Ceritasilat Novel Online

Kisah Putri Bulan Bintang 2


Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear Bagian 2



Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya dari Lovely Dear

   

   Tubuhnya yang langsing dan padat berisi, wajah yang bulat telur.

   Bibirnya kecil, mungil berwarna kemerahan dengan sepasang lesung pipit di kanan-kiri.

   Hidung yang mancung dan mata yang bulat dengan alis mata lentik, sungguh menawan.

   Sementara dia terus termangu-mangu menatap sang gadis, entah sudah berapa lama, namun gadis itu tampak tidak peduli dengan keadaan di sekelilingnya, melainkan tetap memejamkan mata sambil tetap duduk bersamadi Semalam mereka berkenalan, gadis itu mengaku bernama Goat Hui Hwa.

   Tidak banyak bicara, namun bibirnya selalu tersunging senyum yang menawan sehingga Hong Sin kerasan berdekatan dengan gadis itu.

   Semalaman mereka berdua tidak tidur.

   Bagi orang biasa mungkin ini akan sangat merugikan kesehatan tubuh mereka, namun hal itu tidak berlaku bagi kedua muda-mudi yang berilmu tinggi ini.

   Perlahan kemudian Hong Sin tersentak.

   Di antara desiran angin , riak aliran air sungai dan bunyi binatang-binatang malam, telinganya yang terlatih menangkap gesekan angin yang aneh dan sebat.

   Arahnya masih limapuluh li dari tempat itu.

   Perlahan dia memiringkan telinganya sedikit.

   "Hemm, kita kedatangan tamu!"

   Perkataannya singkat saja, seperti berbisik.

   Namun itu cukup berpengaruh.

   Goat Hui Hwa perlahan membuka matanya dan terus memandang kearah selatan dengan tajam menembus kegelapan.

   Tiba-tiba dari kegelapan tersebut berjalan keluar delapan orang berpakaian hitam dan bertopeng hitam.

   Langkah mereka ringan, tanda memiliki ilmu meringankan tubuh (gin-kang) yang tinggi.

   Tanpa banyak bicara, kedelapan orang itu langsung mengurung mereka berdua dengan senjata terhunus.

   Hong Sin mengerutkan keningnya.

   "Siapa kalian? Apa maksud kalian mengurung kami?"

   "Heheh, kami menjalankan perintah untuk membinasakanmu dan mengundang gadis itu"

   Salah seorang dari antara mereka menjawab sambil menuding kearah Goat Hui Hwa.

   "Siapa yang memerintahkan kalian?"

   Hong Sin kembali berseru dingin. Matanya berkilat.

   "Kau tidak perlu tahu, segeralah menghadap giam-lo-ong untuk bertanya padanya"

   Orang itu kembali berkata sinis sambil tangannya bergerak kedepan.

   Saat itu juga sebuah gaman kecil yang diikatkan rantai panjang di lontarkan kedepan .

   Saking cepatnya gaman tampak berubah menjadi sembilan jalur sinar hitam yang berkeredapan tanpa kenal ampun mengarah ke bagian-bagian tubuh mematikan di tubuh Hong Sin.

   Hong Sin mendengus dingin saat melihat senjata ini, mendadak dia teringat sesuatu.

   "Huuhhagaknya hajaranku tempo hari masih tak membuatmu kapok baik, sekarang aku takkan berbelas kasihan lagi"

   Tubuhnya tetap tak bergerak di tempatnya.

   Saat ke sembilan serangan itu hampir mengenai tubuhnya, perlahan kipas lempit di tangan kirinya menyapu membentuk lingkaran di depan dada.

   Serangkum angin yang padat menebar di sekeliling tubuhnya sehingga ke sembilan serangan itu tertahan di tengah jalan.

   Belum habir rasa terkejut orang itu, tubuh Hong Sin lenyap dari depan matanya.

   "Awass di belaaaaaaaakhh" .Selagi orang itu kebingungan tak menemukan lawannya, tiba-tiba dia mendengar suara kawannya yang memperingatkan dari samping. Namun terlambat. Baru saja dia hendak membalikkan tubuh, matanya terbelalak ketika melihat senjatanya yang tadi di pakai untuk menyerang lawan keluar dari dadanya sampai setengah. Sambil terbeliak tak percaya, orang itu meregang nyawa tanpa bersuara. Semua orang yang ada ternganga tak percaya. Mereka mengetahui kehebatan kawan mereka itu, salah satu dari "Sepasang Tengkorak Beracun", memiliki ilmu yang sangat hebat, tapi binasa tidak sampai setengah jurus. Hong Sin sudah kembali ketempatnya, dan sambil tersenyum dingin dia berkata.

   "Kalian bukan lawankukembalilah kepada pemimpin kalian dan suruh dia sendiri yang menemuiku"

   "Bangsaaaat.! Seraaang!..."

   Salah satu dari orang-orang berpakaian hitam yang tinggal tujuh orang itu membentak nyaring sambil menerjang maju dengan gerakan teratur diikuti keenam rekan lainnya.

   Berbagai senjata serentak dengan kecepatan penuh silih berganti menghantam kearah Hong Sin.

   Sekali pandang Hong Sin paham bahwa mereka sedang bergerak dalam formasi Pat-Kwa-tin yang di gabung dengan Jit-coan-tin sehingga cukup dahsyat.

   Namun inilah kesalahan fatal yang di lakukan oleh orang-orang berpakaian hitam ini.

   Kalau mereka bertemu dengan lawan lain, mungkin saja barisan ini mempunyai dampak yang hebat, tapi yang mereka hadapi sekarang adalah gembong barisan zaman ini.

   Pemuda ini tertawa saja, saat itu kakinya melangkah dengan ilmu Hun-Khai Kian-Kun-Tin (Ilmu Barisan Membuka & Menutup).

   Dalam sekejap orang-orang itu kehilangan lawannya.

   Sebelum mereka sadar apa yang terjadi, terdengar pekin mengerikan keluar dari mulut mereka.

   Satu per satu ke tujuh orang itu terlempar dan jatuh semaput tanpa dapat bangun lagi.

   Goat Hui Hwa yang melihat hal tersebut sangat terkejut dan kagum, namun dia menyembunyikan kekagumannya cemberut bibirnya dan pandangan masam sambil berkata.

   "Huh, aku mati-matian menolongmu, ternyata kau memiliki kepandaian berpuluh kali lipat dariku Hong Sin melengak, sekejap dia menatap wajah gadis itu. Diam-diam matanya terpesona akan kecantikan gadis tersebut.

   "Maaf nona Goat, aku sungguh tak bermaksud membohongimuAku hanya"

   "Tak perlu kau lanjutkan. Aku tahu kau tak bermaksud membohongiku, sebenarnya aku saja yang sok-sokkan, terlalu khawatir dan mengira orang memerlukan bantuan sehingga keburu bertindak!"

   "Akuaku tidak bermaksud begitu, Hong Sin sangat berterima kasih atas bantuan nona!"

   Hong Sin gelagapan melihat nona itu cemberut dan nampak sedih sehingga kata-katanya tak di teruskan. Goat Hui Hwa menatap kearahnya sambil tersenyum.

   "Sudahlah, tak usah di masukkan di hati, sekarang apa rencanamu? Apa kau mempunyai maksud tertentu di kota ini?"

   Hong Sin terhenyak sejenak.

   "Nona Goat, tampaknya orang yang menyuruh kedelapan manusia ini sangat menginginkanmu, apakah engkau mengetahui siapa dia?"

   Gadis itu tidak menjawab. Tangannya bergerak kearah mayat-mayat tersebut dan sekejap saja kerudung yang mereka kenakan hancur. Tampak wajah-wajah mereka terasa asing.

   "Hemmaku tidak kenal mereka, juga tidak tahu siapa yang menyuruh mereka, tapi tampaknya mereka bukan orang sembarangan"

   "Benar, aku mengenal dua dari mereka yang merupakan tokoh sesat penguasa daerah kwi-tang berjuluk "Sepasang Tengkorak Beracun"tampaknya orang yang menggerakkan tokoh-tokoh hitam ini bukan sembarang manusia"

   Suaranya terakhir ini lebih pelan, tampak seperti mengguman. Setelah itu dia tersenyum kemudian bertanya.

   "Sekarang nona Goat hendak kemanakah?..."

   Goat Hui Hwa tidak menjawab pertanyaan tersebut sesaat lamanya.

   Saat dia melirik kearah Hong Sin, pemuda itupun sedang menatapnya dengan mesra.

   Otomatis wajahnya jadi merah karena jengah di pandangi sedemikian.

   Tiba-tiba dia membalikkan tubuh, di lain saat bayangannya lenyap dari situ, hanya tertinggal suaranya.

   Sampai jumpa lagitampaknya kita harus berpisah di sini, aku sedang mencari Seng-ciciku, Selama dalam pencarian ini aku juga akan berhati-hati dan memasang mata menyelidiki kasus ini."

   Hong Sin menarik nafas panjang, hatinya rasa hampa.

   Entah kenapa, perpisahan dengan gadis yang baru di kenalnya itu membuat semangatnya lenyap entah kemana.

   Perlahan tubuhnya berkelebat meninggalkan tempat itu.

   Sesaat setelah tubuh keduanya lenyap, tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan biru bagaikan hantu cepatnya berhenti di samping ke delapan mayat tersebut sambil memandang tajam kearah lenyapnya Hong Sin dan Goat Hui Hwa..

