Ceritasilat Novel Online

Ibu Hantu 6


Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Bagian 6



Ibu Hantu Karya dari Ang Yung Sian

   

   Dan, yang hebat lagi bahwa keluarga Lie yang terbasmi itu adalah keluarga dari Lie Cie Kiat....! * * * MENURUT apa yang diceritakan oleh kakek Yap Sun Po itu, bahwa yang membunuh seluruh keluarga Lie satu rumah tangga itu adalah penjahat-penjahat yang bergabung menjadi satu.

   Penjahat-penjahat itu berasal dari berbagai golongan, dan umumnya mereka itu rata-rata memang setiap harinya melakukan kejahatan, terjun didalam rimba hijau, didalam kalangan Liok-lim.

   Dengan sendirinya, mereka juga mempunyai kepandaian yang cukup tinggi.

   Pada saat itu, yang menjadi kepala keluarga Lie adalah Lie Foe Thay.

   Dia merupakan seorang jago yang luar biasa sekali kepandaiannya.
Kolektor E-Book
200 Dan karena kepandaiannya yang tinggi begitu, maka dia sering melakukan kebaikkan, menolong si kecil dan membasmi si jahat.

   Tetapi dengan jalan hidupnya begitu, akhirnya perlahan-lahan Lie Foe Thay mempunyai banyak musuh.

   Tahun demi tahun Foe Thay selalu dapat menghadapi musuh-musuh yang mendatangi dan menyatroni dirinya.

   Semua itu disebabkan Foe Thay mempunyai kepandaian yang tinggi sekali.

   Tetapi lama kelamaan, usia dari Foe Thay jadi semakin tua dan dengan sendirinya semangat dan tenaganya berkurang.

   Dengan tidak terduga, dikala Lie Foe Thay berusia lima puluh enam tahun, para penjahat yang merasa bersakit hati padanya itu, telah bekerja sama, mereka bersatu dan menyerbu membalas sakit hati pada Lie Foe Thay.

   Mereka juga telah membasmi dan membakar seluruh gedung keluarga Lie.

   Hanya saja, secara kebetulan, seorang pendekar bertangan tunggal, lewat ditempat tersebut.

   Dia melihat ada beberapa orang penjahat yang sedang mengayunkan tangan mereka akan membanting seorang anak kecil berusia diantara lima tahun.

   Pendekar bertangan tunggal itu dengan cepat telah turun tangan untuk menolongnya.

   Anak kecil itu ditolongnya....

   dan bocah cilik tersebut ternyata adalah Lie Cie Kiat...!"

   Lie Foe Thay dan keturunannya sekeluarga, telah dihancur leburkan dibasmi dibunuh oleh para penjahat yang telah bergabung menjadi satu itu.

   Pendekar bertangan tunggal itu sangat gusar sekali melihat kejadian tersebut.

   Dengan cepat dia telah membunuh beberapa orang penjahat yang tadi akan membanting binasa si bocah Cie Kiat.

   Setelah itu pendekar bertangan tunggal yang tidak dikenal namanya itu telah mencari penjahat-penjahat lainnya untuk melabraknya.

   Namun penjahat-penjahat yang lainnya telah menghilang.

   Mereka semuanya telah meninggalkan puing-puing kehancuran dari bangunan gedung keluarga Lie tersebut.

   Pendekar bertangan tunggal tersebut jadi mendongkol dan murka benar.

   Kebetulan, tanpa disengaja dia melihat seseorang sedang berdiri dan mengawasi gedung keluarga Lie yang telah menjadi puing-puing itu.

   Pendekar bertangan tunggal tersebut telah menghampiri orang itu, ternyata orang tersebut adalah penyair Yap Sun Po yang namanya sudah terkenal didalam kalangan sastra Tiongkok.
Kolektor E-Book
201 Cepat-cepat pendekar bertangan tunggal itu menanyakan apakah penyair she Yap tersebut telah melihat penjahat-penjahat yang membunuh-bunuhi keluarga Lie itu, dan si penyair she Yap itu mengatakan bahwa dia tidak mengenal orang-orang itu, penjahat-penjahat itu.

   Dia hanya menyerahkan kepada pendekar bertangan tunggal itu se

   Jilid buku.

   "Didalam buku ini tercatat nama-nama orang yang ikut bergabung untuk membasmi keluarga Lie ini. Mungkin waktu mereka mengadakan pertemuan masing- masing telah mencatat diri mereka didalam buku ini untuk nanti saling mengenal."

   Katanya. Pendekar bertangan tunggal itu mengangguk. Dia melihat buku itu, kemudian menyerahkan buku itu kepada Yap Sun Po.

   "Buku ini dipegang saja oleh anda, nanti kalau memang anak ini telah dewasa dan dia telah mempunyai kepandaian, maka aku akan memerintahkan dia untuk mencari anda guna mengambil buku itu supaya dia dapat mengetahui nama-nama musuh besarnya!"

   Yap Sun Po mengiyakan.

   "Begitu juga boleh......... dan kalau memang dia mencariku, pergi saja ke Ciu- ya-chung, karena aku akan menetap disana."

   Kata Yap Sun Po.

   Kemudian mereka berpisahan, pendekar bertangan tunggal itu, yang mempunyai kepandaian yang sangat tinggi sekali dan juga merupakan seorang tokoh didalam rimba persilatan, telah membawa Lie Cie Kiat, si bocah yang malang itu.

   Dia bermaksud akan mendidiknya agar bocah itu nantinya mempunyai kepandaian yang tinggi sekali! "DAN sekarang ternyata kau telah dewasa dan benar-benar mencariku!"

   Kata Yap Sun Po sambil tersenyum.

   "Tentunya gurumu yang telah memerintahkan kepadamu agar mencariku untuk mengambil buku dari nama-nama penjahat yang telah membunuhi seluruh keluargamu itu!"

   Cie Kiat mangangguk.

   "Benar Loo-sian-seng!"

   Kata si anak muda she Lie ini dengan suara yang tetap.

   "Memang In-su yang telah memerintahkan Hak-seng untuk pergi mancari Loo-sian- seng guna mengambil buku catatan dari mana penjahat-penjahat yang telah membunuh seluruh keluargaku itu, agar Hak-seng dapat juga membalas sakit hati dan penasaran dari ayah ibu dan keluargaku lainnya!"
Kolektor E-Book
202 Yap Sun Po memandangi anak muda she Lie ini dengan tatapan mata yang tajam, dia seperti juga sedang meneliti wajah dari Cie Kiat. Akhirnya penyair tua ini mengangguk-anggukkan kepalanya.

   "Ya, ya, memang kau sebagai keturunan tunggal dari keluarga Lie yang telah musnah itu, harus benar-benar dapat membalaskan sakit hati dari keluargamu itu. Tetapi...... aku takut didalam dunia persilatan akan timbul pergolakan yang hebat sekali, karena akan banyak sekali berjatuhan korban-korban dari dendammu itu....!!"

   Kata Yap Sun Po dengan suara yang perlahan. Cie Kiat tersentak mendengar perkataan penyair tua tersebut. Dia jadi memandang juga kepada Yap Sun Po. Namun, kemudian anak muda she Lie ini telah menghela napas dalam-dalam.

   "Memang hal itu telah dipikirkan oleh Hak-seng dan seharusnya dendam dan sakit hati seorang manusia yang terpendam dihatinya, harus diusahakan untuk dilenyapkan. Tetapi........ berhubung sakit hati itu terlalu besar, terlampau berat, dan juga terlalu mendalam, yang telah menyebabkan musnahnya satu keluargaku, keluarga Lie, maka dari itu, mau tak mau, Hak-seng harus menuntut semua dendam itu! Biar didalam kalangan Kang-ouw terjadi suatu pergolakan yang hebat diantara jago-jago lainnya, namun memang biar bagaimana Hak-seng tetap harus melaksanakan pembalasan dendam atas terbunuhnya seluruh keluarga Hak-seng". Yap Sun Po menganggukan kepalanya beberapa kali membenarkan perkataan Cie Kiat.

   "Perkataanmu itu memang benar!"

   Katanya.

   "Tetapi kau harus ingat, pada siapa kau harus menumpahkan dendammu itu! Kalau memang seumpamanya kau masih bisa memberi pengampunan kepada musuhmu itu, maka berikanlah pengampunanmu itu........!"

   Cie Kiat mengiyakan.

   "Terima kasih atas nasehat-nasehat dari Loo-sian-seng.........!"

   Kata Cie Kiat dengan cepat.

   "Dan memang benar perkataan Loo-sian-seng. pada musuh-musuh Hak-seng yang masih bisa diberi pengampunan, akan Hak-seng usahakan untuk memberikan jalan hidup padanya! Tetapi bagi mereka yang memang memegang peranan didalam pembunuhan keluarga Hak-seng, maka dengan sendirinya kematian adalah bagian mereka.

   "Itu sudah jelas!"

   Kata Yap Sun Po dengan cepat.

   "Dan aku mengucapkan syukur bahwa kau masih bisa mempertimbangkan antara yang salah dan yang benar, sehingga aku tidak perlu menguatirkan lagi bahwa kau akan melakukan pembunuhan secara sembarangan! Aku yakin bahwa kau telah mempunyai kepandaian yang tinggi sekali dibawah bimbingan dan gemblengan dari gurumu!!". Cie Kiat tersenyum.

   "Mengenai soal itu Loo-sian-seng jangan menguatirkan, karena biar bagaimana Hak-seng telah dididik oleh In-su untuk mengambil jalan kebenaran....! Mengenai buku nama-nama dari penjahat-penjahat yang telah membunuh keluargaku itu, apakah bisa Hak-seng ambil sekarang?"
Kolektor E-Book
203 Yap Sun Po tersenyum, dia merogoh sakunya jubah yang dikenakannya itu dia juga berkata .

   "Buku catatan dari nama-nama musuhmu itu memang selalu kubawa serta kemana saja kupergi.... maka dari itu, sekarang juga kau bisa mengambilnya!!"

   Yap Sun Po telah mengeluarkan se

   Jilid buku kecil, diangsurkannya buku kecil itu kepada Cie Kiat.

   Anak muda she Lie tersebut telah menerimanya.

   Wajahnya jadi berobah-robah, sebentar sedih, sesaat lagi memperlihatkan sikap gusarnya, sebentar lagi memperlihatkan rasa duka dan rasa amarah yang sangat.

   Yap Sun Po hanya berdiam diri saja Setelah melihat-lihat halaman-halaman dari buku itu, dimana tertulis puluhan nama orang-orang yang telah menjadi pembunuh keluarganya Cie Kiat menutup kembali buku-buku itu.

   Dimasukkan kedalam sakunya.

   Barulah setelah itu Cie Kiat merangkapkan kedua tangannya menjurah kepada Yap Sun Po.

   "Terima kasih atas bantuan Loo-sian-seng yang telah banyak tahun menyimpankan buku ini!"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang mengandung perasaan terima kasih.

   "Dan mudah-mudahan memang Hak-seng bisa membendung perasaan dan bergolaknya dari dendam yang selama ini terpendam didalam hati Hak-seng. Maka dari Hak-seng hanya akan memilih beberapa orang-orang terpenting diantara penjahat-penjahat tersebut, akan membunuhnya dengan secara jantan, akan Hak-seng ajak mereka bertempur satu lawan satu.... atau kalau memang mereka mau, mereka boleh maju sekaligus.... Hak-seng kira Hak-seng masih bisa menghadapi mereka itu!"

   Setelah berkata begitu, maka Cie Kiat telah merangkapkan tangannya, dan berpamitan sambil menjurah memberi hormat kepada si penyair tua she Yap itu.

   Kemudian dengan gesit dia melompat ke atas kudanya.

   Didalam waktu yang sangat singkat sekali, dia telah lenyap dari pandangan mata Yap Sun Po.

   Penyair tua she Yap itu memandangi lenyapnya anak muda she Lie itu bersama kudanya dengan mata tak berkedip.

   Kemudian dia menghela napas.

   "Ah.... badai dan topan akan muncul didalam dunia persilatan, akan terjadi pergolakan diantara jago-jago silat, dan darah akan membanjiri dunia persilatan, dunia Kang-ouw...!"

   Dan kemudian penyair tua ini telah membawakan sebuah syair dengan suara mengumam, sedangkan A Tauw, kacungnya, telah datang menghampiri padanya.... * * *
Kolektor E-Book
204 SEBETULNYA Cie Kiat memang diperintahkan oleh gurunya untuk pergi mencari Yap Sun Po, orang satu-satunya yang memegang buku catatan dari nama- nama penjahat yang telah menggeroyok dan membasmi keluarga Lie itu! Dan didalam perjalanannya untuk mencari orang she Yap itu, dia telah mengalami berbagai peristiwa, dia bertemu dengan Oen Lay Tat dan jago-jago lainnya, juga bertemu dengan Wang Kouw-nio...

   menghadapi persoalan Tat-mo Kiam...

   semua itu telah dialaminya, dan akhirnya dia dapat juga menemui diri Yap Sun Po.

   Setelah memperoleh buku catatan dari nama-nama penjahat yang telah membasmi keluarganya pada belasan tahun yang lalu, dengan sendirinya dia akan dapat mencari penjahat-penjahat itu guna mengadakan pembalasan dendam atas kematian seluruh keluarganya itu!.

   Dan memang dugaan dari Yap Sun Po benar belaka, sebab sejak detik itu, sejak Cie Kiat memperoleh buku catatan dari nama-nama penjahat yang menjadi musuhnya tersebut, akan segera muncul berbagai peristiwa hebat.

   Semuanya itu akan menyebabkaa dunia persilatan akan tergoncang, dan didalam kalangan Kang-ouw akan muncul berbagai peristiwa yang benar luar biasa sekali, yang akan membuat semua jago-jago dirimba persilatan akan tercengang, kaget dan bercampur dengan perasaan ngeri.

   Cie Kiat sendiri begitu memperoleh buku catatan nama dari penjahat-penjahat yang menjadi musuhnya itu, telah membedal kudanya yang dilarikan dengan pesat.

   Pada saat itu hatinya sedang diliputi oleh berbagai segala keinginan untuk cepat- cepat dapat melampiaskan dendamnya terhadap penjahat-penjahat yang menjadi musuhnya itu.

   Peristiwa pertama dari segala keguncangan yang akan timbul didalam dunia persilatan, muncul dikota Sung-lay-kwan...

   telah terjadi suatu peristiwa darah yang akan menggemparkan jago-jago didalam dunia persilatan....! Kejadian itu adalah sebagai berikut....

   * * * SUNG-LAY-KWAN merupakan kota yang cukup besar juga padat penduduknya.

   Kota ini terkenal akan hasil dari araknya, yang bisa menyaingi arak Hong-ciu.

   Dikota tersebut hidup seorang jago tua she Bie dan bernama She Gauw.

   Jago tua ini mempunyai kepandaian yang sangat tinggi, semasa mudanya, dia pernah menjagoi daerah Kang-ouw, dan membuat nama yang tidak kecil didalam kalangan Kang-ouw.

   Tetapi berhubung usianya yang telah menanjak kian tua, maka dia mengambil keputusan, bahwa dia lebih baik hidup tenteram untuk melewati hari-hari tuanya.
Kolektor E-Book
205 Dan didalam melewati hari-hari tuanya itu, maka dia telah menerima tiga orang murid, yang akan menerima warisan kepandaian silat darinya.

   Hal itu disebabkan dia tidak mempunyai seorang puterapun.

   Maka, untuk menjaga agar kepandaiannya itu tidak lenyap terbawa kekubur, dia menginginkan agar ada yang mewarisinya.

   Ketiga muridnya itu memang tiga orang anak yang cerdas, sebab jago tua bernama Pang Tiang Ho itu selalu memilih dulu diantara murid-murid yang akan dijadikan murid tulennya.

   Memang orang luar mengetahui jago tua she Pang itu telah menerima puluhan orang murid, tetapi diantara puluhan murid itu, hanya tiga orang yang benar-benar dapat disebut muridnya, karena dia telah mendidik ketiga orang itu dari diluar dari jam latihan murid-murid lainnya.

   Penghidupan dari Pang Tiang Ho cukup tenteram, untuk melewati hari-hari tuanya itu dia telah bisa cukup dengan menerima pembayaran uang latihan murid- muridnya, karena Pang Tiang Ho memang menerima bayaran untuk latihan ilmu silat itu.

   Pada suatu hari, dengan tidak terduga, tampak berlari seorang pelayan dari keluarga Pang tersebut.

   Wajahnya pucat, dan tubuhnya menggigil.

   Dia mengetuk-ngetuk kamar dari Pang Hu-jin, nyonya Pang.

   "Pang Thay-thay..... Pang Thay-thay!!"

   Teriak si pelayan dengan berteriak-teriak, suaranya gemetar.

   Wajah pelayan itu juga pucat sekali, bibirnya gemetaran.

   Pintu kamar itu terbuka, keluar nyonya Pang, isteri dari Pang Tiang Ho.

   Wanita setengah baya ini mengerutkan alisnya waktu melihat keadaan pelayannya.

   "Ada apa ?"

   Tanyanya dengan suara yang tidak senang, karena dia merasa terkejut oleh sikap si pelayan yang membawa sikap begitu mengejutkan gerabak gerubuk tak keruan.

   Wajah si pelayan masih pucat, bibirnya gemetaran.

   Waktu ditanya begitu, dia menunjuk kearah taman dengan berkata suara tergugu.

   "Pang Toa-ya.... oh..... ditaman itu... oh..."

   Suaranya gemetar sekali, dia tidak bisa meneruskan perkataannya, kedua kakinya telah lemas, dan tanpa dapat ditahan lagi telah jatuh terduduk. Pang Thay-thay, nyonya Pang itu, sangat bingung dan heran melihat kelakuan pelayannya itu.

   "Ada apa kau bersikap begitu, A Bong?"

   Tanya Pang Thay-thay dengan suara tak senang.

   "Ada apa didiri Pang Toa-ya?"

   "Itu... itu ditaman... Pang Toa-ya... oh..."

   Dan si pelayan rumah tangga Pang itu tidak bisa meneruskan perkataannya lagi.
Kolektor E-Book
206 Saking heran dan ingin tahu, maka Pang Thay-thay telah cepat-cepat menuju ketaman.

   Pelayan itu masih terduduk lemas.

   Dia tidak mengikuti nyonya majikannya.

   Hanya matanya yang jelalatan tak hentinya, seperti juga dia sedang menghadapi suatu peristiwa yang benar-benar menyeramkan sekali.

   Pang Thay-thay, nyonya Pang itu, telah sampai ditaman.

   Dia memandang sekeliling taman itu.

   Tak dilihatnya ada sesuatu yang luar biasa.

   
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan sendirinya dia jadi heran.

   Mengapa si pelayan dari keluarganya itu si A Bong bersikap begitu, gemetar ketakutan, seperti juga tadi dia telah melihat sesuatu yang benar-benar menakutkan!? Baru saja Pang Thay-thay mau memutar tubuhnya untuk masuk kembali kedalam, tiba-tiba matanya tertarik oleh sesuatu benda yang tergantung diatas pohon.

   Waktu Pang Thay-thay menegaskan, maka dia jadi kaget sendirinya, hatinya tercekat dan darahnya mendesir.

   Itulah sesosok tubuh yang tergantung diatas pohon dalam keadaan tak hidup! Berarti yang tergantung itu adalah sesosok mayat manusia, yang binasa dengan mata yang mendelik lebar kearah Pang Thay-thay, dan juga lidah terjulur keluar, karena ada seutas tambang yang melikati lehernya.

   Pang Thay-thay sampai mengeluarkan seruan tertahan, dia sampai melompat kebelakang beberapa langkan.

   "Oh..... apa ini..... mengapa..... oh..... bisa terjadi ini......?"

   Mengeluh Pang Thay- thay dengan lutut yang lemas.

   Dan semangat dari Pang Thay-thay seperti terbang meninggalkan raganya, dia jadi tambah terkejut, hampir saja dia jayuh pingsan waktu dia menegaskan ternyata yang menggelantung diatas pohon itu adalah suaminya sendiri, yaitu Pang Toa-ya, Pang Tiang Ho.

   Pang Thay-thay, nyonya Pang jadi mengeluarkan suara jeritan kaget, dia berlari menghampiri, tetapi baru beberapa langkah saja, dia telah lemas tak bertenaga, kemudian setelah mengeluarkan suara keluhan, maka rubuhlah dia jatuh pingsan! Lama juga Phang Thay-thay jatuh pingsan begitu, sampai menjelang lohor dia masih pingsan ditaman itu.

   Sedangkan mayat dari Pang Tiang Ho masih menggelantung diatas pohon dengan mata yang mendelik dan lidah yang terjulur keluar, rupanya dia mati tergantung begitu dalam keadaan penasaran sekali, muka mayat dari orang she Pang terebut telah berobah kuning kehijau-hijauan.....

   menyeramkan sekali, bergoyang- goyang terhembus oleh angin kecil, juga dibawahnya menggeletak pingsan nyonya Pang itu!
Kolektor E-Book
207 * * * WAKTU PANG THAY-THAY tersadar dari pingsannya itu, maka dia memandang sekelilingnya.

   Tetapi begitu teringat akan keadaan dirinya, dan peristiwa dimana dia melihat suaminya mati tergantung begitu, dia jadi menjerit dan menangis keras sekali.

   Lebih-lebih dia melihat bahwa mayat dari Pang Tiang Ho, suaminya itu masih tergantung bergoyang-goyang dengan mata mendelik dan lidah menjulur diatas pohon, matanya yang mendelik lebar itu seperti juga sedang mendelik memandang kearah Pang Thay-thay, sehingga nyonya Pang ini jadi sekali lagi mengeluarkan seruan kaget, menangis sekeras-kerasnya.

   A Bong, pelayan yang tadi memberitahukan Pang Thay-thay tentang kematian dari Pang Tiang Ho, sedang pingsan juga.

   Rupanya saking kaget dan ketakutan, dia sampai jatuh pingsan.

   Keadaan dirumah tersebuit sangat sepi sekali, hanya terdengar tangisan dari nyonya Pang tersebut.

   Sampai akhirnya tak lama kemudian berdatangan murid-murid dari Pang Tiang Ho untuk latihan.

   Tetapi betapa terkejut mereka waktu melihat keadaan su-bo, isteri guru, dan su- hu mereka yang terbinasa dengan tergantung diatas pohon begitu.

   Ciu Wie Siang murid tertua dari Pang Tiang Ho, telah cepat-cepat menghampiri Pang Thay-thay, su-bo mereka, ibu guru mereka.

   Ciu Wie Siang telah menanyakan, mengapa guru mereka bisa mengalami hal seperti itu, seperti juga orang yang menggantung diri.

   Pang Thay-thay juga tidak bisa menerangkan, dia tidak mengetahui juga mengapa suaminya bisa menggantung diri terbinasa dengan cara begitu macam.

   Pang Hu-jin hanya bisa menangis saja.

   Isteri dari Pang Tiang Ho tersebut menangis dengan suara yang menyayatkan hati benar.

   Murid-murid dari Pang Tiang Ho jadi bingung sekali melihat keadaan ini.

   Ciu Wie Siang telah memeriksa keadaan disekitar taman itu.

   Tahu-tahu matanya dapat melihat ada sehelai kertas yang tertancap dibatang pohon.

   Cepat-cepat murid Pang Tiang Ho she Ciu tersebut mengambil surat itu.

   Murid-murid lainnya juga cepat-cepat telah menghampiri, mereka melihat surat itu.

   Isi surat tersebut berbunyi antara lain .
Kolektor E-Book
208 Arwah dari keluarga Lie telah datang menagih hutang jiwa, maka kebinasaan dari Pang Tiang Ho ini adalah wajar, sebab dia terlalu jahat sekali telah melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap keluarga Lie pada belasan tahun yang lalu.

   Dengan terbinasanya dirinya ini, maka habislah dendam keluarga Lie dengan keluarga Pang, maka tak perlu anak isteri dan cucu dari keluarga Pang yang menanggung dosa dari Pang Tiang Ho.

   Aku kira, lebih baik Pang Tiang Ho menemui kematiannya ini........

   agar anak cucunya tidak menerima dosanya, dan biarkanlah dia terbinasa menebus dosanya......

   aku tidak mau kalau sampai anak atau keluarga Pang lainnya yang merasakan getah dari perbuatan jahat dari Pang Tiang Ho.

   Dengan ditinggalkannya surat ini, agar keluarga Pang maklum.......

   dan aku menyatakan maaf sebesar-besarnya tak bisa menjumpai kalian.

   Dan, dengan melalui surat ini, maka aku juga ingin menyatakan maaf sebesar-besarnya, bahwa aku telah merenggut nyawa dari seorang musuhku, karena Pang Tiang Ho adalah manusia yang tidak bisa diampuni, dosanya terlalu besar, dia merupakan orang ketujuh diantara penjahat-penjahat yang mengeroyok keluargaku, maka dengan sendirinya dia masih termasuk orang yang terpenting didalam gabungan penjahat- penjahat itu.

   Nah....

   selamat tinggal! Dari.

   Pek-ie Koay-hiap pendekar aneh berbaju putih Ciu Wie Siang dan murid-murid dari Pang Tiang Ho yang lainnya jadi gusar dan murka.

   Tetapi mereka gusar murka tanpa daya, karena mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya Koay-hiap, pendekar aneh berbaju putih itu, yang telah membunuh guru mereka.

   Ciu Wie Siang jadi berduka sekali, mereka mengucurkan air mata.

   Didalam pandangan mereka selama mereka belajar ilmu silat dibawah gemblengan dari Pang Tiang Ho, maka mereka melihat guru mereka itu sangat baik hati, dan benar-benar membimbing mereka.

   Maka dari itu, mengapa guru mereka itu bisa mempunyai musuh yang telah begitu tega membunuhnya dengan menggantungkan sekalian mayat dari Pang Tiang Ho diatas pohon.
Kolektor E-Book
209 Hal ini membuat Wie Siang dan murid-murid Pang Tiang Ho lainnya benar- benar jadi bergusar, mereka berjanji akan beramai-ramai mencari orang yang menamakan dirinya itu Pek-ie Koay-hiap, si pendekar aneh berbaju putih.

   Ciu Wie Siang dan murid-murid Pang Tiang Ho yang lainnya cepat-cepat memberikan hiburan bagi diri Pang Hu-jin, nyonya orang she Pang, yang menjadi ibu guru mereka itu.

   Juga soal pemakaman jenazah dari Pang Tiang Ho, segera diurus, dengan cepat diadakan pemakaman.

   Pada penjahat setempat, nyonya Pang mengatakan bahwa suaminya itu mengalami suatu kecelakaan kecil waktu sedang berlatih ilmu golok, akhirnya setelah menderita sakit satu minggu maka suaminya itu telah berpulang kepangkuan Thian.

   Begitu juga kepada para tetangganya, nyonya Pang ini memberikan alasan yang sama.

   Dan mereka, orang-orang ini tidak mengetahui, bahwa kematian dari Pang Tiang Ho adalah suatu permulaan, awal dari bergolaknya suatu peristiwa hebat didalam dunia persilatan.....

   yang akan bergolak dengan penuh kengerian dan benar-benar menakutkan, karena darah akan membanjiri sungai telaga, dan dunia persilatan akan digegerkan oleh berbagai peristiwa yang benar-benar menakutkan! Tegasnya Pang Tiang Ho dibunuh oleh Lie Cie Kiat karena nama Pang Tiang Ho terdapat didalam buku catatan dari nama-nama penjahat yang telah mengeroyok keluarga Lie, yang diperoleh Cie Kiat dari penyair tua Yap Sun Po itu.....! LIE CIE KIAT memang bermaksud membabat musuhnya seorang demi seorang.

   Dia menurut petunjuk dibuku catatan dari nama musuh-musuh besarnya itu.

   Dia mencarinya seorang demi seorang.

   Pang Tiang Ho memang Cie Kiat yang telah membunuhnya pada malam itu.

   Dia yang telah menyeret tubuh orang she Pang itu, lalu menggantungnya diatas pohon sehingga Pang Tiang Ho terbunuh dan terbinasa dengan mata mendelik dan lidah menjulur keluar.

   Dan Cie Kiat bermaksud setelah membunuh Pang Tiang Ho, maka korbannya yang kedua adalah orang yang bernama Wang Toe, seorang yang tercatat namanya didalam urutan yang ketiga didalam buku catatan itu.

   Cie Kiat telah mencari-cari dan menyelidiki dimana orang tersebut.
Kolektor E-Book
210 Nama Pang Tiang Ho telah dicoretnya dengan warna merah, menandakan bahwa orang she Pang itu telah dapat diselesaikan hidupnya! Anak muda she Lie tersebut dapat mengendus bahwa Wang Toe sekarang berdiam dikota Pay-sia, dia telah membuka sebuah rumah makan yang besar dan mewah.

   Dikota itu, Wang Toe hidup dengan segala kemewahannya, karena semua orang-orang di kota itu umumnya mengetahui bahwa Wang Toe mempunyai kepandaian ilmu silat yang tinggi sekali, sehingga buaya-buaya daratnya juga jeri terhadap Wang Toe.

   Rumah makan bertingkat yang dibuka oleh Wang Toe sangat laris sekali.

   Sering pula perkumpulan-perkumpulan dari berbagai cabang jago-jago rimba persilatan telah memakai rumah makan Wang Toe sebagai tempat perundingan, dan kalau memang terjadi begitu, maka Wang Toe akan mengeduk keuntungan yang tidak kecil.

   Selain makanan yang selalu harganya dilebihkan dari biasanya, juga sewa tempat tersebut jauh lebih tinggi harganya dari hasil yang diperolehnya didalam hari- hari waktu dia berdagang sebagaimana mestinya.

   Maka dari itu, dengan cepat Wang Toe telah dapat mengumpulkan kekayaan yang tidak sedikit.

   Rumah makannya itu sudah diserahkan kepada orang kepercayaannya untuk diurus, sedangkan dia sendiri berdiam dirumahnya, yang terletak tak begitu jauh dari rumah makannya tersebut.

   Wang Toe selalu melewati hari-hari tuanya dengan duduk rebah dikursi malasnya yang terbuat dari kayu cendana yang wangi itu, sambil ditangannya memegang kipas.

   Begitulah penghidupan dari Wang Toe dari hari kehari dia melewatinya dengan penuh ketenangan.

   Namun, biarpun dia telah kaya raya, ada sesuatu yang kurang didalam hidupnya.

   Sampai dia menjelang tua itu, dia tidak mempunyai keturunan, yaitu tidak mempunyai anak.

   Juga isterinya yang sangat dicintainya telah meninggal dunia.

   Maka dari itu, melewati hari tuanya Wang Toe berseorang diri.

   Dia sudah tak mau menikah lagi, hanya kalau memang dia mau, dia bisa berpelesiran dengan bunga-bunga raja.

   Itulah sebabnya, maka selain dari pelayan-pelayan rumah tangganya, tak terdapat orang lainnya.

   Pagi itu, dikala Wang Toe sedang meram-meram ayam duduk rebah dikursi malasnya diruangan tengah, sambil mengipas dengan sebuah kipas yang terbuat dari kain sutra, maka tahu-tahu mencelat turun sesosok tubuh dihadapannya.
Kolektor E-Book
211 Waktu mudanya Wang Toe mempunyai kepandaian yang sangat tinggi.

   Tetapi menjelang tuanya dia tidak pernah melatihnya lagi, namun tetap saja dia masih liehay.

   Melihat ada orang yang menjeglek didepannya turun dari wuwungan tiang penglarian, dengan kaget Wang Toe telah mencelat bangun dari kursi malasnya itu.

   "Si... siapa kau?"

   Bentak Wang Toe dengan suara yang kaget.

   Orang yang melompat turun telah berdiri tegak.

   Ternyata dia seorang pelajar yang berusia masih sangat muda sekali.

   Dia mengunakan pakaian pelajar yang serba putih.

   Orang itu tertawa dingin waktu melihat kekagetan yang meliputi wajah Wang Toe.

   "Aku adalah Pek-ie Koay-hiap yang akan merenggut nyawa tuamu!!"

   Kata orang itu, yang tak lain dari Lie Cie Kiat. Wajah Wang Toe jadi berobah hebat.

   "Kau.... oh, kau kurang ajar sekali!"

   Teriak Wang Toe, dengan suara yang bengis.

   "Hmmmm.... sebutkan namamu, agar aku dapat memberikan ganjaran kepedamu! Apakah kau tidak tahu, bahwa kau sedang berhadapan dengan siapa?"

   Orang itu, Lie Cie Kiat, telah ketawa dingin.

   "Aku tahu.....!"

   Menyahuti Cie Kiat dengan cepat, setelah itu dia tertawa dingin lagi.

   "Aku tentunya sedang berhadapan dengan Wang Toe, bukan?"

   Wajah Wang Toe jadi berobah.

   "Apa maksudmu datang kemari?"

   Bentak Wang Toe dengan suara yang aseran. Cie Kiat kembali tertawa dingin.

   "Sudah kukatakan aku akan merenggut nyawa tuamu!"

   Menyahuti Cie Kiat.

   "Jangan main-main!"

   Bentak Wang Toe dengan gusar.

   "Sebutkan maksudmu yang sebenarnya!"

   Cie Kiat kembali tersenyum.

   "Ya.... kau tentu ingat pada belasan tahun yang lalu telah ikut mengeroyok keluarga Lie Foe Thay?!"

   Bentak Cie Kiat dengan suara yang dingin sekali. Mendengar disebutnya nama Lie Foe Thay, wajah Wang Toe jadi berobah pucat. Kakinya agak gemetar.

   "Lie Foe Thay...?"

   Tanyanya dengan suara yang gemetar disebabkan terkejutnya. Cie Kiat mengangguk. Cahaya mata anak muda she Lie ini sangat tajam sekali waktu dia memandang kepada Wang Toe.
Kolektor E-Book
212

   "Benar!"

   Menyahuti Cie Kiat.

   "Dan sekarang, arwah dari keluarga Lie itu akan menuntut ganti jiwa!!"

   Wajah Wang Toe jadi tambah pucat.

   "Kau... kau..."

   Dia tergugu tak bisa berkata-kata lagi. Tubuh Wang Toe juga agak gemetar menggigil. Melihat itu Cie Kiat tertawa dingin, dia melangkah menghampiri.

   "Hmmmm... sekarang adalah saatnya kau harus mampus guna menebus jiwa- jiwa dari keluarga Lie yang telah kau dan kawan-kawanmu itu membunuhnya!!"

   Kata Cie Kiat dengan suara menyeramkan sekali.

   "Aku adalah keturunan tunggal dari Lie Foe Thay yang malang itu....!"

   Mendengar perkataan Cie Kiat, wajah Wang Toe jadi berobah semakin pucat, lalu berobah jadi merah padam, kemudian berobah pucat lagi.

   Tubuhnya juga menggigil.

   Tetapi, mungkin saking ketakutan.

   Tahu-tahu dia telah menjejakkan kakinya, dia menerjang Cie Kiat.

   "Mampus kau, setan penasaran!!"

   Bentak Wang Toe dengan suara yang ketakutan.

   melihat dirinya diserang begitu, Cie Kiat mendengus tertawa dingin.

   Dia menekuk lutut kanannya, sehingga tubuhnya jadi mendoyong kemuka sedikit agak menurun kebawah.

   Dengan mengeluarkan teriakan keras, tahu-tahu ditangan Cie Kiat telah tercekal pedangnya, dia membabat kearah perut dari Wang Toe.

   Pada saat itu Wang Toe sedang menerjang, mana bisa dia melindungi perutnya.

   Apa lagi kepandaian dari Cie Kiat memang sangat tinggi.

   Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sehingga tak ampun lagi, perutnya itu pecah oleh sabetan pedang Cie Kiat.

   Isi perut Wang Toe telah berhamburan, darah merah segar jadi membanjiri lantai dan usus dari orang she Wang itu telah berhamburan dilantai.

   Mengerikan sekali.

   Tubuh Wang Toe, tidak lantas rubuh dia berdiri ngejeglek dengan mata yang mendelik, setelah mengeluarkan suara menggerogok dua kali dari lehernya seperti ayam yang ingin putus napas, maka tubuh gemuk dari Wang Toe telah ambruk dilantai, tak bernapas dan tak bernyawa lagi! Satu dendam lagi dari Cie Kiat telah terbayar lunas, karena Wang Toe telah melayang jiwa, menuju keakherat untuk menemui Giam-lo-ong! Cie Kiat berdiri, sesaat terpaku ditempatnya mengawasi mayat Wang Toe yang menggeletak tengkurap tak bernyawa dan tak bergerak itu.

   Anak muda she Lie ini menghela napas.
Kolektor E-Book
213

   "Lenyap pula sebuah dendam....!!"

   Mengumam anak muda she Lie ini.

   Selang Cie Kiat berdiri memandangi mayat Wang Toe, tahu-tahu dari dalam menerobos tiga orang pelayan keluarga Wang tersebut.

   Mereka datang ketempat tersebut karena mereka mendengar suara jeritan dari Wang Toe.

   Tetapi waktu mereka melihat majikan mereka telah terbinasa, dan disampingnya berdiri seorang anak muda dengan pedang berlumuran darah ditangannya, menyebabkan mereka jadi ketakutan dan tubuh ketiga pelayan itu menggigil.

   Tanpa mereka kehendaki, maka mereka jadi berlutut dan memanggut- manggutkan kepala mereka, seperti juga sedang meminta ampun! Cie Kiat tidak mengambil perhatian pada ketiga pelayan dari keluarga Wang tersebut, dengan mengeluarkan suara dari tertawa dingin, dan setelah menyusut darah yang melekat pada tubuh pedangnya di baju mayat dari Wang Toe, yang disosotnya perlahan-lahan, maka Cie Kiat kemudian menjejakkan kakinya, dia telah mencelat pergi.

   Hanya didalam waktu sekejapan itu saja dia telah lenyap dari pandangan ketiga pelayan Wang Toe.

   Ketiga pelayan itu jadi ribut waktu menyaksikan hal tersebut, mereka duga anak muda she Lie itu adalah setan yang mempunyai gerakan cepat sekali......

   mereka jadi saling lari berserabutan menuju keluar, juga mereka berteriak-teriak, sehingga tetangga Wang Toe keluar semuanya untuk melihat apa yang terjadi dirumah Wang Toe tersebut.

   Ketiga pelayan itu segera menceritakan apa yang telah mereka lihat.

   Juga orang Tie-kwan telah melakukan penyelidikan, pemeriksaan terhadap mayat itu.

   Namun mereka tidak bisa mengetehui atau menangkap diri Cie Kiat, sebab anak muda she Lie itu telah siang-siang menghilang dari kota itu.......! * * * KEJADIAN selanjutnya lagi malah lebih hebat.

   Pilihan Cie Kiat untuk korban selanjutnya dari dendam anak muda she Lie adalah jago yang bernama Po Sin Siu, seorang jago yang membuka perusahaan Piauw-kiok, suatu perusahaan yang menerima pengiriman barang dari daerah yang satu kedaerah yang lainnya.

   Po Sin Siu mempunyai kepandaian yang tinggi, dia mempunyai kepandaian istimewa, yaitu ilmu goloknya, yang dinamakan Cap Sie Hoan-to, dimana kalau memang dia telah menggunakan ilmu goloknya itu, maka jarang sekali ada orang yang menghadapi Piauw-su tersebut.

   Sin Siu membuka Piauw-kioknya itu berkisar delapan tahun yang lalu, sebetulnya tadinya dia adalah seorang pembegal tunggal.
Kolektor E-Book
214 Namun disebabkan usianya telah tua, dan dia mempunyai simpanan harta, maka akhirnya dia ingin hidup tenang.

   Mengandalkan nama dan kepandaiannya dia telah membuka perusahaan Piauw- kiok tersebut, untuk melewati hari tuanya.

   Piauw-kioknya itu diberi nama Po-sin Piauw-kiok.

   Sejak Sin Siu membuka Piauw-kiok tersebut, setiap barang yang dikirimnya selalu akan sampai ditempat dengan selamat, karena selain dia mempunyai nama besar dan juga ditakuti dan disegani oleh lawan dan kawan, juga Sin Siu merupakan seorang yang bisa bergaul.

   Apa lagi, memangnya dia berasal dari dunianya dijalan Hek-to, jalan hitam, sebagai pembegal tunggal, maka dengan sendirinya dia mempunyai banyak kawan pembegal-pembegal juga.

   Dengan sendirinya, begitu dia membuka Piauw-kok, kawan-kawannya itu tidak mau mengganggu Piauw-kiok yang dibuka oleh Sin Siu karena mereka tidak mau hitam makan hitam walaupun sekarang Sin Siu telah beralih kejalan putih, toh tetap saja dulunya dia berasal dari jalan hitam.

   Disebabkan sejak pertama kali dia membuka Piauw-kiok itu, pengiriman barang tidak pernah mengalami rintangan dijalan, maka lama kelamaan Sin Siu tidak pernah ikut lagi mengawal pengiriman Piauw tersebut.

   Dia hanya berdiam didalam rumahnya bersama isteri dan puterinya yang baru berusia lima tahun, yang diberi nama Po In Lian.

   Barang-barang Piauw itu hanya dikawal oleh beberapa orang Piauw-su yang bekerja pada Po Sin Siu, dan mereka juga membawa sebuah bendera dari Po-sin Piauw-kiok.

   itu saja sudah cukup, karena bendera dari Po Sin Piauw-kiok sama seperti juga diri Po Sin Siu sendiri.

   Penjahat-penjahat yang ingin mengganggu iring-iringan Piauw itu, kalau melihat bahwa Piauw yang sedang dikawal itu adalah barang Piauw dari perusahaan Po-sin Piauw-kiok, maka mereka selalu batal menghadang.

   Tetapi dengan tidak terduga, pada suatu hari, malah telah terjadi suatu peristiwa yang hebat pada diri Cong Piauw-tauw Po Sin Siu tersebut.

   Orang she Po ini malah telah mengalami peristiwa hebat tersebut didalam rumahnya sendiri, dimarkas dari Po-sin Piauw-kiok, dan yang hebat lagi, hal yang mengerikan yang telah menimpah keluarga Po itu terjadi disiang hari disaat matahari sedang bersinar dengan teriknya......! Pada saat itu hampir mendekati lohor, dan beberapa orang Piauw-su dari Po-sin Piauw-kiok sedang beristirahat diluar dari kantor Po-sin Piauw-kiok.

   Ada beberapa orang Piauw-su yang sedang menceritakan pengalamannya diwaktu mereka muda.

   Malah Siu Piauw-su seorang Piauw-su tua, yang mungkin telah berusia diantara lima puluh enam tahun, sedang menceritakan masa mudanya, dikala dia sedang bercinta kasih dengan gadis yang sekarang jadinya.
Kolektor E-Book
215

   "Memang luar biasa sekali!"

   Kata Siu Piauw-su sambil tertawa.

   "Kukira wanita itu memang mudah terangsang oleh rangsangan sex, tak tahunya pada suatu malam dikala aku sedang mencium lehernya, tahu-tahu dia telah mengayunkan tangannya menempeleng mukaku, sehingga aku jadi memandangnya dengan tatapan yang kesima......!"

   Piauw-su-Piauw-su lainnya jadi tertawa.

   "Kenapa kau tidak memeluknya terus dan menciumi dengan cara memaksa?"

   Tanya salah seorang Piauw-su lainnya. Piauw-su tua tersebut, Siu Piauw-su telah memperlihatkan wajah lucunya.

   "Mana bisa begitu? Sedangkan ingin mencium lehernya saja aku telah ditempelengnya, maka mana bisa aku mencium lagi?"

   Katanya. Piauw-su-Piauw-su lainnya tertawa.

   "Kenapa akhirnya dia bisa menjadi isterimu?"

   Tanya salah seorang diantara mereka. Piauw-su tua itu tertawa.

   "Nah... itulah kehebatan diriku!"

   Kata si Piauw-su tua sambil tertawa.

   "Biarpun perempuan itu sudah mau kepada diriku, namun kalau memang aku yakin dan menginginkannya dengan sesungguh hati, pasti aku akan dapat menundukkan wanita itu!"

   Yang lainnya juga tertawa.

   Tetapi sedang mereka tertawa begitu, sedang Piauw-su-Piauw-su tersebut tertawa, telah terdengar suara tertawa yang lain dan terdengar jauh sekali, melengking tinggi, sebentar terdengar jelas, sebentar lenyap.

   Semua orang jadi heran.

   "Suara tertawa siapa itu?"

   Tanya Piauw-su-Piauw-su itu sambil saling pandang.

   Semuanya saling angkat bahu, wajah mereka memperlihatkan kegelisahan, karena suara tertawa itu terdengarnya begitu melengking tinggi, membikin bulu tengkuk jadi berdiri dan mengkirik.

   Suara tertawa itu melengking tinggi sekali, semakin lama jadi semakin terdengar tegas.

   Semua Piauw-su itu jadi saling berdiam diri.

   Mereka hanya saling pandang saja.

   Mereka memandang kearah datangnya suara tertawa yang melengking itu.

   Sedangkan semua Piauw-su itu termenung dengan kesima memandang kearah datangnya suara tertawa melengking itu, tahu-tahu didepan mereka telah melesat sesosok bayangan dengan kecepatan yang luar biasa sekali.

   Semua Piauw-su itu jadi kaget, mereka memang sedang diliputi kegelisahan, dan sekarang tahu-tahu didepan mereka telah menjeglek sesosok bayangan, maka dari itu, mereka jadi benar-benar terkejut.
Kolektor E-Book
216 Semua Piauw-su-Piauw-su itu memandang kepada sosok bayangan tersebut.

   Mereka menegaskan untuk melihat wajah orang yang baru datang ini.

   Orang ini ternyata memakai baju yang menyerupai jubah, yang berwarna merah darah.

   Jubahnya itu bukan semacam jubah yang biasa orang-orang Tionggoan pakai, dia memakai jubah yang luar biasa sekali potongannya.

   Wajahnya tidak bisa dilihat, karena orang ini mengenakan semacam topeng, yang terbuat dari secarik kain berwarna putih.

   Kepalanya memakai topi tudung rumput yang lebar sekali.

   Orang ini begitu berdiri didepan Piauw-su-Piauw-su itu, dia telah memandang dengan mata yang memancar bengis sekali, yang terlihat dari kedua lobang topengnya dimana biji matanya itu tampak memain tak hentinya.

   "Mana Po Sin Siu?"

   Bentak orang aneh ini dengan suara yang keras sekali.

   Piauw-su-Piauw-su yang ada disitu seperti juga orang kesima.

   Mereka tadi bergelisah dan merasakan bulu tengkuk mereka berdiri sebab mendengar suara tertawa yang melengking tinggi dan luar biasa itu.

   Sekarang mereka melihat orang ini berpakaian dengan cara yang luar biasa begitu, maka menyebabkan Piauw-su-Piauw-su tersebut jadi seperti kesima.

   Sekarang orang membentak mereka dengan suara yang begitu bengis dan galak, menyebabkan Piauw-su-Piauw-su itu jadi tersadar dengan cepat dari kesimanya.

   Siu Piauw-su, si Piauw-su tua telah maju kedepan beberapa langkah.

   "Siapakah tuan, dan ada urusan apakah tuan mencari Po Sin Siu Cong Piauw- tauw?"

   Tanya Siu Piauw-su, dengan suara yang sabar.

   Padahal dihati Piauw-su tua ini juga agak berdebar melihat keadaan orang yang begitu aneh, dia yang telah banyak pengalamannya, tidak bisa segera mengetahui siapakah dan berasal dari manakah orang ini.

   Terdengar orang yang berpakaian luar biasa itu, yang memakai jubah warna merah, telah mendengus dengan suara yang dingin, kemudian dia melangkah perlahan-lahan menghampiri Siu Piauw-su.

   Melihat ini, tanpa disadarinya, Siu Piauw-su jadi mundur kebelakang beberapa langkah.

   Wajah Piauw-su tua ini jadi berobah.

   Hatinya juga berdebar keras.

   "Kau terlalu cerewet menanyakan urusanku!"

   Kata orang itu dengan suara yang mengumam dalam.

   "Bukannya kau menjawab pertanyaanku, malah kau telah balik bertanya kepada diriku! Kau harus mampus....!!"

   Mendengar ini, Siu Piauw-su jadi mendongkol berbareng kaget, dia juga ngeri melihat pancaran mata orang, lebih-lebih biji mata orang itu memain tak hentinya.
Kolektor E-Book
217 Hati Piauw-su ini dan Piauw-su lainnya jadi memandang kebarang aneh itu dengan hati yang berdebar keras.

   Sedangkan orang berpakaian jubah merah dengan memakai topeng pada wajahnya, telah maju lagi selangkah, dan kemudian dengan mengeluarkan suara teriakan yang lebih mirip bentakan yang melengking tinggi, dan telah berkelebat.

   Terdengar suara jeritan yang menyayatkan kemudian sunyi kembali.

   Tampak orang berpakaian serba merah itu telah kembali pada tempatnya.

   Dia berdiri disitu dengan memasuki pedangnya yang tahu-tahu telah berada ditangannya itu, kembali kedalam sarungnya.

   Tampaknya sikap orang berjubah merah ini tenang sekali.

   Piauw-su lainnya juga berdiam diri dengan penuh kegelisahan.

   Mereka melihat Siu Piauw-tauw berdiam diri saja dengan mata mendelik kepada orang itu.

   Salah seorang Piauw-su mencoba untuk mendekati Siu Piauw-su.

   Tahu-tahu dia mengeluarkan seruan tertahan seruan kaget, karena melihat dari bagian perut Siu Piauw-su menetes darah merah yang segar membasahi tanah......! Semua Piauw-su yang ada disitu juga jadi memandang.

   Mereka juga terkejut sekali.

   Siu Piauw-su masih berdiri tegak dengan sikap seperti ingin menangkis serangan dari seseorang, dan darah menetes dari bagian perutnya.

   Salah seorang Piauw-su lainnya ada yang lebih besar hatinya, cepat-cepat dia menghampiri Siu Piauw-su, karena dia menduga bahwa Piauw-su tua itu telah kena dilukai oleh orang berpakaian serba merah dan aneh itu.

   Dipegangnya bahu Piauw-su tua itu sambil berkata .

   "Apakah Siu Piauw-su kena dilukai orang itu?"

   Tanyanya.

   Tetapi, begitu tubuh Siu Piauw-su kena tersentuh, begitu lekas tubuh tersebut jatuh rubuh terguling ditanah! Darah seketika itu juga muncrat, ternyata tubuh Piauw-su itu telah terbelah dua dipinggangnya! Waktu rubuh, tubuh itu jadi terpisah!! Darah dan usus serta isi perut yang lainnya berhamburan ditanah! Piauw-su yang menyentuh tubuh Siu Piauw-su sampai mengeluarkan suara jeritan ngeri........

   begitu juga Piauw-su-Piauw-su lainnya.

   Hanya, orang yang berpakaian jubah serba merah itu, yang seperti tidak memperdulikan hal itu, dia hanya tertawa dingin dengan sikapnya yang bengis.

   "Mana Po Sin Siu?"

   Tanyanya lagi dengan suara bengis.......
Kolektor E-Book
218

   Jilid 5 Segera juga para Piauw-su itu mengetahui bahwa orang yang sedang mereka hadapi ini adalah seorang yang berilmu tinggi, yang tidak bisa dibuat main-main, dan tidak boleh dianggap remeh.

   Maka dari itu, dengan sendirinya, dengan adanya kejadian yang mengerikan itu dimana Siu Piauw-su terbinasa dengan cara perut terpotong dan isi perutnya berhamburan begitu, maka para Piauw-su lainnya jadi jeri sendirinya.

   "Mana Po Sin Siu?"

   Bentak orang bertopeng putih itu pula dengan suara yang keras sekali waktu dia melihat para Piauw-su tersebut masih berdiam diri.

   Para Piauw-su itu seperti juga baru tersadar dari kesima mereka, dengan cepat mereka saling menatap diantara mereka.

   Salah seorang diantara Piauw-su-Piauw-su itu telah menyahuti .

   "Cong Piauw-tauw........ Cong Piauw-tauw ada didalam........!!"

   Katanya dengan suara yang tergugu.

   Dan salah seorang lainnya diantara Piauw-su itu ada yang telah memutar tubuhnya, dia bermaksud akan lari masuk kedalam guna memberikan kabar tersebut kepada Po Sin Siu.

   Sedangkan orang bertopeng putih yang mengenakan tudung rumput yang lebar telah mendengus waktu mendengar jawaban Piauw-su itu, dia juga melihat Piauw-su yang lainnya ingin melarikan diri kedalam kantor dari Po-sin Piauw-kiok.

   Dia mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin, tahu-tahu tubuhnya itu telah mencelat dengan cepat sekali, gesit luar biasa.

   Sambil mencelat begitu dia juga telah mengulurkan tangannya, mencengkeram baju dibagian punggung dari Piauw-su yang mau masuk kedalam kantor dari Piauw- kiok tersebut.

   "Mau kemana kau?"

   Bentak orang yang berpakaian serba merah dan aneh tersebut.

   Dia telah berhasil mencengkeram baju Piauw-su itu, sehingga membuat Piauw-su tersebut jadi terkejut dan ketakutan sekali, dia sampai mengeluarkan suara jeritan kaget.

   Belum lagi dia tahu apa-apa, dirasakan tubuhnya telah melayang, dan ambruk ditanah dengan keras.

   
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Begitu terbanting ditanah, Piauw-su tersebut lantas menjerit dengan suara ketakutan .

   "Ampun........ Ampun!!"

   Melihat kepengecutan dari Piauw-su itu, kembali orang yang mengenakan tudung rumput yang lebar itu telah melangkah memasuki ruangan kantor dari Po-sin Piauw-kiok.

   Dia meninggalkan para Piauw-su itu yang berdiri ketakutan.

   Sikap orang berpakaian serba merah yang tidak bisa dilihat wajahnya itu begitu angkuh, dan dia terus juga melangkah masuk dengan langkah yang lebar.
Kolektor E-Book
219 Tak ada seorang Piauw-su pun diantara Piauw-su-Piauw-su itu yang berani menahannya.

   Ketika orang bertopi tudung rumput itu memasuki kantor dari Piauw-kiok tersebut, dia melihat ada beberapa orang Piauw-su yang memandang dirinya dengan tatapan mata yang ngeri, karena biarpun tadi para Piauw-su yang berada didalam ruangan ini tidak keluar, toh mereka telah menyaksikan kematian yang dialami oleh Siu Piauw-su.

   Tiba-tiba orang bertopi tudung rumput itu telah melompat dan mencengkeram baju salah seorang Piauw-su yang berada paling dekat dengan dirinya.

   Dia mencengkeram keras sekali, juga Piauw-su yang dicengkeram bajunya itu jadi terkejut, dia sampai mengeluarkan seruan kaget.

   "Mana Po Sin Siu?"

   Bentak orang bertudung rumput ini dengan suara yang bengis sekali.

   Piauw-su itu menggigil tubuhnya, dia tidak bisa menyahuti, karena dia bicara dengan tergugu, tak ada kata-kata yang berhasil keluar dari mulutnya, karena dia ketakutan sekali.

   Orang bertopi tudung rumput itu jadi tambah gusar, dia telah mengankat tubuh Piauw-su, yang sedang dicengkeram bajunya tersebut, dan membantingnya.

   "Katakan! Dimana Po Sin Siu?!"

   Bentak orang bertopi tudung rumput itu dengan suara yang keras dan bengis sekali.

   "Atau kalian semuanya akan kubunuh!!"

   Piauw-su yang dibanting itu jadi ketakutan sekali.

   "Po Cong Piauw-tauw berada didalam kamarnya dibelakang kantoran ini!!"

   Kata salah seorang Piauw-su lainnya saking ketakutan.

   Piauw-su yang dibanting oleh seorang bertopi tudung itu telah merangkak untuk bangun.

   Tetapi kaki orang bertopi tudung rumput, itu telah melayang menyepak tubuh orang tersebut, sehingga seketika itu juga Piauw-su itu jadi terdupak rubuh bergulingan ditanah.

   Sambil bergulingan itu, Piauw-su tersebut telah menjerit dengan teriakannya .

   "Ampun Tay-hiap...! Ampun!!"

   Tay-hiap berarti pendekar besar.

   Piauw-su-Piauw-su lainnya juga pucat pias wajah mereka.

   Tak ada seorangpun diantara mereka yang berani membuka suara.

   Orang bertopi tudung rumput itu tahu-tahu telah mencekal pedangnya, dia menggerakkan pedangnya itu dan sretttttt!, terdengar beruntun seruan kaget.

   Tampak orang bertopi tudung rumput itu telah memasukkan kembali pedangnya.

   Piauw-su lainnya masih berdiri seperti orang kesima ditempat mereka berdiri.

   Hanya suatu keganjilan terjadi pada diri Piauw-su-Piauw-su tersebut.
Kolektor E-Book
220 Ternyata rambut mereka semuanya rata-rata telah kena disapat putus sebagian oleh pedang orang bertopi tudung rumput itu! Para Piauw-su itu jadi mengucurkan keringat dingin, hati mereka jadi ngiris.

   Coba kalau memang orang yang memakai topi tudung rumput itu menghendaki jiwa mereka, bukankah mereka dengan sendirinya telah terbinasa dan jiwa mereka melayang menghadap Giam-lo-ong? Sedangkan orang yang memakai topi tudung rumput itu telah mendengus dan melangkah kedalam meninggalkan para Piauw-su itu.

   Tetapi baru saja orang bertudung topi rumput itu melangkah beberapa tindakan, tiba-tiba keluar dari arah dalam seorang lelaki bertubuh tinggi besar, tegap dan gagah, memelihara jenggot dan kumis yang lebat, yang sudah panjang dan berwarna putih.

   "Siapa yang mencariku?"

   Tanya orang yang baru keluar itu dengan suara yang gagah dan keras.

   Dia juga menyapu semua orang yang ada didalam ruangan tersebut dengan menggunakan kedua matanya yang bersinar tajam.

   Dan dia melihat orang yang memakai topi tudung rumput itu.

   Sedangkan orang yang memakai topi tudung rumput itu telah mengawasi orang yang baru keluar itu dengan tatapan mata yang tajam sekali.

   "Engkaukah yang bernama Po Sin Siu?"

   Tegur orang bertopi tudung rumput itu dengan suara yang agak nyaring, bengis suaranya. Orang tua yang berjenggot putih itu telah mengerutkan sepasang alisnya, dia mengangguk .

   "Benar!"

   Dia menyahuti.

   "Siapakah kau?"

   Orang bertopi tudung rumput itu telah tertawa dengan suara yang menyeramkan sekali, mengkirikkan bulu tengkuk.

   "Aku?"

   Kata orang bertopi tudung rumput itu seperti juga bertanya.

   "Kukira kalau memang kau melihat wajahku, tentu kau tidak akan bertanya begitu, karena aku yakin kau masih ingat kepada diriku!!"

   Mendengar perkataan orang bertopi tudung rumput ini, lelaki gagah yang memelihara jenggot yang telah berobah putih seluruhnya disebabkan usia tuanya itu, jadi tambah bingung dan heran, dia juga mendongkol sampai mengerutkan alisnya itu dalam-dalam, dia pun menatap dengan pandangan mata yang tajam sekali.

   "Aku tidak mengenalmu! Aku Po Sin Siu selalu menghormati sesama kawan didalam kalangan Kang-ouw, asalkan orang itu mau menghormati diriku! Tetapi kau ini! Kau terlalu kasar... maka dari itu, mana bisa aku menghormati dirimu?"

   Orang bertopi tudung rumput itu tersenyum mengejek. Perobahan wajahnya tidak terlihat, karena dia mengenakan topeng dari kain putih itu.

   "Kau masih berpura-pura sebagai seorang Ho-han!"

   Kata orang bertopi tudung rumput itu dengan suara yang mengejek.
Kolektor E-Book
221

   "Hmmm... apakah kau benar-benar berjiwa kesatria? Apakah kau sudah tidak ingat atau memang pura-pura, tak ingat pada belasan tahun yang lalu kau pernah mengeroyok seorang she Lie yang bernama Foe Thay bersama-sama dengan beberapa jago lainnya?"

   Mendengar disebutnya nama Lie Foe Thay, lelaki tua yang mempunyai potongan tubuh gagah itu, yang ternyata memang Po Sin Siu, jadi berobah wajahnya, pucat sekali.

   "Kau... kau..."

   Suaranya tergugu. Orang bertopi tudung rumput itu mengeluarkan suara tertawa dingin, nyata dia mengejek orang she Po tersebut.

   "Hmmm... aku adalah orang she Lie itu yang akan menuntut balas atas dendam belasan tahun yang lalu!"

   Kata orang itu.

   "Dan... hari ini adalah hari kematianmu!!"

   Dan setelah berkata begitu, orang bertopeng tudung rumput itu, yang mengaku adalah Lie Foe Thay, telah tertawa gelak-gelak dengan suara yang menyeramkan, karena didalam suara tertawanya itu mengandung nada pembunuhan!! Wajah Po Sin Siu jadi berobah tambah pucat, tubuhnya agak menggigil.

   "Dusta! Kau bukan orang she Lie itu! Dia telah mampus dengan tubuh yang dicincang!!"

   Kata Po Sin Siu seperti orang kalap.

   "Kau jangan menjual nama orang she Lie itu! Mustahil kau orang she Lie itu?!"

   Orang bertopi tudung rumput itu telah tertawa dingin, tawar sekali suara tertawanya itu.

   "Hmmm...... yang penting sekarang kau mengakui secara jujur, apakah kau memang benar-benar telah ikut mengeroyokku pada belasan tahun yang lalu?"

   Jawablah sebagai seorang Ho-han!! kata orang bertopi tudung rumput itu, yang mengaku sebagai Lie Foe Thay dengan suara yang bengis dan agak menyeramkan bagi pendengaran Sin Siu.

   Po Sin Siu tambah tergugu, dia menatap orang bertopi tudung rumput dengan hati yang berdebar keras.

   "Buka topengmu itu!"

   Bentak Po Sin Siu akhirnya.

   "Aku mau melihat dulu wajahmu, kalau memang kau benar-benar orang she Lie itu, maka aku masih dapat mengenali wajahnya!"

   Mendengar perkataan Po Sin Siu, orang bertopi tudung itu, yang mengaku sebagai Lie Foe Thay, telah tertawa tawar, sikapnya tidak memandang Po Sin Siu sebelah mata.

   "Kau ingin melihat wajahku?"

   Tanya orang bertopeng itu dengan suara yang dingin sekali.

   "Apakah kau tidak takut mampus berdiri disebabkan kaget melihat wajahku ?"

   "Buka topengmu!! bentak Po Sin Siu dengan suara yang keras dan gemetar, karena disamping perasaan gusar, mendongkol, murka dan takut bercampur didalam
Kolektor E-Book
222 hatinya.

   "Buka topengmu itu dan aku dapat mengenali kau orang she Lie itu atau bukan!!"

   Kembali orang bertopeng dan bertopi rumput itu, telah mengeluarkan suara tertawanya yang menyeramkan, dan bersikap seperti juga meremehkan Piauw-su tua itu.

   "Baik!"

   Kata orang bertopi tudung rumput itu kemudian.

   "Aku akan turuti permintaanmu untuk melihat wajahku! Karena kalau tidak, kau tentu akan binasa dengan hati yang kecewa dan penasaran!"

   Dan setelah berkata begitu, orang bertopi tudung rumput ini telah membuka topi rumputnya, dia melemparkan kesamping, dan topi rumput tersebut telah melayang meluncur dengan cepat sekali, kemudian hinggap diatas meja yang ada didalam ruangan tersebut dan indah sekali.

   Rupanya waktu melemparkan topi rumputnya itu, dia telah mengerahkan tenaga dalamnya, sehingga topi itu jatuh tepat diatas meja seperti juga dikendalikan.

   Kemudian dengan perlahan-lahan tangan orang itu memegang topengnya yang terbuat dari kain putih.

   "Nah...... kau lihat baik-baik!"

   Kata orang bertopeng tersebut.

   Po Sin Siu mementang matanya lebar-lebar, hatinya berdebar keras, dan suasana pada saat itu sangat tegang sekali.

   Para Piauw-su yang menjadi anak buah dari Po Sin Siu juga ikut mengawasi dengan penuh ketegangan, karena biarpun mereka sangat takut dan jeri kepada orang- orang itu, toh tetap saja mereka ini ingin melihat Cong Piauw-tauw mereka menghadapi orang bertopeng ini.

   "Lihatlah!"

   Kata orang bertopeng itu sambil menarikkain topengnya itu.

   Dan seraut wajah yang ganteng dan cakap sekali terlihat! Po Sin Siu mengeluarkan seruan gusar.

   Tubuhnya juga mencelat dengan cepat sekali, karena Po Sin Siu telah menjejakkan kakinya, sehingga tubuhnya terlambung dan dia menyerang orang yang telah membuka topeng kainnya tersebut.

   Orang she Po tersebut juga menyerang dengan goloknya, dia menyerang dengan jurus dari Cap-sie Hoan-to, hebat sekali serangannya itu.

   Sambil goloknya itu berkelebat dari arah samping akan membacok dan menebas batang leher dari orang itu, juga Po Sin Siu mengeluarkan bentakan .

   "Kau dusta! Kau mau menipu diriku, heh?"

   Bentaknya dengan suara yang murka dan bengis sekali.

   "Kau harus kumampusi, bocah!"
Kolektor E-Book
223 ORANG YANG memakai topeng dari kain putih itu, yang telah membuka topengnya tersebut, ternyata seorang anak muda yang cakap sekali, kulitnya putih, matanya jeli, dan juga hidungnya mancung dengan dua alis berbentuk golok yang tebal sekali.

   Dialah seorang pemuda yang sangat cakap luar biasa.

   Melihat Po Sin Siu menyerang dirinya, dia tertawa dingin.

   "Hmmmm... kau cari mampus!!"

   Kata anak muda itu dengan suara yang menyeramkan, dia juga mengelakkan samberan golok Po Sin Siu dengan hanya menundukkan kepalanya dan disaat golok orang she Po itu lewat diatas kepalanya, dia telah menggerakkan tangan kanannya, menghajar dada Po Sin Siu.

   Seketika itu juga terdengar suara .

   "Bukkkk!"

   Keras sekali.

   Dan tampak dada Po Sin Siu kena digedor oleh orang yang menjadi lawan dari Po Sin Siu, seketika itu juga Po Sin Siu merasakan dadanya seperti dikemplang oleh palu besi yang keras sekali, sampai mengeluarkan suara nggeekkk yang keras sekali.

   Juga tubuh Po Sin Siu jadi terlambung tinggi, kemudian terbanting kelantai dengan mengeluarkan suara gedebukan yang keras sekali.

   Dengan sendirinya, para Piauw-su yang menonton dikejauhan, jadi tambah pucat muka mereka.

   Biar bagaimana mereka ini memang sudah jeri kepada anak muda yang tadi mengenakan topeng dan tudung rumput yang lebar itu, dan dengan sendirinya biarpun mereka melihat Cong Piauw-tauw mereka ini kena dihajar oleh anak muda itu, toh tetap saja mereka tidak berani untuk maju guna memberikan bantuannya, karena nyali mereka telah pecah! Po Sin Siu begitu ambruk dilantai, dia telah meletik melompat bangun.

   Dia menggunakan jurus Lee Ie Ta Teng, ikan gabus meletik, dengan ringan tubuhnya mencelat, kemudian dia telah berdiri dengan wajah yang merah padam disebabkan perasaan gusar dan murkanya.

   Po Sin Siu merasakan dadanya sakit luar biasa, seperti juga tulang-tulang didadanya itu telah terhajar remuk dan juga menimbulkan perasaan sakit yang benar- benar mengejutkan hati Sin Siu.

   Hanya saja, biarpun pukulan dari orang itu agak keras terhadap Sin Siu, toh she Po ini tidak sampai muntah darah.

   "Siapa kau? Mengapa kau menggunakan nama Lie Foe Thay untuk menggertak diriku? Ada sangkutan hubungan apa antara kau dengan she Lie itu?"

   Bentak Po Sin Siu dengan mata yang mendelik lebar.
Kolektor E-Book
224 Anak muda itu juga telah membuka jubahnya yang serba merah. Segera juga tampak, bahwa dia juga berpakaian sebagai seorang sasterawan, seorang pelajar. Anak muda ini telah tertawa dingin.

   "Hmm...... akhirnya kau mengakui juga bahwa kau mengenal Lie Foe Thay, bukan?"

   Tanya pelajar itu dengan suara yang bengis. Po Sin Siu jadi mengerutkan alisnya, dia mengawasi anak muda ini dengan bimbang. Tetapi akhirnya, setelah mengambil suatu keputusan yang cepat, orang she Po tersebut telah mengangguk.

   "Ya!"

   Dia menyahuti dengan cepat sekali.

   "Aku memang mengenal Lie Foe Thay!"

   Pemuda yang berpakaian sebagai pelajar itu telah tertawa dingin.

   "Hmm..... bagus!"

   Kata anak muda berpakaian sebagai sasterawan itu.

   "Aku adalah puteranya Lie Foe Thay!"

   Mata Po Sin Siu jadi tambah mendelik.

   Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kau..... kau....."

   Tergugu sekali suaranya. Pelajar itu telah tertawa lagi, dingin sekali suara tertawanya itu.

   "Hari ini adalah hari kematianmu, maka dari itu, jangan harap kau bisa meloloskan diri dari kematianmu!!"

   Kata pelajar itu.

   "Aku Lie Cie Kiat selalu akan membalas dan membayar semua hutang piutang darah pada belasan tahun yang lalu!!"

   Wajah Po Sin Siu jadi berobah mendengar perkataan pelajar itu, yang ternyata memang Lie Cie Kiat adanya, dia jadi memandang Cie Kiat beberapa saat lamanya.

   "Hmmm..... sekarang kau bersiap-siaplah untuk menerima kematian!!"

   Kata Cie Kiat lagi waktu dia melihat Sin Siu hanya berdiam diri saja.

   Po Sin Siu seperti baru tersadar dari mimpinya, dengan cepat, walaupun hatinya agak keder dan jeri, karena dia mengetahui bahwa Cie Kiat mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, toh dia telah mengambil keputusan akan memberikan perlawanan yang gigih.

   Dia telah memutar goloknya, dia akan menggunakan jurus-jurus dari ilmu golok Cap-sie Hoan-to.

   Melihat Po Sin Siu memutar-mutar goloknya begitu, Cie Kiat tertawa tawar.

   "Hmm..... majulah, aku akan memberikan kau kesempatan sebanyak tiga jurus, setelah itu kau harus mampus!"

   Kata anak muda she Lie ini. Po Sin Siu jadi nekad berbareng gusar. Dengan mengeluarkan suara bentakan, dia telah melompat menyerang Cie Kiat dengan menggunakan goloknya. Cie Kiat tertawa mengejek.
Kolektor E-Book
225 Samberan golok dari Po Sin Siu dielakkan dengan jalan menggeser kaki kirinya dua incie, kemudian dia telah menyerampang dengan menggunakan kakinya itu, sehingga tubuhnya jadi doyong kesamping, dengan sendirinya golok Sin Siu jadi lewat disisi tubuhnya.

   Sedangkan mulut Cie Kiat juga telah meneriaki kata-kata .

   "Jurus pertama!!"

   Kemudian tampak Cie Kiat telah melompat menjauhi Sin Siu.

   Para Piauw-su yang melihat itu tidak ada yang berani maju untuk memberikan bantuan kepada Sin Siu, karena mereka jeri sekali kepada Cie Kiat, telah pecah nyali mereka, sebab mereka tadi menyaksikan dengan mata kepala sendirinya, bagaimana Siu Piauw-su akan menemui kebinasaannya.

   Dengan sendirinya, mereka hanya menyaksikan dari kejauhan saja dengan hati yang berdebar.

   Pada saat itu, Sin Siu ketika melihat serangannya telah gagal dan mengenai tempat kosong, cepat-cepat telah menarik pulang goloknya.

   Dengan cepat dia telah membarengi menyerang lagi dengan menggunakan goloknya itu membacok kearah pundak kiri Cie Kiat.

   Sebat dan cepat sekali gerakan dari Sin Siu.

   Juga bacokan goloknya itu bertenaga sekali.

   Cie Kiat juga melihat, Sin Siu sekarang telah berobah seperti orang kalap.

   Mungkin hal ini disebabkan dia merasa jeri dan takut menghadapi Cie Kiat, jeri akan menghadapi kematian dirinya, maka dari itu, dia telah berobah menjadi nekad dan bermaksud akan mengadu jiwa.

   Tetapi Cie Kiat dapat bergerak dengan gesit sekali.

   Anak muda she Lie ini memang mempunyai kepandaiannya yang tinggi.

   Gin-kangnya pun sempurna sekali, sehingga tiap gerakannya itu benar-benar sebat dan gesit, yang membuat Sin Siu selalu menyerang tempat kosong.

   Serangan yang kali inipun ternyata menemui tempat kosong pula.

   Bacokan dari golok Sin Siu telah membacok angin, sebab begitu golok Sin Siu melesat membacok kearah pundak Cie Kiat, cepat luar biasa Cie Kiat telah menggerakkan tangannya, dan didalam tangan anak muda she Lie tersebut telah menggenggam pedangnya, yang dicekal dengan cara membalik, sehingga tubuh pedang melekat pada lengannya.

   Dengan menggunakan pedangnya tersebut, Cie Kiat telah menangkis bacokan dari Sin Siu.

   "Trangggg!"

   Terdengar suara benturan logam yang keras sekali. Sin Siu jadi mengeluarkan seruan kaget.
Kolektor E-Book
226 Karena begitu goloknya kena ditangkis oleh pedang Cie Kiat, orang she Po ini merasakan goloknya itu terpental dan hampir saja membacok kepalanya sendiri, dan juga Sin Siu merasakan tangannya itu tergetar, telapakan tangannya perih, sebab kulit telapakan tangannya itu seperti juga terbeset.

   Untung saja goloknya itu tidak sampai terlepas dari cekalannya.

   Sedangkan Cie Kiat telah melangkah mundur dua langkah kebelakang.

   "Jurus yang kedua!"

   Teriak anak muda she Lie ini dengan suara yang nyaring.

   Po Sin Siu jadi tambah keder, dia dibarengi oleh rasa takut.

   Dengan sendirinya, dia jadi tambah gugup dan tambah nekad.

   Dengan mengeluarkan seruan yang keras sekali, dengan mengeluarkan jeritan yang memekakkan anak telinga, dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, Sin Siu telah menjejakkan kakinya lagi.

   Dia bermaksud akan menyerang disaat Cie Kiat belum dapat berdiri tetap.

   Akan tetapi Cie Kiat telah melompat menjauhi lagi.

   "Ini adalah jurus yang ketiga, hati-hatiah seterusnya, karena kau akan segera menghadapi kematianmu!"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang tawar.

   Suasana didalam ruangan tersebut jadi sunyi dan tegang sekali.

   Sin Siu jadi bermandian keringat dingin.

   Hatinya berdebar keras, dan wajahnya jadi berobah-robah, sebentar pucjat, dan sebentar lagi merah padam, dia benar-benar jadi gugup sekali.

   Para Piauw-su lainnya juga mengawasi dengan hati yang berdebar keras.

   Tak ada seorangpun diantara Piauw-su itu yang mengeluarkan suara, sehingga ruangan itu sunyi sekali, hanya terdengar suara Sin Siu yang memburu keras.

   Jenggot dan misainya seperti juga berdiri kejang disebabkan hati si Piauw-su tua ini sangat murka dan gusar.

   Cie Kiat mengawasi Sin Siu dengan tatapan mata yang tajam sekali.

   Sin Siu berusaha menguasai goncangan hatinya.

   Dan setelah dengus napasnya agak merendah, tahu-tahu Sin Siu telah mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, dibarengi oleh lompatan tubuhnya yang tinggi sekali.

   Dia mengeluarkan ilmu golok simpanannya, yaitu Liong Cie Sin To dari ilmu golok simpanannya, Cap Sie Hoan-to.

   Hebat sekali serangan Sin Siu kali ini.

   Dia menyerang dengan tubuh yang melayang ditengah udara seperti juga seekor Naga yang mau menerkam mangsanya, maka goloknya juga berkelebat dengan cepat dan bertenaga sekali, sebab Sin Siu menyerang dengan mengerahkan hampir seluruh tenaga Lwee-kangnya.
Kolektor E-Book
227 Cie Kiat tertawa tawar.

   Dia melintangkan pedangnya, dan disaat golok Sin Siu berkelebat akan membacok tubuhnya, dia telah menekuk kaki kirinya, sehingga tubuhnya itu jadi merendah kebawah seperti orang memberikan penghormatan, dan cepat luar biasa pedang Cie Kiat berkelebat kearah atas, dan disaat tubuh Sin Siu lewat diatas kepalanya, tubuh Sin Siu seperti juga melanggar ujung pedang Cie Kiat.

   Terdengar suara jeritan yang menyayatkan hati.

   Tubuh Sin Siu ambruk dilantai dengan menerbitkan suara gedebukan yang keras sekali.

   Tubuh Piauw-su tua itu telah ambruk dilantai dengan keras.

   Tubuhnya menggeliat, dan tampak darah memenuhi lantai, dia merintih kesakitan, karena perutnya ternyata telah tersodet tersabet pedang Cie Kiat, tersobek pecah......

   isi perutnya sampai tampak keluar.

   Para Piauw-su yang menjadi anak buah dari Sin Siu, jadi berdiri kesima dengan hati yang kecut dan keder, nyali mereka benar-benar pecah.

   Sedangkan Cie Kiat telah berdiri kembali, pedangnya perlahan-lahan dimasukkan kedalam rangkanya, kemudian dia berdiri menghadapi Sin Siu.

   Po Sin Siu menggeliat lagi dilantai, wajahnya pucat benar.

   Tahu-tahu dia berusaha untuk merangkak bangun, dia telah menggunakan goloknya untuk menunjang tubuhnya.

   Ternyata Piauw-su tua ini kuat sekali.

   Perlahan-lahan tubuhnya terangkat.

   Matanya mendelik kepada Cie Kiat.

   "Kau.... kau...."

   Dia berkata dengan suara tergetar, karena darah masih keluar dari lukanya yang lebar pada perutnya tersebut, dan tangan kiri Sin Siu mendekapi luka itu, sehingga tampak darah merah yang segar telah mengalir keluar dari sela-sela jari jemari tangan orang she Po itu.

   Cie Kiat tertawa tawar, dingin sekali sikap anak muda she Lie ini.

   "Inilah saat-saat kematiatmu! Kau bisa merasakan bagaimana orang harus menghadapi kematiannya!"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang tawar. Sin Siu gemetar tubuhnya. Darah masih mengucur dari lukanya yang lebar itu.

   "Kau...... aku...... oh, aku penasaran sekali...... aku penasaran sekali......."

   Kata Sin Siu dengan suara yang susah payah, tubuhnya menggigil menahan perasaan sakit pada luka diperutnya itu. Cie Kiat tertawa dingin.

   "Kau memang akan menjadi setan penasaran!!"

   Kata si anak muda she Lie ini dengan suara mengejek.

   "Nah, pergilah kau ke neraka untuk menghadap Giam-lo- ong!!"

   Dan setelah berkata begitu, Cie Kiat tertawa gelak-gelak. Semua Piauw-su memandang kejadian ini dengan mata yang mendelong.
Kolektor E-Book
228 Mata mereka terbuka lebar memandang kesima kepada Piauw-su tua she Po tersebut.

   Dilihatnya tubuh Sin Siu semakin gemetaran, rupanya dia akan merenggang nyawa.

   Wajahnya pucat pias.

   Dan darah merah yang mengucur dari lukanya itu diperut si Piauw-su she Po tersebut, telah memenuhi lantai.

   "Kau...... kau......"

   Kata Sin Siu dengan suara gemetar, dan dia tidak bisa meneruskan perkataannya, karena dia telah kehabisan tenaganya, matanya berkunang-kunang, lalu dengan tidak bisa dipertahankan terus, tubuhnya telah ambruk dilantai dan dia menghembuskan napasnya setelah tubuhnya mengejang beberapa kali! Putuslah nyawa Piauw-su tua she Po itu! Melihat ini, Cie Kiat puas.

   Dia tertawa tawar sambil menoleh kepada para Piauw-su yang berada disitu.

   "Hmmm...... inilah suatu pembalasan yang setimpal atas kejahatan yang pernah dilakukannya!"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang tawar.

   "Dulu belasan tahun yang lalu orang she Po ini telah ikut mengeroyok ayahku dengan cara yang pengecut sekali, maka dari itu, sekarang dia juga harus menemui kematiannya dengan cara yang mengerikan ini! Tadi aku telah memberikan kesempatan padanya tiga kali, dan ternyata dia memang seorang yang tidak mempunyai kepandaian yang berarti, sehingga dia harus mampus!"

   Dan setelah berkata begitu, Cie Kiat tertawa gelak-gelak.

   Kemudian dia menoleh kepada mayat Sin Siu yang rebah dilantai dengan mengejang dan mata mendelik, isi perutnya tampak berhamburan keluar, bercampur dengan darah merah yang menggenangi lantai! Kemudian Cie Kiat telah mengambil tudung rumput dan jubah merahnya.

   Dia mengenakannya kembali.

   Dia lalu melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah yang tenang sekali, melewati Piauw-su yang sedang berdiri kesima menatap dirinya.

   Waktu Cie Kiat menoleh menatap kepada para Piauw-su itu, maka para Piauw- su yang menjadi anak buah dari Po Sin Siu jadi menundukkan kepalanya.

   Mereka tak berani untuk menentang tatapan mata dari Cie Kiat.

   Cie Kiat tertawa tawar, kemudian sekali menggenjotkan tubuhnya, dia telah melesat cepat sekali, dan didalam waktu yang sangat singkat, dia telah lenyap dari pandangan para Piauw-su-Piauw-su itu.

   Setelah melihat Cie Kiat berlalu, barulah para Piauw-su itu ribut.

   Mereka cepat-cepat menghampiri mayat Sin Siu.

   Mereka juga mengeluarkan suara yang berisik sekali, ada yang memaki Cie Kiat, ada yang mengatakan bahwa Cie Kiat adalah setan penasaran, karena
Kolektor E-Book
229 gerakannya hebat luar biasa, gesit dan sukar diikuti oleh pandangan mata..........

   Sedangkan Po Sin Siu tetap rebah dilantai menjadi mayat dengan darah menggenangi tubuhnya, isi perutnya telah berhamburan dilantai diantara genangan darah itu..........! * * * SEDANGKAN Cie Kiat telah berlalu dari Po-sin Piauw-kiok.

   Dengan menggunakan Gin-kangnya sempurna sekali, dia berlari dengan cepat sekali diatas genting dari rumah penduduk.

   Didalam waktu yang sangat singkat sekali, Cie Kiat telah berada diluar kota.

   Dia kemudian membuka jubah merahnya, dia membungkus didalam Pauw- hoknya.

   Setelah memandang sekelilingnya, dan tidak melihat ada seorang manusiapun yang mengikuti dirinya, Cie Kiat kemudian melangkah lagi menuju kearah timur.

   Perjalanan yang dilakukannya kali ini ialah menuju kearah kota Siang-bian- kwan, kota yang terletak tak jauh dari tempat itu, karena dikota tersebut Cie Kiat akan menemui seorang musuh besarnya pula, yang bernama Auwyang Kim.

   Perjalanan yang dilakukan oleh Cie Kiat kali ini akan membawa suatu pergolakan yang hebat didalam dunia persilatan, karena Auwyang Kim adalah seorang murid Siauw Lim-sie, dengan sendirinya, kalau memang Cie Kiat berhasil membunuh orang she Auwyang tersebut, peristiwa ini akan tersebar luas, dan juga dengan sendirinya Cie Kiat akan mempunyai banyak musuh!! Tetapi sebagai seorang pemuda yang masih mempunyai semangat dan kemauan yang keras sekali, dengan sendirinya dia tidak mau memperdulikan akibat dari semua itu.

   Yang penting didalam pendirian Cie Kiat, dia akan berhasil membalas sakit hati dan dendam atas kematian orang tuanya.

   Maka dari itu, dengan bersemangat sekali, Cie Kiat menuju kekota Siang-bian- kwan.

   Pada saat itu hampir menjelang sore hari, dan udara agak mendung.

   Rupanya akan turun hujan lebat.

   Angin juga bertiup dengan keras sekali, sehingga Cie Kiat bermaksud akan mencari tempat untuk meneduh, takut kalau nanti hujan benar-benar turun dengan lebatnya.

   Tetapi keadaan disekitar tempat itu sangat sepi sekali, tidak tampak sebuah rumah pendudukpun.

   Cie Kiat mempercepat langkah kakinya, dan akhirnya dia melihat juga tak jauh dari tempat tersebut ada sebuah rumah.
Kolektor E-Book
230 Rumah itu berukuran kecil, tidak besar.

   Tetapi untuk meneduh dari hujan yang mulai turun rintik-rintik, cepat-cepat Cie Kiat menghampiri rumah itu.

   Ketika sampai didepan rumah itu, anak muda she Lie tersebut melihat daun pintu tertutup rapat.

   Dia mengetuknya.

   Tak terdengar suara sahutan.

   Dia mengetuk lagi.

   Tahu-tahu, bukannya sahutan, melainkan daun pintu itu terbuka dengan mendadak, dan serangkum angin serangan yang kuat sekali menyerang kearah dadanya.

   Hal ini mengejutkan Cie Kiat.

   
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.

   Tetapi karena Cie Kiat mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, dengan sendirinya dia bisa mengelakkan serangan itu.

   Dia telah melompat kesamping.

   Dan angin serangan tersebut telah menyerang batang pohon yang tumbuh dimuka pekarangan rumah tersebut.

   "Bukkkk! Kreeekkkk!"

   Tampak batang pohon itu rubuh, tumbang oleh angin pukulan yang keras itu. Berbareng dengan tumbangnya pohon itu, Cie Kiat mendengar orang memaki .

   "Sial! Sial benar! Aku tidak berhasil menghajar setan itu!!"

   Disusul kemudian melompatnya sesosok bayangan keluar dari rumah itu.

   Cie Kiat jadi mendongkol sekali, tak keruan juntrung, orang telah menyerang dirinya.

   Dia mengawasi orang yang melompat keluar dari dalam rumah dan telah berdiri dihadapannya itu.

   Itulah seorang pengemis berusia diantara dua puluh tahun lebih.

   Wajah pengemis itu memperlihatkan rasa penasaran karena tadi dia tidak berhasil menghajar Cie Kiat dengan angin serangan Lwee-kangnya.

   Sedangkan pengemis tersebut telah melihat Cie Kiat, dia mengawasi dengan mata yang mencorong bengis.

   "Kau pelajar edan?"

   Bentak si pengemis dengan suara yang keras.

   "Hmmm...... masih berani kau datang kemari?"

   Cie Kiat mengerutkan sepasang alisnya, dia mendongkol sekali, karena orang telah memusuhi dirinya tidak keruan juntrungannya. Dia mengawasi pengemis itu dengan tatapan mata yang tajam sekali.
Kolektor E-Book
231

   "Saudara...... aku denganmu tidak pernah saling kenal mengenal, kita seperti juga antara air sumur dengan air sungai yang tidak saling mengganggu, mengapa datang-datang kau menyerangku begitu macam?"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang sabar, dia berusaha mengendalikan rasa mendongkolnya. Pengemis itu telah tertawa gelak-gelak.

   "Hmmm........ kau masih bisa berkata begitu?"

   Tanya si pengemis dengan suara yang bengis.

   "Aku telah bersumpah, biar bagaimana aku harus membinasakan kau, pelajar edan!!"

   Cie Kiat jadi tambah heran. Disamping heran, dia juga mendongkol sekali.

   "Antara kau dengan diriku tak pernah terjadi suatu persoalan, juga tak ada sangkutan apa-apa antara kau denganku, mengapa kau memusuhi diriku sampai begini rupa?"

   Siapakah kau sebenarnya?"

   Mendengar pertanyaan Cie Kiat, pengemis itu telah tertawa dingin.

   "Hmmm, kau masih pura-pura bertanya begitu, heh?"

   Kata si pengemis dengan suara yang dingin sekali.

   "Apakah kau mau mengatakan kau tidak mengenal diriku sama sekali?! Pembunuhan yang kau lakukan ditepi hutan dua bulan yang lalu itu, siapa yang lakukan?"

   "Pembunuhan ditepi hutan?"

   Tanya Cie Kiat dengan heran.

   "Aku,... aku tidak mengerti maksudmu?"

   Pengemis itu telah tertawa dingin lagi, sikapnya berang sekali.

   "Sungguh mukamu tebal seperti muka badak!!"

   Kata pengemis tersebut dengan suara yang keras, nyata sekali dia sangat murka.

   "Hmmm... dengan berkata begitu kau memang sengaja ingin memungkiri bahwa pembunuhan dipinggir hutan itu bukan kau yang lakukan!!"

   "Aku memang benar-benar tidak mengerti maksudmu!!"

   Kata Cie Kiat, yang juga mendongkol sekali, karena pengemis tersebut telah mendesak dirinya dengan persoalan yang benar-benar tidak dimengerti oleh dirinya.

   "Kau mungkin salah mengenali orang!!"

   "Tidak mungkin!!"

   Kata si pengemis dengan suara yang berang.

   "Aku dan kau memang telah berjanji akan bertemu disini pada waktu ini!!"

   Cie Kiat jadi tambah heran dan bingung.

   "Mengapa persoalan bisa begini aneh?"

   Pikir Cie Kiat didalam hati.

   "Siapakah pengemis ini dan siapakah orang-orang yang telah dibunuh seperti apa yang dikatakan oleh pengemis tersebut?"

   Melihat Cie Kiat berdiam diri saja, pengemis itu rupanya jadi tambah mendongkol.

   "Alasan apa lagi yang akan kau keluarkan untuk memungkiri perbuatanmu itu, hai pelajar setan?"

   Bentak si pengemis dengan suara yang keras sekali.
Kolektor E-Book
232 Cie Kiat juga jadi mendongkol melihat orang terlalu mendesak dirinya.

   "Baiklah!"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang dingin.

   "Kalau memang benar pembunuhan dipinggir hutan seperti apa yang kau katakan itu benar-benar aku yang lakukan, lalu apa yang akan kau lakukan terhedap diriku?"

   Muka pengemis itu jadi merah padam mendengar pertanyaan Cie Kiat.

   "Hmm, akhirnya kau mengakui juga perbuatan busukmu itu!"

   Kata si pengemis dengan suara yang berang sekali. Bagus! Bagus! Aku akan membalaskan sakit hati saudara-saudaraku itu dan kau harus mampus ditanganku!"

   Dan setelah berkata begitu, si pengemis telah menjejakkan kakinya.

   Tubuhnya dengan cepat menubruk pada Cie Kiat.

   Dia telah menyerang dengan menggunakan kedua tangannya secara berangkai.

   Dengan sendirinya, setiap serangan dari pengemis itu membawa angin pukulan yang keras sekali, sebab tadi saja waktu Cie Kiat diserang pertama kali, angin pukulan si pengemis telah dapat menghajar patah batang pohon! Maka dari itu, bisa dibayangkan, betapa tenaga yang digunakan oleh pengemis itu kuat sekali.

   Biarpun usianya masih muda belia, toh tenaga serangannya kuat luar biasa.

   Dengan sendirinya, Cie Kiat cepat-cepat mengelakan serangan si pengemis.

   Dia tidak bisa meremehkan serangan dari si pengemis, karena biarpun usia si pengemis masih muda, toh tetap saja tenaga Lwee-kangnya telah sempurna! Maka dari itu, dengan cepat sekali, gesit luar biasa Cie Kiat telah melompat mengelakan kedua serangan si pengemis.

   Tangan si pengemis jadi menghajar tempat kosong.

   Hal ini membangkitkan kegusaran si pengemis.

   Dengan sendirinya dia bergusar serangannya mengenai tempat kosong.

   Dengan mengeluarkan seruan gusar, dia telah melompat dan menerjang lagi menyerang Cie Kiat.

   Kali ini dia menyerang dengam menggunakan tangan kanannya untuk menghajar dada Cie Kiat, yang diincer adalah jalan darah Su-ting-hiatnya Cie Kiat.

   Sedangkan tangan kirinya telah bergerak setengah lingkaran, jari-jari tangannya itu terbuka, tangannya akan menyerang kearah leher Cie Kiat seperti juga telapakan tangan itu berobah menjadi mata golok, kalau memang sampai leher Cie Kiat kena diserang, berarti leher itu akan patah!! Cie Kiat melihat kehebatan si pengemis menyerang dirinya.

   Lagi pula, Cie Kiat pun mengetahui, selalu serangan-serangan si pengemis kuat sekali, juga sangat telengas, karena serangan itu bisa menyebabkan kematian bagi orang yang terkena serangan itu.
Kolektor E-Book
233 Dengan sendirinya Cie Kiat jadi mendongkol juga, darahnya jadi meluap.

   Dia dengan si pengemis tidak saling kenal mengenal tetapi sekarang dirinya diserang begitu macam, dengan serangan-serangan yang mematikan, maka dengan cara begitu, kegusaran Cie Kiat jadi meluap.

   Bukankah kalau memang dirinya kena diserang oleh si pengemis, dirinya akan terbinasa dengan cara yang konyol?! Maka dari itu, Cie Kiat jadi mengambil keputusan, biar bagaimana dia harus dapat menundukkan pengemis ini.

   Dengan cepat Cie Kiat telah menggerakkan tangannya.

   Kali ini dia tidak menyingkir dari serangan orang, dengan cepat sekali dia telah menangkis serangan tangan kanan si pengemis, dan kemudian dia juga menangkis tangan kiri pengemis tersebut.

   Terdengar beruntun dua kali suara benturan dari keempat tangan daritangan kedua orang ini.

   Nyaring sekali, karena masing-masing telah mengerahkan tenaga Lwee-kang mereka, dengan sendirinya benturan tangan-tangan itu jadi keras sekali.

   Dan juga, karena benturan tersebut menerbitkan suara yang keras, dengan sendirinya si pengemis juga merasakan tenaga tangkisan dari Cie Kiat sangat kuat sekali.

   Dengan sendirinya si pengemis jadi mengeluarkan suara seruan tertahan.

   Dia merasakan tangannya sakit sekali.

   Tangannya itu tergetar akibat benturan dari tangan Cie Kiat.

   Dan dengan terhuyung beberapa langkah.

   pengemis tersebut telah melompat mundur.

   Cie Kiat juga terhuyung mundur satu langkah.

   Dia tidak menyangka sedikitpun bahwa dirinya bisa terdorong mundur begitu.

   Tadi Cie Kiat telah mengerahkan lima bagian tenaga Lwee-kangnya untuk menangkis serangan pengemis itu, dan ternyata pengemis itu masih bisa membuat Cie Kiat terhuyung kebelakang, hal itu menandakan bahwa pengemis ini sangat kuat sekali Lwee-kangnya, biarpun didalam kenyataannya pengemis itu juga telah terhuyung beberapa langkah jauhnya.

   Si pengemis dengan cepat dapat menguasai dirinya, dia bisa berdiri tetap lagi.

   Cie Kiat juga telah berdiri menatap pengemis tersebut, sehingga mereka jadi saling memandang dengan pancaran mata yang cukup tajam.

   Pengemis itu telah mendengus dengan suara yang dingin sekali.

   "Hmmmm........ ternyata kau memang mempunyai kepandaian yang lumayan! Pantas saudara-saudaraku jadi binasa seluruhnya ditanganmu!!"

   Kata pengemis itu tawar.
Kolektor E-Book
234 Cie Kiat tidak menyahuti perkataan pengemis itu, dia hanya memandang dengan pandangan tidak mengerti, karena dia memang benar-benar tidak mengerti dan tidak paham persoalan yang disebutkan oleh pengemis ini.

   Melihat Cie Kiat berdiam diri saja, dengan cepat si pengemis telah melompat menyerang lagi.

   Serangan pengemis tersebut kali ini hebat sekali.

   Membawa angin serangan yang benar-benar luar biasa kuatnya, angin serangan itu berkesiutan nyaring dan menggugurkan daun-daun pohon.

   Cie Kiat tidak berani berayal, dia tidak mau membiarkan dirinya ini kena diserang oleh pengemis itu.

   Dia jadi teringat kepada dua ekor binatang berbisa yang pernah disaksikan beberapa saat yang lalu, gerakan-gerakan binatang berbisa itu yang telah menyebabkan Cie Kiat bisa menciptakan ilmu silat barunya.

   Dengan cepat Cie Kiat telah menggerakkan tangannya, tanpa disadarinya, dia telah menggerakkan tangannya itu mengikuti gerakan kedua binatang berbisa yang pernah disaksikan olehnya.

   Luar biasa sekali kesudahannya.

   Tahu-tahu tangan Cie Kiat bergerak cepat sekali, dan entah bagaimana, tahu- tahu tangan Cie Kiat telah berhasil menghajar pundak pengemis itu.

   "Dukkkkk!"

   Tangan Cie Kiat menghajar pundak pengemis tersebut dengan keras sampai mengeluarkan suara benturan begitu.

   Terdengar suara seruan kaget si pengemis, dia terlempar beberapa kaki jauhnya, ambruk ditanah dengan mengeluarkan suara gedebukan yang keras.

   Tetapi pengemis itu liehay dan kosen sekali.

   Begitu tubuhnya terbanting, begitu lekas dia telah mencelat untuk berdiri lagi.

   Dengan mata memancarkan cahaya yang bengis, pengemis ini telah menatap Cie Kiat yang kala itu telah berdiri tenang-tenang ditempatnya.

   Tubuh si pengemis gemetar, menggigil disebabkan kegusaran yang sangat berkecamuk didalam hatinya.

   Dengan sendirinya dia ingin mengadu jiwa guna binasa bersama-sama dengan Cie Kiat.

   Pengemis tersebut memang nekad benar.

   "Kau... kau pelajar setan! Hari ini aku akan adu jiwa denganmu!"

   Kata pengemis itu dengan suara gemetar.

   "Tak nantinya hatiku tenang kalau memang kau belum mampus dan dilenyapkan dari permukaan bumi ini!!"

   Dan setelah berkata begitu, dengan berani dan nekad si pengemis telah melompat menerjang kearah Cie Kiat lagi. Melihat kenekadan dari si pengemis, Cie Kiat jadi kewalahan juga.
Kolektor E-Book
235 Tetapi karena Cie Kiat memang telah mengambil keputusan untuk menundukkan pengemis ini, dengan sendirinya dia jadi menghadapi terus.

   Waktu si pengemis telah menyerang dirinya lagi, Cie Kiat telah bergerak cepat lagi.

   Dia mengegoskan serangan si pengemis, kemadian dengan cepat sekali, dia telah mengulurkan tangannya, menotok jalan darah Tay-yang-hiatnya si pengemis.

   Dan totokan Cie Kiat berhasil! Si pengemis terkejut waktu dia merasakan jalan darah Tay-yang-hiatnya kena ditotok oleh si anak muda she Lie tersebut, dia sampai menjerit kaget.

   Tetapi telah terlambat.

   Tubuhnya telah mengejang dan ambruk ditanah dengan keras sekali, seketika itu juga dia meringkuk tanpa bisa menggerakkan anggota tubuhnya!! CIE KIAT menghampiri pengemis itu.

   Dilihatnya pengemis tersebut sedang mendelik dengan mata yang terbuka lebar.

   Rupanya, biarpun tubuhnya sudah tertotok dan dia dalam keadaan tak berdaya, toh tetap saja dia masih bergusar begitu rupa.

   Sedikitpun tidak tampak perasaan takut diwajahnya, dia malah ingin memaki kalang kabutan.

   "Pelajar edan! Pelajar setan! Cepat bebaskan aku!"

   Memaki pengemis itu dengan suara yang mengancam benar.

   "Kalau memang satu kali saja aku terlolos dari tanganmu, niscaya aku akan mengadu jiwa, aku mau lihat, siapakah yang akan mampus diantara diri kita!"

   Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Cie Kiat tersenyum, sikapnya telah berobah sabar sekali.

   "Saudara, kau ternyata telah salah paham!"

   Kata Cie Kiat.

   "Kau telah salah mengenali orang! Percayalah pada kata-kataku, aku tidak mengenal dirimu dan belum pernah saling jumpa antara diriku dengan dirimu, maka dari itu.... janganlah kau bersikeras terus bahwa aku ini adalah musuhmu! Aku adalah orang pengelana, tetapi aku belum pernah mengalami persoalan yang kau sebutkan tadi!"

   Mendengar perkataan Cie Kiat pengemis itu tertawa dingin dengan suara mendengus.

   "Hmm, kau masih ingin berusaha membantah?"

   Bentak pengemis itu dengan suara keras, nyata dia gusar sekali. Tubuhnya masih rebah tertotok tanpa bisa
Kolektor E-Book
236 bergerak.

   "Tak usah kau memberikan alasan-alasan yang tidak masuk akal! Aku denganmu telah dua kali bertemu, mustahil aku tidak bisa salah mengenali orang! Kalau memang kau mau membunuhku, bunuhlah! Aku bukan sebangsa manusia yang takut mati!"

   Mendengar perkataan pengemis tersebut, Cie Kiat jadi tambah heran.

   Menurut si pengemis bahwa dirinya telah bertemu dua kali dengan pengemis ini, tetapi setahu Cie Kiat, dia tidak pernah bertemu dengan pengemis tersebut.

   Apakah didalam dunia ada seorang Cie Kiat lainnya? Cie Kiat benar-benar bingung.

   Sehingga akhirnya, saking herannya, Cie Kiat tidak berkata-kata, dia hanya mengawasi pengemis dengan tatapan mata yang heran.

   Melihat Cie Kiat hanya berdiam diri, si pengemis jadi tambah murka.

   Dia duga Cie Kiat sengaja ingin mempermainkan dirinya.

   "Kalau memang kau mau membunuh, bunuhlah!"

   Teriak pengemis itu lagi dengan suara yang mengguntur, amarahnya telah meluap. Cie Kiat tersadar, dia menghela napas.

   "Saudara, aku sebetulnya menyesal sekali, mengapa kau masih demikian muda bisa salah mengenali orang? Perhatikanlah baik-baik wajahku... kau tentu akan menemui kelainan antara diriku dengan orang yang kau temui beberapa waktu yang lalu.....!"

   Mendengar perkataan Cie Kiat begitu, dan lagi pula pengemis ini melihat Cie Kiat berkata dengan wajah yang bersungguh-sungguh, dengan sendirinya dia jadi bimbang juga.

   Dia mcmperhatikan wajah Cie Kiat tajam sekali.

   Sampai akhirnya dia seperti kaget sendirinya.

   "Oh... ini... ini... kau memang bukan dia... ohhh... bukan dia!"

   Kata si pengemis seperti terkejut benar. Cie Kiat mengetahui bahwa pengemis tersebut telah dapat melihat tegas wajahnya.

   "Sudahkah kau melihat dengan tegas wajahku?"

   Tanya Cie Kiat dengan sabar.

   "Bukankah benar perkataanku bahwa kau telah salah mengenali orang?"

   Mendengar perkataan Cie Kiat pengemis itu tampaknya agak bingung.

   "Inilah aneh! Kau berpakaian sama seperti orang itu! Tetapi ternyata sekarang aku bisa melihat tegas sekali, kau bukan dia! Kau bukan pelajar setan itu! Hai, aku memang benar-benar telah salah mengenali orang!!"

   Mengumam si pengemis dengan suara yang perlahan. Cie Kiat jadi girang melihat pengemis itu mau mengakui dirinya telah salah mengenali orang.
Kolektor E-Book
237 Dia tersenyum sambil berjongkok disamping pengemis itu. Diurutinya jalan darah si pengemis yang tadi telah tertotok. Sambil menguruti begitu, Cie Kiat berkata .

   "Maafkanlah tadi aku terpaksa menotok jalan darahmu, karena kau tidak tentu diantara diri kita berdua akan terjadi pertempuran yang hebat dan akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa!! Pengemis itu tampaknya malu sekali, wajahnya sampai berobah menjadi merah. Waktu jalan darahnya telah jalan kembali pulih seperti biasa, dengan cepat si pengemis telah bangun berdiri. Tahu-tahu dia telah merangkapkan tangannya, dia memberi hormat kepada Cie Kiat. Hal ini membuat Cie Kiat jadi tergopoh-gopoh membalas pemberian hormat dari si pengemis.

   "Jangan begitu, saudara!!"

   Kata Cie Kiat cepat.

   "Kita memang sering salah mata kalau mau mengenali seseorang!!"

   Pengemis itu tersenyum malu, rupanya dia jengah sekali.

   "Maafkanlah kekhilafanku tadi!!"

   Kata pengemis itu. Aku Bo Tiong Hiap dengan ini meminta maafmu sebesar-besarnya!"

   Cie Kiat juga cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah. Kemudian Cie Kiat menanyakan, mengapa dia bisa begitu bermusuhan dengan orang yang dikatakan oleh pengemis tersebut hampir mirip dan menyerupai diri Cie Kiat. Pengemis itu menghela napas.

   "Kalau diceritakan sangat panjang sekali!!"

   Katanya dengan suara berduka.

   "Banyak saudara-saudara kami dari pihak Kay-pang yang menjadi korban dari sasterawan setan itu!!"

   Dan setelah berkata begitu, pengemis tersebut jadi kurang enak hati juga, karena segera juga dia teringat bahwa Cie Kiat adalah seorang pelajar juga, dengan sendirinya dia mengatakan musuhnya itu dengan sebutan pelajar setan, dia jadi tidak enak hati.

   Tetapi Cie Kiat rupanya telah mengetahui kekikukan dari pengemis tersebut.

   Anak muda she Lie ini tersenyum.

   "Bolehkah Hak-seng mengetahui persoalanmu itu?"

   Tanya Cie Kiat dengan cepat mengalihkan pembicaraan mereka. Dia juga membahasakan dirinya dengan sebutan Hak-seng, yang artinya aku si murid, suatu perkatakan yang merendah. Pengemis itu dengan cepat telah mengangguk.

   "Boleh! Boleh!"

   Dia menyahuti dengan cepat sekali.
Kolektor E-Book
238

   "Tak menjadi halangan bagiku! Tetapi lebih baik lagi kalau memang Kong-cu ikut menemui guruku dulu, nanti guruku itu yang akan menceritakan segalanya!"

   Mendengar perkataan pengemis tersebut, Cie Kiat telah mengiyakan.

   Dia mau ikut bersama pengemis itu untuk menemui guru si pengemis.

   Dengan cepat mereka telah berlalu dari tempat tersebut.

   Mereka berlari dengan cepat sekali, karena mereka telah menggunakan Gin- kang mereka yang sempurna.

   Tubuh mereka melesat dengan cepat dan gesit sekali.

   Ternyata biarpun Gin-kang Cie Kiat menang beberapa tingkat dari pengemis tersebut, namun Cie Kiat tidak mau memperlihatkan keunggulannya itu, dia sengaja telah berlari hanya mengerahkan lima bagian dari ilmu lari cepatnya itu, yang membuat mereka jadi bisa berlari berendeng.

   Pengemis itu tidak menduga bahwa Cie Kiat sengaja telah memberikan suatu ketika dan mengalah kepadanya, dia hanya menduga bahwa kepandaian Cie Kiat dengan dirinya berimbang, dan tadi dia telah berhasil kena ditotok oleh Cie Kiat hanyalah disebabkan dia lengah dan kurang waspada, yang menyebabkan dirinya, atau jalan darahnya, berhasil ditotok oleh Cie Kiat.

   Pengemis ini, Bo Tiong Hiap, malah telah mengerahkan tenaganya untuk berlari lebih cepat lagi.

   Dia telah mengerahkan Gin-kangnya.

   Tetapi tetap saja Cie Kiat dapat mengikutinya berlari berendengan dengan dirinya.

   Hal ini menyebabkan dia mau tak mau jadi tambah penasaran.

   Dengan mengerahkan seluruh tenaga Gin-kangnya, pengemis yang mengaku she Bo itu telah berlari dengan cepat sekali.

   Tubuhnya melesat bagaikan terbang, cepat luar biasa sekali.

   Dan si pengemis menduga bahwa dia pasti akan dapat meninggalkan Cie Kiat didalam jarak yang cukup jauh.

   Dia bermaksud mau memperlihatkan kepada Cie Kiat, bahwa Gin-kangnya berada disebelah atas dari anak muda she Lie itu.

   Dengan bisa memperlihatkan bahwa Gin-kangnya berada disebelah atas Cie Kiat, Bo Tiong Hiap bermaksud menebus kekalahannya, dimana dia kena dirubuhkan oleh Cie Kiat.

   Tetapi Cie Kiat hanya tersenyum tenang saja waktu dia melihat kelakuan pengemis tersebut.

   Dia tetap mengikuti dengan gerakan yang ringan dan tenang sekali.

   Tubuhnya mencelat cepat luar biasa, biarpun tampaknya Cie Kiat tidak menggerakkan kakinya, toh tubuhnya telah melayang berlari dengan kecepatan yang luar biasa, dia berlari selalu berendeng dengan Bo Tiong Hiap.
Kolektor E-Book
239 Hal ini, selain membuat Bo Tiong Hiap jadi penasaran sekali, juga dia sangat kagum.

   Dengan sendirinya hatinya bercekat.

   Dia segera mengetahui bahwa dirinya memang mempunyai kepandaian yang berada jauh disebelah bawah anak muda she Lie yang sedang berlari bersama-sama dengan dirinya akan menemui guru si pengemis guna meminta keterangan sang guru.

   Cie Kiat masih terus mengikuti berendeng disamping pengemis tersebut.

   Sikapnya tenang sekali.

   "Masih jauh, Bo Heng-thay?"

   Tanya Cie Kiat waktu mereka telah berlari agak jauh dan masih tidak tampak sebuah rumah pendudukpun.

   "Tidak jauh!!"

   Kata Bo Tiong Hiap cepat.

   "Sebentar lagi kita akan sampai!!"

   Mereka berlari lagi dengan cepat. Ketika sampai disebuah tikungan, tampak dihadapan mereka sebuah kelenteng. Bo Tiong Hiap telah menunjuknya.

   "Itu dia!"

   Kata Bo Tiong Hiap.

   "Dikuil itu guruku mondok!!"

   Cie Kiat dan pengemis she Bo ini telah berlari lebih cepat lagi, tubuh mereka bagaikan melesat, agar cepat-cepat sampai dikelenteng yang ditunjuk oleh Bo Tiong Hiap! * * * KELENTENG yang ditunjuk oleh Bo Tiong Hiap, pengemis muda itu, ternyata adalah sebuah kelenteng yang besar dan bangunannya indah serta kekar Tembok kelenteng itu berwarna merah, juga daun pintu ruangan tengah dari kelenteng itu, kuil tersebut, berwarna merah pula.

   Dengan ringan dan enteng sekali, Cie Kiat dan Bo Tiong Hiap melompat keatas dinding kuil itu.

   Sepi sekali, tidak ada seorang manusiapun.

   Bo Tiong Hiap tidak lantas turun, dia menoleh kepada Cie Kiat yang berdiri disisinya.

   "Guruku berada didalam kuil ini, Kong-cu!!"

   Kata Bo Tiong Hiap. Cie Kiat mengangguk.

   "Hayo kita turun!!"

   Kata Bo Tiong Hiap lagi sambil melompat dari atas dinding itu dengan ringan. Cie Kiat hanya mengikuti saja dengan tenang.
Kolektor E-Book
240 Mendengar suara itu, Bo Tiong Hiap telah berteriak .

   "Su-hu...... Tee-cu telah pulang!"

   Waktu Bo Tiong Hiap menuju kebelakang kuil itu, dengan melalui pintu berbentuk rembulan, maka Cie Kiat pun mengikuti pengemis tersebut tanpa banyak bertanya.

   Mereka membelok dua kali, akhirnya mereka sampai ditaman dari kelenteng itu.

   Belum lagi mereka memasuki pekarangan kelenteng itu, yang menyerupai taman, telah terdengar suara tak tuk berulang kali, disertai oleh suara orang berkata- kata .

   "Hai...... kau benar-benar liehay, Loo-toa!"

   Mendengar suara itu, Bo Tiong Hiap telah berteriak .

   "Su-hu...... Tee-cu telah pulang!"

   Dan mereka telah melangkah masuk, maka tampak disamping batu gunung- gunungan kecil, disebuah kursi batu marmer putih, tampak duduk seorang pengemis tua yang sudah putih rambutnya dan jenggotnya, dan disampingnya tampak seorang lelaki setengah baya, yang memelihara jenggot pula, tetapi jenggotnya masih hitam
Kolektor E-Book
241 legam.

   Wajahnya segat sekali, dia mengenakan baju Thung-sia yang berwarna kelabu.

   Diatas kursi panjang itu, disisi mereka masing-masing tampak sebuah cawan.

   Sedangkan tangan si kakek pengemis yang rambutnya dan jenggotnya itu seluruhnya telah berwarna putih, sebentar-sebentar bergerak.

   Mereka memang duduk menghadapi dinding yang terpisah didalam jarak tujuh tombak.

   Kedatangan Bo Tiong Hiap dan Cie Kiat seperti tidak diacuhkan oleh kedua orang ini.

   Sedikitpun kedua orang tersebut tidak menoleh waktu Bo Tiong Hiap dan Cie Kiat melangkah masuk menghampiri mereka.

   Dan, waktu saat itulah, disaat mereka telah melangkah dekat, Cie Kiat baru bisa melihat, bahwa kakek pengemis tersebut telah menggerakkan tangannya lagi, melemparkan sebutir biji Tokkie, yang melesat cepat sekali kearah dinding, dimana didinding tersebut terlukis lukisan kotak seperti juga papan Tokkie.

   Biji Tokkie yang dilemparkan oleh kakek pengemis tersebut melesat cepat sekali, dan menancap didalam salah satu kotak.

   Biji Tokkie itu tidak terlepas jatuh, tetap melesak masuk kedalam dinding.

   Hal ini bisa menunjukkan, betapa tingginya tenaga timpukan dari pengemis tua yang rambut dan jenggotnya itu keseluruhannya telah berobah putih semuanya.

   "Bagus!"

   Lelaki yang mengenakan jubah kelabu yang duduk disamping si pengemis.

   "Tauw memang benar-benar hebat! Dan sekarang giliranku membuka jalan kematianmu!"

   Dan setelah berkata begitu, lelaki itu menggerakkan tangannya juga, maka melesatlah sebuah biji Tokkie.

   Biji Tokkie itu meluncur dan menancap disalah satu kotak dideretan keempat dan dikotak keenam.

   Tepat menancapnya biji catur itu.

   Si pengemis tua itu jadi melompat berjingkrak sambil mengeluarkan seruan mendongkol.

   


Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id

Cari Blog Ini