Ceritasilat Novel Online

Pedang Bintang 1


Dewa Arak Pedang Bintang Bagian 1


DEWA ARAK Pedang Bintang
http.//cerita-silat.mywapblog.com Daftar judul cerita silat bagian 3121 harimau kemala putih122 Pendekar Riang123 Setan Harpa124 Pendekar Binal125 Si Racun Dari Barat126 Harpa Iblis Jari Sakti127 Bentrok Rimba Persilatan128 Pedang Sesat Pisau Kematian129 Delapan Kitab Pusaka Iblis130 Pedang Awan Merah131 Pendekar Baja132 Rahasia Mo-kau Kaucu133 perguruan sejati134 Hikmah Pedang Hijau135 Hati Budha Tangan Berbisa136 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas137 RAHASIA 180 PATUNG MAS138 pendekar sakti139 Pendekar wanita baju merah140 pendekar bodoh141 pendekar remaja142 Pendekar Sadis143 Dewi Maut144 Petualang Asmara145 Perkampungan Misterius146 Balada Pendekar Kelana147 Harta Karun Jenghis Khan148 Siluman Goa Tengkorak149 Maling Romantis150 Rahasia Ciok Kwan Im151 Peristiwa Burung Kenari152 Mayat Kesurupan Roh153 Legenda Kelelawar154 Legenda Bunga Persik155 Legenda Bulan Sabit156 Asmara Berdarah157 Si Kumbang Merah (Ang Hong Cu)158 Jodoh Si Mata Keranjang159 Pendekar Kelana160 Bakti Binal161 Bahagia Binal162 Pukulan Naga Sakti163 Seruling Samber Nyawa164 Bukit Pemakan Manusia165 Pendekar Bloon Cari Jodoh166 Makam Asmara167 Pendekar Sejagat168 Pertarungan Dikota Chang An169 Panji Akbar Matahari Terbenam170 WISMA PEDANG171 Puteri Es172 Renjana Pendekar173 Riwayat Lie Bouw Pek174 Romantika Sebilah Pedang175 Rumah Judi Pancing Perak176 Pendekar Sakti Dari Lembah Liar177 Sang Ratu Tawon178 Sarang Perjudian179 Sebilah Pedang Mustika180 Sepasang Golok Mustika Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1 DEWA ARAK Pedang Bintang ari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat H menuju ke puncak.

   Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yang berkepandaian cukup tinggi Tentu saja berkelebatnya bayangan-bayangan itu segera diketahui para murid Perguruan Tangan Sakti yang bermarkas di sana.

   Maka murid-murid itupun segera memberitahukan hal tersebut kepada kakak seperguruan mereka.

   Ketika berita itu sampai di telinga tiga orang kakak seperguruan mereka yang bernama Seta, Satria dan Mega, tokoh-tokoh yang berdatangan itu sudah tiba di depan pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti yang cukup luas.

   Sedangkan para murid Perguruan Tangan Sakti yang bertugas jaga di sana hanya mengawasi dengan sikap waspada.

   "Wanayasa, keluar kau! Serahkan Pedang Bintang itu!"

   Teriak salah seorang yang datang itu.

   "Benar, serahkanlah pedang itu.....!"

   Sambung yang lain.

   "Cepat, Wanayasa! Kalau tidak, jangan salahkan kalau aku terpaksa menerobos masuk menggunakan kekerasan!"

   Ancam seorang yang bertubuh tinggi besar, berteriak tak sabar.

   Tangannya yang besar dan kekar berotot nampak menggenggam sebatang tongkat yang terbuat dari baja putih.

   Tokoh itu berjuluk si Kerbau Gila.

   Seorang tokoh sesat yang terkenal memiliki ilmu kepandaian tinggi dan ber-tenaga kuat.

   Apalagi ilmu tongkatnya juga dahsyat.

   Entah berapa banyak tokoh golongan putih yang mencegah sepak Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1 DEWA ARAK Pedang Bintang terjang si Kerbau Gila, tewas di tangannya.

   Kemenangan demi kemenangan yang diraihnya membuat si Kerbau Gila ini manjadi sombong dan jumawa.

   Pikirnya, selain datuk-datuk dunia persilatan, tidak ada lagi tokoh yang bisa menandinginya! Karena keyakinannya yang besar, si Kerbau Gila segera memisahkan diri dari orang-orang yang bersamanya.

   Dengan langkah lebar sambil menggenggam tongkat, dihampirinya pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti.

   Tentu saja melihat tindakan si Kerbau Gila itu, tokoh-tokoh persilatan lainnya menjadi kawatir.

   Sebab mereka takut kalau-kalau keduluan laki-laki tinggi besar itu.

   Maka, begitu si Kerbau Gila ini menghampiri pintu gerbang, mereka segera berbondong-bondong ikut melangkah maju.

   Tapi baru beberapa tindak saja, terdengar suara berderak keras disusul bergeraknya pintu gerbang itu.

   Si Kerbau Gila beserta para tokoh persilatan yang mengikuti di belakangnya, serentak menghentikan langkah.

   Mereka semua sama-sama memandang ke arah pintu gerbang itu sambil memasang sikap waspada.

   Perlahan-lahan pintu gerbang itu terbuka.

   Dari balik pintunya, muncul belasang sosok yang kemudian dengan gagahnya melangkah ke luar.

   Laki-laki tingi besar yang berjuluk si Kerbau Gila itu menatap satu persatu belasan wajah yang berdiri beberapa tombak di hadapannya.

   Ia mencoba menduga-duga, mana di antara mereka yang bernama Ki Wanayasa.

   "Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa?! Majulah! Dan berikan Pedang Bintang itu padaku!"

   Ucap si Kerbau Gila keras dan kasar. Belum sempat salah satu dari belasan orang itu menyahut, terdengar suara tawa bergelak. Tak lama kemudian, salah seorang dari belasan orang yang berdiri di belakang si Kerbau Gila melesat maju ke depan.

   "Ha..ha...ha....! kau jangan mau menang sendiri, Kerbau Gila! Dikira hanya kau saja yang berniat memiliki Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2 DEWA ARAK Pedang Bintang Pedang Bintang? Aku dan semua orang yang berada di belakangmupun mempunyai niat yang sama."

   Si Kerbau Gila menoleh ke arah orang yang baru saja bicara lantang yang kini telah berada setengah tombak di samping kanannya.

   Untuk sesaat dia agak terkejut melihat seseorang yang bertubuh kecil kurus.

   Wajahnya mirip tikus dan berwarna merah.

   Rupanya dia adalah si Tikus Muka Merah yang tak mau ketinggalan.

   Tokoh sesat yang pengaruhnya merajalela di beberapa desa, dan sampai saat ini tak ada yang berani menentangnya! Hanya untuk sesaat si Kerbau Gila ini agak terkejut, dan kini sudah kembali pada sikapnya semula.

   Sombong dan memandang rendah orang lain.

   "Apa peduliku dengan segala urusanmu, tikus got?"

   Ejek Kerbau Gila bernada kasar.

   Wajah si Tikus Muka Merah berubah semakin merah mendengar ejekan kasar itu.

   Seumur hidupnya, baru kali ini dirinya dihina orang.

   Kemarahan yang hebat, kini membakar hatinya.

   Pada saat dia sangat ditakuti sampai di beberapa desa, tapi kini dihina si Kerbau Gila begitu saja.

   Memang nama besar si Kerbau Gila telah didengarnya, maka tentu saja hatinya menjadi gentar juga.

   Walaupun belum dibuktikan kebenarannya.

   "Kerbau Gila,"

   Ucap si Tikus Muka Merah mencoba bersikap tenang, sungguhpun nada suaranya tetap terdengar gemetar dan penuh tekanan.

   "Kalau tidak mengingat urusan yang sangat penting ini, saat ini juga aku sudah turun tangan untuk menghancurkan mulutmu yang telah begitu lancang menghinaku. Tapi biarlah. Kalau tidak sekarang, nantipun jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!"

   Sambungnya, berusaha memberanikan diri, karena di hadapan orang banyak.

   "Keparat!"

   Kerbau Gila berteriak memaki.

   Ia marah bukan main mendengar ucapan Tikus Muka Merah yang begitu merendahkan dirinya.

   Hampir-hampir saja diterjang laki-laki kurus berwajah merah itu.

   Untung saja segera Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3 DEWA ARAK Pedang Bintang teringat akan tujuannya datang ke Gunung Waru ini.

   Maka segera diredam amarahnya.

   Tapi sempat juga dikeluarkan sebuah ancaman yang berbau maut.

   "Berhati-hatilah kau, tikus got. Sehabis mengambil Pedang Bintang, aku akan mencarimu ke manapun. Dan.....kukuliti dagingmu!"

   Setelah puas mengancam, Kerbau Gila kini mengalihkan perhatiannya kepada belasan orang yang keluar dari pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti.

   "Jawab pertanyaanku sebelum kesabaranku hilang. Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa?!"

   Bentak Kerbau Gila.

   "Apa urusanmu mencari guru kami?"

   Tanya Seta, salah seorang dari tiga orang yang berdiri paling depan.

   "O, jadi kalian ini murid-murid Wanayasa?' tanya Kerbau Gila lagi, bernada kurang ajar sambil memperhatikan Seta yang bertubuh tinggi kurus dan berkumis tipis. Kulitnya coklat sawo matang. Seta hanya mengangguk. Masih dicobanya untuk bersabar, walaupun kemarahannya sejak tadi telah bergolak melihat kekurangajaran orang yang berdiri di hadapannya ini. beginya kemarahan hanya akan men-datangkan kerugian.

   "Aku tidak mempunyai urusan dengan kalian!"

   Bentak si Kerbau Gila keras.

   "Aku hanya mempunyai urusan dengan Wanayasa! Ayo, panggil dia dan cepat menemuiku!"

   Sret! Sret! Bagai dikomando, belasan murid Perguruan Tangan Sakti yang berdiri di belakang Seta, bersama-sama menghunus pedangnya.

   Para murid Perguruan Tangan Sakti itu sudah tidak sanggup lagi menahan amarah melihat sikap si Kerbau Gila yang telah keterlaluan menghina guru mereka.

   Bahkan Satria dan Megapun sudah bersiap-siap menyerang.

   Kalau saja tidak meng-hormati kakak seperguruan, mungkin sudah sejak tadi Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4 DEWA ARAK Pedang Bintang mereka menerjang si Kerbau Gila yang keterlaluan itu.

   "Tahan....!"

   Teriak Seta mencegah tindak lanjut adik-adik seperguruannya. Kemudian dengan sikap masih tenang, dihadapinya si Kerbau Gila.

   "Kerbau Gila! Perlu kau ketahui. Bahwa setiap persoalan apapun yang menyangkut guru kami, juga menjadi wewenangku untuk mengurusnya. Apapun bentuk persoalan itu. Apalagi hanya persoalan denganmu, yang sangat sepele ini. Jangankan guruku. Akupun mampu mengatasinya!"

   Ujar Seta tandas.

   "Keparat! Kau tidak akan mampu mengurus masalah ini. Panggil Wanayasa. Cepat, sebelum kesabaranku hilang!"

   "Sudah kukatakan tadi. Semua urusan yan menyangkut guruku, apapun bentuk urusan itu, telah diserahkan padaku untuk mengurusnya."

   "Baiklah!"

   Si Kerbau Gila itu terpaksa mengalah.

   "Karena kau telah mengaku wakil Wanayasa, maka cepat serahkan Pedang Bintang itu padaku!"

   Desak Kerbau Gila.

   "Pedang Bintang?' Seta mengerutkan keningnya, dan untuk sesaat lamanya tercenung. Tentu saja berita mengenai pedang itu telah didengarnya. Sebilah pedang yang telah membuat dunia persilatan gempar. Kabarnya Pedang Bintang itu dapat menurunkan ilmu-ilmu peninggalan Ki Gering Langit, tokoh persilatan yang pernah mengalahkan datuk-datuk dunia persilatan di empat penjuru angin! Itulah sebabnya semua tokoh persilatan ter-giur untuk mencari dan mendapatkan pedang itu.

   "Ya!"

   Ulang Kerbau Gila keras, karena melihat pemuda di hadapannya terbengong.

   "Hah!"

   Seta sedikit terkejut.

   "Luar biasa! Kau meminta Pedang Bintang pada kami? Apa aku tidak salah dengar, Kerbau Gila? Sepanjang yang kuketahui, guruku tidak memiliki Pedang Bintang. Ki Gering Langitlah yang me-milikinya. Minta padanya, bukan pada kami."

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5 DEWA ARAK Pedang Bintang "Tidak usah banyak alasan! Kau tinggal pilih. Berikan, atau mampus?!"

   Gertak si Kerbau Gila.

   "Tidak!"

   Jawab Seta tegas.

   "Kalau begitu, mampuslah!"

   Si Kerbau Gila segera menerjang Seta. Dalam kemarahannya yang memuncak, laki-laki tinggi besar itu langsung menyerang dengan tongkatnya. Angin menderu-deru hebat mengawali serangannya.

   "Menyingkir kalian semua!"

   Perintah Seta pada adik-adik seperguruannya.

   Tanpa diperintah dua kali, Satria, Mega dan para murid Perguruan Tangan Sakti lainnya segera menghindar dari situ.

   Bagai dikomando, begitu si Kerbau Gila telah menyerang Seta, Tikus Muka Merah dan tokoh-tokoh persilatan lainnyapun meluruk menyerang murid Perguruan Tangan Sakti lainnya.

   Tikus Muka Merah segera menerjang Satria, yang paling dekat dengannya.

   Terpaksa Satria melayaninya.

   Begitu juga para murid Perguruan Tangan Sakti.

