Tangan Berbisa 5
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 5
nya begitu mudah, perasaan heran timbul dalam hatinya, ia berkata lagi^ "Kedua. Boleh kah tuan membebaskan SuhU Subo dan can Sa Sian?"
"Ini tidak boleh, mereka juga pasti tidak suka"
Menjawab Penguasa rumah penjara sambil menggelengkan kepala. Cin Hong juga tahu bahwa suhunya dan subonya serta can Sa-sian kebanyakan tidak suka dibebaskan oleh Caranya itu, maka ia juga tidak mengukuhi permintaannya, katanya pula.
"Kalau begitu, can-Sa sian Sekarang ini mendapat kiriman seguci arak dari muridnya. Sementara ini tidak bisa dimasukkan melalui lubang jendalanya, bolehkah tuan mengirimkan orang untuk membawa guci araknya itu kedalam kamar tawanannya?"
"Aku segera mengutuS orang untuk melakukan itu, masih ada lagi?"
Cin Hong berpikir-pikir dahulu, kemudian baru menjawab^ "Aku ada membawa kawan yang sekarang ini menunggu dibawah gunung, harap tuan utus orang mu lagi untuk memberitahukan kepada mereka, katakan saja untuk sementara aku akan berdiam disini."
"Baik Masih ada apa lagi?"
Karena permintaannya untuk berdiam disitu sudah diterima dengan baik, Cin Hong Sudah merasa puas, lagi pula ia juga tidak dapat memikirkan apa- apa lagi untuk diajukan sebagai syarat, maka berkata sambil menghela napas.
"Baiklah, begitu saja hitung-hitung menguntungkan kau"
Penguasa rumah penjara menepok tangannya tiga kali, dan pintu samping keluar seorang gadis.
Gadis itu usianya kira-kira tujuh belas tahun parasnya cantik Sekali, perawakannya lebih gemulai, kulitnya putih bersih kemerah-merahan tampaknya masih lebih cantik daripada In-jie.
Gadis itu mungkin belum pernah melihat seorang pemuda tampan seperti Cin Hong, maka ketika itu berjalan masuk kedalam ruangan, sepasang matanya yang jeli tajam ketika berada dengan pandangan mata Cin Hong, sesaat ia tertegun, selembar wajahnya menjadi merah, dan bibirnya tersungging satu senyuman manis, maka itu barulah ia insyaf bahwa dirinya telah tertarik oleh Cin Hong serta kelakuannya sendiri yang tidak dapat mengimbangi perasaannya, maka lalu menundukkan kepalanya dan berjalan menghampiri penguasa rumah penjara.
Penguasa rumah penjara melirik kepadanya sejenak.
mulutnya mengeluarkan suara menggerutu, kemudian berkata.
"Sian-jie, kau turun danperintahkan orang supaya masukan guci arak can-Sa sian kedalam kamarnya, lantas utus orang lagi untuk keluar memberitahukan kepada dua kawan Cin Hong beritahukan kepada mereka bahwa Cin Hong akan melukis gambar untukku sementara tidak diperbolehkan keluar, maka mereka tidak usah menunggu"
Sian-jie menerima baik perintah itu, mengangkat mukanya dan mengerling Cin Hong lagi Sejenak. lalu mengawasi lagi kepada Penguasa rumah penjara seraya berkata^ "Masih ada apa lagi?"
Penguasa rumah penjara tampak tercengang ia bertanya dengan perasaan heran.
"Heran, bagaimana kau bisa mengatakan demikian kepadaku?"
Ditegor demikian, sian-jie seolah-olah baru sadar kelakuannya sendiri yang berbeda dari biasanya, dengan perasaan malu ia menundukkan kepala dan berjalan melewati depan Cin Hong terus menghilang kepintu samping.
Cin Hong hanya dapat merasakan bau harum yang keluar dari diri gadis itu yang menusuk hidungnya, sesaat itu hatinya berdebaran, sepasang matanya tanpa disadari sudah mengikuti berlalunya gadis itu, sehingga menghilang dibalik pintu.
"Dia adalah muridku, namanya Leng Bie sian usianya tahun ini baru tujuh belas tahun,"
Demikian penguasa rumah penjara berkata. Cin Hong baru sadar dari lamunannya ketika mendengar ucapan itu, dengan Cepat ia berpaling mengawasi penguasa rumah penjara seraya berkata.
"Hei Untuk apa kau beritahukan hal ini kepadaku?"
Dari balik kerudung mukanya, Penguasa rumah penjara itu memperdengarkan uara tertawa kecilnya, kemudian berkata lambat-lambat.
"Sejak dahulu kala-orang Cerdik pandai atau sastrawan tidak terlepas dari istilah romantis, perlu apa kau harus menutupi hal itu?"
Cin Hong merasa sangat tidak enak katanya dengan suara agak gugup.
"Kau ngoceh aku sedang berpikir, seandai dia itu adalah pelayanmu......"
Penguasa Rumah Penjara itu menantikan kata-kata selanjutnya, tetapi ternyata tidak ada, maka ia lalu bertanya.
"Bagaimana?"
Cin Hong dengan memberanikan diri, ia berkata sambil menunjuk PenguaSa rumah Penjara.
"Seandai ia itu adalah pelayanmu. kau kebanyakan adalah Wanita?"
Penguasa Rumah Penjara berjalan menuju kelobang jendela bentuk hati. lalu memutar tubuhnya dan berdiri Sambil berpeluk tangan, katanya lambat- lambat.
"Apa maksudmu hendak kata bahwa kaum lakl^laki tidak boleh mengunakan pelayan kaum perempuan?"
Cin Hong berpikir itu memang benar.- Kaum lelaki juga banyak yang dirawati oleh pelayan kaum wanita, maka sesaat itu ia tidak bisa menjawab, terpaksa berkata.
"Sekarang aku tidak akan banyak bicara denganmu, bolehkah aku pergi menengok suhu lagi?"
"Tidak boleh, besok sore baru boleh pergi, sekarang aku masih ada perkataan hendak bertanya kepadamu"
Berkata pengusaha rumah penjara Sambil menggelengkan kepala.
"Kita toh Sudah bicara tentang soal syaratnya, masih ada apa lagi yang perlu ditanyakan?"
"Ada, umpama kata dimana rumah mu? siapa ayah bundamu......."
"Hal ini Semua tidak ada perlunya untuk diberitabukan kepadamu"
"Kenapa? bagi kau toh tak ada jahatnya"
"Asal usulmu, bahkan wajahmu sendiri toh kau masih rahasiakan tidak boleh dilihat orang, toh sekarang sebaliknya kau ingin mengetahui asal usul diri orang lain, bukankah itu sangat lucu?"
Penguasa rumah penjara perlahan-lahan mendongakkan kepala, mengawasi pelita yang terpancang di atas, berkata lirih seolah-olah pada diri sendiri.
"Aku ada mempunyai alasan untak merasiakan diriku, sedangkan kau tidak ada"
"Bagaimana kau tahu aku tidak ada."
"Apa kau juga ada menyimpan rahasia?"
"Sudah tentu"
Menjawab Cin Hong sambil menganggukkan kepala. Penguasa rumah penjara menurunkan kedua tangannya, ia geser kakinya berjalan menghampiri Cin Hong, sepasang matanya memancarkan sinar tajam, katanya dengan Suara berat.
"Kalau begitu kau boleh majukan lagi beberapa syarat sebagai pertukaran."
Cin Hong tidak dapat menduga isi hati Penguasa rumah penjara itu, apa sebab ia merasa tertarik oleh asal usul dirinya, maka saat itu hatinya diliputi oleh berbagai pertanyaan namun ia harus menjawab, maka akhirnya ia menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepala^ "Tidak^ aku tidak dapat memikirkan syarat apa yang perlu kuajuKan kepadamu"
"Asal tidak bertentangan dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh rumah penjara ini, aku bersedia menerima baik tiga permintaanmu. ini rasanya toh sudah boleh?"
Cin Hong merasa tertarik, akan tetapi teantang asal usul dan riwayat dirinya sendiri, hingga Saat itu ia sendiri masih belum tahu jelas, bahkan dirinya itu mungkin ada menyangkut dengan anak kunci berukiran huruf Liong milik partay oey-san yang telah hilang, rahaSia itu.
sebelum jelas riwayat dirinya, tidak boleh diceritakan kepada siapapun juga, supaya tidak menimbulkan kerewelan yang tidak diinginkan.
maka saat itu ia lantas berkata Sambil menggelengkan kepala.
"Maaf, aku tidak membutuhkan permintaan apa- apa lagi"
Sinar mata penguasa rumah penjara tiba-tiba memancarkan kemarahan, katanya dengan suara keras.
"Apa katamu?"
Cin Hong merasa bahwa orang misteri itu seolah-olah sedang terganggu pikirannya dalam hati diam-diam merasa geli, lalu menjawab sambil mengangkat pundak^ "Mudah sekali, sebab aku sendiri juga tidak tahu siapa ayah bundaku"
Sikap penguasa rumah penjara menunjukkan sedikit perobahan, sepasang matanya tampak sinarnya yang menyala-nyala, ia maju selangkah dan bertanya^ "Apa kah suhumu tahu?"
Cin Hong dengan hati gentar mundur Selangkah,jawabnya dengan perasaan bingung^ "suhu sendiri barangkali juga tidak jelas, apakah maksudmu ini?"
Kini penguasa rumah penjara memejamkan kedua matanya, sehingga kembali pula kepada sikapnya yang semula, dengan suara tenang sekali berkata pula.
"Tidak apa- apa aku hanya merasa bahwa kau memiliki bakat dan tulang-tulang yang sangat bagus sekali apa bila mendapat didikan dari seorang guru ternama, kaupasti akan bisa menjadi seorang kenamaan dirimba persilatan "
Baru Saja habis mengucapkan demikian- muridnya yang bernama Leng Bie Sian itu sudah balik kembali keruang tamu, ia agaknya seperti lebih Cepat dari waktu biasa, maka waktu itu sepasang pipinya nampak kemerahan, dadanya tampak berombak.
sepasang matanya yang jeli tajam kembali melirik Cin Hong sejenak.
lalu memandang dan berkata kepada suhunya.
"Suhu, tawanan yang bernama can-sa-sian itu benarbenar Sangat lucu, ia minta aku mengucapan terima kasih kepadamu"
Penguasa rumah penjara hanya mengeluarkan suara hem saja, dengan perasaan aneh memandang pada muridnya laiu bertanya.
"sian-jie, mengapa kau demikian Cepat sudah balik kembali ?"
Wajah Leng Bie Sian yang sudah merah ditegor demikian rupanya merasa malu sehingga menundukan kepala, dengan suara perlahan menjawab^ "Suhu, menggunakan kesempatan ini Tecu melatih ilmuku meringankan tubuh.,.."
Penguasa rumah penjara melirik muridnya sejenak dari mulutnya terdengar suara kecil.
"Kau berhasil mencapai berapa banyak?"
Leng Bie Sian angkat muka mengawasi Suhunya sejenak, kembali menundukan kepala lalu berkata sambil tersenyum^ "Mencapai angka seratus,"
"Hei Suhumu masih ingat dua hari yang lalu kau mencapai angka seratus dua puluh baru mendaki lima puluh anak tangga tangga batu, bagaimana hari ini dengan mendadak kemajuan demikian banyak?"
Bertanya sang guru heran- Leng Bie San menutup mulutnya dengan tangan dan tertawa kecil, kemudian berkata.
"Mendapat kemajuan pesat bukankah ini suatu hasil yang baik?"
Sang guru mengangguk-anggukkan kepala dan berkata sambil tertawa.
"Baik sih memang baik, soalnya agak luar biasa Saja"
Sejenak ia berdiam, kemudian berkata pula.
"Kamar yang semula hendak digunakan untuk kamar tidur pelukis tadi kau sudah bereskan atau belum?"
Leng Bie Sian menyahut sudah, Sambil mengangguk-anggukkan kepala, Penguasa rumah penjara tiba-tiba geser kakinya dan berjalan kejendela sebelah kanan sambil berkata.
"Kalau begitu kau ajak Cin Hong kekamar itu, supaya beristirahat dahulu, suhumu hendak pergi sebentar kekamar tawanan Naga, sebentar akan kembali"
Sehabis berkata demikian, orangnya sudah bergerak dan sebentar menghilang dijalanan yang menuju kekamar tawanan, gerakkannya itu luar biasa gesitnya, dari sikapnya agaknya perlu hendak mengurus persoalan yang sangat penting sekali.
Cin Hong menyaksikan penguasa rumah penjara menghilang kejalanan yang menuju ke-kamar tawanan, lantas berpaling dan mengawasi Leng Bie San, hatinya berdebar keras, kiranya merasa tidak tenang, rupanya matanya lebih silau oleh keCantikan gadis itu, maka dalam hatinya diam-diam berpikir.
'Alangkah baiknya kalau aku berkenalan dengan dia terlebih dahulu, tetapi sekarang, aku tidak boleh main-main dengannya.
gadis ini pasti memiliki kepandaian ilmu silat yang hebat sekali, tampaknya seperti bunga mawar berduri, ia berkata dalam sejarak lima-puluh anak tangga, hanya dicapai dalam hitungan seratus delapan, jikalau itu aku barang kali paling sedikit harus dua ratus juga belum bisa menyelesaikan, nona yang sangat lihay ini, tidak boleh dibuat main-main-.........' Sementara itu Leng Bie Sian sudah berjalan kehadapannya, mengangkat mukanya yang cantik, sambil tersenyum manis ia berkata.
"Hei, mari ikut aku Aku akan ajak kau kekamar yang sudah disediakan untuk beristirahat."
Cin Hong dengan sikap merendah dan agak takut memberi hormat seraya mengucapkan terima kasih.
