Pertentangan Kaum Persilatan 10
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 10
"Bosok siang bakal ada orang menggantikan aku. Bagaimana djleya?"
"Kita harus menggunakan tempo setjepat mungkin"
Tjong Lioe djawab.
"Kita hendak turun tangan sebelum fadjar menjingsing. Sekarang kawanku lagi mengatur djembatan tambang, menjambul kawan2 dari luar. Sebentar mereka bakal djadi berkumpul."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Belum Tjong Lioe menutup mulutnja.
in sudah lantas mendengar tanda rahasia kawannja.
Menjusul mana, muntjullah tiga kawnnja itu, jang pertama seorang dengan berewokan kuning, jang dua masih muda dan gagah romannja.
Tjong Lioe segera memperkenalkan mereka, maka tahulah Tjian Leng sekarang, bahwa tiga orang itu adalah Tan Hin Beng serta dua saudara Ong, Tjoen Beng dan Tjong Beng.
Kalau tadinja ia masih ragu2, sekarang tetaplah hatinja Tjlan Leng.
Ia pun mengetahui, masih tiga atau empat hari lagi, baharu si toako, In Geng dapat kembali.
Maka ia lantas mengambil peta neraka itu dan memberikan kepada Tjong Lioe beramal.
Dari peta itu mereka dapat perhatikan setiap rahasia jang ada.
Tjong Lioe girang bukan main memperoleh peta rahasia Itu.
Kira2 djam dua rombongan Beng Siang, Tjeng In dan Ong In Liong tiba.
Tjong Lioe lantas memberikan peta jang diperoleh dari Tjian Leng itu.
Beng Siang segera memperhatikan peta itu.
Lalu ia memberikan tugas pada Tjoen Beng, Tjong Beng dan Hin Beng.
Tjian Leng membukai pintu rahasia air itu, buat mereka berlalu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Tugas mereka paling sukar dan berbahaja. Gagal dan berhaslinja kita mengandal kepada mereka"
Tjong Lioe bilang.
Mendengar ini, hatinja sipendjaga pintu air kebat-kebit.
Dilapangan tempat kerdja, ratusan majat hidup bekerdja dari siang sampai malam.
Pada djam dua, kapan kentongan telah dibunjikan, setelah sipir2 pendjara membuka tiga pintu kamar, dengan berbaris ber-ilerot2 kawanan majat hidup itu kembali kekamar mereka masing2 jang dinamakan "gudang Iblis".
Semasuknja mereka, penerangan dipadamkan.
Umpama ada majat hidup jang bangun berdiri selagi api padam, dia bakal kepergok.
Karena sebentar2 mereka ditilik dengan lampu penjorot.
Asal ada jang kepergok, dia pasti diserang dengan anak panah.
Beberapa ratus majat hidup itu tidak dapat bitjara, dan pikiran mereka sudah agak terganggu.
Mereka kerdja berat setiap hari, tapi makan mereka hanja beberapa tjegiukan bubur sadja.
Tidak heran kalau tubuh moreka seperti tinggal kulit dan tulang sadja, persis majat2 hidup.
Sekalipun orang jang tubuhnja kekar, paling lama dalam tempo lima tahun, adjalnja bakal sampai.
Sudah pernah diterangkan, kawanan majat hidup itu kellhatannja bekerdja tanpa peniliknja, tanpa titah atau diperintahkan ini dan itu.
Bahwa mereka tidak malas2an.
Hal Jang benar tidak demikian.
Sebetulnja, setiap lima- puluh majat hidup, ada seorang mandornja.
Mandor2 ini adalah orang2 kepertjajaannja Soe In Teng bahwa mereka tidak kelihatan, itulah di sebabkan selagi mendjalankan tugas, mereka menjamar sebagai majat2 hidup itu dan hidup bertjampuran.
Merekalah jang djalan dimuka dan merekalah pula jang memberikan tjontoh pekerdjaan pada Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
setiap majat hidup, jang hilang kesadarannja.
Mereka hanja bisa meniru sadja apa jang disuruh mereka lakukan.
Misalnja ada majat hidup, jang karena badannja kuat, dapat bergerak mirip orang sehat, segera dia bakal dipanah mati oleh penillknja.
Di setiap "gudang"
Ada dua mandor.
Mereka tidur didekat pintu diatas permadani.
Disamping mereka ada alat rahasia, asal mereka menekan itu lantas bekerdjalah pendjaga2 lampu penjorot.
Tjian Leng mengetahui semua rahasia digudang majat itu, sebab ia pernah mendjadl penilik majat hidup itu.
Maka sekarang, ia bisa menerangkan semua itu kepada Tjong Lioe beramai.
Sementara itu Tjoen Beng bertiga dapat keluar dari pintu air, mereka menghampirkan kaki tembok.
Selagi sinar api guram, mereka merajap bagaikan ular, mendekati lapangan kerdja, hendak menjaksikan penderitaan majat2 hidup itu.
Setiap majat hidup dibelenggu pada pergelangan tangannja.
Tjong Beng siap-sedia, disana ia menghadapi anggota terachir dari satu rombongan majat hidup jang melaluinja.
Ia melemparkan tambang bandringnja, membandring korban itu dan terus tarik ke podjok tembok.
Segera ia merusaki belengguan.
Selagi ia berbuat demikian, simajat hidup tjuma mengawasi, tidak ada aksi lainnja.
Tjong Beng bekerdja tjepat sekali, ia meloloskan kalung dan ampok2 kulit dari majat hidup itu.
Lantas ia buka pakaiannja sendiri dan memakai pakaian jang ia rampas itu.
Ia pun memakai rambut palsu.
Mukanja ia poles dengan sawang api maka dalam sekedjab sadja, ia telah menjamar sebagai majat hidup itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjoen Beng dan Hin Beng jang berdiam disatu podjok, bekerdja pula seperti Tjong Beng, hingga mereka djuga dilain saat sudah menjamar sebagai majat2 hidup itu.
Untungnja ketiga majat hidup diam sai dja, hingga perbuatan mereka tak dikej tahui oleh simandor.
Tidak lama kemudian, mereka mendengar kentongan jang kedua, tanda baliknja majat2 hidup kegudang mereka.
Tjong Beng telah masuk kegudang jang kedua.
Ia pertjaja, Tjoen Beng dan Hin Beng tentu telah memasuki gudang jang ketiga.
Ia merebahkan diri didekat pintu, dia memasang mata kesekitarnja.
Di sebelah kiri, daun djendela jang dua tumbak tingginja, sering2 terbuka.
Itulah djendela untuk lampu penjorot.
Ruang tetap sunji.
Dengan merajap Tjong Beng mendekati pintu, menghampirkan kedua mandor jang mendjaga gudang itu.
Ia dapat mendekati tanpa dua orang itu dapat mengetahuinja Setelah dekat ia segera dengan sebat sekali menublas perutnja mandor jang pertama dengan pefangnja, tanpa dia ini dapat berkutik lagi, fengan tangan jang lain, ia mentjekek mandor jang kedua, sewaktu dia ini kaget dan berontak, tahu2 lehernja telah tertikam pedang dan djiwanja pun melajang menjusul roh kawannja.
Tjong Beng menjusuti darah pada pedangnja, lantas ia lontjat ketembok kiri dengan ilmu "Pek-houw yoe tjhong" - "Tjetjak memain ditembok".
Sebentar sadja ia sudah sampai dlmulut djendela.
Ketika ia melongok kedalam, ia lihat dilain bagian ada dua pendjaga satu diantaranja lagi duduk ngelenggut, jang lainnja sedang mendjaga.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tanpa ajal, pemuda ini lontjat turun kedalam.
Belum sempat sipendjaga menjambar pedangnja, dia sudah didahulukan tikaman pedangnja sipemuda.
Pendjaga jang lagi tidur mondusin dengan kaget, dia lontjat bangun, menerdjang dengan tendangan.
Tjong Beng berkelit seraja sebelah tangannja menjambar kaki penjerangnja itu hingga dia rubuh dan mendjerit kesakitan Sesudah mana, dia ditjekek dan diantjam dengan udjung pedang.
"Ampun..."
Dia meratap.
"Djikaiau kau sajang djiwamu. buka pintu ini!"
Tjong Beng bentak seraja menggusurnja kepintu. Orang itu menundjuk kemedja.
"Di...di.... di..sini...."
Katanja.
Tjong Beng tidak melihat sesuatu apa maka ia menggusur orang tawanannja, kedekat medja dengan masih mentjekek keras.
Orang itu mengulur tangannja kemedja.
Njata medja itu berlapis dua, jang dibawah ada tulisannja jang merupakan rahasia untuk membuka pintu, tanda2 untuk lampu, dan rahasia berlindung dari serangan sendjata rahasia.
"Kau tidak dapat ampun!"
Kata Tjong Beng seraja pedangnja menikam kebebokong orang, hingga orangnja In Geng itu terus rubuh binasa.
Selagi men-duga2 kakaknja, Tjoen Beng, berhasil atau tidak, Tjong Beng memeriksa lebih djauh medja rahasia itu Untuk kegirangannja, ia mendapatkan selembar peta, jang menundjukkan djalan dari gudang kesatu kegudang ketiga.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Maka ia lantas memahamkan aturan2 membuka pintu.
Setelah itu, ia menarik tjantelan pintu dengan keras.
Atas ini.
disampmg, tembok lantas menggeser membuka sebuah lobang jang membawa ia kesebuah ruang, dlraana ada tangga batunja Dengan berani ia bertindak ditangga itu.
Kemudian dengan pedangnja, ia membabat djerudji, hingga dilain saat, ia sudah berada diluar ranggon pengawas.
Disini ia dapatkan sebuah djembatan, jang menghubungkan gudang ketiga.
Djaraknjn kedua gudang itu tjuma dua tumbak lebih.
Maka dengan tjepat Tjong Beng sampai digudang ketiga itu Ketika ia melongok kedalam gudang, ia terkedjut tidak terkira.
Ia lihat Tjoen Beng terkurung djerudji, dan Hin Beng separo tubuhnja terdjepit dimulut djendela.
Dan kedua mandor jang mendjaga gudang itu djusteru hendak mengerdjakan pesawat rahasia.
Dalam kagetnja, Tjong Beng ajun sebelah tangannja menimpuk pedangnja pada orang jang hendak kasi bekerdja pesawat rahasia itu.
Ia sendiri terus lontjat menerdjang mandor lainnja, jang hendak menjingkirkan diri.
Mandor itu hendak melintasi djembatan dan kabur kegudang pertama.
Tetapi ia gagal.
Tjong Beng bekap mulutnja, mentjegah dia mendjerit sambil terus menggusur dia masuk kedalam gudang ketiga itu.
"Saudara, baiknja kau keburu datang "
Seru Tjoen Beng dengan girang.
"Kita kepergok. hingga kita kena terdjebak"
Dengan sambil mengantjam simandor, Tjong Beng bikin Tjoen Beng lolos dari kurungan. Sesudah mana, mereka lantas menolong Hin Beng. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Sungguh berbahaja !"
Kata Hin Beng jang dapat bernapas lega. Tjong Beng hadjar simandor sampai pingsan, lalu dia meringkus dan meletakkan dipinggir tembok.
"Kita telah berhasil digudang kodua dan ketiga ini, kita mesti lekas bekerdja terlebih djauh!"
Hin Beng bilang.
"Baik kita mentjari Pan Kee dulu"
Tjong Beng kata.
"Apa mungkin benar dia berada....?"
Tjoen Beng setudju, maka mereka lantas mulai mentjari kesekitarnja.
Benar2 Pan Kee diketemukan disuatu podjok.
Rambutnja pandjang dan tak terurus, sampai sukar dikenalinja.
Tanpa ajal, TJoen Beng totok tiga-puluh enam djalan darah pada tubuhnja soetee itu (adik seperguruan).
Ilmu mana ia telah memperoleh dari Tjong Lioe.
Kemudian ia urut Pan Kee, akan achirnja menotok djuga pusat asabat, urat sjarafnja.
Pan Kee mendusi dengan tiba2 bagaikan seorang jang baru sadar dari mimpi.
Segera ia tampak Tjong Beng, sang soeheng (kakak seperguruan).
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia letih tetapi dengan lekas ia mulai dapat pulang kesegarannja.
"Kau telah dipermainkan Soe In Teng"
Kata Tjong Beng, jang membeber rahasianja In Geng.
"Kau makan obat ini."
Tjong Beng mengeluarkan sebutir pil dari dalam rambut palsunja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Obat itu membantu tambah kesegarannja Pan Kee jang tubuhnja memang kuat, hingga pulihlah semangatnja.
"Mari kita tjari kawan"
Mengadjak Tjong Beng.
Lalu, dibantu Tjoen Beng dan Hin Beng djuga Pan Kee, ia menolong semua majat2 hidup.
Kemudian kepada mereka itu ia berikan sekop dan patjul.
Waktu itu Ong In Liong bersama Beng Siang, Tjeng In dan Tjong Lioe, telah berada dikamar diatas pintu air, Lana bersendirian disebelah luar, sebagai pengawas.
Beng Siang beber petanja Tjian Leng, supaja semua kawan ingat baik segala rahasia, agar mereka masing2 dapat bekerdja sendiri.
Beng Siang menduga, kapan Tjong Beng sudah berhasil, tak sampai dua djam, pemuda itu bakal dapat mengetahui rahasianja semua pesawat atau perangkap didalam kota iblis itu.
Lalu Tjong Lioe diminta mengambil djalan dari atas tembok, memasuki pintu rahasia Jang menudju kedalam terowongan sambil memesan boleh menghadjar setiap musuh jang Hendak merintangi.
Beng Kong dan Beng Kiang dapat tugas untuk menjapu bersih musuh dan mendjaga disebelah luar.
Mereka dipesan, apabila mereka melihat tanda panah api, mereka mesti bekerdja sama Tjong Lioe, menjerbu djembatan gantung jang mendjurus kependjara.
Seng Tong bersama Boe Tjioe diminta pergi menjerbu ranggon tempat kediamannja Soe In Teng.
Setelah berhasil, mereka mesti melepas api, lalu kembali ber- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sama2 dengan jang lainnja menerdjang kebawah, kemarkas neraka dunia itu.
