Pedang Bintang 2
Dewa Arak Pedang Bintang Bagian 2
"Cepatlah, Paman"
Sahut Siluman Tengkorak Putih tak sabar.
Raja Racun Pencabut Nyawa segera melesat ke dalam rumah besar itu, Pendekar Ruyung Maut berusaha menghadang, tetapi terjangan Siluman Tengkorak Putih membuat niatnya terhenti.
Kagetlah pendekar ini melihat kehebatan serangan dan kekuatan tenaga yang tekandung dalam serangan Siluman Tengkorak Putih.
Tanpa ragu-ragu lagi, pem langsung mengerahkan ilmu andalan 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Tetapi dalam beberapa jurus saja Pendekar Ruyung Maut sudah terdesak.
Pendekar ini memang kalah segala-segalanya jika dibandingkan lawannya.
Baik kecepatan gerak maupun kekuatan tenaga dalam.
Sehingga tidak aneh jika hanya sebentar saja ia sudah dibuat pontang-panting.
"Hiyaaa....!"
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 42 DEWA ARAK Pedang Bintang Pendekar Ruyung Maut berteriak keras sambil mencabut senjatanya.
Langsung diayunkan ruyungnya itu ke kepala lawan.
Siluman Tengkorak Putih hanya mendengus.
Tangan kanannya cepat-cepat diangkat melindungi kepalanya.
Takkk....! Pendekar Ruyung Maut terhuyung.
Mulutnya me-nyeringai.
Sekujur tangannya seolah-olah terasa lumpuh tatkala tangna sosok serba putih itu menangkis ruyungnya.
Di saat yang tidak menguntungkan bagi pendekar itu, totokan ujung kaki Siluman Tengkorak Putih menyambar cepat ke arah lututnya.
Tukkk....! "Akh....!"
Pendekar Ruyung Maut mangeluh. Sambungan tulang lututnya kontan terlepas. Akibatnya tubuhnyapun sempoyongan. Dan kini lagi-lagi serangan susulan dari Siluman Tengkorak Putih kembali menyambar.
"Hugh....!"
Kembali Tribuana mengeluh ketika sebuah tepakan laki-laki berjubah putih itu telak menghantam dadanya.
Ketika pendekar ini terbatuk ada segumpal darah kental keluar dari mulutnya.
Tanpa ampun lagi tubuhnya ter-banting ke tanah.
Serangan itu memang dahsyat sekali.
Dan saat itulah si Raja Racun Pencabut Nyawa keluar dari dalam rumah besar itu.
"Bagaimana, Paman?"
Tanya Siluman Tengkorak Putih. Si Raja Racun Pencabut Nyawa hanya menggeleng.
"Bagaimana Tribuana?"
Siluman Tengkorak Putih menoleh ke arah Pendekar Ruyung Maut yang masih tergolek di tanah dengan napas tersenggal-senggal.
"Kau ingin menunjukkan ke mana perginya putramu itu dengan Pedang Bintangnya?"
"Lebih baik aku mati!"
Tandas Tribuana.
"Baik, kalau itu yang diinginkan! Tapi jangan harap akan kubunuh begitu saja! Kau akan kusiksa pelan-pelan!"
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 43 DEWA ARAK Pedang Bintang ancamnya.
"Jangan harap dapat membuatku takut, iblis! Cuhhh...!"
"Bangsat!"
Maki Siluman Tengkorak Putih.
Seketika kaki Siluman Tengkorak Putih bergerak meng-injak.
Kemarahan membuatnya lupa pada ancamannya.
Kakinya dijejakkan pada dada Tribuana sambil menekan kuat-kuat.
Terdengar suara gemeretaknya tulang-tulang yang berpatahan.
Darah segar memancur deras dari mulut, hidung, telinga dan bahkan mata Pendekar Ruyung Maut.
Sejak malam itu maka gemparlah dunia persilatan.
Siluman Tengkorak Putih benar-benar mengamuk.
Setiap perguruan silat yang beraliran putih dihancurkan, tak terkecuali Perguruan Tangan Sakti.
Bahkan Ki Wanayasa telah ditewaskannya! Sementara para tokoh kaum hitam mulai bersorak gembira.
Kini mereka berani melakukan kejahatan dengan lebih leluasa.
Hanya saja si Raja Pisau Terbang dan Bargola belum terdengar lagi beritanya.
*** Byurrr...! Setelah beberapa saat lamanya melayang di udara tubuh Arya Buana langsung jatuh di permukaan air sumur itu.
Berkat ilmu meringankan tubuhnya yang sudah cukup tinggi, pemuda itu tidak menemukan halangan berarti.
Beberapa saat tubuh Arya Buana mengapung di permukaan air.
Sepasang matanya nyalang mengamati bagian dinding sumur mencari-cari lubang yang dikatakan ayahnya.
Berkat kegigihannya akhirnya lubang itu berhasil ditemukan.
Persis seperti yang dikatakan ayahnya.
Lubang itu terletak hanya sekitar setengah tombak dari pemukaan air sumur.
Arya Buana menimbang-nimbang sejenak.
Rasanya tidak mungkin dapat mencapai lubang itu dengan melompat.
Kalau di darat jarak seperti itu memang bukanlah apa-apa.
Tapi kalau di air bagaimana hal itu dapat di-Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 44 DEWA ARAK Pedang Bintang lakukannya? Kakinya tidak mempunyai landasan yang cukup mantap untuk tempat menjejak.
Kalau ayahnya memang sudah dapat dipastikan akan melakukan hal itu.
Setelah beerpikir beberapa saat lamanya, Arya Buana segera berenang ke dinding sumur mendekati lubang itu.
segera diambilnya sebilah pisau kemudian pelan saja ditancapkannya di dinding sumur.
Sesaat kemudian dikeluarkan pula Pedang Bintang dari warangkanya.
Baru setelah itu tubuhnya melenting dan hinggap di atas pisau yang tadi ditancapkannya di dinding.
Pisau itu nampak agak goyah karena Arya Buana hanya menghujamkan perlahan saja.
"Hup!"
Sambil menekankan pada landasan, Arya Buana melompat ke atas.
Dan ketika tubuhnya berada tepat di depan lubang yang hanya kecil saja itu.
Segera ditancapkan pedangnya sekuat tenaga.
Crap! Pedang itu amblas ke dinding sumur hingga setengah-nya lebih.
Karuan saja hal ini membuat tubuh Arya Buana tergantung di depan lubang itu.
Sekilas Arya melirik ke bawah, ke tempat ia menancapkan pisaunya.
Mulutnya menyunggingkan senyum lega ketika pisau itu sudah tidak ada lagi di tempatnya.
Memang agar tidak meninggalkan jejak yang dapat diketahui para pemburu pusaka Ki Gering Langit.
Kini Arya mengalihkan perhatian pada lubang kecil yang tepat berada di depannya.
Lubang itu kelihatan kecil dan gelap.
Garis tengahnya tidak lebih dari setengah tombak.
Dengan hanya mengayunkan tubuhnya sedikit, pemuda remaja itu telah berada di dalam.
Arya Buana memasukkan Pedang Bintang ke warangkanya kembali.
Tubuhnya terpakda merangkak karena sempitnya lubang untuk masuk lebih ke dalam.
Dan ternyata lubang itu tidak datar saja.
Arya Buana merasa kalau arah lubang ini menanjak.
Dan ternyata semakin ke Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 45 DEWA ARAK Pedang Bintang dalam, lubang itu semakin membesar.
Sampai akhirnya pemuda remaja itu tidak merangkak lagi bahkan bisa berjalan biasa.
Setelah beberapa lama akhirnya sampailah Arya Buana pada sebuah ruangan yang cukup luas dan terang seperti ada cahaya yang menyinarinya.
Entah dari mana asal sinar itu dan pemuda itu tidak mengetahuinya.
Apalagi untuk memikirkannya.
Tubuh dan pikirannya lelah sekali.
Di sini Arya Buana menjatuhkan tubuhnya kemudian bersandar pada dinding.
Untuk beberapa saat lamanya tubuhnya tetap bersandar tapi sebentar kemudian telah duduk bersila.
Ditegakkannya tubuhnya dan dirapatkan kedua tangannya di depan dada.
Dan kini Arya Buana sudah tenggelam dalam semadinya.
Suasana sekitar tempat itu yang semula hening, kini dipecahkan suara napas yang keluar masuk dari mulut dan hidung Arya Buana.
Suara napas yang berirama tetap.
Setelah dirasakan tenaganya kembali pulih, Arya Buana menghentikan semadinya.
Sebentar diperhatikan ruangan di sekitarnya.
Ruangan ini ternyata mempunyai beberapa buha lorong.
Segera pemuda ini mengeluarkan gulungan kain yang disimpan.
Dibuka dan diperhatikannya petunjuk dan coretan yang ada.
Setelah hatinya mantap barulan di-pilihnya lorong sebelah kanan.
Berbeda dengan lorong gua di atas permukaan sumur, lorong ini lebih nyaman dan enak untuk dijalani.
Arya Buana melewatinya sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuh.
Entah berapa lama Arya Buana menempuh lorong itu sehingga tidak tahu siang atau malam.
Yang dilakukannya hanya terus berlari sampai lelah dan lapar.
Baru setelah dirasakan letih dia beristirahat dan makan.
Kini dia harus melanjutkan perjalanan lagi hingga akhirnya ia melihat berkas sinar di ujung lorong yang tengah dilalui.
Dengan perasaan gembira yang meluap-luap, Arya Buana segera mempercepat langkah menuju asal sinar itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 46 DEWA ARAK Pedang Bintang Sekali lihat saja dari jarak jauh, Arya telah mengetahui kalau sinar itu berasal dari cahaya matahari.
Dan itu berarti di ujung yang berhubungan dengan dunia bebas! Tak berapa lama kemudian, Arya Buana telah berada tidak jauh dari sinar itu.
setibanya di sini, dugaannya memang benar.
Ujung lorong ini memang berhubungan dengan dunia luar.
Hanya saja lubangnya ditutupi rerimbunan semak belukar sehingga tak terlihat oleh pandangan orang luar.
Dan sinar yang dilihatnya itu memang berasal dari sinar matahari yang menerobos rerimbunan semak belukar itu.
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 47 DEWA ARAK Pedang Bintang engan tangan agak gemetar, Arya menyibakkan semak belukar itu.
untuk sesaat lamanya pemuda D itu menundukkan kepala sambil menutupi kedua matanya dengan tangan kanan.
Silau rasanya diterpa sinar yang telah sekian lama tidak dilihatnya.
Setelah agak terbiasa, barulah Arya menurunkan tangannya.
Dilangkahkan kakinya keluar dari lorong itu setelah terlebih dahulu merapikan kembali semak belukar yang tadi disibaknya.
Kemudian sepasang matanya memandang berkeliling mengamati sekitarnya.
Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu masih mengamati sekitarnya.
Sepasang alisnya yang tebal dan berbentuk golok nampak berkerut.
Rupanya ada yang tengah dipikirkan.
Tak lama kemudian dikeluarkan kembali gulungan kain yang diselipkannya di balik baju di pinggang.
Dibukanya kembali dan diamat-amati lagi coretan-coretan dan garis-garis yang tertera di situ.
"Hm....pantas saja tidak kutemukan. Rupanya ada sesuatu yang kulupakan...."
Gumam pemuda itu seperti untuk dirinya sendiri.
"Dari mulut lorong melangkah ke kanan sejauh dua puluh langkah. Lalu ke kiri sepuluh langkah dan ke depan tiga langkah...."
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, Arya menyelipkan kembali gulungan kain itu di pinggang.
Maka kakinya mulai melangkah sesuai petunjuk yang tertera di gulungan kain itu.
dan kini tubuh Arya telah berada di depan sebuah pohon berbatang besar dan berongga.
Tanpa ragu-ragu lagi dimasukinya rongga pohon itu.
Baru sekitar lima langkah melangkahkan kaki di depannya telah terbentang sebuah tangga menuju ke bawah yang terdapat jalan lurus sekitar sepuluh tombak.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1 DEWA ARAK Pedang Bintang Tak lama ditemukan tangga lagi yang menuju ke atas.
Arya segera menaikinya.
Di situ ditemukan lagi jalan yang berakhir pada sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat dan Arya segera melangkahkan kakinya.
Sampai di sini Arya bimbang.
Haruskan dibukanya pintu itu? Tidakkah perbuatan itu sangat tidak sopan.
Karena bagaimanapun juga diyakini kalau tempat ini mempunyai pemilik.
Selagi Arya dicekam keragu-raguan, tiba-tiba terdengar bentakan keras dari dalam ruangan itu."Mengapa ragu-ragu murid murtad! Ayo masuk! Dan bunuhlah aku! Mengapa hanya termenung di depan pintu?"
Karuan saja bentakan itu membuat Arya kebingungan.
Siapakah yang dimaksud oleh orang yang membentak di dalam itu.
Diakah? Lalu, kalau betul kenapa dia dimaki sebagai murid murtad? Bukankah Arya hanya mempunyai seorang guru yakni ayahnya sendiri? Jangan-jangan yang dimaksudkan orang yang di dalam itu adalah dirinya.
Kalau bukan lalu siapa? Berbagai macam pertanyaan dan dugaan berkecamuk di benak Arya.
Beberapa saat lamanya Arya termenung di depan pintu ruangan itu.
Dipertimbangkan apakah lebih baik masuk atau menunggu saja.
Jelas bila melihat coretan dan garis yang tertera di gulungan kain itu, di ruang itulah tersimpan kitab-kitab Ki Gering Langit.
Tapi apakah sepantasnya jika langsung masuk? Tidakkah sebaiknya meminta ijin dulu pada pemiliknya? Benar! Ia harus meminta ijin dulu.
Dan pemiliknya pasti berada di dalam.
Kini Arya tidak ragu-ragu lagi.
Segera digerakkan tangannya hendak mengetuk pintu itu.
Tapi mendadak gerakan tangannya terhenti di udara.
Ternyata dia menemukan adanya kejanggalan pada pintu ini! Pintu itu ternyata dikunci dari luar.
Berkerut kening Arya melihat hal ini.
Otaknya yang cerdas segera dapat menduga kalau orang yang melakukan ini bermaksud mengurung sesuatu.
Dan suara makian tadi berasal dari dalam.
Jadi itu adalah suara orang yang terkurung! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2 DEWA ARAK Pedang Bintang Kembali hati Arya dilanda kebimbangan.
Haruskah dibuka paksa pintu itu? tidakkah itu berarti telah bertindak lancang? Siapa tahu kalau seseorang yang terkurung itu adalah tokoh yang berbahaya.
Bukankah itu berarti dia telah berbuat suatu kesalahan? Pemuda ini memutar otaknya.
Diingat-ingatnya lagi ucapan yang tadi keluar dari dalam.
Masih jelas terngiang di telinganya bunyi makian tadi.
Dari bunyi makian itu Arya segera saja dapat menduga kalau yang terkurung itu adalah seorang guru.
Sementara orang yang mengurungnnya adalah muridnya yang murtad.
Lenyaplah kini keragu-raguan Arya.
Ditatapnya pintu itu sejenak.
Walau kelihatannya pintu itu begitu tebal dan kuat, tapi pemuda itu yakin kalau akan mampu menghancurkannya dengan sekali pukul saja! Hal ini diam-diam membuat Arya agak heran.
Ia tahu seorang tokoh rendahpun akan mampu menghancurkan pintu itu.
Tapi kenapa orang yang berkedudukan sebagai guru itu tidak mampu melakukannya? Brakkk....! Dengan mengeluarkan suara agak ribut, pintu itu hancur berkeping-keping.
Sejenak Arya mengawasi keadaan di dalamnya.
Segera dilangkahkan kakinya masuk disertai sikap waspada.
Begitu melangkah masuk, Arya sudah menyiapkan ilmu andalannya, 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Tapi kewaspadaannya seketika pupus.
Ternyata dia melihat pemandangan yang mengenaskan di hadapannya kini.
Tampak sesosok tubuh kurus tua yang tengah duduk bersila di atas tanah lembab.
Kedua tangannya nampak dililit gelang baja yang masing-masing dihubungkan dengan rantai.
Begitu pula pada sepasang kakinya.
Kakek itu mengangkat wajahnya menatap Arya.
Seketika meremang bulu kuduk pemuda itu.
sepasang mata kakek itu begitu tajam mencorong dan bersinar kehijauan mirip mata seekor kucing dalam gelap.
Sekali Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3 DEWA ARAK Pedang Bintang pandang saja Arya sadar kalau kakek itu pasti memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi.
Hanya orang yang memiliki tenaga dalam tinggilah yang memiliki sinar mata seperti itu.
hanya saja yang masih menjadi teka-teki bagi Arya mengapa kakek ini tidak membebaskan diri dari kurungan dan belenggu rantai itu? Dengan tenaga dalam yang dimiliki semua belenggu bagaikan permainan anak-anak saja! "Siapa kau, Anak Muda?"
Tanya kakek itu pelan. Sepasang mata itupun kembali meredup.
"Dan apa hubunganmu dengan Boma?"
"Boma? Maaf, Kek. Aku tidak mengenal nama itu,"
Jawab Arya hati-hati.
"Tidak mengenalnya? Jangan bohong kau, Anak Muda. Kalau bukan teman atau suruhannya, mana mungkin kau bisa tiba di sini. Tidak ada seorangpun yang tahu tempat ini kecuali Boma. Bomantara si murid murtad!"
Tegas kakek itu.
"Sungguh, Kek. Aku tidak mengenal orang yang Kakek sebut itu. aku tahu tempat ini secara kebetulan saja,"
Bantah Arya.
"Kebetulan?!"
Kakek itu tersenyum pahit.
Sepasang matanya kini kembali mencorong menatap Arya penuh selidik.
Tapi tiba-tiba saja sepasang mata itu terbelalak.
Arya tentu saja dapat melihat keterkejutan sorot mata dan wajah kakek itu.
segera diikuti arah pandangan kakek itu.
Dan hatinya tersentak ketika ia menyadari kalau yang membuat kakek itu terkejut adalah benda yang tergantung di punggungnya.
Pedang Bintang! Cepat-cepat Arya berusaha menyembunyikannya dari pandangan kakek itu, tapi terlambat.
Kakek itu rupanya sudah mengetahui.
"Pedang Bintang...."
Desak kakek itu pelan.
"Kakang Gering. Setelah sekian tahun, akhirnya muncul juga pewaris yang kau sebut-sebut itu.... Ah, rupanya Gusti Allah masih berkenan mengabulkan permohonanku. Anak Muda, Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4 DEWA ARAK Pedang Bintang kemarilah....!"
Ajak kakek itu sambil melambaikan tangannya. Dengan agak ragu, Arya melangkah mendekat. Kakek itu rupanya tahu kalau pemuda remaja di hadapannya ini masih curiga padanya.
"Tak perlu takut padaku, Anak Muda. Aku tidak akan mungkin bisa mencelakaimu. Dulu, memang hampir setiap orang menyebut namaku dengan perasaan gentar. Tapi sekarang tidak lebih dari seorang anak bayi!"
Tercekat Arya mendengar ucapan kakek itu. Dirasakan ada nada kesungguhan dan kegetiran di dalam hatinya. Keadaan kakek inipun lebih mempertegas ucapannya.
"Bomantara, si murid murtad itulah yang telah membuatku lemah seperti kakek-kakek jompo,"
Tutur kakek itu lagi.
"Ahhh.... Aku berdosa! Aku telah menciptakan seorang iblis di dunia persilatan. Iblis jahat yang tidak akan ada yang sanggup menandinginya...."
"Kek...."
Tegur Arya pelan. Kakek itu menatap Arya lekat-lekat.
"Anak Muda jawab secara jujur pertanyaanku. Dari mana kau dapatkan Pedang Bintang itu?' Tanpa ragu-ragu lagi Aryapun menceritakan semuanya. Dari awal mula kedatangan dia bersama ayahnya ke Gunung Waru sampai akhirnya terpaksa harus berpisah dengan ayahnya.
"Ah! rupanya kau bukan orang sembarangan, Arya. Aku kenal siapa itu Ki Wanayasa, paman gurumu maupun Pendekar Ruyung Maut ayahmu. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa membela kebenaran. Pedang Bintang benar-benar jatuh ke tangan yang tepat."
"Kalau boleh kutahum siapakah Kakek sebenarnya?' tanya Arya. Semula pemuda ini menduga kakek ini adalah Ki Gering Langit. Tapi setelah kakek ini menyebut Kakang Gering, barulah dia tahu kalau kakek ini bukanlah tokoh yang dimaksud. Kakek itu terkekeh pelan.
"Aku? Perlukan itu Arya?"
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5 DEWA ARAK Pedang Bintang "Perlu, Kek."
"Baiklah. Akan kuperkenalkan diriku. Dulu, dunia persilatan menjuluki diriku Ular Hitam. Tapi sekarang julukan yang pantas buatku adalah Ular Sakit!"
"Hugh!"
Arya merasakan betapa perutnya mendadak sakit. Sungguh di luar dugaannya kalau dirinya sampai bertemu datuk golongan hitam ini.
"Kau tidak usah takut, Arya. Seperti yang telah kukatkan tadi, sekarang aku telah menjadi seorang yang lemah seperti bayi."
Tegas kakek yang mengaku berjuluk Ular Hitam, ketika melihat Arya yang wajahnya mendadak pucat.
Penegasan kakek itu membuat keberanian Arya timbul.
Ya, mengapa harus takut? Kakek ini entah karena mengapa, kini telah menjadi orang lemah.
Dan telah dilihatnya sendiri kenyataannya.
Lagi pula nampaknya kakek itu tidak bermaksud jahat padanya.
Apalagi yang harus dikawatirkan? Maka iapun melangkah maju menghampiri.
"Mengapa bisa begitu, Kek?"
Tanya Arya ingin tahu.
"Ceritanya cukup panjang, Arya. Kau akan bosan mendengarkannya."
"Tidak, Kek."
"Baiklah."
Ujar Ular Hitam mengalah. Sejenak suasana hening, sementara kakek itu memulai ceritanya.
"Sekitar tujuh belas tahun yang lalu, aku memungut murid yang bernama Bomantara. Karena kulihat dia memiliki bakat yang amat baik untuk mempelajari ilmu silat. Kugembleng dia dengan sungguh-sungguh dan kuwariskan seluruh ilmu yang kumiliki,"
Sejenak Ular Hitam terdiam. Sepertinya tengah mencari napas untuk menguatkan perasaannya. Sementara itu Arya Buana hanya diam penuh perhatian.
"Pada suatu ketika, kakak kandungku, Ki Gering Langit Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6 DEWA ARAK Pedang Bintang singgah menjumpaiku. Dia menitipkan kitab-kitab ilmu silatnya di sini dengan pesan agar diberikan kepada orang yang nanti membawa Pedang Bintang,"
Kembali kakek yang berjuluk Ular Hitam ini menghentikan ceritanya. Ditatapnya wajah Arya Buana dalam-dalam. Sedangkan Arya Buana tak kuasa untuk membalas tatapan itu.
"Aku meminta pada Ki Gering Langit untuk menurunkan sebagian dari ilmu-ilmunya kepada Bomantara. Pada mulanya dia berkeberatan. Tapi karena terus kudesak, akhirnya iapun memberikan sebuah kitab padaku untuk diberikan pada Bomantara. Sehabis itu iapun pergi. Tapi sungguh di luar dugaan kalau Bomantara itu ternyata mengkhianatiku. Bersama-sama Raja Racun Pencabut Nyawa yang sangat membenciku, ia mencelakaiku."
Sebentar Ular Hitam menghentikan ceritanya, lalu menarik napas panjang dalam-dalam. Matanya sedikit berkaca-kaca, seperti menahan perasaan yang amat dalam.
"Dengan keji mereka menjebakku untuk meminum racun yang membuatku jadi orang lemah selamanya. Racun itu akan menyerangku apabila mengerahkan sedikit saja tenaga dalam. Serangan yang begitu menyiksa. Itulah sebabnya mengapa aku tidak mampu membuka rantai ini dan pintu yang terkunci dari luar iu. Karena begitu kumulai menyalurkan tenaga dalam, racun itupun langsung menyerangku."
Arya tercenung begitu kakek itu telah menyelesaikan ceritanya.
Sungguh tidak diduga begitu pahitnya kenyataan yang dihadapi si Ular Hitam.
Dikhianati muridnya sendiri! "Dengan tingkat kepandaiannya yang sekarang, dapat kupastikan tidak ada satupun tokoh yang sanggup menghadapinya.
Tak terkecuali para datuk persilatan.
Kecuali kakak kandungku, Ki Gering Langit! Tapi mana mau ia turun tangan menghadapi seorang anak ingusan macam Bomantara! Maka jelas sudah murid murtad itu akan mengacau dunia persilatan tanpa ada yang bisa Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 7 DEWA ARAK Pedang Bintang menghalangi.
Ia telah mewarisi seluruh kepandaianku dengan sempurna.
Demikian pula seluruh ilmu Raja Racun Pencabut Nyawa.
Dan yang lebih gila lagi, diapun telah menerima ilmu-ilmu Ki Gering Langit yang membuatnya memiliki tenaga dalam luar biasa.
Lengkaplah sudah kepandaian yang dimilikinya.
Kecepatan gerak diwarisi dariku.
Kekuatan tenaga dalam dari Ki Gering Langit.
Dan pengetahuan racun dari Raja Racun Pencabut Nyawa!"
