Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 14


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 14



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Perahu segera akan tenggelam, kita harus lekas2 tinggalkan perahu ini. Apakah perahu mereka sudah datang ?"

   Kata nona pengantin.

   "Perahu yang mana ?"

   Tanya Hong Nio "Sudah tentu perahu dari nelayan2 desa Hong-ke-cung itu. Mereka akan menyambut kita"

   Kata nona pengantin.

   "Mereka masih di desanya"

   Sahut Hong Nio Nona pengantin terkesiap tetapi segera ia teringat bahwa ia memang tak menceritakan rencana itu kepada Hong Nio alias si Bloon. Cepat2 ia lari keluar, diikuti Hong Nio.

   "Celaka , . ! "

   Teriak nona pengantin atau pemuda Liok.

   "hujan ...

   "

   Ang Liong cu pemimpin kedua dari gerombolan bajak sungai Hong-ho beserta duapuluh anakbuahnya telah tenggelam ditelan arus sungai itu, Mereka melentuk tidur ketika perahu mereka tenggelam.

   Mereka tak menyadari mengapa tiba2 mereka merasa diserang oleh rasa kantuk yang begitu hebat sehingga merekapun tak sempat mengetahui apa sebab perahu mereka tiba2 bocor.

   Rombongan bajak Sungai Kuning itu mati tanpa mengetahui apa sebabnya.

   Tetapi nona pengantin dan Blo'onpun mengalami peristiwa yang celaka, lebih celaka lagi kedua kakek Lo Kun dan Kerbau Putih.

   Pada hal tidak demikian rencana nona pengantin alias pemuda Liok.

   Dengan kepala desa ia telah mengatur suatu rencana.

   Pada perjamuan di kuil Hong-liong bio hidangan arak yang diberikan oleh pengantin perempuan kepada anakbuah gerombolan bajak, dicampur dengan obat tidur demikian pula dengan arak yang dihidangkan dalam perjamuan makan itu.

   Untuk memastikan dan memantapkan rencananya itu berhasil, masih pemuda Liok dalam penyamarannya sebagai nona pengantin telah melakukan siasat merayu An Liong cu dan memberinya minum arak yang dapat menghilangkan tenaga.

   Kemudian setelah Ang Liong cu membawa sang nona pengantin, kepala desa Hong ke-cung disuruh pemuda Liok untuk menyiapkan beberapa orang nelayan yang pandai berenang.

   Mereka disuruh menyelam kebawah perahu anakbuah Ang Liong cu dan melubangi perahu mereka.

   Rencana selanjutnya, kepala desa harus lekas mengirim perahu untuk menolong pemuda Li ok berempat.

   Dengan demikian, kepala bajak Hong Liong-cu tentu akan menyangka bahwa perahu anakbuahnya telah tenggelam bersama nona pengantin.

   Dan bebaslah rakyat serta kepala desa Hong-|ke cung itu dari tuduhan membunuh utusan gerombolan bajak.

   Karena dengan ikut sertanya anak perempuan kepala desa itu tenggelam, tak mungkin Hong Liong cu akan mencurigai kepala desa.

   Demikian rencana yang dilakukan oleh pemuda Liok bersama kepala desa.

   Dan rencana itu lelah berhasil bagus seandainya hujan tidak turun.

   Memang gangguan alam sukar diperhitungkan Dan gangguan yang tak terduga-duga itulah telah menggagalkan rencana yang terakhir.

   Hujan itu telah menghambat perahu yang dikirim kepala desa sehingga akibatnya pemuda Liok dan Blo'on tenggelam di dalam sungai.

   Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih karena ikut minum arak, pun jatuh pulas dan ikut tenggelam bersama anakbuah gerombolan Ang Liong-cu.

   Pemuda Liok dan Blo'on tak sempat mencari mereka karena perahu yang bocor itu makin dipercepat tenggelamnya oleh hujan lebat.

   Demikian peristiwa yang tragis di desa nelayan Hong-kecung Dan cepat kepala desa mendapat laporan dari perahu yang dikirim untuk memberi pertolongan itu.

   Dia segera mengerahkan seluruh penduduk untuk melakukan percarian kepada keempat orang yang telah membantu rakyat Hong-ke cung.

   Tetapi usaha mereka sia2 beaka.

   Kepala desa dan rakyat Hong-ke-cung merasa berhutang budi kepada rombongan Blo'on.

   Mereka amat bersedih atas musibah yang menimpa rombongan orang aneh itu.

   Untuk menyatakan terima kasih kepada rombongan Blo'on kepala desa dan rakyat.

   Hong ke-cung lalu mengadakan sembahyang di tepi sungai Hong ho.

   Mereka memohon kepada malaekat penunggu sungai agar mayat Blo'on dan rombongannya diselamatkan ke tepi agar dapat dikubur.

   Dan agar arwah keempat orang itu dapat naik Niiwana.

   Sungai Kuning.

   Sungai Kuning atau Hongho, merupakan sungai besar nomor dua dari benua Tiongkok, Bersumber dari pegunungan Yahaltahatse sungai itu mengaliri sepanjang propinsi2 Kansu, Mongolia dalam, Siamsay, Sanse, Holam, Shoa-tang lalu bermuara di propinsi Cenghay dan berlabuh ke Laut Kuning.

   Sungai itu panjangnya tak kurang dari 4500 km.

   Daerah sepanjang pengairan sungai itu merupakan tanah subur yang terjadi dari tanah endapan tebal.

   Disitulah dahulu suku orang Tiong hoa yang aseli pertama-tama tinggal.

   Karena banyak mengeluarkan lumpur sehingga air sungai itu berwarna kuning maka dinamakan Hongho atau Sungai Kuning.

   Dunia memang penuh dengan alam, benda dan peristiwa2 yang aneh.

   Bila seorang manusia tenggelam dalam sungai sebesar Sungai Kuning, tak mungkin dia dapat hidup.

   Tetapi peristiwa di dunia itu memang aneh, seaneh nasib manusia, mati hidupnya tiada orang yang dapat menentukan dan menyangka.

   Demikian pula dengan anakmuda yang kita ikuti kisahnya itu.

   Entah sudah berapa kali BIo'on menghadapi dan menderita peristiwa aneh yang pada umumnya orang tentu memastikan dia akan mati.

   Tetapi nyatanya Blo'on masih bernyawa, masih dapat melanjutkan kisah petualangannya yang blo'on.

   Dan kali ini dia harus menghadapi sebuah petualangan baru didasar Sungai Kuning.

   Kalau belum ditakdirkan mati.

   walaupun tubuhnya diikat dengan sabuk pinggang bersama tubuh pemuda Liok atau si nona pengantin baru, tetapi Blo'on tetap belum putus jiwanya.

   Ada suatu keajaiban yang telah menyelamatkan jiwanya.

   Dan keajaiban itu memang sukar dipercaya tetapi memang nyata2 dialami Blo'on.

   Karena air Sungai Kuning berwarna kuning maka Blo'on pemuda Liok tidak dapat melihat suatu apa kecuali air yang keruh lumpur kuning.

   Gelap sekeliling penjuru air dan tak berapa lama keduanyapun tak ingat apa2 lagi, Dan karena terbenam air dibawa hanyut arus, sabuk pinggan yang mengikat tubuh mereka berdua pun lepas sehingga keduanya tercerai.

   Entah tak tahu berapa lama tubuh Bloon yang tercerai dengan pemuda Liok itu terhanyut di dasar sungai.

   Tiba2 tubuh kedua orang itu tiba pada suatu kisaran air yang berputar-putar deras sekali.

   Tubuh mereka ikut berputar-putar keras dan makin keras, makin ke tengah pusat kisaran air.

   Akhirnya berlenyapanlah kedua tubuh mereka tenggelam kedasar air.

   Pertama kali Blo'on menyusul pemuda Liok.

   Kisaran air itu terletak hampir dekat kemuara Laut Kuning.

   Merupakan suatu kisaran air yang paling ditakuti oleh kaum nelayan dan tukang2 perahu.

   Sering terjadi kecelakaan dari perahu2 yang tersedot oleh kisaran air itu dan terus dibawa berputar-putar keras lalu ditelan ke dalam sungai.

   Dan secara tak terduga-duga, Blo'on serta pemuda Liok itupun telah di 'makan' air kisaran maut.

   Entah berapa lama telah berlalu, tiba2 Blo'on membuka mata.

   Ia rasakan dirinya berada dalam himpitan benda lunak yang merah, merah warnanya.

   Tubuh Blo'on terasa hangat tetapi ia heran mengapa sekelilingnya hanya dilingkungi oleh benda2 putih dan merah.

   Dan celakanya, hidungnya disengat bau yang luar biasanya anyir dan busuk.

   Sedemikian anyir dan busuk sehingga ia hendak muntah.

   Karena tak tahan, ia berusaha untuk menggerakkan tangan kanannya yang tertindih di bawah perutnya.

   Tetapi serempak tangannya bergerak, iapun merasa seperti dikocok naik turun, kekanan kiri, maju mundur.

   Akhirnya berhasillah ia melolos tangannya yang tertindih perut itu lalu didekapkan kehidung.

   Ia benar2 tak tahan dengan bau yang luar biasa anyirnya.

   "Auup ...

   "

   Sesaat tangan mendekap hidup iapun berseru tertahan dan cepat2 ia tarik pulang tangannya lagi, huak .....air berikut kotoran keluar dari perutnya.

   Jika semula ia hanya tak kuat menahan bau yang luar biasa anyirnya tetapi setelah tangan mendekap ke hidung, ia rasakan bau yang luar bias busuknya.

   Begitu pula mulutnyapun terasa menelan benda lunak yang luar biasa pahitnya.

   "Aduh mak, minta ampun ...

   "

   Ia meratap Tetapi aneh.

   mengapa suaranya tak kedengaran.

   Apakah ia gagu ? Tetapi sebelum ia dapat menyelidiki keanehan2 itu, tiba2 ia merasa seperti dibuai-buai keras, naik turun, kanan kiri.

   Untung ia berada dalam gumpalan benda putih yang lunak sekali sehingga ia tak menderita suatu apa.

   Setelah guncangan itu agak reda, ia tak dapat menahan diri untuk menggerakkan tangan kirinya, mengusap benda lunak yang melumuri mulutnya.

   Setelah sejenak melepaskan tangannya dari himpitan benda lunak, akhirnya ia berhasil menggerakkan tangan kirinya untuk mengusap mulut.

   Cret ....

   "Aduh ...

   "

   Kembali Blo'on menjerit dan muntah2 lagi.

   Air dan kotoran berulang kali muntah keluar dari perutnya.

   Ia hendak mengusap benda lunak yang rasanya luar biasa pahit pada mulutnya itu, tetapi siapa tahu malah tambah lagi.

   Tangan kirinya juga berlumuran dengan benda lunak yang luar biasa busuk dan pahit itu.

   Karena tak tahan siksaan itu maka berontaklah ia.

   Dengan sekuat tenaga ia bergeliatan meronta-ronta hendak melepaskan diri dari himpitan dinding putih yang lunak itu.

   Uh .....

   tiba2 ia rasakan dirinya berada di udara yang lapang, tidak menekan seperti tadi Tetapi ia heran mengapa dirinya masih saja melayang deras.

   Cepat2 ia hendak membuka mata.

   Tetapi seketika itu ia menjerit, uh ...

   karena pandang matanya serasa gelap sekali dan kembali ia masuk ke dalam sebuah guha yang gelap dan merah.

   Auuh ...

   kembali ia hendak muntah karena hidungnya dilanda oleh bau yang anyir sekali, lebih anyir dari dinding putih lunak tadi.

   Tetapi untung hanya anyir dan tidak busuk seperti tadi.

   'Hai, apa ini ...

   "

   Tiba2 ia berkata seorang diri ketika mukanya membentur segumpal rambut. Ia tak tahu dimana saat itu ia berada dan apa yang telah membentur mukanya itu. Tetapi jelas kalau benda itu terasa seperti seuntai rambut lebat.

   "Aduh ... tiba2 ia menjerit kesakitan dan kaget ketika kedua telinganya dicengkeram sepasang tangan orang dan terus ditarik sekeraskerasnya, Karena kesakitan ia meronta hendak menyilak tangan itu. Tetapi ketika salah sebuah tangan aneh itu tersiak, tiba2 hidungnya dicengkeram dan diremas keras.

   "Adu ... hajingngng. hajingngng "

   Salah sebuah jari tangan aneh itu telah menyusup masuk kedalam lubang hidung Blo'on.

   Blo'on tak kuat menahan rasa geli pada hidungnya dan seketika iapun berbangkis sekuatkuatnya.

   Karena jarinya tersemprot ingus, tangan aneh itupun cepat berpindah untuk meremas mulut! Blo'on.

   Bloon gemas.

   Ia ngangakan mulutnya lebar2! lalu menyambar jari itu terus digigitnya.

   "Huhnhh ..."

   Blo'on menjerit dan gelagapan ketika jari itu tiba2 berobah menjadi semacam benda lunak.

   Begitu tergigit, benda itupun pecah dan uh .....

   pahit, pahit sekali rasanya.

   Blo'on muntah2 tetapi air dari benda lunak yang pahit rasanya itu terlanjur mengalir ke dalam keiongkongannya sehingga karena luar biasa pahitnya, ia sampai mendelik.

   Habis mendelik, tiba2 tangan aneh itu meraih lehernya dan mencekik kuat2 sehingga untuk yang kedua kalinya Blo'on harus mendelik lagi.

   Hanya kalau tadi mendelik karena memakan cairan air yang luar biasa pahitnya kini ia mendelik karena tak dapat bernapas.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Rasa marah dan bingung merangsang hati Blo'on dan akhirnya iapun mengamuk.

   Dengan cepat ia mencengkeram gumpalan benda semacam rambut tadi terus digaruk kuat2 dan serempak dengan itu iapun bergeliatan meluncur ke atas.

   Tiba2 terjadi suatu gerakan yang luar-biasa kerasnya, jauh lebih keras dan terasa daripada ketika Bloon masih berada dalam dinding benda putih lunak tadi.

   Ia seolah-olah dilemparkan kian kemari, ada kalanya diangkat ke atas lalu dibanting kebawah.

   Ada kalanya dibenturkan benda keras kian kemari.

   Walaupun tidak langsung terkena dengan benturan2 itu, namun ia rasakan badannya sakit juga.

   Dibanting dan dikocok begitu rupa, makin lama tubuh Blo'on makin meluncur ke atas.

   Tiba-tiba ia melihat sebuah benda yang aneh.

   Bentuknya serupa dengan hati, warnanya merah darah.

   "Harum ...

   "

   Hidungnyapun serentak tergiur oleh suatu bau harum yang membaur dari benda merah itu.

   Karena sejak tadi hidung dan mulutnya selalu dijejali dengan benda2 yang busuk dan anyir maka timbullah keinginan Blo'on untuk menelan benda merah itu.

   Cepat ia lepaskan cengkeramannya pada benda yang menyerupai rambut, lalu ia bergeliatan meraih benda merah itu.

   dipetiknya.

   Tetapi benda itu sukar dipetik.

   Akhirnya karena jengkel, Blo'on lalu menariknya kuat2.

   Cresss ...

   , Benda merah itupun putus, terus ditelannya.

   Maksudnya hanya akan dikumur dalam mulut tetapi karena saat itu tiba2 terjadi suatu kegoncangan yang luar biasa kerasnya, tanpa sengaja benda itupun terus meluncur masuk kedalam kerongkongan dan turun ke perut.

   Tepat pada saat ia menelan benda merah itu, suatu gelombang tenaga yang luar biasa telah mendorong tubuhnya keatas dan seperti dilemparkan, ia 'terbang' ke udara ..

   Ia hanya sempat untuk membuka mata dan melihat keadaan diluar.

   Ternyata di sekeliling penjuru merupakan air yang bening.

   Tetapi iapun tak kuat membuka mata karena menempuh air itu.

   Terpaksa ia pejamkan mata lagi.

