Tangan Berbisa 2
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 2
su, akhirnya ia telah dihukum rangKet pantatnya. ..."
"Dirangket pantatnya ?"
"Ya Orang yang bernama Thiat-oe Siang-su itu seorang yang paling tak tahu malu..."
Berkata Sampai disini, tibatiba terdengar Suara.
"He he he... ."
Dengan tiba-tiba, dari dalam kamar yang terpisah sejarak dua puluh tombak, terdengar suara tertawa dingin, suara itu sama dengan yang pernah mereka dengar ditepi telaga seeouw kemarin malam Dua orang itu terkejut.
mereka Segera merasakan ada apa- apa yang tidak beres, maka buru-buru lari keluar dari kupel dan menuju kedalam rumah.
Cin Hong masuk lebih dulu, tampak lampu didalam kamarnya masih menyala, tetapi dua orang tua itu sudah tidak tampak lagi bayangannya.
Selagi hendak balik keluar untuk mengejar, diatas meja tampak sepotong kertas, agaknya tulisannya yang sengaja ditinggalkan disitu, maka ia lalu Cepat mengambil.
Ketika ia membaCa surat itu, Yo in In juga sudah lari kesampingnya, hingga dua- dua membaCa bersama.
Surat itu bunyinya sebagai berikut.
"oleh karena kelakuan To Lok Thian dan Sie Siang In kurang baik, mengelabui mata dunia dengan pura-pura berbuat baik, ini tidak dapat dibenarkan- Maka diminta lapor diri kerumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san Sebelum tanggal lima bulan lima. Apabila lewat waktu tidak datang, akan diambil tindakan tegas. Penguasa penjara rimba persilatan- "
"Aaa, penguasa rumah penjara rimba persilatan sudah mengirim ancaman"
Dua orang itu setelah membaca surat tersebut, semua menunjukkan sikap terkejut dan Saling berpandangan sekian lama, in-jie membaca sepasang matanya yang lebar, lama baru bisa bicara.
"Ya Tuhan, penguasa penjara rimba persilatan "
Dengan alis berdiri Cin Hong berseru.
"Lekas kejar "
Ia melemparkan suratnya, kemudian lompat keluar dari dalam kamarnya.
Dengan di ikuti oleh in-jie.
Kedua-duanya lompat keatas genteng rumah, matanya ditujukan kearah datangnya suara tadi, waktu itu orang berbaju hitam yang diduga menyampaikan tadi kepada dua Suhunya, kini ternyata sudah tidak nampak lagi bayangannya.
Waktu itu Sudah hampir pagi, kota Hang-ciu masih Sepi, seolah-olah masih diliputi oleh ketenangan- In-jie tidak nampak gurunya, hatinya merasa Cemas.
Injie lebih dulu menggunakan ilmunya ringankan tubuh, bagaikan asap lompat turun dari atas genteng dan berseru.
"Hei Perlu apa kau masih berdiri bingung, lekaS kejar "
Cin Hong segera bergerak, dengan mengikuti jejaknya melayang turun kebawah.
Sebelum kakinya menginjak tanah, dipojak utara, tiba-tiba tampak sesosok bayangan hitam, sepasang lengan jubah bayangan itu bagaikan seekor burung kalong raksasa, melayang menghilang keluar pekarangan- Dalam terkejutnya, badannya yang masih berada diudaa.
lantas melakukan gerakan memutar dan mengejar Keutara Sambil berseru.
"Nona Yo. musuh ada disini, lekas kau kemari "
In-jie mendengar ucapan itu segera lompat balik ke-utara, secepat kilat mengejar sampai keluar gedung.
Dalam keadaan gelap gulita, Samar-samar tampak Sesosok bayangan hitam berada ditempat sejauh enam tombak.
sedang menggerakkan sepasang lengan jubah, hingga Saat itu mengeluarkan suara "bles blek,"
Terbang melayang Semakin menjauh.
Gerak-geriknya itu mirip sepertii burung kalong raksasa.
Sudah tentu Cin Hong tidak mau perCaya bahwa didalam dunia ini ada kalong yang demikian besarnya, maka tanpa menghentikan kakinya, ia terus mergejar.
sedangkan In-jie oleh karena kemarin malam pernah dengar dari Cin Hong yang mengatakan tentang siluman kalong, maka dalam hati lantas meraSa takut, hingga tidak berani mengejar lebih dulu.
ia hanya mengikuti dibelakang sambil bertanya.
"Hei, besar sekali kalong itu. Apakah dia Siluman kalong?"
Cin Hong meskipun baru berada bersama-sama Setengah malam, namun ia sudah tahu bahwa gadis itu bernyali kecil, maka ketika mendengar pertanyaan itu, lantas timbul pikirannya hendak menggoda. Katanya.
"THem, Barangkali benar-benar Siluman kalong yang Sudah bertapa ribuan tahun lamanya "
Wajah In-jie berubah seketika, buru-buru nenghentikan kakinya, sedang mulutnja berseru.
"Kau bohong Apakah kau hendak menakuti aku ?"
Cin Hong memperlambat larinya sambil palingkan kepalanya.
"Jangan takut, kita bekerja sama untuk menangkap dia,"
In-jie tidak berani, ia berkata sambil monyongkan mulutnya.
"Tidak. aku tidak mau menangkap kalong, rupanya seperti tikus. ..."
Ketika Cin Hong menoleh lagi, kalong itu Sudah berada sejauh sepuluh tombak lebih,maka ia lalu menggerakkan kakinya untuk mengejar, sedang mulutnja terus berseru kepada In-jie^ "Nona Yo, dia kalong atau bukan, kau ikut aku mengejar saja"
Namun In-jie masih tetap berdiri tegak, dari jauh ia berKata^ "Cin Hong. bagaimana kau tahu kalau dia bukan Siluman kalong"
Cin Hong tertawa terbahak-bahak dan berkata.
"Jika dia benar-benar Siluman kalong, Sejak tadi Sudan terbang kelangit."
In-jie pikir, bahwa ucapannya itu memang benar, maka ia lantas angkat kaki dan pergi mengejar lagi, tak disangka baru saja mengejar beberapa langkah, Kalong yang dikejarnya itu berada ditempat sepuluh tombak lebih dengan tiba-tiba terbang setinggi tujuh tombak lebih, dilihatnya benar-benar seperti seekor burung kalong raksasa.
Wajah In-jie pucat Seketika, ia menjerit kaget dan berhenti lagi, seraya berseru kepada Cin Hong.
"Hei, lekas kau kembali, itu adalah siluman kalong, tidak Salah lagi."
Cin Hong yang saat itu terpisah dengan kalong hanya tinggal delapan tombak^ dapat melihat dengan jelas, tampak kalong itu terbang, kelihatan kakinya seperti kaki manusia yang ditekuk kebawah perutnya.Jelas itu adalah manusia yang berlaku seperti kalong, maka ia terus mengejar jangan sampai ketinggalan jauh.
Atas panggilan gadis tadi, ia menyahut dengan suara keras^ "Tidak Dia bukan siluman kalong, aku sudah melihat kakinya"
Sambil lari mengejar lagi, In-jie bertanya.
"Apa kau tidak membohongi aku? Kalau bukan siluman kalong. bagaimana bisa terbang?"
"Ha ha .... , dia sedang menggunakan ilmu berjalan ditengah udara. Apakah kau tidak melihatnya?"
Berkata Cin Hong Sambil tertawa besar.
In-jie yang memiliki ilmu meringankan tubuh terhebat dari golongan rimba persilatan sudah tentu tahu apa yang dimaksudkan dengan ilmu berjalan ditengah udara, hanya pada saat itu, oleh karena pikirannya sudah dipengaruhi oleh peraSaan takut terhadap siluman kalong Sedikit pun tidak memikirkan kalau bayangan itu adalah orang yang jadi.
Maka ia juga tak ingat lagi kepada "Ilmu berjalan ditengah udara"
Yang memang banyak dikenal oleh orangorang rimba persilatan pada saat itu, setelah mendengar keterangan Cin Hong, wajahnya jadi merah seketika. Selagi hendak membantah. ditempat gelap tiba-tiba terdengar suara dalam.
"Nona...kecil , ...dia....bukan... .siluman kalong ....akantetapi ....jauh lebih lihay ....dari pada, ...siluman kalong."
Dari nada suaranya itu dapat diduga bahwa orang yang mengeluarkan ucapan itu tidak ada maksud jahat, jelas pula bahwa orang yang mengucapkan perkataan itu adalah seorang tua yang tidak biSa bicara lancar.
In-jie terperanjat mendengar ucapan itu, ia menghentikan langkahnya dan berpaling ketempat gelap Seraya bertanya.
"Hei. kau Siapa?"
Disuatu gang yang gelap gulita. kira-kira beberapa tombak disebelah kirinya terdengar suara orang tua yang dalam tadi.
"Aku...siorang tua...adalah...orang, penjual...susu, tahu... ."
Dalam hati In-jie merasa curiga.
maka tidak menantikan keterangan lebih jauh, kedua kakinya lantas bergerak.
dengan kecepatan bagaikan kilat melesat ke-gang yang gelap itu, ia pasang mata mencari-cari orangnya.
tetapi dalam gang ternyata kosong melompong, Seekor kucing pun tidak nampak.
Saat itu bayangan siluman kalong kembali terbayang didalam otaknya, hingga hatinya meraSa jeri.
Iaingat diwaktu masih kanak-kanak.
pernah mendengar orang tua berkata, bahwa rambut boleh digunakan Untuk mengusir segala siluman-Maka buru-buru ia mencabut beberapa lembar rambutnya sendiri, dan dilibaskan ketengah udara, setelah itu ia memutar dirinya keluar lagi dari dalam gang, dan menuju kearah Cin Hong yang berada sejauh dua puluh tombak dari tempatnya untuk mengejar lagi, sedang mulutnya berteriak-teriak memanggil.
"IHei Cin Hong Tunggu aku"
Cin Hong yang sedang mengejar kalong itu ditengah udara. mendengar panggilan gadis itu yang mengandung perasaan takut, buru-buru menghentikan kakinya dan berpaling seraya bertanya.
"Ada urusan apa? nona Yo^"
In jie buru-buru menghampirinya, ia berkata dengan napas tersengal-sengal.
"Aku telah ketemu siluman, benarbenar sangat menakutkan"
Cin Hong terperanjat, tanyanya.
"siluman? Dimana silumannya?"
Injie belum menjawab, ditempat gelap tadi tiba-tiba terdengar pula suara orang tua yang ucapkan dengan. nada tidak lancar.
"Siluman .... ada di ...sekitar ...kalian ... .ada seekor.... siluman .... rase......seekor siluman kalong merah ...delapan ekor..... siluman- . .kalong hitam... ."
Cin Hong merasa bahwa orang yang mengeluarkan ucapan itu suaranya agaknya tidak asing.
Ia mengeluarkan seruan terkejut, setelah itu ia berpaling mengawasi kearah di sekitarnya.
Tampak olehnya di tempat sekitar lima tombak darinya, entah sejak kapan telah muncul sepuluh bayangan orang yang sangat aneh Tepat dihadapannya berdiri seorang perempuan berparas CantiK, berpakaian warna perak^ sikap dan paras perempuan itu sepintas lalu memberikan kesan seperti Seorang dari golongan agung.
Disebelah kanan perempaan Cantik itu berdiri Seorang lelaki tua berambut putih berpakaian jubah merah tua, wajah orang tua itu memberi Kesan pada orang seolah-olah orang dari golongan kejam dan banyak akaL orang tua itu berdiri dengan bertolak pinggang, hingga jubahnya yang lebar terbentang, tampak seperti burung yang sedang berdiri.
Di Samping itu, ada delapan orang yang berpakaian hitam, dengan bentuknya yang aneh.
delapan orang itu semua mukanya tertutup oleh kerudung kain hitam, diatas punggung mereka semua menyoreng sebilah pedang panjang.
Semua berdiri berbaris dikedua samping perempuan cantik dan orang tua berambut putih itu, karena pakaian orang-orang itu semuanya mirip dengan pakaian burung- burung yang bersayap.
didalam keadaan gelap tampaknya semakin menyeramkan.
Cin Hong dan In-jie semua belum pernah melihat bahwa dirimba persilatan pada dewasa itu ada golongan orang yang bentuknya dan dandanannya yang mirip dengan kalong.
Maka begitu berhadapan dengan orang-orang aneh itu, semua terperanjat, hingga berdiri berdampingan tidak tahu bagaimana harus berbuat.
orang tua berambut putih berjubah merah itu, dengan sepasang matanya yang berkilauan, sinar tajam, menatap wajah Cin Hong dan in-jie seCara bergiliran- Dengan tibatiba mengeluarkan cuaranya dan berkata kepada perempuan cantik disisinya.
"Touw Kwie-hui, kali ini kita agaknya terlalu membesarbesarkan urusan keciL Dua bocah ini sesungguhnya tidak terlalu berharga buat kita turun tangan sendiri"
Sepasang mata perempuan cantik yang jeli itu berputaran di Wajah Cin Hong Sejenak, dengan tiba-tiba mengeluarkan Senyumnya yang manis, setelah itu ia membuba mulutnya dan berkata dengan nada suara yang merdu^ "Golongan kita belum lama dibentuknya, dalam segala hal harus berhati-hati, apa lagi kedua bocah ini merupakan mUrid kesayangan dua tokoh kuat rimba persilatan pada dewasa ini."
Orang tua berjubah merah itu kembali perdengarkaan suara tertaWanya yang menyeramka -Setelah itu ia berkata.
"Heh, menurut pandanganku, asal mengirim tiga atau empat anak buah dari Ek-hok-tong saja juga sudah cukup, ..."
Selama dua orang itu bercakap-cakap. Cin Hong juga bertanya dengan suara perlahan kepada In-jie yang berdiri di dampingnya.
