Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 13


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 13



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   Punuk atau daging benjul pada punggung itu merupakan sumber tenaga-dalam yang hebat.

   Tenaga dalam yang dapat mementalkan pukulan lawan, baik pukulan tenaga luar maupun dengan tenagadalam.

   Pukulan tenaga-dalam Ha-ma-kang dari Na Kok-kong telah disambut hangat oleh daging benjul punggung kakek Kerbau Putih.

   Na Kok-kong terkejut karena pukulannya seperti jatuh di dalam gumpalan kapas.

   Ia buru2 hendak menarik pulang.

   Tetapi serempak pada saat ia menarik tangan, segulung gelombang tenaga-dalam yang dahsyat telah mendamparnya.

   Kakek Kerbau Putih meminjam tenaga pukulan Na Kok-kong untuk mengembalikannya tapi, akibatnya tokoh nomor empat dari Partai jembel itu jatuh terjerembab kebelakang.

   Ia menderita luka-dalam lebih berat dari kakek Kerbau Putih.

   "Bangsat !"

   Teriak Poan-sin-git atau Jembel gemuk Auyang Hok seraya loncat hendak menghajar kakek Kerbau Putih.

   "Engkau sendiri yang bangsat !"

   Tiba2 kakek Lo Kun menyambutnya dengan menandukkan kepala.

   "Prak ...."

   Pukulan si gemuk menghantam kepala kakek Lo Kun tetapi alangkah kejutnya ketika merasakan tangannya seperti menghantam sekeping baja yang amat keras.

   Bahkan tidak berhenti sampai disitu saja.

   Pun perutnya masih tertanduk oleh gundul kakek Lo Kun.

   Seperti nasib Lsu ha-ma Na Kok-kong pun pengemis gemuk Auyang Hok terlempar seperti layang2 putus tali.

   Untung Iblis tertawa To Hoan dapat menyambuti tubuhnya.

   Dua orang sutenya dapat dijatuhkan oleh serombongan orang2 aneh, marahlah Pengemis-iblis-tertawa To Hoan Tokoh ketiga dari partai Jembel itu segera maju hendak menyerang Lo Kun.

   "Jangan mengganggu kakekku,"

   Teriak pemuda Liok seraya loncat menghadangnya.

   Dalam pada itu Pat-p.-sin git Oh Sun tak dapat menahan kemarahannya lagi.

   Sudah terlanjur bertempur, iapun harus ikut juga.

   Apalagi ia harus merebut pedang pusaka Geng-hong kiam atau pedang Naga hijau dari tangan pemuda blo'on itu.

   "Serahkan pedang itu kepadaku !"

   Teriaknya seraya bergerak menyambar tangan Bio'on Ia gunakan gerak Ok liong than cu atau Naga jahat-menyambar-mustika. Suatu gerak yang cepat dan dahsyat.

   "Ih ....,"

   Tetapi tiba ketua Partai jembel itu mendesis kaget ketika Blo'on menjujukan ujung pedang Naga hijau ke tangannya.

   Betapapun ketua partai Jembel itu tahu akan kesaktian pedang pusaka Naga-hijau.

   Ia tak berani mengambil resiko berbahaya dan cepat menarik pulang tangannya.

   Ternyata Blo'on tak mau melanjutkan serangannya.

   Ia memandang ketua partai Jembel itu dan menegurnya .

   "Eh, engkau hendak merebut pedang ini ?"

   "Pedang itu milik partai kami!"

   Seru Pat pi-sin git Oh Sun dengan muka merah padam.

   "Tidak bisa,"

   Teriak Blo'on.

   "sebelum paman yang lari tadi menerangkan bahwa pedang ini benar milikmu, takkan kuserahkan kepadamu."

   "Hm, engkau berani kepada Oh Sun, ketua partai Jembel?" 'Tidak berani!' teriak Blo'on.

   "aku bukan jago berkelahi."

   "Jika tidak berani, engkau harus menyerahkan pedang itu kepadaku !" 'Tidak bisa !"

   Teriak Blo'on pula.

   "bukankah aku sudah mengatakan keputusanku? Mengapa engkau masih berkeras hendak mengambil pedang ini?"

   "Karena pedang itu milik partai perguruan Jnnbel!"

   "Apa buktinya?'* tanya Bloon.

   "Pedang itu adalah milik ketua kami yang terdahulu ......."

   "Mana ketuamu itu ?"

   Tukas Blo'on.

   "Hilang tiada ketahuan jejaknya."

   "Aneh,"

   Kata Blo'on,"

   Mengapa ketuamu bisa hilang. Huh, engkau ini memang manusia tak brilian, masakan mempunyai ketua sampai hilang!"

   Pat-pi-sin-git Oh Sun melongo.

   "Kalau menjaga orangnya saja engkau tak mampu, bagaimana mungkin engkau hendak menjaga pedangnya !"

   Teriak Blo'on lebih lanjut.

   "pokoknya, tidak bisa ! Kalau engkau menghendaki pedang ini, harus memanggil pemiliknya !"

   Pat-pi-siugit Oh Sun marah sekali.

   Ia terus memukul Blo'on.

   Blo'on terkejut Ia loncat menghindar ke samping.

   Oh Sun makin marah, ia lancarkan serangkai serangan yang gencar dan dahsyat sehingga Blo'on pontang panting.

   Untunglah anak itu memegang sebatang pedang pusaka.

   Dengan tak tahu apa nama gerakannya ia memutar pedang melingkar-lingkar untuk melindungi diri.

   Wut, wut, wut .....

   Seiring dengan suara menderu, pedang itupun berobah menjadi segumpal sinar kebiru-biruanl yang memancarkan hawa dingin.

   Oh Sun terkejut.

   Ia heran melihat jurus permainan pedang Blo'on Tak tahu ia apa namanya Belum pernah sepanjang hidupnya ia melihat ilmu pedang semacam itu.

   Sebenarnya Blo'on tak menggunakan jurus ilmupedang.

   Ia hanya memutar pedang itu asal memutarnya saja dan asal dapat melindungi tubuhnya.

   Tetapi berkat ia memiliki dasar ilmu tenaga-dalam yang kokoh, gerakan memutar pedang itupun berobah menjadi suatu gerak putaran pedang yang luar biasa sehingga Oh Sun menyangkanya sebagai suatu jurus permainan ilmupedang sakti.

   Dalam pada itu, pemuda Liokpun diserang oleh To Hoan si Pengemis-tertawa-iblis.

   Karena kewalahan, pemuda Liok itupun mencabut pedang dan memainkan ilmupedang Tuihong- kiam atau ilmu Pedang-pemburu-angin.

   Tetapi betapapun juga, karena kalah tinggi kepandaiannya akhirnya pemuda Liokpun terdesak.

   Setelah menghindar sebuah tabasan dari pemuda Liok, To Hoan merapat maju dan menampar pergelangan tangan pemuda itu.

   Pemuda Liok tak sempat menghindar.

   Tangannya kena tamparan, sakitnya bukan kepalang sehingga pemuda itu lepaskan pedangnya.

   Pedang mencelat ke udara.

   "Jangan melukai orang !"

   Bentak kakek Kerbau Putih seraya loncat menerjang To Hoan yang hendak menyerang pemuda Liok.

   "Prak ....."

   To Hoan menyongsong sebuah pukulan kearah kakek Kerbau Putih.

   Ketika terjadi benturan antara kedua pukulan, To Hoan tersurut dua langkah kebelakang.

   Sedang kakek Kerbau Putih hanya terhenti saja.

   Sementara itu Oh Sun pun berhasil menebas tangan Blo'on sehingga pedang pemuda itu mental ke udara.

   Oh Sun cepat hendak ayunkan tubuh menyambar pedang pusaka itu.

   Tetapi burung rajawali sudah mendahuluinya.

   Dicengkeramannya tangkai pedang dengan kedua cakar lalu dibawanya terbang ke udara.

   Oh Sun makin marah.

   Mengeluarkan senjata rahasia (piau) ia segera melontarkan ke udara Sebatang golok yang disebut Liu-yap to, golok kecil dan setipis daun pohon liu terbuat daripada baja murni.

   Tajamnya luar biasa.

   Golok setipis daun itu, di tangan ketua Kay-pang utara, telah berobah menjadi semacam senjata terbang yang lihay sekali.

   Liu-yap-to itu melayang dan membabat leher Rajawali.

   "Singngng ....."

   Anjing, kera dan rajawali piaraan Blo'on itu memang istimewa sekali.

   Sejak berada di gunung, mereka sering menyaksikan Kim Thian-cong memberi pelajaran silat kepada ketiga muridnya,, Thian Goan-pa, Kwik Ing dan Liok Sian-li.

   Ketiga binatang itu diam2 sering menirukan gerak gerik dalam bermain silat dan tanpa disadari merekapun dapat memainkannya.

   Sambaran golok daun Liu-yap-to'yang dilontarkan Oh Sun, dengan sebuah gerak menukik kebawah, dapat dihindari oleh Rajawali.

   Tetapi lontaran golok ketua Kay-pang utara itu memang istimewa.

   Begitu golok daun memlambung ke udara, tiba2 berhenti dan melayang turun menyambar leher Rajawali.

   Rajawali terkejut.

   Untunglah burung itu dapat menghindar ke samping, kemudian terus hendak terbang kemuka.

   Tetapi Oh Sun sudah menyusuli lagi dengan taburan golok daun Liuyap- to.

   "Sring, sring, sring ...."

   Berturut-turut ketua Kay-pang utara itu telah menyabitkan Liu yap to ke udara.

   Semua berjumlah delapan batang.

   Pat-pi sin-git atau Jembel sakti-delapan-lengan demikian gelar dari Oh Sun.

   Dan gelar itu diperoleh berkat ketangkasan tangannya.

   Dalam bermain senjata, sekaligus ia dapat memainkan delapan senjata yang berbeda-beda.

   Pun dalam ilmu melontar senjata rahasia, sekaligus ia dapat melemparkan delapan batang Liu yap-to.

   Lemparan kedelapan Liu-yap-to dari Oh Sun seketika telah membentuk delapan buah pagar senjata yang melingkari jalan burung Rajawali di udara.

   Delapan penjuru angkasa seolaholah telah dikurung oleh golok Liu-yap-to yang berkilau-kilauan warnanya.

   Dan keistimewaan dari ilmu lontaran Oh Sun yalah golok2 Liu-yap-to itu dapat meluncur lurus ke udara lalu tiba2 berhenti dan meluncur ke bawah lagi.

   Setiap kali meluncur ke bawah maka Oh Sun segera menampar.

   Tenaga tamparan segera menghalau Liu-yap-to ke udara lagi.

   Terkurung golok dari delapan penjuru, burung rajawali agak bingung.

   Kemanapun ia hendak terbang dan menerobos, tetap dihadang oleh sambaran Liu-yap-to.

   Tiba2 sebatang liu-yap-to meluncur turun menyambar kepala dan sebatang lagi menyambar tubuh.

   Serempak dengan itu.

   dua batang liu-yap-to yang sebelumnya meluncur turun, disambuti Oh Sun lalu dilontarkan kearah perut dan kaki rajawali.

   Rajawali bingung karena diserang dari atas dan bawah Dan dalam pada itu, dari delapan penjuru, golok2 Liu-yap-topun mulai berhamburan menaburnya.

   Untuk serangan dari atas, dengan suatu gerak yang lincah, burung itu gunakan paruhnya untuk mematuk.

   Tring, tring, dua batang Liu-yap to dapat dipatuknya jatuh.

   Tetapi untuk dua serangan Liu-yap-to dari bawah, karena burung itu masih mencengkeram pedang, gerakannya menjadi terhalang.

   Terpaksa ia lepaskan pedang pusaka dan gunakan cakarnya untuk menampar.

   "Tring, tring, tring ..."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Terdering berdering-dering bunyi lengking yang lemah dan kedelapan golok Liu-yap-to itu dapat ditamparnya jatuh.

   Hanya ada sebatang yang lolos dan menyambar ekornya sehingga bulu rajawali itu berhamburan rontok dari udara .....! Begitu melihat pedang pusaka Naga-hijau meluncur jatuh diri udara, Oh Sun tak menghiraukan hu yap-to yang juga berhamburan jatuh tertampar cakar burung rajawali, Ketua Kay-pang itu terus berlari hendak menyambuti pedang pusaka.

   "Hendak kemana engkau !"

   Tetapi Blo'on cepat menghadang dan bahkan terus menyerang, Ia tak suka berkelahi dan jarang menyerang orang kecuali diserang.

   Tetapi demi melihat burung piaraannya diserang dengan Liu-yap to bahkan ekor burung itu sampai berondol.

   marahlah Blo'on.

   Oh Sun terkejut tetapi cepat ia sembarangan saja menghantam dan setelah itu terus menyelinap hendak memburu ke arah jatuhnya pedang.

   "Hm, jangan harap engkau mampu lolos !"

   Diluar dugaan dengan sebuah gerak loncatan. Bloon sudah menghadang dihadapannya dan menyelipnya lagi. Oh Sun terkejut melihat ketangkasan gerak anakmuda itu. Lebih terkejut ketika tahu2 tinju anakmuda itu sudah melayang di mukanya.

   "Enyahlah !"

   Karena jengkel, Oh Sun menangkis sekuatkuatnya.

   "Aduh , .

   "

   Blo'on menjerit kesakitan karena tangannya beradu dengan pukulan Oh Sun.

   Tetapi Oh Sunpun mencelat sampai beberapa langkah ke belakang Ia terkejut sekali.

   Dirasakannya tangan anakmuda itu telah memancarkan tenaga-dalam yang aneh, dapat mementalkan pukulannya.

   Sebagai seorang ketua Kuy pang utara, sudah tentu Pat-pi singit Oh Sun memiliki kepandaian yang tinggi.

   Tenaga-dalamnya telah mencapai tataran yang mengagumkan.

   Tetapi setitikpun ia tak pernah mengira bahwa pukulannya, sekalipun hanya dilambari dengan tujuh bagian tenaga dalam tetapi telah dapat dipentalkan balik oleh tangan Blo'on.

   Dan lebih kaget pula ia ketika melihat Blo'on hanya menjerit kesakitan sebentar, lalu berdiri tegak tak kurang suatu apa lagi.

   Belum sempat ia melanjutkan penilaiannya terhadap anakmuda itu tiba2 ia terkejut ketika melihat pedang pusaka Naga-hijau jatuh ke tanah Ia hendak ayun tubuh untuk memburu tetapi tiba2 kera hitam sudah melayang kemuka dan cepat menyambar pedang pusaka itu terus dibawa lari.....

   Tanpa menghiraukan si Blo'on dan lain orang.

   Oh Sun terus ayun tubuh melayang di udara lalu dengan beberapa kali loncatan ia mengeja si kera yang lari masuk kedalam hutan.

   Ketika Oh Sun tiba, ternyata kera itu sudah berada di puncak sebatang pohon tua yang lebat daunnya.

   "Toako", tiba2 terdengar seseorang berseru kaget.

   "mengapa engkau di sini ?"

   Oh Sun pun terkejut dan berpaling. Ah, kiranya si Kaki-satu Hong Lui, sutenya yang nomor dua.

   "Engkau ji sute,"

   Oh Sunpun balas menegur kaget.

   "bagaimana dengan orang desa itu ?"

   "Dia dapat lolos karena loncat ke dalam sungai. Aku tak dapat berenang dan terpaksa kembali,"

   Kata Hong Lui dengan geram.

   "Lalu apa kerja toako disini ?"

   Ia balas bertanya pula. Dengan singkat Oh Sun menceritakan peristiwa tadi.

   "Sekarang pedang pusaka itu dibawa lari monyet hitam keatas pohon ini."

   "Kurang ajar,"

   Seru Hong Lui.

   "kita remuk saja monyet itu."

   Sambil memandang keatas pohon yang daunnya rindang, Oh Sun memaki .

   "Monyet itu memang keparat sekali. Mengapa tak kelihatan tempat persembunyiannya ?"

   "Kita panjat saja keatas,"

   Kata Hong Lui terus tekankan ujung tongkat ke tanah dan serentak tubuhnyapun melambung beberapa tombak lalu hinggap pada batang dahan yang besar.

   Oh Sunpun menyusulnya.

   Dengan dua tiga kali jungkir balik di udara, tokoh kesatu dari partai Jiong pang atau Kay pang utara itu, sudah berdiri dipuncak paling tinggi.

   "Bangsat !"

   Tiba2 Oh Sun berteriak kaget.'l monyet itu sudah berada di pohon sebelah !"

