Ceritasilat Novel Online

Sepasang Cermin Naga 5


Sepasang Cermin Naga Karya Batara Bagian 5



Sepasang Cermin Naga Karya dari Batara

   

   "Ha-ha, terima kasih, Sian-su. Kau agaknya, sengaja memberikan ini kepadaku!"

   Hu Beng Kui gembira, tak malu malu menganggap kakek itu sebagai gurunya karena dia tahu betul bahwa Bubeng Sian su adalah kakek dewa yang maha sakti.

   Dia sendiri tak pernah menang menghadapi kakek itu, dia seperti semut melawan gajah.

   Dan ketika pagi itu dengan311 gembira namun hati-hati jago pedang ini mulai "mnguras"

   Ilmu silat di cermin itu maka dengan lahap tapi tidak tergesa-gesa Hu Beng Kui mempelajari tiga macam ilmu silat itu.

   Cpat melatih sinkang sebagai pelajaran pertama untuk menumbuhkan tenaga super, aneh dan ajaib dia merasa kekuatannya bertambah sepuluh kali lipat.

   Sekejap kemudian Hu Beng Kui dapat melakukan apa-apa yang dulu tak dapat ia lakukan, tubuhnya menjadi ringan dan kini ia dapat bersila seperti Bu-beng Sian-su, tak menyentuhkan kakinya alias mengambang Bukan main! Dan Ketika kemudian ia mempelajari ilmu silat kedua di mana mencakup pukulan pukulan dahsyat yang akan semakin dahsyat didorong tenaga sinkangnya yang kian menghebat maka Hu Beng Kui mirip seekor naga atau harimau yang tumbuh sayap Jago pedang ini dapat memukul roboh sebuah bukit, mampu menghilang dengan kecepatan sepuluh kali lipat dibanding dulu dan pekerjaan lain yang dulu tak dapat dilakukannya.

   Dan ketika dia mempelajari pelajaran ketiga yang menjelaskan tentang cara bertahan dan melindungi diri di mana dia akan mampu "memecah"

   Dirinya menjadi beberapa Hu Beng Kui seperti yang dikehendaki maka jago pedang ini terbahak bahak dan mendapat kenyataan bahwa dia sekarang, sudah tidak seperti dia beberapa hari yang lalu.

   "Ha ha, sekarang aku akan dengan mudah dapat mengalahkan Kim-mou-eng, anak - anak Kalau312 kalian gagal aku yang akan merobohkannya!"

   Hu Beng Kui teringat puteri dan murid-muridnya, tertawa dan girang bukan main karena dia benar benar merasa semakin lihai.

   Begitu lihai hingga apapun rasanya sanggup dia lakukan.

   Dan ketika sebulan kemudian jago pedang ini memahami semua pelajaran dan hari itu berseri-seri menunggu puterinya mendadak bayangan puterinya berkelebat, sendiri.

   "Ayah, Kam-suheng dan Beng-subeng diculik. Celaka.....!"

   Hu Beng Kui terkejut.

   "Apa yang terjadi?"

   "Peristiwa hebat, yah. Kejadian luar biasa di puncak Bukit Malaikat!"

   Dan Swat Lian yang terengah menceritakan semuanya itu lalu menutup dengan muka gelisah.

   "Aku telah mencari Kam su heng dan Beng- suheng di mana mana, tetapi gagal. Nenek Dewi Api dan Hk bong Siauwjin tak ada !"

   "Nenek Dewi Api? Hek bong Siauw jin?"

   "Ya, mereka, yah. Orang-orang luar biasa yang konon sudah duaratus tahun umurnya. Kam subeng dan Beng-suheng diculik orang-orang ini. Kau harus mencari dan keluar!"

   "Hm, hmm.... dan bagaimana dengan Kim mou eng? Kau sudah mencari Pendekar Rambut Emas ini?"

   Jago pedang itu teringat, bertanya.

   "Sudah, tapi....."313

   "Kau menang?"

   Sang ayah menukas, memotong tak sabar.

   "Kau dapat kalahkan Pendekar Rambut Emas itu? Bagaimana dia?"

   "Tidak,"

   Swat Lian terbelalak.

   "Pendekar Rambut Emas tak dapat bertanding denganku, yah. Kejadian luar biasa di puncak Bukit Malaikat itu mengacaukan segala-galanya. Bu-beng Sian-su muncul, enam iblis mengeroyoknya dan hujan api serta kilat merusak semuanya di sana. Kim-mou eng bersamaku tapi kami tak bertanding!"

   Hu Beng Kui tertegun Puterinya kembali menceritakan kedahsyatan kejadian di puncak Bukit Malaikat, bahwa hujan dan petir menyambar nyambar.

   Orang terpelanting tak keruan dan puncak pun akhirnya gelap gulita.

   Dan ketika Swat Lin bergidik menceritakan itu dan memberi tahu bahwa nenek Dewi Api dan lain lain akhirnya kabur meninggalkan Bu-beng Sian-su maka gadis itu menyinggung-nyinggung tentang Cermin Naga.

   "Dunia persilatan geger, semua orang mencari- cari Cermin Naga yang terlempar dari Bukit Malaikat. Apakah ayah tak mendengar?"

   "Hm, aku selama ini tak keluar rumah, Lian Ji. Aku menunggu dan tak tahu apa apa."

   "Kalau begitu ayah terlambat. Sekarang ayah harus mencari Kam suheng dan Beng-suheng!"

   Jago pedang itu mengerutkan kening.

   "Dan juga Cermin Naga, yah. Katanya cermin itu berisi warisan Sian - su akan kesaktian tinggi. Kita314 keluar mencari cermin itu sekalian Kam suheng dan Beng-suheng!"

   "Hm, bagaimanakah bentuk cermin itu? Adakah yang tahu ujudnya?"

   Hu Beng Kui teringat penemuannya.

   "Tidak, benda itu hanya melayang layang di puncak Bukit Malaikat, yah. Setelah itu lenyap dan entah ke mana!"

   "Tak ada yang tahu?"

   Kami hanya mengetahui bahwa sepasang cermin itu berpencar, satu ke utara sedang yang lain ke selatan!"

   Hu Beng Kui terkejut.

   Seketika dia sadar bahwa cermin temuannya itu adalah cermin yang terlempar dari puncak Bukit Malaikat.

   Bukan main melalui jarak ribuan li cermin itu jatuh di kamarnya, kini dia berdebar karena puterinya memberi tahu bahwa tiga di antara enam iblis mengejar cermin ke selatan, yang tiga lainnya mengejar lagi cermin yang ke utara, entah dimana cermin itu jatuh.

   Mungkin juga akan ditemukan seseorang seperti dirinya menemukan benda itu Hu Beng Kui tiba tiba tergetar jangan jangan cermin yang satunya itu menyimpan rahasia ilmu silat lain.

   Mungkin tandingan bagi cermin yang ada di tangannya! Dan ketika pendekar itu tersentak dengan muka berobah maka puterinya menyambar lengannya, mendesak.

   "Mari kita berangkat, yah. Kita cari Kam. suheng dan Beng suheng, juga Cermin Naga. Kakek itu betul betul hebat dan sakti!"315

   "Hm nanti dulu,"

   Hu Beng Kui menahan.

   "Kita cari di mana mereka itu, Lian ji? Dan apa kah suhengmu masih selamat? Ingat, kau sendiri bilang nenek Dewi Api dan Hek bong Siauwim itu adalah tokoh-tokoh luar biasa, Liao-ji. Dan Seingatku mereka memang merupakan orang orang berbahaya. Mereka sudah hidup pada duaratus tahun yang lalu, sungguh mengherankan kalau belum mati dan kini keluyuran!"

   Swal Lian tertegun.

   "Lalu apakah kita harus diam saja?"

   "Tidak, tentu saja tidak. Tapi kita tentukan dulu arahnya dan baru kita pergi. Tahukah kau ke mana kira- kira suhengmu dibawa?"

   "Aku sudah menyelidiki dan berputaran kemana-mana, yah. Tapi gagal dan tak berhasil!"

   "Kalau begitu tunggu saja semalam. Aku hendak bersamadhi dan mencari jejak mereka lewat getaran tenaga batin!"

   Swt Lian melengak.

   "Ayah dapat melakukan itu?"

   Ayahnya tertawa.

   "Kubilang kita mencoba, anak bodoh. Kenapa menganggap pasti dan yakin? Aku hanya ingin tahu, tak lebih tak kurang Lagi pula, bukankah kau baru saja tiba? Hm, kau istirahat dulu, Swat Lian. Besok kita berangkat dan aku ikut!"

   Malam itu Hu Beng Kui bersamadi.

   Dia telah memiliki tenaga sakti sekaligus juga tenaga batin dengan latihan samadhi menurut petunjuk Cermin Naga.

   Kini hal316 itu dapat diuji dan ia akan mencoba.

   Apapun rasanya mampu ia lakukan.

   Dan ketika malam itu jago pedang ini bersila dan puterinya ada di belakang mendadak tengah malam ketika bunyi kentongan dipukul satu kali pendekar ini merasa kesiur angin dingin yang berhembus menuju rumahnya, melihat dengan mata batin bahwa sepasang nenek renta datang menghampirinya, disusul percakapan.

   "Di sinikah sinarnya kau lihat?"

   "Ya, di sini, enci. Di kota ini!"

   "Lalu di mana?"

   "Kita cari, enci. Agaknya di rumah itu!"

   Hu Beng Kui bergetar.

   Dari jauh ia merasa bayangan dua nenek berkelebat, menuju rumahnya.

   Bagai iblis saja di atas genteng sudah terdengar kesiur angin itu, halus dan enteng.

   Kalau bukan dia tak mungkin mendengar tapak kaki di atas itu, puterinya di belakang tenang-tenang saja, ini menunjukkan bahwa Swat Lian tak tahu, kalau tahu tentu datang ke kamarnya, memberi tanda.

   Dan ketika percakapan itu berhenti dan Hu Beng Kui mendengar langkah kaki ringan melayang turun maka pendekar ini melihat rumahnya dimasuki dua nenek itu seperti layaknya pencuri.

   "Hati-hati, kita tangkap jejaknya!"

   Jago pedang ini waspada.

   Sekarang dia malah terbawa getaran lain, dari jauh ia melihat dua nenek itu memasuki ruang depan, berkelebat dari akhirnya317 menuju ke ruang-ruang lain.

   Kian dekat getarannya kian hebat, pendekar ini sampai menggigil.

   Dan ketika dua nenek itu tiba di dekat pintu kamarnya dan dengan cara luar biasa membuka pintu dan masuk maka Hu Beng Kui meniup padam lilin di atas meja.

   "Ada orang.....!"

   Dua nenek itu rupanya terkjut.

   Mereka melihat kamar yang sekonyong-konyong gulita, Hu Beng Kui ada di situ tak bergerak.

   Sekarang pendekar ini membuka mata dan menajamkan pandangan, dia tak tahu bahwa sorot matanya mengeluarkan cahaya berkilauan bagai mata seekor naga, dua nenek itu terkejut.

   Dan karena sorot ini demikian jelas sementara Hu Beng Kui sendiri tak menyadari mendadak dua nenek di depan berseru tertahan dan melempar dua buah jarum ke sorot cahaya yang bukan lain sepasang mata dari si jago pedang ini.

   "Iihh....!"

   Seruan itu balik mengejutkan Hu Beng Kui.

   Pendekar ini kaget melihat dua sinar hitam meluncur menuju matanya, begitu cepat dan tepat.

   Terkejutlah pendekar ini karena menyangka tempatnya diketahui.

   Dia tak mengenal nenek itu tapi dapat merasa bahwa ini adalah dua nenek berbahaya yang luar biasa.

   Kedatangan mereka yang begitu ringan dan seolab iblis cukup menyadarkan Hu Beng Kui akan datangnya musuh berbahaya.

   Maka begitu dua sinar hitam itu menyambar matanya dan pendekar ini harus bergerak318 tiba-tiba Hu Beng Kui membuka mulutnya dan......

   menerima dua batang jarum itu.

   "Uph!"

   Dua jarum lenyap. Hu Beng Kui tidak menelannya, memutar dengan lidah dan tiba-tiba dia meniup. Dan begitu mulut dibuka dan jarum dihembuskan maka dua batang jarum itu meluncur ke asalnya dan menyambar dua nenek di depan.

   "Jahanam....!"

   "Keparat.....!"

   Dua nenek itu membentak.

   Mereka mengelak dan menangkis, tangan bergerak dan jarum pun runtuh ke bawah.

   Dan ketika nenek di sebelah melepas pukulan panas dan lilin yang padam hidup kembali maka kamar menjadi terang-benderang dan Hu Beng Kui terlihat sementara dua nenek itu juga tampak! "Betul, ada penghuninya...!"

   Nenek yang menyalakan lilin berkelebat, tadi pukulan panasnya memercikkan api dan lilin pun hidup, kini menyambar Hu Beng Kui dan cepat serta luar biasa ia menghantam si jago pedang itu.

   Hu Beng, Kui terkejut tapi tak mengelak, pendekar ini sekarang tahu siapa lawannya, betul-betul dua nenek tua dan tiba-tiba saja tertawa.

   Dan ketika pukulan menyambar tiba dan ia menangkis maka kamar itu tergetar sementara lukisan dan beberapa benda di dinding lepas terbanting.

   "Dukk!"319 Semuanya berseru tertahan. Nenek yang melepas pukulan terjangkang, ia terlempar berguling an sementara Hu Beng Kui hanya terhuyung dan tergetar saja, terdorong dua tindak. Dan ketika nenek itu berseru keras dan temannya melengking, tinggi tiba-tiba Hu Bng Kui disambar pukulan lain dari arah kiri.

   "Dess!"

   Nenek terakhir ini menjerit.

   la terpental tapi Hu Beng Kui juga mencelat, jago pedang itu berseru keras dan akhirnya berjungkir balik, keluar dari kamarnya.

   Dan ketika ia melayang turun dan hinggap di luar jendela maka Swat Lian, yang mendengar lengkingan dan ribut- ribut itu berkelebat keluar, melihat ayahnya di situ dan dua nenek berambut riap-riapan yang dikenal.

   "Sepasang Dewi Naga ....!"

   Nenek itu, yang menggeram dan sudah melayang melalui jendela tampak tertegun.

   Dia sudah berdiri berhadapan dengan pendekar Pedang ini, tak mengenal dan terkejut mendengar Swat Lian menyebut nama mereka.

   Itulah di luar dugaan.

   Tapi Hu Beng Kui yang tersenyum dan tertawa lebar tiba-tiba menggoyang lengan bajunya yang buntung.

   "Ha-ha, inikah mereka, Swat Lian? Mereka Ini Dewi Naga yang kau ceritakan kemarin? Bagus, Slamat datang, ji - wi locianpwe. Aku Hu Beng Kui atau Hu- taihiap!"

   "Hmm,"

   Nenek di depan mendesis."Kau Hu Beng Kui?"320

   "Ya, aku Hu Beng Kui, locianpwe. Kabarnya kalian melarikan diri dari Bukit Malaikat dan keluyuran hingga ke Ce-bu. Ha-ha, apa yang kalian cari? Mau apa tiba-tiba datang ke rumahku seperti pencuri?"

   "Kparat!"

   Nenek ini melengking.

   "Kami telah mendengar namamu, orang she Hu. Tapi jangan kau sombong di hadapan kami. Mampuslah!"