Leng Bie sian balas hormat itu, kemadian memutar tubuh dan berjalan kepintu goa disebelah kiri ruangan tamu, kemudian diikuti oleh Cin Hong masuk kepintu samping, ketika didalam, kiranya didalam goa itu tidak terdapat tangga batu, melainkan sebuah lorong yang dialas oleh batu pualam, disebelah kanannya terdapat lima kamar indah yang dibuat dari batu pualam juga.
kamar kesatu dan kedua pintunya tampak setengah tertutup dari luar bisa kelihatan keadaannya didalamnya ada sebuah tempat tidur yang memakai kelambu kain merah, perlengkapan didalamnya sangat indah, sedang dibagian kiri, setiap sepuluh langkah tampak sebuah lobang jendela kecil berbentuk bundar, sinar matahari masuk melalui lobang2 jendela kecil itu sehingga lorongan itu tampak tanda bundar dari sinar matahari memberikan pemandangan yang lain dari pada yang lain- Berjalan lagi sampai didepan kamar nomor-lima Leng Bie Sian berhenti dan membuka pintu kamar yang terbuat dari batu pualam, kemudian ia keluar lagi dan mempersilahkan Cin Hong masuk.
Cin Hong kembali memberi hormat dan menyatakan terima kasih, lalu masuk kekamar.
Ia mengamat-amati ruangan kamar itu, ternyata di rawat Sangat bersih sekali, ditengah-tengah ada sebuah tempat tidur yang terbuat dari kuningan, dengan kain sepreinya yang putih bersih, disamping tempat tidur terdapat sebuah meja, lemari dan lemari buku, yang paling menarik adalah tulisan-tulisan yang terpanjang didinding tembok.
tulisan itu diambil dari syair yang dibuat oleh seorang cerdik pandai dari jaman Sam-kok atau tiga negara, ialah co cu Kiam yang menjadi anaknya co cao yang menjadi perdana menteri dari salah satu negara dari jaman Sam Kok itu, dari itu melukis kan keluhan seorang isteri yang ditinggal pergi kemedan perang oleh suaminya, dan kini ditulis diatas kertas tebal yang indah dengan tulisan tangan yang sangat indah, agaknya ditulis oleh seorang wanita.
CIN HONG membacanya dengan perasaan kagum dan terheran-heran, di belakang dirinya tiba-tiba terdengar suara Leng Bie Sian yang bertanya kepadanya sambil tertawa.
"Hei, apa kah kamar ini cocok untukmu?"
Cin Hong memutar tubuh dan duduk ditepi tempat tidur,jawabnya sambil menganggukkan kepala dan tersenyum.
"Baik, hanya agak sedikit aneh... ."
Leng Bie Sian berdiri di luar kamar, sepasang tangannya membuat main pintu kamar yang terbuat dari batu pualam, wajahnya menunjukkan sedikit perasaan kaget dan heran, dengan mata terbuka lebar ia berkata.
"Dimana anehnya?"
Cin Hong jari tangannya menunjuk tulisan yang terpancang di dinding dan berkata sambil tersenyum.
"Disinilah letaknya keanehan itu, sayang keluhan seorang isteri ini, masih kurang dua baris perkataan dibagian yang terakhir......"
Sepasang biji mata Leng Bie Sian yang tampak nyata warna putih dan hitamnya, berputar-putaran, kemudian berkata sambil tersenyum.
"Kekurangan dua patah kata itu bukankah lebih Daik?"
"Tidak. orang jaman dahulu kalau membuat syair, setiap patah kata- katanya semua mengandung maksud yang sangat dalam, bagaimana boleh dihapus atau dikurangi secara serampangan? Umpama kata syair keluhan seorang isteri ini sepintas lalu seperti melukiskan perasaan seorang isteri terhadap suaminya, sebetulnya hanya suatu perumpamaan saja, suami diumpamakan raja dan sang isteri diumpamakan menterinya sebentar untuk menggambarkan rasa duka dari dalam hatinya, maka dua patah terakhir itu sekali-kali tidak boleh dihapus."
Berkata Cin Hong dengan sikap ber-sungguh2. Leng Bie Sian menunjukkan sikap terkejut dan terheranheran katanya dengan suara perlahan.
"oaw kiranya begitu. ..."
Cin Hong bang kit dan berkata sambil tersenyum.
"Apakah syair ini dikutip oleh Suhumu?"
Leng Bie Sian menggeleng-gelengkan kepala sepasang matanya memancarkan sinar yang aneh memandang Cin Hong dengan sikap termenung-menung, kemudian berkata seolah-olah sedang mengigau^ "Bukan, itu dapat dibeli dari sebuah toko buku tua....."
Cin Hong menarik napaS lega, berjalan menghampiri Leng Bie Sian dua langkah, kemudian bertanya dengan suara lirih.
"Nona Leng, boleh kah kau beritahukan kepadaku, suhumu itu sebetulnya laki-laki atau perempuan?"
Leng Bie sian tiba-tiba tertawa Cekikikan, ia tarik dirinya sembunyi dibelakang pintu, hanya tongolkan separuh mukanya dan berkata sambil tertawa nakal.
"Kau ini selalu menanyakan orang lain laki-laki ataukah perempuan, Sebetulnya perlu apa?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, buru-buru berdiri tegak dan berkata.
"Kalau laki ya laki, kalau perempuan ya perempuan, suhumu itu rupanya seperti lelaki juga seperti perempuan sesungguhnya membuat orang melihatnya bisa menimbulkan peraSaan tidak enak"
Leng Bie Sian tertawa geli, kemudian berkata.
"Dalam hal apa SuhUku mirip seorang wanita, coba kau sebutkan "
Cin Hong miringkan kepalanya dan kemudian berkata dengan pastil "Sinar matanya, mirip Seperti sinar mata perempuan-"
"Tetapi suhuku memang benar seorang lelaki?"
Dalam hati Cin Hong meskipun mau perCaya tapi ia juga tidak bertanya lagi, sebab ia seKarang semakin merasakan bahwa Leng Bie Sian ini bukan saja lebih cantik dari pada In-jie tetapi juga tidak begitu galak sifatnya kalau dibandingkan dengan in-jle....
oleh karenanya.
maka ia tidak berani banyak bicara dengannya sebab sinar matanya itu terlalu menakutkan, maka Saat itu Cin Hong pikir supaya lekas meninggalkan kepadanya.
"Nona Leng, jikalau kau masih ada urusan silahkan, aku, aku pikir hendak mengaso dahulu..."
Leng Bie Sian me nyahut oow, sesaat lenyaplah senyum yang ada dibibirnya, dengan sikapnya seorang gadis yang agung.
mengulurkan tangannya dan menutup pintu kamar Cin Hong, kemudian pergi meninggalkan padanya, Cin Hong rebahkan diri diatas pembaringan, kedua tangannya memainkan bantal diatas kepalanya, matanya memandang keatas lelangitan dan mulai terbenam dalam alam lamunannya.
Dalam otaknya saat itu terpeta bayangan Penguasa Rumah Penjara, ia memikirkan diri orang itu yang sangat misteri, dan kelakuannya yang tertarik kepada dirinya serta tindakannya yang agak aneh.
Selain itu, dengan maksud apa pula ia membangun rumah penjara ini memasukan tokoh-tokoh rimba persilatan baik dari golongan jahat mau pun dari golongan baik kedalam? Lama ia memikirkan, tetapi selalu tidak menemukan jawabannya, maka kemudian pikirannya beralih kepada keterangan Suhunya mengenai sedikit riwayat hidup dirinya sendiri.,,.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suatu malam, delapan belas tahun berselang seorang wanita yang masih muda sedang menggendong anak orok yang masih belum cukup satu bulan, dan orok itu adalah dirinya sendiri sedang melakukan perjalanan menyeberang sungai dengan menumpang sebuah perahu.
Perahu yang ditumpangi wanita dan anaknya itu terbalik dan kemudian ditolong oleh Suhunya yang Sekarang ini, sedangkan Wanita itu yang mungkin adalah ibunya, telah digulung oleh air ombak yang Sangat tajam,...., Sungguh tidak habis dipikir, ibunya yang baru melahirkan belum cukup satu bulan, mengapa harus membawa dirinya pergi melakukan perjalanan jauh? orang dari manakah ibunya itu dan siapakah ayahnya? Mengapa ayahnya tidak bersama-sama dengan, ibunya....
Dengan tiba-tiba, pintu kamar terdengar diketok tiga kali, sehingga memutuskan lamunannya, ia lompat bangun dan bertanya lagi.
"Siapa?"
Di luar kamar terdengar suara jawaban Leng Bie Sian yang sangat merdu.
"Aku Boleh kah aku masuk?"
Cin Hong pikir gadis itupasti ada urusan maka ia lalu bang kit dan menjawab.
"Kau dorong saja pintunya"
Pintu kamar terdorong perlahan-lahan terbuka, Leng Bie Sian tongolkan kepalanya katanya dengan sikap kemalumaluan-"
Aku hanya ingin bertanya padamu... ."
Baru berkata setengah, tiba-tiba tampak ujung mata Cin Hong ada tanda air mata yang mengalir, maka ia lalu bertanya sambil membuka lebar matanya.
"Haaa .... Kau menangis?"
Cin Hong mengangkat tangannya untuk nyeka air matanya, benar Saja ada tanda air mata Tanpa disadari ia menunjukkan sikap kejut, kemudian berkata sambil tertawatawa..
"Heran, mengapa aku Sendiri tidak tahu?"
Leng Bie Sian masuk kedalam, ia berdiri dekat pintu kamar, sepasang matanya menunjukkan Sikap terkejut, heran dan simpatik, kemudian bertanya dengan penuh perhatian.
"Kau pasti memikirkan urusan yang menyedihkan- Betul tidak?"
Cin Hong memaksakan dirinya untuk tersenyum, katanya sekenanya^ "Mungkin."
Leng Bie Sian menundukkan kepala,, kemudian berkata sambil tersenyum.
"Bolehkah kau beritahuKan kepadaku?"
"Maaf, aku tak dapat..."
Jawab Cin Hong sambil menggeleng kepala. Leng Bie Sian tampaknya merasa kecewa, kembali menunjukkan sikapnya seorang gadis agung, ia keluar dari kamar, dan berkata sambil menundukkan kepala.
"Aku datang hanya hendak menanya padamu, kau barang kali belum makan tengah hari ini?"
Entah apa sebabnya Cin Hong merasa takut terhadap sikap gadis itu yang memperhatikan dirinya, maka Saat itu menjawab dengan nada suara dingin.
"Aku belum iapar, terima kasih atas perhatianmu"
Leng Bie Sian terpaksa diam. Selagi hendak menutup lagi pintu kamarnya, tiba-tiba terdengar Suara orang tertawa yang demikian keras, suara tertawa itu ketika masuk ditelinganya terdengarnya seperti suara guruh.
"Ha ha ha, Penguasa Rumah Penjara Rimba Persilatan Dimana kau berada? Lekas keluar Aku hendak pukul rubuh kau,pukul rubuh kau... ." ^ Wajah Leng Bie Sian berubah dengan segera dengan cepat ia lompat dan lari menuju keruangan tamu. Cin Hong segera mengetahui bahwa ada lagi orang datang kelembah Kunci besi untuk menantang pertandingan kesempatan baik itu tidak mau disia-siakannya begitu saja, buru-bura ia lari keluar dari kamarnya. Dua orang itu tiba diruangan tamu, dengan berdiri dekat lobang jendela berbentuk hati, melongok keluar. Dari situ tampak diatas tujuh senar yang terpanjang dilembah kunci besi, saat itu ada berdiri dua orang, Satu adalah Thiat-oe Siansu yang bertugas mengurus-urus pendaftaran kepada setiap orang yang datang hendak menengok kekamar tawanan atau datang menantang pertandingan, dan yang lain adalah seorang tua yang sangat aneh. orang tua itu usianya sekitar sembilan puluh tahunan, rambut dikepalanya tampak putih panjang dan kotor. Badannya mengenakan pakaian wanita hitam yang sudah kotor dan compang camping, Wajah orang tua itu tampak menyeramkan, alisnya tebal matanya lebar, kumis dan brewoknya penuh busa pada waktu itu sedang lompatlompat diatas senar besi, mulutnya tidak berhentinya berkaok-kaok minta Penguasa Rumah Penjara keluar berhadapan dengannya. Dilihat dari sikap dan dandanannya, jelas dia adalab seorang tua gila Thiat-oe Siamu barang kali tidak berdaya menghadapi orang gila itu, hanya berdiri diatas senar yang agak jauh darinya, sambil ber-teriak2 untuk mencegah, tidak berani berdekatan dengannya. Leng Bie Sian agaknya juga baru pertama kali ini menyaksikan keadaan demikian, dengan ter-heran2 ia bertanya kepada Thiat-oe Siansu.
"Lao-lo, apa artinya ini?"
Thiat-oe Siansu ketika melihat Leng Bie Sian, semangatnya seperti terbangun, buru-buru lompat keluar jendela dan menjawab dengan suara nyaring.
"Nona Leng orang tua gila ini tidak mau mengurus soal pendaftaran dulu sudah lantas menyerbu masuk, benar- benar memang sengaja untuk mengacau. ..."
"Kalau begitu kau usir dia keluar saja"
Berkata Leng Bie Sian- "Nona Leng, orang gila ini Sangat lihay boleh dikata merupakan seorang penantang yang paling lihay selama berdirinya rumah penjara ini, hamba tidak sanggup melawan, maka tidak berdaya untuk mencegah dia menyerbu masuk."
Menjawab Thiat-oe Siansu dengan perasaan malu dan menundukkan kepala.
