Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 3


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 3



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   Seru Naga-besi Pu kian.

   "Tidak bisa !"

   Bantah Blo'on.

   "sebelum otak ku kembali, mana aku bisa mengingat semua peristiwa yang lampau ?"

   "Ngaco !"

   Bentak Naga-besi Pui Kian.

   "Eh, engkau tak percaya ? Begini saja, aku membutuhkan bantuanmu. Kalau engkau meluluskan, aku tentu dapat memberi keterangan yang jelas."

   "Bantuan apa ?"

   "Tadi cianpwe yang itu,"

   Blo'on menunjuk kepada Serigalagigi- perak.

   "mengatakan kalau engkau bergelar Naga-besi. Aku membutuhkan otak naga untuk menyembuhkan penyakitku itu. Boleh kah aku meminta otak itu dari engkau. Ya, sedikit sajalah sudah cukup ..."

   "Bangsat, jangan kurang ajar!"

   Hin-liong cepat hendak maju menghajar. Tetapi dicegah oleh Naga-besi Pui Kian.

   "Ya, akan kuberi. Tetapi lebih dulu engkau harus menerangkan mengapa engkau membunul Kam Sian-hong kaucu, ketua Hoa-san-pay?"

   Naga-besi.

   "Aku tak membunuhnya !"

   "Bohong ! Coba engkau ingat-ingat lagi !"

   Naga-besi Pui Kian.

   "Tidak bisa, aku tidak ingat apa-apa lagi otakku macet. Mungkin aku membunuhnya, mungkin tidak ..."

   "Bukan mungkin lagi tetapi memang engkau telah membunuhnya. Sarung pedang dan darah di tanganmu itu, bukti yang jelas !"

   "Eh, bagaimana engkau tahu ? Apakah engkau melihatnya sendiri? Apakah engkau sudah menyaksikan mayat itu ?"

   "Hong-ing telah memberi laporan kepadaku,"

   Kata Nagabesi Pui Kian. Tetapi pada lain saat ia pun menyadari bahwa sebelum memeriksa mayat Kam Sian-hong, ia memang belum mendapat gam baran jelas dan belum dapat menarik kesimpulan yang tepat.

   "Gui Tik, Cong-bun, pergi ke guha dan ambillah jenazah suhumu kemari,"

   Naga-besi segera memberi perintah kepada kedua murid tingkat kedua itu. Gui Tik dan Cong-bun bergegas melakukan perintah.

   "Hm, walaupun kusuruh mengangkut jenazah itu kemari tetapi bukan berarti bahwa engkau bebas dari tuduhan. Karena bagaimanapun juga, tetap engkau yang membunuhnya!"

   Kata Naga-besi pada Blo'on.

   "Aneh, aku tak kenal padanya, mengapa aku hurus membunuhnya ?"

   Seru Blo'on.

   "Sudah jelas, engkau tentu hendak merebut rumput Liongsi- jau yang berumur seribu tahun itu. Rumput yang jarang terdapat di dunia !"

   "Tidak! Aku tak tahu rumput apa itu, bagai mana aku hendak merebutnya. Buat apa?"

   Bantah Blo'on. Naga-besi Pui Kian tertawa mengejek .

   "Memang pencuri tentu tak mau mengaku kalau tidak digebuk ..."

   "Tetapi aku bukan pencuri ! Waktu aku bangun kulihat sesosok mayat. Aku sendiri heran mengapa tahu-tahu aku berada di guha itu."

   "Baik,"

   Kata Naga-besi Pui Kian.

   "akan kubuktikan engkau benar mencuri rumput mustika itu atau tidak."

   "O, bagus, bagus, enkau bijaksana !"

   Teriak Blo'on girang "Jangan terburu bergirang dulu,"

   Seru Naga besi.

   "engkau dengarkan dulu cara yang hendak kulakukan untuk menguji engkau. Ialah begini, kalau engkau dapat menahan seranganku sampai tiga jurus, berarti engkau mencuri rumput mustika itu."

   "Kalau tidak dapat menahan seranganmu"

   Tanya Blo'on "Engkau harus mati !"

   "O, bagus sekali cara itu ..eh, tidak, tidak Aku rugi, bisa menahan, dianggap pencuri. Kalau tidak bisa, harus mati. Cara apa itu?"

   Teriak Blo'on tak puas.

   "Cara untuk menebus kematian seorang ketua seorang ketua perguruan silat yang terbunuh secara licik !"

   "Tidak adil !"

   Teriak Blo'on.

   "Memang seorang pembunuh selalu menuduh hakim tidak adil,"

   Naga-besi Pui Kian mendengus.

   "tetapi hutang jiwa harus bayar jiwa. Jika engkau dibunuh, engkau masih untung karena jiwa seorang ketua perguruan silat sebesar Hoa-sanpay hanya ditukari dengan jiwa seorang pemuda kerucuk."

   "Kalau aku memang yang membunuh, tentu dengan rela kuserahkan jiwaku untuk dibunuh. Te tapi aku tak tahu dan tak ingat apa-apa lagi. Biarlah aku menemukan diriku yang hilang ini lebih dahulu, baru nanti aku akan datang kemari untuk membuat penyelesaian."

   "Hm, enak saja engkau omong,"

   Dengus Naga-besi pula", seolah-olah engkau dapat berbuat sekehendak hatimu."

   "Aku merasa tak bersalah, kalaupun bersalah juga aku tak ingat apa-apa lagi. Aku datang kemari bukan hendak menyerahkan diri tetapi hendak mencari pengenal diriku. Karena kamu tak ada yang kenal padaku, percuma aku berada disini. Aku segera angkat kaki saja ..."

   Habis berkata Blo'on terus ayunkan langkah.

   "Hm ..hayo, maju biar kutabas tubuhmu!"

   Seru anak-anak murid Hoa-san-pay yang menghadang jaan, seraya lintangkan senjata.

   Tiba-Tiba serangkum angin tajam bergelombang mendampar punggung si Blo'on sehingga karena gugup anak itupun hentakkan kaki dan melayangkan tubuhnya ke udara.

   Beberapa anakmurid Hoa-san-pay yang hendak menghadang itu, terkejut sekali ketika Blo'on melayang melampau atas kepala mereka.

   Tetapi Blo'on sendiri juga heran mengapa ia rasakan tubuhnya amat ringan sekali.

   Begitu melayang turun ketanah, Blo'on terus hendak melarikan diri tetapi alangkah kejutnya ketika seorang kakek sudah menghadang dihadapan.

   Dan ketika memandang kemuka ternyata kakek itu adalah Beruang-sakti Han Tiong, tianglo kedua dari Hoa-san-pay.

   Kakek itu digelari Beruangsakti karena waktu mudanya seorang yang bertubuh tinggi besar, sekujur tubuhnya penuh bulu lebat.

   Dan yang istimewa, kedua tangannya lebih panjang dari tangan orang biasa, hingga mencapai lutut.

   Dengan ciri-ciri itulah maka orang persilatan memberinya gelaran si Beruang-sakti.

   "Hm, monyet, jangan ngimpi engkau dapat melarikan diri "

   Dengus kakek Beruang-sakti Han Tiong.

   "Siapa yang engkau sebut monyet itu? Aku? Uh, apakah aku mirip dengan monyet ?"

   Sahut Blo'on.

   "Ya, engkau bukan mirip tetapi memang serupa dengan monyet yang kurang ajar dan harus disembelih."

   "Aduh ! Apakah lo-cianpwe ini suka makan daging monyet ? Enakkah daging monyet itu ?"

   Sejak mendengarkan percakapan si Blo'on dengan "Nagabesi Pui Kian dan Serigala-gigi-perak tadi, Beruang-sakti Lim Ping sudah mempunyai kesan bahwa pemuda itu memang seorang blo'on dan suka bicara yang tak keruan.

   Maka ia tak mau tarik urat dengan pemuda itu.

   "Jangan banyak mulut !"

   Sekonyong-konyong Beruang-sakti ulurkan tangannya yang panjang untuk mengcengkeram dada si Blo'on.

   "Ah, Io-cianrwe ... ,"

   Karena ketakutan si Blo'on menyurut mundur selangkah dan luputlah cengkeraman tianglo Hoa-sanpay itu.

   Gerak penghindaran yang dilakukan Blo'on itu sebenarnya karena rasa takut.

   Tetapi bagi Beruang-sakti, gerakan anak itu dianggapnya suatu gerak yang luar biasa.

   Dan memang diamdiam ia terkejut karena anak itu mampu meloloskan diri dari cengkeramannya yang disebut jurus Beruang-merogoh-hati.

   Suatu ilmu cengkeraman yang hebat dan jaang dapat dihindari oleh tokoh-tokoh persilatan yang pernah bertempur dengan dia.

   "Hm, hebat benar kepandaianmu !"

   Dengus Beruang-saKti seraya memburu maju dan mencengkeram bahu Blo'on.

   Gerakan itu disebut jurus Beruang-menyambar ikan-lele.

   Menggambarkan seekor beruang yang sesedang berburu ikan dalam sungai.

   Setiap tampak ikan unjuk diri dalam air, dengan gerak yang cepat, beruang itu tentu menyambarnya.

   'Uh ..,"

   Bloon terkejut dan condongkan tubuhnya kebawah untuk menghindar.

   Tetapi cengkeraman Beruang-sakti lebih cepat.

   Apalagi tangannya yang panjang, banyak membantunya.

   Bahu Blo'on tercengkeraman dan anak itu meringis kesakitan.

   Sebelum ajal berpantang maut.

   Demikian pula Blo'on.

   Karena ingin melepaskan diri dari cengkeraman besi, tanpa disadari ia gerakkan tangan kanannya untuk menghantam tangan orang yang mencengkeram bahu kirinya.

   Plak ...

   Beruang! sakti terkejut,,, ketika tangannya serasa terhantam sebuah paluiv-besi.

   Lengannya gemetar dan cengkeramannyapun terlepas.

   Sebelum melepaskan cengkeramannya, ia mendorong bahu pemuda itu.

   "Uh .... uh....."

   Mulut Blo'on mendesuh dan tubuhnya terhuyung-huyung lima enam langkah dan jatuhlah ia terduduk di tanah.

   Ketika memandang bahu kirinya ternyata; bajunya telah robek, berlubang sebesar cengkeram tangan orang.

   Beberapa murid Hoa-san-pay tingkat dua, begitu mengetahui Blo'on jatuh, cepat mereka loncat hendak meringkusnya.

   Tetapi timbullah naluri Blo'on sebagai seorang manusia yang hendak mempertahankan hidup, tiba-tiba merangkum segenggam pasir lalu ditaburkan.

   "Aduh ..aduh .."

   Terdengar jerit pekikan dari murid-murid Hoa-san-pay yang hendak meringkus-nya ketika muka dan mata mereka tertabur pasir, entah bagaimana, butir-butir pasir yang ditaburkan Blo'on seperti berobah menjadi percikan besi baja sehingga biji mata mereka seperti pecah dan wajah mereka seperti ditusuki jarum-jarum yang tajam.

   Sakitnya bukan alang kepalang.

   Sambil mendekap muka, murid-murid Hoa-san-pay itu serempak mundur beberapa langkah.

   "Jahanam, jangan terlalu menghina murid Hoa-san-pay."

   Ang Hin-liong, murid pertama dari mendiang ketua Hoa-sanpay, apungkan tubuh melayang ke hadapan Blo'on dan membentaknya.

   "hayo, keluarkanlah senjatamu dan mari kita bertanding !"

   Blo'on bangun segan-segan dan segan-segan pula ia menjawab .

   "Kedatanganku kemari untuk mencari orang yang dapat mengenal diriku. Bukan untuk berkelahi. Kalau engkau mau berkelahi, berkelahi-lah sendiri. Aku tak dapat berkelahi !"

   "Lekas cabut senjatamu !"

   Bentak Ang Hin- "Buat apa ?"

   "Kita bertempur sampai mati !"

   "Tidak !"

   "Aku tak mau bertempur dan tak mau mati, sebelum tahu diriku ini siapa !"

   Ang Hin-liong mendengus.

   "Engkau mau bertempur atau tidak, tetap harus bertempur. Engkau mau mati atau tidak, tetap harus mati !" '"Eh, bung, mengapa engkau main paksa begitu ? Apakah engkau anggap aku ini musuhmu?"

   "Ya, musuh besar karena engkau berani membunuh suhuku !"

   Dengan wajah ngotot, Blo'on menjawab.

   "Tanialah pada suhumu, kalau benar aku yang membunuhnya, engkau boleh menebas kepalaku. Tetapi kalau tidak, engkau harus minta maaf kepadaku ..

   "

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ngaco!"

   Bentak Ang Hin-liong.

   "orang yang sudah mati, bagaimana dapat bicara !"

   "Mengapa tidak bisa ? Gampang saja kalau engkau mau bicara dengan suhumu !"

   "Hm, jangan gila-gilaan engkau !"

   "Siapa yang gila-gilaan? Kalau engkau sampai tak dapat bicara dengan suhumu, penggallah kepalaku ini,"

   Kata Blo'on seraya menjulurkan lehernya kemuka."

   "Tutup bacotmu!"

   Bentak Ang Hin-liong marah "Engkau mengatakan tak bisa, tetapi aku bilang bisa. Mengapa engkau suruh aku tutup mulut ?"

   "Coba katakan bagaimana caranya '."

   Akhirnya An Hin-liong kewalahan juga.

   "Mudah,"

   Blo'on menengadahkan muka.

   "tetapi ada syaratnya."

   "Bagaimana syaratnya ?"

   "Engkau harus hentikan seranganmu dan jangan menyerang aku lagi !"

   Sejenak merenung akhirnya Ang Hin-liong mau juga menerimanya. Pikirnya, tak mungkin orang hidup dapat mengajak bicara orang mati.

   "Baik, katakanlah !"

   Seru Hinliong.

   "Dengarkanlah. Kalau engkau tak dapat mengajak suhumu bicara, itu karena engkau tak menggunakan bahasa orang mati."

   "Bahasa orang mati ?"

   "Ya, orang mati lain bahasanya dengan orang hidup."

   "Bagaimana aku dapat berbahasa orang mati?"

   "Mudah saja bung,"

   Kata Blo'on dengan bangga.

   "engkau harus menyusul mati !"

   "Bangsat, engkau menipu aku !"

   Teriak Hin-liong seraya hendak menyerang dengan pedang.

   "Nanti dulu !"

   Teriak Blo'on seraya julurkan kedua telapak tangan kemuka untuk mencegah.

   "aku tidak menipu. Memang begitulah caranya. Bukankah engkau belum mencoba, mengapa bilang kalau aku menipu ?"

   "Engkau gila ! Dengan begitu engkau suruh aku mati, bukan ?"

   Hin-liong deliki mata. '"Terserah, bung,"

   Sahut Blo'on.

   "tetapi aku sudah memberitahukan caranya dan engkaupun sudah menerima syaratnya. Mengapa sekarang engkau hendak ingkar janji ?"

   Hin-liong merah mukanya.

   Ia benar-benar malu karena dapat ditipu melek-melek oleh seorang pemuda blo'on.

   la malu, marah tetapi tak dapat berbuat apa-apa kecuali tegak terlongong-longong seperti patung.

   Beruang-sakti Lim Ping, tianglo kedua dari Hoa-san-pay dibikin kejut.

   Sekarang Ang Hin-liong murid pertama dari perguruan itupun dibikin mati kutu.

   Serentak hiruk pikuklah murid-murid Hoa-san-pay yang menyaksikan peristiwa itu.

   Belum pernah markas Hoa-san-pay segempar saat itu.

   '"Bangsat, makanlah pedangku ini !"

   Pemuda Ko Seng-tik, murid kedua dari Hoa-san-pay serentak loncat menerjang Blo'on.

   Cret, cret ...

   dua buah gerak tabasan yang diarahkan ke kepala Bloon, karena Blo'on kaget dan miringkan kepala, hanya berhasil memapas segenggam rambut pada bagian atas jidat dan bagian belakang kepala yang gondrong.

   Karena kehilangan rambut itu, wajah si Blo'on tampak lucu Mau tak mau Ko Seng-tik geli juga Apalagi dasarnya dia memang senang bergurau.

   Sebelum membunuh, ia hendak menjadikan si Blo'on bulan-bulan tertawa.

   Cret.

   cret, cret ....

   rambut bagian atas kepala, kedua alis Blo'on terpapas habis Memang diantara murid-murid Hoa-san-pay, Seng-tiklah yang paling hebat memapas alis orang tanpa orang itu terpapas kulitnya.

   Karena merasa silir, Blo'on merabah kepalanya dan astaga ..rambut bagian ubun-ubun kepalanya hilang.

   Merabah alis, pun hilang ...

   "Ha. ha. ha .."

   Terdengar gelak tertawa murid Hoa-san-pay menyaksikan perwujutan Blo'on itu.

   Kaiena rambut bagian atas hilang maka pala Blo'on itu seperti memakai kopiah hitam dan atasnya berlubang.

   Dan karena sepasang alisnya hilang, wajah Blo'on benarbenar seperti setan kesiangan ...."Ha.

   ha, ha ..,"

   Tiba-tiba Blo'on ikut tertawa gelakgelak sehingga murid-murid Hoa-san-pay itu berhenti tertawa karena heran.

   Mereka ingin tahu mengapa Blo'on juga tertawa.

   Bukankah dia yang dijadikan bahan tertawaan ? Sampaipun Ko Seng-tik juga hentikan pedangnya dan memandang Blo'on.

   "Mengapa engkau tertawa !"

   Tegur Seng-tik.

   "Entah aku tak tahu, aku hanya ikut tertawa pada kawankawanmu itu saja !"

   Sahut Blo'on.

   "Kita tertawa karena melihat wajahmu bukan seperti manusia tetapi seperti setan kesiangan !"

   "Terima kasih, bung."

   "Terima kasih ? Mengapa ?"

   Seng-tik heran.

   "Rambutku kotor dan banyak kutunya. Ingin cukur tak ada yang mencukur. Sekarang engkau tolongi aku mencukurnya. Bukankah aku harus terima kasih kepadamu ?"

   Ko seng-tik terbelalak.

   "Kalau suka, jangan kepalang tanggung, cukurlah semua rambutku biar gundul !"

   "Hm, akan kujadikan engkau setan gundul!"

   Seru Ko Sengtik seraya kiblatkan pedang dan tahu-tahu kepala Bio'on sudah klirnis.

   "dan sekarang engkau harus mampus !"

   "Hai, jangan ... !"

   Blo'on berteriak kaget ketika leher bajunya dicengkeraman tangan kiri Seng-tik lalu hendak ditusuk dengan pedang.

   Karena kaget, kaki Blo'on menendang, uh ...

   tendangan itu tepat mengenai perut Seng-tik sehingga terlempar beberapa belas meter jauhnya dan rubuh tak sadarkan diri lagi.

   "Bunuh ? Bunuh bangsat gundu! !"

   Terdengar hiruk pikuk berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay seraya menghunus senjata dan mengepung Blo'on.

   Keempat Tiang-lo Hoa-san-paypun melangkah maju menghampiri Blo'on.

   Wajah mereka membesi, matanya berkilat-kilat memancar sinar merah.

   Sinar yang mengandung darah pembunuhan ....-oooo0dw0ooo

   Jilid 4 Aneh bin ajaib.

   Walaupun menderita penyakit aneh sehingga pikirannya terasa hampa namun Blo'on mengerti apa yang dihadapinya saat itu.

   Ia hanya tak dapat mengingat apa yang telah terjadi pada masa yang lampau, bahkan apa yang terjadi pada hari kemarin.

   Oleh karena itu ia tak mengenali dirinya sendiri, tak tahu siapa namanya.

   Tetapi apa yang dialami saat itu, yang dilihat dan dirasakan saat itu, ia tahu dan mengerti.

   Demikianpun ketika keempat kakek Hoa-san-pay dan berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay menghampiri ketempat ia berdiri dengan wajah bengis dan mata berapi-api.

   Blo'onpun tahu bahwa ia hendak dibunuh.

   Namun apa guna ia tahu? Karena sekalipun tahu ia juga tak dapat berbuat apa-apa.

   Ia merasa tak mengerti ilmusilat.

   Bagaimana mungkin ia dapat menghadapi serbuan mereka Sekalipun daya ingatannya hilang, namun nalurinya sebagai seorang manusia yang sayang akan jiwanya tetap masih dimiliki Blo'on.

   Tak dapat melawanpun harus mencari daya upaya.

   Dan satu-sa-tunya dava hanialah melarikan diri.

   Ya, lari paling selamat.

   Tepat pada saat ia mempunyai keputusan begitu, tiba-tiba dua orang murid Hoa-san-pay yang menjaga pintu markas berlari-lari dan menjerit-jerit .

   "Haya, anjing gila ... monyet gila ... burung gila.."

   Baik keempat Tiang-lo maupun murid-murid Hoa-san-pay yang hendak menyerbu Blo'on, terpaksa harus berhenti dan memandang kepada kedua orang yang berlari-lari mendatangi itu.

   Mereka heran mendengar teriakan kedua anak murid itu.

   Kalau anjing gila, itu masih dapat diterima.

   Tetapi monyetpun gila, burung juga gila, ah, benar-benar mengherankan sekali ! Cepat sekali kedua murid Hoa-san-pay itu tiba di hadapan keempat Tiang-lo dengan napas terengah-engah mereka berkata .

   "Tianglo ..kami diamuk ... diamuk anjing, monyet dan burung rajawali ..."

   Naga-besi Pui Kian suruh kedua orang itu tenangkan diri dulu.

   Setelah itu baru bicara.

   Beberapa saat kemudian barulah kedua murid Hoa-san-pay itu dapat memberi laporan yang jelas "Ketika tecu (murid) sedang berjaga di pintu, tiba-tiba muncullah tiga ekor binatang, seekor anjing bulu kuning yang besar dan galak, seekor monyet yang kutang ajar dan seekor burung rajawali yang ganas.

   Ketiga binatang itu menyerang tecu berdua se hingga tecu kalang kabut dan terpaksa melarikan diri masuk kemari ..."

   "Hm, tak malu engkau melapor !"

   Dengus Naga-besi Pui Kian.

   "masakan manusia kalah dengan binatang begitu saja !"

   "Harap lo-cianpwe sudi memberi ampun. Tecu berdua sudah melawan sekuat tenaga, tetapi ketiga binatang itu hebat sekali. Mereka dapat bersatu dan bekerja-sama dengan bagus. Kalau yang satu diserang, yang dua tentu akan menyerbu."

   Naga-besi Pui Kian memberi perintah kepada dua orang murid Hoa-san-pay tingkat dua untuk memperkuat penjagaan pintu markas.

   Belum ke empat murid Hoa-san-pay itu melangkah, sekonyong lonyong dari arah pintu markas, tampak Gui Tik dan Li Cong-bun berlari-larian kencang seperti orang dikejar setan.

   Mereka cepat menghampiri ke hadapan keempat Tiang-lo.

   "Tianglo ..tianglo ..ce ..cela . celaka.."

   Keempat Tiang-lo itu terkejut.

   "Mengapa ?"

   Tegur Naga-besi Pui Kian.

   "Suhu ..suhu .."

   "Jangan bicara dulu sebelum engkau tenang,"

   Lentak Nagabesi kepada kedua murid itu. Gui Tik dan Li Cong-bun berusaha untuk menenangkan diri tetapi sampai sekian saat belum juga berhasil. Dada mereka masih tampak bergelombang naik turun, wajah pucat lesi.

   "Mengapa engkau ?"

   Tegur Naga-besi pula.

   "Ketika tecu masuk kedalam guha, ternyata ... jenazah suhu ..hilang .."

   "Hai ..!"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Keempat Tiang-lo serempak berteriak dan melonjak kaget seperti mendengar halilintar berbunyi disiang hari.

   "Apa katamu ?"

   Teriak Naga-besi.

   "Jenazah suhu ..lenyap .."

   Gemparlah sekalian murid Hoa-san-pay demi mendengar berita itu. Sesaat kemudian Naga-besi Pui Kian memanggil si Waletkuning Hong-ing .

   "Hong-ing, apakah engkau tahu jelas bahwa suhumu telah binasa didalam guha itu ?"

   "Benar, sucou,"

   Sahut Hong-ing. Ia berbahasa sucou atau kakek guru kepada keempat tianglo.

   "Mengapa Gui Tik dan Li Cong-bun mengatakan jenazah suhumu hilang ?"

   "Benar, Hong-ing su-ci. Kami berdua tak melihat suatu apa didalam guha itu,"

   Seru Gui Tik.

   "Hm, aneh,"

   Gumam sidara.

   "apakah engkau sudah menyelidiki keadaan guha itu ?"

   "Sudah."

   "Apa yang engkau ketemukan dan lihat ?"

   "Darah merah yang sudah mengental dan bercampur dengan tanah. Hanya itu. Tetapi jenazah suhu tak ada ..."

   "Aneh sekali !"

   Lengking Hong-ing.

   "jelas jenazah suhu masih berbaring di tanah ..."

   Cepat ia berpaling memandang "Blo'on, hai, Blo'on, bukankah mayat orangtua itu masih berada didalam Goha?"

   "Ya, memang masih menggeletak di guha itu,"

   Sahut Blo'on.

   "kalau begitu, biarlah kuambilnya kemari ..."

   Habis berkata ia terus hendak melangkah.

   "Hai, jangan gilagilaan!"

   Teriak murid-murid Hoa-san-pay seraya acungkan senjata memagari Blo'on.

   "Heh, kurang ajar,"

   Teriak Blo'on.

   "aku hendak menolong mengambilkan jenazah suhumu, mengapa kalian malah hendak menusuk perutku"

   "Jangan banyak mulut !"

   Bentak Seng-tik. Tampak Nagabesi Pui Kian kerutkan jidat, merenung. Sesaat kemudian ia berpaling kearah su lenya .

   "Bok sute, mari ikut aku meninjau ke guha. lan sute dan Lim sute harap menjaga disini jangan sampai budak gila itu lolos !"

   Demikian Naga-besi Pui Kian dan Serigala-Kigi-perak Bok Jiang segera menuju ke guha.

   Gui k dan Cong-bunpun diajaknya.

   Setelah kedua Tiang-lo itu pergi maka Beruang-sakti Han Tiong bertanya kepada Blo'on .

   Hai, anak Blo'on, kemana engkau bawa mayat Kam sutit itu ?"

   "Apa ? Aku membawa mayat orangtua itu ? Huh, jangan engkau menuduh semena-mena, kakek tua !"

   Marahlah Blo'on karena disangka begitu,"tanyakan pada budak perempuan itu!"

   "Kurang ajar, engkau berani menyebut aku budak perempuan !"

   Teriak Walet-kuning Hong-ing.

   "awas kutampar mulutmu kalau berani menyebut sekali lagi !"

   "Bilang, kemana engkau menyembunyikan mayat itu !"

   Bentak Beruang-sakti Han Tiong yang sudah hilang sabar.

   "Aku tidak mencuri mayat itu, mau apa ?"

   Blo'on juga marah dan bercekak pinggang.

   "Bukan engkau, tetapi konco-koncomu !"

   "Konco ? Huh, apa itu konco ?"

   "Setan, konco ialah kawan !"

   "O, kalau bicara jangan gunakan bahasa daerah aku tak mengerti, eh ..kawan? Aku tak punya kawan. Kalau punya dia tentu akan datang ke mari menolong aku."

   "Hm, kawanmu itu tentu bersembunyi. Walau dia mempunyai delapan tangan pun, tak nanti dia berani masuk ke dalam markas Hoa-san-pay !"

   "Mengapa tak berani ? Bukankah aku juga berani ?"

   "Kawanmu tentu seorang yang berotak. Beda dengan engkau yang tak punya otak sehingga tak tahu kalau Hoa-sanpay itu sarang naga dan harimau yang tak boleh dibuat mainmain."

   "Itulah, mengapa aku datang kemari. Disini sarang naga dan aku butuh otak naga "

   Baru ia berkata begitu, tiba-tiba Beruang-sakti ayunkan tangan.

   "Uh ..."

   Blo'on menjerit dan terjungkal kebelakang. tetapi secepat itu juga iapun sudah melonjak bangun.

   "Kakek, mengapa engkau menampar aku ?"

   Teriaknya.

   "Maka engkau harus jaga mulutmu jangan sembarangan bicara kepadaku!"

   Seru Naga-besi.

   "Sekarang engkau harus menjawab pertanyaanku yang benar, jangan bicara yang tak keruan!"

   Kata Naga-besi pula.

   "Hm ..."

   "Mengapa engkau membunuh Kam sutit ?"

   Naga-besi mulai mengajukan pertanyaan.

   "Aku tidak membunuh. Aku bangun, tahu-tahu aku berada dalam guha itu dan kulihat sesosok mayat disitu."

   "Bukankah engkau makan rumput Liong-si itu ?"

   "Tidak."

   "Apakah rumput itu diambil kawanmu ?"

   "Aku tak punya kawan."

   "Hm, cukup, engkau harus mati !"

   "Tidak mau !"

   "Mau atau tidak mau, engkau harus mati. hanya sebelum mati, engkau kuberi kelonggaran untuk melawan, agar jangan mati sia-sia."

   "Tidak cukup ! Aku minta kelonggaran lagi!"

   Seru Blo'on.

   "Apa ?"

   "Mengajukan pertanyaan."

   "Hm, tanialah !"

   Dengus Beruang-sakti.

   "Nanti dulu,"

   Kata Blo'on.

   "bagaimana kalau engkau tak mampu menjawab pertanyaanku ?"

   Beruang-sakti kerutkan alis .

   "Maksudmu suruh aku bagaimana ?"

   "Harus malu ! Seorang kakek yang. sudah begitu tua, tentu harus malu kalau tak dapat menjawab pertanyaanku."

   "Hm, mulai mengoceh lagi, ya ?"

   Dengus Beruang-sakti.

   "kalau malu lalu bagaimana ?"

   Blo'on tertawa .

   "Ai, ai, engkau seorang kakek tua, mengapa suka marah ? Maksudku begini, kalau engkau dapat menjawab pertanyaanku itu, cukup sebuah pertanyaan saja, engkau boleh membunuh aku. Tetapi kalau tidak bisa, bagaimana ?"

   Beruang-sakti anggap dirinya sudah tua, banyak pengalaman, luas pengetahuan. Dan anak yang berada dihadapannya itu seorang anak blo'on. Ah, masakan ia tak dapat menjawab pertanyaannya ! "Terserah, engkau menghendaki bagaimana?"

   Katanya.

   "Baik,"

   Seru Blo'on.

   "aku tak menghendaki apa-apa melainkan engkau harus suruh anak murid Hoa-san-pay mundur dan membebaskan aku."

   "Jangan sucou!"

   Tiba-tiba Ang Hin-liong berseru "dia hendak main gila mempermainkan kita. Ha-lap sucou jangan memberi hati."

   "Ha, ha,"

   Blo'on tertawa.

   "kalau memang tak berani, akupun tak memaksa. Karena orang Hoa-san-pay itu memang bodoh-bodoh, ha, ha !"

   "Budak liar, sebutkanlah pertanyaanmu, lekas!"

   Teriak Beruang-sakti Han Tiong.

   Walaupun sudah tua, tetapi mendengar ejekan si Blo'on, meluaplah kemarahannya.

   Andaikata yang mengejek itu lain orang, mungkin dia masih dapat menahan diri.

   Tetapi karena yang mengejek itu seorang anak blo'on, Tianglo nomor dua dari Hoa-san-pay itu-pun malu.

   Tetapi Blo'on tak segera mengeluarkan pertanyaan, melainkan berseru kepada murid-murid Hoa-san-pay .

   "Hai, kamu murid-murid Hoa-san-pay, aku hendak bertaruh dengan tianglo perguruanmu. Kalau dia dapat menjawab pertanyaanku, aku boleh dibunuh. Tetapi kalau dia tak dapat menjawab, aku bebas. Bagaimana kalian setuju atau tidak ?"

   Karena Beruang-sakti sudah menerima tandingan itu, murid-murid Hoa-san-paypun terpaksa mendukung. Mereka setuju karena percaya Tiang-lo itu tentu dapat menjawab pertanyaan si Blo'on.

   "Baik,"

   Kata Blo'on.

   "sekarang aku hendak mulai bertanya. Lo-cianpwe, siapakah diriku ini ?"

   Seketika gemparlah murid-murid Hoa-san-pay mendengar pertanyaan yang diajukan si Blo'on.

   Sejak tadi hal itu sudah ditanyakan oleh Naga-besi tapi tiada seorang murid Hoa-sanpay yang tahu dan kenal si Blo'on.

   Beruang-sakti Han Tiongpun berobah wajahnya.

   Sebagai tiang-lo, ia menempati kedudukan yang tinggi dalam perguruan Hoa-san-pay.

   Apabila tak dapat menjawab pertanyaan itu, bukankah ia akan kehilangan muka ? Namun untuk menjawab, pun benar-benar ia tak tahu.

   "Aku tahu!"

   Tiba-tiba sidara Walet-kuningHong-ing melengking. Blo'on berpaling kearah dara itu, serunya .

   "Yang harus menjawab ialah lo-cianpwe ini. Engkau tak berhak menjawab."

   "Kalau begitu, akupun tak berhak ikut bertanggung jawab membebaskan engkau. Kalau aku disuruh bertanggung jawab membebaskan engkau, aku harus boleh memberi jawaban."

   "Ya, boleh dah,"

   Seru si Blo'on.

   "bukan hanya engkau tetapi semua murid-murid Hoa-san-paypun boleh ikut menjawab. Kalau ada seorang yang dapat menjawab tepat, bolehlah aku dibunuh !"

   "Baik, akulah yang akan menjawab,"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata Hong-ing.

   "engkau bertanya, siapa dirimu ?"

   "Ya."

   "Engkau seorang manusia, seorang anak laki-laki. Benar tidak ?"

   Tanya Hong-ing.

   "O, benar,"

   Jawab Blo'on.

   "tetapi siapa namaku?"

   "Namamu Blo'on, benar tidak ?"

   "O, ya, ya, tidak benar "

   Waktu mendengar Blo'on mengatakan 'ya, si dara gembira. Tetapi alangkah kejutnya ketika pernyataan 'ya' itu ditutup dengan kata-kata 'tidak benar' la kecele.

   "Mengapa tidak benar ?"

   Ia menegas.

   "Karena namaku tentu bukan Blo'on. Nama itu nama baru, engkau yang memberi. Tetapi masakan sebelumnya aku tak punya nama ?"

   Hong-ing tak dapat membantah. Sekalian murid-murid Hoasan- paypun terdiam.

   "Bagaimana lo-cianpwe ? Bukankah aku boleh bebas sekarang ? Atau lo-cianpwe menyesal karena terlanjur menerima pertanyaanku itu ?"

   Seru Blo'on kepada Beruangsakti.

   "Ya, engkau menang dan pergilah !"

   Seru Beruang-sakti.

   "Sucou !"

   Teriak Ko Seng-tik.

   "Mengapa ?"

   Sahut Beruang-sakti.

   "apakah engkau menghendaki sucoumu ini dihina orang karena tak pegang janji ?"

   "Bukan begitu, sucou,"

   Kata Seng-tik.

   "tetapi bukankah Pui sucou tadi sudah memesan supaya anak itu jangan sampai lolos ?"

   "Benar".

   "Lalu ?"

   "Hm, aku yang bertanggung jawab ..."

   Baru Beruang-sakti berkata begitu.

   Naga-besi Pui Kian, Serigala-gigi-perak Bok Jiang dan kedua murid tingkat dua Gui Tik dan Li Cong-bun bergegas masuk kedalam markas.

   Telinga Naga-besi yang tajam dapat menangkap pembicaraan yang berlangsung dengan Blo'on.

   "Tak perlu sute bertanggung jawab !"

   Teriak Naga-besi yang saat itu sudah tiba ditempat Beruang-sakti. Kemudian Tiang-lo pertama dari Hoa-san-pay itu berpaling memandang Blo'on.

   "Hai, jelas engkau yang mencuri mayat Kam sutit ! Hayo kembalikan !"

   "Apa ? Aku mencuri mayat ? Buat apa ?"

   "Tanya pada dirimu sendiri buat apa engka mencuri mayat itu."

   Blo'on rentangkan kedua mata lebar-lebar.

   "Ketika aku menggendong murid Hoa-san-pay yang terluka, kutinggalkan guha itu bersama eh ... siapa namanya tadi. Ya, bersama murid perempuan dari perguruan ini. Sampai kita datang kemari, aku tak pernah kembali ke guha itu."

   "Jangan banyak mulut !"

   Bentak Naga-besi Pui Kian.

   "pokoknya engkau harus pilih, kembalikan mayat itu atau kuhancurkan tubuhmu !"

   "Nanti dulu, kakek,"

   Seru Blo'on.

   "tadi kakek yang berada disini, telah kalah janji dengan aku. Kalau dapat menjawab pertanyaanku, aku boleh dibunuh. Kalau tak dapat, aku dibebaskan. Dan ternyata dia tak mampu menjawab maka akupun dibebaskan. Mengapa sekarang engkau hendak mengganggu aku lagi ?"

   "Aku tak terikat dengan perjanjian itu. Lekas beri keputusan."

   "Aneh, aneh engkau tetua Hoa-san-pay dia pun tetua Hoasan- pay. Dia sudah membebaskan, engkau tak boleh. Dia pegang janji, engkau pungkir janji." .

   "Siapa berjanji kepadamu ? Bukankah aku tak pernah berjanji ?"

   "Cianpwe yang itu ! "

   Blo'on menunjuk Beruang-sakti Han Tiong.

   "Ya, baiklah,"

   Kata Naga-besi Pui Kian.

   "karena dia sudah berjanji maka dia berhak membebaskan engkau. Tetapi karena aku tak berjanji maka akupun bebas untuk membunuhmu."

   "Jadi engkau tak mau ikut dalam perjanjian itu?"

   "Tidak !"

   "O, aneh, mengapa ?"

   "Karena hendak mencabut nyawamu!"

   Kata Naga-besi dengan geram lalu melangkah maju menghampiri Blo'on.

   Wajahnya seram, sinar matanya berkilat-berkilat.

   Rupanya Tiang-lo pertama dari Hoa-san-pay itu sudah memutuskan untuk meremuk Blo'on.

   Blo'on menggigil, la tahu terhadap kakek yang satu ini, ia tak dapat menyiasati.

   Satu-satunya jalan, ia harus meloloskan diri.

   Memandang ke sekeliling, tampak berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay menghunus senjata, memagari ketat sekali.

   Tiba-Tiba Naga-sakti memekik.

   Nadanya mirip dengan ringkikan naga.

   Karena terkejut, Blo'on hampir terjungkal jatuh.

   Tiba-Tiba Naga-besi Pui Kian loncat, menerkam.

   Karena kejutnya, Blo'onpun loncat menghindar.

   Di luar kehendaknya, loncatannya itu hebat sekali.

   Tubuhnya melambung keudara sampai dua tombak tingginya.

   "Hai, hendak lari kemana engkau budak hina!"

   Teriak kakek Naga-besi seraya enjot tubuh melambung keudara untuk menyambar tubuh Blo'on.

   Cret, lengan baju Blo'on tercengkeram.

   Terus ditarik kebawah.

   Maksudnya supaya jatuh terbanting ditanah.

   Tetapi saat itu, karena lengan bajunya terasa kaku sekali sehingga lengannya tak dapat digerakkan, Blo'on meronta sekuat-kuatnya.

   Brat, lengan bajunya robek memanjang sampai kebahu di orangnyapun bergeliatan meluncur turun.

   Kebetulan sekali ia jatuh disamping Walet-kuning Hong-Hong ing.

   Nona itu cepat hendak tusukkan pedangnyi Tetapi entah bagaimana, melihat wajih Blo'on yang lucu dan kasihan, kepalanya gundul, alis hilang dan lengan baju rompal, dara itu agak bersangsi.

   Melihat dara itu hendak menusuknya, Bloon cepat menampar tangan dara itu.

   Plak, pedang Hong-ing terpental jatuh dan lengannyapun dicekal erat-erat oleh Blo'on, Honging hendak meronta tetapi cengkeraman Blo'on pada pergelangan tangan, membuat dara itu tak dapat berkutik karena tenaganya terasa hilang.

   Pada lain kejab, kakek Naga-besi Pui Kian pun melayang turun kehadapan Blo'on, terus hendak merangsang anak itu.

   "Berhenti, atau gadis ini kubunuh !"

   Teriak Blo'on seraya mengangkat tangan kanannya ke atas kepala Hong-ing.

   Memang setiap manusia, bloon sekalipun dia, tetapi dalam detik-detik menghadapi bahaya maut, tentu timbul dayanya untuk membela diri.

   Demikian dengan Blo'on.

   Entah bagaimana, tiba-tiba saja ia mendapat akal begitu.

   Menjadikan Walet kuning Hong-ing sebagai sandera atau tawanan.

   Kakek Naga-besi tertegun.

   Melihat cara Blo' on melayang diudara sampai begitu tinggi dan cara ia dapat menguasai Walet-kuning begitu mudah, mau tak mau tiang-lo Hoa-sanpay itu harus menarik kesimpulan bahwa Blo'on itu benarbenar seorang pemuda yang sakti.

   Kalau ia lanjutkan serangan, pasti Blo'on nekad akan membunuh Hong-ing.

   Naga-besi merenung beberapa saat.

   Akhirnya ia berseru .

   "Bagaimana kehendakmu ?"

   "Bebaskan aku dari sini. Jangan ada murid Hoa-san-pay yang berani mengganggu kalau aku pergi dari markas ini !"

   "Hm, baiklah."

   Blo'on mencekal lengan Hong-ing, tangan kanan.

   "Setelah pengalaman tadi, aku tak dapat mempercayai orang Hoa-san-pay. Terpaksa nona ini hendak kubawa,"

   Sahut Blo'on.

   "Engkau pengapakan ?"

   "Apabila ada murid-murid Hoa-san-pay yang berani menyerang aku, nona ini terpaksa kuhancurkan lebih dulu."

   "Engkau cerdik juga !"

   Dengus Naga-besi dengan nada menghina. Blo'on tak mau meladeni bicara. Ia terus membawa Honging menuju ke pintu markas. Keempat Tiang-lo dan muridmurid Hoa-san-pay mengikuti dari belakang. Setelah tiba dipintu markas, Naga-besi berseru .

   "Nah, sekarang engkau sudah melewati pintu markas Hoa-san-pay, lepaskan nona itu."

   "Tidak !"

   Sahut Blo'on.

   "daerah ini masih dalam kekuasaan Hoa-san-pay. Bagaimana kalau nona ini kulepas, kalian terus menindak aku? Siapakah yang akan menjamin keselamatanku?"

   "Lalu ?"

   "Nona ini tetap akan kubawa bersamaku melanjutkan perjalanan."

   "Kemana ?"

   "Ke Laut Hitam mencari otak naga"

   "Buat apa otak naga itu ?"

   "Mengobati otakku yang hilang !"

   "Ha, ha, ha ... .

   "

   Tiba-tiba kakek Naga-besi tertawa lebar.

   "Mengapa engkau tertawa ?"

   Tegur Blo'on "Siapa yang memberitahu di Laut Hitam terdapat naga ?"

   "Gadis ini."

   "Siapa yang memberitahu otak naga dapat menyembuhkan otakmu yang hilang ?"

   "Juga gadis ini."

   "O."

   Seru kakek Naga-besi. Ia tertawa.

   "Baiklah. Tetapi ingat, jangan sekali-kali engkau ganggu murid Hoa-san-pay itu. Sehelai rambutnya saja engkau ganggu, engkau tentu akan kami cincang jadi bakso !"

   "Aku bersumpah !"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Baik, pergilah,"

   Kata kakek Naga-besi. Tetapi baru Blo'on berjalan beberapa langkah, Naga-besi sudah berseru lagi .

   "Hai, tunggu dulu ! Apakah setelah tiba di Laut Hitam engkau terus membebaskan dia pulang ?"

   "Ya."

   "Engkau berani menghadapi naga itu sendirii?"

   "Ya,"

   Sahut Blo'on. Demikian Blo'on segera mengajak Hong-ing keluar dari markas Hoa-san-pay, menuruni gunung Hoa-san dan melanjutkan perjalanan.

   "Pui suheng,"

   Tiba-tiba Beruang-sakti Han Tiong bertanya kepada Naga-besi.

   "mengapa suheng melepaskan anak itu membawa Hong-ing ? Apakah tidak membahayakan jiwa Hong-ing ?"

   Naga-besi tersenyum.

   "Tak perlu kuatir, Tak berapa lama anak itu tentu akan kembali ke sini sebagai tangkapan."

   Beruang-sakti terbeliak .

   "Bagaimana hal itu dapat terjadi ?"

   "Hong-ing yang akan menangkapnya dan membawa kemari."

   "O. adakah suheng sudah memberi perintah kepadanya ?"

   "Ya, ketika pemuda itu menyatakan hendak membawa Hong-ing sebagai tanggungan, diam-diam kugunakan ilmu menyusup suara Coan-im-jip-bi untuk memberi bisikan kepada Hong-ing agar dia menurut saja Tetapi nanti ditengah jalan begitu ada kesempatan, supaya pemuda itu ditutuk jalan darah nya dan dibawa kembali ke markas kita."

   Beruang-sakti masih cemas.

   "Apakah kita perlu suruh murid lain untuk membayangi mereka, memberi bantuan apabila Hong-ing sampai gagal ?"

   Naga-besi Pui Kian menyatakan tak perlu. Karena pemuda itu blo'on dan Hong-ing seorang dara yang cerdik. Tentu dapat mengatasinya. Kemudian Beruang-sakti meminta keterangan bagaimana hasil peninjauan suhengnya ke guha.

   "Memang mayat Kam sutit hilang. Telah kuteliti keadaan dalam guha itu tetapi tak terdapat bekas-bekas jejak binatang buas. Pencurinya tentu seorang tokoh silat yang sakti,"

   Kata Naga besi.

   "Lalu apakah tujuannya mencuri mayat Kam sutit ?"

   Tibatiba Kilin-Emas Lim Ping bertanya "Justeru itulah yang masih belum dapat kita ketahui,"

   Jawab Naga-besi Pui Kian.

   "Lalu menurut pendapat suheng, bagaimanakah tindakan kita sekarang ?"

   Tanya Beruang-sakti. Sejenak merenung, tetua pertama dari Hao san-pay yang sudah berusia lanjut itu berkata.

   "Urusan ini gawat sekali karena menyangkut nama Hoa san-pay. Tindakan yang pertama, harus menutup rapat-rapat agar peristiwa ini jangan sampai tersiar ke luar. Karena kalau sampai dunia persilatan mendengar berita ini, nama Hoa-san-pay pasti akan menjadi buah pembicaraan dan bulan-bulan tertawaan."

   Beruang-sakti Han Tiong, Kilin emas Lim dan Serigala-gigiperak Bok Jiang menjetujui.

   "Untuk melaksanakan hal itu, kita harus Mengumpulkan segenap anakmurid Hoa-san-pay untuk memberi pesan kepada mereka agar jangan membocorkan peristiwa ini. Barangsiapa yang membocorkan dianggap mengkhianati perguruan dan akan dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan Hoa san pay kepada murid yang berhianat."

   Kata Naga besi Pui Kian.

   "Tetapi itupun masih belum sempurna,"

   Katanya lebih lanjut.

   "dikuatirkan apabila ada tetamu dari lain perguruan yang berkunjung kemari tak bertemu dengan Kam sutit, mereka tentu akan curiga.."

   "Benar,"

   Beruang-sakti Han Tiong menanggapi "memang kemungkinan semacam itu bisa saja terjadi."

   "Lalu bagaimana langkah kita?"

   Tanya Serigala gigi-perak Bok Jiang.

   "apakah suheng bermaksud hendak mengadakan seorang Kam sutit tiruan ?"

   "Tepat, Bok sute,"

   Sahut Naga-besi Pui Kian.

   "memang aku merencanakan hal itu. Tetapi tertumbuk pada kesulitan orangnya yang dapat menyamar sebagai Kam sutit."

   "O rasanya tiada seorang yang dapat menyamar sebagai Kam sute, kecuali Pang To-tik sutit,"

   Seru Beruang-sakti Han Tiong.

   "Hai, benar."

   Seru Naga-besi Pui Kian.

   "ya, memang dialah yang paling tepat untuk menyamar sebagai Kam sutit. Baik dalam perawakan maupun nada suara dan kepandaiannya, keduanya memang hampir menyerupai satu sama lain."

   "Tetapi bukankah dia sedang mewakili perguruan Hoa-sanpay menghadiri pemakaman Kim Thian-cong tayhiap ?"

   Kata Naga-besi Pui Kian "Ya, tetapi tentulah dia sudah pulang. Aneh, mengapa dia tak datang melapor kemari ?"

   Kata Naga-besi Pui Kian.

   "Ya, benar,"

   Sambut Beruang-sakti Han Tiong.

   "seharusnya dia datang kemari untuk membeli laporan."

   "Adakah dia belum pulang ?"

   Tanya Kilin-emas Lim Ping. Setelah merenung, Naga-besi Pui Kian mengambil keputusan .

   "Mengingat urusan ini penting sekali, akan kusuruh salah seorang murid untuk meninjau ketempat kediaman Pang sutit. Tunggu sampai dia pulang, supaya terus diajak kesini."

   Ketiga Tiang-lo Hoa-san-pay setuju. Mereka lalu mengutus Ko Seng-tik murid kedua dari Hom san-pay dan sutenya Tan Hui-beng menuju ketempat kediaman Pang To-tik di gunung Hong-san. Setelah itu, Naga-besi Pui Kian melanjutkan perundingan lagi. Katanya.

   "Dan tindakan kedua kita harus mencari pencuri jenazah Kam sutit."

   "Bagus."

   Seru Serigala-gigi-perak Bok Jiang "biarlah aku yang melakukan tugas itu."

   "Rasanya belum cukup kalau hanya seorang Dan akupun bersedia melakukan tugas itu juga"

   Seru Beruang-sakti Han Tiong.

   "Tetapi menurut hematku,"

   Tiba-tiba Kilin-emas Lim Ping yang tak banyak bicara tetapi setiap kali membuka suara tentu mengandung pendapat yang tepat, menyelutuk.

   "Lebih baik kita tunggu dulu sampai Hong-ing pulang membawa anak bloon itu. Kita bisa mengorek keterangan lebih lanjut dari anak itu. Setelah mendapat keterangan yang diperlukan barulah kita dapat bertindak mencari pembunuh itu. Dengan begitu kita dapat menghemat tenaga dan waktu, pula dapat bertindak secara terarah."

   Naga-besi Pui Kian mengangguk.

   "Ya, pendapat Lim sute benar juga. Lebih baik kita tunggu dulu kedatangan budak perempuan itu."

   Demikian para Tiang-lo itu menunggu pulangnya Waletkuning Hong-ing yang telah diberi kisikan oleh Naga-besi Pui Kian, supaya meringkus si Blo'on dan membawanya pulang ke markas.

   Sehari dua hari, tiga, empat dan akhirnya hampir tujuh hari lamanya, belum juga murid-murid itu pulang.

   Waelet-kuning Hong-ing belum datang dan Ko Seng-tik serta Tian-Huibengpun tak kunjung pulang.

   Keempat Tiang-lo makin sibuk.

   Akhirnya diputuskan mengirim Serigala-gigi-perak Bok Jiang menuju ke Hong-san untuk meninjau Pang To-tik.

   Dan Beruang-sakti Han Tiong diberi tugas menyusul perjalanan Walet-kuning Hong-ing karena di-kuatirkan terjadi sesuatu dengan gadis itu.

   Sepanjang sejarah berdirinya perguruan Hoa-san-pay belum pernah mereka mengalami kehebohan seperti saat itu.

   Kam Sian-hong, ketua angkatan ke duabelas dari Hoa-sanpay telah mati dibunuh orang.

   Kemudian mayatnyapun hilang dicuri orang.

   Siapa pembunuhnya, menurut dugaan tentulah pemuda blo'on, tetapi merekapun tak berani memastikan.

   Diam-Diam merekapnn meragukan bahwa seorang pemuda yang begitu blo'on dapat membunuh Kam Sian-hong, ketua Hoa-san-pay yang berkepandaian sakti.

   Dan siapakah yang mencuri mayat itu ? ---ooo0dw0ooo--- Sial dangkal.

   "Hendak engkau bawa kemana aku ?"

   Tanya Hong-ing setelah jauh dari markas Hoa-san-pay.

   "Ke Laut Hitam mencari otak naga,"

   Sahut Blo'on. Hong-ing terkejut. Laut Hitam, hanya nama yang dibuatnya untuk mengelabuhi anakmuda itu. la sendiri tak tahu apakah di dunia ini terdapat laut yang hitam. Bahkan ia sendiri belum pernah melihat laut biasa, apalagi laut yang hitam.

   "Celaka, rupanya anak blo'on ini percaya sungguh akan keteranganku.

   "diam-diam ia mengeluh.

   "ah, bagaimana kalau dia memaksa aku harus membawanya ke Laut Hitam itu ?"

   Setelah memutar otak, akhirnya dara itu tertawa mengikik.

   "Hai, mengapa engkau tertawa?"

   Tegur Blo'on.

   "Apakah tidak boleh aku tertawa ?"

   Balas dara.

   "O, boleh saja. Tetapi mengapa engkau tertawa seorang diri?"

   Bloon menyeringai.

   "Eh, apakah engkau merasa sakit karena aku tertawa itu ?"

   Sahut sidara pula.

   "O, tidak, tidak sakit.

   "hanya heran.

   "Mengapa heran ?"

   "Biasanya kalau aku tertawa, tentu ada sesuatu yang menggelikan hatiku."

   "Hm, apakah engkau anggap aku tertawa karena tak ada sesuatu yang menggelikan hatiku ?"

   "Apa yang menggelikan hatimu ?"

   "Sudah tentu ada, bahkan banyak."

   "Apa ?"

   Tanya Blo'on.

   "Misalnya, kalau melihat tampang mukamu, perutku seperti dikili-kili."

   "Karena kepalaku gundul ?"

   "Ya."

   "Alisku hilang ?"

   "Ya."

   "Lalu tampangku seperti setan ?"

   "Ya."

   "Aneh !"

   Gerutu Blo'on.

   "Apa yang aneh ?"

   "Engkau !"

   Kata Blo'on.

   "Aku ? Mengapa ?"

   Hong-ing kerutkan dahi.

   "Sudah pernahkah engkau melihat setan ? Apakah setan itu benar seperti tampangku ini ?"

   Hong-ing terkesiap, la seorang dara yang lincah bergerak dan tangkas bicara. Tetapi entah bagaimana, beberapa kali ia selalu terpukul diam, oleh kata-kata si Blo'on.

   "Ya, benar,"

   Untuk menutupi kekalahannya bicara, Hong-ing menjawab sekenanya saja.

   "Tidak, aku tak percaya !"

   "Hm, kalau tak percaya engkau boleh berkaca !"

   "Dimana kaca itu ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"O,"

   Hong-ing mendesuh karena menyadari hampir kalah bicara lagi. Tetapi cepat ia dapat menjawab.

   "nanti apabila tiba di telaga yang bening, airnya, engkau tentu bisa mengacai mukamu."

   "O, dimanakah telaga itu ?"

   "Dua tiga li dibawah sana, ada sebuah telaga yang bening airnya,"

   Jawab Hong-ing.

   Demikian keduanya berjalan menuruni gunun sambil bercakap-cakap.

   Dalam pada itu, Blo'on tetap mencekal tangan si dara.

   Rupanya ia kuatir kalau Hong-ing akan melarikan diri kembali kemarkas Hoa-san-pay.

   Hong-ing memang sudah beberapa kali berusaha untuk melepaskan diri dari cekalan Blo'on.

   Tetapi selalu gagal, ia merasa cekalan tangan Bloon itu tak ubah seperti jepitan baja.

   Demikian mereka tiba di telaga dan Bloon pun bergegas membawa sidara ke tepi telaga.

   "Aduh mati aku ..,"

   Tiba-tiba Blo'on menjerit keras, ia kaget sendiri ketika melihat dirinya berubah begitu aneh. Kepalanya gundul, alisnya hilang bajunva robek dan mukanya kotor.

   "Blo'on, lepaskanlah tanganku !"

   Seru si dara "Mengapa? Apakah engkau hendak pulang?"

   "Pulang atau tidak, itu sesukaku. Engkau tak perlu mengurus !"

   "Aku harus mengurus,"

   Jawab Blo'on.

   "karena kalau engkau pulang engkau tentu memanggil keempat kakek tua dan murid-murid Hoa-san-pay untuk mengejar aku !"

   "Itu tidak termasuk dalam perjanjianmu. Pokok aku mengantar engkau keluar dari markas Hoa-san-pay. Setelah itu aku bebas pulang."

   "Hm, tempat ini masih belum jauh dari markas Hoa-sanpay. Kalau kubebaskan, engkau tentu memanggil orang-orang Hoa-san-pay."

   "Habis, kapankah engkau melepaskan aku ?"

   "Nanti setelah jauh dari Hoa-san-pay, ditempat yang kuanggap sudah aman bagiku."

   Tiba-Tiba nona itu tertawa.

   "Eh, mengapa engkau tertawa lagi ?"

   Tegur si Blo'on.

   "Karena aku geli melihat tingkahmu yang sebenarnya blo'on tetapi bertingkah sok !"

   "Mengapa ?"

   "Walaupun engkau tak mau melepaskan aku tetapi engkau terpaksa harus melepaskan juga."

   "Mengapa ?"

   "Lihatlah bahumu yang kain penutupnya robek itu. Bukankah terdapat guratan merah yang memanjang kebawah?"

   Blo'on memandang bahu kanannya. Dan apa yang dikatakan Hong-ing memang benar. Luka itu tampak membiru dan gatal.

   "Ah, hanya luka kena cengkeraman kuku kakek tua tadi,"

   Kata Blo'on. Hong-ing tertawa .

   "Hm, engkau kira luka biasa ?"

   Blo'on mengiakan.

   "Salah, luka itu beracun. Bermula lengan kananmu akan terasa lunglai, kaku. Setelah itu sekujur tubuhmu akan tak dapat digerakkan semua."

   "Benarkah ?"

   "Ya, sejak tadi kurasakan cekalan tanganmu sudah mulai berkurang tenaganya. Engkau tak percaya, lihatlah ..."

   Tibatiba Hong-ing meronta dan terlepaslah ia dari cekalan Blo'on. Blo'on terkejut. Cepat ia hendak menubruk dara itu tetapi si dara dengan lincah menghindar ke samping lalu mencabut pedang .

   "Berani maju tentu kutusuk !"

   Serunya mengancam. Blo'on kesima. Memang diam-diam ia merasakan lengan kanannya terasa lunglai tak bertenaga.

   "Engkau benar,"

   Serunya.

   "mengapa lengan ku terasa lemas?"

   "Itulah racunnya sudah mulai bekerja !"

   "Racun ?' "Ya, kuku dari Pui sucou itu mengandung racun."

   "Bohong !"

   Teriak Blo'on.

   "Kalau kukunya mengandung racun, bagaimana dia dapat menyuap makanan dengan tangannya '"

   Hong-ing tertawa .

   "Engkau memang blo'on. Pui sucou itu mempunyai sebuah ilmu yang disebut Tok-jiau-kang." ''Apa Tok-jiau-kang itu ?' "Ilmu cengkeraman beracun. Kalau tidak dipancarkan, racun itupun tak bergerak. Dia dapat makan dan mengambil barang seperti biasa Tetapi begitu dipancarkan, racun pada kukunya akan berhamburan masuk ketubuh lawan. Tadi sucou memberi tahu kepadaku, engkau sudah terkena Tokjiau- kang, tentu mati. Maka diapun rela saja melepas engkau pergi dengan membawa aku karena akhirnya engkau tentu mati kaku."

   "O, kejam benar ..."

   "Tak lebih kejam dari engkau yang membunuh suhuku itu !"

   Blo'on deliki mata kepada nona itu. Ia hendak marah dan membantahnya tetapi pada lain saat tiba-tiba ia tenang kembali .

   "Ah, sudahlah Kalau engkau mengatakan begitu, terserah. Tetapi aku merasa tak membunuhnya ...."

   Hong-ing hanya mendengus.

   "Pergilah, aku tak membutuhkan engkau lagi,"

   Tiba-tiba Blo'on berseru.

   "Engkau melepaskan aku pulang?"

   Hong-ing menegas.

   "Pergilah, jangan banyak bicara !"

   Teriak Blo'on.

   "Tidak "

   Seru Hong-ing. Blo'on terbeliak .

   "Mengapa? Bukankah engkau sudah bebas? Pulanglah, pulanglah! Panggillah kakek-kakek itu dan kawan-kawanmu kemari membunuh aku!"

   "Tak perlu,"

   Sahut Hong-ing.

   "tanpa memanggil mereka, engkaupun tentu mati juga."

   "Biar, biar!"

   Teriak Blo'on.

   "pergilah engkau, biar aku mati sendiri."

   "Tidak !"

   "Mengapa ?"

   Kembali Blo'on heran.

   "Engkau sudah menolong suhengku yang pingsan engkau bawa pulang ke markas. Untuk kebaikanmu itu akan kubalas. Kalau engkau mati, akan kukubur dalam sebuah liang agar mayatmu jangan dimakan burung."

   "Tidak!"

   Teriak Blo'on makin kalap.

   "hayo pergilah engkau ! Aku lebih suka mayatku dimakan burung daripada engkau jamah. Orang-Orang Hoa san-pay memang jahat-jahat semua!"

   "Cis, engkau tak berhak mengusir aku. Daerah ini masih termasuk lingkungan Hoa-san. Aku yang menjadi tuan rumah dan engkau orang luar. Masakan orang luar berani mengusir tuan rumah"

   Balas Hong-ing.

   "Persetan dengan tuan rumah atau tetamu "

   Makin kalap Blo'on berteriak.

   "pendek kata engkau mau pergi atau tidak. Aku tak suka melihatmu di sini ! Aku benci dengan orangorang Hoa-san-pay "

   "Tidak !"

   "Hm, kalau engkau membangkang, terpaksa tentu kuhajar "

   "Penipu !"

   Teriak Hong-ing.

   "engkau bilang tak mengerti ilmusilat, ternyata sekarang engkau hendak menghajar aku."

   "Uh, untuk menghajar seorang anak perempuan; mengapa perlu belajar ilmusilat ?"

   "Ha, ha,"

   Hong-ing tertawa.

   "itu kalau anak perempuan biasa. Tetapi aku seorang anak perempuan persilatan. Apa engkau mampu mengalahkan aku ?"

   "Kalau mau coba, bolehlah'"

   Habis berkata .

   Blo'on terus lompat menubruk Hong-ing.

   Ia tak mengerti ilmusilat.

   Tetapi karena terdorong oleh kemarahan, ia nekad menyerang sidara.

   Hanya saja caranya menyerang bukan dengan memukul atau menampar melainkan dengan menubruk.

   Ya, ia hendak mendekap dara itu.

   Sudah tentu mudah sekali Hong-ing menghindar ke samping.

   Diam-Diam dara itu memperhatikan gerakan Blo'on.

   Kalau Blo'on yang berada di guha tadi, tak mungkin ia dapat menghindar terkamannya.

   Tetapi saat itu Blo'on tampak lamban gerakannya.

   Tentulah karena racun dalam tubuhnya sudah mulai bekerja.

   Terkaman pertama luput, Blo'on menyusuli lagi dengan terkaman kedua, ketiga, keempat dan terus saja selama terkamannya itu masih belum berhasil mendekap si dara.

   Walet-kuning Hong-ing sesungguhnya tinggi juga ilmusilatnya.

   Tetapi karena ia tahu bahwa pemuda blo'on itu memiliki tenaga-dalam yang hebat, terpaksa ia tak berani adu kekerasan dan melainkan menghindar saja.

   Tetapi setelah memperhatikan gerak pemuda itu makin lamban tahulah ia bahwa racun dalam tubuh pemuda itu sudah mulai bekerja.

   Dan memang dugaannya tepat.

   Hampir tiga jam menuruni gunung, karena tak mengerahkan tenaga racun itu pelahan sekali jalannya.

   Tetapi kini karena Blo'on mengeluarkan tenaga menyergap Hong-ing maka racun itupun bekerja cepat.

   Hampir separoh tubuh Blo'on terasa kaku tak dapat digerakkan lagi.

   "Uh ...

   "

   Tiba-tiba Blo'on mendesuh kaget ketika luput menubruk Hong-ing, kakinya terantuk pada segunduk batu dan tak ampun lagi. ia jatuh terguling di tanah dan meluncur ke dalam telaga ...

   "Hai !"

   Hong-ing memburu hendak menyambar kaki si Blo'on tetapi terlambat.

   Tubuh Blo'on sudah tenggelam kedalam telaga.

   Karena gugup, Hong-ing lari kian kemari, sejenak memandang ke permukaan telaga, sejenak memandang ke sekeliiing penjuru seperti hendak mencari orang yang dapat memberi pertolongan, Ia sendiri tak bisa berenang.

   Paling- Paling ia akan minta tolong orang untuk menyelam ke dasar telaga Tetapi sekeliling tempat itu sunyi senyap.

   "Blo'on ..! Blo'on ..!"

   Berulang kali la meneriaki pemuda itu tetapi tiada bersahut.

   Blo'on seolah-olah lenyap di dasar telaga.

   Entah bagaimana Hong-ing merasa menyesal atas terjadinya peristiwa itu.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Memang bukti amat kuat bahwa Blo'on berada di dalam guha di mana suhunya terdapat menggeletak tak bernyawa.

   Tetapi menilik wajah dan sikap pemuda yang blo'on itu, masih ada sepercik kepercayaan dalam hatinya bahwa Blo'on bukan pembunuh suhunya.

   Selama belum menemukan jejak yang menyatakan bahwa Blo'on tak bersalah, rasa benci dan dendam terhadap pemuda itu tetap membara dalam hati Hong-ing.

   Betapapun ia benci pada setiap pembunuh.

   Apalagi yang dibunuh itu suhunya ...

   Namun dibalik rasa dendam itu, tersembul pula rasa kasihan atas nasib Blo'on yang dideritanya ketika berada dalam markas Hoa-san-pay.

   Blo'on diperlakukan sebagai seorang terdakwa, dijadikan bulan-bulan tertawa dengan digunduli rambut dan alisnya, dihajar sana dipukul sini seperti seekor anjing Bahkan tak segan-segan pula keempat Tiang-lo itu beramai-ramai hendak membunuh Blo'on.

   Hong-ing benci kepada Blo'on tetapi iapun merasa kasihan atas nasibnya.

   Rasa kasihan dari Hong-ing bukan tak beralasan, la merasa bahwa kesalahan Blo'on itu walaupun jelas tetapi belum meyakinkan, la merasa bahwa pemuda itu memang blo'on, linglung dan seperti orang yang kehilangan kesadaran pikirannya.

   Buktinya, begitu ia mengatakan soal otak naga di Laut Hitam, pemuda itu terus percaya seratus persen.

   Begitu pula ia merasa bahwa pernyataan Blo-on yang lupa pada diri dan namanya, memang sungguh-sungguh bukan pura-pura.

   Setolol-tolol dan seblo'on-bloon seorang anakmuda, namun tak mungkin dia mau menerima pemberian nama Blo'on itu.

   Dan akhirhya wajah serta bicara pemuda itu, mengunjukkan kejujuran hatinya.

   Itulah sebabnya, Hong-ing mandah saya ketika ditawan si Blo'on dan dijadikan sandra lalu diajak lari dari markas Hoasan- pay.

   Pun dalam perjalanan, ia makin mendapat kesan bahwa Blo'on itu seorang pemuda yang polos hati.

   Oleh karena itu, walaupun beberapa kali mendapat kesempatan baik, tetapi dara itu tetap tak mau melarikan diri.

   Ia ingin menemani si Blo'on mencari obat penyembuh otaknya.

   Dan rasa kasihan itu meledak menjadi rasa gugup dan gelisah ketika melihat Blo'on tenggelam dalam telaga.

   Karena tak mendapat jalan untuk menolong, akhirnya dara itu duduk numprah di tepi telaga dan menangis.

   "Maafkan aku, Blo'on. Sebenarnya aku tidak mempunyai maksud hendak membunuh atau mencelakai engkau. Tetapi mengapa engkau mengusir aku ? Bukankah aku ingin menemani engkau mencari obat ? Andai engkau tak sebengis itu mengusirku, tentu akan kuberimu pil pencegah racun untuk mencegah menjalarnya racun pada lukamu itu ...

   "

   Hong-ing menghela napas.

   "Blo'on, kalau engkau mati, kudoakan supaya arwahmu dalam beristirahat tenang di alam baka ...

   "

   Hong-ing menutup doanya dengan menangis terisak-isak.

   Puas menangis, ia berbangkit.

   la tetap tak terima kalau belum menemukar mayat Blo'on.

   Ia hendak pergi kesebuah perumahan yang terdekat untuk minta tolong pada beberapa penduduk, mencari mayat Blo'on.

   Sekalipun mati, namun ia hendak mengubur mayat Blo'on secara baik.

   Maka ia segera tinggalkan telaga dan mencari rumah penduduk.

   Haripun kian tinggi dan akhirnya matahari mulai rebah dipunggung gunung sebelah barat.

   Tiba-tiba muncullah seorang aneh.

   Seorang lelaki tinggi besar yang mukanya penuh dengan rambut, memelihara kumis lebat dan jenggot panjang.

   Kepalanya terbungkus kain putih yang dilingkai- Iingkar keatas macam bentuk seekor kerucut.

   Pakaiannya jubah merah yang penuh berhias tanda-tanda swastika.

   Setiba di tepi telaga, ia berdiri tegak menghadap kepermukaan air.

   Kedua tangannya ditengadahkan di muka dada dan mulutnya mulai berkemak kemik.

   Tiba-tiba tangan kanan dijulurkan kemuka menghadap ke permukaan telaga laluu mulai digerakkan seperti menarik kebelakang Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang sambil mulutnya melantang ucapan-ucapan seperti doa mantra.

   Tetapi tak dapat dimengerti artinya karena menggunakan bahasa asing.

   Aneh benar ! Tak berapa lama tampak sesosok tubuh menyumbul ke permukaan air lalu pelahan-lahan tubuh itu hanyut dibawa air ketepi tempat orang aneh itu berdiri.

   Dan lebih aneh pula, walaupun sudah berada di daratan, tubuh yang masih rebah di tanah itu dapat meluncur ketempat orang aneh.

   Setelah tiba dibawah kaki orang itu baru berhenti.

   Ternyata sosok tubuh itu bukan lain adalah mayat Blo'on yang terbungkus dengan benda hitam macam lumpur.

   Orang aneh berjongkok memeriksa Ia kerutkan alis ketika mengetahui bahwa benda yang menyelubungi muka dan badan si Blo-on iitu bukan lumpur melainkan kawanan binatang lintah.

   Orang aneh itu segera membersihkan tubuh Bloon dari kerumunan lintah.

   Setelah itu ia memeriksa baju si Blo'on.

   "Kurang ajar, kemanakah rumput mustika itu?"

   Tiba-tiba ia berkata seorang diri dengan nada marah.

   "apakah dimakannya sendiri ? Dan sarung dang itu ..?"

   "Ah."

   Pada lain saat ia menghela napas panjang.

   "celaka, kemungkinan rumput mustika dan sarung pedang tentu ikut tenggelam kedasar telaga. Celaka, kalau benar begitu, sungguh sulit. Untuk mencari sarung pedang, sih masih mudah. Tetapi bagaimana untuk mencari rumput Jenggotnaga yang begitu kecil dan halus ? Bukankah sesukar orang mencari jarum dalam laut ? Ah ..."

   Sejenak merenung, orang aneh itu mengingau pula .

   "Terpaksa aku harus bersemedhi nanti malam untuk mengetahui apakah kedua benda itu memang masih di dasar telaga atau dilempar kelain tempat oleh anak itu ....Kemudian ia memeriksa keadaan mayat Blo'on Setelah memegang pergelangan tangan, ia berkata seorang diri pula .

   "Denyut jantungnya masih terasa, anak ini belum mati ..."

   Ia mengeluarkan sebuah botol kumala, menuang sebutir pil merah dan disusupkan kemulut Blo'on, lalu ditinggal pergi .

   "Hm, dalam waktu duapuluh empat jam, dia tentu sadar ..."

   Orang aneh itu tak menghiraukan Blo'on.

   Ia masuk kedalam hutan untuk mencari tempat yang sesuai dimana ia akan melakukan semedhi untuk meneropong keadaan dalam telaga.

   Malampun makin merayap, menebarkan selimut hitam kepermukaan alam.

   Suasana sekeliling telaga makin dibenam dalam kesunyian lelap.

   Blo'on masih menggeletak dalam keadaan tak sadar.

   Entah dia dapat hidup lagi atau tidak.

   ---ooo0dw0ooo--- Korban kedua.

   Keesokan harinya, Hong-ing membawa dua orang penduduk ketepi telaga.

   Dara itu berhasil mengupah kedua orang itu untuk menyelam ke dasar telaga, mencari mayat si Blo'on.

   "Wah, celaka,"

   Seru salah seorang penduduk itu.

   "telaga ini disebut Telaga-lintah, boleh dikata menjadi sarang lintah. Maka walaupun airnya bening, tetapi jarang sekali orang yang berani mandi disini."

   "O,"

   Hong-ing mendesuh kejut.

   "lalu bagaimana cara kalian hendak menyelam ?"

   Kedua lelaki itu tersenyum. Mereka melepaskan bungkusan yang dibawa lalu mengeluarkan dua buah botol. Yang satu diserahkan kepada kawan nya. Mereka lalu melumuri tubuh dengan isi botol itu.

   "Apakah itu ?"

   Tanya Hong-ing "Minyak dari ikan paus. Bangsa lintah tak suka baunya dan tak mampu hinggap pada badan orang yang dilumuri minyak ini."

   Demikian kedua orang itupun lalu menyelam kedalam telaga. Tetapi hampir setengah hari mereka mencari, Blo'on tetap tak dapat diketemukan. Akhirnya setelah sore, mereka naik ke daratan.

   "Sia-sia,"

   Kata mereka.

   "mayat kawan nona itu tak berhasil kami ketemukan."

   "Aneh,"

   Sahut Hong-ing.

   "jelas dia terjatuh kedalam telaga ini mengapa mayatnya tak dapat diketemukan ?"

   Kedua orang itu kerutkan dahi. Diam-Diam mere kapun heran juga. Tiba-Tiba salah seorang bertanya .

   "Apakah nona tak keliru melihat ?"

   "Keliru bagaimana ?"

   Tanya Hong-ing.

   "Kalau kawan nona itu benar-benar jatuh ke dalam telaga ini ?' "Gila ! Masakan aku bisa keliru ? Sudah jelas kulihat dengan mata kepala sendiri, dia terantuk batu lalu terguling jatuh kedalam telaga !"

   Seru Hong-ing agak penasaran.

   "Hm, kalau begitu tentu hanya satu kemungkinan,"

   Kata mereka.

   "Bagaimana?"

   "Mayat itu telah habis dilahap kawanan ikan lele-macan di telaga ini."

   "Hah?"

   Hong-ing terbeliak kaget.

   "lele-macan?"

   "Ya,"

   Sahut salah seorang.

   "selain lintah pun telaga ini penuh dengan sejenis ikan lele yang oleh penduduk disebut lele-macan. Ikan itu ganas sekali, suka makan ikan lain yang bukan jenisnya."

   "Ah ..,"

   Hong-ing hempaskan diri duduk ditepi telaga. Hatinya sedih, semangatnya lunglai. Rasa kasihan atas nasib Blo'on, membuat ia seperti orang yang kehilangan semangat.

   "Apakah nona tak kembali ke desa kami ?"

   Tanya salah seoracg penyelam.

   "Tidak, kalau kalian mau pulang, pulanglah"

   Sahut Hong ing.

   Setelah menerima upah, walaupun merasa heran, namun kedua orang itupun segera pergi.

   Berjam-jam lamanya Hong-ing duduk memandang ke permukaan telaga.

   Mataharipun mulai turun ke balik gunung.

   Cuaca mulai gelap.

   Namun Hong-ing tetap tak berkisar dari tempatnya.

   Matanya memandang ke air telaga yang jernih.

   Beberapa saat kemudian tiba-tiba ia terkesiap Samar- Samar pada permukaan air, muncul sebuah wajah orang.

   Hong-ing mengebas-kebaskan kepala lalu mengusap-usap mata.

   la kuatir kalau kalau mata nya yang kabur.

   Tetapi ketika memandang ke permukaan air lagi, bayangan wajah orang itu tetap tampak, bahkan kali ini tersenyum menyeringai Dan karena wajah orang itu penuh ditumbuhi rambut, maka tampaknyapun menyeramkan.

   Dia tertawa malah seperti serigala menguak.

   "Hai ... setan'"

   Teriak Hong-ing seraya! loncat bangun dan hendak mencabut pedang.

   Tetapi tiba-tiba pedangnya itu sukar dicabut, seolah-olah seperti melekat pada kerangkanya.

   Hong-ing makin karet.

   Dicobanya pula untuk mencabut sekuat tenaga.

   Tetapi tetap gagal karena jengkel kerangka yang masih berisi pedang itu dibanting ketanah, tringg..

   "Hai,"

   Ia menjerit ketika melihat pedang itu meluncur keluar dari kerangkanya.

   Pada hal tadi walaupun ditarik sekuatkuatnya pedang itu tak mau keluar.

   Cepat dara itu menghampiri hendak mengambilnya lagi.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tetapi tepat pada saat tangannya menjamah tangkai pedang, tiba-tiba sebuah kaki menginjak batang pedang "Ih.."Hong-ing mendesis dan memandang keatas; Dan seketika ia menjerit, loncat, loncat ke belakang.

   Ternyata yang menginjak batang itu seorang lelaki tua yang aneh.

   Ialah berpakaian jubah merah berhias swastika yang kemarin datang ke tepi telaga, menarik keluar mayat si Bloon.

   Dalam persemedian malam tadi, ia mendapat kisikan halus, bahwa pedang dan rumput mustika Liong-si-jau tidak jatuh di dasar telaga tetapi masih berada pada si Blo'on.

   Maka pada siang itu ia segera menuju ke tepi telaga tempat Blo'on diletakkan kemarin.

   Ia hendak menunggu si Bloon sadar dan menanyainya tentang rumput mustika itu.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika tubuh Blo'on tak berada ditempatnya dan sebagai gantinya tampak seorang gadis tengah duduk termenung-menung memandang permukaan telaga.

   Orang aneh itu gunakan ilmu meringankan tubuh, menghampiri ke belakang sigadis atau Hong-ing.

   Dan akhirnya terjadilah peristiwa itu.

   "Siapa engkau!"

   Teriak Hong-ing seraya siapkan tinju.

   "Ha, ha, baru ini kali sepanjang hidupku, seorang anak perempuan berani bertanya begitu kasar kepadaku. Biasanya tak pernah orang berani bertanya kepadaku karena aku yang selalu bertanya kepada orang !"

   Sahut orang aneh itu.

   "Lekas bilang, siapa engkau !"

   Hong-ing mengulang pertanyaan.

   "Akan kuberitahu namaku apabila engkau mau memberi sedikit keterangan,"

   Sahut orang aneh itu.

   "Soal apa ?"

   "Sudah lamakah engkau berada di tepi telaga ini ?"

   "Sejak pagi tadi."

   "Ho, kalau begitu engkau tentu melihat sesosok mayat di tepi telaga ini ?"

   "Mayat ? Mayat siapa ?"

   "Mayat seorang anakmuda ?"

   "Si Blo'on ?"

   "Apa itu Blo'on ?"

   "Bukankah nama anak itu si Blo'on ?' "Ngaco !"

   Bentak orang aneh itu.

   "apa itu Blo'on-blo'on. Aku tak mengerti. Jawablah yang betul, mengaku tahu atau tidak mayat seorang anak muda disini ?"

   Hong-ing marah karena sikap orang yang begitu kasar seolah-olah seperti memberi perintah. Ia menjawab getas .

   "Kalau tahu bagaimana, kalau tak tahu bagaimana ?"

   "Kalau tahu, lekas tunjukkan dimana mayat itu?"

   "Ih garang benar engkau. Kalau aku tak mau menunjukkan, bagaimana ?"

   "Akan kupaksa sampai engkau mau ?"

   "Kalau tak tahu ?"

   "Engkau jelas bohong !"

   Kata orang aneh itu.

   "karena jelas malam tadi mayat itu berada di sini."

   "Aku tak tahu, engkau mau apa!"

   Hong-ing melengking.

   "Engkau bohong "

   Sebenarnya Hong-ing berkata dengan sesungguhnya tapi karena ia marah atas sikap orang aneh itu, iapun menantang.

   "Ya, aku memang bohong, engkau mau apa ?"

   "Ho, budak perempuan, rupanya engkau belum kenal kelihayanku!"

   Kata orang aneh itu seraya ulurkan tangan hendak menyambar tangan Hong-ing. Tetapi dara itu cepat menyurut mundur.

   "Uh, engkau pandai silat juga?"dengus orang aneh itu agak terkejut karena sambarannya luput. Lalu ia ulangi lagi dengan sebuah lompatan seraya menerkam. Tetapi tetap Walet-kuning Hong-ing dapat menghindar.

   "Eh, engkau benar-benar pandai ilmu silat ? Siapakah perguruanmu ?"

   Orang aneh itu berhenti dan berseru.

   "Perlu apa engkau bertanya perguruanku?"

   "Agar dapat kupertimbangkan langkah, cara hukuman apa yang layak kuberikan kepadamu !"

   "Wah besar sekali mulutmu, orang brewok!"

   Seru Hong-ing.

   "aku murid Hoa-san-pay ..."

   "O, murid Hoa-san-pay ?"

   Teriak orang aneh itu. Sepasang matanya tampak berkedip-kedip.

   "kalau engkau murid perguruan lain, mungkin masih dapat kuampuni. Tetapi karena engkau murid Hoa-san pay jangan harap engkau mendapat pengampunanku!"

   "Cis ! Siapa yang sudi minta ampun kepadamu !"

   Lengking si dara.

   "Kurang ajar !"

   Orang itupun terus loncat menubruk.

   Kali ini Hong-ing sudah siap.

   Menghindar kesamping ia terus ayunkan sebelah kakinya menendang.

   Plak ..orang itu jatuh tergulingguling ditepi telaga.

   Hampir saja dia terguling jatuh kedalam air.

   Cepat ia berbangkit lalu melangkah pelahan-lahan menghampiri Hong-ing, berdiri tiga langkah dihadapannya.

   Orang aneh itu tegak berdiri memandang lekat pada Honging.

   Pada lain saat, tiba-tiba ia julurkan kan dua buah jari tangannya kearah Hong-ing .

   "Lihatlah ...

   "

   Hong-ing terkejut dan tanpa sadar terpengaruh oleh katakata orang aneh itu.

   Cepat ia mencurah pandang mata kearah jari orang itu.

   Tiba-Tiba ia rasakan aliran hawa dingin melanda dadanya, menebarkan keseluruh urat-urat tubuhnya.

   Ia hendak bergerak tetapi tak mampu menggerakkan tubuh.

   Lemas lunglai ...

   "Ho, budak perempuan, engkau sudah terkena ilmuku Jitpoh- sip-hun-ci. Ha, ha sekarang engkau sudah dalam kekuasaanku!"

   Seru orang aneh itu.

   Hong-ing terkejut tetapi tak dapat berbuat suatu apa.

   Jitpoh- sip-hun-ci, ia tahu juga artinya, Ialah Jari-pelenyapsukma- tujuh-langkah.

   Dalam jarak tujuh langkah, ilmu gerakan jari itu dapat melenyapkan sukma, membuat orang lemas tak berkutik.

   "Engkau man apa ?"

   Serunya dengan mata menghambur kemarahan.

   "Katakan dimana mayat anakmuda itu !"

   Seru siorang aneh.

   "Siapa yang engkau maksudkan anakmuda itu? "Masakan engkau tak tahu ? Dia yang membunuh ketua perguruan Hoa-san-pay itu !" ''Ih ...

   "

   Hong-ing terbeliak kaget.

   "engkau tahu peristiwa pembunuhan itu ?"

   "Kalau tak tahu masakan aku bisa berkata.

   "jawab orang aneh itu.

   "lekas bilang yang betul "

   "Dia kecemplung dalam telaga ini !"

   "Lalu, mana mayatnya ?"

   "Justeru akupun hendak mencari mayatnya"

   "Ngaco ! Mayat itu sudah kuangkat kesini tetapi sekarang lenyap. Kalau bukan engkau yang mengambil, siapa lagi ?"

   "Hai, benarkah mayat itu sudah berada ditepi telaga sini ?"

   Teriak Hong-ing.

   "Jangan berpura-pura!"

   Hardik orang aneh itu "lekas katakan dimana engkau menyembunyikannya "

   Cepat Hong-ing hendak menyangkal tetapi pada lain kilas tiba-tiba ia mendapat pikiran.

   "O, sudah kukubur !"

   Serunya.

   "Dimana ?"

   "Diujung hutan sana !"

   "Bawa aku kesana !"

   "Tidak !"

   Sahut Hong-ing getas.

   "Mengapa?"

   Orang aneh itu terkesiap heran.

   "Aku tak dapat berjalan."

   "O,"

   Rupanya orang aneh itu teringat kalau dara itu terkena tutukan jarinya.

   "tak apa, akan kupondong engkau kesana."

   "Tidak sudi, tidak sudi !"

   Teriak Hong-ing "Masakan engkau mampu meronta kalau ku pondong ..."

   "Kalau engkau berani menjamah tubuhku, lebih baik aku bunuh diri menggigit lidahku sendiri!"

   "Lalu maksudmu ?"

   Halaman 51-58 sobek "Kenal baik sekali. Mereka sering berkunjung kemari,"

   Kata Him Pa. Blo'on terbelalak .

   "Kalau begitu paman tentu akan menangkap dan menyerahkan aku ke markas Hoa-san-pay ?"

   "Tidak,"

   Sahut Him Pa.

   "Tidak ? Mengapa ? Bukankah paman bersahabat baik dengan mereka ?"

   Tanya Blo'on.

   "Kutahu engkau jujur,"

   Jawab Him Pa.

   "karena dengan terus terang engkau menceritakan tentang pembunuhan yang terjadi pada diri Kim kaucu. Tetapi apakah engkau benarbenar tidak membunuhnya? "Sungguh mati, paman. Aku berani bersumpah kalau tak merasa membunuh ketua Hoa-san-pay."

   "Baiklah, aku percaya padamu ...

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "

   Baru Him Pa berkata sampai disitu tiba-tiba ia terkejut bangun.

   "ada orang datang. Ah, kemungkinan tentu orang Hoa-san-pay yang hendak mencarimu."

   "Celaka !"

   Blo'on mengeluh.

   "bagaimana aku dapat lolos ?"

   Sejenak kebaikan pandang mata, Him Pa cepat menyuruh Blo on .

   "Lekas engkau menjadi harimau kumbang itu ...

   "

   "Hah?"

   Blo-on terbelalak kaget.

   "bagaimana aku dapat menjadi harimau ?"

   Sambil mendorong Blo'on ketempat harimau kumbang, Him Pa berjongkok, membuka kulit harimau.

   mengambil rumput dan cepat suruh Blo'on memakai kulit harimau dan mendekam disudut bilik.

   Him Pa tak tunggu Blo'on melakukan perintah, ia terus keluar karena pintu diketuk orang.

   "Ah, kiranya Han lotiang yang datang,"

   Sen Him Pa ketika melihat tetamu itu atau Beruang-sakti Han Tiong, tetua nomor dua dari Hoa-san-pay. Sambil mengiakan, Beruang-sakti Han Tionj melangkah masuk .

   "Bagaimana Him Pa, banyak memperoleh binatang buruan ?"

   "Lumayan, lotiang,"

   Sahut Him Pa seraya membawa tetamunya masuk kedalam bilik. Mereka duduk dikursi.

   "Tak sari-sarinya lotiang berkunjung kemari pada saat hari semalam ini. Tentulah lotiang mempunyai urusan yang penting,"

   Him Pa membuka pembicaraan.

   "Benar, Him Pa, aku hendak mencari seorang anakmuda."

   Him Pa tahu siapa yang dimaksud orangtua dari Hoa-sanpav itu. Namun ia tetap tenang, tanyanya pula .

   "Mengapa dia, lotiang ?"

   "Hm, anak itu kurang ajar sekali, berani masuk kedalam markas Hoa-san-pay dan melukai beberapa anakmurid. Hendak kuringkus dan kubawa nya naik ke markas untuk menerima hukuman. Mendengar itu Blo'on menggigil. Kalau Him Pa menunjukkan dirinya, tentu ia akan tertangkap orang Hoa-san-pay lagi.

   "Apakah engkau tak melihatnya? Apakah datang kemari "

   Tanya Beruang-sakti.

   "Akupun baru saja pulang dari berburu, lo tiang. Dan dirumah ini tiada orang yang datang."

   "Aneh,"

   Gumam Beruang-sakti Han Tiong.

   "padahal jelas dia membawa Walet-kuning Hong-ing, murid perempuan Hoa-sanpay turun gunung."

   "Walet-kuning Hong-ing dibawanya? Aneh, bagaimana hal itu dapat terjadi ?"

   Seru Him Pa.

   "Ketika kami kepung anak liar itu, tiba-tiba saja dia mendapat akal untuk menawan Hong-ing dijadikan sandera."

   "Dan keempat lo-tiang membiarkan saja ?"

   Tanya Him Pa.

   "Ya, karena menurut Pui suheng, anak itu telah terkena cengkeraman Tok-jiau-kang yang beracun Dalam beberapa jam dia tentu mati. Mengapa ia tak kelihatan, pun Hong-ing juga tak tampak"

   "Ah, kemungkinan nona Ci telah sengaja menunjukkan jalan yang salah kepadanya. Kalau tidak mereka tentu lewat disini. Eh, maaf, taruh kata lewat, apabila pada siang hari, jelas kalau aku tak melihat mereka karena sejak pagi aku sudah keluar berburu dan petang ini baru pulang"

   "Kalau begitu, apabila engkau melihatnya, supaya engkau tahan dan antarkan ke atas gunung."

   "Baiklah, lo-tiang, apa pesan lo-tiang tentu akan kulakukan dengan sungguh hati,"

   Kata Him pa lalu menuju ke dapur dan tak lama masuk kembeli membawa hidangan arak.

   "Maaf, lotiang, hanya dapat menghidangkan arak dingin, untuk sekedar penghilang-haus saja."

   Jika kedua orang itu enak-enak menikmati arak, adalah Blo'on yang setengah mati.

   Mendekam dan memakai kulit hariamau, ternyata bukan pekerjaan yang mudah.

   Panasnya bukan kepalang sehingga keringatnya bercucuran deras membasahi sekujur tubuh.

   Tiba-Tiba saja ia ingin kencing.

   Perutnya yang penuh terisi air sekendi dan bubur cair sepanci mulai kembung dan hendak mintn keluar.

   Celaka, bagaimana nih ? Kalau ia kencing, airnya tentu mengalir dan tentu diketahui Beruang-sakti.

   Namun kalau ditahan, perutnya terasa mulas.

   Dalam hati tak hentihentinya ia memaki dan menyumpahi kakek Beruang-sakti mengapa tak lekas pergi.

   "Hm, mungkin pemburu itu memang sengaja hendak menyiksa aku. Kalau tidak mengapa ia terus menerus mengajak bicara kakek itu ? Bukankah lebih lekas disuruh pergi, lebih baik bagiku?"

   Gumamnya panjang pendek dalam hati. Blo'on benar tak kuat menahan keluarnya air kencing. Pada detik-detik yang tegang sehingga wajahnya merah padam, tiba-tiba Beruang-sakti Han Tiong berkata .

   "Him Pa, karena sudah malam, aku terpaksa pamit".

   "Lotiang hendak pulang ke markas ?"

   "Mungkin tidak. Aku hendak melanjutkan pengejaran kepada anak liar itu. Tolong saja sewaktu-waktu melihat mereka supaya engkau bawa kemarkas kami."

   "Baik, lotiang.

   "kata Him Pa-seraya ikut berbangkit hendak mengantarkan tetamunya keluar. Tiba-Tiba tetua nomor dua dari Hoa-san-pay itu berhenti, memandang kesudut. ruangan .

   "Eh, Him Pa, itu hari-mau hidup atau mati ?"

   Sambil berkata, rupanya karena tertarik akan harimau yang mendekam itu, Beruang-sakti Han Ti ong segera menghampiri.

   "O, itu kulit harimau yang sengaja kuutuhkan dan kuisi dengan rumput kering,"

   Kata Him Pa tertawa cemas.

   "Buat apa ?"

   "Selain untuk hiasan, pun dengan adanya harimau itu, rupanya tikus-tikus tak berani datang. Begitu pula untuk menakuti apabila ada pencuri masuk."

   "Ah, benar-benar seperti hidup.

   "

   Beruang-sakti Han Tiong hendak mendekati dan julurkan tangannya hendak mengeluselus kepala harimau itu.

   Jika ada petir berbunyi saat itu, tidaklah lebih mengejutkan hati Blo'on daripada ketika tangan Beruang-sakti hendak mengelus kepalanya.

   Rasa ingin kencing yang sudah tak kuasa ditahannya tadi tiba-tiba lenyap seketika.

   Prang ..tiba-tiba terdengar suara berkerontangan dan tibatiba ruanganpun gelap gelita.

   Lampu yang terletak di atas meja, mencelat jatuh ke lantai dan padam.

   Dan serentak terdengar suara Him Pa berseru kaget .

   "Ai, sial. tanganku membentur lampu. Maaf, lotiang, kamar menjadi gelap."

   Rupanya Beruang-sakti tak pernah menyangka bahwa jatuhnya lampu kelantai itu karena sengaja ditampar Him Pa.

   Agar dapat membatalkan niat Beruang-sakti mengelus kepala harimau.

   Dan memang Beruang sakti terkejut lalu urungkan keinginannya.

   Ia melangkah kepintu dan keluar dari bilik.

   Ketika pamit, ia mengulangi pula permintaannya supaya Him Pa memperhatikan anak liar yang melarikan Hong-ing itu.

   Setelah tetamu pergi, barulah Him Pa masuk kedalam bilik lagi.

   Ia memperbaiki lampu lalu di-sulutnya pula.

   Ketika memandang ke sudut ruang, ia berteriak kaget .

   "Hai, kemana harimau itu ..?"

   Ternyata kulit harimau yang berisi Blo'on, lenyap dari sudut bilik.

   Him Pa cepat mencari ke belakang.

   Juga tak ada.

   Keluar halaman muka, pun tak tampak.

   Ia mencari kesekeliling pondok tetap tak ketemu.

   Akhirnya ia kembali masuk ke dalam bilik dan astaga ...

   harimau itu sudah berada dalam bilik tetapi tidak lagi mendekam melainkan duduk di ranjang kayu.

   "Hai, kemana engkau tadi ?"

   Tegur Him pa.

   "Ke sumur di belakang rumah."

   "Mengapa ?"

   Him Pa heran.

   "Maaf, paman, karena perut penuh air dan bubur cair, tadi aku hendak kencing. Ketika kakek Hoa san-pay hendak mengelus kepalaku. Karena ta kut, aku sampai terkencing di celana. Celana terpaksa kucuci di sumur dan aku harus pinjam kulit harimau untuk malam ini ... Him Pa hanya tertawa. Demikian dalam pembicaraan selanjutnya, Blo'on mengatakan tentang penyakit aneh yang dideritanya. Him Pa juga heran.

   "Di kota Song-hian-koan kudengar ada seorang imam yang pandai mengobati' segala penyakit aneh, dapat mengusir setan dan lain-lain ilmu yang aneh. Cobalah engkau kesana, barangkali penyakitmu yang aneh itu dapat disembuhnya,"

   Kata Him Pa.

   "Jauhkah tempat itu dari sini?"

   Tanya Blo'on "Tidak,"

   Sahut Him Pa.

   "begitu turun kaki gunung, berjalan ke utara kira-kira sepuluh li, tentu sudah tiba di kota itu."

   "Lalu siapakah nama imam itu ?"

   "Tanya saja pada penduduk disitu. Setiap orang tentu kenal pada imam sakti itu."

   "Paman, mengapa engkau melindungi aku dari kejaran kakek Hoa-san-pay tadi ?"

   Tanya Blo'on pula.

   "Bukankah paman bersahabat baik dengan mereka dan baru saja kenal padaku ?"

   Him Pa berkata .

   "engkau terluka dan kutolong kemari. Kalau menolong orang, aku tak mau kepalang tanggung. Maka engkau kusembunyikan Tetapi ingat ! Apabila terbukti bahwa memang engkau yang membunuh ketua Hoa-san-pay itu, aku tentu akan menangkapmu "

   Tengah malam ketika sedang pulas tidur, Blo'on dikejutkan oleh suara aum harimau yang dahsyat. Cepat ia bangun dan mencari Him Pa tetapi pemburu itu tak berada dalam rumah.

   "Paman, kemana engkau? Ada harimau hendak menyerbu rumah ini !"

   Serunya. Tetapi Him Pa tak menyahut, entah kemana.

   "Celaka harimau suka makan orang. Apakah paman pemburu itu sudah dimakan harimau?"pikirnya Aum ... aummmm, harimau makin dekat dan masuk kedalam halaman.

   "Mati aku ... !"

   Blo'on makin ketakutan. Ia lari kian kemari kebingungan. Tiba-Tiba ia teringat kalau masih memakai kulit harimau.

   "ah, terpaksa aku harus menjadi harimau juga. Harimau bertemu harimau, tentu tak mau memakan ..."

   Karena kulit harimau itu dibuat sedemikian utuh maka seluruh kepala dan tubuh Blo'on dapat tertutup rapat dan jadilah ia seekor harimau. Aum ... harimau yang sungguh itu pun masuk kedalam pondok .... ---ooo0dw0ooo---

   Jilid 5 Sepasang harimau.

   Aummm ....

   Bermula Blo'on menyangka bahwa dengan menjadi harimau gadungan itu tentu takkan memakannya.

   Dan tenanglah ia.

   Tetapi ketika harimau itu masuk kedalam rumah dan mengaum dahsyat, serasa tergetarlah genteng-genteng atap karena gema suara raja hutan itu.

   Sedemikian keras dan dahsyat sehingga jantung Blo' on hampir copot.

   Ia tak pernah menyangka kalau seekor harimau itu ternyata sedemikian perkasanya.

   Aum ...

   karena takut, iapun mengaum menirukan suara siraja hutan dan terus loncat keluar dari jendela.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ah, ia terkejut sendiri ketika tubuhnya berhasil menerobos lubang jendela, terus meluncur keluar halaman, bum ....

   Rasa takut dan ngeri melihat harimau yang begitu seram, membuat Blo'on lupa segala.

   Lupa apakah ia mampu melompat keluar dari lubang jendela, lupa bagaimana andaikata ia nanti jatuh keluar.

   Lupa akan rencananya bahwa setelah menjadi 'harimau gadungan' harimau yang aseli itu tentu takkan memakannya.

   Pendek kata, karena pikirannya hilang semangatnya buyar, ia terus loncat saja keluar jendela .....

   Harimau heran mengapa kawannya itu malah melarikan diri.

   Binatang itupun segera loncat menerobos lubang jendela.

   Dilihatnya harimau Blo'on masih mendekam ditanah.

   Rupanya karena terbanting ditanah, kepala Blo'on pusing, mata berkunang-kunang sehingga untuk beberapa saat ia tetap rebah tengkurap ditanah.

   Demi mendengar harimau loncat keluar dari jendela mengejarnya, Blo'on terkejut dan serentak ia terus loncat bangun lalu ...

   lari.

   Apabila ia lari dengan merangkak, itu masih dapat dimaklumi.

   Tetapi si Blo'on lari seperti orang biasa.

   Dia lupa kalau saat itu dirinya menjadi seekor harimau.

   Diluar dugaan, harimau tertegun.

   Rupanya binatang itu heran mengapa kawannya mendadak dapat berdiri dan lari.

   Sesait kemudian binatang itupun terus loncat mengejar.

   Blo'on lari dan lari sekuat-kuatnya.

   Tetapi ketika ia berpaling ke belakang, dilihatnya harimau makin dekat dibelakangnya.

   Aummm ...

   harimau mengaum dan karena kejutnya, Blo'on terpelanting jatuh mencium tanah.

   Ia pejamkan mata menunggu dirinya dimakan si-raja hutan.

   Tetapi sampai beberapa saat, ia merasa masih selamat.

   Buru-Buru ia membuka mat-a.

   Melalui mata dari kulit harimau yang dipakainya itu, ia melihat harimau masih berada dihadapannya.

   Baru Blo'on hendak menarik napas legah tiba-tiba harimau itu maju menghampiri dan ...

   "Mati aku "Blo'on menjerit dalam hati ketika harimau itu ngangakan mulutnya, tepat dimukanya. la terpaksa pejamkan mata lagi menunggu kematian ....

   "Uh, uh, uh ..."

   Tiba-tiba ia mendesuh-desuh ketika merasa kepalanya berayun - ayun maju mundur.

   Ketika membuka mata, ia melihat tubuh harimau itu merapat sekali kepadanya.

   Dan ketika ia berusaha untuk memandang keatas ternyata harimau itu tengah menjilati kepalanya ....

   Hampir ia menjerit keras.

   Untung ia teringat kalau saat itu kepalanya terbungkus dengan kulit kepala harimau.

   Apabila tidak, tentu kulit gundulnya sudah terkelupas kedalam mulut harimau "Auff, auff ..."

   Tiba-tiba pula ia mendesuh-desuh ketika tibatiba harimau itu menjilati mukanya.

   Haa ..haaa ...

   hasyingngng ...

   ! Bau mulut harimau yang memuakkan dan kumisnya yang menusuk kehidungnya, benar-benar menggelitik sekali.

   Beberapa kali ia berusaha untuk menahan jangan sampai berbangkis namun karena ia tak dapat menggunakan tangan untuk mendekap hidung, akhirnya ia berbangkis juga dengan keras.

   Harimau terkejut dan loncat kebelakang, memandang harimau Blo'on lalu menghampiri Jagi.

   Blo'on bingung.

   Kalau ia diam saja, harimau itu tentu akan menjilati mukanya lagi dan ia tentu akan berbangkis lagi.

   Ternyata kulit harimau yang dikenakan si Blo'on itu adalah dari harimau betina.

   Dan harimau yang datang itu harimau jantan.

   Sudah beberapa waktu harimau jantan mengamuk dan berkeliaran kemana-mana untuk mencari harimau betina yang hilang.

   Hilang yang dibunuh Him Pa.

   Sekarang harimau itu telah menemukan betinanya.

   Sudah tentu ia rindu sekali.

   Dijilat-jilatinya kepala, jidat dan muka sang betina dengan mesra.

   Mesra bagi si harimau jantan tetapi celaka bagi si Blo'on.

   Ia benar-benar tersiksa karena menyaru menjadi harimau itu.

   Walaupun harimau jantan itu tak memakannya, tetapi ia benar-benar sebal dan muak karena selalu diciumi dan dijilati harimau itu.

   Akhirnya karena bingung dan jengkel, iapun berbangkit lalu mengaum menirukan suara harimau jantan tadi .

   "Aummm ..

   "

   Ketika harimau jantan menjilati mukanya, Blo'on yang terpaksa jadi harimau gadungan, hampir muntah.

   Dan ketika kumis harimau jantan menggelitik hidungnya, Blo'onpun berbangkis sekuat-kuatnya.....

   Blo'on term hendak berbangkit dan lari ke dalam pondok.

   "Uh ..,"

   Tiba-tiba mendekam lagi karena teringat kalau dirinya masih menjadi harimau.

   Setelah itu ia merangkak ke pintu pondok.

   Tiba-Tiba harimau loncat menerkamnya sehingga ia jatuh terguling-guling.

   Harimau menghampirinya lalu menjilati kepala dan mukanya lagi dengan mesra.

   "Uh, apa-apaan ini ?"

   Blo'on menggerutu dalam hati.

   Ia tak tahu mengapa harimau itu selalu menjilati kepala dan mukanya saja.

   Karena muak dan jengkel, ia mengaum lagi, aummm ....

   Harimau itu terkejut, loncat kebelakang.

   Tetapi ketika melihat Blo'on merangkak kearah pintu, binatang itu loncat menerkamnya lagi.

   Dan setelah Blo'on jatuh berguling-guling binatang itu menjilat-jilat kepala dan mukanya lagi.

   Karena terulang beberapa kali, akhirnya timbullah pikiran Blo'on .

   "Apakah dia melarang aku masuk kedalam pondok ?"

   "Celaka !"' kembali Blo'on menjerit dalam hati.

   "apakah dia hendak membawa aku pulang ke rumahnya ... ?"

   Blo'on benar-benar bingung setengah mati. Gara-Gara memakai kulit harimau, sekarang benar-benar ia harus menjadi harimau.

   "Kurang ajar, kemanakah batang hidungnya Him Pa sipemburu itu ?"

   Ia mengomel penasaran.

   Ia tak menyadari bahwa apabila tak memakai kulit harimau itu, dia tentu sudah tertangkap Beruang-sakti Han Tiong.

   Atau, dia tentu sudah dimakan harimau itu.

   Karena tiada lain pilihan, akhirnya.

   Blo'on terpaksa lepaskan usahanya meloloskan diri.

   Dia memutuskan untuk ikut pada harimau itu.

   Nanti apabiia mendapat kesempatan,"

   Ia hendak lari atau kalau perlu, mengadu jiwa dengan raja hutan itu.

   Demikian dengan hati besar, ia segera merangkak kemuka, keluar dari halaman pondok.

   Ah, andaikata ia tahu bahwa kulit harimau yang dipakainya itu dari harimau betina dan harimau yang datang itu yang jantan.

   Tentulah ia akan lebih kaget lagi.

   Dan andaikata dia dapat membayangkan bagaimana ulah seekor harimau jantan yang bertemu dengan yang betina, dia tentu akan lemas.

   Mungkin kalau tidak besar nyalinya, tentu sudah mati kaku.

   Untunglah si Blo'on itu seorang Blo'on.

   Dia tak menyadari hal itu.

   Maka enak saja ia merangkak keluar, diiring oleh harimau jantan.

   Aum ...

   harimau jantan itu loncat ke samping jalan lalu masuk kedalam hutan.

   Tetapi Blo'on tak mau.

   "Huh, siapa sudi berjalan merangkak di dalam hutan"

   Ia menggerutu dalam hati dan tetap merangkak di sepanjang jalan.

   Rupanya harimau jantan itu heran mengapa betinanya tak mau menyusul.

   Ia berhenti baru menerobos keluar ke jalan lagi, menyusul Blo'on.

   Untunglah harimau itu seekor binatang yang tak punya pikiran seperti manusia sehingga tak lekas dapat mengetahui keanehan-keanehan yang terdapat pada diri isterinya si harimau betina itu.

   Masakan harimau berjalan, kepalanya menyusur kebawah dan pantatnya menjulang keatas seperti yang dilakukan-si harimau blo'on itu ? Tetapi sebodoh-bodoh harimau itu, akhirnya merasa heran juga mengapa sang betina begitu tertatih-tatih jalannya.

   Segera ia loncat dan sosorkan kepalanya mendorong kepala harimau blo'on supaya membiluk kesamping.

   Karena tak tahan baunya, terpaksa Blo'on mau membiluk dan masuk kedalam hutan.

   "Celaka ..."

   Blo'on mengeluh panjang pendek ketika ia harus menerjang semak-semak berduri.

   Untung karena mengenakan kulit harimau, tubuhnya-pun tak kena apa-apa.

   Hanya setempo ia harus katupkan mata apabila ada ranting atau duri yang mengancam depan mukanya.

   Dan setelah masuk kedalam hutan, ternyata harimau jantan itu tak mengganggunya lagi.

   Rupa nya memang begitulah yang dikehendaki.

   "Aduh, celaka ..,"

   Kembali Blo on mengomel.

   "Di manakah sarangnya ? Kalau harus merangkak jauh, mana aku kuat ? Makin lama mereka makin masuk kebagian dalam dari hutan itu. Saat itu masih malam. Hutan amat gelap sekali. Rupanya harimau itu tak sabar melihat sang betina begitu pelahan sekali jalannya. Kembali ia mendorong-dorong pantat sang betina, menyuruh supaya lari lebih cepat.

   "Kurang ajar,"

   Damprat Blo'on dalam hati.

   "siapa sudi engkau suruh lari dengan merangkak begini ? ...

   "

   Belum habis ia menimang, tiba-tiba ia rasakan tengkuknya dicengkeram keras sekali dan serempak dengan itu iapun mendengar mulut harimau menggerung.

   Seketika pucatlah Blo'on.

   Tentulah tengkuknya digigit mulut harimau jantan itu.

   Memang sudah lazim bangsa harimau maupun kucing dan anjing, apabila bercanda, mereka suka menggigit-gigit leher kawannya.

   Gigitan harimau jantan kepada harimau betina itupun bukan gigitan maut, melainkan gigitan bercanda, dalam hal ini harimau jantan hendak menyuruh sang betina supaya berlari cepat.

   Tetapi bagi Blo'on, gigitan mesra dari harimau jantan itu dirasakan seperti sebuah cekikan baja yang keras.

   Sakitnya bukan kepalang sehingga hampir ia tak dapat bernapas.

   Karena kesakitan, Blo'on lupa kalau dirinya sedang menjadi harimau.

   Serentak ia gerakkan tangan kanan menampar muka harimau jantan itu, prak .

   Harimau jantan mengerang dan mengaum keras seraya menyurut mundur beberapa langkah.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Rupanya tamparan tangan si Bloon cukup keras.

   Dan kebetulan pula kuku-kuku yang runcing tajam dari kaki kulit harimau itu tepat mengenai hidung harimau jantan.

   Seketika harimau itu meraung-raung kesakitan, hidungnyapun berdarah ..Memang sejak bangun dari tidurnya didalam guha, Blo'on kerap kali merasa aneh pada dirinya sendiri.

   Tubuhnya serasa ringan sekali digerakkan.

   Ia dapat memanggul Rajawali-matabiru untuk melompati sebuah jurang.

   Ia.

   dapat mencengkeram tangan Hong-ing sehingga tak dapat berkutik.

   Ia dapat menghindari serangan dari tiang-lo dan murid-murid Hoa-sanpay.

   Benar-Benar ia telah mengalami suatu perobahan yang aneh dalam dirinya.

   Namun ia tak tahu apa sebabnya.

   Demikian pula dengan tamparannya kemuka harimau jantan itu.

   Ia tak menyangka bahwa tamparan itu dapat membuat harimau jantan meraung raung kesakitan.

   Andaikata ia mengetahui mengapa dirinya memiliki tenaga sedemikian saktinya, tentulah ia akan menyusuli pula dengan tamparan yang menggebu-gebu kepada harimau jantan itu.

   Tetapi Blo'on tak menyadari dan karena itu iapun ketakutan.

   Takut kalau harimau jantan itu akan balas menyerangnya.

   Maka diam-diam ia terus beringsut-ingsut menyelinap kedalam semak.

   Maksudnya hendak melarikan diri.

   Tetapi secepat itu harimau jantanpun kedengaran meraung dan loncat mengejarnya.

   Sebenarnya harimau itu, seperti lazimnya mahluk jantan terhadap betina, tidaklah bermaksud hendak menerkam sang betina.

   Walaupun menderita luka tetapi harimau itu tak marah.

   Tetapi Blo'on menyangka, lain.

   Harimau loncat kearahnya tentulah hendak menerkam.

   Maka karena ketakutan, secepat harimau jantan tiba dihadapannya, secepat itu pula ia ayunkan tangan atau cakar kanannya untuk menampar, prak ...

   Harimau jantan tak berusaha untuk menghindar.

   Pada kebiasaannya, apabila sedang bermesra-mesraan dengan sang betina, betina itu memang se ring menggerakkan kaki untuk mencakar-cakar tubuhnya dan harimau jantan membiarkannya saja, paling-paling ia balas menggigit kepala atau leher sang betina.

   Gigitan yang mesra.

   Tetapi diluar dugaan, tamparan harimau blo'on itu tepat sekali mendarat pada kedua mata harimau jantan.

   Dan kukukukunya yang runcing keras dengan tepat sekali menghantam kedua biji mata harimau jantan.

   Sedemikian keras sampai biji mata harimau itu pecah dan berhamburan keluar....

   Muka berlujmuran darah, kelopak mata complong dan meraunglah harimau jantan itu sekuat kuatnya seraya mengamuk tak keruan.

   Melonjak-lonjak keatas, bergulingguling kesemak, menerkam pohon, mencakar - cakar tanah sehingga menimbulkan lubang besar dan lain-lain gerak tingkah yang menge Halaman 16-17 hilang tidur tengkurap maka tak dapat diketahui bagaimana tampang mukanya.

   Blo'on terkejut.

   Mengapa kakek itu tidur tengkurap begitu nyenyak diatas tanah.

   Apakah .dia ...

   sudah mati? Karena dibayangi ketakutan hal itu, cepat Blo'on berjongkok dan membalikkan tubuh orang itu.

   "Astaga ... !"

   Blo'on menjerit seraya Ioncat mundur.

   Ternyata kakek itu bukan lain ialah Beruang-sakti Han Tiong.

   Blo'on terus hendak lari.

   Tetapi beberapa saat kemudian ia berpaling.

   Hai ..mengapa kakek itu diam saja dan masih tetap rebah ditanah.

   Blo'on hentikan larinya, berputar tubuh dan tegak beberapa saat memandang sosok tubuh itu.

   Rupanya dia masih takut.

   Setelah yakin bahwa Beruang-sakti itu memang rebah tak bergerak lagi, barulah ia maju menghampiri.

   Tetapi ketika hampir dekat, kembali ia berhenti, serunya .

   "Hai, mengapa engkau memandang aku tak berkedip begitu ?"

   Memang Beruang-sakti rebah tertelentang dengan sepasang matanya masih terbuka lebar.

   Sampai dua tiga kali Blo'on mengulang seruannya, tetap kakek itu diam saja.

   Akhirnya Blo'on memberanikan diri maju beberapa langkah lagi.

   Hatinya berkebat kebit karena melihat sepasang mata kakek itu tetap terbuka dan menurut anggapan Blo'on seperti memandang kepadanya.

   Ia maju selangkah dan selangkah lagi sehingga tiba disisi Beruang sakti.

   Ia merasa aneh mengapa, mata Beruang-sakti itu terus terbuka tak pernah mengatup.

   Dan suatu pemandangan yang menyebabkan dia melonjak kaget ialah luka sebesar genggaman tangan yang menghias dada kakek itu.

   Luka itu menganga besar, berlumuran darah yang mengental merah.

   "Hai, dia mati !"

   Akhirnya Bloon berseru ka get setelah memandang dengan seksama keadaan tetua nomor dua dari partai Hoa-san-pay itu.

   "Aneh. kakek ini sakti sekali, siapa yang membunuhnya ? Aku ..?"' tiba-tiba Blo'on menunjuk pada dirinya sendiri. Tetapi sesaat kemudian ia menjerit.

   "Tidakl Tidak! Aku tidak membunuhnya! Ia hendak lari tetapi berhenti lagi, lalu maju menghampiri ketempat Beruang-sakti Han Tiong. Diperiksanya luka pada dada kakek itu. Ah. sebuah luka yang cukup dalam. Entah bagaimana, karena ingin mengetahui dalam luka itu, tanpa disadari tangannya terus menyusup masuk kedalam luka ....

   "Ho, bangsat, ternyata engkau seorang pembunuh ganas !"

   Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan bengis.

   Blo'on tersentak kaget dan terus melonjak bangun.

   Ketika berputar tubuh, ternyata Him Pa sudah berada dibelakangnya, kiranya hanya empat lima langkah jaraknya.

   Mata pemburu itu berkilat-kilat bengis, wajahnya menyala kemarahan.

   Tangan kanan pemburu itu mencekal sebatang golok yang berkilatkilat.

   "Paman ..."

   "Tak perlu memanggil aku paman, hai bangsat !"

   Bentak Him Pa dengan mata mendelik.

   "aku telah salah menolong seorang pembunuh. Kukira engkau benar-benar seorang pemuda yang jujur kusembunyikan engkau dari kejaran Han lotiang. Tiada tahunya ternyata engkau seorang pembunuh yang ganas, ganas seperti harimau !"

   "Paman engkau salah !"

   Teriak Blo'on.

   "memang aku masih meminjam kulit harimaumu ini tetapi aku tidak ganas seperti harimau ..."

   "Tutup mulutmu !"

   "Kalau aku menutup mulut, bagaimana aku dapat memberi keterangan pada paman ?"

   "Engkau pembunuh keji !"

   Bentak Him Pa yang mau melayani ocehan Blo'on.

   "Siapa yang kubunuh ?"

   "Bangsat, jangan omong tak keruan. Siapa lagi yang membunuh Han lotiang itu kalau bukan engkau !"

   "Tidak, aku tidak membunuhnya ..."

   "Bangsat, sudah jeias berbukti, engkau masih berani menyangkal ?"

   "Siapakah bangsat itu? Aku ? Aku bukan.. bangsat, aku Blo'on ...."

   "Jangan banyak mulut !"

   Bentak Him Pa pula.

   "lekas serahkan dirimu kuikat dan kubawa ke markas Hoa-san-pay !"

   "Mengapa ?"

   Bloon tetap membantah.

   "Engkau telah membunuh Beruang-sakti Han Tiong, engkau harus mempertanggung jawabkan dosamu kepada para tetua Hoa-san-pay !"

   Blo'on tertawa .

   "Ah, paman salah faham. Sekali-kali aku tak membunuh kakek ini. Ketika aku turun gunung hendak mencari pondok paman, kulihat dia sudah rebah menggeletak ditepi Jalan. Waktu kuperiksa, ternyata dadanya terluka dan dia sudah mati ..."

   "Ho, kemarin aku memang percaya engkau seorang anak yang jujur dan kasihan. Tetapi tidak saat ini setelah kulihat tanganmu berlumuran darah membunuh Han lotiang !"

   "Celaka !"

   Tiba-tiba Blo'on menjerit kaget.

   "tadi aku hanya ingin mengetahui berapakah dalamnya luka di dada kakek ini ...

   "

   "Sudah, jangan banyak mulut ! Lekas serahkan dirimu. Kalau tidak, hm ..."

   "Bagaimana ?"

   Tanya Blo'on.

   "Terpaksa harus kutangkap dengan kekerasan."

   "Jangan paman,"

   Buru-buru Blo'on berseru.

   "aku merasa telah menerima pertolonganmu, kalau engkau hendak memukul badanku, kepalaku atau mana saja, aku rela. Bahkan kalau engkau hendak membunuhku, akupun takkan melawan. Tetapi janganlah paman membawaku keatas gunung lagi !"

   "Beruang-sakti Han Tiong adalah salah seorang tetua Hoasan- pay. Karena engkau bunuh, maka engkau harus diadili oleh orang Hoa-san-pay!"

   "Apakah paman orang Hoa-san-pay juga?"

   "Bukan."

   Sahut Him Pa.

   "tetapi aku bersahabat baik dengan orang Hoa-san-pay. Dan akupun memang tak senang kepada pembunuh."

   "Tetapi paman, aku benar-benar tidak membunuhnya."

   Him Pa tertawa menyeringai .

   "Hm, apakah! engkau hendak membangkang ?"

   Pemburu itu melangkah maju menghampiri ke hadapan Blo'on. Sikapnya bengis sekali.

   "Jangan paman, jangan memaksa aku ..."

   Kata Blo'on seraya beringsut mundur.

   "Bangsat ... !"

   Him Pa terus loncat menabas Bloon tetapi pemuda itu karena ketakutan loncat ke samping. Sekali loncat ia sudah berada tujuh delapan langkah.

   "Ho, rupanya engkau memiliki ilmu ginkang yang hebat "

   Him Pa loncat memburu.

   Ia mainkan ilmu golok Angin-puyuhmengamuk - sahara.

   Golok berhamburan laksana petir menyambar, menimbulkan deru angin macam angin puyuh.

   Blo'on makin ketakutan.

   Ia terus main loncat menghindar.

   Dan akhirnya karena tak tahan menerima serangan golok yang sehebat itu.

   La terus melarikan diri.

   "Hai, hendak lari kemana engkau !"

   Teriak Him Pa seraya mengejar.

   Demikian keduanya segera kejar mengejar.

   Him Pa menang mengerti ilmusilat, walaupun tidak berapa tinggi.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Karena ia biasa masuk keluar hutan, naik turun gunung, maka ia dapat memiliki ilmu gin-kang yang hebat.

   Tetapi benar-benar ia merasa aneh dan heran, mengapa tak mampu mengejar si Blo'on.

   Sedangkan Blo'onpun tak menyadari apa yang dilakukannya.

   Ia merasa takut dan harus menyelamatkan diri dari kejaran Him Pa yang hendak membunuhnya.

   Ia tak menyadari bahwa larinya itu sepesat angin.

   Pendek kata, setiap kali ia berpaling kebelakang dan melihat Him Pa masih beberapa belas langkah dibelakangnya, legahlah hatinya.

   Demikian kurang lebih setengah jam mereka berlari-lari, tiba-tiba Blo'on menjerit kaget dan berhenti.

   Ternyata dihadapannya terbentang sebuah jurang.

   Jalanan disitu merupakan sebuah karang buntung.

   Hanya ada dua pilihan baginya.

   Balik kembali dan harus menghadapi Him Pa atau loncat ke jurang yang lebarnya hampir lima meter.

   "Ho, akhirnya engkau tentu kubunuh !"

   Teriak Him Pa dengan napas terengah-engah.

   Bukan karena Blo'on takut menghadapi pemburu itu.

   Tetapi ia merasa telah ditolong, dia tak mau berkelahi dengan orang itu.

   Untuk menghindarkan diri dari kejaran Him Pa tiada lain jalan kecuali harus melompati jurang itu.

   "Paman, aku benar-benar tidak membunuh kakek Hoa-sanpay itu. Kelak pada suatu hari aku tentu akan datang ke Hoasan- pay untuk menjelaskan persoalan itu,"

   Tiba-tiba Blo'on berpaling dan berseru kepada Him Pa. Setelah itu cepat ia berputar tubuh dan terus enjot kakinya melayang ke udara.

   "Hai, hendak lari kemana engkau ..!"

   Him Papun cepat tiba ditepi karang tetapi Blo'on sudah terapung diatas mulut jurang.

   Pada lain kejab, pemuda itu sudah mendarat di seberang karang, melambaikan tangan lalu berlari ke balik gunung.

   Him Pa seperti orang kebakaran jenggot.

   Dia lari kian kemari, melonjak dan banting-banting kaki, memekik dan memaki-maki .

   "Bangsat ... keparat, jahanam ... awas, kalau ketemu lagi, tentu kucincang tubuhmu ..."

   Namun Blo'on sudah tak mendengar.

   Dia sudah rnulai menuruni lereng gunung.

   Dan setiba dikaki gunung, ia terus berjalan menurut jalan yang terbentang kearah utara.

   Ia tak tahu akan menuju kemana.

   Pokok asal berjalan saja.

   Menjelang petang hari, akhirnya ia melihat segunduk perumahan penduduk.

   Rupanya sebuah pedesaan kecil dilereng gunung.

   Segera ia pesatkan langkah menuju kesebuah rumah.

   Keadaan di tempat ini sunyi senyap.

   Pun dalam rumah itu hanya diterangi oleh pelita yang tak begitu terang nyalanya.

   Blo'on mengetuk pintu.

   Lama baru terdengar derap langkah orang berjalan keluar.

   Langkahnya pelahan dan tertatih-tatih.

   Kemudian terdengar bunyi kancing pintu dilepas dan lalu daun pintu mulai bergerak terbuka.

   Seorang nenek tua menyembul keluar.

   Wajahnya penuh keriput ketuaan, rambutnya putih tetapi mulutnya masih dapat mengomel dan menda prat .

   "Ih, pengemis tua, mengapa masih mengganggu rumahku? Sudah kukatakan kami ini orang miskin, mengapa masih minta nasi, uh ...

   "

   Pada saat pintu dibuka, sebesarnya Blo'on berdiri menghadap ke pintu.

   Tetapi demi mendengar nenek didalam rumah mengomel panjang pendek menyebut-nyebut pengemis, ia kira kalau nenek itu sedang bicara dengan seorang pengemis.

   Maka Blo'oopun berputar tubuh ke belakang hendak melihat dengan siapakah nenek itu bicara.

   Blo'on masih mengenakan pakaian kulit harimau.

   Hanya bagian kepala harimau itu, ia singkap kan kebelakang agar ia dapat bernapas longgar.

   Kalau dari muka, memang seperti harimau berkepala orang.

   Tetapi apabila dilihat dari belakang, karena kepala harimau itu terkulai pada tengkuknya, maka sepintas pandang menyerupai seekor ha rimau yang tengah berdiri.

   "Aiiiii ...."

   Tiba-tiba Blo'on terkejut karena si nenek menjerit keras dan menyusul terdengar suara tubuh jatuh ke lantai, bluk ....

   Blo'on cepat berpaling dan ternyata nenek itu sudah terkapar menggeletak di lantai.

   Sudah tentu ia terkejut dan buru-buru berjongkok untuk menolongnya.

   Ia tak tahu apa sebab nenek itu sekonyong-konyong menjerit dan rubuh.

   Bukankah ne nek itu habis memaki-maki seorang pengemis ? Tetapi mengapa ia tak melihat seorang lain kecuali dirinya ? Uh, apakah nenek itu menyangka dia seorang pengemis lalu memaki-makinya ? Tengah Blo'on sibuk menolong supaya nenek itu sadar dari pingsannya, tiba-tiba muncullah seorang kakek dan seorang anak perempuan kecil dari dalam rumah.

   Demi melihat sinenek menggeletak di lantai diterkam oleh seekor harimau, kakek dan anak perempuan itu menjerit.

   Hanya setelah menjerit, si kakek ikut rubuh tetapi anak perempuan kecil itu terus lari keluar dari pintu belakang dan berteriak teriak .

   "tolong, tolong ...."

   Dalam sekejab saja, beberapa orang lelaki desa itu keluar menghampiri sianak perempuan kecil. Mereka menanyakan Kepada anak itu.

   "Itu...tu ...itu .."

   Seru sianak perempuan sambil menunjuk kerumahnya.

   "Itu, itu apa ?"

   Tanya beberapa penduduk.

   "Nenek ..nenekku .. dimakan ..kakek ..

   "

   Sekalian orang terkejut dan saling berpandangan. Akhirnya salah seorang lelaki tua memegang tubah anak perempuan kecil itu dan berkata dengan sabar .

   "Nak, jangan gugup, katakanlah dengan pelahan, mengapa nenekmu?"

   Setelah dielus-elus punggungnya oleh lelaki tua itu, akhirnya anak perempuan kecil itu berkata dengan agak tenang .

   "Nenekku dimakan harimau ... !"

   Mendengar itu menjeritlah sekalian orang itu .

   "Hai, benarkah itu? Apa engkau tidak bermain-main?"

   "Tidak, mari ke rumahku. Harimau itu masih menjilati tubuh nenek,"

   Kata anak perempuan kecil seraya melangkah kearah rumahnya.

   Berpuluh-puluh penduduk itu dengan tegang mengikuti si anak perempuan.

   Ada beberapa yang lari pulang mengambil senjata.

   Ada yang membawa parang, golok, pentung, arit, tombak, cangkul dan linggis Ketika tiba dsmuka rumah, orang-orang itu melihat seekor harimau tengah menerkam tubuh nenek dari anak perempuan kecil itu.

   Hari malam dan penerangan dalam rumah itu tak begitu terang.

   Seharusnya penduduk itu merasa heran mengapa seekor harimau menelungkupi korbannya dengan kepala berpaling kebelakang dan menengadah ke-atas.

   Tetapi penduduk tak menghiraukan hal itu.

   Begitu melihat segunduk tubuh harimau, mereka terus menjerit dan memekik lalu mengepung diambang pintu.

   Bagaimanapun, mereka masih takut terhadap seekor harimau yang sedemikian besarnya Mereka hanya berkaok-kaok seraya mengacung-, acungkan senjatanya.

   Ada seorang lelaki setengah tua yang bernyali besar dan membawa golok, melangkah masuk hendak menyerang harimau itu.

   Sekonyong-konyong! harimau itu berbangkit dan berputar tubuh.

   "Ne .."

   Baru Blo'on hendak berkata tentang nenek itu, lelaki setengah tua tadi sudah menjerit dan lari keluar, sehingga Blo'on tertegun dengan mulut masih menganga.

   "Harimau gadungan !"

   Serentak berhamburan teriakan dari penduduk yang berjaga diluar pintu. Setelah hilang kejutnya, Blo'on melangkah ke pintu, la heran mengapa sekian banyak penduduk sama mengacungkan senjata kepadanya dan berteriak-teriak hendak membunuhnya.

   "Mengapa kalian ribut-ribut ?"

   Akhirnya Blo'on menegur mereka.

   "Bunuh harimau gadungan! Hancurkan harimau siluman . !"

   Sambut puluhan orang itu. Bahkan ada beberapa orang yang maju hendak menyerang.

   "Kamu gila!"

   Akhirnya karena jengkel, Blo'on berteriak keras sehingga orang-orang itupun tersentak diam.

   


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Rase Emas Karya Chin Yung Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id

Cari Blog Ini