Achirnja Beng Siang menetapkan, dia sendiri bersama Ong In Liong, Tjeng In Loo-nie, Siam In dan Hoa Tjoe Hong, akan menerobos kemarkas pusat dari neraka dunia Itu.
Dengan demikian, ke-empatbelas orang mereka itu, sudah dapat tugasnja masing2.
Tjuma Beng Pioe dan Lina jang tidak turut serta, karena merekalah jang bertugas memantjing Soe In Teng berlalu dari neraka dunianja.
Pusat neraka dunia itu, adalah markas jang disebut Beng Siang.
Markas ini berada didalam tanah dan mempunjai hubungan kesegala pendjuru.
Dsitu ada terowongan untuk sesuatu tudjuan baik kepelbagai ruang maupun ketembok kurungan.
Kamar rahasia In Teng sendiri adalah ranggon undak ketiga.
Disini ada tangga rahasia untuk naik keatas dan pintu rahasia jang menembus kemarkas.
Tembok kurungan seperti sudah diketahui, ada beberapa ranggonnja sebagai pos2 pendjagaan, dimana orang2nja Soe In Teng mendjaga dari situ.
Gudang iblis letaknja dipodjok.
Disitu ada empat pendjara batu, dimana diatas setiap pendjara pun ada pengawasnja.
Tjong Lioe dan In Liong sudah kenal neraka dunia ini, maka walaupun pendjagaan kuat, mereka toh bisa mengadjak kawan2 mereka nelusup masuk sampai mereka bisa mempengaruhi Tjian Leng.
Dari siapa mereka dapat mengetahui adanja pelbagai rahasia dan alat2nja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Didalam pendjara ketjuali tudjuh bu-soe jang bertugas menilik setiap malam, ada lagi jang bertugas di-ruang dalam tanah djumlah mereka lebih dari seratus orang.
Biasanja mereka itu pada setiap satu djam, memberikan tanda rahasia satu sama lain.
Untuk ini ada pusatnja jang menghubungi mereka itu.
Tjian Leng Ijuma menanti tanda, ia tidak memberi isjarat ketjuali ada bahajn, maka berdiamnja ia sekian lama, tidak berarti apa2.
Tapi dari gedung ke-dua dan ke-tiga, setelah Tjong Beng berhasil, belum ada tanda apa2, maka pihak penghubung lantas beri tanda menanja dengan lampu penjorotnja.
Ia tidak dapat djawaban.
Ia tidak tjuriga, tjuma menduga mandor gudang alpa, maka ia tidak mengambil tindakan lain ketjuali mentjatat kealpaan itu.
Selang satu djam, penghubung itu masih tidak mendapat djawaban.
Benar digudang kedua kelihatan tjahaja api tapi itu bukan nja tanda.
Maka kali ini, penghubung itu menjampaikan laporan kepada pemimpinnja, siapa ada salah-satu tangan kanan Soe In Teng.
Pemimpin ini lantas menekan alat rahasia, sebentar sadja muntjui beberapa boesoe, jang mendjaga bahagian bawah.
Ia lantas perintah dua orang pergi melihat gudang kedua dan ketiga, dan seorang lagi pergi memperingati ketudjuh boesoe penilik, agar mereka itu menambah pendjagaan dlsemua pos pengawasan.
Dengan membekal sendjatanja, kedua boesoe Itu membawa lentera angin menudju kegudang dari pintu rahasia mereka menudju keterowongan.
Mereka baharu djalan belum lama disatu tikungan, berbareng dengan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
samberan angin, lentera mereka kena terserang suatu apa, lalu padam setjara tiba2.
"Eh, Teng, apa kau membawa korek api ?2 tanja jang djalan didepan. Orang itu tidak dapat djawaban hanja ia mendengar djentan jang disusul dengan rubuhnja kawan itu. Didalam kegelapan itu, ia tidnk dapat melihat suatu apa, tapi karena tjuriga, ia lantas menghunus sendjatanja dan bersilat tanpa tudjuan. Tiba2 ia merasa sakit pada lengannja, entah terkena apa, lalu disusul tikaman pada bahunja begitu sakit, sampai ia mesti melepaskan goloknja. Disaat Ia memutar tubuh hendak berlalu merasai ada orang mendjambret badjunja. Dia hendak berteriak, tetapi sebelum suaranja keluar, satu serangan keras pada kepalanja membuat ia rubuh pingsan. Itulah hasil pekerdjaannja Tjong Lioe, jang melihat datangnja dua boesoe itu. Mulnnja ia menimpuk lentera dengan dua potong piauw, jaitu piauw bidji buah angtjoh. Berbareng sama padamnja lentera itu, ia membandring orang jang pertama, hingga dia itu djatuh, terus ia bunuh. Menjusul mana ia menimpuk boesoe she Teng itu, jang ia hadjar kepalanja dengan batu sampai pingsan dan meringkusnja. Sang pemimpin jang melihat dua boesoe pergi tanpa warta isjaratnja mendjadi heran, lantas ia beri tanda rahasia, menanja kepelbagai pos pendjagaan - diantaranja pos Tjian Leng. Tjian Leng lantas kisiki Beng Siang tentang isjarat itu, suatu tanda bahwa pihak pusat sudah mengetahui adanja sesuatu kedjadian. Isjarat itu pun menitahkan memperkuat pendjagaan. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Djawablah bahwa disini tidak terdjadi suatu apa"
Beng Siang menitahkan.
Tjian Leng turut titah itu.
Nona Beng lihat, sang waktu sudah tak siang lagi, ia tjabut panah-apinja, ia pergi keranggon pendjagaan, disitu ia melepaskan panahnja.
Api kelihatan menjambar keudara, terlihat dari pelbagai pos didalam pendjara rahasia.
Sebagai susulan tanda api ini, suara riuh terdengar dari sana-sini.
Pintu besi dari gudang ke-dua dan ketiga terpentang dengan mendadak, dari situ menjerbu keluar dua-ratus mnjat hidup dengan masing2 membawa balok, sekop dan patjul.
Beberapa puluh orang pergi menjerbu gudang ke- satu, jang pintunja digempur dengan balok, jang lainnja mementjar dalam belasan rombongan, memandjat ke-pos2 pengawasan.
Ada djuga jang mentjoba gempur tembok hingga keadaan mendjadi katjau sekali.
Pemimpin pertama dan pembantunja, jang mewakilkan Soe In Teng, kaget menampak pemberontakan Itu.
Mereka lantas mengerahkan alat rahasia, menghudjani dengan anak panah.
Berbareng dengan mana, mereka djuga bikin meledak parit di pintu gudang nomor satu.
Belasan majat hidup terlempar rubuh.
Tanda bahaja meminta bantuan diberikan djuga supaja disebelah mereka jadi menumpas pemberontakan, ada djuga jang datang kepusat, memberi bantuan.
Ang Seng Tong dan Wan Boe Tjioe menjerbu kekantorannja Soe fn Teng.
Baharu mereka mendatangi boesoe jang mendjaga ranggon sudah lantas merintangi.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selagi pertempuran berlangsung dari atas ranggon djatuh djala besar, jang terus menungkrap kedua penjerbu itu.
Seng Tong kaget sekali.
Asai mereka kena terdjala pasti mereka habis daja.
Sedang ia berkuatir, dari ranggon pengawas menjambar satu sinar pesat bagaikan melesatnja bintang.
Begitu mengenai djala sinar itu bersuara dan berkobar.
Sedjenak sadja djala itu petjah terbakar.
Kapan Seng Tong berpaling keranggon pengawasan itu ia tampak Tjong Lioe disana.
Djadi kawan itu telah berhasil merampas ranggon itu dan dari sana menjerang dengan lioe-seng tan peluru peledaknja.
Maka setelah merdeka pula ia menjerang hebat si boesoe, jang menghalangi padanja malah dengan tjepat ia bisa membabat putus batang lehernja musuh itu.
Wan Boe Tjioe lantas membandring dengan bandringannja jang ia telah jakinkan selama ia berdiam di Ie San.
Setelah bondring itu menjambar diranggon pengawasan.
Seng Tong mendahulukan menjambarnja untuk dipakai melapai naik keatas, lalu disusul oleh Boe Tjioe, Ia putar enam-belas batang golok Tiauwyang Hoeitoo, akan melindungi diri dari serangan anak panah, jang me-njambar2 kearah mereka.
Dengan tjepat, dua orang ini mendekati ranggon undak ke-tiga, satu pendjaga mengajun goloknja untuk membabat tambang bandring.
Boe Tjioe lihat itu, ia mendahului menimpuk dengan pisau belatinja.
Maka dengan mengeluarkan djeritan hebat, musuh itu rubuh.
Begitu lekas bisa naik diranggon ketiga itu dua orang ini melabrak beberapa pendjaga lainnja.
Terutama Seng Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tong, ia mengumbar hoeitoonja.
Boe Tjioe sendiri lantas menjalakan api, membakar tirai dan lainnja.
Disebelah sana, Beng Kong dan Beng Kiang djuga berhasil dengan serbuan mereka, jang dilakukan setjara tiba2 sekali.
hingga pihak pendjaga2 terbokong, belum mereka sempat bersiap.
Setelah berhasil dengan usahanja, kedua saudara itu njelusup kembali kedalam kota.
Mereka pondjat tembok dimana Tjong Lioe asjik ber-siap2 akan menjerbu lebih djauh.
Diatas ranggon kota itu ada dua boesoe serta sedjumlah orang bawahannja.
Mereka berdua lagi menitahkan menudjukan tiga buah meriam mereka kearah majat2 hidup.
Djikalau kaum pemberontak itu kena ditembak, tjelakalah mereka.
Maka melihat itu, Tjong Lioe pentang pajung besinja.
Ia lontjat keluar dari tempat sembunjinja, dan menjerang pendjaga2 itu.
Ia berbasil segera merubuhkan beberapa serdadu.
Kedua boesoe jang bersendjatakan tumbak tjagak maslnga madju menerdjang Boe Tjioe, tapi mereka disambut setjara sangat hebat, malah untuk kagetnja mereka, tahu2 tombak mereka kena dihadjar patah.
Sebelum mereka sempat berpikir, mereka sendiri sudah kena diserang rubuh.
Setelah mematahkan perlawanan, Boe Tjioe menggempur rantai dari djembatan gantung.
Djembatan itu djatuh dengan menerbitkan suara hebat.
Dan sewaktu ada musuh jang datang menjerang si orang she Wan, dua saudara Beng lantas mendahulukan melabrak mereka.
Dibawah dalam penjerbuan kegudang nomor satu, Tjoen Beng dan Tjong Beng menjaksikan peledakan parit, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Jjang mominta korban. Mereka sendiri sjukur keburu lontjat mundur, djika tidak, mereka pun mendjadi salah satu korban. Dan atas tembok terus menghudjam dengan anak panah, hingga lagi sedjumlah majat hidup terbinasa.
"Lekas berlindung !"
Tjong Beng berteriak, mentjegah pengorbanan lebih banjak.
Lima boesoe segera muntjul bersama satu barisannja.
Mereka menjerang dengan hebat menindas pemberontakan itu.
Akan tetapi belum lagi mereka berhasil, dari atas tembok datang tembakan meriam, jang membikin mereka berlima rubuh binasa beserta orangmereka.
Malah djala perangkap, jang dikasi turun turut tertembak hantjur djuga.
Menampak demikian, dua saudara Ong kembali menjerukan barisan majat hidupnja menjerbu lebih djauh.
Masih ada majat2 hidup, jang belum sadar sempurna.
Mereka itu menjerang lebih hebat daripada rekan2nja.
Tjong Lioe telah menguasai tiga meriam, dengan itu ia bisa merdeka menembak setiap rombongan musuh jang muntjul menindas majat2 hidup.
Sewaktu ia melihat pintu gudang nomor satu belum terbongkar djuga.
Ia menitahkan dua saudara Beng membantu ia menembak pintu pendjara2 itu.
Kali Ini mereka berhasil menggempur pintu itu.
Pan Kee telah menjerbu kedalam gudang nomor satu itu, tidak lama ia telah keluar pula sambl tangannja menengteng dua kepalanja si mandor.
Dibelakangnja turut seratus majat hidup jang belum sempat disadarkan, karena mana mereka menerdjang keluar dengan menelad tindak- tanduknja Pan Kee seorang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Penjerangan kaum pemberontak Iini dilakukan kepelbagai djurusan dimana ada orang2nja Soe In Teng, hingga pertempuran herlangsung terus.
Pihak jeng satu menerdjang, pihak jang lain melawan, menumpas pemberontakan itu.
Dipihak rombongan Ong In Liong, jang bergerak mengikuti tanda panah-api dari Beng Siang.
Tjian Leng adalah jang membuka djalan.
Mereka senantiasa menjingkir dari antjaman bahaja, tapi kalau mesti menerdjnng pintu besi, In Liong adalah jang mengandalkan pedangnja jang tadjam.
Tjeng In selalu mendampingi si peundjuk djalan, dengan tongkatnja ia menghalau setiap serangan gandewa dan lainnja.
Dengan tjepat mereka sudah sampai dimuka pintu kamar dalam tanah, jang pintunja berlapis besi.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tjeng In Loo-nie menghadjar daun pintu dengan tongkatnja.
Pintu itu tidak bergerak.
Maka Thian Tie Koay- Hiap menggantikannja.
Dengan sabetan pedangnja disusul sama dupakan keras.
Kali ini daun pintu dapat dibikin mendjeblak.
Pendjaga pintu ada empat boesoe serta beberapa puluh orangnja, mereka itu kaget tetapi mereka madju menerdjang.
Tjeng In sendirian melajani ke-empat boesoe, jang ia desak hebat Perlawanan pihak pendjaga dilakukan djuga dengan anak2 panah jang dilepaskan dari tempata mengintai.
Siang-kiam-hong Beng Siang murka, ia lontjat naik keatas, menerdjang setiap pemanah gelap itu, mematahkan perlawanan mereka.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Wan Siam In dan Hoa Tjoe Hong menerobos masuk kedalam kamar.
Ada dua boesoe inng lagi menjiapkan asap beratjun, mereka hendak menggunakan asap itu, supaja mereka semua mati bersama.
Tetapi Siam In merangsak mereka dengan hebat hingga mereka dapat dirubuhkan.
Ong In Liong melabrak setiap musuh.
Achirnja ia membuat musuh djeri dan sisanja kabur semua.
Tidak terketjuali keempat boesoe itu.
