Ceritasilat Novel Online

Pisau Kekasih 6


Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 6


antik, menemukan barang antik yang mahal.

   "Mengapa kau melihat orang seperti itu?"

   "Wajah kakak ini terlihat tidak baik, bagaimana kalau minum dulu supaya terlihat lebih semangat."

   Karena terus dilihat oleh Hong Kie dia merasa tidak nyaman, maka dengan terpaksa melayani orang lain. Terhadap seorang tamu yang wajahnya hanya terpasang sebuah hidung itu dia berkata.

   "Saudara, wajahmu berkilau mungkin nasibmu akan mujur, mari kita bermain!"

   Orang itu mendorongnya dengan tidak sabar.

   Karena dorongan terlalu kencang membuatnya terjatuh.

   Kantongnya yang penuh dengan uang dan cek jatuh berhamburan di bawah.

   Uang berhamburan di bawah, tuan muda itu pun membungkukkan tubuh.

   Penjahat lain berteriak.

   "Pungut uang yang ada di bawah..."

   Ada yang berlutut.

   Ada yang merangkak ke kolong meja Wie Kai dan Leng- ji untuk mengambil uang yang menggelinding ke kolong meja mereka.

   Seseorang malah berani meraba-raba kaki Hong Ku.

   Kaki seorang perempuan adalah bagian terpenting dari tubuh seorang perempuan.

   Kaki indah harus panjang dan kurus.

   Telapak kaki jangan terlalu lebar juga jangan terlalu keras sampai terlihat tulang dan urat-uratnya.

   Yang pasti jangan terlalu banyak daging atau jari kaki terlalu pendek.

   Terlalu kecil atau terlalu besar bukan kaki yang indah.

   Telapak kaki pun tetap ada tingkat keindahan-nya.

   Bisa dibagi menjadi 9 jenis dan 18 tingkat.

   Kaki Hong Ku dan Leng-ji bentuknya hampir sama, orang yang tidak bisa melihat kecantikan kaki seorang perempuan benar-benar tidak pantas berkomentar.

   Hong Ku sedang makan kacang.

   Terhadap situasi orang yang sedang berebut uang, dia tidak peduli.

   Tiba-tiba dia terpaku.

   Dia merasa ada orang meraba kakinya.

   Tidak hanya meraba sampai-sampai kakinya dipeluk dan seakan-akan ingin mencium, seperti akan dijilat.

   Mata besar Hong Ku jadi melotot, lalu dia menendang.

   Orang itu berteriak seperti anjing yang ekornya terinjak.

   Hong Ku tidak akan memaafkan dia dengan mudah! Kaki sebelahnya menendang lagi, orang yang meraba kakinya segera roboh dan merintih kesakitan.

   Temannya melihat keadaan itu, kepalannya segera terayun.

   Tapi kaki Hong Ku sudah melayang.

   Yang satu lagi mulai mengeluarkan cakarnya.

   Posisi Hong Ku tetap tidak berubah, sebelah kaki diangkat dia mengait leher orang itu.

   Jurus ini membuat lawan tidak bisa bergerak.

   Kemudian kaki Hong Ku menendang lagi.

   orang itu terbang ke meja lain dan membuat meja itu hancur.

   Penjahat, penjudi, dan yang lain mulai menyerang.

   Mereka sadar kalau ke empat orang itu adalah orang yang sulit ditaklukkan.

   Tapi mereka punya penyakit aneh.

   Jika tidak mencoba belum mau percaya.

   Pengalaman harus dicari sendiri.

   Pengalaman tidak akan diberikan orang lain.

   Orang lain juga tidak akan memberikan pengalamannya, mereka mengira semua itu adalah sesuatu yang royal! Sebenarnya hal ini sangat biasa.

   Tapi ada beberapa pengecualian.

   Orang pintar dengan pengalaman orang lain bisa mengubah kesalahannya sendiri.

   Saat orang-orang itu menyerang.

   Wie Kai berempat sama sekali tidak meninggalkan tempat duduk mereka.

   Yang menyerang akhirnya mundur dengan kepala yang sudah mengucur darah.

   Lo-pan-nio terkejut.

   Perempuan yang membuatnya iri ternyata sangat lihai.

   Yang menyerang dengan kencang akan terbanting kencang.

   Yang menyerang dengan pelan maka orang itu pun akan terbanting pelan.

   Yang tidak menyerang pasti tidak akan terbanting.

   Saat mereka sedang sibuk, dari ambang pintu masuk seseorang.

   Lo-pan-nio segera berdiri dan memanggil.

   "Tuan Houw!"

   Kusir kereta berkata dengan suara rendah.

   "Kim-houw." (Harimau emas). Dari nada bicara kusir dan ekspresi nyonya majikan bisa ditebak orang yang baru masuk yang berumur sekitar 35-36, berbaju rapi bernama Kim-houw pasti orang nomor satu di daerah sini. Di belakangnya mengikuti 4 laki-laki tegap. Perkelahian segera berhenti, hanya terdengar suara orang bernafas ngos-ngosan. Penjahat, penjudi, dan lain-lain segera mundur ke pinggir dengan hormat dan membungkukkan tubuh lalu memanggil.

   "Tuan Houw!"

   Hong Kie berdiri tidak bergerak. Sampai sampai dengan sorot mata seperti penjudi tadi melihat Kim-houw. Tentu saja dia tidak membungkukkan tubuh. Tapi Wie Kai memaksanya membungkukkan tubuh dan dengan pelan berkata.

   "Ikuti mereka!"

   Sikap Kim-houw sekarang sangat mirip Seng Kong-kong.

   Dia lewat di depan semua orang.

   Dia melihat satu per satu orang yang ada di sana, seperti sedang ke tempat pelacuran dan menilai perempuan di sana.

   Saat Kim-houw lewat di depan mereka karena tegang kusir itu tersedak.

   "Ada apa?"

   Kata Kim-houw sambil menoleh.

   "Tidak... tidak ada apa-apa."

   Kusir itu gemetar. Tapi saat itu Kim-houw sudah melihat Leng-ji. Dia seperti sedang menyalahkan dirinya mengapa tadi tidak melihat ada yang istimewa, dia kembali dan mengangkat dagu Leng-ji. Kim-houw menyipitkan mata.

   "Cantik sekali!"

   Leng-ji menggeser tangannya menjawab dingin.

   "Lumayan!"

   Hong Kie sudah bergerak. Tapi Wie Kai dengan isyarat mata melarangnya.

   "Bawa dia pergi!"

   Perintah Kim-houw. Tiba-tiba Wie Kai memohon.

   "Tuan, mohon maaf! Dia salah bicara dan membuat Tuan marah, dia adalah istriku..."

   Leng-ji melotot kepadanya. Wie Kai terlihat bersikap lebih rendah.

   "Istriku sudah tidak sopan, tapi isrtiku adalah perempuan baik-baik..."

   "Aku suka istrimu!"

   Kata Kim-houw.

   "Kau suka apa pun silakan, tapi tidak boleh suka pada istriku! Apa pun akan kuberikan. Tuan, mohon maaf!"

   Sambil bicara dia mengambil senjata mereka sampai- sampai kipas lipat raksasa miliknya pun di-taruh di atas meja.

   Di atas kipas lipat itu tertulis Eng-hong-pie-ya.

   Kim-houw terkejut sebab ke empat kata itu benar-benar mempunyai kekuatan luar biasa.

   Semua orang yang ada di sana terkejut.

   Kim-houw siap bertarung, golok dilempar sekaligus memberitahu bahwa dia adalah Kim-houw.

   Di tengah-tengah udara Hong Ku menyambut golok yang dilempar tadi.

   Tiba-tiba Kim-houw menjadi tenang.

   Kim-houw sudah terbiasa bersikap seenaknya, dia juga disayang anak buahnya, maka dia salah menilai dirinya sendiri.

   Dia mengira dia benar-benar orang nomor satu di dunia ini.

   Dia juga salah menafsirkan dirinya.

   Kalau salah menafsir musuh paling-paling dia akan terlihat lemah atau penakut, tapi salah menafsir dirinya mungkin akan membuat dia mati.

   "Kalian datang tepat waktunya! Mungkin rejeki ku sudah datang! Emas sebanyak puluhan ribu tail sebagai hadiah akan membuatku senang! Terima kasih untuk kalian berdua!..."

   Orang pertama yang diserang oleh Kim-houw adalah Hong Kie dan Hong Ku.

   Awalnya dia terlihat sangat pemberani.

   Karena dia adalah Tuan Harimau.

   Pelarian seperti mereka baginya adalah masalah kecil! Setelah beberapa kali bertarung, dia terpukul oleh Hong Kie.

   Kemudian disapu oleh Hong Ku.

   Apalagi ke empat anak buahnya adalah orang-orang pemberani.

   Maka mereka mengeluarkan cakarnya pada Wie Kai dan Leng-ji.

   Jika majikannya sombong dan tidak tahu diri, anak buahnya tantu orang buta yang tidak tahu sepert apa bentuk golok! Empat laki-laki segera menjadi sasaran pukulan dan tendangan.

   Majikan dan ke empat anak buahnya dengan cepat mengerti.

   "Orang yang berani melarikan diri dan mengkhianati Eng-hong-pie-ya, pasti mempunyai ilmu hebat. Menyesal adalah perasaan paling menyakitkan. Biasanya rasa menyesal mewakili perasaan tidak tertolong atau sudah terlambat untuk ditolong. Sekarang Kim-houw dan ke empat anak buah-nya sudah dikepung. Seperti binatang yang bertarung di dalam kurungan. Kim-houw dan 4 anak buahnya berada dalam kurungan itu. Hong Kie dan Hong Ku terus beraksi. Wie Kai dan Leng-ji tertawa di pinggir. Karena Tuan Harimau sekarang sudah menjadi Tuan Kucing. Tiba-tiba Kim-houw berkelebat ke belakang setelah bisa melarikan diri dia tertawa terbahak-bahak. Tapi ke empat anak buahnya yang terkurung akhirnya roboh. Kim-houw kembali dikurung oleh Hong Kie dan Hong Ku. Hong Kie menghajar di sebuah meja panjang. Baru saja dia berdiri Hong Ku sudah menghajarnya lagi. Kemudian Hong Kie menghajar lagi. Wie Kai tertawa kepada Leng-ji. t "Tidak ada apa-apanya!"

   Leng-ji tertawa. Sekarang, wibawa Tuan Harimau sudah habis. Terakhir Hong Kie merobohkan dia, sebuah meja besar telah menindih tubuhnya. Sekarang dia hanya bisa meong- meong. Sekarang dia hanya seekor kucing. Wie Kai menuntun Leng-ji dan berkata.

   "Mari kita pergi dari sini!"

   Sewaktu mereka berjalan keluar.

   Kim-houw menyerang lagi, dia merasa malu.

   Wie Kai menghindar, Kim-houw berada di dekat pintu.

   Terjepit oleh pintu kemudian pintu dibuka kembali oleh Wie Kai.

   Kim-houw yang ada di balik pintu tampak kedua matanya menjadi hitam seperti memakai kaca mata riben, kemudian dia terjatuh dengan posisi lurus.

   Empat orang itu tertawa terbahak-bahak.

   Kata Lo-pan-nio.

   "Tuan, tokoku adalah toko kecil, sekarang aku rugi besar..."

   Wie Kai segera mengeluarkan uang perak dan melemparkan ke atas meja.

   "Barang yang rusak kami ganti, apakah itu cukup?"

   "Cukup... cukup!..."

   Lo-pan-nio tertawa.

   Bola mata hitam, uang perak putih.

   Dia tertawa sebab uang penggantinya ber-lebihan.

   Hanya ada satu hal yang dia lupakan, bagai-mana kalau Kim-houw sudah sadar? o0dw0o BAB II Wie Kai, Leng-ji, Hong Kie, Hong Ku sedang berjalan.

   Di bawah terik matahari mereka terlihat lelah.

   Hong Kie dan Hong Ku berjalan di depan.

   Mereka menjadi mata tajam semua orang.

   Wie Kai memapah Leng-ji, ini satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk Leng-ji.

   Tapi Leng-ji menolak dipapah Wie Kai.

   
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sikap anggun dan sucinya terlihat, dari luar dia terlihat lembut tapi sebenarnya beradatkeras.

   Kata Wie Kai.

   "Ada sebuah tempat, kau pasti suka!"

   Leng-ji melihat sebuah pohon di sebuah batu besar, katanya.

   "Kalau kau bisa membiarkanku beristirahat sebentar, aku akan menyukai tempat itu."

   "Benar, aku tidak berbohong kepadamu!"

   Lalu dia tetap memapah Leng-ji duduk.

   Di kuil La-ma Penjagaan di sana sangat ketat.

   Di kamar rahasia.

   Putri raja Kao Tong berhias cantik juga mewah.

   Dahinya dipasang mutiara mahal, memakai gelang giok mahal pula.

   Bajunya tipis tidak bisa menutupi dadanya yang montok.

   Dengan cemas dia terus berjalan mondar mandir di dalam kamar.

   Seng Kong-kong berdiri dekat dinding melihat dengan penuh konsentarsi.

   Sebuah peta besar tergantung di sana.

   "Apakah benar mereka berada di sana?"

   Tanya putri raja kao Tong.

   "Benar, aku tidak berbohong!"

   Berjalan.

   Berjalan melewati gunung dan air.

   Mereka terus bersembunyi dan menghindar.

   Senar hati selalu kencang.

   Alis selalu dikerutkan.

   Mereka berempat sedang berjalan, Hong Ku dan Hong Kie selalu berada di depan.

