Ceritasilat Novel Online

Menyingkap Rahasia Tabir 1


Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS Bagian 1



Kolektor E-Book
adalah sebuah wadah nirlaba bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman.

   Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.

   Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia, maupun kondisi fisik.

   Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital sesuai kebutuhan.

   Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

   Salam pustaka! Team
Kolektor E-Book
MENYINGKAP RAHASIA TABIR HITAM Karya .

   Danang HS Gambar .

   Drs OYI SOEDOMO Penerbit .

   SINTA - RISKAN Pustaka Koleksi .

   Aditya Indra Jaya Image Source .

   Awie Dermawan Kontributor .

   Yons Juli 2019, Kolektor - Ebook1 MENYINGKAP RAHASIA TABIR HITAM B A G I A N I.

   ? WARSiH ! WARSIH! Dimana ayahmu? Dimana ayahmu ?! ? teriak Seca Ireng dengan nafas ter-engah2, karena orang itu baru, saja lari dari tempat yang jauh.

   Melihat sikap Seca Ireng itu, Suwarsih menjadi keheran-heranan.

   Namun sebelum ia sempat menjawab, dari ruang dalam, ibunya telah keluar dan langsung bertanya.

   ? Ada apa ? Apa yang telah terjadi ?! ? ? Kalau kakang Jaga Reksa tidak segera meninggalkan desa ini, besok atau lusa pasti akan digantung.

   ? Nyai Jaga Reksa menjadi terkejut.

   Demikian pula Suwarsih.

   ? Mengapa .

   Mengapa demikian ? bertanya Nyai Jaga Reksa dengan suara ter-gagap2.

   ? ? Nanti sore petugas sandi dari Mataram itu pasti telah datang.

   ? ? Oh? ? Nyai Jaga Reksa mengeluh.

   Tampaklah ia berusaha menguasai goncangan perasaannya.

   ? Tetapi suamiku tidak bersalah.

   Suamiku tidak merasa membunuh Jaya Kimpul.

   ? ? Itu betul mbakyu.

   Tetapi bukti dan saksilah yang menentukan? ? Bahwa kakang Jaga Reksa telah membunuh Jaya Kimpul? ? ? Ya.

   ? ? Tetapi aku tidak yakin.

   Bukti dan saksi itu bisa dibuat.? ? Mungkin juga demikian.

   Namun bukti dan saksi itulah yang memberatkan, bahwa kakang Jaga Reksa telah membunuh Jaya Kimpul.

   Karena itu, kakang Jaga Reksa pasti akan digantung.

   ? Nyai Jaga Reksa menggigit bibirnya.

   Wajahnya yang biasanya cerah dan bening, mendadak menjadi muram dan pucat.

   Ditatapnya wajah Seca Ireng tajam-tajam, seolah-olah ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh lekaki itu.

   Namun kemudian, mata Nyai Jaga Reksa itu pindah kewajah anaknya.

   ? Warsih! Susul ayahmu, lekas!? Suwarsih yang menjadi cemas itupun, dengan tanpa menjawab segera berlari-larian menyusul ayahnya.

   Untuk sesaat suasana didalam pendapa itu menjadi sepi.

   Masing- masing tenggelam kedalam gejolak perasaanya.

   Kemudian kembali terdengar Nyai Jaga Reksa berkata; ? Apakah petugas sandi dari Mataram itu tidak dapat disuap scperti peristiwa yang pernah terjadi didesa ini? ? ? Apakah yang mbakyu maksudkan peristiwa terbunuhnya Krama2 Sidin itu?? Nyai Jaga Reksa mengangguk.

   ? Tidak mungkin! ? jawab Seca Ireng sambil geleng kepala.

   ? Mengapa tidak mungkin?? ? Petugas sandi yang akan mengusut perkara terbunuhnya Jaya Kimpul ini tidak mungkin mau disuap.? ? Siapa yang tidak mau disuap ? ? tiba-tiba terdengar suara dari balik pintu.? Seca Ireng menoleh, kemudian tampaklah Jaga Reksa masuk kedalam pendapa dengan diiringi oleh Suwarsth, Supala dan Wahana.

   Jaga Reksa bertubuh pendek kekar, matanya yang lebar bersembunyi dibawah alisnya yang tebal dan kumisnya yang dipilin sampai kepipinya membuat wajahnya yang bulat gembung tampak menjadi menakutkan.

   Sedang Supala dan Wahana adalah 2 orang anak muda yang berperawakan sedang.

   Mereka itu adalah pembantu Jaga Reksa.

   Keduanya sama-sama menaruh hati terhadap Suwarsih.

   Tetapi rupa-rupanya Suwarsih lebih dekat dengan Supala.

   Demikian pula Jaga Reksa, Ayah Suwarsih itupun lebih menaruh kepercayaan terhadap Supala.

   Dengan demikian, dengan secara diam-diam Wahana menjadi iri hati.

   Sehingga karena itu apabila ia tidak berhasil mendapat Suwarsih, lebih baik gadis iang dicintainya itu hancur sama sekali.

   Sebab ia tidak mau melihat Suwarsih berbahagia disamping Supala.

   ? Siapa yang tidak mau disuap? ? ulang Jaga Reksa karena Seca Ireng belum juga menjawab pertanyaannya.

   ? Petugas sandi dari Mataram itu? jawab Seca Ireng.

   ? Apakah petugas sandi itu Kanjeng Panembahan Senapati sendiri atau seorang Adipati yang sudah tidak kekurangan sesuatu apapun!? ? Bukan! Bukan!? ? Kalau hanya seorang petugas sandi biasa mengapa tidak mau disuap?? ? Tetapi petugas sandi ini lain dari pada yang lain? ? Apanya yang lain? Apakah kau sudah tahu siapa petugas sandi yang akan dikirim kemari itu?? ? Ya.

   aku tahu.

   ? ? Siapa?? ? Buntar Watangan ? jawab Seca lreng.

   Jaga Reksa menciesah.

   Mcskipun ia belum pernah melihat wajahnya, namun ia pernah mendengar namanya.

   Siapakah Buntar Watangan itu.

   Sehingga karena itu ia bergumam.

   ? Buntar Watangan memang seorang petugas sandi yang jujur.? ? Kalau memang sudah tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, aku sanggup menghadapi orang itu ? sela Supala tiba tiba.

   Seca Ireng tertawa tertahan ? Jangan terlalu sombong Supala.

   Apa3 yang akan kau banggakan untuk menghadapi Buntar Watangan.

   ? ? Siapapun orang itu aku tidak peduli ? jawab Supala sambil membusungkan dadanya.

   ? Jangan Supala ? kata Jaga Reksa ? aku sendiripun tidak akan sanggup menghadapi orang itu dengan secara terang-terangan.

   ? Tetapi lalu bagaimana dengan bapak ?? Jaga Reksa tidak menjawab.

   Orang itu tampak sedang berpikir.

   ? Aku rasa masih ada jalan lain ? kata Seca Ireng.

   ? Jalan lain bagaimana? ? tanya Supala.

   Seca Ireng memicingkan matanya.

   Lewat sudut matanya ia memandang kearah Jaga Reksa.

   Kemudian tersenyum.

   Supala menjadi tidak sabar menunggu jawaban Seca Ireng.

   Karena itu ia segera mendesak ? Jalan lain bagaimana? Coba katakan! ? ? Dengan racun! ? jawab Seca Ireng.

   ? Jangan! Jangan! ? teriak Suwarsih tiba-tiba ? Dengan demikian bahkan akan menambah kesulitan ayah.

   Sebab ayah tidak bersalah.

   Ayah tidak merasa membunuh Jaya Kimpul.

   ? ? Kalau begitu, apakah kau menghendaki agar ayahmu digantung? ? bertanya Seca Ireng sambil tersenyum.

   Senyum yang menusuk perasaan.

   ? Itu belum tentu.

   Ayah benar2 tidak bersalah.

   Dan petugas Sandi itupun bukanlah orang yang goblok.

   ? ? Tetapi bukti dan saksi itulah yang memberatkan ayahmu.

   Dengan demikian, ayahmu tidak mungkin terhindar dari tuduhan membunuh.

   Sebab hukum menghendaki bukti, bukan kebenaran yang masih samar2.

   ? Suwarsih mengerutkan alisnya.

   ? Coba pikir! ? kata Seca Ireng selanjutnya ? Meskipun ayahmu merasa tidak membunuh, tetapi ayahmu itupun mempunyai kesulitan untuk mengemukakan bukti-bukti.

   Pada hal bukti-bukti yang ada, memberatkan bahwa ayahmulah yang bersalah.

   ? ? Hukum memang menghendaki bukti-bukti ? sahut Wahana ? Tetapi untuk memecahkan persoalan itu adalah tidak bijaksana apabila harus mempergunakan racun.

   ? Semua mata tertudju kearah Wahana.

   Terutama Seca Ireng.

   Ia merasa tersinggung mendengar ucapan Wahana itu.

   ? Coba, kalau kau memang cerdik dan bijaksana.

   Bagaimana caramu uatuk menghadapi petugas Sandi itu?!? ? Setiap orang pasti punya kelemahan ? jawab Wahana ? dan dengan mengetahui kelemahan petugas Sandi itu, kita dapat meyakinkan apa yang telah terjadi sebenarnya?!? ? Aku tidak mengerti maksudmu?! ? ? Apakah kau mengetahui kelemahan petugas Sandi yang bernama Buntar Watangan itu? ? bertanya Jaga Reksa.4 ? Ya, aku tahu.

   Buntar Watangan adalah seorang perwira petugas Sandi yang selalu bertindak tegas menurut hukum.

   Tetapi orang itupun pasti mempunyai kelemahan juga.

   ? ? Jangan me lingkar2 ? bentak Seca Ireng ? Katakanlah kalau kau memang tahu!....

   ? Dengan perempuan ? jawab Wahana ? Dengan sendirinya perempuan yang cantik dan pandai merayu.

   ? ? Apakah dengan perempuan itu kau maksudkan untuk meyakinkan bahwa kakang Jaga Reksa tidak bersalah? ? ? Ya.

   Ternyata kaupun cerdik juga.

   ? Seca Ireng ber-sungut2.

   Namun ia tidak mau menyerah kalah begitu saja.

   Katanya.

   ? Tetapi untuk mencari perempuan cantik yang pandai merayu seperti yang kau maksudkan itu tidaklah mudah.? ? Mudah.

   Asal gadis itu mau.

   ? ? Aku rasa didesa ini tidak ada.

   Sedang k dau mencari ketempat lain, waktunya sudah terlalu mendesak? ? Kita tidak perlu rnencari ketempat lain ? jawab Wahana sambil melempar pandang kearah Suwarsih.

   ? Apakah Suwarsih yang kau maksudkan?? Wahana mengangguk.

   Suwarsih terkejut.

   Namun sebelum gadis itu sempat membuka mulutnya, tiba2 terdengar Supala membentak .

   ? Wahana! Apakah kau bermaksud menjerumuskan Suwarsih? ? ? Sama sekali tidak.

   Aku hanya menunjukkan jalan yang sebaik- baiknya.

   Itu kalau kau tidak menghendaki agar bapak Jaga Reksa tidak dihukum gantung.