"Apa nona Yo kenal dengan orang-orang itu?"
"Tidak, aku tak kenal"
"Hei Bukankah kau banyak kenal dengan orang-orang rimba persilatan?"
"Bodoh, apa kau tadi tidak dengar mereka yang mengatakan sendiri bahwa perkumpulan mereka belum lama berdiri? Mereka adalah golongan yang berdiri belum lama di rimba persilatan- bagiamana aku bisa kenal?"
"oh, apakah mereka bukan orang bawahan penguasa rumah penjara rimba persilatan?"
"Bukan, kabarnya penguasa rumah penjara rimba persilatan itu biasanya mempunyai sepuluh pengawal yang dinamakan sepuluh Giam-lo dan sebelas anak buah dari Thiat U sianseng mereka jarang muncul di dunia Kangouw, dandanan mereka juga tidak seperti Orang-orang ini yangi tidak karuan macamnya"
"ini benar-benar aneh, encie."
"Kenapa?"
"orang yang menyampaikan surat kepada suhu bukankah juga orang yang mengenakan pakaian seperti kalong? Kalau dia bukan anak buah penguasa rumah penjara rimba persilatan, dengan cara bagaimana menyampaikan surat untuknya?"^ "Ehm, tetapi mungkin orang yang menyampaikan surat itu masih ada orang lain lagi. coba kau tanya mereka"
Cin Hong menganggukkan kepala, lalu menghampiri orang tua berjubah merah. dan kemudian memberi hormat kepadanya seraya berkata.
"Bapak. kalian datang darimana? Dan ada urusan apa mengurung kami berdua?"
Orang tua berbaju merah itu barangkali baru pertama kali ini ada orang membahasakan dirinya Bapak, maka sejenak ia jadi terperanjat. lantas berpaling pada perempuan cantik berpakaian warna perak disisinya, kemudian berkata sambil tertawa.
"To Kwie-hui, bocah ini rupanya belum mempunyai pengalaman"
Perempuan cantik itu melirik kepada Cin Hong, dengan sikapnya yang menarik, katanya.
"Inilah salah satu sebab yang membuatku hendaK menarik mereka jadi pembantuku yang penting. Aku hendak angkat mereka menduduki kedudukan Kim-thong dan Giok-lie"
Cin Hong mendapat kesan, bahwa perempuan golongan baik- baik, maka perasaan muak lantaS dengan sendirinya pasti timbul di dalam hatinya, dengan alis dikerutkan matanya menatap Wajah orang tua berjubah merah, kemudian berkata dengan sikap sungguh-sungguh^ "Bapak.
aku bicara kepadamu, apakah kau tidak dengar?"
Orang tua berjubah merah itu seolah-olah tidak dengar, kembali berkata kepada perempuan cantik disisinya sambil tertawa^ "Kau dengar sekarang ia sudah mempunyai sedikit keberanian."
Meskipun Cin Hong belum pernah berkelana didunia Kang ouw, tetapi sifatnya dan jiwanya yang di dapat dari pelajaran ilmu Silatnya, tidak kalah dengan orang2 rimba persilatan pada waktu itu, karena melihat orang tua itu sedikitpun tak pandang mata dirinya, maka lantas timbul hawa marahnya, ia berkata sambil menarik tangan In-jie.
"Nona Yo. mari kita mencari suhu"
Orang tua berjubah merah itu, tiba-tiba mendongak dan terkekeh, sambil menuding mereka berdua dan berkata.
"Hehehe... .mencari suhu? Tahukah kau kemana sekarang mereka pergi?"
Cin Hong bersikap seperti Sedang pasang telinga, dan bertanya kepada in-jie sambil melirik kepadanya^ "Nona Yo, kau dengar siapa sedang bicara?"
In-jie berputaran biji matanya, selanjutnya menunjukan sikap bingung dan menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku sedikitpun tidak pernah dengar ada orang bicara" . Cin Hong seolah-olah sedang mencari alasan, ia sangat gembira, dengan mengandeng tangan in-jie berjalan menuju kesalah seorang dari delapan orang-orang berpakaian hitam. Kemudian berkata sambil tertawa terbahak-bahak.
"Jalan Mari kita pergi mencari Suhu"
Ia tahu bahwa orang tua berjubah merah pasti tak akan membiarkan dirinya pergi, maka sikapnya itu meskipun nampaknya tidak merasa takut, namun diam-diam sudah mengerahkan kekuatan tenaganya, sebagai persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan.
Tak disangka-sangkanya, baru berjalan dua tiga langkah, mendadak tampak berkelebat sesosok bayangan orang perempuan cantik bagaikan bidadari itu sudah melayang dan berdiri di hadapannya Sambil perlihatkan senyum yang manis.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekali bergerak.
bisa mencapai jarak sejauh lima tombak, bukankah suatu kejadian yang mengherankan- tetapi perempuan itu bisa bergerak demikian cepat dan tanpa menimbulkan suara sedikitpun juga, suatu bukti bahwa perempuan cantik itu pasti sudah memiliki ilmu kepandaian tinggi sehingga baru bisa berbuat demikian, dan pada dewasa ini dalam rimba persilatan orang yang memiliki kepandaian ilmu semacam itu jumlahnya hanya beberapa gelintir saja.
Siapakah sebetulnya perempuan cantik yang disebut To Kwie-hui atau permaisuri itu? Dilihat dari wajahnya, usianya paling banter hanya dua puluh lima tahun, namun kepandaian ilmunya ternyata sudah demikian hebat.
Cin Hong menghentikan langkahnya dan menarik napas, ia melepaskan tangan in-jie seraya berkata.
"Nona ini dengan maksud apakah merintangi perjalanan kita ?"
Perempuan cantik itu dengan menatap wajah Cin Hong lalu berkata sambil tersenyum.
"Aku telah mendapat perintah pangCu, datang kemari untuk mengambil kalian berdua, hendak diajak pulang kemarkas, karena hendak diberi jabatan Kim Thong dan Giok Lie oleh pangCu, inilah Suatu jabatan yang tidak mudah diperoleh bagi setiap orang sekarang marilah kalian ikut kami pulang "
"Ooo..Bolehkah aku numpang tanya kepada nona? Golongan yang kalian itu sebetulnya golongan apa?"
Demikian itu Hong balaS menanya. Mata perempuan cantik itu berputaran mengawaSi orang-orangnya yang mengenakan pakaian hitam bagaikan kalong, yang mengelilingi disekitarnya, kemudian berkata sambil tertawa.
"Golongan orang-orang kita ini jika siang hari sembunyikan diri, tetapi diwaktu malam tentu keluar, maka kita namakan golongan ini sebagai golongan kalong. Kau lihat apakah bentuk mereka itu bukankah mirip dengan kalong?"
"Siapakah pangcunya?"
"Pangcunya ialah Kim Pian Hok....Eh, bukan- Hal ini tunggu sampai kalian nanti menjadi anggota resmi golongan kalong kita barulah aku akan beritahukan kepadamu lagi^"
"Apakah Pangcumu itu bukankah penguaSa rumah penjara rimba persilatan ?"
"Bukan, bukan golongan kita ini tak mempunyai sedikit perhubungan juga dengan rumah penjara rimba persilatan "
"Kalau begitu, bagaimana kalian menggunakan nama penguasa rumah penjara rimba persilatan, menyampaikan Surat kepada suhu dan Thian-san Swat Popo. Apakah maksud yang sebenarnya?"
"It-hu Sianseng dan Thian-San Swat Popo percuma saja memiliki kepandaian ilmu begitu tinggi, mereka adalah orang2 yang takut mati, mereka tidak berani pergi ke rumah penjara di GUnUng Tay-pa San untuk menantang penguasa rumah penjara rimba persilatan itu supaya lekas bebas kembali, maka barulah menggunakan akal ini untuk memanaskan hati mereka supaya berani pergi Kerumah penjara rimba persilatan."
"Aku lihat kepandaian ilmu silat nona juga sangat bagus sekali, kenapa tidak berani menantang sendiri ?"
"Aaaa...kepandaianku masih terpaut jauh sekali ?"
"Hm kau sendiri tidak berani pergi, sebaliknya menyalahkan orang lain tidak pergi. dan juga melakukan perbuatan memalsu surat orang demikian, kalau begitu, golonganmu ini bukanlah golongan orang baik-baik?"
Baru saja Cin Hong menutup mulut, In-jie segera menyambungnya^ "Benar. Tidak saja bukan golongan orang baik-baik, tetapi juga bukan wanita baik"
Diejek demikian, wanita cantik bergaun warna perak itu masih tetap tersenyum, selagi hendak menjawab, seorang berpakaian hitam yang berkerudung dimukanya tiba-tiba membentak dengan suara keras^ "Budak hina, kau terlalu berani, menghina Ta Kwie-hui dari golongan kita, apakan kau sudah bosan hidup ?"
Suara itu diucapkan dengan nada tajam melengking, hingga didengarnya sangat menusuk telinga, in-jie berseru kaget. Ia lalu berpaling dan mengamatamati kepada orang berbaju hitam berkerudung hitam yang berbicara tadi, setelah itu ia bertanya.
"Hei, apakah kau ini bukan orang yang di namakan Tok Siu-cay Leng Go?"
Orang berbaju hitam itu mengangguk-anggukkan kepala dan berkata sambil tertawa dingin- "Benar, hari ini apabila kau suka mengikuti kita dengan baik, permusuhan kita yang lama boleh tak usah diperhitungkan lagi."
Orang yang memiliki nama julukan Tok Siu cay itu adalah salah seorang yang paling buas dari empat manusia buaS yang pada beberapa puluh tahun berselang pernah mengaCau rimba persilatan, juga merupakan Salah seorang pengaCau kaum wanita yang paling ganaS, tentang ilmu silatnya termasuk golongan kelas satu tetapi ditilik dari pakaiannya yang di kenakannya pada saat itu, jelas hanya merupakan salah Seorang anggota yang kedudukannya rendah, dengan Cara bagaimana ia bisa berbuat demikian- Inilah yang ingin di ketahui in-jie.
Apa yang diucapkan tentang permusuhan lama yang dimaksudkan ialah dalam pertempuran dengan in-jie di kota Tiang An pada beberapa bulan berselang, ia telah terpukul rontok Satu gigi depannya.
Bagaimana in-jie sendiri, oleh karena kemenangannya yang dahulu itu, maka sedikitpun tak merasa takut padanya, sebaliknya malah mengejek dengan kata-kata yang sangat tidak enak.
"Bagus sekali, malam ini apabila kau Tok Siu-cay mau berlutut dihadapan nonamu, maka nonamu juga akan mengampUni kau sekali lagi, tak akan memukul rontok gigimu lagi"
Tok Siu-cay dahulu terpukul rontok satu giginya, sebetulnya ialah karena merasa jeri terhadap Thian San Swat popo yang waktu itu menyaksikan pertempuran tersebut.
Tetapi kali ini setelah mendengar ucapan yang bersifat mengejek dihadapan orang banyak.
ini berarti membuka rahasianya yang memilukan itu, maka saat itu ia lantas menjadi marah, dengan keluarkan suara bengis, ia menghunus pedang panjang dari atas punggungnya, kemudian hendak menyerang in-jie.
sebelum ia bertindak lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara bentakan "Tahan dulu"
Tok siu-cay terpaksa menghentikan tindakannya.
setelah ia menarik kembali serangannya lalu membalikan diri dan memberi hormat kepada wanita cantik itu, setelah itu ia balik kembali ketempatnya sendiri.
PEREMPUAN cantik itu dengan wajah berseri menggoyangkan pinggulnya yang padat,pakaiannya yang berwarna perak yang tersorot oleh sinar rembulan, memantulnya sinar berkilauan dengan langkah yang lemah gemulai ia berjalan kearah Cin Hong, lalu berhenti dihadapannya, sejarak kira-kira satu tombak, kemudian berkata dengan suaranya yang merdu .
"Saudara kecil, kepandaian ilmu pangCu kita sudah mencapai ketaraf yang tiada taranya, kalian berdua bisa mengikuti pangCu kita sebagai Kim Thong dan Giok-lie sesungguhnya merupakan suatu jodoh baik bagi kalian berdua untuk menjadi orang-orang kuat dan berpengaruh dalam rimba persilatan dikemudian hari sudah tidak menjadi soal lagi, sekarang sudah hampir terang tanah, maka kalian harus lekas mengambil keputusan mau atau tidak, cukup dengan sepatah kata^"
Cin Hong memikirkan soal golongan kalong ini telah menggunakan nama penguasa rumah penjara, memancing Suhunya pergi kegunung Tay pa-san menantang bertanding, hal ini mungkin ada maksud tertentu, maka dalam hatinya ia berpikir, apabila sekarang ini bisa mengadakan perhubungan dengan mereka supaya mengetahui sedikit dulu situasi golongan itu juga sangat berguna baginya.
Saat itu ia lalu dengan muka berseri segera memberi hormat pada wanita cantik itu kemudian berkata.
"Kalau benar nona minta kami berdua masuk menjadi anggauta golonganmu, boleh kah kiranya nona memperkenalkan dan menjelaskan dulu keadaan golonganmu itu ?"
Sepasang alis wanita cantik itu dikerutkan dan bertanya.
"Kau ingin mendapat penjelasan bagian yang mana ?"
"Pertama, aku masih belum tahu pangcumu itu, pria ataukah Wanita... ."
Belum Sampai melanjutkan ucapannya orang tua berjubah merah yang berada dibelakang wanita cantik itu dengan tiba-tiba maju selangkah dan membentak dengan Suara bengis.
"Bocah ,kau sungguh kurang ajar..Apakah Kau benar-benar sudah bosan hidup?"
Cin Hong merasa bahwa ucapannya tadi tidak mengandung suatu maksud jahat atau menjelekkan nama golongan itu maka ketika dibentak demikian- ia lantas menjadi bingung, selagi hendak bertanya, tampak wanita cantik berbaju warna perak itu sudah berpaling dan berkata pada orang tua berjubah merah sambil menggoyang-kan tangannya.
