Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 18


Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 18


samaran menantang rumah penjara yang baru agar tak terjadi rintangan gengsi, bukan?"

   Suma Siu Khim berpikir untuk menimbang-nimbang usul sang putra, lama sekali, akhirnya ia bicara.

   "Bukan tidak boleh. Tapi. Kalau sampai diketahui olehnya, bukankah sangat menurunkan martabat sendiri?"

   Kim Hong berkata.

   "Tak mungkin, siapa yang pernah melihat wajah asli penguaSa rumah penjara di gunung Tay-pa San? Siapa yang tahu kalau seorang Wanita yang bernama suma Siu Khim menjadi penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san, Mana mereka tahu?"

   Suma Siu Khim berkata.

   "Sebelum aku menantang rumah penjara yang baru, lebih dahulu kau harus menyelam kedasar telaga Tay-pek-tie mengambil kotak ajaib yang asli."

   Dengan berkerut alis Kim Hong bertanya.

   "Apa yang ibu inginkan? obat Tiang-seng-pu-lo-tan, atau dua belas catatan ilmu silat luar biasa."

   Suma Siu Khim berkata.

   "obat Tiang-seng-pu-lo-tan, obat ini penting untuk menambah tenaga kekuatan kita, kalau ibumu tidak mendapatkan obat ini mana mungkin bisa mengalahkan ketiga jago dari daerah Tay-wan-kok? Lebih baik kau jangan kukuh kepala, jangan kau tentang maksud ibumu, aku bersedia dikalahkan oleh siapapun juga tetapi tidak mau dikalahkan oleh ketiga orang berambut merah itu."

   Kim Hong bisa menerima dan berkata.

   "Baiklah. Tapi ibu hanya boleh mengambil sebutir obat Tiang-seng-pu-lotan, hak itu adalah hak dari oey-san.pay, yang sebelas butir lainnya harus dikembalikan kepada partai-partai yang bersangkutan."

   Suma Siu Khim menggebahnya, dengan uring-uringan ia berkata.

   "Baiklah....baiklah....lekas kau ambil kotak ajaib di dasar telaga Tay-pek-tie itu."

   Sesudah mengambil putusan yang dianggap tepat, Suma siu Khim mengajak Kim Hong menuju kearah telaga Taypek- tie kembali.

   Disaat itu, dua bayangan mendatangi kearah mereka, seorang adalah kakek berpakaian kotor, beKWarna hitam, rambutnya sudah putih beruban, terumbang-ambing dan awut-awutan-seorang lagi adalah gadis bertubuh kecil, mengenakan pakaian berwarna merah, sangat lincah dan gesit.

   Mereka adalah sikakek gelandangan Kiat Hian dan Yo In-jie Menampak datangnya dua bayangan itu, wajah Suma Siu Khim ditekuk masam-masam, dengan dingin ia berkata.

   "Bagus."

   Orang buronanku dan Sumoaymu itu datang,"

   Yang mengejutkan Suma siu Khim bukan itu Saja, dibelakang Kiat Hian dan Yo In-jie mengejar dua orang, mereka berambut merah, dengan gesit mengintil dibelakang.

   Dua orang berambut merah yang mengejar Kiat Hian dan Yo In-jie adalah Hamid dan Sulek.

   Kim Hong lebih terkejut kepada dua orang dibelakang In-jie, dia berteriak kaget.

   "Aaaa.......rombongan Hamid"

   Suma Siu Khim berkata.

   "Mari kita sembunyikan diri, menyaksikan dan melihatlihat apa yang mereka kerjakan di tempat ini."

   Tanpa bisa dibantah, Kim Hong harus mengiKuti petunjuk ibunya. Yo In-jie menarik-narik tangan Kiat Hian, napasnya sudah Sengal-sengal, menudingkan jarinya kearah batu cadas yang terdapat tulisan, dia berkata.

   "Nah Diatas situ Disebelah tulisanmu. Lihat sendirilah....."

   Kakek gelandangan Kiat Hian melepaskan pegangan Injie, tubuhnya meletik, merambat dan menaiki keatas batu cadas yang terdapat tulisan itu.

   Dibacanya beberapa baris, tiba-tiba dia berteriak aneh, berjumpalitan balik kembali, memandang kearah sekelilingnya, sikapnya seperti yang mencari sesuatu, ia berguman.

   "Bwee Kun Bwee Kun Dimana kau berada?"

   Suara yang terakhir menanriakan suara kesedihan, dia menangis.

   Disaat itu, dua orang berambut merah Hamid dan sulek yang mengejar sudah tiba, mereka mendekati Kiat Hian yang mempunyai pikiran yang kurang waras itu, dan menoleh kearah Yo In-jie yang nakal berandalan-Yo In-jie merepeti Kiat Hian dan berkata.

   "Hee, mengapa menangis seperti anak kecil? Kongsun Bwee Kun cianpwe sekarang sudah pergi."

   Kiat Hian mana bisa diberi mengerti dengan cara yang seperti itu? Sebentar ia menangis, sebentar ia tertawa, penyakit gilanya kambuh pula. disaat ini, Hamid sudah mendekati mereka, dengan dingin bertanya.

   "Kiat Hian, apa kau mau bertemu dengan Kongsun Bwee Kun?"

   Suara Hamid disalurkan dengan tenaga dalam, sepatah demi sepatah memekakan telinga Kiat Hian- sikakek gelandangan terkejut. ia terlompat. Matanya yang sudah sayu memancarkan cahaya, berdongak dan memandang kearah Hamid. Kiat Hian membentak.

   "Siapa kau?"

   Hamid menganggukan kepala, tersenyum dan berkata.

   "Kita pernah mengadu kekuatan didalam rumah penjara Tay-pa-san bukan? Kau sudah lupa?"

   Mata Kiat Hian tersipit panjang, memperhatikan Sikakek berambut merah beberapa saat, akhirnya dia menundukan kepala dan berkata.

   "Betul Aku masih ingat Kau kenal Kongsun Bwee Kun?"

   "Tentu saja kenal."

   Berkata Hamid.

   "Bohong"

   Bentak Kiat Hian. Hamid berkata.

   "Kongsun Bweee Kun adalah istri dari saudaraku, tentu saja aku kenaL"

   "Istri saudaramu?"

   Kiat Hian tertegun- "Ya. Nama saudaraku itu adalah jooss. ia mempunyai seorang istri cantik, namanya Kongsun Bwee Kun."

   "Bohong"

   Kiat Hian menggelengkan kepala.

   "Tentu bukan Kongsun Bwee Kun milikku. Kongsun Bwee Kun tidak mungkin mau diperistri oleh orang dari daerah luar."

   Wajah Hamid diteKuk masam, dengan dingin ia berkata.

   "tidak percaya? Ha Kongsun Bwee Kun yang kau Cinta itu sudah kawin dengan orang. Percuma saja kau uberuber."

   "Bohong... Bohong....Bohong ...."

   Berulang kali Kiat Hian mengucapkan kata-kata yang sama itu.

   "Aku tidak percaya.....Aku tidak percaya. Lihat Apa yang sudah ditulis diatas batu itu.....dia sudah menyucikan diri, Bohong orang yang sudah menyucikan diri mana mau kawin? Hendak menipu orang? Huh"

   Dengan dingin Hamid berkata.

   "Apa guna menipu dirimu? Urusan kita pun belum selesai, tahu? Kalau bukan gara garamu Kongsun Bwee Kun juga belum tentu kawin dengan Jooss, Hamid adalah juara silat dari daerahnya. Belum tentu terjadi tragedi seperti ini. Inilah sebab dari kesalahanmu."

   "Betul- betul Kongsun Bwee Kun sudah kawin?"

   "Tentu saja sudah kawin, kini melarikan diri, suteeku mengejar istrinya, mau ditangkap pulang. Kau tahu aturan daerah kami? Setiap istri yang menyeleweng harus digantung mati tahu?"

   Kiat Hian menjadi marah ... hutt.. dia memukul kearah Hamid, bentaknya keras.

   "Gantung kepalamu.. Pergi!!! Semua pergi"

   Dengan enak Hamid mengelakkan semua serangan Kiat Hian, dan membalas serangan itu memewekkan mulut dan berkata.

   "Bagus Menurut berita orang Sebagai putra si Dewa persilatan, kau si Kiat Hian ini memiliki ilmu silat tinggi? Mari kita mengadu kekuatan Siapa yang kalah tidak boleh lari"

   Kiat Hian tidak mengoceh lagi, kedua jubah lengannya digibrik-gibrikkan, menyerang diri beruntun.

   Hamid adalah juara silat dari daerahnya, dia menyerang dan menangkis luar biasa manisnya, sangat indah kedua jago silat dari dua daerah itu bergebrak.

   Masing-masing jago kelas satu, satu dari daerah Tay wan kok, satu dari daerah Tionggoan, yang berambut merah kuat, yang berambut putih tidak lemah, gerakan mereka cepat dan cekatan, gesit bagaikan kilat, laksana guntur, pertarungan itu berjalan seimbang, setanding.

   Debu bergolak, batu berhamburan, kekuata mereka telah menghancurkan apa saja yang berani merintangi di tengah jalan- Sulek menatap pertandingan itu beberapa waktu, tibatiba menghampiri kearah Yo In-jie, memandang dan berkata.

   "Numpang tanya, bagaimana nama dan sebutan nona, bukankah murid si kakek Kiat Hian?"

   Yo In-jie mengirim satu lirikan mata pula, dia berkata.

   "Namaku Yo In-jie. Guruku bukan Kiat Hian, nama guruku adalah Thian San Soat Po-po."

   "ouW......."

   Sulek menganggukkan kepala memberi hormat dan berkata.

   "Ternyata murid jago ternama dari daerah Tionggoan, selamat bertemu,"

   Yo In-jie membentak.

   "Sesudah bertemu, mau apa lagi?"

   Sulek mengangkat pundak, dengan enak berkata.

   "Menurut cerita orang gadis-gadis di daerah Tionggoan sangat cantik dan jelita, melebihi dan menyaingi bidadari. Hari ini aku bertemu dengan nona Yo In-jie, betul-betul cerita mereka itu bukan cerita bohong, sangat cantik, Sungguh menarik."

   Yo In-jie menyebulkan mulutnya, ia membentak.

   "Sesudah cantik mau apa? Kalau menarik berani apa?"

   Sulek mengerlingkan mata dan berkata.

   "Bisakah kita menjadi kawan? Namaku sulek, nama guruku ialah Jooss. Jooss itu adalah suami dari Kongsun Bwee Kun- Mereka dari dua daerah yang tidak sama, tokh bisa kawin menjadi satu, aku sangat iri hati, hari ini kalau saja kita....."

   "Tutup mulutmu"

   Bentak Yo In-jie.

   "hahahahahaha......"

   Sulek tertawa. Mendelikkan mata, Yo In-jie membentak.

   "Apa yang kau tertawakan manusia bodoh"

   "Ha ha ha....."

   Sulek masih tertawa.

   "Melihat kelakuanmu seperti itu, bagaimana aku tidak tertawa?"

   "Kau masih belum melihat kekuatanku yang lebih galak lagi"

   Berkata Yo In-jie.

   "Nah Terima serangan"

   Yo In-jie menyerang dan memukul kearah sulek. Sulek tertawa ringan, tangannya diangkat menangkiS datangnya serangan itu, begitu kedua tangan itu terbentur.

   "kreek"

   Hampir saja tangannya patah, ia termundur dua langkah, wajahnya berubah.

   Sulek terlalu memandang rendah sebagai jago-jago dari Tay-wan-koK, Sesudah mendatangi golongan kalong, mereka mendapat pujian dan sanjungan.

   Dikatakan, mereka bisa menandingi tiga jago ajaib dari daerah Tionggoan- Itulah satu jago istimewa itu adalah guru Yo-Injie yang bernama Thian-San Soat Po-po mengetahui kalau Yo In-jie murid Thian San Soat Po-po, ia memandang ringan, sesudah betul-betul merasakan kekuatan Yo in-jie, baru dia terkejut.

   Tentu saja, kalau Yo In-jie itu bukan hanya murid Thiansan Po-po seorang, tidak mungkin bisa memenangkan Sulek.

   Berianya Yo In-jie sudah mendapat petunjuk hebat dari kakek gelandangan Kiat Hian, sebagai putra dari Dewa Persilatan- Kiat Hian memiliki ilmu kepandaian tinggi, walau pikirannya kusut dan sinting, ilmu silatnya itu belum pernah lengah, tetap hebat seperti sedia kala.

   Pelajaran yang diberikan kepada Yo In-jie pelajaran-pelajaran kelas satu, kemajuan ilmu silat Yo In-jie tidak bisa di-ukur dengan kepandaian biasa.

   Berhasil memukul pergi lawannya, giliran Yo In-jie yang menjadi tinggi hati, sangkanya musuh itu musuh biasa, dia yakin sekali pukul bisa mengusir pergi.

   Dia menjadi tinggi hati, serangan yang memukul itu berubah menjadi lingkaran, ia menotok kejalan darah Sulek.

   "Ha ha ..."

   Yo In-jie tertaWa.

   "dengan ilmu silat yang seperti ini juga hendak menjagoi daerah Tionggoan? Nah Terima serangan ini"

   Jurus yang digunakan oleh Yo In-jie adalah jurus Huhoa- cio-hoan, yang berartj menyiram bunga harum semerbak, ilmu silat ini adalah ilmu silat luwes, sangat lincah dan cekatan, kalau saja menghadapi jago biasa, tentu bisa mempermainkan, tapi yang dihadapi adalah Sulek murid dari Jooss yang ternama.

   Inilah kesalahan Yo In-jie Sulek sudah bisa memperhitungkan sampai dimana kekuatan lawan itu, kini tangannya diangkat pulang, dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam dengan disertai kekuatan Tay-yang menangkis dan menyerang.

   Sejurus hawa panas menyerang kearah Yo In-jie, hal ini membuat ia terkejut, ia menyingkir sedikit.

   Betapa cepatpun gerakkan Yo In-jie, masih cepat gerakkan Sulek, kekuatan hawa panas Tay-yang Sin-kang berhasil mengenai kulit gadis itu.

   "Akh"

   Yo In-jie mundur kesamping, ia tak menjadi gentar. Dia lebih senang menghadapi musuh yang ternyata kuat itu.

   "Salah dugaan, kalau ternyata bukan jago biasa, kau juga jago ketas satu Eee"

   "sama-sama"

   Berkata Sulek.