   Mereka semuapun diserbu puluhan orang yang sejak tadi ber-gerombol di belakang si Kerbau Gila.

   Tentu saja hal ini amat mengejutkan Seta dan adik-adik seperguruannya.

   Mereka tidak punya pilihan lain lagi kecuali mempertahankan diri.

   Bahkan kalau mungkin, melawan sekuat tenaga dan balas menyerang.

   Para murid Perguruan Tangan Sakti yang masih berada di dalam, segera berbondong-bondong keluar, membantu kakak-kakak seperguruannya.

   Memang, para murid yang keluar sejak tadi adalah yang memiliki tingkat kepandaian paling tinggi.

   Mereka terdiri dari tiga orang murid kepala, Seta, Satria dan Mega.

   Dan tiga belas orang murid yang se-tingkat di bawah mereka.

   Sudah dapat diduga, maka terjadilah pertarungan semrawut di lapangan yang luas itu, antara para murid Perguruan Tangan Sakti melawan para pemburu pedang Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6 DEWA ARAK Pedang Bintang pusaka milik Ki Gering Langit.

   Di antara semua pertarungan itu yang paling dahsyat adalah pertarungan antara Seta melawan si Kerbau Gila.

   Laki-laki tinggi besar ini adalah seorang tokoh sesat yang memiliki kepandaian tinggi.

   Terutama ilmu tongkatnya yang bernama 'Ilmu Tongkat Angin Badai'.

   Boleh dibilang, sekali tongkatnya digunakan sudah dapat dipastikan kalau nyawa lawan melayang.

   'Ilmu Tongkat Angin Badai' itu memang luar biasa.

   Dan itu dirasakan Seta secara langsung yang menghadapi si Kerbau Gila.

   Sejak awal, si Kerbau Gila itu menyerang lewat sapuan tongkatnya ke arah kaki.

   Dan hembusan angin dahsyat dirasakan betul oleh Seta.

   Angin akibat sapuan tongkat itu bisa membuat orang yang kurang kuat tenaga dalamnya akan terlempar.

   Suara menderu-deru mengiringi serangan tongkat itu.

   Sehingga kalau saja Seta tidak memiliki tenaga dalam tinggi, tentu sudah terjengkang sebelum serangan tongkat itu mengenai sasaran.

   Akan tetapi, Seta adalah salah satu murid andalan Perguruan Tangan Sakti.

   Maka saat melihat sambaran tongkat yang menyapu kakinya, sikapnya begitu tenang.

   Hanya dengan lompatan sederhana, Seta telah membuat sapuan tongkat Kerbau Gila itu menyambar tempat kosong, lewat di bawah kakinya.

   Dengan cepat, murid andalan Perguruan Tangan Sakti itu segera membalas dengan serangan-serangan yang tak kalah dahsyatnya.

   Sebentar saja keduanya sudah terlibat dalam pertarungan sengit.

   Seperti halnya Seta, Satriapun menghadapi lawan yang amat tangguh, yakni Tikus Muka Merah.

   Laki-laki kurus ini adalah tokoh sesat yang memiliki kepandaian tinggi.

   Tak terhitung tokoh golongan putih yang tewas di tangannya.

   Malah sebagian besar dari mereka tewas, di saat Tikus Muka Merah belum mengeluarkan senjata andalannya berupa sepasang tombak pendek berwarna hitam mengkilat! Akan tetapi, lawannya kali ini adalah Satria, salah se-Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 7 DEWA ARAK Pedang Bintang orang murid kepala Perguruan Tangan Sakti.

   Bahkan juga murid kesayangan Ki Wanayasa! Jadi, walaupun Tikus Muka Merah telah berusaha sekuat tenaga untuk merubuhkan Satria, tetap saja tidak mampu melakukannya.

   Jangankan untuk merubuhkan, mendesakpun tidak mampu.

   Padahal, segenap kemampuan yang dimilikinya telah dikerahkan.

   Bahkan pelahan namun pasti, Satria mulai mendesaknya.

   Tikus Muka Merah akhirnya sadar kalau Satria terlalu tangguh jika dihadapi dengan tangan kosong.

   Jelas dia kalah segala-galanya.

   Baik tenaga, kelincahan, maupun ilmu silat.

   Kalau hal ini dipaksakan, sudah dapat dipasikan dia akan rubuh di tangan Satria.

   Maka pantaslah kalau Ki Wanayasa menamakan perguruan silatnya, Perguruan Tangan Sakti.

   Memang, ilmu silat tangan kosong perguruan ini luar biasa.

   Pertahanannya sulit ditembus.

   Sedangkan penyerangannya begitu dahsyat dan bertubi-tubi laksana gelombang.

   Maka, tanpa ragu-ragu lagi Tikus Muka Merah langsung mengeluarkan senjata andalannya yang berupa sepasang tombak pendek berwarna hitam mengkilat.

   Kini dengan senjata andalannya, laki-laki kurus bermuka merah itu berusaha mendesak Satria.

   Satria terperanjat ketika merasakan desakan lawan yang menggunakan sepasang tombak pendek itu.

   Kemampuan Tikus Muka Merah menjadi berlipat ganda! Maka Satria tidak mau mengambil resiko.

   Cepat-cepat dicabut pedangnya dan langsung dikerahkan ilmu andalannya 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'.

   Dengan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga', memang gerakan-gerakan Satria menjadi luar biasa.

   Belum lagi ilmu pedang itu sendiri yang memang dahsyat.

   Tidak heran dalam bebrapa gebrakan saja, Tikus Muka Merah mulai terdesak hebat.

   Dan pada jurus yang kedelapan, sebuah sabetan pedang Satria berhasil membacok leher laki-laki kurus itu.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8 DEWA ARAK Pedang Bintang Crakkk! Tanpa dapat berteriak lagi, tubuh Tikus Muka Merah rubuh ke tanah dengan leher hampir putus.

   Darah langsung muncrat dari luka sayatan di lehernya.

   Tokoh sesat itupun tewas seketika, setelah meregang nyawa sesaat.

   Sementara itu pertarungan yang berlangsung antara Seta melawan Kerbau Gila masih berlangsung sengit.

   Walaupun laki-laki tinggi besar itu telah menggunakan senjata andalannya, dan Seta hanya bertangan kosong, tapi tetap saja Kerbau Gila tidak mampu berbuat banyak.

   Jurus 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau' yang digunakan Seta terlalu tangguh buat si Kerbau Gila.

   Pertahanan Seta begitu kokoh, membuat setiap serangan Kerbau Gila kandas di tengah jalan.

   Sementara serangan balasan dari pemuda murid Perguruan Tangan Sakti itu semakin lama semakin bertambah saja kekuatannya.

   Sehingga dalam beberapa puluh jurus saja Kerbau Gila sudah terdesak hebat.

   Sampai akhirnya pada jurus kelima puluh delapan, sebuah totokan ujung kaki kanan Seta dengan keras menghantam lutut kiri laki-laki tinggi besar itu.

   Tukkk! Si Kerbau Gila meringis.

   Totokan ujung kaki Seta yang ditunjang tenaga dalam tinggi itu membuat sambungan tulang lututnya terlepas.

   Rasa sakit yang hebatpun seketika menyerang lututnya.

   Akan tetapi, tidak sedikitpun terdengar keluhan dari mulut Kerbau Gila.

   Sifat sombong melarangnya bersikap cengeng di hadapan lawan.

   Dan saat Kerbau Gila sempoyongan, tiba-tiba Seta menyerang dahsyat.

   Pemuda murid Perguruan Tangan Sakti itu mengibaskan kaki kirinya sambil berputar.

   Inilah salah satu gerakan 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.

   Desss! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9 DEWA ARAK Pedang Bintang "Aaaakh....!"

   Diiringi suara berdebum keras, tubuh si Kerbau Gila itu ambruk ke tanah.

   Tidak bangun-bangun lagi.

   *** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10 DEWA ARAK Pedang Bintang ementara itu di arena lain, pertarungan antara murid-murid Perguruan Tangan Sakti dengan para pemburu S pusaka Ki Gering Langit kian menghebat.

   Murid-murid tingkat rendahan perguruan itu sudah banyak yang berguguran.

   Begitu pula dari pihak para pemburu pusaka Ki Gering Langit.

   Baru saja Seta hendak terjun lagi dalam kancah pertarungan itu, tiba-tiba terdengar suara tawa tergelak.

   Sesaat kemudian muncul sesosok tubuh tinggi besar dan berkulit hitam legam.

   Dua tangannya yang kekar itu langsung diputar-putarkan di depan dada dari luar ke dalam.

   Dan akibatnya sungguh dahsyat.

   Seketika bertiup angin keras yang mampu membuat mereka yang sedang bertarung bagai dilanda angin ribut.

   Padahal jarak orang bertubuh tinggi besar itu dengan arena pertempuran tak kurang dari lima tombak.

   Pertarungan seketika berhenti.

   Seluruh pasang mata kini tertuju pada manusia tinggi besar yang masih berdiri sambil terkekeh.

   Tak terkecuali Seta.

   Murid terpandai Ki Wanayasa ini kaget bukan main melihat peragaan tenaga dalam yang dipertunjukkan manusia tinggi besar itu.

   Dia sadar kalau orang yang baru datang itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang berada jauh di atasnya.

   Terdengar gumaman kaget dari kerumunan para pemburu pusaka Ki Gering Langit.

   Rupanya banyak di antara mereka yang mengenal laki-laki tinggi besar itu.

   Dia adalah Bargola, yang merupakan datuk bagi kaum sesat.

   Bagai kucing ditakut-takuti sapu lidi, kerumunan para pemburu pusaka Ki Gering Langit kontan buyar.

   Mereka semua saling mendahului melangkah mundur, karena takut menjadi korban Bargola.

   Jantung Seta berdebar keras ketika mengetahui Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1 DEWA ARAK Pedang Bintang manusia tinggi besar ini adalah Bargola.

   Sungguh di luar dugaan kalau dia saat ini berhadapan dengan tokoh yang belum pernah terkalahkan, kecuali oleh Ki Gering Langit! Tanpa bertempur lagi, Setapun sudah tahu kalau Bargola tak mungkin dapat dikalahkannya.

   Bahkan gurunya sendiri yang bernama Ki Wanayasa, belum tentu mampu menandingi Bargola.

   Akan tetapi walau demikian Seta merasa bertanggung jawab sebagai wakil penuh dari gurunya.

   Maka tanpa sungkan-sungkan lagi ia maju menghampiri laki-laki tinggi besar itu.

   Melihat hal ini Satria dan Mega tidak mau berdiam diri saja.

   Mereka memang telah mendengar kedahsyatan ilmu Bargola.

   Merekapun tahu kalau Seta bukanlah tandingan tokoh sesat itu.

   Namun demikian mereka segera melangkah mengikuti di belakang Seta.

   Satria dan Mega benar-benar tidak sampai hati jika harus membiarkan kakak seperguruan mereka menentang maut sendirian.

   "Merupakan kehormatan besar, seorang tokoh besar sepertimu sudi mengunjungi tempat kami, Bargola,"

   Ucap Seta dengan suara yang terdengar tenang. Tapi ketegangan yang luar biasa masih juga menyelimuti hatinya.

   "Siapa kau? Menyingkirlah sebelum kesabaranku hilang!"

   Bentak Bargola tanpa memperdulikan ucapan Seta.

   "Namaku Seta, murid Ki Wanayasa,"

   Jawab Seta tegas.

   "O, jadi kau murid Wanayasa? Bagus. Kalau begitu cepat panggil Wanayasa! Katakan padanya aku meminta Pedang Bintang!"

   Tegas Bargola dengan suara keras.

   "Sayang sekali Bargola. Guruku saat ini tidak ingin diganggu. Jadi menyesal sekali kalau aku tidak dapat menyampaikan pesanmu!"

   "He...he...he.... Kau beruntung Anak Muda. Sekarang ini hatiku tengah gembira. Kalau tidak, sudah sejak tadi kau telah jadi mayat! Tapi biarlah. Kalau kau tak mau memanggil Wanayasa, aku sendiri yang akan memanggilnya."

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2 DEWA ARAK Pedang Bintang Setelah berkata demikian, Bargola melangkah tenang menuju pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti.

   "Langkahi dulu mayatku!"

   Teriak Seta tegas.

   Dengan berani dihadangnya tokoh sesat itu.

   dan.....

   Srattt! Cepat sekali Seta mencabut pedangnya.

   Ia tahu betul kalau lawannya kali ini memiliki tingkat kepandaian yang sulit diukur.

   Maka tanpa ragu-ragu lagi segera dicabut sebjata.

   Sebab, Bargola tidak bisa disamakan dengan Kerbau Gila! Kapandaian Bargola jauh di atas Kerbau Gila.

   "Ha...ha...ha...!"

   Bargola tertawa terbahak-bahak.

   "Maju dan seranglah aku, kunyuk! Ingin kulihat sampai di mana kelihaian 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga' milik gurumu itu!"

   "Hiyaaaa....!"

   Teriak Seta keras. Tubuhnya melesat menerjang Bargola dengan satu tusukan lurus ke arah perut. Cepat sekali seangan yang dilakukan Seta itu.

   "Hm....."

   Dengus Bargola.

   Dengan gerakan yang seperti malas-malasan, Bargola memutar-mutarkan kedua tangannya di depan dada dari luar ke dalam.

   Angin keras seketika timbul dari kedua tangan yang berputaran itu.

   begitu kerasnya angin itu sehingga membuat tubuh Seta tertahan, tak dapat maju.

   Tubuhnya bagai menembus dinding yang tidak nampak.

   Seta menggertakkan giginya.

   Dikerahkan seluruh tenaganya, mencoba meneruskan serangannya yang kandas sebelum mencapai sasaran.