   Di lihat dari perawakannya, tampaknya seorang wanita.

   Namun wajah itu memakai sebuah topeng kemala yang menutupi seluruh wajahnya.

   Sesaat kemudian sebuah bayangan lainnya tak kalah sebat tiba-tiba telah berada di samping kanan si Topeng Kemala tersebut.

   Penampilan orang kedua ini tidak jauh beda.

   Dia memakai jubah biru, namun seluruh rambutnya berwarna putih semua dan mengenakan topeng Perak.

   Tampaknya dia seorang yang sudah cukup tua.

   Dengan suara lirih, Si Topeng Kemala bertanya kepada si topeng Perak.

   "Hemmmbagaimana? Apakah kau punya cukup keyakinan untuk memenangkan pemuda itu?..."

   "Dari sorot matanya, aku yakin dia bukan manusia sembaranganpancaran tenaganya menunjukkan kalau dia tak asing dengan beracun, bahkan dia bisa memecahkan rahasia barisan tadi hanya dalam sekali lihat, ini sungguh luar biasa. Mungkin dia setanding dengan Duta Topeng Emas. Jika tidak di tutupi oleh kedelapan manusia tak berguna ini, jejak kitapun pasti sudah konangan dari tadi, tampaknya kita harus bergerak lebih awal, jangan sampai usaha kita tercium olehnya"

   "Apakah kau takut dengannya?"

   Kata Si Topeng Kemala dengan dingin.

   "Huh, siapa menang siapa kalah masih terlalu pagi untuk mengeluarkan kata takut. Hanya saja kita perlu waspada jangan sampai hal yang kecil ini mengacaukan pekerjaan besar. Ku yakin kaupun takkan lepas dari tanggung jawab bila ada sedikit saja kegagalan dari rencana Majikan!"

   Si Topeng Perak berkata tak kalah ketusnya.

   "Baiklah, kalau begitu aku akan menangani masalah ini"

   Kata si Topeng Kemala.

   "Tidak biar aku dan dua duta Topeng Perak lainnya yang menangani sendiri operasi kali ini, engkau tidak usah terlibat. Lebih baik kau bersiap untuk mulai menjalankan rencana B saja!"

   Si Topeng Perak memotong dengan cepat, kemudian membalikkan tubuh dan berkelebat lenyap dari tempat itu.

   Gadis bertopeng kemala itu menarik nafas panjang sejenak kemudian diapun berkelebat lenyap dari situ, mengarah ke jurusan Hong Sin.

   *** Kelenteng sederhana di luar kota Su Chuan itu terletak agak terpencil.

   Tampaknya sudah lama di tinggalkan oleh pemiliknya.

   Sesosok tubuh berjubah hitam tampak berdiri di depan altar Budha yang besar.

   Agak lama dia berdiam diri, sepeminuman teh kemudian berkelebat seorang pria berusia empat puluhan, berlengan kiri bunting yang langsung berdiri diam di belakang tubuh berjubah hitam tersebut.

   Pria ini mengenakan caping lebar sehingga menutupi wajahnya.

   Di punggungnya tersoreng sebatang pedang hitam panjang.

   "Bagaimana perkembangan penyelidikan paman sejauh ini?..."

   Sahut pemuda tersebut tenang.

   "Sin-ji (anak Sin), dari informasi yang kami dapatkan, organisasi rahasia ini memiliki tiga markas besar. Salah satunya yang bisa kami lacak adalah yang di Se Chuan ini. Hebatnya lagi, bahwa dua dari lima partai sesat yang merejalela saat ini, berada di bawah kendali dari markas yang di Se Chuan ini, yaitu Hian-beng-kau dan Hek-Sat-kau dan tampaknya mereka menggunakan kelenteng Kwan-Kong-bio sebagai kedok. Dalam dua-tiga hari ini mereka sedang merencanakan suatu pergerakan yang rahasia, itu sebabnya kekuatan kedua partai tersebut di pusatkan di kota ini"

   Sahut pria itu kepada pemuda berpakaian hitam yang tak lain adalah Hong Sin. Tak salah lagi, pria tersebut pastilah Kwi-Beng Hek-Kong-Kiam (Pedang bersinar Hitam Pengejar Iblis) Kwie Chun.

   "Bagaimana dengan kedua pemuda yang bernama Talibu Cin dan Gan-kongcu tersebut? Ilmu kepandaian mereka hebat?..."

   "HemmTalibu Cin masih penuh rahasia, hanya saja dia baru beberapa bulan ini turun gunung. Sedangkan pemuda yang bernama Gan-kongcu tersebut ternyata seorang pemuda yang sangat ambisius. Namun paman berani memastikan bahwa dia adalah Mo-kongcu sebenarnya, sembilan puluh sembilan persen pasti benarsaat ini dia sedang mengurung diri di satu tempat rahasia untuk memperdalam ilmunya yang di sebut Ngo-Kwi-Tok Sin-Khi (Hawa Sakti Lima Racun Iblis)."

   Hong Sin membalikkan tubuhnya menatap Kwie cun.

   Alis matanya sedikit menyipit.

   Agaknya dia sedang memikirkan sesuatu masalah yang pelik sekali, namun enggan di keluarkan.

   Kwie Cun yang melihat akan hal ini segera maklum akan sesuatu, perlahan dia tersenyum kemudian berkata.

   "Ehem, apa keberadaan gadis itu merisaukan hatimu?"

   Hong Sin mengangkat kepalanya memandang Kwie Cun sambil tertawa.

   "Hahaha, ternyata hal sekecil itupun tak bisa mengelabuhi paman, harap paman memasang mata menyelidiki keberadaannya di tengah jalan. Baiklah, aku harus melakukan sesuatu, tiga hari lagi kita bertemu di tempat ini?"

   Kwie Cun mengiyakan kemudian berlalu dengan cepat dari tempat itu.

   Hong Sin mengenakan caping bambunya kemudian tubuhnya berkelebat cepat menuju kota Su Chuan.

   Dalam waktu yang singkat dia telah tiba di tengah kota yang ramai tanpa di ketahui siapapun.

   Segera dia singgah di sebuah rumah penginapan kemudian masuk ke dalam kamar.

   Tak lama kemudian dia telah menyusup keluar dari jendela.

   Kali ini dandanannya sudah berubah lagi.

   Dia mengenakan pakaian seperti buruh kasar yang akan pergi bekerja.

   Setelah melompati tembok yang tinggi, dia tiba di sebuat warung mie yang sederhana.

   Sekilas pikiran terbersit di kepalanya.

   Sambil tersenyum, dengan langkah tenang dia berjalan menuju warung tersebut.

   Setibanya di warung itu, dia memesan semangkok mie.

   Tidak begitu banyak orang di warung tersebut.

   Yang makan di situpun bukanlah orang-orang yang kaya.

   Melainkan hanyalah orang-orang kasar yang pas-pasan.

   Tak lama kemudian pelayan membawa semangkok mie di yang masih mengepulkan asap panas di hadapannya.

   Setelah mencium sejenak, Hong Sin tertawa dan berkata.

   "Waahh, mie enek dan lezat"

   Setelah itu dia makan dengan lahapnya.

   
Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Beberapa saat kemudian, sumpit di tangan Hong Sin terlepas, kepalanya tengkurap di atas meja, di lain saat terdengar suara mendengkurnya yang nyenyak.

   Saat itu tak menunggu lama pelayan yang membawa mie tadi telah berada di dekat tubuh pemuda itu kemudian melancarkan tigabelas totokan di seluruh tubuh Hong Sin.

   Dengan wajah tersenyum dia memanggulnya ke dalam rumah.

   Dia berjalan terus sampai di ruangan dapur.

   Beberapa orang menyambut kedatangannya dengan tertawa-tawa.

   Salah seorang diantaranya berseru.

   "Hah, tak ku kira semudah ini menangkapnyaDuta Topeng Perak pasti senang sekali"

   Pelayan itu terus memanggul Hong Sin, kemudian dia mendekati salah satu sudut tembok di dapur dekat perapian, lalu menekan salah satu sudutnya.

   Terlihatlah sebuah pintu rahasia yang terbuka dengan tangga menuju ke bawah tanah.

   Perlahan pelayan itu melangkahkan kakinya sampai di undakan ke tujuh, tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup dengan sendirinya.

   Ruangan itu jadi gelap gulita.

   Namun pelayan itu tetap berjalan seolah-olah memiliki mata yang terang saja.

   Tak lama kemudian sampailah dia di sebuah ruang batu.

   Tampak sebuah tempat tidur di sana.

   Baru saja dia meletakkan tubuh Hong Sin, tiba-tiba terdengar seruan dingin di belakangnya.

   "Ah Liokapa yang kau bawa?"

   Pelayan yang di panggil Ah Liok membalikkan badan dan melihat seorang nenek bungkuk bertongkat hitam besar sedang memandang dengan wajah kereng kepadanya. Dengan cepat dia membungkuk dan berkata dengan suara bangga.

   "Hormat Liu-congkoan, orang ini di cari-cari oleh Duta Topeng Perak, dan hamba telah berhasil meracuninya dengan bubuk racun pelemas, harap Lui-congkoan melaporkan ini kepada duta Topeng Perak.

