Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 16


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 16



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   "Aku bersembunyi di bawah See Thian Hong selama dua hari. Kini baru punya keberanian ke mari. Apa yang telah terjadi?"

   Lu Leng cuma menghela nafas panjang, Seakan tengah bermimpi buruk, Tidak sampai setengah malam, telah terjadi banyak perubahan, Hal ini tidak bisa begitu saja diceritakannya dengan hanya beberapa patah kata.

   "Sobat Oey, perubahan yang terjadi setengah malam ini rasanya terlalu panjang untuk diceritakan. Kini Liok Ci Khim Mo sudah datang. Apakah kau tidak mendengar suara Pat Liong Thian Im?"

   Oey Sim Tit terdiam Dia menganggukkan kepalanya pelan.

   "Aku mendengar suara harpa. itulah sebabnya aku keluar dari tempat persembunyian. Di mana Nona Tam?"

   Tanyanya kemudian, tampak penasaran sekali.

   Hati Lu Leng terasa pedih sekali.

   Dia tidak mempedulikan Oey Sim Tit lagi, dan langsung melesat pergi, Toan Bok Ang pun ikut melesat pergi mengikutinya dari belakang.

   Gadis itu terlambat selangkah sementara Oey Sim Tit melongok ke dalam ruang besar.

   seketika dia mengeluarkan suara sambil menggetarkan kepala.

   "Tuan penolong Seng, kau juga berada di sini?"

   Bentaknya terkejut. Si Nabi Setan-Seng Ling mendongakkan kepala.

   "Budak Setan, ternyata kau! Bagus! Bagus...!"

   Toan Bok Ang mendengar jelas suara dari Nabi Setan-Seng Ling itu, namun tidak tahu apa maksud-nya.

   Gadis itu cuma ingin mengejar Lu Leng, tiada waktu mempedulikan mereka, Lu Leng yang terus melesat sekarang sudah turun dari See Thian Hong, sementara Toan Bok Ang juga sudah sampai di belakangnya, Lu Leng menoleh ke arahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

   "Nona Toan, untuk apa kau menyusahkan diri sendiri?"

   "Kau tidak usah mempedulikanku!"

   Sahut Toan Bok Ang dengan ketus, Mereka berbicara, namun kaki tidak berhenti, terus berlari ke bawah gunung.

   sehingga tak berapa lama kemudian, suara Pat Liong Thian Im sudah terdengar jelas, Diam-diam Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian menghentikan langkahnya.

   "Nona Toan, kau sudah dengar?"

   Lweekang Toan Bok Ang sudah di bawah Lu Leng, Ketika mendengar suara harpa itu, seketika pikirannya jadi kacau-balau, Gadis itu mendekati Lu Leng, wajahnya tampak pucat pias dan gelagapan "Sungguh hebat Pat Liong Thian Im itu."

   Gumamnya sambil menggelengkan kepala.

   "Pat Liong Thian Im itu sebenarnya merupakan sebuah ilmu silat yang menyerang hati dan pikiran. Sejak dahulu 1292 hingga kini, tiada seorang pun dapat melawan Pat Liong Thian Im. Karena itu, Nona Toan, cepatlah kau pergi!"

   Semakin Lu Leng menyuruhnya pergi, gadis itu justru merasa Lu Leng semakin memperhatikannya, sehingga membuatnya enggan pisah darinya, Toan Bok Ang mengeleng-gelengkan kepala.

   "Aku tidak mau pergi!"

   Sahutnya, Kemudian diam-diam ia mengerahkan Lweekangnya melawan Pat Liong Thian Im.

   Namun nafasnya terdengar sudah mulai memburu.

   Lu Leng tahu, sebelum sampai di sana Toan Bok Ang pasti sudah terluka parah.

   Jadi sebenarnya tak ada gunanya dia ikut bersamanya menuju ke tempat itu, Ketika Toan Bok Ang menyahut begitu, dalam hati Lu Leng sudah punya suatu ide Maka mendadak saja dia menyerang gadis itu dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan), Namun agaknya dia tidak ingin mengerahkan Lweekang Kim Kong Sin Ci itu, Meskipun begitu, jurus tersebut sangat dahsyat jari telunjuknya tampak mengarah ke jalan darah di bahu gadis itu, Siapa nyana, Toan Bok Ang ternyata seorang gadis yang cerdas, Dia sudah menduga, Lu Leng pasti akan turun tangan terhadapnya dengan cara menotok jalan darahnya agar dia tidak bisa ikut.

   Dengan gerakan yang sangat cepat dia mengelakkan serangan Lu Leng itu, Lu Leng yang tak menduga serangannya berhasil dielakkan, cepat maju selangkah 1293 sekaligus melancarkan serangan lagi dengan jurus Soat Hua Liok Cut (Bunga Salju Berterbangan).

   Sebuah jurus keenam dari Kim Kong Sin Ci, yang jauh lebih hebat dan dahsyat dari jurus pertamanya tadi.

   Toan Bok Ang melihat begitu banyak bayangan jari telunjuk mengarahnya, Namun dengan cepat ia mencelat ke belakang, sayang sudah tidak keburu lagi, jalan darah Tay Pai Hiat di pinggangnya sudah tertotok, sehingga membuat badannya tidak bisa bergerak.

   Lu Leng tahu, kalau Toan Bok Ang tetap berada di situ pasti akan celaka oleh Pat Liong Thian Im yang terus terdengar mengalun Karena itu, dia segera membopong Toan Bok Ang ke atas Cing Yun Ling.

   Ketika dibopong, hati gadis itu pun berbunga-bunga dan merasa nyaman sekali.

   Akan tetapi, Toan Bok Ang juga merasa berduka, karena tidak lama lagi Lu Leng pasti menurun kan nya lagi, sedangkan Lu Leng akan pergi cari mati.

   Bopongan itu dianggapnya sebagai bopongan perpisahan Namun Toan Bok Ang tidak bisa bergerak Mulutnya kelu tidak bisa bersuara, Hanya air matanya yang terus meleleh.

   Sedih dan rasa haru tak bisa dikatakannya.

   Lu Leng mengetahui kalau gadis itu menangis, namun rupanya dia pura-pura tidak melihatnya, Tak lama dia sudah sampai di Cing Yun Ling, pemuda itu meletakkan Toan Bok Ang di dalam sebuah goa.

   Dipandangnya sejenak gadis itu, lalu menghela nafas panjang.

   "Aaaah! Nona Toan, aku tahu apa yang ada dalam hatimu. Tapi apa yang terjadi malam ini, kau pun telah menyaksikannya, Aku harap... kau jangan berkata aku terlalu tega terhadapmu!"

   Berkata sampai di situ, air mata Lu Leng pun meleleh.

   Kemudian dibalikkan badannya dan segera melesat pergi.

   Toan Bok Ang membelalakkan mata melihat Lu Leng meninggalkannya, entah bagaimana rasanya dalam hati.

   Setelah Lu Leng tidak kelihatan, Toan Bok Ang mulai mengerahkan Lweekangnya untuk membuka jalan darahnya yang tertotok Akan tetapi, walau Toan Bok Ang berusaha beberapa kali, tampaknya tetap tidak bisa membuka jalan darahnya yang tertotok Kini dia berada di dalam goa, suara Pat Liong Thian Im sudah tidak begitu terdengar lagi.

   Meski begitu, dia tak bisa menepiskan rasa gugup dan panik dalam hatinya.

   Berselang beberapa saat, gadis itu mendengar suara si Nabi Setan-Seng Ling.

   "Budak Setan, kau sendiri yang pergi! Lukaku amat parah, tidak dapat bertahan Kalau terus turun aku pasti mati."

   Ujar Budak Setan Oey Sim Tim.

   "Tuan penolong, Liok Ci Khim Mo mencariku. sebetulnya ada urusan apa?"

   Si Nabi Setan-Seng Ling menarik nafas beberapa kali.

   "Aku pun tidak tahu, Ketika bertemu denganku dia justru menanyakan apakah di dalam istana Setan terdapat seseorang 1295 yang memiliki Busur Api? Aku menjawab sejujurnya, maka dia menyuruhku agar mencarimu."

   Mereka berdua sudah sampai di depan goa tempat Toan Bok Ang berada.

   Gadis itu memandang keluar Ternyata putra si Nabi Setan juga berada di situ, Mereka bertiga berdiri di depan goa itu.

   Toan Bok Ang terkejut bukan main.

   Dia berharap si Nabi Setan-Seng Ling jangan memasuki goa, Si Nabi Setan-Seng Ling sudah terluka parah, jadi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya.

   Namun putranya yang hanya buntung sebelah tangannya, kalau ingin mencelakai Toan Bok Ang, masih dapat melakukannya.

   Dalam kepanikan dan gugup gadis itu berusaha tetap mendengar pembicaraan mereka dengan penuh perhatian.

   "Tuan penolong, Pat Liong Thian ini itu sangat dahsyat Sebelum aku mendekatinya, aku pasti akan terluka!"

   Ujar Budak Setan-Oey Sim Tit, Sou Mia Su Seng Bou menyela.

   "Liok Ci Khim Mo mau menerimamu, tapi jangan khawatir dia tidak akan mencelakaimu Kau boleh berlega hati ke sana."

   Budak Setan-Oey Sim Tit tampak tercenung seperti memikirkan sesuatu.

   "Kini sudah larut malam, bagaimana dia tahu aku akan ke sana?"

   Si Nabi Setan-Seng Ling berpikir sejenak, setelah itu berkata.

   "Aku punya akal!"

   "Ayah punya akal apa, cepat katakan! Kalau Budak Setan bertemu Liok Ci Khim Mo, kita pun bisa melampiaskan kedongkolan hati kita!"

   Ujar Sou Mia Su. Si Nabi Setan-Seng Ling manggut-manggut.

   "Liok Ci Khim Mo ingin mencari orang yang memiliki Busur Api. Tentu dia tahu asal-usul pemilik Busur Api itu. setelah kau sampai di tempat yang sudah tidak dapat bertahan, gunakanlah busur itu untuk memanah! Begitu dia mendengar suara busur itu, dia pasti tahu bahwa kau sudah datang!"

   Budak Setan-Oey Sim Tit berpikir sejenak, lalu mengangguk "Baik!"

   Si Nabi Setan-Seng Ling menambahkan "Setelah bertemu Liok Ci Khim Mo, jangan lupa menyinggung kami, Iho!"

   Budak Setan-Oey Sim Tit mengangguk lagi, kemudian melesat pergi laksana kilat Si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya berdiri sejenak di depan goa.

   Namun kemudian mereka berdua melangkah ke dalam goa.

   Melihat kedua orang itu masuk, seketika Toan Bok Ang jadi tegang, Cepat-cepat dikerahkan Lwee-kangnya untuk membuka jalan darahnya yang masih tertotok.

   Namun tetap 1297 tidak berhasil.

   Hal itu membuat Toan Bok Ang semakin gugup dan panik.

   Si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya duduk, sekitar dua depa dari mulut goa.

   Goa itu amat gelap, sehingga si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya tidak melihat Toan Bok Ang tergeletak tak jauh dari tempat mereka berada.

   Sedangkan gadis itu berusaha menahan nafas.

   Terdengar suara helaan nafas si Nabi Setan-Seng Ling.

   "Aaaah! Tak kusangka diriku begitu terkenal Tapi aku nyaris mati di Cing Yun Ling!"

   Sou Mia Su berkertak gigi dan berkata.

   "Orang membalas dendam, sepuluh tahun pun belum terlambat. Kalau kita memperoleh bantuan Liok Ci Khim Mo, tidak usah takut dendam tidak terbalas!"

   Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa dingin.

   "Kita diam saja di sini, Kalau suara harpa itu berhenti, mereka semua pasti sudah mampus!"

   Sou Mia Su Seng Bou kelihatan kurang percaya.

   "Ayah, betulkah Pat Liong Thian Im begitu hebat?"

   Si Nabi Setan-Seng Ling menyahut "Itu sudah pasti, Pat Liong Thian Im itu ilmu tingkat tinggi yang mampu menyerang hati dan pikiran orang. sehingga pihak lawan dapat terpengaruh semua!"

   "Bagaimana kalau dibandingkan dengan ilmu katapun Setan yang kita miliki itu?"

   Si Nabi Setan-Seng Ling menghela nafas panjang "Seperti kunang-kunang dibandingkan dengan cahaya matahari!"

   Sejauh itu, si Nabi Setan-Seng Ling belum mengetahui akan keberadaan orang lain di tempat itu.

   Toan Bok Ang nyaris tertawa, mendengar Sou Mia Su Seng Bou yang membandingkan kalapan Setan dengan Pat Liong Thian Im! Sou Mia Su manggut-manggut.

   Diam-diam merasa kagum akan kehebatan Liok Ci Khim Mo yang memiliki senjata sakti berupa harpa.

   "Cepatlah kau keluarkan barang itu!"

   Ujar Setan-Seng Ling setelah keduanya terdiam beberapa saat lamanya. Sou Mia Su Seng Bou terkejut.

   "Ayah, barang itu sangat berbahaya, Bagaimana mungkin kita keluarkan di sini?"

   Si Nabi Setan Seng Ling membentak "Kau tahu apa? Barang itu khusus untuk menghisap hawa mayat, Dia memiliki sebuah mutiara yang dapat menambah Lweekangku sepuluh tahun latihan! Kalau aku menelan mutiara itu, lukaku akan cepat sembuh!"

   Toan Bok Ang tidak tahu apa yang dibicarakan mereka.

   Namun mendengar sampai di situ, dia menduga yang dimaksudkan kedua orang itu pasti Kura-Kura Mayat.

   Ternyata begitu, nenek setan itu telah melupakan itu, sehingga kitalah yang memperoleh keuntungan!"

   Ujar Sou Mia Su Seng Bou sambil manggut-manggut.

   "Cepat tuangkan arak yang kuberikan tadi. Kalau binatang aneh itu keluar dari tabung bambu, pasti akan minum arak itu, dan tentu akan membuatnya tak mampu bergerak Maka kita boleh membelah perutnya untuk mengambil mutiara itu!"

   Sou Mia Su menurut begitu saja, Tak lama Kura-Kura Mayat itu sudah mabuk, tak mampu bergerak lagi dan bahkan terlentang lemas, Sou Mia Su Seng Bou segera mengeluarkan sebuah belati, lalu dibelahnya perut binatang aneh itu, Kemudian dari dalam perut binatang aneh itu meloncat keluar suatu benda, bergelinding dekat perut Toan Bok Ang.

   Toan Bok Ang keheranan, karena ada suatu benda yang agak dingin mendekati mulutnya, Apa yang dibicarakan si Setan-Seng Ling, semuanya masuk ke dalam telinga Toan Bok Ang.

   Maka dia tahu benda itu pasti mutiara dari dalam perut binatang aneh itu.

   Hati gadis itu pun berdebar-debar, karena tahu mutiara itu sangat bermanfaat bagi orang yang sedang berlatih Lweekang, Karena itu, dia langsung membuka mulutnya menghisap.

   seketika mutiara itu pun masuk ke mulutnya.

   Toan Bok Ang tidak berpikir kalau kedua orang itu pasti akan mencari mutiaranya yang hilang.

   "Tadi dari dalam perut binatang aneh itu meloncat keluar suatu benda, tapi ke mana dia?"

   Seru Sou Mia Su Seng Bou dengan mata jelalatan mencari-cari mutiara tadi yang meloncat keluar dari perut binatang Aneh. Si Nabi Setan-Seng Ling menghardik dengan penuh kegusaran.

   "Cepat cari! Kalau benda itu terkena angin, setengahnya sudah tak bermanfaat lagi!"

   Sou Mia Su Seng Bou mengangguk dia mulai mencari ke sana ke mari Hal itu tentu saja membuat tegang hati Toan Bok Ang. Rasanya ingin ia memuntahkan mutiara itu ke arah Sou Mia Su Seng Bou, tapi mendadak dia justru berseru kaget.

   "Ayah, tak jauh dari tempatmu ada seseorang tergeletak!"

   Si Nabi Setan-Seng Ling terkejut, dia segera menoleh dan melihat seorang tergeletak di situ, Toan Bok Ang tahu mereka sudah melihatnya, maka segera menelan mutiara tersebut Begitu masuk ke tenggorokan, mutiara itu pecah.

   Toan Bok Ang merasa ada cairan yang amat dingin mengalir ke dalam tenggorokan dan menerebos ke dalam perutnya, sehingga perutnya terasa dingin sekali.

   Sesaat kemudian, sekujur tubuh Toan Bok Ang menggigil kedinginan saat hawa dingin dari mutiara tadi menjalar cepat ke sekujur urat nadi di tubuhnya, Mendadak jalan darah yang tertotok pun terbuka dengan sendirinya, Namun Toan Bok Ang tetap belum bisa bangun! Giginya bergetar dan bergemeretukan, menggigil.

   Sou Mia Su Seng Bou memapah ayahnya mundur beberapa langkah, kemudian mereka membentak serentak.

   "Siapa kau?"

   Toan Bok Ang tidak menyangka, cairan itu membuat sekujur badannya jadi membeku.

   Ketika mau menyahut, tidak mampu mengeluarkan suara, karena bibirnya pun seakan membeku.

   Si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya terkejut, tapi juga merasa heran.

   Kalau yang dilihatnya adalah mayat, kenapa bisa menggigil kedinginan? seandainya orang itu masih hidup, kenapa diam saja? Sou Mia Su tak berani bergerak karena terkejut, sementara si i Setan-Seng Ling yang agak bernyali mendekati Toan Bok Ang dengan membungkukkan badannya melihat.

   "Mutiara itu telah ditelannya!"

   Si Nabi Setan menggeram penuh kemarahan. Sou Mia Su Seng Bou terperanjat kaget bukan main. Bagian 28

   "Lalu bagaimana baiknya?"

   Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ha ha! Gadis itu mengira setelah menelan mutiara tersebut, pasti segera menambah Lweekangnya. Ternyata dia tidak tahu, mutiara itu mengandung hawa dingin! Walau aku memiliki Im Si Ciang, pasti akan menggigil kedinginan satu jam, sebelum merasakan manfaatnya, Dengan menelan mutiara itu berarti dia mencari mati!"

   "Kalau dia mati kita sudah tidak bisa memperoleh mutiara itu lagi!"

   Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.

   "Ha ha! Ketika dia hampir mati, aku akan menghisap darahnya. Sama saja, bermanfaat bagi diriku!"

   Pembicaraan mereka berdua tidak lerlepas dari telinga Toan Bok Ang, Kini gadis itu menyesal sekali.

   Dia terlanjur menelan mutiara itu, untuk memuntahnya sudah tidak bisa lagi.

   sementara si Setan-Seng Ling dan putranya sudah duduk di sisinya, menunggu untuk menghisap darahnya.

   Toan Bok Ang berseru dalam hati.

   "Lu Siauhiap! Oh, Lu Siauhiap! Kalau kau tahu aku akan mengalami ini, sudah pasti kau tidak akan melarangku ikut kau ke bawah gunung! Lebih baik mati oleh suara Pat Liong Thian Im daripada mati di sini dengan cara mengenaskan! Meski begitu, Toan Bok Ang tidak bisa menyalahkan Lu Leng yang telah meninggalkan dirinya di dalam goa itu. Kini dia merasa sepasang tangan dan kakinya semakin dingin, seakan membeku, begitu pula sekujur badannya! Sou Mia Su yang sudah duduk di sisinya menatap tajam penuh kegeraman kepada Toan Bok Ang, sepertinya hendak menelan tubuh gadis itu.

   "Ayah! Bukankah dia adalah Toan Bok Ang murid Hui Yan Bun?"

   Tersentak Sou Mia Su begitu mengenali siapa gadis tergeletak di sampingnya itu.

   "Peduli dia siapa!"

   Dengus si Nabi Setan-Seng Ling begitu sengit. Sou Mia Su bangkit berdiri.

   "Ayah...."

   "Tulup mulutmu!"

   Air muka Sou Mia Su berubah, dia mundur selangkah dengan wajah gusar "Ayah, usiaku sudah tidak muda lagi. Ayah sering bilang akan menikahkanku! Namun... hingga kini aku belum punya istri!"

   Si Setan-Seng Ling sudah melihat bagaimana reaksi putranya setelah melihat Toan Bok Ang, Ucapan putranya barusan tentu saja membuat wajahnya menghijau.

   "Omong ko...."

   Namun belum juga usai ucapan-nya, si Nabi Setan-Seng Ling gagah merasa darahnya bergolak, maka terbatuk-batuk beberapa kail "Ayah, Toan Bok Ang juga baik, aku... aku ingin memperistrinya. Bagaimana menurut Ayah?"

   Walau sekujur badannya telah membeku, namun telinga gadis itu masih bisa mendengar Dan mengetahui bahwa Sou Mia Su ingin memperistrinya, Toan Bok Ang langsung merasa muak.

   ingin ia mencaci nya tapi tak mampu membuka mulutnya.

   Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa terbahak.

   "Ha ha! Dia sudah mau jadi mayat, bagaimana mungkin kau memperisterinya?"

   "Ayah, aku pernah dengar dari Ayah tentang mutiara Kura-Kura Mayat Orang yang menelan mutiara itu memang akan menderita kedinginan Namun jika kemudian menelan sesuatu yang mengandung hawa panas maka dapat melawan hawa dingin itu, bahkan amat bermanfaat bagi dirinya!"

   Si Nabi Setan-Seng Ling gusar bukan main, sehingga sekujur badannya bergemetan "Kau... kau binatang! Kau... tidak mempedulikan keadaan luka ayahmu!"

   Mendadak Sou Mia Su Seng Bou tertawa.

   "Ayah, jika lukamu sembuh, aku justru akan kehilangan nyawa, karena urusan kami kakak beradik, apakah Ayah begitu gampang melepaskanku?"

   Si Nabi Setan-Seng Ling tampak tersentak mendengar ucapan putranya, Dia benar-benar tak pernah menduga, 1305 sekian lama menjagoi rimba persilatan, tadi di ruang besar itu menderita luka parah namun tidak mati Kini malah akan mati di tangan putranya sendiri! Sou Mia Su tentu tidak berani menjatuhkan tangan kejam membunuh ayahnya, Tetapi kalau Seng Bou membawa pergi Toan Bok Ang, sehingga dia tidak bisa menghisap darah gadis itu untuk menyembuhkan lukanya, sedangkan dia akan ditinggal di dalam goa, bukankah sama juga menyiarkannya mati perlahan-lahan? Betapa gusarnya Nabi Setan-Seng Ling, tahu putranya yang satu ini justru lebih licik dari dirinya.

   Maka dia tidak berani melampiaskan kegusarannya, sebaliknya malah berkata dengan lembut sekali "Anak Bou, mengenai urusan kalian kakak beradik, aku tidak akan mengungkitkannya lagi.

   Kelak jika sembuh, aku pasti akan menurunkan beberapa macam ilmu silat padamu.

   Bagaimana?"

   Rajuk Seng Ling kepada putranya. Sou Mia Su Seng Bon tertawa licik.

   "Ayah, sudahlah! Kenapa tidak dari dulu Ayah menurunkan ilmu silat itu padaku? Walau aku putramu, tapi kau sama sekali tidak mempercayaiku!"

   Berkata sampai di situ, Seng Bou tertawa lagi.

   "He he! Aku tahu, beberapa macam ilmu silat itu, semuanya dituliskan di dalam beberapa buah kitab. Terus terang, aku sudah menghafalnya, kalau tidak percaya kau bisa kembali ke istana Setan, boleh menyaksikan ilmu silatku, apakah sudah mengalami kemajuan atau belum?"

   Usai berkata begitu, Sou Mia Su langsung membopong Toan Bok Ang meninggalkan goa itu. Betapa terkejutnya si Nabi Setan-Seng Ling melihat hal itu.

   "Anak Bou! Anak Bou!"

   Akan tetapi, Sou Mia Su tidak menghiraukannya, Tanpa menoleh dia terus melangkah pergi sambil membopong Toan Bok Ang.

   Si Nabi Setan gusar sekali dan menyesal Menyesal karena dirinya hanya menyayangi kedua putranya.

   Terhadap orang lain justru teramat sadis, Kini putranya terhadap dirinya justru telah meniru perbuatannya! Si Nabi Setan-Seng Ling menghela nafas panjang, kemudian pingsan.

   * * * * Sementara itu Lu Leng terus melesat ke bawah gunung, Dia tahu satu jam kemudian, Toan Bok Ang dapat membuka jalan darahnya yang tertotok.

   Dalam waktu satu jam itu, kemungkinan besar dirinya dan lainnya sudah jadi mayat di bawah gunung itu.

   Lu Leng tahu dalam hati Toan Bok Ang telah jatuh cinta padanya, tapi dia justru tersiksa oleh percintaan.

   Oleh karena itu, bagaimana mungkin masih berani membicarakan soal percintaan? Setelah meninggalkan goa, dia terus melesat ke bawah gunung, Sebelum sampai di tempat tujuan, dia sudah mendengar suara Pat Liong Thian Im.

   Bagaikan terjangan ribuan kuda, membuat hatinya tergetar hebat, 1307 Lu Leng berusaha tenang sambil terus melangkah.

   semakin dekat hatinya semakin tergetar keras, sehingga langkahnya jadi tidak teratur.

   Dia menatap ke depan, Dilihatnya para tokoh tua sedang duduk bersila, Yang memiliki Lweekang linggi, agak dekat dengan Liok Ci Khim Mo, sedang yang memiliki Lweekang masih rendah berada lebih jauh, Tampak mereka mengeluarkan darah dan wajah mereka pucat bagai mayat Beberapa orang sudah terkapar Di antaranya masih belingsatan menggeliat sambil mencakari tanah dengan kuku jari tangan mereka yang mengucurkan darah, sepertinya mereka tidak sadar akan keadaan dirinya masing-masing.

   Telah terpengaruh dahsyatnya Pat Liong Thian Im, Lu Leng sudah tidak sempat menyaksikan terus, karena mendadak dia merasa kakinya lemas dan seketika tubuhnya merosot jatuh terduduk di tanah.

   Dia merasa suara harpa itu bagaikan geledek, terus-menerus menyambar di atas kepalanya, sehingga darahnya bergolak dan tak lama mulutnya sudah mengeluarkan darah.

   Mungkin dia sudah terluka dalam! Akan tetapi, Lu Leng masih sempat melihat Liok Ci Khim Mo duduk di atas batu, jari tangan orang itu terus memetik tali senar Pat Liong Khim.

   Musuh besarnya sudah begitu dekat, namun dia tidak mampu berbuat apa-apa! Hatinya seperti disayat, namun juga harus berusaha menenangkan hati melawan suara harpa itu, Rasa dendamnya mampu membuatnya dapat bergerak sedikit demi sedikit ke arah Liok Ci Khim Mo.

   Dia ingin turun tangan membunuh musuh besarnya itu! Tak seberapa lama, beberapa orang yang berguling-guling itu, mendadak meloncat ke atas, kemudian terbanting ke tanah dan tak bergerak lagi.

   Sedangkan suara Pat Liong Thian ini mengalun semakin cepat dengan nada semakin meninggi Semua orang yang duduk bersila, mulai terguncang hebat.

   Nafas mereka memburu.

   Lweekang Lu Leng lebih rendah dari mereka, namun dia masih dapat bertahan itu disebabkan dia datang belakangan Mendadak terdengar suara bentakan Sui Cing Siansu dan Liat Hwe Cousu, Keduanya bangkit berdiri dengan badan sempoyongan menuju ke arah Liok Ci Khim Mo.

   Namun langkah mereka tampak begitu berat, sepertinya sedang mendaki ke tempat yang amat tinggi.

   Ketika melangkah dua tiga depa, mendadak terdengar suara dentaman keras dan menggetarkan sebanyak tiga kali.

   Lu Leng tahu, itu suara tali harpa yang ke delapan.

   Dulu ketika berada di luar kota Lam Cong, dia melihat sebuah kereta mewah.

   Di dalam kereta mewah itu terdapat sebuah harpa kuno Tanpa sengaja dia memetik tali senar harpa yang ke delapan, sehingga mengeluarkan suara berdentam keras.

   Walau hati Lu Leng tergoncang keras oleh suara itu, dia masih berusaha memandang ke depan.

   Tampak Sui Cing Siansu dan Liat Hwe Cousu terdorong sempoyongan beberapa langkah ke belakang.

   Setelah terdorong mundur tiga langkah, badan mereka bergoyang-goyang, kemudian jatuh duduk.

   Menyaksi kan itu, Lu Leng tahu tidak lama lagi semua orang yang berada di situ pasti binasa, Rimba persilatan bakal dikuasai Liok Ci Khim Mo.

   Tokoh ini akan menjadi Bu Lim Ci Cun (Penguasa Rimba Persilatan), Perlahan-lahan Lu Leng merasa tidak kuat bertahan, wajahnya sudah pucat pias, sementara suara harpa itu semakin tidak kedengaran.

   ini merupakan pertanda kalau dirinya mulai terpengaruh.

   Dan saat itulah terdengar suara "Pheng Pheng Pheng"

   Tiga kali, Anehnya, meskipun saat itu suara Pat Liong Thian Im sangat dahsyat, suara "Pheng"

   Tiga kali terdengar keras dan jelas, Suara itu ternyata berasal dari busur.

   Semua yang mendengar suara busur itu, seketika tersentak sadar dari pengaruh suara Pat Liong Thian Im itu.

   Semua orang membuka mata, Liok Ci Khim Mo pun tertegun hingga tiba-tiba berhenti memetik tali senar harpanya.

   Begitu suara Pat Liong Thian Im berhenti, legalah hati semua orang meski tetap belum bisa bergerak Liok Ci Khim Mo mendongakkan kepala, lalu berseru dengan suara lantang.

   "Siapa yang membunyikan tiga kali suara busur? Apakah pemilik Busur Api pusaka rimba persilatan?"

   Mendadak tampak sosok bayangan berkelebat cepat sekali Dan tahu-tahu sudah berada di hadapan Liok Ci Khim Mo.

   "Tidak salah, memang aku!" * * * * Bab 60 Lu Leng yang sampai paling belakang, mengalami luka paling ringan dibandingkan dengan yang lain. Maka melihat orang yang baru muncul itu, dia langsung mengenalinya. Ternyata orang itu si Budan Setan Oey Sim Tit. Kemunculannya dengan bunyi busur yang menyebabkan Liok Ci Khim Mo berhenti memetik tali senar harpa, membuat Lu Leng terheran-heran. Dia amat terkejut, karena saat itu hari sudah mulai terang, Lu Leng sudah melihat jelas wajah Liok Ci Khim Mo dan wajah si Budak Setan-Oey Sim Tit. Ternyata mereka berdua memiliki wajah yang amat buruk. Liok Ci Khim Mo di atas batu, sedangkan si Budak Setan-Oey Sim Tit berdiri di hadapannya, jarak mereka hanya satu depa, Mata mereka berdua terbelalak saling memandang. Lu Leng juga terbelalak menyaksikan wajah kedua tokoh sakti itu ternyata sama mirip satu sama lain.

   "Kau,..."

   Si Budak Setan-Oey Sim Tit tidak dapat melanjutkan Selama ini menganggap wajahnya paling buruk di dunia, namun kini ternyata bertemu Liok Ci Khim Mo yang menggemparkan rimba persilatan itu, memiliki wajah yang amat buruk, bahkan buruknya serupa dengan wajahnya.

   Liok Ci Khim Mo kelihatan juga sependapat dengan si Budak Setan-Oey Sim Tit.

   "Kau si Budak Setan?"

   Sentak Liok Ci Khim Mo. Oey Sim Tit manggut-manggut.

   "Kau tahu asal usulmu?"

   Oey Sim Tit menggeleng kepala.

   "Tidak tahu, Ketika aku mulai mengerti urusan, di sisiku terdapat sosok tengkorak dan Busur Api ini!"

   Sekujur badan Liok Ci Khim Mo tampak tergetar, sehingga tanpa sadar tangannya memetik tali senar harpa itu. Namun kali ini suaranya berubah. Tidak melengking dan menyakitkan telinga, Bahkan terdengar merdu, sedap di telinga.

   "Kini kau sudah berjumpa aku, masih tidak mengerti?"

   Oey Sim Tit tertegun, matanya terbelalak dengan mulut ternganga lebar "Kau... kau adalah...."

   Sebelum Oey Sim Tit usai berkata, Liok Ci Khim Mo sudah tertawa gelak dan berkata.

   "Anak bodoh! Kita amat mirip satu sama lain, kau masih ragu apa?"

   Selama ini si Budak Setan-Oey Sim Tit menganggap dirinya tidak punya orang tua, Tidak disangka, saat ini muncul orang yang amat dirindukannya.

   "Ayah!"

   Seru Oey Sim Tit seakan tidak percaya sama sekali 1312 Liok Ci Khim Mo bangkit berdiri, sebelah tangannya memegang harpa, sebelah lagi direntangkan lebar-lebar. Badan si Budak Setan-Oey Sim Tit berkelebat dia langsung memeluk tubuh Liok Ci Khim Mo.

   "Tahukah kau siapa ayahmu ini?"

   Si Budak Setan-Oey Sim Tit menyahut "Kaum rimba persilatan menjuluki Ayah Liok Ci Khim Mo!"

   Liok Ci Khim Mo tertawa gelak.

   "Ha ha ha! itu setelah ayah memperoleh Pat Lipng Thian Im. Kau tidak mau tahu dulu ayah dipanggil apa?"

   Si Budak Setan-Oey Sim Tit menoleh ke belakang, semua orang yang tadi bergelimpangan sedang memandangnya, termasuk Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

   Setelah memandang Cit Sat Sin Kun-Tam Sen sejenak, si Budak Setan-Oey Sim Tit berkata, Tam Tayhiap pernah memberitahukan padaku, Sosok tengkorak yang berada di sisiku, kemungkinan besar adalah Oey Tung, salah seorang Soan Tiong Liok Chou, maka selama ini, aku anggap dia adalah ayahku!"

   Ketika si Budak Setan-Oey Sim Tit menyebut nama tersebut, wajah Liok Ci Kim Mo tampak terperanjat.

   "Ternyata masih ada orang kenal namaku, ayah memang bernama Oey Tung!"

   Percakapan kedua tokoh berwajah buruk yang ternyata bapak dan anak itu tentu saja sampai di telinga semua orang di sana, padahal sebenarnya siapa dan asal-usul Liok Ci Kim Mo selama ini masih merupakan teka-teki besar bagi kalangan tokoh rimba persilatan.

   Kini Liok Ci Khim Mo sudah memberitahukan ternyata dia merupakan salah seorang Coan Tiong Liok Chou bernama Oey Tung, julukannya Chou Ling Koan.

   Semua orang tidak merasa heran, sebab Coan Tiong Liok Chou berasal dari golongan hitam, amat sadis dan sering membunuh orang, Sudah lama kaum rimba persilatan golongan lurus ingin membasmi mereka, namun mereka selalu berhasil meloloskan diri.

   Semua orang tahu, kehebatan Liok Ci Khim Mo hanya terletak pada Pat Liong Thian Im.

   ilmu silatnya cuma tergolong tingkat dua.

   Kini dugaan mereka terbukti, karena Liok Ci Khim Mo adalah Chou Ling Koan Oey Tung.

   Setelah tertegun cukup lama, Budak Setan-Oey Sim Tit membuka mulut.

   "Kalau begitu, tengkorak siapa yang berada di sisiku?"

   Tanyanya membuat wajah Liok Ci Khim Mo berubah bengis.

   "Binatang itu memang harus mampus!"

   Geramnya seakan marah bukan main.

   Si Budak Setan-Oey Sim Tit terlalu polos dan jujur, maka setelah mengerti urusan, sejak itu dia menganggap tengkorak itu familinya, seringkali dirinya berbicara dengan tengkorak itu 1314 sebelum bertemu Tam Goat Hua.

   Ada permasalah apa saja selalu ditumpahkan pada tengkorak tersebut.

   Karena itu dia amat menghormati benda tak bernyawa itu.

   Kini dia tahu ayahnya masih hidup, bahkan berada di hadapannya, Mereka berdua memang mirip.

   Tentunya Liok Ci Khim Mo tidak hanya mengaku seenaknya saja, Dia memang benar ayah dari tokoh bernama Budak Setan-Oey Sim Tit.

   Tapi ketika Liok Ci Khim Mo mencaci tengkorak, Oey Sim Tit jadi tertegun.

   "Nak, dulu ayah mengangkat saudara dengan beberapa orang, Tanpa sengaja menemukan Busur Api dan Pat Liong Khim, Pada waktu itu, kau belum lama lahir Salah seorang berhati serakah, ingin menelan kedua pusaka itu, Secara diam-diam dia mengambil Busur Api. Ayah menyerangnya dengan senjata rahasia beracun, namun dia berhasil merebutmu. Karena itu, ayah tidak berani menyerangnya lagi, khawatir akan melukaimu. Akhirnya dia membawamu kabur Beberapa tahun ini, aku terus mencari mu. Untung kau tidak apa-apa, sedangkan orang itu pasti mampus karena terkena senjata rahasia beracun. Dan sekarang kita berjumpa, Ayah pun telah berhasil mempelajari Pat Liong Thian Im. Ayah jadi Bu Lim Ci Cun!"

   Si Budak Setan-Oey Sim Tit manggut-manggut, kini dia sudah jelas mengenai asal-usu!nya.

   "Oooh! Ternyata begitu!"

   Gumamnya sambil memandangi ayahnya yang masih asing. Liok Ci Khim Mo tertawa terbahak-bahak.

   "Ha ha ha! Nak, ilmu Ginkangmu amat tinggi!"

   "Hanya mahir Ginkang, tidak pernah belajar ilmu silat lain!"

   Sahut Oey Sim Tit merendah. Dia malu, wajahnya tampak kemerahan mendengar pujian sang ayah.

   "Jangan takut, ayahmu adalah Bu Lim Ci Cun. Siapa berani tidak menghormatimu? Nak, kau menyingkir dulu! Biar ayah menghabiskan mereka dengan Pat Liong Thian Im, lalu kita bercakap-cakap lagi."

   Si Budak Setan-Oey Sim Tit terkejut mendengar itu.

   "Ayah bilang apa?"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Mereka semua berani tidak tunduk pada ayah sebagai Bu Lim Ci Cun, Aku menghendaki kaum rimba persilatan di kolong langit tahu akibat jika tak mau tunduk kepadaku. Maka orang yang berada di sini, semua harus mampus!"

   Dalam hati Oey Sim Tit yang jujur polos itu menganggap perkataan Liok Ci Khim Mo tak pakai aturan. Tampaknya dia kurang setuju dengan ayah-nya.

   "Ayah memiliki Pat Liong Thian Im yang dahsyat Tentu mereka akan tunduk, Untuk apa ayah harus membunuh begitu banyak orang?"

   Liok Ci Khim Mo tertawa dingin.

   "Nak, kau tak pernah tahu, Dulu sebelum ayah menguasai ilmu Pat Liong Thian Im, banyak kaum rimba persilatan meremehkan ayah!"

   Berkata sampai di sini, Liok Ci Khim Mo tertawa lagi.

   "Ha ha ha! Dulu si Pecut Emas-Han Sun, 1316 menganggap dirinya berkepandaian tinggi, maka dia mengejar kami suami isteri. Pada waktu itu, ibumu sedang hamil, karena berusaha kabur, akhirnya keguguran, Kalau tidak, kau tentu memiliki seorang kakak. Ha ha ha! Setelah berhasil menguasai ilmu Pat Liong Thian Im, ayah membunuh anaknya!"

   Mengenai kematian anak si Pecut Emas-Han Sun, mayatnya berada di dalam gudang batu Lu Sin Kong.

   Kemudian Lu Sin Kong suami isteri mengantar kotak kayu ke rumah si Pecut Emas-Han Sun.

   Dan kejadian di puncak Sian Jin Hong Bu Yi San, ditimbulkan oleh peristiwa sadis ini.

   Akan tetapi, pada waktu itu tiada seorang pun tahu peristiwa menggiriskan itu perbuatan siapa.

   Kini barulah terbuka rahasia itu di depan para tokoh tingkat tinggi persilatan Semua orang di tempat itu mendengar jelas pengakuan Liok Ci Khim Mo.

   Han Giok Shia segera bangkit berdiri meski sempoyongan Dia mencaci sambil menuding Liok Ci Khim Mo.

   "Kau penjahat busuk!"

   Karena emosi, setelah mencaci, Han Giok Shia muntah darah segar, dan segera roboh lagi. Tam Ek Hui segera memapahnya, namun gadis itu berkertak gigi seraya berkata sengit "Jangan menghalangiku! Aku... aku mau balas dendam!"

   Tam Ek Hui menghela nafas panjang.

   "Giok Shia, kini kita semua terluka parah! Aaaah...."

   "

   "Ha ha ha! Nak, dengar lagi penuturan ayah! Setelah membunuh anak si Pecut Emas-Han Sun, ayah teringat akan dendam terhadap Lu Sin Kong suami isteri. Mereka berdua pernah menghina ayah, maka ayah mengatur semua rencana agar mereka mengantar sebuah kotak kayu ke rumah si Pecut Emas-Han Sun. Selain itu, ayah juga menyiarkan suatu berita, bahwa kotak kayu tersebut berisi rahasia rimba persilatan Karena itu banyak kaum rimba persilatan saling berebut kotak kayu tersebut, sehingga terjadi pertarungan di sepanjang jalan. Di saat Lu Sin Kong suami istri hampir tiba di Sucou, ayah menaruh kepala anak si Pecut Emas-Han Sun ke dalam kotak kayu itu, agar mereka suami isteri bertarung mati-matian dengan si Pecut Emas-Han Sun!"

   Sampai di situ, Liok Ci Khim Mo tertawa gelak lagu "Ha ha ha! Gudang batu Lu Sin Kong, justru teman ayah yang membukanya, ayah menaruh mayat anak si Pecut Emas-Han Sun di sana...."

   Liok Ci Khim Mo terus menceritakan tentang semua itu dengan rasa bangga dan sombong.

   Dia merasa puas dan gembira sekali, Sebaliknya, wajah si Budak Setan-Oey Sim Tit berubah pucat Kini Lu Leng baru tahu jelas tentang kematian kedua orangtuanya, ternyata perbuatan Liok Ci Khim Mo.

   seketika itu juga dendam kesumat yang telah lama terpendam di dadanya seakan meledak, parahnya bergejolak hebat terbakar kemarahan Mendadak saja pemuda tampan itu mengeluarkan suara siulan panjang, Bersamaan dengan itu tubuhnya melesat cepat menuju ke arah Liok Ci Khim Mo.

   Sejak semula dia menyadari bahwa dirinya hanya mengalami luka dalam yang tidak seberapa parah.

   Maka dengan mengerahkan Ginkangnya secepat kilat tubuhnya telah berada di dekat Liok Ci Khim Mo.

   Dia langsung menggerakkan jari telunjuknya.

   Liok Ci Khim Mo menganggap semua orang tidak bisa bergerak, sebab Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang berkepandaian begitu tinggi saja sudah tergeletak Dia tidak menduga, salah seorang di antara mereka yang masih begitu muda, ternyata punya kekuatan menyerang ke arahnya, Kepandaian Liok Ci Khim Mo memang tidak begitu tinggi, Hanya dengan mengandalkan pada Pat Liong Thian Im, sudah menyebut dirinya Bu Lim Ci Cun! Saat Lu Leng bergerak begitu cepat, Liok Ci Khim Mo tidak punya kesempatan untuk membunyikan harpa! Betapa terkejutnya Liok Ci Khim Mo, menyaksikan serangan pemuda itu hampir mengenai diri nya.

   Namun mendadak pula, sebatang panah kecil meluncur laksana kilat ke arah dada Lu Leng.

   Walau hanya mengalami luka ringan, Lu Leng tetap telah terluka, Ketika menyerang ke arah Liok Ci Khim Mo, dia menggunakan tenaga sepenuhnya.

   Panah kecil itu meluncur mendadak ke arah dadanya, sedangkan Lu Leng berada di udara.

   Maka..

   "Cess!"

   Dada bagian kiri Lu Leng terkena panah itu, Lu Leng tak bisa menghimpun hawa murninya lagi, langsung jatuh terbanting di tanah.

   tampak sosok bayangan berkelebat laksana kilat yang ternyata Oey Sim Tit.

   Dia sudah berada di hadapan Lu Leng, wajahnya tampak ketakutan.

   "Lu siauhiap terluka? Aku... karena melihat kau ingin melukai ayahku, maka aku terpaksa memanahmu. Kau tahu kan?"

   Ketika Oey Sim Tit berkata sampai di situ, Lu Leng sudah membentak sambil menyerang, dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langil), Untung panah itu tidak mengena jantungnya, Kalau mengena jantungnya, pasti nyawanya melayang ke alam baka.

   Maka serangan itu dilancarkannya secara paksa, Sebab saat mengerahkan tenaga, dadanya dirasakan sakit sekali.

   Hal itu diikuti dengan tangannya yang tak mampu di gerakkan.

   Lemas 1ung-lai tak bertenaga.

   Badan Oey Sim Tit bergerak mundur selangkah, dia nyaris menangis menyaksikan keadaan Lu Leng.

   "Lu Siauhiap! Aku... aku sungguh tidak bermaksud melukaimu!"

   Liok Ci Khim Mo mengerutkan kening mendengar keluhan putranya itu.

   "Nak, sengaja melukainya juga tidak apa-apa! Buat apa harus memberi penjelasan"

   Oey Sim Tit mendongakkan kepala.

   "Nak, kau menyingkir dulu! Setelah ayah menghabiskan mereka semua, barulah kita bercakap-cakap dengan penuh kegembiraan!"

   Oey Sim Tit terus memandang ayahnya, dengan perasaan kacau tidak karuan.

   "

   Ayah, begitu banyak orang di sini, Belum tentu semuanya punya dendam dengan ayah, mengapa harus membunuh mereka semua?"

   Liok Ci Khim Mo langsung me1udah.

   "Phui! Kalau mereka tidak mampus, bagaimana ada orang mengakui diri ayah sebagai Bu Lim Ci Cun? Aku mencarimu karena menghendaki Pat Liong Thian Im ada pewarisnya, Kini ayah mementingkan dirimu! cepatlah kau menyingkir!"

   Wajah Oey Sim Tit tampak kecewa sekali, Mimpi pun tidak pernah bahwa ayahnya masih hidup di dunia, Kini ayah dan anak sudah berjumpa, sehingga membuat hatinya gembira sekali, Karena itu, tadi ketika melihat Lu Leng menyerang ke arah Liok Ci Khim Mo, tanpa pikir lagi dia langsung memanahnya.

   itu membuktikan bahwa Oey Sim Tit amat mencintai ayahnya, Akan tetapi, dia tidak setuju apa yang dikatakan ayahnya, sebab ayahnya ingin membunuh semua orang yang ada di situ, Oey Sim Tit tertegun, kemudian memandang semua orang.

   Dia menghela nafas seraya berkata pada Liok Ci Khim Mo.

   "

   Ayah, di antara mereka terdapat beberapa orang yang pernah membantuku, harap ayah melepaskan mereka!"

   "Tidak bisa!"

   Oey Sim Tit semakin kecewa dan sedih. Dia segera berlutut di hadapan Liok Ci Khim Mo.

   "Aku memohon pada Ayah!"

   Semua orang merasa tegang memandang Liok Ci Khim Mo berkumpul kembali dengan putranya, Pat Liong Thian Im memang sangat dahsyat Namun Liok Ci Khim Mo pasti tidak akan mewariskan Pat Liong Thian Im kepada siapa pun.

   ini dugaan semua tokoh rimba persilatan yang memusuhi Liok Ci Khim Mo.

   Namun, kini Liok Ci Khim Mo sudah berkumpul kembali dengan Oey Sim Tit putranya, Berarti Pat Liong Thian Im sudah ada pewarisnya.

   ini juga pertanda rimba persilatan tidak akan pernah tenang selamanya, Semua semakin tercengang ketegangan, lebih-lebih mereka semakin yakin ketika melihat Oey Sim Tit melukai Lu Leng.

   sementara Liok Ci Khim Mo sudah duduk kembali sedangkan Oey Sim Tit masih berlutut memohon padanya agar tidak membunuh mereka.

   Kejadian tersebut sungguh mengherankan semua orang, Di antara mereka hanya satu orang yang tidak merasa aneh dan heran, sebab hanya memahami benar bagaimana perasaan Oey Sim Tit.

   Wajah Liok Ci Khim Mo berubah, tapi kemudian berubah kembali seperti biasa.

   "Nak, sudah lama sekali kita berpisah, Hari ini kita berjumpa, Kenapa kau mesti menyusahkan ayah?"

   Oey Sim Tit berlutut sambil menangis.

   "Ayah, aku memang tidak berbakti. Tapi mana mungkin aku berani menyusahkan Ayah?"

   "Nah, itu! cepatlah kau pergi menyingkir ayah akan bertindak terhadap mereka semua!"

   Oey Sim Tit diam saja, Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hati memang ingin menuruti perkataan ayahnya, namun nuraninya tidak mengizin-kannya, Tiba-tiba saja terdengar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berseru.

   "Sim Tit, masih ingatkah kau, akan asal namamu itu?"

   Oey Sim Tit tertegun, teringat akan apa yang dikatakan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen padanya dulu, Selama itu dia amat berduka karena wajahnya buruk Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang memberitahukan kepadanya, bahwa seseorang yang berwajah buruk tidak jadi masalah, yang penting hatinya, Maka Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memberi nama Sim Tit (Hati Lurus) padanya, Ketika Tam Sen mengungkit tentang itu, Oey Sim Tit jadi tercengang, Kemudian berkata pada Liok Ci Khim Mo.

   "Ayah, jangan kau menggunakan Pat Liong Thian Im lagi!"

   Wajah Liok Ci Khim Mo langsung berubah gusar.

   "Bagus! Bagus! Kau dengar perkataan orang lain, tapi mengabaikan perkataan ayahmu?"

   Oey Sim Tit menyahut dengan air mata berlinang-linang.

   "Ayah, isi hatiku sulit dijelaskan!"

   Liok Ci Khim Mo tertawa panjang.

   "Kalau tidak mau menyingkir ayah tetap akan memetik tali senar harpa! Ayah telah mempelajari Pat Liong Thian Im secara sempurna. Namun kalau kau tidak menyingkir, Pat Liong Thian Im tidak akan melukaimu!"

   Usai berkata begitu, Liok Ci Khim Mo menyapu tali senar harpa, sehingga mengeluarkan suara "Cring Cri'ng Cring\ Mendadak wajah Oey Sim Tit menyilaukan kebulatan hatinya.

   "Ayah! Apakah Ayah bersedia mengajar aku Pat Liong Thian Im?"

   Tentu! Kau memiliki Ginkang yang amat tinggi Setelah kau berhasil menguasai Pat Liong Thian Im, kau pasti dapat malang melintang dalam rimba persilatan tanpa tanding, Kecuali...."

   "Kecuali apa?"

   Sahut Oey Sim Tit cepat. Liok Ci Khim Mo tertawa.

   "Setelah mereka mati semua, barulah ayah memberitahukanmu!"

   "Ayah, bolehkah aku melihat sebentar Pat Liong Khim itu?"

   Liok Ci Khim Mo manggut-manggut "Tentu boleh!"

   Liok Ci Khim Mo menyodorkan Pat Liong Khim ke hadapan Oey Sim Tit.

   Sementara itu Cit Sat Kun-Tam Sen sudah tahu maksud tujuan dalam hati Oey Sim Tit Semula dia masih mengira Liok Ci Khim Mo tidak akan menyodorkan harpa kuno itu kepada Oey Sim Tit.

   Namun siapa nyana Liok Ci Khim Mo amat gembira setelah berkumpul kembali dengan putranya itu.

   Ketika Oey Sim Tit mencegahnya membunuh semua orang yang berada di situ, Liok Ci Khim Mo amat gusar Namun dia rupanya tidak mencurigai permintaan putranya, Dengan tangan agak bergemetar Oey Sim Tit menerima Pat Liong Khim, Setelah berada di tangan-nya, mendadak badannya bergerak bagaikan segulung asap, mencelat ke belakang beberapa depa.

   Liok Ci Khim Mo terheran-heran.

   "Nak, kau mau berbuat apa?"

   Oey Sim Tit tidak menyahut, melainkan melesat pergi, Terkejut bukan main hati Liok Ci Khim Mo, meski dia menguasai ilmu Pat Liong Thian !m, tapi tanpa Pat Liong Khim itu, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

   Harpa kuno itu boleh dikatakan merupakan nyawanya, kini dibawa pergi oleh Oey Sim Tit Liok Ci Khim Mo langsung membentak "Berhenti!"

   Oey Sim Tit berhenti sejenak, tapi setelah itu melesat pergi lagi laksana kilat Tanpa membuang-buang waktu lagi Liok Ci Khim Mo segera melesat mengejarnya.

   Dan tak lama kemudian dua sosok bayangan telah saling berkejaran semakin jauh, Kini hari sudah terang.

   Semua orang bagaikan baru terbangun dari mimpi buruk.

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas lega.

   "Saudara-saudara! Kini Liok Ci Khim Mo telah pergi, dalam satu dua hari ini pasti tidak akan kembali!"

   "Bagaimana bisa begitu?"

   Tanya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang tak jauh darinya.

   "Bagaimana isi hati Oey Sim Til, aku tahu secara jelas. LagipuIa dia memiliki Ginkang yang amat tinggi. Kita semua tidak dapat mengejarnya, apalagi Liok Ci Khim Mo. Dia akan mengejar Oey Sim Tit hingga ribuan mil, maka tidak mungkin dia akan kembali dalam waktu singkat."

   Mendengar itu, semua orang menarik nafas lega, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata.

   "Kita harus menghimpun hawa murni mengobati luka!"

   Semua orang menyetujui dan melaksanakan sa-ran itu, Maka tak lama suasana jadi hening, Masing-masing menghimpun hawa murni mengobati Iuka.

   Hingga keesokan harinya, beberapa pesilat ulung misalnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, Liat Hwe Cousu, Sui Cing Ciansu 1326 dan si Walet Hijau-Yok Kun Sih sudah sembuh beberapa bagian dari lukanya.

   Mereka mulai bangkit berdiri, Tong Hong Pek dan Tam Sen mendekati Lu Leng.

   Mereka mencabut panah kecit, kemudian membubuhi obat pada bekas luka itu.

   Malam harinya, beberapa orang yang terluka amat parah, akhirnya meninggal Kalau dihltung, yang hidup hanya sebagian, lainnya binasa semua.

   "Liok Ci Khim Mo pergi mengejar Oey Sim Tit, namun anak itu berhati jujur dan lugu, Kurasa dia pasti akan mengembalikan Pat Liong Khim itu kepada Liok Ci Khim Mo. Seperti apa kehebatannya Pat Liong Thian Im, kita semua telah merasakannya, Luka kita belum sembuh benar, paling tidak kita membutuhan waktu beberapa bulan lamanya. Selain menghindar tak ada jalan lain bagi kita."

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandangi semua orang di tempat itu.

   Semua diam.

   sementara Sui Cing Siansu terus berdoa untuk yang mati, Setelah itu mereka ber-gotong-royong mengubur kawan-kawan yang mati, Setelah selesai mendadak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek melesat pergi.

   "Saudara Tong Hong, kau mau ke mana?"

   Teriak Tam Sen. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut dengan nada sedih.

   "Melanglang buana, Saudara Tam. Anggaplah aku telah mati oleh Pat Liong Thian Im!"

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berduka sekali dalam hati, Dia menghela nafas panjang, kemudian berkata dengan suara rendah pada Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

   "Lihatlah! Semua itu gara-gara ulahmu!"

   Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memakai kedok, sehingga tak jelas bagaimana ekspresi wajahnya, Namun dia menyahut dengan dingin.

   "Masih menyalahkanku? Kau rela menikahkan Goat Hua pada tua bangkai Aku tidak rela!"

   "Putri kita rela, sebagai orangtua hanya menurut saja!"

   Ujar Tam Sen. Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mendengus.

   "Hm!"

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menoleh pada Tam Ek Hui, setelah itu berkata.

   "Kalian berdua kalau mau ikut kami ke pulau Hwe Ciau To, itu memang baik sekali! Kalau tidak mau, kalian harus berhati-hati dalam rimba persilatan!"

   Ketika meninggalkan pulau tersebut, Tam Ek Hui masih kecil, maka tidak begitu terkesan pada tempat itu.

   "Ayah, aku masih ingin bergerak dalam rimba persilatan beberapa tahun!"

   Sahut Tam Ek Hui setelah berpikir beberapa saat Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menganggukkan kepala dan tersenyum mendengar keinginan anaknya.

   "Baiklah! Tapi... jangan menimbulkan urusan dalam rimba persilatan Kalau bertemu Liok Ci Khim Mo, lebih baik cepat-cepat menghindar!"

   Cit Sat Sin Kun berhenti sejenak, menghela nafas panjang sambil melanjutkan.

   "Aku tahu percuma berpesan padamu, sebab kalau kau mau menuruti perkataanku tidak mungkin kau akan turun ke sini tadi, Namun kau harus ingat, kami hanya punya dua anak, sedangkan adikmu... kini entah berada di mana, Tidak kita ketahui hidup atau sudah mati, Maka dari itu kau harus berhati-hati!"

   Berkata sampai di situ, air mata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen meleleh, Tiba-tiba saja dia ingat pada Tam Goat Hua. Putrinya yang kabur entah ke mana sekarang, Tam Ek Hui tampak tertegun memandangi ayah-nya.

   "Ayah tidak ingin pergi mencari Goat Hua?"

   Tanya Tam Ek Hui kemudian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggeleng-gelengkan kepala.

   "Tentunya kau tahu bagaimana sifat adikmu itu, Kalau pun berhasil menemukannya, juga percuma!"

   Tam Ek Hui menghela nafas panjang.

   "Ayah, Ibu! Setelah kembali ke pulau Hwe Ciau To, Ayah dan ibu tidak ingin terjun ke dalam rimba persilatan?"

   "sesungguhnya kami kembali ke pulau Hwe Ciau To, hanya untuk merawat luka, Kemudian bersama mempelajari Kitab blis peninggalan kakekmu, Mu-dah-mudahan dapat 1329 menemukan suatu ilmu silat yang mampu melawan Pat Liong Thian Im! Petaka memang telah melanda, Perkara kelak kita bisa mengatasinya atau tidak, itu urusan nanti. Kini yang terpenting harus berusaha."

   Saat mereka berdua berbicara, yang lain sudah mulai bubar meninggalkan tempat itu, yang pergi duluan adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, kemudian Liat Hwe Cousu, Sui Cing Siansu, dan si Walet Hijau-Yok Kun Sih, Akan tetapi, mendadak Lu Leng mengejarnya, lalu memberitahukan tentang Toan Bok Ang yang ditaruhnya di dalam goa.

   Si Walet Hijau-Yok Kun Sih kaget mendengar pemberitahuan itu, Maka tanpa membuang-buang waktu langsung melesat menuju ke goa.

   Lu Leng kembali ke tempat kebetulan mendengar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tam Ek Hui sedang membicarakan Tam Goat Hua.

   pemuda itu merasa sedih, Air matanya meleleh, teringat akan nasib Tam Goat Hua yang malang, Namun segera dipalingkan wajahnya khawatir diketahui oleh me-reka, Setelah berpesan dan memberi nasihat ini dan itu, akhirnya Cit Sat Sin Kun dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua meninggalkan tempat itu.

   Tam Ek Hui dan Han Giok Shia membalikkan badan.

   Metihat Lu Leng terisak-isak membelakangi mereka, kedua orang itu tahu hati Lu Leng sedang berduka, Mereka berpandangan setelah itu Tam Ek Hui berbisik.

   "Giok Shia, coba kau menasihatinya!"

   Han Giok Shia maju mendekat Kebetulan dia melihat golok Su Yang To tertancap di atas sebuah kuburan baru, Lu Leng 1330 memang sudah mengembalikan golok pendek itu kepada pemiliknya, namun pemiliknya telah binasa oleh Pat Liong Thian Im.

   Han Giok Shia mengambil golok pusaka itu, lalu melesat ke hadapan Lu Leng.

   "Adik Leng!"

   "Nona Han, kau tidak usah ke mari me nasihat iku, Luka dalam hatiku tidak akan sembuh dengan nasihatmu!"

   Wajah Han Giok Shia kemerah-merahan mendengar perkataan Lu Leng.

   "Adik Leng, siapa ingin menasihatimu?"

   Bentaknya dengan sengit Tam Ek Hui terperangah. Adat Han Giok Shia memang buruk, mungkin akan ribut dengan Lu Leng, Mengetahui hal itu dia cepat-cepat memberi isyarat kepada Han Giok Shia, Namun Han Giok Shia sepertinya tidak melihat isyarat itu.

   "Adik Leng, aku cuma ingin menyadarkanmu! ilmu Kim Kong Ci yang kau miliki itu merupakan ilmu yang tiada duanya di kolong langit Lelaki harus gagah dan berhati tabah. Kalau hanya karena urusan percintaan, lantas tiada gairah hidup, apakah masih terhitung manusia?"

   Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Aaah! Nona Han, bicara memang gampang!"

   Mendadak Han Giok Shia mengayunkan tangan-nya, ternyata dia melempar golok itu ke hadapan Lu Leng. Golok tertancap di depan kakinya.

   "Su Yang To berada di hadapanmu, musuh besar belum mati, sedangkan hati Nona Tam telah hancur lebur, dan menunggumu memperbaikinya! Kau pikir baik-baik! Ek Hui, mari kita pergi!"

   Karena masih mencemaskan Lu Leng, Tam Ek Hui belum bergerak dari tempat.

   "Tapi dia.,.?"

   Han Giok Shia langsung memutuskan ucapan-nya.

   "Aku sudah berkata begitu terhadapnya, Mau dengar atau tidak itu terserah dia saja!"

