Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 25


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 25



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Suko ....!"

   Sian-Li menjerit dan tanpa banyak pikir lagi terus sabitkan pedang Pek- liong kiam kearah Song Li.

   Cret ....

   pedang tepat mengenai punggung Song Li.

   tembus keluar sampai ke dada seketika Son Lipun menyusuli, saudaranya ke akhirat.

   Sian-Li lari menghampiri untuk mengambil pulang pedangnya.

   Blo'on menegurnya .

   "Sumoay mengapa engkau membunuhnya ? Bukankah Hoa pangcu sudah meninggalkan pesan, supaya sedapat mungkin kita menyelamatkan jiwa mereka?"

   "Maaf, suko,"

   Kata Sian-Li.

   "tetapi kulihat Suko dalam keadaan berbahaya. Jika tak lekas kusabit dengan pedang, tentulah dia akan mencelakai suko."

   "Tetapi mungkin aku tak kena apa2,"

   Kata Blo'on.

   "sebab beberapa kali aku dipukul orang, orang itu malah rubuh sendiri."

   "Apakah engkau tahu apa sebabnya ?"

   Tanya Sian-Li.

   "Entah, Blo'on gelengkan kepala.

   "tetapi ku percaya Thian itu maha adil dan maha pemurah. Orang yang tak bersalah tentu dilindungi."

   Sian-Li terkejut dan gembira sekali .

   "Suko, fikiranmu sudah makin sadar! Engkau sudah tahu apa artinya Thian."

   "Siapa bilang?"

   "Eh, bukankah engkau menyebut nama Thian tadi ?"

   Seru Sian-Li.

   "Ya, tetapi aku tak tahu apa artinya ?"

   Sahut Blo'on.

   "Lalu bagaimana engkau dapat menyebutnya?"

   Sian-Li makin heran.

   "Aku hanya mendengar orang berkata begitu, maka akupun menirukan saja." 'Oh,"

   Sian-Li mengeluh,"

   Tetapi memang hal itu benar. Thian itu adalah Tuhan. Dia serba ada dan maha pemurah. Engkau harus percaya tentu penyakitmu sembuh. Tak perlu harus cari otak naga.

   "Benarkah."

   Seru Blo'on.

   "Kalau tak percaya tanyakan saja pada Hoa pangcu dan kedua ketua partai persilatan itu."

   Kata Sian-Li.

   "Tetapi apakah Thian meluluskan orang membunuh sesama manusia ?"

   Tanya Bloon. Pertanyaan yang tak terduga-duga itu menyebabkan Sian-Li terlongong tak dapat menjawab. Untung saat itu seorang pengawal Baju Putih lagi, telah maju menghampiri.

   "Suko, seorang dari mereka datang lagi,"

   Kata Sian-Li.

   Baru Blo'on berkisar tubuh kearah depan, pengawal Baju Putih itu pun sudah ayunkan tangannya.

   Segulung angin yang dahsyat segera melanda Blo'on.

   Blo'on terkejut tetapi terlambat.

   Tubuhnya terlempar dan jatuh ke bawah panggung.

   Hong Ing dan Sian-Li terkejut.

   Serempak dua nona itu menerjang pengawal Baju Putih tetapi pengawal itu ayunkan lagi tangannya dan kedua nona itupun bagaikan layang2 putus tali, melayang jatuh ke bawah panggung.

   "Gun-goan-ciang !"

   Tiba2 Hong Hong tojin berteriak kaget.

   Hoa Sin dan Ceng Sian suthaypun terkejut.

   Pukulan Gun khoan ciang itu merupakan suatu pukulan istimewa dan partai Go-bi-pay.

   Jika demikian tentulah pengawal Baju Putih itu seorang tokoh dari Go-bi-pay.

   Sekonyong-konyong suatu peristiwa yang aneh muncul diatas panggung......

   Jilid 37. Makin runyam Sayup2 terdengar suara nyanyian. Entah dari mana arahnya tetapi walaupun hanya sayup2, nada dan irama nyanyian itu terdengar jelas oleh tokoh2 sakti yang tengah berada di panggung.

   "Ada dan Tiada, sukar dikata ada jika kita adakan tiada jika kita tiadakan Hidup hanya selanggeng impian betapa indah dan bahagia tetap takkan lepas dari derita hanya dengan menghapus nafsu maya hidup akan bebas bahagia. Aneh, pengawal Baju Putih yang habis melepas pukulan Gun-goan-ciang dahsyat itu, tertegun menengadahkan kepalanya seperti orang yang merenung Demikian pula dengan Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin. Mereka seolah terpaku karena pikirannya terbang ke alam yang penuh ketenangan dan kedamaian. Sedang kedua nona. Sian Li dan Hong Ing tegak seperti patung. Tetapi tidak demikian dengan pemuda gundul atau Blo'on. Dia seolah tak merasakan sesuatu, dengan langkah lebar ia segera menghampiri pengawal Baju Putih yang menghantamnya itu.

   "Hai, bung, pukulanmu hebat sekali,"

   Serunya "apa nama pukulan itu ?"

   Tetapi pengawal Baju Putih itu tetap termangu.

   Andaikata Blo'on tahu tentang ilmu menutuk jalan-darah, dengan mudah ia tentu dapat menutuk orang itu.

   Tetapi andaikata ia dapat pun belum tentu mau melakukan.

   Karena dia memang aneh perangainya.

   Tak mau merugikan orang, mau dirugikan orang.

   Tak ingin minta maaf kepada orang tetapi suka memberi maaf kepada orang.

   Oleh karena memiliki pendirian itu, maka setiap kali ia tak dapat mengembangkan tenaga-dalam saat dalam dirinya.

   Tenaga dalam sakti itu baru melancar apabila dia dipukul orang.

   Entah dari mana datangnya, tiba2 diatas panggung telah muncul seorang tua berambut putih, wajahnya segar seperti anak, mengenakan pakaian serba putih pula.

   "Bukankah kongcu ini putera dari Kim Thian cong tayhiap?"

   Tiba2 orangtua baju putih itu menegur Blo'on.

   "Ya, tetapi aku sendiri belum pasti"

   Sahut Blo'on. Bahwa melihat Blo'on seorang saja yang masih dapat bergerak bebas, diam2 orangtua baju putih itu sudah terkejut. Lebih terkejut pula ia ketika mendapat jawaban aneh dan pemuda gundul itu.

   "Tetapi pasti ?"

   Ulangnya heran.

   "mengapa?"

   "Karena aku tak dapat mengingat, otakku hilang ?"

   Orangtua baju putih itu mengerut dahi.

   "Eh, siapakah engkau ?"

   Blo'on balas bertanya "Ah, sudah lama aku tak memakai namaku yang aseli. Untuk membedakan diriku, cukuplah engkau panggil saja Pek I Lojin atau orangtua baju putih. Aku gemar memakai baju putih".

   "Kalau begitu sama dengan aku."

   Seru Blo'on "aku juga tak ingat lagi siapa namaku maka aku lebih suka dipanggil Blo'on saja."

   Mau tak mau orangtua baju putih itu itu tertawa. la senang melihat kepolosan Blo'on.

   "Mau apa engkau datang kemari ? Apakah engkau kawan dan pengawal Baju Putih itu ?"

   Tegur Blo on. Pek l lojin gelengkan kepala .

   "Memang baju sama putihnya, orangnya pun sama, tetapi intinya lain. Kedatanganku kemari adalah untuk mencegah bencana besar."

   "Bencana ? Bencana apa ?"

   Seru Blo'on terkejut.

   "Aku ingin menyelamatkan tokoh2 tua dari kebinasaan yang mengenaskan. Tahukah engkau siapa sesungguhnya pengawal Baju Putih yang berhadapan dengan engkau itu ?"

   "Sudah tentu tidak tahu."

   Seru Blo'on.

   "mereka memakai kain kerudung muka dan tak dapat diajak bicara."

   "Yang engkau hadapi saat ini"

   Kata Pek I lojin.

   "adalah seorang tokoh angkatan tua dari partai persilatan Go-bi-pay, Tik Sian taysu. Dalam partai Go-bi-pay. hanya dia seorang yang betul2 telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu Biatgong ciang. Tokoh itu sudah berpuluh tahun menghilang dari dunia persilatan dan sekarang dijadikan Pengawal oleh Thiantong- kau."

   "Lalu bagaimana aku harus bertindak ?"

   Tanya Bloon.

   "Apakah engkau mengerti ilmu menutuk jalandarah ?"

   Tanya Pek I lojin. Bloon gelengkan kepala.

   "Ah, tidak jadi kuajukan pertanyaan itu."

   "Eh, mengapa ?"

   Tanya Blo'on heran.

   "Karena kutahu, engkau memiliki tenaga-dalam yang luar biasa anehnya. Jika terlalu keras engkau menutuk, orang itu tentu mati. Padahal menutuk jalandarah itu harus menggunakan tenaga yang menurut ukuran"

   "Lalu bagaimana ? tanya Blo'on.

   "Apa engkau membekal tali?"

   Tanya Pek I lojin.

   "Untuk mengikat orang itu?"

   Tanya Blo'on.

   "tidak, aku tak membawa apa2 kecuali pedang".

   "Hm,"

   Dengus orangtua itu.

   "pedang lebih berbahaya karena engkau tak dapat mempertimbangkan ukuran tenaga tusukan yang harus engkau lakukan. Salah2 dia akan mati."

   "Siapa dia ?"

   Tanya Blo'on. Orangtua baju putih itu tak menyahut melainkan berpaling kearah Hong Hong tojin, serunya .

   "Maaf, totiang, jika tak salah totiang tentu berasal cari partai Go bi-pay".

   "Benar, lojin". sahut Hong Hong tojin.

   "Pernah tojin mendengar suatu peristiwa dalam gunung Go-bi-san, tentang seorang murid Go-bi pay yang telah kesalahan membunuh beberapa tojin dalam biara Go-bi-pay sehingga murid itu dijatuhi hukuman oleh ketua Go-bi-pay saat itu ? Peristiwa itu terjadi pada tigapuluh tahun berselang ketika yang menjadi ketua Go-bi-pay adalah Hong Hwat tojin."

   "Oh. Hong Hwat tojin adalah sucou2ku (kakek guru) Ya, memang aku pernah mendengar peristiwa itu "

   Sahut Hong Hong tojin.

   "Dan pernahkah tojin mendengar tentang rnunculnya seorang tokoh pengembara yang aneh pada Iimapuluh tahun yang lalu?"

   Tanya orangtua baju putih itu pula.

   "Banyak sekali peristiwa di dunia persilatan selama duapuluh tahun yang lalu", kata Hong Hong tojin.

   "tetapi tokoh yang manakah yang lojin maksudkan itu ?"

   "Pada masa itu partai Go-bi-pay telah terancam kehancuran karena beberapa partai besar antara lain Siau-lim-pay, Butong- pay, Kun-lun-pay, Hoa-san-pay dan Kong-tong-pay, berbondong2 menuju ke markas Go-bi untuk meminta pertanggungan jawab, atas perbuatan murid Go-bi-pay yang bersalah melakukan penganiayaan terhadap murid2 dari beberapa partai persilatan itu. Tetapi Hong Hwat kaucu, ketua dari Go-bi ray menyangkal dan mengumpulkan semua murid2 Go-bi-pay supaya diteliti. Ternyata tiada seorang murid Go-bipay yang mempunyai ciri2 seperti orang yang telah menganiaya murid2 beberapa partai itu. Namun beberapa partai itu tetap berkeras menuduh dan minta pertanggungan jawab kepada Hong Hwat kaucu."

   "Akhirnya Hong Hwat kaucu hilang kesabarannya. Sebagai seorang ketua ia harus menjaga nama partai Go-bi. Dalam perbantahan yang makin memuncak, akhirnya terjadilah pertempuran. Berhadapan dengan ketua partai2 besar, sudah tentu Go bi-pay harus menderita kekalahan besar. Beberapa anakmuridnya mati dan terluka. Karena malu Hong Hwat kaucu bunuh diri. Tetapi pada saat ia hendak menusuk leher dengan pedang, se-konyong2 segulung angin mendampar pedangnya jatuh dan Hong Hwa kaucupun ter-huyung2 beberapa langkah. Seorang lelaki bernmur tigapuluhan tahun muncul dan mengatakan bahwa Hong Hwat kaucu salah karena mengambil keputusan pendek begitu. Seharusnya dapat meminta waktu untuk membersihkan nama baik Go-bi-pay. Kemudian kepada ketua partai2 persilatan yang berada disitu, orang itupun mendamprat, mengatakan mereka hanya mengandalkan jumlah banyak untuk menindas Go-bi-pay. Bahwa mereka hanya percaya pada bukti tapi tak dapat menunjuk orangnya. Sudah tentu ketua2 partai persilatan itu marah. Orang itupun sanggup menghadapi. Walaupun tak menang tetapi diapun tak sampai kalah. Dia memiliki ilmu pukulan Gun-goanciang yang mengejutkan lawan2nya. Pukulan Gun-goan-ciang itu dapat mengimbangi kesaktian pukulan Toa-lat kmi-kongciang dari Siau-lim-pay, pukulan Bi-kek-ciang dari partai Butong- pay. Thian-gi-cin-kang-ciang dari partai Kun-lun-pay, Kek-gong-biat-san-ciang dari partai Kong-tong-pay dan pukulan Bok-lian-ciang dari Hoa-san pay. Kagum atas kesaktian orang itu, para ketua partai persilatan itu menghentikan pertarungan dan meminta penjelasan. Orang itu mengatakan bahwa biangkeladi dari peristiwa itu telah ia tangkap. Tak lain seorang Ihama dari Tibet yang karena sakit hati dengan ketua Go-bi-pay yang telah menghajarnya kemudian menyaru sebagai murid Go-bipay untuk melakukan penganiayaan dan pembunuhan kepada beberapa murid partai2 persilatan. Tujuannya agar partai2 itu marah dan mengeroyok Go bi-pay Ketua partai2 persilatan itu menyesalkan mengapa orang itu tak cepat menghadapkan Ihama itu agar dengan demikian tak sampai terjadi bentrokan yang sangat disesalkan itu. Tetapi orang itu menjawab bahwa ia memang hendak menghukum beberapa penanggung jawab dari partai Go-bi-pay yang dulu telah menjatuhkan hukuman tak adil kepada dirinya. Tetapi disamping itu iapun tetap akan membela Go-bi-pay dengan suatu pertandingan bahwa ilmu kepandaian aliran Go-bi-pay itu tak kalah mutunya dengan lain2 partai persilatan. Ternyata orang itu adalah dulu seorang kacung yang dipekerjakan didapur dari markas Go-bi-pay. Kacung itu memiliki otak yang cerdas dan bakat yang baik sehingga seorang tiang-lo (sesepuh) Go-bi-pay secara diam2 telah mengajarkan ilmu silat kepadanya. Menilik kecerdasan dan bakat kacung itu tiang-lo Go-bi-pay itu makin senang dan mengajarkan pula ilmu pukulan Gun goan-ciang. Pada suatu hari, tanpa disengaja, kacung itu telah dipergoki sedang mengintai murid2 Go-bi pay yang sedang berlatih silat. Oleh beberapa murid, dia telah dihajar. Karena ketakutan dan hendak membela diri. tanpa disadari, kacung itu telah melawan dan melepaskan pukulan Gun-goan-ciang. Beberapa murid itu rubuh, ada yang menderita luka parah, bahkan ada yang mati. Kacung segera dikepung oleh murid Go-bi-pay yang berkepandaian tinggi, kemudian diadili oleh ketua Go-bi-pay. Tetapi walaupun diancam akan dibunuh, kacung itu tetap menolak memberitahu siapa yang telah mengajarkan ilmu silat kepadanya. Ia tetap memegang janjinya kepada tianglo yang memberinya pelajaran silat itu. Akhirnya ketua Go-bi-pay marah dan memerintahkan supaya kacung itu dibunuh karena berani mencuri lihat murid2 Go-bi-pay sedang berlatih silat. Dalam keadaan terpaksa kacung itupun melawan. Sudah tentu ia tak mampu melawan jago2 sakti dari Go-bi-pay. Akhirnya ia melarikan diri dan tak ketahuan lagi bagaimana beritanya. Lima belas tahun kemudian dalam dunia persilatan telah muncul seorang pemuda yang memiliki ilmu silat dari aliran Go-bi-pay. Terutama pukulan Gun-goan ciangnya sangat mengejutkan sekali. Tahu2 orang itu muncul untuk menyelamatkan jiwa ketua Go-bi-pay yang hendak bunuh diri di hadapan ketua2 partai persilatan dan berhasil menghadapkan biangkeladi dari peristiwa yang telah menfitnah nama baik partai Go-bi-pay. Orang itu bukan lain adalah kacung pembantu dapur yang dulu hendak dibunuh oleh orang Go-bi-pay. Hong Hwat tojin ketua Go-bi-pay menghaturkan terima kasih dan menyatakan rasa sesalnya atas peristiwa yang lalu. Tetapi orang itu tetap menolak kembali pada partai Go-bi pay tetapi ia berjanji akan menjaga nama baik partai itu. Sejak itu ia menjadi tojin dan bergelar Tik Sian.

   "O, aku pernah mendengar juga tentang peristiwa itu,"

   Seru Hong Hong tojin.

   "tetapi kala itu aku masih muda dan karena tak kenal maka aku-pun tak pernah menaruh perhatian. Apalagi Tik Sian supeh (paman guru) itu telah menghilang dari dunia persilatan."

   "Ya, memang benar' kata orangtua baju putih.

   "sejak peristiwa di gunung Go-bi itu, dia tak pernah muncul lagi dalam dunia persilatan. Kini tiba2 dia sudah menjadi pengawal Baju Putih dari Thian-tong-kau". Kemudian orangtua baju putih yang menyebut dirinya bernama Pek I lojin itu berkata kepada Blo'on .

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ya, aku mendapat akal bagaimana engkau harus menghadapi cianpwe itu. Pada waktu bertempur merapat, cepat ia ringkus tangannya atau peluk badannya kemudian aku yang akan menyelesaikan dengan ilmu totokan dari jauh"

   "Ah, tak perlu", kata Blo'on.

   "aku dapat membuatnya rubuh pingsan dan tak sampai menderita luka berbahaya . Habis berkata ia terus maju lagi. Rupanya pengawal Baju Putih terkejut berhadapan dengan Blo'on. Setelah memulangkan napas ia menghimpun seluruh tenaga-dalam dan melepaskan ilmu pukulan Gun-goan-ciang lagi. Blo'on tahu bahwa pengawal Baju Putih tengah melancarkan pukulan. Jika ia menirukan gerak pukulan lawan, lawan tentu akan menderita akibat yang parah. Apalagi ia sudah dipesan orangtua baju putih jangan membunuh pengawal yang itu. Tiba2 ia mendapat akal. Begitu pengawal baju putih itu menggerakkan tangan, Blo'onpun menyerempaki menjatuhkan diri ke tanah seolah olah seperti terkena pukulan. Sebenarnya gerak gerik Blo'on itu tampak dibuat-buat. Tetapi rupanya kesadaran pikiran pengawal baju putih itu juga kabur. Melihat Blo'on rubuh, ia terus maju menghampiri untuk menyusuli pukulan lagi supaya lawan hancur. Pada saat pengawal baju putih itu tiba dihadapannya, sekonyong-konyong Blo'on bergerak dengan cepat, menggelinding dan menyambar kaki pengawal. Karena tak menduga, pengawal itu terpelanting terus diterkam Blo'on, plak .... ia menampar kepala orang iiu.

   "Beres,"

   Kata Blo'on seraya bangun dan menjinjing tubuh pengawal itu untuk diserahkan kepada orangtua baju putih. Orangtua baju putih itu mendecak-decak mulut.

   "Cet. cet, sungguh hebat engkau, kongcu. Siapakah engkau ini ?"

   Blo'on hendak menyahut tetapi karena kuatir jawabannya akan menimbulkan salah faham, buru2 Hong Hong tojin mendahului.

   "Dia adalah putera Kim Thian Cong tayhiap."

   "O, makanya begitu hebat,"

   Seru orangtua baju putih itu.

   "Siapa bilang", seru Blo'on.

   "Ho bukankah engkau sanggup mengalahkan beberapa tokoh pengawal Baju Putih? Bahkan terakhir tadi adalah Tik Siang tojin yang tiada lawannya dalam ilmu pukulan Gungoan- ciang? "

   "Ya, mungkin juga begitu,"

   Sahut Blo'on seenaknya, tetapi aku merasa tak memiliki ilmu silat apa2."

   Pek I lojin terkesiap. Melihat itu Sian Li segera memberi penjelasan.

   "Lo-cianpwe, memang sakoku itu sedang menderita penyakit yang aneh. Harap lo-cianpwe jangan mengambil di hati akan setiap kata-katanya. Dia tak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang lampau, Tahukah locianpwe bagaimana menyembuhkannya? "* "O, kehilangan ingatan?"

   Seru Pek I lojin.

   "

   Aku tidak gila,"

   Teriak Blo'on.

   Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus menyerang.

   Gaya serangannya memang aneh.

   Tubuhnya agak mengendap ke bawah, tangan menebar untuk menerpa, menampar dan menusuk.

   Gerakannya yang sangat cepat, loncat sambil menusuk mata Bloon, membuat pemuda itu gelagapan mencondongkan badan ke belakang.

   Tetapi dengan sebuah gerak yang cepat pula, pengawal Baju Putih itu segera menyambar kaki Blo'on dan dilemparkan ke belakang.

   Brak....

   kepala Blo'on terbanting ke Iantai papan.

   "Brandal!"

   Kakek Lo Kun marah dan terus menerjang pengawal Baju Putih itu.

   Krak ....

   pengawal Baju Putih menyongsongnya dengan sebuah hantaman dan kakek Lo Kun-pun menghantam, Terjadi benturan keras.

   Kakek Lo Kun terputar-putar seperti gangsingan.

   Pengawal Baju Putih itupun terhuyung-huyung sampai empat lima langkah.

   Secepat berdiri tegak, pengawal Baju Putih itupun terus loncat menyerang dengan gaya yang istimewa, Lo Kun juga melayani dengan berloncatan mengitar.

   Dengan demikian keduanya seperti anak2 bermain kejar kejaran.

   "Ho-kun ciang !"

   Seru Hoa Sin ketua Kay-pang setelah memperhatikan gerak permainan pengawal Baju Putih itu.

   "Ya, benar,"

   Sahut Pek I lojin.

   "kurasa dia memang Ho-kun Sin-hiap yang termasyhur itu."

   Ho-kun ciang artinya ilmu pukulan burung Bangau, sebuah ilmu yang sesungguhnya bersumber pada aliran Siau-lim-kun.

   Sepasang tangan yang direntang itu dimaksud.sebagai sepasang sayap dan burung bangau yang menyambar lawan.

   Memang sepintas pandang, kedua lawan, Lo Kun dan pengawal Baju Putih itu seperti orang main udak.

   Tetapi sesungguhnya mereka sedang melancarkan pertarungan yang hebat.

   Karena diserang dengan gaya burung bangau, secara tak sadar Lo Kunpun segera mengembangkan ilmu permainan Hek-bou kun atau ilmu silat Macan-hitam.

   Kakek Lo Kun itu senang belajar.

   Pada masa menjabat gi lim-kun atau pasukan Bhayangkara di istana baginda yang dulu, ia telah belajar ilmu silat Hou-kun (gaya Harimau) dengan seorang wi-su atau anggauta pengawal istana.

   Wisu itu sebenarnya murid dari Siau-lim-si.

   Kemudian setelah mengasingkan diri di gunung Hek-bou san, Lo Kun segera menambah dan memperlengkapi ilmu silat itu sendiri dengan berbagai ilmu pukulan yang difahaminya.

   Dengan begitu terciptalah sebuah ilmu pukulan Hek-hou ciang (pukulan Macan Hitam).

   Gayanya seperti macan yang loncat menerkam lawan.

   Hebat sekali pertarungan antara ilmusilat burung Bangau dan ilmusilat Macan Hitam itu.

   Jika burung bangau mengutamakan serangan kedua tangan, ilmusilat Macan Hitam lebih mementing gerakan kaki.

   Masing2 mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri2.

   Tetapi dalam pertarungan saat itu, lambat laun tampak Lo Kun terdesak.

   Pengawal Baju Putih itu lebih gesit dan lebih hebat serangannya.

   Berulang kali mampir saja kedua biji mata Lo Kun tertusuk jari lawan.

   Untung dalam saat2 berbahaya ia selalu masih dapat menolong diri dengan menggunakan gundulnya.

   Berutang kaki tutukan jari pengawal Baju Putih itu mental apabila menutuk kepala Lo Kun.

   Sesungpuhnya tenaga dalam orang itu hebat sekali, tetapi gundul Lo Kun memang luar biasa.

   Kerasnya seperti besi.

   "Siapakah kakek itu ?"

   Tanya Pek I lojin.

   "Dia adalah kakek Lo Kun. Dia sayang sekali kepada suko. Orangnya baik tetapi memang agak limbung pikirannya,"

   Menerangkan Sian Li. Kemudian dara itu meminta keterangan tentang pengawal Baju Putih yang itu.

   "Ho kun Sin-hiap Nio Cun dari Hok-kian, dulu pernah mendirikan sebuah perguruan, kemudian setelah mendapat banyak murid dia hendak meningkatkan mendirikan sebuah partai persilatan. Makin lama makin besar, cabang2 dibuka diberbagai kota. Sayang dia kurang hati2 sehingga dapat diperalat pemerintah Goan untuk menggempur gereja Siau lim-si. Dengan bantuan jago2 dari pemerintah Goan, Siau-limsi dapat diobrak abrik. Tetapi pada malam itu, dia telah didatangi seorang jago yang mengancamnya supaya dia menghentikan memusuhi Siau-lim si. Dia menolak dan menyerang jago itu. Tetapi akhirnya, jago itu berhasil merubuhkannya dengan It-ci sin kang (Jari- tunggal-sakti). Sejak itu dia lenyap mengasingkan diri karena malu,"

   Pek I lojin memberi keterangan.

   "It- ci-tin-kang ?"

   Seru Hoa Sin.

   "bukankah ci-sin-kang itu gelar dari Kim Thian-cong tayhiap?"

   Pek I lojin mengangguk .

   "Memang Kim tay hiaplah yang menundukkannya."

   Dalam pada berbicara itu, pertempuran antara kakek Lo Kun dan pengawal Baju Putih yang diduga tentu Ho-kun-sinhiap Nio Cun telah mencapai babak yang gawat.

   Dengan nekad Lo Kun menubruk untuk membenturkan gundulnya ke dada lawan.

   Tetapi ternyata dia terperangkap.

   Hu-kun Sin hian Nio Cun ayun tubuhnya melambung keudara melampaui punggung Lo Kun, lalu secepat kilat berputar dan mengirim tendangan ke pantat kakek itu, plak.....

   "Huh.....,"

   Sekalain ketua partai persilatan berseru tertahan, terutama Sian Li dan Hong Ing.

   Mereka terkejut ketika melihat tubuh Lo Kun mencelat ke udara.

   Sian-Li malah terus menjerit dan lari hendak menolong tetapi tiba2 sesosok tubuh melenting dan menyambar tubuh kakek Lo Kun.

   Penolong itu bukan lain adalah Blo'on.

   Pengawal Baju Putih hendak maju menyerang lagi tetapi Sian Li segera menyambut dengan pedang Pek-liong-kiam.

   Dara itu hendak membalaskan kakek Lo Kun yang tak diketahui bagaiman keadaannya.

   Putaran pedang Pek liong-kiam itu segera menciptakan lingkaran sinar putih berhawa dingin, laksana awan berarakarak meliputi tubuh pengawal Baju Putih.

   Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi pengawal Baju Putih itu dapat merasakan juga kesaktian pedang Sian Li.

   Ia tak berani melancarkan serangan, melainkan mengisar mundur sembari menari-narikan tangannya untuk melindungi tubuhnya.

   Sebenarnya pengawal Baju Putih mampu untuk menghadapi ilmu permainan pedang Sian Li tetapi ia jeri terhadap pedang pusaka Pek-liong-kiam.

   Maka ia hanya bertahan dulu untuk mencari kesempatan merebut pedang si nona.

   Tak berapa lama kesempatan itupun tiba.

   Dalam sebuah gerak yang mengejutkan, pengawal Baju Putih sengaja memberikan dadanya ditusuk.

   Tetapi pada saat Sian Li menusuk, tiba2 lawan telah membuat sebuah gerak tendangan sambil melambung.

   Sian Li terkejut tetapi tak sempat menghindar lagi.

   Siku lengannya terasa kesemutan dan pedang-pun mencelat ke udara.

   Serempak dengan itu pengawal Baju Putihpun ikut mencelat ke udara untuk menyambar pedang Pek-liong kiam.

   Peristiwa itu berlangsung cepat sekali sehingga sekalian ketua partai persilatan tak sempat berbuat suatu apa kecuali hanya terkejut.

   Apabila pedang Pek-liong-kiam sampai jatuh ke tangan pengawal Baju Putih itu, tentu membahayakan sekali.

   Tiba2 suatu peristiwa yang mengejutkan terjadi.

   Pada saat pedang Pek-liong-kiam meluncur turun dan pengawal Baju Putih itupun sudah tiba dan menjulurkan tangannya untuk menyambar, sekonyong-konyong pedang itu mendampar ke dada pengawal Baju Putih.

   Aneh benar.

   Pedang itu semula meluncur turun dan tanpa sebab tiba2 melayang seperti dilontarkan orang, kearah pengawal Baju Putih.

   Saat itu pengawal Baju Putih sedang melayang dan ulurkan tangan kemuka untuk menyambar pedang, Dengan kejadian yang mengherankan itu sudah tentu sukar baginya untuk menghindar.

   Pun kalau menangkis tentulah telapak tangannya akan terpapas.

   Sebenarnya jika ia menampar atau menangkis dia hanya kehilangan sebelah tangan.

   Tetapi kalau tidak, dadanya tentu tersusup pedang itu dan mati.

   Rupanya pengawal Baju Putih itu sudah kehilangan pikiran yang terang.

   Pedang menyambar cepat ia hendak menarik pulang tangannya.

   Tetapi baru setengah jalan, pedang itupun sudah meluncur dan menembus telapak tangan, terus bersarang ke tenggorokannya.

   Hanya sebuah raung jeritan menyerupai harimau kelaparan yang terdengar dan tubuh pengawal Baju Putih itupun segera menukik jatuh ke panggung.

   Jikalau tokoh yang berada dipanggung, terlongong keheranan.

   Tetapi cepat keheranan mereka terjawab ketika melihat Blo'on bersama Lo Kun menghampiri pengawal Baju Putih yang menggeletak berlumuran darah di lantai.

   Blo'on membungkuk dan mencabut pedang Pek-liong-kiam lalu di lemparkan kearah Sian Li .

   "Sumoay, nih, pedang mu!"

   "Apakah kongcu yang membunuh pengawal Baju Putih itu?"

   Tegur Pek I Lojin.

   "Aku tidak membunuh hanya menampar pedang itu supaya jangan sampai dirampasnya,"

   Jawab Blo'on.

   "Tetapi tamparanmu begitu hebat sekali sehingga pedang meluncur seperti anak panah dilepas dari busurnya,"

   Seru Pek I lojin.

   "wah, engkau benar2 hebat sekali."

   "Eh, kakek tua,"

   Kata Blo'on "siapakah sebenarnya engkau ini ? Mengapa engkau berada disini? Engkau hendak membantu kami atau membantu mereka ?""

   "Suko.... teriak Sian Li yang kuatir orangtua baju putih itu tak senang mendengar kata-kata BIo'on yang kasar. Tetapi Pek I lojin hanya tertawa .

   "Ho, ternyata pikiranmu masih terang....."

   "Siapa bilang aku gila ? seru Blo'on. Pek I lojin tertawa .

   "Kehadiranku dipanggung ini bukan membantumu juga tldak membela mereka tetapi berniat menyelamatkan tokoh2 angkatan tua yang entah bagaimana peristiwanya, telah dijadikan barisan pengawal Baju Putih oleh partai Thian-tong-kau. Tidak semua mereka itu jahat, apalagi mereka telah dicelakai Thian-tong-kau, maka perlulah mereka diselamatkan dari kebinasaan."

   Belum habis orang tua baju putih bicara, tiba2 beberapa pengawal Baju Putih menyerang.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dikata beberapa, Karena kali ini yang maju ada semua pengawal Baju Putih yang masih sisa.

   Jumlahnya lima orang.

   Mereka maju sekali gus.

   Melihat Hoa Sin dan Ceng Sian suthay serta Hong Hong tojin serempak menyongsong.

   Tetapi dicegah oleh Pek I lojin.

   "Jangan, biarkan Kim kongsu yang melayani."

   Serunya seraya menyurut mundur kesamping Bloon.

   "kongcu, aku orang tua memang tak berguna. Maukah engkau menghalau kelima orang itu?' "Ya,"

   Sahut Blo'on yang kasihan karena melihat orangtua baju putih itu ketakutan.

   "tetapi engkau harus memberitahu, apakah mereka orang2 jahat atau baik, boleh dibunuh atau tidak!"

   "O, baiklah, kata Pek I lojin.

   "nanti setelah melihat gaya serangan mereka bagaimana, baru aku dapat memberitahu kepadamu."

   "Cianpwe,"

   Tiba2 Sian Li berseru,"

   Mereka berjumlah lima dan suko hanya seorang. Apakah ciapwe tak kasihan pada suko ? Bolehkah aku membantu suko?"

   Baru Pek I Lojin mengucap begitu, tiba2 kakek Lo Kun sudah menyelutuk .

   "Jangan main2 dengan jiwa cucuku si Blo'on. Kalau ia sampai mati, engkau harus menghidupkan. Kalau tak bisa, harus ganti dengan nyawamu."

   Pek I lojin tertawa.

   "Ya, ya, kalau ia mati, nyawaku akan masuk kedalam tubuhnya. Dan engkau nona, jangan buru2 turun tangan. Jika melihat sukomu benar2 terancam jiwanya, baru engkau boleh membantu."

   Blo'on tak sempat bertanya apa2 lagi karena saat itu kelima pengawal Baju Putih sudah berhamburan menyerangnya. Begitu tiba mereka terus berjajar2 membentuk sebuah barisan.

   "Ngo-heng-tin,"

   Seru Hoa Sin ketika melihat formasi barisan kelima pengawal Baju Putih itu.

   "Awas, kongcu, mereka membentuk barisan Ngo-heng-tin ...

   "

   Tetapi ketua Kaypang itu tak dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu Blo'on sudah melangkah masuk kedalam barisan lawan.

   Ngo-heng-tin atau barisan Lima Unsur, dicipla menurut lima unsur Kim, Bok, Cui.

   Hwat, Tho atau Emas.

   Kayu, Air, Api dan Tanah.

   Sesungguhnya barisan itu merupakan barisan dari partai Siau lim-si yang disebut Ngo-heng-pat-kwa-tin.

   Dan pencipta aslinya sebenarnya Cukat Liang alias Khong Beng, ahli strategi militer yang cemerlang pada jaman Sam Kok.

   Blo'on tak mengerti ilmusilat apalagi ilmu barisan.

   Melihat musuh membuka jalan, ia terus masuk saja kedalam barisan.

   Dan ketika berada ditengah barisan, barulah ia terkejut karena menderita serangan yang hebat.

   Bukan saja barisannya disebut Ngo-heng, pun kelima pengawal Baju Putih itu benar2 memiliki lima jenis tenagadalam.

   Ketika dilontarkan, Blo'oi merasa dilanda oleh lima macam tenaga pukulai yang hebat dan aneh.

   Pengawal Baju Putih yang pertama, memiliki tenaga-dalam yang keras sekali sekeras besi.

   Pengawal Baju Putih kedua memilil tenaga-dalam setengah keras setengah lunak, mirip sifat kayu.

   Yang ketiga memiliki tenaga-dalam yang sejuk dingin, mirip sifat air.

   Yang keempat memilik tenaga-dalam panas, seperti panasnya api.

   Dan yang kelima memiliki tenaga-dalam yang padat, sepadat sifat tanah.

   Jika tenaga-dalam dari kerasnya logam membuat tulang2 serasa ditumbuk dengan alu besar jika tenaga dalam dari sifat kayu itu memiliki daya perbawa yang membuat tubuh seperti digebuk maka tenaga dalam yang bersifat dinginnya air itu membuat tubuh menggigil seperti orang mengidap penyakit demam, tenaga-dalam panasnya api itu membuat orang seperti dicemplungkan dalam tungku api dan tenaga-dalam sifat bumi itu membuat napas orang berhenti.

   "Suko terancam,"

   Seru Sian LI seraya hendak maju tetapi cepat dicegah Pek I lojin.

   "jangan terburu dulu, nona. Kulihat Kim kongcu belum menderita apa2 kecuali bingung"

   Sian Li terpaksa menahan diri.

   Ia mengikuti jalannya pertarungan dengan penuh perhatian.

   Memang sepintas pandang seolah Bloon telah ditelan dalam hujan pukulan dan serangan tapi sesungguhnya Bloonpun sedang sibuk membalas.

   Pada mulanya dia memang menderita karena dihantam sana, digenjot sini.

   Puncak dari meletusnya ke marahan Blo'on adalah ketika ia merasa tak dapat bernapas.

   Dengan mengcembor keras ia terus mengamuk.

   Seperti telah dikatakan tenaga-dalam luar biasa yang disebut Ji-ih-sin kang itu dapat dipancarkan setiap saat yang dikehendaki Blo'on.

   Tetapi karena Blo'on tak tahu bagaimana cara untuk mengerahkan tenaga dalam itu maka ia harus menunggu sampai dirinya dipukul.

   Setiap dia marah maka memancarlah tenaga-dalam Ji-ih-si n-kang itu.

   Dan selekas tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang memancar maka mengembang pula ilmu yang diserapnya dari kitab Bu-ji-keng.

   Dia segera menjadi latah nekat.

   Setiap lawan bergerak, ia segera menirukan.

   Bahkan gerakan kelima pengawal Baju Pulih itu, pun sekalipun dapat ditirukan semua.

   Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi mau tak mau kelima pengawal Baju Putih itupun terkesiap juga ketika melihat gerak pemuda gundul lawannya itu.

   Setiap kali mereka menyerang, setiap kali tentu disongsong dalam gerakan yang sama oleh Blo'on.

   Bahkan bukan hanya gerakannya saja, pun tenaga-dalam yang dipancar juga sama.

   Sekali gus Bloon mampu memancarkan lima jenis tenaga dalam seperti yang dimiliki kelima pengawal Baju Putih itu.

   "Cianpwe,"

   Tiba2 Sian Li berseru.

   "siapakah! kelima pengawal Baju Putih itu ?"

   Pek I lojin mengangguk .

   "Ya, kurasa memang mereka".

   "Siapa ?' desak Sian Li.

   "Dahulu semasa jaman Goan, congtok (gubernur) Siamsay mempunyai lima orang pengawal yang disebut Ngo hou-ciang kun"

   Kata Pek I lojin.

   "O, maka mereka pandai dalam mengatur barisan"

   Seru Sian Li.

   "Bukan hanya pandai dalam ilmu barisan, pun mereka termasyhur memiliki tenaga-dalam yang aneh. Dikata aneh karena kelima orang itu masing2 mempunyai tenaga-dalam yang ber-beda2. Dengan mempunyai kelima Ngo-hou-ciangkun itu congtok Siamsay makin ganas. Apalagi dia beristeri seorang wanita dari Mongol sehingga makin mendapat kepercayaan penuh dari raja Goan. Congtok itu mempunyai seorang anak putera yang gemar sekali mengganggu wanita cantik."

   Waktu Pek I lojiu berhenti sejenak, Sian Li rnenyeletuk .

   "Ya, biasanya anak2 pembesar itu tentu mengandalkan pengaruh ayahnya untuk melakukan perbuatan2 yang melanggar hukum."

   "Dia tidak salah,"

   Tiba2 kakek Lo Kun berseru "sebagai seorang muda apalagi anak pembesar sudah tentu harus bersenang senang diri.

   Seorang anak laki menggemari wanita, adalah sudah wajar.

   Jangankan dia masih muda, sedang aku yang sudah tua begini, pun suka melihat gadis2 cantik."

   Sian Li tertawa.

   "Itu namanya kakek tak tahu diri,"

   Seru Hong Ing tiba2. Kakek Lo Kun mendelik lalu meringis.

   "Lalu bagaimana, cianpwe,"

   Tanya Sian Li pula kepada Pek I lojin.

   "Pada masa itu di dunia persilatan terdapat sepasang suami isteri gagah. Mereka merupakan sepasang pendekar yang amat serasi sekali. Yang pria tampan, yang wanita cantik. Kecantikan Han Hi Nio sedemikian termasyhur hingga dijuluki sebagai Say-se si atau duplikat dari Se Si. Engkau tahu Se Si'?"

   Tanya Pek I lojin. Sian Li gelengkan kepala.

   "Se Si adalah orang yang paling cantik di negeri Gwe. Dia hidup pada jaman Jun Jiu. Sampai sekarang nama Se Si masih digunakan untuk menyebut seorang wanita yang sangat cantik,"

   Menerangkan Pek I lojin.

   "Putera congtok itupun mendengar juga tentang isteri dari pendekar itu. Dia segera memerintahkan kelima Ngo-houciang- kun untuk menangkap sepasang suami isteri pendekar itu dengan tuduhan mereka hendak memberontak kepada pemerintah.

   "Pengaruh congtok sangat besar sekali. Pada suatu hari sepasang pendekar itu telah dikepung oleh kelima Ngo houciang kun yang masih dibantu lagi dengan kawanan kuku garuda .....

   "

   "Apakah kawanan kuku garuda itu, locianpwe ?"

   Tanya Sian Li. Pek I lojiu geleng2 kepala .

   "Ho, anak perempuan, engkau benar2 masih hijau sekali."

   "Benar, lo-cianpwe,"

   Sahut Sian Li."

   Karena sejak kecil aku ikut suhu belajar silat di gunung dan baru kali ini turun ke dunia persilatan."

   "Kawanan kuku garuda adalah istilah bagi kaum persilatan yang mau bekerja pada pemerintah yang bukan dari orang Han. Kerajaan Goan didirikan oleh Kubilai Khan dan Kubilai Khan itu adalah orang Mongol. Maka setiap jago silat yang bekerja pada kerajaan Goan, disebut kuku garuda, artinya alat dari penguasa."

   Sian Li mengangguk.

   "Sepasang pendekar itu memang gagah berani, tetapi karena harus menghadapi berpuluh-puluh jago silat yang sakti, akhirnya ia rubuh menderita luka berat dan ditawan.

   "Peristiwa itu telah menggemparkan dunia persilatan yang walaupun telah ditindas, tetapi masih tetap berserak secara diam2. Mereka ingin membebaskan pendekar itu tetapi karena penjagaan sangat kuat, terpaksa tak ada yang berani.

   "Puncak dari kemarahan kaum persilatan adalah ketika tersiar berita bahwa Han Bi Nio telah mati membunuh diri dengan jalan menggigit putus lidahnya sendiri....."

   "Keparat putera congtok itu !"

   Teriak Sian Li dengan gemas, tentulah karena tak tahan menderita siksaan akhirnya wanita itu mengambil jalau pendek..."

   Pek I lojin gelengkan kepala.

   "Bukan, bahkan Han Bi Nio telah mendapat perlakuan yang luar biasa manisnya dari putera congtok itu. Beda dengan suaminya yang harus menderita siksaan seperti seekor binatang buas."

   "Lalu mengapa Han Bi Nio bunuh diri ?"

   Ta nya Sian Li.

   "Ternyata putera congtok itu berusaha untuk membujuknya mau diperisteri. Dia benar2 tergila-gila melihat kecantikan Han Bi Nio. Dari halus sampai kasar, kasar lalu halus lagi, tetap Han Bi Nio tak sudi melayani rayuan putera congtok itu. Bahkan ia memakinya habis-habisan..."

   "Sungguh seorang lihiap yang luhur!"

   Seru Sian Li.

   "Akhirnya hilanglah kesabaran putera congtok itu. Ia suruh orangnya mengikat kaki tangan Han Bi Nio, kemudian pada malam itu putera contok lalu masuk kedalam ruangan hendak memperkosanya. Dalam keadaan kaki tangan terikat Han Bi Nio tak berdaya. Pada saat itu putera congtok sudah menanggalkan pakaian Han Bi Nio dan terus hendak melakukan perbuatannya yang terkutuk. Pada saat kehormatan Han Bi Nio hampir tercemar. tiba2 wanita itu berhasil menggigit putus hidung putera congtok menjerit-jerit kesakitan karena hidungnya hilang. Karena marah, ia mengambil pedang dan terus membacok Han Bi Nio. tetapi sebenarnya saat itu Han Bi Nio sudah meninggal! Karena setelah menggigit hidung putera congtok ia terus menggigit lidahnya sendiri sampai putus. Dari pada cemar, lebih baik ia memilih mati."

   "Ah."

   Sian Li menghela napas itu kucurkan airmata.

   "putera congtok itu harus dibunuh."

   "Lo-jin, sehabis urusan disini selesai, bawalah aku ketempat congtok itu. Hendak kubelah kepala putera congtok yang telah membunuh seorang wanita begitu cantik.

   "seru kakek Lo Kun.

   "O baiklah "

   Sahut Pek I lojin.

   "Lojin,"' tiba- Hong Ing yang selama ini diam saja, saat itu ikut berseru.

   "bukankah cerita itu terjadi pada jaman kerajaan Goan ? Bukankah Congtok dan puteranya itu saat ini tentu sudah meninggal ?'' "Ya, benar."

   Sahut Pek I lojin.

   "Lalu mengapa lojin sanggup hendak membawa kakek itu kesana ?"

   "Ya, tetapi bukan kerumahnya melainkan ke tempat kuburannya,"

   Pek I lojin tertawa.

   "Apa ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Teriak kakek Lo Kun.

   "ke kuburannya?"

   "Habis kalau orangnya sudah mati?"

   "Huh, engkau seorang kakek yang sudah tua tetapi mengapa masih suka bergurau seperti anak kecil ?"

   Kakek Lo Kun menegur.

   Sian Li dan Hong Ing tertawa mengikik.

   Demikian pula Pek I lojin.

   Begitu garang kakek Lo Kun memaki orang seolah ia lupa bahwa dirinya yang sudah tua rentapun gemar ber -olok2.

   Tetapi kalau dirinya kena dipermainkan, dia lantas mengambek dan mendamprat orang.

   "Sudah, lojin, harap suka melanjutkan cerita itu"

   Desak Sian Li.

   "Berita kematian Han Bi Nio telah membangkit kemarahan seluruh tokoh persilatan. Walaupun tanpa berunding dan bersepakat lebih dulu, mereka ber-bondong2 menyerang gedung kediaman congtok. Dalam serangan itu, mereka berhasil membakar gedung congtok, membunuh putera congtok dan membebaskan pendekar itu* "Bagaimana dengan Ngo-hou ciang-kun itu?"

   Tanya Sian Li.

   "Dalam pertempuran itu, memang tokoh silat harus menghadapi kesukaran melawan Ngo-hou-ci-ang-kun. Hampir saja mereka gagal dalam usahanya menyelamatkan pendekar itu apabila tak muncul seorang bintang penolong ..."

   "Tentu bapaknya Blo'on !"

   Teriak kakek Lo Kun serentak. Sian Li pun beranggapan demikian. Tetapi di luar dugaan Pek I lojin gelengkan kepala.

   "Bukan, bukan Kim tayhiap tetapi kali ini muncul seorang pendatang baru lagi, lebih tua dari Kim tayhiap"

   "Siapa ?"

   Seru kakek Lo Kun seolah bertanya kepada orang yang lebih muda dan dirinya.

   "Bu Ing kijin,"

   Kata Pek I lojin.

   "kelima Ngo ciang itu tak berdaya menghadapi ilmu pukulan dan gerak Tanpa-bayangan dan Bu Ing kijin itu. Akhirnya mereka terhajar rubuh semua. Dan sejak itu mereka lalu melenyapkan diri tiada beritanya lagi."

   "Lo-cianpwe,"

   Kata Sian Li, *"adakah dalam peristiwa sehebat itu suhuku tak muncul ?"

   "Ho, engkau terlalu mendewakan suhumu, anak perempuan."

   Pek I lojin tertawa.

   "ya, benar. Memang seharusnya engkau bangga mempunyai seorang ksatrya hebat seperti suhumu itu. Dia pun muncul juga dan melakukan suatu perjuangan yang hebat. Dialah yang masuk dan membebaskan pendekar itu dari sebuah penjara di bawah tanah yang dijaga ketat oleh berpuluh kuku garuda berkepandaian tinggi."

   "Pada saat itulah kedua jago muda itu bertemu berkenalan dan saling mengagumi. Persahabatan mereka telah didambakan sebagai suatu berkah bagi kaum persilatan yang saat itu sedang terancam bahaya kemusnahan. Tetapi kemudian hari Bu Ing kijin jarang muncul didunia persilatan lagi", akhirnya Pek I lojin menutup ceritanya.

   "Jika demikian kelima pengawal Baju Putih itu adalah Ngo hou-ciang itu ?"

   Tanya Sian Li.

   "Ya,"

   Kata Pek i lojin.

   "kalau menilik barisan Ngo-heng-tin dan tenaga-pukulan mereka, kemungkinan besar tentulah Ngo-hou-ciang. Heran mengapa mereka juga menjadi pengawal Thian-tong kau". Pembicaraan mereka tak lanjut karena saat itu pertempuran dalam barisan Ngo-heng-tin telah menampakkan perubahan. Dalam kemelut pukulan yang memancarkan angin dan tenaga beberapa jenis itu, akhirnya mencapai puncak kegawatan ketika tiba2 secara serempak kelima pengawal Baju Pu tih itu tidak lagi memukul melainkan loncat menerkam Bloon. Bloon terkejut. Takut akan diterkam dia terus enjot tubuhnya ke udara. Bukan kepalang kejut kelima pengawal Baju Putih karena mereka saling menerkam sendiri, sedang yang diterkam sudah lolos ke udara. Cepat mereka memandang keatas lalu serempak berhamburan loncat ke udara. Melihat itu Blo'on makin takut. la bergeliatan lagi dan makin melambung keatas. Terdengar suara desuh dari mulut kelima pengawal Baju Put'h ketika tangan mereka yang sudah hampir berhasil menyambar kaki Blo'on tiba2 menangkap angin lagi. Merekapun memiliki tenaga dalam yang hebat. Dengan menginjak kaki kanan ke kaki kiri, mereka meminjam tenaga pijakan itu untuk mengantar tubuh melambung naik lagi. Melihat itu Blo'on makin kaget. Dia menggeliatkan tubuh dan melambung lagi. Karena untuk yang kedua kalinya luput, kelima pengawal Baju Putih itu penasaran. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka melambung lagi. Tetapi untuk yang ketiga kalinya, tetap gagal karena Blo'on melambung lagi makin tinggi. Tiga kali bergeliatan melambung, kelima pengawal Baju Putih itu telah mencapai ketinggian dua tombak. Untuk melanjutkan gerak melambung yang keempat kali rupanya mereka sudah kehabisan tenaga. Uh, uh, uh ..... terdengar mulut menghambur desuh dan susul menyusut kelima pengawal Baju Putih itupun meluncur turun ke lantai lagi. Tetapi rupanya mereka terang pikiran. Walau pun dalam memikir apa2 mereka kehilangan daya ingatannya namun dalam soal bertempur mereka masih dapat berpikir. Cepat mereka membentuk di ri dalam sebuah barisan yang disebut Ngo ci-ki-tin atau barisan ajaib Lima jari tangan. Mereka berjajar dalam bentuk seperti lima jari tangan. Apabila Blo'on mendarat turun, kelima jari itu akan bergerak untuk menggenggam dan meremasnya sampai hancur. Para ketua partai persilatan, Sian Li, Hong Ing, kakek Lo Kun bahkan Pek I lojin terlongong-longong menyaksikan ilmu meringankan tnbuh yang luar biasa dari Blo'on. '"Eh, kurang ajar benar anak itu. Ternyata dia pandai terbang begitu tinggi,"

   Kakek Lo Kun mulai mengomel.

   "Ya. mengapa dia begitu hebat sekali,"

   Sambut Sian Li kemudian bertanya.

   "cianpwe, apakah nama ilmu yang dimiliki suko itu ?"

   Pek I lojin geleng2 kepala .

   "Aku sendiri tidak tahu. Tetapi menilik keadaannya, dia telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam tenaga dalam. Kemungkinan ialah darah Seng si hian kawannya sudah tertembus. Karena hanya orang yang keadaannya begitu, baru mampu melakukan semua gerakan yang dikehendakinya. Memang ada tenaga-dalam tataran tinggi yang disebut Ji-ih sin-kang atau tenaga dalam sakti bebas atau dapat digerakkan menurutkan kehendak hatinya. Tetapi rasanya dalam dunia persilatan dewasa ini, tiada lagi tokoh yang memiliki tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang itu."

   "Apakah lo-cianpwe belum menguasai tataran Ji-ih-sin kang itu?"

   Tanya Sian Li.

   "Aku ?"

   Pek I lojin terkejut. Tetapi pada lain saat ia tertawa.

   "ah, jangan berolok-olok. Aku si orang tua ini tidak bisa main silat. Hanya seorang tua renta yang menghabiskan umur untuk makan bubur."

   Pada saat itu Blo'onpun meluncur turun.

   Kelima pengawal Baju Putih itu selalu bergerak-gerak menuju ketempat dimana Blo'on akan turun.

   Maka begitu Blo'on meluncur dilantai, segera ia dikepung oleh kelima pengawal Baju Putih yang kemudian terus menerjangnya.

   Kali ini Blo'on tak sempat loncat ke udara lagi.

   Terpaksa ia malah jatuhkan diri di lantai, sambil berguling kesana kemari, ia mendupak dan menghantam lutut kelima pengawal Baju Putih itu.

   "Uh, nh, nh.....kembali terdengar desuh dari mulut mereka. Bahkan kali ini lebih keras dari yang tadi dan disusul pula dengan rubuhnya, tubuh mereka. Mereka berguling guling kian kemari, memekik dan meraung kesakitan. Blo'on telah menghancurkan mata dan lutut kaki mereka sehingga mereka tak dapat berdiri. Tetapi rupanya kelima pengawal Baju Putih itu memang keras kepala sekali. Walaupun kakinya sudah lumpuh tetapi mereka masih tak mau menyerah. Dengan sisa tenaga-dalam yang masih ada, serempak mereka menghantam. Tetapi kenekadan mereka itu hanya membawa kehancuran yang lebih cepat. Kembali daya khasiat dari kitab Tanpa Tulisan yang telah maresap kedalam tubuh Bloon, memancar. Daya khasiat itu tak lain hanya suatu daya latah, yalah menirukan gerak musuh, betapapun rumit dan cepatnya". Dan disertai dengan tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang yang mengeram dalam tubuhnya, maka Blo'on menjadi seorang manusia yang paling aneh dalam dunia persilatan.

   "Ada tetapi tiada Tiada tetapi ada. Ada apa bila engkau adakan. Tiada jika engkau meniadakan."

   Demikian pokok ilmu kesakitan yang bersembunyi dalam tubuh Blo'on.

   Dia telah menjadi sarang dari ilmu kesaktian, tenaga-dalam Ji-ih sinkung dan ilmu Latah.

   Tetapi dia tak merasa dan tak tahu bahkan tak mengerti bagaimana harus mengeluarkan ilmu yang sakti itu.

   Tetapi apabila ia diserang, maka timbullah ilmu kesaktian itu karena dia mengadakannya, yalah ingin menghindar, menangkis ataupun balas memukul.

   Itulah yang dimaksud sebagai 'tiada tetapi ada'.

   Hantaman kelima pengawal Baju Putih itu segera disongsong Blo'on dengan gerakan yang sama dan seketika kelima pengawal Baju Putih itu seperti tertampar oleh tenaganya sendiri sehingga mereka meraung, muntah darah dan menggelepar dilantai.

   Ketika beberapa ketua partai persilatan menghampiri dan memeriksa ternyata kelima orang itu sudah amblas jiwanya.

   Mereka hanya geleng2 kepala dan mengucap "omitohud"

   Menyaksikan peristiwa itu.

   "Lojin,"

   Kata Hoa Sin kepada Pek I lojin satelah menyaksikan ilmu kepandaian yang luar biasa dari Kim kongcu, kurasa di dunia persilatan ini tiada yang mampu menandinginya.

   Maka kita harus mencegah kehancuran yang lebih hebat.

   Keduapuluh pengawal Baju Putih sudah habis tetapi masih terdapat duapuluh orang pengawal Baju.

   Merah lagi.

   Bukankah mereka juga tokoh2 sakti yang telah dicelakai dan diperalat Thian-tong-kau?".

   Pek I lojin mengangguk .

   "Ya, tetapi untuk jelasnya, kita harus melihat dulu permainan silat mereka baru dapat mengenal orangnya."

   "Tetapi bagaimanapun juga mereka adalah sama kaum persilatan. Mereka tak berdosa maka sedapat mungkin harus diselamatkan"

   Kata Hoa Sin. Pek I lojin menghela napas.

   "Ya, benar. Tetapi sulitnya Kim kongcu itu tidak seratus persen normal pikirannya. Dia memiliki tenaga-sakti hebat tetapi tak tahu bagaimana mengembargkan dan bagaimana mengendalikan. Sehingga sekali memancar, orang tentu akan binasa.

   "Kim kongcu"

   Serentak Hoa Sin berpaling ke arah Blo'on.

   "apakah engkau benar2 tak merasa apabila engkau memiliki tenaga-dalam yang sakti ?"

   "Siapa bilang begitu ?"

   Bantah Blo'on "apa itu tenaga-dalam aku tak mengerti"

   "Tetapi kongcu telah mengalahkan semua jago2 sakti dari Thian-tong-kau. Mereka mempunyai tenaga-dalam yang sakti. Jika kongcu tak punya tenaga sakti yang lebih hebat dari mereka, tak mungkin kongcu dapat mengalahkan mereka", kata Hoa Sin.

   "Ah, terserah."

   Kata Bloon.

   "orang boleh mengatakan aku ini bagaimana, tetapi aku sendiri merasa jelas, tak mempunyai tenaga-dalam dan tak mengerti silat". Lalu bagaimana perasaanmu apabila engkau bertempur dengan musuh ?"

   "Aku selalu merasa takut dan kuatir kalau hendak dipukul atau dibacok lawan maka timbullah keinginan hatiku untuk menangkis dan tahu2 tangan atau kakiku dapat bergerak sendiri,"

   Hoa Sin geleng2 kepala.

   Dia adalah ketua partai Kay-pang.

   Dia seorang tokoh yang berilmu tinggi.

   Dia termasyhur dan dikagumi kawan mau pun lawan.

   Tetapi dia tak mengerti Bloon, tak mengerti ilmu apakah yang melekat pada diri anak itu.

   Keadaan pihak Thian-tong kau diatas panggung upacara itu hampir porak peranda.

   Duabelas barisan gadis Baju Kuning dan duabelas gadis Baju Hijau sudah kabur karena takut dengan ular thiat-bi-coa milik kakek Lo Kun.

   Keenam kacung Baju Biru dan enam kacung Baju Merahpun sudah lari pontang panting takut pada Blo'on.

   Kedua puluh pengawal Baju Putihpun sudah hancur.

   Sebagian besar habis di tangan Blo'on.

   Kini yang tinggal hanya keduapuluh pengawal Baju Merah, dua orang gadis cantik yang berdiri disebelah kanan dan kiri ketua Thian-tong-kau, sepasang harimau yang mendekam dibawah kaki ketua itu, Dan si pengacara baju merah yang diam seperti orang ter-longong2.

   "Suthay, totiang, mari kita bekuk ketua Thian-tong-kau itu agar dapat menghindari pertumpahan darah yang hebat,"

   Seru Hoa Sin seraya terus loncat kemuka.

   Pek I lojin hendak mencegah tetapi sudah tak keburu.

   Ketiga ketua partai persilatan itu melanjutkan persepakatan mereka tadi yalah antuk membekuk ketua Thian-tong-kau.

   Tetapi kedatangan mereka segera disambut oleh seorang pengawal Baju Merah.

   Begitu maju pengawal Baju Merah itu terus ayunkan tangannya dan seketika itu terdengarlah desing angin tajam melanda kearah ketiga ketua partai itu.

   "Awas, jarum rahasia"

   Teriak Hoa Sin seraya loncat menghindar diikuti Hong Hong tojin.

   Tetapi Ceng Sian suthay tak mau menyingkir melainkan tamparkan kebut hudfimnya.

   Tring, terdengar suara halus dari sebuah benda yang jatuh ke papan lantai.

   Setelah berhasil menampar jatuh jarum rahasia, Ceng Sian suthay memutar hudtim dan maju menghampiri pengawal Baju Merah itu.

   Pengawal Baju Merah itu tak berkata apa2, hanya ayunkan tangan kanan lalu tangan kiri kearah Ceng Sian suthay.

   Ketua dari partai Kun-Iun-pay itu menyadari bahwa pengawal Baju Merah yang menyerangnya itu tentu seorang ahli dalam menabur senjata jarum.

   Dan iapun curiga apabila jarum2 rahasia itu mengandung racun Maka dengan hati2 ia mainkan kebut hujtim sedemikianrupa sehingga tubuhnya seperti terbungkus oleh sinar putih.

   "Berbahaya "

   Teriak Sian Li yang tak tahan lagi menyaksikan keganasan pengawal Baju Merah itu. Serentak ia hendak maju menerjang.

   "Jangan"

   Seru Pek I Lojin seraya ulurkan tangan seperti hendak menarik baju walaupun orangnya sudah dua langkah jauhnya. Tetapi Sian Li terhenti. Ia merasa tubuhnya seperti tertahan tenaga yang amat kuat sekali.

   "Nona, berbahaya sekali"

   Seru Pek I lojin.

   "ketiga ketua partai persilatan itu cukup mampu untuk menghadapinya". Saat itu pengawal Baju Merah ayunkan tangan kanan lalu tangan kiri. Kali ini agak beda dengan yang tadi. Ayunan tangan kanan itu memang berisi jarum tetapi tangan kiri hanya tamparan saja untuk membantu supaya jarum itu meluncur lebih keras dan dahsyat. Tring tring. tring, ih ... tiba2 Ceng Sian suthay mendesis ketika telinga kanannya tersambar oleh aum tajam dari sebatang jarum. Untung dia masih dapat berkelit ke kiri sehingga hanya keserempet sedikit saja. Sekalipun demikian rasanya panas sekali sehingga daun telinganya itu merah. Dengan cara mengantar lontaran jarum itu, berhasillah pengawal Baju Merah untuk menembus lingkaran sinar dari kebut hudtim Ceng Sian suthay. Ceng Sian marah sekali. Sebagai seorang rahib ketua partai Kun lun-pay diapun memiIiki kepandaian yang mengejutkan. Tetapi karena sebagai seorang agama, dia berhati welas asih dan pantang membunuh. Tetapi karena saat itu menghadapi seorang lawan yang begitu ganas menaburnya dengan jarum rahasia yang beracun, bangkitlah kemarahan rahib dari Kun-lun-pay itu.

   "Hm,"

   Ia mendesis lalu menyongsong maju dan tiba2 bulu dari kebud pertapaan itu rontok berhamburan melayang kearah pengawal Baju Merah Jarak yang sedemikian dekat, ditambah pula tak mengira kalau kebut hudtim akan berobah menjadi ratusan bulu2 yang tegak meregang seperti jarum2 panjang, pengawal Buju Merah itu berusaha untuk menghalau dengan menamparkan kedua tangannya.

   Tetapi gerakan itu tak dapat membendung beberapa batang bulu yang langsung bersarang pada mata dan lubang hidung pengawal Baju merah.

   "Auh.....,"

   Terdengar jeritan ngeri yang seolah menggetarkan panggung ketika tubuh pengawal Baju Merah itu terdampar jatuh ke lantai.

   "Suthay !"

   Karena ngeri menyaksikan peristiwa itu. Sian Li berseru tertahan.

   "Siancay ! Siancay !"

   Pek I lojin mengucapkan doa seraya menghela napas.

   "Bwe-hwa-cian-kun Bo Hin, akhirnya engkau harus memakan buah yang engkau tanam sendiri."

   "Siapakah orang itu, lo-cianpwe ?"* tanya Sian Li.

   "Dia adalah Bwe-hoa-ciam- kun Bo Hin, seorang tokoh hitam yang gemar memetik bunga,"

   Kata Pek I lojin.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ini, aneh, mengapa seorang tokoh silat lelaki gemar memetik bunga ? Buat apa ?"

   Tanya Sian Li kekanak-kanakan. Pek I lojin tertawa .

   "Ah, cobalah engkau tanyakan kepada Lo Kun cianpwe itu."

   "Kakek Lo Kun, engkau tahu apa yang dimaksud dengan memetik bunga itu ?"

   Tanya Sian Li.

   "Hah ?"

   Lo Kun terbeliak.

   "memetik bunga ? Siapa yang memetik bunga?"

   "Itu pengawal Baju Merah yang terbunuh suthay. Dia seorang tokoh pemetik bunga."

   "Kurang ajar!"

   Teriak Lo Kun,"

   Jika demikian dia tukang pengrusak kebun. Untung aku tak senang menanam bunga, kalau tidak, hm, tentu sudah kuhajar batok kepalanya !"

   Pek I lojin tertawa.

   "Benarkan itu, lo cianpwe ?"

   Tanya Sian Li "Benar, benar,"

   Kata Pek I lojin."

   Tetapi dalam dunia persilatan istilah itu digunakan untuk orang yang suka merusak kehormatan wanita."

   "Hai !"

   Kakek Lo Kun melonjak.

   "jika demikian dia wajib dibunuh. Mengapa sejak tadi engkau tak bilang?"

   Pek I lojin hanya ganda tertawa.

   Ia tahu bahwa kakek itu memang seorang limbung, tak perlu dilayani secara serius.

   Dalam pada itu ketika Ceng Sian suthay sedang berhadapan dengan pengawal Baju Merah tadi, dengan ketajaman mata sebagai seorang tokoh berilmu tinggi, tahulah Hoa Sin bahwa Ceng Sian suthay tentu dapat menghadapi lawannya.

   Maka ia bersama Hong Hong tojin segera lanjutkan langkah untuk membekuk ketua Thian-tong-kau.

   Tetapi saat itu juga keduanya telah dicegat oleh dua pengawal Baju Merah.

   "Hong kaucu mari kita membagi tugas."

   Seru Hoa Sin segera menyambut seorang pengawal Baju Merah.

   Sementara Hong Hong tojinpun segera menyambut yang seorang.

   Pengawal Baju Merah yang berhadapan dengan Hoa Sin itu segera mengeluarkan senjatanya, sebatang toya bergigi duri.

   Melihat itu Hoa Sin pun berseru .

   "Bagus, pengemis tua hari ini akan menguji sampai dimana ilmu Pentung-anjing (Bakkau- pang) itu lihaynya !"

   Diapun lantas mencabut sebatang tongkat.

   Tiada yang luar biasa pada tongkat itu dan ia pun nengatakan hanya sebatang pentung untuk penggebuk anjing.

   Tanpa banyak bicara pengawal Baju Merah Itu segera menyerang.

   Jurus pertama yang dilancarkan yalah, menusuk dada, mengemplang kepala, membabat pinggang dan menyapu kaki.

   Gerakan itu dilancarkan sekaligus dengan cepat dan beruntun.

   "Hong mo-ciang-hwat!"

   Seru Hoa Sin seraya mainkan tongkat penggebuk anjing untuk melayani.

   Hong-mo-cianghwat artinya ilmu tongkat Iblis gila, yalah ilmu permainan tongkat yang sedang dilancarkan oleh pengawal Baju Merah itu.

   Dengan cepat sekali Hoa Sin segera dapat mengenali ilmu permainan tongkat lawan.

   Dan ia pun tahu bagaimana cara untuk melayaninya.

   Tetapi diluar dugaan ternyata Hong mo-ciang-hwat yang dimainkan pengawal Baju Merah itu luar dari biasanya.

   Selain gerakannya yang cepat, pun tenaga sabatannya dahsyat sekali, Untung, Hoa Sin seorang jago Kay pang yang cerdas dan tangkas.

   Sekalipun begitu tetap ia harus menderita kesibukan.

   Hong-mo jut-gun atau Iblis-gila-menonjol keluar yang dilancarkan dalam serangan selanjutnya oleh pengawal Baju Merah itu, telah menimbulkan deru angin dan bunyi yang menderu-deru seperti prahara sehingga rambut dan pakaian pengemis-sakti Hoa Sin sampai bertebaran.

   Hoa Sin harus kerahkan seluruh perhatian dan tenaga untuk menghadapinya.

   Segera ia keluarkan jurus Pau ciang kau-ciau atau Tongkat-melayang anjing menggonggong.

   Tongkat bak - kau ciang segera berhamburan seperti hujan mencurah, sayup2 seperti suara anjing menggonggong.

   Tring ...

   terdengar benturan yang keras sekali.

   Tampak kedua bahu pengawal baju merah itu menggigil tetapi tangan Hoa Sinpun terasa kesemutan.

   Ketua Kay pang itu terkejut.

   Siapakah gerangan tokoh itu ? Mengapa sedemikian hebat tenaganya ? Hoa Sin termasyhur sebagai ketua Kaypang yang cerdik dan sakti.

   Tongkat bak-kau-pang selama ini jarang mendapat tandingan dan jarang digunakan untuk bertempur.

   Ia terkejut saat itu karena bukan saja permainan tongkatnya tertindih oieh permainan toya lawan, pun tenaganya juga lebih unggul setingkat dengan lawan.

   Memang semasa ia masih muda, pernah ia mendengar tentang seorang tokoh aneh yang bersenjata toya.

   Tokoh itu disebut Giam Ti Beng digelari Hongmo-ciang atau si Tongkatiblis- gila.

   Pernah ia datang ke gereja Siau-lim-si untuk menantang paderi disitu.

   Dia dianggap gila dan diusir tetapi beberapa paderi telah d gebuknya.

   Ia nekad masuk kedalam gereja dan sesumbar hendak menghajar semua paderi disitu.

   Maka oleh ketua Siau-lim-si disuruhnya beberapa murid untuk mengusirnya.

   Pun tiada seorang dari mereka yang menang dengan Giam Ti Beng.

   Karena beberapa murid Siau-Iim-si yang berkepandaian tinggi kalah, akhirnya Hui ln siansu yang pada waktu itu menjadi ketua Siau lim-si terpaksa maju menghadapi sendiri.

   Segera ia mendapat kesan bahwa Giam Ti Beng itu memang agak kurang beres ingatan.

   Tetapi Hui-ln pun terkejut ketika mengetahui bahwa ilmu permainan tongkat Hong-mo ciang dan orang itu ternyata hebat dan aneh sekali.

   Hong-mo-ciang Giam Ti Beng memang berwatak angkuh dan sombong.

   Segala2nya ia minta istimewa.

   Tongkatnya bukan tongkat sembarangan tetapi dari sari baja murni.

   Dia pernah berkelana ke daerah Biau di Tibet dan mengetahui cara pembuatan dari golok orang Biau yang termasyhur tajam yalah golok Biau-to, tipis tetapi luar biasa tajamnya.

   Golok itu dibuat dari baja keluaran Tibet yang istimewa.

   Diapun mencuri bahan baja itu lalu meniru cara pemasakan orang Biau, ia dapat membuat sebatang tongkat.

   Demikian pula dengan ilmu permainan Hong mo-ciang.

   Dia robah semua gerak2 dari setiap jurus.

   Misalnya yang seharusnya menyerang ke kiri, ia robah menyerang ke kanan, yang kekanan dirobah ke kiri.

   Yang seharusnya memapas keatas dirobah membabat kebawah.

   Yang seharusnya menusuk kemuka ia malah menarik ke belakang dan yang seharusnya ditarik kebelakang ia malah menusuk ke muka.

   Pokoknya semua gerak, berlawanan arah dari gerak aselinya.

   Dengan Hong-mo-ciang-hwat yang serba aneh itu, dapatlah ia membuat Hui ln taysu sibuk sekali dan hampir saja rubuh.

   Tetapi Hui In adalah seorang ketua Siau-lim-si yang cerdas dau berilmu tinggi Tiba2 ia loncat keluar dari gelanggang dan berseru .

   "Omitohud ! Sicu hebat sekali !"

   Giam Ti Beng tertegun melihat kewibawaan hweshio tua yang menjadi pimpinan Siau-lim-si. Diapun tak mau melanjutkan pertempuran.

   "Apakah maksud sicu datang ke gereja kami?* tegur Hui In pula.

   "Tak ada maksud apa2 kecuali hendak membuktikan apakah ilmu permainan tongkatku dapat mengimbangi ilmu kepandaian Siau-lim si" 'Oh, bukan saja mengimbangi tetapipun mengungguli, sicu."

   Seru Hui In taysu. Wajah Giam Ti Beng ber-seri2 .

   "Jika demikian, terima kasih, taysu, aku mohon pulang". Ternyata Hui In taysu memang seorang yang bijaksana dan penuh dengan toleransi. Jika ia mau, tentu ia dapat mengalahkan orang itu. Tetapi melihat orang itu tak normal pikirannya diapun tak mau melayani. Beberapa anak murid Siau-lim-si terkejut heran di antara mereka timbul pembicaraan yang menguatirkan bahwa apabila peristiwa Hui In taysu dikalahkan oleh Giam Ti Beng itu sampai tersiar keluar, nama baik Siau-iim-si tentu jatuh. Tetapi kekuatiran murid2 Siau lim si itu tak sampai terjadi karena sejak meninggalkan gereja Su lim si, Giain Ti Beng tak pernah kedengaran beritanya lagi. Ternyata diam2 Hui In taysu memanggil seorang murid yang bukan dari orang agama, seorang pemuda yang berbakat bagus. Ia menitahkan agar pemuda itu mencari Giam Ti Beng dan menantangnya. Tetapi murid itu dipesan supaya jangan sampai membunuh orang itu, cukup asal diikat dengan perjanjian bahwa apabila Giam Ti Beng kalah maka harus bersembunyi tak boleh muncul kedunia persilatan. Murid itu memang lihay dan cerdik. Dia tantang Giam Ti Beng untuk bertanding dua macam kepandaian, ilmu pukulan dan ilmu tongkat. Setiap pertandingan memakai syarat. Kalau pemuda itu kalah, dia rela dipotong sebelah tangan atau kakinya. Jika sampai kalah dua kali, boleh dipotong dua buah bagian tubuhnya, kaki atau tangan. Tetapi apabila Giam Ti Beng kalah, untuk tiap macam pertandingan, dia harus bersembunyi selama sepuluh tahun. Kalau dua pertandingan kalah berarti harus bersembunyi duapuluh tahun. Pertandingan itu diterima oleh Giam Ti Beng. Karena sudah diberi pelajaran ilmu Tat-mo kiam oleh Hui In taysu. maka dapatlah pemuda itu mengalahkan Giam Ti Beng. Dan Giam Ti Bengpun harus memenuhi janji. Sejak itu dia tak kedengaran kabar beritanya lagi. Maka apabila Hoa Sin kelabakan menghadapi permainan Hong-mo ciang dari pengawal Baju Merah itu. memang dapat dimengerti. Apalagi setelah mengasingkan diri itu, belasan tahun lamanya Giam Ti Beng meyakinkan dan menyempurnakan ilmu Hong-mo-ciangnya. Baru kali ini Hoa Sin menghadapi musuh yang amat tangguh. Dia harus mati2an mempertahan diri sehingga tubuhnya sampai mandi keringat. '"Nona", tiba2 Pek I lojin berseru kepada Hong Ing yang sejak tadi diam saja.

   "maukah engkau membantu Hoa pangcu yang kerepotan itu ?"

   "Biik, locianpwe, seru Hong Ing seraya loncat ketengah gelanggang dan langsung menyerang pengawal Baju Merah itu seraya berkata .

   "Hoa pangcu, silahkan beristirahat dulu, biarlah aku yang melayani orang ini."

   Sebenarnya Hoa Sin penasaran atas kehadiran Hong Ing itu. Walaupun dia terdesak tapi belum tentu dia kalah. Tapi karena nona itu sudah terlibat dalam serangan dengan Pengawal Baju Merah, terpaksa ia loncat mundur.

   "Hoa pangcu, harap jangan salah mengerti,"

   Kata Pek I lojin.

   "memang akulah yang meminta nona itu menggantikan Hoa pangcu. Manusia semacam itu tak perlu Hoa pangcu turun tangan sendiri"

   Dengan kata2 itu dapatlah Pek I lojin mengendapkan penasaran ketua Kaypang.

   Hong Ing se;gera terlibat dalam pertempuran yang seru dengan pengawal Baju Merah itu, Nona itu menggunakan pedang sedang lawannya sebatang toya.

   Beberapa saat kemudian tampak Hong Ing seperti terbenam dalam lautan sinar tongkat sehingga nona itu harus memeras keringat benar.

   "Nona Sian Li tiba2 Pek I lojin berseru.

   "Apakah engkau pernah melihat setan?"

   Sudah tentu Sian Li terkejut mendapat pertanyaan yang sedemikian aneh dari orangtua itu. Ia gelengkan kepala .

   "Belum"

   "Pernah mendengar ceritanya ? "Ya, pernah. Tapi apa maksud lo-cianpwe bertanya begitu ?"

   Tanya Sian Li keheranan.

   "Aku hendak bertanya kepadamu, nona,"

   Kata Pek I lojin.

   "apakah setan itu berani muncul di tempat yang terang ?"

   "Tidak, locianpwe"

   Jawab Sian Li.

   "biasanya setan itu tentu berada di tempat yang gelap dan keluarnya pada malam hari."

   "Benar"

   Kata Pek I lojin pula.

   "tahukah kau apa sebab setan takut keluar pada siang hari?"

   Sian Li gelengkan kepala. Tiba2 Pek I lojin berseru agak keras .

   "Karena setan itu tak punya bayangan. Maka sering orang mengatakan setan tanpa bayangan kepada orang yang sukar dicari". Sian Li tak tahu mengapa kakek tua itu membicarakan soal setan dan menyebut2 tentang bayangan. Dalam pada itu tiba2 terjadilah suatu perobahan dalam pertempuran. Hong Ing saat itu sudah berhasil lolos dari kepungan sinar tongkat lawan dan kini nona itu ber-lari2 mengelilingi lawannya. Pek I lojin tertawa. Sian Li tercengang. Pertempuran masih berjalan seru dan dahsyat. Pengawai Baju Merah benar2 seperti iblis gila yang mengamuk. Toya dimainkan laksana badai yang mengacau samudra, tapi sampai sejauh itu tetap dia tidak berhasil melukai Hong Ing. Hong Ing terus ber-putar2, makin lama makin cepat sehingga sukar dilihat mana Hong Ing yang sesungguhnya, mana yang hanya bayangannya saja. Sepeminum teh lamanya tiba2 toya pengawal Baju Merah itu mencelat kearah bawah panggung, lihat itu Hoa Sin cepat loncat menyambarnya, ia melayang turun, tiba2 terdengar jerit teriak ngeri disusul dengan terlempanya tubuh pengawal Baju Merah itu kelantai.

   "Bagus, nona Hong Ing !"

   Seru Pek I lojin ketika nona itu kembali kepada kawan2nya.

   "Terima kasih, locianpwe,"

   Kata Hong Ing kepada orangtua itu.

   "Hah ? Mengapa ?"

   Pek I lojin terkejut.

   "Karena ceritamu tentang setan tadi, akupun teringat akan gerak setan"

   Kata Hong Ing.

   "O, apakah engkau menggunakan ilmu setan untuk mengalahkan pengawal baju merah itu ?"

   Ta mya Pek I lojin.

   "Bukan ilmu setan tapi sebuah gerak langkah yang disebut Setan-tanpa-bayangan"

   Menerangkan Hong Ing.

   "O", Pek I lojin hanya mendesuh lalu alihkan perhatian kearah Hong Hong tojin yang masih bertempur dengan seorang pengawal Baju Merah yang lain. Pengawal Baju Merah itu memakai senjata pedang dan ketua Go-bi pay itu hanya bertangan kosong. Saat itu Hong Hong tojin sudah pontang panting dikurung oleh sinar pedang. Bahkan ujung lengan jubahnya telah terpapas kutung. Entah bagaimana walaupun belum jelas betul siapakah orangtua baju putih (Pek I lojin) itu tapi timbullah rasa mengindahkan dalam hal kedua gadis kepadanya. Maka Sian- Li pun meminta izin .

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Lo-cianpwe, bolehkah aku membantu Hong Hong totiang itu ?"

   "Baiklah."

   Kata Pek I lojin.

   "sebenarnya Hong Hong kaucu tak kalah tetapi karena dia hanya bertangan kosong dan musuh memakai pedang maka diapun terdesak."

   "Hong Hong totiang,"

   Seru Sian Li selekas loncat menghampiri.

   "silahkan beristirahat dulu. Biarlah aku yang menghadapi pengawal ini."

   Sebenarnya hal itu suatu pantangan bagi kaum persilatan bahwa seorang yang bertempur dan belum tentu kalah lalu ada lain orang yang hendak menggantinya.

   Apalagi Hong Hong seorang ketua partai Go-bi-pay.

   Tetapi karena ia melihat juga Hoa Sin diganti Hong Ing, diapun tak menaruh suatu keberatan apa2.

   Dan ia teringat bahwa Sian Li itu memiliki pedang Pek-liong-kiam yang luar biasa.

   "Baik, hati-hatilah,"

   Seru Hong Hong seraya loncat keluar.

   Pedang termasuk salah sebuah senjata yang paling sukar dipelajari.

   Karena untuk mencapai ilmu permainan pedang yang sakti, diperlukan juga tenaga-dalam yang tinggi.

   Dulu Kim Thian Cong sudah menyadari hal itu.

   Maka terhadap murid perempuannya itu, ia khusus memberi pelajaran ilmupedang yang hebat karena bagi seorang anak perempuan, pedang itu merupakan senjata yang paling cocok.

   Walaupun dalam ilmu tenagadalam Sian Li belum mencapai tataran tinggi tapi berkat makan buah Hay te cian-lian som, atau buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun, tenaga-dalam nona itupun bertambah hebat sekali.

   Sian Li seorang nona yang cerdas dan Kim Thian Cong pun makin sayang kepadanya.

   Dengan tekun dan keras, ia memilih latihan2 muridnya itu.

   Dengan begitu berhasillah Sian Li mewarisi ilmu pedang dari gurunya.

   Sian Li melancarkan ilmupedang Giok-li-kiam atau Pedang bidadari.

   Sebuah ilmu pedang yang mengutamakan gerak keluwesan dan kelincahan seorang bidadari.

   Tetapi pengawal Baju Merah itu telah melancarkan serangan yang cepat dan dahsyat sekali.

   "Tui-hong-kiam,"

   Seru Pek l lojin terkejut. Hoa Sin, Ceng Siam suthay dan Hong Hong tojin mengangguk.

   "Tetapi hebat sekali,"

   Seru mereka. 'Kalau sudah tahu hebat, mengapa suruh cucuku menghadapi,"

   Teriak kakek Lo Kun. Pek I lojin hanya tertawa .

   "Jangan kuatir kalau cucumu kalah, cucumu yang satu masih ada."

   "Siapa ? Blo'on ?"

   Tiba2 kakek Lo Kun berpaling mencari Blo'on.

   "Blo'on, mengapa engkau diam saja ? Lihatlah sumoaymu dihajar oleh pengawal Baju Merah itu. Apakah engkau tak mau menolongnya ?"

   "Dia belajar ilmupedang dari suhunya. Kalau tidak digunakan untuk menghajar musuh lalu apa gunanya dia belajar?"

   Sahut Blo'on. Kakek Lo Kun terbeliak. Pada lain saat ia tertawa .

   "Benar, benar, memang biar tahu rasa. Perlu apa anak2 perempuan harus belajar silat, sekarang harus bertempur dengan musuh. Kalau dia tidak belajar silat dan tinggal dirumah mengurus rumahtangga, bukankah dia tak sampai rambutnya digundul seperti engkau !"

   "Lojin."

   Seru Hoa Sin.

   "adakah lojin kenal akan pengawal Baju Merah itu?"

   "Dahulu semasa masih muda, pernah kudengar seorang pendekar pedang dari perguruan Kong tong-pay yang menggemparkan dunia persilatan. Dia memiliki ilmupedang Tui-hong kiam yang luar biasa hebatnya. Karena banyak murid2 dari lain partai persilatan yang terluka, maka beberapa partai persilatan lalu datang ke gunung Kong-tong-san untuk meminta pertanggungan jawab dari ketua Kong-tong-pay.

   "Fihak Kong-tong-pay terkejut karena merasa tak mempunyai murid itu. Beramai-ramai mereka mencari jago itu dan akhirnya tertangkap juga. Ternyata pemuda itu telah mencuri kitab ilmu pedang dari Kong tong pay dan mempelajarinya dengan tekun. Dia sakit hati kepada Kong tong-pay karena tak diterima sebagai murid. Akhirnya dalam pertempuran dengan beberapa tokoh partai persilatan, dia masih dapat membela diri dengan ilmupedang Tui liongkiamnya. Tui-liong kiam demikian nama yang diberikan kepada pemuda yang sebenarnya bernama Bun Siau Hong. Sebenarnya orang persilatan mengagumi Bun Siau Hong karena kegagahan dan tindakannya bagai seorang pendekar yang membela kebenaran Tetapi entah bagaimana lama kelamaan dia terjerumus dalam kalangan hitam dan gemar paras cantik. Akhirnya ia mendapat seorang wanita cantik yang cabul yalah Bu-yong-sian-li atau Dewi Melati. Dan sejak itu dia menghilang tiada ceritanya lagi. Tui hong-kiam, sesuai dengan namanya, memang memiliki perbawa sedahsyat angin praha Tetapi Giok-li-kiam-hwat atau ilmu pedang bidadari, juga hebat. Apalagi Sian Li memiliki pedang Pek-liong-kiam yang luar biasa tajamnya. Seharusnya dia dapat mengimbangi permainan lawan bahkan seharusnya pula dia harus menang angin, Tetapi sayang masih kurang pengalaman bertempur dengan tokoh sakti setingkat pengawal Baju Merah itu. Makin lama mulai timbul rasa cemas akan bahaya2 maut yang ditebarkan oleh pedang pengawal baju Merah itu. Sampai pada suatu saat ketika sinar pedang lawan hendak membelah kepala, tanpa lagu2 lagi Sian Li terus menangkis untuk melindungi kepalanya. Tetapi rupanya pengawal Baju Merah itu tahu akan ketajaman pedang Sian-li. Dengan sebuah gerak yang tak terduga dan teramat cepat, pengawal Baju Merah itu telah menghentikan tusukan dan menekuk tangkai pedangnya ke bawah untuk menutuk siku lengan Sian Li. Sian Li terkejut tapi terlambat sudah. Tangan terasa kesemutan dan pedang Pek-liong-kiampun mencelat ke udara. Untung nona itu masih sempat Iompat setombak jauhnya kebelakang sehingga tak sampai menderita bacokan lawan. Berhasil memukul pedang lawan ke udara, pengawal Baju Merah itu tak mau memberi kesempatan lagi. Dengan sebuah gerak sedahsyat harimau menerkam, ia terus memburu Sian Li dengan taburan sinar pedang yang menyerupai beribu kilat memancar.

   "Setan !"

   Teriak Blo'on seraya loncat menampar.

   Dia marah dan terkejut melihat Sian Li terancam bahaya maut.

   Rasa marah itulah yang membangkitkan tenaga-dalam sakti Ji-ihsin- kang.

   Tapi Tui-hong-kiam Bun siau Hong itu hebat juga tenaga-dalamnya.

   Dia hanya tertahan tapi tak sampai terdampar mundur.

   Rupanya kali ini Blo'on benar2 marah.

   Dia tak ingat kalau hanya bertangan kosong sedang musuh menggunakan pedang.

   Selekas menampar, ia terus loncat maju dan lepaskan tamparan berulang-ulang.

   Bun Siau Hong tak sempat lagi untuk mengembangkan permainan pedangnya, la merasa dirinya seperti dilanda badai yang mengandung tenaga kuat sekali.

   Ia berusaha kerahkan seluruh tenaga dalam untuk bertahan tapi sia2.

   Saat itu Blo'on makin mendekat.

   Melihat itu Bun Siau Hong nekad.

   Dengan kerahkan seluruh tenaga, ia membacok pemuda itu.

   Tetapi hal itu hanya mengundang kemarahan Blo'on saja.

   Melihat lawan hendak membacok, cepat Blo'on ayunkan kaki menendangnya, plak ...

   terlemparlah Bun Siau Hong sampai dua tombak jauhnya dan tak dapat bangun lagi.

   Dari lubang hidung, mata, telinga dan mulut, mengalirkan darah yang kental.

   "Siapakah dia locianpwe ?"

   Tanya Blo'on kepada Pek I lojin.

   "Tui hong-kiam Bun Siau Hong,"

   Seru Pek I lojin.

   "heran sudah berpuluh tahun dia tak terdengar beritanya, tahu2 sudah menjadi pengawal Thian-tong-kau"

   "Dia orang baik atau jahat ?"

   "Yang jelas dia telah terjerumus dalam dunia kepelesiran."

   Pek I lojin menghela napas.

   "sayang sesungguhnya dia seorang berbakat tetapi telah tersesat jalan hidupnya".

   "Hoa pangcu"

   Tiba2 Ceng Sian suthay berkata "rencana kita untuk membekuk ketua Thian tong-kau selalu gagal karena dirintangi oleh pengawal Baju Putih dan Baju Merah"

   "Ya, benar,"

   Kara Hoa Sin.

   "rupanya sebelum pengawal2 itu terbasmi semua, sukar untuk mendekati kelua mereka."

   DaIam pada bicara itu, tampak seorang pengawal Baju Merah maju pula dan terus menyerang Blo'on.

   "Bio on, aku juga ingin melemaskan tulang2ku"

   Seru kakek Lo Kun.

   "kalau hanya diam saja disini aku merasa jemu'"

   Habis berkata kakek Lo Kun terus berlari menyambut pengawal Baju Merah itu.

   "Huh, kurang ajar, engkau membawa rantai", seru kakek Lo Kun demi melihat pengawal Baju Merah itu melolos seutas rantai besi yang ujungnya diikat dengan sebuah bola besi yang berduri. Tiba2 mata kakek itu tertumbuk pada pedang Pek-liongkiam yang masih menggeletak di lantai, terus menjemputnya dan berpaling .

   "Sian Li, pinjam sebentar pedangmu, ya ?"

   "Ya ... awas serangan musuh"

   Teriak Sian Li ketika melihat pengawal Baju Merah sudah ayunkan rantai dan bola besi itu melayang kearah kepala kakek Lo Kun. Pada hal saat itu kakek Lo Kun sedang berpaling kebelakang.

   "Uh ...

   "

   Kakek Lo Kun menundukkan kepala dan bola besi itu melayang hanya seujung rambut dari kulit kepalanya.

   Apabila Siau Li, Hong Ing dan lain2 menghela napas longgar karena melihat kepala Lo Kun hampir saja pecah, tapi tak demikian dengan kakek itu sendiri.

   Ia meng-usap2 batok kepalanya dan ber-sungut2 .

   "Kepala, sudah ber puluh2 tahun engkau ikut aku, masakan engkau rela ikut pada setan baju merah itu."

   Andaikata saat itu Lo Kun tak mengoceh tetapi terus menerjang lawan, tentulah ia akan memperoleh hasil yang bagus. Paling tidak dia tentu dapat memapas putus rantai lawan. Tetapi kesempatan sebagus itu dibunang dengan mengoceh semaunya sendiri ,..."

   

   Jilid 38 Melihat tingkah laku kakek Lo Kun. Sian Li menggeram dan meng-gentak2kan kakinya.

   "Dia memang manusia yang aneh,"

   Pek I lojin tertawa.

   "dunia ini memang penuh dengan orang2 yang begitu".

   "Lo-cianpwe"

   Kata Sian Li.

   "dia sebenarnya seorang kakek yang berhati baik. Tapi entah bagaimana pikirannya memang sering limbung tak keruan. Apakah memang begitu kalau orang sudah keliwat tua itu ?"

   Pek I lojin tertawa .

   "Berapakah umurnya ?"

   "Menurut katanya sudah lebih dari seratus tahun dan katanya dia takkan mati sebelum dia ingin mati sendiri". Pek I lojin tertawa. Sementara itu pertempuran mulai berlangsung walaupun memiliki pedang pusaka tetapi Lo Kun terpaksa harus lari2 menghindar serangan rantai bola yang lebih panjang. Berulang kali hampir ia berusaha untuk memapas rantai itu tapi rantai bandringan duri itu seolah bermata. Walaupun sedang melayang deras sekali tapi bila hendak ditabas tiba2 rantai itu dapat menekuk ke bawah atau ke atas untuk menghindari pedang. Bahkan yang lebih gila lagi, rantai itu dapat melingkar untuk menghantam tangan lawan yang memegang pedang.

   "Kui-lian-sin-kiu"

   Teriak Hoa Sin ketika mengikuti pertandingan itu beberapa jenak. Pek I lojin mengangguk .

   "Benar, mengapa dia juga berada disini ?" ''Siapakah Kui han sin kiu itu, Hoa pangcu?"

   Tanya Sian Li. Rupanya gadis itu memang suka bertanya sesuatu yang tak diketahuinya.

   "Lebih kurang sepuluh tahun yang lalu, di daerah Kwan-gwa (luar perbatasan) telah muncul begal yang menggunakan senjata rantai-gembo!an-berduri. Dia hanya bekerja seorang diri. Dengan permainan rantai-gembolannya yang luar biasa itu dapatlah ia merubuhkan beberapa piausu yang terkenal. Dengan munculnya orang itu, daerah Kwam-gwa menjadi daerah rawan. Setiap piau-kiok yang lewat harus membayar bea kepadanya baru tak diganggu,"

   Kata Hoa Sin.

   "Lalu tiba2 dia menghilang,"

   Kata Hoa Sin pula.

   "entah apa sebabnya. Hanya menurut kabar2 dia telah bekerja pada pemerintah Goan. Tapi bagaimana keadaan yang sebenarnya, tiada orang yang tahu. Yang jelas sekarang dia berada di gunung Thaysan menjadi pengawal Thian-tong kau.. Ancaman dari gembolan besi berduri itu makin ber-tubi2 melanda kakek Lo Kun sehingga kakek itu harus berloncatan menghindar.

   "Setan ... jahanam ... bangsat ...

   "

   Tak hentinya mulut kakek itu mengumpat tapi pengawal Baju Merah itu se-olah2 manusia robot yang tak punya perasaan.

   Walaupun membawa pedang pusaka Pek-liong-kiam tapi kakek Lo Kun tak sempat dapat membacok rantai lawan.

   Rantai pengawal Baju Merah itu seolah2 seekor ular yang tahu untuk menghindar bacokan.

   Bahkan dalam sebuah jurus yang disebut Koay-hong-iuttong atau Ular-naga-keluar-sarang, gembolan besi berduri hampir saja dapat memagut kepala Lo Kun.

   Karena kaget, kakek Lo Kun taburkan Pek liong-kiam lalu buang tubuhnya ber-guling2 di tanah.

   Tetapi tiba2 rantai besi melengkung menghindari terjangan pedang dan pada lain saat ketika hentakkan ke belakang, gembolan berduripun segera menghantam tangkai pedang itu hingga jatuh ke tanah.

   Kakek Lo Kun ber-guling2 tepat berhenti di muka Blo'on.

   Karena ber-guling2 itu, ular Thiat-bi-coa yang melilit di pinggang si kakek menjulur keluar.

   "Ih, apakah itu kakek,"

   Tanya Blo'on tanpa menolong Lo Kun yang masih rebah di lantai.

   "Ular Thiat-bi-coa"

   Seru Kakek Lo Kun.

   "Oh, mengapa aku melupakan binatang ini. Dia memakai rantai besi, aku akan memakai ular ini, beres".* Habis berkata kakek itu terus melenting bangun. Melolos ular Thiat bi-coa.

   "Kakek Lo Kun,'"

   Tiba2 Blo'on menyambar ujung ekor, ular yang dipegang Lo Kun,"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Pinjamilah ularmu sebentar".

   "Buat apa ...

   ", seru kakek Lo Kun tetapi tak melanjutkan kata2nya karena Blo'on sudah langsung melangkah ke hadapan pengawal Baju Merah. Pengawal Baju Merah itupun tak berkata apa2 terus maju menyerang Bloon. Tiba2 Blo'on menyorong ular ke muka. Rupanya ular itu seperti didorong oleh tenaga yang kuat sehingga langsung lurus menjulur ke muka pengawal Baju Merah dan menyambar hidungnya. Saat itu pengawal Baju Merah sedang ayunkan rantai gembolan-berduri untuk menyerang. Tetapi sebelum gembolan duri tiba di tubuh Bloaon mukanya sudah disambar oleh ular. Sudah tentu ia kaget dan loncat mundur. Tetapi Blo'on tak memberi kesempatan lagi. Ia terus mendesak maju dan julurkan thiat-bi-coa. Pengawal Baju Merah berusaha untuk menampar dengan tangan kiri tetapi ular itu menggeliat ke bawah menyambar perut. Pengawal Baju Merah makin bingung. Sama sekali ia tak sempat mengembangkan permainanran gembolannya. Dalam keadaan yang sangat terdesak ia menyurut mundur lalu mencelat ke udara. Saat itu ia sudah bebas dari libatan ular maka cepat ia ayunkan rantai-gembolan untuk menghantam ular. Memang dengan cara itu dapatlah pengawal Baju Merah merubah kekalahan, Dari di serang dia balik menyerang. Ular thiat-bi-coa terhantam rantai. Tapi ular itu memang luar biasa. Selain ular tidak menderita kesakitan apa2, karena kulitnya sekeras besi, pun terus melilit rantai. Melihat tingkah ular itu, Blo'onpun segera menariknya. Pengawal Baju Merah terkejut. Saat itu ia melayang di udara, jelas dalam kedudukan yang tidak menguntungkan, tubuhnya ikut menjorok ke muka. Dengan gugup ia segera menghantam. Pada saat memainkan ular thiat-bi-coa itu, tenaga dalam Jiih- sin-kang Bloon sudah memancar, maka melihat pengawal Baju-Merah itu menghantam, ilmu latah Bloon pun segera berkembang. Lawan menghantam, diapun menghantam juga. Buum .... rantai dililit ular dan ditarik ke bawah, tubuh dilanda angin pukulan Blo'on yang hebat. Hanya satu pilihan bagi pengawal Baju Merah itu. Tetap mempertahankan rantaigembolan dan pernapasannya berhenti. Atau lepaskan rantai dan tubuhnya terdampar. Ia tak ingin menderita kedua-duanya tetapi dia dipaksa untuk menderita kedua-duanya. Pengawal Baju Merah atau yang dikenal sebagai Kui-lian-sin-kiu melayang-layang seperti layang2 putus tali dengan membawa rantai gembolannya. Ternyata Blo'on kasihan pada ular itu. Kalau dia tetap mempertahankan dan pengawal Baju Merah itu terlempar ke belakang tentu akan terjadi suatu tarik menarik yang hebat, kemungkinan ular itu akan putus badannya. Oleh karena itu ia lepaskan ular itu. Bumm .... pengawal baju Merah itu jatuh terbanting ke lantai, rantai gembolannya menghantam papan sehingga menimbulkan lubang, sedang orangnya setelah meregangregang beberapa jenak lalu tak berkutik lagi. Begitu jatuh, ular thiat-bi-coa pun terus meluncur untuk melilit leher orang. Seketika melayanglah nyawa pengawal Buju Merah yang diduga sebagai Kui han sin kiu. Kakek Lo Kun bersuit dan ular thiat-bi-coa itupun segera meluncur menghampirinya. Ular itu segera melilit pinggang Lo Kun lagi.

   "Wah, hebat benar senjatamu, kakek Lo Kun,"

   Seru Blo'on.

   "Bukankah engkau juga punya binatang peliharaan, kera dan burung rajawali?"

   Sahut LoKun.

   "Hai, benar,"

   Teriak Blo'on seperti orang tersadar.

   "kemanakah gerangan kedua binatang itu?"

   Ia berpaling kian kemari tetapi tak melihat kedua binatang itu, lalu ia menegur Hong Ing .

   "kemana bintang itu?"

   Ternyata Hong Ing juga tercengang memandang kian kemari .

   "Aneh, kemanakah mereka?"

   Baru kedua pemuda itu bingung mencari tiba2 orang pengawal Baju Merah lain sudah menyerangnya.

   Kali ini tidak menyerang dengan senjata pedang atau rantai melainkan dengan piau atau senjata rahasia yang disebut Yan-wi-piau atau piau ekor seriti.

   Dua batang yau-wi-piau mendesing-desing menyambar Blo'on dan Hong Ing.

   Sambil menghindar, Hong Ing berteriak .

   "Awas, senjata gelap!"

   Blo'on mencondongkan kepala dan piau itupun meluncur lewat di depan hidungnya.

   "Ih."

   Terdengar Hong In mendesis kejut karena piau itu melayang balik untuk menyambarnya kembali. Ternyata lontaran piau itu hebat sekali. Begitu luput, dia dapat melayang balik untuk menyambar Iagi.

   "Setan"

   Teriak Blo'on ketika hidungnya hampir tersambar piau burung seriti itu.

   Sehabis pergi pulang menyambar tanpa hasil, piaupun kembali ke tangan pengawal Baju Merah itu pula.

   Blo'on masih terlongong memandang pengawal Baju Merah, tapi orang itu sudah ayunkan tangan kanannya pula, kemudian disusul dengan tangan kiri.

   Dua batang piau burung seriti segera melayang ke arah Blo'on dan menyusul dua batang lagi dari tangan kiri.

   Melihat itu Hoa Sin dan Hong Hong tojin berhamburan loncat ke tengah gelanggang, yang satu memutar tongkat dan yang satu memainkan pedang.

   Kedua ketua partai persilatan itu menyadari keadaan Blo'on anak itu memang memiliki suatu ilmu tenaga dalam yang luar biasa anehnya tetapi jelas anak itu tak dapat bermain silat.

   Jika menghadapi dengan lawan yang menyerang dengan pukulan tentulah anak itu masih dapat melayani.

   Tetapi sekarang berhadapan dengan seorang musuh yang menggunakan senjata piau, bagaimana mungkin anak ini akan menghadapinya.

   Maka keduanya tanpa ajak ajakan lebih dulu terus loncat untuk menyapu piau seriti.

   Wut, siing , ...

   terdengar aum sabatan pedang Hong Hong dan tongkat Hoa Sin.

   Tetapi piau burung setiri yang berwarna kuning emas itu seperti burung seriti yang hidup.

   Dengan bergantian keempat piau itu melambung naik untuk menghindar lalu tiba2 meluncur ke bawah menyambar kedua ketua partai persilatan itu lagi.

   Hoa Sin dengan menunggu.

   Setelah kedua batang piau hampir tiba di atas kepalanya, cepat ia menyapunya dengan tongkat.

   Tetapi ia terkejut ketika piau itu tiba2 memencar ke kanan dan kiri lalu menyerang lagi.

   Ketika Hoa Sin memutar tongkatnya, tiba2 piau itupun melambung ke atas lalu menukik untuk menyambar kepala lawan.

   Demikian pula yang dialami Hong Hong tojin Ketua Go-bipay itu mainkan pedangnya untuk menyapu tetapi setiap kali, kedua piau burung seriti itu selalu menghindar, entah memencar diri entah melambung ke atas kemudian menyerang lagi.

   Tetapi karena permainan tongkat dari Hoa Sin dan pedang dari Hong Hong tojin sederas hujan, keempat piau burung seriti itu tak dapat menyusup masuk.

   Tiba2 pengawal Baju Merah itu ayunkan tangan kanan dan tangan kiri lagi.

   Dua batang piau segera menyerang Hoa Sin dan yang dua batang menyerang Hong Hong tojin.

   Diserang dua piau sudah sibuk, sekarang ditambah dua lagi.

   Baik Hoa Sin maupun Hong Hong tojin saat itu masing2 harus menghadapi empat batang piau!.

   Dan yang istimewa, piau yang melayang belakangan itu melayang- layang ke bawah mencari sasaran kaki.

   Hoa Sin dan Hong Hong terpaksa harus lebih sibuk lagi.

   Untung keduanya memiliki kepandaian yang tinggi sehingga walaupun harus mandi keringat tetapi masih dapat bertahan diri.

   "Lo cianpwe,"

   Seru Sian Li cemas.

   "apakah piau yang digunakan pengawal baju Merah itu?. Mengapa begitu lihay sekali? Siapakah orang itu?"

   Sejak semula Pek I lojin memang sudah memperhatikan permainan piau burung seriti dari pengawal Baju Merah itu.

   "Piau itu disebut Kim-yan-wi-piau atau piau ekor burung seriti mas. Piau semacam itu memang sering dipakai dalam dunia persilatan. Tetapi yang berwarna emas dan dapat bermain sedemikian hebatnya hanyalah Kim-yau-wi-piau Gan Siu seorang,"

   Kata Pek I lojin.

   "Siapakah tokoh Gan Siu itu ?"

   Tanya Sian Li pula.

   "Tokoh itu muncul pada balasan tahun yang lalu ketika pemerintah Goan sedang giat melakukan pembasmian pada kaum persilatan. Serombongan kuku garuda telah dicegat oleh seorang jago yang menggunakan senjata Yau wi-piau. Karena hebatnya permainan piau itu, banyak kawanan kuku garuda yang menderita luka dan melarikan diri. Sejak itu terkenallah Gan Siu sebagai pendekar Kim-yan-wi-piau dan sekali gus menjadi buronan pemerintah Goan. Juga tokoh itu kemudian tiada kabar beritanya lagi dan tahu2 berada di gunung sini,"

   Kata Pek I lojin.

   "Cianpwe luas pengalaman dan kenal dengan banyak sekali tokoh2 dalam dunia persilatan"

   Baru Sian Li berkata begitu, Pek I lojin cepat menukas .

   "Ah, aku hanya seorang tua biasa. Karena gemar berkelana maka banyaklah cerita yang kudengar dalam dunia peralatan. Jangan engkau anggap aku ini seorang cianpwe persilatan yang sakti."

   Karena Sian Li tak berpengalaman, maka ia menerima begitu saja alasan yang dikemukakan Pek I lojin.

   "Cianpwe,"

   Kata Sian Li pula.

   "menilik jalannya pertempuran, karena terus menerus dilanda oleh serangan piau, kemungkinan apabila terlambat sedikit saja kedua kaucu itu menangkis atau menghindar, tentulah akan tertimpa bahaya."

   "Hm, benar,"

   Sahut Pek I lojin.

   "Dapatkah lo-cianpwe memberi petunjuk bagaimana cara untuk mengatasi pengawai Baju Merah itu?"

   "Sayang ..!"

   Pek l lojin menghela napas.

   "Mengapa lo-cianpwe?"

   Stian Li terkejut.

   "Rasanya hanya sukomu itu yang dapat menandinginya tetapi sayang dia tak mengerti ilmu silat, apalagi ilmu menabur senjata rahasia."

   "Tetapi suko dapat menirukan segala gerakan lawan,"

   Bantah Sian Li. Pek I lojin gelengkan kepala.

   "Jika bertempur dengan pukulan, tentu sukomu berhasil. Tetapi pengawal Baju Merah itu menggunakan senjata rahasia, bagaimana sukomu dapat menghadapi dengan tangan kosong? Bukankah berbahaya ?"

   Sian Li tak mau membantah.

   Diam2 ia mengisar langkah dan ketika perhatian orang sedang mencurah pada pertempuran, diapun segera loncat turun ke bawah panggung.

   Sementara itu pertempuran masih berjalan seru dimana Hoa Sin dan Hong Hong tetap sibuk mempertahankan setangan Kim-yan-wi-piau yang lihay.

   Rupanya sambil bertahan, Hoa Sin putar otak mencari akal, Tiba2 ia teringat akan gigi anjing yang berada di saku bajunya.

   Segera ia mengambilnya dengan tangan kiri.

   Setelah mendapat kesempatan, ia taburkan gigi anjing itu ke arah pengawal Baju Merah.

   Pengawal Baju Merah itu memang lihay.

   Melihat Hoa Sin taburkan tangan dan berupa benda kecil putih melayang ke arahnya, pengawal Baju Merah itu taburkan dua batang Kimyan- wi-piau lagi.

   Gigi2 anjing segera tersambar jatuh berguguran.

   Setelah menyelesaikan tugas, kedua batang Kimyan- wi-piau itu melayang kembali ke tangan Gan Siu.

   Ceng Sian suthay, Hong Ing.

   Lo Kun dan bahkan Pek I lojin kagum menyaksikan ilmu permainan dari pengawal Baju Merah itu.

   "Kurang ajar", gerutu Lo Kun.

   "masakan burung seriti itu mampu mengalahkan ular thiat-bi-coa"

   Ia terus hendak melolos ular Thiat-bi-coa yang melilit di pinggangnya.

   "Lo-heng, jangan terburu napsu dulu,"

   Tiba2 Pek I Lojin mencegah.

   "ular lo-heng hanya seekor tapi ia mempunyai berpuluh burung seriti. Kemungkinan burung2 itu juga mengandung racun."

   "Lalu apa kita hanya menonton saja ?"

   Bantah Lo Kun.

   "Kita lihat dulu cara permainannya baru nanti kita cari akal untuk mengalahkan". kata Pek I lojin. Dalam pada itu jelas tampak kedua ketua persilatan, Hoa Sin dan Hong Hong tojin, makin payah. Keduanya sudah mandi keringat. Melihat itu kakek Lo Kun tak sabar lagi .

   "Uh. kalau terus menunggu, kedua kawan kita itu sudah mati baru kita nanti bergerak. Percuma !"

   Kakek Lo Kun terus hendak melangkah maju, tapi tiba2 sesosok tubuh melayang ke atas panggung dan langsung menghampiri Bloon.

   "Hai, anak perempuan, dari mana engkau!", tegur kakek Lo Kun melihat pendatang itu bukan lain adalah Sian Li. Tetapi Sian Li tak menyahut melainkan menyerahkan sebuah kantong kepada Blo'on.

   "Suko lekas engkau tolong kedua kaucu itu,"

   "Hah ?"

   Blo'on terbelalak.

   "bagaimana cara menolongnya ?"

   "Dalam kantong ini terisi pasir kasar. Hadapilah pengawal Baju Merah itu. Jika dia menabur senjata kim-yang-wi-piau, engkaupun harus menabur pasir ini,"

   Kata Sian Li seraya mengisar ke belakang Blo'on lalu menyorong tubuh sukonya supaya lekas maju. Blo'on menurut. In berlari-lari menghadapi pengawal Baju Merah dan berteriak.

   "Hai, orang baju merah, hentikan seranganmu. Hayo hadapilah aku !"

   Melihat kedatangan Blo'on, pengawal Baju Merah itu menggerakkan tangannya dan delapan batang Kim yan wipiau segera melayang balik ke dadanya.

   Bagaikan burung seriti menyusup ke dalam sarang, kedelapan batang piau itupun berturut-turut masuk ke dalam genggam tangan tuannya.

   Selekas menarik pulang Kim-yan-wi-piau, pengawal baju Merah itu segera menabur Blo'on sekali gus empat batang.

   Rupanya pengawal Baju Merah tahu bahwa beberapa kawannya tadi telah dikalahkan oleh Bloon, maka begitu menyerang dia terus gunakan jurus ilmu lontaran yang ganas.

   Melihat pengawal Baju Merah itu menabur, Blo'on pun segera, menirukan gayanya..

   Hanya kalau lawan menabur piau, dia merogoh kantong dan menabur pasir.

   Pengawal Baju Merah itu menjerit dan terhuyung-huyung ke belakang sambil mendekap mata dengan lengan bajunya.

   Pasir dalam kantong itu merupakan pasir kasar yang terdiri dari pecahan butir2 batu yang kecil.

   Tetapi di tangan Blo'on ternyata pasir2 itu berubah menjadi seperti butir2 besi yang keras dant tajam sekali.

   Pengawal Baju Merah berusaha untuk menampar tetap; karena pasir itu berjumlah ribuan, sudah tentu masih ada yang lolos dan menabur biji matanya.

   Hebat adalah tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang Blo'on.

   Butir2 pasir itu langsung menabur biji mata sehingga mata pengawal itu terluka mengeluarkan darah.

   Demikian pula dengan mukanya.

   Rasanya seperti ditabur dengan butir2 besi yang panas.

   Seketika pengawal Baju Merah itu meraung-raung kesakitan dan terhuyung-huyung ke belakang.

   Blo'on hendak manabur lagi tetapi cepat Pek I lojin berseru .

   "Kim kongcu, jangan ! Kasihlah dia hidup!"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Peristiwa itu cukup menggemparkan sekalian orang.

   Hanya dengan sekali menabur pasir, dapatIah Blo'on menjatuhkan seorang pengawal Baju Merah yang lihay.

   Hal itu disebabkan karena Kim-yan-wi-piau tak menyangka akan mendapat serangan senjata semacam itu dan pula karena jaraknya amat dekat.

   Sudah tentu dia tak sempat lagi untuk menghindar atau menangkis.

   Dua batang kim-yan-wi-piau yang menyerang Bloon tadi segera ditabur pasir oleh Bloon dan terlempar jatuh.

   "Gila !"

   Gumam Hoa Sin.

   "berulang kali kuhantam piau itu dengan tongkat tapi selalu luput, mengapa hanya sekali tabur saja Blo'on sudah dapat meruntuhkannya."

   Hoa Sin belum menyadari bahwa ha! itu disebabkan karena pengawal Baju Merah sudah menderita luka sehingga tak dapat memancarkan tenaga-dalam untuk mengendalikan piau.

   Sedang waktu bertempur dengan Hoa Sin dan Hong Hong tadi, pengawal Baju Merah itu masih dapat mengendalikan piau dengari tenaga dalam.

   Kesemuanya itu berkat akal yang cerdik dari Sian Li.

   Setelah mendapat keterangan dari Pek I lojin bahwa hanya Blo'on yang mampu mengalahkan orang itu maka Sian Li mencari akal bagaimana dapat memanfaatkan tenaga-sakti yang terpendam dalam diri Bloon.

   "Kongcu, engkau hebat!"

   Seru Hoa Sin.

   "Apanya yang hebat ?"

   Blo'on balas bertanya.

   "aku hanya menurutkan perintah sumoayku. Suruh nabur pasir, maka kutabur. Soal pengawal Baju Merah itu kelabakan, tentu saja harus begitu. Karena dulu waktu kecil mataku pernah kelilipan juga hingga tak dapat melihat apa2. Eh, heran juga,"

   Ia bergumam seorang diri.

   "kena pasir tentunya hanya mata yang kelilipan, mengapa Pengawal Baju Merah itu sampai rubuh ?"

   "Eh. suko"

   Tiba2 Sian Li berseru.

   "engkau mengatakan teringat ketika engkau masih keci! pernah kelilipan, kalau begitu engkau tentu juga ingat bagaimana kehidupanmu semasa kecil. Engkau tentu juga ingat siapa mamah dan ayahmu !"

   "Tidak, tidak !"

   Teriak Blo'on seketika.

   "aku rasa pernah kelilipan karena melihat pengawal baju merah itu meraung kesakitan karena matanya kelilipan "

   "Dia tak kelilipan tapi biji matanya pecah karena pasir yang kau taburkan itu tepat mengenai bola matanya,* tukas Sian Li.

   "'Ya .. karena itulah aku segera merasakan dulu pernah kelilipan."

   "Jadi kalau engkau melihat sesuatu, engkau teringat sesuatu yang pernah engkau rasakan seperti itu?"

   Tanya Sian Li.

   "Ya."

   "Andaikata engkau melihat orang mempunyai ibu dan ayah, apakah engkau dapat merasa kalau engkau merasa mempunyai ayah dan ibu juga ?"

   "Eh, mengapa engkau menanyakan soai itu? Orang tentu mempunyai ayah dan ibu."

   Kata Blo'on.

   "Bagus, kalau begitu engkau sudah sembuh, suko,'"

   Teriak Sian Li gembira.

   "Aku memang tak sakit, hanya kehilangan ingatan,"

   Blo'on ber-sungut2.

   "kelak apabila ingatan itu sudah kutemukan lagi, aku tentu dapat mengingat segala apa"

   Dalam berbicara itu seorang pengawal Baju Merah maju pula, terus menyerang Blo'on dengan ruyung beruas sembilan. Ruyung itu panjangnya sampai setombak, warnanya hitam mengkilap.

   "Menyingkirlah."

   Teriak Bio'on seraya menarik Sian Li untuk diajak menyisih ke samping menghindari ruyung.

   Tetapi baru Blo'on berdiri, ruyung sudah mengejar dan dan mengancam punggungnya.

   Melihat itu Ceng Sian suthay loncat menangkis dengan kebut hudtimnya.

   Tring.

   Ruyung beruas sembilan itu tertahan tetapi tangan Ceng Sian suthay pun gemetar.

   Habis menahan, Ceng Sian terus lanjutkan pula dengan serangan hudtim, menampar muka pengawal Baju Merah itu.

   Tetapi pengawal Baju Merah itu lincah sekali.

   Secepat tangan bergerak, ruyung pun segera melenting menyambar hudtim.

   Tring, kembali kedua senjata itu saling beradu.

   Kali ini yang tertahan adalah gerak hudtim Ceng Sian suthay.

   Setelah menahan hudtim, ruyung menjulur Iebih panjang, ujungnya hendak menusuk muka Ceng Sian suthay.

   Ketua Kun-lun-pay terkejut.

   la tak menyangka bahwa ruyung dapat menjulur surut seperti ular.

   Hampir saja mukanya tertusuk.

   Untunglah ia masih sempat miringkan kepala lalu Ioncat ke samping.

   Pengalaman itu cukup memberi peringatan kepada Ceng Sian suthay.

   Ia harus bertempur dengan hati2 agar tak terjebak dalam perangkap lawan yang memiliki ruyung aneh.

   "Lo cianpwe, siapakah pengawal Baju Merah itu", tanya Sian Li kepada Pek I lojin.

   "Kiu-ciat-sin-pian Ban Kim Hong dari Sujwan, seorang tokoh kalangan hitam yang termasyhur"

   Kata Pek I lojin. Kiu-ciat-sin-pian artinya Ruyung-sembilan ruas sakti. Menyebutkan tentang ruyung yang terdiri dari sembilan ruas.

   "Adakah Ceng Sian suthay dapat menghadapi orang itu?"

   Tanya Sian Li pula. Ceng Sian suthay bertempur dengan hati2, mungkin dapat mengimbangi lawannya. Tapi apabila kurang waspada, dikuatirkan ia akan terjebak dalam senjata ruyung yang aneh dan mengandung racun itu."

   Kata Pek I lojin.

   "Mengandung racun?"

   Sian Li terkejut.

   "Ya, kiu-ciat-pian itu dilengkapi dengan alat rahasia yang dapat memuntahkan beberapa macam senjata rahasia, diantaranya jarum dan asap beracun."

   Kata Pek l lojin pula.

   "Jika demikian kita harus berusaha untuk memberi peringatan kepada suthay atau langsung menghancurkan ruyung pengawal Baju Merah itu,"

   Kata Sian Li makin cemas.

   Tanpa menunggu jawaban Pek I lojin, nona itu terus menghampiri ke samping Ceng Sian suthay lalu menggunakan ilmu Coan im-jip-bi atau Menyusup suara untuk membisiki .

   Lo-suthay, hati2lah, ruyung orang itu mengandung alat rahasia dapat memuntahkan jarum dan asap beracun."

   Ceng Sian suthay terkejut.

   Ia hendak mendahului menghancurkan senjata lawan tetapi lawan sudah bergerak lebih cepat berganti dalam sebuah jurus yang disebut Ok liong jut-hay atau Naga jahat ke luar laut.

   Seketika ruyung bergerak seperti seekor naga yang menggelepar2 menimbulkan gelombang laut yang dahsyat.

   Beribu sinar hitam mencurah ke arah Ceng Sian.

   Ceng Sian terkejut.

   Ia tak menyangka bahwa jurus Ohloing- jut-hay yang merupakan jurus sederhana, ternyata di tangan pengawal Baju Merah itu telah berobah menjadi suatu gerakan yang demikian dahsyat.

   Tetapi rahib dari Kun lun-pay itupun juga seorang ketua partai persilatan yang terkenal.

   Cepat ia merobah permainannya dengan iimu pat-sian-hud liu atau Delapandewa mengebut-pohon liu.

   Sebuah permainan hudtim yang menjadi milik partai Kun-lun-pay yang istimewa.

   Serentak kebud hudrim berhamburan melingkungi seluruh, tubuh ketua Kun-lun-pay itu.

   Empat arah delapan penjuru, sinar hitam mencurah deras.

   Perobahan ilmu permainan itu telah merobah kedudukan.

   Ruyung-sembilan-ruas yang me-magut2 seperti ular meluncur di air selalu terbendung oleh segumpal awan hitam dari sinar hud-tim.

   Kedengaran pengawal Baju Merah mendengus, tiba2 tangan kirinya mencekal ujung ruyung dan sekali digentakkan ruyung itu putus menjadi dua.

   Dan dia menyerang dengan sepasang ruyung yang pendek.

   Diapun berganti dengan jurus Hong-lui-in-what atau ilmu ruyung Angin dan Halilintar.

   Pertandingan antara kedua tokoh itu benar2 satu pertunjukan yang indah dan mengagumkan.

   Ceng Sian suthay memiliki tenaga-dalam yang tinggi.

   Kebud hudtim di tangannya dapat berobah menjadi keras semacam kawat2 tajam, pun dapat juga berobah selemas cambuk untuk menampar.

   Demikian pula dengan pengawal Baju Merah.

   Serangannya yang dahsyat bagaikan air mengalir yang tak henti2-nya.

   Diam2 Hoa Sin dan Hong Hong tojin memuji ilmu kepandaian dari ketua Kun-lun-pay itu.

   "Lo-cianpwe"

   Tiba2 Sian Li berkata kepada Pek I lojin.

   "siapakah yang akan memenangkan pertempuran itu ?"

   "Kepandaian mereka hampir berimbang. Siapa yang memiliki daya ketahanan, dialah yang menang sahut Pek I lojin.

   "Tetapi pengawal Baju Merah itu terlalu bernafsu menghamburkan tenaga, kemungkinan ia tentu akan kehabisan napas dulu", kata Sian Li.

   "Mudah-mudahan begitu,"

   Kata Pek I lojin.

   "Ah. locianpwe memiliki pendangan tajam dan penilaian yang jitu tentang sesuatu pertempuran...

   "

   "Sudahlah, anak perempuan,"

   Buru2 Pek I lojin menukas.

   "telah kukatakan, aku hanya seorang kakek biasa, tak mengerti ilmu silat. Hanya selama mengembara aku sering melihat pertempuran2 diantara jago2 silat dalm dunia persilatan. Itulah maka aku dapat mengatakan sesuatu tentang pertempuran itu." 'Hai ", tiba2 Sian Li memekik.

   "Ceng Sian suthay.

   "

   Saat itu di gelanggang pertempuran memang terjadi suatu peristiwa yang tak terduga.

   Se-konyong2 pengawal Baju Merah itu memijat ruyung di tangan kiri, ruang ruyung di bagian atas segera terlepas dan meluncur menyambar Ceng Sian suthay.

   Bluk .....

   kutungan ruyung itu tertampar hudtim dan pecah berhamburan memancarkan asap.

   Dan tiba2 lagi, ruyung di tangan kanan pun lepas dan meluncur jarum2 halus menyambar Ceng Sian suthay dan .....

   kutungan ruyung itupun tertampar hudtim.

   "Ah ... * tiba2 Ceng Sian suthay mendesah dan terhuyung2 mundur hendak roboh. Pengawal Baju Merah itu hendak menerjang lagi tetapi secepat itu Sun Li pun sudah loncat menyerangnya dengan pedang Pek liong-kiam. Tring. tring ... ruyung terbabat kutung tapi serempak dengan itu Sian Li pun menjerit dan ter-huyung2 ke belakang lalu rubuh. Pengawal Baju Merah itu masih hendak memukul lagi, kakek Lo Kun segera menerjangnya. Dan ..... pengawal Baju Merah taburkan kutungan ruyung di tangannya. Kakek Lo Kun menghadapi tapi seketika itu juga ia menjerit dan sempoyongan jatuh terduduk. Masih pengawal Baju Merah itu hendak menyerang tapi kali ini Blo'on marah. Tiga kawannya rubuh, serentak ia menyambut pengawal Baju Merah itu dengan sebuah pukulan.

   


Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung Si Rase Terbang Pegunungan Salju Karya Chin Yung Si Pisau Terbang Pulang -- Yang Yl

Cari Blog Ini