   Sekujur tubuhnya terutama tangannya yang terjulur menusukkan pedang bergetar keras.

   Sementara Bargola tenang-tenang saja sambil memuta-mutarkan kedua tangannya di depan dada.

   Sementara Satria dan Mega yang kawatir melihat keadaan kakak seperguruan mereka yang kritis, segera mencabut pedangnya hampir bersamaan.

   Srattt! Srattt! Dengan gerakan lincah dan indah, Satria dan Mega segera meloncat ke depan dan bersalto di udara melewati kepala Bargola.

   Dalam keadaan masih di atas, mereka Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3 DEWA ARAK Pedang Bintang menukik menyerang bagian atas tubuh Bargola dengan tusukan pedang.

   Hebat juga serangan kedua orang murid Perguruan Tangan Sakti itu.

   semua yang ada di situ dan menyaksikan pertempuran mereka sampai menahan nafas melihat kedahsyatan serangan itu.

   Mereka semua merasa tegang menantikan bagaimana caranya datuk kaum sesat itu menghadapi serangan gabungan dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

   Rupanya menghadapi keadaan yang sulit itu, Bargola hanya mendengus.

   Putaran tangannya mendadak bertambah cepat dan berakibat dahsyat.

   Seta yang sejak tadi asih memaksa maju tanpa ampun lagi terlempar ke belakang.

   Tampak dari sudut bibirnya menetes darah segar.

   Setelah merubuhkan Seta dengan kecepatan mengagumkan, Bargola mengibaskan kedua tangannya ke atas.

   Hasilnya tusukan pedang Satria dan Mega tersampok tangna telanjang datuk kaum sesat itu.

   Trak! Trak! Satria dan Mega merasakan seluruh tubuh mereka bergetar hebat.

   Terutama sekali tangan yang meng-genggam pedang yang bagaikan lumpuh.

   Tubuh kedua murid Perguruan Tangan Sakti itu berputar di udara, lalu hinggap beberapa depa di belakang Bargola seraya terhuyung-huyung.

   Wajah keduanya nampak agak pucat karena sampokan tangan Bargola memang dahsyat sekali.

   Bargola balikkan tubuhnya menghadap Satria dan Mega.

   Kedua murid kepala itu merasakan jantungnya berdebar hebat.

   Datuk kaum sesat itu memang memiliki sorot mata yang menggiriskan.

   Dengan menggertakkan gigi, Satria dan Mega berusaha menghilangkan debaran jantung mereka.

   Kini kedua murid kepala itu bersama-sama mulai memasang jurus pembukaan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'.

   Walaupun keduanya sadar kalau ilmu yang diandalkan itu tidak Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4 DEWA ARAK Pedang Bintang berarti apa-apa bagi Bargola, tapi tetap saja meraka bersiap-siap menyerang kembali.

   "Manusia-manusia tak tahu diri!"

   Teriak Bargola dengan suara mengguntur.

   "Sebenarnya aku tidak berniat bermain-main pada kalian. Tapi karena terlalu kurang ajar, maka aku tidak sungkan-sungkan lagi memberi pelajaran pada kalian!"

   "Hiyaaat....!"

   Teriak Satria sambil melompat menerjang Bargola, begitu datuk sesat tiu menyelesaikan kata-katanya.

   "Hiyaaa....!"

   Mega menyusul menerjang pula.

   Hebat sekali serangan kedua kakak beradik seperguruan ini.

   apalagi dilakukan secara bersamaan.

   Tapi kini yang diserang adalah sosok yang telah terkenal kehebatannya.

   Bahkan boleh dibilang sebagai pentolan kaum sesat.

   Tokoh yang menggiriskan ini seolah-olah hanya diam saja menantikan serangan itu.

   Dan ketika serangan itu dekat, kedua tangannya bergerak cepat bukan main.

   Satria dan Mega tidak tahu lagi apa yang terjadi! Yang jelas, tangan mereka yang menggenggam pedang terasa lumpuh.

   Dan di lain saat pedang mereka sudah berpindah tangan! Rupanya saat serangan Satria dan Mega telah dekat, Bargola cepat menotok pangkal lengan mereka dengan mengandalkan kecepatan geraknya.

   Di saat tanagn mereka lumpuh, datuk kaum sesat itu merampas pedang-pedang itu.

   Wajah Satria dan Mega seketika berurbah pucat.

   Sekilas mereka melirik Seta yang masih terbungkuk-bungkuk menahan luka dalamnya, lalu beralih memandang Bargola yang telah merampas pedang begitu mudahnya.

   "Ha..ha...ha...!"

   Bargola tertawa bergelak.

   Kemudain dengan sedikit menggerakkan jari-jari tangannya, dipatah-patahkannya pedang-pedang itu.

   Tiba-tiba terdengar tepuk tangan yang nyaring sekali, begitu Bargola menyelesaikan aksinya.

   Dan begitu suara Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5 DEWA ARAK Pedang Bintang tepukan berhenti terdengar sebuah suara pujian yang mengandung ejekan.

   "Luar biasa! Ternyata nama besar Bargola bukan omong kosong belaka. Kini telah kulihat sendiri kebenaran berita itu. Buktinya tiga orang pemuda yang sama sekali tidak terkenal bisa dikalahkan."

   Merah padam wajah Bargola.

   Bahkan kedua telinganya seperti terasa sakit.

   Disertai kemarahan menggelegak, ditolehkan kepalanya ke belakang kearah sumber suara tadi.

   Di sebelah Seta ternyata telah berdiri seorang kakek yang berusia sekitar enam puluh tahun.

   Tubuhnya tinggi kurus, agak bongkok dan berjenggot putih panjang hingga mencapai dada.

   Begitu melihat kakek ini, Satria dan Mega segera maju menghampiri dan memberi hormat.

   "Guru...."

   Satria dan Mega menyebut berbarengan. Kakek bongkok udang yang ternyata Ki Wanayasa hanya mengibaskan tangannya perlahan.

   "Menyingkirlah. Bargola bukan lawan kalian."

   Tanpa diperintah dua kali, Satria dan Mega segera menyingkir ke balik punggung gurunya disebelah Seta. Kini mereka menyadari kelihaian Bargola yang luar biasa itu. Bargola mendengus sebentar.

   "Jadi kau rupanya yang bernama Wanayasa, Ketua Perguruan Tangan Sakti itu?! Kebetulan sekali kau keluar, jadi aku tak perlu repot-repot lagi mencarimu ke dalam!"

   Kata Bargola. Ki Wanayasa menatap tajam dan masih tetap bersikap tenang.

   "Setahuku aku tidak pernah mempunyai urusan denganmu Bargola. Lalu mengapa tiba-tiba mencariku?! Apa ada hubungannya dengan Pedang Bintang milik Ki Gering Langit itu?"

   Ujar Ki Wanayasa seperti minta pen-jelasan.

   "Tentu saja ada. Justru kedatanganku ke mari hanya untuk mengambil Pedang Bintang itu!"

   Tegas Bargola Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6 DEWA ARAK Pedang Bintang cepat.

   "Sayang sekali.... Kau salah alamat Bargola! Aku sama sekali tidak tahu tentang pedang yang kau cari itu,"

   Ujar Ki Wanayasa.

   "Maksudmu....?"

   Bargola terperangah kaget.

   "Ya....."

   Ki Wanayasa menganggukkan kepalanya.

   "Pedang Bintang itu tidak ada padaku!"

   "Keparat!"

   Teriak Bargola geram. Datuk sesat iu memang percaya akan ucapan itu. Ia tahu, seorang pemimpin perguruan besar seperti Ki Wanayasa tidak mungkin akan berbohong. Entah kemarahan Bargola ditujukan kepada siapa.

   "Bagaimana Bargola?"

   "Kalau begitu menyingkirlah Wanayasa. Aku akan memberi pelajaran pada orang-orang yang tidak tahu adat padaku!"

   Dengus Bargola.

   Setelah berkata demikian Bargola menatap tajam ketiga orang murid kepala Perguruan Tangan Sakti yang berada di belakang Ki Wanayasa.

   Sementara Ki Wanayasa tahu kalau Bargola ingin melampiaskan kekecewaan pada tiga orang muridnya itu.

   Tentu saja hal itu akan berkibat fatal.

   Maka sambil tetap tersenyum, ditatapnya mata Bargola tajam-tajam.

   Tapi laki-laki tua itu tidak memungkiri kalau hatinya tegang juga.

   "Kalau aku tidak mau?"

   Tanya Ki Wanayasa memancing.

   "Terpaksa kau yang akan kusingkirkan lebih dulu!"

   Tegas Bargola.

   "Kau tinggal memilih Wanayasa. Menyingkir atau berhadapan denganku!"

   "Aku pilih yang kedua!"

   Tegas Ki Wanayasa. Bargola tertawa terbahak-bahak.

   "Kalau begitu bersiaplah Wanayasa!"

   Tantang Bargola.

   "Menyingkirlah kalian!"

   Perintah Ki Wanayasa pada ketiga orang muris kepalanya.

   Tanpa diperintah dua kali Seta, Satria dan Mega segera menyingkir dari tempat itu.

   Hingga kini di situ tinggal Ki Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa DEWA ARAK Pedang Bintang Wanayasa dan Bargola yang sudah saling tatap sejarak empat tombak.

   "Silahkan Bargola,"

   Ucap Ki Wanayasa dengan suara tenang.

   Namun demikian sebenarnya jantungnya berdegup keras dalam ketegangan yang memuncak.

   Ki Wanayasa tahu betul siapa itu Bargola.

   Sesungguhnya dia ragu, apakah mampu menghadapinya atau tidak.

   Itulah sebabnya mengapa tanpa ragu-ragu lagi Ki Wanayasa sudah menyiapkan ilmu andalannya 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.

   Ilmu andalan Ki Wanayasa itu adalah ilmu yang diciptakan langsung olehnya.

   Dia mengambil dan menggabung-gabungkan inti beberapa ilmu.

   Di antaranya adalah jurus 'Kelabang', 'Naga', 'Belalang' dan 'Kalajengking'.

   Sesuai dengan namanya jurus ini menitik beratkan pada bagian-bagian penyerangan.

   Memang pada dasarnya setiap ilmu selalu mempunyai jurus untuk bertahan dan jurus untuk menyerang.

   Hanya saja ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.

   Yang lebih ditonjolkan adalah penyerangan.

   "Hm....!"

   Dengus Bargola.

   Selesai mendengus yang menjadi ciri khasnya, Bargola meluruk menerjang Ki Wanayasa.

   Kedua tangannya yang berbentuk cakar siap menggedor dada Ketua Perguruan Tangan Sakti ini.

   Angin yang berciutan keras dan tajam mengiringi serangan laki-laki tinggi besar itu.

   Ki Wanayasa yang sudha dapat memperkirakan kedahsyatan serangan itu tidak berani bersikap gegabah.

   Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal.

   Maka untuk sementara dia tidak berani sembarangan menangkis, tapi segera menggeser tubuhnya ke kanan.

   Akan tetapi Bargola sudah memperhitungkan hal itu.

   maka begitu dilihat Ki Wanayasa menggeser ke kanan, iapun segera menyampok ke kiri tetap mengarah ke dada Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8 DEWA ARAK Pedang Bintang Kali ini Ki Wanayasa tidak mempunyai pilihan lain lagi.

   Terpaksa ditangkis serangan itu dengan jari-jari tangan terbuka disertai pengerahan seluruh tenaga dalamnya.

   Prattt....! Tubuh kedua tokoh sakti itu sama-sama bergetar hebat ketika dua pasang tangan beradu.

   Hanya saja tubuh Ki Wanayasa nampak terhuyung.

   Jelas, kalau adu tenaga dalam Bargola masih sedikit unggul darinya.

   Bargola cukup terkejut juga.

   Walaupun kepandaian Ki Wanayasa memang sudah diduganya, namun sungguh di luar dugaan kalau tenaga dalam Ketua Perguruan Tangan Sakti ini tinggi juga.

   Bahkan mungkin hampir menyamai tenaga dalamnya sendiri! Hal ini membuat Bargola yang memang beringas ini menjadi semakin murka.

   "Hm....."

   Bargola segera mengeluarkan ilmu 'Tapak Bara' andalannya.

   Diiringi dengusan keras, datuk itu membuka serangan dengan tapak tangan kanan terbuka ke arah dada Ki Wanayasa.

   Sementara tangan kiri yang jari-jarinya terbuka bersilang di depan dada.

   Ki Wanayasa terperanjat bukan main.

   Kekagetannya itu bukan karena serangan melainkan akibat angin panas yang mendahului menyergapnya sebelum serangan Bargola tiba.

   Sebagai orang yang telah kenyang pengalaman, laki-laki tua ini tidak mau bertindak gegabah.

   Cepat-cepat dielakkan serangan itu dengan melentingkan tubuh ke samping sambil berputar di udara menjauh.

   Hawa panas itu membuat dadanya terasa sesak.

   Tentu saja Bargola tidak tinggal diam.

   Datuk beringas yang tengah murka ini segera memburunya dengan serangan-serangan yang dahsyat.

   Sebentar saja Ki Wanayasa telah terdesak.

   Ia hanya mengelak setiap serangan Bargola, tanpa berani menangkis.

   Sesekali memang balas menyerang tapi segera ditariknya kembali begitu dilihatnya Bargola akan memapak.

   Keadaan Ki Wanayasa ini tentu saja diketahui Satria, Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9 DEWA ARAK Pedang Bintang Seta dan Mega.

   Mereka ingin segera membantu tapi bagaimana caranya? Jangankan ikut bertarung, untuk mendekat dalam jarak tiga tombak saja tidak sanggup.

