke muka.

   Didahului oleh jeritan yang seram, sepasang jari pak Bok menyusup masuk, terus sehingga sampai ke batas lengannya.

   Setelah membuat lawan tak berdaya BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
105 Pdf Maker .

   Oz begitu, Kong Hiong susuli pula dengan gempuran tenaga dalam yang makin hebat.

   Ai, kasihan, mengenaskan! Satu2nya ahli angkatan tua dari kaum Swat-san-pay yang masih hidup, telah dibinasakan oleh penghianat Kong Hiong secara keji sekali.

   Karena digempur hebat, maka tubuhnya ter-putar2 mengelilingi pohon itu.

   Ketika rubuh, tubuh itu sudah tak berlengan lagi, karena sepasang lengannya telah putus dan masih menyusup di dalam pohon.

   Demikian nasib pak Bok, seorang jago tua, yang walaupun sudah cacad mata, tapi tetap hendak melaksanakan pembalasan kepada orang yang telah menghianati dan membinasakan saudara2 seperguruannya! Setelah membinasakan pak Bok, Kong Hiong tertawa dengan puasnya.

   Segera dia lepaskan sebuah pelor api "hwat liu cee" (api pertandaan) ke udara, kemudian ayunkan langkah menuju ke mulut gunung dengan pesatnya.

   Kini dia mulai lakukan pengejaran pada Siu Sian.

   Sementara itu keadaan Siu Sian dengan Hiat-ji sekeluarnya dari gunung Hok-gu-san, mereka terus menuju ke biara Ji-long-bio.

   Dalam pada itu, si Hiat-ji yang cerdik sudah lantas menegurnya.

   "Cici, mengapa kau tinggalkan suhu? Mengapa kau tak mau membantunya tempur bangsat itu?"

   "Dik, ketahuilah! Aku lakukan itu karena terpaksa! Kitab pusaka kaum kita berada padaku. Kitab itu se-kali2 tak boleh jatuh ke tangan bangsat itu. Lain hari kita masih ada kesempatan untuk menggempurnya. Tapi jika kita turutkan nafsu, akibatnya kita tentu mati sia2 dan sakit hati pasti takkan terbalas! Korban seorang dua orang jiwa BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
106 Pdf Maker . Oz bukan soal. Pokok kita harus selamatkan kitab pusaka ini. Dan ini menjadi tugas suci bagi kita........."

   Kini Hiat-ji agak jelas akan seluk-beluk kehidupan kaum persilatan.

   Sekalipun begitu, dia tetap masih gelisah memikirkan keselamatan pak Bok.

   Mana dia tahu bahwa kedudukan Siu Sian lebih besar dari dia! Hiat-ji masih seorang kanak2, mana dia tahu ujung pangkalnya ilmu persilatan.

   Lain halnya dengan Siu Sian, dara persilatan yang dibesarkan dalam kalangan itu.

   Sekali bergebrak, tahulah sudah dia bagaimana kekuatan sang ayah dengan si bangsat.

   Jadi pesan ayahnya tadi merupakan pesan terakhir, karena rasanya mereka bakal berpisah untuk se- lama2nya.

   Dengan air mata bercucuran, tangannya meraba kitab yang berada di dalam bajunya seraya berkata seorang diri.

   "Kitab pusaka kaum kita, jika kau betul sakti, lindungilah diriku berdua dan anjurkanlah supaya kitab pusaka Thay-i-hian dapat muncul menjadi jodohmu. Kitab pusaka, tegak rubuhnya kaum kita Swat-san-pay, hanya tergantung padamu..........."

   Kala Siu Sian mengucap doanya itu, Hiat-ji berdiri di sampingnya. Sedikitpun dia tak mengerti apa yang diucapkan oleh Siu Sian tentang "kitab pusaka, kitab Thay- i-hian, kaum perguruan Swat-san, dan sebagainya itu......"

   Pada lain saat, Siu Sian menatap wajah Hiat-ji, katanya dengan rawan.

   "Kudoakan kau, dik, menjadi bintang harapan kaum persilatan. Semoga kau mendapatkan jodoh guru yang tak ter-duga2. Kiranya pesan ayah padamu itu pasti tak ter- sia2......"

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
107 Pdf Maker .

   Oz Meskipun Hiat-ji berotak terang, tapi sedikitpun dia tak mengerti akan urusan dunia persilatan.

   Untuk kedua kalinya, Siu Sian mengulanginya memberi penjelasan, tapi penjelasan itu sengaja ditekankan kepada pengertian agar Hiat-ji mengetahui bahwa di dunia ini ada dua buah kitab pusaka pelajaran ilmu silat.

   Dua buah kitab itu merupakan sumber kepandaian ilmu silat yang tiada lawannya dalam dunia persilatan.

   Hanya itu saja yang diterangkan, lain tidak.

   Jadi Hiat-ji pun tetap gelap akan seluk-beluk dunia persilatan.

   Hari mulai malam, yang perlu mereka harus cari tempat penginapan.

   Oleh karena kini mereka sudah tak menyaru lagi sebagai pengemis, jadi gerak geriknya pun agak tak leluasa.

   Tapi kalau menyaru lagi sebagai pengemis, pun resikonya besar.

   Siu Sian pun cerdas, dia hendak mencari penginapan di sebuah hotel besar saja.

   Rencananya, untuk menyesatkan pengejaran musuh.

   Dan nantinya kalau sudah melalui biara Ji-long-bio, ia akan balik kembali.

   Siasat ini Siu Sian tiru sang ayah, ialah yang disebut siasat "membuang bekas".