   "Kita terlalu memandang tinggi diri sendiri, kita sama-sama jago kelaS satu. Kekuatanmu juga tidak rendah"

   Mengetahui musuh yang dihadapi jago kelaS satu Yo Injie tidak berani lengah lagi, dia menempurnya dengan gencar, melawannya dengan berhati-hati.

   Masing2 telah bisa menyelami dasar kekuatan lawan, mereka harus cepat menempurnya agar tidak dikalahkan.

   Terjadi kancah pertempuran pada gelanggang yang kedua.

   Digelanggang pertempuran yang pertama, Kiat Hian dan Hamid telah bergebrak dengan sangat cepat, orang yang tersebut belakangan semakin kuat, perlahan-lahan tapi pasti Hamid bisa mnnguasai situasi.

   Betapa cepatpun gerakkan Yo In-jie, masih cepat gerakkan Sulek, kekuatan hawa panas Tay-yang Sin-kang berhasil mengenai kulit gadis itu.

   "Akh"

   Yo In-jie mundur kesamping, ia tak menjadi gentar. Dia lebih senang menghadapi musuh yang ternyata kuat itu.

   "Salah dugaan, kalau ternyata bukan jago biasa, kau juga jago ketas satu Eee"

   "sama-sama"

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Berkata Sulek.

   "Kita terlalu memandang tinggi diri sendiri, kita sama-sama jago kelaS satu Kekuatanmu juga tidak rendah"

   Mengetahui musuh yang dihadapi jago kelaS satu, Yo In-jie tidak berani lengah lagi, dia menempurnya dengan gencar, melawannya dengan berhati-hati.

   Masing2 telah bisa menyelami dasar kekuatan lawan, mereka harus cepat menempurnya agar tidak dikalahkan- Terjadi kancah pertempuran pada gelanggang yang kedua.

   Digelanggang pertempuran yang pertama, Kiat Hian dan Hamid telah bergebrak dengan sangat cepat, orang yang tersebut belakangan semakin kuat, perlahan-lahan tapi pasti Hamid bisa menguasai situasi.

   Hal ini bukan berarti ilmu silat daerah Tay-wan-kok lebih tinggi dari ilmu silat daerah Tionggoan, hal itu disebabkan karena kesalahan sikakek gelandangan Kiat Hian, karena ditinggal kabur oleh kekasihnya, karena siang malam memikirkan Kongsun Bwee Kun pikirannya juga tidak mantap, pikirannya kurang mantep pikirannya kurang tetap, agak sedikit linglung, sakit ingatan, dan karena itulah dia tidak melatih ilmu silat lagi.

   ilmu silat yang tidak dipakai bisa mengalami kemunduran demikian juga keadaan Kiat Hian, bila dibandingkan dengan tahun yang lalu, ilmu silat Kiat Hian jauh lebih rendah, tidak ada kemajuan Berbeda dengan Kiat Hian, berbeda pula dengan keadaan Hamid, Hamid telah menjurai ilmu Silat didaerahnya, sebagai juara pertama, dia tak pernah lengah.

   Setiap hari melatih dengan rajin karena itu, ilmu silatnya semakin hebat dan semakin kuat.

   Diperbandingkan dan diperselisihkan dengan adanya kedudukan dari dua orang tersebut keadaan Kiat Hian agak terjepit, tambah umur yang sudah tua, tentu akan saja Kiat Hian harus main mengelak.

   Hamid mendesak dengan hebat, dia ingin menjatuhkan Satria dari Kongsun Bwee Kun itu.

   Kejadian tadi tidak lepas dari penilaian Kim Hong dan Suma Siu Khim, membentur lengan ibunya, Kim Hong bertanya perlahan.

   "Kita hendak membantu ?"

   Suma Siu Khim menganggukkan kepala dan berkata.

   "Tapi jangan beritahu kepada mereka aku ini adalah penguasa rumah penjara digunung Tay-pa San."

   Kim Hong menganggukkan kepala.

   Suma Siu Khim dan Kim Hong sudah keluar dari tempat persembunyian mereka Kalau Kiat Hian terdesak oleh Hamid, keadaan didalam pertempuran kedua terbalik, itu waktu Yo In-jie mendesak lawannya dengan ringan dan lincah, matanya lebih jeli, adanya geseran angin yang datang membuat ia lebih cekatan, melirik kesana, dan tampaklah wajah yang tak asing baginya, itu Kim Hong.

   Hal ini sangat menggirangkan Yo In-jie dia berteriak girang.

   "Kim Hong koko.. Ayo bantu, kita mengusir dua orang dari luar daerah"

   Mendapat terlakan itu, Sulek lebih terkejut.

   Dia pernah merasakan kehebatan Kim Hong tentu saja tak mau menderita kekalahan yang berikutnya.

   Saat ini dia sudah kejepit, satu Yo In-jie saja sudah tak bisa dia menang, bagaimana bila datang bala bantuan lagi? Tentu saja ia pasti kalah.

   Melihat keadaan Kim Hong, iapun menghentikan pertempuran, bergabung dengan Hamid.

   Hamid juga tak lengah, dia mundur teratur, berdampingdampingan dengan Sulek, memandang dan memperhatikan kearah kehadiran Suma siu Khim.

   "Aha"

   Berkata Hamid,"Ternyata goa itu mempunyai lubang tembusan? Aha.. Kita pernah berkenalan bukan? Kukira aku sedang berhadapan dengan penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san"

   Suma Siu Khim berkata dengan dingin.

   "Dengan dasar apa kau memberi merek aku sebagai penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa San?"

   "tidak perlu alasan-"

   Berkata Hamid.

   "Aku bertanya kau harus menjawab."

   "Kalau tidak mau menjawab, bagaimana?"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Kukira dugaanku tak salah,"

   Berkata Hamid.

   "Lebih baik kau pulang saja kegunung Tay-pa San, tiga hari kemudian, tunggu kehadiranku disana. aku hendak menempurmu diatas tenur, menurut peraturan yang kau tentukan, sesudah seratus jurus tidak dikalahkan olehmu, aku hendak menduduki rumah penjara Tay pa-San."

   Suma Siu Khim melirik dengan sinis, dengan dingin berkata "Kau sudah pergi kerumah penjara digunung Tay-pasan? Disana sudah terpasang papan pengumuman penundaan perang? Satu bulan kemudian, kau boleh datang, selama itu lebih baik kau mengaso saja."

   "Kau takut kepadaku?"

   Bertanya Hamid.

   "Ha-ha ... Siapa yang takut kepadamu?"

   "Mengapa kau tak berani menerima tantanganku?"

   Bertanya Hamid.

   "Siapa yang tidak berani, kehadiranmu untuk bersiapsiap bertempur."

   "Kukatakan tiga hari lagi."

   Berkata Hamid.

   "Tiga hari lagi aku bersama dua saudaraku akan mengunjungi gunung Tay-pa-san- Secara rermi menerima sayembara rumah penjara rimba persilatan gunung Tay-pa-san"

   "Itu kebebasanmu."

   Berkata Suma Siu Khim. Hamid memberi hormat, dan dia berkata tertawa.

   "Selamat berjumpa lagi pada tiga hari kemudian- Aku meminta diri"

   Suma Siu Khim membalas hormat dan berkata.

   "silahkan"

   Mengajak Sulek.

   Hamid meninggalkan tempat itu.

   Disini letak kepintaran Hamid, mengetahui tidak mungkin bisa mengalahkan penguasa rumah penjara di gunung Tay-pa-san, hanya dengan kekuatan seorang, dia menentukan waktu tiga hari kemudian Ber-sama2 dengan JooSS, dan Mobilson, kekuatan mereka lebih keras.

   Suma siu Khim tidak pernah gentar, terhadap apapun juga, sebagai iblis wanita yang ugal-ugalan, dia lebih berani dari pria manapun.

   Dibiarkan kepergian Hamid itu.

   Berlompat-lampatan Yo In-jie menghampiri Suma Siu Khim, menarik-narik bajunya dan berkata.

   "Bibi, bagaimana kau bisa dianggap sebagai penguasa rumah penjara rimba persilatan di gunung Tay-pa-san?"

   Suma Siu Khim menganggukkan kepala, berkata.

   "Sudah bisa diduga olehnya. maka aku tidak ingin mengelabuimu. BibimU ini adalah penguasa rumah penjara."

   "ooh...."

   Yo In-jie memutar-mutarkan sepasang biji matanya yang jeli, hal itu betul2 berada diluar dugaan- Suma Siu Khim menoleh mencari jejaknya Kiat Hian, dengan dingin dia bertanya "Kemana larinya orang tawananku itu?"

   Kim Hong menoleh dimana Kiat Hian tadi berada, disana betul-betul sudah tidak ada bayangan manusia. Kiat Hian telah meninggalkan tempat itu tanpa diketahui orang. Hal ini bisa menggembirakan Kim Hong, dengan tertawa ia berkata.

   "Sudah lama Kiat Hian cianpwee pergi, ini waktu mungkin sudah berada sejauh ratusan lie."

   Sesudah itu, dengan sungguh-sungguh ia bertanya kepada sang ibu.

   "Ibu, tiga hari kemudian bagaimana kau menghadapi orang-orang itu?"

   Suma siu Khim berkata.

   "Kalau saja aku berhasil menemukan kotak ajaib, hal ini mudah saja dilakukan- Tidak berhaSil mendapatkan obat pel Tiang-san-pu-lo-tan tentu saja aku tidak bisa menghadapi serangan mereka berbareng. Apa boleh buat, dengan mengajak sepuluh Giam-ong, aku bersiap mengadu jiwa."

   Yang diartikan dengan sepuluh Giam-ong adalah sepuluh raja akherat, sepuluh Giam-ong adalah sepuluh jago utama dari rumah penjara digunung Tay-pa-san. Kim Hong terharu, dia berkata "Baik Mari kita mengambil kotak ajaib didasar telaga Tay-pek tie."

   Maka, Suma Siu.

   Khim serta Kim Hong dan Yo In-jie menuju kearah telaga Tay-pek-tie.

   Ditengah perjalanan, mulut Yo In-jie nyerocos terus, diceritakan pengalaman-pengalamannya selama bertemu dengan Kim Hong, diceritakannya juga pada empat hari yang lalu bagaimana golongan Kalong berkomplot dengan jago-jago dari luar daerah menumpas dua belas partay besar, menghancurkan jago-jago dua belas partay besar yang berkunjung ditelaga Tay-pek tie, itu waktu Yo In-jie juga turut serta dalam pertempuran tersebut kewalahan, dua belas jago dari dua belas partay besar sudah murat-marit mayat bergelimpangan disana-sini, mengetahui tidak mungkin bisa meneruskan pertempuran itu.

   Yo In-jie melarikan diri.

   Dengan kelincahan Yo In-jie, ia berhasil mengelakkan pengejaran-pengejaran anak buah golongan Kalong, mutar kepuncak gunung Tay-pek tie.

   Betul saja, disana ada tulisan, karena itulah dia kembali kerumah penjara di gunung Tay-pa-san, diceritakan semua urusan itu dan juga diceritakan yang tertera pada batu cadas tinggi inilah pesan sikakek gelandangan Kiat Hian- Mengetahui kalau orang yang diCintainya sudah ketempat yang mereka tentukan, ingatan Kiat Hian pulih kembali, walau belum baik seratus persen.

   Toch dia mengerti keadaan, mencak-mencak dan melarikan diri dari rumah penjara gunung Tay-pa San.

   Semua kejadian diceritakan secara terperinci, singkat tapi jelas Sesudah itu, Yo In-jie bertanya kepada Kim Hong, dan meminta penuturan pengalaman Si pemuda.

   Kim Hong pun menceritakan pengalamannya.

   Bercerita pada rumah penjara di gunung Bu San, Yo Injie meleletkan lidah, ia berkata.

   "Begitu hebatkah penguasa rumah penjara di gunung Bu-San?"

   Hal ini sangat menyinggung dan menusuk perasaan Suma Siu Khim, dia berkata.

   "Nona Yo, bisakah kau mengurangi sedikit kata-katamu?"

   "oh....ya....ya.."

   Yo In-Jie maklum akan keadaan penguasa rumah penjara yang lama itu. Dia berkata.

   "Ya, betapa lihaypun ilmu kepandaian si penguasa rumah penjara rimba persilatan yang baru, mana mungkin bisa menandingi ilmu kepandaian bibi...."

   Disaat itu mereka sudah tiba di telaga Tay-pek tie.

   Disana bergelimpangan dua belas mayat tanpa kepala.

   Darah itu baru saja mengering, bau amis masih merangsang menusuk hidung, drama yang paling sadis yang pernah mereka saksikan.

   Kim Hong sangat terharu, dengan penuh kebencian dan kemarahan dia berkata.

   "Jie Hiong Hu-Jie Biauw Kow ketua golongan Kalong itu harus di bunuh"

   Suma Siu Khim berkata "Di dalam anggapanmu, hanya ibumu sajalah yang bersalah. Mungkin sudah dianggap sebagai iblis betina. Lihat...Bila dibandingkan dengan keadaan Jie Hiong Hu, kesalahanku itu hanya seupil."

   Kim Hong berkata.

   "Kalau saja ibu bisa menyingkirkan Jie Hiong Hu, orangorang rimba persilatan bisa mengganti pandangan yang lama."

   "Aku berjanji,"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Aku akan menumpas kejahatan Jie Hiong Hu. sekarang yang penting kau harus mengambil kotak ajaib didasar telaga Tay-pektie."

   Kim Hong membuka pakaian luarnya, lalu terjun, plung....

   ia menyelami dasar telaga Tay-pek tie.

   Mengayuh, semakin lama semakin dalam.

   Air telaga Tay-pek tie sangat bening, dingin meresap tulang.

   Bagi Kim Hong yang memiliki kekuatan tenaga dalam hebat, serangan dingin itu tidak bisa dirasakan, ia mengayuh tangannya menyelam lebih dalam.

   Memelekkan sepasang mata, rumput-rumput telaga berseliweran disanasini, batu-batupun banyak.

   telaga itu berbelok-belok, cukup dalam.

   Kadang-kadang juga ada beberapa ekor ikan liwat didepannya, Kim Hong menyelam terus, kini keadaan mulai menjadi suram, dia sudah mendekati dasar telaga.

   Terpikir olehnya, Dewa Persilatan menyimpan kotak ajaib di dasar telaga ini, tentunya di tempat yang terdalam, maka ia menyelam terus, tampak juga dasar telaga itu, disana terdapat lima batu, berbentuk bunga Bwee, batu itu agak menceng sedikit.

