Ceritasilat Novel Online

Pohon Kramat 11


Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 11


uarkan suara gerungan, memekik keras, bergema diseluruh ruangan.

   Itulah ilmu Ie-hun Tay-hoat.

   Pengawal Giok Hong itu tertegun, permainan apa yang hendak dipertontonkan oleh lawannya? Sepasang mata Tan Ciu memantulkan cahaya liar, mengikat pandangan mata musuhnya! Disaat yang sama kedua tangannya didorong kedepan.

   Heeek ...

   Orang berbaju kuning itu terpental terbang, dengan dada gepeng kedalam.

   Suatu kejadian yang mengejutkan semua orang.

   Orang berbaju kuning adalah jago mereka, toch masih dikalahkannya.

   Giok Lo Sat berteriak.

   "Kurang ajar!"

   Tubuhnya menerkam si pemuda. Disaat yang sama, terdengar suara bentakan Ratu Bunga.

   "Jangan!"

   Tubuh Giok Lo Sat balik kembali, dengan sikapnya yang hormat berkata. Maafkan teecu yang tidak dapat bersabar."

   "Kau mandur."

   Sang Ratu Bunga memberi perintah. Giok Lo Sat mengundurkan diri. Ratu bunga Giok Hong menghampiri Tan Ciu. Tiba tiba . , . Ong Leng Leng meminta tugas.

   "Suhu, serahkanlah kepada teecu."

   Giok Hong memandang muridnya itu, dia ragu-ragu! "Kau?!"

   Dia heran.

   "Suhu tidak perlu mengotori tangan!"

   Berkata Jelita Merah Ong Leng Leng.

   "Kau bukan tandingannya."

   Berkata Ratu Giok Hong. Ong Leng Leng berkata.

   "Suhu akan kubuktikan kepadamu. Bahwa belum tentu kepandaian tinggi yang menetapkan, Unsur keberanian perlu."

   "Baik."

   Giok Hong mengabulkan permintaan murid itu.

   Ong Leng Leng berhadapan dengan Tan Ciu.

   Tan Ciu mundur selangkah.

   Dia tidak segera menuruni tangannya.

   Ong Leng Leng pernah menolong dirinya, dan dia pernah menolong jiwa gadis itu.

   Diantara mereka, masing2 pernah menanam budi kebaikan.

   Hubungan mereka cukup erat.

   Tidak ada alasan untuk bentrok dengannya.

   "Kau?"

   Suara Tan Ciu terkandas ditenggorokan. Ong Leng Leng memotong pembicaraan, katanya.

   "Hei, Mengingat hubungan baik diantara kita orang, kuanjurkan agar tidak mengadakan perlawanan, baik- baiklah menerima perintah guruku, mungkin kau menerima banyak kebaikan".

   "K a u "

   "Aku Ong Leng Leng."

   "Aku tidak ingin bentrok denganmu, minggirlah."

   Ong Leng Leng tidak menyingkirkan diri, dengan satu pukulan.

   dia mendahului membuka penyerangan.

   Tan Ciu menyingkirkan diri dari serangan itu, tidak membalas.

   Rasa persahabatannya masih sangat berkesan.

   Ong Leng Leng tidak memberi hati, dia mencecer dengan serangan-serangan yang cukup tajam.

   Apa boleh buat.

   Tan Ciu harus melayani tantangan itu.

   Pikirannya agak kusut, dia masih menaruh rasa kasinan, suatu kejadian yang sangat sedih, bila sampai terjadi cedera atas diri Ong Leng Leng.

   Berbeda dengan apa yang Tan Ciu pikirkan, Ong Leng Leng menyerang dengan gencar.

   tanpa mengenal kasihan, seolah-olah telah terjadi pergerakan otak, alam pikiran si Jelita Merah bukanlah Jelita Merah yang lama.

   Tan Ciu dipaksa melayaninya.

   Jelita Merah Ong Leng Leng mengurung si pemuda dibawah bayangan-bayangan pukulan.

   Tan Ciu mempunyai ilmu kepandaian yang berada diatas lawan itu, mengetahui dirinya terdesak.

   dengan bersungguh-sungguh dia mengayun tangan kiri, memukul tiga kali, membuka suatu jalan keluar dari kurungan Ong Leng Leng, tangan kirinya berjulur hendak mencengkeram pundak sigadis.

   Cepat sekali.

   Ong Leng-Leng tidak menghiraukan ancaman cengkeraman itu, dia membalas dengan satu pukulan kuat.

   Kejadian yang berada diluar dugaan Tan Ciu.

   Cara-cara Ong Leng Leng bertempur adalah suatu cara yang sangat nekat.

   Cengkeraman tangan Tan Ciu yang dikerahkan dengan tenaga penuh akan memotes lengan tangannya menjadi dua bagian.

   Dengan alasan apa dia berani meremehkannya? Terserah bagaimana penilaianmu.

   Tentu saja pukulan Ong Leng Leng tidak akan berhasil bila dia tilak bersedia mengorbankan sebelah tangannya untuk mengenai arah sasaran dia harus berkorban.

   Dan dia sudah melaksanakan niatan nekad.

   Tan Ciu sudah mengambil putusan cepat, dia menarik pulang cengkraman tangannya tadi.

   Pukulan tangan Ong Leng Leng berhasil sukses pada Tan Ciu dipukul kontan.

   Tubuh pemuda itu terpental terbang.

   Giok Lok Sat membarengi kecepatan orang dan mengirim suatu pukulan, arah tujuannya adalah batok kepala pemuda itu.

   Tan Ciu mengalami bahaya otak pecah.

   Tiba-tiba terdengar suara bentakan Ratu Bunga Giok Hong.

   "Tarik pulang tangan itu!"

   Tangan Giok Lo Sat menempel dikepala Tan Ciu tenaganya telah ditarik pulang, maka tak terluka, hanya terpaut selembar benang, jiwa Tan Ciu hampir melayang. Giok Hong membentak.

   "Siapa yang memberi perintah kepadamu!?"

   Giok Lo Sat menundukan kepalanya.

   Tangannya yang hendak memukul remuk batok kepala Tan Ciu diganti menjadi menyanggah tubuh pemuda itu.

   Setelah menotok jalan darahnya, Giok Lo Sat meletakkan Tan Ciu.

   Tan Ciu tidak berkutik lagi.

   Ratu Bunga Giok Hong memandang pemuda itu, dengan suara mengejek, dia berkata.

   "Tan Ciu, disini tidak ada tempat untuk kau mengagulkan kepandaian, tahu?!"

   Tan Ciu tidak dapat bergerak, mulutnya bebas bicara, dengan menggeretek gigi dia teriak.

   "Berani kau membunuh aku?!"

   Giok Hong menggeleng-gelengkan kepala.

   "Aku tidak mau membunuh"

   Ia berkata.

   "Apa yang kau kehendaki?"

   Giok Hong mengirim satu kerlingan mata yang menarik. Dia berkata.

   "Manusia tolol, pikirlah, bila aku ada maksud untuk membunuh dirimu. mana mungkin kau bertahan sampai hari ini. Aku tidak tega dan sangat membutuhmu."

   "Hendak menggunakan tenagaku?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Menggunakan tenagamu? Tenaga apakah yang kau punyai?"

   Tan Ciu marah besar "Apa yang kau mau?!"

   "Aku akan menyenangkanmu, tahu?"

   "Huh..."

   "Tidak percaya? Aku akan menyenangkan dirimu, akan kuberi kepuasan yang belum pernah kau nikmati."

   Tan Ciu masih belum mengerti maksud juntrungan kata- kata sang Ratu Bunga itu! Dia diam.

   "Tidak mengerti?"

   Giok Hong tertawa genit.

   "Kepuasan diantara lelaki dan wanita."

   Selembar wajah Tan Ciu menjadi merah jengah! Dia sedang berhadapan dengan seorang wanita yang tidak mengenal apa itu artinya malu. Giok Hong berkata lagi.

   "Aku tidak berhasil mendapatkan ayahmu, maka aku ingin meminta gantinya, kau adalah putra Tan Kiam Lam, kukira kau berhak untuk mewakili ayahmu itu bukan?"

   Tan Ciu membentak.

   "Tidak tahu malu!"

   "Ha, ha, .. Aku suka kepada sipatmu, seperti juga dengan ayahmu. kau berkepala batu."

   Dia memandang kearah Giok Lo Sat dan memberi perintah.

   "Bawa kedalam kamarku."

   Tan Cin sangat marah, sayang dia tidak berdaya.

   Giok Lo Sat telah mendapat perintah untuk membawa pemuda itu, si gadis gemuk menjalankan perintah gurunya, menggendong Tan Ciu.

   dibawa kedalam kamar Ratu Bunga Giok Hong.

   Diatas gendongan Giok Lo Sat, Tan Ciu memaki maki.

   "Wanita tidak tahu malu. Ratu cabul. Perempuan jalang! ..."

   Semakin lama semakin jauh dan akhirnya tidak terdengar sama sekali. Giok Lo Sat telah membawa pemuda itu kedalam kamar gurunya . Giok Hong sedang menatap Jelita Merah Ong Leng Leng Sang murid menundukkan kepala, tidak berani menantang guru itu.

   "Leng Leng!"

   Giok Hong memanggil dengan suara adem. Ong Leng Leng memandang sang guru. Giok Hong menegur.

   "Kau kenal dengan Tan Ciu?"

   "Betul."

   Ong Leng Leng berterus terang.

   "Sangat baik."

   "Tan Ciu cukup baik."

   "Mengapa belum pernah bercerita?"

   Tegur lagi guru Jelita Merah. Ong Leng Leng membela diri.

   "Suhu belum pernah bertanya, mengingat banyaknya urusan, mengingat belum ada hubungan erat. teecu belum berani bercerita."

   "Bagaimana hubungan kalian?"

   Bertanya Giok Hong.

   "Cukup baik,"

   Jawab Ong Leng Leng.

   "Sampai dimanakah kebaikan itu?"

   Bertanya lagi sang guru.

   "Dia pernah menolong teecu dan teecu pun pernah menolong jiwanya."

   "Hubungan kelamin yang kumaksudkan."

   Wajah Ong Leng Leng menjadi merah.

   "Belum pernah."

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dia berkata malu.

   "Bagaimana hubungannya dengan gadis2 lain?"

   "Juga belum pernah."

   "Ha, ha, ha..."

   Giok Hong tertawa, dia puas sekali.

   - ooOdwOoo - Bercerita keadaan Tan Ciu.

   Setelah dibaringkan ditempat tidur Giok Hong.

   Tan Ciu diberi obat tidur.

   Dia jatuh pulas.

   Tan Ciu sadar kembali setelah malam harinya.

   Badannya dirasakan sangat panas, ingin mendapat air segar.

   Dia mengulet bangun, yang aneh, dia dapat bergerak perlahan, walau pun sangat lemah, totokan yang mengekang dirinya telah dibebaskan.

   Tan Ciu turun dari pembaringan.

   Tiba-tiba dia mengeluarkan suara jeritan.

   "Aaaaaa !"

   Tubuhnya sudah tidak berpakaian, telanjang bulat, orang telah melakukan sesuatu kepada dirinya.

   Tan Ciu menarik kain seprai dan menyelubungi dirinya.

   Semakin lama, semakin terasa akan adanya hawa napas yang merangsang badan.

   Dia berusaha menekan-nekan kekuatan rangsangan itu, tidak berhasil.

   Semakin terasa akan kebutuhannya seorang pria.

   Ada sesuatu yang mendekati dirinya, itulah si Ratu cabul Giok Hong, juga tanpa selembar benang pun.

   telanjang bulat.

   menghampiri si pemuda yang telah diberi obat perangsang.

   Cahaya didepan Tan Ciu menjadi merah, kuning.

   hijau, Membawakan sikapnya yang menantang, penuh gairah, sang Ratu Cabul memainkan pemuda itu.

   Tan Ciu telah memakan obat perangsang, keadaan ditempat inipun agak seram terlalu romantis, mana mungkin dapat menahan gelora mudanya.

   Dia menabrak dan meremas-remas selurun tubuh Giok Hong.

   Itulah yang dikehendaki oleh sang Ratu Cabul membiarkan dirinya didalam keadaan seperti itu adalah suatu penerimaan yang tiada terlukiskan! Agaknya kejadian itu tak dapat dihindarkan, Tiba-tiba ....

   Pintu kamar Giok Hong diketuk orang.

   Tok, tok tok! Sri Ratu Bunga Giok Hong membentak.

   "Siapa !?"

   "Teecu."

   Itulah suara Giok Lo Sat.

   "Ada apa?"

   Suara Giok Hong sangat tak puas.

   "Ada orang yang hendak bertemu dengan Suhu, segera."

   "Siapa ?"

   "Han-tayhiap."

   "Han Thian Chiu ?"

   "B e t u l."

   "Katakan kepadanya bahwa aku tak sempat."

   "Sudah teecu katakan."

   "Eii, berani dia menantang ?"

   "Han-tayhiap berkata."

   "Suruh tunggu diruang tamu?"

   Disaat yang sama terdengar suara pintu yang didobrak dari luar, tentu saja pintu itu pecah.

   seorang laki-laki yang tampan, dengan wajah yang marah-marah sudah berada diambang pintu, itulah telapak Dingin Han Thian Chiu dengan wajkah aslinya.

   Giok Hong terkejut.

   Han Thian Chiu adalah salah satu gendaknya yang luar biasa.

   Ia masih menghendakinya, sebagai orang baru, belum tentu Tan Ciu dapat memberi kepuasan cukup.

   Dia harus berhati-hati.

   "Kau..."

   Dia lupa berpakaian. Han Thian Chiu berkata.

   "Giok Hong, kau sudah melupakan kawan lama ?"

   "Keluarlah! Belum waktunya kau mendapat giliran."

   "Huh! Kau tidak tahu, pemuda ini bernama Tan Ciu, anak Tan Kiam Lam ?"

   "Kau tahu .. ."

   "Kau !..."

   "Inilah urusanku,"

   Berkata Giok Hong memutuskan kata-kata orang.

   "Kau gila. Masakan anak dan ayah dimakan semua?"

   Berkata Han Thian Chiu penuh cemburu.

   "Karena ada hubungan dengan Tan Kiam Lam. maka aku ingin memakannya."

   "Dia masih terlalu hijau untukmu."

   "Aku membutuhkan anak muda yang masih hijau, masih belum berpengalaman. maka dia masih utuh."

   "Huh, apa yang bisa dimainkan olehnya?"

   "Kau pandai memainkan, tapi aku sudah bosan denganmu."

   "Giok Hong ketahuilah bahwa kau adalah orangku."

   "Aku bukan benda mati. Bukan barang milik seseorang, termasuk kau."

   "Tega kau meninggalkan aku?"

   "Keluarlah sebentar, setelah membereskannya, Aku akan melayanimu. Jangan khawatir. seorang bocah yang tidak berpengalaman sangat mudah dibereskan."

   Tubuh Giok Hong belum berpakaian, tentu sangat memikat, dia sudah tua, tapi banyak makan obat berkhasiat.

   sepintas lalu masih cukup padat, cukup bergairah.

   Darah Han Thian Chiu telah merangsang keotak, dia menerkam sang kekasih.

   Mereka ber-guling2an bergumul menjadi satu.

   Dilain pihak...

   Tan Ciu yang kehilangan sasarannya sudah mulai mengamuk.

   Didalam keadaan tidak sadar, dirinya juga menerkam.

   Giok Hong membiarkan dirinya digumul oleh dua laki- laki, dia tertawa cekikikan.

   "Hayo kalian maju berbareng."

   Dia merangkul kedua- duanya, Dasar wanita cabul.

   Han Thian Chiu tidak dapat menerima keadaan itu, dia mendorong tubuh Tan Ciu maksudnya mengangkangi sang kekasih, seorang diri tentunya.

   Tubuh Tan Ciu terdorong pergi.

   Tapi dia menubruk Kembali.

   Mulutnya berteriak.

   "Hayo. kemana kau lari!?". Dia sudah lupa daratan. Tangan Han Thian Chiu melayang. maksudnya ingin menamatkan jiwa pemuda itu. Ratu Bunga Giok Hong membentak.

   "Jangan!"

   Untuk membatalkan maksud tujuan Han Thian Chiu yang ingin membunuh Tan Ciu. tangan Giok Hong bergerak, dia menyengkeram tangan Han Thian Chiu.

   "Berani kau membangkang perintah?"

   Han Thian Chiu mengajukan protes.

   "Kau harus memberi service kepadaku."

   "Dia telah aku beri obat perangsang."

   Berkata Giok Hong.

   "Tidak mungkin "

   "Biar kutotok dahulu jalan darahnya."

   Berkata Han Thian Chiu.

   "Baiklah. Tapi, aku melarang kau melukai dirinya."

   Berkata Giok Hong.

   "Tentu."

   Dengan mudah Han Thian Chiu menotok jalan darah Tan Ciu.

   Mengajak Giok Hong, mereka pindah kekamar sebelah, Kamar itu telah dirusak olehnya, pintu tidak teraling lagi.

   Dilain kamar.

   Han Thian Chiu dan Giok Hong sedang melakukan sesuatu yang tidak patut diceritakan.

   Mereka adalah dua sekawan manusia2 durjana yang sering melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk.

   Hasil yang menyolok dari klik Han Thian Chiu dan Giok Hong adalah penganiyaan mereka kepada Tan Kiam Lam.

   Tan Kiam Lam telah menjadi korban paras cantik dan Giok Hong masih belum puas, Dia ingin memakan putra orang yang pernah dimainkan olehnya itu.

   Dilain kamar, Tan Ciu terbaring dengan keadaan manusia purbakala, tanpa pakaian.

   Giok Hong terpaksa harus meninggalkan si daging muda, mengingat belum waktunya untuk bentrok dengan Han Thian Chiu.

   Tenaga Han Thian Chiu sangat dibutuhkan olehnya.

   Han Thian Chiu adalah seorang ahli dibidang begituan, Giok Hong dibuat me-rintih2.

   "Bagaimanakah?"

   Bertanya Han Thian Chiu.

   "Lekas ... Cepat ..."

   Berteriak Giok Hong merintih.

   "Masih menginginkan Tan Ciu?"

   Bertanya Han Thian Chiu.

   "Unggggg ..."

   "Jawab pertanyaanku, masih menginginkan Tan Ciu ?"

   "Tentu."

   "Kau gila."

   "Aku hendak mempermainkan dirinya."

   "Setelah itu?"

   "Mengapa bertanya tentang ini? Lekaslah."

   Giok Hong tidak sabar.

   "Aku harus tahu. Apa maksud tujuanmu mendatangkan anak Tan Kiam Lam ?"

   "Aku hendak mempermainkannya sehingga mati copot sukma."

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Berapa kalikah dia dapat bertahan?"

   "Tergantung dari kekuatan dirinya, mungkin dua tiga hari. Mungkin juga dua tiga bulan."

   "Wah, aku keberatan."

   "Maksudmu?"

   "Kau boleh makan keperjakaannya, setelah itu harus dibunuh mati."

   "Membunuh Tan Ciu ?"

   "T e n t u."

   "N g g g g..."

   "S e t u j u ?"

   "Baiklah. Tapi cepat dong !"

   Han Thian Chiu memegang peran penting.

   Keistimewaan Han Thian Chiu dibidang inilah yang dapat mengikat tali hubungannya dengan sang ratu cabul.

   Biar bagaimana.

   Ratu Bunga Giok Hong tak melupakannya.

   Mereka telah meninggalkan Tan Ciu tentu saja mereka tak perlu khawatir.

   didalam tempat itu kekuasaan berada ditangan Giok Hong.

   Dilain pihak, semua murid-murid dan anggota Ratu Bunga mempunyai ilmu kepandaian tinggi.

   tidak mungkin musuh dapat menyelundup masuk, Musuh luar tidak mudah untuk masuk ke dalam sarang mereka, tapi dari dalam tidak mudah diduga.

   Sesosok bayangan menyelinap masuk.

   dia berbaju merah dengan menanggung resiko besar, dia memasuki kamar Giok Hong, menarik tubuh Tan Ciu dan dibawa lari, meninggalkan tempat berbahaya.

   Siapakah orang yang berani menentang Ratu Bunga Giok Hong? Tidak lain, tidak bukan, dia adalah murid ratu Giok Hong yang baru, dia adalah Jelita Merah Ong Leng Leng.

   Dengan alasan apa Ong Leng Leng menolong Tan Ciu? Benih cinta Ong Leng Leng kepada Tan Ciu belum dapat dipadamkan, dimulut si gadis galak, itu harus mengingat dia telah berguru kepada Giok Hong, agar sang guru tidak menaruh curiga dia menawan si pemuda.

   Tan Ciu adalah pemuda kedua.

   setelah Chia-it Tong.

   Dan kesempatan baik tidak disia-siakan olehnya.

   Menggunakan datangnya Han Thian Chiu, menggunakan waktu dari kedua makhluk yang sudah lupa daratan itu, dia menolong dan melarikan Tan Ciu.

   Didalam keadaan malam gelap Ong Leng Leng meninggalkan gunung Pek-hoa san.

   Ong Leng-Leng berlari beberapa saat, dia memasaki sebuah guha, maksudnya hendak istirahat, melepas lelahnya.

   Keadaan Tan Ciu sangat menakutkan.

   diam tidak bergerak, matanya melotot, karena mendapat kekangan tekanan peredaran jalan darah.

   pemuda itu tidak dapat bergerak Ong Leng leng menotok hidup jalan darah Tan Ciu yang terkekang.

   Tan Ciu siuman kembali.

   Hatinya yang gersang belum mendapat pelampiasan yang selayaknya.

   dia telah diberi makan obat perangsang dan akibat dari obat perangsang adalah gejolak darah yang memuncak, darah-darah ini mendapat wadah yang layak.

   Ong Leng Leng tidak sadar kepada bahaya yang mengancam dirinya, dia memanggil.

   "Tan Ciu."

   Tan Ciu menerkam gadis iiu, secara kasar tangannya menjambret baju orang. merobeknya segera. Dia hendak melakukan seperti apa yang binatang sering lakukan. Ong Leng Leng berteriak.

   "Jangan ...!"

   Tan Ciu tidak memperdulikan protes orang, tangannya semakin kurang ajar.

   "Hayo lekas . .!"

   Dia menghardik Setelah dipaksa, dan setelah rela.

   Ong Leng Leng! Terjadi Kejadian yang sama dengan apa yang Han Thian Chiu lakukan kepada Giok Hong.

   Letupan gunung berapi itu sangat cepat sekali, dikala keadaan sudah menjadi adem kembali, segala sesuatu telah terjadi.

   Tan Ciu terlentang didalam guha itu.

   Ong Leng Leng sedang mengenangkan kepada nasibnya.

   Dikala Tan Ciu membuka kedua matanya, dia mendapatkan dirinya berada didalam suatu guha, disebelah terbaring seorang gadis itulah si Jelita Merah Ong Leng Leng, Pakaian Ong Leng Leng telah koyak dan memandang dirinya.

   Tan Ciu mendapatkan pakaian alam.

   Wajahnya menjadi merah jengah.

   "Heee, apakah yang telah terjadi?"

   Tan Ciu segera sadar akan kejadian itu. bila kedua makhluk berlainan jenis berada di dalam keadaan seperti itu, apakah yang akan dilakukan oleh mereka? Jawaban ini tidak sulit untuk dijelaskan. Tan Ciu berteriak.

   "Aaaaa ...!"

   Ong Leng Leng menangis sesenggukkan.

   "Hei,"

   Berkata Tan Ciu lagi.

   "Ong Leng Leng, apakah yang telah terjadi?"

   "Bertanyalah kepada dirimu sendiri."

   Berkata Ong Leng Leng tidak berani memandang pemuda itu.

   "Mungkinkah... mungkinkah telah melakukan sesuatu kepadamu?"

   Bertanya Tan Ciu.

   Tangis isak Ong Leng Leng semakin keras.

   Tan Ciu mengetahui jawaban itu, bahwa dugaannya tidak salah.

   Dia telah memperkosa kesucian Ong Leng Leng.

   Tapi...

   mengapa dia dapat melakukan perbuatan itu.

   Tan Ciu mengenang serentetan kejadian-kejadian yang menimpa dirinya.

   Dia telah dibawa oleh si gadis gemuk Giok Lo Sat, dibawa kedalam gunung Pek-hoa San, dibawah ancaman Ratu Bunga Giok Hong! Ong Leng Leng telah menotok dirinya, kemudian dibawa kedalam kamar Ratu Cabul itu.

   Setelah itu dia telah melupakan dirinya, Tentu telah dikibuli oleh si Ratu bunga.

   Sangatlah mustahil sekali bila Ong Leng Leng yang kena getahnya.

   "Dimanakah kita berada?"

   Bertanya Tan Ciu. Ong Leng Leng menceritakan, bagaimana dengan menempuh bahaya, dia menolong pemuda itu. dengan kesudahan dirinyalah yang menjadi korban obat perangsang, akhirnya si Jelita Merah menangis lagi. Tan Ciu memberi hiburan.

   "Ong Leng Ling, jangan kau bersedih."

   "Bagaimana tidak bersedih, bagaimana aku harus menempatkan diri lagi?"

   "Aku .... Aku "

   "Pakailah pakaian."

   Berkata Ong Leng Leng. Tan Ciu mengenakan apa yang ada. Tentu saja tidak karuan macam, tapi hal itu dapat menutupi sebagian tubuhnya.

   "Aku harus menuntut balas."

   Berkata si pemuda "Aku harus membunuhnya."

   Dia hendak meninggalkan guha itu. Ong Leng Leng berteriak.

   "Hei, kembalilah dahulu. Kau masih bukan tandingannya."

   Tan Ciu memandang gadis itu. Ong Leng Leng berkata.

   "Kita barus mencari jalan yang tarbaik untuk menghadapi mereka."

   "Maksudmu ?"

   "Keadaan kita masih berada didalam bahaya, anak murid Ratu Bunga terlalu banyak, Lengah sedikit berarti kematian. Biar bagaimana, Kita harus berhadapan dengan mereka. tokh dengan suatu cara yang terbaik. agar kita tidak jatuh kembali lagi."

   "Kau.,. Kau adalah golongan mereka."

   "Jangan salah mengerti."

   Berkata Ong Leng Leng.

   "Boleh kau bayangkan, jika aku sedang menderita dia menemukanku dan berkata hendak menjadikan aku muridnya, mungkinkah aku menolak?"

   "Mengapa kau menotok jalan darahku?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Dikala kau menjadi orang tawanan mereka aku sangat terkejut. bingung sekali, bagaimana harus menolong dirimu dari kekangan2 anak buah Ratu Bunga. Aku tidak berdaya, kekuasaan mereka cukup besar. kekuatan mereka tidak boleh dipandang ringan. Membiarkan Giok Hong atau Giok Lo Sat yang bergebrak denganmu, mana mungkin mempertahankan jiwamu. Maka aku meminta tugas agar dapat menolong. karena itulah, jiwamu dapat diperpanjang, maksudku baik, sayang kejadian berikutnya membuat aku semakin bingung, bersyukurlah, akhirnya aku berhasil menolong kau dari tangan mereka."

   "Katakan kepadaku. dimana mereka berada?"

   "Mau apa?"

   "Aku harus menuntut balas."

   "Belum waktunya kau menuntut balas, ilmu kepandaian Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat luar biasa, bertekun lagilah untuk beberapa waktu. Berpikirlah, mengapa aku menolongmu? Maksudku agar kau bebas dari bahaya, bukan hendak menjerumuskan diri kedalam dirinya." .

   "Maksudmu?"

   "Aku harus segera kembali."

   "Kembali ?"

   "Ng . .. !"

   Ong Leng Leng, aku dapat menerima bujukanmu. Kau telah berkorban, karena pengorbanan itu, aku harus mengawinimu."

   Ong Leng Leng menundukkan kepalanya.

   "Aku tahu."

   Dia berkata.

   "Orang yang kau cintai bukanlah aku. Jangan kau paksakan. Aku tidak akan meminta ganti rugi. Cinta harus mendapat latihan dari kedua belah pihak. bukan sebelah orang."

   "Cinta itu dapat kita bina dikemudian hari,"

   Berkata Tan Ciu. Mereka dikejutkan oleh satu suara bentakan diluar guha.

   "Dua manusia bedebah. apa yang kalian lakukan ditempat ini?"

   Disana muncul seorang gadis baju merah, inilah Lie Bwee, gadis yang pernah menipu Ong Jie Hauw, orang yang pernah diperkosa oleh pendekar di dungu itu.

   Wajah Ong Leng-Leng menjadi pucat, ternyata, jejaknya telah diketahui orang.

   Memandang dua orang yang berada didalam guha, Lie Bwee membentak.

   "He, kemana kalian hendak melarikan diri?"

   Ong Leng Leng melirik kearah Tan Ciu.

   "Bunuh dia!"

   Untuk melenyapkan jejak mereka. Ong Leng Leng wajib membekap mulut Lie Bwee. Takut Tan Ciu bergerak lambat, Ong Leng Leng telah mengirim dua pukulan. Lie Bwee menyingkir kekanan, menghindari dua pukulan itu.

   "Mau apa?"

   Dia mengajukan pertanyaan. Ong Leng Leng membentak.

   "Aku hendak membunuhmu."

   "Karena telah memergoki kalian?"

   "Karena kau dapat memberi tahu kepada Ratu Bunga, bahwa aku yang menolong Tan Ciu."

   "Ha. ha, . ."

   Lie Bwee tertawa.

   "Kau kira suhu tidak tahu, bahwa kau yang melarikan barang santapannya? Dia telah memberi perintah kepada semua orang untuk membikin pengejaran."

   "Aaaaa..."

   Putuslah harapan Ong Leng Leng untuk kembali Keatas gunung.

   "Hayo, ikutlah pulang."

   Berkata Lie Bwee.

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pulang keatas gunung berarti kematian, Ong Leng Leng masih sayang kepada jiwanya.

   Bukan saja tidak mau menerima saran yang diberikan kepadanya, tubuhnya melayang lagi2 mengamcam keselamatan Lie Bwee.

   Lie Bwee menutup dengan satu pukulan! Dia membentak.

   "Sudah bosan hidup ?"

   Dan mereka bertempur.

   Dikala ada janji duel kematian dengan ibu Tan Ciu, si Ratu Bunga Giok Hong mengutus Lie Bwee mewakili dirinya, suatu bukti bahwa ilmu kepandaian gadis ini cukup untuk diandalkan.

   Didalam sekejap mata, Ong Leng Leng sudah berada dalam keadaan terdesak.

   Tan Ciu paham, betapa pentingnya langkah yang akan diambil, membiarkan Lie Bwee hidup berarti kegagalan.

   Membunuh Lie Bwee berarti memutuskan harapan Ong jie Hauw mungkin si dungu marah besar dan memutus hubungan diplomatiknya, langkah yang cepat adalah menangkap gadis itu.

   Tubuh si pemuda bergerak.

   membantu Ong Leng Leng.

   Lie Bwee pernah merasakan tangan lihai pemuda kita, dikeroyok dua orang mana mungkin dia dapat bergerak bebas? menyingkir dia dapat bergerak bebas? Menyingkir dari serangan-serangan kedua orang itu dia mengambil langkah seribu melarikan diri.

   Ong Lang Leng berteriak.

   "Jangan biarkan dia lari?"

   Tan Ciu dan Ong Leng Leng mengejar Lie Bwee.

   Lie Bwee melarikan diri kearah puncak gunung Pek hoa- san, Dan disaat yang sama, Tan Ciu telah mengejar didepan orang, dengan membuat suatu lingkaran dan berhasil menempatkan dirinya didepan gadis itu.

   Keadaan Lie Bwee sangat terkejut dibelakang ada Ong Leng Leng, didepan Tan Ciu sudah menantikannya.

   Kemana dia melarikan diri tidak mungkin memecahkan kurungan ke dua orang itu.

   Tan Ciu dan Ong Leng Leng sudah berada didepan dan belakang dari gadis itu.

   Tiba-tiba Lie Bwee membalikan badan, dia menerjang Ong Leng Leng.

   Masing-masing mengirim satu pukulan.

   Tidak berhasil.

   Mengadu telapak tangan lagi, perkelahian terjadi.

   Tidak mudah melepaskan diri dari tangan Ong Leng Leng.

   Lie Bwee menggumul lawannya yang agak lemah.

   Tan Ciu siap-siap untuk membantu.

   Disaat itu terdengar suara bentakan keras.

   "Hentikan pertempuran itu."

   Disana ini telah bertambah tiga orang ditengah-tengah adalah Sri Ratu Bunga Giok Hong, dikanan dan kirinya diapit oleh Han Thian Chiu dan Giok Lo Sat yang memberi perintah untuk menghentikan pertempuran adalah ratu cabul itu.

   Tan Ciu sangat terkejut, dengan sinar mata liar dia menatap Sri Ratu Bunga Giok Hong.

   Ong Leng leng menjadi pucat, dia tidak berani menantang sinar mata guru itu.

   Giok Hong memperhatikan kedua orang buronannya seolah-olah hendak mengetahui sesuatu dari wajah kedua orang itu.

   Han Thian Chiu memancarkan cahaya terang, seolah- olah berkata, 'nah, bagaimana dengan kedua orang ini?' Pengalaman kesorgaan Han Thian Chiu sangat luas.

   didalam waktu yang cepat, dia sudah dapat mengetahui, apa yang telah terjadi atas diri kedua muda mudi dihadapan mereka.

   "Giok Hong."

   Menoleh kearah sang kekasih, Han Thian Chiu memanggilnya.

   "Sangat disayangkan, anak ayammu ini telah dimakan murid sendiri."

   Wajah Tan Ciu yang penuh birahi telah lenyap itu menandakan bahwa obat perangsang yang dijejal kedalam perut si pemuda telah mendapat Wadah penyaluran.

   Ratu Bunga Giok Hong marah besar, sepasang sinar matanya dipancangkan kearah Ong Leng Leng rasa kemarahan yang dicampur dengan penyesalan semakin panas hatinya dibakar oleh Han Thian Chiu dengan beberapa ucapan Han thian Chiu.

   Dengan menggeretek gigi dia bergeram.

   "Ong Leng Leng. aku terlalu meremehkan diri dan kekuatanmu."

   Ong Leng Leng harus menghadapi kenyataan. dia berkata.

   "Aku hendak menolong dirinya."

   Giok Hong berkata.

   "Anggap saja mataku yang picak sebelah, mau mengangkat dirimu menjadi murid, walau pun demikian, atas keberanian dirimu, aku tetap mengangkat tangan, mengirim satu pujian."

   "Demi kebahagiannya, aku bersedia menerima kematian."

   Berkata Ong Leng Leng. Han Thian Chiu tertawa.

   "Tentu saja,"

   Dia memberikan tangannya.

   "Setelah memakan anak ayam gurumu. kau dapat mati meram. Kau sudah puas, bukan? Kasihan gurumu yang masih kelaparan."

   Giok Hong menoleh dan mendelikan matanya, sikapnya Han Thian Chiu dapat menurunkan martabat dirinya. Tan Ciu telah berdiri didepan Ong Leng Leng, menghadapi ketiga musuh itu, ia membentak.

   "Giok Hong, kau adalah manusia binatang wanita jalang ...!"

   Sri Ratu Bunga membentak.

   "Tutup mulut!"

   "Ha. ha, .."

   Tan Ciu menantang.

   "Berani kau bergebrak denganku?!"

   "Huh. kau kira, kau berkepandaian tinggi? Ketahuilah bahwa nasibmu masih bagus, bila tidak memandang hubungan dengan ayahmu, sudah lama kau mati gepeng, tahu?"

   "Tak tahu malu, berani kau menyebut nama ayah?"

   "Dasar pemuda yang tidak tahu diuntung."

   "Ingin sekali dapat membeset-beset kulitmu."

   Berkata Tan Ciu gemas. Han Thian Chin, dan berkatalah jago petualangan ini! .

   "Ha, ha ....bagian menanya yang ingin dibeset-beset olehmu."

   Tan Ciu mengalihkan pandangan mata, adanya laki-laki itu sangat menyebalkan, dia tidak kenal kepada wajah asli Han Thian Chiu maka membentak.

   "Siapa kau ?"

   "Ha. ha, ha ..."

   Han Thian Chiu tertawa.

   "Sudah lupa kepadaku? kawan lama bukan?"

   "Kawan anjing!"

   Tan Ciu membentak.

   "Ingat lagi baik-baik, bukan satu dua kali kita berhubungan, masakkan sudah lupa? Begitu lemahnja daya ingatmu."

   "Aku tak kenal. Juga tak akan berkenalan."

   "Tak akan berkenalan dengan Han Thian Chiu?"

   "Kau Han Thian Chiu."

   "Betul. Hari ini kau dapat kesempatan untuk berkenalan dengan wajah asliku."

   Tan Ciu tertegun, memandang Han Thian Chiu dan Giok Hong, dia bingung, tidak mengerti, bagaimana hubungan dari kedua orang ini. Maka membentak.

   "Bagaimana kalian dapat bersekongkol menjadi satu ?"

   "Bersekongkol?"

   Han Thian Chin tertawa.

   "Janganlah menggunakan kata-kata yang tidak enak didengar, kami adalah dua serangkai yang tidak bisa dipisahkan."

   Tan Ciu mengeretek gigi. dia berkata.

   "Kau juga termasuk salah seorang yang hendak kucari."

   "Maksudmu ?"

   "Membikin perhitungan lama."

   "Bagus. Kau telah masuk kedalam jaringan kami, masih berani omong besar."

   Dilain bagian, Ratu Bunga Giok Hong memberi perintah.

   "Giok Lo Sat tangkap si murid murtad."

   Mengingat kedudukan dirinya sebagai seorang pimpinan tertinggi sebagai guru, dia tidak mau turun tangan untuk menangkap Ong Leng leng, maka memberi perintah kepada Giok Lo Sat.

   Giok Lo Sat menerima perintah, tubuhnya bergerak dan sudah mendekati Ong Leng Leng.

   Tan Ciu berada didepan gadis itu, ia bergeram.

   "Berani kau menggerakkan tangan?"

   Han Thian Chiu membayangi si pemuda. dia menantangnya.

   "Tan Ciu, akulah lawanmu."

   Dan tidak menunggu reaksi atau persetujuan lawan itu, dia sudah mencengkram leher bajunya.

   Membiarkan Giok Lo Sat menghadapi Ong Leng Leng.

   Tan cit tidak diberi kesempatan menolong gadis itu.

   Han Thian Chiu bukanlah lawan yang mudah dihalau.

   Dia mengirim tiga pukulan beruntun.

   Han Thian Chiu juga menyanggah ketiga pukulan itu masih mengalami getaran.

   Atas Kemajuan yang dicapai oleh si pemuda.

   Han Thian Chiu sangat terkejut.

   Menatap pemuda tersebut, dia mengkerutkan keningnya.

   "Kemajuanmu berada diluar dugaanku."

   Secara terus terang, dia berkata. Sebelum Han Thian Chiu menggerakkan serangan- serangan berikutnya, Giok Hong sudah mengeluarkan suara berkata.

   "Han Thian Chiu, kau mundur!"

   Han Thian Chiu menoleh.

   "Mengapa?"

   Dia tidak mengerti.

   "Serahkan dia padaku."

   Berkata Sri Ratu Bunga Giok Hong. Han Thian Chiu mengeluarkan suara dingin.

   "Hei... takut kehilangan sang anak ayam? Khawatir dia mati dibawah tanganku? Jangan takut, aku tahu, kau masih memerlukan dirinya. tidak nanti kumatikan dia."

   "Jangan banyak bawel. Lekas mundur."

   Giok Hong membentak.

   "Baiklah."

   Han Thian CHiu mengundurkan diri. Ratu Bunga Giok Hong sudah berada didepan Tan Ciu.

   "Tan Ciu,"

   Ia berkata.

   "Berani kau menantang kemauanku? Belum kenal dengan tangan Ratu Bunga. Kau gagal melarikan diri. untuk hukumanmu, aku tidak akan menyayangkan jiwamu. Setelah puas mempermainkan kebutuhanku, aku akan membunuhmu tahu?"

   "Boleh dibuktikan."

   Berkata Tan Ciu menantang. OooodwoooO

   Jilid 21

   "SEGERA kubuktikan!"

   Berkata Giok Hong yang menyertai kata-kata ini dengan satu samberan tangan.

   Kecepatannya tidak terkira, semua kejadian tadi berlangsung pada detik-detik yang bersambungan.

   Tan Ciu mendahului gerakan lawan, tangan berjulur keluar, mengirim pukulan.

   Kecepatannya tidak kalah dari kilat berkelebat.

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dan tokh masih kalah seketek dibelakang cengkraman Giok Hong.

   Tangan wanita tersebut sudah berada beberapa senti didekat bayangannya.

   Tan Ciu dipaksa melejit kebelakang.

   Hanya satu gebrakan.

   Tan Ciu dipaksa meninggalkan pos penjagaan! Ilmu kepandaian Ratu Bunga Giok Hong memang luar biasa, kini dia masih menyerang terus.

   Tan Ciu mempertahankan diri, main mundur agar tidak jatuh ke dalam tangan wanita itu.

   Baju Giok Hong bergibir-gibir, menutup semua jalan mundur orang, lima kali dia menggoyangkan tangan dan mulutnya membentak.

   "Jangan lari!!"

   Tubuh Giok Hong berubah menjadi bayangan, dua dikanan dan dua dikiri, masih ada satu lagi, menyerang ditengah-tengah.

   Lima bayangan terpeta jelas seolah-olah ada lima Ratu Bunga yang menyerang pemuda kita.

   Tan Ciu tidak menemukan jalan untuk meloloskan dirinya dari serangan-serangan itu.

   Ilmu Yu-leng poh yang ampuh tidak dapat digunakan lagi.

   Dia memasang tangan.

   Beerrr.....

   Tubuh si pemuda terlempar jauh, dia tidak sanggup mempertahankan pukulan sang ratu yang berkepandaian silat sangat tinggi.

   Lie Bwee telah menyanggah tubuh itu, memandang sang guru, dia meminta pendapat.

   "Suhu, biar kubunuh pemuda ini!"

   "Jangan,"

   Berkata Giok Hong "Jaga baik-baik?!"

   Dilain pihak, pertempuran Giok Lo-sat dan Ong Leng Leng masih belum ada putusan.

   Ilmu kepandaian Giok Lo sat berada diatas lawannya, apa mau Ong Leng Leng mengadu jiwa, pertempuran yang seperti itu tidak dapat segera diselesaikan cepat.

   Ratu Bunga Giok Hong membentak.

   "Hentikan pertempuran!"

   Giok Lo sat mengundurkan diri. Memandang Ong Leng Leng, Giok Hong membentak.

   "Masih belum mau menyerahkan diri?"

   Ong Leng Leng tidak menyahut tawaran damai itu. Giok Hong berkata.

   "Kuanjurkan, agar kau bunuh diri saja?!"

   "Tidak mungkin!"

   Inilah jawaban Ong Leng Leng.

   "Bagus, Kau cukup berani!"

   Tangan sang ratu melayang, menghantam murid itu.

   Perbedaan ilmu silat kedua orang disana sangat menyolok mata, kemampuan Ong Leng Leng lari, tidak mungkin dapat mengelakkan pukulan itu.

   Heekkkk....

   Dada Jelita Merah Ong Leng Leng telah di palu, gadis itu muntah darah seger.

   Jatuh ditanah dengan mata dipejamkan.

   Ratu Bunga Giok Hong memberi perintah.

   "Giok Lo sat, bunuh dia!"

   Giok Lo sat menerima perintah dengan senang hati, maksudnya hendak menamatkan riwayat hidup Ong Leng Leng. Han Thian Chiu maju kedepan, dia membentak.

   "Tunggu dulu!"

   Giok Hong mendelikkan matanya.

   "Apa yang kau mau?"

   Dia membentak sang kekasih.

   "Giok Hong!"

   Berkata Han Thian Chiu.

   "Berikanlah gadis itu kepadaku."

   "Maksudmu?"

   "Kawan lakinya telah kau ambil. Sudah selayaknya bila menyerahkan dia kepadaku?!"

   Berkata Han Thian Chiu.

   "Mana boleh?"

   "Mengapa tidak boleh?"

   "Aku tidak setuju!"

   "Jangan besar cemburu, aku masih kuat untuk melayanimu. Tidak akan mengganggu bea siswa timbal balik diantara kita berdua."

   "Cis... Tidak tahu malu..."

   "Ha..Ha.. Ha.. kita tidak perlu menggunakan istilah kata- kata malu, kita adalah generasi bebas bukan?"

   "Aku tidak setuju, memelihara seekor anak macan."

   Berkata Giok Hong.

   "Ong Leng Leng bukan seekor anak macan, dia adalah umpan yang terbaik untuk mensukseskan usahamu."

   "Mensukseskan usaha?"

   Giok Hong mengerutkan alis.

   "Aku tidak mengerti."

   "Bayangkanlah, aku hendak mencicip ki jiaw baru Tan Ciu bukan? Tan Ciu adalah anak kepala batu, tidak mungkin dia mau melakukan kehendakmu. Dan Ong Leng Leng adalah kekasihnya, bila kita menggunakan keselamatan Ong Leng Leng memaksa dia melakukan perbuatan itu, kukira lebih menarik dari menggunakan obat perangsang."

   Wajah Giok Hong bercahaya terang.

   "Setuju?"

   Berkata Han Thian Chiu.

   Ratu Bunga Giok Hong menganggukan kepalanya.

   Membawa Tan Ciu dan Ong Leng Leng, rombongan sri Ratu Bunga kembali kegunung Pek Hoa-san.

   Ong Leng Leng mengalami kegagalan, bukan saja tidak berhasil menolong Tan Ciu dari sarang kecabulan, kini dirinya turut terancam.

   Tan Ciu dan Ong Leng Leng dibawa ke kamar sang ratu, mereka diikat pada kedua belah pilar yang besar.

   Kepala Tan Ciu disiram dengan air dingin, dengan berat, pemuda itu membuka kedua matanya, dikala mengetahui keadaan dirinya yang terikat, dia berteriak.

   "Aaahhh !"

   Giok Hong tertawa.

   "Jangan terkejut."

   Dia berkata."Kau telah kembali ke dalam kamarku."

   Tan Ciu mengeretek gigi, Dia benci kepada wanita ini, wanita yang dikatakan telah membunuh ayahnya, memusuhi ibunya, kini hendak mempermainkan dirinya. Giok Hong berkata.

   "Tan Ciu, kau telah berada didalam genggaman tanganku. Seharusnya tahu diri. Bersediakah menerima kesenangan yang akan kuberikan?"

   "Kentut!"

   Tan Ciu membentak keras.

   "Jangan tidak tahu diri. tidak sembarang orang yang dapat menerima tawaranku tahu?!"

   "Manusia cabul. Orang yang sudah bejat moralnya."

   Tan Ciu memaki.

   "Kau masih terlalu muda, belum pernah mencicipi kesenangan dunia seharusnya..."

   Muka Giok Hong maju dikedepankan.

   "Phui.."

   Tiba-tiba Tan ciu meludah, tepat mengenai pipi licin wanita itu.

   Giok Hong sudah cukup umur, dia pandai merawat diri.

   Karena itu, berkat obat-obatan dan ramuan-ramuan mujijad, dia masih memiliki pipi cukup licin.

   Darah Giok Hong menyerang otak, tangannya terayun, dan ...

   pang menampar pipi pemuda itu.

   Tan ciu meringis sakit.

   Giok Hong menyesal telah menangani pemuda cakap itu.

   sudah menjadi ciri-ciri khas bagi umat manusia, semakin sulit barang itu didapat, semakin giat pula tekadnya untuk mendapat benda itu.

   Semakin jauh orang yang dikehendaki semakin senang pula kepada orang tersebut.

   Giok Hong juga memiliki ciri-ciri ini.

   Dia hendak mendapatkan kelaki-lakian Tan Ciu dan pemuda itu menolak tawarannya.

   Sebagai Ratu Bunga yang diagung- agungkan oleh murid-muridnya rasa keagungannya tentu terganggu.

   Dia kukuh, hendak mendapatkan kerja sama dengan si pemuda..

   Giok Hong mengelus-elus pipi Tan Ciu yang kena tamparannya.

   "Saudara Tan, Maafkan aku!"

   Dia berkata perlahan, dengan suara yang sehalus mungkin.

   "Aku tidak membutuhkan kasih sayangmu."

   Tan Ciu mengegos, Dia menolak cumbuannya.

   "Jangan berkepala bagitu, tengoklah kearah kekasihmu."

   Giok Hong menunjuk tubuh Ong Leng Leng yang terikat. Kepala Tan Ciu dirasakan berputar "Leng Leng..."

   Dia memanggil perlahan.

   "Jangan pikirkan keadaanku."

   Berkata si gadis.

   "Berhati- hati kepada tipu muslihat musuh."

   Giok Hong berkata.

   "Tan Ciu, tidak kau lupakan kekasih itu bukan? Dia tidak akan menderita, bila kau bersedia menjadi kekasih seorang Ratu Bunga."

   "Tidak tahu malu !"

   "Sorga kesenangan sudah berada didepan matamu jangan menolak manis."

   "Aku menolak."

   "Sudahkah kau pikirkan kejadian apa yang akan menimpa badan kekasihmu?"

   "Apa yang hendak kalian lakukan atas dirinya?"

   "Banyak macam siksaan yang telah tersedia. Tapi, bila kau bersedia diajak ikut senang, siksaan atas dirinya boleh kita hapuskan."

   "Manusia kejam!"

   "Sebagai seorang kekasihnya, kau tidak tega bukan? Kau tidak akan membiarkan dia tersiksa bukan? Dan untuk menolong Ong Leng Leng dari aneka macam siksaan. tidak terlalu sulit bagimu. terimalah tawaranku!"

   "Kau mengimpi."

   "Berpikirlah sekali lagi."

   "Tidak perlu."

   "Baik,"

   Dan Giok Hong memandang kearah Giok Lo Sat, seraya memberi perintah kepada murid itu.

   "Giok Lo Sat, perlihatkan keakhlianmu!"

   Giok Lo Sat mengeluarkan sebilah pisau belati, menghampiri Ong Leng Leng. Wajah Tan Ciu berubah. Tanpa menghiraukan perubahan itu, Giok Lo Sat menggerak-gerakan pisau pisau kecilnya dan sreet dia merobek baju Ong Leng Leng. Ong Leng Leng membentak.

   "Bunuhlah aku!"

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Giok Lo Sat tertawa.

   "Tidak begitu mudah nona manis."

   Dia semakin mengancam. Giok Hong berkata.

   "Kita akan menyiksa dia sampai mati."

   Tan Ciu berteriak.

   "Jangan kalian menyiksa dirinya."

   "Tentu saja tidak."

   Berkata Ratu Bunga Giok Hong.

   "Bila kau bersedia melulusi permintaanku."

   "Jangan harap."

   "Tidak begitu kuharapkan. Tapi jangan lupa. kita dapat memberi beberapa macam hadiah kepada kekasihmu itu."

   Berkata Giok Hong. Dan Ratu Bunga itu memberi perintah.

   "Giok Lo Sat, boleh mulai."

   "Baik."

   "Sreett..."

   Pisau bergores panjang dipundak si Jelita Merah, darah mengalir beranak sungai.

   Tan Ciu menjerit marah.

   Ong Leng Leng menggigit bibirnya, dan bibir itu pun berdarah, dia harus menahan rasa sakitnya.

   tidak mengeluarkan suara rintihan atau jeritan, agar Tan Ciu tidak terganggu.

   agar Tan Ciu tidak memikirkan keselamatannya.

   Mungkinkah Tan Ciu tak terganggu? Didepan mata sipemuda, orang menyiksa Ong Leng Leng, betul gadis itu tidak menunjukkan rasa sakitnya tapi dari darah yang mengalir dan membasahi tubuh Ong Leng Leng, dia cukup paham, betapa menderitanya gadis tersebut.

   Dada Tan Ciu dirasakan mau meledak.

   Bagaimana seorang jelmaan iblis, Giok Lo Sat menarik baju korbannya, sreet, Ong Leng Leng telah ditelanjangi.

   Tidak berhenti sampai disitu.

   Giok Lo Sat menggerakkan tangan kanannya yang memegang pisau ssreeett perlahan-lahan, dia membuat satu goresan panjang.

   kali ini dibagian perut Ong Leng Leng.

   "Ah."

   Ong Leng Leng tidak tahan siksaan.

   Dia berusaha menahan rasa sakit, tidak berhasil, air matanya mengalir keluar.

   Ratu Bunga Giok Hong menyaksikan adegan adegan itu dengan sinis.

   sebentar-sebentar memperhatikan perubahan wajah Tan Ciu.

   Menunggu beberapa saat.

   Giok Lo Sat menggerakkan tangan lagi, kini, yang diarah adalah paha putih Si Jelita Merah.

   Akhirnya Tan Ciu berteriak.

   "Hentikan gerakan terkutuk itu."

   Ratu Bunga Giok Hong menganggukkan kepala, dia memberi perintah.

   "Giok Lo Sat. tangguhkan penyiksaan."

   Seraya dihadapi lagi pemuda kita dan berkata kepadanya.

   "Tan Ciu, bersedia denganku?"

   Ong Leng Leng berteriak.

   "Tan Ciu, jangan kabulkan permintaanya."

   Tan Ciu menyedot napasnya dalam-dalam.

   "Tidak dapat kubiarkan kau tersiksa."

   Demikian dia berkata.

   Tentu saja, mana mungkin Tan Ciu membiarkan orang menyiksa 0ng Leng Leng didepan matanya? Sayang dia tidak berdaya.

   Musuh berkepandaian tinggi.

   Untuk mengambil jalan kekerasan, tentu saja tidak mungkin.

   Tak ada lain pilihan, kecuali tunduk dibawah kekuasaan Sri Ratu Bunga Giok Hong.

   Ong Leng Leng memberi peringatan.

   "Kau akan tersiksa, setelah itu aku pun akan mati juga."

   Giok Hong telah menghampiri Tan Ciu.

   "Bagaimana?"

   Dia minta putusan. Tan Ciu bungkam. Ong Leng Leng berteriak.

   "Jangan dengar segala obrolannya."

   Tan Ciu berkata.

   "Bersedia membebaskan dia ?"

   Giok Hong tertawa.

   "Tentu."

   Katanya puas.

   "Setelah kau tidur denganku.!!"

   Ong Leng Leng berteriak lagi.

   "Suatu penipuan, Tidak mungkin! Tan Ciu jangan kau masuk kedalam perangkapnya!"

   Tan Ciu menyetujui pendapat Ong Leng Leng, setelah dia bersedia melakukan segala itu, belum tentu Ong Leng Leng mendapat kebebasan. janji seorang bajingan tidak boleh dipercaya. Ong Leng Leng berteriak lagi.

   "Dia tidak akan melepaskan setiap orang yang pernah menentang dirinya."

   Tan Ciu meminta putusan sang ratu.

   "Bagaimana? Aku harus menyaksikan kau melepaskan dirinya ."

   "Tentu saja. Segera aku memberi perintah pelepasan, setelah kau memberikan janjimu."

   "Jangan percaya,"

   Berteriak Ong Leng Leng.

   "Dia akan menangkap diriku lagi."

   Tan Ciu memandang Ratu Bunga Giok Hong, Giok Hong berkata.

   "Tidak mungkin!"

   "Mungkin dapat terjadi kejadian yang seperti ini!"

   Berkata Tan Ciu.

   "Kami harus mendapat kebebasan, aku mengantarkannya pulang sehingga tiba disuatu tempat yang aman. setelah itu, aku akan kembali lagi kepadamu."

   "Aku tidak setuju."

   Giok Hong mengajuan protes.

   "Bagaimana bila kau tidak balik kembali?!"

   "Aku akan balik kembali!"

   "Aku tidak percaya."

   "Aku juga tidak percaya kepadamu."

   Berkata Tan Ciu .

   "Baik. Perundingan kita mengalami kegagalan."

   Dan lagi lagi Ratu bunga itupun memberi perintah.

   "Giok Lo Sat, lanjutkan penyiksaan."

   Giok Lo Sat menerima perintah dengan hati gembira. Tan Ciu berteriak.

   "Tunggu dulu."

   Giok Hong sangat gembira, memandang pemuda itu, dan dengan penuh harapan, dia bertanya.

   "Bersedia melulusi permintaanku ?"

   "Baiklah."

   Berkata Tan Ciu lemah. Ong Leng Leng menjerit.

   "Tan Ciu ..."

   Tan Ciu memandang gadis itu.

   "Aku tidak dapat membiarkan kau lebih menderita lagi."

   Dia berkata. Giok Hong memberi perintah.

   "Giok Lo Sat, bebaskan dirinya."

   "Baik."

   Giok Lo Sat membuka semua ikatan yang mengekang kebebasan Jelita Merah Ong Leng Leng. Disaat ini terjadi perubahan, dengan mengeluarkan suara jeritan seram, tubuh Ong Leng Leng roboh dilantai. mulutnya menyembur darah, lidahnya mental keluar.

   "Aaaa...."

   Giok Lo Sat berteriak.

   "Dia telah menggigit lidahnya! Dia bunuh diri."

   Tan Ciu juga berteriak.

   "Aaaaaaa....."

   Pemuda ini jatuh pingsan.

   Kepala Ong Leng Leng telah tekle dan arwahnya telah melayang keawang-awang tinggi, meninggalkan dunia manusia yang sangat fana.

   Suatu kejadian yang berada diluar dugaan Ratu Bunga Giok Hong, kematian Ong Leng Leng akan menggagalkan semua recananya.

   Giok Lo Sat memandang guru itu.

   "Bagaimana?"

   Dia bingung. Ratu Bunga Giok Hong mengeretek gigi, dia berkata.

   "Apa yang harus dibingungkan? Dia sudah mati tidak perlu dipusingkan lagi. Setiap orang sudah pasti mati."

   Menghampiri Tan Ciu dan menotok beberapa jalan darahnya. Tan Ciu siuman kembali, matanya tak bercahaya mengenang kejadian-kejadian yang menimpa dirinya. Giok Hong berkata.

   "Tan Ciu, dia sudah mati! Kematiannya yang dicarinya."

   Memandang mayat Ong Leng Leng, Tan Ciu menubruknya. dia menangis sedih.

   "Leng Leng... Leng Leng..."

   Dia memanggil-manggil.

   "Dia sudah mati!"

   Berkata Giok Hong.

   Badan Ong Leng Leng telah diam, tidak bergerak, mulutnya terkatup, tidak dapat memberikan jawaban.

   jiwanya sudah terbang jauh, pergi ke dunia lain yang lebih menyenangkan.

   Tan Ciu kehilangan gadis yang betul-betul menyintai dirinya.

   Kematian Ong Leng Leng sangat menyedihkan, pikiran Tan Ciu agak terganggu, Dia menangis didepan jenazah itu! Ratu Bunga menyaksikan adegan tersebut dengan tenang.

   Beberapa saat kemudian, Tiba-tiba Tan Ciu membalikkan badan, menerkam Giok Hong.

   "Ratu Cabul!!"

   Dia membentak.

   "Kau yang mengakibatkan kematiannya, Hayo ganti dengan jiwa.."

   Bagaikan seekor banteng gila, Tan Ciu menghujani ratu tersebut dengan aneka macam pukulan dan jotosan.

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ratu Bunga Giok Hong melepaskan dirinya dari kurungan pukulan-pukulan itu, kemudian dia menotok dengan cepat, membuat Tan Ciu jatuh ngeloso, mati kutu.

   Giok Lo sat tidak dapat membantu sesuatu kata kejadian tadi.

   Giok Hong membentak.

   "Bawa keluar mayat itu!!"

   Lie Bwee dan Giok Lo sat menggotong mayat Ong Leng Leng.

   Sungguh kasihan, demikian riwayat hidup seorang gadis yang sengsara.

   Pukulan-pukulan bathin itu membuat Giok Hong kehilangan selera.

   Pikirannya sedang berkecamuk, menggunakan obat perangsang? Menunggu waktu? Atau membiarkan pemuda itu mati? Seorang gadis baju merah lari masuk, dia berkata "Ketua perkumpulan Kim Ie Kauw berkunjung datang."

   Giok Hong terkejut.

   "Ketua Kim ie Kauw?"

   Dia bertanya "Apa maksud kunjungannya? Berapakah orang yang datang?"

   "Hanya seorang, dia menyebut namanya sebagai kauwcu Kim ie kauw, Kim-ie Mo-Jin."

   Nama Kim Ie Mo-Jin pernah menggetarkan rimba persilatan, sedikit banyak, Giok Hong pernah mendengar nama itu, tentu saja sangat terkejut.

   "Apa lagi yang dikatakan olehnya?"

   Bertanya sang ratu.

   "Dia hendak bertemu dengan suhu!"

   "Baik. silahkan dia menunggu diruang tamu."

   Berkata Ratu Bunga Giok Hong.

   Gadis baju merah pergi menjalankan perintah.

   Giok Hong merapikan pakaiannya, setelah ganti bedak, dia menuju ke ruang tamu, Disana telah menunggu seorang tua berbaju emas, itulah kauwcu Kim ie kauw, Kim Ie Mo- Jin.

   Mereka saling memberi hormat.

   "Boleh aku bertanya?"

   Kim Ie Mo-Jin membuka mulut "Tentunya aku sedang berhadapan dengan Sri Ratu Bunga yang ternama?"

   "Tidak salah."

   Berkata Giok Hong.

   "Bagaimana sebutan tuan yang mulia!"

   "Kim Ie Mo-Jin."

   "Ada urusan penting?"

   "Ng, aku hendak mengajukan suatu pertanyaan."

   "Silahkan.."

   "Ada orang yang memberi laporan bahwa kauwcu hendak menjadi seoarang penguasa dunia?!"

   Dia menggunakan istilah sebutan kauwcu, atau pemilik bangunan setempat untuk meberi suatu peghormatan kepada wanita itu. Ratu Bunga Giok Hong tertegun.

   "Seorang penguasa dunia persilatan?"

   Dia mengulangi kata-katanya.

   "Ng..."

   Kim Ie Mo-Jin menganggukan kepala.

   "Dimisalkan keterangan yang kau dapatkan itu betul, apa yang ambil sebagian langkah kebijakan kauwcu?"

   Han Thian Chiu turut bicara. Kim Ie Mo-Jin berpaling kearah Han Thian Chiu.

   "Bagaimana sebutan ini?"

   Dia bertanya.

   "Telapak dingin Han Thian Chiu."

   Giok Hong memperkenalkan kekasihnya.

   "Ouw.... sudah lama kudengar nama ini."

   Berkata Kim Ie Mo-jin agak sombong. Ratu Bunga Giok Hong berkata.

   "Kauwcu percaya dengan keterangan tersebut?"

   "Mengapa tidak?"

   Berkata Kim Ie Mo-Jin.

   "Kauwcu tidak perlu menyangkal bukan?"

   "Sangat penting sekali, Aku harus tahu. Siapa-siapa yang bakal menjadi sainganku? Tokoh-tokoh silat mana yang akan menjadi tandinganku?"

   Ratu Bunga Giok Hong berkata.

   "Didalam tahun ini, aku akan muncul kembali didalam rimba persilatan. Tentu saja dengan ilmu kepandaian yang kupunyai, siapakah yang berani menentang kehendakku? Semua golongan dan aliran akan bernaung dibawah panji Ratu Bunga Giok Hong. Aku adalah satu-satunya orang yang berkuasa didalam rimba persilatan."

   Im Ie Mo-Jin menunjukkan sikapnya yang tidak puas, dengan suara yang sangat dingin, dia berkata menantang.

   "Lauwcu mempunyai itu kepercayaan."

   "Mengapa tidak?"

   "Kedatanganku dihari ini adalah ingin membikin terang perkara itu."

   "Maksud Kauwcu?"

   "Aku pun termasuk seorang yang hendak duduk diatas tachta kerajaan pemimpin rimba persilatan."

   "Ternyata kauwcu hendak menjadi seorang raja silat?"

   "Rimba persilatan harus berada dibawah pimpinannya seorang bengcu, dengan arti kata lain, seorang yang mempunyai ilmu kepandaian silat sangat tinggi, dan akulah calon yang paling tepat!"

   Berkata Kim Ie Mo-jin sangat angkuh.

   "Kauwcu melupakan adanya persaingan kekuatan. Aku berhak mencalonkan diri menjadi seorang bengcu."

   Berkata Giok Hong.

   "Kuanjurkan, agar kauwcu mengundurkna diri dari persaingan ini."

   Berkata Kim Ie Mo-Jin.

   "Bila tidak?"

   Sikap Giok Hong tidak menunjukan rasa gentar.

   "Dari pada terjadi dua pimpinan, ada lebih baik kita menyerahkan hak calon ini kepada yang berkepandaian tinggi."

   "Mau datang untuk menantang orang?"

   "Mana berani menantang?"

   Berkata Kim Ie Mo-Jin berdiplomatik.

   "Sebelum kauwcu duduk diatas tahta kerajaan kepala rimba persilatan kauwcu tidak keberatan untuk menyingkirkan diriku bukan?"

   "Diantara kita, hanya seorang yang boleh mencalonkan diri?"

   Berkata Giok Hong terang-terangan.

   "Inilah maksud tujuanku!"

   Berkata Kim Ie Mo-Jin.

   "Dimisalkan kau menderita kekalahan?"

   Giok Hong menancepkan pokok persoalan penting itu.

   "Bila aku yang kalah, untuk selama-lamanya nama Kim Ie Mo-Jin akan lenyap dari permukaan bumi. Aku akan mengasingkan diri di suatu tempat yang tiada berpenduduk."

   Giok Hong setuju.

   "Bagus.."

   Demikian Ratu Bunga berkata. Telapak Dingin Han Thian Chiu turut bicara, dia memberi suara baru, katanya "Aku mempunyai usul lain."

   "Bagaimana usul itu?"

   "Bila kauwcu kalah bertanding, kami harapkan tenaga kauwcu, bersediakah kauwcu menjadi salah satu anggauta Ratu Bunga?"

   "Usul bagus!"

   Giok Hong memberikan pujiannya. Usul kekasihnya akan menguntungkan dirinya. Kim Ie Mo-Jin tidak setuju, dia berkata getas.

   "Maaf!! aku tidak dapat menerima saran ini. Sebagai seorang ketua perkumpulan, aku tidak ingin bernaung dibawa panji kebesaran golongan lain. Maksud kedatanganku untuk mengadu silat, bukan mencari kekuasaan atau menyerahkan kekuasaan."

   "Kau mempunyai pegangan penuh untuk memenangkan ini?"

   Balik tanya Kim Ie Mo-Jin.

   "Kemudian untuk kalah dan menang adalah sama tengah!"

   Berkata Giok Hong.

   "Itulah.. Harapan untuk menang dan harapan untuk kalah sama saja."

   Berkata Kim Ie Mo-Jin.

   "Bila kekuatan kita berimbang? Bagaimana menetapkan pemenang?"

   Bertanya Giok Hong.

   "Tidak mungkin."

   Berkata Kim Ie Mo-Jin.

   "Mengapa tidak mungkin?"

   Berkata Giok Hong.

   "Demikian hal ini terjadi?"

   Setelah berpikir sebentar, Kim Ie Mo-Jin berkata.

   "Ketetapan boleh kita tangguhkan, Satu bulan kemudian, kita mengulang pertandingan. Demikian untuk selanjutnya, pada suatu hari, satu diantara kita akan menyerah kalah."

   "Berapa juruskah untuk satu babak pertandingan?"

   "Kukira Kauwcu mempunyai hak untuk menetapkan jumlah jurus pertempuran satu babak."

   "Lima puluh jurus, setuju?"

   "Baik.. Didalam lima puluh jurus, seorang diantara kita harus mendapat kemenangan. bila tidak, pertandingan dianggap seri."

   Telah terjadi kesepakatan, Giok Hong mengajak tamu ketempat pekarangan melatih diri.

   Dia harus berhati-hati.

   Kim Ie Mo-Jin berani berkunjung datang, tentu mempunyai ilmu kepandaian yang luar biasa, lengah berarti kekalahan.

   Kim Ie Mo-Jin mempunyai kedudukan dibagian Timur.

   Ratu Bunga Giok Hong menempatkan dirinya dibagian Barat.

   Mereka saling pandang.

   Kim Ie Mo-Jin membuka mulut.

   "Silahkan.."

   Giok Hong berkata "Tunggu dulu.."

   "Ada apa lagi?"

   Bertanya Kim Ie Mo-Jin.

   "Sebelum pertandingan dimulai, aku hendak mengajukan suatu pertanyaan."

   "Silahkan.."

   "Darimana kauwcu tahu markas sementara Ratu Bunga digunung Pek Hoa San?"

   "Dari seorang cacad yang duduk disebuah kursi beroda".

   "Terima kasih!"

   "Masih ada pertanyaan lain?"

   "Tidak ada.."

   "Sudah siap untuk menerima serangan?"

   Giok Hong membuat suatu ulapan tangan, berarti sudah siap menerima serangan-serangan lawannya.

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Silahkan kauwcu mulai."

   Dia berkata.

   Kim Ie Mo-Jin dan Ratu Bunga Giok Hong mengadakan duel untuk menentukan calon pemimpin rimba persilatan.

   Kim Ie Mo-Jin membuka serangan dengan tangan kanan disodorkan kedepan, sangat perlahan sekali.

   Reaksi Giok Hong sangat cepat, dia menggeser posisi, dari atas kebawah, suatu gerakan yang tidak mudah dilakukan oleh manusia biasa.

   Tangan Kim Ie Mo-Jin yang maju kedepan seperti hilang, begitu cepat gerakan itu, membawa tubuhnya berputar dan menangkis serangan lawan.

   Bayangan Giok Hong Berkembang baik, semakin lama, semakin banyak, dan akhirnya tidak terpeta lagi, hanya melihat suatu gumpalan merah yang mengurung sinar kuning.

   Ternyata Kim Ie Mo-Jin juga liehay, tubuh Kim Ie Mo-Jin telah bergoyang, bagikan gasingan, menjelubungkan dirinya didalam sinar kuning didalam dan bayangan sinar merah didepan.

   Tidak lagi terlihat gerakan-gerakan dari kedua orang itu.

   "Plaaakkk..."

   Kedua gulungan baju itu terpisah.

   Yang kuning diselatan, dan yang merah di utara.

   Wajah Kim Ie Mo-Jin dan Giok Hong sangat kaku sekali.

   Suatu tanda bahwa tidak seorang pun dari kedua orang ini yang dapat menarik keuntungan dari gebrakan-gebrakan tadi.

   Mereka telah mengakhiri babak pertama.

   Masing-masing telah mengirim sepuluh serangan berikut pertahanan, sepuluh jurus itu dilewatkan didalam satu kedipan mata.

   Suatu kecepatan yang tidak dapat dipadui oleh manusia biasa.

   Masing-masing memuji ilmu kepandaian lawan, inilah lawan yang terkuat, Semakin berhati-hati dan semakin waspada.

   Kim Ie Mo-Jin menggeser kaki kearah Timur, dari sini dia melejitkan kaki, sangat tinggi, dibarengi oleh suara pekikannya, dia menyerang Giok Hong.

   Giok Hong tidak bergerak dari posisi semula, dia mengikuti gerakan Kim Ie Mo-Jin dengan kerlingan mata.

   Diakal musuh itu bergerak, diapun berpendak silat dengan tenaga dalam.

   Giliran bayangan kuning yang mengurung gulungan baju merah.

   Pergumulan babak kedua lebih hebat dari yang pertama, dikala bayangan-bayangan itu terpeta, perhitungan jurus angaka set tepat pada jurus ke tiga puluh.

   Masih ada dua puluh jurus untuk menentukan kemenangan itu.

   Kim Ie Mo-Jin menyusut keringatnya.

   Giok Hong mempertahankan jalan pernapasannya.

   sudah terempas empis.

   Mereka tidak bicara.

   Dan disaat yang hampir bersamaan, mereka mengeluarkan geraman menerjang musuhnya menjadi pergumulan yang lebih berbahaya..

   Empat puluh jurus telah dilewatkan, tanpa hasil kemenangan.

   Pada jurus ke empat puluh lima, masing-masing mengundurkan gerakan mereka.

   Hanya lima jurus lagi untuk mencapai kemenangan, mereka lebih sayang melontarkan jurus-jurus tersebut, agaknya tidak mudah untuk menentukan kemenangan hari itu.

   Kim Ie Mo-Jin mengibaskan tangan sekaligus melontarkan tiga jurus serangan! Giok Hong lebih cepat, berpindah dua kali dia melontarkan lima jurus serangan, menghabiskan semua kesempatan.

   Kim Ie Mo-Jin menambah lagi dengan dua kali bacokan tangan.

   Mereka menyerang memaksa musuh berganti tempat, menyerang untuk menggantikan pertahanan.

   Inilah motto ilmu silat kelas tinggi.

   Terdengar dua kali suara letupan.

   bayangan kedua orang terpisah, Mulut dan bibir kedua orang itu berceceran darah.

   Masih belum ada putusan, siapa dari kedua orang itu yang mempunyai ilmu silat lebih unggul.

   Batas pertandingan hanya lima puluh jurus, dan angka ini telah mereka tepati, belum ada kemenangan, pertandingan segera ditangguhkan, menunggu satu bulan kemudian setelah melatih diri lebih tekun, mereka harus bertanding kembali.

   Score sementara satu banding satu.

   Setelah menekan gejolak peredaran darahnya Kim Ie Mo-Jin berkata.

   "Nama Ratu Bunga memang bukan nama kosong, ilmu kepandaian yang maha hebat."

   "Ilmu kepandaian kauwcu adalah orang pertama yang dapat menandingiku."

   Giok Hong juga memuji lawannya. Kim Ie Mo-Jin memberi hormat, dia berkata.

   "Selamat berpisah, Satu bulan lagi, aku akan kembali, meneruskan pertandingan ini."

   Ia hendak meninggalkan Gunung Pek Hoa San. Tiba-tiba Han Thian Chiu berteriak.

   "Tunggu dulu!"

   Kim Ie Mo-Jin mendelikan matanya, dia menduga bahwa musuhnya hendak menahan dirinya, tentu sangat marah.

   "Ada apa?"

   Dia bertanya. Sebelum Han Thian Chiu memberikan jawaban, seorang gadis berbaju merah berlari datang, sikapnya amat tergesa- gesa. Ratu Bunga Giok Hong membentak gadis itu.

   "Siau Hoa, ada apa?"

   Gadis yang bernama Siauw Hoa memberikan laporan.

   "Lie Bwee telah membawa Tan Ciu, maksudnya hendak terjun dari gunung Pek Hoa san, beberapa sucie dan sumoay sedang berusaha menahan mereka."

   "Aaaaa... Lagi-lagi ada orang yang hendak melarikan Tan Ciu! Demikian banyakkah penolong-penolong pemuda itu?"

   Giok Hong mengerutkan alisnya.

   "Lie Bwee melarikan Tan Ciu?"

   Dia masih kurang percaya.

   "Betul!!"

   Siauw Hoa memberi kepastian.

   "Giok Lo sat dan beberapa orang sedang mengadakan pengejaran."

   Giok Hong memberi perintah.

   "Beri tahu kepada semua orang, segera tangkap budak pengkhianat itu!"

   "Baik."

   Siauw Hoa segera menerima perintah. Giok Hong bergugam.

   "Budak yang sudah bosan hidup."

   Usaha Ong Leng Leng yang hendak menolong Tan Ciu telah mengalami kegagalan, Dengan kesudahan kematian bagi gadis tersebut.

   Lie Bwee juga hendak mengikuti jejak Ong Leng Leng? sungguh sungguh seorang gadis yang bosan hidup.

   Meminta diri kepada Kim Ie Mo-jin, Giok Hong turut mengadakan pengejaran.

   Disana tinggal dua orang, mereka adalah Kim Ie Mo-Jin dan Han Thian Chiu, Kim Ie Mo-Jin berkata.

   "Han tayhiap akan mengajukan pertanyaan?"

   "Ada sesuatu yang hendak kita rundingkan, dapatkan kauwcu menunggu diruang tamu!"

   Kim Ie Mo-Jin tidak keberatan, dia diajak masuk kedalam ruang tamu. Disini Han Thian Chiu berkata.

   "Berhubung terjadi sesuatu didalam perkumpulan kami, tentunya kauwcu dapat bersabar beberapa saat, tidak lama urusan menyangkut kesejahteraan kedua golongan.."

   "Baik. Akan kutunggu kalian disini,"

   Berkata Kim Ie Mo-jin.

   Han Thian Chiu menyusul Giok Hong.

   Seluruh anak buah Ratu Bunga dikerahkan untuk mengejar Lie Bwee dan Tan Ciu.

   Lie Bwee melarikan Tan Ciu? Apa alasan gadis itu menolong orang? Sungguh sulit dipahami.

   Kenyataan adalah demikian, dilereng gunung Pek Hoa San dengan mengepit Tan Ciu, Lie Bwee sedang mengejar seorang gadis baju merah.

   Lawan Lie Bwee sudah didesak.

   Seorang murid Ratu bunga sedang menahan kepergian Lie Bwee.

   Dengan alasan apa Lie Bwee hendak menolong Tan Ciu? Dahulu gadis itu hendak menggunakan tenaga Ong Jie Hauw membunuh si pemuda.

   Bukankah suatu hal yang bertentangan? Tentunya ada sesuatu yang direncanakan.

   Lie Bwee masih mendesak terus, akhirnya dia berhasil menamatkan jiwa lawan itu.

   Membawa Tan Ciu, dia melayang turun gunung Pek Hoa San.

   Tiba-tiba....

   Terdengar suatu suara bentakan.

   "Jangan lari "

   Wajah Lie Bwee berubah.

   kakinya gemetaran, itulah suara sang guru, Sri Ratu Bunga Giok Hong.

   Lie Bwee menghentikan ayunan kakinya tidak guna lari lagi, dihadapan gurunya, dia hanya seekor semut yang tiada bertenaga, dan dalam sekejap mata, guru itu dapat membikin pengejaran dan menyandak dirinya.

   Dari pada mencari penyakit, Dia menghentikan kaki.

   Giok Hong menghampiri murid itu, dia membentak.

   "Lie Bwee, berani berhianat?"

   Lie Bwee mengeluarkan suara ratapan.

   "Suhu "

   "Siapa yang menjadi suhumu? Aku tidak mempunyai murid yang sepertimu."

   "Maksudmu "

   "Lie Bwee, pernahkah aku melakukan sesuatu yang diluar batas?"

   "Tidak!"

   "Pernah memukul atau melukai hatimu?"

   "Belum!"

   "Kuperlakukan kau sebagai anak, mengapa kau membalas air susu dengan air tuba?"

   "Suhu. aku hendak.."

   "Mungkin kau cinta padanya?"

   "Bukan... Bukan..."

   Lie Bwe membantah dugaan ini.

   "Kau tidak cinta padanya? Dengan alasan apa menolong? Serahkan pemuda itu kepadaku."

   "Tidak.."

   Lie Bwee membawa Tan Ciu mundur kebelakang. Giok Hong membentak.

   "Berani kau membangkang perintah ?"

   "Suhu, aku tidak boleh menyerahkan Tan Ciu kepadamu! Kau akan membunuh dirinya!"

   "Apa boleh buat. sesuatu telah terjadi dan..."

   "Dan kau tidak menyesal lagi?"

   "Kuharap saja suhu dapat memberi pengampunan, membiarkan aku pergi dengan membawa dirinya."

   "Begitu mudah? Kau kira, aku tukang sedekah?"

   "Suhu..."

   "Serahkan Tan Ciu."

   "Tidak..."

   Ratu Bunga Giok Hong mendelikkan mata, dia berkata.

   "Serahkan pemuda itu. Aku tidak akan mengganggu dirimu."

   Lie Bwee lebih kenal kepada sifat-sifat gurunya. tidak mungkin hal itu dapat terjadi. Hanya alasan untuk meminta Tan Ciu darinya.

   "Jangan."

   Dia menolak. Wajah Giok Hong berubah.

   "Kau hendak mengikuti jejak Ong Leng Leng?"

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dia memberi contoh ancaman.

   Lie Bwee telah menempatkan dirinya dijalan berjurang, dia hendak menolong Tan Ciu, maksudnya diam-diam, setelah itu.

   tanpa terjadi sesuatu apa-apa, Dia dapat balik kembali kegunung Pek hoa-san.

   Usahanya gagal, ada orang yang melihat perbuatannya, maka mendapat kejaran dari semua anggauta Sri Ratu Bunga.

   Tidak dapat dia melarikan diri, juga tidak boleh menyerahkan Tan Ciu.

   Menyerahkan Tan Ciu berarti lenyapnya pegangan untuk dia meninggalkan gunung Pek hoa san.

   Dia telah menempatkan kedudukan posisinya yang bertentangan dengan sang guru.

   Menyerahkan Tan Ciu berarti menyerahkan jiwa sendiri.

   dia akan mati.

   Tidak menyerahkan pemuda itupun akan mati.

   Kedua jalan yang terbentang dihadapannya hanya jalan-jalan yang menuju kearah jurang kematian.

   Timbul niatan untuk mengadu jiwa.

   Membuang rasa takutnya untuk menghadapi kematian, hati Lie Bwee agak tenang.

   Dia berkata.

   "Suhu. bila kau bersedia melepas muridmu, untuk budi ini, selama hidup pun tidak akan kulupakan?"

   Giok Hong membentak! "Lie Bwee, kau bersedia untuk mengorbankan diri sendiri!"

   Satu bayangan meluncur datang, itulah Telapak Dingin Han Thian Chiu, turut bicara.

   "Giok Hong, bereskan saja kedua-duanya. Mengapa harus banyak cingcong?"

   Han Thian Chiu telah menutup jalan lari Lie Bwee. Ratu Bunga Giok Hong memberi ultimatum yang terakhir, ultimatum yang ditujukan kepada muridnya.

   "Lie Bwee, sudah kau pikirkan masak-masak apa akibat dari langkah perbuatan dan penolakanmu?"

   "Suhu, kau tidak dapat memberi jalan yang lebih baik?"

   Tangan Giok Hong bergerak, mencengkram kepala muridnya.

   Lie Bwee menggeser kaki, berusaha menghindari serangan itu.

   Giok Hong telah meneruskan serangannya yang kedua.

   Kecepatannya sangat luar biasa.

   Seolah-olah biang lala merah yang menyambar mangsa.

   Ilmu kepandaian Lie Bwee adalah didikan ratu itu, dimisalkan tidak membawa tubuh Tan Ciu, diapun bukan tandingannya, apa lagi harus menjaga keselamatan pemuda itu.

   Mana mungkin menghindari diri dari serangan- serangan gurunya?"

   Heekk....

   Tangan Lie Bwee kena pukulan, keple melingkar terlalu kuat sekali tenaga yang Giok Hong kerahkan.

   Lie Bwee jatuh tanpa sadarkan diri.

   Badan Tan Ciu terpental keatas.

   Han Thian Chiu tidak membuang peluang ini, dia mengayunkan tangan hendak menamatkan jiwa sipemuda.

   Melayang datang satu bayangan putih, sebelum pukulan Han Thian Chiu mengenai sasaran, bayangan putih itu sudah berhasil menyanggah tubuh Tan Ciu.

   Kemudan dibawa pergi.

   Ratu Bungan Giok Hong melintangkan diri mencegah larinya orang itu.

   Disana bertambah seorang gadis berbaju putih.

   inilah murid orang cacad berkerudung yang duduk di kursi roda.

   "Hei.."

   Han Thian Chiu berteriak kaget. Menyaksikan kegesitan lawannya, Giok Hong juga terkejut, memandang Han Thian Chiu, dia meminta keterangan.

   "Siapa orang ini?"

   Han Thian Chiu menjawab.

   "Dia she Cang, bernama Ceng Ceng."

   "Ooo, ternyata kau."

   Berkata Giok Hong.

   "Pernah juga kudengar namamu. Tidak disangka, hari ini kita mendapat kesempatan untuk bertanding."

   Cang Ceng Ceng memandang Han Thian Chiu.

   "Siapa kau?"

   Dia tidak kenal kepada orang yang pernah memalsukan wajah Tan Kiam Lam.

   "Ha..Ha.Ha.."

   Han Thian Chiu tertawa.

   "lupa kepadaku. aku adalah Han Thian Chiu."

   "Hmm... Inikah wajah aslimu?"

   Cang Ceng Ceng tidak takut.

   "Betul!!"

   Giok Hong membentak.

   "Tinggalkan Tan Ciu."

   "Huuh.."

   Ceng Ceng menolak. Dia berdengus.

   "Hendak menolong?"

   Berkata Giok Hong lagi.

   "Tidak salah."

   Berkata Cang Ceng Ceng.

   "Jangan harap!!"

   Berkata Giok Hong.

   disaat yang sama, dia telah meluncurkan diri menyerang gadis tersebut.

   Cang Ceng Ceng mengegos, kemudian membalikkan badan, membawa Tan Ciu, dia melarikan diri.

   Han Thian Chiu dan Giok Hong mengadakan pengejaran.

   Berat badan Tan Ciu adalah suatu beban bagi Cang Ceng Ceng.

   Dia tidak dapat meninggalkan kedua pengejarnya.

   Ratu Bunga Giok Hong berhasil mengejar dibelakang gadis itu, dengan satu pukulan, hendak menggebuk punggung orang yang berani membawa lari anak ayamnya..

   Tiba-tiba...

   Satu kekuatan menyelusup datang, mewakili Cang Ceng Ceng, menolak pulang tenaga pukulan sri Ratu Bunga.

   Akibat dari penolakan itu, Tubuh Giok Hong tidak dapat maju lagi.

   Disana telah bertambah seorang, dia duduk diatas kursi beroda, inilah guru Cang Ceng Ceng.

   Diwaktu yang tepat menolong jiwa muridnya.

   Sri Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu hendak mengejar Cang Ceng Ceng.

   Datang si manusia berkursi roda.

   dikala Giok Hong hendak mendatangi Cang Ceng Ceng, dia turut membantu dan menolong jiwa muridnya itu.

   Giok Hong mengirim lain pukulan.

   "Minggir!!"

   Dia membentak keras.

   Orang cacad berkerudung itu tidak menyingkirkan diri, dia menerima pukulan tadi.

   Blegur!....

   Mereka terpisah kembali.

   Menggunakan kesempatan ini, Cang Ceng Ceng membawa Tan Ciu, turun dari gunung Pek Hoa San.

   Han Thian Chiu hendak mengejar, juga dihadang oleh manusia berkerudung itu.

   Orang cacad dengan wajahnya yang tertutup oleh selembar kain kerudung memandang Sri Ratu Bunga.

   Dengan perlahan dan sikapnya yang tenang, dia berkata.

   "Jangan terlalu banyak membunuh orang."

   "Sebutkan namamu."

   Giok Hong membentak.

   "Dengan alasan apa turut campur perkara kami?"

   "Ha..Ha... Inilah urusanku."

   Orang cacad berkerudung itu berkata.

   "Mengapa urusanmu? Kau mempunyai hubungan keluarga dengan Tan Ciu?"

   "Mengapa tidak?"

   Berkata orang berkerudung itu tenang duduk diatas kursi rodanya. Han Thian Chiu turut bicara.

   "Juga mempunyai hubungan dengan Cang Ceng Ceng?"

   "Aku adalah guru Cang Ceng Ceng."

   Orang itu memberi keterangan.

   "Guru Cang Ceng Ceng?"

   Han Thian Chiu terkejut. Guru sigadis yang berkepandaian sangat tinggi itu? Bagaimana dia dapat menandinginya? Orang berkerudung diatas kursi roda menganggukan kepalanya.

   "Tidak salah"

   Dia berkata.

   "Han Thian Chiu kau pernah dikalahkan oleh muridku bukan?"

   "Aaaa....."

   Han Thian Chiu terkejut bukan main.

   "Kau kenal kepadaku?"

   Rasa kagetnya Han Thian Chiu tidak kepalang, tentu saja, hal ini sangat beralasan, tidak banyak orang yang mengenal wajahnya kecuali beberapa golongan tua dan mereka pun tidak tahu, bagaimana wajah asli Han Thian Chiu, dia mempunyai lain julukan, Pendekar Wajah Panca Roba, nama yang menandakan betapa lihay dia merobah wajah, aneka macam muka telah digunakan olehnya, Tidak sembarangan orang dapat mengetahui, yang mana wajah asli Han Thian Chiu.

   Orang berkerudung ini segera menyebut nama itu, bagaimana Han Thian Chiu tidak terkejut.

   "Han Thian Chiu,"

   Berkata orang itu.

   "Mati pun tidak kulupakan wajahmu."

   "Oouww..."

   "Dua puluh tahun yang lalu, kau adalah kawan baikku.."

   "Oouww..."

   "Sayang, hatimu terlalu busuk. Aku rusak karena perbuatanmu."

   "Oouww..."

   Han Thian Chiu mengeluarkan rentetan suara ditenggorokan, dia sedang mengenang siapakah kawan- kawan yang terdekat dengan dirinya? Siapakah jago-jago silat yang hidup pada masa dua puluh tahun yang telah lampau? Dia belum dapat menemukan jawaban itu.

   "Han Thian Chiu!"

   Berkata lagi orang berkerudung.

   "Tidak ingat kepadaku bukan?"

   "Oouw..."

   Han Thian Chiu berdehem.

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Tidak mungkin kau tahu!"

   Berkata lagi orang itu. Han Thian Chiu berkata "Tentunya kau adalah seorang tokoh silat ternama, mengapa menggunakan tutup kerudung muka? Malukah kepada orang?"

   Orang itu tertawa.

   "Seharusnya kau malu!"

   Dia berkata..

   "Aku menutup wajahku, karena wajah ini tidak patut dilihat orang. sudah rusak, tiada berbentuk muka lagi."

   "Sudah rusak? Tidak berbentuk wajah?"

   "Ngg.... Seharusnya kau dapat menduga sebagian asal usulku.."

   Han Thian Chiu tidak dapat menduga, siapa orang ini. Maka dia bertanya.

   "Ha...Ha.. Kita kawan baik bukan? Mengapa harus mencari urusan yang bukan-bukan?"

   "Kawan baik?"

   Han Thian Chiu semakin bingung.

   "Han Thian Chiu, kau sudah berhasil meyakinkan catatan-catatan ilmu silat yang didapat dari Cang Ceng Ceng?"

   Cara-cara Han Thian Chiu yang menggunakan wajah Tan Kiam Lam memalsukan ketua Benteng Penggantungan, dari meng Ie Hun Tay Hoat kan Cang Ceng Ceng adalah suatu perbuatan yang memalukan. Dengan memaksakan diri dia berkata.

   "Hanya ilmu biasa saja.."

   "Betul.."

   Orang itu berkata "Hanya ilmu biasa, tapi kau sangat membutuhkannya."

   Dan mengalihkan pandangannya, orang itu menatap Sri Ratu Bunga Giok Hong.

   "Giok Hong.."

   Dia memanggil nama orang.

   "Kau mencapai kemajuan yang luar biasa. Kau telah melipat gandakan ilmu kepandaian dimasa mudamu."

   Ratu Bunga Giok Hong berjangkit kaget, hampir dia terlompat.

   Dia sedang berhadapan dengan seorang tokoh silat yang sangat misterius.

   Dari si cacad tahu sebutan nama kecilnya? Siapakah orang ini? Agaknya mempunyai hubungan yang cukup erat, maka dapat mengetahui kemajuan ilmu silatnya.

   "Kau juga kenal kepadaku?"

   Dia bertanya bingung.

   "Mengapa tidak?"

   Berkata orang berkerudung itu.

   "kau pernah menghadiahkan api gelora asmaramu bukan?"

   "Huaahh?! "

   "Ha..ha..."

   Orang itu tertawa,"Kau pernah berkata kepadaku! Aku cinta padamu. Lupakah kepada janji ini?"

   "Kau memfitnah orang."

   Giok Hong berteriak.

   "Bukan fitnahan."

   Berkata orang itu.

   "Belasan orang telah kau tipu dengan kata-kata itu. Jangan menyangkal."

   "Aku tidak kenal kepadamu."

   "Ha..ha... Buah dadamu yang sebelah kiri ada sebuah tahi lalat merah bukan? Berapa banyak orangkah yang tahu rahasia ini?"

   Semakin lama, ocehan orang berkerudung itu semakin tajam, tidak mengelak hubungan baik orang. Ratu Bunga Giok Hong berteriak.

   "Aaa...Kau?... kau masih hidup??"

   Han Thian Chiu juga dapat menduga kepada asal usul orang ini. Ia memanggil kekasihnya.

   "Giok Hong, mungkinkah dia??"

   "Kukira memang dia?!"

   Giok Hong menganggukan kepala.

   "Siapa?"

   Orang berkerudung itu tertawa terbahak-bahak. Memandang orang misterius itu, dengan suara yang gemetar, penuh gejolak jiwa, Ratu Bunga Giok Hong berkata.

   "kau...kau.. Tan Kiam Lam?"

   "Ha..Ha... Kau takut kepada Tan Kiam Lam?"

   Orang ini tidak menyangkal, tidak juga membenarkan dugaan itu. Han Thian Chiu dan Giok Hong tertegun, mereka saling pandang. Orang itu berkata lagi.

   "Tan Kiam Lam telah mati ditangan kalian bukan?"

   Tidak dapat disangkal, Tan Kiam Lam telah diterjunkan kedasar jurang, setelah dicincang oleh kedua orang ini, karena itulah Han Thian Chiu dan Giok Hong saling pandang.

   Mereka tidak percaya, bahwa muncul seorang Tan Kiam Lam baru.

   Mengenangkan kembali, semua bekas kekasihnya Giok Hong bertanya.

   "Lie Hong?"

   "Aku bukan Lie Hong!"

   Berkata orang itu.

   "Ong Bun Sin?"

   "Juga Bukan.."

   "Setan Cang Leng?"

   "Aku tidak kena Setan Cang Leng."

   "Katakan siapakah kau?"

   "Ha..Ha... Orang yang telah masuk ke dalam perangkapmu tidak sedikit, Maka tidak dapat menduga asal usulku, bukan?"

   Ratu Bunga Giok Hong menggeser kakinya, dia harus melenyapkan orang ini. Manusia cacad dikursi rodanya tertawa.

   "Giok Hong."

   Dia memanggil "Jangan kau bergerak maju lagi.

   Ingin menempur diriku? Ha..ha...

   dua puluh tahun yang lalu, hampir aku mati ditanganmu.

   Setelah itu aku meyakinkan ilmu peninggalan jaman purbakala, hari ini, kau tidak akan berhasil membunuhku.

   Mengingat hubungan lama kita, aku tidak mempunyai minat untuk bergulet denganmu."

   "Tutup mulut!!!"

   "Baik. aku masih banyak urusan, selamat tinggal."

   Orang itu sudah memegang roda kursi istimewanya. Dia hendak meluncur pergi. Han Thian Chiu dan Giok Hong mengeluarkan teriakan berbareng.

   "Tunggu dulu!"

   "Ada apa lagi?"

   Bertanya orang itu.

   "Kau harus memberi keterangan yang lebih jelas. sebelum itu, jangan harap dapat meninggalkan tempat ini."

   Berkata Ratu Bunga Giok Hong.

   "Ha, ha.... Hendak menantang perang?"

   Orang itu mengejek sekali.

   Giok Hong harus menahan orang ini, sangat berbahaya untuk dibirakan hidup diatas permukaan bumi.

   Badan dan tangannya bergerak memukul roda kursi.

   Orang itu tidak dapat menggunakan sepasang kakinya, dua roda adalah urat nadi penting, tentu saja tidak membiarkan orang merusak alat bergeraknya itu, dia membacok tangan Giok Hong yang menjulur datang.

   Itulah tipu gerakan si Ratu Bunga, Giok Hong mengubah pukulan menjadi cengkraman, dia meraih tutup kerudung muka orang misterius tersebut.

   Hampir berhasil.

   Sayang orang itu mempunyai gerakan yang luar biasa, entah bagaimana dia berhasil menggerakkan roda kursi maka kelakuan dirinya berubah, Cengkeraman tangan Giok Hong mengenai tempat kosong.

   Gagal! Mereka bergerak cepat setelah mengalami ketegangan- ketegangan yang memuncak, kedua tubuh mereka terpisah.

   Wajahnya Han Thian Chiu berubah.

   Giok Hong telah menyerang tiga kali dan serangan- serangan itu dikandaskan dengan mudah, tanpa membikin pembekasan sama sekali, orang berkerudung itu terlalu gesit untuk dilawan seorang.

   Timbul niatan Han Thian Chiu untuk mengeroyok orangnya.

   Disaat yang sama, orang berkerudung sudah memutar kursinya, sekali dia tidak mau mengambil posisi yang membelakangi kedua musuhnya.

   Giok Hong membikin penyerangan untuk babak kedua, beruntun empat kali, dia menyerang musuh itu.

   Orang berkerudung membalas dengan tiga kali pukulan telapak tangan.

   Terjadi baku hantam yang cepat.

   Kekuatan Giok Hong berada dibawah orang itu, sang ratu terdesak kebelakang.

   Menggunakan suatu kesempatan bagus Han Thian Chiu turun kegelanggang, dia membacok punggung orang diatas kursi roda.

   Desiran angin yang kuat memaksa orang tersebut memutar kursi menangkis pukulan Han Thian Chiu, setelah itu, cepat sekali, dia berputar lagi menyerang Giok Hong.

   Dua lawan satu! Keadaan orang berkerudung mulai terdesak.

   Dia mempunyai latihan tenaga dalam di atas kedua lawannya.

   selisih itu terlalu kecil sekali.

   Kini dikeroyok oleh mereka.

   tentu saja tidak mempunyai peluang waktu untuk mengadakan serangan, Dia main tangkis dan main mundur.

   Bukan cara terbaik untuk meloloskan diri dari kepungan kedua musuhnya.

   orang berkerudung memperhatikan kekosongan lawan.

   Tiba-tiba memukul keras.

   setelah itu, dia mundur jauh.

   Mulutnya berteriak.

   "Tidak tahu malu. Dua lawan satu,"

   "Buka kerudung tutup mukamu."

   Berkata Giok Hong.

   "Belum cukup waktu."

   Berkata si cacad diatas kursi roda.

   "Menyerahlah."

   Berkata Han Thian Chiu.

   "Wah, kukira aku akan celaka dibawah tangan kalian."

   Orang itu masih dapat berhumor.

   Giok Hong dan Han Thian Chiu telah menjepit dikiri dan di kanannya, wajah mereka semakin beringas.

   Orang berkerudung menggeser kursi rodanya, dia bermaksud melepaskan diri dan kepungan kedua orang.

   Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak berpeluk tangan, masing-masing mengirim satu pukulan.

   Kejadian yang sudah berada didalam perhitungan orang berkerudung itu.

   Tangannya terpentang, menyanggah pukulan-pukulan musuh-musuhnya dan dengan dorongan kekuatan tadi, yang ditambah dengan tenaganya sendiri, dia meluncurkan kursinya kebawah gunung, begitu cepat, daya terjun itu sehingga menimbulkan asap debu.

   "Selamat berpisah."

   Terdengar Angin suara manusia aneh itu. Giok Hong membanting kaki, dia lari mengejar.

   "Jangan lari."

   Dia penasaran.. -oo0dw0oo-

   Jilid 22 TENTU saja kata-kata ini tidak masuk keadalam orang yang bersangkutan.

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kursi roda itu meluncur dengan pesatnya.

   Hanya tinggal titik hitam yang mengecil.

   Han Thian Chiu mengintil dibelakang Giok Hong Mereka lama mengejar, jarak itu terlalu jauh, tentu saja tidak berhasil menyandak.

   Giok Hong menghentikan pengejarannya.

   Dia membanting-banting kaki.

   Han Thian Chiu menghampiri kekasihnya itu, dengan merapatkan mulutnya dia berkata.

   "Giok Hong tidak guna marah pada diri sendiri."

   "Kita dikalahkan oleh manusia itu."

   Berkata Giok Hong panas.

   "Menang kalah suatu pertempuran adalah barang yang jamak."

   Menghibur kekasih sang ratu.

   "Lain kali kita mempunyai kesempatan untuk memenpurnya."

   Giok Hong berkata.

   "Bagaimana hematmu kepada manusia cacad tadi?"

   "Dia mempunyai kepandaian yang cukup tinggi. lawan berat bagi usaha kita."

   "Siapakah orang ini?"

   "Mana kutahu? tentu salah satu dari sekian banyak kekasihmu."

   "Cih.."

   Giok Hong mendelikkan mata.

   "Aku bersungguh- sungguh."

   "Dia dapat menyebut tanda rahasia yang berada dibagian tertutupmu, siapa lagi bukan laki-laki yang pernah dijajal olehmu?"

   "Aku tahu, dan dia juga kenal kepadamu bukan?"

   "Aku tidak dapat menduganya,"

   "Mungkinkah Tan Kiam Lam?"

   "Hanya Tan Kiam Lam yang pernah kau terjunkan kedalam jurang?"

   Han Thian Chiu menjebikan bibirnya.

   "Hanya Tan Kiam Lam orang yang pernah dijeleki oleh Giok Hong terlalu banyak. Tidak mungkin mencari jalan keluar dari ceruk itu. Bukan Tan Kiam Lam seorang yang dilumpuhkan olehnya. Sulit untuk memberi keputusan. Yang dapat meyakinkan ilmu silat setinggi tadi."

   Berkata Han Thian Chiu.

   "Mengapa melupakan si Pendekar Pedang Kidal Oh Cin?"

   "Aaa.... Hanya dua orang ini yang mempunyai kemungkinan besar."

   "Betul. Potongan badan kedua orangpun sama. Tan Kiam Lam atau Oh cin. Salah satu dari dua bekas kekasihmu yang bekepandaian nomor satu."

   Giok Hong dapat menyetujui dugaan itu.

   Hanya dua kemungkinan.

   Tan Kiam Lam dan Oh Cin.

   Mereka kembali keatas gunung, ditengah jalan menemukan Lie Bwee yang masih belum sadarkan diri, pukulan Giok Hong terlalu kuat, sehingga murid itu tidak berdaya untuk melarikan diri.

   "Bagaimana hukumanmu untuk murid durjana ini?"

   Bertanya Giok Hong.

   "Bunuh saja. Beres!"

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Aku mempunyai usul baik."

   "Usul apa?"

   "Ia harus mendapat siksaan didepan murid-muridmu yang lain, sebagai contoh teladan bagi mereka yang ada niatan untuk berkhianat. Berkhianat kepadamu berarti mencari siksaan. Beri saja kepada anjing-anjing galakmu itu."

   "Bagus. Ia mendapat hukuman mati dibawah gerogotan anjing-anjing galak."

   Berkata Giok Hong gembira.

   Mereka kembali keatas gunung, disana ada menunggu ketua Kim Ie Kauw.

   Meninggalkan cerita Han Thian Chiu dan Giok Hong yang membawa Lie Bwe naik keatas gunung Pek Hoa San.

   Mengikuti perjalanan orang berkerudung yang menggulingkan roda-roda kursinya dengan cepat, dia berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh-musuhnya.

   Hanya dia orang yang dapat menjelma menjadi orang ini.

   Tan Kiam Lam atau Oh Cin.

   Satu diantara dua ilmu kepandaiannya cukup hebat.

   Dia dapat menghasilkan seorang murid seperti Cang Ceng Ceng sehingga gadis tersebut memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.

   Orang ini telah berada dibawah kaki gunung Pek Hoa san.

   Dari dalam semak-semak terdengar suara panggilan.

   "Suhu..."

   Dengan menggendong Tan Ciu, Cang Ceng Ceng menampilkan diri. Orang berkerudung itu menghentikan roda kursinya, segera terhenti didepan muridnya itu.

   "Bagaimana keadaan lukanya?"

   Dia bertanya "Masih tidak mau sadarkan diri."

   Jawab Cang Ceng Ceng. Memeriksa keadaan Tan Ciu, orang berkerudung itu bergugam.

   "Dia telah menderita luka dalam, setelah itu, mendapat tekanan batin, darahnya bergolak masuk kedalam otak, sangat berbahaya."

   "Ah..."

   Cang Ceng Ceng terkejut.

   "Tidak dapatkah ditolong lagi??"

   "Harus makan waktu perawatan yang agak lama."

   Berkata guru itu.

   "Ah..."

   "Ceng Ceng."

   Panggil orang berkerudung itu.

   "Kukira kau telah jatuh cinta kepadanya."

   Cang Ceng Ceng menundukkan kepala.

   "Suhu, ilmu kepandaianmu berada diatas Ratu Bunga tadi?"

   Cang Ceng Ceng bertanya.

   "Tentu saja."

   "Berhasil membunuh dirinya?"

   "Tidak"

   "Mengapa?"

   "Aku tidak dapat mengalahkan tenaga gabungan mereka. Han Thian Chiu memang bukan manusia biasa."

   "Dia telah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian kita?"

   "Sebagian kecil dapat dipahami olehnya."

   Tiba-tiba.... Orang berkerudung itu memanjangkan kupingnya, dia berkata.

   "Ada orang datang "

   "Siapa yang datang?"

   Dua orang telah menghampiri tempat itu.

   seorang yang dikanan adalah serorang gadis berbaju putih, dan di kiri seorang anak muda.

   Mereka adalah Tan Sang dan Ong Jie Hauw.

   Dikala orang berkerudung menyusul jejak Tan Ciu dipuncak Pek Soat Hong, Ong Jie Hauw pernah mendapat tegurannya.

   Disini mereka berjumpa lagi, pertemuan untuk kedua kalinya, mereka saling pandang sebentar, dan Ong Jie Hauw berteriak.

   "Kau?!..."

   Orang berkerudung menganggukkan kepala. Tan Sang dan Ong Jie Hauw dapat melihat Tan Ciu masih berbaring ditanah. Inilah orang yang hendak mereka temukan.

   "Eh, apa yang telah terjadi?"

   Mereka bertanya. Orang berkerudung memberi keterangan.

   "Tan Ciu menderita luka ditangan Ratu Bunga Giok Hong."

   Tan Sang dan Ong Jie Hauw saling pandang. Mereka tidak tahu, bagaimana posisi pendirian orang berkerudung ini, musuh atau bukan? Orang berkerudung memandang Tan Sang beberapa lama, kemudian mengajukan pertanyaan.

   "Namamu Tan Sang bukan?"

   Tan Sang menganggukkan kepala.

   "Bagaimana sebutan Cianpwee yang mulia?"

   Dia bertanya. Orang berkerudung itu menyerahkan Tan Ciu, kemudian mengeluarkan beberapa butir obat.

   "Beri makan obat ini kepadanya."

   Dia berkata.

   "Tan Ciu menderita luka yang agak berat."

   Tan Sang mengucapkan terima kasihnya! Ong Jie Hauw mengajukan pertanyaan.

   "Dapatkah memberi petunjuk, dimana letak pesanggrahan Ratu Bunga itu?"

   "Kau hendak menyatroninya?"

   Balik tanya orang berkerudung.

   "Ng, aku harus menemukan wanita itu, harus kupukul hingga luka. Meminta ganti rugi atas keadaan Tan Ciu."

   "Kau?..."

   Orang berkerudung menduga kepada seorang yang sering mengepul, tukang jual omongan, dia tidak percaya bahwa Ong Jie Hauw dapat mengalahkan Sri Ratu Bunga Giok Hong yang ternama.

   "Mengapa?"

   Ong Jie Hauw heran.

   "Kau bukan tandingannya."

   Berkata orang berkerudung itu.

   "Kita harus merundingkan cara untuk menghadapi mereka."

   "Aku tidak membutuhkan bantuan."

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Tenagaku seorang sudah cukup untuk mengubrak abrik sarang mereka."

   "Kukira kau akan dipukul remuk oleh wanita itu."

   Berkata guru Cang Ceng Ceng.

   "Kau bukan tandingannya."

   Ong Jie Hauw mendelikkan mata.

   "Kau tahu, bahwa aku bukan tandingannya."

   Dia tidak puas.

   "Kau telah menyaksikan aku kalah ditangannya?"

   "Kau mempunyai pegangan kuat untuk mengalahkan Ratu Bunga Giok Hong yang ternama?"

   "Tentu."

   Tan Sang menambah dengan keterangannya.

   "Cianpwee, dia memiliki ilmu kekebalan yang tiada tara. Kukira dapat mengalahkan musuh."

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Orang berkerudung memberi tahu dimana letak sarang Sri Ratu Bunga. Ong Jie Hauw naik keatas Pek Hoa san.

   "Akan ku obrak-abrik sarang mereka."

   Dia sesumbar keras. Orang berkerudung memandang Cang Ceng Ceng dan memberi perintah.

   "Ceng-Ceng, ikuti dirinya dan bilamana perlu, beri bantuanmu."

   Tan Sang tertawa. Dia memberi keterangan.

   "Atas perhatian Cianpwee, kami mengucapkan banyak terima kasih. Kukira tidak perlu mengikutinya. Tidak seorang pun yang dapat melukainya. Ia tidak mungkin menghadapi bahaya."

   "Mengapa?"

   "Ia memiliki ilmu kebal yang tidak mempan senjata."

   Berkata Tan Sang.

   Orang berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Tan Sang berusaha menolong Tan Ciu, Ong Jie Hauw mendaki gunung Pek Hoa-san.

   Seorang diri menantang komplotan itu.

   Meninggalkan cerita mereka dan mengikuti cerita yang terjadi di ruang tamu Sri Ratu Bunga.

   Disana berkumpul tiga orang, Kim Ie Mo-Jin, Han Thian Chiu, Giok Hong.

   Han Thian Chiu dan Giok Hong sedang membujuk ketua Kim ie kauw untuk menggabungkan kekuatan mereka.

   Kim Ie Mo-Jin menolak dan berkata.

   "Sudah kukatakan, aku tiada maksud untuk mengikat diri, aku tidak bersedia dikekang oleh siapapun juga."

   "Kita tidak akan mengekang kebebasan kauwcu."

   Berkata Han Thian Chiu.

   "Maksud tujuan utama dari penggabungan kedua tenaga ini adalah menundukkan semua partay-partay dan golongan-golongan."

   "Kita tidak sepaham."

   Giok Hong ikut membujuk.

   "Kauwcu. berpikirlah, kecuali kita berdua, masih ada seorang lagi yang berkepandaian tinggi, kekuatannya tidak boleh diremehkan."

   "Siapakah orang itu?"

   "Orang cacad diatas kursi roda yang menutup wajahnya dengan kain kerudung itu, Orang yang memberi petunjuk kepadamu datang ketempat ini."

   "Ouw..."

   "Sudah jelas, maksudnya hendak mengadu domba. Salah satu dari kita dapat mengalami cedera, kemudian dengan mudah dia dapat memungut hasil pertarungan


Bara Naga Karya Yin Yong Kuda Binal Kasmaran -- Gu Long Anak Berandalan -- Khu Lung

Cari Blog Ini