Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 7


Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 7


ah ajaran Subomu, bagaimana hal ini bisa terjadi?"

   Cin Hong lalu menceritakan tentang si orang tua gila yang mengg una kan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga, dengan melalui dinding tembok telah mengajarkan In-Jie kepandaian ilmu silat.

   It-hu Sianseng terheran-heran tidak habisnya, tanyanya pula.

   "Apakah orang tua gila itu tidak memberitahukan kepada In-jie siapa namanya?"

   "Tidak. ia bahkan masih berkata kepada In-jie, katanya hendak menurunkan kepandaian ilmunya kepada teecu"

   "Apa kau terima?"

   Bertanya It-hu Sianseng sambil menatap muridnya.

   "Teecu masih belum tahu dia itu orang baik ataukah jahat, apalagi tugas untuk memberitahukan kepada dua belas partay itu supaya waspada terhadap gerakan dan rencana keji orang-orang golongan kalong Sudah tidak dapat ditunda lagi, maka teecu pikir tidak akan berdiam lagi lama-lama disini. Bagaimana suhu anggap?"

   "Sebenarnya, kalau manusia memang ada perbedaannya antara yang baik dan jahat. Tetapi, ilmu Silat tidak ada perbedaannya dari golongan baik atau gologan jahat. Kubenarkan pendapatmu memang lebih baik kau beri kabar dulu kepada dua belas partay itu, dikemudian- bari apa bila ada kesempatan kau boleh terima maksud baik orang tua gila itu"

   Cin Hong menerima pesan suhunya, tiba-tiba dari kamar nomor Enam terdengar suara tertawa dingin. can sa-sian Sie Koan, yang kemudian berkata kepada suhunya.

   "Ta Lok Thiap. sahabat lama datang lagi"

   It-hu Sianseng dan Cin Hong berpaling kearah can-Sa sian.

   Tampak diluar kamar nomor satu, Tay-giam-ong sedang berdampingan dengan seseorang yang mengenakan pakaian warna kuning emas.

   orang berpakaian warna kuning emas itu usianya kirakira tiga puluh lima tahun, wajahnya putih bersih, tetapi sikapnya sangat dingin, mirip seperti bangkai hidup, Dipandang sepintas lalu, menimbulkan perasaan jeri kepada siapa yang menyaksikannya, hingga tidak berani memandang lama, Dia berSama Tay-giam ong berjalan kedepan jendela nomor dua lantas berhenti, kepalanya menengok kedalam sejenak.

   tiba-tiba membuka mulut, katanya dengan nada suara dingin.

   "Ha lotee, kau sudah pikir-pikir atau belum ?"

   Dari dalam kamar tahanan nomor dua itu lantas terdengar suara geraman hebat, kemudian, disusul oleh kata- katanya yang menyatakan kegeraman hatinya.

   "Enyah kau, bajingan Kau menghina aku sinaga mata satu, apakah kau kira aku tidak bisa keluar dari penjara ini dengan mengandalkan kekuatan dan kepandaian sendiri?"

   Cin Hong menyaksikan dan mendengar Semua kejadian itu sudah dapat menduga bahwa orang berpakaian warna emas itu siapa adanya dan apa maksudnya, dalam hati timbul kesan yang tidak baik, lalu berpaling dan berkata kepada suhunya dengan suara perlahan.

   "Suhu, dia adalah PangCu dari golongan Kalong?"

   Dengan sikap menghina It-hu Sianseng menjawab.

   "Benar, juga adalah itu orang yang dulu mena makanan dirinya Ho ong, bulan yang lalu ia pernah datang Untuk menantang bertanding, dan dapat menyambut serangan penguasa rumah penjara hingga sebelas jurus, tetapi ia hanya dapat mengeluarkan seorang Lam kek Sin kun Im Liat Hong saja, yang lainnya semua tidak ada yang suka ikut pergi dengannya. Sekarang ia datang kembali, rupanya hendak membujuk lagi"

   Cin Hong masih belum tahu siapa adanya Ho ong itu, tetapi dari namanya, ia dapat menduga bahwa orang itu pasti adalah orang yang sangat jahat, oleh karena Ho ong memanggil orang iblis seperti Naga bermata satu Hu Ta Hui itu lotee atau adik kecil, sedangkan iblis naga mata satu itu pada beberapa puluh tahun berselang, namanya Sudah sangat terkenal, maka dapatlah diduga bahwa usia Ho- ong pasti sudah tidak muda lagi, Akan tetapi dari wajahnya tampak masih muda, seperti seorang yang baru beruSia tiga puluh tahunan, kepandaian merawat mukanya juga sangat menakjubkan, dari situ juga dapat di duga bahWa kepandajan ilmu silatnya atau kekuatan tenaga dalamnya pasti juga Sudah mencapai kesuatu taraf tidak ada taranya.

   "Anak. pada dua puluh tahun berselang. can sian Sien pangCu bersama-sama suhumu dan beberapa orang lagi, dengan bergandengan tangan pernah mengusir ia keluar dari rimba persilatan Tionggwan. Sebentar lagi mungkin ia akan datang kemari, dengan menggunakan kata-kata kotor hendak menghina suhumu. Suhumu sudah mengambil keputusan tidak akan meladeni dia, tetapi kau yang menyaksikan barang kali bisa menjadi marah, maka Sebaiknya sekarang kau boleh pergi saja"

   Cin Hong menyahut sekenanya, namun ia masih tetap tidak bergerak dari tempatnya.

   Setelah menyaksikan Pangcu golongan Kalong itu tidak berhasil membujuk Si naga bermata Satu, dan sudah mulai meninggalkan kamar nomor dua, bersama-sama Tay-giam ong berjalan menuju kebawah jendela kamar nomor tiga, seperti juga yang tadi, wajahnya yang putih tak menunjukkan sikap apa- apa, ia memandang Sejenak kearah kamar tahanan itu, Kemudian menggerakkan bibirnya berkata dingin.

   "Bi Lotee, dan kau bagaimana?"

   Dalam kamar tahanan nomor tiga itu sunyi senyap keadaannya, tidak terdengar suara orang seolah-olah disitu tidak ada penghuninya.

   It-hu SianSeng yang menyaksikan semua itu, berkata dengan suara perlahan^ "Si Kuya leher panjang Bi Kap Sin benar-benar sungguh Seperti Seekor kuya yang tidak bisa membuka mulut.

   Suhumu berada disini sudah delapan hari, belum sekali juga pernah mendengar suaranya"

   Dalam hati Cin Hong merasa sangat kagum terhadap dua orang itu, ia juga berkata dengan Suara peralahan.

   "TeCu mendengar kata bahwa sepasang saudara berlainan she dari gunung See-kim-san, biasanya merupakan orang jahat yang suka membunuh orang, bahkan gemar sekali menggunakan tengkorak kepala orang di buat atap rumah. Sungguh tak diduga mereka masih mempunyai jiwa jantan seperti itu, tidak mau mudah diperalat oleh Ho ong, benar-benar sangat mengagumkan"

   Sementara itu PangCu dari golongan Kalong yang kembali tidak berhasil membujuk Si Kuya leher panjang Bie Kap Sin, Wajahnya yang dingin berkernyit sebentar, agaknya marah dan lalu mengejek dengan mengeluarkan Suara dari hidung, juga tidak membuka mulut, lantas menggeser kakinya berjalan menuju kebawah jendela kamar nomor empat, kemudian bertanya pula kepada penghuni kamar itu.

   "Saudara Kha, kalian suami istri masih sangat muda, jika mati didalam kamar tahanan penjara ini sesunggunnya sangat tak berharga. Bagaimana?"

   Kiu-lin merah Kha Gi San juga diam saja tak menjawab. Tetapi setelah hening cukup lama, dari jendela kamar tawanan nomor lima menongol kepala seorang tawanan Wanita, ia berkata kepada penghuni kamar nomor empat.

   "Lelaki jahanam, jangan berpura-pura sebagai jagoan, kita terima baik saja permintaannya"

   Tawanan Wanita itu adalah isteri Kha Gi San yang bernama Pa cap Nio yang mempUnyai namajulukan burung Hong ekor hitam, uSianya sekira tiga puluh lima tanun, rambutnya yang panjang waktu itu terurai kedepan mukanya kulit wanita itu hitam, namun wajahnya Cantik boleh di kata seorang wanita yang hitam manis.

   meskipun tubuhnya agak kurus, namun masih tidak hilang keCantikannya.

   It-hu Sianseng berkata sambil menghela napas pelahan.

   "Ai orang perempuan bagaimana pun juga kurang kuat imannya, siburung Hong berekor hitam itu tidak tahan penderitaan ditempat ini"

   "Apa? Dia. ..."

   Bertanya Cin Hong terkejut.

   "Benar dia setiap hari ribut dengan suaminya hendak kekamar penjara ular, ia kata bahwa dikamar penjara ular setiap hari masih mendapat kesempatan untuk melakukan pekerjaan berat, mengertikah kau maksudnya?"

   Wajah Cin Hong menjadi merah, ia menganggukanggukkan kepala dan berkata.

   "Apakah hubungan suami isteri mereka ada baik?"

   "Baik, mereka masuk rumah penjara ini sudah empat tahun lamanya, mereka pernah minta mengajukan permintaan kepada penguasa rumah penjara ini, agar diperkenankan berdiam satu kamar dengan suaminya, syaratnya ialah bersedia melepaskan haknya tiga kali untuk menantang bertanding lagi, tetapi permintaan itu tidak diterima oleh penguasa rumah penjara, benar-benar seorang yang sangat kejam."

   Sementara itu. Pa cap Nio dengan tiba-tiba menangis dan ribut-ribut lagi.

   "Laki-laki jahanam, kau dengar tidak? Kau pernah berkata bahwa kita tidak akan berpisah selama-lamanya, betul tidak? Kau tidak Suruh aku melahirkan turunan bagimu, betul tidak?"

   Dari lubang jendela kamar nomor empat menongol kepala seorang laki-laki setengah umur berwajah merah, sepasang matanya memancarkan sinar yang penuh rasa simpatik dan kasihan, ia mengawasi wajah isterinya sejenak.

   kemudian membuka mulut dan menghibur isterinya itu.

   "cap Nio, sabarlah sedikit, Satu tahun lagi aku sudah akan sanggup menyambut sepuluh kali serangan penguasa rumah penjara ini, kita Sekarang tidak boleh menurunkan prestasi dan nama baik sepasang suami isteri golongan Lohu"

   "Aku tidak perlu dengan segala nama baik aku hanya membutuhkan berdiam bersama-sama denganmu.,.,."

   Berkata si burung Hong ekor hitam sambil menangis keras. Si Kie lin merah Kha Gi San agak putus asa menghadapi isteri yang selalu ribut sambil menangis dengan sedihnya, katanya sambil menghela napas.

   "cap Nio,jikalau kita menerima baik permintaannya, ikut dia keluar dari rumah penjara ini, maka selanjutnya kita akan diperbudak olehnya, dan harus menurut segala perintaannya. Apakah kau Sanggup diperlakukan semaCam itu?"

   "Aku bersedia menerima, asal kita akan dan bersamasama denganmu disatu tempat sekalipun aku harus menjadi budaknya juga tak akan keberatan"

   Berkata Pa cap Nio Sambil berulang-ulang menganggukkan kepala. Laki-laki berpakaian Warna emas itu, yakni PangCu golongan Kalong, dengan tiba-tiba membuka mulutnya dan mengeluarkan suara tertawa yang kedengarannya sangat aneh, katanya.

   "Bukan sebagai budak Kalian suami isteri yang satu akan kuangkat sebagai Tongcu bagian Hek hok-tong, pangkat dan kedudukan kalian hanya dibawah permaisuri dan tiga selir serta dua anggota pelindung hukum"

   Pa cap Nio Sangat girang mendengar ucapan itu, katanya.

   "Laki-laki jahanam, kau dengar tidak? Apakah itu bukan suatu kedudukan yang sangat baik? Kita terima saja permintaannya"

   Kha Gi San merasa masgul, katanya.

   "cap Nio dengan demikian, kita sudah tidak mempunyai Waktu lagi untuk mencari koleksi sebagai macam barang pusaka yang anehaneh. Apakah kau mempunyai kekuatan hati untuk menahan keinginanmu dan kesukaanmu menyimpan barang-barang pusaka aneh itu?"

   Sang isteri kembali mengangguk kepala berulang-ulang seraya berkata^ "Aku bisa Aku sekarang sudah memikirkan baik- baik dalam dunia ini tak ada semacam barang lagi yang lebih berharga daripada dirimu."

   Kha Gi San tampaknya tergerak hatinya oleh ucapan isterinya, saat itu lalu mendongakkan kepala dan berkata dengan suara sedih.

   "Sudahlah Sudahlah Hati perempuan durhaka ini telah membunuh habis ambisiku"

   Pa cap Nio yang melihat sang suami. akhirnya suka juga menerima baik permintaan Pangcu golongan Kalong, dalam girangnya lantas menangis, kemudian berpaling dan berkata kepada Pangcu golongan Kalong itu.

   "Hei Kami suami isteri sekarang apakah sudah boleh ikut kau keluar dari rumah penjara ini?"

   Wajah orang berpakaian emas itu Sedikit pun tidak menunjukkan sikap girang, ia hanya menganggukkan kepala dan berkata.

   "Tunggu sebentar aku masih perlu mencari dua orang lagi."

   Cin Hong yang menyaksikan sepasang suami istri golongan Lo-hu yang namanya pernah menggemparkan rimba persilatan itu akhirnya toh menerima juga pertolongan Pangcu golongan Kalong untuk keluar dari rumah penjara, dalam hati merasa sangat kecewa dan gegetun.

   la berpaling dan berkata pada Suhunya sambil menggigit bibirnya.

   "Suhu, Kie-lin merah itu benar-benar seorang lelaki yang tidak berjiwa kesatria"

   "Itu disebabkan karena cinta kasih mereka dianggap lebih berharga dari pada segalanya.Jadi masih boleh jugalah dimaafkan "

   Karena perbedaan pendapat dan berlainan sifat, Swat Popo akhirnya mesti berpisahan dengan It-hu Slangseng suaminya.

   Melihat cinta kasih sepaSang suami istri golongan Lo-hu yang demikian murni ini.

   dalam hati sedikit banyak ia juga merasa iri.

   Mendengar lagi kata- kata suaminya, bahwa cinta kasih lebih berharga dari segalanya.

   lantas timbul amarahnya, katanya sambil tertawa dingin.

   "Tua bangka, apa kiramu kau sudah mengerti soal cinta kasih?"

   It-hu sia ngseng tercengang, tetapi kemudian ia dapat memahami maksud pertanyaan istrinya, maka lalu berkata sambil tertawa kecil.

   "Ya benar, aku memang tidak mengerti.. ." . Cin Hong takut mereka akan bertengkar lagi, maka buruburu menyela.

   "Suhu, maukah suhu beritahukan dulu kepada teecu nama pangcu dari golongan Kalong ini?"

   Selagi It-hu SianSeng hendak menjawab, dari kamar nomor delapan tiba-tiba terdengar suara geraman dan bentakan can sa-sian.

   "Pui Kau anjing laki perempuan ini mengawasi aku saja mau apa?"

   Cin Hong dengan Cepat berpaling.

   Tampak olehnya orang berpakaian warna emas itu sudah berada diluar jendela kamar nomor eram, matanya ditujukan ke lobang jendela dan berdiri tak bergerak, sepasang matanya memancarkan sinar tajam, sedang wajahnya tetap menunjukkan Sikapnya yang dingin.

   can si-sian sudah menarik kembali kepalanya dari lobang jendela, saat itu sedang ber-jingkrak2 sambil me-maki2.

   "Anjing laki2 dan perempuan"

   Tidak berhentinya.

   Cin Hong yang mendengar suara Cacian pengemis tua itu dalam hati merasa geli.

   Pengemis tua ini benar-benar tidak keruan ucapannya.

   Demikianp ikirnya, Masa orang dikatakan 'anjing laki- laki perempuan' Anjing laki-laki tentu yang jantan, anjing betina ya yang betina.

   Mengapa menggunakan istilah 'anjing laki laki perempuan'? It-hu Sianseng agaknya sudah mengetahui bahwa muridnya itu sedang keheranan, ia lalu berkata Sambil terseryum.

   "Ucapan Sle Pangcu itu sedikitpun tidak salah, dia memang tidak ubahnya sebagai anjing laki- laki perempuan'"

   Cin Hong makin heran, tanyanya.

   "Suhu, anjing laki laki perempuan itu apa artinya?"

   It-hu Sianseng berdiam sejenak, kemudian berkata.

   "Maksudnya ialah, Diwaktu siang hari dia adalah seorang laki- laki, diwaktu malam dia menjadi orang perempuan-"

   Cin Hong dengan mulut menganga berseru kaget, katanya.

   "Ha Jadi dia itu seorang wadam?"

   "Ya Dia juga mempunyai dua nama. yang satu Jie Hong Hu, yang lain Jiau Biauw Kouw. Tapi bagaimana keadaan seharinya, tanyakan saja kepada empek ie-oe"

   Cin Hong terheran-heran, ia berdiri termangu-mangu mengawasi wajah orang berpakaian Warna emas yang dingin kaku, sementara It-hu Sianseng sudah berkata lagi sambil tertawa dingin.

   "Wajahnya itu memakai kedok kulit manusia, wajah aslinya suhumu sendiri juga ...Hm Dia sekarang sudah berjalan kemari, lekaslah kau pergi, suhumu hendak pergi tidur"

   Sehabis berkata demikian, ia menarik kembali kepalanya dari lubang jendela dan masuk kedalam kamarnya, ia lompat kesatu sudut dan merebahkan diri, menghadap kedalam sebentar sudah terdengar suara menggerosnya.

   orang berpakaian warna emas waktu berjalan dihadapan Cin Hong lantaS berhenti, seolah-olah sudah lama mengenalnya, sepasang matanya yang bersinar tajam terus menatap wajah Cin Hong, sedang bibirnya tersesungging senyuman yang sangat misteri, kemudian bertanya.

   "Cin Hong, apakah kau menghendaki aku menolong Suhumu?"

   Ketika pandangan mata Cin Hong bertumbukan dengan sinar mata orang itu, sesaat seluruh tubuhnya merasa menggigilnya, ia mundur sesungguhnya.

   "Hei Dari mana kau tahu namaku?"

   "Ditepi telaga sen-ouw, aku pernah melihat kau dengan budak perempuan she Yo itu. Waktu itu aku sebetulnya ada maksud hendak mengambil kalian berdua sebagai Kim-tong dan Giok- lie, juga akan kuberi didikan ilmu silat yang luar biasa pada kalian- Tak kusangka kalian ternyata adalah orang-orang yang tidak tahu diri...."

   Cin Hong pada sebelumnya masih belum tahu keadaan orang itu, maka atas usul yang dikatakan sebagai Kim-tong dan Giok lie itu hanya diganda dengan ketawa, sekarang ia sudah tahu dia adalah seorang wadam mendengar lagi ucapannya tentang kedudukan Kim-tong Giok-lie itu.

   sesaat timbul kesannya seolah-olah terhina olehnya, maka saat itu ia lantas naik pitam tidak menantikan orang itu bicara habis, Sudah membentak dengan suara keras.

   "Tutup mulutmu Siapa kesudian menjadi Kim-tong Giok lie mu?"

   Senyuman yang tadi tersungging dibibir orang berpakaian warna emas itu telah lenyup, dengan wajah dingin memandang Cin Hong sejenak, kemudian perlahan-lahan berpaling kekamar tawanan It-hu Sianseng katanya dengan nada suara dingin.

   "To Lok Thian, apa kau maSih ingat hutang lama pada dua puluh tujuh tahun berselang?"

   It-hu Sianseng sedikitpun tak begerak suara menggerosnya semakin keraS. orang berpakaian emas itu tiba-tiba mendongaKkan kepala dan tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata.

   "Heh, heh, tak kusangka kau To Lok Thian ternyata mempunyai kesabaran luar biasa benar-benar diluar dugaanku"

   Suara tertawa nyaitu demikian nyaring dan tajam, ketika masuk kedalam telinganya masih mengaung tak hentinya, Suara itu seolah-olah jarum tajam yang menusuk telinga, beberapa ekor burung yang hinggap di tebing itu juga terjatuh oleh Suara tertawa tadi, dan lekas- lekas terbang lagi keluar lembah.

   Tay-giam-ong yang berdiri dibelakangnya tampak mengerutkan alisnya, ia mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuk bahunya seraya berkata.

   "Laohia, barang siapa yang masuk kedalam rumah penjara ini, tidak boleh menimbulkan ribut-ribut, kalau kau masih tertawa lagi, aku terpaksa akan mengusir kau keluar"

   In-jie dari kamar nomor sembilan berseru sambil tepuktepuk tangan.

   "Betul Lekas usir dia keluar"

   Tay-giam ong menggerendeng sendiri, berpaling seraya membentak.

   "Kau juga tidak boleh berteriak-teriak begitu. Kalau kau berani lagi....."

   "Kalau berani berteriak lagi apa kau juga akan mengusir aku keluar?"

   Tay-giam-ong tercengang, kemudian membentak dengan nada suara marah.

   "Kalau berani berteriak-teriak lagi, akan kuhukum atau tidak memberikan makan kepadamu tiga hari"

   Cin Hong terkejut mendengar ucapan itu, buru-buru berkata kepada In-jie.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"In-jie janganlah kau berteriak-teriak lagi."

   Orang berpakaian warna emas sikapnya tetap dingin sombong seperti tadi, seolah-olah tak mendengar peringatannya tay-giam ong.

   Saat itu kembali berpaling kekamar It-hu Sianseng Seraya berkata^ "To Lok Thian- benarkah kau tak berani membuka suara sama sekali?"

   Cin Hong yang mendengar ucapan orang berpakaian warna emas itu menghina gurunya, ia telah lupa peraturan tidak boleh ribut-ribut didalam rumah penjara, dengan tibatiba tangannya bergerak menyerang orang berpakaian warna emas, terdengar suara bentakannya yang keras.

   "Kau berani menghina suhuku? Sekarang akan kuberi hajaran kepadamu"

   Gerakannya tadi adalah salah satu gerakan dari ilmu silat pelajaran suhunya, gerakan tangan itu memang indah sekali, apalagi terpisah dengan jarak sangat dekat, ia mengira dengan Serangannya yang mendadak itu, pasti dapat memukul jatuh orang itu.

   Diluar dugaannya, selagi jari tangannya hendak menyentuh bagian jalan darah orang itu, mendadak dibaWah ketiaknya dirasakan kesemutan, dan tangannya sesaat itu lantas dirasakan telah menjadi keplek.

   tidak bertenaga lagi.

   Dalam terkejutnya, buru2 mengangkat tangan kirinya untuk melindungi dadanya sendiri, bersamaan dengan itu ia lantaS lompat mundur Sstu langkah.

   orang berpakaian warna emas itu tidak mengejar, hanya matanya saja yang memancarkan sinar aneh, sambil tersenyum ia menatap Cin Hong, katanya lambat-lambat.

   "Kau pemuda ini sesungguhnya terlalu gampang marah, cobakau lihat mataku, mirip tidak dengan seorang musuhmu?"

   Perkataan itu diucapkan dengan nada suara sangat merdu, seolah-olah mengandung kekuatan gaib yang tidak dapat ditolak.

   membuat Cin Hong tanpa sadar sudah menurut perintah untuk mengawasi sepasang matanya.

   Memang benar, sepasang mata itu demikian jernih, Sedikitpun tidak mengandung maksud jahat, bahkan seperti mata seorang ibu yang penuh kasih sayang.

   orang berpakaian watna emas itu kemudian berkata pula.

   "Aku tahu selama beberapa hari ini kau tidak biSa tidur enak. itu disebabkan karena kau memikirkan Suhu dan SumoaymU, Sehingga pikiranmu jadi terganggu. Sekarang kau harus tidur nyenyak Sebentar. Kau lihatlah pemandangan disini, betapakah indahnya, angin disini betapa sejuknya, ditempat seperti ini kalau kau bisa tidur nyenyak. malah baru boieh dibilang merupakan Suatu kenikmatan bagi manusia hidup, Baik, sekarang pejamkanlah matamu periahan-lahan- Tiduriah, tidurlah....."

   Ucapan yang terakhir kedengarannya begitu lunak dan merdu, benar saja Cin Hong lantaS merasa mengantuk.

   dalam hatinya berpikir selama beberapa hari ini memang benar-benar ia tidak bisa tidur enak, memang harus tidur sebentar.

   oleh karena pikirannya demikian maka rasa kantuknya semakin menjadi-jadi, tak disadarinya ia menguap beberapa kali, dengan letih menyenderkan tubuhnya kesamping dinding lembah.

   kemudian duduk ditanah dan tidur dengan nyenyaknya ..., Entah berapa lama sang waktu berlalu, dalam keadaan samar-samar, tiba-tiba kepalanya diketuk orang perlahan, hingga ia terkejut dan mendusin- Mana kala ia membuka mata, didapatkannya darinya rebah diatas tanah dalam ruangan tamu penguasa rumah penjara rimba persilatan, Sedang disamping berdiri penguasa rumah penjara rimba persilatan bersama murid perempuan penguasa rumah penjara itu, Leng Bie Sian Bukan kepalang terkejutnya Cin Hong kali ini, ia buru buru lompat bangun, kepalanya nengok kekanan kekiri, dengan terheran-heran ia berkata.

   "Eh Bagaimana sampai aku bisa tidur ditempat ini ?"

   Leng Bie San tertawa geli, ia berkata sambil mendekap mulutnya dengan lengan bajunya.

   "Kau tadi telah terperdaya oleh orang berpakaian warna emaS itu. Jikalau Suhu tidak keburu menolongmu, barang kali kau akan tidur tiga hari lamanya "

   Cin Hong sekarang baru sadar. Dalam hati ia begitu marah, segera lompat kedekat jendela untuk melongok keluar sambil bertanya.

   "Dan kemana sekarang orangnya?"

   "Sudah diusir keluar oleh suhu"

   Menjawab Leng Bie sian sambil tertawa. Cin Hong memutar tubuh mengawasi penguasa rumah penjara rimba persilatan seraya bertanya.

   "Mengapa kau tidak menangkap dia dan masukkan kedalam penjara?"

   "Dengan hak apa aku harus menangkap ia dan dmasukan dia kedaiam penjara? Yang bertindak memukul dahulu adalah kau. Kalau diuSUt benar-benar persoalan ini, yang harus masuk penjara sebaliknya adalah kau sendiri"

   Jawab penguasa rumah penjara.

   Cin Hong diam-diam terkejut, ia tidak berani banyak bicara lagi, buru-buru berjalan menuju kemeja persegi mengambil kuasnya untuk meneruskan lukisannya yang hampir selesai.

   Penguasa rumah penjara rimba persilatan berjalan kebelakang dirinya untuk menyaksikan ia melukis.

   berkata dengan mengandung maksud tidak baik.

   "Seandaian Sumoaymu tidak dipindahkan kekamar penjara Naga, lukisan ini barangkali tidak akan selesai untak selama-lamanya"

   Wajahnya Cin Hong menjadi merah, ia berkata sambil mengangkat pundak.

   "Kau jangan banyak bicara Setelah aku menyelesaikan lukisan ini aku hendak minta diri"

   Penguasa rumah penjara itu berdiam sejenak kemudian berkata seolah-olah terhadap dirinya sendiri^ "Sungguh aneh, Sumoaymu waktu pertama kali menantang bertanding, satu juruspun tidak Sanggup menahan seranganku, tetapi dalam pertandingan yang kedua kalinya ia anggup menyambut sampai lima kali, ini apa sebabnya?"

   Cin Hong diam-diam merasa geli, tetapi ia tak berani mengatakan bahwa itu adalah pelajaran ilmu Silat yang didapat dari orang tua gila itu, saat itu ia hanya berkata sambil angkat pundak lagi.

