Harpa Iblis Jari Sakti 11
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 11
Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung
Ucapan itu merupakan sindiran yang amat tajam dan pedas, membuat wajah Liat Hwe Cousu langsung berubah. Dia tak mampu menimpali ucapan itu, hanya mengeluarkan suara dengusan saja. Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha!"
Dia pun menggapaikan tangannya ke arah Tam Goat Hua dan Lu Leng.
"Anak-anak, kalian sudah merasakan kehebatan Hwa San Pai! selanjutnya kalau berjumpa kaum rimba persilatan, harus di sebar luaskan! Kenapa kalian belum mau pergi?"
Lu Leng merasa suka kepada orang aneh berkedok itu, bahkan juga amat kagum akan kepandaiannya, Maka dia segera berkata.
"BetuI! perkataan Cianpwee tidak salah, kami pasti akan mengorbitkan nama Hwa San Pai!" -ooo0ooo- Bab 39 Setelah berkata begitu, Lu Leng menarik Tam Goat Hua untuk diajak keluar, Baru dua langkah mereka berjalan, terdengar Liat Hwe Cousu bertanya dengan suara dalam.
"Sobat, kau ingin membawa mereka berdua pergi?"
Orang aneh berkedok bertepuk tangan seraya menyahut "Dugaanmu tidak meleset, aku memang bermaksud demikian!"
Nadanya kedengaran bisa pergi semaunya di hadapan Liat Hwe Cousu, bahkan juga bisa membawa pergi Tam Goat Hua dan Lu Leng, Mendengar ucapan itu, Liat Hwe Cousu langsung tertawa gelak, Dia tetap duduk diam di kursi, namun jubah merah di badannya justru terus bergoyang, kelihatannya memang seperti api yang menyala-nyala.
Usai tertawa, dia pun berkata.
"Harap Anda tinggalkan nama, agar aku dapat bersahabat dengan Anda!"
"Oh?"
Orang aneh berkedok kelihatan seperti tertegun.
"Asal kau menyebut namaku, maka aku boleh membawa mereka pergi?"
Liat Hwe Cousu manggut-manggut.
"Tidak salah."
Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, karena dia sudah melihat orang aneh berkedok itu berkepandaian amat tinggi, tentunya bukan tokoh tak ternama dalam rimba persilatan Namun dia memakai kedok "Buddha Tertawa", sudah pasti punya suatu kesulitan Asal dia menyebut namanya, Liat Hwe Cousu pasti punya cara lain untuk menghadapinya.
Orang aneh berkedok tertawa.
"Baik, akan kuberitahukan! Margaku Siauw bernama Cien Sun."
Dari tadi Liat Hwe Cousu sudah pasang kuping mendengarkan Begitu mendengar dia bermarga Siauw, tertegunlah dalam hatinya, karena tiada seorang tokoh ternama bermarga Siauw, Siauw Cien Sun, gumam Liat Hwe Cousu dalam hati, Setelah bergumam berulang kali dalam hati, barulah dia tersadar bahwa orang aneh berkedok menggunakan nama palsu, Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Liat Hwe Cousu, Dia tertawa dingin lalu berkata.
"Anda harus meninggalkan kedua anak itu!"
Orang aneh berkedok tampak tercengang.
"Eh? Kau duduk di kursi yang begitu tinggi kelihatannya memang mirip manusia, tapi kenapa omonganmu seperti kentut? Setelah omong malah tidak dilaksanakan Liat Hwe Cousu menyahut "Aku menghendakimu meninggalkan nama!"
Orang aneh berkedok berkata dengan penuh rasa heran "Aneh! Apakah kau tuli? Aku sudah memberitahukan namaku Siauw Cien Sun, kau kok tidak dengar?"
Liat Hwe Cousu tertegun, sebab orang aneh berkedok tetap mengaku bernama itu, sedangkan dia sendiri tidak dapat membuktikannya bukan bernama Siauw Cien Sun, kecuali bisa menyebut nama aslinya, Liat Hwe Cousu merasa dirinya dipermainkan Dalam kurun waktu dua puluh tahun ini, sama sekali tidak pernah terjadi urusan tersebut.
otomatis membuat kegusarannya makin memuncak, Dia tertawa dingin seraya berkata.
"Aku tidak pernah menelan perkataan sendiri, namun terhadap orang yang tidak berani menyebut nama aslinya, aku pun terpaksa menelan perkataanku tadi."
Ketika orang aneh berkedok baru mau menyahut, justru Lu Leng telah mendahuluinya.
"Jangan tidak tahu malu, omongan sendiri bagaikan kentut! Mau bilang apa lagi? Orang sudah memberitahukan bernama Siauw Cien Sun, kok tidak percaya sih?"
Sepasang mata Liat Hwe Cousu menyorot tajam ke arah Lu Leng. Bahkan di wajahnya tersirat hawa membunuh. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Orang aneh berkedok tertawa.
"Bocah tidak boleh kurang ajar, Dia ketua suatu partai. Tadi dia berkata begitu karena saking gusarnya, maka harus dimaafkan!"
Mereka berdua saling bersahut-sahutan, itu sungguh membuat Liat Hwe Cousu tak dapat bersabar Iagi.
Tatapannya yang diarahkan ke tempat lain, kembali mengarah Lu Leng dengan tajam dan dingin, Tadi Lu Leng tidak begitu takut kepada Liat Hwe Cousut apalagi sekarang punya dekingan orang aneh berkedok itu.
Maka dia membatin.
Tadi kau pelototi aku tentunya aku pun boleh memelototimu juga! Oleh karena itu, Lu Leng langsung bertolak pinggang, kemudian memandang ke arah Liat Hwe Cousu.
Ketika beradu pandang, Lu Leng menjadi tertegun, karena seketika dia merasa kepalanya pusing sekali, pengalaman Lu Leng dalam rimba persilatan masih dangkal, tidak tahu bahwa Hwa San Pai memiliki semacam ilmu yang amat lihay, yaitu ilmu Hian Sin Hoat yang dapat mengendalikan orang lain dengan tatapan mata.
Lu Leng sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi atas dirinya, hanya merasa pusing kepala saja.
Tam Goat Hua menoleh untuk memandangnya, Dilihatnya wajah Lu Leng memerah, keringatnya pun terus mengucur dari keningnya, Betapa terkejutnya gadis itu, maka dia langsung berseru.
"Cianpwee, lihatlah!". Orang aneh berkedok menyahut.
"ltu permainan anak kecil, tak pantas diperlihatkan di sini!"
Usai menyahut, dia menjulurkan tangannya untuk mengipas muka Lu Leng dengan kipasnya, Lu Leng merasa gelap di depan matanya.
Maka hatinya terasa tersentak itu membuatnya menarik nafas dalam-dalam, Rasa pusing dan merasa dirinya jatuh ke dalam jurang, hilang lenyap seketika.
Begitu melihat wajah Lu Leng mulai normal kembali, Tam Goat Hua segera menariknya dan berkata.
"Adik Leng, tua bangka itu memiliki Lweekang yang amat tinggi, kau tidak boleh beradu pandang dengannya!"
Usai berkata, wajah Tam Goat Hua pun berubah kemerahmerahan, karerm tadi tanpa sengaja memanggil "Adik Leng"
Pada Lu Leng, itu merupakan panggilan yang cukup mesra. Lu Leng tidak menyadari hal itu, dan langsung menyahut "Aku tahu, Kakak Goat!"
Kini Lu Leng pun memanggil "Kakak Goat"
Pada Tam Goat Hua, otomatis membuat hati gadis itu berbunga-bunga. sedangkan orang aneh berkedok tertawa gelak dan menatap Liat Hwe Cousu seraya berkata.
"Kau tidak perlu banyak omong kosong lagi! Kita berdua pun harus bertanding ! Liat Hwe Cousu manggut-manggut.
"Tidak salah! Bagaimana menurutmu cara kita bertanding?"
Orang aneh berkedok segera menyahut "Kedudukanmu sebagai ketua, tapi aku pun tidak mau memandang rendah diriku sendiri! Kita berdua, tentunya tidak akan bertanding secara tidak karuan. Ya, kan?"
Liat Hwe Cousu mengangguk "Bagaimana menurutmu?"
Orang aneh berkedok memberitahukan.
"Kita bertanding tiga ronde Siapa yang dapat memenangkan dua ronde, dialah pemenang."
Liat Hwe Cousu bertanya dengan dingin.
"Kalau menang, lantas bagaimana ?"
Orang aneh berkedok menyahut "Sebetulnya urusan amat gampang dibereskan hanya saja kau suka menelan omongan sendiri, maka jadi repot"
Liat Hwe Cousu tertawa aneh.
"Hanya mengadu mulut untuk memenangkan suatu pertandingan ?"
Orang aneh berkedok menatapnya seraya berkata .
"Asal kau setuju, pasti tidak akan menyesal ?"
Liat Hwe Cousu mengangguk.
"Tentu."
Orang aneh berkedok manggut-manggut.
"Bagus! Kalau aku menang, pasti akan membawa pergi kedua anak itu. sebaliknya apabila kau menang, tidak hanya kedua anak itu harus dicambuk tiga puluh kali, bahkan aku pun bersedia dicambuk seratus kali."
Ketika Liat Hwe Cousu baru mau menyahut, Lu Leng justru mendahuluinya.
"Cianpwee, kalau begitu Cianpwee pasti rugi, Sebab cambuk ekor macan itu amat hebat"
Orang aneh berkedok menoleh memandangnya.
"Kalau kalah, tentunya harus pasrah dengan hukuman."
Sementara Liat Hwe Cousu terus berpikir Berdasarkan Lweekangnya yang sudah dilatih puluhan tahun, sudah pasti tidak akan kalah, Asal dapat memenangkan dua ronde, dia pasti akan mencambuk orang aneh berkedok itu seratus kali, Kalau pun orang aneh berkedok itu tidak mati, dia telah melampiaskan kegusarannya.
Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu manggut-manggut "Baik, cara bagaimana kita bertanding?"
Orang aneh berkedok menjawab.
"Tentunya secara adil."
Kita bertanding tiga ronde. Ronde pertama kau boleh menentu kannya, ronde kedua aku, ronde ketiga harus disetujui kedua belah pihak."
Liat Hwe Cousu berpikir sejenak, cara demikian memang adil, sama sekali tiada kecurangan, Kemudian dia manggut-manggut "Baik, ronde pertama aku yang menentukannya?"
Orang aneh berkedok tertawa.
"Tidak salah."
Liat Hwe Cousu tertawa, kemudian berseru.
"Bawa dua buah batu hijau ke mari!"
Tampak empat orang mengiyakan, lalu masuk ke dalam, Tak seberapa lama, mereka berempat mengangkat dua buah batu hijau, ke ruang besar itu, Kedua buah batu itu berbentuk segi empat, tebal tujuh centi meter, panjang dan lebar tiga meter.
Setelah menaruh batu itu ke bawah, keempat orang itu kembali ke tempat masing-masing., Liat Hwe Cousu1 bangkit perlahan-lahan, Setelah turun dari panggung tinggi itu, dia langsung mendekati batu hijau tersebut Saat ini hati Lu Leng mulai tegang, maka dia segera bertanya.
"Kakak Goat, mau apa Liat Hwe Cousu?"
Tam Goat Hua menggelengkan kepala.
"Entahlah, aku juga tidak tahu."
Lu Leng bertanya lagi dengan suara rendah.
"Kakak Goat, bagaimana menurutmu, apakah Cianpwee aneh itu akan menang?"
Tam Goat Hua tertawa.
"Aku tidak tahu dan tidak berani memastikannya."
Di saat mereka berdua bercakap-cakap, Liat Hwe Cousu sudah berada di hadapan batu hijau, Dia menjulurkan sebelah kakinya untuk menggaet salah sebuah batu hijau hingga berdiri, kemudian menyingkap lengan jubahnya sehingga tampak tangannya yang kurus kering, Perlahan-Iahan telapak tangannya mengarah batu hijau itu, lamban dan kelihatan amat hati hati sekali.
Tak seberapa lama, barulah telapak tangannya, menyentuh bagian tengah batu hijau, Ketika telapak tangannya menyentuh baju hijau, ubun-ubunnya mengepulkan uap putih.
Kelihatannya dia sedang mengerahkan tenaga sakti, Tam Goat Hua dan Lu Leng memang amat membenci Liat Hwe Cousu, namun ketika menyaksikannya mengerahkan Lweekang, mereka berdua amat kagum dalam hati, 866 Berselang beberapa saat ketnudian, Liat Hwe Cousu menarik kembali telapak tangannya, Dia tertawa gelak sambil mengibaskan lengan jubahnya perlahan-lahan ke arah batu hijau, Hingga di saat Liat Hwe Cousu tertawa gelak dan mengibaskan lengan jubahnya, Tam Goat Hua dan Lu Leng masih tidak tahu apa yang dilakukan ketua Hwa San Pai itu, Akan tetapi, setelah Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan jubahnya, semula semua orang yang berada di ruang besar itu umpak tertegun, termasuk Tam Goat Hua dan Lu Leng, kemudian mereka semua berseru kagum.
Ternyata setelah Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan jubahnya, tampak semacam tepung kehijau-hijauan berterbangan lalu muncul sebuah lobang di tengah-tengah batu hijau itu, itu merupakan Lweekang yang amat tinggi, maka tidak mengherankan kalau semua orang berseru kagum.
Terdengar orang aneh berkata.
"Bagus! sungguh luar biasa! Liat Hwe Cousu memang tidak bernama kosong! Kalian bocah berdua, harus tahu betapa tingginya Lweekang yang dimiliki Liat Hwe Cousu! Sebab batu hijau yang berdiri itu gampang roboh maka kalau sekali pukul menjadi hancur, itu tidak mengherankan! Namun dengan telapak tangan menyentuh batu hijau itu, lalu mengerahkan Lweekang dan batu hijau itu tetap tidak roboh, akhirnya berlobang di tengah-tengah, itu merupakan Lweekang tingkat tinggi Iho!"
Mendengar itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng tahu, bahwa orang aneh berkedok memanfaatkan kesempatan itu untuk menjelaskan tentang Lweekang tingkat tinggi kepada mereka. Mereka berdua segera memberi hormat seraya berkata.
"Terimakasih atas penjelasan Cianpwee!"
Orang aneh berkedok tertawa.
"Ha ha ha! Liat Hwe Cousu telah memperlihatkan tenaga saktinya, maka aku pun terpaksa harus memperlihatkan kejelekanku!"
Liat Hwe Cousu menyahut dengan dingin.
"Ronde pertama ini membuat sebuah lobang di batu hijau, itu hanya terhitung setengah ronde Sebab masih ada setengah ronde yang belum diperlihatkan!"
Orang aneh berkedok sudah tahu dari tadi, bahwa orang yang berkepandaian seperti itu dalam rimba persilatan dapat dihitung dengan jari, Tapi Liat Hwe Cousu pun tahu, itu tidak akan menyulitkan orang aneh berkedok.
Oleh karena itu, dia harus berusaha meraih kemenangan di ronde pertama, Orang aneh berkedok tertawa seraya bertanya.
"Apa yang setengah ronde lagi? Bolehkah diperlihatkan sekarang? Kalau aku tidak dapat melakukannya, lebih baik mundur dari pada harus mempermalukan diri sendiri!"
Liat Hwe Cousu tertawa.
"Lebih baik Anda lobangi dulu batu hijau itu!"
Orang aneh berkedok tahu bahwa Liat Hwe Cousu agak letih setelah mengerahkan Lweekang, maka tidak mau 868 memberitahukan tentang yang setengah ronde, sebetulnya orang aneh berkedok akan mengaku kalah di ronde pertama, itu demi menjaga hawa murninya agar dapat meraih kemenangan di ronde kedua dan di ronde ketiga, Akan tetapi, dia justru tidak mau bertindak lemah di hadapan semua orang, terutama di hadapan Lu Leng, sebab akan membuatnya kecewa dan selanjutnya bagaimana bisa mengangkatnya sebagai murid? Karena itu, dia langsung tertawa panjang.
"Baik!"
Dia membungkukkan badannya sedikit, kemudian menjulurkan tangannya dan telapak tangannya ditempelkan di batu hijau, Tadi Liat Hwe Cousu melakukan itu dengan hati-hati sekali, sedangkan orang aneh berkedok malah kelihatan asal saja, Batu hijau itu bergoyang sedikit ketika telapak tangan orang aneh berkedok ditempelkan, berselang sesaat, ubun-ubun orang aneh berkedok mulai mengepulkan uap putih, Setelah itu, barulah dia melepaskan tangannya, lalu mundur selangkah sekaligus membuka mulut meniup batu hijau itu, Tampak tepung kehijau-hijauan berterbangan dan batu hijau itu pun sudah berlubang.
seketika terdengar tepuk sorak yang riuh gemuruh, Orang aneh berkedok manggut-manggut kepada semua orang sambil tersenyum-senyum.
Wajah Liat Hwe Cousu tampak berubah dingin, 869
"Lweekang Anda sungguh tinggi, membuatku merasa kagum sekali!"
Orang aneh berkedok menyahut "Sama-sama!"
Liat Hwe Cousu terus tertawa dingin, Orang aneh berkedok justru bertanya.
"Liat Hwe Cousu, bagaimana yang setengah ronde?"
Wajah Liat Hwe Cousu menyiratkan rasa bangga, kemudian menyahut.
"Sisa yang setengah ronde itu, asal kau dapat meniru nya berarti kau menang!"
Orang aneh berkedok tertegun. Liat Hwe Cousu berani omong besar, tentunya sisa setengah ronde itu pasti mengejutkan pikirnya.
"Silakan!"
Ucapnya.
Liat Hwe Cousu mendekati batu hijau itu, Setelah berjarak kira-kira beberapa depa, mendadak dia membungkukkan badannya lalu sebelah tangannya menekan lantai Semua orang tidak tahu apa yang akan dilakukannya, Tiba-tiba badan Liat Hwe Cousu meluncur bagaikan panah yang terlepas dari busur, mengarah ke batu hijau, 870 Semua orang tercengang, Di saat kepalanya hampir menabrak batu hijau itu, mendadak tampak bayangannya menerobos keluar dari lobang batu hijau tersebut, yang besarnya hanya hampir setengah meter bulatan, setelah menerobos keluar dari lobang itu, Liat Hwe Cousu pun menggunakan gerakan Nai Yan Tou Lim (Anak Walet Terbang Keatas), dia sudah berdiri di atas batu hijau itu, bergoyang-goyang sedikit lalu diam, Kali ini Tam Goat Hua.
Lu Leng dan lainnya nyaris tidak percaya akan apa yang mereka saksikan, Sebab lobang itu hanya bisa dilewati kepala, tidak mungkin bisa dilewati bahu, Akan tetapi, jelas tadi Liat Hwe Cousu menerobos keluar dari lobang itu, Lagipula apabila bahu menyentuh pinggiran lobang itu, batu hijau tersebut pasti roboh.
Tapi tadi cuma bergoyang sedikit, itu sungguh menakjubkan! Liat Hwe Cousu menatapnya dingin seraya berkata.
"Kini giliran Anda!"
Orang aneh berkedok berjalan mondar-mandir beberapa langkah, lalu menyahut "Sok Kut Sin Kang (llmu Menyusut Tulang) Hwa San Pai memang tiada duanya dalam rimba persilatan, maka ronde pertama ini aku mengaku kalah."
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah orang aneh berkedok mengatakan itu, barulah Tam Goat Hua dan Lu Leng tahu, bahwa tadi Liat Hwe Cousu menggunakan ilmu Sok Kut Sin Kang.
Sesudah tahu itu, hati mereka pun menjadi cemas karena orang aneh berkedok telah kalah satu ronde.
Kalau ronde berikutnya dia kalah lagi, Tam Goat Hua dan Lu Leng pasti akan dicambuk tiga puluh kali, bahkan dirinya akan dicambuk seratus kali.
Liat Hwe Cousu berkata dengan sikap angkuh.
"Ronde pertama sudah tahu siapa yang menang, Kemudian bagaimana cara pertandingan ronde kedua, harap dijelaskan!"
Orang aneh berkedok tertawa.
"Bolehkah aku minta sedikit barang?"
Liat Hwe Cousu mengangguk "Katakan saja!"
Orang aneh berkedok menengok ke sana ke mari, lalu berkata.
"Rumah ini banyak penghuninya, dapurnya pasti tidak kecil!"
Semua orang yang berada di ruang besar itu, termasuk Liat Hwe Cousu tampak tercengang.
Mereka mengira, setelah kalah di ronde pertama, orang aneh berkedok itu saking tegangnya menjadi bertanya tentang dapur Maka semua orang memandangnya, Liat Hwe Cousu mengeluarkan suara dengusan.
"Hm! Apa maksud ucapan Anda?"
Orang aneh berkedok juga ikut mengeluarkan suara dengusan.
"Hm! Aku cuma sekedar bertanya, padahal aku ingin bertanya apakah di dapur terdapat telor ayam? "Kalau ada, tolong ambilkan dua puluh butir, aku pasti tidak akan mengecewakan kalian semua."
Semua orang saling memandang, Mereka sama sekali tidak mengerti untuk apa dia minta telor ayam dua puluh butir Apakah untuk dimakan mentah agar badannya bertambah sehat? Liat Hwe Cousu segera memerintah dua orang ke dapur mengambil telor ayam, Kedua orang itu langsung berlari ke dalam dan tak lama sudah kembali dengan membawa sebuah keranjang kecil berisi dua tiga puluh butir telor ayam, Orang aneh berkedok menghitung telor itu kemudian berkata.
"Lebih dari dua puluh bulir, tapi cukup pakai dua puluh butir saja, Liat Hwe Cousu, kita masing-masing pakai sepuluh butir!"
Kata orang aneh berkedok berkata begitu, seketika juga Lu Leng tertawa geli dan bertanya.
"Cianpwee, apakah Cianpwee akan berlomba cepat menelan telor ayam dengan dia?"
Orang aneh berkedok tertawa seraya menyahut "Tentu tidak."
Mendadak dia menjulurkan tangannya ke dalam keranjang, untuk mengambil telor ayam, Setelah kedua tangannya masing-masing menggenggam dua butir, dia lalu membalikkan badannya sekaligus menyambit kan keempat butir telur ayam itu.
Luncuran keempat butir telor itu tidak begitu cepat.
Kelihatannya seperti berayun-ayun di udara, mengarah ke sebuah pilar yang terdapat bekas cambuk ekor macan.
Keempat butir telor ayam itu terus meluncur, seakan menabrak pilar itu.
Setiap orang yang ada di ruang besar itu yakin bahwa keempat butir telor ayam itu pasti akan pecah menabrak pilar tersebut Akan tetapi, meskipun terdengar suara benturan, keempat butir telor ayam itu tidak pecah, sebaliknya malah masuk ke dalam pilar Saking kagum dan takjub, semua orang menjadi melongo sehingga lupa bertepuk sorak, Orang aneh berkedok tertawa, Kedua tangannya dimasukkan ke dalam keranjang itu, lalu diambilnya empat butir telor lagi dan disambitkan ke arah pilar tadi.
Plak! Plak! Plak! Plak! Keempat butir telor ayam masuk ke dalam pilar dalam posisi berderet lurus.
Orang aneh berkedok tidak berhenti sampai di silu, Dia tertawa panjang sambil menjulurkan sebelah tangannya ke dalam keranjang, Tampak sebutir telor ayam yang kesembilan meluncur ke atas, dan mendadak sebutir telor ayam yang kesepuluh meluncur ke arah telor ayam itu, sekaligus membentumya, lalu kedua-duanya meluncur ke arah pilar.
Plak! Telor ayam yang meluncur duluan masuk ke dalam pilar, disusul oleh telor ayam berikutnya, masuk ke dalam pilar di bawah telor yang kesembilan itu, Seketika terdengar tepuk sorak yang gemuruh, namun di antara mereka, Tam Goat Hua dan Lu Lenglah yang paling gembira.
Orang aneh berkedok manggut-manggut, kemudian berkata perlahan.
"Kalian semua tidak perlu memujiku, itu hanya kebetulan saja, Kemungkinan besar dapat dilakukan Liat Hwe Cousu jauh lebih baik dariku."
Ketika menyaksikan orang aneh berkedok memperlihatkan kepandaian itu, diam-diam Liat Hwe Cousu terkejut dalam hati, Dia berpikir, Lweekangnya memang sudah mencapai ke tingkat yang amat tinggi, namun ilmu Lweekang Hwa San Pai sudah tidak begitu murni, maka sulit melakukan seperti apa yang dilakukan orang aneh berkedok itu.
Berdasarkan kemurnian Lweekang orang aneh berkedok itu, tentunya bukan berasal dari golongan sesat.
Setelah berpikir demi kian, mendadak dia teringat seseorang, dan seketika juga menjadi tertegun, Orang aneh berkedok memandangnya.
"Eh? Kenapa kau? Apakah mau mengaku kalah?"
Ucapan itu membuat Liat Hwe Cousu tertawa dingin seraya menyahut "Aku akan berusaha sekuat tenaga, apakah dapat melakukan seperti itu."
Nada bicaranya kedengaran yakin sekali dapat melakukan seperti itu, Dia mendekati keranjang yang berisi telor ayam, sekaligus menjulurkan kedua tangannya ke dalam keranjang itu untuk mengambil empat butir telor ayam, lalu disambitkannya ke arah pilar tersebut Plak! Plak! Plak! Plak! Keempat telor ayam itu masuk ke dalam pilar, dan seketika dua belas Hwa San Tongcu bertepuk sorak.
Begitu mendengar tepuk sorak itu, Lu Leng langsung melotot "Jangan bergembira dulu, masih ada enam butir telor!"
Di saat Lu Leng berkata begitu, terdengar lagi suara "Plak"
Empat kali, ternyata Liat Hwe Cousu sudah menyambitkan lagi 876 empat butir telor ayam dan keempat-empatnya masuk ke dalam pilar dalam posisi berderet lurus dengan telor-telor yang disambitkan pertama kali, Tam Goat Hua dan Lu Leng menyaksikan itu.
Hati mereka mulai tegang sehingga tanpa sadar mereka saling menggenggam tangan erat-erat dan di telapak tangan mereka telah merembes keluar keringat dingin, sedangkan suasana di ruang besar itu berubah menjadi hening sekali.
Liat Hwe Cousu mengambil dua butir telor, Ditimang-timangnya sejenak telor-telor itu lalu dilemparnya sebutir ke atas, itu adalah telor ayam kesembilan, Mendadak terdengar suara "Plak", telor kesepuluh sudah membentur telor itu, lalu kedua-duanya meluncur ke arah pilar, Plak! Plak! Kedua telor ayam itu tidak masuk ke dalam pilar, tapi pecah dan tampak kuningnya meleleh keluar Tam Goat Hua dan Lu Leng menarik nafas lega, kemudian Lu Leng langsung tertawa seraya berseru.
"Kakak Goat, dia pasti sudah lapar, ingin makan kuning telor!"
Tam Goat Hua tertawa geli. Dia memandang Lu Leng dan berkata.
"Adik Leng, jangan omong sembarangan! Liat Hwe Cousu bisa melakukan itu, pertanda Lweekangnya sudah amat tinggi sekali!"
Mereka berdua berkata dan menyahut, tentunya Liat Hwe Cousu mendengarnya. Namun walau amat gusar dalam hati, dia memang kalah, maka dia menekan hawa kegusarannya, lalu berkata dengan suara dalam.
"Bagaimana dengan ronde ketiga?"
Orang aneh berkedok menyahut.
"Cara pertandingan ronde ketiga, harus disetujui kedua belah pihak. Bagaimana menurutmu?"
Liat Hwe Cousu manggut-manggut sambil berpikir memang masih ada beberapa macam ilmu andalan Hwa San Pai, namun kalau dia mengajukannya, belum tentu orang aneh berkedok akan menyetujuinya, Oleh karena itu, dia diam saja, Orang aneh berkedok berjalan mondar-mandir sejenak, setelah itu barulah berkata.
"Aku akan mengajukan sebuah teka-teki, kau pun mengajukan sebuah teka-teki pula bagaimana?"
Padahal saat ini suasana di ruang besar itu amat tegang, sebab semua orang ingin menyaksikan pertandingan ronde ketiga, yang pasti jauh lebih seru, Akan tetapi, orang aneh berkedok mendadak mengusulkan begitu, maka suasana yang tegang itu pun sirna seketika, sebaliknya malah terdengar suara tawa geli.
Wajah Liat Hwe Cousu tetap dingin, kemudian dia menghardik "Omong kosong! Tentunya kita akan mengadu kepandaian !"
Orang aneh berkedok menyahut "Kalau begitu, apa saranmu?"
Liat Hwe Cousu berpikir asal-usul orang aneh berkedok itu telah dapat diduganya sedikit Kalau mengadu Lweekang, sudah jelas akan kalah.
Hanya ada satu jalan, yaitu bergebrak dengannya.
Mengenai pertandingan ronde ketiga ini, memang merupakan persoalan yang amat sulit Men-dadak Liat Hwe Cousu teringat akan usulan orang aneh berkedok yang kedengarannya seperti bergurau, namun justru suatu jalan, Perlu diketahui, Liat Hwe Cousu pernah belajar ilmu surat dan ilmu sastra, maka dia yakin tidak akan kalah dalam hal itu, seandainya kalah mengadu teka-teki, tersiar keluar pun tidak akan mempermalukan diri sendiri, paling kaum rimba persilatan cuma tertawa geli, Setelah berpikir sampai di situ, barulah Liat Hwe Cousu berkata.
"Aku memang tidak terpikirkan cara terbaik untuk mengadu ilmu silat, sebaiknya aku terima usulmu tadi."
Orang aneh tertawa gelak.
"Ha ha ha! Baiklah! Tapi ilmu sastra ku amat dangkal, jangan mengajukan teka-teki yang sulit lho!"
Liat Hwe Cousu menyahut dingin.
"Kau yang ajukan duluan atau aku?"
Orang aneh berkedok manggut-manggut.
"Kau sebagai tuan rumah, maka kau duluan saja!"
Tadi semua orang merasa tegang, tapi kini justru merasa tertarik karena mereka berdua akan mengadu teka-teki yang berarti mengasah otak, Liat Hwe Cousu diam sejenak, setelah itu baru berkata.
"Yu Cien Cin Chieh (Menyembah Ke depan Memperoleh Kemenangan), dari kitab Sie Su (Kitab Nabi Khong Hu Cu), harap disambung kalimat berikutnya!"
Orang aneh berkedok berseru kaget, bahkan juga tampak kebingungan "Sie Su? itu betul-betul celaka! Sebab aku jarang menghapal ujar-ujaran Nabi Khong Hu Cu!"
Liat Hwe Cousu tertawa, Dia mengeluarkan dua batang hio, lalu menyalakan sebatang dan ditancap-kan di atas meja.
"Kau tidak bisa menjawab hingga hio ini terbakar habis, berarti kalah!"
Tam Goat Hua dan Lu Leng juga ikut berpikir. Berselang sesaat mendadak - Tam Goat Hua berseru.
"Adik Leng, aku sudah tahu!"
Tam Goat Hua memandang ke arah hio itu, ternyata sudah terbakar separuh, sedangkan orang aneh berkedok masih terus berpikir Lu Leng segera berkata.
"Kakak Goat, cepat beritahukan kepadaku ! Orang aneh berkedok langsung berteriak.
"Tidak boleh, nanti orang akan mengatai kita sekongkol!"
Betapa gugupnya Tam Goat Hua, sebab hio itu semakin pendek. Kalau orang aneh berkedok tak dapat menjawab, itu sungguh sial! Berselang sesaat, orang aneh berkedok memandang Tam Goat Hua seraya tertawa.
"Gadis kecil, kau sungguh cerdik! Namun aku pun sudah menemukan jawabannya. Liat Hwe Cousu, sambungan kalimat itu adalah Khek Kou Ih Kun (Dengan Tegas Memperingati Anda)! Ya, kan?"
Usai orang aneh berkedok berkata, hio itu pun terbakar habis, Tam Goat Hua menarik nafas lega, sedangkan wajah Liat Hwe Cousu tampak muram, sebab jawaban orang aneh berkedok itu benar "Bagaimana teka-tekimu?"
Orang aneh berkedok tertawa, Teka-tekiku agak semrawut, maka kau harus dengar baik-baik lho!"
Liat Hwe Cousu mengempos semangat "Katakanlah!"
Orang aneh berkedok berkata.
"Dilihat dari jauh sebutir tetor yang telah dikupas kulitnya, dilihat dari dekat juga 881 sebutir tetor yang telah dikupas kulitnya, Terus dilihat tetap sebutir telor yang telah dikupas kulitnya, tapi tidak bisa di makan."
Usai mengajukan teka-teki itu dia menyalakan hio, lalu ditancapkannya di atas meja, Ketika mendengar teka-teki itu, kening Liat Hwe Cousu tampak herkerut-kerut, karena dia tidak menyangka orang aneh berkedok akan mengajukan teka-teki anak-anak.
Itu membuat tertegun, kemudian bertanya.
"Harus menerka apa?"
Orang aneh berkedok segera menyahut.
"Menerka suatu benda."
Liat Hwe Cousu menundukkan kepala sambil berpikir Begitu pula Tam Goat Hua dan Lu Leng, mereka berdua pun ikut berpikir Berselang beberapa saat, Tam Goat Hua tertawa gembira seraya berkata.
"Aku sudah dapat menerka."
Liat Hwe Cousu langsung melototinya, lalu memandang hio yang tertancap di atas meja, Dia gugup sekali karena hio itu hampir terbakar habis, Begitu dia gugup, pikirannya pun ikut kacau, Tak lama hio itu pun terbakar habis, Liat Hwe Cousu mendongakkan kepala seraya bertanya.
"Apa itu?"
Orang aneh berkedok mendekati Tam Goat Hua dan Lu Leng, lalu menjulurkan kedua tangannya untuk memegang mereka berdua.
"Gadis kecil, beritahukan kepadanya!"
Tam Goat Hua tertawa.
"Tetap sebutir telor yang telah dikupas ku!itnya!"
Liat Hwe Cousu tertegun, setelah itu menghardik "Kalau begitu, kenapa tidak bisa di makan ?"
Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak.
"Telor yang telah dikupas kulitnya dipungut dari tai, apakah bisa dimakan?"
Liat Hwe Cousu tertegun sebab apa yang dikatakan orang aneh berkedok itu masuk akal, Telor matang yang telah dikupas kulitnya, dipungut dari tai apakah bisa dimakan? Tentu tidak.
-ooo0ooo- Bab 40 Di saat Liat Hwe Cousu tertegun, orang aneh berkedok tertawa panjang seraya berkata.
"Liat Hwe Cousu, sampai jumpa lagi di lain kesempatan!"
Usai berkata, orang aneh berkedok itu bergerak sambil menarik Tam Goat Hua dan Lu Leng untuk diajak melesat pergi melalui lobang di atap rumah itu.
Di saat bersamaan barulah Liat Hwe Cousu tersadar, bahwa dirinya telah dipermainkan Betapa gusarnya Liat Hwe Cousu.
Dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke atas dan pukulan itu menimbulkan suara menderu-deru.
Akan tetapi, mereka bertiga sudah tidak kelihatan Liat Hwe Cousu langsung melesat keluar melalui pintu, tapi orang aneh berkedok, Tam Goat Hua dan Lu Leng sudah jauh di depan Liat Hwe Cousu tahu, tidak mungkin bisa menyusul mereka.
Lagipula kepandaian orang aneh berkedok tidak di bawah kepandaiannya Kalau pun berhasil mengejar mereka, juga tiada gunanya.
Akhirnya Liat Hwe Cousu menggeram, kemudian mendadak menghempaskan kakinya, sehingga tanah yang dipijaknya langsung ber!obang.
Sementara itu, orang aneh berkedok, Tam Goat Hua dan Lu Leng masih terus melesat pergi, Beberapa mil kemudian barulah mereka berhenti Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak kemudian berkata.
"Liat Hwe Cousu amat angkuh. Kali ini dia pasti sesak nafas saking jengkel dan gu&ar!"
Lu Leng tertawa gembira sambil bertepuk-tepuk tangan.
"Bagus! Tua bangka itu memang harus menerima ganjaran!"
Tam Goat Hua juga merasa gembira sekali, karena tadi orang aneh berkedok lelah mempermainkan Liat Hwe Cousu.
Akan tetapi, dia tetap tidak tahu asal-usul orang aneh berkedok itu, Dia hanya ingat akan pesan ayahnya, apabila berjumpa dengan orang aneh berkedok, dia harus cepat-cepat menghindarinya Ketika melihat Lu Leng begitu kagum kepada-nya, hati gadis itu menjadi cemas sekali.
Maka biar bagaimana pun dia harus mencari akal agar bisa membawa Lu Leng pergi, Oleh karena itu dia berkata.
"Cianpwee, apa yang Cianpwee perintahkan telah kulaksanakan dengan baik, Entah apa sebabnya malam itu Cianpwee menghendaki aku ke istana Setan menolong Lu Leng? Bolehkah Cianpwee men-jelaskannya?"
Orang aneh berkedok menggoyang-goyangkan kipas rombengnya, kemudian menghela nafas panjang "Kini sudah terlambat "
Lu Leng memang tidak tahu apa-apa, maka dia tampak tercengang, sedangkan Tam Goat Hua kelihatan terkejut, namun hatinya tergerak.
"Apa yang terlambat?"
Orang aneh berkedok menatap Lu Leng dengan sorot mata tajam, lama sekali barulah menyahut "Sesungguhnya aku pikir menolongnya, itu agar dirinya tidak menjadi sasaran semua orang untuk menekan Lu Sin Kong, tapi kini.."
Tam Goat Hua merasakan adanya sesuatu yang tak beres, maka segera bertanya.
"Kini kenapa?"
Orang aneh berkedok tidak menyahut, melainkan memandang Lu Leng dengan serius sekali.
"Lu Leng, dirimu memikul dendam besar Bersediakah kau mengangkatku sebagai gurumu?"
Ketika Lu Leng mendengar dirinya memikul dendam besar, dia mengira yang dimaksudkan adalah kematian ibunya, tidak memikirkan yang lain, Maka begitu mendengar orang aneh berkedok mau menerimanya menjadi murid, dia girang bukan kepalang, Tapi...
harus ada persetujuan dari ayahku, barulah aku mengangkat Cianpwee menjadi guruku!"
Orang aneh berkedok tertawa gelak.
"Tidak perlu ada persetujuan dari ayahmu, sebab ayahmu telah meninggal di Bu Yi San."
Sesungguhnya dari tadi Tam Goat Hua sudah curiga, kemungkinan besar telah terjadi sesuatu atas diri Lu Sin Kong.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka ketika orang aneh berkedok mengatakan hal itu, dia tidak begitu terkejut lagi, Lain halnya dengan Lu Leng.
Begitu mendengar berita itu, dia tampak melongo dengan mulut terganga lebar Perlahan-lahan wajahnya berubah pucat pias, dan sepasang matanya mendelik memandang ke depan.
Menyaksikan keadaan Lu Leng, Tam Goat Hua terkejut bukan main, dan langsung memanggi!nya.
"Adik Leng! Adik Leng! jangan berduka! Adik Leng!"
Namun Lu Leng kelihatan tidak mendengarnya, Dia tetap berdiri mematung di tempat dan wajahnya mulai berubah menjadi ungu, kemudian tampak kebiru-biruan Tam Goat Hua gugup dan panik, Matanya sudah basah.
Dia langsung menubruknya, Di saat bersamaan terdengar orang aneh berkedok membentak "Jangan kau sentuh dia!"
Tam Goat Hua segera mencelat mundur, dan bertanya dengan air mata bercucuran "Cianpwee, kenapa dia?"
Orang aneh berkedok malah tertawa.
"Ha ha! Gara-gara aku menyuruhmu ke istana Setan, justru akan meninggalkan sebuah cerita romantis dalam rimba persilatan!"
Saat ini Tam Goat Hua sedang mencemaskan keadaan Lu Leng, maka dia tidak merasa jengah ketika orang aneh berkedok mengatakan begitu, Gadis itu maju dua langkah lalu berkata.
"Cianpwee, cepat tolonglah dia!"
Orang aneh berkedok menyahut "Dia mendengar ayahnya telah meninggal dalam hati amat berduka sehingga membuat darahnya bergolak. Kalau kau menyentuhnya, sudah pasti dia akan mati!"
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Kalau begitu harus bagaimana?"
Orang aneh berkedok menghela nafas panjang.
"Kini dia akan hidup atau mati, itu tergantung pada dirinya sendiri. Kalau pikirannya bisa terbuka, walau ayahnya sudah meninggal, namun dirinya masih memikul dendam yang harus di balas, dia pasti dapat tenang kembali. Apabila pikirannya tidak bisa terbuka, aku pun tidak bisa berbuat apa-apa."
Tam Goat Hua memandang Lu Leng dengan air mata berlinang-linang. Berselang sesaat, wajah Lu Leng mulai berubah merah.
"Uaaakh!"
Mulutnya menyemburkan darah segar Kebetulan Tam Goat Hua berdiri di hadapannya, maka semburan darah segar itu tepat mengenai mukanya.
Namun gadis itu sama sekali tidak menghiraukan mukanya, Ketika melihat wajah Lu Leng berubah merah, dia tahu keadaan Lu Leng sudah tidak bahaya lagi, Maka dia langsung mengangkat sebelah tangannya untuk menyeka mulut Lu Leng dengan ujung lengan bajunya.
"Adik Leng, jangan begitu lagi! Aku... aku cemas sekali!"
Air mata Lu Leng meleleh, wajah kembali pucat pias dan bibir bergerak gerak.
"Kakak Goat, kau sungguh baik sekali terhadapku!"
Kemudian mereka berdua berpeluk-pelukan, Maka orang aneh berkedok, berjalan pergi sambil menghela nafas panjang, Ternyata sepasang remaja itu, telah membuatnya teringat kembali akan beberapa kejadian....
Tak seberapa lama kemudian, Tam Goat Hua dan Lu Leng melepaskan pelukan masing-masing.
Dengan langkah sempoyongan Lu Leng mendekati orang aneh berkedok itu, lalu berlutut di hadapannya.
"Guru, siapa yang membunuh ayahku, harap Guru beritahukan, murid akan pergi membalas dendam!"
Orang aneh berkedok membangunkannya, lalu menyahut "Anak Leng, ayahmu terbunuh oleh pedang Ang Eng Leng Long."
Apa yang dikatakan orang aneh berkedok, membuat Tam Goat Hua dan Lu Leng tertegun.
Sebab mereka tahu bahwa Ang Eng Leng Long adalah ketua Go Bi Pai, sedangkan Lu Sin Kong adik seperguruannya.
Saudara seperguruan saling membunuh, itu sungguh tidak dapat dipercaya, Namun yang memberitahukan adalah orang aneh berkedok, yang tentunya tidak akan berdusta, Di saat Tam Goat Hua dan Lu Leng tertegun, orang aneh berkedok melanjutkan lagi.
"Gadis kecil, setelah kau meninggalkan puncak Sian Jin Hong, terjadi suatu perubahan yang amat mengejutkan 889 padahal pertarungan antara sesama kaum rimba persilatan, itu tidak mengherankan"
Berkata sampai di situ, orang aneh berkedok pun menghela nafas panjang.
"Tapi justru tak terpikirkan, perkembangan urusan di sana begitu mengejutkan. Sungguh tak sampai hati aku menyaksikannya!"
Bagian 18 Tam Goat Hua segera bertanya.
"Sebetulnya apa yang terjadi di sana?"
Orang aneh berkedok menggeleng-gelengkan kepala, Dia tidak menyahut melainkan berkata.
"Sebentar akan kujelaskan Sebelum kau meninggalkan puncak Sian Jin Hong, aku memberimu sebuah kotak kecil, masih berada padamu?"
Tam Goat Hua mengangguk "Ada."
Dia mengeluarkan kotak tersebut dan seketika juga teringat akan kejadian yang dialaminya, yaitu jago Cik Sia Pai ingin membunuhnya karena melihat kotak tersebut Maka dia segera bertanya.
"Cianpwee, sebetulnya kotak ini berisi apa? Kenapa jago tangguh dari Cik Sia Pai ingin membunuhku setelah melihat kotak ini?"
Orang aneh berkedok memberitahukan.
"Sudah lama sekali, tujuh Tetua Cik Sia Pai mati di tanganku Pihak Cik Sia Pai begitu melihat kotak ini, pasti tahu kepunyaanku, Karena itu membuatmu nyaris celaka."
Setelah mendengar penuturan itu, Tam Goat Hua menjadi tertegun dan mundur satu langkah.
Ternyata dia teringat akan cerita kaum rimba persilatan, bahwa demi rasa solider, seseorang membunuh Tujuh Tetua Cik Sia Pai di tebing Can Liong, Akhirnya dia diusir dari pintu perguruan, hingga kini tiada seorang pun tahu jejaknya.
Tam Goat Hua menatap orang aneh berkedok dengan mata terbelalak "Cianpwee ada!ah...
adalah...."
Orang aneh berkedok tertawa.
"Kau tidak usah menerka sembarangan lagi, akulah orang yang diusir dari pintu perguruan, hingga kini tidak pernah menongolkan muka dalam rimba persilatan. Ketika itu Ang Eng Leng Long masih harus memanggilku "Suheng" (Kakak Seperguruan), sedangkan aku murid Beng Tu Lojin, ketua Go Bi Pai yang tidak menyucikan diri, Julukanku Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek."
Walau orang aneh berkedok telah memberitahukan nama dan julukannya, namun Lu Leng tetap tidak tahu apa-apa.
Tam Goat Hua yang telah menerka itu, justru masih terkejut, karena dia pernah mendengar dari ayahnya, bahwa ada seseorang yang paling sulit dihadapinya, bahkan sering roboh di tangannya, Orang tersebut adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, murid ketua Beng Tu Lojin atau kakak seperguruan Ang Eng Leng Long, Ketika Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berumur tiga tahun, sudah berguru kepada Beng Tu Lojin, Maka setelah berumur dua puluh tahun, namanya sudah amat terkenal di rimba persilatan.
Akan tetapi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berhati sadis, lagupula suka bertindak semaunya, Kalau dia marah, tidak peduli pihak lain itu siapa, langsung turun tangan berat terhadapnya, Karena perbuatannya itu, entah sudah berapa kali dia dihukum oleh gurunya, tetapi sama sekali tidak jera.
Terakhir kali ketika berusia dua puluh dua, hanya disebabkan urusan sepele, di tebing Can Liong Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek melukai Tujuh Tetua Cik Sia Pai.
Oleh karena itu, Beng Tu Lojin mengundang para orang gagah dalam rimba persilatan Di hadapan para orang gagah itu, Beng Tu Lojin mengusir Giok Bin Kun-Tong Hong Pek dari pintu perguruan Kalau waktu itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mau mengaku salah, tentunya tidak akan diusir Paling juga menerima hukuman menghadap tembok beberapa tahun, Namun Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek justru tidak mau mengaku salah, maka diusir.
Sejak itu, tiada jejak dan kabar beritanya sama sekali Hingga kini, sudah hampir dua puluh tahun, Setelah mengusir Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, batin Beng Tu Lojin terpukul berat, sehingga tiga tahun kemudian beliau meninggal sebelum menghembuskan nafas penghabisan Ang Eng Leng Long diangkat sebagai ketua Go Bi pay yang tidak menyucikan diri.
Walau Ang Eng Leng Long lebih tua dua puluh tahun dari Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, namun dia harus memanggil Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek "Suheng", sebab dia belakangan berguru kepada Beng Tu Lojin, Kaum rimba persilatan mengira Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek akan muncul di saat pemakaman Beng Tu Lojin, namun tidak.
Tiga hari kemudian seusai hujan badai, kuburan Beng Tu Lojin dibongkar orang dan peti matinya hilang tak ketahuan rimbanya, Tentang kejadian itu, hanya diketahui pihak Go Bi Pai kaum rimba persilatan tidak mengetahuinya.
Setelah kejadian itu, pihak Go Bi Pai yakin itu pasti perbuatan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Oleh karena itu, para murid Go Bi Pai, baik yang menyucikan diri maupun yang tidak, semuanya giat belajar karena khawatir Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek akan ke sana cari gara-gara.
Akan tetapi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sama sekali tidak muncul, maka murid Go Bi Pai mulai melupakannya, Dua puluh tahun kemudian, Ang Eng Leng Long sudah memasuki lanjut usia, sedangkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memakai kedok "Buddha Tertawa"
Sehingga tiada seorang pun mengenalinya! Dua puluh tahun yang lalu, kepandaian Ang Eng Leng Long di bawah kepandaian Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Dua puluh tahun kemudian pun begitu.
Di puncak Sian Jin Hong, Ang Eng Leng Long pernah beradu pukulan dengannya, Kalau Ang Eng Leng Long tidak segera mundur, pasti celaka, Seusai menutur riwayat hidupnya, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendongakkan kepala sambil tertawa panjang, kemudian melepaskan kedok yang dipakainya, Setelah melepaskan kedok itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menundukkan kepala, Lu Leng dan Tam Goat Hua 893 segera memandangnya, dan seketika mereka berdua mengeluarkan seruan kaget.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang amat terkenal dua puluh tahun lampau, Tam Goat Hua dan Lu Leng menganggapnya pasti berwajah wibawa seperti para Cianpwee lain, Tapi begitu melihat wajahnya, mereka berdua malah terbelalak Ternyata dia berwajah tampan dan masih muda, kelihatannya baru berusia sekitar dua puluh tujuh tahun, Karena itu, Tam Goat Hua terus memandangnya, padahal kakaknya juga amat tampan, namun masih kalah tampan dibandingkan dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Lelaki yang begitu tampan, dua puluh tahun lalu entah berapa banyak kaum gadis jatuh hati kepadanya? Berpikir sampai di situ, wajahnya langsung memerah dan mencaci dirinya sendiri dalam hati, Kenapa diriku? Kenapa memikirkan yang bukan-bukan?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum, membuat wajahnya semakin tampan.
"Tentunya kalian berdua tidak menduga, bahwa aku masih kelihatan muda, bukan?"
Tam Goat Hua manggut-manggut Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek melanjutkan ucapannya.
"Ketika aku diusir dari pintu perguruan, tanpa sengaja aku makan semacam buah, tak disangka buah itu membuat diriku 894 awet muda. Walau sudah lewat dua puluh tahun, aku masih tidak tampak tua."
Lu Leng terus mendengarkan kemudian berkata mendadak.
"Guru, pembunuh ayahku adalah Ang Eng Leng Long, kenapa kita tidak segera ke gunung Go Bi San untuk membalas dendam kematian ayahku?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menghela nafas panjang "Ang Eng Leng Long pun sudah meninggal."
Tam Goat Hua terperanjat Tong Hong,.,."
Sebetulnya gadis itu ingin menyebutnya "Cianpwee", namun dia masih kelihatan begitu muda, maka merasa tidak enak menyebutnya "Cianpwee"
Kemudian melanjutkan "Tuan Tong Hong, sebetulnya apa yang telah terjadi di puncak Sian Jin Hong?"
Tong Hong Pek sepertinya tahu akan perasaan Tam Goat Hua maka dia langsung menatapnya, Ketika beradu pandang dengan Tong Hong Pek, hati Tam Goat Hua berdebar-debar tidak karuan maka dia cepat-cepat menundukkan kepala, Tong Hong Pek tersenyum.
"Aku akan memeriksa luka Lu Leng dulu, setelah itu barulah kututurkan!"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek membuka kotak itu.
Mendadak dari dalamnya menyorot keluar cahaya putih yang amat menyilaukan mata.
Begitu melihat cahaya putih itu, terkejut lah Tam Goat Hua dan langsung memandang ke dalam kotak itu, ternyata berisi sebutir mutiara sebesar telor puyuh, Di permukaan mutiara itu tampak bayangan merah, seperti hidup, bergerak-gerak tak henti-henti-nya.
Seketika mulut Tam Goat Hua ternganga lebar, lama sekali barulah berkata tapi terputus-putus.
"Yang kau berikan itu... ternyata Soat Hun Cu (Mutiara Arwah Salju)?"
Wajah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, tidak menampakkan rasa terkejut, meskipun Tam Goat Hua menerka jitu mengenai benda itu, dia menyahut dengan nada biasa.
"Pengetahuanmu cukup luas, begitu melihat sudah tahu benda apa itu, Lagipula kau amat menurut kata, tidak pernah membuka kotak ini melihat isinya, Ka!au benda ini diketahui kaum rimba persilatan, kau pasti celaka."
Sembari berkata, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengambil mutiara itu, lalu ditaruh di ubun-ubun Lu Leng, Seketika Lu Leng merasa dingin sekali di ubun-ubunnya, bahkan lama-lama rasa dingin itu seakan menembus ke jantungnya.
Tak seberapa lama kemudian, rasa dingin itu telah menembus ke seluruh urat nadi dan peredaran darahnya, 896 sehingga membuat darahnya mulai bergolak Lu Leng segera duduk bersila, lalu menghimpun hawa murni.
Tam Goat Hua yang berdiri di sisi Lu Leng, terus memperhatikannya.
Begitu pula Tong Hong Pek, kemudian berkata.
"Aku meninggalkan rimba persilatan hampir dua puluh tahun, justru demi sebutir Soat Hun Cu ini. setelah guruku wafat, aku yang mengambil mayatnya, kemudian kubawa ke gunung Soat San. Selama itu aku tidak pernah menimbulkan urusan apa pun dalam rimba persilatan Aku berupaya hampir dua puluh tahun, bahkan juga melukai dua orang, barulah... memperoleh sebutir Soat Hun Cu ini."
Tam Goat Hua dapat mendengar, nada bicara orang itu penuh mengandung kepedihan, sepertinya terselip suatu urusan yang amat mendukakan hati, Karena itu, Tam Goat Hua bertanya.
"Soat Hun Cu itu boleh dikatakan seperti nyawamu, tapi kenapa ketika kita baru bertemu, kau rela memberikan kepadaku?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tampak tertegun, lalu perlahan-lahan mendongakkan kepala memandang ke langit "Aku pun tidak tahu,.,."
Mendadak dia mengalihkan pembicaraan "Kau bersedia ke istana Setan menolong orang, aku pun telah berjanji akan memberikan sedikit kebaikan untukmu, Soat Hun Cu ini sebagai imbalan."
Tam Goat Hua tahu, apa yang dikatakan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak berdasarkan suara hati, yang akan dikatakannya justru masih tersimpan dalam lubuk hatinya, Anak gadis memang jauh lebih teliti, dia sudah menduga sampai ke situ.
"Kau rela menghadiahkan pusaka rimba persilatan kepadaku, itu sungguh tak terpikirkan olehku!"
Sesungguhnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek seorang tingkatan tua, sedangkan Tam Goat Hua hanya seorang anak gadis yang baru berusia belasan.
Di antara mereka seharusnya terdapat jarak yang amat jauh, Akan tetapi, ketika mereka bercakap-cakap, justru kedengaran dekat sekali, Berpikir sampai di situ, hati Tam Goat Hua menjadi berdebar-debar, lalu perlahan-lahan dia menundukkan kepalanya, Walau menundukkan kepala gadis itu dapat merasakan bahwa Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terus memandangnya dengan penuh cinta kasih, dan itu membuat hatinya semakin kacau, Berselang beberapa saat kemudian, barulah Tam Goat Hua membuka mulut bertanya.
"Bagaimana luka adik Leng? Apakah sudah sembuh?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut dengan tenang.
"Hampir sembuh."
Tam Goat Hua mendongakkan kepala, seketika jantungnya berdetak lebih cepat, karena pandangannya beradu dengan pandangan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, mengalihkan pandangannya ke arah Lu Leng.
Dilihatnya anak itu sedang duduk bersila menghimpun hawa murni.
wajahnya tampak tenang dan sudah kemerah-merahan, Rupanya tidak membutuhkan waktu lama, dia akan kembali segar Tam Goat Hua terus memandang Lu Leng, Dia teringat pula bahwa dalam dua hari ini dirinya bersama Lu Leng menempuh bahaya dan mengalami berbagai kejadian Kemudian perlahan-lahan dia menoleh ke arah Tong Hong Pek.
Yang satu adalah pemuda polos dan yang satu lagi adalah tokoh rimba persilatan yang berkepandaian amat tinggi, masih tampak begitu muda dan tampan mempesonakan malah sudah memasuki hatinya, Diam-diam Tam Goat Hua menghela nafas panjang dan berdiri termangu-mangu di tempat, Berselang sesaat, Lu Leng membuka matanya per!ahan-lahan.
"Guru, luka dalamku sudah sembuh."
Katanya kemudian bertanya.
"Guru, sebetulnya siapa pembunuh ayahku?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak segera menyahut Dia menjulurkan tangannya untuk mengambil Soat Hun Cu, lalu disodorkannya mutiara itu kepada Tam Goat Hua seraya berkata.
"Simpanlah dulu mutiara ini, barulah kita bicara!"
Tam Goat Hua segera menyahut "Soat Hun Cu ini merupakan benda pusaka dalam rimba persilatan aku tidak mampu menjaganya."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.
"Barang itu sudah kuberikan kepadamu, mau hilang atau bagaimana, sudah bukan urusanku lagi."
Karena Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata begitu, maka Tam Goat Hua terpaksa menjulurkan tangannya untuk mengambil mutiara itu.
Namun tanpa sengaja tangannya justru menyentuh tangan laki-laki itu, sentuhan itu membuat hatinya kebat-kebit, bahkan timbul pula suatu perasaan aneh, sehingga hatinya tergetar dan Soat Hun Cu nyaris terlepas dari tangannya, Ketika berpeluk-pelukan dengan Lu Leng memang timbul juga perasaan demikian, namun tidak sehebat kali ini.
Di saat bersamaan, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata.
"Dalam tubuhmu mengidap semacam racun dari istana Setan, maka gosoklah kedua telapak tanganmu dengan Soat Hun Cu sebanyak seratus dua puluh kali agar racun itu terhisap keluar! Tam Goat Hua mengangguk, tapi sama sekali tidak berani mengangkat kepala, lalu melakukan apa yang dikatakan Tong Hong Pek. Setelah digosok seratus dua puluh kali, racun tersebut terhisap keluar semua. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, 900
"Sejak Soat Hun Cu kuperoleh, baru pertama kali ini kugunakan. Tak disangka Soat Hun Cu sedemikian hebat, tidak menyia-nyiakan upayaku selama dua puluh tahun!"
Tam Goat Hua segera menyahut "Kalau begitu kau...."
Sembari menyahut, Tam Goat Hua menyodorkan Soat Hun Cu ke hadapannya, maksud ingin mengembalikan mutiara itu kepadanya, Namun Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menjulurkan tangannya untuk mendorong lengan Tam Goat Hua seraya berkata.
"Tidak usah sungkan-sungkan, terimalah!"
Hati gadis itu tergetar karena lengannya tersentuh telapak tangan Tong Hong Pek.
sedangkan laki-laki itu sudah menolehkan kepalanya untuk memandang Lu Leng sambil menutul kejadian di puncak Sian Jin Hong.
Saat ini, sesungguhnya hati Tam Goat Hua amat kacau, namun apa yang akan dituturkan Tong Hong Pek, justru merupakan urusan yang amat penting baginya, maka dia segera berusaha menenangkan hatinya untuk mendengar penuturan itu....
Ternyata hari itu Lu Sin Kong menerima barang kawalan berupa sebuah kotak kayu, yang harus diantarkannya ke rumah si Pecut Emas-Han Sun di kota Sucou, Di saat itu pula semua partai besar dan berbagai perguruan menerima sepucuk surat, Surat itu menyatakan bahwa Lu Sin Kong suami istri berangkat dari kota Lam Cong menuju kota Sucou untuk mengawal semacam barang yang ada hubungannya dengan ilmu silat, yang diimpi-impikan setiap kaum rimba persilatan.
Siapa yang memperoleh barang pusaka ilu, pasti dapa menjagoi dunia persilatan Baik golongan putih maupun golongan hitam, semuanya pasti menginginkan atau menyandang gelar "Nomor Wahid Di Kolong Langit", Karena itu, semua bencana dan badai dalam rimba persilatan justru muncul disebabkan "Gelar"
Tersebut! Dikarenakan itu pula Lu Sin Kong suami istri harus menghadapi para jago tangguh dalam perjalanan menuju kota Sucou, Akan tetapi hanya Lu Sin Kong dan Sebun It Nio yang tahu bahwa kotak kayu itu tidak berisi apa-apa, alias kosong, Namun ketika suami istri itu tiba di rumah si Pecut Emas-Han Sun, justru terjadi perubahan yang amat mengejutkan yakni kotak kayu itu berisi sebuah kepala manusia, Bahkan celaka nya kepala itu adalah kepala putra kesayangan Han Sun yang sudah lama menghilang.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka, tak ayal lagi pertarungan mati-matian pun segera terjadi, dan Sebun It Nio tewas dalam pertarungan itu, Lu Sin Kong segera pergi ke Tiam Cong dan Go Bi untuk minta bantuan, kemudian berangkat ke puncak Sian Jin Hong di gunung Bu Yi San.
Ketika si Nabi Setan-Seng Ling memberitahu kan, bahwa Lu Leng berada di istana Setan dan mengharukan Lu Sin Kong ke sana untuk berunding, semua orang tahu bahwa si Nabi Setan-Seng Ling akan menggunakan diri Lu Leng untuk menekan Lu Sin Kong, agar menyerahkan pusaka tersebut 902 Apa pusaka itu, tiada seorang pun tahu, maka Lu Sin Kong pun merasa bingung, Akan tetapi, semua orang yang ada di puncak Sian Jin Hong, justru percaya adanya barang pusaka tersebut, di tangan Lu Sin Kong.
Oleh karena itu, malam itu juga banyak orang mendahului berangkat ke istana Setan guna mencari kesempatan di sana, Mereka adalah Yu Lao Pun ketua Tai Ci Bun, Hek Sin Kun, Kim Kut Lau, Hwa San Liat Hwe Cousu dan lain-lainnya, sedangkan pihak Hui Yan Bun juga membawa mayat Hwe Hong Sian Kouw meninggalkan puncak Sian Jin Hong.
Yang masih berada di puncak itu adalah Go Bi, Tiam Cong, Bu Tong Pai dan Tujuh Dewa, Malam itu tenang tak terjadi apa pun, Hari berikutnya mereka berkumpul Pada waktu itu, siapapun tidak kenal Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sebab dia memakai kedok.
Sesungguhnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek ingin mendirikan sebuah perguruan setelah memperoleh Soat Hun Cu itu, namun justru menemui urusan besar ini.
Malam itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek pun tahu apa sebabnya kenapa dirinya begitu rela memberikan Soat Hun Cu kepada Tam Goat Hua.
Dia hanya merasa perbuatan gadis itu di puncak Sian Jin Hong, amat sesuai dengan kemauan hatinya, 903 Maka dia menyuruhnya ke istana Setan, dan karena khawatir gadis itu akan terkena racun istana Setan, maka dia memberikan Soat Hun Cu kepadanya.
Keesokan harinya setelah semua orang berkumpul Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata dingin.
"Mulai hari ini, siapa yang akan bertanding duluan?"
Di pihak Go Bi Pai, tampak seorangtua bangkit berdiri, yakni Thian Hou Lu Sin Kong. wajahnya tampak muram dan tangannya menggenggam sebilah golok emas.
"Ada suatu hal yang tidak kupahami, mohon petunjuk Liok Ci Siansing, majikan tempat ini!" -ooo0ooo- Bab 41 Puncak Sian Jin Hong menjadi tempat pertemuan para jago tangguh dalam rimba persilatan, siapa pun tidak mengundang mereka ke sana. Urusan pokok hanya Lu Sin Kong ingin membuat perhitungan dengan Liok Ci Siansiang, Yang lain cuma ikut-ikutan ke sana, boleh dikatakan hanya ingin menyaksikan keramaian Kini Lu Sin Kong mulai membicarakan urusan pokok, maka semua orang mengarahkan pandangan ke Liok Ci Siansing, 904 Tampak Liok Ci Siansing, Tiat Cit Song Jin dan Pit Giok Sen duduk di atas sebuah batu besar Di sekitar mereka, duduk pula Tujuh Dewa dengan sikap acuh tak acuh, Di pangkuan Liok Ci Siansing terdapat sebuah harpa kuno, Dengan senang sekali dia memetik tali senar harpa itu "Ting Tung"
Lalu berkata.
"Lu Cong Piau Tau mau mengatakan apa, silakan!"
Lu Sin Kong mendengus.
"Hm! Aku ingin bertanya, aku dengan Anda punya dendam apa?"
Liok Ci Siansing mendongakkan kepala.
"Lu Cong Piau Tau bertanya demiktan, sungguh tidak beralasan!"
Lu Sin Kong membentak "Kalau aku dengan kau tiada dendam, kenapa kau membunuh putra si Pecut Emas-Han Sun, bahkan menaruh mayatnya di dalam gudang batu di tempat tinggalku, kemudian kepala anak yang putus itu kau masukkan ke dalam kotak kayu, sehingga membuat diriku menjadi tertuduh di rumah si Pecut Emas-Han Sun?"
Hari itu yang menjadi saksi mata adalah Sebun It Nio, si Pecut Emas-Han Sun dan Hwe Hong Sian Kouw, namun ketiga orang itu telah binasa, maka kini yang tahu tentang itu hanya tinggal Lu Sin Kong dan Han Giok Shia, Begitu mendengar apa yang diucapkan Lu Sin Kong, barulah Han Giok Shia mempercayai apa yang dikatakan Lu Sin Kong ketika berada di rumahnya, Gadis itu langsung menatap Liok Ci Siansing dengan mata berapi-api, kelihatannya ingin segera membunuh Liok Ci Siansing.
Tam Ek Hui yang berada di sisinya, cepat-cepat menggenggam tangannya seraya berbisik.
"Ghiok Shia, jangan terburu nafsu! Setelah urusan dijernihkan, barulah bicara tidak akan terlambat"
Apa yang diucapkan Lu Sin Kong, justru membuat Liok Ci Siansing menjadi tertegun, Kalau di hadapan kaum rimba persilatan dia tidak dapat menjernihkan urusan tersebut, selanjutnya bagaimana dia menjadi orang? Oleh karena itu, Liok Ci Siansing tertawa panjang "Apakah Lu Cong Piau Tau terlampau berduka, sehingga omong sembarangan? Kapan aku membunuh putra si Pecut Emas-Han Sun dan kapan aku memasuki gudang batu yang amat rahasia itu? sungguh menggelikan!"
Lu Sin Kong mendongakkan kepala, kemudian tertawa keras bagaikan suara geledek "Sangkalan yang masuk akal! Sangkalan yang jitu! Kalau kau tidak tahu apa-apa, dari mana munculnya telapak tangan berjari enam?"
Liok Ci Siansing tertawa dingin.
"Di kolong langit ini tidak hanya aku yang berjari enam, bagaimana aku tahu itu!"
Lu Sin Kong membentak "Bukankah hari itu kau berada di sekitar Lam Cong?"
Hari itu, Liok Ci Siansing dan Tiat Cit Siong Jin memang berada di sekitar Lam Cong.
Ketika Lu Sin Kong dan Sebun It Nio keluar dari pintu kota, justru bertemu mereka berdua, Namun Liok Ci Siansing hanya mengutarakan niatnya, bahwa dia ingin menerima Lu Leng sebagai murid, Sesungguhnya Liok Ci Siansing boleh menjelaskan tentang itu, mau percaya atau tidak terserah kepada mereka yang berada di situ, Akan tetapi Liok Ci Siansing sudah amat marah lantaran bentakan-bentakan Lu Sin Kong, maka membuatnya tertawa dingin seraya menyahut "Lu Cong Piau Tau, kau hanya mendirikan sebuah perusahaan ekspedisi kecil-kecilan di kota Lam Cong, apakah sudah berhak melarang orang lain melewati kota itu?"
Kata-kata itu diucapkan dengan tidak sungkan-sungkan lagi, bahkan bernada menghina, Maka kemarahan Lu Sin Kong memuncak dan seketika menggeram.
"Kau sudah melakukan perbuatan serendah itu, tapi masih tidak mau ke mari menerima kematian?"
Liok Ci Siansing tertawa dingin, Namun ketika baru dia mau membuka mulut, Tiat Cit Siong Jin yang berada di sisinya sudah membentak gusar "Sungguh besar omonganmu! Hari itu aku juga berada di luar kota Lam Cong, apakah aku juga terkait di dalamnya?"
Badan Lu Sin Kong bergerak, tahu-tahu sudah melesat ke arah besi-besi berujung tajam itu, dan berdiri di atasnya sambil menghunus golok emasnya.
"Kalian binatang, tiada satu pun manusia!"
Begitu caci maki dicetuskan, bukan hanya terkena Tiat Cit Siong Jin dan Pek Giok Sen, bahkan terkena pula Tujuh Dewa, otomatis membuat wajah mereka berubah.
Tiat Cit Siong Jin bersifat berangasan, maka begitu mendengar cacian itu, dia langsung melesat ke arah besi-besi berujung tajam sambil membawa senjatanya, namun tidak berdiri di atas besi-besi itu, melainkan berdiri di batu besar, lalu mengayunkan senjatanya seraya membentak "Bangsat! Berani kau turun ke sini bertarung denganku?"
Sebelum para jago tangguh mulai bertanding, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengatur begitu, sesungguhnya hanya ingin mengetahui kepandaian para jago tangguh itu.
Bagi siapa yang bertarung di atas batu besar, dan meninggalkan bekas kaki di batu itu berarti memiliki Lweekang tinggi.
Kalau tidak, tentunya tidak dapat meninggalkan bekas kaki di atas batu itu, Selama dua hari, orang yang bertarung hanya di atas besi tajam, belum ada yang bertanding di atas batu besar itu.
Tiat Cit Siong Jin memang memilih Lweekang dan Gwakang yang cukup tinggi, hanya Ginkangnya tidak begitu tinggi, Lagipula senjatanya amal berat Kalau dia berdiri di atas besi tajam, kakinya pasti tertembus besi itu, maka dia memilih batu besar itu untuk bertarung dengan Lu Sin Kong.
Lu Sin Kong tertawa gelak, HHa ha ha! Kau tidak berani naik? Baiklah! Aku akan turun!"
Lu Sin Kong meloncat turun, mendadak terdengar suara seruan Ang Eng Leng Long.
"Sutee tunggul Biar aku yang menghadapinya!"
Ang Eng Leng Long langsung melesat ke arah batu besar itu, dan setelah berdiri di situ, dia pun menghunus pedangnya.
Begitu melihat Ang Eng Leng Long mewakilinya melawan Tiat Cit Siong Jin, memang itu yang diinginkannya, maka dia mencelat ke atas besi tajam, kemudian menuding Liok Ci Siansing seraya membentak.
"Liok Ci Siansing, kau masih belum mau naik?!"
Dituding dan dibentak seperti itu tentunya Liok Ci Siansing gusar bukan kepalang.
Badannya segera bergerak, lalu melesat ke arah besi tajam, setelah berdiri di situ, dia pun langsung menyerang dengan tangan kosong mengeluarkan jurus Thian Ho Sih Kua (Sungai Langit Bergantung Miring).
Lu Sin Kong segera mengeluarkan jurus Liu Pu Tou Kua (Air Terjun Mengalir Miring) untuk menahan serangan Liok Ci Siansing, kemudian membentak .
"Bukan aku, tapi pasti kau yang mati! Masih belum mau mengeluarkan senjata?"
Liok Ci Siansing tertawa dingin seraya menyahut "Tidak usah terburu-buru!"
Usai menyahut, Liok Ci Siansing merogoh ke dalam bajunya, dan kemudian terdengar suara "Ser Ser", Tampak dua bola besi sebesar kepalan sudah berada di tangannya, Kedua bola besi itu melekat pada dua ujung sebuah rantai besi.
Ternyata Liok Ci Siansing menggunakan senjata Liu Sing Siang Tui.
Itu merupakan senjata aneh dan sangat sulit mempergunakannya, setelah mengeluarkan senjata tersebut, Liok Ci Siansing mulai menyerang dengan jurus Siang Liong Cut Hai (Sepasang Naga Keluar Dari Laut).
sepasang bola besi itu mengarah Lu Sin Kong dan mengeluarkan suara mcnderu-deru.
Ketika melihat serangan itu, Lu Sin Kong pun segera melancarkan sebuah pukulan menangkisnya, Di saat bersamaan, dia pun mengayunkan golok emasnya dari bawah ke atas, itulah yang disebut jurus Tok Hong Keng Thian (Puncak Tunggal Me-ngejutkan Langit).
Trang! GoIok emasnya membentur rantai besi Liok Ci Siansing, Akan tetapi, salah satu bola besi itu justru mengarah dada Lu Sin Kong.
seketika Lu Sin Kong menggeserkan badan sekaligus menyabet lengan Liok Ci Siansing dengan golok emasnya jurus tersebut sungguh cepat dan aneh, membuat Liok Ci Siansing terkejut bukan kepalang, Dia segera menyentakkan rantai besinya, sehingga salah satu bola besi di ujung rantai itu berbalik mengarah punggung Lu Sin Kong.
Di saat bersamaan, dia pun mundur selangkah untuk menghindari sabetan golok emas, Begitu mendengar suara menderu di belakang-nya, Lu Sin Kong bergerak cepat membungkukkan badannya dan mendadak sebelah kakinya melangkah ke belakang, sekaligus melancarkan serangan dengan jurus Giok Hong Can Pheng (Burung Phoenix Mengembangkan Sayap) ke arah bahu Liok Ci Siansing.
Liok Ci Siansing segera mencelat ke belakang, Mereka bertarung dengan cepat, Tampak badan mereka melayang-layang, sehingga sulit diikuti pandangan.
Sementara pertarungan antara Ang Eng Leng Long dengan Tiat Cit Siong Jin yang di atas batu besar berlangsung semakin seru, Namun cara mereka bertarung berbeda dengan Lu Sin Kong dan Liok Ci Siansing, Mereka bergerak lamban, sebab harus meninggalkan bekas kaki di atas batu itu.
Senjata Tiat Cit Siong Jin juga bergerak tidak cepat, tapi menimbulkan angin yang menderu-deru, membuat jubah Ang Eng Leng Long berkibar-kibar, Gerakan pedang Ang Eng Leng Long juga lamban, tetapi jurus-jurus yang dikeluarkannya amat dahsyat dan lihay, 911 membuat Tiat Cit Siong Jin harus menarik kembali senjatanya untuk menjaga diri.
Mereka berdua bertarung dengan lamban, namun amat seru dan sengit, bahkan tampak mati-matian.
Saat itu, semua orang yang berada di situ, percaya bahwa Liok Ci Siansing yang membunuh putra si Pecut Emas-Han Sun.
Sebab kalau bukan Liok Ci Siansing, siapa yang meninggalkan bekas telapak tangan berjari enam di dalam gudang batu itu? Sementara orang yang paling cemas adalah Tam Ek Hui.
Tam Ek Hui tahu dari ayahnya, bahwa orang yang menimbulkan petaka dalam rimba persilatan, bukanlah Liok Ci Siansing, Dia pun tahu ayahnya akan ke puncak Sian Jin Hong itu demi melenyapkan petaka tersebut Akan tetapi, bukan hanya ayahnya tidak muncul, bahkan adiknya pun menghilang entah ke mana, Walau dia tahu kepandaian Tam Goat Hua di bawahnya dan kalaupun dia pergi juga tidak ada masalah, namun rasa cemas tetap mencekam hatinya, Oleh karena itu, dia amat berharap ayahnya segera muncul, Tam Ek Hui terus memandang jalan yang menuju puncak Sian Jin Hong.
Apabila ayahnya muncul, urusan di situ pasti akan beres.
Akan tetapi, ayahnya tetap tidak muncul, sebaliknya malah mendadak tampak sesuatu yang bergemerlapan Tam Ek Hui tertegun.
Di saat itulah barang yang bergemerlapan itu sudah berada di puncak Sian Jin Hong, Temyata sebuah tandu yang digotong dua orang, Tandu itu amat mewah, dihiasi berbagai macam batu permata, maka bergemerlapan bila tertimpa sinar matahari.
Begitu melihat tandu itu sampai di puncak, tercengang pula Tam Ek Hui, karena kedua penggotong tandu itu memakai kedok kulit manusia, Tam Ek Hui terus memperhatikan tandu mewah itu, Ben-tuk dan dekorasi tandu mewah itu persis seperti kereta mewah yang pernah dilihatnya Tam Ek Hui berpikir sejenak.
Mendadak hatinya tersentak karena tahu adanya gelagat tidak baik, dan dia segera menarik Han Giok Shia seraya berbisik "Nona Han, kita harus cepat pergi, jangan sampai terlambat!"
Han Giok Shia segera menyahut "Musuh...."
Gadis tersebut hanya mengucapkan itu, karena Tam Ek Hui sudah menariknya pergi.
Saat itu, semua orang sedang memperhatikan Lu Sin Kong berempat yang sedang bertarung, mendadak muncul tandu mewah itu, membuat semua orang tercengang, Di saat mereka tertegun, salah seorang penggotong tandu yang di depan berkata dengan dingin.
"Ajal kalian semua telah tiba, Sebelum menemui ajal, lebih baik kalian berdoa dulu kepada "Thian" (Tuhan)!"
Semua orang yang berada di puncak Sian Jin Hong rata-rata berkepandaian tinggi. sedangkan orang yang berkata itu kelihatan tidak memiliki Lweekang tinggi, maka membuat semua orang merasa geli, sekonyong-konyong terdengar suara harpa "Ting Tung"
Dua kali, Semua orang tertegun, begitu pula Giok Bin Sin Kun-Tong Hong pek, sebab dalam suasana yang amat menegangkan itu masih ada orang ke puncak untuk main harpa, itu sungguh di luar dugaan! Sementara nada suara harpa itu bertambah cepat, membuat hati orang yang mendengarnya tergetar-getar dan darah pun bergolak-golak.
Kemudian nada suara harpa itu berubah lambat dan lembut, membuat semua orang memasuki alam khayalan Di saat nada suara harpa itu berubah, Giok Bin Sin Kun merasa pikirannya kabur Padahal dia memiliki Lweekang yang amat tinggi.
Lagipula hampir dua puluh tahun dia berada di gunung salju, otomatis membuatnya memiliki kekuatan ketenangan yang tinggi.
seketika dia merasakan adanya gelagat tidak baik, maka segera menghimpun hawa murni untuk melawan suara harpa itu, Ketika dia mendongakkan kepala memandang semua orang, dilihatnya wajah orang-orang itu tampak seperti terkena ilmu hipnotis, Bukan main terkejutnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, karena di saat itu dia teringat ketika dirinya masih kecil, Beng Tu Lojin yaitu gurunya, pernah mengatakan suatu urusan.
Beng Tu Lojin mau menerima Tong Hong Pek sebagai murid, karena riwayat hidup Tong Hong Pek seperti Beng Tu 914 Lojin ketika masih kecil, lagipu!a Tong Hong Pek berbakat dan bertulang bagus, maka Beng Tu Lojin mewariskan semua kepandaiannya kepada Tong Hong Pek, Namun Beng Tu Lojin tidak menduga, bahwa sifat Tong Hong Pek berbeda dengan sifatnya, Sifat Tong Hong Pek berangasan, tak memberi ampun kepada siapa pun dan selalu berbuat semaunya sendiri.
Oleh karena itu, akhirnya Tong Hong Pek diusir dari pintu perguruan.
padahal Beng Tu Lojin amat menyayanginya seperti anak sendiri.
Di samping menggemblcngnya, Beng Tu Lojin pun sering menceritakan tentang keadaan rimba persilatan dan berbagai macam kejadian, Kini Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berada di puncak Sian Jin Hong, mendengar suara harpa itu, membuatnya teringat akan urusan itu, hingga kini sudah empat puluh tahun.
Begitu teringat akan urusan itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek merasa urusan tersebut seakan di depan mata, Dia masih ingat dengan jelas, pada suatu malam, ketika bulan bersinar terang benderang, seusai dirinya berlatih Lweekang, Beng Tu Lojin menghampirinya dan mendadak menghela nafas panjang, Tong Hong Pek segera bertanya kepadanya kenapa menghela nafas panjang, Beng Tu Lojin menjawab, bahwa dari dulu hingga kini, ilmu silat memang tiada batasnya, dan sulit dibayangkan orang, Tong Hong Pek bertanya lagi kenapa gurunya berkata begitu, Beng Tu Lojin memberitahukan ke-padanya, kalau 915 kelak mendengar Pat Liong Thian Im lahir, pertanda dunia persilatan akan dilanda petaka, Pada waktu itu, Tong Hong Pek masih kecil, tidak tahu apa yang dimaksud dengan Pat Liong Thian Im.
Dia hanya ingat, ketika itu dalam hatinya menganggap Pat Liong Thian Im merupakan suatu mainan yang luar biasa, Oleh karena itu, dia bertanya lagi mengenai Pat Liong Thian Im tersebut.
Beng Tu Lojin memberitahukan, entah tahun kapan bulan kapan dan siapa yang meninggalkan delapan lembar nada musik, Delapan nada musik itu bertulis "Gembira-Ma-rah-Cinta-Jahat-Duka-Senang-Lembut"
Dan selembar lagi bertulis "Senang Membunuh", Pat Liong Thian Im adalah nada suara Harpa, namun harpa biasa tidak dapat mengeluarkan nada suara tersebut, harus menggunakan harpa Pat Liong Khim (Harpa Delapan Naga), Harpa Pat Liong Khim mempunyai delapan tali senar, dan setiap tali senar hanya dapat mengeluarkan satu nada suara, namun amat luar biasa, Kecuali orang yang telah memiliki Lweekang sempurna dan berhati suci, yang tidak akan celaka karena suara harpa tersebut, Tiga ratus tahun yang lampau, Pat Liong Thian Im dan Pat Liong Khim pernah lahir sekali dan justru jatuh ke tangan orang yang berhati sempit Walau orang itu bukan berasal dari golongan sesat, namun banyak orang gagah berkepandaian tinggi menjadi korban karena suara harpa itu, 916 Seandainya Pat Liong Thian Im dan Harpa Pat Liong Khim lahir di dunia persilatan lagi, dan jatuh ke tangan orang dari golongan sesat, pasti akan menimbulkan petaka besar seperti pada waktu lampau .
Beng Tu Lojin menghela nafas lagi, seakan merasa kecewa karena dirinya tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan agar bisa mengatasi suara harpa itu.
Pada waktu itu, Tong Hong Pek masih kecil, maka setelah mendengar cerita itu ya sudah, justru hingga kini sudah empat puluh tahun, Setelah diusir dari pintu perguruan, dia lalu pergi ke gunung salju untuk mencari Soat Hun Cu.
Sudah sekian lama dia tidak pernah mendengar orang kedua menceritakan tentang urusan i(u, namun kini ketika mendengar suara harpa yang amat hebat itu, dia segera menghimpun hawa murninya untuk melawannya, dan teringat pula akan urusan yang dikatakan gurunya, Orang yang memainkan harpa berada di dalam tandu, tentu tidak tampak wajahnya, begitu juga harpa itu, Maka, sulit dipastikan apakah harpa itu Pat Liong Khim yang mempunyai delapan senar atau bukan, Namun berdasarkan nada suara nya, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dapat menduga harpa apa itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bersifat beringas, Siapa yang bersalah atau menyinggung perasaannya pasti dibunuhnya tanpa ampun.
Akan tetapi, dia masih berjiwa gagah.
Kini begitu dia melihat banyak jago tangguh di puncak 917 Sian Jin Hong akan binasa oleh Pat Liong Thian Im, hatinya pun bergejolak.
Dia teringat lagi ketika gurunya membicarakan Pat Liong Thian Im.
Ekspresi wajahnya seakan berharap, kelak apabila Pat Liong Thian Im lahir, dia dapat menyelamatkan rimba persilatan.
Teringat akan hal itu, mendadak dia mengeluarkan suara siulan panjang untuk melawan suara harpa itu demi menyelamatkan semua orang.
Di saat itulah nada suara harpa itu berubah, bagaikan laksaan kuda sedang berpacu, bahkan juga mengandung hawa nafsu membunuh.
Selain itu, kedengarannya seperti suara jeritan tangis kaum wanita dan suara kaum anak gadis minta toIong, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertegun Di saat itulah mendadak keadaan di depan matanya berubah, Dia melihat keadaan di puncak Sian Jin Hong berubah mengenaskan Tampak belasan anak gadis dan beberapa wanita tua dicambuki oleh belasan lelaki, sehingga sekujur badan mereka berlumuran darah.
Begitu menyaksikan keadaan itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung melesat ke arah dua lelaki diantara belasan lelaki itu sekaligus melancarkan dua buah pukulan.
- Bum! Bum! Kedua lelaki itu terpental belasan depa.
Setelah melancarkan kedua pukulan itu, mendadak hati Tong tiang Pek tersentak Kini di puncak Sian Jin Hong hanya terdapat orang berkepandaian tinggi, lalu dari mana munculnya para 918 penjahat itu? seketika itu juga dia tersadar bahwa dirinya telah terpengaruh oleh suara harpa.
Dia terkejut bukan kepalang dan langsung mencelat ke belakang beberapa depa, kemudian duduk bersila.
Dia memejamkan mata dan mengosongkan pikiran, lalu menghimpun hawa murni.
Tadi ketika di depan matanya muncul bayangan-bayangan khayalan, dia sudah tidak mendengar suara harpa tersebut.
Tentunya bukan suara harpa itu yang berhenti, melainkan dia yang sudah terpengaruh oleh suara harpa itu, maka tidak mendengar suara harpa lagi, Bisa tersentak sadar dan mencelat ke belakang, lalu duduk bersila menghimpun hawa murni, hanya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek seorang diri, tiada orang kedua lagi, Setelah menghimpun hawa murni, hati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mulai tenang, barulah dia berani membuka matanya.
Seketika keringat dinginnya mengucur keluar dari sekujur badannya karena dilihatnya di puncak Sian Jin Hong itu telah berubah menjadi seperti neraka.
Entah berapa banyak mayat bergelimpangan di situ.
Tampak pula orang-orang yang terluka parah merintih-rintih, dan puluhan orang sedang bertarung mati-matian.
Mereka yang bertarung itu adalah tokoh-tokoh yang amat terkenal dalam rimba persilatan Tiam Cong, Go Bi, Liok Ci Siansing, Tiat Cit Siong Jin, Pik Giok Sen, Tujuh Dewa dan para jago tangguh Bu Tong Pai.
Beberapa di antara mereka 919 sudah terluka parah, sehingga sekujur badan berlumuran darah, tapi mereka masih bertarung mati-matian.
Yang membuat orang berduka, yakni mereka semua berasal dari golongan lurus, yang tidak seharusnya saling membunuh Namun kini, mereka semua justru sedang bertarung mati-matian, Yang mengherankan justru Thian Hou Lu Sin Kong melawan Ang Eng Leng Long kakak seperguruannya.
sedangkan Sui Cing Sianjin telah membunuhi adik seperguruannya sendiri dengan Hud Bun Kim Kong Tay Yok Ciang (llmu Pukulan Sakti Arahat Emas), Kepala Tiat Tau Ceng (Padri Kepala Besi) pecah dan otaknya berhamburan ke mana-mana.
Tujuh Dewa merupakan tujuh saudara angkat yang selalu damai dan rukun itu pun sedang bertarung mati-matian, Dapat dibayangkan betapa terkejutnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek ketika menyaksikan peristiwa itu.
Dia ingin bangkit untuk meleraikan pertarungan itu, namun dia sendiri tahu, bahwa saat ini dirinya harus menghimpun hawa murni untuk melawan suara harpa, kalau tidak, dirinya pasti celaka.
Apa boleh buat! Dia terpaksa harus diam menyaksikan kejadian bunuh-membunuh itu.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek juga tahu, bahwa kini mereka yang sedang bertarung itu sama sekali tidak tahu kalau bertarung dengan kawan sendiri.
Mereka pasti seperti Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tadi, di depan mata muncul 920 bayangan halusinasi, begitu banyak kaum anak gadis dan kaum wanita tua disiksa oleh para penjahat, maka mereka langsung turun tangan menolong, sehingga terjadi pertarungan mati-matian.
Saat ini, suara harpa itu bernada "
Jahat"
Dan "Duka", maka siapa yang mendengarnya pasti memasuki alam khayalan sekaligus menyaksikan pe-nyiksaan itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek cuma menyaksikan itu, sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Tampak beberapa orang berjatuhan mandi darah lagi, sedangkan Lu Sin Kong dan Ang Eng Leng Long masih bertarung mati-matian, dan masing-masing mengeluarkan jurus-jurus yang mematikan.
Lu Sin Kong dan Ang Eng Leng Long adalah saudara seperguruan.
Mereka pun adik seperguruan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Ketika Tong Hong Pek diusir dari pintu perguruan, para adik seperguruannya justru terus-menerus berlutut di depan Beng Tu Lojin, mohon pengampunan untuknya, maka betapa terharunya Tong Hong Pek ketika itu.
-ooo0ooo- Bab 42 Hati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek seperti tersayat ketika menyaksikan Lu Sin Kong dan Ang Eng Leng Long bertarung mati-matian.
Dia mendongakkan kepala, dilihatnya tandu mewah itu hanya berjarak lima enam depa dari dirinya, Berdasarkan kepandaiannya sekali melesat mudah saja dia mencapai tandu mewah tersebut Walau orang di dalam tandu mewah menggunakan Pat Liong Thian Im mempengaruhi para jago di tempat itu, namun belum tentu dia berkepandaian tinggi.
Maka asal dia dapat melesat ke tandu mewah itu, kemungkinan besar akan dapat menyelamatkan semua orang, Di saat Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sedang "berpikir, hatinya justru tergoncang beberapa kali, Dia segera menenangkan hati, lalu menghimpun Lweekangnya, Mendadak dia bersiul panjang, kemudian badannya bergerak Lweekang Tong Hong Pek amat tinggi, maka suara siulannya bergema sampai sepuluh mil.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi, saat ini yang dihadapinya adalah Pat Liong Thian Im.
Begitu suara siulannya bergema, seketika juga tertekan oleh suara harpa.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tahu, bahwa suara siulannya tidak dapat menekan suara harpa itu.
Namun dia tetap bersiu!, maksudnya agar dirinya sementara tidak terpengaruh oleh suara harpa, itu memang ada sedikit gunanya, sebab badannya langsung bisa bergerak, bahkan dalam sekejap dia sudah mencapai atap tandu, dan sekaligus melancarkan puku!an, Pukulan itu dilancarkannya dengan sepenuh tenaga, maka betapa dahsyatnya, bagaikan ombak menderu-deru dan seperti gempa bumi.
Akan tetapi, mendadak terdengar suara "Bum Bum"
Bagaikan suara geledek, amat memekakkan telinga.
Setelah terdengar suara itu, badan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terpental jatuh, Buuuk! Seketika telinganya tidak mendengar suara apa pun, dan matanya tidak melihat apa-apa.
Sepi dan gelap, Bersamaan itu, dia juga merasa darahnya bergolak, suara ledakan tadi bagaikan sebuah martil yang beratnya ribuan kati menghantam dadanya, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah tidak peduli musuh berada di dekatnya atau tidak, langsung duduk bersila menghimpun hawa murni.
Kira-kira sepeminum teh kemudian, perlahan-Iahan dia membuka matanya.
Pertama-tama yang dilihatnya adalah atap tandu mewah itu, ternyata telah hancur tidak karuan.
Di sisi tandu mewah itu terdapat dua sosok mayat, juga telah hancur tidak berbentuk manusia, ternyata mayat kedua penggotong tandu mewah.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tahu bahwa itu adalah akibat pukulannya, Namun tidak tampak mayat orang yang memetik harpa, jelas dia sudah kabur.
Pukulan yang dilancarkannya tadi dahsyat sekali, tapi orang yang ada di dalam tandu mewah itu masih dapat 923 meloloskan diri.
Hal itu membuktikan kepandaian orang itu amat tinggi, sebab dapat menangkis pukulan yang dilancarkannya, Berpikir sampai di situ, hati Tong Hong Pek terasa dingin, Kemudian dia perlahan-Iahan bangkit berdiri dan membalikkan badannya Dilihatnya pedang Ang Eng Leng Long menembus dada Lu Sin Kong, sedangkan golok Lu Sin Kong masuk ke dalam leher Ang Eng Leng Long dan mereka berdua telah tewas.
Di antara para jago, tampak Pik Giok Sen dan Bu Tong Sen Hong Kiam Khek telah kehilangan sebelah lengan dan darah masih mengucur dari bekas lukanya, Mereka berdua duduk di atas batu dengan wajah pucat pias, sama sekali tidak menotok jalan masing-masing, agar darah tidak terus mengucur Tiat Cit Siong Jin tergeletak di atas senjatanya sendiri, mungkin masih belum mati, Tujuh Dewa itu telah mati empat orang, hanya tertinggal si sastrawan Se Chi, Lim Hau dan Fang Sien, tapi ketiga-tiganya menderita luka parah.
Di sisi mereka tampak Liok Ci Siansing, yang sudah tak bernafas lagi, Pihak Tiam Cong Pai, Hong Lui Pek Lek Kianv Lam Kiong Seh sudah menjadi mayat di sisi Liok Ci Siansing, sedangkan kedua kaki ketua Tiam Cong Pai Chu Liok Khie, telah buntung, Para jago lain sudah menjadi mayat semua, Yang tidak terluka hanya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Sui Cing siansu ketua Go Bi Pai yang menyucikan diri Saat ini Sui Cing Siansu berdiri mematung dengan mata terpejam dan kepala mendongak tak bergerak sama sekali.
sedangkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek diam tak bersuara, Berselang beberapa saat kemudian, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menghela nafas panjang, kemudian berkata dengan suara dalam.
"Sui Cing Siansu, kenapa tidak menolong orang-orang yang terluka, malah berdiri memandang langit?"
Saat ini Sui Cing Siansu masih tidak mengenali suara Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. Namun dengan badan bergetar dia menyahut dengan suara serak.
"Petaka telah tiba, bisa lolos kali ini, tidak akan lolos lain kali. Mereka kita tolong juga percuma, Siancai Siancai!"
Tong Hong Pek mcndengus.
"Hm! Bagaimana tiada jalan?Tadi aku melancarkan sebuah pukulan, sehingga membuat iblis itu kabur! itu pertanda masih ada jalan! Siansu amat terkenal dan berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan Asal Siansu berniat, tentunya dapat mengumpulkan para jago dalam rimba persilatan! Namun kini kenapa Siansu malah putus asa?"
Apa yang dikatakan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, memang masuk akal dan bernada gagah, dan itu sungguh mengejutkan Sui Cing Siansu.
"Omitohud!"
Ucap Sui Cing Siansu dan bertanya.
"Sebetulnya siapa kau?"
Ketika menyaksikan kematian saudara seperguruannya yang begitu mengenaskan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek nyaris memberitahukan identitasnya.
Akan tetapi, dia pun teringat akan niatnya mendirikan sebuah perguruan baru, maka sementara harus merahasiakan identitas dirinya, Lagipula kalau dia memberitahukan identitasnya mungkin para jago dalam rimba persilatan akan membencinya, termasuk Sui Cing Siansu, oleh karena itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek hanya tertawa panjang, lalu melesat ke arah Pik Giok Sen dan menotok jalan darah di bahunya agar darah tidak terus mengucur Sui Cing Siansu melihat dia tidak mau menjawab, dia pun tidak mau bertanya lagi kemudian dia mulai mengobati orang-orang yang terluka parah.
Hampir setengah harian, barulah mereka menyelesaikan pekerjaan itu.
Saat ini, sang surya sudah mulai condong ke barat.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berdiri termangu-mangu, Dia tahu jelas dalam hati, apabila tidak membasmi si pemetik harpa itu, tentu dirinya tidak akan dapat kembali gagah seperti dulu, Oleh Karena itu, setelah berdiri termangu sejenak, dia melesat pergi meninggalkan puncak Sian Jin Hong dan mulai menyelidiki asal-usul tandu mewah tersebut.
Tidak disangka-sangka, justru di tengah jalan dia melihat sebuah kereta mewah sedang melaju ke arah utara, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung menempuh ke arah utara untuk mengejar kereta mewah itu, Beberapa hari kemudian, dia tiba di sekitar gunung Pak Bong San, masih ada orang melihat kereta mewah tersebut 926 Kejadian di puncak Sian Jin Hong, memang telah menggemparkan seluruh rimba persilatan.
sebelum tandu mewah itu muncul di puncak Sian Jin Hong, sudah banyak orang meninggalkan puncak tersebut, maka mereka terhindar dari petaka itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek amat cerdas, maka tahu bahwa kejadian di puncak Sian Jin Hong, pasti diatur secara rapih oleh orang yang berada di dalam tandu mewah.
Terlebih dahulu orang itu membuat para jago tangguh beberapa partai bentrok, setelah itu barulah turun tangan membasmi mereka dengan Pat Liong Thian Im.
Kelihatannya si pemilik harpa maut itu ingin menguasai dunia persilatan Setelah berpikir secara seksama, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek merasa dugaannya tidak meleset Namun ada satu hal yang dia tidak mengerti, yakni siapa sebetulnya iblis pemilik harpa maut itu? Ketika mulai mendekati gunung Pak Bong San, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menduga, apakah pemilik harpa maut itu si Nabi Setan-Seng Ling? Namun kemudian dia membantah dugaannya sendiri, sebab kalau benar pemilik harpa maut itu si Nabi Setan-Seng Ling, yang mana telah memiliki Pat Liong Thian Im, tidak mungkin dia masih mau menculik Lu Leng untuk menekan Lu Sin Kong.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terus mengejar kereta mewah tersebut, tapi justru malah bertemu Tam Goat Hua di dalam rimba itu, Begitu mengetahui Tam Goat Hua berhasil menolong Lu Leng, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek girang bukan main, Namun ketika mendengar Lu Leng menghilang lagi, dia marah sekali, lalu mencaci maki Tam Goat Hua, dan setelah itu, barulah pergi.
Setelah pergi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mencari Lu Leng di sekitar daerah itu.
Ketika Tam Goat Hua dan Oey Sim Tit menuju sebuah rumah besar, dia sudah mengikuti di belakang mereka.
Llmu Ginkangnya amat tinggi, maka Tam Goat Hua dan Oey Sim Tit sama sekali tidak tahu kalau diikutinya.
Setelah Tam Goat Hua memasuki rumah besar itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera melesat ke atapnya dan terus mengintip gerak-gerik Tam Goat Hua.
Betapa kagumnya ketika menyaksikan bagaimana sikap gadis itu menghadapi Liat Hwe Cousu, Di antara Tong Hong Pek dan Tam Goat Hua terdapat perselisihan usia yang begitu jauh, tapi Tong Hong Pek tidak memikirkan hal itu, Dia hanya merasa Tam Goat Hua merupakan gadis yang amat berani dan gagah, bahkan amat cerdas, maka pantas menjadi temannya, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terus mengintip, Ketika Tam Goat Hua dan Oey Sim Tit dalam keadaan bahaya, barulah dia muncul mendadak.
Apa yang terjadi selanjutnya, sudah diceritakan di atas.
Seusai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menutur, wajah Lu Leng tampak merah padam, kemudian dia berkata dengan lantang.
"Kalau begitu, pembunuh ayahku adalah iblis yang memetik harpa itu?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut.
"Memang dia. Kelihatannya pelaku yang muncul dalam rimba persilatan, juga dia yang menimbuikan-nya."
Lu Leng mengepalkan tangannya seraya berkata.
"Kalau tidak membalaskan dendam ayahku, aku tidak mau jadi orang!"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum.
"Tentu! Kalau tidak, bagaimana aku bersedia menerimamu sebagai murid?"
Mendadak Lu Leng bertanya.
"Tempat tinggal iblis itu, entah berada di mana?"
Tam Goat Hua langsung menyahut tanpa sadar "Aku tahu!"
Lu Leng segera menggenggam tangan gadis itu erat-erat seraya bertanya.
"Kakak Goat, cepat katakan di mana tempat tinggal iblis itu!"
Tam Goat Hua menyahut "Adik Leng, kau jangan terburu nafsu! Aku pun tidak akan tinggal diam mengenai dendam kematian ayahmu, Tempat tinggal iblis itu, tidak jauh dari sini,"
Kemudian Tam Goat Hua menutur tentang dirinya ketika kehujanan, lalu berteduh di sebuah rumah besar, Usai mendengar penuturan gadis itu, Lu Leng berkata.
"Guru, Kakak Goat! Mari kita cari dia sekarang!"
Wajah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung berubah.
"Tidak boleh!"
Lu Leng tertegun.
"Mengapa?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tampak serius.
"Di puncak Sian Jin Hong, ketika aku melancarkan sebuah pukulan, justru mendadak terdengar seperti suara ledakan, sehingga membuatku terpental. Ternyata suara harpa, Oleh karena itu, kita tidak bisa mendekatinya, harus menggunakan suatu siasat"
Bagian 19 Tiba-tiba Lu Leng teringat apa yang dialaminya ketika berada di luar kota Lam Cong, Dia pernah melihat sebuah harpa kuno di dalam kereta mewah.
Tanpa sengaja dia memetik salah satu tali senar harpa itu, kemudian timbullah suara yang amat memekakkan telinga, sehingga mengejutkan kuda penarik kereta mewah tersebut.
Teringat akan kejadian itu, Lu Leng pun percaya akan apa yang dikatakan gurunya.
Seketika dia diam, namun sepasang matanya berapi-api.
Menyaksikan itu Tam Goat Hua tahu Lu Leng yang beradat keras itu pasti merasa penasaran dalam hati Gadis itu khawatir Lu Leng akan membuat Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersinggung, maka segera berkata.
"Adik Leng, kau harus dengar kata-kata.... Tuan Tong Hong!"
Lu Leng tidak menyahut, hanya mengeluarkan suara dengusan. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata sungguh-sungguh.
"Kita tahu tempat tinggalnya, tapi tidak boleh ke sana, bahkan harus menghindar lebih jauh."
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Tuan Tong Hong, kalau begitu, apakah kita harus menyiarkannya terus malang-melintang saja?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening dan tersenyum hambar, sehingga membuatnya kelihatan bertambah tampan, Tam Goat Hua sedang berbicara dengannya, tentunya harus memandangnya, Ketika menyaksikan Tong Hong Pek begitu tampan menawan hati, seketika hatinya berdebar-debar kacau, untung Tong Hong Pek cepat menyahut, kalau tidak pasti gadis itu terus terkesima, setelah tersenyum, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut.
"Tentu tidak, sebab aku telah menyadarkan Sui Cing Siansu. Lagipula ayahmu pun ke puncak Sian Jin Hong, pasti bertemu Siansu itu dan mereka berdua tentu akan mengundang para jago tangguh dalam rimba persilatan guna merencanakan sesuatu."
Tam Goat Hua menarik nafas panjang.
"Aaaah! Kenapa Pat Liong Thian Im itu, tidak jatuh ke tangan pendekar berhati bajik?"
Begitu mendengar ucapan itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung tertawa gelak.
"Ha ha ha!"
Tam Goat Hua tertegun, Dia menatap Tong Hong Pek dengan mata terbelalak sambil bertanya.
"Tuan Tong Hong, kenapa tertawa gelak? Apakah tidak benar perkataanku tadi?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa lagi, lalu menyahut "Tentu tidak, Cobalah pikir, apakah dalam rimba persilatan terdapat pendekar yang berhati bajik?"
Tam Goat Hua diam saja, namun keningnya tampak berkerut, pertanda dia tidak setuju akan perkataan laki-laki itu. Sebelum gadis itu membuka mulut, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah berkata.
"Seandainya ada pendekar berhati bajik dalam rimba persilatan, tapi begitu memperoleh Pat Liong Thian Im, hatinya pasti berubah."
Tam Goat Hua tercengang.
"Kenapa bisa begitu?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menjawab sambil tersenyum.
"Karena pasti timbul suatu niat, yaitu ingin menjagoi rimba persilatan, otomatis membuatnya berubah menjadi jahat. Pat Liong Thian Im memang merupakan ilmu yang teramat tinggi, namun juga membawa petaka dalam rimba persilatan,"
Karena masuk akal apa yang dikatakan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, gadis itu manggut-manggut dan tidak banyak bicara lagi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa, setelah itu memakai lagi kedok "Buddha Tertawa"
Itu.
"Mari kita pergi!"
Lu Leng yang masih begitu muda, tentunya tidak begitu mengerti akan perkataan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek 933 tadi, Maka, begitu mendengar orang itu mau pergi, dia langsung bertanya.
"Mau ke mana, Guru?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut dengan dingin.
"Meninggalkan tempat ini, makin jauh makin baik."
Bibir Lu Leng bergerak-gerak, Kelihatannya dia ingin mengatakan sesuatu, namun dibatalkannya, Giok Bin Sin Kun-tong Hong Pek sudah mengayunkan kakinya, Tam Goat Hua dan Lu Leng segera mengikutinya, Bagaimana ekspresi wajah Lu Leng, tidak terlepas dari mata Tam Goat Hua.
Maka, gadis itu tahu bahwa saat ini Lu Leng amat tidak puas terhadap Tong Hong Pek.
Tam Goat Hua ingin membuka mulut menasihatinya, namun tidak tahu harus bagaimana menasihatinya, Lagipula dirinya berada di tengah-tengah Lu Leng dan Tong Hong Pek, maka timbul suatu hubungan yang agak ganjil dan itu membuat pikirannya kacau.
Berselang beberapa saat kemudian, mereka bertiga memasuki sebuah kota kecil Ketika itu hari pun sudah gelap, maka mereka bertiga bermalam di sebuah penginapan.
Walau sudah larut malam, Tam Goat Hua masih tidak bisa pulas.
Hati dan pikirannya diliputi rasa geli sah.
Dia bersama Lu Leng menempuh bahaya dan bersama pula menghadapi berbagai macam kesulitan sehingga meninggalkan suatu kesan di dalam hatinya, Akan tetapi, setelah bertemu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, gadis itu pun merasa bahwa Tong Hong Pek jauh lebih menarik dari Lu Leng, Bersama laki-laki itu dia merasa aman dan tidak perlu merasa takut terhadap apa pun.
Berpikir sampai di situ, wajahnya langsung memerah.
Tam Goat Hua terus berpikir, akhirnya hampir pulas.
Mendadak dia mendengar langkah seseorang di dekat jendela, kemudian terdengar pula suara ketukan di jendela itu.
Gadis itu segera meloncat bangun dan bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan Di saat itu terdengar suara seruan rendah.
"Kakak Goat! Kakak Goat! Kau sudah tidur?"
Begitu mendengar suara Lu Leng, seketika Tam Goat Hua menarik nafas lega, dan segera membuka daun jendela, Dilihatnya Lu Leng berdiri di luar jendela dengan wajah serius.
Begitu melihat Lu Leng, Tam Goat Hua pun dapat menduga sedikit maksud tujuannya.
Gadis itu langsung berkata dengan suara rendah.
"Adik Leng, apakah kau sudah tidak mau mendengar perkataan gurumu?"
Wajah Lu Leng memerah, karena Tam Goat Hua telah membaca pikirannya. Kemudian dia menyahut dengan suara rendah.
"Kakak Goat, aku sudah tahu siapa pembunuh ayahku, tapi kenapa kita malah harus menghindar?"
Tam Goat Hua menjulurkan tangannya. Ditariknya Lu Leng ke dalam kamar, lalu berkata.
"Adik Leng, apakah kau mau pergi mengantar nyawa?"
Sepasang mata Lu Leng tampak membara.
"Tak peduli apa pun, aku harus pergi mencari musuhku itu! Kakak Goat, maukah kau ikut aku?"
Seandainya Tam Goat Hua belum bertemu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek saat ini pasti mengiyakan pertanyaan Lu Leng itu.
Namun setelah berkenalan dengan Tong Hong Pek, dia merasa setiap perkataan Tong Hong Pek masuk diakal, Tanpa sadar, perasaannya telah terpengaruh oleh Tong Hong Pek.
Oleh karena itu, tanpa mempertimbangkan lagi dia langsung menyahut "Adik Leng, jangan omong yang bukan-bukan, kau tidak boleh pergi!"
Di wajah Lu Leng tersirat rasa kecewa dan kemudian dia berkata.
"Kakak Goat, kalau begitu kau tidak mau ikut aku?"
Tam Goat Hua tersenyum getir "Bukan hanya itu, bahkan kau pun tidak boleh pergi ke mana-mana!"
Lu Leng menundukkan kepala dan tak bersuara sama sekali Tam Goat Hua segera berkata.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Adik Leng, kalau kau tidak mau menurut perkataanku aku akan membanguni Tuan Tong Hong, agar dia yang melarangmu."
Lu Leng cepat-cepat menggoyang-goyangkan tangannya seraya berkata cepat.
"Kakak Goat, jangan membanguni Guru! Aku... aku menurut perkataanmu!"
Tam Goat Hua tersenyum.
"lni baru benar! cepatlah kau pergi tidur!"
Lu Leng membalikkan badannya mendekati jendela, lalu menoleh kan kepala memandang gadis itu seraya berkata dengan wajah kemerah merahan.
"Kakak Goat, aku amat suka kepadamu."
Mendengar ucapan itu, wajah Tam Goat Hua memerah dan hatinya agak berdebar-debar "Adik Leng, aku pun sama,"
Sahutnya.
Lu Leng memandangnya sambil tersenyum, kemudian mereka berdua berpeluk-pelukan, Berselang sesaat, barulah mereka melepaskan pelukan masing-masing.
Namun mereka berdua masih saling menggenggam tangan sambil memandang keluar jendela, Keadaan di luar gelap gulita, sama sekali tiada sinar rembulan maupun bintang, Sesaat kemudian Lu Leng berkata.
"Aku pergi!"
Tam Goat Hua menyahut "Ng", tapi tak bergeming dari tempatnya, sedangkan Lu Leng meloncat keluar melalui jendela itu, Gadis itu berdiri di dekat jendela.
Sekejap Lu Leng sudah menghilang, Saat ini, hati Tam Goat Hua bertambah kacau.
Tadi apa yang diucapkan Lu Leng amat jelas sekali di telinganya, Padahal dia dan Lu Leng memang merupakan pasangan yang serasi.
Akan tetapi, justru muncul Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek di tengah-tengah mereka.
Lama sekali Tam Goat Hua berdiri di situ, kemudian menghela nafas panjang sekali.
Ketika dia baru mau membalikkan badannya, mendadak pikirannya teringat sesuatu, dan itu membuatnya amat terkejut.
Dia segera membayangkan kembali gerak-gerik Lu Leng, dan seketika dia merasa bahwa gerak-gerik anak muda itu agak ganjil Cinta yang bersemi di antara mereka berdua bukan di mulai dari hari ini, tapi boleh dikatakan sudah cukup lama, dan 938 masing-masing menyimpannya dalam hati, tak pernah mencurahkannya.
Lagipula, Lu Leng sangat menghormatinya, maka seharusnya tidak begitu berani mengucapkan kata-kata itu.
Hanya ada satu kemungkinan Lu Leng telah berpikir bahwa dirinya sendiri akan menemui suatu bahaya bahkan mungkin juga nyawanya akan melayang malam ini, maka dia memberanikan diri mencetuskan kata-kata dalam hatinya, itu berarti ketika pergi ke kamar Tam Goat Hua, Lu Leng telah mengambil keputusan untuk pergi mencari pembunuh ayahnya, Di saat meninggalkan kamar Tam Goat Hua, keputusannya itu tidak berubah sama sekali, tapi gadis itu malah mengira Lu Leng telah mendengar nasihatnya.
Tam Goat Hua teringat akan kelihayan dan kedahsyatan Pat Liong Thian Im, dan teringat pula akan ayahnya yang berkepandaian tinggi juga masih terluka parah, Dia pun tahu bahwa Lu Leng beradat begitu keras, jika melihat iblis itu pasti memunculkan diri Berpikir sampai di situ, tanpa ayal lagi Tam Goat Hua segera melesat keluar melalui jendela, dan langsung menuju ke kamar Lu Leng, Didorongnya daun jendela kamar itu seraya berseru-seru.
"Adik Leng! Adik Leng!"
Begitu memanggil dua kali tiada sahutan, dia langsung melongok ke dalam, tapi tidak melihat Lu Leng, seketika itu juga dia panik, karena dugaannya tidak meleset Ketika dia baru mau membalikkan badannya untuk pergi 939 memberitahukan kepada Tong Hong Pek, mendadak mendengar suara langkah yang amat ringan di belakangnya, Tam Goat Hua segera membalikkan badannya, Yang dilihatnya bukan kedok yang aneh, melainkan seraut wajah yang amat tampan menawan hati, Gadis itu segera memberitahukan "Tuan Tong Hong, adik Leng sudah pergi."
Wajah Tong Hong Pek langsung berubah serius. Tam Goat Hua bertanya dengan suara rendah.
"Bagaimana kalau kita pergi mengejarnya?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek balik bertanya.
"Kau tahu dia ke kemana?"
Tam Goat Hua manggut-manggut.
"Tahu, Dia pergi mencari si iblis Harpa untuk menuntut balas."
Air muka Tong Hong Pek berubah, kemudian dia membanting kaki seraya berkata sengit.
"Anak itu! Mari cepat kita kejar!"
Tong Hong Pek menjulurkan tangannya, ternyata dia mengapit Tam Goat Hua di bawah ketiaknya 940 Seketika wajah gadis itu memerah sampai ke telinga, bahkan hatinya deg-degan tidak karuan. Tong Hong Pek berbisik.
"Mari kita berangkat, kau sebagai penunjuk ja-lan!"
Tam Goat Hua tahu bahwa Tong Hong Pek tidak bermaksud apa-apa, hanya khawatir karena Ginkang-nya rendah tak dapat mengikutinya, maka meng-apitnya agar bisa lebih cepat, Namun meskipun begitu, hatinya tidak terluput dari deg-degan.
Belum pernah dia begitu dekat dengan kaum lelaki, lagipula lelaki itu amat menarik hatinya, maka tidak mengherankan kalau hatinya berdebar-debar tidak karuan, Kemudian dia mengangguk, sekaligus mengeluarkan suara "Ng", sebagai jawabannya, Di saat bersamaan, Tong Hong Pek melesat pergi, Tam Goat Hua merasakan adanya angin menderu-deru melewati telinganya, Dapat dibayangkan betapa tingginya Ginkang Tong Hong Pek.
sedangkan Tam Goat Hua terus menunjuk jalan, Dalam waktu satu jam mereka sudah menempuh enam puluh mil lebih, maka rumah besar yang dituju sudah tidak begitu jauh.
Tak seberapa lama kemudian tibalah mereka di depan rumah besar tersebut Tam Goat Hua memandang ke depan, lalu mendadak mengeluarkan suara "iih"
Begitu mendengar suara itu, Tong Hong Pek segera menghentikan langkahnya, Kini mereka sudah berada di depan rumah besar itu.
Akan tetapi, rumah besar itu kini sudah tidak ada.
Di bawah sinar bulan yang remang-remang, tampak rumah besar itu telah berubah menjadi abu, bahkan masih tampak sedikit asap, Betapa herannya Tam Goat Hua.
"Tuan Tong Hong, memang tempat ini, tapi kenapa sudah musnah?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menatapnya seraya bertanya.
"Kau tidak salah ingat?"
Tam Goat Hua menyahut "Tentu tidak. Hari itu aku berteduh di rumah ini."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening.
"lni justru sungguh aneh. Kelihatannya Lu Leng juga tidak berada di sini."
Tam Goat Hua segera berseru-seru.
"Adik Leng! Adik Leng!"
Hanya suara seruan Tam Goat Hua yang bergema, sama sekali tiada suara sahutan, Tong Hong Pek segera bergerak berputar di sekitar tempat itu, Ketika sampai di sudut sebelah timur, dia berhenti dan 942 mendadak membentak keras sambil melancarkan sebuah pukulan.
Ternyata pukulannya diarahkan ke sebuah pilar yang telah patah, Besar pilar itu sepelukan orang, namun begitu terhantam pukulan Tong Hong Pek langsung patah dan melayang ke atas, Semula Tam Goat Hua mengira bahwa Tong Hong Pek menemukan Lu Leng, namun tiba-tiba laki-laki membentak "Siapa?"
Seketika tampak dua sosok bayangan mencelat ke atas, Gerakan kedua sosok bayangan itu amat cepat dan setelah mencelat ke atas, lalu berjungkir balik menerjang ke arah Tong Hong Pek.
Sepasang bahu Tong Hong Pek bergerak, ternyata dia telah menggerakkan sepasang telapak tangannya untuk menangkis.
Sebelum terjangan kedua sosok bayangan itu sampai ke arah Tong Hong Pek, sekonyong-konyong terdengar suara siulan dan seketika mereka terpental ke belakang, Namun gerakan mereka berdua sungguh cepat, bagaikan gulungan asap menerjang ke arah Tam Goat Hua.
Begitu melihat kedua orang itu menerjang ke arah nya, Tam Goat Hua segera bergerak cepat untuk menghindar namun serangkum tenaga yang amat dahsyat telah mengarah bagian dadanya.
Tadi menyaksikan gerakan kedua orang itu begitu gesit dan cepat, Tam Goat Hua sudah menduga kedua orang itu pasti berkepandaian tinggi, maka dia tidak berani menangkis, melainkan berkelit lagi, Setelah berhasil berkelit, barulah Tam Goat Hua melihat jelas kedua orang itu, dan langsung berseru.
"Ternyata kalian berdua!"
Kedua orang itu tidak menyahut namun dalam sekejap mereka berdua sudah mencelat mundur belasan depa, Di saat bersamaan, terdengar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengeluarkan siulan panjang, lalu membentak "Berhenti!"
Kedua orang itu langsung berhenti dan itu membuat Tam Goat Hua terheran-heran, sedangkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa dingin sambil menghampiri mereka, Kedua orang itu membalikkan badan, ternyata Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun.
Telapak Emas Beracun -- Gu Long Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear Lembah Patah Hati Lembah Beracun -- Khu Lung