Ibu Hantu 5
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Bagian 5
Ibu Hantu Karya dari Ang Yung Sian
Tetapi si manusia tengkorak menarik pulang tangannya itu bukan berdiam diri, dia telah melancarkan serangannya lagi, dikala pedang Lay Tat lewat disisi tubuhnya, tahu-tahu tangan si manusia tengkorak itu bergerak cepat sekali kearah dada Lay Tat, dengan telak dada Lay Tat kena dihajarnya.
"Dukkkk!"
Tubuh Lay Tat jadi terpental keatas, dan terbanting ditanah.
Untung saja Lay Tat kosen dan liehay mempunyai ilmu silat yang cukup tinggi, sehingga dia bisa berpoksay diudara, yang menyebabkan dia terjatuh tanpa kepala terlebih dahulu, dia jatuh dengan kedua kaki tiba terlebih dahulu dilantai ruangan tersebut.
Begitu kedua kakinya menginjak lantai Lay Tat meringis karena dia merasakan dadanya sakit sekali, sehingga hampir saja dia terpelanting.
Dengan menggigit bibir bawahnya Lay Tat telah menahan perasaan sakit itu.
Sedangkan si manusia tengkorak itu telah mengeluarkan suara bentakan dan menyerang kearah Lay Tat lagi dengan serangan yang mematikan, karena dia menyerang dengan menggunakan tenaga dalam yang kuat, tujuh bagian tenaga dalamnya.
Lay Tat terkesiap hatinya, dia jadi mengeluh.
Untuk mengelakkan dan menghindarkan diri dari serangan itu, jelas sudah tak bisa, karena sudah tak keburu.
Untuk menggunakan pedang Tat-mo Kiam, dia merasakan dadanya sakit sekali waktu dia mengangkat tangannya.
Maka dari itu, hati Lay Tat jadi mencelos, dia duga dirinya akan terbinasakan ditangannya manusia tengkorak tersebut.
Namun rupanya ajal Lay Tat belum tiba, maka disaat Kauw-cu Pian-sia-kay ini terancam bahaya kematian, sepuluh anak buah Pian-sia-kay yang tadi bertempur
Kolektor E-Book
161 dengan si gemuk tromok Dedemit Hidup, telah meluruk menghadang mengurung diri si manusia tengkorak.
Malah tiga orang diantara kesepuluh orang itu, dua lelaki dan seorang gadis telah menyerang si manusia tengkorak dengan hebat.
Merasakan dirinya diserang begitu, mau tak mau si manusia tengkorak tersebut harus membatalkan serangannya.
Dia harus menangkis serangan ketiga orang yang menyerang dirinya sekaligus.
Tetapi ketika dia mengangkat tangannya, untuk menangkis ketiga serangan itu, ketiga orang itu telah melompat mundur mengundurkan diri.
Hal ini membuat si manusia tengkorak jadi mendongkol serta bergusar, karena waktu ketiga orang itu melompat mundur maka tempatnya telah digantikan oleh keempat kawannya yang lain, yang menyerang To-hun Koay-jin tersebut dengan serangan yang hebat.
Setiap kali To-hun Koay-jin ingin menangkis serangan-serangan dari penyerangnya tersebut, maka mereka pasti akan melompat mundur dan beberapa lawannya telah menyerang dirinya dari lain jurusan.
Begitulah seterusnya, pertempuran tersebut berlangsung dengan serunya.
To-hun Koay-jin boleh liehay dan kosen, dia boleh membanggakan dirinya bisa melawan puluhan jago silat lainnya sekaligus tetapi kali ini karena kesepuluh orang yang mengurung dirinya dengan menggunakan Tin yang kompak, maka biarpun kepandaian kesepuluh orang itu berada disebelah bawah si manusia tengkorak tersebut, toh mereka masih menang angin, karena mereka menyerang dengan cara main kucing-kucingan.
Hal ini membuat To-hun Koay-jin jadi kewalahan, biar bagaimana dia jadi mendongkol dan bergusar menjadi satu.
Tubuhnya sampai mandi keringat, dan dia sering berteriak-teriak dengan berjingkrak.
Tetapi biarpun manusia yang mempunyai muka seperti tengkorak tersebut murka dan bergusar, toh dia tidak berdaya sama sekali.
Dirinya tetap terkurung ketat oleh kesepuluh pengepungnya......! Sedangkan Oen Lay Tat, Kauw-cu dari Pian-sia-kay tersebut, dengan menggunakan ketika disaat si manusia tengkorak itu sedang dikepung oleh kesepuluh orang anak buahnya, maka dia telah melompat menjauhi lingkungan pertempuran tersebut.
Wajah Kauw-cu Pian-sia-kay tersebut masih tampak pucat pasi, napasnya juga masih memburu.
Rupanya tadi disaat jiwanya terancam bahaya kematian ditangan manusia bermuka tengkorak itu, dia telah tergoncang hebat hatinya........! Orang she Oen ini mengawasi jalannya pertempuran dengan hati yang tak tenang.
Kolektor E-Book
162 Sebetulnya, kalau memang dia tidak malu terhadap jago-jago berbagai golongan yang berkumpul disitu, tentu orang she Oen ini telah melarikan diri disaat manusia tengkorak itu terkurung oleh kesepuluh anak buahnya.
Dan karena dia takut nanti pamornya runtuh serta ditertawakan oleh jago-jago itu, takut dikatakan sebagai seorang pengecut yang tak ada harganya, Oen Lay Tat jadi masih berdiri dengan tubuh tegak mata mengawasi kearah jalannya pertempuran, hatinya masih tergoncang keras.............! CIE KIAT yang melihat jalannya pertempuran yang tengah berlangsung itu, jadi mengawasi dengan penuh perhatian.
Dilihatnya kalau diperbandingkan, maka kepandaian kesepuluh pengepung itu dengan To-hun Koay-jin, maka kepandaian kesepuluh orang Pian-sia-kay itu masih terpaut jauh sekali dengan kepandaian si manusia tengkorak.
Tetapi berhubung kesepuluh orang Pian-sia-kay itu dapat bertempur dengan kompak serta saling tolong menolong, maka si manusia tengkorak itu tidak bisa dengan lantas merubuhkan kesepuluh orang tersebut.
Sedangkan To-hun Koay-jin sendiri telah mulai bertempur sambil memperhatikan cara bertempur dari kesepuluh orang itu, dia ingin mengetahui dimana kelemahan dari kesepuluh orang yang sedang mengepung dirinya.
Cie Kiat mengetahui, begitu lekas To-hun Koay-jin mengetahui dari orang- orang ini, maka dengan cepat dia akan bisa menghajar mampus kesepuluh orang itu.
Lama kelamaan To-hun Koay-jin mengetahui kelemahan dari cara bertempur kesepuluh orang itu.
Tahu-tahu suatu kali, dengan mengeluarkan suara teriakan yang nyaring mengerikan, tubuh To-hun Koay-jin telah melompat tinggi sekali.
Kedua tangannya, tangan kiri dan kanannya, telah berputar cepat sekali, menyerupai seperti kitiran.
Sambil berputar begitu, dia membentak .
"Rubuh......!"
Maka terdengar suara jeritan yang mengerikan.
Tampak dua sosok tubuh yang melayang kemudian ambruk dilantai dengan tidak bernyawa, karena kepalanya telah pecah remuk oleh hajaran kedua tangan si manusia tengkorak ini.
Kedelapan orang Pian-sia-kay lainnya jadi terkejut sekali, hati mereka terkesiap.
Kolektor E-Book
163 Lebih-lebih Lay Tat, wajahnya telah berobah pucat pasi, dan tubuhnya agak gemetar.
Tangan To-hun Koay-jin tampak berlumuran darah merah bercampur otak dari kedua korbannya itu.
Dia mendengus mengeluarkan suara jengekan, kemudian tahu- tahu dia telah melompat lagi, menggerakkan kedua tangannya sambil membentak .
"Rubuh....!"
Kembali, maka tampak tiga sosok tubuh melayang terhajar oleh tangan To-hun Koay-jin, ambruk dilantai dengan tak bernyawa lagi, pecah pula kepala mereka terhajar oleh To-hun Koay-jin.
Kelima orang yang mengepung To-hun Koay-jin itu, dua gadis dan tiga lelaki, telah ketakutan sekali.
Lima orang kawan mereka telah terbinasakan, maka dari itu timbul perasaan ngeri mereka.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, kelimanya telah memutar tubuh mereka untuk melarikan diri.....!! To-hun Koay-jin tertawa gelak-gelak dengan suaranya yang keras sekali.
Cie Kiat melihat, biar bagaimana kesepuluh orang pengepung dari To-hun Koay-jin itu memang tidak bisa memperoleh kemenangan.
Dengan terbunuhnya kelima orang itu, maka dengan sendirinya barisan pengepung To-hun Koay-jin jadi pecah dan lebih-lebih kelima orang itu telah melarikan diri dengan ketakutan.....! Orang-orang Pian-sia-kay lainnya jadi berdiri kesima.
Lebih-lebih Oen Lay Tat, dia jadi berdiri kesima dengan wajah yang pucat pasi.
Tiba-tiba To-hun Koay-jin telah memutar tubuhnya menghadapi Lay Tat.
"Hei orang she Oen.... apakah kau masih tidak mau menyerahkan benda itu?"
Bentaknya dengan suara yang mengguntur.
Lay Tat berusaha untuk menenangkan hatinya, goncangan hatinya itu masih menguasai dirinya.
Tetapi sebagai seorang jago yang mempunyai kepandaian yang cukup tinggi dan lagi pula kedudukannya sebagai Kauw-cu dari Pian-sia-kay, maka dengan sendirinya dia harus tabah menghadapi segalanya.
Dengan cepat Lay Tat berusaha untuk tersenyum.
"Memang kami harus mengaku bahwa kepandaian tuan sangat tinggi sekali...!"
Katanya.
"Tetapi...."
Namun belum lagi Lay Tat menyelesaikan perkataannya itu, maka tampak To- hun Koay-jin telah melompat dengan gesit sekali, tangannya telah terjulurkan akan mencengkeram bahu dan kepala dari Lay Tat.
Biar sedang dalam keadaan jeri dan ragu, toh tetap saja Lay Tat bukan merupakan orang yang lemah, dia mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, maka dengan sendirinya dia juga dapat melihat orang menyerang dirinya dengan hebat, dengan sendirinya, tanpa disadarinya, dia telah bergerak cepat untuk menghindarkan diri.
Tangan To-hun Koay-jin jadi jatuh ditempat kosong.
Kolektor E-Book
164 Terdengar manusia tengkorak ini mendengus dengan suara tertawa dinginnya.
Dengan cepat dia bergerak lagi menyerang Lay Tat, karena dia tidak mau memberikan kesempatan kepada Kauw-cu dari Pian-sia-kay tersebut untuk selalu mengelakkan diri.
Cie Kiat melihat, betapa Lay Tat jadi terdesak hebat sekali oleh To-hun Koay- jin.
Memang harus diakui bahwa To-hun Koay-jin mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, sehingga biarpun Lay Tat mempunyai kepandaian yang tidak lemah, toh tetap saja dia akan selalu terdesak hebat oleh To-hun Koay-jin.
Pada saat itu tampak Lay Tat dengan mengeluarkan seruan kaget dan gelisah sekali, telah menjejakkan kakinya akan melompat kesamping guna menjauhi diri dari To-hun Koay-jin.
Namun si manusia tengkorak tersebut tetap tidak mau memberikan kesempatan kepada Lay Tat.
Dia telah melancarkan beberapa serangan yang mematikan, angin serangan itu, yang disertai oleh tenaga Lwee-kang yang sempurna sekali, terasa melingkupi ruangan itu.
Cie Kiat sendiri merasakan angin serangan itu yang berseliweran didirinya.
Sedangkan jago-jago yang lainnya hanya menatap saja jalannya pertempuran itu dengan hati yang berdebar.
Kalau memang sampai Lay Tat kena di bunuh oleh To-hun Koay-jin, maka dengan sendirinya urusan akan menjadi lebih ricuh lagi.
Maka dari itu, sebetulnya jago-jago itu mau memberikan pertolongan kepada Lay Tat, tetapi karena mereka melihat To-hun Koay-jin memang liehay sekali, dan lagi pula memang si manusia tengkorak ini terkenal akan ketelengasannya setiap turun tangan, maka dengan sendirinya jago-jago ini jadi berdiri bimbang.
Tinggal Lay Tat yang jadi gelagapan seorang diri diserang terus menerus oleh To-hun Koay-jin dengan serangan-serangan yang mematikan.
Sebetulnya, kalau memang Lay Tat mempunyai kepandaian yang tinggi begitu, dia tentunya telah terhajar binasa dengan kepala yang pecah berantakan, seperti hal anak-anak buahnya yang terbunuh oleh To-hun Koay-jin dengan kepala yang hancur dan darah serta polonya mengalir keluar.....
membasahi lantai! Satu kali, dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, To-hun Koay-jin melancarkan serangan dari dua jurusan karena tangan kiri dan kanannya itu menyerang secara berbareng.
Hati Lay Tat mencelos, dia jadi terkesiap sendirinya, karena dia tidak melihat ada jalan keluar baginya.
Dengan sendirinya, Lay Tat jadi putus asa, dan dia dari berputus asa itu akhirnya jadi nekad.
Kolektor E-Book
165
Jilid 4 DENGAN mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, maka Lay Tat telah melompat untuk menyambut kedua serangan dari To-hun Koay-jin.
Tangan mereka jadi bentrok satu sama lainnya.
Kali ini Lay Tat telah mengerahkan hampir delapan bagian tenaga dalamnya.
Maka dari itu, tangkisan dari tangan Lay Tat juga membawa angin tangkisan yang keras dan bertenaga sekali.
To-hun Koay-jin sendiri terperanjat karena tangkisan dari Kauw-cu Pian-sia-kay tersebut memang benar-benar hebat dan membuat tubuh si manusia tengkorak tersebut sampai terpukul mundur terhuyung beberapa langkah kebelakang.
Tetapi semua itu hebat juga kesudahannya bagi diri Lay Tat.
Begitu kedua tangannya tertangkis, begitu mereka saling mengerahkan tenaga dalam mereka masing-masing, maka tampak Lay Tat mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya terhuyung empat langkah kebelakang, kemudian terguling dilantai.
Untung saja dia mempunyai kepandaian yang lumayan, dapat disebut agak sempurna dan tinggi, maka begitu tubuhnya terguling, begitu juga dia telah melompat berdiri.
Dengan sendirinya, dia bisa berjaga-jaga kalau nanti si manusia tengkorak itu membarengi menyerang dirinya dengan serangan yang mematikan.
Sedangkan To-hun Koay-jin begitu terhuyung mundur satu langkah kebelakang, cepat-cepat dia mengerahkan tenaga dalamnya kepada kedua kakinya, sehingga bisa menancap kakinya itu kuat-kuat pada lantai.
Dia tidak lantas menyerang lagi kepada Kauw-cu dari Pian-sia-kay, hanya mengawasi dengan tatapan mata yang begis sekali, mengandung hawa pembunuhan.
Jago-jago lainnya yang berada didalam ruangan itu juga mengawasi jalannya pertempuran antara To-hun Koay-jin dengan si Kauw-cu Pian-sia-kay tersebut, mereka juga tertarik melihat dua orang jago yang mempunyai kepandaian sangat tinggi saling tempur.
Hanya Cie Kiat saja yang tidak begitu tertarik.
Hal itu karena disebabkan kepandaian Cie Kiat telah tinggi luar biasa, lagi pula dia memang telah bisa melihat, bahwa biarpun To-hua Koay-jin didalam kalangan Kang-ouw telah mengangkat nama selama puluhan tahun dan disegani kawan dan lawan toh kepandaiannya tidak begitu luar biasa, kalau memang ini tidak mau disebut kepandaian si manusia tengkorak tersebut tidak begitu tinggi.
Tentang Kauw-cu dari Pian-sia-kay itu juga, dia mempunyai kepandaian yang hampir bersamaan dengan To-hun Koay-jin.
Tetapi berhubung sifat To-hun Koay-jin lebih bengis dan kejam, maka dengan sendirinya tampak si manusia tengkorak ini jauh lebih liehay dan gesit dari Kauw-cu Pian-sia-kay tersebut.
Kolektor E-Book
166 Pada saat itu Lay Tat tengah berdiri tegak dengan memandang kearah To-hun Koay-jin menggunakan pancaran mata yang dingin sekali.
Dia memang sangat mendongkol juga sangat gusar kepada manusia tengkorak ini.
Biar bagaimana dia adalah seorang Kauw-cu dari sebuah perkumpulan, maka dengan sendirinya biasanya dia sangat dipatuhi.
Selain dihormati, juga setiap perintahnya pasti akan dituruti dan dipatuhi oleh anak buahnya.
Maka dari itu, sifatnya jadi agak berkepala besar, dan sudah wajar kalau memang sifat dari Lay Tat selalu ingin memerintah belaka.
Sekarang dia menghadapi lawan berat seperti To-hun Koay-jin, maka dengan sendirinya dia jadi mendongkol dan penasaran sekali.
Dia memang menyadari bahwa kepandaiannya itu tidak dapat mengimbangi kepan daian dari si manusia tengkorak.
Tetapi hal itu tidak menjadi halangan dan sebab bagi diri si Kauw-cu dari Pian- sia-kay ini.
Kalau memang dia mau, semua jago didalam ruangan tersebut bisa dibunuhnya semua, karena dia masih mempunyai jalan untuk mencelakai orang-orang yang tidak disenanginya yang berada didalam ruangan ini.
Tetapi Lay Tat masih tidak mau menggunakan caranya itu, dia masih mau melihat perkembangan selanjutnya, karena dia masih mau memperlihatkan bahwa Kauw-cu dari Pian-sia-kay adalah seorang Ho-han, seorang lelaki sejati, yang tegak pada keadilan dan juga pada kejujuran dan kegagahan.
Maka dari itu, Lay Tat tidak mau berlaku curang dan melakukan perbuatan yang rendah, yang bisa diejek dan dihina oleh orang-orang didalam kalangan Kang-ouw.
Seumpama kata, dia bermaksud akan melakukan rencana yang busuk dan jelek, maka itu akan dilakukannya diam-diam.
Pancaran mata dari Kauw-cu Pian-sia-kay Oen Lay Tat tersebut jadi bercahaya bengis, dia menatap To-hun Koay-jin tak kalah galaknya.
Waktu To-hun Koay-jin menghampiri dia dengan langkah yang setindak- setindak, maka Lay Tat jadi berpikir dengan cepat.
Walaupun dia tidak memperlihatkan rasa takutnya, toh tetap saja perasaan itu membayangi hatinya.
Biar bagaimana dia akan berusaha untuk merubuhkan manusia tengkorak ini.
Tetapi Lay Tat tidak bisa berpikir terlalu lama, karena dengan mengeluarkan suara bentakan yang menyeramkan, To-hun Koay-jin telah melompat menerjang Lay Tat lagi.
Kali ini To-hun Koay-jin menyerang Lay Tat dengan tenaga Lwee-kang yang benar-benar luar biasa sekali.
Kolektor E-Book
167 Dia merasakan serangan itu cukup berat, karena Lay Tat merasakan dorongan dari angin serangan itu yang membuat dia harus mundur beberapa langkah, guna mengurangi angin dorongan itu, sambil berbuat begitu, Lay Tat telah memiringkan tubuhnya sedikit kekanan, kemudian dengan mengeluarkan seruan .
Kena!, maka tangannya menerobos kedepan, kearah rusuk dari To-hun Koay-jin.
Sodokan tangan dari Lay Tat hebat sekali, biar bagaimana dia adalah jago silat yang mempunyai kepandaian ilmu silat dan Lwee-kang yang lumayan, maka setiap serangannya itu juga bisa membahayakan orang kalau memang serangannya berhasil mengenai sasaran yang tetap.
Kalau memang rusuk dari To-hun Koay-jin itu berhasil disodoknya, berhasil digempurnya, maka dengan sendirinya tulang-tulang iga To-hun Koay-jin akan patah hancur, dan dengan sendirinya isi dadanya itu akan rusak oleh getaran hajaran tangan Lay Tat, dan bisa-bisa To-hun Koay-jin menemui kebinasaannya.
Namun To-hun Koay-jin mana mau membiarkan begitu saja dirinya dihajar oleh Lay Tat.
Dengan cepat dia telah menarik pulang tangannya, dia telah mengelakkan kesamping, kemudian dia melompat mundur kebelakang.
Mereka dengan sendirinya jadi saling terpisah beberapa kaki jauhnya.
Keduanya saling memandang lagi dengan cahaya mata yang memancar agak mengerikan.
Kedua orang jago silat yang sedang bertempur itu sangat ganasnya seperti juga dua ekor singa yang sedang bertarung.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cie Kiat yang melihat pertempuran diantara kedua jago itu, jadi memandang dengan perhatian yang tidak begitu penuh, karena didalam pandangan matanya, kepandaian dari kedua orang tersebut tidak begitu tinggi, mereka bertempur lebih banyak memperlihatkan segi dari cara bertempur untuk suatu pertunjukkan diatas Lui-thay, bukan untuk merebut suatu kemenangan.
Memang Lwee-kang mereka cukup kuat, namun cara mereka itu menggunakan dari tenaga dalam mereka, tidak sewajarnya.
Maka dari itu, Cie Kiat hanya ingin melihat kelanjutan dari pertempuran itu.
Dia juga ingin mengetahui akhir dari peristiwa memperebutkan pedang Tat-mo Kiam.
Begitu juga jago-jago lainnya, mereka menyaksikan terus pertempuran antara To-hun Koay-jin dengan Oen Lay Tat.
Hanya bedanya jago-jago silat itu dengan Cie Kiat ialah, kalau si anak muda she Lie itu menyaksikan pertempuran tersebut dengan maksud untuk mengetahui kelanjutan peristiwa itu, tetapi jago-jago silat lainnya yang menonton dipinggir ruangan tersebut, semuanya ingin mencari ketika yang lowong guna merebut dan berusaha untuk memiliki pedang Tat-mo Kiam untuk menjadi milik pribadi mereka seudiri! Suasana didalam ruangan sangat sepi, yang terdengar hanyalah suara bentakan- bentakan dari Lay Tat dan To-hun Koay-jin.
Kolektor E-Book
168 Mereka bertempur dengan selalu mengeluarkan suara bentakan-bentakan yang keras.
Juga butir-butir keringat telah memenuhi tubuh mereka.
Keduanya rupanya telah mempertaruhkan jiwa mereka untuk mempertahankan pedang Tat-mo Kiam itu.
Yang seorang ingin mempertahankan, dan yang seorangnya lagi, yaitu To-hun Koay-jin, ingin merebut untuk memiliki pedang Tat-mo Kiam itu.
Maka dari iiu, pertempuran jalan terus.
Angin dari pukulan-pukulan kedua orang yang sedang bertempur itu saling berseliweran keras sekali, dapat dirasakan oleh jago silat yang sedang menonton dan menyaksikan dari samping.
Sedang pertempuran antara Lay Tat dengan To-hun Koay-jin berlangsung dengan pertempuran yang cukup seru maka tiba-tiba terdengar orang berkata .
"Berhenti.............!"
Nyaring dan melengking suara itu.
Semua orang jadi menoleh kearah datangnya suara bentakan itu.
Segera juga begitu melihat orang membentak itu, semua orang yang menoleh itu jadi mengeluarkan seruan tertahan.
Begitu juga Lay Tat dan To-hun Koay-jin, mereka berhenti bertempur, mereka menoleh kearah datangnya suara bentakan itu.
Dan kedua jago ini juga telah mengeluarkan suara seruan kaget.
Kenapa? Ternyata orang yang membentak berhenti! itu adalah seorang gadis kecil berusia diantara sembilan tahun! Wajah gadis itu manis sekali, montok dan mungil sekali, matanya yang hitam celi itu memandang semua orang yang ada didalam ruangan itu bergantian.
Gadis cilik ini juga memperlihatkan senyumnya yang manis.
Semua orang memandang dia dengan tatapan mata yang heran.
Apa maksud kedatangan dari gadis cilik ini? Dan siapakah dia? Mengapa tahu- tahu telah berada disitu? Bagaimana cara kedatangannya sehingga semua jago-jago yang berada didalam ruangan tersebut, yang biasanya mempunyai pendengaran sangat tajam itu, tidak dapat mendengar suara langkah kakinya waktu dia mendatanginya? Gadis itu telah tertawa dengan suaranya yang tinggi melengking.
"Kalian selalu bertempur hanya untuk memperebutkan pedang Tat-mo Kiam!!"
Kata gadis cilik itu dengan suara yang tetap tinggi.
"Hmmmm....... semua itu tak ada gunanya. Kata Sio-cia yang dipesankan kepadaku, memerintahkan agar kalian segera berhenti membuat ribut-ribut dan pergi menggelinding enyah dari tempat ini!"
Kolektor E-Book
169 Dan sambil berkata begitu, biarpun suaranya tegas sekali, toh dia tetap tersenyum.
Malah gadis cilik ini sambil berkata begitu dia selalu mempermainkan rambutnya yang telah ditaucangnya panjang, sepanjang sampai kepinggang.
Semua orang seperti juga terpaku mendengar perkataan gadis cilik ini.
Dia menyebut-nyebut bahwa dia diperintah oleh seorang Sio-cia, nona, dan siapakah nona itu? Sedang jago-jago itu bertanya-tanya, maka si gadis telah membuka suara lagi .
"Sio-ciaku itu she Wang, dan dia memerintahkan kepada kalian, kalau memang kalian ini mau berkeras dan tidak mau menuruti perintahnya, maka Wang Sio-cia yang menjadi majikanku itu kebebasan pada diriku untuk menghukum kalian!"
Mendengar perkataan si gadis cilik, jago-jago didalam ruangan tersebut jadi hampir tertawa.
Gadis cilik itu berkata seperti juga lagak seorang jago yang mempunyai kepandaian tinggi sekali, maka jago-jago didalam ruangan tersebut mana mau mempercayai gadis sekecil itu mempunyai kepandaian yang tinggi? Cie Kiat yang telah menghampiri gadis cilik itu, dia menduga bahwa gadis cilik ini sedang main-main, berguyon, maka dia ingin meminta gadis itu untuk berlalu saja, sebab didalam pergolakan didalam ruangan tersebut, keselamatan gadis cilik itu bisa tak terjamin.
"Siauw Sio-cia!"
Kata Cie Kiat begitu dia berada didepan gadis cilik itu. Dia memanggil orang dengan sebutan Siauw Sio-cia, nona kecil.
"Lebih baik kau bermain-main diluar saja, karena disini sedang ada urusan yang bisa membahayakan jiwamu! Pergilah!"
Dan setelah berkata begitu, Cie Kiat telah mengulurkan tangannya.
Dia bermaksud akan mencekal tangan gadis cilik itu untuk diajaknya dituntun keluar dari ruangan tersebut.
Tetapi apa yang terjadi benar-benar diluar dugaan dari semua orang, dan diluar dugaan dari Cie Kiat juga! Kenapa? Ternyata, dikala Cie Kiat sedang mengulurkan tangannya akan menuntun si gadis cilik keluar dari ruangan itu, maka dengan tidak terduga gadis cilik itu telah menjejakan kakinya, dia menggeser kedudukan tubuhnya, kemudian dengan tidak terduga tangannya yang kanan telah dilonjorkan kemuka, dia menonjok kearah rusuk Cie Kiat.
Sambil meninju begitu, maka si gadis cilik telah membentak .
"Jangan kurang ajar kepada nonamu!"
Semula Cie Kiat mau berdiam diri saja, membiarkan si gadis dapat memukul tubuhnya itu. Tetapi dia jadi kaget sendirinya waktu pukulan si gadis telah dekat sekali dengan sasarannya.
Kolektor E-Book
170 Dia merasakan samberan tenaga dalam si gadis yang luar biasa besarnya! Kalau memang Cie Kiat membiarkan dirinya dihajar oleh tangan si gadis, mungkin tulang rusuknya itu bisa hancur berantakan.
Maka dari itu, dengan cepat Cie Kiat jadi menarik pulang tangannya.
Dia jadi, batal mencekal tangan gadis itu untuk diajaknya keluar.
Dengan menjejakkan kakinya, tubuh Cie Kiat telah melambung tinggi sekali, sehingga dengan begitu, pukulan tangan si gadis cilik jadi jatuh ditempat kosong.
Tetapi gadis cilik itu tidak berhenti sampai disitu, dia telah menggerakkan kedua tangannya itu keatas, menyerang kearah Cie Kiat terus yang dirangseknya.
Tubuh Cie Kiat sedang meluncur terus, maka did jadi kaget sekali waktu tahu- tahu merasakan si gadis telah menyerang dirinya dengan serangan-serangan yang beruntun.
"Rubuhlah kau!!"
Si gidis cilik berulang kali telah mengeluarkan suara bentakan begitu.
Juga tangannya tak hentinya menyerang Cie Kiat.
Biarpun Cie Kiat liehay biar dia mempunyai kepandaian yang tinggi, tetapi baru dapat mengelakkan satu serangan gadis cilik itu, lalu sudah disusul dengan serangan lainnya secara terus menerus, hal itu membuat Cie Kiat jadi kewalahan juga.
Memang kalau dinilai dari ilmu silat yang dimiliki oleh gadis cilik itu tak seberapa kalau memang dibandingkan dengan kepandaian yang dimiliki oleh Cie Kiat.
Tetapi cara menyerang dan ilmu ringan tubuh dari si gadis cilik ini memang benar-benar sangat luar biasa dan aneh sekali.
Itulah yang membuat Cie Kiat jadi agak bingung.
Serangan yang biasanya digulakan oleh jago silat sebagai landasan dari penjagaan diri, untuk bagian dalam, maka gadis cilik itu malah telah menyerang bagian luar dari Cie Kiat, sedangkan bagian dalam dari gadis cilik itu tidak ada penjagaan sama sekali.
Cara menyerang dan menangkis atau mengelakkan diri dari gadis itu terbalik dari kebabyakan orang-orang yang mengerti ilmu silat.
Harus diketahui, biarpun didaratan Tionggoan terdapat banyak sekali pintu-pintu perguruan ilmu silat, tetapi sebelumnya ilmu silat didaratan Tionggoan itu berasal dari sumber yang sama dan satu tak ada perbedaan.
Hanya karena orang yang menciptakannya itu memecahkan dan memilih jalannya masing-masing, maka dengan sendirinya ilmu silat itu jadi berkembang, dan bermacam-macam, bentuk dan posisi.
Tetapi kalau memang dilihat dari segi intinya, maka ilmu silat yang ada didaratan Tionggoan ini sebetulnya semuanya itu sama tak ada perbedaan.
Kolektor E-Book
171 Itulah yang membuat heran Cie Kiat.
Walaupun usia si gadis cilik itu masih sangat kecil, toh cara menyerang dan menangkis serangan orang, gadis cilik ini menggunakan ilmu silat dari tingkatan tinggi.
Juga cara mengelakkan serangan orang serta menyerang lawannya, gadis ini telah menggunakan ilmu silat yang cara menyerangnya terbalik dari kebiasaan yang digunakan oleh jago-jago silat didaratan Tionggoan.
Tubuh Cie Kiat sedang meluncur turun pada saat itu, atau si gadis cilik telah menyerangnya dengan tenaga serangan yang kuat sekali.
Yang mengherankan Cie Kiat, tenaga serangan gadis cilik inilah yang kuat luar biasa, yang menyerang dia dengan angin serangan yang santer.
Sebetulnya Cie Kiat tidak memandang sedikitpun kepada gadis cilik ini.
Namun setelah merasakan beberapa kali serangan si gadis cilik yang datangnya secara beruntun, maka mau tak mau dia jadi berlaku hati-hati.
Disebabkan itulah, disaat tubuhnya sedang meluncur turun, dan disaat dia tengah diserang oleh beberapa serangan yang beruntun dari si gadis cilik, maka Cie Kiat telah memutar tangan kirinya setengah lingkaran.
Pada saat itu tubuh Cie Kiat tengah berada diudara, maka dia telah berputar dengan tenaga yang dikerahkan dari perutnya, dari Tan-tian, pusat, maka tenaga Lwee-kang itu tersalur ditangannya, tersalur dengan kuat sekali, waktu dia memutar setengah lingkaran tangan kirinya, maka tenaga Lwee-kang itu telah melindungi dirinya dari segala serangan yang dilancarkan oleh gadis cilik itu.
Dan membarengi dengan itu, maka tangan kanan dari Cie Kiat telah mendorong kearah muka.
Terdengar gadis cilik itu mengeluarkan seruan tertahan, tetapi gadis itu tidak mengalami apa-apa, dia hanya melompat menjauhi Cie Kiat.
Memang benar tadi Cie Kiat mendorong hanya dengan menggunakan tiga bagian tenaga dalamnya, karena dia takut nanti mencelakai gadis cilik itu.
Tetapi dengan dapatnya gadis cilik itu menghindarkan diri dari dorongan itu tanpa menderita apa-apa, dia hanya mengeluarkan seruan tertahan, dan masih dapat melompat kebelakang, maka itu dapat menunjukkan bahwa si gadis cilik ini memang hebat! Inilah yang membuat jago-jago di dalam ruangan itu jadi heran dan bingung! Kalau memang si gadis ini mempunyai seorang guru dan memperoleh didikan dari guru yang liehay bagaimanapun, tak nantinya dia bisa mempunyai kepandaian seperti apa yang dimilikinya sekarang ini.
Maka dari itu, keadaan gadis yang baru muncul ini benar-benar menimbulkan keanehan bagi diri semua jago-jago didalam ruangan itu.
Lay Tat dan To-hun Koay-jin dengan sendirinya berhenti bertempur.
Mereka hanya memandang kearah Cie Kiat dan gadis cilik yang luar biasa dan bisa membuat jago-jago didalam ruangan itu heran sekali.
Kolektor E-Book
172 Pada saat itu, disaat gadis cilik itu tengah melompat kebelakang maka Cie Kiat telah meluncur turun dan dapat berdiri lagi diatas lantai.
Dia memandang gadis cilik itu dengan bibir tersenyum manis.
Biarpun heran, tetapi Cie Kiat juga kagum sekali bahwa didalam usia yang sekecil itu si gadis cilik bisa mempunyai kepandaian yang begitu luar biasa.
Sedangkan gadis cilik itu, yang dipandang oleh Cie Kiat dengan tatapan mata ramah, malah telah mendelik menatap kearah Cie Kiat.
"Kau....... kau telah menghinaku!"
Kata gadis cilik itu dengan suara yang nyaring, mukanya cemberut menandakan bahwa dia mendongkol sekali, juga dari sikapnya yang kekanak-kanakan itu bisa membuat orang tertawa kalau dia sedaang marah.
"Kau akan dihukum oleh majikanku! Hmmmm....... apakah dengan menghina diriku begini kau kira urusan bisa habis sampai disini saja?"
Cie Kiat tersenyum mendengar pertanyaan gadis cilik itu.
"Sabar Siauw Sio-cia......!"
Kata Cie Kiat dengan sabar, karena dia menganggap bahwa dia memang sedang berhadapan dengan seorang gadis yang berusia diantara sembilan tahun. Dan lagi pula Cie Kiat memang menyukai gadis cilik itu, yang mempunyai muka menyenangkan sekali.
"Siapakah nama majikanmu itu? Dan kau ini diutus kemari untuk melakukan apa?"
Gadis cilik itu tertawa dingin.
Tahu-tahu sebelum dia menjawab pertanyaan Cie Kiat, dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat kearah Cie Kiat, sambil mencelat begitu, tahu-tahu ditangannya telah tercekal pedang pendek yang mungil, yang digerakan menyerang kearah muka Cie Kiat.
Hal ini mengejutkan Cie Kiat.
Dia tidak menduga sedikitpun bahwa gadis cilik itu dapat bergerak begitu cepat, dan malah menggunakan sebatang pedang yang tajam itu menyerang kearah mukanya! Untung saja Cie Kiat mempunyai kepandaian yang tinggi dan sempurna, maka dengan cepat dia telah melompat menepi.
Waktu dia melompat kepinggir, ujung pedang sebetulnya telah berada dekat sekali dengan kulit mukanya.
Hal itu menunjukkan betapa cepatnya si gadis cilik menggerakkan tangannya.
Sebetulnya Cie Kiat dapat untuk merebut pedang gsdis cilik itu, tetapi sengaja dia tidak mau melakukannya, karena dia takut nanti membuat gadis cilik itu jadi bergusar dan bisa-bisa menangis, dan hal itu akan jadi berabe untuk dirinya sendiri....! Si gadis cilik itu telah meluncur turun kelantai kembali.
Tetapi begitu ujung kakinya dapat menyentuh lantai, dia telah mengenjotkan tubuhnya lagi.
Kolektor E-Book
173 Badannya itu melayang dengan cepat dan gesit sekali.
Dia mencelat kearah Cie Kiat lagi, yang kala itu juga baru bisa berdiri tetap.
Cie Kiat agak terkejut melihat kegesitan si gadis cilik ini.
Dia tidak menyangka bahwa ilmu entengi tubuh dari si gadis cilik ini hampir bisa disamakan dengan kecepatan seekor burung rajawali.
Kali ini Cie Kiat tidak berani berlaku ayal, dia tidak barani main-main lagi, dengaa cepat dikala pedang gadis cilik itu menyambar kearah bahunya, maka Cie Kiat telah mengulurkan tangannya, jari tangannya terpentang, antara jari tengah dengan jari telunjuk.
Cie Kiat bermaksud untuk menjepit tubuh pedang gadis cilik itu.
Tetapi gadis cilik itu juga cepat sekali gerakannya, matanya juga sangat tajam.
Dia tidak mau membiarkan pedangnya itu kena di jepit, maka dengan cepat dia telah menarik pulang pedangnya, dan tahu-tahu dia bukannya mundur kebelakang, melainkan telah menubruk dan menyerang dengan pedangnya kearah perut Cie Kiat.
Sekarang dia menyerang dengan cara menusuk! Cie Kiat tidak menyangka bahwa gadis ini bisa menyerang dirinya dengan serangan-serangan yang nekad.
Cie Kiat sampai mengeluarkan seruan tertahan, dia kaget benar.
Untung saja dia mempunyai gerakan yang cepat dan gesit, sehingga perutnya tidak sampai tertusuk oleh mata pedang gadis cilik itu....! HAL ITU juga telah mengejutkan jago-jago yang didalam ruangan tersebut, termasuk To-hun Koay-jin dan Oen Lay Tat, si Kauw-cu dari Pian-sia-kay.
Yang mereka buat kaget bukan karena perut Cie Kiat hampir tertusuk oleh pedang gadis cilik itu.
Hal itu tidak luar biasa, tetapi kepandaian si gadis yang benar-benar membuat mereka jadi tercengang.
Biar bagaimaia didalam usia yang sekecil itu, gadis cilik tersebut telah mempunyai kepandaian ilmu silat yang begitu luar biasa benar-benar membuat jago- jago didalam ruangan tersebut jadi heran berbareng kagum.
Kalau memang dinilai kepandaiannya, maka kepandaian gadis cilik itu tidak berada disebelah bawah dari kepandaian jago-jago yang ada didalam ruangan tersebut.
Kolektor E-Book
174 Gadis cilik itu telah mempunyai kepandaian yang begitu tinggi, lalu bagaimana dengan majikannya yang disebut oleh gadis cilik itu dengan sebutan Wang Sio-cia itu? Tentu kepandaian dari Wang Sio-cia itu luar biasa sekali.
Pada saat itu Cie Kiat jadi repot menghindarkan diri dari setiap serangan yang dilancarkan oleh gadis cilik itu dengan cara yang beruntun sekali.
Kalau memang Cie Kiat mau, dia bisa menjatuhkan dan merubukkan gadis cilik tersebut didalam satu atau dua jurus saja, dan dia bisa melukai atau mencelakai diri gadis cilik itu.
Tetapi Cie Kiat tidak sampai hati untuk melakukannya, karena dia menganggap gadis cilik itu memang masih terlampau kecil sekali, maka tak pantas kalau dia menurunkan tangan keras tertahap diri gadis cilik tersebut.
Biar bagaimana Cie Kiat adalah seorang berjiwa pendekar berhati luhur, dan berbudi kepada siapa saja, tak nantinya dia akan mencelakai gadis cilik yang berusia baru berkisar diantara sembilan tahun itu.
Tetari setiap serangan dari si gadis cilik benar-benar membuat Cie Kiat jadi kewalahan sekali.
Dia selalu berusaha mengelakkan setiap serangan gadis cilik itu, karena dia tidak mau kalau memang sampai tubuhnya itu menjadi sasaran yang empuk dari mata pedang gadis cilik yang mempunyai kepandaian agak lumayan itu.
Jago-jago yang berada didalam ruangan tersebut juga jadi menyaksikan terus dengan penuh perhatian, mereka heran berbareng kagum kepada gadis cilik itu.
Tetapi lama kelamaan Cie Kiat jadi jemu juga menghadapi setiap serangan dari gadis cilik itu.
Kalau memang dia melayani terus dengan membiarkan gadis cilik itu melancarkan serangannya, maka dirinya tentu akan menghadapi gadis cilik itu terus menerus, dan hal itu berarti dia akan direpotkan terus oleh gadis cilik itu.
Disaat gadis cilik tersebut melancarkan tusukan pada perut Cie Kiat sambil mengeluarkan suara bentakan, maka Cie Kiat telah mengulurkan tangannya.
Jari telunjuk dan jari tengahnya itu terjulur akan menjepit pedang gadis cilik tersebut.
Gadis cilik yang aneh dan mempunyai kepandaian lumayan tersebut, jadi terperanjat waktu melihat bahwa lawannya ingin merebut pedangnya.
Cepat-cepat dia memutar tangannya, dia bermaksud akan menarik pulang pedangnya itu.
Tetapi terlambat.
Pedangnya itu telah kena dijepit oleh Cie Kiat, jari telunjuk dan jari tengah ditangannya itu telah menjepit dengan keras.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis cilik itu mencelos hatinya.
Dia berusaha menarik agak keras pedang itu.
Atau, dia merasakan hatinya lebih kaget dari semula.
Hal itu disebabkan pedangnya itu masih terjepit Cie Kiat.
Kolektor E-Book
175 Dia tidak bisa menarik pulang, karena pedangnya terjepit oleh jari tangan Cie Kiat seperti juga terjepit oleh jepitan besi.
Hal ini membuat gadis cilik tersebut jadi gugup bukan main.
Dengan mengeluarkan seruan keras, gadis cilik ini telah berusaha menarik lagi.
Tetapi tetap saja tidak terlepas.
Wajah gadis ini jadi berobah merah padam, dia mendelik kepada Cie Kiat.
"Lepaskan pedangku!"
Bentak gadis cilik itu dengan suara yang nyaring. Tetapi Cie Kiat tidak mau melepaskannya. Anak muda she Lie ini malah telah tersenyum dengan sikap yang tenang.
"Siauw Sio-cia, kau terlalu galak!!"
Kata Cie Kiat kemudian dengan suara yang sabar.
"Dengan pedang ini kau telah melancarkan serangan-serangan yang berbahaya dan telengas. Coba kalau memang orang yang kau serang itu tidak mempunyai kepandaian silat yang lumayan, bukankah orang akan menderita luka-luka?"
Wajah si gadis cilik jadi berobah merah padam, dia tampaknya mendongkol sekali.
"Kau mau melepaskan pedangku atau tidak?"
Bentak gadis dengan suara yang seram. Cie Kiat tersenyum lagi. Kalau memang aku tidak mau melepaskannya, apa yang akan kau lakukan?"
Tanya Cie Kiat acuh tak acuh, seperti juga dia mengejek.
Gadis cilik itu jadi tambah mendongkol, dia sampai mengeluarkan suara seruan gusar.
Dia mengerahkan tenaganya untuk menarik terlepas pedangnya dari dijepitan jari tangan Cie Kiat.
Tetapi mana bisa dia menarik pulang pedangnya dari jepitan tangan Cie Kiat yang mempunyai Lwee-kang kuat sekali?! Jangankan dapat menarik pulang, sedangkan bergoyang saja tidak.
Wajah gadis cilik itu jadi berobah tambah merah padam, rupanya dia gugup dan gusar.
"Lepaskan!"
Bentaknya. Cie Kiat melawannya dengan senyum.
"Kau mau lepaskan atau tidak?"
Bentak gadis cilik itu gusar.
"Tidak!"
Sahut Cie Kiat.
"Lepaskan!"
"Tidak!!"
Kolektor E-Book
176 Gadis cilik itu menarik pedangnya lagi, keras sekali tarikannya itu. Tetapi pedang itu tidak bergeming. Wajah gadis cilik itu jadi berobah tambah merah padam, dia hampir menangis.
"Lepaskan!!"
Teriaknya lagi dengan suara yang penasaran benar.
"Sebelum kau mau mengakui kau bersalah dan berjanji tidak akan sembarangan menyerang orang, maka pedangmu ini tidak akan kukembalikan! Malah aku akan mematahkannya!!"
Kata Cie Kiat. Wajah gadis itu jadi berobah tambah merah padam.
"Lepaskan! Kataku lepaskan! Kalau memang Wang Sio-ciaku mengetahui, tentu kau akan dicincangnya dijadikan perkedel!!"
Teriak si gadis seperti kalap, dia juga tampaknya sangat gugup sekali.
"Baiklah kalau memang kau berkepala batu tidak mau berjanji untuk tidak sembarangan menyerang orang lagi, maka aku akan mengambil tindakan yang tegas!"
Kata Cie Kiat dengan mendongkol, karena dia melihat, walaupun usia si gadis cilik ini masih sangat muda, masih kecil, toh dia kepala batu benar, keras hati dan tidak mau mengalah.
Semua jago-jago jadi memandang dengan tertarik, karena mereka ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Cie Kiat.
Mereka jadi menduga-duga apa yang akan dikerjakan oleh Cie Kiat untuk membuat si gadis cilik itu menyerah.
Begitu juga gadis cilik yang luar biasa itu, dia jadi mengawasi Cie Kiat dengan pandangan mata mendongkol, gusar, dan bercampur dengan perasaan gugup serta rasa takut, yang terpancar dari matanya.
"Bagaimana? Kan mau mengakui bersalah atau tidak?"
Tegur Cie Kiat sambil mengawasi gadis cilik itu dengan sorot mata yang tajam.
Cie Kiat juga masih menjepit tubuh pedang gadis cilik itu dengan menggunakan kedua jari tangannya.
Gadis cilik itu jadi tambah gusar dan mendongkol.
Tampak wajahnya merah padam.
"Kau masih tidak mau mengaku bersalah?"
Bentak Cie Kiat dengan suara yang sengaja dikeraskan.
Dia sengaja masih menjepit pedang gadis cilik itu, karena dia tahu, bahwa si gadis cilik itu tentu tidak akan melepaskan pedangnya begitu saja, gadis cilik ini tentu tidak akan membiarkan pedangnya direbut oleh Cie Kiat.
Maka dari itu, Cie Kiat sengaja mempermainkan sesaat lamanya gadis cilik ini.
Tetapi bukannya menyahuti, gadis cilik itu telah mengerahkan tenaganya untuk menarik pulang pedangnya itu dari jepitan tangan Cie Kiat.
Hal itu membuat Cie Kiat jadi tersenyum dengan sendirinya.
"Kau benar-benar berkepala batu!"
Kata Cie Kiat sambil mengerahkan tenaganya pada kedua jari tangannya, dia memutar sedikit, maka terdengar suara takkkkkkk yang cukup keras, pedang itu telah patah!
Kolektor E-Book
177 Begitu pedang patah, pedang si gadis cilik itu, maka wajah si gadis cilik kontan jadi merah padam, kemudian berobah pucat, tubuhnya menggigil.
"Kau.... kau.... kau telah mematahkan pedang pemberian majikanku?"
Bentak gadis cilik itu dengan suara gemetar disebabkan perasaan kaget, gusar dan mendongkol. Cie Kiat tersenyum.
"Kau adalah seorang gadis cilik yang benar-benar kepala batu!"
Kata Cie Kiat dengan suara yang sabar.
"Ini baru pedangmu yang kupatahkan, tetapi kalau memang kau masih tidak mau mengalah dan tidak mau merobah kelakuanmu yang selalu menyerang orang dengan serangan-serangan yang telengas, hmmm..... dirimu sendiri yang akan kulukai dan kupatahkan juga batang lehermu!!"
Tubuh gadis cilik itu tambah menggigil rupanya dia murka bukan main.
Air mata tampak menitik turun dari kelopak matanya, tahu-tahu dengan mengeluarkan seruan kalap gadis cilik ini telah menubruk Cie Kiat, dia menyerang dengan menggunakan pedangnya yang telah buntung itu.
"Akan kuadu jiwa denganmu..... akan kuadu jiwa denganmu!!"
Teriak gadis ini dengan suara yang nyaring diantara tangisnya, tampaknya dia kalap sekali dia menyerang dengan membabi buta kearah Cie Kiat dengan menggunakan pedangnya yang telah buntung ujungnya itu.....
* * * SEBETULNYA Cie Kiat merasa senang dan menyukai gadis cilik ini.
Tadi waktu dia telah mematahkan pedang si gadis cilik, dia menyesal sendirinya.
Tak seharusnya dia merusak benda milik gadis itu.
Apa lagi dia melihat gadis cilik itu telah mengucurkan air mata, telah menangis menjadi kalap menyerang dirinya, Cie Kiat jadi tambah menyesal.
Tetapi disebabkan gadis cilik itu telah menyerang dengan menggunakan pedang yang telah patah itu, maka Cie Kiat juga tidak bisa berdiam diri saja.
Cepat-cepat dia melompat menjauhi gadis cilik itu.
Dengan begitu, tikaman gadis cilik tersebut dengan pedang patahnya itu jadi jatuh pada tempat kosong.
Tetapi gadis cilik itu rupanya memang telah kalap benar, dia telah melompat dan menerjang kearah Cie Kiat lagi.
Cie Kiat terpaksa mengelakkan lagi.
Dengan jalan melompat dan menjejakkan kakinya, Cie Kiat selalu dapat menjauhkan diri gadis cilik itu.
Kolektor E-Book
178 Tetapi gadis cilik tersebut tetap tidak mau mengerti, dia telah menyerang terus menerus tanpa mengenal lelah.
Sambil menyerang begitu, dia juga menangis terus, dan Cie Kiat jadi tambah tidak enak hati.
Tetapi tikaman si gadis cilik itu memang tidak bisa dipandang enteng dan tidak boleh dibuat main-main.
Sekali saja dia tertusuk, berarti dirinya akan cidera, sebab setiap serangan dari gadis itu telengas dan jatuh pada setiap jalan darah yang berbahaya ditubuh.
Jago-jago lainnya yang melihat cara pertempuran yang pincang begitu, jadi menyaksikan dengan penuh perhatian.
Mereka tidak ada yang bersuara.
Hanya didalam hati mereka masing-masing mereka jadi mengakui bahwa sebetulnya kepandaian dari gadis cilik itu tidak rendah dan mungkin juga tidak berada disebelah bawah kepandaian mereka sendiri.........! Sedang si gadis cilik itu menyerang terus menerus kepada Cie Kiat, tiba-tiba terdengar suara orang berkata dengan suara dan nada yang lembut .
"Janganlah suka mempermainkan seorang anak kecil yang tidak berdaya!"
Mendengar suara itu, gadis cilik itu telah melompat keluar dari gelanggang pertempuran.
"Wang Kouw-nio......!"
Teriaknya sambil berlari kepintu, dimana tampak berdiri seorang gadis dengan wajah yang cantik dan sikap yang agung sekali.
Usia gadis itu mungkin baru delapan belas tahun, tetapi cahaya dan sinar matanya menandakan bahwa dia mempunyai kepandaian silat dan Lwee-kang yang luar biasa sekali, tinggi dan sempurna.
"Wang Kouw-nio!!"
Teriak si gadis cilik lagi waktu dia telah berada didepan gadis itu, yang dipanggilnya dengan sebutan Wang Kouw-nio, nona Wang.
"Dia..... dia...... telah menghina budakmu ini! Dia telah mematahkan pedang pemberian Kouw-nio! Gadis itu menatap kearah yang ditunjuk oleh gadis cilik itu, dia memandang Cie Kiat dengan tatapan mata yang dingin.
"Minggir kau!"
Katanya kemudian dengan suara yang hambar, kepada gadis cilik itu, yang mana sudah lantas gadis cilik itu berdiri kepinggir.
Gadis yang dipanggil dengan sebutan Wang Kouw-nio itu telah melangkah menghampiri kearah Cie Kiat.
Sambil melangkah begitu, matanya juga telah menyapu kearah jago-jago lainnya yang berkumpul didalam ruangan tersebut, juga dia memandang kearah To-hun Koay-jin dan Oen Lay Tat.
Semua orang berdiam diri, mereka seperti terpengaruh oleh suatu kekuatan yang luar biasa, yang membuat mereka jadi berdiri seperti orang kesima.
Mereka tenggelam dan kagum akan kecantikan wajah gadis itu.
Kolektor E-Book
179 Muka Wang Kouw-nio tersebut benar-benar cantik, dia mempunyai potongan alis yang disebut alis bulan sabit, hidungnya yang disebut hidung Tiang-pie-kie, bibirnya adalah bibir yang disebut merah delima merekah dan dagunya yang lancip bulat itu disebut sebagai dagu gurun, matanya yang memancarkan cahaya yang bening itu disebut mata bintang kejora, maka dari itu, kecantikan yang dimiliki oleh gadis ini memang sulit untuk dicari duanya didalam dunia ini! Hanya saja, dari cahaya dan sinar matanya, maka orang akan segera mengetahui bahwa gadis tersebut mempunyai sifat dan perangai yang keras.
Gadis ini, Wang Kouw-nio, tentu tidak akan mau mengalah kepada siapa saja.
Dia pasti tidak akan mau sudah kalau memang urusan dirinya belum selesai dan dapat diselesaikan.
Itulah sifat-sifat si gadis yang tampak dan terlihat dari sinar matanya.
Sekarang dikala dia menghampiri Cie Kiat, sinar matanya itu tajam sekali.
Cie Kiat berdiri diam ditempatnya, dia seperti juga tenggelam dan terpaku oleh kecantikan yang dimiliki oleh Wang Kouw-nio tersebut.
Kalau Siang Kie Lan mempunyai wajah yang cantik, tetapi gesit dan dapat menggiurkan hati lelaki, maka kecantikan Wang Kouw-nio ini berbeda.
Wang Kouw-nio ini tampaknya ayu dan agung sekali, sehingga orang tidak berani mengkhayalkan sesuatu didalam kecantikan yang dimiliki oleh Wang Kouw-nio tersebut.
Maka dari itu, biarpun Siang Kie Lan mempunyai kecantikan yang luar biasa, toh kecantikannya itu tidak bisa memenangkan kecantikan yang dimiliki oleh kecantikan yang dimiliki oleh Wang Kouw-nio tersebut.
Kedua gadis ini masing-masing mempunyai keistimewaan mereka sendiri- sendiri.
"Kau telah menghina budakku!!"
Kata gadis itu, Wang Kouw-nio, dengan tiba- tiba dan suara yang agak keras, waktu dia telah berada didepan Cie Kiat.
"Kau telah berani mematahkan pedang pemberianku pada budakku itu, menandakan kau sangat kurang ajar sekali, maka dari itu, perlu kiranya aku memberi hajaran kepadamu!"
Belum lagi Cie Kiat menyahuti, dan belum lagi dia memberikan penjelasan, tangan si gadis telah bergerak sedikit.
Tampak melesat cahaya bening yang kecil, yang menyambar dengan cepat sekali.
Cie Kiat segera juga merasakan benturan dari hawa panas yang luar biasa.
Hati anak muda ini jadi terkejut sekali.
Senjata apa yang telah dilontarkan oleh gadis itu, sehingga dia merasakan samberan hawa panas, seperti api yang membakar kulitnya.
Dengan terjengkit, Cie Kiat berusaha mengelakkan samberan dari senjata yang dilontarkan oleh gadis itu, oleh si Wang Kouw-nio.
Entah senjata rahasia apa yang telah disambitkan oleh Wang Kouw-nio itu, sehingga menimbulkan hawa yang panas sekali.
Kolektor E-Book
180 Cie Kiat sendiri jadi terperanjat bukan main, dia tidak menduga bahwa dirinya akan diserang begitu.
Cie Kiat menduga bahwa senjata kecil yang dilontarkan oleh Wang Kouw-nio itu, yang putih kecil melesat menyambar kedirinya, adalah senjata rahasia yang mungkin juga beracun.
Maka dari itu Cie Kiat tidak berani main-main.
Dia dapat mengegoskan samberan senjata rahasia yang berwarna putih itu, tetapi waktu lewat disisi tubuhnya, Cie Kiat merasakan hawa samberan senjata rahasia itu yang panas menjerupai api!! Hal itu mengejutkan Cie Kiat, dia sampai melompat menjauhi tempat itu lagi! Senjata itu meluncur terus, dan menyambar tiang yang ada diruangan itu.
"Taakkkk!"
Tiang itu terhajar senjata rahasia yang disambitkan oleh Wang Kouw-nio tersebut.
Mata semua jago-jago yang ada didalam ruangan itu jadi mengeluarkan seruan tertahan, dan Cie Kiat juga jadi menitikkan keringat dingin, karena mereka semuanya menyaksikan, waktu membentur tiang itu, maka senjata rahasia yang berwarna putih serta kecil itu telah memercikkan api, dan didalam waktu yang seketika itu juga tiang tersebut telah hangus oleh korban api.
Untung saja tiang tersebut terbuat dari batu seluruhnya, sehingga tidak sampai termakan oleh api.
Tetapi bisa dibayangkan, kalau memang tubuh Cie Kiat yang kena kesamber oleh senjata rahasia yang aneh dari gadis itu, tentu tubuh Cie Kiat akan terbakar! Maka dari itu, semua orang jadi menggidik.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cie Kiat memandang gadis itu, Wang Kouw-nio, dengan sinar mata yang bertanya-tanya.
"Hmmmm...... pantas saja kau berani menghina orangku, nyata sekali kau mempunyai kepandaian yang lumayan!"
Kata Wang Kouw-nio dengan wajah yang dingin tanpa ada seulas senyum dibibirnya, tetapi tetap cantik.
"Tetapi jangan harap sekarang kau bisa memperoleh pengampunan dan terlolos dari Ho-sin-tan, pil api, yang akan membakar dirimu!"
Dan setelah berkata begitu, maka gadis tersebut telah menyentil dengan jari tangannya lagi, tampak melesat beruntun dari beberapa jurusan yang menyambar kearah Cie Kiat.
Seketika itu juga ruangan tersebut jadi panas sekali, karena senjata rahasia yang dinamakan oleh gadis itu dengan sebutan Ho-sin-tan, menyambar dengan cepat, dari jurusan atas, bawah, tengah dan jurusan bagian tubuh yang berbahaya lainnya.
Cie Kiat jadi kewalahan juga.
Kalau memang dia harus menghadapi gadis itu dengan menggunakan ilmu silat, mungkin dia tidak akan menyerah.
Tetapi kali ini gadis itu, Wang Kouw-nio, telah menggunakan senjata rahasia yang aneh sekali, yang dapat menimbulkan hawa panas dan kalau memang terkena serangan, senjata itu akan meledak dan menimbulkan api!
Kolektor E-Book
181 Jangankan terserang oleh senjata itu, sedangkan orang-orang yang berada didalam ruangan itu, dapat merasakan samberan hawa panas.
Maka dari itu, dapat dibayangkan, kalau memang ada orang yang terserang oleh senjata itu, tentu seketika itu juga akan terbinasa oleh benturan senjata yang aneh tersebut.
Cie Kiat melihat bahwa senjata rahasia itu menyambar dirinya dari berbagai jurusan, dia jelas tak bisa melompat kekiri atau kekanan, karena jalan untuk melompat kearah itu telah tertutup oleh menyambarnya Ho-sin-tan lainnya dari jurusan itu! Untuk menerima serangan tersebut, untuk manda terserang oleh senjata rahasia si gadis Wang Kouw-nio yang sangat berbahaya itu, jelas Cie Kiat tidak mau.
Maka dari itu, dengan mengeluarkan seruan yang panjang, dia telah mengenjotkan kakinya, tubuhnya mencelat, dan dia melambung keatas penglarian dari ruangan tersebut.
Dengan begitu, dengan sendirinya Cie Kiat dapat menghindarkan serangan senjata rahasia yang dapat menimbulkan hawa panas itu.
Terdangar suara tak, tak, takkk, takkk, tak, beberapa kali, juga tampak pijaran api yang muncrat dari benda yang membentur dinding, senjata rahasia itu berjatuhan meluruk dilantai.
Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi berdiri dengan kesima, mereka tidak tahu bagaimana seumpamanya senjata-senjata rahasia itu tadi menyambar kediri mereka.
Pada saat yang bersamaan, tubuh Cie Kiat telah meluncur turun kelantai lagi, dia telah berdiri dilantai dengan wajah yang tenang, tidak memperiihatkan kegugupannya sedikitpun.
Hanya wajah gadis yang dipanggil Wang Kouw-nio itu saja yang telah berobah hebat dia bergusar karena serangannya yang beruntun itu masih tidak bisa merubuhkan Cie Kiat.
BIASANYA kalau memang Wang Kouw-nio tersebut menyerang lawannya dengan menggunakan Ho-sin-tan, maka tak mungkin musuhnya itu dapat menghindarkan seluruh serangannya itu.
Satu atau dua dari Ho-sin-tan pasti akan dapat mengenai tubuh lawannya, dan begitu kena terserang, maka lawannya itu akan kelabakan dan akan dapat dirubuhkan dengan mudah.
Tetapi kali ini sebutir Ho-sin-tan tak ada yang mengenai diri Cie Kiat.
Kolektor E-Book
182 Malah tampaknya anak muda she Lie itu sangat tenang sekali waktu melompat turun.
Hal itulah yang telah menyebabkan Wang Kouw-nio jadi agak mendongkol.
Biar bagaimana, biasanya dia belum pernah ada yang biaa mengelakkan serangannya, sekarang dia seperti tidak dipandang sebelah mata, hal itu menyebabkan perasaan murka yang bergolak didalam hati gadis tersebut.
"Hmmmm...... kau masih bisa mengelakkan seranganku itu!!"
Kata si gadis yang bernama Wang Kouw-nio, nona Wang itu, dengan suara yang dingin sekali. Cie Kiat menatap gadis itu dengan wajah yang memperlihatkan keheranannya.
"Kouw-nio.... ini..... ini....!"
Katanya agak gugup. Si gadis tertawa dingin, wajah Wang Kouw-nio ini tawar sekali.
"Hmmmm...... alasan apa yang ingin kau kemukakan kepadaku?!"
Te gurnya dengan suara yang tawar sekali.
"Kau telah menghina dan menurunkan tangan jahat mematahkan pedang dari budakku, maka dengan sendirinya, kau juga telah menantang diriku! "Hari ini biar bagaimana aku harus memberikan ganjaran yang setimpal kepadamu!!"
Dan setelah berkata begitu, maka dengan cepat tangan dari Wang Kouw-nio itu telah bergerak lagi.
Hebat kali ini, karena yang menyambar Cie Kiat bukanlah Ho-sin-tan, melainkan sehelai ikat pinggang dari si gadis, yang entah sejak kapan telah berada ditangannya.
Ikat pinggang itu menyambar dengan cepat kearah Cie Kiat, serangan tersebut mengandung tenaga Lwee-kang yang benar-benar kuat sekali, sehingga angin serangan dari ikat pinggang itu telah berseliweran disekitar ruangan tersebut.
Jago-jago silat lainnya yang berdiri dipinggiran tempat itu dapat merasakan samberan-samberan dari angin serangan angkin yang ditangan Wang Kouw-nio.
Cie Kiat melihat ujung dari ikat pinggang itu telah menyambar cepat sekali, mengincer jalan darah Siang-tie-hiatnya dibagian pundak.
Jalan darah itu adalah jalan darah yang cukup penting, karera bersangkut-paut dengan jalannya pernapasan.
Sekali saja jalan darah itu terserang, maka biarpun orang itu mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, toh tetap saja dia akan rubuh terguling dengan menderita gempuran didalam.
Jalan darah Siang-tie-hiat ini merupakan jalan darah yang boleh disebut inti, dan sekali saja tertotok oleh senjata apa saja, maka dengan sendirinya dibagian dada dari orang yang tertotok jalan darahnya tersebut, orang itu akan menderita sesak napas seumur hidupnya.
Maka dari itu, Cie Kiat tidak mau membiarkan dirinya kena diserang oleh angkin gadis itu.
Dengan cepat Cie Kiat telah menjejakan kakinya, tubuhnya melayang melompat menjauhi tempat itu.
Kolektor E-Book
183 Tetapi ujung angkin itu menyambar terus, seperti juga mempunyai mata, dan dengan cepat ujung dari angkin yang telah berobah keras itu, jadi mengincer jalan datah Pay-ma-hiat dari Cie Kiat.
Inilah kehebatan dari kepandaian Wang Kouw-nio itu, karena tanpa menarik pulang angkinnya itu, dia telah dapat melancarkan serangan lainnya lagi secara beruntun.
Tetapi Cie Kiat memang telah mempunyai kepandaian yang tinggi.
Biar bagaimana dia tidak mau membiarkan dirinya itu terserang.
Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban dari totokan ujung angkin dari Wang Kouw-nio itu.
Sekarang, disaat dia mengelakkan serangan ujung angkin yang mengincer jalan darah Pay-ma-hiatnya, maka Cie Kiat tidak mengelak begitu saja.
Dia tidak berdiam diri, melainkan telah menggerakkan tangan kirinya dia bermaksud akan meacekal dan menangkap ujung dari angkin si gadis she Wang itu.
Wang Kouw-nio jadi agak terkejut waktu dia melihat si anak muda she Lie itu masih dapat menghindarkan serangannya itu dengan mudah, dan malahan dengan cepat tampak si anak muda she Lie itu telah bermaksud akan mencekal ujung angkinnya, mungkin juga mau merebutnya, maka dengan cepat Wang Kouw-nio telah menarlk pulang angkinnya, sambil menarik pulang angkinnya itu, maka dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali.
Wang Kouw-nio bukannya menarik pulang angkinnya itu untuk lantas berdiam diri.
Dia telah menggerakkan tangannya, dia telah menyerang dengan serangan yang sangat beruntun sekali.
Setiap serangan dari Wang Kouw-nio dengan angkinnya itu mengandung tenaga serangan yang besar sekali, juga ujung dari angkinnya itu sangat berbahaya sekali.
Harus diketahui, bahwa angkin adalah benda kain yang sifatnya lunak, tetapi ditangan seorang ahli Lwee-keh, tenaga dalam, maka angkin atau benda-benda lainnya yang lunak, bisa menjadi benda keras, keras melebihi baja.
Maka dari itu, sekarang angkin yang ada ditangan si gadis she Wang itu, yang dipakai sebagai senjatanya untuk menyerang Cie Kiat, telah berobah begitu liehay dan berbahaya karena, dengan angkinnya itu Wang Sio-cia telah menggerakkan tenaga Lwee-kangnya yang tersalur melalui angkinnya itu dan mengincer jalan darah dibagian tubuh Cie Kiat, jalan darah yang berbahaya dan bisa membahayakan jiwa dari Cie Kiat.
Tetapi Cie Kiat adalah seorang anak muda yang mempunyai kepandaian yang sangat tinggi sekali, dia juga tidak mau terlalu turun tangan keras kepada si gadis karena dia merasa tidak enak hati.
Maka dari itu, lebih banyak Cie Kiat selalu mengelakkan diri dari setiap serangan-serangan Wang Kouw-nio yang dilancarkan dirinya.
Kolektor E-Book
184 Pada saat itu, salah seorang jago diantara jago-jago yang ada didalam ruangan tersebut, telah menyeletuk .
"Aha, sekarang anjing betina yang pura-pura galak itu akan dapat dirubuhkan si bocah!"
Dan yang menyeletuk itu adalah Soe Tiang Ho, itu seorang jago silat yang mempunyai nama tidak begitu besar didalam kalangan Kang-ouw.
Tetapi disebabkan sifat dari Soe Tiang Ho memang angkuh dan sering tinggi diri, dengan sendirinya dia selalu jadi menganggap rendah kepada orang lain.
Wang Kouw-nio jadi berobah wajahnya, tetapi dia tidak menghentikan serangan-serangannya terhadap diri Cie Kiat.
Tangan kirinya saja yang bergerak, maka melesatlah beberapa butir dari Ho-sin-tan.
"Takkkkk!"
Terdengar suara yang keras sekali.
Tampak tubuh Soe Tiang Ho terpental dan orang ini menjerit mengaduh! Kemudian tampak berjingkrak-jingkrak sambil menjerit-jerit seperti babi yang mau dipotong.
Ternyata dengan tidak terduga, Ho-sin-tan itu telah menghantam tepat orang she Soe tersebut.
Sebetulnya, kalau memang Soe Tiang Ho mempunyai kepandaian yang tinggi, maka dia akan dapat mengelakkan serangan Ho-sin-tan tersebut, tetapi berhubung kepandaiannya memang tidak seberapa, dan lagi pula Wang Kouw-nio itu memang mempunyai kepandaian yang tinggi, maka dari itu, timpukan Ho-sin-tan oleh Wang Kouw-nio mengenai tepat beberapa jalan darah dari si orang she Soe itu.
Rasa dan hawa panas telah meliputi diri Soe Tiang Ho, orang she Soe ini seperti juga dibakar oleh kobaran api yang besar sekali.
Sambil menjerit-jerit, dia merubuhkan dirinya dilantai dan bergulingan.
Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi kaget dan wajah mereka semuanya jadi pucat.
Bagaimana kalau memang mereka juga terkena serangan Ho-sin-tan dari Wang Kouw-nio itu? Lama juga Soe Tiang Ho bergulingan begitu, dia bergulingan sambil menjerit- jerit dengan suara yang menyayatkan hati.
Kemudian setelah berselang sesaat, semua orang melihat Soe Tiang Ho melompat tinggi, lalu tubuhnya itu jatuh ambruk di lantai lagi dengan terbanting, tubuhnya kemudian mengejang kaku, berkelejetan sesaat, dan kemudian diam tak berkutik, karena nyawanya telah meninggalkan raganya.
Semua orang yang melihat hal itu jadi menggidik.
Mereka tidak menduga sedikitpun bahwa Ho-sin-tan dari Wang Kouw-nio tersebut sangat ampuh dan begitu luar biasa.
Mereka juga tidak menduga bahwa Ho-sin-tan bisa menyebabkan kebinasaan orang she Soe.
Dengan sendirinya mereka jadi mengawasi Soe Tiang Ho yang sudah menjadi mayat.
Kolektor E-Book
185 Hati mereka semuanya berdebar, juga mereka mengetahui sekarang, kalau Ho- sin-tan pasti mengandung racun api yang berbahaya sekali.
Karena, begitu terserang tak lama, Soe Tiang Ho seperti orang yang terbakar tubuhnya, menjadi hitam gosong, kemudian setelah hanya berselang beberapa menit saja, dia telah mengejang menjadi mayat.
Hal itu dapat membayangkan, betapa hebatnya racun dari Ho-sin-tannya gadis she Wang itu.
Budak dari Wang Kouw-nio, gadis cilik yang baru berusia diantara sembilan tahun, yang tadi pedangnya kena dipatahkan oleh Cie Kiat, tampak memandang mayat Soe Tiang Ho dengan puas, tampaknya dia sekarang agak senang, mungkin dia menganggap sakit hatinya agak terbalas.
Juga berulang kali dia mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin, tampaknya sikap gadis cilik ini bangga sekali bahwa nona majikannya Wang Kouw- nio dapat merubuhkan dan membinasakan salah seorang lawannya.
Pada saat itu, Wang Kouw-nio dan Cie Kiat, masih terus juga bertempur.
Malah sekarang serangan-serangan dari Wang Kouw-nio semakin gencar dan hebat.
Setiap ujung dari kain ikat pinggangnya yang digerakkan menyerang Cie Kiat itu mengandung tenaga Lwee-kang yang kuat luar biasa.
Juga serangan dari Wang Kouw-nio itu terdiri dari berbagai serangan yang telengas dan mematikan, membahayakan jiwa sekali.
Namun, sebagai seorang jago yang mempunyai kepandaian sangat tinggi, biarpun pengalaman tempur belum begitu matang pada diri Cie Kiat, toh tetap saja Cie Kiat dapat menghadapi si gadis she Wang itu dengan baik sekali.
Malah anak muda she Lie ini semakin lama jadi semakin lenyap kesabarannya.
Dia menantikan selalu setiap serangan dari Wang Koaw-nio.
Dan setiap kali pula Cie Kiat mengalah dia mengelakkan serangan-serangan itu.
Dikala dia sudah hilang kesabarannya, maka dia jadi mengambil keputusan untuk memberikan pelajaran sedikit kepada gadis itu, agar nanti tidak terlalu angkuh seperti sekarang ini.
Cie Kiat menantikan angkin dari gadis itu menyambar lagi kepadanya kala itu angkin Wang Kouw-nio menyambar dengan jurus Soe-tay-gin-to, cepat dan bertenaga angkin itu menyambar kearah Cie Kiat.
Dengan mengeluarkan suara dengusan dingin, Cie Kiat mengulurkan tangannya, dan dengan kecepatan yang luar biasa sekali dia telah mencekal ujung angkin si gadis! Malah Cie Kiat telah menariknya angkin itu sambil mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, disertai oleh bentakannya.
"Lepas....!!" * * *
Kolektor E-Book
186 WANG KOUW-NIO jadi terkejut sekali waktu melihat angkinnya itu kena dicekal oleh si anak muda she Lie, juga dia terkejut benar dan hatinya mencelos waktu Cie Kiat menarik angkinya dengan tenaga yang luar biasa besarnya.
Si gadis sampai mengeluarkan seruan tertahan.
"Ihhhhhhhhhhh!"
Tanpa sesadarinya dia jadi mengeluarkan seruan begitu, dan dia berusaha menahan dan mencekal angkinnya itu kuat-kuat.
Tetapi tenaga tarikan dari Cie Kiat sangat kuat sekali.
Biar si gadis she Wang itu telah menahannya dengan tenaga yang kuat, toh tubuhnya jadi tertarik beberapa langkah kemuka.
Cie Kiat sendiri heran tarikannya dengan tenaga Lwee-kangnya itu tidak membawa hasil.
Dia melihat hanya si gadis yang terhuyung kedepan beberapa langkah.
Selain dari itu, angkin tersebut tidak terlepas atau tegasnya tidak dapat direbutnya! Hal ini membuat Cie Kiat jadi penasaran juga.
Biar bagaimana dia adalah seorang anak muda, yang mempunyai ambekan besar, maka dengan sendirinya dia juga selalu ingin menang diatas angin.
Maka dari itu, melihat bahwa tarikannya yang pertama untuk berusaha merebut angkin she Wang itu telah gagal.
Cie Kiat jadi mengerahkan tenaganya beberapa bagian lagi, dia menambah tenaga tarikannya.
Juga Cie Kiat kali ini telah menggunakan hampir tujuh bagian tenaga Lwee- kangnya.
Dia menariknya dengan keras sekali, sambil menarik begitu, dia membentak.
"Lepaskan.........."
Dan anak muda she Lie ini membetotnya keras luar biasa.
Wang Kouw-nio jadi terkejut sekali.
Dia kaget bukan main karena tenaga tarikan dari Cie Kiat kuat sekali.
Biar bagaimana dia adalah seorang jago yang mengetahui sampai dimana kepandaian yang dimilikinya.
Selama hidupnya belum pernah ada orang yang bisa menandingi kepandaiannya.
Dan sekarang disebabkan tarikan dari Cie Kiat kuat sekali, menyebabkan dia jadi terhuyung kedepan.
Dan terakhir, dikala Cie Kiat menambah tenaga tarikannya itu, dikala Cie Kiat membetotnya dengan keras sekali, dengan tidak terduga tubuh Wang Kouw-nio jadi melesat terlambung keudara! Hal ini terjadi karena disebabkan gadis she Wang itu juga mempertahankan angkinnya yang dicekalnya keras sekali, sehingga dikala Cie Kiat menariknya dengan keras, angkin itu jadi keras menegang, bagaikan selempang baja, kemudian disebabkan tenaga tarikan Cie Kiat kuat sekali, maka dengan tidak dapat ditahan tubuh gadis itu jadi terlempar begitu tinggi.
Kolektor E-Book
187 Tetapi Wang Kouw-nio memang gesit dan mempunyai kepandaian yang tinggi.
Dia tetap tidak mau melepaskan angkinnya itu walaupun tubuhnya sedang terlempar begitu.
Malahan ditengah udara Wang Kouw-nio telah berpoksay.
Dan dikala tubuhnya melesat turun kelantai, tangan kirinya telah bergerak dengan cepat sekali, maka melesatlah menyambar Cie Kiat berapa butir Ho-sin-tan.
Hawa panas segera juga menyerang Cie Kiat.
Hal ini dilakukan oleh Wang Koaw-nio hanyalah untuk mencegah si anak muda she Lie ini melakukan serangan yang berangkai dikala dia sedang turun kelantai dan belum lagi dapat mengadakan penjagaan.
Benar saja, Cie Kiat terpaksa harus mengelakkan serangan dan samberan Ho- sin-tan, pil yang dapat menimbulkan hawa panas menyerupai api neraka itu.
Anak muda she Lie ini bergerak dengan cepat sekali, belum lagi samberam Ho- sin-tan itu dapat mengenai tubuhnya, maka dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melambung tinggi, dikala sedang meluncur turun , dia juga menggerakkan kedua tangannya, dari telapakan tangannya itu menyambar serangan yang disertai oleh tenaga Lwee-kang.
yang menyambar keras kearah gadis she Wang yang kala itu sudah dapas berdiri diatas lantai lagi.
Wang Kouw-nio terkejut dikala dia belum lagi dapat berdiri tetap, atau telah menerjang padanya samberan angin keras dari dorongan telapak tangan Cie Kiat.
Gadis she Wang tersebut sampai mengeluarkan seruan tertahan, hatinya mencelos, Untung saja dia liehay dan kosen, sehingga dia tidak menjadi gugup menghadapi hal itu.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cepat-cepat dia melompat kesamping kanan lagi, dia mengelakkan diri dari serangan dorongan Cie Kiat dengan melompat kesamping begitu karena dia tidak mau bentrok tenaga keras dilawan keras.
Dengan melompat kesamping kanan itu, maka tenaga serangan Cie Kiat jatuh di tempat kosong, dengan begitu, Wang Kouw-nio tidak usah terlalu repot membentur tenaga keras serangan Cie Kiat.
Sekarang keduanya sudah berdiri saling berhadapan lagi.
Mereka saling mengawasi dengan pancaran mata yang benar-benar jeli, karena keduanya tidak mau kalau memang sampai lawan mereka itu menyerang terlebih dahulu.
Lebih-lebih Cie Kiat, dia memang harus bersikap hati-hati dan waspada, sebab kalau memang sampai gadis she Wang itu menyerang dia dengan serangan yang membahayakan jiwanya, berarti akan menghadapi bahaya yang tidak kecil, lebih gadis she Wang itu dengan Ho-sin-tannya, berarti itu akan menambah bahaya yang cukup besar bagi dlri Cie Kiat.
Kolektor E-Book
188 Oen Lay Tat, To-hun Koay-jin dan yang lain-lainnya telah memandang jalannya pertempuran antara Cie Kiat dengan nona Wang itu dengan pandangan yang tak berkedip.
Mereka melihat kepandaian Cie Kiat luar biasa tingginya.
Dengan sendirinya mereka jadi kagum sekali kepada diri anak muda she Lie itu.
Sedangkan kalau dibanding-bandingkan antara kepandaian ilmu silat Cie Kiat dengan ilmu silat nona Wang itu, dengan sendirinya terpaut suatu perbedaan.
Hanya saja, disebabkan nona Wang itu telah menggunakan Ho-sin-tan, dengan sendirinya, dia jadi dapat menutup kelemahan dirinya sendiri.
Pada saat itu.
Wang Kouw-nio telah melangkah selangkah demi selangkah perlahan-lahan, matanya memancarkan cahaya yang dingin tak berperasaan.
Ujung angkinnya itu masih juga tercekal oleh Cie Kiat, jadi mereka masing-masing saling mencekal ujung angkin itu satu dengan yang lain, angkin yang agak panjang itu jadi tertarik tegang.
Mereka saling mengawasi dengan penuh kewaspadaan, karena mereka saling terikat dengan ujung angkin yang tercekal ditangan mereka itu.
Kalau memang salah seorang diantara mereka itu lengah, maka yang seorangnya dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk membuka serangan.
Wang Kouw-nio juga sebetulnya memang ingin membuka serangan lagi, dia tidak percaya bahwa dirinya kali ini tidak bisa merubuhkan Cie Kiat, karena seumur hidupnya gadis ini belum pernah bertemu dengan orang yang bisa menandingi ilmu silatnya.
Gadis cilik berusia sembilan tahun yang menjadi budak atau pelayan dari Wang Kouw-nio itu, mengawasi dari pinggiran, dia juga heran mengapa majikannya itu, Wang Kouw-nio itu, masih tidak mau menyerang dan merubuhkan musuhnya, padahal setahu gadis cilik berusia sembilan tahun itu bahwa nona majikannya itu mempunyai kepandaian yang tinggi dan kosen sekali.........! Cie Kiat sendiri merasa heran.
Sebetulnya dengan kepandaian yang ada padanya, kalau memang Cie Kiat menginginkannya, maka dengan mudah dia bisa merubuhkan Wang Kouw-nio hanya didalam beberapa jurus saja, sebab kepandaian gadis itu masih berada dua tingkat dibawah Cie Kiat.
Persoalan dari Ho-sin-tan itu, sebetulnya mudah sekali dihadapi, hal itu bukan menjadi soal bagi diri Cie Kiat.
Sedang Cie Kiat berpikir begitu, sedang dia tenggelam didalam keadaan bimbang, tahu-tahu gadis she Wang itu telah menarik ujung angkin yang satunya, sehingga tubuh Cie Kiat hampir saja tertarik disebabkan tarikan yang tiba-tiba begitu.........
dan tahu-tahu Wang Kouw-nio telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat cepat sekali kearah Cie Kiat.
Pula sambil mencelat begitu, sambil menerjang, Wang Kouw-nio telah menggerakkan tangan kirinya menyerang Cie Kiat secara beruntun dengan belasan Ho-sin-tan!
Kolektor E-Book
189 CIE KIAT terkejut juga melihat kenekadan dari gadis she Wang itu.
Dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Tetapi berhubung orang telah menyerang dengan serangan yang begitu cepat dan nekad, dengan disertai oleh lemparan Ho-sin-tan, mau tak mau Cie Kiat harus menghadapinya.
Coba kalau memang lawannya itu seorang lelaki, dia tentu bisa menghadapinya dengan cara yang keras.
Tetapi berhubung lawannya ini seorang wanita, maka mau tak mau harus mengalah.
Itulah yang menyebabkan Cie Kiat selalu jadi tidak enak hati untuk menurunkan tangan keras.
Biar bagaimana, dia adalah seorang yang mempunyai kepandaian sangat tinggi sekali, maka dengan sendirinya dia bisa menghadapi setiap serangan dari lawannya.
Tetapi menghadapi Wang Kouw-nio ini, entah kenapa Cie Kiat jadi banyak mengalah.
Sekarang juga, dikala si gadis menerjang kepadanya sambil melontarkan belasan Ho-sin-tan, dia juga tidak menjadi terlalu gugup.
Dengan cepat Cie Kiat telah menggeser kakinya, kaki kirinya melangkah tiga kaki jauhnya, kemudian dia menggeser kaki kanannya setengah lingkaran, kemudian lututnya itu agak tertekuk sedikit, sehingga tubuh Cie Kiat agak doyong kebelakang, dia telah berhasil mengelakkan terjangan dari Wang Kouw-nio.
Malah belasan Ho-sin-tan yang dilontarkan oleh Wang Kouw-nio juga jadi mengenai tempat kosong, dan hal itu menyebabkan gadis she Wang tersebut jadi tambah mendongkol.
Lebih-lebih ujung dari angkinnya, ikat pinggangnya, itu masih tercekal oleh Cie Kiat, menyebabkan Wang Kouw-nio jadi tambah mendongkol.
Dengan penasaran, dan dengan mengeluarkan suara bentakan lagi, Wang Kouw- nio telah menerjang lagi kepada Cie Kiat.
Terjangannya itu hebat sekali, mempunyai kekuatan yang hebat, karena disertai oleh tenaga Lwee-kang yang kuat benar, si gadis she Wang ini telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya itu tujuh bagian untuk merangsek Cie Kiat! Melihat kenekadan si gadis she Wang itu, Cie Kiat jadi tidak enak hati.
Kolektor E-Book
190 Dia takut kalau-kalau nanti gadis she Wang ini mengalami suatu cidera ditangannya, dan hal itu akan membuat dia jadi benar-benar tak enak hati terhadap diri gadis tersebut.
Maka dari itu, cepat-cepat Cie Kiat mengelakkan lagi.
Dengan mudah dia dapat mengengoskan serangan-serangan si gadis.
Tetapi kalau memang keadaan ini berlarut-larut begitu, tentu akhirnya akan membawa suatu ketidak baikan juga.
Satu kali nanti si gadis pasti akan terpukul atau terserang oleh Cie Kiat, dan semuanya akan berakibat sama, tidak enak hati! Itulah, maka dengan cepat akhirnya Cie Kiat telah mengambil keputusan, biar bagaimana dia harus dapat merubuhkan gadis ini.
Dengan cepat, dikala si gadis tengah menyerang dia dengan menggunakan jari tangannya yang mau menotok jalan darah Pie-ho-hiatnya yang terletak dilengan, maka Cie Kiat dengan cepat memiringkan tubuhnya, sehingga totokan si gadis jadi lewat dan waktu tangan si gadis itu lewat disisinya, dengan cepat Cie Kiat mengulurkan tangannya, dia mencengkeram jalan darah Po-lo-hiatnya si gadis.
Tepat sekali cekalan Cie Kiat.
Seketika itu juga si gadis merasakan tangannya itu kesemutan, tubuhnya seketika itu juga jadi seperti lumpuh tak berdaya.
Wajah si gadis jadi berobah pucat pias.
Dengan sendirinya pertempuran jadi terhenti.
Gadis cilik berusia sembilan tahun itu jadi kaget bukan main, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan waktu melihat nona majikannya itu kena tertawan oleh Cie Kiat.
Tanpa memikirkan keselamatan dirinya, tanpa memikirkan kepandaiannya yang tidak seberapa itu, gadis berusia sembilan tahun dan yang menjadi pelayan dari Wang Kouw-nio, telah menerjang kearah Cie Kiat dengan maksud akan menolong nona majikannya dari tangan Cie Kiat.
Tetapi kepandaian gadis cilik itu yang menjadi pelayan dari Wang Kouw-nio mana bisa menandingi kepandaian Cie Kiat, sedangkan nona majikannya itu saja sudah kena dirubuhkan oleh Cie Kiat dan malahan telah berhasil ditawan oleh anak muda she Lie tersebut.
Wang Kouw-nio mengerahkan tenaga dalamnya kearah lengannya untuk menutup jalan darahnya, agar dia terbebas dari cekalan tangan Cie Kiat.
Tetapi hal itu tidak dapat dilakukannya.
Selalu saja tenaga dalamnya itu akan mandek pada bagian bahunya, dan mengalir kebawah lagi.
Dia selalu menemui kegagalan.
Hal inl membuat gadis she Wang itu jadi kelabakan sekali.
Tampak dia gugup bukan main.
Kolektor E-Book
191 Pada saat itu pelayan si nona Wang, gadis berusia sembilan tahun itu, telak menerjang dan menubruk Cie Kiat dengan nekad sekali.
Tetapi Cie Kiat telah melepaskan cekalannya pada ujung angkinnya Wang Kouw-nio, dengan menggunakan tangannya yang sebelah itu, dia menangkis pukulan dari pelayannya Wang Kouw-nio.
Dengan cepat, begitu tangannya berhasil menangkis serangan pelayannya Wang Kouw-nio itu, maka Cie Kiat telah membarengi mencekal baju gadis cilik itu, dia mengangkat tubuh pelayan dari Wang Kouw-nio.
kemudian melemparkannya, sehingga tubuh pelayan itu melayang dan ambruk dilantai.
Tetapi Cie Kiat bukan membanting dengan mengerahkan tenaga dalamnya.
Dia juga tidak bermaksud jelek terhadap diri gadis cilik itu.
Karena dia membanting pelayannya nona Wang itu dengan disertai oleh Lwee- kangnya, yang mengendalikan jatuhnya tubuh si pelayan kecil itu.
Hal itu menyebabkan pelayan kecil itu jadi terbanting tanpa menderita perasaan sakit sedikitpun.
Tetapi rupanya si gadis cilik yang menjadi pelayan dari Wang Kouw-nio ini sangat penasaran sekali, dengan nekad dia telah menerjang lagi.
Padahal semua orang telah mengetahui, bahwa biarpun gadis cilik itu menerjang nekad dan berusaha membantu nona majikannya, tak nantinya dia dapat melakukan hal itu.
To-hun Koay-jin, Oen Lay Tat, dan jago-jago lainnya jadi mengawasi terus.
Mereka jadi berdiam diri.
Sedangkan Oen Lay Tat telah mencekal pedang Tat-mo Kiamnya itu.
Kauw-cu dari Pian-sia-kay ini telah bersiap-siap, berjaga-jaga, kalau-kalau nanti ada yang berusaha akan merebut dan mencoba untuk memiliki pedang Tat-mo Kiam itu.
Maka dari itu, Oen Lay Tat jadi mencekal pedang Tat-mo Kiam tersebut dengan erat-erat, dia juga agak jeri kalau-kalau nanti To-hun Koay-jin tahu-tahu menerjang kepadanya untuk merampas pedang Tat-mo Kiam itu! Pertempuran yang baru saja berlangsung antara Wag Kouw-nio dengan Cie Kiat sebetulnya sangat menarik perhatian semua jago-jago yang berada disitu, apa lagi mereka melihat betapa pelayan kecil, si gadis cilik tersebut, telah menerjang begitu nekad ingin menolong nona majikan mereka, maka dengan sendirinya orang-orang itu jadi tertarik benar.
Tetapi, bagi Lay Tat, hal itu tidak menarik hatinya dan dia tidak mau menyaksikan lama-lama.
Otak dari Kauw-cu Pian-sia-kay ini berputar untuk berusaha mencari jalan keluar, guna meloloskan diri dari orang-orang yang ada didalam ruangan itu, menyelamatkan pedang Tat-mo Kiam yang sekarang berada ditangannya! Wang Kouw-nio yang tercekal jalan darah Po-lo-hiatnya, yang menyebabkan tubuhnya jadi separti kejang kaku lumpuh tak bisa bergerak.
Kolektor E-Book
192 Hal ini membuat si gadis she Wang itu jadi gugup bukan main.
Biar bagaimana dia sebagai seorang gadis yang mempunyai kepandaian yang luar biasa, yang sebelumnya tidak pernah menemui tandingannya, tak ada seorangpun yang bisa menandingi kepandaiannya, sekarang tahu-tahu dia tidak berdaya ditangan anak muda she Lie yang telah merubuhkan dan membuatnya jadi tak berdaya sama sekali.
Hal ini membuat si gadis jadi bergusar dan mendongkol secara berbareng, tetapi dia mendongkol dan bergusar untuk tidak berdaya.
Melihat pelayan kecilnya yang menerjang Cie Kiat untuk menolongi dirinya, dia jadi mengerahkan tenaga Lwee-kangnya lagi.
Disaat Cie Kiat sedang menjambak baju gadis cilik yang menjadi pelayan nona Wang ini, maka Wang Kouw-nio telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya pada lengannya.
dia telah berusaha membendung dan membuka totokan jalan darah pada Po-lo-hiatnya.
Tetapi dia selalu menemui kegagalan.
Saking gugup dan mendongkol akhirnya dengan mengeluarkan seruan yang keras, dengan mengerahkan hampir seluruh dari kepandaiannya itu, Wang Kouw-nio telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya pada tangannya yang lain menyerang kearah rusuk Cie Kiat.
Angkinnya, ikat pinggangnya, telah dilepaskan jatuh kelantai.
Cie Kiat kaget juga gadis she Wang ini masih bisa menggerakkan tangannya yang lainnya itu.
Karena kalau memang biasanya, orang telah kena dicekal Po-lo-hiatnya, tentu akan lumpuh dan tidak akan bisa menggerakkan tangan kakinya.
Tetapi mungkin si gadis memang mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, maka dengan sendirinya dia masih bisa menggerakkan tangannya itu untuk menyerang guna membebaskan diri dari cekalan Cie Kiat pada Po-lo-hiatnya.
Cie Kiat sendiri terkejut, dia cepat-cepat berusaha mengegoskan hajaran tangan dari gadis she Wang tersebut, karena kalau memang sampai rusuknya itu kena dihajar oleh tangan si gadis, tentu akan hancur berantakan.
Dasarnya memang Cie Kiat kosen dan gagah sekali, maka dia bisa mengelakkan serangan dari Wang Kouw-nio dengan tetap mencekal tangan gadis itu.
Cekalan Cie Kiat pada Po-lo-hiat si gadis tidak dilepaskannya.
Gadis she Wang itu sangat penasaran sekali, dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, dengan mengeluarkan suara bentakkan yang keras sekali, maka tangannya bergerak lagi.
Kali ini yang menjadi sasarannya adalah biji mata Cie Kiat yang mau ditotok dan dioreknya keluar.
Inceran dari serangan si gadis she Wang tersebut memang benar-benar membahayakan sekali.
Kolektor E-Book
193 Kali ini hebat sekali, kalau memang Cie Kiat lambat sedikit saja mengelakkan serangan itu, maka berarti dia akan menjadi orang bercacat seumur hidupnya....
atau akan menjadi orang buta! Telengas sekali serangan gadis she Wang itu! * * * KALI INI Cie Kiat tidak bisa mengelakkan begitu saja, anak muda she Lie ini tidak bisa mencekal terus jalan darah Po-lo-hiatnya Wang Kouw-nio.
Kalau memang dia tidak mau melepaskan cekalannya pada jalan darah si gadis, berarti matanya yang akan menjadi korban dari totokan tangan Wang Kouw-nio.
Terpaksa Cie Kiat telah melepaskan cekalannya pada jalan darah Po-lo-hiatnya Wang Kouw-nio, kemudian dengan menjejakkan kakinya, dia telah melompat menjauhkan diri dari si gadis.
Begitu Po-lo-hiatnya terlepas dari cekalan Cie Kiat, dengan cepat Wang Kouw- nio telah mengambil angkinnya yang menggeletak dilantai.
Kemudian dengan cepat, dan tidak terduga, tahu-tahu angkinnya itu meluncur dengan cepat kearah Oen Lay Tat.
Hebat sekali ujung angkin itu telah melibat Tat-mo Kiam yang ada ditangan Kauw-cu dari Pian-sia-kay tersebut.
Tat-mo Kiam itu telah kelibat oleh ujung angkin.
Waktu Oen Lay Tat tersadar dari kegetnya, atau tahu-tahu telah terlambat.
Pedang Tat-mo Kiam itu relah terlepas dari cekalannya, terbang menuju kepada Wang Kouw-nio, karena gadis ini telah menarik angkinnya itu, yang digentaknya.
Oen Lay Tat mengeluarkan seruaa tertahan.
Begitu juga To-hun Koay-jin, telah mengeluarkan seruan kaget.
Lay Tat berusaha untuk menjambret pedang yang sedang melayang kearah Wang Kouw-nio.
Tetapi telah terlambat.
Pedang itu telah jatuh ditangan si gadis she Wang itu dengan cepat sekali.
Dengan gusar Lay Tat telah menerjang Wang Kouw-nio, tetapi, gadis ini dengan cepat telah melompat kearah pintu.
Dengan beberapa kali lompatan saja, maka dia telah berlari sampai dibawah sumur.
Sekali menjejakkan kakinya, maka tubuhnya telah melayang keluar dari lobang sumur itu.
Pelayan dari Wang Kouw-nio, gadis cilik itu, juga telah melayang keluar dari lobang sumur itu.
Kolektor E-Book
194 Jago-jago lainnya, lebih-lebih Lay Tat daa To-hun Koay-jin, telah melakukan pengejaran dengan sekuat tenaganya.
Mereka berusaha untuk mengejar gadis she Wang itu.
Tetapi ilmu entengi tubuh dati Wang Kouw-nio itu tinggi sekali, begitu juga Gin-kang dari pelayannya yang kecil itu gesit sekali, sehingga Lay Tat dan To-hun Koay-jin serta beberapa orang jago lainnya yang ikut mengejar tidak bisa lantas dapat menyandak kedua gadis ini.
Cie Kiat dan beberapa orang jago lainnya masih berada didalam ruangan itu.
Mereka tidak mempunyai hasrat untuk mengikuti perkembangan persoalau itu.
Maka, setelah menanti sesaat lamanya dan Oen Lay Tat beserta jago-jago lainnya yang sedang mengejar Wang Kouw-nio masih belum juga kembali, maka jago-jago yang tertinggal itu saling pamitan untuk berlalu.
Cie Kiat juga memang tidak bermaksud untuk mengikuti terus persoalan pedang Tat-mo itu, biarpun memang pedang tersebut sangat menarik hati, toh anak muda she Lie tersebut tidak mempunyai selera untuk memiliki pedang itu.
Setelah melihat jago-jago yang lainnya juga pada berlalu, maka Cie Kiat ikut berlalu pula.
Dia keluar dari dalam sumur, dan tidak lantas melangkah pergi.
Dia mengawasi sekeliling tempat itu, yang sunyi dan sepi sekali.
Akhirnya anak muda she Lie ini menghela napas.
"Ah... hanya disebabkan sebatang pedang Tat-mo Kiam belaka telah menimbulkan banyak korban! Sayang! Sayang sekali! Manusia selalu masih diliputi oleh hawa kemaruk dan tamaknya!"
Menggumam anak muda she Lie ini.
Dan, sambil bersenandung dengan suara yang perlahan, Cie Kiat telah melangkah menghampiri kudanya, kemudian sambil tetap bersenandung, dia telah melompat naik keatas pelana kudanya, ditariknya tali les kudanya, sehingga kudanya itu berjalan perlahan-lahan meninggalkan tempat tersebut, dengan menimbulkan suara tapak kaki kuda yang berirama, plak, plak.
plok, plak, plok, plak, plok, yang semakin lama jadi semakin perlahan dan samar.....! Sungai Tiang-kang dengan gelombangnya.
Pegunungan Tiang-pek-san dengan pohon-pohon Siongnya.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lembah Soe-lie-ho-gay dengan pohon Peknya.
Dan, seorang pendekar dengan pedangnya ditangan.
Kolektor E-Book
195 ITU adalah sebagian dari sebuah syair yang juga merupakan lagu rakyat yang sedang dibawakan oleh masyarakat sekitar daerah Ho-lam, juga merupakan lagu kebanggaan dari anak-anak didaerah tersebut.
Syair itu diciptakan oleh penyair Yap Sun Po, seorang penyair yang telah berusia diantara lima puluh sembilan tahun, mempunyai rambut yang telah putih seluruhnya, dan juga mempunyai wajah yang segar merah, dengaa murah senyum.
Penyair tersebut menetap dikampung Ciu-ya-chung, didaerah Ho-lam tersebut.
Adapun keseluruhan dari syairnya itu adalah sbb .
SUNGAI Tiang-kang dengan gelombangnya.
Pegunungan Tiang-pek-san dengan pohon-pohon Siongnya.
Lembah Soe-lie-ho-gay dengan pohon Peknya.
Dan, seorang pendekar dengan pedangnya ditangan.
Seorang Sio-cia dengan jarum dan benang ditangannya.
Seorang jenderal dengan panji kebesaran berkibar ditangannya.
Dan semua itu menundjukkan sifat dan kebesaran dari umat manusia.
Tak ada yang melebihi segalanya yang ada didunia.
Tak ada kekurangan pada alam semesta.
Karena, seluruhnya indah dan menarik hati.
Kekacauan dan kerusuhan akan lenyap, kalau memang keindahan itu kian cemerlang.
Diantara sungai, pedang, benang, kain sulam, lembah dan umat manusianya, terdapat sifat yang berlawanan.
Tetapi akhirnya toh bersatu dan untuk memperoleh keindahan.
Diantara kesuraman, kita memperoleh cahaya.
Diantara kecemerlangan kita melihat titik hampa.
Maka, manusia adalah manusia, aku adalah aku, si bodoh adalah si bodoh, si botak adalah si botak dan semuanya itu adalah diri mereka masing-masing.......
Pada hari itu, tampak dengan diiringi oleh kacungnya yang berusia sebelas tahun, penyair she Yap itu telah berada dipinggir tebing diluar kampung Ciu-ya- chung tersebut.
Tampak pada senja itu penyair Yap Sun Po sedang menikmati keindahan pemandangan disekitar tebing tersebut, dia menatap dengan tatapan mata yang jauh sekali.
Kacungnya berdiri disamping dari penyair itu, dia juga mengawasi keindahan pemandangan yang ada disekitar tempat tersebut.
Tampak penyair itu menghela napas.
Kolektor E-Book
196
"A Tauw!"
Katanya dengan suara yang perlahan. Dia memanggil nama kacungnya itu, A Tauw.
"Ya Loo-sian-seng........?"
Menyahuti A Tauw cepat sekali.
Si kacung juga menoleh kepada majikannya, yang dia panggil dengan sebutan Loo-sian-seng, si guru tua.
Yap Sun Po telah menghela napas lagi, dia masih tidak menoleh kepada kacungnya, dia masih memandang pemandangan yang ada disekitar tebing itu.
"Pemandangan ini indah sekali, juga hawa udara disekitar tempat ini bersih!"
Kata penyair tua tersebut.
"Tetapi manusia selalu mencari kerusuhan, dan kalau memang mereka bisa menikmati semua ini tentu mereka akan takut untuk mati........!"
Kata Yap Sun Po dengan suara yang perlahan.
"Benar Loo-sian-seng!"
Kata si kacung, A Tauw dengan cepat sekali.
"Sekarang juga aku takut untuk mati!"
Penyair tua itu, Yap Sun Po, jadi tersenyum mendengar perkataan muridnya tersebut, yang merangkap menjadi kacungnya pula.
"Kau memang terlalu perasa, kau juga mengetahui mana yang bagus dan mana yang jelek!!"
Kata si penyair tua tersebut. Suaranya ramah sekali, perlahan dan sabar.
"Tetapi, kau masih terlampau muda, sehingga kau tidak mengetahui kejahatan dan kepalsuan manusia didalam dunia ini!"
Si kacung mengangguk.
"Maka dari itu, aku masih membutuhkan bimbingan dari Loo-sian-seng !"
Kata si kacung dengan cepat.
"Dan kalau memang nanti aku telah terbuka matanya, sehingga bisa melihat kebobrokan dan kejahatan serta kepalsuan manusia diatas permukaan bumi ini, aku tentu tidak akan melupakan budi dan kebaikan dari Loo- sian-seng..............!"
Penyair tua itu tersenyum lagi.
"Kau masih ingat akan syair dari Po-souw-po-ciu?"
Tanya penyair tua she Yap itu.
"Pada kalimat ketiga, dihuruf yang kedelapan puluh tujuh?"
Si kacung mengangguk.
"Ingat!"
Sahutnya.
"Apa bunyinya?"
Tanya penyair tua itu lagi. Si kacung, A Tauw, seperti berpikir sebentar, tetapi kemudian dia tersenyum.
"Mudah!"
Katannya cepat.
"Aku telah ingat!"
"Bacakan, aku ingin mendengarkan!"
Kata si penyair tua itu dengan suara yang tegas.
"Kebaikan berasal dari kebaikan, Oe-hauw-cung-oe-hauw dan segala apa yang kita lakukan didunia ini, akan membawa kebaikan bagi diri kita!"
Kata si bocah.
Kolektor E-Book
197
"Bagus!"
Kata si penyair tua itu tanpa menoleh kepada kacungnya, dia memuji sambil tetap menikmati pemandangan yang ada disekitar tebing tersebut.
"Memang Oe-hauw-cung-oe-hauw!!"
Si kacung tampaknya puas dipuji oleh penyair tua itu, wajahnya berseri-seri.
Baru saja dia mau berkata lagi, atau mendadak terdengar suara langkah kaki kuda.
Penyair tua dan kacung kecil itu telah menoleh, mereka melihat seorang berpakaian pelajar sedang berlari dengan seekor kuda yang kuat sekali.
Tampaknya pelajar itu baru berusia diantara sembilan belas tahun atau dua puluh tahun.
Wajahnya cakap sekali.
Lagi pula, dari cara dia duduk diatas pelana kudanya itu, tampaknya dia gagah sekali.
Didalam waktu yang sangat singkat, maka pelajar berkuda putih itu telah berada dihadapan penyair tua dan kacungnya itu.
Dengan cepat si Siu-chay telah melompat turun dari kuda tunggangannya, dia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada si penyair tua.
"Loo-sian-seng.....!"
Katanya dengan suara yang sabar dan ramah.
"Hak-seng ingin bertanya sedikit, apakah Loo-sian-seng sudi memberitahukannya?"
Si penyair tua cepat-cepat membalas pemberian hormat anak muda itu.
Dia juga kagum, bahwa anak muda ini sangat sopan dan ramah sekali, dia malah telah membahasakan dirinya dengan sebutan Hak-seng, yang berarti aku si murid, satu kata pembahasaan diri sendiri yang sangat merendah sekali.
"Katakanlah Kong-cu......... Loo-hu pasti akan memberitahukan apa yang Loo- hu tahu!"
Kata penyair itu dengan cepat.
"Asalkan jangan persoalan silat atau persoalan orang berkelahi, tentunya aku si tua ini tidak mengerti!"
Si pelajar tersenyum.
"Begitu juga dengan Hak-seng!"
Katanya cepat.
"Berbicara mengenai ilmu silat, Hak-seng tidak mengerti! Maka dari itu, Hak-seng tidak akan menyinggung- nyinggungnya, hanya Hak-seng mempunyai satu kesulitan, yang ingin meminta pertolongan dari Loo-sian-seng, apakah Loo-sian-seng bersedia atau tidak untuk menolong Hak-seng, itu terserah kepada Loo-sian-seng". Si penyair tua itu tersenyum.
"Katakanlah Kong-cu kata si penyair tua itu dengan suara yang ramah sekali.
"Selama aku mengetahui persoalan yang akan Kong-cu katakan, pasti akan kubantu sepenuh tenaga dan pengetahuanku!"
Dan setelah berkata begitu, si penyair tua itu tersenyum lagi. Anak muda berpakaian serba putih itu, yang tampaknya menyerupai seorang Siu-chay, telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada penyair tua itu.
Kolektor E-Book
198
"Hak-seng sebenarnya ingin menanyakan letak dari kampung Ciu-ya-chung...!"
Kata si pelajar lagi dengan suara yang sabar.
"Dan disana Hak-seng ingin mencari Yap Sun Po Loo-sian-seng, seorang penyair tua yang menetap disana."
Mendengar perkataan dari anak muda itu, wajah Yap Sun Po jadi berobah. Cepat-cepat dia merangkapkan tangannya.
"Kalau memang Kong-cu ingin mencari Yap Sun Po, orang itu adalah aku sendiri....!"
Katanya dengan cepat sekali.
"Dan.... bolehkah aku mengetahui siapakah Kong-cu sebenarnya dan ada keperluan apa, mencari diriku?"
Mendengar bahwa lelaki tua yang berpakaian pelajar juga, yang ada dihadapannya itu adalah Yap Sun Po, orang yang sedang dicarinya, maka anak muda pelajar itu telah cepat-cepat memberikan hormatnya.
"Oh..... sungguh rejeki Hak-seng yang bagus!"
Kata pelajar itu dengan suara yang girang.
"Sungguh tidak diduga bahwa Hak-seng bisa bertemu dengan Loo-sian- seng disini!"
Yap Sun Po tersenyum.
"Ada keperluan apakah Kong-cu mencariku?"
Tanyanya lagi. Anak muda itu segera baru teringat akan urusannya, tadi saking girangnya, dia sampai seperti melupakan keadaan disekelilingnya. Cepat-cepat dia memberi hormat kepada penyair tua she Yap itu.
"Hak-seng she Lie dan bernama Cie Kiat!!"
Kata pelajar muda itu, yang tak lain dan tak bukan memang Cie Kiat adanya.
"Adapun kedatangan Hak-seng mencari Loo-sian-seng ialah untuk meminta sedikit penjelasan mengenai kejadian tiga belas tahun yang lalu dikota Hay-sie-kwan, dimana keluarga Lie telah dibasmi oleh serombongan orang-orang jahat, yang hanya disaksikan oleh Loo-sian-seng seorang..... menurut In-suku, maka hanya Loo-sian-seng seorang yang mengetahui siapa yang telah membasmi keluarga Lie itu dengan kejam sekali!!"
Mendengar perkataan dari Lie Cie Kiat wajah dari Yap Sun Po jadi berobah hebat.
"Kau.... apakah kau salah seorang dari keluarga Lie itu?"
Tanyanya dengan suara yang gemetar. Cie Kiat mengangguk.
"Ya, dengan beruntung sekali dikala penjahat-penjahat itu ingin membunuh diriku, datang In-su, yang telah memberikan pertolongannya! Tetapi berhubung sejak In-su datang, penjahat-penjahat itu telah banyak yang melarikan diri, sehingga In-su tidak mengetahui siapa nama dan siapa gelaran dari penjahat-penjahat itu! In-su hanya mendapatkan bahwa keluarga itu telah habis berantakan dibasmi oleh penjahat- penjahat itu!"
Setelah berkata begitu, Cie Kiat mengawasi Yap Sun Po dengan pancaran mata yang tajam sekali. Yap Sun Po tampak berdiri terpaku mengawasi Cie Kiat, bibirnya agak gemetar.
Kolektor E-Book
199
"Dan menurut guruku itu, maka katanya bahwa yang menyaksikan pembunuhan besar-besaran dari keluarga Lie dari penjahat-penjahat itu, adalah Yap Sun Po Loo- sian-seng... maka dari itu, kalau memang Loo-sian-seng tidak keberatan, maka Hak- seng ingin sekali mengetahui, siapa-siapakah yang telah ikut membasmi keluarga Hak-seng?"
Yap Sun Po masih berdiri seperti terpaku, dia memandang dengan tatapan mata yang agak bimbang.
Malah penyair tua ini telah menoleh kepada kacungnya yang sejak tadi masih berdiri juga memandang Cie Kiat dengan tatapan mata yang kesima! Setelah menghela napas, akhirnya Yap Sun Po berkata kepada kacungnya itu.
"A Tauw, pergilah kau main-main.... aku ingin bicara sebentar dengan tuan ini!!"
A Tauw, kacungnya penyair tua itu, mengangguk dengan cepat.
Dia berlalu setelah memamdang Cie Kiat sekali lagi.
Cie Kiat melontarkan seulas senyum kepada kacungnya penyair tua she Yap itu.
Setelah kacungnya itu berlalu, maka Yap Sun Po menunjuk kearah sebuah pohon yang tumbuh rindang didekat tempat itu.
"Mari kita duduk-duduk disitu... aku akan menceritakan semua peristiwa yang kuketahui ini kepadamu!"
Kata Yap Sun Po dengan suara yang perlahan, kemudian dia menuju kepohon itu dengan cepat.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cie Kiat mengikuti dibelakangnya.
Mereka duduk dibawah pohon itu.
Yap Sun Po tidak lantas bercerita, dia menghela napas dulu, setelah itu barulah bercerita.
Dan cerita yang diceritakan oleh kakek Yap Sun Po ini mengenai riwayat dari keluarga Lie yang dibasmi oleh serombongan penjahat.
Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja Pedang Sakti Tongkat Mustika Karya Herman Pratikto