   Sesaat kemudian ia merasakan dirinya bebas dari aliran air maka iapun segera membuka mata.

   Ah ...

   gelap lagi.

   Bluk ...

   tiba2 tubuhnya jatuh diatas sebuah benda datar yang amat keras sekali.

   Sedemikian keras dirinya terbanting sehingga gundulnya berdarah.

   "Aduh ...

   "

   Blo'on mengeluh kesakitan sembari mengusapusap gundulnya. Tulang-tulang kaki dan pinggangnyapun terasa seperti patah. Untuk beberapa saat ia duduk diam dan pejamkan mata. Pikirannya mulai bekerja.

   "Eh. aneh ...

   "

   Pikirnya.

   "mengapa otakku terasa dapat untuk berpikir ?"

   Kemudian ia membuka mata. Didapatinya di sekeliling tempat disitu gelap gulita.

   "Dimanakah aku ini?"

   Tetapi ada suatu hal yang melonggarkan perasaannya. Walaupun itu tidak digenangi air, Ia dapat bernapas longgar. Begitu pula ia tidak dihamburi dengan bau yang anyir ataupun busuk.

   "Ah. mungkin malam"

   Pikirnya. Memang walaupun sedikit2 sudah mulai dapat bekerja tetapi otaknya belum sehat betul.

   "Lebih baik tidur dulu"

   Katanya menghibur diri Iapun lalu rebah tertelentang di atas benda keras yang datar itu.

   Blo'on letih juga.

   Entah berapa lama ia terlempar kedalam sungai dihanyutkan arus sungai kemudian disedot masuk kedalam kisaran air dan masuk kedalam sebuah tempat yang berdinding lunak kemudian berpindah pada sebuah tempat gelap yang berdinding merah.

   Dan terakhir lalu meluncur ke tempat gelap sekarang ini.

   Entah berselang berapa lama ia tertidur, ketika membuka mata.

   ia rasakan dirinya seperti bergerak-gerak.

   Walaupun lambat tetapi jelas ia tengah menghampiri ke arah dinding karang yang gelap.

   "Aneh"

   Gumamnya seorang diri.

   "apakah karang yang kududuki ini yang bergerak atau memang diriku yang melayang-layang ?"

   Namun ia tak dapat menemukan jawaban. Hanya saja ia merasa tak bergerak ataupun menggerakkan salah sebuah anggauta badannya. Timbul pikirannya untuk merabah tempati yang didudukinya itu.

   "Uh, halus benar"

   Katanya.

   "tetapi keras dan licin"

   Dicobanya memandang ke bawah untuk mengamati tempat yang didudukinya itu, namun tak berhasil.

   Suasana yang gelap, menghambat pandang matanya.

   Karena tak dapat mengetahui apa benda yang didudukinya itu, timbullah pikiran Blo'on untuk mencobanya.

   la segera kerahkan tenaga, kepalkan tinju dan menghantam, bluk ...

   "Aduh ... ia menjerit kesakitan ketika tulang jarinya serasa patah. Namun iapun penasaran juga. Setelah rasa sakit berkurang, ia segera ayunkan tinjunya pula, duk ...

   "Ah ...

   "

   Kembali ia mengerang.

   Tetapi kali ini agak tak keras karena rasa sakit pada tulang tinjunyapun berkurang.

   Duk ...

   ia menghantam lagi.

   Walaupun masih sakit tetapi hanya meringis saja dan tak sampai mengerang, Rupanya rasa sakit makin berkurang.

   Kemudian ia ayunkan tangan kirinya untuk menghantam, duk ...

   "Aduh ...

   "

   Kembali ia menjerit keras karena tangan kirinya serasa patah. Beda dengan tangan kanannya yang sudah beberapa kali menghamtam tadi.

   "Biar, tinju kiriku ini harus menjadi seperti tinjuku yang kanan"

   Pikirnya, Dan iapun lalu meninjukan tangan kirinya lagi, Duk.

   duk, duk , .

   Suatu perasaan berkurang sakit seperti tangan kanannya, segera dirasakan oleh Blo'on.

   Maka berulang kali ia segera menghujankan pukulan tangan kirinya kepada benda keras yaog didudukinya itu.

   Setelah kedua tangannya lelah ia berganti dengan kaki.

   Sambil berdiri, ia menghentakkan kaki kanannya ke benda keras itu.

   "Duk ... aduh"

   Ia menjerit ketika rasakan tulang kakinya serasa remuk Namun ia ingat akan pengalamannya dengan kedua tinjunya tadi.

   Diulangnya pula dua tiga sampai berpuluh kali.

   Memang seperti yang dialami dengan kedua tangannya, rasa sakit pada kakinyapun makin berkurang dan berkurang.

   Setelah jemu ia berganti menghunjamkan kaki kiri.

   Dan apa yang dialami, seperti dengan kaki kanannya.

   Pertama sakit sekali, kemudian berangsur-angsur kurang.

   Dasar Blo'on maka ia tak menyadari bahwa diwaktu ia menghunjamkan tinju dan kaki pada, benda keras yang didudukinya itu, benda itu ternyata bergerak-gerak maju dan makin maju, membawanya ke muka.

   Iapun tak menyadari bahwa pukulan dan injakan kaki pada benda keras itu telah memberi suatu kesempatan yang luar biasa.

   Kaki dan tangannya berobah keras sekali, tahan menghantam benda keras seperti karang dan lain2.

   "Ah. capek juga"

   Katanya.

   "sekarang akan kugunakan kepala saja"

   Ia terus duduk dan membungkuk lalu membenturkan gundulnya. Duk .....

   "Aduh ... kepalaku !"

   Ia menjerit dan mendekap gundulnya karena kuatir akan terlepas dari batang lehernya. Kepalanya terasa berputar-putar, pusing tujuh keliling.

   "Tidak peduli, hayo kepala"

   Teriaknya.

   "engkau juga harus mengikuti jejak tangan dan kaki. Tak boleh enak2"

   Duk, duk, duk. duk . , . Berulang kali ia membenturkan kepalanya pada benda keras yang didudukinya sehingga kepalanya sampai benjul2. Setelah puas, tiba2 ia hentikan gerakan kepala dan berkata seolah memberi perintah .

   "Hayo. sekarang giliranmu hidung ! Engkau juga harus menderita seperti gundul dan kaki tangan itu"

   Prek .....

   "Aduh mak ... !"

   Ia menjerit dan mendekap hidungnya ketika hidung itu hampir penyek dan mengucurkan darah.

   "Wah, celaka nih,"

   Katanya.

   "kalau kuteruskan hidungku bisa penyek."

   "Ah. tetapi paling tidak harus sampai lima kali, baru adil,"

   Katanya membantah keenggannya. Iapun terus membenturkan hidungnya sampai lima kali. Setelah itu, ia berseru .

   "Hai, mulut dan gigi. hayo engkaupun harus memerima bagian. Engkau harus merasakan bagaimana rasa sakit itu!"

   Krek ... .

   "Minta ampun, mamah.

   "

   Ia menjerit dan mendekap mulutnya yang berlumuran darah. Namun beberapa saat kemudian, ia ulangi lagi menyiksa mulut dan giginya. Setelah lima kali. barulah ia berhenti.

   "Sekarang engkau, mata"

   Katanya kepada mata. Tetapi pada saat ia hendak membenturkan matanya kepada benda keras itu, tiba2 ia terkejut! melihat sebuah lubang yang memancarkan sinar terang.

   "Hai. udara . !"

   Teriaknya.Dan serentak pada saat itu. iapun meluncur maju dan ...

   "Hai. udara terbuka ...

   "

   Kemudian ketika ia menundukkan kepala, ia memekik kaget .

   "Air ...

   "

   Herannya benar2 sukar dikata ketika ia mendapatkan dirinya terapung di atas sebuah permukaan air yang jernih.

   "Dimanakah aku ini ?' serunya. Cepat2 ia memandang kebawah untuk melihat benda apakah sebenarnya yang diduduki itu. Tetapi baru ia menunduk sekonyong-konyong terdengar sebuah lengking teriakan yang bernada kejut2 girang.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Engkoh Blo'on . , . !" -ooo0dw0ooo

   Jilid 20 Cap kerajaan Blo'on berpaling dan alangkah kejutnya, ketika ia melihat yang meneriakinya itu sinona pengantin alias pemuda Liok.

   Dua macam rasa kejut yang menghinggapi hati Blo'on.

   Pertama.

   karena melihat si nona pengantin muncul di tempat itu.

   Dan kedua karena kemunculan nona itu dalam keadaan yang luar biasa anehnya.

   Si Liok dengan masih mengenakan pakaian sebagai seorang nona, tengah meluncur dipermukaan air dengan berdiri di atas punggung seekor buaya .....

   "Hai, nona pengantin, mengapa engkau disini?"

   Teriak Blo'on.

   "Entahlah, aku sendiri juga tak tahu."

   Sahut si Liok.

   "dan engkau engkoh Blo'on mengapa engkau berada disini ? Hendak kemanakah engkau?"

   Blo'on menyeringai.

   "Aku bertanya mengapa engkau balas bertanya ia bersungut-sungut.

   "aku sendiri tak tahu dan tak merasa mengapa aku begini". Si Liok hendak menyahut tetapi tiba2 Blo'on berseru pula .

   "Hai, mengapa engkau dapat berjalan dialas air ? Eh, benda apa yang engkau na naiki itu ? "Buaya , .

   "

   "Hai !"

   Blo'on melorjak kaget.

   "engkau naik buaya ? Eh, apakah buaya itu ?"

   Liok mengkal tetapi tiba2 ia ingat bahwa otak Blo'on itu memang tidak sehat. Dia kehilangan ingatan. Terpaksa ia menerangkan apakah buaya itu.

   "Jika harimau itu disebut raja hutan maka buaya adalah raja sungai"

   Katanya menambah keterangan.

   "Bagaimana engkau dapat menguasai binatang itu ?"' tanya Blo'on. Dalam pada bercakap-cakap itu, Liok sudah meluncur tiba dibelakang Bioon. Jaraknya amat dekat sehingga mereka dapat bertukar cakap.

   "Ketika perahu tenggelam, aku berusaha untuk berenang. Tetapi air Sungai Kuning begitu kotor dan kuning sehingga aku kehilangan arah dan akhirnya aku pingsan"

   Liok menutur.

   "eh. ketika membuka mata, tahu2 aku berada dalam sebuah tempat yang aneh sekali"

   "Dimana ?"

   Tanya Blo'on' "Bermula kurasa aku berada dalam sebuah guha berdinding merah.

   Penuh dengan benda2 yang aneh bentuknya.

   Tetapi guha itu sedemikian sempit sekali sehingga hampir menghimpit tubuhku.

   Aku tak dapat bergerak.

   Untunglah dinding guha itu lunak sehingga walaupun terhimpit tetapi tak melukai tubuhku" 'O."

   Desah Bloon.

   "Tiba2 terjadi getaran keras dalam guha itu. Kurasa ada sebuah benda lagi yang masuk. Aku berusaha untuk merabahrabah benda itu. Engkau tahu. apa yang kupegang itu ?"

   "Hah masakan aku tahu ?"

   Sahut Bloon.

   "Muka seorang manusia"

   Seru Liok.

   "ya. terang seorang manusia. Tanganku merabah gundul kepalanya lalu telinganya. Kutarik kedua telinga orang itu supaya dia berteriak Tetapi celaka, orang itu menjambak rambutku keras2.

   "Kurang ajar engkau !"

   Teriak Blo'on seraya deliki mata.

   "Mengapa ?"

   Liok terkejut.

   "Jadi yang menarik telingaku sampai hampir putus itu engkau ?"

   Teriak Blo'on.

   "Siapakah orang itu ?"

   Liok makin kaget.

   "Aku !"

   "Engkau ?"

   "Bukankah setelah lepaskan telinga, engkau terus mencengkeram cuping hidungku?"

   Seru Blo'on.

   "Astaga! Benar"

   Sabut Liok.

   "Setan, bukankah ergkau juga meremas mukaku ?"

   "Aduh. benar lagi"

   "Kurang ajar, mengapa engkau tusukkan jarimu kedalam lubang hidungku sehlngga aku sampai berbangkis ?"

   Teriak Bloon marah2.

   "Oh, jadi engkaukah yang masuk ke dalam guha itu ?"

   Seru Liok.

   "mengapa engkau tak tahu aku juga berada disini ?"

   "Bagaimana bisa tahu ?"

   Dengus Blo'on.

   "tubuhku terhimpit dengan dinding merah, sedikitpun aku tak dapat bergeiak. Tahu2 engkau menjiwir telinga sampai hampir putus ...

   "

   "Maaf engkoh Blo'on"

   Kata Liok.

   "akupun juga serupa seperii engkau, tak tahu berada di nana. Lalu siapakah yang menyebabkan goncangan luar biasa itu sehingga tubuhku terlempar ke udara ?"

   "Bagaimana aku tahu. Aku sendiri juga terlempar ke udara ?"

   Sahut Bloon.

   "Apakah selama dalam guha merah itu engkau tak melakukan apa2 ?,"

   Tanya Liok.

   "Aku sudah tak berdaya lagi"

   Sahut Bloon "aku merasa haus sekali waktu itu. Kebetulan dilihat ada sebuan benda merah seperti . Hal 9-16 tdk ada ============ Bermula Liok segan tetapi Blo'on terus menyambar tangan Liok, suruh menggerakkan tangannya .

   "Hayo, pukulkanlah !"

   Terpaksa Liok menurut.

   Plak....aa gerakkan tangan B'o'on kemuka tetapi tahu2 tangan itu melayang kearah kepala Blo'on.

   Blo'on menyeringai, menahan sakit.

   Liok ulangi lagi gerakannya.

   Tetapi kembali kepala B'o'on yang menjadi sasaran.

   Liok makin heran.

   Dua, tiga, empat sampai lima kali ia gerakkan tangan Blo'on tetapi kepala Blo'onlah yang harus menderita pukulan.

   "Gila, jangan diteruskan I"

   Teriak Blo'on seraya menarik tangannya kuat2.

   "lama2 gundulku bisa pecah."

   Liok tertegun.

   Ia memang, mulai heran atas peristiwa aneh itu.

   Jelas ia yang menggerakkan tangan Blo'on ke muka tetapi mengapa terus menerus berbalik memukul kepala Blo'on sendiri.

   Rasa heran berganti penasaran, Liok memandang sosok tubuh yang punggungnya tertutup rambut putih itu.

   Lalu diayunkannyalah tangan kanannya.

   Karena tak mau melukai orang itu, ia tak meninju melainkan menampar.

   Plak.....

   "Aduh..... kurang ajar engkau !"

   Blo'on menjerit karena pipinya ditampar Liok.

   Liok terkejut.

   Jelas ia menampar orang itu tapi mengapa tiba2 menyasar ke pipi Blo'on.

   Dan anehnya, ia tak merasakan suatu tenaga apapun yang mendorong tangannya.

   Memang dalam dunia persilatan terdapat sebuah ilmu tenaga dalam yang dapat mementalkan balik tenaga pukulan orang atau yang disebut meminjam-tenaga.

   Dari suhunya, Liokpun pernah mendengar keterangan itu.

   Tetapi apa yang dialaminya saat itu, tidaklah demikian.

   Ia tak merasa didorong oleh suatu apa.

   Untuk membuktikan dugaannya itu, ia ulangi lagi menampar, plak .....

   "Aduh....."

   Teriak B'o'on. Ia deliki mata kepada Liok.

   "hai, nona gila, kalau engkau terusan menampar pipiku, terpaksa akan kugigit pipi-mu juga."

   Merah wajah Liok. la malu karena tamparannya menyasar lagi dan malu juga mendengar ucapan Blo'on itu.

   "Baik, engkau menyingkir agak jauhlah,"

   Kata Liok yang saat itupun mulai penasaran. Setelah bersiap, ia terus layangkan tangannya. Plak....

   "Ha, ha, ha .... ,"

   Tiba2 Blo'on tertawa gembira karena melihat Liok menampar kepalanya sendiri.

   "hayo sekali lagi kalau engkau masih tak percaya "

   Liok tersipu-sipu merah wajahnya. Namun ia cepat dapat menyadari bahwa yang dihadapinya itu seorang manusia yang sakti. Ia hanya gelengkan kepala saja.

   "Dia manusia atau mahluk aneh?"

   Tanya Blo'on. Tetapi Liok hanya diam saja.

   "Hai, engkau, berpalinglah kemari,"

   Seru Blo'on pula.

   Tetapi orang itu diam saja.

   Karena jengkel, Blo'on terus melangkah maju, berjalan di samping orang itu dan terus hendak berdiri dihadapannya.

   Maksudnya ia hendak melihat tampang muka orang itu.

   Tetapi baru selangkah ia ayunkan kaki, ia terdorong mundur lagi.

   "Huh, apa apaan ini,"

   Ia gerakkan kakinya maju, lagi. Tetapi untuk kedua kalinya ia terdorong mundur lagi.

   "Kurang ajar, masakan orang berjalan dihalangi-halangi,"

   Karena penasaran Bloon terus loncat saja. Bum ..... Seperti dibanting kebelakang, Blo'on terlempar balik dan jatuh ke tanah. la segera bangun dan mengelus-elus kepalanya.

   "Bagaimana ini ? Apakah tangan dan kakiku sudah macet ? Mengapa tangan dibuat menampar malah menampar kepalaku sendiri. Kaki digerakkan jalan, terdorong mundur. Lompat pun malah dibanting begini rupa."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Liok makin sadar bahwa orang aneh itu memang seorang sakti yang luar biasa.

   "Sudahlah, engkoh Blo'on, jangan menggangu orang,"

   Katanya mencegah. Kemudian dengan nada menghormat ia berkata .

   "Locianpwe kami telah kesalahan masuk kemari, harap lo cianpwa suka maafkan."

   Namun orang aneh itu tetap diam saja. Diulangi pula oleh Liok untuk meminta maaf, tetap orang itu tak menghiraukan.

   "Sudahlah, Liok,"

   Akhirnya Blo'on jengkel juga.

   "perlu apa harus minta maaf kepada orang yang tuli. Ah, jangan2 dia memang bukan manula."

   Mata Blo'on beralih memandang kearah anak lelaki yang duduk di kursi. Segera ia berseru . 'Hai, anak kecil, hayo bangunlah !"

   Tetapi anak lelaki itu tetap pejamkan matanya.

   "Hai. anak lelaki, engkau dengar tidak!"

   Teriak Blo'on makin keras. Karena teriakannya tak digubris,, Blo'on marah. Ia menjemput sekeping batu karang kecil dan dilontarkan. Liok hendak mencegah tetapi sudah tak keburu lagi.

   "Aduh......

   "Blo'on menjerit dan mendekap dahinya. Batu itu balik menimpali dahinya, hingga benjul. Mau tak mau Liok tertawa juga melihat tingkah laku Blo'on. Tetapi dalam pada itu diam-diam pun ia heran. Mengapa disekeliling orang rambut putih dengan anak lelaki itu seolah dipagari dengan tenaga aneh yang tak kelihatan.

   "Liok, hayo, engkau timpuk bocah itu!"

   Teriak Blo'on Bermula Liok tak mau tetapi sesaat kemudian timbul pikirannya untuk mencoba.

   la ingin membuktikan benarkah akan terjadi seperti yang dialami Blo'on.

   Menjemput sebutir batu kecil ia terus menimpuk dan habis menimpuk iapun terus loncat ke samping.

   la kuatir batu itu akan mental baik dan mengenai dirinya.

   Tinggg ....

   "Aduh ...

   "

   Kembali Blo'on menjerit ketika gundulnya ditimpah batu lontaran Liok.

   "gila, setan engkau ! Mengapa engkau menimpuk aku ?"

   Kini jelasiah Liok bahwa memang sekeliling ruang tempat anak lelaki itu terselubung oleh suatu tenaga gaib yang tak kelihatan mata. Tiba2 ada suatu perasaan yang mencengkam pikiran Liok. Seketika tegaklah buluromanya.

   "Setan ...

   "

   Serunya terus berputar tubuh dan lari keluar.

   "Hai, hendak kemana engkau Liok ?"

   Seru Blo'on seraya mengejarnya. Pikir Liok, ia hendak menuju ke tepi sungai naik buaya lagi pergi ke lain tempat. Tetapi alangkah kejutnya ketika buaya itu lenyap Demikian pula kura2 raksasa.

   "Hai, Liok, mengapa engkau lari seperti dikejar setan ?"

   Tegur Bloon waktu tiba.

   "Ya. memang,"

   Sahut Liok.

   "kurasa ruangan karang itu memang menyeramkan. Orang berambut putih dan anak lelaki itu, bukan manusia tetapi setan"

   "Setan ? Bagaimanakah rupa setan itu ?"

   Tanya Bloon "Menyeramkan sekali."

   "Huh,"

   Blo'on mendesuh.

   "apakah engkau pernah melihat setan ?"

   "Be ... lum"

   Liok tergugu.

   "tetapi menurut kata orang memang begitu"

   "Ha. ha. ha"

   Tiba Blo'on tertawa.

   "jangan mudah percaya cerita orang. Aku tak percaya setan karena aku belum pernah melihat"

   Liok merah mukanya.

   Ia merasa malu sendiri Memang kata2 Blo'on itu benar.

   Orang2 tua mengatakan setan padahal mereka sendiripun belum pernah melihat setan.

   Turun menurun cerita tentang setan itu diwariskan kepada anak cucu sehingga sampai sekarang orang percaya akan setan walaupun dia belum pernah melihat.

   "Liok, mau kemana kita ini?"

   Tanya Blo'on. Liok menghela napas .

   "Sebenarnya lebih baik kita pergi ke lain tempat saja. Tetapi buaya dan kura2 itu tak berada disini lagi, Kita tak dapat tinggalkan tempat ini"

   "Biarkan"

   Seru Blo'on.

   "kita tak perlu pergi. Aku tak percaya setan. Hayo, kita masuk ke dalam ruang dan menggebuk orang itu."

   Habis berkata Blo'on terus kembali kedalam rumah karang, Karena tak dapat berbuat lain terpaksa Liokpun mengikuti. Tiba2 Blo'on berteriak-teriak .

   "Hai, mengapa badanku terasa panas sekali. Aduh, panas sekali."

   La melonjak-lonjak dan melompat kian ke mari, lari masuk keluar rumah karang itu. Namun masih menjerit-jerit .

   "Aduh, panas seperti dibakar rasanya!"

   "Engkau kenapa engkoh Blo'on ?"

   Liok terkejut.

   "Jangan tanya !"

   Bentak Blo'on.

   "aduh, aduh tubuhku ini ... tubuhku panas auh ... 'Coba kulihat,"

   Liok buru2 menghampiri dan memegang lengan Bioon tetapi secepat itu Blo'on menyiak dan Liokpun mencelat sampai beberapa langkah ke belakang.

   Diam2 pemuda Liok itu terkejut.

   Mengapa tiba2 saja Blo'on memiliki tenaga yang begitu dahsyat.

   Tiba2 Bloon lari keluar.

   "Hai, engkoh Bloon ...

   "

   Liok yang mengejar keluar segera berteriak kaget karena melihat Blo'on loncat ke dalam sungai.

   Ketika Liok tiba di tepi sungai, ia makin terkejut sekali.

   Saat itu dari dasar sungai muncul keluar buaya yang membawa Liok tadi.

   Bermula Liok girang dan hendak meneriaki Blo'on tetapi secepat kilat ia menjerit kaget ketika melihat buaya itu ngangakan mulutnya hendak mencaplok Bloon.

   "Awas, engkoh Blo'on, buaya itu hendak memakan engkau !"

   Teriak Liok. Blo'on ngeri juga melihat mulut buaya yang sedemikian lebarnya, la cepat bergeliatan berenang ketepi. Buaya itu tetap mengejar.

   "Aduh ... tiba2 Blo'on menjerit karena kakinya terantuk segunduk batu karang yang berada di dasar air. Buaya dengan deras meluncur ke arahnya seraya membuka mulutnya. Dan Liok menjerit ngeri. Cepat ia menutup muka dengan tangannya, la tak sampai hati melihat Blo'on dimakan buaya. Tetapi sampai sekian saat ia tak mendengar jeritan Bloon. Apakah buaya itu sekaligus telah menelan Blo'on ? Karena ingin tahu, Liok membuka mata dan serentak ia menjerit kaget .

   "Hui , . !"

   Ternyata saat itu Blo'on telah mengangkat gundukan batu tadi lalu dilontarkan kedalam mulut buaya.

   Batu masuk kedalam mulut dan buaya itupun tak dapal mengatupkan mulutnya lagi.

   Karena bingung, buaya itu menggelepar-gelepar sehingga menimbulkan gelombang air yang dahsyat.

   "Enak, enak, sejuk sekali. Hayo, teruslah engkau menyemprot air ke badanku,"

   Bukannya takut, Blo'on malah tertawa gembira sekali.

   "Engkoh Blo'on. engkau ini bagaimana ?"

   Teriak Liok kejut2 heran.

   "berbahaya sekali kalau ekor buaya itu sampai menyabat tubuhmu."

   Tetapi Blo'on tak menggubris.

   Ia membiarkan dirinya didampar oleh hamburan air yang timbul dari amukan buaya.

   Beberapa waktu lamanya akhirnya buaya itu berhenti.

   Rupanya dia lelah juga.

   Percuma dia ngamuk tak keruan karena batu itu tetap mengganjel didalam mulutnya.

   "Hai, mengapa engkau berhenti ?"

   Teriak Bloon seraya berenang menghampiri ke tempat buaya.

   Karena buaya itu diam saja, Blo'on marah.

   Segera ia menyambar ekor buaya itu terus ditariknya naik kedarat.

   Rupanya buaya itu sudah menyerah.

   Dia diam saja.

   Kalau melawan ia kuatir orang itu akan menyiksanya.

   Mulut terus menganga tak dapat ditutup sudah merupakan siksaan berat baginya.

   Naik di darat, Blo'on menyeret buaya itu beberapa puluh langkah lalu membalikkan badan buaya itu.

   "Nah, sekarang cobalah engkau bertingkah,"

   Serunya. Selama itu Liok hanya terlongong-longong melihat tingkah polah Blo'on. Ia benar2 heran mengapa secara tiba2 Blo'on seperti orang kerangsokan setan. Memiliki tenaga yang luar biasa kuatnya dan menjerit - jerit kepanasan badannya.

   "Engkoh Blo'on"

   Liok cepat menghampiri tetapi ia hentikan langkah ketika Blo'on memandang kepadanya.

   "Ih, mengapa matamu berwarna semerah itu?"

   Teriak Liok ketika memperhatikan bagaimana merah kedua bulu mata Blo'on. Blo'on tidak menjawab melainkan terus lari,. dan loncat lagi ke dalam sungai.

   "Aduh .... panas sekali .... tubuhku seperti dipanggang api....."

   Ia berteriak-teriak.

   "Engkoh Blo'on, kenapa engkau ini ?"

   Liok menghampiri ke tepi.

   "dalam sungai itu banyak buayanya."

   "Lebih baik berkelahi dengan buaya tetap badanku dingin daripada kalau di darat aku seperti dibakar api"

   Sabut Blo'on. 'Engkau ini kenapa?"

   "Siapa tahu !", sahut Blo'on,"

   Aku merasa badanku tiba2 panas seperti dibakar api "

   "Ih, aneh,"

   Gumam Liok.

   "engkau makan apa?"

   "'Makan ?"

   Bioon mengkal.

   "sejak kecemplung di sungai, sampai saat ini aku belum makan apa2".

   "Lalu apakah engkau terus menerus hendak membenam diri dalam sungai ?"

   "Habis bagaimana ?", balas Blo'on. Tiba2 segunduk benda hitam mengapung di permukaan air dan makin lama makin menghampiri ke tempat Bloon.

   "Engkoh Blo'on. apakah itu ?"

   Teriak Liok seraya menunjuk benda hitam itu.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ular !"

   Teriak Blo'on ketika melihat benda hitam itu menjulurkan kepalanya.

   "Bukan"

   Seru Liok.

   "itu kura2 raksasa. Ya, kura2 yang engkau naiki itu, engkoh Bloon"

   "Hai. mengapa dia memandang aku begitu buas ? Tuh lihai, mulutnya merah. Hui. kurang ajar, dia hendak menggigit aku ...

   "

   Teriak Bioon terus berenang silam ke dalam air.

   Kuak ...

   kuak .....

   Kura raksasa itu berbunyi keras sekali.

   Rupanya ia marah karena Blo'on menghilang, segera la berputar tubuh lalu menyelam ke dalam air untuk mencari Blo'on.

   Liok terkejut.

   Namun hendak menolong Blo'on ia tak dapat karena ia tak dapat berenang.

   Karena bingung.

   Liok segera jatuhkan diri berlutut dan pejamkan mata.

   Ia berdoa semoga Tuhan melindungi jiwa Blo'on.

   Cepat ia membuka mata ketika mendengar suara air tersibak keras dan bukan main kejutnya ketika menyaksikan pemandangan yang di depan mata.

   "Hai. engkoh Blo'on.

   "

   Teriaknya seraya lari menghampiri.

   Ternyata saat itu Blo'on tengah mengangkat kura2 raksasa itu diatas kepalanya.

   Ia gunakan kedua tangannya.

   Sambil mengangkat ia naik ke daratan, berlari-lari lalu meletakkan kura2 itu di atas tanah.

   Kura2 raksasa itu meronta-ronta keras tetapi tak berdaya menelungkupkan tubuhnya yang telentang.

   Hampir Liok tak percaya bahwa Blo'on memiliki tenaga yang sedemikian luar biasa.

   "Engkoh ...

   "

   "Siapa engkau !"

   Cepat Blo'on membentak pemuda Liok yang hendak bicara padanya.

   "Aku Liok"

   Tiba2 Bloon loncat menerkam Liok. Untunglah Liok cukup tangkas untuk menghindar ke samping.

   "Engkoh Bloon, kenapa engkau?"

   Teriaknya.

   "Akan kulempar engkau kedalam laut !"

   Teriak Bloon terus loncat menyergapnya lagi.

   Liok sempat memperhatikan bahwa bola mata Blo'on telah membalik dan berwarna merah.

   Liok duga pikirannya telah dihantui oleh bayangan sesuatu, cepat menduga bahwa Blo'on tentu diganggu.

   Iapun menyadari bahwa apabila ia sampai tertangkap oleh Bloon, tentu akan celaka.

   Jelas Blo'on saat itu memiliki kekuatan yang luar biasa.

   Untunglah gerak tubrukan Blo'on itu secara ngawur tak teratur.

   Maka dengan mudah dapatlah Liok menghindarinya.

   Tetapi makin lama Blo'on makin ganas sedang Liok merasa lelah.

   Akhirnya Liok lari kedalam rumah karang.

   Blo'on tetap memburunya.

   Di dalam ruang tengah, tampaklah orang aneh itu masih duduk menghadap anak lelaki berpaian indah.

   "Lo cianpwe, tolonglah aku ...

   "

   Teriak Liok ketika lari menghampiri.

   Tetapi orang itu diam saja.

   Liok makin gugup.

   Akhirnya ia mendapat akal.

   Cepat ia membalik tubuh dan berdiri membelakangi orang aneh itu.

   Jaraknya hanya lima enam langkah dari orang itu.

   Secepat tiba, Blo'on terus loncat menerkam Tetapi Liok yang sudah siap pun cepat menghindar ke samping.

   Blo'on memang benar2 seperti orang gila.

   Luput menerkam Liok, karena melihat sesosok tubuh orang, iapun terus menubruknya.

   "Huh , .

   "

   Blo'on terpental mundur beberapa langkah.

   Tetapi orang itupun tergetar tubuhnya.

   Blo'on maju lagi.

   Kali ini dengan gerak Ioncatan menerkam yang keras, la tersurut mundur dua tiga langkah tetapi orang itupun mulai terayun ayun tubuhnya.

   Ketika yang ketiga kalinya Blo'on menubruk orang itupun dalam keadaan masih tetap duduk, melayang ke muka anak lelaki dan secepat itu ia berputar untuk melindungi di muka anak lelaki itu.

   "Hah ?"

   Blo'on terkesiap melihat wajah orang itu.

   Seorang tua berwajah merah, kumis dan jenggotnya sudah putih semua.

   Blo'on tak mau menegur ataupun menanyakan siapa orang tua itu.

   la maju menghampiri.

   Tiba2 matanya tertumbuk pada piring berisi benda2 putih sebesar buah kelengkeng.

   Seketika timbullah nafsunya.

   Cepat ia menyambar piring itu dan terus menghabiskan isinya, Wut .....

   Tiba2 orangtua itu tamparkan tangannya.

   Segelombang arus tenaga pukulan yang tak bersuara melanda dan piring itupun terlempar ke udara.

   Sisa biji2 putih, berhamburan jatuh.

   Blo'on terkejut.

   Tetapi dia diam saja.

   Beberapa saat kemudian tiba2 ia rubuh.

   Liok terkejut dan terus hendak menolong tetapi orangtua berwajah merah itu berseru .

   "Jangan menjamah tubuhnya"

   Liok tertegun.

   "Lo cianpwe, apakah saudaraku mati ?"

   Seru Liok cemas Orang tua itu gelengkan kepala. Kemudian ia bertanyakan diri Liok dan Blo'on. Liokpun menuturkun semua pengalamannya.

   "Ah "orangtua itu menghela napas.

   "jodoh memang sukar ditolak"

   Liok terkejut serunya .

   "Apa maksud lo-cianpwe?"

   "Ya, ya. dia tentu telah makan hati Ceng Liong ciangkue,"

   Kata orangtua itu.

   "Apa ?"

   Teriak Liok makin terkejut.

   "apakah yang lo-cianpwe maksudkan ?"

   "Tahukah engkau berada dimana engkau ini tanya orangtua itu.

   "Sukalah lo-cianpwe memberi penerangan kepadaku"

   Sahut Liok.

   "Engkau saat ini berada dalam istana Hay-sim-kiong"

   "Hay sim kiong ?"

   Liok mengulang kaget. Hay sim-kiong artinya Istana-dipusar laut.

   "Ya,"

   Jawab orangtua itu.

   "memang tak mungkin manusia didunia kenal akan Hay sim-kiong. Dan kalian orang pertama yang dapat masuk kemari, Liok tertegun pula.

   "Dan dia adalah orang pertama yang dapat menikmati kegaiban2 dalam istana ini,"

   Kata orangtua itu pula seraya menunjuk kepada Blo'on.

   "Kegaiban ?"

   Ulang Liok.

   "Ya,"

   Sahut orangtua itu.

   "kalian telah masuk kedalam perut Ceng Liong ciangkun.......

   "

   "Siapakah Ceng Liong ciangku itu ?"

   Seru Liok. Ceng Liong artinya Naga Hijau dan ciangkun jenderal. Jenderal Naga Hijau.

   "Istana Haysim-kiong mempunyai lima jenderal yalah jenderal Naga Hijau, jenderal Buaya, jenderal Kura2. jenderal Ikan, jenderal Udang dan jenderal Gurita. Mereka membawahi pasukannya masing2, untuk menjaga keamanan istana ini."

   "Pasukan istana ? Dimanakah mereka ?"

   Tanya Liok.

   "Mereka menjaga di tempat masing2 dan bergiliran menjaga istana ini. Apabila dikerahkan datang semua, pulau ini tak cukup menampung mereka."

   "Huh, manusia tentu akan mati apabila masuk kemari."

   Kata Liok leletkan lidah.

   "Masuk ? Hmm, sebelum masuk tentu sudah jadi tahi udang."

   "Tetapi mengapa kami tak mati ?"

   Tanya Liok dengan penuh keheranan. Orang tua itu menghela napas.

   "Ah, jin swi put ji Thian ting. Perhitungan manusia tak dapat mengalahkan ketentuan Tuhan. Seperti yang telah terjadi pada thay-sweeya....."

   "Thayswe-ya ?"

   Ulang Liok terkejut.

   "bukankah locianpwe hendak maksudkan putera mahkota?"

   Orangtua itu mengangguk.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ya, yang duduk di kursi batu mutiara itu ialah pangeran kecil putera baginda Tay Sung dari kerajaan Song. Karena tak kuat menghadapi serangan Kubilai Khan, akhirnya menteri dan panglima kerajaan Sung selatan segera membawa putera mahkota melarikan diri naik perahu. Tetapi angkatan laut Mongol tetap mengejar dan menyerang habis habisan ....".

   "Demi menyelamatkan putera mahkota, mentri Wei telah membawa putera mahkota loncat kedalam laut....."

   "Oh,"

   Liok mendesuh kejut. Sesaat kemudian ia teringat, serunya "tetapi peristiwa itu bukankah sudah berselang seratusan tahun ? Mengapa putera mahkota Sung masih berada disini?"

   "Keajaiban Thian telah menyelamatkan jenazah putera mahkota dari kehancuran ....."

   "O, jadi putera mahkota itu sudah meninggal?", seru Liok makin heran.

   "Apakah engkau kira beliau masih hidup?", balas orangtua itu.

   "Mengapa wajah dan tubuh pangeran mahkota masih utuh seperti orang hidup ?"

   "Keajaiban Tuhan, kesaktian pusaka."

   "Apa maksud locianpwe ?"

   Tanya Liok.

   "Jenazah pangeran mahkota secara ajaib telah dibawa oleh ikan masuk kedalam gunung Hay-sim-san ini."

   "Apa ? Apakah tempat ini sebuah gunung di pusar laut ? - "Mengapa setiap kali engkau terkejut?", kata orangtua itu.

   "ketahuilah, dunia ini penuh dengan keajaiban yang sukar dipercaya orang. Karena selama ini manusia belum pernah mengetahui rahasia alam semesta. Tahukah engkau apakah bintang2 di langit itu ? Dan apakah langit itu? Engkau dan manusia2 di dunia hanya dapat memandang setiap malam tetapi belum tahu apakah sesungguhnya keadaan di langit itu. bukan'"

   Liok mengiakan.

   "Demikian pula dengan keadaan di dasar laut. Orang tentu mengira bahwa hanya di darat saja yang terdapat gunung dan kehidupan alam. Tetapi mereka tak menyangka bahwa dalam laut pun terdapat juga gunung dan kehidupan. Seaneh isi jagad, seaneh itu pula isi samudera itu."

   "Benar, lo-cianpwe."

   "Baiklah karena engkau sudah mengalami sendiri maka engkau tentu percaya bahwa tempat ini sebuah gunung di pusar laut. Di gunung ini. penuh dengan alam kehidupan seperti diatas daratan."

   Liok mengangguk-angguk penuh kekaguman.

   "Akupun diseret oleh ikan dan secara kebetulan atau memang belum ditakdirkan, aku tak mati. Rupanya aku dititahkan untuk....."

   "Nanti dulu."

   Cepat2 Liok rnenyelutuk,"

   Siapakah lo cianpwe ini ? "Aku?"

   Orangtua itu mengulang lalu merenung. Sesaat kemudian ia menghela napas,"

   Aku adalah salah seorang dari rombongan mentri istana ketajaan Sung yang ikut lari menyelamatkan pangeran mahkota.

   Ketika pangeran mahkota dibawa terjun kedalam laut, aku dan beberapa mentri serta panglima2 Sung yang setia, segera berhamburan ikut terjun kedalam laut."

   "Oh,"

   Desah Liok.

   "siapakah nama mulia dari lo cianpwe ?"

   "Sudahlah, tak perlu engkau tahu namaku. Nama itu sudah tak penting lagi karena aku toh takkan muncul di dunia lagi. Cukup engkau mengetahui tentang asal usulku diriku itu saja.

   "Baiklah, locianpwe." 'Entah bagaimana, cukup kukatakan saja bahwa hal itu memang suatu keajaiban dari kekuasaan Tuhan, bahwa aku masih hidup. Tetapi waktu kuketemukan pangeran mahkota, ternyata pangeran sudah meninggal. Karena tiada tanah kubur maka kubaringkan jenazah pangeran di guha karang. Aneh, sampai bertahun - tahun jenazah pangeran mahkota itu tetap utuh, sedikitpun tak mengunjuk tanda2 busuk atau rusak"

   "Ya, mengapa begitu aneh"

   Seru Liok pula.

   "Aku segera menyelidiki sebabnya. Akhirnya kuketemukan hal itu. Ternyata pada tubuh pangeran mahkota terdapat cap kerajaan Sung. Cap kerajaan itulah yang mengawetkan jenazah pangeran dari kerusakan"

   "Oh,"

   Seru Liok "terbuat dari apakah cap kerajaan itu sehingga mempunyai khasiat sedemikian hebat ?"

   "Tio Kong in, cikal bakal kerajaan Sung atau Song thaycou semasa mudanya banyak berkelana untuk memperluas pengalaman dan mencari kepandaian. Ketika berkelana kedaerah suku Hua didaerah barat, ia telah berjumpa dengan seorang pertapa. Pertapa itu mengajarkan dia supaya bertapa memohon restu kepada Thian agar kelak dapat menjadi manusia yang termasyhur. Tio Kong in bermimpi didatangi seekor binatang yang aneh. Mirip dengan kepala naga tetapi kecil dan berkaki dilipat. Tiba2 binatang aneh itu menyemburkan sebuah benda bulat kearah Tio Kong-in. Tio Kong-in terkejut dan terjaga. Alangkah kejutnya ketika dipangkuannya terdapat sebilah benda keras yang berwarna putih kehijau-hijauan. Ditanyakannya benda itu kepada sang pertapa. Serta rnerta pertapa itu segera berlutut memberi hormat kepada Tio Kong in.

   "Bansweya, hamba menghaturkan hormat"

   Pertapa itu. Banswe ya berarti sebutan terhadap raja. Sudah tentu Tio Kong-in terkejut .

   "Aku bukan raja!"

   Pertapa itu dengan hormat segera menerangkan.

   "Benda yang tuan peroleh dari mimpi itu adalah cu atau mustika dari binatang kilin (wadali). Yang mendapat mustika ki-lin tentu akan menjadi raja"

   Liok tertarik benar akan cerita itu. Kemudian ia bertanya lebih lanjut .

   "Lalu bagaimana dengan mustika kilin itu ?".

   "Mustika kilin itu oleh baginda Song thay-ong dijadikan cap kerajaan"

   "Oh. dengan demikian cap kerajaan yang ada pada putera mahkota itu juga mustika kilin?"

   Seru Liok terkejut.

   "Ya,"

   Sahut orangtua itu.

   "kegaiban mustika kilin itu mampu mengawetkan jenazah putera mahkota sampai berpuluh tahun takkan rusak"

   Liok tertegun.

   "Dan mengapa lo-cianpwe juga tetap awet hidup dan awet muda ?"

   Tiba2 Liok bertanya pula.

   "Telah kukatakan bahwa dalam laut ini terdapat kehidupan yang tak kalah anehnya dengan diatas daratan"

   Kata orangtua itu.

   "bertahun-tahun kubangun istana ini dan kubuat juga sebuah kursi mahligai untuk tempat duduk putera mahkota,"

   Liok mengangguk-angguk.

   "Suatu keajaiban pula terjadi di istana ini. Entah bagaimana penghuni laut serta merta tunduk pada putera mahkota. Oleh karena itu maka kubentuk dan kuangkat lima jenderal tadi untuk pasukan istana Hay-sim-kiong berpuluh-puluh tahun aku tinggal disini, dapatlah aku mengenal bahasa mereka. Aku dapat langsung memberi perintah kepada mereka."

   "Oh,"

   Untuk kesekian kalinya Liok mendesuh pula.

   "Kehidupan di pulau karang ini tenteram damai. Akupun mempunyai kesempatan untuk menjelajah perut gunung ini. Ah.. terdapat banyak sekali jenis tanaman laut yarig aneh"

   Dan berkhasiat. Jamur laut yang umurnya entah berapa ribu tahun telah memberikan aku kekuatan dan kesehatan yang luar biasa sehingga aku dapat hidup panjang umur sampai saat ini."

   "Tetapi lo-ciaupwe,"

   Tiba2 Liok bertanya.

   "bukankah manusia hidup itu memerlukan hawa udara ? Bagaimana mungkin lo-cianpwe hidup dalam perut gunung dipusar laut ini ?"

   "Engkau bertanya baik sekali, anak perempuan."

   Kata orang tua itu.

   "sudah seratusan tahun aku tak pernah bicara dengan manusia sehingga banyak kata2 yang lupa. Saat ini aku gembira sekali dapat bertemu dengan manusia dari darat. Akan kuceriterakan semua keadaan dalam kerajaan kecil dipusar laut ini dan akan kujawab semua pertanyaanmu."

   "Terima kasih, lo-cianpwe"

   "Mustika kilin itu mempunyai daya khasiat yang luar biasa sekali. Merupakan salah sebuah mustika yang tiada keduanya didunia. Bukan saja dapat mengawetkan jenazah orang sampai beratus tahun, dapat pula menundukkan semua penghuni laut pun juga memberi hidup dalam air. Berkat mustika itu maka air laut itu tak dapat masuk kedalam kerajaan ini. Lalu kubuat sebuah saluran agar air laut itu dapat masuk kemari dan membentuk diri yang mengitari istana ini. Hanya saja air laut itu dengan khasiat mustika kilin, telah berobah menjadi air bening seperti yang engkau dapatkan ketika engkau melalui terowongan itu, bukan?."

   "Benar, locianpwe", kata Liok.

   "Ada pula suatu keajaiban dari perut gunung di pusat laut ini. Pada sebuah guha terdapat kebuah lubang yang tembus ke daratan, Pernah kumasuki terowongan itu dan akhirnya tiba disebuah puncak bukit di sebuah tempat di daratan. Dari situlah hawa udara itu dapat mengalir masuk. Dan andai kata tidak, pun aku tidak kuatir. Karena dengan menemukan sejenis rumput laut yang ribuan tahun umurnya. Dengan memakan rumput itu dapatlah aku bernapas dalam air seperti ikan"

   "Ah. keajaiban dunia"

   Kembali Liok mendecak-decak mulut keheranan.

   "Demikian keadaan dalam istana Hay-sim ki ong ini "

   Kata orangtua itu mengakhiri penuturannya.

   "maka kukatakan kalian berdua ini adalah manusia pertama yang masuk kemari dengan masih bernyawa. Kunamakan hal itu suatu jodoh. Tanpa berjodoh atau mempunyai rejeki. tak mungkin kalian dapat datang kemari "

   "Lo-cianpwe, tiadakah obat untuk menghidupkan kembali pangeran mahkota itu ?"

   Tanya Liok"

   Orang tua menghela napas .

   "Ah, memang manusia telah menemukan banyak sekali obat2an yang berkhasiat luar biasa. Bermacam penyakit yang aneh2 telah dapat disembuhkan berkat kepandaian manusia. Tetapi hanya satu yang tak dapat terjangkau otak manusia yaitu menentang maut. Putera mahkota sudah meninggal tak mungkin dapat kuhidupkan lagi."

   "Mengapa lo-cianpwe tak mau keluar dari tempat ini dan hidup sebagai manusia selayaknya di daratan ?"

   "Aku seorang mentri kerajaan. Kerajaan Sung hancur, menteripun binasa. Dan pula aku sudah tua, apa perlunya aku muncul di dunia lagi ?"

   "Aku sudah senang hidup disini Istana ini pun mempunyai rakyat yang berjenis-jenis tetapi yang setya pada kami."

   Liok diam2 mengakui ucapan orangtua itu memang benar.

   Tinggal di istana Hay sim-kiong itu memang terasa tenang.

   Lain halnya dengan hidup di dunia daratan.

   Penuh dengan manusia2 yang sukar diduga hatinya.

   Manusia2 yang penuh dengan nafsu dan keinginan sehingga menyebabkan dunia ruwet dan penuh derita.

   "Lo-cianpwe"

   Tiba2 ia teringat akan Blo'on yang sampai saat itu belum juga sadar dari pingsannya.

   "bagaimanakah dengan saudaraku itu ? "Dia?"

   Kata orangtua itu.

   "memang harus pingsan selama sehari semalam. Tetapi jangan kuatir, dia tentu akan terjaga juga"

   "Mengapa tadi dia mendadak seperti orang kemasukan setan ? Pada hal biasanya dia tak suka mengamuk dan tak punya tenaga yang sedemikian kuatnya? tanya Liok pula.

   "Menurut ceritamu tadi, engkau telah masuk kedalam sebuah guha berdinding lunak yang berwarna merah. Bukankah begitu ?"

   Liok mengiakan.

   "Demikian juga anak itu ?"

   Orangtua menunjuk Bloon "Benar" ?ahut Liok pula.

   "Tahukah engkau, tempat apa yang kalian masuki itu ?"

   "Entahlah"

   "Kalian berdua telah masuk kedalam perut jenderal Naga Hijau ...

   "

   "Locianpwe ...

   "

   Liok menjerit kaget.

   "Memang begitulah,"

   Kata orangtua itu.

   "Bagaimana locianpwe dapat memastikan hal itu ?"

   "Aku telah mendapat laporan dari anakbuah jenderal Naga Hijau itu bahwa Ceng liong ciangkun atau jenderal ini telah mati ...

   "

   "Hai !"

   Teriak Liok terkejut mati "mati? Siapa yang membunuhnya ?"

   "Anak itu !"

   Orangtua menunjuk Bloon.

   Liok tergetar.

   Seketika berobahlah wajahnya.

   Menurut kata orangtua itu, Ceng Liong ciangkun atau jenderal Naga Hijau adalah salah seorang panglima istana Haysim-kiong.

   Kalau jenderal itu terbunuh, tentulah orangtua itu akan marah.

   "Ah, tak mungkin, lo-cianpwe."

   Bantahnya.

   "kutahu saudaraku itu seorang anak yang baik hati tak pernah berkelahi"

   Orangtua itu menghela napas .

   "Ya, segala apa itu memang sudah takdir. Engkau tahu siapakah Geng Liong ciangkun itu ?"

   "Tidak lo cianpwe"

   "Dia adalah seekor ular naga yang sudah ratusan mungkin seribu tahun umurnya. Sejak istana Hay sim kiong berdiri, dia setya menunggu di dasar laut. Tak mau lagi berkeliaran muncul ke permukaan air"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ah. bagaimana aku dapat masuk kedalam perut jenderal ular itu ?"

   Tanya Liok dengan perasaan ngeri.

   "Menurut laporan yang kuterima, peristiwa itu berlangsung begini "

   Kata orangtua itu "di dekat muara masuknya sungai Kuning ke Laut Kuning, terdapat sebuah kisaran air yang berbahaya.

   Orang ataupun perahu takut untuk melalui kisaran itu.

   Sebenarnya kisaran itu memang atas perintahku yang telah dilaksanakan dengan baik sekali oleh Ceng Liong ciangkun.

   Jenderal itu telah memerintahkan kepada anakbuahnya para ular2 besar supaya tiap hari menyedot air laut.

   Pekerjaan itu dilakukan secara gilir.

   Pada hari itu yang mendapat giliran untuk menyedot air yalah regu kuda laut.

   Ketika tubuh kalian hanyut dibawa arus sungai dan tiba di kisaran itu kalian silam dan tersedot kedalam pusar air.

   Anak itu"

   Ia menunjuk pada Blo'on "telah tersedot masuk kedalam perut seekor kuda laut ...

   "

   "Ih"

   Liok mendesuh ngeri "apakah aku juga masuk kedalam perut kuda laut itu ?"

   "Tidak"

   Kata orangtua.

   "engkau terputar-putar dalam kisaran air dan saat itu Ceng Liong ciangkunpun tengah ngangakan mulutnya membantu pekerjaan membuat kisaran air. Entah bagaimana biasanya dia memang senang tidur bertapa. Tetapi saat itu rupanya dia mempunyai selera untuk menyedot air. Engkau telah tersedot masuk kedalam perutnya."

   "Ih....."

   Liok mendesah seram.

   "Rupanya memang sudah ditakdirkan oleh perjalanan hidupnya. Ceng Liong ciangkun biasanya tidak pernah melakukan hal itu. Sepanjang tahun dia hanya melingkar tidur bertapa."

   "Lalu bagaimana saudaraku itu dapat tersedot masuk kedalam perut ular itu"

   Tanya Liok pula.

   "Setelah berada dalam perut kuda laut, rupanya anak itu tersadar dari pingsannya lalu meronta ronta, menarik2 jantung dan usus kuda laut. Karena kesakitan, kuda laut muntahkan tubuh anak itu keluar. Karena kerasnya kuda laut itu muntah, anak itu melayang ke udara dan kebetulan telah tersedot kedalam perut Ceng Liong ciangkun."

   "O, kemungkinan memang begitu."

   Kata Liok setelah teringat kembali peristiwa itu.

   "Ya, memang begitu, karena aku sudah mendapat laporan,"

   Kata orangtua itu.

   "begitu berada dalam perut Ceng Liong ciangkun, anak itu main gila lagi. Dia merabah dan menariknarik usus, meremas-remas jantung dan paru"

   "Ya, memang saudaraku itu agak blo'on, lo-cianpwe."

   Kata Liok.

   "rambutku juga dijambak."

   "Yang terakhir anak itu bahkan membetot hati Ceng Liong ciangkun, terus dimakanya."

   "Ihhhh.."

   "Sudah tentu Ceng Liong ciangkun kesakitan. Dia menggelepar-gelepar sekuat-kuatnya dan meregang-regang dahsyat sekali sehingga gua tempat tinggalnya itu hancur lebur. Dan terakhir ia semburkan tubuh kalian keluar .......

   "

   "Benar, benar, !o-cianpwe,"

   Liok menyelutuk.

   "memang saat itu aku seperti dilajangkan ke udara dan tahu2 jatuh kedalam sebuah guha karang. Aku tak ingat apa yang terjadi karena saat itu aku pingsan. Hanya ketika aku membuka mata, ternyata aku sedang berada diatas punggung seekor buaya yang tengah mengarungi sungai.....".

   "Tahukah engkau siapa buaya itu?"

   Tanya siorang tua.

   "Entahlah."

   "Dia adalah Gok ciangkun atau jenderal Buaya."

   "Dan siapakah kura2 raksasa yang dinaiki saudaraku itu ?'"

   "Kui ciangkun atau jenderal Kura2,"

   Kata siorangtua.

   "seekor kura2 raksasa yang umurnya sudah ribuan tahun."

   "O.."

   Desuh Liok.

   "apakah jenderal Buaya itu juga sudah berumur ratusan tahun ?", Orangtua itu mengiakan .

   "Kelima jenderal istana Huy-siin kiong ini, rata2 berumur seribu tahun, bahkan ada yang lebih. He ciangkun merupakan seekor udang raksasa, raja udang, besarnya sama dengan seekor kerbau. He ciangkun. juga raja ikan, besarnya sama dengan sebuah perahu. Dan jenderal Gurita itu, besarnya sama dengan sebuah rumah." ''Ihhh....."

   Kembali Liok mendesis ngeri.

   "Tetapi jangan takut,"

   Kata orangtua itu.

   "walaupun mereka merupakan raja2 dari jenis kaumnya, tetapi mereka adalah binatang2 yang sudah jinak dan memiliki kesadaran. Mereka lebih banyak memendam diri dalam tempatnya masing2 untuk bertapa. Mereka tak mau mengganggu manusia."

   "Oh!"

   Liok bernapas longgar.

   "apakah mereka, tak dapat mati ?"

   "Sudah tentu akan mati. Oleh karena itu mereka tekun sekali mencari Jalan Kematian itu agar kelak mereka dapat menitis menjadi mahluk yang lebih tinggi derajatnya."

   "Lo-cianpwe, bukankah karena makan hati Ceng Liong ciangkun, tenaga saudaraku itu menjadi bertambah luar biasa kuatnya ?"

   "Benar,"

   Orangtua itu mengiakan.

   "hati seekor ular naga yang sudah ribuan tahun umurnya merupakan obat yang berkhasiat luar biasa. Saudaramu akan kebal terhadap hawa yang dingin dan akan memiliki tenaga yang luar biasa dahsyatnya."

   "Tetapi dia tak dapat ilmu silat dan memang tak mau belajar ilmu silat. Pada hal ayahnya seorang tokoh silat nomor satu didunia,"

   Kata Liok.

   "Itu lebih bagus,"

   Kata orangtua itu.

   "cobalah engkau tunjukkan, orang gagah, jago silat manakah dalam dunia ini yang takkan mengalami hari2 kematiannya secara menyedihkan? Bukankah mereka pada masa hidupnya selalu diincar oleh musuh2 yang tak terhitung banyaknya? Kalau memang dia tak mau mengikuti jejak ayahnya sebagai jago silat, biarlah. Dia akan menempuh jalan hidupnya menurut cara yang dikehendakinya sendiri. Tetapi apabila dia mau belajar silat, setelah makan hati ular naga Ceng Liong ciangkun itu, dia pasti akan menjadi jago silat yang tiada lawannya di dunia. Yang penting harus dijaga, baik dia belajar silat maupun tidak, sekali-kali jangan sampai dia terjerumus dalam dunia kejahatan. Sekali dia menjadi orang jahat, dia pasti akan menjadi momok durjana yang paling ganas."

   "Baiklah, locianpwe,"

   Liok mengangguk. Sesaat kemudian ia bertanya.

   "Locianpwe, apakah lo-cianpwe takkan menghukum saudaraku karena telah membunuh jenderal Naga Hijau?* "Menghukum anak itu ?"

   Seru orangtua aneh itu.

   "tidak, anak perempuan tidak ! Aku tak kan menghukumnya bahkan kebalikannya malah akan memberi hadiah kepada anak itu"

   "Memberi hadiah ?"

   Liok berseru kaget.

   "Ya,"

   Sahut orangtua itu "seperti telah aku katakan tadi para jenderal2 istana Ban sim kiong itu merupakan raja2 dari jenis kaumnya yang sedang bertapa untuk mencari jalannya Kematian.

   Berkat umur dan pertapaannya yang sudah beratus-ratus tahun itu, mereka telah memperoleh penerangan.

   Bahwa hanya dengan jalan bertapa.

   barulah mereka kelak akan mendapat kematian yang baik sehingga kelak akan menitis menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya."

   "Dapatkah mereka kelak menjelma menjadi manusia ?"

   Tanya Liok.

   "Entahlah,"

   Sahut orangtua itu.

   "tetapi mereka percaya dan memiliki kepercayaan yang teguh bahwa kelak mereka tentu akan menjelma menjadi mahluk yang tinggi derajat. Itu suatu keyakinan mereka. Orang boleh percaya, boleh tidak percaya."

   "Dengan terbunuhnya Ceng Liong ciangkun oleh saudaramu,"

   Orangtua itu melanjutkan pula.

   "terbebaslah ular naga itu dari karma hidupnya. Dari penderitaannya menjelma sebagai seekor binatang ular. Dengan begitu saudaramu telah menolong Ceng Liong ciangkun. Dia telah membantu melepaskan jiwa jenderal itu lepas dari badannya. Akupun girang karena salah seorang jenderal istana Ban sim-kiong telah bebas dari karma hidupnya. Oleh karena itu layaklah kalau aku akan memberi hadiah kepada saudaramu itu." 'Tetapi lo cianpwe"

   Kata Liok "bukankah dengan begitu saudaraku itu berhutang jiwa? Bukankah kata orang, hutang jiwa itu harus membayar dengan jiwa ?"

   "Ah. jangan risau, anak perempuan"

   Kata orangtua itu.

   "bukankah engkau mengatakan bahwa saudaramu itu seorang anak yang blo'on pikirannya ? Tak mungkin dia sengaja mengandung pikiran hendak membunuh, bukan ? Dan kedua, dia tentu tak tahu berada diruang saat itu, Dan diapun tak tahu benda apa yang ditarik dan dimakannya itu. Kalau tahu tentu dia takkan melakukannya. Dengan begitu jelas, dia memang tak sengaja dan tak tahu. Maka dapatlah kita simpulkan bahwa saudaramu itu memang hanya sebagai alat atau jalan yang diberikan oleh Thian untuk membebaskan jiwa Ceng Liong ciangkun"

   "Tetapi bukankah saudaraku itu tetap berdosa? Dan bukankah kelak dia akan menerima pembalasan ?"

   Masih Liok membantah.

   "Sudahlah, anak perempuan "

   Kata orangtua itu"

   Jangan risaukan hal itu.

   Karma atau hutang jiwa, tak perlu engkau pikir.

   Peristiwa itu telah terjadi dan biarlah terjadi.

   Yang penting engkau harus dapat menyadarkan saudaramu itu agar dia menuntut penghidupan yang baik Dengan begitu dia takkan menyianyiakan pemberian Ceng Liong ciangkun.

   ya.

   Ceng Liong ciangkun telah memberikan hatinya kepada saudaramu itu hingga saudaramu akan memiliki tenaga sebesar ular naga.

   Ceng Liong ciangkun tentu akan puas mati asal pemberiannya itu dapat dimanfaatkan saudaramu untuk tujuan hidup yang baik dan berguna kepada umat manusia"

   Seketika sadarlah pikiran Liok akan peristiwa yang telah dialami bersama Bloon. Diam2 ia berjanji akan memberi penjelasan hal itu kepada Blo'on.

   "Terima kasih, lo-cianpwe. Sekarang aku sudah jelas"

   Katanya.

   "Tetapi lo-cianpwe.

   "

   Tiba2 Liok berseru puIa "saudaraku telah mencelakai jendral Buaya, mulut jenderal Buaya telah disumbat dengan batu karang sehingga tak dapat menutup lagi.

   Pun saudaraku juga telah menterbalikkan badan jenderal kura2.

   Kedua jenderal itu sekarang masih terlentang di tepi pulau ini"

   "Itu hanya kesalahan paham saja "

   Kata orangtua aneh itu.

   "karena melihat engkau dan saudaramu lari keluar dari istana ini lalu saudaramu terjun ke dalam sungai, kedua jenderal itu mengira kalau saudaramu hendak melarikan diri. Atau mungkin menerka kalau saudaramu telah mengacau istana ini maka mereka lalu menyerangnya. Nanti setelah saudaramu sadar, kita ajak dia supaya meminta maaf. Kedua jenderal itu, binatang yang sudah bertapa ratusan tahun. Mereka tentu mau memaafkan saudaramu."

   "Terima kasih, lo-cianpwe,"

   Kata Liok.

   "lalu apakah yang dimakan oleh saudaraku tadi sehingga ia jatuh pingsan sampai begitu lama ?"

   "Itulah yang disebut Cian lian-hay-te-som atau buah som dari dasar laut yang umurnya ribuan tahun. Makan sebutir buah som itu akan menambah kesehatan. Dua butir akan menambah umur panjang. Tiga butir akan menambah kuat tenaga dalam. Empat sampai lima butir, akan membuat tenaga-dalamnya sama dengan jago silat yang berlatih ilmu Iwekang selama dua tigapuluh tahun. Makan enam sampai delapan butir, seluruh jalandarahnya akan tembus dengan tenaga dalam, bahkan jalan-darah Seng si-hian-kwan yang merupakan jalan darah yang sukar ditembus, sukar ditembus oleh setiap orang yang melatih ilmu lwekang, juga akan terbuka. Dengan begitu saudaramu pasti akan memiliki tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya."

   Diam2 Liok girang dalam hati.

   Ia tahu bahwa Blo'on itu sebenarnya adalah putra dari suhunya yang telah lenyap sejak beberapa tahun.

   Waktu suhunya menutup mata, Bloon tak sempat diketemukan.

   Mudah mudahan anak itu kelak akan mengikuti jejak ayahnya, menjadi seorang pendekar budiman.

   "Lo-cianpwe,"

   Katanya.

   "berapa butirkah saudaraku telah memakan buah som ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tanyanya.

   "Entahlah."

   Sahut orangtua itu.

   "mungkin lebih dari sepuluh butir. Untung segera kutampar. Bila tidak dia tentu akan memakannya semua dan entah bagaimana akibat kalau makan keliwat ukuran itu."

   Dari girang kini Liok berbalik cemas. Blo'on makan lebih dari sepuluh biji. Bagaimanakah akibatnya nanti ? "Lo-cianpwe, bagaimana kalau saudaraku ....."

   "Tenanglah, anak perempuan,"

   Kata orang tua itu.

   "segala apa tergantung pada rejekinya. Baiklah kita nanti saja."

   "Anak perempuan, ambillah biji buah som yang berceceran di tanah itu."

   Katanya pula. Setelah mengumpulkan biji2 som itu maka Liokpun menyerahkan kepada oreng tua itu.

   "Makanlah"

   Seru si orangtua.

   "agar engkau memiliki kekuatan yang hebat"

   "Tidak lo-cianpwe."

   Diluar dugaan Liok menolak.

   "Engkau tak mau ? Mengapa ?"

   "Cian-lian-hay te som itu merupakan buah yang jarang terdapat di dunia. Karena tak tahu maka saudaraku telah memakannya. Bahwa lo-ci-anpwe tidak marah saja, aku sudah bersyukur. Masakan aku masih berani menerima pemberian dan lo-cianpwe lagi ?"

   Orangtua itu tertawa .

   "Engkau terlalu polos, anak perempuan. Di dunia daratan memang manusia membelenggu diri dalam adat istiadat dan naluri tata susila. Tetapi di Istana Hay sim-kiong sini kita tiada mengenal soal itu. Anak perempuan, kuberikan kepadamu lima butir buah som sebagai tanda perkenalan kita"

   "Terima kasih, locianpwe"

   Sahut Liok.

   "tetapi maaf aku tak dapat menerima pemberian itu"

   "Hah ?' orangtua itu menyalangkan mata.

   "mengapa ?"

   "Bukankah maksud locianpwe agar aku memiliki tenagadalam yang hebat ? Tidak, locianpwe. aku memang menginginkan agar dapat memiliki ilmu lwekang yang tinggi. Tetapi hal itu akan kucapai dengan jerih payah latihan2 yang keras dan tekun. Aku tidak menyukai sesuatu yang datangnya secara tiba2 dan ajaib"

   Orangtua itu terkesiap.

   "Bagus, anak perempuan"

   Serunya sesaat ke mudian.

   "mungkin engkaulah orang satu2nya di dunia yang telah menghapus prasangkaku terhadap manusia didaratan. Pada hal umumnya orang persilatan tentu saling berebut untuk mendapatkan buah mujijat semacam ini. Bahkan kalau perlu mereka saling bunuh membunuh. Tetapi engkau, anak perempuan dengan alasan yang mengesankan hatiku telah menolak pemberian itu"

   "Harap lo cianpwe memakainya sendiri agar lo cianpwe dapat tambah panjang umur "

   Kata Liok pula.

   "Ah, engkau menyindir aku, anak perempuan.

   "Menyindir ? Apakah maksud lo-cianpwe ?"

   "Setelah kematian dari Ceng Liong ciangkun, aku memperoleh penerangan batin. Mengapa aku harus berusaha untuk memperpanjang umur? Bukankah aku sudah bosan hidup ratusan tahun? Mengapa aku masih temaha hidup sampai seribu tahun ? Tidak, anak perempuan, aku ingin mengikuti jejak Ceng Liong ciangkun itu. Aku sudah bosan hidup ..."

   "Locianpwe,"

   Katanya.

   "mengapa lo-cianpwe tidak mau tinggalkan tempat ini dan kembali hidup di masyarakat ramai ? Locianpwe, akupun sudah sebatang kara apabila lo cianpwe suka kembali ke daratan, aku sungguh bahagia sekali mempunyai seorang kakek seperti locianpwe". Orangtua itu tertawa kering.

   "Anak perempuan, dapatkah engkau menghidupkan bangkai ?"

   Tanya orangtua aneh itu. Liok kerutkan dahi.

   "Apakah maksud lo-cianpwe ?"

   "Dahulu akupun mempunyai keluarga, anak dan isteri. Tetapi sejak aku ikut mencebur ke dalam lautan, aku sudah hidup seratusan tahun disini. Mereka tentu sudah meninggal. Maka kutanamlah wajah2 dan kenangan2 mereka dalam taman hatiku. Jika engkau menghendaki aku kembali ke dunia ramai lagi,. berarti engkau hendak menghidupkan kembali kenang2 yang sudah membangkai didalam hatiku itu. Tidak, anak perempuan, aku ingin mati disini sebagai seorang menteri yang setya terhadap raja keturunan baginda Sung yang terakhir."

   "Locinpwe, engkau benar2 seorang yang berhati emas,"

   Seru Liok penuh kekaguman.

   Demikian dalam waktu yang amat singkat orangtua dan Liok telah terikat dalam perasaan yang menyukai peribadi masing2.

   Liok menaruh hormat atas kesetiaan orangtua itu sebagai seorang menteri kerajaan.

   Dan orang tua itupun menyukai sifat Liok yang polos dan tak temaha.

   "Baiklah, anak perempuan,"

   Kata orangtua itu.

   "aku masih takkan masih tak kan mundur dari keinginanku untuk memberikan sesuatu kepadamu".

   "Ah, harap lo-cianpwe jangan sibuk2 memikirkan soal itu. Asal kami berdua dapat keluar dari istana ini dan kembali lagi ke daratan dengan selamat, kamipun amat bersyukur hati."

   Orangtua itu tak bicara lagi melainkan terus berlutut dihadapan jenazah putera mhkota Sung dan mulutnya berkemak kemik berdoa.

   Entah apa yang diucapkan.

   Beberapa saat kemudian ia mengeluarkan dua keping batu datar, mirip sepasang kepingan jeruk.

   Kedua benda itu dilontarkan keatas.

   "Terima kasih, shayswe ya,"

   Seru orangtua itu seraya memberi hormat dengan membungkuk tubuh sampai ke tanah.

   Kemudian ia menghampiri ke tempat pangeran mahkota itu lalu mencabut pedang yang terselip di pinggang pangeran mahkota.

   Setelah memberi hormat pula, dia lalu menghampiri Liok.

   "Anak perempuan, thayiweya telah meluluskan permohonanku untuk menghadiahkan pedang pusaka kerajaan Song ini kepadamu,"

   Serunya.

   "Lo cianpwe,"

   Teriak Liok."

   Bagaimana hal itu dapat kuterima ? Tidak lo cianpwe, aku tak ingin mendapat apa2."

   "Anak perempuan,"

   Tiba2 orangtua itu berkata dengan nada sarat."

   Jika demikian berarti engkau menolak permintaan dari pangeran kerajaan Song."

   "Apakah maksud lo-cianpwe?"

   Tanya Liok.

   "Pedang pusaka kerajaan Song yang akan diberikan kepadamu itu mengandung makna bahwa engkau diminta untuk menggunakannya membantu cita2 pangeran mahkota."

   "Apukah cita2 pangeran mahkota itu ?"

   "Walaupun kerajaan Song sudah lenyap tetapi cita2 kerajaan itu harus tetap terpancar ke dunia. Cita2 itu tak lain tak bukan hanyalah untuk menentramkan negara dan menjaga kepentingan rakyat. Menegakkan keadilan, membela kebenaran, membasmi kejahatan, menumpas kelaliman, menjunjung perikemanusiaan berdasarkan cinta kasih."

   "Oh."

   Desus Liok.

   "Demikian cita2 yang terkandung dalam hati pangeran mahkota,"

   Kata orangtua itu.

   "Tetapi lo-cianpwe, apakah tidak ada kekurangan dalam keterangan lo-cianpwe itu ?"

   "Apakah yang kurang ?"

   Balas bertanya orang tua itu.

   "Bukankah kerajaan Song dihancurkan oleh Kubilai Khan yang kemudian mengangkat diri sebagai raja Goan?. Tidakkah pangeran mahkota bercita-citakan untuk membalas sakit hati kepada pemerintah Goan ?"

   "Oh,"

   Orangtua itu mendesah napas.

   "ketahuilah anak perempuan. Bahwa raja dan kerajaan itu memang sudah digariskan oleh Takdir Yang Kuasa. Dahulu ketika Tio Kong cu akan menjadi pendiri kerajaan Song, maka muncullah seekor kilin. Kubilai Khan bahkan pernah memerintahkan kepada prajuritnya untuk menangkap binatang itu. Tetapi gagal karena ki-lin itu lenyap."

   "Dengan munculnya kilin itu jelas sudah, bahwa Kubilai Khan memang telah direstui oleh Thian untuk menjadi raja. Dengan demikian keruntuhan kerajaan Song itu memang sudah digariskan dalam ketentuan kodrat. Adakah kita akan menentang kodrat ? Tidak, anak perempuan, pangeran mahkota telah merelakan kerajaan warisannya itu lenyap. Namun pangeran tetap meginginkan agar cita2 kerajaannya itu terpancar didunia."

   "Suatu cita2 yang luhur, lo-cianpwe,"

   Seru Liok.

   "Dan karenanya engkau tentu bersedia membantu bukan ?"

   Sambut orangtua itu.

   "Baiklah, lo cianpwe,"

   Sahut Liok.

   "aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan cita2 pangeran mahkota itu karena cita2 itupun senapas dengan cita2 kaum pendekar budiman."

   "Pedang pusaka ini disebut Pek liong Kiam atau pedang Naga Putih. Dahulu ketika baginda Tio Kang in berkelana didaerah hutan yang didiami suku Biau, dia telah membantu suku itu membunuh sepasang ular besar. Setelah terbunuh, ternyata dalam sarang ular itu terdapat sepasang pedang yang aneh. Yang satu batangnya memancarkan sinar putih cemerlang dan yang satu berwarna hitam. Ternyata sepasang pedang itu merupakan pedang pusaka yang luar biasa tajamnya "

   "Oleh karena berasal dalam sarang ular yang besarnya menyerupai seekor naga, maka baginda lalu menamakan sepasang pedang itu Pek-Liong - kiam dan Hlek liong -kiam. Dengan pedang pusaka Naga Putih dan Naga Hitam itu mulailah baginda membentuk anakbuah dan pengikut2 lalu mulai menggerakkan pasukan untuk mempersatukan raja2 kecil dan pemberontakan2 yang berlangsung selama limapuluh tahun sejak setelah raja kerajaan Tong yang terakhir mati terbunuh".

   "Setelah menjadi raja maka turun temurun sepasang pedang pusaka ini menjadi pusaka kerajaan. Pada waktu melarikan diri dalam perahu. tak lupa pangeran mahkota pun membawa juga pedang pusaka itu. Tetapi tiba di istana Hay sim-kiong sini ternyata yang masih terbawa oleh pangeran mahkota hanya pedang Pek Iiong kiam saja. Pedang Hek liong kiam entah tenggelam dimana. Dan sungguh kebetulan sekali Pek liong kiam itu berada di bawah dekaman ular betina dan Hek-liong kiam itu di bawah tubuh ular jantan. Maka tepatlah kalau Pek-liong kiam ini engkau yang memakainya". Tak pernah disangkanya bahwa Liok bakal menghadapi peristiwa aneh semacam itu. Namun karena sudah berjanji maka iapun menerima juga pedang pusaka itu. Orangtua itu meminta Liok supaya memberikan janjinya di hadapan jenazah pangeran mahkota bahwa ia akan melaksanakan pesan pangeran mahkota itu dengan sungguh2. Setelah selesai maka kedua orang itupun duduk pula. Dalam kesempatan itu. Liok mendapat penjelasan pula dari orangtua itu.

   "Ada pula sebuah hal yang perlu kuberitahu kepadamu,"

   Kata orangtua itu.

   "dahulu baginda Kong in itu gemar sekali menuntut ilmusilat dari seorang sakti, beliau telah mendapat sebuah kitab pelajaran ilmu pedang To liong-kiam-sut. Ilmu pedang membunuh naga. Naga disitu diartikan sebagai durjana yang ganas dan sakti. Tetapi sayang ketika pasukan Mongol menyerbu istana, kitab itu tak sempat dibawa dan terjatuh ditangan Kubilai Khan. Pada waktu itu kudengar bahwa Kubilai telah menyimpan banyak sekali ilmu pelajaran silat dan pedang dari tanah Tiong-goan. Katanya, simpanan kitab2 pusaka itu ditaruh di Kuil Kuning istana raja Goan di Pakkhia. Berusahalah untuk merebut kembali kitab2 pusaka peninggalan kerajaan Beng itu. Dengan memiliki kitab2 pusaka itu engkau akan memperoleh ilmu silat dan llmupedang yang tiada taranya. Berarti akan membantu usahamu untuk melaksanakan pesan pangeran mahkota itu"

   "Baik lo-cianpwe, mudah-mudahan semua pesan dan petunjuk lo-cianpwe itu dapat kulaksanakan dengan sebaikbaiknya"

   Kata Liok. Kemudian Liokpun menanyakan apakah masih ada lain pesan dari menteri tua itu yang akan diberikan kepadanya.

   "Tidak ada lagi"

   Kata orangtua itu.

   "sekarang silahkan engkau beristirahat. Mudah-mudahan besok saudaramu itu sudah terjaga."

   Liok tahu apakah saat itu siang atau malam Tetapi karena ia merasa letih dan ngantuk maka dalam beberapa saat kemudian, iapun tidur pulas.

   Entah berapa lama.

   ketika Liok membuka mata ia dapatkan Bloon duduk melengong lengong.

   Memandang kian kemari seperti orang keheranan.

   Cepat Liok menggeliat bangun dan berseru girang .

   "Engkoh Bloon, engkau sudah terjaga?". Blo'on berpaling memandang Liok, menyalangkan mata memandangnya dengan dahi berkerut.

   "Engkoh Blo'on "

   Liok menegurnya pula "Siapa yang engkau panggil ?"

   Tiba2 Blo'on balas bertanya.

   "Engkau !"

   "Aku ?"

   "Ya, bukankah engkau ini engkoh Blo'on ?"

   Seru Liok.

   "O. apakah namaku Blo'on ?"

   "Eh. engkau ini bagaimana. Punya nama masakan lupa ?"

   Gumam Liok.

   "O, namaku Blo'on"

   Pemuda itu mengulangi pula.

   "lalu siapakah namamu ?"

   "Ha ?"

   Liok mendesah kaget.

   "engkau tak ingat namaku?."

   "Siapa yang tahu ? Ketemupun baru sekarang, masakan aku sudah tahu", balas Bloon. Liok terkejut. Mengapa tiba2 Blo'on berobah begitu bloon. Apakah yang menyebabkan dia begitu ? "Hai ... apakah karena dia minum buah som itu?'"

   Tiba Liok teringat.

   "Engkoh Bloon, aku bernama Liok, sumoaymu. Ya, adik seperguruanmu. Mengerti ?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Mengerti"

   Sahut Blo'on.

   "lalu siapakah guruku?"

   "Gurumu bernama Kim Thian-cong".

   "O. baiklah."

   Mendengar itu timbullah kesan pada Liok, Blo'on mengalami perobahan yang aneh.

   Dia lupa semua peristiwa yang lampau.

   Tetapi dia dapat mengingat dan mau menerima semua keterangan yang diberikan kepadanya.

   Beda dengan yang lalu dimana Blo'on itu seperti orang yang kehilangan ingatan, sekarang pikirannya terang.

   "Celaka, aku harus selalu memberi keterangan kepadanya "diam2 Liok mengeluh. Tetapi dia pun bergirang karena Blo'on mengalami perobahan yang menggembirakan.

   "Engkoh Blo'on, tahukah siapa nama orang tuamu?'* tanya Liok memancing-mancing.

   "Tidak".

   "Bagaimana perasaan pikiranmu?"

   Tanya Liok "Aku seperti manusia baru. Tak tahu apa2"

   "Engkau percaya kepadaku ? Engkau percaya semua keterangan yang kuberikan kepadamu?"

   "Sudah tentu percaya karena engkau adalah sumoayku"

   Kata Bloon. Liok tertawa gembira. Sepercik rasa bahagia menyentuh sanubarinya.

   "Baiklah, engkoh Bloon. Akan kututurkan semua riwayatmu"

   Kata Liok.

   "Dengan panjang lebar Liok segera menuturkan asal usul Blo'on, siapa ayahnya dan bagaimana peristiwa aneh yang menimpali diri ayahnya itu. Pengalaman2 yang dialaminya Bloon selama berkelana ini, sampai menjadi penganten untuk menolong kesulitan kepala desa Hong ke cung, kecebur dalam muara Sungai Kuning, masuk kedalam istana Hay-sim-kiong hingga sampai Blo'on disedot ke dalam perut ular lalu makan buah som.

   "Apakah engkau dapat mengingat semua yang kuceritakan itu ?"

   Tanya Liok mengakhiri ceritanya.

   "Mengapa tidak ?"

   Balas Blo'on.

   "lalu dimana orangtua disini itu ?"

   "Tadi dia berada di sini menunggu putera mahkota Song tetapi entah kemana mereka sekarang ?"

   Kata Liok. Ternyata saat itu orang tua dan pangeran mahkota sudah tak berada diruang itu entah kemana.

   "Hayo. kita mencarinya"

   Kata Liok seraya menghampiri kemuka, tetapi ternyata ruangan itu buntu. Tiada pintu dan jalan.

   "Aneh, kemanakah orangtua itu ?"

   Kata Liok lalu mengajak Blo'on keluar.

   Tiba dipintu istana karang, mereka terkejut.

   Halaman istana yang merupakan dataran karang luas yang mencapai tepi sungai, tidaklah berupa kurang melainkan penuh dengan barisan buaya dan kura2.

   Mereka tengah merayap2 hendak menghampiri ketempat Blo'on.

   "Ih "

   Liok mendesih ngeri "mereka tentu akan menyerang kita"

   "Kita hajar saja binatang itu"

   Seru Bloon. Tetapi dicegah Liok .

   "Jangan mereka tentu hendak menuntut balas karena raja mereka telah engkau terbalikkan di daratan"

   "O. kalau begitu, biarlah kukembalikan letak tubuh raja mereka"

   Kata Blo'on terus hendak melangkah keluar.

   "Jangan"

   Kembali Liok mencegah.

   "lapangan penuh dengan buaya dan kura2 yang marah. Bagaimana engkau bendak mencapai tempat itu ?"

   Beberapa ekor buaya dengan nekad merayap naik ketitian batu.

   Dengan menggelepar-gelepar binatang2 itu berusaha untuk naik dan menghampiri ke tempat Blo'on.

   Liok ngeri melihatnya.

   Cepat ia menyurut masuk kedalam ruangan lagi.

   Tidak demikian dengan Blo'on.

   Ia tenang2 saja melihat tingkah laku buaya2 yang marah itu.

   Bahkan ketika sudah tinggal dua tiga langkah di hadapannya, Blo'on tetap diam saja.

   Seekor buaya yang panjang dan besar cepat tiba di dekat Blo'on, tiba2 binatang itu menyambar kaki Blo'on.

   "Hm.."

   Blo'on berkisar menghindar mundur. Buaya itu masih memburu dengan mulutnya.

   "Huh."

   Bloon mendengus seraya loncat keatas kepala buaya itu.

   Serentak mulut buaya itupun terkatup kencang, seperti tertindih oleh benda berat.

   Binatang itu coba menggeleparkan ekornya namun sia2 saja.

   Dia tak dapat terlepas dari injakan kaki Bloon.

   Buaya yang seekor segera merayap maju.

   merentang mulut lebar dan terus melonjak menyambar kaki Bioon.

   "Huh,"

   Kembali BIo un mendengus seraya loncat keatas kepala buaya itu.

   Seperti kawannya buaya itupun tak dapat berkutik lagi.

   Buaya yang ketigapun demikian.

   Begitu dia hendak menyambar, Bloon terus loncat menginjak mulutnya, Blo'on tak menyadari bahwa kakinya itu dapat memijak hebat sekali, jauh lebih hebat dari ilmu Cia kin tui atau Injakan-seribu-kati.

   Sebuah ilmu injakan kaki yang dilambari dengan tenaga dalam.

   Bloon berlincahan loncat dari atas mulut seekor buaya ke lain mulut buaya.

   la tak menyadari mengapa buaya itu menjadi tak berkutik apabila diinjaknya.

   Setelah beberapa ekor buaya, kini ia berhadapan dengan beberapa ekor kura2.

   Pun caranya sama.

   Ia berloncatan dari satu ke lain punggung kura2.

   sambil menuruni titian batu.

   Karena sudah terlanjur turun di lapangan, Blo'on tak mau kepalang tanggung.

   la lanjutkan perjalanan melintasi lautan buaya dan kura2.

   la hendak mencari si raja buaya dan raja kura2 atau Gok ciangkun dan Kui ciangkun ...

   -ooo0dw0ooo

   Jilid 21 Dengan berlincahan loncat dari satu ke lain buaya, akhirnya Blo'on dapat juga mendekati tempat Gok ciangkun atau si Raja Buaya.

   Tetapi alangkah kejut Blo'on ketika ia tak melihat raja buaya itu.

   Yang ada hanya sebuah bukit buaya.

   Beribu ribu ekor buaya saling tindih menindih membentuk diri menjadi sebuah tumpukan buaya yang setinggi dua meter.

   Tumpukan buaya itu melingkari sekeliling rajanya.

   "Mengapa kawanan buaya itu bertumpuk-tumpuk begitu tinggi ?"

   Kata Blo'on seorang diri.

   "Oho, rupanya mereka membentuk dinding untuk melindungi rajanya,"

   Sesaat kemudian ia menjawab sendiri.

   "Hai, kawanan buaya, menyingkirlah.

   "dia berteriak keras.

   "aku tak akan menganggu rajamu tetapi akan menolongnya. Aku sudah merasa bersalah, sekarang aku hendak minta maaf kepada rajamu."

   Sudah tentu kawanan buaya itu tak dapat menangkap Bahasa manusia. Mereka hanya tahu bahwa seorang manusia datang dan serempak merekapun merentang mulut lebar2 siap hendak menerkam.

   "Kurang ajar,"

   Bentak Bloon.

   "mengapa kalian hendak mencaplok aku ? Aku akan menolong rajamu, tahu !"

   Tetapi kawanan buaya itu tak mau menghiraukan dan memang takdapat menghiraukan omongan Blo'on. Mereka tetap siap mengangakan mulut dan merentang mata memandang Blo'on.

   "Hai, buaya gila, mengapa engkau memandang aku begitu rupa ? Apakah engkau marah ke padaku ? Tulikah engkau bahwa aku akan menolong rajamu ?"

   Blo'on berteriak-teriak seperti orang gila.

   Namun kawanan buaya itu tetap tak merobah sikapnya.

   Bahkan seekor buaya yang besar segera meluncur turun ke tanah dan maju menghampiri Blo'on.

   Tiba2 buaya itu merangkak cepat sekali terus menyambar kaki Bloon.

   "Huh ... !"

   Blo'on berteriak dan melambung ke atas lalu meluncur turun hendak menginjak kepala buaya itu.

   Tetapi buaya besar itu beda dengan buaya2 yang dibuat jalan Blo'on tadi.

   Begitu Blo'on hendak meluncur keatas kepalanya, buaya itupun cepat menyurut mundur, ngangakan mulut lebar2 untuk menyambut kaki Blo'on.

   "Celaka ...

   "

   Blo'on mengeluh kejut.

   Cepat ia bergeliatan, membuang kakinya keatas sehingga tubuhnya melambung ke udara lagi.

   Dia tak menyadari mengapa dia dapat mengayunkan kakinya ke udara sehingga tubuhpun ikut melambung keatas lagi.

   Dia hanya merasa bahwa tubuhnya ringan sekali.

   Ketika meluncur turun, kembali ia menjerit.

   "Celaka, buaya itu masih ngangakan mulut saja"

   Kembali ia ayunkan kedua kakinya ke atas dan tubuhnyapun ikut melambung ke udara lagi. Sampai tiga empat kali ia terpaksa harus berbuat begitu karena mulut buaya masih tetap terpentang lebar.

   "Wah, kalau terus menerus berjumpalitan begini, aku bisa lemas"

   Ia mengeluh. Ia mencari akal bagaimana menghadapi buaya itu. Pikirnya .

   "Aku harus dapat menundukkan buaya itu tetapi tak boleh membunuhnya. Aku sudah bersalah kepada rajanya, janganlah sampai membunuh seekor buaya lagi...

   "

   Akhirnya ia mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu yang nekad dan berbahaya.

   "Apa boleh buat, tiada lain jalan lagi, kecuali dengan gerak tipuan itu,"

   Katanya.

   Setelah mengayun kaki keudara membawa tubuh naik ke atas, ia meluncur ke bawah.

   Tetapi tiba2 ia berjumpalitan sehingga kaki melayang keatas dan kepala dibawah.

   Dalam keadaan itulah ia menukik ke bawah, ke arah mulut buaya yang menganga itu.

   Blo'on tak memperhitungkan lagi adakah ia mampu melakukan hal itu atau tidak.

   Dalam pikirannya hanya tercantum bahwa ia hendak mengatupkan mulut buaya itu.

   Dengan gerak kecepatan yang tak disadarinya ia merentang kedua tangannya, mencengkeram kedua mulut buaya lalu cepat2 dikatupkan rapat2.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Plok .....

   Rupanya buaya itu terkejut ketika mulutnya ditutup.

   la meronta, menyabatkan ekornya keras2 Maksudnya hendak menyabat Blo'on.

   Tetapi walaupun ekornya dapat bergerak, mulutnya tetap tak dapat terlepas dari cengkeraman Blo'on.

   "Hem, buaya ini memang bandel sekali. Baiklah kuberinya hajaran"

   Kata Blo'on.

   Tanpa menyadari bahwa apakah ia kuat atau tidak, seketika itu juga ia mengangkat buaya itu keatas, lalu dilontarkan kedalam sungai byurrr.

   lapun tak terkejut mengapa ia mampu melakukan hal itu.

   Pada hal buaya itu beratnya ratusan kati.

   Ia hanya merasa bahwa ia harus menghajar buaya itu dengan melemparkannya ke dalam sungai.

   Dan setelah berhasil melemparkan buaya besar itu, timbullah keinginannya untuk melemparkan kawanan buaya yang menganak bukit itu.

   Tetapi tidaklah mudah untuk melemparkan mereka.

   Kawanan buaya itu mengangakan mulut semua, siap untuk menerkam.

   "Kurang ajar,"

   Damprat Blo'on.

   Ia merenung untuk mencari akal.

   Tetapi karena tak mendapat akal, iapun jengkel.

   Wut, wut .....

   Segera ia ayunkan tangannya menampar tumpukan buaya itu.

   Sesungguhnya ia tak tahu apakah tamparannya itu akan dapat merobohkan dinding buaya yang sedemikian rapat dan tinggi.

   Tetapi ia tak mau banyak pikir.

   Ia tak dapat menemukan jalan lain kecuali begitu dan cepatlah ia mengerjakannya.

   Terdengar suara macam batu roboh ketika buaya yang mendekam pada lapisan atas, berhamburan jatuh menimpah raja buaya yang rebah telentang di dalam lingkungan pagar buaya itu.

   Blo'on tidak heran mengapa ia memiliki tenaga sedemikian hebat.

   Ia anggap, pukulannya itu sudah wajar kalau dapat merobohkan kawanan buaya.

   Sedangkan sisanya, berupa pagar buaya yang tinggal semeter tingginya itupun berhamburan ke empat penjuru.

   "Hai, kemanakah raja buaya itu ?"

   Teriaknya ketika melihat di tengah tingkatan pagar itu tak tampak raja buaya yang diterbalikkan tadi, melainkan hanya gundukkan buaya yang malang melintang tumpang tindih.

   Rubuhnya pagar dibagian muka, menyebabkan seluruh pagar buaya itu kacau.

   Beberapa buaya yang marah segera berhamburan menyerang Blo'on tak tahu apa sebab ia tak takut menghadapi sekian puluh buaya yang marah.

   Ia hanya merasa bahwa kawanan buaya itu harus disapu bersih agar ia dapat menolong raja buaya.

   Maka berloncatan ia kian kemari untuk menghindar sambaran mulut buaya.

   Secepat menghindar ia terus menyambar ekor lawan lalu dilemparkan ke arah sungai.

   la tak tahu mengapa ia kuat menarik ekor buaya dan melemparkannya ke sungai.

   Ia hanya merasa bahwa buaya2 itu tak berapa berat.

   Demikian terdengar suara air mendebur keras, setiap kali seekor buaya terlempar jatuh ke sungai.

   Kini Blo'on dapat melihat si raja buaya masih telentang.

   "Raja buaya, maafkan kesalahanku tadi,"

   Katanya.

   "sekarang aku hendak menolongmu."

   Segera ia mendorong tubuh buaya itu dan dapatlah buaya itu tengkurap lagi. Buaya itu diam saja. Tiba2 binatang itu membuka kedua matanya dan memandang Blo'on.

   "Maafkan aku, raja,"

   Seru Blo'on gopoh ketika melihat mata buaya itu seperti menitikkan airmata. Buaya itu tidak menjawab melainkan mengatupkan mata lalu membukanya lagi.

   "O, engkau sudah terlalu lama berada di darat, marilah kuangkat ke dalam sungai,"

   Kata Blo'on lalu mengangkat buaya itu dan dibawanya ke tepi sungai.

   Aneh tetapi memang nyata.

   Buaya yang panjangnya hampir lima meter itu diam saja ketika diangkat oleh Blo'on.

   Dengan hati2 sekali Blo'on meletakkan buaya itu di dalam air .....

   Seketika muncullah ratusan buaya yang dilempar Blo'on tadi.

   Mereka berbaris dipermukaan sungai untuk menyambut dan mengiringkan raja mereka kembali ke dalam dasar laut.

   Blo'on tak sempat memperhatikan barisan buaya itu lagi.

   Cepat ia lari menghampiri raja kura2 Tetapi alangkah kejutnya ketika di tempat itu pun telah dijaga ketat oleh barisan kura2.

   Rupanya barisan itu mempunyai pemimpin juga.

   Sepasang kura2 hitam dan putih yang lebih besar dari kura2 lain.

   Begitu Blo'on datang, kedua kura2 itupun segera menjulurkan kepalanya, menengadah tegak dan memandang Bloon dengan bengis.

   "Jangan marah kepadaku, aku bukan musuh tetapi hendak menolong rajamu,"

   Kata Blo'on dengan nada ramah. Tetapi kedua kura2 besar itu diam saja "Huh, mengapa engkau masih memandang aku begitu rupa ?"' seru Blo'on pula.

   "apakah engkau tak mendengar omonganku ? Dengarkan yang terang, aku tak memusuhi kalian tetapi akan menolong rajamu."

   Namun kura2 itu tetap memandangnya. Melihat itu Bloon jengkel, la tak menghiraukan lagi sikap kedua kura2 itu lalu terus melangkah maju. Ngokkk ..... Tiba2 kura2 putih mendengkung keras sekali sehingga Blo'on terkejut mundur selangkah.

   "Kurang ajar, engkau membikin aku kaget "

   Teriak Blo'on. Ia melangkah maju lagi. Kali ini bukan saja mendengkung keras, pun kura2 putih itu menyemburkan segumpal asap putih.

   "Kurang ajar, berani menyembur aku ?"

   Teriak Blo'on lalu.balas menyembur dengan mulutnya.

   Sudah tentu bukan asap yang keluar melainkan angin doang.

   Tetapi angin bukan sembarang angin karena angin itu sampai menimbulkan suara menderu.

   Seketika asap putih itupun tertiup lenyap.

   Kura2 putih itu marah.

   Berulang kali ia mendengkung dan menyembur asap putih tetapi tiap kali itu pula Bloon dapat meniupnya lenyap.

   Demikian terjadi adu semburan mulut antara seekor kura2 putih yang besar dan Blo'on.

   Padahal Blo'on tidak menyadari mengapa semburan mulutnya itu dapat menghembuskan angin kuat yang mampu membuyarkan gumpalan asap putih.

   Dalam pikirannya hanyalah, karena kura2 putih menyembur maka iapun harus balas menyembur.

   Tanpa diketahui bahwa semburannya itu mampu juga untuk menghamburkan batu dan pasir di sekeliling tempat itu.

   Ngokkkk Sekonyong konyong kura2 hitam mendengkung dan terus loncat menyambar Blo'on.

   Sudah tentu Blo'on terkejut sekali.

   Ia tak pernah menyangka bahwa kura2 hitam dapat loncat menyambarnya.

   Karena terkejut, ia tamparkan tangan2-nya, Prak ...

   kura2 hitam itu terlempar sampai setombak jauhnya.

   Melihat itu, kura2 putihpun loncat menyambar juga.

   Tetapi secepat itu Blo'on ayunkan tangan kirinya.

   Prak .....

   kura2 putih terlempar sampai beberapa meter.

   "Kurang ajar, masakan kalian hendak menyambar perutku"

   Teriak Blo'on tanpa menyadari mengapa ia memiliki tenaga pukulan yang dapat melemparkan kura2 besar yang berumur ratusan tahun.

   Dalam pemikirannya, karena dirinya hendak disabar, ia harus menghalau.

   Kura2 hitam dan putih tidaklah jera karena terlempar itu.

   Setelah mendengkung, mereka merayap dengan cepat ke tempat Blo'on lagi.

   Entah bagaimana ketika kedua kura2 itu mendengkung dengkung maka puluhan ekor kura2 segera mengepung Blo'on di tengah2.

   Sementara kura2 putih tetap berada di muka, adalah kura2 hitam lalu merayap menyelinap kebelakaug Blo'on.

   "Eh, kurang ajar, mereka hendak mengepung aku,"

   Kata Blo'on seorang diri.

   "kalau mereka menyerang serempak, celakalah aku". Tetapi Blo'on tak mempunyai banyak waktu untuk mengoceh seorang diri. Saat itu terdengarlah kura2 hitam dan kura2 putih mendengkung keras dan serempak pada saat itu; berhamburanlah berpuluh-puluh kura itu menerjang Blo'on. Prak ...-. Yang paling ditakuti Blo'on hanya kedua ekor kura besar hitam dan putih itu. Karena kedua binatang itu dapat loncat menerkam. Maka ketika kura putih loncat ke arahnya, Blo'on pun cepat loncat melambung ke udara. Kemudian dia melayang dan meluncur sampai beberapa belas langkah dari kawanan kura2 itu. Ternyata pada saat kura2 putih loncat, kura2 hitampun juga loncat. Karena yang diserang melambung tinggi ke udara, kedua ekor kura2 saling berbentur sendiri lalu jatuh menimpali kura2 yang berada di bawah. Seketika terjadilah kekacauan dalam kawanan kura2 itu. Karena tertimpah oleh dua ekor kura2 yang besar dan berat maka kawanan kura2 itu menjadi macet. Beberapa kura2 yang tertindih tak dapat berkutik lagi. Bahkan ada yang terpental dan terbalik badannya hingga tak dapat berbuat apa2 lagi. Melihat itu timbullah pikiran Blo'on. Kini ia tahu bagaimana untuk menyelesaikan kawanan kura2 itu. Cepat2 ia mulai bekerja untuk menterbalikkan kura2 itu semua. Setelah mereka tak dapat berkutik barulah Blo*on melemparkannya ke dalam sungai. Dalam beberapa kejab saja, bersihlah tempat itu dari kawanan kura2. Kini barulah Blo'on dapat melihat Kui ci-ciangkun atau panglima Kura2 yang masih terbalik badannya menelentang di tanah.

   "Raja Kura2"

   Kata Bloon.

   "jangan marah. Karena badanku seperti dibakar maka tadi aku telah mengamuk dan menterbalikkan engkau. Sekarang aku hendak menolongmu". Blo'on terus maju menghampiri.

   "Eh, mengapa bibirmu begitu merah?"

   Tiba2 ia menegur.

   "eh, engkau bisa tertawa ?"

   Ternyata kura2 yang berumur seribu tahun itu mempunyai mulut yang merah.

   Dalam anggapan Blo'on, raja kura2 itu seperti tertawa.

   Blo'on mendorong totok kulit kura2 itu dan dapatlah binatang itu tengkurap lagi.

   Setelah tengkurap, kura itu menjulurkan kepalanya memandang Bloon.

   "Ha, ha"

   Blo'on tertawa.

   "mengapa engkau selalu menyungging senyuman ?"

   "Baiklah kukembalikan kura ini ke dalam air lagi."

   Pikir Blo'on.

   Segera ia mengangkat badan kura yang beratnya beberapa ratus kati lalu diangkatnya dan dimasukkan ke dalam air lagi.

   Setelah itu ia kembali ke istana karang.

   Ia heran mengapa si Liok yang berdiri diatas batu titian dimuka halaman istana tadi, tak tampak lagi.

   Sambil melangkah masuk kedalam ruang, ia berseru .

   "Liok sumoay, dimanakah engkau ?"

   Ruangan itu kosong melompong, sunyi senyap. Tiada tampak orangtua tadi, maupun putera mahkota.

   "Hai, kemanakah gerangan mereka?"

   Teriak Blo'on lalu berulang kali memanggil Liok.

   Setelah kerongkongannya hampir pecah, barulah Blo'on berhenti.

   Ia mulai menyelidiki tempat itu.

   Sebuah ruangan, batu karang yang buntu, tiada pintu dan jalanan ke belakang.

   Blo'on keluar dari istana itu menuju kehalaman.

   Memandang kesekeliling, dilihatnya empat penjuru pulau karang itu dikelilingi oleh sungai.

   "Ah, tak mungkin sumoay tinggalkan tempat ini. Dia tentu tak dapat menyeberangi sungai yang penuhi dengan buaya dan kura2. Dia tentu masih berada dalam istana karang sini,"

   Ia menimang-nimang.

   "Tetapi aneh. kemanakah dia ? Dan kemana pula orangtua yang mengaku sebagai menteri kerajaan Song itu?"

   Kembali timbul pertanyaan dalam hatinya.

   Segera ia berjalan jalan meagelililingi istana karang itu.

   Tetapi tiada, juga ia melihat barang sebuah pintu atau terowongan, Istana itu seolah-olah merupakan segunduk batu karang yang pepat.

   Dengan bersungut sungut dan berulang kali berkata aneh.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Blo'on terpaksa kembali ke dalam ruang depan istana itu.

   Ia tahu apakah saat itu malam atau siang hari.

   Karena hatinya kesal tak berhasil mencari Liok, iapun rebahkan diri diatas lantai karang.

   Tak berapa lama ia terlena tidur.

   Entah berapa lama ia tertidur, ketika membuka mata ia terkejut karena dataran pulau karang itu penuh dengan bermacam-macam binatang laut.

   Mereka berkerumun menurut jenisnya masing2 dan menyerupai sekelompok barisan.

   Udang, kepiting, katak, ular, kuda laut, beberapa jenis ikan.

   Bahkan buaya dan kura2 seperti kemarin itu, pun tampak lagi.

   Dan yang mengerikan ikut hadirnya barisan gurita.

   "Hai, mengapa mereka muncul disini ?"

   Bioon terkejut.

   "apakah mereka hendak menyerangku?"

   Cepat Bloon melonjak bangun dan lari keluar halaman.

   "Ah, apa ini ?"

   Tiba2 tangannya menyentuh sebuah benda pada pinggangnya.

   Cepat ia mengambilnya.

   'Hai.

   sebuah pedang ?' serunya heran ketika ia mencabut benda itu.

   Seperti telah dikatakan dibagian muka.

   keadaan Blo'on saat itu berbeda dengan di waktu ia belum tenggelam ke dasar laut.

   Kalau dulu ingatannya blo'on, sekarang tidak.

   Tetapi dia merasa seperti orang baru.

   Tidak ingat apa yang telah terjadi dulu.

   Yang diingatnya hanyalah apa yang diketahuinya sekarang.

   Demikian pula dengan pedang yang berada pada pinggangnya itu.

   Ia tak ingat lagi bahwa pedang itu disebut Ceng-liong-kiam atau pedang Naga Hijau pedang pusaka dari partai Kay-pang yang dititipkan kepadanya oleh seorang desa (bacalah

   Jilid 17). Ia merasa senang karena mendapat pedang tanpa menghiraukan darimanakah asal pedang itu. Baginya, yang penting mendapat pedang, perlu apa harus mengingat-ingat dari mana asalnya pedang itu.

   "Dengan memiliki sebuah pedang, rasanya aku dapat lebih baik menjaga diri apabila kawanan binatang laut itu menyerang."

   Tetapi ditunggu sampai beberapa saat, ternyata kawanan binatang itu tak bergerak menuju ke tempatnya.

   "Kurang ajar, mengapa mereka tak mempedulikan aku ?"

   Akhirnya ia mulai jengkel lalu ayunkan langkah menuruni batu titian.

   Ia menghampiri barisan udang.

   Barisan itu diam saja, lalu beralih menghampiri barisan kura2.

   Juga diam saja.

   Dari satu ke lain barisan, kawanan binatang laut itu tidak menghiraukan kedatangan Blo'on.

   Blo'on makin heran.

   Mengapa binatang2 itu diam saja dan memandang ke muka ? Apakah yang mereka perhatikan ? Karena tertarik hatinya, Blo'on mengikuti arah yang dihadap dan dipandang oleh kawanan binatang laut itu.

   Seketika ia terkesiap.

   Pada samping istana ruang, tampak dua ekor binatang tengah mendekam di kedua sisi sebuah lubang besar.

   Yang satu seekor gurita dan yang satu seekor ular.

   Tertarik perhatiannya, Blo'on secara menghampiri ke tempat itu.

   "Ah, sebuah pintu,"

   Serunya terkejut. Karena tadi waktu menyelidiki sekeliling istana karang, ia tak melihat barang sebuah lubang pun. Melihat kedatangan Blo'on, gurita dan ular segera meregang tegakkan kepalanya, bersikap hendak menyerang.

   "Mengapa mereka ini ?"

   Kata Blo'on dalam hati. Serentak timbul keinginannya untuk masuk kedalam lubang pintu itu. Tetapi ketika hampir dekat, tiba2 ular itu segera menyambarnya. Uh ,.... cepat Blo'on loncat menghindar mundur.

   "Eh, rupanya mereka menjaga lubang itu dan melarang orang masuk,"

   Pikir Blo'on.

   Tetapi dengan rintangan itu bukan menyebabkan takut, bahkan kebalikannya ia malah ngotot ingin tahu dalam lobang pintu itu.

   Sekali ayunkan tubuh, iapun sudah tiba di-hadapan gurita.

   Gurita cepat rangsangkan tangannya untuk melibat tubuh Blo'on tetapi dengan sebat sekali, Blo'on membabatkan pedangnya.

   Cres, cres.....

   Sebuah jari gurita itu kutung seketika.

   Darah berwarna hitam segera membasahi tanah.

   Melihat itu gurita gerakkan salah sebuah tangannya lagi untuk memeluk kepala Blo'on tetapi tangkas sekali Blo'on melangkah maju dan membabat tangan binatang itu.

   Cres....

   kali ini darah makin deras karena yang terbabat itu pangkal targan yang besar.

   Rupanya kali ini gurita tampak kesakitan.

   Jika tadi hanya semacam jarinya yang hilang sekarang ini tangannya.

   Dan marahlah gurita itu.

   Serentak ia gerakkan semua tangannya untuk menerkam.

   Di lain fihak karena mendapat hasil semangat Blo'on tambah besar.

   Melihat dirinya hendak ditelungkupi oleh berpuluh tangan gurita, cepat berputar-putar diri seraya ayunkan pedangnya.

   Cres, c es, cres .....

   Terdengar bunyi macam besi panas dibenam dalam air ketika pedang Naga Hijau membabat kutung puluhan jari2 tangan gurita itu.

   Blo'on tak menyadari bahwa gurita yang menjaga lubang pintu itu bukan sembarang gurita! Badannya yang lbesar dan umurnya yang jauh lebih tua dari gurita2 yang berkerumun dalam barisan itu, menyebabkau gurita itu terpilih sebagai kepala barisan.

   Dalam istilah ketentaraan adalah seorang senopati atau panglima.

   Badannya terbunuh oleh bulu hitam, demikian pula dengan jari2 tangannya.

   Kulitnyapun tebal, dan keras sekali.

   Adalah karena Naga Hijau itu merupakan pedang pusaka yang tajam sekali, dapatlah jari2 tangan gurita itu terbabat.

   Blo'on tak menyadari hal itu.

   Tidak pula ia menyadari bahwa gerak perputaran tubuhnya tadi ternyata, merupakan suatu gerak yang luar biasai cepatnya.

   Andaikata orang biasa, walaupun membekal pedang pusaka semacam pedang Naga Hijau, tetapipun tentu kalah cepat dengan gerakan jari2 tangan gurita yang berpuluh-puluh buah jumlahnya.

   Gurita ngelumpruk di tanah.

   Namun binatang itu masih nekad hendak menelan Blo'on.

   Melihat gurita terbenam dalam darah hitam, Blo'on tak sampai hati membunuhnya.

   Ia lepaskan sebuah hantaman lalu loncat mundur.

   "Hai, kemanakah gerangan ular tadi ?"

   Serunya heran ketika tak melihat ular itu berada di samping pintu.

   Memang ia tak memperhatikan apa yang terjadi sekeliling ketika ia sibuk berhantam dengan gurita.

   Pada waktu jari2 tangan gurita terbabat pedang, ada sebuah jari yang terlempar dan melayang jatuh tepat mengenai kepala ular itu.

   Sebenarnya ular tak mungkin mati karena terlimpah benda semacam itu.

   Tetapi darah yang mengucur dari kutungan jari gurita itu telah mengucur ke mata ular.

   Seketika ular itu merontak sekuat-kuatnya.

   Kedua matanya serasa gelap karena darah hitam gurita.

   Binatang itu tak dapat melihat apa lagi.

   Dia buta.

   Rasa sakit dan mata buta telah menyebabkan ular mengamuk.

   Dengan buas ia hendak menerjang Blo'on.

   Tetapi pada saat itu Blo'on tengah loncat mundur sehingga yang diterjang adalah gurita tanpa jari itu.

   Dengan buas, ular itu menyeret gurita dibawa lari Sekuatkuatnya tanpa arah tujuan yang tertentu.

   Barisan binatang2 laut geger.

   Yang diterjang segera lari berhamburan bubar dan masuk ke dalam sungai.

   Blo'on tak mengacuhkan kekacauan itu.

   Ia terus melangkah masuk pintu itu.

   Ah, akhirnya ia tiba disebuah ruang yang besar dan indah.

   Dikata indah karena ruang itu penuh dengan sinar bergemerlapan dan batu2 mutiara yang sebesar telur itik.

   Bahkan ada yang besarnya hampir segenggam largan orang.

   Dan yang lebih mengherankan pula, mutiara2 itu memancarkan sinar warna-warna.

   Hijau, biru, putih, kuning, ungu.....

   


Sukma Pedang -- Gu Long Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Dara Pendekar Bijaksana Karya OPA

Cari Blog Ini