"Im Hok-hwat. Saudara kecil ini tiada maksud jahat untuk menghina pangcu kita, maka kau juga tidak perlu marah ."
Cin Hong semakin bingung, ia lalu berpaling lalu berkata pada In-jie.
"Nona Yo, aku bertanya pada mereka pangcunya itu pria ataukah wanita, pertanyaan demikian, apakah didalam rimba persilatan juga termasuk satu pantangan ?"
"Apabila ucapan itu dianggap suatu pantangan maka pangcu mereka itu dengan sendirinya bukan terhitung manusia"
Berkata in-jie sambil menggelengkan kepala. Paras perempuan cantik itu tampak berubah di wajahnya yang cantik tiba-tiba timbul nafsunya untuk membunuh. ia maju selangkah dan berkata Sambil menunjuk in-jie.
"Budak hina. kalau kau berani mengoceh yang tidak karuan lagi. maka aku nanti akan kirim kau pulang acherat lebih dulu"
In-jie sesaat itu juga merasa bingung, ia balas bertanya dengan perasaan heran- "ini sungguh aneh, apakah pangcu kalian itu bukan manuSia ?"
Sepasang aliS Wanita cantik itu tampak berdiri, dengan penuh hawa amarah maju dua langkah, tetapi kemudian agaknya dengan tiba-tiba telah berubuh pikirannya lagi, kembali berdiri tegak^ dan diwajahnya juga lantas berubah meriah dengan senyuman, kemudian menatap wajah Cin Hong dan bertanya padanya.
"Saudara kecil, kau sebetulnya mau?..."
"Tidak. binatang kalong itu suka sembunyi di tempat gelap. di waktu siang hari mereka sembunyikan diri dan mereka berani keluar hanya di waktu malam. Mereka agaknya tidak berani melihat sinar matahari. Sedangkan aku sendiri tiap hari tidak boleh tidak tidur, siang hari tidak boleh tidak melihat matahari, maka urusan ini tak usah dibicarakan lagi"
Jawab Cin Hong Sambil menggelengkan kepalanya. In-jie tertawa geli sendiri, ia berpaling mengawasi pemuda itu, diwajahnya terlintas sikap memuji, agaknya mau berkata.
"Kau anak sekolah tolol ini, ternyata dapat melucu juga"
Sebaliknya dengan perempuan cantik itu, ketika mendengar ucapan cin IHong lantas tertawa kemudian berpaling dan berkata kepada orang tua berjubah merah.
"In hok-hwat, hari sudah hampir pagi, aku lihat biarlah kita yang turun tangan sendiri, kau tangkap yang perempuan, dan akan aku tangkap yang lelaki "
Orang tua berjubah merah menerima baik perintah itu, lengan jubahnya di kibaskan tampaklah sepasang tangannya yang kurus kering dan kukunya yang panjang dan runcing, perlahan-lahan ia berjalan menghampiri kepada In-jie, setiap langkahnya meninggalkan tanda jejak kakinya.
jelas bahwa ia sedang mempertunjukkan kelihaian tenaga dalamnya yang Sudah sempurna.
Perempuan cantik berbaju warna perak juga selangkah demi selangkah berjalan menghampiri cin IHong, tetapi dari mulutnya mengeluarkan suara Cekikikan, langkahnya lemai gemulai dan luwes sekali, agaknya tersembunyi pengaruh yang sangat besar.
Cin Hong dan in-jie Sudah Siap untuk menghadapi pertempuran, dengan tiba-tiba mereka dapat merasakan bahwa suara tertawa peeempuan cantik itu kedengarannya merdu sekali, setelah itu otak mereka seperti melayanglayang seolah-olah dalam mimpi....Perempuan cantik itu ketika melihat bahwa ilmu gaibnya Sudah berhasil, lalu menghentikan langkahnya, Sambil bertolak pinggang ia melanjutkan suara tertawanya cekikikan, hingga membuat orang yang mendengarnya seolah2 melupakan dirinya sendiri.
orang tua berjubah merah juga memperdengarkan suara tawanya yang aneh, ia berjalan kedepan In-jie yang Sudah melupakan dirinya sendiri.
Ia mengulurkan tangannya yang aneh, danselagi hendak menggenggam pergelangan tangannya....Dengan tiba-tiba di suatu tempat gelap yang tak jauh dan situ, terdengar suara nyaring dari tukang penjual susu tahu^ "Susu...tahu...."
Suaranya itu diucapKan dengan terputus-putus, tetapi setiap patah ucapannya seolah-olah singa yang sedang menggaum.
Cin Hong dan In-jie dengan tiba-tiba disadarkan oleh Suara keras itu, kini mereka telah melihat bahwa orang tua berjubah merah dan perempuan cantik sudah berdiri dihadapan mata masing-masing, dalam terkejutnya^ keduanya lantas bergerak dan melompat mundur beberapa kaki, tangan mereka di letakkan di depan dada masingmasing, untuk menyambuti serangan lawan-lawannya.
Akan tetapi, orang tua berjubah merah dan perempuan cantik itu tampaknya Sudah tidak bermaksud untuk turun tangan lagi.
Wajah mereka semua menunjukkan sikap keheranan.
dan matanya ditunjukKan sikap keheranan.
lalu matanya ditujukan kearah jalan raya disebelah kiri mereKa mengawasi seorang tua yang Sedang berjalan lambat sambil memikul dagangannya susu tahu.
orang tua itu usianya kira-kira sudah tujuh puluh tahun, pakaiannya menunjukkan pakaian seorang pedagang kecil biasa, dipinggangnya di ikat dengan sepotong kain putih, meskipun usianya Sudan lanjut, tetapi kondisi badannya tegap gagah, hanya wajahnya saja yang sudah penuh keriput.
Dan bawah janggotnya tumbuh jenggot yang sudah berwarna putih, dilihat dari gaya dan dandanannya memang mirip dengan seorang tua pedagang SuSu tahu.
Dengan memikul dagangannya, ia lambat- lambat berjalan kedalam lingkaran delapan orang berbaju hitam berkerudung hitam, setelah itu ia meletakkan pikulannya, mengeluarkan sebuah mangkok dan sebuah sendok.
mangkok itu dipukulnya dengan sendok.
dan mengeluarkan suara trang-trangan, setelah itu ia berpaling dan tertawa kepada orang banyak.
sedang mulutnya mengeluarkan ucapan yang terputus-putus.
"Tuan...tuan...besar, pagi...hari minum...semangkok...susu tahu...bisa membangunkan...semangat..."
Suaranya itu terputus-putus, karena ia seorang tua yang mempunyai gagap bicara. Cin Hong Setelah melihat Wajah orang tua itu lantas berseru kaget.
"Empek Ie-oe, bagaimana kau pikul dadanganmu ketempat ini?"
Orang tua itu menggelengkan kepala, lalu mengkuceskuces matanya, lama ia mengawasi Cin Hong dengan tibatiba ia berseru kaget, kemudian berkata sambil bongkokkan badan dan tertawa.
"oo.. jadi kau ini...adalah. .. cin ...caicu.. .hari ini.... kau...bangun...pagi.. .sekali. .Minumlah...Semangkok susu...tahu..."
Cin Hong takut ia terlibat dalam persengketa an itu, maka buru-buru menggoyangkan tangannya dan berkata.
"Tidak. disini bukan tempatmu untuk menjUal susu tahu, Cepat kau bawa pergi daganganmu"
Dengan rasa heran dan penuh perasaan bingung In-jie memandang orang tua itu, lalu memandang Cin Hong, kemudian menarik baju cin IHong dan bertanya padanya dengan suara pelahan.
"IHei, dia itu siapa?"
"orang-orang memanggil dia empek Ie-oe Seorang tua pedagang susu dikota Han ciu"
Menjawab Cin Hong juga dengan Suara sangat pelahan.
In-jie segera teringat tadi didalam gang kecil juga terdengar Suara orang tua yang seperti suara empek Ie-oe ini, yang mengatakan tentang Siluman kalong merah, siluman rase perak dan lainnya, kini semakin dipikir, ia semakin merasa bahwa empek Ie-oe itu adalah orang yang mengeluarkan suara didalam gang tadi, maka alisnya lalu dikerutkan dan bertanya pula.
"Apakah dia mengerti ilmu silat ?"
"Kau ini memang main-main, seorang tua yang berdagang susu tahu, dengan cara bagaimana mengerti ilmu silat?"
Menjawab Cin Hong sambil tertawa. In-jie masih penasaran ia bertanya pula.
"Kalau begitu, bagaimana kau kenal padanya?"
"Suhu Setiap hari pasti membeii susu tahunya untuk diminum, lama-kelamaan menjadi Sahabat karib, maka aku juga kenal. ..."
Berkata Cin Hong. Tetapi baru sampai disitu buru-buru sudah berkata pada empek Ie-oe Sambil menggoyang-goyangkan tangannya^ "Empek Ie-oe, lekaslah bawa pergi daganganmu, disini bukan tempatmu untuk berdagang"
Empek Ie-oe mengeluarkan suara jawaban "oooo..."
Berulang -ulang, tetapi ia tidak bermaksud untuk pergi. Kembali ia mengetok-ngetok mangkoknya, dan berkata pada orang tua berjubah merah dan lain2nya^ "Tuan .. besar....apakah.. .tidak mau . .minum semangkok....Susu tahuku?"
Sepasang mata orang tua berjubah merah itu memankan Sinar yang buas.
Dengan mata beringas memandang pedagang tahu itu sejenak dengan tiba2 ia mendongakkan kepala dan tertawa tergelak gelak.
setelah itu ia berkata/ "He.
.hee, tak disangKa didalam rimba persilatan masih ada seorang berilmu tinggi yang memiliki ilmu singa menggeram, tetapi tak diketahui oleh orang dunla, maka perjalananku malam ini ternyata tidak percuma"
Mendengar suaranya itu Cin Hong sangat heran dan Terkejut, ia berpaling dan berkata pada In-jie yang ada didampingnya dengan suara perlahan- "Nona Yo, apa tadi kau pernah dengar Suara Singa menggeram?"
"Aku tidak tahu, aku tadi seperti sedikit bingung, dengan tiba-tiba dikejutkan oleh suara guntur..."
Menjawab In jie dengan pura-pura bingung.
Cin Hong sendiri juga seperti merasakan demikian, tetapi bagaimanapun juga ia tak perCaya bahwa empek Io-oe itu adalah seorang Tokoh rimba persilatan yang mengasingkan diri sebagai pedagang susu tahu, maka ia buru-buru menghampiri empek Ie-oe, bersamaan dengan itu.
ia juga berkata kepada orang tua berjubah merah.
"LoCianpwee, kau juga Salah mengerti, empek Ie-oe ini setiap hari berdagang SuSu tahu ditempat ini, dia tidak mengerti ilmu silat"
Orang tua berjubah merah tidak menghiraukan padanya, ia berjalan menghampiri empek Ie-oe. katanya Sambil tertawa seram.
"Kawan, aku siorang tua ini Lam Kek Sin Kun In Liat Hong, hendak membeii semangkok susu tahumu"
Ketika suara Lam Kek Sin Kun Im Liat- hong itu menggema diudara, bagaikan suara guntur gemuruh. hingga mengejutkan Cin Hong. Pemuda itu lalu berpaling mengawasi In-jie, maksudnya hendak bertanya.
"Bukankah kau pernah mengatakan bahwa sepasang iblis yang menjagoi di Selatan dan Utara, salah seorang diantaranya pada, lima enam tahun berselang Sudah disekap dalam rumah penjata rimba persilatan? Dengan cara bagaimana bari ini muncul kembali ditempat ini?"
In-jie juga merasa bingung, ia menggeleng-gelengkan kepala, suatu tanda bahwa ia sendiri juga tidak mengerti.
Empek Ie-oe itu begitu mendengar ucapan Lam Kek Sin Kun meminta semangkok susu tahu, dengan segera unjukkan senyumannya yang ramah lalu membungkukkan badannya dan membuka tutup dagangannya, ia menuangkan semangkok penuh SuSu tahU yang masih panas dan dengan kedua tangan diberikan kepadanya, seraya berkata.
"Tuan besar, kau, ...kau,... .sambutlah...sambutlah .....^dengan baik......"
Lam Kek Sin Kun maju selangkah, dengan kaki pasang kuda-kuda, selagi mengululurkan tangan hendak menyambut mangkuk Susu tahUnya ketika matanya mengaWasi Susu tahunya itu, dengan tiba-tiba wajahnya berubah, badan bagian atasnya bergerak beberapa kali, kakinya mundur terhuyung-huyung mulutnya mengeluarkan suara jeritan kaget.
"Susu Pakie Susu Pakie"
Sambil berteriak demikian, sekujur badannya merasa lemas, dan pelahan-lahan rubuh kebelakang.
Wajah perempuan cantik itu berubah seketika, Ia lompat maju dan membimbing bangun Lam Kek Sin Kun, Setelah itu ia angkat muka dengan Sinar mata yang beringas menatap wajah empek Ie-oe, Setelah itu ia barkata sambil tertawa dingin-"oh Kiranya adalah kau, komandan pasukan kerajaan, Pek Hong Teng"
"Aa... ."
Demikian suara saruan kaget tercetus dari mulut Cin Hong, meskipun ia belum pernah terjun didunia Kang-ouw, tetapi ketika didengar disebutnya nama Pek Hong Teng, komando pasukan kerajaan juga berseru kaget.
dengan Sikap terkejut heran, ia memandang empek Ie-oe dihadapan matanya yang dahulu dikenalnya sebagai orang tua yang berdagang susu tahu dikota Hang-ciu selama sepuluh tahun lebih lamanya.
