Ceritasilat Novel Online

Pendekar Satu Jurus 14


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Bagian 14


nyum, tukasnya "Perkataanku pasti tidak meleset suatu hari pernah ku saksikan dengan mata kepalaku sendiri cara bagaimana Congpiautau berlatih ilmu silatnya.

   Sedemikian hebat kungfunya, biarpun kita berdua bergabung juga belum tentu mampu menahan tiga puluh jurus serangannya."

   Airmuka Lo Gi berubah, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi ia cemplak kudanya dan berlalu walaupun ia kurang percaya terhadap cerita Pian sau yan akan tetapi mau tak-mau juga harus mempercayainya.

   Liong-heng pat ciang Tham Beng duduk di kudanya sekukuh batu karang siapapun tak menyangka orang tua ini sudah sehari semalam duduk di atas kudanya tanpa beristirahat.

   Wajahnya masih tetap tenang, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya.

   Di tengah kegelapan hanya suara derap kuda yang terdengar memecah kesunyian, tiba-tiba dan depan debu beterbangan ke udara.

   Melihat itu, Liong heng-pat-ciang tertawa dingin, dengusnya.

   "Hm, ini dia, Sin Jiu Cian Hui ada main lagi!"

   Nadanya penuh rasa percaya pada diri sendiri dan juga angkuh.

   "Ah, permainan apapun yang akan dia lakukan juga tak akan mampu dikembangkan dihadapan Congpiautau!"

   Umpak pat-kwat-ciang Lui Hui sambil tersenyum.

   Liong heng pat-ciang Tham Beng tertawa "Sejak dulu kan sudah kukatakan kepadamu bahwa di dunia ini sama sekali tak ada urusan yang tak bisa diselesaikan? aku jadi teringat pada belasan tahun yang lalu pernah berjumpa seorang kusir kereta kuda yang bernama Ko put ki,"

   Sementara pembicaraan berlangsung dan depan muncul seekor kuda yang makin mendekat dengan cepatnya. Ketika si penunggang kuda itu mendengar ucapan terakhir Liong heng-pat-ciang yang terakhir.

   "Tahu apa?"

   Bentak Liong-heng-pat-ciang sambil menarik muka. Karena jawaban ini, si penunggang kuda tampak tertegun, bukan saja kelihatan gugup, sekujur badannya juga basah kuyup oleh keringat.

   "Ko put-ki "

   Ucapnya dengan tergagap.

   "Ko-put-ki. Ko-put ki apa?"

   Bentak Liong heng-pat ciang Tham Beng lagi dengan dahi berkerut "Ong Liat kenapa kian lama kelakuanmu kian mirip orang sinting, mana berbicara pun tidak jelas!"

   Ong Liat yang gugup dan mandi keringat ia semakin ketakutan ia tak berani menengadah cepat-cepat dicteritakannya semua kejadian yang berlangsung di Hok-gu-sau itu kepada majikannya.

   Berbicara sampai pada perbuatan Tok-jiu-ciang-wi yang pura-pura mati dengan tujuan membunuh Hui Giok.

   Liong heng-pat-ciang tampak tersenyum.

   "Sejak dulu sudah kutahu bahwa Kang hiante bukan seorang yang tolol ternyata dia memang mempunyai tujuan tertentu dengan perbuatannya itu. Ya dia memang seorang tangguh yang sukar dicari tandingannya."

   Walaupun senyuman juga menghiasi wajah Pat-kwa-ciang Lui Hui, tapi diam-diam ia merasa iri.

   Tapi Ong Liat lantas bercerita tentang Hui Giok mendadak melompat bangun dan Kang Tay-lik menelan kapsul racunnya untuk bunuh diri, air muka Liong-heng-pat ciang berubah hebat, ia menghela napas berulang kali, sedang Pat-kwa-ciang Liu Hui juga menunjukkan wajah menyesal meski dalam hati ia bersorak kegirangan karena Kang Tay-sik gagal berjasa.

   Tapi ketika Ong Liat melaporkan ada orang yang berniat akan membeberkan asal usul Tok ciang Kang Tay-sik, dengan murka Liong-heng-pat-ciang lantas berteriak.

   "Ke mana kaburnya orang itu? Apakah dia dibunuh Cian Hui?"

   "Tidak, tak dibunuh Cian Hui,"

   Ong Liat menggeleng kepala "tapi dia takkan lolos dari cengkeraman kita, sebab ketika hamba bersama Tio Kian dan Thio Seng berhasil kabur dari sana mereka berdua kuperintahkan untuk menguntitnya sendiri datang kemari untuk memberi laporan."

   Mendengar itu Liong-heng pat-ciang Tham Beng tertawa dingin.

   "Hehehe, Cian Hui tahu tak nanti kuampuni penghianat itu, maka ia pura-pura bermurah hati!"

   "Liu-hiante, jika Cian Hui tidak segera dilenyapkan dari muka bumi ini selamanya kita tak bisa hidup tenang."

   Meskipun air mukanya berubah hebat, tapi sikapnya tak kelihatan gugup.

   Tapi ketika Ong Liat melaporkan perbuatan Ko-put ki yang telah membongkar rahasianya tokoh yang gagah perkasa ini baru kelihatan gugup, tangannya yang mengelus jenggotpun gemetar.

   Setelah termenung sejenak, kemudian ia berkata dengan suara tertahan.

   "Masa semua orang percaya obrolan seorang kusir yang tak terkenal?"

   Ong Liat tak berani menjawab, dia hanya mengangguk saja.

   Dalam pada itu air muka Lo Gi, Pian Sau-yan serta Pat-kwa-ciang Liu Hui sama berubah juga, betapapun rahasia yang menyelimuti peristiwa yang pernah menggetarkan dunia Kangouw itu tak pernah diketahui oleh siapapun, bahkan Pat-kwa-ciang Liu Hui sendiri baru pertama kali ini mendengarnya.

   Sambil mengelus jenggotnya Liong heng pat-ciaag duduk tepekur di atas kudanya, kecuali rambut dan jenggot yang berkibar terhembus angin sekujur badan sama seakan tak bergerak, seolah- olah seorang pertapa yang sedang bersemedi.

   "Congpiautau "

   Bisik Pat kwa-ciang Liu Hiu dengan agak tergagap.

   Liong heng pat ciang mengulapkan tangannya memotong ucapan orang, ia jalankan kudanya perlahan ke depan, tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba ia putar kudanya dan tanpa mengucapkan sepatah katapun melarikan kudanya menuju ke arah yang lain.

   Lo Gi, Pian Sau-yan dan Pat kwa-ciang Liu Hui segera menyingkir memberi jalan, sesudah Congpiautau lewat, mereka bertiga saling pandang sekejap, akhirnya mereka menyusul ke sana.

   Liong-heng-pat-ciang melarikan kudanya ke sana dengan cepat, rambutnya yang telah beruban berkibar tertiup angin, begitulah hampir selama setengah jam ia membedal kudanya dengan cepat, walaupun Pat kwa ciang bertiga tak dapat melihat perubahan air mukanya, tapi mereka dapat menebak betapa kalut perasaannya waktu itu.

   Maka mereka pun tak berani bersuara, sedang mereka melarikan kuda masing-masing, mendadak Tham Beng menahan kudanya sehingga kuda mengangkat kaki depan ke atas, sementara kuda-kuda yang mengikut di belakangnya juga buru2 terhenti.

   Ringkikan kuda berkumandang, serentak rombongan menghentikan perjalanannya.

   Tiba-tiba Liong-heng-pat ciang berpaling dan bertanya dingin suara tertahan.

   "Liu hiante berapa banyak orang yang dapat dipakai di kantor pusat ibukota?"

   Pat-kwa-dang Liu Hin berpikir sebentar, lalu sahutnya.

   "Kurang lebih empat puluh orang."

   Pelahan Liong heng-pat ciang mengangguk "Dalam tiga hari, bisa kau kumpulkan berapa banyak jago2 tangguh dari seluruh kantor cabang kita?"

   Berdebar jantung Pat kwa-ciang Liu Hui, ia tahu majikannya telah siap untuk beradu kekuatan dengan Sin jiu Cian Hui. Lo Gi dan Piao Siau-yan yang mendengar pertanyaan itu ikut merasa tegang juga. Setelah termenung sebentar, kembali Liu Hui menjawab.

   "Bila kita kirim perintah dengan pos merpati dalam tiga hari kita bisa mengumpulkan dua puluh sembilan orang Piausu dan kurang lebih seratus orang anak buah, selebihnya..."

   "Cukup"

   Tukas Lioug-heng-pat ciang "Sau yan, sekarang juga berangkat ke Sik-ki-tin, kirim surat perintah ke seluruh kantor cabang dengan burung merpati, dan perintahkan kepada mereka yang mampu bertarung agar segera berangkat ke Kang-lam, yang sedang mengawal barang tetap mengawal barang, yang tak ada pekerjaan, isi kereta masing-masing dengan batu dan pura2 sedang mengawal barang, perintahkan kepada mereka untuk berkumpul di sepanjang penyeberangan di Buhan"

   "Terima perintah."

   Sahut Pian Sau-yan dengan semangat berkobar. Sambil berkerut kening Liong-heng-pat-ciang Tham Beng berkata pula dengan suara dalam.

   "Baik ada barang kawalan atau tidak, isi kereta masing-masing dengan batu!"

   Pian Sau-yan memberi hormat di atas kudanya kemudian mencambuk kuda tunggangannya dan berlalu dengan cepat. Setajam sembilu Liong heng-pat-ciang Tham Beng menyapu pandang anak buahnya, kembali ia berkata.

   "To hiante, sekarang juga berangkat ke Lam-yang dan mengadang Si Beng, Siang Hu, Kongsun Tay liok di sana, ajak mereka segera berangkat ke dermaga penyeberangan dan langsung menuju selatan, setibanya di Kanglam kumpulkan kembali ke-20 saudara kita yang bertugas di Ci-bun dan langsung berangkat ke Long bong-san-ceng, kecuali perempuan tua dan kanak-kanak, semua laki-laki yang tampak sehat ringkus seluruhnya, lebih baik diringkus dalam keadaan hidup-hidup, bila terpaksa boleh dibunuh, sesudah itu bakar Long-bong-san-ceng hingga rata dengan tanah."

   Walaupun merasa terkejut Lo Gi menyahut juga dengan nyaring.

   "Terima perintah!"

   Dengan mata membara terpengaruh hawa napsu membunuh, Liong-heng-pat-ciang melanjutkan kata katanya.

   "Bila tugas ini tak berhasil kau laksanakan, tak usah datang menjumpai diriku lagi, bila tugas itu dapat kau selesaikan, kalian boleh beristirahat sehari di Hu-liang, tunggu perintahku selanjutnya dengan berita burung merpati."

   Lo Gi tak berani banyak bicara lagi, ia segera mencemplak kudanya dan berangkat. Tanpa berhenti, Liong-heng-pat-ciang Tham Beng menurunkan perintahnya lebih jauh.

   "Ong Liat, sekarang juga balik ke Hok gu-san, gerak-gerik apapun yang dilakukan Sin-jiu Cian Hui, harus usahakan untuk melapor kepadaku, bila terlolos sebuah berita saja, kaupun tak usah bertemu denganku lagi"

   "Terima perintah"

   Sahut Ong Liat sambil melompat ka atas kudanya, diam-diam ia menyeka peluh dingin yang membasahi jidatnya.

   "Bila bertemu dengan Thio Khi dan Thio Seng, jika mereka telah berhasil menangkap pengkhianat tersebut, perintahkan kepada mereka agar pengkhianat itu langsung dibawa ke ibukota!"

   Ong Liat mengiakan lagi, tapi sebelum ia berlalu dari situ, dengan dahi berkerut kembali Tham Beng berkata.

   "Jika mereka berdua tak berhasil menangkap pengkhianat tersebut, bunuh saja kedua orang itu, Hui-liong-piaukiok kita tidak membutuhkan manusia tak becus seperti mereka."

   Ong Liat terkesiap, ia makin tak berani banyak bicara, cepat kudanya diputar dan berlalu. Sampai di situ, Liong~heng~pat-ciang baru dapat mengembus napas. ujarnya kemudian dengan lembut.

   "Liu-hiante, ikutlah aku pulang ke ibukota, akhir-akhir ini tentunya kau amat lelah bukan?"

   "Bila Congpiautau ada perintah lain, katakan saja kepadaku,"

   Buru-buru Pat-kwa-ciang Liu Hui berseru.

   "aku ..."

   "Di sepanjang jalan, hanya ada satu tugas yang harus kita laksanakan. ."

   Tukas Tham Beng sambil tersenyum. Setelah berhenti sebentar, lanjutnya.

   "yakni kita harus menyiarkan ke seluruh dunia bahwa Bun-ki telah bertunangan dengan Tonghong Ceng, salah satu dari Tiat-kiam-cengkang- ouw Tonghong bersaudara dari Kang-soh!"

   "Ber... bertunangan?"

   Desis Pat-kwa ciang Liu Hui dengan bingung.

   "Ya, bertunangan!"

   Sambil tertawa Tham Beng menambahkan.

   "Setengah tahun yang lalu, Tonghong Tiat telah memberi bisikan kepadamu bahwa ia ingin melamar Bun ki untuk Samtenya, ketika itu aku masih agak sangsi, pertama kuatir Bun-ki menolak, kedua akupun tak ingin mengecewakan Hui Giok, maka waktu itu aku cuma main ulur waktu dan tidak menyanggupinya. Pat kwa-ciang Liu Hui tertegun, ujarnya kemudian sesudah termenung sejenak "Lantas sekarang mungkinkah. ."

   Tiba-tiba Liong heng-pat-ciang tertawa terbahak-bahak.

   "Hahaha Liu Hiante, bagaimanapun kau memang kurang cekatan, bila berita itu tersiar maka dunia persilatan pasti akan gempar, Tonghong-hengte yang mendengar kabar inipun pasti akan kaget bercampur curiga, sekalipun mereka tak akan datang untuk melamar, sedikit banyak pasti akan mencari diriku untuk menanyakan duduknya persoalan, Nah, waktu itu asal ku ungkap kembali kejadian lama, niscaya pertunangan itu akan beres dengan sendirinya."

   Pat-kwa ciang Liu Hui berpikir sebentar, akhirnya iapun dapat memahami maksud sang majikan.

   "Congpiautau!"

   Demikian ia memuji.

   "kau memang hebat, ketepatanmu menyusun siasat rasanya tidak di bawah Khong Beng, dengan begitu..."

   "Hahaha... dengan begitu, bukan saja keluarga Tonghong akan menjadi pembantuku, perguruan Tonghong ngo-hengte pun akan menjadi tulang punggungku, setelah kekuatanku di tunjang oleh kekuatan sebesar ini, apa lagi yang mesti kutakuti, sekalipun penuturan kusir kereta itu akan mempengaruhi orang-orang dungu, mungkinkah cerita tersebut dipercayai juga oleh orang keluarga Tonghong Bu-tong-pay, Kun-lun pay dan beberapa perguruan kenamaan itu? Hah-ha, waktu belasan tahun kan tidak pendek, kukira sudah cukup untuk mengurangi rasa dendam serta kenangan orang banyak atas peristiwa lama tersebut Hahaha"

   Cian Hui wahai Cian Hui. bagaimanapun juga kau telah salah mencari musuh tandinganmu"

   Pat kwa-ciang Liu Hui ikut tertawa ter-bahak2, sejenak kemudian tiba2 tanyanya.

   "Cuma, bila ini benar2 terjadi, bukankah kita akan tidak leluasa untuk berbuat apa2 terhadap Hui Giok."

   Semakin keras gelak tertawa Liong-heng-pat-ciang Tham Beng.

   "Hahaha, setelah kupunya pendukung setangguh itu, sekalipun ada sepuluh bocah ingusan macam Hui Giok yang memusuhi diriku juga tak mampu berbuat apa2 terhadap diriku."

   Gelak tertawanya semakin bangga, suaranya pun semakin keras, hanya sayang tokoh persilatan yang selalu dianggap sebagai seorang budiman ini kembali menilai terlalu rendah kemampuan Hui Giok sehingga terciptalah suatu kekeliruan lagi.

   Dan kekeliruan tersebut seperti apa yang dikatakannya sendiri akan mendatangkan penyesalan baginya di kemudian hari.

   -oo- Dataran rendah Bu-hau yang luas kembali dilapisi oleh bunga salju akibat hujan yang lebat.

   Bekas roda kereta di atas permukaan salju, bekas kaki kuda yang tampak nyata tumpang menumpang.

   Di tengah hujan salju yang keras, bayangan orang dan suara cambuk dapat ditemui di mana2, gelak tertawa dan nyanyian keras pun terdengar di mana2, bahkan terlihat juga sinar pedang sering menambah seram dan dinginnya cuaca.

   Semua itu membuat ketiga kota Bu-han yang sudah ramai tambah semarak lagi, membuat dunia persilatan yang sudah kalut semakin kisruh lagi.

   Ketenangan dunia persilatan selama belasan tahun telah berlalu, orang persilatan sama kasak-kusuk, tahun lama sudah berakhir, tahun baru hampir tiba, barang siapa ingin pamer kepandaian dan jual nama kini saatnya sudah tiba, tunjukkanlah kegagahanmu...

   tunjukkanlah kepandaianmu dan berusahalah merebut kedudukan yang tinggi dalam dunia persilatan.

   Kereta pengiriman barang telah berkumpul sepanjang pantai sungai Tiang-kang, setiap saat mereka akan menyeberang ke wilayah Kanglam.

   Bendera perusahaan yang berwarna menyolok berkibar dengan menterengnya terembus angin utara yang dingin.

   Delapan ekor naga terbang yang tersulam di bendera seakan-akan terbang menembus awan melayang pergi.

   Di jalan-jalan besar sepanjang sungai, sering bermunculan Busu bersenjata dari perusahaan Hui liong-piaukiok, mereka membuat kelompuk sendiri dan mondar mandir kesana kemari.

   Pada wajah mereka yang serius itu seringkah menunjukkan ketegangan yang mencekam, sinar mata yang mencorong ibaratnya anjing pemburu yang sedang mencari mangsanya, tangan mereka yang kekar selalu meraba senjata masing-masing, seakan-akan setiap saat mereka siap menghunus senjata untuk melangsungkan pertarungan mati-matian.

   Sepatu kulit mereka yang kuat berderap di permukaan salju yang keras, sarung senjata mereka yang mengkilap bergesek dengan pelana yang berwarna hitam gelap.

   Dalam dunia persilatan, Liong-heng-pat-ciang yang mempunyai kedudukan ibarat seorang Bengcu dalam perusahaan ekspedisi Hui-liong-piaukiok ini adalah pimpinan tertinggi kedudukan selama sepuluh tahunan ini selalu mantap dan kuat bagaikan batu karang, kini telah mulai goyah.

   Alasan yang terpenting adalah karena kejujuran, kemuliaan serta kebijaksanaan Liong-hengpat- ciang dalam pandangan orang sudah mulai goyah.

   Suatu tuduhan sebagai pembunuh keji yang licik, kejam dan berhati busuk yang berlangsung pada sepuluh tahun yang lalu, kini mulai dibongkar dan tuduhan itu ternyata jatuh atas diri tokoh besar tersebut.

   Jago-jago persilatan yang suka mencari keramaian berbondong-bondong datang ke Bu-han dari berbagai penjuru negeri, sorot mata semua orang sama tertuju pada kereta barang yang berhimpun di sepanjang sungai, sebaliknya para Busu Hui-liong-piaukiok yang gagah perkasa, selalu pula memperhatikan setiap gerak-gerik di pantai selatan sana.

   Ada sementara orang yang diam-diam merasa kecewa dan menyesal, andaikata Koay-sim Hoa Giok belum mati, maka perasaan para jago yang berkumpul di kota Bu han tentu tak akan sekesal ini.

   Dengan demikian tentu pula di jalan raya dan rumah makan serta gang2 tempat ber-foya-foya dalam kota Bu han tak akan terjadi begitu banyak percekcokan perkelahian serta pembunuhan.

   -oOo -o- -oOo- Fajar baru menyingsing, meski waktu seperti ini adalah waktu yang paling tenang setiap hari, Tapi kota Bu-han yang dingin karena hujan salju ternyata tidak tenang dan sepi seperti tempat lain pada waktu yang sama, di bawah atap rumah yang penuh dengan salju yang membeku berkumpul kelompok-kelompok jago persilatan yang sedang ber-bisik-bisik membicarakan sesuatu rumah makan dan warung minum yang baru buka pintu telah diserbu orang hingga tak ada tempat yang kosong.

   Tiba-tiba dari kejauhan muncul empat ekor kuda yang dilarikan kencang-kencang, bunga salju beterbangan di belakang kuda dan menciprat ke empat penjuru penunggang kuda mengenakan mantel yang tebal dengan topi lebar, begitu masak ke kota, seorang lantas berteriak.

   "sebelum tengah hari nanti, Hui-taysianseng akan tiba di sini!"

   Berita itu dengan cepatnya tersiar saling menyambung hingga dalam sekejap saja seluruh kota Bu-ban telah merata dengan berita itu, sedemikian menggemparkan berita ini sehingga air sungai yang telah membeku se-akan2 beriak kembali.

   Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, Sin jiu Cian Hui dua tokoh utama yang sangat menarik perhatian orang itu belum muncul, tapi Hui-taysianseng ternyata sudah datang.

   kabar ini benar2 menggemparkan.

   Maka kelompok2 manusia lantas berkumpul di dermaga Tiang kang ada yang membawa payung ada yang memakai topi lebar, mereka berdiri di tepi sungai sambil memperhatikan perahu yang pelahan sedang merapat ke sini.

   "Siapa? Siapa yang datang?"

   Demikian mereka sama bertanya.

   Siapa pun yang datang, asal dia datang dari wilayah Kanglam (selatan sungai), maka kemunculannya itu pasti akan menimbulkan kegemparan di antara jago2 persilatan yang berkumpul di situ.

   
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Meskipun air sungai yang kuning berlumpur telah banyak mengalangi berita tapi tak mampu mengalangi pertarungan yang bakal berlangsung suatu pertarungan yang belum pernah terjadi selama berpuluh tahun terakhir ini.

   Perahu itu pelahan mendekat dan makin merapat.

   Tapi di dalam kota sana tiba-tiba terjadi kegemparan lagi.

   Di bawah hujan salju yang bertaburan seorang pemuda tampan berbaju hijau sambil memegang tali kendali kudanya, menyelusuri jalan raya yang panjang dan lurus.

   Di sisinya mengikuti dua ekor kuda hitam di atas kuda dua orang berbaju abu-abu dan bermuka dingin.

   mereka bukan lain adalah Leng-kok siang bok yang tersohor dalam dunia persilatan itu.

   Di belakang mereka adalah lapisan suara manusia, lapisan ringkik kuda, entah berapa banyak penunggang kuda yang mengikut di belakang itu.

   Sejauh pandangan ke belakang terlihat kepala belaka, demikian banyaknya orang itu hingga sekilas pandang mirip gulungan ombak yang sedang mendorong pemuda yang berada di depan itu, walau sebenarnya pemuda itulah yang datang membawa gelombang ombak tersebut.

   "Hui-taysianseng!", sorak sorai gegap gempita berkumandang dan empat penjuru. Suara yang keluar dan mulut orang-orang itu mestinya tidak keras, tapi seruan yang diucapkan hampir bersamaan waktunya oleh sekian banyak orang kedengarannya menjadi seperti gemuruh guntur. Hui Giok tetap kalem dan tenang, senyuman selalu terkulum di ujung bibirnya meskipun begitu, di antara sinar matanya seolah-olah tersembunyi rasa sedih dan kesal yang tak terhingga. Para Busu "Hui liong"

   Yang tadi masih berjalan dengan langkah lebar dan sikap yang angkuh, kini keangkuhan mereka menjadi sirap.

   Langkah sepatu kulit mereka yang semula berat, kini sudah enteng, tangan yang semula meraba gagang senjata, kinipun terjulur lemas.

   Hui Gok memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian melompat turun dari kudanya, ia tak mau melanjutkan perjalanannya dengan menunggang kuda di antara kerumunan sekian banyak jago persilatan, karena ia tak ingin menonjolkan diri dihadapan orang banyak, dia lebih suka menjadi seorang yang sederhana.

   Tapi nasib telah menciptakan dia menjadi seorang Enghiong, seorang pahlawan, keadaan yang telah menciptakannya menjadi seorang gagah dan lain daripada yang lain.

   Pada saat yang bersamaan, di sudut kota sebelah lain, perahu tadi sudah merapat di dermaga.

   Papan loncatan telah dipasang di antara perahu dengan daratan.

   Kabin perahu yang semula tertutup pelahan terbuka dan muncul lima orang pemuda tampan berbaju perlente, mereka membawa pedang, ujung baju yang berkibar terembus angin membuat mereka tampak lebih gagah, lebih kereng dan menakjubkan.

   "Tonghong-ngo kiam!"

   Pekikan nyaring meledak dan mulut orang-orang yang berkerumun di tepi sungai.

   Kerumunan manusia di dermaga dengan cepatnya mundur ke belakang memberi jalan lewat, sambil tersenyum Tonghong Tiat menjura ke sana ke mari memberi hormat kepada penyambutnya, lalu dengan membawa keempat saudaranya yang disegani itu turun dari perahu mereka, orang-orang disepanjang jalan serentak gempar.

   Tonghong-ngo-kiam menyusuri sebuah jalan raya yang lurus dan panjang, walaupun terjadi kegemparan, namun jalan raya yang lebar itu tak seorangpun yang berlalu lalang, hanya di bawah emper rumah dan di rumah makan orang makin berjubel.

   Tonghong-ngo-hengte saling pandang sekejap, alis mata mereka bekernyit, timbul rasa heran dan curiga mereka.

   "Mengapa begini?"

   Tapi akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya menyusuri jalan raya, pada ujung jalan lain, langkah Hui Giok masih tetap lambat dan tenang, matanya memandang ke bawah, ia tak mau melirik kawanan jago itu batang sekejap pun.

   Suasana di bawah emper rumah dan dalam warung makan mendadak berubah jadi hening, ketika itu dunia persilatan telah digemparkan oleh suatu berita besar, semua orang tahu bahwa keluarga Tonghong dari Kanglam telah berbesanan dengan Liong-heng-pat-ciang Tham Beng.

   Puteri kesayangan Liong-heng-pat-ciang yaitu "Liong-li" (puteri naga) Tham Bun-ki telah dijodohkan dengan Tonghong Ceng, saudara ketiga dari Tonghong-ngo kiam.

   Pada saat yang sama, suatu berita lain yang meski lebih rahasia sifatnya, tapi tersiar pula dalam dunia persilatan secara luas.

   Berita itu entah siapa yang menyiarkan, tapi setelah disiarkan oleh orang pertama, dengan cepatnya berita itu tersiar dan mulut ke mulut, meski hanya berupa bisikan-bisikan belaka, tapi kecepatan penyiaran berita itu ternyata lebih cepat daripada pengumuman resmi.

   Kini, hampir setiap orang persilatan mengetahui hal ini! Berita apakah itu? Yakni bahwa Liong-li Tham Bun-ki itu puteri kesayangan Liong-heng-patciang Tham Beng, sebenarnya adalah kekasih Hui-tay-sianseng sejak kecil.

   Bahkan ada pula yang secara diam-diam berkata begini, sebenarnya Hui-taysianseng dan Liong-li Tham Bun-ki diam-diam telah mengikat janji dalam perkawinan, tapi lantaran Liong-hengpat- ciang sendiri yang mengacau, karena dia ingin menggaet keluarga Tonghong agar berpihak kepadanya agar dapat dipakai untuk menghadapi Perserikatan orang orang Kanglam, maka ia lantas menjodohkan puteri kesayangannya kepada Tong-hong Ceng.

   Walaupun sebagian besar orang tak tahu darimana datangnya sumber berita itu, namun ada kelompok manusia yang diam-diam menebak bahwa berita tersebut mungkin berasal dari pihak Sin-jiu Cian Hui.

   Tapi peduli darimanakah sumber berita itu, yang pasti semua orang hampir mempercayai kebenaran berita tersebut.

   Sekarang, Tonghong-ngo-kiam dan Hui-taysian seng akan berjumpa di tengah jalan, sudah tentu peristiwa tersebut merupakan suatu peristiwa yang lebih dahsyat dan menggemparkan daripada kejadian apapun.

   Kawanan jago persilatan yang mengikut di belakang Hui Giok semuanya telah turun dan kuda masing-masing, beratus pasang sepatu berjalan di atas lapisan salju dan menimbulkan suara yang sama.

   Serentetan suara langkah kaki lain berkumandang pula dari arah utara menuju ke selatan.

   Walaupun senyuman masih menghiasi wajah Tonghong-ngo-kiam, rasa heran dan curiga menyelimuti perasaan mereka, Di tengah keheningan mereka pun mendengar langkah kaki lain yang makin lama makin mendekat.

   Ketika mereka berpaling, tertampaklah kelompok manusia di tepi jalan sama menunjukkan sikap yang semakin tegang.

   Hampir bersamaan waktunya kelima Tonghong bersaudara itu meraba gagang pedang masing2, sinar mata mereka yang tajam menatap tak berkedip ke arah depan sana.

   Saat itulah di bawah emper rumah ada puluhan orang laki2 berbaju hitam sedang menyebarkan diri secara diam2, mereka mencari tempat2 yang sepi dan terlindung dari pandangan orang.

   Tentu saja tak seorangpun yang menaruh perhatian kepada mereka dan juga tak ada yang tahu anak buah siapakah mereka? Langkah Hui Giok belum berhenti.

   Langkah Tonghong-ngo-kiam juga tidak berhenti.

   "Apa yang akan terjadi setelah mereka kepergok? Bagaimana sikap mereka? pertanyaan dan pertanyaan timbul dalam hati setiap orang, tapi tak seorang pun yang menemukan jawabannya Akhirnya Hui Giok menengadah sinar matanya menyapu pandang sekejap, dilihatnya lima pemuda berpakaian perlente pelahan sedang menghampiri ke arahnya. Derap langkah mereka teratur, pakaian dan dandanan mereka mirip satu dengan yang lain. Berdebar jantung Hui Giok setelah mengenali orang2 itu sebagai lima saudara Tonghong, namun air mukanya tetap tenang, seolah-olah tak pernah terjadi apapun. Tonghong-ngo-kiam juga saling pandang sekejap, lalu Tonghong Kang berbisik.

   "Dia inikah Hui Giok!"

   Keempat saudaranya hanya mengangguk, sebenarnya antara mereka berlima dengan Hui Giok tidak ada permusuhan apapun, tapi dalam keadaan dan situasi semacam ini, tiba2 saja mereka merasa antara mereka dengan Hui Giok ada sesuatu yang mengganjal, meski air muka mereka tak berubah, namun hati mereka merasa serba susah juga, Leng-kok siang-bok saling pandang sekejap lalu berdehem, Dalam pada itu Tonghong-ngo hengte sudah mendekat dengan langkah lebar.

   "Selamat berjumpa selamat berjumpa!"

   Sapa Hui Giok dengan tersenyum.

   "Selamat berjumpa, selamat berjumpa!"

   Tong hong~ngo-hengte membalas hormat.

   Di antara kelima bersaudara itu, kendatipun Tonghong Ceng merasa paling kikuk, namun senyuman tetap menghiasi bibirnya, hal ini membuat semua orang yang menonton di bawah emper rumah saling pandang dengan rasa kecewa.

   Agaknya setelah saling tegur sapa dengan sopan, kedua rombongan itu lantas berpapasan dan lewat dengan begitu saja, tanpa ketegangan, tanpa rangsangan dan tanpa kejutan, se-olah2 kenalan biasa yang bertemu di tengah jalan saja.

   Kembali Leng-kok-siang-bok saling pandang sekejap.

   Tiba-tiba dari ujung jalan depan sana berkumandang suara teriakan yang nyaring.

   "Wahai Hui-taysianseng, masa hatimu sedih kekasihmu dirampas orang lain? Masa kau tidak marah? Tidak penasaran"

   Hui Giok, Leng-kok-siang-bok maupun Tonghong-ngo kiam serentak berhenti dan saling pandang dengan melenggong.

   "Siapa?"

   Hardik Tonghong Ceng mendadak dengan kening berkerut.

   Jilid ke- 16 Berbicara sampai di sini.

   "sinar matanya yang hambar mengerling sekejap ke arah kedua Liok bersaudara."

   Sudah tentu Pa-san-siang-sat tak berani membangkang, dengan hati2 mereka mengangkat Cia Pin dan Pau Siau-thian dan menerobos ke tengah kerumunan orang banyak. Seperginya mereka, Hui Giok berkata sambil menghela napas panjang.

   "Saudara Cian, sebetulnya Aku tidak bermaksud demikian, Cuma..."

   "Hahaha, aku kan sudah lama kenal Bengcu"

   Cian Hui sambit terbahak-bahak.

   "masa siaute tidak tahu akan watak mulia dan bajik Bengcu? Padahal Siaute mana ada niat membereskan mereka? Aku cuma menakuti mereka saja, agar mereka tidak melupakan perserikatan kita"

   Laki-laki baju abu-abu yang bermuka tirus yang berlutut di tanah tadi mendadak meronta serta melepaskan diri dari cengkeraman laki-laki berbaju hitam kemudian lari ke arah Hui Giok dan berlutut di hadaparmya, ia merengek rengek minta ampun.

   "Ampun, Hui taysianseng, ampunilah jiwaku!"

   Sin jiu Cian Hui segera memberi tanda, kedua orang laki2 berbaju hitam segera memburu maju. Melihal hal ini laki2 tersebut tambah ketakutan, ia meratap lebih keras.

   "Tolonglah aku ampunilah jiwaku"

   Hui Giok berkerut kening, meskipun ia merasa perbuatan orang itu sangat memalukan, saking takut mati sampai menyembah di depan orang, tapi dasar hatinya mulia, timbul juga rasa kasihannya.

   "Siapa yang hendak merenggut nyawamu, buat apa kau . ."

   Belum habis perkataannya, mendadak ia merasakan segulung angin pukulan yang maha dahsyat terpancar keluar dan telapak tangan laki2 tersebut.

   Laki-laki bermuka kunyuk yang merangkul kaki Hui Giok sambil merengek-rengek itu tiba-tiba melancarkan serangan maut ke punggung Hui Giok sambil membentak.

   "Orang she Hui, serahkan nyawamu""

   Kejadian ini berlangsung sangat mendadak, semua orang sama menjerit kaget, Leng-kok siang-bok melompat maju bersama, sedang Sin-jiu Cian Hui memandang kejadian itu dengan mata berkilat, entah kaget. entah gusar entah gembira?"

   Hui Giok yang berada dalam rangkulan laki2 berbaju abu-abu itu merasa tubuhnya bagaikan dijepit oleh tanggam besi, seluruh anggota badan sukar digerakkan, sementara para jago menjerit kaget, tubuh Hui Giok sudah roboh terkapar.

   Leng kok-siang-bok terperanjat, dadanya se-akan2 dihantam keras, tubuh yang sudah bergerak cepat itu seketika terhenti.

   Sesungguhnya perhatian kedua orang ini terhadap Hui Giok memang tak bisa dilukiskan dengan kata2 Jeritan kaget berkumandang di sana-sini, dengan dahi berkerut Sin-jiu Cian Hui segera membentak "Bangsat yang tak tahu diri, tangkap!"

   Setelah laki2 itu berhasil dengan serangannya segera ia melompat ke sana dan kabur dengan gerakan yang amat cepat, sama sekali tiada tanda-tanda merengek minta diampuni seperti tadi.

   Walaupun waktu itu dua orang berbaju hitam yang menyusulnya sudah tiba di dekatnya, ternyata seketika tak mampu menyusulnya, tampaknya asal dia melompat sekali lagi maka tubuhnya akan lenyap dalam kegelapan.

   Pada saat yang gawat itulah jeritan kaget kembali berkumandang, tiba2 muncul beberapa orang berbaju hitam dari tempat kegelapan dan berusaha mengadang jalan lari orang itu.

   Sin Jiu Cian Hui tidak tinggal diam, dia ikut melambung ke udara dan melakukan pengejaran.

   Leng-kok-siang-bok ragu sejenak, akhirnya ikut mengejar ke sana.

   Akan tetapi baru beberapa langkah, Hui Giok yang terkapar di tanah mendadak melejit bangun dengan kepala di depan dan kaki di belakang dia meluncur ke sana, bentaknya.

   "Hendak lari ke mana?!"

   Gerak tubuh laki-laki baju abu2 yang teramat cepat itu seketika merandek sejenak karena terkejut mendengar bentakan tadi, saking kagetnya hampir saja ia menjerit.

   Dia yakin ilmu silatnya tak lemah, iapun yakin serangannya tadi berhasil menghantam punggung Hui Giok disertai tenaga dalam yang luar biasa, iapun percaya serangan sedahsyat itu cukup meremukkan isi perut seorang jago paling lihay di dunia persilatan.

   Meski kungfu Hui Giok memang hebat, tapi usianya semuda itu, mungkinkah ia mampu menahan pukulan mautnya tadi? Tapi kenyataan suara bentakan Hui Giok berkumandang dari belakang, suara penuh mengandung tenaga dalam yang sempurna, hal ini membuktikan bukan saja ia tidak mati, bahkan sama sekali tidak menderita luka dalam.

   Karena terkejut dan sedikit merandek tadi, Hui Giok sudah meluncur tiba, tangan kiri secepat kilat menyambar ke depan, kelima jari tangannya dapat mencengkeram baju lawan.

   Suasana kembali jadi gempar, air muka Sin-jiu Cian Hui sekali lagi mengalami perubahan ketika dilihatnya Hui Giok tak mati, perasaannya entah gembira atau kecewa.

   Dalam pada itu ketika merasa bajunya dicengkeram orang, laki-laki berbaju abu-abu itu meronta sambil menerjang maju ke muka.

   "bret", bajunya robek, cepat-cepat dia menerjang lebih kuat ke sana. Sin-jiu Cian Hiu segera membentak "Lihat serangan."

   Desingan angin tajam menyambar, ia telah menggunakan kipasnya sebagai senjata rahasia dan disambitkan untuk menyerang jalan darah Ki-hay hiat di punggung laki-laki itu dengan cara seperti membidikkan anak panah dan mengenai sasaran dengan tepat.

   Begitu laki-laki itu terkena serangan, ke empat orang baju hitam segera melompat maju dan membekuknya, salah seorang di antaranya memungut kembali kipas itu dan diserahkan kepada Sin-jin Cian Hui.

   Hui Giok yang barusan diserang sama sekali tidak mengunjuk rasa kaget atau gugup, ia tetap tenang seolah-olah kejadian tadi bukan menimpa dirinya.

   Melihat ketenangan pemuda itu, air muka Sin-Jiu Cian Hui untuk kesekian kalinya berubah, sambil menerima kembali kipasnya, katanya dengan menyesal.

   "Sungguh berbahaya Hui-heng, apakah engkau terkejut?"

   Hui Giok tersenyum "Sewaktu tangannya menghantam punggungku tadi, aku merasakan sekujur tubuhku bergetar keras, kukuatir tangannya mengancam pula jalan darah Mia-bun dan Kiteng di punggungku maka aku segera menjatuhkan diri, diam-diam aku mengatur napas, ternyata sama sekali tidak terluka."

   Setelah berhenti sebentar, sambungnya lagi sambil tertawa.

   "Tampaknya peristiwa tadi hanya membikin terkejut saja, hingga kalian sama ikut kuatir."

   Perkataan itu segera menimbulkan pelbagai reaksi di antara jago yang hadir itu, ada yang kaget ada yang kagum, ada pula yang merasa beruntung, tapi siapapun jua, mau tak-mau timbul rasa segan terhadap kehebatan kungfu Hui Giok.

   Perlu diketahui ditinjau dari gerak tubuh si laki-laki berbaju abu-abu tadi yang gesit, jelas ilmu silatnya amat lihay, tapi kenyataannya walaupun ia berhasil menyarangkan pukulannya di punggung Hui Giok, namun anak muda itu sama sekali tidak mati ataupun cedera, bukankah itu sama artinya bahwa tenaga dalam Hui Giok telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa? Diam-diam Sin jiu Cian Hui sendiri juga merasa ngeri oleh kelihaian pemuda itu, dia menjadi was-was terhadap Hui Giok.

   Walaupun demikian, lahirnya tetap bergelak tertawa sambil berkata.

   "Sungguh beruntung kejadian tadi hanya mengakibatkan rasa kaget saja, kalau tidak, Siaute benar-benar tak tahu apa yang harus kuperbuat!"

   Suara tertawanya terhenti dengan menarik muka ia berkata pula dengan nada berat "Asal usul keparat itu sangat mencurigakan harus kita selidiki kejadian ini dengan seksama."

   "Ah, aku tak sampai dilukai, sudahlah, urusan ini boleh disudahi sampai di sini saja, kukira orang itu jadi nekat oleh karena terpaksa oleh keadaan."

   Ucap Hui Giok sambil tersenyum.

   Sin jiu Clan Hui menghela napas, katanya, saudara Hui, engkau benar2 sangat baik hati apakah engkau tidak tahu bahwa orang ini bukan saja mempunyai rencana busuk, secara licik ia sengaja minta ampun padamu agar kasihan padanya .

   hmm"

   Sesudah mendengus tiba-tiba ia tahan suaranya "Kuyakin di belakangnya pasti ada yang mendalanginya otak yang mengatur segala sesuatunya itu menurut penglihatanku besar kemungkinan adalah Liong-heng pat ciang Tham Beng."

   "Ah. saudara Cian terlalu sentimen pada Tham Beng, maka jalan pikiranmu selalu berkisar ke sana."

   Ujar Hui Giok dengan dahi berkerut.

   "padahal..."

   "Padahal bagaimana kenyataannya nanti Hui-heng akan segera mengetahuinya sendiri,"

   Tukas Sin jiu Cian Hui sambil tertawa dingin.

   Ia memberi tanda, empat orang berbaju hitam segera menggotong laki2 baju abu-abu itu mendekat ke situ, sekarang ia sudah tak mampu berkutik lagi sebab sekujur badannya telah diikat kencang-kencang oleh tali kulit yang kuat.

   Sin-jiu Cian Hui menghampiri orang itu, di bebaskannya jalan darahnya yang tertutuk, lalu dengan dingin ia menegur "Siapakah namamu yang sebenarnya? Atas perintah siapa melakukan semua ini? Ayo cepat mengaku terus terang! Apakah kau ingin mendapat siksaan lebih jauh?"

   Sekulum senyuman aneh terlintas di wajah orang itu, pelahan sahutnya "Orang yang memerintahkan diriku untuk melakukan tugas ini tak lain adalah Sin jiu Cian Hui!"

   Sin jiu Cian Hui jadi berang mendengar jawaban tersebut baru saja dia hendak menghajarnya. mendadak mata orang itu terbelalak, pudarlah sinar matanya yang tajam, senyuman yang semula menghiasi bibirnya kini berubah jadi kejang dan kaku, katanya lagi.

   "Sudah... sudah lupakah ..kau ... ?"

   Berbareng dengan habisnya ucapan ini dari lubang mata telinga, hidung dan mulut, tujuh lubang inderanya mengucurkan darah kental. Sin jiu Cian Hui semakin gusar, bentaknya "Orang ini betul-betul kurangajar, sampai matipun ia tetap tutup mulut!"

   Dengan cepat ia menutuk tujuh jalan darah pentingnya di seputar jantung, lalu dipencetnya dagu orang itu keras2.

   Mulut itu segera terbuka dan jatuhlah satu kapsul warna merah, racun jahat yang berada dalam kapsul itu sudah ditelan habis, agaknya orang ini lebih baik mati daripada membocorkan rahasia tugasnya.

   Tindakan tersebut betul-betul di luar dugaan siapapun, Sin-jiu Cian Hui sendiri tak menyangka dalam mulut, di antara sela gigi orang ini tersedia kapsul yang berisi racun yang mampu merenggut nyawanya dalam sekejap.

   Air muka Hui Giok berubah hebat, sebetulnya ia tak percaya serangan terhadap dirinya tadi disertai dengan rencana yang matang, tapi setelah menyaksikan semua ini mau-tak-mau dia harus percaya pada perkataan Cian Hui.

   Sambil memegang kapsul yang sudah digigit pecah itu Cian Hui termenung beberapa saat lamanya, kemudian ia tertawa dingin, ejeknya.

   "Hehe, kau kira setelah kau berbuat nekat, lantas orang she Cian tak mampu menyelidiki siapakah otak dan rencana busuk ini?"

   Dengan suatu tendangan keras, didepaknya mayat laki-laki berbaju abu-abu itu hingga mencelat sejauh satu tombak dan tempat semula.

   Suasana kembali jadi gaduh, para jago yang berkumpul di sekeliling tempat itu sama membicarakan kejadian itu.

   Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   rata-rata mereka pada menebak asal-usul laki-laki berbaju abu-abu itu.

   Beberapa orang lagi yang masih hidup dan di-telikung tangannya oleh sekawanan jago berbaju hitam mulai tampak gelisah dan ketakutan pucat wajah mereka.

   Tiba-tiba salah seorang diantaranya berteriak keras.

   "Aku tahu siapakah dia, asal kau bersedia lepaskan aku, akan kukatakan rahasia ini padamu."

   "Kau benar-benar tahu?"

   Seru Sin-jiu Cmn Hui dengan mata bercahaya.

   "cepat katakan jiwamu pasti akan kuampuni?"

   Laki-laki ini juga menggunakan pakaian berwarna abu-abu, setelah mendapat jaminan bahwa dia akan diampuni, serunya segera dengan lantang.

   "Kami adalah mata-mata yang ditugaskan Tham-congpiautau di sekitar tempat ini, tapi pada hakikatnya kami semua tak lebih cuma anak buah belaka hanya dia sendiri yang merupakan seorang Piautau bahkan namanya cukup tersohor dalam dunia persilatan, semua orang menyebutnya sebagai Toh jiu-kiang-wi (Kiang Wi bertangan keji) Kang Tay-sik, lantaran mukanya dipoles dengan obatan maka kalian tak ada yang mengenal dia lagi. Mendengar pengakuan tersebut Hui Giok jadi kaget tanpa terasa ia menyurut mundur tiga langkah. Sekali lagi suasana jadi gempar, seruan kaget berkumandang di sana sini. Sin-jiu Cian Hui juga menengadah sambil terbahak-bahak.

   "Hahaha... Tham Beng... wahai Tham Beng."

   Serunya.

   "walaupun kau kejam dan busuk, ternyata ada juga sahabat-sahabat yang bersedia jual nyawa untukmu. Tapi sayang, secerdikcerdiknya tindakanmu toh di antara anak buahmu terdapat juga manusia yang tak berguna seperti ini, ketahuanlah sekarang semua rahasiamu!"

   Ia lantas memberi tanda kepada anak buahnya seraya berseru.

   "Lepaskan dia!"

   Kedua orang berbaju hitam yang bertugas mengawasi orang tadi tertegun, tapi akhirnya mereka lepaskan juga cengkeramannya.

   Bagaikan mendapat pengampunan besar, cepat orang itu kabur ke tengah gerombolan orang banyak dan lari terbirit-birit.

   Tindakan ini segera menimbulkan keheranan semua orang, siapapun tak menyangka Sin-jiu Cian Hui betul-betul akan bebaskan orang itu.

   Maka di antara para jago yang hadir di situ pun mulai terdengar kata-kata pujian.

   "Walaupun Cian Sin-jiu itu orang kejam. namun setiap perkataannya lebih berat dan bukit karang, ia benar-benar seorang laki-laki sejati, dilihat dari kejadian ini, jelaslah sudah bahwa Liong-heng-pat-ciang masih kalah jauh bila dibandingkan dia,"

   Sementara itu, Leng-kok-siang bok telah menyingkir agak jauh dan duduk menonton di samping sana, ketika menyaksikan jalannya peristiwa tersebut, wajah mereka kembali tersungging senyuman dingin mengejek.

   "Tahukah kau, mengapa Cian Sin-jiu melepaskan orang itu?"

   Pelahan Leng Han tiok bertanya. Leng Ko-bok tertawa dingin.

   "Orang itu sudah membocorkan rahasia Liong-heng-pat-ciang, memangnya kau kira pihak Hui-liong-piaukiok akan berpeluk tangan belaka? Kukira sebelum dia sempat kabur dari bukit ini nyawanya sudah keburu terbang, bahkan kematiannya pasti mengerikan..."

   "Hehehe Cian Sin jiu pura-pura bermurah hati dan memegang teguh perkataannya, padahal apa bedanya kalau ia sudah tahu bahwa orang lain akan mewakilinya untuk merenggut nyawa orang itu."

   Dua barsaudara itu saling pandang sekejap lalu tertawa. Tiba-tiba Leng Han-tiok berkata lagi setelah menghela napas.

   "Kalau begitu, tampaknya anak Giok betul2 terlibat dendam sedalam lautan dengan manusia yang bernama Tham Beng itu. Mula2 aku cuma curiga, kenapa Tham Beng tak mau mewariskan ilmu silatnya kepada anak Giok, sekarang aku baru tahu bahwa orang she Tham itu pada hakikatnya adalah seorang manusia yang licik, bukan saja putera puteri musuhnya ia pelihara. anak itu pun dijauhkan dari ilmu silat, dalam pandangan orang umum tindakannya ini tentu terpuji, orang pasti akan mengagumi kemuliaan hatinya, kebijaksanaannya yang bersedia memelihara anak orang, padahal tujuan yang sebenarnya? Hmm. ia berharap agar anak-anak musuh tak mampu membalas dendam kepadanya."

   "Ai, sepandainya tupai melompat akhirnya terjatuh juga. Sepandainya ia bersiasat, akhirnya ketahuan juga rahasianya, perhitungan manusia selamanya tak bisa melawan kehendak Thian."

   Ucap Leng Ko-bok sambil menghela napas panjang.

   "Tentu saja."

   Sambung Leng Han-tiok sambil tertawa dingin.

   "aku tidak percaya di dunia ini ada rahasia yang dapat ditutup selamanva dengan rapat-rapat."

   Sementara itu Hui Giok juga sedang kesal oleh kejadian tersebut ia termangu-mangu sekian lamanya, lalu berkata sambil menghela napas, .Ai, ternyata orang itu memang benar orang yang diutus paman Tham, tapi ..tapi...

   kenapa ia berbuat demikian? Bila ia hendak membunuhku kenapa harus menunggu sampai sekarang?"

   "Hehehe . ."

   Sin-jiu Ciati Hui tertawa dingin.

   "sebabnva dahulu kau bukan suatu ancaman baginya dan sekarang... ia tak menduga akan kemampuanmu seperti kau miliki sekarang maka..."

   "Sekalipun aku sekarang berbeda dengan aku yang dulu, toh aku tak melakukan sesuatu ancaman apapun terhadap dia?"

   Tukas Hui Giok sambil menghela napas.

   "aku berutang budi padanya, aku tidak punya dendam padanya bahkan budinya hingga sekarang belum sempat kubalas mengapa hendak mencelakai diriku?"

   "Saudara Hui "

   Kata Sin-jiu Cian Hui sambil menghela napas.

   "terkadang aku ikut sedih dan kasihan kepadamu, hingga kini, hah, rupanya kau masih dibodohi..."

   "Apa maksudmu?"

   Tanya Hui Giok dengan melengak. Berkerut alis mata Cian Hui yang tebal, semakin tebal pula rasa murung yang menyelimuti wajahnya, tuturnya.

   "Hui-heng, tahukah kau pada sepuluh tahun yang lalu ayahmu dan pamanmu itu mati di tangan siapa?"

   Hui Giok terkesiap, air mukanya berubah hebat, serunya dengan gemetar.

   "Apakah dia tapi bukankah pembunuh berbaju hitam itu sudah menemui ajalnya di luar kota Peking pada sepuluh tahun yang lalu? Bukankah ia sudah tewas bersama gugurnya Auyang lopiautau?"

   "Dua sosok mayat yang terkapar di luar kota Peking itu tak lebih adalah siasat Liong heng patciang Tham Beng untuk mengelabui mata umum, sungguh kasihan Ouyang-lopiautau yang berhati bajik itu, ia harus mengorbankan jiwanya untuk bajingan terkutuk itu, lebih2 kasihan lagi seluruh umat persilatan di dunia ini, ternyata tak seorang pun yang dapat membongkar siasat busuk jahanam itu."

   Siapapun tak menduga Cian Hui akan mengalihkan pokok pembicaraan ke soal peristiwa berdarah yang terjadi pada sepuluh tahun dulu, serentak para jago memperhatikannya dengan seksama.

   Harus diketahui, pada sepuluh tahun yang lalu laki-laki berkerudung hitam itu dengan kekuatan seorang secara beruntun telah melukai Piautau kenamaan dari tujuh propinsi di utara dan enam propinsi di selatan, peristiwa itu membuat banyak perusahaan Piaukiok bangkrut dan tutup karena takut.

   akhirnya tinggal Hui-liong piaukiok saja yang masih berdiri dalam dunia persilatan.

   Kejadian ini bukan saja telah menggetarkan seluruh Kangouw pada masa itu, sampai sekarang pun masih menjadi buah bibir setiap orang, karena itulah para jago yang hadir ini serentak membungkam setelah Cian Hui menyinggung kembali persoalan itu.

   Air muka Hui Giok berubah pucat, jantung-berdebar keras, kedua tangannya mengepal kencang hingga kuku tangannya menusuk ke dalam daging.

   Terdengar Sin-jiu Cian Hui bertutur lebih jauh "Untuk mencapai ambisinya merajai dunia persilatan dan monopoli usaha perusahaan ekspedisi, Liong heng-pat-ciang Tham Beng telah menyaru serta membunuh banyak Piautau kenamaan, ia mengira rencana busuknya dikerjakan secara amat rahasia dan berhasil mengelabui semua orang persilatan di dunia ini selama belasan tahun, tapi ia tak mengira hehehe, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya terjatuh juga, secerdik2nya dia atur rencana, akhirnya ketahuan juga rahasianya.

   Ia tak mengira hari ini aku orang she Cian akan berhasil membongkar rahasia busuknya itu."

   Setelah tertawa dingin, sambungnya pula.

   "Manusia aneh berkerudung hitam yang mati itu tak lain hanya seorang yang tak tahu urusan, hanya menjadi setan penasaran bagi kepentingan Tham Beng si bajingan tengik itu. Dia telah merusak sama sekali raut wajah orang itu, agar orang persilatan mengira benar2 manusia aneh berkerudung itulah yang tewas, maka Hui-liong piaukiok tentu akan bebas dari segala tuduhan, dan orang pun tak akan menaruh curiga atas dirinya padahal bila kita pikirkan lagi dengan teliti, bukankah di balik semua peristiwa itu terselip banyak hai yang mencurigakan."

   Sekaligus ia bercerita secara panjang lebar, sampai di sini ia baru berhenti dan menghela napas. Para jago sama berseru kaget, lalu suasana pulih kembali dalam keheningan. Terdengar Cian Hui berkata lebih jauh.

   "Manusia aneh berkerudung hitam itu melakukan pembunuhan dimana-mana, sampai-sampai Jiang-kiam bu-tek (pedang dan tombak tanpa tandingan) Hui-siang-hiong yang terkenal juga bukan tandingannya. Hehehe, coba kalian bayangkan sendiri, Au-yang lopiautau sudah tua, juga tidak luar biasa lihaynya, bagaimana mungkin orang berkerudung itu mampus bersama dengan Auyang-lopiautau?"

   Ia tertawa dingin beberapa kali, kemudian melanjutkan.

   "Malam itu Auyang-lopiautau menginap di Hui liong-piaukiok, seandainya ada Ya-heng-jin (orang yang berjalan malam) masuk ke dalam Piaukiok itu, masa Liong-heng-pat-ciang sendiri tidak tahu? Masa ia membiarkan Auyang Peng-ci menempuh bahaya seorang diri?? Mendengar sampai di sini, Hui Giok terperanjat, tiba-tiba ia jadi teringat pada kejadian malam itu ketika dia keluar untuk kencing, bukankah ia saksikan bayangan paman Tham melayang lewat di halaman tengah. Berpikir demikian, hatinya makin terkejut dan takut, tapi iapun tidak tega mencurigai paman Tham sebagai pembunuh keji yang tak berperikemanusiaan itu. Maka dengan suara tergegap katanya.

   "Tapi, semua itu kan hanya rabaanmu saja kan tiada yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri."

   Sin-jiu Cian Hui menghela napas panjang, tukasnya "Hui-heng apakah sampai sekarang engkau masih belum paham? ia pura-pura berlagak sosial, sok bijaksana dan berjiwa besar, dirawat dan dipeliharanya keturunan dan para Piausu yang tewas itu di rumahnya sengaja dilakukannya agar orang persilatan memuji Liong-heng-pat-ciang Tham Beng sebagai orang yang berbudi.

   orang yang paling mulia di dunia ini.

   Padahal...

   "

   I Setelah tertawa dingin, lanjutnya.

   "Hui-heng. pernahkah kau pikirkan, mengapa Tham Beng tidak mewariskan ilmu silatnya kepada kalian? Hmm, bukan saja ia tak pernah mengajarkan ilmu silatnya kepada kalian, bahkan berusaha memisah-misahkan kalian agar selamanya kalian tak berkumpul agar selamanya ia tak perlu kuatir ada orang akan membalas dendam padanya, agar ia selamanya aman tanpa perkara!"

   Hui Giok terkesiap, ia mundur tiga langkah karena terkejut.

   "Ya. benar juga cerita ini."

   Demikian pikirnya "bila aku benar-benar goblok seperti yang sering ia tuduhkan, tak mungkin aku berhasil mencapai kesuksesan seperti sekarang ini? Bilamana ia tak mau memberi pelajaran ilmu silat kepada kami karena kuatir kami mengalami nasib seperti orang tua kami, kenapa ia justeru memberi pelajaran ilmu silat kepada puterinya sendiri."

   Dalam pada itu Sin-jiu Cian Hui mengawali terus perubahan sikap pemuda itu dengan seksama, ketika melihat perubahan air mukanya, cepat ia berkata lebih lanjut.

   "walaupun hal ini masih merupakan rabaan belaka, tapi coba Hui-heng pikirkan lagi lebih cermat, bukankah semua data-data tersebut cocok satu sama lain? Apalagi hmm..."

   Setelah mendengus ia ulapkan tangannya memberi tanda, kemudian lanjutnya "Dia anggap semua perbuatannya dilakukan dengan rahasia dan tidak diketahui siapapun, tapi mimpipun ia tak menyangka ada satu orang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri semua perbuatannya itu."

   Belum habis ia berkata, dari sebelah sana muncul beberapa orang laki-laki berbaju hitam sambil memayang seorang.

   Hui Giok ikut berpaling, ia lihat orang yang dipapah itu meski tidak terlalu pendek, tapi kurus sekali, seakan-akan embusan angin gunung dapat meniupnva roboh.

   Ia bermuka pucat, kulit badannya seperti tak pernah tertimpa cahaya matahari, matanya jelilatan, air mukanya seperti gugup dan ketakutan, serupa seekor binatang yang selalu ketakutan diuber pemburu.

   Langkah kakinya bagaikan sudah lama tak pernah berjalan begitu berat limbung dan tak mantap, ketika semakin dekat dan dapat terlihat kulit mukanya yang penuh kerutan, kerutan yang menghiasi wajahnya ini menunjukkan bahwa ia sudah lama mengalami penderitaan yang berlarutlarut, membuat siapapun yang menyaksikan tampangnya itu akan ikut menghela napas karena iba.

   Seorang laki-laki berbaju hitam muncul dengan membawa sepotong batu gunung sebagai tempat duduk, sedang Sin jiu Cian Hui segera maju dan membimbing orang itu duduk.

   Para jago yang hadir sama menduga orang ini tentu mempunyai hubungan yang luar biasa dengan peristiwa yang pernah menggemparkan dunia persilatan pada belasan tahun yang lalu, tanpa terasa mereka sama menggeser maju lebih dekat.

   Leng-kok-siang-hok juga tertarik oleh kemunculan orang ini, mereka unjuk sikap serius serta memperhatikannya dengan seksama.

   Dengan mata jelilatan orang itu celingukan ke sana kemari, ia duduk di atas batu dengan tak tenang, seakan-akan selalu kuatir dari kegelapan akan muncul seseorang yang akan merengut nyawanya, Sin jiu Cian Hui berdehem beberapa kali, kemudian dengan suara lantang bertanya.

   "Siapa namamu? Dan apa pekerjaanrnu?"

   Laki-laki bermuka pucat itu tundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu menjawab.

   "Siaujjn (hamba) she Ko, oleh karena hidup di sekitar Yan-liong-ji. maka namaku menjadi Ko Tay-ji. oleh karena pekerjaan hamba adalah kusir, dan suka minum arak, setiap kali bertemu dengan kedai minum lantas tak ingin melajukan keretaku lagi, maka teman sejawatku menyebut pula Ko-put-ki (tak mau pergi kepadaku), nama ini malahan lebih sering dipakai daripada namaku Ko Tay-ji!"

   Walaupun ia berusaha memperkeras suaranya, tapi ucapnya tetap diliputi rasa ngeri, takut dan gelagapan.

   "Apakah kau kenal Liong-heng-pat-ciang Tham Beng? Bagaimana ceritanya sampai kau bisa kenal dia?"

   Tanya Cian Hui lagi. Ketika menyinggung nama Liong heng-pat ciang, tiba-tiba saja sekujur badan Ko put ki gemetar keras, matanya semakin jalang dan melirik ke sana kemari.

   "Hamba kenal Tham toaya karena Hui liong piaukiok pernah menyewa keretaku untuk mengantar barang, bahkan bergurau juga dengan hamba, karena itu hamba kenal dia."

   "Bergurau apa?"

   Tanya Cian Hui. Ko-put-ki mengerutkan kuduknya, seperti takut disembelih, setelah ragu2 sebentar akhirnya iapun berkata.

   "Dia bertanya kepadaku kenapa disebut Ko-put-ki? Beliau menganjurkan hamba ganti nama saja."

   Sin jiu Cian Hui mendengus.

   "Hm, belasan tahun yang lalu, pada malam hujan salju dengan lebat, apakah kau berada di kota Kay-hong? Apa pula yang kau lihat di pintu gerbang kota Kay hong?"

   Sekali lagi badan Ko-put-ki bergetar keras, rasa ngeri dan takut yang terpancar dari matanya tampak semakin nyata.

   Para jago mengetahui bahwa ucapan tersebut tentu mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa lama, maka mereka pasang telinga baik2 untuk mendengarkannya dengan seksama.

   Tapi walaupun sudah ditunggu sekian lama ternyata Ko Put ki belum juga mengucapkan sesuatu, malah giginya saling gemertukan dengan kerasnya seakan-akan kuatir bila dia bercerita, maka nyawanya akan segera direnggut orang.

   Malam semakin kekam, angin berembus semakin kencang, obor yang menerangi sekeliling tempat itu tak ada yang merawatnya sehingga makin lama semakin lemah dan akhirnya menjadi padam.

   Maka suasana di sekeliling itu terasa semakin dingin dan semakin gelap, mendatangkan keseraman bagi setiap orang.

   Wajah Hui Giok tampak pucat, tanpa berkedip dia mengawasi Ko-put-ki, jantung pun ikut berdebar, kepalan juga digenggam kencang.

   Sementara itu Sin jiu Cian Hui sedang mengawasi orang itu dengan tatapan yang tajam melihat keraguan orang, ia berkata dengan suara berat "Semua yang hadir di sini adalah jago-jago persilatan terkemuka, mereka tak nanti akan mencelakai jiwamu.

   Ayo, bicaralah terus terang.

   tak perlu ragu."

   Kemudian sambil menuding Hui Giok ia menambahkan.

   "Hui-taystanseng ini adalah keturunan Siang kiam bu tek Hui si siang hong, kungfunya lebih lihai daripada Liong heng pat ciang, asal kau mengaku secara terus terang, beliau pasti akan me lindungi keselamatan jiwamu."

   Ko-put-ki menengadah dan memandang sekejap ke arah Hui Giok, lalu tunduk kepala lagi ia termenung lama sekali.

   kemudian berdehem beberapa kali.

   Lako-laki berbaju hitam yang berada di sisinya memberi sebotol arak kepadanya, cepat ia menyambutnya, ia membuka tutup botol, tapi segera ditutup lagi, dibuka dan ditutup pula.

   Akhirnya dia menenggak arak itu beberapa cegukan keberaniannya jadi bertambah sekali lagi ia angkat kepalanya memandang ke arah Hui Giok setelah berdehem beberapa kah baru berkata.

   "Hari itu udara sangat dingin salju turun dengan hebatnya, salju yang melapisi permukaan tanah menjadi amat tebal. Aku menjalankan keretaku menuju kota Kay-hong, ai, sungguh perjalanan yang sulit, sungguh Ko-put-ki!"

   Mendengar kata "Ku-put-ki"

   Itu, beberapa orang berbaju hitam hampir saja tertawa geli, tapi ketika dilihatnya semua orang sedang memperhatikan cerita Ko-put-ki dengan serius, mereka tak berani tertawa.

   Terdengar Ko-put-ki melanjutkan kata2nya, Maka setibanya di Kay-hong, akupun beristirahat di dekat pintu gerbang kota kutemukan sebuah kedai arak kecil dan akupun minum arak di sana baru minum sampai setengah jalan, aku ingin meludah keluar pintu, siapa tahu, ketika kusingkap kerai di depan pintu, kulihat Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, Tham-toaya dengan menunggang kuda sedang lewat di jalan raya.

   "Di tengah kegelapan malam, apakah kau dapat melihat wajahnya dengan jelas?"

   Tukas Cian Hui tiba-tiba.

   Ko put-ki tarik napas panjang sahutnya walaupun waktu itu sudah tengah malam.

   tapi karena seluruh permukaan tanah berlapiskan salju, pantulan sinar di atas salju membuat suasana tak begitu gelap, sebab itulah aku dapat melihat wajahnya dengan jelas, tak mungkin salah lagi.

   Waktu itu aku rada heran kenapa seorang diri Tham toaya datang ke Kay hong yang letaknya jauh dari ibukota? Tapi yang kupikirkan waktu itu cuma minum arak, maka urusan itupun tidak kuperhatikan lebih jauh.

   Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan pula.

   Sebenarnya Tham-toaya mengenakan topi dengan amat rendah sehingga hampir menutupi mukanya, andaikata tidak secara kebetulan ada angin berembus sehingga sedikit menyingkap topi yang dikenakan Tham-toaya, mungkin akupun tak dapat melihat jelas wajahnya itu."

   Hui Giok terkesiap pikirnya.

   "Apakah ini yang di namakan serapat-rapatnya manusia menyimpan rahasia, suatu ketika tentu bocor juga?"

   Sementara itu Sin-jiu Cian Hui sedang manggut-manggut sambil bertanya.

   "Bagaimana selanjutnya?"

   Ko-put-ki menarik kuduknya lebih ke bawah lagi, lanjutnya.

   
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kemudian, setelah arak habis ku minum, akupun delapan bagian dipengaruhi arak badan terasa nyaman sekali, seakan-akan udara sudah tidak dingin lagi, Pada kesempatan itulah aku naik ke atas benteng kota Kay-hong dan menengok ke bawah sana, kulihat di kejauhan di atas tanah yang bersalju seakan akan ada duatiga sosok bayangan sedang berlompatan ke sana kemari.

   "Katanya kau sudah tujuh-delapan bagian mabuk, masa dapat kau lihat sejauh itu?"

   Tanya Cian Hui lagi dengan wajah kelam.

   "Angin yang berembus di atas benteng sangat kencang, setelah naik ke atas, mabukku lantas hilang tiga bagian, apalagi permukaan tanah di luar kota diliputi salju nan putih, bayangan manusia itupun bergerak kian kemari dengan cepatnya, maka aku dapat melihat semua itu dengan jelas. Waktu itu aku sudah menduga ketiga orang itu sedang terlibat dalam pertarungan sengit.

   "Sejenak kemudian tiba-tiba pertarungan itu berhenti dan kulihat tinggal sesosok bayangan saja yang masih hidup, dia naik ke atas kudanya dan kabur ke arah situ, dari atas benteng dapat kulihat wajah orang itu dengan jelas. ternyata orang itu tak lain adalah Leng-hong pat ciang Tham Benr, Tham-toaya!"

   "Benarkah kau melihat wajahnya dengan jelas?"

   Tiba-tiba Hui Giok membentak.

   "Ya, aku sudah pernah melihat Tham-toaya sebelumnya, kulihat baju yang ia kenakan itu sama, rasanya penglihatanmu tak salah lagi,"

   Jawab Ko-put ki ketakutan.

   Hui Giok tergetar, lalu berdiri kaku bagaikan patung, sorot matanya memandang ke tempat jauh, memandang kegelapan nan jauh sana, di mana seakan-akan dilihatnya wajah Liong-heng pat ciang yang sedang menyeringai.

   Suasana kembali jadi gempar, para jago yang hadir ada yang terbelalak dengan mulut melongo, ada pula yang berbisik-bisik membiarkan kejadian itu.

   "Sungguh tak nyana Liong heng pat ciang yang sok berbuat kebajikan dengan cara-cara mulia jtu tak tahunya adalah binatang berbaju manusia."

   Demikian omel seorang. Selama kegaduhan berlangsung, Sin-jiu Cian Hui hanya mengelus jenggot belaka tanpa memberi komentar apa-apa. setelah kegaduhan itu mulai mereda ia baru berseru.

   "Bukankah sudah belasan tahun yang lalu kau mengetahui rahasia ini kenapa baru sekarang rahasia tersebut kau beberkan di sini? Apakah karena kau mendapat ancaman atau gertakan seseorang."

   "Malam itu aku belum tahu persis apa yang telah terjadi."

   Sahut Ko put-ki dengan suara gemetar.

   "keesokan harinya baru kudengar bahwa Jiang-kiam-bu tek berdua saudara telah mati dibunuh orang. Aku terkejut dan juga takut, makin di pikir semakin takut, ku tahu sewaktu Thamtoaya melaksanakan perbuatannya itu, dia tentu tidak ingin ada orang yang tahu, jika beliau mengetahui aku telah menyaksikan perbuatannya itu, sudah tentu aku akan dibunuhnya untuk menutup mulutku, aku ingin minta perlindungan, tapi pada waktu itu jago persilatan manakah yang berani memusuhi Tham-toaya? Siapa pula yang yang akan percaya pada keterangan seorang kusir macam diriku?"

   "Lalu bagaimana caramu mengatasi kesulitan tersebut?"

   Tanya Ciao Hui pula. Ko-put ki menghela napas.

   "Ai. setelah berpikir pulang pergi, aku masih tetap kuatir apakah Tham toaya mengenali diriku waktu aku menongol keluar pintu warung? Makin dipikir aku semakin takut akhirnya kereta kujual dan akupun kabur jauh2 untuk menyembunyikan diri.

   "Dan sekali bersembunyi selama sepuluh tahun bukan?"

   Tanya Cian Hui. Dengan sinar mata yang sedih Ko put-ki mengangguk.

   "Ya, sebenarnya aku hendak menunggu sampai perbuatan Liong heng pat-ciang Tham-toaya diketahui umum baru aku akan muncul lagi, siapa tahu perbuatannya itu dilakukan dengan teramat rapi dan rahasia sehingga tak diketahui siapapun. Aku lantas berharap... berharap agar dia cepat2 mati. Tapi ternyata ia tidak mati2 juga, maka... maka akupun bersembunyi hampir belasan tahun lamanya."

   "Lantas, kenapa rahasia tersebut kaubongkar juga sekarang?"

   Bentak Cian Hui dengan dahi berkerut "Apakah sekarang kau tidak takut mati lagi."

   Ko-put ki tundukkan kepalanya rendah-rendah.

   "Sebenarnya aku tak ingin keluar dan tempat persembunyianku, tapi ai, penghidupanku selama beberapa tahun terakhir ini betul2 amat susah, aku tak punya tabungan juga tak punya harta kekayaan, penghidupanku selama ini hanya bergantung dari upah yang didapatkan biniku dari mencucikan pakaian orang lain, dan aku sendiri aku hanya bersembunyi terus di rumah, selangkahpun tak berani keluar pintu, sampai kakiku hampir saja tak mampu digunakan untuk berjalan lagi, aku merasa kesepian dan merasa ketakutan, aku takut tiba-tiba Tham-toaya muncul dari depan pintu dan sekali bacok membereskan nyawaku!"

   Setelah termangu-mangu sesaat lamanya, ia melanjutkan "Tapi belakangan ini, biniku telah mati aku jadi kelaparan dan tak mampu makan lagi, pada suatu tengah malam aku pun keluar rumah dan coba minta sedekah orang, tapi ketika aku menuju pulang setelah isi perut, tiba-tiba ku temukan seorang berjalan di depan rumahku dengan membawa pisau, aku jadi ketakutan setengah mati kutinggalkan rumahku dan lari terbirit-birit."

   Mendengar sampai di sini, para jago yang hadir tak dapat menahan rasa kasihannya, suara helaan napas bergema di sana sini. Ko-put-ki melanjutkan kata-katanya dengan suara berat.

   "Tapi aku mampu lari ke mana? Untuk berjalan pun aku tak kuat akupun tak punya uang, siang hari bersembunyi, bila malam tiba, terpaksa aku kumpulkan akar rumput dan kulit pohon untuk mengisi perutku yang lapar.

   "Penghidupan seperti ini kualami sampai beberapa hari, aku benar-benar tak tahan lagi, suatu malam ketika aku tidur di tepi tong sampah di sebuah gang, tiba2 kulihat...."

   Berbicara sampai di sini, mendadak ia berhenti, ia melirik Cian Hui sekejap dengan sinar mata ketakutan.

   "Tak apa, ceritakan terus terang!"

   Ujar Cian Hui dengan dingin. Dengan suara gemetar Ko put-ki melanjutkan lagi.

   "Waktu itu aku kedinginan dan sangat lapar aku benar-benar tak bisa tidur, saat itulah tiba-tiba dari salah sebuah rumah kudengar jeritan ngeri beberapa kali, dengan kaget aku melompat bangun dan berlari terbirit-birit.

   "Belum jauh kau kabur, kau lantas ditangkap seorang anak buahku?"

   Sela Cian Hui. Dengan gemetar Ko put-ki mengangguk.

   "Ya, aku ketakutan setengah mati hingga hampir saja jatuh semaput, apalagi ketika ku angkat kepala, ternyata diriku berada di depan kantor cabang Hui liong piaukiok, kukira Toako ini adalah anak buah Tham-toaya, karena takutnya aku lantas berlutut dan meratap.

   "O, tolong beritahukan kepada Tham-toaya, malam itu meski aku berada di Kayhong, tapi sebenarnya aku tidak melihat apa-apa!"

   Sin-jiu Cian Hui mendengus dan menanggapi "Anak buahku itu mengira kau ini seorang sinting, sebetulnya dia hendak melepaskan kau, tapi aku mendengar ucapanmu dan segera merasa ada sesuatu rahasia di balik ratapanmu itu, maka akupun lantas ingin tahu siapakah dirimu ini?"

   "Ya, benar, benar!"

   Ko-put-ki manggut2

   "setelah kutahu Toaya bukan orang Hui-liong-piaukiok, lagi pula kulihat Toaya..."

   "Katakan saja terus terang, katakan semua yang kau lihat,"

   Seru Cian Hui.

   Ko put-ki menarik napas dingin, cepat dia menyambung "Apalagi setelah hamba lihat bahwa Toaya membantai seluruh penghuni kantor Hui-lionlg piauwkiok, tahulah hamba bahwa Toaya adalah musuh bebuyutan Liong heng-pat ciang, terutama setelah hamba lihat Toaya sama sekali tidak takut kepada Liong heng pat-ciang, maka sekarang berani kuceritakan semua pengalamanku itu."

   Sampai di sini, Sin-jiu Cian Hui lantas menyapu pandang wajah seluruh jago-jago dengan pandangan tajam, kemudian serunya dengan lantang. Sobat2 sekalian, tentunya kalian sudah mendengar apa yang diceritakan orang ini."

   Kawanan jago itu hanya berani tertegun dengan mata terbelalak, ada yang menggigil, ada pula yang menghela napas. Dengan alis menegak Sin-jiu Cian Hui lantas berkata lagi dengan lantang.

   "Sampai di sini, tentunya saudara sekalian telah tahu jelas manusia macam apakah Liong-heng pat ciang itu. Apa yang dilihat sahabat Ko di Kay-hong tak lain adalah peristiwa dibegalnya barang kawalan Jiangkiam bu tek Hui-si siang-hiong yang berupa Pek-giok ciangcu (katak kemala hijau) dalam perjalanan menuju Ho-pak. Baru saja ia berbicara sampai disini, Hui Giok yang sejak tadi berdiri kaku mendadak berteriak lantang.

   "Apa? Pek-giok-ciam-cu? Ketika ayahku terbunuh beliau sedang mengawal Pek-giokciam- cu?"

   Melihat perubahan air mukanya itu, Sin-jiu Cian Hui tampak melengak, tapi dia lantas mengangguk.

   "Ya, benda kawalannya memang Pek-giok-ciam-cu."

   Jawabnya.

   "kukira setiap orang persilatan mengetahui hal ini, masa Hui-heng tidak tahu?"

   Hui Giok mundur tiga langkah dengan tangan terkepal kencang-kencang, sementara air mata bercucuran membasahi pipinya yang pucat, sambil menengadah ia bergumam sendiri.

   "O, Thian benarkah pembunuh berdarah dingin itu adalah dia?"

   Tiba-tiba ia teringat ketika dia masuk ke kamar Tham Beng tempo dulu, bukankah benda yang sedang dimainkan Tham Beng itu adalah sebuah mainan berwarna hijau kemala? Tiba-tiba saja ia menjadi paham kenapa Tham Beng dengan kaget dan gugup buru-buru menyimpan benda itu ke dalam sakunya begitu melihat ia muncul di kamarnya, bahkan memperingatkan dia agar selanjutnya tidak masuk ke kamarnya lagi.

   Dahulu segala persoalan itu tidak dipahaminya, dan iapun tak ingin memahaminya, tapi sekarang, dalam sekejap mata semua persoalan itu telah ada jawabannya dan jawaban itu hanya menambah duka citanya.

   Ko-put ki memandang ketakutan ke arahnya semua orang memandang simpati kepadanya, sedang Leng kok siang-bok menghela napas panjang.

   Sedang Leng Han tiok sambil menghela napas.

   "Bun-ki... ai, kasihan dia."

   Leng Ko-bok mengangguk dengan berat, sampai lama ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Sin jiu Cian Hui mengelus jenggotnya lalu membentak.

   "Jika dalam dunia persilatan masih ada keadilan, apakah kita harus membiarkan Liong-keog pat-ciang si jahanam terkutuk itu tetap hidup di dunia?"

   "Bunuh mati bajingan itu!"

   Teriakan keras berkumandang dari mulut para jago, sekarang semua orang sudah diliputi rasa gusar yang meluap, andaikata Liong-heng pat-ciang berada di situ, sekalipun ilmu silatnya tinggi mungkin dia akan gentar juga oleh kemarahan massa yang meluap itu.

   Melihat reaksi orang banyak yang kalap itu Cian Hui makin bersemangat, kembali teriaknya.

   "Jiang kiam ji hiong mati secara mengenaskandi tangan Liong-heng pat ciang, kita perserikatann orang-orang Kanglam harus bersumpah untuk membantu Hui-taysianseng membalas sakit hati ini, kalian semua tentunya laki-laki vang berdarah panas, bagi kalian yang bukan anggota Perserikatan orang-orang Kanglam sudah sewajarnya kalian ikut berjuang demi menegakkan kebenaran, tentunya kalian bersedia, bukan?"

   Sambutan para jago kembali bergemuruh sampai-sampai menggetar pepohonan yang tumbuh di sekitar tempat itu, daun pada berguguran bagaikan musim rontok tiba secara mendadak.

   "Hui heng,"

   Cian Hui lantas berpaling setelah mempunyai begini banyak sahabat yang mendukungmu, apakah kau masih takut sakit hatimu takkan terbalas."

   Dengan pandangan bingung Hui Giok menatap Ko-put ki, lalu bergumam sendiri.

   "Ko-put-ki, Ko-put-Ki ternyata di dunia ini memang banyak persoalan yang sukar dilewati... Tham Beng, wahai Tham Beng, bagaimana jua kau memang salah, kau salah besar..."

   Leng-kok-siang-hok saling pandang sekejap, lalu Leng Han-tiok berkata.

   "Andaikata Tham Beng mengetahui siasat busuknya yang direncanakan secara rapi dan berhasil mengelabui orang ini ternyata telah hancur di tangan seorang kusir kereta yang tak terkenal, entah bagaimanakah perasaannya sekarang?"

   "Maka untuk selanjutnya dia akan percaya di dunia ini memang ada perkara yang Ko-put-ki."

   Sambung Leng Ko bak dengan tersenyum dingin.

   Angin berembus makin kencang, membuyarkan suara teriakan gusar, seruan kaget dan helaan napas yang memenuhi permukaan bumi ini.

   -oOo - -oOo- Sementara itu Tham Beng dengan sebelah tangan memegang tali kendali kuda dan tangan lain mengelus jenggotnya sedang membiarkan kudanya berjalan lambat di tengah kegelapan.

   Tokoh persilatan yang termasyhur ini ketika ini berada dalam keadaan murung, alisnya bekernyit, rupanya ia sedang menimbang suatu keputusan penting mengenai suatu masalah besar.

   Lo Gi, Pian Siau-yan dan Pat-kwa ciang Lm Hui pelahan mengikut di belakangnya, dan pada barisan paling belakang mengikut empat orang laki-laki berpakaian ringkas, dilihat dan dandanan mereka, tampaknya orang-orang itu adalah para teriak jalan dari perusahaan pengawalan.

   Kedelapan ekor kuda berjalan di tengah keheningan malam yang dingin, tiada suara manusia, tiada ringkikan kuda, yang terdengar hanya derap kaki kuda yang berdetak-detak.

   Angin malam yang dingin mengusap jenggot Tham Beng yang panjang, tiba-tiba ia menghela napas.

   "Setelah musim dingin tiba, banyak orang persilatan harus dibereskan. Selesai membereskan persoalan ini, akupun akan beristirahat sudah sekian tahun, ai..."

   Tiba-tiba ia menghela napas pula. Pat-kwa-eiang Liu Hui larikan kudanya menyusul ke sisinya, sambil tersenyum ia berkata.

   "selama beberapa tahun terakhir ini walaupun Cong-piautau sudah capai, tapi semangatmu makin lama makin berkobar, cara Congpiautau menyelesaikan pelbagai persoalanpun juga mengagumkan orang."

   Ia merenung sebentar, seolah-olah sedang mempertimbangkan bagaimana caranya ia menyanjung agar dapat merebut hati majikannya. Selang sejenak, dia tersenyum dan berkata pula.

   "Anibil contoh kejadian yang baru saja lewat, aku benar-benar amat kagum, cukup hanya duatiga patah kata saja Kang Tay sik sudah dibikin tunduk sehingga disuruh terjun ke lautan api pun rela, cuma sekalipun Congpiautau tidak mengucapkan kata-kaia semacam itu, kami semua juga rela menjual nyawa bagi Cong-piautau"

   Liong heng-pat-ciang tertawa.

   "Itulah cara orang hidup dan menjadi manusia yang layak, bila suatu hari aku mengundurkan diri dari keramaian dunia, maka kaupun harus meniru cara caraku untuk menjadi orang."

   Mata Pat-kwa-aang Liu Hui bersinar terang, tapi lahirnya pura-pura menunjukkan rasa tercengang.

   "Cong-piautau"

   Katanya.

   "berbicara soal kesehatan, ilmu silat dan kecerdasan keadaanmu sekarang sedang berada pada puncaknya, kenapa kau singgung soal pengunduran diri? Bila Congpiautau benar-benar akan mengundurkan diri, lantas siapakah yang akan memikul tanggungjawab atas usaha yang besar itu?"

   Semakin cerah wajah Liong-heng-pat-ciang katanya lagi sambil tersenyum.

   "Meskipun demikian tapi siapakah yang mampu menahan menanjaknya usia? sekalipun dia adalah seorang Enghiong, rasanya juga tak mampu menahan bertambahnya usia Ai. aku hanya berharap agar mereka..."

   Belum habis kata2nya, tiba2 dan arah belalang berkumandang suara derap kaki kuda yang gencar, seekor kuda tampak membedal tiba.

   "Siapa itu?"

   Tegur Tham Beng cepat. Serentak kedelapan ekor kuda itu dihentikan penunggang kuda yang muncul dan belakang itu cepat melompat turun dari kudanya dan menghadap Tham Beng.

   "Cian Sin Jiu sudah tiba di Tionggoan,"

   Demikian orang itu memberi laporan.

   "barusan ia telah muncul di bukit Hok-gu-san, tapi agaknya dia datang sendirian, entah apa yang dibicarakan dengan Hui-tay sianseng, karena itu hamba tak berani berdiam terlalu lama di sana dan buru-buru datang kemari untuk memberi laporan kepada Congpiautau."

   Liong-heng-pat-ciang Tham Beng mengernyitkan alisnya yang tebal, sesudah termenung sejenak akhirnya ia tertawa dingin kalanya "Bagus...

   bagus sekali! Ternyata ia benar-benar sudah datang.

   Hm kalau ia berani datang ke daerah Tionggoan berarti dia sudah atur persiapan yang matang, tak nanti dia datang seorang diri, bila Kang hiante ingin turun tangan, rasanya teramat sulit."

   Air muka Pat-kwa-ciang Liu Hui agak berubah, sambil tertawa iapun berkata.

   "Ia berani meninggalkan daerah kekuasaannya dan datang ke Tionggoan, mungkin ia sudah bosan hidup, itulah keuntungan Congpiautau, siaute harus mengucapkan selamat kepada Congpiautau, sedangkan soal Kang-lote, kukira kungfunya cukup hebat, dia juga cerdik dan pandai melihat gelagat, mungkin tugasnya tak akan mengalami kesulitan!"

   "Bila tahu diri sendiri dan tahu keadaan musuh, setiap pertarungan tentu akan menang, kalian terlalu memandang rendah kemampuan Sin-jiu Cian Hui, padahal orang ini terhitung seorang jagoan yang sangat tangguh."

   "Sekalipun Cian Hui termasuk orang yang tangguh masa dia mampu menandingi ketangguhan Congpiautau?"

   Pat-kwa-ciang Liu Hui mengumpak "sudah puluhan tahun Congpiautau memimpin dunia persilatan, masakah seorang Cian Hui saja tak sanggup membereskannya"

   "Meskipun begitu, kan tak ada salahnya kain kita berhati-hati. ."

   Kata Liong-heng-pat ciang sambil tersenyum. Tiba2 hawa napsu membunuh terpancar dari matanya setelah berhenti sebentar ia menengadah bergelak tertawa.

   "Cian Hui wahai Cian Hui,"

   Serunya.

   "meski tindakanmu itu jauh di luar dugaan, tapi aku sudah menyebarkan mata2ku di sana, setiap gerikmu tak nanti lolos dan pengamatan mata dan telingaku Hehehe, setelah kau datang ke Tionggoan, jika tak kuberi pelayanan yang baik padamu, percumalah aku menjadi tuan rumah di daerah Tionggoan sini."

   Gelak tertawanya yang nyaring itu penuh mengandung nada bangga dan gembira "Hahaha! betul,"

   Sambung Pat kwa-ciang Liu Hui sambil tergelak pula.

   "barang siapa berani memusuhi Congpiautau berarti orang tersebut sudah bosan hidup."

   Belum gelak tertawanya berhenti, tiba2 dari arah belakang sana muncul lagi seekor kuda yang dilarikan kencang2, penunggang kuda itu berambut awut-awutan tak keruan, mukanya tegang, sekalipun di tengah malam yang dingin, namun badannya basah kuyup oleh peluh.

   Melihat kemunculan orang itu Liong-heng-pat-ciang Tham Beng serentak berhenti tertawa, dengan dahi berkerut tegurnya "Yu Jit, kenapa kebingungan.

   Usap dulu keringat di atas kepalamu sebelum bicara denganku "

   Yu Jit, si penunggang kuda itu benar2 menyeka dulu keringat di atas kepalanya lalu ia membungkuk badan dan memberi hormat.

   "Lapor Congpiautau,"

   Serunya dengan gugup.

   "di bukit Hok gu-san sana telah terjadi peristiwa luar biasa."

   "Peristiwa apa yang terjadi?"

   Tanya Liong-heng-pat ciang Tham Beng.

   Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Setiba di sana, Cian Sin-jiu telah mengucapkan beberapa patah kata yang menjelekkan diri Congpiautau, lalu semua orang yang hadir di bukit itu bersorak-sorai menyanjung Hui-taysianseng. Saudara-saudara yang Congpiautau tinggal di situ merasa penasaran dan tidak ikut bersorak, perbuatan ini telah diketahui oleh orang-orang yang dipersiapkan Cian Hui di sana, mereka ditangkapi ketika Kang-piautau melihat gelagat tidak menguntungkan dan coba kabur, tapi iapun dibekuk oleh anak buah Cian Hui"

   "Masa di antara anak buah Cian Hui ada yang mampu membekuk Kang Tay-sik. Aneh benar!"

   Seru Liong-heng-pat ciang dengan kening berkerut.

   Lo Gi dan Pian Sau-yan saling pandang sekejap, wajah mereka menunjukkan pula rasa kaget.

   Perlu diterangkan Tok jiu ciang-wi (Ciang Wi bertangan keji) Kang Tay sik adalah seorang tokoh kelas satu dalam Hui-liong piaukiok, sebab itulah Tham Beng menyerahkan tugas tersebut kepadanya.

   Yu Jit berhenti sebentar untuk mengatur napasnya yang tersengal, kemudian sambungnya "Ketika menyaksikan gelagat tidak baik, hamba segera ikut bersorak sorai, sesudah mereka pergi semua hamba pun segera ambil langkah seribu, saat ini..."

   "Kecuali Kang Tay-sik, masih ada berapa orang lagi yang kepergok?"

   Tukas Liong heng-patciang Tham Beng.

   Yu Jit termenung sejenak, lalu sahutnya "Semuanya berjumlah lima belas orang.

   Belum habis ucapannya tiba-tiba Liong heng-pat ciang Tlidm Bcng bergelak lagi.

   Melihat tingkah lakunya ini, semua orang hanya saling pandang saja.

   Sesudah tertawa, Tham Beng berseru lagi.

   "Cian Hui wahai Cian Hui kau memang betul-betul seorang tokoh kosen dan tak malu menjadi musuh besarku. Tapi tindakanmu memusuhi diriku adalah suatu tindakan yang keliru besar, kau akan menyesal untuk selamanya karena peristiwa ini. Kembali ia tertawa seram, lalu terusnya "Liu hiante tahukah kau berapa banyak mata-mata yang telah kusiapkan di sana, sekalipun ia berhasil menangkap lima belas orangku lagi semua gerak-geriknya tetap tak lolos dari pengawasanku."

   Pat-kwa-ciang Liu Hui tertawa "Congpiautau adalah orang paling kosen di antara manusiamanusia kosen lainnya, siapa yang akan mampu menandingi dirimu? Dan lagi orang she Cian itu terhitung manusia apa?"

   Liong-heng-pat ciang Tlum Bcng tertawa terbahak-bahak "Hahaha! Kang Tay sik memang cerdik, tapi iapun berbuat tolol, padahal ia tak perlu melarikan diri, asal berpura-pura saja, siapa yang akan mencurigai dia? Cuma...

   hahaha, meskipun tertangkap, hal ini tidak akan mempengaruhi rencana besarku, dengan perasaan utang budi yang tertanam di hati Hui Giok tak nanti dia memusuhi ku!"

   "Ya, benar, Hui Giok menghormati Congpiautau ibaratnya kepada orang tua sendiri, tak nanti akan berbuat kurang ajar terhadap Congpiau-tau."

   Kata Lui Hui.

   "Yang paling menggelikan adalah usaha Cian Hui yang bersusah payah menjadikan Hui Giok seorang yang ternama dan berkedudukan tapi ia tak sangka akan hubunganku dengan Hui Giok ini, perbuatannya ini sekarang berbalik jadi senjata makan tuan."

   Setelah tertawa bangga, Tham Beng menyambung pula.

   "Suatu ketika tentu akan kubiinm Hui Giok berbalik memusuhi dia, kalau sudah demikian itu berarti Perserikatan orang-orang Kanglam yang didirikannya dengan susah payah itu akan menambah kekuatan bagi pihakku malah, hahaha..."

   Ia berpaling ke arah Liu Bui dan meneruskan "Liu-hiante, sekarang tentunya kau mengerti kenapa selama ini aku tidak berbuat apa-apa terhadap Perserikatan orang orang Kanglam itu? Nah di sinilah alasannya Hahaha, orang persilatan manakah yang akan menduga rencanaku itu"

   Pat-kwa-ciang Liu Hui buru-buru memperlihatkan rasa kagumnya, sambil menghela napas ia berkata "Ya, siapa yang mampu menebak perhitungan Congpiautau.

   Belakangan ini kungfu Hui Giok mendapat kemajuan yang pesat siapa tahu kalau di kemudian hari dia akan menjadi seorangpembantu yang dapat diandalkan bagi Congpiautau?"

   "Benar,"

   Liong-heng-pat-ciang Tham Beng mengangguk "asal kugunakan sedikit akal tidak perlu kuatir ia akan membangkang perintahku."

   Di tengah gelak tertawanya yang nyaring kembali wajahnya menampilkan perasaan bangga. Pat-kwa-ciang Liu Hui menghela napas dan berkata.

   "walaupun begitu, sampai sekarang juga aku masih belum percaya, masa dalam waktu satu-dua tahun yang singkat ini ia berhasil memperoleh kepandaian silat yang maha lihai, bahkan baik dalam hal bicara maupun tindaktanduknya seakan-akan telah berubah menjadi seorang yang lain."

   Liong-heng pek-ciang mengangguk "Ya, sesunguhnya bocah ini memang seorang yang amat cerdik."

   Katanya.

   "sejak dulu aku sudah mengetahuinya, karena itulah...."

   Tiba-tiba ia berhenti bicara, setelah celingukan maju ke dekat Pat-kwa-ciang Lui Hui dan melanjutkan kata-katanya dengan setengah berbisik "Sejak kecil sudah kusiksa dia, kulukai harga diri menghancurkan rasa kepercayaan pada diri sendiri agar dia menjadi seorang yang lemah dan tak berguna.

   Siapa tahu dia memang seorang yang luar biasa, walaupun kecerdasan serta kemampuan telah kutekan dan kukuasai tapi sedikit terlena saja, semuanya itu lantas meluap lagi, sebab itulah dalam waktu singkat ia berhasil mencapai kesuksesan yang luar biasa."

   Setelah menghela napas sambungnya lagi.

   "Seperti halnya membendung air. sekali bendungan jebol, maka air bau akan menerjang masuk dengan lebih besar Ya, salahku sendiri yang tak pernah berpikir sampai ke sana."

   Dari perkataannya jelaslah bahwa ia merasa menyesal karena dulu bertindak kurang tegas. Buru-buru Pat kwa ciang Liu Hui menghiburnya.

   "Walaupun begitu toh sekarang Congpiautau cukup mampu untuk menguasainya lagi sekalipun harus membuang tenaga lebih banyak tapi orang itu kan tetap merupakan benda dalam saku Cong-piautau?"

   "Hahaha....

   "

   Liong heng pat ciang bergelak sambil menepuk bahu anak- buahnya itu "Liu hiante kau memang seorang pembantu yang paling kuandalkan!"

   Kungfu Pat kwa ciang Liu Hui sebenarnya tidak tinggi, tapi kecerdasan otaknya boleh diandalkan di antara jago-jago lainnya dalam Hui liong piaukiok dia merupakan orang yang paling dipercaya oleh Liong-heng-pat ciang.

   Sebab itulah terkadang orang merasa heran Liong-heng pat ciang yang cermat kenapa bisa salah pilih, masa seorang yang tak becus dijadikan orang kepercayaan? Orang lain tidak tahu bahwa walaupun Pat kwa ciang Liu Hui tak becus, tapi kepandaiannya menjilat pantat adalah nomor satu.

   Biasanya, baik dia orang pintar atau orang bodoh, menghadapi sanjung puji seringkali orang akan melahapnya tanpa menolak.

   Liong heng-pat ciang Tham Beng berhenti tertawa, seraya memutar kudanya ia berkata lagi dengan suara berat.

   "Cian Hui berbuat demikian disebabkan ada maksud tertentu. Yu Jit, sekarang juga berangkat ke Lam-yang dan cari rumah penginapan O-hun-kek can setelah bertemu dengan Si Beng Siang Hui kui dan Kongsun Tay-liok bertiga, perintahkan kepada mereka agar segera berangkat ke Hok-gu san, katakan bahwa aku ada urusan penting perlu bantuan mereka."

   Yu Jit mengiakan berulang kali, cepat ia melompat ke atas kudanya dan dilarikan secepat terbang. Seperginya orang itu, Liong heng pat ciang Tham Beng berkata pula.

   "Kita berangkat ke sana, ingin kutahu Cian Hiu masih mampu main gila apa lagi."

   Selesai berkata, ia lantas menarik kudanya dan larikannya ke depan. Melihat itu dengan dahi berkerut Lo Gi berisik Cian Sin-jiu tentu datang dengan persiapan yang cukup matang, entah jago2 lihay macam apa lagi yang ia bawa."

   Pian Siau yan termenung sejenak, sambil memandang bayangan punggung Liong heng pat ciang ia menyahut "Asal Congpiautau turun tangan sendiri, dalam dunia persilatan dewasa ini tak ada seorang pun yang sanggup bertahan lima puluh gebrakannya."

   "Kuatirnya..."

   Lo Gi berkerut kening Pian Siau-yan tersenyum, tukasnya "Perkataanku pasti tidak meleset suatu hari pernah ku saksikan dengan mata kepalaku sendiri cara bagaimana Congpiautau berlatih ilmu silatnya.

   Sedemikian hebat kungfunya, biarpun kita berdua bergabung juga belum tentu mampu menahan tiga puluh jurus serangannya."

   Airmuka Lo Gi berubah, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi ia cemplak kudanya dan berlalu walaupun ia kurang percaya terhadap cerita Pian sau yan akan tet


Pendekar Bayangan Setan -- Khu Lung Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung

Cari Blog Ini