   Kim Hong berenang menuju kearah batu- batu itu, otaknya berpikir "Mana mungkin ada batu telaga berbentuk bunga Bwee, kalau tidak diatur oleh manusia? Pasti disini tersimpan kotak ajaib, agar kotak ajaib itu tidak diombang-ambingkan air.

   Pada empat hari yang lalu, dan dari mana Kie Hoa Hong supek mendapatkan kotak ajaib? Tentu dari salah satu batu yang tergeser itu, kalau kotak ajaib itu kotak yang palsu, dimana pula tempatnya kotak ajaib yang asli.

   Disaat ini tangan Kim Hong sudah berhasil menyentuh lima buah batu yang berbentuk bunga Bwee itu, ia menggeser yang sudah tidak berada di tempatnya, disana betul-betul sudah kosong.

   Satu persatu, digesernya empat buah batu itu, masih tak ada hasil Dengan adanya pergolakkan didasar air itu, dengan membongkar-bongkar batu seperti itu, air telaga menjadi keruh, pandangan mata Kim Hong mulai kabur.

   Dia sudah membongkar-bongkar semua batu- batu itu.

   tidak berhasil menemukan sesuatu penemuan baru.

   Kini Kim Hong mengayuh keatas, hendak mencari tempat lain- Tiba tiba.....

   Kaki Kim Hong terasa dipegang sesuatu Aaa....

   itulah pegangan tangan orang Siapa? Hati Kim Hong tercekat.

   Hampir dia berteriak.

   Tapi berteriak didasar telaga tidak memungkinkan mulut terbuka.

   Ia memukul kebawah, pegangan itu lebih keras lagi, ditendang kebawah juga tidak berhasil, kakinya masih belum bebas dari belenggu.

   KIM HONG sedang berusaha bergulat dengan makhluk didasar air itu.

   Samar-samar tampak satu bayangan hitam, dan bayangan itu menjulurkan sesuatu, iga Kim Hong tertotok lenyap seluruh kekuatannya, ludeslah semua harapannya, Didalam keadaan tidak berdaya, Kim Hong digusur kedalam telaga lagi.

   Terdengar suara kroak, keroak kroak, kroak air telaga yang bergerak cepat, Kim Hong tertarik kedasar telaga.

   Siapa? Siapa? Pikiran Kim Hong sedang mengutik-utik pertanyaan ini, siapa yang membawanya kedasar telaga? Makhluk telaga Tay-pek tie jejadian, Hantu? Penunggu telaga? "Aha...."

   Dari cara-caranya makhluk hitam itu bergerak pasti seorang manusia. Siapa yang telah mendahuluinya terjun kedalam dasar telaga Tay-pek-tie? orang ini terjun terlebih dulu atau belakangan? "

   Kalau terjun terlebih dulu, tentu memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi.

   Kalau terjun belakangan dari Kim Hong, mana mungkin bisa mengelakkan pandangan mata sang ibu? Dengan ilmu kepandaian penguasa rumah penjara, Suma Siu Khim memiliki kekuatan pandanggan mata yang liehay, mana mungkin membiarkan putranya diganggu orang? Karena itu, orang ini tidak mungkin terjun di-belakang Kim Hong.

   Kalau terjun duluan bagaimana dia mempunyai itu kekuatan? Aaaa ...bukan manusia Pasti jejadian Kim Hong tidak percaya dengan segala makhluk jejadian, tapi dia dihadapi oleh kenyataan- Kejadian ini betul-betul sangat ajaib dan misterius, terpikir bayangan makhluk jejadian hatinya hampir lompat keluar dari tempatnya.

   otaknya tersendat, Kim Hong jatuh pingsan TIDAK menceritakan bagaimana keadaan Kim Hong didasar telaga.

   Kita melihat kepermukaan telaga Tay-pek tie.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sesudah Kim Hong menerjunkan diri, Suma Siu Khim dan Yo In-jie memperhatikan keadaan telaga itu.

   Telaga Tay-pek tie sangat dalam, apa yang terjadi di dasar telaga tidak bisa dilihat dari permukaan air.

   Mata hari telah naik tinggi, satu jam telah berlalu....Suma Siu Khim menantikan munculnya sang Putra dengan hati berdebar-debar.

   Yo In-jie menantikan munculnya Kim-Hong dengan hati kebat-kebat.

   Satu jam lagi berlalu ...

   MaSih tidak ada gerakan, belum tampak Kim Hong muncul dari permukaan air.

   Yo In-jie kurang Sabar, dia mulai menangis sedih, menggerung-gerung.

   "oh, Tuhan Tentu sudah terjadi sesuatu Tentu sudah terjadi sesuatu"

   Suma Siu Khim berusaha menguasai ketenangannya, berkata.

   "Jangan takut kepada bayangan sendiri. Tenaga dalamnya cukap kuat. Kukira dia masih dapat bertahan Setengah jam lagi. Mari kita tunggu....."

   Dengan kedua tangannya, Yo In-jie mengkucek-kucek mata yang bendul, dan katanya.

   "Walau ia bisa bertahan setengah jam lagi, seharusnya ia memberi laporan, mengapa dia tidak timbul? Tentu telah terjadi sesuatu oo Kalau saja sudah terjadi sesuatu, bagaimana aku bisa...."

   Suma Siu Khim semakin uring-uringan, membentak keras.

   "Bisakah kau tidak menangis? Kim Hong adalah anakku. Anak yang kulahirkan dengan susah payah seorang ibu, penuh tanggung jawab kepada kehidupan- Bergelut dengan maut. Apa hubungan dengan dirimu? Kau begitu khawatir, sebagai ibunya mungkinkah aku tidak khawatir?"

   Yo In-jie menghentikan isak tangisnya, mengangkat kepala memandang kearah penguasa rumah penjara itu, ia menjebikan bibirnya, marah juga, membalikan badan dudUk disebUah batu besar, menengkurapkan kepala, dia menangis lagi, menangis sesUnggUkkan-Suma Siu Khim menunggu dengan sabar, Satu jam lagi sudah dilewatkan.

   ........

   Belum tampak kehadiran Kim Hong didepan mereka.

   la mengambil sebuah batu besar, dicemplungkannya kedasar telaga.

   Inilah isyarat, agar sang putra naik kepermukaan air.

   Batu besar itu menyemplung membuat satu putaran lingkaran air.

   Pusaran air itu semakin lama gemakin besar, akhirnya luas bergelombang.

   perlahan-lahanpun lenyap.

   permukaan air telaga tenang seperti sedia kala.

   Suma Siu Khim menunggu, menunggu dengan tidak sabar.

   Kini bisa disaksikan, sudah terjadi sesuatu didasar telaga.

   Karena itu ia menepok pundak Yo In-jie yang masih menangis, berkata kepada sigadis.

   "Hei, aku ingin terjun kedasar telaga mencari jejaknya, baik-baik kau menjaga disini ya, jangan menangis lagi, Perhatikan kalau ada orang datang, lekas tenggelamkan batu kedasar telaga, beritahu kepadaku."

   Yo In-jie juga harus bisa mengatasi kesulitan itu, kecuali membiarkan sang pengaasa rumah penjara terjun kedasar telaga, tidak lain jalan dia bangkit berdiri memperhatikan keadaan sekeliling mereka Disaat Suma Siu Khim sudah siap terjun kedasar telaga, tiba-tiba terdengar suara berteriak Yo In-jie "Bibi, Lihat Disana ada seseorang"

   Suma Siu Khim batal terjun kedasar telaga, menengok kearah yang ditunjuk oleh Yo in-jle, betul saja tampak satu bayangan yang melencur dengan cepat.

   Bayangan itu sangat langsing, bayangan seorarg wanita, gerakannya gesit, langkahnya cepat sebentar kemudian ia sudah berada disana langsung menghadapi Suma Siu Khim dan bertanya.

   "IHei, kau penguasa rumah penjara digunung Tay-pasan?"

   Su-ma Siu Khim memandang orang itu dan berteriak.

   "oh Kau nona Bok Siu?"

   Orang yang datang adalah murid Tamu Tidak Diundang dari luar daerah yang palsu cie Hoa Hong, nama gadis ini adalah Phiao Peng Kiam-khek Bok siu, biasanya dia mengenakan pakaian pria,jarang orang yang tahu.

   kalau Phiao Peng Kiam-khek adalah seorang gadis.

   sesudah kedok penyamarannya diketahui Kim Hong, Bok Siu berpakaian wanita, inilah wajah aSlinya, Bok Siu memandang Suma Siu Khim dan bertanya lagi.

   "Betul- betulkah kau yang menjadi penguasa rumah penjara gunung Tay-pa San? Kau ibu Kim Hong?"

   Suma Siu Khim menganggukkan kepala dan berkata.

   "Kau tahu semua ini dari gurumu bukan ?"

   "Bibi...."

   Phiauw Peng Kiam-khek Bok Siu menangis, bolehkah aku memanggil bibi kepadamu?"

   Suma Siu Khim menganggukkan kepala, dia berkata.

   "Jangan menangis Apa yang telah terjadi?"

   Bok Siu menangis semakin keras, berkata.

   "Bibi ..suhuku sudah mati..suhengmu sudah mati...."

   Suma Siu Khim menundukan kepala, ia turut bersedih, katanya perlahan.

   "Gurumu itu sudah meninggal dunia. Beberapa jam yang lalu, aku yang mengebumikan jenasahnya...."

   Dengan air mata berlinang-linang, Bok Siu berkata.

   "Belum lama kulihat mereka menggusur jenasah suhu dan juga mayat Lam-kek-sin-kun im Liat Hong, demikian juga mayat Lim Keng Hee, mereka menggeledah ketiga mayat itu, semua orang berteriak, kotak ajaib sudah lenyap. Kemudian Hamid kembali dan mencari tahu, kalau katak ajaib itu sudah dibawa oleh lari, maka mereka sedang berkumpul untuk mencari jejak bibi"

   "Mereka?"

   Bertanya Suma Siu Khim "Berapa orang kah rombengan orang yang datang?"

   Dengan jarinya Bok Siu menghitung-hitung dia berkata.

   "Hamid, Mobilson, murid-murid mereka tiga orang anak muda berambut merah, kemudian datang ketua golongan Kalong Jie Hiong Hu, nyonya-nyonya Jie Hiong Hu, dua iblis Lo-hu suami istri, jumlah mereka dua belas orang."

   Wajah Suma Siu Khim berubah, ditatapnya air telaga beberapa saat, ia harus mengambil putusan- Terjun kedasar telaga Tay-pek-tie didalam keadaan keritis seperti ini, Sudah tentu tak mau lagi.

   Berbahaya...

   Sebagai penguasa rumah penjara yang hebat Suma Siu Khim sudah tetap mengambil putusan, memandang kearah Yo In-jie, ia berkata.

   "In-jie, bersama-sama dengan Bok Siu lekas kau pulang kerumah penjara, beritahu kepada Tay-giam-ong, tiga hari kemudian kalau aku tidak balik kedalam rumah penjara, bubarkan saja rumah penjara itu. Suatu tanda bahwa aku didalam bahaya."

   Yo In-jie menangis sesunggukan, ia berkata.

   "Tidak Aku tidak mau, aku mau menunggu munculnya Kim Hong Koko."

   Bok Siu juga tidak melihat kehadiran Kim Hong, ia sedang berpikir-pikir, kemanakah kepergian sipemuda? Mendengar kata-kata In-jie yang seperti itu hatinya terkejut, cepat- cepat ia bertanya.

   "Bibi, kemana kepergian Kim Hong ?"

   Menudingkan jarinya kearah telaga, Suma Siu Khim berkata.

   "Akulah yang menjeremuskan dirinya, kupaksa ia mencari jejak kotak ajaib yang asli. Kini dia telah tenggelam. Tidak timbul lagi. Akulah yang mencelakan jiwanya."

   Wajah Bok Siu juga berubah, mendelikan mata ia berkata.

   "Menurut keterangan Suhu, kotak ajaib sudah diambil, mengapa kau harus mencari lagi?"

   Suma Siu Khim berkata.

   "Kotak ajaib yang diambil oleh gurumU adalah kotak ajaib kosong, itulah yang palsu, Lekaslah kalian berdua lekas pergi..."

   Menunjukan jarinya kearah Jauh In-jie berkata.

   "Mereka sudah datang"

   Wajah Suma Siu Khim semakin berubah, tentu saja Hamid, Jie Hiong Hu dan rombongan Tay-wan-kok yang berjumlah dua belas orang sudah mengurung telaga Taypek- tie, Tidak mungkin in-jie dan Bok Siu melarikan diri lagi Selama sepuluh tahun Suma Siu Khim mendirikan rumah penjara, belum pernah ia dikalahkan orang, satu persatu ia telah memasukkan kedalam kamar tahanannya, tokoh-tokoh golongan sesat atau golongan ksatria, tak satupun yang berani melawannya.

   Atau ada juga orang berani melawan, satu persatu jatuh kedalam kamar tahanan rimba persilatan- Karena adanya ketangguhan istimewa ini benar-benar menjadikan Suma Siu Khim sebagai seorang iblis terkenal, iblis wanita yang belum pernah terkalahkan- Sifat-sifat Suma Siu Khim sangat angkuh, binal dan tak bisa dilunakkan, dia hanya berada diatas orang.

   tak mungkin berada dibawah orang.

   Pada Wajahnya yang cantik, tertera hawa pembunuhan, giginya gemeretuk, dengan gemas ia berkata.

   "Datanglah.... Datanglah... Bagaimana kalian membunuh dua belas partay besar satu persatu, akupun bisa memotes batok kepala kalian, potes, potes.. .."

   Yoh In-jie memesut air matanya dan berkata "Ya, biar bagaimana, akupun tak kepingin hidup lagi. Biar kita mengadu jiwa, matipun rela, kalau bisa menabas beberapa batok kepala mereka."

   Bok Siu mengeluarkan pedang dari kerangkanya, siap menghadapi rombongan golongan kalong dan jago-jago berambut merah, dia berkata.

   "Aku berjanji mengambil empat batok kepala, dua batok kepala disajikan kepada arwah Suhuku, dua batok kepala untuk disajikan kepada arwah Kim Hong kongcu."

   Yo In-jie menoleh kearah Bok siu, berkata.

   "Empat batok kepala korbanmu itu kau persembahkan kepada arwah gurumu semua, tidak perlu menyembahyangi arwah Kim Hong koko, batok-batok kepala yang kupotes boleh dipersembahkan kepada arwah Kokoku."

   Wajah Bok Siu tertegun, pipinya menjadi merah, dengan dia berkata "Baik. Sebetulnya hubunganku biasa. Tak ada hubungan istimewa, tak perlu menyembahyangi arwahnya."

   Disaat ini, rombongan yang datang sudah mengurung tepian telaga. Jie Hiong Hu dikanan Hamid dikiri, menghadapi Suma Siu Khim membuka suara.

   "Lauwcu, aku tidak tahu bila kau sudah mengambil kotak ajaib, maka menjanjikan tiga hari menempurmu lagi, lain tadi lain sekarang, ternyata kau sudah merampas kotak ajaib itu. Maka tiga hari kemudian, aku baru menempur rumah penjara Tay-pa-san-"

   Suma Siu Khim tidak meladeni teguran Hamid, langsung menghadapi Jie Hiong Hu dia berkata "Jie Hiong HU, nyalimu cukup besar, he?"

   Mendapat backing dari Hamid cs, nyali Jie Hiong Hu memang sudah berani, ia mengangkat pundak.

   melempar pandangan mata kearah Hamid, baru berkata kepada Suma Siu Khim "Golongan kalong telah mendapat dukungan kuat Hamid cianpwee sekalian, keadaannya berbeda dengan keadaan yang dahulu.

   Lebih baik Lauwcu serahkan kotak ajaib itu agar tidak mengganggu ketata tertiban."

   Dengan dingin Suma Siu Khim berkata "Majulah lima langkah ke depan nanti kuberikan kotak ajaib itu."

   Jie Hiong Hu adalah salah satu bekas pecundang Suma Siu Khim, mana berani mengulangi kejadian lama, ia hanya berdehem ditempat, tanpa bergeser kaki dia berkata.

   "Mengapa Laucu tidak menantang Hamid cianpwee, kedatangan Hamid cianpwe kedaerah Tionggoan yang utama adalah hendak menempur dirimu."

   Pandangan Suma Siu Khim dialihkan ketempat Hamid, ia mendengus dan berkata.

   "Baiklah Kau juga boleh maju"

   Hamid tertawa-tawa, memajukan langkah kakinya, tapi hanya lima langkah, sampai sana berhenti, mangut jenggot, mengulurkan tangan dan berkata.

   "Lauwcu, serahkan kotak ajaib itu kepadaku"

   "Terima ini dahulu"

   Suma Siu Khim memukul kearah Hamid.

   Hamid sudah bersiap sedia, tapi gerakan Suma Siu Khim terlalu cepat dari apa yang diduga, yang berada diluar dugaan wanita itu berani menempur dengan tenaga dalam untuk melawan dengan tenaga dalam pula, ia akan kalah cepat, dalam keadaan terdesak.

   Hamid membungkukkan setengah badan dan lompat kesamping empat tapak dari sana dia menjulurkan tangan direntangkan, dengan cakarcakar jari, menotok jalan-jalan darah Suma Siu Khim.

   Disaat mana Hamid berkata "Tidak kusangka, kau juga bisa menggunakan ilmu oeycong pan-jo-sin-ci Hehehehe...

   Kau rasakan cakar setanku"

   Suma Siu Khim lompat kedepan lima langkah, tangan kirinya dibacokan kedepan.

   memotong kearah pergelangan tangan Hamid yang menjurus datang.

   Serangan kedua Suma Siu Khim dibarengi juga dengan serangan ciok-ko thian-keng.

   Salah satu dari jurus tiga pukulan maut.

   Lagi- lagi Suma Siu Khim main dengan Cara keras.

   Hamid salah menduga, apa boleh buat, ia harus terpaksa mengadu kekerasan, walau tanpa kekuatan Tay-yang sinkang, ia harus melawan juga.

   Tangan Hamid diayun, memapaki pukulan serangan tangan Suma Siu Khim.

   "Pang...."

   Sesudah terjadi benturan kekuatan itu, Hamid terpukul empat langkah.

   Suma Siu Khim tidak memberi kesempatan, dia maju dua langkah menyerang lagi.

   Disaat Hamid sedang berdaya upaya, dengan cara apa harus menghadapi penguasa Tay-pa-san ini, tiba-tiba terdengar suara Mobilson.

   "Hamid toako, gunakan tipu ilmu Liong-hui-kiu-cong-thian-"

   Mendapat petunjuk baru, Hamid memekik panjang, tubuhnya melejit tinggi, dan ia berada ditengah udara, dari sana menjulurkan tangan, kini menggunakan kekuatan Tayyang Sin-kang, meluncur dan melawan Suma Siu Khim.

   Terjadi pertempuran yang hebat dan setanding.

   Penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma Siu Khim menempur juara silat daerah Tay-wan-kok Hamid.

   Yo In-jie menudingkan jarinya kearah Sulek dan membentak.

   "Hei, rambut merah, datang kau kemari. Tadi, kita belum berhasil meneruskan kemenangan- Lekas serahkan jiwa."

   Sulek tertawa dingin, mencabut kelewang. langsung menempur Yo in-jie. Disaat yang sama, Bok Siu juga menudingkan pedangnya kearah Dokucan dan membentak.

   "Hei, serahkan batok kepalamu"

   Dokucan masih mengenali pemuda berbaju putih yang pernah membantu Kim Hong menempur mereka dahulu itu, kini dia ditantang terang-terangan, timbul rasa tertariknya, mengeluarkan kelewangnya, menghampiri Bok Siu dan berkata.

   "Nona mari kita mengadakan perjanjian, kalau kau kalah, kau harus menjadi istriku. Kalau aku kalah, aku bersedia menjadi lakimu. setuju?"

   Kemarahan Bok Siu sedang meluap-luap.

   tanpa kata ia menjulurkan pedangnya, menyerang kearah Dokacan.

   Suma Siu Khim kontra Hamid, Yo In-jie kontra Sulek.

   Bok Siu lawan Dokucan, Tiga arena pertandingan ini berkutat dengan keadaan seimbang.

   Berselang berapa saat, masih belum ada seorang yang berhasil mengalahkan lawannya.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pertempuran berlangsung beberapa waktu, Hamid lompat keluar lapangan, dengan tertawa terbahak-bahak, ia berkata "Lauwcu, sudah lebih dari seratus jurus bukan? Boleh dibayangkan, kalau kita menempur diatas garis tenurmu dirumah penjara Tay-pa-san, bukanlah rumah penjara itu harus diserahkan kepadaku?"

   Suma Siu Khim tidak banyak mulut, beruntun ia menyerang sampai tiga kali.

   Hamid dipaksa bergebrak pula, mengerahkan Tay-yang Sin-kangnya, memukul kearah Suma Siu Khim.

   Bentrokan keras lawan keras tidak dapat dielakkan, pang.....

   Kedua orang itu terpisah, Hamid mundur lima langkah, Suma Siu Khim mundur tiga langkah.

   Kekuatan penguasa rumah penjara Tay-pa-san memang betul- betul mengagumkan.

   tanpa mundur pula ia menggerakkan jari, Sreet, mengenai sedikit kulit daging Hamid.

   Hamid berteriak marah, menerkam pula, menyerang dengan kekuatan Tay-yang Sin-kang.

   Suma siu Shim tidak takut kepada datangnya serangan hawa panas, dia mendorong kedua tangan, menemrur kekuatan itu.

   Lagi-lagi keras dilawan keras Pang.......

   Sesudah terjadi benturan ini, kedudukan Hamid semakin payah ia mundur enam langkah, Suma Siu Khim hanya mundur empat langkah.

   Sebagai seorang wanita, Suma siu Khim memiliki kekuatan yang berada diatas kaum pria, hal ini betul- betul mengejutkan semua orang.

   Tidak memteri kesempatan kepada Hamid bergerak lagilagi Suma siu Khim menyerang, dia membentak.

   "Terima lagi serangan ini. Kalau betul kau bisa memenangkanku, rumah penjara Tay-pa-san boleh kau ambil"

   Suara itu begitu menggelegar, seolah-olah hendaK menelan dunia yang ada.

   Mereka hampir tidak percaya kalau orang itu adalah seorang wanita biasa.

   Hamid adalah juara pertama dari daerah Tay-wan-kok, seumur hidupnya belum pernah dikalahkan.

   Kali ini dia harus bertemu dengan batu keras, tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan tersebut.

   Gerakan Suma Siu Khim cepat, disaat ini sudah menyerang datang.

   Hamid mulai ketakutan, dan totokan Suma Siu Khim tadi mulai dirasakan sangat sakit, apa boleh buat, serangan sudah datang, dia mendorong kedua tangannya.

   "Pang....."

   Sesudah berakhirnya letupan, tubuh Hamid terdorong kebelakang sampai delapan langkah numprah ditanah, mulutnya dibuka sebentar oak.

   dari mulut muntah gumpalan darah merah.

   Suma Siu Khim juga termundur sampai enam langkah tubuhnya ber-goyang2 mau jatuh.

   Wajahnya pucat pasi, tapi masih dipertahankannva sedapat mungkin, ternyata luka dalamnya juga tidak ringan- Melihat keadaan yang seperti itu betul- betul Mobilson terkejut, berjalan kearah Hamid memayangnya bangun bertanya.

   "Hamid toako, bagaimana keadaanmu?"

   Hamid menggeleng-gelengkan kepala perlahan-lahan ia bangkit sendiri menyusut darah yang berlepotan dimulutnya, dengan wajah yang bengis ia berkata "Dia banyak akal tipunya, sebentar begini sebentar begitu. Sehingga aku kena diakali."

   Mobilson berkata "Hamid toako, istirahalah sebentar. Serahkan kepadaku,"

   Sepasang mata Hamid seperti mau memancarkan api, dia berkata.

   "Aku masih kuat bertempur. Tapi ....ada lebih baik kita bersama-sama menyingkirkan siiblis betina."

   "Baik."

   Mobilson menyahut girang usul itu, dari kanan dan kiri mereka mendekati Suma siu Khim, Kedua kakek berambut merah ini adalah jago-jago terbesar dari daerah Tay-wan-kok, Hamid adalah jago pertama.

   Mobilson adalah juara ketiga, kini boleh dibayangkan sampai dimana kekuatan mereka, sekarang bergerak bersama-sama untuk mengurung Suma Siu Khim.

   Inilah takdir yang apes kepada sipenguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san.

   Suma siu Khim masih berdiri, ia hanya memejamkan mata mengatur peredaran darah, berdiri keras, kokoh dan mantap seolah-olah tidak mengetahui kalau maut itu sudah diambang pintu.

   Yo in-jie bisa melihat situasi itu, cepat- cepat ia berteriak.

   "Bibi, awas.. Mereka sudah berada didekatmu."

   Bok siu juga bingung dan repot tapi dia tidak berdaya, untuk menghadapi seorang Dokucan saja, dia tidak bisa memenangkan pertandingan itu, bagaimana mempunyai kelebihan tenaga untuk membantu Suma Siu Khim? Hamid dan Mobilson sudah berada didekat Suma siu Khim, disaat itu si iblis betina masih berdiam tidak bergerak, hal ini betul- betul membingungkan kedua jago dari daerah Tay-wan-kok masing-masing membungkukkan kepala tanda setuju dan mengepung dari kanan dan kiri.

   Secepat kilat pula, tiba-tiba terdengar pekikan nyaring dari Suma Siu Khim tubuhnya mencelat bangun berdiri, Seperti seekor burung alap-alap yang terbang keatas, kedua tangan direntangkan kekanan dan kekiri memukul kearah batok kepala Hamid dan Mobilson- Keadaan ini berada diluar dugaan semua orang, mereka tahu Suma siu Khim sudah dalam keadaan luka parah, mereka tidak menyangka kalau si iblis betina itu massih kuat menempur dua jago istimewa.

   Serangan Hamid dan Mobilson mengenai tanah, tapi secepat itu pula serangan Suma Siu Khim mengarah batok kepala mereka.

   Mobilson dipaksa meluncur kesamping dan mengelakkan datangnya pukulan Suma Siu Khim.

   Kasihan bagi juara nomor satu si Hamid, untuk menjaga keagungan namanya, apa lagi dia sudah menderita luka tenagannya hanya sisa saja, dia maju berbereng dengan mengharapkan bantuan Mobilson, kini bantuan itu mengenai tempat kosong, dia malah diserang oleh Suma Siu Khim.

   Lebih kasihan lagi adalah kedudukan Mobilson, dia salah duga, kiranya Suma Siu Khim sudah tiada tenaga, maka berani main comot.

   Maut mengintai, untuk bertahan sedapat mungkin dia mengangkat tangan memukul tangan Suma siu Khim, berbareng tubuhnya bergulingan, berguling-guling beberapa kali, baru bisa mengelakkan datangnya kekuatan tadi.

   Tubuh Mobilson hanya menyingkir beberapa tapak, kini dia memukul kearah tubuh Suma siu Khim yang mulai menubruk kembali.

   Suma siu Khim sudah menderita luka, baru saja dia mengerahkan tenaga banyak pula, datangnya serangan Mobilson tidak bisa dielakan.

   Bek....serangan panas itu mengenai pundaknya, dia juga terguling-guling jatuh.

   Bibir Mobilson tersungging senyuman iblis, mengangkat kaki, menuju kearah menggeletaknya Suma Siu Khim, tangannya diangkat siap mengirim satu pukulan yang terakhir.

   "Winnng "..... Tiba-tiba saja, berdesing suatu suara yang memecahkan kesunyian ditempat itu membelah angkasa disekitar telaga Tay-pek tie. Berbareng, ditengah -tengah mereka entah kapan datangnya menancap sebilah pedang. jawitan pada ujung gagang pedang masih Berkibar-kibar, pedang itu masih tertancap dan bergoyang-goyang, masih menguang-nguang. Datangnya lemparan pedang yang disertai tenaga dalam ini memecahkan kesunyian, menghentikan pertempuran- Juga menolong selembar jiwanya Suma Siu Khim Pusat perhatian semua orang beralih kearah tebing telaga Tay-pek tie, disana berdiri puluhan orang berbaju putih juga berkerudung putih, mengenakan seragam pakaian berwarna putih, Salah seorang dari rombongan berbaju dan berkerudung itu adalah seorang biarawati yang berambut putih, dialah yang menjadi pemimpin rombongan ini, kecuali dia seorang, tidak ada tokoh kedua yang tidak mengenakan kerudung. hanya dia seorang yang tidak mengenakan kain penutup kepala, memperlihatkan rambut yang berwarna putih. Bierawati tua berambut putih ini memegang kebutan, sepasang matanya memancarkan cahaya keberanian. Kejayaan, wajahnya welas asih, seolah-olah manusia yang hendak menjadi setengah dewa, Rombongan golongan Kalong terkejut, tak mereka duga kalau rombongan berbaju dan berkerudung putih itu sudah mengepung mereka. Datangnya orang-orang berbaju putih ini adalah suatu tanda, bahwa mereka telah tertipu dan terjebak, mereka telah terperangkap. Mobilson menghentikan serangannya, menoleh dan memperhatikan keadaan orang-orang berbaju putih itu, Pertempuran Bok Siu dan in-jie juga terhenti, ditengahtengah kerungan kecil adalah Suma Siu Khim, Bok Siu dan Yo in-jie, mengurung mereka adalah dua belas jago silat golongan kalong dan jago daerah Tay-wan-kok. Diluar lingkungan besar masih mengupurung lagi lain rombongan, jumlah mereka jauh lebih besar, lima orang berseragam putih berpakaian putih dan berkerudung putih mengurung. Semua siap dengan aneka senjata, Senjatasenjata itu tidak sama. Mobilson memandang kearah pemimpin rombongan orang berbaju putih itu, dia membentak..

   "He Jawab pertanyaanku, dari mana kalian datang?"

   Biarawati tua berambut putih berkata "Lembah Patah Hati"

   Mobilson menyeringai dan membentak.

   "Apa maksud kalian?"

   "Menyapu kekotoran manusia yang hidup didalam dunia"

   "Siapa yang diartikan dengan kekotoran manusia yang hidup didalam dunia?"

   Bertanya Mobilson- Biarawati tua menjawab "Golongan Kalong beserta sembilan orang berambut merah daerah Tay-wan-kok."

   "Hua, hua ha ha ha...."

   Mobilson menengadahkan kepala dan tertawa besar.

   "Kalian jago-jago dari Lembah Patah Hati? Ha-ha. tahukah, Siapa jago terkuat dari daerah Tionggoan?"

   BiaraWati tua itu balik bertanya.

   "Menurut hematmu, siapa jago terkuat dari daerah Tionggoan?"

   Mobilson menunjuk kearah Suma Siu Khim yang masih jatuh terduduk dan berkata.

   "Dua jago terkuat untuk daerah Tionggoan adalah dua penguasa rumah penjara rimba persilatan- Lihat salah seorang diantaranya sudah berhasil aku jatuhkan. Pikirlah baik-baik, kau mempunyai ilmu silat yang lebih tinggi dari penguasa rumah penjara?"

   "Tidak bisa disangka."

   Jawab biarawati tua itu.

   "Diantara kamu. tidak ada satupun yang bisa melawan kekuatan penguasa rumah penjara rimba persilatan- Tapi kalian bisa menjatuhkannya, tentu saja dengan cara pengeroyokan. orang yang berjumlah besar bisa memenangkan yang berjumlah sedikit. Walau ilmu kepandaian orang itu agak lemah. Dari sini sudah kau praktekkan. Lihat Karena jumlah yang banyak. kalian mengalahkannya. Kini giliran kalian-Jumlah kamu semua dua belas orang, Tapijumlah kami lima puluh orang, pikirlah baik-baik, siapa yang akan lebih unggul?"

   Mobilson masih belum mengerti akan sikap kata-katanya orang dari Lembah patah hati ini, dengan dingin ia berkata.

   "Tentera belum tentu menang dengan jumlah yang besar, siapa yang kuat. Dialah yang menang."

   "Masih membuat perlawanan?"

   Ejek Biarawati tua itu. Mobilson mendatangi kearah Jie Hiong Hu serta kawankawan dan berkata.

   "Awas Biar aku yang menempurnya terlebih dahulu."

   Kemudian, memandang rombongan Patah hati dan membentak.

   "Turun "

   Biarawati tua itu melayang turun dari kedudukannya semula, dimana sebelah kakinya tertancap pada batu tepian tebing tinggi, gerakkannya sangat ringan, indah.

   Kini si biarawati tua sudah berada didepan Mobilson, dengan kebutan ditangan kanan di-pindahkan ketangan kiri, menganggukkan kepala dan dengan gagah dia berkata.

   "Baik Biar kuterima pelajaran ilmu pelajaran ilmu Tayyang Sin-kang. Terlebih dahulu silahkan mulai."

   Mobilson menyedot napasnya dalam-dalam, kekuatan Tay-yang Sin-kang yang berupa kekuatan hawa panas digerakan dan disalurkan, membentak keras dan menyerang kearah biarawati tersebut.

   Dia sedang bingung dan tidak mengerti, darimana biarawati tua ini bisa mengetahui asal-usulnya "omitohud"

   Biarawati tua itu menyebut nama Buddha dan dirapatkannya sepasang tangan menerima serangan kekuatan Tay-yang Sin-kang Mobilson.

   cara- cara ini tidak jauh berbeda dengan cara- cara yang digerakan oleh Mobilson, inipun salah satu dari tipu Tayyang Sin-kang.

   Terdengar satu suara benturan yang keras, masingmasing bergoyang dan termundur tiga langkah.

   Wajah Mobilson berubah, matanya didelikkan besarbesar, ia berteriak gugup.

   "Kau... kau... juga bisa menggunakan kekuatan Tay-yang Sin-kang?"

   Sebelumsi biarawati tua menjawab pertanyaannya, Hamid yang terbaring luka sudah menoleh kan kepala, dengan getaran jiwa yang besar dia berteriak.

   "Mobilson sutee, dia adalah Kongsun-Bwee Kun"

   Biarawati tua yang mengenakan seragam putih itu adalah Kongsun Bwee Kun. Mobilson juga terkejut.

   "Aaa...."

   Diperhatikannya beberapa waktu menganggukkan kepala dan berkata.

   "Betul- betul enso KongsunBwee Kun, mulai kapan kau mensucikan diri?"

   Biarawati tua itu berkata dingin.

   "Mungkin kau salah lihat orang. Kongsun Bwee Kun sudah lama mati. Namaku adalah Pan-su Loonie. Lebih baik kalian jangan berteriakteriak seperti itu."

   Mobilson tertawa menyeringai, dia berkata.

   "Enso Kongsun Bwee Kun, meng apa mempunyai kekerasan hati yang seperti itu? Apa kau tahu, kalau Jooss sedang ubekubekkan mencari jejakmu? Lima hari yang lalu dia menuju kegunung Lu-san, sehingga saat ini dia belum kembali. Hem.... biar bagaimana kesalahan atas langkahmu sendiri, mana boleh....."

   Biarawati itu Pan-su Lonnie mengebutkan kebutannya.

   memotong pembicaraan itu dan berkata "cukup Kalian beberapa saudara berbuat kejahatankejahatan, kini datang pula kedaerah Tionggoan hendak mengaCau lagi? Lekas kembali kedaerah Tay-wan-kok.

   Kalau tidak hmm-hmm......"

   Wajah Mobilson ditekuk, sepasang matanya memancarkan sinar kebuasan, ia berkata dinging.

   "Apa betul begitu? Enso Kongsun Bweee Kun?"

   "Tidak salah"

   Berkata Pan-su Lonnie.

   "Siapa yang tidak mau enyah dari tempat ini. orang itu akan segera menjadi tulang belulang."

   "Termasuk aku?"

   Mobilson menantang.

   "Ya Termasuk juga dirimu."

   Kata Pan-su Lonnie.

   Mobilson menengok kearah orang-orang berseragam putih yang mengurung mereka, ia ber-deham2 dan berkata "Entah bagaimana kepandaian ilmu silat orang-orang yang dibawa oleh enso itu? Berkepandaian silat tinggikah mereka itu? Beranikah mengutus dua diantaranya untuk bermain-main beberapa jurus dengan Jie Hiong Hu atau keponakan muridku?"

   Mobilson pandai menilai situasi, didalam keadaan yang seperti itu, kekuatannya hanya bertahan kepada kemenakan-kemenakan murid dan Jie Hiong Hu, dengan jumlah terbatas hanya beberapa orang, kalau saja dipihak lawan tidak bisa mengalahkan Jie Hiong Hu dan sang kemenakan murid, maka mereka masih mempunyai kesempatan dan menang.

   tetapi kalau dua diantara rombongan orang berbaju putih itu bisa mengimbangi Jie Hiong Hu dan sang kemenakan murid, hehehe.....

   untuk mengurangi kekuatan dirinya sendiri.

   Disini letak kepintaran Mobilson, dia tak mau melakukan peperangan yang tidak menguntungkan.

   Dengan dingin Pan-su Lonnie berkata.

   "Mengapa tidak? Hoong Jie Biauw Kow boleh ditakuti dan disegani orang, tapi untuk pihakku, hmm..... aku masih bisa mengeluarkan empat jago kuat yang bisa merendengi dirinya."

   "Keluarkanlah"

   Berkata Mobilson.

   "Hendak kulihat, jago Tionggoan mana lagi yang betul-betul kuat."

   PanSu Loonie memandang kearah orang-orang berseragam putih itu dan berkata.

   "Nomor tiga dan nomor empat kalian boleh kedepan"

   Maka, dari rombongan orang berseragam putih tampil dua orang, seorang berbadan kurus kecil tidak membawa senjata, seorang lagi berbadan tinggi besar, juga bertangan kosong.

   inilah nomor tiga dan nomor empat dari jago-jago Lembah Patah Hati.

   Mereka mengenakan tutup kerudung muka berwarna putih, tapi bagian mata dari kerudung itu dilubangkan, dari sana mencorong cahaya-cahaya kemilauan, suatu tanda dan bukti berapa hebat ilmu kekuatan tenaga dalam kedua jago silat itu.

   Mobilson agak heran atas perintah perlawanan Pan-su Lonnie, ia mengajukan pertanyaan "Eh, meng apa tidak mengeluarkan jago nomor satu dan jago nomor dua?"

   "Kalau kau biSa memenangkan nomo tiga dan nomor empat masih boleh menantang dan meminta nomor satu dan nomor dua."

   Berkata Pan Su Lonnie, Mobilson menganggukkan kepala, menoleh kearah rombongannya dan berkata "Kuat majU kedepan, bersama-sama dengan Jie Hiong Hu kalian boleh memandingi mereka."

   Kuat adalah salah satu dari murid Hamid, Wajahnya galak, Mendapat perintah tadi, bersama-sama dengan ketua golongan kalong Jie Hiong Hu.

   Kuat segera tampil kedepan.

   Kini dua dari rombongan Mobilson dan dua jago dari Lembah Patah Hati berhadap-hadapan, Jie Hiong Hu berhadapan dengan jago Lembah patah Hati yang mempunyai perawakan kurus kecil itu.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jago Taywan- kok, Kuat berhadapan dengan Si tinggi besar.

   Kuat memperhatikan lawannya, dan dia bertanya "Kau yang disebut nomor tiga?"

   Sitinggi besar menggelengkan kepala dan berkata.

   "Bukan- Aku nomor empat."

   Suaranya agak serak tapi masih gagah.

   suatu bukti bahwa dibalik kerudUng mUkanya adalah wajah seorang tua rimba persilatan yang galak.

   Kuat tertegun, sengaja ia memilih yang tinggi besar, dengan harapan bisa menempur jago nomor tiga dari Lembah Patah Hati Ternyata si tinggi besar hanya nomor empat.

   Hal ini membuat dia tidak puas, ia menganggap dirinya jago hebat, karena itu menoleh kearah Jie Hiong Hu dan berkata.

   "Jie Hiong Hu, kita berganti lawan-"

   Jie Hiong Hu cengar-cengir, dia lebih senang memilih yang kurus kecil ini dari pada yang tinggi besar, mendapat perkataan Kuat yang seperti itu, ia berkata.

   "Mengapa ? Sama saja bukan?"

   Kuat berkata tegas.

   "Tidak mungkin. Aku harus menempur yang nomor tiga."

   Maka si nomor tiga, orang yang berkerudung putih yang mempunyai dada perawakan yang kurus dan kecil itu membuka suaranya seperti kacang garing, enak dan merdu.

   "Jangan sok takabur, sesudah kau memenangkan nomor empat, boleh juga meminta nomor yang lain "

   Dari suara dan logat si nomor tiga, suatu bukti bahwa orang berkerudung dari Lembah Patah Hati ini masih muda belia, dia seorang gadis remaja, Kuat lebih terkejut, dia memilih nomor tiga dengan harapan memilih kekuatan yang lebih hebat, ternyata sinomor tiga hanya seorang gadis remaja, karena itu dia mengedip-ngedipkan mata, heran dan terkejut, katanya "Eh, seorang Wanita? Sial tujuh turunan, Aku tidak mau menempurmu."

   Jago nomor tiga dari Lembah Patah Hati tertawa girang, dengan lincah dia berkata.

   "Jangan suka memanding rendah kaum wanita, lihat GUrumU sudah dikalahkan oleh Lauwcu rimba persilatan dari gunung Tay-pa-san. Sampai disaat ini masih belum bisa bangun, tahu?"

   Suma Siu Khim mengikuti pembicaraan tadi, dia menderita sedikit luka dan semUa perhatian dicurahkan kepada Pan-su Lonnie, kini munculnya sinomor tiga yang kurus kecil, cara-cara dan lagu-lagunya itu mengingatkan sang murid, menudingkan jari ia membentak.

   "Nona kecil siapa kau?"

   Sinomor tiga memberi hormatnya, dengan lincah dan nakal sekali ia berkata "Sebelumnya kami meminta maaf atas pertanyaan Lauwcu. Kami adalah nomor tiga dari Lembah Patah Hati."

   Suma Siu Khim bertanya lagi.

   "Aku hendak mengetahui namamu"

   Si nomor tiga menggelengkan kapalanya, Tertawa cekikikan dan berkata.

   "Kalau aku bersedia memberitahu, buat apa menggunakan tutup kerudung lagi? Percuma saja, bukan? Hi-hi-hi......"

   "Huh"

   Suma Siu Khim mengeluarkan suara dari hidung. Menudingkan jarinya kearah si nomor tiga, ia berkata.

   "Suaramu sangat mirip dengan suaranya muridku yang nakal itu, tapi kau lebih berandalan lagi darinya......"

   Suara sinomor tiga adalah suara yang juga mirip dengan Leng Bie Sian. Wajah pemimpin jago Lembah Patah Hati Pan-su Lonnie menekuk segera dia memberi perintah.

   "Nomor tiga Jangan banyak main lidah Lekas bergerak"

   Mendapat teguran sang pemimpin, nomor tiga dari Lembah Patah Hati, cepat-cepat menghadapi Jie Hiong Hu, segera dia membentak.

   "Jie Biauw Kow, mengapa kau mematung ditempat, lekas kau keluarkan ilmu simpanan Kiu-im-hek-kut-cianglekmu itu.

   "

   Hoong adalah sebutan rangkap dari Jie Biauw Kow dan Jie Hiong Hu, ia menjadi ketua golongan Kalong yang ternama, karena bisa memegang peranan yang hebat.

   DiSiang hari ia menjadi lelaki, dimalam hari ia menjadi wanita.

   Nyonya rumah setan adalah jelmaannya, dia menghisap sari lelaki dimalam hari, menyedot sari wanita disiang hari, karena itu.

   semakin lama semakin gagah.

   Jie Hiong Hu adalah panggilan disiang hari, dan Jie Biauw Kow adalah panggilan nama untuk malam hari.

   Hari masih ada sinar matahari.

   mendapat panggilan Jie Biauw Kow itu Jie Hiong Hu menjadi marah, pantangan besar menyebut salah satu namanya, kalau bukan pada iklim-iklim tertentu, dengan satu geraman dia mengayun tangan dan memukul kearah si nomor tiga.

   Inilah ilmu kepandaian yang bernama Kiu-im-hek-kut-ciang-lek yang berarti sembilan hawa dingin menghitamkan tulang.

   Ilmu Kiu-im-hek-kut-ciang-lek didapat dari inti wanitawanita yang disedot, siapa yang terkena pukulan ini, segera menggeletak tulang-tulangnya akan Segera menjadi hitam, mati tidak tertolong.

   Ilmu kepandaian jahat Ilmu yang jarang ada pada rimba persilatan.

   Ilmu yang kenamaan dari Jie Hiong Hu sinomor tiga dari Lembah Patah Hati tak merasa gentar, ia tertawa cekikikan, mengangkat tangan dan dengan seenaknya saja menyambuti serangan itu, cara penyambutan dari sinomor tiga agak mirip dengan tipu silat yang bernama Jie-bengbian- biat, salah satu dari tiga pukulan maut dari Lauwcu Rumah penjara digunung Tay-pa-San.

   Terdengar suara beradunya kedua pukulan Jie Hiong Hu termundur beberapa langkah.

   Kekuatan sinomor tiga dari Lembah Patah Hati betulbetul menakjupkan, dia berhasil mendorong seorang jago yang seperti Jie Hiong Hu, Tapi dirinya juga terpukul kebelakang, Mereka sama kuat.

   Mobilson mengerutkan alisnya, dia heran jago seperti Jie Hiong Hu ini tidak bisa mengalahkan seorang wanita kecil.

   Mobilson menoleh kearah Pan Su Lonnie, dan dia bertanya "Enso Kongsun Bwee Kun, menurut ingatanku, kau memiliki baju keras dari kulit landak?"

   Tanpa perobahan Wajah Pan-su Lonnie menjawab.

   "Kau kira aku menyerahkan baju ajaib itu kepadanya, maka baru dia bisa menerima serangan jie Hiong Hu?"

   "Kalau tidak,"

   Berkata Mobilson menganggukkan kepala.

   "Dengan umurnya yang begitu muda belia, bagaimana mempunyai kekuatan hebat ?"

   Pan-su Lonnie berkata "Pikirlah baik-baik, kalau kuserahkan baju ajaib itu kepada nomor tiga berarti orang jago Lamhah Patah Hati tiada arti, maka si nomor empat bisa mati? Nomor empat tidak mungkin memakai baju ajaib lagi bukan? Boleh lawan nomor empat"

   Mobilson berkata "Siapa tahu, kalau hanya tipu muslihat. orang nomor empat lebih hebat dari nomor tiga?"

   Pan-su Lonnie berkata.

   "Kau kira kemenakanmu itu lebih hebat dari Jie Hiong Hu ?"

   Kuat sangat marah, dia menghadapi nomor empat dan membentak "Hei, apalagi yang ditunggu"

   Sepasang sinar mata si nomor empat berkilat-kilat, dengan dingin dia berkata.

   "Aku sedang menunggu seranganmu "

   Kuat berteriak seperti serigala melolong, tiba-tiba dia memukul lawannya.

   Nomor empat dari Lembah Patah Hati menggeser kaki kekanan setengah tapak.

   tangan terayun, seolah-olah dukun yang berjampi-jampi.

   Disaat dia mengeluarkan tenaganya.

   Jarak mereka sangat dekat, terjadi benturan kekuatan, dan terdengar letupan keras, tanah-tanah disekitar itu berputar, seolaholah angin topan, dan saat ini sibaju putih sinomor empat bersaingan, terhuyung empat langkah.

   Di saat yang sama.

   Kuat juga terdorong mundur kebelakang dua tumbak.

   Didalam tanggapan si Kuat, dia mendapat kemenangan atas hasil gemilang itu.

   Maka dia tertawa berkakakan.

   Tiba-tiba suara tertawa sikuat lenyap mendadak tubuhnya bergoyang-goyang, terlempar seperti gangSingan, hampir Saja dia jatuh.

   Menyaksikan jalannya pertempuran itu, wajah Mobilson berubah, dia berkata keras.

   "Hah, itulah tipu silat angin puyuh dari si pengemiS Lu Bong Kong."

   Seperti apa yang masih kita ingat, sipengemis Sakti Lu Bong Kong sudah mengeram didalam rumah penjara rimba persilatan yang baru digunung Bu San- Munculnya permainan tipu silat Lu Bong Kong sangat mengejutkan semua orang.

   Siapa jago nomor empat dari lembah Patah Hati itu? Mendapat perawa nan tipu silat Lu Bong Kong, Si Kuat tak bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.

   Mobilson sendiri menimbang-nimbang kekuatan sendiri dan kekuatan lawan.

   Hamid menderita luka.

   Dia pribadi hanya bisa menandingi Pan-su Lonnie, Jie Hong Hu hanya bisa menandingi jago nomor tiga dari rombongan baru itu.

   Kuat hanya bisa menandingi jago nomor empat.

   Maka, jago lain hanya yang berupa jago biasa, tak mungkin bisa menghasilkan kemenangan, Menyaksikan lagi beberapa saat, Mobilson mengangkat bangun Hamid yang terbaring, bertanya sedih "Hamid toako mari kita pulang saja.

   Daerah Tionggoan bukan daerah kita."

   Sesudah itu ia berkata lagi "Kuat,Jie Hong Hu, hentikan pertempuran segera. Mari kita kembali,"

   Maka, iring-iringan rombongan Hamid itu ngeloyor pergi.

   orang-orang berseragam baju putih dari Lembah Patah Hati tidak menahan kepergian rombongan Hamid dan kawan-kawan, membuka satu jalan.

   membiarkan keberangkatan mereka.

   Yo In-jie segera berteriak kearah Pan-su Lonnie.

   "Hei, jangan kau biarkan mereka pergi begitu saja, Katakatanya bohong semua. Mereka tidak mungkin kembali kedaerah Tay-wan-kok"

   Dengan tersenyum Pan-su Loonie berkata "Kita tidak boleh sembarang membunuh orang. mengapa nona kecil ini galak?"

   Yo In-jie terkejut, ia berkata.

   "Kau mensucikan diri sebagai biarawati, apa anak buahmu semua sudah mensucikan diri?"

   Pan Su Loonie berkata.

   "Tepat. Mereka adalah orang-orang yang sudah patah hati. Sudah waktunya mensucikan diri."

   "Bohong"

   Bok Siu nyeletuk keras.

   "orang-orang yang mau mensucikan diri mengapa mengerudungi wajahnya?"

   Pan-su Lonnie berkata.

   "Semua orang dari lembah Patah Hati diwajahnya mengenakan tutup kerudung muka berwarna putih."

   Yo In-jie bertanya "Dimana letaknya Lembah Patah Hati?"

   "Rahasia?"

   Berkata Pan-su Lonnie.

   "Tapi... kalau kau mau mensucikan diri, aku bisa memberitahu kepadamu."

   Sepasang mata Yo In-jie masih bendul merah, melirik kearah telaga Tay-pek tie.

   Disana tenggelam seorang pemuda yang dikasihi, tenggelam untuk selama-lamanya.

   Hatinya bergoyah, ia tidak mempunyai kesan perasaan hidup, tidak mempunai pegangan hidup, mendapat bujukan yang seperti ini, hatinya semakin bergelombang keras.

   Lirikan Yo In-jie kearah permukaan air telaga Tay-pek tie membawa akibat lain-disana belum timbul kepala Kim Hong, tidak mungkin Kim Hong bisa bertahan hidup didasar telaga Tay-pek tie.

   Kecuali menjadi bangkai.

   Yo In-jie putus harapan, air matanya bercucuran turun deras pula, ia menggerutuk gigi dan berkata.

   "Baik, Aku juga rela mensucikan diri."

   "omitohud."

   Pan-su Lonnie menyebut nama Buddha.

   "Semua orang boleh mensucikan diri, Silahkan kemari"

   Sesudah itu, ia menoleh kearah Bok Siu dan bertanya.

   "Bagaimana dengan keadaanmu? Bersedia mensucikan diri juga ?"

   Bok Siu menggeleng-gelengkan kepala berkata.

   "Terima kasih, Aku harus menuntut balas atas kematian suhu."

   Giliran Suma Siu Khim yang haruS dibujuk Pan-su Loonie, memandang kearah Lauwcu rumah penjara itu dan berkata.

   "Ilmu silat Lauwcu tiada tandingan, tapi bukan berarti tiada kesusahan, ada lebih baik mensucikan diri dan-...."

   Dengan geram Suma Siu Khim berkata.

   "Jangan kau mencoba kau untuk membujuk wanita, Seorang yang sudah mendapat julukan iblis betina yang seperti aku. Wanita penuh dosa yang tak mungkin naik sorga."

   Dengan tenang Pan-su Lonnie berkata.

   "Jangan Lauwcu berkata seperti itu, Lauwcu bukanlah iblis betina. Lauwcu bukanlah wanita penuh dosa yang tiada bisa masuk sorga, setiap orang yang sudah bertobat bisa saja kami terima, setiap orang bcerhak untuk mensucikan dirinya."

   Suma Siu Kim berkata.

   "Mengapa aku bukan menjadi iblis betina? Mengapa tidak menjadi wanita yang penuh dosa? Banyak orang kukurung didalam rumah penjara sehingga mereka berpisah dengan anak dan istri. Sesudah itu, aku menganiaya putra sendiri.... kukatakan kepadamu, aku adalah wanita terjahat didalam dunia."

   "Dengan adanya kata-kata yang seperti ini sudah membuktikan bahwa hati Lauwcu masih cukup Suci. Mengapa tidak bisa bersama-sama...."

   "Pergilah sendiri"

   Berkata Suma siu Khim.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Aku tidak bisa bertobat Lebih-lebih dari pada yang dahulu, kalau dahulu, aku hanya mengurung orang dan tidak menyiksa, mulai saat ini orang yang menentang diriku akan dibunuh...kubunuh.....kuhancurkan .... kubunuh dan kuhancurkan ....."

   Pan-su Lonnie menghela napas dan berkata.

   "Pantas saja dia tidak mau menemuimu. Ternyata kau sudah kehilangan sifat-sifat seorang wanita .,.,."

   Dengan dingin Suma Siu Khim berkata "Apa kau masih mempunyai sifat-sifat wanita?"

   Pan Su Lonnie berkata "Yang penting aku tidak mencerai-beraikan dan tidak mengganggu kesenangan orang."

   "Tidak mengganggu kesenangan orang? Ha-ha...."

   Suma Siu Khim tertawa.

   "Kau sudah membuat seseorang sudah menjadi gila,...Nah, Lihat Siapa yang datang itu ?"

   Mengikuti jari yang ditunjuk.

   Pan Su Lonnie menolehkan kepala, jauh disana terdapat bintik hitam, sebentar kemudian mendatangi kearah mereka, pakaiannya compang camping, itulah Si kakek gelandangan Kiat Hian.

   Seketika itu pula wajah Pan-su Lonnie berubah menjadi pucat pais, segera dia mengumpulkan orang-orang berbaju putihnya, dan berkata kepada mereka.

   "Lekas membubarkan diri Sebelum matahari terbenam kita berkumpul ditempat yang sudah ditentukan."

   Sesudah berkata seperti itu, menarik Yo In-Jie meloncat kearah selatan, Gerakannya cepat sekali.

   Didalam sekejap mata, orang-orang berseragam putih berpencaran lari serabutan, mereka menghilang secara terpisah.

   Disaat ini, sikakek gelandangan sudah terbang datang, menghampiri Suma Siu Khim.

   seperti lagunya seorang anak kecil yang nakal, seorang anak kecil yang bhndak memamerkan suatu hasil karyanya, dia terteleng-teleng didepan suma Siu Khim, sebentar menggeleng-gelengkan kepala kekanan, sebentar kekiri, matanya dikerlip-kerlipkan membuat suatu sikap yang agak lucu.

   Suma Siu Khim tidak menggubris adanya lagu tengik Kiat Hian itu, seolah-olah tidak ada orang, tidak dianggap Ssma sekali.

   sikakek gelandangan Kiat Hian memperhatikan Suma siu Khim, mata Suma Siu Khim masih bendul merah.

   Sebentar dia loncat kesamping, mempermainkannya dari belakang.

   Mendongak keatas dan ditundukkan kebawah.

   Ditatapnya terus wajah wanita kuat itu.

   suma Siu Khim jadi naik darah, dia membentak .

   "Apa yang dilihat? Jangan kira aku sudah tak bisa bergebrak. Hari ini betul-betul aku menderita luka, Tapi tiga hari kemudian aku masih kuat untuk menangkap dirimu, dibekuk dan dimasukan kedalam rumuh penjara Tay-pasan. tahu"

   Kiat Hian melebarkan mulutnya. tertawa. haha-hihi, loncat- loncatan didepan Suma Siu Khim seolah-olah Kiat Hian hendak memberitahu hasil kerjanya yang paling memuaskan-Suma Siu Khim semakin sengit,ia membentak.

   "Hai apa kau sudah tidak mau bertemu dengan Kongsun Bwee Kun"

   "Kong sun Bwee Kun?"

   Wajah Kiat Hian berubah. dia terjengkit dan loncat.

   "Ya Dimana dia berada ?"

   Suma Siu Khim menudingkan jarinya arah selatan, dan dia berkata.

   "Baru saja dia disini, melihat kedatanganmu, dia lari kearah itu. Kalau kau mau menemuinya. lekas kejar"

   "Kau tidak bohong?"

   Kiat Hian mendelikkan matanya, kurang percaya dan tidak yakin.

   "Mengapa harus bohong?"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Baru saja dia berkata kepadaku. Kalau kau berhasil menyandaknya dia bersedia kawin denganmu,"

   Sikakek gelandangan Kiat Hian mengeluarkan suara lengkingan panjang, meluncur kearah selatan- Bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, kecepatan itu tiada bisa dilukiskan- Maka, bubarlah sudah keramaian ditepi telaga Tay-pektie, rombongan golongan Kalong sudah pulang, rombongan Hamid tidak bisa memenangkan pertandingan, diapun pergi, rombongan orang-orang berbaju putih dari Lembah Patah Hati membubarkan diri, Pan-su Lonnie melarikan diri.

   Kiat Hian mengejar kearah tempat yang ditunjuk oleh Suma Siu Khim, ia mengejar kekasih semasa mudanya.

   Ditempat itu, keadaan sudah menjadi sunyi dan sepi kembali.

   Rombongan golongan Kalong sudah pergi.

   Rombongan Tay-wan-kok juga turut pergi Rombongan Lembah Patah Hati sudah membubarkan diri.

   Kiat Hian yang muncul belakangan juga lenyap kembali, Di tepian telaga Tay-pek-tie hanya tertinggal Sum Siu Khim berhasil mengelakan gangguan Kiat Hian, dia tertawa terbahak-bahak tibi tiba ..."oahk"..dia memuntahkan darah, tubuhnya bergoyang-goyang dan hampir jatuh.

   cepat-cepat Bok Siu memayang tubuh Suma Siu Khim bertanya.

   "Bibi, lukamu parah?"

   Suma Siu Khim menggelengkan kepala berkata."Aku muntah darah bukan karena luka tadi kekesalan hatiku ..."

   "Istirahatlah sebentar."

   Berkata Bok Siu.

   "Biar aku yang menyelam kedasar telaga mencari Kim Hong kongcu."

   "Tidak."

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Aku hendak mencari sendiri."

   Bok Siu menolah kearah kepergiannya Yo in-jie, ia berkata dingin.

   "Tidak kusangka, ia begitu enak angkat kaki berangkat."

   Suma Siu Khim menghela napas dan berkata "Jangan kau menyalahkannya, Kim Hong terlalu lama didasar telaga, tidak mungkin mempunyai kesempatan lagi. Hati In-jie aku tahu jelas, dia meninggalkan kita karena tidak ada harapan."

   "Apa betul-betul dia bisa menjadi orang suci?"

   Bertanya Bok Siu.

   "Mungkin saja."

   UcapSuma Siu Khim.

   "Seorang wanita mengalami penderitaan semacam ini, hanya ada dua jalan yang terbentang didepannya, jalan kesatu jalan mensucikan diri menjadi biarawati, jalan lain adalah seperti jalan yang kutempuh, mengacak-acak dunia..."

   Bok Siu mengucurkan air mata, tak bicara.

   Bok Siu bersedih dan menghela napas panjang, dia juga termasuk salah seorang gadis yang kena jaring asmara Kim Hong.

   Apa guna? Apa guna melekatkan diri kedalam asmara Kim Hong.

   Apa guna? Apa guna melekatkan diri kedalam asmara yang berbelit-belit.

   Mengingat Kim Hong masih ada Yo In- Jie, masih ada Leng Bie Sian? oh...

   Bok Siu bersedih atas nasibnya.

   Membarengi helaan napas panjang Bok Siu, Suma Siu Khim juga menghela napas, menghembuskan kekesalan hatinya, tiba-tiba ia berkerut alis dan berkata.

   "Eh, ada sesuatu yang kita lupakan."

   "Buh. .."

   Bok Siu memandang kearah Lauwcu rimba persilatan dari gunung Tay-pa-san itu. Suma Siu Khim berkata.

   "Kim Hong tenggelam dan tidak timbul kembali. dimisalkan bertemu dengan ikan besar atau binatang yang galak. dimisalkan Kim Hong terluka, tentunya timbul percikan darah. tapi telaga Tay-pek-tie masih tetap jernih. Tidak ada cedera-cedera merah. Mengapa begitu jernih dan tetap bersih?"

   Bok Siu berpikir sebentar dan berkata.

   "Mungkin dibelit oleh rumput-rumput telaga?"

   Sepasang mata Suma Siu Khim bercahaya.

   "Betul"

   La membenarkan dugaan itu.

   "Tolong kau jaga, aku mau masuk memeriksa."

   Sesudah itu betul- betul Suma Siu Khim menerjunkan diri masuk ketelaga Tay-pek-tie, menyelidiki kemisterius kehilangan puteranya .

   Air telaga berombak sebentar, bergenang, kemudian tenang kembali.

   Dengan tenang Bok Siu menantikan ditepian telaga Taypek- tie.

   Kadang-kadang celingukan kekanan dan kekiri takut kalau golongan Kalong itu balik kembali, inilah yang dikuatirkan.

   Tidak lama kemudian, keragu-raguan Bok Siu itu menjadi kenyataan, hatinya berdebar-debar keras.

   Satu bayangan bintik hitam meluncur dengan cepatnya menuju ketempat dia berada, Memperhatikan betul-betul kearah bayangan tersebut, didepan Bok Siu sudah berdiri seorang pengemis berambut kusut, bermata besar, bermulut lebar, orangnya mengenakan pakaian compang- camping yang sangat kotor tubuhnya juga cukup rumit.

   Bok Siu mengeluarkan pedang melintangkan didepan dadanya sambil membentak.

   "Hei, apa maksud kedatanganmu?"

   Melihat cara-cara Bok Siu yang bermusuhan, pengemis yang baru datang itu mundur tiga langkah. Matanya terbelalak dan berkata keras.

   "Eh. nona dari mana yang begini galak? "Kalau tidak mau digalaki lekas menyingkir dari tempat ini."

   Bentak Bok siu. Pengemis itu memonyongkan mulutnya lebar- lebar dia terawa menyeringai dan berkata.

   "daerah telaga Tay-pek-tie ini sudah menjadi hak warisanmu?"

   Mendapat tegoran yang seperti itu, Bok Siu bingung juga . Tapi secepat itu pula ia membentak.

   "Walaupun bukan hak milikku. tapi aku berhak untuk mengusirmu pergi dari tempat ini."

   "Ha ha ....

   "

   Berkata pengemis itu.

   "Aku can Sa Jie berkelana dirimba persilatan belum pernah menemukan seorang gadis galak yang seperti ini."

   Orang yang datang, adalah sipengemis kecil, can Sa Jie. Nama itu tidak asing bagi Bok Siu, sikapnya yang bermusuhan agak mereda. ia bertanya.

   "oo.. Kau yang bernama canSa-jie? Murid ketua perkumpulan pengemis ?"

   Dengan bangga can Sa Jie menganggukkan kepala dan berkata.

   "Ya Kau tidak kenal kepadaku. tapi aku bisa menduga asal usul dirimu, kau adalah seorang jago baru yang baru terjun saja kedalam rimba persilatan- Tidak mempunyai pengalaman-pengalaman terang ."

   Bok Siu menyimpan pedangnya, dimasukan kedalam kerangka, tertawa kecil dan berkata.

   "Jangan sombong Kita belum pernah bertemu muka, tapi masing-masing sudah mengetahui dan mengagumi nama masing-masing, ilmu kepandaianmu belum tentu berada diatasku."

   "Apa betul?"

   Berkata can Sa Jie.

   "coba sebutkan namamu. Kalau betul namamu lebih harum dan berada diatas kedudukanku, aku can Sa Jie memberi tiga anggukan kepala sebagai tanda penghormatan."

   "IHei, apa kau belum pernah dengar disebutnya nama seorang jago baru yang bernama Phiauw-peng Kiam-kek Bok Siu?"

   "Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu? Aha?"

   Can Sa Jie tertawa.

   "Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu adalah jago ternama baru, ilmu pedangnya memang luar biasa, memang dia lebih hebat dari namaku. Tapi Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu tidak mempunyai sangkut paut denganmu, lebih baik nona jangan menggunakan nama orang menakutnakuti can Sa Jie."

   Bok Siu tertawa berkikikan, dia berkata.

   "Bagus Kau sudah mengakui keunggulan Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu?"

   "Tidak bisa disangkal, ilmu kepandaian Bok Siu mungkin lebih tinggi dari pad aku tapi kau bukan Phiauw-peng Khiam-khek Bok Siu. Mengapa harus menggunakan namanya?"

   "Terima kasih, nonamu inilah yang bernama phiauwpeng Kiam-khek Bok Siu."

   Can Sa Jie berlompat, ia berteriak.

   "Bohong Phiauw-peng Kiam-khek Bok sia adalah seorang pria, sedangkan kau wanita."

   Dengan wajah merah Bok Siu berkata.

   "Apakah tidak pernah mendengar ada seorang wanita yang mengenakan pakaian pria?"

   "Maksudmu,"

   Berkata can Sa Jie.

   "Phiauw-peng Kiamkhek Bok Siu itu adalah jelmaanmu?"

   "sangat tepat,"

   Berkata Bok Siu menganggukan kepala.

   "Aku tidak percaya,"

   Berkata can Sa Jie menggelenggelengkan kepala.

   "Aku tidak bisa masuk kedalam perangkapmu."

   "Bagaimana kau bisa perCaya kalau aku ini betul- betul Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu?"

   Berkata sigadis. can Sa Jie mengkerut-kerutkan jidatnya, ia bingUng juga .

   "bagaimana aku bisa perCaya?"

   Bok Siu menunjuk kearah permukaan air telaga Tay-pektie, ia berkata.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Sebentar lagi Lauwcu rimba persilatan dari gunung Taypa- san bisa membuktikan keteranganku, kaupercaya kepada keterangan Lauwcu rimba persilatan, bukan?"

   Bersamaan dengan ditunjukkan permukaan air telaga itu, disana muncrat beberapa percikan air, kepala Suma Siu Khim menongol diatas permukaan, dan menggayuh ketepi.

   Wajah Suma Siu Khim pucat pasi, dengan berat dan payah, dia merambat kesebuah batu naik kedaratan membaringkan dirinya.

   dengan napas sengal-sengal dan dada berombak, dia terbaring putus asa.

   Mudah diduga Suma Siu Khim tidak berhasil menemukan jejak putranya.

   Bok Siu lompat kearah penguasa rumah penjara rimba persilatan itu, mengurut-urutnya dan bertanya "Bibi, bagaimana keadaannya?"

   "Nihil"

   Suma Siu Khim menggelengkan kepala dengan lemah.

   "Biarkanlah aku istirahat sebentar."

   Can Sa Jie mendekati Bok Siu, dengan suara perlahan bertanya "Dia itukah yang menjadi Laucu Penjara rimba persilatan?"

   Bok siu menganggukkan kepala, berkata.

   "Bibiku ini adalah Lauwcu rumah penjara rimba persilatan digUnung Tay-pa San?"

   Lagi- lagi can Sa Jie terlompat hampir dia berteriak "Lauwcu rumah penjara rimba persilatan di gunung Taypa- san- Lauwcu rumah penjara juga seorang Wanita?"

   "Dia adalah ibu Cin Hong"

   Berkata Bok Siu perlahan- "Kenal kepada Cin Hong?"

   Can Sa jie lebih terkejut lagi, matanya direntangkan lebar-lebar dan berkata.

   "Cin Hong? Mengapa tidak kenal? Kami adalah kaWan lama. Dahulu, aku ditugaskan olehnya pergi ke gunung Kun-lun, Go-bie, cong-lay, Swat-San dan Tian-peng, memberitahu kepada mereka akan datangnya penyergapan golongan Kalong, siapa sangka mereka sudah dapat berita ini. membuat aku lari ubek-ubekan seCara perCuma. Kini aku sedang mencari jejaknya, kemarin tiba di bawah gunung, disaat aku membaringkan diri istirahat di sebuah ranting pohon, banyak suara berisik datang kearahku, siapa mereka? o.. ..mereka adalah rombongan golongan Kalong ketua golongan Kalong, dan beberapa orang berambut merah. Mereka berada di bawahku dan membicarakan sesuatu yang sangat rahasia, dikatakan kalau mereka itu sedang berusaha menyerang rumah penjara Tay-pa-san- Dan rencana berikutnya mereka hendak menyerang rumah penjara di gunung Bu-san, diceritakan bagaimana kejadian ditelaga Tay-pek-tie, seolah-olah ada yang terluka. Wah Tidak bisa main-main, nah, maka begitu mereka berangkat pergi, aku menuju kemari, hendak mengecek kebenarannya. Apa kau tahu, dimana Cin Hong berada?"

   Mata Bok Siu menjadi basah, mulutnya menjebir ke arah telaga Tay-pek-tie, ia berkata sedih.

   "Dia terjun kedasar telaga, mencari kotak ajaib, dan sehengga saat ini dia belum muncul kembali. Kukira.....kukira dia sudah mati...."

   "Aha Apa betul ada kejadian yang seperti ini?"

   Berkata can Sa Jie teriak.

   "Belum kuperiksa....."

   Tanpa buka pakaian lagi, can Sa Jie lompat dan terjun ketengah telaga Tay-pek-tie, menyelam dan mencari jejak Kim Hong.

   Bok Siu tidak menyangka sifat-sifat can-Sa Jie yang begitu mementingkan persahabatan, ternyata can Sa Jie mempunyai hubungan baik dengan Kim Hong.

   Mendengar berita buruk dari keadaan sang kawan, ia segera terjun kedasar telaga.

   Bok siu malu kepada diri sendiri, disini dia bisa membuktikan jiwa kepatriotan dari golongan pengemis, dia malu kepada diri sendiri untuk berpegang dengan nama harum.

   Suma Siu Khim beristirahat sebentar, perlahan-lahan dia bangkit menuju kearah Bok Siu, dia berkata "Heran Betul- betul heran"

   "Apa yang mengherankan?"

   Bertanya Bok Siu.

   "Bibi tidaK menemukan sesuatu?"

   Suma Siu Khim menggeleng-gelengkan kepala, berkata "Sudah kujelajahi seluruh dasar telaga Tay-pek-tie, tidak ada selembar bajUpUn yang menyangkut disana."

   "Mungkinkah dimakan ikan besar?"

   Tanya Bok Siu. Lagi- lagi Suma Siu Khim menggelengken kepala, dia menjawab.

   "Tidak mungkin. Di dalam telaga ini tak ada ikan yang besar. Batu cadas banyak, tapi tak ada yang mencurigakan- "Bagaimana hal ini bisa terjadi?"

   Berkata Bok Siu heran.

   "Ya"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Bagaimana hal ini bisa terjadi kecuali hanya satu jawaban, kecuali Tuhan Yang Maha Esa sudah merebut jiwa Kim Hong. Kecuali ini, tidak ada lain kemungkinan-"

   "Aku tidak percaya."Berkata Bok Siu. .Bagaimana kalau Yang Maha Esa menjatuhkan hukuman ini kepada Kim Hong?"

   "Inilah yang kubingungkan- Tuhan Yang Maha Esa mengapa harus menghukum Kim Hong? Semua kesalahan adalah hasil Karya kedua tanganku, tidak boleh dia menghukum Kim Hong. Apapun yang terjadi biar kupikul tanggung iawab sendiri. Tidak ada hubungan dengan Kim Hong, mengapa Tuhan Yang Maha Esa menjatuhkan hukuman kepada anakku? Huh Tuhan tidak adil Mulai saat ini, aku akan melakukan pembunuhan yang besar-besaran, aku akan mengadakan banjir darah yang lebih hebat, hendak kulihat Hukuman apa pula yang bisa dilakukan atas diriku?"

   Bok siu bungkam dalam seribu bahasa.

   Disinilah letak perbedaan Bok siu dan Yo In-jie, kalau Yo In-jie itu nakal dan sering membantah, Bok siu lebih jinak dan lebih mudah dikuasai.

   Suma Siu Khim bangun berdiri, dia mengajak Bok siu dan berkata "Mari Kita pulang kerumah penjara, Biar bibimu memberi pelajaran ilmu silat, sesudah itu kita hancurkan semua anggota golongan Kalong.

   Sesudah itu, ah ....kukira telaga Tay-pek-tie ini adalah tempat bersemayam untuk selama-lamanya ."

   Bok Siu berkata.

   "Bibi, biar kita tunggu dia lagi sebentar. Dia baru menyelam kedasar telaga."

   "Dia bisa apa? Sedangkan akupun tidak ada hasilnya."

   Disaat ini, air telaga bergolak. kepala can Sa Jie nongol keluar, dia berenang ketepi dan lompat naik. Bok Siu lari menghampirinya dan bertanya.

   "Saudara can Sa Jie, bagaimana keadaannya Ada penemuan?"

   Can Sa Jie menggelengkan kepala, dengan sedih berkata.

   "Habislah sudah...."

   Bok Siu menyusut air matanya, dia bertanya kepada can Sa Jie.

   "Hei, kau adalah salah satu temannya, mengapa kau tidak menangis?"

   Can Sa Jie mendongakkan kepala, memandang Bok siu dan berkata.

   "Aku can Sa Jie pernah berjanji kepada diri sendiri, seumur hidupku tidak akan menangis."

   Suma Siu Khim mengeluarkan kotak ajaib yang sudah kosong beserta dengan dua belas kunci-kunci emasnya, dilempar ketelaga Tay-pek-tie, menggapaikan tangan kearah Bok Siu dan berkata "Mari Tidak perlu dicari lagi?"

   Can Sa Jie memberi hormat kepada Suma Siu Khim, ia berkata "Liuweu boanpwe ada satu pengharapan."

   "Urusan apa?"

   Bertanya Suma Siu Khim.

   "Sudan lama boanpwe tak bertemu dengan suhu boaopwee....."

   "Aku tahu."

   Suma Siu Khim menganggukkan kepala.

   "Kau ingin menemuinya?"

   Can Sa Jie menganggukkan kepala berkata.

   "sebelumnya, boanpwee mengucapkan banyak terima kasih."

   "Itulah"

   Berkata Suma siu Khim.

   "Kau bebas bertemu dengannya. Didalam krisis dan kehancuran rumah penjara rimba persilatan, semua tidak kupikirkan lagi."

   Bertiga meninggalkan telaga Tay-pek tie, menuju kearah gunung Tay-pa-san.

   Ditenguh jalan, Bok Siu menceritakan dengan lebih jelas, dan mulai saat itulah can Sa Jie mengetahui duduknya perkara.

   Disaat waktu sudah menjadi gelap.

   mereka tiba disuatu dusun kecil, saat ini luka Suma Siu Khim tidak tertahan lagi.

   Luka penderitaan bathin dan luka bekas pukulan Mobilson- Hamid sudah membuktikan keunggulannya.

   Setelah Suma siu Khim melakukan perjalanan satu hari penuh yang terus menerus, ia tidak bisa bertahan lagi.

   Memuntahkan beberapa gumpal darah, jatuh ditepi jalan- Beruntung Bok Siu membawa obat-obatan, dihadiahkannya beberapa butir obat kuat sehingga banyak membantu usahanya Suma siu Khim, Mereka tidak meneruskan perjalanannya itu, mencari sebuah rumah penginapan untuk bermalam.

   Bok siu adalah seorang gadis yang penuh open dan telaten, dengan penuh prihatin, ia merawat kesehatan Suma Siu Khim.

   biasanya dia berkelana dengan memegang pedang, ia mengenakan pakaian pria, belum pernah melakukan sesuatu yang sangat kecil itu.

   Hanya beberapa waktu, Bok siu sudah memecahkan beberapa cangkir dan menumpahkan air keduanya sangat canggung sekali.

   Atas ketidak becusan Bok siu melayaninya Suma Siu Khim tidak bisa jadi marah, malah ia terharu atas kesediaan Bok Siu, teringat bagaimana dia telah menolak rara Cinta Suhu Bok siu.

   dia semakin terharu.

   "Bok Siu,"

   Dia memanggil pelahan.

   "Aku mempunyai satu permintaan, entah bagaimana usulmu "

   "Perintah sajalah,"

   Berkata Bok siu.

   "Kau bersedia?"

   Bertanya Suma Siu Khim.

   "Segala sesuatu akan kulakukan-"

   Jawab Bok siu.

   "Baik, Aku memberi perintah agar kau segera istirahat."

   Bok siu tertegun, Sangkanya permintaan apa, tidak tahu hanya kata-kata yang seperti itu. dia berkata.

   "Bibi, keadaan badanmu belum baik betul."

   "Eh, kau tidak mendengar perintah?"

   Suma siu Khim jadi kewalahan- "Baiklah."

   Bok siu menghela napas.

   "Aku menggunakan kamar disebelah, kalau bibi membutuhkan sesuatu, panggil sajalah."

   Betul-betul Bok Siu meninggalkan kamar Suma Siu Khim.

   masuk kedalam kamarnya.

   Malam berlarut.......

   Disaat kentongan sudah dipukul tiga kali, keadaan sudah semakin sepi.

   Suma siu Khim duduk bersila, mengatur peredaran jalan darahnya.

   Ia membenarkan letak-letak tempat jalan darah yang sudan tergetar.

   Tiba-tiba telinga Suma siu Khim yang tajam bisa menangkap sesuatu, hatinya tergerak, memasang kuping lebih tajam.

   Suara itu sirap untuk beberapa saat, dan tiba-tiba terdengar lagi suara bletak......

   Suara itu keluar dari kamar sebelah, itulah kamar Bok siu.

   Suma siu Khim memanjangkan kuping, tidak terdengar suara lain- Maka timbul kecurigaannya, dia mengetok papan dan bertanya.

   "Bok Siu, apa kau sudah tidur?"

   Sangat sepi, tak terdengar jawaban Bok siu.

   Ini lebih mencurigakan suma Siu Khim, sebagai seorang jago silat, seharusnya Bok siu bisa melatih diri.

   Walau dalam keadaan tidur pulaspun, mendapat tegoran itu seharusnya dia bangun.

   Tapi tak ada jaWaban- Mungkinkah sudah terjadi sesuatu,? Suma Siu Khim meninggalkan pembaringannya, lompat dan menuju kekamar Bok Siu.

   Mengetok beberapa kali, masih tidak terdengar jaWaban, dia menggebrak pintu dan menerjang masuk.

   "Bias .....". Diatas pembaringan sudah tiada orang, kain sprei agak kusut, disana sudah kehilangan jejak Phiauw-peng Kiamkhek Bok Siu "Huh"

   Suma Siu Khim mengeluarkan suara dari hidung seperti apa yang sudah diduga, betul- betul terjadi sesuatu.

   Apa yang sudah terjadi? Suma Siu Khim mempunyai pengalaman yang luas, daya pikirannya cepat dan tubuhnya melejit, mendorong jendela dan melesat keluar.

   Secepat itu pula, mata Suma Siu Khim yang lihay bisa menangkap sesuatu, lantas mengurangi gerakannya dia menunjukkan tangan, pada dinding jendela tampak secarik kertas begitu tubuhnya melesat keluar, tangannya sudah meraih kertas tersebut dan diseretnya keluar pula.

   Dia berada diluar pekarangan, membaca tulisan yang ditarik tadi yang berbunyi.

   "Kalau ingin menemukan keponakan muridmu, lekas pergi kerumah penjara yang baru digunung Bu-san."

   Aaaah Tindak tanduk rumah penjara Bu-san semakin misterius, semakin berani, lagi- lagi menculik wanita.

   Kalau wanita biasa, mungkin tidak menjadi soal, yang penting yang diculik itu adalah keponakan murid Suma Siu Khim, penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san yang gagah perkasa, iblis betina yang tidak pernah menemukan tandingan- Kemarahan Suma siu Khim meluap-luap.

   dia lompat keatas genteng, memeriksa sekelilingnya, sunyi senyap.

   tiada bayangan dan tiada sesuatu yang mencurigakan.

   Dia sedang memikir-mikir, kemana larinya arah penculikan itu? Hah Gunung Bu-san terletak didaerah tenggara, pasti mereka menuju kearah itu.

   Disaat Suma siu Khim hendak meluncurkan kakinya menuju kearah tenggara, tampak suatu bayangan lompat keluar dari salah satu kamar rumah penginapan, itulah bayangan can Sa Jie, can Sa Jie mendatangi Suma siu Khim, dia bertanya.

   "Lauwcu, apa yang terjadi?"

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan uring-uringan Suma siu Kim berkata.

   "Bok Siu diculik oleh orang-orang dari gunung Bu-san-"

   "Aaaa"

   Can Sa Jie berteriak.

   "Bagaimana baiknya?"

   Suma Siu Khim tidak perlu menjawab pertanyaan can Sa Jie, kakinya melejit diarahkan tenggara. Ia meluncur dengan keCepatan tiada tara, menuju kearah gunung dan mengejar orang yang berani menculik Bok Siu itu."

   Can Sa Jie mengintil dibelakangnya, tentu saja dengan memforsir semua kekuatan yang ada.

   Di dalam sekejap mata lima puluh lie telah dilewatkan-Jaraknya dengan Suma Siu Khim aemakin lama semakin jauh, akhirnya kehilangan bayangan iblis betina itu, Di saat ini, Waktu sudah menjadi pagi, can Sa Jie tak bisa mengikuti keCepatan Suma siu Khim.

   Dia duduk istirahat, untuk mencari sesuatu dengan lebih teliti.

   Suma siu Khim tidak menemukan jejak dari orang-orang yang menculik Bok siu, begitu juga keadaan canSa Jie tidak berhasil menemukan orang-orang yang sudah menculik Piauw-peng Kiam-khek Bok Siu.

   Mereka sudah berada di tempat yang tidak jauh dari gunung Tay-pa-san- Di saat can Sa Jie Celingukkan kekanan dan kekiri, tibatiba tiga bayangan meluncur datang.

   keCepatannya luar biasa, seolah-olah bintang yang jatuh dari langit, mereka datang dari arah timur.

   Itulah jago-jago silat tiada tandingancan Sa Jie bersiap siaga kedatangan musuh, dia menyembunyikan diri di balik pohon, pikirannya bergumam "Jago silat dari mana yang datang?"

   Can Sa Jie sedang memikir-mikir, jago dari mana pula yang memiliki kepandaian hebat seperti ketiga bayangan ini? Mengingat semua jago rimba persilatan sudah dijebloskan kedalam kamar tahanan rumah penjara Tay-pa San dan rumah penjara Bu San, mana mungkin ada jago yang begitu hebat pula? sepintas lalu, gerakkan ketiga bayangan itu tidak kalah dari gerakan Sang Suhu Sam-kie-hui-sian-to tiga tokoh ajaib itu.

   Sebentar kemudian, ketiga bayangan sudah berada di depan can Sa Jie.

   Mereka terdiri dari dua kakek dan seorang nenek, wajah itu tidak asing bagi can Sa Jie.

   Karena wajah itu adalah wajah It-hu Sianseng To Lok Thian, wajah can Sa Sian Sie Koan dan wajah Thian-san Soat Po-po Sie siong In- Mereka adalah tiga tokoh ajaib yang terkurung dalam kamar tahanan rumah penjara Tay-pa-sancan Sa Jie berteriak girang, keluar dari tempat persembunyiannya, memberi hormat kepada sang suhu dan barkata "Suhu, bagaimana kau bisa bebas dari kamar tahanan Tay-pa San?"

   It-hu Sianseng, Thian San Soat Po-po dan can Sa Sian juga terkejut atas hadirnya si pengemis kecil di tempat itu. Terlebih- lebih can Sa sian, rasa girangnya tidak kepalang, diangkatnya pundak sang murid digoyang-goyangkannya dan berkata.

   "Ha-ha-ha-haa.... bagaimana kau bisa berada di tempat ini?"

   Dikocok pulang pergi seperti itu, kepala can Sa Jie pusing tujuh keliling, keadaan murid dan guru can Sa Jie dan can Sa sian memang agak luar biasa, agak kekonyolkonyolan- Tentu saja ia menjadi kebingungan. It-hu Sianseng tertawa dan berkata.

   "Saudara can Sa Sian, lepas dahulu peganganmu itu. Biar muridmu bisa beri jawaban-"

   Can-sa sian terCengang, dilepaskannya pegangan yang menggoyangkan tubuh melewekan mulut dan bertanya.

   "Ya can Sa Jie, bagaimana kau bisa berada disini? Sesudah perpisahan kita, apa saja yang kau lakukan?"

   Baru sekarang can Sa-jie mempunyai kesempatan bernapas, pertama-tama ia memberi hormat kepada It-hu Sianseng dan Thian San Soat Po-po.

   Sesudah itu baru ia menghadapi gurunya, dengan tertawa cekakak-cakikik berkata "Suhu, adanya teeCu berada ditempat ini tidak begitu mengherankan- Apa saja yang teeCu lakukan, juga kurang penting, yang heran bagaimana Suhunya sekalian bertiga bisa melarikan diri dari rumah penjara Tay-pa-san?"

   Mendapat pertanyaan itu, can Sa Sian agak marah


Elang Pemburu -- Gu Long /Tjan Id Harimau Kemala Putih -- Khu Lung Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long

Cari Blog Ini