Ceritasilat Novel Online

Pukulan Naga Sakti 28


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 28


andang merasa beriba hati. Di pihak lain, Hian im li Ciu Lan segera berseru pula sambil tertawa dingin .

   "Manusia yang tak tahu diri, mereka adalah patung lumpur yang hendak menyeberang sungai untuk melindungi diri saja tidak mampu, sekalipun kau menjadi kerbau atau kuda mereka selama delapan belas keturunan pun tak nanti mereka dapat melindungi keselamatan jiwamu, mengapa kau tidak tahu kembali dan mohon pengampunan dari Seng li (perempuan suci)?"

   "Aduuuuh celaka, mengapa aku tidak sempat berpikir ke situ...?"

   Pikir sastrawan penyapu lantai Lu Put ji secara diam diam..... Berpikir sampai ke situ, dia lantas melompat bangun kemudian sambil membusungkan dada katanya kepada Pek leng siancu So Bwe leng dengan suara lantang .

   "Aku Lu Put ji adalah seorang lelaki sejati, hidup sebagai manusia Ban seng kiong, setelah matipun harus menjadi setannya Ban seng kiong, aku bukan manusia pengecut yang takut mampus, Cuuuh! Cuuuhh...! Bila suatu ketika kau sampai terjatuh ke tangan lohu, sudah pasti lohu akan membeset kulit tubuhmu!"

   Kemudian dia membalikkan badan dan lari menuju ke arah Hian im li, baru saja dia berseru .

   "Seng li ....

   "

   Belum habis dia berkata, Hian im li Ciu Lan sudah melepaskan sebuah totokan atas jalan darahnya. Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji menjadi sangat terperanjat, segera rengeknya .

   "Seng li, bukankah kau berjanji akan mengampuni selembar jiwa hamba?"

   Hian im li Ciu Lan tertawa licik.

   "Aku memang pernah berkata hendak mengampuni selembar jiwamu, tapi toh tak pernah berjanji tidak akan memberi hukuman hidup untukmu?"

   Luka totokan yang diderita sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera kambuh, sambil menjerit lengking dia roboh ke tanah dan berguling guling diatas tanah penuh penderitaan.

   Selang berapa saat kemudian dia sudah membuat sebuah lubang besar diatas tanah suara jeritannya parau dan tak sedap didengar, jelas siksaan yang dideritanya membuat dia sangat menderita sekali.

   Ciu Tin tin yang menyaksikan kejadian tersebut segera berkerut kening, mendadak dari jarak dua kaki dia lepaskan sebuah pukulan udara kosong ke atas jalan darah kematian ditubuh sastrawan penyapu lantai Lu Put ji, maksudnya untuk melepaskan dia dari penderitaan.

   Hian im li Ciu Lan yang menyaksikan kejadian tersebut segera tertawa merdu, serunya .

   "Lu Put ji arwahmu dialam baka pasti tahu, yang tak mau mengampuni jiwamu bukanlah orang Ban seng kiang!"

   Ciu Tin tin yang mendengar perkataan tersebut menjadi gusar sekali, dengan wajah membesi bentaknya keras keras .

   "Perempuan siluman, ayo cepat keluar, nonamu harus memberi pelajaran dulu atas kekejianmu itu!"

   Hian im li Ciu Lan mengerling sekejap ke atas kepala Ciu Tin tin dengan sikap menghina, lalu sembari mendengus katanya .

   "Orang bilang si pembawa bendera maju duluan, aku mah bukan si pembawa bendera, bila kau ingin bertarung, pasti akan muncul orang dari seangkatan denganmu untuk melayani kemauanmu tersebut!"

   Hian im li Ciu Lan tahu kalau kepandaian silatnya masih belum mampu untuk menandingi Ciu Tin tin, tapi untuk menjaga nama baik sendiri selain untuk melaksanakan rencana pengepungan yang telah direncanakan Hian im Tee kun, maka dia sengaja memandang hina Ciu Tin tin dengan maksud untuk memberi malu anak gadis tersebut.

   Siapa tahu Ciu Tin tin selain berilmu tinggi, imamnya pun cukup tebal, setelah tertawa hambar katanya .

   "Berbicara soal usia dan kedudukan, aku memang hanya seorang prajurit kecil dihadapan para locianpwe tapi aku jadi ingin tahu selain Hian im Tee kun, siapa sih di antara kalian manusia manusia Ban seng kiong yang sanggup menerima tiga jurus serangan nonamu?"

   Dia telah mengembalikan penghinaan tersebut langsung kepada Hian im li Ciu Lan.

   Hian im li Ciu Lan betul betul bermuka tebal, dia segera berlagak seolah olah tidak mendengar perkataan itu, dari sakunya diambilnya selembar panji segitiga berwarna merah kemudian dikibarkan ke tengah udara serunya .

   "Dimana Thian lam pat koay (delapan manusia aneh dari Thian lam)..?"

   "Seng li ada perintah apa?"

   Delapan kakek yang tangan kirinya telah kutung segera tampilkan diri.

   Ke delapan Kakek ini merupakan delapan jagoan lama dari Ban seng kiong yang kena dikutungi sebuah lengan kirinya ketika Hian im Tee kun menjajah Ban seng kiong tempo hari.

   Setelah peristiwa tersebut, Hian im Tee kun segera memanjakan mereka dengan cara diam diam mewariskan banyak sekali kepandaian ampuh dan serangkaian ilmu kerja sama yang tangguh.

   Kemampuan ke delapan orang tersebut sekarang, dalam pandangan Hian im Tee kun kecuali dia sendiri yang mampu mengendalikan mereka karena dirinya cukup memahami titik kelemahan orang orang tersebut, sukar rasanya untuk mencari seseorang dalam dunia persilatan ini yang sanggup menandingi kerja sama kedelapan orang tersebut.

   Berhubung tenaga dalam yang dimiliki Thian lam pat koay telah bertambah dengan pesat kendatipun sudah kehilangan sebuah lengan kirinya namun boleh dibilang gara gara bencana mendapat rejeki, maka rasa benci dan dendamnya kepada Hian im Tee kun pun turut memudar.

   Menyaksikan sikap hormat dari Thian lam pat koay, Hian im li Ciu Lan tersenyum, sambil mengangkat panji segitiga berwarna merahnya itu dia berseru .

   "Hian kun ada perintah, harap kalian berdelapan segera membekuk budak tersebut!"

   Baru pertama kali ini Thian lam pat koay bersua dengan Ciu Tin tin, walaupun barusan mereka dapat melihat kalau kepandaian gadis itu sewaktu menghadapi bayangan setan Liu Biau tidak lemah, namun mereka beranggapan belum cukup pantas untuk menyuruh mereka berdelapan turun tangan bersama sama.

   Tidak heran kalau wajah mereka segera menunjukkan sikap acuh tak acuh.

   Hian im li Ciu Lan dapat menebak isi hati Thian lam pat koay, dengan ilmu menyampaikan suara segera bisiknya .

   "Budak tersebut memiliki kepandaian silat yang luar biasa, jago jago lihay kita pernah merasakan kelihayannya sewaktu di kuil Thian ki bio tempo hari, harap kalian berdelapan hilangkan sikap memandang rendah musuh, yang penting harus bertindak lebih berhati hati."

   Mendengar ucapan mana, Thian lam pat koay segera tertawa terbahak bahak .

   "Haaahhh...haaahhh...haaahhh... Seng li tak usah kuatir, lohu sekalian sudah tahu!"

   Delapan orang itu memutar badannya bersama sama dan beranjak bersama pula, mereka maju berjajar dan berdiri dihadapan Ciu Tin tin tanpa menimbulkan sedikit suarapun, sikap mereka yang begitu angkuh dan tinggi hati membikin hati orang menjadi gemas rasanya.

   Ciu Tin tin masih tetap mempertahankan senyuman diatas wajahnya, pelan pelan dia berkata .

   "Delapan cianpwe hendak turun tangan bersama? Ataukah hendak maju satu per satu?"

   Sebutan "cianpwe"

   Tersebut segera melenyapkan sikap ketus yang semula menghiasi wajah Thian lam pat koay, akhirnya siluman pertama berkata .

   "Kau anggap dirimu sudah cukup berharga bagi kami delapan bersaudara untuk turun tangan bersama sama?"

   Hian im li segara menggeleng, kepada Hian im Tee kun katanya tiba tiba .

   "Seandainya harus bertarung satu lawan satu, mungkin Thian lam pat koay akan dikeokkan semuanya oleh Ciu Tin tin!"

   "Budak itu tinggi hati, ucapan dari Thian lam pat koay telah membuatnya naik darah apakah kalian tidak melihat kalau keningnya telah berkerut?"

   Betul juga, Ciu Tin tin segera berkata sambil tertawa nyaring .

   "Gabungan kalian berdelapan hanya bisa dianggap empat orang, titik kelemahan atas gabungan inipun lebih banyak dari empat orang, jelas hal tersebut merupakan kerugian yang amat besar bagi kalian. Apalagi ilmu meringankau tubuhku berasal dari ajaran Kian locianpwe yakni ilmu Hu kong keng im, jelas ini menguntungkan sekali bagiku, aku rasa kalau ingin bertarung secara adil, lebih baik kalian berdelapan maju bersama sama saja!"

   Selesai berkata, Ciu Tin tin lantas mencabut keluar senjatanya, jelas hal ini merupakan suatu tindakan memberi muka untuk Thian lam pat koay, sebab paling tidak ia tak berniat menghadapi lawan dengan tangan kosong belaka.

   Senjata yang dipergunakan Ciu Tin tin sekarang tak lain adalah seutas angkin atau ikat pinggang berwarna putih yang semula melilit dipinggangnya.

   Ikat pinggang tersebut hanya lima depa panjangnya dengan kedua ujungnya berbentuk simpul terbuat dari perak.

   Ketika berkibar terhembus angin, cahaya perak yang memancar keluar amat menyilaukan mata, coba kalau benda tersebut tidak diloloskan siapa pun tak akan mengira kalau benda tersebut merupakan senjata andalan Ciu Tin tin.

   Sebagai anak gadis yang berperasaan halus, Ciu Tin tin memang tidak senang membawa senjata tajam apalagi semenjak tenaga dalamnya memperoleh kemajuan yang pesat, dia telah menguasai betul betul ilmu pedang Gin kong liu soat kiam (pedang cahaya perak lintasan bianglala) warisan keluarganya.

   Ikat pinggangnya itu pada dasarnya bukan termasuk sejenis senjata, karena sesungguhnya merupakan hiasan saja bagi Ciu Tin tin.

   Dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya menjepit bagian tengah ikat pinggang tersebut, Ciu Tin tin segera menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam senjata tersebut.

   Tak selang berapa saat kemudian, ikat pinggang yang semula lemas tersebut segera menegang keras, sudah jelas tenaga dalam yang dimiliki gadis tersebut benar benar telah mencapai pada puncaknya....

   Demonstrasi tenaga dalam semacam ini hanya dianggap sesuatu yang biasa tiada keanehan bagi pandangan kawanan iblis tersebut, semua orang hanya memandangnya sembari tertawa geli, terhadap Ciu Tin tin pun segera timbul perasaan memandang rendah.

   Siapa tahu, dalam sekejap mata inilah kedua ujung angkin bersimpul perak tadi mulai bergerak seperti ular lincah yang mencari mangsanya, simpul perak tersebut berputar ke atas bawah, kiri kanan tiada hentinya.

   Sekarang orang baru dapat merasakan betapa hebatnya si anak gadis tersebut, sebab kepandaian seperti ini sepuluh kali lipat lebih sukar dilakukan daripada melakukan tindakan tadi.

   Sebagaimana diketahui kawanan iblis yang tergabung dalam istana Ban seng kiong rata rata adalah kawanan iblis diantara iblis, kecuali terhadap Hian im Tee kun seorang yang tampak selisih jauh sekali, boleh dibilang tenaga dalam maupun kepandaian silat mereka sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.

   Sudah barang tentu mereka pun dapat menyaksikan betapa dahsyat dan lihaynya kepandaian silat Ciu Tin tin bahkan selain Hian im Tee kun seorang, tiada seorang pun yang mampu menandinginya.

   Seketika itu juga paras muka mereka yang semula memandang hina dan rendah, berubah menjadi kaget dan amat terkesiap.

   Paras muka Thian lam pat koay berubah pula menjadi amat serius, masing masing orang meningkatkan kewaspadaan masing masing dan tak berani bertindak secara gegabah.

   Tujuan Ciu Tin tin memang ingin memecahkan nyali kawanan iblis tersebut sehingga sikap mereka terhadap pihak pendengar tak memandang hina, maka setelah mendemonstrasikan kelihayannya tersebut, pelan pelan dia berjalan maju sejauh lima langkah kemudian katanya .

   "Silahkan saudara!"

   Sikapnya yang anggun tapi santai membuat siapapun tak berani memandang enteng dirinya lagi.

   Sekarang, Thian lam pat koay tak berani lagi memandang rendah Ciu Tin tin serentak mereka meloloskan senjata tajam.

   Empat bilah senjata yang mereka pergunakan hampir sama bentuknya, yakni sebuah huncwee yang panjangnya mencapai dua depa delapan inci.

   Empat siluman yang membawa senjata dan empat siluman yang bertangan kosong belaka, berdiri berselang seling, sehingga dengan demikian masing masing pihak saling mengisi kekurangan dari rekannya.....

   Terdengar siluman pertama tertawa terbahak bahak, kemudian serunya dengan lantang.

   "Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh... tenaga dalam nona Ciu amat sempurna, ketenanganmu bagaikan batu karang, jelas kesempurnaan tenaga dalam nona sudah mencapai tingkatan yang sangat luar biasa, rasanya kami berdelapan memang cukup berharga untuk turun tangan bersama sama."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh dengan suara dalam .

   "Saudara saudara sekalian, ayo rnaju!"

   Bayangan manusia berkelebat kian kemari, delapan manusia tersebut segera menyebarkan diri dengan posisi barisan Pat kwa....

   Ciu Tin tin tahu bahwa orang orang itu bersikap sok tua dan jelas tak akan turun tangan lebih dahulu, maka dengan suara lantang segera bentaknya .

   "Lihat serangan!"

   Angkin berwarna perak yang berada di tangannya itu langsung diayunkan ke muka menyambar jalan darah Jit kan hiat di tubuh siluman pertama, ujung simpul perak tersebut membentuk seperti payung dan segera mengurung sebagian besar dada siluman pertama.

   Siluman pertama tidak membawa senjata apa apa, dia berdiri dengan telapak tangan disilangkan didepan dada.

   Segulung angin pukulan segera dilepaskan menghantam bagian tengah dari ikat pinggang Ciu Tin tin yang sedang menyambar tiba, bersamaan waktunya dia bergeser dua depa kesamping.

   Diantara gerakan mana, ji koay menerobos maju ke depan secara tiba tiba, senjata huncweenya langsung dihantamkan ke ujung angkin dari gadis tersebut.

   Hampir bersamaan waktunya angin pukulan dari toa koay dan huncwee dari ji koay menghantam bersama diujung ikat pinggang Ciu Tin tin....

   Ikat pinggang Ciu Tin tin masih tetap tenang seperti sedia kala, ia tidak berkelit pun tidak berniat untuk menghindarkan diri...

   Sebaliknya Toa koay maupun ji koay sama sama terkena pentalan tenaga yang amat kuat sehingga kuda kudanya gempur dan dadanya terasa sesak.

   Untung saja mereka semua sedang sama sama bergerak memutar, sehingga orang lain tak sempat melihat dengan jelas, padahal dalam jurus pertama saja mereka sudah menderita kerugian yang sangat besar....

   Menyusul kerugian yang dideritanya, Toa koay segera berpekik nyaring, delapan orang yang mengurung Ciu Tin tin segera mulai berputar, bahkan makin berputar semakin bertambah cepat.

   Ciu Tin tin masih tetap berdiri tegak ditengah arena, walaupun demikian dia dapat merasakan kalau segulung pusaran hawa serangan yang dipancarkan ke delapan manusia aneh itu makin lama menekan tubuhnya semakin berat.

   Ciu Tin tin hanya tersenyum saja dengan mengerahkan tenaga sedalam enam bagian dia mencoba untuk melawan aliran hawa serangan yang menekan datang dari empat arah delapan penjuru itu.

   "Kalian terlalu memandang rendah aku,"

   Demikian ia berpikir dihati.

   Belum habis ingatan tersebut lewat, mendadak terasa olehnya tenaga tekanan dari aliran udara disekeliling tubuhnya kian lama kian bertambah berat.

   Ciu Tin tin segera berseru tertahan, satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya .

   "Aduh celaka, inilah yang disebut pusaran hawa sakti penghancur jagad!"

   Ciu Tin tin bukan hanya sempurna di dalam tenaga dalam, atas petunjuk Thi Eng khi, dia pun sudah banyak membaca buku buku yang disimpan dalam gua Yang sim tong sehingga pengetahuan yang dimilikinya selain Thi Eng khi, boleh dibilang tiada orang kedua yang dapat menandingi.

   Perlu diketahui pusaran hawa penghancur jagad merupakan suatu gejala alam yang bisa terjadi di alam jagad ini, tentu saja kekuatan yang dipancarkan luar biasa sekali.

   Walaupun pusaran hawa sakti penghancur jagad yang dilakukan oleh Thian lam pat koay merupakan gejala yang diciptakan manusia, namun tidak terlepas dari gejala alam, sehingga akibat yang dihasilkan juga turut menjadi hebat.

   Ciu Tin tin harus mengerahkan tenaga dalamnya mencapai delapan bagian sebelum secara berat dapat menahan aliran hawa pusaran yang mendesak ke arah tubuhnya.

   Saat ini, bila Thiam lam pat koay melancarkan serangan ke arah Ciu Tin tin, oleh karena bertumpuknya kekuatan maka asal mereka menambah tenaga serangannya dengan dua bagian saja, niscaya kekuatannya akan mencapai sepuluh bagian.

   Bila delapan manusia aneh itu baru melancarkan serangan bersama disaat pusaran hawa sakti itu sudah sempurna, maka kendatipun Ciu Tin tin memiliki kepandaian silat yang luar biasapun sulit rasanya untuk menyambut satu dua jurus serangan mereka.

   Tapi sayang sekali mereka tidak turun tangan pada saatnya, disaat mereka hendak turun tangan, Ciu Tin tin sudah keburu memahami rahasia dibalik kesemuanya itu sehingga berkelit dengan menggunakaa ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im bahkan berputar berlawanan arah dengan aliran pusaran tersebut.

   Dengan berbuat demikian maka tekanan akibat pusaran tersebut menjadi jauh berkurang.

   Dengan bantuan dari tenaga pusaran yang maha sakti itulah, delapan manusia aneh tersebut sudah dapat melangsungkan suatu pertarungan keras lawan keras.

   Tampak bayangan manusia berputar seperti angin, debu beterbangan memenuhi angkasa, Thian lam pat koay telah bertarung seru sekali melawan Ciu Tin tin.

   Dengan makin mantapnya pertarungan dipihak ini, Hian im li Ciu Lan segera tertawa licik, kemudian berseru .

   "Thi Eng khi! Beranikah kau tampilkan diri untuk merasakan kelihayan dari Im kek toa tin kami?"

   Lagi lagi dia hendak menggunakan jumlah orang yang banyak untuk mengerubuti Thi Eng khi.

   Untuk memulihkan tenaga dalam rekan rekannya, hampir boleh dibilang Thi Eng khi sudah kehilangan banyak tenaga dalamnya, sekarang dia bisa bertahan karena bantuan tusukan jarum emas, sudah barang tentu dia tidak berkekuatan lagi untuk melakukan pertarungan melawan orang lain.

   Dengan teriakan dari Hian im li Ciu Lan ini, sama artinya dengan menusuk langsung ke titik kelemahan para jago.

   Apakah Thi Eng khi harus menampilkan diri? Saat ini siapapun berkemampuan untuk membinasakan Thi Eng khi seketika.

   Kalau Thi Eng khi tidak menampilkan diri, hal ini tidak masuk diakal, bahkan bisa jadi Hian im li Ciu Lan akan mengetahui rahasia bahwa Thi Eng khi sudah kehilangan daya kemampuannya untuk bertarung lebih jauh.

   Dalam keadaan serba salah, Tbi Eng khi tertawa nyaring, sambil menampilkan diri dari rombongan serunya kepada Hian im Tee kun dengan suara lantang .

   "Di dalam pertarungan kita tempo hari menang kalah belum ditentukan, bagaimana kalau kutantang dirimu sekarang untuk melanjutkan sisa pertarungan kita yang belum selesai dulu?"

   Hian im Tee kun dibuat tersipu sipu oleh ucapan tersebut, namun hanya sebentar saja sudah hilang kembali, dia tertawa seram lalu berkata .

   "Jago jago kami banyak tak terhitung dengan jari, kalau aku mesti melayani tantanganmu itu. Hmmm, bukankah hal ini akan menurunkan pamorku saja? Ciu Lan! Gerakan barisan Im kek toa tin untuk membekuk bajingan cilik itu!"

   Hiam im li Ciu Lan segera mengibarkan panji merahnya tiga kali ke atas kepala.

   Empat puluh sembilan orang kakek segera munculkan diri dari empat arah delapan penjuru dan menerjang ke arah Thi Eng khi.

   Serentak para jago menyerbu ke depan pula serta melindungi Thi Eng khi.

   Keng thian giok cu Thi Keng membentak pula dengan suara biasa.

   "Tunggu dulu!"

   Walaupun tenaga dalam yang dimilikinya telah pulih kembali, namun berhubung ingin merebut suatu kemenangan tak terduga sehingga memberi pukulan batin yang di luar dugaan bagi Hian im Tee kun maka hal tersebut untuk sementara waktu tetap dirahasiakan secara ketat.

   Empat puluh sembilan orang yang menerjang keluar dari Ban seng kiong segera menghentikan pula gerakan tubuhnya sambil menantikan perintah terakhir dari Hian im Tee kun.

   Dengan cepat Hian im Tee kun mengulapkan tangannya memberi tanda kepada kawanan kakek tersebut agar menunda serangan mereka, kemudian sambil mengangkat kepalanya memandang ke arah Keng thian giok cu Thi Keng dia berseru .

   "Thi Keng! Apalagi yang hendak kau katakan?"

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   
Jilid 44 Berbicara soal kedudukan, Hian im Tee kun tidak lebih tinggi dari Keng thian giok cu Thi Keng, namun caranya berbicara semacam itu sungguh amat tak sedap didengar.

   Adapun tujuan dari Keng thian giok cu Thi Keng adalah ingin melenyapkan gembong iblis tua tersebut dari muka bumi dia tidak gusar malah ujarnya sambil tertawa hambar .

   "Apakah maksud hati kami berempat, rasanya kaupun sudah tahu dengan pasti, beranikah kau bertarung dengan kami berempat?"

   Hian im Tee kun yang hadir hari ini benar benar sangat aneh, ternyata dia tak berani bertarung melawan Thi Eng khi, tapi tidak menampik tantangan dari Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat.

   Seharusnya tindakan yang diperlihatkan olehnya sekarang mengandung dua kemungkinan .

   Ke satu! Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi tempo hari hingga sekarang dia masih belum memiliki suatu keyakinan untuk merenggut kemenangan dari Thi Eng khi, maka dia tak berani menyerempet bahaya.

   Ke dua! Dia menganggap Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak sekalian bertiga masih terkena bubuk Hua kong san sehingga tenaga dalamnya masih punah, mustahil kekuatan mereka bisa pulih seperti sedia.

   Maka dia beranggapan dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang meski tampaknya dia harus menghadapi empat jagoan tangguh namun dalam kenyataan hanya menghadapi Bu im sin hong Kian Kim siang seorang.

   Dengan kemampuan yang dimilikinya ini sudah barang tentu dia pasti akan memenangkan pertarungan tanpa bersusah payah, maka dengan senang hati diterimanya tantangan mana.

   Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah munculkan diri pula, sambil menuding ke arah Hian im li Ciu Lan serunya dengan suara lantang .

   "Siluman perempuan, beranikah kau tampilkan diri untuk bertarung sebanyak tiga ratus gebrakan dengan nonamu?"

   Hian im li Ciu Lan dengan Pek leng siancu So Bwe leng sudah menjadi musuh bebuyutan, siapa memandang siapa pasti akan menjadi gusar.

   Maka Hian im li Ciu Lan segera memberi tanda kepada Hian im li Cun Bwee, kemudian sambil melompat ke hadapan Pek leng siancu So Bwe leng, serunya sambil tertawa dingin .

   "Dalam pertarungan hari ini, aku tak akan melepaskan dirimu lagi!"

   Mendadak dia mengeluarkan sebilah senjata tangan setan Hian im li kui jiu dan dicekal ditangan kirinya, senjata ini persis seperti senjata yang pernah dihancurkan oleh Thi Eng khi tempo hari, mungkin dia telah membuat sebuah lagi.

   Pek leng siancu So Bwe leng sudah pernah merasakan kelihayan senjata Hian im kui jiu tersebut, memandang senjata cakar setan yang berada di tangan Hian im li Ciu Lan tersebut, dia segera berkerut kening, lalu dengan gusar dicabutnya senjata Hua boa giok ci (jari kemala pemisah bunga) miliknya, kemudian membentak keras .

   "Lihat serangan!"

   Senjata berikut tubuhnya dengan menciptakan selapis cahaya hijau langsung menerjang ke arah Hian im li Ciu Lan.

   Dengan demikian, pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian im li Ciu Lan malahan berlangsung jauh mendahului pertarungan antara empat tokoh sakti melawan Hian im Tee kun...

   Disaat Pek leng siancu So Bwe leng melangsungkan pertarungan melawan Hian im li Ciu Lan, Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang Pek lojin So Seng pak dan Bu im sin hong Kian Kim siang telah mengambil ancang ancang pula siap melangsungkan pertarungan.

   Sambil membuka posisi serangan, Bu im sin hong Kian Kim siang berseru lantang .

   "Kami berjumlah jauh lebih banyak darimu, silahkan kau si gembong iblis tua harus membuka serangan lebih dahulu!"

   Siapa tahu Hian im Tee kun merubah rencananya secara tiba tiba, sambil berkerut kening katanya .

   "Aku rasa pertarungan kita ini seharusnya diundur sampai pada urutan yang terakhir nanti, dengan begitu baru cocok namanya..."

   "Iblis tua! Kau hendak mengulur waktu untuk menyusun siasat busuk lainnya?"

   Hian im Tee kun tertawa seram .

   "Haaahhh. haaahhh...haaahhh. rencana kami untuk menghadapi kalian sudah kususun secara matang dan sempurna, tak perlu dipikirkan lagi secara pusing pusing aku hanya merasa lebih baik mengundurkan pertarungan ini agar kalian mempunyai kesempatan untuk menolong orang sendiri, masa kalian tak dapat melihat sendiri bagaimanakah situasi yang sedang kalian hadapi sekarang?"

   Betul juga, empat puluh sembilan orang yang membentuk barisan Hian im toa tin telah mengepung para jago rapat rapat bahkan mulai melancarkan serangkaian serangan yang sangat gencar.

   Bersamaan waktunya, Bu Nay nay terlibat pula dalam pertarungan yang amat seru melawan Hian im li Cun Bwee.

   Jadi yang belum turun tangan sekarang tinggal empat tokoh silat bersama Hian im Tee kun.

   Disamping itu, dari pihak Ban seng kiong masih terdapat dua tiga puluh orang kakek yang belum turun tangan, mereka sedang mengawasi situasi dalam pertarungan dengan sorot mata tajam, agaknya setiap saat mereka siap terjun ke arena untuk memberikan bala bantuan...

   Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat menjadi terperanjat sekali setelah menyaksikan kejadian itu, dalam hal jumlah orang sudah jelas pihak Ban seng kiong menempati posisi yang lebih menguntungkan, tapi situasi pertarungan masih sukar diduga berhubung pertarungan baru saja berlangsung.

   Tapi kenyataan sudah terbentang didepan mata, bagaimanapun ruginya pihak Ban seng kiong, mereka sudah menyediakan orang yang cukup untuk menggantikan kedudukan rekannya.

   Sedangkan di pihak para jago, selain Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat yang belum turun tangan, tinggal mereka yang belum pulih tenaga dalamnya saja yang belum terjun, sedangkan sisanya sudah terlibat semuanya dalam suatu pertarungan yang amat seru.

   Setelah mendengar perkataan dari Hian im Tee kun, dan setelah menyaksikan pula situasi dalam arena pertarungan, Bu im sin hong Kian Kim siang merasakan hatinya berdebar keras.

   Tanpa terasa dia mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya berbisik kepada Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak .

   "Walaupun kami belum mengerti maksud hati dari si gembong iblis tua itu, namun berbicara dari keadaan situasi yang sedang kita hadapi, ditundanya pertarungan oleh gembong iblis tersebut tidak terlalu merugikan pihak kita, entah bagaimanakah pendapat dari kalian bertiga?"

   Dengan kening berkerut, Sim ji sinni segera menyahut dengan ilmu menyampaikan suara pula .

   "Kalau menurut pengamatan pinni atas sorot mata gembong iblis tersebut, tampaknya dia merasa sangat tidak tenang, apa kalian bertiga memperhatikan pula akan hal itu? Sekalipun kita boleh menunda jalannya pertarungan, paling tidak harus mengawasi gerak geriknya, jangan kita biarkan dia kabur dari tempat ini.."

   Sedangkan Tiang pek lojin So Seng pak lebih setuju untuk segera turun tangan dan tak usah ditunda tunda lagi. Sebaliknya Keng thian giok cu termenung sebentar kemudian ia baru berkata .

   "Pertarungan antara kita berempat melawan Hian im Tee kun merupakan suatu pertarungan adu kekerasan, dengan kemampuan yang dimiliki Hian im Tee kun, rasanya kecil sekali kemungkinan kita untuk berhasil, padahal posisi para jago sekarang sedang menguntungkan, bila kita kelewat cepat nekad beradu jiwa, hal ini justru akan mempengaruhi kejiwaan para jago sehingga bisa berakibat menimbulkan kegagalan atau kekalahan. Menurut pendapat siaute, entah bagaimanakah hasil pertarungan para jago, paling tidak kita harus menghindari pengaruh dari mati hidup kita ini atas semangat juang mereka."

   Dengan ilmu menyampaikan suaranya Sim ji sinni segera menyatakan kesanggupannya.

   "Perkataan dari Thi sicu memang betul dan pinni setuju sekali, lebih baik kita menanti dulu sebentar sambil melihat perubahan situasi, kemudian baru mengambil langkah selanjutnya."

   Tiang pek lojin So Seng pak serta Bu sin im hong Kian Kim siang memang mengekor Thi Keng, maka mereka pun tidak segera bertarung melawan Hian im Tee kun melainkan mulai menguatirkan keadaan situasi dalam arena pertarungan.

   Sementara itu pertarungan antara para pendekar melawan kaum iblis yang membentuk barisan Hian im toa tin dari Ban seng kiong berlangsung paling seru, tampak debu dan pasir beterbangan di angkasa, bahkan jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang silih berganti.

   Namun mereka yang jerit kesakitan dan roboh hampir semuanya adalah kaum iblis dari Ban seng kiong sedangkan pihak pendekar masih tetap kokoh seperti batu karang sama sekali tidak terpengaruh oleh serbuan mana.

   Padahal kalau dilihat formasi dari para pendekar pun tidak menunjukkan suatu kelebihan yang terlalu luar biasa.

   Thi Eng khi menempati posisi tengah, disampingnya adalah suata lingkaran yang terdiri dari tujuh orang, diluar tujuh orang terdapat lagi satu lingkaran yang terdiri dari delapan orang, kemudian pada lingkaran lapisan terakhir terdiri dari sembilan orang jago.

   Namun ke sembilan orang ditempatkan pada lapisan paling luar adalah kawanan jago yang memiliki tenaga dalam paling sempurna.

   Mereka adalah Sam ku sinni, ketua Siau lim pay Ci long siansu, ketua Bu tong pay Keng kian totiang, ketua Kay pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, Beng seng sutay dari kuil Ci tiok an, Giok koay popo Li Ko ci, pemilik pulau Soh sim to si bidadari penyebar bunga Leng Cay soat dan si Unta sakti Lok It hong bersembilan.

   Malahan mereka semua telah menyimpan kembali senjata masing masing dan menghadapi musuh dengan tangan kosong belaka.

   Tampak empat puluh sembilan orang iblis yang membentuk barisan Hian im toa tin, bagaikan banyak setan gentayangan, mereka maju mundur tiada hentinya sambil melancarkan serangkaian serangan gencar ke arah para pendekar.

   Namun setiap serangan yang dilancarkan orang orang Ban seng kiong itu entah yang memakai senjata ataupun yang bertangan kosong, hampir bersamaan waktunya lagi menerjang ke arah para pendekar, mereka selalu terpental balik ke belakang malah ada yang tangan atau kakinya patah serta menderita luka parah.

   Jeritan ngeri yang bergema berulang kali tadi bukan lain berasal dari mulut para penderita tersebut.

   Walaupun dewasa ini Sam ku sinni boleh dianggap bertenaga dalam paling tinggi diantara para pendekar yang hadir namun dengan kemampuannya seorang mustahil dia dapat mementalkan seorang iblis dari Ban seng kiong hanya didalam sekali pukulan saja.

   Sebab setiap gembong iblis yang tergabung dalam istana Ban seng kiong boleh dibilang semuanya merupakan jago jago kelas satu dalam golongan hitam, kepandaian silat mereka pun tidak lebih rendah dari kepandaian seorang ciangbunjin dari suatu partai besar.....

   Kejadian yang sama sekali diluar kebiasaan ini tentu saja mendatangkan perasaan tercengang dan keheranan bagi siapa pun yang memandangnya.

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak, serunya .

   "Gembong iblis tua! Aku lihat Hian im toa tin mu itu sudah tak bisa dipertahankan lagi!"

   Hian im Tee kun yang melihat hal mana segera membentak dengan suara keras .

   "Gi hoa ciat bok (memindah bunga menyambung dahan), Pek sui kui goan (beratus aliran kembali ke sumbernya), asal urat Jin tok dapat ditembusi, siapapun tidak sulit untuk menaklukkan formasi semacam itu."

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera menyindir .

   "Tapi kenyataannya barisan Hian im toa tin mu tak mampu berbuat apa apa terhadap mereka!"

   Untuk beberapa saat lamanya Hian im Tee kun cuma membungkam dalam seribu bahasa, jelas dia sedang memutar otak untuk mencari sesuatu akal. Tergerak hati Keng thian giok cu Thi Keng menyaksikan kejadian tersebut, segera pikirnya .

   "Andaikata kawanan iblis dari Ban seng kiong sudah mengetahui akan teori tersebut lalu membalas dengan senjata yang sama yakni memakai cara Pek sui kui goan, dengan tenaga dalam gabungan empat puluh sembilan orang, sudah pasti para jago akan terkocar kacir."

   Sesungguhnya jalan pemikiran dari Keng thian giok cu Thi Keng ini bukannya sama sekali tanpa dasar.

   Akan tetapi Thi Keng seperti lupa kalau barisan tersebut diselenggarakan oleh cucu kesayangannya sendiri yakni Thi Eng khi, dengan kepandaian maha sakti serta pengetahuan yang begitu luas dari Thi Eng khi bagaimana mungkin si anak muda tersebut akan membiarkan kawanan iblis dari Ban seng kiong menempati posisi yang lebih menguntungkan? Sewaktu Keng thian giok cu Thi Keng berpikir sampai disitu, diam diam dia merasa terkejut sekali, dia kuatir Hian im Tee kun berhasil pula menemukan teori tersebut.

   Maka dia merasa wajib untuk tidak memberi waktu lagi bagi Hian im Tee kun untuk berpikir lebih jauh, dengan cepat serunya memberi peringatan .

   "Waktu kita sudah tiba....

   "

   Belum habis dia berkata, kebetulan sekali Hian im Tee kun sedang berseru sambil tertawa terbahak bahak .

   "Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh aku pun sudah dapat menemukan...

   "

   Keng thian giok cu Thi Keng adalah seorang manusia yang berpengalaman sekali, mendengar ucapan mana, dia lantas mengetahui kalau Hian im Tee kun berhasil pula memahami teori tersebut, tentu saja dia tak boleh membiarkan dia menyampaikan hal tersebut kepada kawanan iblis.

   Maka tidak sampai Hian im Tee kun menyelesaikan perkataannya, dengan suara keras bentaknya .

   "Gembong iblis tua, sudah tiba saatnya buat kita untuk turun tangan, lihat serangan!"

   Begitu ucapan selesai diutarakan, serangan telah dilepaskan dengan amat dahsyatnya.

   Berada dalam keadaan seperti inipun Keng thian giok cu Thi Keng masih tetap mempertahankan kebesaran jiwa serta kejujurannya sebagai seorang pendekar sekali dia enggan melakukan penyerangan secara menggelap tapi dengan berbuat begini maka Hian im Tee kun pun tak sempat lagi menyampaikan jalan pemikiran sendiri kepada kawanan iblis tersebut.

   Sesungguhnya tujuan dari Keng thian giok cu Thi Keng adalah untuk menghalangi Hian im Tee kun untuk berbicara, maka setelah melancarkan serangan, dia tidak meneter lebih hebat lagi, sebab dia kuatir serangannya yang kelewat dahsyat akan melukai diri Hian im Tee kun, hal ini jelas akan mencerminkan kelicikan dan ketidak jujurannya.

   Namun Keng thian giok cu Thi Keng bertiga dalam anggapan Hian im Tee kun masih merupakan manusia manusia yang sudah kehilangan tenaga dalamnya.

   Serangan yarg dipancarkan oleh Keng thian giok cu Thi Keng sekarang sudah cukup membuat hatinya merasa terperanjat sekali.

   Sudah barang tentu dia tak sempat lagi berbicara, buru buru seluruh perhatiannya dipusatkan untuk menghadapi keempat orang tokoh maha sakti tersebut.

   Hian im Tee kun segera menggerakkan sepasang bahunya dan menghindarkan diri dari serangan Keng thian giok cu Thi Keng yang sebetulnya tak berharga untuk dihadapi.

   Menyusul kemudian, terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang membentak pula .

   "Sambutlah sebuah pukulan ini!"

   Segulung angin pukulan kembali menyambar ke tubuh Hian im Tee kun.

   Kali ini tenaga serangan yang dipancarkan sedemikian dahsyatnya sehingga terasa mengerikan sekali.

   Lagi lagi Hian im Tee kun menghindarkan diri ke samping namun dia belum juga melancarkan serangan balasan.

   Secara bergilir Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak melancarkan sebuah serangan pula, namun semuanya berhasil dihindari oleh Hian im Tee kun tanpa melancarkan serangan balasan.

   Oleh karena keempat orang tokoh sakti kita turun tangan secara bergilir, maka Hian im Tee kun baru berkesempatan untuk menghindarkan diri, jikalau mereka bisa memanfaatkan kesempatan yang terbaik untuk turun tangan, bisa jadi Hian im Tee kun tak akan semudah ini untuk menghindarkan diri.

   Tapi empat tokoh sakti itu turun tangan secara bergilir, hal ini sudah jelas mengingat kedudukan mereka berempat yang begitu tinggi, jikalau dengan pamor mereka yang begitu tinggi, ternyata mereka berempat harus mengerubuti seseorang maka bila kejadian tersebut sampai tersiar dalam dunia persilatan, sudah pasti mereka akan ditertawakan orang.

   Apalagi sebelum Hian im Tee kun secara resmi melancarkan serangan balasan, tidak menjaga kedudukan sendiri bisa semakin ditertawakan orang.

   Sedangkan mengenai apa sebabnya Hian im Tee kun sampai tidak melancarkan serangan balasan? Hal ini sukar rasanya untuk menemukan alasan yang tepat.

   Sementara itu keempat tokoh sakti itu pun sedang merasakan keheranan atas sikap serta tindak tanduk Hian im Tee kun yang sama sekali berlawanan dengan keadaan biasanya.

   Keng thian giok cu Thi Keng segera menghentikan serangannya, lalu berkata .

   "Gembong iblis tua! Mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan?"

   Hian im Tee kun segera tertawa dingin .

   "Mau melancarkan serangan balasan atau tidak, toh urusanku sendiri, buat apa kalian mesti banyak bertanya?"

   "Thi tua!"

   Sela Bu im sin hong Kian Kim siang cepat.

   "untuk melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, buat apa kita mesti mempersoalkan masalah yang tetek bengek? Lebih baik kita berempat turun tangan bersama sama masa dia tak akan membalas serangan tersebut...?"

   "Perkataan saudara Kian tepat sekali, mari kita turun tangan bersama sama!"

   Seru Tiang pek lojin So Seng pak pula. Keng thian giok cu Thi Keng melototkan matanya bulat bulat, kemudian tertawa nyaring.

   "Haaahhh..... haaahhhh.... haaahhhh.... siau heng bukan sayang dengan nama yang kumiliki, aku hanya merasa gembong iblis ini belum berhasil memulihkan kembali tenaga dalamnya sejak menderita getaran hawa pedang dari Eng ji, kalau toh demikian halnya, kita tak usah lagi menghadapinya dengan berempat...."

   Sebagai seorang ahli yang berpengalaman, dalam sekilas pandangan saja akan diketahui ada atau tidak.

   Hian im Tee kun tidak menerima serangan empat musuhnya bahkan sewaktu berkelit pun kurang gesit dari ini dapat diketahui kalau tenaga dalamnya sudah menderita kerugian yang besar sekali.

   Sewaktu mendengar ucapan tersebut Hian im Tee kun nampak terkesiap, kemudian segera bentaknya .

   "Thi siaupwe, kau tak usah berlagak sok pintar, sekarang kalian boleh maju berempat, lihat saja nanti apakah tenaga dalamku sudah berkurang atau tidak!"

   Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehhh.... heeehhh.... mengapa harus maju berempat? Cukup dengan mengandalkan Hu kong keng im, aku pasti dapat memaksamu untuk melancarkan serangan, kalau tidak, sejak saat ini juga akan kuhapuskan nama besarku sebagai angin sakti tanpa bayangan."

   Begitu selesai berkata, secepat sambaran petir dia lantas menerjang ke arah Hian im Tee kun. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat ikut menyambar pula ke depan langsung menghantam bahu kanan Hian im Tee kun. Hian im Tee kun tertawa sinis .

   "Serangan yang sangat bagus!"

   Dia segera membuang bahu kanannya ke samping sembari merendahkan tubuhnya, menggunakan kesempatan mana tubuhnya berkelebat tiga langkah ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan Bu im sin hong Kian Kim siang tersebut.

   Gerakan tubuh dari Bu im sin hong Kian Kim siang benar benar cepat bagaikan sambaran kilat, semua gerakannya dilakukan dengan kecepatan luar biasa, gagal dengan serangan yang pertama, serangan kedua segera menyusul tiba.

   Tampak dia menerjang dengan kecepatan luar biasa, kemudian tiba tiba saja menghindar, dengan menggunakan suatu sudut yang sukar diduga sebuah pukulan disapukan lagi ke depan.

   Kembali terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat menghantam ke pinggang Hian im Tee kun.

   Gerakan tubuh dari Hian im Tee kun memang sukar untuk mengatasi kelihayan Bu im sin hong Kian Kim siang yang pada dasarnya memang termashur sekali akan ilmu meringankan tubuhnya, tak usah menggunakan tiga jurus serangan, pada serangan yang kedua pun dia telah berhasil memaksa Hian im Tee kun untuk melancarkan serangan balasan.

   Seandainya Hian im Tee kun tak mau melancarkan serangan balasan, terpaksa dia harus menerima pukulan tersebut, sebab memang sudah tiada kemungkinan lagi untuk menghindarkan diri.

   Dalam keadaan terdesak mau tak mau Hian im Tee kun harus membela diri, telapak tangan kanannya segera dikebaskan ke depan, dia tidak memakai tenaga telapak tangan, melainkan dengan ujung bajunya saja menyongsong datangnya serangan dari Bu im sin hong Kian Kim siang.

   Begitu dua gulung angin serangan saling bertemu, terjadilah suatu ledakan keras yang memekikkan telinga.

   "Blaammmm.!"

   Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun, paling tidak dia harus berhasil melemparkan tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang sejauh satu kaki lebih.

   Namun kenyataan yang terbentang di depan mata jauh berbeda, Bu im sin hong Kian Kim siang hanya terpukul mundur sejauh tiga langkah, sedangkan Hian im Tee kun sendiri meski tidak mundur, akan tetapi permukaan tanah dimana kakinya berpijak telah melesak masuk sedalam lima inci.

   Dalam hal ini peristiwa tersebut benar benar jauh diluar dugaan keempat manusia sakti tersebut.

   Kenyataannya tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun jauh berbeda dengan kesaktiannya dimasa lampau.

   Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa terbahak bahak, kemudian serunya .

   "Saudara Kian, harap kau mundur dahulu, biar siaute yang bertarung menghadapi gembong iblis tua ini!"

   Diantara keempat tokoh sakti tersebut, tenaga dalam yang dimiliki Keng thian giok cu Thi Keng boleh dibilang paling sempurna, dengan kepandaian dari Hian im Tee kun sekarang, dia masih cukup untuk menarik kembali modalnya.

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera mengundurkan diri kebelakang, katanya sembari tertawa .

   "Baik! Thi tua, silahkan kau unjukkan kelihayanmu!"

   Keng thian giok cu Thi Keng segera mendesak maju ke muka, sembari mengayunkan telapak tanganuya dia berseru .

   "Iblis tua, lihat serangan!"

   Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung dilontarkan ke arah dada Hian im Tee kun.

   Sejak bentrokan kekerasan yang terjadi antara Hian im Tee kun melawan Bu im sin hong Kian Kim siang tadi, sehingga rahasianya terbongkar, sekarang Hian im Tee kun telah memperlihatkan sepasang telapak tangannya dari balik ujung pakaian, agaknya dia sudah bersiap sedia untuk bertarung mati matian melawan Keng thian giok cu.

   Empat orang jago tersebut dapat melihat kalau telapak tangan kiri Hian im Tee kun masih tetap dibalut dengan kain putin, nampaknya dia bermaksud untuk menghilangkan perasaan malunya.

   Sementara itu tampak Hian im Tee kun berkelit dua langkah ke samping kanan dan menghindarkan diri dari serangan Keng thian giok cu Thi Keng, kemudian melepaskan sebuah serangan balasan dengan sebuah bacokan dahsyat.

   Begitu mereka berdua saling bertarung, tampaklah bayangan telapak tangan saling menyambar ke sana ke mari, hawa serangan memenuhi seluruh angkasa bayangan manusia saling bergumul satu sama lainnya sehingga sukar sekali untuk dibedakan mana musuh mana teman, ini menandakan kalau pertarungan yang sedang berlangsung benar benar amat sengit.

   Dengan tenaga dalam yang dimiliki Keng thian giok cu Thi Keng ternyata mampu bertarung seimbang melawan Hian im Tee kun tanpa memperlihatkan tanda tanda kalah, hal ini membuat ketiga orang tokoh sakti lainnya yang belum turun tangan menjadi kaget, tercengang dan tidak habis mengerti.

   Padahal Hian im Tee kun memiliki kepandaian silat yang luar biasa sekali, kendatipun sewaktu pertarungannya melawan Thi Eng khi telah menderita luka dalam, tidak seharusnya luka tersebut separah ini sehingga mempengaruhi tenaga dalamnya sampai merosot sejauh ini.

   Jelas kenyataan yang berada di depan mata sekarang sukar diterima dengan begitu.

   Mendadak terdengar tiga kali pekikan nyaring bergema dari balik barisan Hian im toa tin.

   Ketiga orang tokoh sakti itu segera berpaling.

   Tampak Hian im toa tin dari Ban seng kiong sudah berhenti melancarkan serangan, jumlah manusia yang sudah tak lengkap itu segera dilengkapi kembali oleh kawanan manusia yang berada disekitar arena.

   Mereka yang sudah bertarung cukup lama dengan korban yang cukup parah tampaknya sudah mulai merasakan titik kelemahan sendiri dan teringat untuk menggantikan tenaga gabungan empat puluh sembilan orang guna menghadapi lawannya.

   Sekarang mereka sedang menyusun barisan baru siap melancarkan serangan kembali ke arah kawanan jago.

   Dalam pada itu barisan berbentuk bulat dari para jago, kini telah berubah menjadi suatu barisan berbentuk segitiga.

   Thi Eng khi yang pada mulanya berdiri dipusat lingkaran barisan, sekarang malah berdiri diujung segitiga yang persis saling berhadapan muka dengan kawanan iblis.

   Sebaliknya pada dua sudut lainnya masing masing ditempati oleh Sam ku sinni dan yang lain oleh ketua Siau lim pay Ci long siansu.

   Serangan dari orang orang Ban Seng kiong kembali bergerak, tampak empat puluh sembilan orang kakek itu dipimpin oleh seseorang dan berkumpul menjadi satu dengan rapatnya, tangan bergandeng tangan bahu menempel bahu.

   Sejak dari jarak puluhan kaki mereka sudah berpekik nyaring, kemudian diiringi hamburan debu langsung menerjang ke arah Thi Eng khi dengan kecepatan yang luar biasa.

   Keadaan semacam itu sungguh mengejutkan hati siapapun yang melihatnya.

   Tiga tokoh tua yang melihat keadaan tersebut diam diam mulai menguatirkan keselamatan Thi Eng khi.

   Sementara itu selisih jarak antara ke dua barisan tersebut makin lama semakin bertambah mendekat.

   Kemudian .

   "Blaaammm! Blaaaammm...!"

   Pada suatu saat yang sudah diduga terjadilah ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga.

   Menyusul benturan dahsyat ini, debu yang tebal segera membumbung tinggi ke angkasa dan menyelimuti seluruh arena pertarungan dan menutupi pula bayangan manusia yang sedang beradu kekuatan.

   Pelan pelan....

   ketika angin gunung berhembus lewat membuyarkan debu terlihat hasil dari bentrokan kekerasan tersebut..

   Di pihak para jago .

   Barisan belum membuyar, tapi semua orang sedang duduk bersila sambil mengatur pernapasan, di sisi kiri dan kanan barisan mereka masing masing muncul sebuah liang yang besar sekali.

   Sebaliknya di pihak Ban seng kiong .

   Bentuk barisan mereka sudah kacau balau tidak karuan bentuknya, ada yang di kanan ada yang di kiri, ada pula yang tergeletak di atas tanah sambil merintih, ada pula yang sedang mengatur napas dengan wajah lesu dan bermuram durja.

   Namun tegasnya jumlah mereka yang terluka dan roboh jauh lebih banyak sedangkan yang masih dapat mengatur napas tinggal tak seberapa banyak lagi.

   Dengan cepat segenap jago lihay dari Ban seng kiong yang masih berada disisi arena maju ke depan dan mengisi kembali barisan Hian im toa tin yang sudah terpukul hancur itu.

   Dalam pada itu di pihak para jago pun telah membentuk kembali barisan bulat seperti semula.

   Tampaknya serangan berikutnya sudah akan dilancarkan kembali.....

   Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian tersebut segera memuji tiada hentinya.

   "Thi sauhiap memang benar benar luar biasa, sekalipun dia sendiri sudah kehabisan tenaga namun masih bisa memakai ilmu Hua lik hun kong (memisahkan tenaga membuyarkan kekuatan) untuk menghancur lumatkan serangan gabungan dari empat puluh sembilan orang gembong iblis dari Ban seng kiong."

   Sementara dia baru selesai berkata, mendadak terdengar Keng thian giok cu Thi Keng membentak keras .

   "Kena!"

   Dengan jurus Kim liong tham jiu (Naga emas mementangkan cakar) secepat sambaran kilat langsung mencengkeram bahu kiri Hian im Tee kun.

   Dengan cepat Hian im Tee kun mengeluarkan jurus Siau kui to tho (setan kecil mencuri buah tho) untuk menghadapinya, bahu kirinya dibuang ke samping lalu ke lima jari tangan kanannya yang dipentangkan bagaikan cakar balas mencengkeram pergelangan tangan Keng thian giok cu Thi Keng.

   Sewaktu melancarkan serangan, kedua belah pihak sama sama mempergunakan ilmu mencengkeram namun sewaktu saling beradu ternyata dari ilmu mencengkeram mereka telah berubah menjadi ilmu pukulan, sebuah bentrokan kekerasan pun segera terjadi.

   Tujuan Keng thian giok cu Thi Keng adalah melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, maka semua serangan yang digunakan merupakan serangan serangan beradu jiwa yang dahsyat sekali.

   Hian im Tee kun sendiripun merasa dendam dan benci sekali kepada Keng thian giok cu Thi Keng, terutama sekali kebuasan lawannya yang meneter dirinya habis habisan.

   Maka saat ini dia menyerang tanpa berbelas kasihan lagi, semua jurus serangan yang mematikan dipergunakan sehabis habisnya dengan mengerahkan segenap tenaga dalam yang dia miliki.

   Akibat dari bentrokan tadi, Keng thian giok cu Thi Keng merasa sepasang bahunya bergetar keras sebelum dapat berdiri tegak sedang kakinya sama sekali tidak bergerak dari posisi semula.

   Hian Im Tee kun dengan kedudukannya sebagai jagoan nomor wahid dikolong langit malahan terdorong mundur sejauh satu langkah setengah akibat dari bentrok tersebut.

   Dengan sebuah pukulan ternyata Keng thian giok cu Thi Keng berhasil mendesak Hian im Tee kun mundur sejauh satu langkah setengah, tanpa terasa semangatnya segera berkobar dan keinginannya untuk melenyapkan gembong iblis itupun semakin membulat.

   Ditengah gelak tertawa nyaring yang memekikkan telinga, kemball dia terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit melawan Hian im Tee kun.

   Dalam waktu singkat napas kedua belah pihak sudah berubah menjadi berat dan ngos ngosan.

   Beberapa saat kembali sudah lewat, ditengah bentakan gusar dan dengusan tertahan yang bergema bersamaan waktunya, dua sosok bayangan manusia itu saling berputar secepat petir kemudian saling berpisah.

   Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng berubah menjadi pucat pias seperti mayat napasnya tersengkel sengkal dan keringat telah membasahi seluruh jubah birunya.

   Hian im Tee kun berdiri saling berhadapan dengan Keng thian giok cu Thi Keng namun paras mukanya sama sekali tidak mengalami perubahan apa pun.

   Akan tetapi dadanya naik turun dengan hebatnya, bahkan berkali lipat lebih parah keadaannya ketimbang Keng thian giok cu Thi Keng.

   Jelas dalam pertarungan yang barusan berlangsung, keadaannya jauh lebih parah dari pada Keng thian giok cu Thi Keng, hanya yang tidak mengerti adalah mengapa paras mukanya sama sekali tidak berubah menjadi pucat pias seperti keadaan Keng thian giok cu Thi Keng.

   Sementara Sim ji sinni masih tidak habis mengerti, tiba tiba tampak Hian im Tee kun membungkukkan badannya dan memuntahkan darah segar.

   Keng thian giok cu Thi Keng segera menghembuskan napas panjang, katanya .

   "Hian im Tee kun sudah terkena sebuah pukulan siaute yang amat berat, isi perutnya sudah hancur dan tak mungkin bisa hidup lebih lama lagi, tampaknya bibit bencana mungkin sudah dapat kita lenyapkan."

   Dengan cepat dia menotok tiga buah jalan darah ditubuh Hian im Tee kun agar tidak kehilangan banyak darah serta mempertahankan hidupnya untuk sementara waktu.

   Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak serta Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat gembira, serunya dengan cepat .

   "Thi tua! Sekali lagi kau berhasil menyelamatkan dunia persilatan dari bencana besar, hal ini benar benar suatu peristiwa yang patut digembirakan!"

   Keng thian giok cu Thi Keng tertawa .

   "Berkat jasa dan bantuan saudara sekalian tugas ini dapat diselesaikan dengan baik kalau tidak, siaute pun merasa sukar untuk berhasil seperti sekarang ini."

   Tiba tiba Bu im sin hong Kian Kim siang berseru .

   "Biar siaute mengumumkan tentang kekalahan yang diderita Hian im Tee kun ini kepada semua orang, agar kawanan iblis dari Ban seng kiong tahu kalau keadaan sudah berubah dan pertarungan sengit tak usah dilanjutkan lagi."

   "Saudara Kian, kalau begitu tolong kau lakukan dengan segera!"

   Ucap Keng thian giok cu Thi Keng. Selesai berbicara, dia lantas duduk bersila diatas tanah dan mulai mengatur pernapasan. Dengan suara keras bagaikan geledek Bu im sin hong Kian Kim siang segera berteriak lantang .

   "Hian im Tee kun sudah berhasil dihajar oleh Keng thian giok cu Thi Keng sehingga terluka parah dan tertawan, harap kalian dari Ban seng kiong segera menghentikan serangan dan menyerahkan diri."

   Begitu berita tentang tertawannya Hian im Tee kun tersiar keluar, Ban seng kiong menderita pula kekalahan secara total, maka para iblis tersebut tak berani tinggal lebih lama lagi di situ, serentak mereka melarikan diri terbirit birit meninggalkan tempat tersebut.

   Hanya kawanan iblis yang terluka dan tak mampu kabur saja tetap tinggal ditempat, mereka kuatir para jago pendekar membunuh mereka, namun tak dapat menahan rasa sakit yang sedang diderita, sehingga suasana menjadi kacau balau dengan jeritan dan erangan kesakitan.

   Selain daripada itu, ditengah arena masih ada dua pasang manusia melangsungkan pertarungan dengan sengitnya, satu pasang terdiri dari Bu Nay nay melawan Hian im li Cun Bwee, sedangkan yang lain adalah Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian im li Ciu Lan.

   Sesungguhnya Hian im ji li bukannya tidak berniat untuk kabur meninggalkan tempat tersebut, akan tetapi Bu Nay nay dan Pek leng siancu So Bwe leng mengurung mereka secara mati matian, hai ini membuat mereka sama sekali tak berkutik lagi.

   Bu Nay nay mengurung Hian im li Cun Bwee dan menyerangnya habis habisan karena pada dasarnya dia memang sangat membenci segala bentuk kejahatan dia menganggap Hian im li sebagai anteknya Hian im Tee kun sebagai otak dari semua kejahatan, maka dia tak rela membiarkan antek dari segala kejahatan ini lolos dengan begitu saja.

   Itulah sebabnya dia mengurung dan mengepungnya terus secara ketat sekali.

   Sebaliknya antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian im li Ciu Lan disamping karena dendam secara umum juga masih terselip sakit hati pribadi.

   Pada hakekatnya Pek leng siancu So Bwe leng sudah membenci Hian im li sampai merasuk ke tulang sumsumnya, sudah barang tentu dia tak akan membiarkan musuhnya itu kabur dari sana.

   Sementara itu, kawanan pendekar telah turun tangan menolong kawanan iblis yang tak mampu kabur karena luka yang parah.

   Oleh sebab itu ditengah arena masih nampak bayangan manusia yang berkelebat kian kemari.

   Sim ji sinni yang menyaksikan Bu Nay nay masih bertempur seru macam orang kesurupan, dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas katanya .

   "Nay nay, pentolannya sudah tertangkap, buat apa sih kau merecoki terus orang ini? Lepaskan saja dia! Adikmu toh tertawan oleh musuh, kita harus segera mencarinya."

   Teringat akan nasib adiknya Bu lm, semangat tempur Bu Nay nay segera pudar, dengan cepat dia menghentikan serangannya lalu berseru kepada Hian im li Cun Bwee.

   "Aku mempunyai seorang saudara bernama Bu Im, kalian telah menyekapnya di mana?"

   Hian im li Cun Bwee yang menyaksikan situasi telah berubah segera memberitahukan tempat Bu Im disekap, setelah itu dia sendiri cepat cepat melarikan diri meninggalkan tempat tersebut.

   Bu Nay nay pun tidak ambil diam, dia segera melesat ke depan untuk mencari Bu Im.

   Hanya pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian im li Ciu Lan masih berlangsung terus dengan serunya.

   Pek leng siancu So Bwe leng sudah terbiasa menuruti adat sendiri pada hakekatnya dia tak mau menuruti perkataan dari Sam ku sinni maupun kakeknya Tiang pek lojin So Seng pak, dia bersikeras hendak bertarung habis habisan melawan Hian im li Ciu Lan.

   Akhirnya Keng thian giok cu Thi Keng yang maju ke depan dan memberitahukan kepadanya kalau Thi Eng khi sudah hampir tak mampu menahan diri.

   Berita itu membuat Pek leng siancu So Bwe leng jadi terperanjat dan tak sempat melanjutkan pertarungan melawan Hian im li Ciu Lan lagi, cepat cepat dia kabur mencari Thi Eng khi.

   Keng thian giok cu Thi segera memperingatkan Hian im li Ciu Lan agar tidak berbuat kejahatan lagi dan menganjurkan kepadanya untuk kembali ke jalan yang benar.

   Berhasil lolos dari kematian, Hian im li Ciu Lan nampak sangat terharu, beberapa kali dia seperti hendak mengucapkan sesuatu namun selalu tiada kesempatan dan tak berhasil mengutarakan isi hatinya.

   Menanti Keng thian giok cu Thi Keng sudah selesai berkata dan berlalu dari situ.

   Hian im li Ciu Lan berdiri sambil termenung beberapa saat, dia merasa bila isi hatinya diutarakan kepada para pendekar, tindakan tersebut bisa jadi akan memancing pandangan hina orang lain kepadanya.

   Terpaksa dia menghela napas sedih dan segera berlalu pula dari situ.

   Thi Eng khi yang menyaksikan usaha mereka telah sukses, semangatnya pun mengendor, dia setuju untuk mencabut keluar jarum emas dari tubuhnya dan segera tertidur pulas.

   Hui cun siucay Seng Tiok sian dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya mengurut tiada hentinya disekujur badan Thi Eng khi, kalau dilihat dari sikap tegang yang menghiasi wajahnya dapat diketahui kalau tertidurnya Thi Eng khi bukan suatu gejala yang wajar....

   Pek leng siancu So Bwe leng buru buru lari mendekat, melihat keadaan dari Thi Eng khi tersebut, tanpa berpikir panjang lagi dia lantas menjerit .

   "Engkoh Eng!"

   Dia hendak menubruk ke atas tubuhnya.

   Untung sekali Ciu Tin tin bertindak cepat dan menghalanginya, sehingga tidak sampai kejadian tersebut mengganggu Hui cun siucay Seng Tiok sian yang sedang melakukan pengobatan.

   Setelah berhasil menghalangi Pek leng siancu So Bwe leng, Ciu Tin tin segera menariknya ke samping dan ujarnya .

   "Adik Leng, jangan gelisah, adik Eng tidak apa apa, seandainya dia terjadi sesuatu, coba lihatlah masa cici dapat bersikap tenang seperti ini?"

   Bicara punya bicara suaranya menjadi parau dan tak terbendung lagi air matanya segera jatuh bercucuran.

   "Enci Tin!"

   Pek leng siancu So Bwe leng segera berseru lirih.

   Mereka saling bergenggaman tangan erat erat, dua hati seperti mempunyai perasaan yang sama, seakan akan menghadapi perubahan cuaca yang tak menentu sehingga napasnya terasa menjadi sesak sekali.

   Lama sekali Hui cun siucay Seng Tiok sian bekerja keras sampai sekujur tubuhnya basah oleh keringat, akhirnya sekulum senyuman mulai menghiasi ujung bibirnya, dia berkata.

   "Saudara Thi memang benar benar memiliki bakat yang luar biasa sekali, sekarang kesempatannya untuk hidup sudah tumbuh dan pelan pelan kekuatannya akan pulih kembali, sekarang biarkan saja dia tidur barang sepuluh atau setengah bulan lamanya!"

   "Apa? Tertidur sampai sepuluh hari atau setengan bulan? Apakah dia tak akan mati kelaparan?"

   Seru Pek leng siancu So Bwe leng dengan terkejut. Ciu Tin tin segera memperingatkan Pek leng siancu So Bwe leng .

   "Adik Leng, jangan lupa orang yang menggunakan ilmu Ku si toa hoat hun bisa bertahan untuk hidup selama setengah tahun tanpa dahar, sepuluh hari atau setengah bulan masih belum terhitung seberapa...

   "

   "Tenaga dalam yang dimiliki engkoh Eng sudah punah, bagaimana mungkin dia dapat mempergunakan ilmu Ku si toa hoat lagi?"

   "Seng tayhiap telah melaksanakan ilmu Ci liong jiu hoat diatas tubuh Adik Eng, kasiatnya tidak berbeda jauh dengan ilmu ku si toa hoat, cuma yang satu secara otomatis sedangkan yang lain dilakukan orang."

   Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Thi Eng khi yang tertidur ditemani oleh Pek leng siancu so Bwe leng dan Ciu Tin tin.

   Tatkala Keng thian giok cu Thi Keng sekalian menyaksikan persoalan tentang Thi Eng khi sudah beres, mereka lantas meminta kepada Hui cun siucay Seng Tiok sian untuk menolong Hian im Tee kun dengan maksud agar menyelamatkan selembar jiwanya yang sedang kritis...

   Waktu itu Hian im Tee kun memang sudah bernafas lemah sekali, jaraknya dengan kematian pun sudah tidak jauh lagi.

   Secara beruntun Hui cun siucay Seng Tiok sian menotok tujuh buah jalan darah Hian im Tee kun dan mencecoki sejumlah obat obatan ke dalam mulutnya, kesempatan hidup dari Hian im Tee kun pun lambat laun pulih kembali.

   Hui cun siucay Seng Tiok sian memeriksa dahulu denyutan nadi kanan Hian im Tee kun, kemudian memeriksa pula denyutan nadi sebelah kirinya.

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan tiga jari tangannya menempel di nadi sebelah kiri Hian im Tee kun, dia segera merasakan denyutan nadinya menunjukkan gejala aneh.

   Sebab dia pernah mendengar orang berkata lengan kiri Hian im Tee kun sudah terpapas sebagian oleh sambaran pedang terbang Thi Eng khi, namun sewaktu memeriksa denyutan nadinya sekarang, dia menemukan sebuah lengan kiri yang masih utuh.

   Begitu timbul perasaan curiganya, untuk membuktikan kebenaran dari kecurigaannya tersebut Hui cun siucay Seng Tiok sian segera melepaskan balutan tangan kiri Hian im Tee kun.

   Apa yang diduga ternyata benar, dia berhasil menemukan sebuah lengan yang utuh.

   Ketika semua orang menyaksikan hal tersebut, maka timbullah kecurigaan kalau orang ini bukan Hian im Tee kun yang sesungguhnya.

   Hui cun siucay Seng Tiok sian mencoba untuk memeriksa raut wajah Hian im Tee kun, akan tetapi tidak dijumpai pula topeng kulit manusia atau sebangsanya disitu, hal mana semakin membingungkan para jago.

   Tapi, kalau toh lengan kirinya tetap utuh bagaimana mungkin dia adalah Hian im Tee kun yang asli? Perasaan heran, kaget dan curiga segera meliputi seluruh wajah para jago bahkan mereka lupa untuk memikirkan suatu kenyataan yang sesungguhnya mudah untuk membuktikan hal tersebut.

   Pelan pelan Hian im Tee kun sadar kembali dari pingsannya, dengan lemah tak bertenaga dia memandang sekejap ke wajah empat tokoh sakti itu dan akhirnya berhenti diwajah Keng thian giok cu Thi Keng, setelah menunjukkan senyuman getir yang lemah, bisiknya dengan lesu .

   "Thi lojin, lohu sudah melatih diri selama empat puluh tahun namun nyatanya belum berhasil menangkan dirimu, apa artinya bagiku untuk hidup lebih jauh?"

   Selesai berkata dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya yang baru pulih untuk memutuskan urat nadi sendiri tak ampun dia segera muntah darah segar dan tewas seketika. Sekarang para jago baru teringat akan seseorang, serunya kemudian tertahan.

   "Ooh rupanya Hian im Tee kun gadungan ini hasil penyaruan dari Huan im sin ang Ui Sam ciat!"

   Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas pula sembari berkata .

   "Ilmu menyaru muka dari Huan im sin ang Ui Sam ciat memang betul betul sangat lihay, seandainya dia tidak mengungkapkan sendiri identitasnya, lohu benar benar tidak habis mengerti apa sebabnya tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun tak mampu menandingi lohu..."

   Rupanya semenjak istana Ban seng kiong nya dirampas dan diduduki Hian im Tee kun, Huan im sin ang Ui Sam ciat sadar kalau dia tak akan berhasil merebut kembali istana dari tangan musuh maka dengan mewujudkan suatu sikap yang sangat hormat dan berbakti, Hian im sin ang Ui Sam ciat berusaha untuk bekerja dengan bersungguh hati.

   Ditambah pula dia memang pandai menarik kepercayaan Hian im Tee kun, akhirnya selain memperoleh kepercayaan, bahkan tenaga dalamnya yang punah berhasil diperoleh kembali.

   Bukan cuma begitu, diapun banyak memperoleh pelajaran ilmu silat dari bekas lawannya ini.

   Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi, selain Hian im Tee kun kehilangan separuh tangannya, baik bagian luar maupun isi perutnya telah peroleh luka yang cukup parah.

   Hian im Tee kun sadar kalau Thi Eng khi bukan seorang musuh yang mudah dihadapi, maka diapun meminta kepada Huan im sia ang Ui Sam ciat untuk menyaru sebagai dirinya dan menduduki istana Ban seng kiong, sementara pelbagai tugas dan kewajiban diserahkan kepada Hian im ji li.

   Hian im Tee kun sendiri menyembunyikan diri di suatu tempat yang rahasia dan terpencil untuk mempelajari beberapa macam kepandaian yang lebih hebat sebagai persiapan untuk menghadapi Thi Eng khi.

   Sekarang sudah semua orang tahu bahwa Hian im Tee kun gadungan hasil penyaruan dari Huan im sin ang otomatis pikiran semua orangpun dialihkan ke masalah Hian im Tee kun yang asli, maka pelbagai pertanyaan pun segera bermunculan .

   "Ke mana perginya Hian im Tee kun? Ke mana perginya Hian im Tee kun...?"

   Pertanyaan tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh istana Ban seng kiong. Bu im sin hong Kian Kim siang mendongkol sekali, dengan penuh amarah serunya .

   "Mari kita segera mencari kawanan anak iblis yang terluka itu, coba ditanyakan ke mana kaburnya Hian im Tee kun!"

   Sim ji sinni yang menyaksikan kegusaran orang segera tersenyum dan menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .

   "Sekalipun Huan im sin ang hidup kembali, belum tentu dia akan tahu ke mana perginya Hian im Tee kun, apalagi orang orang lainnya."

   "Masa kita harus menyudahi persoalan sampai disini saja?"

   Seru Bu im sin hong Kian Kim siang sambil menghela napas. Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata pula .

   "Sehari Hian im Tee kun belum berhasil dilenyapkan dari muka bumi, dunia persilatan tak akan pernah mengecap ketenangan dan kedamaian, sudah barang tentu kita tak boleh melepaskan dirinya dengan begitu saja, cuma persoalan toh tak usah terburu buru harus diselesaikan dalam sehari, lebih baik kita selesaikan dulu kawanan iblis yang berada di istana Ban seng kiong, kemudian baru berunding lebih jauh."

   Menyelesaikan kawanan iblis dari Ban seng kiong memang merupakan tugas yang harus segera diselesaikan secepatnya, karena sekali salah bertindak, bisa jadi akan menimbulkan bibit bencana yang lain, maka para jago mau tak mau harus bertindak dengan berhati hati sekali.

   Untung saja semua orang mempunyai sikap berbesar hati dan berpandangan luas dengan tak bosan bosannya mereka membujuk dan menasehati kawanan ibis itu sampai mereka dapat menghilangkan sifat jahatnya sebelurn dilepaskan pergi dengan harapan mereka dapat hidup sebagai manusia lain.

   Sedangkan kawanan iblis kecil yang tidak masuk hitungan, ditugaskan pendidikannya kepada Ban li tui hong Cu Ngo, si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu untuk diselesaikan.

   Kini, meskipun istana Ban seng kiong berhasil dilumpuhkan namun Hian im Tee kun belum berhasil dilenyapkan.

   Para jago sekarang boleh dibilang baru berhasil menyelesaikan setengah dari tugasnya, sedangkan tujuan untuk melenyapkan ancaman bahaya bagi keselamatan dunia persilatan masih ada setengah lagi yang belum terselesaikan.

   Dari posisi terang Hian im Tee kun telah beralih ke tempat kegelapan, tugas untuk melenyapkan dirinya sekarang pun akan menjadi suatu tugas yang tidak gampang.

   Karena para jago sadar kalau untuk mengumpulkan kekuatan seperti ini bukan suatu pekerjaan yang gampang, maka untuk sementara waktu semua orang berkumpul di istana Ban seng kiong guna mempermudah tugas dan tujuan mereka menghadapi Hian im Tee kun.

   Bu tong pay terletak paling dekat dengan istana Ban seng kiong, ketua Bu tong pay Keng hian totiang segera mengundang datang jago jagonya dalam jumlah yang lebih banyak agar lebih mempermudah pengawasan.

   Sedangkan ketua ketua dari partai lain pun segera menurunkan perintah kepada anak buahnya agar melakukan penyelidikan yang teliti atas jejak Hian im Tee kun sehingga mempermudah usaha mereka untuk membasminya.

   Dalam jangka waktu yang cukup lama ini, jago jago yang belum berhasil memulihkan kembali tenaganya seperti Ci kay taysu dan Ci liong dari Siau lim pay, Keng it dan Keng ning totiang dari Bu tong pay, Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari Thian liong pay, atas bantuan dari Ciu Tin tin dapat pula memperoleh kembali tenaga dalamnya.

   Masalah yang masih tersisa sekarang tinggal bagaimana caranya untuk memulihkan kembali kekuatan dari Thi Eng khi.

   Padahal Thi Eng khi sudah berhasil melatih tubuhnya sehingga kebal dan luar biasa, masalah untuk memulihkan kembali kekuatannya sudah bukan menjadi masalah lagi, karena tinggal menunggu waktu belaka.

   Akan tetapi berhubung para jago tidak jelas mengetahui sampai dimanakah kekuatan tubuh serta kepandaian yang dimilikinya, maka penilaian mereka terhadap Thi Eng khi pun menurut penilaian orang orang pada umumnya, jadi sebenarnya merupakan suatu kekeliruan yang cukup fatal.

   Namun dengan makin berlarutnya sang waktu, oleh karena paras muka Thi Eng khi juga mengalami perubahan yang menggembirakan, maka rasa kuatir serta perasaan murung para jago pun secara otomatis turut menjadi lenyap.

   Pada hari kesembilan puluh setelah Ban seng kiong berhasil direbut para jago, Thi Eng khi juga berhasil memulihkan kembali tenaga dalamnya.

   Namun selama beberapa waktu itu, jejak Hian im Tee kun ibaratnya sebatang jarum ditengah dasar samudra yang luas, sulit untuk menemukan kembali jejaknya.

   Hari ini para jago kembali melanjutkan perundingan mereka tentang bagaimana caranya menemukan jejak Hian im Tee kun yang menghilang.

   Thi Eng Khi yang berhasil memperoleh kembali tenaga dalamnya turut pula didalam perundingan tersebut.

   Sementara semua orang masih berunding dengan serius, mendadak Thi Eng khi teringat akan satu persoalan yakni ketika pertama kalinya berjumpa dengan Hian im Tee kun.

   Waktu itu Thi Eng khi baru saja memperoleh Kim khong giok lok wan dari gua Yang sim tongnya Cu sim ci cu Thio Biau liong dan bermaksud baik untuk memenuhi undangan si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, namun dituduh orang sebagai pembunuh Ting tayhiap dari bukit Huan keng san sehingga persoalan harus diakhiri dalam keadaan tidak gembira.

   Ketika Thi Eng khi yang harus menyelamatkan jiwa Pek leng siancu So Bwe leng harus berangkat kembali ke Sah si, tak beruntung ia dijebak oleh Huan im sin ang dan dijebak dalam sebuah kuil dimana nyaris dia mati dibakar hidup hidup.

   Kemudian Thi Eng khi dengan menggunakan ilmu Heng kian sinkang berhasil menyembunyikan diri dibawah tanah dan tanpa sengaja terjerumus ke dalam sebuah lorong rahasia dan menemukan sebuah gua batu.

   Waktu itu berhubung dia harus buru buru kembali ke bukit Siong san dan tak ingin mencari gara gara maka dia tidak langsung masuk ke gua untuk melakukan penyelidikan lebih jauh.

   Akan tetapi sewaktu hendak keluar dari lorong rahasia tersebut, dijumpainya seorang kakek berwajah putih berjubah hijau bersama seorang gadis yang cantik jelita sedang keluar dari lorong rahasia tersebut.

   Oleh sebab itu, tak sulit untuk diduga kalau kedua orang tersebut memang berdiam dalam istana dibawah lorong rahasia tersebut.

   Kemudian Thi Eng khi baru tahu kalau tua dan muda itu bukan lain adalah Hian im Tee kun serta Hian im li Cun Bwee.

   Atau bila diduga selangkah lebih maju, bisa jadi gua tersebut merupakan sarang dari Hian im Tee kun.

   Bahkan sekarang pun bisa diduga kalau Hian im Tee kun besar kumungkinannya sedang bersembunyi didalam sarangnya tersebut.

   Setelah mempunyai pemikiran demikian, maka diapun lantas mengungkapkan hal tersebut kepada semua orang.

   Jilid 44 Berbicara soal kedudukan, Hian im Tee kun tidak lebih tinggi dari Keng thian giok cu Thi Keng, namun caranya berbicara semacam itu sungguh amat tak sedap didengar.

   Adapun tujuan dari Keng thian giok cu Thi Keng adalah ingin melenyapkan gembong iblis tua tersebut dari muka bumi dia tidak gusar malah ujarnya sambil tertawa hambar .

   "Apakah maksud hati kami berempat, rasanya kaupun sudah tahu dengan pasti, beranikah kau bertarung dengan kami berempat?"

   Hian im Tee kun yang hadir hari ini benar benar sangat aneh, ternyata dia tak berani bertarung melawan Thi Eng khi, tapi tidak menampik tantangan dari Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat.

   Seharusnya tindakan yang diperlihatkan olehnya sekarang mengandung dua kemungkinan .

   Ke satu! Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi tempo hari hingga sekarang dia masih belum memiliki suatu keyakinan untuk merenggut kemenangan dari Thi Eng khi, maka dia tak berani menyerempet bahaya.

   Ke dua! Dia menganggap Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak sekalian bertiga masih terkena bubuk Hua kong san sehingga tenaga dalamnya masih punah, mustahil kekuatan mereka bisa pulih seperti sedia.

   Maka dia beranggapan dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang meski tampaknya dia harus menghadapi empat jagoan tangguh namun dalam kenyataan hanya menghadapi Bu im sin hong Kian Kim siang seorang.

   Dengan kemampuan yang dimilikinya ini sudah barang tentu dia pasti akan memenangkan pertarungan tanpa bersusah payah, maka dengan senang hati diterimanya tantangan mana.

   Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah munculkan diri pula, sambil menuding ke arah Hian im li Ciu Lan serunya dengan suara lantang .

   "Siluman perempuan, beranikah kau tampilkan diri untuk bertarung sebanyak tiga ratus gebrakan dengan nonamu?"

   Hian im li Ciu Lan dengan Pek leng siancu So Bwe leng sudah menjadi musuh bebuyutan, siapa memandang siapa pasti akan menjadi gusar.

   Maka Hian im li Ciu Lan segera memberi tanda kepada Hian im li Cun Bwee, kemudian sambil melompat ke hadapan Pek leng siancu So Bwe leng, serunya sambil tertawa dingin .

   "Dalam pertarungan hari ini, aku tak akan melepaskan dirimu lagi!"

   Mendadak dia mengeluarkan sebilah senjata tangan setan Hian im li kui jiu dan dicekal ditangan kirinya, senjata ini persis seperti senjata yang pernah dihancurkan oleh Thi Eng khi tempo hari, mungkin dia telah membuat sebuah lagi.

   Pek leng siancu So Bwe leng sudah pernah merasakan kelihayan senjata Hian im kui jiu tersebut, memandang senjata cakar setan yang berada di tangan Hian im li Ciu Lan tersebut, dia segera berkerut kening, lalu dengan gusar dicabutnya senjata Hua boa giok ci (jari kemala pemisah bunga) miliknya, kemudian membentak keras .

   "Lihat serangan!"

   Senjata berikut tubuhnya dengan menciptakan selapis cahaya hijau langsung menerjang ke arah Hian im li Ciu Lan.

   Dengan demikian, pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian im li Ciu Lan malahan berlangsung jauh mendahului pertarungan antara empat tokoh sakti melawan Hian im Tee kun...

   Disaat Pek leng siancu So Bwe leng melangsungkan pertarungan melawan Hian im li Ciu Lan, Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang Pek lojin So Seng pak dan Bu im sin hong Kian Kim siang telah mengambil ancang ancang pula siap melangsungkan pertarungan.

   Sambil membuka posisi serangan, Bu im sin hong Kian Kim siang berseru lantang .

   "Kami berjumlah jauh lebih banyak darimu, silahkan kau si gembong iblis tua harus membuka serangan lebih dahulu!"

   Siapa tahu Hian im Tee kun merubah rencananya secara tiba tiba, sambil berkerut kening katanya .

   "Aku rasa pertarungan kita ini seharusnya diundur sampai pada urutan yang terakhir nanti, dengan begitu baru cocok namanya..."

   "Iblis tua! Kau hendak mengulur waktu untuk menyusun siasat busuk lainnya?"

   Hian im Tee kun tertawa seram .

   "Haaahhh. haaahhh...haaahhh. rencana kami untuk menghadapi kalian sudah kususun secara matang dan sempurna, tak perlu dipikirkan lagi secara pusing pusing aku hanya merasa lebih baik mengundurkan pertarungan ini agar kalian mempunyai kesempatan untuk menolong orang sendiri, masa kalian tak dapat melihat sendiri bagaimanakah situasi yang sedang kalian hadapi sekarang?"

   Betul juga, empat puluh sembilan orang yang membentuk barisan Hian im toa tin telah mengepung para jago rapat rapat bahkan mulai melancarkan serangkaian serangan yang sangat gencar.

   Bersamaan waktunya, Bu Nay nay terlibat pula dalam pertarungan yang amat seru melawan Hian im li Cun Bwee.

   Jadi yang belum turun tangan sekarang tinggal empat tokoh silat bersama Hian im Tee kun.

   Disamping itu, dari pihak Ban seng kiong masih terdapat dua tiga puluh orang kakek yang belum turun tangan, mereka sedang mengawasi situasi dalam pertarungan dengan sorot mata tajam, agaknya setiap saat mereka siap terjun ke arena untuk memberikan bala bantuan...

   Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat menjadi terperanjat sekali setelah menyaksikan kejadian itu, dalam hal jumlah orang sudah jelas pihak Ban seng kiong menempati posisi yang lebih menguntungkan, tapi situasi pertarungan masih sukar diduga berhubung pertarungan baru saja berlangsung.

   Tapi kenyataan sudah terbentang didepan mata, bagaimanapun ruginya pihak Ban seng kiong, mereka sudah menyediakan orang yang cukup untuk menggantikan kedudukan rekannya.

   Sedangkan di pihak para jago, selain Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat yang belum turun tangan, tinggal mereka yang belum pulih tenaga dalamnya saja yang belum terjun, sedangkan sisanya sudah terlibat semuanya dalam suatu pertarungan yang amat seru.

   Setelah mendengar perkataan dari Hian im Tee kun, dan setelah menyaksikan pula situasi dalam arena pertarungan, Bu im sin hong Kian Kim siang merasakan hatinya berdebar keras.

   Tanpa terasa dia mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya berbisik kepada Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak .

   "Walaupun kami belum mengerti maksud hati dari si gembong iblis tua itu, namun berbicara dari keadaan situasi yang sedang kita hadapi, ditundanya pertarungan oleh gembong iblis tersebut tidak terlalu merugikan pihak kita, entah bagaimanakah pendapat dari kalian bertiga?"

   Dengan kening berkerut, Sim ji sinni segera menyahut dengan ilmu menyampaikan suara pula .

   "Kalau menurut pengamatan pinni atas sorot mata gembong iblis tersebut, tampaknya dia merasa sangat tidak tenang, apa kalian bertiga memperhatikan pula akan hal itu? Sekalipun kita boleh menunda jalannya pertarungan, paling tidak harus mengawasi gerak geriknya, jangan kita biarkan dia kabur dari tempat ini.."

   Sedangkan Tiang pek lojin So Seng pak lebih setuju untuk segera turun tangan dan tak usah ditunda tunda lagi. Sebaliknya Keng thian giok cu termenung sebentar kemudian ia baru berkata .

   "Pertarungan antara kita berempat melawan Hian im Tee kun merupakan suatu pertarungan adu kekerasan, dengan kemampuan yang dimiliki Hian im Tee kun, rasanya kecil sekali kemungkinan kita untuk berhasil, padahal posisi para jago sekarang sedang menguntungkan, bila kita kelewat cepat nekad beradu jiwa, hal ini justru akan mempengaruhi kejiwaan para jago sehingga bisa berakibat menimbulkan kegagalan atau kekalahan. Menurut pendapat siaute, entah bagaimanakah hasil pertarungan para jago, paling tidak kita harus menghindari pengaruh dari mati hidup kita ini atas semangat juang mereka."

   Dengan ilmu menyampaikan suaranya Sim ji sinni segera menyatakan kesanggupannya.

   "Perkataan dari Thi sicu memang betul dan pinni setuju sekali, lebih baik kita menanti dulu sebentar sambil melihat perubahan situasi, kemudian baru mengambil langkah selanjutnya."

   Tiang pek lojin So Seng pak serta Bu sin im hong Kian Kim siang memang mengekor Thi Keng, maka mereka pun tidak segera bertarung melawan Hian im Tee kun melainkan mulai menguatirkan keadaan situasi dalam arena pertarungan.

   Sementara itu pertarungan antara para pendekar melawan kaum iblis yang membentuk barisan Hian im toa tin dari Ban seng kiong berlangsung paling seru, tampak debu dan pasir beterbangan di angkasa, bahkan jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang silih berganti.

   Namun mereka yang jerit kesakitan dan roboh hampir semuanya adalah kaum iblis dari Ban seng kiong sedangkan pihak pendekar masih tetap kokoh seperti batu karang sama sekali tidak terpengaruh oleh serbuan mana.

   Padahal kalau dilihat formasi dari para pendekar pun tidak menunjukkan suatu kelebihan yang terlalu luar biasa.

   Thi Eng khi menempati posisi tengah, disampingnya adalah suata lingkaran yang terdiri dari tujuh orang, diluar tujuh orang terdapat lagi satu lingkaran yang terdiri dari delapan orang, kemudian pada lingkaran lapisan terakhir terdiri dari sembilan orang jago.

   Namun ke sembilan orang ditempatkan pada lapisan paling luar adalah kawanan jago yang memiliki tenaga dalam paling sempurna.

   Mereka adalah Sam ku sinni, ketua Siau lim pay Ci long siansu, ketua Bu tong pay Keng kian totiang, ketua Kay pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, Beng seng sutay dari kuil Ci tiok an, Giok koay popo Li Ko ci, pemilik pulau Soh sim to si bidadari penyebar bunga Leng Cay soat dan si Unta sakti Lok It hong bersembilan.

   Malahan mereka semua telah menyimpan kembali senjata masing masing dan menghadapi musuh dengan tangan kosong belaka.

   Tampak empat puluh sembilan orang iblis yang membentuk barisan Hian im toa tin, bagaikan banyak setan gentayangan, mereka maju mundur tiada hentinya sambil melancarkan serangkaian serangan gencar ke arah para pendekar.

   Namun setiap serangan yang dilancarkan orang orang Ban seng kiong itu entah yang memakai senjata ataupun yang bertangan kosong, hampir bersamaan waktunya lagi menerjang ke arah para pendekar, mereka selalu terpental balik ke belakang malah ada yang tangan atau kakinya patah serta menderita luka parah.

   Jeritan ngeri yang bergema berulang kali tadi bukan lain berasal dari mulut para penderita tersebut.

   Walaupun dewasa ini Sam ku sinni boleh dianggap bertenaga dalam paling tinggi diantara para pendekar yang hadir namun dengan kemampuannya seorang mustahil dia dapat mementalkan seorang iblis dari Ban seng kiong hanya didalam sekali pukulan saja.

   Sebab setiap gembong iblis yang tergabung dalam istana Ban seng kiong boleh dibilang semuanya merupakan jago jago kelas satu dalam golongan hitam, kepandaian silat mereka pun tidak lebih rendah dari kepandaian seorang ciangbunjin dari suatu partai besar.....

   Kejadian yang sama sekali diluar kebiasaan ini tentu saja mendatangkan perasaan tercengang dan keheranan bagi siapa pun yang memandangnya.

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak, serunya .

   "Gembong iblis tua! Aku lihat Hian im toa tin mu itu sudah tak bisa dipertahankan lagi!"

   Hian im Tee kun yang melihat hal mana segera membentak dengan suara keras .

   "Gi hoa ciat bok (memindah bunga menyambung dahan), Pek sui kui goan (beratus aliran kembali ke sumbernya), asal urat Jin tok dapat ditembusi, siapapun tidak sulit untuk menaklukkan formasi semacam itu."

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera menyindir .

   "Tapi kenyataannya barisan Hian im toa tin mu tak mampu berbuat apa apa terhadap mereka!"

   Untuk beberapa saat lamanya Hian im Tee kun cuma membungkam dalam seribu bahasa, jelas dia sedang memutar otak untuk mencari sesuatu akal. Tergerak hati Keng thian giok cu Thi Keng menyaksikan kejadian tersebut, segera pikirnya .

   "Andaikata kawanan iblis dari Ban seng kiong sudah mengetahui akan teori tersebut lalu membalas dengan senjata yang sama yakni memakai cara Pek sui kui goan, dengan tenaga dalam gabungan empat puluh sembilan orang, sudah pasti para jago akan terkocar kacir."

   Sesungguhnya jalan pemikiran dari Keng thian giok cu Thi Keng ini bukannya sama sekali tanpa dasar.

   Akan tetapi Thi Keng seperti lupa kalau barisan tersebut diselenggarakan oleh cucu kesayangannya sendiri yakni Thi Eng khi, dengan kepandaian maha sakti serta pengetahuan yang begitu luas dari Thi Eng khi bagaimana mungkin si anak muda tersebut akan membiarkan kawanan iblis dari Ban seng kiong menempati posisi yang lebih menguntungkan? Sewaktu Keng thian giok cu Thi Keng berpikir sampai disitu, diam diam dia merasa terkejut sekali, dia kuatir Hian im Tee kun berhasil pula menemukan teori tersebut.

   Maka dia merasa wajib untuk tidak memberi waktu lagi bagi Hian im Tee kun untuk berpikir lebih jauh, dengan cepat serunya memberi peringatan .

   "Waktu kita sudah tiba....

   Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "

   Belum habis dia berkata, kebetulan sekali Hian im Tee kun sedang berseru sambil tertawa terbahak bahak .

   "Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh aku pun sudah dapat menemukan...

   "

   Keng thian giok cu Thi Keng adalah seorang manusia yang berpengalaman sekali, mendengar ucapan mana, dia lantas mengetahui kalau Hian im Tee kun berhasil pula memahami teori tersebut, tentu saja dia tak boleh membiarkan dia menyampaikan hal tersebut kepada kawanan iblis.

   Maka tidak sampai Hian im Tee kun menyelesaikan perkataannya, dengan suara keras bentaknya .

   "Gembong iblis tua, sudah tiba saatnya buat kita untuk turun tangan, lihat serangan!"

   Begitu ucapan selesai diutarakan, serangan telah dilepaskan dengan amat dahsyatnya.

   Berada dalam keadaan seperti inipun Keng thian giok cu Thi Keng masih tetap mempertahankan kebesaran jiwa serta kejujurannya sebagai seorang pendekar sekali dia enggan melakukan penyerangan secara menggelap tapi dengan berbuat begini maka Hian im Tee kun pun tak sempat lagi menyampaikan jalan pemikiran sendiri kepada kawanan iblis tersebut.

   Sesungguhnya tujuan dari Keng thian giok cu Thi Keng adalah untuk menghalangi Hian im Tee kun untuk berbicara, maka setelah melancarkan serangan, dia tidak meneter lebih hebat lagi, sebab dia kuatir serangannya yang kelewat dahsyat akan melukai diri Hian im Tee kun, hal ini jelas akan mencerminkan kelicikan dan ketidak jujurannya.

   Namun Keng thian giok cu Thi Keng bertiga dalam anggapan Hian im Tee kun masih merupakan manusia manusia yang sudah kehilangan tenaga dalamnya.

   Serangan yarg dipancarkan oleh Keng thian giok cu Thi Keng sekarang sudah cukup membuat hatinya merasa terperanjat sekali.

   Sudah barang tentu dia tak sempat lagi berbicara, buru buru seluruh perhatiannya dipusatkan untuk menghadapi keempat orang tokoh maha sakti tersebut.

   Hian im Tee kun segera menggerakkan sepasang bahunya dan menghindarkan diri dari serangan Keng thian giok cu Thi Keng yang sebetulnya tak berharga untuk dihadapi.

   Menyusul kemudian, terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang membentak pula .

   "Sambutlah sebuah pukulan ini!"

   Segulung angin pukulan kembali menyambar ke tubuh Hian im Tee kun.

   Kali ini tenaga serangan yang dipancarkan sedemikian dahsyatnya sehingga terasa mengerikan sekali.

   Lagi lagi Hian im Tee kun menghindarkan diri ke samping namun dia belum juga melancarkan serangan balasan.

   Secara bergilir Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak melancarkan sebuah serangan pula, namun semuanya berhasil dihindari oleh Hian im Tee kun tanpa melancarkan serangan balasan.

   Oleh karena keempat orang tokoh sakti kita turun tangan secara bergilir, maka Hian im Tee kun baru berkesempatan untuk menghindarkan diri, jikalau mereka bisa memanfaatkan kesempatan yang terbaik untuk turun tangan, bisa jadi Hian im Tee kun tak akan semudah ini untuk menghindarkan diri.

   Tapi empat tokoh sakti itu turun tangan secara bergilir, hal ini sudah jelas mengingat kedudukan mereka berempat yang begitu tinggi, jikalau dengan pamor mereka yang begitu tinggi, ternyata mereka berempat harus mengerubuti seseorang maka bila kejadian tersebut sampai tersiar dalam dunia persilatan, sudah pasti mereka akan ditertawakan orang.

   Apalagi sebelum Hian im Tee kun secara resmi melancarkan serangan balasan, tidak menjaga kedudukan sendiri bisa semakin ditertawakan orang.

   Sedangkan mengenai apa sebabnya Hian im Tee kun sampai tidak melancarkan serangan balasan? Hal ini sukar rasanya untuk menemukan alasan yang tepat.

   Sementara itu keempat tokoh sakti itu pun sedang merasakan keheranan atas sikap serta tindak tanduk Hian im Tee kun yang sama sekali berlawanan dengan keadaan biasanya.

   Keng thian giok cu Thi Keng segera menghentikan serangannya, lalu berkata .

   "Gembong iblis tua! Mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan?"

   Hian im Tee kun segera tertawa dingin .

   "Mau melancarkan serangan balasan atau tidak, toh urusanku sendiri, buat apa kalian mesti banyak bertanya?"

   "Thi tua!"

   Sela Bu im sin hong Kian Kim siang cepat.

   "untuk melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, buat apa kita mesti mempersoalkan masalah yang tetek bengek? Lebih baik kita berempat turun tangan bersama sama masa dia tak akan membalas serangan tersebut...?"

   "Perkataan saudara Kian tepat sekali, mari kita turun tangan bersama sama!"

   Seru Tiang pek lojin So Seng pak pula. Keng thian giok cu Thi Keng melototkan matanya bulat bulat, kemudian tertawa nyaring.

   "Haaahhh..... haaahhhh.... haaahhhh.... siau heng bukan sayang dengan nama yang kumiliki, aku hanya merasa gembong iblis ini belum berhasil memulihkan kembali tenaga dalamnya sejak menderita getaran hawa pedang dari Eng ji, kalau toh demikian halnya, kita tak usah lagi menghadapinya dengan berempat...."

   Sebagai seorang ahli yang berpengalaman, dalam sekilas pandangan saja akan diketahui ada atau tidak.

   Hian im Tee kun tidak menerima serangan empat musuhnya bahkan sewaktu berkelit pun kurang gesit dari ini dapat diketahui kalau tenaga dalamnya sudah menderita kerugian yang besar sekali.

   Sewaktu mendengar ucapan tersebut Hian im Tee kun nampak terkesiap, kemudian segera bentaknya .

   "Thi siaupwe, kau tak usah berlagak sok pintar, sekarang kalian boleh maju berempat, lihat saja nanti apakah tenaga dalamku sudah berkurang atau tidak!"

   Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehhh.... heeehhh.... mengapa harus maju berempat? Cukup dengan mengandalkan Hu kong keng im, aku pasti dapat memaksamu untuk melancarkan serangan, kalau tidak, sejak saat ini juga akan kuhapuskan nama besarku sebagai angin sakti tanpa bayangan."

   Begitu selesai berkata, secepat sambaran petir dia lantas menerjang ke arah Hian im Tee kun. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat ikut menyambar pula ke depan langsung menghantam bahu kanan Hian im Tee kun. Hian im Tee kun tertawa sinis .

   "Serangan yang sangat bagus!"

   Dia segera membuang bahu kanannya ke samping sembari merendahkan tubuhnya, menggunakan kesempatan mana tubuhnya berkelebat tiga langkah ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan Bu im sin hong Kian Kim siang tersebut.

   Gerakan tubuh dari Bu im sin hong Kian Kim siang benar benar cepat bagaikan sambaran kilat, semua gerakannya dilakukan dengan kecepatan luar biasa, gagal dengan serangan yang pertama, serangan kedua segera menyusul tiba.

   Tampak dia menerjang dengan kecepatan luar biasa, kemudian tiba tiba saja menghindar, dengan menggunakan suatu sudut yang sukar diduga sebuah pukulan disapukan lagi ke depan.

   Kembali terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat menghantam ke pinggang Hian im Tee kun.

   Gerakan tubuh dari Hian im Tee kun memang sukar untuk mengatasi kelih


Antara Budi Dan Cinta -- Gu Long Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan KL Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung

Cari Blog Ini