Tangan Berbisa 13
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 13
nguasa rumah penjara rimba persilatan itu tiba-tiba seperti kehilangan tenaganya, langkah kakinya juga terhuyung-huyung, dan akhirnya jatuh di tanah. Cin Hong terkejut, buru-buru memapahnya sambil bertanya.
"hei, kenapa?"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan menundukkan kepala, tiba-tiba mengeluarkan suara tangisan yang menyedihkan.
"Kapan aku permainkan kau? Kau jangan memfitnah orang baik2"
Dalam hati Cin Hong terkejut, ia membuka kerudung muka diwajah penguasa rumah penjara itu, begitu melihat, lantas berseru kaget.
"Kau.....Leng Bie Sian"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan yang kini ditarik kerudung mukanya oleh Cin Hong, ternyata bukan lain adalah Leng Bie Sian yang menyaru.
Waktu ini tampak wajah gadis itu yang cantik sudah basah dengan air mata, sikapnya sangat memilukan- Tidak lagi seperti iblis besar rimba persilatan yang sikapnya dingin, ia telah berubah demikian lemah dan tak bertenaga, dengan ke-dua tangan menunjang tanah, menundukkan kepalanya rendah sekali dan ia menangis dengan sedihnya, seolah-olah seoran-gadis lemah yang ditinggalkan oleh pacarnya.
Cin Hong yang sebetulnya masih memikirkan dia walaupun membenCinya tapi kali ini melihat orang dirinduinya ini, barulah sadar kalau tadi ia tahu telah berlaku salah besar, maka ia berdiri terCengang sekian lama, baru mengulurkan kedua tangannya membimbing bangun dan mengelus-elus kedua pundaknya, katanya dengan suara perlahan.
"Bie Sian, Bie Sian, aku benar-benar harus mampus Maafkanlah aku... ."
Leng Bie Sian mendadak lompat bangun, dan lari bagaikan terbang. Cin Hong mengejar dan memanggil-manggil dengan suara nyaring.
"Bie Sian, jangan lari "Leng Bie Sian tidak sungguh-sungguh mengerahkan ilmunya meringankan tubuh maka dengan Cepat sudah terkejar oleh Cin Hong, pemuda itu berkata sambil menarik tangan Leng Bie Sian.
"Bie sian, kuulangi sekali lagi. Harap kau suka maafkan aku "
Leng Bie Sian menghentikan kakinya, ia melepaskan tangannya dari genggaman Cin Hong, lalu berkata.
"Sebaiknya kau panggil aku nona Leng saja ..."
"Mengapa ?"
Tanya Cin Hong heran- - "Sebab aku tidak Suka padamu "jawabnya dingin.
"Baik, kalau begitu jawablah beberapa pertanyaaaku "
Leng Bie Sian hanya mengeluarkan suara dari hidung, menantikan pertanyaannya.
"Ai Bolehkah aku numpang tanya nona Leng? Sejak kita berpisah dibawah kaki gunung Kiu-hoa-san, kau kembali kerumah penjara rimba persilatan atau tidak ?"
"Tidak."
"Bagaimana dengan orang tua pedang mas?"
"Ia sudah pergi "
"Bukankah kau kata hendak mengajak ia kesana ?"
"Kemudian aku mengambil keputusan lain, tidak jadi pulang. Hanya kutulis sepucuk surat, kubawakan padanya ..."
"Kemudian ke mana kau pergi?"
"Hal ini tidak perlu kau tahu."
"Ha ? Apakah diam-diam kau mengikuti terus jejakku ?"
"Kalau ya bagaimana ?"
"Jadi, orang yang diam-diam masuk kegereja Siao-lim-sie kemarin malam itu adalah kau juga , bukan ?"
"Kalau ya mau apa ?"
"Untuk apa kau masuk ?"
"Apa perdulimu ?"
"orang yang membunuh mati Ngo-beng Hweeshio itu betul tamu tidak diundang dari luar daerah yang tulen atau bukan ?"
"Tidak tahu, aku tidak menyaksikan "
"Tadi malam aku telah dibikin pingsan oleh siluman perempuan dari golongan Kalong. Apakah kau tidak lihat?"
"Melihat, cis......"
"Ai, itu apa yang dibuat geli?"
"Aku justru ingin tertawa "
"Dan lagi, apa sebab kau tadi tidak membantu aku minta kembali kitab pelajaran ilmu silat itu?"
"Pangcu golongan Kalong itu meskipun takut kepada suhuku, tetapi aku sudah melihat bahwa ia tidak akan rela melepaskan kitab pelajaran ilmu silat itu. Bila kuminta dengan kekerasan, mungkin ia akan melawanku. Dan kalau sampai terjadi hal demikian bukankah kita akan habis semuanya?"
"Baiklah kalau begitu. Sekarang, pertanyaanku yang terakhir. Apa sebab kau terus mengikuti jejakku? "
"Kau tak usah tahu."
"Ha ha, jikalau kau tidak memberi penjelasannya, ini suatu tanda bahwa kau suka kepadaku "
"Ngoceh!!! Suhuku yang perintahkan aku mengikuti kau "
"Mengapa dia perintahkan kau mengikuti aku?"
"Entahlah, kalau kau kembali kerumah penjara, boleh kau tanyakan sendiri kepada suhuku "
"Bagaimana kalau aku tidak mau ikut pulang?"
"Itu.... aku berkata akan ikat dan seret kau "
"Baik kau cobalah "
"cis, aku hanya main- main denganmu. Bolehkah kau jangan berlaku demikian?"
"Haha...."
Tiba disatu kota mereka menginap satu malam.
Dihari kedua, pagi-pagi sekali mereka sudah melanjutkan perjalanannya ke propinsi San-see.
Disepanjang jalan mereka menemukan pengumuman-pengumuman tentang berdirinya rumah penjara rimba persilatan yang baru di gunung Bu-san, juga mendengar berita tidak putus-putusnya tentang lenyapnya beberapa orang wanita.
Setiap kali mereka memasuki rumah makan, tak lain yang dibicarakan oleh para tamu hanyalah soal berdirinya rumah penjara rimba persilatan yang baru itu.
Benar-benar merupakan suatu berita yang dapat membuat panik orang, seolah-olah semua orang Sedang dihadapi dengan dua pilihan, hidup dan bencana maut.
Jelas juga , bahwa berita berdirinya rumah penjara rimba persilatan baru di gunung Bu-san itu, bagaikan halilintar di Siang hari bolong, juga bagaikan sebuah batu besar dilemparkan ke air danau yang tenang, jelas sudah menimbulkan kegemparan hebat, membuat seluruh rimba persilatan diliputi kembali oleh suasana tidak tenang dan panik.
Berita tentang hilangnya beberapa orang Wanita terus mengalir bagaikan gelombang air laut, dari propinsi An wie terus kepropinsi Ho-lam, dari Ho-lam masuk ke San-see dengan terang-terang, akhirnya sampai juga kedaerah perbatasan propinsi San-see, yang merupakan tempat adanya rumah penjara rimba persilatan yang lama.
Konon kabarnya, dalam waktu tiga hari, sudah terjadi penculikan terhadap beberapa orang wanita, jelasnya dua puluh orang lebih.
bahkan orang-orang yang hilang diculik itu merupakan kaum wanita yang masih muda dan berwajah jelita.
Yang lebih aneh lagi ialah, mereka itu kebanyakan adalah istri-istri atau anak perempuan orangorang rimba persilatan yang cukup punya nama.
Mereka telah menghilang secara sangat misterius, tidak terdengar suara jeritan mereka, tidak tertinggaikan jejak atau bekas-bekas mereka yang sudah dijadikan pegangan untuk membuat perkara.
Hari itu petangnya, Cin Hong bersama Leng Bie Sian tiba dikota Tiang-an.
Ketika mereka sedang masuk kerumah makan dan sedang duduk makan, kebetulan dapat mendengar dua orang laki-laki berpakaian dinas sebagai anggota keamanan, yang duduk disebelah mereka, sedang pembicarakan soal yang cukup unik.
Di dalam kota Tiang-an itu ada sebuah perusahaan pengangkutan yang bernama Sun- hong piauw-kiok.
Kepala barisan pengangkutan yang bernama Liu In coan dengan julukan jago pedang empat penjuru lautan adalah seorang piauwsu, seorang jago muda yang sangat terkenal.
Pada waktu belakangan ini Liu In coan telah mengawini seorang perempuan Cantik, oleh karena takut isterinya yang Cantik itu nanti kena diculik selagi dia melakukan tugasnya maka dia sengaja menolak mentah-mentah semua barang antaran yang diserahkan padanya.
Dengan begitu setiap hari gawenya jadi hanya nongkrong saja di rumah menunggui isterinya.
fsterinya mau kemanapun selalu diikutinya.
Tindakannya untuk melindungi isteri itu telah ditiruoleh beberapa piauwsu dari perusahaan pengangkutan yang mempunyai istri agak cantik, hingga dengan demikian perusahaan pengangkutan untuk sementara terpaksa tutup pintu, hal itu sudah tentu sangat merugikan bagi kaum pedagang yang biasa mengirimkan barang-barangnya ke kota jauh.
Cin Hong mendengar Cerita itu merasa geli maka berkata kepada Leng Bie Sian dengan suara pelahan.
"Nona Leng, bila kawanan piauwsu itu terus-terusan dengan Cara demikian melindungi isterinya masing-masing bukankah lama kelamaan akan kehabisan semua juga harta bend yang untuk dimakan nganggur saja?"
"Kau jangan tertawakan orang lain- coba hal itu menimpa dirimu sendiri, barang kali kau pun bisa juga berbuat demikian"
Kata Leng Bie Sian sambil tertawa.
"Mana bisa? Aku justru tidak bisa berbuat begitu"
Berkata Cin Hong dengan muka merata.
"Heh Kukira meskipun para piauwsu itu setiap hari menjaga dan melindungi para isteri dan anak perempuannya, tetapi aku tidak perCaya kalau orang-orang dari dalam penjara rimba persilatan yang baru ini, sudah sama sekali tidak bisa lagi turun tangan untuk menculik anak istri mereka. Bagaimana kalau malam ini kita meronda satu malaman di kota Tiang-an ini? Kalau dapat kita tangkap salah seorang dari kaum penculik itu, bukankab merupakan satu jasa juga ?"
"Itu benar, kita cari sebuah penginapan dulu, nanti tunggu hingga tengah malam baru keluar pintu"
Berkata Cin Hong girang.
Sehabis makan mereka turun dari tangga loteng, lalu pesiar dijalan-jalan ramai dalam kota Tiang-an itu, kemudian mencari rumah penginapan untuk menginap.
setelah malam tiba, mereka tidur di kamar masing-masing untuk menantikan datangnya waktu malam.
Waktu tengah malam, Cin Hong mendengar ketukan tiga kali sebagai kode dari Leng Bie Sian yang tidur di kamar sebelahnya, maka ia buru-buru bangun dan lantas berpakaian tapi setelah itu membuka daun jendela dan lompat keluar.
Begitu keluar dari kamarnya, ia lihat Leng Bie Sian juga sudah keluar dan lompat keatas genteng, maka ia juga mengikuti jejaknya, dari situ lepaskan pandangan matanya ke empat penjuru, namun keadaan sunyi sepi, bulan yang terang menyinari seluruh jagat, begitu suasana kota Tiangan diwaktu malam.
Masih pula tertampak lampu-lampu dijalan, di beberapa bagian kota masih terdengar suara orang yang bercakap-cakap atau tertawa-tawa.
Leng Bie Sian menggapaikan tangannya ke arah Cin Hong, lantas melayang turun ke satu sudut jalanan kota, kemudian menyelinap ketempat gelap yang tidak mendapat penerangan sinar lampu.
Cin Hong melayang turun kebawah, bertanya dengan suara perlahan.
"Nona Leng, bagaimana bila kita bertemu dengan polisi peronda malam?"
"Kalau melihat mereka mendatangi, kau menyingkir saja tokh sudah cukup "
"Apa kita tidak lebih baik berjalan bersama-sama saja ?"
Tanya Cin Hong.
"Kita tokh bukan sedang pesiar? Perlu apa mesti berjalan bersama-sama ?"
Balas bertanya Leng Bie Sian sambil tertawa.
"Aku pikir sebaiknya berjalan bersama-sama saja, sebab seandai ..."
"Apa kau masih kuatir kalau- kalau aku juga diculik orang ?"
"Ng Meskipun kepandaian ilmu silatmu lebih tinggi daripadaku, tetapi aku takut para penculik itu ada mempunyai permainan lain-. ."
Menjawab Cin Hong sambil menganggukkan kepala.
"Jangan kuatir Malam ini, kalau kawanan penculik itu ketemu denganku, pasti akan kubuat mereka tidak barkutik "
"Baiklah, coba kau katakan bagaimana kau hendak mencari ?"
"Di kota Tiang-an ini ada tiga buah perusahaan pengantar barang, kau coba pergi ke Sun- hong-piauw- kiok untuk melihat-lihat, aku sendiri akan pergi keperusahaan yang lain, dalam waktu satu jam kita kembali dan bertemu di tempat ini lagi "
Sehabis berkata demikian, Leng Bie Sian lompat melesat, secepat kilat sudah naik ke atas genteng di rumah seberangnya, dengan dua kali lompatan sudah menghilang dari pandangan mata Cin Hong.
Cin hong juga lompat ke atas genteng, berlari-larian di atas genteng rumah orang, terus menuju ke Sun- hong piauw-kiok.
Tiba diatas genteng dekat San- hong-piauw- kiok.
ia mencari suatu tempat yang cukup tinggi dan tersembunyi untuk duduk, dari sana dapat melihat keadaan disekitarnya dengan nyata, ia melihat juga gedung Sun- hong piauw-kiok yang besar, namun gelap gulita dan Sunyi senyap.
tidak ada rasa aneh sedikitpun juga .
Ia duduk Sambil pasang mata dan telinga, akhirnya merasa bosan karena menunggu terlalu lama.
Tiba-tiba, di luar dinding tembok perusahaan pengangkutan itu, disatu sudut gelap muncul kepala seseorang, orang itu perlahanlahan menggeser kebawah dinding tembok bagian kiri, selanjutnya dari situ juga muncul seorang yang lain, yang perlahan-lahan menggeser kekanan.
Dua orang itu saling mendekati Satu sama lain, kira-kira terpisah satu kaki lantaS berhenti, agaknya sedang berbicara dengan suara sangat perlahan.
Tak lama kemudian lantas berpencar lagi, mereka masing-masing berjalan menuju ketempat semula, gerakan sangat tenang, diperhatikan terus oleh Cin Hong sampai menghilang di tempat gelap.
Menyaksikan perbuatan dua orang itu, Cin Hong mulai merasa tegang perasaannya, baru Saja hendak menyaksikan apa yang dilakukan oleh mereka, dijalan-.raya tiba-tiba terdengar suara roda kereta berjalan, dan sesaat kemudian, tampak sebUah kereta kuda yang tendanya diturunkan, kusir keretanya adalah seorang laki-laki yang kelihatannya jujur, ia terus menjalankan keretanya dan berhenti didepan pintu perusahaan pengangkutan Sun-hong piauw-kiok.
setelah kereta itu berhenti ia membuka tenda kereta, agaknya hendak melihat tetamunya, bahkan jelas sekali bahwa kereta itu dipesan oleh pihak Sun-hong piauw-kiok, Begitu kereta itu berhenti, dari tempat gelap mendadak bermunculan dua sosok bayangan orang yang masingmasing dari sebelah kiri dan kanan.
Cepat bagaikan kilat menyerbu kereta itu.
Ketika mereKa mendekati kereta, Cin Hong baru melihat nyata daripakaian mereka, ternyata bahwa mereka adalah dua polisi peronda malam, hingga diam-diam ia merasa malu sendiri.
coba tadi ia turun menyerbu mereka, tentunya mereka berbalik anggap ia sebagai orang jahat.
Dua anggota polisi ronda itu tiba dldepan kereta, satu diantaranya mendekati kusir dan bertanya.
"Dari mana ?"
"Dari perusahaan kereta Tok-heng dikota Sebelah timur."jawab sang kusir sambil memberi hormat. Polisi ronda malam itu mengamat-amati kusir sejenak. dan bertanya pula.
"Tengah malam buta kau membawa kereta kemari, ada keperluan apa ?"
"Liu Piauw-tauw sendlri yang menghendaki."
Jawab sang kuslr.
"Apa Ia suruh kau membawa keretanya pada waktu tengah malam seperti ini ?"
Tanya pula pollsl itu heran-Sang kusir hanya mengangguk.
Pada Saat itu, pintu gedung Sun-hong-piauw-kiok tibatiba terbuka, dari dalam berjalan keluar seorang laki-laki setengah umur yang berwajah tampan, sedang memimpin seorang perempuan muda yang sangat cantik.
Perempuan itu dibimbing dengan sikap mesra oleh yang lelaki, berjalan turun dari undakan depan pintu, menuju kereta, Dua anggota polisi peronda memberi hormat kepada lelaki setengah umur itu sambil berkata.
"Liu Piauw-tauw, bolehkah kami numpang tanya? Tengah malam buta seperti ini Liu Piauw-tauw sebenarnya hendak melakukan perjalanan kemana?"
Laki-laki setengah umur itu lantas membalas hormat dan menjawab.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bapak-bapak tentunya sudah terlalu cape aku seorang she- Liu oleh karena merasa bahwa selama beberapa hari ini keadaan sangat gawat, maka hendak memulangkan istriku pulang kekampung, hendak menyingkir untuk sementara, Supaya aku dapat melakukan usahaku dengan hati tenang, harap jangan bapak-bapak jadikan bahan tertawaan "
Dua anggota polisi itu saling berpandangan sejenak. Satu diantaranya berkata sambil tertawa.
"Kalau Liu Piauw-tauw mempunyai maksud menjaga secara demikian, kami berdua jadi tidak perlu menjaga disini lagi."
Laki-laki setengah umur itu mengucapkan beberapa patah kata merendahkan diri, lalu membimbing istrinya naik kereta dengan diikuti olehnya sendiri.
Kusir kereta juga segera lompat naik ke atas keretanya kembali, setelah itu mulai menjalankan keretanya kembali.
Dua polisi peronda tadi menunggu sampai kereta itu berjalan cukup jauh, satu diantaranya yang tak tahan rasa gelinya, berkata kepada kawannya.
"Ha ha, pantas ia itu demikian khawatir dan ketakutan, memang benar istrinya itu tidak jelek"
Yang lain menyahut sambil tertawa.
"Bukan cuma tidak jelek saja, aku dalam hidupku sampai sebegini tua, boleh dibilang baru pertama kali ini menyaksikan seorang perempuan yang begitu cantik."
Polisi yang berkata lebih dulu tadi berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kau jangan mengiri, mungkin jauh lebih baik keadaanmu sekarang ini. Kau harus tahu mempunyai istri cantik, lebih banyak harus menjalani siksaan hidup, Kau lihat saja contohnya ia selama beberapa hari ini kukira benar-benar tidak enak makan tidak enak tidur, hidupnya selalu diliputi oleh kekuatiran dan ketakutan, takut dan kuatir kalau- kalau sampai terjadi istrinya diculik orang. Aku kira, dari pada hidup semacam itu, ada lebih baik kawin dengan seorang perempuan yang jelek sama sekali"
"Pui Lantaran kau sendiri sudah menikah dengan perempuan jelek tentunya. Dan ucapanmu itu cuma untuk menghibur dirimu sendiri bukan?"
Mereka berjalan sambil mengobrol dan menuju kejalan raya, Cin Hong juga merasa tidak ada perlunya berdiri lama-lama disitu.
Tapi, selagi hendak keluar mencari Leng Bie Sian, tiba-tiba terdengar suara nyaring dipintu gedung Sun- hong-piauw- kiok, setelah itu tampak seorang laki-laki setengah umur lari keluar dari dalam dan berseru dengan sikap gelisah.
"oh Tuhan oh Tuhan Istriku diculik orang..... Istriku diculik orang....."
Laki-laki setengah umur itu lari menuju kejalan raya, ketika wajahnya disinari oleh sinar rembulan, membuat Cin Hong dan dua polisi itu terheran-heran.
Wajah laki-laki itu ternyata sama benar dengan laki-laki setengah umur yang dianggap sebagai Liu in coan kepala piauwsu perusahaan pengangkutan yang tadi bersama istrinya naik kereta, wajah dua orang itu seolah-olah Pinang dibelah dua.
Dua polisi tadi segera lari baiik dan bertanya kepadanya dengan terheran-heran.
"hei Kau siapa?"
Laki-laki setengah umur tadi berdiri di tengah jalan raya dengan sikap sangat Cemas tubuhnya tampak sempoyongan- Sambil membanting- banting kaki, mulutnya berseru tidak hentinya.
"Istriku In Gie, istriku In Gie, kemana kau? Kemana kau?"
Dua anggota polisi tadi maju menghampiri dan bertanya lagi padanya.
"hei Tengah malam buta rata seperti ini kau berteriakteriak macam itu, apa perlunya, kau sebetulnya siapa?"
Laki-laki setengah umur itu terheran-heran, katanya.
"Mengapa bapak berdua tidak mengenali aku Si orang she Liu lagi?"
"Haaaa.. Jadi kau kepala piauwsu Sun-hong piauw-kiok Liu in coan?"
Bertanya anggota polisi tadi terheran-heran- Laki-laki setengah umur tadi mengangguk-anggukkan kepala dan berkata dengan wajah muram.
"Ya Aku baru saja bangun tidur, baru mengetahui bahwa istriku sudah tidak ada disampingku. Apakah bapak- bapak berdua ada melihat dia tadi disekitar tempat ini ?"
Dua poliSi tadi membelalakkan matanya, dengan suara gelagapan menjawab.
"Aaaa, apa artinya ini? Kami berdua baru saja menyaksikan kau bersama nyonyamu pergi ke luar kota menaik kereta, kau Liu Piauwtauw bahkan masih mengatakan hendak bawa nyonya mau pulang ke kampung untuk menyingkir sementara waktu"
Liu in coan menunjukkan sikap kaget, katanya dengan suara ketakutan-.
"Mereka menuju kemana?"
Polisi tadi mengacungkan tangannya menunjuk ke ujung jalan, Liu in coan berseru dan lantas mengejar ke tempat yang ditunjukkan tadi.
Tetapi Cin Hong bergerak lebih Cepat dari padanya, belum mendengar habis keterangan polisi tadi, ia sudah melesat, dengan melalui genteng genteng rumah orang pergi mengejar kearah tadi, gerakannya itu demikian cepat hingga seperti anak panah melesat dari busurnya.
Dalam waktu sekejap mata saja, Cin Hong sudah mengejar sampai di bawah pintu kota, disitu tampak olehnya dua tentara penjaga pintu sedang hendak menutup pintu kota, wajah dua orang itu jelas menunjukkan sikap girang mungkin mereka baru saja mendapat persenan besar.
Cin Hong menggunakan kesempatan selagi mereka belum menutup pintu kota itu seluruhnya, bagaikan aSap melesat melalui pintu tadi, Setelah keluar dari pintu kota, segera menampak Sebuah kereta sedang dilarikan kencang menuju kejalan raya yang masih kira-kira setengah pal jauhnya.
Malam itu udara diterangi Sinar rembulan, oleh karena kuda yang menarik kereta itu lari terlalu cepat, keretanya jadi bergoncang-goncang hebat.
Cin Hong mengejar terus, tak lama kemudian, perlahanlahan sudah mendekati kereta itu, hingga terpisah beberapa puluh tombak saja.
Tepat pada saat itu jalannya kereta itu mendadak jadi perlahan, seperti sebuah kereta yang tidak ada pengendalinya, dengan sendirinya gerakannya mulai lambat.
Dan pada akhirnya, berhenti sama sekali.
Cin Hong lompat kedepan, dan mulai pasang mata, tetapi ditempat duduk kusir sudah tidak tampak lagi lakilaki yang mengendalikan kuda.
ia lalu maju membuka tutup kereta itu ternyata kosong melompong, sudah tidak terdapat seorangpun Tetapi ada satu yang dilihatnya.
Di tempat duduk kusir, tampak olehnya ada sepotong kertas yang di atasmya ditulis dengan huruf-huruf yang berbunyi sebagai berikut.
"Untuk mengambil kembali istrimu, silahkan datang kepuncak Sin- lie- hong di gunung Bu-San, Pergilah menantang bertanding ke rumah penjara rimba persilatan yang baru "
Kertas itu merupakan Suatu bukti bahwa istri kepala piausu sudah diculik oleh komplotan rumah penjara rimba persilatan yang baru di gunung Bu-san, kabarnya mereka setiap kali merampok atau menculik seorang wanita, lalu meninggalkan sepotong surat yang demikian bunyinya.
Cin Hong jadi tidak habis mengerti.
Kapan keluarnya mereka dari dalam kereta? Lebih-lebih ia tidak tahu, kearah mana mereka lari? Tapi ia tak mau berpikir lama-lama, segera lompat ke atas kereta danpasang mata.
Tapi apa yang dilihatnya? Disekitar tempat itu hanya ada tanah belukar yang diliputi oleh suasana malam, sama sekali tidak tampak bayangan seorangpun Tak lama kemudian, dari pintu kota yang tadi dilaluinya mendadak lari seorang yang menuju kearah kereta yang kosong ini.
Orang itu adalah Liu in coan, kepala piauw-tauw yang kehilangan istrinya, Liu in coan lari terus sambil menenteng pedangnya, wajahnya menunjukkan sikap marah yang amat sangat, sepasang matanya mendelik seperti orang gila.
Cin Hong kuatir kalau- kalau terjadi kesalah pahaman, maka buru-buru lompat menyingkir ketepi jalan dan segera balik kembali kedalam kota melalui jalan kecil.
Tiba-tiba didalam kota, ia lari ke perusahaan pengangkutan lainnya, namun tak bisa menemukan Leng Bie Sian, terpaksa balik kembali ketempat yang sudah dijanjikan oleh mereka untuk menunggu.
la menunggu terus, Satu jam telah berlalu, namun tidak tampak bayangan Leng Bie Sian kembali kesitu.
la mulai merasa tidak tenang, Saban-saban harus melongokan kepalanya dan berjalan mundar mandir sambil mengepal-ngepal tangannya.
Lewat lagi sebentar, Leng Bie Sian masih tetap belum kembali.
Cin Hong semakin merasa gelisah, hatinya terasa pedih seperti diiris-iris.
la mendongakkan kepala mengawasi rembulan purnama, dalam perasaannya seolah-olah sang rembulan sedang mengawasi dirinya sambil tersenyum.
Lamelihat lagi bintang-bintang dilangit, namun bintang bintang itu seolaholah tidak menghiraukan keadaannya.
ia menghela napas panjang pendek.
dan akhirnya bertanya kepada diri sendiri.
"Apakah dia menemukan jejak musuh yang lainnya dan sedang mengejarnya ?"
Pertanyaan itu akhirnya dijawab sendiri olehnya.
"Mungkin ya ... ."
Tapi lain pertanyaan timbul dalam hatinya "Apakah tidak mungkin kalau ia diculik?"
Pertanyaan itu kembali dijawab olehnya Sendiri.
"Rasanya tidak mungkin kepandaiannya demikian tinggi....."
Kalau begitu, kenapa apa sebab dia hingga sekarang belum juga kembali ? Ia memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi atas diri Leng Bie Sian, tapi sekian lama tetap tidak mendapatkan jawaban- Beberapa kali ia ingin pergi mencari kemana saja yang sekiranya Leng Bie Sian bisa diketemukannya, tetapi ia juga tidak berani meninggalkan tempat itu.