   Dengan siasat itu pikirnya hendak lolos dari jaring musuh.

   Tapi betapa cerdik siasat diatur, namun jaringan Kong Hiong yang terdiri dari ribuan mata2 yang tersebar luas di seluruh daerah, sangatlah rapatnya.

   Siasat "suara di sini, orangnya di sana"

   Tetap tak terlepas dari pendengaran alat2 Kong Hiong itu.

   Siu Sian menginap di hotel Li Jing.

   Tapi jejaknya itu siang2 sudah diketahui oleh kaki tangan Kong Hiong.

   Dan Siu Sian yang selalu waspada itupun tahu juga akan hal itu.

   Ia membisiki Hiat-ji, bahwa diri mereka sudah BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
108 Pdf Maker . Oz diketahui musuh dan bahwa rasanya sukarlah untuk meloloskan diri. Sembarang saat bahaya bisa datang, maka harus berlaku hati2.

   "Tak nyana, maksud kita untuk menolongmu itu berbalik mencelakai padamu. Rasanya kita takkan lolos dari kematian."

   Berkata pula Siu Sian dengan nada yang berat.

   "Biarlah aku mati, toh hidup hanya berarti penderitaan bagiku. Harapan dan tugas yang ditimpahkan padaku sedemikian beratnya, rasanya satupun tak ada yang dapat kulaksanakan. Lebih lekas mati lebih aman rasanya. Dan lagi, apabila kau tak menolongku mungkin aku sudah mati dulu2......"

   Kata2 Hiat-ji lekas2 diputus oleh Siu Sian yang menghiburinya dengan bersemangat.

   "Asal ada setitik harapan, kau harus tetap hidup, dik. Kecuall dalam keadaan memaksa, akupun tak mau mati. Sakit hati yang begitu besar bagai lautan, pekerjaan begitu banyak yang harus kita kerjakan....."

   "Akupun tak ingin mati. Tapi menurut keterangan cicl tadi, rasanya kita sukar bisa hidup. Akh, dunia! Memang kau tiada tempat bagi kaum jembel seperti kita ini....."

   Siu Sian menghela napas panjang.

   Hiat-ji disuruh tidur di kamar sebelah, sedang ia tetap duduk menghadapi pelita.

   Air matanya bercucuran.

   Sampai di manakah seorang anak perempuan dari belasan tahun umurnya, bisa bertahan menghadapi percobaan hidup yang sedemikian beratnya itu?! Tengah ia dalam keadaan begitu, tiba2 pintu terbuka dan sesosok bayangan kecil masuk.

   Betapa BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
109 Pdf Maker . Oz terkejutnya Siu Sian ketika diketahui bahwa yang datang itu adalah Hiat-ji.

   "Cici, kau menangis? Ibuku mengatakan, apabila ada kesusahan, disuruh berunding dengan kyai Kelinci....... Kyai Kelinci adalah sahabatku yang paling baik. Dan kau adalah ciciku. Marilah, ci, kau bicarakan pada kyai Kelinci......."

   Sembari berkata begitu, Hiat-ji sudah terus mengeluarkan kyai Kelincinya yang kini hanya tinggal kepalanya saja.

   "Dia punya telinga, punya mulut, punya mata dan punya hidung. Dia tentu dapat mendengarkan kata2mu dan melihat kau menangis......... ci, kau peganglah!"

   Siu Sian tahu bagaimana perasaan Hiat-ji akan kyainya itu.

   Nampak Hiat-ji mengangsurkan benda itu dengan sungguh2, terpaksalah Siu Sian menerimanya.

   Airmatanya masih tetap bercucuran.

   Ketika ia hendak mengucapkan kata2, Hiat-ji berjalan keluar untuk kembali ke kamarnya sendiri.

   Mungkin dia sudah ngantuk.

   Kini Siu Sian berada seorang diri.

   Kyai Kelincl yang terletak di atas mejanya situ, nampak tertawa kepadanya.

   Topi cong-goan (pembesar tinggi) yang menutupi kepalanya hanya ketinggalan secarik saja.

   Mukanya penuh bintik2 gempilan.

   Tapi biar bagaimana keadaannya, kyai itu tetap merupakan benda kesayangan Hiat-ji.

   Dipinjamkannya benda itu kepadanya, walaupun bersifat ke-kanak2an, tapi terang keluar dari perasaannya yang tulus ikhlas.

   Memikir tentang rasa kasih, teringatlah Siu Sian akan ayahnya.

   Tanpa dapat dicegah lagi, air matanya bercucuran dengan derasnya............

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
110 Pdf Maker . Oz "Nona kecil, silahkan keluar! Kita berunding!"

   Tiba2 Siu Sian dikejutkan oleh suatu suara.

   Buru2 kepala kelinci itu disimpan dalam baju, dan ketika berpaling ke arah suara tadi ternyata pada jendela situ tampak seorang menonjolkan kepalanya sambil tertawa kecut! Dan orang itu bukan lain adalah Biau Kong Hiong.

   Dengan munculnya bangsat itu.

   teranglah sudah bahwa tentu sudah terjadi apa2 pada ayahnya.

   Hati Siu Sian seperti di-sayat2 perihnya.

   Dalam kesedihannya itu, timbullah kemarahan tekadnya.

   Betapapun jadinya, karena musuh sudah datang, dia harus bertempur.

   Begitu bergerak, Siu Sian sudah menerobos keluar dari jendela.

   Dengan perdengarkan ketawanya yang sinis, Kong Hiong pun segera menyusul.

   Bertempur dengan bangsat itu terang hanya mencari kematian.

   Maka Siu Sian memikirkan rencana untuk lolos.

   Tapi begitu teringat akan Hiat-ji, hatinya berduka sekali.

   Dengan mengertak gigi, ia lari menghampiri sebuah hutan.

   Sebelum lawan tiba, Siu Sian sudah akan melarikan diri, tapi secepat itu Kong Hiong sudah menghadang dan berkata.

   "Nona kecil, jangan coba2 lari. Ketahuilah, bahwa kau takkan dapat lolos juga. Mari kita berunding. Kau serahkan kitab itu, dan kuberi kau jalan hidup!"

   Hati Siu Sian tertusuk pedih.

   Memang kata2 bangsat itu benar, asal ia mau menyerahkan kitab itu, jiwanya pun tertolong.

   Tapi apabila kitab pusaka yang ke 13 itu sudah berada di tangan si bangsat, tiada nanti ada orang yang dapat menandinginya lagi.

   Pikirannya bekerja keras, terombang-ambing dalam kebimbangan.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
111 Pdf Maker . Oz "Melindungi ilmu lebih berharga dari jiwa orang, jangan sampai bangsat itu bisa mendapatkan kitab ini. Untuk membalas sakit hati, lebih dahulu harus menyelamatkan kitab pusaka ini....."

   Itulah pesan terakhir dari sang ayah. Dan pesan itu sesaat berkumandang jelas, Siu Sian telah memberikan janjinya, tak mau ia menghianati. Serentak dia kertak gigi berseru.

   "Bangsat! Kau menghianati suhu, membasmi kaum perguruan kita. Kelakuanmu itu lebih rendah dari anjing. Kau hendak mendapatkan kitab itu? Jangan ngimpi! Masakan kau tak tahu kalau kitab itu berada pada ayahku.......?"

   Kong Hiong tertawa mengejek, katanya.

   "Bok buta. sudah binasa. Pada saat menarik napas penghabisan dia mengatakan kalau kitab itu berada padamu. Lebih jauh dia mengejek aku, katanya aku menubruk bayangan kosong dengan mengira kitab itu ada padanya! Ha, jadi kau masih mau membangkang?!"

   Memang Siu Sian sudah menduga kalau keterangannya tadi bakal tak terpercaya.

   Tapi ia memang mau mengulur waktu untuk mencari jalan lolos.

   Maka demi nampak si bangsat tertawa sambil mendongakkan kepalanya, Siu Sian tak mau sia2kan kesempatan itu.

   Begitu tangannya bergerak, ia tawurkan serangkum kim- jwan (senjata rahasia berbentuk seperti mata uang yang dapat mengeluarkan api).

   Sembari berbuat begitu, ia terus menyelinap ke samping hendak lolos! Tapi Kong Hiong tadi sudah membuat persiapan.

   Dia telah salurkan tenaga dalamnya untuk melindungi diri BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

   Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kolektor E-Book
112 Pdf Maker .

   Oz terhadap sesuatu kemungkinan.

   Begitu orang melepas senjata rahasia, begitu dia terus acungkan tangan sembari kakinya berjengket, dan suatu tenaga sambaran yang dahsyat terasa menderu.

   Han-kim-jwan, senjata rahasia istimewa dari Swat-san-pay, dalam sekejap saja sudah berhamburan tak berguna menjadi letikan api! Dan secepat kilat, sesosok bayangan hitam melesat mengejar dan mengirim serangan ke punggung Siu Sian.

   Melihat dirinya terancam, dengan sigapnya Siu Sian berpaling menghantamkan seruling kumalanya.

   Tapi Kong Hiong terlalu tangguh untuk serangan begitu.

   Begitu seruling menyambar datang, dia segera ulurkan tangannya untuk menjepit.

   Seketika itu tangan dan kaki Siu Sian terasa terpaku ke bumi, sedikitpun tak dapat digerakkan.

   Kembali Kong Hiong perdengarkan tertawa dinginnya yang terkenal itu, kemudian katanya.

   "Nona cilik, sebenarnya aku masih punya kasihan padamu. Tapi kau sendiri yang tak tahu diri. Seumur hidup, aku paling benci kalau ditipu orang. Dan kau telah melanggar pantanganku itu, Kalau kubiarkan kau hidup, tentu aku bakal ditertawai orang......."

   Habis mengucap, tangannya yang ganas segera bekerja. Seketika itu Siu Sian rasakan punggungnya kesemutan. Insyaflah ia, bahwa dirinya telah dicelakai dengan "thian han sin ciang"

   Pukulan sakti dari Swat-san- pay! Jadi teranglah, bahwa selembar jiwanya yang kecil itu sudah dicabut oleh si bangsat.........

   Jatuhlah Siu Sian tersungkur ke tanah.

   Tapi pikirannya yang cerdas itu segera bekerja.

   Tangannya merogoh ke dalam baju, pikirnya daripada jatuh ke tangan BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
113 Pdf Maker .

   Oz si bangsat, kitab itu lebih baik dihancurkan saja.

   Tapi yang pertama disentuhnya bukan kitab, melainkan kepala dari kyai Kelinci.

   Hatinya lemas sayu.........

   Berpaling pula ke belakang, di sana Kong Hiong sudah nampak mendatangi rupanya hendak melanjutkan lagi kekejamannya.

   Dia tentu akan paksa minta kitab itu atau tentu akan membinasakannya.

   Siu Sian mengeluh napas, air matanya mengucur deras, sesaat dia berseru.

   "Orang she Biau, aku hendak bicara!"

   Kong Hiong melengak, tapi serenta nampak wajah Siu Sian pucat lesi. dia merasa aman.

   "Katakanlah!"

   Serunya dengan menganggukkan kepala.

   "Kitab pusaka Thian Han sin-coat ini adalah pusaka terakhir dari Swat-san-pay. Kalau kuserahkan padamu, berarti menyerahkan seluruh Swat-san-pay."

   "Tidak salah!"

   "Ketahuilah, kita kaum Swat-san-pay berpantang menyerah!"

   "Itupun benar!"

   "Kini aku sudah menjadi mayat hidup, jiwaku sudah menganggur dari pernapasanku. Memangnya, kitab pusaka ini harus kuhancurkan, biar semua tak ada yang mendapatkan!"

   "Itu tiada jeleknya juga!"

   "Tapi kitab pusaka Swat-san-pay ini adalah hasil jerih payah dari leluhur perguruan kita! Aku tak dapat menghancurkannya! Akh, kau yang mujur! Tapi, kau harus biarkan aku mati dalam ketenangan. Disamping itu, BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
114 Pdf Maker . Oz jenazahku biar dikubur oleh anak itu, jangan kau ganggu padanya......"

   "Akur!"

   Seluruh perhatian Kong Hiong hanya tercurah pada kitab pusaka itu.

   Memang dia mempunyai alasan untuk berlaku demikian.

   Sekali kitab sudah berada di tangannya, siapakah yang berani menentangnya? Ha, seorang anak kecil yang tak kuat memotes leher ayam, bisa berbuat apa padanya? Demikianlah dia serentak menyetujuinya.

   Sebenarnya, kalau Siu Sian sampai mau menyerahkan kitab itu adalah karena untuk keselamatan Hiat-ji.

   Anak yang begitu muda usianya dan hidup sebatang kara, bukan lagi sanak kadangnya.

   Kalau dia (Hiat-ji) juga sampai turut binasa tanpa dosa, bukankah penasaran sekali?! Sebetulnya ia dapat menghancurkan kitab itu, toh paling banyak tubuhnya akan dicincang oleh si bangsat.

   Namun hal itu sama artinya, karena toh kini keadaannya sudah tinggal menunggu ajal saja.

   Kalau tadi ia tak meraba kepala kyai Kelinci, tentu ia akan tetap lakukan penghancuran kitab itu.

   Tapi kini, rencananya berobah karena mengingat Hiat-ji.

   Apalagi toh tak berguna ia melawan dengan kekerasan pada orang yang bukan menjadi tandingannya.

   Dan disamping itu, dapatlah ia melindungi jiwa dari seorang anak kecil.

   Dan itu berarti masih ada setitik harapan.

   Sebenarnya kalau ia mau berbuat begitu, urusan menjadi beres.

   Jiwanya sendiripun tak sampai binasa.

   Tapi karena ia taat akan peraturan Swat-san-pay dan sudah pula berjanji kepada sang ayah, maka biarpun binasa ia takkan mau menyerahkan.

   Hanya karena Hiat-ji BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
115 Pdf Maker .

   Oz seoranglah, ia baru mau mengingkari janji.

   Karena pikirnya, kalau anak itu ikut binasa, ludeslah seluruh harapan untuk membalas sakit hati.

   Jadi dengan perubahan rencana secara mendadak itu, ia dapat menghidupkan sebuah exponen untuk menghancurkan Kong Hiong! Begitulah, dengan kehancuran hati dan siraman air mata, Siu Sian memberikan kitab pusaka itu pada Kong Hiong.

   Betapa girang Kong Hiong menerima pusaka itu, sukar dilukiskan.

   Di-balik2nya beberapa lembar dan puaslah dia.

   Karena nyata memang kitab itu adalah aseli adanya.

   Setelah itu dia lalu perdengarkan ketawanya yang terkenal, katanya.

   "Nona cilik, kalau tadi2 kau serahkan, tentulah kau takkan begini jadinya. Sayang sudah terlambat, kini kau hanya tinggal tunggu saat untuk menyusul ayahmu saja."

   Sesaat itu, di tegal hutan yang luas situ, segera terdengar tawa yang panjang, dan sesosok bayangan segera berkelebat menghilang.

   Siu Sian rasakan kepalanya pening dan dadanya sesak karena ditekan oleh suatu tenaga penggempur.

   Tahulah ia bahwa si bangsat Kong Hiong itu telah melepaskan suara tawa yang mengandung serangan tenaga dalam untuk menghancurkan dirinya.

   Darahnya makin pelahan berdenyut, jiwanya sentak-sentik.

   Dipandangnya kepala kyai Kelinci, katanya dengan senyum tawar.

   "Kyai Kelinci, rupanya kau hanya mau melindungi Hiat-ji! Karena kau, dulu kita telah menolong jiwa anak itu. Dan kini, juga karena kau, maka kurobah rencanaku! Kuyakin jiwa Hiat-ji pun pasti tetap terlindung.........."

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
116 Pdf Maker .

   Oz Sembari ber-kata2, Siu Sian paksakan diri untuk bangun.

   Dengan menahan kesakitan hebat ia kembali ke hotel.

   Malam itu, angin bertiup.

   Siu Sian rasakan sepasang matanya dingin, namun dengan menggenggam kyai kelinci, Siu Sian ber-ingsut2 menghampiri hotelnya.

   Karena sudah larut malam, maka hotel tersebut pun sudah tutup.

   Berulang kali dia meminta pintu, tapi pengurus hotel tak mendengarnya.

   Atas pengunjukan seorang kacung kecil, beruntung ia dapat masuk ke kamarnya melalui tembok.

   Hal itu dapat menimbulkan kehebohan, namun ia terpaksa berbuat begitu.

   Keesokan harinya Hiat-ji masuk ke kamar Siu Sian dan tampak keadaan cicinya begitu mengenaskan sekali.

   Wajahnya putih seperti kertas, sedang tangannya masih memegangi kepala kyai Kelinci.

   Hiat-ji terkejut, tapi segera Siu Sian memberi tanda padanya supaya lekas membereskan rekening hotel, kemudian berangkat lagi.

   Hendak Hiat-ji mencegah, tapi Siu Sian mendesaknya.

   Begitulah dengan menggelendot pada bahu Hiat-ji, keduanya lalu teruskan perjalanannya.

   Tahu Hiat-ji bahwa ada apa2 yang kurang beres pada Siu Sian, tapi dia tak berani menanyakannya.

   Menjelang tengah hari, mereka tiba di gunung Ho-gu-san pula.

   Karena sudah tak kuat lagi, Siu Sian beristirahat di sebuah goa yang bersih.

   Begitu berbaring, Siu Sian merasa agak lega.

   Kemudian dituturkannya kejadian semalam itu.

   Begitu pula tentang hubungan yang sebenarnya dari Biau Kong Hiong dengan perguruan Swat-san-pay.

   Betapa pedih dan benci Hiat-ji, setelah mengetahui riwayat dari si bangsat yang berlumuran darah dosanya itu.

   Tapi sebaliknya, Siu Sian BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
117 Pdf Maker . Oz tampak tertawa riang sambil mengusap kepala kyai Kelinci, berkatalah ia.

   "Kyai Kelinci menemani aku, sedang kau, dik, pergilah cari sedikit air, aku sangat haus..........."

   Dengan hati seperti di-iris2, Hiat-ji berbangkit untuk mencari air. Tapi baru kakinya melangkah di ambang mulut gua tiba2 Siu Sian meneriakinya.

   "Adik, tak usahlah, aku sudah tak kuat lagi. Berjanjilah padaku! Bila aku sudah meninggal, katakanlah pada kiai Kelinci supaya dia memberi kesaksiannya bahwa kau akan menuntutkan balas sakit hati klta........."

   "Cici, kau takkan meninggal! "Ya, dik, aku hanya menjagai kemungkinan saja......."

   Dengan ber-linang2 air mata, Hiat-ji berangkat mencari air. Sampai di mulut gua, kembali seruan Hiat-ji me-ngiang2 di telinga Siu Sian.

   "Cici, kiai Kelinci akan menemani dan melindungimu, kau takkan meninggal..."

   Siu Sian tersenyum, dua butir tetesan air mata menitik keluar.

   Napasnya makin lemah, dan makin lemah, untuk akhirnya berhentilah sang jantung berdenyut.

   Seorang gadis kecil yang masih putih bersih dan lincah cerdas, seorang lihiap (pendekar wanita) dari dunia persilatan, telah mengakhiri hldupnya dalam sebuah goa pegunungan.

   Hanya si kepala kyai kelinci dengan topi kebesarannya itu saja yang masih selalu tampak bersenyum.

   Hening sunyi di keliling tempat itu......

   Setelah berhasil mendapat air, pulanglah Hiat-ji dengan ber-gegas2.

   Di luar goa dia sudah ber-seru2 memanggil Siu Sian.

   Tapi demi masuk ke dalam dan BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
118 Pdf Maker .

   Oz nampak keadaan yang menyedihkan dari Siu Sian, dia se- olah2 terpaku di tanah.

   Entah sampai berapa saat dia berdiri seperti patung.

   Yang nyata, dia tak menangis, karena air matanya sudah kering dibawa sang penderitaan.

   Hiat-ji berlutut di samping jenazah Siu Sian, tangannya masih mencekal tempat air.

   Sesaat pula terdengarlah kata2 Hlat-ji berkumandang memenuhi goa itu.

   "Cici, kyai kelinci melindungimu...... Ci, ini airnya. Minumlah seteguk..... minumlah........."

   Dengan tangan bergemetaran. porong air itu dilewatkan ke mulut Siu Sian. Air menetes turun ke leher Siu Sian. Dengan hati2 sekali, Hiat-ji pakai lengan bajunya untuk menghapusnya bersih, lalu katanya.

   "Cici..........kyai Kelinci melindunglmu.......... ci, tertawalah...... hanya........."

   Mengucap sampai di situ, tiba2 Hiat-ji tertawa keras...... suaranya berkumandang menggetarkan goa itu.

   "Ci, kau takkan mati,........ya, kubilang,........kau takkan mati......kenapa......... huk, huk........."

   Pecahlah kini suara tangis Hiat-ji. Pe-lahan2 kyai kelinci diambilnya, kemudian katanya seorang diri dengan ter-bata2.

   "Cici, kau menangis?......... butir airmata masih mengembang di pelupuk! Jangan menangis ci.... kyai Kelinci mengatakan tak boleh menangis...... kau...... menatap mukaku......... kenapa........."

   Tiba2 kyai Kelinci diangkatnya ke atas, dan berkatalah Hiat-ji dengan nada ber-sungguh2.

   "Kyai BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
119 Pdf Maker . Oz Kelinci! Biarlah kau menjadi saksi dari sumpahku ini. Aku mau membalas sakit hati, sakit hati dari guruku......"