Tetapi empat boesoe ini tidak dapat meloloskan diri.
Tahu2 djalan mundur mereka terpegat Seng Tong dan Wan Boe Tjioe.
Dengan antjaman golok-terbangnja, si orang she Ang membikin mereka ketakutan dan berteriak.
"Ampun !"
Ong In Liong memang tak Ingin membunuh kalau tak terpaksa.
"Siapa menjerah dia dapat ampun !"
Dia berteriak. Inilah sematjam pengampunan umum. Lantas semua orang2nja Soe In Teng meletakkan sendjata mereka dan bertekuk lutut.
"Kamu semua berdiri dipinggir !"
Menitah In Liong, Jang segera menghitung djumlah mereka.
Semua berdjumlah tudjuh-puluh lebih termasuk djuga jang terluka.
Seng Tong lantas mengawasi mereka itu.
Melihat sepak-terdjangnja sudah berhasil, Beng Siang melepaskan sebatang panah-bersuara, jang mengaung keudara.
Waktu suara panah tu terdengar oleh kawan2nja diluar, mereka ini menjambul dengan tampik-sorak mereka jang riuh-rendah.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ong In Liong dan Beng Siang lantas bertindak lebih djauh.
Mereka lontjat naik keatas lauwteng kota, menitahkan supaja Tjong Lioe bersama Beng Kong, Beng Kiang dan Wan Boe Tjioe pergi keluar, menjambut Lana, guna menjapu semua pengawas diluar itu.
Hoa Tjoe Hong diperintah menjiapkan semua perahu kulit kambing.
Ong Tjoen Beng dapat titah bersama Pan Kee membawa kembali semua majat hidup kegudang mereka.
Untuk mentjegah mereka menerbitkan kekalutan tanpa perlunja.
Inilah untuk sementara, sampai nanti mereka sudah sadar sepenuhnja.
Tan Hin Beng diperbantukan kepada Tjoen Beng.
Tjeng In Loo-nie diminta mengadjak Tjong Beng, dengan Tjian Leng sebagai pengantar, memeriksa semua gudang uang, rangsum dan pakaian.
Harta berharga dari In Teng djuga diperiksa sekalian.
Semua itu akan dibagi kepada semua majat hidup apabila sudah datang waktunja untuk membubarkan mereka.
Semua petugas itu dapat tempo seten sah djam.
Siam In diperintah pergi mengadjak Seng Tong, menggiring semua musuh ke tanah-lapang.
Menjaksikan semua pengaturan itu, semua orang mengagumi Beng Siang.
Nona ini, walaupun ia berada bersama In Liong, adalah jang memberi titah2 itu.
Dilain pihak telah ditaati oleh semua kaumnja.
Sebentar kemudian, sesudah Seng Tong selesai dengan tugasnja, Beng Siang memeriksa semua musuh, dari mana ia memilih sepuluh orang, untuk dititahkan memadamkan api.
Seng Tong dapat tugas mengepalai mereka itu.
Semua Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tawanan2 lainnja dirantai kakinja, lantas diberi tempat, supaja mereka tidak mengatjau.
Tjong Beng bersama Siam In dapat kewadjiban menilik mereka semua.
Sebentar kemudian Tjong Lioe datangi dengan laporan, bahwa semua musuh diluar sudah kabur atau tertindas, maka Beng Siang lantas menitahkan kedua kakaknja pergi mendjaga dijembatan gantung.
Beng Siang kemudian mengadjak In Liong, Tjong Lioe dan Boe Tjioe mendatangi semua majat hidup dari gudang kesatu, untuk In Liong dan Tjong Lioe menolong totok mereka akan memulihkan kesadaran dan tenaga mereka.
Dan majat2 hidup jang telah ditolongi Tjong Beng, sudah mulai bisa bekerdja.
Setelah ditotok semua majat hidup itu diberi obat.
Nampaknja gampang sekali penjerbuan keneraka dunia itu, jang tangguh dan terdjaga kuat.
Semua itu adalah karena djasa Beng Siang, jang mengatur rentjana.
Terutama bahagian dipantjingnja Soe In Teng keluar dari sarangnja itu.
Kegampangan lain adalah mudahnja Tjian Leng dipengaruhi, hingga boesoe ini suka membuka rahasia dan turut membantu.
Jang tidak beruntung adalah korban diantara majat hidup tiga-puluh orang lebih.
Sampai sore lagi, baharu In Liong dan Tjong Lioe dapat menolong semua orang dan Tjong Beng mentjatat nama2 mereka.
Diantara siapa terdapat Hoei-thian Sintjhioe Liok Leng dan Tiat-piepee Kie dari liek San Pat Tjoei.
Semua majat hidup adalah kaum pentjinta negara.
Mereka telah dikasi pakaian dan bubur supaja mereka dapat makan tjukup.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sebaliknja semua orang tawanan di jebloskan ke dalam gudang.
Masih Beng Slang menitahkan Tjoen Beng bersama Boe Tjioe.
Seng Teng, Beng Kong, Tan Hin Beng, pergi menjerbu kuil Kam Tjoe Sie.
Tugas mereka ialah nmerampas, dan Tjong Beng bersama Siam In dan Beng Kian jang menjambat, untuk membakar habis kuil itu.
Mereka dimestikan kembali sebelum fadjar menjingsing.
Dari tiga ratus majat hidup, mereka jang terluka dan sakit, sudah lantas di kirim ke kampung nelajan untuk dirawat selandjutnya.
Hoa Tjoe Hong dan Lina diperintah mengatar mereka itu.
Mereka jang sehat dlpetjah dalam beberapa rombongan, untuk melakukan pendjagaan diluar dan dalam.
Tjeng In mengepalai pemusnaan pada semua alat rahasia, jang mereka tidak sudi menggunakan.
Mereka repot dan memerlukan waktu sampai dua hari.
Beng Siang sendiri, sesudah datang laporan Kam Tjoe Sie telah dibakar, bahwa separo pendeta2nja lelah kabur, lalu mengadakan perdamaian untuk nanti melajani Soe Teng In andaikata pemimpin neraka dunia itu datang.
XXII Soe In Teng berangkat ke Ya Kek San bersama dua boesoe, ia merasa bertetap hati karena lebih dulu daripada itu, ia sudah memberitahukan tjongpeng dari Tsitsihar untuk menjrrbu dan menawan semua pemberontak Ya Kek San dan Beng Pioe kakak-beradik.
Iapun telah menjuruh orang lain menguntit mereka berdua itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ya Kek San terletak dt timur-utara telag a Pwee-djie kira2 empat-ratus lie lebih.
Diselatannja dekat dengan Houloen, diutaranja dengan Sohloen.
Itulah gunung disebelah barat gunung Hin An Nia (Hsingan).
Baharu djalan satu hari, In Teng sudah ketemu idengan dua orangnja jang mengintai Beng Pioe kakak beradik.
Mereka ini sambil berlutut mengaku sudah kena dipedajai oleh kakak beradik itu "Andjing2 tak berguna !"
Bentak Soe In Teng dengan gusar.
"Tjara bagaimana kamu dapat diakali?"
"Ketika kita menguntit sampai dldekat Ya Kek San, hari sudah mulai petang,"
Kata seorang.
"mereka turun dari kuda mereka, rupanja si nona niat buang air. Tidak lama kedua penunggang kuda keluar dari tempat lebat. Kita lantas menjusul. Waktu itu remang2 Kemudian kedua penunggang kuda berhenti ditepi djalan. Sewaktu kita menghampirkan sampai dekat, baharu kita melihat tegas, bahwa penunggangnja bukan manusia, hanja dua anak2an terbuat dari rumput diberi pakaian dan kopia mereka itu. Pantas kedua kuda dapat lari keras sekali. Mengetahui kita telah terpedaja, kita kembali ketempat lebat tadi, tetapi dua orang itu sudah lenjap."
In Teng mendongkol bukan main.
"Mari!"
Ia mengadjak, akan kabur ke arah Ya Kek San.
Mereka ini sampai dimulut gunung dimana tenternnja tjongpeng dari Tsilsihar sudah bersanggerah bersama llma- ratus serdadunja, sedang digunung belakang ada barisannja sioepie dan Sohloen.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjongpeng Sat Haptouw ketemui In Teng, memberitahukan bahwa ia telah mengurung gunung sedjak tengah hari. Bahwa Selama itu belum pernah ia melihat orang berlalu dari gunung itu.
"Mari kita periksa !"
Mengadjak Soe In Teng.
Maka seribu lebih serdadu dari pasukan berkuda lantas bergerak, In Teng menggunai ilmu mengentengi tubuh dan madju dimuka.
Sesampainja mereka diatas, pasanggerahan sudah kosong, malah pintu pasanggerahan dan ranggon telah dibakar habis.
Melihat bekas2 itu, ternjata orang sudah berlalu sedjak beberapa hari jang lalu.
"Tjoba periksa lebih djauh !"
In Teng penasaran. Malah ia menitah membakar hutan. Hasilnja tetap kosong belaka, tjuma binatang2 hutan jang lari seratutan.
"Ah, aku tertipu!"
Seru In Teng achirnja dalam hati.
"Mesti ada terdjadi apa2 didanau Pweedjie."
Oleh karena hatinja sangat tidak tenteram, bersama kedua boesoe, In Teng kabur pulang.
Mereka sampai menukar kuda disetiap pos.
Dihari kedua, belum tengah- hari, mereka telah sampai ditanah datar gili sungai Hapdjiehap.
Dikedjauhan kuil Kam Tjoo Sie mulai berpeta.
Kemudian sewaktu mereka mulai melihat njata, mereka kaget tidak terkira api telah memusnakan kuil jang besar.
Asap masih mengepul, baunja sangit.
Disitu tidak ada Tjian Gay dan orang2nja.
Rupanja kuil terbakar, atau dibakar kemarinnja.
Ia menduga kepada perbuatannja Thian Tie Koay-Hiap.
Terpaksa ia kabur pula, menudju ke danau Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pweedjle, ditepi mani ia sampai sela' air pasang.
Ketika itu adalah hari2 perin laan musim panas.
Selagi mengawasi kearah kota iblis, tiba2 In Teng melihat seorang muntjul diantara pohon gelaga jang lebat.
Dia terus berlutut didepan kuda tunggang ketua ini, jang telah menghunus pedangnja, untuk bersiap sampai ia mengenali orang itu adalah Tjian Leng pendjaga pintu airnja.
Tetapi penjaga ini pakaianna robek disana-sini dan berlepotan darah.
Orang pun berlutut sambil menangis.
"Kenapa kau ada disini?"
Tanja In Te dalam kagetnja "Kenapa kota kita? lekas bitjara!"
Tjian Leng menangis lagi, tetapi ia dapat bertjerita.
"Dua hari sedjak Tjongya berangkat serombongan orang datang menjerbu,"
Demikian penuturannja "Mereka semua gagah, mereka bikin kita tidak berdaja.
Diantara kita ada jang terbinasa, terluka dan tertawan.
Ketika mereka mendesak sampai dipintu air, karena tidak berdaja aku menjingkir.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sjukur aku masih dapat meloloskan diri...."
Pusing kepalanja In Teng, ia menggigil sendirinja, bagaikan digujur dengan air dingin.
"Apakah kau bitjara benar, Tjian Leng?"
Ia menegaskan kemudian "Apakah benar empat-belas boesoe kiriman Sri BaRtnda demikian tidak punja guna ?"
"Aku omong dari hal jang benar, Tjongya "
Tjian Leng manggut2.
"Dari semua boesoe2 itu, separo telah terbinasa. Semua gudang telah digempur dan majat2 hidup sudah merdeka semuanja."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kembali In Teng berenam, ia tak dapat bitjara karena mendongkol dan bingung. Kedua boesoe pun melongoh sadja.
"Taydjin... mari kita pulang dulu kekota,"
Kemudian mereka itu mengadjak. In Teng turun dari kudanja ia minum air baharu setelah ini, ia dapat menenangkan diri ia merobek sepotong udjung badjunja dan dia tjap itu dengan tjap kemalanja.
"Bawa Ini kepada Sioepie Siang Kong Tek di Sohloen."
Ia menitahkan salah satu boesoe "Minta ia segera membawa pasukan, jang mesti sampai disini dalam waktu dua hari"
Boesoe itu menerima perintah.
"Tjian Leng bisakah kau mentjari getek ketjll?"
In Teng tanja pembantunja.
"Aku telah mentjuri sebuah perahu kulit, dengan itulah aku bisa meloloskan diri "
Tjian Leng djawab.
Ia lantas mengerobok diair akan menghampirkan pepohonan gelaga.
Dari dalam mana ia menjeret keluar perahu kulitnja.
Tanpa ajal lagi In Teng turun dari kudanja.
dan lontjat keperahu kulit itu.
Boesoe pengikutnja turut ia naik keperahu itu, jang Tjian Leng lantas menolak dari pinggiran digaju ketengah danau.
In Teng memandang kekota iblisnja, ia dapatkan keadaan sunji sadja.
Djembatan gantungnja dikasi turun, isjarat apa2 tidak ada, maka maulah ia pertjaja, Tjian Leng tidak mendjustakannja.
Ia menjesal dan mendongkol, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pikirannja seperti orang sedang melamun. Selama itu ia tak tahu kemana Tjian Leng telah menggaju perahu kulitnja sampai tahu ia heran, perahu itu lelah sampai ditempat jang dangkal.
"Eh.... kenapa kau menudju kemari ?"
Tanjanja.
"Air pasang, tjongya."
Sahut Tjian Leng "Tapi djangan datang kemari, disini ada pasir embal!"
In Teng bilang. Djusteru itu, Tjian Leng ngusruk tertjebur keair. Ia seperti telah bikin terlepas penggajunja dan hendak menjambar itu.
"Tjongya, tolong ! "
Ia pun mendjerit. Ia tjuma bersuara dua kali, lalu ia tenggelam.
"Aneh..."
Pikir In Teng Ia, tak mengerti mengapa, tidak keruan-ruan pembantunja itu ketjebur.
Tanpa tukang kemudinja.
perahu kulil itu lantas sadja berputar arah.
Tiba2 In Teng tampak selembar dadung membudjur dari arab tembok kelain tepi.