   ? ? Setan! ? desis Supala menjadi marah ? Jaga mulutmu baik-baik Wahana! Atau aku terpaksa harus merobek mulutmu yang lebar itu? ? Cobalah kalau kau bisa! ? tantang Wahana sambil membusungkan dadanya.

   Supala merggeram.

   Selangkah ia maju.

   Anak muda itu telah bersiap-siap untuk melancarkan serangan.

   Dan Wahanapun telah bersiap siap pula.

   Namun sebelum kedua orang anak muda itu berkelahi terdengar Jaga Reksa berkata ? Jangan bertengkar ! Semuanya mempunyai tujuan yang baik.

   Dan setiap pendapat wasih harus kita pertimbangkan.? ? Aku rasa pendapat Wahana itu benar ? kata Nyai Jaga Reksa.

   ? Tetapi aku tidak dapat ibu ? sahut Suwarsih.

   ? Kau harus dapat, dan kau harus mau.

   Ini demi untuk keselamatan ayahmu.? Supala mengumpat dalam hati .

   Setan kau Wahana! Rupa-rupanya kau sengaja menghancurkan hubunganku dengan Suwarsih.

   Karena itu, setiap ada kesempatan kau pasti akan kubunuh!? Suwarsih menundukkan wajahnya.

   
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Namun ia belum juga5 menjawab.

   ? Pikirkanlah Warsih ? kata Nyai Jaga Reksa selanjutnya ? Hanya kaulah yang dapat menyelamatkan ayahmu.? ? Tetapi bagaimana kalau petugas sandi yang bernama Buntar Watangan itu ? ? Suwarsih tidak melanjutkan kata-katanya.

   Namun Nyai Jaga Reksa telah mengerti maksudnya.

   Maka iapun segera berkata.

   ? Usah kau khawatir.

   Asal kau pandai menjaga dirimu, aku rasa pasti tidak akan terjadi sesuatu apapun.

   ? Betapa senyum kemenangan terbayang dibibir Wahana.

   Dan dalam hatinya ia berkata .

   ? Mampuslah kau sekarang Supala.

   Akhirnya kau hanya berhasil memetik kembang yang telah layu.

   Atau mungkin bahkan tidak sama sekali.

   ? Berbeda dengan Supala.

   Anak muda itu kini benar benar menjadi semakin benci terhadap Wahana.

   Namun dihadapan Jaga Reksa terpaksalah ia harus menahan luapan kemarahannya.

   Sehingga karena itu tampaklah tubuhnya menjadi gemetar.

   ? Sekarang kau masih dapat tersenyum Wahana ? teriak Supala dalam hati ? Tapi nantikan saat pembalasanku.

   Aku tidak akan merasa puas sebelum berhasil memenggal batang lehermu.

   ? Jaga Reksa itupun merasakan pula sesuatu yang tidak wajar pada diri Supala.

   Tetapi kini keadaannya benar-benar tidak mengijinkan.

   Karena itu maka akhirnya ia berkata ? Supala.

   Pergilah kau terlebih dahulu.

   Siapkan rumah yang berada ditengah hutan itu.

   Sebentar kemudian aku segera akan menyusul.? Supala tidak dapat berbuat lain kecuali mematuhi perintah itu.

   Maka dengan tanpa menjawab, ia segera melangkah keluar meninggalkan pendapa itu.

   Kemudian kepada Wahana dan Seca Ireng, Jaga Reksa berkata.

   ? Kau dan adi Setia aku beri tugas untuk mengawasi rumah ini dari rumah sebelah.

   Setiap ada perobahan keadaan, kalian harus segera memberitahu kepadaku.

   ? ? Baiklah ? jawab Seca Ireng sambil melangkah pergi ? Mudah mudahan semuanya dapat berjalan seperti apa yang telah kita rencanakan.

   ? Mudah-mudahan ? kata Jaga Reksa.

   Namun ketika dilihatnya Wahana belum juga meninggalkan pendapa itu.

   maka Jaga Reksa itupun segera bertanya.

   ? Ada sesuatu yang hendak kau sampaikan?? Wahana tampak agak gugup.

   Namun cepat ia menjawab ? Ada ? ? Apa?? ? Sebenarnya aku menaruh curiga terhadap sikap Supala Seolah- olah ia menyimpan rahasia yang menyangkut perkara ini.

   ? Jaga Reksa meng-angguk2 kan kepalanya.

   Tampaklah orang itu6 sedang berpikir.

   Sekali-kali pandangannya meluncur kewajah Wahana, namun sesaat kemudian segera beralih kearah isteri dan anaknya.

   Setelah menghela napas dalam2 barulah ia berkata.

   ? Aku rasa tidak ada sesuatu apapun yang harus dikhawatirkan.

   Sifat Supala memang demikian.

   Ia selalu menuruti perasaannya.

   ? Wahana mengerutkan alisnya.

   Namun kembali pula Jaga Reksa berkata.

   ? Sekarang sudah tidak ada lagi persoalan yang harus kita pikirkan.

   Pergilah ! Laksanakan tugas yang aku berikan kepadamu itu sebaik-baiknya.? Sebenarnya Wahana merasa kecewa atas tanggapan Jaga Reksa itu.

   Tetapi ia tidak berani membantah.

   Maka iapun segera meninggalkan pendapa itu pula.

   Kini suasana didalam pendapa itu kembali menjadi sepi.

   Suwarsih masih menunduk.

   Dalam dadanya timbul pergolakan hebat.

   Sehingga karena itu, tiba-tiba saja ia menangis.

   ? Mengapa kau menangis Warsih? ? tanya ibunya dengan perasaan terharu ? Tidak perlu kau kawatir.

   Aku rasa petugas sandi yang bernama Buntar Watangan itupun bukanlah orang yang jahat.

   Bahkan dengan demikian kau harus merasa beruntung dapat berkenalan dengan seseorang yang mempunyai kedudukan.

   Apa lagi aku pernah mendengar bahwa orang itu berwajah tampan dan belum beristri.

   Syukur kalau ? Ah, Jangan berpikir yang bukan-bukan, Nyai ? tukas Jaga Kemudian kepada Suwarsih ? Yang penting kau harus dapat meyakinkan kepada petugas sandi itu bahwa ayahmu tidak bersalah.

   ? ? Ya.

   ltulah yang terpenting ? sambung istrinya ? Tetapi kita sebagai orang tua apakah tidak senang apabila anak kita kemudian diambil isteri oleh orang yang berpangkat ?? ? Mengapa ibu berpikir demikian? ? sahut Suwarsih sambil menatap pandang ibunya.

   ? Aku tidak berpikir yang bukan bukan.

   Itu adalah harapan.

   Harapan sebagai seorang ibu terhadap anaknya.

   Namun semuanya tergantung kepadamu sendiri.

   Ibumu serta ayahmu hanya dapat berdoa.

   ? ? Sudahlah, Nyai ? kata Jaga Reksa ? Aku pergi dulu.

   Jagalah anakmu baik-baik.

   Dengan tanpa menunggu jawaban lagi, Jaga Reksa segera meninggalkan pendapa itu.

   Sedang Nya Jaga Reksa masih terus memberi nasehat kepada Suwarsih agar anaknya itu dapat melaksanakan keinginannya dengan se baiki2nya.

   Pada siang itu juga, dengan menunggang kuda hitam, perjalanan Buntar Watangan telah sampai disekitar hutan Kebon Agung.

   Dengan demikian, pada saat menjelang senja nanti, ia berharap telah sampai ketempat tujuan.

   Ketika matahari tepat berada diatas kepalanya, sengaja Buntar7 Watangan memperlambat kudanya kemudian berhenti dibawah sebuah pohon yang rindang.

   Sesaat ia menebar pandang dan segera turun dari kudanya.

   Dibiarkannya kudanya beristirahat sebentar, sebab perjalanan yang hendak ditempub masih cukup jauh.

   Setelah ia memberi minum kudanya kesebuah anak sungai yang mengalir didekat tempat itu, maka iapun segera beristirahat pula.

   Disandarkannya tubuhnya pada sebuah pohon dan terasalah silir-silir angin yang lembut mengusap wajahnya.

   Dengan tanpa disadarinya angan2-nya melayang merayap kembali menelusuri hari-hari yang telah dilampuinya.

   Sudah ber-tahun2 ia mengabdikan dirinya kepada Mataram, dan sudah ber-ratus2 kali pula ia menjalankan tugas dengan hasil yang memuaskan.

   Namun sama sekali Buntar Watangan tidak pernah merasa bangga dengan hasil yang telah dicapainya itu.

   Sebab ia sadar bahwa dengan demikian ia tidak akan mencapai kemajuan sebagaimana yang diharapkan.

   Dalam pada itu, telinga Buntar Watangan yang tajam sayup2 mendengar derak kaki kuda mendatang.

   Semakin lama semakin dekat dan semakin dekat.

   ? Hmm.

   Kuda itu pasti lewat jalan ini.

   ? pikirnya.

   Meskipun demikian, namun Buntar Watangan masih tetap enak2 duduk bersandar ditempat semula.

   Seolah olah ia tidak mengindahkan apapun yang mungkin akan mengancam dirinya.

   Namun sebenarnya tidak demikian.

   Ia tidak mau lengah barang sekejappun.

   Sebab sebagai seorang petugas sandi, dengan sendirinya ia mempunyai banyak musuh2 yang menaruh dendam terhadapnya.

   Apalagi kalau musuh - musuhnya itu sengaja mempergunakan orang lain yang sama sekali belum dikenal.

   Oleh sebab itu, maka untuk menjaga keselamatan dirinya adalah sudah menjadi kuwajibannya untuk mencurigai setiap orang.

   Ternyata benar juga dugaan Buntar Watangan.

   Tidak lama kemudian, dari arah utara tampaklah seorang penunggang kuda menuju kearahnya.

   Mula2 kuda orang itu berjalan sangat kencang.

   Namun rupa- rupanya ketika orang itu melihat Buntar Watangan, maka tampaklah ia mulai memperlambat kudanya.

   Dan kemudian, ketika tepat berada didepan Buntar Watangan, tiba tiba orang itu menghentikan kudanya.

   Sesaat dipandangnya Buntar Watangan yang pura - pura tidur itu tajam2, kemudian dipandangnya pula kuda Buntar Watangan yang berbulu hitam mengkilat.

   Setelah menghela nafas dalam2, maka orang itupun segera turun.

   Buntar Watangan masih pura2 memejamkan matanya.

   Meskipun demikian namun setiap gerak-gerik orang itu tidak pernah terlepas dari pengamatannya.

   Orang itu adalah seorang anak muda sebaya dengan Buntar Watangan.

   Wajahnya lonjong, hidungnya runcing matanya agak juling8 dan dagunya yang runcing itupun selalu terangkat naik, se-olah2 ia tidak mau mehhat segala sesuatu yang berada dibawah.

   Pakaiannya mentereng, sedang kerisnya yang berhulu gading dan berwerangka emas tampak terselip dipinggangnya.

   Pelahan2 orang itu mendekati Buntar Watangan.

   Matanya yang agak juling sekali lagi menatap tajam2, se-olah2 ia sedang menafsir.

   ? Hhh! terdengar orang itu mendengus.

   Kemudian katanya, ? He ! Bangun? Bangun! ? Buntar Watangan pura-pura terkejut.

   Sambil tertawa orang itu berkata ? Jangan takut! Jangan takut! Aku tidak akan merampokmu.

   ? ? Ah, Kisanak mengejutkan aku ? kata Buntar Watangan.

   ? Maafkan kalau aku mengganggumu.

   ? ? Tetapi apa maksud kisanak?? ? Tidak apa2 ? jawab orang itu sambil mengangkat pundaknya ? Sekali lagi maafkan kalau aku mengganggumu.

   ? ? Bahkan aku mengucap terima kasih karena kisanak telah membangunkan aku ? jawab Buntar Watangan ber-pura-pura.

   ? Apakah semalam kisanak tidak tidur?? ? Ya.

   Bahkan dua malam? ? Pantas ? kata orang itu ? pantas kalau ditempat seperti ini kisanak bisa tidur nyenyak.

   ? Buntar Watangan mulai menduga-duga, apa maksud orang itu yang sebenarnya.

   Orang itu mengucapkan kata-katanya dengan sopan, tetapi Buntar Watangan itupun segera dapat mengenal pula, bahwa kesopanannya itu hanya di-buat2.

   ? Hmmm.

   Kuda kisanak bagus ? katanya pula.

   Buntar Watangan mengerutkan alisnya.

   Kemudian kata orang itu selanjutnya ? Dari mana kisanak mendapatkan kuda itu? ? ? Kuda itu adalah pemberian dari ayahku.

   ? ? Apakah ayah kisanak seorang yang kaya raya? ? Sebenarnya Buntar Watangan sudah mulai muak mendengar pertanyaan orang itu.

   Namun ia menjadi bingung pula untuk menjawab.

   Karena itu ia hanya menjawab sekenanya.

   ? Ya.

   Tapi tidak terlalu kaya.

   ? ? Orang itu tersenyum dibuat buat ? Tetapi kuda yang bagus itu sangat tidak cocok dengan pakaian kisanak.? Buntar Watangan terkejut.

   Meskipun tidak dengan secara terang- terangan namun Buntar Watangan telah dapat menebak, bahwa orang itu menuduhnya kuda hitam itu hanya kuda curian.

   Sebab pakaian yang dipakai oleh Buntar Watangan memang kelihatan kusut.

   Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tetapi itu memang disengaja.

   Sebagai seorang petugas sandi ia memang memerlukan pakaian semacam itu untuk menyamar.9 Karena Buntar Watangan tidak menjawab, maka orang itu kembali berkata pula.

   ? Aku rasa kuda itu sangat cocok kalau aku pakai.

   Karena itu bagaimana kalau aku beli saja? ? ? Maaf kisanak.

   Akupun sayang dengan kuda itu.

   Apa lagi aku sendiri memerlukan kuda itu untuk pergi ketempat yang jauh.

   Maka adalah sangat tidak bijaksana apabila aku terpaksa harus menjual kuda itu.? ? Kalau aku tukar dengan kudaku itu dan aku tambahi dengan uang bagaimana?? ? Maaf kisanak ? kata Buntar Watangan sekali lagi ? Dengan sangat menyesal aku terpaksa tidak dapat melepaskan kuda itu.

   Sebab aku sudah terlanjur sayang kepadanya.? ? Aku tertarik dengan kudamu itu dan akupun telah berusaha menempuh jalan yang sebaik-baiknya, tetapi kisanak tetap berkeras kepala.

   Karena itu bagaimana kalau aku terpaksa mempergunakan kekerasan?? Sengaja Buntar Watangan tidak menjawab.

   Dibiarkannya orang itu berlagak sekehendaknya.

   Namun iapun mulai ber-siap2 pula.

   ? Bagaimana? ! ? kata orang itu memberi tekanan pada ucapannya ? Apakah kisanak menghendaki aku mempergunakan kekerasan? !? Dalam pada iru, dalam benak kepala Buntar Watangan mendadak timbul sebuah pikiran ? Bagus! ? katanya dalam hati sambil tersenyum.

   Orang itu mendesis.

   ? Jawablah pertanyaanku itu?!? ? Aku sudah menjawab.? ? Bahwa kisanak tetap tidak mau melepaskan kuda itu?? Buntar Watangan mengangguk.

   Orang itu maju selangkah dan bermaksud hendak menyangkau baju leher Buntar Watangan.

   Namun sebelum tangan orang itu sampai kearah sasarannya, terlebih dahulu Buntar Watangan telah berhasil mencabut belatinya terus dilekatkan kelambung orang itu.

   ? Oh! ? orang itu terkejut.

   Sama sekali ia tidak melihat bagaimna Buntar Watangan menggerakkan tangannya, namun tahu tahu sebilah belati telah mengancam.

   ? Jangan bergerak! ? bentak Buntar Watangan ? sekarang akulah yang berganti memaksamu.

   ? Orang itu menjadi ketakutan.

   Namun tampaklah ia berusaha menguasai perasaannya.

   ? Dengan benda itu jangan coba-coba kisanak menggertak aku.

   ? Tapi benda ini benar-benar dapat melobangi lambung kisanak.

   ? ? Namun dengan demikian menunjukkan bahwa kisanak bukanlah seorang laki2 sejati.

   ? ? Aku tidak mengerti maksud kisanak? ? ? Sarungkan senjatamu itu.

   Mari kita bertempur dengan secara10 jantan.

   ? Buntar Watangan berpikir sesaat.

   Kemudian belatinya itupun segera disarungkannya kembali.

   ? Bagus! ? dengus orang itu ? Mari kita bertempur dengan tanpa senjata.

   ? Buntar Watangan tidak menjawab.

   Namun dalam hatinya ia berkata .

   ? Orang ini dapat aku pergunakan untuk melaksanakan rencanaku.

   Karena itu aku harus berhasil menundukkannya supaya orang ini mau menurut.? Dengan pikiran itu Buntar Watangan segera mengangkat batu sebesar kepala.

   ? Untuk apa batu itu? ? tanya orang itu.

   ? Bayangkanlah kalau batu ini mengenai kepalamu ? jawab buntar Watangan.

   Rupa-rupanya orang itu tidak mengerti maksud Buntar Watangan.

   Namun Buntar Watangan itupun tidak mau menunggu terlalu lama.

   Maka batu itu segcra dilemparkan keatas.

   Dan ketika batu itu dengan derasnya meluncur kebawah, cepat Buntar Watangan melancarkan pukulannya kearah batu itu hingga pecah ber-keping2.

   Melihat hasil pukulan Buntar Watangan, orang itu menjadi terkejut bukan alang kepalang.

   Sehingga tanpa disadarinya ia bergumam.

   ? Dahsyat! ? Apa lagi ketika ia membayangkan andaikata tangan Buntar Watangan itu menggempur kepalanya, maka kepalanya itupun pasti akan pecah seperti batu itu pula.

   Karena itu mendadak saja wajahnya menjadi pucat dan tubuhnya menjadi gemetar.

   ? Bagaimana? ? tanya Buntar Watangan ? Apakah kau masih menantang aku? ? ? Oh.

   Tidak tidak.

   Ma'afkan aku ? jawab orang itu tergagap gagap.

   Buntar Watangan tersenyum.

   Kini ia yakin, bahwa orang itu telah berada didalam pengaruhnya.

   Maka iapun segera berkata .

   ? Sekarang kau tinggal memilih.

   Mau mematuhi setiap perintahku atau aku terpaksa harus memukul kepalamu seperti batu itu.

   ? Aku ..aku .

   mau mematuhi perintah kisanak ? kata orang itu dengan tubuh gemetar.

   ? Dapatkah omonganmu itu dipercaya ? ? ?Ya .

   Ya dapat.

   Tetapi ..

   ? Tetapi, apa? ? ? Bolehkah aku mengetahui nama kisanak? ? Maka untuk menjaga agar orang itu tidak menaruh dugaan yang bukan-bukan, lapun segera menyawab.

   ? Tentu.

   Namaku Buntar Watangan.

   ? Orang itu terkejut, namun masih beragu.

   ? Buntar Watangan11 perwira petugas sandi dari Mataram? ?tanya orang itu dengan suara tertahan.

   Buntar Watangan mengangguk.

   Seperti terkena pengaruh tenaga gaib, tiba-tiba orang itu merebahkan tubuhnya dan berkata dengan suara bergetar .

   ? Oh! Ampun, tuan.

   Ampunilah aku.

   Aku benar-benar tidak mengerti kalau tuan ini sebenarnya adalah tuan Buntar Watangan.? ? Jangan menyebut aku dengan panggilan tuan.

   Cukup dengan panggilan kisanak.

   Itu lebih baik.? ? Tetapi? ? orang itu masih beragu.

   ? Tidak apa-apa ? jawab Buntar Watangan ? Aku lebih senang dengan panggilan itu.? Orang itu mengangguk-angggukan kepalanya.

   Dan kembali pula Buntar Watangan berkata.

   ? Siapa namamu?? ? Jaka Pameling ? jawab orang itu menyebut namanya.

   ? Pameling ? kata Buntar Watangan selanjutnya ? Aku membutuhkan bantuanmu.? ? Bantuan apa kisanak?? ? Begini ? kata Buntar Watangan mulai membentangkan rencananya ? Hari ini aku mempunyai tugas untuk menyelidiki perkara pembunuhan didesa Kali Andong.

   Karena itu, untuk menyelidiki perkara itu, aku membutuhkan tenagamu untuk menggantikan aku.

   ? Jangan, kisanak.

   Jangan! Bagaimana mungkin aku bisa menyelidiki perkataan itu.

   Aku bukan seorang petugas sandi.

   ? ? Maksudku, bukan kau aku lepaskan scorang diri.

   Tetapi aku akan terus mengikutimu.

   Hanya kau mengaku bernama Buntar Watangan perwira petugas sandi dari Mataram.

   Sedang aku akan mempergunakan namamu dan akan menjadi pembantumu.

   ? ? Tetapi bagaimana kalau mereka tidak percaya bahwa akulah yang bernama Buntar Watangan? ? ? Mereka pasti percaya, sebab mereka belum pernah melihat aku.

   Kecuali itu, kau harus merubah sikapmu yang sombong.

   Jangan banyak mengobral mulut.

   Taatilah setiap perintahku.

   ? ? Baiklah.

   Tetapi bukankah aku nanti tidak harus berhadapan dengan seorang gadis? ? ?.Kalau berhadapan mengapa? ? Aku .

   aku akan gemetar, kisanak.

   ? Buntar Watangan tertawa ? Apanya yang gemetar? ? ? Benar, kisanak ? jawab Jaka Pameling ber-sungguh2 ? Aku takut .

   malu kalau berhadapan dengan gadis2? ? Bohong! ? ? Betul, kisanak.

   Selama hidupku aku belum pernah bergaul dengan seorang gadis.

   Itulah sebabnya mengapa di desaku aku mendapat julukan Jaka Banci.

   ?12 ? Mengapa kau takut dengan gadis gadis.

   Apa sebabnya? ? ? Karena semenjak kecil didesaku gadis-gadis selalu mengejekku.

   Sijuling, Sipenjol dan lain lain lagi.

   Itulah sebabnya aku malu bergaul dengan mereka.

   Buntar Watangan mengangguk-anggukkan kepalanya.

   Iapun dapat memaklumi pula.