   Hawa panas begitu terasa menyengat! Ki Wanayasa sadar jika keadaan ini terus berlangsung lambat laun akan rubuh di tanan Bargola yang dahsyat itu.

   hawa panas yang ditimbulkan ilmu 'Tapak Bara' Bargola benar-benar membuatnya tersiksa.

   Sekujur wajah dan tubuhnya sduah dibasahi keringat.

   Bahkan wajahnya nampak memerah bagai kepiting rebus.

   Dadanyapun terasa sesak.

   Dan pada jurus ketiga belas, Ki Wanayasa tidak mampu lagi mengelak.

   Bargola telah memojokkannya sedemikian rupa.

   Akibatnya dia tidak menemukan jalan keluar kecuali menangkis untuk menyelamatkan selebar nyawanya.

   Dengan terpaksa disambutnya tapak kanan Bargola yang merah membara dengan tapak tangannya.

   Plak! Tubuh Ki Wanayasa terhuyung-huyung.

   Kakek ini merasakan hawa panas yang amat sangat menjalar di sekujur tubuhnya.

   Tapak tangannya yang dipakai untuk menangkis nampak hangus.

   Ada bau sangit daging terbakar menyeruak dari tapak tangan itu.

   Sementara Bargola hanya bergetar saja tubuhnya.

   Ki Wanayasa menahan napas.

   Dikerahkannya seluruh hawa murni yang dimiliki untuk mengusir hawa panas yang menjalari sekujru tubuhnya.

   Untuk sesaat pertarungan terhenti.

   "Ha..ha...ha...!"

   Bargola tertawa tergelak penuh kemenangan! Dengan langkah lambat-lambat dihampirinya Ki Wanayasa yang masih berusaha mengusir hawa panas yang menjalari sekujur tubuhnya.

   "Bersiaplah untuk mati Wanayasa! Pantang bagiku membiarkan hidup seorang lawan yang berani menentang-ku!"

   Tegas Bargola.

   Suaranya begitu mengguntur.

   Kakek bongkok udang itu masih berusaha mengusir Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10 DEWA ARAK Pedang Bintang hawa panas yang menyengat ketika datuk itu menghampirinya.

   Kini semua pandangan mata tertuju pada Bargola yang tengah melangkah lambat menghampiri Ki Wanayasa.

   Sedangkan Ki Wanayasa hanya bersikap pasrah menanti ajal.

   Sebelum niat Bargola itu terlaksana, terdengar suara mendesing nyaring.

   Tak lama kemudian disusul melayangnya beberapa buah benda berkilatan ke arah Bargola.

   "Hm...."

   Dengus Bargola.

   Seketika kedua tangan laki-laki beringas itu bergerak menyampok benda berkilatan yang melesat cepat ke arahnya! Dari suara mendesing yang sangat nyaring, datuk kaum sesat itu dapat mengetahui betapa kuatnya tenaga dalam orang yang melemparkannya.

   Namun tanpa ragu-ragu lagi Bargola menyampok dengan tangan telanjang.

   Dia benar-benar tidak merasa kawatir kalau benda-benda berkilatan itu akan melukai tangannya.

   Memang, pada saat mengerahkan ilmu 'Tapak Bara' kedua tangannya menjadi kebal terhadap segala macam senjata tajam.

   Trak, trak, trak! Tap! Tiga dari empat benda berkilatan yang mengarah ke tubuhnya terpental rubuh ketika ditangkis Bargola.

   Sedangkan sebuah lagi ditangkap tangannya.

   Mulanya Bargola kaget bukan main ketika merasakan tangan yang dipergunakan untuk menyampok bergetar hebat.

   Dan ketika melihat benda berkilat yang ada di tangannya, wajahnya seketika berubah! Benda berkilat itu ternyata adalah sebuah pisau berwarna putih.

   Bargola tahu betul siapa pemilik pisau itu.

   "Raja Pisau Terbang...."

   Gumam Bargola menyebut suatu nama.

   Belum habis ucapan itu, tahu-tahu di depan Bargola telah muncul sesosok tubuh berperawakan sedang.

   Wajahnya gagah dan menyorotkan kesabaran.

   Usianya sekitar lima puluh tahun.

   Memang dialah tokoh yang telah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 11 DEWA ARAK Pedang Bintang melemparkan pisau-pisau yang berwarna putih mengkilat itu.

   Dia memang berjuluk Raja Pisau Terbang, seorang tokoh beraliran putih yang disegani lawan maupun kawan.

   "Sungguh tidak kusangka kalau kau bisa tersesat jauh ke sini, Bargola...."

   Sindir Raja Pisau Terbang pelan. Bargola hanya mendengus. Raut ketidak senangan tersirat jalas pada wajahnya.

   "Sayang sekali, Raja Pisau Terbang. Kali ini aku tidak berminat untuk berdebat atau bertarung denganmu. Saat ini aku tengah ada urusan lain yang lebih penting. Kalau tidak, sekarangpun bisa ditentukan siapa yang lebih kuat di antara kita. Jangan berharap kau akan semujur dulu!"

   Tegas datuk sesat itu. Suaranya kasar dan terdengar berat.

   "Sampai kapanpun aku akan selalu siap sedia, Bargola,"

   Ujar Raja Pisau Terbang sambil tersenyum.

   Bargola tidak menjawab.

   Datuk sesat itu lagi-lagi hanya mendengus.

   Suatu kebiasaan buruk yang telah menjadi ciri khasnya.

   Kemudian tanpa berkata-kata lagi digerakkan tubuhnya.

   Tampaknya hanya seperti menggeliat, tapi tahu-tahu tubuhnya telah bergeser sejauh lima tombak.

   Raja Pisau Terbang hanya memandangi hingga tubuh Bargola lenyap di kajauhan.

   Melihat kepergian Bargola, apalagi setelah mendengar bahwa Pedang Bintang tidak ada di situ, maka para tokoh rimba persilatan pemburu Pusaka Ki Gering Langit itu satu persatu meninggalkan tempat.

   Dan tak lama kemudian yang tertinggal di situ hanya Ki Wanayasa dan murid-muridnya serta si Raja Pisau Terbang.

   Ki Wanayasa yang telah pulih dari serangan hawa panas pada sekujur tubuhnya bergegas mengahampiri Raja Pisau Terbang.

   "Terima kasih atas pertolonganmu, Adi Kirin. Kalau tidak......, hhh! Bargola memang hebat. Ilmu 'Tapak Bara'nya benar-benar dahsyat! Bahkan ilmu meringankan tubuhnyapun luar biasa sekali...."

   Ucap Ki Wanayasa.

   "Lupakanlah Kakang Wanayasa. Di antara kita rasanya Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 12 DEWA ARAK Pedang Bintang tidak perlu berbasa basi seperti itu. Kedatanganku ke sini hanya secara kebetulan. Katika kulihat Bargola di Desa Ketapang di Kaki Gunung Waru ini, aku curiga. Maka akupun mengikutinya. Jelas ini sangat mengherankan sekaligus mencurigakan kalau Bargola yang berada jauh di Barat, tiba-tiba berkeliaran sampai ke Timur sini. Setelah kuikuti, ternyata dia memang ingin ke sini. Sayang, aku agak terlambat...."

   Sesal Raja Pisau Terbang yang bernama Kirin ini sambil tersenyum kecil.

   "Ilmu 'Tapak Bara'nya memang hebat. Tapi mengenai ilmu meringankan tubuh, rasanya masih bisa kusaingi. Kecuali terhadap tokoh yang satu itu.... Terus terang aku takluk pada ilmu meringankan tubuh dan kecepatan geraknya....."

   "Ki Gering Langit?"

   Tebak Ki Wanayasa.

   "Bukan. Beliau tidak masuk hitungan,"

   Raja Pisau Terbang menggelengkan kepalanya perlahan.

   "Lalu siapa?"

   Tanya Ki Wanayasa. Pikirannya berputar keras. Dan tiba-tiba mendapatkan satu nama.

   "Maksudmu...... si Ular Hitam?"

   "Benar,"

   Raja Pisau Terbang mengangguk. Ia sudah dapat menduga ketajaman berpikir Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.

   "Ahhh....!"

   Ki Wanayasa mendesah pelan.

   "Dialah si pemilik ilmu meringankan tubuh yang luar biasa. Bahkan kecepatan gerak tangannya tidak bisa kusaingi. Kalau saja aku tidak memiliki pisau terbang, mungkin sudah tewas di tangannya dulu...."

   Ki Wanayasa mengangguk-anggukkan kepalanya.

   "Ya, pernah kudengar berita itu. kalau tidak salah ilmu meringankan tubuh dan kecepatan geraknya yang luar biasa itu adalah ilmu 'Ular Terbang' dan terkenal sebagai ilmu andalannya."

   Raja Pisau Terbang hanya mengangguk.

   "Kudengar selama beberapa tahun ini nama Ular Hitam tidak pernah terdengar lagi. Apa betul begitu, Adi Kirin?"

   Tanya Ki Wanayasa lebih jauh.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 13 DEWA ARAK Pedang Bintang "Benar.

   Aku sendiri juga heran kakang Wanayasa.

   Mendadak saja ia lenyap tanpa berita bagai ditelan bumi.

   Kabar yang tersiar di dunia persilatan simpang siur.

   Ada yang mengatakan menyembunyikan diri untuk menciptakan ilmu-ilmu baru yang akan digunakan untuk membalas kekalahannya terhadap Ki Gering Langit.

   Berita yang pasti tidak ada yang tahu.

   Mendadak saja ia lenyap tanpa jejak..."

   Ki Wanayasa termenung sejenak mendengar cerita Raja Pisau Terbang itu, tapi tiba-tiba saja teringat sesuatu. Ditepuknya keningnya sebentar.

   "Tuan rumah macam apa aku ini. Ada tamu agung bukannya disambut, diajak masuk dan disediakan minum. Tapi malah dibiarkan berdiri berpanas-panas di luar! Ahhh.... Mari masuk dulu Adi Kirin. Kita rayakan pertemuan yang istimewa ini di dalam."

   Raja Pisau Terbang hanya tersenyum.

   "Usul yang baik sekali,"

   Ucap laki-laki setengah baya ini gembira sambil mengikuti langkah kaki Ki Wanayasa yang telah lebih dulu berjalan menuju ke dalam bangunan Perguruan Tangan Sakti.

   Sementara itu Satria segera menolong Seta yang terluka cukup parah.

   Sedangkan Mega sibuk mengatur adik-adik seperguruannya untuk mengurus mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat itu.

   Beberapa murid lainnya menolong saudara seperguruannya yang terluka.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 14 DEWA ARAK Pedang Bintang alam itu langit kelihatan kelam.

   Bulan yang hanya sepotong di langit terlihat tidak berdaya M menembus awan hitam dan tebal yang bergumpal-gumpal menutupinya.

   Angin dingin yang berhembus dan terkadang sesekali keras itu kian menambah seramnya suasana malam.

   Dan dalam suasana seperti itu orang-orang merasa lebih suka tinggal di dalam rumah.

   Mereka lebih suka dibuai mimpi di peraduannya daripada berkeliaran di luar.

   Tetapi kenikmatan seperti itu tidak diperoleh murid-murid Perguruan Tangan Sakti yang tengah mendapat tugas berjaga.

   Walaupun keadaan alam yang tidak bersahabat, mereka harus tetap berjaga-jaga bersikap waspada.

   Apalagi mengingat kejadian tadi pagi.

   Bukan tidak mungkin kalau malam ini ada tokoh-tokoh persilatan yang masih penasaran ingin menyatroni perguruan mereka untuk mencari Pedang Bintang.

   Empat orang murid nampak berjaga-jaga dekat pintu gerbang memandang ke sekeliling.

   Sikap mereka benar-benar waspada dalam keremangan cahaya sinar obor yang nampak lemah tak berdaya.

   Beberapa murid lain menunggu di pos.

   Sementara dua orang lainnya berkeliling ke sekeliling perguruan.

   Keadaan benar-benar gelap.

   Walaupun sepasang mata dibelelakkan sebesar-besarnya tetap saja tidak akan terlihat apa-apa selain kegelapan pekat.

   Tapi empat orang murid yang bertugas jaga itu tetap memperhatikan sekelilingnya dengan mata nyalang.

   Dan tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat sesuatu dalam kegelapan malam yang pekat itu.

   Beberapa saat lamanya murid itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengucek-ucek mata untuk meyakini peng-Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 15 DEWA ARAK Pedang Bintang lihatannya.

   Tetapi tetap saja dia melihat sosok bayangan putih yang begitu enaknya bersila di atas sebatang ranting.

   Padahal ranting pohon itu hanya sebesar ibu jari! "Ha...hantu...."

   Keluar jua ucapan itu dari mulut salah seorang murid walaupun dengan bibir gemetar.

   Sebenarnya ucapan yang keluar dari mulut murid yang sial itu tidak keras bahkan hanya perlahan saja.

   Tapi karena keadaan yang begitu hening, suara yang perlahan itu jadi terdengar keras.

   Dan tentu saja terdengar oleh teman-temannya yang berada tidak jauh dari situ.

   "Ada apa, Parja?"

   Tanya salah seorang temannya sambil bergerak mendekat.

   Parja, murid yang melihat sosok tubuh putih itu mencoba untuk menyahut.

   Tapi ternyata tidak mampu.

   Yang keluar dari mulutnya hanyala suara gumaman tidak jelas.

   Tentu saja yang lain tidak mengerti maksudnya.

   Untungnya Parja juga menuding-nudingkan jari telunjuk ke arah tempat ia melihat sosok tubuh serba putih itu tadi.

   Serentak kepala teman-temannya menoleh ke arah yang ditunjuk Parja.

   Dan betapa terkesiapnya hati mereka ketika melihat sesuatu yang ditunjuk Parja.

   "Han...hantu...."

   Desis mereka dengan suara bergetar. Walaupun mereka telah digembleng untuk tidak takut menghadapi maut, akan tetapi pada mahluk halus tetap saja gentar! Tapi rupanya salah seorang penjaga yang beranama Wiji tidak percaya dengan adanya hantu.

   "Aku tidak percaya kalau hantu atau siluman itu ada. Buktinya dari dulu aku tidak pernah bertemu segala mahluk tetek bengek itu! aku yakin ini hanyalah satu siasat orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari suasana malam yang tidak seperti biasanya ini!"

   Tegas Wiji dengan sikap tenang.

   Ucapan dan sikap dari Wiji membuat Parja dan teman-temannya menjadi agak lebih berani.

   Kini mereka menatap Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 16 DEWA ARAK Pedang Bintang sosok bayangan putih itu penuh perhatian.

   Mendadak saja sosok bayangan putih itu bangkit dari bersilanya.

   Dan secepat itu pula tubuhnya melompat dari ranting pohon yang tadi didudukinya kearah Wiji, Parja dan seorang rekannya yang tengah memperhatikan.

   Sosok bayangan putih itu begitu ringan hinggap sekitar empat tombak di depan para murid Perguruan Tangan Sakti.

   Dengan bantuan sinar obor apalagi pakaian orang itu serba putih, Wiji dan tiga murid lainnya dapat melihat lebih jelas sosok bayangan putih itu lagi.

   Sedangkan Parja bergerak menjauh karena rasa takut yang menyerangnya.

   Dia hanya memperhatikan tanpa berkedip.

   Sosok bayangan putih itu bertubuh tinggi kurus.

   Wajahnya tertutup selubung putih yang memiliki dua buah lobang kecil untuk mata.

   Pakaiannya juga serba putih.

   Di bagian dada terdapat sebuah gambar tengkorak kepala manusia.

   Wiji dan teman-temannya memperhatikan sosok bayangan putih itu dengan bulu tengkuk meremang.

   Apalagi ketika menatap sepasang mata yang mencorong kehijauan di balik selubung itu! Sepasang mata itu lebih mirip mata harimau dalam gelap! Manusiakah sosok yang berdiri di hadapan mereka ini? Dan belum lagi sadar dari keterpakuannya, sosok serba putih itu tiba-tiba mengebutkan tangannya.

   Kelihatannya pelan saja tapi akibatnya hebat sekali! Tubuh Wiji dan kedua orang temannya terlempar ke belakang sejauh lima tombak lebih.

   Bagai diterjang angin ribut saja layaknya.

   Tubuh mereka masih terguling-guling di tanah beberapa tombak jauhnya.

   Dan begitu daya lontar serangan sosok serba putih itu habis, tubuh merekapun berhenti.

   Mereka kini tidak bergeak lagi dengan sekujur tubuh berwarna kebiruan.

   Tewas! Parja dari kajauhan menatap mayat ketiga temannya dengan perasaan campur aduk.

   Marah, kaget dan juga ngeri! Jelas sekali dilihatnya kalau sosok serba putih itu Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 17 DEWA ARAK Pedang Bintang hanya menggerakkan tangannya perlahan saja.

   Dan akibatnya begitu hebat dan mengerikan! Parja sadar kalau sosok serba putih ini memiliki kepandaian amat tinggi dan jelas bukan tandingannya.

   Maka cepat-cepat dia memukul kentongan tanda bahaya.

   "Tidak ada ampun bagi orang yang berani meremehkan Siluman Tengkorak Putih!"

   Ucap sosok serba putih itu.

   Tok! Tok! Tok! Dalam sekejapan saja suara kentongan itu telah memecah keheningan malam kelam.

   Sosok serba putih yang ternyata berjuluk Siluman Tengkorak Putih membiarkan saja apa yang dilakukan Parja.

   Parja memang sengaja tidak di bunuh agar memberitahukan kedatangannya.

   Keonaran ini memang sengaja dibuat untuk membuat Ki Wanayasa keluar dari tempatnya.

   Apa yang diharapkan Siluman Tengkorak Putih ternyata memang tidak salah.

   Suara kentongan yang dipukul Parja itu segera saja menimbulkan kegemparan di bangunan besar Perguruan Tangan Sakti.

   Berbondong-bondong para murid perguruan bergerak menuju arah kentongan berbunyi.

   Di antara mereka nampak pula murid utama Perguruan Tangan Sakti.

   Seta yang memiliki ilmu meringankan tubuh paling tinggi di antara murid-murid lainnya adalah orang pertama yang paling dulu tiba di tempat Parja memukul kentongan.

   Ia telah sembuh kembali seperti sediakala setelah diobati gurunya siang tadi.

   Yang pertama dilihat Seta adalah sosok serba putih yang tengah berdiri tenang sambil menatap parja yang masih sibuk memukul kentongan.

   "Ada apa Parja?"

   Tanya Seta begitu tiba di samping Parja.

   "Siluman itu membunuh rekan-rekan kita Kang,"

   Jawab Parja dengan suara tersendat.

   Untuk beberapa saatnya lamanya Seta celingukan.

   Sepasang matanya nyalang mengawasi sekitarnya.

   Yang Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 18 DEWA ARAK Pedang Bintang dicari adalah mayat adik-adik seperguruannya yang menurut laporan Parja telah dubunuh sosok putih di depannya.

   Tapi sampai sakit matanya dia tidak melihat apa-apa.

   Suasana malam yang gelap menghalangi pandangannya.

   Beberapa saat kemudian ketika para murid perguruan lainnya yang membawa obor tiba, Seta akhirnya dapat melihat mayat adik-adik seperguruannya.

   Obor-obor yang dibawa cukup menerangi keadaan sekitar tempat itu.

   Melihat hal ini amarah Seta meluap.

   Dengan sinar mata merah ditatapnya sosok bayangan putih di depannya.

   "Hai, Siluman! Apa persoalannya dengan kami sehingga kau begitu kejam membunuh murid-murid Perguruan Tangan Sakti?!"

   Siluman Tengkorak Putih hanya tertawa.

   Tawanya begitu aneh.

   Pelan, berat dan bergaung.

   Sepertinya bukan keluar dari mulut manusia! Semula tidak ada yang aneh pada awa itu selain bunyinya yang tidak seperti tawa manusia pada umumnya.

   Tapi beberapa saat kemudian suara tawa itu mulai menampakkan akibatnya.

   Seta merasakan suara tawa pelahan namun pasti, mulai menyakiti telinga dan membuat sesak dadanya.

   Otak Seta yang cerdas segera saja menduga ada ketidak wajaran pada suara tawa itu.

   Sekilas diliriknya Parja.

   Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Seta melihat Parja tengah duduk bersila.

   Kedua tangannya menutupi kedua telinga untuk menghalangi serangan suara tawa itu.

   Ternyata bukan hanya Praja saja.

   Terlihat semua adik seperguruannya duduk bersila dan menutup kedua telinganya.

   Tak terkecuali Satria dan Mega! Bahkan ada beberapa orang adik seperguruannya yang telah menggigil sekujur tubuhnya.

   Seta yang telah berpengalaman, tahu kalau adik seperguruannya itu tidak akan dapat bertahan lama.

   Sebenarnya dia juga mengalami hal yang sama.

   Tapi karena tenaga dalamnya lebih kuat, dia lebih dapat Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa DEWA ARAK Pedang Bintang bertahan.

   "Hiyaaaat.....!"

   Sambil berteriak keras Seta melompat menerjang Siluman Tengkorak Putih yang masih tertawa.

   Disadari kalau lawannya ini mempunyai ilmu kepandaian tinggi.

   Maka tanpa ragu-ragu lagi dicabut pedangnya dan langsung dikeluarkan ilmu andalan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'! Suara berdesing nyaring mengawali serangan.

   Walaupun Siluman Tengkorak Putih sudah dapat memperkirakan kedahsyatan serangan lawan, tetapi dia hanya mendengus saja.

   "Manusia tidak tahu diri! Kalau mau aku telah membunuhmu dengan suara tawaku itu!"

   Setelah berkata demikian tangannya yang telanjang bergerak cepat menangkis serangan pedang Seta. Kecepatan gerak tangannya mengingatkan orang pada serangan seekor ular pada mangsanya. Begitu cepat dan tiba-tiba. Trak! "Akh....!"

   Seta menyeringai.

   Tangannya yang menggenggam pedang mendadak lumpuh sesaat begitu tangan Siluman Tengkorak Putih menangkis pedangnya.

   Tanpa dapat dicegah lagi pedangnya terlepas dari pegangan.

   Belum lagi Seta sempat berbuat sesuatu, serangan belasan Siluman Tengkorak Putih telah mengancam.

   Murid utama Perguruan Tangan Sakti itu hanya melihat kelebatan sinar putih menyambar ke arahnya.

   Dirasakannya juga hembusan angin dingin menuju ke arahnya.

   Seta kaget bukan main.

   Sebisa-bisanya dilempar tubuhnya ke belakang dan bergulingan di tanah beberapa kali.

   Tapi tetap saja ekor matanya melihat ada sekelabatan sinar putih mendekati ubun-ubunnya.

   Seta terus bergulingan.

   Sementara itu kelebatan sinar putih itu tetap mencecar ubun-ubunnya.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 20 DEWA ARAK Pedang Bintang Satria, Mega dan beberapa adik seperguruannya melihat semua itu disertai rasa cemas yang mendalam.

   Berbeda dengan Seta mereka yang kini sudah bebas dari serangan tawa itu dapat melihat jelas semua yang terjadi.

   Memang kakak seperguruan mereka berusaha mati-matian mengelak dari ancaman tangan Siluman Tengkorak Putih yang mencecar ubun-ubunnya.

   Satria dan Mega yang bergegas melompat hendak membantu ternyata terlambat! Tangan manusia siluman itu telak sekali menghantam ubun-ubun murid utama Perguruan Tangan Sakti itu.

   Crokkk....! "Akh!"

   Seta memekik tertahan, sebelum tubuhnya rubuh dengan ubun-ubun kepala pecah.

   "Kang Seta.....!"

   Teriak Satria dan Mega hampir bersamaan. Dua orang murid utama Perguruan Tangan Sakti itu tercenung. Pandangan mata mereka seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Untuk beberapa saat lamanya keduanya terbengong-bengong.

   "Tidak ada ampun bagi orang yang berani menyerang Siluman Tengkorak Putih!"

   Ancam sosok bayangan putih itu dengan suara yang khas.

   Pelan, berat dan bergaung.

   Kontan Satria dan Mega tersadar dari termenungnya.

   Ketika kesadaran mereka timbul maka timbul pula kemarahan di dada.

   Srat! Srat! Bagai dikomando kedunya mencabut pedangnya masing-masing secara bersamaan.

   Akan tetapi.....

   "Tahan.....!"

   Tiba-tiba suatu bentakan nyaring menahan gerak Satria dan Mega yang akan menerjang Siluman Tengkorak Putih.

   Serentak keduanya mengurungkan niatnya.

   Dikenali betul pemilik suara itu.

   Siapa lagi kalau bukan guru mereka, Ki Wanayasa.

   Keduanya serentak menoleh ke arah asal suara.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 21 DEWA ARAK Pedang Bintang Tampaklah Ki Wanayasa berjalan bersama tamunya Raja Pisau Terbang.

   "Aku telah dapat memastikan, Kakang Wanayasa. Siluman Tengkorak Putih ini ada hubungannya dengan si Ular Hitam! Aku tahu betul gerakannya waktu menewaskan Seta adalah ilmu 'Ular Terbang'!"

   Bisik Raja Pisau Terbang pada Ki Wanayasa.

   "Tapi.... bukankah Ular Hitam telah lama lenyap dari dunia persilatan? Lagi pula, sepanjang yang kuketahui si Ular Hitam tidak pernah punya murid!"

   Bantah Ki Wanayasa. Sepasang matanya menatap marah ke arah Siluman Tengkorak Putih yang telah membunuh murid kesayangannya.

   "Ah, Kakang. Siapa yang mengetahuinya? Di antara seluruh datuk persilatan dialah satu-satunya datuk yang paling misterius. Siapa yang tahu dia punya murid atau tidak?"

   "Hey.....! Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa? Mengakulah sebelum terlambat!"

   Bentak Siluman Tengkorak Putih.

   Nadanya tidak sabar begitu melihat keduanya telah mendekat.

   Raja Pisau Terbang dan Ki Wanayasa hanya tersenyum.

   Apalagi si Raja Pisau Terbang.

   Padahal si Raja Pisau Terbang adalah salah seorang datuk persilatan yang ditakuti lawan dan disegani kawan.

   Dan kini diancam seroang tokoh yang baru dikenal dan berjuluk Siluman Tengkorak Putih! Siapa yang tidak geli? "Kisanak,"

   Ucap Raja Pisau Terbang dengan sabar.

   "Sungguh tidak kusangka kalau kau begitu sombong. Melihat gerakanmu aku yakin kau mempunyai hubungan dengan si Ular Hitam. Entah sebagai murid atau adik seperguruannya. Atau kau adalah pencuri kitab-kitab ilmu silatnya? Hanya yang perlu kau ketahui Kisanak. Jangankan dirimu. Ular Hitam saja tidak berani berkata seperti itu kepadaku!"

   Ha...ha...ha...! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 22 DEWA ARAK Pedang Bintang Tiba-tiba terdengar suara tawa terbahak-bahak begitu Raja Pisau Terbang mengakhiri ucapannya.

   Belum lagi gema suara itu lenyap, muncul sesosok tubuh pendek kekar.

   Rambutnya awut-awutan dan bermata merah.

   Dan kini orang itu telah berada di sebelah kanan Siluman Tengkorak Putih.

