Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 1


Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 1


Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Yoe hiap eng hiong 01-04 tamat (seri i) Pertentangan Kaum Persilatan Keng Po - Pintubesar 86 Djakarta Kota Ditjeritakan oleh.

   O.K.T //facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .

   Aditya Indra Jaya Kontributor - Scanner .

   Awie Dermawan OCR - editing pdf Text .

   Andy Mull Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
DISCLAIMER
Kolektor E-Book
adalah sebuah wadah nirlaba bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman.

   Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.

   Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia,maupun kondisi fisik.

   Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital sesuaI kebutuhan.

   Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

   Salam pustaka! Team Kolektor Ebook Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)

   Jilid .

   01 Ditjeritakan Oleh .

   O.K.T //facebook.com/groups/Kolektorebook/ ___________________________ Hari sudah mendekati magrib ketika didjalan besar dikaki gunung Ngo Tay San, dlpropinsi Shoasay, lewat sambil berlari keras dua penunggang kuda, jang dldepan berkuda putih, dandanannja sebagai madjikan, jang dihelakang mirip dengan pengiring.

   Penunggang kuda putih itu dandan sebagai boe-seng, orang jang mengerti ilmu silat, pakaiannja ringkas, ikat kepalanja hidjau ditabur sebutir kumala, ikat pinggangnja kuning, dipunggungnja terselip sebilah pedang.

   Mukanja bersemu merah, usianja kira2 baru dua-puluhlima tetapi kumis halus sudah tumbuh dibibimja sebelah atas.

   Romannja tjakap dan gagah.

   Dipinggangnjapun tergantung sebuah kantong piauw, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sedang pada pelauanja terikatkan sebuah kantong pandjang jang agak berat tampaknja. Sarung pedangnja terbungkus tjita hidjau serta dihiasi dengan pita atau kuntjir kuning.

   "A Tan, mari kita singgah sebentar diwarungnja Lie Djie!"

   Kata sianak muda sambil menoleh kepada pengiringnja, telundjuknja terus menundjuk kearah depan, ketepi djalan umum, diantara pohon2, tampak sebuah warung teh merangkap rumah makan.

   Pengiring jang dipanggil A Tan itu mendjawab sambil mengangguk.

   Ketika itu didjalan umum ada banjak orang jang berlalulintas, dan ada djuga keledai2 jang membawa barang kedalam kota.

   Mereka ini memberi djalan kepada dua penunggang kuda itu.

   Sekedjab sadja, dua orang ini telah sampai didepan warung.

   "Oh, Ong Kongtjoe!"

   Seru pemilik warung sambil menjambut dengan segera.

   "Silakan masuk!"

   Ia memimpin masuk tamu2nja sambil perintahkan pegawainja supaja merawat kedua ekor kuda.

   Didalam warung ada beberapa tetamu lainnja.

   Pemuda itu minta dua tjawan teh, lalu pesan makanan.

   Selesainja bersantap, jang ia lakukan dengan tjepat, ia minta kuda2 nja disiapkan.

   Kepada Lie Djie, sipemilik warung, ia lemparkan sepotong perak.

   Kemudian, dengan menunggang kudanja, melanjutkan perjalanan bersama pengiringnja itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Bukankah dia itu Djie-kongtjoe Ong Tjong Beng?"

   Kata seorang tamu kepada Lie Djie.

   "Mengapa sudah sesore ini dia baru keluar kota dan agaknja ter-gesa2 sekali?"

   "Memang dia!"

   Djawab Lie Djie.

   "Untuk di Ngo-tay ini, siapa tidak kenal Djiekongtjoe itu, putera kedua dari keluarga Ong? Entah siapa sudah berani main gila sehingga, rupanja dia hendak pergi untuk mengadjar adat"

   "Bukankah dia puteranja In Tiong Kiam jang termasjhur?"

   Tanja seorang tamu lain.

   "Kau sudah tahu, saudara, mengapa kau masih tanja aku?"

   Kata Lie Djie pada tetamunja itu.

   "Bagi penduduk disini, tidak ada jang tidak kenal kedua kongtjoe itu! Sedjak In Tiong Kiam menutup mata, dua saudara itu telah perluas pergaulannja, sehingga mereka hamburkan harta warisannja. Sedjak beberapa tahun, katanja toakongtjoe telah pergi ke Thay Hong San untuk beladjar silat pada Leng Khong Tiangloo di Ngo Tay San. Dia pulang seketika ajahnja menutup mata. Mungkin sekarang dia hendak tengok gurunja di kuil Pek Lok Wan."

   Memang benar Ong Tjong Beng bersama pengiringnja itu, berada dalam perdjalanan untuk mendaki gunung Ngo Tay San dimana terdapat paling banjak kuil imam atau toosoe, sedang kuil atau geredja untuk pendeta hanja ada dua, diantaranja ialah Pek Lpk Wan itu, suatu bangunan sedjak ahala Song, jang selama ahala Beng dan Tjeng senantiasa dirawat terus.

   Begitulah sampai achir2 ini, pendetanja, Leng Khong Tiangloo, seorang ahli silat tjabang Siauw Lim atau Siauw Lim Pay, ada bersahabat kekal dengan In-tiong-kiam Ong Wie Yang si Pedang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dalam-Awan, ajahnja Tjong Beng, seorang ahli ilmu silat Thay Kek Pay.

   Karena sangat kekalnja persahabatan antara Leng Khong dan Wie Yang, mereka tak segan2 lagi gabung kedua tjabang ilmu silat mereka untuk dipersatukan, untuk difahamkan terlebih djauh, sehingga keduanja memperoleh kemadjuan dan kesempurnaan.

   Leng Khong Tiangloo hanja terima tiga murid seluruhnja, ialah Ong Tjong Beng, murid kepala, Han Tam.

   murid kedua.

   dan Pan Kee, murid ketiga.

   Han Tam itu, asal she Tio, suka mendjadi pendeta (hweeshio atau hoosiang), sedangkan Pan Kee, jang seperti anak pungut, adalah seorang pemuda tjakap dan tjerdas.

   Tidak perlu disebutkan lagi bahwa Leng Khong paling sajang murid kepalanja itu, jang ia didik sedjak umur lima tahun, jang selama kira2 dua-puluh tahun telah ia wariskan pelbagai ilmu pukulan Siauw Lim dan Thay Kek Pay.

   Setelah ajahnja menutup mata, barulah Tjong Beng pulang kerumahnja akan tetapi sedjak itu, ia masih sering2 kundjungi gurunja itu, untuk menerima peladjaran lebih djauh.

   Han Tam djudjur dan tertarik pada Hoed Kauw, agama Buddha, karena itulah, ia diterima mendjadi murid pendeta.

   Pan Kee tjerdas dan litjin, maka dalam ilmu silat ia tak lebih lemah daripada Tjong Beng.

   walau sebenarnja, dalam hal memberi peladjaran, gurunja terpaksa mengadakan perbedaan.

   Pan Kee pandai mengambil hati, ia baiki toasoehengnja, Tjong Beng, jang ia suka adjak berlatih mengadu tangan, sehingga dengan sendirinja, ia bisa pantjing banjak matjam ilmu pukulan berfaedah dari soeheng ini.

   Karena ini, ia djadi tahu bagaimana gurunja membeda2kannja maka setjara diam2 ia suka mengintai Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
diwaktu gurunja mengadjar soehengnja itu.

   Dilain pihak, ia gemar bergaul dengan orang2 kang-ouw atau kaum Sungai-Telaga.

   Dan untuk itu, tangannja terlepas, tetapi uangnja ia peroleh dari Tjong Beng jang dermawan.

   Terhadap soetee, adik seperguruan ini, memang soeheng itu suka sekali membantu.

   Demikianlah sore itu, sesampai Tjong Beng di Pek Lok Wan.

   ia segera disambut Han Tam dan Pan Kee, jang memberitahukannja bahwa guru mereka telah djatuh sakit sedjak beberapa hari jang lalu, bahwa guru Itu sedang mengharapkan datangnja murid kepala ini.

   Maka sambil ber-lari2.

   Tjong Beng pergi kekamar hongthio, kamar gurunja, disitu ia mendapati guru itu sedang duduk bersamedhi.

   didalam tjahaja api, tampak wadjahnja jang putjat.

   "Soehoe!"

   Ia memanggil seraja terus berlutut memberi hormat.

   "Omie-toohoed!"

   Sang guru memudji ketika ia dengar suara muridnja, sambil membuka kedua matanja.

   "Kau datang, Tjong Beng, baik sekali! Aku tahu, tak dapat aku lolos dari takdir, maka tidak lama lagi rohku akan meninggalkan ragaku jang kasar. Aku panggil kau karena ada banjak pesanku untuk kau"

   Guru ini berpaling kepada Han Tam dan Pan Kee, jang masuk bersama soehengnja.

   "Kamu berdua boleh undurkan diri,"

   Perintahnja.

   "Ada banjak hal jang ingin aku bitjarakau dengan soehengmu inL Malah malam ini tidak usah kamu temani aku"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dua murid itu mengangguk, mereka berlalu, tetapi diambang pintu, Pan Kee menoleh, tindakannja tertahan, sehingga Leng Khong Tiangloo dapat melihat sinar matanja jang bertjahaja.

   Segera guru ini perintah muridnja menutup pintu dan menurunkan djendela.

   Ketika Tjong Beng menengok keluar djendela.

   tertampak olehnja banjak pohon, sinar rembulan, guram-muram, dan suara nja kutu2 mulai terdengar.

   Leng Khong menjandarkan tubuhnja dipembaringan, raatanja mengawasi muridnja.

   "Tjong Beng", kata guru ini kemudian.

   "diantara ketiga muridku, mengenai sifat dan peladjaran, kaulah jang terbaik. Nan Tam polos dan hatinja kosong, maka tjotjoklah ia sutjikan diri. Sajang dalam hal ilmu silat, ia kalah dari Pan Kee. Aku sudah menulis surat wasiat, apabila sampai saatnja aku mesti meninggal, Han Tam jang akan gantikan aku mengurus kuil ini. Sebab kau dan Pan Kee tidak tepat untuk mewarisinja. Kau tahu sendiri, selama beberapa puluh tahun, aku menanggung suatu tugas berat, jang belum sanggup aku mewudjudkannja. Tugas itu harus dibebankan kepadamu". Sesaat gurunja berhenti bitjara, Tjong Beng ambil tempat duduk.

   "bagaimana pendapatmu tentang Pan Kee?"

   Guru itu tanja.

   "Dia tjerdas dan njalinja besar,"

   Djawab sang murid.

   "Sudah lama dia turut soehoe, dia telah terdidik baik". Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Guru itu menghela napas.

   "Pan Kee tjerdas dan bisa bekerdja, itulah benar."

   Udjarnja.

   "Akan tetapi dia litjin. Pepatah bilang. 'Mengenal anak tak melebihkan ajah, dan hendak aku tambahkan, 'Mengenal murid tak melebihkan guru'. Selama aku masih ada, tidak nanti dia berani berbuat diluar garis, tetapi aku chawalir, setelah aku meninggal, kau dan Han Tam tidak akan sanggup mengendalikan dia. Aku rawat dia seeljak masih ketjil, maka tahulah aku segala sifatnja. Kau tahu, sering dia geser2 barangku. untuk tjari rahasia, dan achir2 ini, banjak kenalannja orang2 kang-ouw bukan dari golongan baik2. Dia dustakan aku bahwa dia banjak bersahabat untuk udjl kepandaiannja, guna menambah pengetahuan. Banjak kali, dengan samar2 dia desak aku untuk berikan dia pelbagai rahasia ilmu pukulan. Kepandaiannja itu tak beda banjak dengan kepandaianmu, melainkan kau berbakat lebih baik dan kau adalah achliwaris Thay Kek Pay. Kau telah wariskan semua kepandaianku. Mungkin dia nanti minta peladjaran dari kau, maka ingatlah, kau harus berwaspada. Aku chawatir sekali dia bukanlah murid baik2 dari Pek Lok Wan"

   Tjong Beng manggut2 tak berani ia mengutarakan sesuatu. Ia terlalu djudjur untuk bertjuriga, ia anggap gurunja ini berchawatir berlebih-lebihan. Leng Khong menghela napas.

   "Mari bantu aku,"

   Mintanja pada muridnja, untuk bantu ia berbangkit dan turun dari pembaringan, bertepatan dengan itu, ia djemput golok kayloonja. Kemudian ia memerintahkan.

   "Kau naik kelangit2 rumah, hitung balok loteng jang kelima-belas, geserlah itu". Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng tak mengerti akan maksud gurunja, akan tetapi biasanja ia senantiasa dengar kata2 guru itu.

   ia menengadah, sehingga tampak olehnja langit2 jang tinggi, tudjuh atau delapan tumbak.

   Segera ia memupuk semangatnja, ia kerahkan tenaganja, ketika ia mendjedjak dengan kedua kakinja, tubuhnja mentjelat naik dengan tipu-lorapat "Poan-toan Hoei-in-tjiong"

   Atau "Terbang keawan"

   Sekedjak sadja ia lelah merangkul sepotong balok, hingga tubuhnja djadi bergelantungan. Iapun mulai menghitung, dibantu oleh gurunja dari bawah, tubuhnja sendiri turut bergeser, sampai ia pegang balok jang kelima- belas itu.

   "Geser kekanan!"

   Perintah sang guru.

   Tjong Beng menurut, tatkala ia gunakan tenaganja, dilantai terdengar sesuatu suara, dan tampaklah dimuka pembaringan, dua potong batu bata bergesei dengan sendirinja, membuat sebuah lubang.

   Dengan isjarat tangan, Leng Khong perintah muridnja lompat turun.

   Kemudian dengan goloknja, ia mengorek kedalam lubang dibawah lantai itu dimana ada lapisan atau tutup terbuat dari besi lempengan.

   Dari bawah itu ia djemput keluar sebuah peti kaju.

   Dengan memajang gurunja, Tjong Beng bawa guru itu kembali kepembaringannja.

   Leng Khong buka tutup peti, lalu dengan roman sungguh2, ia pandang muridnja.

   "Tjong Beng,"

   Katanja.

   "sekarang ini aku hendak serahkan beberapa rupa barang kepadamu, adalah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kehendakku agar kau melakukannja dengan seksama satu demi satu"

   Guru ini ambil suatu sampul surat, jang ia berikan pada muridnja.

   "Surat ini aku ingin kau sampaikan kedanau Hian Boe Ouw di Lamkhia dalam tempo tudjuh hari,"

   Katanja.