   Bahwa karena pengalamannya, orang itu dihinggapi oleh perasaan rendah diri.

   Namun Buntar Watangan itupun bertanya pula ? Apakah seterusnya kau akan bersikap demikian? ? ? Ya Ya .

   Karena mereka hanya menganggap aku sebagai permainannya.

   ? ? Mudah-mudahan tidak.

   Tetapi seandainya kau terpaksa harus berhadapan dengan seorang gadis, maka kalau kau menolak ataupun lari, kau akan kubunuh.

   ? Wajah Jaka Pameling menjadi pucat.

   Namun ia tidak berani membantah sepatah katapun.

   Kemudian kata Buntar Watangan selanjutnya ? Nama2 dalam peristiwa pembunuhan ini harus kau ingat ingat.

   Orang yang terbunuh bernama Jaya Kimpul, dan tertuduh adalah Jaga Reksa.

   ? Jaka Pameling menengadahkan wajahnya.

   Mulutnya komat-kamit menghafal nama-nama itu.

   Sementara itu, dirumahnya, Nyai Jaga Reksa, Suwarsih dan seorang pembantunya yang bernama Saniyem mulai kelihatan sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan petugas sandi dari Mataram itu.

   Didapur, Nyai Jaga Reksa sedang memasak.

   Pada sore itu ia sengaja menyembelih 3 ekor ayam yang gemuk-gemuk.

   Sedang didalam biliknya Suwarsih yang terus didorong oleh ibunya akhirnya menyerah juga.

   Kini dalam benak kepala gadis itu mulai timbul harapan dan angan- angan.

   Dibayangkannya perawakan serta wajah Buntar Watangan seperti apa yang telah diceriterakan oleh ibunya.

   Sehingga tanpa disadarinya ia berkata seorang diri.

   ? Alangkah senang hatiku kalau aku berhasil memikat petugas sandi itu.

   ? ? Tetapi? .

   Apakah aku akan berhasil memikatnya? ? Namun kemudian, keragu-raguannya itu dibantahnya sendiri.

   Aku harus berhasil dan aku pasti berhasil.

   ? Suwarsih menghela nafas dalam-dalam.

   Dengan tanpa disadarinya ia tersenyum seorang diri.

   Dikenakannya pakaiannya yang menurut anggapannya paling bagus, kemudian ia bercermin.

   ? Apakah dengan baju biru muda dan kain lurik merah ini aku kelihatan lebih menarik? ? ? Ah, tidak.

   Aku pasti lebih menarik dengan baju merah muda? ? bantahnya sendiri.

   Kemudian diambilnya baju merah muda, dan baju itupun segera dikenakannya.

   
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Namun setelah ia bercermin, ia masih merasa kurang puas13 dengan baju itu, maka diambilnya pula baju yang lain.

   Dalam pada itu masuklah Saniyem.

   ? Yem.

   Bagaimana menurut pendapatmu.

   Dengan pakaian ini aku kelihatan lebih menarik apa tidak? ? ? Oh, tentu.

   ? jawab Saniyem ? Tetapi aku rasa akan kelihatan lebih cantik dengan baju merah muda itu.

   ? ? Apakah tidak lebih baik yang hijau muda itu? ? Itupun juga baik.

   Tetapi kainnya harus hijau pula.

   ? Sesaat Suwarsih berpikir.

   Namun akhirnya ia berganti pula dengan pakaian yang disarankan oleh Saniyem itu.

   Terdengar diluar ibunya bertanya ? Apakah kau belum selesai berpakaian, Sih? ? ? Belum, bu.

   Sebentar lagi.

   ? jawab Suwarsih.

   Ibunya itupun kemudian menjenguk .

   ? Mengapa terlalu lama, Sih.

   Ini sudah sore.

   Mungkin sebentar lagi tamu kita datang.

   ? ? Ah, ibu ini membuat aku gugup, ? kata Suwarsih sambil berpaling ? Bagaimana bu, aku dengan pakaian ini?? ? Ya, cantik.

   Tetapi mengapa kau tidak memakai kain merah dan baju merah muda itu saja.

   Aku rasa dengan warna merah muda itu kau akan kelihatan lebih cantik.

   ? Suwarsih mengeluh.

   Tadi ibu menyuruh supaya aku lebih cepat lagi.

   Sekarang ihu menyarankan supaya aku memakai baju merah muda.

   Ah, bagaimana ibu ini? ? Nyai Jaga Reksa mengerutkan alisnya.

   Sambil melangkah meninggalkan bilik itu, terdengar ia berkata.

   ?terserahlah Sih.

   Dengan pakaian itupun kau sudah kelihatan lebih cantik ? Namun Suwarsih itupun menjadi tidak puas dengan kain hijau dan baju hijau muda yang dipakainya, maka dengan bantuan Saniyem iapun segera berganti pula dengan kain merah dan baju merah muda yang disarankan oleh ibunya itu, dan kemudian bercermin.

   Setelah itu barulah ia berhias dan menyisir rambutnya.

   ? Bagaimana menurut pendapatmu, Yem? ? bertanya Suwarsih kepada Saniyem setelah selesai berhias.

   ? Sungguh cantik ? sanjung Saniyem ? Aku yakin, begitu melihat, petugas sandi yang bernama Raden Blintar Watangan itu pasti akan segera jatuh hati.

   ? Sekali lagi Suwarsih tersenyum.

   Ia merasa bangga mendengar sanjungan Saniyem itu.

   Suwarsih adalah anak tunggal.

   Semenjak kecil ia sangat dimanjakan oleh ayah dan ibunya.

   Oleh sebab itu keinginan Suwarsih itupun selalu ingin melebihi teman2 sedesanya.

   Dengan demikian, ketika ia mendapat dorongan dari ibunya untuk memikat Buntar Watangan meskipun mula mula ia merasa malu, namun akhirnya bergembira juga.

   Ia berharap bahwa keinginannya itu pasti akan berhasil.

   Dibayangkannya14 setelah kelak ia menjadi isteri seorang perwira sandi yang disegani.

   Dan dibayangkannya pula setiap orang akan menghormat kepadanya .

   Hmmm.

   Suwarsih Buntar Watangan seorang perwira petugas sandi yang tenar.

   ? dan masih banyak lagi yang semuanya itu pada pokoknya akan mengaguminya.

   Namun tiba-tiba ia menjadi gelisah ketika terpikir olehnya bagaimana caranya untuk memikat Buntar Watangan itu.

   Sebab selamanya ia belum pernah merayu seorang lelaki.

   Sebenarnya dari ibunya telah mendapat petunjuk-petunjuk seperlunya.

   Tetapi jika dipikirkannya kembali ia merasa kurang puas dengan cara-cara yang telah diberikan oleh ibunya itu.

   Maka kemudian Suwarsih segera bertanya kepada Saniyem.

   ? Bagaimana ketika kau bertemu dengan calon suamimu Yem? ? Suami jarg keberapa? ? ? Sudah berapa kali kau bersuami?? ? Empat kali? Den Rara? ? Empat kali? ? ulang Suwarsih terkejut.

   ? Ya.Empat kali.

   Yang pertama dengan seorang pedagang kaya, tetapi aku hanya menjadi isterinya yang ketujuh.

   Karena itu, ketika ada seorang pemuda tampan yang menggoda aku.

   Maka karena kerap kali aku kesepian, akhirnya aku jatuh hati kepada pemuda itu.

   ? ? Dan kemudian kau menjadi isterinya pemuda tampan itu?? ? Ya.

   Setelah aku dicerai oleh suamiku yang pertama.

   ? ? Kalau begitu kau pasti merasa bahagia dengan suamimu pemuda tampan itu?? ? Tidak ? jawab Saniyem.

   ? Mengapa?? ? Sebab ternyata pemuda itu tidak dapat apa apa, kecuali jual tampan dan berjudi.

   Dengan demikian bahkan aku menjadi semakin menderita.

   Apa lagi setelah aku tahu bahwa pemuda itu mempunyai hubungan pula dengan perempuan-perempuan isteri orang-orang kaya yang kesepian,maka tidak lama kemudian aku segera minta cerai kepadanya.

   ? Dan yang ketiga? ? ? Yang ketiga suamiku adalah seorang perampok.

   Karena kenudian ia tertangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup, maka terpaksalah aku minta cerai.

   Sedang yang keempat, suamiku adalah seorang petani.

   Meskipun ia tidak kaya, tetapi ia sangat cinta kepadaku.

   Tetapi sayang ..

   ? Mengapa?? ? Tiga bulan setelah menjadi suamiku, orang itu meninggal.? ? Karena kecelakaan? tanya Suwarsih.? ? Tidak.

   Karena umurnya memang sudah tua.

   Pantas kalau menjadi kakekku.?15 Sudah berapa lama kau menjadi janda?? ? Sudah hampir enam bulan ini.? Memikirkan nasib Saniyem itu, Suwarsih menjadi bersedih.

   Namun pikirannya itu segera dibantahnya pula.

   Sebab menurut keterangan ayah serta ibunya, bahwa Buntar Watangan belum beristeri.

   ? Yem.

   kau telah berpengalaman ? tanya Suwarsih ? Bagaimana cara yang sebaik-baiknya untuk memikat seorang lelaki?? ? Mudah ? jawab Saniyem ? Apa lagi Den Rara mempunyai bekal rupa yang cantik.

   Cuma yang harus diperhatikan Den Rara harus lebih luwes.

   Buatlah supaya laki-laki itu sekali pandang terus bagaimana?? ? Maksudmu?? ? Ya terus tergila-gila dan bertekuk lutut.? ? Tapi cara bagaimana?.

   ? Caranya mesti harus anu.

   ? ? Anu bagaimana? ? Ya, anu ? kemudian Saniyem itupun segera berbisik ketelinga Suwarsih.? ? Ah, mengapa mesti harus begitu?? ? Ya, memang begitulah caranya.

   Itulah yang disenangi oleh setiap lelaki.

   Karena itu, sebaiknya Den Rara harus memakai kemben saja.? Suwarsih tersenyum.

   Ia menjadi geli mendengar keterangan Saniyem itu.

   Namun karena ia telah bertekat untuk memikat Buntar Watangan, maka meskipun bagaimana caranya, ia tetap akan melaksanakan keinginannya itu.

   B A G I A N II KETIKA SUWARSIH sedang menganyam angan2-nya, tiba-tiba sayup sayup didengarnya derap kuda2 mendatang.

   ? Mungkin mereka telah datang ? gumam Suwarsih.

   ? Ya.

   Aku rasa demikian ? sahut Saniyem.

   Ternyata didapur, ibunya itupun mendengar derap kuda itu pula.

   Maka bergegas gegas ia segera menengok kebilik Suwarsih.

   ? Apakah kau sudah selesai? ? ? Ya, ibu.

   Aku sudah selesai ? jawab Suwarsih.

   Tidak lama kemudian, derap kuda itupun semakin jelas terdengar.

   Dan setelah ternyata derap kuda kuda itu berhenti dihalaman depan, maka Nyai Jaga Reksa segera berkata pada Suwarsih.

   ? Nah, itulah mereka telah datang.

   Sambutlah mereka seperti apa yang telah aku pesankan.

   Jangan sampai gagal.

   ? Suwarsih mengangguk.

   Namun jantungnya menjadi ber-debar- debar.