   Setelah berkecimpung di Eng-hong-pie-ya dan berkelana di dunia persilatan selama beberapa tahun, mereka sudah mendapat banyak pengalaman.

   Maka saat akan dilakukan eksekusi mereka dengan teknik tinggi bisa melarikan diri.

   Sekarang mereka berjalan di sebuah jalan kecil.

   "Di mana ada pohon hijau, ada air, kita bisa mendengar suara kecapi, bisa mendengar suara hujan, juga bisa saling berpandangan selama satu hari penuh! Ada sebuah rumah besar bisa menampung anak kita hingga 1.000 orang!"

   "Ku rasa karena dikejar-kejar Seng Kong-kong, kau jadi terkejut dan sakit!"

   Kata Leng-ji tertawa.

   "Ini adalah pikiranku!"

   "Betulkah pikiranmu? Sungguh baik!"

   "Saat Coh-coh membawa pasukannya berjalan, prajurit sudah sangat kehausan dan tidak ada air minum! Maka Coh-coh berkata, 'Prajurit-prajuritku, bersemangatlah, di depan ada pulau!'."

   Kata Wie Kai. Leng-ji tertawa.

   "Apakah Wie Kai begitu ceria dan masa bodoh?"

   Atau dia hanya nekad. Apakah dengan modal nekad berarti semua masalah tidak dipedulikan.

   "Aku benar-benar iri dengan jiwa besarmu!"

   Wie Kai tertawa.

   "Jiwa besar tidak akan ada, Kong-hu-cu seorang pelajar terkenal dari Tiongkok kuno, selalu menasehati harus rajin belajar, marga Cie juga menasehati orang. Setelah mati baru bisa mengambil keputusan, bukan-kah semua mengandung makna?"

   Leng-ji melihat Wie Kai, dia merasa Wie Kai adalah orang yang berpikiran dalam, berjiwa besar, masa bodoh.

   Eng-hong-pie-ya tetap seperti biasanya.

   Yang tidak sama hanyalah panggung eksekusi sudah dibongkar.

   Darah yang berceceran sudah dibersihkan.

   Tapi bagi Seng Kong-kong dan putri raja Kao Tong panggung eksekusi tidak akan dibongkar.

   Mereka tetap akan membangun kembali panggung eksekusi dan membuat alat eksekusi itu berdarah.

   Di dalam kamar Shen Kong-kong.

   Hening tidak ada sedikit suara pun terdengar.

   Putri raja Kao Tong duduk di sisi.

   Bagi orang yang mengejar dan orang yang menghindar sama-sama merasa tidak enak.

   Jika orang yang mengejar tidak mendapatkan hasil, dia akan marah dan akan terus mengejar.

   Sedangkan orang yang dikejar harus menginap dan makan di dalam hutan, keadaan mereka hampir sama.

   Alis putri Kao Tong selalu berkerut.

   "Apakah mereka bisa bertahan hidup di dalam hutan?"

   Tanya putri Kao Tong. Tiba-tiba putri Kao Tong berdiri.

   "Dua orang itu harus mati kelaparan!"

   Kalau saja dia mempunyai kekuatan seperti dewi, kata- katanya akan menjadi kenyataan.

   Mungkin Leng-ji dan Wie Kai sudah puluhan kali bahkan ribuan kali mati kelaparan.

   Orang yang membenci orang lain yang terkena dampaknya pertama kali adalah dirinya sendiri.

   Membuat orang kelaparan sampai mati sangat sulit.

   Sekalipun di gunung atau di tempat gundul tetap akan seperti itu.

   Asal ada kaki dan tangan, mental yang kuat, maka selamanya tidak akan mati kelaparan.

   Sekarang Wie Kai, Leng-ji, Hong Kie, juga Hong Ku sedang berburu.

   Hong Ku dan Leng-ji satu kelompok.

   Hong Ku menyalakan api untuk membakar rumput kering.

   Kemudian rumput kering itu dimasukkan ke dalam sarang kelinci.

   Tentu saja sarang kelinci tidak hanya terdiri dari satu lubang keluar.

   Leng-ji berjaga-jaga di mulut lubang yang lain, ternyata kelinci keluar dari sana.

   Leng-ji dengan senang akan menangkap kelinci itu dan menyerahkannya kepada Hong Ku.

   Tapi waktu itu Leng-ji dan Hong Ku berteriak, sebab dari lubang itu keluar seekor babi hutan, mereka terpeleset hingga jatuh.

   Dengan bergotong royong mereka menangkap babi hutan itu sambil tertawa.

   Ingin membuat orang ma ti kelaparan tidak mudah Api sudah dinyalakan.

   Leng-ji sedang membakar ubi.

   Hong Kie dan Hong Ku membuat jangka ber-kaki tiga untuk memanggang babi.

   Babi hutan kecil itu sudah matang, harumnya menyebar ke mana-mana.

   Wie Kai sedang berpikir.

   Dia juga bisa diam.

   Juga bisa serius.

   Orang yang biasanya ceria dan masa bodoh begitu mereka berpikir, lebih dalam dari orang biasa.

   Malam di gunung itu.

   Mulai dari awal pelarian mereka.

   Malam tiba dan matahari terbit, sudah mereka alami beberapa kali.

   Wie Kai mendekat.

   Dia duduk di sisi Leng-ji lalu menarik tangan-nya.

   Leng-ji ingin menarik tangannya tapi dipegang sangat erat oleh Wie Kai.

   Di pergelangan Leng-ji ada yang terluka.

   Wie Kai melihat wajah Leng-ji yang terlihat lelah.

   "Kalau tidak ada aku, kau tentu akan merasa lebih baik!"

   Wie Kai mengeluh.

   "Jika tidak ada kau, semua tidak akan menjadi lebih baik!"

   Jawab Leng-ji sambil menatapnya.

   Semua masalah berkelebat kembali.

   Seseorang jika sedang tidak senang hati, dia akan mengenang masa lalunya.

   Dengan penuh kasih sayang Wie Kai melihat Leng-ji.

   Jika semua bahaya dan kesulitan bisa di-tanggung olehnya, dia tidak akan ragu menanggung-nya.

   "Kalau aku tidak masuk neraka, siapa yang akan masuk?"

   Sekarang dia mengira dia sudah mempunyai keberanian memikul semua beban ini tidak kalah dengan dewa tanah.

   "Leng-ji, mengapa dulu kita bisa masuk Eng-hong-pie- ya?"

   "Karena kita tidak punya orang tua dan karena ingin bisa ilmu silat, juga ingin terkenal!"

   "Mengapa kita melanggar hukum?"

   "Mengapa bertanya padaku? Tapi aku tidak membenci Seng Kong-kong, aku hanya tidak mengerti mengapa dulu kita pernah mengampuni orang yang melangar hukum, tapi saat giliran kita tiba kita malah harus dipenggal?"

   Wie Kai sedang berpikir serius. Dia melihat Leng-ji lagi. Dia seperti sudah mendapatkan jawaban atau sudah lama mengetahui sebab-sebabnya.

   "Apakah kita harus terus seperti ini?"

   "Bisa lewat sehari ya kita lewati!"

   Kata Leng-ji.

   "Orang hidup tidak bisa seperti ini terus!"

   Orang memang tidak bisa hidup seperti itu.

   Kalau terus seperti itu bukan manusia nama-nya.

   Hanya binatang, ular, Atau kelinci selalu bersembunyi di tempat gelap dan terpojok.

   Tiba-tiba Wie Kai berdiri.

   Dia berpikir sebentar lalu ubi yang hampir matang ditendangnya.

   Ubi terguling dan mengeluarkan bau harum yang enak.

   "Ada apa denganmu? Ubi itu hampir matang!"

   Seru Leng-ji.

   Wie Kai seperti tidak mendengar teriakan Leng-ji, dia juga tidak pernah seserius sekarang.

   Dia berlari ke arah Hong Ku yang sedang memanggang babi hutan.

   Tanpa ragu dia menendang jangka untuk memanggang daging.

   Daging hampir matang, dia membentak.

   "Jangan bakar lagi!"

   "Mengapa?"

   Hong Ku bertanya terkejut. Tidak pernah Wie Kai serius seperti sekarang, dia berteriak.

   "Hong Kie!"

   Hong Kie yang sedang berjaga dan melihat situasi tampak menoleh.

   Hong Kie selalu serius dan juga diam.

   Sekarang dia dengan terkejut melihat Siau-kai.

   Dia tidak melihat alis dan mata Siau-kai yang mendekat.

   Dia juga terkejut.

   Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Wie Kai melayangkan tangan.

   "Mari, kita pergi minum arak!"

   Panggung gembira tidak begitu besar.

   Kecuali panggung yang dipakai raja, panggung itu termasuk lumayan juga.

   Di luar dan di dalam digantung lampion besar dan bundar.

   Di panggung tercium bau uang.

   Wie Kai sedang minum arak di depan panggung.

   Leng-ji sedang menari dengan indah.

   Tarian 4 gadis lain bila dibandingkan dengan-nya sangat berbed a jauh.

   Langkah-langkah Leng-ji sangat mantap dan tidak seperti langkah-langkah penari lain.

   Seorang perempuan yang ada di balik panggung berkata.

   "Kau menari begitu bagus, kau boleh datang membantu di sini setiap hari!"

   Hong Ku yang ada di belakang panggung pelan-pelan berkata.

   "Kalau setiap hari datang, mungkin panggung akan kacau."

   "Kau belajar kepada siapa tarian seperti ini?"

   "Orang luar negeri,"

   Jawab Hong Ku.

   "Orang luar negeri?"

   "La-ma!"

   Jawab Hong Ku.

   Mata Wie Kai yang sedang mabuk tampak terbuka, dalam penglihatannya, di atas panggung semua gadis adalah Leng-ji.

   Di mata Wie Kai yang sedang mabuk, khayalan masa lalu seperti mimpi.

   Mereka berpacaran dengan malu-malu.

   Suatu malam.

   Dia memanjat dinding asrama perempuan, mencuri lihat La-ma yang sedang mengajar Leng-ji menari.

   Tarian itu adalah tarian di mana sekarang dia sedang menarikannya.

   Dia berjongkok di atas genting hampir ter-peleset jatuh.

   Mereka berlatih silat bersama-sama dengan rajin di bawah pengawasan Seng Yan-kong.

   Mereka sangat lelah berlatih tapi mereka rajin.

   Perlakuan Seng Yan-kong pun keras, maka dasar ilmu silat mereka sangat kuat.

   Tapi begitu Seng Yan-kong pergi, Wie Kai akan memeluk dan menciumnya.

   Mereka bermain bersama.

   Di hutan setiap kegembiraan sulit dilupakan.

   Tiap pagi dan malam, seperti khayalan mimpi.

   Leng-ji yang berada di atas panggung bagaikai orang mabuk juga bagaikan orang dungu.

   Dia seperti tenggelam pada masa lalunya.

   Dari masa lalu terentak kembali ke kehidupan nyata.

   Inilah kesedihan terbesar dan paling mengecewakan.

   Seperti sebuah perahu yang dipotong tiang layarnya dan perahu yang dayungnya patah, mereka hanya bisa mengikuti arus gelombang.

   Malam semakin larut.

   Orang sudah mabuk.

   Hati pun ikut mabuk.

   Langkah-langkah tidak teratur dan terhuyung-huyung, apakah bisa membuang kekhawatiran yang baru dan kebencian yang lama? Hati Wie Kai digerogoti oleh kesedihan yang tidak terkira.

   Sewaktu mereka turun dari panggung.

   Di jalanan sudah tidak ada seorang pun.

   Lampu berloncatan, langit bersih seperti sudah dicuci.

   Wie Kai memapah Leng-ji, mendengar suara langkah mereka.

   Hong Kie dan Hong Ku berada di depan.

   Sorot mata yang tajam dan lincah, melihat jalan dan gang yang gelap.

   "Apakah tarianku tadi bagus?"

   Tanya Leng-ji.

   "Baik... tapi menyedihkan!"

   "Mengapa menyedihkan?"

   Leng-ji tertawa kecut.

   "Maksudku itu hanya dalam pikiranku!"

   Jawab Wie Kai sambil tertawa mabuk.

   "Bersemangatlah, di depan ada pulau!"

   Bagi mereka berdua di depan memang ada pulau.

   Wie Kai menari terhuyung-huyung, dia juga menyanyikan sebuah lagu sambil menari.

   Empat orang itu menghilang dalam kegelapan.

   Dalam kesulitan mencari hiburan akan timbul perasaan lain.

   Tiba-tiba seseorang turun dari atas, dia membacok pundak Wie Kai dengan goloknya, bajunya sobek dan daging di pundaknya terluka.

   "Leng-ji."

   Wie Kai berteriak.

   Sampai kapan pun dan di mana pun, walaupun berada dalam bahaya, yang dia perhatikan adalah Leng-ji.

   Leng-ji tidak bisa dibandingkan dengan nyawanya.

   Leng-ji mendengar teriakan ini, dia segera terbang pergi.

   Tadinya dia ingin ke sisi Wie Kai tapi dihadang oleh beberapa orang.

   Dia terus mengeluarkan tendangan kuat untuk melepaskan diri dari serangan telapak yang mengurung.

   Walaupun musuh terus menyerangnya tapi ilmu meringankan tubuh Leng-ji sangat tinggi, dia terus bergerak sambil memperhatikan Siau-kai.

   Dia terus menarik perhatian.

   Saat Leng-ji berlari mendekati Wie Kai, dia tampak terluka dan hampir tidak kuat bertahan lagi.

   Sebenarnya hal itu karena dia terlalu banyak minum arak.

   Pedang Hong Kie terus mengeluarkan jurus-jurus aneh.

   Pedangnya berkelebat di antara senjata-senjata seperti membangun rumah.

   Dia benar-benar pemberani, musuh yang terluka terus bertambah tapi dia tetap belum mundur.

   Mereka mengira dengan darah dan daging bisa ditukar dengan uang yang jumlahnya puluhan ribu tail emas dan itu sangat pantas.

   Tapi mereka tidak tahu saat mereka menukar dengan emas, apa akibatnya? Dua pedang Hong Ku terus berkesiur.

   Cahaya pedang berkelebat, darah panas terus menyembur, tersungkur, meloncat, berdiri, lalu terbang lagi, kemudian tersungkur lagi, begitu terus-menerus.

   Keadaan sangat berbahaya.

   Mereka tidak tahu keadaan lawan.

   Tiba-tiba dari dalam kegelapan ada yang membentak.

   "Leng-ji!"

   Leng-ji terpaku, belum jelas dia melihat. Kao Kou dari dalam kegelapan meraung.

   "Siapkan api!"

   Beberapa titik api tampak dibakar. Kao Kou berdiri di tengah-tengah puluhan api itu, api berkobar-kobar. Pelan-pelan dia mendekati Leng-ji. Melihat atau tidak sama saja. Hanya ada seorang pembunuh rendahan dan berbaju bagus.

   "Kau sungguh berani! Sebenarnya kau seorang perempuan,"

   Kata Kao Kou.

   "Betul, aku memang seorang perempuan."

   "Mungkin Seng Kong-kong tidak ingin memenggal kepalamu, tapi buat aku, tidak akan ragu-ragu?"

   Kao Kou tertawa sinis.

   "Setelah menepis pun aku tidak akan melihatmu lagi!"

   Kata Leng-ji.

   "Suamimu benar-benar baik! Dari awal aku sudah tahu!"

   Kata Kao Kou.

   "Betul, dia baik, demi dia aku hidup dan demi dia aku mati!"

   "Julurkan kepalamu!"

   Wie Kai menyiram air ke wajahnya.

   Dia lebih sadar lagi.

   Dia kembali menjadi seorang pemberani, kipas lipatnya menyapu.

   Satu per satu musuh berteriak mayat yang bergelimpangan di bawah terus bertambah, tapi dewa kematian melewatinya.

   Leng-ji lebih berani dan ganas, dia berbeda dengan biasanya.

   Dia tahu siapa Kao Kou.

   Dia kaki tangan yang paling dibencinya.

   Pedang Hong Kie menjadi merah, sama merah dengan matanya.

   Dua pedang Hong Kie terus bergerak, kalau bisa dia ingin langsung menusuk jantung lawan, tidak akan menyerang tempat lain.

   Lawan yang mati terlalu banyak.

   Akhirnya topi Kao Kou tersabet oleh kipas lipat Wie Kai.

   Bagaimana kalau kepalamu tersabet separuh? Terpaksa sementara Kao Kou menarik diri untuk menyerang nanti, dia sangat mengerti tentang hal ini.

   Datang seperti angin pergi seperti petir, tidak lama kemudian jalan di sana kembali sepi.

   Hanya terlihat mayat-mayat dan api yang belum dipadamkan.

   Hujan gerimis.

   Angin berhembus sepoi-sepoi.

   Dari balik kabut terlihat ada gunung.

   Seperti sebuah lukisan yang sangat menyedihkan.

   Dalam sebuah rumah terdengar suara Wie Kai.

   "Sedang melihat apa sampai begitu asyik?"

   "Suara hujan..."

   Wie Kai dan Leng-ji sedang duduk di rumah peristirahatan. Mereka berhadapan tapi tidak bersuara. Malam bertambah larut. Kekhawatiran semakin bertambah. Pelarian tanpa tujuan, membuat jiwa dan raga terasa lelah.

   "Dalam suara hujan itu, kau mendengar apa?"

   Tanya Wie Kai.

   "Saat sedang sulit bisa menengar ada suara yang menghibur!"

   Jawab Leng-ji.

   "Menghibur akan membuat orang menjadi lemah!"

   "Dengan tenang bisa mendengar bahaya."

   
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bahaya bisa membuat orang waspada!"

   Wie Kai bersandar ke tiang rumah.

   Dari sisi genteng, air hujan terus menetes, air seperti menetes ke dalam hati mereka.

   Leng-ji mendekat.

   Mereka saling berpandangan, saling berpeluk-an, tanpa suara.

   Apa yang ingin mereka katakan dari sorot mata masing- masing, semua bisa terlihat.

   Hong Kie berjaga di tempat jauh.

   Hong Ku sedang membuat makanan.

   Mereka tidak berani menyalakan api.

   Sebab bahaya ada di depan mata.

   Mereka bisa merasakannya.

   "Kau lelah! Siau-kai, jangan banyak pikiran, kau dengar itu!"

   Kata Leng-ji lembut. Hujan turun di atas pohon, di atas rumput dan di atas genangan air. Apakah gunung ini kosong? Tidak! Mereka tahu itu, gunung tidak akan kosong, lalu ke manakah perginya binatang-binatang buasnya? "Aku sudah dengar!"

   Kata Wie Kai. Sebenarnya dia tidak mendengar apa-apa.

   "Apa yang kau dengar?"

   "Detak jantungmu!"

   "Kau selalu begitu!"

   Leng-ji tertawa, dia jarang tertawa Wie Kai memeluknya. Suara petir terdengar. Akhirnya petir membuka layar pertumpahan darah. Hanya sebentar angin berhembus kencang hujan turun dengan derasnya.

   "Ada orang!"

   Teriak Hong Ku.

   Hong Kie dan Hong Ku berlari dengan cepat kerumah.

   Mereka hidup demi nonanya dan Siau-kai, tidak pernah mengomel juga selalu setia.

   Enam orang pembunuh.

   Masing-masing datang dari atas, di atas pohon, dan di atas genting rumah, lalu turun menyerang.

   Mereka mengelilingi rumah itu.

   Walaupun ada angin dan hujan, tetap bisa terlihat kalau orang yang datang berbaju sangat cerah.

   Pelan-pelan Wie Kai bertanya.

   "Apakah kau mendengar ada bahaya datang? Di atas jurang berdiri seseorang, dia mem-bentak dengan keras.

   "Keluar!"

   Wie Kai dan Leng-ji keluar dari rumah itu.

   Mereka mengangkat kepala melihat orang yang membentak tadi.

   Orang itu memakai baju merah seperti nelayan.

   Di pinggangnya terselip senjata, dia adalah ketua dari 3 propinsi bernama Yu Tai-jin.

   Leng-ji dan Wie Kai saling menatap dan sama-sama berkata.

   "Kami menemui ketua 3 propinsi Yu Tai-jin!"

   "Kalian telah berbuat dosa, tangkap mereka..."

   Enam pembunuh sudah menyerang mereka.

   Hong Kie dan Hong Ku masing-masing menghadapi 3 orang.

   Leng-ji dan Wie Kai naik akhirnya yang datang telah datang.

   Angin dan hujan terus turun.

   Membuat pandangan jadi kabur.

   Wie Kai dan Leng-ji dihadang oleh beberapa orang.

   Terlihat mereka hanya terdiri dari beberapa orang saja.

   Pertarungan kali ini lebih hebat dari per-tarungan manapun.

   Karena mereka datang dengan rencana dan menggunakan siasat memisahkan mereka berempat.

   Karena dengan memisahkan mereka kekuatan nereka akan berkurang.

   Wie Kai terus menyerang, dia berharap bisa berkumpul dulu dengan Leng-ji baru mencari Hong Kie dan HongKu.

   Air hujan mengguyur kepala dan wajahnya, apakah itu air hujan atau keringat? Sekarang dia bisa melihat Leng-ji.

   Dengan cepat dia menyapu, menyapu jatuh satu dan memaksa 2 orang mundur.

   Dia sudah berada di sisi Leng-ji.

   "Kita pasti akan mati!"

   Kata Leng-ji.

   "Jangan memakai cara keras melawan keras!"

   "Mana Hong Kie dan Hong Ku..."

   Wie Kai menendang salah satu orang itu Dia jatuh di atas batu dan tidak bergerak lagi, lawan memang sadar tidak bisa melawan tapi tetap saja mereka datang menyerang! Mereka berdua sekali lagi terpisah.

   Lawan terus menambah orang untuk mengisi orang yang telah mati.

   Di tubuh Wie Kai bertambah 2 luka lagi.

   Melihat lukanya dia teringat pada keadaan Leng-ji- Dia berlari sambil membunuh lalu bergeser ke arah Leng-ji yang berdiri tidak jauh darinya.

   Yu Tai-jin sudah berdiri di pondok itu.

   Dia seperti tidak terpikir, 2 ikan kecil itu akan begitu sulit ditangkap.

   Dia mengira kalau datang sendiri akan lebih mudah menangkap mereka.

   Sampai-sampai pernah terpikir cara mengambil hadiah yang jumlahnya mencapai puluhan ribu tail emas itu.

   Uang emaskah? Atau Cek? Keadaan Hong Kie makin berbahaya.

   Luka di tubuhnya terus bertambah.

   Dia lebih memperhatikan Hong Ku, dia ter-pisah dengan Hong Kie sampai sekarang belum melihatnya, Wie Kai dan Leng-ji mendekat.

   "Mana Hong Ku?"

   Tanya Wie Kai.

   "Hong Ku... Hong Ku.

   "

   Teriak Leng-ji Teriakannya sedih, penuh perhatian serta perasaan akrab dan perasaan seperti saudara.

   Perasaan ini melampaui hubungan sebagai saudara kandung.

   Susah bersama, Senang bersama.

   Hidup bersama.

   Wie Kai tahu bagaimana perasaan Hong Kie sekarang.

   Sebab dari caranya bertarung, dia hanya ber-tahan dan tidak menyerang.

   Lama tidak melihat Hong Ku, tidak terdengar suara orang bertarung, apakah Hong Ku meninggalkan , mereka untuk mengejar musuh? Hati Wie Kai dan Leng-ji serasa tenggelam.

   Mereka mempunyai firasat buruk.

   Hujan masih mengguyur bumi.

   Petir masih terus menyambar-nyambar.

   Dalam sambaran petir gunung mulai terang.

   Tidak terlihat ada Hong Ku, hanya terlihat lawan datang secara berkelompok.

   Leng-ji masih terus berteriak.

   "Hong Ku...Hong Ku..."

   Suaranya bergetar tertiup angin, benar-benar , membuat patah hati orang yang mendengarnya.

   Tiba-tiba dari jauh ada seseorang berlari.

   Ternyata dia adalah Hong Ku.

   Mantelnya sutra hitam dan...

   Hong Ku menundukkan kepala sambil berlari.

   Mereka bertiga benar-benar merasa senang, Hong Ku adalah perempuan pintar juga lincah.

   Mereka berempat tidak boleh ada satu pun yang tertinggal.

   Karena mereka keluar dari Eng-hong-pie-ya dengan sulit.

   Keluar dari sela-sela telapak tangan Seng Kong-kong.

   Mereka bertekad tidak akan terpisah.

   Selamanya tidak terpisah.

   Sampai-sampai mereka mempunyai pengertian secara implisit, berpisah yaitu berpisah secara maut.

   Orang yang berlari ke sana masih merundukkan kepala, tapi dia berlari semakin kencang.

   "Hong Ku..."

   Teriak Hong Kie.

   Tapi yang datang segera menyerang Hong Kie dengan pedangnya.

   Untung Hong Kie sangat lincah, kalau tidak serangan tadi pasti sudah menembus jantungnya.

   Ternyata orang itu bukan Hong Ku.

   Walaupun serangan pedang tadi tidak menancap ke jantungnya tapi membuat Hong Kie terluka.

   Tubuh orang itu serta wajahnya sedikit mirip dengan Hong Ku, dia memakai baju Hong Ku tapi dia seorang laki- laki.

   Hancurlah hati ketiga orang itu.

   Apalagi Hong Kie, suaranya sampai parau.

   "Hong Ku... Hong Ku..."

   Teriaknya. Walaupun Leng-ji dan Wie Kai tidak berteriak tapi hati mereka berteriak sampai parau. Dalam hati mereka mempunyai satu pendapat. Tapi pendapat itu dikeluarkan oleh mulut Leng-ji.

   "Hong Ku sudah mati..."

   Leng-ji seperti orang sudah gila, dia terus bertarung.

   Dia ingin mencari Hong Ku.

   Dia berteriak, meloncat dan membunuh...

   Sekarang tidak ada lagi yang disebut melepas-kan salah satu musuh di depan matanya.

   Orang yang mengepung mereka tidak ada yang mundur kecuali tersingkir.

   Wie Kai tahu kalau terus bertarung, akan tidak menguntungkan mereka.

   Dia adalah tipe orang kapan pun dan dalam keadaan sangat bahaya bisa tenang berpikir.

   Bertarung terus mungkin bisa membunuh lebih banyak musuh, tapi bila lawan bertambah lagi dalam jumlah banyak, apa akan terjadi? Akibatnya sulit dibayangkan.

   Kejujuran dan sikap ceria Hong Ku tidak pernah hilang dari hati mereka.

   Kalau mereka bertiga tertangkap bukankah pengorbanan Hong Ku akan sia-sia? Wie Kai membentak, dia seperti dewa yang turun dari langit.

   Sambil berputar dia berhasil membunuh 3 orang dan membuat 2 orang terluka berat.

   "Ayo kita pergi dari sini!"

   Teriaknya "Tidak!"

   Jawab Leng-ji.

   "Pergi dari sini!"

   Teriaknya lagi.

   Bersamaan waktu dia dan Hong Kie menarik Leng-ji dan berguling-guling turun ke bawah gunung.

   Pertumpahan darah jadi berhenti.

   Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kalau bukan karena mati pasti terluka.

   Orang yang terluka merasa takut.

   Perbandingannya adalah 40.4.

   Sekarang yang sempurna hanya 4 orang, yang mati dan terluka adalah pesilat kuat dari kelompok mereka.

   Mereka sudah tidak ada tenaga untuk mengejar.

   Karena orang yang terluka harus ditolong.

   Dengan marah Yu Tai-jin berlari ke sisi jurang sambil menghentakkan kaki.

   Dia melihat ke bawah gunung yang gelap.

   Seperti di lautan luas, 3 ekor ikan kabur dengan menyobek jala, kabur entah ke mana! Dia meraung dan meraung lagi.

   "Begurau! Mereka kabur! sungguh bergurau!"

   Siapa bilang ini bukan bergurau? 40 lawan 4, sebelum datang ke sana dia masih berpikir, bila mendapatkannya dia akan meminta hadiahnya kepada Seng Kong-kong.

   Uang atau cek, lebih gampang.

   Hujan bertambah besar.

   Angin seperti sedang meraung dan marah.

   Kilat seperti gunting raksasa, menggunting l.mgil hitam menjadi sebuah garis tidak teratur.

   Bumi tertutup oleh kabut putih.

   Mayat Hong Ku terbaring kaku di sana.

   Dia tampak memejamkan mata.

   Tidak ada ekspresi di wajahnya.

   Dia seperti memberitahu nona, Siau-kai, dan Hong Kie, bahwa dia sudah berusaha keras dan mati tidak menyesal.

   Masalah-masalah yang belum selesai akan di teruskan oleh orang-orang yang masih hidup.

   ..Dia tidak bisa bicara lagi.

   ...Dia tidak akan menari lagi.

   Dia pergi begitu saja, pergi diam-diam...

   Padang rumput yang luas.

   Di pinggir padang rumput ada sebuah sungai.

   Sekarang sore hari.

   Angin berhembus di padang rumput itu.

   Air menangis di batu besar, Leng-ji berbaring di atas hamparan padang rumput.

   Matanya yang indah kehilangan cahaya yang biasa terlihat.

   Dia sedang memegang sebatang rumput dan terus melihatnya.

   Wie Kai berbaring di sisinya terus melihat, kemudian dengan terpaksa menatap langit yang gelap.

   Dari jauh terdengar suara tajam, sedih, dan berduka.

   Itu adalah suara Hong Kie yang sedang meniup daun di sisi sungai kecil itu.

   Pelarian Wie Kai dan Leng-ji benar-benar telah menggetarkan Eng-hong-pie-ya.

   Membuat terkejut dan waspada.

   Seng Yan-kong mulai yakin.

   Eng-hong-pie-ya bukan terbuat dari dinding besi atau tembaga.

   Anak buahnya terpaksa mengaku.

   Mereka tidak selincah dan punya ilmu setinggi Wie Kai dan Leng-ji.

   Tapi Seng Yan-kong tetap Seng Yan-kong.

   Apa yang dia ingin lakukan tidak ada orang yang sanggup mengubahnya.

   Rencana besarnya tidak terjadi perubahan, dia masih mengikuti rencana semula.

   Saat ini dia membawa Mo Ki-thian menyambut putri raja Kao Tong.

   Di Eng-hong-pie-ya.

   Mereka bicara dengan suara kecil juga rendah.

   Orang-orang yang dibawa oleh putri Kao Tong membawa beberapa baki, di atas baki terdapat batang-an emas yang tersusun dengan rapi.

   Semua orang senang emas.

   Tapi emas ini bisa mengetuk pintu hati manusia rakus.

   Emas itu adalah kunci pintu sifat rakus manusia.

   Dari nafsu sampai ke tujuan harus dilakukan oleh manusia, baru bisa mendapatkanhasilnya.

   Seng Kong-kong adalah manusia jenis itu.

   Dia menyukai emas.

   Dia lebih menyukai benda yang lebih penting dari emas.

   Yaitu kekuasaan yang kuat.

   Sesudah mendapat kekuasaan kuat, emas sik bukan menjadi benda aneh baginya.

   Putri Kao Tong lebih pintar.

   Dengan emas yang jumlahnya tidak seberapa bisa membuka sifat rakus Seng Kong-kong.

   Dengan emas dia seperti membuang batu mengambil giok.

   Seng Kong-kong mengira dia adalah orang pintar dan perhitungannya tidak akan meleset.

   Putri Kao Tong mengira Seng Kong-kong hanya seorang penjahat yang tingkat kerakusannya sangat tinggi.

   Mereka percaya mereka bisa bekerja sama dan bisa menjadi sangat kuat.

   Mereka berbincang-bincang lagi di ruang rahasia di Eng- hong-pie-ya.

   Putri Kao Tong ingin membuat mimpi-mimpi dari raja- raja Tibet menjadi kenyataan! Dia dekat dengan Wie Kai.

   Di satu sisi dia memang tertarik dan terpikat pada kharisma Wie Kai.

   Dia juga berharap pada Wie Kai.

   Di saat kritis bisa diperalatnya.

   Apa lagi setelah Wie Kai yang kabur mengkhianatinya akan kembali lagi.

   Putri Kao Tong berpikir dan berpikir lagi, harga diperalatnya lebih tinggi.

   Paling sedikit sebelum mereka kabur dia belum tahu dengan jelas sampai di mana kesetiaan mereka kepada Kong-kong.

   Meniup daun butuh sebuah teknik.

   Yang bisa meniup sangat banyak.

   Apa lagi di desa-desa.

   Pengembala duduk di punggung kerbau, petani di sawah, di mana-mana bisa melihat juga mendengar.

   Tapi bisa meniup daun sebagus Hong Kie jarang terdengar.

   Lagu yang ditiupnya hari ini bukan lagu biasa yang dibawakannya.

   ...

   Bukan Bong Kang-nu menangisi Ban-li-tiang-sia.

   (Sebuah cerita rakyat Tionggoan, suami Bong Kang-nu, bekerja paksa membuat Ban-li-tiang-sia, dengan susah payah Bong Kang-nu mencari ke sana ternyata suaminya telah tewas karena kelelahan.

   Bong Kang-nu menangisi kematian suaminya selama 3 hari 3 malam di Ban-li-tiang- sia).

   ...

   Juga bukan Cin Hiat-bi mengungkapkan bela sungkawa.

   Tapi hari ini dia meniup lebih menyentuh ke hati setiap orang.

   Tanpa berhenti dia meniup.

   Pikirannya terus teringat pada tawa dan gerak-gerik Hong Ku.

   Walaupun Hong Ku marah-marah.

   Sekarang terpikir semuanya terasa sangat ramah dan mesra.

   Inilah lagu duka yang begitu menggetarkan hati.

   Matanya yang selalu melihat orang terus berputar, tapi dia tidak membiarkan air matanya mengalir.

   Tapi berbeda dengan Wie Kai, teman baiknya.

   Air matanya terus berlinang.

   Air mata Leng-ji pun terus membanjir keluar.

   Lagu duka Hong Kie tidak berhenti.

   Kata Wie Kai.

   "Suatu hari... kalau aku tidak ada... kau jangan menangis! Menangisi orang mati akan membuat arwah nya tidak tenang. Hong Ku adalah orang yang sangat ceria, jangan membuatnya tidak tenang."

   Leng-ji tidak bersuara.

   Lagu duka tetap menggetarkan dalam angin, kadang rendah kadang tinggi.

   Dengan posisi telentang Wie Kai melihatnya.

   Leng-ji tetap berbaring di sisinya.

   Nyawanya seperti menjadi beban.

   Semenjak Hong Ku meninggal, kadang-kadang dia berpikiran pesimis seperti itu.

   Apa lagi sekarang.

   Tiba-tiba terdengar suara.

   "Sua... Sua..."

   "Golok!"

   Teriak Wie Kai. Suaranya belum habis mereka sudah meloncat. Seseorang datang membawa sebuah golok lebar. Dengan dingin berdiri beberapa langkah jauh-nya dari mereka.

   ". Siau-loo!"

   Wie Kai berteriak.

   "Siau-loo, apakah kau datang untuk menang-kap kami?"

   Tanya Leng-ji.

   "Benar!"

   Dari sela-sela giginya, Siau-loo mengeluarkan kata- kata itu.

   Wie Kai dan Leng-ji melihat sekeliling.

   Ketua 3 propinsi Yu Tai-jin pun sudah datang.

   Masih ada 10 orang lebih yang dia percaya dan 2 orang La-ma.

   Kalau ditambah Loo Cong kekuatan mereka lebih hebat dari malam itu.

   Lagu duka yang ditiup dengan daun sudah terhenti.

   Hong Kie berdiri di sisi sebelah sana.

   Dia melihat Yu Tai-jin, matanya menjadi merah saat ingat pada kematian Hong Ku, semua karena Yu Tai-jin.

   "Loo Cong, apakah kau benar-benar ingin menjadi kaki tangan Kong-kong?"

   "Aku akan menangkap kalian dan membawa kalian pulang!"

   "Siau-loo.

   "

   Kata Leng-ji. Golok besar Loo Cong melayang.

   "Jangan banyak bicara, jalan yang kalian tempuh hanya satu, ikut kami kembali ke Seng Kong-kong!"

   
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kau sudah tahu kami tidak akan kembali ke sana!"

   Kata Wie Kai.

   "Bertemu dengan Kong-kong lagi mungkin masih akan ada harapan!"

   Kata Loo Cong.

   Dalam suara bentakan Hong Kie datang menyerang.

   Pertumpahan darah tidak bisa dihindari lagi! Siau-loo sudah bukan Loo Cong yang dulu lagi.

   ...

   Paling sedikit mereka dulu adalah teman.

   ...

   Dia pernah membantu mereka melarikan diri.

   Tapi hati orang yang tidak berubah bisa dihitung dengan jari.

   Mengikuti Seng Yan-kong, nama dan keuntung-an bisa didapat.

   Kalau peduli pada perasaan dia akan menjadi seperti mereka bertiga, berlari tanpa batas waktu mempertaruhkan nyawa dengan dewa kematian.

   Ketiga orang itu menjadikan nyawa sebagai taruhan.

   Loo Cong sangat pemberani.

   Hong Kie tidak mundur.

   Sekarang dewa kematian ada di dalam hatinya.

   Yu Tai-jin dan anak buahnya mulai ikut bertarung.

   Wie Kai bertarung dengan Yu Tai-jin.

   Leng-ji menyambut anak buah Yu Tai-jin.

   Ilmu Wie Kai dan Yu Tai-jin seimbang.

   Dalam waktu singkat sulit menentukan siapa yang akan menang atau kalah.

   Tadinya Wie Kai menyambut serangan Yu Tai-jin.

   Tapi kemudian berganti berhadapan dengan Loo Cong, maka Hong Kie yang bertarung dengan Yu Tai-jin.

   Ternyata Hong Kie bukan lawan Yu Tai-jin.

   Tapi Hong Kie tidak mempedulikan nyawanya.

   Karena kekuatan dan keberaniannya, Yu Tai-jin belum bisa segera mengalahkan.

   Tapi Yu Tai-jin adalah pemimpin dari 3 propinsi.

   Wie Kai dan Loo Cong bertarung, masing-masing belum bisa menentukan kemenangan.

   Wie Kai berhasil melukai 2 orang lagi.

   Sekarang Leng-ji bertarung dengan Loo Cong, mereka seimbang.

   Sementara belum terlihat jelas siapa dari dua belah pihak yang bakal menang.

   Wie Kai melukai 2 anak buah Yu Tai-jin lagi.

   Tiba-tiba Wie Kai melihat Yu Tai-jin menyerang Hong Kie hingga kalang kabut, dengan cepat dia berlari ke sana.

   Sekarang dua orang itu menghadapi Yu Tai-jin, terlihat penjahat tua itu sama sekali tidak takut.

   Kemarin anak buahnya banyak yang mati, maka Yu Tai- jin memikirkan kesalahannya, ternyata dia terlalu meremehkan mereka berempat.

   Kali ini dia datang dengan Loo Cong, dia sudah bertekad.

   Sekarang Leng-ji bertukar tempat, dia dan Hong Kie bertarung dengan Yu Tai-jin.

   Secepat kilat dia datang menghadang, baru Hong Kie bisa lolos dari serangan Yu Tai-jin.

   Tapi baju bagian punggung Hong Kie sobek dan dagingnya pun terlihat mengangga! Darah terus mengalir.

   Wie Kai berhadapan dengan Loo Cong dan anak buah Yu Tai-jin.

   Pertarungan seperti ini bagi mereka bertiga tidak ada satu pun yang bisa tenang.

   Leng-ji dipaksa Yu Tai-jin berguling keluar 5-7 langkah.

   Hong Kie dengan penuh bahaya masuk ke dalam.

   Dia sendiri berhadapan dengan Yu Tai-jin.

   Kekuatan mereka berbeda jauh.

   Hati Hong Kie diliputi kebencian, dia ingin mati bersama dengan Yu Tai-jin.

   Tapi dia juga sadar jika ingin mati bersama-sama harus terus menyerang dan tidak bertahan, mungkin akan ada sedikit harapan.

   Tapi sayang pilihannya tidak tepat.

   Sewaktu Leng-ji berguling-guling dan belum bisa menyerang, pedang Hong Kie sudah menyapu tempat kosong.

   Dia segera memutar tubuhnya, tapi punggungnya sudah dibacok oleh Yu Tai-jin.

   , Yang berteriak histeris bukan Hong Kie melain kan dari arah Leng-ji.

   Karena Leng-ji sadar, bacokan kepada Hong Kie sangat berat.

   Dia dikepung lagi oleh 2 anak buah Yu Tai-jin, Wie Kai sekarang sedang bertarung dengan Loo Cong, tidak ada yang menang dan kalah.

   Tiba-tiba Yu Tai-jin melepaskan Leng-ji dan mencegat Wie Kai.

   Mereka bertiga hampir kehabisan tenaga.

   Kalau dua belah pihak dibandingkan, yang rugi pasti adalah pihak Wie Kai.

   "Auu!"

   Terdengar teriakan. Hong Kie tersungkur, dia terluka oleh 2 golok Lama. Wie Kai dan Leng-ji hampir gila.

   "Hong Kie... Hong Kie... bagaimana keadaanmu?"

   Sambil berlari Leng-ji berteriak.

   Hong Kie masih bisa bergerak tapi tidak bisa berdiri lagi.

   La-ma datang lagi, Leng-ji meloncat untuk bertarung.

   Tapi keadaan semakin tidak menguntungkan.

   Yu Tai-jin dan seorang La-ma sudah membuat Wie Kai tersungkur.

   Loo Cong dan La-ma satu lagi juga 2 anak buah Yu Tai- jin terus menggagalkan serangan Leng-ji.

   Akhirnya Leng-ji pun tertangkap.

   Dua anak buah Yu Tai-jin berhasil menangkap dan membawanya.

   Wie Kai meraung dan bertarung, tapi dia terkena pukulan dan jatuh oleh Yu Tai-jin akhirnya tertangkap juga.

   Putus asa dan rasa sedih menyelimuti sepasang kekasih ini.

   Mereka melihat Hong Kie yang terbaring di sana, sepertinya dia sudah meninggal.

   Tidak ada lagi yang akan meniupkan lagu duka bagi Hong Ku.

   Yang pasti setelah mereka berdua dibawa kembali ke Eng-hong-pie-ya.

   Tidak akan ada orang yang akan meniupkan lagu duka.

   Leng-ji berhasil melepaskan diri dan bertarung lagi.

   Tapi dia dipukul oleh La-ma dan tersungkur lagi.

   Wie Kai ingin memberontak tapi itu sudah tidak berdaya.

   Karena seorang La-ma menyerangnya dari belakang.

   Sebuah golok diletakkan di depan lehernya.

   Yu Tai-jin tertawa sombong.

   Karena emas sejumlah sepuluh ribu tail hampir berada di tangannya.

   Seng Kong-kong pun tentu sangat percaya kepadanya.

   Sewaktu dia dinobatkan menjadi pemimpin 3 propinsi, dia tidak sesenang seperti sekarang.

   "Ha ha ha!"

   Yu Tai-jin tertawa.

   "Kali ini kita berhasil membunuh 4 penghkianat, banyak pesilat tangguh, pesilat yang bersembunyi, dan anak buah Kong kong menjadi korban. Kali ini aku bisa menangkap hidup-hidup kedua orang ini, bagi Kong-kong pasti ada arti penting!"

   Loo Cong tahu apa yang dimaksud, tapi dia pura-pura tidak tahu dan berkata.

   "Tai-jin, kali ini Anda sudah berjasa, tidak hanya menambah kebanggaan bagi Pie-ya, mungkin akan membuat sejarah berubah!"

   Kata-kata ini mengena di hati Yu Tai-jin.

   Seng Kong-kong tidak ingin mengubah sejarah tapi rencana besarnya berpengaruh mengubah sejarah.

   Mana mungkin Yu Tai-jin tidak tahu ? Seseorang yang membantu mengubah sejarah adanya perasaan sukses itu bukan hal yang bisa dilukiskan.

   "Dalam undangan Kong-kong jelas tertulis, memberitahu keberadaan, tangkap hidup-hidup atau menyerahkan mayat, semua ada hadiah sebesar sepuluh ribu tail emas kuning..."

   Kata Yu Tai-jin. Wajah Wie Kai dan Leng-ji tetap datar. Sekarang mereka merasa dewa kematian adalah tetangga sebelahnya. Wajah Loo Cong yang serius mulai berubah.

   "Kalau yang mati seharga sepuluh ribu tail emas, untuk apa kita membawa yang hidup sebab mereka bisa kabur!"

   Kata Yu Tai-jin. Sikap Loo Cong lebih serius lagi.

   "Benar, Yu Tai-jin..."

   Yu Tai-jin sudah memegang erat goloknya yang besar.

   Melihat Leng-ji yang begitu cantik dia sama sekali tidak merasa kasihan sedikit pun, yang dia bayangkan adalah uang emas yang ditumpuk seperti gunung kecil, sebanyak sepuluh ribu tail emas seberat 300 kati.

   Wie Kai dan Leng-ji saling berpandangan, kematian hanya terjadi satu kali.

   Tiba-tiba cahaya golok Loo Cong berkelebat.

   "CRAT!"

   Sebuah kepala terbang masuk ke lubang di bawah.

   Kepala pemimpin 3 propinsi sudah terlepas dari tubuhnya yang tinggi besar lalu jatuh ke depan.

   Dua mata bulat yang berada di kelapa itu masih berputar satu kali, baru berhenti dan tidak bergerak lagi.

   Wie Kai dan Leng-ji terpaku, kejadian ini benar-benar di luar dugaannya, tapi semua ini masuk akal.

   La-ma dan 2 anak buah Yu Tai-jin yang sedang mengawasi Wie Kai dan Leng-ji tampak terkejut, hingga senjata mereka berdua terlepas.

   Dua anak buah Yu Tai-jin hanya beberapa kali bertarung sudah mati.

   Dan bersamaan waktu Loo Cong dengan goloknya membacok La-ma itu hingga mati.

   Wie Kai dan Leng-ji merasa senang karena sudah berhasil keluar dari pintu dewa kematian.

   Tapi begitu melihat mayat Hong Kie, tawa ceria mereka segera membeku.

   Mereka berjalan mendekati mayat Hong Kie.

   La-ma yang satu lagi setelah beberapa kali bertarung sadar dia akan kalah, maka dia pun kabur dengan cepat.

   Tapi Loo Cong mengejar, goloknya melayang tubuh La- ma itupun terpelanting.

   Rumput liar.

   Terlihat di mana-mana, terlihat sangat sedih.

   Di sebuah tanah kuning, Wie Kai, Leng-ji, dan Loo Cong menaruh batu.

   Sedari kecil mereka tumbuh bersama, persahabatan mereka sangat erat.

   Tapi walaupun Hong Kie dan Hong Ku belum lama mengikuti mereka, perasaan di antara mereka tidak jauh berbeda.

   Wie Kai dan Leng-ji tahu mereka bisa bertahan hidup sampai sekarang dan bisa bertemu dengan Loo Cong karena pengorbanan Hong Kie dan Hong Ku.

   Pedang yang selalu ikut Hong Kie bertarung sekarang tertancap di depan kuburan Hong Kie.

   Wie Kai dan Leng-ji sangat gembira karena kehadiran Loo Cong.

   Ini adalah hal yang paling menyenangkan saat mereka dalam kesusahan ada kejutan menyenangkan.

   "Hong Ku sudah dikebumikan!"

   "Hong Kie juga harus dikebumikan dengan upacara lebih besar!"

   "Asal maksudnya sampai, Hong Kie di bawah tanah akan mengerti, dia akan memaafkan kita!"

   Cahaya keluar dari sebuah gubuk di sisi sungai kecil.

   Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Air sungai ini terus mengalir melewati batu-batu kecil, terdengar suara HUA...

   HUA.

   Seperti orang yang sedang bertepuk tangan.

   Apakah ada yang bersuara tepuk tangan.

   Apakah Hong Kie dan Hong Ku menyambut baik kedatangan Loo Cong! Atau senang karena Loo Cong berhasil membunuh Yu Tai-jin? Di atas meja di gubuk itu sudah tersusun makanan dari binatang hasil buruan, masih ada arak.

   Teman baik berkumpul di sini, hati sedih jadi sedikit terhibur.

   "Menurut kabar dari pusat Sam-hiang, aku dan Mo Ki- thian dibagi menjadi 2 kelompok untuk mencari kalian."

   Wie Kai dan Leng-ji mendengarkannya dengan tenang. Di otak mereka bisa dibayangkan Seng Kong-kong akan seperti apa? "Malam ini Kong-kong sedang menunggu kabar,"

   Kata Loo Cong. ji.

   "Apa kata Kong-kong?"

   Tanya Wie Kai.

   "Katanya, kau sombong dan sulit ditakluk-kan..."

   "Bagaimana denganku? Apa komentarnya?"

   Tanya Leng- "Kau... katanya, kau adalah perempuan yang dimabuk cinta!"

   Leng-ji tertawa.

   "Untung dia tidak tahu kalau kau membantu kami melarikan diri!"

   Kata Leng-ji.

   "Dia sudah tahu!"

   Wie Kai dan Leng-ji terkejut.

   "Maksudku, sekarang dia sudah tahu kalau aku yang mengatur kalian supaya bisa melarikan diri!"

   "Tidak mungkin dia akan curiga kepadamu!"

   Kata Leng- ji.

   "Tidak mungkin, dia tidak akan terpikir ke sana!"

   "Seorang Seng Kong-kong memang sulit di tebak!"

   Kata Wie Kai.

   "Betul, aku tahu dia dan putri raja Kao Tong mempunyai rencana rahasia, sepertinya mereka akan mengkhianati kerajaan!"

   Kata Loo Cong.

   "Berikan golokmu!"

   Kata Wie Kai.

   "Tidak, golok ini adalah ciriku, apa lagi kita tidak akan membuat Kong-kong marah, kita hanya melarikan diri bukan melakukan perlawanan!"

   "Saudara merasa beruntung adalah pantangan terhadap musuh!"

   Kata Wie Kai.

   "Mungkin dia ada sedikit murah hati..."

   Kata Loo Cong.

   "Kata-kata Siau-loo masuk akal!"

   Kata Leng-ji.

   "Biar kalian menunggu tapi di dunia ini tidak ada hal begitu beruntung,"

   Kata Wie Kai. Belum selesai makan Wie Kai sudah keluar dari gubuk itu. Loo Cong dan Leng-ji merasa bingung.

   "Pelarian ini terlalu berlarut-larut, membuatnya jadi kesal!"

   Kata Leng-ji.

   "Sebelum berangkat... aku pernah berpikir supaya jangan kemari..."

   Kata Loo Cong. Leng-ji menundukkan kepala. Apa yang sedang dia pikirkan? "Lebih baik kemari!"

   Kata Leng-ji.

   Mereka saling berpandangan sepertinya ingin lebih memahami perasaan lawan.

   Wie Kai berpikir sambil berjalan di sisi sungai.

   Kadang- kadang dia menarik nafas kadang cemas.

   Kadang-kadang seperti sudah menentukan masalah besar dan seperti sudah mendapat hasilnya.

   Dari luar terlihat dia sangat ramah dan tidak berpendirian.

   Sebenarnya Wie Kai adalah seorang yang tegas.

   Apa yang dia tentukan tidak akan ragu dijalankan.

   Dia juga bukan orang yang ragu-ragu.

   Cahaya lilin begitu redup.

   Malam sudah larut.

   Gunung menjadi sepi.

   Kadang-kadang ada burung malam yang berteriak.

   Leng-ji tidur di sebuah kamar, tapi kamar itu tidak ada pintu juga jendela.

   Wie Kai tidur di kamar lain.

   Semua kamar di sana tidak ada pintu juga jendela.

   Mereka bisa melihat musuh.

   Setelah Loo Cong datang, boleh dikatakan dia menancapkan pisau di 2 ketiak temannya.

   Karena dia sudah membunuh Yu Tai-jin juga Lama, berarti dia sudah memotong jalannya sendiri.

   Dia juga menjadi target perburuan Seng Kong-kong dan putri Kao Tong.

   Tapi sepertinya dia tidak peduli.

   Sebab dari awal dia sudah terpikir akan hal ini.

   Teman lama lebih baik.

   Seperti arak yang sudah lama, lebih enak di minum.

   Teman baru seperti arak baru, harus menunggu lama baru enak diminum.

   Di sisi sungai Wie Kai terus berpikir.

   Semua ini di luar dugaan Loo Cong dan Leng-ji.

   Malam mulai larut.

   Wie Kai berdiri di sisi sungai.

   Sorot matanya melihat gunung yang jauh.

   Apa yang sedang dia pikirkan? Apa dia sedang merencanakan hal penting.

   Apa ingin mengambil keputusan terakhir.

   Atau dia sedang memikirkan Seng Kong-kong Atau putri raja Kao Tong...

   Leng-ji berbaring di atas ranjang.

   Loo Cong juga berbaring di ranjangnya sendiri.

   Mereka saling berpandangan.

   "Apakah kau merasa dingin?"

   Tanya Leng-ji.

   "Tidak, setelah semua ini selesai... menikahlah!"

   Kata Loo Cong.

   Kata-kata ini mengandung makna biar aku mati karena perasaanku kepadamu.

   Leng-ji terdiam.

   Sehari demi sehari.

   Semalam demi semalam.

   Mereka bertiga saling bertemu, rasa khawatir menumpuk di dalam hati.

   Sore hari.

   Di sisi sungai terdengar suara orang meniup daun.

   Mereka bertiga segera bangun.

   "Dia Hong Kie!"

   Kata Leng-ji.

   Kegembiraan muncul, kesedihan sudah ada di dalam hati.

   Apakah dia Hong Kie? Coba lihat keluar! Di sisi sungai ada seorang pak tua sedang meniup daun.

   Nada yang sedih seperti di tiup Hong Kie.

   Mungkin sebelum Hong Kie meninggal dia pernah mengajarkannya kepada pak tua itu.

   Sekarang pak tua itu menjadikan lagu duka bagi Hong Kie.

   Saat meniup dengan nada tinggi seakan pedang Hong Kie sedang menyerang dan membunuh musuh.

   Saat meniup pada nada tajam seperti melawan banyak musuh yang penuh bahaya.

   Saat meniup dengan nada rendah seperti Hong Kie meniup sebuah lagu untuk mengenang Hong Ku di sisi sungai.

   Kebencian dan kesedihan semua keluar dari daun itu.

   Air yang dingin angin berhembus kencang.

   Bumi menjadi gelap.

   Tidak terlihat jalan datang juga tidak terlihat jalanpergi.

   Air mata Leng-ji terus menetes.

   Mereka bertiga minum arak lagi.

   Walaupun mereka penuh semangat dan percaya diri tapi mereka tahu siapa Seng Yan-kong.

   Apa lagi mereka sudah membunuh Yu Tai-jin, membunuh 2 La-ma, dua orang La-ma berilmu tinggi.

   Bahaya apa yang datang berikutnya? Dalam hati mereka sangat tahu dengan jelas.

   Mereka memang tidak takut mati tapi mereka tidak ingin mati di tangan Seng Yan-kong dan putri Kao Tong.

   "Saat ingatan kalian belum kembali apakah kalian tahu orang aneh yang tidak berkepala itu siapa?"

   Tanya Loo Cong.

   "Waktu itu aku sendiri tidak tahu siapa diriku, apa lagi orang aneh itu,"

   Kata Wie Kai.

   "Mengapa aku tidak pernah melihatnya?"

   Tanya Leng-ji.

   "Seng Kong-kong selalu menyuruhku muncul seperti setan. Untuk mencoba kekuatan Wie Kai juga ingatanmu, mana mungkin membiarkanmu tahu?"

   Kata Loo Cong.

   "Ilmu sihir Seng Kong-kong benar-benar sesat. Saat terjadi peristiwa perebutan harta, aku malah jadi perantara!"

   Kata Wie Kai.

   "Mungkin kau berharap bisa bermimpi lagi!"

   Kata Leng- ji.

   "Kuharap jangan bermimpi lagi, sebab aku akan merasa sebagai orang rendahan juga bersalah kepadamu!"

   Kata Wie Kai.

   "Mengapa merasa bersalah kepadaku?"

   
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tanya Leng-ji.

   "Betul, aku sudah menganggapmu pemain opera, sangat tidak hormat kepadamu, apa lagi meng-anggapmu perempuan yang sudah melahirkan anak-ku!"

   Kata Wie Kai.

   "Kalau aku masih di sana, mungkin Seng Kong-kong akan mengajarkan ilmu sihirnya kepadaku!"

   Kata Loo Cong.

   Rumah tua itu mempunyai pekarangan sangat luas.

   Tanahnya tidak rata.

   Rumput liar tumbuh sangat tinggi, di sisinya masih ada orang-orangan terbuat dari rumput.

   Dari depan pintu bisa melihat gunung yang jauh dan asap serta kabut, berwarna hijau dari tua hingga muda.

   Hari terasa sangat panjang.

   Semakin panjang hari semakin terasa bosam karena tidak ada pekerjaan.

   Siau-loo membuat pentungan dari bambu, sebelah penuangannya lancip.

   Setelah selesai dibuat dia mulai berlatih ilmu silat dengan pentungan itu.

   Dia tidak hanya bisa menggunakan golok dan pedang, ilmu pentungan pun dikuasainya dengan baik.

   Kadang-kadang dia meloncat setinggi 3 tombak.

   Kadang-kadang berguling-guling di bawah.

   Biasanya dia sangat tenang hingga berlatih silat pun sangat teliti, diaberbeda dengan Wie Kai.

   Wie Kai selalu tertawa, tapi saat berlatih silat dia tidak main-main.

   Pentungan bambu yang tajam ditusuk ke dalam pintu, sebelah lagi diganjal oleh perutnya.

   Membuat pentung dari bambu itu menjadi melengkung.

   Dia lalu berputar, pentungan bambu segera melesat ke belakang, tepat mengena jantung orang-orangan dari rumput itu.

   Berturut-turut 3 kali hal ini dilakukan, setiap kali pasti mengenai sasaran.

   Wie Kai dan Leng-ji berjalan ke arahnya, kata Wie Kai.

   "Apakah kau lihat? Dia berlatih supaya kau melihatnya."

   "Sembarangan bicara!"

   Kata Leng-ji tertawa. Wie Kai mendekati Loo Cong.

   "Seharusnya kau jangan keluar dari Eng-hong-pie-ya."

   "Aku?"

   "Benar! Untuk apa kau keluar dan ikut kami melarikan diri? Dikejar-kejar orang lain?"

   Loo Cong terdiam.

   "Kami berdua ingin bebas jadi walaupun berbahaya kami tetap melakukannya, sedangkan kau untuk apa? Demi apa?"

   Tanya Wie Kai.

   "Seharusnya aku tidak kemari!"

   Loo Cong mengerutkan alis. Leng-ji merasa sikap Wie Kai seharusnya tidak seperti itu, dia berkata.

   "Siau-kai, mengapa nada bicaramu seperti itu? Malam dingin seperti air. Kabut menyelimuti atas sungai itu. Wie Kai dan Leng-ji tidur bersama. Tapi mereka berdua tidak tidur. Mata mereka terbuka dengan lebar. Masing-masing sedang berpikir. Mungkin mereka sedang merasakan kedekatan ini. Mereka ingin saling melihat. Yang mereka khawatirkan bukan diri mereka sendiri, melainkan lawan.

   "Leng-ji..."

   Kata Wie Kai dengan lembut.

   "Siau-kai..."

   Pelan-pelan Lenj-ji berkata.

   "Apakah kedatangannya membuatmu lebih baik?"

   Tanya Wie Kai.

   "Pasti, karena dia adalah saudara kita!"

   "Apakah dengan datangnya dia kau merasa lebih baik?"

   Kata-kata ini seperti mengandung arti lain. Leng-ji mengira ini hanya pertanyaan biasa.

   "Sebetulnya memang seperti itu, 3 orang pasti akan lebih baik daripada hanya berdua!"

   "Apakah Loo Cong lebih baik datang atau tidak?"

   Sewaktu Wie Kai mengucapkan kalimat itu sikapnya terlihat serius.

   Mereka bertiga tumbuh bersama.

   Saat mereka berada dalam keadaan paling bahaya, Loo Cong datang.

   Apakah tidak merasa berterima kasih kepada teman baik? Setelah Loo Cong datang, kata-kata Wie Kai seperti tidak bersahabat, Loo Cong merasa tidak suka.

   Untung Leng-ji pernah berkata.

   "Wie Kai terlalu tegang, dia stres!"

   Hari belum terang. Kabut tampak lebih tebal lagi. Waktu itu bulan akan tenggelam. Leng-ji tiba-tiba merasa Siau-kai menghilang. Tidak mungkin. Siau-kai sejak subuh sudah pergi.

   "Mana Siau-kai?... Mana Siau-kai?"

   "Siau-kai... Siau-kai..."

   Leng-ji berlari keluar, teriakannya melengking tajam dan berkumandang ke seluruh gunung.

   Bumi yang masih tertidur segera terbangun.

   Burung-burung terkejut dan segera terbang.

   Tapi tidak terdengar sahutan Wie Kai.

   Leng-ji mencari Wie Kai kemana-mana.

   Dia berlari keluar rumah.

   Sambil berlari sambil berteriak.

   Gunung masih seperti dulu tapi Wie Kai sudah tidak ada.

   Loo Cong terus mengikuti Leng-ji dari belakang, wajahnya terlihat serius.

   Mereka tidak mengerti.

   Benar-benar tidak mengerti.

   Ke manakah perginya Siau-kai? Mengapa dia tidak pamit terlebih dulu? Apakah orang-orang Seng Kong-kong dan putri Kao Tong datang lalu menculik Wie Kai? Mungkinkah itu yang terjadi.

   Tapi dengan kelincahan dan ilmu silat Siau-kai tidak mungkin dia akan diam waktu diculik! Seharusnya dia bertarung membela diri lalu karena kehabisan tenaga dia tertangkap dan dibawa! Leng-ji dan Loo Cong mencari di dalam dan di sekitar rumah.

   Mereka tidak melihat bekas pertarungan.

   "Apa yang terjadi?"

   Tanya Loo Cong.

   "Siau-kai sudah pergi!"

   "Pergi?"

   Loo Cong berteriak.

   "Siau-kai... Siau-kai..."

   Di sisi sungai banyak jejak kaki Siau-kai.

   Karena selama beberapa hari ini Siau-kai berjalan mondar mandir di sana.

   Dia berpikir di sisi sungai.

   Ini memang masalah yang keputusannya sulit untuk diambil.

   Tapi bila dipikir lebih jauh dan melihat lebih jauh, dia harus melakukan hal ini.

   Untung tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi.

   Hari sudah terang.

   Kabut mulai menghilang.

   Di gunung udara terasa segar.

   Air sungai tetap mengalir seperti biasanya.

   Hanya bedanva Siau-kai tidak ada.

   Bagaimana melewati hari-hari tanpa Siau-kai? Mereka masih terus mencari.

   ...

   di balik rumputyang tumbuh tinggi.

   ...

   di balik bebatuan sungai.

   Mereka berlari dan berteriak.

   Leng-ji menangis sedih sambil berteriak.

   "Siau-kai..."

   Wie Kai benar-benar telah menghilang. Dia seperti ditelan bumi. Leng-ji terus mencari, melihat dan menunggu. Matanya yang indah terlihat sudah tidak bersemangat. Loo Cong terus mengikutinya dari belakang, dia memangggil.

   "Leng-ji."

   Leng-ji tidak menyahut.

   "Leng-ji, kau harus bersabar!"

   "Kau masih menyuruhku bersabar!"

   "Siau-kai pasti akan kembali!"

   "Dari mana dia kembali? Ke mana dia?"

   Loo Cong terdiam.

   Kalau dia tahu Wie Kai pergi ke mana, itu akan lebih mudah.

   Buat Leng-ji dia lebih sedih dibandingkan saat dia bertarung dengan Yu Tai-jin dan dia merasa sudah tidak kuat.

   Karena Siau-kai adalah penyangga jiwanya.

   Jika tidak ada Siau-kai, hidupnya tidak ada tujuan, Yang pasti jika tidak ada Siau-kai dia tidak akan melarikan diri dari Pie-ya.

   Siau-kai sudah membawa pergi rasa percaya dirinya.

   Siau-kai juga membawa pergi rohnya! Di dalam kamar.

   Sebuah lampu tempel dengan api sebesar biji kacang.

   Ada sebuah tirai bambu yang sudah usang, memisahkan dua orang yang sedang berbaring di atas ranjang.

   Loo Cong melihat Leng-ji.

   Leng-ji pun menoleh melihat Loo Cong.

   Leng-ji tahu kalau Loo Cong sudah kehabisan kata untuk menghiburnya.

   Loo Cong juga sadar tidak ada kata-kata yang bisa menghibur Leng-ji lagi.

   Mereka tahu sorot mata lawan mengandung makna apa.

   "Mengapa Wie Kai pergi?"

   "Aku rasa dia sudah lama ingin pergi, hanya saja kau tidak menyadarinya!"

   Jawab Loo Cong.

   "Apakah sudah lama dia ingin pergi?"

   "Benar, sudah lama dia ingin pergi,"

   Jawab Loo Cong.

   "Aku tidak mengerti!"

   "Aku lebih-lebih tidak mengerti, kalau aku bisa menebak aku pasti tidak akan membiarkan dia pergi!"

   "Kemana dia pergi?"

   "Kau sendiri saja tidak tahu apalagi aku!"

   Kata Loo Cong.

   Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Seharusnya dia pamit dulu atau setidaknya meninggalkan pesan!"

   "Mungkin ada tapi kau mungkin tidak memperhatikan kata-kata yang dia ucapkan!"

   "Tidak memperhatikan kata-katanya?"

   "Mungkin saja, apakah sepanjang perjalanan kalian pernah membicarakan tentang diriku?"

   "Aku ingat kata-katanya yang terakhir!"

   Kata Leng-ji.

   "Apa katanya?"

   "Dia mengatakan kalau kau sudah datang itu lebih baik, apa maksudnya?"

   Tanya Leng-ji.

   "Aku sudah datang itu lebih baik?"

   "Benar!"

   "Nada bicaranya seperti apa? Waktu itu dia sedang melakukan apa?"

   Leng-ji terdiam. Karena waktu itu mereka sedang tidur bersama.

   "Untuk sementara kita jangan memikirkan dulu masalah ini!"

   Kata Loo Cong.

   "Apakah aku bisa tidak memikirkannya?"

   "Aku tahu ini sulit bagimu, carilah tempat bagus untuk melancong, apa yang akan terjadi ya terjadilah! Percuma saja kita mencemaskannya!"

   Kata Loo Cong.

   "Aku tidak bisa!"

   "Tidak bisa pun harus bisa, kita harus meneruskan kehidupan kita!"

   "Dengan hidup seperti ini apa bedanya dengan sudah mati?"

   "Kita harus membuat Seng Kong-kong mengerutkan alisnya dan membuat putri Kao Tong meraung, kita tidak akan membiarkan mereka tertawa puas."

   Loo Cong berusaha terus menasehati Leng-ji.

   Dia harus bisa menenangkan Leng-ji, menumbuhkan rasa percaya dirinya lagi.

   Putus asa adalah sebuah golok besar yang tidak berbentuk.

   Golok tidak berbentuk ini terkadang lebih hebat dari golok berbentuk.

   Karena golok berbentuk fisiknya bisa kita lihat dan bisa kita hindari sedangkan golok tidak berbentuk sulit untuk melakukan hal seperti tadi.

   Kadang-kadang terbunuh oleh golok tidak berbentuk kita masih tidak sadar apa yang sudah membunuh kita.

   Di dalam kuil La-ma.

   Para La-ma sedang berbaris untuk mengantar-kan kepergian seseorang.

   La-ma selalu membuat perasaan menjadi misterius.

   Apakah mereka dari aliran berbaju kuning atau aliran berbaju merah? Aliran berbaju kuning, Couwsu mereka adalah Tiong-ke- pa taysu.

   Aliran berbaju merah atau aliran berbaju kuning mempunyai displin yang ketat.

   Tapi setelah sampai di Tionggoan dengan teknik misterius mereka menyesatkan pikiran raja-raja dan penguasa, semakin lama mereka semakin tidak karuan.

   Sekarang putri Kao Tong berdandan dengan rapi, dia lalu keluar.

   Hanya dua orang La-ma yang dipercaya yang boleh mengikutinya.

   Wajahnya datar.

   Tidak ada upacara lain.

   Maka dia pergi dengan tergesa-gesa.

   Eng-hong-pie-ya masih tetap seperti dulu, kepergian Wie Kai dan Leng-ji tidak membuat keadaan di sana berubah.

   Hanya saja orang-orang di dalam sana punya satu tekad, tujuan mereka adalah menangkap kembali Wie Kai dan Leng-ji.

   Mereka berharap bisa melihat golok raksasa yang dipasang di panggung, turun dan memenggal kepala Wie Kai dan Leng-ji dan kepala mereka berdua masuk ke dalam keranjang.

   Sekarang Seng Yan-kong membawa Mo Ki-thian pergi dengan terburu-buru.

   Seorang pak tua dengan rambut putih semua tampak ambisinya masih begitu besar.

   Apa yang dia lakukan bagi orang lain sulit untuk terpikirkan.

   Putri Kao Tong masuk dari pintu utama.

   Seng Kong- kong menyambutnya.

   Lalu mereka berdua berjalan masuk ke dalam sambil berbincang-bincang dengan suara lirih.

   Putri Kao Tong sangat akrab dengan Kong-kong.

   Hubungan di antara mereka membuat orang berpikir ada sesuatu di antara mereka.

   Kecuali misi menangkap kembali Wie Kai dan Leng-ji.

   Apakah masih ada rencana lain? Kecuali berunding bagaimana cara menangkap Wie Kai dan Leng-ji.

   Apakah masih ada rahasia besar lainnya? Mungkin kematian Yu Tai-jin dan dua orang Lama yang termasuk sebagai pesilat tangguh membuat mereka tidak berani meremehkan kedua pelarian itu.

   Setelah mereka berdua berhasil menangkap Wie Kai dan Leng-ji baru akan merasa puas.

   Mengapa bisa terjadi hal seperti itu? Apakah ini hanya peraturan yang berlaku di Eng-hong- pie-ya? Di Eng-hong-pie-ya ada sebuah penjara yang sangat gelap.

   Di d alam penjara gelap itu ada seorang terpidana.

   Penjara gelap itu tidak pernah kosong.

   Di penjara gelap itu hanya mengurung seorang terpidana.

   Orang itu sendirian mengisi penjara gelap itu.

   Kong-kong sangat memperhatikan orang ini.

   Secercah cahaya matahari masuk ke dalam penjara.

   Terlihat di penjara yang sangat gelap itu.

   Secercah cahaya matahari itu menyinari punggung Wie Kai.

   Apakah dia mengikuti semangat dewa tanah? Terdengar suara langkah kemudian langkah itu berhenti di luar penjara.

   "Apa yang sedang kau pikirkan?"

   Dia melihat putri Kao Tong dengan penuh kesadaran.

   Hanya dia yang tahu apa yang sedang dipikirkan putri Kao Tong saat ini.

   Mungkin karena itulah dia berada di sini sekarang.

   Dia menatap kaki putri Kao Tong, celana dan baju bagian leher yang sangat rendah, putri Kao Tong pun melihat wajah yang sudah dipoles.

   Cahaya diluar sedikit berkilau.

   Wie Kai menyandarkan kepalanya.

   Tanya putri Kao Tong.

   "Apa yang sedang kau pikirkan?"

   Wie Kai yang terluka karena disiksa, dia menjawab.

   "Aku sedang memikirkan kesalahan yang telah kulakukan..."

   Putri Kao Tong menatapnya.

   Awalnya putri Kao Tong terlihat tertawa ter-gelak-gelak, akhirnya berhenti juga.

   Tiba-tiba putri Kao Tong membuka pintu dan Kao Tong menjambak rambut Wie Kai untuk dilihat dibawah sinar matahari yang masuk.

   Wajah Wie Kai penuh dengan luka berwarna hqau keunguan.

   "Katakan apa kesalahanmu?"

   Kebencian selama beberapa bulan tampak meledak sekarang.

   Ranjang di rumah peristirahatan pemburu, jepit yang ada di atas ranjang...

   Perempuan ini sangat menganggap penting masalah kecil seperti ini.

   Dia menampar Wie Kai.

   Wie Kai terjerembab ke sisi dinding dan ber-nafas dengan terengah-engah.

   Sudut mulutnya mengeluarkan darah.

   Semua ini baginya sudah bukan bencana lagi.

   Saat dia baru kembali ke tempat ini, siksaan yang dilakukan kepadanya benar-benar membuatnya hampir tidak bisa bertahan.

   Sepertinya bagi kasim siksaan kejam yang dilakukan kepadanya hanya sebagai sarana untuk meneliti saja.

   Yang pasti ada pengecualiannya juga.

   Seperti pada jaman dinasti Beng, seorang pelajar yang sangat rajin belajar karena sering ter ganggu oleh pikiran cabul, maka dia mengibiri dirinya sendiri, akhirnya dia bisa lulus ujian negara dan men-jadi seorang pejabat.

   Kasim-kasim waktu itu menganggap itu adalah kemenangan dari orang yang dikebiri, maka menggotongnya untuk dipamerkan.

   Pelajar itu baru merasa menyesal kemudian.

   Kasim dibagi menjadi dua kelompok.

   Sebagian bertugas di istana, sebagian lagi bertugas mengawasi pelayan-pelayan perempuan di istana.

   Lebih banyak yang senang mengawasi para pelayan perempuan di istana.

   Seharusnya mereka merasa sedih dan terhina karena membiarkan mereka mengawasi para pelayan perempuan itu.

   Kemarahan putri Kao Tong sudah berada di puncaknya.

   Dia sudah lama tersiksa.

   ...

   apalagi di malam hari yang hening.

   ...

   setiap kali saat merasa sepi dan sendiri, dia akan teringat pada ranjang dan jepit rambut yang ditemukan di atas ranjang yang berada di rumah per-istirahatan pemburu.

   Dari ranjang dan jepit rambut, pikirannya jadi melantur pada hubungan antara lelaki dan perempuan.

   Kalau sudah begitu dia akan bersumpah bila berhasil menangkap Wie Kai dia akan segera membunuhnya.

   Putri Kao Tong marah.

   "Kau laki-laki yang tidak punya perasaan dan tidak tahu diuntung, laki-laki yang tidak berguna, apakah kau tahu kau bersalah?"

   "Aku tahu!"

   "Apa yang kau ketahui?"

   Tanya putri Kao Tong.

   "Eng- hong-pie-ya telah membinamu, semua La-ma mementingkanmu, kau benar-benar sudah gila tanpa pikir panjang jatuh ke dalam pelukan perempuan itu, apakah kau tidak punya perempuan lain?"

   "Punya, aku punya perempuan yang paling baik!"

   Jawab Wie Kai.

   "Kau punya perempuan yang tidak akan membuat kepalamu sampai haras dipenggal, kau juga punya perempuan yang selalu menyanjungmu! Tapi kau malah mengkhianati dia, kau rela dibacok dan menjadi pelarian! Apakah kau tahu bila orang-orang bergerak di ibu kota, kau akan menjadi lakon penting apa? Lakon yang duduk di posisi tinggi."

   Mata Wie Kai tampak berkedip di dalam kegelapan. Matanya sudah lama tidak seterang sekarang. Putri Kao Tong berjalan beberapa langkah dan bertanya lagi.

   "Mengapa kau kembali kemari?"

   "Aku sadar aku tidak bisa lolos dari kekejaman kalian, aku juga sadar kalau aku bersalah!"

   "Tapi sekarang sudah terlambat walaupun kau sudah sadar, aku tetap akan membuatmu mati!"

   Kata putri Kao Tong.

   "Kalau kau tidak ingin aku mati, sekarang tidak akan kemari!"

   "Kau..."

   Putri Kao Tong marah.

   Karena marah dia menampar Wie Kai lagi.

   Wie Kai berdiri tanpa bergerak juga tidak bicara.

   Putri Kao Tong terus menatapnya.

   
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Laki- laki ini memang tidak sama dengan lelaki lainnya.

   Kalau tidak, mengapa ada perempuan yang mau mengikutinya kabur dari Eng-hong-pie-ya? padahal kalau tertangkap kepala mereka akan di-penggal dan mereka akan selalu dikejar-kejar tapi dia masih tidak tahu mengapa dia kembali.

   Putri Kao Tong benar-benar membutuhkan lelaki seperti yang ada di depan matanya sekarang.

   Dia ceria, pemberani, dan pintar bercumbu juga bermain mata.

   Semua ini membuatnya merasa puas.

   Maka Wie Kai dengan penuh percaya diri berkata.

   "Kalau Putri mau datang ke sini berarti tidak akan membiarkan aku mati!"

   Wie Kai terus menatap putri Kao Tong dari dalam kegelapan.

   Wie Kai tahu apa yang ada dalam pikiran putri Kao Tong sekarang.

   Tidak lama kemudian dengan kedua tangannya memeluk putri Kao Tong.

   Putri Kao Tong berniat akan menendang tapi akhirnya malah terdiam.

   Gerakan Wie Kai cukup kuat untuk meredakan kemarahan putri Kao Tong.

   Putri Kao Tong benar-benar membutuhkan lelaki seperti ini.

   Bila bisa memihki lelaki seperti ini, paling sedikit dia sudah menjadi pemenang dan bila perempuan itu tertangkap kembali, dia akan meng-ambil kembali apa yang telah dia keluarkan berikut bunganya dari perempuan itu! Putri Kao Tong benar-benar ingin menendang Wie Kai lagi karena demi Wie Kai dia menjadi kurus.

   Tapi begitu melihat wajah Wie Kai yang terluka akhrinya putri Kao Tong melepaskan niat membalas dendam katanya.

   "Aku tidak tahu permainan apa yang sedang kau lakukan, Wie Kai, dengar baik-baik, hanya dengan mengandalkan kekuatanmu sendiri aku tidak percaya kau sanggup kabur dari Eng-hong-pie-ya, walaupun kau bisa keluar dari sini tapi rumah La-ma tidak akan melepaskanmu!"

   Setelah selesai bicara dia segera meninggalkan tempat itu.

   Wie Kai terus menatap sosoknya sampai menghilang.

   Gembok besar sudah dipasang kembali di pintu penjara.

   Beberapa La-ma mengikuti putri Kao Tong pergi dari sana.

   Lama Wie Kai tidak bergerak, tubuhnya terasa sakit seperti dibakar! Dia sedang memikirkan banyak hal.

   Karena dia memang harus berpikir.

   -oo0dw0oo- BAB III Wie Kai sudah kembali.

   Terhadap Loo Cong dan Leng-ji yang masih berkeliaran di luar sana, putri Kao Tong sama sekali tidak peduli, menangkap mereka kembali itu menjadi urusan Seng Kong- kong.

   Putri Kao Tong sangat membenci Leng-ji.

   Dia membenci Leng-ji karena Wie Kai.

   Asalkan Wie Kai berada di sisinya, apa pun tidak akan dia pikirkan lagi.

   Bukankah dia adalah laki-laki terbaik di dunia ini? Tentu saja tidak.

   Tapi di mata kekasih, dia orang istimewa.

   Seperti orang yang senang makan ikan kakap bila diganti dengan ikan kembung, belum tentu dia sama suka.

   Putri Kao Tong tidak peduli lagi mengejar terpidana yang masih melarikan diri.

   Seng Kong-kong bisa melihatnya sendiri.

   Tapi Seng Kong-kong tahu pola pikirnya.

   Asalkan putri Kao Tong merasa puas, yang lain lebih mudah dilakukan.

   Dulu Bu Cek-thian mendapatkan seorang laki-laki seksi yang sangat dia sukai, namanya adalah Cia Hoai-ih karena terlalu senang dia mengubah negaranya menjadi tahun yang menyenangkan.

   Kalau tidak membunuh, Wie Kai harus segera sehat kembali.

   Dengan obat terbaik putri Kao Tong merawat Wie Kai.

   Mainan telah dirusaknya maka dia sendiri yang harus memperbaikinya.

   Putri Kao Tong mulai mendandani dirinya sendiri.

   Dia tidak percaya kelembutannya kalah dari perempuan pelarian itu.

   Dia ingin menarik perhatian Wie Kai, supaya Wie Kai sadar bahwa keputusan yang dulu diambil adalah keputusan yang bodoh.

   Yang pasti di satu pihak dia butuh untuk melampiaskan nafsu birahinya, di lain pihak karena rencana besar lainnya.

   Dia membutuhkan laki-laki seperti Wie Kai, punya ilmu tinggi, berani melakukan berani bertanggung jawab, berani membenci juga berani mencintai.

   Keberanian dan rencana yang sempurna tidak semua orang bisa melakukannya.

   Putri Kao Tong ingin memperalat kelebihan ini untuk mencapai cita-citanya.

   Seng Yan-kong terus berjalan mondar mandir.

   Dia berpikir dalam-dalam.

   Banyak hal penting yang harus dia pikirkan, hal seperti ini hanya boleh sukses tidak boleh gagal.

   Salah satunya adalah pengkhianatan Wie Kai dan Leng- ji karena terus mengejar dan berusaha membunuh mereka, maka sudah membuat dunia persilatan geger.

   Setelah lama mondar mandir akhirnya Seng Kong-kong pun duduk.

   Mo Ki-thian selalu berada di sisinya.

   Dia kaki tangannya yang setia.

   Seng Yan-kong sangat tahu tentang orang ini.

   Tapi bakat Mo Ki-thian berbeda jauh dengan Wie Kai dan Leng-ji.

   Ini alasan mengapa Seng Kong-kong tidak berani memberikan tugas penting kepadanya.

   Tiba-tiba Seng Yan-kong berkata kepada Mo Ki-thian.

   "We Kai senang pada perempuan yang bisa minum arak, kalau Siau-loo senang apa?"

   Mo Ki-thian membungkukkan tubuh jawabnya.

   "Loo Cong lebih lugu dia lahir dari keluarga petani."

   Seng Yan-kong mengangguk.

   "Keluarga petani..."

   Walau hanya dua kata yang terucap, tapi Seng Kong- kong sudah punya rencana.

   Apakah semua ini bisa mengganggu rencana besarnya? Kaburnya Wie Kai dan Leng-ji dari Eng-hong-pie-ya menjadi hal besar.

   Tapi bila dibandingkan dengan rencana besar-nya itu, seperti dukun kecil bertemu dengan dukun agung.

   Pikiran kacau akan membuat rambut cepat memutih.

   Karena itu pula rambut Shen Kong-kong sudah memutih semua.

   Menyuruh Seng Kong-kong melepaskan niat mengejar Loo Cong dan Leng-ji sungguh hal yang mustahil.

   Walaupun sadar mereka tidak akan membalas dendam dan mungkin mereka akan lari ke padang gurun atau ke tempat gersang, atau mungkin selama-nya mereka tidak akan muncul lagi di bumi ini, Seng Kong-kong tetap tidak akan sudi melepaskan mereka.

   Karena dia adalah seorang Seng Kong-kong.

   Di persawahan.

   Cita-cita Loo Cong sudah tercapai.

   Dia adalah seorang putra petani, maka bekerja di sawah sudah menjadi keahliannya.

   Demi menghindari pengejaran dan pembunuh-an mereka bersembunyi di sebuah desa.

   Di sana adalah sebuah tempat terpencil, jauh dari keramaian kota.

   Mereka tinggal di sana.

   Untuk sementara bahaya telah lewat.

   Tapi Leng-ji selalu merasa sedih dia tidak bisa melupakan Wie Kai.

   Matahari bersinar terik.

   Loo Cong sedang mencangkul.

   Leng-ji duduk di atas pematang sawah, dia mencabuti rumput-rumput dengan tidak semangat.

   Penampilannya sekarang seperti perempuan desa.

   Sekarang dia menjadi kurus dan hitam, mungkin karena terkena sinar matahari terus-menerus, kulitnya menjadi kasar, tapi semua itu tidak mengu-rangi sikap anggunnya.

   Loo Cong tahu kalau Leng-ji sejak lahir bukan seorang anak petani.

   Ingin menjadikan dia sebagai petani buat Siau-loo sungguh menyedihkan.

   Dia menoleh melihat Leng-ji.

   Leng-ji sedang menatap ke kejauhan dengan penuh perhatian.

   Dia memang sering seperti itu.

   Siau-loo tidak tahu apa yang sedang dilihatnya, sebenarnya Leng-ji sendiri pun tidak tahu apa yang sedang dilihatnya.

   Siau-loo menjadi sedih.

   Siau-loo mendekati Leng-ji, dia ingin membuat Leng-ji senang, kalau tidak mengapa Wie Kai bisa mengatakan bahwa kedatangannya membuat keadaaan lebih baik? Sebenarnya kedatangannya membuat keadaan lebih buruk.

   Apakah dia pantas datang ke sini? Itu bukan hal penting.

   Siau-loo mendekat dan memanggil.

   "Leng-ji!"

   Leng-ji menarik sorot matanya dari tempat jauh itu dan tertawa tipis.

   Sejak Siau-kai menghilang, tertawa adalah hal yang sulit dilakukan.

   Tapi Siau-loo berharap dia bisa tertawa.

   Kalau dia tidak tertawa dia takut Siau-loo akan sedih, tertawa membuatnya risih.

   "Aku yakin kau pasti sedang memikirkan masa lalu yang lucu dan menyenangkan!"

   "Masa lalu yang lucu?"

   "Dulu kau seperti pernah menyamar menjadi nona besar keluarga Lim!"

   "Apakah itu hal yang lucu?"

   "Apakah itu tidak lucu?"

   Siau-loo jadi sadar hal itu tidak lucu tapi dia berharap Leng-ji bisa tertawa. Leng-ji menggelengkan kepala dan tertawa kecut. Kalau orang banyak pikiran dia akan sakit.

   "Rencana Seng Kong-kong dalam memperebutkan harta sangat kejam, dia tidak peduli siapa yang mempunyai harta itu, hingga bisa disebut hitam makan hitam!"

   Leng-ji menatapnya.

   "Pada mulanya Liauw In dan Cia Peng ingin merebut harta yang banyak milik Nyonya Lim Put-hoan, dia memasang umpan dengan senar yang panjang. Dia membawa pergi putrinya supaya nanti bila mereka sudah dewasa bisa merebut harta itu!"

   "Tapi Liauw In sepertinya tahu, hanya sebagian harta itu milik Liauw Swat-keng."

   "Benar,"

   Jawab Siau-loo.

   "karena Cia Peng tidak setia kepada Liauw In, dia menaruh seorang Lan Hong-su di tempat Lan Ling, Lan Ling adalah selingkuhan Cia Peng."

   "Akhirnya Lan Hong-su dan ayahnya ter-bunuh!"

   "Benar! Mereka mati dibunuh oleh Cia Peng!"

   "Bagaimana dengan nasib Liauw Swat-keng?"

   Tanya Leng-ji.

   "Bisa dibayangkan, dia hanya ingin menyisa-kan satu orang,"

   Kata Loo Cong.

   "Siapa?"

   "Kau, karena kau adalah putri dari keluarga Lim, menurut Seng Kong-kong kau adalah satu-satunya putri dari keluarga Lim, kau juga putri keluarga Liauw karena kau mirip dengannya!"

   "Siapa nama putri keluarga Lim yang asli?"

   "Namanya adalah Lim Siau-ceng, tapi namamu adalah Lim Leng-ji, Lim Siau-ceng adalah nama kecilmu!"

   "Terakhir bagaimana nasib Lim Siau-ceng?"

   Tanya Leng- ji.

   "Aku tidak tahu!"

   "Tidak tahu berarti dalam hatimu juga tidak tahu?"

   Siau-loo mengangguk.

   "Bagaimana dengan Seebun Long?"

   Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tanya Leng-ji.

   "Seng Kong-kong tidak membutuhkan putri keluarga Lim dia hanya membutuhkan harta keluarga Lim, dia juga butuh harta keluarga Sangguan Lie, maka apa yang terjadi pada Seebun Long tidak perlu ditanyakan semua sudah tahu!"

   "Aku benar-benar telah banyak berbuat dosa!"

   "Apa hubungannya denganmu?"

   "Mengapa tidak? Ketika aku berada di keluarga Lim aku menyamar menjadi putri keluarga Lim, namaku menjadi Lim Siau-ceng, dengan begitu aku tidak mengaku adanya Nona Lim di dunia ini!"

   "Karena waktu itu kau dan Siau-kai terkena ilmu sihir, maka ingatan kalian kadang benar kadang kabur!"

   "Benar, kadang ingat kadang tidak, kadang jelas kadang kacau!"

   "Benar! Karena itu Siau-kai kadang menganggapmu Seebun Long, Seebun Long adalah dirimu, ilmu sihir seperti itulah, dia akan membuatmu melakukan hal yang ingin dia lakukan, umpamanya Siau-kai merindukankanmu, ingin menikah denganmu, dan ingin memiliki anak darimu, maka Seebun Long yang ada di hati Siau-kai dianggap dirimu, dan sudah punya seorang anak!"

   Akhirnya Seebun Long menangkap Siau-kai dan menyerahkan dia kepada Kao Hie danTonghong Ta-cing.

   "Seebun Long juga sama terkena ilmu sihir dan dia diatur untuk melakukan hal apa pun!"

   Kata Loo Cong. Leng-ji terdiam.

   "Apakah pernah terpikir olehmu, mengapa tidak pernah bertemu lagi dengan Tonghong Ta-cing, Kao Hie juga Liauw In serta Cia Peng, dua kelompok yang memperbutkan harta?"

   Tanya Siau-loo.

   "Pernah terpikir!"

   "Sebab dua kasus perebutan harta itu berawal dari mereka yang masing-masing mempunyai rencana dan diketahui oleh anak buah Seng Kong-kong lalu mereka diperalat, setelah berhasil mereka dibunuh supaya tutup mulut!"

   Jelas Siau-loo.

   "Karena itu aku bilang aku telah banyak ber-buat dosa!"

   Kata Leng-ji.

   "Leng-ji, itu bukan salahmu! Kau dan Siau-kai hanya korban!"

   "Aku ingat waktu itu kadang-kadang aku tahu kalau aku bukan putri Lim Put-hoan yang bernama Lim Siau-ceng, kadang aku juga tahu kalau aku Leng-ji tapi aku tidak berani untuk memastikannya!"

   "Siau-kai juga pasti seperti itu!"

   "Waktu itu dia mencegat keretaku tapi dia tidak tahu siapa aku!"

   "Sulit untuk diungkapkan! Waktu itu dia mengatakan kalau dia mempunyai perasaan aneh!"

   "Perasaan aneh seperti apa?"

   "Seperti mengenalmu tapi setelah dipikir-pikir sepertinya tidak!"

   "Apakah benar anak Seebun Long bukan anak Siau-kai?"

   "Bukan!"

   Jawab Siau-loo.

   "Mengapa Bu Si-cin berkata seperti itu?"

   "Karena ingin membuat Sangguan Lie terpukul juga ingin membuatnya jadi rendah diri dan berkecil hati, dia akan kecewa berat hingga kehidupannya terbengkalai."

   "Semua itu sudah berada dalam perkiraan Seng Kong- kong, Sangguan Lie mati di tangan seorang perempuan jalang berilmu tidak tinggi!"

   Kata Leng-ji.

   "Dari sini dapat diketahui bagaimana jahatnya Seng Yan-kong."

   "Kau!"

   "Apakah bukan? Setan tanpa kepala itu diperintahkan Seng Kong-kong untuk menguasai Liauw In, Cia Peng, Tonghong Ta-cing, Suma Hen serta Kao Hie!"

   Kata Siau- loo.

   "Apa arti 'Oh-tiap-go'?" (Sarang kupu-kupu) Leng-ji mengerutkan alis.

   "Itu hanya simbol saja!"

   "Simbol apa?"

   "Bukankah ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu? Harta orang lain bukankah bisa berubah menjadi harta milik kita?"

   "Apa arti 'Bu-lim-to-hoat'?" (Ilmu golok rimba persilatan).

   "Kipas lipat milik Siau-kai adalah To-hoat, Seng Kong- kong menyuruhnya menggunakan kipas supaya bisa menutupi identitas sebenarnya, sewaktu Siau-kai masuk Pie-ya dia sudah menguasai ilmu itu!"

   Leng-ji terdiam lagi.

   "Singkat kata, waktu itu pikiran kalian benar-benar tidak normal, ingatan kalian hilang sebagian, kadang-kadang malah sangat kacau, kadang-kadang mengira kau Leng-ji kadang-kadang merasa bukan, kadang-kadang malah merasa menjadi putri keluarga Lim. Siau-kai pun demikian, kadang-kadang mengira dirinya Siau-kai kadang-kadang bukan. Bisa dikatakan dia menjadi dungu dan bebal, dari sini terbukti kalau ilm sihir Seng Kong-kong belum sempurna."

   Leng-ji menundukkan kepala.

   Pikiran manusia tidak pernah berhenti.

   Walau kau tidak ingin memikirkannya tapi pikiran ini akan terus mengganggumu.

   Leng-ji ingin untuk sementara melupakan semuanya, tapi apakah itu mungkin? "Kata Siau-kai kedatanganku membuat keada-an lebih baik, berarti aku bisa merawatmu."

   Leng-ji tertawa tapi wajahnya sudah bersimbah air mata.

   Siau-loo da


Pedang Inti Es Karya Okt Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung

Cari Blog Ini