   "Raja Racun Pencabut Nyawa...."

   Desis Raja Pisau Terbang begitu melihat sosok tubuh yang berdiri di sebelah kanan Siluman Tengkorak Putih.

   Ki Wanayasa tersentak kaget juga.

   Telah didengar banyak tentak tokoh ini dari adik seperguruannya.

   Raja Racun Pencabut Nyawa tinggal di Barat dan pernah dikalahkan si Ular Hitam dalam pertarungan merebutkan kedudukan datuk di Barat.

   Karena kekalahannya itu dia menyingkir ke Selatan.

   Ternyata dia di situ membuat kekacauan sehinnga membuat adik seperguruan Ki Wanayasa turun tangan menantangnya.

   Kali inipun Raja Racun Pencabut Nyawa harus menelan pil pahit.

   Adik seperguruan Ki Wanayasa tidak mampu dikalahkannya.

   Kepandaian keduanya berimbang.

   Sehingga dalam pertarungan mati-matian itu mereka sama-sama mendapat luka.

   Itulah berita yang didengar Ki Wanayasa dari adik seperguruannya.

   Sungguh tidak diduga kalau malam ini dia akan bertemu tokoh itu.

   "Gerda, orang yang berbicara tadi itu adalah Raja Pisau Terbang,"

   Ujar Raja Racun Pencabut Nyawa memberitahu.

   "Oh, pantas. Dia begitu sombong. Jadi kalau bagitu orang yang disebelahnya adalah Ki Wanayasa, Paman?"

   Tanya Siluman Tengkorak Putih meminta ketegasan.

   "Betul."

   Kini dengan sorot mata garang, Siluman Tengkorak Putih menatap Ki Wanayasa penuh selidik. Diperhatikannya kakek bongkok udang itu lekat-lekat.

   "Ki Wanayasa! Kau tentu sudah tahu maksud kedatanganku ke sini bukan?"

   Tanya Siluman Tengkorak Putih tenang. Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 23 DEWA ARAK Pedang Bintang Ki Wanayasa hanya tersenyum.

   "Sudah bisa kutebak maksud kedatanganmu, Siluman Tengkorak Putih. Apalagi kalau bukan masalah Pedang Bintang?! Bukankah demikian?"

   "He...he....he..."

   Siluman Tengkorak Putih hanya terkekeh.

   "Ahhhh....sayang sekali!"

   Ujar Ki Wanayasa sambil menghela napas.

   "Mengapa?"

   "Pedang itu sama sekalu tidak ada padaku."

   "Bohong!"

   Bentak Siluman Tengkorak Putih keras.

   "Jaga mulutmu Kisanak!!"

   Bentak Ki Wanayasa tak kalah garangnya.

   "Jangan dikira aku takut padamu!"

   "Keparat!"

   Siluman Tengkorak Putih menggeram hebat. Sudah dapat diduga kalau akhirnya laki-laki berjubah ini akan menyerang Ki Wanayasa.

   "Gerda, sabar dulu...."

   Siluman Tengkorak Putih yang bernama Gerda itu mengurungkan niatnya. Ditatapnya wajah Raja Racun Pencabut Nyawa lekat-lekat.

   "Dia telah menghinaku, paman"

   Protes Siluman Tengkorak Putih.

   "Hal itu bisa diurus nanti. Sekarang yang penting adalah persoalan Pedang Bintang. Sabarlah sebentar......"

   Jelas Raja Racun Pencabut Nyawa sambil memegang bahu Siluman Tengkorak Putih.

   Beberapa saat lamanya Siluman Tengkorak Putih termenung.

   Tapi akhirnya menganggukkan kepalanya juga.

   Kini Raja Racun Pencabut Nyawa mengalihkan pandangannya pada Ki Wanayasa.

   "Ki Wanayasa...."

   Sapa Raja Racun Pencabut Nyawa pelan. Seulas senyum licik tersungging di bibirnya.

   "Tidak usah banyak peradatan, Raja Racun!"

   Selak Ki Wanayasa keras.

   "Katakan saja apa maumu dan jangan bertele-tele!"

   Seketika wajah Raja Racun Pencabut Nyawa berubah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 24 DEWA ARAK Pedang Bintang setelah mendengar teguran kasar itu.

   Sesaat sepasang matanya berkilat penuh kemarahan.

   Tapi itu hanya sebentar saja karena sekejap kemudian sudah kembali biasa.

   "Baiklah Wanayasa. Sungguh tidak kusangka sama sekali kalau orang terhormat seperti dirimu yang juga Ketua Perguruan Tangan Sakti ternyata hanya seorang pengecut! Bahkan tidak segan-segan berdusta untuk menyelamatkan nyawanya!"

   "Keparat kau, Raja Racun!"

   Bentak Ki Wanayasa marah.

   "Jelaskan apa maksudmu, sebelum aku terpaksa bersikap yang tidak sepantasnya terhadapmu!"

   Kakek bongkok udang ini memang paling pantang di katakan pengecut. Maka kemarahannyapun langsung bergolak mendengar ucapan Raja Racun Pencabut Nyawa. Raja Racun Pencabut Nyawa hanya terkekeh saja mendengar ancaman itu.

   "Wanayasa. Hampir semua orang persilatan tahu kalau Pedang Bintang itu ada padamu. Tapi kini kau menyangkalnya! Bukankah orang seperti itu pengecut namanya?"

   "Raja Racun Pencabut Nyawa..... dan kau juga Siluman Tengkorak Putih!"

   Ucap Ki Wanayasa seraya memandang Siluman Tengkorak Putih sekilas.

   "Dengarlah baik-baik. Demi kehormatanku selaku Ketua Perguruan Tangan Sakti, kukatakan pada kalian bahwa Pedang Bintang itu tidak ada di sini!"

   "Kau berdusta, Wanayasa!"

   Teriak Siluman Tengkorak Putih kalap seraya melangkah maju.

   "Tenang Gerda,"

   Raja Racun Pencabut Nyawa menyentuh tangan Siluman Tengkorak Putih.

   "Dia berdusta, Paman...."

   "Dia berkata benar."

   Raja Racun Pencabut Nyawa menggelengkan kepalanya.

   Dia tahu pasti kalau Ki Wanayasa tidak berdusta.

   Seorang seperti dia lebih meng-hargai kehormatan dari pada nyawa.

   Dan diketahui betul Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 25 DEWA ARAK Pedang Bintang hal itu.

   "Tapi, Paman....."

   Siluman Tengkorak Putih masih penasaran.

   "Biar aku yang mengurusnya, Gerda. Percayalah. Masalah ini pasti akan tuntas!"

   Mendengar jaminan Raja Racun Pencabut Nyawa, Siluman Tengkorak Putih kembali mundur ke tempatnya. Dia percaya penuh akan kemampuan orang yang dipanggil-nya paman ini. Dia juga tahu kalau pamannya itu mempunyai berbagai macam tipu muslihat.

   "Wanayasa..... aku mempercayai keterangan yang kau berikan itu. Aku juga percaya kalau Pedang Bintang itu memang tidak ada padamu. Tapi itu bukan berarti kalau kau tidak tahu menahu di mana adanya pedang itu. Bukan begitu Wanayasa?"

   Pancing Raja Racun Pencabut Nyawa. Wajah Ki Wanayasa beubah hebat. Sungguh di luar dugaan kalau Raja Racun Pencabut Nyawa itu sedemikian cerdiknya. Dan ini membuatnya cemas bukan main.

   "Apa urusannya hal itu denganku?!"

   "Katakan saja di mana adanya Pedang Bintang itu. Maka, kami akan segera pergi dari sini!"

   Desak Raja Racun Pencabut Nyawa tidak sabar.

   "Kalau aku tidak memberitahukannya?"

   "Aku akan memaksamu!"

   "Silahkan, Raja Racun,"

   Tantang Ki Wanayasa sambil tersenyum.

   "Keparat!"

   Raja Racun Pencabut Nyawa memaki.

   "Tunggu, Paman!"

   Siluman Tengkorak Putih segera mencekal lengan Raja Racun Pencabut Nyawa yang hendak menerjang Ki Wanayasa. Raja Racun Pencabut Nyawa menoleh.

   "Serahkan dia padaku,"

   Ucapnya lagi.

   Raja Racun Pencabut Nyawa menangkap adanya tekanan pada nada suara itu.

   Dan ia tahu kalau kali ini Siluman Tengkorak Putih itu tidak ingin dibantah lagi.

   Maka dengan berat kakinya melangkah mundur.

   Siluman Tengkorak Putih maju beberapa tindak.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 26 DEWA ARAK Pedang Bintang "Wanayasa, sekali lagi kau kuberi kesempatan.

   Katakan di mana Pedang Bintang itu!"

   "Jangan harap aku mengatakannya, bocah!"

   Tegas Ki Wanayasa tajam.

   "Keparat! Kalau begitu mampuslah kau!"

   Setelah berkata demikian, Siluman Tengkorak Putih menerjang Ki Wanayasa.

   Gerakannya cepat bukan main.

   Kedua tangannya yang terbuka lurus dan mengejang kaku menyerang bertubi-tubi pada pusar, ulu hati dan tenggorokan Ketua Perguruan Tangan Sakti itu.

   Deru angin nyaring mengawali tibanya serangan Siluman Tengkorak Putih.

   Ki Wanayasa yang sudah mengetahui kecepatan gerak lawannya yang luar biasa ini, memang sudah sejak tadi bersikap waspada.

   Maka ketika melihat serangan yang bertubi-tubi mengancam beberapa bagian yang berbahaya di tubuhnya, dia tidak menjadi gugup.

   Cepat-cepat ditarik mundur kaki kirinya ke kanan belakang.

   Sehingga serangan-serangan Siluman Tengkorak Putih itu lewat beberapa rambut di depan tubuhnya.

   Tidak hanya itu saja yang dilakukan Ki Wanayasa.

   Saat ditarik mundur kaki kirinya, kedua tangannya yang disertai pengerahan ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau', mencengkeram ke arah pelipis dan lambung lawan.

   Hebat dan berbahaya bukan main serangan yang dilakukan Ki Wanayasa itu! Apalagi dilakukan dalam jarak yang demikian dekat.

   Maka serangan itu menjadi tambah berbahaya saja.

   Dan rasa-rasanya tidak ada kesempatan lagi bagi Siluman Tengkorak Putih itu untuk menangkis atau mengelakkan serangan itu.

   Begitu tiba-tiba dan mendadak! "Ah....."

   Desah Raja Racun Pencabut Nyawa pelan, ketika melihat keadaan berbahaya yang mengancam Siluman Tengkorak Putih.

   Bahkan Raja Pisau Terbang diam-diam menarik nafas karena terlalu tegang.

   Hati Siluman Tengkorak Putihpun sempat terkesiap, Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 27 DEWA ARAK Pedang Bintang melihat serangan yang begitu tiba-tiba itu.

   Akan tetapi dengan kecepatan gerak yang luar biasa segera ditarik pulang serangannya dan cepat-cepat ditangkis serangan Ki Wanayasa.

   Tangan kiri melindungi pelipis, sedangkan tangan kanannya menjegal serangan yang menuju ke lambung.

   Plak! Plak! Ki Wanayasa terhuyung tiga langkah ke belakang akibat benturan dua pasang tangan yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi itu.

   Sedangkan Siluman Tengkorak Putih hanya terhuyung satu langkah.

   Ki Wanayasa kaget bukan main melihat kenyataan ini.

   Sungguh tidak disangka kalau dirinya akan terhuyung sampai tiga langkah.

   Bahkan sekujur tangannyapun dirasakan sakit akibat benturan itu.

   Dan herannya lawan hanya terhuyung satu langkah ke belakang! Tidak adakah yang salah dalam hal ini? Bukankah tadi telah dikerahkan segenap tenaga dalam penyerangannya tadi? Bukankah dia menang posisi bila dibandingkan dengan Siluman Tengkorak Putih dalam benturan tadi? Mungkinkah tenaga dalam lawannya ini lebih kuat dari Bargola? Mustahil! Akan tetapi Ki Wanayasa tidak dapat berpikir lebih lama lagi.

   Serangan susulan dari Siluman Tengkorak Putih menghentikan kesibukan berpikirnya.

   Cepat-cepat dielakkan serangan itu dan kemudian dibalasnya dengan ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.

   Maka kini keduanya sudah terlibat dalam sebuah pertarungan yang luar biasa.

   Akan tetapi tidak sampai lima belas jurus kemudian terbuktilah Ki Wanayasa bukan tandingan Siluman Tengkorak Putih.

   Kakek bongkok udang itu perlahan namun pasti mulai terdesak.

   Hal inilah tidaklah aneh karena memang Ketua Perguruan Tangan Sakti ini kalah segala-galanya dibanding lawannya.

   Dapat dipastikan kalau tak lama lagi Ki Wanayasa akan rubuh di tangan lawannya yang luar biasa itu.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 28 DEWA ARAK Pedang Bintang Tiba-tiba terdengar teriakan dari mulut Raja Racun Pencabut Nyawa.

   "Gerda! Hentikan!"

   Teriaknya keras.

   "Tidak, Paman. Aku tidak akan berhenti sebelum membunuh tua bangka keparat ini!"

   Bentak Siluman Tengkorak Putih yang memang bernama asli Gerda dengan suara keras pula.

   Bahkan dia terus menhujani lawan dengan serangan-serangan yang mematikan.

   Raja Pisau Terbang segera bersiap melihat sikap Raja Racun Pencabut Nyawa yang aneh ini.

   Akan tetapi tidak terlihat tanda-tanda kalau tokoh itu akan bertindak curang.

   "Hentikan, Gerda! Cepat! Aku sudah tahu di mana Pedang Bintang itu!"

