Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 9


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 9



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Benar."

   Sahut Pik-giam.

   "tetapi nona itu sudah terlanjur rusak moralnya, Bukankah dia tetap akan melanjutkan sepak terjangnya. walaupun Hu Yong siancu sudah mati ?"

   "Nah. itulah yang harus kita cari. Bagaimana caranya supaya dapat menyadarkan nona itu kembali ke jalan yang benar lagi,"

   Kata kakek Kerbau Putih.

   "Hm. susah rasanya,"

   Gumam Pik-giam.

   "kecuali sudah mati, barulah nona itu akan tobat,"

   Kakek Kerbau Putih merenung diam. Beberap saat kemudian ia berkata .

   "Aku masih curiga jangan-jangan dia diberi minum obat oleh Hu Yong siancu sehingga pikirannya berobah tak sadar. Lupa malu. lupa sifatnya sebagai seorang gadis. Ah, mungkin kekasihku Sun Li hoa juga rusak seperti nona itu Celaka ..."

   Pik-giam terbeliak .

   "Kekasihmu ?"

   "Ya."

   "Siapa namanya ?"

   "Sun Li-hoa."

   "Sun Li-hoa itu kan seorang wanita. Bukan kah engkau juga seorang bujang perempuan ? Mengapa engkau mempunyai kekasih wanita ?"

   Pik giam makin heran. ' Goblok !"

   Teriak kakek Kerbau Putih "aku bukan perempuan tetapi seorang lelaki. Aku hanya menyaru menjadi bujang perempuan saja." 'O."

   Desuh Pik-giam.

   "lalu bagaimana kekasihmu bisa berada disini ?"

   "Itulah yang akan kuselidiki."

   Kata kakek Kerbau Putih.

   "aku ketemu dia dijalan. Dia mengendarai kereta dengan seorang lelaki menuju ke lembah ini". Pik-giam garuk-gruk kepala. Tak habisnya heran nya memikirkan keterangan bujang perempuan itu.

   "Engkau tentu tak percaya kalau aku seorang lelaki. Nih. lihatlah sendiri."

   Habis berkata kakek Kerbau Putih terus menyingkap kain hitam yang menutup hidung sampai ke mulut. Dan tampaklah jenggotnya yang putih.

   "Astaga i"

   Seru Pik-giam.

   "jadi engkau ini seorang kakek tua?"

   "Engkau kira bagaimana ?"

   "Tetapi mengapa engkau mernpunyai seorang kekasih bernama Sun Li-hoa ? Tentu dia seorang nona yang masih muda, bukan ?"

   Tanya Pik-giam.

   "Ya. memang kekasihku ita seorang nona muda yang cantik, anak tihu juga."

   Kata kakek Kerbau Putih dengan bangga.

   "Sudahlah paman"

   Kata Pik-giam mari kita cepat bekerja Bagaimana kita kerjakan nona itu?"

   Kakek Kerbau Putih berdiam diri.

   Rupanya ia sedang cari akal bagaimana harus menyelesaikan San-hoa.

   Jika dibunuh, memang ia tak sampai hati.

   Tetapi kalau dibiarkan begitu saja, nona Hu tentu tak kapok dan tentu masih melanjutkan pekerjaannya menculik pemuda untuk diajak bersenangsenang.

   "O. kita buat saja supaya dia jangan cantik Tetapi bagi mana caranya ?"

   Kata kakek itu.

   "Ada !"

   Tiba-tiba pula Pik-giam berseru lalu lari menghampiri ketempat San-hoa yang masih pingsan. ia mengambil pedang. lalu dicukurnya rambut itu sampai kelimis.

   "Hai. mengapa engkau melakukan begitu ? apakah engkau menghendaki supaya dia menjadi nikoh ?"

   Seru kakek Kerbau Putih.

   "Kalau dia insyaf dan mau jadi rahib, itu memang bagus sekali"

   Kala Pik-giam.

   "tetapi kalau tidak mau sekurang kurangnya dalam waktu beberapa lama Ini dia tentu malu keluar rnencari korban"

   "Ah. tetapi engkau kejam sekali. Masak seorang nona yang cantik engkau cukur rambutnya begitu rupa ?"

   Gumam kakek Kerbau Putih.

   "Nona seperti dia pantasnya dilenyapkan dari dunia, Kalau hanya kehilangan rambutnya saja masih murah."

   Jawab Pikgiam. Kakek Kerbau Putih anggap omongan pemuda itu memang benar.

   "Hayo. sekarang kita keluar mencari kawan ku yang sedang melayani nona lain."

   Kata kakek Kerbau Putih terus melangkah keluar dan kamar Tetapi tiba-tiba ia berhenti dan berpaling .

   "Hai. tetapi engkau bagaimana ?"

   "Apanya yang bagaimana ?"

   Tanva Pik giam "Aku sih menyaru jadi bujang perempuan! Anak buah Partai Melati tentu tak curiga. Tetapi engkau .."

   Sambil berkata kakek Kerbau Putih masuk, ke dalam kamar.

   Keduanya segera, rnerundingkan cara bagaimana akan keluar untuk mencari si Bloon dan kakek Lo Kun Biarlah mereka berunding.

   sekarang marilah kita ikuti dahulu kakek Lo Kun yang mengantar arak bersama Bloon.

   Ketika tiba disebuah kamar, mereka mendengar suara seorang nona tertawa dingin.

   "Nah, biarlah aku saja yang masuk dan engkau carilah lagi kamar yang ada nonanya"

   Kata kakek Lo Kun terus dia mengetuk pintu. Bloon terkejut, dan bergegas-gegas melanjutkan perjalanan kesebelah muka.

   "Siapa ?."

   Seru seorang nona dengan nada geram.

   "Bujang Bwe yang akan mengantar arak untuk nona."

   Kata kakek Lo Kun dengan berusaha untuk memperkecilkan nada suaranya.

   "Masuk !"

   Seru nona itu pula dengau nada galak.

   "Tetapi pintunya masih terkunci,"

   Kata kakek Lo Kun.

   "Goblok"

   Damprat nona itu.

   "putar saja tombolnya tentu pintu sudah terbuka !"

   Kakek Lo kun heran mengapa nona itu marah-marah. Namun ia melakukan juga perintah itu, Setelah pintu terbuka, iapun melangkah masuk.

   "Taruh di meja"

   Kembali nona itu berseru ketus Kakek Lo Kun mengiakan lalu menghampiri rneja dan menaruhkan penampan hidangan arak di atas meja.

   Ternyata didekat meja itu terdapat seorang imam tua yang duduk di sebuah kursi.

   Imam itu mengenakan jubah dengan lukisan pat-kwa, Begitu juga topinya.

   Walaupun sudah tua tetapi imam masih gagah.

   Melihat Lo Kun.

   imam tua itu memandangnya dengan terlogong-longong heran Karena di pandang, kakek Lo Kunpun balas memandang.

   Ketika beradu pandang, keduanya sama terbeliak kaget "Ini si imam tua yang kulihat dalam kuil beberapa hari yang lalu."

   Gumam Kakek Lo Kun dalam hati.

   "Ih. ini kan seperti patung yang terdapat dalam kuil di lereng gunung itu ? Aneh. mengapa patung bisa menjadi manusia hidup dan berganti jadi perempuan ?"

   Diam-diam imam tua itupun berkata dalam hatinya.

   Memang imam tua itu bukan lain ialah Soh Hun ki su atau pertapa Pencabut Nyawa yang bersama-sama Bok Jiang guru silat di kantor tihu dan pemuda cakap she Liok.

   hendak mencari putera tihu yang diculik gerombolan Partai Melati.

   Rupanya gerak gerik kedua orang itu diperhatikan sinona cantik.

   Nona itu ialah Ong Hun-hun murid angkatan kedua dari Dewi Melati.

   Dia sebenarnya vang menculik putera tihu tetapi San-hoa hanya menghadiahi dia dengan seorang pertapa tua.

   Sedang putera tihu itu dimonopoli olen San-hoa sendiri.

   Sudah tentu Hun hun tak puas.

   Apalagi ketika melihat imam itu sudah tua, bermuka menyeramkan.

   "Bibi Bwe,' seru hun hun kepada kakek lo Kun.

   "mengapa suaramu-berobah kecil ?"

   Lo Kun gelagapan. Ia membuat nada suaranya kecil agar disangka seorang perempuan, tidak tahunya malah menimbulkan pertanyaan nona Itu "Sial"

   Gumam Kakek Lo Kun dalam hati. Lalu memberi alasan kalau dirinya malam itu agak masuk angin.."Tetapi dengan nada besar akupun bisa ju fa"

   Kata kakek Lo Kun dcligan menggunakan nada suaranya sendiri yang aseli.

   "Ih. bibt Bwe, sekarang engkau bertambah [?enit ya ?"

   Kata Hun-hun. Kakek Lo Kun menveringai .

   "Ai, nona ini mengapa suka mengolok-olok saja ?"

   "Kalau tidak, mengapa jalanmu bergoyang kibul seperti bebek (itik) ?"

   "Celaka"

   Keluh kakek Lo Kun dalam rafi.

   "masakan jalanku benar-benar seperti bebek berjalan ?' "Ah. telapak kakiku yang kanan memijak api maka aku terpaksa berjalan setengah pincang"

   Masih kakek itu dapat mencari alasan.

   "O, mengapa sekarang engkau memakai kerudung segala macam ?"

   Tanya pula Hun-hun.

   "Ai, nona. orang sudah tua, aku takut masuk angin maka kain kerudung ini untuk penutup mulut jangan sampai kemasukan angin"

   Kata kakek Lo Kun dengan terbawa terpaksa walaupun hatinya mendongkol sekali. Kata pula Huo-hun .

   "Tetapi memang malam ini engkau tampak beda dengan hari-hari yang lalu. Tambah cantik tambah genit."

   "Ah. jangan suka mengolok-olok orangtua. Nona besok juga akan jadi tua,"

   Kata kakek Lo Kun agak kurang senang.

   "Siapa mengolokmu ?"

   Bantah Hun-hun "buktinya, imam tua itu memandangmu dengan pandang mata yang mesra, hi, hi .."

   "Dia ?"

   Kakek Lo Kun gelagapan. Hampir saja ia mengatakan kalau sudah pernah melihat imam itu di dalam kuil gunun, Tetapi untunglah pikirannya yang terang, mencegahnya.

   "Ya. masa engkau tak merasa ?"

   Kata sinona pula "Lalu maksud nona ?"

   "Kalau orang memandang begitu rupa. tandanya ada hati. bibi Hwe"

   "Masya Allah "

   Seru kakek Lo Kun.

   "dia suka kepadaku ? Ah, dunia akan kiamat. Kalau matahari terbit dari sebelah barat, barulah hal itu kan terjadi' "Engkau tak percaya ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Seru Hun-hun.

   "Sudah tentu tidak sama sekali"

   Bantah Lo Kun.

   "masakan rnendapat hidangan seorang nona semuda dan secantik nona, dia tak mau tetapi malah mau mencari bebek tua yang sudah alot dagingnva begini !"

   "Jangan bilang begitu, bibi Bwe."

   Kata Bau hun pula.

   "tanda jodohnya muda yang tua sama tua. Mungkin dia anggap, aku masih terlalu muda pantas menjadi cucunya maka dia tak suka. Tetapi engkau, bibi. memang tepat sekali menjadi isternya. Itulah sebabnya dia lebih memperhatikan engkau dari pada diriku,"

   "Tidak ! Tidak!"

   Teriak kakek Lo Kyn yang sudah Lupa untuk memperkecil nada suaranya dan menggunakan suaranya sendiri yang aseli.

   "setiap lelaki betapapun tuanya tentu lebih suka mendapat wanita yang masih muda, syukur masih gadis"

   "Engkau tak percaya, bibi ?"

   "Tidak "

   "Hm. mari kita tanya saja kepadanya. Dia suka siapa."

   Kata Hun-hun.

   "tetapi kalau dia menyatakan suka kepadamu, engkau harus mau mengganti tempatku. Engkau harus menemaninya disini, bibi Hwe."

   "Eh. ah ... tetapi nona hendak kemana ?"

   Kakek Lo Kun gelagapan.

   "Tidur kekamar sendiri."

   Sahut Hun-hun.

   "dan besok pagi apabila ditanya San-hoa toa-suci Jangan engkau bilang kalau engkau malam ini menggantikan tempatku menemani imam itu,"

   "Tetapi ..."

   "Sudahlah, bibi Bwe. Engkau tolongi aku malam ini, besok kuberikan persen yang banyak."

   "Tetapi kalau imam itu tak mau, bagaimana?"

   "Mari kita tanya."

   Kata Hun-hun lalu mengajak kakek Lo Kun menghampiri kehadapan Soh Hun Kisu.

   "Totiang."

   Seru Hun-hun.

   "malam ini sebenarnya totiang diberi kesempatan untuk bersenang-senang menikmati keistimewaan sorga lembah Melati, akulah yang ditugaskan untuk menemani totiang malam ini. Tetapi totiang , .."

   "Tetapi bagaimana ?"

   Seru Soh Hun kisu. Hun-hun mendekati kesamping pertapa itu lalu membisiki beberapa patah kata kedekat telinganya.

   "Itulah sebabnya, karena malam ini diri kotor, aku tak dapat menemani totiang.

   "

   Kata Hun-hun.

   Tetapi nona itu menggunakan ilmu menyusup suara Coan-bi-jip-hun.

   sehingga hanya bibirnya saja yang bergerak-gerak tetapi tak terdengaran suaranya.

   Begitu pula yang dapat menangkap hanya Soh Hun kisu.

   sedang kakek Lo Kun tak dapat mendengar apa-apa.

   "Totiang,"

   Tiba-tiba Hun-hun berseru dengan suara biasa iagi.

   "cobalah totiang memilih siapa yang harus menemani totiang malam ini. Aku tau bibi Bwe ini ?' Soh Hun kisu muak dengan sikap nona itu. Sebenarnya ia bermaksud hendak menangkapnya tetapi kalah dulu. la telah ditutuk jalan darah lalu ditabur dengan bebauan wangi yang merangsang nafsu. Tetapi setelah nona itu mengatakan kalau malam itu dirinya sedang kotor, lenyaplah nafsu pertapa itu."

   Kemudian ia memandang kakek Lo kun. Teringatlah seketika ia akan patung yang berada dalam kuil. Timbul pikiraanya untuk menyelidiki diri perempuan tua itu.

   "Hm, pokoknya wanita, kalau engkau memang tidak bisa, diapun boleh saja, Malam ini aku lelah hendak kusuruhnya memijati kakiku"

   Kata imam tua. 'Terserah,"

   Kata Hun-hun. pokoknya malam ini engkau boleh menyuruhnya apa saja."

   Kemudian nona itu berpaling kepada kakek lo Kun dan membisiknya .

   "Ingat, jangan bilang pada toa-suci San-hoa besok kuberimu persen."

   Habis berkata ia terus melangkah keluar. Sekarang hanya tinggal kakek Lo Kun bersama pertapa Soh Hun ki-su Keduanya saling berpandangan mata.

   "Hai. bukankah engkau yang jadi patung dalam kuil dilereng gunung itu ?"' tegur Soh Hun kisu "Aku manusia bukan patung"

   Sahut kakek Lo kun. Ya, sekarang ini"

   Kata Soh Hun kisu. tetapi malam itu engkau jadi patung dalam kuil "

   "Mengapa engkau mengatakan begitu ?"

   "Karena aku tahu sendiri."

   "O, apakah engkau imam yang makan bak pau di kuil gunung itu ?"

   Tiba-tiba kakek Lo Kunpun teringat juga.

   "Benar, kalau begitu engkau ini benar patung itu."

   Seru Soh Hun kisu "tetapi mengapa engkau jadi manusia ?"

   "Ya, aku memang manusia hidup tetapi itu waktu aku memang harus jadi patung dulu."

   "Mengapa ?"

   "Karena kalian bertiga dalang, aku kuatir kalau kalian ini bangsa penjahat maka terpaksa menjadi patung."

   Lo Kun menerangkan dengan sejujurnya setelah tahu bahwa imam itu bukan bukan penjahat.

   "Tetapi engkau ini laki atau perempuan!"

   Tanya pula Soh Hun ki-su.

   "Gila. sudah tentu lelaki seperti engkau' "Mengapa sekarang seperti orang perempuan.?"

   "Stt. jangan keras kalau bicara,"

   Kata kakek Lo Kun lalu berjalan keluar kamar. Sejenak kemudian ia masuk kembali "aku terpaksa menjadi seorang bujang perempum disini agar dapat menolong orang-orang yang ditawan. Eh. bagaimana juga ditawan mereka '"

   "Kami bertiga dijebak oleh mereka dikepung oleh barisan nona-nona cantik anak buah Melati. Barisan mereka memang hebat benar. Kami bertiga tak dapat memecahkan barisan itu malah akhirnya dirubuhkan"

   "Celaka, engkau kalah dengan anak-anak perempuan saja?"

   Tanya Kakek Lo Kun.

   "Ya. karena mereka menggunakan obat asap yang membikin lemas tenaga. Pada saat pertempuran berlangsung seru. beberapa nona itu menaburkan bubuk wangi yang membuat kita pusing terus tubuh tak sadarkan diri. Setelah sadar, tahu-tahu kita sudah ditawan disini"

   "O, di manakah kedua orang kawanmu ?"

   Tanya kakek Lo Kun pula. ''Itulah yang akan kutanyakan kepadamu barangkali engkau tahu"

   Jawab imam Soh Hun kisu.

   "aku sendiri tak tahu dimanakah mereka ditawan"

   "Ya, memang merekapun mengalami nasib serupa dengan engkau,"

   Kata kakek Lo Kun.

   "tetapi dua orang kawankupun sedang mengantarkan arak ke tempat mereka."

   "Bagaimana engkau tahu ?"

   Tanya Soh Hun kisu heran. Kakek Lo Kun lalu menuturkan pengalaman mereka selama masuk ke markas Partai Melati. 'O. sungguh tas kukira, manusia-manusia patung seperti kalian ternyata mampu keluar dari tawanan lalu bahkan hendak menolong kami."

   Kata Soh Hun ki-su memuji 'Sudahlah jangan banyak bicara,"

   Bentak kakek Lo Kun.

   "sekarang kita masih berada dalam sarang harimau. Yang perlu kita harus lekas cari daya bagaimana keluar dari sini"

   Soh Hun kisu makin kagum terhadap kakek yang tampak seperti orang tolol itu. Ia menyetujui "Sekarang kita harus menolong kedua orang kawanku itu dulu setelah itu baru kita beramai ramai menolong putera tihu Kho kongcu,"

   Kata Soh Hun kisu.

   "Ya."

   Kata kakek Lo Kun. Tetapi ketika Soh Hun kisu sudah melangkah keluar kakek Lo Kun masih belum angkat kaki.

   "Hai, mengapa engkau masih disitu ?"

   Seru Soh Hun kisu.

   "Yang penting aku harus menghabiskan arak ini. Sayang kalau dibiarkan disini,"

   Kata kakek pendek itu seraya menenggak dengan nikmat. Beberapa saat kemudian barulah kakek itu melangkah keluar "Sebaiknya engkau berjalan di belakangku saja agar jangan sampai ketahuan mereka"

   Kata ka kek Lo Kun. Soh Hun kisu terpaksa menurut. Mereka hendak mencari si Blo'on, Baru beberipa langkah berjalan, mereka melihat seorang bujang perempuan berjalan mendatangi.

   "Celaka. itu bujang perempuan yang memerintah aku mengantar arak. Hayo lekas kemba masuk kedalam kamar saja"

   Kata kakek Lo Kun seraya terus mendorong Son Hun Kisu memasuki kamar lagi.

   "Mengapa ini ?"

   Soh Hun kisu tak habis heran "mengapa engkau begitu ketakutan?"

   "Dia datang kemari !"

   "Siapa ?"

   Kakek Lo Kun lalu menerangkan bagaimana ia disuruh bujang itu untuk mengantar arak.

   Kemudian dia membisiki Soh Hun kisu bagaimana untuk menyiasati bujang itu nanti Yang datang itu ternyata memang bujang yang menyuruh kakek Lo Kun, kakek Kerbau Putih dan blo'on mengantar arak.

   Nama bujang perempuan yang masih muda itu ialah Sui Kiong, Biasanya dipanggil Kiong saja.

   Begitu tiba di depan kamar, ia terus mengetuk pintu .

   "Hayo. lekas buka pintu "

   "Aduh ampun tuan .."

   Tiba-tiba terdengar suara orang mengaduh kesakitan dari dalam kamar, suara seorang wanita.

   Bluk.

   bluk .."aduh.

   jangan, jangan tuan, Aku sudah kapok" .., terdengar suara pukulan dan rintihan seorang wanita.

   Bujang Kiong mengetuk pintu lagi.

   Dan tak lama pintu tampak dibuka, wajah kakek Lo Kun menonjol.

   "Ci An, engkau di . .

   "

   "Kurang ajar engkau"

   Tiba-tiba Kakek Lo Kun menampar pipi bujang itu. Bujang itu tak mengira akan diserang oleh bujang perempuan tua itu Ia ter-huyung*.

   "Ci Bwe !'"

   Teriak bujang kiong "mengapa engkau menampar aku?"

   "Mengapa tidak ?"

   Bentak kakek Lo Kun "karena engkaulah maka aku sampai dipukuli imam iblis itu " .

   "Mengapa ?"

   Tanya pula bujang Kiong.

   "Nona Hun tak mau meladeni imam tua itu dan suruh aku yang melayani. Celaka, imam itu marah lalu menempeleng aku."

   "Kenapa tak mau ?"

   "Setan engkau !"

   Bentak kakek Lo Kun "karena katanya aku sudah tua. Dia minta yang muda"

   "Ah, ci Bwe maafkan, tetapi aku tak sengaja"

   Kata bujang Kiong itu.

   "memang semula rencsnanya nona Hun-hun tidak disini tetapi entah bagaimana nons Kim-lian telah ganti acara. Dia tukar kamar dengan nona Hun hun,Tadi aku masuk kekamar nona Lian dan terus disuruh keluar saja Mestinya yang kucari adalah tempat nona Hun hun "Setan."

   Gum ni kakek Lo Kun.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "lain kali engkau harus hati-hati Kalau salah masuk tentunya engkau harus cepatcepat keluar dan memberitahu aku. Masa begini, orang tua suruh mewakili meladeni seorang imam tetapi malah ditempeleng imam itu," 'Sudahlah ci Bwc"

   Bujang Kiong menghibur.

   "besok kubelikan baju baru, Silahkan engkau kembali aku yang akan meladeni imam itu."

   Kakek Lo Kun keluar tetapi dia masih berada diluar kamar untuk mendengarkan yang terjadi didalam kamar itu.

   "Ai, tuan, maafkan nonaku tadi."

   Kata bujang Kiong. dengan suara genit.

   "sebenarnya yang disuruh mengantar arak kemari itu aku, tidak tahunya bujang perempuan itu lancang. Kalau tuan marah itu memang sudah pantas. Masakan perempuan se tua itu tak tahu diri mau meladeni tuan"

   Soh Hun kisu hanya tertawa hambar.

   "Apakah tuan masih marah kalau aku yang meladeni tuan?"

   Tanya bujang Kiong sembari maju menghampiri kemuka Soh Hun kisu.

   "bukankah aku masih muda dan montok? Ah. tuan belum tahu bagaimana rasanya, kuladeni. Kalau sudah tahu hm, tuan tentu tak mau dengan nona-nona itu. Mereka hanya cantik dan muda tetapi tak punya pengalaman. Beda dengan aku tuan. Tanggung tuan nanti tentu puas betul."

   Soh Hun kisu hanya tersenyum. Dan bujang Kiong semakin berani, la maju merapat kemuka Soh Hun kisu, kemudian terus berjongkok.

   "Ah. tuan tentu letih. Lepaskanlah sepatu mu dan silahkan tuan tidur dipembaringan. Nanti ku pijati kaki tuan"

   Kata bujang Kiong seraya hendak melepas sepatu Soh Hun kisu.

   "Siapa namamu ?"

   Tanya Soh Hun kisu.

   "Panggillah Kiong"

   "O, bagus juga nama itu"

   Kata Soh Hun Ki-su "apakah engkau benar-benar pengalaman ?"

   "Tanggung tuan"

   Kata si Kiong makin genit.

   "buktikan sendiri nanti, tuan pasti puas"

   "Coba sekarang engkau lakukan cara bagaimana agar nafsuku bangkit. Aku sudah tua. sudah tiada nafsu akan wanita"

   Kata imam tua itu.

   "Jangan kuatir tuan"

   Kata bujang Kiong.

   "tanggung tuan akan bangkit dan perkasa seperti seekor singa kelaparan nanti"

   "Hm, jangan omong besar dulu. Awas kalau engkau gagal, engkau tentu kuhajar seperti perempuan tua itu !"

   Bentak Soh Hun kisu.

   Kiong tertawa genit, la lalu membuka bajunya pelahanlahan setelah itu lalu celananya.

   Dengan gaya dan ulah yang genit dan cabul, segera ia mulai melepaskan kancing kutangnya.

   Satu demi satu dengan pelahan dan disertai lirikan mata dan gerak yang cabul.

   Bagaikan seorang penari strip-tease atau telanjang, mulailah bujang Kiong mempertunjukkan keahliannya merayu dan memikat perhatian Soh Hun kisu dengan gerak tarian melepaskan pakaiannya.

   Beberapa saat kemudian tampaklah bujang itu dalam keadaan telanjang bugil.

   Tetapi dilihatnya imam Soh Hun masih tetap duduk dengan tenang.

   'Tuan apakah tuan tak ingin menikmati tubuhku ini ? Silahkan.

   tuan, silahkan.

   Mau yang mana, gigitlah ..kecuplah ..nikmatilah .."

   Bujang cabul itu makin merapatkan tubuhnya kehapanan Soh Han ki-su. seolah-olah suatu penyerahan yang paserah.

   "Jangan bergerak."

   Seru Soh Hun ki-su.

   "Ya tubuhmu memang hebat. Pejamkanlah matamu biar aku dapat menikmati dengan bebas, lekas "

   Bujang itupun menurut saja.

   Ketika ia menutup mata, Soh Hun kisupun lalu menutuk jalan darah di dadanya, Seketika bujang itupun rubuh tak ingat diri lagi.

   Seiring dengan jatuhnya tubuh ke lantai maka masuklah kakek Lo Kun.

   Tetapi serentak dengan itu kakek itupun menjerit .

   "Petapa cabul!". Sudah tentu Soh Hun kisu terlongong.

   "Mengapa engkau memaki aku ?"

   Tanyanya.

   "Engkau memang imam tua yang masih cabul mengapa engkau suruh dia telanjang bulat ?"

   Tanya kakek Lo Kun pula. Belum Soh Hun kisu memberi keterangan kakek Lo Kun sudah menudingnya pula .

   "Engkau apakan dia tadi. hai imam gila !"

   "Kututuk jalan darahnva supaya pingsan,"

   Kata Soh Hun kisu.

   "Tidak bisa"

   Bantah kakek Lo Kun yang kumat angot linglungnya.

   "tentu engkau perkosa sehingga dia pingsan." 'Gila cngkaul"

   Akhirnya marah juga imam itu.

   "masakan aku sudi dengan seorang bujang perempuan semacam itu ' "Sombongnya!"

   Balas kakek Lo Kun.

   "buka kah engkau tadi juga mau dengan aku?' Kalau si orang bujang perempuan begini tua, engkau niat Tentulah dia yang. lebih muda. engkau lebih mau lagi "

   Soh Hun kisu terlongong. kemudian marahlah ia ,"

   "Engkau seorang kakek gila ! Siapa sudi dengan engkau ? Aku tadi kan hanya suatu siasat karena kutahu engkaulah yang jadi patung dalam kuil gunung itu"

   "Ha. apakah benar begitu ?"

   Kakek Lo Kun kerutkan dahinya.

   "Jangan gila-gilaan begitu"

   Kata Soh Hun kisu pula.

   "kalau aku memang mau, murid-murid Partai Melati yang cantikcantik itupun aku bisa mendapatkan"

   "Imam kurang ajar"

   Tiba-tiba kakek Lo Kun berteriak pula sehingga Soh Hun kisu melongo.

   "Jangan engkau mengganggu nona-nona cantik di sini"

   "Mengapa ?"

   Soh Hun kisu makin heran "apakah engkau orang Partai Melati ?"

   "Bukan !"

   Sahut kakek Lo Kun "tetapi diantara nona-nona cantik Partai Melati itu. salah seorang adalah isteriku Sun Lihoa. tahu ! Awas. kalau engkau berani mengganggu isteriku, tentu kuhajar"

   "Isterimu disini ?"

   Soh Hun ki-su makin tereliak heran.

   "Ya,"

   Jawab kakek Lo Kun "Ingat, namanya Sun Li-hoa, orangnya cantik sekali ' "Hagatmana isterimu bisa masuk disini ?"

   "Itulah yang akan kuselidiki sebabnya."

   Kata kakek Lo Kun "dia temu ditipu oleh Hu Yang si se-cu atau kemungkinan tentu dipaksa dibawa kesini."

   "O, kaiau begitu kita harus membebaskan"

   Kata Soh Hun kisu. Tetapi sesaat kemudian ia bertanya heran.

   "tetapi engkau sudah tua bangka mengapa isterimu masih muda ? Bukankah nona-nona murid Partai Melati itu masih gadis-gadis yang berumur belasan tahun ?"

   Kakek Lo Kun garuk-garuk kepala .

   "Itu aku sendiri tak mengerti mengapa dia masih tetap begitu muda dan cantik. Tetapi sudahlah jangan tanya . Nanti akan kuurus sendiri."

   Soh Hun kisu memandang kakek Lo Kun "Hai mengapa engkau mengawasi aku begitu"

   Tegur kakek Lo Kun.

   "apakah engkau kira aku ini seorang perempuan.. Tidak, tidak! Aku lelaki"

   "Memang kutahu engkau seorang kakek"

   Jawab Soh Hun kisu "'hanya akan kuketahui, apakah engkau ini seorang giia atau linglung "

   "Ho, sudah jangan pedulikan diriku. Sekarang kau mau keluar dan sini atau tidak. Kalau mau menolong kawankawanmu. lekas carilah bagaimana akan bertindak. Tak perlu mengetahui aku gila atau tidak !"

   Bentak Lo Kun.

   Sementara kedua orang itu berunding bagaimana mengatur langkah untuk keluar dan menolong kawan-kawannya, adalah di bagian kamar lain juga si Blo'on mengalami peristiwa yang mendebarkan.

   Setelah tinggalkan kakek Lo Kun.

   Blo'on berjalan terus kemuka, Ia tak tahu tempat itu.

   Pokoknya asal berjalan saja.

   Bila mendengar ada orang bicara dalam kamar, itulah kamar yang harus ia masuki Tetapi hampir tiba diujung lorong, masih juga ia belum mendengar suara orang, la mulai bingung.

   '"Celaka"

   Kata Blo'on.

   "bagaimana ini ? Apakah aku harus kembali mencari bujang perempuan muda itu untuk menandakan ternpatnya ?"

   Hampir ia berputar tubuh terus hendak menuju ke dapur lagi. Tetapi tiba-tiba ia hentikan langkah. PiKirnya .

   "Ah. kalau bertanya kepadanya ia tentu marah. Ya, kalau hanya memaki saja masih mending. Tetapi kalau dia curiga terhadap diriku, bukankah penyamaranku bakal ketahuan ? Ah, lebih baik kupergi kelain tempat saja, mungkin dibagian sini tempatnya"

   Blo'on terus berjalan melintasi halaman dan menuju kesebuah bangunan yang bercat merah.

   Bangunan itu mirip dengan sebuah bungalow yang indah.

   Memiliki sebuah halaman yang penuh ditanami bunga-bunga warna warni.

   Terutama bunga melati, bunga seruni, dahlia.

   mawar dan lainlain.

   Tengah Blo'on celingak celinguk masuk ke halaman serambi, tiba-tiba muncullah dua orang muda mudi yang bergandengan tangan.

   Rupanya, kedua pasangan itu habis dari kerkeliling taman menikmati pemandang di malam yang indah.

   "Hai. siapa itu ?"

   Tegur yang pemudi, seorang nona cantik, mengenakan baju biru muda.

   "A-moy mengantar arak,"

   Sahut Blo'on. Rupanya kali ini dia benar-benar mengingat namanya si A-moy. agar jangan sampai ketahuan penyamaran nya. 'O, A-moay. bagus,"

   Seru gadis cantik itu dengan suara merdu.

   "bawalah masuk ..."

   Habis berkata nona itu terus memimpin tangan sipemuda yang cakap masuk kedalam ruangan "Taruh di mana nona ?"

   Tanya Blo'on.

   "Di meja batu kumala itu."

   Seru sinona.

   "tetapi hati-hati jangan sampai tumpah,"

   Setelah meletakkan penampan arak. Blo'on pun bertanya pula .

   "Apakah masih ada lain pesan yang nona hendak perintahkan ?"

   "Ya. nanti dulu, jangan terburu-buru pergi,"

   Kata si nona cantik "sebenarnya aku masih akan menyuruh engkau mengambilkan apa. ah ... mengapa lupa! Cobalah, kuingat ingatnya dulu."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bloon tegak seperti patung.

   Ia memandang sinona.

   Seorang gadis berumur tujuh-delapan belas tahun, yang amat jelita.

   Kemudian ia berganti memandang si pemuda.

   Ah, seorang pemuda yang cakap.

   Ia merasa pernah melihat, tetapi lupa di mana.

   Pemuda itupun balas memandang Bloon.

   Di pandanginya juga Blo'on dengan tajam kemudian tampak ia kerutkan dahi.

   "Engkoh Liok. engkau hendak makan apa?"

   Tiba-tiba nona itu bertanya kepada si pemuda bagus.

   "Aku?"

   Sipemuda Liok gelagapan kaget.

   "ah, terserah apa saja."

   Nona itu tertawa dan lontarkan sebuah lirikan mata yang tajam, kepada pemuda itu. Kemudian ia berseru kepada Blo'on "A-moay. ambilkan dendeng rusa di dapur untuk teman arak."

   Blo'on mengiakan. Ia terus melangkah keluar dengan hati kebingungan. Dendeng rusa ? Dimana kah tempatnya ? "Tak usahlah adik Lian,"

   Tiba-tiba pemuda Liok itu berseru mencegah.

   "aku tak lapar. Cukup kita minum arak saja."

   "A-moay"

   Tiba-tiba nona yang dipanggil Lian atau lengkapnya bersama Sui Kim-lian itu berseru memanggil Blo'on. Bloonpun berhenti.

   "tak perlu mengambil dendeng rusa, tuan Liok tidak mempunyai selera makan dendeng,"

   "Engkoh Liok. bagaimana acara kita malam ini ?"

   Tanya Kimlian dengan suara merdu merayu "Minum arak sambil membuat syair,"

   Kata pemuda Liok tertawa.

   "kita adu syair, siapa yang kalah harus minum arak"

   "O. mengapa mesti memeras otak membuat syair ? Bukankah lebih enak setelah puas minum ... kita terus tidur ?"

   Kata sinona. Pemuda Liok itu tertawa .

   "Ah, memang benar lebih enak. Tetapi sudah menjadi kebiasaanku selama belasan tahun, aku tak dapat tidur apabila belum membuat syair .."

   "Tetapi engkoh Liok, itu lain. Kita nanti tidak tidur, melainkan ..."

   Nona itu tertawa la!u mencubit lengan sipemuda. Gayanya penuh kemanjaan yang merayu. Pemuda itupun tertawa .

   "Ya. sudah tentu, tetapi justeru itulah yang kuusahakan. Habis membuat syair, semangatku tentu bertambah segar, pikiran terang dan gairahku lebih merangsang. Percayalah adik Lian, entah bagaimana, memang begitulah adat kebiasaanku'.

   "O, jadi dengan membuat syair itu semangat engkoh akan lebih menyala dan tenaga engkoh akan bertambah jantan perkasa ?"

   Tanya Kim-lian. Pemuda Liok itu tertawa mengangguk.

   "Apakah disini tersedia alat tulis dan kertas?"

   Tanya pemuda Lioh.

   "Tentu, sahut Kim-lian, disini sebenarnya tempat yang sering digunakan suhu untuk bersenang-senang menghibur diri."

   "O,"

   Desah pemuda Liok.

   "lalu mengaapa engkau pakai? Bukankah kalau suhumu tahu, engkau akan dimarahi ?"

   Nona itu tertawa "Suhu akan marah kepadaku? Oh, jangan kuatir engkoh Liok. Suhu tak mungkin marah kepadaku ?"

   Pemuda Liok itu heran, serunya .

   "Mengapa begitu adik Lian? Apakah suhumu seorang yang sabar dan tak pernah marah ?"

   "Ih, suhu seorang wanita yang bengis dan keras. Semua anak murid Partai Melati tiada yaq berani membantah perintahnya. Tetapi terhadap diriku, entah bagaimana, dia selalu sabar dan sayang ..."

   "Aneh,"

   Gumarn pemuda Liok.

   "apakau karena engkau yang paling cantik dan paling cerdik diantara lain-lain saudara seperguruanmu?"

   "Bagaimana engkoh melihat wajahku ini"

   Kim-lian balas bertanya.

   "Cantik sekali,"

   Seru pemuda itu Karena dipuji cantik oleh si pemuda, dada nona itu serasa meledak. Memang demikian sifat dari kaum wanita. Tua muda, besar kecil, tentu bangga dan gembira apabila dipuji cantik.

   "Ah, aku sendiri juga tak tahu. engkoh Liok Mengapa suhu bersikap begitu kepadaku .."

   "Kalau tak ada sebabnya, tak mungkin dia pilih kasih begitu,"

   Kata pemuda Liok pula.

   "Eh, mengapa engkoh begitu menaruh perhatian sekali kepada diriku ?"

   Tanya Kim-lian.

   "Apakah engkau tak senang kuperhatikan"

   Pemuda Liok itu balas bertanya Kim-lian tertawa makin manja .

   "Sudah tentu ergkoh Liok. Asal engkau sungguh-sungguh cinta padaku dan takkan menyia-nyiakan diriku". Pemuda Liok itu tertawa .

   "Ah, adik lian. janganiah engkau menyangsikan janjiku. Tetapi engkau tahu adik Lian. Bahwa keluargaku itu seorang keluarga yang terhormat. Ayahku bekas cong tok (gubernur) keras adatnya. Kalau engkau ingin menjadi ingin menjadi isteriku selama-lamanya, engkau harus keluar dari tempat ini dan kembali ke jalan yang baik ..."

   Kim-lian mendesis perlahan .

   "Ya, sebenarnya aku juga tak suka hidup dalam suasana begini. Tapi aku tak berdaya untuk meloloskan diri. Engkau tahu, engkoh Liok, suhu itu sakti dan bengis, siapa yang bersalah tak menurut peraturannya, tentu akan dibunuh."

   "Tetapi mengapa dia begitu baik terhadap dirimu ?"

   Tanya pemuda Liok itu pula.

   "Ah, soal itu memang suatu rahasia. Semula aku sendiri juga tak tahu. Hanya secara kebetulan saja aku dapat mengetahuinya, tetapi, ah .."

   Nona itu menghela n.pas.

   "Mengapa ?"

   Pemuda Liok makin heran.

   "Seorang jiwa telah menjadi korban ..

   "

   "Ha!"

   Pemuda Liok kerutkan dahi "Aku tak mengerti apa yang engkau katakan, adik Lian, maukah engkau menceritakan dengan jelas?"

   Kim-lian tak lekas menyahut me!ainkan berdiam beberapa saat. Setelah itu baru ia berpaling kearah Blo'on yang masih tegak termangu-mangu mendengarkan pembicaraan.

   "A-moy, mengapa engkau masih berada disini ? Apakah engkau hendak mencun pembicaraan?"

   Tiba-tiba Kim-lian menegur. Blo'on gelagapan, sahutnva .

   "Bukankah nona belum menyuruh aku pergi ?"

   "Setan."

   Damprat rona itu.

   "apakah kalau tak kusuruh, engkau tetap berada disini ? Kurang ajar ...

   "

   Bioon menyeringai .

   "Aku bukan setan, nona. aku A moay'. Akupun tidak kurang ajar karena tadi nona suruh aku tungeu dulu."

   "Eh, engkau berani membantah aku?"

   Kim lian mulai naik darah.

   "kapan engkau belajar membantah kata-kataku ? Siapa yang mengajarkan engkau?"

   "Aku sebetulnya tak berani membantah, tapi kupikir kalau aku diam saja, nanti nona tentu marah dan menganggap aku tak mempeduli nona. Habis, bagaimana aku harus berbuat ?"

   Kata Bloon seraya rentangkan kedua tangannya.

   "Sudahlah adik Lian."

   Segera pemuda Liok melerai.

   "tak perlu ribut-ribut dengan seorang bujang Suruh saja mengambil air hangat untuk membersihkan muka "

   Kim lian menurut lalu suruh Bloon mengambilkan baskom berisi air hangat. Setelah Blo'on pergi barulah Kim-lian merapatkan duduknya disampmg pemuda Liok. Ia mulai menuturkan sebuah kisah.

   "Bermula aku memang tak tahu. Kuanggap Hu Yong siaucu itu adaiah suhuku yang telah merawat dan mendidik aku sedari kecil. Dan dia memang memperlakukan sebagai seorang rnurid, keras dan berdisiplin. Pada suaiu hari dalam latihan ilmu silat yang diberikan, suhu mengharuskan aku loncat ke atas ssebuah karang yang tingginya hampir dua tombak. Beberapa suci dan sumoay ku ada yang dapat ada juga yang gagal dan jatuh. Aku gemetar.

   "Lian, mengapa engkau gemetar ? Takutkah engkau ?"

   Tegur suhu kala itu.

   Kujawab bahwa hari itu badanku terasa tak enak dan kepalaku pening.

   Tetapi dia hanya tertawa dan tetap menyuruhku melakukan latihan itu.

   Karena takut, akupun melakukannya juga.

   Dengan mengerahkan seluruh tenagaku, aku berhasil mencapai puncak karang.

   Tetapi begitu tegak di puncak itu.

   kepalanya terasa pusing sekali, mataku berkunang-kunang dan rubuhlahaku kebawah .

   ."

   "Ih,"

   Pemuda Liok mendesis.

   "lalu bagamana ?"

   "Aku jatuh dari ketinggian dua tombak. Suhu dan beberapa saudara seperguruanku berhamburan hendak menyanggupi tetapi terlambat. Aku jatuh terbanting ditanah dan pingsan. Ketika aku membuka mata ternyata aku berada di kamar suhuku berbaring diatas pembaringannya yang mewah. Ternyata tulang punggungku patah sehingga aku harus dirawat selama beberapa bulan. Ketika sakitku masih gawat, sadar tak sadar kudengar suara seorang wanita menangis terisak-isak. Ketika kurentangkan mataku, kulihat yang menangis itu suhu.

   "Kim-lian, puteriku, mamah yang bersalah memaksa engkau harus berlatih loncat keatas punccak karang yang tinggi. Ah. anakku. engkau tak tahu betapa perasaan mamah. Kalau engkau sampai kena apa-apa, hancurlah hati mamah. Mamah sebenarnya cinta kepada ayahmu tetapi dia seorang lelaki yang tak kenal budi dan kasih seorarg isteri. Karena tak tahan menderita siksaan batin. kubawa engkau lari meninggalkannya. Dan engkau lah Lian, milik mamah satusatunya di dunia ini. Kalau engkau ..engkau . , sampai kena apa-apa ah, bagaimana mamah . , dapat hidup ..seorang. Diri".

   "Aku terkejut mendergar ratapan Suhu itu"

   Kata Kim-Iian kepada pemuda Liok.

   "apakah dia itu mamahku ?" .Mengapa engkau meragukannya? Bukankah dia sudahmenyebut siapa dirinya ?"

   Tanya pemuda Liok "Tetapi setelah aku sembuh kembali sikap dan perlakuan Suhu kepadaku tetap tak berohah. bengis dan keras."

   Kata Kim lian.

   "itulah yang menimbu!kan keraguanku. Namun aku tak berani menanyakan."

   "Lalu apakah sampai sekarang engkau belum juga tahu ?"

   Tanya pemuda Liok. Kam-!ian tidak langsung menyahut melainkan melanjutkan ceritanya ;

   "Pada suatu hari nenek Siong yang menjadi inang pengasuhku sejak aku kecil, sakit. Akupun menjenguknya. Dalam kesempatan itu aku menanyakan tentang diriku dengan suhu. Nenek Siong dengan terus terang menerangkan bahwa sesungguhnya aku ini memang putri suhu. Aku terkejut mendengar keterangan itu lalu kudesaknya .

   "Lalu siapakah ayahku ? Apakah ia masih hidup ?"

   "Namanya Sui Kim-san, seorang pemuda yang cakap dan sakti tetapi tak setia. Pada waktu Mamahmu mengandung, ayahmu main gila dengan bujang mada. Mamahmu marah lalu pergi merantau. Ah, kasihan ketika hari itu aku ke hutan mencari daun, kuketemukaa mamahmu rebah pingsan dibawah pohon. Dia kubawa pulang. Setelah melahirkan engkau, dia menitipkan engkau kepadaku lalu melanjutkan pergi mengembara. Sepuluh tahun kemudian ia muncul lagi dan mengajak aku tinggal di lembah ini. Aku bukan nenekmu sesungguhnya, nak. Tetapi suhumu melarang aku menceritakan hal itu kepadamu. Itulah sebabnya maka aku mengatakan kepadamu bahwa ayah dan ibumu sudah meninggal dan engkau harus menganggap Hu Yong siancu itu sebagai ibumu sendiri."

   "Aneh,"

   Gumam pemuda Liok.

   "mengapa seorang ibu tak mau mengaku terang terangan kepada anaknya sendiri. Apakah dia merasa malu karena mempunyai anak seperti engkau ?"

   "Entafrah."

   Kata Kim-lian."tetapi kuduga dalam peristiwa itu tentu terselip suatu rahasia Hanya sayang aku tak dapat memperoleh keterangan tentang rahasia itu dari nenek Siong."

   "Mengapa ? Apakah dia tak mau menceritakan kepadamu ?"

   Tanya pemuda Liok.

   "Dia tentu akan menceritakan kepadaku"

   Kata Kim-lian.

   "Dan apakah tidak ?"

   Tanya pemuda Lio "Ya, dia tak menceritakan lagi karena ia tak dapat bercerita ..."

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Mengapa ?"

   Pemuda Liok terkejut.

   "Keesokan harinya ketika aku datang ke tempatnya ternyata nenek Siong sudah meninggal dunia ..."

   Berkata sampai dismi Kim-lianpun mengucurkan airmata.

   ""Ah. orang tua yang menderita sakit, sudah jamak kalau meninggal dunia."

   Pemuda Liok menghiburnya.

   "Tetapi aku heran, sorenya ketika kujenguk dia masih tampak sehat dan bicara dengan tangkas. Tetapi mengapa keesokan harinya dia sudah meninggal. Tidak mungkin,"

   Kata Kim-lian.

   "ya, kqrena penasaran aku segera melakukan penyelidikan. Akhirnya dapat kuketemukan bukti yang menyebabkan kematian nenekku. Teh yang diminumnya itu terdapat endapan bubuk putih ..."

   "Racun ?"

   Seru Pemuda Liok. Kim lian mengangguk .

   "Ya, dia telah mati keracunan atau tepatnya diracuni karena berani, menceritakan rahasia diri suhu dan diriku . .

   "

   "Ah,"

   Pemuda Liok menghela napas.

   "apakah salah menceritakan keadaanmu itu? Mengapa suhumu atau ibumu begitu benci kepada orang yang mengetahui rahasia itu ?"

   Kim-lianpun mendesah .

   "Itulah engkoh Liok hal yang membuat hatiku dendam dan penasaran. Karena ibu bertindak begitu, akupun dingin juga kepadanya. Aku ingin lolos dari tempat ini untuk mencari ayahku. Apakah dia masih hiduo. aku tak tahu. Dimanakah tempat tinggalnya, akupun tak tahu. Tetapi aku mendapat firasat bahwa dia masih hidup maka akupun hendak mencarinya ke seluruh penjuru dunia .

   "

   Pemuda Liok termenung.

   Ia tak menyangka bahwa Lembah Melati yang terkenal sebagai sarang wanita-wanita cabul ternyata terdapat seorang gadis yang ingin melepaskan diri dari tempat itu.

   Dan gadis itupun bukan gadis sembarangan melainkan putri dari pemilik lembah Melati sendiri.

   "Nona Lian,"

   Kata pemuda itu sesaat kemudian.

   "maaf. aku hendak bertanya kepadamu, harap jangan marah"

   "Silahkan, engkoh,"

   Jawab gadis itu.

   "Apakah memang demikian perintah Hu Yong siancu agar anakmurid Partai Melati itu menculik lelaki dan melakukan perbuatan cabul dengan orang-orang tawanannya?"

   "Ya, memang benar."

   Jawab Kim-lian.

   "entah bagaimana suhu memang seperti orang yang penasaran dan membenci orang lelaki. Dia seperti hendak membalas dendam kepada setiap orang lelaki tampan. DicuIik lalu dibuat permainan sepuas puasnya setelah itu dilempar keluar dari lembah.

   "Apakah ayahmu juga seorang pria yang tampan ?"

   Tanya pemuda Liok "Entah,"

   Jawab Kim-lian '"karena aku belum pernah melihat bagaimana wajah ayah. Tetapi menurut kata nenek, memang ayah itu tampan sekali!"

   "O, kalau begitu jelas ibumu itu penasaran terhadap ayahmu lalu menumpahkan dendam kemarahannya pada setiap pria tampan"

   "Yah kemungkinan begitu"

   Kata Kim-lian.

   "maka dirusuhnya anak murid Partai Melati ini untuk mengikuti jejaknya. Tetapi aneh.."

   "Mengapa ?"

   Tanya pemuda Liok pula.

   "Berpuluh-puluh suci dan suimoay memang diberi kebebasan untuk mencari orang lelaki dan bersenang-senang dengan tawanan itu. Hanya aku yang dilarang"

   "Ha"

   Pemuda Liok terbelalak.

   "Ya memang suhu pernah memanggil aku empat mata. Dia memberi pesan tegas dan keras aku tak boleh main-main dengan orang lelaki. aku berani melanggar larangan itu. Tentu akan dihukum. Engkau tahu apa hukuman yang akan dijatuhkan jika kepadaku apabila aku berani melanggar larangan itu?"

   "Entahlah,"

   Sahut pemuda Liok.

   "Suhu akan merusak kecantikan wajahku ini, supaya aku menjadi gadis yang jelek. Kutahu sifat dan perangai suhu. barang siapa melanggar peraturannya tentu dihukum. Pernah seorang sumoay telah melanggar lalu dipotong daun teiirga dan hidungnya. Karena malu. sumoay itu telah membunuh diri dengan membenturkan kepalanya ketembok"

   "Dan apakah selama itu engkau tak berani melanggar pesan suhumu, walaupun secara diam-diam ?"

   Tanya pemuda Liok pula "Tak berani"

   "Lalu mengapa sekarang engkau berani bergaul rapat denganku ?"

   Tanya pemuda Liok tengah menyangsikan keterangan itu.

   Kim lian tersipu-sipu menjawabnya "Ah, lain.

   Pertama kali aku melihatmu, entah bagaimana hatiku berdebar keras dan gelisah.

   Akhirnya aku menghadap Ting San-hoa minta izin agar aku yang melayani engkau "

   "Apakah dia setuju ?"

   "Tidak setujupun tentu akan setuju. Kan walaupun dia murid yang paling tinggi. Akan tetapi dia sungkan-sungkan terhadapku "

   "Mungkin dia sudah tahu kalau engkau puteri dari suhumu"

   Kata pemuda Liok "Ya mungkin begitu "

   Kata Kim-lian "memang bukan melulu dia, pun para suci dan sumoay disini memang sungkan kepadaku "

   Dalam pembicaraan itu tiba-tiba pintu terdengar diketuk orang. Ternyata si Amoay Bloon yang datang dan menyanggul sebuah ember besar di atas kepala.

   "Taruh dihadapan tuan Liok"

   Perintah Kim-lian Ketika Bloon meletakkan ember dihadapan pemuda Liok, tiba-tiba pemuda itu berseru tertahan.

   "Ah, airnya begitu panas, masih berkepul"

   Memang menggunakan kaki Kim lian merasa memang air yang di dalam embar itu masih panas sekali, nona itu marah dan mendamprat .

   "Goblok mengapa air untuk cuci tangan masih begitu panas ? Bukankan aku minta air hangat ?"

   "Yang hangat habis nona"

   Bloon memberi keterangan.

   "Bloon benar engkau!"

   Bentak si nona itu pula "Kan mudah sekali mendapatkan air hangat. Asal engkau tambah sedikit dengan air dingin air panas ini tentu menjadi hangat"

   "Bloon ? siapakah yang nona panggil bloon ?"

   Bloon terkejut.

   "Engkau yang Bloon"

   Bentak Kim-lian "Ya benar. Bagaimana nona tahu ?"

   Bloon makin heran dan mengira kalau nona itu sudah tahu bahwa namanya si Bloon. Kim-lian deliki mata "Apa maksudmu ?"

   "Mengapa nona tahu kalau aku ini Bloon ?"

   Si Bloon mengulang pertanyaannya.

   "Suruh mengambil air hangat tetapi mengambil air yang begitu panas kalau tidak Bloon lalu apa namanya ?"

   "Ya, benar nona, engkau benar memang aku Bloon. Hanya aku ingin tahu, bagaimana nona tahu kalau Bloon"

   "Gila"

   Bentak Kim-lian makin marah "apakah engkau tidak tahu kalau arti Bloon ialah goblok seperti engkau ini"

   "Ah nona ini bagaimana ? bukankah sudah mengaku kalau ini Bloon"

   "Engkau memang gila ! Apa engkau hendak jual lagak di depan tuan Liok ini ?"

   "Jual lagak ? Biar apa ?"

   Bloon heran.

   "Agar tuan Liok suka kepadamu !"

   Kata Kim-lian.

   "engkau hendak meniru nona-nonamu yang lain itu. bukan ?"

   "Tidak, tidak."

   Cepat-cepat Bloon membantah "aku tak ingin memikat tuan Liok. Pun andaikan tuan Liok suka kepadaku, belum tentu aku mau "

   Plak ... tiba-tiba Kim Lian menampar pipi Bloon "Kurang ajar. Engkau berani menghina tuan Liok ?"

   "Tidak, nona."

   Kata Blo'on sambil mendekap pipinya yang merah "aku tidak menghina, tetapi mengatakan yang sebenarnya. Apabila tuan Liok menghendaki diriku. Akupun tak dapat melayani, karena, aku ini....."

   Tiba-Tiba Bio'on teringat kalau dirinya sedang menyaru jadi bujang perempuan. Maka ia hentikan Kata-katanya.

   "Engkau bagaimana ? engkau sangat cantik ?"

   Kim-lian marah terus hendak menamparnya lagi. Tetapi dicegah Pemuda Liok "Sudahlah adik Lian, jangan mengurusi bujang yang bloon. Suruh saja ia membawa kembali air panas itu supaya diberi air dingin sedikit "

   Karena yang menengahi pemuda Liok, Kim Lian jadi menurut .

   "Engkau bawa kembali ember itu dan tambahkan sedikit air dingin supaya hangat "

   Bloon mengiakan segera ia menghampiri ke tempat ember lalu mengambilnya, maka ember itupun disanjungnya diatas kepala.

   Pemuda Liok memperhatikan dengan tajam diri bujang perempuan itu dan gerak geriknya.

   Ia mengerutkan dahi agak terkejut.

   Serasa ia pernah melihat wajah bujang itu tetapi entah dimana ia lupa.

   Untuk menjaga jangan sampai orang curiga, maka Bloon mengolah gerak jalannya.

   Ia tak berjalan dengan langkah lebar sebagai biasanya, melainkan dengan langkah yang bergoyang-goyang.

   Ia melihat bagaimana berlenggang lenggoknya seorang gadis apabila berjalan.

   Dan iapun mencoba untuk menirukan gaya itu.

   Tetapi karena dia seorang anak lelaki dab bloon maka gerak geriknya itu malah menimbulkan suatu gerak yang over acting atau berlebih-lebihan.

   Gaya jalannya seperti seekor bebek berjalan bergoyang pinggul...

   Melihat itu pemuda Liok hampir tak kuat menahan gelinya.

   Tetapi tidak demikian dengan Kim Lian memandang tingkah laku si Amoay Bloon itu se akan-akan meledek Ketika Bloon tepat tiba di ambang pintu tiba-tiba Kim Lian berteriak "

   Amoay berhenti!"

   Bloon terkejut lalu berputar tubuh.

   Pintu itu memang cukup tinggi tetapi karena menyanjung ember itu di kepala.

   Bloon harus mengendapkan tubuh apabila akan melewati ambang pintu, supaya ember tidak melanggar palang pintu atas.

   Karena mendongkol melihat tingkah laku Ah moay yang disangka hendak memikat perhatian pemuda Liok.

   Ketika ia melirik ke arah pemuda Liok memang dilihatnya pemuda itu mengawasi Ah moay dengan penuh perhatian.

   Diam-diam timbul kemarahan hati Kim Lian.

   Ia cemburu, maka dipanggilnya Bloon dengan bentakan yang keras.

   Bloon sebenarnya sudah tahu kalau harus mengendapkan tubuh agar ember diatas kepalanya jangan sampai melanggar palang pintu.

   Tetapi begitu mendengar bentakan Kim Lian memangilnya ia terkejut sekali dan lupa untuk mengendapkan tubuh terus saja ia berputar tubuh hendak menghadap ke arah nona itu.

   Prak..

   ember itu membentur palang atas pintu dan seketika tumpahlah isinya.

   "Aduhhh....."

   Menjeritlah Bloon terus mendekap kepalanya.

   Air itu mencurah ke kepalanya, karena air panas sudah tentu Bloon menjerit ketakutan sekali.

   Ya bayangkan saja bagaimana rasanya kalau kepala disiram air panas itu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Untuk mengurangi rasa kesakitannya.

   Bloon berjingkrakjingkrak dan menjerit-jerit.

   Namun rasa sakit itu masih tetap tak berkurang.

   Dan karena bingung Bloon pun segera lari seperti orang gila.

   Ia lari mengamuk kian kemari dalam ruangan itu.

   "Hai.... Rambutnya copot"teriak Kim Lian demi melihat rambut palsu yand dipasang di kepala Bloon itu meluncur jatuh ke lantai.

   "Gila!"

   Kembali nona itu menjerit bahkan kali ini lebih kaget dari yang tadi.

   Setelah Bloon gundul kembali seperti asalnya.

   Kim Lian segera mendapat gambaran bahwa bujang itu tak mirip dengan Ah moay.

   Dan jelas dia itu seorang lelaki muda yang berkepala gundul.

   "Mengapa ?"

   Pemuda Liok bertanya heran.

   "Dia... bukan Ah-moay"

   Seru Kim-lian "dia itu jelas seorang lelaki yang menyaru jadi Ah-moay "

   Bloon terkejut..... ---000odw0ooo---

   Jilid 13 Berantakan.

   Rambut yang menempel di kepala Blo'on itu atas usul kakek Kerbau Putih, dilekatkan dengan bubur.

   Memang setelah bubur itu kering, dapat juga rambut palsu itu melekat di kepala Blo'on.

   Tetapi karena air panas dalam ember itu tumpah.

   maka sebagaian ada yang mencurah ke kepala Blo'on.

   Sebenarnya, setelah bubur kering itu terkena air, rambut palsu Blo'on sudah mulai copot dari gundulnya.

   Apalagi karena kesakitan, Blo'on berjingkrak-jingkrak dan lari seperti orang gila.

   Rambut palsu itupun terus saja meluncur jatuh ke lantai.

   Ketika Kim-lian berteriak kaget, Bloonpun ikut terkejut juga.

   Seketika ia menyadari apa yang terjadi.

   Dirabahnya kepala, hai.

   rambutnya sudah hilang, hanya tinggal gundulnya saja.

   "Celaka,"

   Blo'on mengeluh.

   "aku pasti ketahuan kalau memalsu jadi bujang Ah-moy". Cepat ia mencari rambut palsunya. Dan setelah ketemu, terus dipakainya lagi. Karena ketegangan itu. ia sampai lupa pada kepalanya yang tersiram air panas. Kemudian ia mengambil ember yang terguling di lantai, terus hendak melangkah keluar.

   "Tunggu!"

   Sekali ayunkan tubuh, Kim-lian pun sudah menghadang di ambang pintu.

   "Eh, bukankah nona suruh aku memberi sedikit air dingin pada air panas ini ?" 'Tutup mulutmu !"

   Bentak Kim-lian.

   Ia benar mendongkol sekali karena dikira tak tahu akan penyamaran Bloon.

   Dan juga jawaban Blo'on itu menjengkelkan sekali.

   Bukankah ember sudah jatuh dan air panas sudah menumpati ke lantai Apunya yang akan d.Lambah air dingin ? "Siapa engkau !"

   Bentak Kim-lian pula dengan deliki mata. Tetapi Blo'on tak menyahut.

   "Bangsat, mengapa engkau tak menyahut"

   Damprat Kim lian makin marah. Tetap Bloon tak menyahut, Plak ... tiba-tiba dengan gerakan yang cepat sekali, tangan nona itu menampar pipi Bloon lagi. Karena terkejut, Blo'on goncangkan kepala dan rambut palsunya kembali jatuh ke lantai.

   "Uh, rambut celaka, mengapa engkau jatuh saja ?"

   Gumam Blo'on seraya menjemput rambut itu terus dipasang di kepalanya lagi.

   "Hayo, engkau mau mengaku atau tidak! Kalau tetap membisu saja, tentu kubunuh engkau !"

   Gertak Kim-lian dengan bengis "Huh, bukankah nona tadi suruh aku tutup mulut ? Mengapa sekarang suruh aku mengaku ?"

   Balas Bloon..Merah muka Kim-lian. Hatinya seperti digelitik hendak meledak.

   "Bicara ? Siapa engkau ini ?"

   Bentaknya.

   "Aku ? Masakan nona tak kenal ? Bukankah aku ini si Ahmoay ?"

   "Bangsat, engkau bukan Ah-moay !"

   "Siapa bangsat itu ? Aku ? Ah, bagaimana seorang bujang perempuan dapat menjadi bangsat"

   Duk ...

   karena tak kuat menahan kemarahan Kim-lian menghantam dada Blo'on.

   Bloon tersurut mundur selangkah tetapi nona itupun terpental mundur selangkah juga.

   Nona itu terlongong heran.

   Ketika tinjunya mengenai dada Bloon, ia merasa dada orang itu memancarkan tenagamembal yang kuat sehingga tangannya terpental kebelakang.

   Memang nona itu tak tahu bahwa sebenarnya tubuh Blo'on itu mengandung tenaga-dalam yang aneh.

   Makan rumput Kumis-naga, minum darah Ki-liu dan mendapat saluran tenaga-dalam panas dingin dari kedua kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih, menjadi tubuh Blo'on sebuah tubuh yang penuh dengan tenaga dalam.

   Sayang anak itu tak tahu bagaimana mengembangkan tenaga dalamnya.

   Tetapi ada suatu keanehan pada tubuh Blo'on.

   Walaupun ia tak dapat mengembangkan tenaga-dalamnya, namun tenagadalam itu setiap saat akan memancar sendiri manakala tubuhnya di pukul orang.

   Itulah sebabnya maka Kim-lian teribentur oleh suatu pancaran tenaga-dalam yang mementalkan tinjunya.

   '"Engkau bukan Ah-moay, tetapi seorang penjahat yang menyelundup kedalam lembah ini dan menyaru jadi Ah-moy !"

   Seru Kim-lian.

   "Bukan, aku bukan seorang penjahat!"

   Bantah Blo'on.

   "aku orang biasa, aku Ah-moy .."

   "Hm. engkau masih berani mengaku Ah-moay ? Rambutmu itu jelas rambut palsu. Cobalah engkau copot, tentu engkau berobah menjadi seorang lelaki yang berkepala gundul !"

   "Eh, apakah benar begitu ?"

   Masih Blo'on menegas. Karena dadanya terasa sesak terhimpit kemarahan, Kim-lian hanya menyahut singkat .

   "Ya!"

   "Celaka, kalau begitu kakek Kerbau Putih itu yang membikin malu aku"

   Seru Bloon mengoceh sendiri. Kim-lian tercengang. Ia tak mengerti apa yang dikatakan Blo'on tentang kakek Kerbau Putih itu. la tak tahu mengapa seekor kerbau putih disebui sebut sebagai kakek.

   "Hai, apakah engkau ini bangsa siluman ?"

   Teriak Kim-lian.

   "Siluman? Apakah siluman itu? "

   Blo'on balas bertanya.

   "Siluman ialah mahluk yang dapat berganti rupa. Ular yang bertapa sampai ribuan tahun dapat berganti menjadi manusia atau apa saja yang dikehendaki. Kerbau juga begitu. Bukankah engkau tadi mengoceh tentang kakek Kerbau Putih ? Kalau seekor kerbau putih bisa menjadi kakek, dia tentu siluman."

   "O,"

   Desuh Blo'on.

   "kalau begitu nanti akan kutanyakan pada kakek Kerbau Putih, apakah dia itu bangsa siluman atau bukan."

   "Dan engkau tentu juga siluman !"

   Bentak Kim-lian.

   "Tidak! Aku bukan siluman, aku manusia biasa. Aku seorang bujang perempuan yang bernama Ah-moy."

   Karena tak kuat menahan kemarahannya, Kim lian terus loncat menerjang.

   Blo'on terkejut dan menghindar ke samping.

   Trang ...

   ember diatas kepalanya itupun meluncur jatuh dan kebetulan tepat menjatuhi kepala Kim-lian.

   Dan celakanya, ember itu tepat sekali menelungkupi kepala si nona sehingga nona itu menjerit jerit kesakitan.

   Ternyata dalam ember itu masih ada sedikit sisa air panas.

   Dan air panas itu mengucur kemuka si nona.

   Nona itu menjerit-jerit kesakitan sekali.

   Ia berusaha hendak membuka ember tetapi karena ingin buru-buru dan mukanya seperti diselomoti api, sesaat nona itu tak dapat membuka ember yang rnenutup kepalanya itu.

   "Celaka, mengapa nona itu tak mau cepat membuka ember?"

   Seru Blo'on ikut bingung. Cepat ia menghampiri ketempat Kim-lian lalu membantu untuk melepaskan ember itu. Tetapi celaka, karena bingung, bukan membuka kebalikannya Blo'on malah menekan ember itu kebawah sehingga makin menutup kencang kepala si nona.

   "Hai, mengapa engkau malah memasuk kan ember itu ke kepalaku ?"

   Teriak Kim-lian menjerit makin keras. Rasa sakit, gelisah dan ditambah malah ditekan oleh tangan Blo'on, menyebabkah nona itu mengamuk tak keruan.

   "Tidak, nona, aku hendak membantumu melepaskan ember ini"

   Kata si Blo'on.

   Dia semakin bingung karena nona itu terus menerus melonjak-lonjak saja.

   Tanpa disadar, tangannya mencekal ember kencang.

   Kim-lian melonjak ke atas dan Bloon menekan ke bawah, sudah tentu ember makin menyusup kencang ke kepala si nona.

   Karena tak kuat menahan kesakitan dan tak dapat bernapas, Kim lian berontak.

   Ia menendang perut Blo'on sekuat-kuatnya, duk ...

   "Aduhhh .."

   Bloon menjerit kesakitan.

   Perut tertendang ujung kaki, membuat Blo'on kesakitan dan rubuh.

   Tetapi tangannya masih mencekal ember erat-erat sehingga ...

   Bluk ...

   Blo'on jatuh tetapi Kim-lianpun dibawanya jatuh juga.

   Celakanya malah nona itu yang jatuh lebih dulu dan Bloon jatuh menimpah ke tubuh si nona.

   Duk, gundul si Blo'on membentur dada Kim lian sekeras-kerasnya .."Aduh,"

   Bloon menjerit lalu bergeliatan bangun. Tetapi secepat itu ia terus menyambar ember lalu ditariknya keluar dari kepala Kim-lian.

   "Ah,"

   Bloon menghela napas longgar karena telah berhasil mencabut ember dari kepala si nona. Tetapi ketika memandang kearah Kim-lian ternyata nona itu masih rebah di lantai.

   "Nona, mengapa engkau tidur di lantai? Bangunlah,"

   Ia mengguncang-guncang tubuh nona itu supaya bangun. Tetapi Kim-lian tetap meram. Karena beberapa saat tak dapat membangunkan Kim-lian, Bloon heran. Dipandangnya muka nona itu. Ah, ia terkejut.

   "Mengapa mukanya terdapat bintik-bintik merah?"

   Serunya heran.

   "tadi dia cantik sekali, mengapa sekarang banyak bintik-bintik merahnya ?"

   "Hi, hi"

   Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa itu sipemuda Liok.

   "Mengapa engkau tertawa."

   Tegur Blo'on.

   "Engkau memang tolol,"

   Seru pemuda Liok itu "nona itu pingsan, mana bisa hendak engkau bangunkan."

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hai ?"

   Blo'on berteriak kaget.

   "pingsan? Mengapa dia pingsan ? Siapa yang membuatnya pingsan ?"

   "Dia pingsan karena kepalanya tertutup ember dan ember itu masih terdapat sisa air panas yang mengguyur mukanya. Dia tentu kesakitan sekali. Lalu engkau hendak membantunya melepas ember itu tetapi engkau malah menekannya sehingga lebih masuk lagi."

   "O,"

   Bloon mendesuh.

   "tetapi dia memang tak kenal budi Masa aku memberi pertolongan malah perutku ditendang"

   Pemuda Liok itu tertawa .

   "Engkau bukan menolong tetapi malah mencelakainya Sudah tentu dia marah dan menendang perutmu. Karena engkau rubuh, engkau bawa dia rubuh sekali di kepalamu menimpah dadanya. Itulah sebabnya mengapa dia pingsan."

   "O,"

   Kembali Rlo'on mendesuh.

   "lalu bagaimana menolongnya ?"

   "Tak perlu terburu-buru menolongnya. Biarkan dia pingsan dulu."

   "Ho, apakah engkau tak kasihan ?"

   Tana Bloon.

   "Kasihan sih kasihan, tetapi aku lebih kasihan kepada engkau"

   Kata pemuda itu.

   "Aku ? Mengapa ? Aku tak tak apa-apa mengapa engkau kasihan kepadaku. Sebaliknya nona itu kesakitan dan pingsan, engkau tak kasihan. Bagaimana engkau ini ?"

   Seru Bloon Pemuda itu tertawa ."Kalau dia kutolong dan sadar dari pingsan, bukankah engkau yang celaka ? Bukankah dia nanti akan marah dan memukul engkau lagi ?"

   "O, benar,"

   Seru Blo'on.

   "aku sendiri heran mengapa dia begitu bengis kepadaku. Lalu bagaimana, apakah engkau hendak membiarkan saja dia pingsan di lantai ?"' "Tidak,"

   Sahut pemuda Liok lalu menghampiri dan terus mengangkati tubuh Kim-lian dibaringkan di atas pembaringan. Ia memijit beberapa bagian dari tubuh nona itu.

   "Hai, mengapa engkau hendak menyadarkannya ? Apakah engkau menghendaki dia supaya menyerang aku ?"

   Teriak Blo'on. Pemuda itu hanya tertawa .

   "Kebalikannya, telah kupijat jalan darah pelemasnya. Walaupun nanti dia sadar, tetapi dia tak berkutik."

   "O, mengapa ? Apakah engkau tak suka kepadanya ?"

   Seru Blo'on pula. Pemuda itu tertawa pula .

   "Apakah engkau kira aku suka kepadanya ?"

   "O, aneh ..."

   Habis berkata Bloon terus terputar tubuh dan ayunkan langkah.

   "Hai, hendak kemana engkau?"

   Teriak pemuda itu.

   "Kemana lagi kalau tidak balik ke dapur"

   Sahut Blo'on seenaknya.

   "Bodoh !"

   Teriak pemuda itu pula.

   "mengapa engkau harus kembali ke dapur lagi ? Mau apa ?. Apakah engkau ini bujang Ah moy yang aseli ?"

   Blo'on seperti disadar. la berdiri tertegun lalu berpaling .

   "Apakah engkau lihat aku ini tak menyerupai Ah-moy ?"

   "Ih", desis pemuda itu.

   "sudah sejak engkau masuk kedalam kamar ini aku curiga. Dan setelah kuawasi benar benar, makin jelas kalau engkau ini bukan bujang perempuan sungguh-sungguh tetapi seorang banci"

   "Banci ?"

   Ulang Blo'on.

   "aku tidak banci""

   Kalau tidak banci, engkau ini lelaki atau perempuan?"

   "Lelaki !"

   Pemuda Liok tertawa mengikik karena desakan telah berhasil. Katanya pula .

   "Kalau lelaki mengapa engkau berpakaian seperti orang perempuan?"

   "Bukan kemauanku sendiri tetapi kedua kakek itu yang memaksa."

   "Siapa kedua kakek itu ?"

   "Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih".

   "Kerbau Putih ? O. kalau begitu yang dikata kan nona tadi memang benar kalau engkau ini bangsa siluman ?"

   "Tidak, aku bukan siluman. Kakek Kerbau Putih itu seorang manusia juga, tua dan bungkuk"

   "Tetapi siluman memang bisa menjelma jadi manusia, engkau harus hati-hati,"

   Kata pemuda Liok.

   "O, baiklah,"

   Seru Blo'on.

   "nanti akan kutanya kepadanya, apakah ia itu siluman atau bukan"

   Habis berkata Bloon terus hendak pergi lagi.

   "Hai, hendak kemana engkau?"

   Seru pemuda itu "Mencari kedua kakek kawanku,"

   Sahut Blo'on "Nanti dulu, jangan terburu-buru pergi. Aku hendak bertanya kepadamu,"

   Kata pemuda Liok.

   "Huh, ingat aku bukan bujang perempuan, aku orang lelaki, jangan engkau main gila kepada ku,"

   Kata Blo'on. Merahlah wajah pemuda itu. Wajahnya yang cakap tampak ayu sekali.

   "Aku hendak bertanya, siapakah engkau ini sebenarnya ?"

   Tanya pemuda itu.

   "Aku ? Aku Blo'on."

   "Blo'on ?"

   Ulang pemuda itu.

   "ah, jangan bergurau. Nama itu kan nona tadi yang jengkel lalu memakimu blo'on. Masakan engkau benar-benar bernama bloon."

   "Benar,"

   Blo'on menegas.

   "memang aku ini si Blo'on"

   Pemuda itu kerutkan dahi menatap wajah Blo'on lekat-lekat, serunya.

   "Siapa yang memberimu nama itu?"

   "Seorang nona anakmurid Hoa-sau-pay,"

   Sahut Blo'on. Pemuda Liok makin mengerut .

   "Anakmurid Hoa-san-pay ? Siapa namanya?"

   "Ah, siapa ya namanya, aku sudah lupa. Tetapi memang benar dia yang kasih nama itu."

   "Mengapa engkau mau ?"

   "Mengapa tidak mau?"

   Balas Bloon.

   "bukankah nama itu enak didengar dan mudah diingat. Kalau terlalu sukar, aku tak dapat mengingat."

   "Tetapi kalau tak salah, engkau ini .."

   Baru pemuda Liok hendak berkata, Blo'on sudah menukas . '"Sudahlah, jangan mengurusi diriku. Aku hendak mencari kawan-kawanku"

   Habis berkata ia terus ayunkan langkah.

   "Tunggu,"

   Seru pemuda itu pula. Blo'on berhenti .

   "Tunggu apa lagi ?"

   "Akupun hendak mencari kedua kawanku,"

   Pemuda Liok terus menghampiri.

   "mari kita bersama-sama mencari mereka."

   Demikian keduanya segera keluar dari villa indah itu dan menuju ke bagian tengah. Tiba-Tiba pula pemuda Liok menegur .

   "Hai, ya aku ingat sekarang. Bukankah engkau yang jadi patung dalam kuil di tengah hutan itu ?"

   "O, engkau pemuda yang datang bersama dua orang lelaki tua dikuil itu ?"

   Blo'on balas bertanya. Pemuda Liok mengiakan lalu bertanya lagi "Mengapa engkau menjadi patung ?"

   "Itu sih gara-gara kakek Kerbau Putih yang suruh aku jadi patung Dia bilang, kalian ini mungkin bangsa penjahat maka lebih baik jadi patung supaya jangan kalian ganggu,"

   Blo'on menerangkan.

   "Apakah engkau lihat aku ini seorang penjahat ?"

   Tanya pemuda Liok.

   "Kalau melihat wajahmu, tidak,"

   Kata Bloon "tetapi entah hatimu, aku tak tahu."

   Pemuda Llok tertawa .

   "Siapa yang tahu hati orang? Seperti siapakah yang tahu pikiran orang? Kalau melihat wajahmu, engkau ini pintar. Tetapi ternyata engkau seperti orang bloon."

   "Tidak seperti tetapi memang namaku Blo'on."

   Kata Blo'on dengan bangga.

   "Ih, aneh, mengapa engkau tampak bangga dengan nama itu ?"

   Pemuda Liok heran.

   "Sudah tentu bangga,"

   Kata Blo'on.

   "karena di dunia ini hanya aku seorang yang bernama Blo'on. Orang tentu pilih nama yang bagus-bagus dan indah-indah. Tetapi apa peduliku. Yang penting kan hatinya. pikirannya .."

   Tiba-Tiba Blo'on berhenti. Berbicara tentang pikiran, ia lalu bertanya .

   "Apakah yang menyebabkan kita bisa berpikir ?"

   "Otak."

   Kata pemuda Liok.

   "Hai, benar, benar !"

   Seru Blo'on.

   "otakku hilang maka aku tak dapat mengingat apa-apa yang telah lalu."

   Pemuda Liok terbeliak .

   "Otakmu hilang ? Siapa yang bilang begitu ?"

   "Siapa lagi kalau bukan gadis murid Hoa-san pay yang memberi nama Blo'on kepadaku itu. Dia bilang otakku hilang dan harus diobati dengan Otak naga."

   "Apa ? Otak naga ?"

   Ulang pemuda Liok.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ya, otak naga,"

   Sahut Bloon.

   "apa engkau belum pernah melihat naga ? Otaknya dapat menyembuhkan orang yang pikirannya hilang."

   "Yang kulihat hanya naga dalam gambaran tetapi naga yang sesungguhnya belum pernah tahu. Mungkin didunia ini tiada orang yang pernah melihat naga "

   "O. bodoh benar engkau dan orang-orang itu,"

   Seru Blo'on.

   "naga itu tempatnya di Laut Hitam. Aku memang hendak kesana untuk menangkap naga ini"

   Pemuda Liok makin terbelalak heran. Dipandangnya Blo'on lekat-lekat lalu bertanya.

   "engkau tentunva tidak gila, bukan ?'"

   "Ya, aku memang tidak gila,"

   Sahut Blo'on "hanya saja pikiranku kosong tak dapat mengingat peristiwa yang lalu."

   "Siapa namamu yang sesungguhnya ?"

   Tanya pemuda Liok pula.

   "Justeru itulah yang akan kucari. Aku sendiri lupa siapa diriku ini."

   "O, aku kenal siapa engkau ini,"

   Tiba-tiba pemuda Liok berkata.

   "Benar ?"

   Blo'on terkejut.

   "siapa aku ini ?"

   "Engkau adalah Yu-yong suko, putera suhuku yang telah menutup mata,"

   Kata pemuda itu. Bloon terbeliak lalu berseru .

   "Siapa nama suhumu ?"

   "Jari-sakti Kim Thian cong !"

   "Hai, Kim Thian cong ?"

   Teriak Blo'on. Sudah tentu pemuda Liok itu ikut terkejut juga. Ia mengatakan Blo'on itu putera Kim Thian-cong.

   "mengapa anak itu malah terkejut mendengar , nama ayahnya ?"

   "Mengapa ?"

   "Kim Thian-cong itu jelas masih hidup !"

   Seru Blo'on. Pemuda Liok melongo, serunya sesaat kemudian "Jangan gila, suhuku sudah menutup mata, tetapi..."

   "Tetapi bagaimana ?"

   Kali ini Blo'on yang terbeliak.

   "Tetapi mayatnya telah dicuri orang ..."

   "Hai !"

   Blo'on menjerit kaget.

   "mayatnya dicuri orang ? Siapa pencurinya ? Mengapa engkau memperbolehkan pencuri itu membawa mayat suhumu "Gila omonganmu itu."

   Pemuda Liok menggeram.

   "siapa yang memperbolehkan ? Kalau tahu tentu kubunuh pencuri itu. Tetapi kita sama sekali tak tahu siapa pencurinya."

   "Celaka !"

   Blo'on menggumam.

   "buat apa orang mencuri mayat suhumu ?"

   "Entahlah, tanya saja nanti pada pencurinya kalau sudah ketemu. Aku memang sedang mencari siapa pencuri itu,"

   Kata pemuda Liok.

   "eh, engkau mengatakan kalau Kim Thian-cong suhu hidup lagi. Bagaimana engkau tahu ."

   "Ya, memang,"

   Jawab Bloon.

   "dia tentu mencuri karena hendak menghidupkan suhumu lagi."

   "Sudahlah, jangan linglung,"

   Tukas pemuda Liok.

   "terangkanlah bagaimana engkau tahu kalau suhuku hidup ?"

   "O. itu. Ketika aku bersama kedua kakek datang ke gereja Siau lim-si, datang juga seorang lelaki berpakaian hitam yang mengaku sebagai sebagai utusan Kim Thian-cong. Orang itu menyerahkan surat undangan kepadaSiau-lim-si suruh datang kegunung Hong-san untuk menghadiri rapat"

   "Rapat apa ?"

   Tanya pemuda Liok.

   "Kim Thian cong hendak mengadakan rapat dan mengundang semua orang-orang persilatan. Dia hendak suruh partai-partai persilatan bubar dan menggabungkan diri pada perkumpulan yang hendak dibentuknya. Pemuda Liok terkejut .

   "Perkumpulan apa ?"

   "Perkumpulan baru yang diberinya nama Seng lian-kau atau Teratai Suci. Barangsiapa tak menurut akan dibunuh. Dengan begitu jelas kalau suhumu itu memang hidup kembali dan sekarang tinggal di Hong san. Kalau engkau hendak menemui, kesanalah saja."

   Pemuda Liok memandang Blo'on pula. Dia matanya pemuda itu dengan tajam. Ingin ia medapat kepastian, apakah Blo'on itu seorang pemuda normal atau memang otaknya sudah hilang seperti yang dikatakan sendiri itu.

   "Mengapa engkau melihati aku saja "

   Tegur Blo'on.

   "apakah engkau tak percaya keteranganku itu ? Kalau tak percaya silahkan bertanya ke Siau lim-si. Kalau aku bohong, boleh potong kepalaku!"

   "Baiklah, anggap saja kalau hal itu memang sungguhsungguh"

   Kata pemuda Liok.

   "tetapi mengapa tampaknya engkau ayem-ayem saja mendengar berita itu?"

   Blo'on kerutkan alis .

   "Lalu engkau suruh aku bagaimana ?"

   "Aneh,"

   Pemuda itu membanting-banting kaki pada lantai.

   "bukankah Kim Thian-cong itu ayahmu ?"

   "Tidak,"

   Sahut Blo'on.

   "aku bukan anak Kim Thian-cong tetapi putera raja".

   "Hah?"

   Pemuda itu ternganga mulutnya.

   "engkau putera raja ? Siapa yang bilang ?"

   "Somali".

   "Siapa Somali itu ?"

   Mata pemuda Liok membelalak makin lebar.

   "Apa engkau belum kenal Somali ? Celaka!"' seru Blo'on.

   "Somali itu pengawal dari raja. Karena dia berani main gila dengan selir raja, dia dihukum dalam sebuah guha. Kakinya dirantai dan ditaruh dalam kerangkeng besi. Hah, mengerikan sekali. Karena bertahun-tahun dalam keadaan begitu dia sampai tak dapat berdiri lagi. Sekarang terpaksa dia harus tinggal dalam guha menjaga isten kakek Lo Kun dan kekasih kakek Kerbau Putih. Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih sekarang hendak mengantar aku ke kota raja menghadap raja. Kalau sudah ketemu, baru nanti kedua kakek itu akan kembali ke guha dan tinggal bersama Somali ..."

   "Berhenti !"

   Teriak pemuda Liok sekeras-kerasnya seraya menutupi kedua telinganya.

   Rupanya ia muak mendengar Blo'on mengoceh seperti hujan mencurah.

   Saat itu mereka tiba diujung lorong dan hendak melintasi halaman.

   Tiba-Tiba dua sosok tubuh berhenti di tengah halaman itu.

   Rupanya orang itu hendak menuju ke tengah markas tetapi karena mendengar suara orang menyuruh berhenti, mereka berhenti.

   Pada hal pemuda Liok itu menghentikan ocehan Bloon tetapi orang itu mengira kalau mereka yang disuruh berhenti.

   Pemuda Liok dan Blo'on terkejut ketika melihat dua orang nona berdiri ditengah halaman.

   Karena sudah kepergok pemuda Liok dan Blo'on tak dapat bersembunyi lagi.

   Terpaksa keduanya menghampiri dua sosok orang itu.

   "Siapa engkau !"

   "Siapa engkau !"

   Pemuda Liok menegur tetapi berbareng dengan itu kedua orang itupun menegur sehingga kedua saling menegur dalam waktu yang sama.

   "Ci Kwi-hwa, kedua orang itu mencurigakan sekali. Kita belum pernah tahu !"

   Kata salah seorang yang bertubuh agak kecil. Ternyata kedua orang itu adalah Lo Kwi-hoa dan Seng Bikiok, murid keenam dan ketujuh dari Hu Yong siancu. Keduanya malam itu bertugas meronda.

   "Ya, siapakah kalian ?"

   Tegur Kwi-hoa seraya maju menghampiri. Demi melihat pemuda Liok dan seorang pemuda gundul yang mengenakan pakaian perempuan, ia berteriak .

   "Hai, engkau orang banci dari mana, mengapa engkau berani masuk kedalam markas ini !"

   "Nona, akulah pemuda yang ditawan dua hari yang lalu. Tadi aku habis melayani nona Kim-lian lalu disuruh kembali ketempatku lagi,"

   Cepat pemuda Liok memberi jawaban.

   "O,"

   Desuh Kwi hoa yang cepat berganti nada ramah karena melihat pemuda Liok itu bertampang cakap sekali.

   "tetapi siapakah si banci ini?"

   "Dia ... dia bujangku"

   Akhirnya pemuda Liok menjawab.

   "Aku ..."

   Karena dianggap sebagai bujang dari pemuda itu, Blo'on hendak memberi penjelasan dan memberitahukan siapa dirinya.

   Tetapi cepat-cepat pemuda Liok menginjak kakinya keras supaya dia diam.

   Karena cuaca di halaman gelap, jadi gerakan pemuda Liok itu tak sampai ketahuan kedua nona itu.

   Kwi-hoa berpaling kearah sumoaynya Bi-ki dan tersenyum, matanya bersinar-sinar.

   Kemudian ia menarik tangan Bi-kiok diajak menuju ke tepi halaman yang terpisah belasan langkah dari tempat pemuda Liok.

   "Jit-moay,"

   Bisik Kwi-hoa. Ia menyebut Bi kiok sebagai Jitmoay atau adik seperguruan yang ketujuh.

   "enak-enak saja Kim-lian sam-suci bersenang diri. Sebaliknya kita berdua disuruh meronda"

   Bi-kiok mengangguk .

   "Memang, para suci kita itu tak adil. Lihat tuh toa-suci San-hoa, masakan tiap malam dia bersenang senang dengan putera tihu. Kita tak pernah diberi kesempatan untuk menemani putera tihu itu."

   "Ya, oleh karena itu kita harus berusaha mencari sendiri, maukah engkau bantu membantu dengan aku, jit-moay ?"' tanya Kwi-hoa.

   "Bagaimana caranya ?"' tanya Bi-kiok.

   "Begini,"

   Ia membisiki kedekat telinga Bi-kio "pemuda yang ini cakap sekali.

   Maksudku, kita boleh bergilir menemaninya malam ini.

   Aku dulu yang menemani dan engkau yang meronda seorang diri Kira-Kira dua jam lagi, ganti engkau yang mencmai dan aku yang meronda."

   Bi-kiok gembira tetapi tiba-tiba ia bertanya "Tetapi apakah para suci dan sumoay yang lain takkan mengetahui rencana kita ?"

   "Ah, saat ini sudah lewat tengah malam, mereka tentu sudah tidur mendengkur. Dan empat jam lagi kita sudah bebas tugas."

   Kata kwi-hoa "Baiklah,"

   Sahut Bi-kiok.

   "Apabila ada bahaya atau gangguan, cepat-cepat engkau memberitahu kepadaku."

   Kata Kwi-hoa. Demikian mereka kembali ketempat pemuda Liok dan. Bloon lagi.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Di mana kamarmu ""

   Tanya Kwi-hoa kepada pemuda Liok.

   "Aku tinggal di belakang.

   "

   Sahut pemuda itu sekenanya saja.

   "Ketahuilah, malam ini kami berdua yang meronda. Setiap orang yang keliaran keluar, akan kutangkap. Berbahaya kalau kalian berdua berjalan sendiri. Mari kuantarkan"

   Kata Kwi-hoa. Pemuda Liok bingung juga. Kalau menolak, orang tentu curiga Kalau mengiakan, ah. ia dapat menduga maksud kedua nona itu.

   "Apakah nona juga murid dari Partai Melati "

   Tanyanya.

   "Ya, aku Lo Kwi hoa murid ke enam dari Ku Yong siancu dan ini sumoayku yang ke tujuh Seng Bi-kiok."

   Akhirnya pemuda Liok terpaksa meluluskan diantar kedua nona itu. Baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba terdengarlah genta bertalu talu dengan gencar.

   "Genta itu sebuah genta raksasa yang ditaruh di paseban Lian bu-thia ialah paseban untuk berlatih ilmusilat. Genta raksasa itu dipakai untuk berlatih ilmu tutukan jari, ialah sebagai sasaran untuk di-tutuk dengan jari. Tetapi selain itu. apabila markas timbul bahaya, genta itu dipalu sebagai pertandaan bahaya. Tengah malam buta genta bertalu-talu nyaring, sudah tentu seluruh penghuni markas Lembah Melati terperanjat bangun. Mereka segera keluar dari kamar masing-masing dan cepat berkumpul kepaseban Lian-bu-thia. Memang demikianlah perintah Hu Yong siancu Bila terjadi bahaya, sekalian anakmurid tak boleh gugup dan bertindak sendiri tetapi harus lekas berkumpul ke paseban Lian bu-thia untuk menerima perintah.

   "Wah. celaka,"

   Kata Kwi-hoa, rupanya dalam markas telah timbul bahaya. Mengapa kita tak tahu "Ya, liok-suci"

   Kata Bi-kiok.

   "kitapun harus lekas-lekas berkumpul ke Lian-bu thia. Lalu bagaimana dengan kedua orang ini ?"

   Kwi hoa merenung diam. Rupanya dia tengah cari akal. Beberapa saat kemudian ia berkata kepada pemuda Liok .

   "Kuantar dulu kalian kekamar-ku dan untuk sementara engkau tinggal saja disitu"' "Ah. lebih baik aku kembali kekamar sendiri saja,' kata pemuda Liok.

   "Tidak !"

   Seru Kwi-hoa.

   "aku hanya sebentar dan tentu segera datang."

   Demikian pemuda itu dan Blo'on lalu diajak kesebelah timur ujung halaman dan masuk ke dalam sebuah villa kecil yang menjadi tempat kediaman Kwi-hoa.

   Kwi-hoa dan Bi-kiok terus bergegas menuju ke paseban Lian-bu-thia.

   Ternyata di paseban itu sudah berkumpul beberapa suci dan Mimoay mereka.

   Tetapi mereka heran mengapa tak melihat Ting San-hoa, toa-suci mereka yang menjadi wakil pimpinan markas.

   Tetapi itu masih belum mengherankan.

   Yang lebih membuat kedua nona itu terkejut ialah terdapatnya tiga bujang perempuan, ialah bujang Bwe bujang tua An dan bujang muda Ah-moy.

   Ketiga hujang itu menangis.

   Dan yang lebih membuat ke dua nona itu terbeliak melongo ialah bujang muda Ah-moay ternyata gundul kepalanya.

   "Ai, liok-sumoay dan jit-sumoay, engkau baru datang."

   Seru Lim Sian, murid kelima dari Hu Yong siancu. Dia menyebut Kwi-hoa liok-sumoay atau adik seperguruan keenam Bi kiok sebagai jit-sumoay atau adik seperguruan ketujuh.

   "Ya, ngo suci,"

   Kata Kwi-hoa.

   "apakah yang telah terjadi ini"

   "Markas telah dikacau orang,"

   Sahut Lian Sian.

   "apakah engkau tak melihat musuh yang menyelundup kedalam markas ?"

   "Tidak,"

   Sahut Kwi-hoa dan Bi-kiok.

   "Aneh,"

   Kata Lim Sian.

   "bukankah malam ini jatuh giliran kalian yang meronda,?"

   "Ya, tetapi diluar lembah tak tampak suatu apa yang mencurigakan."

   Kata Kwi-hoa lalu bertanya.

   "sebenarnya apakah yang telah terjadi, ngo-suci ?"

   "Ketiga bujang itulah yang membunyikan genta sehingga aku bergegas-gegas lari kemari."

   Ka ta Lim Sian.

   "Sudahkah ngo-suci menanyai mereka ?"

   Tanya Bi-kiok.

   "Mereka hanya menangis gerung-gerung dan tak dapat menjawab yang jelas,"

   Kata Lim Sian.

   "Baiklah, kita tanya dulu, agar kalau toa-su ci San-hoa datang, kita sudah dapat memberi keterangan"

   Kata Bikiok seraya menghampiri ketempat ketiga bujang itu.

   "Hai, bibi Bwe dan bibi An dan engkau juga Ah moay,"

   Ia mulai bertanya.

   "mengapa kalian' memukul genta ?"

   Apakah yang telah terjadi ?"

   Bujang perempuan Bwe dan An karena sudah tua, mereka agak gugup. Ah-moaylah yang menjawab .

   "Ai, celaka, nona. Tawanan di guha Kumbang Hitam lolos dan aku, hu. hu, hu "

   Ah-moy menangis lagi dengan keras, la jengkel dan marah.

   "Mengapa Ah-moay ?"

   Tegur Bi-kiok.

   "Mereka telah.. telah mencukur rambutku! sampai begini kelimis ..."

   "Siapakah tawanan itu ? Berapa jumlah yang lolos ?'.

   "Tiga orang, dua orang kakek tua dan seorang masih muda,"

   Kata Ah-moy.

   Diam-Diam Kwi-hoa membayangkan pemuda itu dan si Blo'on yang ditemuinya itu.

   Mereka berdua masih muda tentu bukan seperti yang dimaksud Ah-moy.

   Maka ia memutuskan lebih baik tak mengatakan hal itu kepada Lim Sian.

   Apalagi kalau mengatakan tentu banyak urusan dan akan menggagalkan rencananya untuk menemani pemuda itu "Bagaimana mereka meloloskan diri ?"

   Tanya Bi-kiok pula. Ah-moay lalu menceritakan bagaimana mereka telah disiasati oleh ketiga orang itu sehingga akhirnya diringkus dan diikat. Untung bibi Ho datang ke guha tawanan itu dan dapat melepaskan mereka kalau tidak mereka tentu akan mati.

   "Hm, itulah Ah moy, upahnya orang yang genit dan ingin mencari kesenangan dengan orang tawanan. Kalau toa-suci San-hoa tahu, engkau tentu dimaki-maki,"

   Kata Bi-kiok. Mendengar toa-suci San-hoa disebut. bertanyalah Kwi hoa kepada Lim Sian .

   "Ngo-suci,aneh, mengapa toa-suci tak datang ?"

   "Hm, mungkin dia keletihan dan tidur pula"

   Sahut Lim Sian.

   "Mengapa ?"

   "Uh, malam ini dan boleh dikatakan tiap malam dia tentu tidur bersama putera tihu itu,"

   Jawab Lim Sian dengan nada agak kurang puas.

   "Ih ..."

   Kwi-hoa mendengus pelahan.

   "tetapi mana yang lainnya. Mengapa Kim-lian sam suci dan Siu-lan si suci juga tak kelihatan ? Aneh"

   "Ya, kemanakah kedua orang itu ?"

   Lim sian sendiripun ikut merasa aneh.

   Hu Yong siancu mempunyai 17 murid.

   Tujuh orang murid tingkat angkatan pertama.

   Dan sepuluh orang murid tingkat kedua.

   Dari ketujuh murid tingkat kesatu itu, yang satu ialah Ki Lian hong diajak Hu Yong siancu ke Lamhay.

   Saat itu di Lian-bu-thia sudah berkumpul tiga belas orang murid Partai Melati.

   Yang tak muncul ialah Ting San-hoa, Sui Kim-lian, Ho Siu lan.

   Oleh karena sampai beberapa saat belum juga keempat orang itu muncul, akhirnya Lim Sian tak sabar lagi.

   "Hayo, kita jenguk mereka"

   Katanya dengan mengajak Kwihoa dan Bi-kiok.

   Yang lain-lain disuruh tetap berada di paseban situ.

   Pertama ketiga nona itu menuju ke ruang Biau-him-tong atau ruang Jiwa-terbuai.

   Keadaan dalam ruang itu sunyi senyap dan gelap.

   Tak ada lampu penerangannya.

   "Aneh, mengapa ruang ini sunyi senyap"

   Kata Lim Sian.

   "bukankah disini malam ini dijadikan tempat bersenangsenang diri ?"

   "Mari kita jenguk kedalam,"

   Kata Bi-kiok seraya terus memutar grendel pintu.

   "hai, mengapa pintu tidak dikancing dari dalam ?"

   Nona itu terus melangkah masuk, menyulut korek dan nyalakan lilin.

   "Celaka !"

   Tiba-tiba Bi-kiok menjerit kaget sehingga Lim Sian dan Kwi-hoa menerobos masuk.

   Demi menyaksikan keadaan dalam ruang itu kedua nona itupun ikut melongo.

   Mereka melihat bujang perempuan Kiong tidur diatas pembaringan tak dapat berkutik.

   Ketika selimutnya dibuka ternyata bujang itu telanjang bulat.

   "Hai, bangun,"

   Bi-kiok mengguncang-guncang tubuh si Kiong tetapi bujang itu diam saja.

   "Liok-sumoy, jangan dipaksa, dia tertutuk jalan darahnya,"

   Kata Lim Sian. Bi kiok terkejut lalu memeriksa. Memang apa Yang dikatakan sucinya itu benar. Bujang Kiong tertutuk jalan darahnya. Bi-kiok berusaha untuk membuka jalan darah yang tertutuk itu tetapi tak mampu.

   "Aneh, mengapa luar biasa sekali ilmu tutukan orang itu ?"

   Gumamnya dengan geram. Lim Sian dan Kwi-hoapun berturut-turut mencoba untuk membuka jalan darah si Kiong yang tertutuk tetapi gagal.

   "Menilik ilmu tutukan ini, jelas orang itu tentu memiliki kepandaian sakti,"

   Kata Kwi hoa.

   "Atau mungkin bukan dari Tiong-goan. Menurut suhu, sumber ilmu kepandaian dari dunia persilatan Tiong-goan itu pada dasarnya sama. Demikian juga dengan ilmu menutuk jalan darah. Kalau kita tak mampu membuka jalan darah yang tertutuk itu, jelas kalau musuh tentu bukan tokoh dari dunia persilatan Tiong goan,"

   Kata Lim Sian. Kemudian nona itu berkata pula.

   "Biarlah, kita tinggalkan dia disini dan memeriksa kelain ruang"

   Mereka tiba diruang Hui-hun-tong atau ruang Jiwa-terbangke Nirwana.

   Juga ruang itu tampak sunyi dan gelap.

   Dan ketika Bi-kiok membuka pintu ternyata pintu tak dikancing.

   Ketegangan makin mencengkam ketiga nona itu ketika mereka melangkah masuk dan menyalakan lilin.

   Di ruang Hui-hun-tong itu dijadikan tempat bersenangsenang oleh Ho Siu-lan murid keempat dari Hu Yong siancu bersama Bok Kiang, guru silat pada kantor tihu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sebenarnya yang disuruh mengantar arak kesitu oleh bujang perempuan Kiong ialah Ah-moay alias Bloon.

   Tetapi karena tak tahu tempatnya Blo'on telah keliru masuk ke Biau hun-tong atau villa Jiwa lelap yang dipakai nona Sui Kim-lian bersama pemuda Liok.

   Tetapi karena terlanjur salah masuk, bujang Kiong disuruh menaruh hidangan arak kedalam kamar oleh Ho Sui lan.

   Bok Kiang mencari akal untuk menghadap nona murid keempat dari Hu Yong siancu itu.

   Akhirnya ia menggunakan akal untuk pura-pura melayani rayuan si nona.

   Setelah Siu-lan percaya penuh dan siap menyambutnya ditengah ranjang, tiba-tiba guru silat itu menutuk jalandarah sinona.

   Seketika nona itu tak dapat berkutik.

   Juga jalandarah pembisunya ditutuk agar jangan dapat berteriak.

   Setelah mengikatnya erat-erat, Bok Kiangpun keluar untuk mencari kawan-kawannya.

   Walaupun telah menduga bahwa dalam kamar itu tentu terjadi seperti dalam ruang Biau-hun tong tadi, namun tak pernah diduga oleh Lim Sian .Kwi-hoa dan Bi-kiok bahwa yang akan ditemukan dalam kamar itu adalah Ho Siu-lan, suci mereka yang nomor empat.

   Pun keadaan, nona itu seperti bujang Kiong.

   Telanjang bulat, hanya ditutupi dengan kain selimut.

   Lim Sian segera mencoba membuka jalandarah Siu lan yang tertutuk dan berhasil, Dengan kemalu maluan Siu lan terus hendak mencari pakaiannya tetapi ternyata dibawa oleh Kok Kiang.

   Maksudnya agar nona itu untuk beberapa waktu tak dapat keluar dari kamar itu.

   "Keparat benar guru silat itu."

   Siau-lan memaki panjang pendek.

   "Apakah yang telah terjadi si-suci ?"

   Tanya Lim Sian. Dengan singkat Siu lan lalu menuturkan ba...... Halaman 34-35 gak ada Lim Sian tergopoh-gopoh membuka jalandarah Ting Sanhoa, Beberapa jenak kemudian, San hoa dapat membuka mata dan mengerang pelahan.

   "Toa-Suci . , !"

   Seru Lim Sian dan. Kwi hoa aku Lim Sian dan liok sumoay Kwi-hoa."

   "Ih .."

   Tiba-tiba San hoa bangun serentak, lekas ambil pakaianku !"

   Kwi hoa mencarikan tetapi tak ketemu.

   "mana. toa-suci ?"

   "Di atas kursi"

   Kata San-hoa, Tetapi diatas kursi tak ada sepotong pakail pun juga.

   "Tidak ada, toa-suci"

   Kata Kwi-hoa.

   "tentu diambil orang !"

   "Keparat !"

   San-hoa memaki.

   "orang itu memang harus kubunuh !"

   San-hoa loncat turun dari ranjang dengan masih memakai selimut untuk membungkus tubuhnya.

   Ia mencari kian kemari tetapi pakaiannya memang tak ada.

   Pada saat ia menghampiri lemi kaca untuk memeriksa barangkali pakaiannya ditaruh di dalam situ, tiba-tiba ia menjerit seperti disambar petir.

   "Astaga ! Kepalaku ..rambutku kemana"

   Ia melengking dan meraung seperti seekor singa kelaparan. Lim Sian dan Kwi hoa sebenarnya sudah tahu tetapi takut untuk memberitahu, Keduanya hanya diam saja tak berani buka suara.

   "Lim Sian. Kwi-hoa, engkau berani menggunduli rambutku !"

   Serunya seraya maju menghampiri dengan mata merah dan wajah buas.

   "Toa-suci !"

   Teriak kedua nona itu dengan cemas.

   "bukan kami yang melakukannya. Aku tidur di kamarku dan lioksumoy melakukan ronda malam ini."

   San-hoa hentikan langkah .

   "Benarkah bukan kalian ?"

   "Wah, bagaimana toa-suci ini,"

   Kata Lim Siun kami berdua yang mencari dan menolong toa suci, bukan yang menggunduli. Lalu siapakah teman toa suci kemarin malam itu ?"

   "Tahukah kalian akan putera tihu itu ? Ke-manakah dia saat ini ?"

   Tanya Ting San-hoa.

   "Entahlah kami tak tahu"

   Sahut Lim Sian kemudian bertanya apakah Ting San-hoa perlu hendak menyuruh mereka mengambil pakaian.

   Ting Sah-hoa mengiakan.

   Lim Sianpuu minta Kwi hoa yang mengambilkan.

   Kemudian ia berkata kepada Ting San-hoa "Toa suci, masih ada seorang yang belum kami ketemukan ialah Sam-suci Kim-lian.

   Maka aku hendak mencarinya dan harap toa-suci suka menunggu kedatangan liok-sumoay,"

   "Ya, baiklah."

   Kata San-hoa.

   Lim Sianpun segeia tinggalkan ruang Lok-hun tong.

   Ia mencari kemana-mana tetapi tak mendapatkan Kim-lian.

   Akhirnya ia teringat akan villa tempat suhunya.

   Kesanalah ia menuju.

   Dan dugaannya memang tepat.

   Disitu ia menemukan Kim-lian dalam keadaan wajahnya penuh bintik-bintik merah dan pingsan.

   "Sam-suci, mengapa engkau begini ?"

   Tanya Lim Sian serta nona itu sudah sadar.

   "Bangsat, kemana Ah-moy ?"

   Teriak nona itu dengan marah.

   "Ah-moy ? Dia berada di Lian-bu-thia bersama sekalian sumoay"

   Kata Lim Sian.

   "Ah, bukan Ah-moy yang itu tetapi Ah moy palsu !"

   Seru Kim-lian makin marah karena menganggap Lim Sian tak cepat dapat menangkap kata-katanya.

   Pada hal ia belum menjelaskan sendiri.

   Dengan singkat Lim Sian lalu menuturkan apa yang terjadi malam itu.

   Kemudian ia menga jak Kim lian keluar.

   Kim-lian mengenakan kain kerudung hitam untuk menutupi mukanya yang masih terluka air panas itu.

   Baru kedua nona itu keluar dari villa mewah milik Hu Yong siancu, tiba-tiba mereka dikejutkan pula oleh suara genta bertalu-talu.

   Cepat kedua nona itu berlari menuju ke Lian-bu thia.

   Ternyata yang berada disitu hanya ketiga bujang Bwe, An dan Ah-moy.

   "Oh, nona Lian dan nona Sian, para nona sedang menuju kearah kebakaran.

   "Ah-moy menerangkan. Kim lian dan Lim Sian terkejut. Mereka ber paling. Memang dari penjuru markas tampak api memancarkan cahayanya merah ke langit sehingga hari yang sudah hampir pagi itu tampak terang. Asappun bergulung-gulung membubung ke angkasa.

   "Celaka, musuh telah membakar lembah kita,"

   Kata Kim lian seraya mengajak Lim Sian untuk menuju kebagian belakang markas.

   Belum berselang berapa lama dari kepergian gadis-gadis murid Partai Melati itu, muncullah seorang imam tua bersama seorang bujang perempuan tua yang memakai bedak tebal, bertubuh pendek.

   Demi melihat perempuan itu, serentak menjeritlah bibi Bwe .

   "Bangsat, itulah yang mencelakai aku. Dia memalsu diriku "

   Habis berkata bibi Bwe terus lari menyongsong orang yang menyaru jadi dirinya. Plak . karena marahnya bujang Bwe terus menampar muka orang yang menyaru jadi dirinya itu.

   "Hai ... !"

   Bujang Bwe menjerit kaget ketika melihat wajah orang itu.

   Seorang kakek tua yang berjanggut panjang.

   Karena kain penutup mukanya tertampar jatuh, tampaklah wajah orang itu dengan jelas.

   Memang yang datang itu Soh Hun kisu dan kakek Lo Kun si bujang Bwe palsu, kakek Lo Kun terkejut ketika bujang tua Bwe menyongsong nya dan terus menampar mukanya.

   Kakek Lo Kun terkejut, serunya .

   "Hai, mengapa engkau disini ? Bukankah engkau tidur dalam guha tawanan ?"

   "Tua keparat!"

   Maki bujang Bwe itu itu seraya hendak maju menerkam muka kakek Lo Kun tetapi kakek itu sudah cepat menghindar kesamping "Hai, jangan gila engkau, perempuan tua,"

   Bentak kakek Lo Kun, engkau harus berterima kasih kepadaku karena pekerjaanmu aku yang mewakili ..." 'Tua bangka. engkau mencuri pakaianku Hayo. lepas !"

   Bujang tua Bwe terus menerjang kakek Lo Kun..

   Kakek Lo Kun lari menghindar tetapi terus diburu.

   Dengan demikian kedua orang itu berlari-lari kejar-kejaran di sekeliling paseban Lianbu- thia.

   Tengah peristiwa itu berlangsung tiba-tiba dari arah barat muncul pula seorang pemuda bermuka pucat dengan diiring oleh seorang bujang perempuan tua.

   Demi melihat pemuda itu, berserulah Hun kisu dengan sangsi-sangsi girang .

   "Adakah kongcu ini Kho Pik giam kongcu putera Kho tihu Belum pemuda bermuka pucat itu menyawab muncul pula seorang lelaki setengah tua yang lari-lari menuju ke Lian buthia. terus memeluk muda bermuka pucat itu.

   "Ah, Kho kongcu, akhirnya kami berhasil menemukan kongcu ..."

   "O, Bok kausu,"

   Pemuda itu yang bukan lain memang Kho Pik-giam memeluknya dengan girang Kemudian Bok Kiang memperkenalkan pemuda itu dengan Soh Hun kisu.

   Apabila ketiga orang itu tengah bercakap-cakap adalah bujang perempuan itu yang celaka karena pada saat Soh Hun kisu menyambut Kho Pik giam, bujang perempuan An pun terus memaki perempuan yang mengiring Kho Pik-giam itu.

   "Hai. bangsat, penipu, engkau berani melucuti pakaianku dan mengikat tubuhku !"

   Habis memaki bujang An itu terus menyerbu wanita tua itu.

   "Celaka, dia berada disini."

   Diam-diam perempuan tua yang bukan lain dari penyaruan kakek Kerbau putih mengeluh. Sebelum bujang tua An sempat menerkamnya, ia sudah melarikan diri.

   "Hai, kembalikan pakaianku, bangsat tua !"

   Teriak bujang tua An seraya mengejar. Demikian di paseban Lian bu-thia itu berlangsung adegan yang lucu. Dua kakek yang berpakaian sebagai perempuan tengah dikejar oleh dua orang bujang perempuan tua. Mereka berlari-larian mengelilingi paseban itu.

   "Ho, engkau kakek Kerbau Putih ?"

   Tegur kakek Lo Kun demi melihat kakek Kerbau Putih disampingnya.

   "Ya, aku dikejar oleh perempuan yang kupakai pakaiannya itu."

   Sahut kakek Lo Kun."

   Dan mengapa engkau juga berlarilari ?"

   "Setan pendek, akupun dikejar juga oleh perempuan tua yang kupakai pakaiannya ini,"

   Sahut kakek Kerbau Putih.

   "Hayo, engkau harus cari akal bagaimana supaya kita dapat lolos ! Bukankah engkau yang suruh aku menyaru jadi perempuan ?"

   "Huh. tak usah mengomel, masakan menghadapi dua orang bujang perempuan tua saja kita tak mampu ?"

   Dengus kakek Kerbau Putih. Tetapi diam-diam ia memang belum menemukan akal. Tengah peristiwa itu masih berlangsung tiba-tiba muncul lagi seorang pemuda cakap bersama seorang bujang perempuan muda.

   "Hai. saudara Liok,"

   Teriak Bok Kiang menyambut Pemuda itu dengan gembira.

   "Siapakah pemuda ini ?"

   Tanya Kho Pik-giam kepada Bok kausu. Sudah tentu guru silat itu heran mendengar pertanyaan dari putera tihu.

   "Bukankah saudara Liok ini sute dari kongcu sendiri ?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Serunya heran.

   "Sute?"

   Kho Pik-giam mengulang heran.

   "aneh, mengapa aku belum kenal ?"

   "Maaf, Kho kongcu, aku Liok Sin-Iam seorang pengembara. Karena mendengar peristiwa kongcu hilang maka aku memberanikan diri menghadap Kho tihu. Agar dapat diterima maka aku mengaku sebagai sute kongcu,"

   Pemuda Liok itu memberi penjelasan tentang dirinya. Karena melihat pemuda Liok itu seorang pemuda yang cakap dan halus dan pula memang benar-benar telah mencurahkan tenaga untuk menolong dirinya. Kho Pikgiampun menghaturkan terima kasih.

   "Hai, engkau !"

   Tiba Ah moay berteriak dan terus lari ketempat Blo'on.

   "kembalikan rambutku dan pakaianku !"

   Blo'on terkejut ketika tahu-tahu seorang perempuan muda yang kepalanya ditutup dengan kain menyerbu dirinya.

   "Nanti dulu !"

   Blo'on songsongkan kedua tangannya kemuka untuk mencegah.

   "siapa engkau? Mengapa engkau hendak minta rambut dan pakaian dari aku ?"

   "Bangsat ! Engkaulah yang menggunduli rambutku dan memakainya."

   Dengan kalap Ah-moay terus merangsang dengan kedua tangannya mencakar muka Blo on. Blo'on terkejut dan menghindar ke samping tetapi rambutnya kena disamoar oleh Ah-moy terus ditariknya. Uh ... berobahlah kini Bloon .menjadi seorang laki yang gundul.

   "Hu, hu, hu . .

   "

   Tiba-tiba Ah-moy menangis.

   "rambut ini tak dapat tumbuh dikepalaku lagi..

   "

   "Jangan kuatir, pakailah bubur atau lem. Tadi akupun juga menggunakan bubur untuk mlekatkan rambut itu di kepalaku ..."

   "Jahanam engkau !"

   Sekonyong-konyong Ah moy timpukkan ikatan rambut itu kemuka Blo'on.

   Plok ..rambut tepat menampar muka Blo'on sehingga dia gelagapan dan berbangkis , ..Habis menimpuk, Ah-moy terus maju dan memukul Bloon.

   Duk ..aduh, Bloon menjerit karena hidungnya kena tinju Ahmoy.

   Tetapi diluar dugaan Ah moypun menjerit-jerit kesakitan sembari mendekap tangannya.

   Seperti yang telah diterangkan, tubuh Blo'on itu mengandung tenaga dalam yang luar biasa Blo'on tak dapat mengembangkan tenaga-dalam itu tetapi apabila dia dipukul tenaga-dalam itu akan memantul, Itulah sebabnya maka Ah-moy menjerit kesakitan.

   "Hai, Bloon, mengapa engkau juga disini"

   Teriak Kakek Lo Kun yang berlari-larian mendatangi bersama kakek Kerbau Putih.

   "Lho, kakek berdua juga . , .

   "

   Belum selesai Blo'on berkata tiba-tiba kedua kakek itu disekap belakang oleh bujang tua Bwe dan bibi An, Karena terkejut, kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih berontak, Kedua bujang perempuan itupun terlempar beberapa langkah dan terus jatuh.

   Kho Pik-giam, pemuda Liok, Bok Kiang Soh Hun kisu yang tahu duduk perkaranya, sama tertawa gelak-gelak ...

   Sesaat kemudian tiba-tiba pemuda Liok berkata.

   "Lebih baik kita cepat tinggalkan lembah ini."

   "Ya, benar,"

   Sahut Kho Pik-giam.

   "Tidak,"

   Tiba Soh Hun kisu berseru.

   "bakar dulu lembah ini baru kita pergi."

   "Tidak !"

   Tiba-tiba pula kakek Lo Kun menyeletuk.

   "jangan main-main engkau imam tua. Membakar lembah ini berarti membakar isteriku !"

   Soh Hun kisu melongo.

   "Apakah isteri kakek berada disini ?"

   Tegur Kho Pik-giam. Kakek Lo Kun mengangguk .

   "Ya."

   "Siapa namanya dan yang mana ?"

   "Namanya Sun Li-hoa, yang paling cantik sendiri itu."

   Kho Pik-giam terbeliak, katanya .

   "Tetapi murid-murid Partai Melati disini tak ada yang bernama pun Li hoa."

   "Uh, bagaimana engkau tahu ?"

   "Ting San-hoa yang menceritakan kepadaku"

   "Ya, benar, kakek,"

   Kata pemuda Liok pula nona Kim-lian juga pernah mengatakan begitu padaku."

   "Hai, kalian dua orang pemuda tolol. Jelas aku sudah bertemu sendiri dengan isteriku ketika naik kereta bersama seorang pemuda, mengapa kau berani mati mengatakan tidak ada !"

   Kakek Lo Kun marah-marah.

   Pemuda Liok terkejut.

   Bukan karena memikirkan soal isteri Lo Kun yang bernama Sun li hoa itu tetapi karena kata-kata si kakek tentang pemuda yang ditawan.

   Ya, benar, dalam markas Partai Melati ini memang masih terdapat tawanantawanan orang lelaki.

   "Saudara-Saudara sekalian,"

   Segera ia berkata setelah kita berhasil membebaskan Kho kongcu, sebaiknya jangan kepalang tanggung. Mari kita tolong pemuda-pemuda yang ditawan dalam markas ini !"

   Ternyata maksud pemuda Liok itu didukung sekalian orang. Hanya guru silat Bok Kiang yang agak membantah .

   "Aku setuju tetapi kurasa lebil baik salah seorang dari kita yang mengantarkat Kho kongcu pulang dahulu. Karena Kho kongci masih lemah. Yang lain-lain boleh melaksanakan usul saudara Liok itu."

   "Tidak, Bok kausu,"

   Kho Pik-giam menolak "aku cukup kuat. Aku ingin menolong juga mereka yang menjadi korban gerombolan wanita cabul di sini."

   Akhirnya mulailah rombongan itu menuju k bagian belakang markas.

   Mereka hendak mengeluarkan pemuda-pemuda yang ditawan di situ.

   Sebelum pergi mereka menutuk jalan darah Ah-moy supaya pingsan.

   Tak berapa lama dari kepergian merek berbondongbondonglah murid-murid.

   Partai Melati kembali ke paseban Lian bu-thia lagi.

   Alangkah kaget mereka ketika melihat beberapa tawanan yaitu pengacau tadi sudah lenyap.

   Yang ada hanya hanya perempuan tua bibi Bwe, bibi An dan Ahmoy yang menggeletak di tanah tak sadarkan diri.

   Ternyata dibeberapa tempat dari markas Partai Melati telah timbul kebakaran.

   Bangunan yang indah dan mewah dari markas itu telah habis di makan api.

   Mereka duga kebakaran itu tentu perbuatan dari rombongan putera tihu dan kedua kakek linglung itu.

   "Hai, kemanakah gerangan lari mereka ?"

   I tanya San-hoa dengan geram.

   "Kukira mereka tentu belum lari jauh. Kalau kita kejar tentu masih dapat menangkap mereka,"

   Kata Kim-lian dengan geram sekali. Memang diantara gadis-gadis murid Partai Melati, yang paling menderita ialah Ting San hoa karena rambutnya dicukur dan Sui Kim-lian yang muka nya melepuh merah karena tersiram air panas.

   "Ya, hayo kita kejar dan bunuh mereka!' kata Ting San-hoa. Ketiga belas murid Partai Melati itu segera menuju ke pintu gerbang. Ketika pintu dibuka, mereka terkejut melihat seorang lelaki berpakaian hitam dan mengenakan kerudung muka warna biru tegak ditengah pintu.

   "'Siapa engkau !"

   Tegur Ting San-hoa.

   "Adakah aku berhadapan dengan Hu Yong siancu pemimpin Partai Melati ?"

   Tidak menjawab, orang itu malah balas bertanya.

   "Suhu tak berada dalam markas. Akulah wakilnya."

   Sahut Ting San-hoa lalu mengulang pertanyaan pula.

   "Aku utusan dari Kim Thian-cong tayhiap pemimpin partai Thian-su-kau yang berpusat di gunung Thaysan untuk menemui Hu Yong siancu,"

   Kata orang itu.

   "Apa maksudmu ?"

   "Thian-su-kau ialah partai agama utusan Allah. Partai itulah yang akan mempersatukan dan menenteramkan dunia persilatan. Maka Kim kaucu telah mengirim surat undangan kepada semua partai persilatan dan tokoh-tokoh untuk menghadiri upaca ra peresmian berdirinya partai besar itu."

   "Lalu bagaimana partai-partai atau tokoh-tokoh persilatan yang tak mau ikut dalam partai Thian-si-kau itu ?"

   "Hanya ada dua pilihan. Ikut atau mati Partai-Partai persilatan harus membubarkan diri dan menyerahkan limu kepandaian partai masing-masing kepada Thian-su-kau Pemimpin kami akan mengajak para ketua partai persilatan untuk membahas dani menciptakan sebuah ilmusilat baru dari inti ilmu silat berbagai aliran dalam dunia persilatan. Nantinya didunia persilatan ini hanya ada satu partai persilatan dan satu aliran ilmusilat. Dengan demikian dunia persilatan takkan terjadi pertikaian dan pergolakan lagi."

   "Alangkah hebatnya !"

   Seru San-hoa sinis.

   "Memang,"

   Sahut utusan Baju Biru itu dengan bangga.

   "Kalau saja semua partai menurut saja seperti anak kecil."

   Sambut nona itu. Baju Biru terkesiap. Ditatapnya San-hoa dengan mata berkilat-kilat .

   "Lalu menurut anggapanmu, apakah suhumu juga akan menolak ?"

   "Partai Melati sebuah partai yang bebas. Tak ingin menguasai dunia persilatan dan tak suka terjun dalam kekeruhan dunia persilatan. Kami hidup tenang dalam lemoah yang sunyi dan terpencil. Mengapa harus ikut ramai-ramai dalam partai gabungan dari Kim tayhiap itu ?"

   "Itu suatu alasan untuk menghindar dari keharusan yang ditentukan oleh partai Thian-su-kau Suhumu boleh bersikap begitu tetapi harus membubarkan partai ini dan hidup seperti wanita biasa. Pun apabila secara perseorangan dia masih giat dalam dunia persilatan, berarti diapun harus i-kut dalam Thian-su-kau. Pendek kata setiap partai ilan tokoh persilatan harus masuk kedalam partai baru itu. Yang membantah, akan kehilangan nyawa."

   "Wah. garang benar, garang benar !"

   Seru Ting San hoa.

   Memang sebelum pergi, Hu Yon siancu sudah menceritakan tentang kemungkinan datangnya utusan dari dua Kim Thiancong Kin Thian-cong dari utara dan Kim Tnian-cong da selatan.

   Pun Hu Yong siancu menerangkan bahw Kim Thiancong itu sebenarnya sudah meninggal dunia.

   Tetapi entah bagaimana dewasa itu dalam dunia persilatan telah muncul dua tokoh yang menyebut dirinya sebagai Kim Thian-cong.

   Dua duanya mendirikan partai baru dan hendak memaksa semua partai persilatan meleburkan diri pada par tai baru itu.

   "Kewajibanmu hanyalah menyampaikan surat undangan ini kepada suhumu."

   Kata utusan itu seraya mengeluarkan sepucuk sampul dan menyerah kan kepada San-hoa. Setelah menerima, timbul pikiran San-hoa untuk menjajal kepandaian utusan itu. Maka iapun berkata .

   "Tugasmu menyerahkan surat sudah selesai. Sekarang mari kita bicara dalam suasa bebas."

   Sejenak utusan baju biru itu memandang gadis-gadis murid Partai Melati dengan tajam. Sepasang bola matanya memancarkan sinar berkilat-kilat dari seorang lelaki.

   "Ya, lalu apa maksudmu ?"

   Tanya orang itu "Sudah menjadi peraturan lembah Melati, bahwa lembah ini pantang diinjak oleh kaki orang lelaki. Setiap lelaki yang berani menginjakkan kaki ditanah ini, harus tinggal disini dan menurut perintah kami !"

   "O,"

   Desis orang itu.

   "kalau aku berkeras pergi ?"

   "Boleh saja,"

   Sahut San-hoa, asal engkau mampu lolos dari .barisan kami."

   Orang itu tertawa .

   "Bagus! Aku merasa gembira sekali dikepung oleh gadis-gadis cantik dari Lembah Melati ini !"

   San hoa tertawa sinis .

   "Jangan keburu bererang dahulu sebelum engkau benar-benar sudah lolos dari kepungan barisan Melati."

   "Baik,"

   Sahut orang itu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"lalu dimanakah kita akan mencoba kekuatan ?"

   "Engkau seorang tetamu, tentu harus kami layani dengan hormat. Mari silahkan masuk ke paseban Lian bu-thia. Disanalah kita nanti mempertunjukkan barisan itu kepadamu !"

   Orang itu tertawa lalu mengikuti rombongan anakmurid Partai Melati masuk kedalam markas, Tan hoa menuju ke paseban Lian-bu thia. Ketika mengamati keadaan markas itu, tiba-tiba utusan Baju Biru itu terkejut .

   "Hai, mengapa keadaan markas Partai Melati menjadi tumpukan puing ? Apakah telah terjadi kebakaran ?"

   "Ya, memang ada gerombolan pengacau yang telah membakar markas kami,"

   Sahut San-hoa.

   "tetapi itu urusan kami dan akan kami bereskan sendiri."

   "Siapakah yang membakar markas ini ?"

   Masih utusan itu menegas. San-hoa tertawa dingin .

   "Telah kukatakan peristiwa itu bukan urusan orang luar, maka janganlah engkau bertanya lebih jauh."

   "Siapa bilang aku tak berhak mencampuri urusan ini ?"

   Seru utusan Baju Biru itu.

   "ingat, dalam surat undangan itu, Thiansu- kau sudah menganggap bahwa semua partai persilatan di dunia persilatan ini sudah menjadi anakbuahnya. Thian su-kau wajib untuk melindungi anakbuahnya !"

   San-hoa tertawa mengejek .

   "Itu anggapan mu sendiri, bung. Tetapi kami Partai Melati belum tentu mau menjadi auggauta Thian-su-kau, hal itu masih menunggu keputusan suhu. Dan selama belum ada keputusannya, saat ini kami belum terikat hubungan apa-apa dengan Thian-su-kau !"

   "Hm, seorang budak perempuan yang pintar putar lidah,"

   Damprat utusan Baju Biru itu.

   "Thian su-kau bermaksud baik kepada kalian, mengapa kalian malah mengejek. Baik, rupanya kalau tidak kutunjukkan sedikit kepandaian, kalian tentu masih keras kepala."

   San-hoa tak mau banyak bicara. Segera Ia bertepuk tangan dan berseru.

   "Melati-mekar-dipagihari !"

   Mendengar itu serentak keduabelas gadis-gadis itu berhamburan dan berpencaran membentuk sebuah barisan yang melingkari orang itu.

   "Kami sudah siapkan barisan, silahkan engkau menerjang"

   Seru San hoa kepada orang Thian su-kau itu Orang itupun mendengus lalu mulai bergerak.

   Lebih dahulu ia membuka serangannya dengan jurus-jurus biasa.

   Setelah mengetahui bagaimana cara gerak barisan lawan, barulah ia robah gaya serangannya dengan gerak yang istimewa.

   Gerak Baju Biru itu memang aneh.

   Sebentar ia menerjang ke timur, sebentar lagi terus menyerang ke barat dan belum saja anakmurid Partai Melati yang menjaga disebelah barat bergerak, Baju Birupun sudah melesat ke utara.

   Kemudian belum berhantam dengan nona yang menjaga di utara, tibatiba Baju Biru sudah melenting menerjang ke selatan.

   Sepintas pandang gerakan orang itu mirip dengan seekor burung rajawali yang melayang-layang kian kemari.

   Barisan anakmurid Partai Melati terkejut melihat gaya serangan orang itu.

   Akhirnya mereka melakukan siasat tetap tenang.

   Kalau musuh menyerang disambut, kalau musuh diam.

   merekapun diam.

   Siasat itu ternyata menggagalkan rencana Baju Biru.

   Dia menggunakan siasat menyerang kalang kabut agar barisanpun ikut kalang kabut.

   Ternyata siasatnya itu tak menghasilkan.

   Tiba-Tiba Baju Biru merobah gerakannya.

   Kini ia tegak berdiam diri ditengah barisan kemudian maju menyerang Gaya serangannya aneh sekali.

   Bukan secepat burung rajawali menyambar, melainkan selambat siput berjalan.

   Ketika mendekati barisan.

   ia gerakkan tangannya untnk memukul tetapi gerakan tangannya itu amat pelahan sekali di tampaknva seperti tak bertenaga.

   Mau tak mau terangsang juga anggauta barisan yang diserangnya itu.

   Ko Sui-hoa, seorang murid Partai Melati tingkatan kedua, yang kebetulan berada ditempat itu, serentak menyambar Itangan si Baju Biru.

   


Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung

Cari Blog Ini