Tempat dimana ia berada adalah bahagian danau jang sempit djadi dadung itu bisa dilintangi melewati air ia segera kenali, itulah dadung eretan udara, atau dadung djembatan, jang biasa dipakai oleh orang2 gunung di Soe-tjoan menjeberangi djurang kalau seorang duduk didalam sebuah kerandjang, kerandjang itu dengan njelosor bisa membawa ia kelain djurusan ia pun lihat tingginja dadung tjuma setumbak lebih, asal ia melontjat agak tinggi dapatlah ia merdjambretnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kembali In Teng memandang kesekitarnja, sampai ia melihat sebuah getek srdang mendatangi.
Getek itu berada dibshagian air jang dangkal, ia mengawasi sampai ia melihat seorang dialas getek itu.
Orang mana dandan sebagai seorang sasterawan.
Ia pun segera kenali orang Ku adalah Ooy-bin Koay Kek Tjong Lioe jang telah berpisah banjak tahun daripadanja.
"Saudara Houho disana ?"
Ia lantas monegor walaupun ia merasa heran.
"Ja, toako "
Ada penjahutan dari Houho Hotek.
Waktu itu mendadak In Teng merasai perahu kulitnja bergerak.
Waktu ia menoleh kepada boesoe pengiringnja, ia dapatkan boesoe ini djusteru djayuh tertjebur keair.
Disamping si boesoe muntju kepala seseorang ialah Tjian Leng.
"Setan!"
Bentak tjongya ini dalam murkanja jang tak terhingga Dengan pedangnja, ia menikam mata orang.
Tapi Tjian Leng berkelit dengan menjolulup menjusul mana seorang lain muntjul menggantikan dia.
Orang ini berumur lima-puluh lebih, karena ia lantas bangun berdiri kelihatan djelas ia bertubuh besar dan tinggi.
Gerak- geriknja sangat gesit dengan satu gerakan sadja, ia telah mentjelat naik keperahu kulit, untuk dengan podangnja menghalangi ketua neraka dunia itu.
Tjian Leng muntjul pula bersama si boe soe jang ia terus bawa berenang menghampirkan geteknja Tjong Lioe hingga sasterawan itu bisa membantu ia mengangkat naik orang2 tawanan itu, jang sudah seyengah mati.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selagi melajani orang berkelahi, In Teng masih sempat menoleh pada Houho.
"Djie tee apakah kau djuga memusuhkan aku ?"
Tegor ia. Tjong Lioe tertawa.
"Aku tidak membantu pada pihak mana pun djuga,"
Sahutnja.
"Apakah tak boleh aku menonton kamu dua saudara bertempur satu dengan lain ?"
In Teng terkedjut.
"Mungkinkah dia ini Thian Tie KoayHiap adanja ?"
Pikirnja.
"Tjong Lioe toh bilang, aku berkelahi dengan saudara sendiri"
Pihak lain sudah menjerang seru, dengan ilmu silat kaum Tiang Pek Pay.
Tjoba lawan bukannja Tiat-ma Sinkang, dia pasti sudah tak sanggup melajaninja Sebagai ahli dari Heng-Liong Go-Houw Pay dan dengan pedang dari Ngo Bie Pay.
In Teng bisa melawan dengan baik.
Pedangnja pun tak usah kalah dengan pedang Tjeng- hongkiam dari Ong In Liong, ialah orang jang muntjul dari dalam telaga itu.
Diam2 Tjong Lioe kagum dan merasa sajang menampak ilmu silatnja orang she Soe itu jang mentjoba mendesak Thian Tie Koay-iiiap.
Sambil bertempur.
In Teng pun berpikir.
"Memang aku tahu aku mompunjai satu saudara kandung seibu bernama Ong In Liong jang untuk banjak tahun aku tak tahu dimana boradanja. Apabila lawanku ini Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
benar dia adanja, dia pasti Thian Tie Koay-Hiap atau sebaliknja"
Memang tidak ada orang Kwan-gwa jang tidak tahu Thian Tie Koay-Hiap, tapi nama benarnja tjuma beberapa djago silat jang berdekatan sadja tahu dia adalah Ong In Liong.
Malah Beng-sie Sam Eng sendiri membutuhkan penjelidikan sekian lama, baharu mereka ketahui siapa sebenarnja Thian Tie Koay-Hiap itu.
"Tahan dulu "
Dia berseru, setelah mentjoba memutar pedangnja akan putar djuga pedang lawan, hingga keduanja mundur sendirinja.
"Adakah kau Ong In Liong?"
Orang itu mementang kedua malanjal jang tjeli "Memang aku Ong In Liong, ialah kakakmu !"
Sahutnja dengan keren.
"Sudah sememijak beberapa puluh tahun, dimatamu tidak ada kakakmu ini ! Benarkah baharu sekarang sadja kau mengenal aku?"
"Bagaimana dapat aku tidak memikirkan kau ?"
Sahut In Teng dengan pelahan.
"Tjuma suasana jang membikin tak dapat aku segera mengenalimu...."
"Angin busuk!"
In Liong berseru.
"Ketika dulu kau mulai turun gunung, guru mu Seng Siauw Toodjin, telah pesan kau untuk pergi ke Thian Tie menemui aku. Akan tetapi kau djusteru telah pergi ke Inlam dimana kau telah bikin tjelaka saudaramu seperguruan Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng ! Sekarang tak usah kau banjak omong ! Kau mesti menjerah, manda kasi dirimu dlbelenggu, baharu kau adalah saudaraku!"
Teguran Ini disusul dengan tikaman "Peh tjoa touw sin" - "Ular putih muntahkan bisa."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In Teng sedang masgul, mendongkol dan heran, mana dapat dia dinasehatkan dengan tegoran sematjam itu. Maka sambil menangkis, ia mendjawab.
"Aku lakukan tugasku sendiri, ada sangkutannja apa denganmu? Kenapa kau berdengki untuk kedudukanku jang tinggi dan mulia ini, hingga kau membantu pihak luar menghina aku ? Kau harus ketahui, pedangku dari Ngo Bie San ini tidak kenal kau sebagai saudaraku!"
Dan ia lantas balas menjerang, merangsek setjara hebat dan telangas.
Tjong Lioe tetap menonton, ia sudah bilang tidak akan membantu salah satu pihak, maka hatinja gelisah djuga melihat Thian Tie Koay-Hiap didesak setjara demikian.
Tapi djuga In Teng, beberapa kali tak menggunakan ketikanja jang baik, untuk menikam atau membabat kakak sekandung itu.
Didesak setjara demikian, tiba2 Thian Tie Koay-Hiap berseru, membarangi melesatnja tubuhnja ia lontjat menjambar dadung djembatan, setelah mana dengan mendjumpalitkan tubuh sedjenak sadjn, ia sudah berdiri diatas dadung itu.
Ia tidak lari.
Itulah ilmu lontjat istimewa dari Tiang Pek Pay.
In Teng tidak mau hundjuk kelemahan, in djtiga mengapungkan diri mendjambret dadung, hingga dilain saat, setelah tekuk tubuhnja, ia pun dapat berdiri diatas dadung seperti kakaknja ttu.
Kembali mereka saling serang-menjerang diatas dadung itu, hingga mereka nirip dengan orang2 jang bertempur Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
diatas pelalok2 Bwee-hoa-tjhung.
Siapa terpeleset dia mesti rubuh.
TJong Lioe kagum dan berkuatir akan menjaksikan tjara bertempur itu.
Selagi pertempuran berlangsung terus, ada seorang lain iang mendatangi kearah mereka.
Apabila Soe In Teng telah dapat melihatnja, ia lihat satu nikeuw tua jang tangannja menjekal sepotong tongkat besi.
"Tjeng In Soe-thay kau hadjarlah ini machluk berhati srigala berpeparu andjing supaja dia ketjebur kedalam danau!"
Ong In Liong berseru kepada pendeta wanita itu. Bertjekat hatinja In Teng mendengar namanja niekouw tua itu. Ia tahu ketua dari Tjeng Liong Hwee ang iiehay, jang tak ada seorang kang-ouw berani memandang enteng. Tapi ia tidak takut.
"Kamu, sekawanan srigala dan andjing!"
Dia berseru.
"apakah kamu menjangka aku Soe In Teng djerl kepada kamu semua? Hmmmm..."
Tjeng ln pentang lebar kedua matanja mendengar suara terkebur itu.
"Sauaara Ong, kau berhenti dulu!"
Katanja kepada In Liong.
"Kau biarkan aku jang bereskan ini andjing tak berbudi!"
Kata2 itu memDangkitkan hawa-amarah In Teng, tapi ini djusteru adalah kehendaknja In liong dan Tjeng In, jang memang telah merentjanakannja memantjing orang she Soe Itu mendatangi tempat tanah embel. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In Liong mundur, tetapi ia tidak angkat kaki Tjeng In sebaliknja sudah lantas menghadapi In Teng, untuk memulai pertempuran.
Orang she Soe ini, dalam murkanja sudah menghampirkan si niekouw tua, jang ia niat berikan hadjaran.
Selagi ia bertindak, mendadak ia tampak berkelebatnja dua sinar kearah dadung.
Sebagai kesudahannja, dadung itu terbabat kutung.
Itulah dua buah golok-terbang.
Tidak ampun, tjongya dari neraka dunia itu djaluh tertjebur kedalam danau.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tjeng In Loo-nie dan Thian Tie KoayHiap turut tertjebur djuga, akan tetapi mereka tertjebur dilain bahagian, sebab ketika itu, mereka terpisah dari In Teng kira dua tumbak lebih.
Mereka bukan berada dialas tanah embal air telaga pun tjetek, tak ada sependirian orang sedang dilain pihak, sebuah perahu sudab lantas muntjul dari dalam hutan gelaga, untuk menjambut mereka, guna diangkut ketepian.
Aaalah In Teng, jang ketjebur diembal sekali.
Ia terpendam tak ada sete.ngah kaki, tapi setiap kali ia mengerahkan tenaganja, setiap kali djuga ia terpendam semakin dalam Waktu itu Tjong Lioe telah menjuruh Tjian Leng menolak geteknja ketengah telaga.
Ia sendiri dengan menggondol kantong dibebokongnja lontjat ketelaga, dibagian embal.
Saban2 ia melemparkan sepotong papan jang ia bekal buat indjakan.
Diantara kawannja, hanja ia berdua Tjoen Beng jang bisa djalan diembal setjara demikian, karena, mereka telah mejakinkan Pat-pou Kan-siam dengan sempurna.
In Teng lihat Tjong Lioe, sambil mengangkat kedua tangannja, ia berseru.
"Djietee ! tolong! aku !"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Aku menjesal toako! "Tjong Lioe djawab, wadjahnja ber-sungguh2.
"Ketika dulu aku menolongi kau, aku telah ditjatji kaum Rimba Persilatan, aku telah ditegor kenapa aku menolongi seorang jang tak berbudi dan tukang mentjelakai sesama manusia ! Maka kali ini, mukaku tak setebal dulu lagi akan menerima pula tjatjian umum "
In Teng habis daja, ia bergelisah. Ia telah terpendam semakin dalam, mulut dan hidungnja mulai terkena air. Tanpa merasa, air matanja mengembeng. Nampaknja Tjong Lioe tergerak djuga hatinja.
"Baiklah, karena kita bersaudara, tak tega aku menjaksikan kematianmu"
Kata dia.
"Mustahil kau tidak berniat memesan sesuatu ? Nanti aku hindarkan sedikit padamu, asal kau lekas2 bitjara, supaja kau dapat melepaskan napasmu dengan meram...."
In Teng tidak mendjawab, ia pun menghadapi saat kematiannja.
Tjong Lioe lantas melemparkan tali bung bandrlngnja pada batang leer Soe In Teng setelah mana, ia menarik dengan pe-lahan2.
In Teng pegang tambang itu, tubuhnja mulai tertarik naik.
Ia ingin merabet segera, supaja ia bebas dari lumpur jan berbahaja itu.
Tjong Lioe bisa menduga hati orang.
"Manusia litjin!"
Ia membentak.
"Djangan harap kau bisa gampang2 ,meloloska diri! Djikalau kau tetap memegangi tambang, djangan kau menjesalkan aku, djika aku membiarkan kau disitu". Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Benar2 ia melepaskan tjekalannja. hingga tambang terpendam dialr. Maka, tanpa ada jang menarik, In Teng kembali terpendam pula.
"Djietee, djangan lepas!"
Ia berseru. Mengertilah ia sekarang, tak dapat ia main gila.
"Aku tidak akan pegang tambang pula. Bilang apa jang kau kehendaki, pasti aku akan menurut...."
Ia benar2 melepaskan tangannja. Tjong Lioe menarik pula, hingga orang tak djadi tenggelam. Waktu itu, In Liong dan Tjeng In mendatangi dengan getek balok. Tjong Lioe lantas lontjat naik keatas geteknja kawan itu.
"Toako, disini telah datang kakakmu, maka kau dengarlah apa katanja,"
Kata Houho Hotek kemudian.
"Kau dengarkan putusannja."
Tetapi In Liong masih gusar.
"Too-heng, buat apa kau menolongi dia?"
Ia tanja Tjong Lioe.
"Dia ada satu manusia tidak berbudi, kalau dia ditolongi, nanti dia bunuh padamu ! Baik antap sadja dia mati terpendam."
"Kau dengar bukan, toako ?"
TJong Lioe bilang.
"Sampaipun saudaramu sendiri tidak ingin menolongi kau! Bagaimana sekarang"
In Teng meringis. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Koko, aku tahu salahku!"
Kata dia.
"Aku minta, dengan mengingat tulang dan daging kita jang sama, kaii ini kau mengampuni aku "
La mengangkat naik kedua tangannja, untuk memberi hormat. TJong Lioe kuatir orang membetot tambang, ia meletakkannja pula.
"binatang, baru sekarang kau kenal kokomu!"
Thian Tie membentak.
"Tadi toh kau masih berniat merampas djiwaku. Tidak, tidak nanti aku kena kau pedajakan. Kau telah bikin tak sedikit kedjahatan ! Kau telah membuat gurumu, Seng Siauw Toodjin, mati karena djengkel. Kau djuga telah bunuh saudara2mu seperguruan ! Kenapa kau bokong Leng Khong Tiangloo dengan pukulan Tjoan- intjiangmu? Kenapa kau kesudian mendjadi kuku garudanja Mo Ong, si Radja Iblis ? Umpama kau anakku, hari ini mesti aku bunuh padamu, supaja dapat aku membuat perhitungan terhadap kaum Rimba Persilatan"
Tergedor liangsimnja In Teng, hingga ia menangis.