   "Apakah kau tidak dengar sewaktu ia bertanding denganmu, tidak berhentinya memanggil aku satu kali, ia dapat menyambut seranganmu satu kali"

   "Hem..Jadi, lebih hebat daripada kepandaian ilmu silatku?"

   Cin Hong tidak menghiraukan, ia meneruskan lukisannya dengan tenang, setelah selesai, ia meletakkan kuasnya dan berpaling seraya bertanya.

   "Mirip atau tidak?"

   "Bagus"

   Menjawab penguasa rumah penjara rimba persilatan singkat. Cin Hong menjura seraya berkata "Kalau begitu, sekarang aku hendak mohon diri saja"

   "Apakah kau tega berpisahan dengan sumoaymu?"

   Cin Hong tidak mau menunjukan sikap lemah, katanya dengan tegas.

   "Mana bisa tidak tega? Kami toh bukan apaapa ... ,"

   KATA-KATA selanjutnya ia merasa tidak enak mengucapkannya, terpaksa bungkam. Panguasa rumah penjara rimba persilatan tertawa-tawa dan bertanya lagi, Cin Hong berpikir sebentar, katanya sambil tersenyum.

   "Apakah aku masih boleh main- main beberapa hari lagi disini?"

   "Terserah kau saja Kau ingin main- main lagi berapa hari boleh tinggal disini sebegitu hari juga"

   "Mengapa kau memperlakukan aku demikian baik?"

   Penguasa rumah panjara rimba persilatan mengawasi lukisan Cin Hong yang ditempel didinding, kemudian berpaling seraya katanya.

   "Sebab lukisan yang kau lukiskan untukku. Sudah membuat aku merasa puas."

   "Aku memang benar ingin main- main lagi beberapa hari, hanya sebaiknya kau tetapkan saja batas waktunya, sepuluh hari atau delapan hari."

   Leng Bie Sian segera menyelak.

   "Terserah kepadamu. Kalau sepuluh hari bagaimana?"

   Cin Hong menampak sepasang mata gadis itu penuh kasih sayang, hingga hatinya tergoncang, buru-buru bertanya kepada penguasa rumah penjara.

   "Kalau sepuluh hari, bagaimana?"

   "Tadi sudah kukata, terserah kepadamu saja ingin berapa hari juga boleh"

   "Tapi kau tidak boleh menyesal"

   "Mengapa aku harus menyesal"

   "Itu tidak baik Maksudku ialah hendak mempertahankan hakku sepuluh hari ini "

   "Maksudmu apakah hari ini kau harus pergi, dan lain kali kau akan balik lagi dan berdiam disini sepuluh hari lagi?"

   "Ya Karena kau sudah menerima baik, maka tidak boleh menyesal lagi"

   Berkata Cin Hong sambil menganggukkan kepala dan tertawa. Leng Bie Sian agaknya merasa keCewa, ia hanya dapat mengeluarkan ucapan "ouw"

   Saja, lantas tidak mengatakan apa-apa lagi. Penguasa rumah penjara mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata.

   "Baik, baik Kau sibocah ini diluarnya kelihatan jujur, tidak tahu didalam otakmu banyak sekali tipu daya... ."

   Selewatnya tengah hari, Cin Hong datang lagi kekamar penjara Naga untuk mohon diri kepada suhu dan subonya.

   Setelah itu ia juga lantas pamitan kepada fn-jie, sekalian untuk minta kembali anak kunci berukuran huruf Llong yang beberapa hari berselang diberikan kepada gadis itu untuk disimpankan, kemudian oleh seorang petunjuk jalan dari rumah penjara itu ia diajak keluar dari rumah penjara dalam lembah itu.

   Ketika tiba dipos penghabisan, kembali Cin Hong bertemu dengan Thiat-oe Siangsu.

   Kalau dahulu sewaktu masuk gunung ia harus berurusan dulu dengan Thiat-oe Siangsu, kini diwaktu turun gunung petugas itu malah berlaku baik sekali kepadaya, buru-buru menarik kuda yang In-jie titipkan kepadanya, dan mengeluarkan sepucuk surat diberikan kepadanya sambil berkata.

   "cin siohiap. ini adalah surat yang ditinggalkan untukmu oleh pengemis keCil itu, dia baru saja pada satujam berselang berlalu dari sini "

   Cin Hong menerima Surat dan dua ekor kuda sambil mengucapkan terima kasih, ia lantas naik keatas kuda. dan berkata sambil tersenyum.

   "Sudlkah kiranya Thiat siangsu tolong aku melakukan sesuatu?"

   Thiat-oe Siangsu adalah seorang yang Sangat Cerdik.

   Sejak enam hari berselang ia menahan masuknya orang tua gila itu keatas lembah, ia telah melihat Cin Hong bersama Leng Bie Sian berdua berdiri dijendela ruang tamu Penguasa rumah penjara, dalam hati segera menduga beberapa bagian, bahwa murid perempuan Penguasa rumah penjara itu mungkin sudah jatuh hati kepada pemuda itu, maka buru-buru mengembalikan rantai emas yang dahulu diberikan padanya, selama beberapa hari ini ia merasa takut apabila Cin Hong mengadukan perbuatan korupsinya kepada penguasa rumah penjara maka hari ini ketika melihat ia turun gunung,baru tahu benar bahwa ia tidak mengadukan perbuatannya, hingga dalam hati merasa sangat berterima kasih.

   Pada saat itu ketika mendengar ucapan Cin Hong minta tolong kepadanya sudah tentu ia tidak berani menolak.

   cepat-cepat menjura dan berkata sambil tertawa "Cin Hong siaobiap ada urusan apa-apa silahkan perintahkan saja, aku bersedia melakukan perintahmu.

   ..."

   Cin Hong juga tahu apa sebab sikap Thiat oe Siangsu itu berubah seratus delapan puluh derajat, dalam hati diamdiam memandang rendah kepada orang itu, Saat itu ia berkata sambil menunjuk kekudanya sendiri.

   "Tidak ada urusan yang penting, hanya minta supaya Thiat Sangsu tolong menjagakan kudaku ini, nanti setelah Sumoayku berhasil menyambut serangan Laucu sampai sepuluh kali dan keluar dari penjara, kuda ini tolong kau Serahkan kepadanya"

   Thiat-oe Siansu berulang ulang menganggukkan kepala, dengan mata terbuka lebar ia bertanya^ "Hendak keluar dari Rumah penjara melalui prosudure melakukan pertandingan? Dari mana ia memiliki kepandaian serupa itu?"

   "Ada kemungkinan, apakah kau tidak melihat kemarin ia dipenjarakan dlkamar penjara Ular, tetapi kali ini sudah dipindahkan kekamar tawanan Naga?"

   Thiat-oe Siansu ternyata masih belum tahu kejadian itu, ketika mendengar ucapan itu, sangat terkejut, hingga saat itu matanya terbuka lebar dan mulutnva ternganga.

   Cin Hong hanya ganda dengan senyuman lalu menjura kepadanya, dan setelah itu ia bedal kudanya keluar daripintu gerbang Rumah penjara, dengan mengikuti jalanan pegunungan ia melarikan kudanya, ketika ia berpaling sudah tidak melihat pintu gerbang, barulah menghentikan kudanya dan mengeluarkan surat Can Sa-jie yang ditinggalkan untuknya, ia membuka dan membaCa isinya, didalam surat itu tertulis.

   Pro.

   Saudara cin- Pengemis keCil ini tidak berhasil mencegah SUmoaymu masuk kerumah penjara untuk menantang bertanding, disini ku-ucapkan rasa menyesal yang sangat terhadapmu.

   Kita tiga anak-anak keCil luar biaSa dari rimba persilatan baru pertama kali turun kemedan pertempuran, ternyata sudah mengalami kegagalan, kalau begitu harapan kita sudah agak buyar.

   Aku tahu kaupasti merasa sangat Cemas.

   Sebetulnya, aku ingin menunggu kau keluar untuk merundingkan Caranya menolong sumoaymu.

   Apa mau aku telah melihat Hoong (dari mulut Thiat-oe Siansu aku dapat mengetahui dia adalah Ho ong) ada membawa keluar sepasang suami istri dari Lo-hu San dan turun gunung.

   Aku pikir hal itu pasti akan membawa akibat hebat.

   Ho-ong telah membentuk golongan Kalong, lantas menolong keluar satu persatu kawan iblis rimba Persilatan dari rumah penjara ini, yang akan dijadlkan pembantu atau kaki tangannya dengan demikian maka seluruh rimba persilatan barang kali akan mengalami bencana besar.

   oleh karenanya, maka aku telah mengambil keputuSan untuk mengikutinya secara diam-diam, apabila aku dapat mengetahui markas golongan Kalong itu, sedikit banyak akan merupakan suatu keuntungan bagiku.Jikalau kau sudah meninggalkan rumah penjara rimba persilatan dan tidak suka kembali Ke kota Ha ng-chiu untuk menjadi sastrawan lagi, tidak halangan kau coba melakukan petualangan, disepanjang jalan aku meninggalkan tanda gambar burung sebagai kode rasanya kau boleh ikuti saja gambar kepala burung itu kalau hendak mengetahui jejakku.

   Bila kau melihat lukisan burung yang kutinggalkan itu merupakan gambar burung terbang, ini suatu tanda bahwa jejakku telah diketahui oleh musuh, juga berarti musuh sebaliknya Sedang mengejar jejakku.

   Jadi aku butuh pertolonganmu.

   Kau tahu bila aku tertangkap oleh kawanan siluman perempuan itu mereka Sudah tentu tak akan timbul perasaan suka terhadapku, diriku pasti akan dibuat permainan, atau dicincang oleh mereka Ho-ong dan sepasang suami istri Lo-hu-san itu sudah berjalan sangat jauh, aku perlu lekas pergi mengejar hingga tidak dapat menulis lebih banyak lagi.

   Sampai bertemu kembali dari Sahabatmu.

   can-sa-jie."

   Sehabis membaCa surat itu, yang dipikir Cin Hong semula ialah hendak pergi dulu ke gucung oey-san untuk menyampaikan pesan It-yang-cie Siauw canJin.

   Tapi kini, karena Can Sa-jie meninggalkan Surat perintah ia mengikuti jejak dan kegiatannya PangCu golongan Kalong.

   apa bila sekarang ia tidak mengejar, dan seandai pengemis keCil itu mendapat bahaya, ia sendiri bukankah akan menjadi seorang durhaka dan tidak setia kaWan terhadap Sahabatnya? oleh karenanya, maka ia lalu membatalkan maksud yang semula, dan merobah tujuan.

   ia mulai pergi mengejar can- Sa-Jie....

   Ia melarikan kudanya perlahan-lahan Sambil pasang mata.

   Benar Saja, disepanjang jalan ia menemukan tandatanda kode yang ditinggalkan oleh Can Sa-jie, kode-kode itu ada juga yang dilukis diatas pohon, atau disebuah batu besar ditepi jalan- Hampir Setiap lalu dua pal tertampak lukisan gambar seekor burung.

   Ia larikan kudanya menurutarah yang ditunjuk oleh kepala burung itu.Jalan-jalan yang dilalui semuanya merupakan jalan belukar dan sepi sekali.

   DiWaktu lohor, ia memasuki daerah pegunungan.

   Semakin masuk semakin dalam, pada akhirnya kepala burung menunjuk kearah sebuah puncak gunung yang menjulang tinggi, ia terpaksa turun dari atas kudanya dan mendaki puncak gunung yang tinggi.

   Mendaki Sampai ditengah tengahnya, pandangan matanya tertuju kepada sebuah batu besar, tiba-tiba hatinya dirasakan berdebaran sesaat merasa tegang.

   Kiranya, diatas batu besar itu kembali terdapat gambar kode seekor burung yang ditinggalkan oleh can-sa-jie kepala burung menujur kesebuah rimba lebat diatas gunung itu, tetapi burung itu mementangkan sayapnya, ini suatu tanda bahwa tindakan Can Sa-jie yang mengikuti jejak musuh sudah kepergok dan Kini sebaliknya malah ia sendiri yang sedang dikejar oleh musuh-musuhnya.

   Siapakah yang mengejarnya? Sudah tentu Pangcu golongan Kalong itu PangCu itu seorang yang sangat hebat, diwaktu didalam rumah penjara Cin Hong pernah diperdayakan olehnya sehingga ia tertidur pulas, kemudian dari Suhunya ia mendapat keterangan, bahwa ilmu itu merupakan suatu ilmu sihir yang sangat lihay.Jikalau orang tidak memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna terkena ilmu itu pasti akan tergelincir dibawa ilmunya.

   flmu tenaga dalam Can Sa-jie tidak lebih tinggi daripadanya sendiri, sudah tentu tidak mUngkin dapat melawan ilmu sihir PangCu dari golongan Kalong itu.

   Seandai tertangkap oleh PangCu itu, sudah tentu sangat berbahaya.

   Semakin dipikirnya semakin takut, meskipun ia sendiri andaikata dapat mengejar Can Sa-jie juga cuma-cuma.

   Tetapi berdasarkan atas perhubungan kesetia kawanan, sudah tentu ia tak boleh mundur.

   Saat itu juga ia segera lari menuju ketempat yang ditunjuk oleh gambar kepala burung tadi.

   Rimba itu benarbenar sangat lebat, disitu terdapat tumbuhan rumput berduri, berjalan kira-kira setengah pal, tak jauh dari tempat rombongan rumput, tampak pakaian rombengan can-sa-jie, seolah-olah orang terluka dan sedang mendekam ditanah.

   Cin Hong terkejut, dengan Cepat lari menghampiri.

   Ia berseru kaget.

   Kiranya, itu bukanlah Can Sa-jie, melainKan pakaiannya yang rombeng Baju hitamnya yang Sudah banyak tambalan, ditaruh demikian rupa digerombolan rumput.

   kalau dilihat dari jauh mirip benar seperti orang yang tengkurap ditanah.

   Bagaimana pakaiannya bisa dilepas dan diletakkan disitu? orangnya kemana pergi? Hal apakah karena ia dikejar-kejar sudah hampir tidak dapat meloloskan diri, dan tidak keburu meninggalkan kode, terpaksa membuka pakaiannya, untuk dijadikan tanda, supaya aku dapat melanjutkan pengejaranku? Cin Hong mengambil pakaian hitam itu untuk diperiksanya, tetapi ia tidak dapat menemukan tanda-tanda apapun, terpaksa terus berjalan, tetapi sepanjang jalan itu ia tidak menemukan lagi kode yang ditmggalkan can-si-Jie.

   Tak lama kemudian, hari sudah malam.

   dalam rimba keadaannya semakin seram, meskipun ia memiliki kepandaian ilmu silat, tetapi karena anak-anak berdiam dikota Hang-ciu yang ramai, belum pernah keluar pintu jauh-jauh seorang diri, dan sekarang ia harus berada didalam rimba gelap gulita seorang diri, bagaimanapun juga pikirannya merasa tidak tenang.

   Pikirannya malam itu walaupun perut lapar masih tidak menjadi soaL.

   Tetapi jikalau harus bermalam di rimba belukar, bagaimana kalau menjumpai binatang liar.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Selagi ia kebingungan sendiri, dari dalam rimba sebelah kiri tiba-tiba tampak sedikit sinar lampu.

   Ia girang sekali karena disitu terdapat Sinar lampu sudah pasti ada rumah orang.

   Kalau itu benar, maka ia pikir malam itu akan minta bermalam satu malam saja, dan besok melanjutkan perjalanannya lagi.

   Ia lalu memperCepat langkahnya berjalan menuju kearah yang terdapat sinar lampu tadi.

   Berjalan beberapa puluh tombak.

   rimba itu nampak semakin lebat, jalanan juga tidak lurus lagi, jadi merupakan jalanan berliku-liku.

   Dengan jalan demikian ia berjalan beberapa tempat, dengan tiba-tiba kehilangan arah, sinar lampu tadi Sudah tidak tampak lagi Ia lalu lompat keatas pohon untuk mencari-cari, ternyata sinar lampu tadi sudah berada dibelakang dirinya.

   Beberapa kali ia berusaha mendekati sinar lampu itu, tetapi selalu tidak berhasil, sehingga matanya menjadi berkunang-kunang sendiri.

   Ia tahu bahwa itu disebabkan karena adanya banyak pohon-pohon didalam rimba.

   Ia berusaha lagi mencari dari atas pohon, tetapi didalam gelap itu ia tidak menemukan tempat untuk berpinjak.

   Karena ia takut sampai terjebak oleh akal orang jahat, ia berlaku sangat hati-hati sekali.

   Ia sejak anak-anak sudah digembleng oleh It-hu Sianseng, tidak perduli menghadapi urusan bagaimana pun gawatnya, ia selalu dapat berlaku tenang dan tabah.

   Kali ini beberapa kali ia gagal dalam usahanya mendekati sinar lampu itu.

   dan toh masih belum merasa putus asa, ia berdiri.

   Sambil mengatur pernapasannya, dalam hati sudah mengambil keputusan untuk beristirahat sebentar kemudian mencari lagi, sebelum mendapatkan tempat yang dicari itu ia tidak akan berhenti, Pada saat itu, dari tempat sejauh tiga tombak lebih, terdengar suara ringan seolah-olah sebuah batu kecil yang disambitkan keatas pohon.

   Dalam terkejutnya, ia coba mencari- cari dangan pandangan matanya kearah datangnya suara tadi, tetapi tidak dapat menemukan apa-apa hingga hatinya merasa kesal sendiri.

   Kembali terdengar suara "Serrr"

   Beberapa kali, Suara itu bahkan terdengar dihadapannya sejauh dua tombak.

   Ia tahu ada apa-apa terjadi disitu.

   Sekali lagi ia lompat kearah datangnya suara tadi Baru Saja kakinya menginjak tanah, dari arah kirinya sejauh satu tombak lebih, terdengar pula suara tadi.

   Dalam hatinya terkejut dan timbulah perasaan curiganya, dalam anggapannya itu pasti ada orang yang sedang memancing dirinya.

   Tetapi anehnya, ia tidak tahu siapa orangnya? Dan apa sebabnya orang tersebut berbuat demikian? Dengan maksud baik ataukah maksud jahat? Tetapi karena saat itu tidak menemukan jalan keluar, terpaksa hendak menuruti arah yang ditunjuk oleh suara tadi, untuk mencoba cari jalan keluar.

   Saat itu ia segera berjalan kekiri dari mana datangnja arah suara tadi.

   Benar saja, baru berjalan ketempat tadi.

   terdengar pula suara Serrr yang datang dari lain arah, ia berjalan berliku-liku demikian jauh, dengan tiba-tiba terbukalah pandangan matanya ditempat sejauh empat tombak dihadapannya, tertampak sebuah rumah atap.

   Gubuk itu, sekitarnya diputari oleh pagar bambu pendek, diatas pagar itu terdapat tanaman merambat, dengan buahnya yang besar seperti buah labu yang besar-besar, didalam pekarangan yang dikitari oleh pagar bambu, terdapat beberapa jenis tanaman bunga.

   Kalau ditilik dari keadaannya, penghuni rumah itu tentunya adalah orang yang sengaia telah mengasingkan diri ditempat yang tenang ini.

   Akan tetapi keadaan gubuk itu kini ternyata tidak berada ditempat aman, ketika pandangan mata Cin Hong melalui pagar bambu tadi melongok kedalam, tampak didalam pekarangan ada seorang pria dan seorang wanita yang sedang bertanding melawan seekor monyet berbulu putih.

   Dua orang itu ternyata adalah sepasang suami istri dari golongan Lo-hu-pay yang tadi pagi ditolong dan dikeluarkan dari Rumah Penjara Rimba persilatan oleh orang berbaju emas, mereka dua orang melawan seekor monyet putih, sudah tentu lebih ungguL Monyet putih itu sangat lincah sekali gerakannya, bahkan seperti mengerti ilmu silat dengan sendirian melawan dua tokoh kuat dari golongan Lo-hu, menggunakan sepasang tangannya dengan gerak tipunya yang luar biasa.

   Sedang keadaan dalam gubuk itu, tampak sebuah pelita sebentar-sebentar digeser, dari lobang jendela kadang tampak sesosok bayangan orang, suara gaduh didengar didalam seperti ada orang sedang mengaduk-aduk mengadakan pemeriksaan....Cin Hong menyaksikan dengan diliputi oleh berbagai keheranan dan pertanyaan, tiba-tiba terdengar suara Pa cap Nio yang sedang bertempur, berkata pada suaminya "Jangan kau lukai dia.

   Aku hendak memelihara binatang Cerdik ini"

   Terdengar suafa jawaban suaminya sambil tertawa terhahak-bahak.

   "Kau melihat apa saja Selalu mau. Ketahuilah kau olehmu, bahwa kerdudukan kita selanjutnya adalah dibawah perintah orang, tak lagi seperti dulu lagi yang boleh berbuat semaunya... ."

   Pa cap Nio dengan kakinya menyerang bagian bawah monyet putih itu, berkata dengan tertawa terbahak-bahak^ "Monyet, mengapa kau harus mempersulit kami? Lekaslah menyerah seCara baik- baik, aku nanti akan melihara dirimu"

   Monyet putih itu seolah-olah mengerti bahasa orang, sepasang biji matanya yang merah memancarkan sinarnya yang berapi-api, dari mulutnya mengeluarkan suara cecowetan berulang-ulang, sedang tangan dan kakinya tetap bergerak-gerak.

   ia terus melawan dengan gagah, Sedikitpun tidak mau dengar ucapan orang-orang itu.

   Pertempuran kedua pihak berlangsung dengan sangat serunya, sementara itu Pa cap Nio sudah berkata lagi kepada suaminya.

   "Monyet putih ini sungguh hebat. Apa kau sudah mengenali ilmu silat yang digunakan itu dari golongan mana ?"

   "Siapa yang tahu malam ini kalau kita tak bisa membunuh binatang ini, maka untuk selanjutnya sepasang suami istri dari golongan Lo-hu akan menjadi buah tertawaan orang luar?"

   Jawab Sang suami Sambil terus mencecar simonyet dengan serangan-serangan gencar.

   "Tadi aku sudah kata, jangan bunuh dia. Aku menghendaki binatang ini dalam keadaan hidup"

   Kata sang istri marah.

   "Tidak bisa. binatang ini adalah binatang jantan, aku paling benci pada monyet jantan"

   Berkata Sang suami dengan suara yang aneh.

   "Kau gila. Masakan terhadap monyet saji demikian besar cemburumu?"

   Kata Sang istri pula Sambil tertawa nyaring.

   Sisuami tidak mengatakan apa-apa, beruntung beberapa kali ia mengeluarkan serangannya yang sangat ampuh, tampaknya sudah begitu kuat tekadnya hendak membinasakan monyet putih itu.

   Monyet putih itu mengeluarkan suaranya cecuitan terus menerus, sedang tangan dan kakinya terus bergerak tanpa berhenti, agaknya sudah bertekad hendak melawan sampai mati.

   Namun oleh karena menghadapi dua musuh tangguh, gerakannya itu perlahan-lahan sudah mulai kendor.

   Pa cap Nio agaknya kuatir kalau sang suami benar-benar akan membinasakan monyet itu, beberapa kali ia bahkan turun tangan untuk menolong monyet itu dari kematian, katanya dengan suara marah.

   "Kalau kau berani melukai dia seujung rambutnya saja, untuk selanjutnya jangan kau minta diriku lagi"

   Sang suami yang mendengar ancaman itu buru-buru mengendorkan serangannya^ katanya marah- marah.

   "Perempuan busuk. Binatang ini hanya terdapat digunung Swat San, sifatnya buas susah dikendalikan, kau menghendaki dia sebetulnya untuk apa?"

   "Tidak untuk apa-apa. aku hanya Suka saja "

   Pada saat itu, dari dalam gubuk itu tiba-tiba mengepul asap tebal, dalam waktu sekejab mata dari sudut atap sudah mulai menjilat api yang berkobar besar Bersamaan dengan itu, dari dalam gubuk tampak meleSat keluar seseorang, orang itu ternyata adalah Pangcu dari golongan Kalong yang mengenakan pakaian warna emas dan memakai kedoK muka diwajahnya.

   Begitu keluar dari dalam gubuk.

   sudah ditanya olen suami Pa cap Nio.

   "Pangcu, Sudah ketemu atau belum?"

   Orang berjubah emas itu menggeleng-gelengkan kepala, jaWabnya dingin.

   "Mungkin benar tak ada barang itu"

   Sambil berkata, ia menyaksikan dua suami- istri itu agaknya tidak Sanggup membereskan seekor monyet, lalu mengeluarkan suara dari hidung dan kemudian berkata dengan sikap mengejek.

   "Bagaimana? Kalian sepasang tokoh dari Lo-hu-pay, masih tak sanggup menangkan seekor monyet?"

   Kie-lin merah jadi malu ditegur sehingga mukanya benar- benar menjadi merah. katanya dengan suara keras.

   "Siapa kata? Jikalau isteriku tidak mengingini monyet ini untuk dipeliharanya, sudah sejak tadi kuhajar mampus dia"

   "Kalau begitu, biarlah aku bertindak sendiri."

   Kata orang berjubah emas dingin kemudian badannya bergerak kehadapan monyet putih, dengan mengangkat tangannya, dari jari tangannya meluncur serangan kekuatan tenaga dalam yang menotok ketenggorokan monyet tadi.

   Monyet putih itu mengeluarkan suara jeritan ngeri badannya lompat setinggi dua tombak lebih, kemudian jatuh lagi, mulutnya teruS merintih-rintih, sedang sekujur badannya gemetaran tampaknya sudah tidak bisa hidup lagi.

   Pa cap Nio Segera lompat menghampiri untuk memeriksa sejenak, tiba-tiba berkata kepada orang berjubah emas dengan nada suara marah.

   "Hei Mengapa kau binasakan monyet Cerdik ini?"

   Orang berjubah emas itu berdiri sambil berpeluk tangan, sedang sepasang matanya memancarkan Sinar buas, memandang kepada wanita itu sejenak. katanya sambil tertawa dingin.

   "Pa Tongcu, kau panggil aKu apa?"

   Pa cap Nio seolah-olah baru sadar, ia mengeluarkan suara "Aaa"

   Wajahnya yang hitam manis tampak berubah, ia bangkit lagi dan memberi hormat kepadanya, sedang dari mulutnya memanggil perlahan-"Pangcu "

   Sikapnya itu demikian meng hormat danpatut dikasihani, seolah-olah seorang anak kecil yang habis menerima dampratan dari ayah bundanya.

   Kie-lin merah yang melihat isterinya mendapat perlakuan demikian, diwajahnya terlintas perasaan marah, ia berkata sambil memberi hormat kepada orang berjubah emas.

   "Pangcu, kami suami istri sudah kau tolong keluar dari rumah penjara rimba persilatan sisa hidup kami ini sudah kami sediakan Untuk mendengar perintahmu. Tetapi aku masih mengharap. berlakulah sedikit baik terhadap kami."

   Orang berjubah emas tertawa mengejek. tiba-tiba melesat dan keluar dari pekarangan. kemudian menghilang kedalam rimba, sedang mulutnya masih berkata.

   "Jangan banyak bicara lagi, ayo ikut aku"

   Sepasang suami istri itu saling berpandangan sejenak, kemudian lompat melesat keluar dari pekarangan, Sebentar saja sudah menghilang ditelan kesepian.

   Sementara itu api yang berkobar digubuk tadi semakin besar, hingga keadaan disekitarnya terang benderang.

   Cin Hong sambil menahan napas menyaksikan kebakaran itu, dari tempat persembunyiannya, ia menunggu sampai orang berjubah emas dan sepasang suami istri golongan Lo-hu itu pergi jauh, baru berani keluar dan lompat masuk kedalam pekarangan, hendak menghampiri monyet putih yang terluka itu, Monyet itu sepasang matanya masih bisa berkedip-kedip.

   sedang mulutnya mengeluarkan darah, ternyata masih belum mati.