Ketika ia tampak Cin Hong juga berdiri didekat Leng Bie Sian, dari mulutnya mengeluarkan suara terkejut, Sebab ia masih ingat bahwa pemuda itu dahulu datang hendak menengok suhunya yang menjadi tawanan, dengan bagaimana mendapat kehormatan seperti itu, bisa berada dikamar kediaman penguasa rumah penjara? Sedangkan ia sendiri tadi pernah melakukan korupsi terhadapnya yang mendapat uang sogokan berupa rantai emas, apa bila hal itu diberitahukan kepada penguasa rumah penjara, bukankah sangat membahayakan dirinya?"
Untuk waktu itu Leng Bie Sian tidak melihat sikapnya itu sepasang matanya hanya ditujukan kepada orang tua gila yang berada diatas senar kemudian berkata.
"Lao Lo, cobakau pikir-pikir dulu apa kah aku kiranya dapat menjatuhkan dia?"
Sepasang mata Thiat-oe Sianggu tampak berputaran Sebentar, dengan tiba-tiba menganggukkan kepala dan berkata sambil tertaWa.
"Bisa nona Leng kau pasti bisa memukul rubuh dia kebawah kembali"
Leng Bie Sian Sangat girang, dengan cepat dapat melesat melalui lobang jendela dengan gerakannya yang Sangat ringan melayang turun atas SeutaS tali senar besi, kemudian berkata sambil menunjuk orang tua gila itu.
"orang gila Kau kemari"
Thiat-oe Siansu menggunakan kesempatan itu buru-buru berjalan mendekati lobang jendela wajahnya yang kurus penuh senyuman ramah tamah, sambil mengawasi Cin Hong ia berkata dengan suara perlahan.
"Cin siaohiap. apa kah kau bukan datang akan untuk menengok keluargamu dalam tawanan? Bagaimana bisa berada disini?"
Sepasang mata Cin Hong Waktu itu sedang ditujukan kepada Leng Bie Sian dan orang tua gila itu yang berada diatas senar, maka atas pertanyaan itu ia hanya menjawab^ "Aku memenuhi permintaan Laouwcu kalian Untuk melukiskan lukisan sebuah gambar orang"
Thiat-oe Siangsu buru-buru masukkan tangannya kedalam sakunya untuk mengeluarkan rantai emas, dan dikembalikan kepada Cin Hong seraya berkata Sambil terseoyum ramah.
"Cin siaohiap barangmu ini harap kau suka terima kembali, tadi aku orang tua ini hanya main-main saja denganmu, sebetulnya aku belum pernah berani minta barang kepada orang-orang sebab dengan berbuat demikian itu terlalu rendah kan derajat sendiri."
Cin Hong menerima kembali rantai emasnya sedang mulutnya masih menjawab tanpa memandang Thiat-oe Siangsu.
"Apakah Thay siangsu mengembalikan rantai emasku ini, maka menipu nona Leng untuk menghadapi orang tua gila itu?"
Wajah Thiat-oe Siansu berubah, berkata ambil tersenyum.
"Bukan begitu Cin siaohiap. nona Leng kita ini sudah mewarisi kepandaian ilmu Silat Laucu kita, Sepuluh Giam lo ong seluruh rumah penjara ini dan aku siorang tua sendiri, tiada sorang yang sanggup melawan dia"^ "orang-orang kuat Seluruh penjara sini tak ada seorang yang sanggup melaWan dia, tetapi dia bukanlah tandingan orang tua gila itu"
Berkata Cin Hong sambil tertaWa dingin.
Kiranya Cin Hong sudah menyaksikan bahwa Leng Bie Sian ketika kedua kakinya menginjak senar, sudah diserbu oleh orang tua gila itu sedang mulutnya mengeluarkan suara Sambil tertawa terbahak-bahak^ "Ha, ha, ha, Penguasa rumah penjara rimba persilatan, mari..mari"
Orang gila itu mulutnya berteriak-teriak demikian, tangannya sudah bergerak melakukan serangan hebat yang dibarengi dengan suara hembusan angin yang mengaum.
Leng Bie Sian juga sudah melancarkan serangannya, tetapi sebelum dua tangan Saling adu, ia seolah-olah kebentur dengan suatu kekuatan hebat yang tak dapat dilawan, sehingga tubuhnya terhuyung-huyung, hampir saja tak dapat berdiri tegak, terpaksa ia lompat mundur ke atas senar paling kiri.
orang tua gila itu pentang kedua lengan tangannya seperti sikap burung terbang, dengan cara itulah ia melayang untuk mengejar, kedua kalinya ia melancarkan serangannya, sedang kan mulutnya masih berkaok-kaok.
tertawa.
"Ha, ha, ha, Siapa yang kata bahwa kau adalah orang kuat nomor satu didalam dunia? Aku hendak pukul kau rubuh Aku hendak pukul kau rubuh... ."
Kali ini Leng Bie Sian tidak berani menyambut serangan orang tua gila itu, dengan gerakannya yang sangat lincah, lompat ke samping beberapa kaki, kemudian bergerak ke Samping kanan orang tua gila itu, tangannya melancarkan serangan kebagian bawah ketiak orang tua gila itu, semua gerakan itu dilakukan dengan sangat indah dan cepat sekali.
orang tua gila itu tertawa terbahak-bahak menunggu Sampai serangan tangan kanan sudah akan menyentuh tubuhnya, dengan tiba-tiba berjongkok, tangan kirinya di ulur, balaS menyambar kaki kanan Leng Bie Sian- Gerakannya dilakukan demikian cepat dan ganas sekali.
Tetapi Leng Bie Sian benar-benar hebat, ketika tangan orang tua itu menyambar kakinya.
Sudah lompat tinggi keatas, di tengah udara melakukan gerakan jumpalitan, dengan kedua tangannya ia menyerang kepala orang tua gila tu.
Perobahan secara mendadak itu, sebetulnya tidak ada apa-apanya yang aneh atau luar biaSa, tak disangka orang tua gila itu agaknya keburu mengelak.
sehingga serangan Leng Bie Sian mengena dengan telak di atas kepala orang itu, sesaat tubuh orang tua itu menggetar dan hampir saja terjatuh ke dasar lembah.
Ketika serangan dua tangan Leng Bie Sian mingenakan kepala orang tua gila itu, ia sendiri sudah lompat melayang sambil mengeluarkan seruan kaget, ia mengira bahwa kali ini batok kepala orang tua gila itu pasti remuk.
tetapi ketika ia berdiri tegak di atas senar lagi.
dan matanya ditujukan kepada orang tua gila itu, baru tahu bahwa orang tua gila itu sedikitpun tidak terdapat tanda luka, maka ia lalu berseru kaget.
"Eh. apakah kepalamu ini terbuat dari pada besi?"
Orang tua gila itu setelah kepalanya terkena pukulan dua kali dari tangan Leng Bie Sian seperti baru sadar dari mimpinya, dengan sikap bingung ia menggoyanggoyangkan kepalanya, kemudian tangannya menggarukgaruk rambutnya yang panjang, lalu berkata kepada diri sendiri dengan sikap terkejut dan terheran-heran.
"Eh, bagaimana aku bisa berada disini?"
Bukan kepalang terkejutnya Cin Hong yang menyaksikan kejadian itu, ia dapat menduga bahwa serangan tangan Leng Bie Sian itu mengandung kekuatan tenaga yang sangat hebat, sekali pun batu juga akan menjadi hancur berkeping-keping, ternyata tidak terluka sedikitpun dan yang lebih aneh setelah kepalanya terkena serangan bebat, seolah-olah baru sadar dari gilanya.
Siapakah orang tua gila yang memiliki kepandaian hebat itu? Kalau ditilik dari kepandaian ilmu silat yang dimiliki,jelas jauh lebih hebat dari pada dirinya sendiri.
Baru selagi berada dalam keadaan bingung dan terheranheran, tiba-tiba merasakan sambaran angin melalui samping dirinya, lalu tampak berkelebat sesosok bayangan hitam meleset keluar lobang jendela bentuk hati itu, bayangan hitam itu bagaikan burung terbang melayang turun diatas senar, kemudian berdiri tegak dihadapan orang tua gila itu, Dia, bukan lain dari pada Penguasa Rumah penjara rimba persilatan yang tadi katanya hendak berjalan-jalan sebentar kedalam kamar tahanan naga.
Thiat-oe Siansu yang berdiri diluar jendela, ketika melihat kedatangan Laocunya, wajahnya tampak pucat pasi, buru-buru memberi hormat dan melapor dengan sikap ketakutan- "Laocu, orang tua gila ini memiliki kepandaian ilmu silat luar biasa hebatnya, hamba tidak sanggup menahan ia menyerbu kemari oleh karenanya hamba rela menerima, hukuman dari dosa hamba..,,."
PenguaSa Rumah Penjara itu masih berdiri tegak tanpa bergerak. dengan tenang mengamati orang tua gila itu sejena kemudian baru membuka mulut dan berkata lambatlambat.
"Apa kah dia belum melakukan pendaftaran?"
"Ya, orang tua ini seperti dihinggapi penyakit gila"
Menjawab Thiat-oe Siansu dengan sikapnya yang sangat menghormat.
"Apa kau tidak tahu dia itu siapa?"
Bertanya pula penguasa rumah penjara.
"Ya, hamba tidak dapat tahu,.,.
"
Sementara itu Leng Bie Sian sudah lompat meleset kehadapan gurunya, sambil berseru.
"Suhu orang tua gila ini memiliki kepalanya yang keras sekali, aku telah memukul padany adua kali, tak disangka ia sedikitpun tak terluka"
Penguasa Rumah Penjara mengibaskan lengan bajunya, katanya dengan suara dalam.
"
Pulang, lain kali sebelum mendapat ijin suhumu, kau tidak boleh keluar menyambut tantangan musuh"
Kata-kata itu diucapkan dengan nada suara tenang dan merdu, tetapi mengandung pengaruh yang membuat orang tidak berani membantah.Leng Bie Sian menerima baik kepada suhunya lalu lompat balik kembali keruangan tamu melalui lubang jendela, setelah itu ia tersenyum kepada Cin Hong dengan sikap kemalu-maluan dan kemudian menonton dari lubang jendela bersama-sama Cin Hong dengan berdiri berdampingan.
Sepasang mata penguasa rumah penjara ditujukan kepada orang tua gila itu tanpa berkedip.
pada waktu itu kembali membuka mulutnya dan berkata dengan nada suara tetap lambat-lambat.
"Lo Pin, coba kau sebutkan sekali lagi peraturan terakhir dari rumah penjara kita supaya ia dengar lagi"
Thiat-oe Siansu segera bentang mulutnya dan berkata dengan suara nyaring.
"Hei, orang tua gila dengar, barang Siapa yang datang kerumah penjara Rimba persilatan untuk menantang bertanding, harus mentaati semua peraturan yang sudah kita tetapkan, jikalau tidak akan dianggap sebagai perbuatan yang tidak sopan terhadap rumah penjara kita sehingga kita tidak menjamin Jiwa dan keselamatanya "
Orang tua gila sejak sadarkan dirinya, sikapnya berubah sangat murung, seperti Seorang tua pendiam, diwajahnya tampak tegaS sikapnya yang kurang gembira, terhadap kedatangan Penguasa rumah penjara itu, seolah-olah tidak menghiraukan sama sekali.
sepasang matanya yang buram, memandang keadaan sekitarnya sebentar kemudian, seolaholah sudah sadar tempat apa itu, ia menganggukan kepala, kemudian memutar dirinya dan berjalan lambat-lambat diatas sinar besi menuju keseberang.
Penguasa rumah penjara memperdengarkan suara tertawanya, lengan jubah dikibarkan, kedua tangannya diangkat, seluruh badannya seolah-olah meluncur diatas senar itu dalam waktu sekejap mata sudah melewati orang tua gila tadi, gerakan itu tampaknya perlahan, tetapi sebetulnya cepat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat sudah berada dimuka orang tua tadi untuk menghalangi berlalunya, kemudian membalikan badan dan berkata sambil tertawa dingin.
orang tua gila itu angkat muka dan memandang kepadanya dengan sinar mata hampa, kemudian bergerak dan lompat kesenar kedua disebelah kirinya, tanpa mengucapkan Sepatah kata pun juga untuk melanjutkan perjalanannya.
PenguaSa Rumah Penjara kembali lompat untuk merintangi perjalanannya, katanya sambil tertawa.
"Apakah kau kira aku tidak sanggup menahan kau?"
Orang tua gila itu menghentikan kakinya, rambut diatas kepalanya tampak bergerak-geraK Sepasang matanya menunjukkan sinar marah dan takut, seolah-olah seekor binatang Harimau yang terluka, mulutnya mengeluarkan suara gemetaran, katanya.
"Jangan ganggu aku,jangan ganggu aku."
Penguasa Rumah Penjara mendongakkan kepala dan tertawa besar, suara tertawanya itu menggema keseluruh lembah, sambil tertawa ia berkata.
"Jangan ganggu kau? Ha ha ha aku belum pernah mengganggu orang, asal ia tidak datang ke lembahku Kunci Besi ini"
Sepasang mata orang tua gila itu memperlihatkan cahaya matanya, giginya terdengar bercatrukan, dengan badan agak gemetaran ia berkata.
"Minggir, aku tidak akan berkelahi denganmu"
Suara tertawa Penguasa Rumah Penjara itu mendadak berhenti, sepasang matanja memancarkan sinar tajam, katanya sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu, ada perlu apa kau datang kesini?"
Sikap marah orang tua gila tadi tampak sedikit reda, sejenak ia seperti orang bingung, kemudian baru menjawab sambil menundukkan kepala dan menghela napas.
"Apakah jika tidak menantang pertandingan tidak boleh datang kesini?"
Penguasa Rumah Penjara itu menganggukkan kepala sebagai jawaban, Dengan sinar matanya yang hambar orang tua gila itu mengawasi kepadanya sejenak, lalu bertanya dengan suara hambar pula.
"Habis kalau sudah datang lalu bagaimana?"
Penguasa Rumah Penjara itu memperdengarkan suara tertawa dinginnya kemudian berkata sepatah demi Sepatah dengan nada suaranya yang dingin.
"Kecuali kau dapat mengalahkan aku, jika tidak. hanya ada satu jalan, jalan itu ialah jalan kematian"
Orang tua gila itu memejamkan matanya dan menggumam sendiri, dengan tiba-tiba badannya lompat melesat keatas senar ketiga, kemudian berkata seperti mengoceh sendiri.
"Aku tidak perdulikan segala aturanmu ini, aku hendak pergi. ..."
Penguasa Rumah Penjara mendongakkan kepala dan tertawa besar, badannya bergerak bagai kupu-kupu yang terbang melalui atas kepalanya orang tua gila itu, yang kemudian turun lagi di atas senarnya, dan dengan Kedua kakinya bergerak demikian lincah, senar-senar itu dengan tiba-tiba memperdengarkan suara iramanya yang sedih.
Irama itu seolah-olah keluhan2 seorang perempuan mudayang sedang di tinggal suaminya, sehingga orangorang yang mendengarnya hamir tak tahan untuk menahan air matanya Cin Hong terpaku mendengar suara irama itu, Segera teringat riwayat diri sendiri yang mengenaskan, dan tanpa disadarinya sudah mengkucurkan air mata.
sementara mulutnya menggumam sendiri.
"Inilah irama dari burung merak terbang ke timur laut... ."
Leng Bie Sian yang berada disampingnya berpaling memandang ia sejenak. lalu berkata dengan perasaan terkejut.
"Kau, kau inise-olah2 mengetahui semua-muanya"
Cin Hong tidak mendengar ucapan itu, ia seperti sudah terpengaruh perasaannya oleh irama yang timbul dari senar itu, hingga terbenam dalam lamunannya sendiri.
orang tua gila yang berada diatas senar besi, Semula berdiri tegak diataS senarnya tanpa bergerak.
sambil miringkan kepalanya ia memperhatikan suara senar tadi, kemudian agaknya juga terpengaruh oleh irama sedih itu, sekujur badannya mulai gemetaran, dan semakin lamasemakin hebat, pada akhirnya dengan tiba-tiba ia menghela napaS sambil memegangi kepalanya sendiri, sedang mulutnya berteriak-teriak dengan suara keras^ "Berhenti berhenti, jangan menyentil, jagan disentil lagi"
Penguasa rumah penjara tidak menghiraukan semua, ia melanjutkan menyentil senar-senar seperti itu dengan kakinya, sehingga suara itu terus nyaring dan menggema diseluruh lembah.
orang tua gila itu agaknya sudah tidak dapat mengendalikan perasaan sedihnya, seperti tingkah laku anak kecil ia menangis meng-gerung2, dengan tiba-tiba ia lompat melesat dan lari diatas senar, Sambil lari dan menangis sedang mulutnya berteriak.
"Pwee Kun... Pwee Kun berada dimana? kau berada dimana?"
Penguasa rumah penjara itu ketika melihat penyakit gila orang tua itu kambuh lagi, dengan tiba-tiba menghentikan suara senarnya, mulutnya mengeluarkan suara tertawa dingin.
lalu maju dan berada sejarak tiga tombak dihadapannya, dari jauh ia melancarkan satu serangan kearah dadanya, serangan itu sedikitpun tidak menimbulkan suara...
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang tua gila itu yang tidak menduga akan diserang, saat itu telah jatuh rubuh kebelakang, tetapi ia tidak jatuh kedalam lembah, kiranya waktu ia terguling sepasang kakinya dapat menggaet Senar besi dan dengan kepala di bawah dan kaki di atas, menggelantung diatas senar, kemudian ia lompat bangun lagi, dan dengan menggeram hebat ia balas menyerang kepada penguasa rumah penjara.
orang tua gila itu sikapnya berubah bagaikan harimau kelaparan, kedua tangannya melancarkan serangan dengan beruntun.
Setiap menyerang orangnya maju selangkah, serangan itu bagai lembusan angin menderu-deru sungguh hebat sekali PenguaSa rumah penjara juga setapak demi setapak maju menyambut setiap serangan orang tua itu, ia sambut serangan dengan sikap yang sangat tenang sekali Kedua belah pihak kini berdiri saling berhadapan di atas senar besi yang sama untuk mengadu kekuatan tenaga, yang Satu menggunakan ilmu keras, hingga setiap serangannya mengeluarkan suara bagaikan guntur, yang lain menggunakan ilmu kekuatan lunak tanpa suara, tetapi keadaan mereka sangat berimbang, semakin lama semakin saling mendekat, sehingga terpisah tinggal kira2 tiga kaki, serangan mereka masing2 dan terjadilah pertempuran jarak pendek hampir merupakan suatu pertempuran pergumulan- Mereka sama-sama mengunakan pakaian warna hitam, dan serangan mereka dilancarkan demikian cepat, maka dalam pertempuran sengit itu sulit untuk membedakan orangnya.
Entah apa sebabnya, lantas timbul perasaan simpatik pada diri Cin Hong terhadap orang tua gila itu.
Meskipun ia sendiri tidak tahu mengapa bisa timbul rasa simpatik itu, tetapi bagaimana pun juga ia merasa bahwa orang tua itu patut dikasihani.
Ketika ia menyaksikan orang tua gila ternyata dapat mengimbangi kepandaian dan kekuatan tenaga Penguasa rumah penjara, dalam hati diam-diam ia pun merasa girang.
Ia pikir apabila orang tua itu bisa bertahan terus tidak terkalahkan, penguasa rumah penjara harus menepati janjinya untuk menerima baik segala tindakan yang akan diambil oleh pemenang, waktu itu ia dapat mengusulkan supaya orang tua gila itu memerintahkan penguasa rumah penjara membebaskan semua orang-orang jago dari golongan putih yang dipenjarakan.
Sementara itu Leng Bie Sian menunjukkan sikap seperti bersemangat, lantas menegur sambil tertawa "Kau lihat orang tua itu bertempur melawan Suhuku, hingga sekarang belum mendapat keputusan, apakah kau merasa gembira menyaksikan pertempuran ini?"
Cin Hong mengangguk-anggukkan kepala dan menjawab seperti tertawa.
"Maaf, Aku tak boleh tidak harus merasa gembira"
"Hemm Kau jangan khawatir, dalam dunia tiada seorang yang bertempur dengan suhu bisa berakhir seri. Jikalau tidak demikian, suhuku juga tidak berani mengadakan peraturan seperti ini?"
Cin Hong tidak menghiraukannya, matanya ditujukan keatas tambang senar, Sementara mulutnya menghitung "Tiga puluh satu, tiga puluh dua, tiga puluh tiga... ."
Leng Bie Sian menyaksikan jalannya pertandingan juga berkata dengan perasaan terkejut.
"orang tua gila ini memang benaf jauh lebih lihay dari pada orang berjubah emas yang datang dahulu."
Cin Hong tahu yang dimaksudkan dengan orang berjubah emas itu adalah orang yang dahulu disebut Hoong dan sekarang menjadi pangCu atau pemimpin golongan kalong, maka hatinya bergerak. dan mukanya dipalingkan kepada gadis itu segera bertanya.
"orang berjubah emas itu sanggup menyambut berapa jurus?"
Leng Bie sian melihat Cin Hong suka berbicara dengannya, wajahnya yang Cantik sesaat itu tampak lebih manis, katanya dengan Wajah berseri-seri dan bersemangat.
"Ia sanggup meayambut sehingga sebelas jurus, tetapi sudah tidak mau bertanding lagi. tetapi menurut kata Suhu dia sedikitnya masih sanggup menyambut sepuluh jurus lagi"
"Mengapa ia tidak mau melanjutkan pertandingan?"
Bertanya Cin Hong heran.
"Ia kata bahwa maksudnya hendak menolong keluar lima tokoh dari golongan hitam, akhirnya Cuma Lam kek Sinkun Im Liat Hong yang menerima baik dan ikut dia pergi, empat yang lainnya semua menolak maksud baiknya, mereka semua menyatakan bahwa kalau mau bebas, harus mengandalkan kepandaian kekuatan tenaga sendiri untuk keluar dari sini"
"Itulah baru sikap orang jantan siapakah empat orang itu?"
"Raja iblis dari kutub utara Hiong Say Kie. Naga Mata satu Hu In Hui. Kuya leher panjang Gwee Kap Sin dan Kie Bu Kay si Sastrawan berhati kejam yang kini dipenjarakan dalam kamar Ular."
"Empat orang itu telah menolak pertolongannya orang berjubab emas, apakah orang berjubah emas itu tidak memilih yang lainnya?"
"Yang lainnya tidak ada yang ditaksir olehnya sekarang setiap beberapa hari sekali ia tentu datang untuk membujuk mereka, dalam waktu dua hari ini mungkin ia akan datang lagi"
"Apakah ia masih diperbolehkan masuk kemari?"
"Sudah tentu, ia masih mempunyai hak untuk membebaskan empat orang tawanan dari sini"^ "oooh, bolehkan kau beritahukan kepadaku apa sebab Suhumu mendirikan Rumah Penjara ini?"
"Maaf, aku tidak boleh melanggar penasehat suhu..."
"Ooow...oya, orang tua gila itu sudah hampir kalah"
Pada Saat itu, Penguasa Rumah Penjara sudah mendesak lawannya, orang tua gila itu kesudut paling kiri diatas senar tersebut, kepandaian ilmu silat orang tua gila itu agaknya sellsih tidak banyak kalau dibanding dengan kepandaian ilmu silat Penguasa Rumah Penjara.
akan tetapi mungkin disebabkan penyakit gilanya, maka serangannya tidak biSa teratur seperti orang waraS.
Semakin kalut, belum sampai lima puluh jurus, sudah menunjukkan posisinya yang sangat buruk.
yang Sudah tidak dapat tertolong lagi Cin Hong merasa sayang dan Cemas menghadapi saatsaat naas bagi orang tua itu, tanpa disadarinya sudah berseru dengan suara nyaring.
"Lo-cianpwe Kau tidak boleh kalah, empos semangatmu"
Leng Bie Sian tampaknya agak kurang senang, mulutnya menggumam.
"Hem, bagaimana malah kau berbalik membantu orang gila itu?"
"Maaf."
Menjawab Cin Hong sambil menganggukan, kemudian berseru lagi dengan suara lebih nyaring.
"Loocianpwee emposlah semangatmu"
Orang gila itu mendengar ada orang mendorong semangatnya, menunjukkan sikap terkujut, tanpa disadari olehnya, iapun menghentikan gerakannya untuk pasang telinganya, justeru pada Saat itu, serangan Penguasa rumah penjara telah mengenakan pundaknya, hingga terjatuh kedalam lembah yang sedalam dua ratuS tombak lebih itu.
PenguaSa rumah penjara mengeluarkan suara siulan nyaring, Kemudian lompat dan meluncur kebawah lembah, tampaknya ia tidak sabar berjalan melalui undakan batu, dan Sebelum membinasakan orang tua gila itu, ia tidak merasa puas.
Dua sosok bayangan meluncur turun kebawah, semakin kedalam nampak semakin kecil, lama-lama berubah menjadi dua titik hitam...
Cin Hong sungguh tidak menduga bahwa seruannya tadi sebaliknya malah mencelakakan orang tua gila, sehingga terpukul jatuh oleh lawannya, ia terkejut dan ketakutan, katanya sambil membanting kaki.
"celaka"
"Apa kau ingin turun untuk melihat?"
Berkata Leng Bie Sian sambil tertawa.
Cin Hong waktu itu justru tidak tahu dengan Cara bagaimana harus menolong jiwa orang tua itu, maka ketika mendengar ucapan itu diam-diam merasa girang, maka tanpa disadarinya lantas menarik tangan Leng Bie Sian yang putih halus, katanya dengan suara Cemas.
"Baiklah Mari kau bawa aku turun"
Wajah Leng Bie Sian menjadi merah, ia melepaskan tangannya dari genggaman Cin Hong katanya.
"Kau ini bagaimana sih, berbicara juga tangannya turut-turut?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, ia buru-buru menarik kembali tangannya, katanya dengan suara gelagapan.
"Maaf, aku telah lupa... ."
Leng Bie Sian menundukkan kepala dan tersenyum kemalu-maluan, kemudian memutar tubuhnya dan berjalan menuju kepintusamping sambil berkata.
"Kalau kau ingin lihat, ikutilah aku"
Cin Hong mengikuti ia berjalan melalui pintu tadi, tetapi gadis itu tidak berjalan menuju kebawah, sebaliknya malah membelok kekanan masuk kesebelah kamar yang seluaS kira-kira lima kaki lebih.
Didalam kamar kecil itu dan empat penjuru dindingnya semua terbuat dari besi, tidak terdapat lobang jendela, keadaannya mirip dengan peti besi besar.
Leng Bie Sian berjalan masuk kekamar besi itu lantas memutar tubuh dan menganggukkan kepala seraya berkata sambil tersenyum.
"Masuklah "
Cin Hong tidak tahu apa yang akan dilakukan setelah berada didalam kamar besi itu, karena dalam hati merasa Curiga hingga tidak berani masuk seCara gegabah, ia berdiri diluar pintu dan bertanya dahulu.
"Masuk kesitu untuk apa ?"
"Bukankah kau hendak turun kelembah?"
Demikian Leng Bie Sian belas bertanya Sambil tertawa.
"Turun kelembah dengan masuk kekamar seperti kotak besi ini ada hubungan apa?"
Bertanya pula Cin Hong sambil mengernyitkan alisnya. Leng Bie Sian tertawa geli, kemudian berkata.