   Teriak Raja Racun Pencabut Nyawa lagi.

   Mendengar ucapan itu lagsung Siluman Tengkorak Putih menghentikan desakannya pada Ki Wanayasa.

   Tubuhnya melenting cepat ke belakang meninggalkan lawannya.

   Akan tetapi Ki Wanayasa yang sudah mencium adanya bahaya yang mengancam tempat Pedang Bintang berada tidak membiarkan lawannya.

   Cepat-cepat dia melompat mengejar.

   "Adi Kirin tolong cegah Raja Racun itu pergi!"

   Teriak Ki Wanayasa sambil terus mengejar.

   Raja Pisau Terbang yang telah melihat Ki Wanayasa tengah berusaha menghalangi kepergian Siluman Tengkorak Putih, segera bergerak ke arah Raja Racun Pencabut Nyawa begitu mendengar teriakan rekannya itu.

   Raja Racun Pencabut Nyawa yang juga mendengar teriakan tadi juga tahu kalau sampai berhadapan si Raja Pisau Terbang, kemungkinan untuk dapat lolos sangat kecil.

   Buru-buru dirogoh balik bajunya untuk mengambil sebuah benda bulat sebesar telur bebek.

   Tanpa ragu-ragu lagi benda itu dilemparkan ke arah Raja Pisau Terbang yang tengah bergerak mengejar.

   Tentu saja Raja Pisau Terbang yang telah tahu betapa telengasnya Raja Racun itu dengan permainan racunnya, Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 29 DEWA ARAK Pedang Bintang tidak berani bertindak ceroboh.

   Segera dilempar tubuhnya ke belakang dan bersalto beberapa kali di udara menjauhi benda bulat itu.

   Blarrr....! Terdengar ledakan keras begitu benda bulat itu menyentuh tanah.

   Asap yang berwarna hitampun menyebar mengahalangi pandangan.

   Sedangkan Siluman Tengkorak Putih yang tengah dikejar Ki Wanayasa rupanya menjadi tidak sabar juga.

   Sambil terus bersalto ke belakang dikirimkan serangan jarak jauh.

   Seketika angin keras yang berabu amis keluar dari tangan Siluman Tengkorak Putih.

   Ki Wanayasa segera tahu kalau pukulan jarak jauh itu di samping mengandung tenaga dalam kuat, juga mengandung racun amat jahat.

   Maka dia tidak bertindak gegabah lalu buru-buru melompat ke samping.

   Tubuhnya langsung bergulingan di tanah menghindari pukulan itu.

   Kesempatan itupun digunakan Gerda atau Siluman Tengkorak Putih untuk meloloskan diri dari kejaran Ki Wanayasa.

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 30 DEWA ARAK Pedang Bintang etelah sama-sama gagal dalam mengejar Raja Racun Pencabut Nyawa dan Siluman Tengkorak Putih, Ki S Wanayasa hanya menatap kepergian Siluman Tengkorak Putih diiringi sinar mata cemas.

   Ia tahu kalau Raja Racun Pencabut Nyawa tidak main-main dengan ucapannya yang mengatakan telah mengetahui tempat Pedang Bintang itu berada.

   "Betulkah apa yang dikatakan Raja Racun itu, Kakang?"

   Tanya Raja Pisau Terbang yang tahu-tahu sudah berada di sampingnya. Ki Wanayasa menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan itu.

   "Kemungkinan besar memang begitu, Adi"

   Ucapnya pelan.

   "Aku jadi tidak mengerti Kakang...."

   "Begini, Adi. Beberapa tahun yang lalu Ki Gering Langit berkunjung ke tempat ini menemuiku. Kami berbincang-bincang beberapa lama, sampai akhirnya dia mengajakku bermain sintir. Padahal telah lama aku berjanji dalam hatiku untuk tidak memainkan permainan itu. Tapi Ki Gering Langit terus memaksa. Aku menolak, tapi dia terus mendesak. Bahkan sampai-sampai mempertaruhkan kitab-kitab ilmu silatnya. Akhirnya aku tidak tega, lalu mengalah. Dan akhirnya kami bermain. Melalui sebuah permainan yang lama dan menegangkan akhirnya aku dapat mengalahkannya. Maka iapun memenuhi janjinya menyerahkan kitab-kitab ilmu silatnya padaku. Tentu saja hal itu kutolak. Kukatakan padanya kalau aku terpaksa menerima ajakan itu bukan karena ingin taruhan. Tapi ia tetap memaksa. Katanya janji adalah hutang. Dan ia tak ingin berhutang. Tapi aku berkeras menolak. Sampai akhirnya kami menemukan jalan tengah yang disepakati Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 31 DEWA ARAK Pedang Bintang bersama. Kitab-kitab itu dibawa olehnya tapi dia meninggalkan sebilah pedang yang di dalamnya terdapat petunjuk mengenai tempat kitab-kitab peninggalannya. Pedang itu bernama Pedang Bintang."

   "Lalu mengapa tadi Kakang bersikeras mengatakan tidak menyimpannya? Bahkan sampai membawa-bawa kedudukan untuk menguatkan pernyataan Kakang itu,"

   Selak Raja Pisau Terbang.

   "Sabar, Adi Kirin,"

   Ucap Ki Wanayasa sambil tersenyum.

   "Aku belum selesai dengan ceritaku."

   Wajah Raja Pisau Terbang memerah mendengar teguran halus itu.

   "Mulanya aku berniat menyerahkan Pedang Bintang itu pada salah satu seorang murdku. Tapi sayangnya tidak ada satupun murid-muridku yang memiliki bakat luar biasa. Sampai akhirnya suatu hari adik seperguruanku yang berjuluk Pendekar Ruyung Maut datang mengunjungiku bersama anak lelakinya. Anak itu ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam ilmu silat. Jadi kuberikan saja Pedang Bintang itu padanya."

   "Tapi kenapa Raja Racun Pencabut Nyawa itu mengatakan bahwa ia tahu di mana adanya Pedang Bintang itu, Kakang? Apakah itu hanya tipu muslihat saja?"

   "Kemungkinan besar yang dikatakannya benar,"

   Ujar Ki Wanayasa. Kecemasan nampak tergambar di wajahnya.

   "Karena dia pernah bertarung mati-matina melawan adik seperguruanku. Dalam pertarungan itu tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Kedua-duanya sama-sama terluka."

   "Aku mengerti sekarang, Kakang."

   Tandas Raja Pisau Terbang mulai paham.

   "Karena pernah bertarung dengan adik seperguruanmu sampai sekian lamanya, setidak-tidaknya ia mengenali ilmu-ilmu andalan dan mengenal gerakan-gerakannya. Pantaslah, tadi begitu melihat pertaruganmu dengan Siluman Tengkorak Putih, ia tampak kaget."

   Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 32 DEWA ARAK Pedang Bintang "Benar. Rupanya ia melihat adanya persamaan jurus yang kugunakan dengan lawannya dulu, Pendekar Ruyung Maut...."

   Desah Ki Wanayasa pelan.

   "Tapi mudah-mudahan saja dia salah duga...."

   "Menurutku kemungkinan itu sangat kecil, Kakang. Raja Racun Pencabut Nyawa itu sudah terkenal ke-cerdikannya di samping kelicikannya. Kakang toh telah lihat sendiri kenyataannya sewaktu dia menyudutkan Kakang dengan pertanyaan yang membuat Kakang tidak mampu berkelit lagi,"

   Tebak Raja Pisau Terbang seraya menggelengkan kepalanya.

   "Ya,"

   Ucap Ketua Perguruan Tangan Sakti itu singkat.

   "Hhh.... Entah siapa tokoh yang tersembunyi di balik selubung itu...."

   Raja Pisau Terbang mengerutkan alisnya. Ki Wanayasa menghela napas.

   "Akupun tidak habis pikir, Adi Kirin. Kepandaian siluman itu malah lebih hebat dari Bargola....!"

   "Aku tahu itu. sebetulnya jika menuruti keinginan hati rasanya ingin kujajal kelihaiannya. Sayangnya aku sudah jenuh berkelahi terus, Kakang. Aku ke sinipun sebenarnya sekalian ingin mengucapkan selamat tinggal karena ingin pergi ke tempat yang sepi. Mendidik Ningrum putri tunggal-ku."

   Ki Wanayasa termenung. Nampak jelas kalau kakek ini dilanda kebingungan.

   "Memang sudah seharusnya kalau kita yang sudah tua-tua ini menyepi. Biarlah sekarang giliran yang muda-muda untuk turun tangan. Ah, mudah-mudahan saja adik seperguruanku itu telah menunaikan amanatku. Kalau tidak...."

   "Benar. Kita memang hanya bisa berharap, Kakang. Sekarang aku pamit, Kang."

   "Silahkan Adi. Terima kasih atas kunjunganmu."

   Setelah memberi hormat sebentar, tubuh Raja Pisau Terbang langsung berkelebat.

   Dalam sekejap saja yang nampak hanya titik hitam yang semakin lama semakin Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 33 DEWA ARAK Pedang Bintang mengecil untuk kemudian lenyap sama sekali.

   "Haaat....! Hup,,,,! Hiyaaaa....!"

   Terdengar teriakan-teriakan nyaring dari balik sebuah tembok yang mengelilingi sebuah bangunan besar dan megah.

   Teriakan-teriakan itu ternyata berasal dari mulut seorang pemuda tampan yang tengah berlatih silat.

   Usianya sekitar lima belas tahun.

   Bertubuh tegap dan kekar.

   Bentuk wajahnya persegi dan terlihat jantan.

   Alis matanya tebal dan berbentuk golok menampakkan kekerasan wajahnya.

   "Hiyaaat....!"

   Untuk kesekian kalinya pemuda itu berteriak keras.

   Belum lagi gema suaranya itu lenyap, tubuhnya sudah melompat ke atas.

   Dan selagi tubuhnya berada di udara, dia melakukan tendangan sambil memutar tubuhnya.

   Wut....! Angin keras berhembus mengiringi tendangan itu.

   Suatu tanda kalau tendangan itu mengandung tenaga dalam tinggi.

   "Hup!"

   Dengan ringan dan indah kedua kaki pemuda itu menjejak tanah. Tapi baru saja hendak melanjutkan gerakannya, tiba-tiba....

   "Cukup Arya....!"

   Suara itu membuat pemuda yang ternyata bernama Arya Buana menghentikan gerakannya.

   Dengan ragu-ragu dipalingkan wajahnya ke arah asal suara itu.

   Dikenali betul siapa pemilik suara itu.

   Sedangkan si pemilik suara itu rupanya mengentahui juga keragu-raguan Arya Buana.

   "Ayah ingin bicara sebentar..."

   Kali ini Arya Buana tidak ragu-ragu lagi dan segera menghentikan latihannya. Disekanya peluh yang membasahi leher, dahi dan wajahnya. Tak lama kemudian kakinya melangkah menghampiri ayahnya.

   "Ada apa Ayah?"

   Tanya Arya Buana sambil menatap Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 34 DEWA ARAK Pedang Bintang wajah laki-laki setengah tua yang masih kelihatan gagah.

   Tubuhnya tinggi tegap.

   Ada sebaris kumis tipis menghiasi bagian atas bibirnya.

   Dia adalah Pendekar Ruyung Maut.

   "Kita bicara di dalam saja,"

   Ucap Pendekar Ruyung Maut sambil beranjak ke dalam. Tanpa banyak cakap, Arya Buana ikut melangkah masuk menguntit di belakang ayahnya.

   "Arya...."

   Ucap Pendekar Ruyung Maut itu ketika mereka telah berada di dalam beranda rumah besar itu. Mereka duduk berhadapan di kursi berukir indah dari kayu jati.

   "Rasanya ini adalah hari terakhir pertemuan kita...."

   "Maksud Ayah?"

   Tanya Arya Buana kaget. Sepasang matanya terbelalak. Pendekar Ruyung Maut menarik napas dalam-dalam. Nampak jelas kalau ia merasa berat untuk mengatakan apa yang terkandung dalam benaknya.

   "Terpaksa, Arya. Ini terpaksa harus kulakukan kalau aku masih ingin melihatmu hidup...."

   "Jadi maksud Ayah.... Kalau kita tidak berpisah aku akan mati? Mati oleh siapa, Ayah?"

   Tanya Arya Buana penasaran.

   "Ceritanya cukup panjang Arya"

   Pendekar Ruyung Maut menghela napas dalam-dalam seolah-olah ingin melonggarkan dadanya yang terasa sesak.

   "Tak mengapa, Ayah. Aku akan sabar mendengarkannya...."

   "Baiklah kalau begitu,"

   Pendekar Ruyung Maut menarik napas panjang sebelum memulai ceritanya.

   "Masih ingatkah kau waktu aku membawamu ke tempat paman gurumu di Gunung Waru?"

   "Masih Ayah,"

   Arya Buana mengangguk.

   "Nah! Sewaktu aku akan pulang, Paman Gurumu itu memberi Pedang Bintang kepadaku."

   "Pedang Bintang?!"

   Tanya Arya Buana terkejut.

   Memang pemuda itu juga mendengar akan kerusuhan yang terjadi di dunia persilatan akibat berita mengenai Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 35 DEWA ARAK Pedang Bintang pedang itu.

   Di mana-mana selalu terjadi keributan dan pembunuhan.

   Semuanya itu berpokok pangkal dari Pedang Bintang.

   "Ya,"

   Pendekar Ruyung Maut mengangguk membenar-kan.

   "Pesannya pedang itu harus kuserahkan padamu...."

   "Untukku, Ayah?"

   Lagi-lagi Arya Buana menyelak cerita ayahnya.

