Ceritasilat Novel Online

Sepasang Cermin Naga 9


Sepasang Cermin Naga Karya Batara Bagian 9



Sepasang Cermin Naga Karya dari Batara

   

   Swat Lian tertegun. Lawan menggerakkan tangan ke belakang dan dia pun tergetar, lawan tertawa mengjek. Dan ketika bayangan itu meneruskan larinya dan dia mengejar lagi maka dua pukulan kembali meluncur dan gadis ini menambah kekuatannya.

   "Des - dess!"

   Swat Lian terbelalak.

   Lawan terpelanting tapi meneruskan larinya, dia sendiri terhuyung dan hampir terjungkal.

   Bukan main kagetnya gadis ini.

   Dan ketika Swat Lian melengking tinggi dan penasaran mencabut pedang, senjata yang akhir akhir ini jarang digunakan maka gadis itu sudah membentak dan mengejar lagi, mempercepat larinya dan lawan di depan pun juga begitu.

   Kedua-duanya kini mengadu kecepatan dan Swat Lian terkejut, dia tak berhasil memperpendek jarak tapi lawan pun tak berhasil menjauhkan diri.

   Berarti mereka tetap sama dan jarak tak berkurang atau bertambah, gadis ini gusar dan kaget serta marah.

   Dan ketika lawan tertawa aneh dan entah kenapa bayangan di depan itu tiba tiba berhenti mendadak bayangan ini membalik dan menghantam.

   "Jangan ikuti diriku...!"

   Swat Lian terkejut, serangkum pukulan kuat menyambar dirinya dan tentu619 saja dia menangkis.

   Tangan kiri bergerak dan dua dentuman pun terdengar, bumi tergetar dan gadis itu terlempar.

   Bukan main kagetnya gadis ini.

   Tapi ketika lawan juga terpental dan berjungkir balik di udara maka Swat Lian sudah membalik dan menerjang marah, melepas pukulan-pukulan dengan tangan kiri sementara pedang di tangan kanan pun bergerak.

   Cepat dan bertubi-tubi gadis ini menyerang lawannya, Hu Beng Kui mengelak dan berseru berulang-ulang.

   Jago pedang itu menyembunyikan diri dan suaranya tak gampang dikenal, agak sengau karena tertutup saputangan.

   Dan ketika gadis itu menerjangnya kian cepat dan pedang bergulung gulung naik turun akhirnya apa boleh buat jago pedang ini mengerahkan Jing, sian-eng nya.

   Hanya dengan Jing-sian-eng dia dapat mengikuti bayangan pedang, yang sudah lenyap dan berubah bentuknya.

   Dan ketika Swat Lian terkejut karena dia mengenal Jing- sian-eng maka pukulan-pukulan tangan kirinya juga terpaksa ditangkis dengan ilmu sakti Khi-bal-sin-kang oleh jago Ce-bu itu, yang tentu saja membuat Swat Lian kian terbelalak, akhirnya memandang sebelah tangan ayahnya yang kosong alias buntung.

   "Ayah...!"

   Ho Beng Kai tertawa bergelak.

   Sekarang dia sudah dikenal, merenggut kedoknya dan terbukalah wajah pendekar itu.

   Swat Lian sudah menghentikan serangannya dan mematung memandang ayahnya itu, pertempuran terhenti.

   Dan ketika gadis itu mendelong620 dan bengong memandang ayahnya maka Hu Beng Kui berkata mencengkeram pundak puterinya itu.

   "Ha-ha, sekarang puas hatiku, Lian-ji. Cukup ujian ini dan kupercaya dirimu!"

   "Jadi ayah....."

   "Benar, aku ingin tahu refleks tubuhmu, Swat Lian. Dan ternyata dalam tidur pun kau dapat mendengar langkah kakiku. Ha-ha, hebat. Sekarang Jing sian eng yang kau miliki pun sudah kau kuasai, tak perlu khawatir meskipun dikeroyok Hek-bong Siauwjin atau nenek Naga Bumi!"

   "Hm, ayah semula kurang percaya?"

   Gadis ini mengusap keringatnya.

   "Dan bagaimana sekarang?"

   "Dikeroyok dua atau tiga kau sanggup, Lian ji. Tapi kalau berbareng menghadapi enam sekaligus kau masih kuragukan. Betapapun kau perlu pertandingan berkali-kali hingga mendapat kematangan dan pengalaman!" *Dan aku boleh mencari Hauw Kam - suheng atau Gwan Beng-suheng?"

   "Betul, tapi...ha-ha, ini masih malam, Lian ji. Kau pulang dan tidur lagi!"

   "Mana bisa?"

   Sang anak merengut.

   "Kau membangunkan aku, yah. Kau mengganggu tidurku dan tak mungkin bisa tidur lagi!"

   "Maaf, terpaksa kulakukan, anak baik. Ayahmu semata ingin mengetahui gerak reflekmu sampai di mana kemajuannya. Sudahlah, kau dapat bersamadhi621 dan kita pulang. Besok boleh berangkat dan tak perlu memarahi ayahmu!"

   Hu Beng Kui membujuk, memang tak mungkin puterinya dapat tidur lagi setelah diganggu.

   Seorang ahli silat yang baik tak akan mudah tidur lagi kalau sudah terbangun, getaran syaraf masih bekerja dan dia menepuk pundak puterinya.

   Dan ketika Swat Lian tersenyum dan memandang ayahnya maka sang ayah tertawa dan menyambar lengannya, diajak kembali.

   "Hayo.....I"

   Swat Lian tak membantah.

   Diam-diam dia girang dan senang bahwa ayahnya telah menyatakan kemajuannya.

   Dia kini dapat menghadapi setengah dari Enam Iblis Dunia, bukan main.

   Hal yang hanya dilakukan dalam waktu enam bulan saja.

   Jadi, kepandaiannya jelas maju pesat dan dia tentu saja girang.

   Dan ketika malam itu ayah dan anak kembali ke rumah mereka dan Swat Lian beristirahat dengan cara bersamadhi maka Hu Beng Kui pun kembali ke kamarnya sendiri dan duduk bersila.

   Tapi menjelang pagi gadis itu sudah merat.

   Swat Lian tak sabar menunggu terangnya tanah, meninggalkan sepucuk surat untuk ayahnya dan pagi itu juga dia pergi.

   Sekarang ayahnya tak - usah khawatir lagi melepas dia, kemanapun dia pergi di situ dia dapat menjaga diri.

   Tentu saja ayahnya terbelalak dan memaki-maki.

   Swat Lian tak berpamit secara lisan.

   Tapi karena jago pedang itu sudah mempercayai puterinya622 dan Swat Lian berjanji tiga enam bulan lagi kembali ke Ce-bu maka akhirnya jago pedang ini ketawa lebar.

   "Sialan, setelah pandai kau terbang seperti burung. Baiklah, hati-hati, anakku. Cari dan rampas kembali suhengmu!"

   Ternyata Hu Beng Kui sudah tak mengkhawatiri anak perempuannya lagi.

   Ini berarti jago pedang itu telah memiliki kepercayaan kuat tentang kepandaian puterinya, berani membiarkan puterinya itu mencari nenek Naga Bumi, atau juga Hek-bong Si uwjin.

   Dan ketika jago pedang itu sibuk dengan urusannya sebagai bengcu dan Swat Lian sendiri sudah jauh meninggalkan Ce-bu maka gadis itu berlari cepat menuju ke utara.

   Ke mana gadis ini pergi? Mula mula belum mendapatkan arah yang jelas.

   Nenek Naga Bumi atau Hek-bng Siauwjin adalah tokoh tokoh luar biasa yang bersembunyi setelah dikalahkan ayahnya.

   Ini tentu pencarian sukar.

   Maka berpikir sambil berlari cepat mendadak Swat Lian menuju ke utara, ingin mencari teman dan entah mengapa tiba-tiba ia ingin menemui Kim-mou.eng.

   Hatinya berdebar dan tiba-tiba timbul keinginannya untuk menunjukkan kepandaiannya sekarang, pamer.

   Bukan untuk bersombong-sombong melainkan semata ingin menunjukkan kegembiraan hatinya bahwa dia sekarang tak usah takut menghadapi Hek bong Slauw-jin itu, juga membantu Pendekar Rambut Emas mencari anaknya, Dailiong keturunan pendekar itu bersama mndiang Salima.

   Dan ketika623 gadis ini bersinar-sinar dan bangga ingin menunjukkan kepandaiannya maka dua hari dia melakukan perjalanan tanpa henti keluar tembok besar.

   *** Kim-mou eng, sebagaimana kita ketahui adalah tinggal di suku bangsanya ini.

   Swat Lian ke situ dan dia tak tahu bahwa beberapa bulan ini pendekar itu tak pernah menengok bangsanya.

   Maka ketika dia tiba disana dan mendapat kenyataan Pendekar Rambut Emas tak ada maka gadis ini tertegun dan kecewa.

   "Kim-taihiap tak pernah pulang. Sudah lama kami dibiarkan merana."

   Gadis ini merasa kehilangan.

   "Apakah tak ada yang tahu ke mana dia pergi? Atau tak adakah sahabatnya yang datang berkunjung?"

   "Hm, ada. Tapi sahabat atau bukan kami tak tahu, nona. Yang jelas beberapa waktu yang lalu datang seorang gadis cantik!"

   "Siapa?"

   Swat Lian tiba-tiba cemburu panas.

   "Apa maksudnya mencari Kim-twako?"

   "Kami tak tahu, nona. Tapi katanya mau menitipkan anak, seorang anak laki laki!"

   "Menitipkan anak? Siapa dia?"624

   "Kalau tidak salah, hm....namanya Wan Hoa, nona. Tapi dia membuat onar dan seorang di antara kami tewas!"

   Swat Lian tertegun.

   Nama ini baru baginya, dia tak begitu mengenal Wan Hoa dan yang diajak bicara juga kebetulan orang yang kurang mengerti.

   Swat Lian terbelalak dan tak puas, juga heran.

   Tapi karena ketika dia bertanya lagi orang itu juga tak dapat memberi petunjuk atau menjawab akhirnya gadis ini mengangguk.

   "Baiklah, aku pergi. Kalau begitu biar ku cari Kim-mou-eng di lain tempat!"

   "Nanti dulul"

   Swat Lian berhenti.

   "Nona siapa? Swat Lian tiba-tiba tertawa.

   "Tak usah kau tahu, penjaga. Percuma bagimu mengenal aku. tahu tahu ... wut!"

   Swat Lian tiba - tiba menghilang, bergerak tiba tiba menghilang begitu cepat dan gadis ini telah mengerahkan Jing sian-engnya.

   Ilmu meringankan tubuh itu begitu luar biasa hingga tahu-tahu ia lenyap, si penjaga melongo dan tersentak.

   Tapi begitu sadar dan dapat membuka mulutnya tiba-tiba penjaga ini lari dan berteriak.

   "Setan ..kuntilanak....!"

   Swat Lian geli.

   Dia tak menghiraukan teriakan itu dan kembali ke selatan, dia kecewa namun kini ada semacam ganjalan di hatinya, pertanyaan tentang Wan625 Hoa itu.

   Kenapa wanita ini mencari Kim-mou-eng dan mengapa pula mengantar seorang anak laki-laki.

   Eh! Swat Lian tiba-tiba berhenti, jantung berdetak.

   Apakah Kim mou-eng main gila? Apakah Pendekar Rambut emas itu telah memiliki kekasih gelap dan kini dimintai tanggung jawabnya? Hm! Kalau begitu....

   Swat Lian mengepal tinju.

   Dia tidak usah mencari Kim-mou-eng! Biar saja Pendekar Rambut Emas itu dengan urusannya dan dia sendiri dengan urusan pribadinya pula.

   Kenapa pusing? Tapi ketika dia berlari lagi dan membuang dugaan yang, jelek ini mendadak seseorang dirasa mengikutinya.

   Gadis itu menoleh tapi tak ada apa-apa di belakang, melanjutkan larinya lagi namun bayangan yang dirasa mengikutinya itu mendadak mengganggu lagi.

   Indra keenamnya bekerja dan tak mungkin dia salah.

   Tapi ketika dia menoleh dan tetap tak ada apa-apa maka gadis ini tertegun dan kembali berhenti.

   "Apakah setan?"

   Dia balik bertanya, menggeleng kepala kuat-kuat dan tiba-tiba kemendongkolan mengganggu hatinya.

   Dengan ilmu yang di punyainya sekarang tak mungkin dia salah.

   Seseorang jelas mengikutinya tapi setiap ditengok tentu tak ada apa-apa di belakang.

   Tempat itu kosong dan Swat Lian akhirnya menjadi marah sendiri.

   Dan ketika dia mengumpat dan kembali berlari mendadak bayangan itu dirasa mengikuti nya lagi dan kini sebuah kesiur angin dingin jelas berada di dekat punggungnya.626

   "Jahanam......brak!"

   Swat Lian menggerakkan tangan ke belakang, tidak membalik melainkan menghantam langsung ke belakang.

   Kalau benar ada orang pasti orang itu kena, tak mungkin luput.

   Tapi ketika tak ada apa-apa dan dia tertegun mendadak terdengar tawa lembut di atas kepalanya, di atas pohon.

   "Keparat!"

   Swat Lian kini melihat bayangan itu, mencelat dan melayang naik melepas pukulan penuh kemarahan.

   Tiba-tiba seperti iblis saja dia melihat orang itu, nongkrong di pohon.

   Dan begitu dia membentak dan melepas pukulan maka bayangan itu pun melejit dan berteriak.

   "Hayaa.....!"

   Pohon berderak roboh, tumbang dan Swat Lian memaki-maki.

   Orang di atas pohon telah itu turut mengebutkan bajunya, mukanya coreng- moreng tak keruan dan memakai ikat kepala, gusar gadis ini.

   Dan karena terkejut dua kali pukulannya tak mengenai sasaran dan mungkin dia kurang cepat tiba- tiba Swat Lian mengerahkan Jing-sian-engnya dan berjungkir balik menyambar bayangan ini.

   "Mampus kau"

   Bayangan itu tak dapat berkelit, terpaksa menangkis dan Swat Lian gemas mengerahkan tenaga.

   Tidak tanggung - tanggung, langsung Khi-bal-sin- kang! Dan ketika gadis ku membentak dan mengerahkan tenaganya enam per sepuluh bagian maka lawan terkejut dan terpekik keras.

   "Bress!"627 Dua-duanya terpental. Swat Lian berjungkir balik memaki kalang-kabut, kaget dan gusar tapi juga tertegun. Lawan dapat menahan Khi-bal sin-kangnya, hal yang aneh! Dan ketika dia melayang turun dan lawan juga meloncat bangun maka dia membentak dan sudah menyerang bertubi-tubi, tak memberi kesempatan dan lawan mengelak sana-sini. Pukulan gadis itu kian lama kian cepat, juga kuat dan sanggup merobohkan sebatang pohon lagi. Tapi ketika lawan bergerak sama cepat dan selalu mengimbangi pukulannya maka Swat Lian terkejut dan kaget bukan main.

   "Siluman, keparat terkutuk!"

   Lawan tertawa lepas.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Swat Lian yang mendelik melihat muka coreng-moreng itu mendesis, bentuk tubuhnya seakan dikenal tapi muka orang sama sekali baru.

   Swat Lian melotot dan mempercepat serangannya lagi.

   Kini Jing-sian-eng dikerahkan setengah bagian, lalu tiga perempat bagian dan akhirnya sepenuh tenaga.

   Kini gadis itu berkelebatan seperti walet menyambar- nyambar, gerak tubuhnya tak dapat lagi diikuti dan lawan pun berseru nyaring.

   Aneh, tiba-tiba dia mengembangkan kedua lengannya ke kiri kanan dan dia pun tiba tiba beterbangan seperti burung Jing sian-eng, yang hebat dan luar biasa itu sekonyong konyong mendapat tandingan Swat Lian yang sudah diuji ayahnya hampir tak percaya, kecepatannya mampu diimbangi lawannya itu, bahkan lawan sudah bergerak dan mengikuti bayangannya pula, ke mana dia menyambar628 ke situ lawan mengikuti.

   Gadis ini terbelalak karena lawan seolah menunggang di atas bayangannya, Jing- sian-eng ditempel ketat dan Swat Lian terkejut serta membuka matanya lebar-lebar.

   Dan ketika semua pukulannya tak ada yang mengenai sasaran karena tubuh lawan kini seringan kapas dan kemanapun dia memukul ke situ pula tubuh lawan tertiup maka Swat Lian akhirnya memaki-maki dan gusar serta melotot.

   "Jahanam, kau iblis terkutuk. Hayo coba pedangku dan sekarang lihat dapatkah kau bersombong!"

   Swat Lian tiba-tiba mencabut pedang, dengan senjata yang membuat tangan lebih panjang ini tiba tiba dia menang angin.

   Lawan terkejut dan berbalik berteriak kaget.

   Dan karena gadis itu dibantu pedangnya sementara Jing-sian-eng juga membuat kecepatan gadis ini bertambah seolah harimau tumbuh sayap maka satu tikaman pedang akhirnya mengenai pundak laki laki itu.

   "Bret!"

   Baju pundak ini sobek.

   Swat Lian berseru girang melihat keberhasilan pertamanya, menusuk dan membacok lagi dan lawan mencelat.

   Pedang yang berdesing begitu cepat hampir saja membabat daun telinganya, bayangan itu berteriak keras dan berjungkir balik.

   Namun ketika Swat Lian mendesak dan pedang bergerak merupakan guntingan dari kiri ke kanan tiba- tiba pinggang bayangan itu terkena dan kembali suara memberebet terdengar disusul pekikan.629

   "Bret - ih.....!"

   Swat Lian mendapat hati.

   Setelah lawan kewalahan menghadapi pedangnya dan mundur mundur menerima tusukan atau bacokan gencar maka terlihatlah kegugupan lawannya ini.

   Swat Lian mengejek dan mengerahkan kecepatannya, gerak pedang kian bertambah dan pukulan Khi-bal-sin kang pun menyambar dari tangan kanannya, terpaksa membagi tenaga namun baik pedang di tangan kiri maupun pukulan di tangan kanan sama sama hebat.

   Lawan mundur mundur dan tak terasa mendekati sebuah mata-air, di sini lawan tertawa dan Swat Lian heran juga, sudah terdesak namun bisa tertawa.

   Dan ketika dia mencecar dan tubuh berkelebatan secepat walet terbang akhirnya tusukan pedang di tangan kiri tak dapat dihindarkan lagi dan pukulan tangan kapan pun menyambar leher laki laki itu.

   "Plak - dess!"

   Swat Lian terpekik.

   Sebuah cahaya kebiruan tiba-tiba menyambar dari lengan lawannya itu, menangkis pedang sekaligus menyambut pukulan Khi bal-sin-kang.

   Swat Lian mengerahkan delapan bagian dari seluruh tenaganya, berpikir bahwa dia akan menyudahi pertandingan.

   Lawan siap dirobohkan dan dia akan mengetahu siapa laki-laki itu.

   Tapi ketika pedang bertemu sinar kebiruan itu dan Khi bal sin kang tertahan tangkisan lawan mendadak pedangnya mencelat dan terlepas dari tangannya, disusul630 terpelantingnya gadis itu namun lawan juga terlempar ke mata air di belakangnya.

   "Byurr!"

   Lawan berseru tertahan.

   Swat Lian sudah berjungkir balik melayang turun, mukanya merah, siap membentak dan menyambar pedangnya, yang terlepas.

   Tapi ketika dia memandang ke depan dan lawan basah kuyup mendadak dia tertegun karena muka yang coreng- moreng itu sudah bersih oleh air dan pemuda tampan berambut keemasan berdiri di situ, tertawa menyeringai, sebatas dada.

   "Kim twako.....!."

   Swat Lian terkejut. Kiranya itu adalah Pendekar Rambut Emas, tutup kepalanya hilang dan muka yang coreng-moreng itu pun sudah bersih. Tadi Kim-mou-eng terlempar ke air dan "lukisan"

   Yang dibuat di wajahnya pun hilang, tak dapat dia menyembunyikan diri lagi dan pendekar itu tertawa. Dan ketika Kim-mou-eng melompat keluar dan girang bertemu gadis itu maka pendekar ini berseru menangkap lengan gadis itu.

   "Wah, hebat. Kau agaknya telah mewarisi Jing- sian-eng dan Khi-bal-sin-kang dari ayahmu, Lian-moi. Kalau aku tak memiliki Cui sian Ginkang (Ginkang Pengejar Dewa) dan L-ciang hat ( Telapak Tangan Biru ) barangkali aku sudah terjungkal!"

   Swat Lian tertegun.

   "Itu tadi Cui-sian Gin kang?"631

   "Ya, dan Lu-ciang-hoat, Lian-moi. Tanpa itu tak mungkin aku bertahan. Kau telah mewarisi Khi-bal-sin- kang dan Jing-sian-eng!"

   "Hm..!"

   Gadis ini masih tertegun juga.

   "Dan kau sekarang, eh..... hebat sekali kepandaian mu, twako. Bukankah dulu kau roboh dengan Jing sian-eng dan Khi- bal-sin-kang ini? Bagaimana kini dapat menahan semuanya itu? Dapat dari langitkah kepandaianmu itu?"

   "Ha-ha, bukan hanya kau. Aku pun heran dan kaget melihat kemajuanmu sekarang, Lian moi. Kau bukan Swat Lian beberapa bulan yang lalu!"

   "Dan kau pun bukan Kim mou-eng beberapa waktu yang lalu! Apakah semuanya ini sihir?"

   Pendekar Rambut Emas tertawa lebar. Tiba tiba dia melepaskan tangan gadis itu, mundur dan bersinar-sinar memandang temannya. Dan ketika Swat Lian tertegun dan mengerutkan kening maka Pendekar Rambut Emas berkata.

   "Aku baru ditatar. Guruku baru saja memberikan dua ilmu barunya kepadaku!"

   "Hm, untuk menandingi Jing-sian-eng dan Khi- bal-sin-kang?"

   "Tentunya bukan, kenapa marah?"

   Kim-mou eng tertawa kembali.

   "Aku menghilang karena di panggil guruku, Lian-moi. Dan kebetulan keluar lalu bertemu dirimu. Kulihat kau dari utara, Apakah dari suku bangsaku?"632

   "Betul,"

   Swat Lian tiba-tiba teringat, mata pun bercahaya.

   "Dan kau katanya tak pernah menjenguk suku bangsamu, twako. Kau dicari-cari seorang gadis bernama Wan Hoa!"

   Kim-mou.eng tertegun.

   "Wan Hoa?"

   "Ya, kau kenal, bukan? Dan dia membawa seorang anak laki-laki, katanya mau diberikan kepadamu!"

   Swat Lian memandang tajam, mata pun menyelidik dan dengan marah dia memandang temannya itu.

   Dugaan bahwa Pendekar Rambut Emas ada main dengan seorang wanita cantik dan kini mempunyai seorang anak laki-laki mendadak membuat puteri Hu Beng Kui ini terbakar, panas.

   Dia merasa geram dan tentu saja kemarahan dan panasnya hati itu dilihat Kim mou-eng.

   Pendekar Rambut Emas tampak tertegun dan terbelalak.

   Tapi begitu sadar dan cepat menenangkan hatinya tiba-tiba pendekar ini berseru.

   "Ah, tentu saja. Dan siapa bocah yang dibawa itu, Lian.moi? Masihkah dia disana sekarang? Wan Hoa memang sahabatku, dia teman baik Cao Cun, isteri raja Hu! Kau ketemu dengannya?"

   Swat Lian bingung.

   Jawaban dan sikap spontan yang ditunjukkan Pendekar Rambut Emas ini tak menunjukkan gejala - gejala mencurigakan.

   Temannya itu bicara apa adanya dan tak tampak terkejut atau berobah, bahkan menanya siapa anak laki-laki yang dibawa itu.

   Dan karena dia tak tahu dan tentu saja tak633 dapat menjawab maka aneh, perasaan lega menghuni hatinya dan dia tersenyum.

   "Tidak, aku tak bertemu dengan wanita bernama Wan Hoa itu, twako, dan tentu saja aku juga tak tahu siapa anak laki-laki itu. Kukira. dia anakmu!"

   "Dailiong?"

   "Bukan. Maksudku, hm......anakmu bersama wanita itu!"

   Pendekar Rambut Emas terbelalak.

   Tiba-tiba dia sadar dan mengerti setelah melihat muka Swat Lian, pandangan curiga dan sikap menyelidik yang dibawanya tadi, tak tahan dan tiba tiba tertawa bergelak.

   Dan ketika dia maklum apa yang sebenarnya dimaksud gadis itu tiba-tiba Kim mou-eng berseru, terbahak-bahak, Koleksi Kolektor Ebook "Gila! Kau kira aku berhubungan gelap dengan seseorang yang bukan isteriku, Lian-moi? Kau menganggap aku laki-laki hidung belang yang kini dituntut tanggung jawabnya oleh wanita itu? Ha-ha, lucu, Lian-moi.

   Kau salah sangka dan curiga.

   Aku tidak melakukan itu.

   Wan Hoa adalah sahabat Cao Cun, isteri mendiang raja Hu!"

   Kim-mou-eng lalu menceritakan itu, menghapus segala kecurigaan Swat Lian dan puteri Hu Beng Kui ini kian tersenyum lebar.

   Meskipun merah namun kelegaan tak dapat disembunyikan gadis itu.

   Dan ketika Kim mou-eng selesai bercerita dan dia pura-pura acuh maka Swat Lian menjawab,634

   "Aku tidak curiga, hanya bertanya-tanya saja di dalam hati apakah wanita itu ada hubungan apanya denganmu."

   "Memang betul, hubungan memang ada, Lian moi. Tapi murni hubungan sebagai sahabat, tidak lebih. Wan Hoa bukan kekasih atau isteri gelapku!"

   "Hi..hi.. aku tak perduli. Isteri gelapmu atau bukan aku tak mau ambil pusing. Bukankah itu urusanmu pribadi?"

   "Benar, tapi kau tampak marah, Lian-moi. Kau kelihatan tidak senang!"

   "Tentu saja aku tidak senang kalau kau betul- betul melakukan itu. Bukankah sebagai pendekar kau harus berjalan ditempat yang baik? Sudahlah, aku tak mau bicara ini, Kim-twako. Aku tidak curiga atau menuduhmu. Itu urusan mu!"

   Swat Lian menangkis, pura-pura acuh tapi tentu saja hatinya lega bukan main.

   Pria ini adalah pria, yang masih dicintanya, sukar gadis itu melupakan Kim-mou-eng, meskipun pendekar itu akhirnya telah membangun rumah tangga bersama sumoinya, mendiang Salima.

   Dan ketika Salima tewas dan kini pria ini menjadi duda maka tentu saja timbul harapan di hati gadis itu untuk meneruskan cintanya, diam-diam cemburu dan tadi memang panas kalau Wan Hoa betul kekasih Kim mou.

   eng.

   Maka ketika Kim-mou-eng menceritakan siapa sebenarnya wanita itu dan perkara menjadi jelas maka untuk menutupi malu gadis ini pura-635 pura tak mau membicarakan Wan Hoa lagi, Kim mou- eng tersenyum dan dia geli melibat sikap gadis ini.

   Dia bukannya tidak tahu akan perasaan di hati puteri Hu Beng Ki itu.

   Tapi karena istrinya baru meninggal dan anak laki-lakinya juga diculik belum ditemukan maka untuk urusan itu pendekar ini coba menekannya dulu.

   "Baiklah, terima kasih, Lian-moi. Kau sudah mengerti. Kini apa maksudmu mendatangi suku bangsaku? Kau tentu mencari aku, bukan? Atau atas perintah ayahmu?"

   "Tidak, aku datang atas kemauanku sendiri. Aku, hm.... sebenarnya ingin membantu mu mencari Dailiong. di samping mencari dua suhengku yang dibawa nenek Naga Bumi dan Hek - bong Siauwjin!"

   Kim-mou-eng tertegun.

   "Belum didapat ayahmu juga? Bukankah kabarnya ayahmu mengalahkan Enam Iblis Dunia dan menjadi bengcu?"

   "Nenek iblis itu dan Hek-bong Siauwjin licik, twako. Mereka melarikan diri dan entah ke mana. Ayah sudah mencari tetapi gagal, kini aku mencobanya dan mudah mudahan berhasil."

   "Oh, mengerti aku,"

   Kim mou-eng mengangguk - angguk, tersenyum.

   "Kiranya ayahmu telah menurunkan Jing-sian-eng dan Khi bal-sin kang itu agar kau mencari dua iblis itu, Lian - moi. Dan dengan kepandaianmu sekarang memang aku percaya. Kau pasti dapat menghadapi nenek itu atau Hek-bong Siauwjin!"636

   "Dan kukira aku tak perlu membantumu sekarang. Kepandaianmu sudah sedemikian hebat hingga Jing-sian eng dan Khi-bal-sin kangku tak berdaya!"

   "Ah, siapa bilang? Justeru aku berterima kasih melihat maksud baikmu, Lian-moi. Kalau kau mau membantuku mencari Dailiong maka aku pun akan membantumu mencari dua suhengmu. Kita dapat bersama-sama!"

   Kegembiraan besar disembunyikan gadis itu, Kau tak keberatan?"

   Tanyanya pura-pura sungkan.

   "Aku tak mengganggumu kalau bersama-sama?"

   "Hm,"

   Kim mou eng mencengkeram lengannya.

   "Aku justeru gembira kalau kau bersamaku, Lian-moi. Dengan begini tentu pekerjaan lebih cepat selesai. Aku tak keberatan, justeru senang!"

   Swat Lian melengos, merah mukanya.

   "Kau mau, bukan?"

   Kini pertanyaan itu disambut anggukan halus. Dan ketika Kim-mou-eng tersenyum dan melepas tangannya maka pendekar itu berkata, menyambung.

   "Kalau begitu kita dapat berangkat Lian-moi. Sekarang juga kita memulai pencarian kita!"

   "Nanti dulu,"

   Gadis itu tiba-tiba berseru.

   "Kau disini sebenarnya sedang berbuat apakah, twako? Dan kenapa kau menguntit di belakangku?"

   "Aku sebenarnya bermaksud ke suku bangsaku, melihatmu dan kaget serta hern. Kuikuti karena aku tak637 percaya kepandaianmu itu. Ginkangmu hebat sekali, kiranya Jing-sian-eng!"

   "Hu, dan sekarang kau tak ke suku bangsa mu itu?"

   "Nanti saja. Aku ingin ke tempat Wan Hoa, Lian- moi. Kalau jauh jauh dia datang mencari aku tentu ada sesuatu keperluan penting. Juga ingin kulihat apakah anak laki-laki yang dibawa itu siapa!"

   Swat Lian tertegun.

   "Kau keberatan?"

   "Tidak,"

   Gadis ini menggeleng.

   "Kalau jejak mungkin bisa didapatkan di sana mari kita kesana, twako. Toh aku juga tak memiliki pencarian yang pasti di mana pula dua shengku itu."

   "Baiklah, kalau begitu mari, Lian-moi. Kita ke tempat raja Hu dan tanya Wan Hoa!"

   Kim mou - eng berkelebat, lari mendahului dan Swat Lian mengangguk.

   Dan begitu gadis ini menggerakkan kaki dan melesat ke depan maka dua orang muda itu sudah sama-sama mengerahkan kepandaian dan berlari cepat seolah berlomba.

   Kim mou-eng mengerahkan ilmu lari cepatnya dan temannya itu dapat mengikuti, menambah lagi namun Swat Lian selalu di sampingnya, tak pernah gadis itu tertinggal jauh.

   Dan ketika dia kagum dan berseru memuji maka Swat Lin cemberut menjawab gemas,638

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Tak perlu memuji. Aku masih belum dapat mendahuluimu, twako. Sudah kukerahkan segenap kekuatanku namun tak pernah juga aku di depan."

   "Ha-ha, tapi Jing-sian-engmu sudah hebat, Lian-moi. Hanya dalam beberapa bulan saja kau sudah berobah. Betapa pun ini adalah kemajuan luar biasa bagimu!"

   Dua orang itu berendeng lagi.

   Memang benar, Swat Lian tak dapat mendahului.

   Kim mou eng agak mengerem kepandaiannya agar gadis itu tak tertinggal, sekaligus juga tak tersinggung.

   Dan ketika Swat Lian teringat betapa dia mau pamer kepada Pendekar Rambut Emas itu namun secara tak diduga lawannya justeru memiliki kemajuan pesat setelah mendapat dua ilmu baru Cui - sian Gin-kang dan pukulan Lu-ciang-hoat tiba tiba gadis ini malu hati dan agak jengah.

   Maksudnya mau berbangga tak tahunya Kim-mou eng juga mendapat kemajuan luar biasa.

   Bu-beng Sian-su telah menambah kepandaian Pendekar Rambut Emas ini hingga kalau mau pendekar itu dapat meninggalkannya, meskipun dia akan mati-matian mengejar.

   Dan ketika sambil berlari gadis ini juga melamun maka diam-diam ia merasa kagum dan kini membandingkan temannya itu dengan ayahnya.

   Ayahnya tentu terkejut kalau melihat kepandaian Pendekar Rambut Emas sekarang.

   Tak mungkin merendahkan lagi dan entah apa maksud kakek dewa itu memberi peningkatan ilmu kepada dua639 orang ini.

   Satu ayahnya sedang yang lain adalah pria yang diam-diam dicintanya, kagum Swat Lian.

   Dan ketika dia berdebar membayangkan bahwa ayahnya sekarang mungkin tak dapat mengalahkan pendekar ini karena terbukti Jing sian-engnya selalu "dikejar"

   Cui-sian Gin-kang yang dimiliki Kim-mou eng. Mendadak sebuah tepukan membuatnya terkejut.

   "Hei, kau melamunkan apa? Kutanya tiga kali, Lian-moi. Kau masih mendelong dan tidak menjawab!"

   "Eh, kau bertanya apa?"

   Gadis ini agak geragapan.

   "Apa yang kau tanyakan?"

   "Aku bertanya apakah kau pernah ke tempat raja Hu itu, sudah atau belum!"

   "Belum, kenapa kah?"

   "Kalau begitu kita harus memotong jalan, kau melenceng ke kanan!"

   "Oh!"

   Dan Swat Lian yang membelok dan mengikuti temannya akhirnya membuat Kim-mou eng geli dan mengajak bercakap cakap temannya, itu.

   Apa yang selama ini dilakukan dan bagaimana dengan ayahnya itu, juga Ce-bu yang tentunya semakin ramai dan Swat Lian mengangguk.

   Memang Ce-bu semakin ramai setelah pusat pimpinan dunia persilatan dipegang ayahnya, banyak pendekar dan ketua-ketua partai berkunjung ke tempat ayahnya.

   Dan ketika perjalanan dilakukan cepat sambil bercakap-cakap maka akhirnya tak mereka rasakan tahu-tahu tempat suku bangsa liar yang dipimpin mendiang raja Hu sudah kelihatan.640

   "Nah, itu kemahnya. Kita langsung ke tengah!"

   Dua orang itu berkelebat.

   Kim - mou-eng yang pernah ke tempat ini tentu saja hapal dimana tempat tinggal Cao Cun dan Wan Hoa, mencari Wan Hoa sama dengan mencari Cao Cun, begitu sebaliknya Dan ketika mereka melayang dan masuk memasuki kemah berwarna hijau tiba-tiba Cao Cua memergoki mereka berdua dan kebetulan memetik kembang.

   "Kim-twako.....!"

   Swat Lian tertegun.

   Seruan lirih namun mengandung rasa rindu yang hebat itu tiba-tiba membuat gadis ini berdesir.

   Untuk kedua kali dia merasa cemburu.

   Cao Cun, yang masih cantik dan jelita tiba-tiba menubruk Kim-mou - eng, begitu gembira namun tiba-tiba menangis tersedu-sedu.

   Dan ketika gadis itu tertegun dan Kim-mou eng juga terkejut maka dua anak perempuan berlari lari kecil menubruk Cao Cun.

   "Ibu ...... ibu........!"

   Cao Cun jadi kalah suara.

   Panggilannya terhadap Kim mou eng tersendat, wanita ini mengguguk namun cepat melepaskan diri.

   Hadirnya Swat Lian tiba tiba membuat ia sadar, keadaan mereka tak seperti dulu.

   Dan ketika dua anak perempuan itu disambarnya dan dipeluk kiri kanan maka Cao Cun sudah menahan tangisnya dan menggigit bibir kuat kuat.

   "Siapa nona ini?"641

   "Oh, dia Swat Lian, puteri Hu-taihiap!"

   Kim mou-eng cepat-cepat memperkenalkan temannya, memberi isyarat dan gadis itu maju mendekat.

   Cao Cun memberi hormat dan Swat Lian membalas, tampak keraguan masih membayang di wajah gadis ini, hal yang lagi-lagi membuat Pendekar Rambut Emas tersenyum kecut.

   Dan ketika Cao Cun mengangguk dan menenangkan dua anak perempuannya maka wanita cantik ini memanggil dayang, cepat menyerahkan anak anaknya itu dan mempersilahkan tamunya duduk.

   Lalu begitu mereka bertiga dan Kim-mou eng bertanya di mana Wan Hoa tiba tiba Cao Cun meledak tangisnya, dan tak dapat menahan diri lagi.

   "Wan Hoa telah meninggal. Ia kejam membiarkan aku sendiri...."

   "Apa?"

   "Benar, Wan Hoa tiada, twako. Aku sekarang sendiri bersama anak-anakku!"

   Hm! Swat Lian tiba-tiba mencibir.

   Ini janda ketemu duda, tiba-tiba la melirik Kim-mou eng namun temannya tak tahu.

   Pendekar Rambut Emas pucat mendengar berita itu.

   Wan Hoa telah meninggal! Dan ketika dia bertanya bagaimana gadis itu wafat maka Cao Cun tersendat-sendat menceritakan.

   "Dia sakit... jatuh sakit. Suaminya dibunuh orang dan Wan Hoa merana, tak tahan dan akhirnya meninggal dunia. Aku ... aku sendiri......"642

   "Hm...."

   Kim-mou-ong kian terbelalak, terkejut.

   "Wan Hoa sudah menikah? Dia sudah punya suami"

   "Dia menikah secara diam diam, twako. Di kelenteng kecil dan sunyi. Mereka berjanji sehidup - semati sebagai suami isteri dan benar saja Janji mereka itu ditepati."

   "Siapa suaminya ? Kenapa dibunuh orang?"

   "Aku tak tahu, tapi suaminya adalah Hek - eng thaihiap!"

   "Hek-eng Taibiap?"

   Pendekar ini mencelat.

   "Dia Suami Wan Hoa itu?"

   "Benar. kenapakah, twako? Bukankah ia sahabatmu?"

   Cao Cun tertegun, kaget juga melihat kekagetan pendekar itu dan Kim-mou eng sadar. Pendekar ini sudah turun lagi di kursinya, menggigil. Dan ketika ia memejamkan mata dan Cao Cun menangis tiba tiba pendekar ini sadar dan menarik nafas dalam-dalam.

   "Tuhan Yang Maha Agung, kiranya Wan Hoa bertemu dengan Hek ng Taihiap. Hm.......!"

   Dan Pendekar Rambut Emas yang sudah menguasai diri lagi lalu bertanya bagaimana kematian Hek-eng Taihiap itu.

   "Aku tak tahu. Wan Hoa juga tak tahu. Tahu- tahu Hek eng Taihiap telah dilempar mayatnya ke mari dan kami tertegun...."

   Kim mou-eng menjublak.

   "Dan bagaimana Ituchi? Mana anakku? Bukankah kau telah menerimanya?"

   Kim-mou-eng bingung.643

   "Wan Hoa membawanya ke tempatmu, twako. Dan katanya anak itu telah kau ambil murid. Kalau dia selamat jangan bawa ke sini, raja yang baru mengincer nyawanya. Hanya aku ingin melepas rindu dan melihat anakku itu!"

   Cao Cun tiba tiba menangis lagi, tersedu dan cepat pikiran Kim mou-eng bekerja.

   Sedikit kata-kata ini segera dapat dihubungkannya dengan cepat.

   Kini tanggaplah dia akan apa yang telah terjadi, separuh dari peristiwa itu telah dimengertinya dengan cepat.

   Wan Hoa kiranya membawa Ituchi, anak laki-laki Cao Cun ini.

   Dan karena dia tahu hubungan apa yang ada di antara Wan Hoa dan Cao Cun maka Kim-mou eng tiba-tiba tertegun dan saling pandang dengan temannya, Swat Lian mengangguk dan kini mengertilah juga gadis itu siapa kiranya anak laki laki yang dibawa Wan Hoa.

   Bukan "hubungan gelap"

   Pendekar ini dengan wanita itu melainkan benar anak Cao Cun, semakin percaya dan yakinlah dia akan sepak terjang Pendekar Rambut Emas, diam-diam malu dan jengah sendiri karena pikirannya telah menduga yang bukan-bukan.

   Kim-mou-eng bersih dan memang tetap bersih, pendekar itu betul-betul lelaki sejati dan dapat dipercaya, ketenangan semakin merasuk di hatinya dan Swat Lian mengerling.

   Dan ketika dia mendapat isyarat dan mengerti apa yang dimaui Pendekar Rambut Emas tiba-tiba gadis ini mengambil alih percakapan untuk mengetahui lebih lanjut.644

   "Enci Cao Cun, apa sebenarnya yang terjadi di sini? Ada apa dengan raja baru?"

   "Apakah Kim twako belum menceritakannya?"

   "Aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri, enci. Siapa tahu aku dapat membantumu dan menghadapi raja ini!"

   "Dia mengincar anakku laki-laki. Ituchi di khawatirkan merebut kedudukannya dan kelak menuntut haknya sebagai keturunan raja Hu. Dan karena putera ku laki-laki dan raja yang sekarang khawatir maka dia ingin melenyapkan puteraku itu dan Wan Hoa cepat-cepat membawanya ke Kim twako!"

   "Ah, kalau begitu benar,"

   Swat Lin prapura mengangguk, saling lirik dengan Kim mou-eng.

   "Kalau begitu raja perlu dibunuh, enci. Aku dapat membunuhnya agar hidupmu tenang!"

   "Tidak, jangan....!"

   Cao Cun menggeleng, pucat.

   "Aku di sini mengendalikan bangsa ini, nona. Jangan lakukan hal itu atau semuanya bakal berantakan!"

   Swat Lian terheran. Namun Kim-mou.eng, yang menyentuh lengannya dan maklum akan tugas Cao Cun menjawil.

   "Benar, jangan lakukan itu, Lian - moi. Biar saja Ituchi tetap bersamaku dan kelak anak itu menentukannya sendiri."

   Swat Lian tertegun. Dia mendapat kedipan, mengangguk dan mengerti. Dan ketika Cao Cun terisak dan bertanya bagaimana dengan anaknya itu maka Kim-645 mou-eng yang mulai mengerti dan bersikap seperti benar -benar tahu mengangguk.

   "Anakmu baik-baik saja. Muridku itu memang ku tinggalkan di luar."

   "Dapatkah aku menemuinya sebentar?"

   "Hm,"

   Kim-mou-eng bingung.

   "Kau tahu sendiri kedudukan anak itu, Cun moi. Kalau ada orang melihat tentu repot. Biarlah pendam dulu rindumu itu dan lain kali saja kau bertemu."

   Cao Cun kecewa. Tapi Swat Lian yang mengerti dan mulai mengenal lika - liku cerita itu menyambung, menghibur.

   "Apa yang dikata Kim twako benar, enci. Tahanlah dulu keinginanmu itu. Kami akan menjaga anakmu."

   Dengan kata-kata ini secara tidak langsung Swat Lian telah mengambil keputusan untuk mengetahui nasib anak itu, di mana dan bagaimana mereka mencari.

   Tentu saja akan membicarakannya dengan Kim mou eng, temannya.

   Dan ketika pembicaraan dirasa cukup dan Pendekar Rambut Emas minta diri mendadak Cao Cun bangkit pula menahan lengannya.

   "Twako, ka tentu menjaga baik baik anak ku, bukan? Ituchi satu satunya keturunanku lelaki, twako. Hidup tanpa seorang putera tentu sulit bagiku yang sudah menjanda."646

   "Tentu,"

   Kim-mou eng terharu.

   "Aku akan menjaga anakmu baik-baik, Cun-moi. Sekarang perkenankan kami pergi dan hati-hatilah di sini."

   Cao Cun terisak.

   Dia menindas keinginannya yang lebih besar untuk bercakap lebih lama dengan pendekar ini.

   Di situ ada Swat Lian, sungkan wanita ini.

   Dan ketika mereka berdua mohon diri dan Cao Cun melepas tangan pendekar itu tiba-tiba wanita ini berbisik, perlahan tapi tentu saja Swat Lian yang tajam pendengarannya mendengar.

   "Dia calon pengganti Salima?"

   Kim mou-eng semburat.

   "Hm, mungkin begitu, Cun-moi. Sudahlah, dia melihat kita!"

   Swat Lian melengos. Mukanya juga merah ketika Cao Cun meliriknya, jantung berdebar dan Cao Cun pun tersenyum Aneh, wanita ini tak cemburu hatinya. Dan ketika dia mengangguk dan ganti menyambar lengan Swat Lian maka wanita itu berbisik.

   "Adik Lian, perhatikan dia baik-baik. Kim twako sudah cukup menderita!"

   Dan begitu Swat Lian memerah dan semakin semburat saja tiba tiba Kim mou eng telah menyendal lengannya, dan berkelebat pergi.

   "Cao Cun, hati-hati.....!"

   Dua orang itu berkelebat lenyap.

   Pendekar Rambut Emas dan temannya telah pergi meninggalkan wanita itu, Cao Cun sendirian tapi segera dia menarik napas panjang.

   Dan ketika tamunya pergi dan tidak647 kelihatan lagi maka wanita ini pun masuk ke kamarnya dan memanggil dua anak perempuannya.

   *** "Apa yang dia katakan?"

   Kim mou eng pura, pura bertanya ketika mereka sudah jauh meninggalkan tempat itu. Pesan apa?"

   "Hm,"

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Swat Lian jengah.

   "Tak apa-apa, twako. Tentang anaknya itu."

   "Sungguh?"

   "Eh!"

   Gadis ini tiba tiba berhenti.

   "Kau kira aku bohong?"

   Tapi begitu dua mata beradu, Kim-mou-eng pun berhenti tiba - tiba Swat Lian membuang muka dan melihat pendekar itu tersenyum Tentu saja Kim mou eng tahu apa yang dibisikkan tadi tapi sengaja dia pura-pura tidak tahu, menggoda dan Swat Lian tiba tiba menubit lengannya, keras sekali dan pendekar ini mengaduh.

   Dan ketika Swat Lian sadar bahwa temannya pura-pura tak tahu maka dia malu dan akhirnya membanting kaki.

   "Twako, jangan main main. Sekarang kita menghadapi persoalan baru!"

   "Hm, benar,"

   Kim-mou eng sadar, tak mau menggoda lagi.

   "Mari sekarang kita duduk, Lian moi. Kita bicarakan dan cari kesimpulan apa sebenarnya yang telah terjadi."648 Dua orang itu duduk, berdekatan dan Kim mou- eng agak berdebar juga. Bukan sekali ini ia duduk dengan puteri Hu Beng Kui itu, dulu sering mereka berdampingan dan bahkan bersentuhan lengan, ketika Swat Lian mengajarinya silat dan dia pura pura bodoh (baca . Pedang Tiga Dimensi). Dan ketika Swat Lian juga rupanya merasakan hal yang sama tiba-tiba, aneh, keduanya mendadak merasa menjadi canggung.

   "Eh, kau mau bicara atau tidak?"

   Swat Lian tiba tiba menegur, mendahului dan Kim-mou-eng pun tiba- tiba tertawa.

   Suara si gadis yang membuyarkan kecanggungan tiba-tiba membuat perdekar ini telah berhasil memulihkan diri, mengangguk dan memusatkan perhatian pada persoalan Ituchi, bukan kepada bibir yang bergerak-gerak indah itu.

   Dan ketika dia batuk-batuk dan menekan perasaannya yang mengacau Pendekar Rambut Emas berkata.

   "Benar, aku harus mulai bicara, Lian moi. Dan persoalan tentu saja kita pusatkan pada anak laki-laki itu. Bagaimana kesimpulanmu setelah mendengar semuanya ini?"

   "Eh, kok malah bertanya? Aku justeru ingin mendengar kesimpulanmu, twako. Kau yang lebih banyak tahu tentang Wan Hoa atau Cao Cun!"

   "Tapi pendapatmu perlu kudengar juga, Lian- moi. Betapapun kau telah mendengar jalan ceritanya."

   "Aku merasa ada sesuatu yang tak beres. Ituchi pasti dibawa si pembunuh itu!"649

   "Cocok, aku pun juga berpikir begitu. Hanya apakah anak itu masih selamat dan siapa pembunuh Hek-ng Taihiap ini?"

   "Kita harus melacak, twako. Kalau perlu ke suku bangsamul"

   "Hal itu akan kulakukan. Sekarang, apa yang kira-kira terjadi hingga Wan Hoa bertemu Hek-eng Taihiap?"

   "Coba kau simpulkan dulu, barangkali cocok dengan pikiranku."

   "Aku menduga wanita ini bertemu Hek-eng Taihiap di tengah jalan....."

   "Bagus, lalu....?"

   "Hu, kenapa aku lagi? Coba kau, Lian-moi. Sambung dan rangkai cerita ini hingga menjadi suatu peristiwa yang utuh."

   "Gampang saja. Wan Hoa adalah wanita lemah, tak bisa silat. Tentu dalam perjalanannya muncul banyak gangguan dan Hek eng Taihiap menolongnya, berkenalan dan setelah itu menikah. Bukankah begini jalan pikiranmu, twako?"

   "Benar."

   "Dan bagaimana dengan anak itu sendiri? Bagaimana dengan Ituchi?"

   "Tentu anak itu mengikuti keduanya, Lian moi. Tak mungkin Wan Hoa meninggalkannya."650

   "Bukan itu. Maksudku, bagaimana Cao Cun menganggap anaknya kau bawa? Bukankah jelas Wan Hoa membohonginya?"

   "Hm,"

   Pendekar ini terkejut.

   "Itulah yang membuat aku merasa ganjil, Lian-moi. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan di sini. Aku pikir Wan Hoa sengaja berbohong!"

   "Eh....!"

   "Benar, aku mengenal baik Wan Hoa dan Cao Cua itu, Lian moi. Masing-masing rela berkorban demi yang lain. Aku mengenal betul watak Wan Hoa itu, tak biasanya berbohong kalau tidak terpaksa!"

   "Coba ceritakan ini, aku jadi ingin tahu...."

   Swat Lian tertarik, tak terasa mendekatkan duduknya dan Pendekar Rambut Emas menarik napas dalam-dalam.

   Dia harus membuang pikirannya yang tidak-tidak setelah gadis itu kian mendekat, mencium bau harum rambut yang hitam dan tubuh yang halus serta bersih.

   Begitu dekat dan merangsang.

   Namun ketika dia berhasil menindas perasaannya itu dan mata yang indah bening itu terbelalak kepadanya maka Pendekar Rambut Emas yang mengenal betul dua sahabat ini lalu merangkai rangkai ceritanya sendiri.

   "Kukira kematian Wan Hoa karena dua hal. Satu karena kematian Hek - eng Taihiap itu dan yang lain karena Ituchi......"

   "Hm, teruskan."651

   "Kupikir Wan Hoa sengaja berbohong. Dia tak berterus terang pada Cao Cun bahwa dia gagal mencari aku..."

   "Nanti dulu! Yakinkah kau akan hal itu, twako?"

   Swat Lian memotong.

   "Aku yakin,"

   Kim-mou-eng mengangguk.

   Kau dengar sendiri bahwa Wan Hoa membawa Ituchi ke tempatku, Lian - moi.

   Dan kau sendiri bilang bahwa gadis itu ada di sana bersama seorang anak lelaki.

   Dan karena dia tak berhasil menemui aku dan bertemu dengan Hek- eng Taihiap ini maka mungkin saja Wan Hoa lalu meneruskan pencariannya bersama Pendekar Garuda Hitam itu."

   "Dan ternyata gagal juga!"

   "Ya, karena selama itu aku digembleng guruku."

   "Lalu bagaimana?"

   "Tentunya mereka ke sana ke mari, Lian moi. Dan akhirnya mereka jatuh cinta!"

   "Hm, ini aku tahu. Kalau tak saling jatuh cinta tak mungkin menjadi suami isteri! Swat Lian merengut, merah mukanya dan Kim-mou ng tersenyum. Eatah kenapa tiba tiba ia ingin menggoda puteri Hu Beng Kui itu, melihat merahnya pipi dan cemberutnya mulut. Dalam saat-saat begini tiba tiba kekosongannya ditinggal mendiang isteri seolah didapatkan dari gadis itu. Namun menyadari bahwa bukan saatnya bergurau652 maka Pendekar Rambut Emas batuk-batuk dan pura pura mengangguk.

   "Maaf, memang benar, Lian-moi. Tapi setelah itu Ituchi tentunya ikut Hek-eng Taihiap ini. Setelah tak berhasil mencari aku dan menemukan Pendekar Garuda Hitam itu tentunya Wan Hoa merasa aman meninggalkan anak itu kepada suaminya. Bukankah Ituchi tak boleh kembali ke ibunya karena ancaman raja baru? Nah, kupikir Wan Hoa menyerahkan anak ini kepada Hek eng Taihiap, Lian-moi. Tapi karena raja baru selalu mengincar anak itu dan mencari jejak maka kukira raja inilah yang membunuh Hek-eng Taihiap lewat orang lain!"

   "Hm, aku juga berpikir begitu. Tentu raja itulah biang keladinya dan kita harus menyelidiki. Bagaimana pendapatmu sekarang, twako?"

   Ternyata kita sama, aku juga berpikir begitu!"

   Kim-mou-eng bersinar-sinar.

   "Kita ke sana, Lian-moi. Dan kita tangkap raja itu. Tapi hati-hati, kita tak boleh memperkenalkan diri!"

   "Memakai kedok?"

   "Begitulah."

   "Dan kita tak jadi ke tempat suku bangsa mu dulu?"

   "Hm, bagaimana, ya?"

   Pendekar ini bingung.

   "Ke sana juga penting, Lian-moi. Tapi di sini kita lebih dekat!"653

   "Kalau begitu kita kembali lagi, bekuk dan tangkap raja itu!"

   Kim-mou-eng mengangguk.

   Setelah berpikir sejenak dan menimbang serta menetapkan bati tiba- tiba pendekar ini berdiri, memang lebih dekat ke tempat raja itu daripada harus kembali dulu ke suku bangsanya.

   Barangkali di situ dia dapat mengorek keterangan lebih banyak.

   Maka begitu mengangguk dan bangkit dari duduknya pendekar ini sudah menyambar temannya dan berkelebat, tak menunggu waktu lagi dan Pendekar Rambut Emas tak tahu bahwa dugaannya yang terakhir keliru.

   Tentu saja dia tak menduga bahwa Cam-kong Ho Hong Siu campur tangan.

   Pembunuh Petir itulah yang menangkap Ituchi dan membunuh Hk-eng Taihiap, hal yang memang tak diketahui orang lain.

   Dan ketika dua orang itu berkelebat dan kembali ke perkemahan bangsa liar itu maka Kim-mou eng mendapat kekecewaan karena raja ternyata sedang pergi, sedang menghadap kaisar dan terpaksa pendekar ini menangkap tangan kanan raja, mencari-cari keterangan namun gagal.

   Meskipun orang itu sudah dikompres dan dipaksa mengaku tetap saja tak ada keterangan tentang Ituchi.

   Anak ini seolah lenyap dan hilang begitu saja, seolah ditelan bumi.

   Dan ketika usahanya di situ sia-sia dan Kim-mou-eng berkelebat ke suku bangsanya maka di sana kembali dia dibuat kecewa, meskipun sepotong keterangan semakin memperkuat keyakinannya bahwa Ituchi memang betul bersama Hek-eng Taihiap.654

   "Ada beberapa penggembala yang kebetulan melihat anak itu berdua dengan seorang laki-laki berpakaian hitam. Dan laki-laki itulah yang dulu membuat Daikim tewas!"

   "Ya, dan wanita itu membunuh Daikin, taihiap. Perbuatannya demikian kejam dan ganas, Kwa-ko melihatnya!"

   Kim-mou-eng memanggil Kwa-ko, teman Daikim dulu.

   Dan ketika dia bertanya dan mengorek keterangan maka Kwa-ko hanya menjawab pendek- pendek tentang kejadian dulu, hanya melihat Wan Hoa menusukkan golok dan Hek-eng, Taihiap muncul, pergi dan menghilang membawa wanita itu, juga anak lelakinya.

   Dan ketika Kim mou-eng bingung dan heran bagaimana Wan Hoa bisa membunuh Daikim maka seorang wanita muncul dengan muka dingin.

   "Kematian Daikin untuk apa dipersoalkan, taihiap? Biar saja dia mampus, Daikim mata keranjang dan aku pun pernah diganggunya!"

   "Oh, kau Rimbi? Apa yang kau ketahui tentang Daikim? "Dia pemuda hidung belang, suka mengganggu dan merusak wanita. Biar saja taihiap tak usah membela kematiannya karena itu sudah setimpall"

   Cukuplah ini bagi Pendekar Rambut Emas.

   Keheranannya bahwa Wan Hoa membunuh Daikim sekarang terjawab.

   Kiranya Daikin pemuda mata keranjang, tentu mengganggu Wan Hoa dan Hek-eng655 Taihiap menolong.

   Dan melihat wanita sampai membunuh Daikim tentu perbuatan itu Daikim melewati batas, Kim-mou eng bisa membayangkan itu dan segera dia mengajak temannya pergi.

   Anak buahnya melongo ketika pendekar itu melesat seperti siluman, tahu-tahu hilang dan lenyap.

   Tapi ketika mereka berteriak dan coba bertanya maka dari jauh pendekar ini menjawab, bahwa urusannya masih banyak dan biarlah di hari yang lain dia datang lagi.

   Bangsa Tar-tar kecewa juga kenapa Pendekar Rambut Emas itu pergi.

   Namun karena di situ telah ada wakil pendekar ini dan datang perginya Pendekar Rambut Emas memang tak ada yang dapat mengikuti maka orang-orang itu pun tertegun sementara Pendekar Rambut Emas sendiri telah terbang ke selatan.

   "Sekarang kita tak tahu kemana mencari jejak. Bagaimana pendapatmu, Lian-moi?"

   "Hm, semakin sulit dan membingungkan, twako. Tapi bagiku siapa saja boleh. Siapa yang lebih dulu ditemukan dia itulah yang kita tolong!"

   "Bagus, kalau begitu mari kita ke selatan, Kita temukan siapa yang lebih dulu bisa kita temukan!"

   Dua orang itu bergerak dengan tetap berandeng.

   Sekarang masing-masing menemui jalan buntu, sama-sama mengerahkan kepandaian mereka dan Swat Lian tancap gas sepenuhnya untuk dapat mengimbangi temannya itu.

   Jing-sian-eng di kerahkan tapi tetap gadis itu tak dapat mendahului, Kim-mou-eng656 hampir kelupaan karena tebangnya pikiran, untung sadar dan tidak mengeluarkan kepandaian sepenuhnya.

   Dan setelah sekarang ada tiga orang yang dicari atau empat karena Hauw Kam bersama suhengnya termasuk satu kelompok maka Pendekar Rambut Emas hampir tak bercakap cakap lagi sepanjang jalan, memeras, otak dan mencari ke mana kira-kira Ituchi atau yang lain berada, berhari-hari melakukan perjalanan dan akhirnya kaki mereka membawa ke Laut Timor.

   Tujuh hari ini perjalanan dilakukan cepat tanpa istirahat berarti, tentu saja mereka lelah.

   Dan ketika siang itu.

   Swat Lian mengajak berhenti dan duduk terengah-engah maka gadis ini minta istirahat sejenak sambil memandangi debur ombak di laut yang ganas.

   "Aku ingin mengendorkan kakiku. Aduh, capek sekali... ! "Maaf,"

   Kim-mou-eng sadar.

   "Aku lupa, Lian- moi. Mari cari tempat yang enak dan kita berteduh."

   Di situ ada pohon nyiur, kita ke sana.....

   Kim- mou eng berkelebat.

   Swat Lian setengah ditariknya menuju tempat itu, sebatang pohon nyiur di dekat sebuah batu karang besar.

   Tempat yang teduh dan sepi.

   Dan ketika gadis itu duduk membanting pantat dan bersandar batu karang maka Kim mou-eng bersila di bawah pohon nyiur itu, melihat puteri Hu Beng Kui ini mengusap keringatnya dan tiba tiba Kim-mou eng menjadi terharu.

   Tanpa terasa dia melempar pandangan lembut, Swat Lian melengos dan memerah pipinya.

   Dan657 ketika gadis itu tertegun dan tampaknya terpesona memandang ombak laut yang buas tiba tiba Pendekar Rambut Emas sudah memegang lengannya.

   "Lian-moi, kau benar-benar capai?"

   Gads ini terkejut, tak melepaskan tangannya.

   "Maaf, berhari - hari ini pikiranku tegang, Lian moi. Aku melupakanmu dan sampai tidak memperhatikan kelelahanmu. Aku terlalu diburu perasaanku sendiri."

   "Tak apa,"

   Gadis itu melepaskan tangannya dengan gmetar.

   "Aku tahu, twako. Dan aku menyadari."

   Swat Lian menunduk, tak sanggup menatap pandangan lembut Pendekar Rambut Emas dan tiba tiba ia terisak. Dan ketika Kim-mou-eng mengerutkan kening dan terkejut maka gadis ini tiba-tiba membalik.

   "Twako, aku ingin istirahat. Jangan ganggu dulu."

   Kim-mou erg menarik napas.

   Dia mundur dan kembali duduk di tempatnya tadi, tepekur dan tertarik mendengar debur ombak yang bertalu-talu.

   Debur ombak itu seakan debur hatinya sendiri, tadi dia hendak mencium tangan yang lembut itu namun si gadis telah melepaskan diri.

   Agaknya Swat Lian belum biasa oleh ciuman pertama, mendapat firasat tentang itu dan gadis ini gugup, kikuk.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dan karena mereka kelelahan dan penting bagi gadis itu melepaskan lelahnya maka Pendekar Rambut Emas menahan keharuannya dan membiarkan gadis itu memejamkan mata, bersandar di batu karang dan perasaan romantis tiba-tiba658 mengganggu pendekar ini.

   Antara ombak dan bulu mata yang hitam itu sama-sama menarik.

   Ombak berdebur mnghantan batu karang sementara bulu mata itu bergetar di antara dua pelupuk mata yang coba dipejamkan.

   Tampak sesuatu sedang mengaduk pula di hati puteri Hu-taihiap itu.

   Dan ketika sejam kemudian napas itu tidak terengah lagi dan Swat Lian tampak segar mendadak gadis ini menguap dan malah mengantuk.

   "Idih, angin merayu tubuhku, twako. Aku ingin tidur!"

   "Tidurlah, di sini sepi, Lian-roi. Aku akan menjagamu."

   Swat Lian menggeliat, menguap lagi dan tersenyum. Dan ketika dia tertawa dan Kim mou eng melempar mantelnya maka gadis ini menerima dan sudah membaringkan tubuh di situ.

   "Terima kasih....!"

   Kim-mou-eng tersenyum.

   Nada manja tak dapat disembunyikan gadis itu, memang berkali-kali ini Kim-mou-eng memberikan mantelnya setiap puteri Hu- taihiap itu akan tidur, mengalah dan dia sendiri tidur beralas rumput.

   Sebenarnya Swat Lian juga bisa tidur dengan cara yang sama tapi sebagai lelaki tentu saja Kim mou-eng tak tega.

   Dan ketika napas panjang kemudian terdengar dari hidung yang mancung itu dan Swat Lian tidur tanpa merasa malu maka Pendekar Rambut Emas mengamati dan segera pikirannya menerawang ke mana-mana.659 Pertama diingatnya mendiang sumoinya dulu.

   Salima dan puteri Hu Bng Kui ini sama - sama memiliki daya tarik tersendiri.

   Sumoinya angkuh namun menawan, hitam manis dan galak, Tak ada kesan lembut.

   Satu pembawaan yang membuat lelaki tak berani sembarangan karena sumoinya itu hidup dan dibesarkan di tengah-tengah lingkungan yang keras.

   Sedang puteri Hu Beng Kui ini, hm....

   meskipun tidak galak namun juga belum berarti ramah kepada setiap orang, Gadis itu cantik dan menarik, kulitnya halus dan bersih, rambutnya sama-sama panjang dengan mendiang sumoinya dan sama-sama gemuk.

   Soal rambut tak ada yang kalah, kecuali kulit.

   Puteri Hu Beng Kui ini memiliki kulit yang halus putih, tentu saja memikat.

   Tapi karena hitam belum berarti jelek maka sesungguhnya tak mudah orang untuk mengatakan mana yang lebih menarik antara mendiang sumoinya itu dengan puteri Hu Beng Kui ini, perbandingan yang sukar ditentukan karena masing-masing memiliki kelebihannya sendiri.

   Salima dengan keangkuhannya mirip seorang ratu sedang gadis ini dengan kelembutannya yang mirip seorang ibu.

   Ya, gadis ini memiliki type keibuan, Kim-mou eng tiba tiba tergetar ingat wajah seorang wanita lembut yang dulu menemaninya ketika ia masih kecil, wanita yang bukan lain ibunya sendiri dan tiba-tiba kerinduan akan seorang ibu muncul.

   Dan ketika perlahan tetapi semakin660 menghanyutkan pendekar ini tenggelam dalam bayangan ibunya sendiri tiba-tiba tanpa ia sadari ia telah menggeser duduknya mendekati gadis itu dan tanpa terasa pendekar ini mengusap dahi dan pipi itu.

   Bayangan wanita tiga puluhan tahun mendadak seakan menjelma dalam senyum Swat Lian yang tidur pulas, tak terganggu usapannya tadi dan tiba-tiba Kim-mou eng terbaru.

   Dan ketika ia tak sadar dan mengeluh memanggil ibunya tiba tiba pendekar ini telah menunduk dan....

   mencium dahi yang sedikit berkeringat itu, dengan anak rambut yang melingkar manis.

   "Cup!"

   "Ih!"

   Swat Lian meloncat kaget, gerak refleksnya langsung membuat gadis itu menggerakkan tangan, menampar pipi Kim-mou-eng dan terpelantinglah pendekar itu oleh gerakan ini, tamparan yang membuat pipinya berbunyi nyaring! Dan ketika Kim-mou-eng terkejut dan sadar dari lamunannya tiba- tiba gadis itu telah melompat bangun dengan pipi kemerah-merahan.

   "Twako, apa yang kau lakukan?"

   Pendekar Rambut Emas tertegun. Tiba-tiba dia berdiri tak dapat menjawab, gugup dan kaget oleh perbuatannya sendiri. Namun menyesal dan cepat menenangkan guncangan batinnya pendekar ini buru buru menyatakan maaf.661

   "Maaf, aku tadi teringat bayangan ibuku, Lian- moi. Melihat senyummu yang begitu lembut dan penuh keibuan. Aku tak sadar, mengamati mu dalam tidur dan.... dan mencium dahimu....! "Ahh!"

   Swat Lian menenangkan guncangan hatinya pula.

   "Kau mengejutkan aku, twako. Kau.... kau mengganggu orang tidur!"

   "Maaf, aku tak sengaja, Lian moi. Aku orang kurang ajar. Kau tamparlah sekali lagi kalau kurang!"

   "Ihh, siapa mau melakukan itu? Kalau aku tak percaya padamu tentu tak mau aku tidur di sini, twako. Sudahlah, aku mau tidur dan melanjutkan mimpiku tadi!"

   Swat Lian percaya kata-kata temannya, mencoba tidur lagi namun tentu saja gagal.

   Mana bisa tidur setelah Kim mou eng menciumnya tadi? Meskipun di dahi namun kelambatan dan kemesraan ciuman itu cukup menggetarkan hatinya.

   Swat Lian berdebar dan mukanya pun merah.

   Sebenarnya dia malu dan jengah dengan kejadian tadi, kalau bukan Kim mou eng tentu sudah dihajar dan diserangny habis-habisan.

   Dia bukan gadis murahan.

   Tapi karena Kim mou eng yang melakukan dan tak dapat disangkal sebenarnya dia senang dengan kejadian tadi mendadak gadis ini malah menyesal kenapa bukan bibirnya yang dicium, kenapa dahinya dan kenapa, eh......

   kenapa dia melantur? Cih, tak tahu malu.

   Swat Lian memaki diri seodiri dan muka pun tiba tiba seperti kepiting direbus.

   Angan-angan dan662 bayangan yang semakin melantur ini membuat gadis itu malu sendiri.

   Dan ketika ia mengeluh dan tanpa sadar menampar pipi sendiri tiba-tiba Kim ma eng terkejut mendengar bunyi suara nyaring,bunyi tamparan yang dilakukan gadis itu kepada pipinya sendiri.

   "Eh, ada apa, Lian-moi? Kau marah?"

   "Tidak,"

   Swat Lian terkejut.

   "Aku..... aku memukul nyamuk, twako. Jengkel!"

   "Nyamuk?"

   Kim- mou eng tertegun.

   "Siang bolong begini?" ***

   Jilid XIII Koleksi Kolektor EBook SWAT LIAN tak menjawab.

   Tiba-tiba dia sadar bahwa kebohongannya terbuka, tak mungkin ada nyamuk di siang bolong begitu dan di tempat terbuka pula.

   Angin laut menghembus tajam dan tak mungkin ada nyamuk.

   Dia ketahuan Kim-mou-eng berdehem kecil.

   Mungkin geli! Dan ketika gadis itu gugup sendiri dan gelisah tak keruan tiba-tiba ia melompat bangun dan berkelebat menghilang.

   "Twako, aku mau mandi. Gerah!"663 Kim-mou-eng tersenyum. Sekarang dia tahu bahwa temannya ini kikuk, menjadi tak keruan dan serba salah di tempat itu. Tentu pertanyaannya tadi menyadarkan gadis itu, bahwa dia menjawab asal jadi. Dan ketika Kim-mou-eng tertawa dan mau tak mau tersenyum lebar maka ia bangkit pula melipat mantel, maklum bahwa Swat Lian tak dapat tidur lagi dan menyesal lah dia akan perbuatannya tadi. Ah, dia terlalu lancang, membiarkan diri terhanyut dalam pikiran sendiri dan kini gadis itu benar-benar terganggu. Ditunggunya Swat Lian dan dinantinya gadis itu sampai selesai mandi. Tapi ketika setengah jam kemudian gadis itu belum muncul juga dan Kim-mou-eng khawatir tiba- tiba didengarnya bentakan dan suara beradunya senjata, terkejut dan cepat ia ke sana. Kim mou-eng berkelebat dan mendengar bentakan--bentakan Swat Lian, juga kekeh dan tawa nyaring seorang nenek. Dan ketika ia tiba di tempat itu dan tertegun memperhatikan ternyata gadis itu sudah bertanding melawan Ji-moi, nenek kedua dari Sepasang Dewi Naga! "Ah!"

   Kim-mou-eng mengeluarkan seruan tertahan.

   "Kau bertemu nenek siluman ini, Lian moi? Mana satunya?"

   "Awas!"

   Swat Lian melengking.

   "Di belakangmu nenek itu menyerang, twako. Lihat ke belakang dan lempar tubuhmu......!"

   Kim-mou-eng sudah membanting diri bergulingan.

   Pada saat itu dia mendengar kesiur angin664 dingin, dahsyat menyambarnya dan seorang nenek lain muncul.

   Itulah Toa-ci, sang kakak, orang tertua dari Sepasang Dewi Naga ini.

   Dan ketika nenek itu menggeram dan gagal menyambar Kim mou-eng maka pukulannya meledak di tanah sementara Kim-mou-eng sendiri sudah berjungkir balik meloncat bangun.

   "Bress!"

   Debu mengepul tebal.

   Toa-ci berkelebat dan sudah berdiri di situ, mulutnya mengeluarkan lengkingan lirih dan dua anak laki-laki berada di bahu kirinya, yang satu lebih besar dari yang lain, lebih tua, menghimpit atau menekan yang lebih kecil, yang menangis tak keruan.

   Dan ketika Kim-mou- eng tertegun dan terkejut maka anak laki-laki yang lebih besar itu, yang segera dikenalnya sebagai Togura anak mendiang suhengnya berseru dengan suaranya yang tajam melengking.

   "Subo, bunuh pamanku itu. Serang dia sekali lagi!"

   "Hm .....!"

   Toa-ci, sang nenek mengangguk.

   "Memang aku akan membunuhnya, Togura. Tapi seranganku tadi luput karena kalian. Duduklah di sana, jaga bocah ini..... wut!"

   Sang nenek melempar dua anak itu.

   Togura tertawa dan berjungkir balik mengagumkan, sekecil itu rupanya sudah di latih silat.

   Kepandaiannya cukup tinggi untuk anak seusia dia, menangkap dan menerima anak, yang lebih kecil itu.

   Dan ketika bocah itu sudah berjungkir balik dan berdiri menonton maka665 Toa ci memandang Kim-mou-eng dengan mata sedingin kutub.

   "Kau siap mampus?"

   Kim-mou-eng tersenyum, bersinar - sinar.

   "Dia anakku?"

   "Benar, itulah bocah yang kuambil dari isterimu, Kim-mou-eng. Dan sekarang siaplah mampus menyusul isterimu!"

   "Hm, kau kejam. Menculik dan membunuh adalah perbuatan tak terpuji, Dewi Naga. Dan kau melakukan itu tanpa alasan yang jelas. Sekarang aku menuntut tanggung jawabmu, kembalikan anakku dan bocah laki-laki itu!"

   "Togura?"

   "Ya." *Terimalah.....!"

   Dan si nenek yang tiba-tiba berkelebat dan menotok Pendekar Rambut Emas tiba- tiba membentak dan menyerang tanpa banyak cakap, lenyap tubuhnya dan dua jarinya sudah berada di dekat hidung Kim-mou-eng.

   Nenek ini hendak menotok jalan darah di antara kedua kening, jarinya bercuit dan sudah sekaku baja.

   Itulah jari sakti yang tembok pun akan berlubang bila ditusuk! Tapi Pendekar Rambut Emas yang mengelak dan mudah berkelit tiba-tiba mendoyongkan tubuh ke kiri dan tusukan atau totokan itu luput.

   "Cress!"

   Tanah terbakar.

   Toa-ci kiranya mempergunakan tenaga Api, melihat serangannya666 luput.

   nenek itu terkejut dan melengking.

   Melihat gerakan yang ditunjukkan Kim-mou-eng tadi tampak begitu sederhana dan lambat.

   Tapi bahwa tusukannya luput dan mengenai angin kosong tiba - tiba nenek ini sudah membentak dan memutar tubuhnya, kaki menendang dan rambut pun menjeletar nyaring.

   Bagian yang tampak lemas ini tiba - tiba juga berubah menjadi kaku, seperti kawat baja.

   Namun Kim-mou-eng yang lagi-lagi mengelak dan melihat anak di cengkeraman Togura tiba-tiba sudah membuat serangan si nenek mengenai angin kosong dan meledak di udara.

   "Tar-tar!"

   Toa-ci terpekik.

   Untuk kedua kalinya nenek ini terkejut, gerakan atau kelitan Pendekar Rambut Emas bukanlah biasa-biasa saja.

   Dia terbelalak melihat dua gerakan sederhana itu.

   Tapi membentak dan maju menerjang lagi tiba-tiba nenek ini sudah berkelebatan dan melepas pukulan bertubi-tubi, kaki dan tangan bergerak dan rambut pun menjeletar-jeletar nyaring.

   Terpaksa Kim mou-eng melayani dan mulailah pendekar itu berkelit dan mengelak, mula-mula membiarkan pukulan-pukulan lewat namun lawan mempercepat serangannya.

   Tak ada waktu bagi dia untuk berkelit atau mengelak lagi.

   Dan karena lawan tampak penasaran dan terus memburu maka satu ketika akhirnya Pendekar Rambut Emas menangkis dan menerima ledakan rambut.

   "Tarr!"667 Toa-ci terbeliak. Rambutnya terpental, pedas dan sakit. Dan ketika dia menyerang lagi dengan kaki tangannya maka Pendekar Rambut Emas menggerakkan lengan dan menangkis serangan-serangannya itu.

   "Des-plakk!?"

   Nenek ini tergetar.

   Toa-ci kaget bukan main karena dia dibuat terhuyung! Kim - mou-eng, yang dulu dihajar dan didesaknya itu ternyata kini tiba-tiba dapat menangkis dan menolak pukulannya, nenek Dewi Naga itu terhuyung dan terbelalak.

   Dan ketika dia melengking dan kaget serta marah tiba-tiba nenek itu mengeluarkan ginkangnya dan lenyap berkelebatan cepat, mengelilingi lawan dan kaki serta tangan melancarkan pukulan pukulan maut.

   Angin bercuitan dan jari nenek itu kembali bekerja, menusuk dan menotok.

   Belum lagi rambutnya yang meledak-ledak seperti kawat baja.

   Tapi ketika Kim-mou-eng mengeluarkan seruan panjang dan tubuh pendekar itu pun berkelebat mengimbangi gerakannya tiba-tiba Kim-mou eng telah ikut berputaran dan ke mana pun nenek itu menyerang selalu dia tertangkis.

   "Plak-plak!"

   Toa-ci hampir tak percaya.

   Dia melihat Pendekar Rambut Emas ini mengeluarkan kepandaiannya yang luar biasa, ilmu meringankan tubuh yang mampu mengimbangi ilmu meringankan tubuhnya sendiri, bukan main.

   Dan ketika nenek itu melengking dan membentak mempercepat serangannya tiba-tiba668 Kim-mou-eng juga mengeluarkan bentakan dan kedua lengannya mendorong ke sana ke mari, menolak dan mengibas dan tiba-tiba cahaya menyilaukan keluar dari lengan Pendekar Rambut Emas itu, mula-mula samar tapi kian lama kian terang.

   Dan ketika sinar itu demikian terangnya hingga nenek ini terpekik kaget maka sebuah dorongan tak mampu dilihatnya menghantam pundaknya.

   "Dess!"

   Nenek Toa - ci terpelanting. Untuk pertama kali Kim-mou-eng membuat kejutan, memukul dan membuat nenek itu terbanting. Dan ketika To ci terpekik dan bergulingan meloncat bangun maka nenek ini pucat bertanya ngeri.

   "Ilmu pukulan apa itu? Dari mana kau mendapatkannya?"

   "Ha-ha, aku mendapatkannya dari guruku, Toa- ci. Kenapakah? Kau takut?"

   "Keparat. siapa takut? Gurumu pun tak ku takuti. Kim-mou-eng. Jangan besar mulut dan sombong....wut!"

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sang nenek menyerang lagi, membentak dan sudah melepas pukulan bertubi-tubi.

   Nenek ini kaget dan marah oleh pukulan Kim mou-eng tadi, coba membalas dan menekan lawannya.

   Tapi ketika Kim-mou-eng menerima dan kembali mengeluarkan ilmu pukulannya yang menyilaukan itu maka nenek ini berteriak dan terbanting lagi.

   "Dess!"669 Toa-ci mengumpat dan mencaci-maki. Nenek ini kaget dan terbelalak, tak tahu bahwa itulah ilmu baru yang didapat kim-mou-eng dari gurunya, Lu-ciang-hoat. Dan ketika dia melompat bangun dan menerjang lagi maka Kim-mou-eng menangkis dan kembali membuatnya terpental, begitu enam tujuh kali hingga nenek ini akhirnya terpekik. Toa-ci akhirnya gentar, melotot dan ngeri. Dan ketika dia menjadi ragu dan bingung menghadapi lawan yang tiba-tiba begitu luar biasa maka di sana adiknya juga mengumpat dan mengutuk, dilirik dan ternyata nenek Ji-moi terdesak.Nenek Toa ci hampir tak percaya pada apa yang dilihat. Swat Lian, bocah perempuan yang dulu dilempar dan dipermainkan mereka mendadak kini juga menjadi begitu luar biasa, mampu menghindari serangan serangan adiknya dan gadis itu mengeluarkan ginkangnya yang dimiliki sang ayah, Jing-sian-eng. Dan ketika nenek Toa-ci terkejut melihat gadis itu melakukan tamparan - tamparan Khi-bal-sin kang akhirnya nenek ini tertegun melihat adiknya terlempar dan terbanting mengaduh-aduh.

   "Keparat, Hu Beng Kui mengajari gadis ini Khi- bal-sin-kang. Dan dia pun mewarisi Jing sian-eng!"

   Nenek Toa - ci terbelalak.

   Memang benar, dia segera mengenal ilmu meringankan tubuh yang dikeluarkan gadis itu, Jing-sian-eng, ilmu meringankan tubuh yang dipunyai Hu Beng Kui dan kini agaknya diwariskan pada puterinya itu.

   Secepat apa pun nenek Ji670 - moi berkelebatan menyerang lawannya maka secepat itu pula gadis itu mengelak atau menangkis.

   Dan ketika si gadis membalas dan pukulan yang mengandung tenaga Khi-bal-sin-kang dikeluarkan dan meledak menghajar adiknya akhirnya nenek Ji - moi mengaduh dan mencaci tak habis-habisnya.

   "Ha-ha, bagaimana, Toa--ci? Kau masih - ingin membunuhku?"

   Toa-ci melotot.

   Kim-mou-eng, yang mendesak dan merangseknya tiba-tiba melancarkan sebuah pukulan lurus.

   Nenek ini membentak dan coba menangkis sekali lagi.

   Dia masih belum mengenal Lu- ciang-hoat, ilmu yang memang masih baru.

   Tapi begitu benturan di antara mereka terjadi dan nenek itu terbanting maka Toa-ci mengeluh dan muntah darah, untuk pertama kalinya terluka! "Augh......!"

   Nenek itu terhuyung.

   "Ilmu pukulan apa yang kaupunyai itu, Kim-mou-eng? IImu apalagi yang kau dapat dari gurumu si jahanam Bu-beng Sian-su itu?"

   "Hm, ini Lu-ciang-hoat, Toa-ci. Dan ilmu meringankan tubuhku tadi adalah Cui-sian Ginkang."

   "Keparat, dan kau sekarang begini lihai. Aih, aku jadi malas bertanding denganmu, Kim-mou-eng. Biar lain kali saja kita bertemu dan main main lagi!"

   Nenek itu bersuit, melengking tinggi dan memberi tanda dan tiba-tiba dia menyambitkan garpu - garpu kecil.

   senjata rahasianya yang menyambar dengan kecepatan671 luar biasa.

   ke tenggorokan Kim-mou-eng sedang yang empat sisanya menuju perut dan kemaluan.

   Kurang ajar! Nenek tua ini kiranya masih suka main-main mengancam barang rahasia.

   Tapi Kim-mou-eng yang menyamplok dan meruntuhkan semua garpu-garpu kecil itu tidak mengejar melainkan waspada melihat nenek Toa-ci berjungkir balik kearah Dailiong, anaknya, menyambar bocah itu sekalian Togura, sang murid.

   Tentu saja hal ini tak dibiarkan dan cepat bagai rajawali menyambar tiba-tiba Pendekar Rambut Emas melancarkan tepukan miring, membentak nenek itu agar melepaskan Dailiong.

   Dan karena pukulan Kim- mou-eng berkali kali membuatnya terbanting dan nenek Toa-ci jerih maka nenek ini tak jadi menyambar Dailiong melainkan tiba tiba mengebut muka anak itu dan berkelebat membawa Togura.

   "Plak!"

   Kim-mou-eng tak membiarkan kebutan itu, menampar dari jauh dan nenek ini tunggang- langgang, menjerit dan cepat melarikan diri.

   Dan ketika Kim-mou-eng mendapat anaknya kembali dan Dailiong menangis tak keruan maka di sana nenek Ji - moi juga memutar tubuhnya lari terbirit-birit.

   "Jahanam, kalian dua anak muda keparat, Terkutuk!"

   Nenek itu pun melepas senjata-senjata rahasianya, tiga sendok yang aneh namun Swat Lian dengan mudah menangkis.

   Gadis itu membentak, mau mengejar, tapi ketika Kim-mou-eng gugup672 memanggilnya karena tak dapat mendiamkan Dailiong maka gadis ini berjungkir balik dan melayang turun di dekat Pendekar Rambut Emas itu.

   "Ada apa? Kenapa?"

   "Entahlah, Dailiong menangis tak keruan, Lian- moi. Aku bingung. Tolong kau diamkan dia dan coba dinina-bobokan!"

   Swat Lian kasihan.

   Tanpa cemburu atau apa dia menerima anak kecil ini, menimangnya, membujuk dan segera tangannya memijit - mijit punggung anak itu.

   Sebagai perempuan atau wanita yang daya keibuannya menonjol segera dia tahu ada yang mengganggu anak itu, mencium anak ini dan tangannya segera mendapatkan seekor semut api menggigit di punggung Dailiong, menungging dan menggigit kulit si anak sampai sedemikian tajam.

   Tentu saja Dailiong kesakitan.

   Dan ketika semut itu dipijatnya mampus dan punggung Dailiong diusap-usap tiba-tiba anak ini pun diam dan menyusupkan kepalanya di dada Swat Lian.

   "Wah, dia minta emik!"

   Swat Lian merah mukanya.

   "Di mana kita mendapatkan susu?"

   Kim mou- eng kebingungan.

   mengira anaknya minta emik tapi gadis itu menggeleng.

   Firasat keibuan gadis ini menangkap lain, Dailiong ingin tidur dan rupanya bocah itu letih.

   Dan ketika dia menepuk nepuk pantat anak itu dan dengan lembut meniup dan mengusap kepalanya673 tiba-tiba tidur dan tersenyum di gendongan gadis ini.

   Dailiong tertidur.

   "Waduh, kau benar-benar seperti ibu!"

   Kim mou-eng kagum.

   "Bagaimana kau tahu anak ini ingin tidur dan tidak menangis lagi, Lian - moi? Dan, ah ....... Dailiong rupanya cocok denganmu!"

   "Hm,"

   Swat Lian tersipu merah.

   "Kodrat wanita rasa keibuannya jelas berbeda dengan pria, twako. Anakmu bukan haus atau apa melainkan letih."

   "Dan tadi dia menangis, tak habis - habisnya!"

   "Tentu saja, bagaimana tidak? Punggungnya digigit semut api, twako. Kau sebagai ayahnya tak tahu sama sekali!"

   "Apa?"

   "Benar,"

   Swat Lian tertawa.

   "Dailiong digigit semut, twako. Dan kau seperti kambing kebakaran jenggot. Lihat, ini semutnya!"

   Dan Swat Lian yang memperlihatkan dan membuang semut api itu lalu menciumi dan mengusap pipi anak laki-laki ini.

   Entah kenapa tiba-tiba di balik keinginan nya yang paling dalam mendadak dia ingin menjadi ibu, mengasuh anak dari benih laki-laki yang dicintainya dan tiba-tiba dia mengerling ke kiri, tanpa sengaja bentrok dengan mata Kim-mou-eng dan tiba-tiba gadis itu merah mukanya.

   Kim-mou-eng sedang bengong dan kagum memandangnya.

   Gadis itu cocok sekali mengasuh anak! Namun ketika Kim-mou-eng tersentak dan kaget oleh674 kerlingan si gadis tiba-tiba pendekar ini sadar dan meminta anaknya.

   "Maaf, berikan padaku, Lian-moi. Biar Dailiong ku gendong!"

   Swat Lian tersipu, memberikan anak itu namun Dailiong tiba-tiba bangun. Dan, begitu melihat wajah yang lain tiba-tiba anak ini menangis dan menjerit lagi.

   "Ah,"

   Swat Lian tertawa.

   "Kau tak bakat menjadi bapak, twako. Kau canggung dan kaku sekali! Kesinikan, biar kuhentikan tangisnya...!"

   Dan Dailiong yang tiba-tiba diam dan tak menangis lagi di gendongan Swat Lian akhirnya membuat Kim-mou-eng jengah dan merah mukanya.

   Memang tadi dia amat canggung dan kaku menerima Dailiong.

   Begitulah lelaki, kurang luwes momong anak.

   Dan ketika Swat Lian tersenyum dan Kim mou-eng menyeringai maka anak ini sudah tidur lagi di gendongan Swat Lian, begitu cepat.

   "Hm,"

   Kim-mou-eng menarik napas, lega.

   "Untung ada kau, Lian-moi. Kalau tidak, repot aku!"

   "Sudahlah,"

   Gadis itu tertawa.

   "Sekarang anakmu sudah kau dapatkan, twako. Kita harus bersyukur bahwa Dailiong selamat."

   "Ya, dan aku gembira, Lian-moi. Hanya...."

   "Kenapa?"

   "Dailiong kurus!"

   Sepasang Cermin Naga-Batara675

   "Ya, nenek iblis itu tak merawatnya, twako. Tapi kita akan merawatnya kini. Kau dapat memberinya makan atau minum."

   "Hm, menyuapinya?"

   "Bukankah kau bisa?"

   "Akan kucoba......."

   "Hi-hik!"

   Dan Swat Lian yang tertawa berkelebat pergi tiba-tiba lenyap dan meninggalkan temannya, mau dikejar tapi gadis itu memberi isyarat.

   Swat Lian menyuruh temannya menunggu.

   Dan ketika tak lama kemudian gadis itu telah kembali dan membawa pisang atau susu maka Kim mou-eng tertegun.

   "Dari mana kau dapatkan semuanya ini?"

   "Dari penduduk."

   "Kau membelinya?"

   "Tidak, mereka tak ada yang jual, twako. Tapi aku meninggalkan sekeping emas untuk mereka.

   "Hm, dan susu itu?"

   Keperas langsung dari kambing si penduduk itu. Kebetulan dia beranak dan susunya penuh. Lihat, anakmu sebentar lagi menangis karena lapar!"

   Dan ketika Dailiong bangun dan benar saja menangis maka Swat Lian sudah memberikan pisang dan susu itu, sesuap demi sesuap dan Kim-mou-eng lagi-lagi tertegun.

   Untuk kedua kalinya dia melihat betapa luwesnya wanita merawat anak, Swat Lian seakan sudah mengerti apa yang harus dilakukannya.

   Gadis itu676 rupanya tahu dari perasaannya yang tajam bahwa si bocah minta ini atau itu, berbeda sekali dengan lelaki.

   Dan ketika Kim mou-eng bengong dan kagum memandang temannya maka Dailiong tertawa dan tersenyum gembira.

   "Nah, ini tanda kenyang, twako. Dailiong sudah tak lapar lagi dan boleh kau terima.....!"

   Swat Lian melempar anak itu, tak menangis dan segera Kim-mou-eng memasang muka manis.

   Si bocah yang rupanya takut-takut dan hendak mewek lagi cepat- cepat disambutnya dengan senyum lebar, nyata pendekar ini berusaha untuk bisa momong anaknya.

   Dan ketika anak itu tersenyum dan ketawa menirukan bapaknya maka Kim-mou-eng tertawa bergelak tak dapat menahan geli.

   "Eh, kenapa keras-keras? Jangan membuat anakmu takut, twako. Perlahan sedikit dan jangan bikin kaget!"

   "Ha-ha, sekali tempo dia harus dibikin kaget. Lian-moi. Betapapun dia harus mengenal bapaknya!"

   Dan Swat Lian yang terkekeh dan melihat Dailiong tertawa akhirnya gembira dan lega karena anak itu tak takut lagi kepadanya, mungkin tadi heran melihat rambut Kim-mou-eng ayahnya, yang panjang riap- riapan, kuning keemasan dan.

   anak itu barangkali merasa didekati mahluk aneh.

   Barangkali begitu.

   Dan ketika semuanya lega dan tenang kembali maka Kim-677 mou eng berterima kasih karena gara-gara gadis itulah Dailiong dirampasnya dari tangan si nenek iblis.

   "Ah, apa-apaan ini?"

   Swat Lian malah tersipu.. kau dan aku sudah berjanji untuk mendapatkan yang lebih dulu bisa didapatkan, twako. Dan kebetulan anakmu yang bisa didapatkan lebih dulu.

   "Benar, tapi tanpa kau aku bisa kerepotan, Lian-moi. Dua nenek iblis itu lihai dan mereka bisa membuat pusing."

   "Tapi kepandaianmu tinggi!"

   Gadis itu tetap mengelak.

   "Kau dapat mengalahkan mereka, twako. Tanpa aku pun kau dapat mengatasinya!"

   "Hm, bagaimana kalau yang satu lari ke timur sedang yang lain ke barat? Dan Togura bisa mencekik Dailiong, Lian-moi, kalau dua nenek 1tu menyuruh. Sudahlah, aku berterima kasih dan jangan ditolak!"

   Kim-mou-eng memegang lengan gadis itu, memandang lembut dan mesra dan Swat Lian tiba-tiba melengos.

   Jantung berdegup kencang tapi untunglah Dailiong tiba-tiba meronta, anak itu minta turun mau pipis.

   Kencing tiba-tiba ngocor dan baju Kim-mou-eng basah, sebelum anak itu turun.

   dan ketika Kim-mou-eng terkejut dan lagi-lagi kelabakan maka Swat Lian tak dapat menahan geli dan menyambar anak itu.

   "Kesinikan!"

   Katanya.

   "Kau membawa popok?"

   "Popok?"

   "Ya."678

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Wah, dari mana, Lian-moi? Aku baru sekarang teringat akan baju atau celana anakku!"

   "Kalau begitu untunglah, lihat ini!"

   Dan Swat Lian yang tertawa menyambar bungkusan kecil lalu memperlihatkan beberapa stel pakaian bocah, membuat Kim-mou-eng bengong dan lagi-lagi Pendekar Rambut Emas itu tertegun.

   Untuk ke sekian kali dia melihat ketrampilan seorang wanita.

   Dan ketika dia bertanya dari mana gadis itu mendapatkan pakaian- pakaian itu maka Swat Lian tertawa menjawab.

   "Dari penduduk dusun. Tadi sekalian aku memintanya!"

   Dan ketika Kim-mou eng bengong dan mengangguk-angguk maka Dailiong sudah diberi pakaian kering dan gadis itu tiba-tiba berkelebat.

   "Ayo, sekarang kita pergi, twako. Cari Hauw Kam-suheng atau Gwan Beng suheng!"

   Dan begitu gadis itu terbang meninggalkan Kim-mou-eng maka Kim-mou-eng pun berkelebat mengerahkan ginkangnya, mengejar dan tertawa dan segera Pendekar Rambut Emas itu teringat akan tugasnya yang lain, ganti membantu gadis itu mencari dua suhengnya.

   Dan karena Swat Lian telah menolong dan membantu menemukan anaknya maka Pendekar Rambut Emas itu pun melakukan perjalanan lagi mencari dua murid Hu Beng Kui ini.

   Namun sukar dan sulit.

   Nenek Naga Bumi dan Hek-bong Siauwjin yang menghilang entah kemana tak dapat mereka temukan.

   Di sini Kim mou-eng menyesal kenapa dulu itu Toa-ci dan Ji moi tak mereka tangkap.679 Barangkali dari Sepasang Dewi Naga itu mereka bisa mendapatkan petunjuk.

   Tapi Swat Lian yang menghela napas dan menggeleng tersenyum berkata padanya.

   "Sudahlah, untuk apa menyesalkan itu? Dailiong lebih kita utamakan waktu itu, twako. Dan sesungguhnya dua nenek itu juga masih berhutang nyawa isterimu. Mereka dapat kita cari dan lain kali pasti ketemu. Kalau Naga Bumi dan Hek bong Siauw-jin ngumpet di tempat persembunyian nya biarlah kita cari terus dan tak perlu menyesali yang lain."

   "Hm, kau baik, Lian-moi. Dan..... ah, aku berhutang budi padamu!"

   "Eh, itu lagi!"

   Gadis ini terbelalak.

   "Tak ada budi di antara kita, twako. Apa yang kita lakukan adalah suka sama suka berdasarkan kerja sama!"

   "Ya, dan......."

   Kim-mou-eng tiba-tiba terharu.

   "Aku berhutang budi yang lain, Lian-moi. Masalah Dailiong. Anak ini seakan mendapat ibunya kembali dalam dirimu. Aku...... aku......."

   Pendekar itu tiba-tiba mencekal lengan temannya.

   "Aku tak tahu harus berkata apa, Lian-moi. Kecuali terima kasih!"

   Swat Lian terkejut. Suara Kim-mou-eng tiba- tiba serak, Pendekar Rambut Emas itu menggigil dan tiba-tiba menangis, memejamkan mata. Dan ketika Swat Lian terkejut dan masih membiarkan tangannya dipegang tiba - tiba Kim-mou-eng membuka mata.

   "Lian-moi.. ...."

   Pendekar itu gemetar.680

   "Maukah semuanya ini bukan bayangan saja? Maukah kau menjadi ibu Dailiong sesungguhnya? Maaf, aku......... aku ingin kau mendampinginya selamanya, Lian-moi. Maksudku, mendampingiku pula dan menjadi isteriku!"

   Entah bagaimana saat itu perasaan Swat Lian.

   Sesungguhnya, tak dapat disangkal dia mengharap kata- kata itu.

   Dia mau melakukan perjalanan bersama saja sudah menunjukkan keinginannya, keinginan terpendam.

   Tapi mendengar Kim-mou-eng menyatakannya juga dan pendekar itu pun masih memegang lengannya tak urung gadis ini gemetar dan menggigil, tak dapat segera menjawab.

   "Bagaimana, Lian-moi? Maukah kau?"

   "Ooh......!"

   Gadis ini akhirnya memejamkan mata.

   "Apa yang harus kukatakan, twako? Bukan kah..... bukankah kau tahu jawabannya?"

   "Kalau begitu....."

   "Benar, terserah kau....!"

   Dan Kim-mou-eng yang girang serta bahagia tiba-tiba memeluk dan menyambar pinggang yang langsing itu, mendaratkan ciuman dan Swat Lian pun mengeluh.

   Dua kali ciuman di pipi rupanya tak memuaskan Pendekar Rambut Emas, karena begitu Swat Lian membuka mata dan memandangnya redup tiba-tiba pendekar ini telah mencium bibir si gadis dan melumatnya.

   "Moi-moi, terima kasih!"681 Swat Lian menggelinjang. Gadis ini mabok dalam bahagia, menyambut dan akhirnya mereka pun berciuman. Seumur hidup, baru kali itulah Swat Lian dicium laki-laki. Mula-mula canggung dan Kim-mou-eng tertawa. Tapi ketika Kim-mou eng mengajari dan sebentar kemudian gadis ini pun sudah mengerti maka keduanya begitu gembira dan bahagia.

   "Moi-moi, kau cantik!"

   "Ih, kapan menyebutku moi-moi (dinda)?"

   "Sekarang....!"

   Dan mereka yang kembali tertawa dan berpelukan akhirnya berciuman dan tak habis-habisnya Pendekar Rambut Emas melepas kebahagiaannya.

   Memang dia merasa mendapat calon pendamping yang cocok sekali setelah isterinya tewas, puteri Hu Beng Kui yang tak kalah cantik dan lihai.

   Bahkan, menurut Kim-mou-eng gadis ini lebih tepat untuknya.

   Mendiang isterinya Salima amat galak dan ganas, jauh berbeda dengan Swat Lian yang lembut dan keibuan.

   Dan karena gadis itu sudah menerima dan Kim- mou-- eng gembira maka Pendekar Rambut Emas itu dapat melakukan perjalanan yang lebih bebas lagi bersama puteri Hu Beng Kui ini, tentu saja tak tahu bagaimana pendapat Hu Beng Kui sendiri.

   Swat Lian juga tak mengira bahwa penolakan keras bakal dihadapinya dari sang ayah itu.

   Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan dan Kim-mou eng dibuat kagum dan terharu oleh perhatian Swat Lian kepada Dailiong maka dua orang muda ini melakukan perjalanannya dengan682 gembira dan bahagia, seolah pengantin baru yang siap berbulan madu! *** "Apa? Kalian melihat sendiri?"

   "Benar, kami melihat sendiri, taihiap. Dan Hu- siocia tampak menggendong seorang anak!"

   Hu Beng Kui marah-marah.

   Hari itu datang laporan kepadanya bahwa Swat Lian, puterinya, jalan bersama dengan Kim-mou-eng.

   Mereka tampak mesra dan akrab, Swat Lian menggendong seorang anak dan Hu Beng Kui gusar.

   Setahun lebih puterinya tak pulang dan tahu-tahu dikabarkan menggendong anak, bersama Kim mou eng.

   Dan karena puterinya tak mengabarkan dua suhengnya yang diculik dan Hu Beng Kui merah padam maka dia melihat pandangan si pelapor yang berkedip-kedip, berputar ke kiri kanan.

   "Apa yang kau pikir?"

   Si pelapor terkejut.

   "Tidak.... eh, maaf!"

   Tapi Hu Beng Kui yang menyambar dan tadi mendengar bisik- bisik segera membanting dua orang laki-laki ini, mengaduh dan dua orang itu berteriak.

   Mereka tadi bisik-bisik bahwa anak yang digendong Swat Lian barangkali adalah hubungan gelapnya dengan Kim-mou- eng, tentu saja jago tua itu mendelik dan gusar.

   Dan683 ketika dia menginjak keduanya dan menyuruh mereka mengaku maka jago pedang ini membentak.

   "Hayo, katakan omongan kalian tadi, tikus tikus busuk. Atau aku menginjak patah punggung, kalian!"

   "Aduh, ampun, taihiap.... ampun. Kami tak bicara apa-apa....!"

   "Ngek!"

   Hu Beng Kui menekan injakannya lebih kuat.

   "Katakan yang jujur, tikus busuk. Atau aku akan membunuh kalian berdua!"

   "Aduh, tobat.....!"

   Dua lelaki itu menjerit.

   "Kami sudah memberi laporan, Hu-taihiap. Seharusnya kami tak dilakukan seperti ini. Kami......augh....!"

   Dua laki-laki itu kembali berteriak, akhirnya meminta-minta ampun dan segera mereka berkata apa yang mereka bisikkan tadi.

   Aneh, Hu Beng Kui lalu menendang dan melepas keduanya.

   Dan ketika dua laki-laki itu terbirit-birit dan lari meninggalkan si jago pedang maka Hu Beng Kui duduk terengah dengan mata seganas harimau buas.

   "Keparat!"

   Desisnya mengepal tinju.

   "Anakku galang-gulung dengan Pendekar Rambut Emas? Belum menikah sudah punya anak? Hm, bedebah kau, Kim- mou-eng. Aku akan mencari dan membunuhmu!"

   Dan Hu Beng Kui yang bangkit dan segera berkelebat keluar akhirnya mencari beberapa pembantunya dan menyuruh mereka mencari jejak Kim-mou-eng.

   Dua pelapor tadi mengatakan bahwa dia melihat Swat Lian684 seminggu yang lalu di kota Ci-kiang, lewat kota itu namun tidak mampir ke Ce-bu, jago tua ini melotot dan kemarahannya pada Kim-mou-eng menumpuk.

   Dan ketika seminggu kemudian dia mendapat laporan bahwa Kim-mou-eng terlihat di suku bangsanya maka jago tua ini menyusul dan mengamuk.

   "Mana Kim-mou-eng, hayo suruh dia keluar!"

   Begitu jago pedang ini membentak ketika memasuki perkampungan bangsa Tar-tar.

   Dua hari melakukan perjalanan membuat jago tua ini merah padam, kemarahannya tak dapat dibendung lagi dan dia hendak menghajar serta memberi hukuman pada Pendekar Rambut Emas itu.

   Hu Beng Kui geram dan teringat perjumpaannya yang terakhir dengan lawannya, ketika Kim-mou-eng dipermainkan dan dihajar sewaktu orang kangouw ribut tentang Enam Iblis Dunia, diculik dan ditangkapinya ketua-ketua partai persilatan besar Dan ketika hari itu dia datang dan langsung membentak orang-orang itu maka bangsa Tar- tar tertegun dan malah bengong.

   "Hei, kenapa kau melotot?" | Hu Beng Kui membanting seseorang di dekatnya, langsung disambar dan dilempar Dan ketika orang itu meng aduh dan berteriak maka bangsa Tar - tar geger dan panik. juga marah.

   "Kepung si buntung ini, jaga!"

   Hu Beng Kui mendengus.

   Memang dia buntung, tinggal sebelah lengannya saja.

   Tapi dapat685 berbuat apa orang-orang itu kepadanya? Maka ketika dia membentak dan berkelebat ke depan tiba tiba duapuluh orang disambarnya roboh dan dia memaki- maki Kim-mou-eng.

   "Suruh bocah itu keluar, atau kalian semua kuhajar....... bres-bress!"

   Lagi dua puluhan orang dibanting, disambar dan dilempar jago tua ini dan tentu saja bangsa Tar-tar gempar.

   Mereka marah tapi juga kaget melihat sepak terjang jago tua ini, belum ada yang mengenal karena Hu Beng Kui adalah tokoh selatan, jauh di selatan sana hingga suku bangsa yang tinggal di utara ini tak mengenal.

   Dan ketika seratus orang kemudian mencabut senjata dan tombak atau panah berhamburan menyambut pendekar tua itu maka Hu Beng Kui menjadi gusar dan meniup runtuh semua senjata itu, dengan mulutnya! "Wushh.....!"

   Orang-orang bengong.

   Mereka seakan melihat pertunjukan sihir.

   Dan belum mereka sadar atau menyerang lagi tiba-tiba Hu Beng Kui menggerakkan tubuhnya dan lenyap dari tengah-tengah kepungan, entah ke mana tapi tiba-tiba kemah besar ribut.

   Tenda tempat pemimpin tiba-tiba jebol, teriakan dan jerit perempuan terdengar di sini.

   Dan ketika semua orang memandang dan memburu ke tempat itu ternyata jago tua ini sudah mengobrak-abrik marah dan menjebol serta melempar tenda.686

   "Kim-mou-eng, keluarlah kau. Jangan bersembunyi seperti pengecut!"

   Bangsa Tar - tar geger.

   Mereka membentak dan menyerang lagi, betapapun mereka adalah orang-orang pemberani.

   Yang muda-muda segera menusukkan tombak atau lembing panjang.

   Tapi ketika senjata dikibas dan patah-patah bertemu lengan si jago tua itu maka mereka pun tiba-tiba mencelat dan terbanting tak keruan ketika mendapat angin sambaran Hu-taihiap, berteriak dan roboh tumpang tindih dan jago tua itu pun mengamuk.

   Akhirnya Hu Beng Kui mendatangi kemah- kemah yang dicurigai, membabat dan melempar-lempar kemah itu.

   Dan ketika sebentar kemudian jago pedang ini sudah berkelebatan dan bangsa Tar-tar diobrak-abrik maka jerit dan tangis wanita serta anak-anak bercampur-baur menjadi satu, disusul teriakan atau pekik kaget orang-orang yang kesakitan, yang dilempar atau didorong jago pedang itu.

   Dan ketika bangsa Tar- tar mendelong dan tak dapat mengikuti sepak terjang pendekar itu akhirnya Hu Beng Kui kehabisan tenda dan Kim-mou-eng tak ditemukan.

   "Keparat, mana Pendekar Rambut Emas itu? Bersembunyi di mana dia?"

   Jago tua ini akhirnya menangkap seorang laki-laki, mencekik dan orang itu pucat pasi.

   Apa yang dilakukan pendekar ini memang tak seorang pun sanggup mencegah.

   Hu Beng Kui laksana petir di siang bolong, meledak dan menggelegar tanpa ampun.

   Namun ketika orang itu ah-ah-uh-uh dan Hu687 Beng Kui sadar maka jago tua ini mengendorkan cekikannya dan orang itu pun menjatuhkan diri berlutut.

   "Ampun, Kim-taihiap sudah pergi lagi....dia tak ada di sini!"

   "Hm, kalian melindungi si keparat itu?"

   "Tidak....tidak....! Kami bicara jujur, lo-eng hiong (orang tua gagah). Kim-mou-eng telah pergi dan meninggalkan kami dua hari yang lalu!"

   "Dengan siapa?"

   "Dengan..... dengan isterinya!"

   "Hm, siapa isterinya itu?"

   "Katanya.....katanya puteri Hu-taihiap....."

   "Plak!"

   Laki-laki itu terjungkal.

   "Aku Hu-tai hiap, tikus bodoh. Kalau begitu pemimpinmu harus dihajar dan biar kucari dia. Ke mana dia melarikan diri!"

   Laki-laki ini bengap, pucat bukan main.

   "He, kau tuli?"

   Tiba-tiba laki-laki itu terguling, pingsan.

   Kiranya saking takutnya laki-laki ini sudah terguling dibentak Hu Beng Kui, yang lain kaget dan baru kali itu mereka tahu si jago tua ini.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kiranya lah Hu Beng Kui, jago pedang yang tersohor itu.

   Dan belum mereka ba-bi-bu atau apa tiba-tiba jago tua itu telah menyambar dua orang pemuda.

   "Kau juga tak tahu ke mana Kim-mou-eng pergi?"688

   "Ampun....ampun.....!"

   Dua pemuda ini menggigil.

   "Kim-taihiap ke barat, locianpwe. Katanya hendak ke Himalaya......!"

   "Bersama puteriku?"

   "Ya, dan..... dan anaknya!"

   "Bress!"

   Dua pemuda itu dilempar roboh.

   Mereka menjerit dan pingsan dibanting Hu Beng, Kui, sebenarnya dengan kata-jata itu hendak memaksudkan bahwa anak itu adalah Dailiong, anak Pendekar Rambut Emas dengan mendiang Salima.

   Tapi karena Hu Beng Kui menangkap lain dan kata-kata "anak"

   Dimaksud sebagai buah hubungan gelap putrinya dengan Pendekar Rambut Emas maka jago tua ini berkelebat dan memutar tubuhnya terbang ke barat, lenyap dan orang pun bengong Mereka itu seakan melihat seekor naga sakti yang tua namun perkasa, gagah dan menyeramkan.

   Dan ketika jago pedang itu lenyap dan meninggalkan mereka yang bengong maka rintih dan tangis kembali terdengar di situ, disusul sadarnya orang- orang ini akan peristiwa yang baru terjadi.

   Tak dapat disangkal bahwa dua hari yang lalu Kim-mou eng meninggalkan mereka, kedatangannya hendak memperkenalkan bakal isterinya sekaligus menengok mereka yang sudah ditinggal lama.

   Beberapa di antaranya segera mengenal Swat Lian karena gadis itu dulu pernah ke situ, mencari Kim-mou-eng dan tiba-tiba sudah bersama pemimpin mereka.

   Dan karena berita itu adalah berita menggembirakan karena Kim-mou-eng689 mendapatkan calon isterinya yang gagah dan cantik maka mereka pun menyambut dan mengadakan syukuran.

   Sayang, Kim-mou-eng tak tinggal lama karena pendekar itu masih hendak meneruskan perjalanannya mencari Hauw Kam dan Gwan Beng, dua kakak seperguruan Swat Lian.

   Dan begitu pendekar itu pergi mendadak bagai guntur mengamuk di angkasa Hu Beng Kui datang dan menghajar mereka.

   Tentu saja orang- orang ini tak berdaya dan mereka hanya mengutuk dan mengumpat di dalam hati.

   Perbuatan jago tua itu bahkan tak mendapat simpati.

   Dan sementara mereka mengurus yang luka-luka atau memperbaiki tenda maka Hu Beng Kui sendiri sudah terbang ke barat, ke Himalaya.

   "Keparat.....jahanam!"

   Jago pedang itu mengumpat caci.

   "Kau berani mempermalukan aku, Kim-mou- eng? Kau menggaet dan merusak anakku? Hm, kubunuh kau. Tak akan kuberi ampun!"

   Dan Hu Beng Kui yang terbang ke Himalaya dan tiba di sana akhirnya mencari dan berputaran di tempat ini, naik turun puncak-puncak bersalju dan jago pedang itu menggeram-geram.

   Seakan ingin ditelannya Kim-mou-eng saat itu juga, dia merasa malu dan berang oleh perbuatan Kim-mou-eng ini.

   Dan ketika tiga hari tiga malam pendekar itu mencari-cari Kim.-mou-eng tiba-tiba saja orang yang dicari ketemu.

   "He!"

   Kim-mou-eng terkejut.690

   "Apa yang kau lakukan di sini, Kim-mou-eng? Mana puteriku?"

   Pendekar Rambut Emas tertegun.

   Hari itu, mencari jejak Hauw Kam dan Gwan Beng Pendekar Rambut Emas ini tiba di Puncak Mutiara, satu di antara puncak-puncak pegunungan Himalaya yang tinggi.

   Swat Lian kebetulan di bawah gunung mencari mantel tebal, untuk Dailiong.

   Maka begitu melihat Hu Beng kui dan heran serta kaget oleh bentakannya tiba-tiba Pendekar Rambut Emas tersenyum, tak menduga Hu Beng Kui marah - marah, membungkuk dan berkata.

   "Eh. kau di sini, Hu-taihiap? Kebetulan sekali, jejak dua muridmu katanya di sekitar sini. Aku hampir menemukan dan...."

   "Wut!"

   Hu-taihiap tiba-tiba menghantam "Katakan dan sebutkan di mana puteriku, Kim mou-eng. Atau kau mampus......dess!"

   Kim-mou eng yang mengelak dan berjungkir balik meloncat tinggi tiba-tiba melihat pukulan Hu Beng kui mengenai salju, amblong dan tiba-tiba mereka berdua tergelincir ke bawah.

   Kim- mou-eng yang melayang turun terpeleset kakinya dan lawan pun tergelincir, tempat itu memang berbahaya dan licin.

   Dan ketika Kim-mou-eng harus berjungkir balik lagi dan Hu Beng Kui melotot memekik gusar tiba-tiba dengan hentakan kakinya pendekar ini berdiri kembali dengan dua kaki menancap di bumi.

   "Kim-mou-eng, sebutkan di mana puteriku!"691 Kim-mou-eng sekarang terkejut. Baru dia sadar bahwa jago Ce-bu ini marah besar, sorot matanya yang ganas dan buas membuat Pendekar Rambut Emas tercekat. Dan ketika suara jago pedang itu juga menggeram dan menggetarkan Puncak Mutiara maka terkejut dan sadarlah pendekar ini akan apa yang terjadi.

   "Hu-taihiap, ada apa dengan semuanya ini? Kenapa kau marah-marah?"

   "Keparat, kau tak mau mengatakan di mana puteriku, Kim-mou-eng? Kau masih banyak omong? Mampuslah........ wut!"

   Dan Hu Beng Kui yang menyambar dan berkelebat lagi dengan kecepatan luar biasa tiba-tiba menyerang dan menggerakkan kelima jarinya, dari jauh sudah terdengar suara mencicit dan Kim-mou-eng terbelalak.

   Jago pedang ini menyerangnya dengan totokan lima jari, jari-jari pendekar pedang itu bergetar dan ke mana pun dia mengelak pasti disambar juga.

   Terpaksa Kim-mou-eng berseru keras meloncat tinggi, berjungkir balik dan bertengger di atas pohon yang penuh salju.

   Dan ketika jari Hu-taihiap ber cuit menghantam batu karang di bawah maka jago tua ini tertegun melihat lawannya.

   "Blarr!"

   Batu karang itu hancur.

   Hu Beng Kui terbelalak melihat lawan dua kali berhasil lolos dari serangannya, tentu saja tak menduga kemajuan Kim mou-eng sekarang, dua ilmu barunya dan ginkangnya yang luar692 biasa, Cui-sian Ginkang (Ginkang Pengejar Dewa).

   Dan ketika jago pedang itu menggeram dan mau menyerang lagi tiba - tiba Kim mou-eng meloncat turun dan buru- buru menggoyang lengan.

   "Tahan, nanti dulu, Hu - taihiap. Sebentar! Bolehkah aku bicara sedikit denganmu?"

   "Hm, apa yang mau kau bicarakan? Omong apa lagi?"

   Kim-mou - eng menahan perasaannya yang berguncang.

   "Aku minta penjelasan kenapa kau marah- marah begini. Apa salahku dan kenapa kau menyerang!"

   "Kau berani bertanya seperti itu? Kau tak mengakui dosa?"

   "ohh, aku tak merasa berdosa, Hu-taihiap. Aku bertanya karena ingin tahu. Aku penasaran melihat sikapmu!"

   "Ha-ha!"

   Jago pedang itu tiba-tiba tertawa bergelak, suaranya menyeramkan menggetarkan bukit.

   "Justeru aku yang penasaran melihat sikapmu, Kim mou- eng. Kenapa kau berani membawa-bawa anak orang! Heh, mana puteriku dan di mana kau sembunyikan? Berapa lama kau menggaet dan merayunya? Jawab, cepat, Kim-mou-eng. Sebelum aku membunuhmu!"

   Dan si jago pedang yang mengguncang dan mengerotokkan buku-buku jarinya tiba-tiba membuat Kim-mou-eng tertegun dan pucat, merah dan pucat lagi dan akhirnya Pendekar Rambut Emas ini menyadari persoalannya.693 Jago tua itu marah-marah karena Swat Lian bersamanya, ini kiranya persoalannya.

   Tapi karena dia tak melakukan apa-apa dan selama itu hubungannya dengan Swat Lian baik-baik saja maka Pendekar Rambut Emas tenang meskipun hatinya tersinggung oleh kekasaran Hu-taihiap, tak tahu akan gosokan atau laporan orang kepada jago pedang itu.

   "Hu-taihiap,"

   Pendekar Rambut Emas menekan kemarahan.

   "Memang benar puterimu bersamaku. Tapi aku tak merasa menggaet atau merayunya. Tuduhanmu terlampau kasar, bagaimana kau menyatakan ini?"

   "Tapi berbulan-bulan kau melakukan perjalanan bersama, bukan? Kau dan anakku, ah......! Hu teng kui mau menerjang lagi, maju dan membentak namun Kim-mou-eng cepat mengulapkan lengan. Dengan cepat Pendekar Rambut Emas ini menggoyang - goyang tangannya, dan ketika jago pedang itu tampak mendelik maka Kim-mou-cng berseru.

   "Nanti dulu, Swat Lian memang bersamaku akhir-akhir ini, Hu-taihiap. Tapi kami berdua melakukan perjalanan untuk mencari dua muridmu itu, Hauw Kam dan Gwan Beng. Kami....."

   "Kau hendak menggaetnya sebagai isteri, bukan? Kau menjatuhkan hati anak perempuanku dan ada maksud maksud tertentu?"

   Jago pedang itu membentak, memotong.694

   "Kau memang siluman dan pemuda keparat. Kim-mou-eng. Aku tak mau bicara lagi dan kau kubunuh...... wut!"

   Tamparan maut dilancarkan jago pedang itu, menghantam dan Kim-mou-eng berjungkir balik menghindari serangan ini.

   Lawan tampak beringas dan marah sekali, Kim-mou eng mau bicara tapi jago pedang itu sudah menggeram dan berkelebat maju.

   Dan ketika pukulan atau tamparan bertubi- tubi mengejar Pendekar Rambut Emas dan semuanya, bercuitan atau menderu meledak menghantam pendekar ini maka Kim- mou-eng sibuk dan berteriak teriak.

   "He, tahan. Nanti dulu, Hu-taihiap. Nanti dulu...! "Tak ada nanti dulu. Kau mampus, Kim-mou- eng. Dan kuhajar kau... .des-dess!"

   Dan salju yang kembali berhamburan dihantam jago pedang itu akhirnya membuat Pendekar Rambut Emas berlompatan dan bingung.

   Bingung dan marah tapi juga gelisah.

   Jago pedang ini adalah ayah Swat Lian, bakal mertuanya! Dan ketika dia meleng dan lengah sedikit maka sebuah tamparan mengenai pundaknya dan secepat kilat pemuda ini mengerahkan sinkangnya, melindungi diri.

   "Plak!"

   Kim-mou-eng terguling - guling.

   Betapapun tamparan itu adalah tamparan maut, Hu Beng Kui adalah seorang jago di mana kekuatannya tak perlu diragukan lagi.

   Bahkan jago tua itu adalah bengcu,695 pemimpin dunia persilatan.

   Dan ketika Kim-mou-eng mengeluh dan terguling-guling namun dapat bangun lagi maka Hu-taihiap terbelalak dan melotot.

   "Kau belum mampus? Kurang kuat pukulan ku? Baik, terima ini, Kim-mou-eng, dan rasakan ........dess!"

   Kim-mou-eng menerima sebuah pukulan lagi.

   Hu Beng Kui berkelebat dan Pendekar Rambut Emas itu terbanting.

   Tadi dalam kebingungan dan gugupnya dia lagi- lagi lambat berkelit.

   Untunglah, daya tahan tubuhnya sudah sedemikian luar biasa dan sinkangnya bergerak melindungi daerah yang dipukul, tamparan Hu Beng Kui terpental dan jago pedang itu kaget melihat tubuh Kim- mou - eng seperti karet, pukulannya mental dan Kim- mou eng tampak terhuyung-huyung bangun lagi.

   Dan ketika jago pedang itu menggeram dan berkelebatan menghujani pukulan tiba-tiba.

   Kim-mou-eng mengelak dan berloncatan menghindari pukulannya itu, kian lama kian cepat dan akhirnya jago pedang ini mendelik.

   Apa boleh buat, dia mengeluarkan Jing-sian-engnya dan lenyaplah tubuh jago tua ini dalam Bayangan Seribu Dewanya.

   Dulu dengan ilmu meringankan tubuhnya itu Kim-mou-eng dibuat bulan-bulanan pukulannya.

   Tapi ketika Kim-mou-eng mengeluarkan seruan keras dan Pendekar Rambut Emas itu menjejakkan kedua kakinya tiba - tiba, seperti siluman saja tubuh lawannya ini beterbangan mengikuti gerakannya.696

   "Keparat!"

   Hu Beng. Kui terkejut.

   "Kau mau pamer kepandaianmu, Kim-mou-eng? Kau berani melawan aku? Bagus, coba ini...... dar-darr!"

   Dan Hu Beng kui yang mengeluarkan pukulan Khi-bal-sin- kangnya dan meledak menyambar pendekar itu akhirnya membuat Kim-mou-eng mengeluh dan mempercepat gerakannya, menghindari pukulan- pukulan berikut dan Puncak Mutiara tiba-tiba gaduh.

   Pukulan atau tamparan Hu Beng Kui yang luput selalu menghajar apa saja, mulai dari pohon-pohon sampai batu dan tanah.

   Tak lama kemudian disusul angin ribut dan bunyi bercuitan atau menggelegar, jago pedang ini marah sekali karena Kim-mou-eng selalu lolos, berhasil menyelamatkan dirinya.

   Dan ketika pendekar itu membentak dan Kim-mou-eng dibuat kewalahan akhirnya sebuah pukulan Khi-bal-sin-kang mengenai tengkuknya dan Pendekar Rambut Emas ini terbanting.

   


Pendekar Cacad Karya Gu Long Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung Pendekar Sejagat Karya Wen Rui Ai

Cari Blog Ini