Ceritasilat Novel Online

Sepasang Cermin Naga 12


Sepasang Cermin Naga Karya Batara Bagian 12



Sepasang Cermin Naga Karya dari Batara

   

   "Lihat, Kim-mou-eng curang, cuwi pangcu. Dia membujuk anakku hingga menyerang ayahnya sendiri. Keparat, pertandingan menjadi tak sah dan kemenangan Kim-mou-eng tak dapat diCatat!"

   "Ha-ha, demi kbaikanmu tak usah bercuap- cuap. Hu-taihiap. Kau pun ingkar janji dan tak menepati kata-katamu sendiri. Aku tak membujuk puterimu, dialah yang ingin menyerangmu sendiri atas dasar ketidak adilan!"

   "Benar, kau yang curang, yah. Kau tak menepati janji dan lewat dua puluh jurus Kau sudah bertempur hampir seribu limaratus jurus. Siapa yang tak marah melihat sepak terjangmu ini?"

   "Kau membela Kim-mou-eng itu? Kau tak membantu ayahmu sendiri?"850

   "Yang kubantu adalah kebenaran, ayah. Yang kulawan adalah ketidak benaran. Kau tidak benar dan aku tetap akan menyerangmu selama kau sendiri tidak menghentikan seranganmu terhadap Kim-twako!"

   "Keparat, dia itu lebih berharga daripada ayahmu sendiri?"

   "Bukan berharga atau tidak berharga, ayah, melainkan benar dan tidak benar. Kau hentikan seranganmu atau aku akan merobohkanmu bersama Kim-Mou-ng!"

   "Jahanam, kalau begitu kau murtad, Swat Lian. Kau melawan ayahmu sendiri!"

   "Tidak, kalau kau berjalan di atas kebenaran, ayah. Tapi kalau kau terus menyerang Kim twako dan melanggar janji maka terpaksa aku akan melawanmu sebagaimana aku melawan ketidak benaran. Kau harus tahu bahwa berkali-kali Kim-twako mengalah padamu!"

   "Hargh!"

   Dan Hu Bang Kui yang tidak banyak bicara lagi dan membentak puterinya tiba-tiba menjadi marah bukan main dan menghantam puterinya itu, ditangkis dan Hu Beng Kui terkejut melihat puterinya memiliki Lu-ciang-hoat pula.

   Dan ketika dia berkelbatan namun puterinya melengking mengerahkan Cui-sian Gin-kang tiba-tiba jago pedang ini terhenyak melihat bahwa puterinya menggabung dua ilmu silat yang dipunyainya, atau lebih tepat, ilmu silat yang dimiliki Kim mou-eng dan ilmu silat yang dimilikinya, Cui sian Gin-kang dan Jing-sian-eng.

   Dua851 ilmu meringankan tubuh yang hebatnya bukan alang kepalang.

   Dan ketika dalam pukulan pukulannya puterinya itu juga dapat mempergunakan Khi-bal sin- kang yang digabung Lu-ciang-hoat maka jago pedang itu terpental ketika satu saat tangkisan puterinya datang bersamaan dengan pukulan Kim mou-eng.

   "Dess!"

   Jago pedang itu terlempar bergulingan.

   Sekarang ada tiga orang yang sama-sama mahir memiliki dua ilmu silat kembar, padahal Jing-sian eng dan Khi-bal- sin-kang saja sudah cukup hebat.

   Enam Iblis Dunia tak mampu menghadapi mereka hanya dengan dua ilmu itu saja.

   Maka begitu mereka sama-sama memiliki tambahan Lu ciang-hoat dan Cui sian Gin-kang di mana kehebatan ilmu mereka menjadi bukan alang kepalang hebatnya mak Hu-taihiap terlempar ketika tangkisan puterinya masih dibantu Kim-mou-eng, mencelat dan terguling-guling dan jago pedang itu marah sekali.

   Dia melompat bangun namun dua orang itu mengejarnya, mendesak dan reportlah jago pedang ini mengelak.

   Dan ketika dia terpaksa menangkis namun lagi-lagi terlempar bergulingan maka jago pedang itu berteriak.

   "Kim-mou-eng, kau jahanam keparat. Kau tak tahu malu, curang!"

   Ha-ha, aku tak menyuruh puterimu mengeroyok, Hu-taihiap. Silahkan suruh dia minggir kalau dia mau."852

   "Tidak!"

   Swat Lian berseru.

   "Aku akan merobohkannya kalau dia tak mau mengakui kesalahannya, twako. Atau kau yang mundur dan biar aku menghadapi ayahku yang bandel ini!"

   "Nah,"

   Kim-mou-eng tertawa.

   "Kau dengar sendiri, Hu-taihiap. Aku telah mencoba tetapi gagal. Sebaiknya kau bersikap ksatria dan akui kekalahanmu ..."

   "Haiittt....!"

   Hu-taihiap memotong kata-kata Kim-mou-eng, membentak dan menyerang dengan satu tamparan dahsyat. Tapi ketika Kim-mou eng menangkis dan dari kiri puterinya menyerang maka jago tua itu terbanting ketika dua tenaga menggencetnya dari depan dan belakang.

   "Des-dess!"

   Hu Beng Kui terguling-guling.

   Untuk kesekian kalinya dia mengumpat dan mengeluh.

   Kim mou-eng saja sudah membuatnya setengah mati, kini ditambah puterinya sendiri dan tentu saja jago pedang itu terlempar.

   Dan ketika dia megap megap dan nekat tapi juga bingung maka dia melengking dan untuk terakhir kalinya melepas satu pukulan miring, menyambar leher Pendekar Rambut Emas namun Kim-mou-eng mengelak.

   Dan ketika pukulannya luput dan Kim-mou-eng membalik tiba-tiba sebuah tendangan membuat dia terlempar.

   "Brss!"853 Jago pedang itu masih juga hebat. Dia dapat berjungkir balik melompat bangun, terhuyung dan muka pun pucat. Sesungguhnya dia sudah hampir tidak kuat lagi setelah puterinya membela Kim-mou-eng, hal yang membuat dia marah tapi juga ragu. Dan ketika jago pedang itu menggeram dan diserang lagi maka orang tua ini menggeblak, terpelanting dan kali ini pukulan puterinya sendiri mengenai pinggangnya. Hu Beng Kui memaki dan membentak puterinya itu. Dan ketika Kim- mou-eng kini bergerak dan menyambar dari samping maka pendekar itu pun mencelat dan terguling-guling, diserang lagi oleh puterinya dan jago tua itu terbanting. Dan ketika Kim-mou-eng menyusul dan menotok dengan satu jari tiba-tiba Hu Beng Kui roboh dan seketika menjerit.

   "bluk!"

   Selesailah pertandingan yang luar biasa itu.

   Hu Beng kui terengah-engah, roboh seperti kain basah dan Kim-mou-eng berkelebat, membebaskan totokannya.

   Tapi begitu jago pedang itu mendelik dan menggerakkan tangannya tiba-tiba kaki Kim mou-eng disambar dan jago tua itu memekik sambil mengayunkan tangannya ke kepala Pendekar Rambut Emas, satu pukulan maut yang dikirimkan dengan seluruh sisa-sisa tenaga.

   "Ayah....!"

   Semua orang terkejut.

   Kim-mou-eng sendiri tak menyangka perbuatan Hu Beng Kui itu, baik-baik dia mau menolong orang namun si jago pedang justru854 menyerangnya dengan licik.

   Hantaman ke kepala itu sudah didahului cengkeraman di kaki yang membuat Kim-mou-eng harus mengerahkan sinkang.

   Tapi begitu pukulan itu meluncur dan Kim-mou-eng bersiap dengan segenap ketabahannya mengerahkan sinkang mendadak terdengar seruan halus disusul kebutan jarak jauh yang menangkis pukulan si jago pedang.

   "Hu-taihiap, tak selayaknya berbuat curang. Sadarlah..... dess!"

   Hu Beng Kui mengeluh, mengeluarkan teriakan tertahan dan tiba-tiba jago pedang itu terpental. Dan ketika dia roboh dan terbaring di tanah ternyata jago pedang itu sudah pingsan dan muncullah Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang maha sakti.

   "Kim-mou-eng, biarkan Hu-taihiap bersama aku. Pergilah dan lihatlah temanmu Kwee Han!"

   Kim-mou-eng tertegun.

   Bi Kong Hwesio dan lain-lain juga terkejut, mereka itu menjublak memandang kakek dewa ini, juga tertegun.

   Tapi ketika kakek dewa itu tertawa dan menggerakkan tangannya tiba-tiba dia lenyap kembali dan sudah menyambar tubuh si jago pedang, yang pingsan.

   "Suhu....!"

   "Sian-su.....!"

   Kakek dewa itu tertawa.

   Dari jauh dia kembali menyuruh Kim-mou-eng ke kota raja berkata pula agar Bi Kong Hwesio dan lain-lain mengikuti Pendekar Rambut Emas itu.

   Dan ketika semua mendelong tapi855 sadar memandang Kim-mou eng tiba-tiba Pendekar Rambut Emas itu sudah berkelebat ke kota raja menyambar lengan kekasih nya.

   "Mari, kita ke istana, Lian-moi. Suhu menyuruh kita ke sana!"

   Swat Lian mengangguk.

   Melihat ayahnya yang pingsan gadis ini tak merasa khawatir.

   Ayah nya telah berada di tangan Bu-beng Sian-su dan tentu tak apa- apa.

   Kim-mou-eng menyambar lengannya dan mereka sudah berkelebat masuk.

   Dan ketika penjaga pintu gerbang kembali dibuat melongo dan bengong oleh bayangan dua orang itu maka berturut-turut Bi Kong Hwesio dan lain-lain menyusul.

   "Eh, kenapa datang begini banyak siluman? Akan gegerkah kota raja?"

   "Entahlah, mereka itu seperti hantu-hantu kesiangan, Lu-ciek. Barangkali memang geger!"

   Bi Kong Hwesio dan yang lain - lain tersenyum.

   Dalam keadaan seperti itu mereka jadi dibuat geli juga oleh kata-kata penjaga pintu gerbang ini.

   Maklumlah, gerakan mereka pun cepat dan mereka juga melesat seperti siluman, meskipun tentu saja masih kalah jauh dibanding Kim-mou eng dan puteri Hu-taihiap, yang menghilang dan lenyap sepuluh kali lebih cepat dibanding mereka.

   Dan ketika mereka mengejar Kim- mou-eng dan tadi Bu-beng Sian-su berpesan pada mereka untuk kembali ke hutan kalau apa yang dilihat856 sudah selesai maka di sana Kim-mou-eng sendiri bersama Swat Lian sudah tiba di istana.

   Waktu itu, Kwee Han sudah dibawa Bu ciangkun.

   Di bawah cengkeraman panglima ini pemuda itu tak dapat bergerak.

   Kwee Han berteriak-teriak sepanjang jalan dan teman-temannya, penduduk Ming- ciang memburu.

   Kalau saja panglima Bu tidak mengusir dan menggebah mereka barangkali Kwee Han sudah jatuh di tangan bekas teman-temannya ini, yang memandang penuh kebencian dan memaki - maki.

   Dan ketika siang itu juga Kwee Han dihadapkan kaisar namun kaisar menyuruh wakilnya mengadili menteri muda itu maka kwee Han berteriak-teriak tak keruan dan memaki kalang-kabut.

   "Tidak..... aku tidak bersalah. Lepaskan aku .... lepaskan.....!"

   Namun Kwee Han di bawah cengkeraman Bu- ciangkun.

   Mewakili kaisar bertanyalah Han-taijin pada pemuda itu, melancarkan semua tuduhannya namun Kwee Han mengelak sana-sini, menjerit dan manta agar Khek - taijin dibawa ke situ, bahkan menyebut - nyebut pula pangeran Yu Fu, putera kaisar! Dan ketika teriakan pemuda itu terpaksa dibungkam dengan satu pukulan di tengkuk akhirnya Kwee Han mengeluh dan saat itu berkelebatlah bayangan Kim-mou-eng dan Swat Lian.