   "Hehehbenarkah kau berhasil meracuninya?...biar ku periksa"

   Orang yang di panggil Liu- congkoan itu melangkah maju ke dekat Hong Sin untuk memeriksanyatapi baru saja dia melangkah maju ke tepi pembaringan, matanya terbeliakdengan gusar dia membentak.

   "Ah Liokapa kau mau mempermainkanku?..."

   Ah Liok kaget dan segera mengangkat kepalanya memendang ke pembaringan yang telah kosong, saat itu juga matanya terbelalak kaget.

   "Liu-congkoan, iniinibagaimana mungkin?..."

   Namun sangat di sayangkan, belum lagi perkataannya habis nyawanya sudah amblas meninggalkan tubuhnya terkena hajaran tongkat Liu-congkoan.

   Sambil memaki panjang-pendek, Liu-congkoan kemudian berlalu dari kamar tersebut.

   Sesaat kemudian, sesosok tubuh melayang turun dari atas dan menapak di lantai kamar tanpa suara sedikitpun.

   Sosok itu ternyata adalah Hong Sin adanya.

   Dengan tersenyum sinis, pemuda itu memandang sekeliling kemudian melangkah perlahan keluar dari ruangan tersebut dan membayangi Liu-congkoan yang memaki kalang kabut tanpa menyadari kalau ada orang yang mengikutinya.

   Ketika sampai di sebuah dinding, Liu-congkoan menekan sebuah tombol sehingga dinding tersebut bergeser membukaperlahan dia melompat masuk.

   Namun saat itu gerekannya terhenti di depan pintu, tubuhnya bergetar kaget, di depannya tampak dua bayangan tubuh.

   Keduanya menatap dengan sorot mata tajam dan buas dan serasa ingin menelannya.

   Agaknya congkoan ini belum menyadari akan kesalahan fatal yang telah di buatnya.

   Tiba-tiba di sekeliling tempat itu tampak hawa beracun yang amat pekat mencapai dua tombak lebih.

   Liu-congkoan terkejut, segera menjatuhkan diri berlutut"hormat duta Topeng Perak, hamba terima salah"

   Dia hendak maju memegang kaki salah satu diantaranya, tiba-tiba si Topeng Perak yang berada di sebelah kiri membentaknya.

   "Minggir kau!"

   Tangannya mengibas, dan tubuh Liu- congkoan terlempar ke pinggir dan semaput. Saat itu terdengar suara dingin menggema dalam ruangan itu.

   "Hehehkalau kau marah, toh tak haru mengumbar kejengkelan seperti itu di depankusungguh memuakkan perutku saja"

   Suara itu kalem dan datar, sementara sepsang mata yang menyorot tajam kehijau-hijauan menatap kedua lawan di depannyatampaknya pertarungan dahsyat tak dapat di hindari lagi.

   Bab VI.

   Siapa Im-Jiu Tok-Sian (Dewa Racun Bertangan Dingin)? Empat pasang mata itu mata dari balik topeng perak itu menatap tajam dan buas kearah Hong Sin.

   Sementara tangan mereka terkepal erat dan di penuhi hawa kematian yang pekat sekali.

   Salah seorang di antaranya berseru sinis.

   "Huh, kau sudah terbentur di tangan kami, apa kau kira dapat hidup lebih lama lagi? Percayalah, malaikat maut sekalipun takkan bisa membawa mayatmu utuh ke neraka"

   Hong Sin tersenyum mengejek. Seperti tak memperhatikan kedua orang di depannya, perlahan dia melangkah ke depan seraya berkata.

   "Kau mau buktikan kemampuanku?... marilah"

   Belum habis suaranya, tangannya mendorong ke depan sambil melepaskan dua pukulan dengan jari tengahnya dengan tujuh bagian tenaga dalamnya kearah dua orang tersebut.

   Ilmu ini adalah jurus ke tujuh dari Im-Yang Tok-Kiam-Ci yang di lambari Thian-Te Tok-Khi yang dahsyat.

   Dua gulungan angin berpusing tanpa suara melabrak dahsyat pada kedua orang tersebut.

   Sambil mendengus kedua orang itu yang masih menganggap enteng lawan mereka bergerak seadanya.

   Tanpa bergeser dari tempat mereka, tangan kanan mereka di angkat menangkis serangan tersebut dengan telapak terbuka.

   "Awasssmenghindar!"

   Kedua orang ini mendengar seruan tersebut, segera menyadari sesuatu yang tidak beres.

   Namun belum lagi mereka berbuat sesuatu, tiba-tiba terdengar pekik mengerikan dari mulut mereka mereka.

   Menyusul tubuh mereka terlempar ke belakang menabrak dinding.

   Untung saat itu tiba-tiba muncul sepasang telapak tangan dengan cepat menahan bagian belakang tubuh kedua orang bertopeng perak tersebut.

   Dari mulut keduanya mengalirkan darah segar.

   Cepat kedua orang bertopeng perak itu bersila untuk menyembuhkan luka dalam mereka yang cukup parah.

   Hong Sin tidak memperhatikan kedua orang itu lagi.

   Matanya beralih kepada tiga sosok bertopeng emas dan berjubah biru bergambar Telapak tangan darah di dada kiri yang baru saja muncul.

   Salah satunya agak lebih tua, terbukti dari rambutnya yang berwarna putih, yang menahan punggung kedua lawan bertopeng perak tadi.

   Tubuh Hong Sin bergetar keras saat melihat gambar telapak tangan darah tersebut.

   Matanya berkilat mengerikan sehingga hampir saja dia tidak dapat menahan emosinya yang berkobar, namun sedapat mungkin di tekannya.

   "Hem,kau masih muda tapi tenaga dalammu sangat luar biasa sekali. Kalau saja kau mau bekerja sama, dengan kepandaianmu itu, kau bisa menempati urutan ke lima dari Ngo-hupangcu kami."

   Terdengar suara orang itu yang dingin dan datar tanpa perasaan sambil memandang tajam kearah Hong Sin Sampai beberapa saat Hong Sin terdiam, mendadak selintasan pikiran terbersit di pikirannya mengenai Telapak Tangan Darah tersebut.

   Kemudian berkata dengan suara dingin.

   "Hem, aku adalah ciangbunjin dari satu perguruan, bila aku mengikuti kemauanmu bukankah akan merendahkan perguruanku?..."

   "Heheheboleh kau sebutkan asal perguruanmu, mungkin lohu masih bisa mempertimbangkan kerjasama apa yang bisa kita lakukan"

   Kakek bertopeng emas itu terkekeh dengan pandangan licik.

   "Huh, bicara tentang kerja sama dengan anjing penjilat, kau pikir kau sesuai?..."

   Tandas Hong Sin sambil mendengus. Kejap itu juga dia memasang tampang kereng dan angkuh kemudian membalikkan tubuhnya melangkah kearah pintu. Kakek bertopeng emas itu mlengak oleh sikap orang yang angkuh, matanya berkilat.

   "Lohu ingin lihat, apa kepandaianmu sesumbar dengan bacotmu?"

   Tangannya memberi tanda pada kedua kawannya.

   Saat itu juga tiba-tiba dua bayangan bergerak sebat.

   Salah seorang bertopeng emas telah menghadang jalan keluar dari sebelah kanan.

   Kedua tangannya bergerak dengan jurus aneh yang di lambari hawa beracun mematikan yang amat pekat dan kuat, satu mencengkeram kearah bahu Hong Sin.

   Sedangkan satunya lagi menghalangi semua jalan mundur pemuda itu dengan totokan- totokan tajam kearah delapan jalan darah mematikan di punggungnya.

   Kedua serangan itu sangat cepat dan hebat.

   Sayangnya kedua orang bertopeng emas ini belum mengetahui dengan jelas kepandaian lawan mereka.

   Apa lagi bagi Hong Sin yang memiliki ilmu Sim-Khe (Cermin Hati), sekali lihat dia dapat mengetahui kelemahan dari ilmu lawan.

   Sambil menatap sinis, Hong Sin mengerahkan tenaganya dan di lain saat tubuhnya lenyap dari pandangan kedua lawannya.

   Sebelum lawan di depan sempat menyadari, tubuhnya telah kehilangan tenaga dalam dan terlempar ke belakang bagaikan layang-layang putus.

   Sekejap kemudian seluruh tubuhnya mengeluarkan asap tebal dan menunggu hingga asap tersebut lenyap di tiup angin, tubuh tersebut telah tinggal tulang-belulang.

   Sementara lawan yang menyerang dari belakang merasakan keterkejutan yang amat sangat ketika tahu-tahu tubuh pemuda yang di serangnya lenyap.

   Saat dia melihat keadaan temannya yang terlempar, tubuhnya berputar cepat sambil menyerang ke seluruh penjuru, namun itupun tidak berlangsung lama karena tahu-tahu tubuhnya telah terlempar pingsan dengan kedua lengan membengkak dan tak dapat di gunakan lagi.

   "Iiiihhhh!"

   Terdengar seruan terkejut yang keluar dari orang tua bertopeng emas.

   Dia tahu kepandaian kedua kawannya yang hanya setingkat di bawahnya, tapi toh tidak sampai dua jurus, sudah di pukul dan menguap lenyap tak berbekas.

   Kalau tidak melihatnya sendiri, siapapun tak akan percaya.

   Tubuhnya bergetar keras dengan keringat dingin.