   Entah karena arwahnya puas mendengar sumpah Hiat-ji ini, atau entah karena soal lain, maka demi Hiat-ji selesai mengucap sumpahnya itu, kalau tadi pelapuk mata Siu Sian masih belum rapat, kini pe-lahan2 dapat meram dengan rapatnya.

   Sementara mulutnya pun menyungging senyum kepuasan! Hiat-ji tengkurap ke bawah, didekapnya kyai Kelincl dan menangislah dia meng-gerung2.

   Entah sampai berapa lama suasana yang mengharukan itu berlangsung.

   Hanya pada lain saat, tiba Hiat-ji berbangkit, dia teringat akan pesan almarhum ibunya.

   "Kau harus keraskan hati untuk hidup!"

   
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Memang benar, sekalipun hidup di dunia ini baginya tiada berarti, tapi kenyataan dia masih hidup.

   Apalagi dia telah bersumpah di hadapan kyai Kelinci untuk menuntut balas.

   Bagaimana dia dapat melaksanakan sumpahnya itu bila dia tak tabah untuk hidup?! Kembali pengalaman pahit mengisi lembaran sejarah kehidupan Hiat-ji.

   Hiat-ji segera cari batu2 besar untuk menutup lubang mulut goa.

   Setelah itu, dia tanam sebuah tanda peringatan yang hanya diketahui oleh dia sendiri.

   Bagian sisa tubuh kyai Kelinci yang sudah keropos itu, ditinggalkan di dekat jenazah Siu Sian.

   Kemudian dengan membawa kepala kyai Kelinci, dia tinggalkan tempat itu.

   Berat nian hatinya ketika sang kaki melangkah.

   Sepeninggalnya dari Hok-gu-san, haripun mulai gelap.

   Angin malam terasa dingin.

   Sepeserpun Hiat-ji tak membawanya.

   Ini salahnya sendiri! karna tidak tega, dia BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
120 Pdf Maker .

   Oz sudah tak merogohi kantong baju Siu Sian.

   Padahal di situ terdapat sejumlah uang yang lumayan banyaknya.

   Yang dibawa hanyalah seruling kumala, Siu Sian.

   Hanya saja, seruling itu tak dapat ditukarkan dengan makanan.

   Begitulah hari itu dia keripuhan sekali.

   Karena berjalan jauh, perutnya terasa lapar sekali.

   Untungnya dia sudah biasa berperut kosong se-hari2nya.

   "Lebih baik kujadi kajem lagi,"

   Demikian dia berkata seorang diri.

   Tapi pada lain saat hatinya berontak.

   Bukanlah dia bersumpah hendak menuntut balas? Ya, sumpah telah diucapkan, tapi bagaimana hendak melaksanakannya?! Memang sudah menjadi jalannya nasib, kebetulan Hiatji pun menuju ke kota Lam-yang dan berjumpa dengan sais tua itu, siapa karena melihat ciri2 Hiat-ji seperti yang diterangkan oleh Seng Ho, lalu diajaknya ke Sin-ya.

   Sedikitpun tak terlintas dalam pikiran Hiat-jl, bahwa di situ dia bakal bertemu dengan paman Ngo, atau Seng Ho.

   Dan yang paling membuatnya tak habis mengerti ialah bahwasanya Seng Ho pun sedang menderita luka parah.

   Dari satu ke lain kedukaan, membuat Hiat-ji makin hancur hatinya.

   Saking tak tahan, sampan mulutnya mengatakan bahwa biar bagaimana Seng Ho pasti takkan mati.

   Tapi ini hanya curahan kalbu seorang anak kecil saja.

   Kenyataanya, pada waktu itu keadaan Seng Ho sudah tak punya harapan lagi.

   Dia kuat bertahan hidup sampai sepuluhan hari itu, berkat mempunyai obat dewa.

   Sayang, bekal obatnya itu tak cukup banyak.

   Setelah mendengarkan kisah penuturan Hiat-ji, Seng Ho makin berduka, katanya.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
121 Pdf Maker .

   Oz "Konon kabarnya kitab pusaka ke 13 dari Swat-san-pay itu, memuat ilmu silat yang dapat menjagoi dunia persilatan.

   Dengan memiliki yang 12 buah saja, bangsat itu sudah dapat malang-melintang di kolong dunia tanpa ada yang mampu mengalahkan.

   Kini dengan mendapatkan kitab yang ke 13 itu, bangsat yang berotak cerdas itu pasti dalam waktu yang singkat saja, tentu dapat menepuk dada.

   Ini......."

   Adanya Seng Ho sampai dapat bertahan sepuluh hari itu, karena dia jaga betul2 supaya pikiran dan jasmaninya dapat beristirahat dengan tenang.

   Tapi kala dia memikirkan kejayaan si bangsat, hatinya mendidih geram.

   Inilah pantangan.

   Karena dengan begitu, denyut darahnya menjadi panas deras, dan bengkaklah nadi lukanya! BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
122 Pdf Maker . Oz Tiba2 dia menatap Hiat-ji kembali, katanya.

   "Nak, kau . ........ tak punya senjata apa2..... ilmu silat sama sekali kau tak mengerti..... mana bisa .........

   "

   Nampak wajah SengHo pucat pasi dan suaranya pun terputus ter-sengal2, Hiat-ji bingung tak keruan. Buru2 dia berlutut di samping pembaringan dan berkata dengan separoh meratap .

   "Paman......... kau ...... takkan tinggalkan aku.... sungguh ......... jangan tinggalkan aku."