   Ia melihat kedatangan Cin Hong, mulutnya dibuka hingga tampak nyata dua baris giginya yang putih bersih, mulutnya mengeluarkan suara CeCuitan, agaknya sedang marah, tetapi juga seperti sedang meminta pertolongan.

   Cin Hong mengeluarkan tangannya mengusap-usap kepalanya, kemudian dipondongnya dan dibawa agak jauh dari tempat kebakaran itu.

   Disana ada sebuah sungai keCil yang mengalirkan air yang jernih, ia rebahkan monyet itu ditanah, selagi hendakk mengambil air jernih Untuk memberi minum monyet itu, dari belakangnya badannya terdengar suara orang yang menegur.

   "Apa masih belum mati?"

   Ciin Hong terkejut, buru-buru melakukan sera ngan tangannya kebelakang, disamping itu ia Sudah lompat meleset kedepan sejauh Setombak lebih, seCepat kilat ia berpaling dan untuk melihat siapa orangnya yang menegur.

   Saat itu ia lalu berkata dengan suara girang.

   "Saudara cansa, kiranya kau"

   Memang tidak salah, orang yang berdiri didepannya itu adalah can-Sa-jie. Sambil tertawa-tawa gembira can-Sa-jie berjalan menghampiri monyet putih, kemudian berkata.

   "Monyet putih ini benar- benar hebat, ternyata sanggup melawan dua tokoh golongan hitam yang Sudah lama tersohor Kita harus tolong dia sedapat mungkin"

   Cin Hong buru-buru menghampiri dan berjongkok didepan monyet tadi, ia bertanya sambil angkat muka.

   "Gubuk itu sebetulnya dihuni oleh siapa? Mengapa seperti tidak ada orang yang melihat?"

   "Entah, mungkin orangnya sedang tidak dirumah."

   Menjawab Can Sa-jie sambil menggelengkan kepala.

   "Pangcu golongan kalong itu seperti Sedang mencari sesuatu, betul tidak?"

   "Barang kali ya. Aku juga belum lama tiba disini, apa yang kulihat mungkin lebih sedikit dari apa yang telah kau saksikan-"^ "Jadi kau baru saja Sampai?"

   "Ya Mereka telah mengetahui sedang ku intai, aku buruburu menggunakan siasat meninggalkan pakaianku ditengah jalan untuk menghindarkan perhatian mereka, baru saja aku memutar kembali, diluar dugaanku didalam rimba ini terjadi keanehan. Aku berputar-putaran setengah hari lamanya juga tidak dapat mencapai tujuanku, jikalau tidak ada orang yang diam-diam melemparkan batu menunjuk jalan- ..."

   Cin Hong terkejut hingga lompat bangun, katanya.

   "Hi? Aku tadi bahkan mengira bahwa kaulah yang melemparkan batu untuk menunjuk jalan bagiKu"

   "Kalau begitu, kau juga datang kemari atas petunjuk orang?"

   Cin Hong baru mau menjawab, dibelakang dirinya tibatiba terdengar suara "Serrr"

   Yang Sangat panjang sekali, agaknya ada orang yang melancarkan serangan dengan menggunakan senjata rahasia, maka buru-buru mengelak.

   Bersamaan dengan itu tangannya ditarik untuk menyambar, dan ternyata berhaSil menyambar buntut Senjata rahasia yang meluncur tadi, ia lalu membuka tangannya untuk melihat Senjata rahasia maCam apa itu, taktahunya Cuma sebutir pil berwarna hijau yang sangat harum baunya Can Sa-jie berseru dengan suaranya yang aneh, sepasang kakinya menjejak.

   bagaikan kilat cepatnya melesat ke dalam rimba, lari mengejar ke arah dari mana senjata rahasia pel tadi meluncur.

   Cin Hong berdiri tercengang, tiba-tiba tergerak hatinya, ia segera berjongKok lagi, memasukkan obat pel tadi kedalam mulut monyet putih, kemudian ia mengambil sedikit air jernih untuk mendorong obat itu masuk kemulut monyet itu.

   Tak lama kemudian, luka dalam monyet putih itu agaknya sudah sembuh sebagian besar binatang itu Sudah biSa bangun dan duduk.

   dengan meniru sikap orang duduk bersila, sambil memejamkan mata berbuat Seolah-olah sedang mengatur pernapasannya.

   Saat itu api yang membakar gubuk tadi sudah mulai padam, Cin Hong bang kit dan berjalan kedepan gubuk tadi untuk mengadakan pemeriksaan, namun ia tak mendapatkan tanda apa-apa yang dicurigai, terpaksa balik kembali kedepan Monyet putih tadi.

   Waktu itulah tiba-tiba terdengar suara Can Sa-jie dari dalam rimba.

   "Hei Kau orang dari mana? Lekas keluar, Kau harus tahu bahWa aku Can Sa-jie paling tak suka orang berlaku misteri dihadapanku"

   Cin Hong lalu berteriak kepadanya.

   "saudara can Sa , apakah kau tidak melihat orangnya?"

   Can Sa-jie agaknya tak mendengar ucapan Cin Hong itu, ia masih terteriak-teriak sendiri.

   "Saudara can Sa, apakah kau tidak melihat orangnya?"

   Can Sa-jie agaknya tetap tidak mendengar ucapan Cin Hong itu, ia masih berteriak-teriak.

   "Saudara, kalau kau tidak mau keluar lagi aku Can Sa-jie terpaksa akan menggunakan api untuk membaKar rimba ini."

   Cin Hong menganggap bahwa orang yang melepas senjata rahasia pel tadi belum tentu orang jahat, jikalau Can Sa-jie tidak sabar dan bermain terus-terusan bukankah sama seperti berbuat dosa terhadap orang yang tak bersalah? Maka buru-buru memanggilnya.

   "Saudara can, kau tidak boleh berbuat keterlaluanpada seseorang, pulanglah dulu"

   Can Sa-jie seolah-olah tidak dengar ucapannya, Ia masih berkaok-kaok sendiri dengan nada suaranya yang aneh^ "Bagus Kau saudara memang sengaja hendak main-main denganku Can Sa-jie? Jangan sesalkan kalau nanti aku Sudah memaki kau habis-habisan ?"

   Dalam hati Cin Hong diam-diam merasa cemas, ia bermaksud hendak masuk kedalam rimba untuk mencarikan orang itu, tetapi ia juga takut kalau didalam rimba itu nanti terjadi hal-hal yang diluar dugaannya, selagi dalam keadaan bingung, kera putih dihadapannya tiba-tiba, lompat keluar dari dalam pekarangan- dan menghilang kedalam rimba, maka ia lalu berseru kegirangan.

   dalam hatinya berpikir monyet putih itu sangat Cerdik, dan dia adalah peliharaan penghuni gubuk ini, sudah tentu mengenal baik seluk liku dan jalan-jalan didalam rimba itu, mungkin ia masuk kedalam rimba untuk mencari Can Sa-jie untuk diajaknya kembali.

   Tak disangkanya setelah menunggu sekian lama, tidak juga tambak kembali monyet putih itu bersama Can Sa-jie hanya terdengar suara Can Sa-jie yang maSih berteriak sendirian.

   "Tidak berani keluar bukanlah seorang jago"

   Dan sebentar lagi tedengar pula suaranya.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kalau kau ada nyali keluarlah untuk bertempur denganku "

   Semakin berteriak suaranya itu kedengarannya semakin jauh.

   Cin Hong takut kawan itu mendapat bahaya, Selagi hendak memanggil lagi, tiba-tiba tampak bayangan putih berkelebat dihadapannya, ternyata adalah monyet putih yang sudah kembali dihadapannya.

   Kedua tangan monyet putih itu membawa sebuah kotak besi penuh lumpur tanah, diatas tutupnya ada terdapat beberapa buah lie diberikan kepada Cin Hong dengan mulutnya cecowetan tidak berhentinya, maksudnya mungkin ia lah minta supaya Cin Hong suka makan buah itu.

   Cin Hong merasa amat senang, ia menyambut kotak besi bersama buah lie, kemudian mengeluarkan tangannya lagi untuk menepak-nepak bahu monyet itu seraya berkata sambil tertawa.

   "Saudara, apakah kau mengerti juga bahasa manusia ?"

   MOnyet itu menganggukkan kepala berulang-ulang, dengan tiba-tiba jatuhkan diri ditanah, dan tangannya menulis sebaris huruf yang terdiri dan empat suku kata tulisannya seperti Cekar ayam "Pek Ie Siao Su", yang berarti sastrawan berbaju putih.

   Cin Hong melihat monyet itu bisa menulis disamping terkejut juga merasa girang katanya^ "Apa?Jadi namamu adalah Pek Ie Siao-Su?"

   Monyet itu kembali mengangguk-angguk kepala sambil lompat- lompatan, tampaknya girang sekali. Cin Hong tertawa terbahak-bahak. ia betanya pula sambil menunjuk kearah gubuk yang sudah terbakar.

   "Dimana majikanmu? siapa namanya."

   Simonyet kembali menyoret-nyoret, terbacalah katakata.

   "KIAT HIAN"

   Diatas tanah.

   Dalam hati Cin Hong bukan kepalang terkejutnya, nama itu segera mengingatkannya kepada apa yang pernah dikatakan Suhunya, Bahwa pada tiga puluh tahun berselang Thay Pek Sianong Kat Phian Bin, yang mati didalam telaga thay pek tie, ada mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Kiat Hian, dengan julukannya kakek pengembara.

   Apakah Kiat Hian yang ditulis monyet itu adalah orang tersebut? Pada dewasa ini, orang-orang dari dua belas partay sedang mencari orang tersebut kemana-mana guna mencari kotak batu Gick yang sangat misterius itu.

   Tak disangkanya orang yang dicari itu telah mengasingkan diri ditempat ini.

   Sayang sekali tidak diketahui olehnya kemana perginya orang itu sekarang? "Pek Ie Siao Su, kemana perginya majikanmu itu?"

   Demikian ia bertanya kepada simonyet putih.

   Tetapi monyet putih itu hanya menggaruk-garuk kepala saja dan daun telinganya, sambil mencebulkan mulutnya, ia tidak dapat menulis kan huruf lagi, barang kali ia hanya dapat menulis nama majikannya dan nama sendiri, yang lainnya ia cuma dapat mengeluarkan dengan kata- kata yang tidak bisa dimengerti oleh Cin Hong.

   Cin Hong yang melihat sikap Cemas monyet putih itu, kembali menepuk-nepuk bahunya dan berkata sambil tertawa.

   "Kalau kau tidak dapat menulis, Sudahlah Saja. Sekarang, bantulah aku lebih dulu tunjukkan jalan kedalam rimba untuk mencari kawanku itu, dia barang kali sedang berputar-putaran didalam rimba, tidak dapat menemukan jalan kembali"

   Monyet putih itu untuk kedua kalinya lompat keluar dari dalam pekarangan bambu tadi, dan masuk kedalam rimba.

   Cin Hong lalu mencari suatu tempat yang agak bersih dan duduk.

   lalu meletakkan buah lie diatas tanah, ia mengambil kotak besinya dan diperiksanya dengan seksama, tampak kotak besi itu ada sebuah anak kunci dari kuningan seluruh kotak besi sudah penuh dengan tanah merah, jelas bahwa kotak besi itu digali dari dalam tanah berlumpur.

   Timbullah pertanyaan dalam hati sendiri.

   "Monyet putih itu menggali kotak besi ini dan memberikan kepadaku, entah apa isinya? Biarlah kubuka sebentar dan perikSa dahulu kalau ada barang berharga, akan kukembalikan lagi kepadanya^. Kotak besi itu meskipun dikunci dengan kunci kuningan, tetapi mungkin karena berada lama didalam tanah maka besinya sendiri sudah berkarat. Cin Hong dengan menggunakan sedikit kekuatan tenaga dalam, ia sudah berhasil membuka kotak besi itu dengan anak kuncinya didalam kotak besi itu ternyata terdapat se

   Jilid kitab dilapis dengan kulit binatang yang tipis, diatasnya terdapat tulisan merah yang berbunyi "TAY SENG HONG SIN SAN."

   Ia membuka lembaran kitab itu, diatas kertas terdapat huruf-huruf yang sangat dalam artinya bersama beberapa lukisan yang aneh setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata merupaKan se

   Jilid kitab peajaran ilmu kipas sejak masih keCil ia sudah dididik dalam pelajaran ilmu Silat oleh It-hu SianSeng, maka terhadap berbagai jenis ilmu silat, sudah tidak asing lagi baginya, Kini setelah ia membaca selembar demi selembar kitab yang dinamakan Tay Seng Hong Sin San itu, meskipun didalamnya banyak bagian yang sulit dan dalam sekali artinya, tetapi samarsamar masih dapat dipelajarinya, ia dapat merasakan bahwa ilmu kipas itu sangat dalam dan luar biasa sekali, hingga ia membacanya mulai tertarik dan kesemsem dalam pelajarannya yang baru itu, dengan demikian, Selembar demi selembar sudah dibaca....Waktu ia membaca dibagian dekat-dekat terakhir, tanpa disadarinya sudah bangkit dan melakukan gerakan dengan meniru tulisan dan lukisan dalam kitab itu, ia sendiri juga tidak tahu Sudah berapa kali dan berapa lama berbuat dan menirukan gerakan dalam pelajaran kipas itu, ketika mendadakan sekali terdengar Suara monyet cecuitan dengan kerasnya ia segera berpaling dan monyet putih itu bersama can-sa-jie sudah berdiri disampingnya sejarak satu tombak.

   Ia menjadi malu sendiri, hingga wajahnya menjadi merah, dengan mengasi kepada can-sa-jie berkata sambil tertawa.

   "Saudara can sa? Kau sudah menemukan orang yang kau kejar itu atau belum?"

   DiWajah Can Sa-jie menunjukan sikap terkejut dan heran, Sambil mengedip-ngedipkan matanya ia berkata.

   "Belum Eh, kau sedang berbuat apa disini?"

   Cin Hong merasa bahwa ia telah mencuri baCa kitab orang dengan tidak mendapat ijin orang yang punya, itu adalah suatu perbuatan yang tak dapat dibenarkan, maka buru-bura meletakkan kembali kepada monyet putih seraya berkata.

   "Ini kukembalikan kepadamu"

   Tetapi monyet putih itu menggeleng-gelengkan kepalanya, Sambil mengacungkan telunjuk tangannya ia menunjuk Cin Hong, sedang dari mulutnya terus mengeluarkan suara CeCewetan tidak berhentinya, agaknya hendak mengatakan bahwa kotak besi itu telah diberikan kepada Cin Hong.

   Cin Hong merasa terkejut dan juga girang.

   kini ia balas bertanya.

   "Maksudmu, apakah barang ini telah kau hadiahkan kepadaku?"

   Monyet putih kembali berulang-ulang mengangguk, tibatiba bersiul nyaring, kemudian menggerakan tangan dan kakinya.

   Kiranya, monyet itu juga pandai memainkan ilmu silat yang pernah dimainkan Cin Hong tadi, pelajaran dari dalam kitab yang tutupnya berlumpur itu Cin Hong yang memperhatikan gerakan monyet putih itu agak mirip dengan pelajaran ilmu kipas dari kitab Tay Seng Hong Sin San tadi, dalam, hati diam-diam merasa heran.

   Sementara itu Can Sa-jie sudah menanyakan kepadanya tentang in-jle yang masuk kerumah Penjara Rimba Persilatan guna menantang bertandinganCin Hong menceritakan kepadanya dari awal sehingga akhir, pada bagianpenutup ia berkata Sambil tertawa.

   "Saudara can-sa, mari kuperkenalkan kepada seorang tokoh kuat"

   Can Sa-jie celingukan matanya, ia bertanya.

   "Dimana? ia sudah datang apa belum?"

   "Bukan, yang kumaksudkan ialah seorang tokoh lain"

   "Siapa?"

   Bertanya Can Sa-jie heran- "Dia Tahukah Kau dia itu bernama apa?"

   Can-sa-jie mengawasi monyet putih, Sejenak. katanya sambil tertawa.

   "Dia bernama apa, bagaimana dapat dikatakan dia seorang tokoh kuat?"

   "Tadi dia pernah menuliskan namanya dan diperlihatkan kepadaku, dia itu bernama Pek Ie Siu SU"

   Can Sa jie kali ini benar- benar terperanjat dan terheranheran, katanya.

   "Pek Ie Siu Su? Seekor monyet dari mana dapat menggunakan sebutan Siu Su? Benar- benar sangat aneh?"

   Monyet putih itu barang kali mendengar ucapan Can Sajie yang agak tidak pandang mata padanya, lantas berkaokkaok seperti marah, ia lalu lompat kehadapannya dan mengulurkan lengan tangannya yang panjang kebahu can Sa Jie.

   can Sa jie buru-buru lompat minggir kesamping untuk mengelakan serangan tersebut.

   Siapa tahu sebelum ia mengelak.

   pundaknya sudah terkena serangan monyet itu dengan telak sehingga ia sampai mundur dua langkah baru berhasil menegakkan dirinya lagi.

   Dia adalah murid kesayangan ketua golongan pengemis can San-sian, kepandaian ilmu silatnya, di dalam kalangan Kang ouw sudah boleh digolongkan dalam tingkatan kelas satu, tetapi kali ini hanya dengan satu gerakan saja, oleh monyet putih itu sudah diserang dengan telak.

   kemana harus ia taruh mukanya? Maka saat itu segera mengeluarkan suara aneh dan sudah mulai bertempur dengan monyet putih itu....Dengan tenang monyet putih itu melayani Can Sa-jie, ia menyambut Setiap serangan Can Sa-jie dengan gerakannya yang aneh dan lincah, belum sampai sepuluh jurus, lengannya yang panjang sudah memukul dua kali bahu cansa- jie.

   Masih untung, monyet putih itu agaknya tidak pandang sebagai musuh.

   maka tidak menggunakan tenaga berat, setiap kali pukulannya mengenakan tubuh Can Sa-jie, mulutnya mengeluarkan suara cecowetan tidak berhentinya, Seolah-olah hendak mengatakan kepadanya.

   "Kau sudah mau menyerah atau tidak?"

   Can Sa-jie berulang-ulang menggeluarkan tenaga masih tidak berhasil untuk memperbaiki kedudukannya sendiri.

   Pada akhirnya, ia hanya sanggup melawan saja, tidak dapat melakukan serangan pembalasan lagi.

   Cin Hong khawatir Can Sa-jie nanti menjadi murka benar- benar, buru-buru berkata kepadanya sambil tertawa.

   "Saudara can-sa, kita seorang laki-laki kalau berbuat apaapa haruS seCara kesatria, kalah ya kalah, tidak boleh coba membandel terus-terusan"

   Can-sa-jie juga tahu bahwa monyet putih itu pasti mendapat didikan seorang berilmu tinggi, kalau pertempuran itu berlangSung terus, sudah tentu tidak menguntungkan dirinya sendiri, apa lagi bertempur dengan seekor binatang, sesungguhnya juga tidak ada harganya, maka saat itu ia terpaksa lompat keluar dari kalangan dan berkata dengan suara nyaring.

   "Pek Ie Siu Su, aku mengaku kalah"

   Monyet putih ketika mendengar ucapan itu segera menghentikan gerakannya, mulutnya terbuka lebar-lebar sambil tertawa kemudian mengulurkan tangan kanannya yang sebagai tanda hendak mengadakan perdamaian dengan cansa-jie.

   Can Sa-jie waktu itu sangat tak enak keadaaannya, Walaupun demikian, ia juga menyambut uluran tangan mooyet putih itu, setelah itu, ia berkata.

   "Pek Ie Siu Su, kau berapa tahun usiamu tahun ini"

   Monyet putih itu membolak balikkan sepasang tangannya hingga tiga kali, kemudian mengulurkan dua jari tangannya, dan membulak-balikan lagi empat kali. can-sa-jie terkejut dan berkata kepadanya.

   "Tiga puluh delapan tahun? Pantas kekuatan tenaga dalamnya demikian hebat Kau sudah kawin atau belum?"

   Monyet putih itu nampak melongo mendengar pertanyaan itu, sepasang biji matanya terus berputaran, tak dapat menjawab pertanyaan Can Sa-jie, agaknya ia masih belum mengerti apa maksud istilah kawin itu.

   Cin Hong yang menyaksikan kepandaian ilmu silat monyet putih tadi, semakin perCaya bahwa majikan monyet itu pasti seorang yang berilmu tinggi, dan kitab pelajaran ilmu kipas yang berada dalam kotak besi itu, pasti juga merupakan semaCam pelajaran yang hebat sekali.

   Diam-diam merasa girang, dibuka lagi kotak besinya dan dikelUarkan kitab dari dalamnya.

   Ia berjalan menghampiri Can Sa-jie Seraya berkata.

   "Saudara can-sa, Pek Ie Siu su ini menghadiahkan padaku kitab ini, mari kita pelajari bersama-sama^"

   Can Sa-jie baru hendak menyambuti kitab tersebut, monyet putih tadi tiba-tiba memperdengarkan suara cecowetan tidak berhenti-hentinya, seolah-lah hendak mengatakan tidak boleh Can Sa-jie membaCa isi kitab itu.

   Cin Hong agaknya mengerti kehendak Monyet itu, maka lalu Katanya sambil mengerutkan alis.

   "Pek Ie Siu su, sahabatku ini adalah seorang baik, mengapa kau tidak mengijinkan ia baCa kitab ini?"

   Monyet putih itu menunjukkannya sendiri, kemudian menunjuk Can Sa-jie, setelah itu ia lompat mundur beberapa langkah, kedua tangannya digerakkan sedemikian rupa hingga mirip orang sedang bertempur.

   Can Sa-jie terCengang menyaksikan sikap monyet itu, kemudian berkata sambil tertawa.

   "Maksudmu, apakah kau hendak memberikan padaku pelaaran ilmu Silat yang lain?"

   Monyet putih itu mengangguk-anggukan kepala, mengulurkan tangannya lagi dari jari tangannya menunjuk gubuk yang sudah terbakar habis itu kemudian ia jatuhkan diri dan berlutut sambil menganggukkan kepala.

   can-sa-jie kembali dikejutkan oleh sikap monyet itu, katanya^ "Kau minta aku supaya angkat majikanmu menjadi guru ?"

   Monyet itu kembali menganggukkan kapala. mulutnya dibuka lebar-lebar untuk tertawa.

   "Apakah majikanmu sudah mati?"

   Bertanya can-sa-jie heran-Monyet putih itu menggelengkan kepala, sikapnya tiba-tiba berubah manjadi sedih.

   "Apakah majikanmu sudah keluar pintu?"

   Bertanya pula Can Sa-jie.

   Monyet putih itu kembali mengangguk-anggukan kepalanya, dan mendadak melompat bangun, tangan dan kakinya digerak-gerakkan, kemudian menangis, seperti kelakuan orang gila layaknya.

   Cin Hong dan Can Sa-jie saling berpandangan sejenak.

   semua tidak dapat menduga maksudnya.

   Monyet putih itu setelah berlompat-lompatan dan menangis sebentar lantas berdiam kembali mengawasi Can Sa-jie dan menunjuk rumah itu.

   Can Sa-jie memiringkan kepalanya untuk berpikir Sejenak.

   pada akhirnya ia menggeleng-gelengkan kepala dan berkata sambil tertawa.

   "UruSan yang belum kumengerti tidak mau kuperbuat.Jikalau kau tidak mengijinkan aku belajar ilmu silat dari kitab dalam kotak besi itu, aku juga tidak butuh belajar lagi"

   Cin Hong merasa bahwa monyet putih itu tidak mengijinkan Can Sa-jie belaiar ilmu silat dari kitab dalam kotak besi itu, dalam hati merasa tidak enak sekali.

   ia lalu menyimpan lagi kotaknya kedalam sakunya sendiri, dan memilih berapa biji buah lie, setelah dicuci bersih, diberikan kepada Can Sa-jie dan monyet putih itu untuK dimakan, mereka bertiga makan buah itu sambil duduk-duduk.

   Dua orang itu sambil makan, mempelajari kedudukan dan asal-usul penghuni rumah gubuk itu, Can Sa-jie tibatiba berkata sambil menepuk kakinya sendiri.

   "Heh Apakah tidak mungkin orang yang menggunakan batu memimpin kita kemari ini adalah penghuni rumah gubuk ini?"

   "Tidak bisa kepandaian ilmu silatnya demikian tinggi. jika benar ia adalah penghuni rumah gubuk ini, tadi ketika Pangcu galongan Kalong membakar gubuk itu. Dengan cara bagaimana ia tidak keluar untuk mencegah?"

   Berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala. can Sa Jie tampak berpikir keras, kemudian ucapnya.

   "Bila bukan dia, siapa kiranya orang yang menggunakan batu untuk penunjuk jalan pada kita tadi?"

   Cin Hong juga tidak dapat menduga siapa orangnya, ia berpaling dan bertanya pada monyet putih, tetapi monyet purih itu menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa ia sendiri juga tak tahu.

   can-sa-jie kembali berpikir, mungkin ia Sudah mendapat suatu akal, maka lalu berbisik-bisik di telinga Cin Hong katanya.

   "Kau pikir, orang itu kira-kira masih berada di dekat sini atau tidak?,"

   Cin Hong juga menjawabnya dengan Cara serupa.

   "Mungkin Kenapa?"

   "Aku mendapat akal untuk memancing ia keluar"

   "Akal apa?"

   Can Sa-jie kembali membisikkan padanya beberapa patah kata. Semula Cin Hong tampak berpikir sambil mengerutkan alisnya, tetapi kemudian menunjukkan sikap setuju dan berkata sambil tertawa.

   "Baik, kaulah yang lebih dulu"

   Monyet putih itu yang menyaksikan dua sahabat karib itu pada berbisik-bisik, agaknya merasa heran, lalu menarik tangan can-sa-jie, dia dekatkan telinganya kemulut Can Sajie minta agar dibiSikkan juga.

   Namun Can Sa-jie tidak menghiraukan, ia masih makan seenaknya sendiri, sambil bersenda gurau dengan Cin Hong.Sejenak kemudian, tiba-tiba berubah wajahnya, ia menyambar tangan Monyet putih dan tangan yang lain menekan perutnya sendiri, katanya dengan suara bengis.

   "Monyet yang baik buah lie ini kau ambil dari mana ?"

   Monyet putih itu terperanjat, ia melepaskan diri dari genggaman Can Sa-jie dan lompat turun sambil menunjuk kedalam rimba, maksudnya hendak mengatakan buah itu ia dapat dari dalam rimba.

   Jidat can-sa-jie sudah mulai mengeluarkan keringat, sikapnya tampak sangat menderita sekali, kedua tangannya turus menekan perutnya yang kesakitan, sambil menekan perutnya ia berkata .

   "celaka Buah ini ada raCunnya, kita telah terpedaya oleh musuh-musuh kita"

   Pada saat itu, Cin Hong juga menunjukan sikap terkejut. selagi hendak memeriksa keadaan can-sa-jie, tiba-tiba ia sendiri juga berseru.

   "Aaa Perutku juga sakit. ..."

   Sesaat kemudian, keringat dingin mulai membasahi jidatnya.

   Can Sa-jie tampaknya agak berat, dia bergulingan ditanah sambil merintih.

   Cin Hong juga demikian pula, ia mengikuti perbuatan Can Sa-jie yang bergulingan tidak berhentinya.

   Monyet putih itu yang menyaksikan keadaan demikian, mulutnya terus cecowetan tidak hentinya, ia lompat kesana lompat kesini untuk menolong Cin Hong dan can-Sa-jie bergiliran tapi apa daya ia tak mengerti Cara menolong orang, maka hanya berjingkrakkan sendiri Sambil menggaruk-garuk kepalanya.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dua orang itu bergulingan ditanah sekian lama, danpada akhirnya sudah tidak bisa bergerak lagi, dari mulutnya mengeluarkan suara rintihan, lalu badan mereka menjadi kaku.

   Monyet putih itu meraba-raba hidung Cin Hong, juga meraba-raba can-Sa-jie, tiba-tiba teringat Caranya untuk memberi pertolongan sesaat kemudian ia bergerak dan lompat keluar dari dalam pekarangan, lalu lari menuju kedalam rimba.

   Pada waktu itu dari rimba sebelah kiri tiba-tiba berjalan keluar seorang nenek tua, gerakan perempUan tua itu bagaikan hantu, tanpa mengeluarkan sedikit suara pun juga, sudah tiba dekat Cin Hong dan can-sa-jie rebah, sambil menundukan kepalanya nenek itu mengamati keadaan dua pemuda itu.

   Dia merupakan Seorang wanita yang sudah lanjut usianya Sudah mencapai delapan puluh tahun keatas, kulit di wajahnya sudah banyak keriputnya.

   rambut dikepalanya juga sudah putih semua, namun sepasang matanya masih memancarkan sinarnya yang berkilauan.

   Ia mengenakan jubah berwarna kelabu, wajah dan dandanannya berbeda dengan orang biasa begitu melihat orang segera akan tahu bahwa nenek itu memiliki kepandaian ilmu sangat hebat Sekali.

   pada Saat ia sedang berdiri tegak mengawasi dua pemuda tadi, can-sa-jie yang rebah ditanah tiba-tiba angkat kepala, dan bertanya dengan suara perlahan kepada Cin Hong yang berada disampingnya.

   "Cin Hong, mengapa tidak ada kabar sedikitpun juga?"

   Cin Hong juga mengangkat sedikit kepalanya, katanya Sambil tertawa.

   "Mungkin sudah pergi, jikalau tidak dengan Cara bagaimana melihat orang mati tidak datang memberi pertolongan? "

   Can Sa-jie coba merayap bangun, ketika kepalanya berpaling, tampak dibelakang dirinya ada berdiri Seorang perempuan tua berambut putih, dengan sinar mata berkilauan mengawasi dirinya, dengan Cepat segera pentang dua tangannya untuk memeluk sepasang kaki nenek itu, sedang mulutnya berseru.

   "Haaaa, ada disini Kau akhirnya telah kutipu keluar"

   Cin Hong juga sudah lompat bangun.

   Ketika menyaksikan.

   sepasang mata nenek itu memancarkan sinar buas, segera mendapat firasat tidak baik, cepat- cepat berseru memberi peringatan kepada Can Sa-jie.

   Baru Saja keluar ucapannya dari mulutnya.

   Can Sa-jie mendadak merasakan, sepasang kaki yang dipeluknya itu seperti timbul suatu kekuatan tenaga aneh, sesaat kemudian Ia merasa suatu tekanan berat, tanpa dapat menguasai dirinya lagi, terpentallah ia sejauh delapan kaki, bahkan tidak bisa bangkit lagi.

   Cin Hong cepat-cepat lompat dan memeriksanya.

   Tampak Sahabatnya pingsan namun tidak menjadikan halangan, maka ia lalu berkata pada nenek tua itu dengan nada suara marah.

   "Hei Mengapa melukai orang tanpa ada alasannya ?"

   Sepasang mata nenek itu memancarkan sinarnya yang tajam, kemudian mengulurkan tangannya dan menunjuk rumah gubuk yang sudah terbakar menjadi abu, katanya sambil mengeluarkan suara dari hidung.

   "Kalian dua setan ini datang dari mana? Kaliankah yang membakar gubuk ini?"

   Cin Hong terCengang, katanya marah.

   "Kau toh sudah tahu bahwa gubuk ini bukanlah kami yang membakar, apa maksudmu bertanya demikian?"

   "Hei, bagaimana aku tahu kalau bukan kalian yang membakar? Kau masih coba menyangkal?"

   Cin Hong semakin gusar, katanya.

   "Kau berlagak Tadi dari tempat gelap kau memancing kami sampai ketempat ini, gubuk itu sudah terbakar, apakah kau tidak lihat?"

   Sikap heran nenek itu semakin nyata, katanya.

   "Kapan aku pancing kalian datang kesini?"

   Cin Hong yang menyaksikan sikap nenek itu, tidak mirip orang membohong, dalam hati meraSa heran, maka buruburu bertanya^ "Kalau begitu kau ini siapa ?"

   Namun nenek itu tidak menjawab pertanyaannya, kembali balaS bertanya sambil menunjuk gubuk yang sudah menjadi rata dengan tanah.

   "Jawab Siapa yang membakar rumah gubuk ini?"

   Cin Hong tiba-tiba menjadi sadar, ia tidak segera menjawab, buru-buru mengangkat tangan memberi hormat seraya berkata.

   "Aaaa, kalau begitu jadi kau ini adaiah penghuni rumah gubuk ini?"

   "Aku hanya tanya padamu siapa yang membakar gubuk ini"

   Kata pula nenek itu dengan nada suara dingin.

   "Yang membakar gubuk ini adalah Pangcu dari golongan Kalong. Ia seperti hendak mencari barang apa-apa, tetapi tidak menemukan, sewaktu hendak pergi dari sini, lebih dulu ia membakar gubuk itu"

   "Siapa kah Pangcu dari golongan Kalong itu?"

   Bertanya nenek tua itu heran. Cin Hong pikir, oleh karena golongan Kalong itu berdiri belum lama, pantas kalau nenek itu tidak tahu, maka buruburu memberi penjelasan.

   "Pangcu golongan Kalong adalah orang yang dahulu disebut Ho-ong. Tentang dia itu, seharusnya kau sudah tahu bukan?"

   Nenek itu miring kan kepala seperti berpikir, kemudian bertanya yang Seolah-olah belum mengerti.

   "Ho-ong?"

   Cin Hong yang menampak sikap nenek itu seolah-olah tidak kenal dengan Ho-ong, dalam hati terheran- heran, diam-diam berpikir.

   "Meskipun suhu belum menceritakan jelas tentang diri Ho ong itu. tetapi suhu pernah mengatakan bahwa suhu dahulu bersama-sama dengan empek Ie-oe dan ketua golongan pengemis can Sa-sian, Mengusir Ho ong keluar dari daerah Tionggoan, hanya dengan keterangan suhu ini saja sudah dapat diketahui betapa tinggi kepandaian ilmu silat Ho ong, sedangkan nenek ini, kepandaian ilmu Silatnya juga termasuk dari golongan kelas tinggi, bagaimana ia malah tidak tahu orang yang bernama Ho ong?"

   Selagi masih berpikir, tiba-tiba terdengar suara aneh, dari tengah udara melayang turun sesosok bayangan putih, Monyet putih itu kini sudah lompat kembali kedalam pekarangan.

   Di tangannya menggenggam segumpal daun rumput berwarna putih, Tampak Cin Hong masih berdiri dalam keadaan segar-bugar, sedangkan Can Sa-jie juga sudah duduk ditanah, monyet itu lompat- lompat kegirangan, lalu melemparkan rumput putih di tangannya dan berlompat kehadapan nenek tua itu dengan sikap hendak menyerang.

   TAMPAK Sedikit perobahanpada sikap nenek itu, dengan cepat mundur setengah langkah, katanya dengan suara bengis.

   "Binatang, kemana majikanmu?"

   Monyet patih itu menggelengkan kepalanya Sepasang biji matanya berputaran mengawasi nenek itu, agaknya mengandung maksud permusuhan, tetapi juga seperti sikap ketakutan. Sinar buas dimata sinenek itu tiba-tiba lenyap dengan ramah tamah ia berkata.

   "Pek Ie Sio su, lekaslah beritahukan padaku. Kemana perginya majikanmu? Barang kali majikanmu mendapat bahaya? Kalau beritahukan kepadaku aku akan segera pergi untuk membantunya "

   Monyet putih itu masih tetap menggelengkan kepalanya, sedikitpun tidak mengendorkan sikap waspadanya, meskipun nenek itu sudah berubah sikap.

   "Kau monyet ini benar-benar terlalu banyak curiga Aku ini adalah sahabat karib majikanmu, bagaimana kau masih tidak mempercayai diriku demikian rupa?"

   Berkata nenek itu sambil tertawa. Monyet putih itu berteriak-teriak, kedua tangannya bergerak-gerak, menunjukkan sikap mengusir seolah-olah ia mau mengatakan.

   "Kau pergilah cepat, aku justru tidak mempercayai dirimu "

   Nenek itu tertawa-tawa, lalu berkata lagi sambil menunjuk gubuk yang sudah rata dengan tanah.

   "Kau lihat, ada orang telah membakar kediaman majikanmu, dan orang-orang itu barang kali sudah mencuri dan membawa pergi seluruh kepandaian ilmu majikanmu, betul tidak?"

   Monyet putih itu menggeleng-gelengkan kepala, wajahnya yang merah menunjukkan sikap bangga. Diwajah nenek itu menunjukkan sikap girang, maju selangkah dan berkata.

   "Benarkah belum tercuri orang?"

   Monyet putih itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Nenek tua itu berkata sambil tertawa.

   "Aku tak percaya Kecuali kau mengeluarkan semua kitab kepandaian ilmu Silat itu, diperlihatkan kepadaku"

   Baru saja Monyet putih itu hendak berlalu, tiba-tiba seperti ingat sesuatu, lalu lompat- lompat dan sambil menunjuk nenek itu, dengan mulutnya berteriak-teriak tidak berhentinya, seolah-olah hendak mengatakan.

   "Heh Nenek aku hampir saja tertipu olehmu"

   Mengetahui bahwa akal muslihatnya tidak berhasil, nenek itu lalu mendongakkan kepalanya tertawa aneh, rambut putih diataS kepalanya bergerak-gerak, diwajahnya memperiihatkan kembali sikapnya yang bengis, sepasang matanya memancarkan sinar buas, mulutnya membentak sambil menunjuk Monyet putih.

   "Binatang, hari ini majikanmu tak ada dirumah jikalau kau masih sayangi nyawamu, lekaslah keluarkan barang yang kukehendaki"

   Monyet itu memperlihatkan sikapnya yang marah, badannya bergerak.

   tangannya yang panjang secepat kilat sudah melakukan serangan, hendak menotok sepasang mata nenek itu.

   Nenek itu bersikap tenang sekali, diserang secara demikian, ia masih menggeser kakinya setengah langkah dengan gayanya yang bagus sekali, sedang tangan kanannya berbalik menyambar pergelangan monyet putih itu bersama dengan itu, jari tangan ditangan kiri juga hendak menotok sepasang mata monyet tadi, meskipun ia bergerak belakangan, tetapi ternyata lebih cepat dari pada gerakan Monyet putih itu.

   Monyet putih itu juga ternyata sangat tangkas cepat ia telah membatalkan serangannya yang mengarah mata nenek tadi, sebaliknya sudah dirobah tujuannya kejalan darah didepan dada nenek itu, kakinya juga tidak tinggal diam, menendang lutut lawannya.

   Serangannya yang dilancarkan dengan berbareng itu, bukan Saja sangat hebat, tetapi juga sangat aneh dan seperti banyak sekali mengandung perubahan.

   Pertempuran antara manusia dengan binatang telah berlangsung seru sekali, kedua pihak menggunakan gerak tipu gerak tipu yang aneh- aneh dan luar biasa hebatnya, hingga hanya tampak bayangan mereka berpuratan dan bergerak- gerak.

   yang dibarengi oleh hembusan angin yang timbul dari gerakan tangan mereka, hingga daun-daun ditanah pada berterbangan Pertempuran itu berlangsung kira-kira setengah jam lamanya, tiba-tiba terdengar suara plak^, tubuh Monyet putih itu terbang sejauh lima kaki dan kemudian jatuh ditanah, akan tetapi monyet itu benar-benar hebat, begitu jatuh sudah bangun lagi, dan untuk kesekian kalinya menyergap nenek tua itu.

   Dengan begitu untuk keduanya terjadi pula pertempuran hebat....

   Cin Hong yang menyaksikan pertempuran itu, sudah melihat bahwa gerakan Monyet putih itu agaknya tak sanggup melawan nenek itu, maka buru-buru mendorong can-sa-jie seraya berkata^ "Saudara can-sa bagaimana dengan kau?"

   Can-sa-jie lompat bangun, lalu berkata Sambil membereskan rambutnya yang terurai.

   "Tidak apa-apa. Kita perlu membantu monyet itu atau tidak?"

   "Benar Hanya aku tidak tahu siapakah nenek itu? Iaternyata memiliki kepandaian lebih hebat dari pada suami istri golongan Lo-hu tadi "

   "Mari kita maju bersama"

   "Baik"

   Keduanya bergerak maju, Cin Hong segera melancarkan serangan sambil berkata dengan suara bengis.

   "Nenek. kau barang kali bukan orang bail- baik, lihat seranganku"

   Can Sa-jie menyusul dengan serangannya, mulutnya juga tidak tinggal diam, katanya.

   "Nenek. kita bertiga kalau usia kita digabung menjadi satu, barangkali juga belum setua usiamu, hingga belum dapat dihitung hendak menggunakan jumlah banyak untuk merebut kemenangan-Jadi kalau kau kalah, janganlah sekarang, cobalah serangan tanganku ini"

   Nenek itu tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata.

   "Tidak apa, aku sinenek akan perlakukan kalian sama, semua akan kukirim keneraka"

   Tubuhnya diputar bagaikan kitiran, ketika lengan bajunya itu terbuka, tangannya juga bergerak untuK menyerang ketiga lawannya yang masih muda- muda, benar saja sedikitpun tidak menunjukkan keadaannya yang keripuhan.

   Tetapi Monyet putih itu ketika melihat adanya orang membantu pihaknya, semangatnya mendadak terbangun, tetapi serangannya dilakukan demikian ganas, kakinya juga tidak tinggal diam, sekaligus ia sudah melancarkan serangan sepuluh kali lebih, ditambah dengan Cin Hong dan can-sa-jie yang membantu dari samping, sebentar saja sudah berhasil memperbaiki kedudukkannya hingga nenek itu dipaksa hanya bertahan saja.

   Pertempuran sengit berlangsung lama, Cin Hong yang melihat tidak bisa merebut kemenangan.

   tiba-tiba teringat kepada ilmu Kipasnya Tay Seng Hong Sin San yang tadi barusan dipelajari salah satu dari gerak tipu ilmu kipas itu ia sudah dapat memahami delapan puluh persen, maka saat itu ia pikir hendak dicobanya untuk menghadapi lawan tangguh itu.

   Begitu timbul pikiran demikian, gerakan tangannya itu menunjukkan satu gerakan yang seperti menggoyanggoyangkan kipaS menyerang nenek itu.

   Nenek yang menyaksikan gerak tipu sangat aneh dan Cin Hong, agak terkejut ia hendak mengelakkan serangan tadi namun sudah tidak keburu, hingga bagian pinggangnya terkena pukulan dengan telak.

   dalam terkejutnya, nenek itu lantas lompat keluar diri kalangan dan berkata dengan suara nyaring.

   "Berhenti dulu"

   Cin Hong menghentikan serangannya dan bertanya dengan sikap bangga.

   "Kau mau apa?"

   "Jangan tertipu olehnya, ia tentunya hendak menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat"

   Berseru can-sa-jie.

   "Kau ngoceh. Jika aku hendak membunuh mati kalian, Semudah seperti membalikkan telapak tanganku. PerCaya atau tidak. kan boleh coba lagi"

   Berkata si nenek dengan suara bengis. can-sa-jie sudah akan menyerbu lagi, namun Cin Hong buru-buru mencegahnya, katanya kepada nenek tua itu tadi.

   "Kau hendak kata apa, katakanlah Kau kan harus tahu bahwa kalau kau menghendaki beristirahat, Kita juga samasama bisa beristirahat, bagaimanapua juga kau tidak akan mendapat keuntungan dari akal muslihatmu ini"

   Nenek Itu tampaknya merasa tidak enak sekali, katanya.

   "oleh karena aku melihat kepandaian ilmu silatmu yang hebat sekali, maka hendak menanyakan kepadamu beberapa pertanyaan, siapa guru kalian?"

   Nenek itu mengaku sebagai sahabat lama penghuni rumah gubuk itu.

   Namun gerak tipu yang digunakan oleh Cin Hong itu, yakni gerak tipu dan ilmu kipas Tay Seng Hong sin San milik sahabat lamanya, ternyata masih tidak dikenalnya, masih dianggapnya sebagai ilmu ampuh pelajaran guru Cin Hong.

   Cin Hong tahu bahwa nanek itu telah salah paham, tetapi juga ia tak mau membenarkan, jaWabnya sambil senyum.

   "Suhuku adalah It-hu Sianseng"

   Can Sa-jie juga berkata sambil tertawa dingin.

   "Bagi orang yang suka bergerak didunia persilatan tiada seorang yang tidak kenal Suhuku adalah Pangcu golongan pengemis can Sa Sian"

   Nenek tua yang mendengar itu jadi tertawa geli, kemudian berkata.

   "Aku nenek ini seumur hidupku sedikit sekali terjun dikalangan Kang-ouw, maka itu terhadap keadaan tokohtokoh rimba persilatan memang benar tidak tahu sama sekali. Tetapi kalau kudengar dari pembicaraan kalian, suhu kalian itu semua merupakan tokoh-tokoh yang sangat hebat. Betulkah begitu?"

   Can-sa-jie yang paling suka dipuji orang, mendengar perkataan itu lantas menjadi girang, katanya sambil membusungkan dada.

   "Memang benar didalam rimba persilatan, siapakah yang tidak kenal dengan tiga tokoh kenamaan, angkatan tua cui, sian, dan Po? kalau kau tidak kenal, ini menunjukkan bahwa kepandaian ilmu silatmu masih belum termasuk ilmu silat dari golongan tingkat atas"

   Sinenek yang mendengar ucapan demikian, sed ikitpun tidak marah sebaliknya malah merasa girangnya katanya.

   "Dimana mereka sekarang berada?"

   Wajah can-Sa-jie merah seketika, jawabnya dengan nada suara gelagapan.

   "Mereka semua sudah mengasingkan diri tidak mau mencampuri dunia lagi. Kalau kau ada suatu urusan, boleh mencari kepada kami tiga tokoh kenamaan angkatan muda saja"

   "Tiga tokoh kenamaan angkatan muda? Tapi kalian masih ada mempunyai seorang kawan lagi?"

   Bertanya nenek itu heran.

   "Benar, aku bernamakan Can Sa-jie. Dia ini bernama Cin Hong yang mempunyai julukkan pelukis tangan sakti. Disamping kami dua orang, masih ada seorang lagi yang bernama Swat- lie-ang Yo in in. Diantara kami bertiga, kepandaian ilmu silat dia itulah yang terhitung paling hebat. Dia...sedang pergi membeli barang, sebentar ia bisa datang kemari"

   Berkata Can Sa-jie membuaL "Kalau ia datang kemari lalu mau apa? Apakah kau kira aku sinenek takut kepada kalian bocah-bocah ini"

   Berkata nenek itu sambil tertawa dingin, Can Sa-jie kembali hendak menyerang lagi, tetapi Cin Hong buru-buru mencegah dan berkata kepada sinenek.

   "Hei Kalau kau ingin bicara, bicaralah lekas"

   "Aku sinenek tua sudah mempelajari ilmu Silat beberapa puluh tahun lamanya, Selama itu belum pernah kepandaianku diuji oleh tokoh kuat manapun, maka aku tidak tahu sampai dimana tingginya kepandaianku sendiri, oleh karenanya, maka aku ingin mencari beberapa tokoh kuat untuk menguji kepandaian ilmuku, kalau kalian mau menyebutkan alamat Suhu kalian, aku berjanji kepada kalian tidak akan melukai diri kalian"

   Can-sa-jie lantas tertawa terbahak-bahak kemudian berkata.

   "Jikalau kau benar- benar hendak menguji kepandaian dan kekuatanmu sendiri, mengapa tidak pergi saja kerumah penjara rimba persilatan dengan alasan untuk menantang pertandingan?"

   "Apa yang kau namakan rimba penjara rimba persilatan itu?"

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bertanya nenek itu heran- Cin Hong mau menduga bahwa nenek itu pasti belum pernah keluar pintu, maka ia lalu menceritakan keadaan rumah penjara rimba persilatan, kemudian berkata sambil tertawa^ "jika benar benar hendak menguji kepandaian iimu silatmu, rumah penjara itu memang merupakan suatu tempat yang paling baik, hanya mau pergi atau tidak itu terserah padamu sendiri, Jangan sampai lantaran itu, setelah kau nanti terpukul jatuh oleh penjara rumah penjara, lantaS kau sesalkan kami yang menjerumuskan kau"

   Nenek itu memejamkan matanya berpikir sejenak. tibatiba membuKa lagi matanya dan berkata sambil tertawa.

   "Tadi kalau kata bahwa Suhu kalian semua sudah mengasingkan diri tidak mau mencampuri urusan dunia, apakah bukan sudah terpukul jatuh dan kini dipenjarakan dalam rumah penjara itu?"

   Cin Hong yang tidak biasa membohong lalu menjawab sambil mengangguk.

   "Benar, Suhu sebetulnya merupakan salah seorang terkuat dalam rimba persilatan, akan tetapi Ketika bertanding dengan penguasa rumah penjara itu tak sanggup menyambut serangannya sepuluh jurus. Ditinjau dari ini saja, seharusnya kau sudah tahu sampai dimana tingginya kepandaian ilmu silat penguasa rumah Penjara itu."

   Nenek itu menunjukkan sikap agak gentar katanya sambil mengerutkan alis.

   "Kalau benar kepandaian ilmu silatnya itu demikian hebat, jika nenek sampai dikalahkan olehnya dan dipenjarakan di dalam rumah penjara bagaimana?"

   "Itu terpaksa sesalkan dirimu sendiri yang memiliki kepandaian belum tinggi, masih perlu di kata apa lagi?"

   Berkata Can Sa-jie sambil tertawa besar.

   "IHmm Kalau demikian halnya, aku tidak perlu pergi menantang lagi"

   Berkata nenek itu, Cin Hong lantas tertawa, dalam hati berpikir bahwa nenek ini memang benar-benar bukanlah orang rimba persilatan, sedikitpun tak mempunyai watak dari kebanyakan orang-orang rimba persilatan yang tak mau menyerah mentah-mentah.

   Can Sa-jie pikir hendak membakar hatinya agar pergi menantang bertanding di Rumah penjara Rimba Persilatan, tetapi usaha itu tampaknya tak akan berjalan lancar, maka ia lalu berkata sambil tertawa.

   "Sekarang ucapan kita sudah habis, kau hendak berlalu dari sini, ataukah meneruskan pertandingan dengan kami?"

   Nenek itu kembali memejamkan matanya berpikir, kemudian berkata lambat- lambat.

   "Beritahukan dulu padaku, malam ini kalian datang kesini sebetulnya ada keperluan apa?"

   "Kita mengikuti jejak orang hingga tiba di tempat ini, bukan Sengaja datang kesini untuk melakukan apa- apa"

   Menjawab Cin Hong. Pandangan mata nenek itu di alihkan kepada gubuk yang sudah menjadi abu, kembali bertanya.

   "Sudah tahukah kalian siapa penghuni rumah ini?"

   "Bukankab dia itu anak dewa persilatan yang menamakan kakek gelandangan Kiat Hian?"

   Jawab Cin Hong tanpa dipikir. Wajah nenek itu berubah, saat itu kembali menunjukkan sikapnya yang buas, katanya.

   "Bagus sekali. Kiranya kalian juga datang hendak mengincar kitab ilmu silatnya, dan toh masih berkata tak ada keperluan apa- apa, hmm...."

   Baru Saja menutupkan mulut, tangannya dengan tibatiba menghunus Cemeti sepanjang setombak lebih yang memancarkan sinar berkilaun ia dengan tidak mengucapkan kata apa- apa lagi sudah menyabatkan Cemetinya kepada Cin Hong.

   Ujung cemeti itu mengarah leher Cin Hong dengan gerakannya yang cepat luar biasa Cin Hong buru-buru menunduk kepalanya diluar dugaannya, serangan cemeti nenek yang mula-mula tadi ternyata hanya gerak tipu belaka, sedang serangan yang menyusul berikutnya barulah merupakan Serangan benarbenar, maka ketika Cin Hong menundukan kepala, lehernya segera terlibat oleh ujung cemeti, hingga saat itu leher Cin Hong seperti terjerat.

   Can Sa-jie dan Monyet putih itu terkejut menyaksikan kejadian itu, kedua-duanya lompat meleset untuk menyergap.

   tetapi selagi herdak menyerang nenek itu, mendadak tampak berkelebat bayangan seseorang, dihadapan nenek itu kini sudah berdiri satu orang lagi Can Sa-jie dan Monyet putih buru-buru membatalkan maksudnya, orang yang berdiri di nenek itu ternyata adalah seorang gadis berparas cantik yang mengenakan pakaian warna ungu.

   Begitu tiba didepan nenek, gadis cantik itu menggerakkan kedua tangannya.

   tangan kanannya digunakan untuk menyambar cemeti panjang nenek itu sedang tangan kiri digunakan untuk menyerang jalan darah dibagian dada, gerakannya itu dilakukan demikian cepat sehingga membuat lawannya hampir tidak berdaya untuk mengelak.

   Nenek itu meskipun memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi tetapi saat itu juga menjadi repot, tidak keburu menggunakan tangannya buat menggagalkan serangan gadis tadi, terpaksa cemetinya yang menjirat leher Cin Hong, cemeti itu ditarik kembali dan lompat mundur beberapa langkah, kemudian berkata sambil memperdengarkan suara tertawanya yang aneh.

   "Budak cilik Kalian tiga tokoh kenamaan rimba persilatan tingkatan muda, benar-benariah yang paling hebat"

   Can-sa-jie sebaliknya tidak kenal dengan gadis cantik berpakaian ungu itu, tampak nenek itu sudah salah menganggap gadis itu sebagai Swat- lie-ang Yo In In, meskipun dalam hati merasa heran, tetapi juga tidak mau menerangkannya berdiri diam saja untuk menyaksikan perkembangan selanjutnya .

   Cin Hong yang terlepaS dari jiratan cemeti nenek itu, dapat menarik napas lega sambil meraba-raba lehernya, kini barulah dapat melihat tegas wajah cantik itu, dari mulutnya mengeluarkan suara seruan.

   "He"

   Selagi hendak bertanya, gadis baju ungu itu sudah menggoyangkan tangannya dan berkata sambil tersenyum.

   "Kau jangan bicara. Biarlah aku Swat-lie-ang Yo In In dengan seorang diri akan menempur nenek ini"

   Cin Hong yang sangat Cerdik tahu gadiS itu hendak menyamar sebagai In-jie, disebabkan nenek itu dalam hatinya sudah merasa gentar pada Yo In In maka saat itu ia lantaS tertawa dan mengeluarkan suara "ooo"

   Lalu undurkan diri dan berdiri disamping Can Sa-jie. Gadis cantik berbaju ungu itu lalu berpaling dan berkata pada sinenek.

   "Hei, kau lihat dalam satu jurus aku dapat mengalahkan kau atau tidak?"

   Nenek itu memutar pecutnya ketengah udara hingga mengeluarkan suara geletar yang nyaring, jawabnya sambil tertawa-tawa tergelak.

   "Budak kecil, kau ternyata berani omong besar Apa kau tidak takut menghadapi bahaya?"

   "Taruhlah aku omong besar, apa kau berani bertaruh denganku?"

   "Bertaruh apa?"

   Tanya nenek itu sambil mendelikan mat


Pendekar Sejati Karya Liang Ie Shen Pohon Kramat Karya Khu Lung Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear

Cari Blog Ini