   Mereka bertiga adalah pakar racun, namun baru sekarang melihat jenis racun yang tidak menyediakan jalan hidup seperti ini.

   Kakek berambut putih bertopeng emas itu berseru dengan suara bergetar dan berkeringat dingin.

   "Raracun apa itu?..."

   Hong Sin tidak menjawab, tapi balik bertanya.

   "Aku hanya membicarakan soal kerja sama dengan orang yang setingkat denganku, kalau kau tahu diri cepat beritahukan pemimpinmu ."

   "Heh, ilmumu racunmu memang hebat, namun itu belum cukup untuk mensejajarkan diri dengan junjungan kami. Walau kau membunuhku kau tetap belum pantas bertemu dengannya"

   Berkata demikian, tiba-tiba mulutnya bersiul panjang, dan dalam sekejab tempat itu telah di kurung oleh tigapuluh manusia berjubah hitam dan bertopeng perak yang langsung menghujani Hong Sin dengan beratus-ratus senjata rahasia beracun yang keji.

   "Bagus, apa kau kira segala cacing tak berguna ini sanggup menyulitkanku?..."

   Berkata demikian, tubuhnya berkelebat lenyap dan di lain saat terdengar jeritan mengerikan saat delapan orang terkapar di lantai dengan tubuh hangus.

   Ternyata senjata mereka telah di kembalikan oleh Hong Sin sambil dia menambahkan kadar racunnya dengan jenis rasun yang lebih dahsyat sehingga begitu terkena, langsung membunuh mati lawan-lawan ini.

   Kakek bertopeng emas itu mengeluarkan pekik nyaring, saat itu juga tubuhnya melesat menerobos ke dalam jalan rahasia yang tadi di lalui Hong Sin.

   Namun mana mau pemuda itu melepaskan orang.

   Sebelum pintu rahasia itu tertutup lagi, tangannya telah bergerak menghantam pintu tersebut hingga hancur, menyusul tubuhnya melesat menerobos ke jalan rahasia menyusul si kakek topeng emas.

   Dengan matanya yang tajam yang sanggup melihat dalam kegelapan, Hong Sin sempat melihat lantai yang tadi dia lewati, sekarang terbuka ke bawah dan tinggal dua jengkal lagi akan menutup.

   Saat itulah dia mengempos seluruh kekuatannya dengan ilmu mengerutkan tulang, menyusup ke dalam lantai tersebut.

   Karena belum mendapat tempat berpijak, tubuhnya terus meluncur ke bawah dengan ringan.

   Sementara itu tenaga khikangnya di sebar ke seluruh badan dengan ilmu Kim-I-Kang (Jubah Emas Sakti) untuk berjaga-jaga dari bokongan musuh.

   Beberapa detik kemudian kakinya menginjak lantai dengan ringan.

   Dengan penuh kewaspadaan dia menatap ke sekeliling.

   Di hadapannya tampak sebuah goa yang cukup besar.

   Tampak di kanan kiri ada tujuh pintu dengan tujuh warna yang tertutup rapat.

   Tiba-tiba terdengar suara menggema dari Kakek Topeng emas tersebut.

   "Kalau kau bisa lolos dari barisan beracun ini, barulah kau boleh membicarakan urusan dengan junjungan kaamitapi, ku rasa peruntunganmu tidaklah sebesar ituhehehe"

   Hong Sin mendengus.

   Dengan waspada tangan kirinya membuat gerakan melempar ke depan.

   Serangkum angin padat menghantam salah satu pintu yang ada di tengah.

   Saat itu juga pintu terbuka dan tercium bau menyengat yang merangsang hidung di iringi suara-suara mendesis.

   Ternyata ada ratusan jenis ular paling berbisa menerobos masuk ke dalam ruangan tersebut dan segera berbaris teratur mengelilinginya.

   Hong Sin terkejut namun dia tidak takut dengan ular-ular beracun tersebut karena dia sendiri adalah dedengkot racun zaman ini.

   Sementara itu matanya menatap lurus ke dalam kegelapan di balik pintu ular tersebut.

   Perlahan terdengar suara langkah kaki yang halus, dan tampak seorang pria berkerudung hitam muncul di pintu.

   Dari tubuhnya mengeluarkan bau busuk yang amat pekat.

   "Hehehesiapa kau anak muda? Berani sekali kau masuk ke wilayah terlarang Hek-Sat-Kau dan membuka pintu ular ini? Apa kau sudah bosan hidup?..."

   Suaranya dingin, terdengar seperti mendesis. Hong Sin tertawa dingin.

   "Hahtak ku sangka, kota yang begini besar dan ramai ternyata menyembunyikan begini banyak mahluk iblis tak genap seperti ini?...". Diam-diam dia terkejut. Bila satu pintu saja sudah menyembunyikan ratusan ular-ular beracun dari berbagai tempat, bagaimana dengan keenam pintu yang lain. Binatang-binatang apa saja yang ada di sana? Mengandalkan binatang-binatang ini saja sudah cukup kiranya untuk memusnahkan satu kota. Sungguh kekuatan yang sangat mengerikan.

   "Hehehekau cukup bernyali sehingga berani berkata lancang di hadapankutapi saat ini hidupmu tidak akan lama lagi. Anak-anaknikmati makanan di depan kalian ini?"

   Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Selesai berkata demikian pria berkerudung itu mengeluarkan pekik nyaring.

   Saat itu ratusan ular-ular beracun ini mengeluarkan desis yang nyaring dan menerjang kea rah Hong Sin.

   Pemuda ini tertawa mengejek.

   Sambil mengerahkan tenaga Thian-Te Tok-Khi sampai tingkat ke lima.

   Segera ruangan tersebut di penuhi oleh bau harum aneh sehingga ular-ular tersebut tidak dapat mendekatinya dalam jarak tiga tombak.

   "Aaakh Thian-Te Tok-Khi!... kawan-kawan kita kedatangan musuh kuat"

   Berseru demikian, tiba-tiba terdengar pekik mengerikan dari mulutnya.

   Dengan cepat ular-ular itu bergerak mundur kembali ke dalam pintu ular.

   Namun saat itu juga terdengar ledakan keras saling susul tatkala keenam pintu yang lain terbuka.

   Hong Sin waspada, karena saat itu juga dia telah di kelilingi oleh tujuh orang manusia-manusia aneh yang telah kehilangan salah satu anggota badan mereka yang mengeluarkan bau racun-racun binatang paling ganas seperti kalajengking, kelabang, kodok, kumbang, dan lain-lain yang mematikan.

   Tatapan mereka mencorong ganas.

   "Anak muda, apa hubunganmu dengan Sam Sian Kok (Lembah Tiga Dewa)?..."

   Salah seorang di antaranya membentak dengan suara kereng.

   "Hem, aku adalah keturunan ke tiga dari Sam Sian Kok, juga ciangbunjin angkatan pertama dari Thian-Te-Tok-Pai?"

   Hong Sin menyahut dengan suara datar. Diam sejenak kemudian dia melanjutkan.

   "Aku tahu, kalian adalah Tok-Chit-Mo (Iblis Tujuh Racun) yang telah di kalahkan dengan mengenaskan oleh kakekku pada tigapuluh tahun yang lalu, bukan? Bagus, sekian lama ternyata kalian bersembunyi di tempat ini"

   Hong Sin tertawa terkekeh.

   Perlu di ketahui, tigapuluh tahun yang lalu Tok-Chit-Mo pernah mengganas di dunia persilatan dengan ilmu-ilmu racun mereka yang mengidikkan sehingga hampir tiada lawan.

   Sampai akhirnya mereka berjumpa dengan Hong Thay Kun, yaitu kakek dari Hong Sin.

   Dalam pertarungan mengadu racun tersebut, meskipun akhirnya Hong Thay Kun juga terluka oleh gabungan tujuh racun lawan, namun tidak begitu parah sedangkan ke tujuh iblis ini di kalahkan dengan tragis sehingga masing-masing kehilangan salah satu anggota badannya.

   Itulah sebabnya mereka sangat mengetahui sekali akan kedahsyatan racun dari Thian-Te Tok-Khi.

   Kini setelah Hong Sin menyinggung akan kekalahan tersebut, kontan membangkitkan emosi ke tujuh orang itu.

   Dengan tatapan penuh dendam, ketujuh orang ini segera membentuk formasi Chit-Seng-Tok-Tin (Barisan Racun Tujuh Bintang) yang mematikan.

   Di sekeliling ruangan itu tidak ada lagi udara yang bersih, semuanya penuh dengan berbagai macam racun mematikan yang menekan dari ketujuh penjuru.

   Sementara tubuh mereka bergerak berputar sambil melancarkan pukulan-pukulan mematikan yang mengandung racun jahat.

   Jika orang lain yang menghadapi keroyokan ini, mungkin tidak akan bertahan dua menit oleh karena udara racun yang sangat keji.

   Hong Sin yang mengerahkan Thian-Te Tok-Khi sampai tingkat ke sepuluh.

   Namun demikian lewat tiga tarikan nafas, pemuda itu melihat hawa racun Thian-Te Tok-Khi mulai terdesak hingga satu tombak dari tubuhnya.

   Diam-diam dia terkejut.

   Untung saja dia dapat membaca gerakan lawan sehingga tidak sulit baginya untuk mengatasi ilmu silat mereka, tapi hawa pukulan beracun mereka yang sudah terlatih selama tigapuluh tahun sungguh sukar di lawan.

   Harinya penasaran.

   Maka sambil berteriak dia segera meningkatkan kekuatannya dengan mengerahkan ilmu Sian- Tok Sam-Sin-Kang (Tenaga Sakti Tiga Racun Dewa) yang amat dahsyat.

   Kemudian tubuhnya berkelebat dengan amat cepat menyusup di antara tempat-tempat yang lowong dari pukulan- pukulan lawan.

   Hal mana sangat mengejutkan ketujuh orang tersebut karena tidak dapat menyentuh tubuh pemuda tersebut.

   Melihat ini tiba-tiba ketujuh iblis itu memekik nyaring.

   Tubuh mereka bergerak menjadi satu baris.

   Masing-masing tangan kiri memegang bahu kawan di depan.

   Dengan demikian mereka menyatukan kekuatan mereka untuk menggempur Hong Sin.

   Pemuda ini terkejut, jika mereka berhasil menggabungkan tenaga, sekuat apapun dia tetap takkan kuat menghadapinya.

   Tak menanti sampai penggabungan tenaga mereka terbentuk sempurna, segera dia gunakan Ilmu Ajaib Hun-Khai Kian-Kun-Tin (Ilmu Barisan Membuka & Menutup) menempel ketat kepada ketujuh orang itu sambil melancarkan totokan-totokan keras dengan ilmu Hian-Goan Pat-Hong-Hud-Kang (Tenaga Budha Delapan Penjuru Pelumpuh)nya.

   Ke tujuh orang itu terlempar masing-masing ke tujuh penjuru dan memuntahkan darah segar.

   Rupanya mereka telah terluka dalam.

   Segera mereka bersila untuk memulihkan diri.

   Sedangkan Hong Sin tetap berdiri di tengah sambil mengatur nafasnya yang sedikit memburu.

   "Hah, para suheng-te, sungguh tak di sangka walau kita berlatih tigapuluh tahun sekalipun tetap tak sanggup mengalahkan meski hanya cucunya saja. Hong Thay KunHong Thay Kun, kali ini kami mengaku kalah padamu"

   Terdengar keluhan dari keenam orang itu dan suara dingin dari kakek dari pintu ular tadi. Walau demikian, Hong Sin dapat merasakan nada kekecewaan yang amat sangat dari keluhan ketujuh orang tersebut. Tak terasa dia memberi hormat kepada mereka.

   "Sebenarnya kalianpun tak perlu kecewa, Aku akan menghabisi urusan ini sampai di sini, hanya sukalah kiranya kalian menunjukkan jalan keluar dari tempat ini?"

   Mendengar ucapan dan melihat sikap pemuda di depan mereka ini, tak terasa ketujuh iblis ini menarik nafas panjang.

   "Anak muda kami hanyalah tujuh Hu-Hoat bagian luar dari Mo-Kiong-Bun (Perkumpulan Istana Iblis). Kau berhati-hatilah, Mo-Kiong-Bun memiliki lima Hu-pangcu yang amat sakti. Hek-Sat-Kau dan Hian-Beng-Kau serta ke tiga partai iblis lainnya hanyalah partai-partai pembuka jalan saja, sedangkan orang-orang di belakang mereka jauh lebih tangguh dari gabungan kami bertujuh "

   "Hemmbagaimana dengan Duta Topeng Emas yang aku temui tadi?..."

   Hong Sin terkejut akan kekuatan dari organisasi rahasia Mo-Kiong-Bun ini.

   "Heh, Duta Topeng Emas adalahlah Hu-Hoat bagian dalam, saat ini dia sudah tidak berada di sini, sia-sia kau mencarinya karena sejak kita memulaikan pertarungan, seluruh kekuatan dari markas ini telah di pindahkan ke tempat lain yang rahasia"

   Sehabis itu, tanpa mengucapkan sepatah kata, tangan salah satu di antara mereka menunjuk kearah langit-langit ruangan tersebut.

   Hong Sin mendongakkan kepalanya mengikuti arah jari yang menunjuk.

   Dia melihat sebuat tuas yang menempel di langit-langit tersebut.

   Cepat kakinya menutul lantai.

   Sekejab tubuhnya melesat dan menggapai kearah tuas tersebut kemudian memutarnya.

   Terdengar bunyi berderit dua kali, tiba-tiba tampak sebuah lubang sebesar dua meter di depannya, tepat di atas pintu ke enam dan ke tujuh.

   Tubuhnya di gerakkan dan dalam sekejap telah lenyap di balik lubang tersebut.

   Tak lama kemudia lubang itu menutup kembali.

   Sepeninggalan Hong Sin, tiba-tiba dinding di samping pintu ke tujuh bergerak membuka.

   Ternyata masih ada jalan rahasia lain di tempat itu.

   Ketujuh orang ini membuka mata mereka dan memandang bayangan seorang pemuda yang mendekati mereka.

   Pemuda itu memakai jubah hitam, namun matanya mencorong licik.

   Sementara di belakangnya tampak dua orang yang tidak asing lagi, yaitu Cui-Tok-Siang-Kwi Toa-Tok dan Pek-Bi-Kwi-Hud.

   Tak salah lagi pendatang ini adalah Gan-Kongcu.

   "Maaf para susiok, sutit telah menyaksikan semua pengkhianatan para susiok yang memberi petunjuk jalan keluar pada musuh, karena itu sutit mendapat perintah untuk memberi hukuman yang sesuai dengan aturan junjungan kita?"

   Pemuda itu berkata dingin. Kakek dari pintu ular membuka matanya dan menyahut.

   "Kami telah kalah, bahkan tenaga kamipun telah musnah sebagian namun kami takkan lari dari tanggung jawabsilahkan Hian-Beng- Kau Hu-Pangcu menjatuhkan hukuman."

   "Baik para susiok, hanya kalian harus ingat bahwa sutitpun tidak akan memberi kematian yang mengenaskan karena walaupun dalam keadaan begini, tapi para susiok masih membantu keberhasilan sutit untuk menjadi yang terbaik"

   Pemuda itu tertawa menyeringai.

   Hal ini membuat ketujuh iblis itu serentak membuka mata mereka dan memandang dengan mata melotot.

   Namun tubuh pemuda itu lebih cepat berkelebat.

   Ketujuh orang itu menjerit dan roboh tertotok.

   Saat itu Gan-Kongcu menggerakkan kedua tangannya mencengkeram kepala dua iblis di antara mereka dan mengerahkan tenaga menghisap.

   Terdengar jeritan menyayat sampai akhirnya hilang saat dua korbannya di lepas dengan tubuh mengkerus tinggal tulang.

   Begitulah, berturut-turut Gan-kongcu menghisap tenaga beracun ke tujuh orang itu untuk menambah kehebatan ilmunya.

   Setelah itu dia duduk bersila untuk menggabungkan dan melebur seluruh tenaga beracun tersebut ke dalam Ngo-Kwi-Tok Sin-Khi (Hawa Sakti Lima Racun Iblis)nya.

   *** Hong Sin keluar dari bangunan itu, yang setelah di amati ternyata adalah bagian belakang dari kelenteng Kwan-Kong-bio yang terkenal.

   Matanya menyapu tempat yang sepi tersebut.

   Karena tidak menemukan sesosok bayangan, akhirnya dia enjotkan kakinya dan melayang keluar melompati tembok yang tinggi.

   Tubuhnya melayang turun di belakang sebuah gang sempit dekat warung makan di mana dia masuk tadi.

   Namun tempat itupun sudah sepi, tidak ada seorangpun yang terlihat.

   Baru saja tubuhnya hendak berkelebat dari tempat itu, tiba-tiba telinganya menangkap sesuatu.

   Tak lama kemudian tampak sepuluh sosok bayangan melayang turun di tempat dia berdiri tadi dan memandang kepadanya dengan tatapan tidak bersahabat.

   Hong Sin memandangi mereka satu persatu.

   Rata-rata usia mereka enampuluhan tahun.

   Rasanya dia tidak mengenal mereka namun dari sikap mereka yang gagah, Hong Sin tahu mereka bukan segolongan dengan Mo-Kiong-Bun.

   Namun dia diam saja sambil menunggu.

   "Omitohud, pinceng Hui Hong Taysu kepala Lo-Han-Tong dari Siauw-Lim-Sieapa benar sicu bernama Hong Sin?..."

   Tanya seorang yang paderi yang berada tepat di hadapan pemuda itu.

   "Benar losuhu, cahye memang bernama Hong Sin. Apakah ada sesuatu keperluan sehingga losuhu dan para cianpwe sekalian mencariku?..."

   "Bagus, karena kau sudah mengakui, kami mencarimu karena hendak membawamu untuk di adili atas semua perbuatanmu. Lebih baik sicu menyerah saja"

   Muka Hong Sin menjadi merah.

   "Hem, kita baru sekarang bertemu, atas dasar apa losuhu hendak mengadiliku?"

   Salah seorang tosu di sebelah kiri segera maju ke muka dan mencengkeram bahu Hong Sin dengan muka gusar.

   "Anak muda lebih baik kau jangan banyak cakap lagikami mengejarmu sampai ke sini dan kali ini kau tidak mungkin lolos lagi dari kami"

   Perawakan tosu ini tinggi kurus.

   Di bahunya tersoreng sebatang pedang panjang beronce biru.

   Dia adalah Kun Ci Totiang dari Bu Tong Pai yang amat terkenal dengan julukan Hong-im-Kiam-ong (Raja Pedang Angin Dingin).

   Hong Sin mendengus tajam, dia bingung dengan ucapan tosu tersebut, tapi untuk bertanya tidak keburu lagi karena sang tosu telah menyerangnnya dengan dahsyat.

   Dengan enteng dia memutar tangannya menotok kearah pergelangan tangan sang tosu.

   Si tosu tidak mandah saja.

   Tangannyapun ikut bergerak menghindari totokan lawan, kemudian berputar dengan kilat dengan jari telunjuk menotok kearah leher Hong Sin dengan tenaga yang berlipat.

   "Jari sakti yang bagus"

   Puji Hong Sin.

   Namun begitu, tubuhnya segera mengeras dengan pengerahan Kim-I-Kang (Jubah Emas Sakti).

   Jari tersebut telak mendarat di leher sebelah kirinya, tapi tidak mendatangkan efek apa-apa.

   Sebaiknya tosu itu tergentak mundur satu tindak kebelakang.

   "Heihkiranya kau punya kepandaian sehingga berani bertingkahLihat pedang! Bentak tosu ini sambil mencabut pedangnya. Langsung menyerang dengan sebat kea rah Hong-Sin. Pemuda ini melengak. lima jurus di depan dia masih tetap menghindari serangan-serangan gencar tersebut dengan entengnya. Hal ini membuat Kun Ci Totiang murka dan makin memperhebat serangannya. Sementara kesembilan orang lainnya memandangi dengan hati terkejut. Mereka tahu kepandaian kawan mereka yang sakti, tapi ternyata tidak berpengaruh pada pemuda tersebut. Segera mereka memberi isyarat dan mulai melancarkan serangan bersamaan. Hong Sin gemas dengan sikap mereka, hanya saja dia tidak mau berurusan lebih lanjut tanpa tahu urusan. Segera dia terpekik nyaring dan tubuhnya melambung ke atas setinggi lima tombak, kemudian melesat kearah barat dengan sangat cepat. Kesepuluh orang itu terkejut, namun baru saja mereka hendak mengejar, tampak di hadapan mereka lima orang pemuda lain yang mengenakan pakaian sama seperti Hong Sin menghadang di depan mereka. Hanya bedanya kelima orang ini menutupi muka mereka dengan saputangan hitam. Ke sepuluh orang ini terkejut melihat ke lima orang di depan mereka, namun melihat dandanan orang-orang ini, mereka saling pandang, sekilas mereka jadi tahu urusan yang tak beres ini.

   "Omitohud, ternyata kalian yang menyamar sebagai pemuda tersebutapa sebenarnya maksud kalian untuk mengadu domba?"

   Kata Hui Hong Taysu dengan wajah membesi.

   "Heheheh, setelah tiba di hadapan Giam-lo-ong, kalian akan tahu urusan"

   Serentak kemudian kelima orang itu melemparkan lima bom asap yang meledak seluas enam tombak.

   Ke sepuluh orang itu segera menutup pernafasan mereka sambil mengibaskan tangan memukul asap-asap tebal tersebut karena kuatir itu asap beracun.

   Tapi mereka terkejut karena mata mereka jadi perih.

   Sebelum mereka bertindak lebih lanjut terdengar pekik mengerikan saat tubuh mereka terlempar dengan tubuh berkelojotan dan mati menggenaskan.

   Salah satu dari kelima orang itu kemudian menulis enam kata di dinding dengan pedangnya.

   "Im-Jiu Tok-Sian (Dewa Racun Bertangan Dingin), Hong Sin"

   Sementara Hong Sin yang melesat kearah barat tidak memperdulikan lagi kesepuluh orang tadi.

   Setelah tiba di luar kota dia berputar dan masuk dari pintu selatan.

   Baru saja dia hendak memasuki pintu gerbang tersebut, tiba-tiba langkahnya terhenti.

   Matanya menangkap bayangan-bayangan berkelebat di sekelilingnya.

   Tampak puluhan orang telah mengepungnya dengan senjata terhunus.

   Bibirnya tersenyum dingin, namun ketika dia berpaling ke kiri jantungnya berdetak.

   
Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tampak seorang gadis yang langsing dan padat berisi, wajah yang bulat telur berpakaian putih berdiri di sana.

   Wajah gadis itu tertutup sehelai saputangan putih, namun Hong Sin tetap mengenali mata yang jeli tersebut yang selalu di pikirkannya setiap saat, yakni Goat Hui Hwa.

   Tampak gadis itu mendengus dan berkata dengan suara dingin dan penuh kebencian.

   "Hem, tak ku sangka engkau ternyata gembong penjahat keji yang membantai para tokoh persilatan selama ini? Aku sungguh salah menilai orang..."

   Hong Sin melengak.

   Dia benar-benar terkejut sekali, baru saja dia keluar dari ruang rahasia Mo- Kiong-Bun, tapi sudah dua kali ini dia orang menuduh dia sebagai pembunuh.

   Apa maksudnya? Apa lagi tokoh-tokoh golongan hitam putih yang mengepungnya sekarang tak lebih dari dua ratus orang.

   Dia sungguh tak mengerti.

   Saat itu juga dari kerumunan orang banyak terdengar gelak tawa keras.

   "Hahahanona, tidak usah banyak bicara dengan ular bermuka dua inimari kita habisi saja."

   Yang bersuara ternyata seorang pemuda tampan yang bukan lain adalah Tabuli cin.

   Belum habis suara pemuda itu, tiba-tiba melayang empat tubuh yang sangat cepat sekali dan berdiri mengepung Hong Sin.

   Diam-diam Hong Sin terkejut.

   Siapa lagi orang-orang ini? Menilik dari gerakan mereka, pasti memiliki ilmu yang lebih tinggi dari ke lima iblis yang bertarung dengannya tempo hari.

   "Anak muda, hari ini Chit-Pai Chit-cu sudah turun tangan, tidak segera memohon ampun apakah engkau sudah bosan hidup? Terdengar suara yang kereng salah satu dari antara ke empat orang itu.. BAB VII. Kesalahpahaman Para Pendekar Hong Sin terkejut melihat ketiga orang yang berdiri dengan wajah kereng di hadapannya itu. Sadarlah dia bahwa ada satu persoalan yang terjadi sehingga tiga tokoh dari Chit-Pai Chit-cu dan jago-jago dari berbagai partai inipun memburunya. Belum sempat dia mengatakan sesuatu, tiga jalur tenaga aneh yang amat kuat menerpa ke arahnya, menekan semua bagian tubuhnya. Sekilas dia rasakan tiga tenaga ini tidak mengandung tenaga penghancur, hanya bermaksud untuk menekan dan melumpuhkannya. Tapi mana mau Hong Sin mandah saja di lumpuhkan. Otomatis tenaga dari ilmu Kim-I-Kang (Jubah Emas Sakti) di kerahkan ke seluruh tubuh, sementara tubuhnya berputaran satu kali dan menuntun ke tiga tenaga aneh itu kembali kepada pemiliknya.

   "IIIIIHHH."

   "Mustahill"

   "Hebat"

   Nampak keterkejutan di wajah ke tiga tokoh Chit-Pai Chit-cu, segera mereka menghindar dan memapaki pukulan-pukulan yang berbalik itu dari samping namun tak urung mereka tetap tergentak mundur setengah langkah.

   Para ciangbunjin dan tokoh-tokoh persilatan yang hadir juga tak kalah kagetnya.

   Mereka tahu betapa lihainya tangan keempat tokoh Chit-Pai Chit-cu tersebut.

   Melawan satu saja sudah tidak mungkin ada orang yang bisa lolos, tapi pemuda tersebut mampu menahan dan mengembalikan ke tiga pukulan sakti tersebut, ini sungguh di luar dugaan siapapun.

   Hong Sin menampak situasi yang kurang menguntungkan segera dia membungkuk dengan hormat dan berkata dengan suara tenang.

   "Maafkan wanpwe yang kurang hormat sehingga menyibukkan para cianpwe sekalian, kalau boleh tahu peristiwa apakah yang membuat cuwi sekalian mendesak saya seperti ini?"

   Sebelum ke tiga kakek dari Chit-Pai Chit-cu itu menjawab, Ketua Khong-thong-Pai, Hui-Liong- Kiam Pan Sek berseru dengan ketus.

   "Huh, apa benar kau yang bernama Hong Sin dan berjuluk Im-Jiu Tok-Sian (Dewa Racun Bertangan Dingin)? Hong Sin memandang kakek itu dengan kening berkerut.

   "Wanpwe memang bernama Hong Sin, tapi gelar Im-Jiu Tok-Sian (Dewa Racun Bertangan Dingin) tidak berani aku menerimanya"

   "Bagus, kalau benar kau yang bernama Hong Sin, maka kami tidak perlu banyak cakap lagi, kau harus mempertanggung-jawabkan puluhan orang-orang kang-ouw yang telah kau bantai di luar kota Su Chuan kemarin"

   Kembali Hui-Liong-Kiam Pan Sek berseru dengan suara keras di ikuti teriakan dan tuduhan-tuduhan pembunuhan dari orang-orang yang mengepungnya.

   Hong Sin terkejut mendengar akan hal ini.

   Kapan dia membunuh orang?.

   Tatapannya segera tertuju pada gadis berpakaian putih, Goat Hui Hwa.

   Sinar matanya penuh pertanyaan tertuju kearah gadis tersebut.

   Goat Hui Hwa tak berani membalas tatapan pemuda itu, melainkan mengengoskan mukanya kearah lain tanpa menjawab.

   Melihat ini justru Tabuli Chin yang berdiri tak jauh dari gadis cantik itu tertawa menyeringai dan berkata.

   "HeheheHong Sin, kau janganlah seperti anjing yang menyembunyikan ekor, berani berbuat tapi tak berani bertanggung jawab, semua orang gagah sudah mengetahui kebusukanmu dan kau tak dapat mengelak lagi."

   Hong Sin tersenyum dingin tanpa membantah pemuda itu, malah menghadap pada keempat tokoh dari Chit-Pai Chit-cu itu dan bertanya dengan sabar.

   "Sam-wi-Locianpwe adalah orang-orang yang di hormati di kalangan kang-ouw, wanpwe hanya akan mendengarkan kalian orang tua saja, apakah ada bukti atas apa yang di tuduhkan kepada wanpwe?"

   Salah satu dari tiga tokoh dari Chit-Pai Chit-cu yang berpakaian imam segera berseru.

   "Pinto adalah Thai Su Lojin, orang-orang memanggil pinto Pek Sim Sian dan selamanya tak pernah bohong. Saat kau mengadakan pembantaian terhadap ke tujuh puluh murid-murid dari Sembilan partai kemarin malam, kami bertiga sempat menyaksikan bayangan tubuhmu saat melarikan diri."

   "Aahhh, kalian hanya melihat bayangan tubuh dan kalian berani memastikan bahwa itu adalah aku?... sungguh hebat"

   "Kami tidak asal menuduh. Sayang kami tidak keburu menangkapmu karena kau menggunakan bom asap untuk melindungi palarianmu, namun di atas tanah kau unjuk kesombongan dengan menulis kata Im-Jiu Tok-Sian (Dewa Racun Bertangan Dingin), Hong Sinapa ini bukan bukti yang kuat?"

   Sebelum Hong Sin menyelesaikan perkataannya sudah di potong oleh Pek Sim Sian.

   "Maaf, kalau boleh tahu, di manakah kejadian pembantaian tersebut?"

   Kembali Tanya Hong Sin balas bertanya dengan penasaran.

   "Huh, apa maksud pertanyaanmu?, apa kau mau mengatakan bahwa aku mengapusi anak muda sepertimu?..."

   Pek Sim Sian membentak dengan marah. Saat itu kembali Tabuli Chin berseru dengan suara mengejek.

   "Heh, sudah jelas-jelas kau bersalah, masih saja mau mengelak. Baik kalau Su-Locianpwe ini terlalu murah hati untuk menghukummu, biarlah aku yang melakukannya. Selesai berkata demikian kedua tangannya di gosokkan hingga berobah menjadi merah kemudian di pukulkan beruntun empat kali kearah dada Hong Sin. Itulah pukulan sakti Ang-Jit-Sin-Kang yang sakti. Hong Sin tertawa sinis, dengan satu langkah aneh dari Hun-Khai Kian-Kun-Tin (Ilmu Barisan Membuka & Menutup)nya, dia mengelak ke samping Tabuli Chin kemudian balas menyerang pemuda itu dengan salah satu jurus yang ampuh dari ilmu Im-Yang Tok-Kiam-Ci-nya yang dahsyat. Lima hawa dingin tajam tanpa suara menghantam kelima bagian tubuh Tabuli Chin. Pemuda ini terkejut, segera menarik serangannya dan berjumplitan ke atas. Dari atas kembali telapaknya melepaskan delapan belas bola api dari ilmu Ang-Jit-Sin-Kang dengan sangat cepat untuk mengurung lawannya. Daerah seluas tiga tombak serasa di panggang dan ini membuat semua orang yang ada terkejut atas kehebatan serangan Tabuli Chin tersebut. Mereka kagum dan bersyukur. Kagum atas kehebatan ilmu yang di pertunjukkan dan bersyukur karena akhirnya ada juga tandingan yang akan menghukum durjana pembunuh para tokoh-tokoh persilatan yang berjuluk Im-Jiu Tok-Sian. Hong Sin mendengus. Walau menerima ancaman mematikan itu namun tatapannya tak pernah lepas dari Goat Hui Hwa. Gadis itu melihat sinar mata sedih terpancar dari mata pemuda yang sempat di kaguminya tersebut, tak tahan dia membuang muka. Terdengar helaan nafas penyesalan yang berat dari pemuda tersebut.

   "HAIIIT."

   "Cusssscuusssscuuusssss..."

   Saat itu terdengar bunyi seperti besi panas yang di celupkan kedalam api sebanyak delapan belas kali, diiringi tubuh Tabuli Chin yang sedang melayang di udara terpental ke belakang dua tombak lebih.

   Tubuhnya berjungkir balik dan turun dengan ringan, namun tidak kurang suatu apapun.

   Dia ini terkejut sekali.

   Tak terasa gerakan lawan yang membalas pukulannya, namun semua bola apinya serasa lenyap di tengah kolam dingin yang amat kuat yang kemudian memantulkan tenaga pukulannya dengan sangat kuat sampai melemparkan tubuhnya sejauh dua tombak.

   Semua orang termasuk ke tiga tokoh dari Chit-Pai Chit-cu terbeliak tak berkedip memandang peristiwa ini.

   Tak ada dentuman pukulan beradu.

   Tak ada bunyi dan jerit kematian sang durjana yang di harapkan kematiannya oleh para tokoh silat yang berkumpul.

   Delapan belas bola api yang dahsyat tersebut lenyap dan menguap bagaikan besi yang di celupkan ke dalam es.

   Bahkan pemuda yang mereka harapkan untuk di hukum itu masih tetap berdiri dengan tenang tanpa kurang suatu apapun.

   Saat semua orang terdiam, tak tahu harus berbuat bagaimana.

   Bahkan ketiga tetua dari Chit-Pai Chit-cupun diam-diam kagum setengah mati akan kehebatan pemuda di hadapan mereka ini, bahkan merekapun tidak yakin akan sanggup mengalahkannya.

   Tiba-tiba berkelebat beberapa bayangan orang ke tengah-tengah tempat itu.

   Salah seorang di antaranya yang mengenakan jubah hwesio segera berseru dengan nyaring.

   "Omitohud! Jangan lepaskan penjahat ini, dia telah membunuh Hui Hong Taysu, Kun Ci Totiang serta ke delapan tokoh lainnyakami menemukan buktinya"

   Selenyap teriakan itu tampak lima orang hwesio di belakangnya membaringkan ke sepuluh jago yang baru tampak belum lama mati dengan tubuh keracunan.

   Teriakan ini mengejutkan dan menyulut kemarahan semua orang yang ada.

   Apalagi saat mereka mengamati yang bicara itu adalah Ciangbunjin Siauw-Lim-Pai Kim Goan Taysu sendiri.

   Emosi mereka tak terkendali lagi, serentak mereka mencabut senjata kemudian mulai menggempur Hong Sin tanpa banyak bicara.

   Tiga tokoh dari Chit-Pai Chit-cu tidak dapat berbuat apa-apa membendung kemarahan semua orang yang ada.

   Bahkan mereka sendiripun tak dapat menahan kesedihan tatkala melihat korban- korban yang mati ini.

   "Tunggu, dengarkan penjelasankuini salah paham.kalian tidak boleh beginiaku tidak mau membunuh orang". Hong Sin juga terkejut melihat serangan-serangan gencar dari para tokoh persilatan ini. Pemuda itu berteriak memberi peringatan namun tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan. Terpaksa dia mengerahkan Ilmu Ajaib Hun-Khai Kian-Kun-Tin (Ilmu Barisan Membuka & Menutup). Pemuda ini hanya bergerak menghindar dan menangkis semua serangan yang mengarah ke arahnya. Sementara serangan-serangan para pengeroyoknya semakin hebat. Sesekali dia berpikir hendak menggunakan ilmu Hian-Goan Pat-Hong-Hud-Kang (Tenaga Budha Delapan Penjuru Pelumpuh), Thian-Te-Tok-Khi ataupun ilmu Sian-Tok Sam-Sin-Kang (Tenaga Sakti Tiga Racun Dewa), namun dia tahu pengaruhnya sangat dahsyat dan mengerikan, dan kalau jatuh korban lagi maka ini bisa lebih memperdalam kesalah pahaman yang terjadi, maka di batalkannya maksud tersebut. Sekuatnya dia mengerahkan Kim-I-Kang dan menahan gempuran orang-orang kalap tersebut. Inilah pertarungan yang tak pernah di bayangkan oleh siapapun di dalam dunia kang-ouw. Selama beberapa ratus gebrakan, orang-orang yang menyerang tidak dapat bergerak maju bahkan ada yang terpental oleh tenaganya sendiri yang membalik. Melihat ketangguhan pemuda berjuluk Im-Jiu Tok-Sian ini ke tiga tokoh dari Chit-Pai Chit-cu serta ke tujuh ciangbunjin dari tujuh partai yang hadir saat itu mengeluarkan senjata mereka masing-masing kemudian sama-sama membentak nyaring dan mengerahkan tenaga menggempur pemuda tersebut secara bergilir dengan dahsyat. Hong Sin terkepung rapat. Dia tidak tahu berapa lama dia bertarung menahan semua gempuran-gempuran yang di tujukan kepadanya. Memang semua pukulan dan senjata itu tak satupun yang dapat menembus Kim-I- Kangnya bahkan sebagian dapat di hindari dengan Ilmu Ajaib Hun-Khai Kian-Kun-Tin dan di hindari serta dialihkan tenaga pukulannya ke tanah, namun berapa lama dia dapat bertahan, setelah bertempur seharian, pada akhirnya toh dia kehabisan tenaga juga sehingga pada akhirnya beberapa pukulan maha dahsyat dari Pek Sim Sian, It Thian Sian serta Sin Kun Sian, tiga tokoh dari Chit-Pai Chit-cu berhasil menggetarkan hawa pelindung Kim-I-Kangnya sehingga membuat dia terluka cukup parah dan terdesak di pinggir sungai, bahkan pakaiannya sudah robek sana-sini tak karuan bentuknya karena terkena senjata tajam. Biar begitu sambil bertempur tatapan matanya Hong Sin tak pernah lepas memandang Goat Hui Hwa. Bajunya sudah robek sana-sini dan tampak menggenaskan sekali. Gerakannya juga semakin lambat namun pemuda itu tidak mau menyerah begitu saja bahkan yang anehnya dia tidak menurunkan tangan jahat membalas semua penyerangnya. Gadis itu tertegun sejenak. Kedua bola matanya yang bening membalas tatapan mata pemuda di hadapannya yang memandangnya dengan mesra, hatinya seperti teriris. Dia hanya menyaksikan pemuda itu di keroyok tanpa tahu dia harus berbuat apa. Namun akhirnya keadaan Hong Sin yang terlihat mengenaskan membuat dia tidak tahan juga.