   Sakit Seng Ho makin merangsang, matanya mulai ber-kunang2, telinganya ber-desing2 dan napasnya mulai mengangsur keras. Sekalipun hatinya masih terang tapi tenggorokannya sudah terasa berat. Tiba2 terkilas sesuatu pada pikirannya.

   "Mungkin pada peta rahasia dari gunung Siao-sit-san itu mengandung pusaka yang luar biasa,"

   Berpikir sampai di sini dia mengumpulkan ingatannya akan kejadian2 dahulu, dan benaknya pun mulai ber-putar2, mengapa aku harus tunggui anak ini! Mengapa dulu2 aku tak lekas tinggalkan kota Siangyang saja dan baru setelah berkenalan dengan anak itu aku ingat lagi untuk tinggalkan Siangyang? Pak Bok telah tiada, putrinya pun sudah meninggal.

   Tapi anak itu sungguh besar rejekinya hingga dapat terus hidup sampai sekarang.

   Dan mengapa tak kukatakan pada si sais tentang ayahku atau adikku, tetapi menyebutkan dia sebagai keponakanku? Dan mengapa akhirnya sais itu berhasil juga menemukannya! Mungkin di situ terdapat karma, atau lebih tegas, memang sudah suratan takdir.

   Peta rahasia telah dapat kutemukan, tapi dalam keadan begini, rasanya hanya anak itu sajalah yang BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
123 Pdf Maker .

   Oz dapat mencar pusaka itu! Dan kuyakin, pusaka itu tentu menjadi alat pembasmi bangsat itu.

   Kalau tidak demikian, mengapa jalannya begini ber-belit2.....

   Disamping memikirkan segi positifnya, pun Seng Ho memikirkan juga segi negatifnya.

   Bahwasanya karena anak itu sedikitpun tak mempunyai kepandaian ilmu silat, sekalipun pusaka itu dapat diketemukan_ yang kebanyakan tentu sebuah senjata sakti atau gambar2 pelajaran ilmu silat_ toh tiada gunanya sama sekali....

   ah, mungkin juga pusaka itu berupa zamrud mutu manikam dari jaman dahulu yang harganya tiada takerannya.....

   Dan kalau hal itu benar, dia betul2 kecewa di atas kecewa! Tapi peta rahasia itu merupakan kesempatan yang terakhir! Berhasil tidaknya tergantung atas peruntungan anak itu.

   Begitu pula soal dapat tidaknya terlaksana pembalasan sakit hati itu, tergantung akan dia.

   Tapi, ah, baik benda itu merupakan senjata pusaka kah, gambar pelajaran ilmusilat kah atau ratna mutu manikam kah, toh kesemuanya itu bermanfaat bagi si anak...........

   Seng Ho rasakan dirinya makin payah.

   Seluruh tulang belulangnya lemas terkulai.

   Insyaflah dia bahwa saat kematiannya sudah mendekat.

   Dalam detik2 peregangan jiwanya itu Seng Ho paksakan untuk meninggalkan pesan.

   "Kalau hendak melakukan...... pembalasan ...... lekas pergi ............Siao-sit............"

   Seorang pemuda yang berhati baja, dan berambekan perwira telah mengakhiri hidupnya di sebuah hotel di Sin- ya. Di sampingnya Hiat-ji masih mendoa pada sang kyai Kelinci.

   "Kyai, jangan biarkan paman meninggal........ BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
124 Pdf Maker . Oz kalau dia sampai meninggal, kawan hidupku hanya tinggal kau separo badan......

   "

   Tiba2 dia dikejutkan oleh kata2 yang ter-putus2 dari Seng Ho, kata2 pesan terakhirnya.

   Sebat dia berbangkit untuk memeriksa pembaringan.

   Di situ ternyata tubuh Seng Ho sudah lurus membujur.

   Kaki tangannya dingin, mulut dan matanya sudah terkancing rapat.

   "Paman......!"

   Hiat-ji menjerit.

   Tapi sang paman sudah tiada dapat menyahut lagi.

   Dalam keheningan saat itu, jelas masih berkumandang kata pesan terakhir dari paman Ngo tadi! Darahnya tersirap.

   Ya, dia harus lakukan pembalasan! Tapi.........

   bagaimana jalannja?! Kepala kyai Kelinci yang masih digenggamnya itu tampak tetap tertawa memandangnya.

   Dengan kertak gigi, diangkatnya mainan itu ke atas mukanya sambil menghadap ke arah jenazah Seng Ho, dia mendoa.

   "Kyai Kelinci menjadi saksi di sini.........."

   Doa sumpah Hiat-ji itu selalu ter-putus2 dengan tangis sengguknya.

   Dan akhirnya dia menangis keras.

   Hal itu telah membikin kaget orang2 yang menumpang dalam hotel situ.

   Yang pertama-tama muncul ialah pak sais tua, siapa setelah menyaksikan pemandangan yang mengenaskan itu, lalu menghela napas kedukaan.........

   Syukurnya, Seng Ho masih meninggalkan sejumlah uang.

   Segera Hiat-ji suruh orang membelikan peti mati.

   Peti jenazah Seng Ho diangkut ke sebuah biara di luar kota.

   Meskipun ongkos penguburannya berjumlah besar, tapi akhinya Hiat-ji dapat juga menyelesaikannya.

   Setelah penguburan selesai, kini Hiat-ji mulai memikirkan rencananya sendiri.

   Untuk melaksanakan cita2 BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
125 Pdf Maker . Oz pembalasan itu, tak tahu dia harus menuju ke mana. Sesaat mengianglah kata2 Siu Sian.

   "Harus membalas sakit hati!"

   Dan pada lain saat, berkumandang di telinganya pesan terakhir dari Seng Ho itu.

   "Kalau mau lakukan pembalasan, lekas pergi ke Siao-sit-san!"

   Menilik bahwa dirinya toh sudah sebatang kara hidup dalam kelana penderitaan, akhirnya dia mengambil keputusan untuk pergi ke gunung Siao-sit-san sesuai dengan petunjuk sang paman.

   Toh di sana, sama djuga, dia bisa hidup dengan minta2.

   Tapi..... di mana letak gunung itu? Memikir sampai di sini, dia ter-mangu2! Pada saat itu tiba2 datanglah pak sais.

   Dia nasehati dan ajak Hiat-ji kembali ke hotel untuk tinggal smalam lagi.

   Hiat-ji pun menurut.

   Setibanya di dalam kamar, dia kumpulkan beberapa benda peninggalan.

   seruling kumala, kyai Kelinci, ikat pinggang Seng Ho dan beberapa potong uang emas.

   Dari ikat pinggang itu dikeluarkannya selembar peta, yang dari garis2nya merupakan suatu perjalanan yang jauh sekali.

   Pada sepanjang garis itu, dituliskan nama jalanannya dan malah terdapat juga keterangan tentang mata anginnya.

   Akhir ujung dari garis2 itu ada setitik bundaran merah yang bertuliskan namanya "Bu-cong-tong"

   Atau gua tak berujung. Di sampingnya terdapat sebaris huruf2 kecil yang berbunyi demikian.

   "Tiada ujung, tiada peristirahatan, tiada sebuah benda. Barangsiapa yang melihatnya, akan mendapat pusaka berharga!"

   Hiat-ji tak mengerti apa maksud kata2 itu, tapi se- olah2 kedengaran pula suara berkumandang.

   "lekas pergi ke Siao-sit-san!"

   Hiat-ji tak mau berbanyak hati lagi. Keputusannya. besok dia akan berangkat ke Siao-sit-san. BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
126 Pdf Maker .

   Oz Dan untuk itu dia sudah mendapat kesanggupan dari pak sais untuk menumpang keretanya.

   Demikianlah, setelah mengemasi barang2nya itu, dia lalu masuk tidur.

   Keesokan harinya, Hiat-ji berunding dengan pak sais.

   Dengan memberikan sejumlah uang, pak sais suka mengantarkannya ke kota Teng-hong.

   Karena menurut keterangan yang diperolehnya, Siao-sit-san itu berada di pegunungan Ko-san, dan gunung Ko-san itu berada di wilayah Teng-hong.

   Hiat-ji hanya mengatakan dia mau mengunjungi seorang pamannya yang bertempat tinggal di Teng-hong.

   Pak sais tak mau menanyai lebih lanjut, karena kasihan pada anak itu, maka diantarkannya dia kesana! Demikianlah, kereta yang membawa Hiat-ji itu mulai berjalan menuju ke Teng-hong.

   Nun di sana, gunung Siao- sit-san dari kota Teng-hong itu, se-akan2 tengah menanti kedatangan Hiat-ji.

   Hari itu cerah sekali.

   Se-olah2 mengatakan pada Hiat-ji bahwa jalan hidupnya mulai bersinar.

   Habis gelap, terbitlah terang! Perjalanan hari itu adalah langkah pertama dari kejayaannya di kemudian hari! Disepanjang perjalanan itu, sebenamya penuh dengan pemandangan alam yang indah permai.

   Tapi bagi Hiat-ji, pikirannya tak sempat menikmati kesemuanya itu.

   Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lubuk otaknya penuh diliputi cara bagaimana dia dapat melaksanakan sumpah yang telah diucapkan di hadapan pak Bok, Siu Sian dan Seng Ho.

   Menuntut balas, membangunkan kejayaan Swat-san-pay.

   Ya, tugas yang maha berat itu diletakkan pada bahu Hiat-ji.

   Seorang anak kecil.

   Ah, dia berharap mudah2an di gunung Siao-sit-san nanti dia berhasil dapat menemukan pusaka itu.

   BU LIM KI SIU - WEN LUNG Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan
Kolektor E-Book
127 Pdf Maker .

   Oz Dunia persilatan pada masa itu telah digenggam oleh Biau Kong Hiong, si Setan Tanpa Bayangan, berkat dia telah berhasil mendapatkan kitab pusaka ke 13 dari kaum Swat-san-pay.

   Dia menyimarajalelai kaum persilatan dengan keganasan dan kelalimannya.

   Ah, mengapa dunia merelakan orang yang kejam berangkara-murka? Tidak! Hukum alam tetap berlaku! Soalnya hanya lambat atau lekas.

   Tapi bagaimanapun juga, tetap saat2 itu akan datang nanti.

   Ya, saat2 di mana si angkara itu akan mendapatkan pembalasannya yang setimpal............

   -TAMAT- Cara bagaimana Hiat-ji memperoleh pelajaran ilmu silat dan menuntut balas? Bacalah.

   PUSAKA ke 13 Satu buku tamat.

   Lebih seru dan tegang! Pojokdukuh, 15 Juli 2019; 06.56 WIB

   

   


Welas Asih Tak Terkalahkan Karya M mep TWL Dendam Empu Bharada Karya SD Djatilaksana Api Dibukit Menoreh Karya Sh Mintardja

Cari Blog Ini