Ular Hitam berhenti sebentar, seperti ingin mengambil napas. Dadanya memang terasa sesak jika mengingat-ingat pengkhianatan bekas muridnya, Bomantara.
"Bomantara akan menjelma jadi iblis yang tidak ter-lawan! Dan semua ini akibat salahku yang tidak bisa menangkap hati orang. Hhh....! Bertahun-tahun aku mohon pada Gusti Allah agar segera mengirimkan orang yang menurut kakakku akan membawa Pedang Bintang. Waktu itu aku sudah hampir putus asa menunggunya. Sungguh tidak kusangka kalau Gusti Allah akhirnya mengabulkan permohonanku dengan mengutusmu ke sini, Arya"
Jelas Ular Hitam lagi.
"Maafkan saya, Kek."
Setelah berkata demikian, Arya membungkuk memberi hormat.
Kemudian dijulurkan tangannya untuk meraih belenggu di tangan Ular Hitam.
Sekali Arya mengerahkan tenaganya, maka seketika gelang-gelang baja dan rantai-rantai yang membelenggu tangan dan kaki Ular Hitam patah-patah.
"Ah! Terima kasih, Arya."
Ucap Ular Hitam pelan sambil bangkit berdiri. Kemudian dia melangkah menuju ke sudut ruangan, sementara Arya hanya memperhatikannya saja.
"Hm. Ada apa, Arya?"
Tanya Ular Hitam tanpa mengehentikan langkahnya.
"Apakah racun yang mengeram di tubuh Kakek tidak bisa dikeluarkan?"
Langkah Ular Hitam terhenti.
Perlahan-lahan kepalanya menoleh ke belakang, menatap Arya lekat-lekat.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8 DEWA ARAK Pedang Bintang "Tidak.
Tapi memang dapat disembuhkan.
Kakang Gering Langit pernah mengajarkan padaku sebuah semadi untuk mengusir racun yang mengeram dalam tubuh.
Memang dibutuhkan waktu yang panjang untuk dapat sembuh total.
Tapi hanya itulah jalan satu-satunya.
Racun yang dimasukkan dalam tubuhku memang racun ganas Arya."
Kembali Kakek itu melangkahkan kakinya kembali. Dan sesampai di sudut ruangan itu dia memanggil Arya. Pemuda itu bergegas menghampirinya.
"Bongkar lantai ini!"
Tanpa banyak tanya, Arya mengayunkan tangannya ke arah lantai yang ditunjuk Ular Hitam.
Brakkk...! Seketika lantai itu ambrol.
Tampak di balik lantai itu terdapat sebuah lubang berbentuk persegi.
Dalamnya tak lebih dari satu hasta.
Dan di dasar lubang itu terlihat sebuah peti kecil berwarna hitam mengkilat.
"Ambil peti itu, Arya."
Perintah kakek yang berjuluk Ular Hitam itu lagi.
Aryapun segera mengulurkan tangannya dan mengambil peti itu lalu memberikannya pada Ular Hitam.
Sebentar kemudian kakek itu segera membukanya.
Nampak dua buah kitab yang berwarna kekuningan di dalamnya.
Ular Hitam mengambil kitab itu lalu melihat-lihatnya sejenak.
Baru setelah itu diberikan pada Arya.
"Milikmu, Arya."
Ucap Ular Hitam pelan.
Arya segera menerimanya.
Pada bagian muka kitab yang pertama nampak tertera huruf-huruf berbunyi TENAGA DALAM INTI MATAHARI.
Sedangkan pada buku yang kedua tertulis kalimat yang berbunyi ILMU BELALANG SAKTI.
Mulai saat itulah Arya berlatih mempelajari kedua ilmu yang diwariskan Ki Gering Langit, di bawah bimbingan Ular Hitam.
Sementara kakek itupun tak kalah sibuknya.
Hampir pada setiap kesempatan waktu yang senggang, ia bersemadi untuk mengusir racun yang mengeram di Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9 DEWA ARAK Pedang Bintang tubuhnya.
Dengan semangat meluap-luap, Arya mulai membuka halaman pertama Kitab Tenaga Dalam Inti Matahari.
Memang Ular Hitam menyuruhnya mempelajari kitab itu dulu.
Baru setelah memiliki Tenaga Inti Matahari yang cukup kuat, ia boleh mempelajari 'Ilmu Belalang Sakti'.
Muridku......
Untuk memiliki tenaga dalam, yang tidak boleh dilupakan adalah tekanan gambaran dari pikiranmu pada batinmu.
Saat bersemadi, tariklah napas dalam-dalam disertai penekanan alam bawah sadarmu.
Bayangkan bahwa tengah menarik kekuatan matahari yang masuk melalui lubang hidungmu dan terus turun hingga ke pusar.
Sesampainya di sana putarkan 'kekuatan' yang kau tarik itu mengelilingi pusar, lalu naik ke atas dan buang kembali.
Itulah yang harus kau camkan muridku......
Dengan tekun dan sungguh-sungguh, Aryapun mengikuti petunjuk itu.
tidak hanya pelajaran semadi saja yang terdapat di kitab itu.
Sikap kuda-kuda dan pernapasan juga diajarkan.
Pada minggu-minggu pertama, tidak ada hal-hal aneh dirasakan Arya, selain hawa hangat yang senantiasa berputar di pusarnya.
Tapi pada minggu-minggu selanjutnya.
Arya mulai merasakan hal lain yang diterimanya.
Setiap pagi sehabis bangun tidur, sekujur tubunya terasa panas sekali.
Bukan hanya itu saja.
Rasa haus yang amat sangat selalu menderanya.
Bahkan kulitnyapun mulai mengering.
Ular Hitampun mengetahui apa yang dialami Arya.
Dan dia tahu betul kalau hal itu karena pemuda itu belum bisa mengendalikan tenaga itu.
Dia juga tahu kalau hal itu paling lama hanya berlangsung sebulan.
Jika Arya mengalami demikian itu hanyalah suatu proses.
Maka Ular Hitampun membiarkannya saja.
Dan memang, kejadian yang dialami Arya itu hanya berlangsung tiga minggu.
Dan setelah itu semuanya kembali seperti biasa.
Setahun kemudian.
Arya baru diperkenankan mempelajari kitab 'Ilmu Belalang Sakti'.
Ilmu itu ternyata terdiri Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10 DEWA ARAK Pedang Bintang dari dua jurus, jurus 'Delapan Langkah Belalang' dan jurus 'Belalang Mabuk'.
Setelah sampai pada kitab pelajaran ilmu ini, Arya mulai menjumpai kesultian.
Dan sebelumnya hal iu sudah dikatakan Ular Hitam yang telah mempunyai banyak pengalaman.
Setelah memperhatikan kedua jurus iu, dia segera tahu kalau Arya tidak akan dapat menguasainya dengan baik.
Jurus itu harus dilakukan dalam keadaan tidak sadar! Terutama sekali jurus 'Belalang Mabuk'! Bila ingin menguasai dengan baik dan memainkannya dengan sempurna, Arya harus mabuk! "Arya...."
Sapa Ular Hitam pada suatu pagi ketika Arya tengah berlatih kedua ilmu itu. di tangan kakek itu tergenggam sebuah guci dari perak.
"Ya, Kek."
Pemuda itu langsung menghentikan latihannya.
"Aku sungguh tidak habis pikir, kenapa Kakang Gering memberikan ilmu itu padamu. Dan bila ingin memainkannya dengan baik kau harus mau tidak mau ber-gantung pada arak. Tapi yang jelas dia telah matang memikirkan semua itu. buktinya sebelum pergi dia telah menitipkan guci arak ini padaku untuk diberikan pada orang yang membawa Pedang Bintang."
Setelah berkata demikian kakek itu lalu memberikan guci arak tersebut pada Arya. Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya menerima guci itu. Diperhatikannya sejenak kemudian ditimang-timangnya.
"Coba mainkalah kedua ilmu itu dengan guci ini Arya,"
Perintah Ular Hitam.
"Baik, Kek."
Arya menganggukkan kepalanya kemudian bergerak menjahui Ular Hitam.
Dan mulailah dimainkan kedua ilmu yang telah cukup dikuasainya dengan menggunakan guci.
Diam-diam Arya merasa kaget.
Dengan adanya guci di tangan, gerakannya jadi lebih hidup.
Sesekali kedua Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 11 DEWA ARAK Pedang Bintang tangannya memeluk guci itu.
Sedangkan tubuhnya meliuk-liuk aneh.
Di lain saat ia menyerang dengan menggunakan guci itu.
Ular Hitam mengangguk-angguk puas.
"Cukup, Arya!"
Pemuda itu menghentikan latihannya. Disusut peluh yang membasahi leher dan dahinya sebelum menghampiri kakek itu.
"Satu hal yang luar biasa pada guci ini, Arya."
Ucap kakek itu lagi.
"Guci ini bukanlah guci sembarangan dan merupakan guci pusaka. Ia tidak akan hancur oleh apapun. Baik oleh senjata maupun oleh pukulan yang mengandung tenaga dalam."
"Oh! Benarkah itu, Kek?' tanya Arya setengah tidak percaya. Kakek itu menganggukkan kepalanya.
"Ya. Aku sendiri telah membuktikannya. Dulu guci ini pernah kupukul dengan pengerahan seluruh tenaga dalamku. Hasilnya, nol besar! Jangankan pecah, retakpun tidak!"
"Hebat....!"
Desah pemuda itu takjub.
"Dan yang lebih hebat lagi, guci ini mampu membuat arak yang masuk ke dalamnya menjadi arak keras. Dan ini menguntungkanmu, Arya. Karena apabila telah menguasai 'Tenaga Dalam Inti Matahari' dan ilmu 'Belalang Sakti', berguci-guci arakpun tidak akan mampu membuatmu mabuk, kecuali arak keras. Tapi dengan keisimewaan guci ini, arak yang paling ringanpun akan menjadi arak keras. Dan tentu saja langsung akan membuatmu mabuk."
Urai Ular Hitam panjang lebar.
Arya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 12 DEWA ARAK Pedang Bintang aktu berlalu tak terasa.
Kadang seperti merayap lambat bagai langkah seekor siput.
Tapi kadang W pula seperti melesat laksana kelebatan anak panah.
Tak terasa sudah lima tahun Arya berada di tempat si Ular Hitam berada, untuk berlatih ilmu-ilmu yang diwariskan Ki Gering Langit.
Kini Arya telah menjelma menjadi seorang pemuda yang tegap dan berdada bidang.bentuk wajahnya yang memang sudah terlihat jantan semakin bertambah jantan karena rahangnya yang kokoh.
Rambutnya yang dulu berwarna hitam, sekarang berubah menjadi putih keperakan.
Mungkin karena pengaruh 'Tenaga Dalam Inti Matahari' dan ilmu 'Belalang Sakti'.
Usia Arya kini dua puluh tahun.
"Arya,"
Tegur Ular Hitam pagi itu. Wajah kakek ini yang dulu agak gelap, sudah bersih lagi. Suatu tanda kalau racun yang berada di tubuhnya sudha lenyap.
"Ya, Kek."
Jawab Arya yang tetap memanggil Ular Hitam seperti itu karena memang kakek itu tidak mau dipanggil guru.
"Kakek rasa sudah cukup rasanya kau menggembleng diri. Sudah tiba saatnya bagimu untuk mengamalkan apa yang dipelajari di sini untuk kepentingan orang banyak. Kakek kini telah lega melepasmu pergi. Besok kau boleh meninggalkan tempat ini...."
"Tapi, Kek...."
Arya mencoba membantah.
"Tidak ada tapi-tapian lagi, Arya!"
Tegas Ular Hitam.
"Ingat, kau banyak mempunyai tugas yang harus diselesaikan. Mencari Bomantara, ibumu juga ayahmu. Dan juga kalau aku tidak salah, Kakang Gering memberimu tugas pula, bukan?"
"Benar, Kek"
Arya mengangguk. Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1 DEWA ARAK Pedang Bintang "Nah! Kalau begitu, apalagi yang memberatkanmu meninggalkan tempat ini?"
"Aku tidak tega meninggalkan Kakek...."
Lirih suara Arya.
"Ha..ha..ha...!"
Ular Hitam tertawa terbahak-bahak.
"Kau ini aneh, Arya. Sekarang kekuatanku telah pulih seperti Ular Hitam yang dulu. Apa yang dikawatirkan? Sudahlah Arya. Pokoknya besok kau harus meninggalkan tempat ini. Seorang pendekar tidak akan mementingkan diri sendiri, Arya. Tapi orang banyak!"
Setelah berkata demikian, Ular Hitam melangkah pergi meninggalkan Arya yang hanya termenung memandangi punggung kakek itu hingga lenyap di kajauhan.
Sama sekali pemuda itu tidak mengetahui kalau pipi kakek itu basah! Pagi-pagi sekali Arya telah berangkat meninggalkan tempat itu.