Hingga sekarang peristiwa pencurian besar dalam istana yang dalam buku sejarah dianggap sebagai peristiwa besar yang berlangsung pada tiga puluh tahun berselang, masih terus menjadi buah tutur orang atau rakyatjelata.
Tiga puluh tahun berselang, pada Suatu malam, waktu itu tujuh manusia buas dari gunung Bu San yang namanya terkenal sebagai tokoh kuat golongan hitam dalam rimba persilatan, dengan tiba2 menyerbu Istana Kerajaan, tujuh manusia itu membunuh mati kepala pasukan pengawal Kerajaan Si Pedang Sakti tangan satu, Giam Thay Hie, lantas merampok sejumlah besar barang-barang pusaka dalam kerajaan- Akan tetapi Selagi mereka hendak keluar dari Istana, dibagian akhir selagi hendak meloloskan diri, telah berpapasan dengan seorang pengawal yang waku itu belum ada nama, dan pengawal itu hanya dengan menggunakan selembar kain putih sebaga senjata.
hanya tujuh jurus saja, dengan seCara mudah Sudah berhasil menangkap sedan jasa-jasanya itu, maka kemudian diangkat sebagai Komandan pasukan Kerajaan dan orang gagah itu adalah Pek Hong Teng sendiri orang gagah dalam rimba persilatan itu pada tahun kedua setelah menjabat jabatan tinggi sebagai kepala Komandan Pasukan pengawal kerajaan, karena garagaranya beberapa orang rimba persilatan yang sudi gawe, telah melakukan pertandingan persahabatan dipuncak gunung Hwa-San dengan tamu tidak diundang dari dunia luar yang Waktu itu merupakan seorang kuat nomor Satu dalam rimba persilatan, pertandingan itu berlangsung terus selama lima hari, pada akhirnya dalam pertandingan ilmu meringankan tubuh hanya kalah setengah oleh tamu tidak diundang dari dunia luar.
Selanjutnya ia tidak balik kembali lagi ke Istana, bahwa sejak saat itu ia terus mengasingkan diri, tidak muncul lagi dikalangan Kang-ouw.
Tak disangka ia telah mengasingkan diri dikota Hang-ciu dan menyamar sebagai tukang penjUal susu tahu, Apa yang lebih mengherankan ialah ia telah berubah menjadi seorang tua yang bicaranya tidak lancar.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Benarkah orang tua itu adalah Pek Hong Teng yang dahulu menjadi Kepala Komanda Pasukan pengawal Kerajaan? Meng apa terus sembunyikan diri tidak muncul didunia Kang-ouw.
Dan mengapa pula ia mendapatpenyakit yang tidak bisa lancar berbicara? Perempuan berbaju warna perak itu tidak kenal dia, tetapi mengapa begitu mendengar Lam Kek Sim Kun berteriak susu Pekie ia lantas menyebutkan namanya Kepala Komandan pasukan Pengawal kerajaan Pek Hong Teng? Ada hubungan apa ia dengan susu pekie.
Dan benda cair yang dinamaKan Susu pekie itu barang cair apakah sebenarnya? Sehingga orang buaS seperti Lam Kek Sin Kun yang habis minum itu lantas lemas dan tidak bisa berdiri lagi? Berbagai pertanyaan itu terus berputaran didalam otak Cin Hong, Sementara itu tangan empek Ie-oe Sudah mengangkat tinggi sebuah mangkok yang masih mengepulkan asap dari susa tahunya yang masih panas, sedang dari mulutnya terCetus Kata yang diucapkan dengan suara tak lancar dan terputus putus.
"Aa- ha...ha-ha..didalam kolong langit ini... orang...yang dapat mengenal diriku ....dari susu pekie...... hanya dua orang saja.... satu adalah...It Hu Sianseng...To Lok.... Thian-..dan satu lagi...ia...ha-ha... .pasti. .. ia... ."
Selama bicara dan tertawa-tawa, air susu dalam mangkok ditangannya tiba-tiba disiramkan kepada perempuan cantik berbaju warna perak itu, susu tahu itu ketika bertebaran ditengah udara telah berubah menjadi gumpalan asap putih, Sebentar saja Sudah meluas seputar tiga-empat tombak persegi.
Perempuan cantik itu agaknya sudah siap siaga begitu melihat tangan empek Ie-oe bergerak.
lantas lompat mundur Sambil menarik tangan Lam kek sin kun- Bersamaan dengan itu mulutnya mengeluarkan perintah, agar semua anak buahnya lantas mundur.
Cin Hong yang masih berdiri terheran-heran, hidungnya tiba-tiba dapat mencium bau yang sangat harum.
sesaat otaknya menjadi puyeng, sekujur tubuhnya menjadi lemas, dan akhirnya jatuh terlentang ditanah tak sadar diri.
Entah berapa lama telah berlalu, Cin Hong pelahan-lahan telah sadar lagi.
orang pertama yang dilihatnya ialah empek Ie-oe yang jongkok disamping dirinya, yang kedUa ialah In-jie yang bersama-sama ia rebah terlentang ditanah.
Ia pikir lagi apa yang telah terjadi, segera teringat semua peristiwa tadi, lantas buru-bura lompat bangun.
Empek Ie-oe juga tarus berdiri, dengan wajah berseri ia bicara sambari tertawa.
"cin Caicu, kau...kau...sudah ...sadar"
Cin Hong maju menghampiri dan memegang lengannya, katanya dengan perasaan terkejut dan girang.
"Empek Ie-oe benarkah kau ini adalah Komandan Pasukan Pengawal Kerajaan yang namanya menggemparkan rimba persilatan dahulu?"
Empek Ie-oe mencibirkan blbirnya, katanya sambil tertawa.
"Sekarang ini, jikalau aku.... meng atakan bukan....bukankah. ..berarti. ..membohong , .dihadapan .mu."
Belum habis ucapannya, In-jie juga sudah lompat bangun. Semula ia masih agak sempoyongan, tetapi kemudian ia mengeluarkan jeritan kaget, lantas ia menarik diri cin IHong seraya bertanya^ "IHei, apakah kita tadi pernah pingsan?"
Cin Hong menganggukan kepala, melepaskan tangannya yang memegang lengan empek Ie-oe, kemudian ia bertanya^ "Empek Ie-oe, yang dinamakan susu pekie itu barang apa? Meng apa demikian lihay ?"
Empek Ie-oe mengambil pikulannya ditanah setelah itu ia menjawab sambil tertawa tergelak^ "Itu adalah racun....yang paling lihay..,.dan paling berbisa....didalam dunia... RaCun itu...adalah. .terbuat dari resep rahasia.^.suhuku"
Cin Hong tampak orang tua itu seperti hendak pergi, buru-buru ditariknya, seraya berkata.
"Kenapa, apakah kau mau pergi?"
Empek Ie-oe menyahut "Emh"
Sambil menganggukkan kepala, setelah itu ia memikul barang dagangannya sambil berkata dan tertawa.
"Benar....kau . juga..,harus ...lekas..,pergi?"
"Tidak, tidak. Ada banyak hal aku hendak minta keterangan darimu."
Berkata cin IHong Sambil menggoyangkan tangannya.
"Tidak...ada ...waktu"
Berkata Empek Ie-oe sambil menggelengkan kepala.
"Aa. .kenapa? Apakah kau masih hendak dagang susu tahumu lagi ?"
"Bukan- MakSudku,... ialah ..,hendak meng atakan-.,.. bahwa kalian- ..Sudah tidak ada waktu...untuk dengar.- .lagi"
Berkata Empek Ie-oe Sambil menggelengkan kepala. Cin Hong heran, tanyanya "sebab apa kita tidak ada waktu untuk mendengar lagi ?"
Wajah berseri empek Ie-oe lenyap seketika dengan sikap serius berkata Sambil menunjuk kearah barat.
"Lekas.- .lekas. .susul suhu... kalian berdua..Jikalau suhumu. ..kembali... jangan biarkan mereka pergi...kerumah penjara rimba persilatan-..pergi menantang...penguasa rumah penjara... rimba persilatan-. Karena itu...adalah....akal muslihat dan rencana keji...orang-orang golongan kalong."
"Rencana jahat apa?"
Bertanya Cin Hong terkejut Empek Ie-oe mengerutkan sepasang alisnya. katanya dengan suara berat.
"Panjang sekali... ceritanya.... kalian- . .pergi susul...mereka dulu....dan kalau sudah kembali....nanti kita...bicarakan lagi "
Cin Hong merasakan bahwa empek Ie-oe saat itu seperti sudah berubah menjadi orang lain, tidak seperti biasanya yang ramah-tamah dan suka berCanda, tetapi ia juga merasakan bahwa persoalan ini mungkin penting sekali, waktu itu maka ia tak berani ayal lagi, Setelah memberi hormat kepadanya, lalu menarik tangan In-jie dan lari keluar kota.
Pada saat itu sudah terang tanah, mereka lari hampir sampai dibawah tembok kota, orang yang berjalan hilir mudik semakin banyak.
maka tidak dapat menggunakan ilmunya meringankan tubuh, ia lalu berunding dengan Injie.
akhirnya Cin Hong pergi kepasar kuda untuk membeli dua ekor kuda, lantas dengan kuda tunggangan mereka lari keluar dari kota.
Diwaktu petang hari itu juga , mereka sudah masuk ke kota cin ciu, ln-jie yang melakukan perjalanan sehari penuh, sudah lama perutnya merasa lapar, maka ketika masuk kedalam kota dan tampak banyak rumah makan, semakin tidak tahan laparnya, dengan Wajah yang agak murung ia berkata.
"Hei, perutku sudah lapar, mari kita pergi makan dulu"
Cin Hong sendiri juga sudah merasa lapar maka ia menerima baik permintaan gadis itu dan lompat turun dari atas kudanya.
Keduanya memaSuki rumah makan yang cukup besar, mereka naik keatas loteng.
Dan baru saja memilih tempat duduk.
dibawah loteng tiba-tiba terdengar suara orang ribut-ribut, dua orang itu lalu melongok ke bawah, tampak didepan pintu rumah makan, seorang pelayan sedang ribut mulut dalam keadaan marah terhadap seorang pengemis.
pelayan rumah makan itu memaki pengemis muda sebagai seorang yang tidak tahu diri, sedang pengemis muda itu memaki pelayan sebagai seorang yang tidak pandang mata orang.
Satu sama lain tidak mau mengalah, hingga menimbulkan kericuhan.
Usia pengemis itu kira-kira delapan belas sembilan belas tahunan, sepasang matanya gede bundar, rambutnya awutawutan, mukanya mesum, badannya mengenakan pakaian kain kasar hitam, pakaian itu juga sudah dekil dan banyak tambalan, tampaknya memang benar-benar Seorang pengemis yang biasa suka berlaku ugal-ugalan- Selagi mulutnya memaki- maki kalang kabut tiba-tiba angkat mukanya yang mesum, tangannya menunjuk Cin Hong yang melongo diatas loteng.
lantas berkata lagi kepada pelaya rumah makan.
"Kau lihat diatas loteng itu. Mereka orang itu adalah orang-orang yang kumaksudkan apa kau kira aku membohongi kau?"
Pelayan rumah makan itu juga angkat muka dan mengawasi Cin Hong, lalu bertanya dengan perasaan terheran-heran- "Tuan. apakah Tuan dan nona berdua kenal dengan pengemis ini?"
Cin Hong melihat urusan itu dengan tiba-tiba menyangkut dirinya, sesaat merasa seperti diguyur air dingin, ia lalu menjawab Sambil menggelengkan kepala.
"o tidak Aku tidak kenal dengannya"
Pelayan rumah makan itu dengan bernafsu berkata kepada Cin Hong dengan suara nyaring.
"Tuan dan Nona lihat sendiri, coba pengemis ini benar-benar kurang ajar atau tidak. Aku memberinya uang, ia tidak mau. Kuberi nasi untuk makan, ia juga tidak mau, ia bersikeras minta supaya Tuan dan Nona mengundangnya makan bersamasama. Dimana ada orang minta-minta yang demikian tak tahu diri? Benar-benar kurang ajar"
Cin Hong juga merasakan bahwa ucapan pelayan itu memang benar, maka ia lantas mulai memandang lebih lama pada pengemis muda jtu.
Wajah pengemis muda itu Sedikirpun tidak merasa malu, ia angkat lagi mukanya yang mesum, sepasang matanya yang gede dipicingkan, mulutnya mencibir, dengan sikap gagah-gagahan seolah-olah mau mengatakan.
"Kau mau lihat, lihatlah sepuasmu."
In-jie juga merasa dongkol. Sambii menarik tangan Cin Hong berkata.
"Inilah pengemis yang mencari gara-gara, nari kita turun dan hajar padanya"
Cin Hong yang tidak mempunyai kebiasaan berkelahi dengan orang, di samping itu ia juga rasa bahwa perbuatan itu agak aneh pasti ada sebabnya, maka lalu memberi hormat padanya dan berkata^ "Saudara ini Siapakah namamu? Kau dengan kami belum Pernah kenal, ada urusan apa kau mencari aku?"
Pengemis muda itu mendongakkan kepala memandang ke angkasa, Wajahnya menunjukkan sikap sangat serius. dengan Suara lambat ia balas bertanya.
"Aku hendak bertanya padamu dulu, kau ini benarkah seorang yang disebut sebagai CayCu daerah Kang Lam yang terkenal sebagai pelukis mahir bernama Cin Hong?"
Cin Hong diam-diam terkejut, buru-burujawabnya.
"Benar, Saudara ada keperluan apa?"
Pengemis muda itu lalu mendelikkan matanya kepada pelayan rumah makan, katanya dengan sikap jumawa^ "Aku sebetulnya hendak minta tanya padamu, slapa sangka pelayan itu matanya terlalu tinggi, tak pandang orang bawahan, sampai matipun ia tidak izinkan aku naik keloteng- Kaa lihat bagaimana baiknya?"
Pelayan ramah makan itu merasa pernasaran, selagi hendak memberi penjelasan, Cin Hong Cepat goyangkan tangannya, mencegah ia membuka mulut, lalu berkata kepada pengemis muda yang mesum itu.
"Sekarang aku sudah disini. kalau saudara ingin bicara apa- apa, katakanlah saja"
Pengemis muda itu mengeluarkan Suara dari hidung, kemudian berkata sambil meraba-raba perutnya dan mengkedip-kedipkan matanya.
"Tadi aku Sudah ribut-ribut setengah harian, hingga perutku juga sudah menjadi lapar, bagaimana aku masih ada tenaga untuk bicara lagi?"
In-jie yang merasa tak sabar. lantaS menarik mundur Cin Hong, kemudian ia berkata.
"Benar saja seorang yang hendak menipu makan- Kau jangan hiraukan dia"
Dalam hati Cin Hong memeng juga mendongkol, ia telah mengambil keputusan hendak minta penjelasan lagi, maka lalu mendorong tangan In-jie dan berkata sambil tersenyum.
"Apakah Saudara Sudah lapar?"
Dengan sikap jumawa, pengemis muda itu menganggukanggukkan kepala.
seolah-olah bahwa perutnya yang lapar itu harus ditanggung oleh Cin Hong.
Cin Hong tersenyum, la mengeluarkan jari tangannya menunjuk kejauhan sebelah kanan, katanya dengan suara pelahan^ "Kalau begitu kuperkenalkan kepada saudara kesuatu tempat, dari sini kau berjalan terus setelah tiba dijalan perempatan, lalu membelok kekanan, disana ada sebuah rumah makan yang paling terkenal dikota ini, Saudara makan kenyang dulu, barulah kita nanti bicara lagi"
In-jie tidak menduga bahwa Cin Hong demikian licin, maka ketika mendengar ucapan itu dalam hati meraSa senang, lantaS tertawa Cekikikan.
Wajah pengemis muda itu lantas merah, kemudian perdengarkan suara tertawa nyayang dingin dan berkata Sambil menganggukkan kepala.
"Baik Rumah makan cianghong- kok didalam kota cing-ciu ini memang sangat terkenal dengan hidangannya yang lezat, biarlah aku makan kenyang dulu, aku nanti akan balik kembali. Hanya, aku hendak periksa dulu dalam sakuku ada uangnya atau tidak."
Setelah berkata demikian, tangannya dimasukkan kedalam sakunya dan meraba-raba Cukup lama, dengan tiba-tiba mengeluarkan sepucuk surat yang kemudian dibaCanya, kemudian berkata dengan suara girang.
"Ya Baiklah aku menggunakan surat ini untuk kutukar dengan makananku, rasanya tidak akan dia lari"
Sehabis berkata demikian, lalu masukkan suratnya kedalam Sakunya, setelah itu ia lantas berlalu.
Cin Hong yang memiliki pandangan mata sangat tajam, sampul surat itu ternyata tampak tulisan tangan suhunya, dalam hati terkejut, maka buru-buru memanggilnya Sambil menggapaikan tangannya.
"Saudara silahkan kembali"
Pengemis muda itu menghentikan langkahnya, dengan pelan berpaling, ia membereskan dulu rambutnya yang tidak karuan. kemudian berkata sambil tertawa dingin.
"Untuk apa?"
Dengan paras berseri Cin Hong berkata sambil memberi hormat.
"Silalahkan naik keatas"
Pengemis muda itu pura-pura bersikap tidak mengerti. ia bertanya.
"Untuk apa naik keatas loteng?"
"Undang kau makan"
Berkata Cin Hong sambil tertawa. PengemiS muda itu unjukkan sikap angkuh, katanya sambil menggoyangkan tangannya.
"Tidak. hidangan rumah makan ini tidak selezat hidangan rumah makan ciang-hong-kok, aku sekarang hendak makan disana saja."
Cin Hong berulang-ulang memberi hormat kepadanya, dan berkata sambil tertawa.
"Ya, ya, hanya rumah makan ciang-hong-kok itu tiap harinya penuh tamu, tiada ada tempat yang kosong. harus menunggu wakru lama sekali baru mendapat giliran. Bolehkah saudara mengalah sedikit, lain kali kalau ada waktu kita kesana lagi. saudara pikir bagaimana?"
PengemiS muda itu mungkin seorang rakusan mendengar ucapan itu diwajahnya terlintas suatu perasaan girang, ia meleletkan lidah, benar seperti menelan air liurnya sendiri.
Setelah itu jalan kembali dengan langkah pelahan-lahan.
Tetapi ketika ia berpaling dan melihat sikap In-jie seperti tidak senang, sesaat itu kembali unjukan sikapnya yang jumawa, katanya dengan suara yang nyaring.
"Tidak jadi, aku sipengemis ini Sekalipun seaorang rakus, tetapi juga tidak suka melihat sikap orang yang tak senang, maka aku tidak jadi naik keloteng."
Cin Hong diam-diam merasa Cemas, ber-ulang2 kali ia memberi isyarat dengan lirikan mata pada In-jie, minta supaya ia tertawa, In-jie terpaksa pura-pura bicara Sambil tertawa.
"Ya sudah, anggap saja seorang hebat, silahkan naik."
PengemiS muda itu kini tampak sikapnya seperti seorang yang mendapat kemenangan.
ia angkat bahunya.
dengan langkah lebar berjalan naik keloteng rumah makan itu.
Cin Hong menarik tangan In-jie, berjalan menuju ketangga, untuk menyambut kedatangannya, Setelah itu mereka berada dikanan kiri pengemis muda itu, mengajak tamu gembel itu duduk dimeja tadi.
Cin Hong menyerahi Cawan tehnya yang belum diminum pada pengemis itu dengan sikap sangat menghormat, katanya sambil tertawa.
"Saudara. silahkah minum teh dulu "
Pengemis muda itu juga tanpa sungkan2 mengambil Cawan teh itu dan diminum sampai kering. kemudian melihat kesana kemari baru berkata dengan suara heran.
"Eh, dimana pelayannya? Apa sudah mampus semua ?"
Cin Hong buru-buru menepuk tangan, memanggil pelayan- Seorang pelayan dengan terbirit-birit lalu naik keatas loteng, berkata sambil minta maaf^ "Maaf. Tuan-tuan dan nona-nona hendak minum arak dan hidangan apa ?"
Cin Hong lalu berkata pada pengemis muda sambil tertawa.
"Saudara kau hendak makan apa dan minum arak apa?"
Pengemis muda itu dengan sikapnya yang angkuh menyebutkan beberapa nama hidangan yang lezat dan banyak sekali jumlahnya. Cin Hong segera berkata sambil mengulapkan tangannya pada pelayan.
"Dengar tidak? Lekas siapkan"
Pelayan itu menerima baik, dengan sikap curiga memandang pada pengemis muda, sejenak baru meminta diri dan turun kebawah. In-jie melihat pelayan sudah berlalu, lantas berkata pada pengemis muda itu sambil tertawa.
"Hei, sekarang kau boleh menyerahkan surat itu pad aku?"
Pengemis muda itu berpikir dulu sejenak. lalu berkata sambil menggelengkan kepala.
"Tidak bisa. jaman sekarang ini tidak bisa dibandingkan dengan jaman dulu, aku si pengemis ini tak boleh tidak harus berlaku hati- hati nanti setelah perutku sudah kenyang barulah kukeluarkan"
In-jie berlaku pura2 tidak sabar, unjukkan senyum getir, dengan tiba-tiba seperti teringat sesuatu ia mengeluarkan suara kaget dan berpaling kepada Cin Hong "Hai, mengapa kau lupa pesan kepada pelayan?"
Cin Hong terkejut, tanyanya dengan perasaan bingung.
"Aku lupa, pesan apa?"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
In-jie bangkit dan berjalan kedampingnya, lalu ber-bisik,^ ditelinganya.
"Kau pegang erat-erat badannya, blarlah aku yang merampas suratnya."
Cin Hong mengerutkan alisnya, sebentar berpikir, dan akhirnya menggelengkan kepala sambil tersenyum, In-jie dengan perasaan tidak senang memandang kepadanya, kemudian berkata lagi ditelinganya.
"Dengan Cara begini kita harus selalu menuruti kehendaknya, maka kita harus berusaha menghajar adat padanya."
Cin Hong menggelengkan kepala, juga berbisik ditelinganya^ "Sudahlah, dari jauh ia mengantar surat Suhu datang kemari, dengan sesungguhnya kita juga harus mengundang dia makan sekali... ."
Pengemis muda itu ketika melihat mereka berbisik-bisik, matanya yang besar berputaran beberapa kali dengan tibatiba dari tempat duduknya, dan lantas lari menuju ketangga loteng hendak turun.
Cin Hong terperanjat, buru-buru lompat kehadapannya sambil menentang kedua tangannya untuk merintangi perjalanan pengemis itu, katanya.
"Saudara, kau hendak kemana?"
Pergemis itu masih berusaha hendak kabur, sedang mulutnya berteriak-teriak.
"Aku can Sa Ji ejika tidak kabur bukan saja tidak jadi makan, bahkan hendak mendapat kesulitan"
Bagaimanapun juga Cin Hong tidak mengijinkan dia turun kebawah, ia terus menghadang dihadapannya dan berkata dengan wajah berserk "Saudara telah salah paham, dia bukan hendak menyusahkan kau, dia hanya berkata...."
In-jie buru-buru menyambungnya^ "Aku tadi berkata padanya, bahwa kita tadi sudah lupa pesan kepada pelayan agar hidangannya di beri lombok yang pedas"
Pengemis itu menghentikan usahanya hendak kabur, lantas berpaling dan berkata kepada In-jie sambil tertawa.
"Benarkah? oh, nonaku yang baik, aku can Sa Jie barang kali karena sudah kelaparan sehingga daya pendengaranku sudah menjadi kabur."
Wajah In-jie kemerah-merahan, kemudian berkata.
"Baiklah Aku tidak akan menyulitkan kau, harap kau duduk kembali"
Tak lama kemudian pelayan Sudah naik ke ataS loteng dengan membawa hidangan yang dipesan pengemis muda itu menggulung lengan bajunya, tanpa bicara apa- apa lantas mulai menyerbu hidangan, tangan kiri memegangi Cawan arak sedang tangan kanan mengambil sepotong panggang ayam dan dimakannya sambil tertawa.
Cin Hong dan In-jie duduk dikedua sisinya mengawani dia makan- Melihat Caranya makan yang demikian rakus, In-jie yang tidak Sabar lantas tertawa geli.
Pengemis itu masih tidak menghentikan mulutnya, ia menggelengkan kepala dan mengeluarkan suara yang tidak jelas.
"Tidak Seorang lakl-laki kalau makan harus demikian- "
"Saudara, aku masih belum menanyakan namamu,"
Berkata Cin Hong sambil tertawa.
"Aku tadi sudah tanya namamu, begitupun sudah menyebutkan namaku sendiri"
Berkata pengemis muda itu. In-jie merasa geli, lalu bertanya kepadanya sambil tertawa.
"Apakah namamu itu can Sa Jie?"
Can Sa Jie mnganggukkan kepala dan berkata^ "Benar, aku kalau dibanding dengan suhumu can Sa Sian lebih suka makan, oleh karena itu maka orang-orang rimba persilatan lantas memberikan hadiah nama kepadaku can Sa Jie, sedangkan namaku yang sebenarnya sudah tidak ada orang yang mengetahui lagi, sebetulnya tak ada she dan nama, itulah yang paling baik dalam dunia ini banyak orang-orang pandai tokoh-tokoh kuat, semua tidak suka menggunakan nama aslinya kepada orang, mereka paling suka berlaku misieri^."
Cin Hong dan In-jie ketika mendengar itu semua pada terkejut, tanyanya.
"HaaaJadi kau ini murid PangCu golongan pengemiS ca-sa-sian Sle Kwan?"
Can Sa Jie mengangguk-anggukkan kepala karena saat itu ia sedang menjejalkan sepotong paha ayam sedalam mulutnya, maka tidak bisa menjawab.
"can Sa Jie, dengan Cara bagaimana kau bisa mengenali kita?"
"Suhumu telan menduga pasti bahwa kalian berdua pasti bisa mengejar kemari, maka ia pernah menceriterakan wajah dan dandanan kalian suruh aku perhatikan setiap orang disepanjang jalan- . ."
Sepasang mata In-jie berputaran, ia menarik kursinya dan mendekati pengemis itu, berkata dengan sikap ramah tamah.
"can Sa Jie, sekarang kau toh Ssdah boleh memberikan Surat itu kepada kita"
Can Sa Jie masukan tangannya kedalam saKunya, dan mengeluarkan sepucuk Surat, diberikan kepada Cin Hong, kemudian sisa paha panggang ayamnya yang masih belum habis dimakan, diletakan disamping dan menyantap hidangan yang lainnya lagi.
Cin Hong yang mendapat surat itu setelah menerima benda pusaka, dengan Cepat dibukanya, sedang In-jie juga buru-buru mendekatinya, keduanya membaCa bersamasama.
"Hong-jie. Tadi ma lam Suhumu dan Subomu setelah pergi mengejar musuh. Sebetulnya hendak kembali, tetapi kemudian berpikir antara kita. Suhu dan murid sebaiknya berpisah dulu seCara begini, dimana letak sebabnya, suhumu tidak ingin menceritakan padamu. Aku perCaya bahwa kau jaga bisa menduga sendiri. Biarpun bagaimana, kau toh sudah dewasa, apa yang Suhumu dapat berikan, juga sudah kuwariskan semua kepadamu. sekarang sudah tiba waktunya bagimu untuk menggembleng dirimu sendiri, juga sudah tiba waktunya bagimU untuk mengembangkan kepandaianmu sendiri Dua tahun paling akhir ini suhumu Selalu memikirkan hendak menceritakan asul-usul dirimu, tiap kali ucapan itu kalau sudah dibibir, akhirnya kubatalkan lagi, bukan lantaran malas, melainkan tidak tega bathinmu nanti akan menderita, kau tahu bahwa suhumu belum pernah mengakui bahwa penghidupan manusia itu adalah lautan kesusahan, oleh karena itu maka suhumu seumur hidupnya tak mau menerima kesusahan, juga tak Suka melihat orang lain mendapat kesusahan- ...Kali ini, Jikalau bukan karena kedatangan subomu, Suhumu masih hendak tetap menebalkan muka untuk hidup terus, menebalkan muka yang suhumu maksud seharusnya merupakan pandangan orang lain terhadap Suhumu, sedangkan Suhumu selamanya belum pernah menganggap bahwa tidak pergi ke rumah perjara rimba persilatan menantang penguaSa rumah penjara rimba persilatan merupakan suatu perbuatan yarg memalukan. Kenapa? Sebab meskipun suhumu setiap hari malam Senantiasa bertekun mempelajari ilmu untuk mencari kemajuan, tetapi masih tahu benar bukanlah tanda tangan penguasa rimba persilatan-Jika pada suatu hari Suhumu biSa menyambuti serangannya tiga jurus pukulan mautnya bisa menolong keluar lima orang, tetapi suhumu tidak pergi, itulah baru merupakan Suatu hal yang memalukan Meskipun demikian, suhumu Selama itu toh masih terus berlatih sabar, inilah sesungguhnya yang sangat lucu, kalau perlu diberi keterangan hanya cukup dengan sepatah kata. itulah penghidupan Enam bulan kemudian, apalagi suhumu belum kembali ke kota Hang-ciu, kau boleh pergi menengok ke rumah penjara, waktu itu, Suhumu nanii akan menceritakan asal usul dirimu... .Akhirnya tak perduli kau dengan Yo itu cocok atau tidak, bagaimana juga kau harus baik2 menjaganya, sebab dia adalah murid satu2nya dari Subomu, juga adalah golongan keturunan dari Thian San cit-tlong Wie. -Surat ini kutulis di kota Liok Peng dan kuberikan kepada can Sa Jie untuk menyampalkan kepadamu. Lagi, ada satu hal aku lupa memberitahukan kepadamu, tadi malam setelah kita berhasil menyandak orang itu, dari sikap dan pembicaraan orang itu, suhumu merasa curiga bahwa orang itu betul atau tidak anak buahnya penguasa rumah penjara rimba persilatan- Hal itu setelah nanti kita tiba di gunung Tay-pa-San barulah akan mendapatkan buktinya, sebabnya Suhumu menyebutkan hal ini adalah untuk memperingatkan Kau, orang-orang dunia kang-ouw terlalu jahat dan berbahaya, dikemudian hari apabila kau berkelana didunia kang-ouw haruS hati-hati dan senantiasa waspada terhadap orangorang seperti itu. Terakhir ialah, ada satu hal anak kunci emas dengan tanda hUruf Liong yang tergantung di leh ermU itujangan sekali- kali kau tunjukkan kepada siapapun juga Sebab Jika kau nanti pergi menegok ke rumah penjara rimba persilatan, akan suhumu beritahukan lagi kepadamu."
Sehabis membaca, dua kepala diangkat pelahan-lahan saling berpandangan, air mata mengalir turun dikedua pipi orang muda itu....
can Sa Jie mengerlingkan matanya, tampak mereka mengucurkan air mata, semakin lama perasaannya semakin tidak enak.
Dengan tiba-tiba ia menggebrak meja dan berkata.
"Nangis? Mengapa menangis? Kepala boleh putus, darah boleh mengalir, hanya air mata jangan mengucur. Aku ingat, sewaktu suhuku tahun lalu mengambil keputusan hendak berkunjung kerumah penjara rimba persilatan untuk menantang pertempuran, sebelum berangkat suhu petnah bertanya kepadaku. can Sa Jie, suhumu mau pergi, kau menangis atau tidak? coba kalian tebak. apa jawabku?^ Waktu ini aku menjawab. ^Menangis apa? Aku can Sa Jie hanya bisa mengalirkan air liur, tidak bisa mengucurkan air mata. Suhu, kau mau pergi boleh pergi, tunggu aku can Sa Jie sesudah yakin boleh tidak usah memakai belengu tangan dan kaki...sesudah yakin bisa mencari makan yang baik. barulah nanti akan mengawani suhu duduk didalam rumah penjara. coba kalian lihat betapa gagah sikap itu? Betapa... ."
In-jie mendengarkannya merasa sangat muak. lantas angkat muka dan membentak padanya sambil menunjuk mukanya.
"Jangan sombong, aku hendak tanya padamu, Suhuku menyampaikan pesan padamu untukku atau tidak?"
Biji mata can Sa jie berputaran beberapa kali, kemudian menjawab sambil menggeleng kepala.
"Tidak ada "
Air mata In-jie kembali mengalir keluar, katanya dengan perasaan keCewa.
"Benarkah tidak ada?"
"Tidak, ya tidak ada, bagaimana masih ada benar atau bohong? Hm."
Berkata can Sa Jie mendongkol. In-jie naik pitam, ia bangkit dan mengambil poci arak diatas meja, lantas berkata Sambil tertawa dingin.
"Baik sekarang giliran hendak menghajar kau anak busuk ini-"
Can Sa Jie melihat poci araknya dirampas, tetapi sikapnya masih acuh tak aCuh. Sebaliknya dengan tangan kiri ia mengambil Cawan arak dan sodorkan kepada In-jie seraya berkata sambil tertawa cengar-cengir.
"Nona muda, tolong tuangkan seCawan arak untukku."
Sepasang alis In-Jie berdiri, ia angkat poci araknya, selagi hendak digunakan untuk menyambit, tetapi kemudian dengan tiba-tiba wajahnya berubah, poci ditangannya dengan tiba-tiba diletakkan kembali, ia berdiri tertegun tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Sebab Saat itu ditangan can Sa Jie ternyata terdapat sepucuk surat itu tampak tegas tulisan yang dialamatkan untuk In-jie.
Dengan tangan kiri masih memegangi Cawannya tanpa bergerak.
tangan can Sa Jie menggunakan sampul surat itu mengipasi dirinya, lalu dengan sikap sombongnya berkata.
"Nona muda, kau dengar atau tidak? Aku can Sa Jie minta tuangkan arak,"
In-jie sangat girang, tapi iuga malu. Ia berdiri dan berpikir sejenak terpaksa mengangkat lagi pocinya dan menuangkan araknya kedalam Cawan yang ada ditangan can Jie, lalu berkata Sambil tertawa.
"orang toh bicara main-main denganmu, sebetulnya kau adalah tamu kita, sudah seharusnya Kalau kutuangkan arak untukmu."
Can Sa Jie membuka mulutnya dan tertawa tergelak^ sambil minum lalu memberikan Suratnya pada In-jie seraya berkata dan tertaWa.
"Kuberitahukan padamu, aku can Sa Jie bukan hanya itu saja, Jika kau mau main nakal Silahkan"
In-jie tidak menghiraukan, buru-buru membuka suratnya, diataS Surat itu tertulis dengan kata-kata.
"In-jie, dalam surat Supekmu yang ditujukan pada bocah itu ada banyak perkataan justru apa yang suhumu ingin sampaikan padamu. oleh karena itu suhumu juga tak perlu menulis banyak-banyak lagi. Hanya ada satu hal kulihat bocah itu walaupun orangnya dan kepandaiannya tak tercela, sayang sedikit agak nakal, kau harus hati2 terhadapnya, Jika belum tahu benar2 bahwa dia itu dapat dipercaya, kau jangan memberikan kesempatan padanya untuk mendapatkan sesuatu darimu, supaya kau jangan mengulangi riwayatku lagi. Ingatlah baik2... .Disamping itu kalau bocah itu hendak datang kermah penjara, kau suruh dia membawa lukisan potretmu yang dia lukis, Supaya disampaikan padaku, Sebab aku khawatir dalam hidupku ini tak akan bisa berjumpa lagi denganmu, maka aku mengharap agar gambar potretmu senantiasa berada disisiku, agar supaya setiap saat aku bisa melihat kau, untuk menghilangkan kesepianku dan menghibur perasaan rinduku. Dari Suhumu, Thian-san Swat Popo ,"
In-jie sehabis membaca surat itu, mengingat bahwa dalam hidupnya barang kali takkan bisa berjumpa lagi dengan Suhunya dan mengingat pula nasib dirinya yang mengenaskan, maka kembali ia menangis dengan sedihnya.
Cin Hong melihat In-jie menangis begitu sedih ditempat umum, sesungguhnya merasa tidak enak maka buru-buru menghiburnya.
"Nona Yo, kau jangan nangis, ucapan Saudara can Sa Jie tadi betul. Seorang lelaki kepala boleh putus, darah boleh mengalir."
Akan tetapi dengan tiba-tiba ia sadar bahwa In-jie bukanlah seorang lelaki. Maka buruburu dirubahnya.
"Kau jangan menangis, jika kau terlalu sedih bagaimana kalau nanti mendapat Sakit?"
In-jie mendengar ada orang menghiburi, menangis semakin Sedih, air matanya mengucur deraS, Suara tangiSnya yang menyedihkan itu tak mau berhenti.
Cin Hong melihat semua tamu diatas loteng itu menujukan pandangan matanya kearah dirinya, maka ia meraSa malu, diam-diam pikir bahWa sebab musababnya dari surat Swat Popo tadi maka kemudian berkata.
"Nona Yo, boleh kah kubaCa suratmu tadi?"
In-jie terperanjat, buru-buru masukkan surat itu kedalam sakunya sendiri, dan berkata sambil menggelengkan kepala.
"Tidak... .tidak... ."
"Melihat saja apa Salahnya"? Suratku toh, Kau juga boleh lihat."
Berkata Cin Hong dengan rasa heran. can Sa Jie mengetok mangkoknya dengan sumpit, lantas berkata sambil memperdengarkan suara tertawanya yang aneh^ "Jangan lihat lagi. aku tahu apa yang terlulis dalam Surat itu"
In-jie kembali terperanjat, ia angkat mukanya yang berlinang air mata, katanya sedih.
"Tak tahu malu kau mencuri baCa surat orang lain"
"Kau mengaco Kau pandang can Sa Jie ini orang maCam apa?"
Kata can Sa Jie marah.
"Jikalau tidak. dengan Cara bagaimana kau bisa mengetahul?"
Berkata In-jie dengan suara Keras.
"Aku adalah dengar dari keterangan suhumu sendiri, di waktu ia menulis Surat itu, ia pernah berunding dengan Ithu Sianseng."
Berkata can San Jie sambil tertawa.
"Sudah..Jangan bicara lagi"
Berkata In-jie dengan wajah kemerah-merahan.
"Kalau tidak menangis, aku juga tidak berkata lagi."
Kata canJie sambil tertaWa. In-jie benar saja tak berani menangis lagi, ia mengeluarkan sapu tangannya untuk menyeka air matanya. sikapnya agaknya sangat menurut perkataan can Sa Jie. Cin Hong merasa heran, maka lalu bertanya.
"Nona Yo, apakah sebetulnya?"
In-jie hatinya Cemas ditanya demikian, kembali menjadi marah, sambil menggigit bibir berkata.
"Kau ini demikian bawel."
Dengan tanpa sebab Cin Hong di damprat demikian, terpakaa diam dan menundukkan kepalanya, dalam hatinya merasa tak senang, ia pikir gadiS ini memang Cantik, hanya adatnya suka menuruti Kemauan sendiri.
In-jie juga merasakan bahwa perbuatannya tadi agak keterlaluan, maka ia lantas mendekati Cin Hong dan berkata dengan suara pelan? "Hei, apakah kau marah?"
"Aku akan pinjam ucapan empek Ie-oe,jikalau aku mengatakan tidak marah, bukankah itu berarti membohongi didepan matamu?"
Berkata Cin Hong sambil tertawa hambar. Mata In-jie menjadi merah, ia menundukkan kepala, tidak berkata apa- apa lagi. can Sa Jie bangkit dari tempat duduknya menepuk-nepuk bahu Cin Hong seraya berkata.
"Jika kau sudah mengenali keadaan dalamnya, tidak seharusnya kau marah terhadapnya"
In-jie menjadi gugup, kembali membentak dengan suara keras. can Sa Jie meleletkan lidahnya, sikapnya menunjukkan bingung, katanya dengan perlahan.
"Jangan mengucapkan perkataan demikian keras, banyak orang semua pada memandangmu"
In-jie coba melirik, benar saja semua tamu yang ada disitu, tujukan pandangan mata kepada dirinya, sambil tersenyum simpul, maka Saat itu sangatlah malu terhadap dirinya sendiri, hingga pipinya menjadi merah.
Diam-diam menarik baju Cin Hong dan berkata.
"Hei mari kita lekas pergi"
"Kau jangan terburu-buru. Kita toh masih belum makan?"
BerKata Cin Hong sambil tersenyum. In-jie terpaksa duduk kembali, namun perasaannya masih tidak enak. katanya^ "Aku sudah kenyang. Lekas jalan"
Can Sa Jie yang mendengar upapan In-jie yang hendak pergi, buru2 mengambil sumpitnya menyantap makanannya lagi dengan lahapnya, sambil makan ia bertanya.
"Kalian hendak kemana?"
"Siaote sekarang perlu lekaS pergi menyusul Suhu, dan minta Suhu Supaya pulang. sekarang aku terpakSa tidak dapat mengawani saudara lagi."
Can Sa Jie menghentikan makannya, ia bertanya dengan mata terbuka lebar.
"Bagaimana kau sebaliknya hendak menyusul mereKa dan mengajak pulang?"
Cin Hong lalu menceritakan akal mus lihat orang-orang.
golongan kalong yang menggunakan nama penguasa rumah penjara rimba persilatan, mengirim surat kepada Suhunya dan suhu In-jie, kemudian tanpa disengaja telah muncul empek Ie-oe yang memukul mundur musuh-musuh yang terdiri dari orang-orang golongan kalong.
oleh empek Ie-oe itu diceritakan bahwa orang-orang yang mena makan dirinya dari golongan kalong itu mempunyai rencana keji, dan perasaan kepada dirinya, agar supaya lekas menyusul Suhunya.
can Sa Jie terheran- heran mendengarpenuturan itu, ia berpikir sambil menggaruk-garuK kepalanya yang tidak gatal, kemudian bertanya.
"Heran, di rimba persilatan muncul partay baru yang menamakan diri partay kalong bagaimana kita orang-orang golongan pengemis tidak mengetahui hal itu?"
"Mereka berdiri belum lama, seorang tokoh golongan iblis yang ternama, ialah Lam-khek sin-kun Im Liat Hong, telah menjadi anggauta pelindung hukum mereka, dapat kita bayangkan, partay baru yang mena makan dirinya partay kalong itu, pangcunya pasti merupakan seorang yang sangat lihay."
Berkata Cin Hong Sambil menggigit bibir.
"Lam-khek sin-kun itu bukankah sudah disekap dalam rumah penjara rimba persilatan? Dengan cara bagaimana ia bisa lari keluar?"
Bertanya can Sa Jie semakin heran- "Aku tidak tahu, mungkin ia menantang bertempur kepada penguasa rumah penjara rimba persilatan, karena Sudah berhasil bisa menyambut tiga jurus pukulan maut penguasa rumah penjara maka boleh keluar dari penjara.
Dan mungkin juga pang cu dari golongan kalong itu yang pergi menantang bertempur, dan kemudian menolong dia keluar.
..."
"Pada deWasa ini kecuali tamu tidak diundang dari dunia luar yang mungkin masih sanggup menyambut serangan tiga pukulan maut penguasa rumah penjara, siapa lagi yang mempunyai kekuatan dan kepandaian yang demikian tinggi?"
Berkata can Sa Jie yang merasa Curiga. In-jie yang mendengar sudah meraSa tidak sabaran, dengan menarik-narik tangan Cin Hong, ia mendesak.
"Mari lekas pergi, Suhu barangkali sudah pergi jauh sekali."
Cin Hong menganggukkan kepala dan bangkit daritempat duduknya, ia memanggil pelayan untuk memperhitungkan harga pesanan makanannya.
Disamping itu dia juga masukkan tangannya kedalam sakunya mengambil Uang.
Tetapi dengan tiba2 wajahnya berubah dan berseru.
"celaka uangku tidak Cukup,"
Cin Hong adalah salah seorang dari Su caycu, atau "Empat orang Cerdik pandai di daerah Kang-lam."
Nama cin Kongcu selain terkenal sebagai seorang cerdikpandai, juga kesohor karena lukisan-lukisannya, sehingga ia mendapat gelar "PelukiS tangan Sakti Gin Engcu di kota Hang clu namanya sangat kosonor hampir setiap orang tahu, maka setiap kali Keluar pintu, selalu tidak membawa uang banyak, kadang-kadang jika ia perlu membayar makanan atau apa saja, aSal meneken bon sudah cukup.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tadi pagi ketika ia membeli dua ekor kuda di kota Hang Ciu, juga dibayar dengan tekenan bonnya.
Akan tetapi kini setelah berlalu dari kota Hang ciu, didalam sakunya hanya tinggal uang receh yang jumlahnya tidak cukup satu tail.
Sedangkan menurut pengalamannya hidangan sebanyak itu paling sedikit juga memerlukan uang tiga tail lebih.
In-jie ketika mendengar perkataan bahwa uang Cin Hong tidak cukup, maka matanya terbuka lebar, katanya dengan cemas.
"Sekarang bagaimana? Aku sendiri juga tidak punya uang."
Can Sa Jie mengira mereka kembali hendak permainkan dirinya. maka lantas perdelikan matanya dan berkata.
"Bagus, kalian apakah suruh aku yang membayar? Kuberitahukan kepada kalian, aku can Sa Jie tidak memiliki uang, dibadanku hanya terdapat banyak kutu busuk saja,"
Pelayan rumah makan yang melihat mereka semua tidak mempunyai uang, wajahnya lantan berubah, demikianpun sikapnya juga tampak menghina.
Cin Hong yang tertegun sejenak.
tiba-tiba teringat bahwa dirinya masih membawa sebuah kipas maka buru2 dikeluarkannya dan diberikan kepada can Sa Jie sambil tertawa.
"Saudara can Sa Jie tolong gadaikan kipas ini kerumah pegadaian-"^ can Sa Jie menerima kipas yang diberikan kepadanya, dilihatnya sebentar lantas bertanya Sambil mengerutkan alisnya.
"Kipas semaCam ini bisa laku digadai berapa duit?"
"Gadaikan saja tiga puluh tail sudah cukup,"
Berkata Cin Hong sambil tersenyum. sepasang mata can Sa jie terbuka lebar, katanya.
"Apa kau sudah gila?"
"Saudara can Sa, kau anggap terlalu sedikit, gadaikan empat puluh tail juga boleh."
Berkata pula cin Hoog sambil tersenyum.
can San Jie tidak tahu bahwa kipas yang dilukis oleh tangan pelukis Sakti Cin Hong itu merupakan benda yang sangat berharga dikalangan orang terpelajar, mendengar perkataan itu benar-benar sangat heran dan dianggapnya Cin Hong sudah gila, maka kipas itu dikembalikan padanya dan membentak dengan sikap marah.
"Heh Apa kau ini hendak mempermainkan aku can Sa Jie?"
Cin Hong mengeluarkan tangannya hendak menerima kembali kipasnya, tiba2 kipas itu sudah disambut oleh tangan lain, ketika ia angkat muka, didekat mejanya berdiri seorang pelajar berbaju putih yang memiliki wajah yang sangat tampan- Pelajar berbaju putih itu usianya ditaksir baru dua puluh lima tahun, sikapnya sangat luwes dan tampan, hanya sepasang matanya yang sangat jeli, melihat orang yang melihatnya mempunyai kesan bahwa pelajar itu seperti seorang perempuan yang menyamar menjadi seorang lelaki.Jikalau ia mengenakan pakaian perempuan pasti akan merupakan seorang perempuan yang Cantik jelita.
Akan tetapi dia bukanlah seorang gadis yang Cantik jelita yang menyamar menjadi lelaki.
sebab ditenggorokannya tampak ada tulang yang menonjol, meskipun agak kecil sedikit kalau dibandingkan dengan orang lelaki kebanyakan, tetapi keadaannya itu sudah cukup uatuk membuktikan bahwa dia bukanlah seorang wanita.
Cin Hong tidak tahu, dengan maksud apa pelajar berbaju putih itu merampas kipasnya, maka buru-buru memberi hormat padanya dan berKata sambil tertawa.
"Saudara, apakah artinya ini?"
Dengan suaranya yang sangat merdu Sekali. Pelajar itu berkata sambil tertawa.
"cobakau sebutkan kau hendak gadaikan berapa tail?"
Cin Hong berpikir dulu sejenak^ kemudian berkata sambil tertawa^ "Aku seorang she cin tak Suka dengan Cara ini untuk penghidupanku, hari ini oleh karena seCara kebetulan aku butuh uang, jika Saudara merasa suka, dengan tiga puluh tail saja sudah cuKup,"
Pelajar berbaju putih itu tersenyam, dari dalam sakunya mengeluarkan tiga potong uang perak yang berharga tiga puluh tail, uang perak itu diletakkan diatas meja, setelah itu ia memberi hormat dan berlalu.
can Sa jie mengawasi pelajar berbaju putih itu hingga turun dari loteng, setelah itu ia mengangkat tangannya, dan kembali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sedang mulutnya berteriak-teriak .
"He Kejadian aneh hampir setiap tahun ada. Tetapi tahun ini tampaknya luar biasa banyaknya"
In-jie juga merasa sangat girang, ia berkata sambil menatap wajah Cin Hong.
"Hei, kipas mu itu bagaimana demikian berharga?"
Cin Hong MEMGAMBIL Sepotong uang perak diberikannya kepada pelayan rumah makan untuk minta kembalinya, dua potong yang lainnya dimasukan dalam sakunya sendiri. katanya sambil tertawa.
"Dia boleh dikata masih membeli barang murah, jikalau oleh orang lain yang makelarkan, paling sedikit juga bisa laku Sampai lima puluh tail uang perak."
"Kalau begitu berharga, lain hari kau boleh melukis banyak-banyak. biarlah kita menjadi kaya"
Berkata In-jie sambil tertawa girang.
"Maaf, aku bukanlah tukang gambar. Tidak bisa menjual gambar."
Berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala. can Sa Jie yang selama itu berdiri keheranan, dengan tiba2 mengajukan pertanyaan.
"Pelajar berbaju putih tadi dengan Cara bagaimana bisa tahu kalau kau adalah pelukis Tangan Sakti?"
"Tunggu setelah kau menjadi seorang ternama, kau tak merasa heran lagi"
Berkata Cin Hong sambil tertawa mesem.
"Aku kira tidak begitu. dia agaknya tidak memperhatikan kipasmu, bahkan kau tadi perhatikan atau tidak^ dia itu mirip seorang wanita, agaknya genit juga sedikit....
"Berkata can Sa Jie. Cin Hong selagi hendak mencegahnya berkata terus, dengan tiba-tiba dibelakang dirinya ada orang berkata.
"IHm. murid dari pengemis tua itu benar-benar hebat, dugaanmu itu tepat."
Suara itu sangat perlahan, tetapi didalam telinga mereka kedengarannya sangat jelas, tak dapat disangsikan lagi bahwa suara itu keluar dari mulut seorang yang memiliki kekuatan tenaga dalam yang tinggi sekali.
Cin Hong berpaling.
tampak Seorang tua kurus berbaju hijau, berusia kira- kira lima puluh tahunan sedang berjalan menuju kemulut tangga, Wajah can Sa Jie berubah, pelahan-lahan bangkit dari tempat duduknya dan bertanya.
"cianpwee ini siapa?"
Orang tua berbaju hijau itu kakinya menginjak tangga loteng tanpa menoleh sedikitpun juga hanya menjawab sambil tertawa hambar.
"Hanya orang yang sedang berlalu"
Can Sa Jie memburu dan bertanya pula.
"Dengan Cara bagaimana Cianpwee bisa mengenali aku can Sa Jie?"
Orang tua itu pelahan-lahan meneruskan langkahnya turun kebawah loteng, atas pertanyaan can Sa Jie ia menjawab dengan sikap yang tetap hambar.
"Kau sendiri yang mengatakan."
Can Sa Jie lompat ketangga loteng, dari bagian atas ia mengawasi berlalunya orang tua itu, kemudian berkata dengan suara nyaring.
"
Dihadapan yang benar, tidak perlu membohong. cianpwee sadah kenal suhu mengapa tak bercakap-cakap dulu sebentar baru pergi?"
"Masih perlu mengikuti orang, tak ada waktu luang"
Demikian orang lelaki berbaju hijau itu menjawab hambar tanpa menoleh.
Ketika Cin Hong dan in-jie memburu Sampai dimulut tangga, orang tua itu sudah tiba dibawah, mereka hanya melihat sikap tenang dari orang tua itu dan seCepat kilat sudah keluar pintu, gerak kakinya yang demikian gesit, hingga sedikitpun tidak diketahui oleh para tamu yang berada dibawah loteng.
can Sa Jie menggapai kepada Cin Hong berdua lebih dulu ia lari turun kebawah, lalu disusul oleh Cin Hong dan InJie.
Tetapi segera dipegat oleh pelayan rumah makan yang memberikan kembalian uang kepada mereka.
Setelah Cin Hong menerima kembali uangnya dan tiba dipintu rumah makan, orang tua berbaju hijau dan Can Sa Jie sudah tidak tampak bayangannya lagi.
Pelayan ramah makan menyerahkan dua ekor kuda milik Cin Hong berdua, Cin Hong lalu bertanya sambil menatap In-jie.
"Nona Yo, sekarang kita harus kemana?"
In-jie sementara itu telah melompat keatas punggung kuda dan menjawab.
"Mari kita sekarang lekas menyusul suhu. itulah yang terpenting"
Cin Hong pikir juga betul, maka lalu meninggalkan pesan beberapa patah kata kepada pelayan rumah makan, ^keduanya keluar dari kota Cing cu, menuju keBarat^ Malam bulan sabit sudah muncul dilangit.
Tetapi keadaan disepanjang jalan masih gelup, pohon-pohon ditempat jauh, dan bukit-bukit se-olah-olah makhluk aneh yang berjajar merintangi perjalanan- seram dan sunyi.
Kadang-kadang ada bebeberapa ekor kalong yang terbang rendah dan mengeluarkan suara dari sayap.
In-jie yang masih merasa takut terhadap binatang Kalong, larikan kudanya mendekaki Cin Hong, namun masih tetap menyembunyikan perasaan takutnya.
ia mulai mengajak bicara.
"Hei, rembulan malam ini tampak sangat indah, ya?"
Cin Hong angkat kepala mengawasi angkasa yang gelap gulita, baginya sedikitpun tidak ada keindahan, maka ia lalu menjawab sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak.. cuaca buruk sekali."
In-jie merasa kurang senang, katanya sambil memonyongkan mulutnya^ "Bagaimana kau bisa berkata demikian? Lihat itu bulan sabit yang sangat indah ...."
Cin Hong masih tetap dengan pendiriannya, ia berkata sambil menggelengkan kepalanya dan In-jie sangat mendongkol, ia berseru.
"Hei, janganlah kau menyebutkan nama kalong. Apakah tidak bisa?"
Cin Hong kini baru ingat bahWa gadis itu takut kepada saloog, maka buru-buru menjawab^ "Ya, semakin merasa bahwa bulan itu benar-benar indah....."
In-jie menarik nafaS dan berkata.
"Kata suhu benar, kau ini memamg benar ada sedikit nakal"
Cin Hong terkejut, tanyanya.
"Apa, Suhumu berkata bahwa aku ini nakal?"
In jie menganggukkan kepala, wajahnya menunjukkan sikap duka.
"Hei, apakah kau percaya perkataan suhumu?"
Bertanya Cin Hong.
"Aku tidak percaya, akan tetapi. ..."
"Akan tetapi apa?"
"Akan tetapi kau benar-benar sedikit nakal."
"o Dalam hal apa aku ada sedikit nakal?"
"Umpama kata, ketika aku tadi marah kau lantas cepat berobah pendirianmu dan mengikuti pandanganku bahwa rembulan itu indah, apakah itu tidak nakal?"
"Hei Kalau aku mengatakan tidak indah, kau marah. Aku mengatakan indah, kau juga marah. HabiS bagaimana aku harus berbuat?"
"Kataku, kau ini terlalu pandai berpura-pura"
"o, kiranya begitu, kiranya kau suruh aku berpura-pura sehingga mirip benar-benar, barulah tidak dianggap nakal."
"Baiklah, apakah kau hendak berkelahi denganku?"
"Haa, tidak. ..... tidak"
"Hem, hanya satu perkataan saja kaU lantas mau ribut denganku?"
"Ya, ya, maaf saja."
"Hei, marilah kita tukar pembicaraan yang lain "
"Dalam surat suhumu telah menyebutkan anak kunci berukuran huruf Liong, benarkah kau memiliki anak kunci semacam itu?"
"Ya, hanya semula aku tidak menaruh banyak perhatian, tetapi setelah Suhu pesan demikian, aku merasa heran-"
"Kenapa?"
"Anak kunciku ini, jika bukan salah satu dari dua belas anak kunci emas milik partay oey-san yang hilang, bagaimana Suhu bisa meninggalkan pesan khusus kepadaku, supaya jangan diunjukkan dihadapan orang?"
"Hmm... ."^ "Jikalau mau dikata seperti apa yang telah kau katakan, bahwa penguasa rumah penjara rimba persilatan itu pada sepuluh tahun berselang pernah dihadapan dua-belas partay, mengeluarkan sebuah anak kunci yang berukiran huruf Liong, sedangkan anak kunci ini berada dileherku sudah delapan belas tahun lamanya, bukankah ini Sangat bertentangan?"
"Emm... ."
"Bagaimana kau selalu hem... ,hem^ saja bisanya?"
"Ah, aku sendiri juga tak mengerti."
"Akh "
"o, iya. Benarkah kau tak mempunyai ibu dan ayah?"
"Aku tidak tahu, suhu Selama tidak mau memberitahukan padamu... .?"
"Ya, maka sekarang kita harus cepat menyusul"
Selagi mereka memacu kudanya, dari tempat agakjauh tiba-tiba mendengar suara jeritan yang mengenaskan, suara itu ditarik panjang-panjang, ke dengarannya seperti orang yang di siksa.
Cin Hong terkejut, ia lalu menghentikan kudanya, dan bertanya sambil menatap In-jie "Kau dengar tidak.
itu suara apa?"
In-jie juga menghentikan kudanya, ia berpaling kekiri. kearah datangnya suara tadi kemudian baru berkata.
"Seperti ada orang disiksa ...."
Belum habiS ucapannya, Suara jeritan itu terdengar pula, suara itu sangat mengerikan kemudian perlahan-lahan menjadi lemah, seperti orang yang sudah mendekati ajalnya.
Cin Hong kembali dikejutkan oleh suara itu, ia segera memacu kudanya dan dilarikan kearah kiri, disamping itu ia juga berkata sambil menggapaikan tangannya kearah Injie.
"Nona Yo, mari lekas kita lihat"
In-jie juga memacu kudanya mengikuti Cin Hong, sebentar saja sudah tiba dihadapan sebuah rimba pohon cemara, tampak sesosok bayangan orang lari masuk kedalam rimba.
Dalam rimba itu terdapat sebuah jalan berliku-liku, dari dalam tampak sinar pelita.
Cin Hong dan In-iie lompat turun dari kudanya, kuda mereka ditambat dibawah pohon, setelah itu mereka lompat masuk kedalam rimba dengan melalui jalan kecil itu.
Masuk rimba kira-kira sepuluh tombak jauhnya, didalam rimba dibawah daundaun rindang tampak sebuah kelenteng yang keadaannya sudah rusak.
Kelenteng itu agaknya sudah terlantar dan hancur, tidak ada yang mengurus.
Pintu dan jendela sudah pada bobrok.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disana-sini terdapat pecahan genteng dan reruntuhan daun kering.
Keadaannya sangat mengenaskan.
Pada saat itu ditanah bagian pendopo sedang ada api menyala dari tumpukan api yang menyala itu terdapat sebatang ruyung besi yang sudah merah membara , tetapi didalam pendopo itu tak tampak bayangan seorangpun juga.
Cin Hong dan In-jie menyaksikan semua itu dari persembunyiannya, tidak terlihat apa- apa yang aneh, maka lalu keluar lagi, Selangkah semi selangkah menuju kekelenteng tersebut.
Mereka mulai menginjak anak tangga kelenteng dan mendekati pintunya, dua orang itu masing-masing melongok kedalam, dan apa yang disaksikan ke-dua2nya berseru kaget, dan angkat muka saling berpandangan dengan wajah pucat pasi.
Kiranya, dalam pendopo itu, didinding sebelah kiri, saat itu sedang terbentang Suatu pemandangan yang mengerikan Seorang pemuda berusia kira- kira dua puluh tahun lebih dengan badan setelah telanjang, kedua tangan dan kakinya terpantek diatas dinding badannya berdiri terpisah dengan tanah.
Kepalanya menunduk kebagian dada, dadanya yang tegap.
dan tangan serta pahanya terdapat pecahan bekas dihajar oleh rotan, pecahan daging dan darah mengalir turun hingga dibagian bawah kakinya tampak bergumpalan darah.
Tetapi apa yang lebih mengerikan ialah didepan dadanya terdapat empat lima bagian bekas tanda luka yang sudah hangus, jelas bahwa luka itu dibakar oleh besi rujung tadi, yang sudah dibakar menjadi panas.
Cin Hong yang belum pernah terjun didunia Kong-ouw, sudah tentu belum pernah menyaksikan keadaan yang kejam dan mengerikan serupa itu, maka Sesaat menjadi termangu, hatinya berdebaran, terus berdiri tidak juga bergerak.
Barupertama kali ia menyaksikan pemandangan kejam terhadap sesama manusia Sebaliknya dengan In-jie, gadis itu malah lebih tenang, hanya sejenak setelah ia terkejut lantas mendekati Cin Hong dan berkata dengan suara pelahan.
"Heran. bagaimana tidak tampak orang yang menyiksa? "
Cin Hong yang baru saja mulai tenang lantas naik pitam, mata berputaran mencari-cari diseputaran, lalu berkata dengan suara keras.
"Ini pasti perbuatannya kawanan pembegal, mari kita lekas mencari dan menangkapnya, lalu kita serahkan kepada pembesar negeri"
Sehabis berkata demikian lantas memutar tubuh dan berjalan, in-jie buru-buru menarik tangannya dan berkata kepadanya.
"Pelajar tolol, mana ini perbuatanya kawanan pembegal? "
Cin Hong terCengang. lantas berkata pula dengan suara keras.
"Kalau bukan kawanan begal, tentunya juga berandal, sama saja. kita harus menangkap mereka"
Setelah itu ia melepaskan tangan dari gengagaman In-jie, dan lari keluar dari dalam kelenteng. in-jie buru2 menyambar pakaian belakangnya seraya berkata.
"Ini juga bukan dilakukan oleh kawanan berandal, jangan terburu nafsu dulu"
Cin Hong berpaling dan bertanya heran.
"Dengan Cara bagaimana tahu kalaU ini bukan perbuatan kawanan berandal? "
"Kawanan berandal kalau membunuh orang tanpa banyak bicara, dia membunuh saja habis perkara. Mereka tak sudi berbuat Seperti ini."
Cin Hong pikir itu memang benar, maka lantas membalikkan badandan bertanya^ "Kalau begitu, siapakah yang melakukan? "
In-jie berkata sambil menunjuk ke dalam pendopo.
"Kita masuk dan pergi melihat dulu, jika kau orang itu belum mati, kita tolong dulu, itulah yang penting"
Cin Hong anggap benar pikiran gadis itu, maka lebih dulu ia lari masuk ke dalam, ia meraba jantung pemuda itu, ternyata masih berdenyut maka katanya dengan girang.
"Masih hidup Masih hidup".
"Kalau masih hidup, haruS lekas di turunkan"
Berkata In-jie.
Cin Hong buru-buru mencabut paku yang digunakan untuk memanteK tangan dan kaki pemuda itu lalu di letakkan ditanah, pemuda itu wajahnya Cukup tampan, hanya luka didadanya yang bekas dibakar dengan ruyung panas, sudah terlalu dalam masuk kebagian dada.
Maka hatinya lantas pilu, ia berkata kepada In-jie sambil menghela nafas.
"Aaaa Barangkali sudah tak bisa di tolong lagi...."
In-jie juga berjongkok mengulurkan tangannya untuk meraba-raba jantung pemuda itu, katanya sambil mengerutkan alisnya.
"Dia sudah hampir mati, apakah kau bisa menggunakan kekuatan tenaga dalammu menyalurkan kedalam tubuhnya? "
"Suhu pernah mengajarkan aku, hanya aku belum pernah mencoba... ."
Berkata Cin Hong yang masih belum berani memastikan- "Kalau begitu lekas kau coba, aku hendak mengajukan pertanyaan kepadanya"
Cin Hong dengan cepat membimbing pemuda bernasib sial itu duduk.
sedangkan ia sendiri duduk bersila mengulurkan tangannya dan ditempelkan kebagian jalan darah Leng-tay-hiat, lalu ia pejamkan matanya untuk menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya ketubuh pemuda yang bernasib sial itu.
Sejak masih kanak-kanak ia Sudah dididik oleh It Hu Sianseng To Lo Thian, maka kekuatan tenaga dalamnya juga sudah mencapai ketaraf yang sempurna.
Maka hari ini meskipun baru pertama kali mencobanya, tetapi ternyata sangat memuaskan.
Kira-kira seperempat jam kemudian, badan pemuda sial itu tampak bergerak-gerak.
bibirnya mengeluarkan suara rintihan.
In-jie Segera berkata dengan suara keraS disamping telinga pemuda itu.
"IHai, kau siapa? "
Pemuda itu hanya bergerak-gerak saja bibirnya beberapa kali, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. In-jie bertanya lagi beberapa kali, tetap tidak menjawab, lantaS angkat muka berkata kepada Cin Hong.
"Masih belum cukup, tambah lagi kekuatanmu"
Cin Hong menyalurkan lagi kekuatan tenaga dalamnya kedalam tubuh pemuda itu, ia berusaha sekuat tenaga unluk menolong jiwa pemuda bernasib sial itu.
Sehingga dia sendiri mengeluarkan banyak keringat.
Pemuda yang terluka itu tampak lebih baik keadaannya, matanya berkedip-kedip.
bibirnya bergerak-gerak agaknya mau bicara.
In-jie mengepal-ngepal kedua tangannya, agaknya sedang memberi semangat kepada pemuda tersebut.
Sambil meng-gerak2kan tangannya ia berseru.
"IHai, kuatkan semangatmu, beritahukan kepadaku, kau ini siapa sebenarnya? Siapakah yang menganiaya dirimu sehingga sedemikian rupa? "
Pemuda itu dengan tiba-tiba membuka matanya mukanya berkerenyit beberapa kali, bibirnya bergerakgerak. tetapi dari mulutnya hanya tercetuS kata-kata yang tidak jelas.
"Thian... Sia..."
In-jie berkata dengan perasaan terkejut.
"Ha, kau....apakah kau murid golongan Tnian-sia-pay? "
Dada pemuda itu berdenyut keras, ia mengeluarkun katakata yang terputus-putus dari mulutnya.
"Kim... Siok... Yok... ."
In-jie yang tidak dengar jelas, lantas bertanya dengan perasaan cemas.
"Kim apa? Apa kau seorang She Kim? "
Dada pemuda itu tampak berdebar semakin keras, dengan tiba-tiba sepasang matanya terbuka lebar, wajahnya menunjukkan sikap menakutkan, ia hanya dapat mengeluarkan jeritan.
"Kalong... ."
Belum habis suaranya kepalanya sudah terkulai, dan kemudian tak bisa bergerak lagi.
In-jie yang mendengar pemuda itu menyebut nama kalong.
lantas lompat terperanjat.
Selagi hendak menanyakan lagi, tampak terkulai kepalanya, lantas berseru kaget, dengan kedua tangannya ia menggoncanggoncangkan pundaknya lalu berseru.
"Hei, jangan mati dulu, aku masih hendak bertanya dahulu kepadamu. Benar-benar aku tadi masih belum jelas ucapanmu. Kau bernama Kim apa? "
Namun pemuda itu tetap tidak bergerak.
Jelas ia sudah mati.
Tentu saja ia tidak dapat hidup kembali Cin Hong dengan hati pilu menarik kembali tangannya yang memegangi punggung pemuda itu, lalu meletekkan ketanah, setelah itu kembali memejamkan matanya, untuk mengatur pernapasannya .
In-jie juga merasa terharu, berpaling dan menanya kepada Cin Hong.
"IHe., apakah kau tadi tidak den
Amanat Marga -- Khu Lung Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung Kait Perpisahan -- Gu Long