Panasnya Bunga Mekar 24
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja Bagian 24
Panasnya Bunga Mekar Karya dari SH Mintardja
"Kau aneh"
Desis yang lain "belum lama ia masuk ke dalam rumahnya. Barangkali baru sekejap ia tertidur sekarang ini"
"Meskipun baru sekejap, tetapi ia tidak pernah bangun sampai matahari terbit"
Jawab kawannya.
"Matahari belum terbit"
Jawab yang lain. Namun sebenarnyalah, sebelum matahari terbit, Ki Buyut yang belum lama masuk ke dalam rumahnya, telah membuka pintu pringgitan. Ketika ia turun ke pendapa, dilihatnya beberapa orang masih tertidur nyenyak.
"He, apakah artinya ini?"
Ia bertanya. Yang terjagalah yang menjawab "Biarlah mereka tidur Ki Buyut"
"Jadi kalian sama sekali tidak menjaga tawanan itu?"
Bertanya Ki Buyut pula.
"Ada beberapa orang yang tetap berada di serambi"
Jawab orang itu.
Ki Buyut berpaling ke serambi.
Ia memang melihat tiga orang yang duduk berselimut kain panjang.
Nampaknya mereka masih terlalu malas untuk bangkit dari ambennya.
Sementara seorang yang lain berjalan hilir mudik di longkangan.
Nampaknya mereka mengatur diri untuk bergantian bersiaga sepenuhnya.
"Suruh orang itu berhenti"
Desis Ki Buyut "sikap itu berlebih-lebihan. Yang harus kalian jaga adalah seorang yang berada di dalam bilik itu, sementara yang la berjaga-jaga, jika ada kawan-kawannya yang akan berusaha membebaskannya dengan kekerasan"
Orang-orang yang berada di pendapa itupun hampir bersamaan bangkit.
Tetapi Ki Buyut kemudian berkata "Suruh kawan-kawanmu bangun dan berapa orang yang berjaga-jaga di belakang gandok? Biarlah mereka beristirahat dan orang-orang yang bangun itu harus menggantikan mereka"
"Di belakang gandok?"
Tiba-tiba seseorang bertanya.
"Ya. Siapa yang berada di belakang gandok itu?"
Desak Ki Buyut.
"Tidak ada. Tetapi dua orang diantara kami selalu mengelilingi seluruh halaman ini. Tentu saja tidak ketinggalan pengawasan di belakang gandok itu pula"
Jawab salah seorang dari mereka.
"Bagaimana jika ada kawan-kawannya yang berusaha membebaskan orang itu lewat belakang?"
Bertanya Ki Buyut.
"Tidak Ki Buyut"
Jawab orang itu "dua kawan kami berada di regol belakang. Biasanya kami tidak me' nempatkan orang-orang khusus di regol belakang, selain sekedar diawasi oleh mereka yang meronda berkeliling"
"Ya. Malam ini keadaan menjadi gawat. Apalagi setelah ada seorang tawanan di rumah ini"
Berkata Ki Buyut. Lalu "
Baiklah. Aku hanya ingin meyakinkan, bahwa kalian tidak lengah. He. siapakah yang malam ini seharusnya memang bertugas ronda?"
"Diantaranya mereka yang berada di serambi itu Ki Buyut"
Jawab orang yang ditanya "
Termasuk dua orang yang bertugas di regol butulan itu"Ki Buyut mengangguk-angguk. Lalu bertanya "Sudahlah. Aku akan mandi. Aku bangun kesiangan. Tetapi aku baru dapat tidur sekejap, sementara satu kakiku masih tergantung di bibir amben"
Ki Buyutpun kemudian melangkah kembali ke pintu- pringgitan. Ketika ia hilang di balik pintu, maka orang- orang yang berada di pendapapun bergumam "Ki Buyut terlalu berhati-hati. Apa yang dapat dilakukan oleh seorang yang sudah terikat tangannya?"
Sudah sewajarnya. Orang yang semakin tua seperti Ki Buyut itu akan menjadi semakin berhati-hati dan selalu kecemasan"
Jawab kawannya. Yang lain menarik nafas dalam-dalam. Namun merekapun segera membangunkan kawan-kawan mereka yang tertidur.
"Sebagian dari kita akan pulang. Hari sudah siang. Kita akan mengatur, bagaimana kita akan menjaga orang itu sebelum Ki Buyut mengambil keputusan untuk menghukum orang itu atau menyerahkan kepada Akuwu"
Berkata salah seorang dari mereka.
"Kita akan tetap pada hari-hari perondaan kita masing- masing"
Jawab kawannya. Tidak sulit menjaga orang yang terikat kaki dan tangannya"
"Tetapi bukankah pada saat-saat tertentu, orang itu harus makan minum dan mungkin ke pekiwan? Bukankah diperlukan orang-orang khusus untuk menjaganya?"
Jawab orang yang pertama.
Kawannya mengangguk-angguk.
Bahkan iapun kemudian bertanya "Bagaimana dengan kawan-kawannya yang masih kita tinggalkan di padukuhan yang sedang kacau itu?"Pada saatnya merekapun akan dibawa kemari setelah pemeriksaan atas pemimpin mereka ini selesai dan Ki Buyut akan dapat mengambil keputusan"
Jawab yang lain.
Demikianlah orang-orang itupun telah mengatur diri.
Pada dasarnya tidak ada perubahan saat-saat parondan seperti yang biasa mereka lakukan.
Namun dalam keadaan yang gawat itu, maka setiap malam di halaman rumah Ki buyut itu akan ditambah dengan empat orang peronda selama tawanan itu masih berada di rumah Ki Buyut siang dan malam.
"Tidak lama. Mungkin hanya selama empat atau lima hari orang itu sudah akan menerima hukumannya. Mungkin di Kabuyutan ini, mungkin dari tempat Akuwu"
Berkata salah seorang dari mereka.
Dalam pada itu, ketika mereka telah bersepakat maka merekapun berniat untuk melaporkannya kepada Ki Buyut.
Sementara beberapa orang diantara mereka akan mohon diri.
Empat orang akan tinggal untuk menjaga tawanan itu.
Malam nanti empat orang itu akan diganti oleh empat orang yang lain, selain par a peronda seperti biasanya.
Namun sebelum orang-orang itu pergi, rasa-rasanya mereka masih ingin melihat sekali lagi, apakah pemimpin perampok yang terikat tangan dan kakinya itu juga sempat tidur.
"Jangan ganggu orang itu"
Desis salah seorang dari mereka.
"Aku tidak akan mengganggu"
Jawab kawannya "aku hanya ingin menengoknya untuk melihat, apakah ia tetap seperti saat kita mengikatnya"Yang lain tidak mencegahnya.
Bahkan ketika orang itu mem buka selarak pintu, beberapa orang telah mengerumuninya untuk dapat melihat tawanan itu pula.
Tetapi demikian pintu itu terbuka, beberapa orang terpekik karenanya seorang yang berdiri dipaling depan bahkan berteriak nyaring "Gila., Orang itu telah melarikan diri"
Teriakan itu terdengar oleh para peronda yang lain, sehingga merekapun telah berlari-lari kepintu.
Sebenarnyalah bahwa pimpinan perampok itu telah tidak berada lagi ditempatnya.
Ki Buyut yang diberi-tahupun segera berlari-lari memasuki bilik gandoknya.
Sambil menghentakkan kakinya ia menggeram "Anak iblis, bagaimana mungkin ia melarikan diri"
Para peronda itupun menjadi pucat.
Rasa-rasanya mereka akan dibebani oleh pertanggungan jawab atas hilangnya pemimpin perampok itu.
Suatu hal yang bagi mereka tidak akan mungkin terjadi, Namun mereka tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa pemimpin perampok itu memang sudah tidak ada ditempatnya.
Sementara itu, Ki Buyut dan para peronda yang melihat keadaan di dalam bilik yang sudah ditinggalkan oleh para perampok itu tinggal dapat menemukan tali yang sudah terputus dan sebilah pisau belati kecil.
"Ia berhasil memutuskan janget dengan pisau yang tajamnya bukan buatan"
Desis seseorang. Ki Buyut memungut pisau itu sambil menggeram Kalian kurang berhati-hati"
Kata-kata yang singkat itu membuat setiap orang men jadi berdebar-debar. Mereka sadar, bahwa Ki Buyut tidakhanya akan mengatakan hal itu. tanpa ada tindakan berikutnya.
"Bagaimana mungkin ia dapat menggapai pisau tergeram Ki Buyut kemudian. Para peronda hanya saling berpandangan. Seorang dari mereka bergumam "Mungkin ikatan itu mengendor, dan jari-jarinya berhasil menggagapi pisau kecil yang terlepas dari usaha melucutinya"
Kawannya mengangguk-angguk.
Segala macam perkiraan memang dapat disebutkan.
Tetapi kenyataannya sudah pasti, orang itu telah melarikan diri.
Namun dalam pada itu.
para peronda itu telah dicengkam oleh kecemasan yang luar biasa.
Apalagi ketika Ki Buyut kemudian menggeram "Semua berkumpul dipendapa"
Para peronda itupun menjadi pucat.
Sementara Ki Buyut masih berkata dengan suara bergetar "Biarkan dinding yang renggang itu.
Dengan demikian, akan dapat dilihat oleh siapapun yang ingin mengetahui persoalannya, bahwa pemimpin perampok itu telah berhasil melarikan diri dari hadapan sekian banyak orang dengan merenggangkan dinding kayu tanpa didengar oleh seorangpun setelah ia berhasil memotong tali pengikat tangan dan kakinya"
Sejenak kemudian, para peronda itu telah berkumpul di pendapa.
Dihadapan mereka duduk Ki Gede dengan wajah yang bagaikan membara.
Dengan suara bergetar Ki Buyut berkata "Pemimpin perampok itu telah mencoreng arang diwajah kita.
Dan kalian adalah orang-orang yang tidak tahu diri.
Bagaimana aku berusaha memperingatkan kalian, bahwa orang itu adalah orang yang berbahaya.nya saja"
Sebentar lagi, tigaorang yang semalam mem bantu kita menangkap pemimpin perampok itu akan oatang Mereka ingin berbicara dengan pemimpin perampok ternyata telah melarikan diri itu"
Tidak seorangpun yang berani memandang wajah Ki Buyut "He, siapakah yang dapat mengatakan, apakah jawabku jika orang-orang itu datang?"
Suara Ki Buyut mulai naik dan semakin keras.
Orang-orang padukuhan itupun menjadi semakin takut.
Mereka mengerti bahwa Ki Buyut adalah orang yang lunak dan bahkan lembut.
Tetapi dalam keadaan tertentu ia akan dapat menjadi kasar dan bahkan seperti kehilangan pengamatan diri.
Karena itulah, maka orang-orang yang merasa tersangkut dalam pertanggungan jawab itupun menjadi ketakutan.
Sementara Ki Buyut berkata "Kalian tinggal disini sampai ketiga orang itu datang"
Orang-orang yang merasa bersalah itu menjadi pucat.
Mereka sama sekali tidak mengerti, apa yang akan terjadi atas mereka.
Sementara beberapa diantara mereka telah mendengar, bahwa ketiga orang itu adalah orang-orang yang luar biasa.
Karena itu, maka merekapun benar-benar menjadi sangat cemas.
Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
Mereka bdak berani memaksa untuk meninggalkan rumah Ki Buyut.
Sebab dengan demikian, maka kesalahan mereka akan menjadi berganda.
Dengan demikian, maka dengan kepala tunduk mereka harus mendengarkan kemarahan Ki Buyut yang meledak- ledak.
Dengan menggeretakkan giginya Ki Buyut berkata geram "Untunglah, bahwa aku tetap menyadari, bahwa kalian adalah keluargaku sendiri, sehingga aku dapat menahan hati.
Tetapi aku tidak tahu, apa yang akandiperbuat oleh ketiga orang itu.
Mereka adalah orang-orang asing bagi kita.
Namun mereka adalah orang-orang yang luar biasa, yang memiliki kemampuan diluar jangkauan nalar kita"
Orang-orang yang merasa bersalah itu semakin mesuatu akan dapat terjadi atas mereka.
Sementara beberapa orang telah menyalahkan diri mereka sendiri, kenapa tawanan yang terikat tangan dan kakinya itu masih dapat melepaskan diri dan bahkan menghilang dari dalam bilik yang dianggap cukup kuat untuk menahannya.
"Bagaimana mungkin ia meraih pisau itu"
Bertanya orang-orang itu di dalam hatinya.
Namun hal itu memang sudah terjadi.
Meskipun kemudian Ki Buyut meninggalkan orang- orang itu di pendapa, namun tidak seorangpun di antara mereka yang berani meninggalkan rumah dan halaman itu.
Bagaimanapun juga.
kawan-kawannya tentu akan mengetahuinya, dan mereka akan datang mengambilnya di rumah dan membawa kembali ke pendapa itu.
Dalam pada itu, sebenarnyalah bahwa Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan ingin datang ke rumah Ki Buyut untuk berbicara dengan pemimpin perampok yang telah menyebut nama Rajawali Penakluk.
Meskipun mungkin orang itu tidak tahu ke mana Rajawali Penakluk itu bersembunyi, namun mungkin orang itu akan dapat memberikan sedikit keterangan tentang orang yang disebutnya Rajawali Penakluk itu.
Karena itulah, maka setelah mereka mengemasi diri dan membenahi pakaian mereka, maka ketiganyapun telah bersiap untuk pergi ke rumah Ki Buyut ke padukuhan yang telah diberitahukan kepada ketiganya.
Agaknya mencari rumah Ki Buyut adalah pekerjaan yang tidak akan terlalusulit.
Setiap orang akan dapat menunjukkan, di manakah rumah Ki Buyut itu.
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sejenak kemudian ketiganyapun telah turun ke jalan menuju ke rumah Ki Buyut.
Sekali mereka bertanya di jalan, kepada seorang petani yang berada di sawahnya unluk mengatur air yang mengalir tidak terlalu deras di parit yang membujur di pinggir jalan.
Seperti yang mereka duga, maka merekapun segera menemukan rumah Ki Buyut yang cukup besar dan berhalaman luas.
Namun demikian mereka berbga memasuki regol halaman, merekapun terkejut.
Di pendapa rumah itu terdapat banyak orang yang duduk dengan wajah yang pucat dan gelisah.
Apalagi ketika mereka bertiga memasuki halaman rumah itu.
Kedatangan mereka bertiga itupun segera diketahui oleh Ki Buyut yang kemudian dengan tergesa-gesa menyongsong mereka dan mempersilahkan mereka naik ke pendapa.
Namun keheranan ketiga orang itu justru menjadi semakin bertambah-tambah.
Mereka melihat wajah-wajah yang menjadi kebingungan dan sama sekali tidak seorangpun yang berani mengangkat wajahnya untuk memandang ketiga orang yang baru datang itu.
Setelah menambatkan kuda masing-masing, maka ketiganyapun kemudian naik ke pendapa dan duduk di satu sisi menghadap kepada orang-orang yang nampak kecemasan dan gelisah itu.