   "Benar. Paman gurumu juga mengatakan kepadaku apa yang tersembunyi di balik pedang itu. Dan semua itu ternyata sesuai dengan berita yang tersebar di dunia persilatan. Akupun telah menyelidiki rahasia yang tersembunyi dalam pedang itu...."

   "Dan Ayah berhasil?"

   Tanya Arya Buana penuh rasa ingin tahu. Pendekar Ruyung Maut tercenung sebentar sebelum mengangguk ragu-ragu.

   "Bisa dikatakan begitu."

   "Maksud ayah?"

   Arya Buana mengerutkan keningnya bingung.

   "Semua tempat dan petunjuk yang diberikan telah kutemukan. Tapi tempat terakhir yang menunjukkan di mana kitab-kitab itu berada belum kudatangi.... Maksudku biar kau sendiri yang mencarinya."

   Arya Buana mengangguk-anggukkan kepalanya.

   "Lalu, mengapa tadi ayah mengatakan kalau ini adalah hari terakhir kita bertemu? Dan kalau kita tetap bersama-sama aku akan tewas?"

   "Arya, kau tentu telah mendengar akibat yang ditimbulkan berita mengenai Pedang Bintang ini. Pada mulanya aku masih tidak ambil pusing. Tapi perkembangan terakhir yang kudengar membuatku kawatir. Entah bagaimana caranya orang-orang persilatan itu akhirnya mengetahui kalau Pedang Bintang itu berada di Perguruan Tangan Sakti. Lambat laun merekapun tahu di mana pedang itu kini. Apabila itu terjadi pasti mereka berbondong-bondong datang ke sini. Dan tidak berani kupastikan apakah aku Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 36 DEWA ARAK Pedang Bintang akan dapat mengahadapi mereka atau tidak. Apalagi jika yang datang itu datuk-datuk persilatan. Jangankan aku, walau paman gurumu membantupun tetap tidak akan dapat membendung mereka."

   "Kalau begitu kenapa kita tidak pergi saja dari sini, Ayah?"

   Usul Arya Buana. Pendekar Ruyung Maut menatap Arya Buana tajam. Wajahnya nampak agak memerah.

   "Ucapan apa itu, Arya?! Apakah kau ingin melihat aku ditertawakan orang-orang persilatan? Mereka pasti bilang, lihat! Pendekar Ruyung Maut melarikan diri seperti seekor anjing! Tidak, Arya! Apapun yang terjadi aku tidak akan pergi dari sini! Aku bukan seorang pengecut!"

   "Akupun bukan seorang pengecut, Ayah! Aku tidak akan meninggalkan Ayah dan akan tetap di sini, untuk membantu Ayah menghadapi mereka."

   "Jangan salah mengerti, Arya,"

   Potong Pendekar Ruyung Maut cepat.

   "Musuh yang akan kita hadapi tidak sedikit. Tidak ada gunanya kalau kau berniat menentang mereka. Hanya membuang nyawa sia-sia saja."

   "Tapi, Ayah...."

   Arya Buana coba membantah.

   "Kalau aku lain, Arya. Lagi pula kalau kau ikut tewas bersamaku di sini, siapa yang akan menyelamatkan Pedang Bintang? Apakah kau tidak merasa sayang kalau pedang ini nanti akan terjatuh ke tangan orang yang jahat? Bagaimana nanti harus kupertanggung jawabkan semua ini pada paman gurumu? Apakah kau senang bila nanti paman gurumu menuding di kuburku sebagai orang yang menyia-nyiakan amanat?"

   Arya Buana terdiam. Pertanyaan ayahnya bertubi-tubi itu membuatnya bingung dan tidak tahu harus berkata apa.

   "Dan lagi.... Tidak rindukan kau apda ibumu, Arya? Tidak inginkah kau bertemu dengannya?"

   Tanya Pendekar Ruyung Maut lagi.

   Tapi kali ini suaranya bergetar tidak meledak-ledak seperti tadi.

   Kontan Arya Buana tersentak.

   Ibunya? Dia tidak rindu Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 37 DEWA ARAK Pedang Bintang kepada ibunya? Dia tidak ingin bertemu ibunya? Ingin rasanya dia berteriak untuk mengatakan betapa rindunya pada ibunya.

   Bertahun-tahun rasa rindunya ini dipendam sejak ibunya pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya.

   Waktu itu Arya Buana berusia lima tahun sehingga tidak pernah tahu ibunya pergi meninggalkan mereka.

   "Ibu...Ibu... Ayah?' tanya Arya Buana ragu-ragu sambil menatap ayahnya. Nampak dilihatnya wajah laki-laki setengah baya itu berubah muram.

   "Benar. Rasanya perlu kuberitahukan padamu persoalan yang sebenarnya. Aku takut nanti kau menduga jelek pada Ibu ataupun Ayah."

   Pemuda remaja itu hanya menundukkan kepalanya diam tanpa berkata-kata.

   "Enam belas tahun yang lalu aku menikahi seorang gadis yang kemudian menjadi ibumu. Namun sama sekali tidak kuketahui asal-usul ibumu. Sewaktu kutanyakan dia mengatakan kalau kedua orang tuanya telah tiada. Yang tinggal hanya kakak laki-lakinya yang saat itu berada entah di mana. Setelah kau berumur empat tahun baru kuketahui siapa kakak kandung ibumu. Dan hal ini membuat aku kaget bukan kepalang. Ternyata kakak ibumu si Raja Racun Pencabut Nyawa, seorang tokoh sesat yang terkenal kejam dan telengas! Si Raja Racun ini pernah bertarung denganku yang berkesudahan tanpa pemenang. Rupanya dia masih dendam padaku. Sewaktu kau berumur lima hampir lima tahun, ia datang lagi hendak menantangku dan hendak membunuhmu. Ibumu tentu saja menjadi bingung ketika menyadari kalau pertarungan di antara kami tidak dapat dielakkan lagi. Ia tidak ingin salah satu di antara kami terluka atau tewas. Akhirnya si Raja Racun mengalah. Ia bersedia membatalkan pertarungan asal ibumu pergi meninggalkan aku dan dirimu. Ibumu tidak punya pilihan lain, Arya. Jadi, yahhh.... Itulah yang terjadi."

   Arya Buana tercenung begitu ayahnya menyelesaikan ceritanya. Pemuda remaja itu masih tetap menundukkan Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 38 DEWA ARAK Pedang Bintang kepalanya.

   "Arya...."

   Perlahan-lahan Arya mengangkat kapalanya.

   "Ini amanat dari paman gurumu,"

   Ujar Pendekar Ruyung Maut sambil mengulurkan tangannya menyerahkan Pedang Bintang. Dengan tangan gemetar, Arya Buana menerima pedang itu.

   "Di dalam gagang pedang itu ada petunjuk. Pergilah, Arya. Mudah-mudahan kelak kita dapat berjumpa dan ber-kumpul lagi bersama. Kau, aku dan....ibumu."

   Arya Buana memperhatikan pedang yang kini berada di tangannya itu sejenak.

   Pada kedua ujung sisi gagang pedang masing-masing melekar sebuah bintang bersegi lima berwarna keemasan.

   Segera dicabutnya gagang pedang itu.

   memang tepat perkataan ayahnya.

   Di dalam gagang itu terdapat segulung kain yang berisikan coretan-coretan.

   Arya memperhatikannya beberapa saat lalu disimpannya gulungan kain itu.

   Selanjutnya dimasuk-kannya kembali pedang itu ke dalam warangkanya.

   "Aku rasa sudah tiba waktunya kau harus pergi, Arya"

   Kata ayahnya lagi. Arya Buana hanya mengangguk.

   "Kalau begitu cepatlah!"

   Setelah berkata begitu Pendekar Ruyung Maut itu bergegas melangkah ke belakang, diikuti oleh Arya Buana di belakangnya.

   Laki-laki setengah baya itu menghentikan langkahnya di dekat sebuah sumur.

   Arya yang telah memperhatikan coretan-coretan pada gulungann kain itu segera mengetahui kalau sumur ini adalah pintu pertama menuju tempat kitab-kitab peninggalan Ki Gering Langit.

   "Inilah pintu pertama itu, Arya. Di atas permukaan sumur ini kira-kira setengah tombak di atasnya terdapat sebuah lobang. Dari situlah awal perjalananmu. Cepatlah! Jangan membuang-buang waktu lagi."

   Arya hanya menganggukkan kepalanya.

   Setelah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 39 DEWA ARAK Pedang Bintang berpamitan tanpa ragu-ragu pemuda ini melompat ke dalam sumur itu.

   Dikerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi di bawah sana.

   Pendekar Ruyung Maut memperhatikan sejenak, sampai tubuh Arya Buana menyentuh permukaan air sumur.

   Baru setelah Arya Buana melambaikan tangan tanda siap, ia berjalan meninggalkan sumur itu menuju ruangan dalam bangunan besar rumahnya.

   *** Malam itu langit kelihatan cerah.

   Tidak ada awan yang mengantung di langit.

   Bulan penuh yang tampak di langit menambah terangnya suasana.

   Tetapi rupanya suasan cerah tidak menjamin bahwa suasana akan aman.

   Terbukti di malam ini nampak dua sosok tubuh berkelebat cepat melompati pagar tembok bangunan milik Pendekar Ruyung Maut, yang dulunya adalah milik Ki Gering Langit.

   Gerakan mereka cepat bukan main.

   Suatu tanda kalau dua sosok tubuh itu bukanlah orang sembarangan! Dan hal itu memang tidak salah.

   Ternyata dua sosok itu adalah Gerda, si Siluman Tengkorak Putih dan si Raja Racun Pencabut Nyawa.

   "Tribuana! Keluar kau!"

   Teriak Raja Racun Pencabut Nyawa memanggil nama asli Pendekar Ruyung Maut.

   Begitu ia dan Siluman Tengkorak Putih berada di depan pintu bangunan besar itu.

   Suara yang dikeluarkan dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat itu, bergema ke sekitar bangunan besar milik Tribuana alias Pendekar Ruyung Maut.

   Karuan saja suara penggilan dari luar itu mengagetkan Pendekar Ruyung Maut yang berada di dalam.

   Apalagi suara penggilan itu menyebut nama aslinya.

   Nama yang jarang diketahui orang.

   Sepengetahuannya hanya dua orang saja yang tahu nama aslinya.

   Mereka adalah kakak Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 40 DEWA ARAK Pedang Bintang seperguruannya, Ki Wanayasa dan istrinya sendiri.

   Tetapi menilik dari suara panggilan itu, Tribuana berani bertaruh kalau suara itu bukan salah satu dari kedua orang yang dimaksudkan.

   Lalu siapa? Pendekar Ruyung Maut melangkah ke luar.

   Tidak lupa diselipkan ruyungnya di pinggang.

   Memang dari nada suaranya orang yang memanggil itu tidak bermaksud baik.

   Begitu pintu dibuka, nampak sekitar tiga tombak di depannya berdiri dua sosok tubuh.

   Suasana yang cukup terang membuat Pendekar Ruyung Maut ini dapat melihat jelas dua sosok tubuh itu.

   salah satunya langsung dapat dikenali sebagai si Raja Racun Pencabut Nyawa.

   Telah dua kali dia bertemu tokoh ini.

   iblis itu adalah kakak kandung istrinya.

   Dan hal ini membuatnya serba salah.

   Sulit baginya untuk bertempur melawan si Raja Racun Pencabut Nyawa ini! Perhatian Tribuana kini beralih pada sosok serba putih yang berdiri di samping Raja Racun Pencabut Nyawa.

   Dicobanya untuk mengingat-ingat barangkali saja pernah kenal atau setidaknya mendengar tokoh ini.

   Tapi sampai lelah mengingat-ingat, tidak juga dikenali orang itu.

   meskipun demikian Pendekar Ruyung Maut ini harus bersikap waspada.

   Sepasang matanya yang tajam mencorong dan bersinar kehijauan seperti maka kucing dalam gelap itu benar-benar membuatnya terkejut.

   Sebagai seorang yang telah kenyang dengan pengalaman, Tribuana tahu kalau sorot mata seperti itu hanya akan muncul pada mata orang yang telah memiliki tenaga dalam tinggi.

   "Apa keperluanmu sehingga Kakang Lindu menemuiku?"

   Tanya Pendekar Ruyung Maut pelan. Si Raja Racun Pencabut Nyawa yang ternyata bernama Lindu, mendengus.

   "Tidak perlu berbasa-basi, Tribuana! Cepat serahkan Pedang Bintang padaku!"

   "Pedang Bintang?!"

   Sahut Pendekar Ruyung Maut pura-pura.

   "Tidak usah pura-pura, Tribuana! Atau kini kau telah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 41 DEWA ARAK Pedang Bintang menjadi seorang pengecut sehingga tidak berani mengakui benda yang ada di tanganmu?!"

   Pendekar Ruyung Maut menghela napas panjang. Ucapan Raja Racun Pencabut Nyawa membuatnya mati kutu.

   "Kuakui, kalau pedang itu semula ada padaku, Kang Lindu. Tapi sekarang, tidak lagi...."

   "Keparat! Lalu, sekarang di mana pedang itu?!"

   Desak si Raja Racun Pencabut Nyawa.

   "Sayang sekali, Kang Lindu. Tidak mungkin kuberitahukan padamu!"

   Tegas sekali kata-kata Pendekar Ruyung Maut itu.

   "Menyingkirlah, Paman"

   Selak Siluman Tengkorak Putih sambil melangkah maju menghampiri Tribuana.

   "Jangan gegabah dulu, Gerda. Akan kuperiksa dulu bangunan ini. Seingatku ia mempunya seorang anak lelaki yang kini pasti sudah remaja. Aku akan mencari anak itu dulu!"


Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung Angkin Sulam Piauw Perak Karya Wang Du Lu

Cari Blog Ini