   Ternyata mata ketua Jiong-pang itu amat tajam.

   Serentak ia melihat sebuah benda hitam berkelebat melayang ke lain pohon yang berada dua tombak disebelah pohon tempat ia berada ! Oh Sun melayang turun, hinggap pada batang di sebelah bawah lalu ayunkan tubuh melayang ke pohon yang tumbuh di samping.

   Kaki-satu Hong Luipun menggeram.

   Ia enjot tubuh menyusul.

   Tetapi selekas kedua orang itu hinggap pada pohon sebelah, monyet hitampun sudah pindah ke lain pohon lagi.

   Demikian terjadi kejar mengejar antara dua tokoh partai Jembel dengan seekor kera hitam yang membawa sebatang pedang pusaka.

   'Sute, cobalah engkau kejar.

   Aku akan menunggunya disini"

   Bisik Oh Sun.

   Kaki-satu Hong Lui menurut.

   Dengan gerak sepesat anakpanah meluncur, ia loncat ke pohon tempat si monyet bersembunyi.

   Setelah terjadi saling kejar mengejar beberapa saat, monyet itu agak bingung, la kembali loncat pada pohon yang pertama lagi.

   Tetapi pada saat ia tengah meluncur, dua batang golok Liuyap to telah melayang ke arahnya.

   Monyet itu terkejut.

   Untung dia pun pandai main silat.

   Dengan sebuah gerak jungkir balik yang indah, ia berhasil menyelamatkan diri dari golok Liu-yap-to yang ganas.

   Tetapi pada saat itu pula, sebatang liu-yap to telah meluncur dalam laju yang luar biasa cepatnya, mengarah tangannya.

   Monyet hitam terkejut.

   Dlluar kesadaran, ia lepaskan pedang pusaka dan berjungkir balik untuk menyelamatkan tangannya.

   "Crek ...."

   Pedang jatuh menancap di tanah.

   Dengan girang Oh Sun dan Hong Lui terus berhamburan melayang dari puncak pohon yang tinggi.

   Keduanya tak mempeduhkan lagi kepada monyet hitam.

   Tetapi sebelum mereka mendarat di tanah, 'kekonyongkonyong Oh Sun menjerit kaget .

   "Hai, anjing keparat itu....."

   Dan selekas tiba di tanah, ia terus loncat kemuka.

   Ternyata begitu pedang jatuh ke tanah, si Kuning anjing kawan monyet hitam, sudah menerkam, menggigit tangkai pedang lalu dibawanya lari menuruni lembah.....

   Oh Sun dan Hong Lui berkaok-kaok seperti orang yang kebakaran jenggot.

   Mereka mengejar ke bawah lembah.

   Lembah itu sebuah lembah yang curam, penuh ditumbuhi paku yang licin.

   Si Kuning dengan lincah dan gesit menyusup diantara gundukan batu, makin lama makin jauh ke bawah.

   Walaupun memiliki ilmu gin-kang atau ilmu meringankantubuh yang tinggi, tetapi Oh Sun terpaksa harus hati2.

   Demikian pula dengan si Kaki satu Hong Lui.

   Walaupun ia dapat berjalan melonjak-lonjak dengan tongkatnya, tetapi karena tanah amat licin, terpaksa ia harus hati2 dan tak dapat mengejar dengan cepat.

   Dalam beberapa kejab mereka telah kehilangan jejak anjing itu.

   Anjing Kuning itu telah menyusup kedalam rimba karang yang berserakan memenuhi dasar lembah itu.

   Namun kedua tokoh Jiong-pang itu tetap ngotot mengejar sampai ke dasar lembah.

   Keduanya amat gemas dan marah sekali ketika tak menemukan anjing itu.

   Anjing itu seolah-olah telan menghilang.

   Setelah beberapa saat mencari kian kemari tanpa hasil, akhirnya mereka terpaksa naik ke atas lagi.

   Di atas lembah telah menunggu anakbuah Jiong-pang.

   Kemudian mereka beramai-ramai kembali hendak membuat perhitungan dengan rombongan Blo'on.

   Tetapi alangkah kejut mereka ketika rombongan orang2 aneh itu sudah tak tampak.

   Dan makin kejut pula mereka ketika melihat si Katai pemalas Na Kok-kong dan Jembel-gemuk Auya Hok diikat tubuhnya dan mulutnyapun disumbat dengan kain.

   Oh Sin merah padam mukanya Sedang si Kaki satu Hong Lui melonjak lonjak seperti orang kalap.

   "Celaka, celaka !"

   Ia berteriak-teriak.

   "kita telah dipermainkan oleh gerombolan manusia gila". Habis berkata ia terus ayun tubuh loncat ka muka.

   "Ji-te, tunggu l'* teriak Oh Sun mencegah.

   "hendak kemana engkau?"

   "Mengejar dan menghajar manusia2 gila itu,"

   Sahut Hong Lui seraya hentikan gerakannya.

   "Hm, boleh,"

   Kata Oh San,"

   Tetapi tak perlu terburu nafsu. Kita tolong kedua sute kita dulu dan menanyakan keterangannya. Eh, kemana sam sute ?"

   Anakbuah Jiong-pang terkejut.

   Tadi mereka menyusul Oh Sun kelembah dan tinggalkan ketiga pemimpin mereka yang lain itu.

   Jelas To Hoan Na Kok-kong dan Auyang Hok masih berada di-situ menghadapi rombongan Blo'on.

   Mengapa kini yang dua diikat dan yang seorang tidak tampak.

   "Lekas bilang,"

   Bentak si Kaki-satu Hong Lui yang cepat marah.

   "Maaf, ji-ya,"

   Seru mereka serempak.

   "kami sekalian telah menyusul pangcu ke lembah dan tak tahu apa yang telah terjadi disini. Terapi jelas ketika kami pergi, sam ya, su-ya dan ngo-ya masih berada disini."

   "Hmm, manusia2 tak berguna.

   "Hong Lui menggeram.

   "Ji sute, tolonglah si sute dan ngo-sute,"

   Oh Sun yang kuatir Hong Lui akan naik pitam terhadap anakbuahnya. Ternyata Na Kok-kong dan Auyang Hok lelah tertutuk jalandarahnya. Setelah dibuka tali ikatan dan jalandarahnya yang tertutuk, kedua tokoh Jiong-pang itu terus loncat dan lari.

   "Berhenti, sute,"

   Hong Lui cepat loncat hadangkan tongkatnya.

   "mau kemana sute ini ?' "Menghajar rombongan bangsat itu!"

   Teriak Na -Kok-kong.

   "Nanti dulu", cegah Hong Lui pula.

   "ceritakan dulu apa yang telah terjadi disini ?"

   "Ketika aku sedang bersemedhi untuk menyalurkan darahku yang bergolak karena menghantam daging benjol di punggung kakek bungkuk tadi.'' demikian Na Kok-kong mulai menutur.

   "tiba2 tubuhku dicengkam dari belakang, mulutku? disumbat kain dan lambungkupun di tutuk. Bangsat2 itu memang licik, harus kubunuh."

   Jembel-gemuk Auyang Hok pun mengalami nasib serupa.

   Ia ditubruk kakek Lo Kun sehingga takdapat berkutik.

   Belum sempat berteriak, mulutnya sudah disumbat oleh Blo'on dengan kain, lalu tubuhnya diikat kencang2 dengan tali.

   Dan terakhir mereka lalu menutuk lambungnya sehingga ia tak dapat bergerak.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tiba2 Na Kok-kong berteriak keras dan terus lari.

   Hong Lui tercengang.

   Sebelum ia sempat bertindak, Pat-pi sin-git Oh Sun sudah loncat menarik baju Na Kok-kong.

   "Si-sute,"

   Seru ketua Kaypang utara itu.

   "hendak kamana engkau ?"

   "Sam ko To Hoan.....,"

   Sahut Na Kok kong.

   "dia tentu dibawa oleh rombongan bangsat itu !".

   "Hai !"

   Teriak Oh Sun terkejut sekali. Memang ia tak melihat To Hoan tokoh nomor tiga dari Jiong-pang bergelar Jembeliblis- tertawa berada ditempat situ.

   "Apakah sam-sute juga dikalahkan ?"

   Teriak ketua Kay pang utara sesaat kemudian.

   "Entahlah,"

   Sahut Na Kok-kong.

   "karena saat itu aku sedang disiksa oleh mereka ...

   "

   "Jahanam, hayo kita kejar!"

   Teriak Oh Sun.

   Demikian rombongan anakbuah Jiong pang dan keempat pemimpin mereka, segera berangkat melakukan pengejaran ke arah utara.

   Ketika hendak memasuki sebuah hutan mereka terkejut karena melihat seorang pederi gundul duduk bersandar pada sebatang pohon.

   "Paderi, apakah engkau melihat dua orang kakek dan dua orang pemuda jalan disini ?"

   Tegur Hong Lui seraya menghampiri ketempat paderi muda itu. Paderi itu tak menyahut melainkan delikan mata kepada Hong Lui. Sikaki satu Hong Lui terkesiap. Belum ia sempat membuka mulut, seorang anakbuah Jiong-pang maju dan membentak .

   "Paderi. jangan kurang ajar terhadap ji-pangcu kami!"

   Tetapi paderi itu malah beralih deliki mata kepada orang itu.

   "Apa? Engkau berani memandang aku begitu bengis ?"

   Tiba2 anakbuah Jiong-pang itu membentak seraya terus menampar mulut si paderi. Plak..... Paderi itu memberingas. Biji matanya merah seperti darah. Tetapi entah bagaimana dia tak dapat bicara apa2.

   "Hai, apa dia bukan sara-suko,"

   Tiba2 Pengemis-gemuk Auyang Hok berteriak seraya maju menghampiri.

   "Ah, benar, sam suko,"

   Seru Auyang Hok lalu cepat2 menolong.

   "ah, sam suko kena di tutuk jalan-darahnya. Dia tak dapat berkutik dan bicara ....."

   Berulang kali Pengemis gemuk itu menutuk jalandarah tokoh ketiga dari Jiong-pang yakni Pengemis iblis-tertawa To Hoan, Tetapi tetap tak mampu membukanya.

   "Hai, aneh, aneh.....,"

   Ia menggumam.

   "mengapa sam suko tak dapat terbebas ?"

   Hong Lui menghampiri, memeriksa sejenak lalu berkata.

   "Dia terkena ilmu tutukan yang mengunakan ilmu Ciong jiu hwat (tangan keras). Harus menggunakan waktu agak lama ......."

   Namun tokoh kedua dari Jiong-pang itupun gagal untuk membuka jalandarah dari To Hoan.

   "Bagaimana ji-te,"

   Tegur Oh Sun.

   "Aneh,"

   Gumam si Kaki-satu Hong Lui "mengapa tak juga terbuka jalandarah sam sute ini."

   Oh Sun terkejut.

   Ia tahu bahwa dalam ilmu tutukan, ji-te atau adik kedua, Hong Lui itu ahli sekali.

   Kalau seorang seperti Hong Lui tak mampu, Oh Sun beralasan untuk terkejut.

   Ia kuatir juga tak mampu.

   Dan jika ia tak mampu, ia malu kepada anakbuah Jiong-pang.

   Setelah memeriksa sebentar, ia berkata .

   "Bawa sam-sute pulang. Nanti kita usahakan pertolongan. Demikian rombongan Jiong-pang itu terpaksa berangkat pulang dengan membawa Pengemis ibiis-tertawa To Hoan yung masih tertutuk jalan darahnya. Oleh karena itu To Hoan tak dapat memberi keterangan apa2. Diam2 Oh Sun menimang. Jika menilik rombongan kakek gila dan pemuda tolol tadi, tak mungkin mereka memiliki kepandaian menutuk jalan-darah yang sedemikian aneh. Ia duga, tentu muncul seorang sakti yang mempermainkan To- Hoan. Lebih baik tunggu sampai To Hoan bebas baru mengatur langkah lagi. Sungai Kuning. Hari baru saja terang tanah. Fajarpun mulai menyingsing. Mentari pagi pada musim semi memancarkan sinarnya yang keemas-emasan. Namun rupanya kabut malam yang menyelubungi tanah pegunungan masih enggan untuk berpisah dengan pohon2 penghuni hutan. Mereka seolah hendak menghalangi kedatangan sinar mentari pagi. Dalam keremangan sinar mentari berselubung kabut itulah tampak empat sosok tubuh berjalan menyusur jalan. Yang dua orang, pendek dan terhuyung langkah. Dan yang dua orang, kurus dan semampai. Salah seorarrg dari orang yang bertubuh kurus itu seperti mempunyai tanduk pada kepalanya. Lebih aneh pula, kedua bahu orang itu seperti tumbuh dua buah benda hitam. Siapakah gerangan mereka ? Ah, kiranya pembaca tentu segera dapat menebak siapakah mereka itu. Ya, benar, memang keempat orang itu bukan lain yalah sahabat kita si B'o'on dengan kedua kakek Lo Kun, Kerbau Putih dan pemuda Liok. Blo'on mendongkol karena orang2 Kay-pang utara yang mengajaknya berkelahi itu tiba2 pergi meninggalkannya. Oh Sun, ketua Kay pang utara, mengejar monyet hitam kedalam hutan. Anak buah Kay-pang utara atau Jiong-pang, pun segera menyusul ketuanya. Katak-pemalas Na Kok-kong dan Jembel gemuk Auyang Hok sedang duduk pejamkan mata menyalurkan tenaga-dalam untuk menenangkan darahnya yang bergolak. Yang ada tinggal Jembel-iblis-tertawa To Hoan karena masih bertempur dengan pemuda Liok.

   "Gila."

   Teriak Blo'on.

   "mengapa mereka ngacir semua ?"

   "Kejar!"

   Seru kakek Lo Kun hendak ayunkan langkah.

   "Kejar siapa ?"

   Cepat Blo'on maju menghadang. 'Lho, tentu saja orang* itu tadi -Mereka hendak merampas pedang yang dibawa lari si Hitam."

   "Ha, ha, ha....."

   Tiba2 Blo'on tertawa. Kakek Lo Kun melongo.

   "Eh, mengapa engkau tertawa !? Apakah aku lucu ?"

   Teriaknya.

   "Ya, kakek memang lucu,"

   Sahut Blo'on.

   "tetapi aku tak tertawa."

   Lo Kun kerutkan dahi .

   "Lalu mengapa engkau tertawa ?"

   "Aku teringat pada tingkah laku orang tadi. Dia begitu gugup setengah mati karena pedang tadi digondol si Hitam. Teiapi monyet itu memang pintar sekali. Tak mungkin dia dapat mengejarnya, ha, ha ....

   "

   "Kalau begitu, aku tak perlu mengejar ?"

   Tanya Lo Kun.

   "Sudah tentu tak perlu, kecuali engkau memang hendak berlatih ilmu lari,"

   Kata Blo'on. Lo Kun bersungut-sungut .

   "Ho, anak Blo'on, beberapa hari be!akangan ini kulihat engkau makin pintar tetapi pun makin tak keruan. Apakah kepalamu masih sakit ?"

   "Kepalaku ? Siapa bilang aku sakit kepala?"

   "Bukankah engkau mengatakan sendiri, dan engkau katanya hendak mencari otak naga untuk obatnya?"

   Seru Lo Kun.

   "Aih aku mengatakan begitu ? Eh, benar, benar, aku memang ingin cari obat pengganti otakku yang kosong ini,"

   Kata Blo'on sambil mengelus elus gundulnya.

   "Hai, apa apaan kalian !"

   Tiba2 kakek Kerbau Putih berteriak,"

   Mengapa omong tak keruan ? Bukankah si Liok sedang diserang orang. Tuh, lihat. dia sibuk menghadapi lawannya !"

   Memang saat itu pemuda Liok sibuk sekali menghadapi serangan Iblis-tertawa To Hoan.

   Pemuda yang berwajah cakap dan berkulit halus serta bertubuh semampai itu, dengan sepenuh tenaganya telah mencurahkan kepandaiannya.

   Namun ia tetapi terdesak oleh lingkaran serangan To Hoan yang juga menggunakan senjata tongkat besi.

   Pemuda Liok curahkan ilmupedang Tui-hong kiam atau Pedang-pemburu-angin.

   Pedangnya menyambar-nyambar laksana kilat dan mrnderu-deru bagaikan badai.

   Namun tongkat To Hoanpun tak kalah dahsyatnya.

   Tongkat itu berkelebat naik turun laksana seekor naga bergeliatan di udara.