"Koko, sekarang aku telah menjesal sekali"
Meratap ia.
"Aku minta kamu melupai segala perbuatanku jang dulu Sekarang, asal djiwaku tertolong, aku nanti menjembunjikan diri ditanah pegunungan, tak nanti aku muntjul pula. Tolongi aku.... koko...."
In Liong berpaling pada Tjeng In, ia seperti meminta putusan.
"Pinnie tidak dapat mempertjajai kau"
Berkata pendeta ini sambil ia menuding dengan tongkatnja.
"Aku baharu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mau pertjaja kau, sesudah kau bikin tjatjad tubuhmu, hingga tak dapat kau mengguakan lagi ilmu silatmu"
In Teng berpikir keras. Njata ia takut mati, masih ia menjajangi djiwanja.
"Aku bersedia menurut, asal aku ditolong"
Ia djawab. ia manggut2. Mendengar itu, Tjong Lioe kata pada kawan2nja.
"Toako ini kepandaian silatnja tak ada tandingan, djika ia dibikin tjatjad, sajang sekali, maka itu, baiklah diatur tjara begini sadja. Aku mempunjai serupa obat, siapa makan itu, ia bakal mati dalam tempo satu tahun, akan tetapi obat berbahaja itu masih ada obat pemuanahnja, asal obat ini dapat dimakan pada waktunja jang tepat dia bisa ketolongan dari bahaja maut. Tjuma kendati demikian, ratjunnja obat itu tak lenjap. Maka, supaja ia bisa hidup terus, setiap tahun dia harus makan obat pemunah itu dengan tentu. Obat itu pada mulanja Hek San Pat-Tjoen dapat membelinja dari orang Rusia. Tadinja dipakai untuk pengangkatan sumpah persaudarjan, untuk mentjegah salah satu anggauta jang sesat. Karenanja, untuk membikin tetap hati kita semua, baik disuruh toako ini minum obat itu."
Tjeng In setudju.
"Begitu pun baik"
Katanja.
"Kau dengar tidak ?"
In Liong segera lanja adiknja.
"Kau suka atau tidak makan obat itu ? Kita tidak hendak memaksanja. Kau mesti segera ambil putusan, djangan kau memperpandjang waktu dengan apa kau mengharap nanti ada orang datang menolongmu."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In Teng terpaksa memberikan persetudjuannja. Tjong Lioe lantas mengeluarkan satu botol ketjil dari dalam sakunja diraana berisi barang tjair kental. Setelah ia menarik tambangnja, hingga In Teng muntjul pula sebatas dada, ia melemparkan botol itu.
"Kau sambut Ini !"
Katanja. In Teng sambut betul itu.
"Kau makan itu sekarang djuga, di dapan kita beramai,"
Tjeng In bilang.
Tjongya neraka dunia itu menurut.
Ia buka tutup Botol dan tenggak isinja, lalu ta atjungi botol itu, untuk diperlihatkan.
Ia djuga mementang mulutnja akan menundjukkan mulutnja jang telah kosong, tandanja obat sudah ditelan habis.
Diam2, Tjong Lioe tertawa dalam hatinja.
Lantas bersama In Liong, ia menarik In Teng naik keatas getek.
Nampaknja djago ini telah habis tenaganja.
Ketika getek ditolak ketepian, dari daLam kota muntjul Tjoen Beng dan Tjong Beng beramai.
Diantaranja ada Beng Pioe dan Lina, janp telan menjusul kekota neraka ini setelah melakukan tugas mereka meraantjing In Teng meninggalkan kota kurungannja itu.
Semua orang puas melihat djago itu telah menjerah.
Setelah In Teng selesai salin pakaian, ia kata pada orang banjak .
"T&di aku telah mengirim boesoe untuk mohon bnla-bantuan, mungkin lusa mereka bakai sampai maka baik kamu semua bersiap-siap untuk berangkat dari sini."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Semua orang lantas berdamai, merundingkau daja untuk mengundurkan diri.
"Sebenarnja paling baik aku mengantar kamu, tetapi aku kuatir orang nanti bertjuriga,"
In Teng bilang.
"Aku punjakan satu tjap kebesaran, apabila aku merabu bahkan Itu atas sepotong surat keterangan, dimana djuga kamu tiba, tidak akan ada tentara pendjaga jang bakal merintangi kamu. Setudjukah kamu menggunakan tjap itu ?"
Beng Siang setudju, malah segera ia perintahkan semua orang bersiap, terutama majat2 hidup.
Setelah mereka diberikan pakaian, lalu dipetjah dalaim enam rombongan, mereka disuruh pergi berkumpul di Thian Tie.
Mereka itu menjamar sebagal tukang petik djinsom.
Ang Song Tong dapat tugas mendaftarkan dan memuatkan semua uang, perak dan mutiara kedalam kereta, diangkut pergi.
Itulah harta jang In Teng kumpulkan selama beberapa tahun dan disimpan setjara rahasia.
Tjoen Beng bersama Tjong Beng, Tjioe, Beng Pioe, Seng Tong dan Beng, berkewajiban mengepalai si rombongan.
In Teng diadjak bersama, aa dimestikan rebah didalam pembaringan, menjamar sebagai orang sakit.
Setiap rombongan telah dapat surat keterangan jang bertjapkan tjap kebesaran kemala dari In Teng.
Jang djalan dibelakang, sembil mengiringi keretanja In Teng, adalah In Liong bersama Tjong Lioe, Tjeng In, Siam ln, Beng Kong, Beng Kiang, Beng Siang sendiri, Lana, Lina dan Hoa Tjoe Hong.
Mereka berdjumlah sepuluh orang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ketika mereka hendak berangkat, kota kurungan itu dibakar, hingga tjahajana seperti berkobar dimuka danau.
Boesoe pengiring In Teng telah diikat, ditinggalkan ditepi djaian dan dibiarkan sampai nanti ditolongi oleh orang jang datang kesitu.
Benar seperti In Teng kata, dimana mereka lewat, rombongan ini tidak dihalang-halangi tentara negeri, sebab tjap kebesaran dari tjongya itu berpengaruh sebali.
Achir2nja, pada suatu hari sampailah semua orang di Thian Tie, Tiang Pek San.
Segera In Liong menitahkan semua orang bekerdja.
Menebang kaju dan lainnja, guna mendirikan rumah.
Lebih dahulu daripada itu, orang beristirahat beberapa hari, hingga semua majat hidup dapat pulang kesehatnnnja delapan atau sembilan bagian, hingga mereka djadi bisa bekerdja dengan tenaga penuh.
Thian Tie telah mendjadi ramai dengan penduduk baru.
Semua penduduk itu adalah pentjinta2 negara.
Pada suatu hari, In Liong mengadakan perdjamuan.
Disitu ia menjuruh In Teng menghaturkan maaf kepada semua bekas korbannja.
Siapa sebaliknja, karena memandang Thlan Tie Koay-Hiap, suka memberikaa maaf mereka.
Habis berdjamu, In Liong mengadjak semua kawannja pergi keruang Tjie-gie-Thia.
Itulah ruang dimana dia sedjak ketjil mengikuti gurunja, Ong Liak, belajar silat, disebelah itu, ia telan mendirikan sebuah ruang lain, jang ia beri nama "Kie in Tong" (ruang Ingat Budi) untuk memperingati kebaikan gurunja.
Disitu berduduk enam-belas orang dengan mengambil tempat menurut deradjat masing2 atau Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
umur mereka.
In Teng dan Pan Kee masing2 mendapat tempat dikedua podjok.
Baharu orang selesai duduk, atau Pan Kee menghampirkan Tjong Beng.
Didepan siapa ia tekuk lutut dengan tiba2, seraja menangis menggerung-gerung.
Orang she Ong itu terkedjut, lekas2 ia memimpin bangun.
"Kau kenapa, soetee ?"
Soeheng ini tanja.
"Disini ada banjak orang2 tertua, djika kau mau bitjara, silakan. Mari bangun !"
Pan Kee tidak lantas bangkit, hanja ia memutar tubuh, ia menuding In Teng.
"Soeheng, binatang itu membuat aku sangat menderita,"
Katanja sambil masih menangis terus.
"Dialah jang membudjuk aku, dialah jang membunuh soehoe, hingga aku mendjadi satu manusia terkutuk. Dia pun telah memaksa aku untuk mentjuri kemala mustika soeheng. Setelah aku tak dapat melakukannja, dia pantjing aku kependjara neraka dimana dia bikin aku mendjadi salah satu majat hidupnja. Sjukur soeheng semua menolong aku, djika tidak, seumurku aku bakal hilang semangat. Djadi manusia bukannja manusia, djadi setan bukannja setan ! Soeheng, aku mohon kau djangan lepas binatang itu, guna membalaskan sakit hati soehoe !"
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kali ini Pan Kee mendelik terhadap In Teng, giginja bertjatrukan. Mendengar disebut kematian gurunja, matanja Tjong Beng bertjahaja seperti menjala, tangannja merabah gagang pedangnja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Saudara2 !"
Tiba2 berkata Ong In Liong, ketika ia tampak gelagatnja Tjong Beng itu.
"Saudara2! Bukanlah karena Soe In Teng sedarah-sedaging denganku maka aku hendnk membelai dia. Saudara, benar apa katanja saudara Pan Kee barusan, memang tidak selajaknja In Teng berbuat demikian. Akan tetapi, mari kita ingat akan pepatah, Djika seekor kerbau tidak minum air, mana dia bisa menundukkan kepala. Demikian dengan saudara Pan Kee ini. Djika bukannja dia temaha akan harta besar, tidak nanti dia mengadjak srigala masuk kedalam rumah! Maka itu, tanggung-djawab tidak dapat diberatkan kepada satu pihak sadja. Bagaimana anggapan saudara2 mengenai kata2ku ini ?"
Meskipun In Liong bitjara dengan sabar tetapi sikapnja keras. Disamping sana, hawa-amarahnja Tjong Beng tidak segera reda. Menampak demikian, Beng Siang segera berbangkit.
"Para tjianpwee, perkenankanlah aku berbitjara !"
Berkata ia.
"Dalam perkara ini, aku adalah orang luar, akan tetapi aku suka memberikan keteranganku. Sebab sewaktu kedjadiannja, aku menjaksikan dengan mata sendiri. Pada waktu itu saudara Pan Kee ini mendjaga diluar kamar tiangloo, maka dia tak dapat membebaskan diri dari tuduhan bekerdja sama. Tidakkah Ini adil?"
Melihat suasana itu, Tjeng In Loo-nie mengetrukkan udjung tongkatnja. Dengan suaranja itu, ia membuat ruang mendjadi sunji.
"Saudara!"
Katanja dengan sabar.
"mengapa hari ini kita berkumpul dlsini ? Bukankah ini disebabkan Soe In Teng seorang? Memang, perbuatan In Teng itu, tidak ada Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
seorang pun jang bisa membebaskan ia dari kematian.
Akan tetapi, kita harus ingat sebaliknja.
Bukankah kita telah memberi keampunan kepadanja dan diapun telah menghaturkan maafnja, sebab dia telah menjesal atas segala perbuatannja dulu hari itu ? Maka aku anggap perkara jang sudah, tinggal sudah, djangan kita menimbulkannja pula, haruslah diingat, bahwa kita kaum Rimba Persilatan paling menghargai kehormatan.
Kita pun harus dapat berlaku rela.
Leng Khong Tiangloo adalah kakakku seperguruan, djadi tidak ada alasan untuk aku melupakannja.
Tetapi Soe In Teng sudah menjerah, dia sudah bersumpah, maka apa lagi jang hendak diperbuat atas dirinja.
Umpama Tjong Beng dan Pan Kee masih belum puas, bolehlah aku beritahu.
Andaikata hari itu Tiangloo tidak binasa ditangan In Teng, dia bakal mati djuga karena sakitnja.
Paling lama dia dapat bertahan beberapa hari sadja.
Pasti Tjong Beng ketahui ini.
Dengan See In Teng membunuh padanja.
Tiang Loo djadi tak usah menderita lebih lama.
Maka ini aku anggap urusan baik dibikin habis sadja"
Niekouw ini tidak berhenti sampai di situ, dia menoleh pada Pan Kue dan menuding dengan tongkatnja.
"Pan Kee. aku adalah saudara seperguruan dari gurumu, maka aku berhak untuk mengatakan beberapa patah kata kepadamu". katanja menambahkan "Semua perbuatanmu jang dulu adalah hinaan bagi kaum Kimba Persilatan. Maka djuga kau telah merasai akibatnja. Ini dia jang dinamakan karma. Mulai hari ini kau mesti beladjar dari baru untuk mondjadi manusia. Djika tidak, masih ada harinja jang kau bakal djadi bersesat pula"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kataini membuat Pan Kee bungkam dan mukanja merah-padam.
Tanpa berani bilang suatu apa lagi, ia kembali kekursinja.
Tjong Beng insaf akan kata2nya nie kouw itu, ia pun berdiam.
XXIII Setelah suasana mendjadi reda, In Liong menitahkan In Teng berlulut kearah selatan, kearah Ngo Tay San, untuk dia memberi hormat pada arwahnja Leng Khong Tiangloo dan menghaturkan maaf.
In Teng menurut tanpa membantah lagi.
Tapi djusteru dia lagi bertekuk lutut mendadak salah satu hadirin lontjat kepadanja.
Dengan pedangnja dia itu menikam kearah bebokong In Teng.
Semua orang lainnja kaget.
Djusteru dalam keadaan sangat mengantjam itu, tubuhnja Tjeng In Loo-nle mentjelat dan tangan badjunja jang gerombongan dikibaskan, hingga pedang si penjerang kena terlibat udjung tangan hadju.
Hingga si penjerang mendjadi terTjengang! Sekarang mereka bisa melihat tegas siapa penjerang itu, ialah Beng Pioe, putera Beng Yap marhum.
Maka mengertilah mereka mengapa anak muda ini melakukan serangannja itu.
Sebab Beng Yap adalah saudara seperguruan dari In Teng dan In Teng telah membuat dia bertjatjad seumur hidupnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selagi Tjong In merampas pedangnja Beng Pioe.
In Teng pun telah bangkit berdiri.
Umpama kata si pendeta tua tidak turun tangan, tidak nanti Tiat-ma Sin-kang rubuh karena serangan gelap itu Dia ada terlalu liehay untuk dapat dibokong.
Malah sehenarnjn Tjeng In nutdjukan diri karena ia kuntir Beng Pioe bakal dirubuhkan oleh orang jang hendak diserang itu.
Ia sengadja pertontonkan kibasannja itu ialah tipu2 silat "Kong liong tjiang-hoat"
Atau angin mengulak naik agar In Teng tidak berani memandang enteng terhadapnja.
Beng Pioe masih penasaran, ia hendak mengulangi serangannja.
Akan tetapi Beng Siang lontjat madju seraja menghunus sepasang pedangnja, berdiri menghalang diantara Beng Pioe dan In Teng.
"Semua djangan bergerak! Siapa melanggar, dia aku bunuh!"
Dia berseru dan Boe Tjioe lantas menghampirkan Beng Pioe, dan mengadjak dia kekursinja, sedang In Teng sudah lantas balik ke medjanja. Beng Pioe lantas menangis bergerungan.
"Dengan begini sakit hatiku djadi tak terbalas...."
Katanja. Boe Tjioe, dibantu Siam In dan Lani lantas menghiburnja.
"Beng Pioe, keponakanku, disini tak dapat kau tidak mentaati tata-tertib."
In Liong berkata.
"Tunggu lain waktu, apabila sudah datang ketikanja, aku nanti bawa In Teng kepada ajahmu supaja dia menghaturkan maafnja. Kau sabarlah."
Beng Pioe masih penasaran, tetapi ia diam sadja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kembak suasana mendjadi sunji sampai mereka bubaran.
Sampai besoknja pagi.
In Liong melihat, bahwa semua orang masih kalis terhadap Soe In Teng, maka ia memikir akan mengadjak saudara itu menjingkir kekuil Pek In Soe di Shoatang.
Akan tetapi Tjeng In Loo-nie mentjegah kata niekouw ini, masih ada urusan penting, jang harus diselesaikan dulu.
Segera setelah itu, Thian Tie Koay-Hiap berdamai dengan Beng Siang.
Setelah mana, hari itu djuga ia menghimpun semua bekas majat2 hidup.
Ia kata pada mereka itu.
"Aku adalah tuan rumah disini akan tetapi, sedjak dulu aku tidak pernah mendirikan pasanggerahan disini. Tempatku ini tjuma mendjadi tempat bersembunji dari orang kaum kita. Selain daripada itu selama beberapa tahun ini aku sering2 merantau hingga aku tak tentu berdiam digunungku ini. Sebenarnja aku girang dapat berkumpul sama saudara2 tetapi buat mengatakan terus2 terang, tempatku ini bukannja tempat jang aman, maka sekarang aku mengambil putusan, begini. Putusan terachir terserah kepada saudara2. Jang pertama ialah. Andai-kata saudara2 hendak pulang kekampung halaman saudara masing2, terserah kepada saudara2. Nanti kita akan membagikan uang dan mutiara dari rampasan kita. Saudara dapat pulang dengan merdeka kerumah masing2. Kedua. Andaikata saudara2 suka berdiam terus disini, silakan saudara2 turut tiga saudara Beng ke Hek San, untuk tinggal disana. Sekarang baiklah saudara mengadakan pemilihan."
Usul itu disambut dengai tampik-sorak. Njatalah pikiran orang banjak itu berlainan. Mereka jang sudah terlalu lama Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berlalu dari rumah, jang masih ingat anak isteri dan orang- tua, dnn mereka, jang tubuhnja lemah, berniat pulang sadja.
Maka kepada mereka itu, Beng Siang menitahkan Seng Tong berikan uang dnn mutiara.
Sisanja masih ada seratus orang, jang tidak berniat pulang.
Mereka ini kebanjakan sudah tidak punja rumah tangga lagi dan perkaranja pun besar.
Mereka takut nanti ditangkap pembesar negeri kalau mereka pulang.
Maka mereka lantas didaftar dalam satu rombongan.
Mereka pun didjandjikan persenan bila nanti mereka sudah sampai di Hek San.
Selesai itu, malamnja Tjeng In mengundang berapat.
"Kita dapat berkumpul disini, inilah satu pertemuan jang langka"
Berkata niekouw.
"Sekarang pinnie hendak bitjara sebagai ketua Tjeng Liong Hwee, pinnie Ingin memberitahukan suatu hal, untuk mana pinnie djuga mengharap bantuan saudara2. Ini mengenai harla besar Tjeng Liong Hwee jang lelah disimpan untuk banjak tahun. Harta itu dipendam digunung Ngo Tay San. Tadinja harta itu berada dibawah pengawasan Poan Liong TayHiap bersama Oey Bwee Kiesue, kedua tjianpwee kita. Kemudian djatuh ditangan In-tiong-kiam Ong Wie Yang, sampai paling belakang kepada Leng Khong Tiangloo. Tentu sadja, sekarang harta itu berada dibawah pengawasannja Ong Tjong Beng. Tentang harta itu, tidak ada orang kang-ouw jang tidak mengetahuinja. Jang mendjadi teka-teki adalah djmnlah jang sebenarnja. Sebab sampai sekarang ini harta itu masih belum dapat digali. Jang dibuat harapan Tjeng Liong Hwee adalah sepotong kemala putih serta sebuah dompet kulit, jang mempunjai tandas aneh, seperti kemalanja berpeta tempat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tersimpannja harta itu.
Adalah sepotong lainnja dari kemala putih itu, jang masih belum didapat, tak ketahuan dimana adanja, sedang untuk melengkapi peta itu, kedua kemala mesti dipadukan djadi satu.
Karena harta jang diperebutkan itu, banjak terdjadi peristiwa2 sedjak beberapa tahun jang lampau hingga sekarang ini.
Semua itu sangat memusingkan kami pihak Tjeng Liong Hwee.
Turut pengumpul harta, harta itu tak dapat dipunjai oleh pihak perseorangan.
Leng Khong Tiangloo sendiri telah memesan, harta tjuma boleh digali apabila sudah kumpul orang2 kangouw paling kenamaan.
Sekarang menurut pinnie saatnja sudah sampai, maka pinnie berniat mengeluarkan kemala itu.
Pinnie minta saudara2 bantu mentjari kemala jang lainnja itu.
Asal itu sudah didapat, selesailah sudah tugas Tjeng Liong Hwee mengawasi harta itu.
Lain tahun ada tahun rapat, jang ditetapkan setiap lima tahun.
Maka waktu itu pinnie minta saudara2 suka berkumpul, unuk mengatur harta itu.
Terserah kepada rnpat nanti untuk memutuskannja Harta itu hendak dipakai untuk apa.
Hatiku baru tenang apabila urusan telah selesai.
Sekarang bagaimana pikiran saudara?"
Habis bitjara, Tjeng In duduk, Tjong Beng berbangkit akan menguraikan pesan Leng Khong Tiangloo pengalamannja tiangloo itu selama mentjari tempat harta karun itu.
Jang diduga adalah kali Eng Tjioe Kian, hanja disebabkan ada jang mengintai, usaha terhenti setengah djalan.
Ketika Tjong bitjara sampai disitu, wadjahnja Soe In Teng tidak tenang.
Akan tetapi tidak ada orang jang mengetahuinja karena semua orang lagi memasang sang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kuping dengan penuh perhatian mendengarkan uraian Tjong Beng itu.
Diantara hadirin.
Tjong Lioe dan Boe Tjioe adalah jang paling tertarik hatinja.
Hampir berbareng mereka tanja, kenapa tiangloo menduga demikian dan apa jang tertera pada dompet kulit kambing itu.
Atas pertanjaan ini, Tjong Beng tidak dapat mendjawab setjara djelas, iapun tidak membawa kemala rahasia itu.
Setelah dapat djawaban dan Tjona Beng, Tjong Lioe berbisik dengan Beng Siang, lalu ia pandang In Teng sambil bersenjum.
"Toako, kau pasti tahu suatu apa mengenai harta itu,"
Dia kata.
"Sekarang sudah djelas dari pengutaraan Tjeng In Soe-thay bahwa harta karun itu tidak akan dikangkangi Tieng Liong Hwee. Maka djika kau suka memberikan bantuanmu pasti kau bakal meninggalkan kesan baik bagi orang banjak. Kami sendiri pasti akan bersikap lain sekali terhadapmu."
Wadjahnja In Teng merah dan putjat bergantian. Menampak Itu, In Liong mendekati saudaranja itu.
"Adik jang baik,"
Katanja.
"Sekarang kita telah djadi orang sendiri, maka umpama ada kala2mu jang kurang tepat. Orang pasti akan memakluminja. Djika kaumengetahui suatu pa mengenai harta itu, marilah omong dengan sebenarnja tak usah kau bersahgsi-sangsi lagi."
Mendengar Itu, In Teng terbangkit, ia memberi hormat pada semua hadirin. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Dengan sebenarnja, kesalahanku jang dulu? tak harusnjn memperoleh keampunan.
"
Berkata dia.
"Bitjara terus terang, dulu hari itu memang dua kali aku telah mengintai Leng Khong Tiangloo. Sebenarnja, sebabnja kenapa aku menempel Pan Kee adalah untuk mentjari harta itu. Setelah jang pertama kali aku mengintai tiangloo aku telah menjogok Pan Kee, supaja dia memperlihatkan aku dompet kulit itu. Pan Kee tidak berani mentjuri kemala, sedang dompet itu ia tjuma salin sadja. Dengan itu sadja sudah aku dapat menduga-duga maka jang kedua kali, dimalam bulan terang dari bulan ke-empat aku mendahului tiangioo pergi ke Eng Tjioe Kian. Dengan mengikuti bajangan puntjak aku telah berhasil mendapatkan peti besi jang berisi batu kemala. Djusteru itu, tiangioo datang, maka aku lantas bersembunji dipepohonan lebat. Malam itu tiangloo mengalami kegagalan, ia tjuma mendapatkan peti jang rusak itu..."
Thian Tie Koay-Hiap nampaknja kurang senang.
"Djadinja, karena hendak mengkangkangi harta Tjeng Liong Hwee itu kau telah mentjelakai Tiangloo?"
Dia tanja saudara mudanja. Dengan likat, In Teng manggut.
"Aku menjesal waktu itu aku sudah menurunkan tangan djahat,"
Ia aku.
"Sebenarnja tidak ada niatku akan membunuh Tiangioo. Sama sekali aku tidak tahu dia sedang sakit berat, bahwa adjalnja tinggal menunggu waktu sadja. Aku menjuruh Pan Kee memasang mata diluar kamar. Aku masuk sendirian, untuk mentjuri kemala jang satunja. Begitu aku masuk. aku kepergok. Aku mengguani Tjoan in Tjiang untuk mentjegah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tiangioo dapat berbangkit, tetapi aku tak sangka, ia tak dapat bertahan dari seranganku itu ia terpukul mati.
Aku lantas bikin penggeledehan, aku tidak peroleh hasil.
Aku tak tahu, waktu itu kemala sudah diserahkan pada saudara Tjong Beng, untuk dibawa ke Kimteng.
Setelah itu, aku menjesal sudah mendjadi orang jang rendah martabatnja".
"Jang sudah tinggal sudah,"
Kata Tjong Lioe dan Tjeng In jang melihat orang menjesal "Sekarang di mana kau menjimpan kemala itu ? Maukah kau menjerahkannja ? Ini ada soal paling penting."
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu aku suka menjerahkannja,"
Sahut In Teng.
"Kemala itu aku simpan diluar pekarangan Pek Lok Sianlim. Aku akan mengantarkan saudara2 pergi mengambilnja."
In Teng sembunjikan kemala itu, sambil menantikan kembalinja Tjong Beng, guna merampas kemala lainnja, tetapi ia gagal, sebab Tjong Beng kena dipantjing persaudaraan Beng dan tidak segera kembali.
Tjeng In semua berlega hati mendengar keterangan In Teng ini.
Tjong Beng diam2 bersjukur jang ia kena dipantjing pergi.
Kalau ia pulang, mungkin lapun bertjelaka ditangan Tiat-ma Sinkang.
Sampai disitu, In Liong mengadakan perundingan.
Sebab untuk sementara, diantara mereka ada jang ingin pulang dulu.
Begitulah diputuskan In Liong bersama Tjeng In dan Tjong Lioe, dengan mengadjak In Teng dan Pan Kee, pergi ke Ngo Tay San, guna mengambil kemala jang disimpan In Teng itu.
Karena Tjoen Beng dan Tjong Beng tinggal di Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ngotay, mereka ikut bersama.
Karennnja, Siam In dan Hoa Tjoe Hong djuga djadi turut mereka itu.
Jang lainnja, bersama persaudaraan Beng, pulang ke Hek San dimana Bengsie Sam Eng terutama hendak memperkenalkan rombongan bekas majat hidup jang suka bekerdja sama dengan mereka.
Telah ditetapkan, lain tahun diharian Tiong Tjioe-bulan delapan tanggal limabelas-mereka bakal berkumpul di Ngo Tay San, untuk muntjari harta karun itu.
Demikian mereka berpisahan.
Masing2 berangkat dalam rombongannja sendiri.
((===== //facebook.com/groups/Kolektorebook/ -- Mull =====)) Pada suatu hari, rombongan Ong In Liong sampai di Ngo-tay.
Dari situ mereka memidju kedusun Ong-kee- tjhung dimana dua saudara Ong, Tjoen Beng dan Tjong Beng mendjadi tuan rumah jang ramah-tamah.
Besoknja dengan menunggang kuda, mereka pergi mendaki gunung Ngo Tay San, mengundjungi kuil Pek Lok Sian-lim, maka disana mereka disambut Han Tam, pendeta jang mendjadi adik seperguruan jang kedua dari Tjong Beng.
Bukan main girangnja pendeta ini melihat soeheng itu datang bersama orang banjak terutama Pan Kee, adik seperguruan jang ke-tiga, jang telah terhilang.
Ia sampai Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
memudji "Omietoohoed."
Dan bersjukur untuk gurunja marhum jang dikatakannja telah melindunginja.
In Liong dan Tjong In memikirkan tak lain daripada batu kemala.