   "Di- tengah2 danau itu ada beberapa pulau ketjil. Satu diantaranja ialah jang banjak pohon yangtjiu. Disitu ada belasan rumah nelajan. Dlsana kau tjari seorang she Phoa jang didepan rumahnja ada tiga buah sumur. Asal kau sebut namaku, nanti ada orang jang terima surat ini. Apabila kau telah bertemu dengan satu njonja tua dan satu nona ketjil didalam rumah itu, mereka bisa djelaskap sesuatu kepadamu, hingga kau djadi ketahui, siapa adanja mereka". Hweeshio tua ini, djemput pula sebatang pedang pendek, jang indah buatannja. Ketika pedang itu dihunus, sinarnja berkilauan menjilaukan mata. Dengan kedua tangannja, guru ini mengangsurkan sendjata itu kepada muridnja.

   "Muridku, kau terimalah pedang ini,"

   Kata pula guru ini.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Setelah sampai di Hian Bee Ouw dan sudah serahkan surat ini kau katakan kepada njonja tua itu bahwa kau ingin menemui pendeta wanita tua jang bernama Tjeng In. Mereka nanti antar kau kesebuah kuil ketjil didekat kuil Koe Beng Sie dimana terdapat sekelompok pohon bambu. Kuil itu bernama Tam Touw An. Tjeng In Itu adalah adikseperguruanku. Bila kau perlihatkan pedang ini sebagai tanda, dia nanti pandang kau sebagai tjutju-keponakan. Tidak ada halangannja untuk kau beritahukan soemoayku Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
itu bahwa tak lama lagi aku akan pergi kedunia lain.

   Katakan padanja, bahwa aku menjesal tak dapat memenuhi djandji kita akan pertemuan di Beng Hauw-leng, makam radja2 ahala Beng.

   Sampaikan pesanku agar supaja, walauj pun tanpa aku, djanganlah dia siasiakan kesempatannja, supaja selandjutnja dia mesti bekerdja lebih radjin untuk kaum kita.

   Tentang kedudukan ketua dihina propinsi Utara, kaulah jang akan mewariskannja.

   Tjong Beng, inhah pedang bukti untuk kau nanti gantikan aku mendjadi ketua itu, maka pedang ini, kau simpanI lak baik-.

   Tjeng In ketahui kau adalah muridku.

   Dia nanti mendjelaskannja kepadamu segala aturan dan hal- ichwalnja kaum kita itu".

   Leng Khong perintah muridnja ambil setjawan air djemih, sehabis irup teh itu, ia melandjutkan pesannja;

   "Kau ingat, Tjong Beng. Setelah selesai melakukan tuI gas ini, dalam tempo setengah bulan, kau mesti kembali padaku. Sudah sedjak beberapa hari, aku telah memupuk semangatku, supaja bisa menunggu kau djalankan tugas ini. Nanti kau urutilah aku, untuk perkuat djantung dan nadiku, hingga bisa aku nantikan kembalimu"

   Pendeta tua ini orang beribadat, tetapi walaupun demikian setelah mengutjapkan kata-nja Itu ia terharu hingga air matanja ber-linang2.

   Sambil tunduk, ia perdengarkan helaan napas pelahan.

   Berdiri mendampingi guru itu, Tjong Beng meneteskan air matanja.

   Leng Khong merogo pula kedalam peti, dan lapisan bawah, ia tarik satu bungkusan ketjil dari saputangan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sutera ketjil. Ia pegangi itu, ia awasi muridnja, agaknja ia ragu2 untuk bitjara kepada muridnja. Meliliat sikap gurunja, Tjong Beng segera tekuk lutut "Soehoe hendak pesan apa lagi?"

   Tanjanja "Silakan soehoe bitjara, djangan sangsi, meskipun mesti serbu air mendidih dan indjak api tak nanti muridmu menampiknja!"

   Guru itu angkat kepalanja, ia pandang simurid dengan mata bersinar. Ia tarik bangun muridnja itu.

   "Baiklah!"

   Katanja.

   "Tjong Beng aku pertjaja kedjudjuranmu. Hal ini mengenai hari depan bangsa kita. Apabila persoalannja diserahkan bukan pada orang jang tepat, akan hebat kesudahannja. Tadinja aku pikir untuk beritahukan kau sepulangnja kau dari Ilian Boe Ouw, akan tetapi siapa tahu akan djalannja peristiwa? Maka baik sekarang sadja aku petjahkan rahasia. Ini adalah soal suatu harta karun, dan orang jang mendahului kita belum pernah berhasil mendapatkannja. Harta itu bisa dipakai untuk mengongkosi limapuluh Laksa serdadu berikut pelbagai matjam sendjata dan rangsumnja. Harta itu disimpannja - dipendamnja - diatas gunung Ngo Tay San ini. Asal-mulanja, harta ini adalah rampasan Lie Tjoe Seng di Kwantiong berikut rampasan dari Pakkhia ketika dia berhasil menerdjang kedalam kota radja Ketika kemudian Lie Tjoe Seng kena dipukul mundur tentera Boan dan di- kedjar2 sampai di Shoasay, harta ini disembunjikan oleh satu djenderal pembantunja jang ia pertjaja. Djenderal ini bunuh semua serdadu jang menggali lubang pendaman harta itu. Dia pun tjerdik, untuk menandai letaknja pendaman, ia bikin dua potong batu kumala dengan tjukilan rahasia. Kedua kumala ada hubungannja 2satu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dengan jang lain.

   Tanpa kedua kumala ditjotjoki, sulit untuk tjari harta itu.

   Kalau kedua kumala itu dipadu, maka akan terlihat tegas gambar tempat pendaman itu.

   Pada kedua kumala djuga diukirkan pelbagai huruf2 pendjelasan, diambil dari nama2 Tee-kie jalah Tjoe, thlo, in, bauw, sin, sie, ngo, bie, sin, yoe, soet, ha jang dipetjah dua dan perlu diakurkan djuga.

   Maka kalau orang hanja mempunjai sebuah kumala, tak ada artinja, Dari dua potong kumala itu, sidjenderal simpan sendiri jang satunja, jang lalnnja ia masukkan kedalam peti besi dan dipendam disuatu tempat rahasia diatas gunung.

   Mungkin, karena beralihnja waktu jang lama, tempat Itu bisa tidak teringatkan lagi, karena, sidjenderalpun membuat suatu tanda rahasia lalnnja, jang hanja ia sendiri jang mengetahuinja.

   Njatalah dia telah memikir djauh dan sempurna sekali"

   Leng Khong segera buka bungkusan itu, jang berisikan sepotong kulit serupa dompet sebesar telapakan tangan.

   Didalam tjahaja api, Tjong Beng lihat kulit itu berlukiskan sebuah puntjak persegi tiga, dengan sebuah bundaran ketjil diatas, ada dua garis turun kebawah dimana terdapat banjak titik2 ketjil.

   Gambar itu mirip dengan lukisan seorang botjah.

   Leug Khong lihat muridnja tertjengang mengawasi kulit rahasia itu, maka katanja.

   "Kau tahu, Tjong Beng, untuk kumala dan kulit ini, aku membutuhkan tempo belasan tahun. Aku telah asah otak. Aku telah mendjeladjah seluruh Ngo Tay San, maka achirnja insjaflah aku, bahwa puntjak itu adalah puntjak Tiang Djin Hong dan dua garisnja menundjukkan selokan Lok Gan Kian, sedangkan bundaran diatas itu dimaksudkan rembulan, jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berbajang keselokan, dan titik2 itu adalah batu2 gunung.

   Diantara titik2 itu ada bundaran saling susun, mungkin itu adalah tempat simpan kumala jang kedua itu.

   Aku telah perhatikan ber kali2 bulan purnama untuk bisa menjesuaikan bajangan siputeri malam itu, hingga achirnja tahulah aku, lukisan itu ada lukisan bulan purnama dibulan keempat, Sle-gwee"

   Pendeta ini berhenti sebentar, baharu ia melandjutkan .

   "Pernah aku mentjoba tjari tempat pendaman itu untuk digali, tapi selama dua malam, aku mendapatkan kenjataan ada orang lain jang mengintai aku dari lereng gunung. Inilah kedjadian pada dua tahun jang lalu. Pengintai itu mengenakan pakaian hitam. Karena dia terpisah djauh dari aku, tak dapat aku tjandak dia. Karena itu, aku hentikan usahaku itu, sampai pada tahun jang baharu lalu. Untuk tjegah orang intai aku dalam bulan ke-empat itu, aku pergi beberapa hari sebelum tanggal lima-belas. Pernah dua kali aku pergi padamu, bukankah kau masih ingat Itu ?"

   Sang murid manggut.

   "Adalah pada malaman bulan purnama itu, dengan diam2 aku pulang"

   Melandjutkan sang guru.

   "Aku gembira sekali, karena bulan bersinar permai. Dengan intjar tudjuan bajangan, aku menggali. Njata aku gagal, aku tak mendapatkan apapun. Tapi aku tidak putus asa, djusteru tempouja masih ada. aku bekerdja terus, gali sana dan bongkar sini didekat-dekat situ. Masih aku tidak peroleh hasil, tetap aku tidak mendapatkan peti besi berisikan kumaln rahasia itu. Tetapi disebelah itu, aku menemukan suatu benda lain didjarak setumbak lebih dari batas bajangan. Itu adalah sepotong kuntji kuningan, jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ukirannja sudah lenjap karena patah.

   Kuntji itu bagus, hingga aku tak pertjaja adanja disitu karena djatuh dari lain tempat.

   Sewaktu aku memikir untuk mentjari lebih djauh, tiba2 aku dengar suatu suara jang dibarengi dengan berkelebatnja satu bajangan, maka tahulah aku, diatas sebuah pohon kaju.

   ada orang sembunji dan mengintai aku.

   Dengan satu gerakan Tjeng-teng Tiam-soei, Tjapung Sambar Air, aku nentjoba monghampirkan pengintai itu, tapi djaraknja ada dua-puluh tumbak lebih dan dia gesit sekali.

   Dia berhasil melenjapkan diri didalam lebatnja pohon2 didekat situ.

   Tidak berani aku berlaku sembrono untuk menjusul, tapi aku pun tidak segera angkat kaki.

   Aku mondar-mandir diluar hutan itu, sampai ada serangan dua batang piauw kearahku.

   Aku menjambut piauw itu, tidak kupakai membalas menjerang, karena orang sembunji ditempat gelap.

   Sebaliknja, aku segera lari pulang, keruraahmtL Ketika itu, ajam djago masih belum berkokok."

   Tjong Beng tertarik sekali dengan penuturan gurunja ini.

   "Sebenarnja, bagaimana tjaranja soehoe dapatkan kumala ini?"

   Ia tanja, melupakan gurunja sedang sakit dan letih.

   "Mengenai itu, ada hubungannja dengan ajakmu,"

   Leng Khong d jawab.

   "Baik kau tak usah sibuki itu. Hanja ingat sadja kepada tugasmu selandjulnja untuk tjari harta besar itu. Ada satu hal jang baik djuga aku djelaskan, agar kau ketahui sepak-terdjangnja beberapa menteri setia dari ahala Beng. Selagi tentera Boan memasuki Sanhay-kwan, Kok-pou Soe Ko Hoat bergerak di Yangtjioe. Ternjata banjak sambutan dari sana-sini. Jang suiit adalah hal Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
keuangan dan rangsum.

   Sampainja di Utara, orang ingat pada hartanja Lie Tjoe Seng itu.

   Setelah bekerdja susah- pajab.

   orang berhasil dapati kuttuda rahasia itu dari tangannja sidjenderal muda jang sembunjikan harta karun itu.

   Tatkala orang berniat ramai2 pergi mentjari ke Ngo Tay San, malamnja sidjenderal terbinasa karena dibokong orang.

   Maka tanpa penundjuk djalan.

   hanja dengan mempertjajai kantong kulit ini sadja, tak dapat orang berbuat banjak.

   Tidak lama kemudian, Soe Kok-pou gagal dan terbinasa, suasana djadi sangat kalut, sehingga rombongan patriot itu tak berminat untuk melandjutkan mentjari harta itu, jang seterusnja djadi perebutan diam2.

   Kemudian, sampai pada djamannja rombongan Kam liong Tie, Pek Tay Koao dan In Soe Nio, jang hendak merobohkan ahala Tjeng dengan membangunkan ahala Beng.

   Kepada mereka ini diserahkan kumala rahasia itu supaja mereka mentjarinja dan memakainja untuk beajai gerakan pembela negara.

   Dan leluhurmu adalah salah satu dari rombongan Kam Hong Tie itu.

   Ia jang simpan kuraala ini sampai diturunkan kepada ajahmu."

   Tjong Beng mendengari terus tanpa berkata2, ia sangat tertarik dan darahnja bergelora.

   "Malam ini kau temani aku,"

   Kata Leng Khong sambil rebahkan diri.

   "Besok pagi baharulah kau berangkat. Darahku sudah beku, maka aku mengandal sadja pada semangatku, maka djikalau kau sanggup kembali dalam tempo setengah bulan, mungkin aku dapat bertahan untuk bisa bertemu pula denganmu. Sekarang mari kau uruti aku. untuk mendatangkan tenaga bagiku, hingga ada harapan aku dapat bertahan Segera pendeta ini buka djubahnja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng segera naik dipembaringan memulai mengurut dengan menggunakan Ie-kin-keng, ilmu "menukar urat", guna memperbaiki djalan napas.

   Maka selang setengah djam.

   muka putjat sipendeta mendjadi bertjahaja segar pula, dadu scmuanja, karena darahnja mengalir pula seperti biasa.

   Kemudian, sesudab menjaksikan muridnja menjimpan pedang, kumala rahasia dan kantong kulit dengan baik, Leng Khong perintah muridnja naik pula ke-langit untuk geser-kembali balok tadi, hingga lantai pun terlutup pula seperti sediakala.

   Setelah itu, murid ini pentang djendela.

   "Djikalau kau berhasil memperoleh kumala lainnja,"

   Pesan Leng Khong Tiangloo kepada muridnja.

   "untuk bekerdja, kau harus tjari dua saudara angkatmu, guna bekerdja sama. Kamu harus membuka peti, untuk periksa isinja dan saksikan bersama.", Tjong Beng terima baik pesan ini. Guru dan murid Ini ber-tjakap2 diatas sebuah pembaringan, sampai penerangan padam sendirinja. Sebagai gantinja sinar Puteri Malam menembusi lubang djendela, sehingga mega pun tertampak lewat melajang, tapi djusteru itu, satu bajangan kelihatan berkelebat lewat.

   "Ada orang!"

   Berkata Leng Khong, jang lihat bajangan itu. Hanja dengan satu gerakan tubuh "Tongpoan kie-goat"

   Atau "Dengan nenampan tembaga mengangkat rembulan", Tjong Beng telah mentjelat kedjendela, dan terus lompat keluar. Akan tetapi setjepat kilat, setibanja dlluar, antara Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sinar rembulan permai, ia tidak lihat apa2 ketjuali pohon2 serta bajangannja dan bunjinja kutu2.