Bagaimana kalau sewaktu ia berlalu gadis itu sampai disitu? Ia khawatir kelak Leng Bie Sian tidak melihat dirinya lalu cemas, dan akhirnya ia teringat kepada suatu kisah begini.
"Dahulu kala adalah seorang pemuda bernama Hui Seng yang mengadakan perjanjian akan bertemu dengan kekasihnya di bawah tiang di tepi sungai. Sang kekasih lama tak kunjung datang, hingga ketika air sungai meluap tinggi dan merendam tiang itu, ia masih terus saja menunggu sambil memeluki tiang pada akhirnya ia kerendam dan mati."
Ia suka dengan kisah itu, juga mengagumi keteguhan hati pemuda itu, hingga terbinasa, masih tidak mau mengingkari janjinya, oleh karena teringat oleh kisah tadi, maka ia mengambil keputusan untuk menunggu lagi, sehingga Leng Bie Sian balik kembali.
Tetapi hingga terang tanah, Leng Bie sian tetap belum kembali.
Jalan raya mulai ramai oleh orang berlalu-lalang, semua orang yang lewat disitu pada mengawasi padanya dengan sinar mata terheran-heran.
Ia tidak berani menunggu terus lagi, terpaksa diam-diam kembali ke rumah penginapannya dan membereskan pakaiannya, setelah meninggalkan sepotong uang perak.
ia diam-diam berlalu meninggalkan rumah penginapan, dan menuju ke gunung Tay-pa-san- Ia menduga pasti Leng Bie Sian sudah diculik oleh orang-orang Rumah Penjara Rimba Persilatan di gunung Bu-san- PiKirnya, jalan paling baik ialah lekas kembali ke gunung Tay-pa-san untuk memberitahukan berita itu pada suhunya, kemudian ia sendiri akan pergi menantang ke Rumah Penjara Rimba Persilatan yang baru di gunung Busan.
Hari kedua tengah hari, untuk kedua kalinya ia tiba di depan pintu batu Rumah Penjara Rimba Persilatan di gunung Tay-pa-san, kunjungannya untuk kedua kalinya ini jika dihitung dari kunjungannya yang pertamanya hanya terpaut kurang lebih dua bulan saja.
Tetapi ia teringat kepada suhunya, subonya, sumoaynya, dan seorang wanita yang bernama Siu Khim yang ia ingin ketahui siapa sebetulnya, hingga ia merasa Waktu dua bulan itu seperti dua tahun saja lamanya.
Melihat kedatangan Cin Hong, Tiat-oe Siangsu unjukkan sikap sangat senang sekali, begitu bertemu muka sudah mengeluarkan suara dengan Sikapnya yang sangat ramah tamah.
"Cin Siaohiap. kudamu telah kupelihara baik-baik sampai menjadi gemuk"
Cin Hong mengucap terima kasih, kemudian berkata sambil tertawa.
"Apakah laucu kalian ada ?"
"Ada Ada Laucu lama sudah pesan lohu, setiap waktu kalau Cin siaohiap datang, harus disambut sebaik-baiknya. Sekarang lohu hendak antar kau naik ke lembah, marilah "
"Aku tidak berani merepotkan siangsu, biarlah aku pergi sendiri saja "jawab Cin Hong. Thiat-oe Siangsu karena tugasnya yang harus menjaga pintu gerbang, maka juga tidak mengukuhi kehendaknya, tetapi ia masih memerintahkan seorang pegawai penjara untuk mengawani tamunya. Kali ini Cin Hong tidak perlu mengeluarkan uang persenan. dengan lancar sudah masuk ke dalam lembah, dan akhirnya masih tetap bersama-sama orang yang ditugaskan sebagai Tay-giam-ong masuk keruangan tamu rumah penjara rimba persilatan-Tak lama kemudian, penguaSa rumah penjara juga sudah masuk di ruang tamu. Penguasa rumah penjara begitu melihat Cin Hong datang sendiri, agak terkejut juga , tanyanya terheran-heran- "Ee, dimana Sian-jie?"
Cin Hong dalam hati merasa geli, ia balas bertanya sambil memberi hormat.
"Sejak kapankah laucu menyerahkan muridmu kepadaku ?"
Laucu itu hanya mengeluarkan suara oh, mungkin karena merasa malu sendiri, lalu katanya sambil tertawa.
"Aku perintahkan dia diam-diam mengikuti kau, Kukira dia pasti tak dapat kendalikan perasaannya dan unjuk diri untuk bertemu denganmu, kiranya dugaanku itu keliru sama sekali ..."
"Dugaan laucu tidak keliru "
"Tapi dimana dia sekarang ?"
"Sukakah laucu kasih penjelasan lebih dahulu apa sebabnya laucu perintahkan dia mengikuti aku ?"
Laucu itu seperti kebiasaannya berjalan lebih dahulu kejendela, lalu berdiri disitu, kemudian baru menjawab dengan sikap tenang dan Cerdik.
"Asal tidak mengandung maksud jahat rasanya sudah Cukup, urusan ini tidak ada perlunya dijelaskan "
Cin Hong berpikir sebentar kemudian baru berkata.
"Baiklah. Apakah kau pernah dengar pada waktu belakangan ini dipuncak Sin- lie- hong gunung Bu San, telah dibangun lagi sebuah rumah penjara rimba persilatan yang baru?"
"Tahu, sampaipun surat selebarannya juga sudah kubaCa "
Jawab penguasa rumah penjara sambil menganggukangguk. Cin Hong bertanya sambil menatap wajah penguasa rumah penjara.
"Bagamana kesan laucu?"
"Perbuatan orang-orang golongan hitam, tidak ada harganya untuk dibicarakan."
"Maksudmu, apakah hanya rumah penjara yang kau bangun ini saja yang asli ?"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan mengangguk pula.
"Tetapi, mereka telah menyebarluaskan orang-orangnya, sudah menculik beberapa orang wanita, semua itu jelas menunjukkan perbuatan mereka yang terkutuk dan lebih jahat dari pada rumah penjara kalian di gunung Tay-pa San ini dengan lain perkataan, mereka rupanya sengaja hendak menantang terhadap kau, laucu "
"Aku tidak ada waktu untuk menguruSi mereka "
"Apabila murid perempuanmu diculik oleh mereka bagaimana ?"
"Kukira tidak mungkin "
"Kau jangan terlalu percaya dirimu sendiri, murid perempuanmu itu barang kali sudah diculik oleh mereka ..."
Sikap penguasa rumah penjara nampak tegang, ia berdiri tegak. sepasang matanya memancarkan sinar tajam berkilauan, perlahan-lahan lalu katanya.
"Apa katamu ?"
Cin Hong menceritakan semua pengalamannya dan apa yang pernah dilihat dan didengar oleh mata dan telinganya sendiri.
Sekujur tubuh penguasa rumah penjara tampak gemetaran karena menahan marah, sepasang matanya menatap Cin Hong sekian lama, berkata sambil menggertak gigi.
"Anak baik, terhadap saorang anak perempuan saja kau sudah tidak dapat melindungi, Ing Ing..."
Cin Hong merasa malu, katanya.
"Aku semula hendak pergi mencari bersama-sama dia, tapi dia kukuh hendak jalan mencar. Apa yang bisa aku perbuat?"
"Kau bohong omong kosong Kalau ia kukuh, kau juga harus kukuh, tahu? Kau harus suruh ia dengar katamu "
Bentak Penguasa rumah penjara yang sudah mulai marah. Cin Hong terkejut dan berkata.
"Dia bukan adik seperguruanmu, kau tahu... ."
Penguasa rumah penjara dengan sikap lunglai jatuhkan diri diatas sebuah kursi dan duduk. mulutnya menggumam.
"Sudah, sudah... Kali ini bagaimana aku harus berbuat....."
Seorang iblis besar seperti Penguasa rumah penjara rimba persilatan ini, juga ada waktunya mengeluh.
"Bagaimana aku harus berbuat,"
Ucapan itu apabila tersiar dikalangan Kang-ouw, pasti tiada seorangpun yang akan perCaya, sebab dalam kesan orang-orang rimba persilatan, kepandaian dan kekuatan tenaga itu adalah barang yang paling berharga di dalam dunia.
Cin Hong sebetulnya juga khawatirkan keselamatan Leng Bie Sian, tapi saat itu menampak sikap gelisah dari Penguasa rumah penjara, entah mengapa dalam hatinya timbul perasaan senang yang sangat aneh, saat itu ia malah bisa berkata sambil tertawa.
"Jikalau kau tidak suka merendahkan ksedudukanmu pergi sendiri ke gunung Bu San menantang bertanding, aku boleh mewakili kau kesana. Tapi... ."
Penguasa rumah penjara mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berkata.
"Benar!! Aku akan segera menurunkan ilmu kepandaianku kepadamu "
"Maksudku bukan begitu, aku hanya minta supaya kau ijinkan aku menemui seseorang"
Menjawab Cin Hong sambil menggelengkan kepala.
"Waktu pertama kali aku masuk ke rumah penjara ini, dimalam hari aku pernah mendengar suara seorang wanita yang sedang menyanyikan lagu Siao-tho-hong. Kemudian aku dengar kabar ia itu bernama Siu Khim. Aku ingin ketemu dia"
"ow Ada perlu apa kau dengan dia?"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku ingin tahu siapa dia itu"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan tampak diam dan berpikir, kemudian berkata.
"Apa sebab kau hendak mengetahui dia itu siapa?"
Cin Hong takut apabila ia mengutarakan alasannya, mengakui terus terang bahwa wanita yang bernama Siu Khim itu benar-benar adalah ibunya sendiri.
Penguasa rumah penjara itu malah tak akan mengijinkan ia bertemu muka dengannya.
oleh karena itu maka ia pura-pura berlaku acuh tak acuh, katanya.
"Aku hanya tertarik oleh perasaan heran saja"
Penguasa rumah penjara itu kembali terdiam, akhirnya berkata sambil menggelengkan kepala dan dengan suara tegas berkata.
"Kalau kau tak mau menjelaskan alasannya yang benar, aku takkan mengijinkan kau bertemu dengannya"
Dalam hati Cin Hong merasa sangat kecewa, tetapi diluarnya masih bersikap acuh tak acuh, katanya sambil pentang kedua tangannya.
"Kalau begitu yah sudah, sekarang apa aku boleh pergi menengok suhuku?"
Penguasa rumah penjara itu tidak menjawab, dengan mendadak berjalan masuk ke pintu kiri ruangan tamu itu.
Cin Hong dahulu pernah mendapat persetujuannya, untuk datang lagi ke rumah penjara dan berdiam beberapa hari, kini ketika melihat ia berlalu juga , sedikitpun tidak menghiraukan padanya dan berjalan masuk ke pintu sebelah kanan maka ia jadi tak ragu lagi.
Seolah-olah ia pulang kerumahnya sendiri, dengan Cekatan ia membuka alat untuk naik turun ke dalam lembah, tak lama kemudian, ia sudah tiba didaerah kamar tawanan naga.
Waktu itu adalah pertengahan musim panas.
Hawa udara panas sekali.
Dilubang-lubang jendela setiap kamar tawanan, tidak nampak seorang tawanan pun yang tongolkan kepala.
Cin Hong terus lari sampai hampir ke dekat kamar tawanan nomor sembilan, teringat segera akan bertemu muka dengan Yo in in, maka dengan perasaan sangat girang memanggil-manggil nama gadis itu.
"In-jie, aku datang"
Akan tetapi kamar tawanan nomor sembilan itu tetap sepi sunyi tak terdengar suara orang.
ia lari lompat kebawah jendela, ketika kepalanya melongok ke dalam, saat itu ia berdiri terpaku.
Di dalam kamar tawanan itu sudah tidak tampak lagi diri sumoaynya, melainkan Seorang nenek berambut putih yang dahulu pernah bertempur dengannya digunung Bie cionglan- Waktu itu nenek itu sedang rebah-rebahan di satu sudut, ketika mendengar suara panggilan perlahan-lahan membuka dan mengucek-ngucek matanya, tampak Cin Hong datang, ia lalu bangun dan berseru dengan sikap kegirangan.
"Ai, bocah Apakah kau datang buat menengoki aku ?"
Cin Hong bingung dan menggaruk-garuk kepalanya sendiri, kemudian balas bertanya.
"Mengapa jadi kau yang ada disini ? Dimana sumoayku ?"
Nenek rambut putih itu tampak terCengang dan bertanya.
"Siapa sumoaymu?"
"Sumoayku semula berdiam dikamar ini, kemana perginya dia sekarang ?"
Nenek rambut putih itu menggelengg-gelengkan kepala dan berkata.
"hal ini aku sinenek tidak tahu, aku hanya tahu kamar ini sejak setengah bulan berselang sudah menjadi tempat kediamanku yang tetap."
Cin Hong Cemas, ia segera lompat kebawah jendela kamar delapan. Dikamar delapan ini tampak olehnya, Swat Po-po didalam jendela satu jari tangan kanannya diletakkan dibibirnya dan berkata dengan suara perlahan.
"Ssst Perlahan sedikit, Suhumu Si setan tua itu sekarang sedang melatih ilmu silatnya"
Cin Hong mengeluarkan suara "oh,"
Lalu memberi hormat kepada Swat Po-po dan bertanya dengan suara perlahan .
"subo, kemana In-jie pergi ?"
Swat Po-po menghela napas dahulu, baru berkata.
"Panjang Ceritanya kalau kau mau tahu. Hari keempat setelah kau berlalu dari sini ia mengira sudah sanggup menyambut serangan Penguasa Rumah Penjara sampai sepuluh kali, hingga tanpa sabar sudah pergi menantang bertanding kepada Penguasa Rumah Penjara ..."
"Akhirnya ia berhasil menyambut berapa kali ?"
"Delapan kali "
"Kalau begitu tohk masih tetap menjadi tawanan naga juga ?"
"Tujuh hari berselang, ada seorang pemuda bernama Siu, datang kemari menengok suhumu dari pemuda itu mendapat berita tentang dirimu. ia bergirang dan bersemangat, kembali mengelabui aku, diam-diam pergi menantang bertanding."
Cin Hong kembali menjadi tegang dan bertanya.
"Dalam pertandingan kedua ini ia berhasil menyambut berapa kali?"
Swat Po-po menghela napas panjang dan berkata.
".....seperti biasa "
"Kalau begitu, juga masih tetap menjadi tawanan dikamar penjara naga "
Nenek Swat Po-po berkata lagi.
"Lima hari berselang, malam harinya ia mimpi melihat kau ditangkap oleh orang golongan Kalong, dan melihat kau dirotan, maka begitu terang tanah, ia pergi menantang bertanding lagi. Aku memaki-makinya, tapi tak dihiraukan, ia kata segalanya ia tidak mau perduli lagi."
Cin Hong yang mendengar ucapan itu hatinya berdebaran, katanya dengan hati Cemas.
"Ini adalah yang terakhir, bagaimasa kesudahannya ?"
"Empat kali, Sekarang kamar tawanan naga ini juga sudah tidak bisa menerima dia lagi "
Berkata Soat Po-po dengan airmata berlinang.
"Kalau begitu, dia sekarang masih berdiam di kamar tawanan ular ?"
"hm, bocah Dimana liangsimmu ? Kau tahu dia dipindahkan kekamar tawanan ular mengapa malah kegirangan ?"
"Subo tidak tahu, terakhir kali jikalau dia tidak diturunkan tingkatnya dan berpindah di kamar tawanan ular, akan menjadi tawanan se-umur hidup, Pindahnya dia kekamar tawanan ular, itu berarti masih mendapat kesempatan untuk menantang bertanding satu kali lagi "
Swat Po-po tampaknya merasa bingung, tanyanya.
"Mengapa begitu ?"
"oleh karena tingkatannya berbeda, dia diturunkan lagi ke kamar penjara ular, lantas boleh dipandang sebagai orang yang pertama akan pergi menantang, maka masih punya hak menantang satu kali lagi. Kalau hal itu digunakan terus menerus secara begitu, jadi tidak akan ada habisnya. Inilah cacad dari peraturan rumah penjara rimba persilatan ini. Tee-cu dalam hal ini sudah lama tahu."
"Kalau begitu, semua orang juga boleh menggunakan akal itu, untuk menantang beberapa kali kepada penguasa rumah penjara, bukan?"
"Ya, teecu dahulu lupa menceritakan ini- Biarlah nanti teecu akan berita hukan kepada seluruh tawanan kamar naga ini tentang cara-cara tersebut, suruh mereka setiap hari menantang penguasa rumah penjara, biar dia kecapean menyambut, dan jadi lelah sendiri."
Swat Po-po pikir ucapan Cin Hong itu makin beralasan, maka ia berkata.
"Ya, ini sangat interesan, besok atau lusa aku akan menantang bertanding kepadanya Ai, setiap hari berdiam disini, alangkah kesalnya ..."
Si nenek lalu menanyakan apa kerja Cin Hong diluaran, kenapa begitu cepat sudah balik kembali.
Cin Hong menceritakan satu persatu, hanya tidak mengatakan bahwa ia pernah anggap Leng Bie Sian sebagai Yo In In dan bahkan sudah mulai tergoyah hatinya oleh murid penguasa penjara rimba persilatan itu.
"Ha ...?Jadi kau sudah mengetahui bahwa wanita bernama Siu Khim adalah iba kandungmu ?"
"Ya Menurut ucapan penguasa rumah penjara sendiri, jikalau aku menceritakan alasannya yang sebenarnya, dia akan mengizinkan aku bertemu muka dengannya. coba subo pikir, teecu boleh berkata terus terang atau tidak ?"
"hal ini, kau sebaiknya tanya kepada Suhumu saja, aku juga tidak tahu bagaimana seharusnya ..."
Cin Hong lalu berjalan kebawah kamar nomor tujuh, tampak suhunya sudah menantikan kedatangannya di lubang jendela sambil tersenyum, maka ia buru-buru memberi hormat dan berkata.
"Sahu sudah selesai berlatih?"
It-hu Sianseng tersenyum, dan berkata.
"suhumu tidak melatih ilmu apa apa "
"Mengapa Subo tadi mengatakan....."
Cin Hong rupanya keheranan.
"Ia membohongi kau. Mungkin ia terlalu kesal, mau mencari orang yang dapat diajak beromong-omong. Melihat kau datang, ia takut kau hanya pergi menengok aku dan berbicara denganku, maka ia lalu menggunakan akal licik....."
Soat Po-po yang mendengar jelas pembicaraan mereka, lalu memaki-maki.
"Tua bangka.. Kau berani menjelek-jelekan diriku didepan muridmu? Hm Kau nanti akan mati seCara tidak wajar "
It-hu Sianseng tidak menghiraukan ocehan soat Po-po, tenang sekali ia berkata kepada Cin Hong.
"Anak. semua ucapanmu tadi telah kudengar. Tentang urusan itu, suhumu anggap sebaiknya tak usah kau Ceritakan"
"Ya, teecu akan mencari akal sendiri untuk menemui wanita itu "
"Tentang rumah penjara rimba persilatan yang baru dibangun di gunung Bu San itu, sebetulnya bagaimana keadaannya?"
Cin Hong menceritakan apa yang diketahuinya, akhirnya berkata.
"Kalau teecu sudah berhasil menemukan ayah dan ibu, baru akan mengambil keputusan untuk menantang bertanding. Rumab penjara rimba persilatan yang baru itu benar-benar terlalu terkutuk. biar bagaimana kita harus berusaha menolong keluar wanita- wanita yang diculik oleh mereka "
"Baiklah, dalam urusan ini suhumu juga tidak suka mencegah kau. Demi keadilan dan kebenaran, kalau sampai ditawan, setidak-tidaknya ada lebih baik dari pada ditawan lantaran mencari nama "
Kata It-hu Sianseng sambil menghela napas.
Cin Hong mengangguk-angguk karena merasa apa yang hendak dikata sudah diceritakan habis semua dan otaknya mulai teringat kepada diri In-jie, maka dalam hati ingin sekali lekas-lekas pergi menengoknya.
Tetapi ia tidak enak untuk menyatakan kepada suhunya.
It-hu Sianseng sudah tentu dapat menebak isi hatinya maka lalu berkata sambil tersenyum.
"Sekarang pergilah kau tengoki In-jie, budak itu rupanya sudah jatuh hati benar kepadamu "
Tentu Saja Cin Hong merasa girang, baru hendak memutar tubuh untuk berlalu, mendadak can-sa-sian Sie Koan, pemimpin pengemis sudah tongolkan kepalanya yang mesum dan awut-awutan rambutnya, katanya dengan suara nyaring.
"Hai, kau masih belum membicarakan tentang diri murid ku"
Cin Hong buru-buru menjura dan berkata padanya.
"Siepangcu baik-baik sajakah? Murid mu sekarang sedang membantu boanpwe, pergi memberitahukan kepada partai-partai Ngo-bie, Kun-lun, Klong-lay, Kang-lam, Swatsan dan Thian-shia, minta mereka supaya waspada atas gerakan orang-orang golongan Kalong. Selama ini entah bagaimana hasilnya."
"Kalau kau nanti ketemu lagi dengannya suruhlah ia pergi menantang bertanding ke rumah penjara rimba persilatan yang baru,"
Kata can-Sa-sian. Cin Hong menyatakan baik, lalu memUtar tubuh dan berlari turun, sewaktu ia meliwati jendela kamar sembilan, nenek berambut putih tongolkan kepala dan tangannya, katanya dengan suara aneh.
"Hai, bocah Kemarilah kau, kita beromong-omong dulu eh, kau lari? Kau lari? Anak busuk Ah... .coba dulu aku tidak dengar ucapanmu, sekarang tentunya tidak jadi begini... ."
Cin Hong berlagak tidak dengar, ia menundukkan kepala dan terus lari menuju ke bawah, setelah mengitari jalan berliku-liku di dalam lembah, barulah tiba di kamar nomor seratus lima, karena melihat kamar tawanan itu tidak ada orangnya, buru-buru undurkan diri dan balik ke kamar nomor empat, disitu juga tidak ada orang, barulah ingat bahwa kamar ini dahulu adalah kamarnya si bopeng Bwee Houw An, Si bopeng itu berhasil keluar setelah menantang bertanding, maka ia lalu balik lagi kekamar nomor empat, didalam kamar itu juga tampak ada duduk seorang laki-laki setengah umur yang sangat mesum, kepadanya Cin Hong tanya sambil memberi hormat.
"Tuan numpang tanya, kemana orangnya yang berdiam di kamar nomor lima ini?"
"Apakah nona Yo?"
Balas bertanya lelaki setengah umur itu dengan suara datar.
"Benar, kemana ia pergi?"
"Sedang bekerja didalam lembah "
Cin Hong mengucapkan terima kasih, ia segera berlalu.
Dahulu ia tidak mendapat kesempatan untuk turun ke lembah, kali ini benar- benar ingin melihat para tawanan itu sebetulnya melakukan pekerjaan berat apa.
Ia pikir tawanan itu semuanya memiliki kepandaian ilmu silat yang cukup, apa sebab penguasa rumah penjara rimba persilatan itu memikirkan suatu cara untuk menyusahkan mereka? Dari atas melongok ke bawah lembah, samar-samar tampak ada beberapa puluh titik hitam, sedang beberapa barang yang mirip dengan batu cadas, tampak bergerak perlahan-lahan.
agaknya diantaranya masih ada orangorang yang sedang memikul apa- apa.
Apa yang sedang dilakukan mereka? Sedang menggiling beraskah? Ouw, apabila itu benar, ini juga boleh dikata makan tenaga sendiri.
Mana boleh dihitung bekerja berat? Ia lari turun terus sambil berpikir, sebentar saja sudah ada dibawah lembah, kini setelah melihat keadaan seluruhnya, lantas menghentikan langkahnya dan berdiri terpaku ditempatnya.
Yang dilihat Cin Hong dari atas tadi adalah orang-orang yang sedang menggali batu dengan besi, bukan seperti apa yang diperkirakannya sebagai orang menggiling padi atau gandum.
orang-orang disitu sedang menggali lubang dari dalam goa yang bulat, dari situ mengeluarkan batu- batu cadas.
pada waktu itu, para tawanan yang sedang melakukan pekerjaannya terbagi-bagi dalam beberapa kelompok.
Kelompok pertama adalah orang yang sedang mengeluarkan batu-batu dari goa, kelompok kedua mengangkut batu- batu itu kedalam satu kuali besar yang sedang menyala apinya.
Apa sebetulnya yang sedang dilakukan oleh mereka? Cin Hong tidak tahu dan juga tidak mengerti malah tidak mau memikirkan semua itu, sebab diantara sekian banyak orang-orang tawanan itu, ia sudah dapat menemukan Sumoaynya itu.
Gadis itu sedang melakukan pekerjaan mencuci, rambutnya terurai sampai ke bawah, wajahnya penuh keringat, ia seolah-olah takut jari-jarinya nanti menjadi kasar, kerjanya dilakukan sangat hati- hati, bahkan sepasang matanya sebentar-bentar melirik kepada seorang tua berjubah merah yang bertindak sebagai petugas mandor.
Kalau dilihatnya mandor itu berpaling ia buru-buru melakukan pekerjaannya, pura-pura rajin, tapi begitu mandor itu menengok ke la in jurusan, ia segera menghentikan pekerjaannya.
Cin Hong merasa kasihan, tapi diam-diam juga merasa geli, waktu itu ia sedang berjalan terus menuju ke belakang diri Yo In In dan tiba-tiba memanggil dengan Suara perlahan.
"In-jie"
Yo In In cepat berpaling, begitu melihat kekasihnya, mungkin karena terlalu girang, lalu berseru dan jatuhkan diri ke dada Cin Hong, katanya sambil tertawa dan mengeluarkan air mata.
"Engkoh Hong, aku sedang memikirkan kau benar-benar aku sedang memikirkan dirimu"
Para tawanan yang menyaksikan Yo In In memeluk seorang pemuda di hadapan umum, semua lantas berhenti bekerja malah ada yang lantas berdiri termangu-mangu, di samping yang berteriak-teriak keCewa.
orang tua berjubah merah itu menggerak-gerakkan pecut ditangannya sambil berteriak-teriak.
"Ada apa ? ini ada apa ?"
Kini In-jie baru sadar bahwa ia telah berbuat terlalu menyolok di hadapan umum, karena merasa malu lalu buru-buru melepaskan tangannya dan memutar tubuh mengawasi para tawanan yang lainnya.
Rupanya semua orang tawanan itu takut sekali kepada Yo in in, karena begitu melihat gadis itu marah, tidak berani lagi mereka tertawa-tawa atau berteriak-teriak mulai lantas melakukan pekerjaan lagi.
orang tua berjubah merah menghampiri Cin Hong dan membentak keras.
"Hei kau pemuda dari mana ?"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cin Hong memberi hormat dan menyahuti.
"Locianpwe harap jangan marah, aku yang rendah adalah tamu laucu kalian "
In-jie lalu menyambung.
"Hei, cap-giam-ong, suhengku ini datang hendak menengok aku, sekarang aku hendak pergi berbicara dengannya"
"Tidak bisa, diwaktu kerja tidak boleh menemui tamu "
In-jie merasa tidak senang, ia berpaling dan berkata kepada Cin Hong sambil memberi isyarat dengan matanya.
"Engko Hong, penguasa rumah penjara ini tentunya sudah mengizinkan kau menengok aku, bukan ?"
CIN HONG menganggukkan kepala, tapi dalam hati merasa geli sudah membohonginya. In-jie selanjutnya berkata.
"Kalau begitu kau pulang saja, beritahukan kepada penguasa penjara bahwa cap-giam ong tidak mengizinkan kau melihat aku "
Wajah cap-giam-ong berubah, ia bertanya sambil menatap Cin Hong.
"Benarkah laucu telah mengizinkan kau datang kemari ?"
"Ya, jikalau tidak. mana bisa aku turun kemari ?"
"Baik, kalau kalian hendak beromong-omong juga , pergilah jauhan Sedikit, tetapi ingat, kalian hanya diberi waktu satu jam."
Kata cap-giam Ong.
In-jie sangat girang, sambil menarik tangan Cin Hong ia berlalu dari tempat kerja.
Mereka meninggaikan tempat kerja itu jauh sekali, dan duduk di suatu tempat yang membelakangi batu cadas.
Injie seperti balik kembali kepangkuan ibunya yang sudah lama berpisah, begitu mereka berdua duduk.
segera jatuhkan kepalanya di dada Cin Hong sambil menangis dengan sedihnya.
Cin Hong mengeluarkan sapu tangan mengeringkan air matanya, menghiburi gadis itu dengan kata-katanya.
"Jangan menangis In-jie. Aku tahu kau seorang gadis gagah berani, bukankah begitu ?"
"Aku sebenarnya tidak takut menderita. Biarlah aku bicara terus terang kepadamu, engkoh Hong, aku benarbenar selalu ingat kau. Malah ada kalanya begitu hebatnya aku memikirkan dirimu, Sampai..."
Kata In-jie sambil menangis. Cin Hong merasa terharu, juga merasa malu kepada diri sendiri, diluar kekuasaannya sendiri, menundukkan kepala dan mencium bibir in-jie, katanya dengan suara gemetaran.
"In-jie, untuk selanjutnya aku akan bersamamu selamalamanya, sekalipun langit rubuh aku juga akan bersamamu "
In-jie hampir tidak bisa bernapas, mendorong perlahan tubuh Cin Hong sambil tersenyum girang.
"Kau sudah menengok suhu ?"
"Sudah. Suhumu sebetulnya marah padamu tetapi setelah kuberi penjelasan padanya, sekarang jadi tidak marah lagi "
"oh, bagaimana kau bilang ?"
"Aku kata bagus sekali perbuatanmu yang menantang bertanding untuk kali yang terakhir itu. Sebab, kalau kau tidak dapat menyambut penuh serangan sepuluh kali, atau tidak bisa menyambut lima kali serangan keatas, kau baru akan menjadi tawanan seumur hidup, Tapi sebelum lima jurus kau jatuh, bisa balik kembali ke kamar tahanan ular."
"Benar. waktu itu aku merasa sangat tegang sekali, begitu turun tangan segera merasa bahwa kali ini aku lebih tidak baik lagi keadaanku, maka aku lalu bertanya kepada penguasa rumah penjara bila aku dipindah ke kamar tahanan ular, masih ada kemungkinan untuk menantang lagi atau tidak. Ia kata boleh, maka setelah menyambut serangannya yang ke empat kalinya, lalu turun sendiri "
"Sekarang kau boleh segera pergi menantang. Kalau kau dipindahkan lagi ke kamar tahananan naga, kau akan mendapat bak menantang tiga kali lagi "
"cis, beberapa hari nanti sajalah kita bicarakan itu lagi, sebetulnya dalam kamar tawanan ular ini,jauh lebih menyenangkan daripada kamar tahanan naga. Aku tidak suka Selalu berdiam di dalam kamar, apa lagi suhuku suka mencampuri urusanku."
"Penguasa rumah penjara rimba persilatsn dahulu bukankah sudah menerima baik permintaanku, kau tidak perlu turut melakukan pekerjaan berat?"
"Tetapi itu aku sendiri yang suka turut bekerja, aku merasa senang Sekali berada bersama-sama mereka."
"Apa mereka tidak lagi menghina kau?"
"Mana mereka berani? Kepandaian ilmu silatku di dalam kamar tahanan ular ini adalah yang paling tinggi"
"Itu memang benar"
"Semula ada seorang tawanan yang buta matanya ingin mengganggu aku, akhirnya kupukul wajahnya sampai matang biru, sejak waktu itu dan selanjutnya, Siapapun tidaK ada yang berani mengganggu aku lagi. Tapi ....tapi ada satu orang yang terkecuali....."
"Siapa?"
"Kalau kusebutkan kau tidak boleh marah ya?"
"Aaaa? Mengapa aku harus marah?"
"Dia adalah seorang tawanan juga yang masih muda, namanya Liu siao chiu Nama julukannya Laki-laki Kasar. Dia selalu mengejar-ngejar aku, ada satu kali ia berlutut di hadapanku, katanya ia terlalu kesepian. cobalah kau pikir,- lucu tidak? Sudah tentu aku tidak mau menghiraukannya, benar- benar aku hanya melihat dan merasa kasiban sekali padanya hingga tidak tega untuk mengusir dan membentak...."
"Jangan bicarakan soal itu lagi,- sekarang aku hendak tanya padamu beberapa persoalan."
"Tidak perlu tanya, aku hanya suka kau seorang Benarbenar, kecuali kau, aku tidak suka orang lain"
"oh, aku tidak tanya padamu soal ini, jangan kau terpengaruh dahulu oleh perasaanmu sendiri"
In-jie perlahan-lahan angkat muka, menggerakkan biji matanya yang besar menatap Wajah Cin Hong, kemudian berkata dengan Sikap kemalu-maluan.
"PeraSaanku agak tegang, aku takut kau mendengar Cerita orang, Sebab para tawanan itu paling suka menimbulkan urusan"
"Asal kau tidak melakukan kesalahan, takut apa kepada omongan orang lain?"
"Biarlah, aku sama sekali tidak berbuat salah. Tapi aku masin kuatir juga , sebab para tawanan itu paling suka menimbulkan huru-hara....."
Cin Hong periahan-lahan mengelus-elus rambut Yo In In dan berkata.
"Kukata sekali lagi, jangan terlalu tegang. sekarang beritahukanlah kepadaku beberapa soal yang sebentar lagi akan kutanyakan pada-mu....."
Belum habis ucapannya di tengah udara terdengar suara bergeraknya orang dan kemudian disusul oleh turunnya sesosok bayangan orang dari tengah udara dan jatuh tepat di depan kedua orang itu.
Orang yang baru turun dari atas itu adalah seorang tawanan yang masih muda usianya rambutnya awutawutan, pakaiannya compang- camping, namun wajahnya cukup tampan sikap juga gagah.
Ia menunjukkan sikapnya yang marah, dengan mendelikan sepasang matanya, menatap In-jie, sikap orang itu seolah-olah ingin menembusi hati In-jie.
In-jie juga merasa tegang, buru-buru melepaskan diri dari pelukan Cin Hong dan lompat berdiri sambil bertanya.
"Hai, kau memandang aku secara itu, apa sebetulnya artinya?"
"Kau takut?"
Balas tanya tawanan muda itu sambil tertawa dingin. Cin Hong juga segera bangkit dari tempat duduknya, bertanya Sambil menatap Wajah Yo in in.
"In-jie, siapa dia?"
Yo In in tidak menjawab, sebaiknya malah begitu marah sikapnya, berkata sambil membanting- banting kaki.
"Pergi..Pergi Pergi...Aku tokh sudah memberitahukan padamu, aku tidak bisa menyukai kau, bukan? Kenapa kau selalu mengejar-ngejar orang yang tidak suka kepadamu?"
"Ouw, begitu? Sayang aku Liu Siao chiu bukan seorang tuli. Sejak kapan kau beritahukan kata- kata itu padaku?"
Tanya pemuda itu Sambil tertawa dingin.
"Sejak bermula kukenal kau Apa itu saja kau lupa?"
Berkata In-jie dengan suara tajam. Pemuda itu mendadak marah, ia mengangkat tangannya dan berkata sambil menuding Yo In In.
"Yo In In, kuberitahukan padamu, bagiku segalanya tidak apa, akan tetapi kau tidak seharusnya menipu aku, tidak seharusnya mempermainkan Cinta orang lain, hm... .hm Apa kau kira Cinta orang laki itu tidak ada harganya? Kau, kau perempuan berhati kejam"
Yo In In tampak sangat gelisah hingga menangis menggerung-gerung sambil berkata dengan suara terisakisak.
"Kau jangan ngaco-belo, kalau kau ngoceh lagi, kuhajar kau nanti "
Pada saat itu cap-giam-ong yang bertugas sebagai mandor telah datang dengan membawa pecutnya, ia msmbentak sambil tuding Liu Siao chiu .
"Hei Kau tidak bekerja? Perlu apa kemari?"
Liu Siao chiu berdiri tegak. cap-giam-ong menggerakkan pecutnya menghajar dirinya, sambil perintahnya.
"Kembali Kau sungguh berani mati, heh Apakah kau kira dalam rumah penjara ini kau boleh mengejar-ngejar perempuan? "
Liu Siao chiu masih tetap berdiri tegak tidak bergerak. cap-giam-ong jadi sengit dan berkata lagi.
"Bagus Aku mau lihat, adatmu ataukah pecutku yang lebih keras....."
Sesaat kemudian, pecut turun sangat gencar, menghajar tubuh pemuda she Liu itu, hingga pakaian dan kulitnya hancur dan darah membasahi seluruh tubuhnya, tetapi Liu Siao chiu tetap tidak bergerak.
bagaikan sebuah patung.
Cin Hong jadi tidak tega.
lalu berkata padanya sambil memberi hormat.
"Saudara Liu, bila sumoayku ini berlaku salah terhadapmu, biarlah disini aku yang mintakan maaf untuknya. Sebaiknya kau lekas balik dan lakukanlah pekerjaanmu sebagaimana mestinya, Caramu yang mudah itu sesungguhnya tidak berharga sama sekali. Kau ketahuilah itu"
Liu Siao chiu sedikitpun tidak menghiraukan pecut sudah menghajar habis mukanya, tapi akhirnya ia menganggukkan kepala juga lambat- lambat, dan menggumam sendiri "Benar, tak disangka aku si laki-laki kasar Liu siao chiu bisa mandah terima pecutan lantaran perempuan-....Benarbenar terlalu menggelikan.
..."
Sambil berkata demikian, ia menggeser kakinya dan berjalan pergi sambil menundukkan kepala.
Setelah Liu Siao chiu berlalu bersama cap-giam-ong, Yo In In dengan perasaan takut mengawasi Cin Hong, seperti seorang pencuri keCil yang tertangkap basah, hingga tidak bisa mungkir dari tuduhan dan sedang menanti hukumannya.
Cin Hong dalam hati sangat mendongkol, tetapi kalau diingat ia sendiri juga pernah main api Cinta dengan Leng Bie Sian, pikirannya jadi tenang, ia menarik tangan Yo In In dan duduk lagi di atas batu, katanya dengan sabar.
"In-jie kau tidak usah takut. Sekarang kau beritahukanlah padaku apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Mengetahui Cin Hong tidak marah, Yo In In benarbenar merasa sangat bersyukur, sambil senderkan kepalanya di dada Cin Hong, ia berkata dengan suara terisak-isak.
"Aku bukanlah sengaja, pertama kali aku ikut melakukan kerjaan berat itu, aku dengar kata orang banyak yang panggil-panggil dia lelaki kasar, dalam hatiku lalu berpikir sendiri, aku tidak perCaya di dalam dunia ini ada lelaki yang kasar."
"Dan kau lantas menggoda dia ?"
In-jie mengangguk.
"Ya ,pertama dia tidak hiraukan aku, aku lalu ganggu dia lagi, dia maSih tenang tidak hiraukan aku. Dalam hatiku sangat mengaguminya, pikirku nama julukan laki-laki kasar itu benar-benar tidaklah bohong. Siapa tahu, setelah beberapa hari lewat sejak hari itu ..."
"Dia yang berbalik cari kau ?"
"Ng, dia diam-diam memberitahukan padaku bahwa dia bukanlah lelaki kasar dan dingin seperti apa yang dibayangkan oleh orang banyak. dia hanya berusaha sekuat tenaga untuk menindas perasaannya sendiri, padahal sebetulnya dalam hatinya hangat sekali, dia butuh Cinta. Dia kata lagi bahwa pertama kali melihat aku, hatinya berdebar keras, sebetulnya ingin seperti biasa dengan sikapnya yang acuh tak acuh, tapi setelah ditindasnya perasaan itu akhirnya dia merasakan bahwa dia telah berobah, dia ingin berlaku baik terhadap aku ..."
"Lalu bagaimana kau jawab dia ?"
"Dalam hati sebenarnya aku merasa geli, tapi waktu itu aku merasa bahwa aku sudah berada di atas punggung harimau, Sulit untuk turun lagi, terpaksa berpura-pura berlaku baik terhadapnya. Hm.. Siapa suruh dia berhati demikian keras."
"Ini adalah kau yang tidak benar, lain kali tidak boleh ganggu-ganggu orang lagi"
"Ya, aku sedikitpun tidak berani mengganggu orang lakilaki lagi. Hei, tak kusangka laki yang mendapat sebutan laki-laki kasar, juga demikian sulit dihadapinya, benarbenar tidak sanggup, . ."
"Ucapan dia itu benar, perasaan Cinta orang laki-laki bukanlah barang yang sudah tidak berharga lagi sama sekali "
Yo In In merasa malu, berkata.
"Sekarang tak usah bicarakau soal ini lagi, kau kata hendak menanyakan aku beberapa hal, sebetulnya urusan apa ?"
"Pertama. orang tua pedang emas dari gunung oey Sanpernah datang kemari menantang bertanding belum ?"
"Mengapa tidak? Waktu pertama kali dia dilembah ini melakukan pekerjaan berat, entah apa sebabnya cekcok dengan It-yang-cie Siauw canJin, dari cekcok mulut sampai terjadi pertempuran, akhirnya kedua-duanya terluka parah. Penguasa rumah penjara rimba persilatanlah yang menolong orang tua pedang emas, tapi dia memukul kepala siauw canJin sehingga hancur dan otaknya berantakan "
"Aaa ... begitu ?"
"Kedua ?"
"Kedua.., . kedua .... biarlah kupikir dahulu. oh ya, kamar sebelahmu simuka bopeng Bwee Bauw An itu dengan Cara bagaimana bisa menantang bertanding dan malah bisa keluar dari sini ?"
"orang tua gilalah yang mengajarinya semaCam ilmu silat "
"Aneh, orang tua gila bagaimana mengerti ilmu silat? Dia adalah salah satu dari manusia berbisa "
"Siapa tahu ? Aku tanya padanya, dia tak mau kata apa ?"
"Apakah dia masih menurunkan ilmu silat kepadamu ?"
"Tidak!! dia memaki aku bodoh. Sebetulnya aku mana seorang bodoh ? Aku hanya kurang dalam hal kekuatan tenaga dalam saja, hingga tak dapat menyambut sampai sepuluh kali . ."
"ketiga, pekerjaan apa yang kalian lakukan? Mengapa batu-batu cadas itu dihancurkan dan kemudian ditempa ?"
"ciS, apa kau tidak mengerti ?"
"Benar-benar aku tidak mengeeti. Aku pikir, bekerja berat juga seharusnya melakukan pekerjaan yang ada artinya, bekerja semaCam itu benar-benar terlalu membosankan "
"Kau kata apa, kau ini benar-benar kutu buku kenapa begitu bodoh sekali?"
"Hus, apakah menghancurkan batu cadas juga ada gunanya ?"
"Jadi kau belum mengerti juga ? Baiklah kalau begitu, kuterangkan uutukmu. Dengar, ya. Mereka sedang menempa emas "
"Haaa ? Menempa emas ?"
"Ya, batu cadas itu mengandung bahan logam emaS, setelah dihancurkan lalu dicuci bersih dan ditempa dengan air, logam emas itu terendap. jadilah hancuran emas yang berkilauan "
"ooo begitu ? Pantas penguasa rumah penjara rimba persilatan begitu kaya, siapa yang menang dalam pertandingan dapat hadiah seributail uang emas ..."
"Kau masih hendak tanya apa lagi ?"
"Tidak ada."
Baru berkata demikian, tiba-tiba terdengar suara orang dari belakang batu cadas.
"Kalau sudah tidak ada, sekarang ikut aku naik keatas"
Cin Hong dan In-jie lompat bangun dengan berbareng, tampak dibelakang batu besar itu muncul Tay-giam-ong, berkata sambil tolak pinggang.
"Haha, kamu sembunyi di tempat ini untuk mengadakan pertemuan, he ? Kau anggap rumah penjara ini sebagai tempat apa ?"
Yo in in kemalu-maluan hingga merah mukanya, pendelikkan matanya kearah Tay-giam-ong itu, agaknya hendak segera menegur mandor itu yang sudah mencuri pembicaraan mereka.
Tapi Cin Hong bersikap hormat terhadap mandor kepala itu, ia bertanya sambil menjura memberi hormat.
"Taygiam- ong ada urusan apa ?"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ikutlah dulu aku naik keataa, nanti kita bicara lagi "
In-jie menarik tangan Cin Hong dan berkata.
"Jangan pergi waktu satu jam masih belum Cukup "
"Kira-kira sudah berapa lama ?"
Bertanya Cin Hong- "Setengah jam saja belum."
"Kalau begitu sebentar aku akan datang menengok kau lagi."
Kata Tay-giam-ong Sambil terjenyum.
"Kau jangan pedulikan kami kenapa sih?"
Tay-giam-ong dari tersenyum sampai jadi tertawa terbahak-bahak. dan lalu berkata "Boleh Boleh... Jikalau kau senang, aku malah boleh meminjamkan rantai untukmu "
In-jie terCengang, tanyanya "Untuk apa rantai ?"
Cin Hong buru-buru berkata.
"Tay-giam-ong, janganlah kau menggoda orang keterlaluan, sekarang sajalah aku ikut kau naik keatas "
La menghiburi in-jie dengan beberapa patah kata, kemudian berjalan naik dengan mengikut. Tay-giam-ong masuk ke-alat naik keatas lembah.
"Aku dengar laocu kata bahwa kau hendak menemui perempuan yang menyanyi itu, apakah itu benar ?"
Tanya Tay-giam-ong.
"Ya, lalu?"
"Setelah kau ketemu dia apa kau lantas suka pergi kegunung Bu San untuk menolong keluar nona Leng ?"
"Kalau ya, bagaimana ?"
"Sekarang juga aku akan ajak kau menengok dia "
"Jadi laucu kalian sudah menerima baik permintaatku?"
Tay-giam-ong mengangguk, tidak berkata apa- apa lagi. Ketika alat itu tiba diatas, keduanya berjalan keluar. Taygiam ong hendak ajak dia keruangan tamu, tetapi tiba-tiba didalam ruangan itu terdengar suara penguasa rumah penjara.
"Lao Sun ceng, kau bawa saja dia, tunggu setelah bertemu dengan nona Khim, lalu kau ajak lagi dia kemari untuk ketemu denganku"
Tay-giam-ong menerima baik dan merandek lalu menggapai kepada Cin Hong, setelah mana ia baru memutar tubuh dan berjalan naik ke atas tangga batu yang gelap disamping alat naik turun itu.
Cin Hong mengikuti di belakang Tay-giam ong, pikirannya semakin tegang, setiap melangkahkan kakinya ke atas, seolah-olah menginjak hati sendiri, darah sekujur badannya bergolak, hingga kedua kakinya gemetaran, hampir saja tidak mempunyai tenaga untuk melanjutkan perjalanannya .
"Benarkah dia itu ibuku? Bila benar demikian, bagaimana aku harus berbuat? Kalau bukan ibunya tentunya sudah...."
Di sepanjang jalan Cin Hong berpikir pada akhirnya tidak berani memikirkan lagi, pikirannya menjadi kalut sendiri.
Apalagi jalanan naik ke atas itu tampaknya begitu panjang sekali dan berbelok-belok serta gelap dan dingin pula, hingga dirasakan semakin berat baginya.
Melalui satu tikungan, tiba-tiba terdengar suara barang bergerak.
seolah-olah alat naik turun ke lembah itu sedang bergerak.
hingga ia agak heran, ia pikir alat itu rupanya bukan Cuma ada satu saja,, tetapi yang lain itu tidak tahu naik turun disebelah mana? Untuk menyingkirkan perasaannya sendiri yang kalut, maka ia lantas bertanya kepada Tay -giam- Ong .
"Aaaa, itu suara apa?"
"Jangan banyak tanya, ikut saja aku?"
"Kedengarannya seperti suara dari alat naik turun ke lembah, apakah kalian masih punya lain alat lagi?"
"Kukata jangan banyak tanya, kenapa begitu rewel? Ikut saja aku"
Cin Hong masih tidak meng hiraukan, katanya pula sambil tertawa "oya, aku sekarang ingat, nona Leng pernah memberitahukan padaku....."
Tay-giam-ong mendadak berhenti dan bertanya dengan perasan tegang.
"Nona Leng pernah memberitahukan, kau apa aaja?"
"la kata.....ia kata bahwa di rumah penjara kalian ini masih ada satu tempat rahaSia lain-...."
Cin Hong mulai mengarang suatu Cerita bohong.
"Kurang ajar Bagaimana ia bisa memberitahukan padamu tentang ini?"
"Nona Leng baik sekali padaku, antara kami berdua hampir tidak ada satu rahasia pun yang kami sembunyikan, ia masih berkata......"
Berkata sampai disini Cin Hong lalu pura-pura angkat pundak.
"Ia kata apa lagi?"
"katanya lagi, bahwa Suhunya itu sebenarnya adalah seorang wanita"
Muka Tay-giam-ong berubah menjadi keren dan membalikkan tubuhnya dan memegang bahu Cin Hong dan bentaknya "Eh? Apa- apaan nih?"
Tanya Cin Hong kaget berCampur heran- Tay-giam-ong menarik padanya dan berjalan turun, katanya dengan sikap galak.
"Kau jangan harap bisa menemui perempuan yang bernama Siu Khim itu"
Cin Hong berontak dan bertanya.
"Kenapa? Toh sudah diijinkan oleh laucumu sendiri, bukan?"
Tay-giam-ong terus menarik turun dan berkata dengan sangat mendongkol.
"Kau bocah, hatimu tidak jujur Kau berani menghina laucu, akan kuajak kau menghadap laucu, disana kau boleh bicara"
Cin Hong jadi begitu gelisah, ia mengulurkan tangannya menjambret dinding seraya berkata.
"Hai, taruhlah aku salah omong, anggap saja aku tadi main-main denganmu, jangan begitu galak kenapa?"
Tay-giam-ong mengendorkan tangannya, katanya sambil tertawa dingin.
"Nona Leng masih memberitahukan apa lagi padamu?"
"la tidak memberitahukan apapun juga kepadaku, semua tadi juga adalah aku yang karang, aku pikir hendak mainmain denganmu"
Jawab Cin Hong sambil menggeleng - gelengkan kepala. Tay-giam-ong melepaskan tangannya, berkata sambil pendelikkan matanya.
"Jikalau tidak mengingat usiamu yang masih terlalu muda, aku benar-benar tidak akan mengampuni kau"
Cin Hong menjura berulang-ulang seraya berkata.
"Ya, atas pertolongan Tay-giam-ong disini kuucapkan terima kasih banyak- banyak"
Hawa amarah Tay-giam-ong mulai reda, katanya sambil mengulapkan tangan.
"Sekarang naiklah baik-baik, tidak boleh banyak bicara lagi, kalau kau berani banyak mengeluarkan suara, nanti akan kutarik turun lagi kau"
Cin Hong menyatakan baik, lalu memutar tubuh dan mendaki keatas, meskipun dalam hati mendongkol, tetapi iapun tidak berani berkata apa- apa lagi.
Setelah melewati tiga undakan batu, dihadapannya mulai tampak sebuah lorong panjang yang terang benderang, lorong yang panjangnya sepuluh tombak lebih itu dipancang rupa-rupa gambar dan tulisan, semua tiang-tiang diukir dengan ukiran naga yang dibungkus emas, keadaan itu seperti ruangan dalam istana, disebelah kiri terdapat sederetan kamar tidur kira-kira ada sepuluh buah lebih, setiap kamar, diluarnya dijaga oleh seorang tawanan penjara yang berdiri tegak.
Cin Hong menampak keadaan demikian, Setelah berpiklr, ia segera mengetahui bahwa tempat yang memiliki kamar demikian banyak ini pasti adalah kamar tidur sepuluh Giam lo-ong yang ditugaskan sebagai mandor, tentunya setiap orang satu kamar.
Tapi perempuan yang bemama Siu Khim itu entah dimana berdiam? Dalam otaknya timbul pertanyaan begitu maka segera merandek.
Sebab ia pikir apa bila perempuan yang bernama siu Khim itu juga berdiam ditempat itu, bagaimana suaranya bisa mengalun kebawah lembah? Selagi berpikir begitu Tay-giam-ong yang berada dibelakangnya sudah mendorongnya sambil berseru.
"Hayo jalan.. Kenapa berdiri bengong disini? "
Cin Hong terkejut, terpaksa melanjutkan perjalanannya melalui lorong panjang itu. Ketika berjalan sampai di kamar terakhir, Tay-giam ong tiba-tiba berjalan mendahuluinya lalu mengetuk pintu, dan berkata dengan suara perlahan.
"Nona siu Khim ada di dalam?"
Dari dalam kamar terdengar sahutan Seorang perempuan yang bersuara merdu.
"Ada.. Tay-giam-ong perlu apa?"
Cin Hong yang mendengarjawaban dari dalam kamar itu, ternyata adalah suara seorang wanita, hatinya jadi berdebaran semakin keras suara itu dikenalnya betul, sed ikitpun tak salah lagi adalah Suara shiu Khim yang malam itu memperdengarkan suara nyanyiannya.
Meskipun ia hanya pernah mendengar satu kali, akan tetapi, suara yang halus merdu dan yang dapat membangkitkan rasa iba itu, sesungguhnya telah memberikan kesan terlalu dalam kepadanya, jadimendengar suara itu lagi dengan seCdirinya ia lantas tahu.
Tay-giam-ong memperlihatkan tertawa ny a yang aneh memandang Cin Hong sejenak.
lalu berkata lagi ditujukan kearah dalam kamar.
"Nona siu Khim, laucu perintahkan aku ajak seorang pemuda menemui kau"
Nona Siu Khim dalam kamar hanya meng eluarkan suara ouw yang sangat perlahan kemudian bertanya dengan suara lemah lembut.
"Seorang pemuda? Ada perlu apa ia hendak menemui aku?"
"Kalau nona siu Khim ingin menemui dia boleh tanyakan sajalah padanya, ini orangnya"
Berkata lagi Taygiam- ong. Dari dalam kamar terdengar suara elahan perlahan dari nona Siu Khim, kemudian terdengar lagi kata- katanya.
"Baiklah, Suruh dia masuk "
Tay-giam-ong lalu memberi isyarat dengan tangan kepada Cin Hong, dan setelah itu berlalu.
Cin Hong menarik napas dalam- dalam, ia mengetokpintu sangat perlahan kemudian mendorongnya perlahan-lahan juga , dengan diikuti oleh pandangan matanya yang tajam kearah dalam kamar itu.
Dari mulai masuk.
ia sudah perhatikan benar-benar keadaan didalam kamar, akhirnya ia sudah dapat menyaksikan segalagalanya dalam kamar itu.
Keadaan itu luar biasa anehnya, dalam kamar itu dihiasi sangat bersih dan indah, kecuali alat- alat biasa, masih terdapat kitab, pedang, alat- alat tetabuhan musik, biji Catur, lukisan-lukisan dan tulisan orang ternama dijaman dahulu, hal ini tak mirip dengan kamar seorang wanita lebih tepat kalau dikatakan kamarnya seorang pria dan dari kaum sastrawan.
Wanita yang disebut nona Siu Khim duduk disebuah kursi yang membelakangi pintu, ia agaknya tanggung melakukan suatu pekerjaan, hingga sama sekali tidak menoleh kearah tamunya.
Wanita itu memiliki bentuk tubuh yang sangat indah, mengenakan pakaian panjang putih bagaikan salju, dari raut mukanya yang dipandang dari samping diperkirakan usianya kurang lebih tiga puluhan tahun.
Cin Hong tidak berani lancang masuk, ia berdiri diluar pintu dan berkata sambil menjura.
"Siu.....nona Siu Khim..... aku yang rendah......ingin menjumpai kau......"
Nona siu Khim tanpa menoleh sedikitpun juga , pun tidak menghentikan pekerjaannya yang mungkin sedang tanggung, menjawab dengan tenang "Kau maSuk dulu dan tunggulah, Setelah aku menyelesaikan kerjaanku ini baru bicara denganmu."
Cin Hong menyatakan baik, lalu masuk ke dalam kamar, duduk disebuah kursi disebelah kanan perempuan itu.
Pada saat itu, ia sudah dapat melihat nyata raut muka perempuan itu.
Sebuah muka yang Cantik ayu, disamping kecantikan mukanya.
sikap dan segala-galanya menunjukan wataknya yang lemah lembut, seolah-olah lukiaan dari sebuah tangan yang sangat pandai.
Akan tetapi, mana kala pandangan mata Cin Hong dialihkan tanpa sengaja kepada sulaman kain-kain diatas meja, tiba-tiba hatinya berdebar semakin heran.
Ternyata, perempuan itu sedang menyulam membuat gambar muka orang, dan muka orang yang disulam itu mirip benar dengan muka pemuda yang pernah dilukis oleh Cin Hong atas permintaan penguasa rumah penjara rimba persilatan Saat itu wanita umur tiga puluhan itu sudah hampir menyelesaikan sulamannya berupa muka pemuda itu, hanya kurang dibagian mata kanannya saja.
Perempuan itu agaknya sadang memusatkan seluruh pikiran dan perhatiannya untuk menyulam.
Hingga Cin Hong yang duduk disebelahnya juga tidak dihiraukannya sama sekali, seolah-olah ia sudah lupa bahwa tadi ia pernah menyuruh seorang masuk kedalam kamarnya.
Cin Hong merasa bahwa mata yang disulam oleh perempuan itu kurang tepat, dipandangnya seperti mata seorang bodoh, hingga ia menggumam sendiri.
"Bagaimana biji mata......Biji matanya kurang bagus...."
"Kurang baik bagaimana?"
Cin Hong bangkit dan menjawab sambil membungkukkan badan.
"Matanya kurang hidup, kurang bercahaya. kalau nanti kau pancang sulaman itu diatas dinding, mungkin bisa mengetahui bahwa matanya itu sedang menghadap ke tanah. coba sajalah "
Siu Khim tampak agak berdiri alisnya, berkata dengan sikap seperti sedih.
"Ada kalanya begitulah orang laki suka melihat ke tanah, tidak melihat jauh."
Cin Hong terkejut mendengar jawaban demikian, angKat muka dan bertanya.
"Kalau begitu, apakah kau sengaja menyulam demikian?"
"Tidak... Kalau keadaannya benar-benar seperti apa yang kau kata, itu adalah tidak disengaja,"
Kata Siu Khim sambil menggelengkan kepala dan tertawa getir.
"Menyulam wajah seseorang sama dengan melukis. kau harus pusatkan perasaanmu dalam sulaman itu, dengan cara demikian barulah dapat menyelesaikan satu hasil kesenian yang bermutu sangat tinggi "
Perempuan itu hanya tertawa hambar, kemudian berkata.
"Sudah kupusatkan semua perasaanku "
"Kau pernah melihat orangnya?"
Tanya Cin Hong tibatiba. Perempuan itu mengangguk-anggukkan kepala menghela napas perlahan, agaknya merasa sangat terharu.
"Apa betul begitu rupa orangnya?"
Tanya Cin Hong lagi. Perempuan itu kembali menganggukkan kepala, menusukkan jarumnya dikain sulam, dengan tangannya ia menunjuk Cin Hong supaya duduk lagi, kemudian bertanya dengan suara lemah-lembut.
"Apa namamu? Datang dari mana?"
Cin Hong berusaha keras untuk menenangkan pikirannya, menjawab.
"Namaku Cin Hong, datang dari tepi sungai cian-tang-kang "
"Ada keperluan apa kau menengok aku?"
Bertanya perempuan iiu lagi sambil tetap menundukkan kepala. Cin Hong akhirnya tidak berdaya menindas perasaannya, ia berkata dengan suara agak gemetaran "Hendak.....dengar kau. ...menceritakan suatu kisah....."
Perempuan itu menatap wajah Cin Hong dalam-dalam, lalu bertanya.
"Hendak mendengar aku menceritakan suatu kisah? Kisah tentang apa maksudmu?"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kisah tentang dirimu sendiri. Sudikah kau menceritakannya?"
Cin Hong dengan emosi meluap-luap mengeluarkan kata- katanya.
"Mengapa kau hendak mendengar kisahku?"
Tanya perempuan itu sambil menatap wajah Cin Hong dengan penuh perhatian- "Sebab aku pikir kau pasti mempunyai suatu kisah yang sangat menarik ... ."jawab Cin Hong dengan muka merah.
"Dari mana kau tahu bahwa aku mempunyai kisah yang sangat menarik?"
"Aku pernah dengar suara nyanyianmu, dari situ agaknya kau hendak menumpahkan rasa.,..terhadap seseorang ..,"
"Rasa kenangan kau maksudkan ?"
Balas bertanya perempuan itu dengan tenang.
Cin Hong mengangguk.
Tampak sikap perempuan itu yang sangat tenang, dalam hati mulai timbul perasaan keCewa, ia mula curiga mungkin bukanlah perempuan misterius seperi apa yang dibayangkan olehnya.
ia mungkin adalah istri penguasa rumah penjara rimba persilatan, hanya seorang perempuan yang pesimistik dan suka menyanyi saja.
Sepasang mata perempuan itu yang lembut dan tajam menatap wajah Cin Hong sekian lama, bertanya dengan maksud agaknya ingin mengorek keterangan darinya.
"Dalam anggapanmu, aku ada mempunyai suatu kisah yang bagaimana?"
"Seperti apa yang kau ucapkan sendiri tadi kisahmu itu mungkin mengandung suatu kenangan terhadap seseorang, jikalau ucapanku ini ada salah, harap kau maafsan ... ."
Perempuan itu mendadak menarik napas perlahan, berkata dengan nadanya yang mengandung suara pilu.
"Dugaanmu tidak salah. Tapi aku heran, mengapa kau ingin benar-benar mengetahui kisah itu ?"
Cin Hong tidak tahu bagaimana harus menjawab, dalam hati merasa menyesal, mengapa tidak mempersiapkan jawabannya yang Cukup beralasan kalau ditanyai seperti ini.
Tadi ia baru menggunakan kata-kata karena merasa tertarik ketika menjawab pertanyaan Penguasa rumah penjara rimba persilatan istilah itu tidak mudah untuk memaksa seseorang menceritakan kisahnya sendiri tanpa perasaan kuatir, maka ia sekarang tidak berani menggunakan istilah itu lagi.
Perempuan itu menampak sikap Cin Hong yang agak gelisah, lalu bertanya sambil tertawa hambar.
"Lantaran merasa tertarik ?"
"Bila alasan seperti itu tidak cukup kuat, harap ijinkan aku untuk berpikir lagi."
Perempuan itu tertawa, berkata sambil menganggukkan kepala.
"Itu memang benar kurang cukup alasanmu, tapi aku suka buat memenuhi perasaan tertarikmu itu"
"Terima kasih. Kalau begitu, maukah kau ceritakan kisahmu sekarang juga ?"
Cin Hong jadi kegirangan- Perempuan itu menganggukkan kepala, ia lalu berkata "Sebenarnya, kisah ini sangat pendek.
tapi perlu banyak berpiklr, juga tidak memerlukan banyak berpikir dan banyak waktu....tapi ada satu hasil kau harus tahu, aku perlu merahasiakan nama-nama pelaku dalam kisah itu, sebab kita satu sama lain belum pernah kenal pada sebelumnya.
Apa lagi orang dalam sesuatu kisah sebenarnya tidaklah penting, betul tidak?"
Berdiam ia sebentar lalu melanjutkan, begini "Kisahnya terjadi kepada dua puluh tahun berselang, waktu itu aku baru berusia enam belas tahun.
Boleh dikata aku baru saja menanjak dewasa.
Tapi, dalam usia sebegitu aku telah mengerti beberapa persoalan, Ayahku adalah seorang rimba persilatan yang mempunyai nama dan kedudukan baik, ia hanya mempunyai seorang anak perempuan ialah diriku sendiri.
oleh sebab itu ayah sangat Cinta sekali padaku, ia memberikan pelajaran ilmu silat padaku, bahkan untuk aku, ayah menerima seorang murid lakllaki muda, jadi suhengku.
Aku kata untuk aku, kau mengerti bukan maksudnya? Dia adalah seorang muda yang sangat pintar gagah dan jujur, ia sangat sayang padaku dan selalu memperhatikan segala keperluanku, begitu juga dia lekas mengerti apa saja kesulitanku.
la memiliki suatu perasaan hangat yang sangat aneh, rela berkorban diri asal untuk aku.
Tapi, dari sini juga mulainya kisahku ini.
Benarbenar Cinta itu sangat aneh, aku tidak jemu melihatnya, tapi akupun tidak tahu kenapa aku tak suka dia.
Aku tahu ia memiliki banyak kebaikan, tapi tak tahu kenapa, kebaikannya itu tidak menarik bagiku, jadi boleh dibilang aku bergaul dengannya seperti dalam keadaan terpaksa.
Sehingga pada suatu saat, aku berkenalan dengan seorang pemuda, aku baru merasa sebab apa aku tidak menyukai suhengku itu.
Kalau kuceritakan, mungkin kau bisa tertawa kan aku.
Aku tidak suka padanya sebenarnya ialah karena ia terlalu jujur, terlalu banyak peraturan, sedikitpun tak mengerti apa artinya romantis.
Sebaliknya, pemuda yang aku kenal itu, baik wajah, sikap.
maupun pengetahuannya boleh dibilang seimbang kalau mau dibanding-bandingkan dengan suhengku.
Tapi pemuda itu membuat aku tergilagila, apa sebab? Sebabnya ia sangat lincah, sangat bebas, tata bahasanya pun sangat menarik...
.Kalau mau tahu siapa pemuda itu? Inilah orangnya, pemuda yang sekarang sedang kusulam Wajahnya.
ouw, jangan terkejut dan heran, ia benar-benar merupakan seorang yang sangat aneh.
ASal kau mau tahu bagaimana aku kenal dia, beginilah ceritanya....
Pada suatu pagi di musim semi, waktup agi hari itu aku sudah pergi dari rumah untuk mengejar-ngejar seekor kupu-kupu yang indah Warnanya di atas gunung.
Kupu-kupu itu sangat licik, kukejar dia lama sekali masih tak berhasil menangkapnya, yang menyebalkan ialah kalau aku berhenti mengejar, ia juga berhenti, kalau kukejar lagi dia berlari.
Kemudian aku jadi kesal, kuambil sebuah batu kecil lalu aku timpuk dia.
Kupu-kupu itu jatuh, tetapi ketika aku pungut, aku baru tahu bahwa ia sama sekali bukan terluka karena timpukanku.
sebab, di tubuhnya ada kulihat sebatang jarum kecil menembusi perutnya,jadi kupu-kupu itu sudah mati seketika itu juga - Selagi aku merasa terheran- heran, seorang pemuda yang sangat misteri tiba-tiba muncul dihadapanku.
Ketika pertama kali aku melihatnya, merasa sedikit takut.
Sebab ia sangat lincah dan tampan, bahkan mempunyai tubuh tegap dan sangat menarik hati, semuanya itu tidak kudapatkan barang kali untuk selamanya pada diri siapapun juga , tidak pada suhengku.
Waktu itu karena pikiranku gugup hingga aku pura-pura marah, aku tanya dia kenapa dia bunuh kupu-kupu itu? Penanyaanku dijawab olehnya sambil tersenyum dan angkat pundak, - Bukankah kamu mau dia mati? - Tentu saja kujawab segera.
Siapa kata? Aku cuma mau melukainya saja.
- Pemuda itu menimpali kata kataku.
Mana mungkin biSa? kau menggunakan batu untuk menimpuk sudah pasti kupu-kupu itu akan hancur.
Bukankah itu sangat sayang? - Dengan cepat aku lalu membantah kata- katanya.
Tak mungkin bisa hancur tubuhnya - Pemuda itu berkata sambil tersenyum.
Jangan bohong, memang aku tahu kau memiiiki kepandaian ilmu silat yang tidak tercela tapi belum sampai waktunya kau dapat membinasakan Kupu-kupu itu tanpa membikin hancur tubuhnya - Aku jadi dongkol, maka kubalas kata-katanya dengan sikap ketus.
Jadi kau tidak pandang mata orang, heh? - Pemuda itu tidak marah, ia berkata lagi.
Tidak, apa yang aku ucapkan adalah hal yang sebenarnya - Semakin tambah dongkolku, maka kutantang dia.
Kau berani bertanding denganku? - Pemuda itu menjawab dengan tenang.
Mengapa tidak? Tapi kalau kau kalah, tidak boleh menangis ya? - Akhirnya jadi juga kami mengadakan pertandingan, ia benar hebat, baru tiga empat jurus saja ia sudah menjatuhkan aku.
Seperti kataku tadi, waktu itu baru enam belas tahun usiaku tidak tahan kalau tidak menangis.
Pemuda itu buru-buru minta maaf kepadaku, tapi aku tidak menghiraukannya.
Dalam keadaan begitulah aku ditinggal pergi....Hari kedua pagi-pagi, kembali aku pergi gunung yang sama untuk pergi bermain.
Aku diam-diam berkata pada diriku sendiri, aku tidak akan mencari dia.
Tetapi, dalam otakku entah mengapa selalu memikirkan dia, bahkan sudah mulai membayangkan mungkin ia juga sudah datang ke gunung itu.
Benar saja apa yang kupikirkan itu menjadi kenyataan, begitu aku tiba diatas gunung aku lantas dapat melihatnya yang sedang duduk di atas sebuah batu besar, dan sedang memandangiku sambil tersenyum-senyum......
Selanjutnya kami lantas menjadi sahabat akrab, hampir setiap hari kami bertemu diatas gunung itu.
Usianya lebih tua sepuluh tahun dariku.
Ia juga memberitahukan alamat kediamannya dan namanya, ia kata bertempat tinggal disini...
.ialah Lembah Kunci Besi di gunung Tay-pa-san ini"
Cin Hong yang mendengar sampai disitu tidak dapat mengendalikan perasaannya, maka lalu membuka mulut untuk memotong dan bertanya.
"Siapa namanya?"
Perempuan itu berdiam agak lama, lalu berkata dengan tenang.
"Jikalau perlu, akan kuberitahukan nanti setelah habis ceritaku, Toh masih belum terlambat bukan?"
Setelah itu ia lalu melanjutkan Ceritanya pula.
"Setelah kami berkenalan selama dua bulan lamanya, pada suatu hari dia mengutarakan isi hatinya, dan katanya hendak meminang diriku. Aku suruh dia ketemukan ayah, dan dia bilang besok saja. Tapi, di hari kedua tiba-tiba terjadi perobahan besar, ayahku dengan Cara mendadak telah kedapatan mati di atas gunung. sebelum kematian ayahku, dia rupanya sudah mendapat firaSat lebih dulu, sebab dia pernah pesan padaku begini. Kapan saja kau melihat ayahmu mati mendadak. kau bersama suhengmu harus segera tinggalkan rumah tanggamu, pergilah sejauhjauhnya dari tempat kediamanmu . , Ai, kau mungkin dapat membayangkan sendiri, dalam usia semuda itu ditinggal mati ayah, betapakah hebatnya penderitaan bathin seperti itu, Waktu itu aku benar-benar sudah seperti orang gila. Waktu pikiranKu masih gelap. suhengku membawa aku berlalu dari kediamanku. Kami seolah-olah menyingkir dari kejaran musuh, Sepanjang jalan kami harus beberapa kali menukar pakaian dan menyamar melakukan perjalanan enam hari enam malam terus menerus, akhirnya kami tiba di gunung Hwee-kie-san dan bersembunyi disitu. Di luar dugaanku pemuda itu pun ikut dan perlihatkan diri disitu, dia menggunakan kesempatan selagi suhengku turun gunung untuk membeli persedian bahan makanan, menanyakan padaku apa sebetulnya yang telah terjadi, Bahwa kematian ayah mungkin atas perbuatan jahat orang, dia telah berjanji hendak menuntut balaskan, dan mencari musuh ayah dan minta kepadaku supaya aku meninggalkan suheng dan pergi bersama-sama dia. Permintaan gila itu tentu saja lantas kutolak. Dengan cara bagaimara aku dapat meninggilkan Suheng secara mendadak dalam keadaan seperti itu ? Maka kami masih tetap seperti dahulu kala, mengadakan pergaulan dengannya di luar tahu suheng. Tak lama kemudian, kembali ia menyatakan maksudnya kepadaku, tapi aku tetap menolak. Aku sesungguhnya tak tahu dan merasa berat sekali, dengan cara bagaimana aku harus membuka mulut terhadap suheng. Karena ia terlalu baik sekali terhadapku, maka aku jadi tidak tega kalau menyaksikan ia menderita pukulan bathin atas perbuatanku....Beberapa lama kemudian, untuk ketiga kalinya ia menyataktan maksudnya. Ketika aku masih dalam keadaan ragu-ragu, ia telah menangkap Cintaku. Aaaa, ia sebetulnya terlalu gila-gilaan, adatnya juga menunjukkan kekerasan hatinya. Mendadak ia jadi seperti binatang liar yang sedang marah.....Untuk Selanjutnya kami lantas liwatkan penghidupan bahagia yang wajar diluar tahu suhengku. Pada suatu hari, aku bersama suhengku sedang melatih ilmu pedang, aku telah kehabisan tenaga dan jatuh, suheng lalu pondong diriku, pada saat itulah ia muncul. Ini mungkin sudah diatur oleh nasib, sebab itu adalah untuk pertama kalinya ia berhadapan dengan suheng. Ketika ia melihat aku dipondong oleh suheng, ia merasa begitu rupa kepadaku, dan hampir saja aku dibunuhnya. Ia memaki-maki diriku, mengatakan aku tidak mau meninggalkan suheng lantaran dianggapnya ada mempunyi perhubungan gelap. aku tidak diberikan kesempatan sedikitpun juga untuk memberikan penjelasan, ia lantas pergi, pergi jauh dan untuk selamalamanya...... Suhengku tidak marah, ia pondong aku kembali kerumah, ia kata bahwa ia sudah tahu segala-galanya tentang kami, ia bersedia untuk mencarikan ia supaya kembali, bahkan berkata apabila ia tidak kembali, ia malah mengusulkan Supaya aku menunggu setelah melahirkan anak baru turun gunung mencarinya. Demikianlah, Suheng juga pergi meninggalkan aku seorang diri diatas gunung sampai aku melahirkan seorang arak laki-laki mereka berdua semua tidak kembali...... Aku tidak menunggu sampai anakku berusia satu bulan aku sudah berbenah dan turun gunung maksudku hendak mencari dia. Sudah direncanakan, hendak berkunjung kegunung Tay-pa-San- Tak disangka-sangka baru menyebrang sungai ciang-tang-kang, telah mengalami nasib buruk. Kapal yang kutumpangi terbalik dan karam. Tapi, aku masih ingat sewaktu kami ibu dan anak tenggelam, anakku ditarik oleh seorang laki-laki setengah umur, aku sendiri telah terlempar oleh gelombang air hingga beberapa pal jauhnya. Masih untung bagiku, waktu itu aku ditolong oleh seorang nelayan. Tapi, aku sudah tidak bisa menemukan anakku. Aku menggunakan Waktu dua tahun mencari-cari anakku kemana-mana, tidak juga menemukan terpaksa pergi kegunung Tay-pa-san ini untuk mencari dia. Tapi dia juga sudah lama tidak berdiam disini. Aku pergi kemana-mana, juga tidak menemukan kemudian dengan tidak disengaja aku mendapat suatu akal, karena dengan mendadak aku ingat mungkin ia pada suatu hari bisa kembali kegunung Tay-pa San maka aku lalu mengambil keputusan kembali disini untuk menantikan kedatangannya. Dua belas tahun berselang. Penguasa rumah penjara rimba persilatan yang sekarang telah tiba ditempat ini dan membangun rumah penjaranya, ia melihat keadaanku yang patut dikasihani, maka mengijinkan aku tinggal terus ditempat ini.... .Inilah seluruh kisah yang menyangkut diriku, kisah ini hanya merupakan suatu kisah Cinta pribadi seseorang, tidak ada bagian yang menarik juga tidak ada yang memberikan kesan dalam bagi orang lain, setelah kau mendengar kisah ini, mungkin kau bisa merasa kecewa. Tapi yang kutahu jelas, bagaimanapun juga toh aku sudah memenuhi perasaanmu yang tertarik dan merasa heran- Bukankah begitu?"
Namun Cin Hong yang mendengarkan sudah sejak tadi tergoncang hebat jantungnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk menindas perasaannya hingga mendengarkan kisahnya sampai habis, setelah ditanya demikian, ia tidak dapat menahan lagi mengucurnya air mata, dengan air mata berlinang-linang ia berkata dengan suara keras.
"Siapa dia ? Siapa dia ? Siapakah dia itu?"
Mata perempuan itu juga sudah basah digenangi air mata, dengan perasaan tegang menatap wajah Cin Hong, kemudian baru menjawab.
"Dia bernama Kim Hong "
Cin Hong membuka lebar matanya dan berseru.
"Apakah kau adalah ...anak perempuan tetua partay oey san-pay Suma Cin yang bernama Suma Siu Khim?"
Air mata perempuan itu mengalir semakin deras, ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kedepan Cin Hong lalu mengulurkan tangannya dan meraba-raba leher anak muda itu, lalu berkata dengan suara tergetar.
"Tidak ada kunci emasnya yang berukiran huruf Liong. Kau tidak mempunyai kunci-kunci serupa itu . , .."
Cin Hong buru-buru mengeluarkan anak kunci berukiran huruf Liong bersama rantai emasnya dan diberikan kepada perempuan itu kemudian berlutut dihadapannya.
Suma siu Khim menjadi seperti orang kalap menubruk Cin Hong dan memeluknya ia memeluk erat-erat, kedua orang itu dalam waktu sekejap mata kemudian pada saling berpelukan dan menangis dengan amat sedihnya...
"Aaaaaa ibu... Kau ibu... Kau adalah ibuku"
Demikian kata- kata itu akhirnya terCetus juga dari mulut Cin Hong.
"Ya, anakku yang kukasihani, dugaan Penguasa rumah penjara rimba persilatan ternyata tidak salah, kau benarbenar adalah anakku...,"
"ibu, ibu......."
"Anak......"
Hari itu keadaan seperti biasa, tiada ada orang datang menantang pertandingan, tiada orang merasakan bahwa keadaan itu ada perbedaan apa dengan hari-hari biasa juga tiada orang tahu bahwa didalam rumah Penjara rimba persilatan itu sudah terjadi suatu kejadian yang tidak biasa Akan tetapi ketika sinar matahari sudah menyilam seluruhnya keufuk barat satu kejadian lain yang tidak biasa telah terjadi lagi.
Dengan tiba tiba, suara bunyi tanda telah nyaring, satu tanda bahwa telah datang pula orang yang menantang mengadakan pertandingan- Suara tanda itu menggema diseluruh rumah penjara juga sudah masuk kedalam kamar tidur Suma Siu Khim.
"Hong-jie, kau pergi melihat, ada orang yang datang menantang pertandingan lagi"
Demikian Suma Siu Khim telah berkata kepada anaknya.
"Perduli apa dengan itu, ibu aku hendak bicara lagi denganmu."
"Anak bodoh, hari masih banyak, apa kau takut kau tidak ada. waktu untuk bicara lagi denganku?"
"Tetapi pertandingsn itu ada apa yang patut disaksikan? Bukan hanya satu dua jurus saja sudah terpukul jatuh oleh penguasa rumah penjara......."
Waktu itu dengan mendadak bunyi tambur itu berbunyi nyaring untuk kedua kalinya....
"Aaaa Ada dua orang yang datang menantang, anak. lekas kau pergi lihat?"
"Sudahlah, ibu, ibu beritahukan dulu kepada anak, PenguaSa rumah penjara itu seorang bagaimana wataknya?"
"Aih, ibumu sendiri juga kurang jelas...."
Tiba-tiba terdengar pula untuk ketiga kalinya suara tambur, tanda ada orang datang menantang.
"Aaaa orang ketiga datang lagi. lekas pergi lihat"
"Baiklah, tetapi jangan tergesa-gesa, ibu, ibu berdiam disini sudah dua puluh tahun lamanya, bagaimana tidak tahu siapakah orangnya PenguaSa Rumah Penjara ini?"
"Ini disebabkan ibumujarang sekali bertemu muka dengannya, haa... ."
Kembali terdengar suara tambur, ini adalah untuk ke empat kalinya.
"Heran, hari ini bagaimana ada demikian banyak orang datang menantang? Anak. lekas kau pergi melihat"
"Benar-benar sangat menjemukan ibu, cobalah ibu katakan, apa sebab Penguasa Rumah penjara itu mendirikan rumah penjara ditempat ini?"
"Entahlah, ibu juga pernah bertanya padanya tetapi ia mengatakan ada sesuatu sebab, sekarang kau pergi lihat dulu......heee"
Kembali terdengar suara tambur.
"Sudah lima orang yang datang menantang Haa, PengUasa Rumah Penjara hari ini akan repot benar-benar"
"Anak jangan berkata yang buKan-bukan"
"Ya, ibu. Mungkin besok pagi kita berlalu dari sini, sukakah ibu bersama-sama saja pergi mencari ayah?"
Kembali terdengar suara tambur untuk ke-enam kalinya.
"Ya Allah, Sudah enam orang yang datang menantang hari ini bagaimana bila demikian banyak orang datang ?"
"Mungkin masih ada, biarlah kita menunggu lagi, ibu, sukakah ibu besok kita meninggalkan tempat ini ?"
"Tidak Ibumu tidak akan meninggalkan tempat ini untuk selama-lamanya "
"Kenapa ?"
Saat itu terdengar pula suara bunyi tambur, inilah yang untuk ketujuh kalinya.
"Sudah tujuh orang, anak sebabnya ibumu tidak mau meninggalkan tempat ini, ialah hendak menantikan kedatangan ayahmu untuk menyambut aku "
"Akan tetapi dengan cara bagaimana ayah bisa tahu ibu tinggal disini menantikan kedatangannya "
Suara tambur terdengar pula inilah yang untuk kedelapan kalinya.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kedelapan ...hem,jikalau ayahmu taktahu ibumu berada disini, aku tidak percaya "
"Itu apa sebabnya?"
Saat itu terdengar pula suara tambur berbunyi...."Ah, yang Kesembilan...
Bulu Merak -- Gu Long Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Setan Harpa -- Khu Lung/Tjan Id