   Nenek itu berkelebat, kembali menyerang dan ia rupanya penasaran oleh adu tenaga tadi.

   Hu Beng Kui ini adalah orang ingusan baginya, mereka tokoh tua dan hanya Bu- beng Sian-su saja yang dapat mengalahkan mereka.

   Maka kaget dan marah bahwa Hu Beng Kui dapat menangkis pukulan mereka dan tadi mereka berdua mencelat bergulingan maka nnek ini sudah menyerang dan pukulan tangan kiri ya berkelebat mengeluarkan sinar api.

   "Awas, ayah....!"

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Swat Lian berteriak, tahu kehebatan nenek ini dan sudah memperingatkan ayahnya.

   Dia mau bergerak tapi sang ayah tertawa, mendorongnya.

   Dan ketika jago pedang itu merunduk dan sebelah tangannya yang kosong menyambut pukulan nenek itu tiba-tiba suara mengegelegar mengguncang tempat itu dan lengan baju Hu Beng Kui meledak menerima pukulan nenek ini, begitu dahsyat.

   "Blarr!"

   Tembok dan bumi bergetar.

   Nenek itu, Bi Lin, terpelanting menjerit kaget.

   Swat Lian sendiri terjungkal dan terpekik.

   Gadis ini tak mengtahui kesaktian321 ayahnya.

   Dan ketika gadis itu bergulingan melompat bangun dan nenek yang lain berseru tertahan maka Bi Lin, nenek kedua sudah berjungkir balik dan terbelalak memandang Hu Bing Kui.

   "Dia memiliki sinkang aneh, jahanam...!"

   "Hm!"

   Nenek pertama berkelebat marah. Kau mau pamer kepandaian di sini, Hu Beng Kui? Kau berani melawan kami yang pernah hidup sebelum kau lahir?"

   "Ha-ha!"

   Hu Beng Kui girang, melihat sinkangnya betul-betul luar biasa.

   "Ini rumahku dan kalian tamu tak diundang, nenek siluman. Kenapa memaki aku dan menganggap aku pamer? Bukankah kalian yang sombong dan sewenang-wenang? Hm, aku orang she Hu tak takut siapa pun, orang tua. Kalau kalian ingin dihormat yang muda sebaiknya pergi dan jangan cari penyakit. Aku berani menghadapi kalian, meskipun dikeroyok dua!"

   "Ayah...!"

   Swat Lian terkejut, pucat.

   "kenapa kau menantang? Mereka ini hebat, yah. Kim mou-eng sendiri tak mampu menang dan Celaka"

   "Ha-ha, Kim-mou-eng memang bodoh, Swat Lian. Aku bukan seperti Kim mou eng. Kalau dua orang tua ini ingin main-main tentu saja aku tak takut. Hu Beng Kui pantang disuruh mundur!"

   "Wutt...."

   Nenek pertama tiba tiba berkelebat, lenyap menghantam jago pedang itu.

   "Kau bicara besar, orang she Hu. Kalau begitu coba ini dan hati-hati....!"

   Bi Kim, nenek pertama gusar.

   Ia melibat adiknya kalah322 menghadapi jago pedang itu, sinkang si jago pedang demikian hebat hingga adiknya terkejut.

   Jangankan adiknya, dia sendiri pun terkejut dan marah.

   Maka ketika pendekar itu mengejek dirinya dan Bi Kim tak dapat menahan gusar maka nenek ini sudah berkelebat dan menghantam.

   Serangannya tak terlihat, tahu-tahu lengan sudah terjulur dan menuju dada Si jago pedang itu.

   Kim mou-eng kalah cepat kalau mengelak, tak aneh kalau Swat Lian mempringatkan ayahnya dengan jeritan tadi.

   Tapi Hu Beng Kui ,yang telah mempelajari warisan Cermin Naga dan mampu bergerak lebih cepat tiba-tiba menggerakkan tangannya dan lengan yang tidak tuntung itu menangkis.

   "Plakk!"

   Untuk kedua kali nenek ini tersentak.

   Dari lengan Hu Beng Kui meluncur satu tenaga dahsyat yang menumbuk pukulannya tadi, menerima tapi tiba-tiba melontar, jadi tenaga jago pedang itu seperti karet, membal dan tahu - tahu sudah mendorong balik pukulannya sendiri.

   Dan ketika nenek ini menjerit dan terlempar berjungkir balik maka nenek itu teringat pukulan Bu-beng Siansu yang mirip seperti itu.

   "Iblis orang she Hu ini memiliki Khi-bal-sin kang (Tenaga Sakti Karet Bola)......!"

   Bi Lin, nenek kedua juga terkesiap.

   Dia sudah merasa dan mau meneriakkan itu, ragu-ragu tapi sang enci kini memekikkan Khi-bal-sin kang.

   Benar, jago pedang itu memang memiliki tenaga sakti mirip karet323 bola.

   Ke manapun karet itu dipukul maka ke situ pula tenaga si pemukul membalik.

   Hu Beng Kui sendiri tak tahu apa nama sinkang yang diwarisinya dari Cermin Naga itu, tak ada sebutan atau penjelasan di sana.

   Tapi ketika dua nenek itu tersentak dan mereka berteriak kaget tiba tiba pendekar ini tertawa bergelak berseru nyaring.

   "Ha ba, kalian tahu pukulanku, nenek siluman. Bagus dan mari coba coba. Awas, sekarang aku menyerang... wutt!"

   Dan tubuh si jago pedang yang lenyap bergerak ke depan tiba-tiba sudah merupakan bayangan kilat yang meluncur begitu cepat, hanya tampak tubuh berkelebat dan lengan baju buntung Hu Beng Kui dipakai mengebut.

   Jangan dianggap enteng kebutan ini, Hu Beng Kui mempergunakan Khi-bal-sin- kangnya.

   Dan ketika nenek di depan terkejut dan mengelak tapi kalah cepat maka pundak Bi Kim, nenek pertama itu menerima hajaran.

   "Dess!"

   Nenek ini terpekik.

   Tadi dia menye rang tapi Hu Beng Kui dapat menangkis, kini Hu Beng Kui menyerang tapi dia tak dapat menangkis.

   Jangankan menangkis, mengelak saja sudah tak ada waktu.

   Dan ketika Hu Beng Kui tertawa bergelak dan jago pedang itu bergerak dan sudah mencelat - celat bagai bola maka Bi Kim saog nenek pertama jatuh bangun dihajar pukulaa Khi bal-sin-kang.

   "Des-des-dess!"324 Swat Lian dan nenek Bi Lin terbelalak. Mereka berdua melihat betapa luar biasa cepatnya pukulan- pukulan Hu Beng Kui ini. Lawan tak dapat mengelak dan menerima pukulan bertubi-tubi. nenek Bi Kim jatuh bangun dan kaget berulang-ulang. Dan ketika dia dihajar dan tunggang langgang menerima serangan serangan itu mendadak nenek ini melengking tinggi menghantam dengan satu pukulan dahsyatnya, Mo-seng-ciang (Pukulan Bintang Iblis).

   "Blarr!"

   Kali ini Hu Beng Kui tertahan.

   Jago pedang itu tergetar dan terdorong, nenek Bi Kim berteriak dan berjungkir balik, tidak di serang lagi namun pucat bertemu Khi bal sin-kang yang dimiliki jago pedang itu.

   Betapapun ia masih tertolak dan kalah! Dan ketika nenek itu melayang turun dan kaget oleh semuanya ini mendadak ia mengeluarkan senjata aneh sendok dan garpu! "Hu-taihiap kau betul-betul bebat.

   Tapi aku akan membunuhmul"

   Hu-taihiap tertegun.

   Dia melihat nenek Bi Kim bersiap-siap, dua senjata aneh di tangannya itu bergetar serta berkeredep.

   Nenek Bi Lin tiba tiba berkelebat dan berdiri di samping kakaknya ini.

   Dan ketika Bi Lin juga terkejut dan marah oleh kehebatan jago pedang ini maka nenek itu pun mengeluarkan senjata yang sama seperti yang dimiliki encinya, sendok dan garpu, dua alat325 makan yang tentu saja berukuran besar, tiga atau empat kali lipat dari pada biasanya! "Benar, dan kami akan membuntungi lengan satumu lagi, Hu taibiap.

   Lalu membuang mayatmu dan melemparnya ke hutan!"

   "Ha ha,"

   Hu Beng Kui masih tak gentar, trtawa bergelak.

   "Kalian boleh bunuh aku kalau bisa, nenek siluman. Dan kalau kalian mencabut Benjata barangkali kita pun boleh main-main dengan pedang....singg!"

   Tak tahu kapan dicabutnya benda itu tahu tahu sebatang pedang telah berkilauan di tangan jago pedang ini.

   Hu Beng Kui berdiri gagah smentara lengan baju yang kosong melambai ditiup angin, bergerak mengharukan namun dua nenek itu mendelik karena dari benda yang "mengharukan"

   Ini mereka nyaris roboh, telah dibuat tunggang-langgang karena lengan baju yang kosong itu siap sewaktu - waktu diisi Khi-bal sin-kang, ilmu sakti aneh yang entah didapat dari mana oleh pendekar itu.

   Mereka tertegun tapi juga terperanjat.

   Dan ketika dua pihak sudah saling bersiap dan pedang di tangan Hu Beng Kui bergetar di tangan kanan maka Swat Lian yang terheran-heran namun masih mengkhawatirkan ayahnya mendadak meloncat maju, mencabut pedang.

   "Ayah, mari kubantu kau. Biar kita mati bersama!"

   "Ha-ha, siapa pingin mati? Aku tak akan apa- apa, Lian ji. Mundur dan lihatlah pertandingan ini. Ayahmu bukan orang yang dapat roboh begitu saja!"326 Swat Lian didorong, tak mau tapi tiba2 ujung baju ayahnya yang kosong mengebut. Begitu di Kebut tiba- tiba Swat Lian terpelanting, kaget dan terpekiklah gadis itu. Dan ketika Swat Lian terbelalak dan melompat bangun maka ayahnya berkata, tertawa lebar. penuh kegembiraan "Anak bodoh jangan anggap ayahmu seperti kucing yang siap diinjak mampus. Percayalah, aku dapat menghadapi mereka dan biar pertandingan ini sebagai uji coba bagiku!"

   Gadis ini tertegun.

   Sekarang dia melongo melihat kesaktian ayahnya ini.

   Baru Sebulan tak bertemu mendadak tiba tiba begitu lihai.

   Sinkang ayahnya benar-benar hebat dan baru kali itu dia dikebut lalu roboh.

   Dia merasa tenaga luar biasa dahsyat meluncur dari lengan baju ayahnya tadi, Swat Lian mendelong.

   Dan ketika dia mengusap keringat dan berdebar tapi girang melihat ayahnya mampu menghadapi sepasang nenek sakti akhirnya ayahnya yang sudah berhadapan dengan dua nenek itu berkata.

   "Nah, mulailah, orang tua yang terhormat. Mari kita main-main tapi jangan salahkan aku kalau pedang melukai kalian!"

   "Sombong! "

   "Jahanam!"

   Dan dua nenek itu yang berkelebat serta menyerang ke depan tiba tiba membentak dan melengking marah, sepasang senjata di tangan mereka327 mencocok dan sendok di tangan kanan mengauk.

   Hebat dan aneh serangan ini, baru kali itu Hu Beng Kui menghadapi lawan dengan senjata tak lazim.

   Tapi karena dia sudah bersiap dan membentak serta menggerakkan pedangnya pula maka jago pedang ini merunduk dan menangkis, tentu saja mengerahkan khi- bal-sin-kangnya.

   "Cring - trangg!"

   Aneh dan luar biasa.

   Sepasang sendok garpu terpental bertemu pedang di tangan Hu Beng Kui, ujungnya putus dan langsung terbabat.

   Ini merupakan bukti bahwa tenaga yang dimiliki Hu Beng Kui memang luar biasa, di samping pedang yang tentu saja tajam, meskipun bukan pedang pusaka.

   Dan ketika dua nenek itu menjerit dan maju menubruk lagi maka Hu Beng Kui menyambut dan pedang serta garpu maupun sendok bertemu lagi, lebih nyaring dan memekakkan telinga, disusul kemudian oleh bentakan dan pekikan nenek itu.

   Dua nenek ini gusar.

   Dan karena pedang dua kali mementalkan senjata mereka dan Hu Beng Kui tertawa menangkis garpu atau sendok mereka maka dua nenek siluman ini melengking dan lenyap dalam satu serangan cepat, ganas dan bertubi tubi mereka menusuk atau menggaruk Hu Beng kui ini.

   Si jago pedang melayani dan pedangnya pun berkelebat menghalau dan membalas.

   Dan ketika dua nenek itu memekik lenyap dan tubuh mereka sudah merupakan bayangan iblis yang tak dapat diikuti mata maka Swat Lian yang berdiri di situ dan328 menonton dengan tegang tapi juga gembira-tiba-tiba tak dapat mengikuti dan pening, mendadak roboh.

   "Ayah, hati-hati. Jaga dirimu baik-baik..!"

   "Ha-ha, ayahmu selalu hati hati, Swat Lian. Lihat dan dengarkan apa yang kulakukan.....singcringgg!"

   Swat Lian serasa pekak, benturan-benturan nyaring yang terjadi di antara pedang ayahnya dan nenek iblis itu semakin gencar, suaranya menyakitkan telinga dan gadis ini tak tahan lagi.

   Dan ketika ayahnya juga berkelebat lenyap dan pertandingan berjalan cepat maka Swat Lian yang sudah termasuk gadis berkepandaian tinggi ini tak! mampu lagi mengikuti jlannya pertandingan karena kabur dan kepala serasa diajak berputar! "Aih, bangsat! Jahanam ....!"

   Begitu Swat Lian mendengar makian dua nnk itu.

   Sepasang nenek siluman ini merasa gagal, senjata di tangan selalu trpental dan membalik.

   Khi-bal sin-kang yang dimiliki jago pedang itu semakin ampuh saja setelah memegang senjata, sekuat apa pun mereka mengerahkan tenaga sekuat itu pula serangan mereka membalik dan menuju mereka sendiri.

   Dan ketika setiap kali pertemuan Senjata selalu saja garp atau sendok di tangan mereka terpapas kutung maka setengah jam kemudian senjata mereka itu tinggal separo.

   "Keparat, kau jahanam, orang she Hu. BangSat!"329

   "Ha-ha, tak perlu memaki, orang tua. Kerahkan tenaga dan pusatkan konsentrasi kalian pada serangan. Jaga, sebentar lagi aku akan mainkan Giam-lo Kiam- sutku ( Pedang Maut )."

   "Ayo, keluarkan. Kami tak takut!"

   "Begitukah? Baik, awas.....wiirrr.....!"

   Dan pedang yang tiba-tiba berobah arahnya dan mengeluarkan suara begitu lirih mendadak pecah menjadi beberapa bagian dan sinarnya menyambar berhamburan ke tubuh dua nenek itu.

   Hebat dan luar biasa jago pedang ini telah mulai mainkan Giam-lo Kiam - sutnya.

   Dan begitu dia tertawa dan berklebat bersama pedang sekonyong-konyong tubuh pendekar ini menjadi satu dengan badan pedang dan.....

   terbang serta meluncur menusuk tenggorokan si nenek.

   "Cret-augh!"

   Pekik dan jerit kesakitan terdengar.

   Baru sejurus pendekar ini mengeluarkan ilmu pedangnya mendadak dua nenek itu terlempar, leher mereka nyaris tertikam tapi kulit pundak menjadi korban, terbeset dan luka padahal mereka sudah mengerahkan sin kang.

   Biasanya dengan sinkang mereka mampu menahan bacokan senjata tajam, sekuat apapun.

   Tapi karena jago pedang ini mengisi pedangnya dengan Khi-bal-sin-kang dan sinkang itu amat ditakuti dua nenek ini maka pundak pun tergores dan luka mengeluarkan darah, pedang mmbalik dan mereka harus melempar tubuh bergulingan kalau tak mau celaka.

   Hu Beng Kui sudah330 menunggang pedangnya dan bersama pedang itu pendekar ini menari-nari di udara.

   Tampak nya menari- nari, tapi sebenarnya berkelebatan bagai burung terbang.

   Dan karena pendekar itu memiliki tubuh demikian ringan dan setiap gerakannya slalu mendahului dua nenek itu maka Ta-ci dan Ji - moi sang nenek iblis berseru tertahan, kaget dan menjauhkan diri tapi lawan selalu mengejar.

   Jago pedang itu bagai tak menginjak lagi tanah di bawah kakinya, melayang dan beterbangan luar biasa cepatnya.

   Dan ketika serangan demi serangan selalu mendesak nenek itu dan Bi Lin serta kakaknya kewalahan menjerit jerit akbirnya satu dua tusukan lagi mengenai tubuh mereka.

   "Cret-cret!"

   Swat Lian terbelalak.

   Sekarang dia membuka matanya itu, melihat dua nenek iblis sering ferhuyung dan lelah, bayangan mulai tak secepat tadi lagi dan ia dapat mengikuti.

   Dan ketika ia melihat ayahnya dapat merangsek nenek itu dan Bi Kim serta adiknya mengeluh kebingungan mendadak ayahnya berkata bahwa tak lama lagi dua nenek itu akan roboh.

   "Keparat, kami masih mempunyai ilmu lain, orang she Hu. Jangan sombong. Lihat..!"

   Bi Kim menepuk tangannya, ledakan terdengar dan asap hitam tiba-tiba muncul.

   Hu Beng Kui terkejut karena lawan kini menghilang, terkekeh di balik asap itu dan lenyaplah nenek ini tak dapat diserang.

   Bi Lin sang adik juga mengikuti, menepk tangannya dan meledaklah suara331 nyaring, asap hitam muncul dan nenek itu pun hilang.

   Dan ketika Hu Beng Kui kebingungan karena tak tahu harus mnyerang yang mana maka Mo - sengciang, pukulan ampuh dua nenek iblis menghantamnya, tak terlihat dari balik asap dan pendekar ini terkejut.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Untung Khi-bal-sin-kangnya menahan dan pukulan itu tertolak, secara otomatis tenaga sakti di tubuh pendekar ini mengembalikan pukulan itu dan dua nenek iblis di depan menjerit.

   Ini juga membingungkan mereka.

   Dan karena mereka marah dan juga bingung menghadapi Khi bal-sin-kang maka sendok dan garpu kembali menyerang.

   ***

   Jilid VII Koleksi Kolektor Ebook "BRET CRATT.. !"

   Hu Beng Kui robek bajunya.

   Dua kali dia trtusuk tapi dua kali itu pula sendok garpu terpental.

   Sepasang nenek iblis terbelalak karena lagi-lagi Khi-bal- sin-kang melindungi tubuh pendekar itu, bukan main marahnya.

   mereka.

   Tapi karena Hu Beng Kui juga tak dapat menyerang mereka dan pertandingan berjalan332 imbang maka Swat Lian yang ada di luar mendengar ayahnya memaki.

   "Iblis busuk, kalian mempergunakan ilmu hitam, nenek siluman. Ayo keluarlah dan jangan memakai itu!"

   "Hi-hik, kalau kau pandai kau boleh membuyarkan ilmu kami, orang she Hu, Ayo robohkan kami seperti katamu itu?"

   "Kalian licik, kalian curang. Mana dapat ku robohkan kalau bersembunyi?"

   "Heh heh, itu namanya tak mampu, Hu taihiap. Lebih baik kau pun tak mempergunakan Khi-bal-sin- kangmu itu dan kami muncul."

   Keparat, kalian pun tak dapat merobohkan aku. Biar kulihat sampai di mana tenaga kalian kalau bertanding sampai pagi!"

   Dua nenek di depan terdiam.

   Mereka tiba-tiba tidak tertawa lagi, serang menyerang masih terjadi namun nenek di dalam gulungan asap hitam mengendorkan serangan.

   Mereka rupanya terkejut mendengar kata-kata lawannya tadi, ingin melihat tenaga mereka kalau pertandingan berjalan lama.

   Ini berbahaya, mereka sudah tua, tak mungkin kuat berlama-lama diajak bertanding dengan yang lebih muda.

   Betapapun Hu Beng Kui menang napas dan daya tahan.

   Dan karena ancaman itu membuat mereka terkejut sekaligus sadar tiba-tiba dua nenek itu333 mengendorkan serangan dan satu sama lain melengking lirih, memberi isyarat.

   "Ji-moi, jangan kuras tenaga. Hati hati....!"

   "Ya, dan kau pun jangan bernafsu, Toa-ci. Biar saja kita isi kesempatan begitu tiba!"

   Hu Beng Kui kini menyesal.

   Dia menggeram tanda mendongkol, Hu Beng Kui dapat diserang tapi tak dapat dilukai sementara nenek iblis di depan tak dapat diserang tapi sekali diserang tentu kaget.

   Pertandingan macam begini membuat repot, dan bingung, masing- masing pihak merasa menemui jalan buntu.

   Dan ketika mereka tak mengeluarkan suara lagi dan sama - sama mendongkol mendadak muncul sesosok bayangan pendek yang tiba-tiba berkelebat di situ.

   "Heh, kalian kiranya di sini, Bi Kim? Siapa lawan kalian ini?"

   "Hek - bong Siauwjin!"

   Swat Lian tiba-tiba berteriak, terkejut dan ganti mengejutkan bayangan ini.

   "Eh, mana suhengku, Siauwjin? Mana dia? Keparat, kau iblis busuk........ singg!"

   Dan Swat Lian yang meloncat serta menusukkan pedangnya tiba-tiba berkelebat dan menyerang setan cebol ini, dikelit dan Hek-bong Siauwjin tertegun.

   Tadinya dia tak mengenal gadis itu.

   Tapi setelah Swat Lian menyerang dan membentaknya tiba-tiba iblis cebol ini teringat dan terkekeh.

   "Heh-heh, kau anak perempuan di pinggir sungai itu? sumoi dari pemuda itu? Bagus, suhengmu334 sudah kuantar ke neraka, bocah. Dan kau pun boleh menyusul kalau suka...... plak!"

   Si iblis tiba tiba menangkis, kali ini tidak mengelak ketika Swat Lian menyerang lagi, pedang di tangan gadis itu terpental sementara Hek - bong Siauwjin tak apa-apa, Swat Lian terpelanting.

   Dan ketika gadis itu terkejut dan meloncat lagi maka di sana Bi Kim berseru nyaring.

   "Siauwjin, dia itu anak Hu-taihiap. Lebih baik kau bantu kami dan robohkan pendekar pedang ini!"

   "Eh, dia Hu taihiap? Jadi ini orang she Hu yang terkenal permainan pedangnya itu? Ha-ha. bagus. Kalau begitu bekuk dan tangkap dia, Bi Kim. Tak usah ku bantu kalian berdua tentu mampu!"

   "Tidak, dia memiliki Khi-bal-sin-kang, Siauw jin. Ayo bantu kami dan jangan hiraukan gadis itu! "Khi-bal-sin kang?"

   Siauwjin melengak, mengelak sraogan-serangan Swat Lian.

   "Eh, kalian tidak main-main, nenek siluman? Jago pedang ini memiliki Khi-bal-sin-kang?"

   "Ya, dan kami tak perlu malu minta bantuanmu, Sauwjin. Ayo ke sini dan tinggalkan gadis itu......cring-trangg!"

   Sendok dan garpu di tangan si nnek putus lagi, mereka menampakkan diri dan Hu Beng Kui berkelebat.

   Percakapan tadi membuat mereka lengah, jago pedang ini membentak dan pedang pun bergerak.

   Dan ketika dua nenek itu terkejut dan terpaksa mengerahkan ilmu hitamnya bergulingan lagi maka Siauwjin terkejut terheran heran, menangkis dan335 tiba-tiba menampar pedang di tangan Swat Lian.

   Gadis itu berteriak dan pedangnya pun mencelat.

   Sungguh menghadapi orang-orang macam Hek - bong Siauwin ini dia macam anak kecil saja, bukan main.

   Dan ketika Swat Lian mengeluh dan Hek-bong Siauw jin tertarik oleh kepandaian ayahnya tiba-tiba iblis cebol ini meninggalkannya dan lenyap ke depan.

   "Baik, coba kucoba dia, Bi Kim. Ingin kutahu apakah benar dia memiliki Khi - bal-sinkang ....siuutt!"

   Dan Hek tong Siauwjin yang memukul serta melontar pukulan jarak jauh tiba-tiba sudah membokong dan menghantam punggung pendekar ini, leluasa geraknya karena dia cebol, Hu Beng Kui membentak dan marah.

   Tentu saja dia menangkis.

   Dan ketika dia membalik dan lengan bajunya yang kosong menyambut pukulan Siauwjin tiba tiba setan cebol itu berteriak keras dan.....

   tubuhnya pun terlempar tinggi.

   "Heii.... dess!"

   Hek - bong Siauwjin kaget.

   Untuk pertama kali dia percaya omongan rekannya, pukulannya membalik dan masih ditambahi lagi dengan khi bal-sin kang yang dilancarkan Hu Beng Kui.

   Jago pedang itu mengebut dan ia pun terlempar.

   Dan ketika Hek-bong Siauwjin terpaksa berjungkir balik mematahkan pukulan lawan dan dua nenek iblis Bi Kim serta Bi Lin tertawa maka iblis cebol ini melayang turun dengan muka pucat.

   "Hayaa? betul. Itu Khi-bal-sin-kang!"336

   "Heh-heh, sekarang kau percaya, Siauwjin? Nah, jangan main-main dan bantu kami. Coba krubut bertiga dan cabut senjatamu!"

   "Tidak, aku masih penasaran, nenek siluman. Biar aku bertangan kosong dulu dan kubuktikan lagi .... siuuut!"

   Si iblis menyerang lagi, membokong dan Hu- taihiap membentak.

   Dua kali Hek bong Siauwjin selalu membokong dan menyerang curang, dia marah dan menangkis.

   Dan ketika lengan bajunya kembali mengebut dan iblis itu terpelanting roboh maka Hek- bong Siauwjin terbelalak dan ingat Bu-beng Sian-su.

   "Dia seperti Sian su. Keparat, ini Khi-bal-sin- kang yang dimiliki Sian su.....!"

   "Hi hik, tak perlu penasaran, Siauwjin. Jago pedang ini . rupanya memang memiliki hubungan dengan Sian-su. Ayo, serang lagi dan jangan banyak cakap. Cabut senjatamu!"

   Terpaksa, karena malu dan marah dua kali dipukul balik oleh Khi bal-sin kang tiba-tiba Hek bong Siauwjin mencabut senjatanya, sebuah sabit lebar berbadan tipis, berkelebat dan lenyap membentak Hu Beng Kui.

   Dan ketika jago pedang itu dikeroyok tiga dan menggeram memaki lawan nya maka pedang bergerak dan sabit di tangan iblis cebol itu pun ditangkis.

   "Cranggg!"

   Sama seperti Toa ci atau Ji-moi iblis ini terkejut.

   Dia berteriak melihat ujung sabitnya putus terbabat, lagi-lagi karena Khi-bal sin-kang.

   Bukan main marahnya setan cebol ini.

   Tapi membentak dan337 menerjang lagi akhrnya dia berkelebat dan menggerakkan sabitnya, tak berani beradu secara langsung dan nenek Bi Kim maupun Bi Lin terkekeh.

   Mereka geli oleh pelajaran yang didapat rekan mereka itu, Hek-hong Siauwjin hati hati, mendelik dan memaki - maki mereka.

   Lalu ketika mereka bertiga bergerak menyerang dan Hu Beng Kui dikepung dari tiga penjuru maka jago pedang ini menggerakkan pedangnya seraya mengibaskan pula lengan bajunya yang kosong.

   Ramailah pertandingan itu.

   Swa! Lian terbelalak melihat kehebatan ayahnya ini, semakin terbelalak dan kagum serta terheran heran.

   Dia baru kali itu mendengar Khi bal-sin kang, sinkang aneh yang didapat ayahnya entah dari mana.

   Dan kini melihat ayahnya mampu menghadapi Hek bong Siauwjin dan dua nenek iblis Bi Kim serta Bi Lin dan ayahnya tak nampak terdesak maka gadis ini girang bukan main dan takjub.

   "Yah, bunub mereka itu Tangkap dan bekuk Hek bong Siauwjin, dia menculik Bong suheng!"

   Swat Lian mulai berteriak, menyoraki dan memberi semangat pada ayahnya tapi Hek-bog Siauwjin dan Toa - ci serta Ji moi mendengus, Mereka memang tak dapat mendesak jago pedang ini namun sesungguhnya jago pedang iu pun tak dapat mengalahkan mereka.

   Aneh pertandingan ini.

   Hu Beng Kui kebingungan karena dua nenek siluman menyembunyikan diri lagi di balik ilmu hitam, tabir asap338 yang melindungi mereka itu membuat si jago pedang memaki.

   Hek-bong Sialjin terbahak dan mengeluarkn ilmu hitamnya pula, meniup dan asp hitam pun tiba-tiba membungkus dirinya.

   Rupanya setan cebol ini tahu bahwa dengan cara itu Hu Bung Kui tak dapat mnyerang.

   Menirulah dia cara yang dipergunakan rekannya dan lenyaplah pula iblis ini di balik asap hitam.

   Dan karena mereka tokoh-tokoh tua yang kepandaiannya sudah tinggi dan hanya menghadapi Khi-bal-sin-kang mereka kewalahan dan berhati-hati maka seruan Swat Lian disambut dengus dan ejekan.

   "Heh, ayahmu itu tak dapat mengalahkan kami, bocah. Meskipun dia hebat tapi kami pun tak dapat diserang!"

   Nenek Bi Kim mendelik, mendongkol pada gadis itu dan tiba tiba dia memekik.

   Adiknya menyambut dan tiba-tiba dua nenek ini menyerang dari muka dan belakang, Hek-bong Siauw jin diminta dari samping dan Swat Lian pun tak dapat mengikuti jalannya pertardingan.

   Gerakan mereka sudah sedemikian cepat hingga matapun kabur mengikuti jalannya pertandingan Dan ketika Hu Beng Kui terkejut karena lawan dapat menyerang di balik asap hitamnya maka jago pedang ini mendapat tusukan atau bacokan.

   "Plak-Brett! Khi-bal-sin-kang lagi-lagi melindungi pendekar itu. Hu Beng Ku tak apa apa, hanya baju dan pakaiannya robek, lawan berteriak marah dan menyerang kembali. Dan karena pendekar ini kebingungan karena lawan tak339 terlihat tiba Oba dia didesak dan Hek bong Siauwjin tertawa.