   "Dia lenjap,"

   Kata murid ini sekembalinja kepembaringan.

   Leng Khong tidak kata suatu apa.

   Keesokan paginja, ketika ajam2 mulai berkokok saling mendjawab.

   Tjong Beng sudah perintah A Tan.

   pengiringnja, jang sebenarnja bernama Shie Tan, pulang untuk beritahukan Phoa-sie, ensonja (isteri kakak) bahwa ia harus pergi melantjong.

   Kemudian ia beri hormat pada gurunja, untuk berpisahan.

   Dan dilain saat ia kabur dengan kuda putihnja menurun gunung, akan menudju ke Yang- kiok, ke Selatan.

   Beberapa hari kemudian, sampailah ia diwilajah Kim-leng.

   Danau Hian Boe Ouw berada disebelah utara kota Kim- leng.

   luasnja sepuluh lie, sekitarnja penuh pohon yang-lioe.

   Pulau-nja besar dan ketjil, semuanja ada lima buah, diantaranjn adalah Eng Boe Tjioe dan Pek Louw Tjioe jang menjambung dengan gili2 pandjang, dekat pada kuil Kee Beng Sie.

   Tjong Beng mempunjai tugas, tak sempat ia memandang keindahan alam disitu.

   Malah segera ia tjari pulau ketjil jang tefkurung pohon yanglioe.

   Setelah itu ia panggil sebuah perahu pelesiran untuk disewanja, guna menjeberang kepulau itu.

   Ia dapatkan belasan rumah bambu tertutup atap diantara pohon2 dengan burung2nja asjik bernjanji.

   Saat itu satu nona sedang menimba air disitu.

   Ia tertjengang menjaksikan tjara menimbanja si nona.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Nona itu berdiri dipinggir sumur, timbanja pakai dadung pandjang, jang ditjantel pada sebuah pohon besar, sedang djambangan air terletak disamping rumah.

   Sesudah menimba, si nona tidak mendjindjing timba kedjambangan, tetapi selekas timba muntjul diatas mulut sumur, ia dupak dengan sebelah kakinja, timba segera mental, terajun kearah djambangan, dan bila timba telah berada diatas djambangan air itu, ia monjentak dadung, timba terbalik dan airnja tumpah tepat kedalam djambangan.

   Demikianlah seterusnja.

   Djarak antara sumur dan djambangan ada dua tumbak lebih.

   Pekerdjaan luar biasa itu pun menandakan kuatnja kaki si nona dan pandainja ia mengendalikan tambang.

   Tjeng Beng tahu, itu adalah kepandaian jang dinamakan "Hoei in to soh", atau "Tambang terbang", jang meminta tenaga lengan serta latihan lwee-kang dan gwakang, tenaga dalam dan luar.

   Dan dalam delapan-belas matjam alat-sendjata, ilmu tambang adalah jang paling sukar dipeladjarinja.

   Segera pemuda ini hampiri nona itu, untuk menanja sambil memberi hormat.

   "Nona, numpang tanja, adakah ini rumah keluarga Phoa ? Aku ada bawa surat untuk Njonja Phoa itu."

   Nona itu tidak mendjawab, hanja sesudah mengawasi, ia letakkan dadung dan timbanja, dan lari masuk kedalam rumah.

   Tjong Beng diam sadja, ia hanja mengikuti sampai didepan pintu.

   Sebentar sadja, satu njonja umur limapuluh tahun muntjul diambang pintu.

   Tatkala ia lihat sianak muda, ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mengawasi dengan matanja terbuka lebar2, ia seperti mengenali pemuda ini.

   Tjong Beng memberi hormat sambil mendjura kepada njonja itu seraja beritahukan bahwa ia datang dari kuil Pek Lok Wan Sian im dari Ngo Tay San, bahwa ia membawa surat Leng Khong Tiangloo buat njonja itu, jang ia panggil pehbo, sedangkan untuk dirinja sendiri, ia gunakan kata2 boan-seng.

   "Mari masuk, mari duduk didalam!"

   Njonja itu segera mengundang. Tjong Beng ikut masuk, ia serahkan surat gurunja. Njonja itu mengawasi surat Leng Khong, lalu ia perhatikan pemuda ini "Djie-khoadjin !"

   Katanja tanpa merasa. Ketika itu, sinona keluar dengan air teh.

   "Eh, Siam In, ini adalah kanda-angkatmu, Kongtjoe Ong Tjong Beng. Lekas kau beri hormat padanja !"

   Kata sinjonja. Nona itu menurut. Tjong Beng mendjadi heran, hingga ia berdiam sadja. Sinjonja rapatkan pintu, kemudian ia tjekal tangan orang.

   "Djie-khoadjin, pasti kau sudah tidak kenal aku !"

   Katanja pada pemuda jang ia bahasakan djie-khoadjin, atau tuan muda jang kedua.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kau telah djadi begini besar dan tjakap, sungguh aku girang sekali I"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Masih pemuda itu belum mengerti, maka setelah simpan suratnja Leng khong, njonja Phoa segera berikan keterangannja.

   Nona ketjil itu adalah turunan dari Toksoe Wan Tjong Hoan dari propinsi Kwietang.

   Wan Tjong Hoan itu adalah seorang panglima keradjaan Beng, jang berperang paling hebat menentang serbuan bangsa Boan.

   Hasilnja tentu sangat memuaskan kalau tidak ada dorna jang fitnah ia bersekongkol dengan musuh, sehingga ia diditangkap dan dihukum mati sampai pada sembilan keturunan keluarganja.

   Nasibnja mirip dengan nasibnja Gak Hoei didjaman Song, maka orang pudji dan pudja dia.

   Karena kebinasaannja, banjak sebawahannja jang bubar, untuk menjembunjikan diri atau hidup berkelana dalam kalangan kang-ouw.

   Diantaranja, ada seorang bawahannja jang berhasil menolong tjutju perempuamija, jang dilindungi dlrumahnja seorang piauwsoe, sampai tjutju ini menikah dan memperoleh seorang putera.

   Tapi pada suatu malam, tjutju perempuan itu terbokong orang hingga binasa.

   Pelindungnja mengetahui, bahwa sipembunuh seharusnja adalah pahlawan rahasia dari istana Boan.

   Tetapi sjukurlali putera itu telah dilahirkan sebagai turunan satu2nja, jang diberi nama Boe Tjioe.

   Bujut Toksoe Wan Tjong Hoan itu dididik tentang ilmu silat.

   Ia masih tetap dimusuhi pemerintah Boan.

   Ia senantiasa ditjari, sehingga untuk melindunginja, ia harus disembunjikan dibeberapa tempat jang berlainan.

   Dapatlah ia tertolong djuga.

   Achirnja ia dilindungi In-tiong-kiam Ong Wie Yang, jang rawat ia sampai dewasa, sampai ia dinikahkan dan peroleh seorang anak perempuan.

   Selama itu.

   ia masih tetap dilindungi.

   Ia bersembunji diketjamatan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ngo-tay-koan, Shoasay.

   Ketjuali Ong Wie Yang, Leng Khong Tiangloopun bantu melindunginja.

   Pada suatu malam.

   Boe Tjioe dapat djuga ditjari oleh empat pahlawan Boan, sehingga terdjadilah satu pertempuran hebat, tetapi untunglah, mereka bertiga bisa pukul mundur empat musuh itu.

   Oleh karena kedjadian itu, Boe Tjioe djadi insjaf akan antjaman malapetaka diatas dirinja.

   Maka malam itu djuga ia menjingkir keperbatasan Inlam, sampai belasan tahun lamanja ia hidup diantara suku Yauw.

   Sedangkan anak-perempuannja, jang diberi nama Siam In, dititipkan pada Ong Wie Yang, dan dirawat oleh wanita kuasa rumah.

   Pada waktu itu, dalam usia tudjuh atau delapan tahun, Tjong Beng sudah beladjar silat di Ngo Tay San.

   Masih sadja pihak pemerintah Boan tjari turunan Wan Tjong Hoan itu.

   Beberapa kali telah datang pengintaiuntuk membunuh.

   Maka dengan suatu permupakatan diantara Len 2 Khong Tiangloo dan Ong Wie Yang, Siam In serta Phoa-sie, jaitu njonja jang ditugaskan merawatnja, setjaro diam2 dibawa ke Lamkhia, Hian Boe Ouu Mereka bertempat tinggal disuatu pulau ketjil diantara kaum nelajan.

   Sebehimhja itu, Siam In menumpang di Tan Touw Am pada Tjeng In Niekouw.

   Setelah berumur lima atau enam tahun, pendeta wanita itu mulai mendidiknja tentang ilmu silat.

   Supaja tidak menimbulkan ketjurigaan, nona ini dipindahkan kepulau ketjil itu.

   Dan Tjeng In sering2 datang kesitu untuk mendidik dan mengawasinja.

   Demikianlah sampai kedatangannja Tjong Beng hari itu.

   Samar2, Phoa-sie masih kenali pemuda ini.

   Tidak demikian dengan sipemuda, jang sudah lupa njonja tua itu.

   Sesudah mendengar keterangan sinjonja, baharulah dia mengerti.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ia tidak sesalkan gurunja, jang tidak dari siang2 mendjelaskan hal Phoa-sie itu, ia insjaf akan pentingnja rahasia.

   "Djie-khoadjin,"

   Kata pula Phoa-sie kemudian.

   "aku menjesal sekali mendengar Tiangloo akan meninggalkan dunia fana ini. Kau sendiri, malam ini kau tinggallah bersama kami. Besok baharu kau berangkat pula."

   Kata2 ini membuat Tjong Beng ingat urusannja jang lain, maka segera ia beritahukan Phoa-sie bahwa ia ingin mendjumpai Tjeng In, buat sampaikan pesan Leng Khong Tiangloo.

   "Kalau begitu, khoadjin,"

   Kata sinjonja.

   "baiklah sekarang, sebelum magrib, Siam In pergi mengantar kau."

   Tjong Beng setudju, ia manggut2.

   Siam In segera salin pakaian.

   Dan setelah itu, ber-sama- ' sianak muda, ia pamitan dari babunja.

   Sudah diterangkan, danau Hian Boe Ouw mempunjai lima pulau.

   Diantaranja ada dua, ialah Eng Boe Tjioe dan Pek Louw Tjioe, jang menjambung satu dengan lainnja, oleh sebuah gili2 pandjaug.

   Maka perhubungan dengan jang tiga lainnja, dibutuhkan kendaraan air.

   Akan tetapi Siam In, jang sudah biasa.

   Tidak inginkan perahu.

   sebab dipermukaan air telaga itu terdapat banjak pohon teratai atau lengkak, sedang djaraknja dengan Pek Louw Tjioe hanja belasan tumbak sadja.

   Ia bisa gunakan ilmu enteng- tubuhnja.

   "Teng peng touw soei" - "Menjerang dengan indjak kapu". Untuk itu, tjukuplah baginja berlompatan dengan gerakan "Yan-tjoe hoei in", atau ,burung walet terbang keawan". Tiap tindakan mengindjak daun teratai, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
lalu disusul dengan mendjedjak untuk lompat pula. Demikian seterusnja. Tjong Beng mengikuti sepak-terdjangnja sinona, ia kagum akan entengnja tubuh dan kegesitannja. Maka iapun perlihatkan kepandaiannja, dengan gerakan "lt lioo tjiong thian"

   Atau "Seekor burung hoo terdjang l2ngil", suatu gerakan ilmu silat "Wan-kauw Tjiong Yauw"

   Atau "Kera berlompatan".

   Bagaimanapun, Siam In ingin saksikan kepandaian Tjong Beng.

   Inilah kebetulan sekali, karena sebagai pengantar, ia dapat berdjalan didepan.

   Ia berlompatan dengan tetap dan tjepat, kedua lengan badjunja ber-kibar karena tiupan angin.

   Tapi belum lama, tiba2 ia merasakan sambaran angin disampingnja.

   suatu tubuh melesat lewat, dan ternjata sianak muda telah melombainja ! Dengan diam2 ia mendjadi kagum, sesaat itulah timbul rasa sajangnja Kuil Kee Beng Sie didirikan dikaki gunung Tjie Kim San, ditepi danau Hian Boe Ouw, atau lebih tegas, didjurusan timur-laut dari kota tua Kang-leng.

   Orang jang pernah kundjungi Lamkhia, sedikit sekali jang tidak pesiar kekuil itu.

   Dibelakangnja, merupakan daerah pegunungan, lebat hutan bambunja, djalannja penuh dengan rontokan daun bambu jang ter-serak2.

   Didalam hutan bambu ini berdiri sebuah kuil lain, jang ketjil-mungil, tenteram suasananja, dan pekarangan luarnja dipagari bambu serta pohon rotan.

   Dari kedjauhan sudah terdengar suara genta sajup2.

   Tatkala Siam In telah sampai didepan pintu kuil, ia segera menolaknja dengan per-lahan2.

   Ia disambut oleh Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
seorang niekouw tjilik jang masih memelihara rambut umur dua atau tiga-belas tahun.

   "Soe-tjie!"

   Memanggil nona tjilik itu.

   "Yan Goat, apa soehoe ada?"

   Tanja Nona Wan.

   "Kebetulan, soe-tjie!"

   Tertawa sinona ketjil.

   "Soehoe sedang ber-tjakap2 dengan Lie Soe-siok". Kemudian dengan mata terbuka lebar2 ia mengalasi Tjong Beng, seorang pemuda jang masih asing baginja. Siam In memberi isjarat pada sipemuda dan terus bertindak kedslam. Ia masuk kedalam sebuah pintu bundar merupakan rembulan Ia djalan disebuah lorong jang banjak tikungannja. Dan achirnja tibalah dimuka sebuah kamar jang didalamnja tampak seorang pendeta wanita tua sedang berduduk, jang sikap dan wadjahnja tenang tetapi kedua matanja bertjahaja sedang menghadapi seorang laki2 bertubuh tinggi dan besar, Mereka ini melihat kedatangannja sinona jang diikuti oleh seorang pemuda asing. Tampaknja merekapun heran. Segera Siam In hampirkan gurunja, untuk beri hormat.

   "Soehoe, ini adalah Kongtjoe Ong Tjong Beng dari Ngo Tay"

   Ia perkenalkan.

   "Dia datang dari Pek Lok Wan Sianlim untuk menemui soehoe". Tjong Beng segera berlutut untuk memberi hormat.

   "Soe-kouw Naynay, terimalah hormatja soe-tit Ong Tjong Beng", ia bilang. (Soe-kouw Naynay berarti bibi jang tua. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Niekouw tua itu, ialah Beng In Loonie. Segera ia pimpin bangun sianak muda. Dan sesaat itulah terlihat wadjahnja bersedih.

   "Pasti ada urusan penting maka gurumu kirim kau kesini", katanja.

   "Selama beberapa hari ini, memang hatiku kurang tenteram. Aku tahu, lagi beberapa hari adalah saatnja gurumu itu berpulang ketanah baka untuk menjempurnakan tugas keibadatannja Semua orang disini adalah orang2 sendiri. Tit-djie, kau boleh bitjara dengan merdeka". (Artinja tit-djie adalah keponakan\ Niekouw tua ini segera memperkenalkan orang jang dipanggil Lie Soe-siok itu - paman guru she Lie. - ialah Lie jin, ahli silat kaum Liok Hap Pay dari Hoolam. Tjong Beng bersama Siam In segera beri hormat mereka.

   "Djangan pakai banjak adat-istiadat. Tak sanggup aku menerimanja!"

   Kata orang she Lie Itu dengan suaranja jang njaring sekali.

   Setelah berbangkit, Tjong Beng sampaikan pesan gurunja kepada bibi-guru ini.

   Untuk membuktikan dirinja, ia keluarkan pedang hadlah gurunja.

   Dengan kedua tangan, ia angsurkan itu kepada siniekouw tua.

   Ia terus menambahkan.

   "Soehoe kirim titdjie kesini untuk mohon pelbagai petundjuk dari soekouw naynay. supaja selandjutnja bisalah titdjie ikuti sekalian tjianpwee dan mengetahui asalusul mereka. Sesudah itu, titdjie diperintah segera kembali". Tjeng In sambut pedang itu, jang ia usap2 Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Omie-toohoed!"

   Memudjinja.

   "Gurumu utus kau dengan membawa pedang ini. Ini artinja dia menghendaki kau mewariskan kedudukan dan tugasnja. Baik ! Kau memang berhak memperoleh kedudukanmu. Tahukah kau asal-usulnja pedang Liong-gim-kiam ini - Pedang Naga Menggerang ? Ini adalah pusaka partai Tjeng Liong Pang - Partai Naga Hidjau dilima propinsi Utara. Dulu, bersama" ajahmu dan beberapa kawan lainnja, aku telah mendjeladjah diseluruh wilajah sungai Yang Tjoe Kang Selatan dan Utara". Ia berpaling kepada Lie Tjin.

   "

   Begitulah ajah dari Lie Soe-siokmu ini adalah salah seorang kawan seperdjoangan kami itu.

   Kamu, anakmuda harus ketahui halichwal kami.

   Kau telah datang, bagus sekali, djusteru sekarang ada pamanmu ini.

   Mari kita djalankan upatjara kaum kita.

   Setelah hari ini, selandjutnja kau adalah pedjabat ketua kami dari lima propinsi Utara !"

   Kemudian niekouw ini perintah Yan Goat siapkan lentera.

   Diikuti oleh Tjong Beng dan Lie Tjin, Tjeng In meninggalkan kuil nja.

   Yan Goat d jalan dimuka bersama Siam In sambil membawa lentera.

   Mereka pergi kehelakang, kearah gunung, sampai sedjauh beberapa puluh tumbuk, berdampingan dengan gunung, ada sebuah kuil tua dan rusak.

   "A Lim !"

   Tjeng In memanggil didepan kuil. Diantara gonggongan andjing, pintu kuil dibuka seorang setengah tua, jang melihat niekouw tua itu, segera memberi hormat "Pergi buka pintu guha!"

   Tjeng In perintah. Kemudian ia adjak Tjong Beng semua mengikuti nendjaga kuil tua ini. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Didalam pendopo, orang tidak menemukan patung jang dipudja.

   tjuma medja sadja berikut sin-tjie.

   A Lim tolak medja itu, diatasnja terbukalah sebuah pintu rahasia, pintu batu jang memimpin orang kedalam sebuah guha.

   A Lim masuk lebih dahulu.

   Penerangan hanja dari pelita.

   Tjong Beng lihat sebuah lorong batu gunung serta beberapa lubang jang menembus keatas.

   Dari situ tampak sedikit sinar bintang-.

   Terowongan itu pandjangnja dua tumbak lebih.

   Batas udjungnja adalah sebuah medja batu jang dibelakangnja tergantung sehelai kelambu kuning.

   Ketika Tjeng In menjingkap kelambu itu, tertampak satu patung, dengan koplah dan djuba kebangsaan djaman Beng.

   Djubanja tersulam naga2an, dan kedua tangan patung memegang gee-hoet, tjaling kebesaran.

   Memandang wadjab patung itu, sianak muda terperandjat.

   Ia seperti lihat seorang hidup bukannja boneka.

   Tjuma wadjah itu sedikit mengkilap karena sinarnja api.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
A Lim segera menjalakan lilin dan memasang hio, dan Tjeng In serta Liap-haptjhioe Lie Tjin segera lekuk lutut didepan patung itu untuk memberi hormat sambil raanggut beberapa kali.

   Setelah berbangkit, masih mereka mengawasi patung dengan sikap menghormat.

   A Lim mengerti tugasnja, tanpa diperintah lagi, ia bawa sebuah kursi kedepan medja, dan sepotong papan berukiran huruf2 dan sebuah bantal-pengalas bersarung tikar buat berlutut, jang semuanja diletakkan didepan kursi.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Lie Tjin segera adjak Tjong Beng tjutji tangan disebuah tempajan air didepan medja.

   Tjeng In sendiri duduk dikursi jang baharu dibawa itu.

   Kemudian sianak muda disuruh tekuk lutut diatas bantal menghadapi siniekouw, dan sipaman sendiri terus berdiri didampingnja.

   Tjeng In angkat pedang Liong-gim-kiam, menghadapi Tjong Beng.

   "Ong Tjong Beng !"

   Katanja.

   "sekarang ini kau sedang berlutut dihadapan Tok-soe Soe Kok-pou dari Ahala Beng jang terbesar, untuk membatjakan sumpah guna bersetia dengan djiwa-raga, untuk memimpin Tjeng Liong Pang dilima propinsi Utara! Kau mesti sumpah akan usir bangsa Boan, guna membangun pula Ahala Beng, dan pedang Liong-gim-kiam ini adalah pusaka dari berhasilnja usahamu! Bagaimana kalau dikemudian hari kau mengingkari sumpahmu hari ini?"

   Tjong Beng mendengar dengan njata, karena ia tunduk iapun lihat huruf2 ukiran diatas papan itu. Maka segeralah ia mengerti segala2nja. Tidak ajal lagi ia djawab niekouw itu sambil membatjakan huruf2 merah diatas papan hitam itu.

   "Aku Ong Tjong Beng telah masuk Tjeng Liong Pang, aku akan mentjontoh teladan semua pendekar almarhum, untuk berikan tenagaku seumur hidupku, bersumpah untuk menjingkirkan budak Tartar! Apabila aku langgar sumpahku ini, biarlah aku terbinasa dibawah tjintjangan berlaksa golok "

   Setelah angkat sumpah, ia manggut tiga kali. Tjeng In hunus Liong-gim-kiam, sampai pedang itu menerbitkan suara bersereset dan mengeluarkan tjahaja berkilauan. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Ulur lenganmu !"

   Katanja, dan segera menggores tangan orang hingga darahnja bertjutjuran keluar, jang dengan sebat ditadahi oleh Lie Tjin, jang sudah siapkan sebuah gutji jang tutupnja ia buka.

   "Gutji ini memuat darah semua saudara dari Tjeng Liong Pang,"

   Sang niekouw mengatakan pula.

   "Selandjutnja kau adalah orang dalam, kita beramai mesti bersatu hati dan bersatu tenaga, untuk bekerdja bersama!"

   Sedjenak kemudian niekouw ini angsurkan pedang pada Lie Tjin, jang menjambutnja setjara hormat dengan kedua tangan.

   Setelah pedang itu dibawa kemuka patung untuk memberi hormat, dia terus mengembalikan nja pada Tjeng In.

   Ia menerima kembali pedang pusaka itu untuk segera ditekankan pada kepala Tjong Beng.

   Kemudian ia memasukkan pula pedang itu kedalam sarungnja, untuk achirnja diserahkan pada sianak muda.

   Tjong Beng menerima dengan kedua tangan.

   Ia beri hormat dan mengutjapkan terima kasih kepada siniekouw, pun kepada Lie Tjin ia beri hormat.

   Setelah itu ia berbangkit.

   Dan achirnja, berlima mereka keluar dari guha itu, kembali kekuil Tam Ton wam.

   Tjeng In sudah berusia landjut, berkat ilmu silatnja, ia tetap sehat dan segar, malah sepasang matanja tadjam sekali.

   Tjong Beng pernah dengar bagaimana, selama didaerah sungai Yang Tjoe Kang, niekouw Ini telah menggetarkan wilajah Selatan dan Utara dengan tongkat Tat-mo-thung dan sendjata rahasia mutiara Thie-liam- tjoenja, sehingga selama beberapa puluh tahun, kaum kang-ouw segan terhadapnja, sehingga kuat dan amanlah kedudukannja sebagai tjiang-in, pemegang tjap partai, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
atau ketua partainja itu. ("Thung" - "tongkat"

   Disuarakan seperti "teung"

   Dari teungku).

   Kira2 djam tiga sampailah mereka didalam kuil.

   Yan Goat segera masak air untuk seduh teh, dan menjediakan makanan tak berdaging.

   Maka sambil makan dan minum, mereka bisa ber-tjakap2.

   Tjeng In gunakan kesempatan untuk menuturkan riwajat Tjeng Liong Pang atau Tjeng Liong Hwee, supaja Tjong Beng dan Siam In mengetahuinja dengan djelas.

   Pemuda dan pemudi ini djadi gembira dan bersemangat.

   Setelah bangsa Boan memasuki Tionggoan, dia desak pangeran2 Koei, Hok dan lain2 hingga buntu djalan, sampaipun Toksoe Soe Ko Hoat di Yangtjioe, habis perlawanannja dan terbinasa karenanja.

   Tapi seorang perwiranja jang setia telah juri kepalanja, jang direndam dalam air obat pengawet.

   Setelah peperangan berhenti, kepala itu disambung dengan tubuh dari kaju tjendana.

   Dipudja dalam sebuah kuil rahasia.

   Achirnja, pihak Boan mentjium bau, maka segeralah "patung"

   Itu disembonjikan didalam guha.

   Sedjak itu si perwira menjembunjikan diri digunung Louw San.

   Iapun merahasiakan she dan namanja, sehingga orang hanja tahu gelarnja sadja jaitu Oey Bwee Kie-soe, Oey Bwee si penjendiri.

   Oey Bwee paham ilmu silat Siauw Lim Pay, jang didapat dari warisan Liok-tjouw lloei Leng.

   Selama bersembunji di Louw San, setiap tahun ia menjelundup ke Kimleng, untuk ziarah keguha Sot Ko pou untuk beri hormatnja.

   Sementara Itu, u mempunjai tiga murid ialah Liok Goan Hoa murid kepala, Yan Ie Lam murid kedua, dan Hoa Siang Boe murid ketiga, iaok Goan Hoa beladjar paling lama, ialah jang kemudian sutjikan diri sebagai Leng Khong Tiangloo.

   Yan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ie Lam berasal keluarga kenamaan dikota Kim-lang.

   Hoa Siang Boe adalah seorang wanita, puteri seorang kotua perkumpulan Hong Tjiang Hwee, Tumbak Merah, di Tiang Kang, ialah Tjeng In Loo-nie sekarang.

   Sesudah usianja landjut, Oey Bwee Kiesoe menghendaki murid2nja merantau.

   Sebelumnja itu, ia adjak mereka keguha Soe Kok-pou, untuk angkat sumpah, berdjandji bekerdja bersama, untuk menentang pemerintah Boan.

   Disitu ia keluarkan dua benda pusaka, ialah pedang Liong- gim-kiam serta Giok-in, tjap kumala.

   Pedang diserahkan pada Liok Goan Hoa, supaja ia membawanja pada Thay- kek-tjioe Ong Wie Yang, ketua dari Tjeng Liong Hwee untuk ikat persahabatan dan bekerdja-sama.

   Tjap diberikan pada Yan Ie Lam, guna murid ini bawa sebagai bukti mengikat persahabatan dengan lain2 perkumpulan rahasia jang satu tudjuannja.

   Hanja Hoa Siang Boe jang disuruh pulang pada ajahnja.

   Ketika itu dipelbagai propinsi ada perkumpulan rahaslanja raasing2, umpama Tjeng Liong Hwee di Utara.

   Ang Teng Kauw di Shoatang, Djim Tong di An-hoei.

   Tiiian Tee Hwee di Hokkian dan Kangsay, dan Sam Tiam Ilwee di Kwietang.

   Diwilajah Tiang Kang ada Hong Pang dan Tjeng Pang, golongan Merah dan Hidjau.

   Dari Gie-tjiang sampai keseluruh propinsi Soetjoan, bagian hulu, masuk Tjeng Pang dan dihilir masuk liong Pang, jang mana asalnja ialah Hong Tjiang Hwee, Ketua dari Hong Pang, golongan Merah, ada Sin-tjhioe Ang-eng-tjhio Hoa Tjeng In, djago Tumbak Merah, jang kaum kang-ouw biasa sebut setjara singkat Hoa Laohie, ketua Hoa.

   Ia berasal golongan Tjeng Pang.

   ia tidak kenal mata surat tapi kosen dan pandai bekerdja, hatinja mulin.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ia telah tjiptakan ilmu tumbak Boe-kek Tjeng In Tjhio-hoat, Jang ia gabung dari Liok-haptjhio, Siauw-auw-tjhio dan Pat-kwa-tjhio.

   Setelah angkat namanja, ia dirikan Hong Tjiang Hwee (Ang Tjhio Hwee), sehingga namanja makin termasjhur.

   Banjak orang suka djundjung padanja.

   Walaupun sudah mentjapai usia setengah abad, Tjeng In hanja memperoleh seorang puteri jang diberi nama IToei Hong.

   Puteri ini gemar ilmu silat dan biasa membantu ajahnja pegang pimpinan, maka luaslah pengetahuannja.

   Karena biasanja ia berdandan sebagai orang laki2, Hoei Hong pakai djulukan Siang Boe Kongtjoe, suatu nama laki.

   Kemudian Hoei Hong dikirim pada Oey Bwee Kiesoe, untuk melandjutkan ilmu silatnja.

   Beberapa tahun telah lewat sedjak Oey Bwee Kiesoe menjuruh ketiga muridnja keluar dari perguruan.

   Hoa Siang Boe telah kembali pada Hong Tjiang Hwee.

   dan ia masih tetap dandan sebagai seorang pemuda.

   Ia gemar mengembara dan bergaul, sehingga banjak sahabatnja.

   Berbareng dengan itu Yan Ie Lam telah angkat nama dipropinsi Shoatang.

   Ia sudah berhasil mendjalankan tugas gumr.ja.

   untuk mengikat banjak persahabatan.

   Mula2 ia pulang kerumahnja, jang bersuasana kuno.

   Ia merasa tidak merdeka, maka dengan bawa Giok-in.

   ia pergi tjari seorang turunan keradjaan Beng.

   jang djadi pemimpin Ang Teng Kauw, partai agama Lampu Merah, jang memudja Pek Lian Tjouwsoe, kuil Teratai Putih, jang mempunjai anggota beberapa ribu djiwa, tersebar didua propinsi Shoatang dan Titlee.

   Tjoe Hoan namanja ketua Ang Teng Kauw itu.

   Dengan menundjukkan Giok-in, ia bisa bikin Tjoe Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Hoan suka bekerdja sama, hingga Ang Teng Kauw djadi madju pesat.

   Maka dalam tempo beberapa tahun sadja.

   Ia bisa duduk ditompat nomor tiga.

   Hanjalah anggota2 Ang Teng Kauw tak tersaring sempurna diantaranja ada bangsa tidak keruan, dan segera perkumpulan itu membangkitkan ketjurigaan pembesar negeri.

   Antara lain Yan Ie Lam pun terlukis dan tersiar gambaruja sebagai orang jang ditjari untuk ditangkap.

   Pada suatu waktu Yan Ie Lam berniat menemui Hoa Tjeng In.

   ketua Hong Tjiana Ilwee hulu sungai.

   Ketika dalam perdjaIanannja ke Selatan ia sampai di Pouukauw, ditempat penjeberangan.

   pendjagaan tentera negeri keras sekali, tapi ia madju terus, menempuh penggeledahan.

   Ia bekal belasan potong perak, dua potong diantaranja "ditjomot"

   Serdadu pendjaga.

   Menghadapi peristiwa itu ia diam sadja, ia djalan terus, tetapi baharu dua tindak, ada satu perwira jang menegurnja supaja ia berhenti.

   Baharu ia menoleh, tiba2 satu tamparan membikin mukanja sakit dan merah, sehingga ia gusar sekail Ia masih dapat sabarkan diri, kaiena ia insaf pentingnja tugas.

   Perwira itu segera menggeledah pula sampai kipasnjnpun jang terbuat dari besil ditjurigainja.

   Kemudian, kipas rahasia itu tergerak pesawat rahasianja.

   sehingga terbuka mendjadi dua potong.

   Didalamnja tertampak bungkusan surat2, jang memakai tjap Hong Teng Kauw, serta sepotong lengkie ketjil (bendera ketjil jang dipegang oleh komandan tentara).

   "Pendjahat! Tangkap dia!"

   Berseru perwira itu. Segera sedjumlah serdadu madju mengurung. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Menampak demikian, dengan tiba2, tjepat dan tangkas, Yan Ie Lam sambar surat itu, untuk dimasukkan kedalam sakunja lalu sambil memutar tubuh, ia endjot dan melompat tinggi, melewati serdadu jang mengurungnja.

   Kemudian dengan satu sa1 betan pedang Pek-lian-kiamnja, ia babat serdadu jang kedjar padanja hingga bcberapa tubuh rubuh serta kepala8nja djatuh bergeluntungan, sebab ia telah bergerak dalam "Tay peng tian tjle"

   Atau "Garuda besar pentang sajap".

   Si perwira terkedjut, dia lompat madju dengan satu serangan pedangnja.

   Ie Lam menangkis, baharu melajani dua djurus, ia sudah berseru, berbareng dengan itu pedang si perwira terbabat kutung.

   Sewaktu perwira itu kaget, ia ulur sebelah tangannja, untuk menjambar tenggorokan dengan gerakannja Biauw tjhioe tak seng"

   Atau "Tangan liehay mendjambret bintang".

   Perwira itu lompat berkelit untuk mundur dan kabur, akan tetapi dengan satu lontjatan, Ie Lam bisa tjandak padanja, hingga ia kena ditjekuk, dikempit.

   Semua serdadu kaget dan djerih, maka seraja putar pedangnja jang tadjam, Ie Lam tobloskan kurungan dan memperoleh kemerdekaannja.

   Dilain pihak, ketika rombongan serdadu itu mengedjar, ditempai jang terpisah seratus lie, mereka mendapatkan perwira mereka rubuh ditepi djalan, djiwanja melajang, dadanja berlubang boboran darah.

   Malam itu diluar kota Tin-kang, didusun Hoa-kay-tjhung, pada sebuah rumah jang pekarangannja luas dan terkurung kali ketjil, serta beberapa pohon beringin, jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
seperti menutupi rumah besar Itu, ada orang datang mengetuk pintu, memohon bertemu dengan Nona Hoa Siang Boe.

   Sebab itu adalah rumahnja Iloa Tjeng In, ketua liong Tjiang Hwee.

   Ketika orang itu ditanja tjhungteng - pendjaga pintu pekarangan -, apa she dan namanja, ia hanja djawab.

   "Kau beri tahu sadja pada Siotjia bahwa djiesoehengnja datang."

   Hoei Hong sedang duduk berkumpul bersama ajahnja dithia, pendopo, ketika ia dengar laporan tjhungtengnja, segera ia lari keluar, untuk menjambul Kegirangannja tak terkira ketika ia tampak Yan Ie Lam, djiesoehengnja, jalah kakak leperguruan jang kedua.

   Kalau Liok Goan Hoa, sang toa-soeheng, kakak seperguruan tertua, djauh lebih tua usianja, adalah umur Hoei liong dan Ie Lam sepantaran dan mereka berdua pun paling tjotjok satu sama lain, sebab walaupun Ie Lam berasal keluarga hartawan, ia tidak djumawa.

   Sudah sekian lama sl soemoay, adik-perempuan seperguruan, menaruh hati kepada djie-soeheng itu, akan tetapi sebab sama2 ahli silat, tak berani ia sembarangan utarakan rasa hatinja itu, sebagaimana Ie Lam sendiri pun kendalikan diri, hingga tjuma didalam hati sadja mereka tak bisa saling melupai.

   Segera Hoei Hong pimpin soeheng itu masuk, untuk diperkenalkan kepada ajahnja, jang menjambutnja dengan baik.

   Sebagai orang kang-ouw, Hoa Tjeng In tak pitjik pandangannja, malah seballknja, ia gembira dengan pertemuan Ini, ia menjesal tak dapat bertemu terlebih siang dengan le Lam.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjeng In perintah budjangnja sediakan barang hidangan, untuk djamu tetamu ini Ia pun suruh puterinja duduk menemani dan ia sendiri djuga duduk bersama, untuk bersantap sambil pasang omong.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dengan segera ia berikan djandjinja akan berserikat dengan Ang Teng Kauw, untuk bekerdja sama.

   Yan Ie Lam tuturkan kepada tuan rumah bagaimana ia telah bunuh sedjumlah serdadu Boan serta perwiranja, jang rintangi ia, dan bahwa ia berniat pergi ke Gie-tjiang untuk menemui Pian Kim Kong.

   Dalam urusan menemui orang she Pian itu, ia mohon bantuannja tuan rumah ini.

   Mendengar keterangan jang belakangan ini, Hoa Tjeng In kerutkan alis.

   "Perkara membunuh tentera Boan ada perkara ketjil,"

   Katanja Sin Tjhioe Angeng-tjhio.

   "akan tetapi soal menemui Pian Kim Kong, itulah urusan berbahaja. Rupanja kamu dari pihak Ang Teng Kauw belum tahu dengan seksama bahwa Pian Kim Kong adalah satu manusia litjln dan litjik. Dia beda djauh sekali dengan Pian In Liong, ajahnja Jang gagah dan mulia. Benar aku dan dia telah membagi daerah hulu dan Ilir, akan tetapi, sampai sebegitu djauh, baharu satu kali sadja kami pernah bertemu satu sama lain, sehingga diantara kita tidak ada persahabatan rapat. Malah Lootjianpwee Ong Wie Yang, pernah didjebaknja, hingga dia ditjela kaum kangouw sekaumnja. Kau berniat pergi pada Pian Kim Kong, inilah aku kualir, tak dapat akil bantu padamu. Maka lebih baik kau batalkan niatmu itu. Atau kalau toh kau pergi djuga, mesti kau waspada."

   Yan Ie Lam merasa seperti digujur air dingin. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Tapi aku telah keluarkan kata2 untuk berserikat dengan Hoa Tjeng In dan Pian Kim Kong, tjara bagaimana aku dapat tarik pulang kata2 itu?"

   Pikirnja.

   Karena ini, ia tanjakan halnja kaum Tjeng Pang serta keadaannja pihak Pian Kim Kong.

   Njatalah Pian Kim Kong berkedudukan diselat Puan San dlutara Gietjiang.

   Hanja dua djurusan timur dan barat jang berhubungan dengan dunia luar, lainnja semua tempat2 penting sedangkan didalam selat ada seratus lebih kampung, jang semua berada dibawah Tjeng Pang, golongan Hidjau.

   Pian Kim Kong mempunjai empat saudara angkat, jang semuanja berkedudukan sebagai djie- liongtauw, atau ketua kedua.

   Mereka ini semua djahat, sampaipun pembesar negeri djerih terhadap mereka.

   Bahkan banjak serdadu negara dan pegawai negeri sebawahan adalah anggotanja.

   Bila Pian Kim Kong setiap tahun keliling melakukan penilikan, dia disambut lebih ramai daripada satu pembesar berpangkat tinggi.

   Yan Ie Lam tidak gentar hati mendengar keterangan itu.

   malah dia sudah lantas tetapkan, besok dia hendak pergi pada Pian Kim Kong, toaliongtauw dari Tjeng Pang itu, sehingga dengan diam2 Tjeng In pudji keberanian serta semangatnja Ie Lam jang berapi-api.

   Orang she Hoa ini tetap tidak dapat membantu, maka ia hanja dapat pesan orangnja untuk siapkan sebuah perahu lajar, buat mengantar Ie Lam.

   Dan kepada Ie Lam sendiri ia pesan untuk berhati-hati.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sewaktu Ie Lam berangkat, Hoei Hong antar ia sampai diperahu, dan didoakan supaja ia berhasil dan dipesan supaja lekas kembali.

   Sedjak itu, beberapa bulan telah lewat, dari Yan Ie Lam tidak terdengar kabar suatu apa, sehingga si nona jang disebut-nja Kong Oe Hoa Siang Boe mendjadi bingung dan chawatir.

   Aehir2nja kembali djuga anak2 perahu, jang pernah mengantar Ie Lam.

   Mereka membawa warta bahwa pemuda itu sudah terdjebak kedalam mulut harimau dan beberapa hari lagi, dia akan diantar ke Ilankauw, untuk didaratkan dan dikirimi terus ke Utara Tentu sadja Tjeng In, terutama Iloel Hong, mendjadi heran dan terperandjat.

   Sebenarnja, apakah jang sudah terdjadi?.

   Begini kisahnja .

   Yan Ie Lam telah sampai di Gie-tjian dan berhasil mentjari pusatnja Pian Kim Kong dalam selat Poan San.

   Untuk dapat bertemu, lebih dulu ia serahkan kartjis namanja jang didalamnja menjebutkan dirinja sebagai ketua muda Ang Teng Kauw.

   Alis Pian Kim Kong ber-gerak2 ketika ia batja kartjis nama itu.

   Ia tidak segera mendjumpai tamu ini.

   Ia hanja perintah orangnja menjampaikan.

   karena semui liong-tauw kebetulan tidak ada dirumah didjandjikan pertemuan besok sadja.

   Tapi tamu ini dipersilakan menanti disebuah kamar tetamu jang indah dengan pelajanan manis.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ie Lam tidak djeri, ia pun tidak mennjangka djelek, suka ia menantikan sampai besok.

   Kim Kong sendiri segera kumpulkan semua saudara- angkatnja, jang ia sebut Hongtauw - kepala naga - jang berarti ketua atau pemimpin.

   Ia tjari tahu asalusulnja Yan Ie Lam, hingga ia djadi ketahui, orang she Ie ini djusteru sedang ditjari pembesar negeri untuk ditawan dengan Hadiah uang besar.

   Untuk menawannja, mereka djeri terhadap Oey Bwee Kiesoe, terhadap Liok Goan Hoa, terhadap Hoa Siang Boe dan Hoa Tjeng In.

   Maka itu, segera mereka damaikan daja-upaja jang sempurna, supaja "daging kambing gemuk"

   Ini tidak sampai lolos dari mulut mereka.

   Terhadap Ie Lam sendiri, mereka takut djuga, sebab ketika itu, Ie Lam pun telah dapat djulukan Pat-pie Longkoen si Tangan Delapan.

   Maka achirnja mereka ambil putusan menggunai akal "membunuh dengan pindjam golok".

   Besoknja Pian Kim Kong sambut Yan Ie Lam di toa-thia, ruang besar.

   Ia me1 njambut dengan manis dan melajaninja sebagai tamu agung.

   Ie Lam perlihatkan surat keterangannja dan tantjap lengkie diatas medja untuk membuktikan diri sebagai utusan jang sah.

   Tuan rumah djandjikan untuk beri putusan keesokan harinja, dan malamnja, ia mengadakan perdjamuan besar.

   Hingga karenanja, Ie Lam mau pertjaja bahwa Hoa Tjeng In sudah terlalu mempertjajai mulut orang luar.

   Dilain harinja, Pian Kim Kong berikan djawabannja.

   Bahwa ia suka berserikat dengan Ang Teng Kauw dan djandjikan bantuan apabila dibutuhkan.

   Malah surat perserikatan segera dikarang dan dibubuhi tanda-tangan kedua pihak.

   Sebagai penutup, mereka angkat tjawan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berisi arak untuk dikeringkan, guna saling memberi selamat dan mendoakan berhasil.

   "Yan Tauwnia,"

   Kata Pian Kim Kong kemudian.

   "ada satu urusan jang perlu aku mohon bantuanmu, entah kau sanggup menolongnja atau tidak"

   "Apakah itu, Toaliongtauw Pian Lauwhia?"

   Tanja Ie Lam.

   "Asal jang aku sanggup, tidak nanti aku menolaknja."

   "Aku lihat inilah tugas jang tjotjok untuk Yan Tauwnia,"

   Kata Kim Kong.

   "Urusan ini siang-malam menindih hatiku, jang telah mendatangkan kemenjesalanku. Aku pertjaja, tauwnia pasti pernah dengar urusan ini."

   "Apakah itu, lauwhia?"

   Ie Lam minta.

   "Beberapa tahun jang lalu,"

   Kim Kong terangkan.

   "karena hasutan orang luar, aku telah pantjing Lootjianpwee Thay-kektjhioe Ong Wie Yang datang ke Han-soei dan aku berhasil perdajakan batu kumalanja jang membuat pendjeiasan rahasia satu harta karun besar. Belakangan aku dapat tahu, dengan sepotong batu kumala itu sadja, harta itu tak bakal bisa didaoatkan. Sedjak itu, aku djadi sangat menjesal. Telah timbul niatku untun mengembalLkannja, hanja sajahg, sampai sebegitu djauh, belum dapat aku mentjari orang jang tepat untuk mengantarnja kembali serta membeber pendjeiasan perbuatanku jang sesat itu. Sebenarnja ketika itu, aku tidak bekerdja sendiri, dibelakang. ku ada orang lain, ialah Leng Siang Sie, pembesar setempat jang berpangkat tooin. Sekarang batu kumala itu masih berada pada dia itu, jang sudah pulang kekampung halamannja. Dia pun rela mengembalikannja untuk habiskan gandjalan. Demikian hal jang mendukakan aku. Bagaimana anggapan tauwnia?"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Didalam hatinja, Ie Lam pikir.

   "Hoa Tjeng In bitjara hal Ong Wie Yan ditipu, kiranja begini duduknja hal."

   Karena anggap urusan itu ketjil, ia lantas menjanggupi untuk bantu tuan rumah.

   "Terima kasih,"

   Kata Pian Kim Kong, jang lantas serahkan surat untuk bekas too-in she Leng itu, agar si too- in serahkan batu kumala pada orang she Yan ini.

   "Leng Slang Sie Itu tinggal di Gle-touw, seperdjalanan satu hari dari sini,"

   Kim Kong djelaskan.

   "Aku nanti kirim beberapa orang untuk mengiringi tauwnia."

   Pembitjaraan Itu ditutup oleh pengeringan setjawan arak lagi.

   Oleh karena kedjudjurannja, Yan le Lam tidak menjangka djelek, ia tidak bertjuriga, tidak tahunja ia sudah kena didjebak.

   Ia tidak tahu, bekas too-in itu djusteru adalah soe-ya, achli pemikir, dari Tjeng Pang, rombongan Hiujau uari Pian Kim Kong Itu.

   Soe-ya itu tinggal di Gietouw, dlbagian Gie-tjiang, hidup sebagai seorang jang berpengaruh besar, sebab dia usahakan petjandon gelap dan pendjudian, djadi penjelunciup, sedang gedungnja jang besar dan berdampingan sungai, terkurung tembok pekarangan tinggi dan kuat, terdjaga oleh banjak orangnja berikut belasan ekor andjing galak.

   Dengan njalakan lampu terang-benderang, Leng Siang Sie sambut Yan le Lam didalam gedungnja.

   Dia adalah sahabat tjandu, kedua matanja tjelong, mata itu dilapis dengan katja mata untuk orang kinsie, mata lamur.

   Kalau ia tertawa, tampak njata wadjahnja jang tidak wadjar.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Bagus sekali, Yan Tauwnia, bahwa toaliongtauw telah minta bantuanmu untuk kembalikan batu kumala itu kepada Ong Lootjianpwee,"

   Katanja dengan roman sungguhi.

   "Kapan kiranja tauwnia akan kembali ke Utara?"

   "Niatku akan kembali besok,"

   Djawab le Lam. Siang Sie angkat katja matanja, untuk mengawasi tamunja.

   "Bagus!"

   Katanja pula.

   "Nanti aku ambil batu kumala Itu, untuk tauwnia simpan. Mari tauwnia ikut kekamar tulis."

   Ia berbangkit, untuk bertindak kedalam.

   Ie Lam mengikuti.

   Katanja ia diadjak kekamar tulis, sebetulnja ia dibawa kesebuah kamar rahasia, jang pintunja terbuat dari besi, kamarnja terkurung tembok batu diempat pendjuru, djendelanja jang ketjil diperkuat dengan djerudji besi, hanjalah perabotannja lengkap dan indah.

   Maka mau atau tidak, Ie Lam djadi tjuriga dan waspada.

   Siang Sie keiuarkan anak kuntjl dari sakunja, dengan itu ia hampirkan sebuah lemari besi, unluk buka pintunja.

   Ie Lam berdiri mengawasi seraja tangannja merabah pisau belatinja dipinggang.

   Slang Sie putar anak kuntjl, tetapi daun pintu lemari tak dapat ia tarik untuk dibuka.

   Ketika ia berpaling, napasnja sengal2.

   "Dasar sudah tua, tak berguna aku,"

   Katanja.

   "Peti besi ini rupanja sudah berkarat"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ia tarik pulang tangannja, jang gemetaran.

   Ia mengawasi tamunja, seperti orang jang memohon bantuan.

   Ie Lam suka membantu.

   Ia lihat, disitul ia tjuma berada berdua dengan tuan rumah jang lemah itu, ia tak berkuatir.

   Ia bertindak hingga berdampingan dengan Siang Sie, ia ulur tangannja kearah pintu.

   Dengan sekali betot sadja dengan kuat, ia bikin pintu lemari terpentang.

   Tapi berbareng dengan itu, asap menjembur dari dalam lemari, seperti petjahnja bola , asap itupun mengeluarkan bau lada dan obat lainnja.

   Hebatnja, asap menjembur kemuka le Lam, sampai ia tak sempat menutup mata, sedang bau asap jang keras itu menjerang hidungnja, sehingga ia tak kuat menahannja.

   "Tjelaka !"

   Ia berseru seraja ia memutar tubuh sambil tangannja menjambar kearah Leng Siang Sie.

   Tapi tuan rumah ini litjik, selagi pinta lemari terbuka, ia sudah mundur sambil1 bekap hidungnja, hingga ia tidak kena disambar.

   Sedangkan dilain pihak, menjusul sambaran Ie Lam satu suara keras terdengar, dan dari atas turunlah selembar papan besi, jang memisahkan tuan rumah itu dari tetamunja, hingga Ie Lam djadl terkurung.

   Dengan pisau belatinja, Ie Lam serang penghalang papan besi itu, tetapi ia tidak peroleh hasil.

   Ia pun masih terganggu asap.

   Ia insjaf bahwa ia telah masuk perangkap.

   Tjelakanja, ketika ia menjedot napas beberapa kali, kepalanja pusing dan berat, segera ia rubuh tanpa ingat suatu apa lagi.

   Dipelabuhan Gie-tjiang masih menanti perahu Hoa Tjeng In, jang ditumpangi Yan Ie Lam.

   Untuk beberapa Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
lamanja Tjeng In itu menantikan Ie Lam tapi ia masih belum kembali. Maka kemudian mereka pergi ke Poan San, untuk men1 tjari keterangan. Disini mereka didjawab oleh orang-nja Pian Kim Kong.

   "Benar Yan Tauw-nia telah datang kemari tetapi ia sudah segera menudju kc Gie- touw". Mereka menunggu terus, hingga beberapa hari. Achirnja mereka pergi ke Gietouw, untuk mentjari keterangan terlebih djauh. Sebagai orang2 liong Tjiang Hwee, mereka tahu bagaimana harus mentjari "endusan", sebab diantara hambanegeri ada kawan dan sahabat mereka. Maka bukan main kagetnja ketika mereka sudah peroleh kabar jang sebenarnja. Menurut rahasia jang dibotjorkan pihak pegawai negeri sebawahan, pembesar di Gie-touw sudah berhasil membekuk seorang anggauta Ang Teng Kauw, jang dipandang sebagai pemberontak, jang dikatakan sudah menjelundup masuk ke Gietouw untuk mengantiam dan memeras bekas too-in Leng Siang Sie, dan bahwa lagi beberapa hari, orang tangkapan itu akan diangkut kekota radja, guna diperiksa perkaranja. Orang2nja Hoa Tjeng In itu mendjadi kaget. Karena mereka tidak bisa menolong, lekas2 mereka berlajar pulang, untuk memberi laporan pada ketuanja. Mendengar peristiwa itu, Tjeng In dan gadlsnja seperti dengar guntur disiang hari. Tak tahu mereka duduknja hal, hingga untuk sementara mereka ambil tindakan membuat penjelidikan terlebih dahulu. Mulanja mereka tidak menjangka tangan gelap dari Pian Kim Kong. Setelah melakukan penjelidikan, mereka dengar duduknja hal jang sebenarnja. dan mereka ketahui djuga, siapa sebenarnja sibekas too-in. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Hoa Tjeng In segera kirim kabar kepada Tjongtauwbak Tjoe Hoan, ketua Ang Teng Kauw, sedang Hoei Hong kirim surat ke Utara kepada toasoehengnja, Liok Goan Hoa dari Tjeng Liong Hwee, untuk minta datang saudara itu guna menolong djiesoehengnja.

   Selama menantikan toasoeheng itu.

   ia djadi sangat berduka.

   Hoa Tjeng In bineung melihat kedukaan puterinja.

   Ia djadi berniat keras akan bantu tolongi Yan Ie Lam.

   Untuk ini, ia kirim warta pada beberapa sahabat kang-ouw guna minta bantuan mereka.

   Sedjak ia terdjebak dan tertawan, Yan Ie Lam terus ditahan dalam kamar rahasia jang tangguh dari Leng Siang Sie.

   Bekas too-in ini menunggu keputusan dari pembesar negeri, buat ambil dan angkut Ie Lam.

   karena ia telah segera beri laporan pada pembesar negeri bahwa ia sudah bekuk satu pemberontak jang ditjari negara.

   Ia tahu, Ie Lam adalah orang penting dari Ang Teng Kauw, karenanja ia melakukan pendjagaan keras, disamping sedjumlah orang2 polisi biasa, ada djuga beberapa jang pandai ilmu silat, jang merupakan suatu barisan tjinteng atau pahlawan istimewa.

   Barisan ini didirikan setelah berselang satu bulan.

   Pada suatu hari, Pian Kim Kong datang bersama beberapa saudaranja.

   Siang Sie sambut ketua itu dikamar tulisnja.

   "Leng Taydjin, aku telah usulkan sebuah kereta kerangkeng, sudahkah kereta itu dlbuatnja ?"

   Lanja toa- hongtauw dari Tjeng Pang.

   "Seperti aku telah katakan, sebelum dimasukkan kedalam kereta, orang tawanan itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
harus diberi obat tidur, supaja tangan dan kakinja bisa dirantai."

   "Semua sudah siap, toaliongtauw,"

   Djuwab Siang Sie.

   "Sekarang aku tinggal tunggu datangnjn utusan dari kota radja untuk ambil dia"

   Selagi mereka bitjara. pintu kamar diketok dari luar dari mana terdengar laporan ."Leng Taydjin, ada surat dari Tjongtok-hoe"

   Tjongtok-hoe adalah gedung tjongtok, gubernur.

   "Masuk !"

   Leng Siang Sie beri idjin. Seorang bertindak masuk dan menjerahkan surat dengan sikap hormat.

   "Bagus, toaliongtauw !"

   Kata Leng Siang Sie sehabis membatja.

   "Hengpou telah siapkan dua-ratus serdadu tangsi Sin-pok-eng untuk iringi orang tawanan dan keberangkatannja ditetapkan lusa"

   Kemudian ia suruh orangnja panggil Lie Soehoe, tjinteng kepala.

   Tidak selang lama terdengar tindakan kaki dan seorang muda muntjul dengan romannja jang tjakap dan gagah, kulitnja putih, sepasang matanja djeli, pakaiannja ringkas.

   Pian Kim Kone mengawasi dengan heran, karena ia menjangka satu tjinteng dengan tubuh tinggi-besar dan roman bengis, tidak tahunja satu "botjah"

   Umur baharu dua puluh lebih. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Ada titah apa, taydjin ?"

   Tanjn si tjinteng setelah ia beri hormat pada madjikannja. Ia likat karena Pian Klm Kong awasi padanja. Dari sebuah latji Siang Sie djeraput satu bungkusan.

   "Kamu semua mundur."

   Perintah bekas too-Ln ini kepada semua hambanja. Kemudian ia melandjutkan pada si Lie Soehoe Xie Hong.

   "lusa tentera negeri akan datang untuk ambil orang tawanan, maka kau siap kan obat tidur bong-han-yo. setelah dia tak sadar akan dirinja, lantas kau beritahukan aku"

   Anak muda itu menjambuti bungkusan itu, serta mendjawab."Ja"

   Ber-ulang2. Setelah memberi hormat, ia segera undukan diri. Pian Kim Kong tertawa.

   "Leng Taydjin,"

   Katanja.

   "kau benar2 masih berhati muda, sekalipun tjintengmu seorang botja manis !"

   Tuan rumah itu agaknja malu.

   "Kau pandai menggoda, toa-liongtauw!"

   Katanja.

   "Sesungguhnja botja itu memang punja kepandaian jang berarti, hingga tjintengku jang lama, It Kie Hoa, telah rubuh ditangannja. Apakah kau lupa apa jang kukatakan bahwa guru silat Gouw Tjit di Tjhongtjioe telah memudjikan seorang padaku ? Nah, botja ini adalah orang itu. Semula aku djuga memandang dia rendah. Suatu hari ia benterok dengan It Kie Hoa. Dengan mataku sendiri, aku melihat beberapa kali It Kie Hoa dibikin pegang tanah. Dalam gusarnja, It Kie Hoa mengambil golok. Aku ingin menjaksikan lebih djauh kepandaian botja ini, aku biarkan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dia.

   Diluar dugaanku, dengan tangan kosong kembali ia berhasil mengalahkan tjintengku itu.

   Pertama ia tendang terlepas golok It Kie Iloa dan selagi It Kie Hoa bingung, tubuhnja disambar dan diangkat tinggi2.

   Diika aku tidak segera mentjegah, pasti It Kie Hoa sudah dilempar djatuh.

   Sedjak waktu itu, semua orang tunduk padanja.

   Keliru djlkalau toaliongtauw melihat orang dari romannja sadja !"

   Pian Kim Kong ragu2. Bitjaramu menarik hati, akan tetapi mendengar lain dengan kalau melihat sendiri,"

   Katanja.

   "Baik, aku nanti mentjari kesempatan untuk men-tjoba2 botja itu, untuk membuktikan apa jang kau katakan"

   Tidak keliru kalau Pian Kim Kong menjangsikan bekas too-in itu.

   Ia mengenalnja baik sebagai seorang litjin, dan ia tahu djuga, Leng Siang Sie punja kesukaan seperti beberapa hartawan lain, jalah menggemari pemuda2 atau orang bantji, untuk didjadikan gula2nja.

   Memang benar, terhadap Lie Hofeg, Siang Sie suka main mata, tangannja gatal tetapi, karena Lie Hong tidak meladeni, ia tidak bisa berbuat apa2 dan hanja mengharap, satu hari, ia toh bakal mendapatkan tjinteng jang tjakap- ganteng itu.

   Leng Siang Sie mengadjak Pian Kim Kong pergi ketempat tahanan Yan Ie Lam.

   Dari djauh sudah terlihat Lie Hong asik mendjalankan tugas mendjaga diluar kamar tahanan.

   Mereka tidak menghampirkan pintu kamar tahanan itu, mereka hanja pergi kesebuah ruangan jang berada diatas kamar tahanan, dari mana mereka bisa mengintai kedalam kamar tahanan itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Yan Ie Lam berada disuatu podjok kamar itu, pisau belatinja diletakkan disampingnja.

   Plan Kim Kong berpendapat bahwa tidak nanti Ie Lam bisa terbang kabur dari dalam kurungan itu.

   Maka itu ia bersenjum puas.

   Mendadak suatu sinar berkeredep menjambar kearah mereka - kearah Leng Siang Sie.

   Pian Kim Kong terperandjat.

   ia tak sanggup melindungi lagi soeya itu, ia sendiri harus segera berkelit.

   "Minggir !"

   Tiba2 suatu bentakan, selagi sendjata rahasia itu mengarah tenggorokan Leng Siang Sie.

   Se-konjonga satu tubuh lompat madju dan sebelah taangannja diulur menjambar sebatang piauw.

   Sebenarnja itu adalah sebatang pisau belati.

   Leng Siang Sie kaget bukan kepalang, semangatnja seperti terbang, waktu Lie Hong pepajang ia kembali kekamar tullsnja, baru ia mendjadl tenang lagi.

   Memang si tjinteng muda dan tjakap itulah penolongnja.

   "Hebat serangan gelap orang tahanan itu,"

   Kata Pian Kim Kong kemudian.

   "kalau tidak ada Lie Soehoe, Leng Taydjin terantjam malapetaka hebat sekali."

   "Tidak ada artinja,"

   Kata Lie Hong.

   "Memang tugasku untuk melindungi keselamatan taydjin", Dengan wadjah bersemu merah tjinteng ini mengundurkan diri. Ie Lam sendiri mesti mendekam terus didalam kamar tahanan. Setiap hari diantar makanan dan kalau hari Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mendjadi malam, kamar mendjadi gelap gelita.

   Ia tidak memperhatikan, sudah berapa lama ia tertahan, hanja pada hari itu diantara barang makanan ada menjelip satu bungkusan.

   Sewaktu ia buka, ia mendapatkan batu tekesan berikut dua batang lilin, kertas dan arang.

   Ia heran.

   Segera ia njalakan api.

   Dikertas bungkusan terdapat tulisan serta gambar setangkai bunga.

   Tulisan itu berbunji.

   "Besok magerib, kau akan ditolong."

   Ie Lam kaeet berbareng girang sebab ia mengenali huruf2 tulisannia Hoa Siang Boe dan bunga itu adalah tanda dari sang soemoay.

   Hanja ia heran, tjara bagaimana saudara seperguruan itu bisa datang kekamar tahanannja.

   Adalah pada saat itu.

   Ie Lam melihat orang mengintai padanja.

   maka dengan pisau belatinja.

   ia melakukan penjerangan.

   Akan tetapi ia tidak berhasil karena Lie Hong melindungi Leng Sian Sie.

   Besoknia lohor.

   Ie Lam menjalakan sepasang lilin.

   Tak tahu ia berapa waktu telah lewat.

   Mendadak terdengar suara pelahan diatas kamar tahanan, lantas djendelanja terbuka.

   Sepotong batu dilempar kedalam.

   Ie Lam tahu, itulah tanda agar ia bersiap.

   Kemudian terdengar suara berisik, lalu kelihatan selembar ubin lantai bergerak, naik dengan pelahan2.

   Dari djendela muntjul tjahaja terang.

   Sekarang Ie Lam bisa melihat tegas bahwa ia sebenarnia berada dikamar dengan lantai ubin besi.

   Sepotong ubin jang naik keatas itu, lalu diam seperti tergantung.

   Setelah ini, tembok besi pun terangkat naik.

   Adalah tembok besi jang pada hari pertama telah mengurung dirinja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dengan lenjapnja tembok besi itu, mata Ie Lara benterok dengan sinar terang berasal dari api, lantas nampak didepannja satu anak muda dengan pakaian ringkas serba hitam, kepalanja dlbungkus pelangi hitam djuga, tangannja monjekal sebatang pedang.

   Romannja keren sekali.

   Tapi ia segera mengenali Hoa Siang Boe, soemoaynja.

   hingga tak terkira kegirangannja.

   "Selagi djie-soeheng ini hendak bitjara, Hoa Siang Boe alias Lie Hong segera mentjega dengan gerakan tangan. Tangannja menundjuk kepodjok. Apabila Ie Lam menoleh kepodjok itu, ia lihat satu tubuh rebah dengan mandi darah, roman mukanja menjeramkan. Itulah tubuh Leng Siang Sie, jang baru terbunuh. Ie Lam menghampirkan tubuh Itu. untuk didupak terbalik, kemudian ia merogo saku majat itu dan mengambil serentjeng anak kuntji. Dipodjok lain dari kamar rahasia itu ia membuka lemari besi. Akan tetapi, didalam lemari itu tidak terdapat batu kumala jang dimaksudkan. Maka mengertilah ia bahwa hari itu ia telah dibohongi Leng Siang Sie, dengan memakai alasan, agar bisa membokong ia dengan asap dan obat pulas. Waktu itu mendadak terdengar ketokan pintu.

   "Siapa ?"

   Tanja Hoa Siang Boe.

   "Lu Tjoan, Lie Soehoe,"

   Djawab dari luar.

   "Tolong beritahukan taydjin, sekarang sudah mendjelang djam tudjuh, supaja taydjin bersedia."

   Siang Boe tarik pintu sedikit "Aku tahu,"

   Sahutnja.

   "Kamu tunggu sadja diluar "

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Lu Tjoan menjahut dan pergi, lantas Siang Boe merapatkan pintu.

   Pada Ie Lam ia menjerahkan seperangkat ya-heng-ie, pakaian malam agar dipakai.

   Ia sendiri terus menudju kepodjok untuk menekan tembok.

   Lemari besi berkisar sendiri dan memperlihatkan sebuah pintu ketjil.

   Sementara kawannja selesai dandan, Lie Hong mengambil lilin, lalu sambil menun.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   tun Ie Lara, ia bertindak kepintu rahasia itu, turun ditangga belasan undak, terus djalan diterowongan jang membawa mereka sampai ditempat dimana keadaan mendjadi agak terang sekitarnja.

   Disini Yan Ie Lam memperoleh kemerdekaannja.

   Bersama Hoa Siang Boe mereka berlari-lari kearah sungai, dimana sudah menantikan sebuah perahu lajar.

   Begitu lekas keduanja telah lontjat keatas perahu itu, perahu segera menggeleser pergi, mengikuti aliran air, tertolak angin baik, hingga ladjunja sangat pesat.

   Waktu Siang Boe sudah adjak Ie Lam masuk kedalam perahu, djiesoeheng Ini segera dengar suara jang ia kenal baik, Itulah Hoa Tjeng In, ajah sinona, jang mendjemput mereka dengan kendaraan air itu.

   Setelah pertemuan ini, Yan Ie Lam mendapat tahu bagaimana orang sudah berdaja menolonginja.

   Hoa Tieng in punjakan seorang saudara angkat di Hoolam.

   jalah Liok-hap-tjhioe Lie Tjoan.

   ahli silat Liok Uap, jang telah pergi ke Liok-an dipropinsi An-hoei dimana ia mendirikan perkumpulan rahasia Djim Tong.

   Ia adalah salah seorang, jang menerma surat Tjeng In.

   jang memohon bantuan.

   Kebetulan sekali, Lie Tjoan dapat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menawan seorang, jang menjebut dirinja Jang diutus guru silat Gouw Tjit Tjeng Untuk Leng Sian Sie.

   Karena Lie Hong ternjata ada hubungannia dengan orang she Leng itu, Lie Tjoan mengirimnja pada Hoa Siang Boe.

   Lie Hong mengaku asal Hoa Siang Boe mengawasi kapan itu, sampai ia mendapat orang tanpa suatu akal.

   Dengan berani ia menjamar sebagai Lie Hong Itu, dan pergi pada Leng Siang Sie, sedang ajahnja terus mengikutinja.

   Dalam waktu beberapa hari sadja, Tjeng In bertiga sudah kembali dirumahnja, setelah menlnggalkannja dua bulan.

   Sewaktu mereka belum pulang, diruraah mereka telah datang tiga orang, jalah Liok Goan Hoa bersama Thay-kek-tjhioe Ong Wie Yang dan It Tim Kie-soe Shie Liang.

   Seperti sudah diketahui.

   Ong Wie Yang adalah dari Tjeng Liong Pang di lima propinsi Utara, sedang Shie Liang ketua muda Ang Teng Kauw.

   Selama ini Liok Goan Hoa, jang mengikuti Poan Liong Kiam-hian dari Tjeng Liong Pang, sudah berhasil meneanekat nama, hingga orang mendjulukinja Tiat Ene Tjoe si Garuda Besi.

   Ia telah mengangkat saudara dengan Ong Wie Yang, maka saudara itu turut bersama.

   Shie Liang sendiri datang atas titah Tjong-tauwbak Tioe Hoan.

   ketuanja, guna membantui Hoa Tieng Tn berdaja menolong Yan le Lam.

   Dalam Ang Teng Kauw.

   ia diandali karena kepandaian ilmu silatnja berbareng pandai menjurat.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ketika baru sampai di Hoa-kay-tjhung dan mendengar Hoa Tjeng In serta puterinja, Hoa Siang Boe, sudah pergi ke Gietouw, Goan Hoa dan Wie Yang, jang tidak dapat bersabar, lantas naik perahu untuk meniusul.

   Shie Liang sendiri diminta menantikan dirumah.

   Menurut perhitungan seharusnja mereka bersomplokan ditengah djalan.

   tetani kenjataannja mereka tak saling berdjumpa.

   Ie Lam bersiukur mengetahui soehengnja dan Ong Wie Yang sudah bekerdja untuknja.

   Ia lantas mau menjusul dua saudara itu.

   "Djangan, Yan Hiantee"

   Mentjeeah Shie Liang.

   "Densan Hoa Siotila berhasil menolongi kau, dua propinsi Ouwlam dan Ouwpak pasti mendjadl gempar sekali, hingga sekarang belum tiba saatnja untuk kau memperlihatkan diri. Saudara Liok dan Ong pun pergi belum lama, entah dimana adanja mereka sekarang. Maka baiklah hiantee tunggu sadja dislni, biar aku jang pergi menjusul."

   Ie Lam setudju, ia menurut.

   Beberapa hari setelah perginja Shie Liang, Hoa Tjeng In merajakan pesta ulang tahunnja jang lcc-60.

   Hari itu dari pagi sampai malam, datang tauwbak Hong Tjiang Hwee dari pelbagai tjabang dan tempat serta sahabat2 kang-ouw lainnja.

   Hoa-kay-tjhung dihiasi didalam dan luar, tengloleng dan tjaykie digantung dan dipadjang, tukang2 musik tak henti2nja memperdengarkan lagu2.

   Didalam ruang besar digantung sebuah huruf besar "Sioe" - "Umur"

   Jang tersulam air emas dengan dasar sutera merah. Didepannja Hoa Tjeng In duduk untuk menerima pemberian selamat dengan puterinja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mendampinginja untuk membantu ajahnja menjambut dan melajani sekalian tetamu.

   Sudah lama Hoa Tjeng In ditinggal mati isterinja, maka ia duduk tanpa pasangan.

   Suasana ramai tetapi Yan Ie Lam tidak menundjukkan diri, ia hanja sembunji diruang belakang dimana ia sebenarnja turut djuga berpesta.

   Diantara tetamu2nja terdapat orang2 jang Hoa Tjeng In sendiri tidak mengenalnja, maklum ia ketua suatu partai besar dan mesti ada orang2 kang-ouw jang mengaguminja dan menggunakan ketika ini untuk menghundjuk hormat sambil berkenalan.

   Itu adalah kebiasaan jang umum.

   Dan karena perdjamuan dilandjutkan sampai sore, tidak heran kalau ada sedjumlah tetamu djauh jang djuga masih belum pulang.

   Dibelakang, waktu penerangan baru sadja dinjalakan, tiba2 Yan Ie Lam melihat satu bajangan berkelebat diluar ruangan.

   Ia mulanja menjangka ada tetamu luar, jang kesalahan masuk, akan tetapi sesaat kemudian, ia melihat lain bajangan lagi, segera disusul suara genteng diatap rumah.

   Karena heran, ia segera lompat keluar mengendjot tubuhnja naik keatas genteng, kewuwungan.

   Ia masih lihat dua bajangan bergerak lenjap kearah depan.

   "Tak dapat aku menjusul mereka,"

   Pikirnja, walaupun ia sangat tjuriga.

   "Didepan ada terlalu banjak tetamu. Dengan mentjampurkan diri, mereka mudah segera menghilang"

   Maka ia turun kembali terus pergi keruang besar didepan. Disini ia mengintai kedepan diantara sekosol, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
hingga ia tampak beberapa puluh medja jang penuh dengan tetamu2 jang masih asik berdjamu dan minum.

   Setelah mengintai sekian lama achirnja ia memikir untuk balik kedalam.

   Tiba2 ia dengar letusan diluar gedung, mungkin didepan pintu.

   Letusan itu disusul dengan muntjulnja beberapa puluh orang dari kedua lorak thia.

   Semua menghunus golok2 jang berkilauan, dan meluruk kethia.

   Diluar pun segera menjarabut teriakkan riuh.

   Dari sana masuk sebarisan orang jang dikepalai dua orang bertubuh besar jang masing2 bersendjata golok besar dan tameng.

   Sekedjab sadja beberapa tjhungteng berturut2 telah dibikin rubuh! Dalam kagetnja, le Lam segera mengerti antjaman bahaja itu, maka ia segera lari kekamarnja untuk mengambil pedangnja berikut dua tumbak berkuntjir merah.

   Sambil bawa sendjata itu, ia lari kembali kedepan.

   Tatkala itu Hoa Tjeng In sudah menendang medja didepannja sehingga terlempar dan menjambar kursi untuk menangkis beberapa serangan.

   Diantara hadirin ada orang2 Hong Tjiang Hwee.

   Mereka ini sudah segera mentjari sendjatanja masing2 ataupun kursi untuk melakukan perlawanan.

   Kelihatan njata, semua penjerang mengintjar tuan rumah seorang.

   Dalam kekalutan itu, Hoa Siang Boe menjambar potji arak dan tjangkir, jang ia pakai untuk menimpuk padam pelbagai penerangan diruang itu, hingga tinggallah lilin2 disebelah luar, sehingga ruangan mendjadi suram.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Yan Ie Lam segera menjerang mereka jang mendesak Hoa Tjeng In.

   Sekedjap mata sadja ia rubuhkan beberapa orang diantaranja, sehingga ada kepala2 manusia jang terpental dan djatuh kelantai.

   Sewaktu musuh tak dikenal itu berkurang, tiba2 datang serbuan serombongan lain.

   "Ini tumbak!"

   Kata Ie Lam kepada Tjeng In sambil serahkan sepasang tumbak jang ia bekal.

   Maka dengan bersendjatakan gegamannja jang tjotjok itu, tuan rumah djadi bisa berkelahi dengan baik, sehingga segera terbuka suatu lowongan disebabkan rubuhnja beberapa penjerang.

   Toa Siang Boe, jang telah merampas sebatang golok, sudah lompat kesamping Ie Lam.

   Disitu ia mainkan sendjatanja itu guna tangkis serbuan baru, jang merupakan damparan gelombang.

   jang didepan rubuh, jang dibelakang menjusul.

   Dalam keadaan sulit seperti itu, sulit untuk membedakan kawan dan lawan.

   Yan Ie Lam tjerdik, ia ingat kepada "boan-tiang", kain langit2 ruang pesta.

   Kesempatan baik digunakannja untuk mentjelat keatas buat membabat "boantiang"

   Dengan pedangnja. Dilain saat, kain penutup langit2 itu djatuh menutupi kepala musuh, sehingga mereka djadi bingung.

   "Saudara2 huruf akur, semua kemari!"

   Teriak Ie Lam, jang menggunakan kata2 rahasia.

   Itulah andjuran untuk kawan berkumpul dalam satu rombongan.

   Benar sadja, segera banjak orang Hong Tjiang Hwee dekati Tjeng In, sedang mereka, jang tidak mengerti silat, ambil ketika untuk menjembunjikan diri.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sekarang ini Yan Ie Lam menggunakan kesempatan jang baik untuk menerdjang musuh setjara hebat sekali, sehingga kemana sadja ia mengajunkan sendjatanja, disitulah tubuh rubuh atau kepala djntuh bergeluntungan dilantai.

   Serangan hebat itu mendjadiknn lapisan musuh mendjadi tipis.

   Didekat pintu, Hoa Siang Boe menahan serbuan serombongan musuh jang dipimpin oleh dua orang bertubuh besar.

   Kedua orang ini pandai menggunakan golok, agaknja mereka dapat mendesak sinona.

   Maka Ie Lam lompat kearah mereka untuk bantu soemoaynja.

   Sambil lompat dan berseru, ia menjerang dengan gerakan "Gan lok peng see"

   Atau "Burung belibis turun dipasir rata".

   Seorang jang tjoba merintanginja, kutung batang lehernja.

   Tatkala Ie Lam mendekati pintu besar, dimana musuh saling menubruk, ia dengar djeritan seram disampingnja.

   Ketika ia menoleh, tampak olehnja Hoa Siang Boe berhasil menabas kutung sebelah tangan dari salah satu lawannja, sehingga lawan satunja lagi kaget dan mundur, tetapi dia mundur kedekat sang djie-soeheng, maka gampang sadja Ie Lam tabas djuga sebelah lengannja sehingga dia rubuh.

   Hoa Tjeng In terus mengamuk dengan sepasang tumbaknja jang llehay.

   Ia berhasil memukul mundur musuh, jang menemui saat naasnja, sebab sewaktu mereka lari mundur, mereka diserbu hebat oleh Slang Boe, jang berlaku bengis karena sengitnja.

   Ie Lam djuga turut melabrak dengan tak kurang dahsjatnja.

   Dia desak musuh sampai mereka mundur keluar gedung dhn kabur sipat-kuping.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Penjerang2 terhadap Hoa-kay-tjhung terdiri dari tak kurang dari lima-puluh djiwa, mereka telah menjebabkan kebinasaan dan terlukanja belasan orang dari pihak tuan rumah.

   Setelah pertempuran berachir, Hoa Siang Boe agaknja mengenal orang jang bertubuh besar itu jang rubuh dengan sebelah lengannja hilang, sedjenak sadja ia ingat, bahwa orang itu adalah salah satu tjinteng Leng Siang Sie.

   Atas pertanjnannja, orang itu mengaku bahwa mereka datang atas perintah Pian Kim Kong, dan didalam rombongannja turut serta pouw-koay, ialah orang2 polisi dari Gie-tjiang.

   Pian Kim Kong memperoleh keterangan bahwa Yan Ie Lam ditolong orang Hong Tjiang Hwee, maka ia gunakan kesempatan Tjeng In sedang berpesta, dan melakukan serbuan setjara tiba2 itu.

   Tidak kepalang gusarnja Hoa Tjeng In mendengar pengakuan ini.

   "Sudah puluhan tahun aku mendjedjak kaki disini, belum pernah ada orang jang berani menghina aku setjara begini,"

   Kata djago tua ini.

   "sekarang Pian Kim Kong, simurtad. berani berlaku begini hina, maka aehirnja dia pasti akan bertemu denganku untuk merasakan sepasang tumbakku!"

   Setelah itu Tjeng In segera perintah soeyanja menulis laporan untuk pembesar negeri di Tinkang.

   Ia tuduh Hoa- kay-tjhung digarong sewaktu ia mengadakan pesta ulang tahunnja itu.

   Ie Lam merasa tak enak sendirinja.

   Ia tahu ialah jang mendjadi gara2nja.

   Untuk kepenlingannja, Liok Goan Hoa dan Ong Wie Yang, begitupun Shie Liang, mesti pergi ke Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ouw-pak.

   Ia berniat pergi tetapi sudah seharusnja kalau ia nantikan mereka itu.

   Dalam ke-ragu2annja itu, ia utarakan niatnja kepada Hoa Siang Boe untuk meninggalkan Hoa- kay-tjhung.

   Nona Hoa tidak suka Ie Lam pergi, tetapi ia pun insjaf bahaja jang mengantjam pemuda itu.

   Setjara diam2 ia telah djatuh tjinta kepada soeheng jang kedua ini.

   Maka, dengan terpaksa, dengan menahan malu, ia pun beber isi hatinja bahwa kemana sadja Ie Lam pergi, ia suka ikut.

   Ie Lam pun mentjintai sang soemoay, tak dapat ia menolaknja.

   Besoknja, Hoa Siang Boe memberitahukan ajahnja tentang hasratnja untuk turut Ie Lam.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ia mengatakan dengan demikian rupa, sehingga Tjeng In bisa menerka hati puterinja itu.

   Demikian berkatalah ia kepada sipemuda.

   "Anakku kehilangan ibunja sedjak ia masih ketjil, tak dapat ia terus mengikutiku. Akan tiba saatnja untuk ia memilih rumah lain untuk tumpangi dirinja. Maka itu, apabila Yan Tauwnia tidak mentjela roman djelek dari anakku itu, baiklah djodoh kamu ditetapkan sekarang. Inilah perkataanku!"

   Ie Lam mengerti, ia segera berlutut didepan bakal mertua itu.

   Sekarang hanja menunggu dipilihnja hari jang baik untuk pemuda dan pemudi itu merajakan pernikahannja.

   Oleh karena ini dilain harlnja, Ie Lam bisa adjak tunangannja pamitan dari bakal mertua atau ajahnja untuk Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ia pulang ke Kim-leng.

   Ini lah jang pertama kali ia pulang sedjak ia berguru kepada Oey Bwee Kie-soe.

   Girang ajah dan ibunja, engko dan ensonja, melihat ia pulang bersama satu tjalon kawan hidup jang tjantik dan kosen.

   Ie Lam lantas pesan semua orang dirumahnja supaja tidak menjiarkan bahwa ia sudah pulang untuk tjegah pembesar negeri mengetahuinja.

   Tapi ia sendiri, bersama tunangannja, hampir setiap hari pergi pesiar untuk menikmati hari2 jang bermadu.

   Pada suatu hari pasangan ini pesiar didanau Hian Boe Ouw, tiba2 mereka ingat pesan guru mereka supaja pada suatu waktu mereka pergi keguha batu di Tam Touw Am, untuk angkat sumpah.

   Maka dengan segera mereka menudju kekuil itu.

   Pendjaga kuil adalah Llm Tek Seng, seorang bekas perwira rendahan dari Kok pon Soe Ko Hoat.

   Ia kenal pasangan ini, maka sewaktu menjambut, ia berkata.

   "Tidak gampang2 Yan Kongtjoe dan Hoa Siotjia kembali ketempat asal ini! Mari kita pergi menghadap dulu kepada roh sutji didalam guha. baharu kita duduk minum teh."

   Bakal suami-isteri itu djadi terharu, mereka turut masuk kedalam guha.

   Ternjata didalam terowongan telah ada satu orang sedang duduk bersamedhi.

   Ketika Ie Lam dan Siang Boe mengenalinja, mereka kaget dan girang dengan berbareng.

   Itulah guru mereka, Oey Bwee Kiesoe.

   Maka lekas2 mereka memberi hormat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Bagus! Kamu telah datang!"

   Berkata sang guru seraja buka kedua matanja.

   "Memang aku berniat memesan sesuatu kepada kalian."

   "Perintah sadja. soehoe, pasti kami akan turut pesanan itu "

   Ie Lam djawab.

   "Sudah beberapa hari kami pulang ke Kimleng, kami tak tahu soehoe ada dlsini, harap maafkan kami karena tidak segera menemui soehoe."

   "Djangan pikirkan itu "

   Kata sang guru.

   "Aku tahu kau telah bertunangan dengan Siang Boe. seharusnja aku beri selamat padamu. Hanja!"

   Guru ini mengawasi murid perempuannja, agaknja ia terharu. Tapi kedua murid itu tak memperhatikan sikapnja ini.

   "Hanja apa, soehoe?"

   Siang Boe menegasi.

   "Hanja nanti, selang sepuluh tahun, kau ingat untuk kembali kemari menemui aku,"

   Djawab sang guru. Setelah itu Ie Lam tuturkan halnja ia terdjebak Pian Kim Kong, karena mana ia djadi terpisah dari Liok Goan Hoa, hingga tak tahu ia diraana adanja soeheng itu sekarang.

   "Aku tahu semuanja jang telah terdjadi,"

   Kata Oey Bwee Kiesoe.

   "Goan Hoa dan Ong Wie Yang aiean berhasil, tjuma kesalah fahaman kang-ouw akan terdjadi, tapi kalian tak usah berkuatir."

   Lega hatinja Ie Lara dan Siang Boe. Mereka tahu bahwa, guru itu memang mengerti ilmu petangan.

   "Bila kelak kalian bertemu toasophengmu itu dan Ong Wie Yang,"

   Sang guru memesan.

   "ingatlah untuk sampaikan pesanku bahwa aku gagal menolong si orang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
she Wan, tetapi Boe Tjioe telah dititipkan dlnimah Keluarga Ong di Ngo-tay, maka perlu mereka lindungi orang she Wan itu sehingga dewasa.

   Selandjuinja mereka berdualah jang mesti bertanggung-djawab, maka mereka mesti djaga agar tidak terdjadi kegagalan sebagai aku.

   Ingatkah kalian ?"

   "Ingat, soehoe"

   "Sekarang pulanglah, lain waktu kita akan bertemu pula,"

   Kata guru itu achirnja.

   Kedua murid ini memberi hormat pula, habis itu, lalu mereka memberi hormat kepada arwahnja Kok-pou Soe Ko Hoat.

   Sesudah itu, mereka pamitan dari gurunja itu.

   Baharu Ie Lam melangkah dipintu guha, gurunja telah memanggil ia, maka lekas2 ia menghampirinja.

   Guru ini mengawasi, agaknja ia ragu2 untuk bitjara.

   Ie Lam tidak menduga suatu apa, ia mengira gurunja hendak memesan sesuatu pula padanja.

   Achirnja, dengan tampang muram Oey Bwee Kiesoe tepuk2 pundaknja murid itu.

   "Anak, tidak apa2. Nah, pergilah"

   Katanja.

   Ie Lam menurut, ia berlalu pula, meningalkan guha itu.

   Selagi Ie Lam dan Siang Boe berdiam di Lamkhia, mari kita tengok Liok Goan Hoa dan Ong Wie Yang sesudah mereka meninggalkan Hoa-kay-tjhung untuk susul Ie Lam.

   Tentu sadja mereka tidak ketahui Ie Lam sudah dapat ditolong, karena ditengah djalan mereka tidak bertemu satu dengan lain.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pada mulanja ajahnja In-tiong-kiam Ong Wie Yang, ialah Thay Kek Ong dari Thay Kek Pay, jang ber-sama2 Poan Liong Tay-hiap, Oey Bwee Kiesoe, Sin-tan-tjoe Lie Goan dari Tjhongtjioe dan Siok San It-Hoo Pian In Liong jang mendirikan Tjeng Liong Hwee berlima angkat Poan Liong Tay-hiap sebagai tjiang-in (pemegang tjap) mendjadl tjongto atau ketua.

   Kemudian setelah Thay Kek Ong, Lie Goan dan Pian In Liong meninggal dunia saling susul, Ong Wie Yang-lah jang mewakili mendjadi ketua Tjeng Liong Hwee bagian lima propinsi Utara dengan menerima petundjuk2 dari Poan Liong Tay-hiap, baharu setelah itu Ong Wie Yang bersahabat dengan Liok Goan Hoa.

   Persahabatan ini terdjadi dikala Goan Hoa terima tugas dari gurunja, Oey Bwee Kiesoe, untuk turun gunung dan sambil membawa pedang Liong-gim-kiam menemui Poan Liong Tayhiap.

   Lekas sekali mereka mendjadi sahabat2 karib.

   Poan Liong Tay-hiap puas sekali melihat sifatfnja Liok Goan Hoa.

   Ia jang andjurkan Goan Hoa dan Wie Yang angkat saudara, walau kedua orang itu berlainan golongan silat, ialah Wie Yang dari Thay Kek Pay dan Goan Hoa dari Siauw Lim Pay.

   Sementara itu Wie Yang telah wariskan dari ajahnja sebuah giok-tjio, atau batu kumala, jang terbungkus kantong kulit, kumala mana bergambarkan sesuatu, jang sebegitu djauh orang tak mengerti maksudnja, melainkan Wie Yang tahu ada pula sebuah kumala lainnja jang bersamaan dengan itu, jang berada ditangan lain orang, entah siapa dan dimana adanja, bahwa kalau kedua batu kumala dapat dipersatukan, orang akan ke


Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja Rase Emas Karya Chin Yung Api Dibukit Menoreh Karya Sh Mintardja

Cari Blog Ini