   Kui gok-ciang atau Tongkat-iblis-menangis, demikian nama tongkat dan ilmu permainan yang digunakan tokoh ketiga dari partai Kay-pang utara itu.

   "Apa apaan engkau ?"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "si Liok masih cukup kuat untuk menahan lawan. Yang penting kita ringkus dulu kedua orang yang sedang duduk diam itu. Kalau mereka bargun wah, runyam. Tentu dapat membantu kawannya."

   Tanpa menunggu jawaban, kakek Lo Kun terus menghampiri ketempat Auyang Hok.

   Secpat kilat ia menubruk tubuh Jembel gemuk itu sekuat dan mengikatnya kuat2 sehingga Auyang Hok hampir tak dapat bernapas.

   Melihat itu kakek Kerbau Putih pun terus lari ketempat Katak-pemalas Na Kok-kong dan tubruknya.

   Tepat pada saat itu, terjadilah detik2 yang menentukan.

   Karena terdesak dan hampir terancam bahaya dengan nekad pemuda Liok segera taburkan pedangnya kemuka orang.

   "Mampus engkau !"

   Teriaknya.

   Tetapi teriakan itu sudah jauh kumandangnya karena pemuda Liok itu sudah loncat lari.

   To Hoan terkejut.

   Untung ia masih dapat miringkan tubuh ke samping.

   Cret, pedang melayang di sisinya dan hanya berhasil memapas segumpal rambut.

   Sekalipun begitu, sebagai seorang tokoh pimpinan partai Jiong-pang, To Hoan marah sekali.

   "Hai, hendak lari kemana engkau bangsat cilik!"

   Serunya terus loncat mengejar. Serentak pada saat itu, kakek Lo Kun yang sedang memeluk tubuh Auyang Hok, segera berteriak .

   "Hai, Blo'on, lekas ikat tubuh babi gemuk ini". Saat itu To Hoan sudah berpuluh tombak larinya. Ia terkejut ketika mendengar teriakan kakek Lo Kun. Tetapi ia memutuskan, lebih dulu membunuh pemuda Liok baru kemudian kembali lagi untuk menolong Auyang Hok dan Na Kok-kong. Demikian Blo'onlah yang mengikat tubuh kedua pemimpin Kay-pang utara itu lalu menyumpal mulutnya dengan kain yang dirobeknya baju kedua orang itu. Auyang Hok dan Na Kok kong marah sekali. Dengan sekuat tenaga mereka meronta-ronta "Kurang ajar, babi gemuk"

   Bentak Lo Kun.

   "aku takkan menyembelihmu, hanya suruh engkau tidur saja. Mengapa engkau hendak berontak ?"

   Karena mulut tersumbat kain, Auyang tak dapat berteriak. Ia hanya dapat meronta makin keras. Melihat itu Lo Kun jengkel sekali.

   "Babi gemuk, engkau memang tak dapat perbaiki. Huh, patutnya engkau disembelih saja,"

   Kata Lo Kun seraya terus mencabut pedang dari pinggang Auyang Hok.

   "Hai, kakek Lo Kun, hendak engkau apakan orang itu ?"

   Teriak B'o'on terkejut.

   "Menyembelih babi,"

   Sahut Lo Kun seraya mencekal leher Auyang Hok dengan tangan kiri dan tangan kanan yang memegang pedang hendak digorokkan.

   "Jangan, kakek Lo Kun,"

   Seru Blo'on seraya rnenarik baju kakek linglung itu.

   "dia bukan babi tetapi seorang manusia. Apa engkau doyan makan daging manusia ?"

   "Siapa bilang aku suka makan daging manusia,"

   Bantah Lo Kun.

   "dagingnya nanti kita berikan pada si Kuning atau si Hitam atau si Bagus. Terhadap ketiga binatang piaraan Blo'on, mereka telah bersepakat untuk memberi nama. Karena anjing itu berbulu kuning maka diberi nama si Kuning, karena hitam, maka monyet itu dinamakan si Hitam. Sedang burung rajawali yang bulunya mengkilap indah, mereka memberi nama sebagai si Bagus.

   "Tidak sudi,"

   Teriak Blo'on,"

   Si Kuning tak doyan daging manusia, si Hitam suka makan buah buah segar dan si Bagus hanya gemar makan daging kambing.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dan jangan sekali kali engkau, berani memberi mereka makan daging manusia.

   Kalau mereka biasa makan daging manusia, kalau lapar, kita kan bisa dimakan mereka nanti !"

   Auyang Hok pucat wajahnya ketika lehernya hendak digorok oleh Lo Kun.

   Untung karena dicegah Blo'on, kakek itu tak jadi menyembelihnya.

   Sebagai seorang pemimpin Kaypang yang biasanya mendapat penghormatan dari anakbuahnya, sudah tentu dia tak kuat menahan hinaan yang diderita saat itu dari seorang kakek limbung.

   la maronta-ronta dan memandang kakek Lo Kun dengan mata berapi api.

   Dalam pada itu Na Kok-kongpun tak kurang marahnya, la marah bukan kepalang.

   Iapun meronta sekuat-kuatnya.

   "Eh, babi ini juga minta disembelih,"

   Kata Kakek Kerbau Putih yang jengkel juga melihat tingkah Na Kok kong.

   "Salah !"

   Tiba2 Lo Kun berteriak.

   "dia bukan babi. Babi tentu gemuk ....."

   "Huh, dia juga gemuk. Tuh lihat perutnya besar"

   Seru kakek Kerbau Putih. 'O, benar, memang perutnya gemuk. Tetapi badannya mengapa kecil ?"

   Seru kakek Lo Kun.

   "oh, dia mirip seekor katak"

   "Bagus, bagus !"

   Tiba kakek Kerbau Putih berteriak kegirangan.

   "katak enak sekali dimakan Hayo. kita sembelih katak ini."

   Habis berkata iapun terus menghampiri dan mencabut golok dari pinggang Na Kok-kong.

   "Jangan kakek Kerbau Putih"

   Teriak Blo'on.

   "dia bukan katak tetapi manusia"

   Saat itu kakek Kerbau Putih sudah terlanjur mencekal tengkuk Na Kok-kong dan berdiri rapat dengan orang itu. Pada saat Blo'on berseru mencegah tiba2 Na Kok-kong mendengkung sekuat-kuatnya dan plok ...

   "Aduh ...."

   Kakek Kerbau Pulih menjerit kesakitan seraya mendekap pipinya.

   Ternyata karena mulutnya tersumbat.

   Na Kok-kong telah melancarkan ilmu tenaga-dalam Ha ma-kang, mengantarkan segumpal ingus untuk menyemprot muka Kerbau Putih.

   Walaupun hanya segumpal air ingus tetapi karena disemburkan dengan tenaga Ha ma-kang maka berubahlah ludah tercampur ingus itu menjadi semacam senjata yang cukup membuat kakek Kerbau Putih meringis kesakitan sampai mengaduh-aduh .....

   "Aduh. baunya ..... !"

   Teriak kakek Kerbau Putih sesaat ia mengusap gumpalan ingus yang melekat pada pipinya! Tiba2 ia maju dan mengusap pipinya ke pakaian Na Kokkong, sret, sret ...

   kebetulan muka kakek Kerbau Putih itu menggosok-gosok pada Lambung orang dan seketika itu menggelinjang gelinjanglah tubuh Na Kok-kong karena geli.

   la geli lekali tetapi tak dapat tertawa maka hanya tubuhnya yang terkial-kial keras.

   "Diam !"

   Bentak kakek Kerbau Putih seraya menerkam lambung Na Kok-kong sekuat-kuatnya.

   Terkaman itu tanpa sengaja telah mengenai jalandarah yang membuat Na Kok kong tak dapat berkutik.

   Dan karena tanpa sengaja kakek Kerbau Putih itu menggunakan tenaga-dalam dingin, maka kakulah Na Kok-kong.

   "Tuh, sekarang engkau tentu tak dapat berkutik"

   Kata kakek Kerbau Putih.

   "Lho, mengapa babi gemuk ini masih meronta-ronta saja."

   Tiba2 kakek Lo Kun berteriak, Rupanya ia malu dengan kakek Kerbau Putih yang dapat menundukkan Na Kok kong.

   Maka iapun terus menusukkan jarinya kelambung Auyang Hok.

   Hek .....

   Auyang Hok menjerit tertahan dan seketika iapun kaku seperti patung.

   Blo'on terkejut heran, serunya .

   "Kakek Lo Kun ilmu apakah yang engkau gunakan untuk membuatnya diam itu ?"

   Sambil membusungkan dada menjawablah LoKun .

   "Itu namanya ilmu Tiam-hiat (menutuk jandarah). Orang yang terkena tiam-hiat tentu akan menjadi patung yang tak dapat bergerak"

   "Apa dia akan mati ?"

   Tanya Blo'on.

   "Tidak,"

   Sahut kakek Lo kun "asal diurut lagi supaya jalandarahnya terbuka, dia tentu dapat bergerak pula".

   "O, kalau begitu cobalah kakek menutuknya supaya bergerak."

   "Anak bloon, masakan engkau tak percaya pada omonganku, Nih, lihatlah.

   "

   Ia terus tusukkan jarinya ke lambung Auyang Hok. Crek, kembali lambung itu terkena tutukan lagi sehingga tubuh Auyang Hok makin kaku.

   "Celaka !"

   Teriak Lo Kun.

   "aku lupa bagaimana cara membukanya ... .

   "

   "Oh,"

   Blo'on mengeluh kaget.

   "lalu bagaimana dia nanti ?"

   Lo Kun garuk2 kepalanya tak dapat menjawab. Kemudian ia berpaling ke arah kawannya.

   "Hai, Kerbau Putih, apakah engkau juga dapat membuka jalandarah si katak itu ?"serunya. Sambil mengangkat bahu, kakek Kerbau Putih menjawab .

   "Mengapa tidak bisa ? Goblok engkau Lo Kun !"

   Lo Kun garuk2 kepala lagi.

   "Ya, Lo Kun memang goblok, eh ... tidak, aku tidak goblok hanya lupa caranya"

   Bantahnya seorang diri. Kemudian berseru.

   "hai, Kerbau Puluh, cobalah engkau tutuk jalandarah si katak (Na Kok-kong) supaya dapat bergerak lagi. Setelah itu aku minta tolong supaya engkau membuka jalandarah babi ini" ' "Buat apa membuka jalandarahnya ? Bukankah lebih baik biarkan saja mereka tak bergerak? Bukankah kalau bergerak katak ini bisa menyemprot ingus lagi kepadaku ?"

   Jawab kakek Kerbau Putih.

   "Plak", Lo Kun menampar gundulnya sendiri.

   "O, ya. ya benar"

   Serunya "perlu apa halus membuka jalandarahnya ?"

   Kemudian ia berpaling ke arah Blo'on, tegurnya marah .

   "Anak blo'on, engkau memang blo'on. Mengapa engkau suruh aku membuka jalandarah babi ini ? Biarkan saja dia jadi patung atau jadi apa saja. Nanti kawan-kawannya tentu datang menolongnya ..."

   "Hai, mana engkoh Liok tadi ?"

   Tiba Blo'on tak menggubris kata2 kakek Lo Kun melainkan berpaling kesamping.

   Demi melihat pemuda Liok tidak berada di situ, demikian pula iblis tertawa To Hoan, menjeritlah Blo'on, Lo Kun dan Kerbau Putihpun melonjak kaget.

   Mereka baru mengetahui bahwa kawan mereka sipemuda Liok tadi, hilang dari tempat itu.

   ''Celaka, hayo kita cari !"

   Tanpa peduli apa2 lagi, Blo'on terus lari kemuka.

   Lo Kun dan Kerbau Putih terpaksa mengikuti.

   Pertama-tama yang muncul yalah burung rajawali atau si Bagus.

   Kemudian muncul pula monyet si Hitam.

   Kedua binatang itu rerus mengikuti Blo'on.

   Sepeminum teh lamanya berlari mereka tiba di sebuah bukit.

   Ketika melintasi sebuah tikungan karang, tiba2 terdengar seseorang berteriak gembira.

   "Ai, ai, benar, benar, akhirnya kalian memang datang ke sini ...

   "

   Blo'on dan kedua kakek hentikan larinya dan berpaling.

   "Ah, engkau engkoh Liok!"

   Seru Blo'on ketika melihat seorang pemuda tengah duduk beristirahat diatas sebuah batu karang.

   Pemuda itu memang pemuda she Liok.

   Siapa namanya yang lengkap, ia hanya mengatakan.

   sebagai Liok Sin-lam.

   Pemuda itu loncat turun ke tempat rombongan kawankawannya.

   "Ya, memang aku,"

   Kata pemuda Liok itu sambil tertawa,"

   Sudah lama juga aku menunggumu di sini. Kukira kakek itu bohong"

   "Aku ?"

   Teriak Lo Kun.

   "engkau mengatakan aku bohong ? Aku bohong apa kepadamu ?"

   Pemuda Liok yang sudah kenal akan watak kakek limbung itu hanya tertawa, sahutnya.

   "Bukan kakek engkau, tetapi lain orang lagi."

   "O, engkau mendapat kakek baru lagi."

   Blo'on."

   Mana orangnya ?"

   "Ya, memang aku bertemu dengan seorang kakek baru yang aneh, pemuda Liok menerargkan, pada saat aku hampir terancam bahaya hendak dipukul lawanku tadi, aku berusaha untuk loncat ke dalam gerumbul. Tiba2 aku seperti membentur sebuah tangan orang dan tahu aku tak sadarkan diri. Ketika aku membuka mata, dihadapanku tampak seorang kakek tua berjenggot putih. Dengan tersenyum dia suruh aku menunggu kedatangan kamu sekalian ditempat ini ....."

   "Siapa dia ?"

   Seru Blo'on.

   "Waktu kutanyakan bagaimana dengan tokoh Kay-pang bertempur dengan aku itu, dia hanya tertawa dan mengatakan kalau sudah beres. Tokoh Kay pang itu sudah jinak dan mengakui dosa, saat ini sudah masuk menjadi paderi gundul. Aku percaya saja keterangannya. Tetapi ketika kutanyakan namanya, kakek jenggot putih itu hanya tertawa dan mengatakan ringkas bahwa namanya kakek Jenggot putih. Aku hendak membantah tetapi dia sudah lantas loncat pergi....."

   "Uh, aneh juga,"

   Gumam Blo'on.

   "nanti kalau ketemu dengan seorang kakek jenggot putih kita tangkap saja."

   "Mengapa ?"

   Pemuda Liok kerutkan alis yang bagus.

   "Dia harus memberi tahu namanya yang sungguh."

   Kata Blo'on.

   "masakan seorang manusia tak punya nama....."

   "Ha, ha, ha."

   Tiba2 kakek Lo Kun tertawa geli dan panjang. Blo'on melongo, serunya.

   "Kakek Lo, mengapa engkau tertawa begitu geli ?"

   "Karena mendengar kata-katamu yang lucu tadi,"

   Sahut Lo Kun.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Lucu ? Apanya yang lucu ?"

   "Engkau mengomeli orang yang tak punya nama, ha, ha, tetapi engkau sendiri bagaimana ?", kata Lo Kun.

   "Aku?"

   Blo'on menegas.

   "jelek2 kan aku punya nama juga?"

   "Siapa ?"

   Tanya Lo Kun.

   "Blo'on !"

   Terdengar gelak tertawa dalam berbagai nada dan irama dari kawan2 Blo'on. Pemuda Liok pun tertawa mengikik. Tiba2 Blo'on terus ayun langkah berjalan pergi.

   "Hai, hendak kemana engkau?"

   Seru kakek Kerbau Putih.

   "Melanjutkan perjalanan lagi,"

   Sahut Blo'on. Terpaksa orang2 itupun mengikutinya. Setelah melintasi bukit tiba2 mereka mendengar suara anjing menggonggong keras. Bloonpun berhenti.

   "Hai, si Kuning !"

   Serunya kejut2 girang.

   Seekor anjing tampak berlari lari muncul dari dalam hutan.

   Mulutnya menggondol sebatang pedang.

   Melihat kawannya datang, si monyet Hitam-pun terus loncat menyambut.

   Ia hendak menarik pedang di mulut si Kuning.

   Tetapi rupanya anjing kuning tak mau melepaskannya, Monyet Hitam berkuik-kuik ngotot hendak menarik pedang itu tetapi anjing tetap bertahan tak mau melepaskannya.

   Terjadilah tarik menarik adu kekuatan diantara kedua binatang itu.

   "Hai, apa - apaan kalian itu,"

   Blo'on menghampiri.

   "mengapa saling berebut pedang ? Hayo, berikan kepadaku."

   Monyetpun menyisih ke samping dan si Kuning maju kemuka Blo'on lalu lepaskan pedang dibawah kaki tuannya. Sambil memungut pedang, Blo'on berkata .

   "Pedang ini milik orang desa tadi. Baiklah kusimpannya dulu. Apabila ketemu lagi dengan dia, tentu akan kuberikan."

   "Benar,"

   Kata pemuda Liok.

   "tetapi simpanlah di dalam baju jangan sampai terlihat orang! Ingat, orang2 Kay-pang tadi tentu berusaha hendak merebut pedang itu."

   Demikian mereka melanjutkan perjalanan lagi.

   Dan dua hari kemudian tibalah mereka disebuah desa dekat perairan sungai Hongho atau sungai Kuning.

   Mereka mendapatkan desa itu sunyi senyap.

   Rumah2 penduduk kosong penghuninya.

   Di sebuah rumah mereka bertemu dengan seorang nenek yang sudah tua sekali.

   "Nenek tua,"

   Kata pemuda Liok dengan suara lembut.

   "kami pendatang dari luar daerah yang kebetulan lalu di desa ini. Maksud kami karena hari sudah petang, hendak minta menginap disini."

   Nenek itu menghela napas .

   "Maaf, nak penduduk desa nelayan sini sedang sibuk berkumpul ditempat ketua desa. Aku seorang nenek tua tak dapat melayani kalian."

   Setelah pertanyakan letak rumah ketua desa Blo'on dan rombongannya segera mencari tempat itu.

   Ternyata di rumah kediaman ketua desa sedang diselenggarakan sebuah pertemuan besar, diri seiuruh rakyat desa itu.

   Rumah besar yang dipakai untuk maksud pertemuan itu, penuh dengan rakyat, baik laki maupun perempuan.

   Lampu yang menerangi rumah itu terang benderang sekali.

   Kedatangan rombongan Blo'on sangat mengejutkan mereka.

   Kepala desa, seorang lelaki berumur 50-an, bertubuh tegap dan berkulit kehitam-hitaman, segera diiringi oleh beberapa lelaki, keluar menyambut.

   Pemuda Liok tak ingin terjadi salah faham yang mengakibatkan suasana keruh.

   Ia mewajibankan diri sebagai jurubicara dari rombongannya.

   "Paman sekalian"

   Serta merta ia memberi hormat.

   "kami datang dari jauh dan kebetulan lalu di desa ini. Karena hari sudah malam, kami hendak mohon menginap di desa ini."

   Kepala desa dan beberapa lelaki kekar itu memandang rombongan tetamu dengan seksama.

   Dari pemuda Liok, Blo'on sampai pada kedua kakek Lo Kun dan Kerbau Putih tak lepas dari pandang penelitian mereka.

   Blo'on tercengang heran.

   Ia sibuk memandang dan meneliti dirinya.

   "Eh, paman", tiba2 ia berseru "apa yang engkau pandang pada diriku ?"

   "Siapa engkau ini ?"

   Tanya kepala desa.

   "Aku seorang manusia seperti engkau. Apa engkau kira aku ini monyet ? Kalau monyet, inilah macamnya,"

   Blo'on menunjuk pada si Hitam.

   "Ya, kutahu engkau seorang manusia,"

   Jawab kepala desa itu.

   "kau masih muda, tetapi kenapa kepalamu gundul dan memakai rambut seperti sepasang tanduk ?"

   "Keparat !"

   Teriak Blo'on. Kepala desa itu terkejut .

   "Keparat ? Siapa yang engkau maki ?"

   "Orang Hoa-san-pay,"

   Sahut Blo'on.

   "merekalah yang menggunduli rambutku dengan pedang pusaka sehingga tak dapat tumbuh lagi. Hanja bagian dua samping ini yang tumbuh". Sambil berkata Blo'on menunjuk pada kedua ikat rambutnya.

   "Siapa namamu ?"

   Tanya kepala desa itu pula. Rupanya diam2 kepala desa itu tertarik juga perhatiannya.

   "Blo'on."

   Kepala desa melongo, serunya .

   "Blo'on ? itu bukan nama tetapi semacam kata ejekan."

   "Eh, pak tua"

   Kata Bioon "jangan engkau sembarangan bicara. Blo'on itu namaku, mengapa engkau tak percaya. Lalu siapa namamu ?"

   Tanpa menghiraukan pertanyaan Blo'on, kepala desa itu beralih menghadap kakek Lo Kun. Melihat seorang kakek tua, kepala desa itu mengangguk kepala selaku memberi hormat.

   "Maaf, paman,"

   Katanya.

   "dari manakah paman ini ?"

   Lo Kun deliki mata .

   "Sudahlah, jangan banyak bicara basa basi. Lekas berikan kami tempat menginap dan makanan. Sudah setengah hari aku tak menelan nasi."

   Mendengar kata2 kakek Lo Kun yang kasar, seorang lelaki yang mengiring di samping kepala desa itu, membentak .

   "Kakek tua, jangan sekasar itu terhadap kepala desa kami ! Engkau tahu dengan siapa engkau berhadapan ?"

   Kepala desa buru2 mencegah orangnya .

   "Hay-cu, jangan cari perkara."

   Kemudian kepala desa itu berkata kepada kakek Kerbau Putih .

   "Dari manakah paman ini?"

   "Kami beramai-ramai hendak menuju ke Laut Hitam. Karena kemalaman, kami minta menginap disini,"

   Sahut kakek Kerbau Putih. Kepala desa itu kerutkan dahi .

   "Laut Hitam ? Dimanakah laut itu ?"

   "Lho, apakah di negeri kita ini tak ada Laut Hitam?"

   Sejenak kepala desa itu kerutkan kening, lalu menjawab .

   "Kami hidup sebagai nelayan di desa Hong-ke cung sini sudah berpuluh-puluh tahun Sering kami berlayar mencari ikan jauh sampai ke muara laut. Sepanjang pendengaran kami, di sebelah selatan hanya terdapat sebuah Laut Kuning. Tetapi Laut Hitam kami tak pernah mendengar"

   "O,"

   Kakek Kerbau Puih garuk2 kepala, lalu menegur Blo'on.

   "tuh dengarlah. Siapa yang bilang kepadamu kalau di Laut Hitam terdapat seekor naga ?"

   Blo'on menyeringai .

   "Sudahlah, jangan pedulikan orang ini. Cobalah lihat binatang piaraanku ada Kuning, ada Hitam ada Bagus. Kalau ada Laut Kuning masakan tak ada Laut Hitam ? Masakan laut kalah dengan binatang saja?"

   "Hai, benar, benar,"

   Kata kakek Kerbau Putih lalu berpaling kepada kepala desa.

   "ho, jangan engkau membohongi aku. Ada Laut Kuning tentu ada Laut Hitam". Kepala desa tertegun. Segera ia mendapat kesan bahwa ia sedang berhadapan dengan rombongan manusia2 yang kurang waras otaknya. Lebih baik tak perlu banyak omong agar dapat melanjutkan pertemuan lagi.

   "Baiklah,"

   Katanya.

   "kalian boleh bermalam di rumah ini. Tetapi karena tempat ini sedang digunakan untuk rapat, maka harap kalian tunggu saja".

   "Boleh,"

   Seru kakek Lo kun.

   "tetapi kami minta makan dulu. Sudah setengah hari, perutku kosong."

   Sebenarnya kepala desa itu mendongkol tetapi ternyata dia seorang yang memiliki kesabaran besar.

   Segera ia perintahkan seorang lelaki untuk membawa rombongan tetamu itu pulang kerumah kepala desa dulu.

   Kepala desa mempunyai dua orang anak, yang besar seorang dara berumur 15- 16 tahun.

   Dan yang kedua, seorang anak lelaki berumur 10 tahun.

   Karena ayahnya sedang memimpin rapat di gedung pertemuan, maka anak lelaki kecil itu yang menemani' tetamunya makan.

   Sedang tacinya atau dara itu yang melayani.

   "Ho, mengapa hidangannya terdiii dari ikan laut semua ?"

   Seru kakek Lo Kun.

   "Maaf, kakek,"

   Kata Hay-po anak kecil itu.

   "memang kami nelayan disini, tiap hari makannya ikan sungai."

   Beberapa saat kemudian, kembali kakek Lo Kun berteriak .

   "Hai, anak kecil, siapa yang masak ikan le-hi ini ?"

   "Taci ku."

   "Mana tacimu ?"

   "Itu,"

   Kata Hay-po seraya menunjuk kepada sidara.

   "Hai, anak perempuan,"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Lo Kun berpaling.

   "mengapa sebagai anak perempuan engkau tak pandai masak ? Cobalah, masakan ikan lehi rasanya begini hambar, kurang manis, kurang asam."

   Pemuda Liok tak enak hati. Masakan seorang tetamu berani mencelah hidangan dari tuan rumah. Ia hendak mencegah kakek Lo Kun tetapi dara itu dengan tersenyum sudah mendahului.

   "Ya, baiklah,"

   Katanya tertawa,"

   Akan kutambah garam dan gula."

   Tak berapa lama masuk, dara itupun keluar dengan membawa cupuk berisi garam dan gula.

   "Celaka, terlalu asin !"

   Lo Kun menjerit lagi serelah menambahi garam pada masakan ikan le-hi. la menyambar gula dan terus dituangkan. Setelah mencicipi, ia berteriak.

   "gila, sekarang terlalu manis ...

   "

   Dia menambahi garam dan mencicipi .

   "Ai terlalu asin . .

   "Ia menambahi gula, kemudian mengeluh terlalu manis. Demikian sampai terjadi berulang kali. Gula habis, garampun habis.

   "Hi, hi, hi .....

   "

   Hay-po si anak kecil tertawa geli. Demikian juga tacinya si dara yang bernama Hay-giok, juga tertawa mengikik.

   "Kurang ajar, bocah edan"

   Lo Kun delik mata pada Hay-po "mengapa engkau malah tertawa"

   Hay po melongo. la tak kira kalau seorang tetamu berani memakinya. Sesaat kemudian iapun membalas ;

   "Jangan bicara sembarangan, kakek sinting. Siapa yang gila ? Bukankah salahmu sendiri menambahi gula dan garam ?"

   "Ya, tetapi mengapa engkau tertawa ?"

   "Siapa melarang aku tertawa? Bahkan orang2 Naga Kuningpun tak melarang aku tertawa ?"

   "Naga Kuning ?"

   Lo Kun terkesiap.

   "siapa Naga Kuning ?"

   Belum anak itu menjawab, tiba2 Blo'on sudah menyambar tangan anak itu .

   "Adik kecil di manakah naga kuning itu ? Ah, kalau ada naga kasih tahu aku mana tempatnya. Aku hendak menangkap naga. Nanti kuberikan kulit dan dagingnya kepadamu Aku hanya mengambil otaknya saja". Sudah tentu bocah itu melongo. Diberondong dengan kata dari Blo'on yang laksana hujan mencurah itu, dia sampai tak dapat menjawab.

   "Eh, engkoh gundul,"

   Sesaat kemudian baruIah anak itu dapat berkata.

   "engkau hendak mencari naga ?"

   "Betul adik kecil,"

   Kata Blo'on penuh harap "aku memang butuh hendak membunuh naga. Akan kuambil otaknya untuk mengobati otakku yang kosong."

   Anak kecil itu merenung sejenak. Tiba2 ia mendapat akal.

   "Ya, memang ada,"

   Katanya.

   "tetapi apa engkau berani melawan naga ?"

   "Siapa bilang tidak berani ?"

   Teriak Blo'on.

   "begitu kulihat naga tentu akan kutampar kepala nya !" ..... brak ... tanpa disadari karena terangsang oleh semangatnya yang menyalanyala tangan Blo'onpun menampar meja makan. Mangkuk yang perisi masakan ikan le-hi di depan kakek Lo Kun mencelat dan tumpah ke pakaian kakek itu.

   "Aduh ... .

   "

   Teriak Lo Kun seraya menyudut mundur, brak ...

   karena gerakan menyurut mundur itu dilakukan dengan tiba2, kursi yang didudukinya itupun terpelanting jatuh dan ia terjerembablah kakek itu.

   Si dara Hay-giok terkejut.

   Cepat2 ia menolong kakek itu bangun.

   Tetapi secepat itu kakek Lo Kun menghalau tangan si dara supaya jangan menjamah lengannya, kemudian ia menuding Bloon.

   "Bloon, engkau berani menyiram kuah panas kepadaku ?"

   Teriaknya seraya maju menghampiri. Melihat kakek itu marah, pemuda Liok cepat menghadang .

   "Sudahlah, kakek Lo, engko Blo'on memang tak sengaja. Jangan marah ..."

   "Ya, tetapi dia harus mengganti kuah lehi itu,"

   Kakek Lo Kun masih uring-uringan. Dara Hay-giok melangkah maju.

   "Jangan kuatir, kakek. Apa engkau suka kepiting?"

   Tiba2 kakek linglung itu deliki mata kepada si dara .

   "Ho, bocah perempuan, kalau punya kepiting, mengapa tidak engkau keluarkan dari tadi? Engkau tuan rumah tetapi begitu pelit." 'Ya, tunggulah,"

   Kata si dara terus melangkah masuk. Dalam pada itu si anak kecilpun bertanya kepada Blo'on .

   "Siapa yang dimaki blo'on itu ?"

   "Dia bukan memaki, melainkan memanggil namaku,"

   Kata Blo'on.

   "Apakah namamu Blo'on ?"

   Blo'on mengiakan .

   "Hebat bukan ?"

   Bocah lelaki itu tertawa geli.

   "Jangan tertawa saja !"

   Tiba2 Blo'on membentuk "lekas beritahukan di mana tempat naga kuning itu ?"

   "Oh, itu,"

   Kata Hay po.

   "tetapi ada kalanya naga itu menjelma menjadi manusia. Dia memang naga siluman."

   "Tidak peduli dia akan menjelma jadi manusia atau apa saja, aku tak takut dan tetap akan membunuhnya,"

   Kata Blo'on.

   "Dan dia punya banyak anakbuah ....."

   "Tidak takut!"

   Tukas B'o'on.

   "Baik,"

   Kata anak lelaki itu.

   "nanti engkau boleh minta izin kepada ayahku untuk membunuh gerombolan naga kuning itu."

   Belum Blo'on menyahut, tiba2 si dara Hay-giok muncul dengan membawa sepiring kepiting rebus lalu dihidangkan di muka kakek Lo Kun.

   "Inilah kepitingnya ..."

   "Bagus anak perempuan, seru kakek Lo kun.

   "ah, kalau dulu aku menikah dengan kekasihku, tentu sudah mempunyai anak perempuan sebesar engkau. Anak perempuan pandai masak dan dapat meladeni ayahnya."

   "Tetapi kepitingnya masih setengah matang."

   "Apa ?"

   Tanya kakek Lo Kun.

   "Ya, memang begitulah cara memasak hilangan Kepitinggoyang- lidah itu, kakek."

   "Kepiting-goyang lidah ?"

   Kakek Lo Kun mengulang.

   "hebat, hebat sekali nama masakan itu. Hendak kubuktikan apakah lidahku benar2 dapat bergoyang karena makan piting itu."

   "Kalau makan, lebih baik pakai pisau supaya jangan tersapit binatang itu,"

   Kata si dara. Lo Kun tak mempedulikan. Segera ia menjemputkan tangan dan terus meremas kepiting lalu dimakannya.

   "Aduh ..."

   Sekalian orang terkejut dan berpaling.

   "Mengapa ?"

   Tegur pemuda Liok.

   "Enak benar masakan anak perempuan itu"

   Seru kakek Lo Kun.

   "ya, ini baru benar2 dapat menggoyang lidah."

   Cepat sekali kakek linglung itu sudah menghabiskan empat ekor kepiting. Rupanya dia betul lupa daratan karena menikmati masakan kepiting itu.

   "Bocah perempuan'"

   Serunya berpaling mengambil seekor kepiting lagi.

   "kelak apabila pulang dari Laut Hitam, aku tentu singgah di sini lagi. Sediakan masakan Kepiting-goyang lidah lagi, ya !"

   Selesai berkata, tangannyapun mengantar kepiting ke mulut .

   "Aduh ...

   "

   Karena sejak tadi mengoceh tak henti-hentinya, dan juga mengaduh karena merasakan lezatnya masakan kepiting, maka kali ini teriakan mengaduh dari kakek itu, tak mendapat perhatian kawan-kawannya. Mereka sudah jemu mendengar ocehan kakek linglung itu.

   "Aduh ..... tolongng ... aduh, bibirku ..."

   Namun kawan2 itu tak menghiraukan.

   "Brak ... tiba2 kakek Lo Kun melonjak ke atas sehingga kakinya membentur meja. Meja tergetar keras hidangan2 pun tumpah ruah. Saat itu barulah pemuda Liok, kakek Kerbau Putih, Blo'on dan Hay-po terkejut. Mereka serempak memandang kearah kakek Lo Kun. Setelah melonjak keatas Lo Kun mendekap mulutnya dan lari keluar, menjerit-jerit Sekalian orang terkejut dan berhamburan memburu ke luar. Tampak di halaman kakek Lo Kun melonjak lonjak tak keruan. Lari sana, lari sini, tingkahnya seperti orang gila.

   "Kakek Lo, mengapa engkau ?"

   Seru Blo'on seraya mencekal tubuh kakek itu.

   "Enyah !"

   Tiba2 Lo Kun menendang kaki Blo'on sehingga anakmuda itu terjungkal ketanah. *Eh, mengapa engkau ?"

   Kakek Kerbau Pulih pun maju. Duk ... tiba2 kakek Lo Kun mendupak perutnya sehingga kakek Kerbau Putihpun terpelanting jatuh.

   "Ih kenapa kakek ...

   "

   Belum selesai mengucap, kakek Lo Kun sudah menyengkelit kaki pemuda Liok sehingga pemuda itupun rubuh.

   Menyusul bocah lelaki Hay-po dan tacinya sidara Hay giok juga diamuk Lo Kun, Serempak Blo'on dan kawan-kawannya bangun dan menyerbu kakek Lo Kun.

   Blo'on memeluk tubuhnya, kakek Kerbau Putih mencengkam tangannya dan pemuda Liok meringkus kaki, sidara Hay-giok menyikap perut dan sibocah lelaki Hay po merangkul leher kakek Lo Kun.

   Karena diringkus oleh lima orang, Lo Kun tak dapat berkutik lagi.

   Ia hendak meronta tetapi kalah kuat.

   "Astaga !"

   Teriak sidara Hay-giok.

   "mulut kakek ini disepit kepiting. Aduh, sampai berlumuran darah". Ternyata sewaktu mengantar kepiting ke mulut tadi, Lo Kun lupa untuk meremas kepiting itu supaya mati. Kepiting yang belum mati, dengan cepat menyepit bibir Lo Kun dengan sepit Lo Kun menjerit kesakitan dan terus menarik kepiting itu. Tetapi celaka..... makin ditarik bibirnya makin sakit karena ikut tertarik menjulur. Dengan gemas Lo Kun meremas kepiting itu sampai hancur. Tetapi sepit kepiting yang masih menyepit bibirnya tak juga mau lepas. Sepitan itu seperti mati atau tak kena dibuka. Dia menjerit kesakitan tetapi tiada seorang pun yang menghiraukannya. Karena jengkel, ia melonjak dari kursi, kakinya membentur meja, hidangan tumpah ruah, lalu terus lari keluar dan menjerit - jerit. Ketika kuwan- kawannya memburu keluar mereka belum mengetahui kalau bibir Lo Kun dijepit kepiting, karena Lo Kun mendekap mulutnya dengan tangan. Baru setelah dia dikeroyok dan ramai2 diringkus, tahulah orang kalau bibirnya masih disepit kepiting.

   "Hai, aneh, hanya tinggal sepitnya mengapa masih menyepit bibir Kakek Lo begitu kencang?"

   Seru Blo'on.

   "apakah dia nanti terus begitu ? Wah, runyam, kalau sepit kepiting itu tak dapat lepas, kukek Lo tentu susah makan."

   Kakek Kerbau Putih yang mendekap kedua tangan Lo Kun dari belakang, tak dapat melihat bagaimana keadaan bibir Lo Kun. Ia berseru .

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Blo'on, hayo, tarik saja sepit kepiting itu supaya lepas."

   Tanpa banyak pikir Blo'onpun terus melakukan perintah.

   "Aduh .... bangsat engkau .... bibirku hilang nanti, aduh ,...,"

   Kakek Lo Kun menjerit-jerit seperti babi hendak disembelih.

   "Lalu bagaimana ?"

   Blo'on lepaskan tarikannya.

   "Gampang,"

   Seru dara Hay-giok lalu menyuruh adiknya.

   "Hay-po, ambil semangkok air panas."

   Anak itu cepat lari kedalam rumah dan tak berapa lama muncul dengan membawa semangkuk air panas yang masih mendidih.

   "Benamkan sepit kepiting kedalam air panas lalu bukalah sepit itu,"

   Seru Hay-giok. Hay po segera melakukan perintah lagi, tapi karena gopohnya, ia membenam sepit kepiting sampai dengan bibir kakek Lo Kun.

   "Aduh. bangsat engkau ..."

   Kakek Lo Kun menjerit kesakitan, ketika bibirnya direndam air mendidih itu.

   Dengan sekuat tenaga ia meronta lalu menendang Hay po.

   Anak itu terkejut.

   Cepat ia menghindar ke samping.

   Tetapi karena ia bergerak, mangkuk air panas itupun tumpah ke mulut dan dada Lo Kun.

   "Bangsat ... !"

   Dengan kerahkan seluruh tenaga kakek Lo Kun menggembor dan melemparkan orang2 yang meringkusnya itu semua.

   Kemudian kakek itu mengejar Hay po.

   la hendak menghajar anak lelaki itu.

   Hay-po ketakutan dan lari menuju kegedung pertemuan.

   Blo'on dan kawan-kawannya mengejar kakek Lo Kun.

   Terkejutlah kepala desa itu ketika melihat puteranya berlarilari masuk dan terus sembunyi di belakangnya.

   "Mengapa, Hay po ?"

   Tegurnya.

   "Kakek itu hendak membunuh aku ...

   "

   Belum sempat anak itu memberi keterangan kakek Lo Kunpun sudah menerobos masuk dan terus menerjang kepala desa.

   Beberapa lelaki yang berada di sekeliling kepala desa, cepat maju merintangi.

   Tetapi mereka dihantam jungkir balik oleh kakek Lo Kun.

   Gemparlah suasana dalam gedung itu.

   Lo Kun diserbu oleh rakyat nelayan desa itu.

   Tetapi kakek linglung itu mengamuk seperti orang gila.

   "Berhenti !"

   Teriak kepala desa dengan nyaring. Dan sekalian orangpun mentaati. Dan pada itu masuklah rombongan Blo'on Mereka hendak meringkus kakek Lo Kun tetapi dicegah kepala desa. Setelah suasana tenang, kepala desa itu menegur kakek Lo Kun .

   "Paman, mengapa engkau mengamuk ?"

   "Engkau masih tanya ?"

   Dengus kakek Lo masih geram.

   "nih, lihatlah bibirku dan mulutku ..

   "

   "Hai, mengapa berlumur darah dan bengkak ? kepala desa terkejut.

   "Inilah perbuatan anakmu yang kurang ajar itu. Aku harus memberinya hajaran.

   "Lo Kun terus hendak menerjang maju. 'Nanti dulu,"

   Seru kepala desa.

   "kalau memang anakku kurang ajar, hajarlah bahkan bunuhlah dia. Aku orang she Hong takkan membelanya. Tapi akupun harus minta keterangan dulu bagaimana duduk perkaranya " 'Bibirku disepitken kepiting lalu disiram dengan air panas. Apakah itu bukan perbuatan kurang ajar. Engkau sebagai seorang ayah, tak mampu menghajar anak. Tak pantas jadi ayah. Lebih baik engkau buang dirimu kedalam laut saja", teriak Lo Kun seraya menuding muka kepala desa. Kepala desa tercengang. Pemuda Liok tampil ke muka lalu menuturkan apa yang telah terjadi.

   "Kakek Lo ini sendiri yang makan kurang hati2 sehingga bibirnya disepit kepiting. Tetapi dia marah2 dan mengamuk. Harap paman maafkan Kesalahan kami,"

   Kata pemuda Liok. Mendengar cerita itu, seketika pecahlah gelak tawa riuh rendah dari seluruh penduduk yang ada dalam ruang gedung itu. Ruang gedung seolah-olah bergetar .. -ooo0dw0ooo- Jilid. 19 Gunung pusar air.

   "Ha, ha, ha ...

   "

   Kakek Lo Kun ikut ter tawa geli.

   "Mengapa engkau tertawa kakek Lo ?"

   Tegur pemuda Liok "Entahlah, aku hanya ikut tertawa karena mereka tertawa,"

   Sahut Lo Kun.

   "Engkau tahu apa sebab mereka tertawa ?"

   Tanya pemuda Liok pula. Lo Kun geleng kepala.

   "Mereka tertawa karena geli melihat tingkah lakumu"

   Seru pemuda Liok.

   "Kurang ajar !"

   Tiba2 Lo Kun berteriak, ''aku bukan orang gila, mengapa mereka menertawakan aku ?"

   "Sudah tentu mereka tertawa karena bibirmu disepit kepiting tadi"

   "Peduli apa mereka ? Bibir bibirku sendiri, mau putus mau sumbing, kan aku sendiri yang menderita. Mengapa mereka menertawakan aku". Kakek Lo Kun terus bersikap hendak menyerang orang2 itu tetapi pemuda Liokpun cepat mencegahnya .

   "Kakek Lo. janganlah membuat gaduh. Kita kan tetamu, harus pegang aturan. Masakan dia sudah memberi tempat penginapan dan makanan kepada kita, engkau malah membalas terima kasih dengan pukulan ?"

   "Ya, kakek Lo, mengapa engkau sudah begitu tidak tahu aturan?"

   Blo'on ikut mendamprat.

   "Sudahlah, jangan ikut2an memaki, memang! aku sudah tahu dan sadar. Aku tak mau mengamuk lagi,"

   Kata kakek Lo Kun lalu berseru kepada sidara Hay-giok.

   "Hai bocah perempuan, kalau kasih makan jangan begitu lagi. Masakan kepiting masih setengah hidup, suruh aku makan. Untung lah aku sudah tua, biar bibirku sumbing, tidak jadi apa. Bagaimana kalau aku masih muda, bukankah aku bisa diusir isteriku ?"

   Orang2 itu geli tetapi mereka terpaksa menahan tertawanya.

   "Kakek"

   Seru Hay-giok "ya kuingat sekarang"

   "Apa"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "Kepiting itu betina."

   Seru Hay-giok "maka dia tentu bukan menggigit bibir kakek karena hendak menyakiti kakek, melainkan karena hendak mencium ..."

   "Kurang ajar, anak perempuan, mengapa kau tak malu berkata begitu ? Sekalipun sudah begini tua, tetapi bibir Lo Kun tak mau dicium kepiting betina biar yang bagaimana cantiknya ...

   "

   Kali ini orang2 tak dapat menahan gelinya, lagi. Mereka tertawa dan sidara Hay-giok terus lari kemalu-maluan ... .

   "Paman Hong"

   Sesaat kemudian pemuda Liok berkata.

   "kami datang kemari hendak membicarakan suatu urusan penting dengan paman "

   "O,"

   Seru ketua desa.

   "mari kita masuk dan bicara"

   Setelah Blo'on dan rombongan duduk berhadapan dengan kepala desa. maka berkatalah pemuda Liok.

   "Paman kami hendak mengusul suatu rencana menolong rakyat disini"

   "O, silahkan kami bersedia mendengarkan"

   "Paman tak perlu harus mengorbankan puteri paman jadi korban keganasan si Naga Kuning"

   "Ah, kita tiada mempunyai kekuatan untuk melawan pengaruh Naga kuning"

   Kata kepala desa.

   "Segala akibat, kamilah yang tanggung"

   Seru pemuda Liok dengan tegas "Baiklan, bagaimana rencanamu ?"

   "Salah seorang dari rombongan kami akan menyaru jadi anak perempuan menggantikan puteri paman ..."

   "Jangan main2"

   Tukas kepala desa.

   "begitu Naga Kuning tahu hal itu, bukan saja kalian akan dicincang, pun mereka tentu akan membunuh seluruh rakyat desa ini"

   Pemuda Liok tersenyum .

   "Jangan kuatir paman sudah kukatakan bahwa kamilah yang akan menanggung semua akibatnya. Dan kami jamin rakyat di desa ini pasti takkan menderita malapetaka"

   "Eh. bagaimana engkau dapat meyakinkan aku kalau rencanamu itu dapat berhasil ?"

   Kepala desa menegas.

   "Nanti apabila kita sudah berhadapan dan berada dalam kamar dengan si Naga Kuning, akan kita usahakan untuk melolohnya dengan arak. Dalam arak itu akan kita campuri dengan obat tidur. Setelah dia tidur, barulah kita bunuh"

   "Hai,"

   Teriak kepala desa terkejut "tidak semudah itu ! Engkau dapat membunuhnya tetapi didalam markasnya masih banyak anakbuahnya, yang sakti.

   Kalau mereka tahu kepalanya dibunuh mereka tentu akan mengamuk dan membunuhmu.

   Kembali pemuda Liok tertawa .

   '"Sudahlah, paman, jangan merisaukan hal itu.

   Nanti kita tentu mempunyai rencana untuk mengatasi mereka.

   Peribahasa mengatakan .

   "membunuh ular harus membunuh bagian kepalanya. Menangkap gerombolan penjahat harus meringkus pemimpinnya. Rupanya kepala desa itu masih sangsi.

   "Paman,"

   Tiba2 Blo'on buka suara.

   "mengapa paman diam saja ? Dalam soal menyaru jadi wanita, kita sudah mempunyai pengalaman ketika masuk ke Lembah Melati.

   "

   "Betul.

   "

   Seru kakek Lo Kun pula.

   "aku juga pernah disuruh si Blo'on ini menjadi perempuan tua, dan dia.

   "

   Ia menunjuk kearah kakek Kerbau Putih.

   "juga menyaru jadi perempuan"

   "Sudahlah, paman"

   Kata pemuda Liok "kita sudah bersatu padu untuk menolong rakyat disini. Harap paman jangan ragu2 lagi"

   Karena didesak oleh rombongan tetamu2 aneh itu, terpaksa kepala desa mengalah .

   "Baiklah tetapi kuminta kalian harus hati2 karena hal ini menyangkut keselamatan jiwa."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Demikian setelah tercapai persepakatan, akhirnya kepala desa itu pulang dengan meninggalkan pesan .

   "Silahkan kalian berunding. Besok apa yang kalian perlukan, kasih tahu saja. Nanti tentu kusediakan. Besok sore, rombongan orang Naga Kuning akan datang kemari"

   Setelah kepala desa pergi maka mulailah pemuda Liok mengajak teman-temannya berunding.

   "Sekarang kita harus mengatur rencana. Siapa yang harus menjadi nona pengantin pengganti anak perempuan kepala desa itu. Dan siapa yang harus menjadi pengiringnya"

   Kata pemuda Liok.

   "Aku ... eh, tidak,"

   Kata kakek Lo Kun membantah perkataannya sendiri.

   "lebih baik Blo'on' saja yang lebih muda dan lebih cantik"

   "Apa? Aku menjadi nona pengantin ? Ya.. ya, aku mau . , eh. apakah pengantin itu ?"

   Tanya Blo'on. Pemuda Liok tertawa .

   "Pengantin itu, sepasang pria dan wanita yang akan menjadi suami isteri"

   "Memang tolol benar Blo'on ini, masakan sudah sebesar itu masih belum tahu apa artinya pengantin. Bukankah aku pernah berceritera, bahwa aku pernah menjadi pengantin dengan puteri seorang tihu ?"

   "O engkau pernah jadi pengantin ? Kalau begitu engkau sajalah, kakek Lo"

   Seru Blo'on.

   "Sial dangkal", teriak kakek Lo Kun.

   "aku memang pernah akan menjadi pengantin tetapi batal karena calon pengantin perempuan dibawa lari orang. Sekarang aku tak mau jadi pengantin lagi. Apalagi harus menjadi calon pengantin dari seekor Naga Kuning. Engkau saja biar dapat pengalaman jadi pengantin."

   Blo'on menyeringai.

   "Bagaimana kalau kakek Kerbau Putih saja yang jadi pengantinnya ?"

   Katanya.

   "Aku ?"

   Kakek Kerbau Putih deliki mata.

   "aku sudah tobat menjadi perempuan di Lembah Melati tempo hari. Lebih baik aku disuruh kerjai berat dari pada disuruh jadi perempuan lagi"

   "Kalau engkau tak mau dan kakek Lo juga tak mau, habis siapa yang jadi calon pengantin itu ? Bukankah kita sudah sanggup kepada kepala desa ini ?"

   Kata Bloon.

   "Engkau"

   Lo Kun dan kakek Kerbau Putih serempak bereru setaya menuding Bioon.

   "Tidak bisa !"

   Teriak Blo'on.

   "Ai, sudahlah, jangan ribut2 tak keruan,"

   Kata pemuda Liok.

   "kalau kalian tak mau semua, biarlah aku saja"

   "Engkau ?"

   Teriak Blo'on Lo Kun dan kakek Kerbau Putih serentak.

   "Ya, aku sudah berjanji kepada paman kepala desa disini, akulah yang harus melaksanakan"

   Kata pemuda Liok.

   "Jangan !"

   Teriak Bloon.

   "aku saja !"

   "Tidak !"

   Pekik kakek Lo Kun.

   "Aku !"

   "Aku !"

   Kakek Kerbau Putih tak mau kalah. Pemuda Liok geleng2 kepala. Geli2 mendongkol ia terhadap tingkah laku ketiga orang aneh itu.

   "Begini."

   Katanya.

   "kedua kakek sudah terlalu tua dan jelek. Engkoh Blo'on terlalu tinggi tubuhnya bagi seorang anak perempuan Tentu mudah diketahui .....

   "Apa ? Engkau menghina Lo Kun ?"

   Teriak kakek pendek itu "jelek2 Lo Kun ini dahulu pernah jadi pemuda yang ganteng.

   Biarpun sudah tua begini, banyak gadis yang jatuh hati kepadaku Buktinya, ketika di Lembah Melati, gadis2 cantik disana selalu mengerumuni aku saja sampai aku muak.

   Mestinya kata-katamu itu tepat engkau tujukan pada si Kerbau Putih yang bungkuk itu."

   "Kurang ajar, engkau Lo Kun !"

   Kakek Kerbau Putih marah.

   "dahulu sewaktu masih muda. akupun tidak cacat bungkuk seperti ini. Aku seorang pemuda yang cakap, sampai2 puteri tihu tergila-gila kepadaku."

   "Sudahlah, sudah"

   Kata pemuda Liok.

   "sekarang bukan saatnya bertengkar. Yang kukatakan adalah kenyataan kalian sekarang. Kalian sudah tua dan jelek rupa. Soal dahulu waktu muda ganteng dan cakap, itu soal dulu."

   "Benar."

   Blo'on garuk2 kepala.

   "aku sendiri memang tidak tahu mengapa badanku tumbuh begini tinggi dan besar. Kalau seorang nona pengantin begini tinggi seperti diriku, bukankah pengantin laki harus lebih tinggi ? Tetapi ah. benar, benar bukankah dia seekor naga ?"

   "Tidak !"

   Bentak pemuda Liok dengan mengkal.

   "dia bukan naga tetapi seorang manusia seperti kita. Hanya namanya saja Naga Kuning"

   "Tak peduli dia naga atau manusia, pokoknya karena dia disebut Naga Kuning, otaknya tetap akan kuambil untuk obat kepalaku"

   Kata Blo'on. Pemuda Liok geleng2 kepala.

   "Ya, ya, sudahlah."

   Katanya "sekarang kita tetapkan saja. Yang jadi pengantin palsu, adalah aku. Sekarang siapa yang jadi pengiringku ?"

   "Pengiring lelaki atau perempuan ?"

   Tanya kakek Lo Kun.

   "Kalau lelaki tentu menimbulkan kecurigaan si Naga Kuning, lebih baik pengiringnya juga perempuan"

   Sahut pemuda Liok.

   "Blo'on !"

   Seru Kakek Lo Kun serentak.

   "Aku ?"

   Blo'on menyeringai.

   "Ya, engkau masih muda. Nona pengantin muda. pengiringnya juga harus muda"

   Kata kakek Lo Kun.

   "Benar"

   Kata pemuda Liok, tetapi janggal kalau pengiring itu hanya seorang. Paling tidak harus tiga empat orang.

   "Lalu siapa ?"

   Tanya Lo Kun "Kakek dan kakek Kerbau Putih"

   "Tidak"

   Seru Lo Kun.

   "bukankah tadi engkau mengatakan aku seorang tua jelek rupa? Masakan si Naga Kuning mau menerima seorang perempuan tua yang jelek begini ?"

   "Ai."

   Pemuda Liok mendesis.

   "engkau kan hanya jadi bujang perempuan, bukan nona pengantinnya, masakan si Naga Kuning mau menikah dengan bujang perempuan yang tua"

   "Kurang ajar"

   Teriak Lo Kun "engkau anggap aku ini menjadi bujang? Suruh saja si Kerbau Putih yang jadi bujang perempuan"

   "Tidak,"

   Teriak kakek Kerbau Putih.

   "Aku mau jadi perempuan tetapi jangan dijadikan bujang"

   "Habis, kakek minta jadi apa ?"

   Tanya pemuda Liok.

   "Jadikan aku sebagai ibumu saja"

   "Auk ... auk ...

   "

   Tiba2 kakek Lo Kun batuk2.

   "masakan perempuan tua sejelek begitu, pantas menjadi ibu seorang nona pengantin yang cantik Tentu tidak dipercaya"

   "Lo Kun"

   Balas kakek Kerbau Putih.

   "jangan terlalu menghina diriku karera punggungku bungkuk ini. Ini karena kecelakaan. DuIu aku tidak begini. Aku seorang pemuda yang bagus dan ibukupun cantik sekali"

   "Ha, ha, ha"

   Lo Kun tertawa keras.

   "kalau menilik anaknya seperti engkau, pantasnya ibumu itu bangsa onta"

   "Keparat, jangan menghina ibuku"

   Kakek Kerbau Putih terus hendak memukul tetapi pemuda Liok cepat mencegah.

   "Sudahlah. kakek, jangan berkelahi,"

   Katanya.

   "apakah keberatannya kalau kakek menjadi bujang perempuan ?"

   "Aku malu"' jawab kakek Kerbau Putih.

   "Malu ? Apanya yang harus malu? Bukankah hanya pura2 saja dan tidak sungguh2 ? Masakan aku berani memperbudak engkau !"

   Pemuda Liok memberi penjelasan.

   "Begini sajalah, tiba2 Blo'on buka suara.

   "kalau kakek Kerbau Putih malu jadi bujang, jadilah ibuku saja. Aku yang jadi bujang sinona pengantin."

   "Tidak sudi"

   Teriak kakek Kerbau Putih "

   Dari pada menjadi ibumu, lebih baik menjadi bujang nona pengantin. Kan hanya pura2 saja. bukan sungguh2"

   "Baiklah"

   Cepat pemuda Liok memutuskan "Sekarang kita sudah sepakat. Aku yang menyaru jadi nona pengantin dan kalian bertiga menyaru jadi bujang perempuan. Untuk pakaian dan keperluan penyaruan itu, kita minta kepala desa supaya menyediakan"

   "Auh ...

   "

   Tiba Blo'on menguap.

   "aku sudah ngantuk mau tidur"

   "Nanti dulu", cegah pemuda Liok seraya menarik lengan pemuda itu.

   "yang selesai baru penetapan orangnya tetapi rencana yang kedua belum selesai"

   "Uh, masih ada rencana kedua apa lagi ?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Blo'on bersungutsungut.

   "Untuk menghadapi si Naga Kuning kita harus menggunakan siasat"

   Kata pemuda Liok.

   "Tak perlu"

   Jawab Blo'on "serahkan saja dia kepadaku. Begitu melihat begitu terus kumenabas kepalanya dan kuambil otaknya"

   Pemuda Liok geleng2 kepala.

   "Hai, tidak semudah itu, engkoh Bloon"

   Katanya.

   "masakan dia mau memberikan kepalanya engkau tabas ? Dia tentu akan melawan dan dia itu seorang jago yang sakti ? Apakah engkaul mampu melawannya ?"

   "Hah ?"

   Blo'on terbeliak.

   "Maka untuk menghadapinya, kita harus mengatur rencana Sebenarnya dalam kesempatan berada berdua di dalam kamar, aku dapat menusuknya mati. Tetapi aku belum tahu sampai dimana kepandaian orang itu. Kalau dia memiliki ilmu kebal Thiat poh-san, tentu tak mempan ditusuk senjata tajam"

   "Thiat-pon-san ? Apakah itu ?"

   Tanya Bloon.

   "Thiat-poh san artinya Baju Besi, nama dari suatu ilmu yang dapat membuat tubuh kebal takmempan ditusuk senjata"

   "Masakan tak ada senjata yang mampu menabasnya ?"

   Tanya Blo'on pula.

   "Ada"

   Kata pemuda Liok.

   "tetapi harus menggunakan pedang pusaka yang benar2 tajam sekali.

   "Uh, ada.

   "

   Tiba2 Blo'on berteriak.

   "pedang pusaka Naga Hijau milik orang desa itu masih di titipkan kepadaku. Nih, pakailah untuk menusuknya. Terapi jangan lupa, potonglah leher si naga itu dan belah kepalanya lalu ambil otaknya. Aku memerlukan sekali"

   Sambil berkata Blo'on terus mengeluarkan pedang pusaka dari dalam bajunya, diserahkan kepada pemuda Liok.

   "Baiklah"

   Pemuda Liok.

   "tetapi pedang pusaka ini bukan jaminan bahwa usaha kita akan berhasil. Yang penting kita, manusia yang akan menggunakan pedang itu memiliki kepandaian yang tinggi. Apakah engkau dapat main silat eng koh Blo'on ?"

   "Main silat ? Buat apa main silat ? Bukankah seorang yang pandai silat itu tentu akan cari musuh ?"

   Balas Blo'on.

   "Bukan begitu"

   Bantah pemuda Liok "seperti halnya dengan pedang pusaka semacam pedang Naga Hijau, tergantung orang yang menggunakannya.

   Kalau dia jahat pedang ini akan menjadi alat pembunuh yang hebat, kalau orang itu baik, seorang pendekar ymg budiman, pedang ini akan menjadi penolong rakyat untuk membasmi kaum penjahat.

   Demikian juga halnya dengan ilmu silat.

   Kalau orang yang memiliki ilmu silat orang yang jahat sombong dan suka mengagulkan diri, dia tentu akan mengikat banyak permusuhan.

   Tetapi kalau dia seorang manusia yang berbudi luhur dan berjiwa ksatrya, ilmu silat itu banyak gunanya".

   "Blo'on. mengapa engkau mengatakan tak dapat main silat ?"

   Tegur kakek Lo Kun "bukanlah ketika menyerbu gereja Siaulim- si dan dikeroyok oleh kawanan paderi. kuajarkan engkau ilmu silat?"

   "Bukan hanya engkau, akupun memberikan pelajaran ilmusilat kepadanya"

   Seru kakek Kerbau Putih.

   "Huh, aku tak suka dengan ilmusilat dan akupun tak mau menerima budi kalian."

   Kata Bloon.

   "nih akan kukembalikan"

   "Dikembalikan ?"

   Kakek Lo Kun melongo. Demikian juga kakek Kerbau Putih dan pemuda Liok.

   "Ya."

   "Bagaimana caranya engkau hendak mengembalikan ilmusilat itu?"

   Tanya kakek Lo-Kun pula.

   "Bagaimana caramu memberikan kepadaku dulu, bagaimana itu pula caraku mengembalikan ilmu itu kepadamu,"

   Sahut Blo'on. Blo"on terus berbangkit dan memanggil Lo Kun.

   "Kakek Lo, kemarilah engkau. Aku akan mengembalikan ilmusilat pemberianmu. Dahulu engkau mengajarkan gerak2 ilmu itu kepadaku, sekarang akupun hendak mengajarkan gerakan ilmu itu kepadamu ?"

   Kini tahulah mereka apa yang akan dilakukan Blo'on, pemuda Liok cepat mencegah.

   "Sudahlah, engkoh Blo'on. Mari kita rercanakan bagaimana membunuh Naga Kuning. Jangan membuang2 waktu untuk hal yang tak berguna"

   Kemudian pemuda Liok bertanya kepada kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih apakah mereka mempunyai rencana.

   "Tidak punya"

   Sahut Lo Kun.

   "aku sudah mulai ngantuk dan tak dapat memikir apa2."

   Pernyataan kakek Lo Kun didukung pula oleh Blo'on dan kakek Kerbau Putih. Terpaksa pemuda Liok mengalah. Mereka lalu masuk tidur. Keesokan hari datanglah kepala desa mengunjungi tempat penginapan tetamunya.

   "Bagaimana dengan rencana kalian ?"

   Tanya kepala desa... Pemuda Liok menuturkan apa yang dibicara kan semalam.

   "O, baiklah, akan kusediakan segala keperluannya"

   Kata kepala desa.

   "Paman Hong"

   Kata pemuda Liok.

   "siapakah diantara penduduk disini yang pandai berenang?"

   "Rata2 kami kaum nelayan pandai berenang jawab kepala desa.

   "Tetapi siapakah diantara mereka yang paling berani dan pandai berenang"

   "Lima orang"

   "Bagus"

   Seru Pemuda Liok "apakah mereka dapat menyelam kedalam air sampai lama?"

   Kepala desa mengangguk .

   "Ya, mereka dapat berada dalam air selama sejam dua jam.

   "Bagus,"

   Seru Pemuda Liok pula lalu mendekati kepala desa dan membisikinya. Kepala desa tampak berulang kali menganggukkan kepala.

   "Tetapi anakbuah Naga Kuning itu tentu juga pandai berenaig!"

   Tanyanya sesaat kemudian.

   "Biarlah"

   Kata pemuda Liok lalu membisiki lagi Tampak kepala desa itu mengangguk-angguk dengan wajib cerah.

   "Harap jangan memberitahukan kepada ketiga kawanku itu. Mereka orang linglung, malah nanti dapat menggagalkan rencana ini"

   Pemuda Liok menitipkan pesan kepada kepala desa.

   "Hai, apa2an kalian ini bisik2 seperti setan ?"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "Ah, tak apa2"

   Sahut pemuda Liok.

   "aku hanya memesan beberapa pakaian wanita untuk kita pakai nanti. Terutama untuk kakek Lo Kun. kumintakan yang bagus"

   Demikian hari itu tampaklah kesibukan dalam desa nelayan Hong-ke-cung.

   Mereka sibuk menyiapkan hidangan2 untuk upacara sembahyangan dan penyambutan temanten.

   Kuil Hong liong-bio pun dibersihkan dan dihias kain merah.

   Singkatnya, menjelang tengah hari segala persiapan telah selesai.

   Dan mulailah pemuda Liok, kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih didandani sebagai wanita.

   Pemuda Liok menolak dihias orang, ia dapat menghias dirinya sendiri.

   Kakek Lo Kun.

   kakek Kerbau Putih dan Blo'on selesai lebih dulu.

   Mereka bukan lagi kakek dan pemuda gundul tetapi berobah menjadi dua orang wanita tua dan seorang bujang perempuan muda.

   "Ah, lelakon gila."

   Gumam Blo'on "masakan setiap kali harus jadi orang perenpuan"

   "Uh. kita ini memang orang gila. jadi lelakonnya gila, Sedang namamu saja sudah gila cobalah engkau cari di dunia ini, Siapa yang punya nama Blo'on seperti engkau,"

   Desah kakek Lo Kun.

   "Itulah dia"

   Seru Blo'on.

   "aku memang senang memakai nama yang tak pernah dipakai orang. Kalau nama seperti Lo Kun. Kerbau Putih, Kerbau Hijau dan lain2, itu sudah banyak dipakai orang ... eh, salah. Kerbau itu bukan orang tetapi binatang. Eh, kakek mengapa engkau memakai nama binatang ? Apakah engkau sudah kehabisan nama orang ?"

   Kakek Kerbau Putih menyeringai. Ia sedang, sibuk berjalan mondar mandir untuk melemaskan gaya berjalan seorang wanita. Ia terkejut ketika namanya diteriaki Blo'on. Ia berhenti .

   "Apa katamu ?"

   "Mengapa engkau memakai nama Kerbau Putih ? Apakah engkau tak dapat mencari nama orang ? Atau apakah memang engkau sudah kehabisan nama ?"

   "Huh"

   Dengus kakek Kerbau Putih "memang orang itu suka bermulut usil, Melihat punggungku bungkuk dan aku tinggal di gunung Hok gu-san (gunung Kerbau mendekam) orang terus memberi nama Kerbau Putih padaku.

   Begitu tenar nama itu sehingga aku sampai lupa akan namaku sendiri yang aseli"

   Waktu Blo'on hendak membuka mulut lagi, tiba2 ia terkejut karena serangkum angin wangi menyambar hidungnya dan pada lain saat dari kamar di sebelah kanan muncul seorang nona yang aduhai ... cantiknya.

   "Hah ... ?"

   Blo'on ternganga.

   "Hoh ... ?"

   Kakek Lo Kun melongo.

   "Heh ... ?"

   Kakek Kerbau Putih mendelik.

   "Siapa engkau ?"

   Teriak Blo'on seraya maju menghampiri.

   "Ai. nona manis disayang ...

   "

   Kakek Lo Kun cepat menarik bahu Blo'on kebelakang sedang ia terus melangkah maju.

   "Duhai, nona cantik ...

   "

   Cepat kakek Kerbau Putihpun menarik baju Lo Kun ke belakang, lalu ia melangkah kemuka.

   Lo Kun marah.

   Iapun balas menarik baju, kakek Kerbau Putih lalu berusaha untuk mendahului maju.

   Demikian kedua kakek linglung itupun segera tarik menarik baju.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Melihatlah itu, Blo'on jengkel.

   Ia maju dan menarik kedua baju kakek itu.

   braat .....

   baju kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih dan orangnyapun tersurut kebelakang.

   Blo'on dengan langkah lebar terus mengham piri si nona cantik .

   "Siapakah engkau ?"

   Nona itu tertawa geli melihat tingkah laku ketiga orang yang linglung itu.

   "Cobalah engkau terka siapa aku ini ?"

   Nona itu tertawa mengikik.

   "Otakku kosong, aku tak dapat menerka,"

   Kata Blo'on.

   "bilang saja siapa engkau ini ? Mengapa engkau muncul disini ?"

   "Apa engkau tak tahu namaku ?"

   Blo'on gelengkan kepala.

   "Aneh"

   Desis nona cantik itu.

   "pada hal aku tahu engkau ini Bioon dan kedua kakek itu Lo Kun dan Kerbau Putih. Hayo, coba engkau terka, siapa aku ?"

   Blo'on garuk2 kepala.

   "Dunia gila, lelakon gila"

   Gerutu Blo'on.

   "masakan tiba2 muncul seorang nona cantik yang tahu namaku Huh ... siapakah dia ?"

   "Engkoh Blo'on,"

   Kata nona itu pula "cobalah engkau hitung berapakah jumlah kawanmu dan siapa2 nama mereka iiu ?"

   "Aku Blo'on"

   Blo'on menuding dirinya sendiri.

   "lalu itu kakek Lo Kun, kakek Kerbau Putih, si Hitam, si Kuning dan si Bagus dan ... hai, mana si Liok ?"

   Nona itu tertawa mengikik.

   "Apakah engkau ini ... si Liok ?"

   Seru Blo'on. Nona itu geleng2 kepala .

   "Ah, engkoh Bloon, engkau ini bagaimana ? Masakan engkau lupa padaku, Ya. memang aku si Liok"

   "Tetapi si Liok itu seorang anak lelaki, dan engkau seorang nona. jangan main2

   "

   Teriak Blo'on.

   "Siapa main2 ?"

   Balas nona itu.

   "aku menyaru jadi nona pengantin. Engkau memang blo'on benar, Masakan begitu pelupa sekali engkau !"

   "Oh, benarkah ? Ah, ya benar, benar"

   Kata Blo'on.

   "memang tadi engkau masuk kedalam kamar untuk dandan. Tetapi ... mengapa engkau benar2 menjadi seorang nona ? Apakah engkau ini sesungguhnya seorang anak perempuan ?"

   Merah padam muka sinona.

   "Ah, jangan mempunyai pikiran yang begitu blo'on,, katanya.

   "mengapa seorang anak lelaki dapat berobah menjadi seorang nona ? Aku kan hanya menyaru saja ? Dan engkau sendiri, kakek Lo Kun dan Kakek Kerbau Putin, bukankah saat ini juga menyaru jadi wanita ?"

   "Blo on, jangan ngoceh tak kernan,"

   Tiba2 kakek Lo Kun berteriak.

   "nih, bajuku robek. Aku malu kalau jadi wanita yang bajunya robek begini. Lebih baik. aku jadi Lo Kun lagi saja"

   "Ya, Blo'on. mentang2 engkau hendak menyambut nona cantik, bajuku engkau tarik sampai robek begini "

   Seru kakek Kerbau Putih pula.

   "Sudahlah, jangan ribut2"

   Kata nona pengantin.

   "nanti kumintakan baju baru kepada kepala desa"

   Mereka lalu duduk berunding.

   "Aku telah berunding dengan kepala desa, kata nona pengantin atau pemuda Liok.

   "Bahwa kali ini kita harus membasmi kawanan Naga Kuning"

   "Setuju"

   Teriak Blo'on dan kedua kakek dengan serempak.

   "Langkah pertama"

   Kala nona pengantin pula.

   "dalam penyambutan rombongan Naga Kuning nanti, kita akan siapkan perjamuan. Diantaranya akan dihidangkan arak wangi. Tetapi dalam arak wangi itu akan dicampur dengan obat tidur yang agak lambat kerjanya. Diperkirakan setelah berada di atas perahu baru mereka akan jatuh pulas".

   "Bagus,"

   Seru Blo'on.

   "Maka kuminta kalian jangan ikut minum arak wangi itu. Kalau minum tentu celaka."

   Kata nona pengantin.

   "Ya. benar."

   Sahut Bloon.

   "Dan jangan lupa, masing2 harus berganti nama. Kalau panggil aku, sebutlah nona Hong Hay-hoa. Dan engkau, engkoh Blo'on. kuberi nama Hong Nio. Jangan lupa."

   Kata nona pengantin.

   "Lalu apakah nama yang engkau sukai kakek dan kakek Kerbau Putih?"

   Tiba2 nona pengantin berseru.

   Lo Kun dan Kerbau Putih gelagapan.

   Ternyata walaupun diajak berunding tetapi kedua kakek linglung itu tidak mendengarkan.

   Mereka hanya terlongong-longong memandang si nona pengantin yang cantik.

   Kesan si nona supaya jangan ikut minum arak.

   tak masuk di telinga mereka.

   "Aku, ah, terserah padamu nona"

   Kata Lo Kun manja.

   "Bagaimana kalau kusebut Hong ma ?"

   "Aduh manisnya nama itu, semanis yang memberikan"

   Kata Lo Kun dengan mata tak pernah lepas memandang si nona. Pemuda Liok atau nona pengantin diam2 memaki .

   "Huh. kakek jelek tak jahu diri. Masakan melihat orang tak kedip2 Mengapa orang sudah setua itu masih tergila-gila memandang orang cantik ?"

   "Dan engkau kakek Kerbau Putih,"

   Kata nona pengantin"

   Bibi Hong Bwe ?"

   "Celaka, lagi2 pakai nama Bwe. Dulu di Lembah Melati namaku sudah Bwe, sekarang disuruh pakai nama itu lagi. Tidak mau. nona manis".

   "Kalau begitu bibi Hong Ji saja". Kakek Kerbau Putih mau menerima nama itu Tak berapa lama datanglah kepala desa. Dia terkejut melihat keadaan dalam ruang itu. Pertama, tak pernah disangkanya bahwa nona pengantin palsu benar2 amat cantik sekali. Bahkan lebih cantik dari anak perempuannya sendiri si Hay-giok.

   "Apakah engkau benar2 pemuda Liok tadi ?"

   Kepala desa itu menegas.

   "Ah. mengapa paman lupa ? Siapa lagi kalau bukan dia"

   Sahut nona pengantin.

   "Astaga"

   Teriak kepala desa itu.

   "mengapa nada suaramu juga serupa benar dengan anak perempuan ? Apakah engkau sesungguhnya seorang anak perempuan ?"

   Nona itu mengikik.

   "Ah. beginilah cara orang menyamar yang hebat. Harus membuat orang percaya betul bahwa aku seorang nona, wajahku dan suaraku"

   Jawab nona pengantin.

   "Ah, tetapi engkau memang tampak cantik sekali. Mungkin di desa ini tiada gadis vang secantik engkau"

   Kata kepala desa "dan Naga Kuning tentu akan tergila-gila"

   "Tidak bisa"

   Teriak kakek Lo Kun "kalau dia sungguh2 seorang nona, dia adalah milik kita, tak boleh diambil si Naga Kuning"

   Kepala desa hanya tertawa. 'Eh, kepala desa,"

   Kakek Lo Kun menyusuli kata2 pula.

   "apakah patung2 malaekat yang berada dalam kuil itu keramat sekali ?"

   Kepala desa melongo.

   "Ya, memang keramat. Lalu apa maksudmu? "Aku akan sembahyang kepada malaekat2 itu, minta supaya si Liok ini jangan bisa kembali menjadi anak lelaki. Kuminta biar dia tetap jadi nona cantik saja,"

   "Kalau begitu akupun nanti akan bersembahyangkan juga, meminta supaya Lo Kun jugal tetap menjadi wanita yang bernama Hong-ma", seru Pemuda Liok.

   "Tidak, tidak "

   Teriak Lo Kun.

   "awas. kalau aku benar2 jadi wanita, tentu engkaulah yang menjadi gara2. Aku tentu marah kepadamu I"

   "Eh, engkau tidak adil kakek !"

   Teriak Bioon.

   "engkau hendak sembahyang minta supaya si Liok tetap menjadi seorang anak perempuan, mengapa engkau marah kalau dia akan sembahyang minta supaya engkau juga tetap jadi perempuan ? Kalau begitu artinya engkau mau menang sendiri". Sekalian orang tertawa ketika melihat kakek Lo meringis tak dapat menjawab.

   "Ya, terserah saja bagaimana malaekat hendak bertindak terhadap kita"

   Akhirnya kakek yang pantang kalah bicara itu menggerutu.

   "Bagaimana paman, apakah segala persiapan sudah beres ?"

   Tanya nona pengantin kepada kepala desa. Kepala desa mengangguk.

   "Semua sudah beres. Kalian tunggu saja di sini. Kami akan menunggu di kuil Hong-liong-bio. Begitu rombongan orang2 Naga Kuning sudah datang, segera akan kusuruh orang untuk menjemput kalian"

   Katanya. Kepala desa segera minta diri. Tetapi ketika melangkah keluar pintu, tiba2 ia berhenti dan masuk kembali.

   "Ah, tidak benar"

   Serunya.

   "Mengapa ?"

   Nona pengantin kerutkan dahi.

   "Itu"

   Kepala desa menunjuk kepada kakek Lo Kun "masakan seorang perempuan macam begitu? Mereka tentu akan mengenalnya"

   "Mengapa dengan kakek Lo ?"

   Tanya Blo'on karena tak mengerti apa yang dimaksud kepala desa.

   "Mengapa dia masih memelihara jenggot begitu panjang ?"

   Seru kepala desa.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "O"

   Seru nona pengantin "ya, benar memang tak sesuai. Seorang wanita tidak harus memelihara jenggot. Kakek Lo, hayo potonglah jenggotmu"

   "Hah ?"

   Lo Kun mendelik.

   "tidak bisa, jenggot ini sudah ikut aku berpuluh-puluh tahun. Masakan sekarang harus dipotong ?"

   "Kakek Lo Kun"

   Seru nona pengantin "apabila hendak menolong rakyat desa ini, terpaksa kita harus berkorban. Bahkan kalau perlu berkorban jiwa. Masakan hanya seuntai jenggot yang sudah putih saja engkau sayang ?"

   "Tidak ...

   "

   Belum kakek Lo Kun menyelesaikan katakatanya tiba2 ia dicengkam dari belakang oleh sepasang tangan yang kuat sehingga ia tak dapat berkutik. Dan lalu tiba2 pula kres ... Blo'on telah memotong jenggotnya.

   "Celaka ...

   "

   Lo Kun menjerit dan meronta. Tetapi walaupun tak meronta memang orang yang mencengkamnya dari belakang itu sudah lepaskan tangannya. Ketika berpaling ke belakang, menjeritlah Lo Kun dengan marah .

   "Keparat, engkau Kerbau Putih ..."

   Dia terus hendak menyerang tetapi cepat dicegah nona pengantin .

   "Sudahlah, kakek Lo,. jangan marah. Memang setelah tak memakai jenggot, engkau lebih tampak muda"

   "Benarkah, nona ?"

   Tanya kakek Lo Kun.

   Nona pengantin mengiakan.

   Karena yang mengatakan itu seorang nona cantik maka hilanglah kemarahan Lo Kun.

   Apalagi setelah melihat nona cantik itu memberi isyarat supaya ia menghampiri kedekatnya.

   Lo Kun girangi sekali dan buru2 mendekati seraya ajukan telinganya.

   Nona pengantin membisikinya beberapa patah.

   Kemudian nona pengantinpun membisiki Blo'on.

   "Kakek Kerbau Putih, kemarilah juga", seru sinona pengantin. Dengan mengangkat kepala, kakek itupun segera menghampiri. Ketika ia ajukan kepalanya ke dekat si nona., sekonyong-konjoig tubuhnya dipeluk dari belakang oleh Lo Kun dan secepat itu pula Blo'onpun terus memotong jenggot kakek Kerbau Putih.

   "Jahanam besar ..... !"

   Kakek Kerbau Putih berputar tubuh terus menghantam Lo Kun. Tetapi Lo Kun sudah meluncur ke samping. 'Ei, ei, mengapa ada orang jadi pengantin malah mau berkelahi ?"

   Seru si nona pengantin.

   "Dia ..."

   "Senjata makan tuan"

   Seru nona pengantin.

   "engkau tadi menyikap kakek Lo, sekarang dia membalasmu. Ah. sudahlah. Aku senang dan berterima kasih karena kalian berdua telah rela berkorban jenggot"

   Dengan tertawa geli, kepala desapun segera melangkah keluar.

   Ia masih mendengar, di dalam ruang kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih masih mengomel panjang pendek karena kehilangan jenggot.

   Persiapan di kuil Hong liong bio telah dia-atur dengan rapi.

   Menjelaig matahari silam, dari seberang sungai.

   Hong ho muncul iring-iringan tiga buah perahu besar Terdengar tambur riuh rendah dari perahu itu.

   Perahu yang dimuka, dihias dengan lentera ting warna warni.

   Ketika berlabuh di tepi sungai, maka dua puluh lelaki berpakaian seragam, turun dan tegak berjajar jajar dikedua samping jalan.

   Seorang lelaki berumur 40 an tahun, muka merah, bertubuh gagah dan mengenakan pakaian warna merah, diiring oleh dua lelaki yang berbadan tinggi besar, muncul dari atas perahu besar berhias indah tadi.

   Ketika turun dari perahu, sekalian lelaki yang berbaris di daratan itu membungkukkan tubuh dengan khidmat.

   Di darat telah menyambut kepala desa bersama beberapa penduduk.

   "Kami haturkan selamat datang kepada Ang Liong-cu ji-ya"

   Demikian sambutan kepala desa kepada lelaki gagah berwajah merah penuh brewok itu.

   "Hm, baik"

   Kata lelaki muka merah yang disebut Ang Liong cu ji-ya.

   "apakah semua sudah engkau sediakan ?"

   "Sudah siap, silahkan Ang Liong-cu ji-ya beristirahatlah ke kuil Hong-liong-bio."

   Kata kepala desa.

   Demikian maka iringan tetamu yang dikepalai lelaki wajah merah beserta duapuluh anakbuahnya dibawa kepala desa menuju ke kuil Hong li-ong-bio.

   Kawanan bajak sungai Hongho (Kuning) mempunyai tiga orang kepala.

   Yang pertama disebut Hong Liong-cu atau Naga Kuning.

   Yang kedua dua Ang Liong-cu atau Naga Merah, dan yang ketiga Pek Liong-cu atau Naga Pulih.

   Disebut demikian karena Hong Liong cu itu bermuka kuning, Ang Liong-cu bermuka merah dan Pek liong cu bermuka putih.

   Penyambutan atas kedatangan rombongan Ang Liong-cu itu dilakukan dengan meriah dan besar-besaran.

   Seluruh penduduk desa nelayan Hong-ke cung sama ikut hadir dalam penyambutan itu.

   Nelayan2 yang biasanya tiap hari selalu sibuk kelaut menangkap ikan hari itu mereka tak menangkap ikan.

   Tua muda, besar kecil sama mengenakan pakaian bagus dan berkerumun di kuil Hong liong-bio untuk menyaksikan nona pengantin akan dibawa oleh Naga Kuning.

   "Ang Liong-cu ji-ya"

   Kata kepala desa.

   "maafkan apabila dalam penyambutan ini kami tak dapat mengadakan pesta besar dan mempersembahkan barang2 antaran yang berharga. Kami rakyat Hong ke cung memang miskin. Hidup kami hanya dari hasil menangkap ikan. Dan tanah disinipun tidak menghasilkan apa2

   "Hm,"

   Dengus si muka merah Ang Liong cu "lalu bagaimana dengan persembahan gadis untuk toako-ku itu ?"

   Dengan sikap agak pilu dan suara sendat, kepala desa beikata .

   'Dalam hal ini, demi mengunjuk kebaktian kami terhadap Hong Liong cu toaya, kami akan mempersembahkan anak perempuan kami sendiri.

   Hanya sukalah para toaya sekalian memberi maaf kepada anak itu.

   Dia seorang gadis desa yang kurang pendidikan"

   "Ah, tak apalah, pokoknya dia cantik tidak"

   Tanya Ang Liong cu.

   "Secantik-cantiknya gadis desa, tentulah takkan melebihi nona2 kota"

   Kata kepala desa.

   "silah kan ji-ya (tuan kedua) melihatnya sendiri"

   Demikian ketika tiba di kuil, maka terdengarlah seruling dan harpa dikumandangkan dengan irama dan lagu2 kaum nelayan. Dipintu kuil telah siap menyambut beberapa orang wanita.

   "Apakah artinya itu ?"

   Tanya Ang Liong-cu."

   "Mereka hendak menyambut temanten lelaki, kata kepala desa.

   "Hah ?"

   Ang Liong-cu menyalang mata.

   "aku bukan penganten lelaki, aku hanya menjadi wakil dari toako untuk membawa nona itu. Nona itu akan dijadikan isteri toako-ku"

   "Tetapi sekalipun demikian, menurut adat istiadat di desa ini, ji-ya harus mewakili temanten lelaki untuk dipertemukan dengan temanten perempuan,"

   Kata kepala desa. Ang Lioug-cu kerutkan dahi.

   "Ah. kuminta ji-ya tak perlu keberatan. Kan itu hanya upacara saja nanti akan kuumumkan bahwa ji-ya hanya sebagai wakil dari Hong Liong-cu toaya"

   Ang Liong-cu terpaksa menyetujui.

   Demi upacara bertemunya temanten dilangsungkan, agak terkesiap Ang Liong-cu ketika melibat perawakan temanten perempuan yang langsing.

   Oleh karena muka temanten perempuan masih ditutup dengan kain kerudung, maka ia tak sempat melihat.

   Kedua temanten itu segera melakukan upacara sembahyangan dimuka arca malaekat penunggu kuil.

   Setelah selesai, maka temanten lelaki lalu membuka kerudung muka temanten perempuan.

   "Ih . .

   "

   Deis Ang Liong-cu tertahan, ketika menyaksikan wajah temanten perempuan itu. Diam2 ia terkejut melihat kecantikannya. Setitikpun ia tak pernah menyangka bahwa anak perempuan dari kepala desa ternyata seorang gadis yang cantik sekali.

   "Ah, toako sungguh beruntung sekali,"

   Diam2 pula ia membatin.

   Dan timbullah rasa mengiri dalam hatinya atas rejeki toakonya si Naga Kuning.

   Selesai upacara bertemu temanten, maka temanten lelaki dan perempuan duduk dikursi yang dihias dengan kain merah.

   Sedang rombongan tetamu dan beberapa penduduk desa lalu duduk di kursi meja perjamuan yang telah disiapkan.

   Hidanganpun segera disajikan tak putus-putusnya.

   Walaupun kesemuanya terdiri dari masakan ikan laut, tetapi karena tukang masaknya pandai maka dapatlah dihidangkan berbagai masakan yang lezat rasanya.

   Sebagaimana lazimnya, setiap perjamuan itu takkan meriah apabila tiada minuman arak, maka diedarkan pulalah minuman arak yang wangi kepada para tetamu.

   Blo'on, kakek Lo Kun dan Kakek Kerbau Putihpun ikut duduk tak jauh dari pengantin.

   Riuh rendah gelak tertawa memenuhi ruang kuil.

   Dari ruang dalam sampai serambi dan halaman kuil penuh dengan tetamu.

   Begitu arak dihidangkan maka meneteskan air liur kakek Lo Kun.

   la lupa bahwa dirinya sedang menyaru jadi seorang wanita.

   Maka cepat ia mengangsurkan cawan untuk meminta arak.

   Untunglah rombongan anakbuah Naga Kuning tidak sempat memperhatikan kejanggalan itu karena mereka sibuk mengurus kegembiraan hatinya sendiri.

   Demikian pula dengan kakek Kerbau Putih.

   Iapun turut minum arak wangi juga.

   Beberapa saat kemudian, tiba2 temanten perempuan menjatuhkan supitnya ke lantai.

   Melihat itu karena sebelumnya sudah bermufakat, maka kepala desapun lalu berbangkit.

   "Saudara2 sekalian, perjamuan akan ditutup sampai disini. Segera mempelai perempuan akan menghaturkan tiga cawan arak kepada mempelai lelaki selaku tanda-bakti, kemudian diminta semua tetamu bergiliran menerima arak mohon restu dari berdua temanten"

   Terdengar tepuk tangan riuh dari segenap tetamu menyambut pengumuman kepala desa itu.

   Kemudian upacarapun segera dilangsungkan.

   Pertamatama, mempelai perempuan menghaturkan tiga cawan arak kepada Ang Liong-cu.

   Setelah itu mereka berdiri menerima anakbuah rombongan Ang Liong-cu yang maju untuk menerima pemberian arak dari kedua temanten.

   Demikian seluruh penduduk desa yang menghadiri upacara perkawinan itu minum arak dari kedua temanten.

   Singkatnya Ang Liong-cu dan anakbuahnya merasa puas atas sambutan yang meriah dari penduduk desa Hong-ke cung.

   Setelah perjamuan selesai maka Ang Liong-cu lalu membawa pengantin untuk toakonya (Hong Liong cu) naik ke dalam perahu.

   Saat itu hari sudah malam, rembulan remang bintangpun masih jarang.

   Perahu menempuh perjalanan keselatan.

   Angin tak berapa besar sehingga ketiga perahu itu berlayar dengan tenang.

   Setelah mengatur anakbuahnya maka Ang Liong-cu lalu masuk kedalam kamar pengantin.

   "Nona Hong. mengapa engkau belum tidur tegurnya ketika melihat nona itu masih duduk ranjang. Terdengar nona itu menghela napas panjang dan rawan.

   "Eh. mengapa engkau nona ?"

   Ang Lion cu mengulangi pula.

   "Long-kun"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata si nona dengan nada sedih "mengapa engkau tanyakan hal itu ?"

   Ang Liong-cu kerutkan dahi. Terutama ketika nona itu menyebutnya dengan panggilan Longkun atau suami.

   "Nona ..."

   "Ah, masakan longkun hendak menyuruh ku menjelaskan soal ini"

   Kata nona pengantin pula.

   "bukankah ... bukankah longkun lebih tahu akan kewajiban longkun pada malam pertama kita ...

   "

   "Nona. engkau salah"

   Seru Ang Liong-cu tegas.

   "aku bukan longkun tetapi hanya mewakili toako ku untuk menjemput nona kemarkas Hong liong-tong"

   Hong-liong tong artinya goha Naga Kuning. Tempat itu menjadi markas gerombolan perompak yang dipimpin oleh ketiga Naga.

   "Ah, aku tak merasa salah sangka"

   Kata nona pengantin.

   "karena waktu bersembahyang dihadapan malaekat Hong liong-bio, aku telah menyatakan setya sampai mati kepadamu, longkun"

   Ang Liong-cu terbelalak.

   "Bagiku dan bagi sin-beng (malaekat) yang melangsungkan sembahyang dihadapannya itulah yang dianggap sebagai suami isteri"

   Kata nona Hong-giok palsu.

   "Tidak bisa !"

   Teriak Ang Liong-cu.

   "Mengapa tidak bisa", seru nona pengantin.

   "apakah longkun mengira aku seorang nona yang jelek ?"

   "Bukan begitu"

   Buru2 Ang Liong-cu menjelaskan", tetapi ...

   "

   "Longkun"

   Tukas nona pengantin "jika longkun takut kepada Hong Liong-cu toaya, akupun takkan memaksa.

   Karena akupun malu mempunyai seorang suami penakut.

   Tetapi menurut adat istiadat, agar perjalanan ini selamat, kuminta longkun menjalankan peradatan sebagai pengartin baru"

   "Ha ?"

   Mata Ang Liong-cu makin menyalang lebar.

   "Jangan kuatir, longkun"

   Kata rona pengantin "aku tidak akan meminta lebih jauh daripada hanya sekedar upacara saja"

   "Maksudmu ?"

   "Biasanya dalam malam pengantin pertama, seorang pengantin priya akan masuk ke dalam ruang pengantin perempuan, harus membuka kerudung muka pengantinnya"

   "Oh. lalu ?"

   "Nanti kita bicara lagi"

   Ang Liong-cu merenung sejenak. Karena menganggap hal itu tak penting maka iapun mengangguk .

   "Baiklah ...

   "

   Dengan agak berdebar, Ang Liong-cu pun mulai menyingkap kain kerudung yang menutup wajah pengantin perempuan.

   "Ah ...

   "

   Ia mendesis tertahan ketika menyaksikan wajah pemuda Liok yang menyaru sebagai pengantin perempuan itu. Diam2 ia terkejut karena berhadapan dengan seorang nona yang cantik.

   "Terima kasih, longkun "

   Kata nona pengantin dengan suara lembut "engkau telah memberi sinar kehidupan baru kepadaku"

   "Nona ...

   "

   "Silahkan longkun duduk.

   "

   Cepat nona pengantin menyuruh Ang Liong-cu duduk pada sebuah kursi. Kemudian ia berlutut dihadapannya.

   "longkun, terimalah hormatku yang akan menjadi kawan hidup dan hambamu selama lamanya"

   Ang Liong-cu ternganga.

   "Nona Hong"

   Katanya sesaat kemudian.

   "harap nona jangan memperlakukan aku sebagai suami. Karena aku hanya wakil saja"

   "Bukan halangan."

   Sahut nona pengantin.

   "yang resmi atau wakil, tetap akan mendapat pelayanan serupa "

   "Ah. nona ...

   "

   Ang Liong-cu mendesah.

   "Sebelum bertemu dengan Hong Liong-cu toaya, engkau tetap kuanggap sebagai longkun"

   "Hm. asal jangan melampaui batas2 yang terlarang"

   Kata Ang Liong-cu.

   "Terserah pada longkun"

   Nona pengantin tersenyum.

   "aku sebagai seorang wanita yang telah dinikahkan akan menurut dan paserah kepada kemauan longkun. Apabila longkun takut kepada toaya silahkan saja. Tetapi kalau longkun memang seorang lelaki yang jantan dan mempunyai kebebasan penuh, Iongkunpun akan mendapat pelayananku yang penuh"

   "Ah."

   Kembali Ang Liong-cu menghela napas.

   "bukan soal takut atau berani, tetapi aku harus tahu diri dan menjaga janji. Aku hanya menjadi wakil yang diutus toako untuk menjemput pengantin. Bagaimana aku berani melanggar janji dan merusak kepercayaan toako ? Nona pengantin tertawa lembut selembut angin yang menghembus tangkai bunga sehingga berguncangan.

   "Ah, apakah longkun percaya kalau ada kumbang yang tak tertarik pada bunga yang sedang mekar ?"

   Ang Liong-cu tertegun.

   "Jika kumbang itu mengatakan tak tertarik, kurasa dia membohongi hatinya. Karena bukankah kumbang itu perlu dengan madu sang bunga?"

   "Nona Hong, janganlah mendesak dengan ucapan begitu"

   Seru Ang Liong-cu.

   "Tidak, longkun."

   Sahut nona pengantin.

   "aku hanya merasa kasihan kepada kumbang yang memperkosa suara hatinya itu. Pada hal sesungguhnya ia ingin sekali mengisap sari madu bunga itu tetapi dia takut, ah, kasihan kumbang yang bernyali kecil itu"

   Merah muka Ang Liong-cu mendengar ucapan terakhir dari sinona pengantin. Perkataan itu sangat mengenai hatinya. Diam2 ia memang bergetar hatinya melihat kecantikan nona pengantin itu.

   "Nona Hong. jangan membicarakan soal itu. Aku seorang lelaki yang dapat menjaga kepercayaan saudaraku"

   Kata Ang Liong-cu. Nona pengantin tertawa.

   "Baiklah, longkun. Aku mengagumi peribadimu sebagai seorang lelaki yang dapat dipercaya Tetapi akupun merasa iba karena engkau membohongi suara hatimu. Sebagai rasa hormat dan kasihanku ijinkanlah kupersembahkan kepadamu arak temanten. Marilah kita lewatkan malam pengantin pertama ini dengan duduk bercakap-cakap sambil menikmati arak". Karena menganggap hal itu tidak membahayakan maka Ang Liong-cupun menyetujui. Nona pengantin segera menghidangkan arak yang wangi. Setelah minum beberapa cawan. Ang Liong-cu tampak berseriseri wajahnya.

   "Longkun"

   Tiba2 nona pengantin berkata.

   "apabila longkun tak memandang rendah, ingin kupersembahkan sebuah nyanyian untuk mengenangkan malam pengantin yang luar biasa anehnya ini".

   "Oh, silahkan. silahkan"

   Kata Ang Liong-cu "sesuai dengan wajahmu, suaramu tentu amat merdu, ha, ha ...

   "

   Nona pengantin tersenyum, Dari kata2 itu ia dapat menarik kesimpulan bahwa Ang Liong-cu mulai tergerak hatinya.

   "Ah, aku hanya seorang gadis nelayan,"

   Katanya "wajahku jelek suara buruk maka longkun pun menolak untuk kupersembahkan diriku"

   "Ah ...

   "

   Ang Liong-cu menghela napas.

   "Longkun, aku hendak menyanyi"

   Kata nona pengantin dan mulailah ia mengalunkan suara.

   Musim semi, bunga bermekaran Burung2 berkicau riang gembira Langit cerah, alam indah Semi musim, semilah usia Semi pula harapan remaja Ingin meneguk sari bahagia Bagaikan kumbang dan bunga Impian dara dibuai asmara Menanti belaian taruna Tetapi duhai kelana Mengapa kau biarkan dia Terlena dalam hampa Menanti sia-sia O, bunga, o .....

   dara Hampalah impian sukma Lara, duka, derita ....

   "Auh ...

   "

   Tiba2 terdengar Ang Liorg-cu berseru tertahan.

   "Longkun. mengapa engkau"

   Nona pengantin terkejut dan menegur. Tetapi Ang Liong-cu telah terkulai di kursinya.

   "Longkun"

   Seru nona itu seraya mengguncang tubuh Ang Liong-cu, tetapi kepala bajak nomor dua itu sudah tak berkutik lagi. Dalam pada itu terdengar pekik jeritan dari anakbuah Ang Liong-cu di atas geladak.

   "Celaka, perahu bocor ...

   "

   "Hai. perahu makin oleng, makin tenggelam ..."

   Tetapi beberapa saat kemudian suara hiruk pikuk itupun lenyap dan sunyi senyap.

   "Hm, mereka tentu terkulai tidur,"

   Kata nona pengantin lalu merabah tubuh Ang Liong cu "rupanya babi ini juga sudah pulas ..."

   Tiba2 sesosok bayangan menerobos masuk dan berseru .

   "Celaka, adik Liok ... eh, nona Hong, Hong-ma dan Hong-ji tidur dilantai bersama orang2 itu !"

   "O, engkau Hong nio."

   Seru nona pengantin.

   "rupanya arak telah membuat mereka jatuh pulas. Hayo, kita cepat bekerja saja"

   "Bekerja apa,"

   Tanya wanita muda yang disebut Hong Nio itu.

   


Sukma Pedang -- Gu Long Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long

Cari Blog Ini