Maka itu setelah menanti sampai matahari sudah dujong dan dikuil itu tak ada datang orang lunr mereka mengadjak Tjong Lioe dan lainnja, terutama In Teng pergi kepekarangan luar.
Ketempat jang djauhnja beberapa puluh tindak dari pintu dimnna ada didirikan tugu jang berukiran lima huruf "Pek Lok Wan Tjong Lim,"
Jang hernrti "kuli Pek Lok Wan"
Atau Pek Lok Sian-lim.
Kelima huruf besar, dan berwarna air emas.
Dikiri-kanannja ada sepasang tjio-say.
smga"an batu, jang romannja mirip dengan tjio-say diluar pintu Thian An Moei di Pak-khia.
Buatannja pun bagus hingga kedua singa itu mirip dengan singa hidup.
Kalau batu diatas mana singa2an ditjokolkan tingginja beberapa kaki, singanja sendiri beratnja berapa ribu kati.
Tanpa berajal lagi, Soe In Teng menghampirkan satu tjio-say, untuk bekerdja.
Lebih dahulu ia menggulung tangan badjunja.
Iapun lontjat naik keatas batu tatakan sebelumnja ia menggeser tjio-say itu.
Tjeng In beramai mengawasi sadja.
Sesudah mengulur kedua tangannja sambil kuda2nja dipasang, In Teng kerahkan tenaganja.
Untuk itu, urat dldjidatnja sampai berpeta djelas.
Ia menggunai tenaga setjara teratur, maka pe-lahan2 tubuh tjio-say djadi berkisar, hingga lain saat, dibawah itu kelihatanlah sebuah liang.
Segera Tjeng In semua bergirang hati.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In Teng merogo kedalam liang itu, akan menarik keluar sebuah peti besi, jang mana terus ia menjerahkan pada In Liong.
Peti itu sudah karatan, kuntjinja pun sudah rusak.
Dihadapan Tjeng In beramai, In Liong membuka tutup peti didaiam mana kedapatan giok tjio, batu kemala rahasia itu jang ukuran dan romannja mirip kemala jang disimpan Tjong Beng.
In Liong girang aampai ia memudji sedang In Teng, jang masih berdiri di samping singa dialas batu tatakan pun nampak gembira.
Selagi orang she Soe ini niat menggeser kembali singa batu itu, Tjeng In berpaling kepadanja dan meneriaki.
"Soe Laotee, bukan ketjil jasamu ini! Silakan turun untuk beristirahat."
Sambil mengutjap demikian.
pendeu wanita itu menghampirkan batu tatakan lalu dengan tongkatnja (sian-thung), ia menolak tubuh singa batu.
Begitu ia mengerahkan tenaganja, singa batu itu berkisar balik ketenpat asalnja.
Diam2 Iu Teng mengulur lidahnja.
Bahwa sekarang ia insaf liehaynja niekouw tua ini.
Dengan didapatnja kemala itu, semua orang bergirang sekali, maka itu semua menantikan dengan gembira datangnja bulan delapan, Pee-gwee, dan tanggal lima- beias, Tjap-gouw.
Selama itu, dengan beruntun, telah datang kawan2 mereka seperti jang didjandjikan di Siauw Thian Tie.
Lebih dulu orang datang ke Ong-keetjhung.
Dari situ mereka baru diadjak oleh dua saudara Ong ke Pek Lok Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sianlim, untuk kumpul dikuil diatas gunung Ngo Tay San itu.
Tepat dimalaman Tiong Tjioe (pertengahan musim rontok), semua orang berkumpul mengadakan upatjara sembahjang bagi Leng Khong Tiangloo.
Setelah itu, mereka berkumpul didalam hong-thio, kamar pendeta kepala.
Disini Tjong Beng menjerahkan pada Tjeng In kemala jang ia simpan, dan Tjeng In memperlihatkan itu kepada orang banjak.
Untuk achirnja diakurkan dengan kemala jang disimpan In Teng, jang sekarang beradu ditangan In Liong.
Kedua kemala diletakkan diatas2 medja.
Bersama Han Tam disitu berkumpul semuanja delapan-belas orang.
Mereka ini mengawasi sepasang kemala itu, jang putih mulus dan litjin.
Dikeempat pinggirannja berukiran huruf-.
disatu podjok bawahnju ada ukiran pat-kwa.
Lalu mendjulang ketengah dimana ada ukuran persegi empat, diatas itu sebelah kanan, ada sebuah titik tebal.
"Sebagai ketua dari Tjeng Liong Hwee pinnie pernah mendengar keterangan lisan mengenai huruf pada kedua potong kemala ini,"
Berkata Tjeng In Loo-nie.
"Katanja huruf itu tak dapat dibatja beruntun tetapi harus berselingan. Ini pun sesudah kedua kemala dirangkap mendjadi satu. Maka itu sekarang baik kita ambil dulu huruf tjelakannja kedua kemala ini."
Han Tam lantas diminta mengambil bak jang kental, untuk mentjap kedua kemala. Dilain saat, mereka sudah mendapatkan tjetakan huruf kedua potong kemala itu, hingga daput terbatja tegas sekali. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Taysoe, tjoba kau tolong membatjakan bunjinja,"
Beng Siang minta pada Tjong Lioe, agar semua dapat mendengarnja.
"Han Tam Soeheng, tolong kau mentjatat apa jang taysoe batjakan, untuk kami memahamkannja."
Tjong Lioe dan Han Tam bersedia menerima permintaan itu.
"Huruf terdapat diempat pendjuru. Setiap pendjurunja, ada sembilan hurufnja"
Kata Tjong Lioe.
"maka itu, djumlah huruf ada tiga-puluh dua. Sekarang aku akan batjakan mulai dari pendjuru kanan."
Selagi Oee-bin Koay-Kek membatjakan.
Han Tam mentjatat.
Beginilah .
Kanan .
Koen san kie poan tjio siang sie kho kan.
Bawahnja .
Kan tauw djie sip kioe kioe sin sie kioe.
Kiri .
Kioe tek kan eng tjie lie pa kwa tjioe.
Atasnja .
Tjioe tiong kha soen tee hee tjoet kian koen.
Pembatjaan itu dimulai dari kanan, dari atas kebawah (kanan), lalu dari kanan mendatar kekiri (bawahnja), habis itu, jang kiri, dari bawah keatas (kiri), akan achir nja, dari atas mendatar kekanan (atasnja).
Setiap kalinja, huruf2 terachirnja diulangi pula mendjadi seperti huruf kepala (kan, kioe dan tjioe), akan diachirnja huruf "koen"
Pertama kali, dibatja lagi mendjadi jang terachir (koen dari kian koen). Dengan begitu djumlah huruf mendjadi tiga-puluh enam. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Setelah pembatjaan itu semua orang berpikir.
"Kalau sembilan huruf dari setiap garis dibatja terus, tidak ada artinja", kata Beng Siang.
"Umpama baris pertama kita batja jang lima, jaitu koen san kie poan tjie, artinja masih ada, tetapi bagaimana dengar jang empat lainnja - siang sie kho kan ?"
Tjong Lioe berpendapat sama seperti Nona Beng itu.
Tapi ia memahamkannja terus.
Maka kemudian ia kata "Karena setiap huruf terachir dibacanja diulangi, hingga sendirinja huruf itu mendjadi huruf kepala.
Kenapa Kita tidak hendak mengambil huruf tjio terachir dari koen san kie poan tjio itu mendjadi huruf kepala djuga hingga empat huruf sambungannja itu pun mendjadi lima huruf djuga, jaitu tjio siang sie kho kan ? Tidakkah itu djadi ada artinja ?"
Pikiran ini mendapat persetudjuan.
Dari itu setelah Hong Lioe mengulangi membatja empat garis tadi, lalu berubah mendjadi sepuluh huruf setiap garisnja.
Bukan lagi sembilan huruf.
Dan batjaannja mendjadi begini.
Koon san kie poan tjlo - t j i o siang sio kho kan Kan tauw djie sip kloe - k i o e kioe sin sie kioe.
Kioe tek kan eng tjlo - t j i o lie pat kwa tjioe.
Tjioe tiong kam soen tee - t e e hee tjoet kian koen.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dengan begitu, tiga-puluh enam huruf itu lalu berubah.
Bertambah pula, mendjadi empat-puluh huruf.
Maka sekarang, orang bisa memahamkannja dengan seksama.
Artinja itu pun kira2 begini .
Digunung Koen san batu kie-poan-tjio - atas batu didirikan gala tinggi Gala itu duapuluh sembilan - sembilan2 djam sin-sie tjari.
Tjarl tempat bajangan - tempat kota pat-kwa.
Dalam kota kedudukan Soen - Dibawah tanah ada kian koen.
Beng Siang duduk bersama-sama Tjong Lioe Ong Tjong Beng dan Han Tam.
Mereka bersama-sama mengasa otak.
Setelah sekian lama, Tjong Lioe mengeprak medja dengan tiba2.
"Rasanja aku dapatt membade sekarang!"
Katanja.
"Empat garis dari empat puluh huruf itu mestinja berarti Diatas gunung Koen San, diatas batu Kie-poan tjio ada didirikan sebatang tiang gala jang lurus dan tinggi. Gala itu berukuran dua-puluh-sembilan kaki. Kata2 kioe kioe - sembilan sembilan, artinja sembilan kali sembilan djadi delapan puluh satu. Itulah dimaksudkan delapan puluh satu hari. Diharian mana pada djam sin-sie - lohor djam 3-4 kita harus mentjari bajangan dari gala itu. Dan itulah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tempat keletakan harta disimpan tjoba lihat peta itu tidakkah itu tjotjok sama taksiranku ini?"
Tjong Lie bitjara dengan lagak-lagu sebagai seorang sastrawan kutu buku, ia membuat Beng Siang tersenjum "Tetapi, taysoe masih ada jang kurang djelas bagiku !"
Kata nona ini.
"Kau sebut gunung Koen San dimana letaknja gunung itu? Laginja kata kioe-tjioe itu mungkin bukan berarti delapan-puluh satu hari. Dan itu pat kwa tjioe - kota pat kwa apakah artinja?"
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ditanja begitu, Tjong Lioe bungkam. Ia djadi mesti berpikir pula. Han Tam, jang terdiam sekian lama, mendadakan mengingat suatu apa "Soeheng,"
Kaianja pada Tjong Beng.
"disebelahnja puntjak Tiang Djin Hong digunung Ngo Tay kita ini bukankah masih ada satu Lie Djie Hong puntjak Anak Perempuan? Aku kira kata2 koen dari kian koen itu harus diartikan wanita. Sajang aku belum pernah mendaki puntjak itu hingga aku tak tahu disana ada atau tidak kie- poan-tjio, batu bagaikan papan tjatur itu...."
Taksiran Ini mendapat persetudjuan dari orang banjak.
"Tetapi, saudara2,"
Soe In Teng turut bitjara.
"dengan kioe kioe itu, aku kira, hendak diartikan bulan sembilan tanggal sembilan, jaitu harian Tiong Yang Tjiat Mungkin diharian itu kita harus mendaki puntjak tersebut. Diharian itu, pada lohor djam sin-sie, matahari pasti menjebabkan gala tinggi itu membuat bajangan, dan dimana bajangan itu berpeta, itulah tempat harta disimpan."
Taksiran In Teng im dapat persetudjuan umum, malah pun persetudjuan jang terachir. Dan ditetapkan besoknja orang akan mendaki puntjak Lie Djie Hong, untuk memeriksa. Maka keesokan harinja setelah sarapan, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mereka menudju ke puntjak Lie Djie Hong itu. Puntjaknja sangat sukar didaki tapi untung semua orang dapat mengatasinja.
"Inilah pasti dia jang dinamakan kie poan-tjio!"
Kata Tjong Beng.
Waktu ia dan beberapa orang lainnja menampak sepotong batu lebar, jang mirip dengan papan tjatur (kie-poan).
Mereka tidak berdiam lama dipuntjak itu.
Semua orang gembira, sebab lagi belasan hari, mereka akan sudah tiba pada harian Tiong Yang.
Untuk itu, mereka mulai menjiapkan segala kebutuhan.
Terutama Tjoen Beng, dia harus menjiapkan sebatang gala dengan ukuran duapuluh- sembilan kaki, untuk dipendam didalam batu kie-poan-tjio.
Batu mana sudah lantas ditjongkel guna tempat menantjap gala itu.
Sang hari berlalu dengan tjepat, hari Tiong Yang jang di-nanti2kanpun sudah tiba.
Pagi2, semua orang sudah mengisi perut, lalu bersama2, mereka mendaki puntjak.
Mereka membekal rangsum kering.
Kali ini mereka pasti bakal mengambil banjak waktu.
Begitu sampai dipuntjak, Tjoen Beng menantjap galanja.
Setelah mana, mereka menantikan sang waktu.
Djam2 telah lewat, dirasainja lambat, tapi karena mereka berdjumlah banjak, mereka bisa menungkuli itu sambil memasang omong.
Achirnja, setelah djam bie-sie, sampailah djam sin sie jang ditunggui itu.
Benar waktu itu sang gala telah mempetakan bajangan.
Dojong kearah kaki puntjak, dimana ada banjak pohon siong (tjemara), jang lebat bagaikan hutan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selagi Tjong In mengadjak kawan2nja memperhatikan keletakan bajangan, Han Tam sendiri asjik mengukur dengan pesawatnja, Lo-phoa, untuk menentukan tepatnja bajangan itu.
Hingga walaupun tak ada matahari, keletakan tempat itu tidak bakal terhilang.
Orang dapat kenjataan, pohon siong itu bukan seperti tumbuh wadjar, dan usianja pun pasti sudah beberapa puluh tahun.
Paling radjin adalah Siang-kiam-hong Beng Siang, dia ber-lari2 melintas puntjak, mondar-mandir.
Matanja terus mengawasi kearah pepohonan siong itu.
Setelah itu, ia lari turun, akan mondar-mandir dibawa h pohon Malah beberapa kali, ia naik keatas pohon jang paling tinggi, untuk melihat kesekitarnja.
Achirnja, ia menarik Tjeng In dan Tjong Lioe, akan menundjuki mereka ini kearah pohon seraja berkata .
"Lihat, djiewie, tidakkah letaknja pohon2 ini mirip dengan pat-kwa ? Pasti pohon2 ini sengadja ditanam setjara teratur begini. Aku kira, inilah jang dipanggil pat kwa tjloe - kota patkwa. Sekarang kita harus mentjari kedudukan kham-soen, itulah nistjaja jang dinamakan kian-koen." (Kian-koen = langit dan bumi, atau prija dan wanita, atau singkatnja, dunia).
"Kau benar, sam-tjeetjoe !"
Kata Tjeng In beramai, sesudah mereka pun memperhatikannja.
"Pasti kau tidak keliru ! Pantas kalau kau mendjadi Tjoe-kat Liang jang mendjelma pula !"
"Kamu tjuma memudji "
Beng Siang merendahkan diri. Lantas ia memanggil Han Tam, untuk, menentukan petaan bajangan, guna mentjari kedudukan kham-soen itu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sesudah mana, ia memberi tanda untuk mereka memulai menggali tanah.
Mereka bekerdja dengan teratur.
ada jang menggali, ada jang menjingkirkan tanah galian dan ada iang mengangkut itu ketempat jang berdjauhan Sebentar sadja, mereka telah dapat menggali lebar dan da lam beberapa kaki, sampai terdengar paijul membentur barang kera2 hingga menerbitkan suara membeletuk njaring.
Njata patjul telah membentur batu hidjau.
"Inilah batu penutup liang!"
Seru Tjeng In.
"Tjoba bongkar lagi tanahnja, lantas angkat batu ini !"
Pendeta ini menduga benar.
Sedjenak kemudian, setelah batu itu dapat disingkirkan, dibawahnja terbuka sebuah liang.
Semua batu ada empat potong, lebarnja masing2 lima atau enam kaki serentak, mereka berseru kegirangan.
Setelah memperhatikan liang itu ternjata ada tudjuh atau delapan kaki dalamnja dan ada terowongannja djuga Uanja karena gelap, mereka tidak dapat melihat njata.
Sebelum mereka mulai turun kedalam liang, In Liong perinlah menjuJut dulu obat pasang dan bahannja.
jang dikasi masuk kedalam liang itu.
Hingga sebentar sadja, terdengar suara ledakan dan terlibat api berkobar.
Tindakan membakar ini adalah usul Beng Siang.
Sebab ia bilang, lobang lama biasa ada hawanja jang busuk dan djahat karena itu perlu hawa djahat itu digempur dulu dengan bahan peledak.
Tjeng In menanti sekian lama, baharu ia mengadjak mereka turun diundakan tangga, masuk kedalam liang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
melalui terowongan sampai dirunng dlmana ada terdapat delapan buah peti hitam jang besar dan berat.
Setiap peti ditaruh diatas tatakan batlu, In Liong tjoba menggeser sebuah peti, maka tahulah ia bahwa peti itu terbuat dari logam.
Tanpa ajal, mereka mulai bekerdja dengan menggunai dsdung, hingga semua peti dapat diangkat naik keatas liang.
Sesampainja diatas, In Liong menggunai pedangnja, akan menahas udjung peti.
Untuk herannja, girangnja ia mendapat kenjataan, peli itu bukan terbuat dari besi.
Hanja dari emas tjuma tadlinja, bagian luarnja sengadja dibikin hitam seperti besi belaka.
Menampak itu, orang kagum dan gemgbira.
Tjeng In ingin tahu isinja peti itu, ia rusaki kuntjinja dan lantas ia buka tutupnja.
Setelah mana mereka semua berdiri tertjengang peti itu berisi pelbagai batu permata, mutiara, kemala dsb, jang menjilaukan mata.
"Jang lainnja tak usah dibuka lagi, isinja mesti tak salah"
Kata In Liong.
"Sekarang mari kita lekas membawa pulang kekuil ! Kita mesti selesai bekerdja malam ini, atau nanti kita menampak keruwetan."
Kata2 itu benar, maka lagi sekali mereka bekerdja menggotong pergi delapan peti itu.
Maka hari itu djuga selesailah usaha mereka.
Harta itu disimpan, ditetapkan untuk mengongkosi pelbagai gerakan kebangsaan.
Untuk membuat alat2 sendjata dan lainnja, jang berfaedah bagi gerakan mereka.
Selelah itu untuk sementara, mereka pun berpisahan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ditahun kedua setelah itu, setelah musim rontok, Tjong Leng dan Siam In menikah.
Maka pada satu hari kelihatan Tjong Beng diantar A Tan, pengiringnja naik kuda pilihan melakukan perdjalanan.
Dengan berdandan sebagai seorang njonja Siam In muntjul memberi selamat djalan pada suaminja itu.
Tjong Beng mengeendol pedang Tjeng- liong-kiam dibebokong dan menggantung kantong piauw dipinggangnja.
Tjong Beng hendak menudju ke Kimleng memenuhi undangan Tjeng In Loonie, jang telah mendjandjikan ia untuk menghadiri rapat besar di Kimleng, jang bakal dibikin diharian Oeh-lan-Tjiat, jaitu harian sembahjang Tjitgwee Tjap-gouw, bulan tudjuh tanggal lima belas.
Ia mesti hadir sebagai ketua Tjeng Liong Hwee dari lima propinsi Utara.
Sambil meluaskan pemandangan dan menambah pengetahuan, sebab si pendeta sendiri merasa, ia tak dapat lebih lama lagi memimpin partainja itu.
"Selandjutnja, segala sesuatu tergantung pada kau seorang sebagai achliwaris."
Kata si pendeta.
Selang beberapa hari, Tjong Beng bersama A Tan sudah sampai di Pouwkauw.
Selelah menjeberangi sungai Tiang Kang, mereka sampai diwiiajah Kimleng.
Mereka langsung menudju kedanau Hian Boe Ouw, kekelenteng Tan Touw Am.
jang berada dibelakang kuil Kee Beng Sie.
Disitu terdapat rimba bambu.
Disitu dia dapat berdjumpa dengan Tjeng In.
Setelah itu, dia bersembahjang dihadapan sintjie Soe Ko Hoat.
Yan Goat, niekouw tjilik pelajan Tjeng In, melajnni tetamu ini.
Dia telah tambah usianja, dia nampuknja agak likat tapi dia menanjakan djuga kesehatannja Siam In.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dihari kedua, Tjeng In mengadjak Tjong Beng kekamar hongthio.
"Hiantit, lusa malam adalah malaman rapat."
Kata pendeta tua ini.
"Itulah rapat kaum Rimba Persilatan, jang ditetapkan tiap lima tahun sekali untuk kita golongan Selatan dan Utara. Sudah tentu, sifatnja adalah rahasia, maka untuk pergi menghadirinja orang dilarang djalan berombongan. Dia mesti datang setjara seorang demi seorang. Inilah guna mentjegah ketjurigaan pembesar negeri. Maka itu pinnie tak dapat djalan bersama kau. Sekarang pergilah kau ke Tang-moei, pintu kota timur, mentjari pondokan disana. Lusa malam djam satu, baharu kau pergi kebukit Tjie Kim San. Diudjung timur selatannja, di Beng Houw Leng, makam radja2 Ahala Beng, disitu kau mentjari aku. Apabila kau mendengar atau melihat sesuatu gerakan, kau djawab itu dengan gerakan tangan dan tanda2 rahasia. Nanti pada waktunja aku akan tjari padamu"
Lantas pendeta ini mengadjarkan segala tanda rahasia.
Tjong Beng menurut, ia adjak A Tan lantas meninggalkan kelenteng.
Pada malam jang didjandjikan, Tjong Beng berdandan rapi, pakaiannja hitam dan ringkas.
Ia tinggalkan A Tan dipondokannja.
Seorang diri ia menudju kemakam Beng Hauw Leng.
(Sekarang Ini orang harus keluar aari Chung San Gate.
Nanking, lalu djalan menudju ke Sun Yat Sen Mausoleum, ditinur-utara sana, dimana ada bukit, itulah makam Beng Hauw Leng itu.).
Sewaktu Tjong Beng sampai, keadaan sekeliiingnja sudah gelap-gulita.
Terketjuali desiran angin dan suara Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pelbagai matjam kutu, keadaannja sangat sunji.
Disana- sini hanja terlibat berselarakannja tubuh pelbagai patung dan kudapan.
Maka ia merasa heran, tetapi ia bersabar dan menantikan djuga.
Tidak selang lama, tiba2 sepotong batu menjambar lewat, djatuh dirumput disamping dia, lalu terdengar suara pelahan.
"Saudaranja si orang she Ang, pergi memutar kearah utara !"
Tjong Beng memasang mata, ia tidak melihat orang, lalu ia mendjowab menurut adjaran Tjeng In.
"Orang jang menjambangi makam sudah sampai."
Terdengar suara suitan mulut, lalu sunji pula.
Tjong Beng menudju keutara, dimana ia harus memutari bukit, ia lantas dapatkan sebuah tanah datar, ditengahnja ada tanah mundjul bagaikan bukit ketjil.
Di situpun tidak ada orang, ia ingat pesan Tjeng In, ia lantas mendekam kira2 satu djam kesunjian tetap memerintah disitu.
Masih lagi setengah djam Tjong Beng terus mendekam, sampai tiba2 ia merasa ada orang menepuk pundaknja dari belakang.
Ia pun segeia mendengar pertanjaan .
"Apakah kau tak sabar menantiku ?"
Walaupun ia kaget, tetapi hati Tjong Beng toh tenang, karena ia mengenali suara Tjeng In.
Ia hanja heran, mengapa ia tak sadar entah kapan datangnja.
Itu djuga membuktikan liehaynja niekouw tua ini.
Tjeng In segera memberi tanda mentjegah kawan ini buka suara.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia hanja me nundjuk kebukit ketjil ditengah tanah datar Itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng menoleh, ia tidak melihat suatu apa, ketjuali samar2 gumpalan rumput.
Ia mengawasi terus, sampai tiba2 terlihat sinar terang dibelakang bukit itu.
disusul sama muntjulnja bajangan dari satu tubuh jang besar dan djangkung tapi tak terlalu lama, tjahaja terang muntjul pula dari pelbagai djurusan, hingga diatas bukit itu menojadj terang.
Sebelum Tjong Beng tahu bagaimana harus berbuat, Tjeng In sudah menarik tangan badjunja mengadjak ia berbangkit.
Berbareng dengan mana ia tampak orang? muntjul disana-sinl disekitar bukit itu.
Djumlahnja seratus lebih.
Semua mereka itu mengangkat tangan dan berseru riuh, hingga berkumandang ditanah datar itu.
Njata orang2 itu muntjul dari gombolan rumput, dari belakang pepohonan belakang batu dan lain2nja.
Mereka laki2, wanita, pendeta dan imam.
Dandanannja berbeda-beda, dan wadjah mereka menundjukkan bahwa mereka bukan sembarang orang Setelah berseru2 mereka berdiri diatas bukit itu sambil mengangkat sebelah tangannja Tjong Beng bisa lihat sekarang orang itu berumur belum berumur tiga puluh tahun, romannja tjakap gagah dan berpengaruh, ia merasa ia sendiri pun kalah tjakap walaupun orang2 menganggapi ia tjakap nan gagah sekali.
Kapan orang itu perdengarkan suara suaranja itu terang dan njaring, ia pun menggerak-gerakkan tangnanja dengan mengesankan.
Ia menjebutkan nama2 setiap hadirin berikut nama partai2 nja.
Dan setiap ia menjebutkannja, orang, jang disebutkan menjahut "Ja".
Umpamanja ia panggil "Soe In Teng dari Ngo Bit Pay, Ong ln Liong dari Tiang Pek Pay, Tjong Lioe dari Peng Tjong Pay Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dan lainnja. Dari sebab ini Tjong Beng dapat mengetahui kawan2nja sudah datang. Pun disebut nama Tjeng In dari Tjeng Liong Hwee, Ong Tjong Beng dari Thay Kek Pay di Ngotay dan Tan Hin Beng dari 2Thay Kek Pay di Lan-kee- kauw.
"Hidup ketua kita"
Begitu mereka berseru-seru sehabisnja suara orang diatas bukit itu bitjara.
Orang itu terus lontjat menjusul mana, api padam seluruhnja, hingaga bajangannja sadja kelihatan berlontjatan, terus lenjap ditempai gelap.
Hatinja Tjong Beng bersemangat, tapi ia masih gelap mengenai pertemuan itu.
Dengan berdiam sadja, ia turut Tjeng In turun gunung.
Ditengah djalan, ia mendengar suara tertawa dibelakangnja.
Kapan ia menoleh, ia melihat In Liong dan In Teng, ia memberi hormat pada mereka itu.
Achirnja mereka djalan sama2 sambil memasang omong.
Njata In Liong telah membawa In Teng ke Koen-beng untuk menemui Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng, guna menghaturkan maaf, hingga permusuhan di antara ketiga saudara perguruan itu dapat diredakan.
Beng Pioe dan Lina pun suka memaafkan.
Menurut In Liong, ia pun sudah merangkapkan djodoh Kioe bwee ho Hoa Tjoe Hong, dengan bekas Kaisar Soen Tie.
"Tjong Lioe "
Kata Thian Tie Koay hiap.
"sudah pulang kepada suku-bangsaja dimana dia diterima sebagai yoe- thio ketua. Sedang Tan Hin Beng di lan-kee kauw sudah mulai menjiarkan ilmu silat Thay Kek Pay, tak lagi dia mendjadi Lioklim Rtmba Persilatan"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Siapa ketua tadi ?"
Tjong Beng tanja aehirnja.
"Bitjara tentang dia, dia adalah seorang luar biasa pada djaman ini"
Sahut In Liong "Untuk kaum kita... Selatan dan Utara, dialah jang duduk dikursi pertama. Tidak ada jang tidak tunduk kepadanja"
"Siapakah namanja.. Bagaimama bila dia dibandingkan dengan kau sendiri, loodjinkee ?"
Tjong Beng tanja pula. Loo-djinkee orang tua jang terhormat.
"Aku si tua tak dapat dibandingkan dengannja"
Djawab Thian Tie Koay Hiap.
"Dia masih muda tapi berasal-usul luhur. Nanti setelah hidup lagi sekian lama dalam kalangan Rimba Persilatan, kau bakal mengetahui sendiri tentang dia". Sampai disini bagian pertama tjerita silat bersambung ini berachir....
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS Pendekar Laknat Pendekar Tiga Jaman Karya SD Liong Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear