Ceritasilat Novel Online

Kuda Putih 5


Kuda Putih Karya Sd Liong Bagian 5



Kuda Putih Karya dari Sd Liong

   

   "

   Pada saat Toyoreka memikirkan tentang nasib anaknya, teringatlah ia akan perjalanan hidupnya dimasa muda.

   Ya.

   la pernah menyiderai ( melantarkan ) seorang gadi s yang menyerahkan diri kepadanya.

   Toyoreka ter menung2 memandang cakrawala yang sudah mulai gelap .

   "Ki Demang, kalau tak lekas2 menempuh perjalanan dikuatirkan kita akan kemalaman ditengah hutan nanti."' salah seorang pengikut yang menjadi kepercayaan memberanikan diri untuk memberi peringatan.

   "Eh, ya, ya. Naya, ayoh kita percepatkan langkah supaya dapat menginap disebuah desa, 'Toyoreka tersentak dari lamunannya dan segera keprak kudanya. Rembulan belum lagi keluar dan jalan disepanjang hutan itu gelap. Coba tidak membawa pengiring, Toyoreka tentu merasa serarn dalam keheningan lelap itu. Burung han tu ( kukukbelek ) mengukuk, ditanggapi suara burung kulik.

   "Ai, burung kulik biasanya alamat tidak baik. ' Toyoreka membatin. la bersiap waspada. Saat itu ia melintasi serumpun pepohonan. Hatinya berdebar.

   "Hurda! "tiba2 sesosok tubuh loncat keluar dari balik pohon dan membentak. Kuda Toyoreka menyurut kaget dan meringkik. Kelima pengiringnya serentak mencabut keris dau loncat menerjang. Penggertaknya tadi bertubuh pendek gemuk, tapi gesit juga, ia bersenjata tombak. Menghindar kesamping, ia ayunkan tombaknya menyapu kebawah. Aduh, aduh. .. dua pengiring Toyoreka menjerit dan terpelanting jatuh. Yang tiga cepat berputar tubuh dan me nyerang lagi. Tapi dikarenakan senjatanya kalah panjang dengan tombak lawan, lagi 2 mereka harus menelan pil pahit. Kembali yang dua orang kena kesodok dengan tangkai tombak dan harus mendekap perut sambil berjongkok. Tinggal satu coba2 mau lari. Tapi kena dikait oleh sigemuk. Auh, pengiring Toyoreka itu jatuh meloso.

   "Hayo. sekarang ,giliranmu! '' seru sigemuk sembari maju merangsang Toyoreka.

   "Tahan, kawan! Siapa kau dan apa maksudmu? Hai Jogelo!"keadaan yang gelap membuat Toyoreka tak mengenali orang itu. Tapi demi memperhatikan dengan seksama, segera tahulah ia "Hai siapa kau?"teriak sigemuk yang memang Jogelo sigila dari Wirosobo.

   "Masakan kau lupa padaku?"

   "Siapa?"Jogelo maju mengawasi. Mungkin matanya tak begitu terang. .. Ah, kiranya kidemang Toyoreka, maaf, karena gelap sampai aku tak mengenali."

   "Mengapa tanpa bertanya tanya kau lantas menyerang?"Toyoreka setengah mendamprat.

   "Bukankah aku tadi menegur ' hurda '? Mengapa kidemang tak menyahut sebaliknya pengiring2 kidemang lantas menyerang aku?"

   Jogelo tak mau disalahkan.

   "Ah, sudahlah Jogelo, Baik juga kau tak melukai orang2-ku. Memang tempat yang segelap ini, sukar mengenal muka orang.

   "kata Toyoreka. Kemudian ia bertanya mengapa Jogelo datang kesitu.

   "Anu, Ki demang. Aku hendak menyusul mas Gogor!' sahut Jogelo.

   "Gogor? Kemana dia?"

   "Ia datang kepondokku, kebetulan aku tak dirumah, Kepada orang rumah, ia meninggalkan pesan kalau hendak pergi ke Pajang.

   "

   "Gogor ke Pajang? Menyusul Wigati atau diutus patih Donoreoja?"tanya Toyoreka pula.

   "Entah, ia tak memberi keterangan apa2. Kuduga ia tentu menyusul Wigati. Dia baru pulang dari menjenguk ayahnya digunung Dieng. Mungkin ki patih Donoreja memberitahukan tentang peristiwa Wigati. Dan andaikata berjumpa dengan aku, akupun tentu mengabarkan hal itu juga kepadanya."

   "Perlu apa?"

   "Supaya ia menyusul ke Pajang dan aku Ikut, Kalau pergi bersama senopati muda itu, wah, aku merasa tenteram sekali."

   "Tidak seenak jaug kau sangkaa, Jogelo, Wigati sudah ditangan Sultan, mana Gogor berani sembarangan menemuinya. Salah2 dia bisa diringkus dan dihukum. Berikut kau juga kalau kau menemaninya. Apa kau tak takut? Apa kau tak kasihan pada isterimu si Tomblok yang cantik itu? Ai, Jogelo mengapa kau harus cari sakit, Tak usah menyusul Gogor mari ikut aku saja pulang nanti kuhadiahi tuak istimewa "

   "Tuak? Jadilah ... eh, tidak, tidak jadi. Aku sehidup semati dengan Gogor. Dia banyak melepas budi padakti. Dan aku merasa kasihan atas kisahnya dengan sang Ayu Wigati. Hm, mengapaAdipati menyerahkan puterinya kepada sultan? Bukankah ia sudah berjanji menikahkan pada Gogor?"

   "Jogelo, jangan, gampang2 menyalahkan orang, Kalau gusti Adipati menyerahkan puterinya kepada Sultan itu sudah jamak. Bukankah Sultan itu seorang raja agung binatara ( raja yang besar kekuasaannya ) ? Siapa Gogor? Tidak lebih seorang anak gunung yang tak tahu diri. Seorang pemuda desa yang karena kebetulan diterima menjadi ponggawa kabupaten, berani memikat puteri sang Adipati, hm .

   "Jangan menghina mas Gogor, ki demang! Dia adalah. senopatiku, Menghina dia berarti mencabut kumis Jogelo! Orang yang dicabut kumisnya tentu meringis, mungkin menangis tapi lantas bengis .

   "Mana kumismu "

   "Ni, eh kutinggal dirumah eh, tidak punya. eh , belum tumbuh! ' Jogelo melintir kumisnya tapi cepat2 menarik pulang tangannya karena memang tak punya. Toyoreka menahan gelinya.

   "Sudahlah Jogelo. perlu apa kau mati 2an membela Gogor. Pulang saja. ke Wirosobo nanti kubelikan rumah pekarangan."

   "Lho, perlu apa ki demang mati 2an melarang aku?"Jogelo menirukan nada orang.

   "sudah kukatakan susah senang, beruntung celaka tetap ikut Gogor. Aku sudah berhutang budi dan jiwa padanya."

   "Jogelo, bukankah kau ini ponggawa kabupaten? Bukankah sebagai ponggawa tidak boleh sembarangan pergi tanpa seijin? Sudabkah kau meminta ijin dari ki patih Denoreja? "

   Jogelo gelagapan. Ia memang belum menghadap patih, Melihat itu Toyoreka mendesak.

   "

   Aku adalah demang, berhak menangkap ponggawa yang tak tunduk disiplin. Jika kau tak mau pulang, terpaksa aku bertindak "

   Toyoreka tak senang kepada orang yang berkawan dengan Gogor. la tahu Jogelo itu pengikut Gogor yang setia. Kalau kena dibujuk, tapi kalau tidak, terpaksa akan dihajar.

   "Ki Demang bukankah Gopr itu senopati Wirosobo Kepergianku untuk mengiringkan perjalanannya itu juga demi menjaga keselamatannya. Ini termasuk tugas juga,"bantah Jogelo.

   "Jangan banyak bicara.! Mau pulang atau tidak?!"

   "Mau tapi setelah berjumpa dengan Gogor.

   "

   "Keparat!"Toyoreka terus menyabat dengan pecutnya. Tar ... tar ..aduh . , . Jogelo menjerit kesakitan. Dua buah guratan menghias tubuhnya. Ia beringas. Untuk cambukan yang ketiga, segera ia tangkis dengan tombaknya dan berhasil dapat melibat cambuk terus ditarik.

   "Auh ... sekonyong2 salah seorang pengiring Toyoreka yang rubuh tadi siuman serentak loncat mengemplang kep-la Jogelo dengan batu. Jogelo rubuh tak ingat diri.

   "Ikat kedua kaki dan tangannya, lempar kejurang !"

   Perintah Toyoreka. Pengiringnya cepat melakukan perintah. Tapi pada waktu hendak menggotong Jogelo se konyong 2 terdengar derap kuda berlari datang. Seekor kuda putih tegar muncul dan penunggangnya Gogor, senopati Wirosobo.

   "Tahan, siapa yang kau ringkus itu? Ki Demang, kebetulan sekali kita berjumpa disini, Aku memang hendak mencarimu seru,"Gogor. Pengiring Toyoreka tadi letakkan tubuh Jogelo kembali. la memandang kearah tuannya "Ada urusan apa saja? "tanya demang.

   "Membereskan perhitunganmu kepada gusti Adipati!"

   Toyoreka terbeliak. Kudanya sampai menyurut mundur.

   "Perhitungan apa? Bilanglah terus terang, jangan main teka teki.

   "

   "Tidakkah kau merasa sendiri tentang perbuatanmu terhadap Adipati? Perlukah kubeberkan lagi? Baik. tahukah kau akibatnya dari pengaduanmu kepada Sultan Pajang itu?"

   "Bagaimana aku tahu?""Adipati berangkat dengan puterinya, tapi pulang kembali dengan jenazahnya .., .."Apa? Adipati meninggal? "

   "Mengapa terkejut? Bukankah itu yang kau kehendaki, hai demang khianat! Sekarang dengarlah. Aku mendapat titah dari arwah Adipati untuk menghukummu. Wigati tak nanti menjadi isteri anakmulagi, Dia adalah isteriku yang sudah direstui Adipati.

   "Kurangajar kau! "

   "Dan sekararg ber siap2lah kau untuk menerima bagianmu. Setingkat dengan kedudukanmu sebagai demang, aku memberi kehormatan yang layak. Kau boleh menggunakan senjata apa saja untuk membela diri. Bahkan boleh juga kau ajak pengikut2mu mengeroyok aku. Kalau kau menang, kau bebas! "

   Dalam keaadaan seperti itu tiada lain pilihan bagi Toyoreka. Iapun sebenarnya juga bukan seorang pengecut, Dahulu semasa mudanya, ia banyak berkelana mencarl ilmu kesaktian.

   "Baik, kita selesaikan secara ksatrya. Tapi kau percaya atau tidak, aku hendak mengatakan disini. Sebenarnya jauh dari maksudku supaya Adipati binasa. Cukup kalau ia mendapat hukuman berat saja. Wigati, adalah menantuku. Adalah karena gara2mu hingga puteraku sampai merana tak ketahuan rimbanya. Wigati jatuh sakit berat, tiada seorangpun yang dapat mengobati kecuali Sukra. Adipati sendiri yang memberikan puterinya diperistrri Sukra. Sebagai seorang Adipati, tak pantas dia menelan ludahnya lagi. Aku benci padamu dan sakithati pada Adipati. Ini suara hatiku, suara seorang ayah yang kasihan atas penderitaan putranya. Nah, marilah kita mulai!"

   Toyoreka mengerling kearah pengiringnya dan meng-anggukkan Setelah itu ia mencabut keris dan maju menusuk Gogor mengelak, memukul tangan orang.

   Tapi secepat itu Toyoreka putar uijung kerisnya menyongsong, Gogor terpaksa tarik pulang tangannya dan loncat mundur.

   Tua sekalipun orangnya namun namun Toyoreka masih tangkas bermain senjata, Gebrak permulaan la dapat memimpin penyerangan.

   Waktu Gogor hendak maju, tiba2 ke-lima pengiring Toyoreka tadi menyerbunya dari empat jurusan.

   "Bagus, kalian boleh maju serempak agar menghemat waktuku.

   "seru Gogor seraya menangkis dengan pedangnya. Tring tring , ..kelima orang itu loncat mundur. Mereka meringis menahan sakit karena tangannya sarasa lunglai dan senjatanya hampir terlepas. Gogor merangsang maju.

   "Ho, kaupakai pedang? Baik, akan kuiringi permainanmu! "teriak 'Toyoreka yang cepat menyarangkan keris untuk berganti dengan pedang. Serangannya ditujukan kearah kepala Gogor. Trang . , Gogor hendak menguji sampai dimana tenaga ki demang, la tangkis sabatan orang. Diam2 ia memuji juga karena lawan sanggup mempertahankan senjatanya, Padahal Toyoreka tak kurang kejutnya. Tangannya tergetar dan terasa sakit sekali. Kini tak berani ia memandang rendah Gogor. Dikeluarkannya ilmu yang disebut Tetimbul jati. Suatu ilmu untuk mengeraskan tubuh dan mengencangkan urat tulang. Gogor yakin tentu dapat mengatasi. Tapi untuk mengalahkan secara cepat ia merasa sukar. Satu2nya jalan yalah memeras habis tenaga orang. Lawan sudah tua tentu tak sanggup bertempur lama. Ia segera keluarkan ilmu permainan Kera putih. Ia tak mau menyerang tapi biarkan dirinya diserang. Untuk itu ia berlincahan dan ber putar2 mengelilingi. Toyoreka kagum atas kegesitan sianakmuda. Tapi iapun merasa bingung dan mengkal. Ia se olah2 dikepung bayangan orang, Tapi setiap kali ditabas selalu menabas angin saja. Akbirnya ia putar pedangnya sedernikian rupa sehingga tubuhnya seperti terbungkus sinar perak. Ia harap dapat memecahkan siasat lawan, Tapi ketika kendorkan putaran pedangnya untuk melihat keadaan lawan, astaga .., sianakmuda tengah berdiri disamping, menikmati permainannya pedang. Se -olah2 anak muda itu hendak mempelajari lubang2 kelemahannya.

   "Keparat ! kau hendak mencuri lihat permainanku! "teriak Tojorrka sambll pergencarserangannya lagi menyerbu Gogor.

   "Siapa yang sudi mencuri lihat permainanmu. Lihat dalam lima gebrak, pertahananmu tentu dapat kubobolkan.

   "kata Gogor. Setelah mengawasi sejenak orang bermain pedang, tahulah Gogor akan cara membobolkan. Akhirnya dapat juga Gogor memperoleh kesempatan. Setelah mengelak dari tabasan lawan, secepat kilat ia tusukkan pedangnya kedada Toyoreka. Pada saat sidemang tak berdaya menghindar lagi tiba2 punggung Gogor tersaa disambar angin dingin. Ia terkejut terang itulah serangan gelap. Kalau ia teruskan menusuk Toyoreka. tentu ia juga tertusuk punggungnya. la marah karena orang bermain curang.

   "Aaa ... ,"tiba2 terdengar jeritan seram, Dua orang pengiring Toyoreka yang menyerang dari belakang tadi menjerit karena tangan mereka kutung. Gogor tarik dan putar pedangnya kebelakang untuk membabat "Mati kau! "melihat Gogor berputar tubuh, Toyoreka cepat membacok kepalanya. Sring. GOgor turunkan kepalanya tapi tak urung rambutnya terpapas "Ha, senopati botak! "baru Toyoreka mengejek begitu, pedangnya terlempar keudara. Gogor marah sekali. Habis menendang tangan orang, seperti harimau mencium darah. ia menerkam demang itu, diangkat tubuhnya di-putar2 terus dilontarkannya pada sebuah batu besar. Bantingan itu tentu akan meremukkan tubuh Toyoreka. Se konyong2 sesosok tubuh berkiblat dan menyambar tubuh Toyoreka. Seorang tua dengan pakaian putih dan ikat kepala wulung tampak berdiri pada jarak beberapa meter. Ia letakkan tubuh Toyoreka ketanah, Demang itu tak dapat berkutik. Cengkeraman Gogor seperti kait besi kerasnya, seketika Toyoreka menjadi pingsan dibuatnya.

   "Kyai, kau! ' teriak Gogor demi mengetahui orang tua itu adalah Tungguljati, guru dan ayah angkatnya. Kyai Tungguljati memberi sebuah senyuman.

   "Mengapa kyai menolongi manusia khianat itu? "tanya Gogor. Kembali Tungguljati besenyum, ujarnya. Puteraku Gogor, memang demang ini harus dihukum yang setimpal dengan kedosaannya. Tetapi aku masih ada urusan yang perlu kutanyakan kepadanya. Serahkan saja ia padaku, demi untuk kepentinganmu sendiri Gor,"

   Gogor heran dengan ucapan ayahnya itu namun ia tak mau menegas. Ia percaya kyai itu tentu cukup bijaksana. Iapun lalu menerangkan tentang tujuannya.

   "Baiklah, anakku Kalau memang begitu yang menjadi hasratmu. Tetapi ingatlah selalu akan pesanku. pandailah menyesuaikan diri. Dalam setiap langkah jangan meninggalkan pertimbangan, jangan dipengaruhi kepala panas, ingat kau akan masuk kedalam sebuah istana yang berpagarkan tombak dan pedang. Insya Allah, selamatlah perjalanannmu."

   Gogor menyembah kepada kyaai sakti itu selaku tanda perpisahan. Kemudian ia menolongi Jogelo. Ia ajak punakawan (pengiring) itu berangkat ke Pajang.

   "Bagaimana siasat kita masuk kedalam keraton?"tanya Jogelo. Gogor merenung sejenak. katanya.

   "Untuk masuk ke dalam keraton, ada dua macam cara. Cara bersembunyi dan cara terang. Cara berembunyi yakni kita diam2 menyelundup melalui penjagaan ...

   "Maling?"tukas Jogelo.

   "Benar, kita harus menjadi maling tapi maling puteri sebagaimana dulu Noyorono pernah berbuat."

   Kalau begitu aku nanti pilih yang langsing, supaya ringannya bawanya.

   Kalau ia jerit 2 akan kusembat mulutnya dekat kepalaku.

   Eh, nanti jangan2 ia menggigit ...

   ih, lebih baik jangan jadi maling saja.

   Aku ngeri Kita pakai cara terang sajalah !"akhirnya silimbung menggerutu.

   "Cara terang berarti kita harus berhamba. Sebaiknya kita melamar menjadi tukang kudatukang juru taman supaya dapat masuk kedalam keputerian,"kata Gogor. Jogelo mengiakan saja. Demikian mereka memutuskan untuk berhamba pada SuItan. * "Eh. siapa ura? (nyanyi) itu? Ah, merdunya?"seru salah seorang dayang yang tengah berkumpul dikeputrian. Kala itu lewat Johor. Para puteri, selir dan dayang2 sedang beristirahat sambil inempercakapkan tugas tadi pagi. Dalam panas matahari kemarau yang dikipasi angin silir, mata mereka diayun buaikan dalam kelelapan kantuk. Tiba2 mereka terbeliak mendengar angin nyanyian. Nyanyian dari lagu sekar mocopat. Sinom yang merdu me rayu2. Suaranya ulem, lantang. Iramanya penuh me rintih2 dalam kedahagaan asmasa. Duh, hati wanita siapa yang tak tergetar, Wigatipun mendengar juga.

   "Ambiyah, coba tengok siapa yang menyanyi itu? nyi Sekar memerintah seorang dayang. Tak lama dayang itu kembali dengan keterangan bahwa yang menyanyi itu juru taman.

   "Eh, jurutaman? Biasanya dia tak dapat menyanyi. Apa jurutaman baru? Coba panggil dia kemari.

   "kata nyi Sekar. Dan lagi2 dayang itu melakukan perintah dengan baik. la kembali dengan diiring seorang pemuda. Nyi Sekar heran melihat pemuda itu. Kalau menurut dandanannya memang jurutaman, tapi mengapa belum pernah dilihatnya? Dan rasanya tak pantas seorang pemuda begitu cakap menjadi jurutaman.

   "Apakah kau jurutaman? Mengapa belum pernah kulihat? Apa baru saja bekerja? Mana ki Reso jurutaman yang lama itu? demikian nyi Sekar menghujani pertanyaan.

   "Nama hamba Gogor, baru saja bekerja dikraton sini sebagai tukang kuda. Karena ki Reso sedang sakit, terpaksa hamba mewakili,"sahut pemuda itu.

   "Oh, begitu. Tadi kau menyanyi Merdu sekali suaramu. Maukah sekarang kau menyanyi disini untuk menghibur hati para puteri? tanya nyi Sekar "Ah, hamba hanya iseng saja sakedar menyejukkaan perasaan dari terik matahari,"sahut Gogor.

   "Justeru begitulah, kau harus membagi kesejukan itu kepada para puteri disini yang tengah melepaskan lelahnya.

   "

   Gogor memang menanti kesempatan itu.

   Tadi sengaja ia menyanyi lantang supaya terdengar oleh dayang2.

   Ia akan menyelidiki keadaan keputerian, syukur dapat berjumpa dengan Wigati.

   Dan siasatnya itu ternyata berhasil, Maka ia pun lantas menyanyi.

   la memilih lagu Sinom dengan bait 2 yang menggemakan suara hatinya.

   Punika serat kawula, katura sira wong kuning, sapisan salam pandonga, kapindo takon pawarti, jare sirasa laki ingsun mung sewu jumurung, amung ta wekasingwang, gelang alit mungging driji, lamun sida aja lali kalih kula.

   Manawa ingsun palastra, jo bok kirim mbang telasih kirimen layoing sekar, jo kok pendem aneng bumi, pendemen kasur sari larupana sutro wunga, bantalana payudara maejane pupu ku-ning, tangisana sekar sinom parijata.

   Kentir kentir ing samodra, jangkrik gung sabeng wana dri, wong ayu metua njaba, sun anti lingsiring wengi; milang sanga lan kalih, wela-sana raganingsun batang kusuma, pisang resah mateng uwit, karetelalon anjenger ngentosi ndika.Tiba2 mata Gogor tertumbuk akan tirai jendela yang tersingkap.

   Jendela itu dari sebuah kamar yang terletak diujung seberang.

   Didahului oleh jari 2 ba ' duri landak, tirai itu tersingkap dan melongoklah seraut wajah yang ayu.

   dikemilaukan oleh sepasang bola mata bintang kejora.

   Ah ...

   Wigati ..darah Gogor tersirap mulutnya menganga.

   Mata puteri itu basah dengan airmata.

   Ia menatap, memberi anggukan kepala kepada Gogor lalu menyilap lagi "Hai juru taman.

   mengapa kau berhenti? "tegur nyi Sekar "Maaf.

   nyai , aku digigit kutu,"kata Gogor sembari pura2 menggaruk kepalanya.

   Kemudian ia meneruskan nyanyinya sampai beberapa waktu.

   Walaupun banyak mendapat pujian dari para dayang namun semangat Gcgor tak seperti tadi lagi.

   Pikirannya melayang2 kekamar diujung seberang.

   Demikianlah setelah habis menyanyi, iapun lantas minta diri kembali kedalam tamansari lagi.

   Ia masih mendengar ritihanku, Ia menangis Ia memb beri isyarat untuk menjumpai aku nanti malam.

   "

   Pikirannya me layang2 akan peristiwa tadi.

   Malam itu tak berbintang.

   Rembulan segan muncul.

   Hanya kadang2 bunyi tenggoret samar2 kedengaran diluar tembok kraton.

   Tamansari sunyi lelap, selelap puteri 2 yang tidur bercengkerama dalam impiannya.

   Kentongan berbunyi gemuruh.

   Pertanda lewatnya tengah malam.

   
Kuda Putih Karya Sd Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Para penjaga menjalankan pula tugas rondanya.

   Kesibukan itu hanya berlangsung beberapa saat untuk kemudian diregut kesunyian pula.

   Sesosok tubuh langsing menyelinap keluar dari sebuah kamar keputerian.

   Ber indap2 ia keluar ketaman.

   Rupanya ia sangat ber-hati2 sekali agar jangan diketahui orang.

   Tetapi tahunya, sepasang mata sejak tadi selalu mengintai kearah kamarnya.

   Kinipua mengikuti jejaknya.

   Bagaikan kelinci.

   mengintai dari semak2, tubuh langsing tadi menyusup diantara rindang pepohonan.

   Rupanya ia belum mempunyai tujuan tertentu, melainkan hendak mencari sesuatu.

   Ketika lalu dibawah pohon kenanga, se konyong2 ia di-peluk oleh sepasang tangan kuat.

   Ia meronta melepaskan diri.

   Tapi mulutnya yang sudah dingangakan untuk menjerit itu terpaksa ditutup lagi demi mengetahui siapa yang dihadapannya.

   "Maaf, sang Ayu, aku membikin kaget kau,"kata orang itu dengan gemetar.

   "Oh, akang Gogor kaulah ..,"sekarang bahkan la yang tak dapat menguasai diri dan jatuhkan tubuhnya kedalam dada Gogor. Wigati dan Gogor. Dimana dua hati yang dahaga rindu saling berjumpa. jantung merekapun mendenyut sekeras debur ombak samodera, Lupa seketika mereka akan keadaan sekelilingnya. Dimana dan bagaimana keadaan mereka, tak mereka hiraukan. Mereka merasa dunia ini hanya ada mereka berdua. Tapi pada lain saat, Wigati mendorong Gogor kesisi. se olah 2 takut kepadanya.

   "Mengapa kau, yayi?"Gogor terbeliak kaget.

   "Tidak akang jangan menyentuh tubuhku. Aku seorang wanita kotor. culas janji Aku tak layak menjadi kekasihmu seorang ksatrya perwira Aku .."Tidak, Wigati! Kau adalah tetap Ayu Wigati dyah permata yang menerangi kehidupanku. Aku tak mempersalahkan tindakanmu, bahkan aku terharu atas panngorbananmu itu Namun. akupun tetap pantang mundur memperjuangkan kewajibanku sebagai seorang laki2. Wigati, janganlah kau berpikir yang tidak2

   "

   "Tidak, akang aku malu pada diriku sendiri, sudah dua kali aku mengchianati kau. Apakah kau hendak mencemohkan aku sebagai puteri yang tak punya harga diri?"

   "Justeru itulah letak penghargaanku kepadamu Kau malu, kau kecewa, kau mennyumpahi dirimu sendiri Disitulah letak nilai keutamaan sebagai puteri. Ah, Wigaati, cintaku padamu takkan pudar karena galombang ombak deru badai dan kegoncangan, apapun juga. Apalagi kesemuanya itu bukanlah atas kemauanmu, melainkan atas paksaan keaadaan. Yang penting, kita harus berusaha untuk mengatasi kesulitan itu ""Tapi akang kita sekarang berada disarang harimau ...

   "Justru karena itu kita harus bersemangat"Makin besar ujian yang kita hadapi makin besar gairah yang harus kita pupuk kobarkan. Asal ada kemauan tentu ada jalan.

   "Bagaimana rencanamu?"

   "Untuk samentara kita tunggu suasana. Konon kabarnya Senopati di Mataram ada tanda 2 hendak memberontak, Kanjeng Sultan rupanya mencium bau juga. Mungkin akan diadakan persiapan2 untuk mengatasi. Nah, pada saat itulah kita bergerak meloloskan diri. Kita tinggalkan dunia yang penuh goda bencana ini Kita asingkan diri hidup dengan tentram ditempat sunyi "

   Demikian mereka asyik mengatur rencana.

   Begitu asyiknya sehingga mereka tak mengetahui bahwa ada mata ketiga yang mengetahui perbuatan mereka dan diam2 telah melapor pada penjaga.

   Ki Joqo terkejut mendapat laporan dari orang ketiga yang bukan lain yalah nyi Sekar sendiri.

   Kepala pengurus keputerian itu, tajam mata luas pengalaman.

   Ketika Gogor tiba2 berhenti menyanyi dan terlongong memandang ke-kamar diujung sebrang, nyi Sekar cepat buang matanya kebelakang.

   Dan walaupun Wigati secepat itu menyelinap lagi kedalam tirai namun tak lepas dari sorotan mata nyi Sekar.

   Bahkan Wigati melelehkan airmatanya.

   pun dilihatnya juga.

   Ia curiga dan malamnya mengadakan pengawasan teliti.

   Benar juga Wigati telah keluar ketaman dan bertemu dengan jurutaman yang cakap.

   Cepat ki Jogo persiapkan orang2nya untuk menyergap.

   Telinga Gogor yang tajam apalagi dalam keheningan malam yang sesunyi itu cepat dapat menangkap derap kaki penjaga 2 itu.

   Setelah menjanjikan tiga hari mereka akan berjumpa lagi, cepat suruh Wigati masuk.

   Sedang la sendiripun lantas menyelinap pergi.

   "Berhentii "tiba2 ki Jogo membentak seraya menusuk dengan tombak karena Googor tak menghlraukan.

   "Hai, kemana keparat lari? Awas lari ketimur kawan ! "Mati kau bangsat.!'"terdengar penjaga disebelah timur berseru Tapi menyusul terdengar sumpah serapahnya seraya meneriaki penjaga bagian utara bersiap 2. Pun dari terdengar teriakan menyuruh berhenti lalu seruan kepada kawannya disebelah barat. Penjaga sebelah baratpun serupa nasibnya. Malah penjaga itu menjerit minta tolong. Ketika ki Jogo dan anakbuahnya lari menghampiri, penjaga yang berjaga di-sebelah barat tadi menunjuk kepagar tembok.

   "Loncat, kepagar tembok hayo kejarl "

   Ki Jogo dkk melakukan pengejaran Tapi tak menjumpai barang seorangpun juga, Ia kagum atas ketangkasan pencuri itu tapi pun merata aneh.

   Semalam suntuk mereka melakukan pengeladahan diseluruh pelosok keraton tapi tak berhasil mendapat apa2.

   Haripun mulai terang tanah.

   "Astagafitullah, mengapa kau Truna?"tiba2 salah seorang penjaga berteriak demi melihat seorang kawannya tengkurap didalam semak rumput, kaki tangannya terikat mulutnya tersumbat. Truna, penjaga yang malang itu, tadi menjaga disebelah barat.

   "Bangsat keparat. bedebah! "Truna hamburkan kutukannya ketika sudah ditolong. Ia menerangkan tadi ketika menghadang larinya sipencuri, entah bagaimana selagi ia ayunkan tombaknya, tahu2 sudah dibanting dan diringkus.

   "Cepatnya seperti setan saja, kalau orang masakan begitu gesit gerakannya! "

   "Jadi yang berteriak kalau sipenjahat loncat pagar tembok tadi, bukan kau tetapi penjahat itu sendiri ? "ki Jogo menegas.

   "Benar. telingaku mendengar juga, tapi aku tak berdaya sama sekali.

   "sahut Truna.

   "Kalau begitu, terang penjahat itu masih bersembunyi didalam keraton.

   "kata ki Jogo. Ia segera mengerahkan anakbuahnya menggeledah keputerian. Tapi tak mendapat hasil apa 2 kecuali membikin kalang kabut para puteri dan dayang saja. Nyi Sekar mengomel panjang pendek.

   "Tidak becus menangkap penjahat tapi hanya membabi buta meributkan keputerian saja! "Ki Jogo terpaksa telan ejekan itu Ia segera melapor pada kepala tamtama yang meneruskan hal itu kepada Sultan. Sultan memanggil nyi Sekar. Kepala dayang itu menuturkan apa yang dilihatnya semalam "Oh, jadi pemuda bagus bersama orang gemuk yang berhamha kemari itu, berani menggangggu puteri keraton? Panggil Wigati ! "titahnya.

   "Wigati siapa tukang kuda yang kautemul itu? Bilanglah, nanti kuampuni kesalahanmu.

   "

   Tegur Sultan.

   "Ampun jeng Sultan, dia dahulu adalah senopati darl Wirosobo la datang kemari hendak mengabarkan keadaan hamba,"sembah Wigati.

   "M engabarkan keadaan pada waktu tengah malam? Mengapa tak secara terang2an? Mengapa ia menyamar berhamba kemari? Aku bukan anak kecil, Wigati. Kutahu tentu ada apa 2 diantara kau dengan pemuda itu Dan sejak kau datang kemara sudah dua kali ini membikin heboh Mengakulah saja, apa hubunganmu dengan dia? Dengan mengingat pengorbanan ayahmu almarhum, kuampuni dosamu."

   Teringat akan nasib ayahandanya hancurlah hati Wigati. Pada lain saat ia beringas. Suatu keputasan serentak timbul.

   "Hukumlah hamba menurut sekenan paduka, sebagaimana paduka telah menjatuhi hukuman kepada ayah hamba. Hamba memang mempunyai hubungan baik dengan pemuda itu Kepadanyalah sebenarnya hamba curahkan nasib. Hanya karena kasihan pada nasib ayah hamba dan kawula kabupaten Wirosobo maka hamba mengorbankan diri hamba ...

   "Wigati! "bentak Sultan dengan marah, . bagus benar perbuatanmu. Mungkin karena itulah maka kau diceraikan oleh anak demang Toyoreka. Sekarang tunjukkan dimana dia bersembunyi kalau tidak terpaksa aku ambil tindakan."

   "Maaf paduka jeng Sultan, hamba seorang wanita lemah. Sedangkan para prajurit penjaga yang gagah saja tak mampu menangkapnya, mana hamba tahu? Hamba rela menerima hukuman apapun yang paduka. hendak jatuhkan.

   "Anak Wargontomo, kau keras kepala! Hai, nyi Sekar masukkan dia kedalam ruang Panganti usahakan supaya ia mengaku!"achirnya Sultan memberi perintah. Panganti adalah kamar tahanan. Jogelopun dipanggil. Tetapi sigemuk itupun tak dapat menunjukkan persembunyian Gogor, Ia mendapat hukuman rangket, kemudian dijebIuskan dalam tahanan. * "Akang Gogor, celaka! Wigati sudah tiga hari Ini tak mau makan. Dan sudah dua hari ini Jogelo tak diberi makan. Karena mereka tetap tak mau mengaku, kata seorang dayang.

   "Benarkah? Kalau demikian terpaksa aku menyerahkan diri Rani, jangan kuatir, tak nanti aku merembetmu,"kata seorang pemuda. Siapakah dayang dan permuda itu? Mengapa mereka berbicara ber bisik 2 dalam kamar .Tak lain sipemuda adalah Gogor, sedang sidayang Rani, puteri Gentonglodong kepala gerombolan Rawa Keling yang dihancurkan tentara Pajang tempo hari. Rani ditawan dan dijadikan dayang dalam keraton Pajang. Kiranya ketika dikepung para penjaga. Gogor dapat meringkus tamtama Truna. Ia cepat memakai baju Truna dan karena malam gelap dapatlah ia mengelabuhi ki Jogo dkk. Waktu ia hendak lolos dari keraton, ternyata ki Jogo dan anakbuabnya sudah datang kembali, Penjagaan diperkeras, penggeledahan segera dilakukan Gogor kebingungan, tanpa banyak pikir ia segera menyelundup masuk kedalam kamar dayang. Ia harap dapat berjumpa dengan Wigati. Tapi ternyata penghuninya saorang dayang muda. Dayang itu terperanjat, hendak berteriak tapi cepat dibungkam Gogor."Hai, kau Rani? "Gogor terbeliak demi melihat wajah dayang itu.

   "Kau Gngor?"Rani meronta dari bungkaman. Iapun tak kurang kejutnya. Tapi ia tak punya waktu menanyakan keterangan lebih jauh kerena derap kaki pengawal keraton terdengar mendatangi. Ia suruh Gogor sembunyi dikolong bale, padamkan lampu dan pura2 tidur. Waktu pengawal datang mendebur pintu, Rani menyambut mereka. Dengan sikap dan gaya yang meyakinkan. dapatlah ia menyuruh mereka pergi .

   "Ah, masakan aku tak tahu kalau ada orang masuk disini, Pintu sejak tadi kukunci, itu lihat tiada barang sebuah Iubang digenting maupun dinding tembok. Kalau tidak percaya, silahkan menggeledah kamarku.

   "Rani menantang dengan muka cemberut. Karena alasan dan ucapan Rani sedemikian meyakinkan, kuatir kalau membuat dayang cantik Itu marah2, kawanan tamtamapun buru2 ngacir. Tadi mereka sudah mendapat semprotan dari nyi Sekar. Mereka tak hiraukan keterangan kepala dayang itu dan terus menggeledah kamarnya. Hasilnya nihil malah disemprot oleh nyi Sekar yang merasa kamarnya dikacau- balaukan.

   "Akang Gogor, itu terlalu bahaya, Kau tentu mendapat hukuman bunuh. Lebih baik kau lolos saja nanti di luar berusaha lagi untuk menolong Wigati dan Jogelo. Kurasa jeng Sultan tentu tak sampai hati menyiksa Wigati sampai mati.

   "Rani usul. Tapi Rani. Biarlah kuserahkan diriku selaku penebus Wigiti. Soal mati hidup serahkan pada yang Yang Maha Kuasa. Sudah beberapa kali jiwa Gogor terancam maut, tapi kalau kita sungguh 2 berjalan jujur dan Allah tentu melindungi.

   "

   Demikian dengan tenang, Gogor serahkan diri kepada ki Jogo. Kemudian dibawa ke hadapan Sultan.

   "Hai, anakmuda, besar sekali nyalimu berani mencuri masuk kedalam keputerian dan mengganggu seorang puteri kesayanganku! "bentak Sultan.

   "Ampun beribu ampun hamba persembahkan keduli paduka. Hamba se-kali2 tak berani melanggar titah jeng Sultan ataupun hendak mengganggu ' pagar ayu istana paduka yang agung. Hamba hanya dipaksa oleh suara hati untuk menjenguk keadaan wanita yang menjadi pelita hidup hamba. Untuk itu hamba telah mempertaruhkan jiwa dan raga hamba, patuh menerima apapun hukuman yang paduka firmankan "

   "Tidakkah kau tahu bahwa setiap puteri yang sudah masuk keraton itu, milik keraton yang tak boleh diusik siapapun juga? "tanya Sultan.

   "Hamba tahu, gusti. Karena itu hamba rela menerima hukuman. Hanya permohonan hamba, sang ayu Wigati dan tukang rumput Jjogelo itu tak bersalah. Semua adalah perbuatan hamba yang hinadina ini. Mohon guati suka mengampuni mereka.

   "

   Kata Gogor.

   "Kau seorang jantan! Baik, Wigati dan tukang rumput itu kuampuni tapi kau harus menerima hukuman.

   "kata Sultan, kemudian berseru kepada kepala tamtama, bawalah keluar, besok slapkan hukum picis! "

   Patih dan para pembesar keraton sama2 pucat.

   Hukuman picis yalah hukuman mati secara di iris2 tubuhnya.

   Tapi mereka tak berani membuka suara karena tahu kalau Sultan sedang gusar.

   Demikian segera Gogor digiring kekamar tahanan..

   Tak berselang berapa lama, nyi Sekar menghadap.

   Setelah berdatang sembah ia segera menghaturkan laporan.

   "Gusti. Wigati mohon hendak menghadap kehadapan duli tuanku, Jika tak diijinkan. ia hendak bunub diri.

   "

   Ternyata berita hukuman picis pada Gogor itu cepat tersiar luas dikalangan rakyat. Para dayangpun ramai membicarakan hal itu. Wigati mendengarnya dan minta dibawa kehadapan Sultan, Jika tidak, ia hendak bunuh diri seketika itu juga.

   "Baik, bawa ia kemari, kata Sultan. Tak lama kemudian datanglah nyi Sekar bersama Wigati. Wigati tampak pucat dan kurus tapi cahayanya tetap elok.

   "Duh jeng Sultan junjungan hamba.

   "Wigati menghaturkan hormat.

   "hambalah yangbersalah telah menyuruh pemuda itu datang ketaman. Hamba rela serahkan diri kepada paduka, tetapi hamba mohon pemuda itu jangan dihukum picis"

   "Benarkah janjimu itu Wigati? "Sultan menegas, Diam2 ia bergirang karena puteri ayu yang dikenan dalam hati itu kini sudah menurut. Sejak pertama kali melihat kecantikan Wigati, Sultan memang sudah jatuh hati. Bermula ia perintahkan puteri itu belajar tari setelah itu dipungutnya menjadi selir. Tapi rupanya Wigati menolak secara halus dengan alasan masih berkabung atas kematian ayahnya.

   "Semoga bumi dan langit menjadi saksi atas kerelaan hamba itu.

   "

   "Baiklah, kuturut permintaanmu Tetapi hukuman sudah kujatuhkan, sukar kucabutnya Hanya dapat dirobah hukuman itu, Pemuda itu akan kuadu dengan harlmau, kalau menang ia boleh bebas.

   "Tetapi jeng Sultan ...."

   "Sudahlah Wigati, kau boleh mengajukan keberatan tetapi akupun mempuntai keberatan juga. Mudah2an ia berhasil dalam pertandingan nanti,. Sultan memberi keputusan yang tak boleh dibantah. Antara mati dan hidup. Untuk jasanya membantu Sultan Pajang membinasakan Arya Penangsang, maka Kyai gede PeManahan diangkat menjadi bupati Matararn, Ia mempunyai putera yang bernama Sutawijaya ( disebut juga Pangeran Ngabehi Loring Pasar ) . Sutawijaya diangkat putera oleh Sultan Pajang dan disayanginya. Pada waktu Kyai Gede Pamanahan meninqgal, maka diangkatlah Sutawijaya menjadi penggantinya dengan gelar Senopati Ing Alaga Saidin Palatagama. Senopati ini berhajat menguasai seluruh tanah Jawa. Ia mengadakan persiapan untuk melaksanakan maksud itu dengan mendapat bimbingan dari pamannya Ki Jurumartani atau Dipati Mandarika. Sudah menjadi kebiasaan, pada tiap2 bln Maulud, semua bupati yang dibawah perintah Pajang sama datang menghadap Sultan Pajang selaku memperlihatkan kesetiaannya. Pada Maulud itu rakyat Pajang sibuk sekali. Selain kraton akan menerima kunjungan bupati2 dari 10 daerah, pun kalini dilapangan alun2 akan diselenggarakan perunjukan yang maha hehat, yani. orang diadu dengan harimau. Atau lebih jelas, Gogorlah yang akan diadu dengan harimau. Pagi itu balairung keraton tampak meriah Seluruh pengawal dan ponggawa keraton dengan pakaian seragamnya sudah siap seba ( menghadap ), tamtama sampai kepala prajurit, lurah, demang sampai patih, Bupati2 dari seluruh penjuru kekuasaan Pajangpun hadir- Sultan berkenan menerima penghormatan kesetiaan mereka. Satu demi satu menghaturkan laporan tentang daerah masing 2 dan tugas2 yang telah dilaksanakan Adipati Surabaya. Tuban Pati, Demak, Palembang, Purbaya ( Madiun ) dan Blitar. Kemudian patih laporkan keadaan pemerintahan dan mereka2 yang berjasa.

   "Sewaktu Sedayu. Gresik Surabaya dan Pasuruan memberontak dari kekuasaan Sunan Langgar, hamba mengirim pasukan kesana. Gita, hamba serahi pimpinan, Dengan menggabungkan diri pada Adipati Surabaya, dapatlah daerah2 itu takluk dan setia kepada paduka. Gita ternyata seorang senopati yang gagah perkasa,"patih memberi laporan.

   "Baik untuk jasanya itu Gita kukarunia pangkat pangeran muda dengan gelar Gitakusama, seorang puteri dan sebidang tanah kediaman.

   "kata Sultan. Jamulah para pangeran. bupati 2 dari mancanegara itu se meriah2nya. Undang mereka untuk menyaksikan pertandingan dilapangan alun 2. Malamnya diadakan pesta. Rakyat boleh rnenikmati hiburan selama 7 hari 7 malam.

   "

   "Hai, mana si Sutawijaya? Mengapa tak kelihatan datang? Dan mana itu bupati 2 dari Kedu dan Bagelen?"tiba2 Sultan bertanya.

   "Ampun gusti Sultan. Senopati Mataram bupati Kedu dan Bageen itu sampai saat ini belumtiba. Mungkin mereka terlambat. Biar nanti hamba kirim utusan meninjau,"kata ki patih. Demikianlah setelah upacara menghadap Sultan, maka pertemuan agung dibalairung itu dibubarikan dan seluruh hadirin menuju kelapangan alun 2.. Disana telah didirikan bangsal terhias umbul2 dan pagar praijurit lengkap dengan senjata terhunus. Disekeliling lapangan, rakyat berjubal2 menyaksikan pertandingan yang menggemparkan itu. Ketika gong berbunyi, suasana yang bermula berisik dengan suara manusia, tiba 2 sirap dan hening seketika. Kemudian tampillah seorang kepala tamtama.

   "Perhatian semua kawula Pajarg! Untuk merayakan kunjungan para pangeran dan bupati mancanegara pada hari Maulud ini paduka yang mulia Kanjeng Sultan Adiwiijaya berkenan menyuruh mengadakan pertindingan manasia lawan harmnau. Manusia yang akan bertanding itu seorang pemuda gagah yang telah melakukan kesalahan besar, Kanjeng Sultan bermurah hati mengganti hukuman mati dengan mengadunya pada harirnau. Jika menang, pemuda itu boleh bebas! "

   Pengumuman itu disambut dengan sorak sorai gegap gempita.

   Tapi ada sebagian juga yang merasa ngeri, lebih2 wanita dan puteri2 yang turut hadir dibangsal agung.

   Bagaimana seramnya kalau membayangkan dada pemuda itu akan di robek2 oleh kuku harimau buas .., Gung, gung! Tiba2 terdengar bende dipaln dan dari pintu yang berada di bawah panggung, keluarlah seorang pemuda yaitu Gogor.

   Dengan langkah tegap dan sikap yang tenang, ia berjalan memberi hormat menuju ketengah gelanggang.

   Menyaksikan kecakapan Gogor, banyaklah penonton yang merasa sayang dan kasihan.

   Diam2 mereka mendoa agar pemuda itu menang.

   Ia memberi hormat kearah bangsal agung dan pada sekalian penonton.

   Kemudian berdiri tegak menanti lawan.

   Tak lama kemudian terdengarlah gempar aum dari seekor raja hutan.

   Pintu dibawah panggung terbuka dan seekor harimau gembong yang besar loncat kedalam arena.

   Penonton menahan napas.

   Rupanya harimau itu sudah beberapa hari tak diberi makan.

   Begitu mencium bau manusia, ia segera ber indap2 menghampiri muka Gogor.

   Kepala menunduk.

   kaki ber derak 2 menggaruk tanah dan wut, ia loncat menerkam tapi Gogor loncat menghindar.

   Gogor bertangan kosong, maka ia barus mencari siasat untuk mencari kesempatan.

   la tahu ciri bangsa harimau.

   Harimau takut berhadapan dengan manusia dan selalu menyelinap kesamping atau belakang, baru nanti menerkamnya, Karena Gogor mengikuti gerak geriknya, rupanya binatang itu marah dan loncat lagi menerkamnya.

   Namun setiap kali ia selalu menubruk angin.

   Gogor selincah rusa.

   Penonton sama menjerit kaget pada saat Gogor agak lambat menghindar.

   Bahunya kena teterkam hingga robek, dadanya tergurat berdarah.

   Kuda Putih Karya Sd Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Gogor memang menggunakan siasat menghindar untuk melelahkan dan mematahkan semangat lawan.

   Harimau marah sekali rupanya, Apalagi setelah mencium bau darah Gogor.

   Terjangannia makin gencar dan dahsyat Beberapa kali Gogor harus mandi keringat untuk lolos dari lubang jarum .Selain tubuh kakinyapun kena cakaran sehingga keadaamnya kini mirip dengan manusia darah ( sekujur badannya mandi darah ).

   Namun sekali pun belum pernah ia balas memukul atau menendang.

   Akhirnya kesabaran Gogor itu berbuah juga.

   harimau mulai lelah dan patah semangatnya.

   Terjangannya tak sebuas tadi lagi, gerakannya agak lamban.

   Gogor anggap sudah tiba saatnya ia harus bertindak.

   Setelah membiarkan dirinya supaya diterkam, se konyong2 ia menyelinap kebelakang.

   Sebelum harimau yang menubruk angin itu sempat berputar tubuh, tahu 2 ekornya ditarik oleh sebuah tangan kuat dan tubuhnya di- putar2.

   Aumm ...aumm ..terdengar harimau itu memekik se kuat2nya hingga sekalian penonton ngeri dan gentar.

   Para prajurit yang rapat memagari sekeliling arena itupun segera acungkan tombaknya untuk menjagai setiap kemungkinan.

   "Haa ".

   "tiba2 Gogor berteriak se-kuat2nya seraya lemparkan harirnau itu kepagar prajurit, Cret ... tubuh barimau itu tepat tertancap pada dua buah tombak prajurit. Pertama karena kerasnya lontaran Gogor. Kedua karena terkejut dan ketiga karena beratnya tubuh raja hutan itu. Maka keduaprajurit itupun sampai terjerembab jatuh kebelakang, Bluk, harimau yang tubuhnya tertembus dengan dua batang tombak itupun jatuh juga ketanah tak berkutik lagi. Sorak teriak darl para penonton menggema sampai kelangit. Ramai orang memuji kegagahan dan ber tanya2 diri anak muda itu, Kepala prajurit yang menjadi pengacara tadipun tampil pula dengan pengumuman bahwa pertandingan telah selesai. Anak muda itu dibebaskan dari hukuman tapi harus meninggalkan bumi Pajang. Gogor ajak Jogelo yang sementara itupun sudah dibebaskan, pergi. Tak lupa si Putihpun dibawanya. Tapi mereka tak mau pulang ke Wirosobo. Mereka bersembunyi sebuah hutan yang tak jauh dari keraton Pajang. Gogor hendak menunggu kesempatan. Kesempatan untuk menolong Wigati dan membawanya lari. Apakah pengalaman pahit yang dideritanya itu tak mem-buatnya kapok? Tidak, dalam kamus hatinya ia tak kenal kata2 ' menyerah. la tetap akan berusaha untuk melaksanakan cita2nya. Walaupun ia cukup tahu bagairnana resikonya, namun ia mempunyai keyakinan bahwa cita 2 itu adalah suc. * Malamnya dibangsal penyambutan tamu agung, telah diadakan keramaian dan perjamuan besar. Para pembesar, keraton dan tamtama2 serta bupati2 dari daerah2 hadir. Perjamuan berjalan meriah. Sebagai salah satu hidangan yang menarik, sudah tentu tak ketinggalan minuman tuak. Dan sebagai atraksi yang hebat, Sultan berkenan mengirim rombongan penari keraton untuk memberi pertunjukan. Setelah acara tari2an dan fragmen2 yang menarik selesai, antaranya tari serimpi, bondan. Menakjingga-Dayun, Gatutkaca gandrung dll. maka tibalah acara penghabisan yang paling memikat, yani gamhyongan dan tayuban. Selama dalam tari2an dan fragmen tadi, para hadirin terpesona dengan seorang penari yang kecantikan paling menyilaukan dan gayanya paling memikat kesan. Sudah umum disidang pertemuan, lebih2 dikalangan kaum lelaki. Selalu memperbincangkan urusan wanita. Pun penari yang mempersonakan itu, menjadi buah pembicaraan mereka.

   "Siapakah gerangan penari yang cantik itu? "tanya salah seorang tamu.

   "Eh, jangan mata keranjang. Sudah ada yang punya, Iho! "olok kawannya.

   "Siapa? "

   "Siapa lagi kalau bukan Kanjeng Sultan sendiri, Penari itu bernama Ayu Wigati. ratukembang Wirosobo yang di kenan jeng Sultan.

   "

   "Ho kawan jangan ke lebih2an menakuti orang, Kanjeng Sultan sudah memperkenankan mengirim ia kemari, berarti memberi kebebasan pada semua hadirin, Ayo, kalau tayuban, minta penari ayu itu yang tampil.

   "

   Seru seorang tamu lain.

   Usul itu mendapat sambutan hangat dari sekalian hadirin.

   Segera permintaan diajukan kepada Ki patih yang hanya tersenyum dan meluluskan.

   Demikianlah Wigati tampil kemedan tari, Banyak nian yang berebut untuk menjadi partner menarinya Ki Patih campur tangan.

   la memberikan tata tertib.

   Kehormatan pertama diberikan kepada para bupati dari mancanegara Setelah itu kepada senopati yang berjasa.

   Selanjunya untuk ponggawa yang dibawah tingkat itu, akan diajukan penari lain lagi.

   Setelah berturut turut para bupati dari luar daerah menari, maka gilirannya para senopati, Oleh karena Gita baru saja diangkat menjadi senopati berkat jasanya dalam menindas pemberontakan.

   dialah yang mendapat giliran pertama nntuk menemani Wigati.

   Gita benar2 terpesona dengan kecantikan Wigati yang halus.

   Hampir saja ia tak dapat mengendalikan diri jika tak ingat disitu banyak tetamu berpangkat tinggi.

   Namun Wigati bersikap dingin.

   Ia menari karena harus menari, menyanyi karena wajib menyanyi.

   Sedikitpun tiada disertai getaran jiwanya.

   Gita makin setengah mati.

   Akhirnya iapun melantangkan suara hatinya dengan menyanyi.

   Duh gustiku, kang apinda Ratih.

   cahyanira sumunu kadya wulan, kang purnama siddi Wong kuning nemugiring, duh jiwengsun, paringa usada.

   Pun kakang rarasmara, esemira lir gebyaring tatit, weh ranjeping wardaya.

   Demikianlah tak putus2nya Gita coba menarik perhatian Wigati dengan berbagai curahan dendang asmara.

   Namun Wigati bagaikan boneka cantik yang tak berijiwa.

   Ia se olah 2 tyli dnagan jeritan hati Gita yang me rintih2 meminta belas kasihan kasih itu.

   Sampai jauh malam, perjamuan baru berakhir dengan memuaskan, Banyaklah para tetamu yang terpaksa digotong karena kebanyakan minum tuak.

   Gita pulang seperti orang yang kehilangan semangat.

   Matanya selalu ter-bayang2 akan wajah Wigati.

   Mulutnya tak henti2nya mengingau.

   Ia benar2 jatuh dalam lirikan Wigati ' Pun kakang rarasmara ......(aku sakit rindu ).

   Kepala tamtarna yang tangguh menghadapi berkilatnya to,bak dan pedang, akhirnya - menyerah, hancur poranda tersambar ' esemira lir gebyaring tatit ', senyuman yang menyilaukan laksana kilat , ...

   * "Bagaimana patih beritanya Sutawijaya dan bupati Kedu Bagelen itu?"kata Sultan Adiwijaja pada ki patih.

   "Ampun gusti junjungan hamba. Belum lagi hamba menghaturkan laporan, paduka telah menegur hamba. Ya, junjungan hamba, adapun bupati Kedu dan Bagelen itu se benarnya sudah dalam perjalanan ke Pajang untuk menghadap paduka.

   "

   "Eh, mengapa sampai sekarang belum tiba?"tukas Sultan.

   "Ketika sampai di Mataram, mereka diundang dan dijamu sebaik 2 nya oleh senopatisehingga mereka semua tertarik hati dan menyerahkan upeti kepadanya. Kemudian mereka diminta untuk memperkuat kota Pasar Gade."kata ki patih.

   "Sutawijaya berani berbuat begitu? Keparat!"teriak Sultan.

   "apa maksudnya? Apakah dia hendak memberontak?"

   "Hal itu hamba belum yakin kebenarannya. Menurut hemat hamba sebaiknya gusti mengutus orang ke Mataram. Untuk meneliti dari dekat asal gerangan yang direncanakan Senopati"

   "Hm, benar paman siapakah kiranya yang tepat kuutus kesana? tanya Sultan pula.

   "Menurut pandangan hamba yang picik, kiranya tiada lain orang yang lebih dari putera paduka sendiri, putera mahkota pangeran Banawaa. Pangeran Banawa bersahabat baik dengan Senopati. Kunjungannya tentu tak membuat Senopati terkejut dan curiga. Kiranya pangeran Banawa tentu dapat menilai gerak gerik Senopati dengan leluasa.

   "Ya, ya, titahkan Banawa kemari."kata Sultan. Tak lama kemudian datanglah pangeran Barrawa menghadap.

   "Banawa pergilah ke Mataram. Tinjaulah si Sutawijaya mengapa pada Maulid ini tak datang menghadap padaku. Selain itu, coba perhatikan suasana negeri Mataram dewasa ini, terutama amatilah kegiatan tentaranya.

   "titah Sultan. Pangeran itu mengiakan dan setelah memberi hormat, berangkatlah ia ke Mataram. Setelah beberapa hari tinggal dinegeri itu, iapun pulang menghadap ayahandanya.

   "Rama baginda titah rama telah hamba laksanakan. Hamba telah berjumpa dengan Senopati,"kata pangeran Banawa.

   "Bagaimana keadaannya, mengapa ia tak datang seba (menghadap) padaku?"

   "Adimas Sutawijaya mohon diampuni kesalahannya. Pertama, karena kesehatannya agak terganggu dan kedua sibuk memimpin kawulanya membangun Pasir Gede."

   "Hm. bagus benar alasannya itu lalu bagaimana dengan bupati 2 Kedu dan Bagelen itu? "

   "Merekapun disana. Juga memohon beribu ampun atas kedosaannya. Namun mereka diminta dengan sangat oleh Sutawijaya untuk membantu pekerjaan di Mataram, Sutawi jaya telah memberi jaminan kepada rnereka bahwa paduka jeng Sultan tentu sudi memberi ampun karena kemangkiran mereka, kali ini bukan bermaksud hendak membangkang melainkan demi untuk membangun negara dan memajukan kesejahteraan rakyat "

   "Itu suatu alasan. Alasan yang diselimuti dengan kata2 manis saja. Tetapi yang penting Banawa, bagaimana kesanmu sendiri selama disana itu? Adakah sesuatu yang patut meni mbulkan kecurigaan "tanya Sultan pula.

   "Tidak, rama baginda. Adimas Sutawidiaja bersikap manis sekali kepadaku. Tak ada perobahan dalam kesetiaannyaa kepada rama baginda. Memang benar, mereka sibuk membangun dan melatih tentara .tapi rasanya hanya untuk penjagaan daerah saja. Menurut hemat hamba, tak nanti semut berani bertanding dengan gajah. Sultan Adiwijaya hanya mendengus. Ia tahu bagaimana perangai puteranya itu. Seorang pingeran yang baik budi, tidak punya ambisi besar, baik sekali dengan Sutawijaya. Sedemikian baiknya seperti saudara kandung. Dan memang Sutawijaya cocok dan sayang kepada pangeran Banawa daripada putra2 Sultan yang lain. Namun sudah santer berita2 dan laporan2 yang masuk kepada Sultan, bahwa Senopati di Mataram itu sedang mempersiapkan rencana besar. Ia senang dan memuji peribadi Senopati yang ambitieus dan bercita2 itu. Memang seorang ksatrya harus mempunyai untuk mempersatukan kerajaan Jawa. Dan dipungutnyalah Sutawijaya itu menjadi anak angkat. Ia tahu kelak pemuda itu tentu melaksanakan sesuatu pekerjaan besar. Tapi setitikpun ia tak mimpi bahwa salah satu pekerjaan besar yang siap direncanakan Sutawijaya itu yalah merebut kekuasaan Pajang sendiri. Sultan sudah beberapa kali mengalami gelombang pasang surutnya perebutan kekuasaan. Permaisurinya adalah puteri ketiga dari Sultan Trenggana yang menggantikan Patih Unus atauPangeran Sabrang Lor menjadi Sultan ketiga dari kerajaan Demak. Patih Unus Putera sulung dari Raden Patah, pendiri kerajaan Demak. Ketika Patih Unus wafat, maka adiknya yang ketiga yalah Sultan Trenggana yang mengganti jadi Sultan karena adiknya yang kedua yani Pangeran Sekar Seda Lepen dibunuh oleh Sunan Prawata. Sunan Prawata mempunyai putera bernama Arya Penangsang yang menuntut hak tahta kerajaan Demak Sunan Prawata ( bukan Prawata ayah Arya Penangsang melainkan Sunan Prawata yang aslinya bernama Pangeran Mukmin, putera dari Sultan Trenggana ) dan Pangeran Hadiri dibunuh oleh Arya Penangsang. Achirnya Arya Penangsang juga hendak membunuh Sultan Adiwjaya. Tetapi dalam pertempuran, Arya Penangsang dapat dibinasakan. Pengalaman itu telah menjadikan Sultan Adiwijaya masak dalam pengalaman. Walaupun puteranya tadi memberi laporan yang melegakan namun ia tetap bercuriga. Ia titahkan patih mempersiapkan latihan keprajuritan "Mulai besok adakan latihan berbaris yang giat, paman, Eh, ya, bagaimana dengan Gita? tiba2 Sultan teringat akan senopati yang gagah "Sejak keramaian, Maulud selesai, dia jatuh sakit Tapi bukan badan melainkan sakit ...

   "Sakit apa, paman?"tegur Sultan demi patih tak melanjutkan kata2nya.

   "Sakit mengingau, gusti. Seperti orang yang termenung menung saja. Mulutnya mengigaukan Ayu Wigati ..

   "Eh, dia gandrung ( rindu ) pada Wigati?"nada Sultan agak keras. Patih buru 2 meminta ampun atas laporannya tadi, tapi memang kenyataaanya begitu. Sultan termenung.

   "Apakah dia benar2 gagah perkasa, paman? Dan bagaimana kesetiaannya kepadaku? "

   Beberapa saat kemudian Sultan berkata.

   "Kegagahannya selama memadamkan pemberontakan di daerah2 itu memang menonjol. Kesetiaannya kepada paduka meyakinkan.

   "jawab ki Patih.

   "Bagaimana kesimpulanmu dengan perbuatan Sutawijaya itu paman? "tanya Sultan pula.

   "Mengingat Senopati putera angkat paduka, tentu takkan berbuat sesuatu yang memusuhi Pajang. Tapi menilik gerak geriknya selama ini memang patut dicurigai. Dengan daIih alasan apapun, tetapi menghadap paduka pada tiap Maulud itu adalah bukti dari kesetiaannya. Pada dasarnya alasan yang dikemukakan kepada gusti pangeran Bawana itu tidak tepat ."

   "Hm.

   "Sultan mendengus dan merenung pula.

   "Ya, sebagai orangtua tak layak aku menuduh semena2nya kepadanya. Tapi kesabaran ada batasnya. Apabila terbukti dalam tindakannya nanti ia hendak melawan aku, terpaksa aku bertindak. Eh, tentang sakit si Gita tadi, bagaimana pendapatmu, paman? "

   Ki Patih tak dapat menjawab. Tampaknya ada kesukaran dalam batinnya. Baru setelah diulang lagi oleh Sultan, terpaksa ia menyatakan pandangannya.

   "Untuk meluaskan dan menguasai daerah kerajaan Pajang, kita harus memerlukan senopati2 yang setia dan gagah. Seorang senopati lebih berharga dari 1000 prajurit. Untuk menguasai hati orang, kita harus dapat memberi apa yang di-idam2kan, asal pemintaan itu tidak keliwat batas. Tapi hanya pandangan hamba ang serba picik, gusti. Tentang kenyataannya, hamba persembahkan pada pertimbangan paduka sendiri yang jauh lebih luas dan bijaksana.

   "

   Sultan anggap pendapat Patih itu sesuai.

   Ia memang , berhasrat terhadap Wigati, tapipun ada sedikit kekecewaannya.

   Yalah bahwasanya Wigati itu sudah pernah diperisterikan anak demang.

   Apakah tidak menurunkan martabat apabila sebagai seorang raja besar ia mengambil wanita bekas diperisteri orang.

   Dengan memberikan Wigati kepada Gita, berarti ia mendapat seorang senopati yang gagahdan setia.

   Dengan pertimbangan itu akhirnya la mengihlaskan Wigati.

   Dan ini sesuai dengan janjinya untuk memberi paringan ( pemberian ) puteri kepada Gita.

   Betapa girang Gita ketika mendengar berita ki Patih, sukar dilukiskan.

   Untuk menyatakanterima kasihnya ia menghadap Sultan dan bersumpah akan setia sampai mati.

   Sebaliknya Wigati terkejut mendengar keputusan itu.

   Hari2 ia lewatkan dengan penuh kemasygulan Pada malam itu e perti malam 2 yang lalu, ia tak dapat tidur.

   Dibukanya jendela dipandangnya rembulan yang tengah muncul di antara kabut awan.

   Ia menghela napas.

   Tiba2 ada sesosok tubuh menyelinap kemuka jendela.

   "Sang ayu, aku hendak bicara penting, boleh aku masuk? "kata orang yang berkerudung kepalanya itu. Karena seorang wanita, mungkin tentu dayang, maka Wigati membuka pintu.

   "Aku Rani, dahuluu puteri pemimpin Rawa yang pernah diserang Gogor, senopati Wirosobo. Dua kali aku pernah menyelamatkan jiwa Gogor. Pertama di Rawa Keling dan kedua di keraton sini ketika di kejar pennjaga. Terus terang saja, karena aku suka pada Gogor. Tapi ternyata jelas, Gogor tidak membalas cintaku karena cinta padamu. Aku tak menyesal karena cinta tak dapat dipaksakan.Bahkan penyesalanku berobah menjadi kasihan demi kukenal pribadimu. kuketahui nasib kalian berdua. Cintaku kepada Gogor kutingkatkan menjadi pengorbanan. Kurela berkorban demi kebahagiaan kalian."

   "Oh Rani aku terharu atas kejujuranmu. Aku sudah tak ada harapan lagi. Sebaliknya kuminta kaulah yang menyediakan diri merawat akang Gogor. Menikahlah dengan dia dan hiduplah berbahagia. Aku rela Ranl ...

   "

   Justeru karena hal itu aku datang kemari.

   Jangan kuatir, berbesarlah hatimu.Kau tentu dapat terangkap suami isteri dengan Gogor.

   Untuk tidak memakan waktu baiklah sekarang kuj elaskan rencanaku.

   Aku akan mengikut kau sebagai dayangmu ditempat kediaman Gita.

   Gita adalah musuhku besar.

   Dia sebenarnya kakak angkatku.

   Tetapi dia telah mengkhianati ayahku yang menjadi gurunya ...

   Rani menuturkan riwayatnya.

   Dengan rencana itu sekali tepuk dapat dua lalat .Pertama melakukan balasan pada Gita Kedua dapat menolong Gogor dan Wigati.

   Ia mendesak Wigati memohon pada Sultan supaya diperbolehkan membawa seorang dayang bila nanti diboyong ( dibawa ) kerumah Gita.

   Wigati menurut.

   Ia menghadap Sultan dan mengajukan permohonan tersebut.

   Karena hal itu sudah wajar, maka Sultan mengijinkan Wigati boleh menbawa dayang yang disayangi.

   Dan pilihan Wigati tentu jatuh pada Rani.

   Hubungan Pajang dengan Mataram makin tegang Senopati makin nyata sikap membangkangnya Dan Sultan selalu memperhatikan gerak gerik Mataram.

   Apabila ada alasan kuat mengunjukkan kesalahan Senopati, Sultan Pajang segera menggempurnya.

   Tapi pernikahan Wigati dengan Gita tetap dilangsungkan.

   Gita seperti menelan rembulan.

   Diberi pangkat rumah kediaman dan hadiah puteri cantik.

   Semua tetamu sama memuji kecantikan puteri mempelainya.

   Orang sama mengiri akan kebahagiaan Gita.

   Namun Wigati tetap bermuram durja.

   Ia bagaikan sebuah patung hidup.

   
Kuda Putih Karya Sd Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ketika para tetamu sama bubaran, haripun sudah jatuh malam.

   Gita dengan langkah sempoyongan masuk kekamar pengantin.

   Mukanya merah padam, matanya remang 2 dan kepalanya agak pusing.

   Ia banyak minum tuak yang diberikan oleh para tetamu sebagai pemberian selamat.

   Gedung kediaman yang besar, sunyi senyap Bujang2 nya sudah tidur kelelahan .

   Malam pengantin adalah malam yang bahagia Gita membayangkan akan menikmati kebahagiaan hidup bersama seorang bidadari.

   Tampak sesosok tubuh langsing duduk dikursi.

   Ia yakin tentu Wigati.

   Tapi ia agak heran mengapa lampu dipadamkan Eh, mungkin malu dia Pikirnya.

   "Duh cah ayu mustikaningsun. Mengapa dikau belum tidur? Maaf manis, aku bru dapat datang begini malam karena harus melayani tetamu2.

   "katanya sambil menjamah bahu temantennya.

   "Setan jangan menyentuh tubuhku! " Gita tersentak kaget demi tangannya ditolak olehsang temanten.

   "Ah, jangan marah sang Ayu. Lain kali aku berjanji takkan menelantarkan kau. Malam ini adalah temanten kita, tak baik marah2.

   "ia merayunya pula sembari maju merapat. Kalini tidak saja menjamah tapi malah memeluknya.

   "Bluk , ..aduh! .Gita mengerang kesakitan dadanya dipukul mempelainya.

   "Hai, Wigati mengapa kau memukul dadaku? Aku toh suamimu, mengapa tak kau hormati? "teriaknya. Sesaat ia heran, mengapa pukulan seorang puteri jelita sedemikian kerasnya, Ia maju lagi sebelum sempat membuka mulut, perutnya kena ditojor. Hek. ia menunduk mendekap perut Krek, aduh , ..tahu2 kepalanya dikemplang dengan palu. Begitu keras pukulan itu sehingga ia jatuh pingsan.

   "Wigati, siap? "tanya temanten itu yang bukan lain adalah Rani. Dari balik tirai, muncullah Wigati. Ternyata yang duduk dikursi itu Rani. sedang Wigati mengumpat, Semuanya itu direncanakan Rani. Rani cepat mengikat tangan dan kaki Gita, kemudian mulutnya disumbat kain. Setelah itu dipanggul keluar, Wigati mengikuti dari belakang. Rani menuju keistal kuda. Ia mengeluarkan dua ekor kuda. Yang satu untuk memuat tubuh Gita, yang satu dinaikinya bersama Wigati, Mereka kaburkan kudanya kehutan. Perang Pajang -- Mataram Semasa mudanya, Sultan Adiwijaya atau Joko Tingkir mempunyai tiga orang sababat yang boleh dikatakan seperti saudara angkat. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan, Ki Jurumartani dan Tumenggung Mayang. Ki Ageng Pemanahan sudah meninggal berputera Sutawijaya. Ki Jurumartani adalah sekarang yang menjadi penasehat Sutawijaya di Mataram. Sedang Ki Mayang diangkat menjadi tumenggung, di Pajang. Tumenggung Mayang mempunyai seorang putera Raden Pabelan. Cakap rupanya tapi bermata keranjang, suka mengganggu wanita cantik. Ayahnya malu dan jengkel, Akhirnya menganjurkan kalau berani, boleh menggambil hati Sekarkedaton, puteri Sultan Adiwijaya. Lebih perwira daripada mengganggu wanita sembarangan, Kalau berhasil bisa menjadi menantu raja, Tapi kalau gagal, badan binasa. Dengan perantaraan dayang keraton, Pabelan berhasil mengadakan pertemuan dengan puteri itu ditaman. Karena lupa daratan, mereka kesiangan dan kepergok para penjaga. Akhirnya diringkus Sultan marah sekali dan titahkan membunuh pemuda itu dilapangan alun2. Pedang, keris, tombak dan segala macam senjata telah timpakan kepada tubuh maling maguna itu. tetapi kulitnya saja tak lecet. Akhirnya Sultan memanggil Tumenggung Mayang.

   "Mayang, terserah padamu, kau setia pada raja atau sayang pada anakmu.

   "kata Sultan setelah memberitahukan tentang kesalahan Raden Pabelan.

   "Hamba lebih setia pada paduka.

   "sahut Tumenggung Mayang "Baik, kalau begitu kuserahkan patinya puteramu padamu, ! "

   Tumenggung Mayang meyogyakan dan terus menuju kelapangan.

   "Ha, kau Pabelan? "tegurnya kepada sang putera.

   "Ya, ayah.

   "

   "Mengapa kau ingkar janji? Bukankah sebelumnya telah kusyaratkan konsekwensi daripada tindakanmu, yalah. kalau berhasil, mukti mulia. kalau gagal, mati. Ternyata kau gagal, tapi mengapa kau merasa berat dengan kematianmu? "

   "Tidak, ayah, Aku* tetap memegang janji.

   "Baik, mana kembabkan patrem ( keris ) yang kuberikan kepadamu itu.

   "

   Pabelan memberikan patrem milik ayahnya yang dipinjamkan kepadanya.

   Dan dengan keris itu, Tumenggung Mayang menamatkan jiwa puteranya sendiri.

   Ternyata patrem itu amat bertuah sekali.

   Dengan kesaktiannya tadi Pabelan kebal ditusuk senjata.Sekalipun sudah mengorbankan puteranya, namun rupanya Sultan masih belum puas Ia menitahkan Tumenggung Mayaag sekeluarga menuju ke Semarang.

   Berita itu terdengar juga oleh Sutawijaya.

   Ia anggap Tumenggung itu sebagai pamannya sendiri.

   Tak rela ia kalau sang paman yang sudah berkorban sedemikian besarnya masih dihukum buang.

   Ia segera pi mpin pasukan pengejar.

   Akhirnya dalam pertempuran dengan rombongan Pajang, ia berhasil mengalahkan mereka dan membebaskan Tumenggung Mayang.

   Sultan Adiwijaya tak dapat bersabar lagi.

   Itu suatu tantangan terang2an.

   Ia segera perintah siapkan tentara untuk menghajar Mataram.

   Pagi itu lapangan alun2 Pajang se olah2 menjadi lautan umbul2 yang beraneka warna, Pedang lembing, tombak dan senjata2 tajam ber kilau2an ditimpa cahaya sinar matahari.

   Tentara Pajang telah bersiap berangkat perang.

   Sebagai tentara sebuah kerajaan besar, mereka mempunyai daja tempur dan disiplin tinggi.

   Tung, tung, tung! Bende bertalu sebagai kehormatan dari tibanya Sultan Adiwijaya.

   Dengan naik gajah, yang dipertuan dari kerajaan Pajang muncul dilapangan dan mengadakan inspeksi.

   Para perwira, hulubalang tamtama dan prajurit sama tegak memberi hormat.

   Raja yang sejarah hidupnya diliputi dengan perjoangan yang heroik dan romantik itu, walaupun daiam usia setengah abad, masih tetap tampak gagah perkasa.

   Setelah berhenti dipanggung kehormatan, maka Sultan-pun segera menerirna laporan dari ki Patih tentang jumlah pasukan dan hulubalang ( senopati ) yang akan ikut dalam penyerangan itu.

   "Eh, mana Gita? "tanyanya.

   "Ia mendapat cuti beberapa hari menjelang perkawinannya, gusti. Semalam ia rnelangsungkan pernikahan. Mungkin agak kesiangan. Baik hamba segera kirim orang memanggilnya.

   "kata ki Patih. Belum lagi ia memilih orang suruhan, datanglah seorang hamba. Ia ber lari 2an menemui ki Patih. Ternyata dia adalah hamba dari Gita. Ia melaporkan tentang hilangnya Gita dan Wigati bersama seorang dayang. Ki Patih terkejut dan segera menyampaikan berita itu kepada Sultan.

   "Gita hilang? Siapa yang menculiknya? Hai, paman patih, apakah setelah mendapat wanita yang diidamkan ia lantas lari menyeberang ke Mataram? "tanya Sultan.

   "Hamba rasa dalam hal itu tentu terjadi sesuatu. Tetapi menurut keyakinan hamba, tak mungkin ia menyeberang. Kiranya hamba segera akan mengusut peristiwa itu, gusti. Tetapi apakah paduka bermaksud menangguhkan pemberangkatan tentara kita untuk menunggu berita tentang Gita? "

   Kata ki patih.

   "Tidak, paman! Dengan atau tanpa Gita, kita tetap menghajar Mataram.

   "sahut Sultan. Tetapi sekalipun mulutnya berkata begitu, namun hatinya masih tak sampai terhadap Senopati, putera angkat yang disayanginya itu. Setelah upacara selesai, berangkatlah pasukan Pajang. Rupanya gerakan Pajang itu tercium oleh fihak Mataram. Sutawijaya segera mengadakan musyawarah dengan pamannya Ki Jurumartani yang menjadi wali dan penasehatnya. Juga diminta pendapat dari kedua bupati Kedu dan Bagelen. Akhirnya diputuskan untuk melawan. Ia tahu Sultan Adiwijaya itu amat sakti dan mahir dalam peperangan. Untuk itu harus dhadapi dengan siasat, tidak boleh semata mata dengan adu kekuatan saja Ia segera perintahkan anak tentaranya rnempersiapkan obor. Dari daerah Laut Kidul sampai kefront terdepan, supaya direntang barisan obor. Setiap 5 meter, berjaga seorang perajurit dengan membawa obor, nanti mereka harus bersorak sorak sekerasnya. Sehingga musuh akan mengira tentara Mataram berjumlah besar sekali. *Diantara jalanan hutan belukar yang mengerumuni lereng gunung Merapi, tampak dua ekor kuda lari dengan pe atnya. Yang seekor dinaiki oleh dua orang wanita muda. Yang seekor dimuati oleh tubuh seorang lelaki yang terikat pada pelana kuda. Suasana gunung saat itu terasa menyeramkan, Puncaknya mengepulkan asap tebal, terasa cerah panas menyesakkan. Margasatwa lari kebIngungan, unggas beterbangan kacau balau Bahkan- air perigi terasa hangat, Panas, panas sekali hawa di gunung itu, se akan2 terbakar. Namun kedua penunggang kuda yang bukan lain Rani dan Wigati itu tak menghiraukan. Kepanasan hati Rani, mungkin lebih meluap dari udara Merapi saat itu. Dendam kesumatnya terhadap Gita, menyala nyala. Akhirnya ia berhenti pada sebuah dataran hijau. Gita diturunkan dan dilepas tali ikatannya.

   "Gita, kalau mau tadi aku sudah dapat membunuhmu. Tapi aku bukan wanita yang ingin menang murah. Sekarang kaki dan tanganmu sudah bebas. Aku hendak meminta pertanggungan jawabmu atas kematian ayahku!"teriak Rani. Gita kini baru tersadar akan kejadian semalam yang se olah2 dalam impian itu. Kini ia harus menghadapi kenyataan. Bukan Ayu Wigati, pengantinnya yang cantik menggiurkan itu, melainkan Rani, gadis yang haus meminum darahnya. Sesaat ia termangu. Pertarna masih teringat akan dosanya terhadap gurunya Gentonglodong. Kedua, kagum atas tindakan Rani yang sportief.

   "Hai, Gita, apa yang kaupikirkan? Kau sekarang bukan dikamar pengantin melainkan dilereng gunung Merapi yang akan menjadi alas kuburmu! Kalau tak bawa senjata nih, pedang. Marilah kita bertempur! "Rani lemparkan sebatang pedang "Tapi, Rani ...

   "Jangan banyak omong!"bentak Rani seraya maju menyerang. Gita mengelak. Tapi saat itu Rani betul2 seperti kerangsokan setan. Ia tak memberi kesempatan pada Gita untuk mengatur posisinya. Namun bagaimanapun ia seorang wanita, tenaganya masih kalah dengan Gita. Pelahan tapi tentu, Gita mulai dapat menghalau atau menghindari serangan dan setelah mendapatkan ketenangannya, mulailah ia dapat balas menyerang. Wigati mengawasi pertempuran itu dengan hati was-was. Kalau Gita sampai menang. tentu ia bakal menjadi isterinya lagi. Ia mengharap Rani yang menang tapi ia tak mampu berbuat apa2. Sementara itu, hujan mulai turun. Dari puncak Merapi terdengar beberapa ledakan yang gemuruh. Bumi tergetar. Wigati mulai cemas dan takut. Namun Rani tak menghiraukan segala apa kecuali membunuh Gita, Bermula Gita masih mengingat tali persaudaraan. Tapi karena terus didesak begitu rupa. akhirnya iapun mata gelap juga "Rani, jangan kira aku tak dapat mengatasi kau. Sebenarnya karena masih mengingat persaudaraan kita, aku tak tega melukaimu. Tapi janganlah kau keliwat mendesak aku, nanti kau sendiri yang celaka.

   "serunya memperingati.

   "Saudara? Cis, siapa sudi bersaudara dengan manusia pengkhianat semacam kau! "

   Bentak Rani seraya menikam.

   Dihina begitu rupa dihadapan Wigati.

   dari malu Gita menjadi kalap.

   la tangkis tikaman itu sembari ayunkan kakinya menendang.

   Rani tarik pedangnya untuk memapas kaki Gita.

   Gita cepat tarik kakinya namun tak urung kena sedikit.

   Betisnya terluka, darah mengucur, sakitnya bukan kepalang.

   Luka itu membuat Gita merah matanya, la menerjang dengan beringas.

   Rani terpaksa berlincahan untuk menghindar .

   Tapi pada suatu kesempatan dimana Rani agak berayal sedikit, kaki Gita berhasil dapat menendangnya hingga tergelincir jatuh kebelakang.

   "Ha, Rani, sekarang terpaksa kuantarkan menemani ayahmu diakhirat! "Gita maju hendak membacoknya. Aduh ....Wigati menjerit dan mendekap mukanya karena tak tega melibat Rani binasa. Gita tersentak kaget mendengar jeritan Wigati dan berpaling. Rani sebenarnya patah sebelah kakinya hingga sukarberbangkit. Dalam saat2 yang berbahaya la teringat masih membekal belati. Selagi Gita berpaling, ia tak mau men sia2kan kesempatan itu. Wut, belati dilontarkan dengan sisa tenaganya. Cret, Gita mengaduh karena dadanya tertancap belati. Cepat ia mencabutnya dan ditimpukkan ke pada Rani ... Se konyong2 terdengar letusan dahsyat. Bumi tergetar keras dan cuaca menjadi gelap. Menyusul terdengarlah suara gemuruh dari batu2 yang mencurah dari puncak gunung. Ternyata gunung Merapi meletus, memuntabkan lahar2 dan batu2 besar ... Wigati menjerit ngeri. Untung ia masih teringat akan kudanya, Cepat ia mencemolaknya terus dikaburkan turun gunung. Sayup2 terdengar jeritan ngeri dari Gita. Sebuah batu besar menerjang dan meremukkannya. Wigati makin takut dan pesatkan lari kudanya. Ia tak ingat lagi akan Rani. Jauh disebrang barat banyak sekali obor2 menyala. Ia duga disana tentu ada orang, maka kesanalah ia larikan kudanya. Tetapi setiba di kaki gunung, dilihatnya banyak sekali, Prajurit2 yang berlarian pontang panting. Keadaan mereka tak keruan, banyak yang luka2 seperti prajurit yang habis kalah perang. Tiba2 muncul seekor kuda putih yang tegar, Penunggangnya seorang pemuda dan seorang pendek gemuk. Kuda Putih itu berlarian me lincah2 diantara kekacauan. Wigati tersirap darahnya "Akang Gogor! "ia berteriak girang demi mengetahui siapa penunggang kuda putih itu. Gcgor terperanjat. Ia berpaling kearah suara teriakan. Demi melihat Wigati, si Putih terus diloncatkan melalui kepala prajurit2 yang ber bondong2 melarikan diri itu.

   "Kau Wigati? Mengapa disini? "

   Wigati songsongkan kedua tangannya yang disambut dengan dekapan mesra oleh Gogor, Gogor pindahkan Wigati keatas kudanya.

   Sementara sipendek gemuk yang bukan lain Jogelo, disuruh berganti naik kuda Wigati "Panjang sekali ceriteranya, akang.

   Sekarang tak sempat berceritera, lain kali saja.

   Tapi kemana kau hendak pergi? "sahut Wigati.

   "Aku hendak menolong jeng Sultan, Benar saat ini bukan tempatnya berceritara. Yang penting kita harus menyelamatkan jiwa Kanjeng Sultan. Gunung Merapi meletus, pasukan Pajang keterjang batu2 dari gunung. Mereka kacau balau melarikan diri. Entah bagaimana dengan Sultan.

   "

   Kata Gogor. Untuk mencari seseorang dalam suasana yang kacau balau seperti pada saat itu, terang sukar sekali. Tiba2 Gogor mendapat akal. Ia menahan seorang prajurit Pajang.

   "Hai, saudara, mana jeng Sultan? "tanyanya.

   "Baginda masih didaerah desa Randulawang.

   "sahut prajurit itu sembaei terus lanjutkan perjalanannya. Melalui lautan prajurit yang pontang panting dikejar maut, si Putih menyongsong maju dengan tangkasnya. Jogelo berusaha untuk mengikuti tapi makin lama makin jauh. Akbirnya tibalah Gogor didaerah Randulawang. Dari jauh tampak seekor gajah mengogontai2kan belalainya untuk menyingkirkan batu dan prajurit yang merintangi jalannya. Dibelakangnya dikawal oleh serombongan hulubalang. Tiba2 terdengar letusan dahsyat, Kalini lebih dahsyat dari tadi. Menyusul turunlah bujan abu, setelah itu gemuruh runtuhan batu2 besar yang menggelinding kebawah dari lereng gunung. Keadaan menjadi makin panik. Pengawal2 Sultan bubar keterjang batu. Gajah tunggangan raja itupun mulai beringas. Sorak sorai dari sebelah barat terdengar gempar.

   "Mundur ke Bayat! "akhirnya karena menderita kerusakan besar, Sultan perintahkan mundur, Tapi memang tanpa perintah itu. Pasukan Pajang sudah mundur tak teratur. Gajah makin letih. Sekonyong2 kakinya terperosok ke-dala sebuah lubang. la jatub terkulai dan jatuh pula Adiwijaya, Sebuah batu menggelinding dan melanggar sebatang pohon dengan dahsyatnya. Krek. pohon yang sepeluk besarnya itupun tumbang, Sesaat itu Sultan sedang berusaha untuk berbangkit tapi agak susah karena kakinya tertindih badan gajah.Wigati rnenjerit demi dilihatnya pohon besar itu jatuh tepat menimpa Sultan. Tiada kesempatan lagi untuk menyelamatkan jiwa raja, Gogor mencelat dari tunggangannya. Dengan suatu loncatan yang luar biasa tangkasnya ia sudah tiha dan secepat kilat ia menarik tubuh Sultan keluar. Bum. , pohon jatuh menimpa gajah, Karena sakit gajah pun beringas bangkit dan lari mengamuk.

   "Siapa kau anakmuda? "tanya Sultan yang kala itu dipondong Gogor.

   "Maaf, padUka. Sekarang belum saatnya hamba memberi keterangan. Mari jeng Sultan hamba antarkan kemana paduka berkenan meneduh.

   "sahut gogor.

   "Baik, antar aku ke BaYat "titah Sultan. Ia terharu atas pertolongan Gogor. Gogor meminta Jogelo supaya menjaga Wigati "Boncengkan Wigati, jaga baik2 dan carilah jalan yang aman. Aku hendak menagntar jeng Sultan ke Bayat.

   "kata Gagor kepada Jogelo. Setelah mempersilahkan Sultan naik kepelana, Gogorpun segera kaburkan si Putih dengan pesatnya. Si Putih kuda sakti yang tegar kuat, menunjukkan ketangkasannya. Menghindar apabila ada batu menggelinding, meringkik apabila ada orang2 merintangi jalan, melompati pohon yang tumbang melintang dijalan dan bahkan ada kalanya loncat beberapa meter tingginya melampaui gundukan pra,jurit yang memenuhi jalan. Larinya sepesat angin namun tiada pernah ia melanggar atau menyentuh rintangan2 yang dijumpainya. Akhirnya tibalah Sultan dan Gogor di Bayat. Disitu terdapat makam kyai Bayat yang bertuah. Sultan memanggil jurukunci supaya membuka pintu gerbang makam. Tetapi ternyata pintu tak dapat dibuka. Suatu hal yang mengejutkan hati juru kunci. Menurut kepercayaan, arwah kyai Bajat mau atau tidak menerima kedatangan pengunjung yang berziarah kemakamnya, dapat ditandai dengan pintu gerbang. Kalau pintu itu dapat dibuka. kyai Bayat mengijinkan. Tetapi kalau tidak dapat dibuka, tandanya kyai Bajat menolak. Dan ini diartikan suatu alamat tak baik.

   "Ampun beribu ampun junjungan yang hamba muliakan. Pintu gerbang tak dapat hamba buka.

   "juru kunci melapor.

   "Oh - tak apalah jurukunci. Semua adalah kehendak Allah.

   "Sultan seperti mendapat firasat yang kurang baik. Ia segera beristirahat di Balaikencur. Pasukan Pajang berkumpul didaerah Bayat situ selama beberapa hari. Kuda Putih menutup kisah.

   "Siapa kau ?!"bentak Sultan pada seorang tinggi besar yang berwajah seram.

   "Hamba adalah jurutaman dari keraton Matararn. Hamba tak rela paduka menyerang Mataram. Sutawijaya, momongan hamba itu kelak akan menjadi raja tanah Jawa. Hamba telah bersumpah menjadi pelindung keturunan raja Mataram.

   "kata raksasa itu.

   "Maksudmu?"Sultan menegas.

   "Paduka harus menyerahka kekuasaan kepada Sutawijaya karena wahyu keraton sudah pindah ke Mataram,"

   "Kurangajar, kau berani melawan aku?"

   "Jaka Tingkir direstui sampai menjadi Sultan. Sebagai raja, paduka sudah cukup mengenyam kemuliaan. Kini baiklah paduka suka mengalah kepada putera paduka sendiri Sutawijaya ... Hak "apa kau memaksa aku? Tidak, aku mempunyai pendirian sendiri."

   "Memang kutahu Jaka Tingkir itu sakti, tapi sekarang cobalah rasakan tinjuku ini ...' Raksasa yang berwajah seperti jurutaman itu loncat menerjang dan meninju dada Sultan Adiwijaya.

   "Aduh ... Keparat!"Adiwijaya mengaduh dan tersadar dari impiannya. Ternyata ia bermimpi. Tapi anehnya rasakan dadanya napas menghimpit serasa hendak , muntah darah. Ia terus berjaga sampai terang tanah. Keesokan harinya ki Patih terkejut demi melihat wajah begitu pucat. Dan lebih terkejut lagiketika sultan titahkan menarik tentaranya pulang ke Pajang. Ki Patih memberanikan diri bertanya. Sultanpun menceritakan mimpiannya.

   "Aku malu paman berternpur dengan anak kemarin sore saja sampai menderita kekalahan. Tapi dalam batin aku tetap tak mau mengaku kalah.

   "kata Adiwijaya yang selanjutnya menitahkan Gogor menghadap.

   "Anak muda aku bersyukur atas pertolonganmu. Kau balas hukumanmu dengan jasa besar. Baik anak muda, apakah kau suka berhamba pada Pajang? "

   "Ampun daulat tuanku. Hamba kira sudah cukup mengabdikan diri kepada negara Wirosobo Kini hamba ingin pulang ke gunung merawat guru hamba..

   "

   "Baik, akupun tak mau memaksamu. Apakah yang kau pinta sebagai balas jasamu itu anak muda?"

   "Duh jeng Sultan. hamba tak ingin pangkat atau harta. Hamba hanya ingin memohon bekal untuk ketenangan hidup hamba didesa.

   "

   "Apa itu? "heran Sultan di buatnya.

   "Hamba ingin mengisi kekosongan hati hamba selama ini dengan puspa pujaan hamba, yani Wigati "

   Sultan terkesiap dan menanyakan keterangan bagaimana hubungan Gogor dengan Wigati itu sebenarnya Gogorpun menceritakan kisah kasihnya selama ini.

   "Kau berbahagia anak muda. Kukagumi semangat kesetyaanmu terhadap Wigati yang pantang menyerah itu. Baik, bawalah Wigati, mudah2an kalian hidup bahagia! "

   Gogor menghaturkan terima kasih.

   Karena Sultan mengijinkan ia pulang ke Wirosobo, maka berangkatlah Gogor dengan puspa jelita Wigati dan punakawan setya Jogelo.

   Dan Sultan Adiwijayapun berangkat pulang ke Pajang, Setiba dikeraton, raja itu gering dan akhirnya meninggal.

   Gogor dan Wigati naik si Putih.

   Sedang Jogelo naik kuda hitam.

   Mereka menuju kembali kearah barat mencari Rani.

   Didapatinya Rani sudah meninggal Setelah menguburnya dengan baik, mereka melanjutkan perjalanan.

   Tiba2 mereka dihadang oleh serombongan tentara Mataram.

   "Hai, orang muda, hendak kemana kalian? "teriak mereka.

   "Pulang ke Wirosobo.

   "

   Kuda Putih Karya Sd Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Tidak boleh. Kalian tentu mata2 Pajang. Hayo, serahkan dirimu! "teriak seorang lain seraya menyerang. Pertempuran terjadi dengan seru. Gogor dikeroyok oleh belasan prajurit. Beberapa orang mengaduh dan rubuh. Tapi prajurit2 Mataram itu hilang tumbuh patah berganti ' Sekelompok prajurit dengan dipimpin seorang tamtama ber-gegas2 maju. Kepala tamtama itu kaget demi melihat yang dikepung itu seorang muda dan seorang gadis yang menunggang seekor kuda putih. Saat itu Gogor tengah berpaling kekanan untuk membabat tombak seorang prajurit. Tiba2 seorang prajurit menusuk Gogor dari sebelah kiri. Begitu dekat jaraknya hingga tak mungkin Gogor. menangkisnya Tiba2 pada saat yang berbahaya itu, kepala prajurit tadi menangkis tombak anakbuahnya itu. Dan sebelum prajurit itu lepas dari herannya, sikepala prajurit sudah menusuknya .Bebarapa prajurit maju lagi, mereka mengira kepalanya salah lihat. Tapi lagi2 kepala prajurit itu menangkis dan membacok anakbuahnya sendiri.

   "Siapa yang menyerang pemuda ini, ..tentu kubunuh . .!"baru kepala prajurit itu berteriak demikian tahu2 seorang prajurit menusuk dari belakang.

   "Mampus kau pengkbianat!"

   Kepala prajurit mengaduh "Akang Sukra!"tiba2 Wigati menjerit.

   Gogor berpaling.

   Memang yang ditusuk itu Sukra.

   Sekali sabat, terbelahlah tubuh prajurit yang menusuk Sukra tadi oleh pedang Gogor.

   Gogor menyambar Sukra terus dibawalari, Si Putih menerjang bubar pengepung2nya.

   Jogelo menyusul daribelakang.

   Tiba disebelah hutan, mereka berhenti.

   Sukra payah sekali keadaannya, Ia kehabisan darah.

   Ia paksakan bersenyum.

   "Akang Gogor, aku bahagia mati dalam pelukanmu. Kau sebenarnya ... kakangmas ku sendiri akang Gogor ... Gogor terbeliak kaget. Setelah memulangkan napas, Su kra kembali kerahkan sisa tenaganya untuk bercerita. Ia masuk tamtama Mataram. Waktu pulang ke Wirosobo, ayahnya ketamuan seorang tua ( kyai Tungguljati ). Ayahnya menceritakan bahwa Gogor itu puteranya sendiri dari ibu seorang gadis desa yang diterlantarkan. Ia memberi gadis itu sebuah kancing emas. Kancing emas itu ditemukan Tungguljati dalam buntalan pembungkus bayii Gogor "Karena menyesal, ayah jatuh sakit dan meninggal. Ayah titahkan aku mencarimu untuk minta maaf. Akang Gogor ... Wigati ... ampunilah dosaku, Semoga kalian hidup bahagia ...

   "Sukra ... ! Akang Sukra ... ! "Gogor dan Wigati berteriak memanggilnya, tetapi Sukra sudah menghembuskan napas. Wigati menangis ter-sedu2 dan Gogot mengucurkan air mata.Selesai mengubur jenazah Sukra, mereka melanjutkan perjalanan ke gunung Dieng dan hidup bahagia dalam ketenangan. T A M A T

   

   

   

   

Peristiwa Merah Salju -- Gu Long Delapan Kitab Pusaka Iblis Karya Rajakelana Dendam Asmara -- Okt

Cari Blog Ini