Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 20


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 20



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   pusing Lu Leng memikirkan itu, setelah berpikir 1623 bolak-balik, akhirnya dia mengambil keputusan untuk keluar dari makam itu, Lu Leng mencelat ke atas peti mati tembaga yang kedua, Setelah berdiri di situ, dia menjulurkan sepasang tangannya ke atas menempel di lempengan besi tersebut Dia mengerahkan Lweekang mendorong ke atas, lalu terdengar suara "Krek", Ternyata lempengan besi itu terdorong ke atas sedikit Betapa girangnya Lu Leng.

   Lalu dia kertak gigi mengerahkan Lweekang lagi sambil mendorong, Krek! Krek! Matanya terasa berkunang-kunang, Mendadak dia membentak keras sambil mendorong sekuat te-naganya, Terdengar suara yang memekakkan telinga, namun di saat bersamaan mulut Lu Leng menyembur darah segar.

   Sedangkan peti mati tembaga yang diinjaknya mulai bergoyang, Lu Leng tahu bahwa kalau saat ini dirinya terjatuh ke bawah, pasti akan mati tertindih peti mati tembaga itu, Maka, dia segera menjulurkan tangannya ke atas untuk meraih pinggiran lobang lalu merangkak keluar melalui lobang tersebut Setelah berada di atas, mendadak matanya menjadi gelap dan akhirnya dia terkulai pingsan.

   Entah berapa lama kemudian, barulah dia siunv an.

   Perlahan-Iahan dia membuka matanya, Tampak bintang-bintang bergemerlapan di langit Ternyata hari sudah malam, Lu Leng merasa sekujur badannya sakit sekali.

   pakaiannya penuh noda darah.

   Dia tidak tahu sudah berapa lama dirinya 1624 pingsan di tempat itu yang paling berat baginya adalah menahan rasa haus, Namun badannya terasa begitu sakit maka bagaimana mungkin dia merangkak ke bawah untuk mencari air? Dia menghela nafas panjang.

   Lempengan besi itu begitu berat Dia mendorong hingga terluka dalam, tentunya tidak mungkin Toao Bok Ang akan berhasil mendorong lempengan besi itu ke atas.

   Kini dirinya sudah berada di atas.

   Dia berhasil meloloskan diri dari makam itu, Namun Toan Bok Ang menghilang ke mana, dia masih tidak mengerti Perlahan-lahan Lu Leng bangun duduk, Tiba-tiba dia terbelalak, seakan melihat sesuatu yang aneh di sisinya, bahkan dia tidak percaya akan penglihatannya sendiri Dia segera mengucek-ngucek matanya, kemudian melihat lagi Ternyata di sisinya terdapat sebuah keranjang berisi berbagai macam buah-buahan.

   Dia memang sedang haus dan lapar, maka langsung disantapnya buah-buahan itu dengan lahap sekali.

   Setelah menyantap belasan buah-buahan itu, rasa haus dan laparnya hilang seketika, bahkan semangatnya mulai timbul Dia bangkit berdiri sambil menengok ke sana ke mari tapi tidak tampak seorang pun di sekitarnya.

   Lu Leng tercengang, kemudian berseru-seru.

   "Entah sobat dari mana yang menyediakan buah-buahan untukku, aku sungguh berterima kasih! Harap sobat memunculkan diri!"

   Walau Lu Leng berseru berulang-ulang, namun tiada sahutan sama sekali, Lu Leng semakin tercengang, Dia berjalan ke sana ke mari namun keadaan di sekelilingnya tetap sunyi sepi tidak ada orang kecuali dirinya.

   Lu Leng duduk bersila menghimpun hawa murni untuk mengobati hika dalamnya Entah berapa lama kemudian, barulah dia membuka matanya dan luka dalamnya sudah hampir sembuh, hari pun sudah mulai terang, Ketika dia membuka matanya, hidungnya mengendus aroma daging yang amat harum, nyaris membuat air liurnya menetes! Ternyata di hadapannya terdapat sepotong paha rusa panggang, masih mengepulkan asap, Lu Leng menduga yang mengantar paha rusa panggang itu adalah orang yang mengantar buah-buahan untuknya sema!am, Tanpa sungkan-sungkan lagi, langsung disanv barnya paha rusa panggang itu, lalu disantapnya dengan lahap sekali sungguh lezat dan wangi paha rusa panggang itu, Namun tiba-tiba dia berhenti menyantapnya.

   Ternyata matanya melihat sebaris tulisan di atas batu yang di hadapannya Tulisan itu berbunyi demikian.

   Orang yang amat kau cintai, ada kesulitan di telaga Tong Ting, Cepat pergilah kau menolongnya! Setelah membaca tulisan itu Lu Leng tertegun, kemudian berseru beberapa kali dan mencari ke sana ke mari Namun tetap tiada sahutan, Oleh karena itu, dia cepat-cepat menghabiskan makanannya, karena yakin orang yang meninggalkan tulisan itu, pasti tokoh tingkatan tua yang mengenali dirinya.

   Yang dimaksudkan orang yang ada kesulitan di telaga Tong Ting, tentunya Tam Goat Hua.

   Hanya saja Lu Leng tidak tahu bahwa Tam Goat Hua berada di telaga Tong Ting, orang itu justru mengetahuinya.

   Letak telaga Tong Ting amat jauh dari tempat itu, yakni beberapa laksa mil, lalu bagaimana orang itu memperoleh berita tentang itu? Lu Leng terus berpikir, mungkin ketika Tam Goat Hua mau berangkat ke telaga Tong Ting, berjumpa orang itu di sekitar tempat ini.

   Karena tahu Tam Goat Hua akan mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, maka orang yang berkepandaian tinggi itu meninggalkan tulisan untuknya, agar cepat-cepat menyusul Tam Goat Hua.

   Lu Leng merasa masuk akal apa yang dipikirkannya, maka segera meninggalkan tempat itu dengan hati-hati sekali.

   Hampir seharian, barulah Lu Leng keluar dari gunung Tang Ku Sai.

   padahal luka dalamnya belum pulih.

   Akhirnya dia beristirahat untuk mengobati luka dalamnya, Hari berikutnya, luka dalam yang dideritanya sudah pulih, dan itu membuatnya terperangah, karena tidak menyangka kalau luka dalamnya bisa pulih begitu cepat Namun kemudian dia menyadari bahwa itu disebabkan oleh Cit Sek Ling Che yang dimakannya.

   Lu Leng segera melanjutkan perjalanan ke arah timur Sampai di suatu perkampungan dia membeli seekor kuda, lalu 1627 melanjutkan perjalanan siang malam dengan menunggang kuda.

   Belasan hari kemudian, barulah dia memasuki wilayah See Coan, yaitu wilayah aliran sungai Tiang Kang (Cang Ciang), Di situ dia mulai melanjutkan perjalanan air.

   Karena mengikuti arus, perjalanannya kali ini amat cepat Lu Leng berdiri di atas perahu, Dilihatnya begitu banyak perahu sedang berlayar di sungai itu.

   Setelah berdiri sejenak, Lu Leng lalu masuk ke dalam perahu untuk benstirahat, dan saking lelahnya dia langsung pulas, Berselang beberapa saat, dia mendusin Walau dia berada di dalam perahu, namun matanya dapat memandang keluar, sebab di dalam perahu terdapat sebuah jendela kecil Kebetulan perahu yang ditumpanginya melewati sebuah perahu besar, Lu Leng melihat dua orang berdiri di haluan perahu besar itu, Kedua orang itu berbadan pendek kecil air muka mereka tampak serius.

   Begitu lihat, Lu Leng segera tahu bahwa mereka berdua kaum rimba persilatan Salah seorang memegang golok bergerigi, yang satu lagi menggenggam sebuah gelang tembaga, sebetulnya Lu Leng tidak mau usil mencampuri urusan orang lain, tapi mendadak salah seorang itu tertawa dingin seraya berkata.

   "Orang marga Tam, apakah kau masih mau bersembunyi?"

   Begitu mendengar ucapan itu, tersentaklah hati Lu Leng, Dia segera menyuruh tukang perahu yang ditumpanginya agar 1628 memperlambat laju perahunya Setelah itu, dia ke depan perahu lalu berdiri di situ, Di saat bersamaan, terdengar suara "Ser Ser"

   Dan tampak dua buah senjata rahasia meluncur secepat kilat ke arah kedua orang itu. Kedua orang itu bersiul aneh sambil berkelit dan serentak membentak dengan suara keras.

   "Orang marga Tam, kalau kau tidak mau menyerah, sebentar lagi Kim Toa Ya (Tuan besar Kim) ke mari, nyawamu pasti melayang!"

   Di dalam perahu besar itu terdengar suara batuk beberapa kali, menyusul terdengar suara cacian "Apa itu Kim Toa Ya! Kalau kalian tidak mau pergi, aku tidak akan berlaku sungkan terhadap kalian!"

   Suara cacian itu tidak bertenaga kemudian terbatuk-batuk beberapa kali lagi Begitu mendengar suara itu, Lu Leng tahu bahwa orang itu pasti terluka parah atau dalam keadaan sakit berat Akan tetapi, Lu Leng merasa mengenali suara itu, maka cepat-cepat berpesan kepada tukang perahu agar menunggunya di depan.

   Setelah itu, dia langsung meloncat ke perahu besar itu, lalu berdiri di haluan, Kini kepandaian Lu Leng sudah tinggi sekali, Kehadirannya di perahu besar itu tidak diketahui siapa pun, sebab gerakannya amat cepat Lu Leng menggeserkan badannya ke arah jendela perahu lalu memandang ke dalam.

   Interior di dalam perahu besar itu 1629 amat sederhana.

   Di sana hanya terdapat dua buah ranjang kayu, Tampak seorang gadis terbaring di atas salah satu ranjang kayu itu, Badannya tertutup selimut dan dalam posisi membelakangi Lu Leng.

   Di ranjang yang satunya lagi duduk seorang pemuda berpakaian seperti sasterawan, Siapa pemuda itu? Tidak lain adalah Tam Ek Hui.

   Lu Leng sama sekali tidak menduga kalau dirinya akan berjumpa Tam Ek Hui di perahu besar itu.

   Maka, dia terkejut dan merasa heran, sebab pemuda itu adalah putra Cit San Sin Kun-Tam Sen, yang kepandaiannya lebih tinggi dari Tam Goat Hua.

   sedangkan beberapa orang yang di atas perahu besar itu, kelihatannya berkepandaian biasa, namun kenapa Tam Ek Hui tidak berani keluar menghadapi mereka? Lu Leng memperhatikan Tam Ek Hui.

   Kelihatannya pemuda itu menderita luka dalam yang belum sembuh.

   Bagaimana pemuda itu mengalami luka parah? Di saat Lu Leng sedang berpikir, mendadak berkelebat dua sosok bayangan ke dalam.

   Ternyata kedua orang pendek kecil yang berdiri di haluan perahu besar tadi.

   Begitu melihat ada orang menerjang ke dalam, Tam Ek Hui yang duduk di atas ranjang langsung menyerang dengan senjata rahasia.

   Namun sayang sekali, luncuran senjata rahasia itu tak bertenaga, Kedua orang itu mengayunkan senjata masing-masing dan berhasil merontokkan senjata rahasia itu.

   Kedua orang itu tertawa puas, sementara gadis yang berbaring itu, mendadak membalikkan badannya.

   Lu Leng segera memandang ke arah gadis itu dan seketika tertegun, 1630 Gadis itu tampak kurus dan sepasang matanya redup tak bercahaya, Namun Lu Leng mengenalinya, yang tidak lain adalah Han Giok Shia.

   Lu Leng tidak habis pikir, bagaimana mereka berdua berada di dalam perahu besar itu dan dalam keadaan mengenaskan? Kedua orang itu mulai mendekati Tam Ek Hui dan Han Giok Shia, sedangkan Tam Ek Hui dan Han Giok Shia kelihatan tak berdaya sama sekali, Lu Leng tahu bahwa saat ini dirinya tidak boleh tinggal diam, Maka dia segera mendorong daun jendela, sekaligus melesat ke dalam, pandangan kedua orang itu menjadi kabur dan tahu-tahu di dalam ruangan itu sudah bertambah satu orang lagi.

   Kemunculan Lu Leng yang mendadak, membuat kedua orang itu tertegun, kemudian membentak dengan serentak "Siapa kau?"

   Saat ini, Lu Leng berdiri membelakangi Tam Ek Hui dan Han Giok Shia, maka mereka berdua tidak tahu yang muncul itu Lu Leng, Terdengar Tam Ek Hui berkata dengan suara lemah.

   "Sobat, memang gampang memukul mundur kedua orang itu, tapi di belakang mereka justru terdapat dekingan yang amat kuat Maka, tidak perlu demi kami yang sudah sekarat ini kau menanamkan permusuhan dengan mereka."

   Apa yang diucapkan Tam Ek Hui, sungguh membuat hati Lu Leng merasa berduka sekali, Maka tanpa menghiraukan Tam Ek Hui, dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke arah kedua orang itu.

   Kedua orang itu segera menangkis dengan senjata masing-masing.

   Lu Leng mendengus, tidak berkelit namun malah maju selangkah Kemudian terdengar suara "Ser"

   Ternyata dia telah mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), Senjata kedua orang itu terpental Lu Leng segera mengayunkan kaki menendang mereka.

   Sungguh cepat gerakannya! Kedua orang itu terpental kemudian terdengar suara "Plum Plum".

   Ternyata tubuh mereka berdua sudah jatuh ke dalam sungai, Setelah itu, barulah Lu Leng membalikkan badannya, seketika Han Giok Shia dan Tam Ek Hui berseru kaget dengan suara lemah.

   "Kau!"

   Lu Leng segera maju selangkah dan berkata.

   "Saudara Tam, Nona Han! Kenapa kalian?"

   Bibir Han Giok Shia bergerak, tapi tidak mengeluarkan suara, sedangkan Tam Ek Hui menghela nafas panjang.

   "Aaah! Panjang sekali kalau dituturkan Adik Leng, Kedua orang itu telah kau hajar, sebentar lagi Kim Kut Lau pasti ke mari."

   Tadi Lu Leng memang mendengar salah seorang yang berdiri di haluan perahu menyebut "Kim Lo Ya", ternyata yang dimaksudkan adalah Kim Kut Lau.

   Lu Leng tersenyum "Saudara Tam, legakanlah hatimu! Kalaupun dia ke mari, apa yang harus ditakuti? Luka yang diderita Nona Han kelihatannya lebih parah dari lukamu, sebetulnya apa yang telah terjadi?"

   Mendadak wajah Tam Ek Hui tampak memerah pertanda amat emosi.

   "ltu dikarenakan Pat Liong Thian Im."

   Sahutnya, Bukan main terkejutnya Lu Leng.

   "Kalian bertemu lagi Liok Ci Khim Mo?"

   Tanya-nya.

   "Itu terjadi setengah bulan yang lalu.,."

   Sahut Tam Ek Hui.

   Karena banyak bicara nafasnya menjadi semakin memburu.

   Lu Leng maju ke hadapannya lalu menjulurkan tangannya untuk memegang dada Tam Ek Hui, Dia tahu bahwa luka dalam yang diderita Tam Ek Hui parah sekali Oleh karena itu, Lu Leng segera mengerahkan hawa murninya untuk mengobatinya.

   Walau harus kehilangan sedikit tenaga murninya, Lu Leng sama sekali tidak memikirkan itu.

   Tam Ek Hui memejamkan matanya.

   "Saudara Lu, lebih baik,., kau mengobati Nona Han dulu!"

   Katanya lemah.

   Lu Leng memang tahu bahwa luka dalam yang diderita Han Giok Shia lebih parah dari Tam Ek Hui, seharusnya mengobatinya dulu, Namun Lu Leng merasa tidak enak harus bersentuhan dengan gadis itu, lagipula Lweekang yang dimiliki Han Giok Shia berlawanan dengan Lweekangnya.

   Han Giok Shia memiliki Thai Im Ciang Hoat yang mengandung tenaga lunak, sedangkan Lu Leng memiliki Kim Kong Sin Ci yang mengandung tenaga keras, maka akan berlawanan sehingga akan berakibat fatal.

   Karena itu, dia turun tangan mengobati Tam Ek Hui dulu, Ketika dia baru mau menjelaskan mendadak suara "Plak"

   Di belakangnya.

   Bukan main terkejutnya Lu Leng, sebab saat ini dia sedang mencurahkan perhatiannya mengobati Tam Ek Hui dengan hawa murninya.

   Akan tetapi, suara itu amat mencurigakan, maka mau tidak mau dia harus menoleh ke belakang.

   Ternyata dinding ruang itu telah berlobang, sedangkan Han Giok Shia sudah tidak kelihatan di ranjang.

   Betapa terkejutnya Lu Leng.

   Dia tahu bahwa gadis itu telah diculik, sedangkan gerakan si penculik begitu cepat, mungkin tidak akan berhasil mengejarnya.

   Kalau saat ini Tam Ek Hui tahu tentang itu pasti celaka, Sebab Lu Leng sedang menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuhnya untuk mengobatinya.

   Apabila pemuda itu gugup dan 1634 panik, pasti akan tersesat sehingga menjadi cacat seumur hidup, * * * * Bab 76 Lu Leng memandang Tam Ek Hui.

   pemuda itu masih memejamkan matanya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi Oleh karena itu Lu Leng cepat-cepat berkata.

   "Saudara Tam, legakanlah hatimu! Mengenai luka dalam yang diderita Nona Han, aku punya cara lain untuk mengobatinya, tenangkanlah hatimu!"

   Setelah mendengar apa yang dikatakan Lu Leng, wajah Tam Ek Hui tampak mulai tenang.

   "Suara apa tadi?"

   Tanyanya.

   "Suara dari perahu lain, entah suara apa,"

   Sahut Lu Leng, Tam Ek Hui manggut-manggut, tidak banyak bertanya lagu Maka, diam-diam Lu Leng menarik nafas lega, Walau Han Giok Shia telah diculik orang dan tidak tahu bagaimana keadaannya namun saat ini Tam Ek Hui tidak akan mengalami bahaya Lu Leng pun tidak mau memikirkan itu, karena dia harus memusatkan perhatiannya untuk mengobati Tam Ek Hui Berselang beberapa saat, wajah Tam Ek Hui mulai tampak kemerah-merahan, justru di saat itulah terdengar suara tawa dingin di luar, kemudian terdengar pula suara parau.

   "Ek Hui, aku adalah famili dekatmu, tapi kau malah bersekongkol dengan orang luar memusuhiku!"

   Tam Ek Hui membuka matanya seraya berbisik.

   "Saudara Lu, luka dalamku telah sembuh dua bagian, cepatlah kau pergi menghadapi Kim Kut Lau. Lu Leng manggut-manggut, lalu menarik kembali sepasang telapak tangannya yang menempel di dada Tam Ek Hui. Kebetulan pemuda itu menoleh ke ranjang Han Giok Shia, Karena ranjang itu kosong, maka Tam Ek Hui tertegun sambil mengeluarkan suara ,Hah... Lu Leng tahu bahwa luka dalam yang diderita Tam Ek Hui baru sembuh dua bagian, Apabila pemuda itu tahu Han Giok Shia diculik orang, maka luka dalamnya pasti akan bertambah parah, Oleh karena itu, Lu Leng segera berkata.

   "Saudara Tam, legakanlah hatimu, Nona Han dibawa pergi oleh seorang tokoh tua rimba persilatan untuk diobati luka dalamnya."

   Tam Ek Hui kurang percaya.

   "Siapa tokoh tua itu?"

   Tanyanya dengan gugup, Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa harus terus berdusta.

   "Tokoh tua itu menyuruhku menutup mulut Saudara Tam, pokoknya kau tenang saja!"

   Biar bagaimanapun Tam Ek Hui tetap tidak begitu percaya, sepasang matanya menatap Lu Leng dalam-dalam.

   Maka 1636 timbul rasa tidak enak dalam hati Lu Leng, sebab selama ini dia tidak pernah berdusta, seandainya Tam Ek Hui terus menatapnya mungkin Lu Leng akan memperlihatkan sikap dusta-nya.

   Namun di saat bersamaan, terdengar suara tawa panjang di luar, sehingga Tam Ek Hui mengalihkan pandangannya, dan itu membuat Lu Leng berlega hati.

   "Ha ha haaa! Ek Hui, apakah kau akan merasa aman terus bersembunyi di dalam perahu?"

   Lu Leng segera berbisik "Saudara Tam, kau tetaplah di sini, biar aku yang menghadapinya!"

   Sebelum Tam Ek Hui menyahut Lu Leng sudah bergerak melesat ke haluan perahu.

   Tampak Kim Kut Lau berdiri di situ dengan tangannya memegang sebuah kipas sambil tersenyum-senyum Ketika melihat yang muncul itu adalah Lu Leng, dia tertegun dengan mau terbelalak "Saudara Tam tidak sudi bertemu, kau mau bilang apa?"

   Bentak Lu Leng.

   Kim Kut Lau tahu bahwa kepandaian Lu Leng sudah tinggi, bahkan mampu melukai si Nabi Setan di Cing Yun Ling, Go Bi San.

   Namun dia tidak tahu bahwa Lu Leng telah makan Ling Che tujuh warna di istana Iblis, sehingga Lweekangnya bertambah tinggi, Walau Kim Kut Lau tahu bahwa Lu Leng mampu melukai si Setan-Seng Ling, tapi tetap meremehkannya.

   Dia menatap Lu Leng dengan kening berkerut kemudian tertawa panjang.

   "Ha ha haaa! Bocah, aku dan Ek Hui adalah famili dekat! Kami ingin membicarakan sesuatu, sedangkan kau orang luar, lebih baik minggir saja!"

   Ketika Lu Leng baru mau menyahut sudah terdengar suara Tam Ek Hui dari dalam perahu.

   "Saudara Lu, tidak usah banyak bicara dengan orang semacam itu! Lebih baik cepat hajar dia!"

   Begitu mendengar perkataan itu, wajah Kim Kut Lau langsung berubah tak sedap dilihat "Ek Hui, apakah kau ingin cari penyakit?"

   Karena Tam Ek Hui menyuruh Lu Leng cepat turun tangan, maka Lu Leng tidak tinggal diam.

   Ketika Kim Kut Lau baru usai berkata, Lu Leng sudah maju selangkah, sekaligus menggerakkan jari tangannya dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak Menembus Awan) menyerang Kim Kut Lau.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kim Kut Lau tahu akan kelihayan Kim Kong Sin Ci, maka bagaimana mungkin berani menyambut serangan itu? Begitu merasa angin telunjuk mengarahnya, dia langsung berkelit ke sisi Lu teng, sekaligus menyerangnya dengan kipas mengarah jalan darah Tay Pai Hiat di pinggang Lu Leng.

   Ketika melihat Kim Kut Lau berkelit, Lu Leng segera merubah jumsnya dengan jurus Gap Bin Li Cing (Menggali Sepuluh Arah), padahal Kim Kut Lau amat girang dalam hati, karena kipasnya sudah hampir menotok jalan darah Tay Pai Hiat itu, Tapi mendadak dia merasakan adanya tenaga yang amat dahsyat menindih kepa!anya.

   Bukan main terkejutnya Kim Kut Lau.

   Dia segera memandang ke atas, tapi justru pandangannya malah menjadi kabur, karena melihat begitu banyak bayangan jari mengurung sekujur badannya, Maka, dia mengbentikan serangannya lalu mengangkat kipasnya ke atas untuk menangkis serangan yang dilancarkan Lu Leng.

   Plak! Kipas itu patah menjadi dua dan terbang melayang ke atas.

   Kim Kut Lau bertambah terkejut Kalau tidak cepat-cepat mundur, dirinya pasti celaka, Kim Kut Lau memang berkepandaian tinggi.

   Dia masih berhasil berkelit dengan cara mencelat ke belakang.

   Namun belum sampai badannya berdiri tegak, Lu Leng menyusulkan serangannya dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), menggunakan delapan bagian tenaganya, Akan tetapi, tiba-tiba Lu Leng teringat akan suatu hal, Ketika dia makan Cit Sek Ling Che, di dalam kotak giok terukir beberapa baris tulisan, merupakan pesan baginya.

   Pada waktu itu, Lu Leng tidak tahu siapa pemilik Ling Che tujuh warna itu, pesan tersebut agar Lu Leng tidak mencelakai putra pemilik Cit Sek Ling Che.

   Karena tidak tahu siapa pemilik 1639 itu, maka dia pun tidak begitu menaruh perhatian akan pesan tersebut Setelah itu, barulah dia tahu pemiliknya adalah Mo Liong Seh Sih.

   sedangkan Kim Kut Lau adalah putra Mo Liong Seh Sih.

   Kalau dia turun tangan jahat terhadap Kim Kut Lau, bukankah dia akan berdosa terhadap Mo Liong Seh Sih? Teringat akan hal tersebut dia segera menarik kembali sebagian besar Lweekangnya, padahal di saat itu, Kim Kut Lau sudah pasrah, namun kemudian terheran-heran, karena tenaga serangan itu tidak begitu dahsyat lagi Oleh karena itu, dia cepat-cepat mundur sambil melancarkan sebuah pukulan untuk menangkis serangan Lu Leng, Walau demikian, badannya tetap bergoyang-go-yang hampir terjatuh ke dalam sungai.

   Lu Leng tidak menyerangnya lagi, hanya membentak "Aku telah mengampunimu, apakah kau masih tidak tahu diri?"

   Wajah Kim Kut Lau merah padam, Sejak dia berkecimpung dalam rimba persilatan, bagi yang tahu asal usulnya, pasti memandang muka Mo liong Seh Sih mengalah padanya, Bagi yang tidak tahu, dia pun dapat merobohkan mereka dengan kepandaiannya yang amat tinggi itu, Akan tetapi kini menghadapi Lu Leng yang masih begitu muda, dia justru tak mampu.

   itu membuatnya amat penasaran dan penuh rasa dendam, sepasang matanya menyorot garang 1640 menatap Lu Leng, Walau dia tahu bahwa Lu Leng bukan lawannya tapi merasa tidak rela meninggalkan perahu itu.

   "Hmm!"

   Lu Leng mendengus dingin ketika melihatnya tidak mau pergi "Kim Kut Lau, kalau aku tidak kagum dan salut terhadap ayahmu, seranganku tadi pasti sudah melukaimu! Kalau kau masih tidak mau pergi boleh coba menyambut seranganku lagi!"

   Usai berkata, Lu Leng melancarkan serangan mengeluarkan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga lingkaran Mengelilingi Bulan).

   Lu Leng melancarkan serangan tersebut sama sekali tidak berniat melukainya namun menggunakan tenaga sepenuhnya, Betapa terkejutnya Kim Kut Lau, dan mana berani menyambut serangan itu? Dia langsung bersiul panjang sambil mencelat ke belakang beberapa depa, kebetulan jatuh di sebuah perahu kecil, kemudian melesat ke daratan, Tanpa menoleh lagi dia langsung kabur dan dalam sekejap sudah tidak kelihatan bayangannya Ternyata serangan yang dilancarkan Lu Leng tadi memang hanya untuk menakut-nakuti Kim Kut Lau, agar dia kabur Teringat akan Mo liong Seh Sih dan kedua putranya, Lu Leng mengge1eng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.

   Mo Liong Seh Sih begitu gagah dan berhati mulia, sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau begitu licik serta jahat, sungguh berbeda dengan sifat ayah mereka! Lu Leng kembali masuk ke perahu dan seketika terbelalak saking terkejutnya, Ketika dia bergebrak dengan Kim Kut Lau, masih mendengar suara Tam Ek Hui dari dalam perahu itu.

   sedangkan dia hanya bergebrak empat jurus, berarti dalam waktu ytiagwmat singkat Namun kini di dalam perahu itu telah kosong.

   Tam Ek Hui yang duduk di atas ranjang sudah tidak kelihatan Lu Leng tahu bahwa Tam Ek Hui hilang mendadak, tentunya diculik oleh orang yang tadi menculik Han Giok Shia.

   Lu Leng merasa heran, sebab luka dalam yang diderita Tam Ek Hui, sudah sembuh dua bagian.

   Kalaupun musuh muncul, seharusnya dia bisa berteriak minta tolong.Bagaimana mungkin diam saja membiarkan dirinya diculik begitu saja? Apakah si penculik berkepandaian amat tinggi? Lu Leng berdiri termangu-mangu.

   Mendadak dia mendekati ranjang Tam Ek Hui, ternyata dia melihat sepucuk surat di ranjang itu.

   Cepat-cepat disambarnya surat itu, lalu segera dibacanya.

   Surat itu berbunyi demikian.

   Tam dan Han tidak apa-apa, Cepat berangkatlah kau ke telaga Tong Ting.

   Gaya tulisan itu sama seperti gaya tulisan yang memesannya berangkat ke telaga Tong Ting, ketika dia berada di gunung Tang Ku Sat --- setelah membaca surat itu, Lu Leng tertegun padahal tadi dia berdusta kepada Tam Ek Hui bahwa Han Giok Shia ditolong oleh seorang tokoh tua dalam rimba persilatan kini kelihatannya memang benar Orang itu pernah menjaganya di saat mengobati luka dalamnya, sudah pasti orang itu bukan penjahat.

   Akan tetapi, Lu Leng justru merasa bingung, siapa orang itu dan kenapa bertindak begitu misterius? Lu Leng berpikir sejenak, kemudian berjalan keluar dan langsung melesat ke daratan.

   Dia berusaha mengejar perahu yang ditumpanginya tadi, tapi mendadak terdengar suara dentingan-dentingan nyaring di dalam rimba.

   Begitu mendengar suara itu, Lu Leng segera tahu bahwa itu suara Pat Liong Khim.

   Lu Leng segera berhenti, kemudian melesat ke belakang sebuah pohon untuk mengintip.

   Tampak dua orang berada di dalam rimba itu, namun tidak jelas siapa mereka.

   Lu Leng segera menahan nafas, Kemudian terdengar salah seorang dari mereka berkata.

   "Ayah, aku tidak mau belajar."

   Begitu mendengar suara itu, tersentaklah hati Lu Leng, sebab dia mengenali suara itu, tidak lain suara si Budak Setan-Oey Sim Tit. Kemudian terdengar pula suara bentakan gusar.

   "Omong kosong! Pat Liong Thian Im menggemparkan kolong langit, kenapa kau tidak mau belajar? ilmu Ginkangmu sangat tinggi maka kalau kau berhasil mempelajari Pat Liong Thian Im, di kolong langit ini tidak akan ada yang menandingimu."

   Lu Leng sudah menduga, yang membentak itu adalah Liok Ci Khim Mo yakni ayah Oey Sim Tit.

   Terdengar Oey Sim Tit menyahut "Ayah, Pat Liong Thian Im memang merupakan ilmu yang amat hebat, tapi Ayah selalu membunuh orang, Tidak sampai setahun yang mati di bawah Pat Liong Thian Im sudah ratusan jago tangguh dalam rimba persilatan Aku...

   aku sungguh tidak ingin belajar!"

   Ketika Oey Sim Tit berkata di situ, Lu Leng pun mendengar suara "Plak", Mungkin saking gusarnya Liok Ci Khim Mo menampar putranya itu dan membentak "Dasar tak berguna!"

   "Aku... aku.,."

   Sahut Oey Sim Tit tersendat-sendat Lu Leng memberanikan diri maju dua langkah, lalu mengintip lagi.

   Ternyata Liok Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit duduk berhadapan harpa Pat Liong Khim berada di pangkuan Oey Sim Tit.

   Berdasarkan percakapan mereka tadi, Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit belum berhasil mempelajari Pat Liong Thian Im.

   sedangkan harpa Pat Liong Khim berada di pangkuan Oey Sim Tit Kalau dia berani turun tangan merebut harpa Pat Liong Khim itu, kemungkinan besar akan berhasil, maka tidak perlu pergi mencari Panah Bulu Api lagi.

   Berpikir sampai begitu, tanpa ayal lagi Lu Leng langsung melesat ke arah mereka berdua, sekaligus melancarkan Kim Kong Sin Ci.

   Tangan kanan mengeluarkan jurus Hong Mong Coh Khai (Turun Hujan Gerimis) dan tangan kiri mengeluarkan jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau Balau), Kedua jurus tersebut dikeluarkan dengan serentak, itu adalah jurus kesebelas dan dua belas dari ilmu Kim Kong Sin Ci, yang 1644 paling dahsyat dan lihay.

   Sejak berhasil menguasai ilmu tersebut Lu Leng belum pernah mengeluarkan jurus-jurus itu, Saat ini menyangkut keselamatan rimba persilatan maka Lu Leng langsung mengeluarkan kedua jurus itu.

   Walau jarak mereka lima enam depa, namun begitu badan Lu Leng melesat keluar, hanya berjarak sekitarnya tiga depa.

   Kelihatannya Lu Leng akan berhasil merebut Pat Liong Khim itu.

   Namun di saat bersamaan terdengar Oey Sim Tit berseru kaget dan begitu badannya bergerak tahu-tahu sudah berada di sisi ayahnya.

   Sedangkan Liok Ci Khim Mo segera menyambar harpa Pat Liong Khim, akan tetapi angin serangan Lu Leng telah menerjang ke arah mereka, membuat Oey Sim Tit terpental jatuh.

   Liok Ci Khim Mo juga terpental namun tidak jatuh, bahkan jari tangannya masih sempat memetik tali senar harpa Pat Liong Khim.

   Seketika terdengar suara harpa yang amat dahsyat menggoncangkan sukma, juga bagaikan laksaan kuda sedang berpacu.

   Hati Lu Leng tergoncang keras, sepertinya terhantam oleh puluhan buah palu yang beratnya ratusan kati sehingga membuyarkan tenaga Kim Kong Sin Ci Lu Leng bersiul panjang.

   serangan yang dilancarkannya tidak berhasil, itu berarti tiada harapan lagi.

   Kalau tidak cepat-cepat meloloskan diri, mungkin hari ini dia akan mati di tempat tersebut seandainya dia mati, lalu siapa yang akan berangkat ke telaga Tong Ting menolong 1645 orang? Oleh karena itu, dia segera mencelat ke belakang tiga depa, Walau Lu Leng berhasil mencelat ke belakang, namun matanya berkunang-kunang dan merasa tanah yang diinjaknya berputar-putar.

   Dia memaksakan diri untuk lari, namun baru lima depaan, sekujur badannya terasa tak bertenaga sama sekali akhirnya terkulai Di saat itulah mendadak dia teringat akan perkataan salah seorang Coan liong Liok Couw, bahwa dia pernah menghadapi Pat Liong Thian Im, untung dia terjun ke dalam sungai maka terhindar dari petaka.

   Saat ini, kebetulan Lu Leng berada di pinggir sungai Maka begitu teringat akan hal itu, dia langsug berupaya untuk berguling ke arah sungai Dia berhasil masuk ke sungai lalu menenggelamkan diri, Semula dia masih mendengar suara harpa itu, namun setelah tenggelam kira-kira dua depa, dia tak mendengar suara apa pun.

   Hati Lu Leng masih berdebar-debar.

   Kemudian dia segera menahan nafas, tentunya tidak berani muncul di permukaan Setelah itu, barulah dia mulai berenang di dasar sungai Setelah merasa cukup lama berenang, dia muncul di permukaan Saat ini, hari sudah mulai sore, Setelah muncul di permukaan sungai barulah dia tahu bahwa dirinya berada di tengah-tengah sungai.

   Tampak dua tiga buah perahu layar, burung-burung beterbangan, tapi tidak tampak ada orang mengejarnya.

   Barulah Lu Leng menarik nafas lega, Dia berenang ke pinggir kemudian naik ke atas dan beristirahat di situ.

   Teringat akan kejadian tadi, hatinya berdebar-debar lagi Tadi dia menempuh bahaya, namun tidak berhasil merebut harpa Pat liong Khim, sungguh kehilangan kesempatan itu.

   Liok Ci Khim Mo dan putranya memang terdapat sifat dan watak yang berbeda, tapi mereka berdua tak pernah berpisah.

   Di mana ada Liok Ci Khim Mo, di situ pasti ada Oey Sim Tit.

   Di mana ada Oey Sim Tit, di situ pasti ada Liok Ci Khim Mo.

   kalaupun berhasil mencari panah Bulu Api, lalu bagaimana mendekati Oey Sim Tit untuk mencuri Panah Bulu Api itu? Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng menjadi risau, Dia mendongakkan kepala seraya menghela nafas panjang, setelah itu memandang permukaan sungai sambil bergumam."Oh, Thian (Tuhan)! Betulkah tiada jalan untuk menyelamatkan rimba persilatan dari malapetaka itu?"

   Lu Leng tahu, sejak kejadian di gunung Go Bi San, semua partai besar dan kaum rimba persilatan lainnya sudah pergi bersembunyi menghindari Liok Ci Khim Mo.

   Tapi berdasarkan apa yang dikatakan Oey Sim Tit ketika Lu Leng berangkat ke gunung Tang Ku Sat, sudah ratusan kaum rimba persilatan mati di bawah Pat Liong Thian Im.

   Kalau terus begitu, kaum rimba persilatan golongan lurus pasti akan habis, Lu Leng duduk tercenung di pinggir sungai.

   Setelah pakaiannya agak kering, barulah dia pergi mengejar perahu yang ditumpanginya tadi, Setelah larut malam, barulah dia berhasil mengejar perahu tersebut Dia berteriak-teriak memanggil tukang perahu, dan perahu itu segera meluncur ke pinggir Lu Leng meloncat ke 1647 dalam perahu, ternyata perahu itu sudah bertambah dua orang, Ketika Lu Leng mau menegur si tukang perahu, kedua orang itu justru bangkit berdiri Lu Leng melihat salah seorang dari mereka hanya berlengan satu, sedangkan yang satu lagi tidak punya sepasang kaki, Ternyata mereka berdua adalah orang cacat, namun sikap mereka masih tampak berwibawa, sebelum Lu Leng membuka mulut, kedua orang itu sudah berkata.

   "Saudara kecil, apakah kau yang menyewa perahu ini?"

   Lu Leng mengangguk "Betul. Siapa Anda berdua?"

   Kedua orang itu menghela nafas panjang, lalu orang berlengan satu menyahut "Namaku Pik Giok Sen, yang ini adalah ketua Tiam Cong Pai, bernama Sih Liok Khie."

   Sih Liok Khie tersenyum getir sambil berkata.

   "Sepasang kakiku telah putus, maka aku merasa malu mengaku sebagai ketua Tiam Cong Pai. Kami berdua dicelakai lagi oleh Liok Ci Khim Mo, maka terpaksa bersembunyi di dalam perahu ini, Harap saudara kecil memaafkan kelancangan kami!"

   Ketika mendengar orang berkaki buntung itu mengaku Sih Liok Khie, ketua Tiam Cong Pai, Lu Leng langsung menjatuhkan diri berlutut "Ternyata Susiok (Paman guru), aku... aku Lu Leng!"

   Berkata sampai di situ, Lu Leng teringat pula akan kematian kedua orangtuanya, maka tak tertahan lagi air matanya lalu mete1eh.

   Begitu melihat pemuda itu berlutut sambil memanggil "Susiok", seketika juga Sih Liok Khie terbelalak Setelah Lu Leng menyebut namanya, barulah dia tahu pemuda yang berlutut di hadapannya adalah putra Sebun It Nio, kakak seperguruannya.

   Sih Liok Khie memperhatikan wajah Lu Leng, memang agak mirip wajah Sebun It Nio, keras hati dan percaya diri seperti ibunya.

   Sebun It Nio lebih awal tiga tahun masuk ke Tiam Cong Pai dari Sih Liok Khie.

   Ketika masih muda, Sih Liok Khie juga pernah mencintai Sebun It Nio secara diam-diam, namun Sebun It Nio sama sekali tidak mengacuhkannya, Sih Liok Khie tidak tersinggung masih tetap baik terhadap kakak seperguruannya itu.

   padahal kedudukannya sebagai ketua, harus diserahkan kepada Sebun It Nio, tapi ketika itu guru Sebun It Nio amat gusar akan perjodohan muridnya itu, Untung Sih Liok Khie bermohon kepada guru itu, maka Sebun It Nio tidak diusir dari pintu perguruan.

   Saat ini, begitu melihat Lu Leng, Sih Liok Khie langsung teringat akan Sebun It Nio, dan timbul pula rasa duka dalam hati.

   Lama sekali Sih Liok Khie tertegun sambil memandang Lu Leng, kemudian berkata.

   "Anak Leng, ternyata yang menyewa perahu ini adalah kau. ini sungguh di luar dugaan sama sekali!"

   "Paman guru juga bertemu Liok Ci Khim Mo?"

   Tanya Lu Leog.

   Sih Liok Khie manggut-manggut "Ya, aku bertemu dia kedua kalinya Pertama kali di gunung Bu Yi San, entah berapa banyak kaum rimba persilatan terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, termasuk ayahmu juga mati di bawah pengaruh suara harpa itu, hingga kini tak terasa sudah empat tahun berlalu."

   Lu Leng manggut-manggut diam, dan air matanya terus berderai-derai. Sih Liok Khie menghela nafas panjang lalu penuturannya.

   "Saat itu aku selamat namun sepasang kakiku kutung, Setelah kembali ke gunung Tiam Cong San, aku terus berlatih selama tiga tahun, Aku kira sudah waktunya membalas dendam. Tapi tidak tahunya, ketika kami baru turun gunung, terdengar berita tentang kejadian di Cing Yun Ling gunung Go Bi San, Coba pikir, Giok Bin Sin Kun dan Sui Cing siansu pun pergi menghindari Liok Ci Khim Mo, bagaimana kami mampu menghadapinya? Bukankah akan mencari rnati? Karena itu, kami menetap di sekitar sungai Tiang Kang, sedangkan Liok Ci Khim Mo mengumpulkan kaum rimba persilatan golongan hitam dan mendirikan sebuah istana Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong (istana penguasa Rimba Persilatan) di sebuah gunung, Aaaah.,.!"

   Dalam setahun ini, Lu Leng berada di gunung Tang Ku Sat untuk mencari Panah Bulu Api.

   Maka, bagaimana tindak-1650 tanduk Liok Ci Khim Mo setahun terakhir ini, dia sama sekali tidak mengetahuinya, Kini mendengar Sih Liok Khie mengatakan begitu, tentunya dia amat terkejut "Bulim Ci Cun?"

   Sih Liok Khie manggut-manggut Kemudian dengan wajah penuh diliputi rasa dendam dia menyahut "Tidak salah, dia telah menyebut dirinya sebagai Bu Lim Ci Cun, Para anak buahnya yang terdiri dari golongan hitam, terus mencari jejak partai-partai besar yang bersembunyi Kalau sudah tahu jejak mereka, para anak buah itu pun melapor kepada Liok Ci Khim Mo.

   Setelah itu muncul mendadak memaksa kaum rimba persilatan golongan lurus itu, harus tunduk pada perintahnya Kalau tidak, harpa Pat Liong Khim pasti berbunyi...."

   Berkata sampai di situ, Sih Liok Khie menghela nafas panjang, kemudian melanjutkan.

   "Setahuku, dalam setahun terakhir ini, Yu Lao Pun ketua Tai Ci Bun telah meninggal sedangkan Hui Yan Bun hanya tinggal si Walet Hijau-Yok Kun Sih seorang, namun entah menghilang ke mana, Begitu pula Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San Pai juga kehilangan jejak...."

   Ketika mendengar sampai di situ, mendadak sepasang mata Lu Leng tampak berapi-api, Sih Liok Khie berhenti sejenak, lalu melanjutkan.

   "Bu Tong Pai tersisa satu orang, yakni Sen Hong Kiam Khek. Kemarin 1651 Liok Ci Khim Mo berhasil menemukan tempat persembunyian kami, maka Tiam Cong Pai hanya tinggal aku seorang,"

   Lu Leng tertegun, lama sekali baru bertanya.

   "Lalu bagaimana Cit Sat Sin Kun dan guruku?"

   "ltu aku tidak tahu,"

   Sahut Sih Liok Khie.

   "Liok Ci Khim Mo pernah ke pulau Hwe Ciauw To, tapi tidak berhasil mencari Cit Sat Sin Kun suami istri. seperti gurumu, mereka berdua pun kehilangan jejak. Adapun mengenai para padri Go Bi Pai, aaah,., sungguh kasihan sekali!"

   Sela Pik Giok Sen.

   "Bagaimana?"

   Tanya Lu Leng. Sih Liok Khie memberitahukan.

   "Sungguh kasihan Sui Cing siansu! Beliau ingin menyadarkan Liok Ci Khim Mo dengan ajaran-ajaran Sang Buddha, membawa dua belas padri berkepandaian tinggi dan ratusan padri lainnya ke istana Ci Cun Kiong di gunung Tiong Tiau San, namun Liok Ci Khim Mo justru menggunakan Pian Liong Thian Im membinasakan mereka semua."

   Betapa terkejutnya Lu Leng. Mendadak dia memukul meja sambil berteriak sekeras-kerasnya.

   "Apakah tiada seorang pun dapat membasmi penjahat itu?"

   Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie menghela nafas panjang, memandang permukaan sungai dengan wajah murung, Lu Leng tahu tiada gunanya gusar, namun dalam hati masih tetap amat emosi.

   "Biar bagaimanapun aku harus mencari Panah Bulu Api!"

   Teriaknya.

   "Apa gunanya kalau berhasil mencari Panah Bulu Api?"

   Tanya Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie serentak. Lu Leng segera menutur tentang semua itu. Kedua orang itu amat berduka ketika mendengar penuturan Lu Leng tentang pengorbanan Mo liong Seh Sih.. Pik Giok Sen menghela nafas panjang.

   "Banyak kaum golongan hitam yang kukenal sebulan yang lalu aku bertemu salah seorang, katanya tahun ini Cit Gwee Cap Ngo (Tanggal Lima Belas Bulan Tujuh), Liok Ci Khim Mo akan menyelenggarakan pertemuan besar-besaran di istana Ci Cun Kiong, Kemungkinan besar dia bertujuan memancing keluar Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua."

   Lu Leng menghitung, Cit Gwee Cap Ngo hanya tinggal sebulan lebih.

   "Kecuali guruku tidak tahu, kalau tahu beliau pasti ke sana mencari kesempatan"

   Katanya.

   "Maaf Saudara kecil, kepandaian gurumu memang tinggi sekali Tapi kalau dia ke sana, mungkin hanya cari mati saja,"

   Kata Pik Giok Sen.

   Lu Leng tahu Pik Giok Sen berkata sesung-guhnya, sebab dia pun telah mengalami itu, kalau tidak kebetulan berada di pinggir sungai, dia pasti sudah binasa di bawah Pat Liong Thian Im.

   Lu Leng pun teringat pada Liat Hwe Cousu, Selama dua puluhan tahun, ketua Hwa San Pai itu tidak pernah melepaskan jubah merahnya, namun setelah kejadian Cing Yun Ling, dia pun melepaskan jubah merahnya, 1653

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Seandainya kita menyamar, mungkin Liok Ci Khim Mo tidak akan mengenali kita."

   Kata Lu Leng, Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie hanya saling memandang dengan kening berkerut pertanda tidak setuju akan usul Lu Leng.

   Lu Leng pun diam, namun dalam hati sudah mengambil suatu keputusan, bahwa setelah beres urusan di telaga Tong Ting, dia pasti akan berangkat ke istana Ci Cun Kiong di gunung Tiong Tiau San.

   Sementara perahu itu terus melaju dan hampir tiba di telaga Tong Ting.

   Lu Leng segera bertanya kepada tukang perahu, masih berapa jauh akan tiba di telaga tersebut? Tukang perahu memberitahukan hanya tujuh delapan mil lagi.

   Lu Leng berpamit kepada Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie, kemudian mendarat dan langsung menuju telaga Tong Ting, Ketika Lu Leng meninggalkan perahu itu, sang mentari sedang mulai memancarkan cahayanya, setelah hari agak siang, dia sudah tiba di pinggir telaga tersebut, lalu berdiam termangu-mangu, * * * * Bab 77 Orang yang meninggalkan pesan itu, hanya memberitahukan bahwa orang yang dicintai Lu Leng, mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, tapi tidak menjelaskan tepatnya di sebelah mana, Luas telaga Tong Ting hampir ratusan mil, kalau mencari harus menyita banyak 1654 waktu, lagipula begitu banyak pulau-pulau kecil di telaga tersebut, bagaimana mungkin mencarinya? Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia mengambil keputusan untuk mengitari telaga itu.

   Ketika mulai mengitari telaga tersebut Lu Leng bertemu penduduk setempat Dia berpura-pura menanyakan jalan sambil mengamati tempat itu.

   Akan tetapi, hingga tengah hari, dia belum memperoleh hasil apa-apa.

   Sang matahari berada di atas kepalanya, sehingga membuat Lu Leng merasa haus, lalu berhenti di pinggir sebuah desa kecil.

   Di desa kecil itu hanya terdapat tiga puluhan rumah.

   Di luar desa tampak begitu banyak jala yang dijemur, Kelihatannya para penduduk desa itu terdiri dari nelayan.

   Di pinggir mulut desa itu terdapat sebuah sungai kecil yang airnya mengalir tenang.

   Terlihat sebuah kedai teh di bawah sebuah pohon dan beberapa orangtua sedang minum teh di situ, Lu Leng mendekati kedai teh itu, kemudian mengeluarkan setael uang perak.

   Kapan pemilik kedai teh pernah melihat uang perak yang bergemerlapan itu? Setelah Lu Leng duduk, pemilik kedai itu segera menyajikan teh istimewa dan beberapa potong semangka, Kemudian dia pun menggoreng burung dara, Lu Leng mulai bersantap sambil memandang sungai kecil itu.

   Begitu tenang dan damai, sehingga membuatnya menjadi berpikir.

   Untuk apa orang saling membunuh demi nama dan kekuasaan? Itu sungguh tak berarti sama sekali! Bukankah lebih baik hidup tenang dan damai di desa kecil seperti ini? Kalau dirinya tidak memikul dendam kedua orangtuanya, Lu Leng merasa rela hidup selamanya di desa kecil tersebut.

   Di saat Lu Leng sedang berpikir terdengar suara perahu berlabuh, Lu Leng mendongakkan kepala, tampak seorang nelayan menghampiri kedai teh, kemudian berhenti di hadapan Lu Leng, Setelah memperhatikan wajah Lu Leng sejenak, nelayan itu pun berseri.

   "Maaf, Tuan muda bermarga Lu?"

   Seketika itu terkejut lah Lu Leng, Sebab namanya tidak begitu terkenal. Kalaupun terkenal tentunya kaum rimba persilatan yang mengetahuinya. Lalu bagaimana mungkin seorang nelayan mengetahui namanya? Nelayan itu tertawa.

   "

   Semalam aku bermimpi mendapat ikan besar, itu pertanda rejeki.

   Ternyata benar, hari ini begitu keluar rumah, aku berjumpa tuan penolong, Dia hanya menyuruhku mengantar sepucuk surat, tapi memberi ku hadiah sepuluh tael perak, Semula aku mengira amat sulit menemukan orang yang harus menerima surat ini, tidak tahunya hanya dalam setengah hari aku sudah bertemu Tuan muda Lu."

   "Paman, apakah surat itu ditujukan kepadaku?"

   Tanya Lu Leng.

   "Betul,"

   Sahut nelayan itu sambil mengangguk, lalu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam baju nya. ini suratnya,"

   Lanjutnya.

   Lu Leng menerima surat tersebut, lalu mengeluarkan isinya untuk dibaca, Begitu melihat tulisan surat itu Lu Leng langsung mengenalinya Orang yang paling kau cintai berada di pulau Huang Yap, dalam kesulitan besar di tengah telaga, cepatlah kau pergi ke sana, nelayan setempat akan menunjukkan jalan! Usai membaca, ketika Lu Leng baru mau bertanya kepada nelayan itu, tiba-tiba terdengar suara perahu, Lu Leng segera menoleh dan terkejut bukan main.

   Tampak sebuah perahu sedang melaju mengikuti arus dan empat orang berdiri di perahu itu.

   Yang berdiri di paling depan berbadan tinggi besar, membawa sebuah harpa kuno, tidak lain adalah Liok Ci Khim Mo.

   Lu Leng cepat-cepat menyambar baju rumput salah seorang nelayan yang di sisinya, lalu memakainya seraya berkata.

   "Kalian semua jangan bersuara! setelah keempat orang itu berlalu, aku pasti memberi kalian imbalan."

   Perahu itu berlabuh, Kemudian Liok Ci Khim Mo dan tiga orang lainnya mendarat Lu Leng duduk membelakangi mereka dengan menundukkan kepala sambil bersantap. Suara langkah semakin mendekat, lalu terdengar salah seorang dari mereka berkata.

   "Kami sudah menyelidiki sejelas-jelasnya, nenek tua itu berada di tengah telaga, Kemarin aku melihat dia membawa seorang gadis, dalam keadaan gusar melewati tempat ini, Asal kita berhasil menemukannya dalam rimba persilatan sudah tiada lagi Hui Yan Bun."

   Liok Ci Khim Mo menyahut dingin.

   "Baik."

   Setelah itu, terdengar suara orang memesan teh, Lu Leng menahan nafas dan membatin, dua orang itu pasti dari 1657 golongan hitam yang bertugas menyelidiki ketua Hui Yan Bun.

   Ternyata Yok Kun Sih tinggal di tengah telaga, Mereka bertiga mengajak Liok Ci Khim Mo untuk membinasakannya, Mendadak terdengar suara Oey Sim Tit.

   "Ayah, nama Yok Kun Sih amat baik dalam rimba persilatan kenapa kita harus mencelakainya?"

   Liok Ci Khim Mo gusar sekali dan langsung membanting cangkir yang dipegangnya ke tanah. Prang! Cangkir itu hancur berkeping-keping. Setelah itu, Liok Ci Khim Mo berkata dengan suara lantang.

   "Yang menurut hidup, yang melawan mati! Aku tidak peduli nama baik segala!"

   Kedua orang itu segera menyahut "Betul! Betul! Kalau tidak, bagaimana bisa jadi Bu Lim Ci Cun? Sejak dulu hingga kini, siapa yang berani menyebut dirinya demikian?"

   Liok Ci Khim Mo tertawa puas, sedangkan Oey Sim Tit malah menghela nafas panjang.

   Bagaimana Lu Leng? Saat ini perasaannya tegang sekali, Karena apabila Liok Ci Khim Mo tahu akan keberadaannya, dia pasti celaka, Waktu sesaat itu dirasanya lama sekali.

   Berselang sesaat, Liok Ci Khim Mo dan lainnya kembali ke perahu, dan kemudian perahu itu melaju, setelah tidak mendengar suara perahu itu, 1658 barulah Lu Leng mendongakkan kepala memandang ke arah telaga, Perahu itu telah lenyap ditelan kabut "Paman tahu di tengah telaga terdapat sebuah pulau Huang Yap To?"

   Tanyanya Nelayan itu tertawa.

   "Hidupku memang di telaga, tentunya tahu pulau itu."

   Lu Leng manggut-manggut "Baik, kalau begitu harap Paman mengantarku ke pulau itu, pasti kuberikan hadiah!"

   Nelayan itu mengangguk.

   "Baiklah!"

   Lu Leng bangkit berdiri, kemudian memberikan uang kepada beberapa nelayan yang ada di situ masing-masing setael perak, dan para nelayan itu menerimanya dengan girang.

   Nelayan itu membawa Lu Leng ke perahu dan begitu berada di perahu tersebut, Lu Leng berpesan.

   "Kita harus menjauhi perahu tadi, jangan sampai mereka melihat krta!"

   Nelayan itu tampak serba salah.

   "ltu justru sulit, sebab di permukaan telaga walau berjarak sembilan atau sepuluh mil, namun pasti kelihatan Kalau Tuan muda takut dikenali orang, kenapa tidak mau ganti pakaian?"

   Lu Leng girang bukan main dan langsung manggut-manggut.

   "Betul! Betul!"

   Nelayan itu membuka sebuah peti kayu untuk mengeluarkan satu stel pakaian kasar lalu diberikan kepada Lu Leng.

   Setelah menerima pakaian kasar itu, Lu Leng segera menyalinnya, bahkan juga memakai topi rumput sehingga mirip seorang nelayan.

   Tak seberapa lama, perahu itu sudah berada di tengah telaga, Lu Leng melihat perahu Liok Ci Khim Mo jauh di depan.

   "Paman, siapa yang menitipkan surat itu kepadamu ?"

   Tanyanya, Nelayan itu tertawa.

   "Sungguh mirip bidadari yang baru turun dari kahyangan."

   Lu Leng tertegun.

   Selama ini dia menganggap bahwa orang yang meninggalkan pesan itu adalah seorang tokoh tua rimba persilatan bahkan yakin pula kalau bukan Tong Hong Pek pasti Tam Sen.

   Akan tetapi, kini menurut kata nelayan itu, justru seorang gadis yang cantik jelita, Kalau tidak, bagaimana mungkin nelayan itu bilang sungguh mirip bidadari yang baru turun dari kahyangan? Setelah berpikir sejenak, Lu Leng bertanya lagi.

   "Paman, bagaimana rupa gadis itu?"

   "sepasang mata gadis itu amat indah dan bening, wajahnya agak bulat dan berbadan sedang, Hanya saja sungguh mengherankan ketika berbicara denganku, kelihatannya seperti mengucurkan air mata, Dia bilang, kalau aku mencari di sekitar telaga, pasti akan menemuimu, kemudian dia menghadiahkan sepuluh tael perak kepadaku."

   Ketika mendengar nelayan memberitahukan tentang rupa gadis itu, Lu Leng semakin tercengang.

   Karena berdasarkan apa yang dikatakannya itu, gadis tersebut justru Tam Goat Hua.

   Akan tetapi, itu bagaimana mungkin? Orang yang amat dicintainya, mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, Orang yang amat dicintainya, sudah pasti Tam Goat Hua, tidak mungkin gadis lain, Lu Leng berpikir lagi, mungkin nelayan itu telah lamur, maka salah melihat! Namun, persoalannya justru siapa gadis yang menulis surat itu? Lu Leng termangu-mangu, Berselang beberapa saat, perahu itu sudah mendekati dua buah pulau.

   Salah satu di antaranya penuh dedaunan kuning, yang satu lagi tampak menghijau, Lu Leng melihat perahu yang ditumpangi Liok Ci Khim Mo menuju pulau hijau itu, Pulau yang penuh dedaunan kuning, tentunya adalah pulau Huang Yap (Pulau Daun Kuning), Tak seberapa lama, perahu yang ditumpangi Lu Leng pun sudah sampai di pulau tersebut, Ternyata semua pohon di pulau itu berdaun kuning, maka tidak mengherankan kalau pulau itu dinamakan Pulau Daun Kuning, Lu Leng menaruh lima tael perak di perahu, kemudian mendadak melesat ke pulau tersebut, Nelayan itu ingin 1661 mengucapkan terima kasih, namun Lu Leng sudah melesat pergi.

   Sebagian pulau itu agak datar, namun sebagian lagi penuh batu curam yang amat bahaya, tampak pula beberapa buah bukit.

   Sampai di kaki bukit, Lu Leng masih tidak melihat ada orang di situ, Lalu dia mendongakkan kepala, mendadak terlihat sesosok bayangan berkelebat di pinggang bukit itu, Sungguh cepat gerakan sosok bayangan tersebut, sekejap sudah tidak tampak lagi.

   Melihat ada orang di sana, Lu Leng segera melesat ke sana, tak lama kemudian sudah sampai di tempat itu, Ketika baru mau mencari, justru terdengar suara seorang gadis.

   Bagian 37

   "Aku cinta dia! Aku cinta dia! Guru, biar Guru menghukum ku, aku tetap mencintainya! Walau Guru membunuhku, aku juga mencintainya!"

   Begitu mendengar suara gadis itu, tercenganglah Lu Leng.

   Sebab dia mengenali suara gadis itu, tidak lain adalah Toan Bok Ang yang menghilang di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih.

   Suara itu berasal dari sebuah goa, Lu Leng segera menghampiri goa itu, Gelap gulita di dalamnya, tak tampak apa pun.

   Kemudian terdengar suara tawa dingin seorang wanita tua, ternyata Yok Kun Sih yaitu ketua Hui Yan Bun.

   "Bocah itu kemungkinan besar sudah binasa, kau masih mencintainya?"

   Toan Bok Ang tertawa.

   "Biar bagaimanapun dia, aku tetap mencintainya! Guru, cepatlah turun tangan membunuhku!"

   "

   Padahal sesungguhnya, kau adalah murid murtad yang tidak akan terlepas dari hukumanku! Tapi kini para murid Hui Yan Bun sudah binasa semua, Kalau aku tidak menyingkir ke daerah See Hek (Bagian Barat Luar Tionggoan), dan tanpa sengaja bertemu denganmu, Hui Yan Bun hanya tersisa aku seorang, maka aku mengampunimu.

   Apakah kau tidak rela?"

   "Aku hanya bermohon dapat berjumpa dia di alam baka!"

   "Binatang! Ketika kau berguru kepadaku, pernah bersumpah apa?"

   "Aku tahu setelah masuk Hui Yan Bun, selamanya tidak boleh membicarakan soal cinta, Tapi... aku justru jatuh cinta kepadanya, Guru, Aku rela mati, apakah tidak boleh?"

   Sahut Toan Bok Ang, Lu Leng yang berada di luar goa amat terharu ketika mendengar itu. Walau percakapan mereka berdua tidak menyinggung nama Lu Leng, namun pemuda itu tahu, yang dimaksudkan "Dia"

   Adalah dirinya.

   Teringat akan Liok Ci Khim Mo yang ke pulau Hijau, kalau tidak menemukan Yok Kun Sih, mereka pasti ke mari, itu berarti sewaktu-waktu Liok Ci Khim Mo akan muncul di pulau ini.

   Berpikir sampai di situ, Lu Leng langsung memasuki goa tersebut seketika terdengar suara bentakan Yok Kun Sih.

   "Siapa?"

   "Aku murid Go Bi Pai, bernama Lu Leng!"

   Terdengar Toan Bok Ang berseru girang, sedangkan Yok Kun Sih menggeram, setelah menikung, goa itu tampak terang.

   Temyata di dinding goa dipasang dua buah lampu minyak, Toan Bok Ang dirantai, Yok Kun Sih berdiri di hadapannya.

   Air mata gadis itu bercucuran bukan berduka, melainkan saking gembiranya.

   Begitu Lu Leng muncul, Toan Bok Ang berseru.

   "Adik Leng, apakah kita sudah tidak berada di dunia?"

   "Kakak Ang, panjang sekali kalau dituturkan. Kita harus segera meninggalkan tempat ini."

   Mereka berdua bercakap-cakap, membuat hati Yok Kun Sih yang telah terbakar itu seakan tersiram minyak.

   Apa lagi ketika Lu Leng bilang "Kita harus segera meninggalkan tempat ini", sesungguhnya termasuk Yok Kun Sih.

   Namun Yok Kun Sih justru salah mengerti.

   Dia mengira Lu Leng ingin mengajak Toan Bok Ang pergi, dan itu membuatnya menjadi semakin gusar Kalau Hui Yan Bun tidak mengalami petaka, Toan Bok Ang pasti sudah binasa dipukulnya, Saat ini, begitu mendengar Lu Leng berkata demikian, seperti menganggapnya tidak berada di situ, Dapat dibayangkan betapa gusarnya Yok Kun Sih.

   Badannya langsung bergerak, sekaligus mengeluarkan jurus Lau Yan Hun Hui (Burung Walet Berterbangan) menyerang Lu Leng.

   Padahal Lu Leng bermaksud baik, ingin memberitahukan tentang Liok Ci Khim Mo, namun Yok Kun Sih tanpa bertanya, langsung menyerangnya dengan dahsyat.

   Untung kepandaian 1664 Lu Leng sudah maju pesat, kalau tidak, pasti akan celaka di tangan ketua Hui Yan Bun itu.

   Lu Leng ingin berkelit, namun terlambat Dia terpaksa menyambut serangan itu dengan jari telunjuknya, mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).

   Seketika tenaga telunjuk dan pukulan beradu, Terdengar suara benturan dahsyat memekakkan telinga, bahkan juga menggoncangkan dinding-dinding goa.

   Lu Leng merasa tenaga pukulan itu amat kuat, sehingga mundur satu langkah, Dalam keadaan gusar, Yok Kun Sih menyerang dengan sepenuh tenaga, namun Lu Leng yang masih begitu muda mampu menangkis serangannya.

   itu membuat Yok Kun Sih terkejut dan bertambah gusar.

   "Bocah! Ternyata kepandaianmu cukup tinggi, pantas berani bertingkah di hadapanku!"

   Badannya bergerak lagi, begitu pula sepasang tangannya, tahu-tahu sudah menyerang dengan dua jurus. Kali ini Lu Leng sudah siap, maka begitu melihat Yok Kun Sih menyerang, dia cepat-cepat berkelit sambil berseru.

   "Cianpwee berhenti, aku mau bicara!"

   Yok Kun Sih berhenti menyerang, lalu menatap Lu Leng seraya berkata dingin.

   "Kau telah merayu murid Hui Yan Bun, masih mau bicara apa?"

   Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Urusan itu agak berliku-liku, harap Cianpwee jangan bertanya dulu, Sebab kini Liok Ci Khim Mo sudah berada di pulau Hijau, mungkin sebentar lagi akan ke mari."

   Ketika Yok Kun Sih mendengar itu, tampak terkejut dan wajahnya langsung berubah. Namun di dalam hatinya masih kurang percaya.

   "Bocah busuk, apakah kau ingin menggunakan nama Liok Ci Khim Mo untuk menakuti ku ?"

   Saking gugupnya, sehingga tanpa sadar Lu Leng membanting kaki.

   "Cianpwee, kalau tidak pergi sekarang, pasti celaka!"

   Saat ini Yok Kun Sih amat terkejut, dan mau tidak mau harus percaya. Dia segera menghampiri Toan Bok Ang untuk melepaskan rantai yang membelenggunya seraya berkata "Kalau begitu, mari kita segera pergi!"

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Adik Leng, kau cepat ke mari!"

   Kata Toan Bok Ang.

   "Siapa mau pergi bersamanya?"

   Bentak Yok Kun Sih.

   "Cianpwee, apakah Nona Tam, putri Cit Sat Sin Kun juga berada di pulau ini?"

   Yok Kun Sih diam saja, setelah menarik Toan Bok Ang sampai di mulut goa, dia baru menoleh ke belakang seraya menyahut "Omong kosong! Di pulau Huang Yap ini hanya ada aku dan Bok Ang berdua!"

   Mendengar itu, Lu Leng menjadi tertegun.

   Dia tahu bagaimana sifat Yok Kun Sih, meskipun membencinya, tapi tidak mungkin membohonginya, sudah pasti hanya mereka berdua di pulau ini.

   Kalau begitu, di mana Tam Goat Hua mengalami kesulitan besar? Lu Leng terus berpikir, Toan Bok Ang dibelenggu dengan rantai, bahkan nyaris dibunuh gurunya, bukankah itu kesulitan besar? sedangkan pesan itu hanya mengatakan orang yang paling dicintainya.

   Apakah Toan Bok Ang merupakan gadis yang paling dicintainya? Berpikir sampai di sini, Lu Leng lalu tertegun lagi, Mendadak dia teringat akan apa yang dikatakannya di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih kepada Toan Bok Ang.

   seketika dia paham sebagian besar, akhirnya menghela nafas panjang.

   Pada waktu itu, Lu Leng berpikir sudah tiada harapan untuk bisa meloloskan diri dari makam Nyonya Mo liong Seh Sih.

   Agar Toan Bok Ang tidak merasa kecewa, maka dia mengeluarkan kata-kata yang penuh mengandung cinta.

   Sesungguhnya, orang yang paling dicintainya tidak lain adalah Tam Goat Hua, Saat ini Lu Leng sudah dapat menduga, ketika Yok Kun Sih membawa Toan Bok Ang meninggalkan gunung Tang Ku Sat, pasti berjumpa Tam Goat Hua.

   Lantaran Toan Bok Ang amat mencintainya membuat Tam Goat Hua yakin bahwa Toan Bok Ang pasti dihukum gurunya begitu tiba di telaga Tong Ting, Karena itu, Tam Goat Hua meninggalkan pesan kepadanya agar ke telaga Tong Ting menyelamatkannya.

   Lalu siapa pula, yang menolong Han Giok Shia dan Tam Ek Hui di sungai Tiang Kang? Tentunya Tam Goat Hua juga.

   Apa yang dikatakan nelayan itu memang tidak salah, Yang menitip surat pada nelayan itu pasti Tam Goat Hua.

   Saat ini, Lu Leng menganalisakan itu berdasarkan apa yang telah terjadi, namun masih ada beberapa hal yang membuatnya tidak habis pikir.

   Namun dia yakin akan satu hal, yakni Tam Goat Hua berada di sekitar telaga Tong Ting.

   Begitu berpikir sampai di situ, dia segera melesat ke luar Karena tadi berpikir cukup lama di dalam goa, maka setibanya di luar goa, sudah tidak tampak bayangan Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang.

   Lu Leng berseru beberapa kali, tapi tidak terdengar suara sahutan.

   Maka dia yakin bahwa Yok Kun Sih pasti telah menotok jalan darah gadis itu agar tidak bisa bersuara, Sudah cukup lama Lu Leng berada di pulau Huang Yap, tapi Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang belum juga kelihatan Dia seorang diri berada di pulau itu, sedangkan Liok Ci Khim Mo pasti ke mari, maka kalau bertemu dirinya pasti celaka! Oleh karena itu, dia cepat-cepat menuruni bukit Akan tetapi, baru saja dia melesat beberapa depa, tampak Liok Ci Khim Mo dan lainnya sedang mendarat di pulau itu, Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung berhenti sambil berpikir Kalau turun melalui jalan tadi, pasti akan bertemu Liok Ci Khim Mo.

   Sedangkan kalau bersembunyi disitu, rasanya juga tidak akan aman, jalan satu-satunya dia harus kabur melalui belakang bukit, mungkin masih dapat meloloskan diri.

   Lu Leng segera berputar ke belakang bukit, lalu turun dan tak lama dia sudah berada di kaki bukit, Akan tetapi, baru saja dia berhenti, matanya melihat dua orang tak jauh dari situ 1668 sedang berpaling ke arahnya.

   Kedua orang itu adalah orang-orang yang bersama Liok Ci Khim Mo.

   Mereka duduk berhadap-hadapan.

   Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia tahu bahwa kedua orang itu berpencar dengan Liok Ci Khim Mo untuk mencari Yok Kun Sih.

   Kini kedua orang itu sudah tahu akan keberadaannya di situ, maka Liok Ci Khim Mo pasti akan ke mari pula.

   Lu Leng tidak menunggu mereka berdua bersuara, langsung menerjang ke arah mereka.

   Dia mengerahkan ilmu Kim Kong Sin Ci, mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak Menembus Awfen) untuk menyerang mereka.

   Salah seorang langsung terkulai, yang satu lagi terpental ke belakang lalu jatuh tapi masih sempat berteriak aneh.

   Begitu mendengar teriakan aneh orang itu, Lu Leng terkejut Sebab orang itu telah terkena ilmu Kim Kong Sin Ci, namun masih mampu berteriak aneh, pertanda kepandaiannya tidak rendah.

   Pulau Huang Yap tidak begitu besar, sudah tentu Liok Ci Khim Mo akan mendengar suara teriakan aneh itu dan pasti segera menyusul ke situ, Lalu bagaimana Lu Leng meloloskan diri? Lu Leng menjadi gugup, Maka seketika juga dia menyerang lagi Orang itu terpental beberapa depa dan langsung tewas tanpa mengeluarkan suara, Di saat bersamaan, tampak sosok bayangan berkelebat ke tempat itu.

   Bukan main cepatnya gerakan orang itu sehingga dalam sekejap sudah berada di hadapan Lu Leng.

   Lu Leng tertegun karena yang berdiri di hadapannya justru Oey Sim Tit, yang memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi.

   Begitu melihat Oey Sim Tit, seketika hati Lu Leng menjadi dingin, Walau kepandaiannya jauh di atas Oey Sim Tit, tapi ilmu Ginkangnya amat tinggi.

   Kini Oey Sim Tit telah melihat Lu Leng, bagaimana mungkin Lu Leng dapat meloloskan diri? Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa harus turun tangan lebih dulu melukai Oey Sim Tit, Mendadak Oey Sim Tit berkata dengan suara rendah.

   "Saudara Lu, ternyata kau! Kenapa kau masih belum mau kabur?"

   Lu Leng tertegun mendengar pertanyaan itu. Kini dia baru ingat, meskipun Oey Sim Tit adalah putra Liok Ci Khim Mo, namun berhati baik, tidak seperti ayahnya Lu Leng mendongakkan kepala memandangnya, tampak wajah Oey Sim Tit amat gugup dan panik.

   "Cepat! Cepat bersembunyi! sebentar lagi ayahku pasti ke mari!"

   Begitu melihat wajahnya, Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit tidak menghendakinya binasa di bawah Pat Liong Thian 1m.

   "

   Saudara Oey, aku tidak akan melupakan budi baikmu!"

   "Cepat kabur! Kalau tidak akan terlambat!"

   Sahut Oey Sim Tit. Lu Leng tidak membuang-buang waktu lagi, langsung melesat pergi, sebelum menikung, Lu Leng memandang ke belakang, tampak Oey Sim Tit menunjuk ke depan, kemudian terdengar suara Liok Ci Khim Mo.

   "Ada urusan apa?"

   Lu Leng tahu bahwa sebentar lagi Liok Ci Khim Mo akan sampai di tempat itu.

   Tapi dia sudah tidak keburu menikung, karena itu segera bersembunyi di rumput ilalang yang lebat Di saat Lu Leng bersembunyi Liok Ci Khim Mo sudah sampai di tempat itu.

   Begitu melihat mayat kedua orang tersebut, seketika kegusarannya memuncak "Di mana musuh itu?"

   Tanya kepada Oey Sim Tit "Ketika aku sampai di sini, orang itu... sudah kabur."

   Sahut Oey Sim Tit, Lu Leng yang bersembunyi di rumput alang-alang, diam-diam menarik nafas lega, sedangkan Liok Ci Khim Mo langsung melesat ke sana ke mari, lalu kembali ke tempat semula dengan wajah gusar.

   "Ayah, orang itu sudah kabur, mari cepat kita tinggalkan pulau ini!"

   Liok Ci Khim Mo melotot kemudian membentak "Kenapa kau begitu terburu-buru?"

   Oey Sim Tit langsung diam, Liok Ci Khim Mo tetap berdiri di tempat kelihatannya tiada minat untuk pergi dalam waktu singkat.

   Lu Leng merasa tegang dan panik sekali Sebab kalau Liok Ci Khim Mo ingin mencari, tentunya akan menemukannya, Dalam hati Lu Leng berharap Liok Ci Khim Mo cepat-cepat meninggalkan tempat itu, namun Liok Ci Khim Mo malah duduk di atas sebuah batu seraya berkata.

   "Sim Tit, kini dalam rimba persilatan memang banyak orang menyanjung diriku, namun kita berdua adalah ayah dan 1671 anak. Selanjutnya kau harus menuruti perkataanku jangan membuatku gusar."

   Oey Sim Tit langsung mendekap di dada Liok Ci Khim Mo.

   "Ayah, aku... aku pasti menuruti perkataanmu."

   Katanya.

   Liok Ci Khim Mo manggut-manggut "Satu bulan lagi istana Ci Cun Kiong di gunung Tiong Tiau San akan usai dibangun.

   Gelar Ci Cun selama ratusan tahun, tiada seorang pun yang berani menggunakannya, Tapi kita berdua, justru akan menikmati gelar tersebut !"

   Oey Sim Tit manggut-manggut "Mulai hari ini, kalau kau masih tidak mau mempelajari Pat Liong Thian Im, ayah pasti amat kecewa dan sia-sialah semua harapanku."

   Oey Sim Tit menundukkan kepala.

   "Kalau begitu, aku pasti belajar dengan tekun."

   Wajah Liok Ci Khim Mo langsung berseru Dia menepuk bahu Oey Sim Tit sambil bangkit berdiri Kelihatannya mereka sudah mau meninggalkan tempat itu, Maka, diam-diam Lu Leng menarik nafas lega.

   Akan tetapi, di saat bersamaan mendadak terdengar suara mendesis di rumput alang-alang itu.

   Lu Leng yakin Liok Ci Khim Mo tidak akan mendengar suara itu, Namun dia sendiri tertegun sambil menoleh, ternyata tampak seekor ular sedang merayap.

   Betapa tegangnya hati Lu Leng, sebab ular itu merayap ke arahnya.

   Padahal tidak sulit baginya menghadapi ular tersebut 1672 Tapi saat ini, Liok Ci Khim Mo berada tak jauh dari situ, Asal dia bergerak sedikit Liok Ci Khim Mo pasti mendengarnya.

   Lu Leng tak berani bergerak sama sekali.

   sepasang matanya terus menatap ular itu, kelihatannya ular berbisa.

   Walau ular merayap lamban, tapi tak lama kemudian sudah berada di hadapannya, Ular itu berwarna abu-abu.

   Begitu sampai di hadapannya langsung tercium bau amis yang amat menusuk hidung.

   Setelah berada di hadapan Lu Leng, ular berbisa itu mendongakkan kepala, lalu mendadak meluncur ke muka Lu Leng.

   Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa menggerakkan kedua jari tengahnya untuk menangkap ular itu.

   Memang Lu Leng berhasil menangkapnya, tapi tiba-tiba ekor ular itu mengibas ke arah bahunya.

   * * * * Bab 78 Kini Lu Leng baru melihat jelas, ternyata ular berbisa itu bersisik abu-abu yang dapat memekar sehingga terasa tajam sekali.

   Bahu Lu Leng tersambar ekor ular itu dan tertusuk sisik-sisiknya yang tajam, maka terasa sakit sekali, sehingga membuatnya nyaris menjerit "Kebetulan Lu Leng mendongakkan kepala, Dilihatnya Liok Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit membalikkan badan lalu berjalan pergi.

   Kalau di saat ini dia bersuara, pasti celaka.

   Oleh karena itu, dia berkertak gigi menahan rasa sakitnya agar tidak mengeluarkan suara, sekaligus mengerahkan hawa murninya untuk melawan rasa sakit itu, sungguh sulit 1673 menunggu Liok Ci Khim Mo meninggalkan tempat itu, sebab dia berjalan begitu lamban.

   Tak seberapa lama, barulah dia menikung.

   Lu Leng mengeluh perlahan.

   Kemudian dipegangnya ekor ular itu dengan tangan kirinya lalu ditariknya dengan sekuat tenaga, Ular itu putus menjadi dua potong dan darahnya yang berbau amis pun mengucur deras.

   Lu Leng cepat-cepat meloncat ke belakang agar badannya tidak terkena percikan darah, lalu menengok bahunya, Tampak beberapa lobang, dan darah di bahunya pun telah menghilang.

   Separuh badannya merasa ngilu, Lu Leng tahu bahwa ular itu amat berbisa.

   Maka, dia cepat-cepat menotok jalan darahnya di bagian dada agar bisa ular itu tidak menjalar ke jantung, Setelah itu, dia mengeluarkan Soat Hun Cu, lalu digosok-gosokkannya pada bekas luka di bahunya, Soat Hun Cu memang dapat menghisap racun apa pun, dan Lu Leng telah menyaksikan itu.

   Akan tetapi kali ini, setelah digosok-gosokkan pada bahunya, Soat Hun Cu itu berubah warnanya menjadi abu-abu.

   Lu Leng terkejut sebab ketika melihat bekas luka di bahunya, masih agak kehitam-hitaman, Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya bisa ular itu.

   Lama sekali warna Soat Hun Cu itu baru berubah menjadi putih kembali Ketika Lu Leng baru mau menggosokkannya lagi, mendadak terdengar suara di belakangnya.

   "Bocah, kalau terus begitu, nyawamu sulit diselamatkan."

   Lu Leng menoleh, Ternyata yang berkata itu Yok Kun Sih.

   Lengannya mengapit Toan Bok Ang yang telah ditotok jalan darah gagunya, maka tidak mampu bersuara, Lu Leng tahu, bahwa kalau terus-menerus menggosok, itu membutuhkan waktu, mungkin bisa ular itu akan menjalar ke jantungnya.

   Setelah mendengar perkataan Yok Kun Sih, Lu Leng segera bertanya.

   "Cianpwee ada petunjuk apa?"

   Yok Kun Sih menunjuk bangkai ular berbisa itu, lalu manyahut.

   "ltu adalah ular aneh yang amat berbisa, Siapa pun tidak tahu ular berbisa apa itu, Kecuali kau tidak menghendaki Soat Hun Cu lagi, barulah nyawamu dapat diselamatkan"

   Lu Leng terkejut dan tidak mengerti.

   "Kalau tiada Soat Hun Cu, lalu bagaimana cara menghisap bisa ular itu?"

   Yok Kun Sih menyahut dengan dingin.

   "Walau Soat Hun Cu merupakan benda pusaka, namun sudah begitu dalam kau terkena bisa ular itu. Maka, kecuali hanya dengan sekali tarik nafas agar semua bisa ular itu terhisap keluar, barulah kau selamat Akan tetapi, Soat Hun Cu itu akan berubah hitam, sekaligus kehilangan kegunaannya, Oleh karena itu, harus ditaruh ke tempatnya di gunung salju, dan membutuhkan waktu seratus tahun, barulah dapat berfungsi seperti semula."

   Lu Leng tertegun mendengar penuturan itu.

   Perlu di ketahui, tidak gampang bagi Giok Bin Sin Kun memperoleh Soat Hun Cu itu, Hampir dua puluh tahun dia berada di gunung salju, barulah memperoleh Soat Hun Cu tersebut, justru karena itu, Lu Leng tidak menghendaki Soat Hun Cu itu berubah menjadi benda yang tiada manfaatnya.

   Lagi pula, Soat Hun Cu itu mengikat perjodohan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dengan Tam Goat Hua yang akhirnya berantakan Maka Lu Leng merasa benda tersebut amat penting, itu membuatnya menjadi ragu menggunakan cara m Yok Kun Sih, Maka, wanita tua itu lalu berkata dengan dingin "Bocah, karena memperoleh beritamu, bahwa Liok Ci Khim Mo akan ke mari maka aku memberi petunjuk untukmu.

   Sebab selama ini aku tidak mau berhutang budi kepada siapa pun, maka aku memberitahukan cara itu, sama juga telah membalas budimu itu.

   Tapi apabila kau selamat lalu masih mendekati Bok Ang, aku pasti tidak akan mengampunimu."

   Usai berkata, Yok Kun Sih melesat pergi sambil mengapit Toan Bok Ang di bawah ketiaknya dan tak lama sudah lenyap dari pandangan Lu Leng.

   Tadi walau Toan Bok Ang tidak mampu bersuara, namun terus menatap Lu Leng dengan penuh cinta kasih yang amat dalam.

   Lu Leng amat menyesali sebab tidak seharusnya hari itu dia mengucapkan kata-kata yang mengandung cinta di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih.

   Kini hanya ada satu jalan, menuruti perkataan Yok Kun Sih, tidak mendekati Toan Bok Ang lagi, Bagi Lu Leng, mendekati Toan Bok Ang atau tidak, sama sekali tidak penting, Namun tentunya gadis itu tidak akan takut terhadap ancaman gurunya, lalu bagaimana cara menghadapinya? Lu Leng menghela nafas panjang, Kemudian dia mulai menggosok-gosokkan Soat Hun Cu di bahunya lagi sambil menahan rasa sakit Berselang beberapa saat, lukanya mulai mengalirkan darah merah, sedangkan Soat Hun Cu itu telah berubah menjadi hitam tak bercahaya sama sekali.

   Itu pertanda benda tersebut telah kehilangan khasiatnya, Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala sambil menyimpan Soat Hun Cu ke dalam bajunya lalu meninggalkan tempat itu.

   Sampai di kaki bukit, dia tidak melihat Liok Ci Khim Mo maupun Yok Kun Sih.

   Lu Leng segera menebang beberapa batang pohon, kemudian diikat menjadi satu menyerupai sebuah rakit setelah itu dia pun membuat sebuah pengayuh, Dengan rakit itulah akhirnya dia sampai di daratan.

   Setelah berada di daratan, dia berpikir bahwa tujuannya kali ini adalah mencari Tam Goat Hua.

   Maka dia kembali ke desa kecil itu dengan maksud menemui nelayan yang membawa surat untuknya itu.

   Ketika dia baru berjalan belasan depa, mendadak terdengar suara orang di rumput alang-alang yang amat lebat "Saudara Lu! saudara Lu!"

   Lu Leng segera menoleh, Dilihatnya seseorang menjulurkan kepalanya dari rumput alang-a!ang.

   wajah orang itu buruk sekali, ternyata Oey Sim Tit.

   Lu Leng terkejut Tapi Oey Sim Tit segera menggoyang-goyangkan tangannya "Jangan takut, Saudara Lu! Ayahku tidak berada di sekitar sini, Aku ingin bicara sebentar denganmu."

   Lu Leng berpikir Kalau tadi tidak ada Oey Sim Tit, mungkin dirinya sudah celaka di tangan Liok Ci Khira Mo. Maka Lu Leng yakin Oey Sim Tit berhati bajik, Dia segera menghampirinya, lalu berkata sambil menghela nafas panjang.

   "Kau putra Bu Lim Ci Cun, tapi kenapa masih ingin bicara denganku?"

   Wajah Oey Sim Tit tampak murung sekali.

   "Saudara Lu, kenapa kau berkata begitu?"

   Lu Leng merasa bersalah karena ucapannya tadi memang agak tajam.

   "Saudara Oey, maafkan aku!"

   Ucapnya. Oey Sim Tit manggut-manggut.

   "Aku tahu, kaum rimba persilatan golongan lurus amat membenci kami ayah dan anak. Namun.,, siapa tahu akan penderitaan batinku?"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lu Leng menggenggam tangannya erat-erat.

   "Saudara Oey, aku tahu akan penderitaan batinmu."

   Oey Sim Tit menghela nafas panjang, lalu mendongakkan kepala memandang ke langit "Selain kau, masih ada Nona Tam yang tahu isi hatiku."

   Ketika Oey Sim Tit menyinggung Tam Goat Hua, hati Lu Leng menjadi berduka sekali. Mereka berdua membungkam sejenak, kemudian Oey Sim Tit berkata.

   "Saudara Lu, dalam hatiku amat mencintai ayahku. Tapi,., aku membenci semua perbuatannya. saudara Lu, batinku sungguh menderita sekali!"

   Tiba-tiba hati Lu Leng tergerak Ternyata dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Busur Api kepada Oey Sim Tit, namun entah diberikan atau tidak? Setelah berpikir sejenak, akhirnya Lu Leng berkata.

   "Saudara Oey, aku ingin meminjam sesuatu kepadamu."

   "Kau mau pinjam apa, katakanlah!"

   "Saudara Oey, bolehkah aku meminjam Busur Apimu?"

   Wajah Oey Sim Tit langsung berubah, badannya bergerak, bergeser dua depa dari hadapan Lu Leng. Lu Leng terus menatapnya, Tampak Oey Sim Tit menggoyang-goyangkan sepasang tangannya.

   "lni justru tidak bisa!"

   "Mengapa?"

   Tanya Lu Leng.

   "Busur Api itu dapat membunuh ayahku, aku... bagaimana mungkin kupinjamkan kepada orang lain?"

   "Saudara Oey, ayahmu begitu jahat dan sering membunuh orang, Kenapa kau masih membelanya?"

   Kata Lu Leng dengan suara dalam. Oey Sim Tit menghela nafas.

   "Saudara Lu, biar bagaimanapun dia tetap ayahku!"

   Sahutnya, Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit berhati lurus, tapi amat lemah, ditambah sejak kecil dia kehilangan orang tua.

   Kini dia telah berkumpul kembali dengan ayahnya, maka dia tidak akan melakukan sesuatu yang mencelakai ayahnya, Lu Lengs menghela nafas panjang, kemudian menggeleng-gelengkan kepala.

   "Aku tahu perasaanmu. Terimakasih atas pertolonganmu tadi, sampai jumpa!"

   "Saudara Lu, aku masih punya kata-kata yang akan kusampaikan kepadamu!"

   "Perkataan apa?"

   Mendadak wajah Oey Sim Tit berubah agak kemerahmerahan.

   "Apakah Saudara Lu tahu, kini Nona Tam berada di mana?"

   Lu Leng tercengang, kenapa wajahnya tampak kemerahmerahan ketika bertanya demikian? "Aku tidak tahu."

   Sahutnya.

   "Harap saudara Lu melegakan hati! Kalau aku tahu jejak Nona Tam, aku pasti tidak akan memberitahukan kepada ayahku, beritahukanlah!"

   Kata Oey Sim Tit. Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.

   "Aku memang tidak tahu, Bahkan aku pun sedang mencarinya Bagaimana aku memberitahukan kepadamu ?"

   Wajah Oey Sim Tit tampak murung.

   "Saudara Lu, ayahku memang jahat. Aku tidak bisa mencegahnya namun dalam setahun ini, aku telah banyak menyelamatkan orang, seperti halnya Saudara Tam dan Nona Han. Mereka berdua berjumpa ayahku, tapi di saat genting, aku mencegah ayahku turun tangan berat terhadap mereka, maka mereka berdua tidak binasa, Kalau Saudara Lu bertemu Nona Tam, tolong beritahukan kepadanya bahwa aku.,., tidak pernah berbuat jahat."

   Lu Leng manggut-manggut.

   "Baik. Kalau aku berjumpa dia, pasti kuberitahukan. Oey Sim Tit menghela nafas beberapa kali.

   "Saudara Lu, lebih baik kau bersembunyi hingga malam, baru meninggalkan tempat ini, agar tidak bertemu ayahku,"

   Usai berkata begitu, Oey Sim Tit pun melesat pergi.

   sungguh hebat ilmu Ginkangnya! Dalam sekejap dia sudah hilang dari pandangan Lu Leng, Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit berhati bajik, Barusan dia memperingatkan Lu Leng bersembunyi hingga malam, tentunya punya alasan kuat Walau dia ingin cepat-cepat mencari Tam Goat Hua, namun tetap tidak berani berlaku gegabah, Maka dia bersembunyi hingga malam, barulah memasuki desa kecil itu untuk mencari nelayan yang membawa surat Tam Goat Hua.

   Dia berhasil mencari nelayan itu.

   setelah bertanya Tam Goat Hua pergi ke mana, Lu Leng segera mengejar.

   Namun, sudah mengejar beberapa hari, dia sama sekali tidak menemukan jejak gadis itu.

   Lu Leng ingat dirinya ketika berada di gunung Tang Ku Sat, berjumpa Tam Goat Hua, gadis itu lalu pergi, membuat hatinya berduka sekali.

   Namun Lu Leng pun ingat, setelah keluar dari makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, kemungkinan besar Tam Goat Hua terus mengikuti di belakangnya Apakah gadis itu sudah tidak mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, sebaliknya malah mulai mencintai dirinya? Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng merasa gembira sekali.

   Tak terasa sudah sebulan dia terus mencari Tam Goat Hua, namun tiada hasilnya juga tidak berjumpa Liok Ci Khim Mo.

   Hari itu, dia memasuki wilayah Shantung, Dia menghitung-hitung waktu, hanya tinggal belasan hari sudah Cit Gwee Cap Go.

   Kini dia berangkat ke gunung Tiong Tiau San, kebetulan membutuhkan waktu belasan hari pula, Oleh karena itu, dia mengambil keputusan untuk berangkat ke gunung itu.

   Walau harus menempuh bahaya, tapi itu merupakan suatu kesempatan setelah mengambil keputusan tersebut dia lalu berjalan ke arah barat, Malam itu, di sebuah penginapan kecil, Lu Leng menukar pakaiannya dengan pakaian seorang pengemis.

   setelah itu dia 1682 membeli sedikit bahan untuk merias wajahnya agar berubah tidak karuan, bahkan juga memakai kumis palsu dan membawa sebatang tongkat bambu.

   Setelah mengaca, dia tertawa sendiri karena nyaris tidak mengenali dirinya sendiri Mungkin Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, gurunya juga tidak akan mengenalinya, setelah menyamar sebagai pengemis, malam itu juga Lu Leng berangkat ke gunung Tiong Tiau San.

   Di sepanjang jalan tampak begitu banyak kaum rimba persilatan golongan hitam menuju gunung itu, Lu Leng tahu bahwa gurunya dan Cit Sat Sin Kun suami istri yang selama ini tiada kabar beritanya pasti bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari suatu ilmu silat lihay, guna menghadapi Uok Ci Khim Mo.

   Maka dalam pertemuan kali ini di gunung Tiong Tiau San, mereka pasti tidak ketinggalan Karena itu, sepanjang jalan Lu Leng terus mengamati setiap orang, barangkali bertemu orang sendiri.

   Namun dalam perjalanan itu, Lu Leng sama sekali tidak menemukannya Hari itu setelah dia melewati sebuah jalan besar, tampak sebuah jalan lain yang amat besar dan masih baru, menuju gunung Tiong Tiau San, Lu Leng mengikuti semua orang melalui jalan besar itu, Tak seberapa kemudian semua orang itu berhenti lalu berkumpul menjadi satu dan tak bergerak lagi Lu Leng tercengang, lalu memandang ke depan.

   Temyata di sana terdapat sebuah pintu masuk mirip sebuah gapura, dan tampak empat orang berdandan sebagai pelayan rumah menjaga di situ, Walau keempat orang itu berdandan sebagai pelayan rumah, tapi sepasang mata mereka menyorot tajam.

   Siapa yang melihat pasti tahu bahwa mereka berempat memiliki Lweekang tinggi.

   Siapa yang melewati pintu gapura itu, harus memberitahukan nama masing-masing, Lu Leng yang berdiri di situ, mendengar belasan orang memberitahukan nama masing-masing.

   Memang benar mereka berasal dari golongan hitam, Perlahan-lahan Lu Leng berjalan ke pintu gapura, Begitu sampai di pintu itu, sebelum keempat orang itu bertanya, Lu Leng sudah berseru lantang.

   "Lam Cong Ok Kay (Pengemis Jahat) Kim Hong Cu (Si Gua Kim) datang memberi selamat!"

   Lu Leng menyebut nama itu bukan tiada dasarnya.

   Karena dia lahir di kota Lam Cong, maka tahu bahwa seorang pengemis yang amat jahat dan sadis di kota tersebut bernama Kim Hong Cu.

   Lu Leng pernah melihatnya beberapa kali, maka dia mencatut nama itu.

   Keempat penjaga itu mengamati Lu Leng dengan sorotan tajam Ketika baru mau mengibaskan tangannya agar Lu Leng masuk, mendadak terdengar suara "lh"

   Dari gerombolan orang yang belum masuk. Lu Leng menoleh ke belakang dan seketika menarik nafas dingin. Sudah sekian tahun dia meninggalkan kota Lam Cong, namun bagaimana rupa Kim Hong Cu, dia masih mengenalinya. Kini yang mengeluarkan suara "lh"

   Itu ternyata si pengemis jahat Kim Hong Cu.

   Si pengemis Jahat itu menghampiri Lu Leng, Jelas dia sudah mendengar Lu Leng menyebut namanya.

   Namun dalam 1684 hati Lu Leng telah muncul suatu ide, begitu si Pengemis Jahat sudah dekat, dia akan turun tangan membunuhnya, Saat ini, keempat penjaga itu sudah mulai curiga.

   "Kim Hong Cu, mau apa sobat itu?"

   Tanya salah seorang dari mereka kepada Lu Leng, Lu Leng berusaha menenangkan perasaannya "Aku tidak tahu."

   Ketika Lam Cong Ok Kay Kim Hong Cu hampir mendekati Lu Leng, mendadak wajahnya berubah lalu menjerit aneh, tahu-tahu sudah jatuh telentang, mulutnya mengeluarkan darah dan binasa seketika.

   Perubahan itu sungguh di luar dugaan semua orang, termasuk Lu Leng, dia pun jadi melongo.

   Dua penjaga langsung melesat ke arah Kim Hong Cu, kemudian mengangkat tubuhnya, Ternyata di keningnya melekat sebuah batu kecil sampai menembus jalan darah Sin Teng Hiat di kening itu.

   Maka tidak mengherankan kalau Kim Hong Cu binasa seketika.

   Tapi sungguh mengherankan tiada seorang pun tahu dari mana datangnya batu kecil itu.

   Kedua penjaga itu mendengus dingin, lalu melemparkan mayat Kim Hong Cu ke samping, setelah itu mereka membalikkan badannya sambil menatap Lu Leng dengan tajam sekali.

   Lu Leng bergirang dalam hati karena orang yang turun tangan menolongnya pasti orang sendiri.

   Agar keempat penjaga itu tidak bercuriga, dia segera berteriak-teriak.

   "

   Siapa berani mengacau di sini? Cepat bayar nyawa adik seperguruanku! Cepaaat!"

   Kedua penjaga itu sebetulnya ingin mengajukan beberapa pertanyaan Namun karena mendengar Lu Leng berteriakteriak begitu, mereka tidak jadi bertanya. Ternyata orang yang binasa terserang senjata rahasia itu adalah adik seperguruan Anda!"

   Kata salah seorang dari kedua penjaga itu. Lu Leng manggut-manggut "Tidak salah!"

   "Anda boleh berlega hati, orang yang membunuh adik seperguruan Anda itu, tidak mungkin dapat meloloskan diri."

   "Kalau begitu, aku harap Anda berempat sudi membantuku mencari pembunuh itu!"

   Usai berkata, Lu Leng melangkah lebar memasuki pintu gapura sambil membatin, kalau tidak ada orang turun tangan membunuh Kim Hong Cu, tentu akan muncul kerepotan.

   Berdasarkan batu kecil itu, sudah jelas Kim Hong Cu disambit oleh orang yang memiliki Lweekang yang amat tinggi.

   Kalau bukan gurunya, pasti Cit Sat Sin Kun-Tara Sen.

   Oleh karena itu, setelah memasuki pintu gapura, dia berjalan lamban, dengan harapan ada orang mengejarnya untuk tegur sapa, Akan tetapi, walau dia telah berjalan tujuh delapan mil, belum ada orang menegurnya, maka dia menjadi kecewa.

   Tak seberapa larna kemudian Lu Leng tiba di mulut sebuah lembah, juga ada penjaga di situ, Lu Leng tetap menggunakan nama Lam Cong Ok Kay-Kim Hong Cu untuk memasuki lembah itu, Ketika melewati lembah itu, Lu Leng mendongakkan kepala dan seketika berseru kaget.

   "Haaah...?"

   Tempat itu merupakan sebidang tanah kosong yang amat luas, terletak di antara gunung Thai Hang San dan pegunungan Hwa San.

   Tapi kini di tanah kosong itu telah berdiri sebuah istana yang amat indah dan megah, Tembok luarnya dibikin dari semacam batu, yang bergemerlapan bila tertimpa cahaya matahari, bahkan amat menyilaukan mata, Di atas pintu istana terdapat sebuah papan naman "Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong" (istana penguasa Rimba Persilatan), Pintu utama istana itu tertutup rapat, namun terdapat beberapa buah pintu samping, Banyak orang keluar masuk melalui pintu samping itu.

   Lu Leng masuk melalui pintu samping.

   Langsung ada orang menyambutnya sekaligus mengantarnya pergi beristirahat.

   Lu Leng mengamati istana itu, istana itu mewah dan terdapat entah berapa banyak kamar.

   Liok Ci Khim Mo membangun istana tersebut, entah menggunakan berapa banyak tenaga orang, Lu Leng tiba di istana Ci Cun Kiong pada Cit Gwee Cap Go siang hari, setelah beristirahat di dalam kamar, kemudian dia pergi melihat-lihat istana itu.

   Tampak setiap pintu pasti ada penjaganya, Liok Ci Khim Mo berada di mana, tiada seorang pun tahu, Malam harinya, dia kembali ke kamar sambil berpikir berdasarkan keadaan di situ, Lu Leng merasa sia-sia mendatangi tempat itu.

   Dia membaringkan dirinya ke atas ranjang, tapi tidak bisa pulas, Ketika larut malam, mendadak terdengar suara "Krek"

   Lu Leng terkejut, lalu bangun duduk. Ternyata pintu kamar terbuka dan tampak sosok bayangan berkelebat ke dalam.

   "Siapa kau?"

   Tanya Lu Leng dengan tertegun "Anak Leng jangan berisik!"

   Begitu mendengar suara itu, Lu Leng langsung menubruknya seraya berseru per!ahan.

   "Guru!"

   Ternyata orang itu adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, yang wajahnya pun telah dirias hingga tampak tidak karuan, Mereka berdua saling memeluk, berselang sesaat barulah melepaskan pelukan masing-masing.

   "Anak Leng, kau terlampau ceroboh! Kim Hong Cu berada dalam rombongan itu kenapa kau menggunakan namanya?"

   "Pada waktu itu aku tidak berpikir sampai ke situ, Guru ke mari seorang diri?"

   "Tidak, Cit Sat Sin Kun suami istri juga sudah ke mari."

   Betapa girangnya Lu Leng.

   "Guru, apakah kalian bertiga sudah punya cara untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo?"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggeleng-gelengkan kepala.

   "Tidak ada. Anak Leng, larut malam begini aku ke mari, justru ingin memperingatkanmu, jangan bertindak gegabah!"

   Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Oh ya! Tahukah Guru tentang Busur Api dan Panah Bulu Api yang dapat menundukkan Pat Liong Thian Im?"

   Sesungguhnya sejak Giok Bin Sin Kun meninggalkan gunung Go Bi San, setahun yang lalu hatinya sudah beku dan tiada gairah hidup, bahkan juga sudah tidak percaya diri lagi Untung Cit Sat Sin Kun suami istri terus menasihatinya, maka Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terbangun semangat hidupnya.

   sedangkan Cit Sat Sin Kun suami istri tidak pernah pulang ke pulau Hwe Ciau To, melainkan tinggal di gunung Go Ci San (Gunung Lima Jari) di pulau laut selatan.

   "Dua bulan lalu, Cit Sat Sin Kun pergi ke daratan, barulah tahu tentang pertemuan yang akan diselenggarakan di gunung Tiong Tiau San. Mereka bertiga segera berunding, akhirnya mengambil keputusan untuk menghadiri pertemuan tersebut dengaa cara menyamar Mengenai apa yang dialami Lu Leng di gunung 1689 Tang Ku Sat, tentunya mereka bertiga tidak mengetahuinya, maka Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera menyahut "Tidak tahu, cepatlah beritahukan!"

   Lu Leng menutur tentang apa yang didengarnya dari Liok Ci Khim Mo, juga menutur apa yang dialaminya di gunung Tang Ku Sat, Ketika Lu Leng usai menutur, hari sudah mulai terang.

   "Sungguh sayang sekali Panah Bulu Api itu telah dicuri orang! Liat Hwe Cousu tahu siapa pencurinya?"

   Tanya Giok Bin Sin Kun Tong Hong Pek.

   "Aku belum bertemu dengannya, Kelihatannya ketika itu sepertinya dia tahu siapa pencurinya."

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir "Heran!"

   "Apa yang heran? Apakah cara Toan Bok Ang bisa keluar dari makam Nyonya Mo Liong Seh Sih?"

   Tanya Lu Leng, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggelengkan kepala.

   "Bukan, yang kuherankan yaitu ketika kami meninggalkan pulau Lam Hai To, pernah melihat Liat Hwe Cousu menuju arah selatan, Ketika itu kami telah menyamar, maka dia tidak mengenali kami, mau apa dia ke Lam Hai?"

   Lu Leng diam saja, Dia tidak mengerti kenapa mendadak Giok Bin Sin Kun menyinggung tentang itu. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir lagi.

   "Anak Leng, kini kau sudah tahu cara menghadapi Liok Ci Khim Mo, yaitu harus berupaya mencari Panah Bulu Api. Maka, kau tidak boleh bertindak ceroboh di sini, Kau menyamar sebagai Kim Hong Cu, sedangkan kami bertiga menyamar sebagai Lam Hai Sam Sat (Tiga Algojo Dari Lam Hai), kau jangan salah memanggil kami!"

   Lu Leng manggut-manggut, dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera melesat pergi, Tak lama ada orang mengantar sarapan pagi seraya memberitahukan.

   "Sebentar lagi lonceng di aula besar akan berbunyi kalian semua harus berkumpul di aula besar itu!"

   Lu Leng manggut-manggut, setelah sarapan pagi, dia duduk menunggu di dalam kamar Berselang beberapa saat, terdengar suara lonceng berbunyi "Tang Tang"

   Dua kali, Lu Leng membuka pintu kamar sambil melongok keluar Tampak semua orang meninggalkan kamar menuju aula besar itu.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Lu Leng pun mengikuti mereka, Tak seberapa lama, tampak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendekati nya.

   Tampak dua orang berada di sisinya yaitu Cit Sat Sin Kun yang menyamar sebagai lelaki buta, dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memakai kedok kulit manusia, sehingga wajahnya kelihatan pucat pias, Mereka berempat terus berjalan, kemudian Seh Cing Hua mendekati Lu Leng.

   "Anak Leng, kau bilang pernah berjumpa Goat Hua di gunung Tang Ku Sat?"

   Tanyanya dengan suara rendah. Lu Leng mengangguk.

   "Ya. Bahkan dia pun terus mengikutiku sampai di telaga Tong Ting, hanya secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia masih berduka."

   "Kau tahu apa? Dia begitu menaruh perhatian padamu, tentunya terkesan baik dalam hatinya! Kalau dia memunculkan diri, kau harus menasihatinya, kalian berdua pasti akan akur kembali!"

   Bentak Seh Cing Hua. Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Bibi Tam, Kakak Goat memang amat baik terhadapku, namun yang dia cintai adalah guruku."

   Seh Cing Hua diam, sebab mereka berempat bersama orang lain sudah sampai di depan pintu aula besar itu.

   Lu Leng terbelalak karena ketika memandang ke dalam, aula itu amat besar dan puluhan pilar yang dibikin dari batu berdiri tegar di situ, Semua kursi meja dibikin dari batu pula.

   Besarnya aula itu dapat memuat tujuh delapan ratus orang lebih, Saat ini, aula besar itu hanya terisi separuh, Mereka berempat memilih sebuah meja, lalu duduk di situ.

   "Cukup terpandang juga binatang itu."

   Bisik Giok Bin Sin Kun.

   "Belum tentu dia cukup terpandang, melainkan ilmu silatnya tidak begitu tinggi, maka takut orang mendekatinya sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Sen perlahan, 1692 Ternyata di aula besar itu terdapat sebuah panggung yang tingginya hampir lima depa, sedangkan tinggi aula besar itu enam depa lebih, Di atas panggung itu terdapat dua buah kursi batu yang amat indah. Berselang beberapa saat, setelah tiada lagi tamu yang datang mendadak terdengar lonceng berbunyi "Tang Tang"

   Dua kali, lalu hening tak terdengar suara apa pun. Sebelum suara lonceng itu lenyap, terdengar pula suara Ting Ting"

   Dua kali di atas panggung, ternyata suara harpa yang membetot sukma semua orang.

   Begitu suara harpa itu berhenti, suasana di dalam aula besar itu bertambah hening, hanya terdengar suara desah nafas.

   Semua orang memandang ke atas panggung, Tampak tiga orang di sana, Entah kapan dan dari mana munculnya ketiga orang tersebut Dua orang duduk dan seorang berdiri di samping.

   Wajah kedua orang itu amat buruk, namun keduanya agak mirip.

   Di pangkuan orang yang berusia lebih tua terdapat sebuah harpa kuno.

   Dia adalah Liok Ci Khim Mo, yang menyebut dirinya sebagai Bu Lim Ci Cun.

   Yang duduk di sampingnya adalah Oey Sim Tit, putranya, Orang yang berdiri itu berbadan tinggi besar, memakai jubah hitam.

   Ketika melihat orang itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata dengan suara rendah.

   "Dia si Kaki Tunggal, perampok besar yang amat terkenal di wilayah Hiap Kan."

   "Guru, cara bagaimana Liok Ci Khim Mo naik ke panggung itu?"

   Tanya Lu Leng.

   "Apa yang harus diherankan? Tentunya di bawah panggung itu terdapat jalan rahasia ke atas, Dia berada di atas panggung, ingin menghadapinya juga tiada caranya."

   "Dia justru tidak berpikir, kalau ada orang di atas atap, dia pasti celaka."

   Kata Seh Cing Hua sambil tertawa ringan.

   "Aku duga dia telah memikirkan itu. Lihatlah langit-langit di atasnya, kau akan mengetahuinya!"

   Kata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dengan suara rendah.

   Seh Cing Hua mendongakkan kepala.

   Ternyata langit-langit di atas kepala Liok Ci Khim Mo, berbentuk bulat yang agak kehitam-hitaman, kelihatannya dibikin dari semacam besi.

   Saat ini, suasana di dalam aula besar itu amat hening.

   Mereka berempat bercakap-cakap dengan suara rendah, namun membuat cukup banyak orang memandang ke arah mereka, * * * * Bab 79 Cit Sat Sin Kun Tam Sen segera memberi isyaral, yang lain langsung berhenti bercakap-cakap.

   Mendadak terdengar si Kaki Tunggal berkata lantang di atas panggung dan tampak dadanya terangkat sedikit 1694

   "Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im yang maha dahsyat, maka kaum rimba persilatan di kolong langit, yang menurut pasti hidup, yang melawan pasti mati! para kaum rimba persilatan yang hadir di sini, kalau tiada pendapat lain, harus segera berlutut!"

   Seusai si Kaki Tunggal berkata demikian, terdengar suara sorak-sorai yang riuh gemuruh di dalam aula besar itu.

   Kali ini semua yang hadir di dalam istana Ci Cun Kiong, boleh dikatakan terdiri dari golongan hilam, yang sehari-harinya hanya melakukan kejahatan.

   Kini mereka punya dekingan yang begitu kuat, dan itu memang yang mereka harapkan agar bisa memusuhi kaum rimba persilatan golongan lurus! Oleh karena itu, mereka semua segera bangkit berdiri, kemudian berlutut menghadap ke panggung, sedangkan saat ini, air muka Tong Hong Pek, Tam Sen.

   suami istri dan Lu Leng telah berubah.

   Mereka ikut hadir, hanya ingin tahu bagaimana keadaan istana Ci Cun Kiong, Sebelum yakin dapat menghadapi Liok Ci Khim Mo, mereka berempat tidak akan bertindak sembarangan Namun mereka berempat sama sekali tidak menduga bahwa begitu Liok Ci Khim Mo muncul langsung macam-macam, Jangankan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami istri yang berkepandaian begitu tinggi, sedangkan Lu Leng pun tidak sudi berlutut di hadapan musuh besarnya itu.

   Oleh karena itu, ketika semua orang berlutut, mereka berempat masih tetap duduk tak bergerak sedikit pun.

   Terdengar si Kaki Tunggal membentak gusar.

   "Kenapa kalian tidak berlutut?"

   Di saat si Kaki Tunggal sedang membentak, Tong Hong Pek menulis di atas meja dengan teh berbunyi "Terjang Keluar", seketika Seh Cing Hua bangkit berdiri seraya menyahut "Kami ingin bicara sebentar!"

   "Kalau ingin bicara juga harus berlutut!"

   Bentak si Kaki Tunggal.

   "Baik!"

   Sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Seng.

   Tiba-tiba dia bergerak cepat menyambar dua orang yang duduk di meja sebelah, lalu dilemparkannya ke panggung sehingga menimbulkan suara menderu-deru.

   Di saat bersamaan, Giok Bin Sin Kun memukul salah sebuah pilar di aula itu, Bum! Pilar itu langsung roboh dan seketika suasana di dalam aula besar itu menjadi kacau balau, Mereka berempat pun segera menerjang keluar, yang menghadang pasti mati, Namun ketika mereka berempat baru menerjang dua tiga depa, Liok Ci Khim Mo yang berada di atas panggung tertawa aneh.

   "He he he! Bagi yang tunduk kepadaku, cukup menahan nafas dan tidak memikirkan urusan lain, pasti tidak akan terjadi apa-apa!"

   Usai dia berkata, harpa Pat Liong Khimnya mulai berbunyi begitu nyaring bunyinya membuat hati semua orang tergetar keras.

   Walau begitu banyak kaum rimba persilatan golongan 1696 hitam berada di dalam aula besar itu, hanya terdapat beberapa tokoh tua golongan hitam yang berkepandaian tinggi, Yang lain masih tidak dapat dibandingkan dengan kepandaian Lu Leng, Namun ketika harpa Pat Liong Khim berbunyi mereka tahu asal tunduk kepada Liok Ci Khim Mo sambil menahan nafas, pasti tidak akan celaka, Akan tetapi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berempat, justru berbeda dengan mereka.

   Ketika harpa Pat Liong Khim mulai berbunyi, jantung mereka terasa terpukul oleh sesuatu yang amat berat.

   Padahal mereka berempat sedang menerjang keluar, Namun setelah harpa Pat Liong Khim mulai bunyi, terjangan mereka menjadi lamban, Tong Hong Pek yang berada di paling depan, masih mengerahkan Lweekang untuk memukul beberapa orang yang menghadang, justru membuat matanya berkunang-kunang, Semula harpa Pat Liong Khim berbunyi cepat dengan nada tinggi, kemudian berubah menjadi lamban tapi amat nyaring.

   Siapa yang mendengarnya, pasti merasa nyaman sekali, bahkan akan melupakan hal-hal yang merisaukan hati, dan juga menjadi lemas tak bertenaga.

   Lu Leng merasa dirinya bersama Tam Goat Hua berada di pinggir sungai, saling mencurahkan isi hati dan memadu cinta, Walau tahu bahwa itu hanya khayalan karena terpengaruh oleh suara harpa, namun Lu Leng tak berdaya melawan pengaruh Pat Liong Thian Im itu.

   Badannya bergoyang-goyang, kemudian terkulai Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang ada di sampingnya juga hampir terpengaruh namun dia sudah melatih diri puluhan tahun maka masih bisa bertahan agak lama, Ketika melihat Lu Leng terku!ai, dia segera menahan nya.

   Pada saat bersamaan, diapun mengerahkan hawa murni seraya berseru lantang.

   "Cepat terjang, terlambat pasti celaka!"

   Begitu mendengar suara seruan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, Lu Leng tersentak sadar, lalu memaksakan diri untuk menerjang ke luar, namun tak berdaya sama sekali.

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek cepat-cepat menyambar tangannya, sekaligus menariknya keluar aula, dan berhasil.

   Namun dia cukup menguras tenaga sehingga membuat perhatiannya menjadi pecah, maka sulit baginya melawan Pat Liong Thian Im.

   Seketika dia tidak mendengar suara harpa lagi, pemandangan di depan matanya berubah.

   Akan tetapi, dalam hatinya masih terdapat sedikit kesadaran Dia tahu bahaya sedang mengancam dirinya.

   Namun dalam sekejap kesadaran itu telah hilang lagi, Di depan matanya muncul pemandangan khayalan Dia melihat Tam Goat Hua duduk di pinggir ranjang, memandangnya dengan penuh cinta kasth, Tong Hong Pek tersenyum-senyum, seakan di dunia telah tiada urusan yang harus dirisaukan lagi, sementara Tam Sen suami istri masih berupaya menerjang keluar, Ketika melihat Tong Hong Pek berhasil menarik Lu Leng keluar, mereka berdua berlega hati, Tapi sekejap wajah Tong Hong Pek berubah berseri-seri, Maka mereka berdua sudah tahu adanya gelagat tidak beres.

   "Saudara Tong Hong! Saudara Tong Hong!"

   Bentak mereka.

   Namun Tong Hong Pek sudah tidak dapat mendengar suara bentakan mereka, Badannya sempoyongan kemudian 1698 terkulai ke bawah.

   Begitu melihat Tong Hong Pek terkulai, terkejutlah Tam Sen dan Seh Cing Hua, Padahal di saat bersamaan, mereka berdua pun sedang melawan Thian Liong Pat Im, Berhasil menerjang keluar atau tidak masih belum tahu, tapi kini justru mulai terpengaruh pula, Mereka berdua saling memandang, kemudian tersenyum-senyum, sepertinya teringat akan masa lalu, hari-hari yang penuh keindahan, tak lama badan mereka pun sempoyongan dan akhirnya terkulai Di antara mereka berempat, sesungguhnya Lu Leng yang paling payah.

   Namun dia tertarik oleh Tong Hong Pek, hingga paling dahulu keluar dari aula besar itu, maka suara harpa pun menjadi agak lemah, karena itu kesadarannya juga agak normal kembali Akan tetapi, bersamaan itu tampak empat orang menerjang ke arahnya, Tanpa banyak pikir lagi Lu Leng langsung menyerang mereka dengan ilmu Kim Kong Sin Ci.

   Keempat orang itu menjerit, lalu roboh.

   Saat ini, Lu Leng tidak tahu Tong Hong Pek bertiga dalam bahaya, Dia sendiri masih bingung, bagaimana caranya bisa keluar.

   Dia hanya ingat mendengar suara bentakan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, kemudian menerjang keluar.

   Karena mengira begitu, dia pun yakin Tong Hong Pek bertiga dapat menerjang keluar pula.

   Karena iiu, setelah keempat orang itu roboh, dia pun melesat pergi.

   Untung dia tidak tahu keadaan Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua.

   Kalau tahu, bagaimana mungkin dia akan melesat pergi? Setelah Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua roboh tak sadarkan diri, suara harpa mulai merendah dan terdengar Liok Ci Khim Mo membentak "Yang satu itu telah kabur, siapa mau mengejarnya?"

   Seketika juga terdengar suara sahutan.

   "Kami bersedia mengejarnya!"

   Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangannya.

   "Cepat pergi cepat pulang!"

   Liok Ci Khim Mo terus memetik senar harpanya, dan makin lama suaranya semakin rendah, Oey Sim Tit yang duduk di sisi sampingnya tahu jelas bahwa suara harpa tersebut, dari nada tinggi berubah rendah, kemudian akan berubah meninggi, maka siapa yang telah terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, pasti akan muntah darah dan binasa, Tong Hong Pek bertiga telah menyamar Oey Sim Tit tidak mengenali mereka, namun berpikir, mereka bertiga berani menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong, bahkan tidak mau beriutut, tentunya bukan orang biasa.

   "Ayah berhenti dulu, lihat siapa mereka bertiga!"

   Katanya.

   Bagian 38 Begitu mendengar perkataan Oey Sim Tit, Liok Ci Khim Mo segera berpesan beberapa patah kata kepada si Kaki Tunggal.

   Si Kaki Tunggal langsung menghentakkan kakinya.

   seketika di depannya muncul sebuah lobang berbentuk bulat, lalu dia segera meloncat ke dalamnya.

   Tak lama dia sudah muncul dari sebuah pintu rahasia di dinding aula besar itu, berjalan ke hadapan Tong Hong Pek bertiga, kemudian mengangkat mereka ke kursi batu.

   Walau si Kaki Tunggal berkepandaian tinggi, namun masih tidak dapat dibandingkan dengan Tong Hong Pek, Tam Sen maupun Seh Cing Hua.

   Kalau mereka bertiga tidak terpengaruh oleh Pat liong Thian Im hingga tak sadarkan diri, salah seorang di antara mereka menjulurkan tangan, si Kaki Tunggal itu pasti binasa, Setelah menaruh ketiga orang itu di kursi batu, si Kaki Tunggal lalu mengeluarkan sebilah belati.

   Gerakannya cepat sekali, sehingga tahu-tahu tulang Pipe (Tulang Di Bagian Punggung) mereka bertiga telah berlubang, Setelah itu, dia mengambil seutas tali urat sampai untuk mengikat mereka dengan cara memasukkan tali itu di lobang tulang Pipe mereka, Kemudian dibawanya mereka ke sebuah pilar yang paling besar lalu diikat di situ, serta wajah mereka yang dinas tidak karuan itu dibersihkannya sampai bersih, seketika tampak wajah asli mereka, sebagian besar orang-orang yang berada di aula besar itu mengenali mereka bertiga, sehingga membuat orang-orang itu menjadi tertegun Sama sekali tidak terduga, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, yang amat terkenal itu masih roboh di bawah Pat Liong Thian Im.

   Semua orang terkejut dan merasa girang sekali, Mendadak mereka semua bersorak-sorai, kemudian berlutut lagi 1701 menghadap panggung.

   Liok Ci Khim Mo sendiri pun tidak menyangka, kalau mereka bertiga justru mengantar diri ke dalam istananya padahal dalam setahun ini, dia terus mencari mereka bertiga, namun tidak berhasil Empat tahun yang lalu, di gunung Bu Yi San, Liok Ci Khim Mo pernah dilukai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, sehingga menyebabkan nya harus mengobati lukanya sampai tiga tahun lamanya, Oleh karena itu, dia amat mendendam terhadap Tong Hong Pek.

   Maka kini ketika melihat Tong Hong Pek berada di situ, bukan main girangnya, Mendadak Liok Ci Khim Mo bangkit berdiri, lalu mengangkat kedua belah tangannya.

   "Diam semua!"

   Seketika semua orang diam, sehingga suasana di aula besar itu berubah menjadi hening sekali, Setelah bangkit berdiri, Liok Ci Khim Mo tidak memetik tali senar harpa Pat liong Khim lagi.

   Oleh karena itu, ketiga orang itu mulai tersadar.

   Begitu menyaksikan keadaan di sekitarnya mereka bertiga sudah tahu apa yang telah terjadi.

   Mereka bertiga gusar sekali dan langsung menggeram sambil mengerahkan tenaga, Mereka bertiga memiliki Lweekang yang amat tinggi, maka geraman mereka bertiga dahsyat sekali, sehingga menggetar aula besar, dan orang-orang yang berdiri di dekat mereka langsung sempoyongan dengan mulut mengeluarkan darah.

   


Pahlawan Gurun Karya Liang Ie Shen Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini