Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 9


Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 9


ia atau tidak ..."

   "Jika kira-kira mereka tidak sanggup menyambut lima puluh jurus, kita harus segera kabur"

   Cin Hong menganggukkan kepala, sedang mulutnya terus mulai menghitung^ "Sekarang sudah jurus ke empat puluh satu, empat puluh dua, empat puluh tiga...."

   Cuaca perlahan-lahan mulai terang.

   Dalam ruangan tamu kampung setan itu, pertandingan antara Sepasang suami istri golongan Lo-hu-pay dan Pangcu golongan Kalong, juga Ssmakin lama semakin sengit.

   orang hanya menampak berkelebatnya tiga sosok bayangan, yang sebentar melesat keatas sebentar turun, dan hembusan angin dari serangan mereka yang menimbulkan suara menderu-deru, seolah-olah sedang timbul angin puyuh.

   Pertempuran berlangsung terus dengan sengitnya, sedikitpun tak mirip dengan pertandingan persahabatan, lebih mirip dengan pertempuran adu nyawa.

   Serangan kedua pihak sama-sama keras, masing- masing keluarkan kebisaannya seolah-olah ingin membinas akan lawannya dengan sekali pukul.

   Cin Hong terus memperhatikan jalannya pertempuran, sedang mulutnya terus menghitung dengan cepat.

   "Empat puluh empat, empat puluh lima...."

   Ketika ia menghitung sampai jurus yang ke empat puluh lima, dalam pertempuran itu tiba-tiba terdengar suara siulan panjang, kemudian disusul oleh dua kali suara seruan tertahan, lalu tampak sepasang suami isteri itu seolah-olah daun tertiup angin terbang kekanan dan kekiri, kemudian jatuh terguling di tanah, tampaknya mereka semUa sudah terluka parah, hingga tidak bisa bangun lagi.

   Kejadian ini sungguh di luar dugaan Cin Hong bertiga, mereka tak mengira bahwa Kha Gee San yang namanya demikian kesohor, dengan istrinya yang juga memiliki ilmu tinggi ternyata tak sanggup menjambut serangan pangcu golongan Kalong lima puluh jurus saja.

   Dari sini telah dapat membuktikan bahwa dugaan mereka itu ternyata keliru seluruhnya, Pangcu golongan Kalong ini bukanlah nyonya rumah kampung setan yang menyamar, sebab perbedaan ilmu silat antara kedua orang ini sangatlah jauh sekali, Akan tetapi ada beberapa bagian yang menimbulkan perasaan curiga, umpama kata Pangcu golongan Kalong itu adalah seorang Wadam, Kalau slang dia menjadi laki-laki, dan di dimalam hari berubah menjadi Wanita.

   Selama semalam ini, kemana saja perginya Si Pangcu yang seharusnya sudah menjadi wanita? Dan pada slang ini, karena itu nyonya yang mengaku sebagai pemilik rumah itu? Apakah suatu kejadian kebetulan, setelah perempuan itu kabur baru muncul Pangcu golongan Kalong? Pertanyaan itu terus berputaran di dalam otak Cin Hong, Leng Bie Sian yang berdiri di sampingnya diam-diam sudah menarik ujung bajunya dan berkata dengan suara perlahan- "Engkoh Hong, lekas pergi"

   Cin Hong mengawasi sepasang suami isteri yang rebah menggeletak di tanah, setelah sangsi sejenak lalu berkata.

   "Tidak Suami isteri itu tadi pernah membantu kita memukul mundur nyonya rumah kampung ini. Mana boleh kita kabur begitu saja tanpa menghiraukan keselamatan mereka?"

   "Mereka tidak sanggup menyambut lima puluh jurus serangan Pangcu-jadi masih harus menurut perintahnya, tetap menjadi anak buanya. Tapi, kita harus melarikan diri. Tidak ada perlunya lama-lama berdiam disini,"

   Kata Leng Bie Sian cemas. Cin Hong masih ragu2, tampak pangcu itu seolah-olah tidak pernah terjadi apa- apa, ia merapikan pakaiannya, kemudian berkata sambil tertawa ringan.

   "Kha Tongcu, aku toh belum memukul kau Sampai mati bukan?"

   Kha Gee San dengan kedua tangannya menunjang tanah, perlahan-lahan bangkit dan duduk. wajahnya berkeringat memaksakan tertawa, kemudian berkata.

   "Tidak apa- apa. Tapi bagaimana dengan istriku itu?"

   Pa Cap Nio juga dengan perlahan-lahan bangkit dan duduk. Katanya dengan merintih.

   "Aku tidak apa- apa, hanya tulang iga kiriku telah patah satu. Kau bagaimana?"

   Sang suami diam saja.

   Jikalau bukan dihadapan Pangcunya, jikalau bukan lantatan isterinya kemarin terus menangis dan ribut-ribut minta pertolongan Pangcu keluar dari rumah penjara, mau rasanya ia menghardik orang berpakaian emas itu dengan kata- kata pedas.

   Akan tetapi kini, kecuali menahan segala hinaan dan berlaku sabar.

   apa yang bisa diperbuatnya? Apakah ia juga harus berkata.

   "Yah, aku juga sama denganmu, tulang iga kiriku patah satu"

   Pangcu golongan kalong mengawasi suami iStri itu sejenak. dengan perasaan girang mengangkat pundak. lalu katanya.

   "Mungkin aku turun tangan agak berat sedikit, tetapi kalian toh tidak akan membenciku lantaran ini bukan?"

   Kha Gee San memaksakan diri untuk berdiri, Katanya sambil tertawa masam.

   "Sudah tentu tidak Bila keadaan dibalik, kami suami istri yang menang, kamipasti akan menurunkan tangan lebih berat dari pada Pangcu."

   Pangcu golongan Kalong tertawa besar, kemudian berkata.

   "Baik. urusan ini kita habiskan sampai disini saja. Hanya ada satu hal, Congcu berdua selanjutnya dihadapanku jangan mengatakan 'kami suami isteri' harus menyebut diri hamba.Sudah mengerti?"

   Wajah Kha Gee San menjadi suram, jawabnya sambil memberi hormat.

   "Ya, Pangcu... ."

   Pa Cap Nio saat itu sudah mengucurkan air mata, katanya dengan suara terisak-isak.

   "Suamiku, selewatnya hari ini, kau hendak pukul aku mau memaki aku terserah kepadamu. aku tidak akan membalaS atau menendangmu."

   Leng Bie sian kembali menarik ujung baju Cin Hong, katanya dengan suara perlahan tetapi cemas.

   "Kau lihat, mengapa tidak lekas lari."

   Cin Hong juga merasakan bahwa tidak boleh tidak ia harus lari, maka lantas berkata kepada Can Sa-jie.

   "Saudara Can-sa, lekas jalan"

   Kemudian ia memutar tubuhnya dan lari menuju kepintu ruangan.

   Tetapi baru saja mereka lari keambang pintu, pangcu golongan Kalong itu sudah mendahului berdiri di tengahtengah, menghalangi mereka.

   Leng Bie Sian buru-buru maju kedepan Cin Hong, bentaknya.

   "Jie Hong Hu Kau mau apa?"

   Mata Pangcu golongan Kalong terus menatap wajah Cin Hong,jawabnya dengan suara dingin.

   "Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahan bocah she Cin ini ada hubungan apa dengan kalian guru dan murid? Mengapa ia biSa bermalam di kediaman Laucu rumah penjara sampai lima hari lamanya?"

   "Ia melukiskan sebuah gambar orang untuk suhu. Suhu senang kepadanya, itulah hubungannya."

   Berkata Leng Bie Sian sambil tertawa.

   "oh Melukis gambar siapa?"

   Bertanya pula Pangcu golongan Kalong. Leng Bie Sian menggelengkan kepala dan berkata^ "Hal ini tak ada hubungannya dengan mu. aku tak akan memberitahukan padamu."

   Wajah Pangcu golongan kalong yang mengenakan kedok kulit manusia tampak bergerak sebentar, Sepasang matanya mengawasi bergiliran kepada anak muda dihadapannya, terakhir ia menatap Leng Bie Sian tajam-tajam lalu berkata sambil tertawa dingin.

   "Hari ini kalau aku turun tangan membinasakan kalian bertiga, aku pikir Suhumu tidak akan tahu. Betul tidak?"

   "Ya, itu memang benar? Tapi aku tahu kau tidak akan berbuat demikian-"

   Berkata Leng Bie Sian sambil tertawa manis. Pangcu golongan Kalong tercengang, tanyanya^ "Apa katamu ?"

   "Kau adalah seorang Pangcu yang mempunyai kedudukan, sudah tentu suka turun tangan sendiri membinasakan kami tiga orang anak-anak ini. Lagipula orang itu didalam rimba persilatan juga hanya kau seorang yang bisa membinasakan diriku, hal ini tidak susah bagi suhu untuk menduga kepada dirimu"

   Berkata Leng Bie Sian sambil tertawa. Pangcu golongan Kalong mendongakan kepala dan tertawa besar, kemudian berkata.

   "Kedudukan Pangcu bagiku bukanlah kedudukan yang baik, Setelah aku membinasakan kalian, sudah tentu aku akan hancurkan tubuh kalian sampai tidak ada bekas-bekasnya. Kalau Suhumu tidak mendapatkan barang-barang bukti, ia bisa berbuat apa terhadap diriku ?"

   Baru saja menutup mulut, dari luar ruangan tamu, diatas genteng yang agak jauh, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang sangat jelas kedengarannya.

   "Jie Hiong Hu, jikalau kau membinasakan mereka, buktinya ada disini "

   Cin Hong menengok kearah datangnya suara itu, tampak diatas genteng rUmah yang jauh jaraknya, berkelebat sesosok bayangan putih dan menghilang dalam waktu sekejap mata.

   Pangcu golongan Kalong menunjukkan sikap terkejut, sepasang matanya segera memancarkan sinar buas, ia menggeram hebat, kemudian badannya meluncur tinggi bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya, sebentar saja sudah menghilang dari pemandangan- Ditengah udara terdengar suara kata- katanya yang dibarengi dengan suaranya yang menyeramkan.

   "Heh, heh..Kau adakah tamu tak dikenal dari luar daerah yang palsu? jangan lari kalau kau berani? tunggulah kedatanganku. ..."

   Suara itu demikian hebat, semakin lama semakin jauh....Cin Hong terkejut mendengar ucapan pangcu tadi, lalu berpaling dan bertanya kepada Can Sa-jie.

   "Saudara Can Sa, Siapa yang dimaksudkan oleh Pangcu sebagai tamu tidak diundang dari luar daerah tadi?"

   "Barangkali adalah orang yang kau jumpai di kelenteng bobrok dahulu itu"

   Menjawab Can Sa-jie sambil tertawa.

   "Bagaimana ia itu bisa palsu?"

   Tanya pula Cin Hong dengan sikap heran- "Siapa yang tahu? Mari kita susul mereka dan lihat"

   Berkata Can-sa-jie sambil menggelengkan kepala. Leng Bie Sian berpaling dan berkata padanya.

   "Kita tidak dapat mengejar mereka. Menurut aku, baiknya kita lekas berlalu dari sini saja."

   Cin Hong juga merasa bahwa ada lebih baik menyingkir dari kampung setan itu lebih dahulu.

   Begitulah, tiga orang itu lalu meninggalkan ruangan tamu dengan tergesa-gesa dan lari menuju keluar kampung.

   Ketika mereka melalui sebuah bangunan yang mirip dengan gudang, tiba-tiba menampak pelayan wanita berbaju hijau yang tadi malam mengyuguhkan air teh diruang tamu sedang berjongkok dibawah tembok.

   dihadapannya terdapat tiga belas kepala tengkorak manusia.

   Yang lebih mengherankan ialah ia sudah menggigit sendiri jari lengannya, dengan darahnya yang mengetel keluar dari jari tangannya, meneteskan diatas setiap kepala tengkorak itu, tetesan darah itu ada yang terjatuh dibagian hidung, ada yang mengalir dibagian pipi yang lengok, keadaannya sangat menyeramkanPelayan wanita itu ketika menampak Cin Hong bertiga muncul secara tiba-tiba, lantas lompat melesat dan lari menuju kedalam perkampungan, sebentar kemudian ia menikung kesudut bangunan rumah dan lantaS menghilang.

   Cin Hong yang menyaksikan kejadian aneh itu merasa terheran-heran, ia merandek dan berkata.

   "Hei, perempuan itu sedang berbuat apa disini?"

   Selagi Can-sa-jie hendak mengejar untuk menanyakan sebab-sebabnya, Leng Bie Sian buru-buru mencegahnya seraya berkata.

   "Saudara Can sa, jangan mencari urusan lagi"

   Can-sa-jie yang mendengar suara itu lantas berhenti, ia berpaling dan dengan mata merah mengawasi padanya sejenak, kemudian berkata.

   "Kalau aku mencari urusan, ada hubungan apa denganmu?"

   Wajah Leng Bie sian menjadi marah, katanya.

   "Aku hanya memberi nasehat saja padamu, perlu apa kau berlaku demkian bengis terhadapku?"

   Cin Hong takut mereka bertengkar lagi, buru-buru menyelak.

   "Benar Saudara CanSa, kita boleh menggunakan kesempatan selagi pangcu itu mengejar tamu tak dikenal dari luar daerah, lekas kabur, kalau sampai ia nanti balik kembali. runyam akibatnya bagi kita semua"

   Can Sa-jie teringat kepada urusan Pangcu yang suruh ia tidur, maka saat itu nyalinya juga menjadi kuncup, Ia purapura berlaku apa boleh buat, berjalan Kembali, lalu berkata sambil menggelengkan kepala dan menarik napas.

   "Ai, kalian semua sungguh bernyali kecil dan takut perkara, mana mirip dengan orang rimba persilatan... .?"

   Tiga orang itu setelah keluar dari perkampung an yang sangat misteri dan penuh keanehan itu, terus lari menuju kekota dibagian selatan.

   Begitu masuk kota, hari sudah terang.

   Leng Bie Sian tahu mereka berdua semua tidak membawa uang, maka mengundang mereka makan bersama-sama disuatu rumah makan.

   Can Sa-jie setelah makan kenyang, merasa tak enak, katanya sambil tertawa.

   "Nona Leng hari ini kau telah mengundang aku makan, dan dilain kali biarlah aku yang mengundang kau"

   "Tidak halangan, aku ada membawa uang cukup, jikalau kau perlu, aku masih bersedia memberikan kepadamu beberapa ratus tail perak. Kau mau tidak?"

   Menawarkan Leng Bie Sian sambil tertawa. sepasang mata Can Sa-jie terbuka lebar, katanya sambil tertawa cekikikan.

   "Sekarang ini aku hendak melakukan perjalanan jauh kegunung Kun Lun-san, Ngo-bie-san. Klong lay-san, Swatsan dan Thian-shan untuk memberitahukan kepada enam partay itu supaya mereka waspada agar murid2nya jangan sampai terpikat oleh dua belas siluman perempuan dari golongan Kalong, benar-benar membutuhkan sedikit uang. Hanya . ."

   "Hanya apa ?"

   "Aku tak menerima pemberianmu-, Hitung-hitung aku pinjam saja. Cuma... .?"

   "Cuma apa lagi?"

   "Aku ini seorang miskin sekali, barangkali dikemudian hari tak bisa membayar penuh hutangmu."

   "Tentang ini juga tak menjadi soal, dikemudian hari kalau kau bisa maSuk kedalam rumah penjara rimba persilatan, dan menantang Suhuku, dan kau sanggup menyambut sepuluh jurus waktu itu kau boleh potong dari hadiahmu dengan seribu tail uang emas hutangmu. ."

   Can Sa-jie kembali membuka lebar sepasang matanya, dan berkata dengan suara aneh.

   "Heh..Jikalau aku sanggup menyambut Sampai Sepuluh jurus, aku juga tak suka menerima hadiah uang emas"

   "Kalau kau ingin menolong orang juga boleh, tetapi kau hanya boleh menolong empat orang saja, yang sisanya boleh diperhitungkan sama dengan uang emaS dua ratus tail, dengan demikian bukankah kau sudah bisa membayar hutangmu."

   Can Sa-jie anggap bahwa itu memang benar, maka dengan girang menganggukkan kepala dan berkata.

   "Baik. begitulah kita atur. Kau akan memberikan pinjaman berapa banyak kepadaku?"

   Leng Bie Sian mengeluarkan segepok uang kertas, memberikan padanya lima lembar terdiri dari seratus tail perak lalu bertanya.

   "Ini sudah cukup apa belum ?"

   "Cukup Cukup,"

   Demikian Can Sa-jie berkata berkalikali, lalu dengan sangat hati- hati uang itu dimasukkannya kedalam sakunya.

   Cin Hong juga sedang susah hati karena tidak bawa uang, ini sulit baginya untuk melakukan perjalanan jauh.

   Tapi begitu melihat Leng Bie Sian ada bawa uang banyak, hatinya lalu tergerak.

   maka lantas menjura dan berkata padanya^ "Nona Leng, aku juga punya urusan yang sama dengan urusan saudara Can sa, perlu diberi tahukan kepada enam partay yang lain- Sukakah kau juga berikan pinjaman kepadaku?"

   Leng Bie Sian menggelengkan kepala dan berkata sambil tertawa^ "Tidak aku tidak bersedia beri pinjaman kepadamu "

   Jawaban itu diluar dugaan Cin Hong, hingga antara sesaat wajahnya menjadi merah lantaran merasa malu, katanya dengan suara gelagapan.

   "Yah, tidak suka memberi pinjaman yah sudah, dirumahku masih ada cukup uang"

   Diwajah Leng Bie Sian terlintaS senyuman misteri, katanya sambil tertawa cekikikan.

   "Suhu kata, kau ini orangnya terlalu manja hingga mempunyai adat seperti tuan muda. Sebaiknya kau harus belajar sedikit kesulitan hidup sebagai manusia "

   Dalam hati Cin Hong merasa marah. lalu berpaling dan berkata kepada Can Sa-jie.

   "Saudara Can-sa, Siaote hendak pergi. bagaimana dengan kau?"

   Can-sa-jie juga berpaling dan berkata pada Lang Bie Sian sambil tertawa.

   "Nona Leng, aku hendak pergi. Bagaimana dengan kau?"

   "Aku juga hendak pergi? "jawab Leng Bie Sian sambil tertawa. Sehabis berkata demikian, lalu bangkit dan membayar uang makannya, ia lalu berjalan dari rumah makan- Cin Hong selama itu merasa bahwa dengan berlaku terlalu baiknya Leng Bie sian terhadap dirinya, telah membuat perasaannya tak enak. Tetapi sekarang, menampak gadis itu tiba-tiba bersikap dingin terhadapnya, juga merasa tidak enak seolah-olah akan menyerahkan diri dalam pelukan lelaki lain, hingga dalam hati timbul perasaan cemburu, ia sebetulnya ingin mengejar untuk minta maaf, tetapi takut kalau- kalau Can Sa-jie tidak senang, terpaksa mengawasi berlalunya gadis itu dengan mata mendelong. Can Sa-jie bangkit dari tempat duduknya, mengeluarkan uang kertas yang didapatkan dari Leng Bie Sian, sambil tertawa.

   "Kita bagi seorang separoh uang ini. Bagaimana?"

   Cin Hong menolak dengan keras, kemudian keluar dari rumah makan.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Yang percama-tama harus ia kunjungi lebih dahulu ialah partay oey-san-pay.

   Maka setelah keluar dari kota, lantas berjalan menuju ketimur.Sepanjang jalan pikirannya masih tidak tentram.

   Ia tidak mempunyai sepeserpun uang didalam sakunya.

   Bagaimana harus melakukan perjalanan jauh? Mencuri tidak diperbolehkan, mengemis sangat memalukan.

   Hm, kabarnya didunia Kang-ouw sering terjadi akalan, yang dinamakan hitam makan hitam, maka hari ini ia pikir jikalau bisa menemukan orang dari golongan hitam yang melakukan perbuatan jahat, terpaksa ia harus bertindak terhadapnya dan mengambil alih barangbarangnya ......

   Selagi otaknya memikir yang bukan-bukan telinganya tiba-tiba dapat menangkap suara keliningan kuda, matanya segera menampak dua ekor kuda berbulu merah dan putih, diatas kuda berbulu putih ternyata kosong, tak ada penunggangnya, sedang diatas kuda berbulu merah tampak duduk seorang nona Cantik yang bukan lain daripada Leng Bie Sian yang pernah menolak untuk meminjamkan uang kepadanya.

   Dalam hati Cin Hong menggerutu.

   Untuk apa gadis itu datang kemari? Perasaan terhina segera timbul dalam otaknya.

   maka segera memperCepat gerak kakinya.

   Leng Bie sian yang menunggang kuda sambil menggandeng tali kuda berbulu putih, terus mengejarnya sambil berteriak memanggil.

   "Hei Kau jangan marah dulu. Dengarlah keteranganku"

   Cin Hong tak menggubris, ia terus berlari. Leng Bie Sian menjadi Cemas, buru-buru mengeprak kudanya untuk mengejar sambil memanggil pula.

   "Hei dengar dulu penjelasanku"

   Cin Hong masih tetap tak menghiraukan, sedang dalam hatinya berkata kepada dirinya sendiri.

   "Tidak Kau tadi membikin malu aku Buat apa penjelasan lagi?"

   Leng Bie Sian mengira tidak mungkin dapat mengejar, tiba-tiba tertawa nyaring dan berkata.

   "Hei caycu dari daerah Kang-lam, kiranya mempunyai pikiran sempit seperti seorang nona (caycu artinya orang cerdik pandai)"

   Cin Hong yang mendengar suara itu, terCengang, lantas menghentikan kakinya, memutar tubuh untuk menunggu kedatangan nona itu sampai dekat, kemudian menegurnya dengan nada suara marah.

   "Kau ngoceh Mana bisakau samakan aku dengan seorang nona?"

   Leng Bie sian lompat turun dari atas kudanya, berjalan menghampiri padanya seraya berkata sambil tertawa.

   "Aku di rumah makan tadi hanya main-main denganmu, kau lantaS demikian marah dan tidak suka memaafkan orang. Itu bukankah mirip dengan kelakuan seorang nona?"

   Wajah Cin Hong menjadi merah, bantahnya.

   "Aku tidak marah terhadapmu, aku hanya ingin lekas-lekas melakukan perjalanan" . Leng Bie Sian berkata sambil menunjuk kuda putihnya.

   "Kalau begitu, kuda ini kuberikan kepadamu"

   "Naik kuda seperti tuan besar saja, aku tidak mau"

   Berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala. Leng Bie Sian tertawa, berkata sambil menunjuk matanya.

   "Kau lihat Kau tadi masih kata tidak marah, kalau tak marah, tidak nantinya kau akan mengucapkan perkataan seperti ini"

   Wajah Cin Hong kembali menjadi merah, terpaksa purapura tertawa dan kemudian berkata sambil menjura.

   "Baik, mulai saat ini aku benar-benar takkan marah lagi padamu, harap kau pulanglah."

   "Aku justru tidak mau pulang, aku hendak mewakili Swat-lie-ang Yo In In untuk mencari sedikit nama."

   Kata Leng Bie Sian sambil menggelengkan kepala. Cin Hong setelah berpikir sejenak, berkata dengan tegas.

   "Kau sebaiknya pulang saja Suhumu bila tidak melihat kau, itu pasti akan memikirimu."

   "Apakah ini kekUatiranmu satu-satunya?"

   Tanya Leng Bie Sian Sambil tersenyum. Cin Hong menganggukan kepala. Leng Bie Sian bertanya pula sambil bersenyum.

   "Apa Sudah tak ada lagi alasan lain?"

   Cin Hong ragu-ragu sejenak. lalu menganggukkan kepala. Leng Bie Sian lompat keatas kuda merah, berkata sumbil menunjuk kuda putih di sampingnya.

   "Kalau begitu kau naiklah, kali ini aku keluar dari gunung, adalah suhu yang suruh katanya. Sian-jie.....kau lekas turun gunung, harus. ..."

   Ketika ia berkata sampai disini, seolah-olah sadar bahwa ia sudah kelepasan omong, buru-buru menutup mulutnya dengan tangannya sendiri, sedeng sikapnya menunjukkan perasaan sesalnya. Cin Hong merasa sangat heran, tanyanya^ "HaruS apa?"

   Leng Bie sian melepaskan tangannya, ia menjadi kemekmek? lama sekali barulah biSa berkata.

   "Suhu suruh aku menyelidiki pangcu golongan Kalong itu sebetulnya orang macam apa, Betapa besar pengaruhnya? Dan apa sebabnya menolong keluar satu persatu tawanan rumah penjara rimba persilatan dari golongan hitam?"

   Cin Hong dalam hati tahu bahwa gadis itu sedang membohong, dalam hatinya lalu berpikir.

   "Bagaimanapun kau hendak membohongi aku juga sudah bisa menebak isi hatimu, perlu apa harus menutupi rahasiamu?"

   Kembali ia menjura kepada gadis itu seraya berkata^ "Nona Leng, terus terang kukatakan padamu.

   Perhubungan baik sekali dengan sumoayku.

   Jikalau kau terus menerus mengikuti aku saja aku....aku khawatir kalau aku nanti juga jadi suka kepadamu, dan ini barang kali...barangkali tidak begitu baik...

   ."

   Leng Bie Sian tertawa Cekikikan, kemudian berkata^ "Tidak apa, asal aku tidak suka padamu sudah Cukup"

   Cin Hong terkejut dan terheran-heran, ia terus mengawasi muka gadis itu, sedang dalam hatinya berpikir.

   "Bagaimana kau bisa tak suka aku? Kalau kau tidaK suka padaku, mana kau mau berjalan bersamaku?"

   Leng Bie Sian agaknya sudah dapat menebak isi hati Cin Hong, dan apa yang sedang di pikirkannya pada saat itu.

   Tiba-tiba ia berhenti tertawa dan berkata sambil memonyongkan mulutnya^ "cin Kongcu, tadi malam karena aku dikejutkan dan merasa takut pada setan, maka aku telah memanggil kau beberapa kali dengan panggilan engkoh Hong, se-betul2nya aku tidak suka padamu, jadi hendaknya kau juga tidak boleh berlaku terlalu romantis sendiri"

   Cin Hong merasa tak enak hati, juga merasa marah, dalam hati berpikir.

   "Aku tak perCaya Aku tak perCaya kau tidak suka padaku. Baik, kita lihat saja."

   Lalu lompat keatas kuda putinnya, dan kemudian di larikan sambil mengajak Leng Bie sian.

   "Jalanlah, nona Leng"

   Mereka paCu kudanya masing-masing dengan keras, sambil berjalan menceritakan pengalamannya yang aneh di dalam kampung setan- Pelayan wanita baju hijau yang menggigit jari sendiri dan meneteskan darahnya dikepala tengkorak.

   Suuatu hal yang amat berkesan bagi mereka yang hingga saat ini masih belum terpeCahkan oleh mereka apa maksud perbuatan pelayan wanita yang aneh itu.

   Sementara mengenai maksud nyonya rumah kampung setan itu, sudah gamblang.

   Beberapa kali sebetulnya Cin Hong sudah hendak menceritakan hal maksud nyonya rumah yang suka memaksa mengajak dirinya masuk kedalam kamar, tapi ia lalu merasa bahwa ucapan mesum seperti itu tak baik di ceritakan kepada seorang gadis yang masih putih bersih, apalagi urusan itu sudah pergi, asal ia sendiri dikemudian hari berjaga-jaga dan berhati-hati, jangan sampai sembarangan minum teh yang disuguhkan oleh kaum wanita...

   Mereka mengobrol sepanjang jalan tiba-tiba Cin Hong teringat kepada seorang wanita yang menyanyikah lagu Siao-thao-hong dirumah penjara rimba persilatan- Lalu ingat pula ia akan pesan suhunya yang pernah mengatakan bahwa kalau ia hendak memahami persoalan sekitar rumah penjara rimba persilatan yang sangat misteri itu, wanita yang menyanyikan lagu Siao-thao-hong itulah satu-satunya orang yang paling baik untuk mengadakan pengusutan.

   "Ng... .biarlah aku coba2 menanyakan padanya."

   Demikian ia berpikir.

   "Nona Leng, aku hendak menanya padamu satu hal."

   "Baik, Silahkan"

   "Malam pertama ketika aku memasuki rumah penjara rimba persilatan, diatas lembah aku mendengar ada seorang wanita sedang menyanyi. Bolehkah aku numpang tanya padamu siapa wanita itu?"

   "Dia adalah seorang wanita?"

   "chuh Sudah tentu aku tahu kalau dia adalah seorang wanita. Yang kutanyakan adalah namanya"

   "coba kau terka siapa dia?"

   "Semula aku menduga kau, kemudian aku tahu bahwa itu bukanlah kau, lalu aku menerka pula kepada suhumu, dan kembali terkaanku itu keliru........"

   "Bagaimana kau tahu kalau dugaanmu itu keliru?"

   "Karena ada seorang tawanan penjara yang memberitahukan padaku, setiap kali suara nyanyian itu sampai ditengah-tengah, lalu terdengar suara suhumu yang menggeram dan berkata. Siu Kim Siu Kim Jangan menyanyi lagi..Jangan nyanyikan lagi^ Lalu suara nyanyian itu terhenti. Dari sini dapat diketahui bahwa yang menyanyi itu juga bukanlah suhumu."

   "Sudah tentu bukan Suhuku adalah seorang laki-laki, bagaimana kau selalu menganggap ia sebagai Wanita?"

   "Maaf, sekarang aku terpaksa hendak minta kau beritahukan padaku, siapakah wanita yang menyanyi itu?"

   "Apa kau suka nyanyiannya?"

   "Ng, ia menyanyikan lagu yang sangat menyedihkan hati"

   "Aku juga bisa menyanyi, biarlah aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu"

   "Baik. Ah, tidak Kau jangan coba-coba mengalihkan pertanyaanku tadi"

   "cis Kalau kau ingin tahu siapa dia. ada satu syarat yang harus kau penuhi lebih dulu"

   "coba kau sebutkan syarat itu"

   "Berita bukan dulu asal-usul dirimu"

   "Hm Adakah itu maksud suhumu?"

   "Bukan Akulah yang ingin tahu"

   "Kalau begitu....."

   "Jadi kau sudah tidak ingin tahu lagi siapa wanita itu?"

   "Biar kubatalkan saja maksudku"

   Mereka terus pacu kudanya, ketika melalui sebuah rimba, Cin Hong tiba-tiba melihat di bawah sebuah pohon Cemara besar ditepi jalan ada dua orang sedang dudukduduk membelakangi jalan raya, orang itu yang satu berpakaian putih, dan yang lain berpakaian hitam, dilihat dari bagian belakang, orang yang berpakaian jubah hitam itu mirip dengan Pek Ho Peng kepala pasukan istana, juga adalah penjual susu tahu yang selama sepuluh tahun lamanya terus sembunyikan diri di kota Hang-ciu, dan paling belakang ini barulah membuka rahasianya, dan pernah dua kali menolong Cin Hong dari bahaya.

   orang itu juga yang Cin Hong kenal sebagai empek Ie-oe Cin Hong sangat girang, segera menghentikan kudanya.

   Leng Bie Sian juga buru-buru menghentikan kudanya dan menanyakan kepada anak muda itu ada urusan apa.

   Tindakan kedua orang ini begitu mendadak hingga dua ekor kuda itu mengeluarkan suara ringkikan- Ketika mendengar suara ringkikan kuda, dua orang yang duduk di bawah pohon itu dengan berbareng pada berpaling.

   Benar saja orang yang mengenakan jubah hitam itu adalah empek Ie-oe, sedang yang mengenakan pakaian warna putih ternyata adalah Tamu tidak dikenal dari luar daerah yang menjadi tokoh nomor satu dalam rimba persilatan, yang selalu mengenakan kerudung sutera warna putih.

   Cin Hong buru-buru lompat turun dari kudanya, lari ke hadapan mereka, dan berkata sambil menjura.

   "Locianpwe kiranya ada disini? Boanpwe disini unjuk hormat"

   Empek Ie-oe dengan menunjukkan sikap girang mengawasi Cin Hong sejenak, lalu menunjukkan sikap heran ketika mengamat-amati Leng Bie Sian yang baru turun dari kudanya, kemudian mengawasi Cin Hong lagi seraya bertanya.

   "Apa kau.....baru kembali.....dari.....kepergianmu.....menengok.. ..ke rumah penjara?"

   Cin Hong mengiakan, baru saja mau menceritakan, ie-oe udah berkata lagi sambil menggoyangkan tangannya.

   "Kita tidak perlu. ..Tidak perlu menceritakan... lagi...urus an itu....aku.,..aku. .,sudah tahu....semua "

   Kemudian ia bertanya sambil menunjuk Leng Bie Sian^ "Nona itu....siapa ?"

   Cin Hong menjawab^ "Ia adalah murid penguasa Rumah Penjara Rimba Persilatan, namanya Leng Bie Sian dia.. ."

   Empek Io-oe membuka matanya lebar-lebar katanya heran.

   "Haaaa?. Penguasa Rumah Penjara sudah menutup kau... dan penjarakan gurumu, maka kau lantas menawan-., murid wanitanya?"

   Cin Hong sebenarnya sudah ingin menjelaskan, tetapi dalam waktu sesingkit itu juga tak dapat memberi penjelasan secara ksseluruhan, terpaksa menjawab sekenanya, lalu berpaling dan berkata sambil menjura kepada tamu tidak dikenal dari luar daerah^ "Tadi pagi atas pertolongan cianpwee, disini boanpwe mengucapkan banyak-banyak terima kasih"

   Tamu tak dikenal dari luar daerah menunjukan sikap terkejut dan terheran- heran, ia bertanya sambil miringkan kepalanya.

   "Apa katamu ?"

   "Tadi pagi ketika boanpwe bertiga berada diperkampungan setan, jikalau bukan Locianpwee yang memancing pergi Pangcu golongan Kalong boanie bertiga barang kali sudah terbinasa di-tangannya"

   Kata Cin Hong sambil tersenyum. Tamu tak dikenal dari luar daerah mendengar keterangan itu, lantas berpaling dan berkata kepada empek Ie-oe.

   "Sahabat kau dengar tidak ?"

   EmpeK Ie-oe tampaknya terkejut dan terheran-heran, membuka matanya lebar-lebar mengawasi Cin Hong, kemudian berkata.

   "cin caycu, cobalah kau .... ceritakan.... apa yang terjadi...ketika kau ketemu dengan Ho-ong... ."

   Cin Hong merasa sedikit bingung, ia lalu menceritakan pengalamannya bagaimana setelah keluar dari rumah penjara, lalu berjalan mengikuti jejak dan tanda kode yang ditinggalkan oleh can-sa-jie sehingga masuk kegunung Bieciong San, disana telah dilihatnya pangcu golongan Kalong berada dalam gubuk peninggalan kakek gelandangan Kian Hian, yang sedang mencari barang-barang .

   ....

   Baru bicara sampai disitu, tamu tidak dikenal dari luar daerah dan empek Ie-oe dengan berbareng mengeluarkan seruan terkejut, dan dengan berbareng pula lalu pada bertanya^ "Apa? Kau kata bahwa anaknya dewa persilatan, sikakek gelandangan Kiat Hian berdiam digunung Bie-cong San?"

   Cin Hong menganggukan kepala mengiakan kemudian menceritakan pula bagaimana monyet putih itu diatas tanah menulis dua huruf Kiat Hian, kemudian muncul seorang nenek berambut putih yang tidak dikenal namanya, yang hendak mencari Kiat Hian, dari mulut nenek itu telah mendapai bukti bahwa Kiat Hian adalah keturunan Taypekssian- ong Kiat Phian BinCin Hong sudah hendak menceritakan lagi kelanjutan Ceritanya, tapi tetamu tidak dikenal dari luar daerah lantas mencegahnya dengan berkata.

   "Tunggu sebentar Nenek berambut putih itu apa kah menggunakan senjata peCut panjang berwarna perak?"

   "Ya betul Kepandaian ilmu silat nenek itu bagus sekali, apa kah cianpwe tahu siapa dia?"

   Tanya Cin Hong girang.

   "Tidak tahu. Tiga hari berselang, didaerah Han-im aku telah berjumpa dengannya, ia melihat aku mengenakan kerudung muka, lantas mengajak aku berkelahi "

   Kata tamu tidak dikenal dari luar daerah sambil menggelengkan kepala.

   "oooa Dan akhirnya?"

   Bertanya Cin Hong Cemas.

   "Akhirnya, ia telah kukalahkan dalam lima ratus jurus"

   Jawab tamu tidak dikenal dari luar daerah tenang.

   Cin Hong diam-diam berpikir, kepandaian ilmu silat nenek itu, jauh diatas sepasang suami isteri dari golongan Lo-hu, Sedangkan Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang berada dihadapannya sekarang ini, masih diatas nenek tua maka saat itu semakin tebal rasa kagumnya dan semakin berlaku hormat, diam-diam ia sudah mengambil keputusan hendak mempelajari seluruh ilmu Kipas yang diberikan oleh monyet putih itu supaya mendapat kedudukan didalam rimba persilatan- Ia kemudian menceritakan bagaimana setelah Leng Bie Sian muncul tiga orang dan satu monyet telah berhasil memukul mundur nenek itu setelah ia mengejar jejak pangcu golongan Kalong hingga tiba diperkampungan setan, disitu ia telah bertemu dengan nyonya rumah, Setan perempuan dan pelayan wanita berbaju hijau...

   .terakhir ketika ia menceritakan ketika nyonya rumah itu mendengar suara ayam berkokok lantaS kabur, dan akhirnya bertemu dengan pangcu dari golongan Kalong, setelah melakukan pertandingan persahabatan dengan sepasang suami isteri golongan Lo-hu, lalu mencegat mereka bertiga hendak dibunuhnya, dan untung Pangcu itu telah dipancing pergi oleh seorang yang dianggapnya sebagai Tamu tidak dikenal dari daerah luar itu.

   Setelah mendengar penuturan Cin Hong, empek Ie-oe tersenyum dan saling berpandangan dengan tamu tak diundang dari luar daerah, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan berkata.

   "cin caycu, tadi pagi ketika kau...berada diperkampungan Setan, apakah kau pernah melihat dengan mata kepala sendiri...Tetamu tidak dikenal dari luar daerah ini?"

   "Hanya melihat berkelebatnya sesosok bayangan putih. tapi suaranya itu kuraSa tidak bisa salah lagi."

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jawab Cin Hong sambil menganggukkan kepala.

   Empek Ie-oe terus tertawa tidak berhentinya.

   kemudian berkata sambil menunjuk Tetamu tidak dikenal dari luar daerah^ "Haha....

   Tapi aku.....aku dengan dia....

   Sejak tadi malam...

   mengobrol sampai sekarang kami masih...belum pernah bergeser dari tempat ini...

   selangkahpun juga "

   Dalam hati Cin Hong merasa heran sekali, tiba-tiba ia teringat mUnculnya seorang yang menamakan dirinya Tamu tak diundang dari daerah luar dikelenteng bobrok pada beberapa hari berselang, orang itu mengatakan bahwa didalam golongan Kalong ada seorang tamu tidak dikenal dari luar daerah yang palsu.

   Maka kini ia menjadi bingung sendiri, juga tidak tahu Waktu itu orang yang mengaku sebagai Tamu tak dikenal dari derah luar itu adalah yang benar atau palsu, hanya berdasar atas tindakannya yang bermusuhan dengan Pangcu golongan Kalong, ia berani mendUga pasti ia itu adalah orang baik.

   Kalau begitu, Tamu tak dikenal dari Pangcu golongan kalong dari perkampungan setan, kalau benar bukan orang yang sekarang berada dihadapannya ini, maka tak perduli dua orang itu siapa yang tulen dan siapa yang palsu, dapat dipastikan bahwa Tamu tak dikenal dari luar daerah yang kini berada dihadapan matanya itu adalah yang menjadi anggota golongan Kalong Berpikir sampai disitu, dalam hatinya diam-diam merasa bergidik, buru-buru lompat mundur beberapa langkah, dan sudah siap untuk mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, disamping itu, ia lalu memberi hormat dan berkata kepada Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang masih duduk tenang dibawah pohon.

   "cianpwe sebetulnya siapa? Mengapa hendak menyamar menjadi Tetamu tak dikenal dari daerah luar dan masuk menjadi anggota golongan Kalong?"

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah tak menjawab pertanyaannya, sebaliknya hanya memandang kepada empek Ie-oe dan berkata ia sambil tertawa.

   "Sahabatku, urusan ini pada akhirnya, barang kali aku membuat Curiga padamu"

   Empek Ie-oe tertawa terbahak-bahak. kemudian menggapai dan berkata pada Cin Hong.

   "cin caycu, kaau jangan . ...salah paham, orang.....yang sekarang ada dihadapanmu ini adalah tamu tak di kenal dari daerah luar yang tulen,.....aku...pernah mengadakan pertandingan dengannya ...dipuncak gunung Lok- yanghong... di atas gunung Hoa-San..... sepuluh tahun yang lalu. -tadi ia.... masih menceritakan pengalaman dan kenangan yang lama itu... denganku ..."

