Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 3


Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 3


ra kenali orang itu, jang memang bukan lain daripada Poei Kong.

   Tapi djusteru itu, Poei Kong telah diserang piauwnja sitjulik siapa, selagi Poei Tjeng berseru, sudah gunai ketika itu lari naik keatasan genteng darimana dia menjerang dengan Kim-tjhie-piauw beruntun-runtun, sampai dua- belas kali.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Poei Tjeng terkedjut menampak kakaknja dibokong setjara demikian, selagi sikakak itu memeluki Boe Tjioe.

   Dalam keadaan sebagai itu, tak sempat ia menolongnja.

   Akan tetapi Tjoan-in-yan Poei Kong benar liehay, ketika ia dengar sambaran angin sendjata rahasia itu, ia segera berkelit sambil membuang diri ketanah dan bergulingan, tubuhnja Boe Tjioe ia lindungi dengan tubuhnja sendiri, lalu dengan kakinja ia sampok beberapa batang piauw jang menjambar itu.

   Ketika Poei Tjeng berpaling kearah musuh, musuh itu sudah tak kelihatan meski bajangannja pun, maka sekarang ia tak kepalang lega hatinja.

   Ia bersjukur kepada saudaranja, jang datang disaat sepenting itu.

   Ia tidak tahu bahwa sedjak tadi kanda itu tanpa rintangan sudah membajanginja, untuk dimana perlu segera dapat membantunja.

   Maka datangnja tepat selagi Boe Tjioe terantjam bahaja maut.

   Karena lebih perlu melindungi sang botjah, Poei Kong dan Poei Tjeng tidak pikir untuk kedjar musuh mereka.

   Dipihak lain, Poan Liong Tay-hiap sudah desak musuhnja, ia kirim satu babatan berbahaja, jang disusul satu suara menjereset.

   Itulah hasilnja serangan "Badai menjapu daun,"

   Jang mengenai ikat kepala musuh, siapa masih bisa berkelit, hingga kepal2nja luput berkenalan pedangnja ketua dari Tjeng Liong Hweeitu. Meskipun demikian, kawan pentjulik itu masih tidak mendjadi takut, sebaliknja dengan suara dingin dia kata.

   "Kau beruntung, binatang ! Hari ini tuanmu kasi tempo kepalamu tinggal tetap dibatang lehernja, untuk dititipkan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dahulu!"

   Lalu, setelah tertawa mengedjek, ia melenjapkan diri ditempat gelap.

   Poan Liong tidak niat menguber, karena ia lihat sibotjah.

   Boe Tjioe, sudah ketolongan.

   Achirnja, bertiga mereka balik ke OngKee-tjhung dimana mereka disambut oleh Kim Tiong Hoa, Pian Kim Kong dan Liok Goan Hoa.

   jang datang menjusul, lalu ber-sama mereka balik kerumah.

   Pertempuran mereka jang sedang menghebat tadi, tertunda karena muntjulnja Kawanan pentjulik, tapi sekarang, setelah Boe Tjioe ketolongan, mereka timbulkan pula soal pertempuran mereka Itu.

   Kali ini, Pian Kim Kong sibuk sendirinja.

   Dialah biang gara2 pertempuran itu, ia ingin supaja dua saudara Poei dan Kim Tiong Hoa bikin perhitungan denean Ong Wie Yang.

   Ia mengerti bahwa apabila perdamaian dapat penjelesaian, tjelakalah ia sedikitnja ia akan dapat malu besar.

   Bukankah dengan demikian rahasianja akan terbuka? Apa daja sekarang? Ia segera dapat akal.

   "Ong Wie Yang!"

   Ia lantas berseru sambil lebih dahulu ia gebrak medja dengan goloknja - golok Bwee-hoa-too.

   "Kuku2 garuda sudah kabur, maka marilah kau keluar untuk terima binasa! Kau harus ingat, kau telah binasakan ibuku dengan membokong!"

   Kata2 djumawa ini dikeluarkan tanpa Pian Kim Kong perdullkau djusteru waktu Poan Liong Tay-hiap sedang haturkan terima kasihnja kepada Poei Kong dan Poei Tjeng, jang sudah bantu ia menolongi Wan Boe Tjioe.

   Mendengar itu, Poan Liong tidak mendjadi gusar, sebaliknja ia tertawa.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Sabar, Toa-liongtauw,"

   Kata Poan Liong kepada ketua Tjeng Pang dari Tiang Kang itu.

   "Urusan kita kedua pihak bukannja tak ada dajanja untuk didamaikan, mengapa kita mesti andalkan tenaga kekerasan sadja untuk membereskannja? Sekarang aku sedang memikir untuk mohon Hoat Hong Tiangloo mendjadi pihak ketiga untuk mengirimkan wakilnja pergi kerumahmu membuat penjelidikan atas kedjadian malam itu, nanti hasilnja penjelidikan itu kita rundingkan pula untuk didjadikan dasar siapa benar dan siapa salah"

   Pian Kim Kong tidak tunggu sehingga orang bitjara habis, ia sudah memotong.

   "Poan Liong!"

   Bentaknja.

   "aku bukannja satu botjah tjilik, tak dapat kau gunai lipu-dajamu untuk memperlambat penjelesaian! Sekarang, dihadapan kedua iparku, aku sumpah hendak binasakan musuh dari ibuku!"

   Kembali Pian Kim Kong menghantam kan goloknja dimedja, hingga udjung medja kena dibatjok terpapas! Ong Wie Yang berdiri berdampingan Liok Goan Hoa, ia tak dapat menahan sabar pula, maka sambil hunus pedangnja ia berseru.

   "Pian Kim Kong, kau telah sembur orang dengan darah! Apakah kau sangka aku takut kepadamu?"

   Lalu dengan satu lontjatan pesat, Wie Yang pergi kedepan.

   Suasana djadi sangat tegang, tetapi djusteru disaat itu diatas loteng kembali terlihat berkelebatnja dua bajangan, satu diantaranja sambil mengempit orang, kedua bajangan itu agaknja hendak lontjat turun.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Semua orang terkedjut, lebih2 Poan Liong Tay-hiap, jang hatinja djadi bimbang.

   Karena segera ia ingat Boe Tjioe! Mungkinkah orang tjulik pula botjah itu? Apa benar musuh, setelah pergi jang satu, datang pula jang lain? Djuga Boe Tong Siang-Yan dan Kim Tiong Hoa sudah lantas lompat keluar, sedang kedua bajangan itu bergerak sangat tjepat, bagaikan menjambarnja dua ekor serak atau burung malam.

   Djusteru itu terdengar suara dalam bahasa rahasia.

   "Saudara2 huruf 'akur', inilah Kim-leng Yan!"

   Belum suara itu dikeluarkan semua, Goan Hoa sudah menjambuti.

   "Yan Hiantee disana?"

   "Ja!"

   Sahut suara itu, disusul dengan lompat turunnja orang itu sendiri. Liok Goan Hoa sudah lantas lintangkan goloknja didepan orang banjak, untuk mentjegah semua orang mendekati bajangan itu.

   "Tenang, saudara2!"

   Demikian orang she Liok ini.

   "Inilah soetee Yan Ie Lam dari Kim-leng!"

   Turunnja Yan le Lam jang telah berdiri didepan orang banjak itu disusul oleh bajangan jang kedua, maka orang lihat njata dihadapannja berdiri satu pemuda umur dua- puluh tahun lebih, mukanja bersemuh merah, dengan seorang pemuda tjakap-ganteng berdiri pula dibelakangnja, kulit mukanja putih, tanpa kumis atau djenggot.

   disebelah lengannja ada mengempit seorang perempuan jang mukanja terselubung ikat-kepala.

   Kedua Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pemuda ini mengenakan ya-heng-ie - pakaian untuk keluar malam.

   Semua orang, kenal atau tidak, heran atas datangnja Ie Lam serta kawannja itu jang bukan lain orang daripada Hoa Siang Boe, jang menjamar sebagai satu pemuda.

   Pihak jang kenal baharulah dapat mengenali Siang Boe sesudah mereka mengawasi sekian lama.

   Segera djuga Liok Goan Hoa memperkenalkan dua orang ini kepada semua hadirin disitu, terutama kepada mereka jang belum mengenalnja.

   Antara lain Boe Tong Siang-Yan, Kim Tiong Hoa telah kenal Ie Lam karena Liok Goan Hoa pernah adjak saudara seperguruan ini mengundjungi padanja diwaktu Goan Hoa mohon dituliskan surat perantaraan untuk Poei Thaykoen.

   Adalah Pian Kim Kong jang menghadapi Ie Lam ini mendjadi mata merah kalau mereka bukan berada diantara orang banjak, pasti ia sudah lantas menerdjang musuhnja ini.

   Dipihak Ong-kee-tjhung sendiri, mereka merasa heran atas kedatangannja Pat Pie Long-koen, merekapun men- duga2, siapakah wanita jang dikempit Hoa Siang Boe itu.

   Sudah diketahui, setelah menikan di Tin-kang, Ie Lam dan Siang Boe telah ikut It Tim Kie-soe Shie Liang berangkat pulang ke Shoatang.

   Dalam perdjalanan ini, selagi mereka melewati Lamkhia.

   ditengah djalan mereka telah bertemu Tiat-seetjiang Ghak Djie Siong si Tangan Pasir Besi, jang sudah antarkan Wan Boe Tjioe ke tjhongtjioe, dari mana ia terus pergi ke Tong San menemui Oey Bwee Kie-soe seperti didjandjikan.

   "Bagus kau telah datang!"

   Berkata Oey Bwee kepada orang she Ghak ini.

   "Djusteru ada urusan penting untuk Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mana perlu kau jang mengerdjakannja! Sekarang telah terbit kedjadian sulit dalam Tjeng Liong Hwee, aku kuatir Poan Liong Tjiang-in tidak dapat menjelesaikannja dalam waktu pendek.

   Sekarang pergilah kau ke Sioetjian, disana kau menantikan Ie Lam dan Siang Boe suami-isteri.

   kau mesti adjarkan mereka berbuat begini"

   Lantas ia berikan pendjelasannja.

   "Setjara begini, urusan sulit itu akan dapat dibikin terang Aku telah menghitung2, dalam perdjalanan pulang ke Shoatang. Ie Lam berdua akan lewat di Sioe- tjian. Maka kau lekaslah segera pergi!"

   Ghak Djie Siong terima tugas itu ia berangkat dengan segera ke Sioe-tjian, Kang-pak, dan benar seperti dugaannja Oey Bwee Kie-soe, disitu ia dapat menemui Ie Lam suami-isteri, ia terus beritahukan pesan guru mereka itu.

   Karena ini Ie Lam djadi ketahui Boe Tong Siang-Yan bersama Keng San It Loo Kim Tiong Hoa sudah pergi ke Ngo-tay untuk membuat perhitungan dengan Ong Wie Yang.

   Segera ia berdamai dengan isterinja, lantas mereka bekerdja menuruti pesan gurunja itu, jakni dengan menjamar sebagai pendjual silat, mereka pergi ke propinsi Ouw-pak, langsung datangi gunung Poan San di Gie-tjiang, sarangnja Pian Kim Kong.

   Dlwaktu itu, Pian Kim Kong tidak berada ditempat - ia telah meninggalkan Poan San sedjak kebinasaan ibunja - dan rumahnja itu hanja didjaga oleh beberapa saudara angkatnja.

   Siang Boe satroni rumah Pian Kim Kong diwaktu malam dengan bertindak hati2, tanpa dipergoki siapa djuga, ia berhasil mentjulik budak perempuan jang biasa melajani Poei Thay-koen dimasa hidupnja.

   Diperahu ditepi sungai, le Lam menantikan isterinja itu.

   Selagi air pasang, mereka meninggalkan Gie-tjiang menudju ke Han-kauw.

   Disini Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mereka ambil d jalan darat menudju Shoasay.

   Selama diperdjalanan, Ie Lam tidak menampak kesukaran meng- adjak2 budak perempuan itu, karena Siang Boe, isterinja, ada bersama pula.

   Demikian mereka telah sampai di Ong- kee-tjhung, tepat diwaktu malaman pertempuran.

   Mereka sebenarnja datang terlambat, kalau tidak terdjadi pentjulikan atas dirinja Wan Boe Tjioe itu, jang menjebabkan pertempuran tertunda sebentar.

   Begitu lekas setelah Ie Lam dan Siang Boe diperkenalkan, njonja Yan Ie Lam tidak berajal lagi akan buka ikat-kepala jang menjelubungkan kepalanja sibudak perempuan, tubuh siapa sudah dilepaskan dari kempitannja untuk dikasi berdiri.

   Pian Kim Kong segera kenali budak ibunja itu, ia kaget sehingga semangatnja bagaikan terbang kabur, wadjahnjapun berubah mendjadi putjat, akan tetapi sedapat2 ia tjoba menenangkan diri.

   "Para tjianpwee,"

   Ie Lam lantas berkata.

   "tentang kebinasaannja ibu jang terhormat dari Pian Liongtauw, sekarang silakan tanja sadja budak pelajannja Poei Thay- koen ini, dia tentu sanggup berikan keterangan se- djelas2nja."

   "Itulah tak dapat dilakukan!"

   Pian Kim Kong menjelak.

   "Budak perempuan ini seorang manusia rendah, dia djuga masih berusia sangat muda, kata2nja tak dapat dipertjaja!"

   Akan tetapi Boe Tong Siang-Yan tidak dapat dipengaruhi kata2 ini. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kim Kong, djangan sembarang omong!"

   Kata kedua engkoe atau ipar itu.

   "Mari kita dengar keterangannja budak ini."

   Pian Kim Kong tidak berani lawan kedua ipar itu, terpaksa ia bungkam.

   Budak itu dikasi duduk dipodjokan, orang tunggu sampai hatinja telah mendjadi tenteram, baharu dia mulai menuturkan kedjadian jang se-benaranja seperti jang dia saksikan dengan mata-kepala sendiri malam itu.

   Baharu dia menutur dibahagian Ong wie Yang menjerang dengan dua potong Lioe-yap-piauw jang Pian Kim Kong bisa sambuti untuk terus dipakai membalas menjerang mendadak dia mendjerit "Aduh!"

   Dan segera tubuhnja rubuh! "Djahanam ini melepas sendjafa rahasia!"

   Mendamprat Hoa Siang Boe kepada Pian Kim Kong, jang ia terus tuding, lapun lompat kearah ketua dari Tjeng Pang itu.

   Tiba2 pula, diantara sinar api, dua tjahaja terang berkilauan berkelebat dari ajunan tangan Pian Kim Kong, tjahaja mana menudju kearah Njonja Yan Ie Lam.

   Poei Kong dan Kim Tiong Hoa berdiri sedikit djauh dari Pian Kim Kong, tetapi untuk merintangkan kedua tjahaja itu, Poei Kong toh lompat djuga kedepan, sebelah tangannja diulur kepada tjahaja itu.

   Ia sama sekali tidak menduganja kepada Tjoe-bo-piauw jang liehay, ia hanja niat menghindarkan Hoa Siang Boe dari bahaja.

   Tjoe-bo-piauw mempunjai pesawat rahasia, diwaktu Poei Kong menjekalnja, pesawat itu kena terpentjet tanpa diketahui, maka segera terdengar beberapa kali suara jang sangat halus sekali, mendengar mana, ia mendjerit Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"tjelaka!"

   Akan tetapi sudah kasep, sebatang piauw telah mendahului nantjap dibahunja! Menjusul djeritannja Poei Kong, djuga Kim Tiong Hoa berteriak "aduh!"

   Karena ia pun terkena sebatang piauw, jang menantjap didadanja! Seperti telah diketahui, didalamnja Tjoebo-piauw terisi pula empat buah piauw lainnja, jang telah direndam dalam ratjun, maka itu, dua saudara Poei dan Kim Tiong Hoa tidak pernah menggunakan sendjata itu, ketjuali terhadap musuh besar jang perkasa.

   Mereka tidak tahu bahwa Pian Kim Kong sudah tjuri beberapa potong piauwnja orang she Kim ini.

   Poei Tjeng terperandjat menampak kakaknja terkena piauw, dalam murkanja, ia hunus goloknja dengan apa ia lompat kepada Pian Kim Kong, untuk serang keponakan jang ganas ini.

   Diwaktu si budak terkena piauw, suasana ditempat kedjadian itu telah mendjadi katjau, tetapi Pian Kim Kong, sehabisnja menjerang Hoa Siang Boe, mendahului lompat untuk angkat kaki.

   Maka ketika Poei Tjeng mengedjarnja, sudah tentu Poei Tjeng terhalang oleh mondarmandirnja setjara kalut dari beberapa orangnja Ong wie Yang, dari itu, disaat engkoe ini sampai diluar, Pian Kim Kong sudah lenjap ditempat gelap.

   Tadinja Poei Tjeng masih hendak menjusul dengan lompat naik kegenteng, akan tetapi ia segera dengar suaranja Hoat Hong Tiangloo.

   "Poei Hiantit, lekas kembali lebih perlu kau tolong kandamu! Tak usah kedjar padanja!"

   Poei Tjeng ingat kakaknja jang terluka, maka sambil kertek gigi, ia lantas kembali kethia dimana Poan Liong Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tayhiap ber-sama2 Liok Goan Hoa dan lainnja sudah angkat bangun Poei Kong dan Kim Tiong Hoa, untuk didudukkan menjender pada kursi malas.

   Dua orang jang terluka ini tidak merasakan sakit pada lukanja, akan tetapi karena bekerdjanja ratjun jang liehay, lambat-laun mereka mulai tak sadar benar akan diri mereka.

   Yan Ie Lam gunai pisau merobek lengan badjunja Poei Kong, guna periksa lukanja, jang hanja bertanda merah jang ketjil.

   Demikian djuga luka didada Kim Tiong Hoa ketika Poei Tjeng buka dengan paksa badju saudara seperguruannja itu.

   Poei Tjeng mendjadi sibuk, ia menghela napas.

   "Tidak aku sangka binatang itu, setelah tjuri piauw Kim Soeheng, sudah gunai itu untuk mengganas,"

   Katanja.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Sekarang dimana bisa ditjari obat pemunah ratjun piauw ini?"

   Poei Kong dengar suara adiknja itu, ia membuka mata.

   "Inilah kealpaanku,"

   Ia akui, saudara Poei itu putus asa, bukan karena luka keratjunan itu tidak ada obatnja, hanja mereka tidak membekalnja, obat pemunah berada djauh dikuil Tjie Yang Koan di In Bong."

   "Kuilnja Kim Soeheng telah terbakar habis, walau kita bisa pulang ke In Bong pun, obatnja tentu sudah tidak ada."

   Kata pula Poei Tjeng. Kata2 ini menjadarkan Yan Ie Lam.

   "Bukankah kau ada membawa sisa obat jang disebutkan itu?"

   Ia segera tanja isterinja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Hoa Siang Boe dengan tjepat turunkan buntalan dari bebokongnja, ia me-raba2 akan achirnja ia berseru."Ja, akupun sampai lupa!"

   Semua orang dalam ruangan itu, dengan tak ber-kata2 dan tanpa tubuh bergeming mengawasi si njonja muda, jang sudah lantas buka buntalannja, dari mana dia keluarkan dua botol ketjil.

   Dengan paksakan diri, Kim Tiong Hoa geraki tubuhnja untuk bisa melongok kepada Siang Boe, setelah mana, tjepat2 ia kata.

   "Ambil dahulu obat jang merah itu untuk luka diluar, lalu aduklah obat putih dengan air panas, untuk diminum"

   Walaupun ia nampaknja lelah, orang she Kim ini toh berbesar hati.

   Dengan ter-gesa2 orang lantas bekerdja, mengobati lukanja Tiong Hoa dan Poei Kong, sedangkan si budak perempuan diobati oleh Siang Boe, lalu ketiga orang jang tjelaka itu dikasi minum adukan obat bubuk jang putih.

   Orang tidak usah menantikan lama akan segera tampak tanda2 merah pada luka itu mulai lenjap, kemudian berubah mendjadi warna putih, menjusul mana, ketiga korbanpun tampak mulai dapat pulang kesehatannja, mereka mendjadi segar dengan tjepat.

   "Sekarang antjaman bahaja sudah lewat"

   Berkata Kim Tiong Hoa kemudian.

   "Yan Tauw-nia, dahulu kau telah tjuri obatku, tetapi sekarang dengan obat itu kau berbalik menolong kami, maka itu, walaupun Tjie Yang Koan telah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
terbakar habis mendjadi puing, kemusnahan itu ada harganja!"

   "Aku djusteru mohon dimaafkan untuk kelantjanganku itu,"

   Berkata Yan Ie Lam, jang segera gunakan ketika jang baik ini untuk menuturkan bagaimana Sin-tjhioe Ang-eng- tjhio Hoa Tjeng Tn telah terluka piauw beratjun itu, bahwa untuk menolong djiwanja dari bahaja maut, ia bersama Shie Liang segera pergi ke In Bong, dengan niatan minta obat pemunahnja.

   tetapi karena orang she Kim ini djusteru tidak berada ditempat, dengan terpaksa mereka mentjurinja, tapi apa tjelaka, diwaktu meninggalkan kuil, mereka lupa padamkan lilin, hingga diluar tahu mereka, api lilin telah menjambar kere hingga terbitlah bahaja kebakaran jang tidak disengadja itu.

   Mendengar ini, baharulah Kira Tiong Hoa dan Boe Tong Siang-Yan mengerti duduknja hal.

   "Ketika baru2 ini aku kirim Hian Tjeng dan kawan2 mendatangi Hoa-kay-tjhung,"

   Kata Tiong Hoa.

   "aku tidak membekalkan piauwku itu kepada mereka, tentulah Pian Kim Kong jang telah main gila hingga kesudahannja dia terbitkan gelombang hebat."

   "Melihat semua ini"

   Poei Kong pun berkata.

   "teranglah bahwa keruwetan dan ketjelakaan ini sudah terdjadi semua disebabkan oleh binatang itu. Lihat budak perempuan itu, karena dia mendjelaskan kedjadian jang sebenarnja, dia sudah lantas diserang supaja binasa untuk tutup mulutnja, agar dengan demikian persengketaan kita ini tak dapat diselesaikan dengan djalan damai."

   Budak itupun sudah mulai sadar akan dirinja, Siang Boe membangunkan untuk dikasi duduk. Tadi dia telah pingsan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
karena tubuhnja lemah dan terluka lebih dahulu daripada Poei Kong dan Kim Tiong Hoa.

   "Tjoba kau landjutkan penuturanmu,"

   Kata Siang Boe, setelah lihat si budak sudah pulih kesegarannja.

   Budak itu menurut, ia lantas melandjutkan keterangannja bagaimana Pian Kim Kong sudah djoroki ibunja sampai djatuh, hingga Ong Wie Yang damprat dan serang padanja dengan dua batang lioe-yappiauw, tapi piauw itu dapat disanggapi Kim Kong, jang terus balas serang Wie Yang dengan piauw itu, hanja jang sebatang ditimpukkan kepada Poei Thay-koen hingga njonja ini, jang tidak bersedia dan menjangkanja, telah rubuh sebagai kurban, tenggorokannja tertantjap piauw hingga binasa.

   Budak itu dapat melihatnja dengan tegas, karena ketika itu dia sedang pimpin bangun pada njonja madjikannja itu.

   Semua orang mendjadi murka terhadap keganasan dan kelitjikannja Pian Kim Kong.

   Mereka njatakan ingin tjingtjang ketua Tjeng Pang dari Tiang Kang Itu, hanja sajang, orangnja telah kabur entah kemana.

   Oleh karena kedjadian ini, lenjaplah persengketaan antara pihak Boe-Tong Siang Yan dan Tjeng Liong Hwee, bahkan mereka berbalik mendjadi sahabat kekal.

   Dua saudara Poei dan Kim Tiong Iloa lantas berdiam beberapa hari di Ngo-tay, akan kemudian turut Poan Liong Tayhiap pergi ke Tjhong-tjioe, untuk tinggal beberapa hari pula, kemudian mereka bertiga baharulah pergi merantau untuk tjari Pian Kim Kong.

   Tudjuh atau delapan tahun telah berselang.

   Tiat-eng- tjoe Liok Goan Hoa si Garuda Besi telah sutjikan diri sebagai pendeta dibawah pimpinan Hoat Hong Tiangloo Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dari kuil Pek Lok Sianlim digunung Ngo Tay San dengan nama Leng Khong. Dalam kalangan kang-ouw Hoat Hong didjulukkan "Twie Hong Mo"

   Tjhioe"

   Atau "Tangan Iblis Pengedjar Angin"

   Disebabkan ilmu silatnja jang istimewa, jaitu "Kiok-toat Kim-na"-"Merampas dan Menangkap"

   Dan sekarang, ilmu silat itu telah diwariskan kepada muridnja ini.

   Berbareng dengan itu, In-tiong-kiam Ong Wie Yang di Ngo-tay pun telah mengembangkan ilmu silat Thay Kek Sip sam-sie, jaitu ilmu silat tangan Thay-kek koen dan ilmu pedang Thay-kek-kiam jang kesohor hingga ia djadi sangat kenamaan diwilajah Hoa-Pak, Utara.

   Ia terus rawat dan didik Wan Boe Tjioe bagaikan anak kandungnja sendiri, ia wariskan ilmu silatnja, malah setelah Boo Tjioe berusia dua-puluh satu tahun, iapun nikahkan Boe Tjioe agar mempunjai turunan.

   Pada suatu tahun Poan Liong Tay-hiap telah datang berkundjung ke Ong-keetjhung didistrik Ngo-tay itu, untuk temui Ong Wie Yang guna mengasikan kisikan .

   ( ialah Boan-Tjeng Mo Ong atau Radja Iblis bangsa Boan (Tjeng) sedjak kegagalan dua pahlawannja mentjulik Boe Tjioe, sej hingga kini dia masih tidak puas, terkabar paling belakang ini, Mo Ong itu kembali sudah tugaskan dua Pahlawannja untuk mentjari pula Boe Tjioe.

   Telah ia ketahuinja, dua pahlawan itu Jakni pahlawan keraton, adalah Tiat-ljie-sian Liok liong si Djari Besi serta Kim-tjio-tjliio Pek Peng si Tombak Emas.

   Karena itu, Wie Yang diminta agar tetap waspada dan berlaku hati2.

   Ketika itu Wan Boe Tjioe sudah mahir ilmu silatnja, tidak sembarang ahli silat dapat merubuhkan padanja, walaupun demikian, untuk tidak berlaku alpa, Ong Wie Yang telah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kirim muridnja ini ke Pek Lok Sian-Lim digunung Ngo Tay San, untuk simurid sembunjikan diri didalam kuilnja Hoat liong Tiangloo.

   Pada suatu malam diwaktu rembnlaa suram tjahajanja, selagi Ong Wie Yang beristirahat didalam kamarnja, ia dapat tangkap suara bagaikan djatuhnja daun rontok.

   Ia bertjuriga, maka sambil bawa pedangnja ia lantas keluar dari kamarnja, hingga ia tampak berkelebatnja satu bajangan, demikian gesitnja bajangan itu hingga dalam sekedjap telah lenjap dari pandangan malanja.

   Tentu sadja djago Thay Kek ini bertambah tjuriga, maka ia lantas naik keloteng untuk memeriksanja.

   Daun djendela dari kamar isterinja Boe Tjioe nampak terpentang.

   Wie Yang memanggil2 sinjonja muda, tidak ada djawaban, ia hanja dengar tangisan bajinja Boe Tjioe, jang baharu berumur beberapa bulan.

   Karena ketjurigaannja itu.

   ia segera bangunkan budjang perempuan dan budjang lainnja, akau ber sama2 mereka memasuki kamarnja njonja Boe Tjioe.

   Untuk kekagetannja semua orang njonja Boe Tjioe kedapatan rebah dengan sudah hilang njawanja, dan bajinja terletak dilantai sambil menangis.

   Ketika tubuhnja njonja jang malang itu diperiksa, dibelakangnja majat Itu kedapatan satu lobang ketjil, dari mana mengalir keluar darah berikut polonja.

   Teranglah, luka itu disebabkan sendjata rahasia thie-liam-tjoe atau "mutiara besi"

   Dari Tiat-tjie-sian Liok Hong. Sjukur Wan Boe Tjioe sudah disingkirkan ke Ngo Tay San, kalau tidak, mungkin pemuda ini akan turut mendjadi korban pula seperti isterinja itu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dimalam kedua, dengan menunggang kuda Ong Wie Yang berangkat ke Ngo Tay San, untuk menjampaikan kabar buruk itu kepada Hoat Hong Tiangloo dan Liok Goan Hoa.

   Kedua pendeta itu, guru dan murid, mendjadi kaget.

   Dan Boe Tjioe jang mendengar kebinasaan isterinja itu, hampir pingsan bahna kaget dan murkanja.

   Akan tetapi bentjana tidak berdjalan sendirian.

   Malam itu dua pendjahat datang menjatroni djuga Pek Lok Sian- lim, dengan berani mereka menjerbu masuk.

   Mereka masing2 bersendjatakan sebilah pedang dan bandring lian- tjoe-twie.

   Ong Wie Yang bersama Liok Goan Hoa sambut pendjahat bergegaman pedang, dan Wan Boe Tjioe lajani pendjahat jang bersendjatakan bandring.

   Hoat Hong Tiangloo sendiri siap-sedia melindungi Boe Tjioe.

   Suara berisik karena pertempuran itu membikin kaget dan mendusi murid2nja Hoat Hong lain2nja, tetapi mereka berkumpul dengan tidak berani madju membantui, mereka hanja menjaksikan pertempuran dengan memasang obor terang2.

   Pendjahat jang bersendjatakan pedang berkelahi sambil saban2 menimpuk dengan sendjata2 rahasianja, jakni thie- lian tjoe, akan tetapi dengan memutarkan pedangnja Ong Wie Yang dapat melindungkan diri, hingga tiada sebutirpun sendjata rahasia jang mengenai tubuhnja.

   Dipihak lain, Goan Hoa bersama Wie Yang desak musuh jang berani dan liehay itu, sehingga mundur kesuatu podjok.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Hoat Hong jang tadi belum beraksi, kini telah turun tangan untuk melindungi Boe Tjioe, ia malah gunakan ilmu pukulan Kiok-toat Kim-na, hingga satu kali ia dapat sanggap dan sambar bandring musuh jang ia tariknja dengan keras, sehingga musuh menjelonong madju beberapa tindak, pada saat itu Boe Tiioe membabat dengan pedangnja membikin robek udjung badjunja penjerang gelap itu, hingga terpaksa penjerang ini lepaskan tjekalan kepada sendjatanja dan terus lompat mundur, akan naik ketembok sambil berseru.

   "Angin keras!"

   Itulah utjapan rahasia tanda bahaja bagi pihaknja.

   Djusteru pendjahat jang bersendjatakan pedang pun sedang didesak sampai bebokongnja nempel ditembok pekarangan, ketika dia dengar tanda kawannja, mendadak sadja tubuhnja menjerosot naik ditembok itu, hingga dia lolos dari kepungan.

   Menampak musuh mempumjai ilmu enteng-tubuh demikian liehay, Ong Wie Yang tidak memikir untuk mengedjarnja, ia hanja segera berkumpul bersama Hoat Hong untuk lebih penting melindungi Boe Tjioe.

   Penjerangan gelap ini membuat hati orang gentar, sebab dibuktikan dengan njali jang besar dan liehaynja kedua pendjahat itu.

   Maka selang dua hari, Wie Yang usulkan Boe Tjioe menjaraar sebagai pendeta, untuk menjingkir kelain tempat, supaia pihak musuh tak berdaja untuk mentjari nja terlebih djauh.

   Hoat Hong setudjui usul ini, malah ia menjarankan tempat penjingkiran jang djauh, ialah sebuah tanah pegunungan dipropinsi In-lam dimana ada satu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sahabatnja, seorang djago Rimba Persilatan, jang hidup diantara suku-bangsa le.

   Untuk ini, Hoat Hong lantas tulis surat perantaraan nja.

   Wie Yang pun mendjandjikan Boe Tjioe bahwa ia akan rawat dan mendidik bajinja itu.

   Maka selandjutnja, nona Wan itu, jang diberikan nama Siam In, tinggal menetap di Ong-kee-tjhung, diserankan dalam tangannja satu babu pengasuh jang dipertjaja.

   Pat Pie Long-koen Yan Ie Lam serta isterinja, Hoa Siang Boe, jang telah pulang ke Shoatang, dalam beberapa tahun sadja telah dapat memadjukan perkumpulannja, jakni Ang Teng Kauw, hingga nama mereka djadi terkenal, pengikut2 nja terdapat djuga sampai dipropinsi Hoolam.

   Tjongtauwbak, atau ketua umum, dan Ang Teng Kauw, jaitu TJoe Hoan, seorang keturunan dari pendiri Keradjaan Beng.

   telah mendapat sakit dan menutup mata djusteru disaat perkumpulannja sedang dalam kemadjuan pesat.

   Maka itu, pegantinja perlu dipilih dan diangkat.

   Untuk ini, orang harus minta petundjuk dari Pek Lian Tjouwsoe.

   Kesudahannja, orang jang terpilih adalah Biauw Hoat Tjindjln, jang tadinja mendjabat koen-soe atau djuru pemikir dari Ang Teng Kauw.

   Sebagai imam, atau tooajin, Biauw Hoat mengerti ilmu gaib, maka setelah mendjadi ketua umum, ia lebih merdeka menjiarkan ilmunja itu.

   Yan Ie Lam dan Shie Liang tidak setudju akan penggunaan ilmu gaib, beberapa kali telah mereka berikan pendapatnja, akan tetapi mereka tidak berhasil, maka kesudahannja mereka undurkan diri, mereka ambil djalan sendiri, ialah Shie Liang pergi tumpangkan diri kepada Sim Tiong Kiang, dan Ie Lam beserta isteri pulang ke Tinkang, kekampung halamannja, jakni Hoa-kay-tjhung.

   Kebetulan Hoa Tjeng In sering Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
terganggu kesehatannja disebabkan usianja jang telah landjut, maka Hoa Siang Boe lantas gantikan ajahnja mengurus Hong Tjiang Hwee, bersama suaminja ia membuat kemadjuan bagi perkumpulannja itu ialah Ang Pang, golongan Merah, dihilir sungai.

   Dihulu sungai sebaliknja, dalam golongan Tjeng Pang (Hidjau), telah terdjadi perpetjahan, disebabkan buronnja liongtauw atau ketua mereka jaitu Pian Kim Kong, hingga beberapa ketua muda mereka main berpengaruh sendiri, tanpa ke tua umum, mereka dapat berbuat sesuka nja sendiri dan se-wenang2.

   Yan Ie Lam ketahui keadaan katjau dalam Tjeng Pang itu, ia adjak Isterinja pergi ke Han-kauw, dimana mereka menginap dlhotel Hong An Tjan, mere ka adakan pertemuan dengan Hek-Thay swee Sim Tiong Kiang, untuk merundingkan persatuan dibawah pengaruhnja.

   Kebetulan sekail, Shie Liang telah djadi tangan kanannja Hek Thay- ewee, si Datuk Hitam.

   Ie Lam lantas diberikan bantuan sedjumlah anggauta.

   jang lantas dibawa ke Gie-tjiang, guna menunduki orangTjeng Pang jang bujar bagaikan pasir itu.

   Namanja Yan Ie Lam dimalui, beberape djie-liongtauw dapat ditakluki dengan ilmu silat dan pengaruh.

   Ada tiga djie-liong tauw jang membangkang, akan tetapi dalam satu pertandingan dengan Ie Lam.

   mereka telah dapat hadjaran setengah mampus.

   Maka diachirnja, semua orang Tjeng Pang mendjadi tunduk, semua suka masuk dalam Hong Tjiang Hwee.

   Setelah ini Shie Liang diminta untuk mendjadi pemimpin umum di Tiang Kang hulu.

   Karena Ini, pengaruhnja Hong Tjiang Hwee telah meluas diseluruh wilajah Tiang Kang.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Beberapa tahun telah berselang, Hoa Tjeng In telah pulang kedunia baka, dengan sendirinja Yan Ie Lam diangkat mendjadi pengganti ketua umum Hong Tjiang Hwee.

   Djusteru ketua ini memasuki usia tiga-puluh-lima tahun, pada suatu hari ia mengadakan pesta ulang tahun, ketjuali semua pemimpin sobawahan, ada hadir djuga banjak orang kang-ouw dari tempat dekat dan djauh, hingga Hoa-kay-tjhung djadi ramal luar biasa.

   Pestapun dibikin untuk tiga hari beruntun.

   Dimalam ketiga, le Lam masuk tidur terlebih dahulu, karena ia lelah dan pusing sudah minum terlalu banjak.

   Djuga Hoa Siang Boe merasa sangat letih, maka ketika ia masuk kedalam kamnrnja, terus sadja ia tertidur dengan njenjaknja.

   Hari sudah larut malam ketika Siang Boe terbangun dengan kaget karena api lilin tiba2 padam, ia tampak bajangan orang berkelebat didepan matanja.

   ia segera tolak tubuhnja Ie Lam dengan matan menggulingkan diri kebelakang pembaringan untuk sambar pedangnja, tetapi djusteru itu, sebatang golok menjambar kepadanja.

   Tak sempat lagi ia mengenakan badjunja, ia sembat selimut untuk dipakai menangkis serangan itu.

   Ie Lam pun telah sadar dari tidurnja, tetapi ia tidak lantas bangun, hanja dengan diam2 tetapi sebat ia tjekal pedangnja, ia tunggu datangnja serangan golok jang kedua kali, se-konjong2 ia bangun dan pedangnja menikam.

   Penjerang gelap itu mendjerit, sambil pegangi sebelah lengannja dia lari kabur.

   Ia Lam hendak mengedjarnja tapi Siang Boe segera tarik padanja, dengan maksud Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
peringatkan suaminja untuk berlaku waspada dan djangan sembrono.

   Adalah disaat itu tiba2 terdengar suara serr-serr dari arah djendela, satu sinar berkilauan menjambar masuk mengarah Hoa Siang Boe.

   Teranglah bahwa siorano djahat, sebelum kabur terus, sudah ambil tempo akan menjerang setjara diam2.

   Siang Boe sedang berduduk dialas pembaringan, sulit untuk dia berkelit, maka Ie Lam ulur tangannja menolak tubuh isterinja hingga sendjata rahasia lewat tepat disisi kuping isterinja ini.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Akan tetapi sendjata rahasia dilepaskannja saling-susul, maka sendjata jang kedua djitu sekali mengenai lengan Ie Lam jang sedang diulur kepada Isterinja itu.

   Hampir diwaktu jang bersamaan, dibawah loteng tertampak terangnja tjahaja api.

   Djeritannja sipendjahat telah menjadarkan orang2 jang ber-djaga2 diluar, mereka sudah lantas datang.

   Siang Boe segera mengenakan badjunja, kemudian ia peluk suaminja, untuk tjegah suami ini memburu keluar, ia periksa luka suaminja, ia dapati luka itu disebabkan sebatang tiat-tjitlee, besi mirip djarum jang banjak tjagaknja.

   Karena luka itu tidak besar, Ie Lam tidak menghiraukannja.

   Keesokan pagi2, Shie Liang datang menengoki.

   Ia adalah salah satu tetamu jang hendak memberi selamat.

   Ketika sahabat ini lihat lobang luka, ia kerutkan dahi, kemudian diam2 ia adjak Siang Boe keluar.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Enso, aku lihat saudara Yan terluka sendjata beratjun,"

   Kata ia pada njonja Yan itu.

   "Kau lihatlah, wadjah suamimu jang bersemu hitam dan napasnja memburu. Aku sangat kewatirkan kehebatan bekerdjanja ratjun itu. Pernah aku dengar hal sendjata rahasia jang biasa digunakan oleh suku-bangsa Lee digunung Ngo Tjie San untuk bela diri dari gangguan binatang buas dan ratjunnja adalah bisa ular jang liehay, aku harap sadja luka suamimu itu bukan karena sendjata rahasia sematjam itu"

   Mendengar keterangan itu, Hoa Siang Boe mendjadi kaget hingga mukanja men2 djadi putjat memang ia tampak wadjah dan keadaan suaminja sama seperti jang dikatakan Shie Liang itu.

   Shie Liang sendiri lantas bekerdja, untuk undang tabib, untuk panggil datang sahabat2 jang dirasa dapat menolongnja, akan tetapi Ie Lam lekas djuga tak sadar akan dirinja, napasnja empas-empls, selang dua-belas djam, mendadak dia pentang kedua matanja mengawasi orang banjak, lalu ia sambar tangannja Siang Boe, dia bersenjum, akan kemudian dia tutup matanja untuk se- lama2nja.

   Demikian berbuktilah kekuatiran dari Oey Bwee Kie-soe pada belasan tahun berselang, ketika ia menggeleng kepala dan menghela napas dikala ia hendak berpisahan dari kedua muridnja, Ie Lam dan Siang Boe.

   Tak usah dituturkan lagi bagaimana gusar dan sedihnja Siang Boe, sehingga ia hendak ambil keputusan pendek untuk mati bersama, sibuk orang membudjuki padanja dan membantui merawat majat suaminja.

   Ia bisa tungkulkan diri sampai seratus hari, kemudian karena ia memikir Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
bahwa sedjak menikah ia tidak pernah hamil atau peroleh anak, tiba2 ia ingat pesan gurunja selama di Tan Touw Am, Klm-leng, jang menjuruh padanja harus kembali kekuil setelah sepuluh tahun kemudian.

   Maka insjaflah ia akan peruntungan manusia, bahwa takdir tak dapat dilawan.

   Oleh karena ini, dapatlah ia berlaku tenang, ia tunggu sampai sudah se lesai mengubur djenazah suaminja dan lainnja jang mengenai upatjara perkabungan, lantas Ia berangkat ke Kim-leng, ke kelenteng Tan Touw Am dibelakang kuil Kee Beng Sie.

   Sesampainja didalam kelenteng, ia lihat Oey Bwee Kie-soe, gurunja, asjik menantikan padanja.

   Ia djatuhkan diri berlutut sambil menangis di depan guru itu.

   "Sudah, djangan berduka,"

   Oey Bwee menghibur.

   "Suamimu tak dapat menjingkir dari takdir, pertjuma sadja kau menangis. Pembunuh suamimu itu adalah Pian Kim Kong, turutilah petundjukku, kelak kau dapat tjapai maksudmu mentjari balas"

   Guru ini lantas membisikkan muridnja.

   Dihari kedua atas petundjuk gurunja Hoa Siang Boe lantas pamitan akan berangkat pergi.

   Selama dua tahun itu Hoa Siang Boe hidup dalam perantauan didaerah Selatan, dari Tjhong-gouw masuk djauh ke Kauwtjie (Annam Utara), lalu kepulau Haylam (Hainan), sampai achlrnja ia dapat djuga tjari tempat dimana Pian Kim Kong umpetkan diri.

   Sedjak kabur untuk mendjauhkan diri dari dua saudara Poei dan Kim Tiong Hoa, Pian Kim Kong tidak berani taruh pula kakinja diwilajah Tiongkok, dia sembunji djauh di Kauw-tjie dimana ia tjampurkan diri antara segerombolan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
perompak, hanja suatu kali selagi ikut membadjak dipesisir barat Haylam, ia dapat rampas ratjunnja suku-bangsa Lee jang biasa dipakai mentjelup tombak dan panah untuk memburu binatang liar.

   Kemudian, waktu turut membadjak kepesisir Tiongkok, ia gunai ketika akan menjelundup ke Gie-tjiang hingga ia ketahui partainja telah ditelan partainja Yan Ie Lam, hingga ia djadi semakin bentji musuh ini.

   maka ia menjelundup terus ke Tinkang dimana ia berhasil membokong Ie Lam sehingga menemui adjalnja.

   Segera ia kembali pula ke Kauwtjie.

   Dua tahun ia mendjadi perompak dan dapat mengumpulkan uang, kemudian ia pergi ke Haylam untuk berniaga sebagai saudagar bahan obat2an.

   Ia harap sebagai saudagar ia dapat hidup tenteram, tapi diluar sangkaannja, Hoa Siang Boe terus tjari padanja.

   Pada suatu hari Njonja Yan Ie Lam sampai digunung Ngo Tjie San, malang baginja, ia terserang hawa gunung jang djahat hingga ia rubuh pingsan, sjukur sekali ia diketemukan seorang tua, jang tolong padanja diadjak pulang kerumahnja orang tua itu.

   Dan kebetulan sekali, orang tua itu seorang Han, satu ahli silat Khong Tong Pay jang didjuluki Eng Djiauw Loodjin - Orang tua Kuku Garuda - jang diwaktu mudanja pernah berkawan untuk membunuh radja Boan, karena perbuatannja gagal, dia buron djauh ke Selatan.

   Dia mempunjai adik seperguruan, jakni Tiat-tjie-sian Liok Hong, jang gelap mata kepada penghidupan mewah, sudah sesatkan diri mendjadi andjingnja pemerintah Boan.

   Beberapa hari kemudian Hoa Siang Boe sembuh dibawah rawatannja Eng Djiauw Loodjin.

   Ia mentjeriterakan terus terang mnksudnja dalam perantauan ttu ialah untuk tjari musuh suaminja.

   Tertarik hati orang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tua ini, ia idjinkan sinjonja tinggal terus paduujn. bahkan ia adjarkan djuga ilmu menggunai sendjata rahasia thie- iiam-tjoe begltupun ilmu silai tongkat thie-sian-thung jang dinamakan "Lak-tjap-sie Sie Hong-liong-thung,"

   Atau Tongkat Naga jang terdiri dari enampuluh-empat (lnk-tjap- sie) djurus.

   Tongkat ltupun dinamakan Tat-mo-thung.

   Dua bulan lebih Siang Boe memfahami kedua ilmu itu, karena keras niatnja mentjari Pian Kim Kong, terpaksa ia pamitan dan djago Khong Tong itu.

   Achirnja ketemu djuga Hoa Siang Boe dengan Pian Kim Kong setjara kebetulan, karena meski benar Njonja Ie Lam tjari musuhnja ia toh tidak tahu alamatnja musuh ini.

   Siang Boe pergoki Kim Kong sedang berdagang, ia terus membajangi sampai dirumah musuhnja ini, ia menjatroni diwaktu malam harinja.

   Bukan kepalang kagetnja Pian Kim Kong akan kenali isterinja Yan Ie Lam.

   tetapi ia sudah buntu djalan larinja, terpaksa ia lajani njonja itu, jang bersendjatakan tongkat.

   Lebih dahulu daripada Itu, Siang Boe sudah tegur dan tjatji maki musuh jang rendah martabatnja ini.

   Dikala itu kepandaiannja Hoa Siang Boe telah banjak bertambah, didamping itu hatinja Pian Kim Kong sudah tjlut, maka pertempuran mereka itu tidak berdjalan lama.

   Siang Boe sedang sengit dan amarahnja telah memuntjak, sia-sia Pian Kim Kong keluarkan antero kepandaiannja, ia tak dapat bertahan lama.

   Ia djuga tak dapat ketika untuk menggunakan sendjata rahasianja.

   Selang beberapa djurus, tongkat besi njonja Yan mampir dikepalanja musuh besar itu, jang rubuh seketika, dan tubuhnja dikemplang ber-ulang2 hingga mendjadi remuk, sedang hatinja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ditjungkil dibawa pulang ke Tinkang untuk didjadikan korban sadjian menjembajangi rohnja Yan Ie Lam.

   Lega djuga hatinja Hoa Siang Boe, maka setelah beres semuanja itu, ia lalu berangkat ke Tan Touw Am dimana ia tuntut penghidupan sutji sebagai niekouw pendeta perempuan, jang kemudian oleh Ouw Bwee Kie-soe diberikan nama sutji Tjeng In.

   Ketika itu Hong Tjiang Hwee telah diserahkan kepada Shie Liang dengan wakil ketuanja Liok-hap-tjhioe Lie Tjoan, saudara angkatnja Hoa Tjeng In.

   Siang Boe tidak tjampur langsung lagi urusan partainja, akan tetapi walaupun sebagai orang alim, ia masih gemar melakukan perbuatan2 mulia menolong silemah hingga selama beberapa puluh tahun, banjak sudah hasil perbuatannja jang mulia itu.

   Kembali beberapa puluh tahun telah berselang.

   Poan Liong Tay-hiap dan Oey Bwee Kie-soe telah bergantian meninggal dunia, dan Boe Tong Siang-Yan, Kim Tiong Hoa, Shie Liang, Lie Tjoan dan lainnja orang2 tua jang masih belum meninggal dunia telah undurkan diri dari penghidupan biasa, mereka hidup menjendiri.

   Maka itu golongan Tjeng Liong Hwee mendjadi berada dibawah pimpinan In tiong-kiam Ong Wie Yang, Leng Khong Tiangloo (Liok Uoan Hoa) dan Tjeng In Loo-nio (Hoa Siang Boe).

   Tjeng Liong Hwee dan Hong Tjiang Hwee telah digabung mendjadi satu.

   Kemudian lagi Ong Wie Yang telah menutup mata, dengan meninggalkan dua putera, ialah Toakongtjoe (putera sulung Ong Tjoen Beng dan Djiekongtjoe (putera kedua) Ong Tjong Beng.

   Tjoen Beng pergi ke Thay Heng Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
San untuk beladjar ilmu pedang terlebih djauh, dan Tjong Beng menggantikan ajahnja mendjadi tjiangboendjin, ahliwaris Thay Kek Pay.

   Tjong Beng beroman tjakap dan gagah, oleh ajahnja ia telah dikirim ke Pek Lok Sianlim, untuk beladjar silat lebih landjut dibawah pimpinan Leng Khong Tiangloo.

   Seperti kita ketahui, Leng Khong ada punja dua murid lain, ialah Han Tam jang mendjadi pendeta, dan Pan Kee sianak pungut, jang kepandaian silatnjn tiada lebih bawahan daripada Tjong Beng, malah dia sangat tjerdas dan litjik.

   Tidak lama semeninggalnja Ong Wie Yang, Leng Khong Tiangloo tahu iapun bakal pulang ke Tanah Barat (alam baka), maka itu, ia sudah perintah Ong Tjong Beng pergi ke Kimleng temui Tjeng In Loo-nie, untuk ia menerima tugas-kewadjiban sebagai ahliwarls atau ketua Tjeng Liong Hwee diseluruh lima propinsi Utara.

   Hoa-Pak, karena waktu itu sendirinja Tjeng ln Loo-nie adalah ketua Tjeng Liong Hwee itu.

   Seperti kita sudah ketahui, sesampainja Tjong Beng di Kimleng, dengan menuruti pesan gurunja, lebih dahulu ia tjari pulau ketjil didanau Hian Boe Ouw untuk tjari sinjonja sbe Phoa, atau Phoa-sie sinjonja penguasa rumah, hingga ia bertemu dengan sinona djelita.

   Siam In, puterinja Wan Boe Tjioe, jang sekian lama dirawat keluarga Ong, disebabkan sinona inipun ditjari pahlawan2 Boan, dia sengadja diserahkan dibawah perlindungan Tjeng ln Loo- nie.

   Begitulah didalam gua, dibawah pimpinan Tjeng In Loo- nie, Ong Tjong Beng terima tugasnja sebagai ketua umum Tjeng Liong Hwee dengan mengangkat sumpah dihadapan patung Kok-pou Soe Ko Hoat dengan menerima djuga Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pedang kekuasaan Liong-gim-kiam, setelah mana, mereka kembali kekelenteng.

   untuk minum teh, dahar nasi dan ber-tjakapbersama Lie Tjin puteranja Liok-hap-ljhioe Lie Tjoan, Wan Siam In dan siniekouw ketjil Yan Goat.

   Tjeng In menuturkan perihal Tjeng Liong Hwee.

   hingga Tjong Beng ketahui d jelas asal-usul dan sepakterdjangnja kaum Tjeng Liong Hwee itu, malah djuga hal-iehwal ajahnja sendiri, Ong Wie Yang, keturunan dari Ong Tjong Gak, jang pertama kali mendapat djulukan Thay Kek Ong.

   Karena Ong Tjong Gak seorang waris Thay Kek Koen dari Thio Sam Hong.

   Thay Kek Koen.

   ilmu silat Thay Kek, asnlnja dinamakan "Sip Sam Sie" (Tigabelas DJurus) atau "Tiang Koen" (Pentjak Pandjang), termasuk dalam golongan Lwee-kee (bahagian Dalam), malah ketika mula2 Thio Sam Hong mewariskannja, katanja semua terdiri dari tiga-pululitudjuh djurus (sie) dengan dua-ratus enampuluh pukulan (tjhioe).

   vn Asjik sekali Ong Tjong Beng mendengarkan penuturannja Tjeng In Loo-nie, sehingga tanpa merasa ia dengar kokok ajam jang pertama kali, teringatlah ia akan pesan gurunja supaja dalam tempo empat-belas hari ia harus kembali ke Ngo Tay San kepada gurunja itu, maka lekas2 ia bersarapan pagi, terus ia adjak Siam In pamitan dari Tjeng In, untuk segera turun gunung.

   Tjong Beng dan Siam In semasa ketjilnja pernah hidup sama2 dalam satu rumah, lalu lama mereka berpisahan, hingga lupalah mereka akan segalanja, sampai kini mereka bertemu pula dalam usia remadja, maka menampak sinona demikian elok dan gagah, tanpa merasa tertariklah hatinja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sipemuda.

   Begitulah, dalam tempo jang pendek, sekali mereka bisa bergaul dengan rapat, tidak kikuk atau malu2 lagi.

   Pemuda-pemudi ini sampai didanau diwaktu matahari mulai mementjarkan tjahajanja jang ke-merah2an, membuat pemandangan alam sangat indah nampaknja.

   Untuk tidak pertontonkan kepandaian mereka berdjalan dipermukaan danau, mereka sewa sebuah perahu pelesiran untuk menjeberangi danau itu.

   Kembali kepada Phoa-sie, Tjong Beng lantas haturkan terima kasihnja kepada babu pengasuh ini jang sudah merawati nona Wan puluhan tahun lamanja, kemudian ia pamitan.

   Phoa-sie bersjukur melihat pemuda ini telah bisa warisi usaha ajahnja almarhum sebagai ketua Tjeng Liong Hwee, hanja ia menjesal Tjong Beng sudah harus lantas berangkat pula, lapun lihat Siam In berdiri diam sadja, agaknja sinona hendak bitjara tetapi dia ragu2.

   Ia mengerti akan sikap2 nja nona ini.

   "Kalian berdua saudara sudah lama berpisah, sekarang baharu bertemu tetapi segera akan berpisah pula,"

   Demikian katanja.

   "maka nona, pergilah kau antar kokomu, sambil djalan kalian bisa ambil ketika untuk bitjara2."

   Siam In girang mendengar kata? babunja itu.

   lantas sadja ia masuk kedalam untuk salin pakaian, kemudian berdua Tjong Beng ia keluar dari rumabnja.

   Lebih dahulu mereka seberangi sungai pergi ke Pouw-kauw, dari mana mereka sewa dua ekor kuda untuk menudju ke Ouw-ie, wllajah propinsi An-hoei.

   Mereka larikan kudanja keras sekali, mereka tiba ditapal batas sebelum tengahari didjalanan pegunungan jang banjak pohon2, hingga Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
burung2 mendjadi kaget dan beterbangan pergi, sedang bunga2 hutan, menjiarkan harumnja jang semerbak, hingga legalah hatinja kedua anak muda ini.

   "Adikku, kita sudah djalan setengah harian, mari kita beristirahat,"

   Kata Tjong Beng, jang perlahankan kudanja.

   "Kaupun harus kembali. Peribahasa mengatakan mengantar sampai seribu lie, orangpun mesti berpisah djuga. Dan kita, dibelakang hari akan bertemu kembali"

   Siam In tahan kudanja, ia menghampiri sebuah pohon dibawah mana ia lompat turun, demikianpun Tjong Beng.

   Setelah menambat kudanja, keduanja berebahan diri dibawahnja pohon untuk beristirahat.

   Tjong Beng pandang sipemudi disisinja itu jang membuat main kembang rumput.

   Masih pemuda ini mengawasi, sampai tiba2 sinona angkat kepalanja, hingga empat mata bentrok sinarnja, lalu tampak perobohan pada wadjahnja sinona jang kemerahan.

   "Adikku, kau besar di Kanglam, pantas kau mirip dengan nona2 Souwtjioe jang umumnja tjantik-elok "

   Tjong Beng mulai buka suaranja.

   "Tapi lama kau berdiam didaerah nelajan, apakah kau tidak merasa kesepian?"

   "Hal, koko!"

   Kata sinona.

   "Begitu buka mulut, kau mengedjek aku! Apakah kau pernah lihat banjak nona2 Souwtjioe jang tjantik-elok itu?"

   Tjong Beng insaf akan kekeliruannja, ia lantas tertawa.

   "Djangan gusar adikku, maaf, aku keliru omong"

   Katanja.

   "Sebenarnja belum pernah aku indjak Souwtjioe. Aku omong hanja dari pendengaran sadja. Mungkin nona2 Souwtjioe tak seelok kau"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sudah umumnja wanita suka akan pudjian, Siam In tak ketjuali, lantas sadja ia mendjadi gembira. Ia pandang sipemuda sambil bersenjum. Tjong Beng seorang pemuda jang masih hidjau, sekarang entah kenapa, melihat Siam In hatinja mendjadi tertarik.

   "Adikku."

   Katanja pula.

   "sekarang aku hendak kembali ke Ngo Tay, sesudah temui soehoe. baharulah aku akan pulang kerumah, untuk minta enso sambut kau pulang, supaja kau tak usah lebih lama pula berdiam didanau jang sepi ini"

   Inilah kata2 jang Siam In harapkan.

   "Terima kasih, koko,"

   Katanja sambil tertawa, dengan matanja mengawasi pemuda dihadapannja itu, kemudian ia berbangkit untuk segera lompat tinggi keatas pohon teh hutan, kedua tangannja mendjambret tjabang2, gerakannja gesit dan sebat mengagumkan.

   Sebentar sadja sinona telah turun pula dengan sebelah tangannja menggenggam setangkai bunga, ia menghampiri Tjong Beng, untuk tantjap bunga dibadjunja pemuda itu.

   "Koko,"

   Katanja.

   "aku doakan kau lekas sampai dengan selamat, adikmu dlsinl menanti kembalimu! Bunga ini dapat diumpamakan hatiku, semoga koko tidak akan melupakan bunga ini jang hidup ditanah pegunungan!"

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tjong Beng lihat wadjah orang jang terang dan mata bertjahaja, tanpa merasa ia tjekal tangan sinona itu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kau tetapkan hatimu, adikku,"

   Katanja.

   "aku akan segera kembali setelah selesai tugasku ini. Akupun bukannja tidak risau hati"

   Mendadak pemuda itu lepaskan tjekalannja dengan merasa djengah sendirinja karena dengan tiba? ia dengar satu suara serak, jang datangnja dari satu pendjual arak jang muntjul dengan gerobak dorongnja, dari sebuah tikungan.

   Keduanja duduk pula.

   Memang pendjual arak itu setiap hari berdagang dengan mondar-mandir disitu.

   Ketjuali arak, diapun mendjual daging kerbau, taohu dan daging ajam.

   "Mari kita dahar,"

   Mengadjak Tjong Beng pada Siam In.

   Sinona manggut.

   Mereka minum arak, dahar taohu dan daging jang memakai kuwa.

   Angin jang meniup sepoi2 dan hawapun hangat, dengan bernawung dibawah pohon jang rindang, mereka dahar sangat nafsunja.

   Sehabisnja dahar, mereka lalu ambil selamat berpisah satu dengan lain.

   Siam In diatas kudanja berpaling, ia angkat tangannja jang menjekal tjambuk, kedua matanja bersinar hidup, lantas ia petjut kudanja jang segera membawa ia pergi.

   Tjong Beng terpaku bagaikan patung dari atas kudanja, sampai sinona sudah lenjap dikaki bukit, baharu ia membajar uang makanannja, dan kemudian larikan djuga kudanja menudju ke Ouw-ie.

   Perdjalanan pemuda ini dilakukan berhari2, beberapa kali ia harus menukar kuda.

   Setelah lewati Pang-pouw, ia menudju ke Tong San.

   Ketika achlrnja ia sampai ditepl Sungai Kuning (Hong Hoo), ia meng-hitung2 masih Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mempunjal tempo lima hari lagi untuk sampai di Shoasay.

   Maka legalah hatinja.

   Hari itu Tjong Beng singgah siang2 untuk dapat beristirahat.

   Malam hari sehabis bersantap malam, ia tengok tjuntja, ia dapat memandang bulan nan permai, timbullah kelnglnannja untuk djalan diwaktu malam.

   Lantas sadja ia siap, dan kemudian ia telah berada tengah perdjaianan, dari tepi Selatan menudju Barat.

   Selewatnja djam delapan, sampailah ia dlsebuah pesisir dengan sungainja jang lebar, hingga tak tertampak tepi diseberangnja, hanja dapat tampak air jang bergelombang.

   Ditepi itu banjak batu jang bertumpuk disana-sini, ada batu2 jang tingginja melebihi orang, berdiri mirip seperti binatang2 buas.

   Suasana itu menjeramkan tetapi tidak demikian dengan Tjong Beng, bahkan ia tertarik kepada pemandangan seperti ini.

   Maka ia sengadja djalankan kudanja per-lahan2, membiarkan dirinja di-sampok2 angin sungai.

   Achirnja, didepan sebuah batu besar dan rata, Tjong Beng turun dari kudanja, setelah tindih les kuda dengan sebuah batu besar, ia rebahkan diri diatas batu itu sesudah kasi keluar potji arak bekalannja, ia pakai buntaiannja sebagai bantal.

   Sambil beristirahat setjara demikian, dengan mata memandang keindahan sang malam, ia djuga minum araknja dengan sedikit2.

   Se-konjong2, pemuda ini dapat lihat berkelebatnja tiga bajangan, jang mulanja hanja sebesar kutjing, lalu setelah dekat mendjadi besar.

   Bajangan jang pertama tampak enteng sekali tubuhnja, dibelakangnja, kira2 dua-puluh tombak, menjusul dua jang lain.

   Dua orang itu menjekal Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
golok, agaknja mereka terhalang oleh djalanan jang sukar, batu jang berlumut, karenanja, tidak dapat mereka lantas dapat manjandak orang jang didepan Itu.

   Tjong Beng berada ditempat jang lebih tinggi, dnrl itu ia bisa saksikan ketiga orang Itu ber-lari2 bagaikan main umpetkan, sampai ia tampak orang jang pertama sembunji dibalik sebuah batu besar.

   Dua pengedjar itu kehilangan orang jang dlkedjarnja, lantas mereka mementjarkan diri sambil menggerutu.

   "Djahanam, aku hendak lihat berapa lama kau bisa umpetkan dirimu!"

   Merekapun berdjaga2 terhadap kemungkinan bokongan orang jang dikedjarnja.

   Tidak lama, mereka telah datang dekat ketempat sembunjlnja orang itu.

   Orang jang mengumpet ini lantas merabah ketubuhnja, dan dilain suat mendadak ia menimpuk kearah pengedjar2nja itu.

   Kedua orang itu dengar suara angin piauw, mereka menangkis dengan golok nja, lalu jang satu melompat terus sampai dua tumbak mendokati pembokongnja, akan tetapi sipenjerang itu kembali sudah menghilang.

   "Setan!"

   Mendamprat sipengedjar itu, jang lantas berdua kawannja mengodjar pula, mereka tampak bajangan itu lari disebelah depan.

   Orang pertama itu telah merajap kedekat Tjong Beng, agaknja ia torperandjat melihat seekor kuda berada disitu siap dengan pelananja, dari terkedjut ia mendjadl girang.

   Ia merajap terus menghampiri kuda itu, ia berdongko akan singkirkan batu penindih tali les.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng terus intai sepak-terdjangnja orang itu, sampai waktu itu baharulah ia hunus pedangnjo, ia lompat mentjelat kepada orang tidak dikenal itu.

   "Djangan turun tangan!"

   Ia membentak.

   Orang itu kaget, tapi masih ia bisa mundur akan berpaling kepada pemuda kita, Jang sebaliknja pandang ia dengan tadjam.

   Disaat itu, dua pengedjarnja pun telah sampai disitu, jang segera menjerang kepadanjn.

   Ia mempunjai pedang jang diselipkan dibebokongnja, dengan gulingkan tubuh ia berkelit, lalu ia hunus pedangnja untuk berikan perlawanannja.

   Ia melawan dengan menggunakan ilmu silat "Jiauw liong tjoet soei", atau "Ular naga keluar dari dalam air".

   Dengan lantas mereka itu bertempur dengan seru.

   Berdiri diam disisi kudanja, Ong Tjong Beng tonton pertempuran itu.

   Dengan pedangnja bergerak kekiri dan kanan, dengan kellntjahannja, orang jang dikedjar itu balas menjerang kedua pengedjarnja, hingga mereka repot membela diri, terutama mukanja.

   Tapi mereka djuga berdaja untuk dapat menahas tangan jang menjekal pedang itu, atas mana orang itu dengan "Sia hoei taivpian"

   Atau "Miring menerbangkan rujung sebatang"

   Menangkis terpental golok jang satu, lalu dengan "Giok-lie tjoen so"

   Atau "Bidadari menenun", menghalau sendjata jang lainnja, untuk diteruskan dengan serangan kaki kiri setelah lebih dahulu menggunakan tipu "Tjoan sin teng kiak"

   Atau "Memutar tubuh, mendjedjak kaki"

   Kemudian, dalam Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
gerak-tipunja lebih djauh ia mainkan beruntun pelbagai tipu-silat "liong hong tian tjie" (Burung hong pentang sajap), J2ay tee tam tjoe" (Didasar laut mentjari mutiara).

   "Tjo yoe in mo" (Dikiri kanan membuka mega), disusul dengan "Ya ma twie hong" (Kuda hutan mengedjar angin) dan "Tiang keng djip hay" (Ikan lodan masuk dalam laut) Dua gerakan jang belakangan ini adalah tipu2 silat "Sip Sam Sie"

   Dari Ong-kee Thay Kek Koen, jaitu ilmu silat Thay Kek dari keluarga Ong. Maka, menjaksikan tjara bersilatnja orang itu, Tjong Beng mendjadl heran.

   "Inilah aneh,"

   Demikian pikirnja ahliwaris Thay Kek Koon Ini.

   "Turut apa jang aku ketahui, ketjuali pada keluargaku sendiri. Thay Kek Koen tjuma diadjarkon kepada Tan Tjioe Tong di Tjiatkang dan Tjhio Hoat di Hoolam. Itulah jaug dinamakan Thay Kek Lam-tjong, atau Thay Kek Koen bahagian Selatan. Untuk di Utara. Thay Kek Koen disiarkan Tjhio Hoat kepada Tan Tiang Hin dari Tan kee kauw. Maka diwilajah Shoatang, belum pernah aku dengar ada keturunan waris ilmu silat kaum keluargaku ini. Tempat ini termasuk daerah Sioe-siang wilajah Shoatang, dekat dengan Hoopak mungkin kah orang ini ada punja hubungan dengan pihak keluargaku ?"

   Djuga Tjong Beng dapat mengenali ilmu silat golok kedua pengedjar itu ialah dari golongan Liok hap Tjhioe, dan bersilatnja mereka itu sangat sempurna.

   Masih pertempuran berdjalan terus sampai tiba2, salah satu pengedjar lompat mundur keluar dari kalangan, untuk berdiri diam, menonton kawannja berkelahi seorang diri melajani musuh jang perkasa itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Tentulah dia hendak berkelahi dengan siasat bersilih- ganti,"

   Tjong Beng pikir.

   Sekarang pemuda ini dapat melihat tegas pengedjar jang menonton ini.

   usianja baharu tiga-puluh lebih, wadjahnja bersemu merah, tapi pakaiannja orang itu membuat pemuda kita terperandjat itu lah seragam militer.

   Sesudah pertarungan berdjalan sepuluh djurus lebih.

   "penonton"

   Ini segera lompat madju menjerang musuh, dan kawan nja menggantikan lompat mundur dari kalangan, untuk dapat beristirahat.

   "Kalau terus dipadani demikian, pemegang pedang itu bisa tjelaka "

   Tjong Beng berkata daiam batinja. Sekarangpun ia bisa lihat, pemegang pedang masih berusia muda dan romannja baik2.

   "Itulah perkelahian tjurang,"

   Pikir pula pemuda kita.

   "Mengapa aku tidak hendak membantui pemegang pedang itu ?"

   Dasar muda usianja, dengan gampang Tjong Beng ambil putusan, ia tidak memikir mentjampuri urusan orang lain.

   Perkelahian berdjalan lagi belasan djurus.

   sipemuda jang menjekal pedang musih dapat bertahan nampaknja, mata hamba negeri jang menonton itu lantas merabah ketubuhnja, sesudah mana tangannja diajun kearah musuh, tiga sinar menjambar dari tangannja itu.

   Orang jang dibokong dapat lihat tjahaja itu atau ia telah dengar sambaran angin, mengerti ia akan datangnja sendja2 ia rahasia, tetapi ia sedang didesak, ia tidak bisa berkelit, dari itu terpaksa ia ambil kesempatan menjampok serangan itu ber-ulang2.

   hingga ketiga sendjata rahasianja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
djatuh ketanah.

   Djusteru itu, musuhnja merangsak pula, sedangkan sebatang golok menjambar hebat kearah kakinja hingga ia mendjadi sangat repot.

   Golok ini adalah serangan sipembokong itu.

   Dalam saat berbahaja bagi sipemudn itu, satu tjahaja putih menjambar kearah mereka, goloknja sihamba negeri jang tjurang itu ditangkis terpapas hingga dia tertjengang, begitupun kawannja dan pemuda itu.

   Menjusul tangkisan hebat itu.

   Tjong Beng muntjul diantara mereka kedua pihak.

   Kedua hamba negeri itu tertjengang sebentar, achirnja mereka mendjadi gusar sekali.

   "Hei, anak haram!"

   Bentak mereka.

   "Kiranja kau kontjonja dia ini! Kalau kau sudah bosan hidup, mari rasakan golok tuan besarmu !"

   Orang jang goloknja buntung itu tjabut rujung berantai sembilan, jaitu Kloe-tjiat Tie-bwee-pian, dengan satu S2betan jang menerbitkan suara berisik, lantas dia serang lehernja Tjong Beng.

   "Aku terima seranganmu "

   Sahut Tjong Beng sambil menangkis dengan pedang Liong-gim-kiam jang liehay Itu.

   Orang itu insjaf akan tadjamnja pedang lawan, ia bawakan serangannja keatas, dengan sebat ia ubah itu dengan sapuan kebawah.

   Tapi djuga Tjong Beng memutar pedangnja menangkis kebawah, hingga hamba negeri itu kewalahan tetapipun penasaran dia menjerang terus ber-ulang2.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dipihak lain, pemuda jang di-kedjar tadi masih melajani musuhnja, ia telah lihat ada orang membantui padanja, dengan sendirinja perhatiannja tertarik kepada si penolong tak dikenal itu.

   ia kagum akan saksikan orang bersilat dengan Thay Kek Kiam jang terlebih iintjah dan gesit daripadanja.

   Tjong Beng lajani musuh belum sampai sepuluh djurus, dengan pedangnja ia telah rabuh rujung atau tjambuk jang berantai itu dengan tipu silat "Wan khauw seng bok"

   Atau "Lutung pandjat pohon,"

   Maka dengan beruntun, rujung berantai itu terpapas satu demi satu, semuanja meluruk ketanah. Hamba negeri itu segera lompat mundur.

   "Kawan, angin keras!"

   Dia teriaki kawannja sambil ia sendiri terus lari. Kawannja menjusul dibelakangnja meninggalkan musuhnja djuga. Menampak larinja musuh, pemuda jang bersendjatakan pedang itu hendak mengedjarnja.

   "Sahabat, djangan kedjar mereka!"

   Tjong Beng meneriaki.

   "Biarkau mereka kabur!"

   Anak muda itu urung mengedjar, ia masukkan pedangnja kedalam sarungnja jang tergendol dibebokongnja, dengan lekas djuga ia menghampiri Tjong Beng, untuk memberi hormat sambil berlutuL "Tjongsoe, terima kasih"

   Ia kata.

   "Tanpa bantuanmu jang berharga ini, mungkin aku dapat tjelaka. Akupun mohon Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dimaafkan karena tadi aku lantjang hendak tjuri kudamu"

   "Djangan utjapkan itu,"

   Tjong Beng mentjegah sambil pimpin bangun pemuda itu. Setelah mana ia menanjakan she dan namanja pemuda itu.

   "Aku Tan Hin Beng,"

   Sahutnja anak muda itu, jang perkenalkan diri sebagai keponakan dari Thay Kek Tan di Tan-keekauw.

   Malah ia terus tuturkan hal dirinja pribadi.

   Hin Beng pernah turut udjian ilmu surat, ia lulus sebagai nomor satu, lapi namanja itu - Hin Beng - jang dapat diartikan "membangun keradjaan Beng,"

   Oleh kepala udjian dianggap bertentangan dengan nama keradjaan Tjeng, ia diminta tukar namanja mendjadi Soen Tjeng, artinja "Menurut kepada keradjaan jeng"

   Dan didjandjikan pangkal kehormatan. Ia tolak permintaan itu, jang menjinggung kehormatan dirinja Karena penolakannja ini, tidak hanja ia ditolak untuk turut udjian lebih tinggi, ia malah ditangkap dan ditahan atas tuduhan "niat berontak."

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Baharulah setelah ajabh dan saudaranja mengodol saku menjuapnja, baharulah ia dimerdekakan.

   Adanja hal2 dlatas itu, menjebabkan ia tidak mau lagi turut udjian ilmu surat, malah ia pergi meninggalkan Tan-kee-kauw untuk merantau.

   Ia mengerti ilmu silat djuga, tapi dalam perantauan ia tukar she dan nama.

   Pernah didjalan umum di Hoolam, Shoatang dan Titlee, ia begal para pembesar negeri busuk dan saudagar litjik, uang pembegalan itu ia sebar diantara rakjat melarat disepandjang tepi sungai Hong Hoo.

   Karena ia berdjenggot kuning, orang mendjulukkan padanja "Oey Sie Kek"

   Si Djenggot Kuning. Dan karena perbuatannja itu ia dimusuhi pembesar negeri, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
di-mana2 hamba wet hendak bekuk padanja.

   Hal ini telah terdjadi untuk beberapa tahun.

   Ia sangat litjin, penduduk melaratpun bantu melindungt padanja, belum pernah ia kena ditangkap.

   Sampai kedjadian hari2 jang belakangan ini.

   Soenboe dari Shoatang dapat memnekor djakan dua pouwkoay atau sersi Jang kenamaan, dua ahli silat Liok Map Koen dari Hoalam.

   Jakni Koay-gin Kheng Siang Tek si Mata Adjaib dan Twie-hong Tio Soe Hay si Pengedjar Angin.

   Kedua sersi ini sudah berpengalaman dan banjak mata2nja djuga, ketika mereka ditugaskan untuk membekuk Hin Beng.

   lantas mereka lepas orang disepandjang tepi sungai, dirumah-makan2 dan dalam hotel2, hingga achirnja mereka peroleh keterangan, bahwa dalam satu atau dua bulan.

   Oey Sie Kek tentu datang mengundjungi Say Song Hoei, satu bunga raja ternama diluar kota Sioe-tiang, letak rumahnja dilepl sungai.

   Lantas mereka bersiap dan memasang djaring.

   Pada malam itu, Hin Beng jang sedang tidur njenjak dikamarnja Say Song Hoei telah terbangun dari tidurnia karena gonggongan andjing jang riuh dan berisik segera ia padamkan api dan dandan.

   Djusteru itu, Kheng Siang Tek menerdjang masuk.

   Hin Beng sambar pedangnja ia tolak terbalik medja maka selagi Siang Tek terhalang ia lompat keluar, kebelakang Disini Tio Soe Hay mentjegat pada nja dan dibokong dengan satu batjokan.

   Ia berkelit dan lari terus kedjalan besar.

   Siang Tek dan Soe Hay terus kedjar padanja.

   sedang dibelakang dua sersi ini.

   ketinggalan orang2 polisi sebawahannja Diluar dugaan, disini Hin Beng dapat pertolongannja Tjong Beng.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pemuda she Ong itu djuga perkenalkan diri, setelah mana, keduanja lantas ikat tali oersahabatan.

   "Mari kita pergi dari sini!"

   TJong Beng mengajak.

   Berdua mereka naik atas bebokong seekor kuda.

   Hin Beng duduk disebelab belakang.

   Setelah melalui seratus lie.

   tibalah mereka disebuah kampung dimana ada seratus lebih rumah.

   Hin Beng menudju kesebuah rumah ia mengetok daun pintu, dari dalam rumah suara terdengar perlahan dan Hin Beng memperkenalkan dirinja lantas ia dibukakan pintu dan diundang masuk.

   Belum lama mereka berada dldalnm kesitu datang puluhan orang lain, jang semua mendjura kepada Oey Sie Kek.

   Ternjata ia seorang pemimnin.

   Sehabis memberi hormat, orang banjak Itu mengundurkan diri pula, beberapa diantaranja lantas menjiapkan barang hidangan.

   Hin Beng hormati Tjong Peng dengan tiga tjawan arak, terus mereka sama bersantap.

   Kudanja pemuda kita diberikan makanan djuga.

   Tjong Beng tidak berani siasiakan waktunja, sehablsnja bersantap ia lantas minta pamit dengan keduanja berdjandji dikemudian hari akan bertemu kembali.

   Selang empat hari, sampailah Tjong Beng didistrik Neo- tay Shoasay.

   Ia tidak berani pulang langsung kerumahnja, ia lebih dahulu menudju ke Ngo Tay San ia kaburkan kudanja seperti biasa.

   Hari itu Tjong Beng mengenakan badju kuning lapis ma- kwa, ikat pingeangnja hidjau, pedangnja tergendol dibebokongnia kudanja iang lari keras membuat debu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
meneulak naik. Ketika ia sampai dirumah makan dimana terdapat banjak pohon2. Lie Djie, pemilik rumah-makan segera lari keluar menjambut padanja.

   "Silakan mampir, kongtjoe!"

   Mengundang pemilik rumah-makan jang ramah tamah Ini. Diluar dugaannja Lie Djie, Tjong Beng tidak seperti mendengar kata ini, ia terus melewati rumah makan, ia mentjambuk binatang tunggangannia dikaburkan terus. Lie Djie mendjadi lesu tampaknja.

   "Saudara Lie kau tak dapat uang terkedjut!"

   Menggoda satu tetamu.

   "Tidak, sebentar djie-kongtjoe tentu akan kembali, dia mesti mampir disini Kudanja harus diberi makan"

   Jawabnja Lie Djie, hanja untuk hiburkan diri sadja.

   Tjong Beng telah mendekati Ngo Tay San, hatinja lega berbareng tegang.

   Lega sebab ia segera akan temui gurunja.

   dan ketegangan hatinja itu disebabkan ia ingat dahulu diwaktu ia pergi, gurunja sedang salut, entah kuat atau tidak guru itu menunggu kembalinja ia.

   Ia lantas ingat diwaktu malam ketika ia uruti gurunja ada berkelebat bajangan tak dikenal diluar djendela.

   Mungkin bajangan itu bermaksud tidak baik.

   Karena itu, Tjong Beng kaburkan kudanja lebih keras lagi.

   Ia lihat matahari sudah dojong ke Barat, ia tampak puntjak Tiang Djin Hong iang mendjulang tinggi, maka ingatlah ia kepada keterangan gurunja perihal harta karun jang masih terpendam dalam rahasia digunung Ngo Tay San itu ia masih simpan kuraala jang satu, ia masih mesti Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tjari kumala pasangannja, baharu ia dapat tjari tempat harta rahasia itu Tjong Beng masih memikirnja, Ia sudah mendekati Pek Lok Sian-im Ketika ia memandang kearah pendopo Tay Hiong Poo-thian, ia kaget bukan kepalang.

   Dimuka pendopo ia lihat ada berdiri sebuah tihang bendera tingginja beberapa tombak jang digantungkan dua poteng tjita putih dan hitam.

   Itulah tanda pulangnja seorang pendeta sutji ke Tanah Barat! Kalau bukannja Leng Khong Tiangloo, siapa lagi?.

   Begitu lekas ia sampai dimuka kuil, didepan kuil ada menanti beberapa orang, jang rupanja hendak sambut ia.

   Ia lompat turun dari kudanja, ia bertindak naik diundakan tangga.

   Segera ia dipapak Han Tam dan Pan Kee dengan tangisannja, keduanja mengenakan djuba ka-see hitam, tanda berkabung.

   Malah Pan Kee sebelum saudara ini datang dekat, sudah berkota.

   "Soeheng, baharu tadi malam soehoe meninggal, maka kebetulan sekali soeheng pulang"

   Tjong Beng lantas sadja menangis, hingga ia tak dapat mengutjapkan apa2.

   Setelah satu pendeta sambuti kudanja, ia ikuti kedua soeteenja masuk kedalam, terus sampai dimona djenazahnja Leng Khong Tiangloo diletakkan.

   Tak kuat iagi hatinja, ia menangis meng- gerung2 ia djatuhkan diri mendekam didepan djenazah gurunja itu.

   Han Tam dan Pan Kee serta lai2 pendeta turut menangis djuga.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Lama djuga Tjong Beng menangis, ia pandang muka gurunja, jang tampaknja masih segar bagaikan hidup, melainkan kedua matanja terbuka diam.

   Pan Kee, jang berdiri disisi, ambil saputangan, dengan apa ia usap2 mata gurunja itu jang lantas tertutup rapat, akan tetapi selang sedikit lama mata itu terbuka pula sedikit Tidak enak perasaan hatinja Tjong Beng, maka Itu ia meneliti seluruh tubuhnja guru itu, sampai kepada kaki dan dja2 rinja, akan tetapi ia tiada dapatkan sesuatu jang mentjurigakan, lalu ia tukar pakaian berkabung, untuk segera adjak kedua soeteenja damaikan upatjara mengabukan guru mereka.

   Telah diputuskan, upatjara itu diiakukan esok hari.

   Malam itu Tjong Beng beristirahat dalam kamar hong- thio, kamar gurunja.

   Sebenarnja ia sangat letih setelah melakukan perdjalanan bonjak hari dan terus menerus itu, tetapi entah kenapa, ia tidak dapat memedjamkan mata, pikirannja terus bekerdja, mengingatkan kata2 gurunja bahwa walau bagaimanapun, guru itu akan menunggui kembalinja ia.

   Ia pertjaja kekuatan hati gurunja itu.

   Maka ia heran, kenapa guru itu meninggal satu hari sebelumnja ia kembali.

   Mungkin ada orang bokong soohoe demikian ia menduga2.

   Lantas sadja dimatanja terbajangkan wadjah gurunja, wadjah jang halus dan ramah-tamah tetapi jang bersorot duka itu.

   Maka gontjanglah hatinja.

   Tengah Tjong Beng melamun itu, tiba2 ia dengar suara pintu terbuka, lantas daam gelap-gulita berbajang satu tubuh menjelusup masuk.

   Segera ia lompat bangun, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tangannja menjambar Liong-gim-kiam dialas pembaringannja.

   Bajangan itu seperti telah menduga aksinja Tjong Beng, ia lantas berdehem dengan perlahan, hingga pemuda kita lantas dapat mengenali suara soeteenja, Han Tam, murid jang dipesan untuk kelak menggantikan sang guru mengepalai Pek Lok Sian-lim.

   "Malam2 kau datang, ada urusan pen tingkah, djie- soetee?"

   Tanja Tjong Beng sambil ia letakkan kembali pedangnja. Han Tam manggut, terus ia tutup pintu, kemudian ia melongok keluar djendela.

   "Ja, soeheng, urusan mengenai meninggalnia soehoe,"

   Djawab ia kemudian dengan perlahan.

   "inilah sebabnja mengapa aku datang malam2."

   "Silakan bitjara, soetee,"

   Menjilakan Tjong Beng.

   "Aku pulang terlambat, aku djusteru hendak minta keteranganmu mengenai soehoe."

   Han Tam hendak buka mulutnjo atau ia batal pula, agaknja ia ragu2, hingga terdengar hanja gerutuannja.

   "Apakah jang kau kawatirkan, djie-soetee?"

   Tanja Tjong Beng, ia menghibur.

   "Djangan takut, disini ada aku. Djangan kau bikin soehoe meninggal dalam penasaran."

   Kembali Han Tam pergi kedjendela dan melongoknja pula, setelah itu baharu ia mendekati soehengnja, kakak seperguruan, untuk duduk berendeng. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Soeheng, apa kata dan anggapanmu tentang sam- soetee?"

   Tiba2 ia menanja.

   "Bagaimana pandanganmu mengenai dia?"

   Tjong Beng bertjekat dihati.

   "Kau omong tentang Pan Kee?"

   Menegasi ia.

   "Botjah itu dirawat dan dididik soehoe sedjak masih ketjil, dia tjerdas sekali, diapun besar njalinja."

   "Bukan itu jang kumaksudkan"

   Han Tam menggeleng kepala.

   "Aku ingin ketahui, apakah soehoe pernah membitjarakan perihal sam-soetee itu kepadamu?"

   Ditanja demikian, mengingatkan Tjong Beng kepada kata gurunja mengenai Pan Kee diwaktu mereka hendak berpisahan.

   "Ja, ada,"

   Ia djawab.

   "Soehoe kata bahwa selama ini sam-soete suka bergaul dengan orang2 kang-ouw, jang soehoe anggap dari golongan sesat, bahwa perbuatan nja itu, sam-soetee hendak menjembunjikannja dari mata soehoe. Soehoe pun pernah buktikan beberapa kali, barang2 dalam kamarnja telah digeser sana-sini, rupanja sam-soetee mentjari tahu soehoe ada punja rahasia apa. Karenanja soehoe mengatakan padaku bahwa meski samsoetee tjerdas dan pandai bekerdja, namun hatinja tidak lurus, dikuatirkan dibelakang hari, kau dan aku nanti tidak sanggup mengendalikan padanja. Begitupun pada waktu perpisahan malam itu selagi soehoe tinggalkan pesan kepadaku mengenai Tjeng Liong Hwee, diluar djendela ada satu bajangan orang berkelebat, ketika aku menjusulnja, bajangan itu lenjap. Djie-soetee, apakah kau dapat lihat sesuatu jang tak lajak pada sikap atau perbuatannja sam-soe-tee itu ?"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Han Tam menghela napas.

   "Aku tidak dapatkan bukti apa2, akan tetapi ada hal-hal jang membuat aku merasa aneh,"

   Katanja.

   "Selang beberapa hari dari kepergianmu, soeheng. selagi hendak tengok soehoe untuk melajaninja seperti biasa, aku hentikan tindakanku didepan kamar soehoe, karena aku dengar suara bentakannja soehoe. Belum pernah soehoe segusar itu. Njata soehoe sedang mendamprat sam- soetee. Samar2 aku dengar soehoe menegur sam-soetee mengapa ia berani memaksa minta batu kumala dan soehoe mengantjamnja, apa2 bila soeheng sudah kembali nanti, soehoe hendak titahkan soeheng berurusan kepadanja. Setelah Itu aku lihat sam-soetee keluar dari kamar dengan muka gusar. Sedjak itu, sakit soehoe bertambah berat. Setiap hari soehoe menghitung2 hari kembalinja soeheng. Dua malam sebelum meninggalnja soehoe, waktu aku sedang liamkeng diatas loteng, aku dengar beberapa kali tepukan tangan enteng diluar pintu pekarangan, ketika aku mengintai, ku tampak beberapa bajangan berkelebat masuk kedalam semak jang lebat. Tak lama kemudian, aku lihat samsoetee keluar, ia lompat ketembok dan masuk kesemak itu djuga. Pada malam soehoe menutup mata, d waktu magrib aku masih dapat lihat soelur duduk ber samedhi, adalah mendekati djam sembilan malam, mendadak sam-soetee berseru2 mengatakan bahwa soehoe telah pulang kealam baka. Aku memburu kekamar soehoe, didalam hanja berada sam- soetee seorang, lain2nja pendeta pada berdiri sadja diluar pintu. Aku rabah tubuh soehoe, tangan dan kakinja, semua sudah kaku, mengundjukkan bahwa soehoe telah menutup mata sedjak satu djam berselang. Tjoba soeheng pikir, tidak anehkah itu?"

   Tjong Beng pun mendjadi tjuriga. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dengan Pan Kee ia belum pernah bentrok atau bertentangan dalam segala hal apapun, bahkan ia sering tundjang sam-soetee itu dengan keuangan, tetapi sekarang setelah mendengar keterangannja Han Tam ini, mengingatkan ia akan pesan gurunja mengenai adik seperguruan itu.

   Djuga aneh Pan Kee dapat ketahui tentang peta rahasia dan batu kumala itu, karena pada waktu gurunja menjerahkan barang itu kepadanja, disitu tidak ada orang ketiga Jang mengetahuinja.

   Mungkin benar Pan Kee bergaul dan bersahabat dengan orang2 jang sesat menurunkan tangan djahatnja, tapi pada tubuh gurunja tidak ada tanda luka jang merupakan sebagai bukti.

   "Tapi aku telah diserahkan tugas, tak dapat aku diam berpeluk tangan,"

   Pikir Tjong Beng, jang ingat kebaikan gurunja selama belasan tahun terhadapnja. Han Tam diam mengawasi, ia bisa duga pikiran kakak seperguruan ini.

   "Baik soeheng melakukan penjelidikan dengan saksama, temponja masih belum kasep"

   Han Tam peringatkan.

   "Sekarang baik kita berpura2 tidak tjuriga, tetapi dengan diam2 kita intai gerak-gerik samsoetee. Bagaimana pendapat soeheng?"

   Tjong Beng mengangguk tanda setudju.

   Setelah itu, soeheng dan soetee ini berpisahan.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Keesoknja Tjong Beng, dibantu oleh Pan Kee.

   Han Tam dan pendeta2 lainnja urus djenazahnj.

   Leng Khong Tiangloo, jang setelah disembahjangi lalu dibakar, tulang2nja disimpan diatas pagoda, untuk tudjuh hari lamanja semua pendeta terus membatja doa.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selelah semua beres, baharu Tjong Beng pergi kekota untuk pulang kerumahnja, untuk temui ensonja, Phoa sie.

   Dua hari ia berdiam dirumah, lalu kemudian ia kembali ke Pek Lok Sjan-lim dimana ia tinggal menetap.

   Beberapa hari berselang, dengan kedudukannja sebagai murid kepala, Tjong Beng mengadakan satu himpunan jang dihadiri Pan Kee, Han Tam dan semua pendeta lainnja.

   Ruang rapat bertempat dikamar hongthio.

   Rapat itu membitjara kan soal pengangkatan peganti mendiang Leng Khong sebagai pendeta kepala, dan Tjong Beng menundjuk kepada Han Tam untuk memenuhi pesan gurunja.

   Semua pendeta setudju ketjuali Pan Kee, jang mengatakan bahwa gurunja tidak meninggalkan pesan resmi, dan bahwa sang soeheng, Tjong Beng, jang bukannja pendeta, tidak berhak untuk mengambil keputusan.

   Ditentang setjara demikian, Tjong Beng gusar hingga ia hunus pedangnja dan dibatjokan kepada udjung modja.

   "Djikalau aku memalsukan pesan soehoe, biarlah dikemudian hari kepalaku bernasib sebagai tjontoh udjung medja ini!"

   Serunja.

   Lalu dengan mata mendelik ia mengawasi semua orang.

   Pan Kee tunduk, ia bungkam.

   Maka itu, hari itu Han Tam dinobatkan djadi pendeta kepala menggantikan gurunja mengepalai Pek Lok Sian- lim.

   Malam itu, berada seorang diri didalam kamar gurunja, Tjong Beng naik kepembaringan, akan terus lontjat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ketembok, dengan gerakan "Pek-houw yoe tjiang,"

   Atau "Tjetjak memain ditembok,"

   Ia merajap keloteng seperti tempo hari gurunja undjukkan, untuk buka lantai loteng jang terahasia setelah ia lompat turun, dengan api lilin ia menjuluhi lobang rahasia itu, ternjata peti kaju sudah terbuka, isinja teraduk, menandakan bekas orang membongkarnja.

   Diantara dekat lobang rahasia dan pembaringan lapun tampak lantainja gempur, maka ia menjuluhi lebih djauh.hingga ia dapatkan, didepan pembaringan ada berbekas melesaknja sepasang tapak kaki, hingga ia djadi heran.

   Itulah tapak kaki jang tidak pernah ada disitu.

   Melihat ukurannja tapak kaki itu, orangnja mesti bertubuh tinggi dan besar, dan melesaknja batu bagaikan tjetakan, membuktikan bahwa orang ith mempunjai tenaga kie-kang luar biasa.

   Lantai itupun terbuat dari batu hldjau jang keras sekali.

   Maka sebagai ahli, Tjong Beng mengerti, tentunja ada satu orang dengan ilmu silat tinggi jang berdiri didepan pembaringan itu dengan menggunakan tenaga-dalamnja menjerang Leng Khong Tiangloo jang sedang sakit, dan karena mengerahkan antero tenaganja, orang itu sudah indjak batu hingga melesak2 Serangan tenagadalam itu mungkin tak salah lagi adalah jang dinamakan "Hoat-hoa-tjiang."

   Kalau orang biasa terserang setjara demikian, rusaklah semua anggauta dalam tubuhnja, tetapi karena Leng Khong liehay, dia hanja tertekan dan tertahan napasnja hingga ia binasa dengan tubuh utuh.

   Karena tidak perlu memeriksa terlebih djauh, Tjong Beng tutup pula lobang rahasia itu, lalu keesokannja, ia beritahukan hal itu pada Han Tam, jang diam2 ia adjak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berdamai.

   Mereka hendak bertindak untuk melajani Pan Kee.

   Setengah bulan telah berselang pula.

   Pan Kee memberitahukan bahwa ia hendak turun gunung untuk tiga hari lamanja.

   Han Tam kasi idjin saudara ini pergi, ia tidak menanjakan sesuatu.

   Dimalam kedua dari kepergian Pan Kee, Tjong Beng dengar suara diluar kamarnja bagaikan djatuhnja daun2 rontok, disusul dengan batu jang ditimpukkan kepada djendela, setelah mana, dari luar itu terdengar tantangan.

   "Ahllwaris dari ThayKek Ong, mari keluar akan tjoba2 tadjamnja golok tuanmu!"

   Tjong Beng gulingkan diri turun dari pembaringan dan sambar pedangnja.

   "Sahabat dari mana itu?"

   Ia tanja.

   "Aku Ong Tjong Beng mempunjai dendaman apakah dengan kau?"

   "Tuanmu tidak sudi banjak ngotje! Djikalau kau tahu diri, lekas keluar!"

   Demikian djawaban jang katak dari luar Itu.

   Tjong Beng tidak takut sedikitpun walau ia ketahui orang bermaksud djahat, dengan tiba2 ia lompat kedjendela, jang daunnja ia dupak terpentang, menjusul lompat keluarnja ia, maka segera ia tampak berdirinja tiga orang dimuka pajon, dengan dandanan singsat putih seluruhnja, semuanja menjekal golok.

   Dan mereka itu, begitu lihat ia keluar, lantas bergerak madju menerdjang.

   "Baik aku pantjing mereka kedepan pendopo,"

   Pikir Tjong Beng.

   "mungkin disana ada orang jang membantu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
aku."

   Maka ia segera lontjat naik keatas genteng untuk lari kedepan. Tiga orang tidak dikenal itu lantas menjusul, malah jang satu, jang liehay ilmu mengentengkan tubuhnja lompat menubruk dengan batjokannja dalam tipu "Tjiauw hoe tjam tje"

   Atau "Tukang kaju menebang pohon."

   Tjong Beng tahu ia dibokong, ia berkelit sambil berlompat, hingga golok penjerang mengenal genteng.

   Ia lompat terus turun kebawah, kesebuah pekarangan luas belasan tombak.

   Disini ia berhenti lari, maka dengan sekedjap, ia sudah mulai dikepung ketiga orang tadi.

   Tidak gentar Tjong Beng dikerubuti bertiga, malah Sip- sam-sie Thay Kek Kiam sangat diandalkan menghadapi kepungan musuh, sebaliknja ketiga musuh itu mendjadi kurang leluasa karena penjerangannja tidak teratur.

   Berulang kali sendjata merekn bentrok kawan sendiri.

   Setelah melajani beberapa djurus.

   Tjong Beng dapat kenali ilmu silat ketiga musuhnja itu jakni dari golongan Tiang Pek San dari Kwan-gwa, wilajah perbatasan, dan golok mereka itu semua berat, maka itu ia berlaku tenang dan hati2.

   Beberapa puluh djurus sudah berdjalan, ketiga musuh itu masih belum dapat berbuat apa2, dilain pihak suara berisik menjebabkan Han Tam muntjul bersama sedjumlah pendeta.

   Han Tam bersendjatakan sebatang sian-thung, tongkat pandjang berupa toja, tetapi ketika ia tampak Tjong Beng berada dipihak unggul, ia tidak segera madju membantui.

   Semua pendeta itu membawa obor, jang menerangi seluruh lapangan itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Segera djuga ketiga penjorang serba putih itu mendjadi tidak sabaran, dengan mendadak mereka ubah tjara menjerangnja, tidak lagi mereka mengepung sebagai tadi, kalau toh mereka madju, goioknja masing2 mengarah tiga djurusan.

   Begitulah satu kali, ketiga golok menjambar keatas, tengah dan bawah.

   Dengan menangkis dan lompat berkelit, Tjong Beng dapat menghindarkan diri dari ketiga serangan jang berbareng itu, terus ia lompat madju akan balas menjerang, dengan bergantian ia arah tenggorokan ketiga musuhnja, satu demi satu demikian rupa ia merangsak, membuat ketiga musuhnja itu mendjadi repot.

   "Bagus!"

   Begitulah tiba2 satu seruan dari arah tembok pekarangan, dari mana segera lompat masuk satu orang, hingga Tjong Beng mendjadi heran.

   "Apakah musuh bertambah kawan pula?"

   Pikirnja. Lekas2 ia tangkis satu serangan, terus ia lompat mundur untuk dapat berpaiing melihat orang jang baharu datang itu. Legalah hatinja setelah ia dapat mengenali orang itu bukannja musuh tapi kakaknja.

   "Koko, mari bantu aku membereskan bangsat2 ini!"

   Serunja, dengan semangatnja bertambah2.

   vni MARILAH pembatja kita mundur sedikit dari bahagian ini, untuk beladjar kenal lebih djelas dengan Keluarga Ong atau Ong-kee Thay Kek Koen, ilmu silat Thay Kek Koen dari keluarga Ong itu, jang dimulai dengan Ong Tjong Gak dari distrik Ngo-tay dipropinsi Shoasay, sampai pada In-tiong- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kiam Ong Wle Yang dipermulaan ahala Tjeng jang kita ikuti tjeriteranja ini.

   Sudah diketahui, putera pertama dari Ong Wie Yang adalah Tjoen Beng jang otaknja terang, radjin beladjar dan njalinja besar, dan putera jang kedua ialah Tjong Beng jang romannja tjakap dan gagah.

   Tjoen Beng lebih tua empat tahun daripada Tjong Beng.

   (Landjutan d

   Jilid ke 2) Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)

   Jilid .

   02 Ditjeritakan Oleh .

   O.K.T //facebook.com/groups/Kolektorebook/ ___________________________ Adalah tjita2nja Ong Wie Yang, akan bikin kedua putera Itu mendjadl ahliwaris Thay Kek Koen, maka lega hatlnja menampak kedua anak Itu berbakat baik, gemar beladjar dan ber-angan2 besar.

   Sering Tjoen Beng mengutarakan bahwa dengan berdiam sadja di Shoasay, ia mirip sebagal kodok dalam tempurung, jang hanja bisa memandang langit, maka ia ingin merantau untuk mentjari kepandaian lebih djauh, guna peroleh pengalaman.

   Wie Yang setudjul niat putera sulung-nja ini, maka pada suatu hari berkatalah ia kepada puteranja itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Untuk di Selatan dan Utara sungai Tiang Kang sekarang ini, semua ahli silat aku telah mengenalnja. Diantaranja, jang membuat aku kagum, adalah Tjiang-in Poan Liong Tay-hiap dari Tjeng Liong Hwee. Dengan ilmu pedangnja, Poan-liongkiam, belum pernah ia menemui tandingan, maka sajang ia telah menutup mata pada tahun jang baharu lalu. Dua ahli silat lainnja adalah Boe Tong Siang- Yan Poei Kong dan Poei Tjeng, dua saudara shc Poei jang didjulukkan Sepasang Walet Boe Tong San. Sangat disajangkan, mereka tidak sudi menurunkan ilmu silatnja jg. dinamakan Tjoei-po Tjiong-kie-koen atau Gelombang Air. Inilah disebabkan keponakanluarnja, jakni Pian Kim Kong, anak entjienja, sudah tjuri Tjoe-bo-piauw, sendjata rahasia mereka, untuk menerbitkan onar. Sekarang ini masih hidup satu njonja tua jang gagah, jang telah dapat mewarisi ilmu silat ajahnja, ialah ilmu silat tombak Ang- eng-tjhio, dan belakangan diapun peroleh ilmu tongkat Hong-Ilong-tjhung dan sendjata rahasia mutiara Thie-liam- tjoo. Dia adalah soe-moay atau adik seperguruannja Leng Khong Tiangloo jang bernama Hoa Siang Boe. Karena ia sutjikan diri, ia pakai nama sutji Tjeng In. Malah sekarang dialah ketua dari Tjeng Liong Hwee. Tentang gurunja adikmu, Jaitu Leng Khong Tiangloo, adalah murid kepala dari Oey Bweo Kie-soe, jang setelah sutjikan diri dl Pek Lok Sian- lim, telah wariskan Ilmu silat 'Pat-louw ieim-na-tjiang" dari Twiehong Mo-Tjhioe Hoat Hong Hweeshlo. Itulah ilmu silat tangan kosong, untuk menangkap pelbagai alal-sendjata musuh Seorang gagah lainnja lagi, adalah Tjoat Tim Toodjin, jang telah berusia seratus tahu lebih, karena ia telah dapatkan sematjam rumput obat jang berchasiat pandjang umur. Sekarang ia hidup menjendiri di-dalam Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sebuah gubuk digunung Lauw San, Shoatang.

   Sebenarnja dia seorang ahli Kong Tong Pay, ilmu silat Tjangtjorang, tetapi belakangan diapun peladjari ilmu silat Tjiong Kie Koen dari Boe Tong Pay, hingga dia telah dapat mengalahkan Bwee Hoa Slangdjin dari Seetjhong.

   Tabiatnja Tjoat Tim aneh, dia hanja terima dua! murid ialah Poei Kong dan Poei Tjeng, tetapi dia sendiripun telah peladjari kepandaian ilmu silat Djioe Koen dari kedua muridnja itu, mereka saling adjar mengadjari kepandaian masing2.

   Tertarik Tjoen Beng akan penuturan ajahnja itu.

   Wie Yang pun meneruskan.

   "Disamping orang2 jang telah aku sebutkan itu, masih ada orang2 luar biasa didaerah perbatasan, di Timur dan Utara gurun pasir. Mereka lebih suka umpetkan diri ditanah peguunungan, sebab sebahagian besar mereka adalah penjinta2 bangsa jang tak sudi djadi gundalnja keluarga Ais Gioro, bangsa Boan itu. Merekapun umpatkan she dan nama. Satu antaranja aku ketahui namanja ialah Thian Tie Ko Hiap dari Hek San Pay di Kwan-gwa, ahli silat "Eng Djiauw Kong" atau Kuku Garuda, dia telah tjiptakan ilmu pukulan besi rantai Gouw-tjap-sie Lian-koen, jang terdiri dari limapuluh djurus, gabungan dr ilmu silat Thay Kek, Heng Ie dan Pat Kwa. Adalah minatku hendak tempur padanja tapi sampai sekarang ketikanja belum ada. Jang lainnja adalah satu ahli silat Tja Koen, asalnja penganut agama Islam, tabiatnja aneh. Katanja pernah dia tjuri Ilmu silat Djioe Koen Sippat Siang Twie-tjiang dari Tiat In Siansoe dari Thtbet, kemudian dia hidup sebagai hoei-tjat atau begal-terbang dl Kwan-gwa, dia suka ganggu piauwsoe2 dari Pakkhia dan Tjhongtjioe. Diapun pernah menghilang, hingga kemudian Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
di Tjenghay dan Siamsay sering muntjul seorang kang-ouw aneh, jang ada kalanja menjamar sebagai tukang tenung atau dilain saat mendjadi tabib perantauan, atau dengan menunggang seekor kuda sendirian sadja dia rampas uang negara.

   Dia bersendjatakan sebuah pajung akan tetapi gendolan kantong obatnja adalah bagaikan mereknja.

   Pernah dia permainkan beberapa pahlawan istana Boan, seperti Tiat-tjie-sian Liok Hong, Kim-tjhio-tjhioe Pek Peng dan Tim-kiotjhioe Thek Tjin ketika mereka ini tengah mengiringi angkutan berharga."

   Tjoen Beng terus mendengarkannja dengan penuh perhatian.

   "Anak, aku telah berusia landjut,"

   Orang tua ini mengatakan.

   "maka dibelakang hari, kau dan adikmu adalah jang akan mewarisi Thay Kek Pay. Adikmu beladjar kepada Leng Khong Tiangloo, dalam hal ramah-tamah dan ketjerdasan, kau kalah daripadanja, tetapi dalam haI keberanian dan bertanggung-djawab, kau dapat melebihi padanja. Dimataku, dialah Jang lebih tjotjok untuk djadi ahliwaris Jang resmi. Karena kau agaknja tidak puas berdiam dirumah, aku setudju kau pergi merantau untuk dirikan suatu usaha, supaja kau bisa bergaul luas. Karena usiamu masih muda dan pengalamanmu belum banjak, baiklah kau merantau dengan lebih dahulu mentjari ahli2 silat guna beladjar lebih djauh, supaja bila kelak kau bertemu djago2 dari Selatan dan Utara, tidaklah sampai kau memalukan keluarga Thay Kek Ong. Tjobalah kau menudju kegurun pasir Selatan dan Utara barangkali sadja kau mempunjal djodoh dapat temui salah satu ahli silat Jang aku sebutkan tadi itu. Kau telah punjakan dasar ilmu silat kita, dengan ditambah ilmu dari lain kaum, mungkin Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
selandjutnja tidak akan ada orang jang dapat mengalahkan pada mu, terutama pasti kau bisa berikan hadjaran kepada segala kuku garuda gunrudanja bangsa pendjadjah!"

   Tjoen Beng demikian terpengaruh oleh kata2 ajahnja, hingga ia berlompat berdjingkrak, sambil hunus pedangnja ia ber njanji.

   "Badai bangkit, negara bersalin rupa! Bangsa asing memerintah, bumi-langit berduka! Negara tjelaka, penjinta negara tak punja muka. Maka angkatlah pedang, usir-basmi musuh bangsa!"

   Matanja pemuda ini bersinar tadjam, hingga ajahnja djadi terharu.

   "Anak jang baik, tak ketjewa kau mendjadi putera Han!"

   Katanja.

   "Biarlah, dengan andalkan kegagahanmu, kau kelak akan berhasil membangun usaha besar Tapi kau masih muda, ingat, kau harus sabar dan ulet! Kau mesti telad Thio Tjoe Pong dan Han Sin, jang berani menerima malu, asalkan untuk usaha besarmu itu, Kau mesti waspada, karena di-mana2 telah tersebar kuku2 garuda bangsa Boan!"

   Mendengar ini, Tjoen Beng lantas duduk pula.

   Ia terima dan ingatkan nasihat ajahnja itu, hingga ia djadi sabar.

   Selang beberapa hart, Tjoen Beng sudah siap-sedia untuk berangkat, guna mulai dengan perantauannja, untuk mana Tjong Beng sengadja pulang dari Pek Lok Sian lim, Ngo Tay San, untuk kasi, selamat djalan kepada kakaknja itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ketika itu Tjoen Beng sudah menikah dan isterinja, Phoa-sie, seorang jang bidjaksana, maka ia rela dan mengidjinkan suaminja itu pergi.

   Ong Wie Yang telah berusia tudjuh puluh tahun, karena itu, siang2 ia nikahkan Tjoen Beng, agar anak ini dan Isteri nja bisa urus rumah-tangga.

   Setelah menghundjuk hormat pada abu leluhurnja, Tjoen Beng pun berlutut didepan ajahnja, untuk minta doa restu.

   Ong Wie Yang tahu, mungkin ini adalah perpisahan terachir dengan puteranja itu tetapi ia kuatkan hati, untuk tidak hun djuk terharunja hati, bahkan sebaliknja ia perlihatkan kegembiraan dan dengan bersemangat ia andjurkan putera itu, kepada siapa ia haturkan sepotong giok-pwee pualam perhiasan.

   "Giok-pwee ini adalah hadiah dari Boe Tong Siang-Yan semasa kau ketjll,"

   Menerangkan ajah ini.

   "Mereka berdua saudara adalah orang2 gagah di Kwantiong. Dikala itu mereka memesan, umpama diwilajah Siamsay dan Kamsiok kita menemukan suatu rintangan maka giokpwee ini harus diperlihatkan, nanti kita peroleh suatu kebaikan. Maka itu sekarang aku serahkan kumala ini padamu untuk membuktikan benar atau tidak benda ini ada djasanja."

   Setelah itu, ajah ini tundjuk pedang jang Tjoen Beng soreng.

   "Pedang ini adalah pusaka kita,"

   Katanja pula.

   "Pedang ini tak setadjam Lionggi-kiam akan tetapi sedjak leluhur kita, faedahnja terbuktikan besar sekali. Lihat itu ukiran lima huruf Ngo-Tay Thay Kek Ong disarungnja itu, maka Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sesuatu djago tua jang melihatnja pasti mengenalnja.

   Aku ingat kita kaum keluarga Ong tidak punja musuh, ada djuga sahabat3, maka aku jakin bahwa selama dnlnm perdjalanan, umpama ada bahaja, itu akan berubah mendjadi keselamatan, ingat, anakku, berlakulah murah hati dan mulia, tolonglah siapa jang harus ditolong! Inilah adjaran dari leluhur kita!"

   Wie Yang berhenti sebentar, ia menggape kepada puteranja jang kedua. Tjong Beng madju dan bertekuk lutut. Orang tua ini pandang kedua puteranja itu, se-konjong2 ia perlihatkan rona keren.

   "Sekarang ajahmu telah berusia tudjuh puluh tahun, maka itu aku harus tinggalkan pesanku!"

   Katanja.

   "Dibelakang hari apa djuga jang akan terdjadi atas diriku, kalian berdua djangan abaikan usahamu masing2, tidak usah kalian pulang untuk berkabung. Djikalau kalian tentangi pesan ini, itu artinja poet-hauw (tidak berbakti)! Disampmg itu, masih ada satu hal jang belum bisa lepas dari perhatianku, walaupun urusan itu aku telah serahkan umggung-djawabnja kepada Leng Khong Tiangloo. Karena Tiangloo djuga telah berusia tinggi, baik hal itu aku beritahukan padamu untuk kalian perhatikan dan tjarl Itulah urusan kongtjoe Wan Boe Tjioe, jang tidak ketahuan dimana adanja. Kalian mesti t jari kongtjoe Itu! Dia pergi sedjak belasan tahun jang lampau dengan menjamar sebagai satu pendeta pengembara, dia menjingkir djauh kedaerah suku bangsa Ie dipropinsi Inlam, hingga kini tidak ada kabar-tjeriteranja lagi, entah masih hidup atau sudah matL Di mempunjai satu anak perempuan, namanja Wan Siam In jang telah dititip kepada Tjeng In Loo-nie dikuil Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tam Toui Am di Kimleng.

   Sekarang nona itu sudah berumur tiga-belas tahun kurang lebih Bila ada ketikanja, kalian mesti sambut dia untuk tinggal sama2, untuk lindungi padanja.

   Mengenai Wan Kongtjoe, pergi kau sekalian menjelidikinja, agar supaja mereka ajah dan anak, dapat dipertemukan.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Inilah tugas jang aku serahkan kepada kalian berdua!"

   Tjoen Beng dan Tjong Beng terima tugas itu.

   Setelah itu, Tjoen Beng pamitan dari ajah dan saudaranja, untuk merantau seorang diri.

   Dan Tjong Beng kemudian kembali ke Ngo Tay San.

   Perdjalanannja Tjoen Beng dilakukan pada permulaan musim panas, menudju ke Selatan.

   Mula2 ia sampai di Lim- hoen, terus ke Liong-boen djalan disepandjang djalan- umum Ham-yang, hingga setelah melalui Hongyang, ia sampai di Thian-soei dipropinsi Kamsiok.

   Ia menudju terus ke Utara, sampai di Lan-tjioe, karena ia ingin menudju ke See-leng.

   Selama perdjalanannja itu, Tjoen Beng dandan sebagai satu pemuda jang baharu habis turut ambil bagian udjian militer boe-kie-djin, disepandjang djalan ia gunai ketika akan tjari orang2 jang berilmu silat tinggi.

   Dalam hal ini, belum pernah ia dapat ketemukan orang2 gagah jang berarti, tapi disamping itu.

   ia telah melihat banjak, tambah pengetahuan atau pengalamannja.

   Setiap malam sebelum tidur, Tjoen Beng senantiasa ingat kata2 ajahnja mengenai dua orang gagah luar biasa, ialah Thian Tie Koay-Hiap dan sipendjual obat perantauan.

   hingga ia seperti membajangkan matjamnja seorang tua tinggi-besar jang bebokongnja menggemblok pajung besi Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
serta seorang tua jang tubuh dan wadjahnja sehat-segar bagaikan seorang muda.

   Selama setengah tahun itu.

   ia djuga selalu dengar2 tentang dua orang luar biasa itu, tapi belum pernah ada orang jang dapat menerangkannja, ketjuali beberapa orang jang ingin mengambil hati, mengatakan bahwa dua orang itu mungkin menjembunjikan diri digunung Tiang Pek San.

   Walaupun ia saban; tidak peroleh hasil.

   Tjoen Beng tidak mendjadi putus asa.

   Ia tidak takut tjape-lelah, La mendaki bukit atau gunung, untuk terus mentjari orang2 pandai.

   Tanpa merasa dua tahun telah lewat, uang bekalannja telah mendjadi surut, sampaipun badjunja ada tambalannja.

   Tapi tetap semangatnja tak kundjung padam.

   Penderitaannja Tjoen Beng mentjapal dipuntjaknja ketika ia telah djual kudanja, uangnja habis dipakai merantau terus.

   pakaiannja sudah tidak terurus, ia pun mendjadi kurang makan, hingga kesehatannja djadi terganggu.

   Achirnja ia djatuh sakit.

   Pada suatu hari Tjoen Beng tiba disebuah kampung didaerah Liong-see dimana tjuma ada belasan rumah, telapi djalauan disitu hidup.

   Dari situ menudju ke Selatan orang akan sampai digunung Khong Tong San.

   Disini ia mampir disebuah pondok, selama beberapa hari ia tinggal rebah, kemudian karena datang serangan panasnja, ia rebah seperti separuh pingsan.

   Pemilik pondok, jang hanja memandang uang, suruh budjangnja gotong Tjoen Beng kegubuk dibelakang pondok jang tidak ada penerangannja, pintu gubukpun sudah rusak.

   Tak sudi tuan rumah itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
memanggilkan tabib untuk tetamunja itu, jang sudah tidak mampu membajar uang sewa kamar.

   Malam itu turun saldju, angin Utara men-deru-, didjalan sudah tidak ada orang jang hilir-mudik, semua rumah telah menutup pintu, tetapi pada kira2 djam dua mendadak sajup kedengaran suara kelenengan, akan kemudian pemilik pondok dengar pintu depan diketok.

   Dengan membawa tanglung, budjang pondok muntjul membukakan sebelah daun pintu.

   Ia tampak se


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung

Cari Blog Ini