Pohon Kramat 13
Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 13
idak dapat lagi mempertahankan jiwanya selalu, setelah memberi pesan beberapa kata, diapun menyusul arwah keponakannya.
Giok Hu Yong menangis diatas mayat putrinya.
"Oh.. Tan Sang.."
Tangis seorang ibu yang menderita.
"Begitu sajakah kau meninggalkan aku?"
Tan Sang terlena dengan tenang, ia tidak dapat mendengar rintihan dan keluh kesah sang ibu. Juga tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tua itu. Lie Bwee memberi tahu akan kematian Tan Sang, Ong Jie Hauw turut bersedih.
"Ong Jie Hauw."
Berkata sigadis.
"Kita kurang cepat."
Ong Jie Hauw menundukkan kepala.
"Ng.."
Dia tidak dapat memberi komentar.
Pek Co Yong bertiarap dihadapan mayat Han Thian Chiu, biar bagaimana jahatnya orang tua itu, toch adalah ayah kandungnya.
Korban perang!! Peperangan hanya membawa malapetaka Tan Kiam Pek, Tan Sang, Han Thian Chiu, Tok Sim Kiam.
Pada permukaan tanah ditempat itu bertambah beberapa makam baru.
Inilah akibat dari tidak adanya keserasian dunia ketentraman.
Ong Jie Hauw menarik tangan Lie Bwee.
"Mari kita pulang ke gunung Pek Soat Hong."
Dia mengajak sang istri pulang ke gunung. Lie bwee menggeleng-gelengkan kepala.
"Aha.."
Ong Jie Hauw berteriak.
"Mengapa?"
"Kita tidak dapat pergi begitu saja.
"
Lie Bwee memberi keterangan.
"Sedikit banyak kita harus turut bertanggung jawab. Dimisalkan kau tidak ada ditempat ini, dan guruku datang kembali, siapakah yang dapat membendung kekuatan mereka?"
"Aha.. Kau lebih pandai dariku."
Berteriak Ong Jie Hauw girang.
Dan untuk sementara Ong Jie hauw suami istri menetap didalam Sumur Penggantungan.
Pada keesokan harinya, Sumur Penggantungan mendapat kunjungan seorang gadis berbaju hitam.
Tidak seorang pun yang kenal kepada gadis ini.
Pek Pek Hap memperhatikannya beberapa saat, dia mengajukan pertanyaan.
"Bagaimana dengan sebutan nona?"
"Aku Kim Cui."
Berkata gadis itu.
"datang dengan maksud berbicara dengan Tan Ciu."
"Tan Ciu tidak ada waktu."
Berkata Pek Pek Hap.
"apakah urusan itu? Katakan saja kepadaku. dan akan kusampaikan kepadanya."
"Kau... ibu Tan Ciu?"
Kim Ciu memandang wanita itu.
"Bukan.."
Berkata Pek Pek Hap.
"Boleh kami tahu, urusan apa yang nona hendak sampaikan kepadanya?"
"Aku Kim Cui, putri kauwcu dari perkumpulan Kim ie kauw, pernah Tan Ciu menyebut namaku?"
Tentang hubungan Kim Cui dan Tan Ciu yang pernah terjadi dilereng Kim ie kauw sangat dirahasiakan, tidak seorang dari mereka yang tahu hal itu, kecuali Cang Ceng Ceng yang pernah ditahan Kim ie kauw.
dan disaat itu, Cang Ceng Ceng tidak berada didalam Sumur Penggantungan.
"Tentunya nona membawa berita penting bukan?"
Bertanya Pek Pek Hap.
"Betul!! Berita yang mempunyai hubungan dengan Ratu Bunga Giok Hong?"
"Giok Hong.."
"Ng... Setelah gagal mengadakan serangan kepada kalian. Dia meminta bantuan ayahku."
Berkata Kim Cui.
"juga Kut Lauw Kui. Bersama-sama dengan Giok Hong, mereka sedang membujuk ayahku untuk mengadakan persekutuan."
"Aaa, Ayahmu menerima tawaran itu?"
"Belum.."
"Maksud kedatanganmu?"
"Ayah bukan seorang yang suka peperangan. Tapi tidak luput dari sifat ketamakan seorang manusia. Dia mempunyai se
Jilid kitab Thian-Mo-Po-Lok yang seharusnya diwariskan kepada keluarga kami, tapi kitab tersebut jatuh ketangan Tan Ciu.
inilah yang mengakibatkan dendam permusuhan.
Bila berhasil mendapatkan kitab itu, tentu tidak mau menggabungkan diri dengan kekuatan orang luar.
Lain lagi jadinya bila dia tidak berhasil merebut pulang kitab Thian-Mo-Po-lok.
Besar kemungkinannya menyatukan diri dengan Sri Ratu Bunga dan pihak Tong Hay.
tiga kekuatan ini tentu menjadi suatu persekutuan yang kuat."
"Maksudmu agar membujuk Tan ciu menyerahkan kitab Thian-Mo-Po-lok?"
"Inilah yang kuharapkan. Kini ayahku sedang menuju kemari."
"Aaaa...."
Pek Pek Hap harus melayani sesuatu peperangan lain.
"Dapatkah memberi tahu akan adanya rumusan ini?"
Kim Siauw Cui memohon.
"Dia sedang mendapat gemblengan untuk melatih ilmu kepandaian yang tercatat dalam kitab Thian-Mo-Po-lok."
"Dapatkah mengajakya turut serta merundingkan datangnya bahaya?"
"Dia tidak boleh diganggu."
"Biar ku tunggu."
Berkata Kim Ciu. Pek Pek Hap tidak keberatan. Tidak berapa lama, datang lagi laporan yang mewartakan tibanya rombongan perkumpulan Kim ie kauw. Pek Pek Hap, Co Yong, Ong Jie Hauw, Lie Bwee berembuk sebentar, dan mereka berkata kepada Kim Cui.
"Kami harus menjumpai ayahmu. Nona Kim tunggulah disini."
Kim Cui menganggukan kepala.
Pek Pek hap, Ong Jie Hauw, Lie bwee dan Pek CO Yong keluar dari Sumur Penggantungan.
Diluar sumur itu sudah berbaris banyak orang.
Diantaranya terdapat juga Kim Ie Mo-Jin, Kim ie lo-jin, Kim Sam Nio dan lain-lainnya.
Pek Pek Hap mewakili seorang mengajukan pertanyaan.
"Kami dari perkumpulan Kie ie kauw datang dengan maksud tujuan untuk bicara beberapa kata dengan Tan Ciu."
Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Dapatkah kauwcu menangguhkan kunjungan ini untuk beberapa hari?"
Berkata Pek Pek Hap dengan sikap sabar.
"Mengapa?"
"Berhubung ada sesuatu hal, Tan Ciu tidak dapat keluar untuk menemui tamu."
"Mengapa tidak dapat menerima tamu?"
Kim Ie Mo-Jin mengeluarkan suara dari hidung.
"Kim ie kauwcu tidak percaya?"
Pek Pek Hap tidak dapat berterus terang.
"Ha..Ha.. tentunya dia tahu akan kedatangan diriku, sebelumnya dia sudah menyembunyikan diri lebih dahulu."
Pek Pek Hap tidak dapat menerima kata-kata ini, dia masih berusaha menekan hawa amarahnya dengan sabar berkata.
"Tan Ciu bukan seorang muda yang takut mati. Tidak mungkin dia mau bersembunyi."
Keterangan ini sangat masuk diakal. Tan Ciu belum pernah takut kepada orang. Walaupun orang yang berkepandaian lebih tinggi darinya pun. Kim Ie Mo-Jin berkata lagi.
"Aku hendak bertemu dengannya. Segera!! ada urusan penting!!"
"Sudah kukatakan, bahwa Tan Ciu belum dapat menerima tamu! Dapatkah kau datang pada beberapa hari lagi?"
"Aku tidak mempunyai itu kesabaran."
"Apa boleh buat, kita tidak dapat menerima kunjungan kalian."
"Menerima atau tidak, aku harus memeriksa seluruh isi Sumur Penggantungan."
Sifat Kim Ie Mo-Jin semakin sombong.
"Aha.."
Ong Jie Hauw membuka suara.
"hendak kulihat siapa yang berani memasuki Sumur Penggantungan."
Kim Ie Mo-Jin menolehkan kepalanya, menatap pemuda itu dan membentak.
"Bocah kurang ajar, sebutkan namamu!"
"Nama dari bocah kurang ajar bernama Ong Jie Hauw."
Pemuda ini membusungkan dada.
"Ong Jie Hauw?"
Kim Ie Mo-Jin terus memikir lama.
"Belum pernah kudengar nama ini."
"Aha.. kau belum pernah mendengar namaku. Aku pun belum pernah mendengar namamu. sama-sama..."
"Bedebah!!"
Kim Ie Mo-Jin merasa tersinggung.
"Eh, memaki orang?"
Ong Jie-hauw mendelikkan mata, tangannya diremas-remas kuat, dia siap mengeluarkan jotosan. Pek Pek Hap cepat-cepat mengetengahkan perselisihan. katanya.
"Saudara Ong Jie Hauw.. sabar.."
Dipandangnya Kim Ie Mo-Jin dan berkata kepada ketua perkumpulan itu.
"Kim ie kauwcu, kau harus memberi waktu beberapa hari."
"Tidak mungkin."
Kim Ie Mo-Jin menolak.
"Tidak percaya kepada keteranganku?"
Pek Pek hap hampir naik darah.
"Aku percaya, setelah memeriksa seluruh isi Sumur Penggantungan."
Kim Ie Mo-Jin tak mau mengalah.
"Bila aku tidak memberi izin?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lebih mudah untuk diselesaikan. Tentunya kitab Thian- mo-po-lok sudah berada didalam tanganmu. Serahkanlah kitab itu."
"Kim ie kauwcu."
Berkata Pek Pek Hap.
"Kau harus mengajukan tuntutanmu."
"Boleh.. Kesatu, panggil Tan Ciu keluar segera. Dan kedua, Serahkan kitab Thian-Mo-Po-Lok. Tanpa syarat. Titik. Memenuhi dua syaratku berarti perdamaian."
"Kim ie kauwcu."
Pek Pek Hap tidak berhasil mengelakkan pertempuran.
"Kau hendak menyerang dan kami wajib bertahan. Silahkan."
Kim Ie Mo-Jin mengulapkan tangan, itulah tanda bergerak.
Kim San Nio dan Kim Ie Mo-Jin mendekati mulut sumur.
Situasi Sumur Penggantungan tegang kembali.
Kedatangan Kim Ie Mo-Jin setengah terdesak oleh tekanan Giok Hong dan Kat Lauw Kui.
Dikatakan oleh kedua orang itu, bahwa perkumpulan Kim Ie kauw tidak berguna.
Tidak dapat meringkus seorang bocah yang mengangkangi kitab pusaka mereka.
Dan dengan mulut besar.
Kim Ie Mo-Jin mengatakan kepada mereka.
bahwa dia pasti dapat membekuk Tan Ciu, maka kitab Thian-Mo-Po-Lok pasti dapat direbut kembali.
Dia tidak membutuhkan pakta militer, Kim ie kauw tidak mau diikat oleh golongan lain.
Dia tidak akan meninggalkan Sumur penggantungan, sebelum berhasil menemui Tan Ciu untuk meminta kitab Thian-Mo-Po-Lok.
Membarengi gerakan Kim Ie lo-jin dan Kim San Nio, dia pun turut bergerak kedepan.
Ong Jie Hauw mengincar Kim Ie Mo-Jin, dia membentak.
"Berhenti..!"
Kim Ie Mo-Jin tidak akan menghentikan gerakannya, sebelum cita-citanya untuk menarik kitab Thian-Mo-Po-Lok terlaksana.
Dia masih menggerakkan kaki, maju kearah mulut sumur.
Ong Jie Hauw mengayun tangan, memukul ketua Kim Ie Kauw.
Kim Ie Mo-Jin sudah memperhitungkan akan adanya penyerangan itu, diapun menerima penuh.
Akibat dari benturan tenaga masing-masing terdorong mundur kebelakang.
Disaat yang bersamaan, Pek Pek Hap mengadu kekuatan dengan Kie ie lo-jin, Lie Bwee bergunjang dengan Kim San Nio.
Seorang bayangan kecil merayap keluar dari dalam sumur, inilah Kim Cui.
Kim Ie Mo-Jin dapat melihat adanya putri itu.
Dia mengeluarkan suara kaget.
"Kim Cui!?"
"Ayah.."
Kim Cui meneriaki ayahnya.
"Dapatkah kau menunggu beberapa hari?"
"Tutup mulut."
Kim Ie Mo-Jin membentak.
"Siapa yang menyuruh kau berada ditempat ini?"
"Ayah, aku hendak meminta kitab Thian-Mo-Po-Lok itu, berilah kesempatan beberapa hari."
Kim Siauw Cui memohon.
"Hayo!! kau pulang! "
Kim Ie Mo-Jin membentak.
Tentu saja Kim Cui tidak dapat menerima hardikan ayahnya itu.
Dia mengeloyor dipinggir sumur.
Kim Ie Mo- Jin marah besar, tenaganya yang tersedia untuk menghadapi Ong Jie Hauw terayun ke tempat putri sendiri, wing...
dia memukul Kim Cui.
"Pergi!"
Bentaknya keras.
"Hayo pulang."
Kim Cui terseret jatuh pukulan ayahnya.
tidak ringan, dia masih memandang dengan sinar mata permohonan, agar ayah itu dapat memberi kelonggaran waktu.
Kehormatan Kim Ie Mo-Jin semakin tersinggung, tangannya hampir terayun lagi.
Tiba-tiba....
Satu suara yang keren membentak.
"Kim Ie Mo-Jin tarik kembali tanganmu."
Disana telah bertambah seorang nenek berbaju hitam. nenek inilah yang mengeluarkan bentakan tadi. Kim cui membuka mulut.
"Suhu "
Nenek berbaju hitam itu adalah guru si gadis, dia menghampiri, mengelus rambut Kim Cui yang ikal, Menyaksikan keadaan muridnya, dia memancarakan sinar matanya yang liar.
"Siapakah yang telah melukai muridku?"
Dia bergeram marah.
"Aku."
Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kau??"
Suatu hal yang berada di luar dugaan nenek berbaju hitam itu.
"Ng..."
"Siapa yang menyuruh kau melukainya?"
"Dia berkhianat kepada Kim ie kauwcu."
"Huh... yang mana lebih penting? Putri sendiri atau perkumpulanmu?"
Kim Ie Mo-Jin diam bungkam.
"Kim Ie Mo-Jin."
Bentak nenek berbaju hitam.
"Jawab pertanyaanku. Mau apa tidak kau menerima kesalahan putrimu?"
"Aku tidak mengerti"
Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kukira kau lebih sayang kepada gengsi kepribadian, kau tidak membutuhkan cinta kasih putrimu."
"Terserah bagaimana penilaianmu."
"Bagus. Kau tidak mau Kim Cui. Tapi aku sebagai gurunya wajib menerima dia."
Menggapaikan tangan keraah Kim Cui, nenek itu memanggil.
"Mari, kau ikut aku."
Dengan membawa tubuh Kim Cui, nenek itu meninggalkan tempat kejadian.
Nenek berbaju hitam menarik keluar Kim Cui dari persengketaan dengan Sumur Penggantungan.
Ong Jie Hauw menyengir-nyengir didepan Kim Ie Mo- Jin.
Hal ini semakin menjengkelkan hati ketua Ki ie kauw itu, sangkanya mengejek sekali.
tangannya terayun memukul kearah si Pendekar Dungu Muda.
Setelah mengalami pertempuran yang terus menerus, pengalaman Ong Jie Hauw mendapat banyak kemajuan, dimulut dia tersenyum memandang rendah, disamping itu, kekuatannya pun tidak lengah, adanya kegaiban yang memberkahi dirinya sebagai jago tanpa tandingan menjadikan Ong Jie Hauw kebal pukulan, dia telah bersiap- siap.
Diterimanya pukulan Kim Ie Mo-Jin tanpa mengurangi isi kekuatan.
Lagi-lagi kedua orang ini terpisah, Benturan yang seperti itu tidak akan melukai lawan, Kim Ie Mo-Jin berpengalaman luas, Ong Jie Hauw bertenaga kebal.
Mereka melanjutkan pertempuran.
Kim San Nio ingin memasuki Sumur Penggantungan.
Lie Bwee tidak berpeluk tangan, dan pecahlah peperangan di front kedua.
Front berikutnya, yaitu front ketiga adalah pertempuran diantar Kim ie Lo-jin dan Pek Pek Hap.
Mereka bertanding.
Pek Pek Hap pernah disegani orang, Kim ie Lo-jin adalah adik kandung Kim Ie Mo-Jin, ilmu kepandaiannya hanya terpaut sedikit dari saudaranya itu.
Tentu saja tidak mudah ditundukan.
Dari ketiga kelompok itu, pertandingan Lie Bwee dan Kim san Nio berjalan tidak seimbang, Kim San Nio menduduki kursi ketiga diperkumpulan Kim ie kauw, tentu saja mempunyai keistimewaannya, dia mendesak Lie Bwee hebat.
Belasan jurus lagi, Lie Bwee tidak dapat mempertahankan diri, dia berusaha mengelakkan pukulan Kim San Nio, Tidak berhasil.
"Aduh.."
Dia mengeluarkan jeritan.
tubuhnya jatuh kebelakang.
Ong Jie hauw meninggalkan lawannya, jadi menguntungkan si Pendekar Dungu adalah jarak pertempuran-pertempuran itu yang tidak terlalu jauh, begitu cepat Lie Bwee terjatuh, begitu cepat pula dia menyelak didepan kekasihnya.
Kim San Nio lari kearah sumur, dia siap memasuki tempat dibawah tanah itu.
Ong Jie Hauw menggerakkan tangan, hanya satu kali tarik, dia memaksa wanita itu membalikkan badan, tangannya diayun menyempong pinggang Kim San nio.
Kim San Nio bukan jago biasa, ia sudah memperhitungkan akan adanya gangguan ini.
Bila berani musuhnya menarik dari belakang, dengan satu sambaran tangan, musuh itu akan dipukul mati.
Dan betul saja, Ong Jie Hauw melakukan gerakan itu.
Kim San Nio memukul kebelakang, tepat sekali mengenai dada Ong Jie Hauw.
Dan disaat inilah sempongan tangan si pemuda mampir dipinggangnya.
Terdengar suara jeritan Kim San Nio, tulang pinggang wanita itu patah dan remuk.
Tidak sanggup mempertahankan diri dari kekuatan gaib si pemuda.
Letak kesalahan Kim San Nio adalah kurang perhitungan untuk menambah kekuatan gaib Ong Jie Hauw.
Dia berhasil mengenai dada lawannya, tapi pemuda itu tidak mengalami cedera, dan karena itulah isi pinggangnya dipukul remuk, dia mati secara mengerikan sekali.
Kim Ie Mo-Jin yang ditinggalkan oleh Ong Jie hauw berganti siasat perang, dia menang pengalaman, dia kalah tenaga kekebalan yang sangat luar biasa, untuk mengalahkan Ong Jie hauw tanpa menggunakan tipu tentu tidak membawa hasil, Kini dia melayangkan dirinya tinggi, dari atas turun kebawah, mengincar Ong Jie Hauw, dan tentu saja pemuda itu tidak takut pukulan, membiarkan dirinya dijadikan sasaran.
Kim Ie Mo-Jin mengempos tenaga, dan dengan semua latihan dalam yang ada, dia memukul kepala Ong Jie Hauw.
Hasil dari pukulan ini memang luar biasa.
Terdengar suara pukulan keras, tanah yang dipijak Ong Jie Hauw ambles berikut juga tubuh pemuda itu, lenyap dari permukaan bumi, seluruh badan dan kepala sipemuda terpukul masuk kedalam tanah.
Hebat!! Kim Ie Mo-Jin memang luar biasa.
Pek Co Yong dan Lie Bwee yang menyaksikan kejadian itu berteriak kaget.
Kim Ie Mo-Jin tidak banyak membuang waktu langsung mengincar Lie Bwee.
Lie Bwee dan Pek Co Yong menggabungkan tenaga mereka.
sedapat mungkin bertahan dari pukulan Kim Ie Mo-Jin.
Masih tidak berhasil, Kim Ie Mo-Jin bukan jago sembarangan.
Lie Bwee dan Pek Co yong terpukul jatuh.
Bluss.....
Dari dalam tanah, muncul satu bayangan.
Itulah bayangan Ong Jie Hauw, ternyata pukulan Kim Ie Mo-Jin hanya dapat menenggelamkan dirinya ke dalam bumi, tapi tidak mungkin melukainya, Kini ia tampil kembali.
Kim Ie Mo-Jin tersentak kaget, baru pertama kalinya dia memukul orang tidak mati.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bahkan tempat yang dipukul adalah kepala lawan yang sangat lemah.
Manusia apakah orang ini.
Ong Jie Hauw memukul Kim Ie Mo-Jin, Dia membikin pembalasan.
Kim Ie Mo-Jin menerima pukulan tadi, dengan Su liang pok Cian kim atau Tenaga kecil menggeser Benda Berat, menyampingkan inti pukulan Ong Jie Hauw.
Tidak urung kedudukan jago itupun tergoyah dari tempatnya.
Ong Jie hauw sudah menjadi begitu kalap, saling susul dia mengirim hantaman-hantamannya.
Kim Ie Mo-Jin makin mundur kebelakang.
Dilain pihak Kim Ie lo-jin juga tidak dapat memenangkan pertandingan, Pek Pek Hap mendesak terlalu hebat, karena itulah Kim Ie lo-jin berusaha meminta bantuan, tentu saja dia tidak berhasil.
Dua orang saudara itu bertempur dan mundur, kemungkinan menggabungkan diri mereka.
Pek pek Hap mengundurkan serangannya.
Dia tidak berani memaksa Kim Ie Mo-Jin dan Kim Ie Lo-jin mengadu jiwa.
Ong Jie Hauw kebal senjata, tidak mempan pukulan, tidak takut terluka, si Pendekar Dungu Muda mengejar Kim Ie Mo-Jin dua saudara.
Kim Ie Mo-Jin masih banyak akal, mengingat tidak mungkin menandingi pemuda itu.
Dia membalikkan badan, lari jauh.
Dari sana masih mengeluarkan kata-kata tekebur.
"Jangan kalian lari, Tunggulah pembalasan Kim ie kauw."
Mengajak orang-orangnya Kim Ie Mo-Jin pulang sarang. Ong Jie Hauw masih hendak mengadakan pengejaran, tapi Pek Pek Hap sudah meneriaki pemuda itu.
"Saudara Ong Jie Hauw, jangan terlalu jauh dari Sumur Penggantungan."
Ong Jie Hauw dapat diberi mengerti. Dia membatalkan niatnya kembali kearah Sumur Penggantungan. Lie Bwee dan Pek Co Yong terengah-engah disamping sisi Sumur Penggantungan.
"Lie Bwee, bagaimana keadaan lukamu?"
Bertanya Ong Jie Hauw penuh perhatian.
Gadis itu menyeringai, Lukanya tidak ringan, Beruntung dia dapat pertolongan segera, tidak sampai mengakibatkan terganggunya selembar jiwanya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap memberikan pertolongan yang secukupnya, sang Putri juga menderita luka.
Mereka kembali masuk ke dalam Sumur Penggantungan.
Tan Ciu, Si pengemis tukang ramal amatir, Tong Kay dan Giok Hu Yong baru meninggalkan tempat melatih diri, Menyaksikan keadaan beberapa orang itu penuh debu, dengan tubuh luka-luka dan rambut kusut, Mereka heran sekali.
"Eh.. apakah yang terjadi?"
"Musuh masih belum pergi."
Pek Pek Hap memberi keterangan.
"Giok Hong balik kembali?"
"Bukan.. yang datang adalah rombongan Kim Ie kauw, langsung berada dibawah pimpinan Kim Ie Mo-Jin."
"Aaaa Kim Ie Mo-Jin.."
"Betul. mereka sudah melarikan diri. Tidak satupun yang dapat menandingi saudara Ong Jie Hauw..."
Semua mata tertuju kepada Si Pendekar Dungu Muda.
"Aha.."
Tan Ciu berteriak girang.
"Kau balik kembali?"
Ong Jie hauw menganggukkan kepalannya.
disamping pemuda itu, menggelot seorang gadis, inilah Lie Bwee.
Dari mereka Tan Ciu mendapat keterangan tentang penyerbuan Ratu Bunga Giok Hong.
Penyerangan kedua adalah dari rombongan Kim Ie kauw, entah dari mana lagi yang akan menyerang Sumur Penggantungan? Bercerita beberapa waktu, Tan Ciu tidak dapat melihat adanya Tan Sang dan Tan Kiam Pek.
"Ibu.."
Dia memandang Giok Hu Yong.
"Dimanakah Tan Sang pergi?"
Giok Hu Yong meneteskan air mata. Tan Ciu terkejut.
"Eh.."
Dia berteriak keras..
"Apa yang telah terjadi?"
"Dikala mendapat serangan Sri Ratu Bunga Giok Hong dan konco-konconya, kakakmu telah menjadi korban keganasan tangan mereka."
Pek Pek Hap memberi keterangan.
"Aaa !"
Setelah itu, diceritakan juga akan jalan cerita, Tan Sang, Tan Kiam Pek adalah pahlawan-pahlawan Sumur Penggantungan yang gugur untuk membela keselamatan kelompok itu.
Setelah selesai bercerita, Pek Pek Hap bersandar pada dinding ruangan.
Ruangan yang berada didalam Sumur Penggantungan itu sunyi senyap dan sepi.
Mereka dirundung oleh kesedihan besar.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Melati Putih Giok Hu Yong, Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw, jago muda Tan Ciu, Pek Co Yong dan Lie Bwee sedang berkumpul didalam ruangan itu.
Mereka mengenang jasa-jasa Tan Sang dan Tan Kiam Pek.
Demi menolong kawan-kawan mereka, Tan Kiam Pek dan Tan Sang mengorbankan diri mereka sendiri.
Tidak ada yang lebih berharga dari pengorbanan mereka ini.
Braaakkk....
Tiba-tiba tangan Tan ciu memukul dinding ruangan.
Kemarahan si pemuda melonjak keras.
"Eh.."
Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay mengerutkan alisnya.
"Apa yang sedang kau kerjakan?"
"Aku harus menuntut balas."
Tan Ciu mengeretek gigi. Dia berjalan pergi.
"Hei.."
Tong Kay meneriakinya lagi.
"Kembali!!!"
Tan Ciu tidak menghentikan langkahnya, tekadnya sudah bulat. Tidak ada sesuatupun yang dapat membendung kemarahan itu. Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay berteriak dari belakang.
"Bocah panas. gunakanlah pikiranmu yang dingin. Sebelum mempunyai cukup kekuatan untuk mengalahkan mereka. Jangan kau sembarangan bergerak."
Tan Ciu tidak membalas peringatan itu. Giliran Giok hu Yong yang bergerak dari tempatnya. dia menyusul larinya sang putra.
"Tan Ciu."
Jago wanita ini membentak. Dia sudah kehilangan satu orang putri, Tentu saja tidak akan membiarkan putra ini dibunuh mati lagi. Tan Ciu berdiam. Mereka ibu dan anak saling pandang. Pek Pek Hap sekalian pun sudah menyusul datang.
"Tan Ciu."
Berkata Pek Pek Hap.
"Bukan jaman untuk sok2an menjadi seorang jago. Balik dan rundingkanlah untuk mengatasi keadaan ini."
"Tan Ciu."
Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay membuka mulut.
"Kita harus mengumpulkan jago-jago kuat, meminta bantuan kawan-kawan baik. Setelah itu aku tidak akan mengganggu kau menuntut balas."
Semua orang berusaha untuk menahan Tan Ciu.
Hasil dari perundingan itu adalah menarik kekuatan yang dapat membantu usaha mereka.
Diantaranya kekuatan dari Guha Kematian dan jago-jago utara yang dikenal baik oleh Pek Pek Hap.
Untuk menghubungi Guha Kematian, Tan Ciu mendapat tugas khusus.
Dan untuk memanggil jago-jago utara, Pek Pek Hap bersedia mencalonkan dirinya.
Perundingan itupun selesai sampai disitu.
Pek Pek Hap menuju kearah utara.
Tan Ciu melakukan perjalanan kearah Guha kematian.
Menyingkirkan cerita Pek Pek Hap dan mengikuti perjalanan Tan Ciu.
Seperti apa yang telah diceritakan dibagian depan Guha Kematian berada dibawah asuhan Thio Ai Kie, Dengan mendapat bantuan Thio Ai kie, tentu saja kekuatan itu bukan kekuatan biasa.
Tak jauh dari Guha Kematian, berlari datang satu bayangan, langsung menghampiri Tan Ciu.
Jago muda kita menghentikan langkahnya.
Dia memperhatikan orang tua yang berada dihadapannya, tidak terlalu asing, inilah Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap yang mempunyai dendam pembunuhan muridnya.
"Kau?"
Tan Ciu menduga buruk.
Murid Sin Hong Hiap terbunuh mati dibawah tangannya.
Dan atas kejadian itu, mengikuti adanya yang kasar dan yang mau menang sendiri, Sin Hong Hiap pernah bentrok dengannya.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menganggukkan kepala.
"Kau baru tiba?"
Dia mengajukan pertanyaan. Tan Ciu membawakan sikap siap tempur, dahulu dia bukan tandingan si jago tua, hampir saja mati dibawah tangannya. Beruntung Thio Ai Kie memberi pertolongan, maka dia luput dari kematian.
"Sin Hong Hiap, kau hendak mengadakan tuntutan atas kematian Chio It Chong?"
Tan Ciu menegur.
"Ha..Ha..Ha..."
Sin Hong Hiap tertawa.
"Mengapa tertawa?"
Bertanya Tan Ciu heran.
"Aku?!"
"Hee,, apa guna menyambung permusuhan? Hampir aku menjadi korban Thio Ai Kie. Dan muridku itupun salah sendiri. Kedatanganku bukan urusan itu "
"Maksudmu?"
"Kau belum tahu, bahwa drama kehancuran hampir melanda Guha Kematian."
"Bahaya kehancuran?"
"Mari kita pulang."
Berkata Sin Hong Hiap.
"Pulang??"
"Ng.... Aku menetap didalam Guha Kematian. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie melatih dan memperdalam ilmu kepandaian mereka, kurang berhati-hati, seret jalan masuk api. Aku tiba tepat pada waktunya, dikala aku masuk kedalam Guha Kematian, mereka masih kelejetan, cepat- cepat kutotok jalan darah mereka. Memberi perintah kepada Siauw Tin untuk meminta obat Thong Thian hoan. obat Thong Thian-hoan hanya berada di pulau Tong-hay, Siauw Tin pergi ke tempat itu.
"Aaaa "
Tan Ciu mengeluarkan seruan kaget. Bersama-sama dengan Sin Hong Hiap, mereka lari kearah Guha Kematian. Seperti apa yang diceritakan Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie sangat mengkhawatirkan. Dua saudara itu salah melatih diri, hampir mati.
"Kita harus segera membantu Siauw Tin."
Berkata Tan Ciu.
"Mengapa?"
Sin Hong Hiap belum mengerti.
"Salah satu dari tiga jago Tong-hay yaitu si kurus kering Kut Lauw Kui sudah menggabungkan diri dengan Sri Ratu Bunga, kedudukannya tentu tidak akan menguntungkan kita."
Diceritakan kejadian yang sudah terjadi di Sumur Penggantungan.
"Betul."
Berkata Sin Hong Hiap. Dia dapat menyetujui pendapat si pemuda.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siauw Tin meminta obat, belum tentu dapat."
Setelah mempernahkan dua saudara Thio, Tan Ciu dan Sin Hong-hiap meninggalkan Guha Kematian.
Mereka menuju kearah Pulau Thong-hay, menyusul Siauw Tin yang meminta obat Thong thian-hoan.
Perjalanan menuju ke pulau Tong Hay dilanjutkan dengan menggunakan perahu, pengalaman-pengalaman Sie Hong hiap sangat luas, mereka menyewa perahu, menuju kelaut Timur.
Perahu yang membawa Tan Ciu dan Sin Hong Hiap meluncur dengan laju! "Berapa lamakah melakukan perjalanan yang seperti ini?"
Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kurang lebih dua hari."
Sin Hong hiap memberi keterangan.
Satu hari lagi, Pulau Tong-hay sudah berada didepan mata, ternyata laju perahu berada di depan mata, ternyata laju perahu berada diluar dugaan mereka, begitu cepat berada di pulau Tong Hay.
Pulau Tong hay dijagoi oleh Kut Lauw Kui, Tay Tauw Kui dan Bu Ceng-kui, tiga akhli silat yang merajai pulau tersebut, kemudian ditempat ini sangat sepi sekali.
Tan Ciu dan Sip Hong Hiap tidak menemukan lain perahu, entah bagaimana keadaan Siauw Tin ditempat itu.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengadakan perundingan, mereka memisahkan diri, menyelidiki keadaan pulau itu secara terpisah.
Sin Hong-hiap menuju ke Selatan, Tan Ciu menyelidiki bagian Utara Pulau itu.
Mengikuti penyelidikan Tan ciu, tampak pemuda ini merayap naik dari sebuah tebing batu.
"Siapa?"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari atas tebing batu itu.
"Aku.."
Tan Ciu memunculkan dirinya. Ia berhadapan dengan seorang lelaki tinggi.
"Sebutkan namamu."
Bentak orang itu.
"Tan Ciu."
"Dengan maksud tujuan?"
"Bertemu dengan tiga jago Tong Hay."
"Ada urusan apa?"
"Boleh aku bicara langsung dengan mereka?"
Tan Ciu tertawa. Laki-laki itu memperhatikan si pemuda beberapa waktu, kemudian menganggukkan kepala.
"Baiklah"
Dia mengajak Tan Ciu kepada sang majikan.
Tiga Jago Tong Hay, Kut Lauw Kui, Tay Tauw Kui dan Bu ceng Kui tinggal didalam bangunan-bangunan batu.
Itu waktu Kut Lauw Kui masih berada di daerah tionggoan, yang ada hanya Tay Tauw Kui dan Bu Ceng-kui.
Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga orang itu, Tan Ciu langsung dibawa menghadap dirinya, Didalam sebuah ruangan batu, duduk seorang pendek yang gemuk, bentuk kepalanya hampir menyamaii perutnya, inilah Tay Tauw Kui.
"Silahkan duduk.."
Memandang tamunya dia membuka suara. Tan Ciu duduk ditempat yang sudah disediakan untuknya.
"Ada keperluan apa Tuan datang kemari?"
Lagi-lagi Tay Tauw Kui mengajukan pertanyaan.
"Sebelumnya aku wajib memperkenalan diri."
Berkata sang pemuda.
"Aku Tan Ciu, datang dari daerah Tionggoan."
"Ngg "
"Kudengar hanya tiga jago dari Tong-hay yang memiliki obat Thong Thian-hoan, betulkah cerita orang yang seperti itu?"
"Thong thian-hoan?"
Tay Tauw Kui menganggukkan kepala.
"Kedatanganmu mempunyai hubungan dengan Obat Thong THian-hoan?"
"Sedikit banyak mempunyai hubungan."
Berkata Tan Ciu.
"Thong Thian-hoan khusus untuk menyembuhkan orang yang salah melatih diri, siapakah yang menderita luka itu?"
"Dua kawan yang pernah menolong jiwaku?"
"Dan kedatangan tuan untuk meminta obat Thong thian- hoan?"
"Pertama-tama aku mengharapkan bantuanmu untuk membagi dua butir obat itu."
Berkata Tan ciu.
"Dan urusan kedua adalah tentang seorang gadis yang bernama Siauw Tin."
"Seorang gadis yang bernama Siauw Tin?"
"Ng Tuan pernah mendapat kunjungannya bukan?"
"Kau orang mengatakan bahwa ada seorang gadis yang bernama Siauw Tin pernah berkunjung ke arah pulau ini."
Kata-kata yang di ulang oleh Tay Tauw Kui menandakan bahwa Siauw Tin belum sampai di pulau tersebut.
"Mungkinkah dia belum sampai?"
Tan Ciu menduga buruk, tentunya perahu siauw Tin mengalami sesuatu, Maka dia tidak dapat melihat gadis itu. Tay-tauw Kui memandang salah satu orangnya, dia bertanya kepada orang itu.
"Ada seorang gadis yang datang ke pulau ini?"
Laki-laki yang ditanya juga tertegun.
"Belum ada."
Dia memberikan jawaban.
"Betul-betul tidak ada seorang gadis yang hendak bertemu dengan aku?"
Tay Tauw Kui meminta kepastian orangnya.
"Sungguh!!"
Orang itu berkata pasti. Tay Tauw Kui mengalihkan sinar matanya kearah Tan Ciu.
"Bagaimana potongan dan bentuk tubuh gadis itu?"
Tan Ciu menggambarkan dedak, perawakan Siauw Tin.
"Kau tunggu sebentar."
Berkata Tay Tauw Kui.
"Akan kuperiksa dahulu kejadian ini?"
Dia memberi pesan beberapa patah kata, maka laki-laki tinggi itu meninggalkan keluar. Tidak lama kemudian, orang tersebut sudah balik kembali. Dia memberi laporan.
"Tidak ada seorang gadis yang mencari Tay To cu?"
Tan Ciu mengerutkan alisnya.
"Bagaimana dia belum sampai?"
Anak muda ini bergugam.
"Kau tidak percaya?"
Balik tanya Tay Tauw Kui. Tan Ciu ragu-ragu. Tay Tauw Kui berkata.
"Disekitar pulau sering terjadi gelombang pasang, besar kemungkinannya kawan gadismu itu terdampar kelain tempat."
"Terdampar kelain tempat?"
Tan ciu harus percaya kepada keterangannya.
"Hal ini bukan tidak mungkin terjadi."
Tay Tauw-kui memperkuat keterangannya., Tan Ciu menarik napas.
"Dan untuk permintaanmu yang pertama, memang obat Thong thian-hoan, kami tidak dapat memberikan kepadamu."
Berkata Tay Tauw Kui. Tan Ciu harus berdaya upaya. Tapi Kut Lauw Kui dapat memberikannya. Dia berkata.
"Kut Lauw Kui adalah kakek berbaju merah kurus kering itu. Disaat ini masih berada didaerah Tionggoan."
Dan Tan Ciu hendak menggunakan kakek itu sebagai alasan. Tay Tauw Kui terkejut, kepalanya yang agak besar itu digoyangkan.
"Kau sudah bertemu dengan saudaraku yang ketiga?"
Dia bertanya.
"Mungkinkah belum kembali?"
Balik bertanya Tan Ciu.
"Dia sedang berada di perjalanan didaerah Tionggoan."
Tay Tauw Kui memberi keterangan.
"Aku tahu..."
Berkata Tan Ciu.
"Mungkinkah belum kembali?"
"Belum.."
"Dia memberi luka ditangan seorang yang bernama Ong Jie Hauw."
"Terluka?"
"Ng... Tentunya sudah kembali. Dia wajib mendapat pengobatan segera."
"Tetapi dia belum kembali."
"Wah.. bagaimana? Kukira dia dapat memberi obat Thong Thian Hoan."
Berkata Tan Ciu. Tay Tauw Kui berkata.
"Untuk orang yang berhak mendapat obat Thong Thian- hoan harus memenuhi salah satu dari ketiga syarat ini. Syarat pertama adalah pamili atau orang terdekat kami. Syarat kedua adalah orang yang pernah menolong kami. Dan syarat yang ketiga adalah orang yang dapat mengalahkan kami."
"Kau tidak bersedia memberi atau menjual obat itu?"
Berkata Tan Ciu.
"Obat dari daerah Tong-hay bukan khusus untuk di perjual-belikan, tentu saja tidak dijual. Kecuali kau dapat memenuhi salah satu dari ketiga syarat yang sudah kusebut tadi."
"Aku bersedia memenuhi syarat yang ketiga."
Berkata Tan Ciu.
"Kau hendak menentang aku? Suatu hal yang hampir belum pernah terjadi."
Tiga jago dari Tong hay terkenal belum menemukan tandingan. Dan hari itu seorang anak muda yang belum mendapat nama hendak menantangnya. Tentu saja suatu hal yang membingungkan Tay Tauw Kui. Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kawanku menderita bahaya. Aku harus segera menolongnya."
Berkata si pemuda.
"Karena itu dengan memberanikan diri, aku hendak menantang tuan."
"Baik!"
Tay Tauw Kui sangat setuju.
"Katakanlah. Dengan tangan kosong atau dengan senjata tajam?"
"Kukira cukup dengan beberapa jurus tipu silat tangan kosong saja."
Berkata Tan Ciu. Tay Tauw Kui bangkit dari tempat duduknya.
"Mari kita bertanding diruangan silat."
Dia mengajak sang tamu muda.
"Tunggu dulu..."
Berteriak Tan Ciu.
"Ada apa lagi?"
"Dimisalkan aku menghendaki dua butir Thong thian Hoan, apa aku diwajibkan bertanding sampai dua kali? Atau bertanding dengan dua orang?"
"Oh... dimisalkan kau memiliki ilmu kepandaian silat yang berada diatas diriku, Aku bersedia menghadiahkan dua butir obat Thong Thian Hoan."
"Baik.."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Ciu sangat gembira. Mereka meuju kearah tempat pertandingan. Setelah memasang kuda-kudanya, Tan Ciu bertanya.
"Berapa juruskah untuk menentukan pertandingan ini?"
"Sepuluh jurus...setuju??"
"Baik.."
Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga jago Tong Hay, tentu memiliki ilmu kepandaian yang tidak boleh dipandang ringan.
Betul Tan Ciu sudah berhasil meyakinkan ilmu Thian mo Sinkang yang tercatat didalam Kitab Thian-Mo-Po-Lok, dapat tidaknya mengalahkan jago Tong Hay itu terlalu penting, kekalahannya berarti kematian bagi Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie.
Tan Ciu sangat berhati-hati.
Tay Tauw Kui sudah bergerak, gesit laksana kilat, dia berputar kebelakang lawannya dari situ, baru dia mengirim satu pukulan tangan.
Tan Ciu mengikuti gerakan orang.
Maka kedudukan posisi dari kedua orang itu tetap seperti sediakala, mereka berhadap-hadapan.
Serangan Tay Tauw Kui dibalas dengan serangan lagi.
Hasil dari benturan tenaga adalah terpisahnya kedua orang yang bertanding.
Tan Ciu bergoyang dua tapak, tapi Tay Tauw Kui geser empat langkah.
Perbedaan yang sudah jelas, kekuatan Tay Tauw Kui masih berada dibawah si pemuda.
"Hebat."
Tay Tauw Kui memberikan pujiannya. Dengan gesit, dia sudah menyerang lagi dua kali.
"Ilmu meringankan tubuh yang luar biasa."
Tan Ciu balas memuji sang lawan. Untuk tenaga pukulan Tan Ciu menang kepalan, tapi untuk meringankan badan, tidak mungkin Tan Ciu dapat mengejar Tay Tauw Kui. Sepuluh jurus itu telah selesai dimainkan, Tay Tauw Kui lompat mundur keluar lapangan.
"Aku menyerah."
Dia berkata lesu. Dari dalam sakunya, Tay Tauw Kui mengeluarkan botol kecil, membuka tutup botol itu dan mengeluarkan dua butir obat. Diserahkan kepada si pemuda.
"Inilah obat Thong Thian-hoan."
Katanya.
"Ambillah.. aku menghadiahkan dua butir."
Tan Ciu menerima pemberian obat itu.
Terlalu mudah sekali, Dia tertegun lama.
Seolah-olah ada sesuatu yang kurang beres didalam permainan ini.
Begitu mudah mendapatkan obat Thong Thian Hoan yang diharapkan.
Dia tidak begitu yakin kepada kenyataan.
Memperhatikan dua butir obat yang berwarna hitam.
Tan Ciu mengendus-endusnya.
"Inilah yang bernama obat Thong Thian hoan?"
Dia bertanya.
"Kau kira obat palsu?"
Tay Tauw Kui menunjukkan sikapnya yang tidak puas.
"Aku "
Tan Ciu kurang pandai bicara. Tay Tauw Kui tertawa, dia mengeluarkan botol obat yang belum disimpan tadi, diambilnya satu butir lagi dan diletakkan kedalam mulut. Kluk.. dia menelan obat itu.
"Nah..."
Dia berkata.
"Percayalah!! ini obat asli! tidak mengandung racun.."
Tan Ciu malu kepada diri sendiri. Bila orang itu berani memakannya, Tentu bukan obat palsu. Lebih-lebih bukan obat yang mengandung racun.
"Maafkan aku yang terlalu banyak curiga."
Tan Ciu memberi hormat.
"Atas pemberian ini, sebelum dan sesudahnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
"sama-sama...."
Berkata Tay Tauw Kui "Kedua kawanmu yang sedang tersiksa itu membutuhkan pertolongan segera, lekaslah kembali kepadanya."
"Aku meminta diri."
Berkata Tan Ciu memberi hormat.
"Silahkan..."
Tan Ciu meninggalkan rumah batu Tay Tauw Kui dengan hasil dua butir obat Thong thian-hoan.
Tay Tauw Kui tidak mengantar tamunya.
Dia tertawa dingin.
Dan kembali masuk ke dalam ruangan tempatnya.
Disana sudah menunggu seorang pelajar tua, inilah salah seorang dari tiga orang jago Tong-hay lainnya, Bu Ceng Kui, demikian nama dari pelajar tua itu.
"Bagus.."
Berkata Bu Ceng Kui tertawa.
"Kau dapat memegang peranan dengan bagus."
Tay Tauw Kui berdengus.
"Begitu mudah untuk meminta obat Thong Thian Hoan kita?"
Dia membawakan sikap yang lain dengan sikap yang diperlihatkan kepada Tan Ciu tadi.
"Bocah yang bernama Tan Ciu ini memang luar biasa."
Berkata Bu Ceng Kui.
"Kita sulit untuk menghadapinya."
Berkata Tay Tauw Kui.
"Dimanakah gadis itu?"
"Didalam kamar."
Berkata Bu Ceng Kui.
"Eh.. Kau tidak memakan obat penawar racun? Kau sudah memakan Ngo-tok liat-cong-hoan terlalu lama."
Tay tauw Kui memilih obat penawar racun, dimakannya segera. Dan obat yang dikatakan sebagai obat Thong Thian Hoan itu adalah racun Ngo tok liat-cong-hoan yang maha bisa. Maka dia harus memakan obat penawarnya.
"Kita berhasil mengusir mereka tanpa pertempuran."
Berkata Tay Tauw Kui.
"Ngg.... Kau pandai memegang peranan."
Puji Bu Ceng Kui.
"Dia tidak curiga?"
"Kukira tidak.."
Berkata Tay Tauw Kui.
"Bagaimana keadaan gadis itu. dia setuju?"
"Belum."
Berkata Bu Ceng Kui.
"Tapi aku percaya, dia pasti melulusi permintaan kita,."
"Tentu saja."
Mereka tertawa besar, Suara-suara Bu Ceng Kui dan Tay Tauw-kui memenuhi seluruh ruangan itu.
Mereka mengira bahwa Tan Ciu dapat dikelabui dengan mudah,.
Memang terlalu gampang untuk mengibuli anak muda yang tidak berpengalaman.
Menceritakan perjalanan Tan Ciu dia sudah balik kembali keperahu mereka.
Disana sudah menunggu si tukang perahu beserta Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.
"Bagaimana?"
Sin Hong Hiap mengajukan pertanyaan.
"Success..."
Berteriak Tan Ciu gembira. Mengeluarkan racun Ngo-tok hiat cong-hoan dan berkata.
"Nah.. inilah obat Thong Thian Hoan."
Dia belum tahu bahwa Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui sudah bersekongkol untuk meracuni orang-orang yang bersangkutan.
Memberi nama obat Thong Thian Hoan kepada racun Ngo-Tok hiat-cong-hoan.
Pengalaman-pengalaman Sin Hong Hiap sudah menjadikan si jago muda sebagai seorang yang mempunyai ketajaman istimewa.
Dia menerima obat itu segera.
"Bagaimana dengan keadaan Siauw Tin?"
Dia bertanya.
"Mereka mengatakan bahwa dia belum datang."
Jawab Tan Ciu mengulang keterangan Tay Tauw Kui.
"Siauw Tin belum sampai di pulau ini?"
"Betul.."
"Ach.. kukira tidak mungkin, dia sudah berangkat beberapa hari dimuka."
"Sungguh, Siauw Tin belum sampai."
"Bagaimana kau tahu, jika Siauw Tin belum sampai diatas pulau?"
"Tay Tauw Kui yang mengatakan."
"Begitu percaya kau kepada keterangan orang."
"Kukira boleh dipercaya."
Berkata Tan Ciu.
"Dia begitu baik kepada kita, memberi obat Thong Thian-hoan, tidak ada alasan untuknya menipu orang."
"Kau tahu pasti bahwa obat ini yang bernama Thong Thian-hoan?"
"Tay Tauw Kui telah menelan satu butir obat juga."
"Obat yang sama?"
"Obat yang sama!!"
"Ngg...."
Sin Hong Hiap tidak dapat mengemukakan alasan lain.
"Mari kita berangkat pulang."
Tan Ciu memberi saran. Sin Hong Hiap sudah bersedia menuruti kehendak kawan itu, tiba-tiba bayangan menyelusup masuk kedalam benak pikirannya. Dia menghentikan gerak langkah kakinya.
"Tunggu dulu!!"
Dia berkata.
"Ada apa?"
Tan Ciu menoleh ke arah si Pendekar Dewa Angin.
"Kukira ada sesuatu yang tidak beres."
Berkata Sin Hong Hiap.
"Seolah-olah aku mendapat firasat buruk."
"Firasat tentang apa?"
Bertanya Tan Ciu. Dia masih belum mengerti.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kukira terlalu mudah kau menerima obat Thong Thian Hoan."
"Tentu saja mudah. karena aku sudah mengalahkan Tay Tauw-kui."
"Bukan itu yang kumaksudkan. Apa akibatnya bila dia menyerahkan obat palsu kepadamu?"
"Obat palsu?"
Tan Ciu semakin bingung.
"Mana mungkin."
"Dimisalkan racun jahat yang dapat mematikan orang. Bukankah jiwa dua saudara Thio akan tersiksa?"
"Tidak mungkin... Tay Tauw kui berani menelan obat yang mengandung racun, bukan? Kesimpulanku ialah, obat yang diberikan olehnya adalah obat tulen."
"Belum tentu..."
"Alasanmu?"
"Dimisalkan dia sudah menyediakan penawar racun, setelah itu dihadapanmu dia berdemonstrasi, menelan benda yang diserahkan kepadamu. Dapatkah racun itu bekerja?"
"Dia sudah memakan obat penawar racun?"
"Dimisalkan sampai terjadi permainan ini. Siapakah yang dirugikan?"
Tan Ciu sadar akan kesalahannya.
Dia meminta obat Thong Thian-hoan untuk menolong Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie, bukan untuk menyelakakan mereka.
Bila sampai terjadi permainan sulap Tay Tauw Kui, secara tidak langsung dialah yang membunuh bekas penolong itu.
Dia harus berhati-hati.
"Kau mengatakan bahwa kedua obat ini berupa benda yang mengandung racun?"
Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Belum dapat dipastikan."
Berkata Sin Hong Hiap mengangkat pundak.
"Kita harus mengadakan percobaan itu?"
Bertanya Sin Hong Hiap menyengir.
Tan Ciu garuk-garuk kepala.
Bagaimana dapat mengadakan percoaan itu? Bagaimana dia harus mencoba asli tidaknya dari kedua butir obat yang didapat dari Tay Tauw Kui? Dimisalkan obat itu berjumlah lebih daripada dua, tentu saja mudah diselesaikan.
Sin Hong Hiap berkata.
"Setelah terbukti, bahwa obat ini bukan obat yang asli, Tentunya mereka telah menahan Siauw Tin."
"Betul!! besar kemungkinannya Siauw Tin masih berada di pulau ini."
"Betul. Kita harus mencari keterangan yang lebih jelas."
Sin Hong Hiap lompat turun dari perahu, dia menggapaikan tangan.
"Mari.."
Katanya "Kau ikut aku."
Tan Ciu meniru gerakan si Pendekar Dewa Angin. Mereka balik kembali. Mengunjuk penjaga pulau, Sin Hong Hiap berkata.
"Bekuk orang ini. Kita meminta keterangannya."
"Baik!!"
Tan Ciu mendekati penjaga pulau itu. Lelaki yang sedang meronda terkejut.
"Eh.. kau belum pergi?"
Dia heran.
"Belum!!"
Berkata Tan Ciu tertawa.
"Boleh aku mengetahui namamu?"
"Aku Ciok Boh."
Berkata laki-laki itu.
"Saudara Ciok Boh, bagaimana hubunganmu dengan ketiga jago Tong-hay?"
Bertanya Tan Ciu.
"Aku adalah muridnya."
Berkata Ciok Boh.
"Bagus. Tentunya paham sekali tentang keadaan tempat ini bukan?"
"Tentu saja."
"Pernah mendengar nama obat Thong Thian-hoan?"
"Itulah obat kesayangan guru-guru kami,"
Berkata Ciok Boh.
"Khasiatnya adalah khusus untuk menyembuhkan bagi mereka yang sesat melatih diri."
Tan ciu mengeluarkan dua butir obat pemberian Tay Tauw Kui, diserahkannya kepada Ciok Boh dan berkata "Kenal kepada obat ini?"
"Itulah obat Thong Thian Hoan yang suhu berikan kepadamu."
Berkata Ciok Boh.
"Namanya?"
"Thong Thian Hoan."
"Yakin, bahwa obat ini yang bernama Thong Thian- hoan?!"
Wajah Ciok Boh berubah.
"Tidak salah lagi."
Suaranya agak gemetar.
"Bagus!!"
Tan Ciu tertawa dingin.
"Hendak kuhadiahkan kepadamu. Makanlah."
"Ah.."
Ciok Boh gugup.
"Aku segar bugar, bagaimana disuruh makan Thong Thian Hoan?"
"Tidak ada salahnya bukan?"
"Tapi... tapi "
"Coba kau makan obat ini.."
"Guruku sudah memakan satu butir bukan?"
"Aku memberi perintah agar kau memakan obat ini."
Ciok Boh melempar obat itu, Tan Ciu kaget, Tangan si pemuda terjulur, hendak menyanggah obat yang dibuang oleh Ciok Boh.
Dan kesempatan inilah yang ditunggu oleh murid Tay Tauw Kui.
Begitu tepat pula dia memukul kepala si pemuda.
Tan Ciu sadar akan adanya bahaya itu.
Cepat dia mengegos.
"Kau ?!"
Suara ini terputus.
Tangan Ciok Boh mengenai pundaknya.
Tan Ciu terdorong kebelakang.
Ciok Boh menyusul datang.
Dia hendak menamatkan jiwa lawannya.
Dia tidak percaya, mana mungkin pemuda ini berkepandaian tinggi? Dia mencemoohkan sang guru yang dianggap bernyali kecil! terbukti dengan satu pukulan gelap, dia mengerjai Tan Ciu.
Tan Ciu berani menantang tiga jago Tong Hay, tentu disertai perbekalan yang komplit.
serangan Ciok Boh yang mengenai pundaknya disebabkan kurangnya perhatian si pemuda.
Ia terlalu memusatkan panca indranya kepada obat yang belum dapat dipastikan keasliannya.
Tan ciu hampir terpelanting kebelakang.
begitu cepat pula daya kekuatan reflek bekerja, memasang posisi kuda- kuda yang kuat, dan Ciok Boh yang kurang pengalaman menyusul datang, itulah yang Tan Ciu inginkan dengan kedua tangan yang didorong kedepan dia memukul lawannya.
Bang!....
Ciok Boh tidak sanggup mempertahankan dirnya, tubuh itu terbang jauh.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menyanggah datangnya Ciok Boh, menekan jalan darah kematian orang itu.
"Jangan bergerak,"
Dia mengancam.
"Berani goyang dikit, berarti mencari mati sendiri."
Ciok Boh mati kutu. Terasa sekali tekanan Sin Hong Hiap yang mengancam jalan darah kematiannya. Tan Ciu menyusul datang. Pada tangan pemuda itu masih membawa dua butir obat "Thong Thian Hoan."
Kini dia berani berkata pasti, bahwa dua benda yang berbentuk seperti obat itu bukanlah barang yang dikehendaki.
Sin Hong Hiap menelikung tangan Ciok Boh, Ditekukkan kebawah tanah.
Ciok Boh dapat memperhatikan wajah tua Sin Hong Hiap yang bengis itu.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 25
"K A U ? ... Kau..."
Dia belum tahu, hukuman bagaimana yang hendak dijatuhkan kepada dirinya.
"Jangan takut."
Berkata Sin Hong Hiap.
"Aku masih belum menghendaki jiwamu."
"Siapa kau ?"
Ciok Boh marah besar.
"Kawan Tan Ciu."
Berkata Sin Hong Hiap secara singkat. Tan Ciu sudah datang dekat, mengacungkan obat Thong-thian-hoan palsu dan membentak.
"Katakan sekali lagi, ini obat Thong-thian-hoan?"
"Be . .tul ..Betul..."
Berkata Ciok Boh cepat.
"itu obat Thong-thian-hoan."
"Nah. makanlah obat ini."
Berkata Tan Ciu yang hendak menjejal benda tersebut kedalam mulut Ciok Boh.
"Jangan!"
Ciok Boh mengeluarkan suara jeritan.
"Mengapa?"
Bertanya Tan Ciu beringas.
"Aku ..aku ..."
"Kau mendapat hadiah obat Thong thian-oan. Maka bebas dari gangguan Sesat Jalan Darah Masuk Api ."
Sesal Jalan Darah Masuk Api adalah nama istilah dari sesuatu hal yang menandakan salahnya seseorang yang melatih ilmu silat kelas tinggi.
"Jangan!"
Berteriak Ciok Boh.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mengapa?"
"Itu bukan obat Thong-thian-hoan."
Berkata Ciok Boh membuka rahasia.
"Sebutkan nama dari benda ini!"
Bentak lagi Tan Ciu.
"Itulah racun Ngo-tok-liat-tiong-hoan."
"Racun?"
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap saling pandang. Sangat beruntung. Mereka tidak berlaku gegabah sembarangan memberikan racun2 ini kepada Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie. maka terhindarlah dua jago wanita tua itu dari kematian diserang racun.
"Betul."
Berkata Ciok Boh.
"Nama racun itu adalah Ngo- tok-liat-cong-hoan."
Tan Ciu merasa tertipu. Kemarahannya sukar dilukiskan.
"Betul-betul kita dikelabui."
Berkata Sin Hong Hiap bergumam. Tan Ciu mengayun tangan, maksudnya hendak menamatkan jiwa laki-laki yang bernama Ciok Boh itu. Cepat-cepat Sin Hong Hiap menahan.
"Jangan!". Si jago tua lebih berpengalaman. Asam yang dimakan oleh Sin Hong Hiap lebih banyak dari nasi yang masuk kedalam perut Tan Ciu. Jembatan yang dilalui oleh sijago tua lebih banyak dari jalan-jalan yang pemuda lintasi! Itulah perbedaan diantara oraog-orang yang sudah tua dan anak- anak muda. Menjengakkan kepala Ciok Boh. Sin Hong Hiap membentak.
"Pulaumu pernah mendapat kunjungan seorang gadis, bukan?"
Ciok Boh menganggukkan kepalanya.
"Dia bernama Siauw Tin, bukan?"
Bertanya lagi Sin Hong Hiap. Dan untuk kesekian kalinya lagi-lagi Ciok Boh mennganggukkan kepala, gerakannya begitu lemah tidak ada semangat lagi.
"Dimanakah gadis itu kini?"
Membentak Tan Ciu tidak sabar.
"Didalam Kamar susiok."
"Susiok yang mana?"
"Susiok Bo Ceng Kui."
"Siauw Tin telah menjadi orang tawanan kalian?"
"Ceritakan lebih jelas lagi."
"Nona Siauw Tin datang seorang diri, bertemu dengan susiok. dikatakan, dia membutuhkan obat Thong thian- hoan, maksudnya hendak menolong dua wali orang tuanya. Tentu saja susiok tidak mau menyerahkan obat yang diminta. Tapi susiok tertarik kepada Kecantikan nona itu. dengan menggunakan tipu nona Siauw Tin berhasil dijebloskan kedalam lubang perangkap. Begitulah dia menjadi tawanan Tong-hay. Susiok berkata kepadanya, Dia dapat memberikan obat Thong thian-hoan. dengan jasa timbal balik meminta badan si gadis."
"Kurang ajar!"
Tan Ciu berteriak keras.
"Nona Siauw Tin Tidak setuju."
Ciok Boh meneruskan ceritanya.
"Demikianlah nona itu dikurung didalam suatu kamar. Dengan janji melepaskan dirinya, setelah dia bersedia ditawan oleh susiok."
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap selesai mendengar cerita keterangan Ciok Boh, mereka menotok jalan darah laki-laki itu.
"Seperti apa yang sudah kuduga. Berkata Sin Hong Hiap.
"Mereka tidak rela menyerahkan obat Thong-thian-hoan."
"Kita mengadakan teguran."
"Mari."
Dengan membawa tubuh Ciok Boh, Tan Ciu dan Sin Hong Hiap balik kembali. Dibangunan batu Tay Tauw Kui, keadaan masih sepi, derap langkah Tan Ciu dan Sin Hong Hiap menimbulKan reaksi yang spontan. Dari dalam rumah terdengar suara bentakan Tay Tau Kui.
"Siapa? Ciok Boh kah yang datang?"
"Beserta kami."
Tan Ciu memberi jawaban.
Pintu itu dibuka, terlihat Tay Tauw Kui menunjukkan rasa bingungnya.
Tan Ciu melempar tubuh Ciok Boh kepada si Iblis Kepala Besar! Tay Tauw Kui menyanggah benda yang terlempar kearahnya, dikala sadar bahwa itulah murid sendiri.
alangkah terkejutnya.
Dia menurunkan tubuh murid itu.
"Kau?"
Dia memandang Tan Ciu dan meminta keterangan yang lebih jelas. Dengan alasan apa tamu itu menotok muridnya.
"Aku balik untuk menghaturkan terima kasih kepadamu."
Berkata Tan Ciu.
"Terima kasih?"
"Bagaimana tidak mengucapkan terima kasih? karena kau telah memberi hadiah dua butir obat Thong-thian- hoan."
"Mengapa kau menotok muridku."
Bentak Tay Tauw Kui. Dia belum sadar bahwa permainan sulapnya telah diketahui orang.
"Aku menotok jalan darah muridmu, karena dia memberi tahu kepadaku, bahwa dua butir obat Thong- thian-hoan. yang kau berikan kepadaku itu berupa dua butir obat palsu dua butir obat yang mengandung racun jahat."
"Bohong!"
Tay Tauw Kui berteriak keras.
"Boleh kau bertanya kepada muridmu sendiri."
Berkata Tan Ciu tenang. Ciok Boh diberi kesempatan bicara, badannya gemetaran menggigil keras.
"Suhu "
Dia memanggil lemah.
"Bedebah!"
Bentak Tay Tauw Kui.
"Apakah yang kau katakan kepada tamu kita ini?"
"Kukatakan ...Kukatakan... Aku dipaksa oleh mereka."
Berkata Ciok Boh.
"Kau kutakan kepada mereka bahwa dua butir obat yang kuberikan kepadanya itu mengandung racun jahat?"
"Be ... Betul "
"Bedebah!"
Tangan Tay Tauw Kui Terayun.
pruk! kepala sang murid pecah disaat itu juga, jiwanya melayang kealam baka.
Menyaksikan kekejaman Tay Tauw Kui yang memperlakukan murid sendiri seperti itu, Tan Ciu kesima, hanya sebentar, Kemudian pemuda ini tertawa dingin.
setengah mengejek dia barkata.
"Hebat, telah kusaksikan ilmu kepandaian Tay Tauw Kui yang luar biasa,"
"Murid murtad ini harus dikasih mati."
Tay Tauw Kui berkata.
"Berani dia mengadu domba."
"Hu, percayalah bahwa dua butir obat yang kuberikan kepadamu itu adalah obat mujarab."
"Terlalu mujarab."
Berkata Tan Ciu.
"Sehingga ia dapat mematikan orang segera."
"Bohong. Jangan percaya keterangannya."
"Aku tidak percaya keterangannya, Tapi aku lebih percaya kepada kenyataan. Bukan saja dua butir obat palsu itu yang kau berikan, Siauw Tin yang dikatakan belum sampai dipulau inipun berupa isapan jempol juga."
"Aah, kau terlalu percaya kepada fitnahan orang."
"Lekas katakan, dimana kau simpan gadis itu!"
"Boleh kau cari sendiri? Adakah dia ditempat ini?"
Tay Tauw Kui masih menyangkal keras.
"Boleh aku memeriksaa kamar Bu Ceng Kui?"
Berkata Tan Ciu mengirim kerlingan mengejek.
"Aaa ..!"
Rusaklah semua rencana Tay Tauw Kui.
"Tay Tauw Kui, lekas serahkan gadis itu."
Tan Ciu meminta orang. Tay Tauw Kui menunjukkan sikap aslinya. dengan beringas dia bergeram.
"Ternyata kau tidak mudah dikelabui."
"Hampir saja aku tertipu olehmu."
Berkata Tan Ciu Tidak kusangkal lagj."
Berkata Tay Tauw Kui keras.
"Obat Thong-thian-hoan masih berada didalam tanganku. Gadis cantik itu berada didalam kamar suteeku, apa yang kau mau?"
"Jangan berlagak tolol."
Berkata Tan Ciu.
"kau tahu,apa yang harus diperbuat olehmu."
Tay Tauw Kui bergerak kesamping, dia hendak menyerang bagian belakang orang.
Tan Ciu bermata tajam, dia berganti posisi melayani serangan ini.
Tay Tauw Kui gesit sekali.
dia lari jauh, terhindarlah bentrokan tadi, dia meringankan tubuh.
Tan Ciu menang kekuatan.
Dia tak mau membentur tenaga lawan itu.
Terjadi pertempuran didalam ruangan, sedikit demi sedikit, tapi yang sudah jelas dan pasti.
Tan Ciu mendesak lawannya.
Posisi Tay Tauw Kui terjepit pada dinding tembok batu, Tan Ciu memukul kedepan, Tay Tauw Kui hendak mengegoskan diri, tak berhasil, dengan telak, pundaknya kena pukulan, dia terhuyung kesamping! Tan Ciu mengirim lain pukulan lagi.
agaknya sulit bagi Tay Tauw Kui untuk mengelakannya.
Tiba-tiba melayang masuk seorang, segera dia membentak.
"Jangan sombong!"
Lalu mengirim satu pukulan menolong Tay Tauw Kui dari posisi terjepit. Disana sudah bertambah seorang berwajah panjang. seperti muka kuda. inilah Bu Ceng-kui juga termasuk salah satu dari tiga jago Tong-hay.
"Tan Ciu."
Berkata Bu Ceng Kui.
"Jangan kau bertindak melewati batas."
"Lepaskan Siauw Tin,"
Tan Ciu membentak keras.
"kentut!"
Bu Ceng Kui tidak mau kalah.
"Dia telah menjadi istriku. Dengan hak apa, kau meminta dirinja ?"
Tan Ciu mendelikan mata, tentu saja dia tidak percaya.
"Pulanglah. Aku pernah menyerahkan dua butir obat Thong-thian-hoan kepadanya."
Berkata lagi Bu Ceng Kui. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menampilkan dirinya, ia membuka suara.
"Bu Ceng Kui, masih kenal kepadaku?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau?"
Bu Ceng Kui menolehkan kepala dan terbelalak kaget.
"Betul."
Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Kau berkelompok dengan sibocah Tan Ciu?"
Bu Ceng Kui menegurnya.
"Tidak salah. Janganlah Kalian kukuh kepala."
Mengetahui tidak ungkulan untuk memenangkan pertandingan itu, Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui memberi kerlingan mata, didalam saat yang sama, tubuh mereka bergerak, siuutt.! Melarikan diri dari ruangan tadi.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap tidak menduga bakal menemukan kejadian yang seperti itu, Dikala mereka sadar dari kesalahannya, bayangan Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui sudah lenyap tidak terlihat.
Mereka lalu mengejar, tidak berhasil.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengamuk didalam bangunan itu.
bagaikan dua ekor naga tanpa tandingan.
tanpa mendapat gangguan mereka mengaduk sarang tiga jago Tong-hay.
Disuatu ruangan batu yang agak tersembunyi, mereka berhasil menemukan Siauw Tin gadis itu sedang menangis sesenggukkan.
"Siauw Tin."
Tan Ciu memanggil girang. Siauw Tin menoleh kaget, kedua pipinya basah dengan air mata! "Tan Ciu."
Dia bangkit dari tempat duduknya.
"Nona Siauw."
Berkata Sin Hong Hiap.
"Mereka sudah melarikan diri. Mari kita pulang."
"Kedatangan kalian sudah terlambat."
Berkata Siauw Tin.
"Mengapa?"
Tan Ciu terkejut.
"Kita dapat mencari obat lainnya."
"Obat Thong thian-hoan sudah berada padaku."
Berkata Siauw Tin.
"Kiu? ,. Kau . ,"
Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Bu Ceng Kui sudah menyerahkannya padaku."
Berkata Siauw Tin. Rasa girang Tan Ciu tidak terlukiskan, tapi segera terbayang keterangan Ciok Boh. tentu ada sesuatu yang terjadi.
"Bagaimana kau mendapatkan obat Thong thian-hoan?"
Bertanya si pemuda. Dengan tenang, Siauw Tin berkata.
"Aku mengorbankan diri sebagai jasa timbal balik."
"Aaaa ..."
Sin Hong Hiap dan Tan Ciu saling pandang.
"Aku sudah menjadi istrinya,"
Berkata lagi Siauw Tin.
"Kau, kau, rela menjadi istri Bu Ceng Kui?"
Tan Ciu penasaran.
"Tan Ciu!"
Berkata Siauw Tin lagi.
"Jangan tidak percaya, demi menolong guruku. Apa boleh buat, aku rela mengorbankan diriku. Dan hanya cara ini yang meyakinkan kepadanya. maka aku berhasil meminta obat. Thong thian- hoan."
"Siauw Tin ..."
"Aku tahu."
Berkata lagi si gadis, terima kasih kepada perhatian kalian."
Diserahkannya dua butir obat Thong-thian-hoan, kemudian gadis itu berkata lagi.
"Nah, tolonglah berikan kepada guruku. Katakanlah kepada mereka bahwa aku tidak dapat kembali lagi."
"Kau, kau tak mau kembali ke Tionggoan?"
"Aku telah menjadi istri seorang Tong-hay dan aku akan mati ditempat ini."
Berkata Siauw Tin.
"Tidak akan bertemu dengan gurumu?"
"Tolong kalian sampaikan salamku."
"Siauw Tin ..."
"Tan Ciu, jangan bersusah hati."
Bagaimana Tan Ciu tak bersedih? Sedikit banyak sipemuda pun ada menaruh hati kepada gadis ini dan karena Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mereka tidak dapat mengembangkan hubungan muda-mudinya.
Sin Hong Hiap berlaku tahu diri, membiarkan keadaan yang seperti itu berlangsung terus menerus adalah suatu perkembangan yang tidak baik, segera mengajak si pemuda meninggalkan pulau Tong-hay.
Dengan membawa obat Thong-thian-hoan.
dengan hati yang hancur luluh.
Tan Ciu mengambil selamat berpisah.
Meninggalkan Siauw Tin diatas pulau Thong-hay.
Perjalanan pulang tidak memakan waktu, singkatnya cerita.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap sudah tiba di Guha Kematian.
Obat Thong thian-hoan adalah obat khusus untuk menyembuhkan orang yang Sesat Jalan Darah Masuk Api.
Dengan adanya obat ini.
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie dapat ditolong.
Tan Ciu menceritakan bentrokannya Sumur Pengantungan dan Istana Ratu Bunga.
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie baru lolos dari lubang jarum.
mengingat keadaan mereka yang terlalu lemah.
mengingat ilmu kepandaian Sin Hong Hiap yang dapat diandalkan mereka meminta jago tua itu yang mewakili dirinya.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap tidak keberatan, Dia mewakili Guha Kematian, membantu usaha Tan Ciu untuk menumpas kekuatan Istana Ratu Bunga.
Didepan guha, Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengantar mereka.
Kekuatan Sin Hong Hiap cukup untuk merasakan kesulitan-kesulitan si pemuda.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap turut serta ke Sumur Penggantungan.
Didalam Sumur Penggantungan sudah berkumpul banyak orang.
Melihat Putri Giok Hu Yong Permaisuri dari kutub utara Pek Pek Hap Pek Co Yong si Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu muda Ong jie Hauw.
Suami istri, dan beberapa jago undangan lainnya.
Kedatangan Tan Ciu sangat diharapkan sekali.
Adanya Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap yang turut serta lebih menggirangkan mereka.
Disitu pun terdapat putri Kim-ie Mo-jin, Kim Cui.
Gadis ini hendak ditarik gurunya.
Dia meminta ingin untuk menyelesaikan permusuhan sang kekasih dan ayahnya, Setelah masing-masing memperkenalkan kawan mereka, Kim Cui mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu aku kembali lagi."
Dia berkata.
"Mengapa?"
Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Dia hendak membujukmu, agar kau tidak menjadi musuh ayahnya."
Pek Pek Hap menalangi si gadis menjawab pertanyaan itu.
"Ayahmulah yang memusuhi aku."
Berkata Tan Ciu kepada si gadis. Kim Cui berkata.
"Kedatanganku untuk meredakan hubungan kalian yang meruncing,"
"Dapatkah."
"Kita akan berusaha."
"Yang penting putusan berada ditangan ayahmu."
"Ayah menghendaki kitab Tian-mo Po-lok bila kau bersedia menyerahkan kitab itu Kim-ie-kauw pasti keluar dari persengketaan ini."
"Bila ayahmu mempunyai ketekatan untuk meredakan suasana peperangan, aku bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok,"
Berkata Tan Ciu.
"Sungguh?"
Kim Cui berteriak girang.
"Tentu."
Tan Ciu menganggukan kepala. Untuk keamanan dunia persilatan umumnya, demi ketenangan persengketaan diantara Sumur Penggantungan dan Istana Ratu Bungan umumnya. Tan Ciu rela menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok.
"Kitab itu masih berada padamu?"
Kim cui bertanya segera.
"Betul?"
Ternyata setelah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang tercatat pada kitab Thiam-mo-Po-lok. Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Hay sudah menyerahkan kembali. Maka kitab tersebut masih berada pada Tan Ciu.
"Mari kuajak kau bertemu dengan ayah?"
Berkata Kim Ciu.
Tidak ada orang yang memnyetujui usul itu, membiarkan Kim Cui mengajak Tan Ciu berangkat lebih dahulu, beramai-ramai mereka menyusul dibelakang pasangan itu.
Dimisalkan perundingan membawa hasil mereka dapat menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak! Tan Ciu dan Kim Cui berangkat sebagai rombongan pertama.
Giok Hu Yong, Pek Pek Hap, Sin Hong Hiap dan lain- lainnya berangkat sebagai rombongan kedua.
Atas petunjuk Kim Cui dengan mudah rombongan pertama dari Sumur Penggantungan itu sudah tiba dimarkas besar Kim-ie-kauw.
Penjaga gunung adalah pengawal Kim-ie-kauw yang mereka jumpai adalah laki-laki kurus.
Kim Cui kenal kepada orang ini, si gadis berkata kepadanya.
"Dimana ayahku ?"
"Sedang berada diruangan rahasia."
Jawab orang itu, Adanya Kim ie Mo-jin didalam ruangan rahasia, tentu sedang merundingkan sesuatu yang maha penting. Kim Cui tahu akan sifat kebiasaan sang ayah. Segera dia mengajukan pertanyaan lain.
"Ada siapa lagi yang berada dalam kamar rahasia itu ?"
"Sri Ratu Bunga beserta beberapa orang kita."
Jawab orang itu.
"Tolong kau beri tahu akan kedatangan kami."
Berkata Kim Cui meminta bantuannya.
Orang itu bernama Ho Kwee, dia baik kepada Kim Cui, maka tanpa menunggu perintah kedua dia mewartakan akan kedatangannya Tan Ciu dan Kim Cui.
Menghadapinya Ho Kwee untuk bertemu, dengan Kim- ie Mo-jin segera mendapat panggilan khusus, dengan wajah tidak puas.
Kim-ie Mo-jin membentak orang bawahan itu.
"Ada apa?"
"Nona Kim balik dan menyertai Tan Ciu dia minta bertemu."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ho Kwee memberi laporan.
"Aaaa ...."
Suatu kejadian yang berada diluar dugaan Kim-ie Mo-jin.
"Berapakah orang yang mereka bawa?"
Dia bertanya? "Tidak membawa orang."
Jawab Ho Kwee.
"Begitu berani? Apakah maksud kedatangannya?"
Ho Kwee tidak berani mengkomentari kejadian itu. Dia diam. Ratu Bunga Giok Hong dapat mengikuti percakapan mereka, dia mengeluarkan dugaan.
"Tentunya ada hubungan dengan aku?"
"Biar aku yang menghadapinya."
Berkata Kim-ie Mo-jin. Memandang Ho Kwee memberi perintah.
"Suruh mereka tunggu diruang tamu."
Ho Kwee mengiyakan perintah itu.
dia meminta diri.
Dengan berjalan Ho Kwee mengajak Tan Ciu dan Kim Cui keruang tamu, Disana menyilahkan mereka menunggu, Diruang rahasia...
Kim-ie Mo-jin.
Ratu Bungan Giok Hong.
Bu Ceng Kui, Tay Tauw Kui, Lauw Kui dan belasan jago Kim-ie-kauw sedang mengadakan perundingan.
"Mereka hanya datang dua orang."
Berkata Kim-ie Mo- jin.
"Kukira tidak ada maksud untuk memperlebar perang saudara."
"Hmm..."
Ratu Bunga Giok Hong mengeluarkan suara dehem, Ratu ini sudah kehilangan anak buahnya.
"Kim-ie kauwcu, lupakah kepada perserikatan kita?"' Dia memberi peringatan kepada Kim-ie Mo-jin agar ketua Kim ie-kauw itu tidak melupakan perserikatan Kim ie kauw - Istana Bunga - Pulau Tong-hay. Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui pernah digentarkan oleh kegagahan Tan Ciu, mereka tidak memberi komentar. Kut Lauw Kui berteriak dengan suara cowok.
"Hanya Tan Ciu seorang? Mungkinkah kau takut kepadanya?"
"Kim-ie Kauwcu."
Berkata Giok Hong.
"Begitu takut kau kepada Tan Ciu?"
Karena tidak tahan diolok kanan dan kiri akhirnya Kim- ie Mo-jin menyetujui usul mereka memperluas peperangan, Mereka keluar untuk menjumpai Tan Ciu. Diruang tamu, Kim Cui sudah kehilangan sabar, dan disaat itulah, tampak bayangan sang ayah keluar.
"Ayah."
Kim Cui memberi hormat.
"Hm."
Kim-ie Mo jin mengeluarkan dengusan.
"Suhumu telah mengambil alih kekuasaanku mengapa kau tidak menyertainya? Apa pula yang menyebabkan kau kembali?"
"Ayah aku hendak mendamaikan urusan ini."
Berkata Kim Cui.
"Anak kecil tahu apa?"
Kim ie Mo-jin menolak saran putrinya.
"Lekas kau masuk kedalam,"
"Ayah, Tan Ciu telah membawa kitab Thian-mo Po-lok."
Berkata Kim Cui.
"Tidak guna kau membela orang lain. Apa lagi mengingat prestasi-prestasi si ratu cabul yang mempunyai banyak musuh?"
"Diam."
Kim ie Mo-jin membentak. Harga dirinya agak tersinggung.
"Ayah"
Panggil lagi Kim Cui.
"Kau sudah tidak sayang kepadaku?"
Kim ie Mo-jin bungkam! Mungkinkah ada seorang ayah yang tidak cinta kepada putri kandungnya? Apalagi mengingat Kim Cui sebagai putri tunggal dari jago tua itu. Tentu saja hati Kim-ie Mo-jin tergerak.
"Ayah,"
Panggil lagi Kim Cui.
"Ketahuilah penyakitku telah sembuh berkat bantuan Tan Ciu. Tidak kulupakan budi ini."
Dilain pihak Ratu Bunga Giok Hong sudah berhadapan dengan Tan Ciu.
"Bocah, begitu berani kau datang lagi."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Ha. ha . ."
Tan Ciu tertawa.
"Aku datang untuk menemuimu."
Berkata Tan Ciu.
"Berani kau bertanding ?"
"Kau?"
Giok Hong mengeluarkan suara yang sangat memandang rendah.
"berapa banyakkah kemajuan ilmu silatmu, berani menantang aku?"
"Sebentar lagi, kau dapat menyaksikan sendiri."
Berkata Tan Ciu, Dan dihadapinya tiga jago Tong hay, Tan Ciu berkata kepada mereka.
"Apa maksud kalian berada ditempat ini?"
"Mengapa?"
Kut Lauw Kui menantang.
"Tidak boleh? Dengan hak apa kau melarang kebebasan orang?"
Tan Ciu Kalah berdebat. Kim-ie Mo-jin memandang pemuda itu.
"Aku mengangkat jempol atas keberanianmu yang memasuki sarang harimau tanpa bantuan."
Katanya.
"Tapi ketahulah bahwa Kim ie kauw bukan suatu perkumpulan yang boleh sembarangan dihina. Kita akan menggerakkan semua kekuatan untuk menentang setiap serangan yang datangnya bersifat agresif."
"Kim-ie Kauwcu."
Berkata Tan Ciu.
"Maksud kedatanganku bukan mencari musuh. Tapi bukan berarti takut kepada musuh. Aku datang dengan membawa kitab Thian-mo Po-lok, mengingat hubungan baik kita, aku bersedia menyerahkan kitab tersebut."
Kim Cui juga bicara.
"Ayah, bukankah kau berjanji manakala Tan Ciu bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok, kau akan keluar dari persengketaan ini?"
"Dimana kitab Thian-mo Po-lok itu?"
Kata-kata Kim-ie Mo-jin agak lunak.
Tan Ciu mengeluarkan kitab yang diminta, diserahkannya ketangan Kim-ie Mo-jin.
Kejadian ini dapat disaksikan oleh semua orang.
beberapa diantaranya bersorak girang, pihak ini diwakili oleh Kim Cui dan lain- lainnya.
Ada juga yang menjadi sirik dan dengki.
pihak golongan ini diwakili oleh Giok Hong dan sebagainya.
Kim ie Mo-jin memeriksa kitab Thiant-mo Po-lok.
Dan itulah kitab asli.
Dia tahu benar akan keasliannya kitab pusaka Kim-ie kauw.
"Kim-ie kauwcu."
Berkata Tan Ciu.
"Kitab telah kuserahkan kepadamu. Untuk selanjutnya, unsur-unsur yang menentukan kawan atau lawan kuserahkan kepadamu juga. Selalu aku siap untuk menerima tantangan yang datangnya dari luar."
Kiam Cui juga berkata.
"Ayah masih ingatkah kepada janjimu. Kau bersedia keluar dari lumpur persengketaan ini bila berhasil mendapatkan kitab Thian-mo Po-lok."
Kim-ie Mo-jin menghadapi jalan yang bercabang tiga.
Satu menuju kepihak Sumur Penggantunan.
Membantu Tan Ciu menumpas Giok Hong dan menghalau Tiga Jago Tong-hay, Jalan kedua adalah berpeluk tangan, membiarkan kedua pihak yang bersangkutan bentrok sesuka mereka.
Dan jalan ketiga adalah meneruskan persekutuannya dengan Istana Ratu Bunga dan Tiga Jago Tong-hay menantang Tan Ciu.
Tidak mudah untuk menetapkan langkah kakinya dijalan yang sangat bertentangan tadi.
Kim-ie Mo jin mendapat ujian terberat.
Ratu Bunga Giok Hong dapat mengetahui adanya krisis bagi dirinya, dari perubahan wajah dan keraguan Kim ie Mo-jin, keadaan dirinya lebih berbahaya.
"Kim ie kauwcu."
Dia berteriak.
"Tan Ciu menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok kepadamu dengan maksud tujuan untuk melemahkan persekutuan kita. Sudahkah terpikir oleh mengapa dia mau mengeluarkan kitab Thian-mo Po- lok? Dia sudah mempelajari pelajaran yang ada pada kitab itu. Tentu saja tidak membutuhkan lagi. Menyerahkan sesuatu yang sudah tiada harga baginya, tentu saja sangat menguntungkan."
Kut Lauw Kui juga berteriak.
"Betul. Dia hendak memecah belah kekuatan Kita."
Seorang anggauta Kim-ie-kauw yang memihak si ratu cabul mengemukakan pendapat.
"Kauwcu. dengan memulangkan kitab Thian-mo Po lok yang sudah dikutip olehnya. Tan Ciu hendak memecahkan persekutuan. Kau harus memikir matang-matang?"
Kim-ie Lo-jin turut memberi komentar dia mengemukakan usul yang lain.
"Toako, ada lebih baik kita melepas tangan dari persengketaan ini."
Giok Hong berteriak lagi.
"Kim-ie Kauwcu. Tan Ciu telah mengutip kitab Thian-mo Po-lok, jangan kau kena tipu!"
Kim-ie Mo-jin diojok sana diojok sini. keagungan dirinya pun bergerak, menatap Tan Ciu dan membentak.
"Kau sudah mengutip catatan ilmu silat yang berada didalam Thian-mo Po-lok?!"
Menghadapi situasi runcing itu tidak selembar rambutpun Tan Ciu menjadi takut. Dia membiarkan mereka berteriak-teriak. Kini mendapat teguran langsung. Sudah waktunya dia membuka suara.
"Kim-ie kauwcu."
Katanya dengan suara yang lantang sekali.
"Yang kau inginkan adalah kitab Thian-mo Po-lok. Seharusnya kau boleh puas karena kitab tersebut sudah dapat balik kedalam tanganmu, tanpa persengketaan. Tapi kau tidak puas. Ketahuilah. Aku pernah mengutip catatan yang ada pada kitabmu."
"Dia sudah berhasil mempelajarinya."
Berteriak Giok Hong.
"Kau sudah berhasil menekuninya?"
Bertanya Kim-ie Mo-jin. Jarak Tan Ciu dan siketua perkumpulan Kam-ie kauw begitu dekat sekali.
"Aku telah mempelajari sebagian."
Berkata Tan Ciu terus terang.
"Nah."
Berkata Giok Hong.
"Apa yang telah kukatakan? Dia sudah mempelajarinya sebagian. Tidak berhasil. Maka menyerahkan kembali."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kim Cui berteriak keras.
"Ratu cabul, jangan kau menjerumuskan ayahku kedalam lumpur kehancuran."
Giok Hong berdengus. Memandang Kim-ie Mo-jin dia berteriak.
"Kim ie kauwcu, putrimu ini sudah kena cekok si bocah Tan Ciu. Entah guna-guna macam apa yang dipakai kukira sangat manjur sekali..."
Keadaan menjadi begitu tegang dan panas. Peperangan dapat pecah disetiap waktu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh, beberapa orang jatuh ditempat penjagaan mereka. Dari luar terdengar suara yang berkumandang.
"Kim-ie Kauwcu jangan kau mengambil jalan yang salah."
Kim-ie Mo-jin melesatkan dirinya, dia lari keluar.
"Siapa?!"
Dia berteriak.
Disaat yang sama, Ratu Bunga Giok Hong, Kut Lauw Kui.
Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui menghantam Tan Ciu.
Mereka sudah mengejar lama.
Kepergian dirinya Kim- ie Mo-jin dari ruangan itu sangat menggirangkan keempat orang.
Mereka mempunyai satu tujuan, yaitu melenyapkan Tan Ciu, sebelum bala bantuannya datang.
Tan Ciu belum pernah lengah.
Dan berani memasuki ruangan ini.
tentu sudah memperhitungkan datangnya penyerangan-penyerangan yang seperti apa yang dia alami.
Begitu gesit, dengan sangat tangkas menghantam tiga orang yang terdekat, itulah Kut Lauw Kui serta Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui.
Disaat yang sama Kim Cui menempur Si Ratu Bunga Giok Hong! Suatu langkah Set yang paling tepat Terganggunya Giok Hong ditangan Kim Cui banyak meringankan beban Tan Ciu, sehingga si pemuda dapat memberi perlawanan gigih kepada tiga Jago Tong-hay.
Didalam hal ini bukan berarti Kim Cui dapat menandingi Giok Hong.
Ilmu kepandaian Giok Hong jauh beberapa kali lipat dari gadis itu.
Tapi dia tahu Kim Cui adalah putri tunggal dari Kim-ie Mo-jin melukai Kim Cui berarti melukai Kim-ie Mo jin, menyisihkan dirinya dari Kim is kauw, dan ini berarti kekalahan baginya.
Untuk mengalahkan Kim Cui tanpa luka sama sekali, bukanlah suatu pekerjan mudah.
Kim Cui terdesak.
Tapi gadis itu membela diri dengan nekad, mati-matian mencegah turut campurnya Giok Hong kearena lain.
Tan Ciu hanya dapat mengimbangi kekuatan tiga jago Tong-hay, untuk mengalahkan mereka, bukanlah suatu tugas mudah.
Pertempuran itu berjalan cepat sekali Diluar pekarangan telah mendatangi tiga orang.
Kim-ie Mo-jin bersampokan dengan mereka.
wajah kauwcu berubah.
"Kalian?"
Dia membelalakan mata.
Yang datang adalah orang tua cacad berkerudung diatas kursi roda, muridnya yang bernama Cang Ceng Ceng dan si Bungkuk Kui Tho Cu, Orang-orang yang tidak asing bagi Kim ie Mo-jin.
Si Bungkuk Kui Tho Cu.
mendekati ketua Kim-ie kauwcu itu.
"Saudara Kim ie Mo-jin."
Katanya penuh semangat.
"Masih kenalkah kepadaku?"
"Cianpwee,"
Kim-ie Mo-jin memberi hormat.
"Mana berani melupakanmu."
Kui Tho Cu membalas hormat itu, dia berkata.
"Aku datang untuk menyelesaikan persengketaanmu dengan Tan Ciu.
"Tapi "
"Kau telah mendapatkan kitab Thian-mo po-lok, bukan?"
"Ng "
"Apa lagi yang kau harapkan ?"
Kim-ie Mo-jin bungkam.
Disaat itu juga, karena telah melampaui batas-batas yang ditetapkan Melati Putih Giok Hu Yong.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap, Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay dan lain-lainnya meluruk datang.
Semua pertahanan Kim-ie- kauw dikucar kacirkan.
"Lihatlah."
Berkata Kui Tho Cu.
"Masih kau mau membikin perlawanan ?"
Kim-ie Mo-jin dapat melihat adanya situasi yang tidak menguntungkan Kim ie kauw.
melawan berarti kehancuran.
Segera dia menarik diri dari persengketaan itu.
Memberi perintah kepada orang-orangnya untuk menyilahkan rombongan itu datang.
Mereka kembali keruang tamu.
Krisis sekali.
Giok Hong sudah berhasil menotok jalan darah Kim Cui.
Dia melayang kearah Tan Ciu.
Disaat yang sama, orang berkerudung diatas kursi roda menggoyang gelinding, 'siutt...!' kursi rodanya menggelinding dan berhenti dihadapan Sri Ratu Bunga Giok Hong.
Pek Pek Hap.
Sin Hong Hiap dan lainnya meluruk kearah Tiga Jago Tong-hay.
Datangnya dua kelompok rombongan baru ini disaat-saat yang bersamaan.
Kim-ie mo-jin menahan kemajuan orang-orangnya yang hendak berpihak kepada Sri Ratu Bunga! Dia membawakan sikap netral.
Datangnya rombongan ketiga.
yaitu rombongan orang berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Kui Tho Ccu sangat menentukan pertempuran.
Kedatangan rombongan ini berada diluar dugaan Pek Pek Hap sekalian, Bercerita Giok Hong yang berhadapan dengan guru Cang Ceng Ceng.
"Kau?"
Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat segan kepada manusia yang mengetahui rahasia didalam bagian tubuh yang tertutup oleh bajunya. Terutama manusia berkerudung ini.
"Betul."
Orang berkerudung duduk diatas kursi rodanya. Sikapnya sangat tenang.
"Kau telah merusak keamanannya rumah tanggaku."
"Siapakah sebetulnya kau ini?"
Bertanya Giok Hong.
"Masih belum dapat menduga?"
Orang ini sangat misterius sekali.
Tangan Giok Hong terjulur panjang, cepat sekali, maksud tujuannya adalah menyingkap kerudung sikakek diatas kursinya.
Dan lawan itu pun bukan lawan biasa, begitu tangan berputar, roda itu bergeser, cepat kedudukannya berubah.
Dia berhasil menghindari diri dari sergapan tangan Giok Hong.
"Ha, ha. ha...Giok Hong!"
Dia langsung memanggil nama orang.
"Kau sudah bukan tandinganku."
"Sebutkan namamu."
Berteriak wanita "Ha Ha ..."
Giok Hong memukul berulangkali, berulangkali pula orang itu mengelakkan diri.
Tan Ciu telah menolong Kim Cui.
Ong Jie Hauw, Sin Hong Hiap dan pek Pek Hap menempur Tiga Jago Tong-hay.
Orang-orang Kim-ie Mo-jin sudah memisahkan diri.
Inilah langkah yang tepat memisahkan diri dari kemusnahan.
Giok Hong.
Kut Lauw Kui.
Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui kehilangan bala bantuan mereka.
Kehancuran Giok Hong sudah berada di ambang pintu kenyataan.
Menarik dirinya Kim-ie Mo-jin dari persekutuan tiga kelompok kekuatan Istana Ratu Bunga dan Pulau Tong-hay serta Kim-ie-kauw telah meruntuhkan semua harapannya.
Tay Tauw Kui.
Kut Lauw Kui dan Bu ceng Kui berusaha melarikan diri, orang-orang yang mengurung mereka terlalu banyak, didalam waktu yang singkat.
mereka belum dapat melaksanakan tujuan itu, Ratu Bunga Giok Hong juga melihat adanya situasi mendung, dia tidak berhasil menjatuhkan si misterius berkerudung diatas kursi rodanya, sampai selembar kain penutup itu-pun tidak tergoyahkan.
Menggunakan satu ketika yang kosong Giok Hong lompat mundur kebelakang, dia hendak melarikan diri.
Disini sudah melintang Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh gadis tujuh warnanya.
"Giok Hong!"
Dia membentak.
"Kemana kau hendak melarikan diri?"
Mengajak tujuh anak buah itu.
Melati Putih mengurung orang yang merusak rumah tangganya.
Orang berkerudung hendak mengejar mangsanya.
Dan itu Waktu.
Melati Putih sudah bergerak.
Roda kursi dihentikan, mendadak begitu pakam.
sehingga menerbitkan suara berdenyut.
Tokoh misierius itu batal mengajukan dirinya.
Ratu Bunga Giok Hong menarik napas panjang.
Katanya mengeluh.
"Tidak kusangka, kau dapat mendatangkan begitu banyak bantuan,"
Giok Hu Yong beserta tujuh gadis warnanya sedang berada didepan mata. Lie Bwee turut serta didalam gerakan penumpasan Istana Ratu Bunga. diapun salah satu dari bekas anggauta itu. mendekati orang yang pernah mendidik dirinya, dia memanggil.
"Suhu ..,"
Giok Hong mendelikkan matanya.
"Siapa yang menjadi gurumu?"
Dia tidak mengakuinya murid itu.
Lie Bwee mengundurkau diri.
Adanya Melati Putih Giok Hu Yong ditempat itu sangat mengejutkan orang berkerudung, dan itu waktu, Giok Hong sudah dikurung oleh anak-anak buah si pencipta Drama Pohon Penggantungan.
Dia duduk dikursi rodanya, menyaksikan pertempuran itu dari belakang.
Kedudukannya seperti seorang peninjau.
Melati putih Giok Hu Yong mengerling.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan matanya kearah manusia misterius itu.
"Boleh kau menyerahkan dia kepadaku?"
Ibu Tan Ciu ingin mengambil alih tugas mengalahkan Giok Hong. Dikala Gok Hu Yong memandang dirinya, orang berkerudung itu lebih terkejut lagi, ternyata banyak issue pengambilan alih kekuasaan untuk menempur Giok Hong, dia menganggukan kepala. Setuju.
"Terima kasih."
Giok Hu Yong belum tahu siapa manusia diatas kursi roda ini. Dan mengajak tujuh gadis tujuh warnanya dia mengurung Giok Hong.
"Mulai."
Segera ia mengeluarkan perintah Tujuh gadis tujuh warna bergerak, aneka warna baju ter- bayang2, semakin lama semakin cepat, akhirnya terjadilah suatu bianglala putih.
Suara gemuruh yang seperti gelombang pasang menyertai penyerang-penyerang tujuh gadis itu, mendapat bantuan Giok H Yong, kekuatan ini tidak terkalahkan.
Ratu Bunga Giok Hong pernah menempur mereka dan dia juga sudah berusaha memecahkan barisan ini, sedikit banyak terdapat pengalaman-pengalaman yang terdahulu, Karena itu, didalam waktu yang singkat, pertempuran berjalan seimbang.
Dilain pihak.
Terdengar jeritan tertahan.
Tay Tauw Kui terkena pukulan Ong Jie Hauw.
Kut Lauw Kui dan Bu Ceng Kui kaget, tiga orang ini menggabungkan diri.
mencari jalan berdarah untuk menerjang keluar dari kepungan orang.
Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay membentak.
"Kemana kalian mau melarikan diri?"
Tiga jago Tong-hay terkurung kembali.
Keadaan mereka semakin berbahaya.
lukanya Tay Tauw Kui dibawah tangan Ong Jie Hauw berupa suatu beban yang memberatkan.
Giok Hu Yong dan tujuh pembantunya mengurung Giok Hong semakin ketat.
Giok Hong termasuk jago wanita kelas berat, memiliki ilmu kepandaian tinggi, mempunyai kecerdasan otak yang luar biasa.
Dia sudah menemukan jalan untuk memecahkan barisan kurungan itu.
Suatu saat.
gadis berbaju hijau bergeser kearah kiri, tempat kedudukannya digantikan oleh gadis berbaju kuning dan gadis berbaju merah.
Giok Hong menerjang mereka dengan suatu cara yang paling nekad.
Bak...
Buk...
Dan pukulan dari dua gadis mengenai bagian tubuh si Ratu Bunga.
Tapi disaat yang sama Giok Hong juga berhasil mendobrak kurungan musuh, menjatuhkan si gadis berbaju kuning.
Barisan tujuh gadis tujuh warna pecah berantakan.
Melati Putih Giok Hu Yong kaget, cepat-cepat dia maju untuk menutup lubang itu.
Juga terlambat, gerakan Giok Hong yang gesit sudah mencelat keluar dari daerah kebobolan para pengurungnya.
Melati Putih mengejar, tangannya diayun, memukul punggung Giok Hong.
Giok Hong menukik kebawah, dia menyentuh lantai, langsung berhadapan dengan musuhnya, kedua tangan didorongkan, hendak mengadu jiwa.
Giok Hu Yong menarik pukulannya, dia bergeser kesamping, dengan maksud menghindari pakulan maut lawannya, Kesempatan ini digunakan oleh Giok Hong baik sekali.
cepat sekali, tubuh sang Ratu cabul sudah melewati kepala banyak orarg hendak lari keluar ruangan.
Orang berkerudung menekan roda kursinya dan 'ciuut...' kursi roda itupun melejit keatas lebih cepat dari gerakan Giok Hong yang mendapat banyak gangguan, orang berkerudung itu sudah berada dihadapannya, menghalang dan membentak.
"Giok Hong, masih kau hendak melarikan diri ?"
Ratu Bunga Giok Hong memukul kearah orang itu, yang mana dapat diterima dengan tenaga penuh, tentu saja tubuh sang ratu terjungkal balik.
Melati Putih Giok Hu Yong yang mengejar datang, tiba ditempat yang sama, tangannya terayun dengan tepat mengenai geger Giok Hong.
Aah ...! Menerima dua pukulan berbareng.
Giok Hong tidak sanggup mempertahankan dirinya lagi.
dia jatuh didepan banyak orang dengan mulut mengeluarkan darah, dia muntah darah segar.
Biang kekacauan sudah dapat dijatuhkan.
Diluar pekarangan Tiga Jago Tong-hay yang menjadi nekad keluar dari kepungan.
Mereka hendak lari.
karena itu agak lengah.
Cang Ceng Ceng memberi hadiah pukulan, giliran Kut Lauw Kui yang kena pukulan.
"Aaaa...!"
Dia menjerit keras. Dia jatuh terpelanting. Jatuhnya Kut Lauw Kui tidak jauh dengan Pek Co Yong, gadis itu mengayun tangan hendak menamatkan jiwanya. Tan Ciu sudah berhasil menyembuhkan Kim Cui menyaksikan kejadian tadi, cepat-cepat dia berteriak.
"Jangan!"
Pek Co Yong menarik tangannya. Tan Ciu berteriak lagi.
"Lepaskan Tiga Jago Tong-hay pulang ketempat mereka."
Inilah perintah.
para jago Sumur Penggantungan memberi jalan.
Dengan kepala tunduk kebawah, Tiga jago Tong-hay bersipat kuping pulang ke pulau dengan kekalahan besar.
Semua orang kembali keruang dalam.
Ratu Bunga Giok Hong sudah menggeletak menjadi bangkai tidak bernapas.
Perang yang berkecamuk kalut sudah selesai.
Kui Tho Cu merendengi Kim-ie Mo-jin juga masuk ketempat itu.
"Saudara Kim-ie Mo-jin."
Berkata si bungkuk Kui Tho Cu.
"Kedatanganku tepat pada waktunya."
Kim ie Mo-jin menyengir. Itu waktu, orang berkerudung sudah menggeser roda kursinya. memandang kearah Cang Ceng Ceng, dia berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak pergi dulu."
Dan memandang kearah Kui Tho Cu orang misterius ini berkata.
"Tolong kauberikan bimbingan kepada muridku dan juga kepada mereka."
Entah siapa yang diartikan dengan mereka itu? Sebelum kursi pada bergerak. Tan Ciu sudah melesat datang.
"Tunggu dulu."
Dia berteriak keras.
"Ada apa?"
Orang berkerudung itu bertanya.
"Dapatkah kau berterus terang?"
Tan Ciu mendekati maju.
"Maksudmu?"
"Aku hendak menanyakan sesuatu."
"Katakanlah!"
"Ada orang yang mengatakan, bahwa ayahku bernama Tan Kiam Lam."
"Betul!"
Berkata orang berkerudung itu.
"Dan dikatakan lagi, bahwa ayahku itu sudah menderita cacad."
Berkata Tan Ciu. Matanya memeriksa perubahan gerakan dari orang yang ditanyai.
"Itupun suatu kenyataan."
Berkata lagi si orang misterius.
"Dan satu saja permintaanku."
Berkata Tan Ciu tandes.
"Dapatkah kau membuka tutup kerudung itu?"
"Maaf. Permintaan ini tidak dapat kuterima,"
Berkata orang misterius.
"Ayah!"
Berteriak Tan Ciu.
"Masih kau tidak mau mengaku?"
Melati Putih Giok Hu Yong terkejut.
"Tan Ciu."
Dia memanggil anaknya.
"Siapa yang kau panggil ayah?"
"Ibu. Berkata Tan Ciu.
"Akhirnya keluarga kita dapat berkumpul kembali."
"Apa arti kata-katamu?"
Giok Hu Yong semakin bingung.
"Masih kau belum mengerti?"
"Dia yang kau maksudkan?"
"Masih harus kita kuatirkan."
Berkata sang anak. Melati putih Giok Hu Yong juga mendekati orang berkerudung! "Tuan,"
Katanya.
"Dapat kau membuka tutup kerudung wajahmu?"
"Kalian...?"
Orang itu gugup sekali.
"Ayah!"
Berkata Tan Ciu lagi.
"Begitu tega kau meninggalkan keluarga sendiri?"
"Kau Tan Kiam Lam?"
Giok Hu Yong menatap tajam- tajam. Orang itu semakin bingung. Disaat inilah, terdengar suara si bungkuk Kui Tho Cu.
"Saudara Tan Kiam Lam, tidak guna kau menjembunyiKan diri lagi."
Semua orang tersentak kaget.
Orang berkerudung yang duduk diatas kursi roda inikah yang bernama Tan Kiam Lam? Betul! Orang itu membuka tutup kerudungnya, sangat perlahan sekali, terpeta suatu wajah yang sudah dirusak orang, masih terpeta wajah Tan Kiam Lam dahulu, tahi-tahi lalat hitam dikuping kiri masih ada, Siapa lagi bila bukan Tan Kiam Lam yang gagah perkasa? "Aaa !"
Sesuatu yang mengejutkan semua orang.
"Ayah . .!"
Tan Ciu menubrukkan diri. Dengan sangat perlahan. Tan Kiam Lam mengeluarkan kata-kata penyesalan.
"Aku tak patut mendapat perhatian kalian."
"Kiam Lam,"
Berkata Giok Hu Yong.
"Jangan kau pikirkan kejadian-kejadian yang telah lewat."
"Ayah,"
Berkata Tan Ciu.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena tak hadirnya dirimu, maka Tan Sang sudah binasa."
"Aaa . .!"
Tan Kiam Lam terkejut.
"Tan Kiam Pek juga menyertai anak kita."
GioK Hu Yong memberi penjelasan.
"Aaa..!"
Tan Kiam Lam kehilangan seorang putri, ditinggalkan oleh saudaranya juga.
Rasa girang.
sedih.
menyesal berkecamuk menjadi satu.
Toh dia berhasil menerima kembali keluarga yang sudah berceceran itu.
Dan akhirnya cerita ditutup sampai disini.
Atas persetujuan kedua orang tuanya, Cang Ceng Ceng, Pek Co Yong dan Kim Cui menjadi suami isteri.
Tan Ciu dan ketiga istrinya menetap di Benteng Penggantungan.
Daerah Sumur Penggantungan.
Pohon Penggantungan, Rimba Penggantungan dan Bentang Penggantungan telah diperlebar luaskan.
Tidak lagi terjadi kejadian-kejadian yang membangkitkan kegelisahan.
Tan Ciu menyatukan daerah- daerah itu.
Untuk menyempurnakan keadaan, nama Penggantungan yang seram itu.
diganti menjadi 'Benteng Penggantungan Jaya'.
Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Ciu yang gagah perkasa.
Beserta dengan ketiga isterinya yang pandai dan cekatan, rimba persilatan menjadi aman.
Demikianlah akhir cerita ini.
T A M A T
Hong Lui Bun -- Khu Lung Pendekar Sejati Karya Liang Ie Shen Hong Lui Bun -- Khu Lung