   Tam Ek Hui diam dan tercenung, Memang masuk akal apa yang dikatakan Han Giok Shia, pikirnya, Keduanya lalu meninggalkan tempat itu, sesungguhnya apa yang diucapkan Han Giok Shia tadi telah menyentuh hati Lu Leng.

   Pemuda itu terpaku dengan kening terkernyit, seperti sedang memikirkan sesuatu.

   "Musuh besar belum mati, sedangkan hati Nona Tam telah hancur lebur, dia menunggumu memperbaikinya!"

   Gumamnya mengulangi perkataan Han Giok Shia, Lu Leng bergumam berulang kali, Kemudian diambilnya golok pusaka itu, dan langsung menyabetkannya ke sebuah batu, Trang! Batu itu hancur berkeping-keping.

   Ketika menyabet golok pusaka itu, wajah Lu Leng tersirat kebulatan hatinya.

   Akan tetapi, setelah itu dia kembali tertegun dan bergumam.

   "Oh, Lu Leng! Dendam belum dibalas, apakah kau dapat membalas? Hati Nona Tam hancur lebur menunggumu memperbaikinya, apakah kau dapat memperbaikinya?"

   Bergumam sampai di situ, tangannya yang menggenggam golok pusaka itu jadi renggang, GoIok pusaka itu terlepas dari tangannya, jatuh di atas tanah.

   Lu Leng berdiri termangu-mangu di tempat Mendadak ada yang mengejutkannya, Terdengar ada suara-suara bernada dingin.

   "Dasar tak punya guna, kau tidak bunuh diri, di dunia ini juga telah berkurang seorang anak yang tak berguna!" * * * * Bab 61 Padahal semua orang telah meninggalkan tempat itu, hanya tinggal Lu Leng seorang diri, Tentu saja Lu Leng terkejut bukan main. Maka dia segera mendongakkan kepala, Dilihatnya si Walet Hijau-Yok Kun Sih tengah memandangnya dengan sinis dan tajam. Begitu melihat si Walct Hijau-Yok Kun Sih, Lu Leng segera bertanya.

   "Yok Locianpwee, Nona Toan berada di sana?"

   Si Walet Hijau-Yok Kun Sih mendengus.

   "Hm! Di dalam goa hanya ada si Nabi Setan-Seng Ling, sekarang telah kubinasakan dengan sebuah pukulan! Toan Bok Ang adalah gadis yang tak tahu diri, dia telah melanggar peraturan Hui Yan Bun. Secara diam-diam jatuh cinta pada seorang pemuda, itu harus dibunuh! Lebih-lebih dia jatuh cinta padamu yang merupakan pemuda tak berguna, maka dosanya bertambah berat!"

   Usai berkata begitu, si Walet Hijau-Yok Kun Sih meludah penuh kebencian dan cepat melesat pergi. Wajah Lu Leng berubah kelabu ketika dicaci. Setelah si Walet Hijau-Yok Kun Sih pergi jauh, barulah dia berseru sekeras-kerasnya.

   "Bagaimana aku tak berguna?"

   Akan tetapi, si Walet Hijau-Yok Kun Sih tidak mendengar suara seruannya, karena telah pergi jauh sekali Suara seruan Lu Leng bergema-gema! Lu Leng membungkukkan badannya memungut golok pusaka itu.

   Kini wajahnya tampak tegar, tersirat jelas sekali dalam hati nya.

   Sesaat kemudian dia melesat ke arah Cing Yun Ling, Baru sampai di Cing Yun Ling, tampak api membubung tinggi di Tong Thian Hong.

   Terlihat pula para padri Go Bi Pai, masing-masing membawa sebuah buntalan meninggalkan Tong Thian Hong itu.

   Lu Leng tidak tahu apa yang terjadi di sana, Dia berdiri tertegun memandang ke arah tempat itu.

   Dua ratus lebih padri Go Bi Pai meninggalkan Tong Thian Hong, Tiba-tiba Lu Leng melihat Sui Cing siansu ada paling belakang di antara 1334 para padri.

   pemuda itu segera berlari menghampirinya.

   "Supek mau ke mana?"

   Dengan nafas terengah-engah Sui Cing Siansu menjawab.

   "Setelah Liok Ci Khim Mo memperoleh kambali Pat Liong Khim, pasti ke mari lagi! Aku suruh ara padri meninggalkan Tong Thian Hong, lalu kuil itu pun dibakar, maka semua padri akan terhindar dari petaka, kaupun harus begitu!"

   Wajah Lu Leng tampak tercengang kaget mendengarnya .

   "Supek, apakah harus membiarkan Liok Ci Khim Mo terus bertindak sewenang-wenang?"

   "Aku akan berangkat ke Thian Tok (lndia), untuk berunding dengan padri yang berkepandaian tinggi di sana, bagaimana cara mengatasi Pat Liong Thian Im, Atau aku harus mempelajari semacam ilmu aliran Buddha, Kalau tidak berhasil, terpaksa pasrah saja!"

   Ucapan Sui Cing Siansu, persis seperti Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, bahwa Pat Liong Thian Im memang merupakan ilmu yang amat hebat, dan sulit dicarikan tandingannya di rimba persilatan.

   Lu Leng tertegun dengan pandangan mata nanar, Sambil menepuk bahu Lu Leng Sui Cing Siansu berkata sungguh-sungguh.

   "Setelah kau membakar kamarmu, kaupun harus pergi menghindar untuk sementara waklu!"

   Lu Leng manggut-manggut, sedangkan Sui Cing siansu melesat pergi meninggal kan nya.

   Lu Leng masih berdiri terpaku di tempat, Ber-selang sesaat barulah dia melesat ke arah See Thian Hong.

   setelah memeriksa dengan cermat tiada seorang pun berada di situ, dia menyalakan api membakar bangunan itu.

   Tak lama api mulai berkobar-kobar, sekejap api sudah membubung tinggi, Setelah yakin tempat itu akan terbakar, Lu Leng segera melesat pergi meninggalkannya.

   Sampai di bawah gunung, Lu Leng berdiri di depan kuburan baru sambil berpikir Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengatakan, bahwa Oey Sim Tit pasti akan mengembalikan Pat Liong Khim kepada Liok Ci Khim Mo, maka Liok Ci Khim Mo akan kembali ke situ, Mungkin dugaan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tidak meleset.

   Kalau begitu, alangkah baiknya bersembunyi di sekitar tempat ini, Kalau Liok Ci Khim Mo muncul, dia akan menyerangnya dengan golok pusaka, serangan yang mendadak pasti akan membuat Liok Ci Khim Mo tiada kesempatan membunyikan harpa kuno itu! Berhasil atau tidak, cara tersebut memang harus dicoba! Demikian pikir Lu Leng.

   Setelah berpikir begitu, dia langsung memeriksa di sekitar tempat itu mungkin akan menemukan persembunyian yang cocok.

   Akhirnya tak lama dia menemukan sebuah pohon besar.

   Di belakang pohon terdapat sebuah lobang, ini merupakan tempat persembunyian yang amat cocok dan aman, pikirnya, Kalau Liok Ci Khim Mo muncul, gampang baginya untuk membokong, Lu Leng yakin berhasil! Dengan perasaan gembira Lu Leng membacok beberapa dahan untuk menutupi dirinya setelah bersembunyi ke dalam lobang, Lu Leng mengeluarkan makanan kering yang dibawanya.

   Maksudnya makan dulu baru bersembunyi Seusai makan, dia langsung memasuki lobang, alu menutupi dirinya dengan dahan-dahan pohon.

   Memang tidak enak berdiri dengan dahan-dahan pohon menutupi dirinya, namun demi membalas dendam, dia harus bertahan sambil mengintip keluar Dia berdiri diam, sebelah tangannya menggenggam golok pusaka, siap menyerang apabila Liok Ci Khim Mo muncul, Hampir satu malam Lu Leng menunggu di dalam lobang pohon itu.

   Liok Ci Khim Mo yang ditunggu belum juga muncul, Lu Leng menganggap Liok Ci Khim Mo sudah tidak akan datang lagi, Namun ketika dia baru mau keluar, mendadak terdengar suara pembicaraan orang.

   "Ayah, aku sudah duga dari tadi, mereka sudah bubar semua!"

   Lu Leng terkejut bukan main ketika mengetahui suara itu milik Oey Sim Tit.

   Yang sungguh membuatnya tegang, suara itu berasal dari balik pohon.

   Tentu saja Lu Leng tidak melihat mereka, Hal itu benar-benar membuatnya risau.

   Untuk melancarkan serangan jelas akan terlambat karena dirinya berada di dalam lobang di balik pohon besar Akhirnya Lu Leng dengan sabar terus menunggu, Terdengar lagi suara Oey Sim Tit bernada gugup.

   "Ayah, aku,., aku hanya berpikir, kenapa harus melukai begitu banyak orang!"

   Liok Ci Khim Mo membentak sengit.

   "Kau tahu apa? Kalau ayah tidak melukai mereka, sebaliknya mereka pasti akan mencelakai ayah!"

   "Ayah memiliki ilmu Pat Liong Thian Im. Siapa yang berani cari gara-gara dengan Ayah?"

   Terdengar suara "Phui", kemudian Liok Ci Khim Mo berkata.

   "Nak! Kau hanya tahu satu, tak tahu lain! Ayah memang memiliki ilmu Pat Liong Thian Im, namun ilmu silat ayah tidak tinggi. Ketika berada di puncak Sian Jin Hong, ayah terkena pukulan Tong Hong Pek, yang membuat ayah terluka parah, Kalau saja waktu itu dia tidak pingsan, nyawa ayah pasti sudah melayang. Sampai di rumah, ayah menyembunyikan Pat Liong Khim. Di tepi sungai Huang Ho bertemu saudara angkat ayah, sehingga terpaksa memetik tali senar harpa ini lagi, sedangkan ayah dalam keadaan luka parah, Akhirnya ayah bersembunyi di suatu tempat yang sepi dan rahasia, merawat luka hingga dua tahun lebih. Setelah itu baru keluar lagi, Coba pikir, kalau dulu Tong Hong Pek tidak terluka, bukankah nyawa ayah sudah melayang?"

   Mendengar itu, Lu Leng tahu sebabnya kenapa dua tahun lebih Liok Ci Khim Mo tidak muncul dalam rimba persilatan.

   Ternyata selama itu dia menyembuhkan luka dalamnya yang sangat parah.

   Dari kenyataan ini Lu Leng dapat menyimpulkan bahwa ada cara untuk mengalahkan Liok Ci Khim Mo yang selamanya tak terkalahkan ini.

   Berpikir sampai di situ, nyali Lu Leng pun bertambah besar Kalau Liok Ci Khim Mo sudah berada di depan, dia akan melancarkan serangan.

   "Kalau Ayah tidak membunuh orang dengan Pat t Liong Thian Im, aku pikir orang lain pun tidak akan mencelakai Ayah! Hari itu di rumah besar, ketika sedang hujan deras, Ayah menyembunyikan Pat Liong Khim, itu nyaris membuat nyawaku melayang, Untung Nona Tam menyelamatkanku!"

   Liok Ci Khim Mo tertawa.

   "Siapa suruh kau tidak melihat jelas wajahku? Tapi sejak itu aku pun tahu Busur Api yang amat penting itu ternyata telah muncul!"

   Tertegun Lu Leng mendengar itu, sebab Liok Ci Khim Mo mengatakan Busur Api yang amat penting, Apa pentingnya? pikir Lu Leng semakin penasaran.

   "Busur Api berada di tangan ku, kenapa Ayah bilang amat penting?"

   Liok Ci Khim Mo tertawa geLak.

   "Ha ha hal Semua orang tahu, Pat Liong Thian Im tiada lawannya. Kau tidak tahu, Nak. Lawannya yaitu Busur Api yang sekarang jadi milikmu ini...."

   Mendengar itu, giranglah Lu Leng, Dia sama sekali tidak menyangka, Busur Api itu dapat melawan Pat Liong Thian Im.

   Namun dia tak tahu bagaimana caranya, Lu Leng menahan nafasnya.

   Dirinya belum berani turun tangan, sebab kalau gagal melancarkan serangan gelap itu, dia akan tetap tak tahu bagaimana cara menggunakan Busur Api melawan Pat Liong Thian 1m.

   "Ayah, bagaimana Busur Api dapat melawan Pat Liong Thian lm?"

   Liok Ci Khim Mo menyahut dingin.

   "Binalang kecil, setelah kau tahu caranya, apakah berniat mencelakai ayahmu?"

   Oey Sim Tit menyahut gugup.

   "Ayah, tidak gampang aku tahu asal-usulku! Kau adalah Ayahku, bagaimana mungkin aku mencelakai Ayah? Kemarin aku mengambil Pat Liong Khim, hanya karena..."

   Sebelum usai Oey Sim Tit berkata, Liok Ci Khim Mo sudah membentak.

   "Tidak usah dikatakan lagi, perkataanmu itu tidak dapat masuk ke dalam telinga ayah, Memberitahu padamu tidak apa-apa. Sebab, tiada Panah Bulu Api, Busur Apimu itu tiada guna nya !"

   "Apa itu Panah Bulu Api?"

   Tanya Oey Sim Tit terkejut.

   "Di sini tidak ada orang lain, biar aku jelaskan pada mu. Tiga ratus tahun lalu, Pat Liong Thian Im juga pernah muncul Orang yang memegangnya saat itu adalah orang yang mempunyai dendam berdarah, musuh besarnya berkepandaian amat tinggi! Setelah memperoleh Pat Liong 1340 Thian Im, orang itu mulai membalas dendam, sehingga menimbulkan petaka dalam rimba persilatan Hingga ketika Busur Api muncul, saat itu masih terdapat tujuh batang Panah Bulu Api. Kalau memanah dengan Panah Bulu Api, maka dapat menahan sejauh empat lima mil, tenaganya tidak akan berkurang sama sekali!"

   Oey Sim Tit terperanjat "Oh? Ternyata begitu, aku sama sekali tidak tahu!"

   "Kebetulan Busur Api dan Panah Bulu Api jatuh ke tangan musuh besar itu, Maka saat pemiliknya memetik tali senar Pat Liong Khim di sebuah puncak, musuh besar itu ternyata berada di puncak seberang, Dia melepaskan tujuh kali Panah Bulu Api. Orang itu terluka parah, namun tidak mati, Musuh besarnya langsung ke puncak seberang dan terjadi pertarungan mati-niatian. Akhirnya mereka berdua mati bersama, maka Pat Liong Khim, Pat Liong Thian Im, dan Busur Api berada di puncak gunung itu!"

   "Kalau begitu, tujuh batang Panah Bulu Api juga harus berada di sana!"

   Liok Ci Khim Mo menyahut "Kedua orang itu setelah terluka parah jadi menyesal sekali.

   Mereka meninggalkan tulisan di tanah tentang kejadian mereka berdua, tapi tidak menjelaskan berada di mana ketujuh batang Panah Bulu Api itu.

   Kami pernah mencari, namun tidak ketemu!"

   Oey Sim Tit terbelalak kaget mendengar penjelasan ayahnya.

   "Ayah, kalau ketujuh batang Panah Bulu Api itu muncuI, bukankah amat membahayakan?"

   Ucapan tersebut dicetuskannya dengan setulus hati, Oey Sim Tit tidak setuju akan perbuatan ayahnya, namun dia berhati jujur dan lurus, sesuai dengan dugaan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, akhirnya dia mengembalikan Pat Liong Khim itu kepada ayahnya, seandainya Panah Bulu Api itu muncul, tentunya amat membahayakan diri ayahnya, itu yang dicernakan Oey Sim Til.

   Liok Ci Khim Mo tertawa gelak.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ha ha ha! Anak bodoh, Busur Api berada padamu, Ginkangmu amat tinggi, siapa dapat merebutnya dari tanganmu? Kalau kau tidak mengkhianati ayah, Panah Bulu Api muncul pun tidak masalah! Ya, kan?"

   Oey Sim Tit manggut-manggut "Tidak salah, Ayah!"

   Apa yang dibicarakan mereka berdua, tiada sepatah kata pun terlewat dari telinga Lu Leng.

   Dapat dibayangkan, betapa girangnya hati Lu Leng saat itu.

   Liok Ci Khim Mo menganggap di tempat itu tiada orang ketiga, maka membeberkan rahasia secara gamblang kepada putranya, sedangkan ketujuh batang Panah Bulu Api masih belum ditemukan Kemungkinan besar masih berada di gunung Tang Ku Sat itu.

   Asal menemukan ketujuh batang Panah Bulu Api, berarti urusan telah berhasil sebagian.

   Walau Oey Sim Tit memiliki Ginkang yang amat tinggi, boleh dikatakan tiada seorang pun dapat menandinginya, juga 1342 tidak gampang merebut Busur Api itu dari tangannya, Lagi pula setelah Liok Ci Khim Mo mengatakan begitu, dia pasti lebih berhati-hati, Bagian 29 Kini hanya Lu Leng seorang diri yang mengetahui rahasia besar ini.

   Oleh karena itu, Lu Leng pun mulai mempertimbangkan Dia berpikir keras bagaimana cara untuk mengalahkan tokoh bengis ini.

   "Mereka telah pergi, aku tidak takut! Aku akan ke tempat mereka, apakah mereka dapat meloloskan diri?"

   Ujar Liok Ci Khim Mo pada anaknya sendiri.

   Tak seberapa lama kemudian, Lu Leng sudah melihat mereka, ternyata mereka berdua berputar berjalan di depan Lu Leng.

   Seketika perasaan Lu Leng jadi tegang dan penuh emosi.

   Kalau mengikuti rencana semula, dia akan menyerang Liok Ci Khim Mo dari belakang, itu merupakan kesempatan baik baginya, Akan tetapi, kepandaian Liok Ci Khim Mo cukup lumayan.

   Apabila serangannya gagal, berarti dirinya yang akan binasa, Tentang rahasia yang diketahuinya itu, juga akan ikut terkubur selamanya.

   Kalau tadi Lu Leng tidak mendengar tentang rahasia itu, saat ini dia pasti sudah menyerang Liok Ci Khim Mo dengan golok pusaka di tangannya, padahal kalau sampai gagal, ini sangat menyangkut nasib kehidupan rimba persilatan 1343 Oleh karena itu, walau Liok Ci Khim Mo sudah berada di depannya, dia tetap harus mempertimbangkan secara hati-hati, Tidak boleh bertindak gegabah tanpa pertimbangan matang.

   Di saat dia sedang mempertimbangkan itu, Liok Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit sudah semakin jauh, Lu Leng baru tersadar bahwa dirinya saat ini sangat berperan sebagai pemegang kunci atas hancur dan damainya kehidupan rimba persilatan.

   Dialah seorang pemegang rahasia atas kedua tokoh anak dan bapak ini.

   Kebimbangan dan rasa sesal menyergap hatinya, Saat ini dia tak tahu, apakah dirinya akan menjadi pencipta perdamaian atau malapetaka bagi rimba persilatan.

   Lama sekali pemuda itu tertegun di tempat persembunyiannya.

   sementara itu Liok Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit sudah tidak kelihatan Lu Leng berpikir, Sui Cing Siansu telah meninggalkan kuilnya pergi ke Thian Tok.

   Yang lain pasti sudah menghindar entah ke mana, Maka Liok Ci pasti tidak dapat menemukan mereka, kecuali bertemu di tengah jalan, Lu Leng tidak berani lama-lama di situ, dia mengambil keputusan pergi ke gunung Tang Ku Sat mencari Panah Bulu Api.

   setelah itu baru mengambil keputusan lagi.

   Maka dia segera melesat pergi meninggalkan gunung Go Bi San.

   Ketika sampai di sebuah puncak, dia melihat satu stel pakaian merah tergeletak di atas sebuah batu, Lu Leng 1344 tercengang, Dia kenal benar pakaian itu, pemiliknya tak lain Tam Goat Hua.

   Di saat gadis itu pergi mendadak, Lu Leng memiliki dua dugaan.

   Pertama gadis itu akan membunuh diri terjun ke jurang, kedua dia akan hidup menyendiri di suatu tempat sepi, melewati hari-hari yang penuh penderitaan.

   Dengan kedua kemungkinan itu, sudah pasti Lu Leng tidak akan berjumpa dengannya lagi, Karena itu, hati Lu Leng semakin berduka.

   "Kakak Goat, kau... kau berada di mana?"

   Lu Leng berteriak sejadi-jadinya, Namun tidak juga terdengar suara sahutan sama sekali, Lu Leng mendekat dan mengambil pakaian tersebut Ternyata di batu itu terdapat sebaris tulisan yang diukir dengan tangan, Tertegun Lu Leng, karena Tam Goat Hua tidak memiliki Lweekang setinggi itu, Anak Leng Pakaian merah milik Goat Hua ini, kutemukan di sudut batu, Dia mengalami kejadian yang amat mendukakan hatinya, sedangkan hatiku sudah beku, Aku tahu kau pasti melewati tempat ini, maka kutinggalkan tulisan di sini, baik-baiklah kau menjaga diri.

   Pek Ternyata Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang meninggalkan tulisan tersebut, dan khusus ditujukan kepada Lu Leng.

   Lu Leng tertegun setelah membacanya, Air mata mengalir membasahi pipi, pakaian merah Tam Goat Hua berada di situ, tentu dirinya sudah celaka, pikirnya semakin tidak karuan.

   Lu Leng menyimpan pakaian merah itu ke dalam bajunya.

   Tam Goat Hua dan Tong Hong Pek terdapat hubungan cinta kasih yang amat erat sesungguhnya siapa pun tidak bersalah dalam hal itu, Lu Leng mencintai Tam Goat Hua, namun dia sudah setulus hati memberi selamat kepada mereka berdua, Dia rela hidup menderita demi kebahagiaan Tam Goat Hua dan Tong Hong Pek!.

   Namun petaka terjadi di luar dugaan, Dia, Lu Leng dan Tam Goat Hua telah terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, sehingga menyebabkan mereka berdua melakukan perbuatan yang tidak senonoh dalam sergapan nafsu iblis pengaruh bunyi alunan harpa sakti itu.

   Kini pakaian merah Tam Goat Hua berada di situ, pertanda kalau gadis itu sudah membunuh diri terjun ke jurang, Berpikir sampai di sini, dendamnya terhadap Liok Ci Khim Mo bertambah dalam.

   Bergejolak mendidih dalam jiwanya.

   "Kakak Goat, aku tahu kau tidak membenciku Kau benci Liok Ci Khim Mo. Aku akan menuntut balas padanya!"

   Geram Lu Leng sambil mendongakkan kepala ke langit Seakan bersumpah setulus hati.

   Dia meninggalkan tempat itu dan langsung menuju ke gunung Tang Ku Sat.

   Gunung tersebut terletak di tengah-tengah wilayah Cing Hai dan Tibet puncaknya sambung-menyambung ribuan mil, dan terselimuti salju yang amat sulit didaki.

   Lu Leng sama sekali tidak tahu, di puncak mana Liok Ci Khim Mo menemukan Liong Thian Im.

   Maka kalau ingin mencari ketujuh batang panah Bulu Api tersebut, sulitnya seperti mencari jarum di dasar laut.

   Akan tetapi, Lu Leng sama sekali tidak memikirkan itu, Dia terus menuju ke gunung Tang Ku Sat, kalau harus 1346 membutuhkan waktu sepuluh tahun, dia tetap akan mencari ketujuh batang Panah Bulu Api itu!.

   Oleh karena itu, Lu Leng terus melakukan perjalanan siang dan malam menuju ke gunung Tang Ku Sat, Dalam perjalanan dia sama sekali tidak memperlihatkan dirinya dalam kaum rimba persilatan.

   Maka tidak mengalami suatu kejadian yang di luar dugaan, Sebulan kemudian, dia sudah berada di sekitar gunung tersebut.

   Di wilayah itu, penduduk semakin jarang, juga tidak tampak tanah datar Yang ada hanya tebing yang curam.

   Semakin mendekati gunung Tang Ku Sat, Lu Leng semakin merasa sulit mencari tujuh batang Panah Bulu Api.

   Namun dia tetap melakukan perjalanan.

   Hari itu dia memasuki sebuah lembah.

   Tampak puncak gunung menjulang ke langit Dia berhenti sambil berpikir Rasanya tak ada lagi tempat yang harus di tuju.

   Namun akhirnya dia melangkah berusaha mencari dua puncak gunung yang saling berhadapan seperti yang dikatakan Liok Ci Khim Mo, dua tokoh yang saling bertarung itu berdiri di dua puncak yang saling berhadapan.

   Kalau dia dapat mencari dua puncak yang berhadapan itu, bukankah sudah punya harapan?.

   Berpikir sampai di situ, timbullah harapan dalam hati Lu Leng, Maka dia mulai memperhatikan semua puncak gunung yang berada di situ, Akan tetapi, dia tidak melihat ada sepasang puncak gunung yang saling berhadapan.

   Hampir tiga bulan Lu Leng berputar-putar di pegunungan Tang Ku Sat.

   Tiga bulan kemudian datanglah musim salju.

   Di pegunungan itu hanya terdapat salju dan hembusan angin dingin.

   Dalam tiga bulan itu, Lu Leng hanya makan buah-buahan yang didapat di sana.

   Sungguh diluar dugaan, buah-buahan itu amat berkhasiat, sehingga membuat Lweekang Lu Leng bertambah maju pesat Bahkan luka di dadanya telah sembuh.

   Akan tetapi, luka di dalam hatinya tidak bisa sembuh, masih terasa sakit dan pedih.

   Setiap kali dia berhenti beristirahat bayangan Tam Goat Hua muncul di mata nya.

   Kemudian sepertinya mendengar suara seruan gadis itu.

   "Jangan sentuh aku!"

   Itu adalah suara seruan Tam Goat Hua, ketika Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memegang bahunya.

   Saat itu gadis tersebut kembali ke ruang besar Terkenang semua itu di benak Lu Leng yang nelangsa.

   Teringat akan hal itu, air mata Lu Leng meleleh.

   Dalam waktu tiga bulan, entah sudah berapa kali mengucurkan air mata, jika teringat pada Tam Goat Hua.

   Dalam tiga bulan pula, dia tidak memperoleh hasil apa pun, Namun Lu Leng tidak putus asa, tetap mencari dari puncak gunung ke puncak gunung lain.

   Hari itu, hawa udara amat buruk, angin berhembus kencang menegangkan bunga-bunga salju.

   Segala apa pun yang berada di jarak beberapa depa, sama sekali tidak kelihatan.

   Lu Leng mendaki puncak gunung dengan cara memegang batu yang ada di tebing, Walau Lu Leng memiliki Lweekang tinggi, namun beberapa kali dia nyaris terjatuh terhembus oleh angin kencang yang berhembus dahsyat.

   Sampai di tengah gunung, Lu Leng terpaksa berhenti.

   KebeiuIan dia berada di atas sebuah batu datar, Ternyata batu itu menonjol keluar dari punggung gunung, Batu besar itu dipenuhi salju, sehingga amat licin.

   Perlahan-lahan Lu Leng menggeserkan badannya ke depan, maksudnya agar badannya menempel pada dinding gunung.

   Sesampainya di dinding gunung, dia bersandar sambil memandang ke sekelilingnya, Tidak tampak apa pun.

   Kecuali bunga-bunga salju berterbangan Lu Leng menghela nafas panjang, Dia tidak tahu kapan badai salju akan berhenti.

   Kalau badai salju berlangsung tujuh delapan hari, sedangkan dia terkurung di situ, kemungkinan besar dia tidak akan tahan, Sebab, angin terus menerus berhembus kencang dan sangat dingin.

   Kalau tiada tempat berteduh, dia betul-betu! tidak dapat bertahan.

   Setelah berpikir sejenak, dia mulai meraba-raba dinding gunung, Mudah-mudahan ada goa agar dapat berteduh, pikirnya berharap-harap cemas.

   Benar tak seberapa lama dia melihat sebuah goa kecil.

   Dia memasuki goa tersebut.

   Begitu masuk ke dalam goa kecil itu, suara hembusan angin yang menderu-deru tidak begitu kedengaran lagi, Bahkan terhindar dari bunga-bunga salju.

   Lu Leng mulai menghimpun hawa murni, membuat sekujur badannya mulai terasa hangat dan nyaman.

   Ketika dia baru mau memejamkan mata untuk tidur sejenak, mendadak terdengar suara helaan nafas di atas kepalanya, Lu Leng terkejut bukan kepalang, Selama tiga bulan dia berada di gunung Tang Ku Sat tak pernah sekali pun bertemu orang.

   Kini di dalam goa yang amat kecil itu telinganya mendengar suara helaan nafas.

   Semula dia mengira telinganya salah dengar mungkin itu cuma hembusan angin, Akan tetapi tak lama kemudian terdengar lagi suara helaan nafas itu, Tidak salah! itu memang suara helaan nafas manusia, sebab Lu Leng mendengar dengan jelas sekali.

   Perlahan-lahan dia membalikkan badan, lalu mendongakkan kepala memandang ke atas, Namun suasana begitu gelap dan tak dapat melihat apa pun.

   Walau mulut goa itu kecil namun di dalamnya amat besar Lu Leng tertegun sambil menahan nafas, Kemudian merangkak ke dalam.

   Setelah berdiri, dia mulai mendengar lagi dengan penuh perhatian Terdengar lagi suara helaan nafas, namun tiada 1349 seorang pun, Kemudian terdengar suara batuk pula.

   Lu Leng yakin di dalam goa itu terdapat orang lain, Kalau goa tersebut ada penghuninya, sudah pasti penghuninya adalah kaum rimba persilatan yang berkepandaian tinggi, Tidak mungkin orang biasa menghuni goa di tempat yang terasing ini.

   Begitu pikir Lu Leng.

   * * * * Bab 62 Lu Leng sama sekali tidak berani bersuara, Perlahan-lahan berjalan ke dalam.

   Dia bisa menduga siapa kira-kira menusia yang menghuni goa di tebing gunung bersalju ini.

   Mendadak terdengar suara seseorang, Lu Leng langsung memasang telinga dengan penuh perhatian "Aaah! Aku bilang lebih baik kita kabur ke seberang laut saja! Melewati hari-hari yang tenang, tapi kau malah mau membalas dendam.

   Kini kita terkurung di sini, Kalau kurang lebih setengah bulan lamanya, kita pasti mati kelaparan!"

   Lu Leng tahu itu suara wanita, Dia merasa kenal akan suara itu, namun lupa di mana dia pernah mendengarnya, Kemudian terdengar lagi suara lelaki yang parau.

   "Kakak, kini penjahat Liok Ci itu malang-melintang dalam rimba persilatan Biar kita menyingkir ke mana, dia pasti tidak akan melepaskan kita! Dulu kita yang menemukan Pat Liong Thian Im, kini hanya kita berdua yang tahu bagaimana melawan Pat Liong Thian Im itu, Bagaimana mungkin dia akan melepaskan kita?"

   Wanita itu menyahut.

   "Memang tidak salah, tapi ketika kita datang ke sini, sudah dengar penjahat Liok Ci itu telah berkumpul kembali dengan putranya. Busur Api berada di tangan putranya!"

   Lelaki itu tertawa dingin.

   "Walau Busur Api berada di tangan putranya, tidak persoalan bagi kita, Asal kita berhasil mencari Panah Bulu Api, kita memanah mati penjahat Liok Ci bukankah kita yang akan malang-melintang dalam rimba persilatan? Nah, walau harus menderita sekarang, tapi tidak jadi masalah!"

   Mendengar sampai di situ, tersentak hati Lu Leng, Kini dia baru ingat siapa yang berbicara itu, Tidak lain adalah wanita buruk rupa dan Chou Kim Kong Huang Yen, dua orang dari Coan Tiong Liok Chou!.

   Begitu tahu mereka berdua, giranglah hati Lu Leng, Sebab Liok Ci Khim Mo adalah Chou Ling Koan Oey Tung, salah seorang Coan Tiong Liok Chou! Kini kedua orang itu berada di dalam goa, tentunya Lu Leng merasa gembira, sebab mereka berdua pasti tahu di mana kedua puncak yang berhadapan itu.

   Perlahan-lahan Lu Leng berjalan ke dalam, Ketika menikung, tampak ada sedikit cahaya, yang berasal dari mulut goa.

   Terlihat ada seorang wanita tinggi gemuk berwajah buruk menakutkan, dan seorang lelaki berkaki satu, Mereka berdua duduk di mulut goa sambil memandang keluar.

   Lu Leng bersandar pada dinding goa.

   Gerak-geriknya sama sekali tidak mengeluarkan suara, maka kedua orang itu tidak tahu akan keberadaannya di situ, Terdengar suara wanita buruk rupa.

   "Tidak salah katamu, dulu kita terus mencari tapi tidak berhasil menemukan Panah Bulu Api itu. Kini kita pergi mencari lagi, bukankah akan sia-sia juga?"

   Huang Yen menghela nafas panjang.

   "Aaah! Biar bagaimana pun kita harus terus mencari. Kalau tidak berhasil menemukan Panah Bulu Api, berarti penjahat Liok Ci masih berumur panjang!"

   Huang Yen berhenti sejenak, setelah itu melanjutkan "Berdasarkan tulisan itu, ketujuh batang Panah Bulu Api memang telah diluncurkan.

   Mungkin menembus ke dalam batu, Kalau kita cari dengan teliti, walau harus membuang waktu satu dua tahun, pasti akan berhasil menemukannya."

   Wanita buruk rupa tertawa.

   "He he! Tidak berhasil menemukan tujuh batang, satu batang pun sudah lumayan!"

   Mereka berdua bercakap-cakap sejenak, lalu tidur.

   Lu Leng tahu, apabila badai salju tidak berhenti, mereka berdua tidak akan pergi.

   Karena itu, Lu Leng mundur dari situ, kemudian dia juga tertidur.Entah berapa lama kemudian, barulah dia terjaga.

   Mendapati suasana sepi Lu Leng segera bangun sambil memandang ke depan, Ternyata badai salju telah berhenti, wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu sudah tidak kelihatan lagi di mulut goa.

   Dia segera melesat ke sana, Dia melihat jejak kaki di permukaan salju.

   Lu Leng girang, dia tahu mereka berdua belum lama pergi.

   Maka dia mengikuti jejak-jejak itu, Dan tak lama dia sudah turun dari puncak gunung.

   Jejak-jejak kaki itu masih kelihatan, tampak pula 1obang-lobang kecil, Rupanya 1352 bekas tongkat penyanggah milik lelaki berkaki satu itu.

   Akan tetapi, setelah turun dari puncak gunung, dia melihat ada jejak kaki lain.

   Jejak kaki itu tidak begitu dalam.

   Kalau Lu Leng tidak memperhatikan tentunya tidak akan tahu telah bertambah jumlah jejak kaki baru.

   Jejak kaki baru itu berjarak amat jauh, pertanda Ginkangnya lebih tinggi dari si wanita buruk rupa maupun Huang Yen lelaki berkaki satu itu.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Lu Leng tertegun Dia tahu bukan cuma dia seorang yang menguntit mereka berdua, Ternyata masih ada orang lain, entah siapa dan apakah orang ini melihat Lu Leng? Karena itu, Lu Leng bertambah berhati-hati, Dia terus bergerak ke depan, Tak lama kemudian terdengar suara mereka berdua, Lu Leng tidak merasa khawatir akan kedua orang itu.

   Yang membuatnya was-was justru orang yang satu itu.

   Begitu mendengar suara kedua orang itu, Lu Leng segera berhenti Dia bersembunyi di belakang sebuah batu besar.

   Mendadak terdengar suara seruan wanita buruk rupa.

   "Siapa yang mengikuti kami di belakang?"

   Ketika mendengar seruan itu, Lu Leng bertambah yakin ada orang lain mengikuti mereka.

   Lu Leng berada agak jauh dari mereka.

   Berdasarkan kepandaian mereka, sudah pasti tidak akan mengetahui Lu Leng mengikuti mereka.

   Suara seruan itu tentunya ditujukan kepada orang yang satu itu.

   Terdengar suara Chou Kim Kong Huang Yen.

   "Kak, di tempat ini bagaimana mungkin ada orang menguntit kita? jangan banyak bercuriga!"

   Wanita buruk rupa mendengus dingin.

   "Hm! Urusan dalam rimba persilatan tak mudah diduga, Ketika kita turun dari puncak gunung itu, aku sudah merasa ada orang menguntit kita,"

   Sahutnya.

   "Kalau begitu, kita toleh saja ke belakang, pasti kelihatan orang itu."

   Kata lelaki berkaki satu.

   "Kita terus berjalan dulu!"

   Sahut wanita buruk rupa.

   Mereka berdua terus berjalan Walau mereka sudah agak jauh, namun Lu Leng masih belum memunculkan diri, Dia bukan takut terlihat oleh kedua orang itu, melainkan ingin melihat siapa orang yang satu itu.

   Akan tetapi, cukup lama Lu Leng menunggu, tak terlihat siapa pun.

   Lu Leng khawatir akan membuang waktu sehingga kehilangan jejak kedua orang itu, maka segera mengikuti mereka.

   Lu Leng terus mengikuti mereka hingga hari mulai gelap, Dari jauh dia melihat kedua orang itu berhenti di depan sebuah puncak gunung, Walau terus mengikuti mereka berdua, tapi Lu Leng pun memperhatikan jejak kaki yang lain.

   Jarak jejak lelaki itu semakin agak jauh.

   Mungkin orang itu pun sudah tahu bahwa dirinya diketahui oleh kedua orang yang di depan, maka dia lebih berhati-hati.

   Lu Leng mendongakkan kepala untuk memandang puncak gunung itu, dan seketika juga tersentak.

   Ternyata puncak gunung itu tidak begitu tinggi, hanya kira-kira tiga atau empat mil di seberang sana.

   Di sana juga tampak sebuah puncak yang tingginya sama dengan puncak tersebut Kedua puncak itu berhadapan Kalau Lu Leng yang mencari sendiri, tentunya tidak akan memperhatikan kedua puncak itu.

   Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu mulai 1354 mendaki, dan tak lama mereka sudah sampai di pinggang gunung itu.

   Di saat bersamaan, Lu Leng melihat sosok bayangan melesat ke luar dari kaki gunung.

   Sungguh cepat gerakan orang itu, sehingga sekejap dia sudah bersembunyi di belakang sebuah batu.

   Tak lama orang itu melesat keluar lagi dari persembunyiannya, namun kira-kira empat lima depa kembali bersembunyi lagi.

   Gerakan orang itu memang sungguh cepat sekali.

   Lu Leng melihat dia melesat dua kali, tapi sama sekali tidak melihat jelas wajahnya...

   setelah melihat dia melesat ke puncak gunung itu, Lu Leng ikut melesat ke sana.

   Akan tetapi, gerakan orang itu laksana kilat.

   Dia, melewati kedua orang itu dan sampai duluan di puncak gunung tersebut.

   Lu Leng terus melesat ke atas dan tak lama sudah sampai di sana.

   Dia lalu bersembunyi di belakang sebuah batu sambil melongok keluar, namun orang itu sudah tidak kelihatan.

   Yang tampak hanya wanita buruk dan lelaki berkaki satu, yang keduanya sedang berdiri di puncak gunung sambil menarik nafas dalam-dalam.

   "Kakak, dulu kami berusaha menghapus tulisan itu, tapi bekasnya pasti masih ada. Kita harus cari dengan cermat. Akan malang melintang dalam rimba persilatan atau mati di tangan penjahat Liok Ci, itu tergantung pada kita berhasil atau tidak mencari ketujuh batang Panah Bulu Api tersebut"

   Wanita buruk rupa itu mulai mencari ke sana ke mari, kemudian mendadak mengeluarkan suara lirih lalu berkata.

   "Lho! ini tidak benar! sepertinya ada orang datang di tempat ini!"

   Air muka Huang Yen langsung berubah.

   "Itu bagaimana mungkin?"

   Wanita buruk rupa menunjuk sebatang ranting pohon yang patah..

   "Ketika kita ke mari, aku masih ingat tidak ada ranting yang patah di pohon ini."

   Katanya. Lu Leng yang bersembunyi di belakang batu, merasa kagum juga terhadap wanita buruk rupa dan gemuk bagaikan babi itu, sebab dia begitu teliti, sedangkan Huang Yen hanya termangu-mangu.

   "Mungkin terhembus angin kencang, maka ranting pohon itu menjadi patah!"

   Sahutnya kemudian. Wanita buruk rupa menggeleng-gelengkan kepalanya...

   "Jangan-jangan penjahat Liok Ci pernah ke mari mencari Panah-Bulu Api?"

   "Takut apa, dia belum menemukannya."

   Mereka berdua bercakap-cakap sejenak, setelah itu Huang Yen mengambil ranting yang patah itu, lalu digunakannya untuk menyapu bunga salju di tempat itu.

   Lu Leng yang bersembunyi di belakang batu tidak begitu mempedulikan kedua orang itu, Dia justru merasa heran, karena tidak tahu orang yang satu itu kini bersembunyi di mana.

   Sementara itu Huang Yen terus menyapu bunga-bunga salju sehingga mendekati Lu Leng, Lu Leng pun berpikir kini dirinya sudah sampai di puncak gunung tersebut.

   Tujuan sudah tercapai, maka kalaupun memunculkan diri, juga tidak apa-apa.

   Mengenai orang yang satu itu, setelah Lu Leng mengendalikan wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu, barulah mencari orang tersebut Puncak gunung itu tidak seberapa luas, tidak mungkin tidak menemukannya, Lu Leng mengambil keputusan begitu, maka lalu bersiap-siap menunggu Huang Yen sampai lebih mendekat lagi, barulah turun tangan.

   Huang Yen terus menyapu bunga-bunga salju, Ketika mendekati tempat persembunyian Lu Leng, mendadak dia mendengar suara bentakan keras, Namun apa yang terjadi dia pun tidak jelas, hanya tahu-tahu ada serangkum angin yang amat kuat menyerang dadanya, sehingga membuatnya terpental.

   Ternyata Lu Leng telah menyerangnya namun tidak menggunakan Kim Kong Sin Ci.

   Ketika Huang Yen terpental, Lu Leng segera bergerak cepat untuk mencengkeramnya dengan jurus Thui Yun Nah Goat (Mendorong Awan Mengambil Bulan), yakni salah satu jurus Kin Na Ciu (llmu Mencengkeram), Lu Leng berhasil mencengkeram nadi Huang Yen, dan seketika juga lelaki berkaki satu menjerit.

   "Aaaakh!"

   Wanita buruk rupa langsung berteriak aneh, lalu berkata.

   "Ternyata benar ada orang!"

   Dia mengayunkan tangannya ternyata menyerang Lu Leng dengan senjata rahasia beracun.

   Tampak dua batang jarum meluncur secepat kilat ke arah Lu Leng.

   Lu Leng segera menggerakkan jari telunjuknya ke arah senjata rahasia beracun itu dengan mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepacang Puncak Menembus Awan) dan berhasil menjatuhkan kedua batang jarum tersebut.

   Di saat 1357 bersamaan, Lu Leng mencelat ke belakang sambil menarik Huang Yen.

   Wanita buruk rupa tampak gusar sekali, Dia berteriak aneh lagi sambil menyerang Lu Leng.

   Lu Leng tidak menangkis serangan itu, melainkan mencelat ke belakang sambil menarik Huang Yen.

   "Wanita jelek! Kau bukan lawanku! Kalau kau masih menyerang, jangan menyalahkanku bertindak sadis terhadapmu!"

   Bentaknya sengit "Phui!"

   Wanita buruk rupa langsung meludah dan mencaci.

   "Dasar penjahat kecil! Kau menang hanya dengan cara membokong!"

   Lu Leng tertawa panjang, lalu mendadak jari telunjuknya bergerak ternyata dia telah mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), Namun serangannya tidak diarahkan pada wanita buruk rupa itu, melainkan diarahkan pada sebuah batu.

   Jurus tersebut menggunakan delapan bagian tenaga, sehingga menimbulkan suara menderu-deru, kemudian terdengar lagi suara "Plaaak"

   Batu itu telah terbelah menjadi empat. Lu Leng mendongakkan kepala, Dilihatnya wajah wanita buruk rupa itu telah berubah pucat pias. Lu Leng tertawa, sambil menatap wanita buruk rupa itu seraya bertanya.

   "Wanita jelek, menurutmu bagaimana?"

   Wanita buruk rupa tertegun, Dia diam saja dengan mulut ternganga lebar, sedangkan Lu Leng mengibaskan tangannya yang mencengkeram lelaki berkaki satu, sehingga membuat lelaki berkaki satu itu terpental beberapa depa.

   "Sebetulnya aku tidak bermaksud memusuhi kalian, namun aku punya dendam dengan Liok Ci Khim Mo. Kalau dia belum mati, aku merasa tidak enak makan dan tidak bisa tidur nyenyak! Kalian juga amat membencinya, bagaimana kalau"

   Kita bertiga bekerja sama saja?"

   Katanya.

   "Bekerja sama apa?"

   Tanya wanita buruk rupa. Lu Leng tersenyum..

   "Bekerja sama untuk mencari Panah Bulu Api, setelah itu bekerja sama lagi untuk merebut Busur Api itu"

   Sahutnya.

   Wajah wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu langsung berubah pucat ketika mendengar perkataan Lu Leng.

   Selama ini mereka menganggap rahasia tersebut, hanya mereka dan Liok Ci Khim Mo yang mengetahuinya, tapi tidak tahunya Lu Leng pun sudah tahu tentang itu.

   Mereka berdua tertegun lama sekali.

   "Bagaimana kau tahu tentang itu ?"

   Tanya wanita buruk rupa.

   "Kini jangan berbicara soal itu, yang menguntit kalian berdua sampai disini, tidak hanya aku seorang!"

   Sahut Lu Leng lalu berseru lantang.

   "Sobat, sekarang kau boleh memperlihatkan diri! Kalau kita mempunyai musuh yang sama, alangkah baiknya kalau kita bekerja sama saja!"

   Lu Leng berseru berulang kali, namun tidak ada sahutan sama sekali, maka dia amat gusar dalam hati dan langsung mendengus dingin.

   "Sobat, aku melihatmu naik ke puncak ini! Jangan sampai aku bertindak terhadapmu, sebab akan merusak suasana!"

   Akan tetapi tetap tiada sahutan. Kini wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu mulai tidak percaya. Lu Leng mendengus dingin.

   "Hmm!"

   Badannya langsung bergerak, ternyata Lu Leng berputar ke seluruh puncak tersebut.

   Sungguh mengherankan, sebab jelas tadi dia melihat seseorang meloncat ke puncak itu, namun kini dia telah mencari ke sana ke mari tidak menemukan siapa pun.

   Maka dia tertegun.

   "Kalian berdua, tadi aku melihat seseorang berpakaian hitam melesat ke mari, Dia tidak mau memunculkan diri juga tidak apa-apa, mari kita cari!"

   Katanya.

   Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu itu saling memandang.

   Mereka berdua tahu bahwa diri mereka tak mampu melawan Lu Leng.

   Tapi mereka merasa tidak rela, apabila Panah Bulu Api jatuh ke tangannya.

   Oleh karena itu, lelaki berkaki satu berkata dingin.

   "Lu Siauhiap, dulu kami pernah mencari di sekitar tempat ini, namun tiada hasilnya, Kini kami ke mari hanya mengadu untung saja, Silakan kau mencari seorang diri!"

   Betapa gusarnya Lu Leng, tapi tidak mau sembarangan turun tangan melukai orang, hanya mendengus dingin.

   "Hm! Kalian berdua tidak mau bantu, terserah!"

   Usai berkata begitu, Lu Leng mulai mencari, dan tak lama hari pun sudah mulai gelap.

   Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu menyalakan api, kemudian membakar seekor kelinci.

   Lu Leng pun sudah membuat api unggun, Dia berdiri termangu-mangu di sisi api unggun itu, Mata-nya memandang ke puncak seberang sambil mengingat kembali cerita Liok Ci Khim Mo.

   Ke tujuh Panah Bulu Api meluncur dari puncak seberang, sampai di sini masih dapat melukai orang yang memetik Pat Liong Kim.

   Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya tenaga luncuran itu.

   Kalau begitu, mungkinkah Panah Bulu Api itu jatuh ke bawah? Kemungkinan itu amat kecil.

   Kalau benar begitu, panah-panah Bulu Api itu pasti menembus dada orang yang memetik Pat Liong Khim, kemudian jatuh ke bawah gunung, seandainya memang begitu, orang itu pasti terluka parah sekali, dan bagaimana mungkin masih kuat bertarung dengan musuh besarnya yang memanahnya?.

   Ketika hampir menemui ajal, mereka berdua masih sempat meninggalkan tulisan, pertanda mereka masih sadar.

   Sudah pasti mereka menyimpan ke tujuh Panah Bulu Api itu di suatu tempat Mereka berdua mati di sini, tentunya ketujuh Panah Bulu Api itu disimpan di sekitar tempat ini.

   Akan tetapi, hingga saat ini, yang mencari ketujuh batang Panah Bulu Api itu masih belum berhasil itu sungguh susah dimengerti! Lu Leng terus berpikir, mendadak telinganya mendengar suara desiran di belakangnya.

   Serr! Dia sedang melamun, justru tidak disangka di saat ini ada orang membokongnya dengan senjata rahasia, Oleh karena 1361 itu, begitu mendengar suara desiran itu, senjata rahasia tersebut sudah mendekatinya.

   Dia segera menggeserkan badannya ke samping, dan berhasil berkelit, namun terdengar suara "Serr"

   Lagi.

   Kali ini dia sudah tidak keburu berkelit, maka bahu kirinya terkena senjata rahasia itu.

   Lu Leng dapat merasakan, senjata rahasia itu berupa jarum halus, Ketika terkena, dia tidak merasa sakit, hanya merasa ngilu saja, jelas senjata rahasia itu mengandung racun.

   Betapa gusarnya Lu Leng, Dia membalikkan badan mengarah wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu seraya membentak.

   "Kalian berdua sungguh tak tahu diri! Aku tidak mau mencelakai kalian, tapi kalian malah menyerang-ku dengan senjata rahasia!"

   Lu Leng mengerahkan Lweekang untuk menahan racun, kemudian melesat ke hadapan mereka.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dia ingin turun tangan menghajar mereka, agar mereka tahu rasa, Akan tetapi, ketika sampai di hadapan mereka, Lu Leng malah tertegun.

   Dari cahaya api unggun, terlihat wajah mereka amat menakutkan, menghijau dan bernoda darah, maka jelas mereka berdua telah mati.

   Padahal Lu Leng mengira mereka berdua yang membokongnya dengan senjata rahasia, Namun setelah melihat mereka berdua telah mati, barulah Lu Leng tahu bahwa dugaannya meleset.

   Yang menyerangnya dengan senjata rahasia bukanlah kedua orang itu, melainkan orang yang bersembunyi.

   Dari wajah kedua orang itu dapat diketahui bahwa mereka berdua mati karena racun, sedangkan bahu kiri Lu Leng makin terasa ngilu, jangan-jangan racun senjata rahasia itu sudah mulai menjalar, tidak tertolong lagi.

   Berpikir begitu, Lu Leng terkejut bukan main.

   Dia cepat-cepat mengeluarkan Soat Hun Cu, lalu digosok-gosokkannya pada bahu kiri yang terluka itu, Berselang sesaat, rasa ngilu itu pun hilang, Lu Leng melihat di Soat Hun Cu itu ada garis-garis hitam, tapi dalam sekejap garis-garis hitam itu lenyap.

   Lu Leng menyimpan Soat Hun Cu itu, kemudian tertawa dingin.

   "Sobat! Kau telah menyerangku dengan senjata rahasia beracun, kenapa masih tidak mau memunculkan diri?"

   Saat itu sudah malam, di puncak gunung itu amat sepi, tak terdengar suara apa pun.

   Lu Leng tahu bahwa pertanyaannya tidak akan disahuti, Meskipun begitu dia pun pasang kuping mendengarkan dengan penuh perhatian, tapi tidak terdengar apa-apa.

   Kini Lu Leng tahu bahwa orang yang tidak mau muncul itu berkepandaian amat tinggi, bahkan amat licik.

   Dia berada di tempat gelap, sedangkan Lu Leng berada di tempat terang, maka sudah pasti merugikan dirinya.

   Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu telah binasa, Kalau Lu Leng tidak berhati-hati menjaga diri, mungkin akan terkena serangan gelap juga.

   Malam itu, Lu Leng sama sekali tidak berani tidur, melainkan terus berjaga-jaga.

   Akan tetapi, malam itu sudah hampir berlalu, justru tiada gerak-gerik apa pun.

   Ketika hari mulai terang, terdengar suara pekikan di langit, yakni suara pekikan burung, Lu Leng mendongakkan kepala.

   Dilihatnya beberapa ekor burung elang berputar-putar di udara.

   Ternyata burung-burung elang itu telah mencium bau mayat.

   Bukan main terkejutnya Lu Leng, karena burung-burung elang itu amat besar.

   Mendadak burung-burung elang itu 1363 menukik ke bawah ke arah mayat wanita buruk rupa dan mayat lelaki berkaki satu, kemudian menyambar kedua mayat itu sekaligus dibawa terbang ke atas, menuju sebuah tebing yang tak begitu jauh.

   Lu Leng terus memandang burung-burung elang itu.

   Dari tebing muncul lagi beberapa ekor burung elang, lalu menghilang di dalam tebing.

   Tertegun Lu Leng menyaksikan itu, Tebing tersebut amat tinggi, membuat Lu Leng termangu-mangu.

   Tak seberapa lama, hari sudah terang, Lu Leng memandang ke arah tebing itu lagi, Tampak beberapa ekor burung elang terbang keluar dari tebing itu menuju puncak tempat Lu Leng berdiri lalu menukik ke bawah sambil menyambar.

   Sungguh besar burung-burung elang itu! Ketika menyambar menimbulkan suara bagaikan hembusan angin kencang.

   Betapa terkejutnya Lu Leng.

   Dia langsung berkelit sambil menyambar sebatang dahan pohon, lalu menyerang ke atas.

   Ternyata burung elang itu tidak menyambar Lu Leng, melainkan menyambar dahan pohon untuk membuat sarang.

   Menyaksikan itu, hati Lu Leng tergerak.

   Dia segera teringat akan Panah Bulu Api.

   Bagaimana bentuknya, dia sama sekali tidak pernah menyaksikannya, namun semua orang pasti menduga, bahwa Panah Bulu Api itu berukuran kecil.

   Karena Busur Api tidak begitu besar, otomatis Panah Bulu Api pun pasti berukuran kecil pula, Dan, apabila panah Bulu Api berukuran besar, sudah pasti disambar oleh burung-burung elang itu untuk membuat sarang.

   Berpikir sampai begitu, hati Lu Leng amat girang, Setelah mengisi perut dengan daging kelinci bakar, mulailah dia mencari lagi sampai di seluruh pelosok gunung itu, Akan tetapi, hingga senja tetap tiada hasilnya.

   Itu membuat Lu Leng yakin, kalaupun ke tujuh batang Panah Bulu Api masih ada, tentunya tidak berada di puncak gunung ini.

   Lu Leng memandang lagi ke tebing tempat burung-burung elang beterbangan Kalau dugaannya benar, panah-panah Bulu Api itu dibawa pergi oleh burung-burung elang itu untuk membuat sarang, apa salahnya ke tebing itu melihat-lihat? setelah mengambil keputusan itu, Lu Leng segera turun.

   Dia amat berhati-hati dan waspada akan belakangnya, apakah ada orang mengikutinya atau tidak, namun justru tidak ada.

   Orang yang pernah membokongnya dengan senjata rahasia beracun, sepertinya telah hilang lenyap.

   Walau demikian, Lu Leng tetap waspada, Tebing itu kelihatan amat dekat, namun ketika didekati, justru terasa jauh sekali.

   Ketika Lu Leng hampir sampai di tebing itu, hari sudah gelap, maka dia terpaksa bermalam di situ, namun tetap waspada.

   Keesokan harinya begitu hari mulai terang, Lu Leng langsung berangkat ke tebing itu.

   Dari jauh tebing itu kelihatan lurus ke atas dan lurus ke bawah, namun setelah didekati justru tampak jelas condong ke bawah, seakan menindih siapa pun yang berada di sana bahkan amat bahaya pula.

   Akan tetapi, Lu Leng sama sekali tidak menghiraukan bahaya apa pun, dan langsung mendaki tebing itu.

   Ketika tengah hari, Lu Leng baru sampai di sebuah batu yang menonjol ke luar dari dinding tebing.

   Dia berdiri di situ bersandar pada dinding tebing sambil mengatur pernafasannya, kemudian memandang ke atas, Kalau dia naik lagi, sudah pasti berada di sekitar sarang burung elang itu.

   Lu Leng menundukkan kepala memandang ke bawah, Walau dia berkepandaian tinggi, namun merasa bergemetar juga.

   Lu Leng membatin, seandainya saat ini muncul orang yang membokongnya dengan senjata rahasia beracun itu, tentu dirinya pasti celaka, Sebab kalau dirinya diserang dengan senjata rahasia beracun, bagaimana mungkin berkelit? Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara tawa dingin beberapa depa di atasnya.

   Seketika itu juga sukma Lu Leng seakan terbetot keluar saking terkejut Tadi dia baru memikirkan itu, tapi kini orang itu justru muncul di atas, Kalau dia menyerang dari atas, Lu Leng pasti sulit untuk berkelit.

   Walau begitu, Lu Leng tetap berusaha tenang, lalu memandang ke atas, Di atas juga terdapat sebuah batu yang menonjol ke luar dari dinding tebing.

   Suara tawa dingin itu berasal dari atas, sudah pasti orang itu berada di atas batu tersebut.

   Berselang beberapa saat, terdengar suara "Bum", kemudian tampak sebuah batu besar meluncur ke bawah.

   Begitu cepat luncuran batu itu, maka jelas didorong orang dari atas.

   Lu Leng memang sudah siap sebelumnya, Tangan kanannya menggenggam golok pusaka, dan tangan kirinya memegang ujung sebuah batu, Ketika melihat batu itu meluncur ke bawah ke arahnya, dia langsung mengayunkan golok pusakanya dan mengeluarkan jurus Hou Siau Sen Hong (Harimau Mengaung Menimbulkan Angin), Terdengar suara "Plak", batu itu terbelah dua dan semua belahannya jatuh ke bawah.

   Akan tetapi, tenaga luncurannya amat kuat, sehingga membuat tangan Lu Leng yang menggenggam golok pusaka itu terasa sakit dan badannya pun bergoyang-goyang, nyaris ikut terjatuh ke bawah.

   Bukan main terkejutnya Lu Leng.

   Padahal dia melihat Ginkang orang itu amat tinggi.

   Walau orang itu berada di sekitarnya, namun Lu Leng tidak melihat 1366 orang tersebut.

   Kemungkinan besar orang itu adalah Oey Sim Tit.

   Akan tetapi, berdasarkan tenaga mendorong batu itu, orang yang di atas itu bukan Oey Sim Tit, sebab si Budak Setan itu tidak memiliki tenaga yang begitu besar.

   Sedangkan Lweekang orang itu amat tinggi, pertanda dia tergolong jago ulung dalam rimba persilatan.

   Lu Leng termangu-mangu beberapa saat, kemudian berseru.

   "Kepandaian Anda amat tinggi, tapi kenapa perbuatan Anda begitu rendah?"

   Orang itu tidak menyahut hanya terdengar tawa dingin dan terdengar lagi suara "Bum Bum"

   Dua kali lalu tampak dua buah batu meluncur ke bawah lagi ke arah Lu Leng.

   * * * * Bab 63 Ketika menyaksikan Lweekang orang itu sedemikian tinggi, terkejutlah Lu Leng, Sebelah tangannya memegang erat-erat ujung batu, Di saat sebuah batu sudah mendekat, dia langsung mengayunkan golok pusakanya ke arah batu itu.

   Plak! Batu itu melambung ke atas sedikit membentur batu yang satu lagi, sehingga kedua batu itu jatuh ke bawah lewat di samping Lu Leng.

   Akan tetapi, di saat bersamaan, Lu Leng merasa ada tenaga yang amat kuat menindih dari atas, Dia masih sempat mendongakkan kepala, melihat sebuah batu yang lebih besar dari tadi meluncur ke bawah mengarahnya.

   Seketika Lu Leng mengayunkan golok pusakanya ke atas, mengeluarkan jurus Hou Siau Sen Hong (Harimau Mengaung Menimbulkan Angin), dengan tenaga sepenuhnya.

   Berat batu itu kira-kira empat lima ratus kati, namun tenaga luncurannya justru mencapai ribuan kati.

   Ketika golok pusakanya membentur batu besar tersebut, tangan Lu Leng terasa sakit sekali Di saat itu pula dadanya pun terasa sakit bukan main sehingga sebelah tangannya yang memegang ujung batu menjadi terlepas dan kakinya terpeleset menginjak tempat kosong.

   Karena itu, badannya jadi miring, Lu Leng tahu, kalau tidak bisa berdiri tegak lagi, dia pasti jatuh ke bawah, bagaimana mungkin masih bisa punya nyawa? Maka sebelah kakinya berusaha tetap menginjak batu, lalu dia menjaga keseimbangan badannya agar tidak jatuh.

   Padahal sesungguhnya, walau sebelah kakinya telah menginjak tempat kosong, tapi kalau dia menghimpun hawa murni, badannya pasti bisa naik ke atas.

   Namun di saat bersamaan, batu yang tertangkis oleh golok pusakanya, justru jatuh ke bawah lewat di sampingnya.

   Betapa dahsyatnya luncuran batu besar itu, sehingga menimbulkan suara menderu-deru, Lu Leng sedang berusaha naik ke atas, tapi malah tersambar oleh angin luncuran batu besar itu, sehingga membuat badannya bertambah miring, akhirnya jatuh.

   Betapa gugupnya Lu Leng, Dia cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk meraih pinggiran batu yang menonjol dari 1368 dinding tebing, namun tidak tercapai sehingga badannya merosot ke bawah dan sekejap sudah merosot satu depa.

   Tanpa sengaja Lu Leng melihat ke bawah.

   


Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Pedang Gadis Yueh Karya Jin Yong

Cari Blog Ini