   "Ah, tolonglah aku, taihiap...... tolong......! Kwee Han merintih, girang melihat Pendekar Rambut Emas dan tahu-tahu pemuda itu sudah lepas dari857 cengkeraman Bu-ciangkun. Dan ketika panglima itu membalik dan tertegun melihat Pendekar Rambut Emas maka panglima ini berkata agar pemuda itu dilepaskan.

   "Nanti dulu,"

   Kim-mou-eng mengerutkan kening.

   "Tadi aku menitipkan pemuda ini kepadamu, ciangkun. Tak boleh dia disakiti. Sekarang katakan apa yang terjadi dan mana sri baginda kaisar!"

   "Sri baginda tak mau melihat muka orang she Kwee ini. Sri baginda diwakili Han-taijin." 'Hm. begitukah?"

   "Benar,"

   Han-taijin bangkit berdiri.

   "Orang ini telah melakukan banyak dosa, taihiap. Harap lepaskan dia dan biar kami adili!"

   "Tidak ....., jangan!"

   Kwee Han malah meratap.

   "Bawa aku keluar. taihiap. Orang-orang di sini semua memusuhiku!"

   "Tentu saja!"

   A-hauw, saudara A-kong yang dibunuh tiba- tiba membentak, menyeruak dari barisan temannya yang berkumpul mengelilingi sidang.

   "Kau pembunuh dan ternyata penggelap pajak negara pula, Kwee Han. Kau algojo dan lintah penghisap. Kau selayaknya dibunuh dan dimusuhi semua orang!"

   "Lihatlah,"

   Kwee Han menangis.

   "Mereka tak memberikan kesempatan padaku membela diri, taibiap. Mereka ini memojokkan dan menyudutkan aku!"

   "Kalau begitu apa yang kau maui?"858

   "Panggilkan Khek-taijin, juga Yu-ongya (pangeran Yu)!"

   Kim-mou-eng membalik, menghadapi Bu ciangkun.

   "Kenapa dua orang itu tak kalian panggil? Bukankah Kwee Han berhak membela diri?"

   Bu-ciangkun kebingungan.

   "Pangeran tak ada di tempat, taihiap. Sedang Khek-taijin...."

   "Bohong, mereka bohong!"

   Kwee Han memotong.

   "Mereka itu melindungi Khek-taijin dan pangeran, taihiap. Mereka...."

   "Diam!"

   Sebuah bentakan mengejutkan pemuda itu, muncul tiba-tiba.

   "Aku di sini, orang she Kwee. Dan ini juga Khek-taijin!"

   Muncullah di ruang itu pangeran Yu Fu dan Khek-taijin.

   Sang pangeran tenang- tenang sementara Khek-taijin agak pucat.

   Entah bagaimana dua orang itu muncul dengan berani dan tuduhan Kwee Han seketika patah.

   Dan ketika Kwee Han terbelalak dan kaget melihat dua orang itu maka pangeran Yu Fu berkata.

   "Lihat, Bu-ciangkun tak melindungi kami atau siapa pun, Kwee Han. Tadi kami memang pergi tapi sekarang sudah datang. Katakanlah apa yang hendak kau katakan!"

   Kwee Han tiba-tiba terpaku.

   Melihat munculnya sang pangeran mendadak membuat pemuda itu diam, sang pangeran memang tak mempunyai urusan serius dengannya, lain dengan Khek taijia yang masih saudara dari Cu-wangwe itu, juragan perahu.

   Dan ketika Kwee Han terdiam dan tak859 mengeluarkan suara maka Kim-mou-eng berkata menyuruh pemuda itu bicara.

   "Katakanlah apa yang ingin kau katakan,"

   Pendekar itu mengerutkan kening.

   "Dan kami semua menunggu jawabanmu, Kwee Han. Bersikaplah jujur dan ksatria!"

   "Aku.... aku...."

   Kwee Han gagap.

   "Sebenar nya Khek-taijin yang ingin kutuduh, taihiap. Dia itulah biang keladi utamanya!"

   "Urusan apa? Tentang teman-temanmu di Ming-ciang atau masalah penggelapan pajak?"

   "Aku...."

   Kwee Han tiba-tiba menangis.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Semuanya, taihiap. Aku merasa tertipu semuanya oleh perbuatan menteri Khek itu!"

   "Dan pangeran?"

   "Dia.... dia sahabat Khek - taijin. Pangeran suka melindungi dan membela Khek- taijin!"

   Dan ketika Kwee Han pucat dan menangis sambil memaki-maki menteri itu maka A-hauw, laki-laki dari barisan Ming-ciang bangkit dengan gagah.

   "Kwee Han, coba kau sangkal tuduhan kami bahwa kau telah membunuh teman - teman kami dari Ming-ciang. Urusan pajak yang kau gelapkan biarlah nanti dulu!"

   "Aku tak membunuh siapa pun!"

   Kwee Han berteriak.

   "Kalian tak memiliki bukti tentang itu. A- hauw. Kau dan teman-temanmu memfitnah!"

   "Kalau kami punya bukti?"

   A-hauw menantang.

   "Lihat, siapa ini, Kwee Han. Dan dengar apa katanya!"860 dan tiga laki-laki pengawal yang mengeluh dan diseret dari balik rombongan pemuda itu tiba-tiba membuat Kwee Han pucat karena itulah tiga pengawalnya terpercaya yang disuruh membunuh A-kong dan A-sam, juga bekas teman temannya yang lain di mana semua mayat mereka akhirnya dilempar atau dibuang ke sungai. Kwee Han terbelalak dan gemetar. Dan ketika tiga pengawal itu disuruh berlutut di ruang sidang dan pandangan Kim-mou-eng membuat mereka rontok nyalinya maka meluncurlah pengakuan tentang pembunuhan -pembunuhan yang dilakukan Kwee Han, meminjam tangan pengawal-pengawalnya. Satu demi satu dibuka dan Kim-mou-eng terkejut. Kwee Han, yang dulu dikenalnya begitu baik mendadak sudah berobah seperti srigala ganas yang tidak mengenal kawan. Siapa pun dihabisi dan tak kurang dari tigapuluh pemuda. Ming-ciang dibunuh orang she Kwee ini. Rombongan A hauw marah dan semua memaki, ruang sidang menjadi gaduh dan sejenak ribut. Dan ketika Bu ciangkun meminta diam dan Kwee Han disuruh menyangkal lagi maka pemuda itu menggigil dan ketakutan hebat, meliar matanya, bentrok dengan pandangan Kim-mou-eng yang dingin dan berkilat.

   "Kau melakukan semuanya itu, Kwee Han? Kau membunuh - bunuhi temanmu sendiri hanya karena mereka melapor dan meminta bantuanmu masalah juragan perahu yang sewenang-wenang?"861

   "Aku.... aku...."

   Kwee Han bingung "Aku tak tahu apa yang kulakukan, taihiap. Aku.... aku dibujuk Khek-taijin!"

   "Hm, jangan mencari-cari kawan, Kwee Han. Pembunuhan yang kau lakukan tak ada hubungannya dengan Khek-taijin!"

   Pangeran Yu Fu membentak.

   "Benar,"

   Khek-taijin berani.

   "Itu urusanmu sendiri, Kwee Han. Kau pemuda tak tahu budi yang ingin menyeret orang lain!"

   "Keparat kau!"

   Kwee Han berteriak.

   "Atas bujukan dan tipuanmulah aku melakukan semua nya ini, Khek-taijin. Kau menyogok dan memberikan segala- galanya untuk membungkam mulutku. Kau dan saudaramu hartawan she Cu itu sama sama menjerat aku agar tidak menggubris teman temanku di Ming- ciang!"

   Dan ketika Kwee Han melengking dan berteriak membeberkan tipu muslihat menteri itu maka semua orang tertegun dan terkejut.

   Khek-taijin yang tadi berani mendadak mengkert, nyalinya seakan dipukul pukul Kwee Han, kian lama kian hebat dan akhirnya mundurlah menteri itu di balik punggung pangeran Yu Fu.

   Dan ketika Kw Han menceritakan semuanya betapa atas bujukan menteri itulah dia melakukan semuanya ini maka Kwee Han menuding dengan gemetar, mengakhiri.

   "Lihat, untuk menyelamatkan harta kekayaan mu kau menyogok dan memberiku segudang kesenangan, taijin. Untuk menutup urusan di Ming-862 ciang kau membungkam aku dengan harta dan kedudukan. Dan sekarang! kau tak mau bertanggung jawab. Kau manusia ke parat jahanam!"

   Semua orang tertegun. Sekarang terbukalah sepak terjang menteri ini. Kiranya Khek - taijin mendapat "upeti"

   Dari keuntungan para majikan di Ming ciang, melindungi dan tentu saja membela juragan-juragan perahu itu.

   Kwee Han dibungkam dan berhasil dibujuk untuk tidak mmbela teman-temannya lagi.

   Itulah permainan Khek-taijin bersama juragan perahu, termasuk saudaranya sendiri Cu-wangwe itu, yang merasa mendapat "back ing"

   Kuat dan dapat berbuat sekehendak hatinya.

   Tapi karena masalah pembunuhan adalah tindak-tanduk Kwee Han sendiri dan Khek-taijin tak ada sangkut - paut langsung maka pangeran Yu Fu tertawa mengejek dan membela menteri itu, yang berlindung menggigil di balik punggungnya.

   "Baiklah, Khek-taijin bersalah, Kwee Han. Tapi kesalahannya terbatas. Betapa pun kaulah yang harus bertanggung jawab penuh atas pembunuhan- pembunuhan yang kau lakukan. Dalam hal ini Khek-taijin sama sekali tak menyuruhmu melakukan pembunuhan- pembunuhan itu. Kaulah yang memerintah dan kaulah yang bertanggung jawab. Untuk urusan ini Khek-taijin bersih!"

   Kwee Han terbelalak.

   "Pangeran tak menghukum dia itu?"863

   "Yang menghukum adalah ayahanda kaisar, Kwee Han. Dia mungkin dikenakan tindakan administratif, dipindah atau diturunkan jabatannya. Tapi untuk pembunuhan-pembunuhan itu, kaulah yang bertanggung jawab. Kau yang bodoh kenapa mau dibujuk!"

   "Ahh!"

   Kwee Han memekik.

   "Itu tak adil, pangeran. Dia pun menjebak aku untuk penggelapan pajak negara. Dia.... dia...."

   "Tidak, bukti tanda tangan adalah perbuatanmu, Kwee Han. Tak usah mencari-cari untuk masalah ini. Sekarang selesaikan saja urusanmu dengan teman-temanmu di Ming-ciang itu!"

   Dan ketika pangeran Yu Fu membalik dan menghadapi Pendekar Rambut Emas maka pangeran itu berkata.

   "Nah, kau sudah mendengar semuanya ini, Kim-taihiap. Aku bukan melindungi atau membela Khek taijin, Tapi jelas urusan di Ming-ciang! adalah tanggung jawab Kwee Han sepenuhnya. Kalau dia kuat imannya tak gampang dibujuk tentu dia tak akan berhasil dipengaruhi Khek- taijin. Tapi karena Khek-taijin bersalah membujuk orang lain maka ayabanda tentu akan mengenakan hukuman administratif kepadanya. Biar paman Han yang memutuskan!"

   Dan begitu semuanya jelas dan gamblang tiba-tiba gaduh dan ributlah suasana.

   Kini Kwee Han tak dapat melarikan diri lagi, apa yang dilakukan memang tanggung jawabnya sepenuhnya.

   Khek-taijin hanyalah terlibat secara tak langsung dan864 pemuda itulah yang harus menanggung dosa atas membunuh teman temannya.

   Khek-taijin memang tak terlibat urusan ini.

