Ceritasilat Novel Online

Panasnya Bunga Mekar 31


Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja Bagian 31



Panasnya Bunga Mekar Karya dari SH Mintardja

   

   "Baiklah kakangmbok. Aku akan melakukannya"

   Jawab Pangeran Indrasunu "aku akan segera kembali ke Kediri dan bertemu dengan beberapa orang.

   Tetapi aku curiga terhadap Pangeran Kuda Padmadata.

   Ia ternyata telah menodai dirinya sendiri dengan mengambil seorang gadis padesan menjadi isterinya.

   Justru isterinya yang diambilnya dari tataran para bangsawan telah tidak berada di istananya sepeninggal adiknya yang terbunuh itu"

   "Tinggalkan orang itu"

   Berkata kakak perempuannya "jika Pangeran Kuda Padmadata memang meragukan, kau tidak usah berbicara dengannya.

   Masih banyak orang-yang akan dapat mengerti tentang sikapmu itu.

   Dan tentu masih banyak orang yang ikut prihatin atas peristiwa.

   yang baru saja terjadi di halaman istana ini"

   Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk.

   Ternyata bahwa kakak perempuan mempunyai sikap yang berbeda dengan kakak iparnya.

   Dengan sikap itu, maka ia masih berpengharapan, bahwa pada suatu saat, ia akan dapat menebus kekalahannya yang berarti bukan saja kekecewaan karena ia tidak dapat membawa gadis cantik itu, tetapi juga harga dirinya.

   Menurut pengamatan Pangeran Indrasunu dan kakak iparnya, Pangeran Wirapaksi sudah tidak berdiri diatas tatarannya.

   Bahkan agaknya para pemimpin pemerin tahan di Singasaripun menganggap bahwa orang-orang dari tataran yang paling rendahpun akan mendapat perlakuan yang sama dengan para Pangeran.

   Karena itu, maka Pangeran Indrasunupun akan melakukan sesuatu untuk merubah tataran hidup khususnya kakak iparnya.

   Dengan bekal sikap itulah, maka dihariberikutnya Pangeran Indrasunu mohon diri kepada kakak iparnya untuk kembali ke Kediri setelah beberapa waktu ia berada di Singasari.

   Dalam pada itu, niatnya yang dilambari oleh dendam dan kekecewaan, pribadi itu, benar-benar akan dilaksanakannya.

   Karena itu, demikian ia sampai di Kediri, iapun mulai mencari kemungkinan untuk melakukan niatnya.

   Tetapi pada saat ia menjajagi sikap beberpa orang Pangeran yang masih terikat hubungan keluarga-dan diantara mereka adalah saudara sepupunya, maka pangeran Indrasunu menjadi kecewa.

   Beberapa orang Pangeran, yang bukan Pangeran Kuda Padmadata justru telah menasehatinya, bahwa sebenarnyalah jarak antara orang- orang yang disebut orang kecil dan para bangsawan memang sudah sepatutnya diperkecil.

   "Bukan karena kami takut terhadap tindakan orang- orang Singasari, tetapi ternyata bahwa kami sependapat dengan sikap itu"

   Berkata seorang Pangeran yang lebih tua dari Pangeran Indrasunu.

   Betapa kecewanya Pangeran Indrasunu mendengar jawaban beberapa orang yang dihubunginya! Seolah-olah ia telah tersisih pada satu sikap yang berbeda dengan orang- orang disekitarnya.

   Tetapi Pangeran Indrasunu tidak putus asa.

   Ia masih tetap berusaha untuk mendapatkan dukungan atas sikapnya itu.

   Karena usahanya yang tidak mengenal lelah, maka akhirnya, Pangeran Indrasunu bertemu juga pendiriannya dengan beberapa orang Pangeran muda.

   "Kediri sudah benar-benar lumpuh"

   Geram Pangeran Indrasunu "Jika sikap para bangsawannya masih tetapseperti budak-budak belian, maka Kediri untuk selamanya tidak akan pernah bangkit"

   "Kitalah yang wajib berbuat sesuatu"

   Jawab seorang pangeran muda yang lain "aku mempunyai sepasukan pengawal yang setia. Demikian pula agaknya setiap orang diantara kita. Karena itu, jika kita benar-benar bertekad, maka kita akan mampu berbuat sesuatu"

   "Tentu tidak cukup"

   Desis seorang Pangeran yang lebih tua. Bertubuh kecil, tidak terlalu tinggi. Namun natiuya bergejolak seperti kawah gunung berapi "aku mempunyai seorang kakak yang mempunyai kesempatan paling baik melakukannya"

   "Siapa?"

   Bertanya Pangeran Indrasunu.

   "Pangeran Suwelatama. Kakangmas Suwelatama yang menjadi Akuwu di Kabanaran"

   Jawab Pangeran yang bertubuh kecil.

   Wajah pangeran Indrasunu tiba-tiba menjadi cerah.

   Sambil mengangguk-angguk berkata "Bagus.

   Bagus sekali.

   Kita akan membangunkan satu tata kehidupan yang paling baik di daerah Pakuwon itu.

   Kita akan melakukan yang bertentangan sepenuhnya dengan apa yang pernah dilakukan oleh Ken Arok.

   Anak pidak pedarakan yang pernah menjadi orang buruan di padang Karautan.

   Orang itulah yang mula-mula telah merusak tatanan hidup di Tumapel, karena ia sendiri orang pidak pedarakan.

   Isterinya, bekas isteri Tunggul Ametung seorang gadis padepokan, sehingga mereka ingin mengangkat derajad tataran yang paling rendah"

   "Kakangmas Suwelatama tentu akan berbuat sebaliknya. Kabanaran akan menjadi landasan tatanan kehidupan yang mapan dengan tataran-tataran yang seharusnya"

   Berkata Pangeran Indrasunu "dengan landasan Akuwu Suwelatamaaku akan memberi peringatan kepada kakangmas Wirapaksi, bahwa tatanan kehidupan di Singasari dan Kediri sudah rusak"

   "Siapa tahu, bahwa kakangmas Suwelatama akan mendapat dukungan cukup setelah ia berhasil menunjukkan sesuatu yang berharga. Bukankah Ken Arokpun mulai dari Pakuwon Tumapel, kemudian mengalahkan Kediri dan menyebut negerinya Singasari?"

   "Kabanaran akan bangkit. Kediri dan Singasari pada saatnya akan tunduk di bawah kaki Akuwu Suwelatama"

   Berkata Pangeran Indrasunu pula. Lalu "Tentu Akuwu Suwelatama tidak akan lebih buruk dari Akuwu Ken Arok pada waktu itu"

   Dengan demikian maka beberapa orang Pangeran telah sepakat untuk menemui Akuwu Kabanaran, yang sebenarnya juga seorang Pangeran.

   Tetapi nampaknya ia merasa lebih bebas dan lebih dapat merasakan kekuasaan yang ada ditangannya sebagai seorang Akuwu.

   Para Pangeran yang merasa memiliki kekuatan masing- masing akan dapat mendukung kekuatan yang ada di Kabanaran.

   Sehingga dengan demikian, maka yang akan dilakukan oleh Akuwu Suwelatama akan lebih mudah daripada yang dilakukan oleh Ken Arok.

   Demikianlah, maka para Pangeran itu telah bersepakat untuk pergi ke Kabanaran untuk menemui Pangeran Suwelatama.

   Menurut pendapat mereka, semakin cepat akan semakin haik.

   "Tetapi aku harus berbicara pula dengan guru"

   Berkata Pangeran Indrasunu "guru Wasi Sambuja harus mengetahui rencana ini.

   Mungkin dengan beberapa orang seperguruannya, ia akan dapat membantu kami, karena sebenarnyalah di Singasari terdapat orang-orang yangmemiliki ilmu yang tinggi diantara para prajurit dan Senopati"

   "Kau sangka di Kediri tidak ada orang-orang yang sakti?"

   Bertanya seorang Pangeran.

   "Tetapi apakah orang itu bersedia bekerja bersama kita, itulah soalnya"

   Jawab Pangeran Indrasunu.

   Para Pangeran yang lainpun mengangguk-angguk.

   Mereka sependapat dengan pikiran Pangeran Indrasunu.

   Namun dalam pada itu, maka para Pangeran itu pun benar-benar telah mengambil satu sikap.

   Mereka telah menentukan, dikeesokan harinya, mereka akan pergi menemui Akuwu Suwelatama.

   Empat orang Pangeran yang masih muda, telah pergi menemui Akuwu Suwelatama.

   Diantara mereka adalah Pangeran Indrasunu dan Pangeran yang bertubuh kecil, adik Akuwu Suwelatama, yang lebih senang tinggal di Pakuwon daripada didalam istana di Kota Raja Kediri.

   Kedatangan mereka telah mengejutkan Akuwu Suwelatama.

   Sudah agak lama adiknya tidak berkunjung ke istananya yang terpisah dari Kota Raja.

   Tiba-tiba adiknya yang bertubuh kecil itu telah datang bersama beberapa orang Pangeran yang lain.

   "Nampaknya ada sesuatu yang penting"

   Bertanya Pangeran Suwelatama yang lebih senang menjadi Akuwu itu setelah ia menanyakan keselamatan tamu-tamunya.

   "Tidak kakangmas"

   Jawab Pangeran yang bertubuh kecil itu "kami hanya ingin mengunjungi kakangmas.

   Kami merasa terlalu pepat dan terkurung di Kota Raja, Di sini kami menghirup udara yang segar, dan yang seakan-akan bebas menghisap udara seberapapun kami ingini"Akuwu Suwelatama tertawa.

   Katanya "Sukurlah.

   Jika kalian kerasan disini, tinggallah disini.

   Sebenarnyalah bahwa hidup di Pakuwon jauh lebih senang daripada hidup berjejal di Kota Raja dengan segenap bentuk kehidupan yang memuakkan.

   Disini aku dapat berbuat segalanya yang sesuai dengan sikap dan pandangan hidupku.

   Meskipun itu bukan berarti bahwa Pakuwon ini melepaskan diri dari kuasa Kediri dan bahkan Singasari, tetapi aku dapat mengatur tata kehidupan sehari-hari sesuai dengan tata cara yang paling baik menurut pendapatku"

   "Benar kakangmas"

   Jawab Pangeran yang bertubuh kecil itu "apalagi pada saat-saat Kediri sudah kehilangan kewibawaannya. Seolah-olah Kediri sudah tidak lagi mempunyai tatanan kehidupan sesuai dengan adat yang berlaku dari abad ke abad"

   "Apa yang kau maksud adimas?"

   Bertanya Akuwu Suwelatama.

   Pangeran bertubuh kecil itu tertawa.

   Jawabnya "Tidak apa-apa.

   Tetapi barangkali kakangmas juga mengetahui, bahwa ada perubahan di dalam tatanan kehidupan di Kediri, terlebih-lebih lagi di Singasari.

   Tataran kehidupan tidak lagi dihormati, dan bahkan para Pangeran dan para bangsawan telah lupa akan dirinya"

   Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Jadi baru sekarang kau sadari hal itu?"

   "Ya"

   Jawab adiknya. Lalu "Saudara-saudara kita inipun terlambat menyadari keadaan"

   "Karena itu, aku lebih senang berada di sini"

   Jawab Akuwu Suwelatam "disini aku bagaikan seorang Maharaja.

   Semua orang menghormati aku dan keluargaku sebagaimana mereka harus hormat kepada junjungannya"Pangeran-pangeran muda yang datang ke Pakuwon itupun mengangguk-angguk.

   Pangeran Indrasunu kemudian berkata "Tataran yang demikian sudah dihinakan di Singasari.

   Mungkin maksudnya bukan saja menghina tataran itu sendiri, tetapi justru karena aku seorang bangsawan dari Kediri"

   Akuwu Suwelatama mengerutkan keningnya. Dengan nada dalam ia bertanya "Apa yang sudah terjadi adimas Indrasunu"

   Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam.

   Setelah memandang Pangeran bertubuh kecil itu sekilas, maka iapun kemudian menceriterakan apa yang telah terjadi atas dirinya.

   Wajah Akuwu Suwelatamapun nampak berkerut.

   Demikian Pangeran Indrasunu selesai berceritera dengan menambah di beberapa bagian dari peristiwa-peristiwa yang sebenarnya terjadi, Akuwu itupun bertanya "Jadi kau gagal mengambil gadis itu?"

   "Ya, kakangmas"

   Jawab Indrasunu.

   "Dan Pangeran Wirapaksi sama sekali tidak berusaha mempergunakan kekuasaan untuk menolong adimas?"

   Bertanya Akuwu itu pula. -oo0dw0oo-

   Jilid 25 PANGERAN Indrasunu menggeleng.

   "Terlalu"

   Desis Akuwu Suwelatama "dengan demikian maka adalah, salah para bangsawan itu sendiri bahwa mereka tidak lagi dihormati orang""Sementara itu, di Kediripun berlaku hal yang sama"

   Desis Pangeran bertubuh kecil itu "Apakah kakangmas sudah mendengar persoalan yang timbul di istana Pangeran Kuda Padmadata?"

   "Aku sudah tahu. Ia memilih perempuan pidak pedarakan itu daripada isterinya yang sepadan"

   Jawab Akuwu Suwelatama "seharusnya Pangeran Kuda Padma data tidak berbuat demikian. Ia dapat saja mengambil anak padesan itu sebagai selirnya"

   "Nah, ternyata aku justru dihinakan di Singasari"

   Berkata Pangeran Indrasunu kemudian.

   "Hal serupa itu tidak akan terjadi disini"

   Berkata Akuwu Suwelatama "apa saja yang kalian kehendaki akan terjadi.

   Jangan pikirkan lagi apa yang terjadi di Singasari itu.

   Besok adimas Indrasunu dapat berjalan-jalan dan melihat-lihat.

   Perempuan-perempuan cantik di padesan akan merasa sangat bangga, belum lagi diambil sebagai selir, bahkan di pandangpun rasa-rasanya mereka harus mendapat wahyu"

   Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk.

   Tetapi sebenarnya bukan itu yang dikehendakinya.

   Ia ingin membalas sakit hatinya dengan menebus kekalahannya.

   Bahkan jika mungkin dengari peristiwa yang jauh lebih besar dari yang pernah terjadi di Singasari itu.

   
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bukan sekedar menga lahkan Mahisa Agni, Mahisa Bungalan, Mahendra dan Witantra di arena perang tanding, tetapi Singasari dalam keseluruhan memang harus dirombak sama sekali.

   Seluruh tatanan kehidupannya.

   Bahkan jika mungkin hubungan antara Kediri dan Singasari itu sendiri.

   Meskipun persoalan itu sudah jauh melampaui persoalan pokoknya.

   Tetapi Pangeran Indrasunu cukup cerdik untuk tidak dengan tergesa-gesa menyampaikan maksudnya.

   Karenaitu, maka iapun mengangguk-angguk sambil menahan segala gejolak hatinya untuk pada suatu saat yang paling baik, menyampaikannya kepada Akuwu Suwelatama.

   Bersama tiga orang Pangeran lainnya, Pangeran Indrasunu tinggal di Pakuwon yang dipimpin oleh Pangeran Suwelatama.

   Rasa-rasanya mereka memang dapat melupa kan gejolak hati mereka dengari melihat-lihat sawah yang hijau.

   Sungai yang bening mengalir di tengah- tengah bulak yang panjang.

   Bendungan yang panjang yang mengangkat air ke sawah lewat parit yang bercabang- cabang.

   Namun demikian, Pangeran Indrasunu tidak pernah inelupakan maksud kedatangannya yang sebenarnya.

   Di Pakuwon itu ia memang melihat gadis-gadis yang tersipu- sipu jika Pangeran-Pangeran muda itu memandangi mereka.

   Bahkan mereka menjadi ketakutan jika salah seorang dari Pangeran itu mendekatinya.

   Namun dalam pada itu, hati mereka pun rasa-rasanya menjadi kembang sebesar Gunung.

   Baru setelah Pangeran-Pangeran muda itu berada di Pakuwon itu beberapa hari, maka mereka mulai menyinggung masalah-masalah yang mereka kehendaki, sedikit demi sedikit.

   "Harus ada perubahan dalam tatanan kehidupan di Kediri"

   Berkata Pangeran Indrasunu.

   Pangeran Suwelatama itupun termangu-mangu.

   Namun agaicnya adiknya yang bertubuh kecil itupun meyakinkannya, bahwa yang dikatakan itu sebenarnyalah demikian.

   Akuwu Suwelatama yang semula ragu-ragu menanggapi sikap anak-anak muda itu, akhirnya telah terbuka pula.

   Pangeran yang lebih senang tinggal diluar Kota Raja itupunmengerti, apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pangeran- Pangeran muda itu.

   "Kenapa kalian datang kemari?"

   Tiba-tiba saja Pangeran Suwelatama itu bertanya kepada adiknya "Apakah kau melihat kemungkinan yang paling kecil sekalipun, bahwa aku akan sependapat dengan kalian"

   "Aku mengerti sikap kakangmas"

   Jawab adiknya, Pangeran yang bertubuh kecil "kakangmas lebih senang tinggal di tempat ini, karena kakangmas tidak sependapat dengan perkembangan keadaan.

   Namun agaknya kakangmas terlalu baik hati, atau kakangmas memang tidak ingin melihat orang-orang gila itu kehilangan tempatnya"

   "Tetapi itu belum berarti bahwa, aku telah menentukan satu sikap"

   Jawab Akuwu Suwelatama.

   "Yang kakangmas lakukan sudah satu sikap. Namun terserahlah kepada kakangmas untuk mengembangkan sikap itu. Kami hanya ingin menyampaikan kepada kakangmas, bahwa kami mulai merintis jalan untuk mengambil langkah yang panjang. Yang terjadi atas kakangmas Indrasunu dan ketidak-mampuan kakangmas Wirapaksi untuk mengambil langkah yang paling baik, hanyalah satu persoalan diantara banyak persoalan yang harus kita tanggapi"

   Akuwu Suwelatama tertawa.

   Katanya "Kalian masih terlalu muda untuk menentukan langkah.

   Kalian hanya terburu oleh perasaan tidak puas dan gelisah.

   Meskipun aku percaya bahwa kalian mempunyai kekuatan, bahkan juga kalian mempunyai latar belakang perguruan kalian masing- masing, tetapi kalian hanyalah debu bagi Kediri dan apalagi Singasari"

   "Kami menyadari"

   Sahut Pangeran Indrasunu "karena itu kami tidak berbuat apa-apa sekarang ini.

   Yang adadidalam diri kami barulah angan-angan, keinginan dan gambaran dari satu masa yang menurut penilaian kami cukup baik dan berarti.

   Justru karena kami merasa kekecilan kami, maka kami telah datang kemari.

   Karena sebenarnyalah kami tahu, Pakuwon ini adalah Pakuwon yang besar dan tidak lebih buruk keadaannya dengan Tumapel"

   Akuwu Suwelatama tertawa semakin keras.

   Katanya "Seolah-olah kalian pernah melihat Pakuwon Tumapel pada masa Akuwu Tunggul Ametung yang dibunuh oleh Ken Arok yang kemudian memperisterikan Ken Dedes setelah ia berhasil mengelabui para Senopati dengan me nuduh Kebo Ijo sebagai pembunuhnya"

   "Tetapi kami mempunyai kemampuan berangan-angan"

   Jawab Pangeran Indrasunu.

   Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk.

   Katanya kemudian "Aku memang tidak dapat menyembunyikan sikapku, sehingga adikku dapat mengetahui.

   Namun aku sudah berusaha untuk menyingkir sehingga ketidak puasan itu tidak akan berkembang.

   Tetapi ternyata bahwa keadaan tidak menjadi semakin baik, tetapi justru menjadi semakin buruk.

   Tentu saja bagi Kediri dan tatanan kehidupannya.

   Mungkin dalam hubungan lahiriah keadaan bertambah baik.

   Banyak orang yang sudah mulai merasa betapa mereka hidup tenang dan sejahtera.

   Namun ada segi-segi yang perlahan-lahan akan runtuh di Kediri dan di Singasari sendiri.

   Namun sejarah pertumbuhan Kediri berbeda dengan pertumbuhan Singasari"

   "Jadi bagaimana menurut kakangmas?"

   Bertanya Pangeran bertubuh kecil.

   "Jangan menyudutkan aku mengambil sikap dengan tergesa-gesa seperti anak-anak yang masih muda. Aku harusberpikir dan membuat perhitungan. Meskipun pada dasarnya kau tahu sikap hatiku, tetapi aku tidak akan dapat mengorbankan banyak hal yang ada disekitarku, terutama yang berujud kewadagan"

   Berkata akuwu itu. Lalu "Karena itu, aku akan mendengarkan keluhanmu, sikap hatimu dan angan-anganmu bagi masa depan. Aku akan membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan keadaanku sekarang"

   "Kami sudah melihat betapa besar dan kuatnya Pakuwon ini"

   Jawab adiknya. Akuwu Suwelatama tersenyum. Ditepuknya bahu adiknya sambil berkata "Kau puji aku seperti kau memuji anak-anak. Tetapi aku berterima kasih juga kepadamu"

   Adiknya yang bertubuh kecil itupun tersenyum.

   Namun dalam pada itu Pangeran Indrasunu berkata "Segalanya tergantung kepada kebijaksanaan Akuwu Suwelatama.

   Kami tidak akan berarti apa-apa.

   Betapapun kami berusaha, semuanya itu tidak lebih dari sebuah permainan yang buruk"

   "Kalian memang aneh-aneh"

   Sahut Akuwu Suwelatama "belajarlah pada pengalaman. Pujian-pujian tidak akan mendorong seseorang yang cukup dewasa untuk membenarkan sikap yang kalian kehendaki. Kecuali kalian dapat meyakinkan kebenaran dari jalan pikiran kalian. Itu saja"

   Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun iapun kemudian menundukkan kepalanya.

   "Baiklah"

   Berkata Akuwu Suwelatama "kita masih akan berbicara lagi.

   Tetapi ketahuilah, bahwa kemenangan Ken Arok atas Kediri pada waktu itu, adalah karena ke tidak mampuan orang-orang Kediri sendiri mengurus pemerintahan.

   Perbedaan pendapat antara kaum Brahmanadan Kesatria adalah sumber dari keruntuhannya.

   Ken Arok yang cerdik dan licik itu berhasil mema'nfaatkan keadaan ini.

   Jangan kau kira, bahwa karena kebesaran Akuwu Tumapel itu sajalah unsur kemenangan Tumapel atas Kediri"

   Keempat Pangeran yang masih muda itu menarik nafas dalam-dalam.

   Ternyata yang di bayangkan tidak semudah itu untuk dilaksanakannya.

   Namun demikian, Pangeran Suwelatama tidak mengecewakan keempat Pangeran itu.

   Meskipun tidak, jelas, Akuwu itu bersedia untuk membantu mereka, agar tata kehidupan di Kediri dan Singasari dapat berubah sebagaimana seharusnya.

   "Disamping itu aku akan membina Pakuwon ini"

   Berkata Akuwu Suwelatama "tetapi aku tentu tidak akan dapat berbuat tergesa-gesa seperti kalian. Aku akan membuat perhitungan yang cermat. Aku akan melangkah jika kau sudah yakin"

   Keempat Pangeran itu mengangguk-angguk. Namun adiknya yang bertubuh kecil itu masih sempat bertanya "Kapan kita akan mendapat ketetapan, apa yang akan kakangmas lakukan? Dan barangkali kapan kakangmas akan mulai?"

   "Aku akan memberitahukan semuanya kepada keadilan"

   Jawab Akuwu Suwelatama "tetapi sementara ini kalian jangan berbuat apa-apa. Jika kalian salah langkah, maka kalian akan terjerumus kedaiam kesulitan"

   "Baiklah"

   Jawab Pangeran Indrasunu"

   Kami tidak akan berbuat apa-apa selain bersiap-siap menghadapi masa itu. Masa yang akan memutar kembali jalannya sejarah Kediri yang buram ini""Ah"

   Desah Pangeran Suwelatama "kita tidak tergesa- gesa. Kita harus berpikir masak-masak. Dengan demikian kita akan mampu mencapai cita-cita itu"

   Keempat Pangeran yang masih muda itu sama sekali tidak dapat memaksa Akuwu Suwelatama. Ternyata bahwa Akuwu Suwelatama tidak secepat mereka mengambil keputusan.

   "Orang-orang tua selalu lamban"

   Desis Pangeran yang bertubuh kecil itu ketika mereka duduk berempat di serambi istana Akuwu Suwelatama.

   "Akuwu Suwelatama belum termasuk tua. Ia masih termasuk muda dalam usia"

   Jawab Pangeran Indrasunu.

   "Tetapi kita harus menghargai pikirannya"

   Berkata Pangeran yang seorang lagi "kita memang tidak boleh tergesa-gesa"

   "Tetapi juga tidak tanpa batas"

   Sahut yang lain.

   "Kita akan menunggu"

   Berkata Pangeran Indrasunu "mungkin sampai kita menjadi tua. Tetapi mungkin juga Akuwu Suwelatama bekerja lebih cepat dari yang kita duga"

   Dalam pada itu, keempat Pangeran, itupun merasa tidak perlu lagi berada di Pakuwon itu lebih lama lagi. Merekapun segera minta diri, sehingga di Kediri mereka akan dapat mempersiapkan para pengikut masing-masing.

   "Kalian dapat tinggal disini lebih lama lagi"

   Akuwu Suwelatama berusaha mencegah mereka.

   Tetapi keempat Pangeran itu tidak betah lagi tinggal di Pakuwon itu oleh gejolak darah mereka.

   Seolah-olah mereka terpanggil untuk segera pulang kembali dan denganpengorbanan apapun juga, berusaha menyelamatkan Kediri dari kehancuran yang lebih dalam.

   Sepeninggal keempat Pangeran itu, Akuwu Suwelatama justru menjadi sangat prihatin.

   Ia menjadi bingung menanggapi sikap anak-anak muda itu.

   Rasa-rasanya mereka sajalah yang mempunyai pandangan dan sikap yang paling benar dan tepat.

   Adalah wajar bahwa jiwa anak-anak muda itu masih saja meledak-ledak.

   Tetapi tentu harus pada sasaran yang tepat dan menguntungkan.

   Dalam kegelisahan itu, maka Akuwu Suwelatama berniat untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dari yang didengarnya dari keempat Pangeran itu.

   Maka yang paling baik dilakukan menurut pertimbangannya adalah menghubungi guru Pangeran Indrasunu sebelum Pangeran Indrasunu sendiri melakukannya, dan barangkali Indrasunu akan menyebut-nyebut dirinya dengan sikap yang keliru.

   Karena itu, maka Akuwu Suwelatamapun memutuskan untuk segera berangkat di keesokan harinya.

   Bersama beberapa orang pengawalnyaiapun telah pergi ke padepokan Wasi Sambuja yang menurut Pangeran Indrasunu telah mengalami cidera pula di Singasari karena ia harus berhadapan dengan seorang yang bernama Witantra.

   Jarak yang harus ditempuh oleh Akuwu Suwelatama bukan jarak yang dekat.

   Tetapi karena persoalan yang akan dibicarakannyapun merupakan persoalan yang penting dan akan dapat berpengaruh bukan saja bagi Kediri, tetapi juga ketenangan pemerintahan Singasari, maka Akuwu Suwelatama menganggap perlu untuk pergi sendiri menemuinya.

   Ia merasa segan untuk memerintahkan para Senopatinya datang memanggil Wasi Sambuja.Namun sebenarnyalah Akuwu Suwelatama adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan.

   Perjalanan yang betapapun beratnya pernah dilakukannya.

   Apalagi pada masa mudanya.

   Ia adalah seorang petualang yang menjelajahi lembah dan pegunungan.

   Kedatangannya di padepokan Wasi Sambuja telah mengejutkan orang tua itu.

   Wasi Sambuja masih selalu berada di sanggarnya untuk memulihkan tubuhnya.

   Benturan Ilmu yang terjadi antara dirinya dengan Witantra, telah melukai bagian dalam tubuhnya, sehingga ia harus berbuat sebaik-baiknya untuk menyembuhkannya.

   Dengan hati yang berdebar-debar, maka Wasi Sambuja yang mendapat kabar kedatangan Akuwu Suwelatama dari seorang cantriknya menjadi heran.

   Adalah satu nal yang aneh, bahwa Akuwu Suwelatama dan sebuah Pa-kuwon yang jauh telah datang menemuinya di padepokannya.

   "Dalam hubungan apa maka ia datang kemari?"

   Bertanya Wasi Sambuja di dalam hatinya.

   Bahkan iapun kemudian merasa cemas, bahwa kedatangan Akuwu Suwelatama telah mengemban perinlah, apakah dari Kediri atau dari Singasari untuk menangkapnya, karena Pangeran Wirapaksi dapat menarik kesimpulan, bahwa ia sudah memberontak melawan kekuasaan Singasari di Kediri.

   Namun akhirnya Wasi Sambuja berhasil menenangkan dirinya.

   Ia sudah mengenai Akuwu Suwelatama meskipun belum terlalu akrab.

   Demikianlah, setelah membenahi diri, maka Wasi Sambuja yang masih belum pulih itupun keluar dari sanggarnya.

   Keadaan tubuhnya ilupun menjadi, pertimbangannya.

   Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jika ia terpaksa melindungi dirinya, maka ia tidak sedang berada pada puncak kekuatannya.Apalagi ia tahu benar, bahwa Akuwu Suwelatama termasuk seorang Akuwu yang luar biasa yang telah meninggalkan Kota Raja Kediri untuk tinggal di sebuah Pakuwon.

   Dengan berdebar-debar Wasi Sambuja kemudian menerima Akuwu Suwelatama yang telah menempuh perjalanan yang sangat jauh itu.

   Dengan tergesa-gesa para cantrikpun telah menyiapkan jamuan sekedarnya.

   Air hangat dan beberapa potong makanan.

   Setelah saling bertanya tentang keselamatan masing- masing, serta setelah Akuwu Suwelatama minum beberapa teguk, maka Wasi Sambujapun kemudian bertanya dengan nada rendah "Kedatangan Pangeran telah mengejutkan kami yang tinggal di padepokan ini"

   Pangeran Suwelatama tersenyum. Kemudian katanya "Paman Wasi Sambuja, sebenarnyalah kedatanganku ini membawa masalah yang aku anggap penting"

   Wasi Sambuja mengerutkan keningnya. Sambil menarik nafas dalam-dalam ia bertanya "Pangeran membuat aku menjadi berdebar-debar"

   Pangeran Suwelatamapun mulai menyentuh kepenting airnya datang ke padepokan itu. Namun demikian ia berusaha untuk menyampaikannya dengan hati-hati "Paman. Bukankah adimas Pangeran Indrasunu itu murid dari -perguruan ini?"

   Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Jawabnya "Benar Pangeran. Pangeran Indrasunu adalah salah seorang dari muridku di padepokan ini"

   Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk.

   Katanya kemudian "Pangeran Indrasunu telah datang ke Pakuwon.

   Ia sudah mengatakan segala yang dialaminya di Singasari.Adimas Indrasunu juga berceritera tentang perang tanding terbatas di halaman Pangeran Wirapaksi"

   Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Kemudian dengan nada dalam ia berkata "Aku memang sudah merasa, bahwa dengan tindakanku itu aku akan dapat dikenakan tuduhan, bahwa aku sudah melawan pemerintahan Singasari"

   "Tidak"

   Pangeran Suwelatama menyahut "masalah bukan itu. Tetapi yang kemudian berkembang benar-benar mengarah ke sikap itu"

   Wasi Sambuja menjadi bingung. Kemudian dengan ragu- ragu ia bertanya "Apakah maksud Pangeran?"

   Pangeran Suwelatamapun kemudian mengatakan rnaksud kedatangan Pangeran Indrasunu dengan ketika orang Pangeran yang lain, termasuk adiknya sendiri.

   Wasi Sambuja termangu-mangu sejenak.

   Namun kemudian katanya "Pangeran Indrasunu memang seorang yang keras hati.

   Akupun telah ikut bersalah, bahwa selama ini aku selalu membesarkan hatinya.

   Aku telah dicengkam oleh satu kebanggaan bahwa aku telah diangkat menjadi seorang guru bagi seorang Pangeran"

   "Kedatanganku ini paman"

   Berkata Pangeran Suwelatama "Aku ingin mendapat penjelasan langsung dari paman Wasi Sambuja, guru adunas Pangeran Indrasunu, bagaimanakah pendapat paman tentang niat adunas Indrasunu dan saudara-saudara sepupunya itu"

   "Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja "sebenarnyalah bahwa Pangeran Wirapaksipun menjadi sangat kecewa atas tingkah laku adik iparnya.

   Bahkan aku sendiripun telah mendapat tanggapan yang kurang baik dari Pangeran Wirapaksi.

   Aku menyangka, bahwa kedatangan Pangerankali ini adalah karena Pangeran menjalankan tugas untuk menangkap aku"

   "Aku ingin pendapatmu paman"

   Berkata Pangeran Suwelatama "katakan dengan jujur, bagaimana pertimbanganmu"

   Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam.

   Kemudian katanya "Sudah aku katakan Pangeran, bahwa aku telah memanjakannya, justru karena aku menganggap bahwa kedudukanku memberikan nilai yang tinggi bagi padepokan ini.

   Baru pada saat terakhir aku menyadari, bahwa langkahku telah keliru.

   Dan aku menyesal karenanya"

   "Jadi paman dapat mengerti jalan pikiran Pangeran Wirapaksi?"

   Bertanya Akuwu Suwelatama.

   "Aku mengerti"

   Jawab Wasi Sambuja "Aku justru menjadi menyesal, bahwa aku telah berbuat aneh-.aneh di Singasari"

   Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk.

   Katanya "Jika demikian, kita sependapat.

   Aku yakin bahwa pada suatu saat, adimas Pangeran Indrasunu tentu akan dapat kemari untuk menyampaikan niatnya dan sudah barang tentu akan minta kepada gurunya untuk membantunya.

   Teatu demikian pula dengan Pangeran-pangeran yang lain.

   Tetapi menurut perhitunganku, Pangeran Indrasunulah yang akan menjadi penggeraknya, karena ialah yang telah dikecewakan oleh sikap orang-orang Singasari.

   Karena itulah, maka aku telah datang kemari"

   "Apakah maksud Pangeran yang sebenarnya. Aku ingin Pangeran mengatakan dengan bahasa yang jelas dan pasti"

   Bertanya Wasi Sambuja.

   "Aku menolak pikiran anak-anak muda cupet budinya itu"

   Jawab Akuwu Suwelatama "menurut pikiranku, jikaada hal yang tidak memenuhi selera mereka, sebaiknya dikaji lebih dahulu, apakah yang terjadi itu akan merusak nilai-nilai kehidupan dalam arti sebenarnya.

   Sebab perubahan-perubahan lahiriah belum tentu berarti pula perubahan-perubahan yang mendalam sampai kepada sikap jiwani.

   Sebaliknya, unsur-unsur lahiriah yang nampak masih tetap pada ujudnya, belum tentu tidak membawa perubahan yang justru mendasar.

   Apalagi bahwa yang sebenarnya dilakukannya adalah sekedar kekecewaan pribadi semata-mata"

   Akuwu Suwelatama berhenti sejenak, lalu "tetapi sebaliknya, aku menghargai sikap anak-anak muda yang tidak gentar melihat pembaharuan namun yang masih tetap berakar kepada alas jiwa kita"

   Wasi Sambuja mengangguk-angguk.

   Katanya "Aku sependapat dengan Pangeran.

   Aku menyesali, apa yang selama ini telah aku lakukan.

   Aku akan mencoba memberikan nasehat kepada Pangeran Indrasunu apabila ia datang kepadaku.

   Tetapi Pangeran itupun tentu menjadi kecewa, justru karena aku tidak berhasil memenuhi keinginannya ketika ia berada di Singasari"

   "Terima kasih"

   Berkata Pangeran Suwelatama.

   Namun kemudian katanya "Tetapi paman, kita tidak akan dapat dengan serta-merta menolak.

   Akupun tidak berani mengatakan kepada anak-anak itu langsung pada saat jiwa mereka sedang bergejolak.

   Aku mencoba mencari sandaran yang kemudian dengan perlahan-lahan dapat, mengarahkan pikiran mereka.

   Aku sadar, jika mereka kecewa, maka mereka akan dapat melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan.

   Karena itu, aku ingin mencari-jalan yang paling baik untuk memperingatkan agar mereka tidak melakukan sesuatu yang tidak akan bermanfaat.

   Baik bagi mereka sendiri, apalagi bagi orang banyak"Wasi Sambuja mengangguk-angguk.

   Katanya "Aku merasa semakin bersalah.

   Baiklah.

   Aku akan berusaha Pangeran"

   "Ketika anak-anak itu menyampaikan maksudnya kepadaku, maka aku menunjukkan sikap yang nampak ragu, justru untuk mencegah agar mereka tidak segera mengambil sikap"

   Berkata Pangeran Suwelatama "dengan demikian, aku sempat memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan"

   "Ya Pangeran"

   Desis Wasi Sambuja.

   "Seolah-olah kita sedang menghadapi anak-anak yang bermain-main dengan pisau. Kita tahu, bahwa hal itu berbahaya. Tetapi jika kami memaksa untuk mengambil pisau itu, anak itu tentu akan menangis"

   "Jadi?"

   Bertanya Wasi Sambuja.

   "Kita akan mengambilnya, namun sementara itu kita harus mempersiapkan permainan yang lain, yang dapat memberinya kepuasan seperti mereka bermain-main dengan pisau, namun yang dapat memberikan manfaat kepada mereka"

   Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Namun sebelum ia berkata sesuatu, Pangeran Suwelatama telah mendahuluinya "Mengucapkannya memang jauh lebih mudah daripada melakukannya"

   Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Namun katanya "Tetapi kita harus mencobanya. Dan aku juga akan mencobanya"

   "Terima kasih"

   Sahut Pangeran Suwelatama "agaknya kedatanganku ke padepokan ini tidak sia-sia"Ternyata keduanya mendapat kesepakatan sikap.

   Karena itu, maka mereka berharap, bahwa Pangeran Indrasunu dengan ketiga orang saudaranya itu tidak akan terperosok ke dalam sikap yang kurang sewajarnya.

   Dalam pada itu, setelah bermalam semalam di padepokan itu, maka di keesokan harinya Akuwu Suwela- tamapun minta diri.

   Diiringi oleh para pengawalnya, iapun kembali ke Pakuwonnya.

   Namun ia sudah mendapatkan bekal yang lebih mantap atas sikapnya.

   Namun Akuwu Suwelatama masih belum berniat menyampaikan persoalan itu kepada para pemimpin di Kediri.

   Ia masih berusaha untuk mencari jalan keluar.

   Jika hal itu didengar oleh para pemimpin di Kediri, apalagi Singasari, maka mereka akan mengambil sikap yang lebih keras, yang belum tentu akan dapat menyelesaikan persoalan dengan baik dan tanpa mengorbankan pihak yang manapun juga.

   Yang dapat dilakukan oleh Akuwu Suwelatama justru menunggu, bahwa pada suatu saat, Pangeran-pangeran muda itu akan datang kepadanya, dengan pikiran-pikiran yang tentu sudah berkembang.

   Dalam pada itu, ternyata keempat Pangeran itu menganggap bahwa Akuwu Suwelatama tentu akan membantu mereka.

   Jika masih ada persoalan yang terasa belum mapan, segera akan dapat mereka bicarakan sehingga segalanya akan berjalan dengan rancak.

   "Kita harus bersiap-siap"

   Berkata Pangeran Indrasunu "kita tidak dapat menunda terlalu lama. Kita harus bertindak cepat pada saat peradaban Kediri masih belum runtuh sama sekali"

   "Ya"

   Jawab Pangeran bertubuh kecil "ternyata bahwa kakangmas Suwelatama dapat mengerti pikiran kita."Ia masih muda seperti kita.

   Umurnya hanya terpaut beberapa tahun saja.

   Tugasnya sebagai Akuwu membuatnya seperti orang yang sudah jauh lebih tua dari umurnya yang sebenarnya"

   Berkata Pangeran yang lain.

   Anggapan itu telah menjadi alas sikap dan tindakan para Pangeran yang masih belum sempat melihat dunia dengan dewasa.

   Sementara itu, mereka telah mulai dengan latihan- latihan atas para pengikut mereka masing-masing.

   Beberapa orang pengawal yang setia dan janji-janji yang mempesona.

   "Aku akan menemui guru"

   Berkata Pangeran Indrasunu pada suatu saat.

   "Aku juga"

   Desis Pangeran yang bertubuh kecil.

   Demikian pula saudara-saudaranya.

   Mereka menganggap bahwa guru mereka masing-masing tentu akan bersedia membantu mereka dalam keadaan yang menurut mereka sangat gawat.

   Dihari berikutnya, Pangeran Indrasunu telah pergi kepadepokan Wasi Sambuja.

   Dengan penuh harapan ia berniat untuk menghimpun kekuatan dipadepokannya bersama para pengawalnya yang sudah lebih dahulu disiapkan.

   Kedatangan Pangeran Indrasunu ke padepokan itu memang sudah di perhitungkan oleh Wasi Sambuja seperti yang sebelumnya telah di sebut-sebut oleh Akuwu Suwelatama.Namun dalam pada itu, Wasi Sambuja menerimanya seolah-olah ia masih belum mengetahui alasan kedatangan Pangeran Indrasunu.

   "Guru"

   Berkata Pangeran Indrasunu "

   Tidak ada orang yang akan mendengarkan keluhanku selain guru""Apa yang terjadi Pangeran?"

   Bertanya Wasi Sambuja "Aku akan berusaha untuk membantu segalanya kesulitan yang terjadi atas Pangeran"

   "Terima kasih guru"

   Jawab Pangeran Indrasunu "selama ini aku memang merasa bahwa guru selalu memenuhi keinginanku.

   Sampai pada persoalan yang terakhir yang terjadi dirumah kakangmas Wirapaksi, guru telah menunjukan betapa guru benar-benar berusaha untuk mengangkat martabatku"

   "Ya, ya, Pangeran. Pangeran adalah muridku. Adalah kewajibanku untuk berbuat apa saja bagi kebaikan Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja.

   "Terima kasih guru"

   Desis Pangeran Indrasunu. Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Namun kemudian katanya "Tetapi Pangeran belum mengatakan, apa yang Pangeran inginkan"

   Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam. Kemudian katanya "Guru. Agaknya memang sudah saatnya untuk berbuat sesuatu bagi Kediri"

   "Apa yang baik kita lakukan?"

   Bertanya Wasi Sambuja.

   Pangeran Indrasunupuh kemudian menceriterakan rencananya bersama ketiga Pangeran yang lain.

   Mereka bahkan telah menemui Pangeran Suwelatama yang lebih senang hidup di luar lingkungan istana dan Kota Raja.

   Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam.

   
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sementara itu Pangeran Indrasunu berkata lebih lanjut "Kakangmas Pangeran Suwelatama telah bersedia membantu kami.

   Sebagaimana telah terjadi, Tumapel mampu mengalahkan Kediri.

   Padahal kakangmas Suwelatama memiliki kelebihan dalam segala segi dari Ken Arok pada waktu itu"Wasi Sambuja memandang Pangeran Indrasunu sejenak.

   Kemudian katanya "Tetapi yang perlu Pangeran ketahui, bahwa Singasari sekarangpun memiliki banyak kelebihan dari Kediri pada waktu itu? Apalagi Kediri pada waktu itu telah dilanda oleh perselisihan ke dalam yang tidak ada habisnya dari golongan-golongan yang ada.

   Masing-masing menganggap diri mereka, maksudku golong an mereka adalah golongan yang paling baik.

   Akhirnya benturan- benturan sikap yang tidak terkendali, telah membuat Kediri ringkih"

   "Sekarang kita menghadapi masalah yang serupa"

   Berkata Pangeran Indrasunu "beberapa golongan di Singasari sedang berusaha untuk meruntuhkan peradaban"

   "Apa yang baik kita lakukan?"

   Bertanya Wasi Sambuja Pangeran Indrasunupun Kemudian menceritakan rencananya bersama ketiga Pangeran yang lain.

   "Bahkan juga di Kediri. Jika kakangmas Suwelatama bangkit untuk menegakkannya, maka rakyat Kediri dan Singasari tentu akan mendukungnya"

   "Pangeran"

   Berkata Wasi Sambuja "segala tindakan, apalagi sesuatu yang besar dan mempunyai jangkauan yang luas dan panjang, harus dipikirkan masak-masak"

   "Tetapi aku sudah memikirkannya"

   Jawab Pangeran Indrasunu "dan bukankah guru sudah berjanji untuk membantuku"

   "Benar Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja "Aku tikan selalu membantu Pangeran. Aku akan berbuat apa saja bagi kebaikan Pangeran seperti yang sudah aku katakan"

   "Jika demikian, kita akan segera dapat mulai guru"

   Berkata Pangeran Indrasunu "kakangmas Suwelatama pun sudah siap""Pangeran"

   Berkata Wasi Sambuja "sebenarnyalah aku memang harus berbuat apa saja bagi kebaikan Pangeran. Jika perlu aku harus menunjukkan jalan yang harus Pangeran tempuh"

   "Bagus"

   Pangeran Indrasunu hampir berteriak "Aku memang memerlukannya"

   "Bahkan aku harus berani mengatakan kepada Pangeran apa yang sebenarnya menurut pikiranku"

   Desis Wasi Sambuja, lalu "Aku mohon maaf Pangeran, bahwa untuk kebaikan Pangeran, mungkin aku akan mengatakan yang lain dari keinginan Pangeran"

   Wajah Pangeran Indrasunu menjadi tegang. Namun ia masih menahan diri dan menunggu apa yang dikatakan oleh Wasi Sambuja selanjutnya.

   "Pangeran"

   Berkata Wasi Sambuja "Aku sudah berusaha untuk menebus kekalahan Pangeran.

   Bahkan hampir saja merenggut nyawaku sendiri.

   Namun demikian, aku tidak berhasil.

   Adalah menjadi kewajiban kita, orang-orang yang mengembara di dunia olah kanuragan, untuk mengakui dengan jantan, kenyataan yang dihadapinya.

   Ternyata aku dapat dikalahkan oleh seseorang yang bernama Witantra itu"

   "Tetapi guru"

   Sahut Fangeran Indrasunu "kita tidak akan turun lagi ke arena perang tanding.

   Kita akan turun ke dalam satu perjuangan untuk menegakkan kewibawaan Kediri.

   Dengan demikian kita tidak akan dituntut untuk maju ke arena perang tanding seperti yang sudah kita lakukan.

   Dalam hal yang demikian, maka disamping kemampuan seorang demi seorang, maka kekuatan pasukanpun akan ikut menentukan.

   Aku dan empat orang saudaraku, bahkan salah seorang diantara kami adalah Akuwu Suwelatama, telah bersepakat untuk bertempur.Bukan saja untuk melepaskan belenggu yang telah dipasang oleh Singasari sejak masa Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwa Bhumi, tetapi kamipun harus membersihkan Kediri dari orang-orang yang sudah kehilangan dirinya sendiri"

   "Tetapi Pangeran"

   Berkata Wasi Sambuja "Apakah cara yang angger pilih itu sesuai untuk saat seperti sekarang ini?"

   "Apakah ada cara yang lain?"

   Bertanya Pangeran Indrasunu.

   "Pangeran"

   Berkata Wasi Sambuja "Aku mohon maaf.

   Aku sudah berjanji untuk mengatakan yang paling baik bagi Pangeran.

   Karena itu, cobalah Pangeran menimbang, bahwa jika Pangeran melakukannya sekarang, maka orang- orang Singasari dan orang-orang Kediri itu akan mengatakan, bahwa yang Pangeran lakukan itu tidak lebih dari kekecewaan pribadi.

   Dengan demikian, maka yang akan Pangeran lakukan tidak akan mendapat dukungan rakyat Kediri apalagi Singasari"

   "Omong kosong"

   Jawab Pangeran Indrasunu "yang terjadi itu hanyalah salah satu sebab. Tetapi sebab yang utama telah aku katakan"

   "Meskipun demikian Pangeran, jika Pangeran sudi mendengarkan nasehatku, baik sebagai orang yang telah berumur lanjut, maupun sebagai guru Pangeran sendiri, sebaiknya Pangeran merenungkan niat Pangeran itu dua tiga kali lagi"

   "Sementara itu, peradaban yang ingin aku tegakkan sudah musnah sama sekali"

   Potong Pangeran Indrasunu dengan sertamerta.

   "Tidak Pangeran. Pangeran tidak perlu tergesa-gesa mengambil keputusan. Sejak aku memasuki arena, akusudah menolak untuk disebut memberontak terhadap kekuasaan Kediri dan apalagi Singasari"

   "Sedangkan yang akan kita lakukan sebenarnyalah, memberontak terhadap orang-orang yang sekarang berkuasa di Kediri dan Singasari"

   Potong Pangeran Indrasunu.

   "Pangeran"

   Suara Wasi Sambuja merendah "itulah yang aku cemaskan. Masalahnya sebenarnya dapat dibatasi. Tetapi Raden telah mengembangkannya sehingga masalahnya telah merambat kemasalah yang sangat besar"

   "Guru"

   Suara Pangeran Indrasunu meninggi "kenapa tiba-tiba guru sudah berubah?"

   "Maaf Pangeran. Aku mulai menilai sikapku sendiri terhadap Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja "nampaknya selama ini tindakanku keliru. Sekarang, meskipun sudah agak terlambat, aku merasa perlu untuk memperbaiki"

   "Jadi tegasnya guru menolak permintaanku?"

   Bertanya Pangeran Indrasunu dengan nada keras.

   "Permintaan yang sebenarnya telah aku penuhi. Yaitu mengatakan apa yang sebaiknya bagi Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja. Wajah Pangeran Indrasunu menjadi semakin tegang. Dengan keras ia menegaskan "Jadi guru tidak mau memberontak bersama kami, termasuk kakangmas Suwelatama?"

   "Aku mohon maaf Pangeran. Langkah itu adalah langkah yang keliru untuk saat ini"

   Jawab Wasi Sambuja.

   "Baiklah"

   Pangeran Indrasunu menggeram "kakangmas Suwelatama tentu akan membuat perhitungan dengan guru.Guru sudah terlanjur mengetahui rencana kami, sementara guru tidak sependapat dengan kami"

   "Jangan mengancam begitu Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja "meskipun aku mempunyai pendirian dan sikap tersendiri, tetapi aku bukan pengkhianat yang akan menimbulkan kekisruhan justru sebelum persoalan yang sebenarnya mulai"

   "Sekarang guru berkata demikian, tetapi siapa tahu, apa yang akan guru katakan besok"

   Geram Pangeran Indrasumu.

   "Pangeran"

   Desis Wasi Sambuja "jika aku ingin berkhianat, maka alangkah mudahnya untuk melakuannya sekarang.

   Menangkap Pangeran dan melemparkan Pangeran ke hadapan Sri Maha Raja di Singasari.

   Apakah Pangeran menyangka bahwa aku tidak dapat menangkap Pangeran sekarang ini?"

   Wajah Pangeran Indrasunu menjadi merah seperti bara.

   Tetapi ia tidak berani berbuat sesuatu.

   Jika gurunya benar- benar marah, maka ia akan dapat melakukan satu tindakan yang gawat baginya.

   Karena itu, maka tiba-tiba saja iapun telah minta diri untuk meninggalkan padepokan itu.

   Ternyata gurunya tidak menahannya dan apalagi menangkapnya.

   Sejenak kemudian maka kudanyapun telah berderap.

   Kaki Pangeran Indrasunu menghentak-hentak perut kudanya, seakan-akan ia ingin melepaskan kemarahannya.

   Sepeninggal Pangeran Indrasunu, Wasi Sambuja menarik nafas panjang.

   Iapun turut merasa bersalah.

   Ia telah memanjakan anak muda itu, segala yang dikehendakinya, seakan-akan selalu dipenuhinya.

   Tetapi permintaannya kali ini ternyata terlalu banyak.Wasi Sambujo tidak dapat tinggal diam.

   Ia tahu, bahwa Pangeran Indrasunu tentu akan pergi ke Akuwu Suwelatama.

   Meskipun demikian, Wasi Sambujo tidak perlu mencemaskan lagi.

   Akuwu Suwelatama sudah menetukan sikapnya.

   Dalam pada itu, Pangeran Indrasunu yang kembali ke Kediri telah menjumpai saudara-saudaranva.

   Dengan menyesal ia mengatakan kepada saudara-saudaranya, bahwa gurunya untuk sementara tidak dapat berbuat apa- apa.

   Keadaannya iustru mengkhawatirkan.

   "Guru luka didalam"

   Berkata Pangeran Indrasunu.

   "Tetapi apakah luka itu tidak akan sembuh?"

   Bertanya Pangeran yang bertubuh kecil.

   "Tetapi kapan? Apalagi jika guru menjadi cacat"

   Jawab Pangeran Indrasunu.

   Saudara-saudaranya mengangguk-angguk.

   Mereka percaya kepada keterangan Pangeran Indrasunu.

   Sebenarnyalah bahwa Pangeran Indrasunu tidak dapat mengatakan bahwa gurunya telah menolak permintaannya.

   Dengan demikian maka para Pangeran itu akan menjadi kendor dan patah, sehingga niatnya tidak akan terpenuhi.

   "Tetapi jangan cemas"

   Berkata Pangeran yang bertubuh kecil "bukankah kakangmas Suwelatama sudah menyatakan diri untuk melakukannya? Kita akan pergi kepadanya dan mengatakan segalanya"

   "Bagaimana dengan persiapan kita sendiri?"

   Bertanya Pangeran yang lain.

   "Pengawal-pengawalku sudah siap"

   Berkata Pangeran Indrasunu."Pengawal-pengawalku juga sudah siap meskipun tidak terlalu banyak"

   Berkata Pangeran yang lain. Namun katanya kemudian.

   "Tetapi aku akan bertemu dengan guru. Jika guru bersedia membantuku, dengan mempersiapkan para cantrik dari padepokannya maka kekuatan kita akan berlipat"

   "Aku juga"

   Berkata Pangeran yang bertubuh kecil "kecuali kakangmas Suwelatama, aku akan minta bantuan guru"

   Ternyata ketiga Pangeran yang lain itupun masih akan menjumpai guru mereka masing-masing.

   Mereka akan merasa kuat untuk mulai dengan satu sikap yang akan dapat merubah keadaan Kediri untuk selanjutnya.

   Sebagaimana Wasi Sambujo, pada umumnya guru-guru para Pangeran muda itu juga memanjakan murid-muridnya.

   Kecuali mereka berbangga bahwa mereka mempunyai murid seorang Pangeran, bukan saja karena derajad, tetapi pada umumnya mereka memberikan dana yang cukup banyak bagi guru-guru mereka.

   Uang, bahkan kadang- kadang barang-barang berharga, atau seekor kuda yang tegar.

   Karena itu, maka ketiga orang guru dari ketiga orang Pangeran yang bersama Pangeran Indrasunu telah menetunkan sikapnya itu dengan senang hati berusaha untuk membantu mereka apapun vang akan mereka lakukan.

   "Kita harus bersiap guru"

   Berkata Pangeran yang bertubuh kecil pada waktu dekat kita akan mulai.

   Kakang mas Suwelatama sudah siap untuk bertindak kapan saja kita kehendaki"Baiklah.

   Kita akan mempersiapkan diri dalam waktu dekat.

   Pada umumnya para cantrik sudah mengusai ilmu kanuragan.

   sehingga kita akan dapat bergerak kapan saja.

   Berkata gurunya seorang yang telah melampaui umur pertengahan abad.

   Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Namun dalam pada itu, keempat Pangeran itu masih merasa perlu untuk sekali lagi pergi kepada Pangeran Suwelatama di Pakuwonnya.

   Mereka berniat untuk merencanakan saat yang paling baik untuk mulai dengan satu tindakan yang nyata untuk merubah keadaan.

   "Kita tidak perlu berkumpul di Pakuwon kakangmas, Suwelatama"

   Berkata Pangeran yang bertubuh kecil "Kita bergerak dari padepokan kita masing-masing. Sementara gerakan yang paling besar akan dimulai dari Pakuwon kakangmas Suwelatama"

   "Ya. Dengan demikian maka gerakan itu akan nampak terjadi di segara arah. Rakyat Kediri pun akan segera bangkit untuk mendukungnya terutama para bangsawan yang masih setia kepada leluhurnya. Pengaruh para bangsawan itu akan segera menjalar di kalangan para pengikut masingr-masing. Para pengawal mereka dan orang-orang yang berhungan dengan mereka. Dengan demikian maka api yang kita nyalakan, akan segera membakar seluruh Kediri. Jika rakyat Kediri sudah brtekad bulat, maka kekuatan apapun tidak akan dapat mencegahnya.

   "Bukan saja rakyat Kediri. Beberapa orang pemimpin Singasari yang setia akan peradaban kitapun akan membantu. Nah, di Singasari juga akan timbul perpecahan. Dengan demikian maka Singasari akan menjadi ringkih"Keempat Pangeran itu tertawa. Seolah-olah segalanya sudah berlangsung. Namun demikian, mereka tidak kehilangan kewaspadaan. Dalam perjalanan ke Pakuwon Pangeran suwelatama, mereka sudah merencakan, selain gerakan nyata dengan kekuatan, merekapun harus meyakinkan beberapa pihak, bahwa perjuangan mereka adalah benar. Kediri pada dasarnya bukan bagian dari Singasari . Selebihnya, mereka harus merombak tata kehidupan yang goyah di Kediri dan Singasari. Dalam pada itu, merekapun menjadi semakin lama semakin dekat dengan Pakuwon yang mereka tuju. Pakuwon Kabanaran vang dipimpin oleh Akuwu Suwelatama. Demikian keempat Pangeran itu memasuki Pakuwon Kabanaran, maka jantung mereka menjadi berdebar-debar. Mereka melihat di beberapa tempat para pengawal sedang berlatih perang. Bahkan di alun-alun anak-anak bersorak- sorak di seputar gawar yang telah dipasang. Beberapa orang pengawal sedang mengadakan sodoran. Mereka menunggang kuda sambil membawa tongkat panjang yang berujung bulat dan diperlunak dengan kain. Dengan senjata tongkat itu mereka saling menyerang dan berusaha menjatuhkan lawannya dari punggung kudanya. Keempat Pangeran itu berhenti sejenak. Pangeran Indrasunu yang turun dari kudanya telah mendekati seorang anak muda yang sedang menonton sodoran itu.

   "Apakah mereka melakukannya setiap hari?"

   Bertanya Pangeran Indrasunu.

   "Tidak setiap hari. Tetapi setiap tiga hari sekali sejak beberapa saat yang lampau"

   Jawab anak muda itu."Dan pengawal yang berlatih di beberapa tempat itu?"

   Bertanya Pangeran Indrasunu pula.

   "Ya. Sebagaimana dilakukan oleh para pengawal yang sedang mengadakan sodoran itu"

   Jawab anak muda itu.

   "Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Ketika ia kembali kepada ketiga Pangeran yang lain, maka ia berdesis"

   Ternyata kakangmas Suwelatama sudah memulainya. Para pengawal sudah digerakkan untuk berlatih perang"

   Pangeran yang bertubuh kecil tertawa. Katanya "Kakangmas memang seorang yang bertindak cepat. Tidak ragu-ragu dan memperhitungkan waktu sebaik-baiknya"

   Keempat orang Pangeran itupun kemudian dengan tergesa-gesa melanjutkan perjalanan, menuju ke istana Akuwu Suwelatama.

   Hati mereka rasa-rasanya menjadi mekar melihat persiapan di Pakuwon itu.

   Demikian mereka memasuki regol istana Akuwu Suwelatama, merekapun segera disambut oleh pengawal yang bertugas di halaman.

   Para pengawai itu menerima kuda-kuda mereka dan mempersilahkan mereka naik ke pendapa, sementara yang lain telah memberitahukan kehadiran keempat Pangeran itu.

   Keempat Pangeran itupun kemudian telah dipersilahkan untuk masuk ke bangsal dalam.

   Akuwu Suwelatama telah menerima mereka di bangsal dalam, sebagaimana Akuwu sering mengadakah pembicaraan dengan orang-orang terpenting di Pakuwonnya.

   Setelah mengucapkan selamat datang, dan bertanya tentang keselamatan keluarga di Kediri, maka Akuwu itupun mempersilahkan tamu-tamunya makan dan minum hidangan yang disuguhkan bagi mereka."Aku merasa senang kalian datang lagi ke Pakuwon yang sepi ini"

   Berkata Akuwu Suwelatama "Aku ingin mempersilahkan kalian berada disini lagi beberapa hari.

   "Kakangmas sudah mengadakan persiapan-persiapan sebaik-baiknya"

   Berkata adiknya, Pangeran yang bertubuh kecil. Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya "Kami memang sudah mengadakan latihan-latihan sekedarnya"

   "Terima kasih kakangmas"

   Sahut Pangeran Indra- sunulah yang menyahut "tetapi apakah kakangmas sudah mempunyai rencana waktu yang paling baik memulainya?"

   "Mulai apa?"

   Bertanya Pangeran Suwelatama. Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun disangkanya Akuwu itu sedang bergurau. Karena itu maka Pangeran Indrasunu justru bertanya "Jadi apakah vang sedang kakangmas persiapkan?"

   Pangeran Suwelatama tersenyum.

   Katanya "Aku sedang mempersiapkan satu pameran kesiagaan para pengawal di Pakuwon ini.

   Aku ingin memperingati genap sepuluh tahun aku berkuasa disini sebagai seorang Akuwu.

   Aku mulai pada saat aku masih sangat muda.

   Pada umur duapuluh tahun aku sudah menjadi Akuwu"

   Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya.

   Namun Pangeran Suwelatama meneruskan "Daeran ini semula adalah daerah yang terkutuk.

   Tidak ada seorangpun yang bersedia memerintah daerah ini dengan cara apapun juga, karena daerah ini dikuasai oleh beberapa kelompok penjahat yang kuat"

   Akuwu itu berhenti sejenak.

   Lalu katanya kepada adiknya "He, bukankah kau masih ingat apa yang pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu? Aku membawa sepasukan pengawal dari Kediri.

   Aku telahmemilih sekelompok pengawal yang menyatakan itu, aku berhasil membersihkan daerah ini.

   Aku menangkap tiga orang gegedugnya dan membunuh dua diantara mereka.

   Akhirnya daerah ini menjadi aman, dan aku diberi wewenang untuk mendirikan Pakuwon disini"

   Pangeran Indrasunu dan ketiga orang Pangeran yang lain termangu-mangu sejenak.

   Dengan nada rendah Pangeran Indrasunu bertanya "Apakah maksud kakangmas, latihan- latihan itu diselenggarakan sekedar menunjukkan ketrampilan dalam peringatan tahun kesepuluh itu?"

   "Ya. Kami, para pemimpin di Pakuwon ini ingin mengenang kembali hari-hari yang penuh dengan ketegangan itu. Tetapi dengan kebanggaan di hati, bahwa kami masih tetap kuat sampai saat ini. Apalagi pada akhir- akhir ini mulai terdengar lagi kelompok-kelompok penjahat yang mencoba menjamah Pakuwon ini, meskipun asalnya dari daerah di luar Pakuwon ini"

   Jawab Akuwu Suwelatama "karena itu, kami wajib memperingatkan agar mereka menyadari bahwa Pakuwon ini adalah Pakuwon yang kuat.

   Keempat Pangeran itu saling berpandangan.

   Dalam pada itu Pangeran indrasunupun bertanya dengan ragu-ragu "Jadi, bukankah kakangmas juga sekaligus mempersiapkan diri menghadapi rencana yang sudah kita susun?"

   "Rencana yang mana?"

   Bertanya Akuwu Suwelatama.

   Keempat Pangeran itu menjadi bingung.

   Apalagi ketika mereka mendapat kesan bahwa Akuwu itu benar-benar tidak tahu rencana yang mereka maksudkan.

   Justru karena itu, maka keempat Pangeran itu bagaikan kehilangan akal.

   Mereka saling berdiam diri dan saling berpandangan.

   Sehingga karena itu, maka Akuwu Suwelatama itupunbertanya pula "Cobalah jelaskan.

   Barangkali dengan demikian aku akan dapat menanggapinya"

   Pangeran Indrasunu yang berdebar-debar berusaha untuk menjelaskan maksud mereka.

   Katanya "Kakangmas Suwelatama.

   Beberapa saat yang lampau kami telah pernah datang kemari untuk memberitahukan keadaan Kediri dan Singasari yang semakin merosot dipandang dari segi peradabannya.

   Kebiasaan-kebiasaan buruk semakin berkembang.

   Sementara orang-orang Kediri sudah melupakan sama sekali kemungkinan untuk tegak sebagai satu bangsa yang besar seperti masa lampau"

   "O"

   Pangeran SuWelatama mengangguk-angguk. Katanya kemudian "Itulah yang kalian maksud. Kalian memang pernah menyatakan kepadaku, bahwa kalian ingin membuat satu kejutan di Kediri dan Singasari"

   "Ya"

   Berkata Pangeran Indrasunu "Kita akan merintis satu gerakan untuk membangunkan rakyat Kediri dan sekaligus rakyat Singasari untuk menegakkan peradaban dan menyingkirkan kebiasaan buruk yang kini sedang meracuni rakyat"

   Pangeran Suwelatama itupun kemudian tersenyum.

   Katanya "Adimas.

   Aku sudah pernah mendengar kalian mengatakannya kepadaku.

   Tetapi aku tidak pernah menganggap bahwa hal itu akan sungguh-sungguh kalian lakukan.

   Aku mengira bahwa hal itu kalian katakan kepadaku pada waktu itu, justru kerena hati adimas Indrasunu sedang dibakar oleh satu kekecewaan.

   Bukankah adimas Pangeran Indrasunu gagal mengambil seorang perempuan yang bernama Ken Padmi dari rumah Mahendra? Justru setelah melewati semacam sayembara tanding, adimaspun telah gagal pula.

   Bahkan guru adimas Indrasunu, Wasi Sambujapun telah tidak berhasil mengalahkan Witantra""Tidak"

   Bantah Pangeran Indrasunu dengan serta merta "Aku sama sekali tidak melakukannya karena sakit hati atas kegagalan keinginan pribadi. Tetapi justru karena itu aku melihat kekurangan yang terdapat di Singasari dan Kediri"

   "Adimas"

   Berkata Pangeran Suwelatama "agaknya jiwa adimas sedang terguncang.

   Kegagalan adimas telah membuat adimas kehilangan pengamatan diri.

   Dengan demikian maka' adimas melihat orang lain selalu bersalah.

   Tanpa menyadari keadaan diri sendiri, adimas menganggap bahwa keadaan menjadi semakin buruk"

   "Tidak. Aku yakin akan kebenaran perjuangan ini"

   Bantah Pangeran Indrasunu "kakangmas juga sudah membenarkan sikap kami beberapa waktu yang lalu. Tetapi tiba-tiba sikap kakangmas berubah"

   "Bukan berubah"

   Jawab Akuwu Suwelatama "tetapi aku saat itu menganggap bahwa adimas tidak bersungguh- sungguh"

   "Aku tidak pernah bermain-main dengan nasib Kediri dan Singasari"

   Sahut Pangeran Indrasunu.

   "Tetapi pada waktu itu adimas benar-benar baru dicengkam oleh kekecewaan"

   Jawab Pangeran Suwelatama.

   "Aku dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan kita dalam keseluruhan, kepentingan Kediri dan Singasari"

   Jawab Pangeran Indrasunu.

   Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.

   Katanya "Adimas Pangeran seluruhnya.

   Aku mengerti bahwa jiwa kalian memang sedang bergejolak.

   Tetapi kalian harus dapat memilih sasaran dalam keadaan seperti jsekarang ini.

   Aku juga seorang yang menganggap bahwa keadaan sekarang masih belum seperti yang kita inginkan.Tetapi memperbaiki Keadaan itu tidak selalu harus dilakukan dengan kekerasan seperti yang adimas maksudkan.

   Bukankah adimas Pangeran berempat ingin mendorong aku untuk memberontak? Atau tegasnya ingin mempergunakan Pakuwon ini sebagai landasan perjuangan kalian.

   Perjuangan yang dinyalakan sekedar karena kekecewaan pribadi"

   "Tidak. Itu tidak benar"

   Bantah Pangeran yang bertubuh kecil "kakangmas menilai persoalan ini semata-mata karena keadaan kakangmas Pangeran Indrasunu.

   Tetapi kakangmas harus menilai keadaan kami bertiga.

   Kami sama sekali tidak dikecewakan oleh apapun juga secara pribadi.

   Tetapi kamipun telah bertekad untuk mengadakan perombakan yang mengakar dari persoalan yang berkembang sekarang ini"

   "Adimas"

   Berkata Pangeran Suwelatama "Aku belum termasuk golongan orang-orang tua di Kediri.

   Tetapi aku mempunyai pengalaman lebih banyak dari kalian.

   Karena itu, aku ingin memperingatkan agar kalian melihat keadaan ini dengan pandangan yang lebih luas.

   Melihat dasar dari gejolak perasaan kalian yang mencari sebab dari kekecewaan itu"

   "Kami sudah melakukannya kakangmas"

   Jawab Pangeran Indrasunu "dan hasil yang kami ketemukan adalah keputusan untuk melakukan usaha yang akan didukung oleh seluruh rakyat Kediri dan Singasari"

   "Tetapi kalian harus mempunyai rencana yang mendasar. Kalian harus mengerti landasan perjuangan kalian, tujuan yang hendak dicapai, dan penilaian atas usaha itu."Apakah yang akan kalian capai itu lebih atau justru lebih buruk dari keadaan sekarang"

   Berkata Pangeran Suwelatama.

   Pangeran-pangeran yang masih muda itu tidak sabar lagi.

   Seorang diantara merekapun kemudian berkata "Kami tidak akan melangkah surut kakangmas.

   Tahap pemikiran, penilaian dan rencana sudah kami lalui.

   Kam telah sampai kepada tahap pelaksanaan.

   Karena itu, kamt mohon kakangmas dapat mengikuti jalan pikiran kami.

   Kami bukan kanak-kanak yang masih dicengkam oleh perasaan semata-mata.

   Tetapi kami sudah cukup dewasa untuk berpikir dan bertindak bagi satu kepentingan besar seperti sekarang ini"

   Akuwu Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.

   Anak- anak muda itu benar-benar sudah sulit untuk diajak bicara.

   Namun ia masih mencoba untuk meredakan ketegangan di hati para Pangeran muda itu katanya "Adimas.

   Jika adimas sudah melewati beberapa tingkatan dalam usaha kalian, maka berilah aku kesempatan untuk berpikir.

   Mungkin aku memang lamban.

   Tetapi aku berusaha untuk berhati-hati"

   "Waktu untuk berpikir sudah cukup lama kakangmas"

   Jawab Pangeran Indrasunu "yang kami harapkan sekarang, kakangmas dapat mulai bergerak. Adalah satu keuntungan bahwa pada saat ini pasukan pengawal Pakuwon ini sedang berlatih. Hal ini akan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya"

   
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Jangan begitu adimas"

   Jawab Pangeran Suwelatama "latihan untuk merayakan satu kebanggaan di masa lampau akan berbeda dengan latihan-latihan untuk satu kepentingan yang jauh lebih gawat"

   "Kakangmas. Kami tidak mau terlambat"

   Jawab Pangeran yang bertubuh kecil."Tetapi terus terang, aku belum dapat mengatakan apa- apa sekarang ini"

   Berkata Pangeran Suwelatama.

   Wajah para Pangeran itu menjadi merah.

   Pangeran yang bertubuh kecil itupun berkata "Kakangmas telah menyesatkan dugaan kami.

   Semula kami menyangka bahwa kakangmas sudah menyatakan kesediaan kakangmas untuk bersama-sama dengan kami berjuang bagi Kediri dan Singasari.

   Tetapi ternyata pada saat kami sudah siap untuk mulai, kakangmas telah mengingkarinya"

   "Kalian salah paham"

   Jawab Akuwu Suwelatama.

   "Tidak. Jika terjadi salah paham, tentu tidak kami berempat seluruhnya"

   Jawab Pangeran Indrasunu.

   "Aku tidak dapat menjelaskan lebih banyak lagi adimas"

   Berkata Pangeran Suwelatama "hanya itulah yang dapat aku katakan, tetapi dengan sepenuh harapan, bahwa adimas akan dapat mengerti bahwa untuk satu pekerjaan yang besar, diperlukan perhitungan yang sangat cermat"

   "Sudah aku katakan berulang kali, bahwa kami sudah membuat perhitungan sebaik-baiknya. Tidak ada yang salah lagi menurut hitungan kami"

   Jawab salah seorang dari Pangeran-pangeran muda itu.

   "Yang jelas masih ada satu kesalahan"

   Jawab Akuwu Suwelatama.

   "Kesalahan apa?"

   Bertanya Pangeran yang bertubuh kecil.

   "Bahwa Pakuwon ini kau anggap sudah siap untuk ikut serta dalam gerakan kalian pada saat ini"

   Jawab Akuwu Suwelatama.

   "Bukan kesalahan. Tetapi keingkaran"

   Jawab Pangeran Indrasunu tegas.Terasa kuping Pangeran Suwelatama menjadi panas.

   Tetapi ia masih tetap menahan diri menghadapi Pangeran- pangeran yang masih muda dan masih mudah digerakkan oleh perasaan semata-mata.

   Namun sebenarnyalah bukan kemudaan mereka semata- mata yang telah menyesatkan mereka.

   Banyak diantara anak-anak muda yang lain yang berbuat jauh lebih baik dari yang telah mereka lakukan.

   Tetapi ternyata anak-anak muda yang dihadapinya itu benar-benar telah mengeraskan hatinya untuk satu niat yang bagi Akuwu Suwelatama kurang menguntungkan bagi segala pihak.

   Karena itu, maka Akuwu Suwelatama itupun kemudian berkata "Adimas Pangeran berempat.

   Jika demikian, baiklah aku berkata langsung pada pokok persoalannya agar tidak lagi terjadi salah paham.

   Sebenarnyalah aku tidak akan dapat dilibatkan ke dalam rencana kalian.

   Justru aku telah berusaha untuk mencegah agar kalian mengurungkan niat kalian, karena jika kalian melakukannya, maka yang akan terjadi adalah goncangan-goncangan yang dahsyat.

   Yang akan terjadi adalah bencana yang besar yang akan melanda seluruh negeri dan yang kemudian akan paling menderita adalah rakyat kecil yang tidak tahu menahu, apakah yang sebenarnya telah terjadi, karena perubahan- perubahan yang tidak mendasar, pada hakekatnya tidak akan memperbaiki keadaan mereka"

   Keempat Pangeran muda itu tidak lagi dapat menahan diri.

   Jantung mereka bagaikan terbakar.

   Mereka menganggap bahwa Pangeran Suwelatama telah mengingkari janji.

   Karena itu, maka tiba-tiba saja Pangeran Indrasunu yang tidak dapal menahan diri lagi ilupun berkata "Aku mengertikakangmas, bahwa kakangmas ingin tampil di paling depan, sehingga kakangmaslah yang kelak akan mendapat julukan sebagai pembebas tanah ini.

   Jika demikian natnya, sebenarnyalah kami tidak berkeberatan sama sekali jika kakangmaslah yang akan disebut sebagai pemimpin dari pemberontakan ini.

   Dan yang kelak pada saatnya Singasari yang sekarang jatuh, kakangmaslah yang pantas untuk duduk di atas Singgasana"

   "Adirnas"

   Potong Pangeran Suwelatama.

   Rasanya jantungnya berdenyut semakin cepal.

   Namun ia masih tetap berusaha menahan diri.

   Katanya "Kalian semakin jauh tersesal.

   Aku sama sekali tidak ingin mencampuri persoalan kalian.

   Biarlah aku bersama para pengawal Pakuwon ini berbuat sebaik-baiknya bagi daerah kami yang sempit.

   Jika aku sudah berhasil menyusun kedamaian hati rakyat Pakuwon ini, aku sudah merasa puas dan bahwa hidupku ini punya arti"

   "Baiklah kakangmas"

   Sahut Pangeran yang bertubuh kecil "kami akan menempuh jalan kami masing-masing.

   Jika kakangmas cemas akan kekuatan kami, besok kakangmas dapat pergi ke Kediri atau ke Singasari untuk melaporkan, bahwa sebentar lagi, akan datang saatnya kebenaran dan keadilan melanda Kediri dan Singasari.

   Merenggut tanah ini dari runtuhnya peradaban yang sudah kita bangun untuk berabad-abad lamanya"

   "Jadi kalian tetap pada pendirian kalian?"

   Bertanya Akuwu Suwelatama.

   Ternyata pertanyaan itu cukup mendebarkan.Karena lu keempat Pangeran itu justru terdiam sesaat.

   Namun Pangeran Indrasunulah yang kemudian menjawab "Ya.

   Kami tidak akan melangkah surutkakangmas.

   Kami akan berjalan terus sampai kepada tujuan kami"

   "Bagaimana dengan Wasi Sambuja?"

   Tiba-tiba saja Akuwu Suwelatama bertanya.

   "Guru dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Guru dalam keadaan luka parah ketika ia berperang tanding melawan Witantra. Tetapi pada saat guru sembuh, maka ia tentu akan terjun dalam perjuangan ini"

   Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam. Namun katanya kemudian "Jika demikian, siiahkan adimas Pangeran berempat berjalan sendiri. Ternyata aku tidak dapat ikut bersama kalian"

   "Terserah kepada kakangmas. Aku tidak mempunyai pilihan lain"

   Jawab Pangeran yang bertubuh kecil.

   Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.

   Namun katanya kemudian "Tetapi adimas Pangeran.

   Aku berharap bahwa adimas tidak melupakan kedudukanku.

   Aku adalah seorang Akuwu.

   Aku berada dibawah perintah Kediri dan Singasari"

   Wajah keempat Pangeran itu menjadi merah.

   Mereka menyadari arti dari kata-kata Pangeran Suwelatama itu.

   Bahkan ditelinga mereka mirip suatu tantangan, bahwa pada suatu saat mungkin sekali mereka akan bertemu di medan.

   Namun dalam pada itu.

   Pangeran Suwelatama ituputi berkata "Tetapi kalian masih mempunyai waktu untuk berpikir.

   Setidak-tidaknya diperjalanan kembali dari Pakuwon ini.

   Aku percaya bahwa kalian memang sudah dewasa.

   Sudah membedakan mana yang buruk dan mana yang baik, Serta bersedia mempertanggung jawabkan tingkah laku kalian"Sesaat keempat Pangeran itupun masih saja terdiam.

   Namun sejenak kemudian Pangeran yang bertubuh kecil itupun berkata "Kami mohon diri"

   Pangeran Suwelatama termangu-mangu sejenak.

   Terbersit persaan prihatin yang mendalam didalam dirinya.

   Di Kediri beratus ribu anak-anak muda.

   Tetapi ampat orang anak muda ini akan dapat membakar ketenangan yang sudah merambah sampai kepadesaan.

   Tetapi Akuwu Suwelatama tidak sempat berbicara panjang.

   Keempat anak-anak muda itu segera bangkit dan minta diri.

   Namun ketika Akuwu mengantar mereka sampai diregol, iapun masih berkata "Adimas Pangeran berempat, bukan maksudku untuk menganggap anak-anak muda tidak mampu berbuat apapun juga.

   Anak-anak muda memang dapat merupakan penggerak yang kuat.

   Tetapi yang kalian lakukan itu kurang mapan.

   Cobalah melihat dirimu sendiri, sumber dari segala rencanamu itu, apakah karena pengenalanmu atas keadaan Kediri yang sebenarnya, aiau karena oleh perasaan kecewa atau tersinggung oleh kegagalan usaha bagi kepentingan sendiri.

   Bukan maksudku menuduh, tetapi aku minta kalian sempat merenunginya"

   Keempat Pangeran itu seoiah-olah tidak mau mendengarkannya lagi. Dalam pada itu Pangeran Indrasunu berkata "Kita memang mempunyai sikap yang lain. Baiklah. Kita akan menempuh |alan kita masing- masing"

   Demikianlah keempat Pangeran yang masih muda itu meninggalkan Pakuwon Kabanaran.

   Mereka masih melihat para pengawal yang sedang berlatih.

   Bagaimanapun juga, mereka harus mengakui, bahwa Pakuwon itu adalah sebuah Pakuwon yang kuat.

   jika benar apa yang dikatakan olehAkuwu Suwelatama, yang membayangkan kemungkinan mereka ikan bertemu pada sisi yang berlawanan dari tempat mereka masing-masing berpijak, maka adalah sangat berat unluk berhadapan dengan Akuwu Suwelatama.

   Namun dalam pada itu.

   Pangeran Indrasunu berkata "Apapun yang akan kita hadapi, kita tidak akan melangkah surut.

   Aku mempunyai alasan yang kuat untuk bertindak.

   Namun karena keingkaran kakangmas Suwelatama maka kita harus membuat perhitungan baru.

   Bukan untuk menggagalkan rencana ini.

   Tetapi justru sebaliknya, agar rencana kita daoat berhasil dengan baik"

   "Bagus"

   Sahut Pangeran yang bertubuh kecil "pada suatu saat kita justru akan mulai dari Pakuwon Kabanaran ini sendiri.

   Kakangmas Suwelatama harus tahu, dan kemudian menyesal bahwa ia sudah ingkar janji.

   Jika Pakuwon ini kemudian tidak aman lagi, maka Akuwu Suwelatama tentu akan dinilai lagi kebijaksanaanya.

   Baik oleh Kediri maupun oeh Singasari"

   "Ya"

   Jawab Pangeran Indrasunu "kita akan mulai dari dua pijakan.

   Yang pertama kita akan memaksa kakangmas Suwelatama untuk menyadari kesalahanya, dan kedua, kita akan mulai dari Singasari.

   Khususnya sebuah padukuhan di luar Kota Raja yang dihuni orang oleh seseorang bernama Mahendra"

   Pangeran-pangeran itu mengangguk. Sementara Pangeran Indrasunupun berkata "Sementara itu, kita akan menyebarkan penjelasan sikap dan pendirian kita kepada rakyat Kediri dan Singasari, bahwa tujuan kita adalah untuk kepentingan mereka semua"

   "Ya. Jika mereka dapat mengerti maka mereka tentu akan membantu kita"

   Jawab pangeran yang lain.Namun tiba-tiba Pangeran yang seorang lagi bertanya "Tetapi apa yang akan kita katakan kepada mereka agar mereka mengerti bahwa kita telah berbuat untuk mereka? Apakah yang akan terasa langsung oleh orang-orang Kediri, sehingga hal itu akan mendorong mereka untuk membantu kita"

   Pangeran yang lainpun terdiam. Mereka menjadi termangu-mangu. Pertanyaan itu membuat mereka merenung sejenak. Apa yang mereka lakukan itu? Dan apakah yang dapat sebut menguntungkan bagi Kediri itu?"

   Namun akhirnya Pangeran Indrasunulah yang mencoba memecahkan teka-teki itu. Katanya "Kita dapat mempergunakan alasan yang paling baik untuk mengajak mulai berpikir. Terutama orang-orang Kediri"

   "Bagaimana?"

   Bertanya saudara-saudaranya.

   "Apapun tujuan akhir yang ingin kita capai, maka untuk membangunkan orang-orang Kediri kita dapat mengajak mereka untuk mengenang kembali masa kejayaan yang pernah dimilikinya. Jika kita dapat membawa mereka kepada satu kenangan bagaimana Ken Arok merampas tanah air ini, maka kita sudah mulai melihat hasil dari usaha ini"

   Berkata Pangeran Indrasunu.

   "Aku mengerti"

   Salah seorang dari keempat Pangeran itu menyahut "kita dapat mempemgaruhi satu dua orang pemimpin pasukan pengawai disamping kekuatan dari padepokan yang sudah pasti akan menjadi alas perjuangan ini.

   Guru-guru kita sudah sepakat, kecuali Wasi Sambuja yang keadaanya belum memungkinkan"

   Dengan demikian maka keempat Pangeran itupun telah kembali membulatkan tekad mereka untuk berbuat sesuatu.

   Mereka menganggap bahwa sikap orang-orang Singasari yang banyak dipengaruhi oleh pandangan hidup dariketurunan orang-orang kebanyakan telah menggoyahkan peradaban mereka.

   Karena itulah, maka ketika mereka kemudian berada di Kediri, maka mereka tidak menunda waktu lagi.

   Dengan dukungan dari guru-guru mereka, maka mereka telah mempersiapkan kekuatan di padepokan-padepokan.

   Padepokan yang pada umumnya telah dibeayai oleh Pangeran-pangeran itu karena mereka berguru pada padepokan itu.

   Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Namun padepokan Pangeran yang bertubuh kecil itu agak berbeda.

   Pemimpin padepokan itu adalah seorang bangsawan pula meskipun bukan tataran pertama.

   Pemimpin padepokan itu adalah bekas seorang Senopati yang mengasingkan diri.

   Sebenarnyalah sudah ada bibit didalam hatinya, bahwa ia tidak dapat menerima kenyataan yang berkepanjangan, bahwa Kediri harus tunduk kepada Singasari.

   Karena itu, ketika muridnya menyampaikan hal itu kepadanya, maka dengan serta merta ia telah menerimanya sebagai satu sikap yang terpuji.

   "Aku akan berbuat apa saja, agar rencana Pangeran itu akan berhasil. Tetapi sudah barang tentu bahwa kita tidak boleh mengharap hasil yang sebaik-baiknya dalam waktu dekat. Besuk atau lusa, atau sepekan atau sebulan lagi"

   Berkata gurunya.

   "Maksud guru?"

   Bertanya Pangeran yang bertubuh kecil itu.

   "Kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Kita tidak boleh tergesa-gesa dan salah hitung. Kesalahan yang kita lakukan pada saat-saat persiapan akan menghancurkan usaha itu di tengah perjalanan"Pangeran bertubuh kecil itu mengerutkan keningnya. Tetapi akhirnya mengangguk-angguk. Ia percaya bahwa gurunya tidak akan berbuat seperti Pangeran Suwelatama. Yang mula-mula seolah-olah ia sudah menentukan sikap. Tetapi yang ternyata kemudian menjadi goyah, bahkan ingkar sama sekali. Demikianlah, maka persiapan-persiapanpun dilakukan dengan diam-diam. Pangeran Indrasunu sudah mengatakan, bahwa mereka akan melakukan gerakan mereka, tidak langsung menusuk kejantung. Tetapi sebagaimana mereka makan makanan yang panas, mereka akan memulainya dari pinggir. Semakin lama semakin ketengah. Sehingga akhirnya, pusat pemerintahanpun akan ditelannya. Di tiga padepokan persiapan-persiapan itu sudah mulai nampak dilakukan. Dengan beaya dari para Pangeran itu, maka mereka dapat menghimpun anak-anak muda yang bersedia menjadi cantrik yang mempunyai kedudukan agak lain dengan cantrik kebanyakan. Bersama para cantrik, Putut dan Jejanggan mereka menempa diri. Mereka mendapat latihan kanuragan. Baik secara pribadi maupun dalam kelompok-kelompok pasukan yang tebih besar. Karena hal itu dilakukan di tempat-tempat yang agak terpencil, maka hal itu tidak segera diketahui oleh paja pengawal di Kediri. Sementara itu, di Singasari, sepeninggal Pangeran Indrasunu, maka Mahisa Bungalanpun merasa, bahwa sudah saatnya baginya untuk mulai dengan satu kehidupan baru. Ia sudah merasa mapan untuk mulai dengan tugas- tugas keprajuritan yang sebenarnya.Pada saat-saat sebelumnya, meskipun ia belum dengan resmi memasuki tugas-tugas keprajuritan, namun ia sudah menjadi keluarga dari kesatuan prajurit Singasari, sehingga karena itu, maka kehadirannya di lingkungan keprajuritan sama sekali bukannya menjadi masalah baru Namun dengan demikian, maka Mahisa Bungalan telah mengikat diri dalam tugas-tugas tertentu. Ia tidak dapat berbuat menuruti keinginannya saja. Jika ia ingin melakukan sesuatu, maka ia harus mendasarkannya kepada perintah Senopatinya, Sementara itu, maka Ken Padmi masih tetap berada di rumah Mahendra. Ia sudah terbiasa hidup bersama kedua adik Mahisa Bungalan yang nakal, tetapi ternyata mereka adalah anak-anak muda yang baik. Namun dalam pada itu, Mahendra sama sekali tidak mengetahui, bahwa apa yang terjadi di istana Pangeran Wirapaksi itu masih akan membawa akibat yang panjang. Bahwa Pangeran hidrasimu telah menjadikan padukuhannya menjadi salah satu sasaran pertama dari gerakannya, meskipun padukuhannya itu tidak ada hubungannya dengan usaha Pangeran Indrasunu untuk membangunkan orang-orang Kediri dari kealpaannya. Karena itu, maka Mahendra merasa, kewajibannya telah menjadi berkurang justru setelah Mahisa Bungalan menempatkan dirinya di dalam lingkungan keprajuritan. Sebagai orang tua maka Mahendrapun telah mengayam angan-angan tentang suatu saat, anaknya hidup dalam lingkungan sebuah keluarga kecil. Sebenarnyalah keempat Pangeran itu memang harus bersabar. Mereka harus memberikan waktu kepada para peniimpin padepokan, guru-guru mereka untuk mempersiapkan tenaga terlatih. Bahkan dengan diam-diampara Pangeran itu telah mengirimkan para pengawal mereka yang terpilih untuk menerima latihan khusus dalam olah kanuragan, terutama dalam kemampuan mereka secara pribadi. Dalam pada itu, guru dari Pangeran yang bertubuh kecil, yang menyebut dirinya Resi Damar Pamali, telah benar- benar menyusun kekuatan. Adalah diluar dugaan, bahwa ia mampu menghimpun tenaga yang tidak kalah kemampuannya dengan para pengawal di Pakuwon Ka- banaran. Sementara kedua orang guru Pangeran yang lain, kekuatan Resi Damar Pamali rasa-rasanya mampu untuk mengimbangi kekuatan Akuwu Suwelatama. Sementara itu, Pangeran Suwelatama ternyata menjadi lengah. Pangeran itu menganggap bahwa para Pangeran yang telah datang kepadanya itupun sempat merenungi diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak lagi mempunyai angan-angan yang menyesatkan. Untuk beberapa hari, bahkan beberapa bulan Pangeran Suwelatama masih tetap bersiaga menghadapi segala kemungkinan, jika para Pangeran yang kecewa itu datang untuk mencoba menghukumnya. Namun setelah bulan pertama lewat, menjelang bulan kedua tanpa ada kabar beritanya, maka Pangeran Suwelatama justru telah bersukur, karena menurut dugaannya, saudara-saudaranya itu telah menyadari kekeliruanya. Tetapi hal itu memang termasuk diperhitungkan sebaik- baiknya oleh Resi Damar Pamali. Bahkan Resi Damar Pamali sempat mengirimkan petugas sandinya untuk melihat keadaan Pakuwon Kabanaran. Namun menurut keterangan yang diperolehnya, Akuwu Suwelatama justru telah mengendorkan kesiagaannya setelah ia menganggap bahwa Pangeran-pangeran itu telah dengan diam-diam membatalkan niatnya."Angger Pangeran"

   Berkata Resi Damar Pamali kepada muridnya "nampaknya waktu yang kita tunggu itu hampir tiba. Tetapi kita masih harus tetap bersabar. Kita tidak mau gagal. Sekali pukul, Pakuwon itu harus dapat kita hancurkan"

   "Ya guru"

   Jawab Pangeran bertubuh kecil itu "Aku memang merasa sakit hati atas sikap kakangmas Akuwu Suwelatama.

   Ia menganggap aku dan ketiga saudara- saudaraku sebagai kanak-kanak yang masih belum nalar.

   Karena itulah agaknya ia menjadi lengah pula dan menganggap kami tidak akan berbuat apa-apa, sebagaimana tingkah laku kanak-kanak, yang merajuk dan patah"

   Gurunya tertawa. Katanya "Kita harus mulai mempersiapkan pasukan. Kita akan mengumpulkan semua kekuatan yang lelah tersedia di padepokan ini"

   Demikianlah, pada saat-saat yang memungkinkan, ketika Akuwu Suwelatama telah hampir melupakan keempat orang Pangeran itu, maka mulailah mereka justru menghimpun kekuatan.

   Kekuatan dan tiga padepokan yang besar yang dibiayai oleh para Pangeran serta para pengawal, telah berkumpul di padepokan Resi Damar Pamali.

   Ternyata kekuatan Resi Damar Pamali ltu benar-benar diluar dugaan para Pangeran itu sendiri.

   "Kita mempunyai perhitungan yang cermat"

   Berkata Resi Damar Pamali "sudah saatnya kita pergi ke Pakuwon Kabanaran.

   Pakuwon itu akan kita pecahi berkeping- keping.

   Kita akan mendudukinya dan menghimpun kekuatan di atasnya.

   Dengan demikian maka kekuatan kita akan diperhitungkan oleh siapapun juga, termasuk Kediri dan Singasari.

   Sementara itu, kiia tiarus dapat mengambil hati rakyat di Kabanaran dan kemudian tiarus meluas kedaerah yang lain.

   Bahkan kota raja Kediri dan Singasari.

   Jika keadaan sudah masak, kita akan dengan mudah memasuki daerah yang orang-orangnya lelah mengerti apa yang kita inginkan"

   Keempat Pangeran itu telah bersepakat untuk membangun satu perjuangan itu, merasa bahwa mereka benar-benar telah siap.

   Sehingga akhirnya, hari-hari yang mereka yang tunggu-tunggu itupun datang pula atas persetujuan Resi Damar Pamali.

   Dengan didukung oleh Resi Damar Pamali sendiri, dua orang pemimpin padepokan yang berpengaruh, para cantrik dan para pengawalpun telah mempersiapkan diri memasuki Pakuwon Kabanaran.

   Sementara Pakuwon itu sendiri sama sekali tidak menduga, bahwa hai itu akan terjadi.

   Karena itu, setelah Pakuwon itu memperingati hari-hari yang mereka banggakan, maka kesiagaan merekapun mengendur.

   Apalagi setelah waktu berjalan terus tanpa ada kesan apapun juga tentang sikap keempat Pangeran itu.

   Pada saat yang ditentukan, Pakuwon Kabanaran benar- benar telah dikejutkan oleh serangan yang tiba-tiba memasuki daerahnya.

   Para pengawal yang tidak siaga sepenuhnya terdesak dengan cepat.

   Sementara isyarat telah mengumandang merambat dari satu padukuhan ke padukuhan yang lain mendahului kemajuan pasukan Resi Damar Pamali.

   Isyarat yang sampai ke telinga para pengawai di pusat pemerintahan Pakuwon Kabanaran telah terkejut.

   Dengan apa adanya para pengawal segera mempersiapkan diri.

   Mereka segera memasang gelar menghadapi penyerang yang merambat mendekati kota.

   Sebenarnyalah pasukan itu seolah-olah tidak terhambat sama sekali.

   Pasukan pengawal Pakuwon Kabanaran terdesak dengan cepat.

   Bahkan duaorang penghubung telah mendahului pasukan pengawal yang berada di luar kota untuk menyampaikan laporan tentang kekuatan pasukan yang menyerbu Pakuwon itu.

   "Kekuatan yang sangat besar"

   Berkata penghubung itu.

   Berita itu memang sangat mengejutkan.

   Dari penghubung itu Akuwu Suwelatama mengetahui bahwa yang datang itu adalah saudara-saudaranya sendiri yang mendendamnya, karena ia tidak mau dengan langsung melibatkan diri pada usaha mereka untuk menumbuhkan perubahan di Kediri dan Singasari.

   Tetapi bahwa kekuatan yang datang itu tidak terduga besarnya, memang sangat mengherankannya.

   Tetapi penghubung yang datang kepadanya itu dapat menjelaskannya, bahwa sebagian dari mereka adalah pengawal dari para pangeran itu yang nampaknya memang sudah dipersiapkan, dengan kekuatan dari beberapa padepokan.

   Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk.

   Katanya kemudian "Pasukan kita memang tersebar karena kita tidak menduga hal ini akan terjadi"

   "Isyarat ini akan memanggil mereka"

   Desis seorang Senopati.

   "Tetapi memerlukan waktu yang barangkali tidak akan dapat mengimbangi kecepatan laju pasukan empat Pangeran itu"

   Desis Pangeran Suwelatama.

   "Kita akan berusaha Sang Akuwu"

   Jawab Senopati itu "kita akan mempertahankan Pakuwon ini sampai batas kemampuan terakhir"Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk.

   Tetapi sebenanrnyalah ia mulai memperhitungkan keadaan dengan cermat.

   Belum lagi Akuwu Suwelatama mengambil keputusan, maka telah datang penghubung berikutnya.

   Dengan cemas salah seorang dari mereka berkata "Kekuatan mereka tidak dapat diimbangi.

   Kami telah melihat pasukan yang memasang gelar di luar gerbang kota.

   Tetapi kekuatan itu tidak akan seimbang.

   Yang datang bagaikan banjir bandang, sementara bendungan yang kita pasang tidak lebih dari seonggok dedaunan"

   "Bagaimana pertimbanganmu?"

   Bertanya Pangeran Suwelatama.

   "Pasukan kita akan digulung tanpa arti"

   Jawab penghubung itu.

   Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk.

   Sementara ia tidak akan dapat menunggu para pengawal yang tersebar.

   Ya bahkan sebagian dari mereka, sebagaimana biasanya, secara bergilir diperkenankan kembali ke rumah masing- masing.

   Namun dalam pada itu, isyarat yang terdengar di seluruh kota itu telah memanggil beberapa orang pengawal yang sedang tidak bertugas.

   Dengan bergegas mereka kembali ke pasukan masing-masing.

   Namun yang jumlahnya memang kurang memadai.

   Sedangkan pasukan yang tersebar di tempat-tempat yang jauh menghadapi kemungkinan- kemungkinan meluasnya lagi beberapa kelompok perampok, sulit untuk di tunggu kehadirannya dalam waktu dekat.

   Karena itu, setelah berbicara dengan beberapa orang Senopati, akhirnya Akuwu Suwelatama telah mengambil satu sikap yang sangat hati-hati."Kita tidak mengambil cara yang kasar untuk langsung berhadapan"

   Berkata Pangeran Suwelatama "kita harus dapat memperhitungkan keadaan dengan cermat.

   Jika kita berkeras pada harga diri, maka kita akan tenggelam.

   Tetapi jika kita memperhitungkan keadaan dengan bijaksana, kita akan tetap menguasai keadaan, meskipun harus melalui jalan yang berliku"

   "Maksud Akuwu?"

   Bertanya penghubung yang menunggu hasii pembicaraan dan keputusan Akuwu dengan hampir tidak sabar.

   "Kita akan menarik pasukan kita mundur"

   Berkata Akuwu Suwelatama "kita akan menyusun kekuatan dengan menghubungi pasukan kita yang tersebar. Pada suatu saat, kita akan kembali lagi dengan kekuatan kita seutuhnya"

   Kebijaksanaan itu memang dapat dimengerti.

   Sudah tentu Akuwu Suwelatama tidak akan dapat memerintahkan para pengawalnya untuk membunuh diri di medan tanpa perhitungan, hanya semata-mata karena harga diri.

   Karena itu, maka perintah yang jatuh, para penghubung itu agar segera menyampaikan keputusan Akuwu Suwelatama.

   Semua pasukan ditarik dan berkumpul di tempat yang sudah ditentukan oleh Akuwu Suwelatama.

   Sementara itu, Akuwupun telah memerintahkan beberapa penghubung yang lain untuk menyampaikan perintah penarikan pasukan yang tersebar, justru pada saat para perampok yang datang dari luar daerah mulai menjamah Pakuwon yang tenang itu.

   Ternyata kebanggaan mereka yang belum lama mereka kenang, sepuluh tahun yang lalu, sejak berdirinya Pakuwon itu, telah terjadi malapetaka.

   Sehingga karena itu, maka orang-orang terpenting di kota Kabanaran harus menyingkir bersama pasukan pengawal khusus.Demikianlah, maka pasukan yang telah memasang gelar di hadapan regol kota telah mendapat perintah untuk menarik diri.

   Demikian juga para pengawal yang sedang bertempur di medan untuk menghambat kemajuan pasukan lawan.

   Ada beberapa orang Senopati yang kecewa mendengar perintah itu.

   Namun akhirnya merekapun menyadari, bahwa mereka tidak boleh kehilangan pertimbangan dan perhitungan.

   Apalagi setelah mereka mendapat gambaran kekuatan pasukan lawan yang menyerang.

   Demikianlah kota itu lelah dikosongkan.

   Ketika pasukan keempal Pangeran itu mendekati kota, maka segera mereka mengetahui bahwa para pengawal tidak menghambat kemajuan mereka.

   Karena itu, maka dengan mudah mereka memasuki pintu gerbang kota yang terbuka tanpa seorang pengawalpun.

   Dengan demikian, maka dengan mudah kota Pakuwon Kabanaran telah mereka kuasai dalam waktu yang termasuk singkat.

   Perlawanan hanya mereka jumpai sedikit di perbatasan.

   Kemudian mereka telah mendapatkan kesempatan yang luas untuk maju tanpa hambatan sama sekali.

   Tanpa banyak kesulitan maka pasukan Resi Damar Pamali bersama keempat Pangeran itu telah menduduki Pakuwon Kabanaran yang kuat, tetapi tidak bersiaga.

   Sementara itu, kedua orang guru Pangeran yang lainpun telah berada di antara mereka pula.

   Hanya Pangeran Indrasunu sajalah yang tidak didampingi oleh gurunya, justru karena gurunya mengetahui kelemahan dari alas perjuangan Pangeran Indrasunu itu.Namun bagi Pangeran Indrasunu, Resi Damar Pamali, guru dari Pangeran Bujakerta yang bertubuh kecil itu telah dapat dianggap sebagai ganti gurunya.

   Justru Resi Damar Pamali itu mempunyai sikap dan pandangan yang sama dengan dirinya sendiri dan ketiga saudaranya.

   Kedatangan pasukan yang tiba-tiba itu telah mencemaskan hati orang-orang Kabanaran yang tidak sempat menyingkir.

   Mereka seakan-akan berdiri di atas bara yang menyala.

   Mereka yang telah menduduki kota itu tentu dapat berbuat sewenang-wenang atas mereka.

   Tetapi dugaan mereka salah.

   Pangeran Indrasunu dengan persetujuan Resi Damar Pamali telah memerintahkan setiap orang dalam pasukannya untuk berbuat sebaik-baiknya terhadap orang-orang Pakuwon Kabanaran.

   Mereka harus mengambil hati agar orang-orang Kabanaran yakin bahwa Pangeran Indrasunu tengah berjuang bagi kepentingan mereka.

   "Kabar tentang sikap orang-orang kita akan segera memencar ke segenap sudut Pakuwon ini"

   Berkata Resi Damar Pamali "hanya kepada para pengawal Pakuwon ini yang tidak mau menyerah kita akan berbuat kasar"

   Demikianlah sejak hari pertama mereka berada di Pakuwon Kabanaran, Pangeran Indrasunu dan Resi Pamali telah mulai dengan rencana mereka untuk menyusun pemerintahan.

   Bahkan mereka sudah merencanakan untuk menghimpun anak-anak muda yang tersisa untuk memasuki satu lingkungan pasukan pengawal yang baru dengan janji yang dapat mempengaruhi hati mereka.

   "Kita adalah anak-anak muda yang bercita-cita"

   Berkata Pangeran Indrasunu "meskipun kakangmas Suwelatama masih juga terhitung muda, tetapi ia telah melupakan alas tempat ia berpijak. Ia sudah tenggelam dalamkedudukannya yang dapat memberikan apa saja yang diingininya"

   Sementara itu, Pangeran Suwelatama yang terdesak dari Pakuwon Kabanaran telah menyusun kekuatan agak jauh dari kota.

   Akuwu Suwelatama telah memilih tempat untuk sementara di sebuah hutan kecil yang dipagari oleh pebukitan.

   Sambil menyusun kekuatan yang ada, Akuwu Suwelatama juga menunggu pasukannya vang tersebar, yang telah diperintahkan untuk berkumpul di tempat yang sudah ditentukannya.

   Tetapi ketika dua orang penghubung kembali menghadap Akuwu Suwelatama, justru telah timbul satu masalah baru yang menambah rumit persoalan yang dihadapinya.

   Dengan jantung yang berdeba-debar Akuwu mendengarkan penghubung itu memberikan laporan Akuwu, Panglima pasukan pengawal yang berada di hutan perbatasan menunggu perintah.

   Sebenarnyalah Panglima telah melihat satu gerakan yang kuat dari sekelompok penjahat yang dipimpin oleh Ki Jalatang.

   Rakyat di belakang hutan sudah menjadi sangat cemas.

   JiKa Ki Jalatang itu memasuki tiatah Pakuwon Kabanaran, maka rakyat di sekitar hutan perbatasan itu akan menjadi sasaran kejahatan yang tidak akan terlawan.

   Sementara Panglima menyiapkan jebakan dan mudah-mudahan akan berhasil, maka datang perintah Akuwu untuK menarik pasukan itu karena keadaan yang gawat di Pakuwon ini"

   "Bagaimana dengan pasukan di padang Padiangan?"

   Bertanya Akuwu.

   
Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Pasukan di padang Padiangan akan segera menghadap Akuwu. Tidak ada persoalan yang gawat di daerah itu"

   Jawab penghubung itu.

   Lalu "Tetapi pasukan di daerahrawa-rawa Kedung Sertu nampaknya terikat juga oleh satu keadaan yang mirip dengan para pengawal di hutan perbatasan.

   Agaknya gerombolan yang bergerak di luar perbatasan menghadap ke hutan dan rawa-rawa Kedung Seratu itu mempunyai aias kekuatan yang sama"

   Akuwu Suwelaitama menjadi ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

   Namun ia merasa sangat berat untuk menjatuhkan perintah menarik pasukan yang sedang menghadapi kekuatan dari sekelompok penjahat yang akan merusak ketenangan hidup rakyat kecil di perbatasan.

   Karena itu, maka perintah Akuwu kemudian kepada para penghubung "Perintahkan Kepada pasukan yang berada di Padiangan untuk secepatnya datang.

   Kemudian pasukan di hutan perbatasan dan daerah rawa-rawa di Kedung Sertu untuk tetap tinggal, tetapi sebaiknya mereka tidak menunggu Mereka harus mengambil sikap lebih cepat.

   Baru setelah mereka mengatasi keadaan, mereka aku perintankan untuk mencari hubungaij, dengan aku.

   Aku tidak dapat mengorbankan rakyat di perbatasan itu apapun alasannya"

   Penghubung itupun kemudian meninggalkan Akuwu dengan pasukan yang ada padanya.

   Namun dengan demikian, maka Akuwu masih harus membuat perhitungan-perhitungan yang cermat untuk mengatasi keadaan.

   Tetapi menurut perhitungan Akuwu Suwelatama, pasukan yang ada di padang Pandiangan itu tidak akan cukup kuat mengatasi kekuatan keempat Pangeran yang datang dibantu oleh guru-guru mereka dengan seluruh kekuatan di padepokan-padepokan.

   Apalagi Akuwu itupun menyadari, bahwa pasukan yang datang itu memang sudah dipersiapkan cukup lama dengan beaya yang disediakan oleh para Pangeran yang kaya itu.Karena itulah, maka Akuwu Suwelatama harus membuat perhitungan yang cermat menghadapi keadaan.

   Sehingga dengan demikian maka ia tidak dapat segera mengambil keputusan untuk berbuat sesuatu.

   Dalam keadaan yang sulit itu, maka Akuwu Suwelatama teringat kepada Wasi Sambuja.

   Barangkali ia dapat minta pertolongannya untuk memperingatkan sekali lagi, agar Pangeran Indrasunu tidak menjadi semakin jauh tersesat.

   Karena itu, maka Akuwu Suwelatamapun telah memerintahkan penghubungnya untuk pergi ke padepokan Wasi Sambuja.

   "Katakan, bahwa aku sudah terdesak. Karena keadaan yang gawat, aku tidak dapat meninggalkan pasukanku"

   Pesan Akuwu Suwelatama "jika Wasi Sambuja bersedia, aku mohon ia datang ke tempat ini"

   Demikianlah penghubung itupun segera melakukan perintah Akuwu.

   Dengan tergesa-gesa ia telah menempuh sebuah perjalanan menuju ke padepokan Wasi Sambuja.

   Berita tentang tingkah laku Pangeran Indrasunu telah membuat Wasi Sambuja berprihatin.

   Ia menyesali tingkah lakunya sendiri pada saat-saat ia masih mengasuh Pangeran yang muda itu.

   Ia terlalu memanjakannya dan memenuhi segala keinginannya, yang baik maupun yang kurang baik.

   Ternyata bahwa kemanjaannya itu telah menumbuhkan persoalan yang gawat bagi satu lingkungan yang besar.

   Bukan sekedar pada beberapa pribadi tertentu saja.

   Gambaran yang diberikan oleh penghubung itu tentang keadaan Akuwu Suwelatama membuatnya menjadi semakin gelisah.

   Wasi Sambuja memuji kebijaksanaan Akuwu yang tidak mau memanggil pasukannya yang sedang berusaha melindungi rakyat kecil diperbatasan meskipun ia sendiri sangat membutuhkannya."Tetapi dengan demikian keadaan Akuwu itu sendiri menjadi gawat"

   Berkata Wasi Sambuja.

   "Ya"

   Jawab penghubung itu "pada suatu saat, keempat Pangeran itu dapat saja mendesaknya semakin jauh ke dalam hutan, atau mengepungnya dan menghancurkannya"

   "Tetapi bukankah perintah Akuwu kepada pasukannya, apabila tugas mereka telah selesai, mereka harus datang menghadap?"

   Bertanya Wasi Sambuja.

   "Tugas itu masih panjang. Para penjahat itu berpangkal di luar daerah Pakuwon Kabanaran sehingga sulit bagi pasukan kami untuk langsung menusuk ke dalam sarang mereka"

   Jawab penghubung itu.

   Lalu "Sementara itu, kedudukan keempat Pangeran itu akan menjadi semakin kuat.

   Dengan janji palsu dan hadiah-hadiah yang berharga, mereka akan dapat menghimpun kekuatan di Pakuwon Kabanaran sendiri, sementara mereka dapat mulai dengan hubungan-hubungan baru dengan tetangga di sekitar Pakuwon kami"

   "Tentu hubungan itu tidak akan dapat berlangsung"

   Sahut Wasi Sambuja "kedudukan keempat Pangeran itu masih belum diakui"

   "Tetapi jika itu merupakan satu kenyataan, bahwa yang berkuasa adalah mereka, mungkin ada pertimbangan- pertimbangan lain dari Kediri dan Singasari"

   Sahut penghubung itu.

   Wasi Sambuja mengangguk-angguk.

   Ia mengerti maksud penghubung itu.

   Namun baginya sulit dapat membayangkan cara yang paling yang dapat ditempuh oleh Akuwu Suwelatama.

   Ia sendiri tidak yakin, apakah pengaruhnya masih cukup kuat untuk mempersilahkan Pangeran Indrasunu mengurungkan niatnya yang sudah dimulainya itu.

   Karena itu, maka katanya kepadapenghubung itu "Baiklah.

   Aku akan menghadap Akuwu Suwelatama.

   Mungkin aku dapat mengatakan serba sedikit pertimbangan-pertimbangan yang akan dapat ditempuh"

   Demikianlah, maka bersama penghubung itu, Wasi Sambuja telah pergi menghadap Akuwu Suwelatama.

   Sebenarnyalah bahwa Resi Sambuja melihat seperti apa yang dikatakan oleh penghubung yang datang Kepadanya.

   Dengan pasukan yang ada, Akuwu menyusun pertahanannya di sebuah hutan kecil.

   Namun menurut Akuwu Suwelatama, ia tidak akan mampu bertahan apabila pasukan keempat Pangeran itu mengejarnya lebih jauh.

   "Tetapi agaknya mereka sedang menyusun landasan"

   Berkata Akuwu Suwelatama.

   "Tetapi apakah sementara itu pasukan Akuwu yang tersebar sudah dapat ditarik semuanya?"

   Bertanya Wasi Sambuja.

   "Aku khawatir bahwa mereka masih belum dapat menyelesaikan tugas mereka. Jika mereka harus aku tarik karena persoalan ini, maka rakyat kecil akan menjadi korban keganasan para penjahat yang sama sekali tidak mau membuat pertimbangan-pertimbangan apapun juga yang menyangkut persoalan yang lebih luas. Mereka tidak peduli apakah Pakuwon ini sedang mengalami kekalutan atau sama sekali tidak ada persoalan. Mereka justru merasa mendapat kesempatan sebaik-baiknya untuk melepaskan ketamakan dan kedengkian mereka. Mereka akan dapat berbuat sewenang-wenang"

   Jawab Akuwu Suwelatama kemudian "Meskipun aku mengerti, bahwa mempertahankan Pakuwon ini merupakan satu kewajiban penting, namun apakah aku akan dapat mengorbankan rakyat di perbatasan itu"Wasi Sambuja mengangguk-angguk.

   Dengan ragu-ragu iapun kemudian bertanya "Apakah kita dapat mempergunakan pasukan dari Kediri atau Singasari untuk mengusir mereka?"

   Akuwu Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.

   Katanya "Aku belum memikirkannya.

   Aku berharap bahwa aku akan dapat mengatasi persoalan ini sendiri.

   Jika aku menyampaikan persoalan ini kepada Kediri atau Singasari, maka keempat Pangeran itu akan menjadi buruan yang akan berakibat sangat buruk bagi mereka"

   "Tetapi dengan perbuatan mereka itu, maka mereka suriah menumbuhkan satu persoalan yang gawat. Pakuwon ini bukan barang mainan. Dan mereka sudah merebutnya dari tangan yang berhak. Apakah dengan demikian, masih akan ada pertimbangan-pertimbangan yang justru akan menyulitkan penyelesaiannya?"

   Akuwu Suwelatama rasa-rasanya memang sedang berdiri disimpang jalan.

   Jika ia membiarkan tingkah laku keempat Pangeran itu, maka mereka tentu akan menjadi semakin jauh tersesat.

   Tetapi justru karena mereka telah bertindak, maka apabila ia melaporkannya kepada para pemimpin di Kediri dan Singasari, maka akibatnya akan sangat gawat bagi keempat Pangeran yang sebenarnya adalah saudara- saudaranya pula.

   "Ki Wasi Sambuja"

   Berkata Akuwu Suwelatama "Apakah kau tidak ingin mencoba sekali lagi dengan cara yang baik. Kau dapat menemui adimas Indrasunu dan memberinya sedikit peringatan, bahwa permainan ini akan dapat membakar dirinya sendiri"

   "Aku sudah mencoba Pangeran"

   Jawab Wasi Sambuja "tetapi ia sama sekali tidak mau mendengarkannya"Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk.

   Sulit baginya untuk mengambil satu sikap.

   Jika ia menunggu, maka kekuasaan keempat Pangeran itu didaerah Pakuwonnya akan menjadi semakin mantap.

   Agaknya mereka dapat membujuk anak-anak muda yang kurang kuat sikap dan pribadinya dengan janji-janji dan harapan, sehingga anak-anak muda itu terpikat kepada sikap mereka.

   Tetapi untuk melawan mereka dengan kekerasan, rasa- rasanya Akuwu Suwelatama masih belum cukup mempunyai kekuatan, sehingga benturan yang akan terjadi, akan sangat merugikannya dan merugikan Pakuwonnya.

   Dalam keragu-raguan itu Pangeran Suwelatama men dengar Wasi Sambuja berkata "Pangeran.

   Namun demikian, baiklah sekali lagi aku akan mencoba menemui Pangeran Indrasunu.

   Aku akan menyampaikan segala masalah yang Pangeran hadapi kepadanya, meskipun aku tidak akan justru mendorongnya untuk menyerang Pangeran dalam kedudukan Pangeran sekarang, karena aku mengatakan kelemahan Pangeran"

   "Terima kasih"

   Jawab Pangeran itu "mudah-mudahan kau berhasil"

   Wasi Sambuja itupun kemudian mohon diri untuk pergi ke pusat pemerintahan Pakuwon Kabanaran.

   Tetapi perjalanan itu tidak terlalu mudah seperti yang diduganya.

   Di sepanjang jalan ia menemui berbagai macam kesulitan.

   Para pengawal dari keempat Pangeran itu ternyata sangat berhati-hati.

   Mereka dengan keras memeriksa setiap orang yang mendekati kedudukan keempat Pangeran yang didukung oleh guru-guru mereka, kecuali guru Pangeran Indrasunu.

   Namun akhirnya Wasi Sambuja itu berhadil juga menemui Pangeran Indrasunu.

   Ia diterima dengan penuhkecurigaan, sehingga Wasi Sambuja merasa bahwa ia selalu berada di dalam pengawasan yang sangat ketat.

   "Orang itu dapat berbuat jahat terhadapku"

   Berkata Pangeran Indrasunu kepada pengawalnya.

   "Jika demikian, apakah sebaiknya orang itu ditangkap saja?"

   Bertanya pengawalnya. Pangeran Indrasunu merenung sejenak. Namun akhirnya ia menggeleng lemah "Aku masih mempunyai sedikit hormat kepadanya. Biarlah ia mengatakan maksudnya. Tetapi jika ia bermaksud buruk, aku akan memberikan isyarat kepadamu"

   Pengawal itu tidak menjawab lagi. Tetapi ia mengawasi tamu Pangeran Ihdrasunu itu dengan sungguh-sungguh. Dalam pada itu, maka Pangeran Indrasunu telati menerima gurunya di serambi istana Akuwu Suwelatama yang sudah dikuasainya"

   Di tempat yang terbuka itu, memungkinkan beberapa orang pengawal mengawasinya dari kejauhan.

   Setelah duduk sejenak, maka Wasi Sambuja itupun kemudian mengatakan maksud kedatangannya.

   Ia berusaha memperingatkan Pangeran Indrasunu, bahwa permainannya itu akan dapat membahayakan dirinya.

   "Jika Kediri dan Singasari mengambil sikap yang keras, maka Pangeran tidak akan mampu berbuat apapun juga"

   Berkata Wasi Sambuja.

   "Guru"

   Berkata Indrasunu "jika guru tidak mau ikut bersamaku, silahkan.

   Tetapi guru jangan menganggukku.

   Sudah aku katakan, bahwa aku tidak akan melangkah surut.

   Tingkat pemikiran dan perencanaan sudah lewat.

   Kami tinggal melaksanakannya.

   Kami sudah menyusun kekuatanyang akan mampu mengimbangi kekuatan Kediri, dan kemudian kekuatan Singasari"

   "Pangeran bermimpi"

   Desis Wasi Sambuja "kekuatan yang dapat Pangeran himpun sekarang ini sama sekali belum berarti apa-apa bagi Singasari"

   "Guru keliru. Guru belum melihat kekuatan kami yang sebenarnya. Selain itu, kami telah berhasil menyusun pasukan yang baru, yang terdiri dari mereka yang telan menyadari kebenaran perjuangan kami"

   "Pangeran"

   Berkata Wasi Sambuja kemudian "jika aku masih boleh memperingatkan, sebaiknya Pangeran menarik diri.

   Sebentar lagi kekuatan Pangeran Suwelatama akan pulih, setelah ia selesai dengan tugas kemanusiaannya.

   Justru pada saat pasukannya sedang melakukan tugas kemanusiaan, Pangeran telah menyerang.

   Namun sampai hari ini Pangeran Suwelatama masih belum ingin melibatkan pasukan Kediri dan apalagi Singasari"

   "Omong kosong"

   Geram Pangeran Indrasunu "seandainya kakangmas Suwelatama mengadukan hal ini kepada Kediri dan Singasari, maka tidak akan ada seorangpun yang akan menanggapinya.

   Kediri akan melihat kenyataan bahwa rakyat Kabanaran lebih senang memilih pemerintahan yang kami pimpin daripada kakangmas Suwelatama, sehingga Kediri dan Singasari justru akan mengesahkan kedudukan kami"

   "Satu kesalahan yang besar"

   Desis Wasi Sambuja.

   "Sudahlah. Guru jangan ikut campur"

   Geram Pangeran Indrasunu.

   Namun sebagai seorang murid aku masih ingin bertanya sesuatu kepada guru.

   Dimana Pangeran Suwelatama sekarang ini bersembunyi"Wajah Wasi Sambuja menjadi tegang.

   Ternyata bahwa Pangeran Indrasunu sudah tidak mau mendengar nasihatnya sama sekali.

   Pengaruhnya terhadap muridnya yang seorang itu telah pudar dan bahkan padam.

   Namun sudah barang tentu bahwa Wasi Sambuja tidak akan bersedia menjawab pertanyaan Pangeran Indrasunu, dimana Akuwu Suwelatama bersembunyi.

   

   Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   


Lentera Maut -- Khu Lung Hong Lui Bun -- Khu Lung Raja Naga 7 Bintang -- Khu Lung

Cari Blog Ini