   Cemas, gelisah, gembira, malu, ragu-ragu ber dentang-dentang16 memukul dadanya.

   Sehingga karena itu maka ibunya berkata pula.

   ? Jangan gugup.

   Tenangkan hatimu.

   Tersenyumlah.

   ltulah syarat utama untuk memikat hati laki2.

   ? Ternyata dugaan mereka itu adalah benar belaka.

   Setelah bertanya-tanya, akhirnya Buntar Watangan dan Jaka Pameling itupun sampai pula ketempat yang dituju.

   Buntar Watangan segera turun dari kudanya, kemudian diikuti oleh Jaka Pameling.

   ? Ketuk pintu itu! ? perintah Buntar Watangan kepada Jaka Pameling ? Jangan lupa apa yang telah aku pesankan.

   Kau adalah Buntar Watangan dan aku adalah Jaka Pameling, pembantumu! Kau ingat itu semua?! ? ? Ya.

   ? jawab Jaka Pameling sambil mengangguk, kemudian melangkah kearah pintu.

   Diketuknya pintu itu keras keras.

   Sekali, dua kali dan tiga kali.

   Suwarsih yang telah berada dibelakang pintu itupun belum juga mau membuka kancingnya.

   Ia masih gelisah.

   Karena ia berusaha menenangkan perasaannya.

   Dihelanya nafasnya dalam-dalam, namun ia masih tampak gugup pula.

   Jaka Pameling yang berada diluar menjadi semakin jengkel.

   Karena belum juga dibukakan maka diketuknya pintu itu semakin keras.

   ? Siapa itu? ? terdengar suara merdu menyapa dari dalam.

   Mendengar suara perempuan, Jaka Pameling menjadi terkejut dan mendadak wajahnya menjadi pucat.

   Namun ketika ia menoleh dan dengan geramnya Buntar Watangan memandang kearahnya.

   Maka dengan suara yang di-besar2kan meniru suara Buntar Watangan ia menjawab juga.

   ? Aku Buntar Watangan, perwira petugas sandi Mataram ? Pintu itupun segera dibukanya, kemudian tampaklah Suwarsih melempar senyum kepada Jaka Pameling.

   Sedang Jaka Pameling menjadi gemetar setelah diketahuinya bahwa yang berada dihadapannya adalah seorang gadis cantik.

   Tetapi karena ia takut dengan Buntar Watangan, maka terpaksa ia berusaha menguasai perasaannya.

   ? Mari silahkan masuk, tuan ? kata Suwarsih sambil membungkuk.

   Dengan demikian lekuk dada Suwarsih yang montok itu tampak dengan jelas.

   Sehingga karenanya Jaka Pameling menghela nafas dalam dalam.

   Sama sekali ia menjadi lupa apa yang harus dilakukan.

   Baru kemudian setelah Buntar Watangan menggamitnya, dengan langkah yang berat Jaka Patneling segera masuk.

   Setelah dipersilahkan duduk, Buntar Watangan segera memberi isyarat kepada Jaka Pameling.

   Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Namun Jaka Pameling itu diam saja.

   Rupa rupanya ia menjadi lupa dengan apa yang telah dipesankan oleh Buntar Watangan.

   Oleh karena itu, maka Buntar Watangan terpaksa beringsut kemudian berbisik ketelinga Jaka Pameling.

   ? Tanyakan, apakah disini17 rumah Jaga Reksa dan dimana orang itu sekarang? ? Kemudian, Jaka Pameling itupun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Buntar Watangan.

   ? Benarkah disini rumah Jaga Reksa? ? ? Benar, tuan ? jawab Suwarsih.

   ? Dimana ia sekarang? ? ? Ayah sedang bepergian, tuan.

   ? ? Kemana? dan kapan kembali? ? ? Entah, kami tidak tahu.

   Mungkin nanti malam, atau mungkin pula besuk pagi.

   ? jawab Suwarsih sambil sekali melempar senyumnya dan mengerling dengan matanya yang bening berseri.

   Jaka Pameling menjadi bingung.

   Ia menjadi tidak tahu bagaimana ia harus bertanya selanjutnya.

   Karena itu, Buntar Watangan yang berada dibelakang Jaka Pameling segera menyahut.

   Tuan ini serta aku adalah petugas dari Mataram yang mendapat wewenang untuk mengusut perkara pembunuhan Jaya Kimpul.

   Sedang menurut laporan yang aku terima, yang membunuh Jaya Kimpul itu adalah Jaga Reksa.

   Maka sebaiknya kau katakan saja dimana sekarang ayahmu berada.

   ? Suwarsih tidak segera menjawab.

   Semenjak ia memperhatikan wajah buntar Watangan ia mendapat kesan lain.

   Apalagi setelah ia mendengar suaranya yang berat penuh perbawa dan pandangan matanya yang menggetarkan, kemudian ia segera memperbandingkan dengan Jaka Pameling yang dianggapnya Buntar Watangan.

   Alangkah jauh bedanya antara kedua orang itu.

   Namun karena ia telah terpengaruh oleh kebesaran nama Buntar Watangan, maka meskipun orang yang mengaku bernama Buntar Watangan itu Jaka Pameling, sedang orang yang mengajak bicara kini adalah Buntar Watangan yang sebenarnya.

   Tetapi ia berusaha menekan getar perasaannya.

   ? Ah.

   apa peduliku dengan orang ini ? kata Suwarsih dalam hati.

   Orang ini hanya pembantunya.

   Meskipun ia lebih menarik, tetapi kedudukanlah yang menentukan.

   ? ? Dengan pikiran itu ia segera menjawab, namun jawabannya itu ditujukan kepada Jaka Pameling .

   ? Sudah aku katakan tadi tuan, aku tidak tahu kemana ayah pergi.

   Tetapi dalam perkara ini, sebenarnya bukan ayah yang membunuh Jaya Kimpul.

   ? ? Apakah kau tahu siapakah sebenarnya yang membunuh Jaya Kimpul itu? ? bertanya Buntar Watangan pula.

   ? Sayang, tuan.

   Aku tidak tahu.

   ? jawaban Suwarsih itu masih tetap terarah kepada Jaka Pameling.

   ? Tetapi bagaimana kau bisa mengatakan kalau bukan ayahmu yang membunuh Jaya Kimpul.

   ? ? Ketika ayah datang kerumah Jaya Kimpul, tiba-tiba ayah dipukul orang dari belakang.

   Tetapi setelah ayah sadar, kemudian dilihatnya Jaya18 Kimpul telah menggeletak dihadapannya.

   ? ? Dan keris yang dipergunakan untuk membunuh Jaya Kimpul itu adalah keris ayahmu dan keterangan itu aku peroleh dari ayahmu pula.

   Bukankah begitu? ? Mendengar pertanyaan itu Suwarsih terpaksa mengangguk juga.

   Namun ia masih berusaha membantah ? Tetapi keterangan ayah itu adalah benar.

   Sebab selamanya ayah tidak pernah berdusta.

   Karena itu tuan jangan terlalu gegabah dan menetapkan bahwa ayahlah yang membunuh Jaya Kimpul.

   Buntar Watangan tersenyum .

   ? Itu adalah sudah menjadi kuwajiban seorang anak untuk membela ayahnya.

   Tetapi hukum menghendaki bukti-bukti.

   Bukan hanya jawaban yang datang secara sepihak.

   ? Suwarsih menundukkan wajahnya.

   Ia menjadi tidak senang mendengar perkataan itu.

   Maka dalam hatinya ia berharap, agar Jaka Pameling yang disangkanya Buntar Watiangan itu memberi pengaruh kepada pembantunya.

   Setelah berpikir sesaat, kembali Suwarsih mengangkat wajahnya.

   Ditatapnya Jaka Pameling dengan pandangan meminta.

   Kemudian katanya.

   ? Tuan.

   Bukankah tuan adalah orang yang pertama-tama yang mempunyai wewenang untuk mengusut perkara pembunuhan ini? ? Jaka Pameling tidak segera menjawab.

   Terlebih dahulu ia melirik kearah Buntar Watangan.

   Baru kemudian setelah Buntar Watangan memberi isyarat agar Jaka Pameiing mengangguk, maka mengangguklah ia.

   ? Karena itu ? kata Suwarsih selanjutnya ? kami berharap agar tuan bertindak bijaksana.

   Usutlah perkara ini terlebih dahulu sehingga pembunuh yang sebenarnya tertangkap.

   ? Ya.

   ltu memang sudah menjadi kuwajiban kami, sahut Buntar Watangan ? Tetapi untuk mengusut perkara itu, dengan sendirinya tuan ini membutuhkan keterangan langsung dari ayahmu.

   ? ? Tetapi apakah untuk keperluan pemeriksaan itu, tuan tidak akan menahan ayahku? ? ? Semuanya tinggal tergantung bagaimana hasil pemeriksaannya nanti.

   Kalau sekiranya ayahmu tidak bersalah, mengapa harus ditahan ? ? ? Tetapi banyak pula petugas kerajaan yang bertindak ceroboh.

   Mempergunakan kekuasaannya dengan secara sewenang-wenang.

   Main paksa dan main tahan.

   Dengan tanpa melihat apakah laporan itu hanya fitnahan ataukah laporan yang disampaikan dengan secara jujur.

   Apa lagi kalau petugas itu mempunyai pamrih.

   Menahan seseorang hanya karena untuk mencari uang tebusan atau karena perasaan balas dendam.

   Dengan demikian, hukum itu sendiri yang harus mereka junjung tinggi, telah diinjak-injak dan dinodai oleh orang2 yang sama sekali tidak19 bertanggung jawab.

   Itulah yang membuat aku kawatir.

   Dan aku kira bukan hanya aku sendiri, tetapi seluruh rakyat Mataram inipun pasti dihinggapi oleh perasaan semacam itu pula.

   Buntar Watangan mengangguk-anggukkan kepalanya.

   Dalam hatinya ia mengakui kebenaran ucapan itu Suwarsih itu.

   Sebab kerap kali pula terjadi, seorang penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum diatas kebenaran, namun bahkan mempergunakan wewenang yang ada padanya untuk menakut-nakuti dan memeras rakyat yang seharusnya mereka bimbing.

   Ini yang tidak disenangi oleh Buntar Watangan.

   Karena dengan demikian, perbuatan orang-orang yang tidak ber-tanggung jawab itu akan mengotori nama petugas2 lainnya yang selalu bertindak jujur dan benar2 mengabdikan dirinya untuk kepentingan negara.

   Maka untuk tidak menimbulkan kekawatiran pada Suwarsih, Buntar Watangan itupun segera menjelaskan.

   ? Adanya hukum bukan sekali sekali untuk membuat rakyat gelisah.

   Tetapi bahkan sebaliknya.

   Sebab tujuan hukum adalah untuk melindungi hak2 dan kebenaran dari setiap kejahatan dan pelanggaran.

   Maka adalah sangat bertentangan sekali apabila seorang petugas penegak hukum akan menyeleweng dari ketentuan dan tujuan hukum itu sendiri.

   ? ? Terima kasih ? jawab Suwarsih kepada Buntar Watangan ? Ternyata tuanpun bijaksana pula ? kemudian kepada Jaka Pameling ? Nama tuan telah kami kenal baik.