   Maka begitu dirinya divonis dan Kwee Han pucat melihat pandangan Kim mou-eng tiba-tiba pemuda itu berteriak dan melarikan diri, putus asa dan kini tak ada lagi yang melindunginya.

   Pendekar Rambut Emas memandangnya dingin dan penuh kemukakan, Kim- mou-eng memang tak menduga sepak terjang pemuda Ming-ciang ini.

   Tapi begitu Kwee Han melarikan diri dan A-hauw membentak tiba-tiba pemuda itu bergerak dan ratusan temannya yang lain tiba-tiba bangkit berdiri.

   "Kwee Han, berhenti kau. Pertanggung jawabkan dulu semua perbuatanmu!"

   "Benar, dan hukuman mati patut untukmu, Kwee Han. Kau telah membunuh A-kong dan lain-lain!"

   "Dan tangkap dia, rajam!"

   Kwee Han panik.

   Dimaki dan dibentak serta dikejar A-hauw mendadak dia kehilangan kontrol dirinya.

   Kwee Han gugup dan takut bukan main, lari keluar istana namun A - hauw menubruk.

   Dan ketika pemuda itu menerkam dan mereka jatuh bergulingan di tangga istana maka Ahauw sudah membentak dan memukul-mukul tubuhnya.

   "Ku bunuh kau, Kwee Han. Ku bunuh kau!"

   Kwee Han melawan.

   Tentu saja dia marah kepada lawannya ini, apa saja dipukul dan ditendang, rambutnya dijambak dan A-hauw bahkan menggigit865 telinganya.

   Dan ketika Kwee Han berteriak dan balas menggigit serta memukul lawannya maka ratusan nelayan Ming-ciang sudah menyerbu dan mencabut senjata, berteriak dan Kwee Han pun pucat.

   Semua pengawal dan orang-orang yang ada di situ tertegun.

   Mereka terpaku oleh gerakan yang serba cepat ini, masuk dan menyerbunya kawan - kawan A-Hauw itu.

   Dan ketika tendangan atau pukulan disusul berkelebat nya senjata tajam yang bertubi-tubi mendarat di tubuh Kwee Han maka lolong dan jerit Kwee Han mirip srigala yang dikeroyok ribuan tikus buas.

   "Aduh, tolong.... aduh....!"

   Kwee Han tak dapat melarikan diri.

   Massa telah mengepungnya, penduduk atau nelayan-nelayan Ming- ciang itu telah begitu histeris menikam atau membacok.

   Suara dan teriakan mereka menutupi suara atau teriakan Kwee Han.

   Dan ketika Bu-ciangkun membentak namun orang-orang itu bahkan semakin buas dan semakin merarajalela maka berkelebatlah bayangan kuning emas yang mengeluarkan suara bagai guntur menggetarkan bumi.

   "Berhenti!"

   Ratusan orang itu terpelanting.

   Mereka roboh oleh bentakan Pendekar Rambut Emas yang mengerahkan khikangnya, terbelalak melihat Kwee Han berlumuran darah dan sudah tidak bergerak lagi, tewas dengan usus cerai-berai.

   Dan ketika pendekar itu tertegun dan bayangan ramping berkelebat di866 sampingnya maka Swat Lian bergidik dan memegang tangan kekasihnya ini.

   "Cukup kalian menghukum orang!"

   Kim mou- eng membentak, marah.

   "Semua perbuatan Kwee Han telah ditebus dengan nyawanya, saudara-saudara. Kalian tak boleh mengganggu mayat nya setelah dia mati"

   Nelayan-nelayan itu terpaku.

   Bu-ciangkun kini berkelebat dan menegur mereka pula, marah karena bentakannya tadi tak dihiraukan.

   Dan ketika semua didamprat dan A-hauw serta teman temannya menunduk maka Han - taijin bangkit berdiri menyuruh orang orang itu berkumpul disudut.

   Mereka kini dituduh mengacau di istana di tempat kaisar, tempat yang seharusnya bersih dan tak boleh ada keributan.

   Dan ketika Kim mou eng menarik napas dan marah memandang orang-orang itu mendadak Pwee-lopek, lelaki tua menjatuhkan diri berlutut.

   "Taihiap ampunkan kami semua. Kami bersalah, tapi kesalahan kami didorong emosional semua perbuatan Kwee Han yang semena-mena Kepada kami. Kami adalah rakyat miskin, orang yang hanya memiliki tenaga dan menjual tenaga untuk sesuap nasi bagi anak isteri di rumah. Dapatkah taihiap membantu kami membebaskan diri dari tuduhan istana?"

   "Hm,"

   Pendekar Rambut Emas tergetar, terharu memandang kakek ini.

   "Kau yang paling tua di867 sini, lopek. Dan kau yang seharusnya paling bijaksana. Urusan ini sebenarnya urusan istana, tak seharusnya aku ikut campur. Tapi karena aku telah mengetahui kejadian ini dan dapat memahami emosi kalian yang meluap-luap biarlah kumintakan ampun pada Han- taijin!"

   Dan memandang menteri tua itu Pendekar Rambut Emas bicara.

   "Taijin, bolehkah mereka diampuni? Pandanglah mukaku, taijin. Dan beri mereka kelegaan batin!".

   "Hm, biarlah kulaporkan sri baginda dulu, taihiap. Tapi agaknya tak semudah ini. Mereka harus diberi pelajaran!"

   "Kami mengaku salah,"

   Pwee - lopek kini berlutut di depan menteri itu.

   "Tapi sudilah memberikan hukuman seringan-ringannya, taijin. Kami orang-orang kasar memang tak tahu sopan santun istana."

   "Baiklah, dapat kuurs, Pwee-lopek. Betapa pun aku juga memahami emosi kalian."

   "Dan Khek-taijin,"

   Tiba-tiba A-hauw melompat, menghadapi Kim-mou-eng.

   "Sudilah kau membantu kami menuntaskan masalah ini, taijin Kami terus terang khawatir diganggunya oleh juragan-juragan perahu itu!"

   "Hm,"

   Kim-mou-ong teringat.

   "Bagaimana dengan menteri Khek itu, taijin? Apakah dia dibiarkan bercokol di sana dengan sekutu-sekutunya?"868

   "Maaf, akan kami bicarakan dengan sri baginda, taihiap. Tunggulah!"

   Namun baru menteri itu membalik tiba-tiba kaisar muncul.

   "Ah, hormat kepada sri baginda!"

   Han-tajin berlutut, diikuti yang lain-lain.

   "Kebetulan paduka datang, sri baginda. Urusan telah selesai kecuali nelayan-nelayan Ming-ciang ini, dan juga Khek-taijin!"

   Kaisar mengangguk.

   Dia telah mendengar laporan di ruang sidang itu, mengetahui tewasnya Kwee Han dan kejadian lain- lain, juga kehadiran Kim-mou-eng yang tentu saja diseganinya.

   Pendekar Rambut Emas itu telah banyak berjasa semenjak ayahnya masih hidup, mendiang kaisar lama.

   Dan ketika Pendekar Rambut Emas memberi hormat dan kaisar muda tersenyum memandang Kim-mou-eng maka urusan hari itu segera diselesaikan.

   Bahwa Khek-taijin dimutasikan jauh ke barat, tak lagi boleh berhubungan dengan hartawan- hartawan di Ming-ciang.

   Jadi tak dapat menerima upeti lagi dan otomatis runtuhlah "backing"

   Yang diberikan menteri itu kepada Cu-wangwe dan lain-lain, hal yang menggirangkan hati kaum nelayan itu, sebuah jaminan yang akan merobah nasib mereka.

   Tapi ketika kaisar bicara tentang mereka dan keonaran yang mereka lakukan di istana harus dihukum maka kaisar menjatuhkan hukuman tiga hari.

   "Kalian harus tahu aturan. Kalian telah melanggar tata tertib. Tapi karena Kim-mou-eng ada di sini biarlah menghormat mukanya kalian ku beri869 hukuman seringan-ringannya. Tiga hari kalian harus dikurung dan baru setelah itu boleh bebas kembali ke tempat masing-masing."

   "Terima kasih....!"

   Pwee-lopek dan teman- temannya berseru serentak.

   "Hamba taat dan patuh, sri baginda. Sungguh bijaksana dan mulia hati paduka!"

   Orang-orang itu girang.

   Hukuman yang diberikan kaisar memang ringan, bahkan amat ringan Dan ketika mereka berlutut menyatakan kegirangan dan nelayan-nelayan Ming - ciang ini berseru mengucapkan terima kasih maka persoalan selesai dan akhirnya pulanglah mereka setelah tiga hari menjalani hukuman kurungan.

   Tak ada lagi peristiwa dan benar saja terjadi perobahan besar-besaran setelah kaisar turun tangan, memindah Khek taijin dan Cu-wangwe serta teman- temannya ikut menyingkir.

   Maklumlah, tak mungkin mereka tinggal lagi di Ming-ciang setelah tindak-tanduk mereka dimusuhi nelayan-nelayan itu, yang menjadi berani dan keras setelah kaisar turun tangan.

   Apa lagi Kim-mou-eng sendiri menemui juragan-juragan perahu itu dan dengan keras serta tegas Pendekar Rambut Emas ini mengecam mereka, siap menghajar mereka kalau meneruskan sepak terjang nya yang merugikan rakyat.

   Dan ketika satu persatu para pemeras itu pergi dan nelayan Ming ciang hidup mandiri maka Pwee-lopek menjatuh kan diri berlutut di depan Pendekar Rambut emas itu, sekali lagi mengucap terima kasih.870

   "Kami tak dapat membalas apa-apa, semoga budi kebaikan taihiap diingat dan dicatat Thian Yang Maha Kuasa!"

   Kim-mou-eng tersenyum.

   Dia menepuk pundak kakek itu dan berkelebat pergi.

   Dan ketika kakek itu menarik napas dan tak habis merasa kagum maka Kim- mou-eng sudah lenyap dan bersama kekasihnya serta enam tokoh ketua partai Pendekar Rambut Emas itu telah menghadap Bu-beng Sian-su.

   "Nah, apa yang kalian lihat?"

   Bu-beng Sian su, kakek dewa itu duduk di dalam hutan.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Waktu itu Hu- taihiap duduk di sampingnya dan kakek ini tersenyum- senyum.

   Hu-taihiap sendiri merah mukanya dan menunduk, tak banyak bicara dan sekali - kali dia mengerling.

   Kegarangan dan keberingasannya tak tampak lagi, tanda bahwa Bu-beng Sian-su agaknya telah "menjinakkan"

   Si jago pedang ini, dengan nasihat atau wejangan-wejangannya. Dan ketika semua orang balik memandang dan tak ada yang menjawab maka kakek dewa itu memandang Bi Kong Hwesio.

   "Kau,"

   Katanya.

   "apa yang kau lihat, Bi -Kong lo- suhu? Apa yang ingin kau tanyakan?"

   "Hm,"

   Hwesio ini berdebar, mengebutkan lengan.

   "Pinceng (aku) tak melihat apa-apa, Siansu. Tak mengerti dan justeru ingin mendapat keterangan!"

   "Siancai!"

   Yang Te Cinjin berseru, menyambung.

   "Pinto juga tak mengerti akan semuanya871 ini, Si Sian-su. Pinto merasa bingung dan juga ingin mendapat keterangan!"

   "Benar,"

   Yang lain-lain berseru.

   "Kami semua tak mengerti akan perintah-perintahmu, Siansu, Kenapa harus menyaksikan semuanya ini dan apa hubungan bocah she Kwee itu dengan Hu-tai hiap!"

   "Kalian tak mengerti apa-apa?"

   "Tidak!"

   "Kalau begitu mari kita mulai,"

   Dan Bu beng Sian-su yang tertawa mengulapkan lengannya tiba-tiba berseru.

   "Cuwi pangcu, dan kau Kim mou-eng, dengar dan lihatlah apa yang hendak kutunjukkan ini. Pokok pembicaraan adalah masalah keadilan, ketidak adilan...."

   "Nanti dulu,"

   Ketua Kong-thong tiba-tiba berseru.

   "Kami hendak membicarakan Cermin Naga, Sian-su. Bicara seperti apa yang kau janjikan dulu!"

   "Benar,"

   Yang lain teringat.

   "Hu-taihiap tak percaya bahwa kami mendapat ijinmu untuk melihat benda itu, Sian-su. Kalau pembicaraan tak ada hubungannya dengan ini lebih baik pembicaraan itu ditunda!"

   "Ah, kalian keliru,"

   Bu-beng Sian-su tertawa "Kalian tak sabar, Yang Te Cinjin. Apa yang ku bicarakan selalu kait-mengait. Keadilan atau ketidakadilan itu justeru terletak pada pembicaraan Cermin Naga ini."

   "Jadi cermin itu ada hubungannya?"872

   "Benar."

   "Kalau begitu lanjutkanlah, maaf kami telah memotong!"

   Dan Yang Te Cinjin yang mundur dengan muka tersipu lalu meminta maaf karena sebagai orang kang-ouw tentu saja dirinya lebih tertarik membicarakan Cermin Naga daripada Kwee Han, pemuda yang disangka tak ada hubungannya itu, pemuda menyebalkan yang telah dibunuh teman- temannya sendiri, karena dia dan teman-temannya telah mengikuti jalannya peristiwa di istana.

   Dan ketika kakek itu tersenyum dan mengebutkan lengannya maka Bu-beng Sian-su berkata, sabar namun mulai bersungguh-sungguh.

   "Cuwi pangcu, apa yang kalian lihat dan dengar sesungguhnya saling terkait. Urusan bocah she Kwee itu erat hubungannya dengan Cermin Naga. Dan karena hal ini kait-mengait biarlah Hu taihiap memperlihatkan sejenak benda itu kepada kalian."

   "Hm,"

   Hu-taihiap menghela napas.

   "Maaf bahwa cermin ini baru sekarang kuperlihatkan, Yang Te Cinjin. Tapi harap kalian ketahui saja. bahwa benda ini adalah milikku!"

   Jago pedang itu mengeluarkan sepasang benda berkilau, meletakkan nya di pangkuan Bu-beng Sian-su dan kakek dewa itu tersenyum. Dan ketika semua terbelalak! dan kagum ingin mengetahui tiba-tiba Bu - beng Sian-su mengangkat benda itu di atas kepala.

   "Siapa ingin melihat?"873

   "Aku...!"

   "Aku!"

   Bu-beng Sian-su tertawa.

   "Baiklah urut dari kiri ke kanan, Yang Te Cinjin. bi kong lo-suhu mendapat kehormatan pertama!"

   Kakek itu melemparkan sepasang Cermin Naga, memberikannya pada Bi Kong Hwesio dan segera ketua Siu-lim itu menerima.

   Dengan cepat dan penuh keinginan tahu yang besar hwesio itu mengamati, kagum dan membolak-balik dan segera terlihatlah olehnya sepasang gambar aneh di sepasang cermin itu.

   Pertama adalah gambar atau lukisan menyeramkan mirip setan atau siluman sedang gambar atau lukisan kedua adalah sepasang dewa-dewi yang cantik dan gagah menunggang naga, hal yang membuat kening hwesio itu berkerut.

   Dan ketika dia membalik dan melihat tiga bait syair di belakang cermin maka Bi Kong Hwesio tertegun.

   "Apa ini, Sian-su?"

   "Rahasia cermin itu, yang dulu kuberitahukan kalian."

   "Dapatkah Sian-su menjelaskannya?"

   "Ha-ha, biar yang lain melihat dulu, lo-suhu. Berikan pada Yang Te Cinjin dan lain-lain agar mereka semua tahu."

   "Tapi pinceng belum puas!"

   "Kalau begitu amati dulu, puaskan dulu. Kalau kau dapat menangkap dan mengerti rahasianya maka kau adalah seorang cerdas!"874 Bi Kong Hwesio penasaran. Dia membalik dan mengamat-amati lagi benda ini, teringat bahwa dari benda inilah Hu-taihiap dapat memiliki kepandaian begitu tinggi, ilmu silat yang hebat dan justeru karena ilmu silat itulah dia dan kawan-kawannya mengincar. Tapi ketika tak dilihatnya tanda-tanda lain kecuali gambar dan syair itu maka Bi Kong Hwesio menyerahkannya pada yang lain dan berturut-turut Yang Te Cinjin atau pun Ciu Sek Tosu mengamati, memperhatikan dan mencari-cari rahasia cermin itu, pelajaran ilmu silatnya. Tapi ketika tak ditemukannya apa yang dicari dan Hu Beng Kui diam-diam tersenyum dengan mata yang aneh akhirnya enam tokoh persilatan itu hanya melihat dan mengetahui syair di belakang cermin, selain dua gambar atau lukisan aneh itu.

   "Kami tak melihat apa-apa. Cermin ini hanya berisi lukisan dan syair!"

   "Benar, kami tak dapat menemukan rahasianya, Sian-su. Cermin Naga hanya berisi syair dan lukisan!"

   "Kalian tak mengetahui apa-apa?"

   Bu-beng Sian-su bertanya.

   "Kalian tak dapat menemukan sesuatu yang kira-kira berharga?"

   "Tidak, kami bodoh. Sian - su. Pinceng tak melihat apa-apa selain lukisan atau syair itu. Sungguh aneh kalau kau menyatakan ada hubungannya dengan Kwee Han dan Bu-taihiap!"875

   "Hm, bukan hanya Kwee Han dan Hu-taihiap. Bi Kong lo-suhu, melainkan kita semua. Hampir sebagian besar dari kita semua. Kalian sebaiknya memusatkan diri pada tiga bait syair itu!"

   "Sian-su dapat menerangkannya?"

   "Tentu, dan kita akan ke sana, lo-suhu. Dan sebaiknya mari kita mulai. Lihat!"

   Bu-beng SianSu membalik Cermin Naga.

   "Apa yang tertulis di sini, lo- suhu? Kalian dapat membaca tiga bait syair ini?"

   "Ya."

   "Nah, coba kutulis. Biar kalian membaca!"

   Dan Bu-beng Sian-su yang mengguratkan jarinya di atas pohon tiba-tiba mengulang dan memperbesar kalimat- kalimat di balik cermin itu, cepat dan kuat dan akhirnya terdapatlah duabelas baris kalimat indah di kulit pohon yaag tebal.

   Dan ketika semua mengamati dan mata tertuju ke situ, maka Bu-beng Sian-su telah mendemonstrasikan kesaktiannya menulis dari udara, tanpa menyentuh atau merusak kulit pohon! "Angkat kepala, busungkan dada"

   "Acungkan tinju pekikkan kata"

   "Tuntut sesuatu demi sesama"

   "Itulah pahlawan harapan kita!"

   "Air beriak di tengah telaga"

   "Berguncang lembut membuai sukma"

   "Jebak-menjebak membodohi kita"876

   "Pudarlah pahlawan harapan jaya!"

   "Adil tak adil permainan belaka"

   "Jujur seiring itulah surga"

   "Terpeleset jua si manusia loba"

   "Rusaklah sudah hancur semua!"

   "Kalian mengerti?"

   Kakek dewa itu bersungguh-sungguh, membalik.

   "Adakah di antara kalian yang dapat mengulas syair ini?"

   "Tidak,"

   Ciu Sek kini menggeleng.

   "Pinto tak paham apa yang kau maksud, Sian-su. Sebaiknya dijelaskan saja dan biar kami mendengar.

   "Baik, kita menuju Kwee Han,"

   Kakek itu mengangguk.

   "Tentu kalian sudah mengetahui cerita pemuda ini, bukan? "Ya."

   "Apa yang kalian ketahui?"

   "Sepak terjang pemuda itu, kekejamannya!"

   "Bagus, apalagi, totiang?"

   "Hm, apalagi. Sian-su?"

   Ciu Sek tertegun.

   "Bukankah itu saja yang terlihat?"

   "Benar, secara sepintas, totiang. Kalau kita mau memperhatikan lebih jauh lagi maka banyak yang akan dapat kita tangkap. Kau tak boleh menemukan itu saja!"

   "Pinceng tak mengerti,"

   Bi Kong tiba-tiba memotong, mendahului.

   "Apalagi yang kita lihat dari pemuda itu, Sian-su? Bukankah hanya kekejaman dan877 kejahatannya saja? Pinceng dan kawan-kawan hanya melihat bahwa pemuda itu kejam dan keji. Dia patut menerima hukumannya dengan kematian!"

   "Hukuman adalah akibat dari suatu sebab saja, seperti juga keberhasilan dari suatu sebab tertentu. Aku tidak membicarakan yang terlihat secara lahiriah, lo- suhu. Melainkan ingin mengajak kalian melihat yang lebih dalam, secara batiniah. Aku ingin mengajak kalian menemukan apa yang sebenarnya telah terjadi, inti dari semua kejadian itu, ketidak adilan!"

   "Hm, ketidak adilan?"

   "Ya, kalian tahu dari mana pemuda ini berangkat?"

   "Maksud Sian-su?"

   "Lihat dan amati dari mana pemuda itu berangkat, lo-suhu. Barangkali dapat kutuntun kalian bahwa pemuda itu berangkat dari ketidakadilan yang terjadi di tempatnya, Ming-ciang. Bahwa karena tindakan para hartawan curang yang merugikan teman- temannya maka pemuda itu berangkat dan akhirnya mencari keadilan di kota raja, seperti yang sudah terjadi. Tahukah kalian sampai di sini?"

   Bi Kong Hwesio dan teman-temannya tertegun, ragu.

   "Lihat,"

   Kakek itu melanjutkan lagi.

   "Berawal dari perbuatan Cu-wangwe dan kawan-kawannya pemuda itu lalu pergi ke kota Raja, losuhu, bertemu dan akhirnya menjadi sahabat Khek-taijin. Kalian mengerti?"878

   "Ya."

   "Nah, sekarang kita lihat lebih jauh. Kwee Han, berbekal semangat dan rasa keadilannya lalu menuntut perbaikan nasib teman-temannya. tinggal dan akhirnya terbujuk Khek-taijin. Adakah yang salah di sini?"

   Yang Te Cinjin menggeleng.

   "Mula-mula tidak, Sian-su. Tapi setelah itu Kwee Han mlakukan kesalahan besar!"

   "Bagus, kesalahan apa?"

   "Terbujuk oleh Khek-taijin itu, lemah imannya dan melupakan teman-temannya!"

   "Hm,"

   Kakek itu mengangguk-angguk.

   "Hanya itu saja, totiang? Kau tak melihat yang lebih penting lagi?"

   "Tentang apa? Kepentingan apa?"

   Cari dulu.

   Jangan bertanya, to tiang.

   Sebaiknya cari dulu dan coba temukan itu.

   Ada sesuatu yang jauh lebih penting dari sekedar jawaban itu.

   Kita jangan terburu menuduh seseorang lemah imannya karena pada dasarnya kita adalah juga manusia-manusia yang lemah!"

   Yang Te Cinjin jadi kecut, tak lagi menjawab.

   "Siapa tahu?"

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kakek itu memandang sekeliling.

   "Adakah yang dapat membacanya lewat syair yang kubuat?"

   Semua menggelng.

   "Lihat,"

   Kakek itu menunjuk.

   "Bait pertama adalah seperti Kwee Han ini, Bi Konglo-suhu. Bahwa879 dengan langkah dan derap yang gagah pemuda itu menuntut keadilan demi teman temannya. Bahwa dengan tinju tracung dan dada dibusungkan pemuda itu meneriakkan keadilan untuk merobah nasib teman- temannya....."

   "Apakah itu salah?"

   Bi Kong Hwesio memotong.

   "Nanti dulu, aku tidak menyatakan salah atau benar, lo-suhu. Tapi sampai di sini pemuda itu telah melakukan sesuatu yang mengagumkan dan berani!"

   "Lalu?"

   "Lalu sesuatu terjadi, lo-suhu. Kwee Han memasuki sebuah telaga yang beriak perlahan. Pemuda itu memasuki sesuatu yang lembut namun berbahaya, riak yang membuai sukma!"

   "Hm, pinto bingung."

   Swan Cong, ketua Kun- lun menyatakan isi hatinya.

   "Pinto belum tahu ke mana kau membawa kami, Sian-su. Dapat kah tidak berputar - putar dan terus terang saja menjelaskan maksudmu?"

   "Ha-ha, kau tak sabar?"

   "Benar, pinto penasaran, Sian-su. Dan terus terang saja tak sabar lagi ingin mengetahinya!"

   "Kita sedang menuju ke sana,"

   Kakek itu tersenyum.

   "Menerangkan sesuatu tanpa mengurainya terlebih dulu mungkin akan membingungkan bagi yang kurang cerdas, totiang. Sebaiknya sabar dan perhatikan baik-baik. Dengar, tadi aku mengatakan bahwa Kwe Han, pemuda itu, sedang menggebu-gebu menuntut880 keadilan. Dan kita lihat bahwa sampai di sini pemuda itu sudah berjalan di atas rel kebenaran. Tapi sayang, begitu memasuki telaga yang beriak perlahan namun lembut membuat sukma itu pemuda ini lupa diri...."

   "Coba kau lanjutkan,"

   Kwi Hisng Hosiang, ketua Go-boog-pai mulai tertarik.

   "Piceng melihat sesuatu yang mulai menggetarkan, Sian-su, Agaknya terjadi sesuatu yang menarik di sini."

   "Benar, dapatkah kau merabanya?"

   Sedikit saja, tapi pinceng belum berani menyatakan!"

   "Hm, sebaiknya tak usah takut, lo-suhu. Ayo kita kupas ini bersama. Lihat, apa yang mendorong pemuda itu meninggalkan Ming ciang?"

   Karena ketidakpuasan hatinya, ketidakadilan itu."

   "Benar, ketidak adilan yang bagaimana?"

   Kwi Hiang Hosiang tertegun.

   "Ayo, bicaralah, lo-suhu. Teruskan saja karena teman-temanmu yang lain menunggu!"

   "Pinceng takut...."

   "Ah, tak perlu takut, lo-suhu. Semua orang bisa salah tapi dari kesalahan itu justeru kita tahu mana yarg benar!"

   "Hm, pinceng kira ..."

   "Ya, kenapa berhenti?"881

   "Pinceng kira pemuda itu ingin menjadi pahlawan, Sian su. Dia ingin menolong teman-teman nya dan menonjolkan diri!"

   "Ah, melenceng!"

   Bu-beng Sian-su tertawa.

   "Bukan itu yang menjadi inti sarinya, To-suhu, melainkan sesuatu yang lain. Coba kuterangkan sedikit. Misalnya begini, kalian adalah Kwee Han, nelayan- nelayan Ming - ciang itu, ditindas dan selalu dirugikan hartawan-hartawan pemeras itu. Apa yang mendorong kalian untuk berontak? Apa yang menjadi sebab hingga kalian melawan?"

   "Ketamakan hartawan-hartawan itu, Sian-su. Kekejamannya yang tidak mengenal batas!"

   "Ya, itu sudah terlihat. Yang lain, lo-suhu, yang belum muncul ke permukaan!"

   Kwi Hiang Hosiang bingung. Siapa yang tahu? "Coba kujawab,"

   Kim-mou-eng, yang mulai mengenal tindak-tanduk suhnya tampil bicara.

   "Barangkali yang ingin kau maksud adalah perbuatan hartawan-hartawan Ming-ciang yang merugikan rakyat, suhu. Bahwa dari sinilah kau ingin menyatakan pendapatmu tentang Kwee Han."

   "Benar, itu yang ingin ku munculkan ke permukaan, Kim mou-eng. Bahwa ketidakadilan yang MERUGIKAN inilah yang kutuju. Kaum nelayan itu, termasuk Kwee Han, berontak menuntut keadilan882 karena mereka merasa dirugikan oleh ketidak adilan yang dibuat hartawan-hartawan di Ming-ciang!"

   "Salahkah itu?"

   Yang Te Cinjin, yang ingin mendebat dan penasaran tiba-tiba berseru.

   "Bukankah setiap ketidak adilan adalah merugikan, Sian-su? Bukankah wajar bila ketidak adilan yang merugikan ini dilawan?"

   "Nanti dulu, jangan menggebu!"

   Bu-beng Sian- su, kakek dewa itu tertawa.

   "Hati-hati dengan setiap ucapanmu. Yang Te Cinjin. Aku khawatir ada kata-kata yang bakal menjadi bumerang bagi dirimu sendiri". Lalu, ketika semua orang terbelalak dan Yang Te Cinjin tampak terkejut maka kakek dewa ini melanjutkan.

   "Aku tidak menyatakan ini salah atau benar, Cinjin. Aku masih belum selesai. Ada sesuatu yang ingia kutunjukkan pada kalian, yang mengejutkan!"

   Dan ketika semua orang kembali tertegun dan memandangnya kakek itu bicara lagi.

   "Lihat, bukankah sekarang kita mengetahui bahwa kedatangan Kwee Han di kota raja adalah karena perasaan dirugikan ini? Bukankah pemuda itu menuntut keadilan karena dia, langsung atau tidak langsung, merasa dirugikan? Nah, karena dirugikan itulah dia menuntut keadilan, Cinjin. Karena dirugikan itulah dia dan kawan-kawannya datang ke kota raja!"

   Yang Te Cinjin dan lain-lain merasa aneh.

   "Sian- su,"

   Tosu itu bicara.

   "Bukankah wajar bila hal ini dilakukan pemuda itu? Bukankah wajar bila Kwee Han883 dan kawan-kawannya menuntut keadilan karena merasa dirugikan?"

   "Ya, itu wajar, Cinjio. Tapi ada yang tidak wajar!"

   "Apa yang tidak wajar? Apa yang tidak benar?"

   "Eh, tidakkah kalian lihat? Perhatikan, karena merasa dirugikan maka pemuda itu dan kawan- kawannya menuntut, Cinjin. Karena merasa dirugikan maka Kwee Han dan kawan-kawannya datang ke kota raja!"

   "Kami sudah tahu,"

   Bi Kong Hwesio memotong.

   "Tapi kami tak melihat adanya yang luar biasa, Sian-su. Kami kira wajar dan semestinya kalau orang-orang yang merasa dirugikan ini menuntut keadilan."

   "Benar, dan aku juga menyatakan begitu, Bi Kong lo-suhu. Tapi ada sesuatu yang tidak benar, yang tidak semestinya!"

   "Apa itu?"

   Bu-beng Sian-su tertawa.

   "Bi Kong lo-suhu,"

   Serunya.

   "Di dunia ini ada dua unsur kekuatan Im dan Yang. Tidakkah kau tahu apa yang ku maksudkan ita? Tidakkah kau mengamati apa yang seharusnya kau amati? Semua orang sebagian besar memang begitu, lo- suho. Kita semua dan siapa saja sebagian besar seperti Kwee Han. Kalau kau bertanya apakah itu maka coba kalian pikir apakah unsur satunya dari kekuatan Im dan Yang itu. Jangan tergesa bertanya!"884 Semua orang memeras otak. Setelan Bu beng Sian-su menggiring mereka pada persoalan adil dan tidak adil tiba-tiba semuanya tertuju ke sini. Mereka mulai berpikir-pikir apa yang dilakukan Kwee Han, yang tidak wajar itu, yang tidak semestinya, sebuah kupasan yarg harus diulas secara hati-hati, bersifat non-lahiriah. Dan ketika semua orang tertegun dan memandang kakek dewa itu maka Bu-beng Sian-su bertanya.

   "Sudah didapatkan? Ada yang tahu?"

   Semua menggeleng.

   "Ha-ha, bodoh!"

   Hu Beng Kui tiba-tiba melompat bangun.

   "Kalian semua tolol seperti aku, Bi Kong lo-suhu. Kalau begitu aku tidak sendirian. Lihat.....!"

   Jago pedang itu tiba-tiba berklebat, lenyap di sebelah kiri.

   "Aku ingin membantu Sian-su agar kalian semua melek, Bi Konglo-suhu. Dan lihat apa yang kubawa ini.... bluk-bluk bluk!"

   Beberapa tubuh tiba-tiba dilempar jago pedang itu, jatuh terbanting di depan semua orang dan Bi Kong Hwesio serta yang lain-lain terkejut.

   Mereka tak tahu siapakah orang-orang yang dibawa Hu Beng Kui ini, kecuali dapat diduga sebagai nelayan-nelayan sederhana yang pakaiannya amis.

   Dan ketika jago pedang itu berkelebat kembali dan duduk sambil tertawa maka dia mencengkeram seorang di antaranya sambil berseru.

   "Heii, kau siapa namamu?"

   Orang itu mengeluh, ketakutan.885

   "Heh, jawab pertanyaanku, manusia pengecut. Atau kau tak akan ku bebaskan dan menyusul Kwee Han!"

   "Tidak...., jangan!"

   Orang itu pucat.

   "Aku A-fuk, taihip.... A-fuk!"

   "Nah, kau!"

   Hu Beng Kui melepas orang ini, menyambar yang lain.

   "Kau siapa?"

   "Aku.... aku A-lok!"

   "Dan kau!"

   Hu Beng Kui menyambar yang lain, berturut-turut bertanya. Dan ketika orang orang itu menyebut namanya satu per satu dan mereka dilempar bergulingan maka jago pedang itu berseru.

   "Nah, lihat. Mereka itu A-fuk dan A-lok, Bi Kong lo suhu, juga A-fat dan entah siapa lagi. Mereka ini adalah bekas nelayan- nelayan Ming-ciang pula, begundal Kwee Han. Mereka dulu juga berteriak-teriak tentang ketidakadilan yang merugikan itu tapi sekarang diam tidak bercuap-cuap!"

   "Apa maksudmu?"

   "Ha-ha, jelas, lo-suhu. Kalau tadi Sian-su sudah mengisyaratkan adanya unsur Im dan Yang maka kebalikan dari merugikan itu adalah menguntungkan. Jelasnya, mereka ini adalah orang-orang yang tidak pernah bercuap-cuap kalau menerima KETIDAKADILAN YANG MENGUNTUNGKAN!"

   "Apa?"

   "Ya, itu kenyataannya, Lo-suhu. Kita, dan Kwee Han, adalah orang-orang yang suka berteriak-teriak tentang ketidakadilan yang merugikan. Sedang untuk886 yang menguntungkan, ha-ha.... KITA MENERIMANYA juga, lo-suhu. Untuk ketidakadilan yang menguntungkan begini kita tak pernah bercuap uap. Lihat Kwee Han itu, dan lihat juga teman-temannya ini. Adakah mereka berteriak-teriak lagi tentang ketidakadilan di Ming-ciang itu? Ha-ha, tak pernah lo-suhu. Mereka sudah tutup mata dan pura-pura tak tahu akan nasib yang lain-lain di Ming-ciang. Dan orang-orang di Ming-ciang itu juga akan sama saja kalau menerima kejadian seperti Kwee Han. Mereka itu, orang-orang egois itu hanya berteriak-teriak tentang yang merugikan namun tak pernah berkaok- kaok tentang yang menguntungkan. Mereka dan kita di sini sama saja!"

   "Ah!"

   Bi Kong Hweio melompat kaget, terkesiap.

   "Kau ekstrim, Hu-taihiap. Kau terlalu!"

   "He-he, apanya yang terlalu?"

   Jago pedang itu tertawa bergelak.

   "Tak usah menutup mata akan kenyataan ini, lo - suhu. Kita harus berani dan jujur melihat semuanya itu! Kita adalah orang-orang yang berteriak tentang ketidakadilan namun sesungguhnya kita sendiri tak dapat adil terhadap diri sendiri. Dan kalau terhadap diri sendiri kita tak dapat bersikap adil maka jangan harap kita dapat bersikap adil terhadap orang lain. Ha-ha!"

   Bi Kong Hwesio pucat.

   Tiba-tiba bersama temannya hwesio itu menggigil.

   Apa yang diceploskan Hu-taihiap ini adalah sesuatu yang mengejutkan sekali.

   Mula-mula dia mau menolak tapi terbentur kenyataan,887 introspeksi ke dalam diri sendiri dan akhirnya dia melihat apa yang diucapkan itu.

   Memang, hampir sebagian besar manusia, dengan sebagian kecil saja yang tidak ada lah orang-orang dengan type si Kwee Han itu.

   Hu Beng Kui akhiraya blak-blakan menceritakan "keberuntungan"

   Kwee Han, mendengar itu dari A-fak dn lain-lain dan dibukalah olh jago pedang itu akan ketidakadilan menguntungkan yang dinikmati Kwee Han.

   Betapa setelah menikmati kesenangan dan kedudukan yang disodorkan Khek taijin tiba-tiba saja pemuda Ming-ciang itu "lupa"

   Pada teman-temannya. Dan ketika semua dibuka panjang lebar dan Bi Kong Hwesio serta lain-lain juga sudah mengetahui itu dari kejadian di istana maka jago pedang itu menutup.

   "Nah, inilah yang hendak dimaksud Sian-su. lo- suhu. Bahwa kalau kita mau berteriak-teriak dan menuntut keadilan maka kita harus jujur dan bertanggung jawab. Kita harus jujur dan bertanggung jawab tentang apa yang kita teriakkan. Kita harus jujur dan bertanggung jawab tentang apa yang kita pekikkan. Sebab kalau kita berteriak-teriak tentang ketidakadilan yang merugikan namun kita tak pernah berkaok-kaok tentang ke tidakadilan yang menguntungkan maka kita mau enaknya sendiri dan tidak bertanggung jawab. Dan kita cenderung untuk melakukan itu, kita mudah terpeleset oleh riak telaga kehidupan yang menina- bobok, yang menyenangkan!"888 Bi Kong Hwesio dan yang lain-lain bengong. Sekejap tiba-tiba pembicaraan sudah diambil alih oleh si jago pedang ini. Hu Beng Kui meluap-luap dan bersemangat. Tapi ketika jago pedang itu tampak berapi-api dan semua orang tertegun maka Bu-beng Sian-su tertawa lembut mengebutkan lengannya.

   "Duduklah, jangan terlampau bersemangat, Hu-taihiap. Kau pun melakukan seperti apa yang dilakukan Kwee Han, meskipun agak sedikit berbeda."

   "Benar,"

   Jago pedang itu mengakui "Aku sekarang melihatnya, Sian-su. Aku sekarang mengerti!"

   Bi Kong Hwesio tertarik.

   "Apanya yang berbeda, Sian-su? Di mana letak perbedaannya?"

   "Dengarlah,"

   Kakek dewa itu tersenyum.

   "Aku hendak menjelaskannya secara panjang lebar, lo-suhu, Perhatikan dan dengarkan baik - baik."

   Lalu membetulkan kakinya bersila dengan mata berseri-seri kakek ini berkata.

   "Lihat, kalian telah mendengar bahwa kita, sebagian besar dari kita adalah manusia model Kwee Han. Kita berteriak-teriak tentang ketidakadilan, yang merugikan. Sedang untuk yang menguntungkan, meskipun itu juga ketidakadilan, kita menerimanya dan diam-diam saja. Adakah keadilan akan datang kalau begini caranya? Adakah keadilan akan kita peroleh? Kalau pun datang maka itu adalah keadilan yang semu, cuwi pangcu. Ketidakadilan akan datang lagi dengan cara atau macamnya yang berbeda. Menghendaki sebuah keadilan haruslah dimulai dari diri sendiri. Kalau889 kita tidak mau keadilan yang merugikan maka kita harus juga menolak ketidakadilan yang menguntungkan itu. Jangan seperti Kwee Han, menolak ketidakadilan yang merugikan namun mau menerima ketidakadilan yang menguntungkan. Mana bisa keadilan yang benar datang memperlihatkan diri? Kita cenderung untuk yang senang-senang saja, cuwi pangcu. Untuk yang tidak menyenangkan, yang merugikan, biasanya kita bersikap keras dan penuh perlawanan. Memang aku tidak menyatakan bahwa ketidakadilan yang merugikan harus didiamkan saja. Tidak, aku tidak berkata begitu. Tapi bagaimana kalau ketidakadilan yang menguntungkan datang kepada kita? Bagaimana sikap kita menghadapi dan menerimanya? Menerima ketidakadilan yang menguntungkan sama jahatnya dengan ketidakadilan itu sendiri, cuwi pangcu. Karena itu kita harus mawas diri dan benar-benar adil kalau ingin menuntut keadilan!"

   Semua mengangguk-angguk, mulai mengerti "Lihat,"

   Kakek itu melanjutkan.

   "Dulu dengan kemarahan dan kebencian Kwee Han menuntut keadilan di kota raja, cuwi pangcu. Pemuda itu marah- marah karena dia merasa dirugikan oleh sepak terjang hartawan-hartawan di Mingciang. Dengan gagah dan penuh keberanian pemuda itu datang, bertemu dengan Khek-taijin. Tapi bagaimana ketika dia dibujuk dan mulai mendapatkan kesenangan-kesenangannya? Lihat, mula mula wanita disodorkan kepadanya, cuwi pangcu. Siong- hi dan lain-lain wanita cantik yang sengaja diberikan890 Khek-taijin kepadanya.Lalu harta dan kedudukan, disusupi kesenangan - kesenangan lain yang tidak diperoleh Kwee Han di tempatnya. Dan karena pemuda itu menerima dan tidak menyadari bahayanya riak teiaga kehidupan yang membuainya ini maka perlahan- lahan pemuda itu terjebak dan semakin dalam hingga akhirnya tergelincir. Kwee Han, yang semula pahlawan tiba tiba pudar citranya. Dia terpeleset dan menghanurkan diri sendiri. Dan karena pemuda itu telah bersikap tidak adil terhadap diri sendiri maka semua dosa dan kesalahannya terhukum oleh perbuatannya sendiri! Jelas?"

   Bi Kong Hwesio dan lainnya mengangguk- angguk.

   "Sudah selesaikah cerita ini?"

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kakek itu bertanya sendiri.

   "Belum,"

   Jawabnya pula.

   "Masih ada yang harus diketahui, cuwi pangcu, yakni perbedaan antara Hu taihiap dan pemuda itu"

   "Hm,"

   Ciu Sek Tosu tertarik.

   "Perbedaan yang bagaimanakah, Sian-su? Bolehkah kami tahu? "Tentu, Hu-taihiap telah menyadari kesalahannya, totiang, barangkali tak apa kalau aku bicara di depan yang bersangkutan. Begitukah. Hu taihiap?"

   Jago pedang itu mengangguk.

   "Nah, ada perbedaan di antara Kwee Han dan Hu-tahiap ini, cuwi enghiong, yakni datangnya ketidakadilan yang menguntungkan itu. Kwee Han,891 sebagai anak muda barangkali akan kita bela karena dia belum banyak pengalaman,masih muda dan masih hijau, begitu barangkali. Tapi bagaimana dengan Hu- taihiap? Bagaimana dengan jago pedang ini? Sababat kita ini lebih lagi, cuwi engbiong. Hu-taihiap sengaja menciptakan ketidakadilan demi dirinya sendiri!"

   "Eh?' Cu Sek terkejut.

   "Bagaimana itu, Sian-su? Kesengajaan bagaimana?"

   "Ya, lihat, totiang. Antara Kwee Han dan Hu- taihiap ada perbedaan, meskipun masing-masing masih dalam lingkaran yang sama. Kwee Han, pemuda Ming- ciang itu menerima ketidakadilan yang menguntungkan di luar kesadarannya. Artinya pemuda itu hanya didatangi oleh ketidakadilan yang menguntungkan di luar rencananya. Sama sekali Kwee Han tak mengira atau menduga adanya perobahan kehidupan itu. Dia sama sekali tidak merencanakan untuk menikmati ketidakadilan yang menguntungkan itu sejak berangkat dari Ming-ciang. Pemuda ini hanya diberi dan mendapat KESEMPATAN untuk menikmati ketidakadilan itu, yang menguntungkannya. Dan karena kita sebagian besar memang lemah terhadap hal-hal yang menyenangkan begini maka pemuda itu menerima dan hanyut dalam jebakan Khek taijin itu!"

   "Sedang Hu - taihiap?"

   Swan Cong, ketua Kun- lun kini maju bertanya.

   "Bagaimana dengan Hu-taihiap, Sian-su. Apakah dia tidak diberi tahu mendapat kesempatan itu?892

   "Tidak, Hu-taihiap justeru MENCIPTAKAN ketidakadilan ini, Swan Cong totiang. Dia dengan sengaja dan sadar menciptakan ketidakadilan itu. Hu- taihiap sama dengan Cu-Wangwe dan kawan-kawannya itu!"

   "Ha-hu!"

   Hu-taihiap tertawa bergelak.

   "Inilah hal yang memalukan diriku, Swan Cong Tojin. Sebagai pendekar dan orang yang sudah disebut orang baik-baik aku masih juga melakukan itu. Aku memang sama dengan Cu-wangwe dan kawan-kawannya itu. Aku barangkali juga sama dengan Khek-taijin!"

   Pinto belum mengerti,"

   Swan Cong agak ragu, mengerutkan kening.

   "Ketidakadilan bagaimana yang kau maksudkan Sian - su? Dapatkah kau memberi penjelasan?"

   "Ah, tidak kah jelas, totiang? Hu - taihiap mencuri Cui-sian Gin-kang dan Lu-ciang-hoat yang dimiliki Kim-mou-eng, dalam nafsunya yang tidak mau kalah. Tapi begitu Kim-mou eng mendapatkan Khi-bal- sin-kang dan Jing-sian-engnya tiba-tiba jago pedang ini marah dan tidak mau menerima. Bukankah jelas dia mau menangnya sendiri, totiang? Bukankah Hu-taihiap tahu bahwa dengan memiliki gabungan ilmu silat yang dimiliki Kim-mou-eng dia bakal tak dapat dikalahkan lawannya? Karena itulah dia berani sesumbar untuk mengalahkan muridku dalam duapuluh jurus, totiang. Tapi begitu dia kebentur batunya tiba-tiba Hu-taihiap marah-marah dan tak dapat mengendalikan diri!"893

   "Ooh....! Swan Cong Tojin tiba-tiba mengerti, mengangguk-angguk.

   "Itukah kiranya, Sian su? Itulah yang kau maksud?"

   "Ya, dan kita lihat. totiang. Dalam ketidak adilan begini siapa saja dapat dipengaruhi. Tua atau muda dapat terkecoh, yang masih hijau atau yang sudah berpengalaman tetap saja dapat tergelincir dalam masalah ini. Karena itu menyadari semuanya ini dan berhati-hati adalah merupakan diadakan baik yang amat terpuji!"

   "Hmm.... hm....!"

   Semua mengangguk-angguk, kaget tapi juga kagum.

   "Kini kami mengerti, Sian su. Tapi agaknya masih ada lagi wejanganmu."

   "Dengarlah,"

   Kakek itu berseri-seri.

   "Orang seperti Kwee Han tak sjahat orang seperti Cuwangwe, totiang. Orang seperti Kwee Han adalah korban dari kejadian yang diciptakan oleh orang seperti Cu - wangwe. Tapi karena orang seperti Kwee Han akhirnya terjerumus dan mabok dalam kesenangannya sendiri maka orang macam begini tak akan terlepas dari buah yang ditanamnya. Karena itu orang seperti Kwe Han akhirnya juga sama-sama buruk seperti Cu-wangwe karena mereka itu bisa menjadi penindas dan pemeras!"

   "Jadi hukuman itu setimpal untuknya, Siansu?"

   "Setimpal atau tidak urusan Tuhan, totiang. Kita manusia acapkali menghukum lawan dengan nafsu berlebihan. Yang perlu kita sadari adalah pelajaran dari894 smuanya ini, hikmat dari semua kejadian itu. Apakah kalian dapat mengerti"?! "Dapat,"

   Ketua Kn-lun itu mengangguk angguk.

   "Pinto sekarang mengerti, Sian-su, Dan sungguh benar apa katamu"

   "Nanti dulu, tidak adakah yang dapat mengorek satu hal lagi? Tidak adakah di antara kalian yang dapat menemukan sebongkah mutiara yang masih terpendam?"

   Orang-orang itu tertegun.

   "Lihat,"

   Bu-beng Sian-su kembali berkata.

   "Masih ada yang ketinggalan, cuwi enghing. Masih ada satu hal penting lagi yang harus kalian ketahuil"

   "Tentang apa?"

   "Tentang ketidakadilan ini, peristiwa ini!"

   "Ah, kami tak tahu apa-apa,"

   Kwi Hiang Hosiang mengeluh.

   "Kami merasa diri kami bodoh dan tak tahu apa-apa, Sian-su. Sebaiknya kau jelaskan saja dan biar kami sebagai pendengar"

   "Benar,"

   Yang Te Cinjin mengangguk mengiyakan.

   "Kau jelaskan saja, Sian-su. Biar kami sebagai pendengar!"

   "Baik,"

   Kakek itu tetap berseri-seri.

   "Aku hendak menunjukkan kepada kalian bahwa yang dituntut orang-orang Ming-ciang itu bukan Keadilan, totiang, melainkan yang lain. Tahukah kalian apa yang dituntut itu?"

   "Tidak."895

   "Ha-ho, yang dituntut adalah kesenangan, totiang. Bukan keadilan. Mereka itu menuntut KESENANGAN!"

   "Eh!"

   Ciu Sek melengak.

   "Apakah benar, Sian- su? Bukankah keadilan itu akhirnya juga berupa kesenangan?"

   "Inilah yang salah kaprah,"

   Kakek dewa itu tertawa.

   "Mereka tak tahu apa yang dituntut, totiang. Mereka mengira kesenangan adalah keadilan. Dan karena mereka tak tahu ini maka orang-orang macam A- fuk dan A-lok ita sudah tidak bercuap-cuap lagi begitu disumpal kesenangan. Ciu Sek tertegun, mulai berkeringat.

   "Apakah Sian-su dapat memberikan bukti?"

   "Tentu, dengarlah, totiang Aku memang hendak menjelaskan hal ini. Keadilan adalah sesuatu yang mengandung banyak unsur. Ksenangan adalah satu di antara unsur-unsur tadi. Dan karena keadilan jauh lebih besar dan lengkap di banding kesenangan maka keadilan bukan kesenangan. Kesenangan adalah bagian dari keadilan, seperti halnya lengan adalah bagian dari tubuh. Tubuh sendiri bukanlah lengan. Tubuh adalah kesatuan dari apa yang kita namakan kaki, lengan. kepala dan sebagainya. Dan karena tubuh bukan lah lengan maka keadilan bukanlah kesenangan. Kesenangan itu hanyalah bagian dari tubuh saja, tubuh keadilan, salah satu unsur atau elemen nya, seperti halnya lengan atau kaki kita yang merupakan896 bagian dari tubuh, badan. Dan karena kita mulai tahu ini maka harap kalian waspada bahwa keadilan bukan kesenangan!"

   "Kami masih bingung."

   Bi Kong Hwesio kini maju bicara.

   "Coba jelaskan sekali lagi, Sian-su. Dan sedikit lambat agar piceng dapat mengunyahnya."

   "Baiklah, dengarkan,"

   Kakek itu mengangguk.

   "Kesenangan adalah BAGIAN dari keadilan, lo suhu. Mendapatkan keadilan berarti otomatis akan mendapatkan kesenangan juga . Dan karena kesenangan bukan keadilan maka mendapatkan kesenangan belum berarti mendapatkan keadilan Kesenangan itu seperti lengan, misalnya. Dia ini terbatas, hanya itu-itu saja. Dan karena lengan hanyalah lengan maka lengan bukanlah kaki atau kepala misalnya. Lain dengan tubuh, keadilan. Di situ telah tercakup lengan, kaki dan sebagainya. Pahamkah kalian7"

   "Ooh....."

   Hwesio itu mengangguk-angguk.

   "Pinceng mulai paham. Sian-su. Dan coba terus kan dengan orang-orang Ming-ciang itu."

   "Baik, sekarang kembali ke orang orang itu,"

   Kakek ini menarik napas, tetap berseri seri.

   "Kenapa mereka kukatakan bukan menuntut keadilan melainkan kesenangan, lo-suhu? Kenapa aku bicara seperti itu? Gamblang sekali jawabannya, lo-suhu, kita melibat jelas akan perbedaan dua hal itu. Lihat, Kwee Han dan A-fuk serta Alok menunjukkan kepada kita akan kenyataan ini. Mereka membuktikan kepada kita bahwa bukan897 keadilan yang dituntut melainkan kesenangan. Buktinya, begitu kesenangan sudah diperoleh maka mereka berhenti dan tidak perduli lagi kepada Teman- temannya!"

   "Nanti dulu,"

   Yang Te Cinjia meloncat masuk.

   "Perlahan-lahan dulu, Sian-su. Pinto ingin mengunyahnya secara lambat dan hati-hati"

   "Boleh, dengarkan lebih lanjut, Cinjin. Kesenangan, seperti yang kukatakan tadi berhubungan dengan aku, ego. Dan karena kesenangan berhubungan dengan 'aku' atau ego maka kesenangan bersifat dangkal. Menuntut kesenangan pada dasarnya memenuhi keinginan si aku ini, ego, jauh bila dibanding dengan menuntut keadilan. karena kalau kesenangan bersumber pada si aku atau ego maka keadilan bersumber pada CINTA KASIH. Nah, lihat perbedaan besar di antara keduanya ini, Cinjin. Lihat apa yang terjadi kalau kedua-duanya bergerak!"

   Yang Te Cinjin terbelalak.

   "Aku hendak melanjutkan sedikit lagi tentang ini,"

   Kakek itu berseri-seri.

   "Sekarang kalian buktikan dengan apa yang diperbuat Kwee Han. juga A-lok atau A-fuk itu. Mereka, orang-orang ini, pada dasarnya menuntut kesenangan, bukan keadilan. Karena itu begitu kesenangan itu mereka peroleh dan si aku atau si ego terpenuhi maka mereka tak ingat lagi pada kawan- kawannya di Ming-ciang itu. Kwee Han dan kawan- kawannya ini terkecoh diri sendiri. Mereka bukan898 mencari keadilan tetapi kesenangan. Karena itu begitu kesenangan datang dan mereka tenggelam maka mereka pun lupa diri. Inilah juga yang dialami sebagian besar manusia, nelayan-nelayan Mingciang yang lain itu dan barangkali juga kita di sini! Yang Te Cinjin terkejut.

   "Dan kalian tahu bagaimana kira-kira contoh keadilan yang bersumber pada cinta kasih itu?"

   Yang Te Cinjin dan kawan-kawannya menggeleng.

   "Ha-ha, Pwee-lopek itulah contoh yang gamblang di sini, Cinjin. Kakek yang tidak pernah memikirkan diri sendiri itulah contohnya! Lihat berapa uang yang dia dapatkan dari Kwee Han, lihat berapa kali dia sungguh-sungguh menuntut keadilan. Adakah uang yang dia sembunyikan untuk dirinya pribadi? Adakah kakek itu menyembunyikan sebagian uang yang diterimanya dari Kwee Han? Tidak, kakek itu tak pernah menyisihkan uang yang diterimanya untuk dirinya sendiri, Cinjin. Semua yang didapat diberikannya kepada teman-temannya. Kakek itu tak memikir diri sendiri karena dia memang tak berniat untuk menyenangkan diri sendiri. Kakek itu ingin membantu teman-temannya, menolong teman-temannya. Keinginan atau niat yang timbul dari cinta kasih, cinta terhadap sesama dan kasih terhadap sesamanya pula. Sayang, karena kakek ini terlalu sederhana dan lugu maka niat atau maksud hatinya itu digantungkannya kepada Kwee Han, pemuda899 yang dianggapnya jauh lebih mampu daripada dirinya yang sudah tua! Kalian mengerti?"

   Tiba-tiba semua orang tertegun.

   Kini dibukalah secara panjang lebar contoh-contoh yang bagus sekali oleh kakek dewa itu.

   Bu-beng Sian telah mengupasnya dan satu demi satu kakek itu menerangkannya kepada mereka.

   Mulai dari ketidakadilan yang menguntungkan sampai pada masalah "aku"

   Dan cinta kasih.

   Jelas dan gamblang! karena kakek itu mengurainya secara panjang lebar, satu sama lain saling terkait dan kagumlah semua orang akan kenyataan yang disodorkan ini.

   Dan ketika mereka mengangguk - angguk dan semua mendecak maka kakek itu bangkit berdiri.

   "Nah, sekarang jelaslah kalimat-kalimat dalam syair ini. Bait pertama adalah mula gerakan Kwee Han dalam menuntut keadilan. Bait kedua menerangkan pemuda itu mulai memasuki telaga yang beriak perlahan. Dan karena sekarang kita tahu bahwa Kwee Han dan orang-orang Ming ciang itu bukan menuntut keadilan melainkan menuntut kesenangan maka akhirnya kata adil hanya permainan mulut belaka. Akibatnya yang mereka dapatkan pun hanya sebuah keadilan semu! "Nanti dulu,"

   Swan Cong Tojin berseru.

   "Apakah nelayan-nelayan itu sekarang masih mendapatkan keadilan yang semu. Sian-su? Bukankah Khek-taijin sudah dipindah dan Cu-wangwe serta kawan-kawannya juga menyingkir?" !900

   "Ha-ha, menjawab ini mudah saja. totiang. Orang akan mendapatkan yang semu kalau mulai dengan yang semu juga. Dan akan mendapatkan yang sejati kalau mulai dengan yang benar. Sebaiknya kau lihat saja karena kebodohan biasanya menuntun kepada kesengsaraan!"

   "Pinto tak puas...."

   "Wut!"

   Bu-beng Sian-su lenyap.

   "Mendengarkan saja tanpa menghayati tak ada gunanya, toiang. Sebaiknya kau belajar pula mengamati jalannya roda kehidupan!"

   Dan kakek itu yang tertawa entah di mana tiba-tiba meminta maaf dan sudah pergi jauh, menghilang dan tak ada siapa pun yang dapat mengikuti karena kesaktian kakek itu memang luar biasa.

   Kalau manusia dewa itu tak menghendaki jangan harap mereka dapat bertemu.

   Dan ketika kakek itu lenyap dan orang tertegun kagum maka Hu Beng Kui tertawa bergelak dan berkelebat pula, lenyap menyusul Bu-beng Sian-su dan jago pedang itu menyuruh puterinya dan Kim mou-eng datang ke Ce-bu.

   Inilah hal yang tak diduga Pendekar Rambut Emas dan kekasihnya tiba-tiba berseri-seri.

   Perintah itu sama halnya persetujuan ayahnya merestui perjodohan.

   Swat Lian tiba-tiba tersenyum dan melirik kekasihnya Dan ketika Pendekar Rambut Emas tertegun namun tentu saja gembira bukan main maka pemuda ini bergerak dan menyambar lengan kekasihnya pula, lenyap tertawa girang dan minta diri pada Bi Kong Hwesio dan lain-901 lainnya itu.

   Tinggallah enam orang ketua ini yang merenungi wejangan Bu-beng Sian-su.

   Mereka manggut-manggut dan berseri-seri.

   Kegembiraan dan kesenangan mereka lain dengan yang dialami Kim-mou- eng.

   Mereka mendapat makanan rohani dari Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang hebat itu.

   Dan ketika masing- masing saling pandang dan bangkit berdiri mendadak Bi Hong Hwesio berkelebat pulang ke Siu-lim, pamit pada teman-temannya tapi yang lain-lain mendadak menyusul, pulang dan berseri-seri ke rumahnya sendiri.

   Dan ketika tinggal Swan Cong Tojin yang masih termangu dan akhirnya menghela napas maka tosu itu duduk bersila dan malah bersamadhi.

   Wejangan Bu-beng Sian-su, yang demikian banyak dan termasuk "berat"

   Memang harus dikunyah dan dimamah secara perlahan-lahan.

   Tosu itu mengangguk-angguk dan terngianglah dia akan segala kata-kata kakek itu.

   Mulai dari ketidakadilan sampai cinta kasih.

   Mulai dari yang merugikan sampai yang menguntungkan Ah, begitukah kiranya? Demikian pelik dan berbelit-belit? Hm.

   ketidakadilan ada dua, dipandang dari dua sisi yang berbeda.

   Yang satu merugikan sedang yang lain menguntungkan.

   Untuk yang merugikan.

   jelas manusia berteriak-teriak, tak ada yang tidak.

   Tapi bagaimana dengan yang menguntungkan? Ada kah yang berteriak-teriak? Lucu, selama ini dia belum pernah dengar.

   Untuk ketidakadilan yang menguntungkan biasanya manusia902 diam, tak pernah berkaok-kaok, pura-pura bodoh dan seakan tidak tahu-menahu.

   Tak ada suara keras menyambar dan sungguh bertolak belakang dengan yang merugikan itu.

   Untuk yang pertama manusia sanggup mati, kalau perlu berjibaku.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tapi untuk yang kedua, eh-eh....

   nanti dulu.

   Aku masih ingin berumur panjang dan menikmati hidup koq! Dan ketika tosu itu tersenyum-senyum dan geli serta gemas maka wejangan lain dikunyahnya lembut dan perlahan-lahan.

   Bu-beng Sian-su mengatakan bahwa ketidak adilan, yang menguntungkan itu, bisa "datang"

   Dan "didatangkan".

   Contoh pertama adalah Kwee Han, pemuda Ming-ciang itu.

   Pemuda ini didatangi dan mendapat kesempatan untuk menikmati ketidakadilan, yang menguntungkan.

   Sedang yang kedua adalah seperti Cu-wangwe dan teman-temannya itu, juga hu- taihiap.

   Mereka ini mendatangkan dan sengaja mencipta ketidakadilan, untuk keuntungan diri sendiri.

   Dan tertegun bahwa orang seperti Hu taihiap bisa kejeblos dan melakukan tindakan tercela itu maka Swan Cong Tojin tepekur dan terkejut.

   Benar kakek dewa itu, hal ini bisa menimpa siapa saja, yang muda atau yang tua, yang belum pengalaman maupun yang sudah banyak makan asam garam kehidupan.

   Dan karena hal itu merupakan pelajaran bagi dirinya sendiri maka tosu itu tergetar dan mengangguk-angguk.

   Kemudian lagi, masalah tuntutan itu.

   Benar kah mereka menuntut keadilan? Tidakkah orang-orang itu903 menuntut kesenangan? Keadilan berasal dari cinta kasih, sedang kesenangan tidak! Kesenangan berasal dari tuntutan atau keinginan si-aku, ego.

   Sifatnya dangkal dan memang bertalian erat dengan diri sendiri.

   Karena itu begitu Kwee Han memperoleh kesenangannya dan tenggelam dalam kesenangannya ini lupalah pemuda itu pada "misi"

   Semula.

   Tak ada cinta kasih di situ, tak ada keadilan.

   Yang ada hanyalah tuntutan kesenangan.

   Ah! Tosu ini mengangguk-angguk.

   Apalagi? Tosu itu merenung.

   Bu-beng Siansu menyatakan bahwa kesenangan hanyalah bagian dari keadilan, dalam konteks pembicaraan ini.

   Jadi kalau orang mendapatkan kesenangan maka belum tentu mendapatkan keadilan.

   Keadilan itu adalah sesuatu yang utuh, yang mencakup banyak unsur.

   Jadi kalau orang mengejar-ngejar satu dari sekian unsur ini maka yang utuh, keadilan, tak didapat.

   Orang hanya mendapatkan kulitnya bukan isinya.

   Nelayan-nelayan Ming-ciang itu contohnya.

   Itu barangkali yang membuat mereka jatuh bangun menentang Cu-wangwe dan kawan-kawannya.

   Reda sejenak lalu timbul lagi.

   Tenang seminggu tapi geger lagi sebulan.

   Apakah hal itu tak akan terulang dalam masa-masa mendatang? Hanya Pwee-lopek yang agaknya bersungguh-sungguh menjalankan tuntutannya.

   Di istana pun kakek itu tampak membela teman-temannya.

   Teringatlah Swan Cong Tojin akan kakek ini, kakek sederhana yang meminta pada Kim-mou-eng agar teman-temannya904 dibebaskan.

   Ah, kakek itu selalu memperhatikan yang lain.

   Kakek itu jarang memperhatikan diri sendiri karena orang lainlah yang menjadi tujuannya.

   Apakah karena kakek itu tak bersanak tak berkadang? Ah, agaknya bukan ini.

   Ada faktor lain yang menjadi sebab utama, dan faktor itu adalah cinta kasih! Swan Cong Tojin menarik napas dalam-dalam.

   Dibanding dengan ratusan orang Ming-ciang atau ribuan manusia lainnya maka figur Pwee-lopek ini adalah satu- satunya tokoh tunggal.

   Sedemikian sedikitkah orang macam Pwee-lopek itu? Segelintir dua saja hingga dapat dihitung dengan jari? Ini kenyataan memprihatinkan.

   Tosu itu menarik napas dalam-dalam lagi dan akhirnya samadhinya bercampur introspeksi terhadap diri sendiri.

   Bu-beng Sian-su telah menyatakan bahwa sebagian besar manusia, yang ada di muka bumi ini, seperti Kwee Han adanya.

   Mau menerima ketidakadilan yang menguntungkan, namun emoh terhadap ketidakadilan yang merugikan.

   hal yang tidak adil.

   Dan karena manusia, banyak yang seperti itu maka ketidakadilan merajalela dan tetap tumbuh subur di manapun di bagian bumi ini.

   Apa yang harus dilakukan? Tentunya harus jujur dan adi! terhadap diri sendiri.

   Kalau manusia sudah jujur dan adil terhadap diri sendiri maka manusia dapat diharapkan untuk bersikap jujur dan adil terhadap manusia lainnya.

   Masalahnya, adakah manusia-manusia seperti itu? Kalau ada, banyak atau sedikit? Sebab, kalau yang begini hanya berjumlah905 sedikit maka manusia-manusia macam ini juga tak dapat berbuat banyak untuk dunia.

   Sayang! Pembaca yang budiman, kiranya cukup tulisan ini sebagai bahan perenung.

   Penulis tak banyak memberi komentar.

   Apa yang dipaparkan Bu beng Sian- su telah lebih dari cukup.

   Swan Cong! Tojin telah semakin tenggelam dalam lamunannya sendiri, hanyut dan akhirnya tertidur.

   Dan karena syair itu telah dikupas maka penulis hendak mohon diri untuk jumpa di kisah berikutnya.

   Bagaimana dengan Kim-mou-eng? Berakhir dengan baik-baik.

   Swat Lian, puteri Hu Beng Kui akhirnya dinikahinya.

   Hu Beng Kui telah mengakui kesalahannya dan pendekar Pedang itu menerima Kim-mou-eng sebagai menantunya.

   Dan ketika pernikahan disiapkan dan semuanya berjalan baik maka undangan juga dikirim kepada semua orang, termasuk enam ketua partai yang dulu duduk bercakap-cakap dengan Bu-beng Sian-su.

   Kin-mou eng, sesuai janjinya, tidak mau menjadi bengcu.

   Kedudukan bengcu tetap diserahkan kepada mertuanya dan Hu Beng Kui tertawa bergelak.

   Jago pedang itu ngakak saja dan puterinya tersenyum.

   Gadis ini tak lagi marah kepada ayahnya karena perkawinannya dengan Kim-mou-eng direstui.

   Itulah baginya yang lebih penting.

   Namun ketika semua orang bergembira dan bersuka ria ternyata Hu Beng Kui dan Bi Kong Hwesio serta kawan-kawannya berkerut kening.906 Apa yang tidak memuaskan mereka? Bukan lain tak adanya Bu - beng Sian-su di situ.

   Semua orang sebenarnya mengharap kehadiran kakek dewa itu lagi.

   Mereka ingin mendengar lagi wejangan-wejangan kakek itu tentang kehidupan yang lain, apa saja.

   Mereka terlanjur tertarik dan "jatuh cinta"

   Terhadap kakek luar biasa itu, menyangka kakek itu akan datang karena Kim mou-eng atau Pendekar Rambut Emas adalah muridnya.

   Tapi ketika kakek dewa itu tak ada di pesta keramaian dan Hu Beng Kui serta yang lain lain mendesah kecewa maka Kim-mou-eng berkata bahwa gurunya memang begitu.

   Tanpa kehendaknya sendiri tak mungkin mereka bisa jumpa.

   Kakek itu lenyap sejak meninggalkan wejangannya yang terakhir di hutan.

   Dan ketika semua orang mengangguk dan dapat mengerti itu maka kegembiraan dan pesta dapat dilanjutkan.

   Ke manakah Bu-beng Sian-su? Kakek ini tak muncul lagi.

   Kim-mou-eng dan lain-lain tak menemukan kakek itu lagi selama duapuluh tahun.

   waktu yang cukup lama.

   Karena sejak memberikan wejangannya tentang keadilan kakek itu sudah menghilang dan lenyap tak berada di wilayah itu karena sedang berada di wilayah lain.

   Di manakah kakek itu? Bagi pembaca yang ingin mengikuti perjalanan kakek dewa ini penulis persilahkan untuk membaca GOLOK MAUT, sebuah cerita baru yang tidak ada hubungannya dengan Kim-mou-eng.

   Sedang Kim-mou-907 eng dan keturunannya akan penulis ceritakan dalam kisah ISTANA HANTU, di mana Anda akan bertemu dengan Pendekar Rambut Emas itu kembali dan isterinya, jugu anak perempuannya, Soat Eng.

   buah cinta Pendekar Rambut Emas itu dengan Hu Swat Lian, di samping.

   tentu saja, anda akan berjumpa dengan Dailiong atau Thai Liong, putera atau keturunan pertama Pendekar Rambut Emas itu dengan mendiang sumoinya, Salima.

   Dan karena cerita ini sudah selesai maka penulis hendak mohon diri dan salam bahagia untuk Anda.

   Mudah-mudahan buku kecil ini bermanfaat.

   Semoga! Solo, 09-05-1987 Credit .

   Sumber buku Bapak Awie Dermawan Edit OCR Bapak Iskandar Effendy Diposting pertama kali di
Kolektor E-Book
Pdf dibuat di Pulau Cemara 19 November 2018 Sepasang Cermin Naga Batara

   

   

   

   

Pendekar Sejagat Karya Wen Rui Ai Pisau Kekasih Karya Gu Long Kuda Putih Karya Sd Liong

Cari Blog Ini