"Asal kau masuk kedalam kamar ini, sebentar bisa berada dibawah lembah"
Cin Hong masih belum mengerti sebabnya, ia masih merasa ragu-ragu, katanya Sambil menggelengkan kepala^ "Tidak. aku tak mau tertipu olehmu"
Wajah Leng Bie Sian kembali menjadi merah, katanya.
"Kau ini bagaimana demikian penakut? Apa kau kira aku akan mencelakakan dirimu?"
Cin Hong pikir memang benar, ia Sendiri seorang lakilaki bagaimana takut kepada seorang gadis? Maka lalu beranikan hati dan melangkah masuk kedalam kamar Seperti kotak besi itu.
Namun diam-diam ia sudah siap-siap apabila gadis itu hendak berbuat jahat, ia bisa turun tangan lebih dahulu.
Leng Bie Sian menantikan ia masuk kedalam kamar besi itu dan berdiri disisinya, lalu menutup pintu besinya, kemudian mengulurkan tangannya untuk memencet sebuah tombol, sebentar terdengar suara keresekan, dan kamar besi itu tiba-tiba bergerak turun kebawah.
Cin Hong mengira tertipu olehnya, ia sangat terperanjat, dengan mendadak pentang kedua lengan tangannya, dan memeluk tubuh sigadis sambil berseru.
"Bagus Kau sedang main sandiwara apa ?"
Leng Bie Sian berseru kaget, ia coba meronta, mulutnya berseru dengan Cemas.
"Lepaskan tanganmu?... Kau orang jahat ini."
Tetapi Cin Hong tetap memeluknya tidak mau melepaskan, katanya sambil tertawa dingin.
"Aku sudah tahu kau tidak mengandung maksud baik, sekarang kalau memang mau mati biarlah mati bersama-sama"
Meskipun kepandaian ilmu silat Leng Bie Sian jauh lebih tinggi dari pada Cin Hong, tapi Saat dipeluk demikian rupa oleh seorang laki-laki, sekujur badannya dirasakan lemas, hingga tak bisa mengeluarkan tenaga, meskipun ia juga tidak berhasil melepaskan diri.
la merasa cemas sehingga air matanya berlinang-linang, katanya sambil menangis "Kau berani menghina aku, aku nanti akan beritahukan pada suhu"
Cin Hong ketika mendengar ucapan itu ia merasa bahwa gadis itu agaknya tak ada maksud untuk mencelakakan dirinya, maka buru-buru mengendorkan dekapannya dan bertanya "Benarkah kau tidak akan mencelakakan diriku?"
Leng Bie Sian merasa geli tetapi juga mendongkolnya katanya.
"siapa hendak mencelakakan dirimu? Ini adalah sebuah kamar yang khusus digunakan untuk turun kebaWah lembah, Setelah kita berada didalam ini. bisa langsung turun kebaWah melalui jaring itu dengan aman"
Cin Hong mengeluarkan suara "Aaaa"
Lalu melepaskan tangannya setelah itu ia lantas berlutut dihadapannya seraya berkata.
"Maafkan kesalahanku nona Leng, aku minta maaf kepadUmU sebesar-besarnya ..,"
Leng Bie sian membalikkan tubuhnya, dengan kedua tangannya menutupi mukanya ia menangis sesegukkan.
Dalam hatinya Sebetulnya tidak membenci anak muda itu, hanya Waktu itu merasa mendongkol atas perlakuannya yang agak kasar, ia merasa mendongkol kepadanya, karena selalu memandang dirinya sebagai musuh, ia mendongkol karena pemuda itu sedikitpun tidak memikirkan dan melihat bagaimana sikapnya, kelakuan semaCam itu benar-benar menyakitkan hatinya....Cin Hong menutar kehadapannya dan kembali minta maaf kepadanya, tiba-tiba kamar besi yang sedang meluncur turun itu berhenti.
Dalam terkejutnya ia buru-buru bertanya.
"Nona Leng, apakah kita sudah tiba?"
Leng Bie Sian berhenti menangis. menganggukkan kepala dengan sikap sedih. Cin Hong yang menyaksikan gadis itu demikian sedih, hingga air matanya membasahi kedua pipinya, hatinya juga merasa tidak enak katanya dengan suara cemas.
"Harap seka dulu air mata mu, jikalau tidak. apabila terlihat oleh Suhumu, ia tentu mengira aku benar-benar menghina kau"
Leng Bie sian menyeka air matanya dengan lengan bajunya, berkata sambil tertawa geli.
"Hemmm, Sudah terang memang kau yang menghina orang Masih mencoba mungkir?"
Sehabis berkata demikian ia berjalan menghampiri pintunya dan dibukanya, disaat itu tampak sinar terang, dihadapan matanya tampak sebuah jalanan terowongan sepanjang Satu tombak lebih.
diluar goa adalah bagian perut gunung yang dilalui oleh kamar besi tadi, disana terdapat jaring besi yang besar sekali, seolah-olah menutupi seluruh lembah.
Cin Hong mengikuti Leng Bie sian berjalan keluar, tiba dimulut goa, tampak orang tua gila tadi sedang bertiarap diatas jaring besi sedangkan PenguaSa Rumah Penjara dengan kedua kakinya menginjak punggungnya, mulutnya mengeluarkan suara tertawa dingin yang menakutkan- Lobang-lobang jendela kamar tahanan.
Ular yang berdekatan dengan tempat itu, banyak tawanan pada menongolkan kepalanya untuk menyaksikan, ada yang berteriak-teriak.
minta Penguasa Rumah Penjara memberi penjelasan kepada mereka, setelah menyaksikan orang tua itu setidaknya sudah sanggup menyambut serangan PenguaSa Rumah Penjara Sampai lima puluh jurus, ini ada sesuatu hasil yang Sangat mengejutkan selama ini, sebetulnya boleh menerima hadiah tiga ribu tail uang emas, atau minta membebaskan lima belas tawanan, mengapa sebaliknya harus di totok jalan darahnya?..Pada saat para tawanan itu sedang ramai membicarakan Soal itu, di bagian Selatan, diatas jalanan kecil tiba-tiba terdengar Suara bentakan orang.
"Kalian jangan ribut-ribut, orang tua gila ini kedatangannya tidak menurut aturan seperti apa yang sudah di tetapkan oleh Rumah Penjara ini, maka pemimpin kami tidak bisa dipandang Sebagai penantang biasa"
Cin Hong alihkan pandangan matanya mengikuti arah suara tadi, tampak seorang yang berbicara itu adalah Seoraag tua bermuka kuning dan berperawakan gemuk, ia juga sama dandanannya dengan rombongan orang-orang yang disebut sebagai Tay-giam ong, justru karena dandanannya yang lucu itu, maka Cin Hong segera mengetahui bahwa orang gemuk ini pasti merupakan Salah Satu dari sepuluh Giam lo ong, maka ia lalu berpaling dan bertanya kepada Leng Bie Sian.
"Nona Leng, dia itu Giam lo ong nomor berapa?"
"Nomor tiga, ia bernama Lo Po, tugasnya ialah mengurus para tawanan didalam kamar penjara Ular ini, orang ini galak sekali lho"
Cin Hong angkat pundak. lalu alihkan pandangan matanya kepada Penguasa Rumah Penjara, kemudian bertanya pula.
"Bagaimana suhumu hendak memperlakukan orang tua yang gila itu?"
"Aku tidak tahu, kau tanya saja Sendiri kepada suhuku"
Menjawab Leng Bie Sian sambil menggelengkan kepala. Cin Hong lalu berjalan maju dua langkah berkata pada PenguaSa Rumah Penjara yang berada diatas jaring dengan suara nyaring.
"IHei. kau hendak perlakukan dia bagaimana ?"
Penguasa Rumah Penjara perlah-lahan berpaling kearahnya, sepasang matanya memancang sinar tajam, jawabnya dengan suara dingin.
"Hukum mati"
Entah dari mana datangnya keberanian, dengan alis berdiri Cin Hong berkata.
"Tidak Kau tidak mempunyai sedikit alasanpun juga untuk membunuh dia"
Penguasa Rumah Penjara agaknya mengkagumi keberaniannya, juga agaknya mempunyai kesabaran luar biasa terhadapnya, ketika mendengar ucapan itu, malah tertawa dan balik bertanya.
"Kenapa?"
"Dia adalah seorang yang pikirannya tidak waras, kau tidak boleh melakukan kepadanya menurut aturan biasa"
Berkata Cin Hong dengan suara keras.
"Tetapi gerakkannya tadi sebelum pertandingan di mulai tampak wajar, kau tokh sudah menyaksikan sendiri, bukan?"
Berkata Penguasa Rumah Penjara Sambil tertawa.
"Memang benar, tetapi setelah pertempuran berlangsung, dia sudah tidak waras lagi, jika tidak demikian, aku yakin dia tidak bisa sampai kau pukul rubuh"
Penguasa Rumah Penjara agaknya merasa hal itu sangat lucu, maka lalu berkata sambil tersenyum.
"Dan menurut pikiranmu, bagaimana harus aku perlakukan dia?"
"Bebaskan dia"
Menjawab Cin Hong dengan suara nyaring.
"Kalau tidak?"
Balas bertanya Penguasa Rumah Penjara. Dalam hati, Cin Hong merasa cemas dan bentaknya.
"Kalau kau tidak bebaskan dia, aku akan lapor kepada pembesar negeri agar mengirim tentaranya untuk membasmi kalian"
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Penguasa Rumah Penjara itu merasa geli mendengar jawaban kekanak-kanakan dari Cin Hong, katanya sambil dongakkan kepala dan tertawa.
"Tentara negeri sekarang ini justru paling takut menghadapi kerewelan orang-orang rimba Persilatan, mereka pasti tidak berani datang kesini."
Cin Hong merasa bahwa ucapan itu memang tidak bohong, maka ia lalu berubah pikirannya dan katanya.
"Kalau kau tidak membebaskan dia, aku tidak akan melukiskan gambar untukmu"
Dengan nada berkelakar penguasa rumah penjara berkata.
"Kalau kau tidak mau melukis untukku, aku nanti pukul mampus dirimu"
Tetapi Cin Hong setelah mendengar ucapan itu sebaliknya malah membusungkan dada dan berkata.
"Aku tidak takut, sekarang juga aku akan menantang kau berkelahi"
Banyak tawanan yang menyaksikan keberanian anak muda itu terhadap penguasa rumah penjara, semua memandang kepadanya dengan perasaan terkejut dan kagum Sekali, hingga saling serabutan berteriak-teriak memberi semangat kepadanya.
"Hebat Itulah baru seorang laki-laki jantan. Lekas kau lawan padanya. Benar Berkelahi untuk membela kebenaran dan keadilan, meski Pun kalah juga puas"
Dari sana sini terdengar suara riuh yang menyambut pertanyaan tadi.
Hati Cin Hong tergerak.
selagi hendak mengeluarkan ucapan untuk menantang dengan resmi kepada Panguasa Rumah penjara tanpa menghiraukan kekuatan tenaga sendiri, Leng Bie Sian yang berada disampingnya buru-buru menarik lengan bajunya, dan berkata dengan suara perlahan.
"Kau jangan dengar perkataan mereka yang tidak senonoh itu, mereka sendiri telah ditawan dalam rumah penjara, sudah mengharap ada orang lain yang juga dimasukkan dalam tawanan sebagai kawan mereka"
"Apa boleh buat, Suhumu berbuat keterlaluan dan tidak menurut aturan, aku terpaksa menantang berkelahi kepadanya"
Menjawab Cin Hong dengan tegas. Hati Leng Bie Sian berdebar keraS, tanpa disadari olehnya, menariK tangan Cin Hong dan berkata dengan Suara cemas.
"Jangan.. Jikalau kau berbuat demikian, maka dalam hidupmu ini, jangan harap kau biSa keluar lagi dari rumah penjara ini"
Setelah itu ia berpaling dan berkata kepada suhunya dengan suara nyaring.
"Suhu, kau boleh sekap saja dalam kamar tawanan pada orang tua gila itu"
PenguaSa rumah penjara tampak berdiri sejenak. kemudian berkata dengan nada suara dingin.
"Tetapi ini tidak sesuai dengan peraturan kita sendiri"
Dengan nada suara sangat manja Leng Bie Sian berkata pula.
"Tidak... kita disini toh ada sebuah kamar tahanan khusus, suhu toh boleh tutup dia dalam kamar tahanan khusus itu."
Penguasa rumah penjara itu dengan tiba-tiba seperti teringat dengan kamar tahanan khusus itu, maka lalu berkata sambil menganggukkan kepala.
"Eee, itu boleh "
Cin Hong berpaling mengawasi Leng Bie Sian yang berada disampingnya, tanyanya dengan perasaan heran.
"Apa yang dinamakan kamar tahanan khusus itu?"
Dengan suara bisik-bisik ditelinganya Leng Bie Sian lalu menjawab.
"itu adalah sebuah kamar tahanan yarg khusus disediakan untuk menawan orang-orang kita sendiri yang berbuat salah, kalau dibandingkan dengan kamar tahanan naga dan ular, jauh lebih buruk dan lebih berat "
Cin Hong mengerutkanalis, katanya dengan suara berat.
"Bagaimana boleh begitu?"
"Kau jangan tidak tahu diri, Suhuku belum pernah mudah diajak berdamai seperti hari ini"
Cin Hong diam-diam berpikir.
"orang tua gila itu memiliki ilmu silat yang sangat tinggi sekali, asal dia tidak mati, pasti masih ada kesempatan untuk keluar dari rumah penjara ini,"
Maka ia juga lantas sambil menganggukkan kepala.
"Baiklah, kau coba tanyakan lagi kepada Suhumu."
Leng Bie Sian buru-buru berpaling dan berkata kepada suhunya.
"Suhu, baiknya begitu Saja, Apakah suhu anggap baik ?"
Penguasa rumah penjara menganggukkan kepala, lalu berjalan turun dari atas punggung orang tua tadi dan memerintahkan Giam-ong gemuk berwajah kuning tadi supaya membawa orang tua gila itu kedalam kamar tahanan khusus...ia berjalan keluar dari jaring besi dan lompat kehadapan Cin Hong dan Leng Bie Sian, setelah itu ia berkata sambil tertawa^ "Siang-jie? aku tahu kau sudah mulai coba-coba berkhianat"
Wajah Leng Bie sian seketika menjadi merah. ia memutar tubuhnya dan berkata sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya^ "Bagaimana suhu bisa mengucapkan demikian? Kapan aku pernah berkhianat. ..."
Penguasa rumah penjara tertawa dan berpaling serta berkata pada Cin Hong.
"Cin Hong, sekarang kau sudah puas?"
Dalam hati Cin Hong merasa girang, tapi diluarnya masih menunjukkan sikap hambar, jawabnya.
"Kalau masih dapat mengampum, ampunilah, kini terhadap kau toh tidak ada jahatnya, bukan ?"
PenguaSa rumah Penjara berjalan menuju kemulut goa dimana terdapat alat atau kamar besi yang digunakan untuk naik turun sebagai tangga, kemudian berdiri didalamnya, sepasang matanya terus menatap Cin Hong tanpa berkedip. katanya pula.
"Aku tadi telah datang kekamar tahanan untuk melihat suhumu, aku merasa bahwa kalian suhu dan murid ada mempunyai semaCam Ciri yang sama, yang satu ialah seorang kolot yang kukuh sedangkan yang lain adalah seorang anak yang keras kepala....^"
Dalam hati Cin Hong terkejut, katanya sambil membUka lebar sepasang matanya.
"Kau menengok suhuku ada keperluan apa?"
"Berbicara tentang dirimu, aku kata kepadanya aku mengharap bisa mempunyai seorang murid laki-laki tetapi lebih dahulu haruS mengetahui jelas asal-usul dirinya."
Menjawab Penguasa rumah penjara dengan sikap tenang. Cin Hong lantas tersenyum, tanyanya.
"Lalu, bagaimana suhu kata?"
"Dia? Sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya, hanya pura-pura duduk bersemedhi."
Menjawab penguasa penjara sambil tertawa dingin. CIN HONG seolah-olah sangat girang, sehingga ia tertawa, kemudian ia berkata.
"Memang, suhu setiap kali sehabis minum arak. perlu beristirahat sebentar, siapa pun yang meng ganggu pasti akan didamprat olehnya"
Wajah Penguasa rumah penjara yang ditutup oleh kain hitam, tampak gemetar, ia mengeluarkan suara dari hidung, lalu berjalan menuju kelorong goa, katanya pula "Sekarang tak usah banyak bicara lagi, ikut aku kembali keruangan tamu"
Cin Hong masih berdiri tegak tidak bergerak. katanya dengan suara nyaring.
"Apabila kau tidak memerlukan aku melukis dengan segera, aku sebaliknya ingin meninjau tempat dekat2 kamar tahanan ular ini, apakah boleh?"
Penguasa rumah penjara itu dengan tiba-tiba merandek dan berpaling, dengan sinar matanya yang tajam, berkata dengan suara marah.
"Kau bocah ini benarkah hendak selalu berlawanan dengan aku?"
Leng Bie Sian yang melihat suhunya benar-benar sudah marah, buru-buru menyelah.
"suhu, biarlah aku yang bawa dia pergi melihat-lihat, bagaimana pun juga pekerjaan melukis itu toh tidak perlu tergesa-gesa? Boleh kah?"
Sepasang mata Penguasa rumah penjara dengan bengis menatap wajah gadis itu sejenak, katanya sambil tertawa dingin.
"Kau sebaiknya berlaku sedikit hati- hati, mungkin suatu hari kelak suhumu akan membunuh dia"
Sehabis berkata demikian, dengan seorang diri ia masuk kedalam kamar besi, lalu menarik pintunya, setelah itu kamar besi itu perlahan-lahan naik keatas....Cin Hong telah menampak kamar besi itu sudah tidak berada disitu, dalam hati sendiri merasa keCewa, ia sendiri sebelum memasuki rumah penjara itu, dalam bayangannya, orang yang menamakan diri Penguasa Rumah Penjara itu pastilah seorang iblis jahat yang sangat kejam, tetapi dari apa yang disaksikannya sendiri selama setengah hari ini agaknya tidak demikian halnya, meskipun orang itu memang benar jauh lebih kejam dari orang biasa, akan tetapi bukanlah seorang yang tidak memiliki prikemanusiaan sama sekali, bahkan terhadap dirinya sendiri, agaknya ada semacam perasaan yang tak dapat dimengerti olehnya.
Hal ini Sekalipun sangat menggelikan, tetapi ia sendiri juga tidak boleh terlalu kukuh oleh pandangannya semula yang mengandung perasaan permusuhan- Sementara itu Leng Bie Sian telah menarik- narik lengan bajunya, diwajahnya yang cantik tampak sikapnya yang agak kemalu-maluan, katanya sambil tertawa manis.
"Mari jalan, kau hendak meninjau mulai dari mana?"
Cin Hong menoleh mengawasi ia, dalam hati timbul semacam perasaan, gadis dihadapan matanya itu tampaknya sudah mulai jatuh hati terhadapnya, kalau hal itu benar, rasanya ada sedikit kurang pantas.
ia sendiri dengan In-jie meskipun kenal belum lama, tetapi dengan gadis itu sudah terjalin suatu perasaan yang dalam.
Aiii Tuhan benar-benar pandai mempermainkan orang, dulu ia satupun tidak mempunyai kawan wanita, dan sekarang sekaligus datang kawan wanita sampai dua orang, mungkin hanya Tuhan yang tahu hal ini, di kemudian hari akan membawa akibat baik ataukah buruk nasibnya...
Leng Bie Sian yang menampak ia berdiri bingung mengawasi dirinya, perasaannya meras gambira, Sambil menundukkan kepala dengan Sikap malu-malu berkata.
"Jalan, perlu apa masih berdiri bingung saja?"
Cin Hong barulah tersadar, ia merasa malu sendiri, buruburu ia berkata.
"Terima kasih ku ucapkan kepadamu nona Leng"
Leng Bie Sian mendongakkan kepala dan tertawa, kemudian berkata.
"Aku adalah tuan rumah, Untuk apa kau harus mengucapkan terima kasih kepadaku?"
Cin Hong saat itu juga tidak tahu benar, perlu apa mengucapkan terima kasih padanya, dalam keadaan demikian, ia buru-buru menunjuk jalanan berliku-liku yang menanjak ke atas seraya berkata.
"Aaaa, marilah kita berjalan melalui jalanan tangga berliku2 untuk mengadakan peninjauan"
Tetapi Leng Bie Sian sebaliknya menunjukkan lembah dibawah jaring besi itu, katanya sambil tertawa.
"Dilembah bawah jaring itu ada serombongan tawanan dari kamar Ular yang menjalani hukuman kerja berat, apa kau tidak ingin pergi melihat?"
Cin Hong sebetulnya hanya ingin mencari kesempatan untuk menengok suhunya lagi, maka lalu menjawab sambil menggelengkan kepala "Itu lain bari saja kita lihat lagi, sekarang mari kita jalan naik keatas dulu"
Leng Bie Sian terpaksa menurut, lebih dahulu ia berjalan naik melalui jalan tangga berliku-liku mengikuti dinding lembah.
Cin Hong sementara itu mengikuti dibelakangnya, oleh karena sudah dikatakan.
tadi untuk meninjau, maka sepanjang jalan itu sambil berjalan dan melihat- lihat keadaan disisinya.
Perbedaannya kamar-kamar yang disebut kamar Ular ini dengan kamar tahanan yang disebut kamar Naga, ialah jendelanya agak kecil, dan setiap lobang itu terhalang oleh ruji-ruji besi, tidak seperti tawanan dalam kamar Naga yang boleh menongolkan keluar kepalanya.
Cin Hong yang menyaksikan itu merasa heran, maka lalu bertanya.
"Nona Leng, kamar tahanan naga itu terpisah dengan mulut lembah agak dekat, mengapa jendelajendelanya tidak diperlengkapi dengan terali besi, Sedangkan kamar tahanan ular ini terpisah agak jauh dengan mulut lembah, sebaliknya lobang-lobang jendelanya diperlengkapi dengan terali besi, itu apakah sebabnya?"
Leng Bie Sian berpaling dan memandang kepalanya sambil tertawa, kemudian berkata.
"Ini juga merupakan suatu perbedaan dalam perlakuan mereka"
"Tetapi, apabila tawanan dalam kamar naga itu ingin lari keluar, bukankah lebih mudah dari tawanan yang dikurung dalam kamar Ular?"
"Tidak bisa, tawanan dalam kamar Llong semuanya merupakan tokoh-tokoh rimba persilatan yang tergolong tokoh kelas satu, mereka paling sayang kepada nama baiknya sendiri, siapapun tidak berani menebalkan muka untuk lari dari rumah perjara"
Cin Hong baru sadar, katanya pula.
"Apakah selama ini belum pernah ada seorang pun yang lari dari sini?"
"Dari kamar tahanan Ular sudah pernah terjadi tiga kali, tetapi sebelum lari keluar dari lembah sudah dibinasakan oleh suhu "
Dalam perjalanan mereka itu, tibalah didepan jendela kamar tahanan nomor tiga belas, didalam kamar itu ada tertawan seorang perempuan tua yang usianya kira-kira enam puluh tahun, perempuan tua itu parasnya pirus dan kurus, matanya keCil, hidungnya seperti burung betet, sepasang pelipisnya menonjol tinggi, wajah itu yang memangnya sudah buruK, ditambah lagi dengan semacam hiasan yang tidak dimiliki oleh perempuan yang lainnya, itu adalah kumis yang melintang diatas bibirnya, jikalau tidak karena rambutnya disisir seperti wanita yang memakai sanggul, orang benar-benar akan menganggap ia kaum pria^ Perempuan tua dalam kamar tahanan itu ketika melihat Leng Bie Sian bersama Cin Hong berjalan dibawah lobang jendelanya, lantaS berkata kepade Cin Hong sambil tertawa geli.
"Anak muda, apakah kau menantu Penguasa Rumah Penjara disini?"
Cin Hong yang senampak wajah nenek yang aneh bentoknya itu, tidak berani menjawab ia buru-buru melangkahkan kakinya berlalu dari hadapannya, kemudian baru berpaling dan bertanya kepada Leng Bie Sian dengan suara sangat pelahan, .
"Nona Leng, Siapakkah nenek itu?"
"Dia adik adik seperguruan ketua partai Swat Sat-pay namanya ca cit Kow"
Cin Hong terCengang mendengar ucapan itu, hingga wajahnya pucat seketika, katanya sambil memeletkan lidahnya.
"Ya Tuhan bagaimana seorang perempuan dapat tumbuh kumis?"
"Itulah, setiap kali aku melihatnya selalu ingin tertawa saja... ."
Cin Hong menarik napas lega, kalau diingat pertanyaan nenek tadi, dalam hati merasa agak mendongkol, ia berjalan lebih Cepat, ketika tiba dibawah jendela kamar nomor duadua dilobang jendela tidak tampak ada orang, maka ia melongok kedalam melalui lubang itu, dari situ ia menampak seorang lelaki tua kurus berambut panjang, sedang duduk bersemedi dekat dinding tembok, sepasang tangan dan kakinya semua diborgol, meskipun sikapnya waktu itu tampak cemas, namun masih kelihatan tandatandanya seorang gagah.
Leng Bie Sian mengikuti dibelakang Cin Hong, katanya dengan suara sangat perlahan.
"Dia adalah ketua generasi ke empat belaS dari partai Thian Shia pay, Koo Su Yang, sifatnya sangat aneh, selamanya belum pernah suka berbicara dengan orang lain"
Cin Hong tidak berani berdiam lama-lama, takut akan menyinggung perasaan orang tua itu, buru-buru meninggalkan dan berjalan beberapa langkah, ia berhenti lagi dan bertanya kepada Leng Bie Sian^ "Apakah semua ketua dari dua belas partay besar pada dewasa ini, terkurung dalam penjara ini?"
"Hemm, diantaranya ada dua kerua dari partay besar yang dikurung dalam kamar"
"Apakah mereka mudah menerima nasibnya begitu saja?"
"Apa mau dikata? orang2 rimba persilatan harus bisa pegang janji, siapa suruh mereka datang menantang?"
Cin Hong mengeleng-gelengkan kepala sambil menghela napas,. orang-orang itu oleh karena hendak mempertahankan nama baiknya, rela menerima penderitaan semaCam ini, ini dapat mencerminkan bagaimana sifatnya orang-orang rimba persilatan.
"Lagi beberapa langkah adalah kamar tahanan ketua partay oey san generasi tujuh belas Siau can Jin, yang dapat julukan It-yang-cie dia merupakan seorang yang paling menjemukan didalam kamar tahanan ular ini ....."
Berkata Leng Bie Sian, Mendengar ucapan itu hati Cin Hong tergerak, teringat dirinya sendiri yang sejak masih keCil sudah membawa kunci berukiran huruf Llong yang menjadi milik ketua oey San-pay dan yang dikabarkan telah hilang, seperti apa yang dikatakan oleh suhunya, ia pasti ada mempunyai hubungan dengan partay itu.
Satu jam berselang oleh karena waktu menongok bagi para tahanan sudah habis waktunya, maka suhunya tidak keburu menceritakan bagaimana harus pergi ketempat tahanan partay oey san-pay untuk menyelidiki asal usul dirinya, dan sekarang ia dapat melibat ketua partay tu, mengapa tidak menggunakan kesempatan itu untuk mencari sedikit keterangan? Mungkin dapat mengorek sedikit keterangan dari mulutnya..
Setelah berpikir demikian, ia lalu akan melaksanakan maksudnya, tetapi oleh karena Leng Bie Sian meng atakan bahwa It- yang cie Siauw cinJin itu merupakan orang yang sangat menjemukan, maka.
ia lantaS berhenti dan bertanya lagi.
"oooh. kenapa dia tidak disukai oleh orang disini?"
"Dia itu orangnya sangat licik, paling Suka main gila, diwaktu bekerja berat selalu mau enaknya saja"
Cin Hong merasa geli mendengar keterangan itu, ia berjalan lagi dan ketika sudah dekat dengan kamar nonor dua puluh satu, dari lobang jendela tampak menongol kepala seorang tua yang matanya sipit, kulit mUkanya putih.
Tampaknya orang itu lama menantikan kedatangan cia Hong.
dibibirnya tersUngging satu senyUman, ketika Cin Hong berada dekat dengannya, lalu berkata sambil tertawa berseri.
"Anak muda. boleh kah kita berbicara sebentar?"
Cin Hong yang justru ingin bicara dengannya ketika mendengar ucapan itu lalu menganggukkan kepala dan menjawab sambil tertawa.
"Siauw ciang bun-jin ada keperluan apa?"
Sepasang mata yang sipit dari Siau can Jin memancarkan sinar yang tajam, katanya sambil tertawa.
"Bolehkah aku ingin mengetahui dulu she dan nama serta gurumu?"
"AKu yang rendah bernama Cin Hong, gurku It-hu Sianseng... ."
Menjawab cin Hon sambil memberi hormat. Wajah Siauw can Jin berubah Seketika, sambil membelalakkan matanya lebar-lebar, dari mulutnya terCetus satu seruan.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"ouW"
Dengan tiba-tiba ia menunjukkan Sikap sangat girang, dan katanya Sambil mengangguk-anggukkan kepala berulang-ulang.
"Kiranya kau adalah murid To-tayhiap"
Cin Hong dapat merasakan sikap oraag she Siauw itu terlalu dibuat-buat, sehingga dalam hatinya timbul kesan tak baik atas sipatnya, maka ia lantas menjawab sambil tertawa hambar.
"Apakah Siauw ciang bun-jin ingin bicara denganku?"
Siauw can Jin kembali menganggukkan kepala dan berkata sambil tertawa.
"Ya, ya Hanya ingin menanyakan suatu halsaja, ada hubungan apakah cin Siauhiap dengan PenguaSa Rumah Penjara ini?"
"Tidak ada hubungan apa- apa, kehadiranku kesini sebetulnya hendak menengok suhu, kemudian laowcu Suruh aku melukiS Sebuah gambar seorang, syaratnya aku boleh menengok suhu lagi, maka itu aku lantas tinggal disini"
Siauw can Jin kembali mengangguk-anggukkan kepalanya, dan tampaknya ia sedang memikirkan jawaban Cin Hong tadi, lama baru membuka suara lagi, dan berkata dengan suara perlahan.
"Ada satu hal aku orang tua ini ingin minta pertolongan Siaohiap. tetapi entah Siaobiap suka atau tidak membantu kepadaku?"
"coba Siauw ciangbunjin terangkan saja dahulu, jikalau aku dapat membantu, sudah tentu aku bersedia membantumu"
Siauw can Jin sudah hendak membuka mulutnya lagi mengalihkan pandangan matanya kepada Leng Bie Sian yang berdiri dibelakang Cin Hong, Setelah itu ia baru berkata sambil tertawa kepada Leng Bie Sian.
"Bolehkah kiranya nona Leng menyingkir untuk sementara?"
"Kau ini hendak berbuat apalagi?"
Demikian Leng Bie Sian balas menanya sambil mengerutkan alisnya. Wajah Siauw can Jin menjadi merah, katanya sambil tertawa masam.
"Nona Leng bisa saja, aku hanya ingin minta pertolongan- kepada cin Siaohiap ini, mengenai segala urusan yang ada hubungannya dengan partai. bukanlah hendak melakukan perbuatan yang melanggar peraturan disini"
Leng Bie Sian terpaksa berjalan menyingkir, tiba dibawah jendela kamar nomor dua puluh lantas berhenti untuk menunggu Cin Hong.
Sementara itu Siauw can Jin yang menampak Leng Bie Sian sudah pergi, barulah berkata kepada Cin Hong dengan suara yang sangat pelahan.
"Urusan yang kuinginkan minta pertolongan cin Sloawhiap ini, biar bagairmana jangan sampai diketahui orang ketiga, sekalipun Suhu Siaohiap sendiri atau sahabatyang paling akrab dengan cin Siaowhiap juga tidak boleh diberitahukan kepadanya, hal ini apakah kiranya cin Siaobiap sanggup?"
Cin Hong merasa heran atas usulnya itu, tetapi karena tertarik oleh perasaan anehnya, ia lantas menjawab dengan suara datar.
"ciangbunjin minta aku pegang rahasia, itu boleh saja, tetapi sebaiknya ciangbunjin jelaskan dahulu urusan itu mengenai urusan apa? supaya aku dapat mengambil keputusan dapat membantumu atau tidak."
Kembali dengan suaranya yang sangat perlahan sekali Siauw can Jin berkata .
"Aku hanya ingin minta kepada cin Siaohiap untuk membawa pesan beberapa patah kata kepada ketua partay oey-san yang Sekarang Kwa Kam Kie, bolehkah?"
Cin Hong pikir ada kemungkinan ia sendiri mungkin akan mengadakan perjalanan kegunung oey San, maka hal itu merupakan suatu hal yang kebetulan baginya, maka lalu menjawab sambil menganggukkan kepala.
"Baik, sekarang harap ciangbunjin Ceritakan pesan apa yang ciangbunjin ingin aku Sampaikan."
Sepasang mata sipit SiaUW can Jin menengok ke kanan dan ke kiri luarjendela, lalu minta kepada Cin Hong mendekatkan telinganya barulah ia berkata kepadanya dengan berbisik-bisik.
"cin Siaohiap. kapan saja kau keluar dari Rumah Penjara ini harap supaya berkunjung ke gunung oey-san untuk menjumpai ketuanya yang sekarang, beritahukan kepadanya, Supaya segera berangkat kepuncak gunung Bong-sian-hong sebelah selatan dimana terdapat sebuab batu besar yang bentuknya seperti singa, lalu minta ia mengambil Sejild kitab rahasia dibawah batu besar itU. Kitab itu disimpan di bawah batU besar itU oleh couwsu kami pada tiga ratus tahun berselang. Dalam pesan terakhirnya, pernah mengatakan bahwa Setiap generaSi, apabila mengalami bencana bagi partai, ketuanya tidak boleh mengambil kitab itu... ."
"Sepuluh tahun berselang ketika aku datang kesini untuk menantang pertandingan, belum menceritakan hal kepada Suteku Kwa Lam Kie, sekarang aku sudah merasa bahwa tiada harapan lagi bagiku untuk keluar dari dalampenjara ini, meminjam tenaga dari kitab rahasia peninggalan couwsu kami itu, oleh karenanya maka aku minta kepada cin Siaohiap agar beritahukan kepada sute minta ia lekas mengambil kitab rahasia itu dan melatih ilmU pelajarannya yang aneh dan ajaib sekali, untuk datang menantang Penguasa Rumah Penjara ini. Di samping itu, waktu cin Siaohiap menceritakan kepadanya mengenai soal ini sekal^- kali tidak boleh ada orang ketiga yang berada disitu, juga tak boleh menceritakan kepada siapa pun juga bahwa kedatangan cin Siaohiap ini adalah atas permintaanku. Sudikah kiranya cin Siaohiap membantu maksudku ini?"Cin Hong agak lama berpikir, barulah menjawab sambil menganggukkan kepala.
"Boleh, tapi bagaimana kalau ciangbunjin partai oey San pay yang sekarang tak mau perCaya pada ucapanku?"
"Ini soal mudah, cin Siaohiap boleh minta kepadanya segera berangkat bersama-sama dengan Siaohiap uatuk menggali kitab pusaka itu, ada atau tidaknya bukankah segera dapat diketahui buktinya?"
Cin Hong pikir itu memang benar, ketika ia menengok kearah Leng Bie Sian lagi, tampak gadis itu seperti tidak sabaran menunggu dirinya, maka ia lalu berkata lagi kepada siauw can Jin.
"Baiklah, urusan ini akupasti akan bantu ciangbunjin untuk melakukan, disamping itu juga aku ada sedikit urusan hendak tanya kepadamu. Sudikah ciangbunjin menjawab dengan jujur?"
"Urusan apa?"
Balas bertanya Siauw cian Jin heran. Cin Hong bersikap Setenang mungkin, katanya Sambil tersenyum.
"Aku telah mendengar kabar bahwa dalam rimba persilatan pada dua puluh tahun berselang pernah terjadi suatu perkara gaib mengenai. Soal apa yang dinamakan kotak rahasia dan dua belas anak kunci emas, aku juga dengar kabar bahwa ketua partaymu waktu itu ada memegang sebuah kunci yang terukir huruf Liong, tetapi kabarnya anak kunci itu telah hilang pada delapan belaS tahun berselang, ciangbunjin tentunya tahu bagaimana hilangnya anak kunci itu. Bolehkah kiranya ciangbunjin menceritakan kepadaku?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Siauw can Jin berubah dengan mendadak.
sinar matanya menunjukkan sikapnya yang terkejut dan terheran-heran, lama ia mengawasi Cin Hong dari atas sampai kebaWah.
dalam hati Cin Hong diam-diam juga terkejut dan terheran2, namun ia masih berusaha berlaku setenang mungkin katanya sambil tertawa.
"Urusan ini dalam rimba persilatan sudah bukan merupakan rahasia lagi, mengapa ciangbunjin tampaknya demikian terkejut?"
Siauw can Jin lalu mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak untuk menutupi rasa terkejutnya, katanya sambil tertawa nyaring.
"Sudah tentu hal ini bukan merupakan rahasia lagi, yang mengherankan bagiku ialah mengapa cin Siaohiap hendak mencari keterangan soal ini?"
"Hanya tertarik oleh perasaan aneh saja tetapi jikalau ciangbunjin merasa ada kesulitan, biarlah tidak usah ciangbunjin menceritakan"
Siauw can Jin tiba-tiba menundukkan kepala untuk berpikir, kemudian berkata sambil menghela napas.
"Dengan terus terang, aku sendiri sebetulnya juga tidak tahu bagaimana hilangnya anak kunci yang kau tanyakan tadi, ini disebabkan karena ketua generasi ke enam belas partay kamiSuma Sin, pada suatu petang dengan tiba-tiba diketemukan orang mati dipuncak gunung Thian-tu-hong, Waktu itu aku masih belum mengetahui soal adanya dua belas anak kunci emas itu, setelah aku menggantikan kedudukannya sebagai ketua, dua tahun kemudian, pada suatu hari aku telah menerima surat dari Lian in Taysu, dari gereja Siau-lim si yang mengundang aku datang ketelaga Thay pekpik dengan membawa anak kunci yang berukiran huruf Liong, untuk sama2 mengangkat kotak Wasiat dari dasarnya telaga itu, barulah aku mengetahui adanya urusan ini. Waktu itu atas persetujUan semUa anak murid golongan kami telah diadakan kesepakatan untuk menggali kuburan ketua kami dahulu, untuk mencari anak kunci yang dimaksud, tetapi hasilnya nihil hingga Sekarang, urusan mengenai hilangnya anak kunci emas itu, masih merupakan suatu teka-teki yang belum terpecahkan."
Cin Hong merasa keCewa, tetapi ia masih bertanya lagi.
"Kalau begitu, dengan Cara bagaimana kematian Suma ciangbunjin partaymu?"
"Aku hanya dapat menjawab bahwa ia mati karena sudah takdirnya dipanggil oleh Tuhan, diatas badannya tidak terdapat sedikitpun tanda luka dianiaya..."
Menjawab Siauw can Jin sambil menghela napaS panjang.
Cin Hong yang tidak dapat jawaban yang memuaSkan dari ketua partay oey San itu, juga tidak ingin bicara lebih banyak lagi, maka ia lalu menerima baik pertanyaannya, apabila Sudah keluar dari rumah penjara, akan pergi kegunung oey-san, lalu ia minta diri kepadanya dan berjalan menghampiri Leng Bie Sian- Leng Bie Sian menyongsong kepadanya dan bertanya dengan suara perlahan- "Dia minta kau melakukan urusan apa?"
"Tidak apa apa...."
Menjawab Cin Hong sekenanya sambil menggelengkan kepala. Leng Bie sian menunjukkan sikap penuh perhatian dan tidak tenang, katanya.
"Dia sebetulnya bukan orang baik, kau tidak boleh tertipu olehnya"
Cin Hong merasa bersyukur tetapi juga takut atas perhatian gadis itu terhadap dirinya, katanya sambil menundukkan kepala dan tertawa^ "Tidak bisa, ia hanya minta aku menyampaikan beberapa patah kata kepada seseorang."
"Untuk siapa?"
Bertanya lagi Leng Bi Sian.
"Maaf, aku sudah berjanji kepadanya tidak akan menceritakan kepada siapa pun juga "
Menjawab Cin Hong.
"Barang kali dia suruh Kau mengundang Seorang yang sangat lihay untuk datang kemari?"
"Bukan, dalam rimba persilatan dewasa ini masih ada siapa lagi yang dapat melawan suhumu, ?"
Menjawab Cin Hong sambil menggelengkan kepala.
"Susah dikata, kepandaian ilmu silat Suhu meskipun tinggi sekali, tetapi ia juga sering berkata bahwa diatas orang pandai masih ada yang lain yang lebih pandai"
Cin Hong ketika mendengar ucapan itu dengan tiba2 teringat diri seorang tokoh kuat nomor satu dalam rimba persilatan yang tidak diketahui namanya, hanya nama julukannya saja yang disebut sebagai.
Tetamu tidak diundang dari dunia luar, maka ia lalu berkata.
"Aneh, tokoh rimba persilatan yang mendapat gelar Tetamu tidak diundang dari dunia luar itu, mengapa hingga saat ini belum datang menantang kepada suhumu?"
"Siapa tahu? Mungkin dia takut kalah"
"Dia mungkin benar-benar bukan tandingan Suhumu, tetapi setidak-tidaknya masih sanggup menyambut pukulan gurumu beberapa puluh jurus, dan setidak-tidaknya boleh membebaskan- ..."
Belum habis ucapannya, diatas lembah tiba-tiba terdengar suara gendang yang sangat riuh....Leng Bie Sian dengan mata terbuka lebar dan sangat bersemangat bertanya kepada ci Hong sambil tertawa.
"Hei Tahukah kau apa artinya bunyi itu? Ada orang menantang bertanding lagi"
Semua lobang jendela kamar tawanan, dengan Cepat tampak menongol kepala- kepala orang-orang tawanan, Setiap orang pada menunjukkan sikap tegang dengan mata terbuka lebar memandang keatas, sedang mulutnya berteriak2.
"Pertandingan Pertandingan-Ada orang datang menantang lagi"
"Hei coba kalian duga kali ini siapa yang datang"
"Ha...ha...dua hari berselang adalah It-hu Sianseng bersama Thian-san Soat Popo, hari ini mungkin tokoh kenamaan yang disebut tamu tak diundang dari dunia luar itu"
"Tamu tidak diundang dari luar dunia? Ha...ha...bagus Sekali"
"Bagus sekali... ."
Demikian dari antara mulut para tawanan terdengar suara riuh.
Dari tempat pertandingan diatas senar besi telah terdengar suara pukulan gembreng lima kali, suara riuh dari para tawanan tadi juga berhenti.
Seluruh lembah sesaat berada dalam suasana ketegangan, semua semua mata para tawanan ditujukan keatas senar, mereka pada berusaha untuk dapat menyaksikan pertandingan itu dengan se-baik2nya.
tetapi karena terpisah sangat tinggi sekali, mereka tidak dapat melihat dengan tegas.
Para tawanan itu rupa-rupanya pada mengharapkan pertandingan itu selesai dengan ramai, pada umumnya mereka mengharap Penguasa rumah penjara yang menang, supaya mereka bertambah lagi kawan dalam penjara, untuk membagi pekerjaan mereka.
Dari itu, semua mengharap bahwa orang yang datang menantang pertandingan itu adalah orang yang diharapharap oleh mereka, ialah tamu tidak di undang dari luar dunia.
Cin Hong juga tujukan pandangan matanya ke tempat yang sangat tinggi itu, Samar-samar diatas senar itu ada setitik bayangan orang, oleh karena tempatnya itu terlalu tinggi, ia tidak dapat melihat bagaimana orangnya dan pakaiannya, maka ia lalu berpaling dan bertanya kepada Leng Bie Sian.
"Nona Leng cobakau lihat dia itu adalah tamu tidak diundang dari luar dunia ataukah bukan?"
Leng Bie Sian agaknya merasa pertanyaan itu terlalu kekanak-kanakan, maka lalu tertawa kecil dan menjawab.
"Demikian tinggi tempatnya, bagaimana aku dapat melihat dengan nyata?"
"oooh Kepandaian ilmu silatmu toh lebih tinggi dari pad aku, menurut aturan pandangan matamu seharusnya juga jauh lebih hebat dari padaku"
Sepasang mata Leng Bie Sian dibuka lebar- lebar, katanya dengan perasaan terheran-heran.
"Ha kepandaian ilmu Silatku jauh lebih tinggi daripadamu?"
"Sudah tentu, sedikitnya kau lebih tinggi tiga kali lipat dari padaku"
Menjawab cin sambil menganggukkan kepala.
"Tidak Kau lebih kuat dari padaku, tadi ketika kau memeluk aku didalam kamar kecil tadi, bagaimana pun juga aku berusaha juga tidak dapat melepaskan diri dari pelukanmu. ."
Muka ciu Hong menjadi merah, ia lantas lari menuju ke kamar besi, katanya.
"Lekas jalan, kita naik ke atas untuk menonton pertandingan"
Leng Bie Sian mendongakkan kepalanya memandang ke atas lembah, kemudian mengejar Cin Hong Sambil berseru.
"Kamu lihat Suhuku sudah berjalan di atas senar itu"
Cin Hong mendongakkan kepalanya, benar saja tampak setitik bayangan orang di atas, orang itu yang sedang berjalan lambat-lambat menghampiri orang yang sedang menantang.
Sudah tentu orang itu adalah Penguasa rumah penjara itu sendiri, ia berjalan kehadapan penantangnya, terpisah kira2 satu tombak lantas berhenti, tampaklah sedang berbicara dengan penantangnya.
Mereka bicara rupanya agak lama, kedua pihak masih berdiri berhadapan, oleh karena Cin Hong tak dapat mendengar pembicaraan mereka, seolah-olah dua ekor burung yang menclok diatas kawat.
Leng Bie Sian mendongakkan kepala, dengan perasaan terheran-heran ia berkata.
"Hei suhuku hari ini bagaimana? Belum pernah berbicara demikian banyak dengan penantangnya..Selama masih bicara, dua bayangan orang diatas senar itu tampak bergerak, Penguasa rumah penjara sudah melanjutkan serangan kepada penantangnya, dua kakinya dengan cepat menggerakkan,senar-senar besi yang besar itu, sehingga menimbulkan suara alunan musik yang memilukan hati....Suara itu menimbulkan perasaan pilu bagi setiap orang yang mendengarkan, hingga tanpa disadari orang mendengarkan teringat kembali segala penderitaan yang Cin Hong dengan tiba-tiba teringat kepada riwayat dirinya yang mengenaskan, juga teringat kepada suhunya yang kini tertawan didalam rumah penjara itu, hingga tidak sanggup mengendalikan perasaan sedihnya yang timbul seCara mendadak. air matanya mengalir berCucuran- ... Leng Bie Sian sedikitpun tidak merasa heran, ia hanya menunjukkan perasaan simpatik sambil mendekati dan menarik tangannya gadis itu berkata.
"dalam hatimu pasti ada menyimpan hal-hal yang sangat menyedihkan- Lekas kau tutup telingamu dengan jari tanganmu.Jikalau tidak. kau nanti bisa seperti seorang linglung karena terlalu sedih hatimu"
Cin Hong tidak medengar ucapan gadis itu, ia se-olah2 terbenam dalam kesedihan besar, tidak tahu dimana sekarang berada.
Leng Bie Sian sangat cemas, sehingga tidak memperdulikan lagi perasaan malunya, tangannya menarik lengan tangan Cin Hong, mukanya ditempelkan ditelingan dan berkata dengan suara agak nyaring.
"Hei, kau dengar perkataanku tadi atau tidak?"
Cin Hong yang ditarik seCara demikian lantas sadar, dengan mendadak ia menundakkan kepala dan memandang gadis itu seraya bertanya^ "Kau, memukul aku?"
Sepasang pipi Leng Bie Sian menjadi merah, menjawab dengan Suara perlahan dan bersikap kemalu-maluan.
"Lekas tutup telingamu dengan tangan, kau tampaknya sudah terpengaruh oleh suara senar tadi"
Cin Hong juga seolah-olah baru sadar bahwa Penguasa rumah penjara itu bisa mainkan senar itu dengan ilmu gaibnya, tetapi ia juga merasa bahwa irama itu sangat indah dan enak sekali didengarnya, jikalau ia tidak mendengarnya tidak merasa puas, maka ia lalu menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Tidak Aku hendak mendengarkan"
Setelah berkata demikian, Cin Hong mendongakkan kepala untuk menonton lagi, tampak sepasang kaki Penguasa Rumah Penjara itu masih bergerak diatas senarnya, sedangkan penantangnya juga lompat kesana kemari, tetapi jelas sikapnya menampak sangat repot sekali.
Leng Bie Sian takut apa bila Cin Hong terpengaruh oleh suara senar itu sehingga mengganggu kesehatannya, maka buru-buru menarik lengan bajunya dan berkata.
"Hei Tahukah kau apa namanya irama itu?"
Cin Hong masih tetap mendongakkan kepala, tanpa banyak pikir lantas menjawab.
"Mengenangkan sahabat."
Leng Bie Sian menunjukan sikapnya yang kagum, bertanya pula sambil tertawa^ "Syairnya?"
Cin Hong dengan Cepat pula membaCakan syair yang diminta oleh gadis tadi.
Baru saja habis menyanyikan syairnya, Penguasa rumah penjara diatas senar itu dengan mendadak melancarkan serangannya, dari jauh ia mengirim satu serangan tangan ditujukan kepada penantangnja, penantangnya itu sempat ter-huyung2.seolah-olah tertiup oleh angin, sehingga terlempar keluar dari atas senar dan melayang turun kebawah lembah.
Cin Hong terkejut sehingga wajahnya menjadi pucat, mulutnya berseru.
"Ayaa. bagaimana demikian Cepat sudah kalah?"
Leng Bie Sian sendiri agaknya juga dikejutkan oleh kejadian itu, katanya.
"oooh, orang inipasti bukanlah Tetamu tak diundang dari luar dunia.... ayaa rasanya seperti seorang wanita muda"
Orang yang datang menantang tapi dengan cepat sudah meluncur turun kedalam lembah sedalam tujuh tombak, sehingga tubuhnya juga tampak semakin nyata, kini semua orang sudah dapat melihat bahwa orang itu adalah seorang yang bertubuh kecil langsing mengenakan baju merah, benar saja adalah seorang wanita yang masih muda sekali.
Leng Bie Sian lantas berkata sambil menepok-nepok tangan.
"Bagus dalam rumah penjara ini belum pernah kedatangan seorang wanita muda yang menantang pertandingan, ia adalah satu-satunya orang gadis selama sepuluh tahun ini "
Cin Hong ketika melihat wanita muda itu mengenakan pakaian warna merah, Segera mendapat firasat buruk.
hatinya berdebaran, sepasang biji matanya hampir saja melompat keluar.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia tujukan pandangan matanya kepada tubuh yang meluncur turun itu sehingga berada diatas setinggi lima tombak.
kini barulah dapat dikenali bahwa ia adalah Yo in in yang datang bersamanya dan menantikan diluar bersama-sama can Sa Jie, setelah melihat tegas lalu, ia berseru kaget.
"Yaa Allah Kau ternyata tidak lain in-jie."
Waktu itu sudah terjatuh kedalam jaring kawat yang besar itu, mental tiga kali barulah rebah diatas kawat, waktu itu tampaknya sudah pingsan- Cin Hong segera lompat meleset kejaring kawat itu, dengan membentang kedua lengan tangannya memondong tubuh Ie-jie seraya berseru.
"Injle, In-jie ...,."
Banyak tawanan yang melihat dalam jaring itu terjatuh tubuh Seorang gadis berwajah Cantik, orang yang dari golongan baik-baik pada menggelengkan kepala dan menghela napas, sedangkan orang dari golongan sesat pada kegirangan dan berteriak-teriak.
"Ya kiranya adalah Seorang gadis cantik sekali "
"Bagus sekali kali ini kita dapat kawan seorang gadis cantik yang akan menghibur dalam rumah penjara ini"
"Ha ha, seorang gadis yang cantik Sekali, aku rela bekerja berat untuknya, asal ia...."
Cin Hong saat itu merasa gemas dan gusar, ia memeluk In-Jie erat-erat dan mendongakkan kepala, berkata dengan suara bengis.
"Siapa yang sedang mengoceh? Jikalau kalian berani mengoceh yang tidak karuan lagi, aku nanti akan pukul mampus kalian semua"
In-jie waktu itu perlahan-lahan membuka mata, setelah mengetahui bahwa ia sendiri berada dalam pelukan pemuda idamannya, Sesaat sinar matanya menjadi terang. ia berusaha untuk duduk dan katanya dengan suara girang.
"Cin Hong, apa kau tidak mendapat kesulitan apa-apa?"
Cin Hong meletakkan dirinya, juga duduk diatas senar dan berkata sambil menghela napas.
"Habislah, siapa yang suruh kau masuk kemari untuk menantang bertanding ?"
In-jie lompat bangun, sedikitpun tidak merasa sedih, ia merasa tertarik dan ter-heran2 oleh keadaan disekitarnya, bahkan dengan perasaan girang ia berkata.
"Mereka memberitahukan kepadaku bahwa Penguasa Rumah Penjara akan menahan kau disini untuk melukis gambar, aku tidak percaya, hendak masuk untuk menanyakan kau sendiri, tetapi mereka tidak mengizinkan aku masuk. dan waktu aku minta mereka agar memberitahukan padamu untuk keluar sebentar, mereka juga tidak mau aku percaya, terpaksa mendaftarkan diri untuk menantang bertanding"
Cin Hong mendadak melompat dan berkata dengan suara gusar.
"Tetapi tahukah kau bahwa kau akan tertawan dalam rumah penjara ini?"
Kini In-jie tampak berduka, sambil menundukkan kepala ia berkata.
"Aku tidak perduli, aku hanya ingin melihat kau"
"Haa Mengapa can sa jie membiarkan kau ma
Peristiwa Bulu Merak -- Gu Long Pedang Inti Es Karya Okt Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long