Di punggung pemuda itu bertengger guci arak terbuat dari perak pemberian Ki Gering Langit.
Sedangkan Pedang Bintang sengaja ditinggalkan di tempat kediaman Ular Hitam.
Senjata itu memang tidak diperlukan lagi.
Pemuda berambut putih keperakan itu melangkahkan kakinya penuh semangat.
Tujuannya yang pertama kali adalah mencari ayahnya.
Dia juga ingin tahu apa yang terjadi terhadap ayahnya sejak ia meninggalkannya lima tahun lalu.
Apakah yang dikawatikrna oleh ayahnya itu akan terjadi? Beberapa hari kemudian sampailah pemuda itu di mulut sebuah desa.
Maka dipercepat langkah kakinya.
Perutnya kini terasa lapar bukan main.
Hanya satu yang diinginkan.
Makan! Akan tetapi, Arya mengerutkan keningnya melihat suasana desa itu yang lenggang.
Semua pintu dan jendela nempak tertutup rapat.
"Ada apa ini?"
Tanya Arya dalam hati sambil mengamat-amati sekelilingnya.
Singggg....! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2 DEWA ARAK Pedang Bintang Arya terkejut mendengar desingan benda tajam yang menuju ke arahnya.
Dari suaranya pemuda ini sudah bisa memperkirakan benda tajam yang terlontar itu adalah pisau.
Maka dibiarkan saja senjata gelap itu mengenainya.
Pemuda ini tahu dengan tingkat tenaga dalam yang dimilikinya sekarang ini, serangan itu sama sekali tidak berarti apa-apa.
Takkk! Dengan telak senjata gelap itu menghantam tubuhnya, dan langsung runtuh ke tanah! Seolah-olah yang dihantamnya bukanlah tubuh manusia, melainkan gumpalan baja! Begitu serangan pisau itu kandas, tiba-tiba terdengar suara langkah-langkah kaki berlarian menuju ke arah Arya.
Pemuda ini kontan menoleh.
Tampak puluhan orang menyerbu ke arahnya.
Di tangan mereka tergenggam berbagai macam senjata seperti pisau, golok, kapak, pacul dan sekop! Melihat pakaian dan senjata yang digunakan, Arya segera saja dapat menduga kalau mereka itu adalah penduduk desa ini.
hanya saja yang masih menjadi tanda tanya besar mengapa para penduduk itu tiba-tiba menyerangnya? "Tahan....!"
Teriak Arya keras.
Akan tetapi para penduduk yang tengah marah itu tidak memperdulikan teriakan Arya.
Mereka terus saja maju menerjang.
Arya segera menyadari kalau saat ini terjadi kesalah pahaman antara dirinya dengan mereka.
Maka ia tidak akan bersikap keras.
Setiap serangan yang datang, pemuda itu hanya berusaha menghindar saja.
Apalagi setelah melihat serangan mereka.
Pemuda ini tahu kalau penyerangnya kebanyakan tidak menguasai ilmu silat.
Arya hanya menggunakan jurus 'Delapan Langakah Belalang' saja yang mempunyai kegunaan untuk mengelakkan serangan lawan.
Dengan langkah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3 DEWA ARAK Pedang Bintang sempoyongan dan gerak tubuh meliuk-liuk, dielakkan semua serangan itu sekaligus dirampasnya senjata para pengeroyoknya.
Hanya sekejap saja Arya telah membuat senjata para pengeroyoknya berpindah tangan.
Sebagian di pegang sebagian lagi berserakan di tanah.
Karuan saja hal itu membuat para pengeroyoknya terbengong-bengong.
Tapi hanya sebentar saja, karena di lain saat mereka sudah menyerbu kembali dengan tangan kosong.
Itu setelah terdengar perintah dari orang yang paling depan yang berusia setengah baya dan berkumis tebal.
Kini Arya tahu.
Maka mau tidak mau mereka harus segera dirubuhkan.
Namun demikian tetap saja pemuda itu tidak ingin melukainya.
Digerak-gerakkan tangannya perlahan saja dan dikerahkan sebagian kecil dari tenaganya.
Akibatnya hebat sekali! Dari keduda tangan Arya keluar angin keras berhawa hangat.
Sehingga para pengeroyok itu terlempar ke belakang dan jatuh bergulingan di tanah kecuali si kumis tebal itu.
Dia hanya terhuyung-huyung ke belakang.
"Tahan....!"
Bentak Arya keras begitu dilihat para pengeroyoknya itu masih ingin bangkit dan menyerang lagi. Sengaja Arya mengerahkan tenaga dalam waktu berteriak sehingga membuat mereka tertegun.
"Mengapa kisanak semua menyerangku? Apa salah-ku?"
Tanya Arya penasaran. Si kumis tebal tersenyum mengejek. Diperhatikan sebentar pemuda berpakaian ungu di hadapannya.
"Tidak usah pura-pura, Anak Muda. Bukankah kau utusan si Harimau Mata Satu untuk mematai-matai kami?"
"Ah! Kisanak salah paham. Aku bukanlah utusan si Harimau Mata Satu. Aku Arya yang kebetulan lewat sini."
Si kumis tebal meragu sejenak.
"Bisa kupercaya kata-katamu, Anak Muda?' Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4 DEWA ARAK Pedang Bintang "Kalau aku utusan si Harimau Mata Satu, apakah kisanak semua masih selamat?"
Kilah Arya sambil tersenyum.
"Hm.... Benar juga ya?"
Si kumis tebal mengangguk. Pertanyaan itu seperti ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Aku juga tidak percaya kalau utusan si keparat itu bisa sehebat ini."
"Syukurlah kalau kisanak percaya...."
Desah Arya lega.
"Oh ya.... Kalau boleh tahu siapakah si Harimau Mata Satu itu?' "Jadi, Nak...."
"Arya"
Potong pemuda itu memperkenalkan namanya.
"Arya Buana. Panggil saja Arya. Dan kalau boleh tahu kisanak siapa?"
"Aku kepala desa di sini. Panggil saja Ki Pandu. Jadi, kau benar-benar tidak mengenal Harimau Mata Satu?"
Tanya laki-laki setengah baya yang ternyata bernama Ki Pandu tidak percaya.
"Tidak. Mendengar namanya saja baru kali ini, Ki"
Jawab pemuda itu polos.
"Ah, rasanya mustahil! Orang sesakti Nak Arya ini tidak pernah mendengar namanya. Si Harimau Mata Satu terkenal sekali. Dia adalah pemimpin gerombolan perampok yang amat kejam. Biasanya hanya beroperasi di hutan. Dia waktu itu tidak berani menyerbu desa-desa karena masih banyak perguruan silat yang beraliran lurus dan pendekar-pendekar pembela kebenaran. Tapi kini sejak Siluman Tengkorak Putih muncul untuk menghancurkan perguruan-perguruan silat dan membunuh para pendekar, si Harimau Mata Satu berani meninggalkan sarangnya. Desa demi desa mereka datangi. Bagi desa yang tidak bersedia tunduk tidak segan-segan untuk dibumihanguskannya. Kemarin desa kami kedatangan utusan mereka yang meminta agar takluk. Setiap musim panen, kami diwajibkan membayar upeti. Bahkan setiap minggu minta disediakan dua orang gadis cantik. Pokoknya banyak lagi permintaan Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5 DEWA ARAK Pedang Bintang yang tidak masuk akal. Dengan tegas semua itu kutolak mentah-mentah. Kami lebih suka mati terhormat ketimbang hidup tapi terhina! Jadi itu sebabnya mengapa kami tadi menyerangmu, Arya. Kami pikir kau adalah mata-mata mereka yang ingin mengetahui kekuatan kami."
Arya mengangguk-angguk maklum.
"Ki Pandu.....! Ki Pandu....!"
Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang yang tergopoh-gopoh. Seketika kepala desa yang berkumis tebal itu menoleh ke arah asal suara. Nampak seorang laki-laki berlari-lari menghampiri.
"Ada apa, Surya?"
Tanya Ki Pandu.
"Mereka telah datang, Ki...."
Ucap orang yang dipanggil Surya terengah-engah.
"Gerombolan Harimau Mata Satu ?"
Tegas Ki Pandu.
"Benar!"
Jawab Surya singkat.
"Kalau begitu, mari kita sambut kedatangan mereka!"
Sahut Ki Pandu.
"Tunggu, Ki!"
Cegah Arya begitu melihat Ki Pandu dan para penduduk hendak meninggalkan tempat itu.
"Ada apa, Arya?' tanya Ki Pandu sambil menghentikan langkahnya.
"Biarlah aku yang akan menghadapi mereka...."
"Tapi...."
Kepala desa itu masih coba membantah.
"Tegakah, Aki mengorbankan para penduduk itu?"
Desak Arya.
"Memang aku tidak tega. Tapi...."
"Sudahlah, Ki. Nanti kalau aku tidak mampu menghadapi mereka, baru Ki Pandu dan para penduduk bisa membantuku!"
Setelah berkata demikian, Arya segera menginggalkan tempat itu menuju mulut desa.
Ki Pandu dan para penduduk memandangi pemuda berambut putih keperak-perakan yang hanya melangkah perlahan saja.
Namun anehnya tubuh pemuda itu sudah berada lebih dari sepuluh tombak di depan.
"Luar biasa....!"
Puji Ki Pandu sambil menggeleng-Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 6 DEWA ARAK Pedang Bintang gelengkan kepalanya.
"Rasanya kali ini si Harimau Mata Satu ini harus menghadapi rintangan yang amat berat!"
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Arya sudah mencapai taraf kesempurnaan.
Sehingga dalam waktu sebentar saja pemuda itu telah berada di mulut desa.
Agak jauh di depan, terlihat debu mengepul tinggi ke udara.
Dari suara berderap yang menggetarkan bumi pemuda ini tahu gerombolam si Harimau Mata Satu ini berkendaraan kuda.
Jumlah mereka tidak kurang dari tiga puluh orang.
Dalam waktu yang tidak berapa lama, rombongan orang berkuda itu telah berada dekat mulut desa.
"Hooop...!"
Orang yang berada paling depan bertubuh tinggi besar berwajah kasar dan bermata picak sebelah berteriak keras sambil mengangkat tangannya. Maka serentak rombongan itu hentikan lari kudanya.
"Siapa kau, Anak Muda?! Dan mengapa menghadang kami?! Menyingkirlah cepat!"
Bentak si mata picak yang berjuluk Harimau Mata Satu itu. Dipandangnya Arya yang berdiri menghalangi jalan dengan mata merah menyala.
"Siapa diriku tidak perlu kau tahu! Yang jelas aku berdiri di sini untuk membasmi orang-orang semacam kau dan gerombolanmu itu!"
Sahut Arya tegas.
Kemudian di-angkatnya guci arak yang sejak tadi dipegangnya.
Kemudian guci itu dibawanya ke atas mulut lalu di-teguknya.
Arya memang berniat mencoba kehebatan ilmu yang selama ini dipelajarinya.
Gluk....gluk....gluk....! "Keparat! Bentak si Harimau Mata Satu.
"Bunuh tikus kecil ini!"
Perintah orang bermata picak itu pada anak buahnya.
Bergegas dua orang anak buanya melompat turun dari kuda sambil menghunus goloknya.
Tanpa bicara apa-apa kedua orang perampok itu segera menerjang Arya.
Singggg....! Singgg...! Dua bilah golok itu melayang deras menyambar leher Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 7 DEWA ARAK Pedang Bintang dan dada Arya.
Tapi Arya yang memang telah memutuskan untuk tidak memberi ampun pada gerombolan perampok itu membiarkan saja serangan dua batang golok yang datang ke arahnya.
Takkk! Takkk! Kedua batang golok itu patah-patah ketika menghantam sasaran.
Dan belum lagi kedua orang perampok itu sadar dari keterkejutannya, kedua tangan Arya yang diiringi jurus 'Belalang Mabuk' telah menghajar mereka.
Bukkkk! Bukkkk! Tubuh kedua orang perampok itu terpental jauh seperti diseruduk banteng.
Tanpa sempat mengeluh lagi dua orang itu tewas dengan tulang dada hancur berantakan! Darah langsung mengalir deras dari mulut, hidung dan matanya.
Sekujur tubuh merekapun hangus bagai terbakar! Mata si Harimau Mata Satu terbelalak.
Untuk sesaat dipandangnya tubuh kedua anak buahnya yang terkapar di tanah, kemudian beralih pada Arya yang masih meliuk-liuk sempoyongan.
Itulah jurus 'Belalang Mabuk'! "Serbu....!"
Teriak Harimau Mata Satu keras.
Disadari kalau kepandaian pemuda berpakaian ungu itu tidak mungkin dapat dihadapi sendiri maka si Harimau Mata Satu tidak main-main lagi.
Rasanya pemuda itu memang harus dihadapi bersama-sama.
Puluhan orang perampok itu bergegas melompat turun dari kuda masing-masing dan meluruk menyerbu Arya dengan senjata terhunus.