   "Ha-ha, sekarang kau mampus, Hu taihiap. Sekarang kau terdesak!"

   Jago pedang ini menggereng.

   Terdesak dalam arti sebenarnya sebetulnya tidak, dia hanya kewalahan menghadapi sambaran senjata yang mencuat dari balik ilmu hitam, apalagi ketika matanya dijadikan sasaran.

   Tiga iblis itu cerdik dia sudah menginar bagian ini, matanya tak mungkin dilindungi Khi-bal-sin-kang, benda itu memang paling lemah.

   Hek-tong Siauwjin dan nenek Bi Kim terkekeh - kekeh.

   Tapi ketika Iawan mendesak curang dan jago pedang ini teringat ilmu bertahan di Cermin Naga mendadak pendekar ini mengeluarkan seruan panjang dan pedang tiba-tiba dilontar jauh ke udara, meloncat dan tiba-tiba berkelebatan dan lawan pun terseru kaget.

   Hu Beng Kui tiba-tiba memecah dirinya menjadi tiga, begitu cepat dan luar biasa hingga Bi Kim dan dua temannya terpekik.

   Itulah ilmu yang lagi lagi mirip dengan yang dipunyai Sian.Su, mereka tentu saja tak mengira jago pedang ini telah mendapatkan Crmin Naga Dan Ketika Hu Beng Kui semakin menpercepat gerakannya dan bayangannya dari tiga menjadi enam dan dari enam menjadi dua belas akhirnya bayangan pendekar itu menJadi ratusan banyaknya dan Hu Beng kui tampak pecah menjadi seribu!340

   "Jing-sian-eng (Bayangan Seribu Dewa). ..."

   Nenek Bi Kim menjerit, kaget dan terkesiap karena kini lawan berkelebatan cepat di sekeliling dirinya.

   Tabir asap hitam menjadi tak berguna dan Tampaklah kini bayangan si nenek itu, juga Bi Lin.

   sang adik, begitu pula Hek-bong Siauwjin.

   Tiga orang itu merasa ditelanjangi dan mereka tak dapat lagi bersembunyi di balik ilmu hitam sekonyong-konyong Hu Beng Kui tertawa bergelak menggerakkan pedangnya tiga kali, pedang yang sudah ditangkap dan disambar dari udara.

   "Ha-ha, sekarang kalian tak dapat lari, nenek siluman, Aku masih lebih lihai dari kalian.... cret.sing singgg!"

   Nenek Bi Kim mengeluh, pundaknya terluka dan ia membanting-banting tubuh bergulingan.

   Hu Beng Kui ternyata memiliki Jing-sian eng pula, di samping Khi-bal sin kang.

   Dan karena pendekar itu sekarang dapat melihat mereka dan ke manapun mereka bersembunyi selalu dikejar pedang maka Hek-bong Siauwjin dan nenek Hi Lin mencelos pula, berteriak dan mendapat satu babatan dan cepat menangkis, lupa bahwa senjata di tangan mereka tak mungkin menang menghadapi tenaga pendekar itu.

   Benar saja, senjata mereka putus dan pedang masih terus menyambar miring, mereka membanting tubuh bergulingan dan berteriak kaget.

   Dan ketika mereka melompat bangun dan di sana Bi Kim sang nenek pertama melengking gentar maka nenek ini tiba-tiba berjungkir balik dan ....

   lenyap melarikan diri.341

   "Ji-moi, mundur. Biar setan cebol itu menghadapi sendirian!"

   "Aih,"

   Hek-bong Siauwjin terbelalak,kecut.

   "Kalian meninggalkan kawan, Bi Kim? Ha - ha, Tak usah, nenek busuk. Aku pun juga pergi........ Siuut!"

   Dan sebuah sinar putih yang menyambar dan tahu tahu menuju tenggorokan Hu Beng Kui namun dikebut jago pedang itu, runtuh dan ternyata sisa potongan sabit.

   Hu Beng Kui trtawa bergelak mau mengejar, sinar putih kembali menyerang dan kali ini pisau pisau kecil yang dilontar lawan.

   Dari arah lain menyambar pula garpu dan sendok puluhan banyaknya, itulah senjata rahasia milik dua nenek siluman itu.

   Tapi ketika Hu Beng Kui meruntuhkan semua senjata, dan pedangnya berdenting berkali-kali maka Swat Lian melompat bangun dan terseru keras.

   "Ayah, jangan kejar. Aku tak dapat mengikutimu!"

   Dan si jago pedang yang sadar dan cepat menahan langkah akhirnya tertawa dan menyambut puterinya, menyimpan pedang dan matahari pun mulai semburat di langit timur.

   Kiranya pertandingan telah berjalan cukup lama, tak kurang dari empat jam.

   Dan ketika Swat Lian menubruk ayahnya dan menangis di dada ayahnya maka si jago pdang sendiri terbahak- bahak.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ha ha, sekarang aku tak takuti siapa pun. Swat Lian. Ilmu kepandaianku sudah naik sepuluh kali lipat!"342

   "Ya, dan kau hebat bukan main, ayah. Kau sekarang menjadi orang sakt! Kepandaian dari manakah semuanya itu? Bukankah sebelumnya menghadapi Kim mou eng pun kau kalah?"

   "Ha ha, ini ku dapat dari, eh....mari masuk, anak baik. Kita ke dalam!"

   Dan si jago pedang yang menghentikan semuannya menarik sang puteri lalu berkelebat dan masuk ke kamar.

   Di situ membetulkan gambar gambar yang berserakan di lantai.

   Kepuasan dan rasa gembira jelas terbayang di wajah pendekar ini.

   Dan ketika ia duduk sementara puterinya menunggu dan tampak terbelalak maka pendekar ini mengeluarkan cermin yarg di dapatnya itu.

   "Inilah asal mulanya, aku belajar dari sini."

   "Cermin Naga?"

   Swat Lian terkejut.

   "Kau mendapatkannya, yah? Dari mana ini? Eh....!"

   Dan Swat Liin yang bengong mengamat amati benda itu lalu melihat guratan-guraian halus di belakang cermin.

   Kaget dan girang tapi sekaligus juga khawatir! Dia tak menyangka ayahnya bakal mendapatkan benda itu, padahal benda ini menjadi rebutan orang banyak dan ayahnya tak tahu dan tak ada di Bukit Malaikat.

   Waktu itu dia hanya bersama suhengnya dan lain lain, terkejut dan tertegun.

   Dan ketika dia bertanya dari mana dan bagaimana ayahnya itu bisa mendapatkan cermin ini maka ayahnya tertawa berkata mengherankan,343

   "Aku dapat di rumah ini, di kamar ini. Waktu itu aku bersamadhi dan cermin ini tahu-tahu memecahkan kaca jendelaku dan jatuh di sini."

   "Ayah tak bohong? "Heh, untuk apa bohong, anak nakal? Kau kira aku bohong?"

   "Tapi cerita ayah mirip dongeng, sulit orang percaya!"

   "Hm, begitulah kenyataannya!, Lian-ji. Aku sedang bersamadhi dan tahu-tahu cermio itu menabrak jendela dan jatuh di sini. Aku memang tidak ke mana- mana, aku sendiri juga heran."

   Swat Lian tertegun.

   "Dan Bu beng Sian-su. hm...."

   Gadis ini teringat pesan kakek dewa itu.

   "Kakek ini luar biasa, ayah. Aku khawatir dengan Cermin Naga ini!"

   "Apa yang kau khawatirkan?"

   "Aku khawatir kau di cari orang banyak!"

   "Musuh maksudmu?"

   "Ya."

   "Ha ha, aku tak takut, Lian-ji. Biar enam iblis itu pun datang ke mari aku sanggup menghadapi mereka. Aku kini memiliki Khi-bal-sinkang, juga Jing-sian-eng!"

   "Benar, tapi ini berarti permusuhan, ayah. Aku jadi khawatir terulang kejadian seperti dulu, ketika kau memegang Sam kong-kiam!"

   "Hm,"

   Jago pedang itu tiba-tiba berkerut, menarik puterinya mendekat, mengusap rambutnya.344

   "Tak akan ada kejadian seperti dulu lagi, Swat Lian. Kalau toh harus ada korban jiwa maka itu haruslah aku, bukan kau. Aku tak akan membiarkan puteri tunggalku menjadi korban, percayalah!"

   "Aku percaya."

   Swat Lian menggigil, terisak teringat kematian kakaknya.

   "Hanya ... hanya aku ngeri melihat benda-benda pusaka, ayah. Sebaiknya kau kembalikan saja benda itu kepada Sian-su!"

   "Apa?"

   Sang ayah terkejut, mendorong puterinya.

   "Kau gila, Swat Lian. Benda ini datang dan jatuh di kamarku tanpa kuminta. Kalau aku merebut barulah itu tak baik dan harus dikembalikan, seperti Pedang Tiga Dimensi dulu. Tapi bukankah Cermin Naga datang sendiri dan rupunya berjodoh di sini? Tidak, benda ini akan kusimpan, Swat Lian. Dan justeru kau kuminta untuk mempelajarinya pula!"

   "Aku tak mau,"

   Swat Lian menggeleng.

   "Aku takut yah, aku tak mau..."

   Kenapa?"

   "Pokoknya aku tak mau,dan Swat Lian yang melompat bangun memandang ayahnya tiba-tiba berseru.

   "Yah. kita harus mencari Kam suheng dan Beng- suheng. Kepandaianmu sekarang hebat, kau memiliki kesaktian tinggi. Mari kita cari mereka dan kejar si iblis cebol Hek - bong Siauwjin itu!"

   "Em, aku pribadi tak suka menanam permusuhan, anakku. Tapi kalau Hauw Kam dan Gwan345 Beng diculik orang tentu saja kita harus mencari. Baiklah, kita berangkat dan kejar si setan cebol itu."

   Swat Lian girang. Ayahnya sudah bangkit berdiri dan mau diajak, itu pertanda baik. Tapi ketika ia hendak keluar dan sang ayah memandangnya aneh tiba- tiba pendekar itu menahan puterinya.

   "Nanti dulu, bagaimana deogan Kim-mou eng? Bukankah dia juga harus dicari?"

   Swat Lian terkejut.

   "Boleh dicari tapi jangan sekarang, yah. Pendekar Rambut Emas sendiri sedang susah dan bingung."

   "Kenapa?"

   "Anaknya hilang, diculik Sepasang Dewi Naga itu!"

   "Tapi sepasang nenek iblis itu tak membawa apa-apa, mereka tanpaknya sendirian saja!"

   "Benar, tapi ..."

   "Hm, apa perdulimu?"

   Sang ayah memotong.

   "Itu urusan Kim. mou-eng sendiri, Swat Lian. Kalau dia kehilangan anak itulah salahnya sendiri. Tidak, kita cari suhengmu dan Kim-mou eng itu juga. Siapa pun yang kita dapatkan harus di dahulukan. Mari!"

   Dan sang ayah yang menyentak serta menarik puteriny tiba tiba mereka keluar melalui jendela.

   Lalu begitu pendekar itu mengerahkan kesaktiannya dan berkelebat ke utara tiba-tiba pendekar ini terbang dan sudah membawa puterinya meninggalkan Ce - bu, lenyap dan hilang dalam sekejap mata saja.346 *** "Koko, bangun.

   Heii, jangan malas!"

   "Mmmm....sudah siangkah! Di mana kita?".

   "Hi-hik, kita di Telaga Tiga Naga, koko Ayo bangun dan cuci muka, lalu sarapan!"

   Suara kekeh dan geliatan tubuh terdengar di pagi itu.

   Sepasang muda-mudi tampak gembira di kamar sebuah losmen, si wanita menggelitik kekasihnya dan si pemuda pun bangun, menggeliat dan menguap lalu tertawa.

   Semalam itu dia tidur terlalu larut, mata masih mengantuk namun sang kekasih membangunkan.

   Dia bangun dan terhuyung ke kamar mandi.

   Dan ketika air ditepiskan ke muka dan rasa dingin mengejutkan syaraf maka si wanita yang mengikuti dan terkekeh di belakang mendorong tak sabar.

   "Hi hik, masuk, koko. Ayo mandi dan biar kusiram!"

   "Eh-eh, nanti dulu, Siong-hi. Aku belum siap, aku masih kedingin uh... eh!"

   Dan si wanita yang menyiramkan air tanpa menunggu lagi mendadak membuat si pemuda terkejut namun tertawa, dilepas seluruh pakaiannya dan mandilah dia bersama kekasihnya itu.

   Pagi yang segar di Telaga Tiga Naga mudah membuat orang merasa gembira, sepasang muda-mudi ini begitu juga dan mereka pun tertawa- tawa di kamar mandi itu.

   Siong-hi, si wanita,347 menggerujuk kekasihnya dengan air berkali - kali, dan karena Telaga Tiga Naga adalah daerah dingin di mana air seras beku seperti es maka si pemuda menggigil kedinginan namun tertawa menyambar kekasihnya itu, memeluk.

   Lalu begitu dia disiram lagi dan pemuda ini gemas-gemas mendongkol tiba tiba ia pun menyergap mulut kekasihnya dan mencium.

   "Siong-hi, kau nakal. Harus dihukum!"

   Dan suara air yang berhenti tiba-tiba diganti kecupan dan ciuman akhirnya membuat.

   kamar mandi itu tak berisik lagi dan sejenak dipenuhi suara dan keluhan nikmat.

   Keduanya saling peluk dan dekap di kamar mandi itu, kemesraan ditunjukkan masing masing pihak dan si wanita pun memejamkan mata Tapi ketika si pemuda melepaskan dirinya dan wanita ini membuka mata maka Siong-hi terengah manja.

   "Han-ko, kau nakal. Hanya begini saja?"

   "Maksudmu?"

   "Jangan setengah-setengah, koko. Cumbu dan berilah aku kasih sayangmu sepenuhnya!"

   "Ha-ha...!"

   Dan si pemuda yang menyambar dan meraih pinggang si wanita tiba-tiba sudah menggulingkan tubuh dan mencium lagi, kini lebih ganas dan agresip dibanding tadi.

   Si wanita merintih dan mengeluh.

   Dan ketika si pemuda memagut dan menciumi bagian-bagian lain lagi akhirnya mereka pun terbang ke surga dan kamar mandi itu menjadi saksi bisu atas semua asyik masyuk ini, setengah jam kemudian348 erangan puas terdengar di situ.

   Keduanya bangkit dan sama-sama mandi, terkekeh.

   Lalu ketika keduanya keluar dan berganti pakaian maka si pemuda memuji tak habis habisnya, kagum.."Siong hi, kau cantik.

   Sungguh cantik! "Ih, berulang kali kau memujiku; koko.

   tidakkah kau bosan?"

   "Ha.. ha.. memuji dan mengagumimu takkan membuatku bosan, Siong - hi. Kau isteriku yang Cantik dan ku kagumi!"

   Mata yang mengerling itu melerok manja.

   Siong hi tertawa dan merebahkan tubuh di dada kekasihnya, mereka ternyata sepasang suami isteri muda.

   Agaknya masih dalam suasana bulan madu dan si pemuda menyambut...

   Dan ketika pintu diketok dan seorang pelayan memberi tahu mengantar makanan maka Siong hi, si cantik ini menggeliat bangun.

   "Nah, sudah waktunya sarapan, koko. Mestinya sejak tadi namun pelayan rupanya segan menemui kita. Ayo, kita ke taman!"

   Siong hi membuka pintu, melihat seorang pelayan berdiri di pintu dengan senyum penuh arti, membawa penampan berisi sarapan pagi, mengangguk.

   Namun ketika wanita ini memberi tahu bhwa mereka ingin makan di taman maka si pelayan diminta untuk mengantar makanan itu di sana.

   "Letakkan di meja taman, ambil yang menghadap telaga!"349 Si pelayan mengangguk, memutar tubuh dan membawa pergi makanan tamunya. Dan ketika wanita ini mengajak suaminya dan berdua mereka ke taman maka si pemuda menggandeng dan memeluk pinggang isterinya itu. Siapakah mereka? Sudah kita kenal, Kwee Han dan Sng hi, isterinya. Mereka memang telah menikah dan kini dua suami isteri. itu ke Telaga Tiga Naga. Inilah tempat di mana mereka dulu berasyik masyuk, di situlah Kwee Han mengenal wanita dalam arti sesungguhnya. Kini merasa bahagia dan mencinta isterinya sungguh sungguh. Siong-hi memang cantik, merenggut seluruh sukma pemuda itu. Dan ketika Kwee Hn, pemuda asal Ming - ciang yang gagah dan pemberani ini bertekuk lutut di kaki isterinya maka sepuluh bulan ini pemuda itu selalu minta isterinya berlibur di Telaga Tiga Naga. Kwee Han sekarang pemuda kaya raya. Tokonya besar, pandai berdagang dan kebetulan sahabat Khek-taijin pula, menteri yang banyak memberi hadiah pada pemuda itu, menteri yang tentu saja banyak kenalan dan mudah menggalang persahabatan dengan siapa saja, tentu saja orang-orang besar kaum bangsawan atau pedagang. Kwee Han banyak dibantu menteri ini dan mengalami kemajuan besar. Artinya, kemajuan materi karena pemuda itu sekarang sudah berkecukupan dalam segala bidang. Untuk makan minum Kwee Han tak perlu khawatir lagi, bekas nelayan yang sudah menjadi hartawan ini berlimpahan harta350 benda, semua mula-mula berasal dari Khek taijin. Dan ketika hari itu, ahir pekan, Kwee Han pesiar dan mengajak isterinya ke telaga ini, maka suami muda ini merasa gembira dan bahagia karena sang isteri dirasa mencinta dan menyayangnya pula. Siong - hi tampak setia. Kemana si suami pergi ke situ wanita ini mengikut, bahkan toko Kwee Han pun dia yang mengelola. Sing-hi isteri yang pandai dan mengagumkan, Kwe Han harus mengakui itu dan kadang-kadang dia merasa kecil.Maklum, Kwee Han ini adalah bekas pemuda yang kehidupannya dulu sebagai nelayan biasa. Sebuah perahu bututnya saja diperoleh dengan susah payah, pendidikannya sedang sedang saja dan tidak tinggi. Dan ketika semuanya dibantu Siong hi dan toko serta perdagangan mereka maju maka setiap minggu Kwee Han mengajak isterinya melepas lelah di Telaga Tiga Naga.

   "Kita sehari-harian bekerja penuh, seharusnya seminggu sekali harus rileks dan mengendorkan pikiran. Bagaimana pendaptmu, Siong hi?"

   Dulu pernah pemuda ini bertanya, jawab senyum dan anggukan isterinya. Dan ketika Siong hi setuju dan sependapat maka wanita ini menjawab.

   "Tentu saja, bukankah kita hidup untuk mencari senang, koko? Bekerja sehari harian memeras keringat memang meletihkan. Aku setuju dan351 sependapat dengan maksudmu, Hanya ke mana kita mlepas lelah?"

   "Telaga Tiga Naga! Bukankah di sana pertama kali kita menjalin cinta? Ha - ha, kita pesiar di sana, isteriku. Kita mngulang kenangan manis kita dulu!"

   Siong-hi tertawa.

   Mereka kini setiap minggu pasti ke sana, pelayan losmen mengenal mereka dan tentu saja mereka disambut gembira.

   Kwee Han cukup royal membagi persen, maklum, uang didapat dengan mudah.

   Dan ketika hari itu mereka kembali bersenang- senang dan masa bulan madu seolah tak habis-habisnya maka Kwee Han gembira dan bahagia, meskipun ada satu yang agak mengganjal, yakni belum diperolehnya keturunan.

   "Siong-hi, kapan kita punya anak? Kenapa kau belum berubah juga?" .

   "Ih, kenapa tergesa-gesa, koko? Bukankah kau masih ingin bersenang-senang?"

   "Benar, tapi aku mulai pingin punya keturunan, Siong-hi. Aku ingin menjadi bapak!"

   Siong hi tertawa.

   Kalau sudah begini biasanya dia akan melingkarkan lengan di leher suaminya, berbisik menyuruh sabar dan memberi kecupan mesra.

   Kwee Han tampak terburu - buru dan segera akan sabar lagi kalau sudah dipeluk.

   Dan ketika hari itu pemuda ini juga terhanyut dan mabok dalam belaian isterinya maka Siong-hi lalu mengajak suaminya pesiar ke tengah telaga, berperahu.352

   "Kita ke tengah, cari perahu yang baik!"

   Kwee Han menurut Setelah sarapan dia lalu mencari perahu, bersenang senang di tengah telaga bersama isteri tersayang.

   Tapi ketika mereka asyik mendayung pelan dan Kwee Han minum arak sambil bernyanyi-nyanyi mendadak sebuah perahu lain muncul dan tiga laki-laki di sana terbelalak memandang Siong hi.

   "Eh, bukankah itu Siong-hi?"

   "Benar, itu Siong - hi, Giok Po. Si cantik yang dulu pernah melayani kita!"

   Ha-ha, memang benar, itu Song-hi. Kebetulan.....!"

   Dan tiga laki-laki di atas perahu yang segera memutar dan mendekatkan perahunya ke perahu Siong hi tiba tiba membuat Siong hi pucat karena mengenal mereka sebagai orang-orang kasar yang dulu memang pernah kencan dengannya, pembantu atau tukang pukul Ban-taijin sahabat dari Khek-taijin.

   Mereka dulu pernah datang di gedung menteri Khek dan Bao- taijin melihatnya, memintanya dan menyuruhnya melayani dan akhirnya tiga orang itu pun minta bagi.

   Khek taijin memberikannya karena di gedung itu dia memang pelayan, Siong - bi tak dapat menolak.

   Dan ketika tiga orang di atas perahu itu tertawa-tawa menghampirinya dan Sioog hi pucat maka perahu itu pun mendekat dan Kwee Han saat itu mulai mabok, terbelalak melihat orang-orang ini.

   "Eh, siapa mereka?"353

   "Ha ha!"

   Perahu sudah menempel, tiga orang itu berloncatan ke perahu Kwee Han.

   "Kami sahabat Siong - hi, anak muda. Kau rupanya pacar barunya dan tak tahu, ha-ha ...!"

   Dan mereka yang tertawa-tawa menghampiri Siong hi tiba- tiba menyambar dan mencekal lengan wanita itu.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hei, kau ingat kami, Siong hi? Aku Giok Po, orang kepercayaan Ban taijin!"

   "Ya, dan aku Ting Hong, Siong - hi. Kau tentu masih ingat ketika memberikan kecupan mesra padaku!"

   "Ha ha, dan aku tak lupa. Kau tentu tak lupa pula, Siong-hi. Ayo kita bersenang senang dan pindah ke perahu kami!"

   Sion hi di tarik, disambar dan dipegangi serta diremas-remas dan Siong hi tentu saja berteriak-teriak.

   Wanita ini pucat dan Kwee Han yang mabok tiba.-tiba menggereng, Pemuda itu melihat seolah ada enam orang di situ.

   Dan ketika mereka tertawa-tawa dan menarik serta menjamah- jamah isterinya mendadak pemuda ini menyambar dayung dan rasa mabk tiba tiba hilang.

   "Manusia-manusia keparat, kalian binatang ... plak plak-dess!"

   Dan dayung yang menyambar serta menghantam tiga kali tiba-tiba membuat tiga laki laki itu menjerit dan terpelanting, masuk ke air telaga dan terlempar keluar perahu.

   Gegerlah tempat itu.

   Orang di tepian terbelalak dan kaget.

   Suara terceburnya tiga laki354 laki kasar tadi diiring pekik dan teriakan Siong - hi segera menarik perhatian, semua penoleh dan tiga laki-laki yang kecebur sudah berenang marah.

   Mereka memaki dan naik ke atas perahu.

   Tapi begitu tangan memegang pinggiran perahu dan Kwee Han menghantam maka tiga orang ini menjerit lagi dan jatuh.

   "Kalian manusia-manusia busuk, Kuhajar kalian!"

   Kwee Han marah - marah, menghantam dan memukuli setiap laki laki yang coba naik ke perahunya.

   Tiga laki-laki itu nekat.

   Namun karena Kwee Han di atas perahu dan mereka di air tiba-tiba ketiganya memekik dan langsung menyelam menyerang bawah perahu Kwee Han, diguncang guncang dan diguling ke kiri kanan.

   "Aduh, jangan.... jangan......!"

   Siong-hi histeris, takut kecebur karena ia tak pandai berenang.

   Mereka berada di tengah dan bisa tenggJam dia nanti.

   Kwee Han kaget dia seketika meluap.

   Dan karena pemuda ini adalah pemuda pemberani dan Kwee Han adalah bekas nelayan yang tentu saja tak asing dengan air mendadak pemuda ini meloncat ke air telaga dan...

   menyelam pula, dayung tetap di tangan, kaku dan beringas! Tak tahulah Siong-hi apa yang terjadi.

   Dia hanya merasa perahu dibalik dan diguncang, miring ke kiri tapi akhirnya ke kanan, miring ke kanan tapi akhinya ke kiri lagi.

   Dan ketika terdengar suara menggeluguk dan di bawah terlihat pertandingan seru satu lawan tiga akhirnya tiga laki laki kasar muncul dan megap megap.355

   "Aduh, tobat! Ampun...!"

   Kwee Han muncul juga.

   Pemuda ini beringas dan kiranya pandai berenang, tadi dalam air ia menghajar tiga laki-laki itu.

   Giok Po dan teman- temannya kaget.

   Mereka kalah lama bertahan di air, bukan jago yang baik seperti Kwee Han.

   Dan ketika mereka harus mengambil napas dan Kwee Han di bawah sudah menghajar mereka pulang-balik maka ketiganya muncul ke permukaan dan berteriak tak karuan, matang biru dan Kwe Han mengejar.

   Pemuda ini gagah sekali di dalam air.

   Giok P dan dua temannya gentar Dan karena mereka laki-laki kasar yang hanya berani kalau menghadapi lawan lemah maka tiga orang itu tiba-tiba meloncat k pershu mereka dan melarikan diri.

   "Bangsat, jahanam kalian! Kubunuh kalian."

   Kwee Han meloncat ke perahunya pula, basah kuyup dan mau mendayung tapi Siong - hi menyetuh mencegah.

   Beberapa perahu berdatangan untuk melerai kejadian ini.

   Siong-hi takut dan menangis tak keruan.

   Dan ketika Kwee Han melotot dan beberapa perahu mengepung perahunya maka Liok Kwi, pemilik losmen yang dikenal Kwee Han buru-buru membujuk melnat di perahu pemuda itu.

   "Kwee-wangwe (hartawan Kwee), tenanglah. Tahan amarahmu dan lihat harga dirimu dibanding orang orang kasar itu. Mereka tak pantas menghadapimu. Lihatlah isterimu dan pulanglah ke losmen356

   "Keparat!"

   Kwee Han masih marah.

   "Siapa mereka itu, Liok Kwi? Dari mana?"

   "Aku tak tahu, wangw. Tapi sudahilah persoalan ini dan jangan ganggu senang-senang kalian dengan persoalan sepele."

   "Benar, mereka itu tak berharga melayanimu, kongcu (tuan muda). Dirimu terlalu penting menghadapi kerucuk kerucuk macam mereka!"

   Seorang kakek, yang dikenal Kwee Han sebagai pemilik perahu berkata pula.

   Kwee Han dibujuk dan Sionghi pun menangis memeluk suaminya ini Dan ketika semuanya menyuruh Kwee Han diam dan panas yang membakar berhasil didinginkan akhirnya Kwee Han melempar dayung dan tenang, sebenarnya masih uring uringan dan sisa arakpun dibuang.

   Pagi itu dia terganggu dan mendidih, kalau tak ada pembujuk tentu dia menghajar tiga orang itu, Kwee Han menahan marah.

   Dan karena kesenangan menjadi terganggu dan pemuda ini kesal maka Kwee Han mengajak isterinya pulang, tidak ke losmen melainkan terus ke kota raja, rumah mereka sendiri.

   "Kita berkemas, bawa semua pakaian dan beri tahu Cin-lopek!"

   Cin-lopek, kusir kereta bersiap.

   Tadi dia melenggut ayam ketika majikannya pesiar, Kwee Han membawa kereta dan pemuda itu selalu bepergian naik kereta kalau kemana-mana, bersama kusirnya itu.

   Dan ketika mereka kembali dan Kwee Han terganggu oleh357 tingkah tiga orang itu mendadak ia ingin menyelidiki ketika sampai di rumah, teringat pengakuan tiga orang itu sebagai pembantu Ban - Taijin, seorang menteri yang kurang dikenal tapi di ketahui Kwee Han.

   Pemuda ini cemburu, rasa panas ternyata membuatnya terbakar.

   Ia memang tak tahu masa silam isterinya, ini.

   Dan ketika ia mencari sana-sini dan sedikit demi sedikit ia mengumpulkan keterangan tiba-tiba Kwee Han meledak ketika mengetahui bahwa isterinya dulu memang pernah melayani tiga orang itu.

   "

   Keparat!"

   Kwee Han menggebrak meja ketika sampai di rumah.

   "Jadi mereka memang pernah menggaulimu, Siong-hi? Kau wanita tak setia dan tak tahu malu? Dan selama ini kau selalu mengelak dan berbohong?"

   "Ah,"

   Siong hi terkejut, seminggu ini memang dicekam kekhawatiran.

   "Apa kata mu, koko? Kau menuduh isterimu berbuat serong dan tidak setia? Aduh, suami macam apa kau ini, Han ko? Tega dan mampu melepas kata-kata begitu keji untuk isterimu! Aku tidak mengenal sama sekali tiga manusia binatang itu, aku berani sumpah dan mati!"

   "Baik, aku akan mengorek bukti-buktinya, Siong-hi. Dan kalau benar maka kau boleh mati seperti keinginanmu!"

   Rumah tangga tiba-tiba geger.

   Si Suami muda merasa ditipu, Siong Hi kalut dan sehari-hari menangis, kemesraan dan cinta yang selama ini memabokkan mereka tiba-tiba kandas di tengah jalan,358 Sing-bi pun marah.

   Dan ketika suaminya pergi dan Siong-hi cemas tiba-tiba ja pun keluar rumah dan pergi, entah ke mana tak ada yang tahu tapi keesokannya mendadak Kwee Han mendapatkan Giok Po dan dua tmannya itu tewas, mereka dibunuh dengan cara dicekik, Dan ketika Kwee Han termangu dan pulang ke rumah maka Siong-hi sudah berdiri di situ dengan sikap menantang.

   "Bagaimana, kau dapatkan bukti-buktinya, koko? Kau masih menuduh isterimu tak keruan lagi?"

   Kwee Han tertegun.

   Hari itu dia diguncang perasaan tak keruan, menatap isterinya dan menggeram.

   Sebenarnya dla akan membawa tiga orang itu ke rumahnya, memaksa mereka mengaku dan sudab menyewa tukang pukul pula.

   Kwee Han kini dapat berbuat apa saja dengan uangnya yang banyak, diam-diam dia mengumpulkan pembantu dan siap menghajar Giok Po dan teman-temannya itu.

   Tapi ketika mereka didapatkan tewas dan entah siapa yang membunuh maka Kwee Han termangu dan melihat sang isteri terisak, kini tak tahan dan menubruk suaminya itu.

   "Han ko. kau terlalu cepat mempercayai orang Kau mudah dihasut dan ditipu. Siapa sudi melayani tiga laki laki kasar macam mereka? Boleh kaubawa mereka ke sini, Han ko, hadapkan padaku dan biar aku memaki maki mereka!"

   "Mereka sudah tewas,"

   Kwee Han bicara lirih, bingung dan juga marah, masih marah tapi tak tahu359 kepada siapa sekarang kemarahan itu di tumpahkan. Mereka telah dibunuh, Siong hi. Aku memang bermaksud membawanya ke sini tapi keduluan!"

   "Hm,"

   Siong-bi berseri-seri, aneh sekali dia menunjukkan kegirangan luar biasa.

   "Dan kau masih menyangsikan isterimu, koko? Kau seminggu ini keluyuran untuk mencari berita? Kau tak percaya pada ku?"

   Kwee Han tertegun.

   "Suamiku,"

   Siong-bi merajuk mesra.

   "Selama ini belum pernah seorang pun menyentuh tubuhku Kaulah orang pertama dan laki-laki pertama yang menjamah tubuhku. Kalau aku bohong biarlah aku mati ditikam belati!"

   Dan, mendesah menggleserkan tubuhnya wanita ini tiba-tibaa memeluk Kwee Han, seminggu ini tak disentuh dan gairah tertahan tahan tak mendapat jalan keluar.

   Siong-hi sebenarnya takut kehilangan Kwee Han, betapapun Kwee Han adalah laki laki yang dapat memberinya banyak kesenangan, mulai dari harta benda sampai tentu saja hubungan mesra, dia tak ingin kehilangan semuanya itu.

   Dan ketika Siong hi menangis dan terisak di dada suaminya ini tiba tiba Kwee Han tergetar dan tersentak setelah Siong hi mencium mulutnya.

   "Suamiku, mana nafkah batin untukku? Mana semua kasih sayang dan cinta yang selama ini kau berikan? Ah, aku rindu, suamiku. Aku menderita......!"

   Dan Kwee Han yang tak dapat menahan diri dan robob360 dalam ciuman isterinya tiba tiba mendesis dan mengambil semuanya itu terbang dan tak lama kemudian rasa cemburu pun lenyap.

   Kwee Han percaya dan aneh bin ajaib semua kemarahan hilang.

   Sumpah dan kata kata isterinya tadi cukup meyakinkan, kwee Han pun mabok.

   Dan ketika sang isteri membelai dan kecupan demi kecupan mmbuat mereka berdua panas akhirnya Kwee Han minta maaf dan membawa isterinya itu ke kamar.

   "Ah, maafkan aku, Siong-hi. Kiranya selama ini aku dibuat cemburu dan buta. Maafkan aku. Kau isteriku tersayang......!"

   Song hi mengeluh, hubungan tegang di antara mereka selama seminggu ini mendadak lnyap.

   Wanita itu berhasil menguasai suaminya lagi dan maboklah Kwee Han dalam cinta dan pelukan isterinya.

   Mqlam itu mereka bagai pengantin baru lagi, bukan main.

   Dan ketika hari-hari berikut membuat mereka melayang ke surga dan Semua kejadian di telaga dilupakan Kwee han maka Siong-hi sudah memulihkan hubungan suaminya dan sebulan terlewatkan cepat tanpa mereka rasakan.

   Kini Kwee Han percaya lagi kepada isterinya, hampir saja bulat kalau tak ada kejadian baru yang membuat pemuda ini tertegun.

   Dan ketika minggu ketujuh secara kebetulan Kwee Han tak jadi keluar kota untuk urusan dagang dan pulang ke rumah mendadak di sana dia melihat kerta Khek- taijin.

   "Eh!"

   Kwee Hari terkejut.

   "Ada apa?"361 Pemuda itu cepat menghampiri. Dia jadi merasa heran dan aneh bahwa Khek-taijin datang ke rumahnya, hal yang jarang dilakukan menteri itu. Dan ketika Kwee Han masuk dan tertegun di ruang dalam ternyata Khek-taijin bercakap cakap dengan isterinya, rambut isterinya agak kusut. Dua orang itu tampak gugup! "Maaf,"

   Menteri Khek buru-buru bangkit tertawa dibuat-buat.

   "Aku mencarimu, Kwee Han. Kata isterimu sedang keluar kota dan ternyata tiba-tiba muncul. Bagaimana datang begini cepat? Apakah tidak jadi?"

   Kwee Han terbelalak.

   "Aku membatalkan perjalananku, taijin. Ada apakah paduka datang sendiri tidak melalui utusan?""

   "Ah, aku hendak memberi tahu berita baik, Kwee Han. Besok beberapa pedagang permata akan datang di gedungku. Mereka butuh uang, mereka akan menjualaya dengan harga murah!"

   Kwee Han tertegun.

   Khek-taijin segera memberi tahu bahwa besok kesempatan bagus baginya datang, beberapi pedagang permata akan muncul menawarkan dagangan mereka, juga beberapa pedagang Cita.

   Sebulan lagi akan ada kenaikan besar- besaran untuk beberapa macam barang, trutama kain dan bahan makanan.

   Persediaan menipis dan harga barang akan melonjak.

   Dan ketika menteri ini bicara ini - itu yung pada pokoknya membujuk Kwee Han untuk362 membeli semuanya itu karena akan dapat dijual dengan harga tinggi maka menteri ini menutup pembicaraannya.

   "Demikianlah, ini satu kesempatan bagus bagimu, Kwee Han. Kau dapat menumpuk semua barang-barang ini untuk akhirnya menjual di saat harga melonjak. Isi tokomu penuh penuh dan masalah permata dapat katawarkan kepada istana!"

   "Hm,"

   Kwee Han mengangguk. Terima kasih, taijin. Tapi masalah permata aku kurang tertarik, aku tak begitu mahir dengan barang-barang seperti itu."

   "Siong-hi dapat membantumu. Kwee Han. Dia tahu dan mengerti akan barang-barang permata."

   "Benar,"

   Siong - hi menyahut.

   "Aku dapat membantumu, koko. Aku mengerti akan barang barang begitu dan tak mungkin ditipu. Betapapun maksud baik Khek-taijin harus kita terima dengan terima kasih."

   "Ya,"

   Kwee Han mengerutkan kening.

   "Aku berterima kasih, Siong hi. Tapi kenapa tidak Khek Taijin sendiri yang membeli semua barang-barang ini? Bukankah dia dapat juga melakukannya?"

   "Aku ingin membagi keuntungan denganmu, Kwee Han. Aku teringat hubungan baik kita. Tentu saja aku dapat membeli semuanya itu, tapi aku ingin memberi kesempatan padamu untuk dapat mereguk keuntungan pula!"363

   "Baiklah, sekali lagi terima kasih, taijin. Aku akan memikir semuanya itu dan membicarakannya dengan Siong-hi."

   Khek-taijin pamit.

   Akhirnya menteri itu pulang, dan Kwee Han termangu-mangu, sekilas melihat baju isterinya yang agak kedodoran, bagian dada tersingkap dan pemuda ini mengerutkan kening.

   Kecurigaan timbul tapi Kwee Han tidak buru-buru mengeluarkan semuanya itu.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Khek-Taijin dikenal sebagai menteri yang tamak, dia tabu itu setelah beberapa bulan berdekatan.

   Kini secara aneh kesempatan yang begitu bagus ditawarkan kepadanya, padahal sebetulnya menteri itu dapat menikmatinya sendiri.

   Dan ketika keesokannya Kwee Han coba membuktikan semua kata - kata menteri itu dan datang ke rumahnya ternyata memang betul beberapa pedagang permata dan pedagang-pedagang lain yang menjalin persahabatan dengan Khek taijin ada di sana, menawarkan dagangannya dan Khek taijin menunjuk dia.

   Di sini kecurigaan Kwee Han lenyap, meskipun masih ada sisa sedikit, yakni ingatan baju isterinya yang agak kedodoran itu.

   Tak biasa isterinya seperti ini apalagi ada tamu.

   Dan ketika hari demi hari dilewatkan lagi dan suatu ketika Kwee Han berkata lagi ingin keluar kota tapi tiba-tiba membatalkan perjalanannya di tengah jalan dan pulang dengan terburu buru mendadak kereta Khek taijin itu ada di depan rumahnya lagi! "Keparat, apa yang dia lakukan?"364 Kwee Han bergegas.

   Roda kereta yang berhenti di depan rumahnya rupanya diketahui Siong-bi, lagi isterinya itu duduk di ruang dalam bersama Khek taijin.

   Kwee Han terbelalak.

   Dan ketik pemuda itu masuk dengan muka merah dan Khek taijin tampak terkejut maka kembali menteri ini buru-buru bangkit berdiri mendahuluinya.

   "Kwee Han, kau besok dipanggil pangeran Yu Fu. Aku datang memberi tahu isterimu karena kau tak ada!"

   Kwee Han tertegun.

   "Pangeran Yu Fu?"

   "Ya, dia, Kwee Han. Kau diminta ke sana membawa emas permata yang dulu kau beli itu. Pangeran tertarik!"

   Kemarahan dan kecurigaan Kwee Han tiba-tiba sirna.

   Khek Tajin ternyata memberitahunya bahwa Pangeran Yu Fu mengundangnya, sang pangeran tertarik dan ingin melihat emas permata yang dulu dia beli, sang pangeran akan membeli dan memilih beberapa di antaranya.

   Itulah alasan Khek- taijin.

   Dan ketika Kwee Han terheran namun pergi juga menemui pangeran itu ternyata Yu Fu, pangeran muda itu menyambut, bersama Khek-taijin, keesokan harinya.

   "Ha-ha, ini Kwee Han, paman Khek? Dia pemuda pemberani yang dari Ming-ciang itu?"

   "Benar, inilah Kwee Han, pangeran. Dialah Pemuda yang kuberi tahu itu."365

   "Kwee Han...."

   Menteri Khek memandang pemuda itu.

   "Inilah pangeran Yu Fu yang berkenan mengundangmu. Perlihatkan permatamu dan ke marilah!"

   Kwee Han memberi hormat.

   Setelah berhadapan sendiri dengan pangeran Yu Fu tiba-tiba kecurigaannya terhadap Khek tijin kembali lenyap.

   Untuk kedua kali dia membuang prasangkanya yang buruk, Khek taijin ternyata tak bermaksud apa-apa dengan isterinya.

   Menteri itu.

   datang justeru untuk keuntungannya, kini dia diperkenalkan dengan seorang pangeran dan Kwee Han tentu saja girang.

   Berhubungan dengan istana tentu akan membawa berkah baginya, paling tidak keuntungan moral baginya, itu paling sedikit.

   Dan ketika dia dipanggil mendekat dan pangeran tertawi maka Yu Fu meminta padanya untuk menunjukkan barang permata yang sebelumnya memang sudah disiapkan.

   Sang pangeran memilih dan membeli, Kwee Han agak tersipu.

   Dia jadi bigung untuk menawarkan harga, tak boleh, kemahalan, tapi juga tak boleh rugi.

   Maklum, dia berhadapan dengan pangeran! Dan ketika pangeran tersenyum dan justeru tidak bertanya tapi langsung menberi sepundi-pundi uang emas kepadanya untuk beberapa macam permata yang dipilih, maka Kwee Han terbelalak tapi juga girang luar biasa karena itu keuntungan berlipat-lipat!366

   "Sudahlah, aku pilih ini saja. Kau boleh pergi dan bawa sekantung uang emas ini. Kalau kurang, anggap saja kurangnya kuminta!"

   Kwee Han hampir tak dapat bicara apa-apa.

   Dia hanya berulang-ulang mengucap terima kasih, kembali dan pulang ke rumahnya dengan perasaan gembira.

   Uang itu dapat dipergunakannya membangun lagi sepuluh toko besar, bukan main.

   Tapi ketika kecurigaannya terhadap menteri Khek lenyap dan justeru dia merasa berhutang budi atas semua jasa dan kebaikan menteri ini mendadak suatu pagi, ketika ia bangun tidur isterinya tak ada.

   Kwee Han heran, mencari cari namun tak menemukan.

   Beberapa pelayan yang ditanya, menyebut Siong hi keluar rumah, mungkin mengurus ini-itu di toko mereka yang kini sudah beberapa buah.

   Kwee Han memang semakin kaya dan lupa pada kemiskinannya dulu.

   Dan ketika ia mengerutkan kening dan curiga memikirkan isterinya, mendadak Pwee lopek, sahabatnya di Ming ciang dulu muncul.

   seorang laki laki tua yang tampak outih dan pucat, datang dengan mata bersinar sinar, marah.

   "Kwee Han, kau melupakan kawan-kawanmu. Kau tak menepati janji dan enak bersenang-sedang sendiri!"

   Kwee Han terkejut.

   "Ada apa, lopek? Kau datang sendiri? Dan tahu rumahku?"

   "Ya, seluruh kota raja mengenal namamu, Kwee Han Aku datang mewakili teman-teman dan367 menuntut keadilan. Liem taijin berkomplot dengan juragan-juragan perahu!"

   "Apa yang terjadi? Ada apa?"

   "Hm...!"

   Mata kakek itu menundang sekeliling rumah Kwee Han yang bagus, gedung yang besar dan indah, tidak segera menjawab.

   "Inikah yang membuat dirinu berubah? Semua kesenangan inikah yang membuat kau melupakan kawan kawan di Miog-ciang?"

   "Lopek,"

   Kwes Han merah mukanya.

   "Sebaiknya kau katakan apa maksud kedatanganmu dan apa yang hendak kau ceritakan di sini. Aku sedang bingung, sibuk mencari isteriku!"

   "Kau sudah beristeri?"

   "Ya, beberapa bulan yang lalu, lopek."

   "Dan tidak memberi tahu kami kawan- kawanmu?"

   "Hm,"

   Kwee Han melihat masuknya beberapa pelayan, agak malu.

   "Kau tak usah bertele-tele, lopek. Mari duduk dan katakan keperluanm !"

   "Apakah kau masih seperti Kwee Han yang dulu?"

   "Maksudmu ?"

   "Aku kecewa melihat kehidupanmu sekarang, Kwee Han. Kau tampak berubah luar dalam. Dulu kau ramah, kini agak sombong. Dulu kau selalu memperhatikan nasib kawan kawan sepenanggungan, kini kau acuh! Perlukah kiranya kuberitahukan semua maksud kedatanganku?"368

   "Hm,"

   Kwee Han terpukul, tersentak oleh kenangan lama, waktu dia masih dekat dan bergaul dengan kakek ini, bahkan makan bersama pula.