"Marilah Ki Sanak"
Berkata Ki Buyut "silahkan melihat orang-orang yang dungu dan tidak tahu diri ini"
Mahisa Agni mengerutkan keningnya. Kemudian iapun bertanya "Apa yang telah terjadi Ki Buyut?""Bertanyalah kepada mereka. Biarlah mereka berani menyebut apa yang telah mereka lakukan"
Geram Ki Buyut. Mahisa Agni memandang orang-orang yang menundukkan kepalanya itu. Sementara Ki Buyut membentak "Ayo katakan, apa yang telah terjadi"
Tidak seorangpun yang berani mengangkat wajah-wajah mereka dan mengatakan sesuatu, sehingga karena itu, maka Ki Buyutlah yang berkata hampir berteriak "Mereka telah melakukan kebodohan yang tidak dapat dimaafkan"
"Kenapa?"
Bertanya Mahisa Agni. Wajah Ki Buyut telah menjadi semakin tegang. Kemudian dengan suara parau ia berkata "Pemimpin perampok itu melarikan diri"
"He"
Mahisa Agni terkejut. Demikian pula Witantra dan Mahisa Bungalan. Sehingga untuk sejenak mereka "Itulah yang terjadi Ki Sanak"
Berkata Ki Buyut "aku menyerahkan satu orang yang telah terikat kaki dan tangannya kepada sekian banyak orang. Tetapi ternyata mereka tidak dapat mengawasinya dengan baik, sehingga Orang itu melarikan diri"
Witantra beringsut setapak. Sambil menarik nafas dalam- dalam ia berkata "Menarik sekali. Tetapi Ki Buyut, bagaimanakah mungkin orang itu melarikan diri? Apakah ia mempunyai satu cara yang luar biasa, bahkan mungkin diluar jangkauan nalar?"
"Marilah Ki Sanak. Aku persilahkan Ki Sanak mengamati apa yang telah terjadi"
Berkata Ki Buyut.
Ketiga orang itupun kemudian turun ke halaman dan melintas ke gandhok diikuti oleh orang-orang yang telah melakukan kesalahan itu.
Di dalam gandok Mahisa Agni,Witantra dan Mahisa Bungalan dapat melihat dinding yang rusak, tali yang terputus dan sebilah pisau belati yang sangat tajam.
Sejenak Ketiganya termangu-mangu.
Ki Buyut dan beberapa orang yang ikut memasuki gandok itu mengamat- amati ruang yang tidak terlalu luas itu.
Terutama Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan.
Kesan yang mereka dapatkan adalah seperti juga kesan beberapa orang yang lain.
Bagaimana mungkin pemimpin perampok itu dapat mengambil pisau kecilnya.
"Aneh sekali"
Desis Mahisa Bungalan.
"Tetapi memang mungkin"
Desis Witantra "aku pernah melihat seseorang membawa sebilah pisau kecil seperti ini dipergelangan tangannya. Ia memakai gelang dari kulit yang tebal dan besar, sehingga ia dapat menyisip kan pisau- pisau kecil itu"
"Tetapi apakah orang yang kita tangkap kemarin memakai gelang kulit dipergelangan tangannya?"
Bertanya Mahisa Agni. Mahisa Bungalan mengerutkan keningnya. Katanya "Aku tidak begitu memperhatikannya paman. Namun seandainya demikian, maka apakah mungkin ia dapat menggapai pisau itu"
"Ya. Dengan tangan yang lain yang terikat menjadi satu ia akan dapat mengambil pisau kecil itu dan memutuskan tali pengikatnya"
Jawab Witantra "namun seandainya tidak dipergelangan, ia mungkin sekali mendapatkan pisau itu di tempat yang memang sudah diperhitungkan, Sehingga pada saat yang gawat itu ia dapat mengambilnya dan mempergunakannya""Agaknya memang begitu"
Sahut Ki Buyut "agaknya orang itu memang sudah memperhitungkan satu kemungkinan, bahwa ia akan dapat tertangkap dan diikat"
"Ya. Orang itu tentu sudah berpengalaman menghadapi keadaan yang bagaimanapun juga"
Jawab Witantra.
Namun dalam pada itu, selagi Witantra kemudian berbincang dengan Ki Buyut, Mahisa Bungalan dan Mahisa Agni melihat-lihat lebih cermat lagi.
Tidak ada bekas-bekas yang menunjukkan bahwa orang itu telah bekerja dengan susah payah.
Nampaknya semuanya berlangsung dengan mudah.
Witantra dan Ki Buyut yang agaknya mempunyai persesuaian pendapat, telah berbicara dengan asyiknya, sementara Mahisa Bungalan telah keluar dari dalam bilik itu dan berbicara dengan beberapa orang.
"Kami memang lengah"
Jawab seseorang "kami kurang melihat bagian-bagian lain dari bilik itu, selain pintu depannya saja.
Ki Buyutpun sudah memperingatkan, agar kami mengawasi bagian belakang dari gandok itu.
Tetapi menurut pendapat kami, orang itu telah terikat kaki dan tangannya"
Mahisa Bungalan tidak bertanya lebih lanjut Rasa- rasanya tidak banyak keterangan yang danat diberikan kepada orang-orang itu selain pengakuan bahwa mereka memang kurang berhati-hati.
"Terhadap orang-orang ini, kami tidak dapat berbuat apa-apa"
Berkata Mahisa Bungalan di dalam hatinya.
Sementara itu, Witantrapun telah selesai dengan percakapannya.
Ternyata tidak ada hal-hal yang menarik perhatiannya, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan saja rumah Ki Buyut itu.Namun demikian Mahisa Agni masih bertanya "Bagaimana dengan para perampok yang lain?"
"Mereka akan kami bawa kemari. Ada beberapa kemungkinan. Namun yang paling baik adalah menyerahkan mereka kepada Akuwu"
Jawab Ki Buyut.
Mahisa Agni mengangguk-angguk.
Agaknya memang tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah itu.
Namun ada kemungkinan bahwa Akuwupun akan bertanya, dimanakah pemimpin dari gerombolan perampok itu.
Sejanak kemudian, maka Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalanpun minta diri.
Sebenarnya mereka merasa kecewa bahwa mereka tidak dapat bertemu dengan pemimpin perampok itu.
Bukan saja mereka tidak dapat bertanya sama sekali, namun agaknya pemimpin perampok itu akan dapat berbuat jauh lebih banyak lagi.
Tetapi demikian ketiga orang itu keluar regol padepokan, maka Mahisa Agnipun berkata "Kita bertanya kepada tawanan-tawanan yang lain, dimanakah sarang mereka.
Mungkin kita akan dapat mengunjunginya"
"Aku sependapat paman"
Mahisa Bungalan menyahut dengan serta merta "orang itu tentu kembali ke sarangnya untuk menyelamatkan apa yang telah mereka miliki. Karena itu, kita harus bertindak cepat"
"Ya. Secepat dapat kami lakukan"
Jawab Mahisa Agni. Lalu "Namun kesempatan yang aku dapatkan selama Witantra berbicara dengan asyiknya, maka aku menangkap beberapa hal yang agak menarik perhatian"
"Apa?"
Bertanya Witantra.
"Ada beberapa kesimpang siuran sikap Ki Buyut"
Berkata Mahisa Agni "Aku dengan hati-hati memancingketerangan.
Semula Ki Buyut menyuruh orang-orangnya meninggalkan tawanan itu, karena menurut Ki Buyut, orang itu tidak akan dapat melepaskan diri, karena ia terikat dengan janget.
Namun kemudian Ki Buyut memanggil mereka dan memberikan beberapa pesan, agar mereka berhati-hati"
Mahisa Bungalan mengerutkan keningnya. Lalu "Anakah kita akan mengusutnya?"
"Tidak sekarang"
Berkata Mahisa Agni "barang kali kita dapat melacak pemimpin gerombolan yang hilang itu saja.
Jika kita dapat menemukannya.
Kemudian jika kita dapat menangkap kembali orang itu.
kita akan dapat ber| bicara dengannya Namun pekerjaan itu bukannya pekerja an yang mudah"
"Aku mengerti. Tetapi tentu akan sangat menarik"
Sahut Mahisa Agni.
Karena itulah, maka merekapun kemudian langsung menuju ke padukuhan, tempat para perampok itu masih disimpan.
Kedatangan Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan disambut oleh orang-orang padukuhan itu.
dan segala yang ingin dilakukannya tidak seorangpun yang menghalanginya.
Dalam pada itu, maka Mahisa Agnipun minta kepada orang-orang padukuhan itu, agar ia diberi kesempatan untuk berbicara dengan salah seorang diantara para perampok itu.
"Silahkan"
Berkata orang-orang padukuhan itu "kami tidak akan berkeberatan"
Demikianlah, di pendapa sebuah rumah diantara rumah- rumah penduduk itu, Mahisa Agni.
Witantra dan MahisaBungalan menghadapi seorang diantara para perampok yang tertangkap itu.
Dengan tidak ragu-ragu, Mahisa Agni meminta agar Mahisa Bungalan melepaskan segala ikatan di tubuh orang itu.
"Duduklah"
Bertaka Mahisa Agni. Orang itupun kemudian duduk dengan jantung yang berdebaran. Apalagi orang itu mengetahui, bahwa ketiga orang yang menghadapinya adalah orang yang luar biasa.
"Aku akan mengajukan pertanyaan"
Berkata Mahisa Agni "kau harus menjawab dengan jujur"
Orang itu tidak menjawab.
"Coba katakan"
Berkata Mahisa Agni "dimanakah pemimpinmu sekarang"
Orang itu justru heran. Katanya "Bukankah orang itu telah dibawa oleh Ki Buyut?"
Mahisa Agni mengangguk-angguk. Katanya "Jadi kau mengetahuinya"
"Ya"
Jawab orang itu.
"Baiklah. Jika demikian aku ingin tahu, dimanakah sarangmu"
Bertanya Mahisa Agni.
Orang itu menegang.
Namun Mahisa Agni berkata "Tentu kau merasa keberatan.
Tetapi aku kira tidak ada gunanya lagi bagimu untuk menyembunyikan, karena untuk selamanya kau tidak akan dapat menikmatinya jika di sarangmu masih tersimpan harta benda hasil rampokanmu.
Kawan-kawanmu yang masih tinggal tentu akan memilikinya, atau mungkin justru Rajawali Penakluk itu datang lagi kesarang kalian, mengambil segalanya untuk bekal langkah-langkahnya yang akan dilakukannya kemudian""Kau tahu Rajawali penakluk?"
Bertanya orang itu.
"Aku mengenalnya. Tetapi itu tidak penting. Aku ingin pergi ke sarangmu. Katakan dimana. Lalu aku akan membawamu ke tempat itu. Jika ternyata kau menipuku, maka akibatnya akan sangat buruk bagimu. Aku dapat membuatmu tidak berdaya dengan sentuhan-sentuhan di bagian badanmu"
Berkata Mahisa Agni.
Orang itu memandangi ketiga orang yang menghadapinya itu berganti-ganti.
Namun kemudian ia berkata "Aku tidak dapat mengatakan kepadamu, dimana sarangku.
Mahisa Agni menerik nafas dalam-dalam.
Kemudian katanya kepada Manisa Bungalan "Kau dapat membuatnya tidak berdaya"
Mahisa Bungalan mendekati orang itu yang dengan ketakutan bergeser setapak surut. Katanya.
"Jangan"
"Tidak akan terasa apa-apa. Tetapi kau akan menjadi lumpuh. Bahkan ia akan dapat membuatmu bukan saja lumpuh dalam keadaan sadar, tetapi kau dapat juga tertidur dengan nyenyaknya dalam waktu yang panjang"
"Jangan"
Orang itu semakin ketakutan.
"Kau masih beruntung jika kau kami buat pingsan disini"
Berkata Mahisa Agni "tetapi juka kau tidak mau mengatakan dimana sarangmu, maka aku akan mem bawamu, Aku akan membuatmu lumpuh dengan kesadaran penuh dan melemparkan dipinggir hutan.
Kau tidak akta, dapat lari dari kerumunan tikus-tikus liar yang kelaparan"
"Jangan. Aku tidak mau"
Jawabnya dengan gemetar.
"Soalnya bukan mau tidak mau. Tetapi kau tidak mempunyai pilihan lain, jika kami ingin berbuat demikian"
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Desis Mahisa Agni."Kau kejam sekali. Melampaui orang-orang kami"
Orang itu semakin ketakutan.
"Kau mempunyai kesempatan untuk membebaskan diri dari kemungkinan itu"
Berkata Mahisa Agni "tunjukkan, dimana sarangmu.
Tetapi kau tidak akan dapat membohongi kami.
Kau akan kami bawa.
Jika ternyata kau berbohong, maka nasibmu benar-benar akan sangat buruk.
He.
apakah kau pernah melihat bagaimana tikus-tikus liar membunuh mangsanya? Jauh lebih mengerikan dari seekor harimau lorang yang paling ganas disegala jenis hutan"
"Kalian masih tetap terikat oleh kemanusiaanmu"
Orang itu hampir menangis "jangan lakukan itu"
"Kau mengerti juga arti kemanusiaan?"
Bertanya Mahisa Agni.
"Tetapi jangan perlakukan aku seperti itu"
Minta orang itu.
"Ada syaratnya. Tunjukkan dengan benar, dimana sarangmu"
Suara Mahisa Agni menjadi semakin berat.
Tidak ada pilihan lain.
Orang itu percaya bahwa ketiga orang itu akan dapat memperlakukannya dengan sesuka hatinya.
Karena itu, maka ia tidak dapat lagi mengelak Dengan gemetar, maka orang itupun mulai memberikan petunjuk, jalan yang manakah yang harus ditempuh untuk pergi ke sarangnya yang terletak di antara hutan perdu dan hutan yang cukup lebat agak jauh dari padukuhan itu.
"Apakah aku dapat mempercayaimu?"
Bertanya Mahisa Agni.
"Aku tidak berbohong"
Jawab orang itu.
"Kau ikut kami"
Jika kau berbohong, maka kau akan mengalami seperti yang aku katakan"
Berkata Mahisa Agni."Aku tidak berbohong"
Ulang orang itu. Mahisa Agnipun kemudian memerintahkan Mahisa Bungalan untuk mengikatnya seperti semula dan mengembalikannya kepada kawan-kawannya.
"Apakah orang itu akan kita bawa?"
Bertanya Mahisa Bungalan.
"Tidak. Aku hanya ingin memaksanya untuk berkata sebenarnya"
Jawab Mahisa Agni.
"Jadi, kita akan pergi ke sarang itu?"
Desak Mahisa Bungalan yang nampaknya sudah tidak sabar lagi.
Mahisa Bungalan mengerutkan keningnya.
Tetapi ia tidak membantah sikap hati-hati pamannya.
Bahkan kemudian, iapun berjalan di sebelah Witantra yang berada di belakang Mahisa Agni.
Ketiganyapun mendekati sepasang pohon cangkring itu dan melewatinya justru di luar batas kedua batang pohon itu.
Perlahan-lahan mereka menyibak gerumbul-gerumbul liar yang tumbuh rapat beberapa langkah di sekitar pohon cangkring itu.
Namun tiba-tiba mereka tertegun.
Dibalik gerumbul- gerumbul liar itu mereka melihat seperti sebuah goa diantara daun-daun perdu menjelujur panjang.
"Sebuah jalan menuju ke sarang itu"
Desis Mahisa Bungalan"
Kita tinggal menelusurinya"
"Ya"
Jawab Mahisa Agni "namun justru jalan ini putus menjelang sepasang pohon cangkring itu.
Sehingga aku yakin, bahwa orang-orang dari sarang gerombolan itu tidak pernah keluar dan masuk sarang mereka melalui pintu gerbang seperti yang dikatakan oleh perampok itu""Tetapi nampaknya bahwa sarang mereka terletak di sekitar tempat ini adalah benar"
Desis Witantra "
Aku melihat bekas kaki"
Mahisa Agni dan Mahisa Bungalanpun kemudian memperhatikan jejak kaki yang dikatakan oleh Witantra itu. Sebenarnyalah mereka melihat jejak baru di atas rerumputan yang patah menuju ke sarang perampok itu"
Meskipun mereka tidak mengatakannya, namun agaknya mereka bersepakat di dalam hati, bahwa jejak itu tentu jejak pemimpin perampok yang baru saja berhasil melepaskan diri dari tangan Ki Buyut yang menahannya dengan memutuskan tali pengikatnya.
"Kita akan mengikutinya"
Desis Mahisa Agni.
Dengan sangat hati-hati ketiganya merayap semakin dalam memasuki goa dedaunan liar yang nampaknya berhasil dijinakkan oleh gerombolan perampok itu, sehingga merupakan jalur jalan menuju ke sarang mereka.
Beberapa puluh langkah mereka maju.
Namun tiba-tiba Mahisa Agni memberikan isyarat agar mereka berhenti sejenak.
Katanya "Kita sudah menjadi semakin dekat.
Dihadapan kita, pepohonan yang seolah-olah telah dibentuk menjadi goa ini telah tertutup.
Tetapi bekas kaki ini tetap menuju ke sana"
"Kita akan mengikutinya"
Desis Witantra.
Ketiganya berjalan terus.
Namun merekapun tiba-tiba telah terhenti di ujung goa yang terbuat dari dedaunan liar itu.
Namun setelah beberapa saat mereka memperhatikan keadaan di sekitarnya, maka hampir bersamaan Mahisa Agni dan Witantra menunjuk ke sisi sebelah kiri sambil berdesis "Inilah"Mahisa Bungalan memperhatikan arah yang ditunjuk oleh kedua pamannya itu.
Sebenarnyalah iapun melihat dedaunan bekas disibakkan, betapapun hati-hatinya.
"Kita memasuki daerah yang gawat sekarang"
Desis Witantra.
"Ya. Mungkin pemimpin perampok itu bukan pemimpin tertinggi dari sarang mereka di sini"
Desis Mahisa Agni.
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk.
Sementara Mahisa Agni yang berada di paling depan mulai menyibakkan dedaunan liar dan menyusup semakin dalam- dalam.
Dengan ketajaman penglihatannya, maka ia dapat melihat bekas dan jejak orang yang berjalan mendahului yang nampaknya tergesa-gesa sehingga tidak berhasil menghapus jejaknya dengan baik.
Beberapa langkah mereka maju.
Namun tiba-tiba mereka sampai pada ujung jalan yang mereka lalui di antara semak- semak.
Pada suatu saat mereka terhenti, karena mereka melihat dihadapan mereka, pohon perdu itu menjadi semakin jarang.
"Kita sudah menembus pintu gerbang kedua"
Desis Mahisa Agni "kita sudah sampai"
Ketiga orang itupun segera bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan.
Dengan hati-hati mereka menembus lapisan terakhir dari lobang yang aneh yang mereka lewati.
Sebenarnyalah, dari ujung lorong itu mereka dapat menyibakkan dedaunan sehingga mereka dapat melihat tempat yang cukup lapang di bawah pepohonan besar di dalam hutan itu.
Namun nampaknya pohon-pohon perdu dan gerumbul-gerumbul liar di bawah pepohonan itu sudah dibersihkan dan tidak tumbuh lagi karenanya.Diantara pepohonan itu nampak beberapa barak yang didirikan terpencar dengan jarak yang tidak lebih dari duapuluh langkah dari yang satu dengan yang lain.
"Lihat"
Desis Mahisa Agni. Mahisa Bungalan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian katanya "Barak itu nampaknya sepi"
"Sebagian mereka telah tertangkap. Mungkin sebagian besar"
Jawab Witantra. Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Lalu katanya "Apakah kita akan langsung mendekati barak itu"
"Ya"
Jawab Mahisa Agni "tetapi hati-hatilah.
Kita akan mendekati dan dengan akibat yang dapat kita perhitungkan.
Kita akan berpencar.
Dengan pengertian bahwa apabila kita tardesak dan harus pergi dari tempat ini, kita akan bertemu di luar hutan.
Ingat Mahisa Bungalan, rasa-rasanya ada semacam sentuhan perasaan, jangan melalui jalan di antara kedua pohon cangkring yang disebut pintu gerbang pertama itu"
Mahisa Bungalan mengangguk. Jawabnya "Aku mengerti Paman"
"Nah, kita akan mendekati tempat itu dari tiga arah"
Berkata Mahisa Agni kemudian "kita akan memakai isyarat suara burung tekukur.
Seandainya di daerah ini tidak ada burung tekukur dan dengan demikian, kehadiran kita segera diketahui, maka kita sudah siap untuk menghadapi mereka dalam keadaan yang bagaimanapun juga"
"Baik paman"
Jawab Mahisa Bungalan pula.
Dalam pada itu, maka ketiga orang itupun segera membagi arah.
Mereka akan mendekati barak itu untuk mengetahui keadaannya.
Baru setelah terdengar isyarat dari MahisaAgni, mereka akan memasuki daerah di antara barak-barak itu"
Demikianlah, dengan hati-hati ketiga orang itupun mendekati barak dari arah yang berbeda.
Mahisa Agni men dekati barak dari arah Selatan.
Witantra dan Utara dan Mahisa Bungalan dari arah Timur, dari arah mereka datang.
Semakin dekat, maka merekapun mulai melihat seseorang yang lewat diantara longkangan barak yang terpencar itu.
Tergesa-gesa melintas.
Kemudian hilang dibarak sebelah.
Mahisa Agni yang datang dari Selatan melihat, bahwa diantara barak yang berpencaran itu terdapat sebuah diantaranya yang paling besar.
Orang yang melintas dengan tergesa-gesa itu keluar dari barak yang paling besar dan hilang dibarak sebelah.
Sejenak Mahisa Agni menunggu.
Seperti yang diduganya, maka orang yang melintas itu dengan tergesa- gesa kembali ke barak yang paling besar dengan membawa sebuah kampil yang besar.
Mahisa Agni menarik nafas dalam-dalam.
Harapannya untuk bertemu dengan pemimpin perampok itupun menjadi semakin besar.
Meskipun sejalan dengan itu, maka iapun semakin menyadari, bahwa para perampok itu tentu sudah cukup lama tidak bersinggungan dengan orang yang menyebut dirinya Rajawali Penakluk.
Menurut dugaan Mahisa Agni, pemimpin perampok itu tentu baru mengumpulkan orang-orangnya yang tersisa dan merencanakan untuk menyingkir, karena iapun memperhitungkan, bahwa salah seorang dari pengikutnya tentu akan menunjukkan dimanakah sarang mereka.
Tetapipemimpin perampok itu tidak akan menduga, bahwa orang yang memburunya bergerak cukup cepat.
Dalam pada itu, Mahisa Agni masih melihat beberapa orang yang lain melintas hilir mudik, sehingga Mahisa Agnipun menduga, bahwa jumlah orang di dalam sarang itu masih harus diperhitungkan sebaik-baiknya.
Ketika Mahisa Agni menjadi semakin dekat, maka ia masih melihat dua orang bersenjata telanjang berjalan di seputar barak yang besar itu, kemudian melintas diantara barak-barak yang berserakan.
Agaknya masih juga ada dua orang yang mengawasi barak itu dengan cermat.
Dari pengamatan yang sepintas, Mahisa Agni mengetahui bahwa penghuni barak itu memang sudah tidak terlalu banyak.
Namun tiga orang dibanding dengan orang- orang yang masih ada di dalam barak itu, memang harus mempergunakan perhitungan yang lebih cermat.
Karena itulah Mahisa Agni mencoba untuk mempergunakan perhitungan lain.
Ia tidak segera memberikan isyarat kepada Witantra dan Mahisa Bungalan yang tentu y sudah tidak terlalu jauh lagi dari barak-barak itu.
Ia masih ingin mengurangi jumlah lawan dengan caranya.
Ketika kedua orang yang meronda barak-barak itu lewat beberapa langkah dihadapannya, tiba-tiba saja Mahisa Agni dengan sengaja menggerakkan ranting disebelahnya, tempatnya ia bersembunyi.
Ternyata dedaunan yang bergetar itu menarik perhati an kedua orang peronda itu.
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sejenak keduanya saling berpandangan.
Namun agaknya keduanya bersepakat untuk mendekat dan melihat, apakah yang telah menggerakkan dedaunan itu.Namun demikian kedua orang itu mendekat, maka dengan serta merta Mahisa Agni telah menarik mereka.
Dengan kecepatan yang tidak mereka duga sama sekali, maka keduanya telah tersentuh tangan Mahisa Agni di bagian tengkuknya, sehingga keduanyapun kemudian seolah-olah tertidur nyenyak.
Karena itu, maka keduanyapun kemudian telah dibaringkan oleh Mahisa Agni di belakang gerumbul perdu.
Kemudian iapun telah berusaha mencari kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan barak-barak itu.
Tetapi agaknya sulit baginya untuk mendapat kesempatan kedua kalinya.
Dengan demikian, maka Mahisa Agni tidak menunda waktu lagi.
Tiba-tiba saja telah terdengar bunyi burung tekukur yang menggeletar keras sekali menurut ukuran burung tekukur yang sebenarnya.
Suara itu ternyata telah menarik perhatian para penghuni barak itu.
Karena itu, maka terdengar suara lantang dari dalam barak yang terbesar "Lihat, siapakah mereka.
Hancurkan dan lakukanlah segala pesanku bagi kalian"
Dalam pada itu, maka Witantra dan Mahisa Bungalan pun segera berloncatan keluar dari persembunyian mereka Ternyate bahwa mereka berduapun menduga, bahwa barak yang paling besar itu telah dipergunakan oleh para perampok untuk menentukan segala-segalanya.
Karena itu, maka merekapun telah mendekati barak itu agar pemimpin perampok itu tidak terlepas dari tangan mereka.
Tetapi ternyata bahwa dibarak itu masih terdapat beberapa orang yang berloncatan dari barak-barak itu, termasuk barak yang paling besar.
Dengan serta merta merekapun telah menyongsong kehadiran Witantra dan Mahisa Bungalan, sementara Mahisa Agni telah berusaha merayap sampai kepintu barak terbesar itu.Tepat pada saat Mahisa Agni sampai disudut barak, ia melihat seseorang meloncat keluar diikuti oleh tiga orang lainnya.
Dalam pada itu, orang itupun berteriak semakin lantang "Binasakan mereka tanpa belas kasihan"
Namun dalam pada itu, ketika orang itu melihat Mahisa Agni yang berloncatan pula mendekat, wajahnya menjadi pucat.
Ternyata pemimpin perampok itu adalah benar-benar orang yang mereka cari, sehingga kehadiran Mahisa Agni membuat pemimpin perampok itu menjadi pucat.
"Orang ini adalah orang-orang yang memiliki kelebihan semalam, sehingga aku dapat ditangkap"
Berkata pemimpin perampok itu di dalam hatinya.
Namun ia tidak dapat ingkar.
Sekarang orang itu telah berada dihadapannya.
Bagaimanapun juga ia harus melawannya dengan sepenuh kemampuannya bersama beberapa orang pengawalnya yang tidak ikut tertangkap dalam usaha perampokan yang gagal itu.
Sejenak kemudian, diantara barak-barak yang tersebar itu telah terjadi pertempuran.
Beberapa orang diantara para perampok itu telah menyerang Witantra dan Mahisa Bungalan.
Sementara pemimpin perampok itu dengan tiga orang pengikutnya siap menghadapi Mahisa Agni.
Ketika ternyata yang datang hanya tiga orang, maka pemimpin perampok itu mulai agak tenang.
Bahkan pemimpin perampok itupun kemudian berkata "Ki Sanak.
Meskipun kalian bertiga adalah orang-orang yang luar biasa, tetapi disini kalian menemukan lawan yang terlalu banyak bagi jumlah kalian yang hanya tiga orang itu.
Di padukuhan itu, kalian bertiga dikawani oleh sejumlah orang yang lebih banyak dari jumlah kelompokku.
Karena itu kau berhasil menangkap aku dan kawan-kawanku.
Tetapi di sinikeadaannya berbeda.
Jumlah kami jauh lebih banyak dari jumlah kalian yang hanya tiga orang itu"
Mahisa Agni menyadari, bahwa jumlah para perampok yang tersisa itu ternyata masih cukup banyak untuk mereka bertiga.
Tetapi pertempuran sudah mulai.
Bagaimanapun juga, mereka bertiga harus melawan dengan sekuat tenaga.
Mahisa Agni sudah berada di dalam kepungan pemimpin perampok itu bersama tiga orang pengawalnya.
Dalam pada itu, Witantra harus menghadapi empat orang juga, sedang sisanya yang berjumlah tiga orang berhadapan dengan Mahisa Bungalan.
"Ternyata masih banyak juga perampok-perampok yang tersisa ini"
Berkata Mahisa Bungalan di dalam hatinya.
Dalam pada itu, maka pertempuran itupun semakin lama menjadi semakin seru.
Pemimpin perampok dengan tiga orang pengawalnya nampaknya adalah orang-orang terbaik yang tersisa.
Pemimpin perampok itu sendiri memiliki kemampuan yang cukup, sementara tiga orang yang bersertanya adalah orang-orang terbaik yang diserahi barak- barak itu selama pemimpin perampok dan beberapa orang pengikutnya pergi merampok, namun gagal.
Karena itu, maka sebenarnyalah bahwa Mahisa Agni pun merasa tekanan yang cukup berat dari keempat orang itu.
Mereka cukup cepat dan tangkas mempermainkan senjata mereka.
Dua orang diantara mereka mempergunakan tombak yang tidak terlalu panjang.
Yang seorang mempergunakan sepasang bindi sementara pemimpin perampok itu mempergunakan pedang panj ang.
Mahisa Agni harus berhati-hati melawan mereka.
Kedua orang bersenjata tombak itu menyerang dari arah berlawanan, sementara pemimpin perampok itu dengancepatnya bergeser sambil memutar pedangnya.
Kadang- kadang menyambar mendatar, kadang-kadang mematuk seperti seekor ular berbisa.
Sedangkan sepasang bindi yang cukup besar menyambar berpasangan dan bahkan kadang- kadang kedua bindi itu menyerang bersilang.
Mahisa Agni harus melawan keempat orang itu dengan cepat pula.
Ia bergeser dan berloncatan menghindari serangan lawannya.
Kadang-kadang ia harus menangkis senjata lawannya dengan senjatanya pula.
Namun dalam pada itu, pada setiap benturan terasa oleh lawannya bahwa Mahisa Agni memiliki kekuatan yang benar-benar luar biasa, sehingga dengan demikian maka mereka berusaha untuk tidak lagi beradu senjata.
Jika demikian terjadi beberapa kali, maka senjata mereka akan dapat terlepas dari tangan.
Sementara itu, Mahisa Bungalan telah bertempur dengan garangnya pula.
Ia sadar, bahwa lawannya terlalu banyak.
Betapapun tinggi kemampuan mereka, namun dihadapan lawan yang berlipat ganda, ia harus berhati-hati.
Karena lawan mereka itupun tentu orang-orang yang memiliki pengalaman bertempur dalam berbagai keadaan pula.
Apalagi ketika lambat laun lawan Mahisa Bungalan itupun menjadi semakin garang dan kasar.
Mereka mulai berteriak-teriak dan berloncatan dengan liar.
Namun dalam pada itu, Mahisa Bungalan tetap menyadari, dibalik keliaran itu, ketiga lawannya memang memiliki kemampuan bertempur dengan tenaga yang cukup kuat.
Yang bertempur melawan Witantrapun segera menyadari, bahwa lawan mereka benar-benar seorang yang pilih tanding.
Tetapi Witantra tidak segarang Mahisa Bungalan pada mulanya.
Orang tua itu lebih banyak menghindar dan menangkis sambil melihat-lihat seluruharena.
Sekilas ia memperhatikan bagaimana Mahisa Agni melawan pemimpin perampok dengan tiga orang pengawalnya yang terbaik dari sisa-sisa pengikutnya.
Namun demikian, ternyata betapa beratnya tugas Mahisa Agni.
Senjata lawannya yang menyerang beruntun rasa- rasanya bagaikan angin yang bergulung dari segala penjuru.
Namun Witantra menarik nafas dalam-dalam.
Ia percaya, bahwa Mahisa Agni adalah orang yang memiliki pangalaman dan kemampuan yang jarang ada bandingnya.
Karena itu, maka ia justru semakin lama semakin mantap menghadapi ujung senjata lawan-lawannya.
Witantra sendiri tidak banyak mengalami kesulitan.
Meskipun iapun harus melawan empat orang seperti Mahisa Agni, tetapi tingkat kemampuan lawan-lawannya tidaklah segarang lawan Mahisa Agni.
Keempat orang yang bertempur melawannya memang termasuk orang-orang yang kasar dan liar.
Tetapi kemampuan ilmu mereka tidak banyak berarti bagi Witantra.
Bahkan tiga orang yang bertempur melawan Mahisa Bungalan memiliki ketrampilan yang lebih dari keempat lawannya.
Witantra tersenyum melihat Mahisa Bungalan bertempur dengan sekuat tenaganya.
Karena itulah, maka iapun segera mendesak lawannya Ia berniat untuk segera mengakhiri pertempuran itu, karena ia tidak tahu pasti, apa yang dapat terjadi atas kedua pamannya yang masing-masing bertempur melawan empat orang.
Karena itulah maka Mahisa Bungalanlah orang yang pertama melumpuhkan lawan-lawannya.
Ketika seorang diantara para perampok itu menyerang, Mahisa Bungalan tidak berusaha manghindar.
Ia justru telah berusaha untuk membenturkan senjatanya dengan senjata lawannya, sehingga seperti yang diperhitungkan, maka senjata lawannya itupun telah terlepas.Yang terdengar kemudian adalah keluhan tertahan.
Ternyata seorang lawan Mahisa Bungalan telah terluka dipundaknya, sementara kawannya kehilangan senjatanya.
Ternyata bahwa Mahisa Bungalan bertindak jauh lebih cepat dari perhitungan lawan-lawannya.
Sebelum lawan- lawannya itu menyadari apa yang terjadi, Mahisa Bungalan telah menyerang beruntun, sehingga ketiga orang lawannya talah kehilangan senjatanya.
Bahkan ayunan senjatanya yang terakhir berhasil menggores lengan salah seorang dari mereka.
Ketiga lawan Mahisa Bungalan benar-benar telah dilumpuhkan.
Mereka tidak berani berbuat sesuatu lagi ketika Mahisa Bungalan mengancam mereka dengan senjatanya.
"Ikat mereka Mahisa Bungalan"
Berkata Witantra.
Mahisa Bungalan termangu-mangu.
Nampaknya ia sedang berpikir, apakah yang dapat dipergunakannya untuk mengikat tangan dan kaki lawannya.
Witantra nampaknya mengetahui apa yang dipikirkan oleh Mahisa Bungalan.
Karena itu, maka iapun berkata pula "Ambil ikat kepala mereka, atau kain panjang, atau ikat pinggang kulit mereka"
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Katanya "Bagus. Lepaskan ikat kepala kalian"
Para perampok itu.
tidak dapat membantah.
Merekapun segera melepaskan ikat kepala mereka.
Sementara Mahisa Bungalanpun segera memerintahkan mereka saling mengikat tangan dan kaki.
Sementara orang terakhir telah diikat oleh Mahisa Bungalan sendiri sambil melihat-lihat apakah ikatan yang lain cukup kuat pula.Dalam pada itu, setelah ia mendapat kesempatan untuk melihat arena perkelahian itu dengan seksama, maka tahulah ia bahwa kedua pamannya sama sekali tidak menemui kesulitan.
Bahkan Mahisa Agni yang bertempur melawan pemimpin perampok dan tiga orang pengawal terpilihnya ternyata sama sekali tidak mengalami tekanan yang terasa terlalu berat.
Dengan kemampuan ilmunya yang tinggi, Mahisa Agni berhasil memaksa keempat orang lawannya untuk memeras segenap kemampuan dan tenaganya.
Namun ternyata bahwa Mahisa Agni memang seorang yang sulit dicari tandingnya.
Ketika Mahisa Agni meningkatkan ilmunya selapis lagi, ternyata bahwa lawannya benar-benar mengalami kesulitan yang parah.
Meskipun keempat orang itu memiliki pengalaman dibanyak medan dan berbagai macam ilmu, tetapi berhadapan dengan Mahisa Agni, mereka merasa bahwa mereka tidak akan dapat mengatasinya.
Terbersit niat dari pemimpin perampok itu untuk melarikan diri.
Ia menjadi cemas, bukan saja karena ia akan tertangkap lagi, tetapi jika ada kecurigaan bahwa ia dapat melarikan diri, maka mungkin sekali ketiga orang itu akan memaksanya dengan segala macam cara untuk berbicara.
Sementara itu, Mahisa Bungalan yang sudah kehabisan lawan, karena mereka telah terikat, bergeser dari arena pertempuran Witantra ke arena pertempuran Mahisa Agni.
Dalam pada itu, ia mulai melihat cara yang tidak wajar dari pemimpin perampok itu.
Nampaknya ia sedang berusaha untuk mengumpankan ketiga orang pengawalnya, sementara ia mengambil ancang-ancang.
"Licik"
Geram Mahisa Bungalan di dalam hatinya.Sebenarnyalah, bahwa ketiga pengawalnya yang bersenjata tombak menyerang berbareng, dan selagi Mahisa Agni berusaha mengindar, maka yang bersenjata bindipun menyerang pula, pemimpin perampok itu seolah-olah mendapat kesempatan.
Selagi Mahisa Agni sibuk menghindar dan menangkis, maka tiba-tiba saja pemimpin perampok itu meloncat dari arena.
Tetapi agaknya ia kurang memperhatikan kemungkinan yang lain.
Ternyata Mahisa Bungalan idak membiarkannya.
Demikian pemimpin perampok itu melarikan diri, maka Mahisa Bungalan telah mengejarnya.
Pemimpin perampok itu tidak sempat berlari sampai ke lebatnya pepohonan perdu di hutan, karena Mahisa Bungalan segera menyusulnya.
Yang terjadi kemudian adalah perkelahian yang seru diantara keduanya.
Tetapi pemimpin perampok itu tidak, banyak memperoleh kesempatan.
Sejenak kemudian, maka iapun mulai terdesak.
Sementara itu Witantrapun merasa perlu untuk segera mengakhiri pertempuran.
Dengan menghentakkan kemampuannya, maka ia telah mengejutkan lawan- lawannya.
Sementara itu, maka dengan tangkasnya Witantra menyerang mereka justru hanya dengan jari- jarinya pada pangkal pundak mereka.
Dengan dua tahap, maka keempat lawannya telah terdorong surut.
Merekapun kemudian terhuyung-huyung jatuh di tanah.
Untuk beberapa saat mereka menjadi seolah- olah tertidur dengan nyenyaknya.
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikian pula yang dilakukan Mahisa Agni.
Meskipun cara Mahisa Agni agak berbeda.
Karena lawannya cukup cekatan dengan senjata yang berbahaya, maka Mahisa Agni telah mempergunakan cara yang cukup keras.Ketika lawan-lawannya sibuk menangkis serangan senjatanya yang berputaran seperti angin pusaran, maka Mahisa Agni telah berloncatan diantara mereka.
Dengan pukulan sisi telapak tangan kirinya maka ia telah membuat ketiga orang lawannya menjadi pingsan.
Meskipun nampaknya tidak berbeda, tetapi ternyata bahwa keadaan lawan Witantra tidak sama dengan keadaan lawan Mahisa Agni, meskipun pada saatnya mereka akan terbangun pula.
Sementara lawan Witantra masih tertidur dan lawan Mahisa Agni masih pingsan, maka merekapun telah diikat pula kaki dan tangannya dengan mempergunakan ikat kepalanya.
Dengan menyobek melintang, maka ikat kepala itu merupakan tali pengikat yang cukup kuat.
Dalam pada itu, Witantra dan Mahisa Agnipun segera mendekati arena pertempuran antara Mahisa Bungalan dan pemimpin perampok yang gagal melarikan diri itu.
Tetapi ternyata kemudian, dalam beberapa saat yang pendek, pemimpin perampok itu sudah tidak mampu lagi bertahan.
Betapa ia mengerahkan kemampuannya, namun akhirnya ia harus mengakui bahwa ia memang tidak akan dapat lolos lagi.
Meskipun ia berhasil melarikan diri dari rumah Ki Buyut, tetapi ketiga orang itu berhasil memburunya.
Dan apakah sekali lagi ia harus menyerah untuk ditangkap?.
Namun akhirnya, perampok itu tidak lagi berusaha untuk melawan.
Ketika Mahisa Bungalan mendesaknya semakin berat, maka pemimpin perampok itu telah menyerah dengan melemparkan senjatanya.
"Aku menyerah"
Katanya.
Mahisa Bungalan tertegun.
Iapun tetap menyadari, bahwa pemimpin perampok itu harus ditangkapnya hidup- hidup.
Dengan demikian ia akan dapat menanyakankepadanya, bagaimana mungkin ia dapat meloloskan diri dari rumah Ki Buyut.
Pemimpin perampok itupun sadar bahwa ia akan diperas keterangannya, kenapa ia berhasil lari.
Tetapi ia tidak menghiraukannya lagi.
Ia lebih senang hidup dan berkata terus terang daripada harus mati di dalam pertempuran itu atau tubuhnya akan menjadi luka arang kranjang hanya karena ia ingin membungkam dan melindungi orang lain.
Karena itulah, maka ketika pemimpin perampok itu kemudian dihadapkan kepada Mahisa Agni dan Witantra, ia sama sekali tidak mempersulit diri untuk menjawab semua pertanyaan.
Dengan lancar ia berbicara tentang Ki Buyut yang sebenarnya sudah lama dikenalnya, karena dimasa mudanya Ki Buyut adalah kawan pemimpin perampok itu.
dan bahkan untuk beberapa saat lamanya, Ki Buyut telah melakukannya pula.
Namun akhirnya ia berhasil menempuh cara hidup yang lebih baik.
Ia berhasil memikat hati seorang gadis anak Ki Buyut yang tua.
Ketika Ki Buyut yang tidak mempunyai seorang anak laki-laki itu, tidak lagi mampu melakukan tugasnya, maka ialah yang mendapat limpahan tugas menjadi Buyut di Kabuyutannya.
"Bagaimana mungkin ia berhubungan dengan kau lagi?"
Bertanya Mahisa Agni.
"Aku memang datang menemuinya"
Jawab pemimpin perampok itu.
"Kau bujuk orang itu untuk membantumu melakukan niat jahatmu di Kabuyutannya?"
Bertanya Witantra.
"Ternyata ia tidak melupakan pekerjaannya itu. Nampaknya masih ada minatnya untuk mendapatkan harta benda yang banyak tanpa kesulitan. Sebagai seorang Buyutia tidak akan dapat memperoleh kekayaan yang melimpah. Justru beberapa orang saudagar yang tinggal di Kabuyutannya memiliki kekayaan yang jauh lebih banyak dari kekayaannya sendiri"
Jawab pemimpin perampok itu.
"Dan, kau berhasil mengangkat perasaan irinya terhadap orang yang memiliki kekayaan melebihi kekayaannya, dan kau berhasil memancing bekerja bersamanya untuk melakukan kejahatan itu?"
Bertanya Mahisa Bungalan. Pemimpin perampok itu mengangguk. Jawabnya "Ki Buyut itu ternyata masih ingin memiliki kekayaan jauh lebih banyak dari yang ia miliki sekarang"
Mahisa Agni mengangguk-angguk. Lalu katanya "Baiklah. Kau ikut kami. Kita akan bertemu dengan Ki Buyut dan membuat perhitungan. Jika tidak, maka hal yang demikian akan terjadi berlarut-larut, semakin lama menjadi semakin parah"
Pemimpin perampok itu sama sekali tidak membantaih.
Ia menyadari, bahwa demikianlah yang akan dilakukan oleh ketiga orang itu.
Tetapi itu akan lebih baik baginya daripada ketiga orang itu harus memaksanya.
Betapapun ia bertahan, namun akhirnya mulutnya harus mengatakannya juga, bahwa demikianlah yang sudah teradi, semantara tubuhnya sudah menjadi semakin kesakitan apabila ketiga orang itu memaksanya dengan kekerasan.
Demikanlah, maka Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan telah bersiap membawa pemimpin perampok itu bersamanya.
Namun dalam pada itu, ia tidak akan dapat membawa semua orang yang ada di barak itu.
Dengan demikian, maka orang-orang yang tertidurpun telah dibangunkan, yang pingsan sudah sadar, demikian pula kedua orang peronda yang pertama sekali bertemu dengan Mahisa Agni."Kalian tidak akan kami bawa"
Berkata Mahisa Agni "
Tetapi kalian harus tetap tinggal di barak ini, karena kemanapun kalian akan lari, kami akan dapat mencari kalian bersama pemimpin kalian ini"
Tidak seorangpun yang menjawab.
Sebenarnyalah bahwa Mahisa Agnipun menyadari, bahwa mereka akan dapat melarikan diri.
Tetapi orang- orang itu bukanlah orang-orang yang penting.
Dengan demikian, maka Mahisa Bungalan akan berkuda bersama orang itu di depan sambil menuntun kuda yang lain yang membawa beberapa jenis barang-barang yang tersimpan di barak itu berupa perhiasan yang bernilai tinggi, yang dapat mereka bawa.
Sementara Mahisa Agni dan Witantra berkuda di belakang mereka sambil membawa dua ekor kuda lainnya yang terdapat di barak itu, sebelum mereka akan mengambil kuda meraka sendiri.
Karena itulah, maka perjalanan mereka bukannya perjalanan yang cepat.
Kuda-kuda itu tidak dapat berpacu dengan kecepatan tinggi.
Apalagi ketika mereka masih berada dihutan meskipun mereka melalui sebuah jalan yang tidak terhalang karena seolah-olah telah dibuat sebuah terowongan yang panjang diantara pepohonan hutan.
Namun, demikian mereka sampai di dekat sepasang pohon cangkring maka pemimpin perampok itupun berkata "Kita melalui jalan samping"
"Kenapa?"
Bertanya Mahisa Bungalan.
"Di bawah sepasang pohon cangkring itu terdapat jebakan"
Jawab pemimpin perampok "siapapun yang lewat di antara sepasang pohon cangkring itu akan terperosok ke dalam sumur yang dalam dan tidak akan sempat keluar lagi, karena di dalamnya terdapat sejumlah ular-ular berbisa.Witantra, Mahisa Agni dan Mahisa Bungalan menarik nafas dalam-dalam.
Untunglah bahwa ketika mereka me masuki sarang para perampok itu, mereka tidak melalui jalan diantara kedua pohon cangkring yang disebut gerbang pertama itu.
"Agaknya perampok yang menunjukkan arah perjalanan ini dengan sengaja tidak memberitahukan"
Geram Mahisa Bungalan.
Tetapi Mahisa Agni dan Witantra mengganggap bahwa perampok itu demikian gelisahnya, sehingga ia tidak ingat untuk memberi tahukan akan hal itu.
Dengan demikian, maka Mahisa Agnipun telah memerintahkan kepada pemimpin perampok itu untuk berkuda dipaling depan, diikuti oleh Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan.
Ternyata mereka memang harus menyibakkan dedaunan.
Tetapi karena pemimpin perampok itu sudah terbiasa, maka dengan mudah ia dapat memilih jalan diantara Timbunan gerumbul perdu diantara pepohonan yang besar.
Demikian mereka meninggalkan hutan itu, maka merekapun segera masuki hutan ilalang, yang diseling dengan hutan perdu.
Yang pertama mereka lakukan adalah mengambil kuda mereka yang mereka simpan diantara gerumbul-gerumbul yang rapat.
Dalam pada itu, maka mereka berempatpun segera melanjutkan perjalanan, Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan ternyata lebih senang mempergunakan kuda mereka sendiri.
.Namun kuda-kuda yang mereka ambil, dari barak itupun telah mereka bawa pula.Sementara Mahisa Agni dan iring-iringan kecilnya masih berada di perjalanan, maka Ki Buyut telah mendengar laporan, bahwa ketika orang itu ternyata telah berusaha menemukan sarang perampok yang telah mereka tangkap.
Ternyata ada juga seseorang yang dapat melaporkan, bahwa ketiga orang itu telah bertanya dengan sungguh- sungguh letak sarang gerombolan mereka.
"Apakah mereka mencari pemimpin perampok yang hilang itu?"
Bertanya Ki Buyut.
"Aku tidak tahu Ki Buyut. Tetapi nampaknya memang demikian. Mereka telah pergi dengan tergesa-gesa"
Jawab orang yang melaporkan itu.
"Orang-orang gila"
Geram Ki Buyut. Lalu "Nampaknya orang itu memang sedang mencari perkara"
"Terserahlah kepada Ki Buyut, apakah yang dilakukan itu akan mengganggu atau tidak"
Sahut orang itu pula. Ki Buyut termangu-mangu. Namun kemudian ia bertanya "He, kenapa hal ini tiba-tiba saja kau laporkan. Bukankah tidak ada sangkut pautnya dengan kita?"
"Tetapi Ki Buyut"
Jawab orang itu "bukankah pemimpin perampok itu telah melarikan diri"
"Ya. Bukankah kebetulan jika ketiga orang itu berhasil menangkapnya?"
Desak Ki Buyut. Orang itu termangu-mangu. Namun kemudian katanya "Jika demikian, nampaknya memang tidak penting untuk dilaporkan"
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
Bertanya Ki Buyut itu pula. Orang itu menjadi semakin ragu-ragu. Namun akhirnya iapun berkata "Semula aku cemas. Bahwa orang itu tidakmelepaskan diri karena memang ia ingin melarikan diri dan atas usahanya sendiri"
Ki Buyut menjadi tegang. Dipandanginya wajah orang itu dengan tajamnya sambil berkata "Jangan mengigau. Kenapa kau berprasangka demikian?"
"Aku mengenal Ki Buyut sejak lama dan akupun mengenal orang itu meskipun sudah lama sekali aku tidak berhubungan"
Jawab orang itu "aku salah seorang pengikut Ki Buyut sejak Ki Buyut masih muda"
"Gila. Aku sudah tahu. Dan akupun masih ingat. Tetapi kenapa kau menduga, bahwa aku telah tersangkut dalam usaha orang itu untuk melepaskan diri?"
Bertanya Ki Buyut.
"Karena hal itu mustahil dapat dilakukannya sendiri"
Jawab orang itu.
Ki Buyut mengangguk-angguk.
Katanya "Baiklah.
Akupun sedang memikirkannya.
Jika benar ketiga orang itu berhasil menangkap kembali pemimpin perampok yang melarikan diri itu, maka akupun akan mengalami kesulitan.
Karena itu, aku minta tolong kepadamu.
Panggillah orang- orang yang pernah berada dalam satu lingkungan dengan kita.
Orang-orang yang memiliki kemampuan tidak sekedar seperti perampok-perampok gila, yang dengan petunjukku tidak berbuat sesuatu saat padukuhan itu dirampok, termasuk kau sendiri.
Meskipun semula kau aku anggap tidak masuk hitungan.
Tetapi karena penggraitamu tajam, maka kaupun akan terlibat pula"
"Aku bersedia terlibat Ki Buyut"
Jawab orang itu.
"Aku tahu. Karena itulah kau datang kemari. Tetapi akupun tahu, bahwa sawahmu telah habis kau gadaikan. Dengan tingkah, lakumu ini, bukankah kau mempunyai pamrih untuk mendapat sawah lagi?"
Garam Ki Buyut.Orang itu tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
"Panggil sepuluh orang terbaik yang pernah kau kenal. He, bukankah kau masih tahu benar, siapa saja yang dahulu .pernah bekerja bersama dengan kita, dan yang kemudian menjadi bebahu di Kabuyutan ini, termasuk Jagabaya?"
Bertanya Ki Buyut.
"Ya, aku ingat Ki Buyut"
Jawab orang itu.
"Panggil sepuluh orang itu. Mungkin kita masin harus berbuat sesuatu. Sudah lama aku menggantungkan pedangku. Sekali-kali jika ada perampokan kecil-kecilan aku mengenakannya. Tetapi barangkali sebentar lagi aku harus mempergunakannya untuk menghadapi tiga orang gila itu"
"Tetapi ketiganya adalah orang-orang yang luar biasa"
Jawab orang yang melapor itu.
"Siapa yang mengatakannya?"
Bentak Ki Buyut.
"Mereka telah berhasil menangkap para perampok itu?"
Jawab orang itu.
"Bukan karena mereka bertiga. Karena orang-orang seluruh padukuhan ikut pula. Meskipun mereka tidak berbuat banyak, tetapi kahadiran mereka, membuat para perampok itu menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, selain menyerah saja"
Jawab Ki Buyut.
Orang itu mengangguk-angguk.
Namun ia masih tetap menganggap bahwa ketiga orang itu memiliki kelebihan dari orang-orang kebanyakan.
Namun dihadapkan kepada sepuluh orang yang dimaksudkan oleh Ki Buyut, agaknya ekan terjadi suatu bantaran kekuatan yang dahsyat sekali, karena orang itu tahu pasti, siapa saja yang dimaksud dengan sepuluh orang itu.Tetapi orang itu tidak mempunyai terlalu banyak waktu, iapun kemudian minta kepada Ki Buyut untuk meng hubungi sepuluh orang diseluruh padukuhan yang terpencar di Kabuyutan itu.
Orang-orang yang sudah mendapat kedudukan paling baik diantara orang-orang lain diseluruh Kabuyutan.
Namun karena ternyata ada orang lain yang berhasil memiliki kekayaan melampui mereka, maka ada juga rasa iri yang menggelitik jantung.
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena itulah, maka telah terjadi persoalan yang rumit di Kabuyutan itu, yang akan mengancam beberapa orang saudara yang berhasil.
"Ya"
Jawab Ki Buyut.
Demikianlah, maka orang yang membawa pesan Ki buyut bagi sepuluh kepercayaannya itupun telah menghubungi mereka seorang demi seorang.
Dan seorang demi seorang pula mereka telah datang ke rumah Ki Buyut dan langsung diterima di ruang dalam.
"Ki Buyut mencemaskan ketiga orang yang sudahi aku dengar memiliki kemampuan yang luar biasa itu?"
Bertanya Ki Jagabaya.
"Ya"
Jawab Ki Buyut.
"Ki Buyut mengenal aku dengan baik. Dan meskipun sudah beberapa lama aku tidak membawa senjata, namun aku masih menyimpan canggah itu dengan sebaik-baiknya"
Berkata Ki Jagabaya.
"Hanya kau simpan saja? Sekarang saatnya senjata itu kau pergunakan"
Berkata Ki Buyut.
"Sebenarnya aku segan membawa senjata itu di siang hari. Seolah-olah akan terjadi sesuatu yang dapat menggemparkan Kabuyutan ini"
Jawab Ki Buyut.
"Tetapi, itu lebih baik daripada lehermu dipenggal oleh ketiga orang itu"
Geram Ki Buyut.Ki Jagabaya tertawa.
Katanya "Jangan cemas.
Aku sudah mendapat kedudukan baik Kabuyutan ini.
Aku kira demikian juga kawan-kawanku yang lain ini.
Kami tentu akan membantu Ki Buyut dengan cara apapun juga.
Bahkan dengan mempergunakan senjata sekalipun"
"Jangan hanya berbicaya saja. Persiapkan dirimu menghadapi keadaan ini"
Berkata Ki Buyut.
"Baiklah"
Berkata Ki Jagabaya "kita sudah mengenal satu dengan yang lain.
Kita tentu akan segera dapat menyesuaikan diri.
Aku tahu, bahwa diantara kita terdapat pula orang-orang yang memiliki kekuatan dan kemampuan raksasa.
Karena itu, tidak ada yang perlu dicemaskan sekarang ini.
Tiga orang, dan katakanlah semua laki-laki di Kabuyutan ini, biarlah datang.
Satu dua dari mereka terkapar mati, maka yang lain akan lari tunggang langgang Apalagi menghadapi Ki Buyut dan para bebahu sendiri"
Demikianlah, maka Ki Jagabaya dan sepuluh orang yang telah di panggil oleh Ki Buyut itupun segera mengambil senjata masing-masing.
Meskipun senjata-senjata itu menarik perhatian orang-orang yang berpapasan dengan mereka, tetapi mereka masih dapat menenangkan kegelisahan orang-orang itu.
Ketika seseorang bertanya, maka Ki Jagabaya menjawab "Tidak ada apa-apa Aku hanya bersiap-siap saja.
Bukankah baru saja kita dikejutkan oleh perampokan yang kasar? Apa salahnya kita bersiap-siap"
Ternyata orang-orang lainpun selalu menjawab serupa jika ada satu dua orang yang bertanya kepada mereka.
Sejenak kemudian, maka sepuluh orang itu telah bersiap- siap di rumah Ki Buyut.
Selebihnya adalah orang yang telah memanggil mereka dan Ki Buyut sendiri.
Tiga orang pengawal khusus Ki Buyutpun telah diberitahukan, bahwamungkin sekali akan terjadi peristiwa yang tidak dikehendaki, meskipun Ki Buyut juga yakin bahwa mereka akan setia kepadanya apapun yang terjadi.
Dengan demikian, maka orang-orang yang berada di rumah Ki Buyut itupun telah siap menghadapi apa saja yang bakal terjadi.
Dalam pada itu, maka Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan telah memasuki padukuhan yang telah digemparkan oleh perampokan itu.
Kedatangan mereka bersama pemimpin perampok yang telah melarikan diri itu ternyata telah menarik perhatian.
Karena itu maka dalam sekejap, beberapa orang laki-laki telah berkerumun di halaman banjar padukuhan.
Dalam pada itu, Mahisa Agnipun telah menyerahkan pemimpin perampok itu kepada Mahisa Bungalan, sementara ia akan berbicara dengan para pemimpin padukunan itu.
Sejenak kemudian telah terjadi pembicaraan yang sungguh-sungguh antara Mahisa Agni dan Witantra disatu pihak serta para pemimpin padukuhan itu, termasuk orang yang mewakili Ki Buyut di padukuhan itu.
"Tidak ada gejala yang dapat menunjukkan kepada kami, bahwa Ki Buyut telah berbuat seperti yang dikatakan itu"
Berkata salah seorang dari pemimpin-pemimpin padukuhan itu.
"Tetapi, ada sesuatu yang menarik"
Berkata yang lain "sejak Ki Buyut diangkat, menggantikan mertuanya yang menjadi semakin tua dan tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi, maka ia sudah mengangkat beberapa orang pembantunya.
Bebahu Kabuyutan lajer, telah terdesak oleh tengaga-tenaga baru yang diangkat oleh KiBuyut yang sekarang, yang nampaknya memang lebih baik dan lebih cakap"
"Ya"
Sahut yang lain "aku masih ingat.
Dengan demikian maka semua kekuasaan berada ditangan Ki Buyut dan kawan-kawannya itu.
Yang seingatku, mereka adalah orang-orang baru di Kabuyutan ini.
Meskipun nampaknya mereka memang lebih gairah bekerja bagi kemajuan padukuhan ini"
"Jadi bagaimana menurut pendapat kalian?"
Bertanya Mahisa Agni.
Para pemimpin padukuhan itupun mulai menimbang- nimbang, apakah yang sebaiknya mereka lakukan.
Mereka selama itu tidak melihat kekurangan yang dilakukan oleh Ki Buyut, apalagi satu tindak kejahatan seperti yang dengan tiba-tiba saja dipersoalkan.
"Mungkin pada suatu saat Ki Buyut telah benar-benar ingin memperbaiki keadaan dan pandangan hidupnya"
Berkata salah seorang dari pemimpin padepokan itu, namun ketika hubungan dengan pemimpin perampok itu terjadi, maka kambuhlah sifat-sifatnya yang kurang baik itu.
Meskipun nampaknya ia hanya memberi kesempatan saja, namun agaknya yang terjadi ini adalah satu permulaan dari masa yang suram bagi Kabuyutan ini"
Mahisa Agni dan Witantra kemudian mendengarkan beberapa pendapat dari para pemimpin padukuhan itu. Namun ternyata bahwa pada umumnya, mereka menginginkan hal yang terjadi itu diselesaikan sampai tuntas.
"Kita belum dapat mempercayai sepenuhnya apa yang dikatakan oleh pemimpin perampok itu"
Berkata Mahisa Agni "tetapi memang masuk akal, bahwa ia hanya dapatmelepaskan diri karena pertolongan seseorang. Dalam hal ini adalah Ki Buyut sendiri"
"Baiklah"
Berkata orang yang dianggap wakil Ki Buyut di padukuhan itu "aku termasuk bebahu Kabuyutan ini.
Tetapi aku termasuk orang lama, sehingga barangkali aku bukan orang yang dekat sekali dengan Ki Buyut.
Namun iku ingin bertemu dan bertanya apakah yang dikatakan leh pemimpin perampok itu benar"
"Itu berbahaya sekali bagimu"
Cegah seorang yang lebih muda "mungkin Ki Buyut akan mengambil sikap yang tegas dan pendek terhadapmu"
"Lalu, apakah yang pantas kita lakukan"
Bertanya orang itu.
"Aku akan mencari keterangan tentang hal ini"
Desis seseorang diantara mereka.
"Terlalu lama. Berapa hari keterangan itu akan kau dapatkan sehingga persoalan ini akan segera dapat di tangani"
Bertanya orang yang dianggap mewakili Ki Buyut di padukuhan itu.
Ternyata pembicaraan itu masih berkepanjangan.
Tidak ada jalan yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap tertentu.
Pendapat Mahisa Agni dan Witantra untuk langsung mempersoalkannya dengan Ki Buyutpun agaknya kurang dapat mereka terima, karena seperti yang sudah mereka katakan, hal itu akan dapat berbahaya.
Namun dalam pada itu, selagi mereka berbincang panjang lebar dan bahkan yang nampaknya tidak akan dapat menemukan jalan keluar, seseorang telah datang menemui orang yang dianggap mewakili Ki Buyut di padukuhan itu."Ada apa?"
Bertanya orang itu.
"Ki Buyut telah mengumpulkan para bebahu di Kabuyutan"
Berkata orang yang baru datang.
"mereka telah mempersenjatai diri dan nampaknya mereka berjaga-jaga"
"Darimana kau tahu?"
Bertanya orang yang mewakili Ki Buyut.
"Aku baru datang dari padukuhan induk Kabuyutan. Aku menengok menantuku yang sedang sakit. Dalam pada itu, aku melihat para bebahu yang termasuk orang-orang baru itu berkumpul di Kabuyutan dengan senjata masing- masing"
"Kenapa mereka berkumpul dan membawa senjata?"
Bertanya Mahisa Agni.
"Menurut keterangan mereka, kabuyutan ini sedang disentuh oleh kejahatan, sehingga mereka perlu bersiaga dengan senjata mereka masing-masing"
Jawab orang yang datang melaporkan itu.
"Berapa orang menurut penglihatanmu"
Bertanya orang yang mewakili Ki Buyut di padukuhan itu.
"Aku tidak tahu pasti"
Jawab orang itu "tetapi aku tidak melihat bebahu lajer yang masih ada, seperti Ki Demung dan Ki Perapat"
Orang yang mewakili Ki Buyut di padukuhan itupun mengangguk-angguk. Iapun merasa tidak tahu menahu dengan pertemuan dan bahkan kesiagaan para bebahu lainnya dengan senjata masing-masing.
"Baiklah, terima kasih atas keteranganmu"
Berkata orang yang mewakili Ki Buyut itu "kami akan membicarakannya di sini"Demikian orang itu meninggalkan pertemuan antara para pemimpin padukuhan itu dengan Mahisa Agni dan Witantra, maka merekapun mulai lagi dengan pembicaraan yang bersungguh-sungguh.
"Memang mencurigakan"
Akhirnya orang-orang yang berbincang itu mengambil kesimpulan.
Mahisa Agni dan Witantra tidak dapat menentukan sikapnya tanpa persetujuan orang-orang itu.
Bahkan akhirnya ia tidak dapat menentang ketika orang yang mewakili Ki Buyut itu memutuskan untuk mengundang beberapa orang penting lainnya di Kabuyutan itu.
"Kita akan berbicara dengan sejumlah orang lain yang aku anggap akan dapat memberikan petunjuk"
Berkata orang yang mewakili Ki Buyut itu.
Demikianlah, maka bebarapa orang telah memencar untuk mengundang orang-orang penting di Kabuyutan itu, kecuali para bebahu yang menurut ingatan mereka diangkat oleh Ki Buyut itu secara langsung.
Beberapa saat mereka menunggu.
Akhirnya yang diundang itupun seorang demi seorang telah datang.
Termasuk Ki Demung dan Ki Perapat.
Setelah mendapat penjelasan secukupnya, maka orang yang mewakili Ki Buyut di padukuhan itu mohon pendapat orang-orang yang dianggapnya memiliki pandangan yang lebih luas dari dirinya.
"Aku tetap mencurigainya"
Berkata Ki Demung "bukan karena kedudukanku sebagai bebahu terdesak, tetapi Ki Buyut telah mengambil tindakan yang kurang wajar sebelumnya.
Mungkin hal itu tidak segera terasa akibatnya.
Tetapi pada suatu saat, kita akan menyesal jika kita berdiam diri saja""Kita mendapat kesempatan sekarang untuk bertanya kepadanya"
Sambung Ki Perapat.
"Tetapi siapakah yang akan datang kepadanya?"
Bertanya orang yang mewakili Ki Buyut di padukuhan itu. Ki Demung dan Ki Perapat saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Ki Demung berkata "Aku akan menghadap Ki Buyut. Aku akan bertanya terus terang"
"Apakah hal itu tidak akan berbahaya bagi Ki Demung?"
Bertanya salah seorang yang ikut dalam pembicaraan itu.
"Mungkin memang berbahaya. Tetapi kita tidak mempunyai kesempatan seperti sekarang ini"
Jawab Ki Demung.
"Tetapi jika benar Ki Buyut sudah mempersiapkan orang-orangnya, maka kitapun tidak boleh sekedar menghadap untuk mohon kebaikan hatinya. Kitapun harus bersiap. Meskipun mungkin sekali orang-orang yang berpihak kepadanya cukup kuat, tetapi kita akan dapat menghimpun jumlah yang lebih banyak"
Berkata Ki Perapat.
Semua orang yang berada di tempat itu setuju.
Mereka telah menunjuk beberapa orang terkuat di antara mereka.
Namun merekapun sadar, bahwa sepuluh orang berbahu, termasuk Ki Jagabaya adalah orang yang memiliki kelebihan di Kabuyutan itu.
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita tidak akan datang ke rumah Ki Buyut dengan semua laki-laki yang sependapat dengan kita. Dengan demikian akan memancing kemungkinan orang-orang lain yang pernah merasa berhutang budi kepada Ki Buyut untuk berpihak kepadanya"
Berkata Ki Demung "karena itu, maka kita akan menunjuk beberapa orang yang bersedia mempertaruhkan segala-galanya untuk memulihkan tatapemerintahan di Kabuyutan ini Apalagi jika benar Ki Buyut telah terlibat dalam kejahatan yang justru merupakan permulaan dari kejahatan-kejahatan yang tertentu akan berkembang"
"Aku sependapat"
Berkata Ki Perapat "kita akan mengumpulkan beberapa orang yang bertekad untuk meng hadapi kelaliman ini"
"Kita akan memilih, siapakah di antara kita yang bersedia"
Berkata Ki Demung "karena kita tidak memiliki kelebihan yang dapat kita banggakan, maka kita akan berdiri dalam pertanggungan jawab yang sama"
Ternyata di luar dugaan Ki Demung dan Ki Perapat, Orang-orang yang hadir itu telah menyatakan kesediaan mereka, meskipun mereka sadar, bahwa yang akan terjadi adalah pertaruhan nyawa.
Mungkin mereka akan bertempur melawan Ki Buyut bersama orang-orangnya yang telah berkumpul di Kabuyutan.
Dengan demikian, maka ada kemungkinan bahwa mereka tidak akan dapat kembali kepada keluarga mereka.
"Tetapi jika bukan kita, siapa lagi"
Berkata seorang yang berkumis lebat "meskipun aku hanya memutar pedang, namun aku bersedia untuk melakukan kewajiban ini.
Aku tidak berkeberatan jika aku harus berhadapan dengan Ki jagabaya yang disegani itu, apabila ternyata Ki Jagabaya berpihak kepada Ki Buyut"
Ki Demung dan Ki Perapat pun kemudian menyusun orang-orangnya.
Ada tiga belas orang yang bersedia untuk pergi ke rumah Ki Buyut.
Namun karena lima orang diantara mereka dianggap mempunyai keadaan yang khusus, Ki Demung menasehatkan, agar mereka tidak usah ikut bersama mereka.
Tiga orang diantara mereka, isterinyasedang mengandung tua.
Seorang yang lain, ibunya sedang sakit keras, sedang seorang lagi adalah anak tunggal.
"Biarlah kita datang dengan delapan orang. Aku tidak dapat menduga, berapa orang yang sudah bersiap-siap di rumah Ki Buyut. Jika mereka ternyata memiliki kekuatan yang tidak terlawan, maka pembicaraan kita akan mengarah kepada masalah-masalah yang tidak akan menyulit kan kita pada saat itu, meskipun kita tidak boleh berhenti dan menyerah apabila menurut keyakinan kita, kita memang ingin merubah keadaan"
Berkata Ki Demung.
"Tetapi jika Ki Buyut justru akan bertindak atas kita dengan tuduhan yang bukan-bukan"
Bertanya salah seorang.
"Apaboleh buat"
Jawab Ki Demung "karena itu, aku menasehatkan mereka yang memiliki keadaan khusus tidak usah mengikuti kita pergi ke rumah Ki Buyut.
Kita mempunyai dugaan, bahwa ada diantara kita, bahkan mungkin semuanya, tidak akan keluar lagi dari halaman rumah itu.
Namun kita sudah mulai menyalakan api kesadaran kepada orang-orang kebuyutan ini, bahwa sikap Ki Buyut harus mendapat pengamatan yang lebih cermat.
Bahkan mungkin, jika kita tidak mampu berbuat apa- apa, kita akan menyampaikannya kepada Akuwu"
Orang-orang yang ada di tempat itu mengangguk- angguk. Sementara itu, Mahisa Agnipun telah berkata "Akupun bersedia untuk ikut bersama kalian"
"Kalian berdua?"bertanya Ki Demung.
"Kami bertiga"
Jawab Mahisa Agni.
"Bagus"
Orang-orang yang hadir itupun menyambut hampir berbareng "bersama kalian, usaha kita akan berhasil"Ki Demung menarik nafas dalam-dalam.
Ia sudah mendengar bahwa ketiga orang yang berada di padukuhan itu, telah membantu menangkap para perampok.
Tetapi Ki Demung dan Ki Perapat belum melihat sendiri, apa saja yang mampu mereka lakukan.
"Baiklah"
Berkata Ki Demung "kami mengucapkan terima kasih. Tetapi di mana kawan kalian yang seorang"
"Menunggui pemimpin perampok itu"
Jawab Mahisa Agni.
"Biarlah pemimpin perampok itu terikat kaki dan tangannya dan dijaga sebaik-baiknya, sehingga tidak mung kin lagi baginya untuk melarikan diri"
Berkata Ki Demung.
Sejenak kemudian, maka orang-orang itupun segera mem persiapkan diri.
Meskipun agak segan, tetapi merekapun terpaksa membawa senjata, karena orang-orang yang berada di rumah Ki Buyut menurut penglihatan seseorang telah bersiap-siap dengan senjata pula.
Dalam pada itu, para pemimpin perampok itupun telah diikat kaki dan tangannya, serta dijaga oleh beberapa orang bersenjata agar tidak lepas lagi.
Sekali lagi Mahisa Agni menegaskan, bahwa apa yang dikatakan oleh pemimpin perampok tentang Ki Buyut itu bukan sekedar fitnah.
"Apakah kau bersedia, aku hadapkan kepada Ki Buyut dan memberikan keterangan seperti yang kau katakan"
Bertanya Mahisa Agni.
"Asal keselamatanku dijamin, aku tidak berkeberatan"
Jawab pemimpin perampok itu.
Tetapi Mahisa Agni tidak ingin membawanya, la hanya ingin mendengar orang itu berkata sebenarnya.
Dan agaknya Mahisa Agnipun percaya bahwa orang itu berkata sebenarnya.Demikianlah, maka delapan orang telah pergi kerumah Ki Buyut bersama Mahisa Agni, Witantra dan Bungalan.
Mereka bertekad untuk bertanya kepada Ki Buyut, apakah ia benar-benar telah berhubungan dengan pemimpin perampok itu, selebihnya bahwa apa yang sudah ia lakukan selama ini, nampaknya telah menyalahi keten-tuan yang berlaku turun temurun di Kebuyutan itu.
Seperti orang-orang yang berkumpul di rumah Ki Buyut, jika ada orang yang bertanya dengan cemas disepanjang jalan, bahwa mereka membawa senjata, maka jawab mereka selalu dihubungkan dengan perampokan yang baru saja terjadi.
"Kita hanya sekedar berhati-hati"
Jawab Ki Demung.
Orang-orang yang bertanya disepanjang jalan itu, tidak mempersoalkannya lagi.
Mereka percaya bahwa beberapa orang bebahu merasa wajib menjaga keamanan Kabuyutan itu dalam keseluruhan.
Meskipun demikian, semakin dekat mereka dengan rumah Ki Buyut, merekapun menjadi semakin berdebar- debar.
Rasa-rasanya telah tergetar di dalam jantung mereka, bahwa sesuatu nampaknya memang akan terjadi.
Ketika mereka memasuki padukuhan induk, maka beberapa orang menjadi cemas.
Mereka sudah melihat beberapa orang berkumpul di rumah Ki Buyut.
Dan mereka kemudian melihat beberapa orang lagi telah datang pula menuju ke rumah Ki Buyut itu pula.
Meskipun mereka mendengar jawaban Ki Demung seperti yang selalu diucapkan, namun beberapa orang di padukuhan induk itu mengerti, bahwa hubungan Ki Demung dan Ki Perapat agak kurang baik dengan Ki Buyut serta beberapa orang bebahu yang telah diangkatnya menurut keinginan Ki Buyut sendiri.
Termasuk orang yang paling disegani disamping Ki Buyut, adalah Ki Jagabaya.Karena itu, maka kedatangan Ki Demung segera di ketahui oleh orang-orang diseluruh padukuhan induk, Mereka mulai mempercakapkan kemungkinan- kemungkinan yang dapat terjadi.
"Apakah Ki Demung marah, karena pemimpin pe rampok itu telah terlepas?"
Bertanya seseorang.
"Entahlah"
Jawab yang lain "tetapi sungguh mendebarkan. Ki Demung termasuk orang yang memiliki pengaruh disamping Ki Perapat"
Orang-orang itu hanya dapat menebak-nebak.
Namun dalam pada itu, terutama laki-laki dan anak-anak muda telah berkumpul di mulut lorong, di gardu-gardu dan di tikungan jalan padukuhan Dalam pada itu, iring-iringan yang dipimpin oleh Ki Demung dan Ki Perapat itu sudah sampai di rumah Ki Buyut.
Mereka tertegun melihat regol halaman yang tertutup rapat.
Karena itu, maka Ki Demungpun segera mengetuknya.
"Siapa?"
Bertanya orang yang berada di dalam regol.
"Aku, Demung"
Jawab Ki Demung "kenapa regol itu ditutup? Satu hal yang tidak biasa terjadi disini"
"Ki Buyut sedang berbincang dengan para bebahu terpenting di Kabuyutan ini"
Jawab suara di dalam.
"Aku ingin bertemu dengan Ki Buyut"
Bertanya Ki Demung.
"Hanya bebahu Kabuyutan"
Terdengar jawaban pula.
"Aku bebahu Kabuyutan"
Jawab Ki Demung.
"Jika demikian, kau sendirilah yang boleh masuk ke halaman dan seterusnya bertemu dengan Ki Buyut. Yang lain tinggal diluar"
"Aku juga bebahu"
Sahut Ki Perapat "aku Ki Perapat""Berdua aku persilahkan masuk"
Jawab penjaga regol itu.
"Baik. Bukakah pintu"
Jawab Ki Demung sambil memberikan isyarat kepada orang-orangnya.
Orang-orang yang mengikutinya, menjadi semakin puriga.
Tidak biasa regol rumah Ki Buyut itu ditutup dan dijaga.
Tentu telah terjadi sesuatu, yang justru memaksa Ki Buyut untuk berjaga-jaga.
Dan satu kemungkinan yang paling dekat adalah, karena Ki Buyut itu merasa bersalah.
Dalam pada itu, terdengar selarak pintu dibuka.
Kemudian perlahan-lahan pintu itupun berderit.
Namun nampaknya Ki Demung sudah tidak sabar lagi.
Bahkan ia justru telah yakin, bahwa Ki Buyut terlibat dalam perampokan yang telah terjadi, seperti yang dikatakan oleh pemimpin perampok yang melarikan diri itu.
Karena itu, maka demikian pintu terbuka sedikit, Ki Demung telah mendorongnya sekuat tenaga, sehingga dua orang yang berada di dalam telah terlempar beberapa langkah dan bahkan hampir jatuh terbanting.
Keduanya mengumpat.
Tetapi Ki Demung, Ki Perapat dan orang-orang yang mengikutinya telah masuk kedalam.
termasuk Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan.
"Gila"
Geram kedua penjaga regol itu "kalian telah memaksa membuka pintu dan masuk bersama orang-orang yang tidak seharusnya"
"Aku ingin bertemu dengan Ki Buyut"
Geram Ki Demung.
"Hanya para bebahu"
Bentak penjaga regol itu.
"Kami semuanya ingin bertemu dan berbicara dengan Ki Buyut"
Ki Demungpun mulai membentak."Tidak"
Penjaga regol yang marah itu hampir berteriak. Namun dalam pada itu, terdengar suara Ki Buyut dipintu pringgitan "Biarlah ia masuk bersama orang-orangnya"
Ki Demung berpaling. Dilihatnya Ki Buyut seorang diri berdiri dipintu pringgitan. Justru karena itu, jantung Ki Demung menjadi berdebar-debar. Seolah-olah Ki Buyut itu sama sekali tidak mengerti, apa yang akan dilakukannya bersama beberapa orang itu.
"Marilah Ki Demung"
Berkata Ki Buyut "nampaknya ada masalah yang penting yang akan kau katakan. Silahkan naik ke pendapa"
Ki Demung termangu-mangu sejenak. Namun terasa betapa wibawa Ki Buyut itu telah mendorongnya untuk melangkah ke pendapa.
"Naiklah, dan silahkan duduk"
Ki Buyut mempersilahkan.
Ki Demung berpaling kearah Ki Perapat.
Namun agaknya Ki Perapatpun tidak mempunyai pilihan yang lain.
Seperti Ki Demung, nampaknya iapun telah terpengaruh oleh wibawa Ki Buyut, sehingga karena itu, maka keduanyapun kemudian melangkah ke pendapa.
Dengan demikian, maka orang-orang lain yang menyertainyapun tidak dapat berbuat apa-apa.
Merekapun kemudian berjalan di belakang Ki Demung dan Ki Perapat, naik ke pendapa dan duduk diatas tikar pandan yang telah terbentang.
"Silahkan duduk sebentar"
Berkata Ki Buyut "aku akan membenahi pakaianku. Nampaknya tidak sopan untuk dalam keadaan seperti ini menemui Ki Demung. Ki Perapat dan beberapa orang tamti yang lain"
Ki Demung dan Ki Perapat tidak menjawab.
Tetapi mereka menganggukkan kepala mereka.Demikian Ki Buyut masuk keruang dalam, maka suasana di pendapa itu menjadi hening.
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rasa-rasanya tidak seorangpun yang berani mengucapkan sepatah katapun.
Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan saling berpandangan sejenak.
Merekapun merasa, betapa pengaruh Ki Buyut itu telah mencengkam orang-orang yang datang menghadapnya.
Namun dalam pada itu, Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan masih membiarkan mereka, karena ketiganya ingin mengetahui, apa saja yang dapat dilakukan oleh orang-orang itu dihadapan Ki Buyut.
Sejenak kemudian Ki Buyut telah keluar dari ruang dalam.
Sambil tersenyum ia berkata "sangat mengagetkan.
Ki Demung dan Ki Perapat telah datang bersama orang.
Tetapi yang lebih mengagetkan adalah karena kalian semuanya bersenjata"
Ki Demung termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menjawab "Ya Ki Buyut Nampaknya suasana di Kabuyutan ini agak merisaukan sehingga kami memandang perlu untuk membawa senjata"
"Karena perampokan itu?"
Bertanya Ki Buyut.
"Ya, Ki Buyut"
Jawab Ki Demung. Ki Buyut tertawa. Katanya "Tentu mereka tidak akan datang disiang hari. Apakah Ki Demung merasa perlu untuk bersenjata disiang hari? Perampok biasanya melakukan pekerjaanya dimalam hari"
"Ya Ki Buyut"
Jawab Ki Demung.
"Karena itu, kita tidak perlu cemas bahwa sesuatu asan terjadi di siang hari"
Berkata Ki Buyut "dengan demikian, maka bukankah lebih baik bagi kita untuk berbicara tanpa diganggu oleh senjata- senjata itu Aku kira, senjata senjata itu lebih baik diletakkan saja disudut pendapa.
Percayalah, perampok-perampok itutidak akan datang.
Jika mereka datang disiang hari.
pengawal-pengawalku sudah siap.
Dan bahkan apabila perlu, kalian akan dapat mengambil senjata-senjata itu dengan cepat"
Ki Demung menjadi bingung.
Sementara Ki Buyutpun berkata selanjutnya "Silahkan.
Letakkan senjata kalian disudut pendapa itu.
Kita akan dapat duduk enak dan berbicara lebih laras.
Dengan senjata dilambung, kita duduk dengan punggung yang pegal dan seolah-olah kita adalah sekelompok pengecut di kandang sendiri"
Ki Demung dan Ki Perapat menjadi semakin bingung.
Sementara itu ketika Mahisa Bungalan menggamit Mahisa Agni, ternyata Mahisa Agni memberi isyarat, biarlah segalanya itu berlangsung.
Sebenarnyalah bahwa Ki Demung dan Ki Perapat tidak dapat melawan wibawa Ki Buyut itu, ketika Ki Buyut yang masih tersenyum itu mempersilahkan sekali lagi, maka Ki Demung tidak dapat menolaknya lagi "Silahkan.
Letakkan disudut pendapa.
Jangan terlalu jauh.
Meskipun sekali lagi, tidak akan ada perampok disiang hari.
Dan seandainya mereka datang juga, para pengawal akan menahan para perampok itu dan kalian akan mendapat kesempatan untuk mengambil senjata- senjata kalian"
Ki Demung dan Ki Perapat saling berpandangan pula untuk beberapa saat.
Namun merekapun kemudian beringsut dan kemudian bangkit diikuti oleh orang- orangnya untuk meletakkan senjata mereka disudut pendapa, yang memang tidak terlalu jauh dari tempat duduk mereka.
"Gila"
Pikir Mahisa Bungalan "pangaruh apakah sebenarnya yang telah mencengkam orang-orang itu.Namun dalam pada itu, Mahisa Agni berbisik ditelinga Mahisa Bungalan "Cobalah pandang mata Ki Buyut sebaik- baiknya.
Tetapi kau harus menjaga, agar pribadimu tidak dikuasai oleh pengaruh tatapan mata Ki Buyut itu.
Meskipun demikian, biarlah kita berpura-pura untuk mengikuti saja apa yang dikatakannya"
Mahisa Bungalan menarik nafas dalam-dalam.
Ia mengerti maksud Mahisa Agni, sementara ketika ia memandang Witantra, maka Witantrapun telah tersenyum pula kepadanya.
Demikianlah maka orang-orang itupun telah berdiri dan meletakkan senjata masing-masing.
Mahisa Agni, Mahisa Bungalan dan Witantra yang juga membawa pedang telah meletakkan pedang mereka diantara senjata Ki Demung dan kawan-kawannya.
Ketika Mahisa Bungalan kemudian memperhatikan tatapan mata Ki Buyut itu, sebenarnyalah, terasa di jantungnya getaran-getaran yang aneh.
Semula kepribadiannya yang kuat telah membebaskannya dari pengaruh wibawa Ki Buyut yang sangat besar yang memancar dari matanya.
Namun kemudian, ketika dengan sengaja Mahisa Bungalan berusaha mengerti arti dari peristiwa itu, maka iapun mulai merasa sentuhan-sentuhan yang mempengaruhi perasaannya.
-oo0dw0oo-
Jilid 20 Tetapi ia sudah mapan, Yang dilakukannya itu adalah sepenuhnya dibawah pengaruh kesadarannya.
Kesadaran seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat.
Namun dengan demikian Mahisa Bungalan dapat mengerti,pengaruh apakah sebenarnya yang telah menguasai Ki Demung dan kawan-kawannya, sehingga, seolah-olah mereka tidak dapat berpikir sama sekali.
"Apakah kau sudah mengetahuinya?"
Bertanya Mahisa Agni yang telah duduk kembali setelah meletakkan senjatanya.
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk.
Tetapi ia tidak menjawab.
Mahisa Bungalan mengangguk-angguk.
Namun dengan demikian ia menjadi semakin berhati-hati.
Pada suatu saat ia harus mengambil satu sikap tertentu bersama Mahisa Agni dan Witantra.
Nampaknya Ki Demung dan Ki Perapat itu harus dibangunkannya untuk tetap berpegang pada niat kedatangannya.
Sejenak kemudian, orang-orang yang berada dipendapa itu telah duduk kembali sambil menundukkan kepalanya.
Diantara mereka duduk Ki Buyut sambil termangu- mangu.
Bahkan kemudian terdengar suara tertawanya diantara kata-katanya "Nah, Ki Demung.
Sekarang kita dapat berbicara dengan mapan.
Katakan, kenapa kalian datang kemari bersama Ki Perapat dan beberapa orang lainnya? Apakah ada sesuatu yang penting yang ingin kau katakan?"
Namun kesadaran Ki Demung, Ki Perapat dan kawan kawannya ternyata sudah terlambat.
Mereka telah terjebak dalam satu.
ruangan yang kuat dan tertutup rapat.
Gandok itu terdiri dari sebuah ruangan yang agak luas.
dan dibatasi dengan dinding-dinding kayu yang tebal, sehingga sulit bagi orang-orang yang berada di dalamnya untuk dapat memaksa keluar.
Apalagi diluar beberapa orang sedang berjaga-jaga.
Mahisa Agni.
Witantra dan Mahisa Bungalan masih membiarkan orang-orang itu menjadi sibuk.
Beberapa orangmencoba meraba-raba dinding untuk mencari kelemahannya.
Namun yang lain berkata "Seandainya kita dapat keluar dari bilik ini, kita sudah tidak bersenjata lagi.
Apakah artinya"
"Ya. Kita memang terlalu dungu, sementara Ki Buyut terlalu licik"
Sahut yang lain.
"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang? Kita akan menyerah untuk dibantai disini atau tindakan-tindakan lain yang akan dilakukan oleh Ki Buyut?"
Berkata yang lain "sehingga kedatangan kita kemari semata-mata untuk menyerahkan leher kita"
Tiba-tiba saja diluar dugaan seseorang berkata "Ki Demung.
Kita datang dengan harapan bahwa Ki Demung Ki Perapat akan dapat memberikan jalan bagi perubahan yang kita harapan di Kabuyutan ini.
Tetapi tiba-tiba kita sudah dijebak, sementara Ki Demung dan Ki Perapat tidak berbuat apa-apa"
"Ya"
Sahut beberapa orang hampir bersamaan "ya. Apa yang dapat kalian lakukan"
Ki Demung dan Ki Perapat saling berpandangan. Tetapi apa yang dapat mereka lakukan, setelah mereka di dalam sebuah bilik yang tertutup rapat.
"Sekarang"
Berkata salah seorang "berbuatlah sesuatu Ki Demung atau Ki Perapat. Kita tidak akan terlepas dengan sendirinya dari tempat ini dan dari kelicikan Ki Buyut"
"Ya, berbuatlah sesuatu"
Sahut yang lain.
"Marilah Ki Demung dan Ki Perapat"
Berkata Ki Buyut "kami persilahkan kalian beristirahat di gandok"Ternyata Ki Demung dan Ki Perapat tidak membantah.
Merekapun kemudian bangkit dan mengikuti Ki Buyut menuju ke gandok sebelah kanan.
Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalanpun mengikuti mereka pula.
Dan merekapun kemudian mengerti, apa yang sebenarnya dilakukan oleh Ki Buyut.
Karena demikian mereka masuk kedalam gandok, maka pintu gandok itupun telah ditutup dan diselarak dari luar.
Yang terdengar kemudian adalah gelak tertawa diluar pintu.
Terdengar suara Ki Buyut dan.
Ki Jagabaya berbincang.
Tetapi orang-orang yang berada di dalam gandok itu tidak mendengar jelas.
Namun beberapa kalimat dapat ditangkap oleh telinga Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan yang tajam, ketika Ki Buyut berkata "Ternyata ketiga orang yang disebut memiliki kelebihan itu, sama sekali tidak berdaya menghadapi aku dengan langsung.
Meskipun demikian mereka cukup berbahaya karena mereka berhasil manangkap kembali pemimpin itu"
"Serahkan kepada orang-orang itu sendiri. Mereka dapat membunuhnya"
Berkata Ki Jagabaya.
Yang terdengar kemudian adalah suara tertawa.
Selebihnya pembicaraan itu tidak dapat didengarnya lagi, betapapun mereka berusaha.
Dalam pada itu, Ki Demung dan Ki Perapat beserta orang-orang yang lain itupun bagaikan orang yang kehilangan kesadarannya.
Mereka duduk disebuah amben bambu yang besar.
Bahkan beberapa orang telah membaringkan dirinya, seolah-olah mereka benar-benar beristirahat sebelum melakukan tugas mereka berjaga-jaga di rumah Ki Buyut itu.
"Bukan main"
Berkata Mahisa Bungalan."Ya. Sampai kapan pengaruh itu akan mencengkam mereka"
Desis Witantra.
"Tetapi pengaruh itu akan lenyap dengan sendirinya. Kecuali jika sebentar lagi Ki Buyut itu datang memasuki ruangan ini dan memberikan perintah-perintah khusus kepada mereka seperti yang dikatakan oleh Ki Jagabaya"
Jika benar terjadi demikian, kita akan mengalami kesulitan. Apakah kita harus melawan orang-orang yang tidak sadarkan diri itu, sementara mereka benar-benar ingin membunuh kita?"
"Sumber dari pengaruh itulah yang harus dipadamkan"
Sahut Witantra. Mahisa Agni mengangguk-angguk. Kemudian katanya "Kita akan menunggu. Perkembangan apakah yang akan terjadi"
Dalam pada itu, lambat laun tetapi nampak jelas, bahwa Ki Demung, Ki Perapat dan kawan-kawannya mulai menyadari apa yang terjadi. Karena itu, tiba-tiba saja Ki Demung berlari kepintu dan mencoba membukanya.
"Gila. Pintu itu diselarak. Kita sudah tertipu"
Geramnya.
"Ki Perapatpun melakukan hal yang serupa. Demikian pula kawan-kawannya "Pintu diselarak. Kita sudah dijebak"
"Gila. Licik"
Ki Demung mengumpat. Lalu "sementara senjata kita sudah kita letakkan. Kita tidak mengira bahwa Ki Buyut akan selicik itu"
Orang-orang di dalam ruangan itu menjadi ribut.
Sementara itu terdengar suara tertawa diluar.
Suara tertawa yang sangat menyakitkan hati.Ki Demung mengangkat wajahnya, Sekilas terpandang olehnya mata Ki Buyut yang seolah-olah mencengkam jantungnya.
Sambil menunduk ia menjawab "Kami datang sekedar untuk menyatakan kesetiaan kami Ki Buyut.
Kami mendengar beberapa orang bebahu telah datang meronda di rumah ini.
Karena itulah, maka kamipun datang pula bersama beberapa orang untuk ikut berjaga-jaga"
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"O. begitu"
Berkata Ki Buyut"
Terima kasih. Kami senang sekali menerima kedatangan kalian. Di rumah ini beberapa bebahu memang sedang berjaga-jaga. Lihatlah, itulah mereka"
Orang-orang yang berada di pendapa itupun berpaling.
Betapapun juga nampak orang-orang itu terkejut.
Disekeliling pendapa itu nampak beberapa orang bebahu yang bersenjata berjalan keluar dari longkangan sebelah menyebelah.
Kemudian mereka seolah-olah telah mengepung pendapa itu dari segala arah.
"Nah, itulah mereka"
Berkata Ki Buyut "namun nampaknya penjagaan itu harus diatur bergilir. Marilah, kalian akan mendapat giliran nanti. Karena itu, sebelum giliran bagi kalian tiba, kami persilahkan kalian beristirahat lebih dahulu di gandok"
Ki Demung dan Ki Perapat benar-benar telah kehilangan, kepribadian mereka.
Yang dilakukan sama sekali tidak sesuai dengan tekad mereka sejak mereka berangkat.
Demikian orang-orang lainnyapun nampaknya tidak dapat melawan sama sekali pengaruh Ki Buyut yang telah mencengkeram perasaan mereka.
Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan dengan sengaja lelah menempatkan diri mereka bersama orang-orang itu.
Mereka ingin tahu, betapa kemampuan Ki Buyut menguasai orang-orang itu, dan apa sajakah yang akan dilakukannya kemudian terhadap orang-orangnya yang diketahuinya akan melawannya dan bahkan serba sedikit telah mengetahui rahasianya melalui pemimpin perampok yang telah tertangkap itu.
Karena itu, maka merekapun telah bersikap, sebagaimana orang-orang lain bersikap.
"Ya. Carilah jalan yang manapun juga. Kita lebih baik mati dalam usaha daripada kita menunggu kematian itu sambil merenung disini"
Berkata yang lain.
Orang-orang di dalam ruang itupun menjadi gelisah.
Ki Damung dan Ki Perapatpun menjadi bingung.
Orang-orang itu ternyata marah dan menyalahkan mereka berdua.
Dalam kegelisahan itu, maka tiba-tiba saja Ki Demung berpaling kepada Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan.
Kemudian dengan serta merta ia mendekatinya sambil berkata "ki Sanak.
Kenapa Ki Sanak hanya berdiam diri saja?"
"Kami meresa menyesal seperti orang-orang lain. Lalu apa gunanya kami datang kemari"
Jawab Mahisa Agni.
"Ya. Untuk apa kami datang. Sekedar menyerahkan leher?"
Sahut seseorang.
"Tetapi, katakan. Apa yang harus aku lakukan"
Ki Demung hampir berteriak.
"Kenapa kita telah meletakkan senjata kita?"
Bertanya Mahisa Agni.
"Ya. kenapa?"
Ki Demung justru mengulang.
"Kami hanya mengikuti saja apa yang telah Ki Demung dan Ki Perapat lakukan"
Jawab Mahisa Agni "karena KiDemung dan Ki Perapat meletakkan senjata, kami kira bahwa itu adalah perintah yang harus kami lakukan pula"
Ki Demung tiba-tiba saja telah terduduk dengan lemahnya sementara Ki Perapat berjalan hilir mudik dengan kepala tunduk.
"Ki Demung dan Ki Perapat"
Berkata Mahisa Agni "coba katakan, kenapa kia semuanya telah meletakkan senjata?"
Ki Demung termangu-mangu sejenak. Kemudian jawabnya "Aku tidak tahu Ki Sanak. Tiba-tiba saja aku telah melakukannya ketika Ki Buyut minta kita melakukannya"
"Tanpa disadari?"
Bertanya Mahisa Agni pula.
"Ya. Tanpa disadari"
Jawab Ki Perapat.
"Nah, sekarang sudah waktunya untuk menyadari bahwa yang terjadi itu adalah satu kelemahan bagi kita"
Kita sudah kehilangan diri kita sendiri demikian kita berhadapan dengan Ki Buyut. Ki Demung dan Ki Perapat, diikuti oleh kita semuanya, melakukan apa yang kita sendiri tidak menyadarinya"
Desis Mahisa Agni.
"Ya. Tepat seperti itu"
Jawab Ki Demung.
"Nah. Sebentar lagi, akan terjadi satu hal yang mungkin merupakan ulangan dari peristiwa itu. Tetapi lebih mangerikan lagi. Ki Buyut akan memasuki bilik ini bersama Ki Jagabaya. Ki Buyut akan menatap mata kalian dan dengan sorot matanya mempengaruhi kasadaran kalian sehingga kalian akan kehilangan diri kalian sendiri"
Mahisa Agni terdiam sejenak lalu "Dengarlah.
Kalian telah dipengaruhi oleh sorot mata Ki Buyut.
Sebentar lagi dengan sorot matanya Ki Buyut akan memerintahkan kalian untukmembunuh kami bertiga, jika kalian tidak mempersiapkan diri melawan pengaruh itu dengan kekuatan pribadi kalian masing-masing maka kalian tentu akan melakukannya"
"Apakah benar begitu?"
Bertanya Ki Demung.
"Ya. Seperti yang telah kalian lakukan. Meletakkan, senjata tanpa berpikir sama sekali bahwa ia adalah satu kebodohan yang sangat berbahaya"
Sahut Mahisa Agni.
Lalu "Karena itu, aku ingin berpesan.
Jika Ki Buyut berbuat demikian, maka cobalah melawan pengaruh itu dengan kekuatan pribadi kalian.
Kemudian cobalah mengelabui mereka.
Seolah-olah kalian ingin melakukannya.
Mintalah senjata kalian kembali dengan kesanggupan untuk membunuh kami bertiga.
Selebihnya, dengan senjata itu kita dapat berbuat sesuatu seperti yang kita rencanakan sejak kita berangkat dari padukuhan itu"
Orang-orang-yang mendengarkan keterangan Mahisa Agni itu mengangguk, sementara Mahisa Agni berpesan "Saratnya, kalian harus menyadari diri sendiri dan berpijak pada sikap dan kepribadian kalian sendiri.
Jika kalian gagal, maka akan terjadi sesuatu yang tidak kita kehendaki, karena kamipun tidak akan dengan suka rila menerima kematian"
Orang-orang yang berada di dalam bilik tertutup itupun mengangguk-angguk.
Mereka sadar, bahwa mereka telah berhadapan dengan ilmu yang sangat berbahaya.
Karena itu, maka salah seorang dari mereka berkata "Ya.
Kita harus melakukannya.
Jika tidak akan datang gilirannya, kita akan saling membunuh seperti yang mereka kehendaki tanpa dapat menentang sama sekali"
"Baiklah"
Berkata Ki Demung "marilah kita bersama- sama berusaha, agar kita tidak akan bertarung yang satu dengan yang lain"Demikianlah orang-orang itu telah berusaha untuk berpegang kepada pendirian masing-masing.
Mereka bertekad, jika Ki Buyut itu datang lagi mereka tidak akan dengan mudah menyerahkan diri mereka dan tunduk atas segala perintah Ki Buyut tanpa berbuat sesuatu"
Untuk beberapa saat lamanya mereka berada di dalam bilik itu.
Sementara itu, seorang dari para penjaga telah melaporkan kepada Ki Buyut bahwa orang-orang yang berada di dalam bilik itu telah memukul-mukul pintu dengan sekeras-kerasnya.
Ki Buyut tertawa, Katanya "Mereka mulai menyadari keadaannya.
Tetapi tidak apa.
Sebentar lagi aku akan mempengaruhi mereka lagi, sehingga mereka akan beramai- ramai membunuh tiga orang dikatakan sebagai orang yang luar biasa itu, yang ternyata tidak lebih dari orang-orang padukuhan yang dungu itu.
"Kita akan memanggil kawan-kawan kita untuk menyaksikan pembunuhan yang mengasyikkan itu Ki Buyut, sekaligus sebagai saksi bahwa merekalah yang melakukannya. Bukan kita"
Berkata Ki Jagabaya.
"Ya. Kemudian kitapun akan menyaksikan mereka bertengkar dan saling berbunuhan. Ki Demung dan Ki Perapat akan dibantai beramai-ramai oleh kawan-kawan mereka sendiri. Kita. akan berpura-pura mencegah, tetapi kita tidak sempat. Dengan demikian, maka kita akan menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan tidak berbekas. Tidak seorangpun akan dapat menuduh kita melakukan pembunuhan. Orang-orang itu tertawa. Dan sebenarnyalah merekapun mulai mempersiapkan pertunjukkan yang akan sangat mengasyikkan itu.Sejenak kemudian, maka Ki Buyut diiringi oleh beberapa orang telah pergi ke bilik tempat Ki Demung dan kawan- kawannya ditahan. Beberapa orang bersenjata lelah berada disebelah menyebelah pintu, untuk menjaga agar tidak terjadi sesuatu sebelum pengaruh Ki Buyut meresap kedalam jantung mereka. Demikian pintu bilik digandok itu terbuka, maka Ki Demunglah yang pertama-tama muncul diikuti olah Ki Perapat. Kemudian beberapa orang lainnya bersama Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan. Ki Buyut sambil tersenyum berkata "Marilah. Aku ingin berbicara dengan kalian"
Keringat dingin mengalir di tubuh Ki Demung, Ki Perapat dan kawan-kawannya.
Mereka merasa seolah-olah mereka sedang direnggut oleh satu pengaruh yang luar biasa.
Rasa-rasanya seperti mimpi yang mencengkam, tetapi bukan mimpi.
Dalam keadaan yang sulit itu terdengar Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan yang memencar diantara orang-orang itu berdesis "Pertahankan diri kalian masing- masing"
Kata-kata itu benar-benar sangat berarti.
Ki Demung dan Ki Perapat yang bagaikan mandi oleh keringat dinginnya, telah menemukan kekuatannya kembali.
Karena itulah, maka merekapun sadar, bahwa pengaruh kekuatan aneh Ki Buyut telah menyusup kedalam diri mereka.
Namun mereka harus berhasil merenggut diri mereka sendiri dari pengaruh itu.
Orang-orang yang lain benar-benar berada diantara sadar dan tidak sadar.
Ada juga kadang-kadang kemauan untuk bertahan.
Tetapi kekuatan pengaruh Ki Buyut terlalu kuat, sehingga mereka bagaikan terombang ambing diantara duakekuatan.
Kekuatan ilmu Ki Buyut dan kekuatan kepribadian mereka sendiri.
Setiap kali Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan selalu berdesis, memberikan imbangan pengaruh kekuatan Ki Buyut.
Meskipun orang-orang itu selain Ki Demung dan Ki Perapat tidak berhasil sepenuhnya melepaskan diri dari pengaruh Ki Buyut, namun setidak-tidaknya pengaruh itu dapat dibatasi.
Demikianlah, maka orang-orang itu telah dibawa ke halaman rumah Ki Buyut yang agak luas.
Dalam pada itu, maka Ki Buyutpun telah berkata "Baiklah.
Barangkali Ki Sanak semuanya perlu menyadari, bahwa keadaan padukuhan kita sekarang ini sedang gawat.
Agaknya ada juga pengertian itu, ternyata bahwa kalian telah bersenjata ketika kalian datang.
Tetapi sebenarnyalah bahwa orang- orang yang mengacaukan padukuhan diantara padukuhan- padukuhan di Kabuyutan ini tidak ada lain kecuali orang- orang yang sekarang ada diantara kalian.
Orang-orang yang tidak kita kenal dan mengaku telah berhasil manangkap kembali pemimpin perampok yang melarikan diri itu.
Ketahuilah Ki Sanak.
Hal itu dapat dilakukannya karena sebenarnya, mereka telah bekerja bersama dengan pemimpin perampok itu"
Ki Buyut terdiam sejenak.
Ki Demung dan Ki Perapat telah berjuang dengan segenap kamampuannya untuk menguasai diri.
Sebenarnyalah ia selalu mencoba mengingat, bahwa Ki Buyut akan mempergunakan tangannya untuk membunuh Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan.
"Karena itu Ki Sanak"
Berkata Ki Buyut "jika orang- orang itu tidak dilenyapkan, maka Kabuyutan ini tidak akan tenteram"Tiba-tiba saja Ki Demung menyahut "Ya. Orang-orang itu harus dibinasakan"
Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id Pahala Anak Berbakti Karya Siao Shen Shien Api Dibukit Menoreh Karya Sh Mintardja