Puluhan senjata yang beraneka ragam segera berkelebatan mengancam pemuda itu.
Arya sama sekali tidak bergerak atau menangkis.
Dibiarkan saja hujan bermacam-macam senjata yang mengancam tubuhnya.
Hanya yang mengancam bagian-bagian yang berbahaya saja yang ditangkis atau dielakkan dengan langkah sempoyongan.
Takkk! Takkk! Senjata-senjata itu terpental balik ketika mengahantam Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8 DEWA ARAK Pedang Bintang tubuh maupun tangkisan tangan Arya.
Dan sekali pemuda itu membalas dengan menggerakkan tangannya, nampak sesosok tubuh terlempar keluar dari gelanggang pertempuran dalam keadaan tewas mengerikan.
Harimau Mata Satu menggeram murka melihat betapa anak buahnya seperti semut menerjang api.
Satu persatu mereka berguguran di tangan pemuda berambut putih keperak-perakan itu.
Dengan perasaan geram dikeluarkan senjata andalannya, sebuah rantai baja panjang yang di ujungnya terdapat bola berduri.
"Hiyaaa...!"
Sambil berteriak nyaring, Harimau Mata Satu melompat turun dari kudanya.
Diputar-putarnya rantai berujung bola berduri itu sebentar sebelum diarahkan pada Arya.
Wuuut...! Angin yang keras menderu mengiringi tibanya serangan boal berduri itu.
Arya yang tengah dikeroyok puluhan orang perampok itu tidak menjadi gugup melihat sambaran bola berduri yang menuju ke arah kepalanya.
Dengan hanya menundukkan kepalanya sedikit, maka serangan bola berduri itu hanya mengenai tempat kosong di atas kepalanya.
Betapa kuat tenaga yang terkandung dalam lontaran itu sehingga rambut Arya yang panjang keperakan dibuat berkibar.
Tidak hanya sampai di situ saa yang dilakukan Arya.
Pemuda itu segera mengulurkan tangan menangkap rantai itu, lalu menyentakknnya.
Harimau Mata Satu kaget bukan main.
Sungguh tidak disangka kalau lawannya ini mampu bergerak secepat itu.
sekuat tenaga dicobanya untuk bertahan dari sentakan itu tapi kalah kuat.
Tenaga dalam yang dimiliki Arya jauh di atasnya.
Maka tanpa ampun lagi tubuhnyapun tersentak melayang ke arah pemuda itu.
Begitu tubuh Harimau Mata Satu itu berada di udara, Arya langsung menggerakkan rantai yang berhasil ditangkapnya.
Dan dengan sekali sentak bola berduri itu Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9 DEWA ARAK Pedang Bintang melayang deras menyambut kedatangan tuannya.
Untuk kesekian kalinya Harimau Mata Satu terperanjat dan tidak punya pilihan lain lagi.
Segea dilepaskan pegangannya pada rantai, setelah sebelumnya menggunakan rantai itu sebagai tempat berpijak untuk melenting ke udara.
Tetapi hal itu sudah diperhitungkan Arya.
Cepat pemuda ini menyusulinya dengan menyampok beberapa batang golok yang mengancam bagian-bagian berbahaya di tubuhnya.
Trakkk! Trakkk! Singgg...! Singgg...! Beberapa batang golok menyambar deras ke arah Harimau Mata Satu.
Kali ini Harimau Mata Satu tidak mampu lagi mengelak.
Hanya tinggal satu jalan baginya untuk menyelamatkan diri yaitu menangkap golok-golok itu.
Dan Harimau Mata Satu terpaksa melakukannya.
Tappp! Cappp! Cappp! "Akh....!"
Harimau Mata Satu menjerit keras.
Telapak tangan kanannya yang digunakan untuk menangkap seketika berlumuran darah.
Sedangkan di perutnya tertancap tiga batang golok yang menembus hingga ke punggung.
Harimau Mata Satu gagal menyelamatkan selembar nyawanya.
Lontaran golok-golok itu terlampau deras.
Sehingga walau golok pertama yang menyambar ke arahnya dapat ditangkap, tapi tenaga pendorong golokitu terlalu kuat.
Akibatnya golok itu terus meluncur deras dan menancap di prut, setelah melukai tangannya.
Dan belum lagi sempat berbuat sesuatu dua batang golok lainnya menyusul tiba.
Tubuh Harimau Mata Satu langsung ambruk ke tanah.
Sesaat lamanya ia menggeliat-geliat sebelum akhirnya diam tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.
Tentu saja kematian pemimpin membuat gerombolan perampok itu menjadi semakin gentar.
Sejak tadi hati Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10 DEWA ARAK Pedang Bintang mereka memang sudah ciut bukan main melihat kehebatan pemuda itu.
Sudah lebih separuh dari mereka yang tewas di tangan pemuda yang rupanya pemabukan ini.
Berkali-kali sambil menangkis, mengelak ataupun menyerang, pemuda itu meminum araknya.
Sesekali terdengar suara dengikan keluar dari mulut pemuda itu.
Dalam sekejapan saja beberapa orang perampok itu sudah menyusul temannya ke akhirat.
Yang tinggal kini hanya beberapa gelintir saja.
Dan merekapun rupanya sadar kalau terus-terusan melawan tidak akan ada gunanya.
Maka bergegas mereka semua melemparkan senjata masing-masing kemudian menjatuhkan diri berlutut di depan Arya.
"Ampun.... Ampunkan kami, Tuan Pendekar.... Kami berjanji tidak akan berbuat jahat lagi,"
Ujar salah seorang dari mereka dengan suara gemetar. Ucapan itu disambut anggukan kepala teman-temannya.
"Orang semacam kalian sudah selayaknya dilenyapkan dari muka bumi....!"
Arya dengan posisi tidak tetap sambil sesekali meneguk araknya.
"Benar, Arya!"
Sambut satu suara. Disusul munculnya Ki Pandu dan pada penduduk desa itu. Mereka sudah sejak tadi berada di situ dan melihat semua sepak terjang Arya.
"Ampun, Tuan Pendekar! Jangan bunuh kami. Kami benar-benar tobat dan berjanji tidak akan berbuat jahat lagi. Kami akan menjadi orang baik-baik...."
"Masih berlakukah janji-janji bagi orang semacam kalian?"
"Kami berjanji, Tuan Pendekar...."
"Baiklah. Tapi bila kudengar kalian berbuat jahat lagi. Aku tak akan mengampuni kalian lagi. Mengerti?!"
"Mengerti, Tuan Pendekar."
"Kalau begitu, pergilah! Sebelum aku mengubah keputusanku."
Usir Arya.
"Terima kasih, Tuan Pendekar"
Ucap mereka hampir Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 11 DEWA ARAK Pedang Bintang bersamaan. Saking gembiranya dibentur-benturkan dahi mereka ke tanah.
"Tapi, Arya...."
Ki Pandu mencoba membantah. Dan para penduduk sudah bergerak menghadang para perampok yang akan meninggalkan tempat itu. Arya menggoyang-goyangkan tangannya.
"Biarkan mereka pergi."
Para penduduk itu merasa ragu-ragu dan langsung menatap Ki Pandu.
Ketika kepala desa itupun menganggukkan kepalanya, maka para penduduk itupun menyingkir membiarkan para permpok itu pergi.
Debu kembali mengepul tinggi ketika beberapa gelintir permpok itu pergi dari situ sambil membawa kawan-kawan mereka yang tewas.
Selagi semua pandangan mata tertuju pada para permpok yang kian menjauh, Arya telah melesat cepat meninggalkan tempat itu.
"Arya.... Arya....!"
Ki Pandu celingukan mencari-cari begitu teringat pada pemuda itu.
"Ah, dia sudah pergi.... Pendekar aneh. Gerakan-gerakannyapun aneh. Baru kali ini kulihat orang mabuk bermain silat begitu hebatnya. Hhh.... Kepandaian yang dimilikinya tak lumrah bagi manusia. Atau jangan-jangan dia adalah Dewa yang menyamar menjadi manusia?"
"Benar, Ki. Aku juga yakin kalau pemuda itu bukan manusia biasa, melainkan Dewa."
Sambut salah seorang penduduk.
"Tapi mana ada Dewa yang begitu doyan arak?"
Bantah yang lainnya.
"Lho?! Siapa tahu dia... Dewa Arak,"
Sahut penduduk yang lainnya membantu yang pertama.
"Ah, tepat sekali.... Tepat sekali julukan itu. Yahhh.... Dewa Arak. Julukan yang amat cocok buat pemuda yang berkepandaian luar biasa itu. Dewa Arak. Ya....!"
Tegas Ki Pandu sambil merenung.
Tak lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 12 DEWA ARAK Pedang Bintang sepanjang perjalanan yang dipercakapkan hanya tentang Arya, yang hanya seorang diri telah mampu menghancurkan gerombolan si Harimau Mata Satu yang selama ini merajalela.
Beberapa hari kemudian, nama Arya alias si Dewa Arak telah mulai terkenal ke desa-desa sekitar.
Seorang pemuda yang bertubuh kekar berwajah jantan dengan rahang kokoh dan alis tebal.
Tambutnya berwarna putih keperakan dan pakaiannya ungun.
Itulah Dewa Arak! Seorang pendekar yang siap menumpas keangkaramurkaan! *** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 13 DEWA ARAK Pedang Bintang alam waktu yang tak lama, kehadiran pemuda yang dijuluki orang sebagai Dewa Arak telah D menggegerkan rimba persilatan.
Kata orang ciri-ciri dia adalah berambut putih keperakan dan berpakaian ungu.
Sedangkan ciri yang menonjol adalah sebuah guci yang selalu tersampir di punggung! Pagi ini udara nampak cerah.
Hanya sedikit awan menggantung di langit.
Walaupun udara begitu bersih tak ada tanda akan hujan namun seorang pemuda bergegas melangkah kakinya.
Apalagi setelah melihat perbatasan Desa Kecipir.
Dia adalah Arya Buana yang ingin segera mengetahui keadaan ayahnya.
Pemuda ini kawatir terjadi sesuatu pada ayahnya.
Ucapan Ki Pandu waktu itu telah mengganggu pikirannya.
Katanya Siluman Tengkorak Putih telah mengganas, membunuhi pada pendekar dan menghancurkan perguruan-perguruan silat yang beraliran putih.
Kata-kata itu kembali terngiang di telinga Arya Buana.
Tetapi sebelum kakinya mencapai perbatasan desa, sebuah bisikan halus membuat dia harus menghentikan langkahnya.
"Dik Arya...."
Arya Buana menoleh ke arah asal suara. Dan dari balik kerimbunan semak-semak terlihat sebuah kepala tersembul. Untuk sesaat lamanya alis pemuda berbaju ungu ini berkerut. Rasanya pernah melihat wajah ini tapi kapan dan di mana, ia lupa.
"Aku Satria....."
"Ah, Ka...."
Kini Arya teringat di mana pernah bertemu pemuda itu. di mana lagi kalau bukan di Perguruan Tangan Sakti yang bermarkas di Gunung Waru.
"Dik Arya, seudah demikian besarnya dirimu. Hampir-Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 14 DEWA ARAK Pedang Bintang hampir saja aku lupa."
"Kang Satria bagaimana kabarmu?"
Tanya Arya gembira sehingga bersuara agak keras.
"Ssst....!"
Si pemilik suara yang ternyata adalah Satria itu menempelkan jari telunjuknya di bibir mencegah Arya bicara keras-keras.
Dilambaikan tangannya pada pemuda itu.
Arya menoleh ke kanan dan ke kiri.
Setelah dilihatnya suasana sekitar situ sepi, bergegas dihampirinya Satria yang hanya berjarak dua tombak darinya.
"Ada apa Kakang Satria?"
Tanya Arya dengan suara perlahan.
"Nanti saja kuceritakan. Sekarang kau ikut aku saja....."
Ajak Satria. Arya meragu sejenak.
"Sayang sekali, Kang. Kalau sekarang aku tidak bisa ikut.....aku masih ada urusan."
Wajah Satria mendadak murung.
"Aku tahu Arya. Kau ingin menjumpai ayahmu, kan?"
"Syukurlah kalau Kakang sudah tahu,"
Desah Arya pelan. Dia memang merasa tidak enak melihat wajah Satria yang murung begitu menolak ajakannya.
"Lebih baik kau urungkan niatmu, Arya."
"Mengapa, Kang?' Arya tersentak.
"Karena....karena ayahmu....sudah tidak ada lagi, Arya...."
Desah Satria pelan.
"Maksud, Kakang..... ayah.... tewas....?"
Tanya Arya dengan wajah pucat pasi.
Satria tidak mampu menjawab dan hanya mengangguk sambil menundukkan kepalanya.
Tapi anggukkan itu sudah cukup buat Arya.
Tiba-tiba saja pemuda ini berteriak keras.
Satria kontan jatuh terduduk karena dengkulnya mendadak lemas.
Cepat dikerahkan tenaga dalamnya untuk mengusir pengaruh teriakan yang masih tersisa itu.
Dengan mata terbelalak tampaklah sebatang pohon besar tumbang.
Daun-daunnya layu mengering.
Pohon itu rubuh dengan diiringi suara bergemuruh begitu Arya Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 15 DEWA ARAK Pedang Bintang mendorongkan kedua tangannya ke depan.
"Kubunuh kalian....! Kubunuh....! Ku... bunuuuuh....!"
Teriak pemuda berambut putih keperak-perakan itu keras.
Sepasang matanya mencorong kehijauan.
Satria memandang pemuda itu dengan hati bedebar.
Apa yang dlihat benar-benar mengejutkan hatinya.
Sebuah pertunjukan yang menggirikan hati! "Katakan, Kakang...
Katakan siapa yang telah membunuh ayahku?"
Tanya Arya dengan naas terengah-engah.
"Sabar Arya. Tenangkan dulu pikiranmu. Aku tidak akan memberitahukan siapa pembunuh ayahmu jika kau masih diliputi amarah. Biarpun untuk itu aku harus mati di tanganmu!"
Tegas Satria.
Ucapan itu menyadarkan Arya dari amarahnya.
Pemuda itu mengeluh pelan.
Ditutupi mukanya dengan kedua tangannya.
Baru setelah itu ditariknya napas dalam-dalam dan dihembuskannya kuat-kuat.
Beberapa saat lamanya ia melakukan hal itu.
Setelah dirasakan amarahnya telah mereda ditatapnya Satria dalam-dalam.
Satria tersenyum.
"Hebat kau Arya. Jadi kau telah mendapatkan kitab-kitab peninggalan Ki Gering Langit itu?' Arya hanya mengangguk.
"Jadi rupanya kaulah yang dijuluki Dewa Arak itu, Arya?"
Tanya Satria lebih lanjut.
"Dewa Arak? Aku? Ah, tidak salahkah apa yang kau ucapkan itu, Kang?"
Tanya Arya heran. Dia memang tidak tahu julukan itu. Sebab itu memang pemberian dari orang-orang yang pernah ditolongnya.
"Ciri-ciri yang kau miliki memang menunjukkan kalau kaulah tokoh yang menggemparkan itu. Tokoh yang berani menentang kejahatan secara terang-terangan setelah Siluman Tengkorak Putih merajalela."
"Ciri-ciri? Apakah ciri-ciri yang menunjukkan kalau aku adalah Dewa Arak itu, Kakang?"
"Yahhh.... Semua yang ada padamu itu adalah ciri-cirinya. Dewa Arak itu masih muda. Wajahnya tampan dan Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 16 DEWA ARAK Pedang Bintang jantan, rahangnya kokoh rambutnya putih keperak-perakan berpakaian ungu. Selalu membawa guci arak. Dan kepandaiannya seperti Dewa yang tidak mempan senjata!"
"Ah, belum tentu aku yang dimaksud sebagai tokoh itu, Kakang. Aku yakin bukan aku yang dimaksud,"
Arya masih mencoba berkelit.
"Baiklah. Ada satu bukti lagi yang paling penting. Dan bukti inilah yang dapat menunjukkan benar tidaknya kalau kau adalah Dewa Arak yang telah menggemparkan itu."
"Apa bukti itu, Kakang?"
Tanya Arya penuh gairah.
"Kenalkah kau dengan Harimau Mata Satu ?"
"Kenal sih tidak. Tapi memang akulah yang mem-binasakan ketika ia hendak membumi hanguskan Desa Jati Alas."
Satria tertawa penuh kemenangan.
"Kau tahu Arya. Berita yang menyebar itupun menyebutkan demikian. Harimau Mata Satu dan gerombolannya telah dihancurkan secara mudah oleh seorang pemuda yang bernama Arya buana dan berjuluk Dewa Arak!"
"Jadi....jadi...."
"Kau adalah Dewa Arak itu!"
Tegas Satria. Arya termenung. Julukan yang aneh, pikirnya. Tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga julukan itu.
"Sudahlah, Kang. Aku tidak memperdulikan hal itu. Terserah orang akan menjuluki apa. Yang kuinginkan sekarang adalah jawaban darimu, Kakang. Siapa sebenarnya orang yang membunuh ayahku. Hanya itu!"
Satria menghela napas seperti ingin mencari kata-kata yang tepat.
"Baiklah Arya. Semula aku ingin mengajakmu ke tempat kami. Aku dan tokoh-tokoh persilatan golongan putih diam-diam telah menyusun kekuatan. Di antara kami ada pula putir si Raja Pisau Terbang. Tapi karena tidak mempunyai orang yang dapat diandalkan untuk menghadapi Siluman Tengkorak Putih, kami terpaksa menahan diri. Putri Raja Pisau Terbang telah meminta ayahnya untuk Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 17 DEWA ARAK Pedang Bintang membantu usaha kami. Mula-mula beliau menolak karena sudah terlalu tua dan tidak ingin mengotori tangannya dengan darah lagi. Tapi berkat usaha Ningrum yang tidak kenal putus asa, Raja Pisau Terbang mengalah juga. Beliau berjanji akan datang hari ini. Dan rencananya kami akan menyerang markas mereka nanti malam."
"Mereka?"
Alir Arya berkerut.
"Ya,"
Jawab Satria singkat.
"Siapa mereka?' tanya Arya lagi.
"Siluman Tengkorak Putih dan anak buahnya."
"Lalu siapa yang membunuh ayahku, Kakang?"
"Siluman Tengkorak Putih"
"Hm.... Dia rupanya! Tunggulah pembalasanku keparat!"
Desis Arya yang berjuluk Dewa Arak dengan perasaan geram.
"Arya...."
Panggil Satria ragu-ragu.
"Ada apa, Kakang."
"Kau tidak ingin bergabung bersama kami? Kita menyerang mereka nanti malam dan sekarang hanya tinggal menunggu Raja Pisau Terbang."
"Maafkan aku, Kakang. Aku sudah tidak sabar lagi menunggu. Ingin selekasnya aku membuat perhitungan dengan siluman itu!"
Tandas Arya.
"Terserah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu,"
Ujar Satria sambil mengangkat bahu.
"Aku tidak akan menghalangi. Hanya saja pesanku, berhati-hatilah Arya. Siluman Tengkorak Putih hebat sekali. Bahkan paman gurumu telah tewas di tangannya...."
"Apa....?!"
Sepasang mata Arya terbelalak. Terbayang di benaknya sesosok tubuh tua yang bertubuh bongkok udang yang amat menyayanginya.
"Paman guru.... tewas....?!"
"Ya....bukan hanya itu saja. Si keparat itu telah membantai semua murid Perguruan Tangan Sakti. Beruntung aku, Mega dan beberapa orang berhasil menyelamatkan diri. Kalau tidak berpikir untuk membalas Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 18 DEWA ARAK Pedang Bintang dendam mungkin kami labih suka mati bersama-sama mereka...."
Jelas Satria lebih lanjut.
"Siluman Tengkorak Putih...."
Desisi Arya dengan suara ditekan.
"Dosamu sudah terlampau banyak. Kau atau aku yang harus mati!"
"Arya redakan kemarahanmu supaya kau tak celaka di tangannya. Sebelum guru tewas, Raja Pisau Terbang mengatakan kalau Siluman Tengkorak Putih itu memiliki ilmu 'Ular Terbang'. Dan itu sempat kudengar."
"Ilmu 'Ular Terbang'? bukankah ilmu itu milik Ular Hitam?"
"Benar. Begitu pula yang diucapkan Raja Pisau Terbang...."
"Bomantara. Pasti! Ya, siluman itu pasti Bomantara. Tak ada lagi orang yang memiliki ilmu 'Ular Terbang', milik Ular Hitam kecuali dia...."
"Bomantara?"
Satria mengerutkan alisnya.
"Bukan, Arya. Bukan Bomantara nama siluman itu. aku ingat betul karena Raja Racun Pencabut Nyawa berkali-kali memanggil namanya. Dan bukan Bomantara nama yang dipanggil. Tapi, Gerda! Ya, Gerda."
Beberapa saat lamanya, Arya buana termenung.
Mana yang benar, Gerda atau Bomantara.
Pusing memikirkannya! Apalagi ketika mendengar nama Raja Racun Pencabut Nyawa disebut-sebut.
Ayahnya mengatakan kalau iblis itu adalah pamannya karena dia adalah kakak kandung ibunya.
Tapi kini dia harus bertentangan dengan pamannya itu.
Memang terpaksa.
Bisakah ia bertarung dengan pamannya sendiri? "Lalu di manakah markas mereka, Kang?"
Tanya Arya tak ingin memikirkan masalah itu.
"Di rumahmu yang dulu...."
Sahut Satria mengalah.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Kang."
Setelah berkata demikian tanpa menunggu jawaban Satria tubuh Arya melesat.
Sebentar saja yang terlihat hanyalah titik hitam yang akhirnya lenyap di kejauhan.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 19 DEWA ARAK Pedang Bintang eberapa saat lamanya, Arya buana memperhatikan keadaan rumah tempat tinggalnya dari atas cabag B sebuah pohon.
Tampak halaman depan bangunan besar itu sepi.
Hanya ada beberapa orang yang nampak berjaga-jaga.
Itupun kelihatannya tidak sungguh-sungguh.
"Ah, hari sudah hampir gelap,"
Desah Arya dengan perasaan tidak sabar.
Matahari memang sudah condong ke barat.
Bercak-bercak kemerahan nampak menyemburat di ujung barat sana.
Pemuda berambut putih keperakan ini tidak sabar lagi.
Cepat dia melompat turun dadri pohon itu dan bergerak mendekati tembok.
Hanya dengan sebuah totolan ujung kaki yang ringan di tanah, tembok batu itu telah terlompati.
"Hup....!"
Ringan seperti jatuhnya seekor kucing, didaratkan kedua kakinya di tanah.
"Siluman Tengkorak Putih! Keluar kau!"
Teriak Arya dengan suara keras.
Karuan saja teriakan itu mengejutkan para penjaga.
Langusng saja mereka datang mengurung pemuda berbaju ungu itu.
sementara yang dikurung tenang-tenang saja sambil menenggak araknya.
Gluk....gluk....gluk....! "Dia pasti Dewa Arak...."
Desah salah seorang dari penjaga itu.
"Yang membasmi gerombolan Harimau Mata Satu itu?"
Tanya yang lainnya.
"Benar!"
Jawab orang itu lagi.
"Hm....!"
Terdengar suara mendengus dari mulut Arya buana.
Suara dengusan itu menyadarkan para penjaga Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 20 DEWA ARAK Pedang Bintang akan tujuan Dewa Arak datang ke situ.
Apalagi kalau bukan membalas dendam? Bukankah Dewa Arak itu adalah Arya Buana, anak dari Tribuana alias Pendekar Ruyung Maut? Dan kini serempak para penjaga itu menyerbu Dewa Arak dengan senjata di tangan.
Arya buana yang tahu kalau nanti akan berhadapan dengan banyak lawan tidak mau bersikap main-main lagi.
Langsung saja dikeluarkan ilmu andalannya.
Jurus 'Delapan Langkah Belalang' dan jurus 'Belalang Mabuk'.
Guci, tangan dan semburan araknya semua ikut ambil bagian.
Sesekali di tengah hujan serangan lawannya, Arya tenang-tenang saja meminum araknya.
Prakkk! Tukkk! Prattt! "Akh....! Akh....! Akh....! Dalam segebrakan saja tiga orang penjaga kembali menjadi korban amukan Arya.
Yang seorang tewas dengan kepala pecah terhantam guci arak.
Seorang lagi pecah ubun-ubunnya terkena totokan jari pemuda berambut putih keperakan itu.
Sedangkan yang lain lagi tewas dengan leher berlubang terkena semburan araknya.
Jerit kematian saling susul.
Ke mana Arya bergerak di situ pasti ada lawan yang tewas.
Tak lama kemudian habislah para pengeroyoknya.
Sebuah tawa yang pelan, berat dan bergaung segera menyambutnya begitu lawannya yang terakhir rubuh.
"Ha...ha....ha....!"
Arya cepat menoleh ke arah asal suara tawa itu.
Di depannya dalam jarak sekitar tiga tombak berdiri dua sosok tubuh.
Sosok pertama bertubuh pendek tapi kekar, berambut awut-awutan dan bermata merah.
Menilik ciri-cirinya Arya dapat menduga kalau si pendek kekar ini adalah kakak ibunya.
Dialah Raja Racun Pencabut Nyawa.
Sosok kedua bertubuh tinggi kurus.
Berselubung putih dan berpakaian juga serba putih.
Inilah rupanya Siluman Tengkorak Putih yang menggemparkan itu.
dipandanginya tokoh yang menggemparkan ini penuh perhatian.
Dan Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 21 DEWA ARAK Pedang Bintang betapa kagetnya Arya ketika melihat sorot mata Siluman Tengkorak Putih itu.
Sorot mata itu begitu tajam mencorong dan berdinar kehijauan.
Persis mata seekor kucing dalam gelap! "Inikah putra Pendekar Ruyung Maut itu, Paman? Pemuda yang dulu membawa lari Pedang Bintang?"
Tanya Siluman Tengkorak Putih pada Raja Racun Pencabut Nyawa.
"Betul, Gerda,"
Jawab Raja Racun itu.
"Kakang Satria benar,"
Gumam Arya pelan.
nama iblis itu bukan Bomantara melainkan Gerda.
Tapi kalau bukan Bomantara mengapa menguasai ilmu 'Ular Terbang'? "Ha...ha...ha...! hanya sekian sajakah ilmu yang diterimanya dari Ki Gering Langit? Huh! Kalau dulu kutahu, tidak akan sudi aku bersusah payah untuk mendapatkannya."
"Siluman Tengkorak Putih!"
Bentak Arya geram.
"Kau harus bayar nyawa ayahku!"
Setelah berkata demikian, Arya segera melompat menerjang Siluman Tengkorak Putih.
Menyadari kelihaian lawan, sekali menyerang Arya sudah menggunakan ilmu andalannya.
Guci di tangannya menyambar deras ke arah kepala lawannya.
Melihat Arya telah menerjang Siluman Tengkorak Putih, Raja Racun Pencabut Nyawa segera menghindar dari situ.
Sedangkan Siluman Tengkorak Putih yang begitu melihat sambaran guci itu segera menundukkan kepalanya.
Untunglah sambaran guci itu lewat bebrapa rambut di atas kepalanya.
Malah pakaian dan selubung yang dikenakan siluman itu sampai berkibar, begitu sambaran guci itu menyambar tempat kosong.
Suatu tanda kalau tenaga yang mengayunkan guci itu sangat kuat.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan Siluman Tengkorak Putih alias gerda ini.
secepat ia mengelak secepat itu pula balas menyerang dengan sodokan tangan bertubi-tubi pada ulu hati dan leher Arya.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 22 DEWA ARAK Pedang Bintang Arya Buana alias Dewa Arak buru-buru memiringkan kepalanya, maka serangan yang menuju lehernya mengenai tempat kosong.
Sedangkan serangan yang menuju ulu hati ditangkisnya dengan tangan kiri disertai pengerahan seluruh tenaga.
Plakkk! Sebuah benturan keras terdengar.
Akibatnya tubuh Siluman Tengkorak Putih terhuyung mundur dua langkah.
Sedangkan tubuh Arya yang berada di udara terlempar ke udara.
Namun dengan manis tubuhnya melenting di udara kemudian laksana seekor kucing kedua kakinya hinggap di tanah.
"Jurus 'Ular Terbang'?!"
Teriak Dewa Arak kaget. Walau Siluman Tengkorak Putih itu baru mengeluarkan beberapa gerakan, Arya langsung mengenalinya.
"Hm. Pandangan matamu awas juga, tikus kecil!"
Ejek Siluman Tengkorak Putih. Baru kali ini dalam adu tenaga ia sampai terdorong dua langkah. Hal ini membuatnya penasaran bukan main.
"Tapi ingin kutahu apakah kaupun mampu mengenali yang ini!"
Setelah berkata demikian, Siluman Tengkorak Putih kembali menyerang Dewa Arak dengan sebuah tendangan lurus ke arah pusar.
Kemudian langsung dilanjutkan tendangan menyamping ke arah leher begitu Arya menarik tubuhnya ke belakang.
Tidak berhenti di situ lalu disusul tendangan yang dilakukannya sambil memutar tubuh.
"Ah....! 'Tendangan Kilat'....?!"
Desah Arya kaget. Itulah ilmu milik Ki Gering Langit yang diwariskan kepada Bomantara. Cepat-cepat dielakkan tendangan itu dengan jurus 'Delapan Langkah Belalang'.
"Tidak salah lagi, pasti kau Bomantara!"
Mendadak Siluman Tengkorak Putih menghentikan gerakannya.
"Jahanam! Dari mana kau tahu nama itu, heh?!"
"Memang sudah lama aku mencari-carimu manusia keparat! Murid murtad!"
Pemuda berpakaian ungu ini balas Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 23 DEWA ARAK Pedang Bintang membentak.
"Keparat!"
Setelah berkata demikian diterjangnya dewa arak.
Tetapi pemuda itu tak menjadi gugup.
Cepat-cepat dielakkan serangan itu dan dibalasnya dengan serangan-serangan yang tak kalah dahsyat.
Siluman Tengkorak Putih benar-benar telah mengamuk.
Dikeluarkannya seluruh kemampuan yang dimiliki.
Ilmu 'Ular Terbang' warisan Ular Hitam, ilmu 'Tendangan Kilat' warisan Ki Gering Langit dan ilmu-ilmu racun yang diterima dari Raja Racun Pencabut Nyawa.
Dan ini baru untuk pertama kalinya dilakukannya.
Tapi lawan yang dihadapi adalah Arya buana.
Pewaris tunggal dari seluruh ilmu ciptaan Ki Gering Langit yang terbaru.
Maka, walaupun Siluman Tengkorak Putih telah mengeluarkan segenap kemampuan tetap saja pemuda ini mampu menghadapi.
Bahkan membalas dengan serangan-serangan yang tak kalah dahsyatnya.
Kini Arya yang mengetahui kesaktian lawannya segera mengerahkan 'Tenaga Inti Matahari' yang disusul dengan jurus 'Belalang Mabuk' dan akhirnya jurus 'Delapan Langkah Belalang' sehingga tubuhnya meliuk-liuk.
Raja Racun Pencabut Nyawa menonton pertarungan antara dua orang sakti itu tanpa berkedip.
Baru kali ini disaksikan pertarungan yang begitu dahsyatnya.
Debu mengepul tinggi ke udara.
Batu-batu besar dan kecil beterbangan tak tentu arah.
Pohon-pohon besar dan kecil yang terlanda angin pukulan nyasar bertumbangan diiringi suara gaduh.
Bukan hanya itu saja.
Decit angin tajam yang berhembus dan diiringi bau amis yang memualkan perut, keluar dari setiap serangan Siluman Tengkorak Putih.
Tentu saja gerombolan penjahat terpaksa menjauhi tempat itu.
Belum lagi akibat setiap gerakan Arya yang berjuluk Dewa Arak itu menyebarkan hawa panas menyengat.
Bahkan bisa menghanguskan kulit! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 24 DEWA ARAK Pedang Bintang Siluman Tengkorak Putih penasaran bukan main.
Apalagi ketika menyadari serangan pukulan beracunnya tidak berarti sama sekali bagi pemuda itu.
dan memang tanpa diketahui Arya sendiri, pasangan ilmu 'Belalang Sakti' dan 'Tenaga Dalam Inti Matahari' membuatnya tidak terpengaruh segala macam racun.
Hawa beracun sudah terusir sebelum mendekati tubuh Arya.
Hawa panas yang keluar dari tubuh pemuda itu telah menangkal hawa beracun yang datang menyerbu ke arahnya.
Lima puluh jurus telah cepat terlewat.
Tapi tidak nampak ada tanda-tanda siapa yang akan terdesak dan siapa yang akan mendesak.
Kepandaian mereka berdua sepertinya berimbang.
Raja Racun Pencabut Nyawa yang menonton pertarungan itu menjadi tidak sabar, sehingga segera mendekati pertarungan.
Sudah bulat tekadnya untuk membantu Gerda alias Siluman Tengkorak Putih menghadapi Dewa Arak yang sakti itu.
Tetapi baru juga bergerak mendekati terdengar suara bentakan keras disusul berkelebatnya tiga sosok tubuh yang kemudian menghadang di depannya.
Dua orang laki-laki yang berumur tiga puluhan dan seorang gadis yang berusia sekitar sembilan belas tahun dan berpakaian serba hijau.
Wajahnya cantik manis.
Apalagi dihiasi tahi lalat di pipinya.
Inilah Ningrum putri Raja Pisau Terbang.
Sedangkan dua laki-laki itu adalah Satria dan Mega.
Raja Racun Pencabut Nyawa menatap tiga sosok tubuh di depannya dengan pandagan mata meremehkan.
Ia hanya melihat dengan ekor mata, walaupun dua laki-laki itu sudah bersiap-siap sambil menghunus pedang.
Sedangkan gadis itu juga nampak sudah menggenggam sebilah pisau berwarna putih mengkilat pada kedua tangannya.
"Raja Racun! Kini saatnya kekejianmu harus ditebus dengan nyawamu!"
Teriak Satria keras. Bersamaan dengan itu pedang di tangannya cepat meluncur lurus ke arah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 25 DEWA ARAK Pedang Bintang pusar Raja Racun Pencabut Nyawa.
"Hiyaaa....!"
Mega yang tahu pasti betapa lihaynya si Raja Racun ini dan sadar kalau kakak seperguruannya ini bukanlah lawan iblis itu segera membantu Satria.
Pedang di tangannya melesat cepat membabat leher! Ningrum pun tidak mau ketinggalan.
Gadis perkasa ini segera ikut ambil bagian.
Sepasang pisau terbang di tangannya berkelebat mencari sasaran di berbagai bagian tubuh lawan.
Kini Raja Racun Pencabut Nyawa tidak bisa main-main lagi.
Apalagi setelah terbukti kalau tiga lawannya ini mampu saling membantu.
Ia lalu mengerahkan seluruh kemampuannya.
Baru beberapa jurus bertarung tiba-tiba terdengar suara riuh disusul munculnya puluhan orang rimba persilatan golongan putih.
Inilah orang-orang yang berhasil dikumpulkan Satria dan Mega.
Karuan saja melihat serbuan ini anak buah Siluman Tengkorak Putih yang sejak tadi menonton pertarungan dahsyat itu bubar.
Mereka segera menyambut serbuan tamu-tamu yang tak diundang itu.
Maka kini terjadilah tiga kelompok pertempuran.
Di antara pertarungan itu yang paling ramai dan menegangkan adalah pertarungan antara Arya buana alias Dewa Arak melawan Siluman Tengkorak Putih.
Mereka ber-dualah yang menjadi penentu kemenangan dua golongan yang saling bertarung itu.
Berbeda dengan pertarungan Siluman Tengkorak Putih yang berimbang, pertarungan Raja Racun Pencabut Nyawa melawan Satria, Mega dan Ningrum berjalan berat sebelah.
Memang bila diperhitungkan kepandaian Satria dan Mega masih terlalu jauh untuk menghadapi Raja Racun itu.
di antara mereka bertiga Ningrumlah yang memiliki kepandaian paling tinggi.
Maka gadis itulah yang mendapat tekanan dari Lindu alias Raja Racun Pencabut Nyawa.
Raja Racun yang cerdik tahu kalau gadis putri si Raja Pisau Terbang ini Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 26 DEWA ARAK Pedang Bintang bisa dirubuhkan maka rubuh pulalah semuanya.
Tentu saja akibatnya terasa sekali bagi Ningrum.
Memang gadis ini masih kalah segala-galanya dibanding lawannya.
Kalah tenaga, kelincahan dan juga pengalaman.
Gadis putri Raja Pisau Terbang inipun segera terdesak.
Sepasang pisau terbang di tangannya kini hanya dapat digunakan untuk melindungi dirinya.
Raja Racun Pencabut Nyawa yang tidakingin berlama-lama dalam pertarungan ini apalagi setelah sekian lama lawannya tidak juga dapat dirubuhkan segera mengeluarkan pukulan beracun.
Sudah dapat dipastikan kalau tak lama kemudian ketiga orang muda itu akan rubuh di tangan raja racun ini.
Kalau saja......
"Keji sekali kau Raja Racun! Menghadapi anak-anak muda pun masih bermain racun!"
Berbareng dengan suara teguran itu muncullah sesosok tubuh tinggi kurus dan berkulit hitam.
Kumis dan jenggot yang telah memutih menghias wajahnya.
Yang luar biasa adalah sepasang matanya.
Begitu tajam mencorong dan bersinar kehijauan seperti mata seekor kucing dalam gelap.
Begitu datang kakek ini segera menggerakkan kedua tangannya menghalau serangan-serangan beracun Raja Racun iu.
Gerakan tangannya begitu cepat dan tiba-tiba seperti gerak seekor ular yang menyambar mangsa.
"Ah! Kau.... Kau....!"
Teriak Raja Racun Pencabut Nyawa tertahan. Kegugupan tergambar jelas pada wajahnya. Untuk beberapa saat kewaspadaannya mengendur. Kesempatan ini tak disia-siakan Satria. Dengan kecepatan kilat pedangnya menyambar ke arah perut Raja Racun ini.
"Akh...!"
Raja Racun Pencabut Nyawa memekik tertahan.
Darah langsung muncrat dari perut yang tertembus pedang hingga ke punggung itu.
Raja Racun Pencabut Nyawa meraung keras.
Tangannya pun bergerak mengancam Satria sehingga pemuda itu kelihatan gugup.
Untungnya 'kakek penolong' Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 27 DEWA ARAK Pedang Bintang itu bertindak cepat dan menangkis serangan itu.
Plakkk! Tubuh Raja Racun Pencabut Nyawa terhuyung ke belakang.
Dan saat itu hampir berbarengan Ningrum dan Mega melancarkan serangan.
Cappp! Cappp! Cappp! Dua pisau terbang dan satu pedang itu telak sekali menghunjam tubuh Raja Racun.
Laki-laki yang bernama asli Lindu itu berteriak ngeri.
Tanpa ampun lagi tubuhnya ambruk ke tanah.
Napasnya megap-megap.
"Arya..... Arya...."
Lirih terdengar suara iblis itu.
Satria yang melihat iblis itu belum tewas segera menyusuli dengan seuah tusukan ke arah jantung.
Tetapi sebelum pedang itu mengenai sasaran segundukan angin keras mendorongnya hingga terjengkang.
Cepat pemuda ini bersalto di udara beberapa kali untuk mematahkan daya dorong itu lalu hinggap ringan di tanah.
"Tahan dulu pedangmu, Anak Muda. Nampaknya ia ingin mengatakan sesuatu...."
Kata kakek yang telah menolongnya tadi. Tahulah pemuda itu kini. Rupanya angin keras tadi berasal dari kakek ini. Setelah berkata demikian kakek itu menghampiri Raja Racun Pencabut Nyawa yang tergolek tak berdaya.
"Ada yang ingin kau katakan untuk Arya, Raja Racun? Cepatlah katakan biar aku yang akan menyampaikannya,"
Ujar kakek itu ramah.
Bibir Raja Racun Pencabut Nyawa bergerak-gerak pelan.
terpaksa kakek itu mendekatkan telinganya ke mulut Raja Racun beberapa saat lamanya.
Kakek itu baru menjauhkan kepalanya setelah tidak terdengar lagi suara dari mulut Raja Racun Pencabut Nyawa.
Dia kini telah tewas.
Sementara itu pertarungan antara Arya buana melawan Siluman Tengkorak Putih telah berlangsung hampir seratus lima puluh jurus! Perlahan namun pasti Dewa Arak yang mengerahkan jurus 'Delapan Langkah Belalang' dan jurus Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 28 DEWA ARAK Pedang Bintang 'Belalang Mabuk' yang dialiri pengerahan 'Tenaga Dalam Inti Matahari', mulai dapat menguasai keadaan.
Sampai pada suatu saat....
"Hiyaaa....!"
Siluman Tengkorak Putih yang sudah putus asa langsung menyerang Dewa Arak tanpa memperdulikan pertahanan lagi.
Jari-jari kedua tangannya yang membentuk patuk ular bertubi-tubi menyerang pelipis danubun-ubun Arya.
Arya Buana kaget sekali.
Disadari kalau lawannya ini berniat menadu nyawa.
Rasanya tidak mungkin lagi mengelakkan serangan itu kalau masih ingin selamat.
Dewa Arak itu tahu kalau mengelakkan serangan sepasang kaki Siluman Tengkorak Putih akan bertubi-tubi meng-ancamnya dengan juru 'Tendangan Kilat'.
Dan hal ini akan lebih membahayakan dirinya.
Maka pemuda ini memutuskan untuk menangkis walaupun posisinya saat itu tidak memungkinkan.
Arya mengangkat tangan kirinya menejgal kedua serangan yang mengancam ubun-ubun dan pelipisnya itu.
Berbarengan dengan itu guci di tangan kanannya menggedor dada Siluman Tengkorak Putih yang terbuka lebar.
Plakkk! Tukkk! Buggg! Arya terhuyung satu langkah.
Mulutnya menyeringai menahan rasa sakit yang mendera tangan kiri.
Serangan yang menuju ubun-ubunnya memang dapat ditangkis dengan jari-jari tangan.
Akan tetapi serangan yang mengancam pelipis terpaksa dihadang dengan pangkal lengan.
Dan akibatnya sesaat lamanya dirasakan tangan itu bagaikan lumpuh.
Tetapi meskipun demikian keadaan yang diterima Arya masih lebih ringan ketimbang yang diterima Siluman Tengkorak Putih.
Tubuh siluman itu terjengkang ketika guci Dewa Arak menghantam keras dadanya.
Bagian bawah selubungnya yang berwarna putih nampak kini memerah.
Siluman itu telah menyemburkan darah dari mulutnya! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 29 DEWA ARAK Pedang Bintang Arya yang tahu betapa berbahayanya Siluman Tengkorak Putih itu, tidak lagi memberi kesempatan.
Cepat tubuhnya melesat menyusul tubuh siluman itu.
"Haaat...!"
Arya melempar gucinya ke udara. Dan kini dengan tangan kosong dihajarnya dada siluman itu. Bukkk...! "Hugh!"
Siluman Tengkorak Putih mengeluh tertahan.
Jelas terdengar suara gemeretak dari tulang-tulang dada yang berpatahan.
Tetapi Arya tidak berhenti sampai di situ saja.
Cepat-cepat tangan kanannya menangkap guci yang kini meluncur turun.
Dan secepat guci itu tertangkap secepat itu pula diayunkan ke arah kepala Siluman Tengkorak Putih.
Wuuut...! Prakkk...! Terdengar suara berderak keras ketika guci itu menghantam sasaran.
Kontan tubuh siluman itu rubuh ke tanah.
Tanpa dapat bersambat lagi dia tergeletak tak bergerak-gerak.
Mati.
Arya segera menghampiri tubuh siluman itu.
dicopotnya selubung yang selama ini menutupi wajah aslinya.
Nampak seraut wajah kurus berkumis jarang-jarang.
Usianya sekitar tiga puluh lima tahun.
Ada sebuah tompel pada pipi sebelah kiri.
"Bomantara...."
Desis Dewa Arak begitu melihat ciri-ciri siluman itu.
"Benar, dia Bomantara alias Gerda,"
Sambut sebuah suara.
Arya menoleh ke sebelahnya dengan perasaan kaget.
Suara itu amat dikenalnya! Nampak olehnya seorang kakek bertubuh tinggi kurus, berkulit hitam berkumis dan berjenggot putih.
Sorot matanya nampak mencorong kehijauan.
Beberapa saat lamanya Arya terdiam.
Diamat-amati Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 30 DEWA ARAK Pedang Bintang kakek ini penuh perhatian.
Rasa-rasanya dikenali betul suara dan potongan kakek ini.
Tapi....
"Ha...ha...ha... Tidak mengenaliku lagi Arya?"
Setelah berkata demikian kakek itu mencopot kumis dan jenggotnya. Kini yakinlah Arya siapa kakek ini.
"Kakek Ular Hitam....!"
Serunya gembira. Si kakek yang ternyata memang Ular Hitam itu tertawa bergelak. Dipeluknya Arya penuh rasa kasih sayang.
"Bagaimana Kakek bisa sampai di sini?"
Tanya Arya gembira.
"Nanti kuceritakan. Sekarang supaya kau tidak bingung, perlu kujelaskan mengenai Siluman Tengkorak Putih ini. dia oleh orang-orang persilatan dikenal bernama asli Gerda. Aku sendiri baru mengetahuinya sewaktu melihat kau bertarung dengannya. Nama aslinya memang Gerda. Dia murid Raja Racun Pencabut Nyawa. Padaku dia memakai nama palsu sebagai Bomantara. Jadi murid murtad itu telah sekaligus menjadi tiga tokoh. Gerda, Bomantara dan Siluman Tengkorak Putih. Untung saja waktu Bomantara masih jadi muridku aku tak pernah menceritakan kalau kitab-kitab ilmu milik Ki Gering Langit seluruhnya ada padaku. Kalau tidak....!"
Desah Ular Hitam seperti untuk dirinya sendiri. Arya manggut-manggut "Lalu kenapa Kakek sampai berada di sini? Dan mengapa pula harus menyamar?"
Ular Hitam tersenyum.
"Sewaktu kau pergi aku mendengar kekacauan di dunia persilatan dengan munculnya Siluman Tengkorak Putih. Kudengar juga dia telah langsung merajai kaum sesat. Dugaanku siluman itu pasti Bomantara. Dan jika benar.... Kau akan berhadapan dengan banyak lawan. Bomantara, Raja Racun Pencabut Nyawa dan juga Bargola. Maka kuputuskan untuk menyusulmu. Yah.....siapa tahu kau butuh bantuan. Hm, paling tidak aku dapat mencegah Bargola membantu Bomantara. Dalam perjalanan aku bertemu Raja Pisau Terbang. Dan ketika melihatku dia Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 31 DEWA ARAK Pedang Bintang langsung saja memohon agar aku mewakilinya membantu putrinya yang ingin menyerbu markas Siluman Tengkorak Putih. Karena telah menduga bahwa siluman itu adalah Bomantara aku terpaksa menyamar agar tidak membuatnya terkejut."
Arya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda telah mengerti. Tak lama kemudian, Ular Hitam memberitahukan pesan mendiang Raja Racun Pencabut Nyawa kepada pemuda itu.
"Ah....!"
Dewa Arak tersentak kaget.
Baru pemuda itu teringat pada pamannya.
Bergegas ia berlari menghampiri mayat Raja Racun.
Ada tersirat penyesalan yang mendalam pada wajah pemuda itu.
biar bagaimanapun juga orang itu adalah pamannya sendiri.
Arya berjongkok di depan mayat Raja Racun itu.
Dipandanginya sosok yang telah kaku itu dengan perasaan sedih.
Bagaimanapun jahatnya pamannya itu tapi di saat-saat terakhir telah tumbuh kasih sayang kepada keponakannya.
Ya, di saat menjelang ajal Raja Racun Pencabut Nyawa telah memberitahukan bahwa ibu Arya buana berada di Perguruan Mawar Merah.
Tanpa ragu-ragu lagi Arya punmengulurkan tangan dan memondong tubuh pamannya itu.
Perlahan-lahan ia bergerak bangkit dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Seiring tewasnya Siluman Tengkorak Putih pertarugnan langsung berhenti.
Para anak buah siluman itu sadar, bahwa tidak ada gunanya melawan lagi.
Maka mereka segera melarikan diri.
Yang tidak sempat melarikan diri segera menyerah untuk mencari selamat.
Sejak Arya berhasil merubuhkan Siluman Tengkorak Putih, pandang mata Ningrum tidak lepas-lepasnya menatap wajah pemuda berambut putih keperakan itu.
jantungnya berdetak aneh.
Berkali-kali ia mencuri-curi pandang.
Ia baru mengalihkan perhatian ketika Satria memanggilnya.
Dan sewaktu menoleh lagi ke arah Dewa Arak dan Ular Hitam berada, keduanya telah lenyap.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 32 DEWA ARAK Pedang Bintang Betapapun Ningrum mengedarkan pandangannya tetap saja tidak terlihat pemuda berpakaian ungu itu lagi.
"Mencari siapa, Ningrung?"
Tanya Satria heran melihat gadis itu celingukan ke sana ke mari.
"Eh.....anu... orang yang mengalahkan Siluman Tengkorak Putih...."
Sahut gadis itu gugup.
"Oh! Arya Buana, si Dewa Arak yang kuceritakan padamu. Ingat?"
"Oh....."
Ningrum manggut-manggut.
"Lalu ke mana dia sekarang?"
Satria celingukan sebentar.
"Dia sudah pergi, Ningrum."
"Pergi?"
Tanya Ningrum.
Ada nada kekecewaan dalam suaranya.
Dengan lunglai dilangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Terasa seperti ada sesuatu yang hilang dari hatinya, seiring perginya pemuda gagah bernama Arya buana yang dijuluki Dewa Arak.
Sementara itu di sebuah tempat yang jauh dari keramaian, seorang pemuda berwajah jantan dan berambut putih keperakan perlahan-lahan meninggalkan sebuah gundukan tanah merah yang masih baru.
Jelas, pemuda itu adalah si Dewa Arak.
Kini dengan langkah pasti pemuda berpakaian ungu itu melanjutkan perjalanannya.
Banyak tugas yang menantinya sebagai seorang pendekar.
Terlebih dia masi harus mencari ibunya di Perguruan Mawar Merah.
Nah, bagi para pembaca ang ingin mengikuti petualangan Arya buana selanjutnya, silahkan tunggu serial Dewa Arak dalam episode "Dewi Penyebar Maut."
SELESAI Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 33
Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long Pendekar Aneh Karya Liang Ie Shen Delapan Kitab Pusaka Iblis Karya Rajakelana