   Makanan sederhana yang acap kali terdiri dari nasi biasa dan ikan asin! "Kau boleh tuangkan semua persoalanmu kepadaku, lopek.

   Aku masih Kwee Han yang dulu!"

   "Baiklah dengarlah, Kwee Han. Kami semua teman-temanmu di Ming-ciang dulu kini berbulan bulan mulai ditindas kaum juragan perahu lagi. Mereka memeras, kami dijadikan kuda beban dan tidak mendapat keadilan lagi. Liem-taijin, pembesar yang dulu berjuang untuk kami itu ternyata berpihak. Sekarang dia berkomplot dan sama saja seperti pembesar pembesar yang lain!"

   "Hm, lalu?"

   "Lalu kami berontak, Kwee Han Kami menuntut keadilan itu tapi juragan perahu bersikap kurang ajar. Mrka memeras, memberi pilihan kepada kami untuk terus bekerja atau berhenti. Kami tak berdaya dan kalah posisi!"

   Kwee Han bersinar-sinar.

   "Apakah tak ada yang berani seperti aku?"

   "Ada, tapi hilang, Kwee Han. A lok dan A-bin entah ke mana setelah menjalankan protes! "Hilang? Maksudmu. ..."

   "Ya, hilang, Kwee Han. Dugaan kami dia dibunuh!"

   Kwee Han terkejut. Dia tiba-tiba teringat369 kenangannya sendiri, betapa dia pun "diiduk"

   Dan tentu dibunuh kalau tidak memiliki cincin yang kini melingkar di jarinya itu.

   Ciacin pemberian seorang sahabat yang berpengaruh di istana, demikian besar pengaruhnya itu hingga Khek taijin pun takut.

   Menteri itu gentar dan akhirnya dia selamat, bahkan kini dihormati Khek - taijin dan memperoleh semua kesenangan ini.

   harta kekayaan itu dan lain-lain lagi termasuk Siong-hi isterinya.

   Dan ketika dia teringat akan isterinya dan tersentak karena sang isteri juga tak ada mendadak Kwe.

   Han gelap mukanya dan acuh oleh semua cerita Pwee lopek itu.

   "Hm, aku sendiri sedang sibuk, lopek. lsteri ku tak di rumah dan aku mencarinya. Bagaimana kalau urusan ini dibicarakan lain kali saja dan kau pulang?"

   "Pulang?"

   Kakek itu tiba tiba bangkit berdiri, mata ya berapi-api.

   "Kau menyuruh aku pulang untuk membiarkan teman-teman menderita di sana, Kwee Han? Kau tak mau membantu sedikit pun untuk persoalan ini?"

   Kwee Han terkejut, sadar.

   "Bukan begitu,"

   Katanya buru-buru.

   "Hanya aku sendiri sedang sibuk dengan urusanku, lopek. Sebaiknya, hmm... sebaiknya begini saja. Apa yang menjadi beban kalian di sana? Apakah tercekik hutang lagi?"

   "Benar, kami tercekik hutang lagi, Kwee Han. Para juragan itu kurang ajar karena mereka sengaja memberi hutang untuk menjerat kita. Dengan begini370 kita tak dapat pergi, semua teman-teman mengharap pertolonganmu dan kau datang ke sana atau Ming ciang geger lagi dengan demonstrasi besar besaran!"

   "Hm, jangan,"

   Kwee Han mulai tahu aturan main, aturan hukum.

   "Demonstrasi tak baik untuk kita, lopek. Apa yang tidak puas sebaiknya dimusyawarahkan dan dibicarakan bersama. Demonstrasi hanya memancing tindak kekerasan, sebaik ya katakan berapa hutang kawan-kawan dan kubantu dulu dengan uang."

   "Kau mau membebaskan kami dengan membayar lunas hutang-hutang itu?"

   "Sementara ini begitu dulu, lopek. Aku sibuk dan tak dapat ke Ming-ciang. Katakan berapa hutang semuanya dan biar kubayar itu."

   "Ah, banyak, Kwee Han. Ribuan tail....!"

   "Katakan saja, lopek. Dan pergilah segera setelah itu!"

   "Kau mempunyai uang?"

   "Sebutkan saja, dan cepat kau bayar!"

   Kwee Han tak sabar, tahu bahwa Pwee lopek ini akan terheran-heran dan skar mempercayai kekayaannya sekarang.

   Dia memang bukan Kwee Han yang dulu, dia sekarang adalah seorang hartawan dan mungkin jutawan.

   Pwee lopek segera menghitung dan menggerakkan jari - jarinya.

   Dan karena di Ming.cang ada sekitar tigaratus nelayan dan kalau masing-masing berhutang seribu tail maka di dapatlah angka tiga ratus371 ribu tail yang bukan main banyaknya maka kakek ini berkata agak tergagap.

   "Kira-kira, eh.... kira-kira tigaratus ribu tail, Kwee Han. Mungkinkah semuanya itu dapat kau bayar?"

   "Hm, tiga ratus ribu? Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mengambilnya!"

   Dan Kwee Han yang cepat ke dalam dan keluar lagi akhirnya mengambil sekantung uang yang membuat Pwee - lopek terbelalak, kagum, memberikannya pada kakek itu.

   "Lopek, di sini ada limaratus ribu. Kalau kurang boleh datang lagi. Sekarang pulanglah, biar diantar kusirku dan bayarkan ini untuk hutang kawan-kawan kita di sana."

   "Limaratus ribu?"

   Kakek itu menggigil.

   "Begitu banyak? Ah, terima kasih, Kwee Han. Kau sungguh baik dan ku sampaikan ini pada mereka!"

   "Ya, dan cepat selesaikan itu, lopek Kuharap tak ada apa-apa lagi dan pulanglah."

   Pwee-lopek tak habis takjub.

   Sekantung besar uang yang diterimanya itu membuat kakek ini seakan menang lotre, heran dan takjub akan kekayaan Kwee Han sekarang.

   Bukan main.

   Dulu Kwee Han adalah nelayan miskin seperti dirinya, kini mendadak begitu kaya dan dermawan.

   Dan membuktikan bahwa Kwee Han ternyata masih sama seperti dulu tiba tiba kakek ini menjatuhkn diri berlutut dan menangis.

   "Kwee Han, mewakili semua teman-teman di Ming-ciang biarlah si tua bangka ini menghaturkan372 beribu terima kasih padamu. Semoga kau berumur panjang dan bahagia!"

   "Sudahlah, pergilah, lopek. Kusir di depan sudah siap dan biar aku menyelesaikan persoalanku."

   "Baik, baik. .... terima kasih, Kwee Han..... terima kasih....!"

   Dan Pwe - lopek yang diantar dan diserahkan Cin lopek, kusir kepercayaan Kwee Han lalu diantar dan malah dinaikkan kereta sampai ke Ming ciang.

   Kwee Han tak tahu lagi setelah itu, dia sibuk mencari isterinya.

   Anggapnya, urusan Ming-ciang akan beres dan Pwee - lopek Tak mengganggu lagi.

   Tapi ketika tengahari kakek itu datang lagi dan bersama kusirnya babak belur menyatakan dirampok maka Kwee Han kaget dan menyesal, sang isteri masih belum ketemu! "Aduh, celaka, Kwee Han....celaka! Kami dirampok di tengah jalan, uang itu amblas dan ak disakiti!"

   Kakek itu tersedu-sedu, Kwee Han tertegun dan segera dia termang- mangu.

   Apa yang didengar ini di luar dugaan.

   Dia terlalu sembrono dengan membiarkan seorang bodoh macam Pwee Topek pergi dengan begitu banyak uang.

   Dan ketika kakek itu menangis tak keruan dan Kwee Han terpaku maka Cin lopek, kusirnya, juga menjatuhkan diri berlutut, tubuhnya matang biru.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Wangwe, kami dirampok. Uang yang dibawa sahabatmu lenyap dan kami tak berdaya.....!"

   Kwee Han marah.

   Dalam keadaan biasa tent dia akan menghadap Hong - ciangkun untuk mengejar373 dan mencari penjahat itu, panglima Hong yang dikenalnya baik.

   Tapi karena bingung isterinya belum ketemu dan entah ke mana gerangan isterinya itu tiba- tiba Kwee Han menyuruh kusirnya pergi dan membawa Pwee-lopek ini ke dalam.

   "Sudahlah, sekarang begini saja. Maukah kau menolongku sebelum ak menolong teman - teman di Ming-ciang? Aku dapat memberimu uang lagi, lopek, tapi harap kau bersabar dan cari dulu isteriku. Bagaimana?"

   "Maksudmu?"

   "Aku kehilangan isteriku, lopek. Heran bahwa seharian ini ia tak ada di rumah. Mungkin.... hmm, mungkin di suatu tempat. Kau bantu aku dulu dan urusan di Ming ciang nanti saja kita bicarakan lagi!"

   Karena merasa Kwee Han sudah menolong dan kakek itu tahu diri akhirnya Pwee-lopek mengangguk.

   "Baiklah, aku tahu kesulitanmu. Kwee Han. Apa yang harus kulakukan sekarang?"

   "Coba pergilah ke dua tempat. Selidiki isteriku di gedung Khek taijin atau Ban taijin. Aku curiga jangan- jangan ia ke sana....."

   Dan Kwee Han yang lalu memberi tahu dan menunjuk gedung dua pembesar itu lalu mewanti-wanti agar Pwee-lopek berhati-hati.

   Tentu saja membuat kakek itu mula-mula takut dan mengerutkan kening.

   dia bakal diusir sebelum masuk.

   Tapi ketika Kwee Han memberi semacam tanda bahwa ia pelayan atau pembantu pemuda itu di mana orang-orangnya374 Khek-taijin atau Ban - taijin pasti mengenal maka kakek ini pun mengangguk dan merasa bebas.

   "Baiklah, biar kucoba, Kwee Han. Tapi kalau gagal jangan kau marah marah kepadaku. Dan,...... kenapa kau menduga ke gedung dua menteri itu? Bukankah sebenarnya kau dapat datang sendiri dan mencari?"

   "Aku sudah dikenal, lopek. Kalau mereka tahu tentu isteriku bersembunyi atau Kbek-taijin serta Ban- laijin bersiap siap."

   "Baiklah, tapi, eh..... aku tak mengepal istemu!"

   "Mudah, lopek. Ia cantik dan mengenakan empat gelang emas di lengannya, umur kira-kira sembilan belas tahun.

   "

   Begitu muda?"

   "Ya, masih muda, lopek. Dan untuk memperjelas lagi lihatlah ini!"

   Kwee Han menyambar gambar isterinya di dinding, lukisan yang dulu di pesan dari seoranh pelukis dan menunjukkannya pada Pwee Lopek, kakek ini kagum dan mengakui kecantikan Siong- hi, mendecak.

   Dan ketika semuanya dianggap selesai dan kakek ini siap berangkat mendadak dia masih bertanya lagi.

   "Kwee Han, apakah nanti kalau aku menemukannya lalu menyuruhnya pulang?"

   Tidak, jangan!"

   Kwee Han teringat. Kau cepat kembali dan diam diam ke sini, lopek. Aku yang akan ke sana dan menjemputnya!"375

   "Baiklah,"

   Dan si kakek yang pergi dan memutar tubuhnya lalu keluar dan meninggalkan rumah pemuda itu, melaksanakan tugasnya dan tntu saja tak tahu apa yarg diam-diam pernah terjadi di rumah tangga pemuda ini, setengah jam kemudian datang dan bergegas terbata bata menemui Kwee Han, memberi tahu bahwa isteri pemuda itu ada di sana, di tempat Khek-taijin.

   Rupanya semalam menteri itu baru saja mengadakan pesta, Kwee Han terkejut dan terbakar Tiba-tiba cemburu dan rasa marahnya mengamuk.

   Untuk ketiga kali dia melihat isterinya bersama menteri itu lagi.

   Dan ketika Kwee Han bergegas dan cepat ke gedung menteri Khek maka di sana di kamr menteri itu tampak Siong hi tertawa-tawa di pelukan menteri ini, nyaris telanjang dan kedua-duanya berbau arak! "Heh-heh, ke mari, Siong hi.....

   ke marilah .....!"

   Menteri Khek meraih isterinya, terhuyung dan sama- sama terbanting di pembaringan.

   Siong hi terkekeh pula dan di tangannya terdapat segelas arak yang amat keras, menyambut dan tiba-tiba dicium menteri itu.

   Dan ketika Siong-hi tertawa dan bicara tak jelas karena tampak mabok maka Khek-taijin sudah menindih dan menggeluti isterinya itu.

   "Keparat!"

   Kwee Han merghambur maju, mendobrak dan masuk ke dalam.

   "Kau jahanam keparat, Siong-hi. Kiranya benar dugaanku bahwa kau isteri tak setia.... dess!"

   Dan Kwee Han yang menubruk serta menghantam isterinya tiba-tiba membuat Siong hi376 menjerit dan terlempar roboh, lepas dari pelukan menteri Khek dan sang menteri pun terkejut.

   Siong-h terguling-guling dan pakaiannya terbuka, tampaklah wanita itu dalam keadaan aslinya, Siong-hi memang nyaris telanjang ketika berdekapan dengan Khek-taijin tadi.

   Dan ketika Kwee Han berteriak dan marah mengejar maju maka bertubi-tubi dan cepat pemuda ini sudah menghajar isterinya, ditendang dan ditampur dan segera kamar itu terisi oleh jerit dan teriakan Siong hi.

   Waktu dia hilang maboknya setelah dihajar suami, kaget dan sadar karena kini dengan beringas dan penuh kebencian suaminya itu menendang pulang balik.

   Dan ketika Kwee Han kalap dan melihat Khek taijin pula mendadak pemuda ini terigat dan menerkam menteri itu, mencekik dan memukuli seperti harimau haus darah, atau setan kelaparan.

   Dan ketika menteri ini pun berteriak teriak dan Kwee Han mata gelap tiba-tiba pemuda itu memecahkan botol dan dengan pecahan botol ini pemuda itu menyerang.

   "Khek-tajin, kau menteri jahanam keparat. Kau tak tahu malu. Kubunuh kau ... cras!"

   Dan pecahan botol yang mengenai bahu dan lengan menteri itu akhirnya mendarat bertubi-tubi lagi dan lukalah menteri ini, maboknya hilang dan ketakutan hebat pun menyerang menteri itu.

   Semalam menteri ini berpesta dan tengah malam tadi Siong-hi diminta datang.

   Wanita ini adalah bekas pelayannya, Kwee kan tak tahu bahwa selama ini Sibng-hi tetap digauli menteri itu, Khek taijin sering377 minta dilayani dan Siong-hi tentu saja takut.

   Menteri itu adalah bekas majikannya sendiri dan untuk hubungan kotor memang sering menteri itu berduaan dengan Siong hi.

   Wanita ini cantik, tubuhnya menggairahkan dan servis di atas ranjang memang Siong-hi sudah mahir.

   Sebagai bekas pelayan sekaligus teman di waktu dingin Siong - hi masih sering membuat menteri Khek tergila gila, permainannya hebat dan itulah yang membuat menteri ini tak dapat melupakan Siong-hi, meskipun wanita lain juga banyak dan tak kurang.

   Dan ketika Kwee Han menghajar mentri itu dan pecahan botol berkali- kali melukai wajah dan tubuh menteri itu maka ketika Sionghi menjerit dan berteriak-teriak masuklah pengawal yang kaget mendengar ribut ribut ini.

   "Hei, jangan kurang ajar!"

   Dua pengawal cepat membentak maju, menubruk Kwee Han dan pemuda itu diringkus.

   Khek taijin sudah bermandi darah di lantai, Kwee Han memberontak dan meronta, berteriak dan memaki dua pengawal itu, lepas dan mau menyerang Krek-taijin lagi.

   Tapi begitu masuk tiga pengawal lagi dan mereka ini meloncat dan menghalangi Kwee Han maka sebatang tombak memukul pemuda ini dan Kwee Han pun roboh.

   "Buk!"

   Kwee Han mengeluh dan terbanting di lantai.

   Dua pengawal lain kembali menggerakkan tombak mereka menghantam Kwee Han, mengenai punggung dan pemuda itu pun menjerit.

   Tiga pukulan keras378 mengenai kepala dan tubuh Kwee Han, pemuda itu tak dapat bangun dan akhirnya pingsan.

   Ribut - ribut ini mengundang banyak orang dan tempat Khek-taijin geger, menteri itu ditoIong dan segera dilarikan ke dalam, dirawat.

   Dan ketika Kwee Han menggelepar di sana dan Siong hi menangis dan menjerit tak keruan maka siang itu Kwee Han sadar dan tahu-tahu ia berada di sbuah tempat di mana pangeran Yu Fu tampak di situ.

   "Kau sadar?"

   Pangeran ini menarik bangun Kwee Han, tersenyum aneh.

   "Mari,bangunlah, Kwee Han, Ceritakan apa yang terjadi dan kenapa kau menyerang Khek-taijin."

   Kwee Han mendelik, bangun terhuyung.

   "Khek taijin menghina hamba, pangeran. Dia mempermainkan isteri bamba!"

   "Hm, urusan kecil,"

   Yu Fu tertawa "Kau ingat kedudukan dan jasa baik Khek-taijin, Kwee Han. Dia adalah penolong skaligus pemberi hutang budi kepadamu. Urusan ini tak perlu diperpanjang, Siong-hi memang bekas pelayan Khek taijin.

   "Tapi dia isteri hamba, pangeran! Masakah...."

   "Sst,"

   Pangeran tiba - tiba bersikap ketus.

   Negara dan isinya ini adalah milik istana dan para pembantunya, Kwee Han.

   Apakah kau tak ingat kedudukanmu sebelum datang di sini? Begaimanakah kadaanmu dulu? Lupakah kau bahwa dulu kau adalah nelayan miskin yang kini banyak diberi kesenangan oleh379 Khek-taijin? Ingat, kau orang biasa saja, Kwee Han.

   Kau bukan bangsawan atau orang berdarah biru.

   Kau dapat bidup senang di sini adalah atas jasa Khek-taijin.

   Kalau sekarang Khek taijin ingin bersenang-senang dengan Sing hi apakah kau tak rela? Hm, orang kecil tak menang melawan orang besar, Kwee Han.

   Khek-taijin adalah sahabatku dan kau harus memandang aku!"

   "Paduka maksudkan .....?"

   "Benar, kau tak perlu dendam padanya, Kwee Han. Urusan ini selesai dan kau tak perlu marah-marah kepada Khek-taijin!" *Tapi hamba......"

   "Hm, kalau tak ingat cincin di jarimu tentu kau sudah dibunuh, Kwee Han. Aku menasihati agar kau melupakan ini dan tidak memperpanjang urusan. Atau, kau memikul akibatnya dan mungkin aku tak bisa menolong!"

   Yu Fu memotong, memberi tatapan tajam dan Kwee Han tertegun.

   Di sekitar pangeran tiba tiba muncul beberapa pengawal yang siap bergerak, sikap dan mata mereka penuh ancaman.

   Kwee Han mendadak tergetar dan takut.

   Baru kali itu dia merasa terkesiap dan berdebar.

   Wibawa dan sikap pangeran Yu Fu tak sanggup ditandingi pemuda ini.

   Kwee Han memang pemuda biasa, bahkan bekas nelayan.

   Dan ketika dia tertegun dan bengong memandang maka pangeran bertepuk dan memanggil beberapa dayang-dayang manis yang melenggang dengan gaya memikat.380

   "Sekarang obati kekecewaanmu dengan dayang-dayangku ini. Main-mainlah, bersenang- senanglah!"

   Yu Fu memberi tanda, empat dayang datang mendekat dan langsung membelai Kwee Han.

   Pemuda ini terkejut dan kaget, mau menghindar tapi sang pangeran sudah memberi isyarat agar dia tak menolak.

   Dayang-dayang itu katanya sebagai pengganti Siong-bi yang entah kini di mana.

   Dan ketika pangeran tertawa dan menyuruh pengawal keluar dan ia pun juga pergi dari situ maka seorang dayang yang mencium pipi Kwee Han berkata, merdu dan manis.

   "Kwee-kongcu, marilah. Sudah biasa kami menghadapi orang orang macam kongcu Mari ke kamar dan kendorkan seluruh urat-urat yang tegang."

   "Bennr,"

   Yang lain berkata, tertawa dan memainkan matanya.

   "Kami akan membuatmu lupa segala, kongcu. Mari dan ikutlah kami."

   Kwee Han dibawa.

   Tanpa berdaya dan menurut saja Kwee Han membiarkan lengannya di gandeng, empat dayang tiba tiba memeluknya dan membawanya ke sebuah kamar bsar.

   Mereka kini mulai cekikikan, Kwee Han tiba-tiba seperti kehilangan kesadaran dan mulailah ciuman serta belaian mendarat di tubuhnya Dan ketika mereka berada di dalam kamar dan pintu ditutup maka Kwee Han tak tahu lagi apa yang terjadi selain dia dibawa terbang ke surga yang tinggi, melayang-layang dan bayangan Siong-hi pun lenyap, Pemuda itu terbuai dan hanyut dalam pelukan empat381 dayang ini.

   Baru kali itu Kwee Hn dikerubut empat gadis sekaligus, tentu saja semua itu membuat pemuda ini lupa diri dan mabok.

   Dan karena perbuatan Siong - hi menyakitkan hatinya dan Kwee Han ingin membalas maka empat dayang itu pun diterimanya dan akhirnya bersenang-senanglah pemuda ini dengan pengalaman tiada tara, tiba-tiba menjadi lebih dewasa dan matang.

   Empat dayang itu berkata bahwa tak usah dia mengingat-ingat Siong-hi, cinta sejati tak ada di dunia ini dan tak perlu Kwee Han kecewa...

   Dan ketika belaian serta kecupan lembut membuat Kwee Han lupa diri maka Kwee Han mabok dan banyut dalam dunia barunya.

   Sehari itu bersenang-senang dan Kwee Han merasa jatuh cinta kepada A-hwa, dayang pertama yang menciumnya itu, yang mahir dan tak kalah dengan Siong-hi.

   Dan ketika semuanya selesai dan Kwee Han pulang maka sang pangeran tiba - tiba muncul dan memberinya janji yang seumur hidup belum pernah terbayangkan, yakni bahwa dia akan menjadi menteri muda urusan perdagangan.

   "Nah, kau sekarang dapat berpikir lebih jernih, Kwee Han. Pulang dan bawalah kenangan ini seumur hidupmu. Aku akan membujuk ayahanda kaisar agar mengangkatmu sebgai menteri muda. Kau tak menolak, bukan?"

   Kwee Han ternganga.

   "Paduka mau memberiku kedudukan tinggi itu?"382

   "Bukan aku, Kwee Han, melainkan ayahanda kaisar. Kau dapat menjadi pembantuku dan sama seperti Khek-ta jin."

   "Ah, terima kasih!"

   Dan Kwee Han yang langsung menjatuhkan diri berlutut dan berseri-seri akhirnya menerima janji itu dengan gembira.

   A-hwa, yang keluar bersamanya tersenyum manis.

   Pangran Yu Fu tertawa dan menepuk pundaknya.

   Dan ketika pangeran bertanya apalagi yang kira-kira dia maui mendadak pemuda ini mmandang A hwa, wanita yang baru saja melayaninya itu.

   "Pangeran. maaf.... , bolehkah hamba mengajak A-hwa ke rumah?"

   "Ha-ha, kau puas oleh pelayanannya?"

   "Benar,"

   Kwee Han agak tersipu.

   "Hamba merasa mendapat pengganti Siong hi dalam dirinya, pangeran. Kalau paduka memperkenankan biarlah A- hwa ikut hamba dan menjadi pendamping hamba."

   "Ha ha, kalau begitu tiga yang lain juga ku serahkan padamu, Kwee Han. Bawa dan ajaklah mereka!"

   Kwee Han terkejut.

   "Paduka menyerahkan empat wanita ini kepada hamba?"

   "Ya, kenapakah? Aku dapat mencari peng. gantinya, Kwee Han. Aku hendak memberi tahu padamu bahwa jangan bodoh kalau ditinggal Siong hi atau siapa pun juga kekasihmu. Dunia ini banyak wanita, tingga! kita mencari dan mendapatkan. Nah, bawalah A-hwa383 dan bersenang-senanglah di tempatmu!"

   Yu Fu memberi tanda, empat dayang yang melayani Kwee Han ternyata diberikan begitu saja, Kwee Han terbelalak tapi tentu saja girang bukan main.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tak tahu akal licik sedang berjalan di benak pangeran itu.

   Dan ketika hari itu A-hwa dan tiga temannya mengikuti Kwee Han maka pemuda ini seakan mendapat durian runtuh dan hidup bagai di surga.

   Empat dayang itu seolah bidadari bagi Kwee Han.

   Siong - hi seketika lenyap dari ingatannya, A-hwa pandai dan tak kalah dengan Siong - hi.

   Dan ketika beberapa hari kemudian Kwee Han mendapat kabar bahwa kaisr berkenan mengangkatnya sebagai menteri muda, atas bujukan Yu Fu, maka tak lama kemudian Kwee Han terangkat derajatnya dan benar benar menjadi menteri muda, jauh lebih terhormat lagi sewaktu dia masih pedagang.

   Satu kedudukan tinggi yang belum pernah diimpikannya.

   Dan karena ini mengharuskan dia bergaul dengan kerahat - kerabat istana dan satu demi satu pengalaman dan kesadaran hidup Kwee Han meningkat maka Khek - taijin, yang dulu dimusuhinya itu kini sudah dekat lagi, akur dan bersahabat.

   Kwee Han mengalami dunia baru yang lain daripada dulu.

   Pemuda ini telah menjadi pembesar, dipanggil "taijin"

   Dan segala hormat serta kemuliaan mengiringinya.

   Para hamba dan pembantunya bertambah, bahkan Kwee Han sekarang mempunyai384 pengawal.

   Bukan main.

   Dan ketika hari demi hari dilewatkan pemuda itu dan Siong hi benar benar dilupakan karena sudah diganti A hwa dan lain-lain maka suatu hari pemuda ini mendapatkan sebuah benda, cermin.

   Waktu itu Kwee Han duduk-duduk menikmati teh panas.

   Semalam dia dilayani A hwa dan teman- temannya.

   Pemuda ini mulai menjadi hamba birahi, Kwee Han mulai memelihara gundik juga.

   Kebiasaan dan contoh istana mulai diikuti.

   Siong-bi benar-benar terlupakan.

   Hidup seperti Kwee Han benar-benar hidup yang bergelimang kesenangan, harta dan wanita.

   Dan ketika pemuda itu sedang melepas lelah setelah semalam mengumbar nafsu mendadak terdengar bunyi nyaring dan kaca jendelanya pecah.

   "Pranggg!"

   Kwee Han terbelalak. Dia melihat sebuah cermin berbingkai emas jatuh di bawah kakinya, pemuda ini menjublak dan tertegun. Tapi ketika benda itu tak bergerak lagi dan Kwe Han bangkit segera pemuda ini mengambil dan mendesis.

   "Ahh, cermin apa ini? Dari mana?"

   Kwee Han mengamat-amati, heran dan kaget namun juga girang.

   Cermin itu indah dan bersinar sinar.

   Bingkainya yang terbuat dari emas cukup mahal, kalau dulu dia masih menjadi nelayan miskin tentu ini penarik perhatiannya yang utama.

   Tapi karena Kwee Han telah kaya dan emas begituan saja tak menarik hatinya maka dia membalik385 dan tertarik oleh huruf huruf di bagian belakang, tiga bait syair yang membuatnya heran, membaca tapi tak mengerti dan segera Kwee Han bergidik oleh sepasang gambar yang berlawanan di cermin ini Sebuah bergambar dewa - dwi bersama burung Hong sedang yang lain bergambar mirip iblis atau gendruwo! Kwee Han bergidik, tengkuknya meremang.

   Dan ketika dia membalik dan melihat guratan-guratan lain yang tidak dimengerti macam pelajaran ilmu silat tiba-tiba berkesir tiga bayangan dan suara di luar.

   "Heh, ke sinikah benda itu jatuh?"

   "Benar."

   "Di mana gerangan?"

   "Tak tahu, nenek siluman. Tapi ayo kita cari. Siapa mendapatkan dialah yang berhak!"

   Kwee Han terkesiap.

   Di luar kamarnya itu berkelebat tiga bayangan yang mirip iblis, tak tampak siapa mereka dan Kwee Han cepat - cepat menyembunyikan benda penemuannya itu.

   Angin berkesiur dan pintu kamarnya terbuka, sesosok bayangan tinggi besar muncul disusul bayangan lain yang tinggi kurus.

   Mereka berkelebat dan geraman menggetarkan terdengar di situ, hampir copot nyali Kwee Han mendengar geraman itu, pemuda ini sudah menyelinap dan meringkuk di bawah tempat tidur, dikolong, benda penemuannya sudah dilempar ke dinding rahasia dan lenyap sebelum dua bayangan ini muncul.

   Dan ketika Kwee Han bersembunyi dan386 terbelalak melibat seorang kakek tinggi besar menggeram-geram mendadak yang tinggi kurus mendengus dan mengobrak abrik isi kamarnya.

   "Benda itu kelihatannya di sini, keparat!"

   "Hm, di mana?"

   "Cari saja, Tok-ong. Jangan bertanya dan bawel seperti perempuan!"

   Kakek tinggi besar itu memaki.

   Dia menggeram dan mengobrak-abrik isi kamar Kwee Han pula, Kwee Han mau keluar tapi gentar.

   Sikap dan gerak-gerik dua orang itu terlalu menyeramkan bagi Kwee Han.

   Dan ketika Kwee Han menggigil dan pucat di bawah tempat tidur tiba-tiba Tempat tidurnya ditendang dan Kwee Han mencelat terlempar.

   "Hei, kau jangan bersembunyi seperti tikus. Apkah melibat cermin di sini?"

   Bentakan itu menggelegar, Kwee Han merasa terlempar dan menumbuk dinding. Pemuda ini berteriak. Tapi ketika dia terkejut dan kaget tempat tidurnya mencelat ditendang tahu-tabu kakek tinggi besar yang menyeramkan itu menyambar dirinya.

   "Ngek!"

   Kwee Han serasa digencet.

   "Kau melibat apa di kolong tempat tidur itu, bocah? Maoa Cermin Naga yang kami cari-cari?" ***387

   


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Siluman Rase Souw Tat Kie Karya Siao Shen Sien Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini