Harpa Iblis Jari Sakti 24
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 24
Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung
Hati Tong Hong Pek seperti tersayat "Betulkah kau mau menjadi biarawati? ia mengintip dari jendela, melihat air mukamu penuh penderitaan. Hatimu tidak bisa tenang, bagaimana mungkin dapat menemani Sang Buddha?"
Katanya dengan suara rendah. Tam Goat Hua tertegun.
"Aku tidak tahu! Kalau kau masih tidak mau pergi, aku pasti bunuh diri"
Katanya kemudian Tong Hong Pek mengerutkan kening, Ketika Tong Hong Pek memanggilnya, Tam Goat Hua menekan belatinya sehingga tenggorokannya mengeluarkan darah. Bukan main terkejutnya Tong Hong Pek dan langsung mundur beberapa langkah seraya berkata.
"Baik! Baik! Aku segera pergi! Tapi aku harap kau akan mengerti di suatu hari nanti Dirimu sudah menjadi miliknya, kenapa hatimu masih menentang? Aku pergi sekarang, baik-baiklah kau menjaga diri"
Kemudian dia melesat pergi, namun sepasang maunya telah basah.
padahal sesungguhnya hati Tam Goat Hua jauh lebih sedih.
Ketika melihat kemunculan Tong Hong Pek, dia mengira dirinya dalam mimpi, maka langsung mendekap kepadanya Namun Tong Hong Pek berseru memanggil Lu Leng, itu membuatnya tersentak sadar ke alam nyata yang penuh penderitaan.
Karena badannya telah dimiliki Lu Leng, sehingga dia mengancam agar Tong Hong Pek pergi, Setelah Tong Hong Pek pergi, barulah dia merasa sedih sekali, luka di tenggorokannya meneteskan darah, namun dia tidak merasakan sakit Dia berdiri termangu-mangu di tempat dan sadar belati yang di tangannya terjatuh Kini barulah dia mendongakkan kepala untuk memandang biarawati tua itu.
"Guru, aku... aku harus bagaimana?"
Tanyanya Biarawati tua itu tersenyum hambar "Aku mana tahu kau harus bagaimana?"
Dia mendekati Tam Goat Hua, lalu memapahnya ke tempat tidur, sekaligus mengobati luka di tenggorokannya sementara Tong Hong Pek pergi dengan menahan duka dalam hatinya.
Ketika hari sudah mulai gelap, Dia berputar ke sana ke mari, tapi tidak menemukan Lu Leng, Betapa menyesalnya Tong Hong Pek mengajak Lu Leng ke kuil tua itu karena akhirnya menjadi begini "Anak Leng! Anak Leng!"
Serunya Dia berseru dua kati memanggil Lu Leng, namun tiada sahutan sama sekali, Dia khawatir Lu Leng akan salah paham, sehingga mengambil jalan pendek.
Setelah berpikir sejenak, dia percaya bahwa Lu Leng tidak akan melakukan itu, sebab dia masih memikul dendam kedua orang tuanya, Akan tetapi, kini Lu Leng ke mana, Tong Hong Pek tidak tahu.
Dia menengok ke sana ke mari, selain jato.jttg dilalui tadi, terdapat sebuah jalan kecil S4ttfcinya Lu Leng pergi, tentunya tidak akan melalui jalan tadi, pasti melalui jalan kecil itu, pikirnya.
Setelah berpikir demikian, lalu dia melesat ke arah jalan kecil itu, Ternyata ketika Lu Leng menyaksikan Tong Hong Pek dan Tam Goat Hua berpelukan hatinya terasa hampa, maka mengambil keputusan meninggalkan tempat itu, Setelah dia meloncat keluar melalui tembok, keadaan di sekitar tempat itu mendadak terasa amat aneh, Saat itu, dia tidak tahu mengapa dirinya merasa begitu, sehingga membuat langkahnya terhenti Dia lalu bersandar di tembok, sekaligus menahan nafas, Setelah itu barulah dia tahu mengapa tadi merasa begitu, Ternyata di dalam pintu utama kuil tua, terdengar suara Tak Tak Tak.
Walau suara itu amat perlahan, namun membuat Lu Leng teringat akan keempat orang buta.
Di saat dia sedang menduga-duga, mendadak terdengar suara "Krek"
Dan pintu kuil itu terbuka.
Di bawah sinar bulan, Lu Leng dapat melihat dengan jelas empat orang berjalan keluar dari kuil tua, Keempat orang itu 1955 masing-masing memegang sebatang tongkat bambu panjang, Siapa mereka berempat itu? Ternyata empat orang buta yang sedang dicarinya Begitu melihat keempat orang buta itu, Lu Leng terkejut bukan main.
sesungguhnya dia ingin pergi memberitahukan kepada Tong Hong Pek, namun khawatir Tam Goat Hua akan terpukul hatinya, maka dia membatalkan niatnya.
Karena itu, Lu Leng mengambil keputusan untuk menguntit keempat orang buta itu, namun tidak berani terlampau dekat Setelah keempat orang buta itu berjalan tiga empat depa barulah dia mulai menguntit mereka.
Ketika Lu Leng mengayunkan kakinya, keempat orang buta itu berhenti serentak, sepertinya tahu ada orang menguntit mereka.
Begitu mereka berempat berhenti Lu Leng pun ikut berhenti sambil menahan nafas, Tempat itu amat sunyi Selain suara jangkerik, tiada suara lain sama sekali Keempat orang buta itu tampak tertegun Mereka berdiri diam di tempat Berselang beberapa saat, barulah mereka melangkah lagi dan terdengar pula suara Tak Tak Tak.
Lu Leng menghitung tepat langkah mereka.
Di saat terdengar suara Tak", dia pun mengayunkan kakinya, begitu pula seterusnya, Dengan cara demikian, keempat orang buta itu tidak mendengar suara langkahnya, maka amanlah Lu Leng menguntit mereka, Keempat orang buta itu berjalan menuju jalan yang dilalui Lu Leng dan Tong Hong Pek tadi.
Sehingga membuat Lu Leng tidak bisa meninggalkan suatu tanda untuk Tong Hong Pek, sedangkan Tong Hong Pek malah menelusuri jalan kecil.
Kini sudah menempuh tiga empat mil tapi keempat orang buta itu masih tidak tahu ada orang menguntit mereka.
Mendadak melayang turun beberapa helai daun kering di atas kepala keempat orang buta itu.
Salah seorang dari mereka langsung menggerakkan tongkat bambunya, beberapa helai daun kuning yang melayang turun itu tertusuk semua di ujung tongkat bambu tersebut Menyaksikan itu, Lu Leng bertambah berhati-hati.
Apabila sampai keempat orang buta itu tahu bahwa dirinya menguntit mereka, Lu Leng pasti celaka, Empat lima rail kemudian salah satu tongkat bambu mereka menyentuh sebuah batu, lalu mereka berempat duduk beristirahat di atas batu itu, Salah seorang dari mereka mengeluarkan Busur Api, lalu ditariknya hingga berbunyi "Pheng", Saat itu Lu Leng berdiri tiga depa di belakang mereka.
Begitu melihat Busur Api, rasanya ingin melesat ke sana untuk merebutnya.
Akan tetapi, Lu Leng tidak berani berbuat begitu, dia tetap berdiri diam di tempat sambil menahan nafas.
Lu Leng berharap mereka bercakap-cakap, agar tahu asal-usul mereka Akan tetapi, keempat orang buta itu justru diam tak bersuara sama sekali Mereka berempat bergantian menarik Busur Api itu, air muka mereka seperti mau menangis saking gembira Maka terdengar suara "Pheng Pheng Pheng Pheng"
Dalam kegelapan sedangkan Lu Leng terus berdiri mematung di tempat tidak berani bergerak sama sekali Semula Lu Leng berdiri tertegun sambil memandang keempat orang buta itu, tapi mendadak hatinya tergerak Dia pikir percuma mengetahui asal-usul mereka berempat yang terpenting adalah Busur Api tersebut Kalau Busur Api itu masih berada di tangan keempat orang buta itu, percuma dia mencari panah Bulu Api Berarti saat itu Lu Leng harus mencari suatu akal untuk merebut Busur Api tersebut tidak peduli asal-usul keempat orang buta itu, Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng menjadi tegang, Walau sudah ada tujuan, tapi harus bagaimana melakukannya, itu sungguh memeras otaknya.
Betapa tajamnya pendengaran keempat orang buta itu, Lu Leng telah menyaksikannya Walau hanya sehelai daun rontok ke bawah, mereka berempat masih dapat mendengarnya, bahkan dapat bergerak cepat pula menusuk daun itu.
Saat ini, Lu Leng hanya berada dalam jarak tiga depa dan menahan nafas kalau dia maju, mereka pasti tahu.
Apabila hal itu terjadi, kiranya sulit bagi Lu Leng untuk meloloskan diri, sebab kepandaian mereka berempat amat tinggi.
Lu Leng terus berpikir sambil memandang keempat orang buta itu dengan mata tak berkedip, Berselang sesaat, muncul suatu ide dalam hatinya ternyata dia mendengar suara Busur Api berbunyi amat nyaring di malam buta, Kalau dia dapat maju mengikuti suara Busur Api, mungkin keempat orang buta itu tidak akan mendengar suara langkahnya Setelah memperoleh ide tersebut, semangat Lu Leng terbangkit, Di saat terdengar suara "Pheng", dia pun maju selangkah dengan hati-hati sekali Busur Api itu berpindah ke tangan orang buta lain lalu terdengar lagi suara "Pheng"
Dan Lu Leng maju selangkah lagi Dengan cara demikian Lu Leng melangkah maju selangkah demi selangkah sambil menahan nafas dan tak lama sudah maju tujuh delapan langkah, Walau bulan tidak bersinar begitu terang, namun Lu Leng dapat melihat jelas wajah keempat orang buta itu.
Tampak wajah mereka berempat agak kehijau-hijauan dan penuh keriput, entah berapa usia keempat orang buta itu.
Mereka buta bawaan lahir, karena biji mata mereka memutih semua, sehingga kelihatan amat menyeramkan.
Terdengar lagi suara "Pheng", Namun ketika Lu Leng baru mau maju selangkah lagi, mendadak orang buta itu mengeluarkan helaan nafas panjang, Oleh karena itu, Lu Leng tidak berani maju, sebab jarak mereka sudah begitu dekat Setelah orang buta itu menghela nafas panjang, yang lainnya juga ikut menghela nafas panjang, Wajah mereka berempat tampak menderita sekali, membuat Lu Leng terheran-heran dan tidak habis pikir, mengapa keempat orang buta itu menghela nafas panjang? Kini Lu Leng berdiri satu depa lebih di hadapan mereka, Berarti Busur Api itu hanya berjarak satu depa lebih pula, Jarak yang begitu dekat, sudah pasti amat gampang bagi Lu Leng untuk turun tangan merebut Busur Api itu, Akan tetapi, Lu Leng justru masih tidak berani segera turun tangan, tetap menunggu kesempatan Berhasil atau tidaknya merebut Busur Api itu, akan menyangkut nasib seluruh rimba persilatan.
Oleh karena itu, dia tidak berani gegabah.
Mendadak orang buta yang memegang Busur Api itu berkata.
"Ada busur tiada panah, sungguh sedih ! "Ada busur tiada panah, sungguh benci!"
Sambung yang lainnya, Keempat orang buta itu mengucapkan beberapa patah kata, lalu berhenti, sehingga suasana menjadi hening sekali Setelah itu, terdengar suara "Pheng"
Dan Lu Leng pun segera maju selangkah, namun dia tertegun seketika karena setelah menarik Busur Api itu, orang buta tersebut memegang talinya secara mendadak, sehingga suaranya langsung berhenti, sedangkan di saat itu sebelah kaki Lu Leng sedang menginjak tanah, Walau amat perlahan suaranya, tapi Lu Leng yakin keempat orang buta itu mendengarnya Tidak salah, di saat Lu Leng tertegun, terdengar suara "Ser Ser", ternyata dua batang tongkat bambu sudah mengarah dirinya.
Lu Leng melihat kedua batang tongkat bambu itu tidak mengarah dadanya, karena suara tadi amat lirih, Meskipun pendengaran keempat orang buta itu tajam sekali, namun suara tadi tidak membuat mereka berani memastikan tempat Oleh karena itu, Lu Leng berani menempuh bahaya tetap berdiri diam di situ, Ser! Ser! Kedua batang tongkat bambu lewat di sisinya, lalu ditarik kembali dengan serentak Keempat orang buta itu bangkit berdiri kemudian yang memegang Busur Api, segera menyimpan Busur Api itu ke dalam bajunya seraya membentak "Siapa?"
Lu Leng tidak bersuara, hanya terus memandang mereka berempat. Keempat orang buta itu pasang kuping, mendengarkan dengan seksama.
"Mungkin hanya daun rontok,"
Kata salah seorang dari mereka.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita tidak dapat menusuk daun rontok itu?"
Sahut salah seorang lainnya, Keempat orang buta itu segera berpencar keempat penjuru, maka sudah barang tentu Lu Leng menjadi terkepung di tengah-tengah, * * * * Bab 92 Begitu melihat keadaan itu, Lu Leng tahu bahwa pada malam itu tiada kesempatan lagi baginya untuk merebut Busur Api, harus menunggu kesempatan kedua.
Apabila keempat orang buta itu tahu keberadaannya di situ, sudah pasti selamanya tiada kesempatan lagi, Oleh karena itulah dia tetap berdiri tak bergerak di tempat Badan keempat orang buta itu bergerak Ternyata mereka sudah maju tiga langkah.
sedangkan jarak mereka satu sama lain hanya satu depa lebih, maka setelah mereka maju dua tiga langkah, jarak mereka menjadi amat dekat dengan Lu Leng, Kebetulan yang berdiri di hadapannya justru orang buta yang menyimpan Busur Api ke dalam bajunya, Hati Lu Leng menjadi tergerak, seandainya dia menyerang dengan Kira Kong Sin Ci, orang tua itu pasti roboh, berarti dia mempunyai kesempatan untuk merebut Busur Api tersebut 1962 Setelah berpikir begitu, Lu Leng mendadak membentak keras dan langsung menyerang orang buta itu dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit) mengarah dadanya.
Pendengaran keempat orang buta itu memang tajam sekali dan gerakan mereka pun amat cepat.
sebelum membentak keras Lu Leng hanya menarik nafas dalam-dalam, mereka berempat sudah mundur serentak Akan tetapi serangan yang dilancarkan Lu Leng amat cepat.
Maka, walau orang buta itu sudah mundur selangkah, angin telunjuk Lu Leng telah menerjang ke arahnya, sehingga orang tua itu roboh seketika Lu Leng mendengar suara mendesir di belakangnya.
Dia tahu bahwa tiga orang buta lainnya sudah menyerang punggungnya dengan tongkat bambu, Dia tidak berkelit atau memutarkan badannya, melainkan mengeluarkan golok Su Yang To-nya lalu diayunkannya ke belakang dengan jurus Khi Hou Seh Seng (Menunggang Harimau Dengan Tenaga).
Kemudian dia melesat ke arah orang buta yang roboh itu sekaligus mencengkeram dadanya, Dia mengeluarkan golok pusaka Su Yang To, menangkis, melesat ke depan dan mencengkeram, Semua itu dilakukannya hanya dalam satu kali tarikan nafas sehingga gerakannya amat cepat, Plak! Plak! Plak! Golok pusaka Su Yang To berhasil menangkis serangan ketiga batang tongkat bambu, Akan tetapi golok Su Yang To-nya terpental dan telapak tangannya yang menggenggam golok pusaka itu berdarah.
Namun Lu Leng sudah sampai di hadapan orang buta yang roboh itu.
Dia pun berhasil mencengkeram leher baju orang itu dan jari telunjuk pun menotok jalan darah Sien Ki Hiat dan Hwa Kay Hiat di bagian dadanya, Kemudian Lu Leng berputar ke belakangnya, Dilihatnya tiga batang tongkat bambu mengarahnya, tapi karena dia berputar ke belakang orang buta itu, maka ketiga batang tongkat bambu itu membentur orang tua tersebut dan orang buta itu mengeluarkan suara "Hah"
Walau suara itu lirih tapi terdengar juga, maka ketiga orang buta langsung berhenti menyerang, Meskipun golok pusakanya telah terpental beberapa depa, namun kini Lu Leng telah berhasil menguasai orang buta itu, maka ketiga orang buta lain tidak berani melancarkan terangan lagi "Locianpwee berempat, tujuanku hanya mendapatkan Busur Api, tidak berniat jahat sama sekali"
Ketiga orang buta diam di tempat Posisi mereka seperti semula ketika melakukan penyerangan.
Sedangkan orang buta yang telah dikuasai Lu Leng diam sama sekali tak berkutik "Busur Api menyangkut nasib seluruh rimba persilatan maka saat ini aku terpaksa harus bertindak demikian, mohon Locianpwee berempat maklum!"
Kata Lu Leng lagi 1964 Sembari berkata, dia merogohkan tangannya ke dalam baju orang buta itu untuk mengambil Busur Api tersebut Saat ini, wajah keempat orang buta itu tampak gusar sekali Tapi mereka tidak berani bergerak, karena salah seorang dari mereka lelah dikuasai Lu Leng.
Kelihatannya Lu Leng akan berhasil mengambil Busur Api itu, Ketika merogohkan tangannya ke dalam baju bagian dada orang buta itu, dia malah tertegun dan keringat dinginnya mengucur Dia memang telah memegang Busur Api itu, namun tidak bisa mengeluarkannya, karena jari jempol dan jari telunjuknya justru masih menekan jalan darah Sien Ki Hiat dan Hwa Kay Hiat di bagian dada orang buta itu, sedangkan Busur Api tersebut berada di tengah-tengah kedua jalan darah itu, Apabila sebelah tangannya mengeluarkan Busur Api itu, sudah barang tentu jempol dan jari telunjuk harus diangkat Kalau tidak, sudah pasti tidak bisa mengeluarkan Busur Api itu, Seandainya dia menarik jempol dan jari telunjuknya itu, sudah pasti dapat mengambil Busur Api tersebut Tapi orang buta itu merupakan jago tangguh, maka walaupun berhasil mengambil Busur Api itu, dirinya pun tidak akan selamat.
Itu membuat Lu Leng tertegun, sama sekali tidak menemukan cara untuk mengambil Busur Api tersebut Di saat itu, orang buta tersebut tertawa.
"Ha ha! Kau tidak dapat mengambil Busur Api itu bukan?"
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam.
"Tidak benar! Aku masih bisa mengambilnya!"
"Walau kau akan berhasil, tapi kau tidak dapat meloloskan diri!"
Sahut orang buta itu, Mendengar itu, Lu Leng diam saja, Orang buta itu berkata lagi.
"
Kalau kau tidak bisa kabur, Busur Api itu tetap menjadi milik kami!"
Lu Leng terus berpikir memang tidak salah apa yang dikatakan orang buta itu, namun tidak yakin dirinya tidak dapat lolos. Karena itu, Lu Leng menyahut dengan dingin.
"Belum tentu aku tidak dapat meloloskan diri!"
"Kalau begitu, cobalah!"
Kata orang buta itu, Lu Leng menoleh untuk memandang golok pusaka Su Yang To-nya yang tergeletak di tanah, dan mendadak menarik kedua jari tangannya, Di saat bersamaan sebelah tangannya pun menyentak, mengambil Busur Api tersebut.
Bersamaan itu pula badannya melesat ke arah golok pusakanya.
Gerakan Lu Leng amat cepat, tapi keempat orang buta ku bukan orang sembarangan Ketika Lu Leng menarik kedua jari tangannya, orang buta itu pun langsung mengayunkan 1966 tangannya dan mengarahkan sepasang jarinya ke mata Lu Leng.
Karena Lu Leng mencelat ke arah golok pu-sakanya, maka serangan yang dilancarkan orang buta itu meleset dari sasarannya dan menusuk bahunya, Meskipun bahunya terasa sakit, Lu Leng tetap melesat ke arah golok pusakanya sambil berkertak gigi Akan tetapi, sebelum dia memungut golok pusaka itu, sudah tampak dua batang tongkat menusuk ke arahnya.
Lu Leng terpaksa memiringkan badannya untuk berkelit.
Di saat bersamaan, terdengar suara Trang", ternyata ujung tongkat bambu itu telah berhasil menyentak golok pusaka itu ke atas setinggi dua depaan, Lu Leng tahu keempat orang buta itu amat membencinya, karena merebut Busur Api tersebut.
Dia pun tahu bahwa akan terjadi pertarungan sengit dan pihak musuh tidak akan menyiarkannya memungut golok pusaka itu, Oleh karena itu, dia sudah siap ketika pihak musuh menggerakkan tongkat bambu untuk menghalanginya mengambil golok pusaka itu.
Ketika golok pusakanya terbang ke atas, segera bersiul panjang sambit mencelat ke atas.
Dia berhasil meraih golok pusaka tersebut, sekaligus diayunkan nya sehingga menimbulkan suara "Sert Sert Sert".
Tampak bayangan golok melindungi dirinya, Namun di saat badannya merosot ke bawah, mendadak berkelebatan cahaya tongkat bambu ke arahnya.
Maka, ketika sepasang kakinya menginjak tanah, dia berpikir ingin melarikan diri, tapi mereka telah mengurungnya, Lu Leng terus memutar golok pusakanya untuk melindungi dirinya, Kini dia telah berhasil memperoleh Busur Api, namun kelihatannya sulit baginya untuk menerjang keluar dari kepungan keempat orang buta tersebut Cukup lama dia bertahan Keringatnya sudah mengucur membasahi sekujur badan nya, sebab se-rangan-serangan keempat orang buta itu semakin gencar, bahkan dia merasakan adanya tenaga yang amat kuat menekan dirinya, Tekanan tenaga tersebut membuat gerakannya tidak segesit semula, lagi pula dia pun merasa golok pusakanya semakin berat Betapa terkejutnya Lu Lcng.
Dia memaksakan diri untuk bertahan, tapi gerakannya sudah mulai lamban.
Cess! Ujung sebatang tongkat bambu telah menusuk punggungnya.
Ketika dia ingin memutar golok pusakanya ke belakang.
sebatang tongkat bambu sudah menusuk dadanya.
Lu Leng terpaksa harus membungkukkan badannya Walau dia berhasil berkelit, tapi ujung tongkat bambu itu tetap berhasil menusuk bahunya sehingga darahnya mengucur seketika, Setelah terkena dua kali tusukan tongkat bambu, gerakan Lu Leng semakin lamban.
Cess! Jalan darah Hoan Tiau Hiat di kedua belah kakinya telah tertusuk sehingga terasa sakit sekali dan badannya roboh seketika.
Dia masih sempat berguling, tetapi empat batang tongkat bambu telah mengarahnya.
Saat itu Lu Leng sudah tahu bahwa usahanya akan sia-sia, bahkan sudah sulit baginya untuk meloloskan dtri.
Bukan main gugup dan paniknya Lu Leng, tapi sekilas timbul suatu ide dalam hatinya dan dia segera berseru.
"Panah Bulu Api!"
Sungguh manjur seruan Lu Leng, sebab keempat batang tongkat bambu itu langsung bernenti.
Ujung keempat tongkat bambu itu hanya berjarak beberapa inci saja, salah satunya justru berada di atas bahu Lu Leng, Lu Leng memandang keempat batang tongkat bambu itu sambil menarik nafas dalam-dalam dan berseru lagi.
"Panah Bulu Api!"
Salah seorang buta melangkah maju mengambil Busur Api itu dari tangan Lu Leng.
sebetulnya Lu Leng masih dapat menyerangnya tapi kalau dia menyerang, ketiga batang tongkat bambu yang masih mengarah dirinya, pasti menusuk serentak dan tak mungkin dia bisa berkelit Maka, dia hanya tersenyum getir, membiarkan orang buta itu mengambil Busur Api dari tangannya.
"Kenapa kau berseru "Panah Bulu Api"
Dua kali?"
Bentak orang buta itu setelah mengambil Busur Api dari tangan Lu Leng.
"Tarik kembali dulu tongkat-tongkat bambu ini, baru kukatakan,"
Sahut Lu Leng dengan tenang.
Keempat orang buta itu segera menarik kembali tongkat bambu masing-masing, namun tetap dalam posisi mengurung Lu Leng, Lu Leng menarik nafas lega, Saat itu bukan hanya Busur Api itu direbut kembali, bahkan dirinya pun telah terluka dan lukanya masih mengucurkan darah.
Dia segera menotok beberapa jalan darahnya agar darah tidak terus mengucur "Bagaimana panah Bulu Api itu?"
Tanya salah seorang buta.
"Aku punya beberapa patah kata, entah harus kuucapkan atau tidak?"
Sahut Lu Leng.
"Perkataan apa?"
Tanya orang itu dingin.
"Empat Locianpwee berempat jago tangguh dari mana aku sama sekali tidak tahu. Namun Locianpwe berempat pasti juga kaum rimba persilatan Beberapa tahun ini, Liok Ci Khim Mo membantai kaum rimba persilatan golongan lurus dan kini dia menyebut dirinya Bu Um Ci Cun...."
Salah seorang buta memotong ucapan Lu Leng, kelihatannya sudah tidak sabaran.
"Siapa Liok Ci Khim Mo? Kau dua kali berseru Panah Bulu Api, sebetulnya ada apa?"
Lu Leng berseru dua kali "Panah Bulu Api", disebabkan dia melihat keempat orang buta itu pun menghendaki panah tersebut Maka dia berseru begitu agar mereka berempat berhenti menyerangnya.
"Kini hanya Busur Api dan Panah Bulu Api yang mampu melawan Liok Ci Khim Mo. Kalau Locianpwee berempat berniat menggunakan Busur Api dan Panah Bulu Api untuk melawan Liok Ci Khim Mo, itu memang baik sekali, Tapi Locianpwee berempat harus mementingkan nasib rimba persilatan. Ketika Lu Leng berkata begitu, keempat orang buta itu maju selangkah.
"Kalau begitu, kau sudah memperoleh panah Bulu Api itu? Kau mampu menerobos Empat puluh sembilan Lorong rahasia?"
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya salah seorang dari mereka?"
Begitu mendengar pertanyaan orang buta itu, Lu Leng menjadi tertegun Namun setelah berpikir sejenak, akhirnya dia mengerti.
Keempat orang buta itu tahu Mo Liong Seh Sih memperoleh Panah Bulu Api, Bahkan mereka pun tahu Panah Bulu Api itu disimpan dalam gudang rahasia, maka orang buta itu bertanya demikian.
Namun Panah Bulu Api itu telah dicuri orang dan keempat orang buta itu tidak mengetahuinya.
Lu Leng adalah pemuda yang berhati jujur, maka dia menyahut dengan jujur pula.
"Aku tidak pernah menerobos ke dalam Lorong rahasia itu, tapi aku tahu, Panah Bulu Api sudah tidak ada di sana."
"Di mana?"
Tanya empat orang buta itu hampir serentak. Lu Leng tersenyum getir "Aku justru tidak tahu,"
Keempat orang buta itu diam saja, tapi tongkat bambu mereka bergerak menusuk ke arah Lu Leng, Lu Leng terperanjat dan segera meloncat ke belakang.
"Aku memang tidak tahu, kalian memaksa juga percuma!"
Katanya. Keempat orang buta berhenti menggerakkan tongkat bambu masing-masing, kemudian salah seorang dari mereka bertanya dengan suara dalam.
"
Kalau kau tidak tahu berada di mana Panah Bulu Api, lalu kenapa merebut Busur Api itu?"
"Kalian berempat juga tidak memiliki panah Bulu Api, kenapa merebut Busur Api itu juga?"
Sahut Lu Leng. Keempat orang buta itu tertegun, kemudian berbisik-bisik membicarakan sesuatu.
"Kau berani merebut Busur Api dari tangan kami, sesungguhnya kami tidak dapat melepaskan. Tapi kami percaya akan omonganmu, Panah Bulu Api sudah tidak berada di dalam gudang rahasia itu. Kami tidak usah pergi menerobos 1972 Empat puluh sembilan Lorong Rahasia, maka kami pun tidak usah membunuhmu pergilah!"
Mendadak keempat batang tongkat bambu itu bergerak dan seketika Lu Leng merasakan adanya tenaga yang amat kuat menerjang dirinya, membuat badannya terpental beberapa depa, Di saat bersamaan, badan keempat orang buta pun bergerak, tahu-tahu mereka berempat sudah melesat pergi, Ketika Lu Leng berdiri tegak, keempat orang buta itu pun sudah tidak kelihatan lagi, Lu Leng berdiri termangu-mangu, Dia berpikir, untuk apa mengejar mereka, Kalau pun dapat mengejar juga tidak ada artinya, Mereka keluar dari kuil itu, mungkin punya hubungan dengan biarawati tua, Lagi pula gurunya masih ada di dalam kuil tua itu, kenapa tidak ke sana untuk berunding dengan gurunya? Akan tetapi dia tidak tahu bahwa Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek telah meninggalkan kuil itu.
Ketika Lu Leng berpikir mau kembali ke kuil tua itu, wajah Tam Goat Hua muncul di pelupuk matanya, berseri-seri sambil mendekap ke dada Tong Hong Pek.
itu membuatnya tiada keberanian untuk melangkah maju.
Lama sekali Lu Leng berdiri termangu, Akhirnya dia membulatkan hati untuk kembali ke kuil tua dan langsung melesat pergi.
Beberapa mil kemudian, Lu Leng mempercepat langkahnya, maka tak seberapa lama kemudian tibalah dia di depan kuil itu, Dia tertegun karena mendengar suara tangisan di dalam kuil tua, dan dia mengenali suara tangisan itu, tidak lain adalah suara tangisan Tam Goat Hua.
Kemudian dia mendorong pintu kuil, namun di saat bersamaan, dia mendengar Tam Goat Hua berkata sambil menangis.
"Guru, apa yang kualami sudah kuberitahukan tentunya Guru tahu kenapa aku mendesaknya pergi. Guru, apakah Guru masih mau menampungku di sini?"
Terdengar suara tua yang bernada belas kasihan.
"Tidak bisa."
"Kenapa tidak bisa?"
Tanya Tam Goat Hua.
"Ketika aku seusiamu, juga pernah mengalami pukulan batin, maka lalu aku menjadi biarawati. Kini kalau kupikirkan kembali, sungguh menggelikan!"
"Menggelikan?"
Tanya Tam Goat Hua.
"pintu Buddha memang luas dan siapa pun boleh memasukinya Tapi cobalah kau pikir, dalam hatimu tidak tetap pada Buddha, hanya ingin menyendiri saja, Lalu bangka harus menjadi biarawati menghadap Sang Buddha?"
Kata biarawati tua. Tam Goat Hua menghela nafas panjang.
"Kalau begitu, aku tidak boleh menjadi biarawati?"
"Kira hatimu masih belum tenang, sungguh sulit memasuki pintu Buddha!"
Sahut biarawati tua. Tam Goat Hua menghela nafas panjang lagi.
"Guru, kalau begitu esok pagi aku akan meninggalkan tempat ini."
"Hatimu masih mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, kenapa tidak mau pergi sekarang?"
"Walau aku amat mencintainya tapi.,, badanku sudah dimiliki orang lain.-."
Sahut Tam Goat Hua.
Mendengar sampai di si(u, hati Lu Leng seperti tersayat, lalu dia melangkah ke dalam.
Tampak lampu minyak yang remang-remang, Tam Goat Hua berdiri di hadapan biarawati tua, sedangkan biarawati tua itu duduk bersila dengan mata setengah terpejam.
Tam Goat Hua mendongakkan kepala, Ketika dia melihat Lu Leng, wajahnya yang pucat menjadi bertambah pucat, sekujur badannya bergemetar dan mundur selangkah tanpa sadar Lu Leng segera berkata.
"Kakak Goat, kau harus mendengarkan dulu pembicaraanku sampai habis!"
"Kau cepat pergi!"
Teriak Tam Goat Hua. Tetapi Lu Leng tak mau pergi "Aku tidak akan pergi di mana guru?"
Saat ini hati Tam Gcpt Hua terasa hampa dan dia tidak tahu harus bagaimana.
"Pergi! Pergi! Pergil"
Teriaknya Iagi.
Lu Leng menarik nafat, lalu melesat ke hadapan Tam Goat Hua.
Gadis itu ingin mundur, namun Lu Leng sudah menjulurkan tangannya menyambar lengannya, Tam Goat Hua berkelip sehingga tangan Lu Leng hanya dapat menyambar ujung bajunya, Brrt! Ujung lengan baju Tam Goat Hua tersobek.
Kemudian Lu Leng maju selangkah seraya bertanya.
"Kakak Goat, di mana guru?"
Tam Goat Hua membalikkan badannya.
"Dia sudah pergi, kau pun harus segera pergi!"
"Dia ke mana?"
Tanya Lu Leng.
"Aku tidak tahu!"
Sahut Tam Goat Hua dengan suara tergetar-getar.
"Kakak Goat, guru tidak ada, aku pun tidak bisa pergi mencarinya. Ada satu urusan penting, aku harus minta bantuanmu!"
Kata Lu Leng, Tam Goat Hua menggoyang-goyangkan sepasang tangannya.
"Pergilah! Aku tidak tidak akan bantu apa pun!"
"Kakak Goat, biar bagaimana pun urusan itu harus kau bantu. Karena aku tidak dapat melaksanakannya seorang diri Kau tidak melihat diriku terluka? Meskipun hatimu amat berduka dan tidak mau menemuiku, tapi kini kau harus bersamaku menyelesaikan urusan itu!"
Kata Lu Leng sungguh-sungguh.
"Urusan apa?"
Tanya Tam Goat Hua.
"Kau harus hati-hati! Kakak Goat, cepat menyingkir, musuh berada di sisi kita!"
Kata Lu Leng tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.
perkataan Lu Leng membuat Tam Goat Hua membalikkan badannya, Lu Leng memandangnya wajah Tam Goat Hua tampak pucat pias, namun sikapnya seperti akan menghadapi musuh, Lu Leng bergirang dalam hati dan mendadak mengeluarkan golok pusakanya kemudian diayunkan ke arah biarawati tua.
Tam Goat Hua terperanjat.
"Mau berbuat apa kau?"
Bentaknya.
Golok pusaka Su Yang To langsung berhenti Biarawati tua itu membuka matanya lalu menatap Lu Leng dengan tajam, 1977 Tam Goat Hua tahu jelas bagaimana sifat Lu Leng, Maka dia dapat memastikan bahwa tindakan Lu Leng itu mempunyai alasan yang kuat Dia segera melangkah mendekati Lu Leng lalu berdiri di sampingnya Lu Leng segera berkata kepada biarawati tua itu.
"Lo Suhu, aku minta petunjuk tentang sebuah urusan!"
Biarawati tua itu tersenyum hambar Terhadap golok pusaka Su Yang To yang ditudingkan di hadapannya dia seakan tidak melihat.
"Tentang urusan apa?"
Tanyanya.
"Tadi ada empat orang buta keluar dari kuil ini Siapa mereka dan tinggal di mana? Kau harus memberitahukan kepadaku!"
Sahut Lu Leng. Biarawati tua itu tetap tersenyum hambar Kelihatannya semua urusan dunia tiada kaitan dengan dirinya.
"Mereka berempat memang keluar dari kuilku ini. Tapi siapa mereka dan tinggal di mana aku tidak bisa memberitahukan!"
Walau biarawati itu tidak mau memberitahukan, namun Lu Leng amat girang dalam hati Sebab nada perkataan biarawati tua itu kedengarannya tahu siapa keempat orang buta itu, dan tahu pula tempat tinggal mereka, hanya saja biarawati tua itu tidak mau memberitahukan..
"Lo Suhu harus memberitahukan, sebab urusan itu menyangkut keselamatan seluruh rimba persilatan!"
Katanya sambil menarik kembali golok pusaka-nya. Biarawati tua itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak mau beritahukan, tetap tidak akan beritahukan! Kau jangan lama-lama di sini, bawa pergi Nona ini! Beberapa hari ini, tempat untuk membersihkan diri ini telah diaduk tidak karuan oleh kalian!"
Bagian 45
"Apakah berkaitan dengan Liok Ci Khim Mo?"
Sela Tam Goat Hua.
"Tidak salah, Busur Api sudah terjatuh ke tangan empat orang buta itu. Tadi aku hampir berhasil merebutnya, tapi justru terluka, Mengenai asal-usul keempat orang buta itu, hanya biarawati tua ini yang tahu, maka aku bertanya kepadanya."
Tam Goat Hua memandang biarawati tua.
Ternyata biarawati tua itu telah memejamkan matanya untuk bersemedi.
Sudah beberapa hari Tam Goat Hua tinggal di kuil tua, tentunya tahu biarawati tua itu berkepandaian tinggi dan tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan Kalau sudah bilang tidak mau memberitahukan, sudah pasti tidak akan memberitahukan Dia berpikir sejenak, kemudian bertanya kepada Lu Leng.
"Bagaimana kau tahu dia tahu asal-usul keempat orang buta itu?"
"Tadi aku... aku..."
Sahut Lu Leng tersendat-sendat, Sebetulnya Lu Leng ingin menceritakan kedatangannya bersama Tong Hong Pek, namun dibatalkannya.
"Tadi aku melihat keempat orang buta itu keluar dari kuil ini,"
Katanya, Tam Goat Hua berpikir lagi, lalu berbisik "Mari kita pergi ?"
"Kakak Goat, urusan belum beres, bagaimana kita pergi?"
"Kita pergi saja!"
Kata Tam Goat Hua dengan suara ringan Sembari berkata, Tam Goat Hua memberi isyarat kepada Lu Leng dan Lu Leng tahu, dalam hati gadis itu pasti sudah mempunyai suatu ide Maka Lu Leng manggut-manggut "Baik, mari kita pergi!"
Tam Goat Hua memberi hormat kepada biarawati tua, lalu berjalan pergi bersama Lu Leng, Keluar dari kuil tua itu, Tam Goat Hua langsung melesat ke depan dan Lu Leng buru-buru mengejarnya, Kira-kira dua tiga puluh depa, barulah gadis itu berhenti.
"Kakak Goat.,."
Panggil Lu Leng.
"Urusan ini amat penting, lagi pula kalau hanya kau seorang diri sulit melaksanakannya, maka aku baru mau membantumu. Selain urusan ini, jangan membicarakan yang 1980 lain! Apabila kau membuka mulut membicarakan urusan lain, aku pasti segera pergi!"
Kata Tam Goat Hua. Lu Leng mengangguk "Ya, tapi...."
"
Setelah beres urusan itu, kau jangan berpikir hendak menemuiku lagi "
Potong Tam Goat Hua. Lu Leng menghela nafas panjang.
"Kau tahu asal-usul keempat orang buta itu?"
"Aku tidak tahu, tapi aku punya akal untuk mencari informasi itu!"
Lu Leng girang bukan main.
"Sungguh?"
Tam Goat Hua manggut-manggut "Kau tunggu di sini dan balut lukamu itu! Cukup lama aku pergi, tapi pasti kembali Kau tidak boleh ke mana-mana!"
Lu Leng terkejut mendengar ucapan gadis itu.
"Kakak Goat, kau mau pergi ke mana?"
Tanya-nya.
"Aku hanya ingin ke kota kecil yang terdekat Legakan hatimu, aku pasti kembali!" * * * * Bab 93 Apa yang dikatakan Tam Goat Hua, tentunya Lu Leng percaya. Namun dia agak khawatir karena gadis itu pergi seorang diri "Kakak Goat, kau harus kembali lho!"
Pesannya, Tam Goat Hua memandang ke bawah, seraya menyahut.
"Tentu!"
Kemudian dia melesat pergi dan dalam sekejap sudah tidak tampak bayangannya, Lu Leng menarik nafas, lalu merobek ujung bajunya untuk membalut lukanya, Dia menunggu Tam Goat Hua ditempat itu dan tidak berani pergi ke mana-mana.
Tam Goat Hua bilang pergi agak lama, Lu Leng justru merasa lama sekali Entah berapa kali dia nyaris memastikan bahwa Tam Goat Hua tidak akan kembali lagi.
Akan tetapi, dalam hatinya menentang apa yang dipikirkannya itu.
Dia mempercayai Tam Goat Hua, sebab gadis itu tidak pernah mengingkari janji Kini dia teringat akan apa yang dikatakan Tam Goat Hua tadi, setelah berhasil merebut Busur Api, selanjutnya jangan berpikir untuk menemuinya lagi.
Tam Goat Hua mengatakan begitu, tentunya sudah membulatkan hati Teringat akan itu, hati Lu Leng menjadi berduka sekali, Lu Leng terus menunggu Ketika hari mulai terang, barulah dia melihat sosok bayangan ramping melesat ke arahnya.
Lu Leng segera menyapa, ternyata Tam Goat Hua, Lu Leng langsung menarik nafas lega.
"Kakak Goat, akhirnya kau kembali!"
Katanya, Kemudian dia mencium aroma arak dan daging, Ternyata tangan Tam Goat Hua menjinjing sebuah keranjang berisi sekendi arak dan daging babi panggang Lu Leng tercengang lalu bertanya.
"Kakak Goat, apa maksudmu ini?"
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau ikut aku!"
Sahut Tam Goat Hua. Kemudian dia melesat pergi dan Lu Leng mengikutinya dari belakang, Berselang sesaat, mereka sampai di pinggir sebuah sungai keciL Tam Goat Hua pun berhenti di situ, lalu duduk di atas sebuah batu.
"Kakak Goat, apakah kita sedang menunggu orang?"
Tanya Lu Leng sambil memandangnya Tam Goat Hua kelihatan malas berbicara, Dia hanya manggut-manggut, bahkan memandang ke arah lain.
Lu Leng menghela nafas, kemudian dia pun duduk di sebuah batu, Mereka berdua terus membungkam, sedangkan hari pun sudah terang.
Mendadak terdengar suara langkah di tempat yang agak jauh, Tak seberapa lama, terlihat biarawati tua gagu dan tuli memikul dua buah tong air berjalan ke pinggir sungai Biarawati tua gagu dan tuli belum melihat mereka, namun hidungnya sudah berendus-endus seakan mencium suatu 1983 aroma yang amat disukainya, sehingga wajahnya tampak gembira sekali.
Ketika melihat Tam Goat Hua dan Lu Leng, dia tertegun dan segera menaruh kedua tong air yang dipikulnya, Tam Goat Hua melambaikan tangannya memanggilnya, Biarawati itu segera menghampirinya dan seketika berseru kegirangan karena melihat keranjang berisi kendi arak dan daging babi panggang, Saat ini Lu Leng baru tahu bahwa biarawati tua gagu dan tuli itu tidak ciacay (Pantang Makan Daging), melainkan doyan minum arak dan makan daging, maka Tam Goat Hua ingin menggunakan cara itu, agar biarawati tersebut mengatakan sesuatu, Namun Lu Leng tidak berani terlampau berharap, karena menurutnya biarawati itu tidak mungkin mau memberitahukan asal-usuI dan tempat tinggal ke-empat orang buta itu.
Di saat Lu Leng sedang berpikir, terlihat Tam Goat Hua menunjuk keranjang itu, lalu menunjuk biarawati tua gagu dan tuli.
Biarawati tua gagu dan tuli kelihatan girang sekali.
Dia langsung melangkah lebar ke arah keranjang itu lalu menjulurkan tangannya menyambar daging babi panggang dan menyantapnya dengan lahap sekali Kemudian sebelah tangannya pun menyambar kendi yang berisi arak dan langsung diteguknya Tak seberapa lama kemudian, dia telah menghabiskan daging babi panggang dan arak itu, tapi kelihatannya masih merasa kurang puas.
setelah itu, dia menghampiri Tam Goat 1984 Hua dan Lu Leng talu menepuk bahu mereka dan mengeluarkan jari jempolnya memuji mereka berdua, Lu Leng tertawa geli dalam hati.
Biasanya Hwee-shio yang doyan arak dan daging, tak disangka biarawati pun begitu, Tam Goat Hua tertenyum, sambil mengambil sebatang ranting lalu menulis di tanah "Aku ingin bertanya suatu hal!"
Biarawati tua gagu dan tuli manggut-manggut Melihat itu, bukan main girangnya Lu Leng, karena biarawati tua gagu dan tuli tidak buta huruf Tam Goat Hua menulis lagi.
"Semalam ada empat orang buta ke kuil, siapa mereka?"
Begitu membaca, wajah biarawati tua gagu dan tuli langsung berubah, kemudian dia mundur selangkah sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tam Goat Hua menulis sambil mengerutkan kening.
"Kau tidak berani memberitahukan asal-usul mereka?"
Biarawati tua gagu dan tuli manggut-manggut, kelihatannya ketakutan Tam Goat Hua menulis.
"Kalau begitu, beritahukan di mana tempat tinggal mereka!"
Biarawati tua gagu dan tuli itu berpikir, lama sekali barulah dia mengambil ranting dari tangan Tam Goat Hua lalu segera menulis.
"Mereka tinggal di Lian Hoa Hong (Puncak Teratai) gunung Liok Pan San. Kalian tidak boleh ke sana, Kalau ke sana..."
Menulis sampai di situ, biarawati tua gagu dan tuli meleletkan lidahnya bersikap seperti orang mati. Tam Goat Hua tidak menulis lagi, Setelah membaca tulisan biarawati itu dia langsung menarik Lu Leng.
"Mari kita pergi!"
Ajaknya.
Lu Leng mengingat terus akan apa yang ditu!iskan biarawati tua gagu dan tuli itu, lalu pergi bersama Tam Goat Hua, Ketika sudah agak jauh, barulah Lu Leng bertanya, Kakak Goat, bagaimana kau tahu biarawati tua gagu dan tuli itu tahu jejak keempat orang buta itu?"
"
Sudah sekian hari aku tinggal di dalam kuil tua itu, maka aku tahu biarawati tua gagu dan tuli itu adalah pelayan biarawati tua yang berkepandaian tinggi sedangkan biarawati tua yang berkepandaian itu tahu jejak keempat orang buta, Maka aku yakin, biarawati tua gagu dan tuli itu pun tahu jejak mereka,"
Sahut Tam Goat Hua, Lu Leng tertawa.
"Biarawati tua gagu dan tuli sudah minum arak dan makan daging babi panggang, sudah pasti harus memberitahukan." , 1986
"Dia memberitahukan kita jangan ke sana, tidak mungkin tiada alasan, Tapi kita tetap harus ke sana, hanya harus berhati-hati."
Sahut Tam Goat Hua lalu menggerakkan kedua tangannya dan seketika terdengar suara gemerincing, Ternyata dia mengeluarkan rantai besi yang melekat di lengannya.
"Kukira rantai besi ini sudah tak berguna lagi, tapi tak disangka sekarang harus keluar juga,"
Lanjutnya, Lu Leng khawatir Tam Goat Hua akan berduka lagi, maka segera berkata.
"Kakak Goat, bukankah kau sendiri yang bilang, selain urutan ini, jangan membicarakan urusan lain?"
Tam Goat Hua menarik nafas dan tidak bicara apa-apa lagi.
Kuil tua itu berada di gunung Tiong Tiau San, tak seberapa jauh dengan gunung Uok Pan San.
Agar tidak berjumpa Uok Ci Khim Mo, maka mereka pergi ke gunung Uok Pan San tidak melalui jalan besar, melainkan melalui jalan gunung yang amat sempit.
Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di gunung Uok Pan San.
Dalam beberapa hari ini, hati mereka tercekam berbagai macam perasaan, tetapi semuanya membungkam sama sekali tidak ada yang membuka mulut Sampai di gunung Liok Pan San, mereka berdua melihat beberapa gubuk lalu mendekati salah satu dari gubuk-gubuk itu.
Tampak beberapa lembar kulit binatang dijemur di pekarangan maka dapat dipastikan bahwa gubuk itu milik seorang pemburu, Sampai di pintu gubuk, mereka berdiri lalu berdiri di situ.
Tampak seorang tua berjalan ke luar, tangannya memegang sebuah tombak bercagak tiga dan matanya menatap mereka dengan penuh rasa heran.
Lu Leng maju selangkah sambil memberi hormat "Paman tua, kami ingin bertanya apakah di gunung ini terdapat Lian Hoa Hong? Kami harus mengambil arah mana?"
Begitu mendengar pertanyaan Lu Leng, air muka orang tua itu kelihatan berubah.
"Aku tidak tahu, kalian berdua cepat pergi !"
Sahutnya. Sembari menyahut orang tua itu pun terus menggoyang-goyangkan sepasang tangannya dan sikapnya agak aneh.
"Paman tua, kami harus ke Lian Hoa Hong, mohon Paman tua sudi memberi petunjuk!"
Kata Lu Leng Iagi.
"Aku tahu kalian pasti kaum rimba persilatan yang gagah berani Namun kalian masih muda, kenapa harus pergi mencari mati? Aku tidak bisa memberi petunjuk agar kalian tidak mati!"
Lu Leng baru mau berkata, tapi didahului Tam Goat Hua.
"Paman tua, keempat orang buta itu baru pulang?"
Tanyanya sambil tersenyum. Air muka orang tua itu berubah lagi dan dia tak mampu mengucapkan apa pun. Tam Goat Hua tersenyum lagi.
"Paman tua, legakanlah hatimu, keempat orang buta itu adalah pecundang kami, maka kami mengejar mereka sampai di sini."
Orang tua itu tidak percaya.
"Nona kecil, jangan omong kosong!"
Katanya, Mendengar itu, timbul suatu ide dalam hati Lu Leng. Dia segera mengeluarkan golok pusakanya lalu diarahkannya ke arah tombak bercagak tiga di tangan orang tua itu. Trang, Tombak bercagak tiga itu terkutung menjadi dua.
"Paman tua, aku memiliki golok pusaka ini, tentunya keempat orang buta itu bukan lawan kami!"
Katanya Orang tua itu menghela nafas panjang.
"Aaah! Aku tinggal di sini sebagai pemburu sudah puluhan tahun, Dua puluh tahun yang lampau, banyak orang datang ke sini mencari keempat orang buta itu, hanya bisa masuk tepi tidak pernah keluar lagi. Apakah kalian berdua juga ingin ke sana mencari mati?"
"Kami mampu melawan mereka. Kenapa Paman tua tidak mau memberitahu kan ? Kalau Paman tua tidak mau memberitahukan kami pun dapat mencari mereka, hanya saja akan membuang sedikit waktu!"
Orang tua itu memandang mereka berdua, kemudian manggut-manggut.
"Baiklah kuberitahukan. Lian Hoa Hong berada di tengah-tengah gunung ini. Ketika aku berusia dua puluhan pernah ke sana beberapa kali. puncak itu tidak begitu tinggi, namun di sana terdapat sebuah telaga, Air mengalir ke dalam telaga dari lima jurusan, menyerupai air terjun sehingga air di telaga muncrat ke atas. Jauh-jauh, muncratan air itu menyerupai bunga teratai. Asal kalian terus berjalan ke depan, tidak sulit mencari puncak itu. setelah kalian sampai di sebuah tebing, harus mengambil arah timur setelah melewati sebuah lembah, pasti melihat tempat itu."
Tam Goat Hua dan Lu Leng mengucapkan terima kasih kepada orang tua itu, lalu melangkah pergi.
Namun tiba-tiba mereka mendengar suara helaan nafas orang tua itu.
Walau orang tua itu bukan kaum rimba persilatan, namun sudah lama tinggal di situ, Dia kelihatan begitu tegang, tentu ada sebab musababnya maka mereka berdua bertambah hati-hati, Tam Goat Hua dan Lu Leng terus berjalan.
setelah menempuh belasan mil, mereka sampai di sebuah tebing dan kemudian mengambil arah timur Beberapa mil kemudian, mereka baru melihat sebuah lembah, Lembah itu amat sempit Pada dindingnya terdapat batu-batu yang bentuknya amat aneh dan kelihatannya mau jatuh, Tam Goat Hua dan Lu Leng memasuki lembah itu, Ketika mereka sampai di tengah jalan, hari sudah mulai gelap, Saat ini, di luar lembah kemungkinan besar masih terang, namun di dalam lembah sudah gelap, maka membuat mereka berdua langsung berhenti "Kakak Goat, apakah kita harus menempuh perjalanan malam melewati lembah ini?"
Tanya Lu Leng. Tam Goat Hua menengok ke sana ke mari, lalu...
"Kalau kita menempuh perjalanan malam, tentu berbahaya. Namun bermalam di sini juga tidak aman."
"Kalau begitu, lebih baik kita menempuh perjalanan malam melewati lembah ini asal kita berhati hati!"
Tam Goat Hua manggut-manggut.
Mereka berdua lalu membuat sebuah obor dan setelah itu barulah melanjutkan perjalanan.
Lu Leng mengeluarkan golok pusaka untuk berjaga-jaga menghadapi binatang buat.
Mereka berdua terus berjalan Berselang beberapa saat, hati masing-masing merasakan adanya gelagat tidak beres, namun tidak dapat menduga apa yang akan terjadi Tam Ooat Hua dan Lu Leng terus memikirkan hal itu.
Tak seberapa lama, Lu Leng berhenti seraya bertanya.
"Kakak Goat, apakah kau merasa ada sesuatu yang tak beres?"
"Aku juga merasakan itu, tapi tidak tahu suatu apa yang tak beres."
"Kakak Goat, aku merasa amat sepi Di dalam gunung terutama di malam hari tentunya ada suara binatang, tidak seharusnya sedemikian sepi."
Begitu mendengar ucapan Lu Leng, barulah Tam Goat Hua sadar, apa yang dirasakannya memang demikian Bagaimana mungkin di dalam gunung tiada binatang? Biasanya di saat matahari mulai tenggelam, binatang mulai berkeliaran, namun mengapa saat ini sedemikian sepi? Mereka berdua terus berpikir tapi sama sekali tidak terpikirkan sebab musababnya, Hingga tengah malam, barulah mereka melewati lembah itu, yang panjangnya hampir mencapai enam puluhan mil Setelah melewati lembah itu, di depan mata mereka menjadi terang, Ternyata malam itu malam purnama, bulan bersinar amat terang, sehingga apa pun yang ada di sekitar tempat itu terlihat dengan jelas.
Tam Goat Hua dan Lu Leng memandang ke depan, tampak sebuah puncak yang tidak begitu tinggi dan air terjun mencurah ke bawah memancarkan cahaya keperak-perakan, Sungguh indah pemandangan itu! Air yang muncrat ke atas kelihatan indah sekali menyerupai bunga teratai Walau hati mereka tercekat berbagai macam urusan, namun pemandangan yang begitu indah membuat mereka tertarik sekaligus menikmatinya.
"Kakak Goat, bagaimana kalau malam ini juga kita ke sana melihat-lihat?"
Tam Goat Hua menggeleng kepala.
"Tidak boleh!"
Tercengang Lu Leng.
"Kenapa?"
"Orang buta tidak membedakan siang dan malang Lebih baik esok pagi saja kita ke sana."
Lu Leng manggut-manggut.
Mereka berdua lalu mencelat ke atas dahan pohon, kelihatannya ingin beristirahat di atas pohon itu.
Setelah mereka duduk, mendadak terdengar suara auman harimau di sekitar Lian Hoa Hong.
Suara auman harimau itu begitu ramai, pertanda banyak pula harimaunya.
Tam Goat Hua dan Lu Leng terkejut lalu saling memandang.
Sepeminum teh kemudian, suara auman harimau itu lenyap dan seketika suasana berubah menjadi sepi.
Kemudian terdengar lolongan srigala yang amat menyeramkan.
Akan tetapi, tak seberapa lama lolongan srigala itu pun lenyap dan suasana pun berubah menjadi hening, Tam Goat Hua dan Lu Leng terheran-heran.
Di saat bersamaan terdengar suara langkah yang disertai suara siulan aneh.
Semula mereka berdua mengira langkah orang, tapi setelah mendengar dengan seksama, jelas itu adalah suara langkah binatang yang berlari-lari, Tadi suasana di gunung itu mereka rasakan amat sepi, tapi kini berubah menjadi berisik karena munculnya berbagai macam suara binatang buas, Mereka sama sekali tidak tahu 1993 apa gerangan yang telah terjadi Berselang beberapa saat, tampak di kejauhan sekelompok monyet berlari-larian.
Sekelompok monyet itu terdiri dari dua ratusan ekor, semuanya berlari mati-matian dan tiada seekor pun yang berani memisahkan diri.
Tam Goat Hua dan Lu Leng tidak pernah menyaksikan kejadian seaneh itu, maka mereka terperangah dengan mulut ternganga lebar Mereka berdua memandang dengan penuh perhatian.
Di sisi monyet-monyet itu tampak beberapa sosok bayangan tinggi besar, berlari ke depan dan ke belakang, Begitu melihat ada monyet yang berpencar, mereka langsung menyeretnya ke dalam lagi.
Gerakan beberapa sosok bayangan itu amat cepat bagaikan kilat, setelah agak dekat, barulah terlihat jelas beberapa sosok bayangan itu ternyata monyet-monyet yang amat besar.
Di belakang monyet-monyet itu, tampak pula ratusan ekor kelinci, yang juga dijaga oleh monyet-monyet besar, Mereka terus berlari melewati Tam Goat Hua dan Lu Leng menuju puncak Lian Hoa Hong, dan tak lama sudah tidak kelihatan Berselang beberapa saat, terdengar lagi suara auman harimau dan lolongan srigala, yang disusul oleh suara-suara yang amat aneh, Namun tak lama kemudian, suara-suara itu pun lenyap lagi Tam Goat Hua dan Lu Leng menarik nafas lega, lalu saling memandang.
"Kakak Goat, kau tahu kenapa itu?""
Tanya Lu Leng.
"Rupanya monyet-monyet besar itu mengurung ratusan monyet kecil dan ratusan kelinci, untuk santapan harimau dan srigala."
Lu Leng manggut-manggut.
"Aku pikir juga begitu. Tapi bagaimana belasan monyet besar itu mengerti memelihara harimau dan srigala?"
Tam Goat Hua tertegun.
"Mungkinkah perbuatan keempat orang buta itu?"
Sahutnya kemudian. Lu Leng mengangguk "ltu memang mungkin Esok pagi kita ke sana harus bertambah waspada."
Tam Goat Hua tidak bicara apa-apa lagi, hanya manggut-manggut, lalu memejamkan matanya untuk beristirahat Tak seberapa lama, hari sudah mulai terang, Tam Goat Hua dan Lu Leng sama sekali tidak tidur, namun mereka berdua pun tidak bercakap-cakap, Berselang beberapa saat, Sang Surya sudah naik ke atas, Tam Goat Hua dan Lu Leng meloncat turun, lalu memetik buah hutan untuk mengisi perut, setelah itu barulah mereka menuju puncak Lian Hoa Hong, Semakin dekat dengan puncak itu, pemandangan semakin indah menakjubkan.
setelah Sang Surya bergantung di atas, membuat tempat itu berwarna keperak-perakan.
Ketika sudah mendekati puncak Lian Hoa Hong, Tam Goat Hua dan Lu Leng menghentikan langkahnya Mereka melihat sebuah batu besar berukir beberapa huruf "Siapa berani masuk lagi pasti mati."
Di samping batu itu terdapat setumpuk tulang-belulang manusia, Tulisan dan setumpuk tulang belulang itu kelihatan amat mengerikan Tam Goat Hua dan Lu Leng saling memandang, Walau mereka tidak berbicara, namun dari sorotan mata masing-masing, dapat diketahui bahwa mereka sudah tahu akan maksud pihak lain, Maju lagi ke depan mungkin akan terjadi hal-hal yang membahayakan! Kalau mereka terus maju, mungkin akan terjadi hal-hal yang membahayakan Keadaan itu mendesak mereka untuk saling mendekat Tentunya mereka tidak akan mundur karena tulisan dan setumpuk tulang belulang itu, bahkan terus maju, Belasan depa kemudian, di sisi kiri dan kanan terdapat batu-batu yang berbentuk aneh dan di tengah-tengah terdapat sebuah jalan Saat ini, mereka berdua amat tegang, sehingga bertambah waspada dan hati-hati.
Sampai di jalan itu, Lu Leng menghela nafas dan berkata, 1996
"Kakak Goat, tidak seharusnya aku mengajakmu ke mari "
Tam Goat Hua paham mengapa Lu Leng berkata begitu, karena tempat tersebut amat bahaya, tidak berbeda dengan istana Ci Cun Kiong.
"Apakah kau ingin seorang diri ke mari cari mati?"
Katanya sambil tersenyum getir, Lu Leng menarik nafas.
"Setelah aku mati, mungkin hatimu akan menjadi lebih lega."
Tam Goat Hua tertawa.
"Mungkin hanya aku yang mati, semua urusan akan menjadi beres!"
Walau dia tertawa, namun sepasang matanya kelihatan bersimbah air, kemudian menambahkan.
"Dalam hati pun tidak akan berduka lagi!"
Hati Lu Leng seperti tersayat mendengar kata-kata gadis itu.
"Kakak Goat, aku yang tidak baik..."
Katanya sambil menundukkan kepala. Tam Goat Hua tersenyum getir "Semua itu hanya nasib belaka, tiada yang tidak baik,"
Lu Leng berjalan dengan kepala tertunduk dan membungkam Badai cinta tersebut, entah kapan akan mereda? Apa yang dikatakan Tam Goat Hua memang benar, nasib telah mempermainkan mereka semua, sehingga muncul kekacauan yang menyebabkan keberantakan, Lu Leng teringat kembali akan kejadian di Cing Yun Ling Go Bi San.
Kalau tidak dikarenakan Liok Ci Khim Mo, walau dia amat berduka, namun masih ada cinta kasih Toan Bok Ang yang amat dalam, maka dia masih dapat mengisi kehampaan hatinya, Namun kini, Toan Bok Ang malah menjadi korban cinta, bahkan kehilangan sebelah lengannya, Lu Leng terus berjalan dengan kepala tertunduk sambil berpikir dan hatinya semakin berduka, Mendadak dia terkejut karena merasa tangan Tam Goat Hua menggenggam lengannya erat-erat.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lihatlah!"
Kata gadis itu, Lu Leng segera mendongakkan kepala memandang ke depan dan seketika hatinya terkejut bukan kepalang.
Mereka terus berjalan melewati batu-batu berbentuk aneh yang letaknya sudah mendekati puncak Lian Hoa Hong, Mulai terdengar pula suara air terjun, Tak jauh dari tempat itu terhampar tanah kosong cukup luas, Yang sangat mengejutkan mereka di sana tampak puluhan ekor harimau sedang mendekam Tampaknya harimau-harimau itu telah mengetahui akan kehadiran Tam Goat Hua dan Lu Leng, Sebab di antaranya ada yang meno!eh, menggoyang-goyangkan kepala dan mengibaskan ekor sambil menatap ke arah kedua muda-mudi itu.
"Kakak Goat, kita harus cepat mundur!"
Bisik Lu Leng yang menyadari adanya gelagat tak menguntungkan. Tam Goat Hua masih berdiri di tempat "Kalau kita mundur, jalanan di belakang kita amat sempit jika mereka mengejar, kita pasti celaka, Lebih baik kita memberanikan diri, terus maju."
Lu Leng memandang ke depan lagi sambil memutar pikirannya bagaimana caranya melewati hari-mau-harimau itu, Namun apa yang dikatakan Tam Goat Hua memang benar, kalau terpaksa mundur, tentunya lebih berbahaya, Berpikir sampai di situ, Lu Leng meluruskan golok pusaka Su Yang To ke depan, lalu melangkah Baru saja dia melangkah puluhan ekor harimau itu langsung mengaum serentak Suara mereka seakan mampu menggetarkan hati Lu Leng dan Tam Goat Hua.
"Kakak Goat, kita tidak boleh berpencar!"
Tam Goat Hua tahu urusan ini sangat berbahaya, Meskipun jika mengandalkan kepandaian mereka, menghadapi beberapa ekor harimau memang tidak masalah, namun kini jumlah binatang menggiriskan itu puluhan ekor Kalau bertindak ceroboh, akibatnya pasti dapat dibayangkan Mereka berdua segera berdampingan kemudian melangkah dengan hati-hati, Namun yang mengherankan, 1999 harimau-harimau itu cuma mengaum, posisi mereka seperti semula, sama sekali tidak berubah apalagi bergerak Hanya mata mereka yang seakan terus mengawasi Lu Leng dan Tam Goat Hua.
Tam Goat Hua dan Lu Leng tidak tahu apa sebabnya.
Dengan hati-hati sekali mereka berdua terus berjalan mendekat Tak lama, mereka sudah sampai di tengah-tengah tanah kosong itu, Mendadak terdengar suara siulan yang tak sedap didengar dari tempat yang tidak begitu jauh, Tam Goat Hua dan Lu Leng mendongakkan kepala memandang ke tempat itu.
Tampak seekor monyet hitam yang amat besar memekik.
Ternyata monyet hitam itulah yang mengeluarkan suara siulan.
"Hati-hati!"
Bisik Goat Hua yang tahu Lu Leng merasa keheranan melihat munculnya monyet itu.
Tam Goat Hua mengeluarkan sepasang rantai yang melekat di lengannya, sehingga terdengar suara gemerincingan.
Di saat bersamaan, mendadak terlihat dua ekor harimau menerkam ke arah Lu Leng! Tentu saja Lu Leng terkejut bukan kepalang.
Namun cepat-cepat dia melompat ke belakang sambil mengayunkan golok pusaka Su Yang To.
Tampak golok pusaka Su Yang To berkelebat dan tahu-tahu satu dari dua harimau telah menggeram keras-keras.
Darah segar muncrat mengenai pakaian Lu Leng, Ternyata golok Su Yang To telah menyambar kaki binatang buas itu, sedangkan seekor lagi terus menerkam Lu Leng menundukkan 2000 kepala sambil mengangkat golok pusaka Su Yang To ke atas.
seketika perut harimau itu tersobek.
Kelihatannya gampang sekali Lu Leng mengatasi kedua harimau itu.
Keduanya roboh dan tewas oleh senjata pusaka miliknya Setelah kedua harimau itu roboh binasa, yang lain langsung mengaum serentak.
Tampak empat ekor harimau menerkam ke arah mereka, Lu Leng yang tidak sempat menengok ke arah Tam Goat Hua, dapat mendengar suara gemerincingan rantai yang melekat di lengan gadis itu.
Maka dia tahu Tam Goat Hua sudah mulai bertarung melawan harimau-harimau itu.
"Kakak Goat, kau tidak apa-apa? tanyanya lantang tetap tanpa menoleh karena harus berwaspada menghadapi harimau yang menerkamnya.
"Aku tidak apa-apa! Kau tidak usah mencemaskanku!"
Sahut Tam Goat Hua sambil sibuk mengerahkan kemampuannya mengatasi kedua harimau lawannya Ketika Lu Leng bertanya, dia pun berkelit menghindari terkaman harimau itu dan melancarkan sebuah pukulan, pukulannya menghantam bagian kepala harimau yang menerkam.
Maka harimau itu terguling-guling, kemudian tak bergerak lagi, tewas! Lu Leng segera memutar-mutarkan golok pusaka Su Yang To melindungi diri, lalu menengok ke arah Tam Goat Hua.
Di sisi gadis itu terdapat tiga ekor harimau yang telah mati, sedangkan sepasang rantainya masih terus berputar-2001 putar menghantam beberapa ekor harimau yang menerkamnya.
Lu Leng segera menarik nafas dalam-dalam, kemudian badannya mencelat ke atas, Ketika badannya mencelat ke atas, tampak dua ekor harimau menerkam ke arahnya.
Tampaknya Lu Leng memang sengaja menarik perhatian harimau-harimau itu, agar gampang membunuhnya.
Salah seekor yang menerkam duluan sudah terkena tendangan Lu Leng, tepat mengena kepalanya, * * * * Bab 94 Harimau itu terpental dengan kepala pecah dan roboh, Nyawanya pun lepas seketika.
Namun terkaman harimau kedua justru membuat Lu Leng sempat kelabakan.
Buru-buru menarik nafas dalam-dalam dan mendadak badannya melambung ke atas, Beberapa kali dia berjungkir balik sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah kepala harimau itu.
Plak! Pukulan yang dilancarkan Lu Leng menghantam kepala harimau, hingga makhluk menggiriskan itu ambruk seketika dengan kepala pecah, Melihat lawannya tak berkutik Lu Leng merasa lega, Namun, perasaan lega itu hanya sekejap karena ketika dia melihat ke arah bawah hatinya langsung terkejut ternyata di 2002 bawah terdapat belasan ekor harimau sedang menunggunya dengan mulut terbuka Iebar-!ebar Kalau tubuhnya merosot ke bawah, pasti belasan harimau itu akan mencabik-cabiknya, Setelah menyaksikan itu, Lu Leng segera menarik nafas untuk menghimpun hawa murni, sementara tubuhnya sudah merosot terus ke bawah, Tiba-tiba begitu dekat dengan kawanan binatang buas itu kaki kanan Lu Leng menginjak punggung salah satu harimau.
Secepat kilat dia mengerahkan Gin-kangnya, Maka dengan bertumpu pada kaki kanan yang menginjak punggung harimau itu tubuhnya mencelat ke atas, Beberapa kali tubuhnya melakukan salto, berjungkir balik di udara, kemudian meluncur cepat dan mendarat dengan ringan di tempat yang cukup jauh dari kawanan harimau itu, Saat itulah Lu Leng memperoleh kesempatan mencabut senjatanya, Maka ketika seekor harimau mendadak menerjang ke arahnya, Lu Leng langsung melompat menaiki punggungnya dengan kaki menjepit kuat, Maka harimau-hari mau yang seperti sudah haus darah itu tiba-tiba berlompatan memburunya, Raungan dan geraman keras terdengar semakin menggiriskan, Lu Leng tanpa membuang-buang waktu lagi langsung membabatkan goloknya.
seketika itu juga erangan keras terdengar seperti bersahutan, Darah muncrat membanjiri tanah di sekitar tempat pertarungan aneh itu, Beberapa harimau tampak bergelimpangan dengan tubuh tak utuh lagi, Berlumuran darah dan tewas! Merasa girang akan keberhasilannya merobohkan beberapa lawan sekaligus Lu Leng berseru.
"Kakak Goat, cepat naik ke punggung salah seekor harimau!"
Tam Goat Hua saat itu masih bertarung dengan harimau-harimau yang menerkam ke arahnya, Ketika Lu Leng berseru, gadis itu menoleh melihat Lu Leng duduk di atas punggung harimau sambil membabatkan goloknya ke arah harimau-harimau lain, Melihat itu, Tam Goat Hua segera meloncat ke arah punggung harimau yang menerkam ke arahnya, Gadis itu berhasil duduk di atas punggung harimau itu, lalu mengayunkan sepasang rantainya ke arah harimau-harimau lain, Maka beberapa ekor harimau pun terhantam rantai miliknya.
Bergelimpangan jatuh dan tewas.
Ketika hampir mendekati Lu Leng, mendadak harimau yang dinaikinya itu, menjatuhkan diri berguling-guling di tanah.
perubahan tersebut amat mengejutkan Tam Goat Hua, Dia langsung meloncat turun, Namun baru saja kedua kaki gadis itu mendarat di tanah tiba-tiba pula dua ekor harimau langsung menerkam, Melihat hal itu Tam Goat Hua cepat mengayunkan sepasang rantainya.
"Praak! Prakk! Segulung rantai itu menghantam kepala dua ekor harimau. Darah pun mengalir Kedua harimau mengenai Ambruk dan tewas seketika! Akan tetapi saat bersamaan tampak seekor harimau menerkam ke arahnya. Tam Goat Hua kembali langsung mengayunkan rantainya sambil sedikit mendoyongkan tubuhnya, Wutt! Prak! Kepala harimau itu pecah, Namun karena tadi tempatnya cukup tinggi harimau itu roboh menindihi Tam Goat Hua. Tentu saja hal itu membuatnya kelabakan Sebab, ketika dia hendak menggeser badannya seekor harimau sudah mendekatinya sambil membuka mulutnya lebar-Iebar, Tam Goat Hua sempat terkejut Namun cepat-cepat dikerahkan ilmu peringan tubuhnya untuk melenting ke atas dengan mengandalkan kedua telapak tangannya menekan ke tanah, seketika tubuhnya mencelat ke atas sehingga terhindar dari serangan harimau itu. Sambil mencelat ke atas, Tam Goat Hua mengayunkan rantai besinya menghantam kepala harimau itu, Harimau besar itu sempoyongan lalu roboh dan tewas dengan kepala remuk. Semua kejadian itu tak lepas dari pandangan mata Lu Leng, Begitu Tam Goat Hua lolos dari bahaya, pemuda itu segera melesat menghampiri sambil mengayunkan golok pusaka Su Yong To, melindungi dirinya sendiri dan Tam Goat Hua.
"Kakak Goat, tadi aku kaget setengah mati!"
Ujar Lu Leng sambil terus sibuk mengawasi harimau-harimau itu.
"Mari kita maju bersama ke depan!"
Ajak Tam Goat Hua, Tanpa buang-buang waktu Lu Leng mengayun dan membabatkan golok Su Yang To.
sementara Tam Goat Hua pun terus mengibas-ngibaskan rantainya, Keduanya bergerak serentak ke depan, puluhan ekor harimau itu tinggal separuh jumlahnya, Mereka berdua terus menghantam dan bergerak keluar dari kepungan, Meskipun harus bekerja keras dan hati-hati, kedua muda-mudi itu akhirnya berhasil menerjang keluar dari kepungan harimau-harimau itu, Mereka berlari dan terus berlari.
Sampai di sebuah puncak kecil, hampir tidak terdengar suara auman harimau.
Mereka menarik nafas lega, Keduanya berhenti Saat itu mereka baru menyadari bahwa tubuh masing-masing telah terluka, tercabik dan tergores kuku-kuku harimau.
Baik Lu Leng maupun Tam Goat Hua tak terhindar dari luka-luka cakaran harimau, Di beberapa bagian tubuh mereka tampak mengalir darah.
Bahkan wajah Tam Goat Hua yang cantik jelita itu ternoda oleh darah.
"Kita harus mencari sungai untuk mencuci muka!"
Ujar Lu Leng setelah keduanya sama terdiam sesaat Tam Goat Hua menggeleng kepala.
"Tidak usah. semalam kita mendengar suara harimau dan srigala, Kita baru saja melewati kepungan harimau, namun belum menghadapi gerombolan srigala!"
Lu Leng manggut-manggut.
Benar juga apa yang dikhawatirkan Tam Goat Hua, pikirnya semalam mereka memang mendengar suara harimau dan lolongan srigala, Dia jadi tercenung, Matanya memandang ke depan Tampak sebuah jalan setapak yang menuju ke sebuah rimba.
Melewati rimba itu jalan akan sampai di puncak Lian Hoa Hong.
Kemudian pemuda itu menoleh ke arah Tam Goat Hua.
"Kakak Goat, kalau ada gerombolan srigala, tentu mereka bersembunyi di rimba itu!"
Tam Goat Hua menyahut "Aku pikir tidak, sebab srigala tidak bisa memanjat pohon, kurasa tidak akan bersembunyi di dalam rimba itu!"
"Kalau begitu, mari kita memasuki rimba itu!"
Tam Goat Hua tidak menolak, Maka dia segera melesat mengikuti Lu Leng ke arah rimba itu.
Tak seberapa lama mereka sudah memasuki rimba, Suasana terasa sunyi dan sepi, Dengan aman mereka melewati rimba.
Kini keduanya harus melewati hamparan tanah sangat luas yang dipenuhi semak dan rerumputan yang tingginya melebihi tubuh manusia, setelah melewati tanah datar itu tampak sebuah jalan kecil menuju ke puncak Lian Hoa Hong, Di puncak Lian Hoa Hong terdapat empat buah rumah batu, Dan di kanan-kiri rumah-rumah batu tampak belasan buah rumah gubuk yang bentuknya aneh, Atapnya amat tinggi ttdak selayaknya rumah tempat tinggal manusia, Tam Goat Hua dan Lu Leng memandang sejenak, Mereka tidak tahu apa gunanya rumah gubuk tinggi itu.
"Kemungkinan besar gerombolan srigala bersembunyi di rerumputan itu!"
Ujar Tam Goat Hua dengan suara rendah seraya menunjuk ke arah rerumputan itu. Lu Leng berkata.
"Kalau begitu, mari kita menerjang ke sana! Kita bisa menerjang keluar dari kepungan harimau, lalu apa yang ditakutkan!"
"Kelihatannya gerombolan srigala lebih banyak dari harimau, Lagi pula rerumputan itu amat tinggi dan lebat, aku pikir sulit bagi kita melewatinya!"
Lu Leng mengerutkan kening.
"Lalu apa akal kita? Kita tetap harus menerjang ke sana untuk bisa sampai di puncak Lian Hoa Hong, tempat tinggal keempat orang buta itu!"
Ucapan Lu Leng membuat hati Tam Goat Hua semakin tak sabaran, Gadis itu memandang ke depan, Rerumputan liar itu sebagian besar sudah kuning layu, setelah memandang sejenak, Tam Goat Hua mencabut sebatang rumput, kemudian dilempar ke atas, Seketika rumput itu terhembus angin ke arah puncak Lian Hoa Hong.
Menyaksikan itu, girang lah hati Tam Goat Hua.
"Sudah ada akal, bakar rerumputan itu!"
Ujarnya kemudian sambil tersenyum.
Begitu mendengar apa yang dikatakan Tam Goat Hua, Lu Leng pun tersenyum gembira, Mereka pun segera membuat belasan obor dari rumput kering.
Setelah dinyalakan langsung dilempar ke arah rerumputan.
sebelum rerumputan itu terbakar Tam Goat Hua dan Lu Leng segera melesat pergi menuju ke puncak kecil, Dari atas puncak bukit itu mereka memandang ke bawah.
Api menyala dari empat penjum Dan karena saat itu angin berhembus kencang, api yang membakar begitu cepat menjalar dan berkobar hebat Api dan kepulan asap tebal bergerak cepat tertiup angin ke arah puncak Lia Hoa Hong.
Lu Leng tertawa menyaksikan hal itu.
Apalagi ketika dari jauh tiba-tiba terdengar pekikan-pekikan aneh mirip suara siulan Beberapa ekor monyet berbulu hitam tampak berhamburan panik dan kebingungan sementara itu juga dari kepulan asap tebal terlihat puluhan bahkan ratusan ekor srigala berlari ketakutan dari puncak itu.
Mereka melo!ong menjerit-jerit.
Namun mereka terjebak.
Terbakar kobaran api yang menyala hebat, Tak lama kemudian telah bergelimpangan srigala mati terbakar Empat ekor monyet hitam masih memeluk ketakutan Namun tak lama monyet-monyet itu berlarian ke arah puncak Lia Hoa Hong, Tam Goat Hua dan Lu Leng menunggu sejenak untuk meyakinkan kalau gerombolan srigala tidak kembali ke sana, Ketika tidak melihat srigala-srigala itu lari ke puncak asalnya, barulah keduanya turun dari bukit tempatnya mengawasi keadaan Sampai di tempat yang terbakar itu, Lu Leng menghampiri srigala yang mati, Ternyata dia mengambil dua potong paha srigala.
"Kalau terus ke depan kita akan sampai di sungai keciL Kita cuci sebentar, ini merupakan hidangan yang amat lezat!"
"Benar juga!"
Sahut Tam Goat Hua tertawa.
"Kakak Goat, dilihat dari keadaan tadi, srigala-srigala itu berjumlah ratusan lebih. Untung kau mendapatkan gagasan bagus ini, Kalau tidak, rasanya tak mungkin kita mampu menghadapi kalau mereka menyerbu kita."
Sejak tadi Lu Leng telah berpikir, kedatangan mereka ke puncak Lian Hoa Hong, tentunya akan mengalami berbagai kejadian yang menegangkan Bisa jadi akan membuat Tam Goat Hua melupakan peristiwa dulu yang menyedihkan Namun Lu Leng tidak berani berharap Tam Goat Hua akan berbalik mencintainya.
Asa! Tam Goat Hua bisa melupakan kejadian yang menyedihkan itu, hati Lu Leng sudah merasa puas sekali Namun Tam Goat Hua ternyata tidak seperti yang diharapkan Gadis itu mengucapkan kata-kata hambar, membuat Lu Leng jadi gelisah.
Setelah Tam Goat Hua menyahut dengan hambar, Lu Leng tidak banyak bicara lagi.
Dia langsung berjalan dengan kepala tertunduk Tak seberapa lama, mereka berdua sudah sampai di pinggir sebuah sungai kecil Walau keadaannya cukup dalam, namun tampak airnya amat jernih.
Lu Leng mulai mencuci paha srigala ke air sungai Tam Goat Hua ikut berjongkok untuk membasuh mukanya yang kotor dan ternoda darah, Lu Leng pun mencuci mukanya, setelah itu berdiri.
Namun, mendadak saja dia membalikkan badannya kembali dengan mata membelalak lebar, Dia terkejut bukan main karena kedua paha srigala tadi hilang! "Kakak Goat, ada kejadian aneh!"
Serunya dengan mata jelalatan.
"Kejadian aneh apa?"
Sahut Tam Goat Hua balik bertanya, 2010 Lu Leng menunjuk ke tanah tempat tadi dia menaruh paha srigala.
"Kau lihat, kedua paha srigala entah hilang ke mana?"
Tam Goat Hua segera menoleh, Gadis itu pun terkejut "Aneh! Apakah ada orang ke mari?"
Lu Leng mengerutkan kening.
"Kurasa tidak! Kalau ada orang ke mari, kenapa hanya mencuri kedua paha srigala saja, tidak membokong kiu?"
Ketika mereka berdua terheran-heran, mendadak terdengar suara mencurigakan di belakang, seperti suara batu yang pecah, Keduanya langsung saja menoleh ke belakang.
seketika itu mereka tersentak bukan main.
Ternyata di belakang mereka terdapat dua ekor kepiting raksasa berwarna hitam mengkilap, sebesar tong air! Yang benar-benar membuat Lu Leng dan Tam Goat Hua merasa tak habis pikir, satu dari dua kepiting itu mampu menghancurkan sebuah batu dengan japitnya, Betapa kuat tenaga yang dimiliki kepiting itu? "Kedua paha srigala pasti sudah disantap oleh kedua ekor kepiting raksasa itu!"
Tam Goat Hua segera menarik Lu Leng.
"Cepat meloncat ke seberang!"
Lu Leng dan Tam Goat Hua meloncat ke se-berang, Sampai di seberang sungai, barulah mereka berlega hati, menyaksikan kedua ekor kepiting raksasa itu mulai merayap pergi "Kakak Goat, kalau kedua kepiting raksasa itu menyerang kita, sulit sekali bagi kita melawan!"
Tam Goat Hua mengernyitkan kening, sepertinya dia memikirkan kejadian aneh ini.
"Heran, dua kepiting raksasa muncul di sini, ini pasti punya hubungan dengan keempat orang buta itu. Tapi..., kenapa tidak menyerang kita?"
Gumam gadis itu.
Lu Leng terdiam.
Dalam hati dia pun merasa heran dan tak mengerti Dua kepiting besar seperti itu tahu-tahu muncul dan mencuri paha srigala miliknya Namun mendadak saja terdengar suara siulan aneh berasal dari tempat yang jauh.
Kedua ekor kepiting raksasa yang sudah merayap pergi tiba-tiba berhenti, kemudian dengan cepat membalik dan kembali merayap ke arah sungai sepertinya kedua kepiting itu hendak menyeberang, Tentu saja Tam Goat Hua dan Lu Leng tersentak bukan main.
Dugaan Tam Goat Hua ternyata benar.
Kedua kepiting raksasa sudah turun ke sungai kecil Tak seberapa lama sudah muncul di pinggir seberang, tempat Tam Goat Hua dan Lu Leng berada, Namun anehnya binatang raksasa itu ternyata hanya berdiam di pinggir sungai sementara Tam Goat Hua dan Lu Leng sudah siap waspada ka!au-kalau kedua kepiting itu menyerang mereka.
Begitu melihat kedua ekor kepiting raksasa diam di pinggir sungai, mereka berdua tercengang lagi Namun mendadak pula terdengar suara pekikan monyet hitam.
Tampak kedua kepiting raksasa masih tetap diam.
Tam Goat Hua dan Lu Leng mulai mundur Tiba-tiba kedua kepiting raksasa itu merayap cepat ke arah mereka, Lu Leng segera mengeluarkan golok pusaka Su Yang To, siap membacok kedua kepiting raksasa itu.
"Tunggu!"
Teriak Tam Goat Hua seraya memegang lengan Lu Leng, Tentu saja Lu Leng menjadi heran dengan apa yang dilakukan gadis itu.
"Kakak Goat...,"
Mendadak kedua kepiting raksasa berhenti, sepasang japit mereka diangkat ke atas, Lu Leng terheran-heran, mengapa kedua kepiting raksasa itu berhenti lagi tidak menyerang mereka? Tam Goat Hua berkata dengan suara rendah.
"Apakah kau tidak melihat? Kedua kepiting itu tidak berani mendekati kita, Walau monyet hitam terus memekik, kedua binatang ini justru kelihatannya pantang terhadap kita!"
Lu Leng terpaksa diam, Sudah beberapa kali Tam Goat Hua memperlihatkan ketajaman pengamatanku Lu Leng tak bisa membantah.
Hanya, dia tetap merasa heran dalam hati Kedua kepiting raksasa agaknya sudah berusia ratusan tahun.
Kulitnya keras bagaikan batu, sedangkan sepasang japitnya, tadi disaksikan sendiri oleh Lu Leng dan Tam Goat Hua, mampu meremukan batu! Betapa kuatnya kedua kepiting raksasa itu.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang membuat hati Lu Leng bertanya-tanya, mengapa mereka kelihatan agak takut pada Tam Goat Hua dan Lu Leng? Tam Goat Hua dan Lu Leng tetap mundur Maka kedua kepiting itu pun bergerak maju, Apabila mereka berdua berhenti, kedua kepiting raksasa pun tidak berani merayap maju, ikut berhenti Akhirnya Tam Goat Hua dan Lu Leng sampai di sebuah pelataran batu yang berbentuk bundar.
Kedua kepiting raksasa itu pun sampai tak jauh dari Lu Leng dan Tam Goat Hua.
Hari sudah mulai senja, Cahaya matahari yang kemerahmerahan membuat pemandangan jadi amat indah menakjubkan.
Terdengar suara air terjun yang memekakkan telinga, sehingga kalau berbicara sulit untuk dapat didengar lawan bicaranya, Kini barulah disadari oleh Lu Leng akan kehebatan keempat orang buta yang telah merebut Panah Bulu Api itu.
Mereka buta, tetapi memiliki pendengaran yang sangat tajam, Keempatnya tentu sudah lama tinggal di tempat ini.
Secara tidak langsung telinga mereka terlatih untuk dapat membedakan suara dalam tempat bising ini.
Tam Goat Hua dan Lu Leng berada di atas pelataran batu.
Mereka berdiri berhadapan dengan kedua kepiting raksasa, Sama sekali keduanya tidak berani mundur.
Namun dalam hati masing-masing sudah mengambil keputusan, begitu tiba di depan rumah batu, mereka berdua akan menyerang ke dalam secara mendadak, agar keempat orang buta itu tidak punya kesempatan mengelak Tidak lama kemudian Lu Leng dan Tam Goat Hua mundur lagi, Kira-kira tujuh-delapan depa, mereka merasa ada hawa 2014 panas di belakang, Keduanya merasa terkejut Dengan cepat mereka langsung membalikkan tubuh.
Mata mereka membeliak ketika di depan tampak sosok bayang hitam.
Belum juga dapat melihat jelas, tahu-tahu tubuh mereka sudah dipeluk erat-erat.
Betapa terkejutnya Tam Goat Hua dan Lu Leng karena mendadak saja tubuh mereka telah terjepit rangkulan sangat kuat Keduanya meronta sekuat tenaga, tetapi tetap tak mampu melepaskan diri Cepat-cepat mereka mengerahkan hawa murni untuk melawan, Dan baru saat itulah terlihat jelas makhluk yang merangkul mereka hingga tak mampu bergerak Ternyata dua ekor orang hutan berbulu hitam dan sangat besar Sekujur badan orang hutan itu menyebarkan bau amis, Tam Goat Hua dan Lu Leng berusaha melepaskan diri, tapi pelukan orang hutan itu malah bertambah kuat, Akhimya keduanya putus asa, tak tahu harus bagaimana caranya melepaskan diri, Mendadak kedua orang hutan itu mengangkat badan mereka dan dibawa menuju ke arah jurang, Tampaknya kedua orang hutan itu ingin melempar mereka berdua ke dalam jurang, Tam Goat Hua dan Lu Leng berusaha tenang, Dan mendadak secara serentak keduanya berteriak.
"Tendang!"
Secepat itu pula Tam Goat Hua dan Lu Leng melancarkan tendangan ke perut orang hutan dengan sekuat tenaga, Tendangan itu membuat orang hutan sama terpekik kesakitan Sebuah tendangan dahsyat yang sangat kuat.
Kepala harimau 2015 saja hancur oleh tendangan mereka.
Namun kedua orang hutan itu memang bukan makhluk sembarangan Kecuali bulu-bulunya sangat lebat, kulitnya pun tebal sehingga mendapat tendangan keras dari Lu Leng dan Tam Goat Hua keduanya tampak hanya sempoyongan beberapa langkah saja, Mendapati hal itu, Lu Leng semakin cemas dan khawatir Dia berseru ke arah Tam Goat Hua.
"Kakak Goat, terus tendang!"
Sambil berteriak Lu Leng terus menendang perut orang hutan yang mengangkat badannya, Berulang-ulang dia terus melancarkan tendangan dengan mengerahkan tenaga dalamnya, sementara orang hutan itu, meskipun dengan sempoyongan menahan tendangan keras Lu Leng, terus melangkah menuju ke tepi jurang, Ternyata tidak sia-sia apa yang dilakukan Lu Leng, Belum juga sampai di tepi jurang, orang hutan itu terpekik kesakitan Tubuhnya terkulai jatuh.
Di saat bersamaan, orang hutan yang mengangkat badan Tam Goat Hua pun sudah jatuh.
Lemas dan kesakitan oleh tendangan bertubi-tubi yang dilancarkan gadis itu.
Meskipun menahan rasa sakit dan sudah terkulai, kedua binatang mirip manusia itu masih juga merangkul erat-erat tubuh Lu Leng dan Tam Goat Hua, Lu Leng meronta sekuat tenaga, namun tetap tidak bisa melepaskan diri.
sementara si orang hutan sendiri tidak mampu bangun, hanya berguling-gulingan di tanah.
Beberapa kali Lu Leng tertindih tubuh orang hutan itu, nyaris membuatnya tak bernafas.
Makhluk menggiriskan itu terus berguling hingga mendekati pinggir jurang, Dan saat itulah tiba-tiba muncul gagasan dalam benak Lu Leng, Ketika badannya menghadap tanah, cepat-cepat Lu Leng membuka mulut menggigit sebuah batu kecil, Kemudian dikerahkan hawa murninya Untuk menyemburkan batu di mulutnya ke arah tenggorokan si orang hutan Slakk! Batu itu menembus tenggorokan orang hutan.
Maka sambil menjerit-jerit kesakitan orang hutan itu melepaskan Lu Leng, Begitu terlepas, Lu Leng langsung meloncat menjauhinya, Dia segera menoleh, melihat Tam Goat Hua dan orang hutan yang memeluknya sudah berada di pinggir jurang, Kalau sepasang kaki gadis itu tidak menggaet sebuah batu, dia pasti sudah jatuh ke dalam jurang bersama orang hutan yang mendekapnya.
Lu Leng melesat ke sana sambil mengayunkan golok pusaka Su Yang To ke arah kepala orang hutan itu, Serrt! Seketika leher orang hutan itu putus tertebas golok pusaka milik Lu Leng.
Kepalanya entah terlontar ke mana, sementara tubuhnya yang besar dan berbulu hitam itu berkelojotan beri umur darah.
sementara itu pula Tam Goat Hua sudah lepas dari rangkulannya.
"Adik Leng, bagaimana kau bisa menghadapi orang hutan itu?"
Tanya Tam Goat Hua begitu terlepas dari rangkulan tangan orang hutan, Sejak mereka berdua meninggalkan kuil tua, baru pertama kali Tam Goat Hua memanggilnya "Adik Leng", Tentu saja membuat Lu Leng kaget bercampur gembira.
"Akalku agak licik,.,"
Sahut Lu Leng sambil tersenyum.
Lu Leng memberitahukan apa yang telah dilakukannya terhadap orang hutan itu.
Lalu dia menunjuk mulut si orang hutan, Tuh kan! Bibirnya sudah pecah! ujarnya sambil tertawa.
Tiba-tiba Tam Goat Hua menjulurkan tangannya ingin membersihkan noda darah di bibir Lu Leng, Namun mendadak pula tangan itu terhenti sebelum menyentuh bibir Lu Leng, Lu Leng tahu, gadis itu masih menaruh perhatian padanya.
Dalam hati dia merasa gembira, Namun ketika tangan Tam Goat Hua berhenti, hatinya pun jadi dingin, Tam Goat Hua menghela nafas panjang, kemudian membalikkan badannya "Kakak Goat...!"
Panggil Lu Leng yang tak memahami sikap gadis itu. Belum juga usai ucapan Lu Leng, Tam Goat Hua sudah membalikkan badannya dengan mata menatap tajam.
"Jangan banyak bicara lagi!"
Lu Leng sebenarnya ingin mengatakan sesuatu lagi kepada Tam Goat Hua, Namun, mendadak saja dia tersentak kaget Telinganya dapat mendengar ada suara tawa dingin di belakang.
Suara air terjun bergemuruh Namun suara tawa dingin itu sepertinya menerobos ke dalam telinga mereka berdua, ini menandakan kalau orang yang mengeluarkan suara tawa dingin itu memiliki Lwee-kang yang sangat tinggi.
Tam Goat Hua dan Lu Leng segera membalikkan badan.
Tampaklah empat orang buta berdiri di depan rumah batu, Di sisi mereka masing-masing berdiri pula orang hutan berbulu hitam mengkilap, memegang sebatang toya besi yang bergerigi-gerigi.
Bagian 46 Salah seorang dari keempat orang buta tiba-tiba tertawa lagi.
"Kalian dapat menerjang sampai di sini, sungguh amat luar biasa!"
"Siapa kalian berdua?"
Tanya orang buta yang lainnya, Lu Leng menarik nafas dalam dalam lalu menyahut "Cianpwee berempat.."
Belum usai Lu Leng menyahut keempat orang buta itu sudah tertawa gelak.
"Ternyata adalah kau, bocah yang tak tahu diri!"
Lu Leng menyahut dengan suara dalam.
"Tidak salah, memang aku! Untuk apa kalian menghendaki Busur Api? Lebih baik berikan padaku!"
Keempat orang buta itu tertawa aneh, Dan mendadak saja mereka menggerakkan tongkat bambu ke atas hingga mengeluarkan suara berdecit, Keempat ekor orang hutan yang berdiri di sisi mereka, langsung memekik sambil mendekati Lu Leng dan Tam Goat Hua.
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua jadi tercengang.
"Eh? Kenapa mereka berempat tidak mau turun tangan sendiri?"
"ltu pasti karena suara gemuruh air terjun yang mengganggu pendengaran mereka, Maka mereka tidak mau turun tangan!"
Keduanya hanya berbicara beberapa patah kata sebab keempat ekor orang hutan sudah berada di hadapan mereka, Tam Goat Hua dan Lu Leng segera mundur, sedangkan keempat ekor orang hutan berpencar mengambil posisi mengepung keduanya. Lu Leng berbisik.
"Kakak Goat, kita tidak boleh berpencar!"
Usai berkata, Lu Leng segera memutar badannya dengan punggung menempel di punggung gadis itu, Saat bersamaan, salah satu orang hutan memekik keras, lalu mengayunkan toya besi bergerigi ke arah kepala Lu Leng! Ketika melihat toya besi bergerigi meluncur ke kepalanya, Lu Leng terkejut sekali.
Dia tahu orang hutan ini tidak sembarangan dalam mengayun toya besinya, Sebab tentu dia sudah sangat terlatih.
Kalau tidak berhati-hati menghadapi orang hutan itu, dirinya pasti celaka, Apalagi jika terhantam oleh toya besi bergerigi itu, nyawanya akan melayang .
Semula Lu Leng ingin menghadapi keempat ekor orang hutan itu bersama Tam Goat Hua, dengan cara saling membelakangi seperti itu, Namun dari keadaan barusan Lu Leng menyadari kalau keinginan itu tak mungkin dilakukan Toya besi bergerigi itu amat panjang, tidak hanya mengarah kepalanya, melainkan juga ke arah kepala Tam Goat Hua.
Maka kalau punggungnya tetap menempel pada punggung Tam Goat Hua pasti akan celaka.
Oleh karena itu, dia segera berkelit ke samping, Belum juga dia berdiri tegak, salah satu orang hutan sudah menyerangnya dari belakang, Lu Leng cepat-cepat berputar ke belakang salah satu orang hutan itu, lalu menyerang dengan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba).
Orang hutan itu memang telah digembleng dengan ilmu silat, lagi pula bertenaga besar, namun tetap saja tak dapat disejajarkan dengan orang yang berkepandaian tinggi, 2021 serangan yang dilancarkan Lu Leng amat cepat, Hal itu membuat si orang hutan tidak dapat berkelit Mafca tak ampun lagi golok Su Yang To yang dibabatkan Lu Leng menyambar pinggangnya Orang hutan itu memekik kesakitan Namun dia langsung memutar-mutarkan toya besi bergerigi ke arah Lu Leng.
Lu Leng mencelat ke belakang, tapi salah seekor orang hutan menyerangnya dari samping, Maka diputarkan badannya dan langsung melompat hingga serangan orang hutan itu jatuh di tempat kosong.
Karena serangan gagal, orang hutan itu menggeram.
Lu Leng menengok ke arah Tam Goat Hua.
Gadis itu ternyata telah berhasil melukai salah satu orang hutan, sementara orang hutan yang tersabet golok pusaka Su Yang To, terus mengucurkan darah dari lukanya, sehingga akhirnya terkulai lemas di tanah.
sedangkan Tam Goat Hua terus bertarung dengan dua ekor orang hutan, Tampak sepasang rantai besinya berkelebat ke sana ke mari menyerang kedua lawannya yang menggiriskan itu.
* * * * Bab 95 Lu Leng tahu luka orang hutan itu cukup parah, Darah tampak terus mengucur dari pinggangnya yang terluka parah, Dia yakin orang hutan itu pasti mati karena kehabisan darah, Namun sementara itu Tam Goat Hua tampak dalam bahaya, sebab senjata miliknya agak kurang leluasa melawan kedua orang hutan itu.
Tentu hal itu mencemaskan Lu Leng.
Dia harus segera menghabiskan orang hutan yang masih menyerangnya, untuk kemudian cepat membantu Tam Goat Hua.
Setelah mengambil keputusan tersebut, badan Lu Leng terus berputar mengitari orang hutan yang menyerangnya, Gerakannya itu membuat orang hutan pusing tujuh keliling.
Mungkin karena marah, orang hutan itu memekik dan menggeram keras.
Ketika Lu Leng berhenti, orang hutan itu langsung mengayunkan toya besi bergerigi ke arahnya, itu yang dikehendaki Lu Leng, Ketika orang hutan itu mengayunkan toya besi bergerigi, Lu Leng juga mengayunkan golok pusaka Su Yang To ke arah lengan lawannya, Golok pusaka Su Yang To bergerak lebih cepat, hingga sekejap saja terdengar suara, Crass! Seketika pekik kesakitan memecah suasana, Ternyata lengan kiri orang hutan itu telah buntung, Darah merah mengucur deras, Ketika Lu Leng baru mau menusuk perut orang hutan itu, mendadak terdengar suara berdentang dua kali Apalagi kalau bukan suara dari benturan senjata? Menyusul terdengar suara jeritan Tam Goat Hua.
Mendengar suara jeritan itu hati Lu Leng tersentak kaget Begitu menoleh ke arah Tam Goat Hua, tahulah dia apa yang telah terjadi.
Ternyata sepasang rantai Tam Goat Hua melingkar pada kedua batang toya besi bergerigi, sedangkan kedua orang 2023 hutan menyentakkannya sekuat tenaga, Tubuh Tam Goat Hua melayang ke atas mulut jurang.
Menyaksikan itu, keringat dingin mengucur di sekujur badan Lu Leng karena cemas dan tegang, Namun dalam sekejap dia tak tahu harus berbuat apa.
Mendadak saja Lu Leng melesat dengan cepat Namun seketika dia merasakan bahunya sakit Kini dia baru ingat, di belakangnya terdapat seekor orang hutan yang tadi sebelah lengannya sudah kutung.
Lu Leng menoleh ke belakang ternyata bahunya telah dicengkeram oleh lengan kanan orang hutan itu, Tanpa banyak pikir lagi dia langsung mengibaskan golok pusaka Su Yang To ke belakang, lalu melesat ke depan, Tetapi saat itu badan Tam Goat Hua sudah mulai merosot ke bawah jurang, Terdengar suara seruannya yang memilukan.
"Adik Leng...!"
Lu Leng yang mendengar suara seruan itu hanya berdiri termangu Dia tampak bingung, Bingung, hendak memberi pertolongan tetapi bahunya masih tercengkeram kuat tangan orang hutan yang telah buntung oleh goloknya, Dia meringis kesakitan karena kuku yang amat tajam menembus bahunya, Lu Leng segera mencabutnya dan dibuang ke bawah, Darah mengucur deras, namun tidak dihiraukan-nya karena hatinya tersayat menyaksikan Tam Goat Hua jatuh ke dalam jurang.
Rasa sakit yang hebat itu tidak dirasakannya, Dia langsung menerjang ke arah kedua orang hutan.
Bertubi-tubi dia menyerang kedua orang hutan itu dengan Thian Hou Sam Sek (Tiga jurus Harimau Langit), Tampak golok pusaka Su Yang To berkelebat-kelebat ke arah kedua orang hutan itu, Cess! Crass! Cesss! Kedua orang hutan itu mati secara mengenaskan.
Kepalanya terbang entah ke mana, sementara badan mereka terpotong-potong tidak karuan bentuknya, Lu Leng mundur selangkah Dia menarik nafas dalam-dalam sambil memandangi pakaiannya yang berlumur darah.
Kemudian tanpa menghiraukan keadaan dirinya yang terluka di sana-sini pada bagian tubuhnya, Lu Leng membentak dengan sengit "Orang buta jahanam! Aku akan mengadu nyawa dengan kalian!"
Lu Leng langsung melesat ke arah keempat orang buta itu.
Keempat orang buta itu berdiri di tempat tak bergerak sama sekali.
Namun begitu Lu Leng menerjang sampai di hadapan mereka, secepat kilat keempatnya menggerakkan tongkat bambu masing-masing, Memang tidak mudah baginya untuk melawan keempat tokoh buta itu.
Namun dengan golok pusaka Su Yang To dia berhasil memapak telak salah satu tongkat bambu yang berkelebat ke arahnya, Akibat-nya golok di tangannya hampir terlepas, Ternyata tenaga lawan begitu tinggi, 2025 Karena gusarnya Lu Leng menggeram sambil mencelat mundur Namun secepat itu pula dia mengayunkan senjata andalannya ke arah orang buta yang berada di sisinya, Orang buta itu mengangkat tongkat bambunya ke atas tepat menangkis golok pusaka milik Lu Leng, Tak ingin memberi peluang lawan, orang buta itu menghentakkan tongkat bambunya, membuat badan Lu Leng terpental dan jatuh, Namun dengan cepat Lu Leng melompat bangkit berdiri.
Golok pusakanya tahu-tahu sudah pindah ke tangan kiri, Kemudian dia melesat menyerang keempat orang buta itu dengan jurus Kim Kong Sin Ci! Keempat orang buta itu seakan tahu kehebatan Kim Kong Sin Ci.
Mereka berempat cepat-cepat berkelit Maka angin serangan Lu Leng melesat ke arah pintu rumah batu, seketika suara berderak keras pintu rumah batu itu roboh, terhantam tenaga dalam yang berasal dari pukulan Lu Leng dengan senjata pusakanya, Lu Leng gusar sekali karena serangannya tidak berhasil Dengan cepat dia membalikkan badan dan langsung kembali melancarkan serangan Kali ini dia mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), Namun baru beberapa langkah saja dia bergerak merangsek, mulutnya memekik kesakitan Tubuhnya terjungkal jatuh, membuat serangan yang dilancarkannya terpatahkan, Ternyata satu dari empat batang tongkat lawan berhasil menyodok dan menusuk telak paha Lu Leng, Tanpa menghiraukan rasa sakit, Lu Leng bangkit dan langsung merangsek ke depan, Namun batang-batang tongkat 2026 lawan langsung menghujani dengan gebukan dan tusukan ke tubuhnya, Rasa sakit yang hebat mendera sekujur tubuhnya.
Matanya pun mendadak jadi berkunang-kunang, Cepat-cepat dikerahkan jurus Hong Mong Coh Khai (Turun Hujan Gerimis), Golok pusakanya bergerak laksana kilat Menusuk dan membabat ke arah lawan-lawannya, sementara itu pandangan matanya kian kabur semakin berkunang-kunang, bahkan akhirnya gelap sama sekali "Uukh!"
Dan Lu Leng terjatuh.
Pingsan! Sementara Tam Goat Hua telah jatuh ke dalam jurang, padahal sebenarnya kepandaian gadis itu tak terlalu jauh lebih rendah dari Lu Leng.
Namun ia menghadapi dua orang hutan yang sudah cukup terlatih Ketika bertarung dengan kedua orang hutan itu, Tam Goat Hua mengetahui kalau kedua lawannya sangat kuat Oleh karena itu dia mengerahkan Gin-kang melompat ke sana-ke mari.
Dengan cara itu dia ingin mengulur waktu hingga Lu Leng datang membantunya.
Namun hal itu tidak berlangsung lama, Ketika pertarungan baru saja mulai, Lu Leng dan Tam Goat Hua malah menjauhi keempat orang hutan, sebab khawatir kalau-kalau keempat orang buta akan campur tangan.
Hal itulah yang akhirnya justru membuat keduanya saling berpencar ketika keempat orang hutan terus memburu.
Tanpa disadari Tam Goat Hua ternyata mendekati tempat di mana dua kepiting raksasa tadi berada, Dan karena saat itu hari sudah mulai gelap, sedangkan kedua kepiting raksasa 2027 berwarna hitam, Tam Goat Hua tidak melihat kedua binatang menyeramkan rtu, Setelah agak lama bertarung dengan kedua lawannya, barulah dia melihat kedua kepiting raksasa itu, Tam Goat Hua ingin menyingkir, tapi seketika dia teringat, kedua ekor kepiting raksasa itu tidak berani mendekatinya, Maka, Tam Goat Hua tidak menyingkir dari tempat itu, Di luar dugaan, mendadak kedua ekor orang hutan itu memekik aneh.
Hal itu membuat kepiting-kepiting raksasa mulai mengangkat-angkat badannya, kemudian merayap cepat ke arah Tam Goat Hua.
Mereka langsung menyerang dengan japit yang amat besar itu.
Saat itu Tam Goat Hua baru tahu, yang ditakuti kedua kepiting raksasa itu bukan dirinya, melainkan Lu Leng.
Tentu Lu Leng menyimpan sesuatu sehingga membuat kedua binatang raksasa itu tidak berani mendekatinya, Kini dirinya berpencar dengan Lu Leng, membuat kedua kepiting raksasa itu menyerangnya.
Menyadari hal itu, Tam Goat Hua segera mencelat mundur Namun mendadak saja kedua orang hutan langsung menyerangnya dengan toya besi bergerigi, Gadis itu segera mengayunkan sepasang rantai besi untuk menangkis.
Trang! Trang! Terdengar suara benturan, Kedua batang toya besi bergerigi memang tertangkis, tapi terjadi sesuatu yang di luar dugaan, sepasang rantainya menyangkut pada gerigi-gerigi toya dan mendadak kedua orang hutan itu menghentakkan ke 2028 atas, Hal itu membuat Tam Goat Hua melayang ke udara, Dia menjerit kaget, Ketika itu Lu Leng mendengar suara jeritannya.
Dia membalikkan badan dan melihat Tam Goat Hua yang melayang ke arah mulut jurang, Namun sayang tiba-tiba bahunya tercengkeram oleh tangan orang hutan yang berkuku amat panjang dan tajam, Maka Lu Leng terpaksa menebas buntung lengan orang hutan dengan goloknya, Namun terlambat Tam Goat Hua sudah merosot ke dalam jurang, Lu Leng jatuh pingsan, Entah berapa lama ke-mudian, barulah dia siuman.
Dirasakan pikirannya masih agak kabur, tak ingat apa yang baru saja terjadi Tapi kemudian dia teringat akan suatu kejadian yang membuat hatinya terasa sakit sekali.
Yaitu tentang Tam Goat Hua yang jatuh ke dalam jurang, Namun diam-diam dirinya merasa heran dan tak mengerti.
Serasa seperti terbangun dari mimpi buruk, Kedua orang hutan itu tidak membunuhnya, Perlahan-lahan Lu Leng membuka matanya, Ge-lap gulita di depan mata tidak terlihat apa pun.
Dirasakan sekujur badannya sakit sekali Terutama bagian kening, punggung, pinggang dan sepasang kakinya, Walau demikian, dia masih memaksa diri untuk bangun duduk, lalu mulai menghimpun hawa murni.
Beberapa saat kemudian, dia mulai merasakan sekujur badannya agak nyaman, Karena itu, dia pun sudah dapat melihat tempat itu.
Ternyata dirinya berada di dalam sebuah rumah batu yang 2029 pintunya tampak telah rusak.
Lu Leng telah duduk di atas ranjang batu, Hatinya terus diliputi rasa heran.
Belum sempat dia turun dari ranjang batu tempatnya duduk, mendadak .
Tak! Tak! Tak! Tak! Lu Leng merasa terkejut Suara itu ternyata suara langkah kaki dan tongkat bambu di lantai.
Empat orang buta itu melangkah masuk.
"Kami tahu kau sudah siuman, maka jangan diam saja!"
Ujar salah seorang dari keempat tokoh buta dengan nada rendah, Lu Leng berpikir, ketika dia pingsan, keempat orang buta itu tidak membunuhnya, ini pasti ada sebabnya, Lalu kenapa harus begitu takut pada mereka? "Kalian telah menimbulkan masalah besar! Tahukah kalian? Siapa yang terjatuh ke dalam jurang itu?"
Lu Leng mulai membuka mulut, Salah seorang buta berkata.
"Kami justru ingin bertanya padamu, siapa gadis itu?"
"Kalian sudah menemukan mayatnya?"
"Tidak, sebetulnya siapa gadis itu?"
Sahut salah satu dari empat orang buta itu.
"Cianpwee berempat sudah turun ke jurang itu?"
Lu Leng balik bertanya, Keempat orang buta itu manggut-manggut.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya!"
"Cianpwee berempat menemukan apa di dasar jurang itu?"
Salah seorang buta menyahut.
"Kami tidak menemukan apa-apa, hanya sosok bangkai orang hutan saja!"
Lu Leng mengerutkan kening.
"Juga tidak menemukan toya besi bergerigi?" . Salah seorang buta menyahut dengan tidak sabaran "Sudah kami beritahukan kamu ini terlalu cerewet? Cepat katakan saja, siapa gadis itu!"
Apakah Tam Goat Hua tidak mati di dasar jurang itu? Semoga begitu! Begitu batin Lu Leng.
"Gadis itu adalah putri Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, yang berarti juga cucu Mo Liong Seh Sih, Nah, kalian telah menimbulkan masalah besar!"
Tukas Lu Leng, Mendengar itu, keempat orang buta jadi tertegun "Ternyata demikian!"
Gumam salah satu dari empat orang buta. Salah seorang buta lain menyambung.
"Bocah! BetuIkah panah Bulu Api sudah tidak berada di dalam gudang rahasia itu?"
Lu Leng tertawa dingin "Aku sungguh menyesal memberitahukan hal yang sebenarnya. seharusnya aku bohongi kalian agar kalian mampus di dalam lorong rahasia itu!"
Keempat orang buta tertegun lagi, Berselang sesaat salah seorang baru berkata.
"Bocah, kau dengar baik-baik! Kemungkinan besar putri Cit Sat Sin Kun telah binasa, ini memang merepotkan! Kami pun tidak akan membiarkan tentang itu diketahui oleh Cit Sat Sin Kun!"
Mendengar perkataan orang buta itu, hati Lu Leng tersentak Dia memahami ucapan orang buta itu menghendaki orang lain tidak boleh tahu tentang kematian Tam Goat Hua, Berarti dirinya harus mati demi menjaga rahasia ini..
"Kalian kira Cit Sat Sin Kun tidak tahu? padahal semua orang sudah tahu kepergian kami ke gunung Liok Pan San ini!"
Apa yang dikatakan Lu Leng itu hanya dusta belaka, Tentang kepergian Lu Leng bersama Tam Goat Hua ke gunung Liok Pan San, selain biarawati tua gagu dan tuli itu, tidak ada yang tahu, Mendengar kata Lu Leng keempat orang buta tampak tercengang, Melihat perubahan pada sikap mereka, Lu Leng langsung melanjutkan kata-katanya.
"Apabila dalam beberapa hari ini kami tidak kembali, bukan cuma Cit Sat Sin Kun suami istri yang akan ke mari, bahkan Beng Tu Lo Jin...."
Ketika Lu Leng menyebut nama Beng Tu Lo Jin, wajah keempat orang buta itu langsung berubah hebat.
"Omong kosong! Beng Tu Lo Jin sudah lama meninggal!"
Bentak salah satu dari keempatnya tampak geram sekali, Lu Leng tertawa gelak.
"Ha ha ha! Nyali galian telah pecah oleh Beng Tu Lo Jin. Begitu mendengar nama beliau, kalian ketakutan seperti itu. Aku tidak bilang Beng Tu Lo Jin, melainkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, muridnya itu! juga akan ke mari!"
Orang buta itu berkata dengan suara agak bergemetar.
"Dia... mengapa dia mau ke mari?"
Lu Leng tertawa dingin.
"Beliau adalah guruku, tentunya akan datang menyusul aku!"
Wajah keempat orang buta tampak memucat. Mereka tertegun dengan mulut membungkam, Lu Leng berkata dengan dingin.
"Kini sudah tahu keadaan kalian? Dan satu lagi, Tahukah orang yang kalian rebut Busur Apinya itu adalah putra Liok Ci Khim Mo yang memiliki ilmu Pat Liong Thian Im? Kalian telah 2033 menimbulkan begitu banyak masalah besar, tentunya sulit mengelak semua itu!"
Lu Leng tahu, kalau sampai bertarung dengan keempat orang buta, dirinya pasti terluka.
Mereka bukanlah lawan ringan baginya, Satu-satunya jalan adalah menakuti mereka berempat dengan perkataan, agar mereka tidak turun tangan jahat terhadap dirinya, Ternyata jitu sekali akal Lu Leng.
Keempat orang buta itu tampak berjalan mondar-mandir di dalam rumah batu.
Menyaksikan itu, Lu Leng tertawa dingin.
"Ketika aku terluka hingga jatuh pingsan, kenapa kalian tidak menghabiskan nyawaku? Apakah sudah menduga ini?"
Keempat orang buta segera berhenti talu mereka langsung membentak "Tutup mulut!"
Walau mereka membentak, tapi nada suaranya sudah tidak begitu sengit Karena itu Lu Leng melanjutkan dengan dingin.
"Terus terang! Apabila Nona Tam tidak binasa, itu berarti nasib kalian masih mujur Begitu Cit Sat Sin Kun dan lainnya ke mari, mungkin kalian masih diberi ampuni Tentu... Busur Api itu...."
Ketika Lu Leng menyinggung Busur Api, keempat orang buta segera menyahut "Tidak bisa diberikan padamu!"
Lu Leng merasa girang dalam hati, sebab apa yang dikatakannya sudah mulai mempengaruhi keempat orang buta itu, Yang membuatnya heran, mengapa begitu menyinggung tentang Busur Api, keempat orang buta itu kelihatan tegang sekali? Mereka berempat menghendaki Busur Api, tentunya bukan untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo.
Lalu apa gunanya bagi mereka? seandainya ada kegunaan lain, sudah pasti amat penting.
Setelah berpikir sejenak, Lu Leng berkata.
"Kalian harus berpikir secara matang, Walau Busur Api berada pada kalian, namun aku berani memastikan kalian pasti tidak bisa mencari Panah Bulu Api itu!"
Salah seorang buta bertanya dengan dingin.
"Bagaimana kau berani memastikan?"
"Kalau kalian mempercayaiku, aku pasti menjelaskan tentang Panah Bulu Api!"
"Katakanlah!"
Desak keempat orang buta itu. Lu Leng segera menceritakan tentang apa yang dialaminya di gunung Tang Ku Sat, tapi merahasiakan mengenai secarik kertas yang di dalam peti mati Nyonya Mo Liong Seh Sih.
"Cobalah kalian pikir, Panah Bulu Api itu kini tanpa jejak! Entah berapa banyak pesilat tangguh sedang mencari seandainya ada jejak tentang Panah Bulu Api itu, bagaimana mungkin kalian akan mempero!ehnya?"
Lu Leng berkata sambil memperhatikan ekspresi muka keempat orang buta itu.
Mereka tampak berubah Ada 2035 gambaran rasa sedih dan menderita pada wajah mereka, Tentu saja Lu Leng menjadi heran.
padahal tadi dia teramat benci dan marah terhadap mereka, Hal itu karena Lu Leng telah kehilangan Tam Goat Hua.
Dan kini setelah mendengar mereka tidak menemukan mayat Tam Goat Hua, Lu Leng yakin gadis itu masih hidup, Maka kebenciannya terhadap mereka agak berkurang Menyaksi kan air muka mereka penuh penderitaan Lu Leng segera berkata.
"Terus terang, guruku dan lainnya pasti berusaha mencari Panah Bulu Api itu, Aku yakin kami bisa mendapatkannya!"
Lu Leng berhenti.
Keempat orang buta itu kelihatan sedang menunggu Lu Leng melanjutkan "Kalau Busur Api dan Panah Bulu Api amat penting bagi kalian, asal kalian serahkan Busur Api itu padaku, setelah kami menghadapi Liok Ci Khim Mo, kami akan berikan Busur Api dan Panah Api untuk kalian,"
Keempat orang buta itu terdengar menggumam tidak jelas, Tampaknya mereka kurtuig percaya apa yang diucapkan Lu Leng, Tentu saja Lu Leng menjadi tegang.
"Bagaimana kami tahu kau berkata sejujurnya?"
Berkata salah satu dari empat buta itu. Lu Leng tertawa panjang.
"Untuk apa aku membohongi kalian? Kalau guruku dan lainnya sampai di sini, bukankah dapat merebut Busur Api itu?"
Tukas Lu Leng kemudian. Keempat orang buta tertegun mendengar kata-kata Lu Leng.
"Tentunya kalian pun harus memberitahukan padaku, untuk apa kalian menghendaki Busur Api dan Panah Bulu Api itu?"
Ujar Lu Leng, Keempat orang buta menghela nafas panjang. Salah seorang dari mereka berkata.
"Kami berempat, dilahirkan dalam keadaan buta, Tapi dulu kami pernah dengar dari seorang aneh, kalau bisa memperoleh Busur Api dan Panah Bulu Api, maka boleh pergi ke pantai Lam Hai untuk memanah sejenis burung langka di sana, Burung langka itu terbang tinggi di udara. jika bukan Busur Api dan Panah Bulu Api tentunya tidak akan berhasil memanah burung langka itu. Mata burung langka itu dapat menyembuhkan mata kami dalam waktu tujuh hari."
Lembah Patah Hati Lembah Beracun -- Khu Lung Pisau Kekasih Karya Gu Long Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen