Pendekar Bloon 6
Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 6
Pendekar Bloon Karya dari S D Liong
Aku hendak minta tolong dua buah hal kepadamu.
Pertama kuburlah tulang kerangkaku didalam guha ini.
Kedua, carilah Pek Lian lojin dan selidikilah apa dia itu benar Bu Bun, muridku.
Kalau benar, suruh ia lekas bubarkan psrkumpulannya yang jahat itu dan bertapa diguha gunung Hong-san tempat pertapaanku dahulu.
Disitu dia tentu akan mendapatkan sesuatu yang berharga.
Untuk jerih payahmu, kuhadiahkan kitab Bu ji-cin-keng ini kepadamu.
Semoga engkau berjodoh menemukan rahasianya ....
Selesailah sudah kakek Kerbau Putih membaca surat wasiat dari tengkorak yang semasa hidupnya bernama Bu Kek lojin.
Ternyata ki-lin emas itu memang disimpan dalam guha disitu untuk menghindari penangkapan prajurit Mongol.
Bu Kek lojin rela menderita hidup dalam perut gunung karena tak menyukai kaisar Mongol menguasai negaranya.
Dan memang alamat yang dilambangkan dalam impian kaisar Mongol itu benar.
Karena ia tak berhasil mendapatkan ki-lin maka kerajaan Goanpun tak dapat berkuasa selama-lamanya.
Setelah Kubilai Khan meninggal, muncul lah Cu Goan-ciang seorang putera bangsa Tiong-goan yang dapat membebaskan negaranya dari kekuasaan Mongol dan mendirikan kerajaan Beng.
"Lalu dimanakah kitab Bu-ji-cin-keng itu ?' tanya kakek Kerbau Putih lalu suruh Blo'on membuka kim-long yang kedua. Setelah Blo'on membukanya, memang didalam kim-long itu berisi sebuah kitab kecil .
"Apakah bukan ini ?' Kakek Kerbau Putih menyambuti. Pada kulit kitab itu terdapat empat buah huruf yang berbunyi . Bu Ji Pit Kip. atau, kitab pusaka Tanpa Tulisan. '"Ya, benar, benar,"
Seru kakek Kerbau Putih.
"memang Bu ji-pit-kip ini tentu berisi ilmu pelajaran Bu-ji-sin-kang."
Ia segera membuka kitab kecil itu. Sampai halaman yang terakhir, ia mengeluh .
"Hah, buku apa ini ? Mengapa sama sekali tanpa tulisan?"
Blo'onpun segera mengambilnya dan membuka isinya;
"Huh, kertas kosong melulu. Mana yang disebut ilmu pelajaran Bu-ji-sin-kang itu ?"
"Coba aku yang memeriksa,"
Seru kakek Lo kun lalu menyambuti dan membuka lembaran kitab itu.
"kurang ajar, Bu Kek lojin itu menipu kita. Jelas kitab ini hanya kertas kosong, bagaimana ia mengatakan berisi ilmu sakti ? Ambillah, aku tak mau !"
Blo'on menyeringai dan mengangsurkan kepada kakek Kerbau Putih. Tetapi kakek itupun juga geleng-geleng kepala .
"Simpan saja, aku tak menginginkan kitab kosong seperti itu."
Blo'on tertegun .
"Kalau begitu kukembalikan saja kedalam kotak dan kuselipkan di tangan tengkorak lagi."
"Jangan,"
Cegah kakek Kerbau Putih,"
Dia mengatakan, siapa yang menemukan kitab itu berinti berjodoh dengan dia. Engkau harus melakukan pesannya dan kitab itupun boleh engkau ambil."
"Maksudmu aku harus mengubur tulang tengkorak itu ?"
Tanya Blo'on.
"Ya."
"Aku harus mencari Bu Bun lojin ?"
"Ya,"
Sahut kakek Kerbau Putih pula.
"Kemana ?"
"Entah,"
Kakek Kerbau Putih gelengkan kepala "Goblok."
Umpat kakek Lo Kun.
"sudah tentu ke dunia."
"Dunia itu dimana ?"
Tanya Blo'on.
"Yang kita tempati ini ialah dunia."
"O, luas sekali. Berapakah luasnya dunia itu"
Tanya Bloon. Kakek Lo Kun mendelik. Ia hendak menjawab, tak bisa. Hendak marah, pun tak ada alasan.
"Goblok,"
Kakek Kerbau Putih balas mengumpat.
"masakan dunia saja engkau tak tak tahu berapa luasnya ?"
"Ho, benar, aku memang tak tahu. Coba engkau katakan luas dunia itu,"
Seru kakek Lo Kun.
"Mudah saja."
Sahut kakek Kerbau Putih.
"asal engkau ikuti saja perjalanan matahari itu dari timur sampai kebarat, terus kebarat, terus saja mengikuti matahari itu, engkau tentu dapat mengetahui luasnya dunia."
"O. lalu bagaimana kalau malam hari. Bukankah matahari itu tak tampak lagi?"
Tanya Blo'on.
"Bodoh,"
Umpat kakek Lo Kun.
"kalau malam engkau berbuat apa ?"
"Tidur,' sahut Blo'on.
"Nah, begitulah. Mataharipun tentu tidur juga. Benar tidak, Kerbau Putih?"
Seru kakek Lo Kun "Benar, benar ..eh, salah,"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih menyangkal.
"setan tua, apakah engkau pernah melihat matahari itu tidur ?"
"Berarti,"
Sahut kakek Lo Kun.
"Kalau begitu matahari tentu belum pasti tidur"
Kata kakek Kerbau Putih. Kakek Lo Kun garuk-garuk kepalanya .
"Benar, benar . eh, salah. Kerbau Putih, bukankah kalau malam hari engkau tidur ?"
"Sudah tentu."
Sahut yang ditanya.
"Celaka."
Seru kakek Lo Kun.
"karena engkau sendiri tidur maka engkau tak dapat melihat matahari tidur. Kalau hendak melihat dia tidur, engkau jangan tidur dan terus ikuti saja dia masuk dalam laut."
Rupanya Blo'on bosan mendengar ocehan mereka yang tak keruan itu. Katanya .
"Baiklah, karena tadi aku sudah berjanji kepada tengkorak, maka apapun pesannya terpaksa harus kupenuhi."
Demikianlah dengan dibantu oleh kedua kakek dengan hatihati sekali tulang-tulang tengkorak dari Bu tek lojin itu segera dikubur dalam liang yang telah digali tadi dan hendak diperuntukkan mengubur si Blo'on.
"Sekarang bagaimana ?"
"Keluar dari tempat ini."
Kata kakek Lo Kun "akan kuantar engkau menghadap raja di istana."
"Jauhkah tempat itu ?"
Tanya Blo'on.
"Aku sudah lupa,"
Kakek Lo Kun garuk-garuk kepalanya.
"tetapi mudah. Kita nanti boleh tanya pada orang di perjalanan."
Akhirnya merekapun keluar dari terowongan.
---ooo0dw0ooo--- Siau-lim-si.
Paderi ti-kek ceng atau paderi yang bertugas menyambut tetamu dari gereja Siau-lim-si, agak heran dan geli ketika menyambut kedatangan serombongan tetamu yang aneh.
Dikata aneh karena rombongan tetamu itu terdiri dari seorang pemuda yang kepalanya gundul, hanya memelihara dua ikat rambut yang tumbuh di kanan kiri kepala! Dua orang kakek tua yang aneh.
Yang seorang bertubuh pendek, sudah tua tetapi rambutnya masih hitam.
Sedang yang seorang kakek tua berambut putih yang bungkuk.
Keanehan dari rombongan pendatang itu tambah pula dengan tiga ekor binatang yang ikut serta dengan mereka Seekor burung rajawali, seekor monyet hitam dan seekor anjing bulu kuning.
"Omitohud,"
Seru paderi berpangkat ti-kek ceng itu.
"adakah sicu sekalian hendak bersembahyang ke gereja kami?"
"Sembahyang? Buat apa sembahyang ? Apakah ada orang yang mati ?"
Sahut Blo'on. Paderi itu tertegun mendengar penyahutan orang yang tak keruan itu. Namun ia masih bersabar .
"O, apakah sicu belum pernah mengunjungi gereja ?"
Blo'on gelengkan kepala.
"O, biasanya orang yang berkunjung ke gereja itu tentu mengadakan sembahyang kepada para dewa, malaekat penunggunya. Demikianpun dengan gereja Siau-lim-si ini."
"Dewa dan malaekat ?"
Bloon makin heran.
"apakah itu ?"
"Dewa dan malaekat ialah mahluk yang lebih tinggi dari manusia. Mereka adalah mahluk-mahluk yang suci dan keramat,"
Menerangkan paderi ber-pangkat Ti-kek-ceng itu.
"Hola, apakah disini juga terdapat dewa dan malaekat ? Bagus aku ingin bertemu muka."
Tiba-tiba kakek Lo Kun menyelutuk. Paderi itu tercengang. Sesaat kemudian ia berkala .
"Oh, lotiang ini juga manusia ?"
"Aku ? Ya, aku seorang manusia,"
Kata kakek Lo Kun.
"eh, kepala gundul, mengapa engkau menghina aku ? Masakan begini engkau anggap bukan manusia ?' Paderi itu hendak tertawa tetapi terpaksa ditahan. Buru- Buru ia minta maaf .
"Maaf, lotiang, tetapi aku heran mengapa setua lo-tiang masih belum mengerti apa yang disebut dewa dan malaekat penunggu gereja ?"
"Kepala gundul, engkau gila,"
Teriak kakek Lo Kun.
"Kalau aku tahu, masakan perlu bertanya kepadamu ?"
Walaupun berulang kali dimaki 'kepala gundul' oleh kakek Lo Kun namun paderi ti-kek-ceng itu tetap bersabar. Kemudian ia mengulangi pula pertanyaannya .
"Adakah sicu dan lotiang datang kemari hendak bersembahyang atau mempunyai lain keperluan ?' Blo'on menjawab .
"Aku hendak menemui kepala Siau limsi."
Paderi ti-kek-ceng terbeliak .
"Ada keperluan apa ?"
"Apakah engkau ini kepala Siau-lim-si ?"
Tanya Blo'on. Paderi itu gelengkan kepala .
"Bukan, aku hanya paderi tikek ceng yang bertugas menyambi tetamu-tetamu yang berkunjung ke gereja .."
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"O, kalau begitu antarlah kami kepada kepala gereja,"
Kata Bloon.
"Sicu,"
Tiba-tiba paderi ti-kek-ceng itu berkata dengan nada yang keras.
"gereja Siau-lim-si selalu terbuka untuk menerima kunjungan setiap tetamu yang hendak bersembahyang. Sudah dua ratus tahun lamanya gereja ini berdiri. Rakyat memandang gereja ini sebagai tempat ibadah yang suci dan kaum persilatan memuja gereja ini sebagai salah satu sumber ilmu silat vang telah mengharumkan nama dunia persilatan Tiong-goan."
"Apakah maksud kata-katamu itu ? Aku tak mengerti ?"
Teriak Blo'on.
"Hm,. artinya, gereja Siau-lim-si sebuah tempat ibadah yang keramat dan harus diindahkan. Tak boleh telamu-telamu sesukanya saja melanggar peraturan disini !"
"O. begitu."
Kata Blo'on. tetapi aku tak merasa melanggar aturan disini. Aku hanya ingin menemui kepala dari gereja ini."
"Setiap tetamu yang hendak menghadap hong tiang (ketua gereja) harus memberitahukan maksudku."
"Mengapa harus begitu ?"
Tanya Blo"on pula. 'Sekarang ini dunia persilatan sedang rusuh, beberapa gereja dan biara telah dihancurkan. Murid-Murid perguruan silat, diobrak-abrik ...
"
"Hai, siapakah orang itu ?"
Seru Blo'on.
"Kim Thian-cong ..."
"Kim Thian-cong ? Siapa Kim Thian-cong itu ?"
Blo'on makin heran.
"Kim Thian-cong itu dahulu dikenal sebagai ketua dari dunia persilatan Semua partai persilatan tunduk dibawah pimpinannya. Tetapi kemudian ia sudah mati ..."
"Engkau edan kepala gundul !"
Tiba-tiba kakek Lo Kun berseru mendamprat.
"masakan orang mati dapat hidup dan mengacau !"
Paderi ti-kek-ceng terbeliak. Sesaat kemudian ia berkata .
"Lo-tiang, jangan terburu memutus omonganku dulu. Memang kutahu kalau orang mati tak dapat hidup dan mengacau. Tetapi memang demikianlah keadaannya. Kim Thian-cong sudah meninggal, tetapi tiba-tiba di dunia persilatan muncul pula seorang tokoh yang menyebut dirinya Kim Thian-cong. Bedanya, kalau Kim Thian-cong yang dahulu, menjadi pemimpin partai-partai persilatan. tapi Kim Thian-cong yang sekarang menjadi musuh dari partai-partai persilatan."
"O, apakah gereja Siau-lim-si juga di musuhi oleh Kim Thian-cong itu ?"
Tiba-tiba kakek Keri Putih yang sejak tadi diam saja, ikut buka suara.
"Benar, lo-tiang."
Sahut paderi ti-kek-ceng "beberapa partai persilatan telah menerima surat dari Kim Thian-cong yang maksudnya supaya membubarkan diri.
Apabila tidak menurut, mereka mereka akan diobrak-abrik.
Pertama-tama kudengar, partai Kong-tong-pay.
Markasnya dibakar anakmuridnya banyak yang dibunuh.
Setelah itu hendak mengarah pada partai Bu-tong-pay.
Entah bagaimana kejadiannya.
Oleh karena itu maka Siau lim-sipun berhati-hati mengadakan penjagaan."
"O, lalu dimana ketua Siau-lim-si ?"
Tanya kakek Kerbau Putih.
"Maaf, lo-tiang, hong-tiang sedang keluar mengembara." 'O, dia tak berada dalam gereja ?"
Tanya Blo'on.
"benar ? Engkau tidak bohong ?"
Merah muka paderi ti-kek-ceng itu "Sicu, kami kaum agama pantang untuk berbohong.
Ketua kami Hui Gong hongtiang sudah sejak setengah tahun yang lalu, meninggalkan gereja untuk ...
Tiba-Tiba paderi itu berhenti.
Rupanya ia menyadari kalau kelepasan omong.
Rombongan Blo'on itu hanyalah tetamu, tak perlu mereka diberitahu urusan gereja Siau-lim-si.
"Untuk apa ?"
Tiba-tiba kakek Kerbau Pulih mendesak.
"Mencari orang,"
Paderi ti-kek-ceng dapat mencari jawaban.
"Siapa ?"
Desak kakek Kerbau Putih pula.
"Entahlah, hongtiang tak memberitahu kepadaku,"
Sahut paderi itu.
"Kepala gundul, engkau bohong,"
Tiba-tiba kakek Lo Kun maju menyiak paderi itu.
Karena terkejut melihat perbuatan kakek pendek yang begitu liar, paderi itu ayunkan tangannya hendak mendorong.
Tetapi sebelum tangannya menjulur, tubuhnyapun sudah mencelat dua tiga langkah ke belakang.
Paderi ti-kek-ceng berobah wajahnya.
Rupanya ia menyadari kalau berhadapan dengan rombongan orang-orang aneh yang berkepandaian tinggi.
Diam-Diam ia kerahkan tenaga-dalam lalu menghantam Buk ...
Tiba-Tiba kakek Kerbau Putih menyambuti pukulan paderi itu dengan daging benjol dipunggungnya Uh ..paderi itu mendesuh karena merasa tinjunya seperti melekat pada benjolan daging si kakek.
Ia tahu bahwa kakek itu telah gunakan ilmu tenaga dalam istimewa yang menyedot.
Diam- Diam ia kerahkan tenaga-dalam dan menariknya.
Uh ...
kembali ia mendesuh ketika tubuhnya terhuyung beberapa langkah kebelakang, ketika bukan saja tangannya dapat ditarik dengan mudah, pun daging benjol itupun memantulkan tenaga-dorong yang keras.
Masih paderi itu hendak merintangi.
Tetapi kakek Lo Kun segera mendorongnya.
Paderi itu pun terhuyung-huyung kebelakang, membentur diding dan rubuh tak ingat diri ...
Melihat itu seorang to-thong atau paderi kecil vang berumur lebih kurang 1-1 tahun segera lari masuk.
Rupanya ia hendak melaporkan peristiwa itu pada suhunya Blo'on terus melangkah kedalam.
Tetapi tiba-tiba kakek Lo Kun berseru .
"Tunggu dulu ... !"
Kakek pendek itu menyambar buah-buah yang disajikan diatas meja sembahyangan, terus dimakannya. Begitu juga beberapa biji kuwe sembahyangan segera dipindah kedalam perutnya, lihat itu kakek Kerbau Putihpun tak mau ketingalan.
"Hai, jangan dihabiskan, aku juga lapar !"
Teriak Blo'on yang juga terus menghampiri meja dan menyambar apa yang dapat dimakannya. Setelah dia kenyang, anjing kuning, burung rajawali dan monyet hitampun diberi juga.
"Ho,"
Kepala gundul disini betul-betul pelit sekali, kakek Lo Kun menggerutu.
"masakan yang disedihkan hanya air putih. Tidak ada arak sama sekali."
Setelah kenyang mereka lalu masuk.
Dibelakang ruang sembahyang terdapat sebuah halaman luas yang menuju ke beberapa paseban dalam gereja.
Tetapi begitu melangkah di halaman, tampak empat orang paderi jubah kuning menghampiri dengan diiring oleh seorang paderi kecil.
"Itulah rombongan yang mengacau ruangan sembahyang,"
Seru paderi kecil seraya menunjuk pada rombongan Blo'on. Keempat paderi itu bertubuh kekar, berumur rata-rata empatpuluhan tahun. Semula wajah mereka tampak gelap, tetapi ketika melihat rombongan Blo'on yang aneh, merekapun tercengang.
"Apakah engkau kepala gereja ini ?"
Begitu berhadapan Blo'on terus mendahului menegur.
Keempat paderi itu terkesiap.
Dipandangnya si Blo'on yang lucu dandanannya itu.
Kemudian mereka beralih memandang kedua kakek yang aneh bentuknya.
Kakek Lo Kun yang dipandang begitu rupa, ikut celingukan kian kemari.
Ia tak menyadari kalau dirinya yang dipandang.
Ia mengira keempat paderi itu memandang lain orang.
"Hai, siapa yang kalian cari ?"
Karena tak melihat lain orang kecuali dirinya, kakek Lo Kun berseru kepada keempat paderi itu.
"Lo-tiang sendiri,"
Sahut mereka.
"Aku ? Mengapa ?"
"Aneh,"
Gumam salah seorang paderi.
"berapakah usia lotiang yang sebenarnya ? Kalau menilik potongan tubuh yang begitu pendek, lotiang tentu masih kecil, tetapi wajahnya seperti seorang kakek tua. Namun kalau kakek tua mengapa rambutnya masih begitu hitam ..."
"Ho, aku memang merasa sudah hidup lama sekali. Aku sendiripun heran mengapa rambutku masih tetap hitam saja,"
Jawab kakek Lo Kun "Hai, kalian orang empat ini. Kulihat engkau masih muda tetapi mengapa sudah tak punya rambut"
Keempat paderi itu saling bertukar pandan dan tertawa. Mereka segera tahu kalau sedang berhadapan dengan seorang kakek yang limbung.
"Lo-tiang, bukan karena kami tak punya rambut, tetapi kami adalah paderi agama Budha yang harus gundul"
Kata salah seorang paderi yang bertubuh gemuk.
"lalu apakah maksud sicu sekalian berkeras hendak menjumpahi hong tiang kami ?"
"Kalau engkau bukan kepala gereja, tak perlu engkau tahu!"
Bentak kakek Lo Kun. Paderi yang bertubuh gemuk itu tertawa bengis .
"Kami adalah paderi yang bertugas menjadi gereja ini. Lo-tiang telah melukai salah seorang sute kami dan mengacau meja sembahyangan. Masih lo-tiang bersikap keras hendak menemui hongtiang. Lo-tiang, ketahuilah, bahwa Siau-lim-si ini bukan tempat yang boleh dibuat sembarangan oleh orangorang yang tak tahu adat !"
"Kurang ajar !"
Kakek Lo Kun deliki mata "engkau tahu siapakah aku ini ? Aku adalah kepala pasukan Gi-lim-kun diistana raja Ing Lok. Jangan lagi hanya datang dan hendak menemui kepala gereja ini, sedang menangkap dia dan semua kepala gundul disini. akupun berhak !"
Keempat paderi itu terkesiap dan saling bertukar pandang. Kemudian paderi yang bertubuh gemuk tadi berkata .
"Jangan ngaco ! Mana tandanya kalau engkau ini kepala Gi-lim-kun ? Dan tak mungkin raja nian memakai orang seperti engkau"
"Hai, jangan kurang ajar."
Tiba-tiba Bloonpun membentak.
"aku ini putera raja. Kalau engkau tak percaya tanyalah pada Somali di dalam guha!"
Keempat paderi itupun kembali melongo. Baru saja mereka mendengar si kakek pendek mengaku sebagai kepala Gi-limkun atau bhayangkara istana. sekarang pemuda itu lebih gila lagi. Dia mengaku sebagai putera raja.
"Lekas panggil kepala gereja ini !"
Bentak Blo'on pula dengan marah. Paderi gemuk membengis mukanya .
"Enyahlah kalian dari sini. Kalau tetap hendak mengacau jangan salahkan kami kaum paderi kalau sampai turun tangan"
"Kepala gundul, engkau berani mengasir aku"
Kakek Lo Kun berteriak lalu menerjang keempat paderi itu.
Keempat paderi itu termasuk paderi tingkat ke 4 dari gereja Siau-lim-si.
Mereka ialah Pek Tin Pek Jin, Pek San dan Pek Liang.
Mereka bertugas menjaga keamanan gereja.
Empat serangkai paderi itu memiliki kepandaian silat yang tinggi- Mengira kalau sedang berhadapan dengan rombongan orang yang tak waras pikirannya, bermula keempat paderi itu tak sampai hati untuk menggunakan tenaga sepenuhnya.
Ketika kakek Lo Kun menyerang mereka pun hanya menghindar Setelah itu lalu beramai-ramai meringkusnya.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi alangkah kejut mereka ketika tiba-tiba kakek pendek itu melambung keudara lalu berjumpalitan melayang turun dibelakang mereka.
Bahwa sergapannya hanya menemukan angin kosong, keempat paderi itupun terkejut.
Tetapi lebih terkejut pula Ketika merasa segelombang angin pukulan hebat melanda dibelakang mereka Terpaksa keempat paderi itu loncat kemuka untuk menghindar.
Serentak berputar tubuh, keempat paderi itu-pun terus lepaskan hantaman.
Tetapi kakek Lo kun dan kakek Kerbau Putih pun dorongkan tangan untuk menyongsong.
Krak, krak ...
terdeengar letupan keras ketika angin pukulan mereka saling berbentur.
Keempat paderi itu terkejut, Bukan saja tenaga pukulan telah terhapus, pun angin pukulan kedua kakek itu masih melanda kearah mereka sehingga terpaksa harus menghindar ke saming.
Kini keempat paderi itu menyadari bahwa kedua kakek yang dikiranya orang linglung itu ternyata berkepandaian tinggi.
Mereka tak berani memandang ringan lagi.
Tetapi belum sempat mereka mengatur tindakan, kedua kakek itupun sudah menyerang.
Terpaksa Pek Ti dan Pek Jin melayani kakek Lo Kun.
Pek San dan Pek Liang menghadapi kakek Kerbau Putih.
Melihat itu si Blo'on berseru.
"Kakek, silahkan kalian berdua main-main dengan kedua paderi itu, aku hendak menemui kepala gereja !"
Bukan main kejut keempat paderi itu ketika mendengar ucapan Bio'on bahkan saat itu dilihatnya si Blo'on sudah ayunkan langkah masuk ke dalam paseban.
"Tahan !"
Teriak Pek Ti seraya hendak loncat menghindari libatan kakek Lo Kun.
Tetapi sebelum ia sempat ayunkan tubuh jauh, kakek Lo Kun sudah loncat menghadang dan menyerang Demikian pula dengan paderi Pek San yang berusaha untuk memburu si Blo'on tetapi tak dapat berkutik karena dibayangi kakek Kerbau Pu tih.
Dengan lenggang, si Blo'on ayunkan langkah menuju ke sebuah paseban besar.
Ketiga binatang anjing kuning, burung rajawali dan monyet hitam pun mengiring dibelakangnya.
Tiba dibawah titian batu.
sekonyong-konyong muncullah delapan paderi kecil baju biru.
mereka masih anak-anak, umurnya rata-rata baru sepuluhan tahun.
Masing-Masing membawa pentung kayu.
Secepat tiba merekapun lalu tegak berjajar-jajar di muka titian.
"Eh, setan gundul cilik, mau apa kalian!"
Tegur Blo'on. Kedelapan kacung paderi itu serempak berseru .
"Menjaga paseban ini !"
"Menyisihlah kesamping. aku hendak masuk"
Seru Blo'on pula.
"Tidak boleh !"
Kedelapan paderi anak itu pun serempak berseru.
"E, kurang ajar, apa kalian berani merintangi aku ?"
"Tentu !"
Sahut mereka beramai-ramai, Blo'on tertawa dan terus melangkah maju Tuk, duk, bluk ..ia segera disambut dengan pukulan pentung yang tepat mengenai kepala, tubuh dan kaki Blo'on.
"Aduh, aduh ..."
Blo'on menjerit kesakitan.
"keparat, engkau berani memukul aku ..aduh .
"
Kembali barisan paderi anak itu menggebuk Blo'on. Punggung, kepala dan pantat Blo'on habis dihajar mereka. Karena kesakitan Blo'on loncat mundur. Dan kedelapan paderi anak itupun berjajar pula dalam bentuk sebuah barisan.
"Hai, kamu anak gundul, lekas panggil gurumu keluar. Kalau tak mau, lekas kamu menyingkir aku hendak menemuinya sendiri,"
Seru Blo'on.
"Kalau dapat melalui barisan kami, boleh saja engkau menemui hong-tiang,"
Seru kawanan paderi anak-anak itu.
"O, jadi kalian ini berbaris ? Apa nama barisanmu itu ?" '"Barisan Pat-kwa-tin, delapan kiblat."
"Siapa yang mengajarkan ?"
"Suhu kami."
"Apa gunanya ?"
Tanya Blo'on.
"Mengepung musuh seperti menjaring harimau dari delapan penjuru."
"O. kalau begitu sukar untuk melaluinya ?"
"Memangsukar, lebih baik engkau kembali saja "
"Apakah kalian tak mau mengajarkan kepadaku bagaimana caranya untuk melewati barisanmu itu? "Hi, hi, hi ..."
Dasar masih kanak-kanak, begitu mlengar omongan si Blo'on yang lucu itu, kedelapan paderi anak-anak itu tertawa geli.
"Hai, anak gundul, mengapa kamu menertawakan aku ? Apakah aku ini lucu ?' "Lucu,"
Seru mereka.
"masakan lawan minta pelajaran dari kami "
"Apa tidak boleh ?"
Blo'on menegas.
"Sudah tentu tidak boleh "
"O, kalau begitu terpaksa aku harus cari jalan sendiri untuk menerobos."
"Silahkan kalau mampu ' "Baik ..."
Blo'on merenung. Tiba-Tiba ketiga ekor pengiringnya menghampiri ke dekatnya dan menjilat jilat kakinya.
"Bagus, hayo bantu aku menghalau anak gundul itu,"
Seru Blo'on terus melangkah maju.
Barisan pat-kwa-tin dari kedelapan paderi anak-anak itu segera bergerak-gerak melingkari Blo'on Ketika Blo'on melangkah maju, seorang paderi anak segera ayunkan pentungnya hendak menggebuk kepala Blo on.
Tetapi secepat itu, burung rajawali melayang turun menerkam mukanya.
Paderi anak itu terkejut dan menyurut mundur seraya hendak menghantam dengan pentung.
Tetapi tiba-tiba tengkuknya dicemplak dari belakang oleh monyet.
"Aduh ..."
Paderi kecil itu menjerit kesakitan ketika daun telinganya digigit si monyet hitam. Ketika ia hendak menghalau simonyet, burung rajawahpun sudah memagutkan paruhnya ke ke hidung paderi anak itu.
"Aduh .."
Kembali paderi anak itu menjerit, mendekap hidung dan telinganya yang berlumuran darah dan terus lari tinggalkan barisan.
Seorang paderi anak yang berada di sebelahnya cepat hendak mengisi kedudukan kawannya yang kosong itu.
Tetapi secepat ia bergerak, secepat itu pula anjing kuning sudah loncat menerkam dadanya.
Paderi anak itu dengan tangkas gerakkan tongkat untuk menghalau.
Tiba-Tiba tengkuknya dicekik dari belakang oleh Blo'on, terus didorong kemuka.
Uh ...
paderi itu menjorok kemuka membentur seorang kawannya.
Dua orang paderi anak cepat menyerang.
Tetapi yang satu, dikeroyok burung rajawali dengan monyet hitam.
Yang satu diserang anjing kuning dan disepak Blo'on.
Dengan cepat sekali kedua anak itu menjerit-jerit kesakitan dan melarikan diri.
Kini dari delapan orang paderi anak, hanya tinggal empat anak.
Karena barisannya sudah rusak, keempat paderi anak itupun tak mau menurut gerak barisan Pat-kwa-tin lagi.
Mereka terus menyerang secara membabi buta.
Ramai juga pertempuran acak-acakan itu.
Ke empat paderi anak itu dengan hebat mainkan tongkatnya.
Walaupun masih kecil tetapi mereka memiliki ilmu silat yang baik sekali.
Permainan tongkatnya sederas hujan mencurah.
Tetapi celakanya mereka harus berhadapan dengan manusia Blo'on yang aneh serta ketiga pengiringnya yang licin.
Blo'on mencak-mencak semaunya.
la tak dapat bermain silat maka ia gerakkan kedua tangan meniru gerakan keempat paderi anak itu.
Bedanya kalau keempat paderi anak itu memang bermain silat dengan genah, tetapi Blo'on seperti - orang gila yang menari.
Celakanya pula, keempat paderi anak itu harus menyambut serangan dari udara dan belakang.
Burung rajawali beterbangan melayang pergi datang untuk menerkam dan mematuk kepala mereka.
Anjing kuning berloncatan menerkam kian kemari, yang paling menjengkelkan keempat paderi anak ini ialah si monyet hitam.
Apabila seorang paderi anak sedang sibuk menghadapi terjangan anjing dari sebelah muka, tiba-tiba tengkuknya dicemplak dari belakang oleh monyet kecil.
Dan monyet itu kalau tak mengigit daun telinga tentu menampar gundul atau menggigit tengkuk.
Apabila paderi itu menjerit kaget dan hendak menghalau si monyet, kalau bukan anjing yang maju menggigit kaki.
tentu burung rajawali yang menyambar dan mematuk muka.
Paling tidak, tentu si Blo'on yang memberi persen, tabokan atau sepakan.
Keempat paderi anak itu benar-benar kewalahan, tetapi mereka tetap bertahan tak mau melarikan diri.
Walaupun telinga dan muka mereka sudah berlumuran darah, mereka tetap bertempur mempertahankan diri.
Tetapi bagaimanapun juga, akhirnya keempat paderi anak itu harus mundur karena mata mereka berlumuran darah.
Dicakari monyet hitam dan dipagut dengan paruh burung rajawali.
Setelah barisan Pat-kwa-tin bubar.
Blo'on ayunkan langkah naik kedalam paseban.
"Tunggu !"
Tiba-tiba terdengar suara orang berseru.
Ketika Blo'on berpaling ternyata kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putihpun sudah lari menghampiri.
Keempat paderi angkatan Peh, dibikin pontang panting oleh kedua kakek linglung tetapi sakti itu.
Paseban itu merupakan bagian depan dari gedung Tat-mowan.
Gedung tempat bermusyawarah dari para paderi Siaulim- si.
Setelah melalui paseban.
mereka harus melintasi sebuah halaman yang luas lagi.
Tampak di halaman itu berjajar berpuluh-pulluh paderi.
Entah sedang mengapa mereka itu.
"Berhenti !"
Seru seorang paderi bertubuh kurus kepada rombongan Bloon yang hendak melintas. Blo'on dan rombongannya berhenti "Bagus, kepala gundul, tiba-tiba kakek Lo Kun mendahului menyelutuk.
"ternyata kamu tahu untuk menyambut rombongan tamu agung ini."
Paderi kurus itu terkesiap, serunya .
"Rombongan tamu agung ?"
"Ya, kami ini kan rombongan tamu agung"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seru kakek Lo Kun.
"Hah ?"
Paderi kurus itu tergagap.
"siapakah lotiang ini ?"
"Aku adalah kepala dari pasukan Gi-lim-knn istana. Dan ini.
"ia menunjuk pada Blo'on.
"putera baginda raja."
"Putera raja ?"
Paderi kurus itu menegas, 'siapakah namanya ?"
"Namanya ? O ... tiba-tiba kakek Lo Kun berpaling kearah Blo'on,"
Siapakah namamu ?"
Blo'on terkejut .
"Namaku ? Ah, aku lupa nanyakan pada Somali "
"Engkau tak tahu namamu ?"
Seorang kakek linglung Lo Kunpun heran juga.
"Benar, aku memang tak tahu, eh ..kalau nama biasa sih tahu,"
Kata Blo on.
"Siapa namamu yang biasa ?"
"Blo'on."
"Ha, ha, ha, ha ... tiba-tiba pecahlah gelak berpuluh-puluh paderi Siau-lim si yang sedang berbaris di halaman muka Tatmo- wan itu. Mereka terkejut karena mendengar ramai-ramai orang bertempur, dan ketika mendapat laporan dari seorang paderi anak tentang peristiwa rombongan Blo'on yang mengamuk dalam gereja, paderi kurus itu segera mengumpulkan saudara-saudara seperguruannya dan berbaris menjaga paseban Tat-mo-wan Tetapi mereka tak dapat menahan geli ketika melihat perwujudan rombongan Blo'on, lebih-lebih waktu mendengar kata-kata si Bloon tadi.
"Tuh dengarlah, untuk sementara ini namanya si Blo'on. Nanti apabila sudah mendapat keterangan dari raja. barulah akan memakai nama yang aseli"
Seru kakek Lo Kun. Paderi kurus menyadari bahwa yang dihadapinya itu seorang kakek linglung. Maka ia hanya mengangguk saja. Kemudian ia hendak menanyakan nama dari kakek Lo Kun yang mengaku sebagai kepala pasukan bhayangkara istana.
"Sedang aku sendiri, biasa dipanggil Lo Kun atau jendral tua."
Kakek Lo Kun mendahului "tetapi karena aku mendapat tugas raja, maka sekarang ini aku sudah tak menjadi kepala Gi-lim kun."
"Dan apakah keperluan lotiang hendak menemui hongtiang kami ?"
Tanya paderi kurus itu. Lo Kun tak menjawab melainkan menggamit lengan Blo-on. Maksudnya suruh anak itu yang memberi keterangan.
"Sebenarnya kalian tak berhak menanyakan soal itu karena hal itu bukan urusanmu. Tetap sedikit saja, dapatlah kuberitahu,"
Kata Bloon "aku sudah berjanji pada seorang tengkorak untuk mencari perkumpulan Pek-lian-kau.
Nah hanya itu yang dapat kuterangkan.
Jangan bertanya lebih lanjut dan segera antar kami kepada kepala gereja ini atau beritahukan kepadanya supaya keluar."
Paderi kurus itu kerutkan kening. Sesaat kemudian ia berseru .
"Maaf, hongtiang kami sedang bepergian. Silahkan sicu kembali saja ..."
"Eh, kepala gundul, kami datang kemari bukan hendak minta makan ... eh,"
Tiba-tiba kakek Lo Kun berkata tetapi tiba-tiba pula ia teringat kalau tadi telah melalap hidangan di atas meja sembahyang. Maka cepat-cepat ia berhenti dan beralih nada.
"kami bukan orang jahat, melainkan hendak bertanya kepada kepala gereja ini. Mengapa kalian selalu mengatakan kalau dia tak berada di dalam gereja. Terus terang aku tak percaya. Kalau memang kalian jujur, harus memperbolehkan aku untuk mencarinya dalam gereja ini."
Paderi kurus itu tahu kalau kakek Lo Kun seorang limbung namun mendengar kata-katanya begitu, iapun terkesiap juga.
Gereja Siau-lim-si mempunyai peraturan keras.
Bahkan anakmurid dan paderi-paderi sendiripun harus tunduk dan mentaati peraturan itu.
Apalagi orang luar.
"Tidak bisa !"
Sahutnya.
"Eh. mengapa ? Kalau begitu jelas kalian ini berbohong"
Seru kakek Lo Kun.
"Kami kaum agama, pantang berbohong !"
"Aneh,"
Gumam kakek Lo Kun.
"kalau memang tak bohong mengapa tak memperbolehkan masuk "Siau-lim-si sebuah gereja yang keramat. Tak boleh sembarangan diselundupi orang. Lotiang adalah tetamu, harap suka mentaati peraturan gereja kami."
"Kalau aku memaksa ?"
Seru kakek Lo Kun "Hanya ada satu jalan,"
Sahut paderi kurus, itu berganti nada serius.
"lotiang harus mampu melintasi barisan Lo-hankun !"
"Lo-han-kun ? Apakah Lo-han-kun itu ?"
Seru Blo'on serentak.
"Gereja Siau-lim-si yang dibangun oleh Tat Mo cousu itu, merupakan salah sebuah sumber utama dari ilmu silat dunia persilatan Tiong-goan. Siau-lim-si mempunyai tujuhpuluh dua ilmu silat pusaka. Salah satu diantaranya yalah barisan Lohan- kun"
Kata paderi kurus.
"O, sampai dimanakah kehebatan Lo-han-kun itu ?"
Tanya Bloon pula.
"Lo-han-kun terdiri dari 108 jurus dan dimainkan oleh 108 orang pula. Terbagi menjadi duabelas kelompok, tiap kelompok terdiri dari sembilan orang. Coba bayangkan. Dapatkah engkau melintasi 1O8 orang yang akan bergerak dalam 108 jurus ilmu silat yang hebat ?"
"O, memang sukar,"
Sahut Blo'on.
"Tetapi apa boleh buat, kalau memang hari begitu baru dapat masuk ke dalam tempat ini, aku sanggup. Tetapi eh. apakah masuknya harus satu-satu atau boleh secara serempak ?"
Seru Lo Kun.
"Terserah, mau seorang demi seorang atau ramai-ramai,"
Sahut paderi kurus.
"Tetapi barisan Lo-han-kun itu monggunakan senjata atau dengan tangan kosong ?"
Tanya Blo'on.
"Sebetulnya menggunakan pedang tetapi menilik sicu bertiga tidak membekal senjata, kamipun akan menggunakan tangan kosong saja."
Seru paderi kurus.
"Bagus, kepala gundul, engkau baik hati,"
Seru kakek Lo Kun.
"sekarang aku hendak mulai menyerbu. Hayo, siapkanlah barisanmu."
Paderi kurus itu segera mengacungkan tangan keatas dan digerak-gerakkan naik turun.
Seratus delapan orang paderi segera bergerak-gerak memencar diri.
Tak lama kemudian terciptalah sebuah lingkar barisan yang terdiri dari duabelas kelompok.
Setiap kelompok beranggauta sembilan orang.
"Tunggu !"
Tiba-tiba kakek Lo Kun berseru lalu menarik Blo'on dan kakek Kerbau Putih menyingkir beberapa puluh langkah dari tempat barisan itu.
"Setan kerbau,"
Seru Lo Kun setengah berbisik kepada kakek Kerbau Putih.
"engkau seorang sucay (pelajar) yang gagal. Engkau tentu sudah membaca buku tentang ilmu barisan Lo-han-kun Bagaimanakah cara untuk membobolnya"
Kakek Kerbau Putih garuk-garuk kepalanva.
"Wah sukar. Aku belum pernah membaca tentang barisan Lo-han-kun. Tetapi ada juga akal kita untuk mengempur barisan itu."
"O, bagaimana ?"
Desak kakek Lo Kun.
"Menurut beberapa ilmu barisan yang pernah kubaca, kebanyakan barisan itu tentu bergerak-gerak untuk saling menutup dan mengisi. Misalnya ada sebuah kelompok atau anggautanya yang bobol, yang lain tentu cepat akan menggantikan tempatnya ..."
"Seperti mata rantai ?"
Tanya kakek Lo Kun "Benar,"
Jawab kakek Kerbau Putih.
"memang seperti mata rantai yang tak boleh terputus. Karena kalau terputus tentu akan berlubang dan jebol lah barisan itu."
"Lalu bagaimana caranya kita membobol ' tanya Blo'on.
"Begini saja,"
Kata kakek Kerbau Putih,"
Kita serempak menyerang bersama-sama. Blo'on menyerang dari muka, aku dari kanan, kakek Lo Kun dari kiri, rajawali dari atas, anjing dari bawah dan monyet hitam dan segala penjuru dimana terdapat lubang terbuka."
"Bagus !"
Blo'on dan kakek Lo Kun serempak berseru memuji.
"mereka tentu akan sibuk tak sempat bantu membantu dengan kawannya!"
"Kalau sudah setuju, mari kita mulai saja"
Kata Kerbau Putih seraya terus hendak berjalan.
"Nanti dulu,"
Tiba-tiba Bloon menarik baju kakek itu "tetapi aku tak mengerti ilmu silat. Bagaimana caranya untuk menyerang dan bagaimana caranya kalau dipukul orang ?"
"Aduh, celaka anak ini,"
Seru kakek Lo Kun "Lalu bagaimana ya caranya ?"
Kakek Kerbau Putih merenung. Sesaat kemudian ia membuka suara.
"Ya. apa boleh buat. Kita terrpaksa harus mengajarkannya ilmu silat itu."
"O,bagus, bagus."
Seru kakek Lo Kun.
"kamu ajari saja dia ilmusilatmu"
"Hm, engkaupun harus mengajari juga, setan pendek,"
Kata kakek Kerbau Putih.
"Aku ?"
"Ya. supaya dia lebih lengkap ilmu silatnya," ' "Dimana kita akan memberi ajaran itu ?"
"Disini jugalah,"
Jawab kakek Kerbau Putih. Kakek Lo Kun terus menghampiri barisan lo han-tin, serunya.
"Hai, kawanan kepala gundul jangan kira kami tak dapat membobolkan barisan-mu itu. Tetapi kami minta waktu sebentar untuk memberi pelajaran silat kepada putera raja itu."
Tanpa menunggu jawaban para paderi. kakek Lo Kun terus berputar tubuh dan menghampiri ke tempat rombongannya. Tetapi tiba-tiba pula ia berputar tubuh lagi dan lari kemuka barisan.
"Hai, kawanan kepala gundul,"
Serunya bengis.
"selama kami mengajarkan ilmusilat kepada kawan kami, kalian tak boleh melihat. Tahu! Hayo kalian berputar tubuh menghadap kebelakang !"
Paderi kurus yang bergelar Thian Gi itu kerutkan dahi.
Dia termasuk paderi Siau-lim-si tingkat empat dan yang diserahi memimpin barisan Lo-han-tin.
Sebenarnya tak perlu ia menggubris rombongan tetamu gila itu.
Tetapi kalau ia menolak, ia kuatir kakek itu akan berteriakteriak dan menyiarkan peristiwa itu diluar.
Mengatakan bahwa paderi Siau-lim-si mencuri lihat orang yang sedang berlatih silat.
Nama baik Siau-lim-si dan barisan Lo-han-kun pasti akan dijadikan buah tertawaan kaum persilatan.
"Baiklah, silahkan kalian belajar ilmusilat apa saja. Tetapi jangan harap kalian mampu melintasi barisan Lo-han-kun ini."
Katanya kemudian terus hendak memberi perintah kepada anak barisan.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nanti dulu,"
Tiba-tiba kakek Lo Kun berseru pula.
"tetapi engkau tak boleh ingkar janji. Kalau barisanmu bobol engkau harus mengantarkan rombonganku menghadap kepala gereja ini."
"Jangan kuatir,"
Kata paderi Thian Gi lab memberi aba-aba kepada barisannya. Barisan Lo-han tin yang terdiri dari 108 orang paderi itu, serempak berputar tubuh menghadap kebelakang.
"Bagus,"
Kakek Lo Kun berseru terus hendak kembali ketempat rombongannya Tetapi baru dua langkah ia berhenti lagi. berputar tubuh dan berseru.
"Awas, kalau ada yang berani diam-diam melirik kebelakang, tentu kugebuk kepalanya."
Barisan Lo-han-tin itu tak mengacuhkan. Mereka tahu kakek itu memang seorang limbung. Makin dilayani makin menggila.
"Nah, aman,"
Kata kakek Lo Kun kepada kakek Kerbau Putih dan Blo'on.
"sekarang kita boleh mulai mengajarnya. Engkau dulu yang memberi pelajaran."
"Baik"
Kakek Kerbau Putih tak mau banyak bicara.
Ia terus suruh Blo'on memperhatikan dan menirukan gerakannya.
Kakek itu segera bergerak gerak, cepat dan dahsyat, macam orang menerkam, meneliku.
menampar-nampar.
Sebenarnya Blo'on hendak membantah.
Ia tak suka belajar silat.
Tetapi karena merasa sudah terlanjur berjanji kepada Bu Kek lojin, ia harus menemui kepala Siau-lim-si.
Dan karena dirintangi oleh ke 108 paderi yang menghadang dengan barisan Lo-han-tin, terpaksa ia mau juga menerima pelajaran silat dari kakek Kerbau Putih.
"Nah, sekarang engkau harus menirukan,"
Seru kakek Kerbau Putih setelah selesai memainkan seluruh jurus ilmu pukulannya.
Blo'on terpaksa menurut.
Ternyata dia berotak cerdas dan memiliki bakat yang amat bagus sekali.
Soalnya karena tak mau, maka ia tak dapat main silat.
Tetapi setelah ia menumpahkan minat ternyata dalam waktu yang singkat ia dapat menirukan.
"Gila !"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih berseru kaget.
"mengapa tamparanmu jauh lebih keras dari aku ?"
"Entahlah,"
Sahut Bloon ringkas.
Memang ia tak menyadari bahwa setelah makan rumput Kumis naga dan minum pil darah ki-lin emas, jalan darah Seng si-hian-kwan dalam tubuhnya telah terbuka Dengan demikian ia dapat bergerak, cepat dan keras.
Seperti telah diterangkan dibagian muka, Bloon menderita sakit hilang ingatan akan masa yang lampau.
Maka ia tak ingat lagi siapa dirinya, siapa namanya bahkan siapa pula ayahbundanya.
Pendek kata, ia lupa akan segala yang terjadi di masa lampau.
Tetapi untuk saat yang sedang di alami hari itu, ia dapat berpikir normal seperti orang biasa.
Memang penyakit yang dideritanya luar biasa anehnya.
"Hayo, ulangi lagi,"
Perintah kakek Kerbau Putih dengan bengis.
"kalau salah, ..aku malu."
Entah bagaimana terhadap kedua kakek itu Blo'on memang menurut. Padahal dulu, dia selalu menentang dan membangkang semua perintah ayahnya.
"Murid yang pintar, engkau!"
Seru kakek Kerbau Putih setelah melihat Blo'on mengulangi lagi jurus permainannya.
"ingin tahu apa nama ilmu pukulan itu ?"
Bloon tercengang .
"O, apakah ilmusilat itu juga ada namanya ? Lalu apakah nama ilmusilat yang engkau ajarkan kepadaku itu ?"
"Hang-liong-sip-pat-ciang !"
"Hang-liong-sip-pat-ciang ? Apakah artinya?"
Tanya Blo'on.
"Delapanbelas tamparan menundukkan naga. Dengan delapanbelas kali cara menampar itu, jangan kan manusia, nagapun tentu dapat ditundukkan !"' "O, terima kasih, terima kasih,"
Tiba-tiba Blo'on membungkuk tubuh memberi hormat kepada kakek itu. Kakek Kerbau Putih kesima, serunya.
"Aneh, engkau mendapat apa-apa, diam saja. Tetapi mengapa mendapat ilmusilat begitu, engkau terus menyatakan terima kasih. Apa sebabnya ?"
"Aku menderita penyakit aneh. Aku tak ingat lagi apa yang terjadi pada masa yang lampau Menurut keterangan seorang anak perempuan murid Hoa-san-pay yang bernama Waletkuning, penyakitku itu hanya dapat disembuhkan kalau makan otak naga. Nah, setelah mendapat pelajaran Hang-liong-sippat- ciang itu, bukankah aku tentu bakal dapat menangkap naga itu ?" 'O ..,"
Kakek Kerbau Putih melongo, la sendiri juga tak tahu apakah otak naga itu benar-benar mempunyai khasiat untuk menyembuhkan penyakit hilang-ingatan.
"Hayo, sekarang ganti engkau yang memberi pelajaran, setan tua,"
Seru kakek Kerbau Putih kepada Lo Kun.
"tetapi harus yang istimewa. Jangan ilmusilat cakar ayam."
"Hm ..."
Kakek Lo Kun diam, kerutkan dahi dan garukgaruk kepala.
"engkau sudah memberi pelajaran ilmu memukul lalu aku apa ya ? ... eh. begini sajalah Aku akan mengajarkan ilmu berlari. Jadi kalau engkau mengajarkan gerakan tangan, sekarang aku hendak memberinya ajaran cara menggerakkan kaki."
"Hai, apakah belum selesai ?"
Tiba-tiba paderi kurus pemimpin barisan Lo han-tin berseru.
"Kurang ajar engkau kepala gundul,"
Damprat kakek Lo Kun.
"mengapa engkau berani mengganggu orang memberi pelajaran silat ?"
"Kakek linglung."
Karena jengkelnya berulang kali dimaki 'kepala gundul' paderi kurus Goan balas memaki.
"mengapa begitu lama belum selesai! Kalau suruh kami menunggu sampai berjam-jam engkau licik artinva '"
"Licik ?"
Seru kakek Lo Kun.
"Ya, dengan berdiri berjam-jam begini, tenaga kami tentu habis dan semangatpun menurun. Dengan begitu bukankah mudah saja engkau hendak membobol barisan kami ?"
"Jangan banyak bicara, tunggu lagi sebentar Aku baru mengajarkan sebuah ilmu yang hebat. Jangan harap kalian nanti mampu mencekalnya."
Seru Lo Kun cepat menyuruh Blo'on memperhatikan Kakek Lo Kun yang limbung itu terus berge'rak.
Ia berlari melingkar-lingkar dengan cepat sekali sehingga dalam waktu sekejab saja.
orangnya sudah tak kelihatan tetapi berganti dengan sebuah lingkaran sinar hitam Kemudian kakek itu perlambat gerakannya lalu berloncatan naik turun dan terakhir lalu bergerak menubruk kekanan menerkam ke kiri.
"Hayo. sekarang engkau harus menirukan,"
Seru kakek Lo Kun kepada Blo'on. Apa boleh buat Blo'onpun segera menurut perintah. Setelah diberi petunjuk cara menggerakkan kaki, melakukan pernapasan dan cara menubruk serta menerkam, puaslah kakek itu.
"Kurang ajar. mengapa gerakanmu lari lebih cepat dari aku?"
Ia bersungut-sungut ketika melihat Blo'on amat tangkas sekali.
"Entah."
Blo'on melongo.
"aku sendiri juga heran mengapa kakiku ringan sekali. Eh, apakah Ilmu berlari yang engkau ajarkan itu juga ada namanya ?"
"Sudah tentu ada,"
Sahut kakek Lo Kun dengan busungkan dada,"
Sebenarnya ilmu itu berasal dari ilmu pedang Tui-hongkian ..."
"Tui-hong-kiam ?"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih berteriak kaget.
"Ya, Tui-hong-kiam atau ilmupedang Pedang-terbang,"
Jawab Lo Kun.
"karena aku tak suka memakai pedang, lalu kuciptakan gerak tersendiri yang kuben nama Tui-hung-kaning atau Mengejar-angin-memburu-bayangan. Dengan ilmu ciptaanku itu aku tak pernah gagal untuk berburu harimau."
"Gila,"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih berteriak,"lalu apakah sekarang engkau masih dapat memainkan ilmu Tui hong-kiam itu ?"
"Perlu apa ?"
Dengus kakek Lo Kun.
"kan lebih sah dengan ilmu ciptaanku sendiri daripada ilmu pedang ajaran orang."
"Siapa yang mengajarkan engkau ilmu pedang Tui-hongkiam itu ?"
Tanya kakek. Kerbau Putih pula.
"Cu Goan-ciang, raja pertama dari kerajaan Beng. Karena aku menjadi pengawal peribadinya dia amat sayang sekali kepadaku dan memberi ajaran ilmu pedang itu." 'O. kakek goblok,"
Teriak kakek Kerbau Putih.
"ilmupedang Tui hong-kiam itu merupakan ilmu pedang jaman dahulu yang sekarang sudah tak pernah muncul di dunia persilatan. Ilmu itu sebuah ilmu pusaka yang luar biasa saktinya. Engkau harus menurunkan kepada lain orang supaya ilmu itu jangan lenyap terkubur dengan mayatmu."
"O, benar !"
Tiba-tiba kakek Lo Kun melonjak dan menjerit "memang raja Cu Goan-ciang pernah berpesan begitu. Supaya mengajarkan ilmupedang itu kepada anakmuda yang jujur, pintar dan berbakat"
"Kalau begitu engkau harus mengajarkan kan pada anak ini. Dia memeuuhi syaratnya,"
Kata kakek Kerbau Putih.
"Apa ? Dia memenuhi syarat ? Huh, engkau memang kakek tolol,"
Damprat Lo Kun.
"apakah anak itu jujur, aku belum tahu karena baru saja kenal beberapa hari. Apakah dia pintar, huh. huh, dia begitu blo'on ! Dan apakah dia berbakat ."
"Berbakat, berbakat !"
Teriak kakek Kerbau Putih.
"dia berbakat bagus sekali. Dulu aku memerlukan waktu berbulanbulan untuk mempelajari ilmu tamparan Hang-liong-sip-pat ciang itu. Tetapi sekarang dia hanya dalam beberapa jam saja sudah dapat melakukan dengan baik. Hayo, lekas engkau berikan ilmu Tui-hong-kiam itu kepadanya !"
"Tidak bisa !"
Teriak kakek Lo Kun.
"Mengapa ?"
"Pertama, dia tak memenuhi ketika syarat itu Dan kedua, karena aku sendiri sudah lupa dan tak dapat bermainkan ilmu Tui-hong-kiam itu lagi"
"Ah, kakek gila !"
Kakek Kerbau Putih banting-banting kaki dan memaki-maki.
"masakan ilmu pusaka yang jarang terdapat di dunia persilatan, engkau telantarkan begitu saja sehingga hilang. Hayo, egkau harus mengingatnya lagi "
"Sekarang ?"
Kakek Lo Kun melongo.
"tapi entah kapan aku baru dapat mengingat seluruhnya mungkin sampai beberapa hari mungkin berbulan-bulan."
Kakek Kerbau Putih menghela napas.
"Ah....saat ini karena kita masih harus menghadapi barisan kepala gundul itu, maka tak usah engkau menyibukkan diri dulu. Tetapi nanti apabila sudah senggang, engkau harus berusaha untuk mengingat ilmupedang itu lagi."
Kakek Lo Kun mendengus.
Selama Blo'on diajari ilmu pukulan Hang liong-sip-pat-ciang oleh kakek Kerbau Putih tadi, monyet hitam dan burung rajawali tak henti-henti nya menirukan gerakan kakek Kerbau Putih.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang ketiga binatang itu dapat dijinakkan dan di latih baik oleh Blo'on.
Mereka dapat menirukan gerakan orang dengan baik.
Kemudian setelah kakek Lo Kun mengajarkan ilmu Tui-hong kan-ing, anjing kuninglah yang menirukan gerakan kakek itu.
Dengan demikian anjing kuning dapat melakukan gerak Tuihong- kan ing dan monyet hitam serta burung rajawali dapat menjalankan jurus-jurus ilmu Hang liong-sip-pat-ciang.
Kini pelajaranpun selesai dan tiba-tiba Thian Gi sipaderi kurus berteriak .
"Hai, apakah sudah selesai ?' "Sudah, tetapi kami lelah dan harus beristirahat dulu. Kalau engkau memang berani, tunggu saja. Kalau tidak berani, masuklah ke dalam dan tidurlah saja !"
Teriak kakek Lo Kun.
Memang saat itu hari sudah petang, Sehingga para paderi anggauta barisan Lo-han-tin itu sudah menunggu dari pagi sampai petang.
Dalam hati mereka bersungut-sungut dan menyumpahi rombongan Blo'on tetapi mereka takut kepada paderi kurus Thian Gi sehingga terpaksa diam saja dan telap tegak ditempat masing-masing.
Tiba-Tiba kakek Lo Kun lari.
Melihat itu Blo'on cepat menarik lengannya .
"Hendak kemana ?"
"Aku lapar, hendak cari makanan,"
Sahut kakek Lo Kun.
"Kemana ?"
"Ruang sembahyangan, tentu masih ada sisa makanannya,"
Kata kakek itu pula.
"Tak perlu engkau sendiri,"
Kata Blo'on.
"akan kusuruh ketiga binatang itu untuk mencarikan"
Kemudian Blo'on memerintah anjing kuning, monyet hitam dan burung rajawali untuk mencari makanan.
Ketiga binatang itu segera pergi.
Tak berapa lama, anjing kuning datang dengan menggondol kuweh, lalu monyet hitam membawa ikan dan terakhir burung rajawali.
Kuweh memang dari meja sembahyang tetapi ikan diperoleh si monyet hitam dari rumah penduduk yang tinggal tak jauh dari gereja.
Memang monyet itu binatang yang mbeling atau nakal.
Dia pandai sekali mencuri makanan di rumah orang.
Dan buah yang digondol burung rajawali itu didapatnya dari hutan.
"Hai, mengapa belum selesai ?"
Teriak paderi kurus Thian Gi.
"Nanti dulu, kami hendak makan. Kalau engkau lapar, silaukan masuk dan makan dulu.
"teriak Lo Kun. Paderi Thian Gi mengkal. Tetapi ia seorang paderi yang jujur dan penuh toleransi. Terpaksa ia menahan kesabarannya lagi. Demikian Bloon dan kedua kakek itu segera melalap makanan sementara barisan paderi tetap tegak di tempatnya, tak berani berkutik.
"Celaka, habis makan harus minum. Kalau tidak makanan itu rasanya masih berhenti dibawah kerongkonganku,"
Teriak kakek Lo Kun pula.
"Jangan kuatir,"
Kata Blo'on.
"akan kusuruh monyet mencarikan air."
"Tidak, aku hendak cari sendiri saja. Aku tak mau minum air. Aku hendak minum arak,"
Kata kakek Lo Kun.
"Jangan kuatir,"
Kata Blo'on pula, monyet, itu dapat mengambilkan apa yang kita minta."
La terus berseru kepada si monyet .
"Monyet hayo, carikan arak untuk kakek Lo Kun."
Monyet hitampun terus pergi.
"Eh, lumayan juga mempunyai binatang peliharaan semacam itu ? Dari mana engkau memperoleh monyet itu ?"
Tanya kakek Lo Kun.
"Entah, aku tak ingat. Tahu-Tahu ketiga binatang itu muncul dan ikut padaku,"
Kata Blo'on yang sudah hilang ingatannya akan masa lampau.
Padahal jelas ketiga ekor binatang itu adalah binatang peliharaannya sejak kecil Tak berapa lama muncultah si monyet hitam, dengan membawa sebuah guci.
Dengan cepat kakek Lo Kun terus menyambuti dan meneguknya.
"Ah..."
Ia menggumam dengan penuh nikmat.
"Arak wangi, arak wa ..."
"Berikan juga kepadaku !"
Kakek Kerbau Putih cepat menyambarnya terus meneguk juga.
Bau arak yang keras dan harum segera bertebaran dibawa hembusan angin.
Barisan paderi itu makin gelisah.
Karena sudah sejak pagi mereka terus berdiri, mereka merasa agak lelah.
Terutama mereka merasa lapar sekali.
Kini hidung mereka dilanda bau arak yang keras dan harum sehingga darah mereka makin menggelora.
Andaikata pemimpin mereka tak berada disitu, tentu mereka sudah Berontak dan mengusir rombongan orang gila itu.
Demikian, apabila barisan paderi itu kelabakan setengah mati, adalah difihak rombongan Bloon, kedua kakek linglung itu tengah enak-enak menikmati arak.
Entah dari mana monyet hitam memperolehnya.
Tetapi arak itu memang wangi sekali.
Berselang beberapa saat kemudian, setelah kenyang makan dan puas minum, barulah kedua kakek itu bersiap.
Mereka segera menghampiri ketempat barisan Lo-han-tin.
Saat itu hari sudah makin gelap.
"Sekarang kami hendak mulai menyerbu. Kalian boleh menghadap kemari."
Seru kakek Lo Kun Karena sudah mengkal, barisan Lo-han-tin serentak berputar tubuh. Wajah para paderi itu tampak memancar kemarahan.
"Sekarang silahkan menyerbu!"
Seru paderi Thian Gi sambil memberi isyarat kepada anakbuahnya supaya bersiap-siap.
Tampak kakek Lo Kun, Kerbau Putih dan Blo'on kasak kusuk.
Sejenak Kemudian mereka lalu berpencar diri.
Blo'on tetap berada di muka barisan, kakek Lo Kun disamping kanan dan kakek Kerbau Putih disamping kiri barisan.
"Serbu!"
Teriak kakek Kerbau Putih yang rupanya mengangkat diri menjadi pemimpin rombongannya. Sambil berkata ia terus maju. Demikian pula Blo'on yang bergerak dengan ilmu pukulan Hang liong-sip pat-ciang. Barisan Lo-han-tinpun mulai bergerak-gerak.
"Tunggu !"
Tiba-tiba kakek Lo Kun berteriak. Kakek Kerbau Putih dan Blo'on serempak berhenti. Demikian pula dengan barisan Lo-han-tin "Mengapa ?"
Teriak paderi Thian Gi.
"Aduh ... perutku mulas. Aku ingin buang air besar ..."
Teriak kakek Lo Kun dengan wajah merah dan peringisan.
Betapapun kesabaran paderi Thian Gi namun karena merasa dipermainkan oleh lombongan kakek gila itu, iapun tak dapat mengendalikan kemarahannya lagi.
Tadi minta untuk mengajar ilmusilat.
Lalu minta tempo beristirahat dan makan.
Dan ini setelah berhadap-hadapan dan bahkan sudah mulai bergerak, tiba-tiba pula kakek pendek itu berteriak mau berak.
Dan apabila diluluskan, setelah berak mungkin masih minta tempo untuk tidur.
Dan setelah tidur, ah, entah minta tempo untuk apa lagi .."Tidak !"
Tiba-tiba seorang paderi anakbuah barisn Lo-hantin memekik keras. Rupanya paderi sudah meluap kemarahannya sehingga ia tak mau menunggu keputusan pemimpinnya, terus berteriak menolak permintaan kakek Lo Kun.
"Setan gundul, kalian licik !"
Kakek Lo Kun berteriak nyaring.
"masakan orang mau berak di ajak berkelahi !"
"Kakek p;ndek,"
Seru Thian Gi dengan nada bengis.
"barisan Lo-han-tin adalah barisan utama dari gereja Siau-limsi. Tak sembarangan barisan keluar apabila tidak menghadapi musuh yang tangguh. Bahwa kalian telah disambut dengan barisan Lo-han-tin ini, sebenarnya sudah suatu kehormatan. Tetapi ingatlah, barisan Lo-han-tin itu tak boleh dihina dan dipermainkan seperti barisan anak kecil."
"Tetapi, kepala gundul, perutku mulas sekali"
"Itu urusanmu!"
Bentak Thian Gi yang hilang kesabarannya.
"sekali barisan Lo-han-tin sudah bergerak, hanya dua pilihan yang harus kalian terima. Menyerah atau hancur ..."
Melihat itu Boon marah juga .
"Kalian memang tak kenal kasihan pada seorang kakek tua. Baik, kalau memang tak boleh berak, sekarang aku akan melanjutkan penyerangan !"
Habis berkata Blo'on terus maju menyerang Entah bagaimana, biasanya dia tak suka berkelahi.
Tetapi saat itu karena kasihan pada kakek Lo Kun yang peringisan menahan perut mulas, Blo'on tak puas dengan sikap paderi Siau-lim si itu.
Dia terus bergerak dengan ilmu Hang-liong-sip-pat-ciang.
Kelompok depan dari barisan Lo-han-tin terkejut melihat gaya gerakan tangan Blo'on yang aneh dan dahsyat.
Tamparannya menimbulkan sambaran angin keras.
Melibat Blo'on sudah bergerak, kakek Kerbau Putihpun ikut menyerang juga.
Kelompok yang disamping.
terpaksa harus melayani serangan kakek itu.
Merekapun terkejut melihat jurus-jurus permainan kakek Kerbau Putih.
Karena kakek itu bertubuh bungkuk, serangannya khusus ditujukan ke perut dan kaki lawan.
Celaka adalah kakek Lo Kun.
Karena barusan sudah bergerak, iapun terus dilanda oleh kelompok yang berdiri dihadapannya.
Terpaksa sambil kedua tangannya mendekap perut yang mulas, kakek itu terus berlincahan menggunakan ilmu Memburu-angin-mengejar-bayangan.
Gerakannya memang tangkas dan gesit sekali.
Tetapi barisan Lo-han-tin itu juga hebat.
Mereka bergerak maju mundur menyilang ke kanan kiri dan melingkar-lingkar bagai mata rantai yang tengah menjerat.
Kakek LoKun hanya bergerak menurut apa yang dihadapinya, Karena kawanan paderi itu hendak menerkamnya, ia menghindar kesamping.
Kalau dipukul, ia loncat kemuka, kalau diterkam ia menyusup ke bawah.
Ia tak menyadari bahwa saat itu, ia sudah semakin menyusup kedalam barisan.
kanan kiri, muka belakang, dia sudah dikepung rapat oleh kelompok-kelompok barisan lawan.
Blo'on baru saja mempelajari ilmu pukulan Hang-liong-sippat- ciang.
Ia belum mengerti bagaimana Cara menggunakannya.
Dan memang ia tak mempunyai pengalaman berkelahi dengan orang.
Maka ia mainkan ilmu pukulan itu dari jurus pertama lalu kedua, ketiga dan seterusnya jurus-jurus berikutnya secara urut.
Bluk.
duk, plak .., terdengar berulang kalangan dan kaki barisan Lo-han-tin itu menghunjam di dada, bahu, punggung, pantat dan kaki Blo'on.
Bahkan kepala Blo'on yang gundul, menjadi sasaran tamparan tangan paderi-paderi itu.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Anakbuah barisan Lo-han-tin terdiri dari paderi yang berilmu silat tinggi.
Mereka cepat tahu arah gerakan tangan Blo'on.
Bermula mereka terkejut melihat hebatnya ilmu Hang-liong-sip-patciang yang dimainkan Bloon.
Tetapi merekapun heran mengapa anak itu memainkan ilmu pukulannya seperti orang yang sedang berlatih.
Tak peduli musuh sudah menghindar ke samping tetapi Blo'on tetap menjalankan gerak menurut jurus yang sedang dimainkan itu.
Apabila dia sedang menampar kemuka, walaupun musuh sudah berada disamping.
ia tetap menampar kemuka sesuai dengan urutan gerakan dalam jurus itu.
Dan apabila menurut gerakan urut, dia harus berputar kesamping dan menampar, walaupun musuh berada disebelah muka.
ia tetap berputar tubuh menghadap ke samping.
Cepat sekali keadaan yang ganjil dari si Bloon itu diketahui para paderi, Dengan begitu enak Saja mereka melayani anak itu.
Begitu anak itu menghadap ke muka.
merekapun segera menyingkir ke samping lalu menampar kepala, punggung dan menyepak pantat Blo'on.
Demikian Blo'on menjadi bulan-bulan permainan anak buah barisan Lo-han-tin.
Tetapi dalam pada itu.
diam-diam para paderi itu merasa heran Berulang kali mereka telah menghujani Blo'on dengan tabokan, pukulan dan tendangan tetapi anak itu tetap tak rubuh.
Bahkan meringis kesakitanpun tidak.
Dan lebih terkejut pula para paderi ketika mereka merasakan sesuatu yang aneh.
Setiap kali tangan dan kaki mereka menghunjam ke tubuh Blo'on, tubuh anak itu seperti memantulkan tenaga-dalam yang deras.
Makin dipukul keras makin keras pula tenaga-dalam yang memantul balik dari tubuh anak itu.
Difihak kakek Kerbau Putih, pun barisan Lo han-tin tampak kewalahan.
Kakek bungkuk itu mempunyai gaya lain.
Jika kakek Lo Kun- hanya berlincahan dan berlari lari, jika Blo'on hanya memainkan ilmu pukulan Hang-liong-sip-pat-ciang seperti sedang berlatih, kakek Kerbau Putih ini benar-benar melancarkan serangan Hang-liong-sip-pat-ciang dengan teratur dan sesuai.
Hang-liong-sip-pat-ciang atau Delapan-belas-tamparannaga memang sebuah ilmupukulan yang hebat dan sudah jarang terdapat dalam dunia persilatan dewasa itu.
Setiap tamparan kakek Kerbau Putih menimbulkan deru angin dan tenaga yang hebat sehingga berulang kali mata-rantai barisan lo-Han-tin tersiak pecah.
Tetapi Lo-han-tin memang tak bernama kosong.
Gerakannya cepat, mata rantainya rapat.
Seratus kali pecah, seratus kali pula segera tertutup rapat lagi.
Sebenarnya apabila hanya menghadapi serbuan dan ketiga orang itu, apalagi orang-orang yang limbung barisan Lo-hantin lebih dari cukup untuk menahan.
Tetapi ada suatu gangguan yang menjengkelkan paderi-paderi itu.
ialah serangan dari ketiga binatang peliharaan Blo'on.
Burung rajawali menyerang dari udara, turun naik menyambar dan mematuk kepala dan muka para paderi.
Apabila di pukul burung itu dengan tangkas segera melambung ke udara.
Dan bila sipaderi sedang sibuk menghadapi serangan dari muka, burung itupun terus menukik kebawah dan menyerang lagi.
Paderi itu jengkel bukan kepalang.
Kejengkelan mereka ditambah pula dengan gangguan dari anjing kuning yang sembari berlari lari memutari barisan, tak henti-hentinya menyalak dan menggeram.
La!u menerkam kaki dan menyambar perut paderi.
Sudah tentu anakbuah barisan Lo han-tin sibuk sekali.
Dan yang paling menjengkelkan adalah si monyet hitam.
Monyet itu dengan tangkas sekali telah menyusup dari bawah, menyelundup di antara sela-sela kaki paderi, menggigit selakangan sehingga karena terkejut dan kesakitan ada beberapa paderi yang menjerit dan melonjak-lonjak Sehingga menghambat perputaran gerak barisan.
Bahkan pada suatu saat terjadi hal yang lucu.
Simonyet yang nakal itu tiba-tiba loncat menubruk tengkuk seorang paderi dan terus menggigit telinganya.
Seorang paderi yang berdiri dibelakangnya, karena hendak menolong kawannya itu terus memukul simonyet tetapi monyet itu dengan gesit sudah loncat turun sehingga yang terkena pukulan adalah paderi yang telinganya tergigit itu.
"Aduh ..."
Paderi itu menjerit kesakitan karena kepalanya terpukul kawannya sendiri.
Demikian barisan Lo-han-tin yang termasyur dan sukar dibobolkan oleh tokoh-tokoh sakti, hari itu terpaksa harus menderita kekacauan karena diserbu oleh mahluk-mahluk yang aneh.
Tengah pertempuran berlangsung seru, tiba-tiba terjadi suara hiruk pikuk yang gempar.
Anakbuah barisan Lo-han-tin berteriak-teriak sambil mendekap hidung.
Ada beberapa bahkan yang menguak dan muntah-muntah.
Apakah yang terjadi ? Ternyata kakek Lo Kun sudah tak kuat lagi menahan 'lahar yang meledak dari dalam perutnya Sambil berlari-lari menyusup kedalam barisan, isi perutnya nerocos keluar seperti air bah.
Baunya, jangan dikata lagi ...
Dia sendiri juga bingung karena celananya penuh dengan kotoran busuk.
Maka dia makin gugup dan makin kalap untuk menerobos keluar.
Dia tak peduli lagi, kepala, tubuh dan punggungnya di pukul kawanan paderi.
Pokok, ia harus lekaslekas dapat menyelesaikan perutnya yang mulas itu dan selekasnya mencuci celananya.
Tetapi barisan Lo-han tin yang ketat dan terdiri dari 108 paderi itu, memang sukar diterobos.
Dengan demikian bau kotorannya yang luar biasa busuknya itu tak dapat berhembus keluar.
Suatu hal yang benar-benar membuat kawanan paderi itu kelabakan setengah mati.
Karena marah tak diberi jalan, kakek Lo Kun jadi semakin kakap.
Ia tahu bahwa karena takut membau kotorannya, kawanan paderi itu dekap hidung dan muntah-muntah.
Cepat ia merogoh pantatnya, segenggam kotoran yang luar biasa bauknya segera ditaburkan kepada kawanan paderi.
Diulangnya lagi sampai beberapa kali.
Pikirnya ia mempunyai, kesempatan untuk membuang kotoran dan membersihkan pantatnya.
Barisan Lo han-tin memang termashyur dan jadi kebanggaan Siau lim-si.
Barisan itu laksana benteng baja yang kokoh sekali.
Diserang dengan pukulan tenaga dalam.
Diserbu dengan senjata tajam dan dihujani dengan senjata rahasia yang berbisa maupun yang dilumuri racun, tetap tak mampu membobolkan.
Kemasyhuran barisan Lo han-tin sudah dikenal oleh setiap orang persilatan Tetapi tak terduga duga, barisan yang kebal dengan senjata tajam itu, akhirnya bobol juga dengan serangan hujan kotoran si kakek Lo Kun.
Dan memang kotoran kakek itu, luar biasa busuknya "Aduh mak, baunya ..!"
Blo'on sendiripun menjerit seraya hendak muntah. Buru-Buru ia mendekap hidungnya.
"Kurang ajar. setan pendek itu,"
Kakek Kerbau Putihpun memaki-maki dan mendekap hidung.
Barisan Lo-han-tin macet, kawanan paderi muntah dan mendekap hidung.
Mereka yang terkena lemparan kotoran kakek Lo Kun lebih kelabakan Ada yang sibuk mengusap usap muka.
pakaian dan gundul.
Tetapi celaka ! Makin diusap makin menambah dan makin keras baunya.
Bau busuk itu seolah olah melekat tak mau hilang.
Karena tak tahan lagi, barisan Lo-han-tin itu bubar.
Para paderi berlari-lari masuk kebelakang untuk mandi dan ganti pakaian.
Kakek Lo Kun masih tetap bingung.
Celananya berlumuran kotoran.
Dia sendiri tak tahanakan baunya.
Tetapi mau mendekap hidung, tangannya sudah terlanjur berlumuran kotoran.
Akhirnya ia menjerit dan terus lari mengikuti paderipaderi itu.
Tiba-Tiba ia terkejut melihat seorang paderi tua tegak berdiri dengan mencekal sebatang tongkat.
Dibelakangnya terdapat dua orang paderi kecil "Hai, siapa engkau !"
Kakek Lo Kun hentikan langkah dan menegur.
"Sute dari kepala gereja Siau-lim-si !"
"Oh ..,"
Kakek Lo Kun menyurut mundur. ---ooo0dw0ooo---
Jilid 9 Iblis kembar Sejenak kakek Lo Kira lupa akan dirinya yang berlumuran kotoran. Ia memandang paderi tua itu lekat-lekat.
"Uh ..uh .."
Tiba-tiba terdengar paderi kacung yang mengiring dibelakang paderi itu menguak tertahan terus mendekap mulut dan hidungnya. Paderi tua itu juga menyeringai. Ia cepat hentikan pernapasannya untuk menolak hawa busuk yang luar biasa dari kotoran Lo Kun.
"Siapa namamu "
Tanya kakek Lo Kun.
"Hui In,"
Sahut paderi tua itu.
"Mana kepala gereja ini ?"
Kata kakek Lo Kun pula. Karena harus menjawab, terpaksa paderi itu membuka pernapasannya lagi. Sebagai gantinya ia mendekap hidungnya.
"Hui Gong suheng, kepala gereja Siau-lim-si sedang pergi,"
Sahutnya.
"O, celaka,"
Seru kakek Lo Kun.
"lalu dengan siapa aku harus bertanya ?"' "Bertanya apa ?"
"Penting, tetapi hanya kepada kepala gereja ini. Lain orang tak boleh tahu."
"Adakah yang mengacau diruang sembahyang tadi juga lotiang ?"
Tanya Hui In taysu.
"Benar, karena kepala gundul yang disitu berani merintangi aku."
"Dan yang membubarkan barisan Pat-Kwa-tin dari ke delapan paderi kecil itu juga rombongan lotiang ?"
"Ya, anak-anak gundul itu tak tahu adat. paksa kami hajar."
"Yang membuyarkan barisan Lo-han-tin juga rombongan lotiang ?"
Tanya Hui In taysu pula.
"Siapa lagi !"' Diam-Diam Hui ln taysu terkejut. Pat-kwa-tin dan Lo-han-tin merupakan barisan penjaga Siau-lim-si yang paling dapat diandalkan. Bahwa kedua barisan itu telah bobol, jelas menandakan kalau rombongan tetamu itu tentu sakti. Tetapi kala ia memperhatikan keadaan kakek pendek yang berdiri di hadapannya, Hui ln agak heran-heran sangsi. Masakan kakek aneh yang tampak ketolol-tololan itu memiliki kepandaian yang sedemikian saktinya. Hui In taysu mempunyai rencana hendak menguji kesaktian tetamu pendek itu. Tetapi ia tak tahan menderita bau busuk dari tubuh kakek Lo Kun.
"Mengapa baumu begitu busuk ?"
Akhirnya Hui Ih berseru.
"O, benar,"
Serta mendengar teguran itu teringatlah kakek Lo Kun akan keadaan dirinya yang berlumuran kotoran itu.
"hayo, tunjukkanlah dimana kamar mandi gereja ini !"
"Untuk apa ?"
Tanya Hui In heran.
"Tadi perutku mulas dan aku hendak buang hajat tetapi barisan kepala gundul itu menghalangi malah terus menyerang. Lama-Lama aku tak tahan perutku terus meletus, celanaku berlumuran kotoran begini. Hm, memang kalian kepala gundul ini kejam dan tak tahu adat Masakan orang kebelet buang hajat malah diajak berkelahi !"
Hui In taysu cepat dapat mengetahui bahwa kakek yang berhadapan dengan dia saat itu, seorang kakek limbung. Kakek yang tak waras pikirannya. Melihat gerak gerik dan ucapan si kakek, Hui In diam-diam geli juga.
"Hayo. lekas tunjukkan, aduh..perutku mulai mulas lagi !"
Kakek Lo Kun menjerit jerit seraya mendekap perut.
Hui ln taysu geleng-geleng kepala dan segera menyuruh kedua paderi kecil mengantarkan kakek itu kebelakang.
Tepat kakek Lo Kun pergi maka datanglah kakek Kerbau Putih dan Blo'on, diiring oleh burung rajawali, anjing dan monyet hitam.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hui In taysu terkesiap.
"Adakah lotiang dan sicu ini rombongan lotiang yang tadi ?"
Tegur Hui In taysu.
"Ya, dan engkau ini siapa ?"
Kakek Kerbau Putih balas bertanya. Hui In taysu segera memberitahukan diri "Apa kata kakek pendek tadi kepadamu"
Tanya kakek Kerbau Putih pula.
"Dia mengatakan hendak menjumpai ketua gereja. Tetapi ketua gereja kami sedang pergi. Yang ada hanyalah wakilnya."
"Kalau begitu antarkan kami kepadanya,"seru kakek Kerbau Putih Walaupun nada dan sikap kakek bungkuk itu kasar, tetapi karena tahu kalau dia itu seorang kakek limbung maka Hui In pun menahan sabar Ia terus hendak melangkah.
"Tunggu !"
Tiba-tiba Blo'on berteriak.
"mana kakek pendek yang tadi ?"
"Perutnya sakit, dia buang hajat kebelakang,"
Terpaksa Hui In taysu memberi keterangan.
Demikian rombongan Bloon segera dibawa keruang Tat-mo wan, sebuah paseban tempat bermusyawarah dari Siau-lim si.
Ternyata saat itu di ruang Tat-mo-wan sedang dilangsungkan permusyawaraban besar dari para pimpinan gereja.
Empat paderi tertinggi dari paderi Siau-lim-si yang memakai gelar Hui, Goan, Peh dan Thian, lengkap berkumpul di ruang Tat-mo-wan untuk bermusyawarah.
Siau-lim-si menerima sepucuk surat yang ditanda-tangani oleh seorang yang menyebut dirinya Kim Thian-cong.
Meminta Supaya Siau-lim-si meleburkan diri kedalam partai baru Senglian- kau atau Teratai Suci.
Sebuah partai perkumpulan agama yang memuja agama Hud-kau atau Buddha aliran Mahayana.
Kepala gereja Siau-lim-si hanya diberi dua pilihan.
Menolak dan akan dihancurkan atau menurut dan selamat.
Ada dua hal yang mengejutkan para paderi pimpinan Siaulim- si itu.
Pertama, penulis surat itu menyebut dirinya Kim Thian-cong.
Pada hal jelas Kim Thian-cong sudah meninggal.
"Hal ini jelas tentu palsu.
"Hui Liang taysu, wakil kepala gereja Siau-lim-si yang memimpin rapat itu memberi kesimpulan.
"Memang kalau dilihat sepintas, orang itu tentu menggunakan nama Kim Thian-cong yang sudah mati itu untuk menggertak kita,"
Kata Hui lo taysu.
"tetapi hilangnya jenazah Kim tayhiap Itu memang aneh dan mencurigaKan."
"Sute maksudkan kalau Kim tayhiap belum tentu meninggal sungguh-sungguh ?"
Tanya Hui liang taysu.
"Ada suatu kecenderungan untuk menduga begitu karena maklum mungkin dalam sejarah kehidupan Kim tayhiap yang lalu, penuh dengan peristiwa berdarah. UntuK menyingkirkan diri dari ancaman-ancaman musuh yang setiap saat akan datang menuntut balas, dia lalu menggunakan siasat meninggal dunia. Kemudian dia menghilang dan timbul lagi sebagai Kim Thian-cong baru, mendirikan partai Seng-liankau."
"Kemungkinan itu memang dapat terjadi,"
Sambut Hui Liang taysu.
"dunia persilatan memang penuh dengan peristiwaperistiwa yang aneh dan tokoh-tokoh persilatan itu memang amat licin."
"Tetapi suheng."
Tiba-tiba Hui Sin taysu, sute ke empat dari tingkat Hui, menyanggah.
"kurasa hal itu tidak mungkin. Pertama, kalau memang Kim tayhiap mempunyai rencana demikian, dia tentu akan berganti nama dan takkan memakai nama Kim Thian cong lagi. Kedua, menurut keterangan Hui Gong ciang bunjin yang lalu, penyimpanan jenazah Kim tayhiap disebuah ruang rahasia itu, adalah atas perundingan dari beberapa ketua partai persilatan. Tentulah sebelumnya, Kim tayhiap tak pernah menduga bahwa hal itu akan terjadi. Ketiga, andaikata jenazah Kim tayhiap tetap ditempatkan dalam peti jenazah dan ditaruh di ruang sembahyang, apakah dia dapat hidup kembali ?"
Sanggahan dari Hui Sin taysu itu membuat sekalian paderi yang hampir terpengaruh oleh kata-kata Hui Ko taysu, tersadar dan membenarkan sanggahan itu.
"Ah, janganlah kita lupa akan sifat-sifat orang persilatan yang licin dan penuh siasat,"
Kata Hui Ko taysu.
"bisa saja misalnya, Kim tayhiap mencari seseorang untuk menjadi mayatnya. Kalau mayat itu tetap ditaruh dalam peti dan ditempatkan didepan ruang sembahyang, Kim tayhiap tetap akan dapat muncul lagi. Dan bila terjadi mayat itu disimpan dalam kamar rahasia, bisa saja Kim tayhiap yang mengambilnya untuk menghilangkan jejak."
"Ah, sute terlalu memikir jauh,"
Kata Hui Liang taysu.
"tetapi menurut hematku, Kim Thian-cong yang sekarang ini tentu palsu. Tentu seorang tokoh lain yang hendak menggunakan ketenaran dan kewibawaan Kim tayhiap untuk menguasai partai-partai persilatan." 'Tetapi suheng,"
Masih Hui Ko taysu menyanggah.
"kalau dia memang mempunyai rencana mendirikan partai persilatan baru, mengapa dia harus menggunakan nama Kim tayhiap? Bukankah tanpa nama itu dia dapat juga mendirikannya? Dan bukankah dengan menggunakan nama Kim tayhiap itu, mudah menimbulkan kecurigaan kaum persilatan karena semua kaum persilatan sudah mengetahui jelas bahwa Kim tayhiap telah meninggal setengah tahun yang lalu ?"
Hui Liang taysu tertawa .
"Hal itu memang membingungkan seperti halnya dengan hilangnya jenazah Kim tayhiap !"
"Suheng,"
Kata Hui Sin taysu.
"adakah lain-lain partai persilatan juga menerima surat semacam itu?"
Hui Liang taysu menjawab.
"Sepanjang yang kita ketahui, baru sebuah partai yang diobrak-abrik. Entah dengan lain-lain partai persilatan. Memang sebaiknya kita mengadakan hubungan dengan mereka agar dapat kita atur suatu langkah yang seragam menghadapi musuh itu."
Dalam pada bicara itu masuklah Hui In taysu memberi laporan tentang rombongan Blo'on yang hendak menghadap kepala gereja Siau-lim-si.
"Siapakah mereka?"
Tanya Hui Liang taysu.
"Entah."
Sahut Hui In.
"mereka terdiri dari seorang anakmuda dan dua orang kakek."
"Apakah sute tak menanyakan nama mereka dan keperluan mereka datang kemari ?"
"Sudah,"
Sahut Hui In taysu.
"tetapi tampaknya ketiga orang itu orang-orang yang limbung, Mereka tak mau menjawab pertanyaanku kecuali setelah nanti bertemu dengan suheng. Tadi di ruang sembahyang mereka telah berkelahi dengan Ti-kek ceng karena melarang mereka masuk. Setelah mengalahkan Ti-kek-ceng, merekapun dikepung barisan tothong Pat-kwa-tin, tetapi mereka menang. Terakhir mereka dihadang barisan Lo-han-tin ternyata Lo-han-tin kewalahan dan bubar."
"Apa?"
Hui Liang taysu berseru kaget. Demikian pula dengan para paderi tingkat tinggi yang hadir dalam ruangan itu.
"O. kalau begitu harap sute membawa aku kepada mereka,"
Kata Hui Liang taysu. Setelah menunda permusyawarahan, Hui Liang taysu segera mengikuti Hui In taysu keluar ke paseban.
"Omitohud,"
Seru Hui Liang taysu seraya rangkapkan kedua tangan memberi hormat.
"mari silahkan iotiang dan sicu masuk."
Mereka duduk di paseban. Setelah itu maka Hui Liang taysu lalu membuka psmbicaraan. Pertama-tama ia menanyakan nama dari kedua tetamunya itu.
"Namaku ?"
Kata kakek Kerbau Putih.
"cukup panggil saja Kerbau Putih."
Wakil kepala gereja Siau-lim-si terkesiap, serunya .
"Ah, harap lotiang jangan bergurau. Aku menanyakan siapa nama dan gelaran lotiang yang mulai."
"Ya, benar."
Kata kakek Kerbau Putih dengan nada bersungguh.
"memang orang-orang menyebut aku kakek Kerbau Putih. Dan aku senang juga dengan nama itu."
"Tetapi bukankah lotiang mempunyai nama sendiri ?"
Hui Liang mengulang.
"Mungkin ada, tetapi sudah lama tak kupakai, Eh, apakah engkau keberatan kalau aku memakai nama itu ?"
Karena sebelumnya sudah diberitahu oleh Hui In taysu bahwa rombongan tetamu itu memang aneh dan agak kurang waras pikirannya, maka Hui Liang taysupun tak mau meladeni. Ia tertawa. O, maaf, lotiang, silahkan lotiang memakai nama itu."
Setelah itu wakil ketua Siau-lim si beralih tanya kepada Bloon.
"Akupun juga mengalami kesulitan seperti kakek Kerbau Putih ini. Aku sendiri juga tak ingat siapakah namaku dulu. Menurut Somali, aku ini putera raja. Tetapi aku lupa bertanya kepadanya siapakah namaku sebagai putera raja itu. Tetapi sebelum bertemu dengan Somali, seorang gadis cantik dari Hoa-san-pay telah memberi nama Blo'on kepadaku. Aku suka juga dan terus memakai nama itu."
Dengan panjang lebar Bloon menjawab pertanyaan.
Hui Liang taysu melongo.
Ia tak mengerti apa yang dikatakan anakmuda itu.
Siapakah Somali, siapakah gadis dari Hoa-san-pay.
Dan yang paling mengherankan mengapa anakmuda itu juga tidak waras pikirannya.
Masakan namanya sendiri, tak tahu ! "Jadi nama sicu siapa ?"
Ia mengulang.
"Bloon !"
"Ah, itu bukan nama. Itu hanya sebuah gelar yang diberikan orang kepala sicu."
"Lho. biar gelar sekalipun tetapi bagus sekali. Coba engkau pikir dan cari. Apakah di dunia ini terdapat orang yang bernama Blo'on. Mungkin hanya aku satu-satunya orang yang memakai itu. Aku tidak malu tetapi malah merasa bangga."
Hui Liang taysu menghela napas "Ah, terserah kepada sicu soal nama itu. Lalu apakah maksud tujuan sicu hendak bertemu dengan ketua gereja ini ?"
"Apakah engkau berhak menjawab ?"
"Ya, aku adalah wakil kepala gereja Siau lim si ini. Karena hong-tiang tak ada, maka segala urusan Siau-lim-si, akulah yang bertanggung jawab."
"Hm, baiklah,"
Kata Blo'on kemudian meminta kepada kakek Kerbau Putih supaya kakek itu saja yang mengatakan.
"Sederhana sekali pertanyaan itu,"
Kata kakek Kerbau Putih.
"apakah engkau tahu tentang partai agama Pek-lian-kau ?"
"Pek-lian-kau ?"
Hui Liang taysu terkesiap.
"bukankah partai itu sudah lama bubar ketika diserang oleh partai-partai persilatan dahulu ?"
"Entah, aku tak tahu,"
Kakek Kerbau Putih berkata.
"apakah partai Pek-lian-kau itu sekarang masih ada ?"
"Sudah bubar"
"Di mana markasnya dahulu ?"
"Di lembah gunung Hong-san." '"Siapakah pcinimpin Pek-lian-kau itu ?"
"Dahulu pemimpinnya bernama The Seng-kim Tetapi dalam pertempuran dengan beberapa partai persilatan, dia sudah terbunuh."
"Hm, kalau begiiu partai Pek-lian-kau itu sudah lenyap."
"Benar,"
Sahut Hui Liang taysu.
"Tetapi mengapa Ko lo lojin (tengkorak tua) suruh aku menyelidiki partai Pek-lian-kau ?"
Tiba-tiba Blo on menyelutuk.
"Siapakah Ko Lo lojin itu ?"
Tanya Hui Liang heran.
"Sesosok tengkorak yang meninggal dalam sebuah guha didalam perut gunung. Dan aku sudah terlanjur berjanji untuk melakukan pesannya. Lalu bagaimana ini ?"
Kata Blo'on. Hui Liang taysu tertawa . 'Sudah tentu sicu bebas dari pesan itu. Karena partai agama itu sudah bubar."
"Tidak !"
Teriak Blo'on.
"kalau begitu aku tentu dianggap ingkar janji. Biar bagaimana aku! harus mencari partai Peklian- kau itu !'"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, sukar,"
Kata Hui Liang taysu.
"Apa ? Sukar? Ha, ha."
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih menyelutuk tertawa.
"siapa bilang sukar ? Di dunia tidak ada hal yang sukar kecuali orang mati yang mengatakan begitu."
"Benar,"
Seru Blo'on.
"kita bukan orang mati dan memang tak mau mati. Kalau memang pernah ada perkumpulan yang bernama Pek-lian-kau, kita tentu dapat mencarinya !"
Hui Liang taysu melongo lalu menghela napas.
"Omitohud ! Semoga maksud sicu terkabul ..."
Baru wakil kepala gereja Siau-lim-si itu berkata sampai disitu. tiba-tiba seorang paderi muda masuk kedalarn paseban dengan tergopoh-gopoh.
"Hatur beritahu kepada taysu, bahwa di ruang tetamu, datang seorang tetamu yang hendak menghadap hong-tiang."
Serunya agak terengah. Heran Hong Liang taysu melihat sikap dan bicara paderi muda yang diketahui sebagai penjaga ruang tetamu, tegurnya.
"Mengapa engkau tampak begitu gugup ?"
"Tetamu itu amat bengis. Tecu (murid) telah dipukulnya."
Kata paderi muda. Hui Liang taysu terkejut tetapi sebagai seorang paderi yang berilmu tinggi, dia memang amat sabar dan dapat mengendalikan perasaan. '"O, mengapa dia memukulmu ?"
Tegurnya.
"Tecu memberi keterangan bahwa hongtiang ciangbunjin dari gereja ini, tak berada dalam gereja karena sedang bepergian. Tetapi dia tak percaya dan terus memukul."
"Beng Hwat, apakah engkau tak mampu menghindar dari pukulannya sehingga mukamu sampai semerah itu?"
Tegur Hui Liang taysu. Dia cepat dapat mengetahui bahwa sebelah pipi paderi muda itu bengap merah. Makin merah wajah paderi muda itu.
"Tecu tak menyangka bahwa dia sebengis itu. Tetapi menang dia dapat bergerak cepat sekali. Setelah menampar dia terus mencekik tecu, memaksa tecu lekas mengundang hongtian keluar." ' "Engkau tak dapat melepaskan diri dari cekikannya ?"
"Maaf, taysu, tecu benar-benar tak berdaya dan merasa tenaga tecu telah hilang ketika tangan orang itu mencekik leher tecu ..."
"Lalu ?"
"Tecu tetap berkeras mengatakan bahwa hongtiang memang tak ada. Kalau mau bunuh, silahkan bunuh. Rupanya orang itu percaya setelah melihat kesungguhan tecu. Lalu dia suruh tecu mengundang wakil hongtiang yang bertanggung jawab atas gereja ini"
"Bagaimanakah perawakan tetamu itu ?"
Tanya Hui Liang taysu pula.
"Seorang lelaki setengah tua, lebih kurang berumur 50-an tahun. Wajah bersih dan semasa mudanya tentu amat cakap. Menilik orangnya, tecu tak menyangka kalau dia begitu ganas."
"Adakah engkau tak menanyakan apa keperluannya mencari hongtiang ?"
"Sudah,"
Sahut Beng Hwat.
"tetapi dia malah membentak tecu supaya jangan banyak mulut dan lekas mengundang taysu keluar."
"Omitohud,"
Hui Liang taysu berseru.
"sejak toa-suheng hongtiang pergi, gereja selalu mengalami beberapa peristiwa yang aneh. Baik, aku Segera akan menjumpahinya."
Tiba-tiba wakil kepala gereja itu berpaling kepada kakek Kerbau Putih.
"Adakah tetamu itu rombongan lo-tiang ?"
"Bukan"
Sahut kakek Kerbau Putih.
"aku tak mempunyai kawan yang semacam itu."
"Taysu, silahkan taysu menyambut tetamu itu,"
Tiba-tiba Blo'on berkata. Kini ia dapat menyebut "taysu", karena menirukan panggilan yang digunakan paderi Beng Hwat tadi.
"Lalu bagaimana sieu dan lotiang ?"
"Aku juga akan ikut keluar untuk melihat siapa tetamu itu,"
Seru kakek Kerbau Putih.
"Benar, aku juga tak puas dengan tetamu yang begitu kasar,"
Kata Blo'on "tetamu harus sopan, mengapa dia berani memukul tuan rumah."
Diam-Diam Hui Liang geli dan mengkal terhadap anakmuda itu.
Bukankah tadi rombongan anakmuda itu juga membuat gaduh dengan para murid-murid gereja ? Mengapa sekarang dia pura-pura tak puas terhadap seorang tetamu yang begitu ? Hui Liang taysu lebih dulu kembali keruang Tat-mo-wan untuk memberi tahu kepada para sutenya yang masih menunggu.
"Kalau begitu, aku ikut suheng."
Kata Hui ln taysu, sute kelima dan Hui Liang taysu.
"Baiklah,"
Kata Hui Liang taysu.
"harap sute yang lain suka tinggal di ruang ini dan bertukar pendapat mengenai soal-soal yang kita hadapi tadi."
"Omitohud, maaf kalau aku membuat sicu menunggu agak lama,"
Kata Hui Liang taysu setelah berhadapan dengan tetamu yang hendak mencari hongtiang Siau-lim-si.
"Tak apa,"
Sahut orang itu dengan dingin.
"adakah engkau ini wakil kepala gereja ini ?"
"Demikianlah,"
Sahut Hui Liang dengan penuh kesabaran walaupun melihat sikap tetamu itu begitu angkuh.
"siapakah nama sicu yang mulia dan dengan maksud apakah sicu hendak menjumpahi hongtiang kami ?"
"Benarkah kepala gereja sedang pergi ?"
Bukan menjawab, tetamu itu malah berbalik tanya.
"Benar,"
Sahut Hui Liang taysu.
"sudah setengah tahun yang lalu Hui Gong suheng pergi mengurus suatu persoalan,"
"Baik, kalau begitu aku dapat menyerahkan urusan ini kepadamu "
Kata tetamu itu sambil mengeluarkan sepucuk sampul.
"terimalah surat ini dan berikan kepada kepala gereja."
"Surat apakah ini ?"
Tanya Hui Liang taysu.
"Undangan dari kaucu kami."
"Siapa ?"
"Kim Thian-cong kaucu dari Seng-lian-kau."
"O."
Hui Liang taysu terkejut sehingga menyurut mundur selangkah.
"tetapi , ..bukankah Kim tayhiap sudah meninggal dunia ?"
"Paderi Siau-lim-si."
Seru orang itu dengan nada memberingas, 'jangan sembarang berkata siapa bilang kalau Kim kaucu sudah meninggal"
"Tetapi setiap orang persilatan tahu hal itu karena kami seluruh kaum nersilatan, datang menghadiri upacara penguburan Kim tayhiap,"
Kata Hui Liang taysu pula.
"Ah, engkau benar-benar paderi tolol.
"ejek orang itu.
"dan memang orang-orang persilatan itu goblok semua. Yang mati dan dikubur itu bukan Kim kaucu tetapi lain orang !"
"Omitohud!"
Seru Hui Liang taysu terkejut. diam-diam ia teringat akan sanggahan sutenya, Hui Ko taysu tadi. Namun ia masih meminta penegasan "Benarkah hal itu ?"
Tetamu itu tertawa dingin.
"Perlu apa aku membohongi engkau? Jika tak percaya, kelak dalam rapat besar di gunung Hoa-san, kalian tentu dapat menyaksikan sendiri."
"Gunung Hoa-san ?"
Kembali wakil kepala Siau-lim-si itu terbeliak kaget.
"bukankah digunung itu terdapat perguruan Hoa-san-pay ?"
"Hm,"
Orang itu mendengus.
"Hoa-san-pay sudah bubar berantakan. Markas mereka sekarang dipakai oleh Seng-liankau."
"Oh, ..."
Hui Liang taysu menghela napas seraya rangkapkan kedua tangan ke dada Sebagai tanda ikut bersedih atas peristiwa yang menimpa partai Hoa-san-pay itu.
"jadi Hoa-san-pay sudah hancur ?"
Orang itu tertawa iblis .
"Sudah dihancurkan Yang menentang dibunuh, yang menyerah dijadikan anakbuah dan yang melarikan diri tetap akan dicari."
"Apa ? Hoa-san-pay sudah hancur ?"
Tiba-tiba Blo'on berteriak.
"lalu bagaimana dengan keempat kakek dari perguruan itu ?"
"Engkau siapa !"
Bentak orang itu seraya memandang bengis kepada Blo'on.
"apakah engkau ini murid Hoa-sanpay."
Melihat sikap dan bicara orang itu, Blo'on memang tak senang. Sekarang dia malah dibentak seperti anak kecil. Maka marahlah Blo'on .
"Aku murid Hoa-san-pay atau bukan, apa pedulimu ?"
"Ho. budak liar, engkau berani kurang ajar kepadaku !"
Tiba-tiba orang itu terus ayunkan tangannya memukul.
Buk ...
dia bergerak cepat tetapi kakek Kerbau Putih lebih cepat lagi.
Kakek itu menangkis pukulan orang itu dengan daging benjol pada punggungnya.
Pukulan jatuh ketempat yang lunak macam gumpalan kapas sehingga tenaga pukulan itupun lenyap.
Orang itu terkejut.
Cepat ia menarik pulang tenaganya.
Uh ..ia berhasil tetapi tubuhnya gemetar karena hampir saja ia terdorong kebelakang oleh gelombang tenaga-dalam yang memantul dari daging benjul kakek bungkuk itu.
"Ho, jangan main pukul seperti raja. Kalau bicara pakai mulut saja, jangan pakai tangan!' kakek Kerbau Putih deliki mata kepada orang itu. Rupanya orang itu berilmu tinggi. Ia segera menyadari bahwa kakek bungkuk itu seorang kakek yang sakti. Namun ia sudah terlanjur turun tangan dan disaksikan oleh wakil kepala Siau-lim-si. Apabila dalam gebrak itu, ia kalah, tentulah akan dipandang hina oleh paderi-paderi Siau-lim-si.
"Setan bungkuk, apa engkau sudah bosan hidup !"
Teriaknya seraya mengangkat tangan hendak memukul.
"Omitohud !"
Seru Hui Liang taysu.
"harap sicu jangan berkelahi dulu. Mari kita selesaikan urusan kita."
"Hm, rupanya engkau telah mendatangkan beberapa jagoan untuk memperkuat diri, bukan ?"
Seru orang itu mengejek.
"Sicu salah faham,"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata Hui Liang taysu dengan tetap sabar.
"mereka sama sekali bukan orang undangan gereja Siau-lim-si. Mereka juga tetamu seperti sicu."
"Apakah isi surat undangan yang sicu bawa ini ?"
Tanya Hui Liang taysu pula.
"Kim kaucu mengundang seluruh partai-partai persilatan supaya menghadiri rapat besar dunia persilatan yang akan dise!enggarakan nanti bulan delapan tanggal limabelas di puncak Hoa-san."
Kata orang itu.
"Dergan tujuan ?"
"Supaya partai-partai persilatan itu meleburkan diri masuk kadalam partai Seng-han-kau. Kini kaucu menganggap, kekacauan dan kehebohan dalam dunia persilatan ini adalah disebabkan karena terlalu banyak partai persilatan. Dan karena itu, masing-masing partai hendak menonjolkan diri untuk merebut kekuasaan dan pengaruh. Kalau bisa hendak menjadi pemimpin dunia persilatan."
Orang itu berhenti sejenak lalu melanjutkan lagi .
"Maka Kim kaucu memutuskan untuk mempersatukan semua partai persilatan. Aliran ilmusilat mereka pun akan dilebur menjadi satu aliran ilmusilat saja. Dengan demikian pastilah dunia persilatan akan aman dan tenteram."
"Omitohud,"
Seru Hui Liang taysu pula.
"manusia memang tak kunjung puas. Dan kepuasan itu memang tak kenal ujung akhirnya. Hanya kesadaran dari sinar agama yang dapat menyadarkan batin manusia."
"Seng-lian-kau juga akan menjadi wadah untuk menampung pengembangan agama. Teratai Suci akan merupakan aliran agama yang aseli dari Budha. Takkan tercampur dengan aliran-aliran To-kau (faham Tao) dan lainlain agama hitam,"
Kata orang itu pula.
"Tetapi menurut fahamku. Kepercayaan itu harus tumbuh dari kesadaran sendiri. Tidak bisa dipaksa. Agama sendiri melarang untuk menggunakan kekerasan memaksa orang ..."
"Paderi tua,"
Tukas orang itu.
"aku kemari bukan hendak mendengarkan khotbahmu tetapi hendak menyerahkan undangan. Jika engkau membangkang datang, gereja Siaulim- si yang sudah berdiri ratusan tahun ini pasti akan ludas menjadi abu"
"Omitohud "
Hui Liang taysu menekan kemarahannya dengan menyebut doa keagamaan.
"tetapi hongtiang sedang pergi. entah apakah dia nanti sudah pulang pada waktunya tanggal undangan itu."
"Sekarang baru bulan enam, jadi masih kurang dua bulan lagi,"
Kata orang itu.
"Andaikata hongtiang tetap belum pulang ?"
Seru Hui Liang taysu.
"Engkaulah yang harus mengambil keputusan "
Kata orang itu dengan tegas.
"Tetapi aku tak mempunyai kekuasaan untuk memutuskan soal sebesar itu."
"Itu urusanmu, paderi tua, kata orang itu.
"pokoknya Kim kaucu hanya tahu bahwa pihak Siau-lim-si hadir dalam rapat besar itu."
"Apakah nama perkumpulan baru yang engkau dirikan itu ?"
Tanya Blo'on menyelutuk pertanyaan.
"Tutup mulutmu !"
Bentak orang itu dengan bengis.
"ini bukan urusanmu, tak perlu engkau ikut campur."
Blo'on mendongkol tetapi dia tak dapat membantah. Adalah kakek Kerbau Putih yang tak puas melihat sikap orang yang begitu galak, serunya .
"Kalau aku ikut campur, bagaimana ?"
Orang itu memandang kakek Kerbau Putih dengan tajam. Ia tahu kakek bungkuk itu memang memiliki kepandaian tinggi, la tak mau cari perkara dengan kakek itu tetapi karena kakek itu bersikap menantang, terpaksa ia menjawab getas juga.
"Artinya mgkau sudah bosan hidup "
"Benar !"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putihi, berteriak.
"memang aku merasa sudah terlalu lama hidup dalam dunia ini. Aku sudah bosan, tetapi akui sendiri heran mengapa aku tak dapat mati.Eh, apakah engkau dapat membunuhku ?"
"Kalau engkau memang menghendaki begitu, tentu saja aku dapat,"
Kata orang itu.
"dan kalau engkau benar-benar minta mati, engkau harus diam saja kalau kupukul."
"Dengan apa engkau hendak memukul ?"
Rupanya orang itu terbawa oleh kelimbungan kakek Kerbau Putih, ia berseru .
"Cukup dengan tinjuku ini sajalah, jiwamu tentu sudah amblas."
"Bagus !"
Seru kakek Kerbau Putih itu terus berputar tubuh membelakangi.
"hayo, pukullah aku supaya mati."
Orang itu terkejut. Ia tahu bahwa daging benjul yang menggunduk dipunggung kakek itu dapat memancarkan tenaga-dalam yang hebat.
"Huh, kalau engkau memang benar-benar mau mati, berikanlah dadamu. Sekali pukul saja engkau tentu sudah mampus !"
Serunya.
"O, begitu,"
Seru kakek Kerbau Putih.
"baiklah !"
Ia terus berputar tubuh menghadap kepada orang itu.
"Ho, engkau memang seorang kakek yang jujur. Jangan kuatir, engkau tentu cepat akan melayang ke akhirat !"
Seru orang itu seraya kerahkan tenaga-dalam dan terus mengangkat tinjunya, siap hendak dihunjamkan.
"Tunggu dulu !"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih berseru.
"engkau berjanji sekali pukul tentu dapat menghancurkan jiwaku. Tetapi kalau tidak dapat, lalu bagaimana ?"
"Akan kususul yang kedua."
Kata orang itu.
"Kentut busuk !"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih memaki.
"enak saja engkau omong. Bukankah aku harus menderita kesakitan? Aku menghendaki mati secara cepat tanpa menderita kesakitan. Maka engkau harus dapat sekali pukul, membuat aku mati. Kalau dua kali, percuma. Andaikata dua kali aku tak dapat mati. lalu engkau pukul lagi, entah sampai beberapa kali. Dengan begitu bukankah aku seperti engkau siksa ?"
Orang itu tertegun, ia menimang-nimang adakah sekali pukul mampu membunuh kakek itu.
"Hm, kalau engkau menghendaki cepat mati, aku harus menabasmu dengan golok !"
Katanya.
"Bangsat, mulutmu tak kena dipercaya. Tadi engkau bilang dapat membunuh aku dengan sekali pukul saja. Sekarang engkau hendak memakai golok. Artinya engkau memang tak mampu memukul aku mati dengan sekali pukul,"
Teriak kakek Kerbau Putih. Dimaki bangsat, orang itu merah mukanya. Ia adalah utusan dari Seng-lian-kau, maka dimaki maki seenaknya sendiri oleh seorang kakek bungkuk.
"Kalau engkau tak dapat, sekarang tukar tempat saja. Aku yang akan memukul engkau. Sekali pukul engkau tentu mampus !"
Tiba-tiba kakek Kerbau Putih berkata. Dan tanpa menunggu jawaban orang itu ia terus maju menghantam orang itu. Orang itu terkejut dan cepat menghindar.
"Hai, pengecut, mengapa engkau menghindar Bukankah engkau minta mati ?"
Teriak kakek Kerbau Putih.
"Kakek bangsat, siapa yang bilang aku minta mati ? Engkau sendiri yang mengatakan sudah bosan hidup dan minta aku supaya mencabut jiwa mu !"
"Ya, tetapi engkau sudah menyerah dan sekarang akulah yang sanggup mengantar jiwamu dengan sekali pukul saja."
"Edan !"
Orang itu marah sekali terus hendak memukul.
"Berhenti !"
Tiba-tiba Blo'on membentak.
"Mau apa engkau !"
Bentak orang itu seraya deliki mata.
"Mau mencegah supaya engkau jangan mati dulu"
Jawab Blo'on.
"Hm. mengapa ?"
"Karena engkau harus menjawab pertanyaan ku tadi tentang perkumpulan Seng-lian-kau itu.
"
Habis berkata Blo'on lalu berpaling kearah kakek Kerbau Putih dan meminta supaya kakek itu berhenti menyerang dulu.
"Seng-lian-kau berarti Teratai Suci. Satu-Satunya perkumpulan agama Hud-kan yang paling sah dan benar.
"Apa bedanya dengan Pek-lian kan ?"
Tanya Blo'on pula.
"Pek-lian-kau ?"
Ulang orang itu, Pek-lian-kau itu sebuah perkumpulan rahasia ketika jaman terakhir dari kerajaan Goan. Dipimpin oleh The Seng-kun. Tetapi perkumpulan itu telah menyeleweng dari tujuannya dan telah dibasmi oleh partai persilatan di Tionggoan."
"Kenalkah engkau pada orang yang bernama Bu Bun lojin ?"
Tanya Blo'on.
"Bu Bun? Siapa Bu Bun lojin, aku, tak kenal!"
"Lalu siapakah ketua Seng-lian-kau itu ?"
"Kim Thian-cong bergelar It-ci-kian-gun atau Jari tunggalpenakluk- dunia."
"Omitohud,"
Tiba-tiba Hui Liang taysu yang sejak tadi diam menyaksikan mereka bertempur, saat itu kedengaran membuka mulut.
"aku masih menyangsikan apakah Kim Thian-cong yang mengetuai Seng lian-kau itu sama dengan Kim tayhiap yang meninggal dunia di puncak Giok-li-nia. Andaikata memari benar begitu, lalu apa alasan Kim tayhiap harus mendirikan perkumpulan Seng-lian-kau itu? Bukankah oleh dunia persilatan Tiong-goan, Kim tayhiap sudah dianggap sebagai pemimpinnya ?"
"Musim beralih, jaman beredar dan manusia pun berobah,"
Sahut orang itu dengan suara lantang.
"setelah menyepikan diri digunung Giok-li nia sampai belasan tahun, Kim kaucu mendapat ilham bahwa dia harus menyebarkan agama Buddha aliran Mahayana. Disamping itu diapun harus menenteramkan dunia persilatan Tiong-goan. Tidak ada lagi partai persilatan ini. partai persilatan itu. Yang ada hanya satu partai persilatan. Karena kenyataannya dengan banyaknya partai-partai persilatan yang ada, dunia persilatan, tak pernah mengenyam ketenangan dan ketentraman "
"Mengapa Kim tayhiap tak pernah menyatakan pikirannya itu kepada partai-partai persilatan? Bukankah sebagai pemimpin dunia persilatan, partai-partai persilat nn tentu akan mempertimbangkan hal itu ? Mengapa dia harus pura-pura mati lalu hidup lagi dan setelah itu mendirikan perkumpulan Seng-lian-kau?"
Tanya Hui Liang taysu pula.
"Pertanyaanmu sungguh terperinci sekali, paderi tua,"
Seru orang itu.
"tetapi jawabannya hanya sederhana sekali Kim Thian-cong yang lama sudah usang, sudah mati. Kim Thiancong yang sekarang Kim Thian-cong baru. Tidak ada sangkut pautnya dengan Kim Thian-cong yang sudah dikubur itu. Pikiran baru, sepak terjangnyapun baru. Seorang manusia baru yang hendak mendirikan dunia persilatan yang baru !"
"Apakah ketuamu itu mengerti ilmu tenaga-lam Bu-kek-sinkang?"
Tiba-tiba Blo'on menyelonong bertanya. Orang itu terkesiap. Diam-Diam ia merasa memang belum mengetahui jelas bagaimana kesaktian Kim Thian-cong yang sesungguhnya.
"Mungkin tidak, karena Bu-kek-sin-kang itu masih kalah hebat dengan It-ci-sin-kang."
"It-ci-sin-kang ? Apa itu ?"
Tanya Blo'on.
"Jari-tunggal-sakti !"
Jawab orang itu.
"dengan sebuah jari, Kim kaucu pernah menundukkan dunia persilatan'"
"Ho, jangan-jangan It-ci-sin-kang itu memang Bu-kek sinkang tetapi diganti namanya,"
Kata Blo'on seorang diri.
"Dimana markas Seng-lian-kau itu ?' tanyanya pula.
"Ho, budak liar, seenakmu sendiri saja engkau bertanya. Sudah kukatakan ini bukan urusanmu mengapa engkau masih usil mulut sajal"
Bentak orang itu.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tetapi aku harus bertemu dengan ketuamu. Akan katanya apakah dia mengerti ilmu Bu-kek-sin-kang atau tidak."
Kata Blo'on.
"Belum mengerti ?' "Kalau mengerti, jelas dia itu tentu Bu Bun lojin. Dia harus menyambangi makam suhunya setelah itu harus melakukan pesan suhunya supaya menyepikan diri dalam guha, tak boleh ikut campur urusan dunia lagi "
"Kalau tidak mengerti ?"
Tanya orang itu "Ya, sudah. Dia bebas mau apa saja."
"Wah, wah,"
Orang itu mendesak.
"sikapmu seperti seorang malaekat saja. Berani bertanya kepada Kim kaucu dan menyuruhnya bertapa. Kulihat gerak gerik dan bicaramu itu seperti tak waras. Apakah engkau ini orang gila ?"
"Belum !"
Orang itu masih menahan kemengkalan hat| nya, tanyanya pula .
"Siapa namamu ?"
"Blo'on, putera raja."
Ha ha, ha. ha ...
"
Karena tak dapat menahan gelinya, orang itupun tertawa gelak-gelak .
Bermula ia memang marah kepada anakmuda yang lancang mulut itu.
Tetapi setelah beberapa lama memperhatikan, tahulah kalau anakmuda dan kakek bungkuk itu orang-orang yang tak waras pikirannya.
"Orang gila!"
Teriak Blo'on.
"mengapa tak hujan tak angin engkau tertawa begitu geli ?"
"Aku tertawa karena melihat kalian. Ternyata dunia ini memang lengkap isinya. Orang-Orang yang gila dan limbung seperti engkau dengan kakek bungkuk itu, ternyata juga ada."
"Kurasa lebih baik dunia terisi dengan orang gila dan limbung seperti aku, daripada manusia-manusia jahat seperti engkau "
Balas Blo'on.
"Benar, pangeran Blo'on, kita harus menghadap raja dan lekas minta pasukan yang kuat untuk membasmi gerombolan Seng-lian-kau itu ."
"Apa katamu ? Pangeran Blo'on ? Dia itu Pangeran ? Lalu anak raja siapa ?"
Orang itu terbeleliak heran.
"Dengarkan, menurut Somali, anak ini adalah putera raja Ing Lok !"
Kata kakek Kerbau Putih "O .."
"Jangan o saja, lekas berlutut memberi hormat dan minta ampun kepada sang pangeran !"
Bentak kakek Kerbau Putih.
"Kakek gila !"
Orang itu balas membentak "jangan gilagilaan engkau ! Siapa sudi Percaya anak blo'on itu putera baginda Ing Lok ! Kalau engkau katakan dia anak setan, baru aku mau percaya "
"Ho, engkau berani membantah keterangan Somali ?"
Seru kakek Kerbau Putih. Orang itu melongo .
"Somali ? Siapakah Somali yang berulang kali engkau katakan itu ? Dia manusia atau setan ?"
"Bangsat, engkau berani mengatakan Somali itu setan. Dia manusia, tetapi bukan manusia jahat seperti engkau, melainkan seorang manusia bertubuh tinggi besar seperti raksasa. Asalnya dari tanah Persia kemudian menjadi pengawal baginda Ing Lok !"
"Ha, ha, ha, ha ...
"
Tiba-tiba orang itu terbahak-bahak pula.
"konyol, konyol benar. Dunia ini hendak engkau buat sekonyol dirimu, kakek bungkuk Baru sekali ini sepanjang hidupku, bertemu dengan manusia-manusia blo'on dan konyol seperti engkau berdua. Ada putera raja, ada pengawal raja ada apalagi nanti ..."
Hui Liang taysu juga geleng-geleng kepala dan mengelus dada.
Ia hendak membuka mulut untuk menghentikan pembicaraan mereka.
Karena ia merasa orang itu mencurahkan perhatiannya pada kakek Kerbau Putih dan Blo'on.
Ia sebagai wakil kepala gereja, seolah olah disuruh menjadi penonton saja.
Tetapi baru ia hendak mengucap, sudah didahului Blo'on .
"Bung. siapakah namamu ?"
Orang itu deliki mata dan menjawab bengis .
"Perlu apa engkau tanyakan nama segala"
"Bung ini punya nama atau tidak ?' Orang itu makin merah matanya.
"Bung kan manusia dan manusia itu pada umumnya, entah baik entah buruk, tentu punya nama"
"Ha, mengapa engkau diam saja ?"
Seru kakek Kerbau Putih. Namun orang itu tak mau meladeni bicara lain-lain ia bersiap-siap hendak menghajar kedua orang itu. 'O, kalau begitu engkau tentu Manusia-tanpa-nama alias Bu Beng . .
"
"Kakek, benarkah dia Bu Beng?"
Tiba-tiba Blo'on terkejut mendengar si kakek Kerbau Putih menyebut Bu Beng.
"tetapi Bu Beng saja atau pakai Bu Beng lojin ?"
"Hm, kalau menilik umurnya, dia sudah setengah tua. Patut juga disebut lojin (orangtua),"
Sahut kakek Kerbau Putih.
"Hai, kalau begitu engkau tentulah Bu Beng lojin"
Teriak Blo'on seraya maju menghampiri kehadapan orang itu.
"hai Bu Beng lojin, engkau harus mengaku yang benar. Bukankah sebenarnya engkau ini bernama Bu Bun, murid dari Bu Kek lojin ?"
Orang itu benar-benar seperti dikili-kili hatinya Masakan seenaknya sendiri saja dia dianggap bernama Bu Beng lojin dan disebut sebagai murid dari Bu Kek lojin.
Ia hendak memukul Blo'on tetapi pada lain kilas, tiba-tiba ia beroleh pikiran.
Mengapa anak itu menyebut-nyebut diri Bu Beng lojin dan Bu Kek lojin ? Siapakah kedua orangtua itu? Ah, lebih baik ia tahan kemarahan dulu dan menanyakan diri kedua orang yang disebut itu.
"Hai, budak liar, siapakah Bu Beng dan Bn Kek lojin yang engkau sebut itu ?"
Tanyanya.
"Bu Bcng adalah murid Bu Kek dan Bu Kek adalah tengkorak dalam guha yang menyuruh aku mencari Bu Beng. Jelas?"
Seru Blo'on dengan garang "Tidak!"
Seru orang itu getas.
"siapa Bu Kek lojin tengkorak dalam guha itu ?"
"Seorang sakti yang memiliki ki-lin,"
Orang itu makin melongo mendengar keterangan Bloon yang dikira ngelantur itu .
"Ki-lin?"
"Ya, apakah engkau sudah pernah melihat ki-lin bersisik emas ?"
Orang itu makin terlongong .
"Engkau bocah edan barangkali. Jangankan aku, boleh dikata setiap orang tak mungkin pernah melihat binatang mustika itu Yang diketahuinya, binatang itu hanyalah sebagai lambang saja dan merekapun hanya tahu dan gambarnya."
"Yang edan barangkali engkau. Aku belum edan melainkan kehilangan ingatan saja,"
Bantah Blo'on.
"dan memang aku pernah melihat binatang itu bahkan pernah berkelahi dengan dia!"
Dia seorang utusan dari ketua Seng-lian-kau yang akan menguasai dunia persilatan.
Sudah tentu harus menjaga gengsi Tetapi dia dimaki-maki oleh seorang kakek limbung dan seorang anak blo'on.
betapapun sabarnya, orang itu tak dapat mengendalikan diri lagi.
Plak ...
tiba-tiba orang itu menampar muka Blo'on dan memaki .
"Tutup mulutmu anjing !"
Karena tak menyangkanyangka akan menerima tamparan, pula karena gerakan orang itu secepat kilat menyambar, muka Blo'on terkena dan dia terpelanting dua tiga tangkah kebelakang, hampir rubuh. Untunglah Hui Liang taysu cepat menyanggahnya.
"Bangsat, engkau berani memukul sahabatku!"
Kakek Kerbau Putih marah dan terus, menerjang.
Orang itu terkejut melihat gaya serangan kakek bungkuk itu.
Cepat ia menghindar dan balas menyerang.
Demikian keduanya segera terlibat dalam perkelahian yang seru.
Hui Liang taysupun terkejut melihat ilmu serangan yang dimainkan kakek bungkuk.
Samar-Samar ia seperti mengetahui bahwa didunia persilatan memang pernah terdapat ilmu pukulan semacam itu tetapi sudah lama menghilang.
Setitikpun orang itu tak menyangka bahwa kakek bungkuk yang semula dipandang hina, ternyata memiliki ilmusilat yang aneh dan sakti.
Ia tak mengerti apa nama ilmusilat itu Tetapi yang nyata ilmusilat itu memang hebat dan berbahaya.
Ia harus hati-hati menghadapinya.
Cepat sekali pertempuran sudah berlangsung lima jurus dan makin lama tangan sikakek yang menyambar-nyambar itu makin cepat dan makin berbahaya.
"Hm, belum tentu aku kalah, tetapi kalau bertempur cara begini, tentu menghabiskan waktu. Dan yang penting, paderi Siau-lim-si tentu akan mendapat kesan buruk terhadap diriku. Harus kugunakan cara lain yang cepat.
"
Diarn-diarn ia memutus rencana dan segera merogoh kedalam baju,! Hai Liang taysu terkejut.
Ia tahuorang itu tentu akan menggunakan senjata rahasia untuk merubuhkan si kakek bungkuk.
Segera ia hendak berseru mengnentikan pertempuran itu tetapi sudah terlambat.
Selelah menghindar kesamping, orang itupun mengirim sebuah tendangan.
Pada saat kakek Kerbau Putih sibuk menghindar, tiba-tiba orang itu taburkan tiga batang senjatarahasia berbentuk seperti burung walet kecil.
Warnanya hitam mengkillat.
"Mampuslah engkau !"
Lontaran itu diiringi dengan bentakan yang dahsyat.
Kakek Kerbau Pulih terkejut ketika tiga burung-burungan walet kecil mendesing menyambal muka.
dada dan kakinya.
Jaraknya begitu dekat tak mungkin dia akan menghindar lagi.
Namun ia tetap berusaha untuk menyelamatkan diri.
la rnenjajalkan kakinya Ketanah untuk melemparkan tubuh berjumpalitan kebelakang.
Elang Terbang Di Dataran Luas -- Tjan Id Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Pisau Kekasih Karya Gu Long