   Hati Cin Hong tergerak, kembali memberi homat kepada tamu tidak dikenal dari luar daerah itu. dan berkata.

   "Numpang tanya, apa kah kita dulu sudah pernah bertemu muka?"

   "Ya, pernah"

   JaWab tamu tidak di kenal itu sambil menganggukkan kepala.

   "Dimana kiranya pernah bertemu muka?"

   Tanya pula Cin Hong.

   "Didepan kelenteng bobrok"

   Menjawab tamu tak di kenal dari luar daerah sambil tertawa. Cin Hong diam-diam merasa heran tetapi ia masih belum perCaya bahwa orang dihadapannya itu adalah orang yang pernah dijumpainya di depan kelenreng bobrok. maka ia bertanya.

   "Sudikah cianpwe menceritakan keadaannya di waktu itu?"

   Tamu tidak di kenal dari luar daerah itu lalu menceritakan semua apa yang terjadi didepan kelenteng bobrok itu, ternyata sedikitpun tak salah, pada akhirnya ia berkata pula.

   "Wakta Kutanyakan padamu,jawabmu, Cin Hong. Kukira, aku salah dengar, menyangka kau bilang Kim Hong. Tapi lantas kau bilang juga bahwa she cin-mu itu adalah cin Sie ong punya cin, dan Hong berasal dan kata perahu layar yang indah. Akupun pernah menyuruhmu agar waktu itu kau lanjutkan lekas perjalananmu mengejar Suhumu, agar dapat diberitahukan bahwa Ho ong yang dahulu kini sudah muncul lagi dalam dUnia Kang-ouw hendak mengaCau. Betul tidak kata kataku itu?"

   Cin Hong yang mendengar keterangan itu menjadi terkejut dan bingung. katanya^ "Kalau begitu, orang yang tadi pagi boanpwe jumpai, itu adakah yang palsu?"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah tertawa terbahakbahak.

   lalu berkata^ "Sudah tentu dia itu adalah yang palsu.

   Hari itu aku memaksa Lui Kui Pin supaya, mengajak aku menjumpai dia, tak disangka ditengah jalan ia telah berhasil meloloskan diri dari tanganku.

   Sekarang dia ini mungkin sudah muncul didekat-dekat tempat ini, sebentar lagi aku pasti akan mencari padanya sendiri."

   Leng Bie Sian yang sejak tadi tak turut bicara, mendadak bertanya^ "Kau mengatakan bahwa dia itu adalah palsu, berarti bahwa dia itu adalah anak buah Pangcu golongan Kalong.

   KalaU begitu, mengapa ia memancing Pangcu golongan Kalong, hingga membatalkan maksud Pangcu itu yang hendak membunuh kita ?"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah itu tampak tercengang, lalu berkata dengan suara perlahan.

   "Siapa yang tahu? Mungkin dia sengaja berlaku misterius...."

   Dua orang anak muda dan seorang tua sedang memikirkan persoalan sangat aneh itu.

   tiba-tiba dari jauh terdengar suara siulan panjang, suara itu demikian bening dan jelas.

   baru saja sirap.

   dari atas pohon melayang sesosok bayangan putih.

   Cin Hong yang memiliki pandangan mata tajam Segera dapat mengenali, orang itu dandanannya sama betul dengan tamu yang tak dikenal dari luar daerah, maka ia segera menudingnya sambil berkata.

   "Itulah dia Dia adalah tetamu tidak...."

   Baru berkata setengah, dari dalam rimba terdengar suara yang keluar dari hidung, orang berbaju putih yang melayang turun dari atas pohon sudah memutar balik tubuhnya dan berjalan keluar dari dalam rimba.

   orang itu berperawakan tegap.

   dimukanya mengenakan kerudung kain sutera warna putih.

   dipunggungnya tergantung sebuah pedang pusaka kuno, sinar mata yang tampak dari lubang kerudung tampak berkilauan, sikap orang itu sangat gagah, hingga menimbulkan perasaan jeri bagi orang berhadapan muka dengannya.

   Dia, baik dari perawakannya maupun dari dandanannya, dari atas kepala hingga sampai ke bawah kaki, tak ada satu bagian yang tidak mirip benar dengan tamu tidak dikenal yang lebih dulu disitu, dua orang itu seolah-olah satu cetakan begitu mirip kedua-duanya.

   Begitu berjalan keluar dari rimba, ia lalu menganggukkan kepala ketika melihat Cin Hong, kemudian tertawa ditujukan kepada tamu tak dikenal dari luar daerah yang duduk dibawah pohon, setelah berkata perlahan-lahan.

   "Aku sedang mencarimu, tak disangka bisa ketemu ditempat ini. cepat hunuslah pedangmu"

   UCapan yang keluar dari mulutnya itu demekian tenang dan tegas, kedengarannya mempunyai pengaruh besar sekali, tapi nada suaranya serupa benar dengan suara tamu tak dikenal dan luar daerah yang datang duluan.

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang berdiri lebih dulu ditempat itu lambat-lambat bangkit dari tempat duduknya, Sikapnya tenang sekali, ia juga tersenyum dan berkata lambat.

   "Aku sangat kagum sekali atas kesempurnaan penyamaranmu Cuma ada sedikit hal yang aku tidak habiS mengerti, kau menyamar sebagai aku dan menggabungkan diri dengan golongan Kalong, rela menjadi pelindung hukum Ho-ong apakah maksudmu yang sebenarnya?"

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan dimatanya sekilas tampak memancarkan sinar tajam katanya dengan suara tegas.

   "Sekali lagi aku kata, hunus pedangmu Sekarang ini tak perlu dibicarakan hal-hal yang lain, hanya dibawah ilmu pedang Eng-jie-pat-kiam barulah dapat memaksa kau menunjukkan ekormu"

   Perlu kiranya diketahui, ilmu pedang Eng-jiepat-kiam itu adalah ilmu pedang tunggal dan terampuh dari tamu tak dikenal dari luar daerah juga merupakan ilmu pedang paling hebat yang telah diakui umum oleh rimba persilatan selama beberapa puluh tahun ini, gerakannya yang aneh dan luar biasa dahsyatnya, kecuali orangnya sendiri, orang lain tak sanggup menggunakan.

   Seandai tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan ini adalah yang palsu, mengapa ia malah berani menantang terang-terangan dengan ilmu tunggal tamu tak dikenal dari luar daerah yang tulen itu? Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang tiba duluan, mendongakkan sedikit kepalanya, katanya Sambil tertawa.

   "Ha ha, jikalau kau juga pandai menggunakan ilmU pedang Eng-jie-pat-kiam, ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang sangat ajaib dalam dunia. Kupersilahkan kau mulai duluan"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan mendadak tampak marah besar, segera menghunus pedang yang tergantung dipinggangnya.

   Selagi pedang itu keluar sarung-nya, tetamu tak dikenal dari luar daerah yang tiba duluan memperdengarkan suara tertawa nyayang panjang, pedang pusaka dipinggangnya juga sudah keluar dari kerangkanya Kini dua pedang bergerak dengan cepat dan saling beradu, dua pedang pusaka itu sama-sama mengeluarkan suara delapan kali dengan beruntun, seolah-olah dua sinar kilat yang beradu menjadi satu, sinarnya itu membuat silau mata orang yang menyaksikannya.

   Hampir dalam waktu yang sangat singkat sekali, ketika semua mata ditujukan kepada dua pedang tadi, sinar pedang yang beradu sudah lenyap hanya suara mengaungnya pedang yang masih menggema ditengah udara, sedang dua orang yang sana-sama mengaku sebagai tamu tidak di kenal dari luar daerah, masing-masing sudah pada lompat mundur beberapa langkah.

   Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan, seolah-olah baru bertemu lagi dengan musuh besar yang paling dibenci selama hidupnya, sepasang matanya tampak beringas, ia merangsak dengan begitu bernapsu, setiap maju selangkah, dari mulutnya mengeluarkan suara bengis^ "Hmm Kiranya kau"

   Tamu tidak di kenal dari luar daerah yang datang duluan, dengan sikapnya yang tenang sekali perdengarkan suara tawa dinginnya, kemudian berkata sambil mengertak gigi^ "Katakan Dari mana kau mempelajari ilmu pedang Eng-jie-pat-kiam?"

   Tetamu tidak di kenal dari luar daerah yang datang belakangan balaS membentak.

   "Jangan banyak bicara Kenapa kau tidak pergi?"

   Menimpali yang duluan-"Dia adalah punyamu, seharusnya kau yang pergi"

   Kata pula yang belakangan -"Tidak Dia adalah punyamu Kaulah yang harus pergi"

   Percakapan dua orang yang tidak ketahuan ujung pangkalnya itu, membuat empat orang yang mendengarnya pada merasa bingung sendiri, dalam hati masing-masing berpikir.

   Mereka berdua itu satu sama lain tentu sudah saling mengenal tetapi apa yang dimaksud dengan kata "Kau yang harus pergi itu?"

   Empek Ie-oe sementara itu sudah bertanya dengan heran kepada tetamu yang tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih dulu.

   "Sahabatku, dia.....dia itu siapa...."

   "Seorang yang paling tak bisa dimaafkan dalam dunia ini"

   Jawab tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang lebih dulu.

   Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan menggeram, matanya ditujukan dan mengawasi lama kepada empek Ie-oe.

   Empek Ie-oe merasa tidak senang, katanya sambil mengerutkan alis^ "Tak kenal?...

   Apa kau....tidak kenal aku?"

   "Bagaimana sebutan tuan?"

   Tanya Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan- Empek Ie-oe tertawa terbahak^ kemudian berkata.

   "Ha ha,...kau benar-benar.. ..adalah barang tiruan. Jika kau....tetamru tak dikenal dari luar daerah yang tulen.....mengapa.......mengapa tidak kenal aku....."

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan itu kini rupanya pusatkan perhatiannya kepada empek Ie-oe, kembali mengamat-amati wajah empek Ie-oe sejenak. dengan tiba-tiba mengeluarkan seruan kaget, dan katanya.

   "Eeeei. apakah kau ini bukan Pek Hong Peng?"

   Tertawa empek Ie-oe waktu itu juga lantas sirap. katanya terkejut.

   "Benar...,dan lagi?"

   Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan itu seolah-olah bertemu dengan sahabat lamanya, sepasang matanya memancarkan sinar girang, katanya dengan cemas^ "Perpisahan kita dipuncak Lok-yang-hong digunung Hoa San pada dua puluh tahun berselang, hingga Sekarang terus tidak pernah mendengar kabar beritamu, siao-te mengira kau sudah mengasingkan diri dengan penasaran, bagaimana kau sekarang bisa berubah demikian rupa?"

   Empek Ie-oe dengan sikap murung, berkata dengan marah.

   "Hem, hal ini... .semua orang rimba persilatan sudah tahu hingga tidaklah mengherankan"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan berkata lagi.

   "Kita dipuncak Lok-yan-hong itu telah bertanding sampai lima hari lamanya, terakhir dalam pertandingan ilmu lari pesat, ketika lari sampai dibatu cadas cian-lok-sek kaki kirimu menginjak sebuah batu kerikil, hingga tersusul setengah langkah oleh siao-te, waktu itu dalam keadaan marah, kau sudah menginjak batu itu menjadi hancur, betul tidak/"

   Empek Ie-oe mengeluarkan suara terkejut.

   SepaSang matanya memancarkan sinar keheranan, tanpa disadari olehnya sendiri ia telah mengamati orang yang datang belakangan itu.

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan, tertawa tergelak lalu berkata sambil menunjuk Cin Hong.

   "Jikalau kau masih belum mau pereaya, anak muda Cin Hong ini boleh dianggap sebagai saksi, sebabpada beberapa hari berselang Siao-te pernah menolong ia dari bahaya didepan kelenteng bobrok, pagi tadi kembali diperkampungan Setan, pernah memancing Ho-ong Jie Hiong Hu keluar dari guha, sehingga membataikan maksudnya hendak membinasakan dia "

   Cin Hong benar- benar menjadi bingung sekali, maka ia lalu bertanya.

   "Waktu dikelenteng bobrok itu, apa saja yang kita bicarakan disana ?"

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan itu telah menjawab tanpa banyak pikir.

   "Waktu kutanyakan padamu jawabmu, Cin Hong. Kukira aku salah dengar, menyangka kau bilang Kim Hong. Tapi lantaS kau jelaskan juga bawa she cin-mu itu adalah cin Sie ong punya cin, dan Hong berasal dari perkataan perahu layar yang indah? Aku juga pernah menyuruh kau supaya waktu itu lekas kau lanjutkan perjalananmu mengejar Suhumu, supaya kau bisa beritahukan bahwa Hoong yang dahulu kini sudah muncul lagi didunia Kang ouw hendak mengaCau. Betul tidak kata- kata ku semua itu?"

   Cin Hong yang mendengar ucapannya itu sedikitpun tidak salah dalam hati diam-diam terkejut dan terheranheran, maka segera berpaling memandang kepada empek Ie-oe, sepatah katapun tidak bisa keluar dari mulutnya.

   Empek Ie-oe bangkit perlahan-lahan matanya dengan bergiliran mengamat-amati dua orang yang sama-sama mengaku sebagai tamu tidak dikenal dari luar daerah, kemudian berkata.

   "Hem Sekarang aku... .aku juga menjadi..,.tidak jelas lagi.....diantara kalian berdua.....siapa yang.....tulen.... dan siapa yang.....palsu?"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan tiba-tiba melongakkan kepala dan tertawa nyaring, pedangnya digetarkan dan menunjuk kepada Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih dulu sambil membentak.

   "orang she kiong, marilah Hari ini kalau ada kau tidak ada aku atau ada aku tidak ada kau"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih dulu perdengarkan suara tertawa dinginnya, kemudian berkata dengan sikap sangat tenang sekali.

   "Jikalau kau sudah bertekad hendak menjadi Tetamu tidak dikenal dari luar daerah, aku akan mengalah terhadapmu juga tidak halangan, tetapi apa kah kau berani menantang mengadakan pertandingan di rumah penjara rimba persilatan?"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan, dengan sepasang matanya yang tajam menatap wajah orang yang datang lebih dulu, bentaknya.

   "Itu tidak ada hubungan denganku"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih dulu, dengan nada suara penuh sindiran berkata sambil tertawa dingin.

   "Mengapa kau tidak katakan saja, kau sebenarnya takut kalah?"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan tidak banyak bicara lagi, ia membentak dengan suara marah, pedang panjang di tangannya digerakkan, dengan tiba-tiba menikam muka tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih dulu, hingga Tetamu tidak dikenal yang datang dari luar daerah yang datang lebih dulu tertawa panjang dan memutar tubuhnya lalu menghunus pedangnya sendiri dan balik menyontek kerudung muka lawannya.

   Kedua-duanya sama-sama orang kuat, kedua-duanya sama-sama akhli pedang kenamaan, dalam pertempurannya yang berlangsung demikian cepat, masih dapat memperkembangkan keindahan gerak ilmu mereka.

   oleh karena mereka sama-sama menggunakan ilmu pedang dari satu aliran, masing-masing menggunakan kemahirannya sendiri-sendiri untuk menjatuhkan lawannya, maka pertempuran berlangsung bukan saja cepat, tetapi juga hebatnya bukan main Pertempuran berlangsung semakin lama semakin cepat, hingga pada akhirnya hanya tampak sinar pedang yang berkelebatan memenuhi lapangan, sulit untuk membedakan mana orangnya yang datang lebih dulu dan yang datangnya belakangan.

   Cin Hong yang tidak dapat membedakan siapa yang tulen dan siapa yang palsu dari antara dua jago itu, dalam hati merasa Cemas, buru-buru lompat kesamping empek Ieoe dan bertanya kepadanya.

   "Pek loCianpwe, aku sudah tak dapat membedakan lagi. Kau bagaimana?"

   Empek Ie-oe masih tetap mengawasi jalannya pertempuran, sedang mulutnya menjawab dengan suaranya yang terputus-putus^ "Hem, tak apa....

   kalau kau tidak dapat membedakan.^..

   apa yang paling memusingkan kepala, kita tidak dapat mengetahui siapa yang tulen, siapa yang palsu."

   Leng Bie Sian mengikuti Cin Hong, berkata sambil tersenyum.

   "Tunggu setelah mereka ada yang menang dan yang kalah, kita dapat membedakan orang yang tidak marahmarah itu adalah orang yang datang lebih dahulu, orang yang adatnya keras dan berangasan itu adalah orang yang datang belakangan"

   "oh"

   Berkata Cin Hong lalu berpaling dan bertanya kepadanya.

   "Apakah kau sudah dapat mengenali siapa satu yang tulen?"

   "Aku pikir orang yang adatnya keras dan berangasan itu mungkin yang tulen"

   Menjawab Leng Bie Sian dengan suara perlahan- "Mengapa kau bisa berpendapat demikian?"

   Bertanya Cin Hong terkejut.

   "Sekarang aku hendak tanya padamu, Seandai ada orang yang menyaru menjadi dirimu demikian mirip, tidak seorang pun yang dapat membedakan nama yang tulen dan mana yang palsu, apakah kau tidak akan cemas gelisah dan marah-marah?"

   Berkata Leng Bie Sian sambil tertawa. Cin Hong seolah-olah baru sadar, katanya sambil menganggukan kepala.

   "Ya benar, kalau begitu orang yang sama sekali tidak marah itu adalah yang palsu"

   LENG BIE SIAN berpaling dan bertanya pada empek Ieoe.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Pek loCianpwe, orang yang datang duluan tadi bicara apa Saja denganmu?"

   Empek Ie-oe yang mendengarkan pembicaraan Leng Bie Sian kepada Cin Hong, ternyata menunjukkan keCerdasannya berpikir gadis itu, maka ketika ditanya ia lalu berpaling memandangnya sejenak, kemudian berkata Sambil tertawa.

   "Dia mengajak aku.... bersama-sama dia.....untuk menantang pertandingan..... kepada suhumu"

   "Kalau begitu tak bisa salah lagi orang itu adalah yang palsu, kau sekali-kali jangan sampai tertipu olehnya"

   Berkata Leng Bie Sian sambil tertawa.

   "Benar, sebentar.,.. Tamu tidak dikenal dari daerah luar yang tulen"

   Kata empek Ie-oe sambil menganggukkan kepala.

   Setelah itu ia melangkah maju, tapi baru saja bertindak.

   sudah berseru kaget dan berhenti ditempatnya.

   Kiranya ia tadi tak dapat membedakan mana yang palsu dan mana yang tulen, tetapi setelah mendengar keterangan Leng Bie Sian, ia sudah dapat mengenali mana orangnya yang datang kepadanya lebih dahulu, tak disangkasangkanya, baru saja ia menyanggupi kepada Leng Bie Sian hendak memberi bantuan kepada yang tulen, kedua orang yang sedang bertempur dengan cepat itu sudah berubah tempatnya, hingga ia sudah tak dapat mengenali lagi mana yang satu yang datang belakangan.

   Ia mengerutkan alisnya, dan berpaling Serta berkata kepada Leng Bie Sian.

   "Nona kecil, aku... aku tadi bicara sebentar denganmu, kini ternyata....sudah tidak dapat membedakan mana yang tulen dan mana yang palsu lagi"

   "Habis bagaima? Sekarang ini sekalipun Pangcu golongan Kalong sendiri yang datang dia juga tak dapat membedakan mana satu yang menjadi anak buahnya"

   Kata Leng Bie Sian sambil mengerutkan alisnya. Tetapi baru saja menutup mulut didalam rimba dibelakang mereka berdiri tiba-tiba terdengar suara orang menyahut .

   "Belum tentu"

   Suara itu kedengarannya dingin dan ketus, seolah-olah keluar dari liang kubur.

   Cin Hong bertiga terkejut, dengan berbareng lompat menyingkir kekanan dan kiri, saat itu nampak seorang lakilaki muda berparas putih usianya kira-kira tiga puluh lima tahun, mengenakan pakaian berwarna emas, berjalan keluar dari dalam rimba.

   Dia, adalah ketua golongan Kalong Jie Hiong Hu yang tadi pagi dipancing kabur oleh orang berbaju putih ialah tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang belakangan.

   Empek Ie-oe meskipun pernah kata bahwa pada beberapa puluh tahun berselang pernah terpedaya oleh ketua golongan Kalong ini, tetapi sekarang, karena orang yang datang lagi itu mengenakan kedok kulit manusia, maka ia tak dapat mengenali lagi bahwa orang mudayang baru datang itu adalah Jie Hiong Hu dahulu yang pernah memperdayai dirinya, ia hanya dapat merasakan bahwa orang itu bisa berada dibelakang dirinya tanpa menimbulkan suara dan menggerakkan perasaannya, kepandaian ilmu silatnya sudah pasti sudah mencapai ketaraf yang tinggi sekali, sedang dari wajahnya yang dingin kaku itu, ia juga segera mengetahui bahwa orang ini pasti bukanlah orang dari golongan baik- baik, maka ia segera bertanya dengannya.

   "Sahabat... .siapa namamu?"

   Cin Hong yang berdiri disamping lantas berkata dengan suara nyaring.

   "Pek loCianpwee, dia adalah Pangcu dari golongan Kalong "

   Wajah empek Ie-oe segera berubah, tanpa disadarinya sudah mundur selangkah, dengan sinar mata berkilauan ia membentak dengan suara keras.

   "Sundel Kiranya ..... kau"

   Ketua golongan kalong itu berhenti tak jauh didepan empek Ie-oe, lalu menolak pinggang, hingga jubahnya yang berwarna emas seperti kalong yang sedang mementang Sayap.

   sepasang matanya memancarkan sinar buas, Sambil mengeluarkan senyum sinis ia berkata.

   "Pek Hong Peng, orang seperti kau ini sekalipun ada lima orang. juga jangan harap bisa melawanku. Kau berdiri sajalah disamping sekali-kali janganlah kau coba-coba turut Campur tangan"

   Empek Ie-oe mengeluarkan suara dari hidung, tetapi tidak seperti orang rimba persilatan umumnya yang mudah naik darah, tidak segera menyerbu, sebab empek Ie-oe keCuali usia yang sudah lanjut dan pengalamannya yang banyak sekali, juga terhadap orang dihadapannya ini, jauh lebih mengerti dari siapapun juga .

   itu ialah pada dua puluh tahun berselang ketika tanpa disadari olehnya sendiri, ia telah terperosok oleh jaring asmara yang dimainkan oleh orang dihadapannya itu, tak ia sangka sebagaipada satu malam sedang mereka bercumbu-cumbuan.

   dengan tibatiba telah diketahui olehnya bahwa orang yang dicintainya itu adalah seorang Wadam hingga saat itu ia ketakutan, terkejut dan entah bagaimana perasaannya sekujur tubuhnya menggigil, tetapi ia tidak boleh berbuat apa- apa, hanya mulutnya saja yang selalu terus mengucapkan katakata.

   "Kau .... Kau Kau..."

   Dan selanjutnya, hingga hari ini dua puluh tujuh tahun telah lewat suaranya yang gugup ia masih belum sembuh sama sekali, dan sejak terjadinya peristiwa itu ia baru tahu bahwa orang wadam itu adalah Jie Hiong Hu yang mempunyai nama julukan Ho-ong, yang waktu itu pernah membinasakan secara kejam perempuanperempuan dan laki-laki muda rimba persilatan, sedangkan ia yang Sejak waktu itu mendapat penyakit gugup suara itu, tidak berani kembali lagi pulang ke iStana untuk menjabat sebagai komando pasukan tentara istana lagi, maka ia sejak Waktu itulah berkelana kedunia Kang-ouw dan mengajak It-hu Sianseng serta can Sa-sian Sie Koan yang maksudnya hendak menyingkirkan wadam yang sangat bahagia itu, tak disangka-sangkanya, dengan kekuatan mereka bertiga hanya dapat mengusir orang Wadam itu dari daerah Tionggoan....

   Hari ini, iblis yang berupa wadam itu ternyata sudah berani datang lagi kedaerah Tiong-goan, bahkan sudah mendirikan golongan yang dinamakan golongan Kalong, dapat diduga bahwa kepandaian ilmu silatnya sudah pasti lebih tinggi daripada dahulu, ini berarti pula, ucapannya yang mengatakan bahwa orang yang seperti kau Pek Hong Peng ini sekalipun ada lima orang juga jangan harap bisa melawanku .

   , .

   .bukanlah suatu ucapan besar melulu, dan untuk menghadapi iblis seperti ini, hanya dapat menggunakan akal untuk menyingkirkannya.

   Sekali-kali tidak bolen menggunakan kekerasan, itulah sebabnya maka tidak berani gegabah turun tangan terhadapnya Dua tetamu tidak diundang dari luar daerah yang sedang bertempur sengit itu ketika menampak munculnya Pangcu golongan Kalong dengan tiba-tiba, segera pada lompat menyingkir, dan untuk sementara pertempuran terhenti.

   Pertempuran sudah berhenti, namun orang masih belum dapat mengenali mana orang yang datang lebih dahulu, dan mana yang datang belakangan.

   Sepasang mata ketua golongan Kalong memancarkan Sinar yang berkilauan, mengawasi mereka dengan bergiliran, agaknya ia sudah dapat mengenali mana yang tulen dan mana yang palsu, katanya sambil tertawa.

   "Diantara kalian berdua, ada salah satu adalah pelindung hukumku, yang juga merupakan tangan kananku. Sekarang berjalanlah kesampingku"

   Dua Tamu tidak diundang dari luar daerah itu saling berpandangan sejenak. namun tak ada seorangpun yang bergerak. berdlam saja, orang yang berdiam disebelah kiri, lebih dulu berkata pada orang yang berdiri disebelah kanan sambil tertawa dingin.

   "Pergilah.. Apakah kau sudah tidak mengenali majikanmu sendiri?"

   Orang yang berdiri disebelah kanan sepasang matanya memancarkan sinar tajam ia berkata dengan suara penuh ejekan.

   "Kalau kau memang sudah tebal muka menjadi budak orang, sekarang kau tidak berani mengakui majikanmu lagi dalam dunia ini juga hanya kau yang dapat melakuian perbuatan rendah seperti ini"

   Orang yang diejek tiba-tiba mendongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak. kemudian berkata.

   "Jitu sekali.. Tak kuduga kau ternyata Sudah dapat memaki dirimu sendiri demikian jitu... ."

   Cin Hong yang mendengarkan pembicaraan dua orang itusama-sama tajam, sesungguhnya sulit untuk dibedakan mana yang asli mana yang palsu, lalu bertanya kepada mereka^ "Jiwie cianpwe, diantara kalian berdua sebenarnya yang mana satu yang datang belakangan?"

   Dalam pikiran pemuda itu, Leng Bie Sian karena berkata orang yang datang belakangan itu adatnya berangasanmaka ada kemungkinan besar yang asli, sekarang asal ia membuka mulut menjawab ucapannya, yang lain sudah segera dapat dibuktikan adalah yang palsu.

   Diluar dugaannya, begitu habis mengucapkan pertanyaannya, dua orang itu menjawab dengan berbareng.

   "Aku"

   Tapi jawaban itu dirasakan oleh mereka seolah-olah merendahkan derajat sendiri, maka dengan berbareng pada mengeluarkan suara bentakan marah dan hendak saling tempur lagi....

   "Tahan"

   Demikian ketua golongan kalong membentak. dan dengan berbareng sudah melesat ketengah-tengah mereka, sepasang matanya berputeran, katanya pula sambil tertawa dingin.

   "Sekarang aku sudah dapat mengenali pelindUng hUkUmku. Aku perintahkan kau berjalan maju tiga langkah "

   Karena tidak ada reaksi apa-apa dari mereka, ketua golongan kalong itu mengeluarkan suara tertawa dingin, kemudian berkata sambil menganggukkan kepala.

   "Baik juga mungkin kau ada mempunyai kesulitan sendiri, kalau begitu biarlah kau sendiri berlaku hati-hati...."

   Baru saja menutup mulut, kedua tangannya bergerak.

   dengan kecepatan bagaikan kilat, melancarkan serangan kepada dua tamu tak dikenal dari luar daerah melalui udara.

   Empek Ie-oe yang menyaksikan gerakan itu wajahnya berubah seketika, dengan cepat ia maju melangkah dan membentak dengan keras.

   "Awas Itu adalah serangan dengan ilmu Kiu-im-hek kut-ciang "

   Ia mengeluarkan suara itu demikian nyaring dan ternyata tidak terputus-putus, jelas bahwa pengetahuannya terhadap serangan yang dilancarkan tiba-tiba oleh ketua goloagan Kalong itu cukup banyak dan masih belum hilang rasa takutnya.

   Keadaan ini, sama juga dengan seorang yang tidak punya tenaga untuk menghadapi bahaya maut, kadang-kadang bisa mengeluarkan tenaga lewat takaran yang ia sendiri tidak mengerti mengapa bisa terjadi begitu.

   Ilmu yang disebut sebagai ilmu Kui-im-hek-kut-cian tadi, adalah ilmu dari golongan sesat yang dahulu pernah dipelajari oleh Ho-ong, dan dengan menggunakan banyak bangkai-bangkai manusia, dan pernah membinasakan banyak jago-jago rimba periilatan, oleh Karena ilmu itu tidak dapat dilawan dengan kepandaian ilmu silat biasa, maka barang Siapa yang kesambar oleh hembusan angin yang meluncur dari serangannya bagaimana tinggi kepandaian ilmu silatnya juga akan jatuh.

   bahwa ada kemungkinan akan segera melayang jiwanya.

   Oleh karena itulah maka empek Ie-oe sudah melupakan keadaan diri sendiri, dan berteriak dengan suara lantang.

   Sementara itu dari antara dua orang Tetamu tidak diundang itu, sudah menunjukkan reaksi sendiri2.

   orang yang berdiri disebelah kanan, masih tetap berdiri tegak tidak bergerak.

   sebaliknya yang berdiri disebelah kiri, sudah mengelurkan seruan tertahan kemudian lompat melesat keatas pohon dan menghilang ditempat gelap.Diantara suara tertawanya yang aneh, ketua golongan kalong itu mementang lengan jubahnya dan melayang keatas pohon untuk pergi mengejar, sementara mulutnya mengeluarkan kata-kata.

   "Aku sama sekali belum mengeluarkan serangan, mengapa kau demikian gelisah? Kalau begitu, kau bukankah pelindung hukumku, ha. .ha... ."

   Suara itu menghilang demikian cepatnya,jelas bahwa dua orang itu sudah berada sejauh setengah pal lebih.

   Dan kini, ditepi rimba itu dengan berlalunya ketua golongan Kalong, maka suasana nampak tenang sekali yang tinggal kini hanya dua orang tua dan dan anak muda, semua pada bisa menarik napas lega.

   Empek Ie-oe lalu melolos ikat pinggangnya kain putih, berjalan menghampiri Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang masih berdiri tegak ditempatnya, katanya dengan suara berat.

   "Sekarang ganti... kita berdua yang main-main, aku siorang she Pek meskipun bukan... tandingan manusia wadam itu, tetapi, tetapi...tetapi untuk menghadapi kau.... barang tiruan ini masih yakin- ..."

   Tetamu tak diundang dari luar daerah itu tertawa geli, dengan tenang masukkan kembali pedangnya kedalam sarungnya, sementara mulutnya berkata^ "Saudara Pek, kau keliru Siaotelah yang benar-benar Tamu tak diundang dan luar daerah yang tulen"

   "Hmmm, kalau...Tamu tak diundang dari luar daerah yang tulen.,. tak mungkin tekuk lutut mau jadi budak ketua.... golongan Kalong"

   Kata empek Ie-oe Sambil tertawa dingin.

   "Itu benar, terima kasih atas penghargaan saudara Pek kepada siaote"

   Berkata Tamu tak diundang dari luar daerah sambil menjura memberi hormat.

   Tetapi empek Ie-oe malah jadi marah, dengan mulut mengeluarkan bentakan keras, ikat pinggang kain putih ditangannya lau diputar, bagaikan naga meluncur keluar dari dalam goa, menggulung pada tamu tak diundang itu.

   Tetamu tak diundang lompat minggir beberapa kaki, katanya marah.

   "Saudara Pek, dengan berdasar atas apa kau bahwa aku barang tiruan?"

   Empek Ie-oe kembali menyerang sepasang kaki tamu tak diundang, katanya dengan suara lantang.

   "Berdasar... serangan dari orang banci tadi^"

   Tamu tak diundang masih tetap lompat minggir kesamping, katanya dengan suara keras.

   "Aku sudah duga pasti gerakan serangan tadi adalah gerakan serangan pura-pura, maka aku tak mau menghiraukannya."

   Empek Ie-oe tidak mau percaya, senjatanya yang berupa ikat pinggang kain putih itu berputar-putaran di atas kepala, demikian gesit serangannya itu, juga dilancarkan dengan ganas dibanding dari nenek rambut putih yang tidak dikenal itu, tampaknya jauh lebih hebat.

   Tetapi tetamu tidak diundang dari luar daerah itu hanya lompat kesana kemari, untuk mengelakkan serangannya, tidak mau membalas, beberapa juruS kemudian tampaknya sudah mulai agak kewalahan, hingga keadaannya seperti kerepotan sendiri.

   Pada dua puluh tahun berselang, ketika empek Ie-oe masih menjabat sebagai komandan pasukan istana negara, pernah mengadakan pertandingan dengan Tamu tak diundang dari luar daerah itu di gunung Hoa-san selama lima hari, meskipun pada akhirnya ia kalah setengah langkah dalam mengadu ilmu lari cepat, tetapi kekalahan yang sedikit itu boleh dikata tak ada artinya, dan kini kalau tamu tidak di undang dari luar daerah itu harus mengalah terus-terusan tanpa membalas, bagaimana sanggup bertahan lama? Maka pada akhirnya setelah ia agak repot dan beberapa kali hampir terlibat oleh senjata ikat pinggang empek Ie-oe, dengan tiba-tiba ia menghunus pedangnya dan membentak keras.

   "Pek Hong Peng Jika kau coba cari-cari alasan hendak mencari onar denganku, aku nanti pasti akan suruh kau kalah setengah langkah"

   Cin Hong yang menyaksikan pertandingan agak aneh tadi jadi bingung sendiri, begitu mendengar kata-kata yang diucapkan dengan keadaan marah itu, dalam hati lantaS merasa girang, ia lalu berkata pada Leng Bie Sian.

   "Nona Leng, dia kini sudah marah"

   Leng Bie Sian menganggukkan kepala sambil tersenyum kemudian berseru nyaring.

   "cianpwe, kau ini adalah orang yang datang duluan atau yang belakangan?"

   Tamu tak dikenal dari luar daerah itu segera menjawab pertanyaan Leng Bie Sian sambil balas menyerang serangan empek Ie-oe.

   "Aku adalah orang yang datang belakangan, aku juga yang tadi pagi memancing Pangcu golongan Kalong itu, sehingga membatalkan maksudnya untuk membinasakan Kalian berdua"

   "Dapatkah kau menceritakan keadaannya yang berlangsung diperkampungan setan pada pagi hari tadi?"

   Tanya pula Leng Bie Sian- Pertanyaan Leng Bie Sian itu bila dijawab dengan jitu, akan menjadi suatu bukti yang paling kuat, bahwa dia adalah Tamu tak dikenal diri luar daerah yang tulen.

   Sedang bila orang dihadapannya itu adalah orang yang datang terdahulu, karena ia bersama-sama empek Ie-oe kemarin malam hingga tadi pagi terus berada ditempat itu, bagaimana lihaynya juga tak mungkin akan dapat mengetahui apa yang terjadi diperkampungan setan pada pagi hari tadi.

   Dan, aSal orang yang sekarang ditanya ini tidak dapat menjelaskan dengan jitu atau menceritakan keadaan yang bukan sebenarnya, maka bisa di pastikan bahwa dia adalah orang yang sudah mengabdi kepada golongan Kalong Maka setelah Leng Bie Sian mengajukan pertanyaan itu, empek Ie-oe juga lalu undurkan diri untuk menunggu jawabannya, sebab ia juga anggap bahwa pertanyaan gadis itu memang masuk di akal.

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah itu juga menyimpan kembali pedangnya, sambil menggelenggelengkan kepala dan tertawa getir ia menjawab.

   "Ho, tak kusangka bahwa aku tamu tak di kenal dari luar daerah bisa dipermainkan orang demikian rupa. ..."

   "Jangan bicara hal-hal yang bukan-bukan....lekas ceritakan apa yang kau lihat tadi pagi diperkampangan setan"potong empek Ie-oe dengan nada marah. Tamu tak di undang dengan tenang mengawasi kearah Leng Bie Sian, lalu meniru nada suara pangcu golongan Kalong yang tajam dan nyaring.

   "Kedudukan pangcu bagiku bukanlah kedudukan yang baik, dan setelah aku membinasakan kalian, sudah tentu aku akan hancurkan tubuh kalian sampai tidak ada bekasbekasnya. Kalau suhumu tak dapatkan barang bukti, apa yang dia perbuat padaku?"

   Cin Hong girang sekali, ia berkata sambil bertepuk tangan^ "Benar Ini adalah ucapan Pangcu golongan Kalong yang tadi pagi kami dengar keluar dari mulutnya"

   Tamu tak diundang dari luar daerah berpaling dan bertanya kepada empek Ie-oe sambil tersenyum.

   "Saudara Pek, apakah kau juga perlu menanya sesuatu dariku?"

   Empek Ie-oe anggukkan kepala dan berkata.

   "Dahulu, ketika...kita berpisahan digunung IHoa-san, ucapan apa yang...pernah aku katakan padamu,pada waktu belakangan sekali"

   "Kau waktu itu berkata, sahabat sekalipun kekalahanku setengah langkah terhadapmu itu agak penasaran, tetapi usiaku lebih tua dua puluh tahun darimu, maka kalau kita berbicara sejujurnya, masih lebih liehay kau beberapa kali dari pada aku Betul tidak?"

   Wajah empek Ie oe saat itu menanjukkan senyumnya yang berseri-seri, katanya sambil menganggukkan kepala^ "Benar masih... .ada lagi?"

   Tamu tidak di kenal itu berpikir sejenak. kemudian berkata lambat-lambat.

   "Masih ada begitu kau kata. Hanya, aku siorang she Pek masih terhitung lawanmu,jika kalau kau sudi pandang mukaku beritahukanlah namamu yang sebenarnya pad aku, betul tidak?"

   Empek Ie-oe girang sekali, ia lalu menghampiri dan menjabat tangannya katanya sambil tertawa berseri-seri.

   "Sahabatku, sekarang . ...sekarang apakah kau bersedia memberitahukan namamu?"

   Tamu tidak di kenal dari luar daerah itu menggelengkan kepalanya, ia mencari suatu tempat yang bersih untuk duduk, ucapnya.

   "Maaf, bila aku terpaksa harus memberitahukan namaku sendiri, berarti aku harus membunuh dua orang, dan dua orang itu, satu diantaranya adalah manusia yang menyamar namaku tadi. Yang satu ini boleh saja aku membunuhnya, tetapi yang lain, bagaimanapun juga aku rasa tak bisa turun tangan...."

   Ia berdiam sejenak. wajahnya menunjukkan tetap murung. kemudian berpaling dan berkata kepada Cin Hong^ ^ "Cin Hong, bolehkah kau beritahukan padaku, kau ini orang asal daerah mana?"

   Cin Hong yang mendengar tamu tak dikenal itu tiba-tiba bertanya padanya, sesaat juga terCengang, ia lalu menyoja memberi hormat dan menjawab.

   "Boanpwe sejak keCil sudah ikut suhu berdiam dikota Hang-Ciu, ada maKSud apa cianpwe menanyakan hal ini?"

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah itu seolah-olah tidak mendengar pertanyaan yang terakhir tadi, tanyanya pula.

   "Dan bagaimana dengan ayah bundamu?"

   "Harap cianpwe maafkan, boanpwe sendiri juga tak tahu siapa ayah bunda boanpwe, meskipun urusan ini masih ada sedikit tanda-tanda untuk boanpwe mencari tahu, tetapi sekarang ini Sesungguhnya berat bagi boanpwe untuk memberitahukan kepada cianpwe"

   Menjawab Cin Hong.

   Tetamu tak dikenal dari luar daerah itu menghela napaS panjang, lalu berpaling dan berkata pada empek Ie-oe^ "Saudara Pek.

   setiap orang, banyak atau sedikit selalu ada menyimpan rahasia yang tak boleh diberitahukan kepada orang lain- Sekali pun kau sendiri barangkali juga tidak luput dari itu.

   Betul tidak ?"

   Empek Ie-oe kalau teringat ia sendiri pernah mengalami kejadian romantis, dan pernah hampir menjadi suami istri dengan orang wadam tadi, sehingga ia mendapat penyakit gagap bicara.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   urusan ini jikalau ditanyakan kepadanya, ia sendiri mungkin susah untuk menjawab.

   Maka akhirnya ia hanya berkata.

   "Baik, sekarang.... sekarang.^. siapapun tak perlu bertanya lagi, hanya ada satu hal, tentang ....orang tadi itu,... kalau benar adalah.... anggota golongan Kalong, mengapa... malah tidak tahu...bahwa orang wadam tadi sedang turun tangan untuk menguji, sebaliknya malah kabur?"

   "Hmm Dia itu banyak sekali akal bangsatnya. Dengan berbuat demikian, sudah tentu dia ada menyimpan sesuatu maksud tertentu...."

   Berkata Tamu tak dikenal dari luar daerah Sambil tertawa dingin.

   Cin Hong ingin bertanya padanya sesuatu hal lagi bibirnya tergerak.

   tetapi akhirnya takjadi bicara.

   Tamu tak dikenal itu memandang padanya sejenak.

   lalu bertanya^ "Ada Urusan apa yang kau rasa perlu kau tanyakan lagi?"

   Dengan sikap sangat menghormat Cin Hong menjura dan berkata.

   "Ada sesuatu hal yang ingin boanpwe tanyakan pada cianpwe, tapi hendaknya cianpwe jangan marah.,...."

   "Hmm Apakah itu mengenai urusan yang tak suka pergi menantang kepada penguasa rumah penjara rimba persilatan?"

   Bertanya tamu tak di kenal dari luar daerah itu dengan sikap tenang. Cin Hong mengawasi Leng Bie Sian sejenak katanya sambil menganggukkan kepalanya.

   "Ya Ada banyak sekali tawanan dalam rumah penjara rimba persilatan yang sangat mengharap kedatangan cianpwe, Sangat mengharap supaya cianpwe dapat mengalahkan rumah penjara itu, agar dapat menolong kelUar mereka dari rumah penjara"

   Tetamu tidak dikenal dari luar daerah itu tampak berdiam sejenak, kemudian berkata.

   "Aku tidak memiliki kepandaian setinggi itu, Sejak munculnya penguasa rumah penjara rimba persilatan, julukanku, orang kuat nomor satu dalam dunia rimba persilatan sudah harus dirubah jadi nomor dua, dan kini sesudah Ho ong muncul lagi, kembali aku harus jatuh kedudukan nomor tiga selanjutnya mungkin masih bisa turun lagi... ."

   Cin Hong membuka mulut, baru berkata "Tetapi"

   Tamu tidak dikenal itu sudah memotong dan melanjutkan ucapannya.

   "Tetapi, aku kira rumah penjara rimba persilatan itu bukanlah suatu tempat atau manusia yang hendak mencelakakan rimba persilatan, asal kau tidak pergi menantang bertanding, dia juga tidak akan mencarimu. Hingga saat ini, orang-orang yang pergi menantang bertanding itu, sebagian besar disebabkan karena ambisinya atau keinginannya menjadi orang kuat yang mempengaruhi dirinya, sekalipun sedikit orang yang datang menantang karena perasaan setia kawan, tetapi hal ini juga tidak ada apa- apanya yang khusus menarik perhatian orang. ..."

   Kembali Cin Hong mengucapkan perkataan.

   "Tetapi"

   Tetapi kembali sudah dipotong dan didahului oleh Tetamu tidak dikenal itu.

   "Memang benar aku bukan tandingan penguasa rumah penjara rimba persilatan itu, tetapi setidak-tidaknya aku masih sanggup menyambut serangannya hingga beberapa puluh jurus, setidak-tidaknya aku masih dapat menolong keluar beberapa orang dari rumah penjara. Tapi, kau harus tahu aku bukanlah Bengcu rimba peerilatan, aku hanya seorang tamu yang tidak dikenal, aku tidak mempunyai kewajiban harus menjual jiwa bagi orang-orang yang berambisi demikian besar, apalagi Ho-ong sudah muncul kembali didaerah Tiong-goan, dan saat ini sudah membentuk persatuan yang dinamakan golongan kalong."

   Berkata sampai disitu, tiba-tiba ia bangkit, sepasang matanya mengawasi Cin Hong tanpa berkedip. lalu katanya pula.

   "Jikalau kau ingin membela kebenaran, Sebaiknya kau tujukan perhatianmu kepada golongan Kalong, sekarang mereka ada mempunyai dua maksud dan tujuan, Satu ialah orang-orang kuat rimba persilatan semuanya hendak ditipu olehnya supaya pergi menantang bertanding kerumah penjara, setelah itu ia akan menguasai rimba persilatan, dan yang lain ialah dengan akal muslihat mencari dua belas anak kunci emas yang dipegang oleh ketua dua belas partay rimba persilatan, supaya dapat mengambil kotak wasiat batu giok dan isinya yang berupa kitab ilmu kepandaian Silat dan obat-obat mujijat dalam usaha mereka untuk mewujudkan maksud tujuan dan keinginan itu, sudah tentu akan menimbulkan bercana hebat dalam rimba persilatan, maka itu sekarang yang harus kita perhatikan ialah tindakan dan gerakkan golongan Kalong, bukanlah golongan rumah penjara rimba persilatan itu"

   Setelah itu ia menjura kepada empek Ie-oe, dan lompat melesat keatas pohon dan berlalu menuju ke utara.

   Empek Ie-oe, Cin Hong, Leng Bie Sian semua tidak menduga orang itu akan berlalu seCara demikian mendadak.

   hingga satu sama lain saling berpandangan dengan perasaan terheran-heran- Lama empek Ie-oe baru berkata sambil menghela napas panjang.

   "cin.....cin caicu, kau.....anggap orang itu bagai mana?"

   "cianpwe rimba persilatan ini merupakan seorang yang penuh rahasia tetapi perbuatannya dan tindakannya tidak menyimpang dari kebenaran. sesungguhnya sangat mengagumkan"

   Jawab Cin Hong dengan menghormat. Empek Ie-oe tersenyum sambil mengurut-urut jenggot, kemudian berkata.

   "Akan tetapi penilaianku terhadap.....dia....ialah seorang. ...golongan kebenaran-....yang tidak sempurna....."

   Waktu itu sudah mendekati tengah hari, dua ekor kuda yang ditambat ditepi rimba mungkin karena terlalu lama diam sudah mulai tak sabar, mereka pada mengeluarkan suara ringkikan.

   Empek Ie-oe setelah menanyakan pula perjalanan Cin Hong dan maksud serta tujuannya, lalu bangkit dan berkata.

   "Kalian sudah akan- , .pergi ke gunung oey-san sekarang......boleh berangkat, aku si orang tua..juga pikir hendak pergi kepekampungan Setan- . .untuk mengadakan penyelidikan, ..." = ooo OOOOO ooo = PADA SUATU LOHOR di bawah kaki gunung oey-san yang sangat terkenal itu, dimana di atas jalan pegunungan yang menuju kegunung oey-san, tampak dua ekor kuda berbulu merah dan berbulu putih, dengan penunggang seorang jejaka tampan dan seorang puteri Cantik, sedang dilarikan menuju ke bagian dalam. Yang lelaki berusia kira-kira delapan belas tahun, wajahnya tampan dan tubuhnya tegap dan berpotongan gagah. Yang perempuan kira-kira berusia tujuh belas tahun, Wajahnya cantik manis, kepalanya memakai topi berwarna kuning tubuhnya ditutup oleh pakaian berwarna ungu, gadis itu cantik bagaikan bidadari turun dari kayangan. Mereka berdua melarikan kudanya menuju kebagian dalam, mungkin sedang mengadu lari siapa yang larinya lebih cepat, mereka melarikan kudanya tanpa berhenti, tapi masih tetap berendeng, tiada ada satu yang tampak kalah. Saat itu sudah mulai masuk kedaerah pedalaman, gadis berbaju ungu tiba-tiba menghentikan kudanya dan berseru kepada kawannya.

   "Hei, dalam perjalanan ini sudahlah aku mengaku kalah, kita jangan bertanding lagi"

   Pemuda yang mengenakan pakaian warna biru itu juga menghentikan kuda putihnya, lalu berkata sambii mengawasi sigadis sambil tertawa.

   "Mengapa harus mengaku kalah. Dengan kalah secara demikian, aku juga tidak suka disebut menang"

   Gadis berbaju ungu itu membuka topi rambutnya, topi itu digunakan sebagai kipas untuk mengipasi tubuhnya, katanya sambil tersenyum.

   "Masuk kegunung oey San dengan mengadu lari kuda? benar-benar membuat tertawaan bagi orang yang menonton"

   Pemuda berbaju biru itu agaknya baru sadar, ia memandang keadaan sekitarnya lalu berkata Sambil menganggukkan kepala dan menghela napas^ "Ada orang kata bahwa gunung oey San ada mempunyai tiga tempat yang sangat indah, sebetulnya menurut pandanganku gunung ini tak ada satu tempat yang tidak indah terutama di waktu kabut tebal, boleh dikata merupakan satu pemandangan indah nomor satu didunia"

   "Ng.. Kabut digunung oey-san seolah-olah tirai dari sutera tipis, samar-samar seperti ada dan tiada, hingga membuat lapisan puncak gunung itu samar tampak semakin jauh, dapat dipandang tidak dapat dicapai, boleh dikata bisa dilihat tidak bisa dipegang... ."

   Berkata gadis berbaju ungu sambil menganggukkan kepala dan tertawa.

   "Gunung oey-San seolah-olah bidadari yang agung tapi lemah gemulai, tampaknya menarik tapi tidak kehilangan keagungannya."

   "Bagus Sekarang kau boleh as ah otakmu untuk membuat sebuah syair yang indah, cin caycu"

   Berkata sang gadis sambil tertawa.

   Pemuda berbaju biru itu tampak berpikir kemudian dari mulutnya mengeluarkan syairan-nya yang memuji keindahan pemandangan gunung oey San- Tapi karena bagian terakhir itu, disamping memuji ada mengandung maksud untuk berdiam disitu untuk menyucikan diri juga , maka Sigadis lalu berkata sambil menggelengkan kepala.

   "Syairanmu kurang bagus, sebab dibagian belakang ada kata-kata yang mengandung maksud untuk mengasingkan diri"

   Pemuda baju biru teringat akan dirinya yang tidak mempunyai ayah dan ibu, dan disekitar dirinya masih diliputi teka-teki, maka dalam hatinya merasa sedih, katanya^ "Mengasingkan diri apakah salahnya? Mungkin ada satu hari aku bahkan akan jadi padri"

   Gadis berbaju ungu itu nampak kaget katanya sambil kedip-kedipkan matanya.

   "Jadi padri harus Cukur rambut, apa kau tidak takut?"

   "Rambut yang membuat repot orang kalau dicukur, berarti mengembalikan wajah asli se-orang apa yang periu ditakuti?"

   "Aku tidak mau berbicara hal ini padamu, sekarang kita bicarakan hal yang perlu sajalah?"

   "Habis, harus bicara dalam hal apa yang kau anggap perlu?"

   "Kedatanganmu kegunung oey San hari ini kecuali untuk memberitahukan kepada mereka supaya waspada terhadap gerakan golongan Kalong, kau maSih mempunyai tugas dan apa lagi?"

   Pemuda berbaju biru wajahnya tampak sedikit berubah, ia buru-buru berkata sambil menggelengkan kepala.

   "Tidak ada, hanya itu saja "

   "Jangan kau membohongi aku It yang-cie Siauw can Jin sebetulnya suruh kau membawa pesan apa kepada ketua partay oey-san yang sekarang?"

   "Bagaimna kau tahu?"

   Tanya sipemuda heranGadis berbaju ungu itu tertawa sambil menutupi mulutnya lalu bicara.

   "Ini bukankah Ssangat sederhana sekali Anak kunci emas berukiran huruf Liong yang dipegang oleh ketua partay oeysan sudah lama hilang. Jika kau hendak memberitahukan mereka harus waspada terhadap usaha dan akal muslihat golongan kalong yang hendak merampas anak kunci berukiran huruf Liong itu, bukankah itu suatu merupakan lelucon yang sangat besar?"

   Hati pemuda itu tampak tergerak balas bertanya.

   "o, ya. kudengar suhumu juga memiliki sebuah anak kunci emas yang berukiran huruf Liong benarkah itu?"

   Gadis berbaju ungu itu menggelengkan kepala dan berkata sambil tertawa.

   "Itu palsu...bagaimana kau tak menjawab pertanyaanku ?"

   Pemuda berbaju biru itu berkata sambil angkat pundak ^ "Karena kau sudah menebak dengan jitu aku juga tidak perlu sembunyikan apa- apa lagi."

   "It-yang-ci Siauw can Jin memang benar minta aku menyampaikan beberapa kata pesanan kepada ciangbunjin yang sekarang. cuma, dalam hal ini maaf, aku tidak dapat memberi tahukan padamu. Soalnya, aku sudah berjanji kepada seseorarg untuk pegang rahasia"

   "Aku hanya takut kau akan mendapat kesulitan, It-yangcie Siauw can Jin sebetulnya bukan orang baik... ."

   "Aku dengannya tak sakit hati atau permusuhan, apa lagi aku justru membantu dia, bagaimana pun jahat dan banyak akalnya orang itu juga tak ada suatu alasanpun yang bisa dibuat mencelakakan diriku"

   Berkata pemuda berbaju biru sambil tertawa nyaring.

   Selama bicara, mereka Sudah tiba dijalan penghabisan, nampak tak jauh didepan mereka ada sebuah bangunan yang sangat luas.

   Bangunan itu, adalah bangunan yang dijadikan pusat partay oey-san, yang dibangun pada tiga ratus tahun berselang oleh ketua partay oey-san yang pertama, ialah Hong-in-siu Phoan Kow Tin, riwayat bangunan itu sekalipun tak dapat dibandingkan dengan partay Siao-lim dan Bu-tong.

   tetapi kalau ditinjau dari hal kepandaian ilmu silatnya, rasanya tak dibawah partay yang manapun juga .

   Terutama ilmu pedang partay oey San yang terdiri dari tiga puluh enam jurus dengan tipunya yang sangat aneh, merupakan Suatu ilmu pedang paling hebat diantara dua belas partay besar yang lainnya.

   dahulu Hong-in-siu Phoan Kouw Tin pernah dengan ilmu pedangnya, dengan beruntun mengalahkan enam ketua partay besar lainnya, dan kemudian berhasil membentuk partay oey-san-pay.

   Dua anak muda tadi larikan kudanya kedepan perkampungan dengan bangunannya yang luas itu, dari belakang pintu gerbang nampak muncul seorang tua kurus berpakaian abu-abu, dengan sepasang sinar matanya yang tajam mengawasi dua orang muda itu sejenak lalu bertanya sambil membeii hormat.

   "Kalian berdua memasuki daerah perkampungan gunung oey San, Sebetulnya ada keperluan apa?"

   Pemuda berbaju biru lantaS turun dari atas kudanya, ia menjawab sambil memberi hormat.

   "Aku yang rendah bernama Cin Hong, bolehkah aku numpang bertanya, bagaimana sebutan cianpwe yang mulia?"

   Orang tua berjubah abu-abu tersenyum, kemudian menjawab.

   "Aku siorang tua bernama Kiong Kun Lun, yang bertUgas menyambut setiap tamu yang datang berkunjung kedalam perkampungan perkumpulan kami. Entah cin Siaohiap dari golongan mana dan ada keperluan apa hari ini berkunjung kemari?"

   "Aku yang rendah tak termasuk salah satu dari golongan atau partay mana saja dalam rimba persilatan, Suhuku adalah It-hu Sianseng."

   Menjawab Cin Hong sambil tersenyum, Kiong Kun Lun yang mendengar keterangan cia Hong bahwa It-hu Sianseng To Lok Thian adalah Suhunya, maka saat itu tampaknya terkejUt, hingga dari mulutnya mengeluarkan suara "Aaaa"

   Sikapnya juga berubah lebih ramah, ia mundur kesamping pintu dan berkata sambil senyum^ "Kiranya tuan muda adalah muridnya To-Tayhiap. Silahkan masuk, di dalam kita boleh omong2 sambil minum teh"

   Cin Hong merendahkan diri, lalu berpaling hendak mengajak Leng Bie Sian, tetapi gadis itu masih duduk di atas kudanya, Sedang menikmati pemandangan alam di sekitarnya, Saat itu seolah-olah sedang terpesona dalam lamunannya, maka Kiong Kun Lun lalu bertanya.

   "Dan nona ini...?"

   Cin Hong meraSa sulit sekali bagaimana Caranya hendak memperkenalkan gadis itu, sementara Leng Bie Sian Sudah melompat turun dari atas kudanya lalu menghampiri Kiong Kun Lun dengan wajah berseri memberi hormat dan ucapnya.

   "Aku bernama Yo In In, nama julukanku adalah Soat-lieang. Suhuku adalah Thian San Swat Po-po"

   Kiong Kun Lun yang menyaksikan demikian gesit gerakan nona itu, bila dibandingkan dengan gadis seusianya sesungguhnya merupakan seorang tingkatan muda yang jarang dilihatnya, maka diam-diam juga terkejut mendengar lagi keterangannya bahwa dia adalah murid Thian-san Swat Po-po, maka lalu sadard an didalam hatinya berpikir.

   "Pantas memiliki kepandaian tinggi. Kabarnya kepandaian ilmu peringan tubuh Thian-san Swat Po-po itu merupakan suatu kepandaian yang paling hebat dalam rimba persilatan, bila ditilik dari gerakan muridnya, benarbenar bukan nama kosong"

   "Hanya satu nona keCil ini saja, kepandaian ilmu meringankan tubuhnya dalam partai kita barang kali tidak ada satu orang pun yang sanggup menandingi."

   Demikian ia pikir lagi pada akhirnya.

   Saat itu ia tidak berani berlaku ayal, buru-buru mempersilahkan mereka berdua maSuk kedalam.

   Di didalam markas partay oey San, Cin Hong menjelaskan maksud kedatangannya yang hendak menjumpai ketua yang sekarang, karena ada urusan yang hendak disampaikan- Ia menurut pesan-pesan It-yang-cie siauw can Jin, tidak menerangkan kedatangannya itu atas permintaan siapa, ia hanya kata ingin minta bertemu dengan ciangbunjin partay oey-san, segalanya hendak di Ceritakan sendiri didepan orangnya.

   Kiong Kun Lun lama berpikir, tak berani mengambil keputusan sendiri, maka segera masuk kedalam untuk minta pertimbangan kepada empat sesepuh partay oey-sanpay, yang kedudukaanya hanya di bawah ciangbunjin saja.

   Ketika mereka mendapat keterangan soal aneh itu, semua lalu berjalan keluar.

   Empat sesepuh partay oey-san-pay itu adalah, jago pedang tua Chie Kay yan, orang tua bersenjatakan alat tulis perak Cu Giok Tian, Seruling besi Ciok Tit Hong, dan keCeran tembaga Ciang Thay Peng.

   Usia mereka semua tujuh puluh tahun keatas, semuanya merupakan orangorang tingkatan tua, dengan ketua partay oey-san-pay yang dulu It- yang Cie Siauw can Jin, masih terhitung Saudara seperguruan- Empat sesepuh tersebut semuanya tokoh-tokoh Kenamaan pada dewasa itu, di antara mereka, adalah Ciang Thay Peng yang berwajah paling buruk seram, di wajahnya yang bulat hampir persegi dipenuhi rambut dengan lebat seperti pahlawan terkenal Thio Hwe pada tahun jaman Sam Kok dahulu.

   orang tua itu begitu masuk kedalam ruangan tamu lalu berkata.

   "Kalau Cin Siaohiap sungguh-sungguh hendak menjumpai ketua partay kami, apa salahnya kalau kau menerangkan orangnya yang minta kau menyampaikan pesan itu? Sebab, kalau tak ada maksud lain, ketua kami sudah tentu tidak bersedia menemui Siaohiap "

   Cin Hong bangkit memberi hormat dan berkata.

   "Harap Cianpwe maafkan, aku yang rendah ini hanya melakukan tugas, sedikitnya harus setia dalam memegang kewajiban, lagipula orang itu adalah sahabat dari partay Cianpwe, bukanlah lawan- Ia berulang-ulang pesan kepadaku haruS menjumpai sendiri ketua partay kalian barulah boleh mengucapkan pesan yang disampaikan kepadaku itu sebab...pesan kata- kata itu sangat penting sekali.,..."

   "Kalau benar adalah kawan partay kami, mengapa ia harus berlaku demikian misterie?"

   Tanya orang tua keceran tembaga dengan terus terang.

   Cin Hong yang menampak pertanyaan terus terang dari sesepuh itu, dalam hati lalu berpikir "It-yang-cie Siauw can Jin adalah orang yang dihormati olehnya, jikalau bukan lantaran partay oey-San-pay ini ada hubungan erat dengan dirinya sendiri, sebetulnya ia tidak sabar terus menerus menerima perlakuan demikian melilit dari para sesepuh."

   Sementara Cin Hong masih belum menjawab, Jago pedang tua Chie Kay Yan sudah bangkit dan memberi isyarat dengan pandangan mata kepada tiga sesepuh lainnya kemudian berkata.

   "Karena mengingat Cin siaohiap adalah murid It-hu Sianseng, kita tidak perlu terlalu curiga, biarlah minta saudara Kiong mengantar mereka pergi menjumpai ketua kita"

   Kiong Kun Lun nampak bersangsi sejenak. tapi kemudian berkata sambil memberi hormat.

   "Susiok. Ciangbunjin Saat ini sedang tidur..,.."

   "Aku tahu, kau bawalah mereka pergi"

   Kata jago pedang tua Chie Kay Yan- Kiong Kun-lun terpaksa menerima baik, maka lalu mengajak Cin Hong dan Leng Bie Sian berjalan keluar dari markas partay oey-san-pay, menuju ke dalam.

   Cin Hong yang mengikuti dibelakang orang itu, dalam hatinya berpikir.

   "Entah kepandaian ilmu silat aneh bagaimana macamnya yang dinamakan dibelakang puncak gunung oleh Hong in-siu Phoan Sow Tin? Bila Ciangbunjin sekarang Kwa Lam Kie bisa mengalahkan Penguasa rumah penjara rimba persilatan, sudah tentu merupakan suatu kejadian penting dalam rimba persilatan dan tugasku yang memberi kabar ini juga boleh dikata merupakan suatu tugas penting dan sangat berharga. ..."

   Leng Bie sian yang sepanjang jalan menikmati pemandangana lam digunung oey-San, nampaknya sangat kesemsem, maka lalu berkata Sambil menghela napas perlahan.

   "Cin Kongcu, pemandangan alam dignnung oey San sesungguhnya terlalu indah sekali, nanti aku minta kepada suhu, dikemudian hari...."

   Ia sebetulnya ingin berkata dikemudian hari supaya rumah penjara itu dipindahkan kegunung oey-san, tetapi ia lalu merasa bahwa ucapan itu tidak benar, maka buru-buru menutup mulut seperti juga dahulu, memandang kepada Cin Hong dengan perasaan agak bingung, sikapnya itu penuh dengan sikap kekanak-kanakan- Sementara itu, Kiong Kun Lun yang berjalan dimuka sebagai petunjuk jalan, ketika mendengar ucapan itu, dibibirnya tersungging satu senyuman dingin, Lalu berpaling dan berkata kepadanya.

   "Nona Yo, kau dengan dia seharusnya adalah satu saudara seperguruan, tapi apa sebabnya kau memanggil ia Kongcu?"

   Leng Bie Sian tersenyum dan berkata.

   "Betul dia adalah saudara sepergaruan denganku, tapi kami baru bertemu muka belum berapa lama, maka aku tidak memanggil dia suheng"

   "Panggilan Suheng dan Sumoay adalah Suatu panggilan yang wajar aku kira tidak perlu ditentukan oleh waktu"

   Berkata Kiong Kun Lun sambil terus melanjutkan perjalanan Cin Hong takut apa bila pembicaraan dilanjutkan terus, nanti akan terbuka rahasianya, maka buru-buru berkata kepada Leng Bie Sian^ "Yo Sumoay, nanti kalau aku berbicara dengan Kwa Ciangbunjin, kau tak boleh mencuri dengar"

   "Jangan takut, aku akan berdiri jauh-jauh"

   Berkata Leng Bie Sian sambil tersenyum.

   Tak lama kemudian, Kiong Kun Lun sudah ajak mereka mendaki puncak gunung itu, Puncak ini merupakan Salah satu dari tiga puluh enam puncak gunung oey San, dibagian puncak ini datar, bentuknya seperti tempat tidur, disekitarnya penuh pohon-pohon cemara, suasananya Sangat tenang.

   Tiga orang itu baru saja mendaki keatas puncak.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
dari jauh sudah nampak seorang tua berjubah hijau yang rebah celentang dibawah sebuah pohon cemara, orang tua itu menggunakan kedua tangannya sebagai bantal, tampaknya seperti sedang tidur dengan tenang sekali.

   Kiong Kun Lun berjalan terpisah tiga Tombak dari pobon itu lantas berhenti, dengan sikap sangat menghormat sekali memberi laporan .

   "Unjuk beritahu kepada Ciangbun-jin, murid It-hu Sianseng Cin Siaohiap bersama Sumoaynya Yo Liehiap minta ketemu dengan Ciangbun-jin"

   Orang tua berjubah hijau yang rebah dibawah pobon cemara itu, ialah ketua partay oey San-pay generasi kedelapan belas Kwa Lam Kie, setelah mendengar laporan itu, pelahan-lahan bangun, membuka sepasang matanya, dan dengan tenang mengawasi Cin Hong dan Leng Bie SianDia adalah seorang tua berparas ramah dan berperawakan agak gemuk.

   jikalau bukan karena memakai pakaian orang biasa dan memelihara jenggot panjang yang sudah berwarna tua, orang yang melihatnya benar-benar bisa salah anggap bahwa dia itu adalah orang dari golongan Buddha Cin Hong maju beberapa langkah menjura memberi hormat seraya katanya^ "Aku yang rendah Cin Hong disini unjuk hormat pada Kwa Ciangbunjin."

   Leng Bie Sian juga memberi hormat padanya, sementara itu dalam hatinya kalau mengingat bahwa ia memegang peranan sebagai Yo in in, sedikit banyak merasa kurang puas, apa bila saat itu ia bertemu muka dengan ketua partay oey-san ini sebagai muridnya rumah penjara mungkin akan mengejutkan ketua partay ini.

   Kwa Lim Kie menganggukkan kepala balas menghormat, kemudian bertanya sambil tersenyum^ "Jie wie Siaohiap.

   ada urusan apa hendak minta ketemu denganku? Kabarnya suhu kalian berdua sudah terjatuh dan tertawan dirumah penjara rimba persilatan, apakah itu benar?"

   "Ya Tapi kedatangan wanpwee ini adalah atas pesan seorang Cianpwe, ada suatu hal yang sangat rahasia hendak diberitahukan pada Ciangbun-jin.. .oleh karena ucapan boanpwe ini tak boleh didengar orang lain, apakah Kwa- Ciangbunjin sudi untuk berbicara empat mata dengan boanwpe?"

   Jawab Cin Hong.

   Ketua partay itu pejamkan mata seperti berpikir, kemudian ia perintahkan Kiong Kun Lun supaya undurkan diri.

   Kiong Kun Lun menurut, ia mengawasi Cin Hong sejena


Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Raja Naga 7 Bintang -- Khu Lung

Cari Blog Ini