   Tuan adalah seorang penegak hukum yang jujur bijaksana.20 Maka adalah tidak mengherankan apabila pembantu tuan inipun dapat pula berpikir seperti tuan.? ? Jaka Pameling hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

   Sedang Buntar Watangan tersenyum geli.

   Scbagai seorang petugas sandi ia telah mengenal siasat yang bagaimanapun juga.

   Sudah terang Suwarsih mengucapkan kata-kata sanjungan dengan tujuan tertentu.

   Namun Buntar Watangan tidak mau tergelincir oleh kata itu, bahkan ia menjadi semakin curiga terhadap Suwarsih.

   ? Tapi dimana sekarang ayahmu? ? tanya Buntar Watangan kemudian.

   ? Aku tidak tahu, tuan.

   Tetapi nanti malam atau besuk pagi pasti datang.?21 ? Kalau tidak bagaimana? ? ? Aku sebagai gantinya.

   Aku bersedia tuan hukum? ? Tetapi kau tidak bersalah.

   Apakah aku harus menghukum orang yang sama sekali tidak tahu apa2? ? ? Ayahpun juga tidak hersalah ? kata Suwarsih.

   ? Aku hanya dapat mengatakan bahwa ayahmu tidak bersalah setelah aku mengadakan pemeriksaan terhadap ayahmu sendiri.? Sementara itu hidangan mulai mengalir.

   Suwarsih sengaja mempergunakan dirinya untuk membuat Jaka Pameling yang disangkanya Buntar Watangan itu lupa daratan.

   Dan sebenarnya siasat Suwarsih itupun berhasil juga.

   Jaka Pameling yang selama ini merasa rendah diri terhadap gadis gadis, kini mulai tumbuh keberaniannya.

   Sehingga sama sekali ia tidak menyadari, bahwa sikap Suwarsih yang demikian itu bukan ditujukan kepada diri prihadi Jaka Pameling, tetapi hanya se-mata2 karena Jaka Pameling mempergunakan nama Buntar Watangan.

   Ternyata yang menjadi pening itupun bukan hanya Jaka Pameling.

   Namun Buntar Watangan sendiri juga demikian.

   Betapapun tidak.

   Ia adalah lelaki sebagaimana wajarnya laki2 yang lain.

   Sedang kini dihadapannya dipertontonkan suatu pemandangan yang membuat kepalanya berdenyut.

   ? Hmmm ..

   Gila! ? geram Buntar Warangan dalam hati.

   Kalau ia tidak mengingat tugasnyaa gadis pasti telah diterkamnya hingga lumat.

   Senjapun kini telah menjadi semakin gelap.

   Seperti gelapnya hati yang terbakar oleh njalanya gairah yang semakin memuncak.

   Sehingga tanpa disadarinya sang waktu terus merangkak bersama merayapnya purnama yang menjadi semakin tinggi.

   Dalam pada itu Nyai Jaga Reksa keluar menghampiri Suwarsih.

   ? Warsih ? kata ibunya dengan disertai gerak isyarat ? Aku rasa tetamu kita ini sudah terlalu lama duduk.

   Tentunya sudah capai.

   Bukankah begitu tuan2?? ? Ah, tidak ibu ? sahut Jaka Pameling ? Aku merasa kerasan berada ditempat ini.

   ? ? Syukur kalau demikian ? jawab Nyai Jaga Reksa dengan disertai senyum yang terasa benar sampai kedasar hatinya.

   Karena ia merasa gembira, bahwa orang yang disangkanya Buntar Watangan itu telah benar2 terpikat oleh Suwarsih.

   Kemudian kata selanjutnya ? Meskipun demikian, adalah tidak bijaksana apabila Suwarsih tidak mempersilahkan tuan2 untuk beristirahat.? ? Oh! Ya, ibu.

   Aku lupa ? jawab Suwarsih.

   Kemudian kepada Jaka Pameling ? Maafkan, tuan.

   Bukankah tuan suka memaafkan?? ? Tentu, tentu Warsih ? jawab Jaka Pameling ? Bukankah namamu Suwarsih?? ? Benar, tuan.

   Nama yang tidak enak diucapkan dan tidak sedap22 apabila didengar.

   Lebih2 bagi orang2 kota yang punya kedudukan tinggi seperti tuan ini.

   ? ? Ah, jangan terlalu merendah, Warsih.

   Bagiku namamu lebih indah dari pada segala.

   ? Suwarsih menggigit bibirnya.

   Sambil mengerling kearah Jaka Pameling, gadis itu melempar senyum.

   Senyum yang menggairahkan, senyum yang mendesak dan meregut hati laki2.

   Kemudian oleh Suwarsih, kedua tetamunya itu segera dipersilahkan beristirahat.

   Namun kamar yang disediakan bagi mereka, terpisah jauh antara yang satu dengan yang lain.

   Untuk Jaka Pameling yang disangkanya Buntar Watangan, disediakan kamar digandok depan.

   
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kamarnya kelihatan bersih dan teratur rapi.

   Sedang bagi Buntar Watangan sendiri disediakan kamar digandok belakang.

   Jaka Pameling diantar oleh Suwarsih sendiri, sedang Buntar Watangan diantar oleh ibunya.

   ? Ini kamar untuk tuan ? kata Suwarsih sambil membuka pintu dan mempersilahkan Jaka Pameling masuk.

   ? Oh, bagus benar kamar ini ? kata Jaka Pameling setelah berada didalam kamar itu.

   ? Ya, cuma beginilah keadaan didesa, tuan.

   Tentunya jauh berbeda apabila dibanding-bandingkan dengan keadaan didalam kota.

   Yang jauh lebih indah dan menarik, ? jawab Suwarsih sambil duduk ke-balai2 yang dialasi kasur yang empuk.

   Jaka Pameling diam terpaku.

   Ditatapnya Suwarsih tajam-tajam, dan terasa nafasnya mulai berkejaran.

   Suwarsih menundukkan wajahnya.

   Digigitnya bibirnya erat2.

   Namun lewat sudut matanya ia memandang kearah Jaka Pameling.

   Terdengar Jaka Pameling mendesah.

   Kemudian melangkah menutup pintu.

   Melihat perhuatan Jaka Pameling itu Suwarsih menjadi ketakutan.

   Namun untuk tidak mengecewakan orang yang sengaja hendak dipikatnya, maka sambil berdiri Suwarsih ber kata.

   ? Ah, mengapa tuan tutup pintu itu?? ? Supaya tidak terlalu dingin ? jawab Jaka Pameling sambil melangkah mendekati Suwarsih.

   ? Tapi aku takut, tuan.? ? Takut apa? ? Apa yang kau takuti? ? ? Sebab menurut keterangan ibu, didalam kamar ini kadang2 ada setannya.? ? Setan? ? tanya Jaka Pameling keheran-heranan.

   ? Ya, tuan.

   Didalam kamar ini kadang2 ada setannya.

   Setan gundul yang suka membuat onar.? ? Ah, kau ini bergurau Warsih? ? kata Jaka Pameling sambil menangkap pergelangan tangan Suwarsih.23 Tubuh Suwarsih menjadi gemetar.

   Apalagi ketika Jaka Pameling semakin merapat.

   Maka sambil berusaha melepaskan pelukan Jaka Pameling, Suwarsih berkata.

   ? Ah! Jangan, tuan! Jangan!? ? Tidak apa2, Warsih.

   Tidak apa2.

   Aku benar2 jatuh cinta kepadamu.? Suwarsih tidak dapat menjawab.

   Karena mendadak nafasnya terasa menjadi sesak.

   Namun ia masih dapat menguasai kesadarannya.

   Maka Jaka Pameling itupun segera didorongnya ? Nanti saja, tuan.Nanti malam.

   Aku tunggu tuan dihalaman sebelah.? Jaka Pameling menjadi kecewa.

   Namun ia tidak dapat berbuat apa apa.

   Dibiarkannya Suwarsih melangkah membuka pintu, kemudian pergi meninggalkan kamar itu.

   Malam menjadi semakin dalam.

   Dilangit, bulan purnama bersembunyi dibalik segumpal awan.

   Pelahan - lahan Buntar Watangan keluar dari kamarnya.

   Ia bermaksud menyelidiki keadaan disekitar rumah itu dengan secara diam2.

   Dan dengan pelahan-lahan pula ia melangkah menuju kehalaman sebelah.

   Ketika Buntar Watangan sampai ketempat itu, kemudian dilihatnya Jaka Pameling berjalan mondar mandir seorang diri sebentar2 mendesah.

   Se-olah2 orang itu sedang menjadi gelisah.

   Namun Buntar Watangan tidak mau mendekat.

   Bahkan kemudian ia bersembunyi diantara pohon pacar.

   Dibiarkannya Jaka Pameling sibuk dengan angan2nya.

   Sebab ia dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh anak muda itu.

   Dalam pada itu, dari dalam rumah tampaklah Suwarsih keluar mendekati Jaka Pameling.

   ? Aku sudah lama menunggumu, Warsih.

   Aku kira kau tidak menepati janji ? kata Jaka Pameling ? Ah, aku bukan seorang pendusta tuan.

   Bahkan aku takut kalau tuanlah yang tidak menepati janji ? jawab Suwarsih.

   Jaka Pameling tersenyum.

   Dan Suwarsih itupun tersenyum pula.

   Sesaat mereka saling berpandangan.

   Kemudian terdengar Jaka Pameling berkata .

   ? Pekerjaan menunggu ini memang paling berat.

   Apa lagi menunggu datangnya kekasih.

   Meskipun hanya sekejap namun rasanya bagai setahun.

   ? Apakah tuan sudah mempunyai seorang kekasih ?? ? Sudah.

   Kalau gadis itu mau aku minta menjadi kekasihku.

   ? Tapi entah, kalau gadis itu sudah menjadi milik orang lain.

   Sayang sungguh sayang .

   Aku lebih baik mati bunuh diri.

   ? ? Ah, mengapa demikian, tuan? Siapakah sebenarnya gadis itu ? ? ? Siapa lagi kalau bukan kau.

   Suwarsih.

   Gadis ayu yang telah merenggut hatiku.

   ? Suwarsih tersenyum.

   Kini terbayanglah dalam angan2-nya bahwa24 impiannya telah menjadi semakin nyata.

   Meskipun demikian namun ia masih berusaha menguasai perasaannya.

   Maka katanya kemudian.

   ? Dapatkah ucapan tuan itu aku percaya ? ? ? Mengapa tidak ? ? ? Tetapi aku takut kalau akhirnya tuan akan kecewa.

   Habis manis sepah dibuang.

   ? ? Mengapa kau berkata demikian, Warsih? Bahkan sebaliknya, akulah yang takut kalau akhirnya kaulah yang kecewa.

   ? ? Apakah ucapan tuan itu sudah tuan pikirkan masak2? Aku ini hanya seorang gadis desa tuan.

   Sedang tuan adalah seorang perwira kepercayaan Kanjeng Panembahan Senopati yang namanya sudah terkenal harus keseluruh penjuru Mataram.

   Apakah dengan demikian nama tuan tidak akan kusud karena memperisterikan seorang gadis desa seperti aku ini? ? Mendengar pertanyaan Suwarsih itu.

   Jaka Pameling menjadi bingung.

   Sebab ia sadar, bahwa yang menarik perhatian gadis itu sebenarnya adalah kedudukan dan nama Buntar Watangan.

   Namun kini ia sudah terlanjur jatuh cinta dengan gadis itu.

   Karena hanya gadis itulah yang pertama mau bersikap baik dan mau disentuhnya.

   Tetapi apabila kemudian Suwarsih mengetahui bahwa dirinya bukan Buntar Watangan, lalu bagaimana? Mungkinkah gadis itu akan melarikan diri dan me-maki2 seperti juga gadis yang lain? Membayangkan kejadian yang mungkin akan dialaminya itu Jaka Pameling menjadi ketakutan.

   Dan perasaan rendah diri yang telah lama mencengkam jiwanya mulai tumbuh kembali.

   Tetapi Suwarsih tidak mengerti apa yang sedang bergolak didalam dada Jaka Pameling.

   Bahkan ia menyangka bahwa pemuda pujaannya itu menjadi ragu2 karena ucapannya itu.

   Maka dengan demikian tiba2 Suwarsih menjadi bersedih, dan diantara isak tangisnya ia berkata.

   ? Aku sudah menyangka, bahwa tuan tidak ber-sungguh2.

   Aku memang tidak pantas menjadi kekasih tuan.

   ? ? Warsih.

   Mengapa kau beranggapan demikian.

   Aku ber-sungguh2.

   Warsih.

   Aku mencintaimu.

   ? Pe-lahan2 Warsih mengangkat wajahnya.

   Ditanyakan wajah Jaka Pameling dengan matanya yang masih ber-kaca2.

   ? Kalau tuan ber- sungguh2, maukah tuan bersumpah untuk tidak me-nyia2-kan aku? ? Aku bersumpah Warsih.

   Demi langit dan bumi.

   Kalau kelak aku me-nyia2-kan kau.

   matilah aku disambar petir.? ? Oh, .

   Alangkah bahagia hatiku ? gumam Suwarsih.

   Dan kini terbayanglah olehnya, jalan yang menuju ke-istana emas.

   Semna mata tertuju kearahnya, dengan perasaan iri dan kagum.

   Setiap orang akan mengelu-elu menyambut kedatangannya.

   Seperti menyambut seorang bidadari yang turun dari langit.

   Sehingga karena itu bahkan Suwarsih kembali menangis.

   Tetapi bukan menangis karena bersedih,25 namun menangis kerena merasa puas dengan hasil angan-angannya.

   Tetapi tidak demikian dengan Jaka Pameling.

   Ia membayangkan apabila esuk atau lusa rahasianya terbongkar.

   Maka dari pada kemudian gadis itu mencemoohnya, adalah lebih baik ia berkata secara ber-terus terang.

   Bahwa dirinya sebenarnya bukan Buntar Watangan, tetapi Jaka Pameling, orang yang sama sekali tidak berharga, meskipun ia mempunyai banyak peninggalan dari orang tuanya.

   Namun ketika ia hendak mengatakan maksudnya itu, terasa kerongkongannya bagaikan tersumbat.

   Sebab ia takut pula apabila Suwarsih tidak mempercayainya, atau bahkan sebaliknya.

   Karena sebenarnya ia memang takut kehilangan Suwarsih.

   Namun akhirnya iapun berkata pula.

   ? Warsih.

   Benarkah kau tidak akan menyesal meskipun sebenarnya aku bukan Jaka Pameling menjadi beragu, namun Suwarsih cepat menjahut .

   ? Sungguh, tuan.

   Aku tidak akan menyesal.

   Dan karena tuan telah bersumpah, maka akupun akan bersumpah pula.

   ? ? Jangan, Warsih.

   Kau tidak perlu bersumpah.

   ? ? Tidak, tuan.

   Aku harus bersumpah.

   Demi langit dan bumi, kalau kelak aku menyesal, maka matilah aku dengan secara hina.

   ? Buntar Watangan yang mendengar percakapan mereka itu tersenyum geli.

   Sebenarnya ia merasa kasihan pula terhadap Suwarsih.

   Demikian pula terhadap Jaka Pameling.

   Sebab pangkal peristiwa itu terletak pada dirinya.

   Namun semuanya telah terlanjur.

   Kecuali itu ia menaruh curiga pula terhadap Suwarsih.

   Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Bahwa perbuatan Suwarsih itu sengaja untuk mEnutupi kejahatan ayahnya.

   Karena menurut dugaannya, yang membunuh Jaya Kimpul tidak lain adalah Jaga Reksa.

   Ternyata yang mengintip pertemuan Suwarsih dengan Jaka Pameling itu bukan hanya Buntar Watangan sendtIi.

   Tetapi Nyai Jaga Reksa, Wahana dan Supalapun juga mengintip pula.

   Hanya mereka ber- beda2 tempatnya.

   Semula Nyai Jaga Reksa menjadi kawatir apabila Suwarsih tidak berhasil memikat Jaka Pameling yang disangkanya Buntar Watangan.

   Namun setelah ia mendengar mereka saling bersumpah, tiba-tiba ia mencucurkan air matanya karena gembira.

   Apabila ia tidak ingat bahwa pada saat itu ia sedang bersembunyi, pastilah ia telah berteriak karena gembira, supaya seluruh penduduk didesa itu semuanya dapat mendengar.

   Bahwa sebentar lagi ia akan mempunyai menantu seorang yang berkedudukan tinggi.

   Namun tidak demikian dengan Supala.

   Anak muda itu menjadi marah sekali.

   Sebab menurut pikirannya, apabila Buntar Watangan tidak datang, pastilah kelak Suwarsih menjadi miliknya.

   Namun akhirnya, ia menjadi marah terhadap Wahana.

   Karena Wahanalah yang mula mula menyarankan agar Suwarsih memikat Buntar Watangan.

   ? Hmmm ..

   ? Supala menggeram.

   Terdengar giginya gemeretak menahan luap kemarahannya ? Setan benar Wahana itu.

   ? katanya26 dalam hati ? Kalau bukan karena pokal Wahana pasti tidak akan terjadi peristiwa semacam ini.

   ? Kemudian timbul pula keinginannya untuk merebut Suwarsih dengan kekerasan.

   atau kalau Suwarsih menolak, maka gadis itu akan dibunuhnya sama sekali.

   Berbeda dengan Wahana yang pada saat itu mengintip pula dari sebelah pagar.

   Anak muda itu menjadi gembira karena keinginannya telah terlaksana.

   Dan seandainya Supala marah kepadanya, maka mudahlah baginya untuk menghalau orang itu, Sebab Jaga Reksapun pasti akan berpihak kepadanya.

   Meskipun pada saat itu Supala telah dicengkam oleh kemarahannya, namun ternyata anak muda itu masih dapat berpikir.

   Bahwa untuk menghadapi Jaka Pameling yang disangkanya Buntar Watangan dengan secara terang2-an.

   Pastilah ia tidak akan menang.

   Karena itu, setelah ia berpikir sesaat, dengan sangat berhati2 segera meninggalkan tempat persembunyiannya.

   Dan tidak lama kemudian, Supala telah kembali pula dengan membawa busur lengkap dengan anak panahnya.

   Dengan anak panah itu ia bermaksud hendak membunuh Buntar Watangan.

   Pada saat itu Jaka Pameling dan Suwarsib yang sedang asyik ber- cumbu2-an, sama sekali tidak menyangka bahwa Supala telah ber-siap2 untuk membunuhnya.

   Bulan itu sangat indah ? kata Suwarsih.

   ? Ya.

   Bulan itu memang indah ? sahut Jaka Pameling?Tetapi bagiku masih lebih indah wajahmu.

   Suwarsih mengerling.

   Ia merasa bangga mendengar sanjungan itu sehingga ketlka Jaka Pameling mendekapnya, sama sekali ia tidak melawan.

   Dibiarkannya laki laki pujaannya itu melampiaskan gelora perasaannya, sebab ia sendiri sedang tenggelam kedalam buaian asmara yang terasa semakin mendesak.

   Sementara itu, dari tempat persembunyiannya, pe-lahan2 Supala mulai merentang busurnya.

   Dibidikkannya ujung anak panah itu kearah leher Jaka Pameling.

   Agar sekali lepas mampuslah orang yang hendak merebut buah hatinya itu.

   Sesaat ia menahan nafas, jantungnya terasa berdentang semakin keras.

   Namun ketika ia benar benar telah siap untuk melepaskan anak panahnya, tiba2 dari belakang seseorang telah merebut anak panahnya.

   Supala menjadi terkejut.

   Ia bermaksud hendak melampiaskan kemarahannya terhadap orang yang berani merebut anak panahnya itu.

   Namun ketika ia berpaling, dan diketahuinya bahwa orang yang berada dibelakangnya adalah Jaga Reksa, mendadak saja tubuhnya menjadi gemetar.

   ? Supala ! Kau mau apa ? ? tanya Jaga Reksa.

   Supala tidak menjawab.

   Sama sekali ia tidak berani menatap27 pandangan Jaga Reksa.

   Namun dalam hatinya ia mengumpat.

   ? Setan ! Rupa2nya orang tua inipun minta dibunuh juga.

   Kata Jaga Reksa selanjutnya.

   ? Supala! Kembali ketempatmu! Jangan membuat hal2 yang merugikan.

   Atau aku terpaksa harus membunuhmu.

   ? Dengan tanpa menjawab, Supala beringsut bendak meninggalkan tempat itu.

   Tetapi dengan tidak diketahui arah datangnya, tiba2 dibelakang Jaga Reksa telah berdiri seseorang.

   ? Jaga Reksa ? kata orang itu sambil menggamit lengan Jaga Reksa.

   Jaga Reksa terkejut.

   Cepat menoleh.

   Namun sebelum ia sempat membuka mulutnya, orang itu telah mendahului bertanya.

   ? Bukankah namamu Jaga Reksa ? ? Jaga Reksa mengangguk.

   ? Siapa kau ? ? ? Tidak perlu kau bertanya.

   Aku telah lama menunggumu.

   Mari ikut aku.

   ? Jaga Reksa mulai men-duga2.

   Ia telah menerima laporan dari Seca lreng.

   Karena itu dengan ter-gagap2 ia bertanya.

   ? Apakah .

   apakah ..

   tuan pembantu Raden Buntar Watangan? ? Orang itu mengangguk.

   Sebenarnya orang itu tidak lain adalah Buntar Watangan sendiri.

   Kini orang tua itu menjadi ketakutan .

   ? Oh, ma'af tuan.

   Aku .

   aku ? Jangan banjak alasan.

   Aku ingin mendapat keterangan langsung dari mulutmu.

   ? ? Keterangan apa, tuan ? ? ?.Apa lagi kalau bukan soal pembunuhan Jaya Kimpul.

   ? ? Tetapi aku tidak membunuh orang itu, tuan.

   Aku berani bersumpah.

   ? ? Aku tidak butuh sumpahmu.

   Aku hanya butuh keterangan atau pengakuanmu.

   bahwa kaulah yang sebenarnya membunuh Jaya Kimpul Bukankah begitu?.? ? Bukan.

   tuan.....

   Tidak tuan Bukan aku yang membunuh.? ? Kalau bukan kau, siapa ? ? ?Aku tidak tahu.

   tuan.

   ? ? Bohong! Kau mesti harus tahu !? ? Sungguh, Tuan.

   Aku tidak tahu.? ? Tetapi bukankah kedatanganmu kerumah Jaya Kimpul memang dengan maksud untuk membunuh orang itu ? karena kau telah lama bermusuhan? ? ? Kedatanganku kerumah Jaya Kimpul adalah untuk memenuhi tantangannya.

   ? ? Apakah Jaya Kimpul menantangmu berkelahi dirumahnya? ? ? Tidak tuan.

   Jaya Kimpul menantang aku berkelahi ditepi kali28 Praga.? ? Tetapi mengapa kau datang dirumahnya? ? ? Karena ia tidak menepati janji.

   Sudah lama aku menunggu ditempat yang telah ia tentukan.

   Tetapi karena ternyata ia tidak datang, maka aku segera menuju kerumahnya.

   ? ? Dan kemudian setelah orang itu kau ketemukan dirumahnya orang itu segera kau bunuh?? ? Tidak, tuan.

   Ketika aku datang dan belum lagi aku bertemu dengan Jaya Kimpul, tiba2 tengkukku dipukul orang dari belakang.

   Sehingga seketika itu juga aku jatuh pinsan, Tetapi ketika aku sadar kembali, ternyata Jaya Kimpul telah menggeletak didepanku.

   Orang itu sudah mati.

   Entah siapa yang membunuhnya, aku tidak tahu.

   Telapi setelah aku amat amati, ternyata keris yang dipergunakan untuk membunuh Jaya Kimpul itu adalah kerisku.

   Maka keris itu segera aku cabut dari lambungnya.

   Dan pada saat itu datanglah isteri itu Jaya Kimpul dan seorang pembantunya yang bernama Sanepa.

   Karena itu mereka menyangka bahwa akulah yang membunuh Jaya Kimpul.

   ? ? Bukan menyangka ? tukas Buntar Watangan ? Tetapi menurut laporan yang aku terima, mereka menyaksikan ketika kau menikam Jaya Kimpul....

   ? Oh! Jaga Reksa terkejut .

   Kemudian katanya ? Laporan itu tidak benar tuan.

   Tuan jangan percaya dengan laporan itu.

   ? Buntar Watangan berpikir sesaat.

   Sekali lagi ditatapnya Jaga Reksa tajam2.

   Se-olah2 ia hendak mengetahui apa yang tersembunyi didalam dadanya.

   ? Benarkah Jaya Kimpul menantangmu ? ? ? Benar, tuan.

   ? ? Apakah bukan sebaliknya? ? ? Bukan tuan, Jaya Kimpullah yang menantang aku.

   ? Tantangan itu kau terima langsung atau lewat seseorang ? ? ? Lewat seseorang.

   Dengan surat, yang dituliskan dalam lontar.? ? Mana lontar itu sekarang? ? ? Ma'af, tuan.

   Sudah aku robek2 dan aku lempar ke kali Praga.

   ? ? Lewat siapa lontar itu kau terima? ? ? Lewat Supala ? jawab Jaga Reksa sambil menebar pandang mencari Supala.

   Namun ternyata Supala sudah tidak berada lagi disekitar tempat itu.

   Maka kemudian terdengarlah Jaga Reka.

   mendesis ? Setan! Kemana anak itu? ? Kau mencari siapa? ? tanya Buntar Watangan.

   ? Supala .

   jawab Jaga Reksa ? Anak muda yang berada disini tadi itulah yang bernama Supala.

   Buntar Watangan mengerutkan alisnya.

   Kembali ia berpikir.

   ? ? Mari kita cari Supala.

   ? ajak Jaga Reksa.

   ? Percuma.

   Malam ini kita tidak akan berhasil menemukan orang29 itu.

   Besuk pagi masih ada waktu.

   ? Jaga Reksa tidak membantah.

   Kembali Buntar Watangan bertanya ! ? Menurut keterangan Supala, lontar itu diterima dari siapa? ? ? Dari Sanepa.

   
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pembantu Jaya Kimpul ? Buntar Watangan meng-angguk2an kepalanya.

   Bagus ? katanya ? Besuk pagi aku memerlukan keterangan dari kedua orang itu.

   ? ? Dan sekarang ? ? ? Sekarang keterangan sudah aku pandang cukup.

   Tapi se-kali2 jangan meninggalkan rumahmu tanpa seijinku.

   Kalau kau melanggar, kaulah yang akan aku tetapkan sebagai pembunuh.

   ? * * * B A G I A N III DENGAN BANTUAN Seorang Demang dan 2 orang pembantunya, pada keesokan harinya, Buntar Watangan menuju kerumah Jaya Kimpul.

   Namun ketika mereka sampai ke-rumah itu, Buntar Watangan menjadi terkejut, karena dari arah gandok belakang didengarnya suara orang menangis ter-sedu2.

   Dengan tanpa pikir panjang lagi Buntar Watangan segera melesat masuk kedalam bilik dari arah mana suara itu terdengar.

   Namun Buntar Watangan itupun menjadi terkejut pula, ketika dilihatnya seorang laki2 terkapar dilantai berlumuran darah dan seorang perempuan tua menelungkupi laki2 itu sambil menangis ter-sedu2.

   ? Siapa laki2 ini? ? tanya Buatar Watangan.

   Perempuan tua itu mengangkat wajahnya.

   Sesaat ia masih beragu.

   Namun setelah dilihatnya bahwa diantara mereka itu terdapat juga Demang Selayuda, maka perempuan itu segera menjawab.

   ? Anakku, tuan.

   Sanepa, ? Buntar Watangan segera memeriksa laki2 yang terkapar itu.

   ? Sudah mati desisnya.

   ? Siapa yang membunuhnya ? ? tanya Buntar Watangan kemudian.

   Perempuan tua itu menggeleng.

   ? Coba ceriterakan mula2 kau melihat mayat anakmu ini? ? ? Biasanya anakku ini pagi2 sudah bangun ? kata perempuan tua itu mulai berceritera ? Tetapi aku lihat pintu biliknya masih tertutup, aku sangka ia masih tidur.

   Sebab mungkin semalam ia terjaga.

   Tetapi setelah30 ternyata sudah cukup lama ia belum juga bangun, aku menjadi curiga.

   Maka segera aku buka pintu itu, dan kemudian aku lihat Sanepa sudah menggeletak tidak bernyawa.? Buntar Watangan mengerutkan keningnya.

   ? Dimana Nyai Jaya Kimpul ? ? ? Mengungsi.

   tuan.

   ? ? Mengungsi? Sejak kapan.

   ? ? Sejak malam tadi.

   ? ? Mengapa mengungsi ? ? ? Menurut keterangan Nyai Jaya Kimpul, semalam ia merasa di- bayang2i oleh seseorang.

   ? ? Apakah semalam Nyai Jaya Kimpul pergi seorang diri ? ? Perempuan tua itu mengangguk.

   Buntar Watangan tersenyum.

   Ditatapnya perempuan tua itu tajam2 Kemudian katanya.

   ? Coba ingat2.

   Aku tidak percaya kalau semalam Nyai Jaya Kimpul pergi seorang diri.

   ? ? Oh! Ya .

   Ya .

   tuan ? jawab perempuan tua itu ter-gagap2 ? Nyai Jaya Kimpul memang diantar oleh seseorang.

   ? ? Apakah kau tahu siapakah orang itu? ? ? Tidak, tuan.

   Sebab orang itu menanti diluar pagar.

   ? ? Siapa yang membukakan pintu ketika orang itu datang ?? ? Sanepa ? jawab perempuan tua itu.

   ? Apakah Sanepa tidak menjelaskan siapakah orang itu? ? ? Tidak.

   tuan? ? Siapa yang kerap kali mengunjungi Nyai Jaya Kimpul setelah suaminya meninggal?? Perempuan tua itu mengingat-ingat sebentar, kemudian menjawab.

   ? Wahana, Surata dan Seca lreng.

   ? ? Wahana, Surata dan Seca Ireng ? gumam Buntar Watangan mengulangi nama2 itu.

   Kemudian kembali bertanya ? Siapa diantara ketiga orang itu yang paling kerap datang kemari? ? ? Sulit untuk menentukan.

   tuan.

   Sebab menurut sepengetahuanku, diantara ketiga orang itu hampir sama-sama kerapnya.

   ? ? Dan yang paling akhir datang kemari? ? ? Wahana.? ? Kapan?? ? Kemarin sore, menjelang petang.

   ? ? Kau tahu kemana Nyai Jaya Kimpul mengungsi? ? ? Tidak.

   Oh! .....

   Ma.....

   maaf.

   Tahu.? ? Kemana? ? desak Buntar Watangan.

   Sebab ia tahu bahwa perempuan tua itu pasti telah dipesan oleh Nyai Jaya Kimpul untuk tidak memberitahukan tempat persembunyiannya kepada siapapun.

   ? Kerumah Soma Gamber ? jawab perempuan tua itu ? diujung desa sebelah barat.

   ?31 ? Terima kasih ? kata Buntar Watangan.

   Kemudian kepada Demang Selayuda dan 2 orang pembantunya ? Mari kita kerumah Soma Gamber.? Keempat orang itupun kemudian segera menuju kerumah Soma Gamber.

   Dan kedatangan mereka segera disambut oleh Soma Gamber sendiri.

   Setelah Demang Selayuda menjelaskan maksud kedatangannya, maka Buntar Watangan mulai mengajukan pertanyaan.

   ? Benarkah bapak yang bernama Soma Gamber? ? ? Sebenarnya namaku Soma Suwita, tuan.

   Tetapi orang2 menyebutku Soma Gamber.

   Sebab memang .......

   heh heh heh heh ? orang itu tertawa lucu.

   ? Jawab setiap pertanyaanku yang jelas.

   Jangan me-lingkar2 ? bentak Buntar Watangan.

   ? Ya Ya Ya, tuan ? jawab Soma Gamber ter-gagap2 karena takut.

   ? Apakah semalam Nyai Jaya Kimpul menginap dirumahmu ini?? ? Benar, tuan.? ? Dimana sekarang perempuan itu?? ? Sedang mandi, tuan.

   ? ? Suruh kemari, cepat! Aku membutuhkan keterangannya.? Namun ketika Soma Gamber baru saja melangkah, kembali Buntar Watangan berkata.

   ? He, pak! Sebentar!? ?Soma Gamber berpaling ? Tadi malam Nyai Jaya Kimpul datang bersama siapa?? ? Bersama Seca Ireng, tuan.

   ? ? Apakah Seca Ireng juga menginap dirumahmu ini? ? ? Ya, tuan.? ? Dan sekarang, apakah Seca Ireng juga masih berada disini?? ? Tidak, tuan.

   Sudah pulang.

   Tetapi kapan ia pulang, aku tidak tahu.

   Mungkin pagi2 sebelum subuh.? ? Sudah berapa lama Seca Ireng dan Nyai Jaya Kimpul sering bercanda dirumahmu ini? ? Kira2 mulai 3 bulan yang lalu.? ? Cukup ? kata Buntar Watangan ? Sekarang panggil Nyai Jaya Kimpul.

   ? Dengan tanpa berkata sepatah katapun, Soma Gamber segera meninggalkan ruangan pendapa itu.

   

Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan KL Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Sukma Pedang -- Gu Long

Cari Blog Ini