   "BERHENTI.!"

   Tiba-tiba dia mengerahkan tenaga dari ilmu Bu-Beng Goat-Kui-Ciang (Tenaga Sembilan Bulan Tanpa Bayangan) ia membentak dengan suara nyaring disusul tubuhnya melayang bagaikan kilat dan sudah berada di depan Hong Sin.

   Semua orang yang mengeroyok tergetar mundur oleh bentakan bertenaga dalam tinggi tersebut dan menghentikan pertempuran.

   Pek Sim sian memandang Goat hui Hwa kemudian berkata.

   "Nona apa maksudmu menghentikan pertarungan ini? Apa kau mau membela manusia binatang ini?..."

   Goat Hui hwa mengangkat kepalanya memandang pada Pek Sim Sian dan berkata dengan suara perlahan dan gemetar.

   "Locianpwe, jangan lagi di teruskan pertarungan ini, siauli percaya dia tidak membunuh orang-orang ini, siauli punya bukti kuat bahwa kematian para pendekar itu tidak ada sangkut pautnya dengan Hong Sin". Mendengar ini Pek Sim Sian terkejut.

   "Eh, nona, engkau jangan main-main, benarkah yang kau katakan itu? Coba katakana apa buktinya..."

   Gadis itu terdiam sambil menatap Hong Sin cukup lama kemudian menjawab dengan suara perlahan.

   "Siauli tidak main-main, sepanjang malam sampai tadi pagi dia tidak pernah terpisah dari samping siauli"

   Setelah berkata begini, wajahnya tertunduk malu dan tak berani di angkat.

   Terdengar seruan mengejek dan mencemooh sana-sini.

   Hong Sin membelalakkan matanya menatap gadis yang berdiri membelakangi dirinya itu.

   Dia tak habis pikir mengapa dara itu begitu berani mengakui hal demikian? Bukankah itu sama saja dengan mempermalukan diri dan nama baik sendiri di muka umum? It Thian Sian segera berseru dengan sinis.

   "Heeh, apa mengandalkan ucapanmu saja, lantas kami sudahi masalah ini sampai di sini? Siapakah kamu ?..."

   Mendengar ini semua mata kembali tertuju kepada gadis tersebut. Goat Hui Hwa mengangkat kepalanya memandang semua yang ada di situ, kemudian berkata pada It Thian Sian.

   "Lihatlah, apa ini bisa menjelaskan siapa adanya aku?"

   Berkata demikian, tangannya menyambit kearah It thian Sian.

   Selarik sinar perak melesat dan di tangkap oleh tangan kakek itu.

   Sekilas It Thian Sian membuka tangannya dan memperhatikan benda di tangannya.

   Seketika itu juga wajahnya berubah pucat.

   Tanpa berkata apa-apa dia mengangsurkan benda tersebut pada kedua rekannya.

   Semua terdiam.

   Bahkan para ciangbunjin yang adapun terdiam, menunggu reaksi dari ketiga tokoh tersebut.

   Sesaat kemudian Pek Sim Sian berkata dengan suara datar.

   "Nona, kami tidak akan memperpanjang masalah ini, namun kami akan terus menyelidikinya. Jika kedapatan bahwa pemuda itu adalah pembunuh yang sesungguhnya, maka kami akan mengerahkan seluruh jago persilatan untuk menuntut pertanggung-jawaban dari Istana Bulan & Bintang"

   Jawaban ini sungguh luar biasa.

   Semua orang tertegun.

   Ternyata gadis itu adalah orang dari Istana Bulan & Bintang.

   Salah satu dari tiga Istana dalam dunia persilatan yang sangat terkenal paling sukar di dekati.

   Sudah tentu ini menimbulkan pro-kontra yang hebat.

   Namun jika ada orang dari salah satu istana ini yang menjamin bahwa pemuda berjuluk Im-Jiu Tok-Sian ini bukanlah pembunuh, siapa lagi yang sanggup menghalangi.

   Suasana jadi hening sesaat.

   Satu persatu semua orang meninggalkan tempat itu tersisa tiga orang.

   Hong Sin, Goat Hui Hwa dan Tabuli Chin.

   Goat Hui Hwa memandang Tabuli Chin dengan pandangan menantang.

   BAB VIII.

   Persembahan Sang Bulan Untuk Kekasih "Huh, di sini sudah tidak ada urusanmu, mengapa engkau tidak berlalu saja?"

   Seru gadis itu dengan ketus.

   "Heheheorang-orang bodoh itu boleh di tipu olehmu, tapi aku tidak. Aku akan tetap membunuh bangsat itu"

   "Bagus kau mau mencari perkara denganku? Terimalah ini"

   Hui Hwa membentak dengan gemas sambil melancarkan serangan dahsyat dengan ilmu Bian-Ciang Chap-Sha-Ciang (Tigabelas Pukulan Tangan Kapas), ini adalah salah satu ilmu andalan dari para penghuni Istana Bulan & Bintang.

   Dalam waktu singkat dia telah menyerang dengan dahsyat sebanyak lima jurus tanpa henti.

   Tabuli Chin membalas dengan Ang-Jit-Sin-kang dengan tidak kalah hebatnya sehingga terjadilah perempuran dahsyat antara kedua orang itu.

   Melewati jurus ke limapuluh, Tabuli Chin mendongkol bukan main.

   Apalagi saat di lihatnya Hong Sin sedang bersemedi memulihkan tenaga.

   Tampak dari ubun-ubunnya keluar uap putih yang tebal tanda semedinya sudah mencapai puncaknya dan berada dalam keadaan yang kritis.

   Melihat ini, terbersit pikiran di benaknya.

   "Huh, kalau dia sempat menyelesaikan semedinya, tiada kesempatan lagi bagiku untuk membunuhnya."

   Seketika itu juga dia bersiul nyaring memanggil keempat dayangnya.

   Begitu mendengar siutan tersebut, perasaan Hui Hwa tidak enak, dia tahu ada yang tidak beres.

   Saat itu juga berkelebatlah empat bayangan putih bagaikan hantu di tempat itu.

   Tanpa pikir panjang Tabuli Chin segera berseru.

   "Gunakan jurus pembunuh yang paling dahsyat dan bunuh pemuda itu dengan cara yang paling cepatjika gagal potong tangan kalian masing-masing"

   Setelah memberi perintah, tubuhnya menyusul dengan satu terjangan kedepan dengan sepenuh tenaga.

   Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kedua tangannya bergantian menyerang dengan jurus paling dahsyat yang bernama "Raja Iblis Menipu Para Dewa".

   Yang kanan bergerak dengan gerakan yang amat lambat namun penuh dengan pengerahan hawa Ang-Jit-Sin-Kang, sedangkan tangan kiri menyerang sangat cepat dengan pengerahan tenaga Hian-Im-Ciang yang dahsyat.

   Ini adalah jurus andalan gurunya yang ke dua yang merupakan salah satu dari Sam-Hok-Kok-cu (Tiga Kokcu Penakluk).

   Goat Hui Hwa terkejut melihat serangan lawan, namun dia tidak keder segera Ilmu "Melayang Bagai Kapas"

   Di kerahkan.

   Badannya justru terangkat dari tanah dan melayang mengikuti arah pukulan lawan sementara hawa pukulan lawan di netralisir dengan mengerahkan Bu-Beng Goat- Kui-Ciang (Tenaga Sembilan Bulan Tanpa Bayangan).

   Hebat sekali pertandingan adu pukulan sakti yang di lambari tenaga dalam-tenaga dalam yang amat dahsyat ini.

   Tabuli Chin terkejut bukan main, tak di sangkanya gadis yang kelihatan lemah lembut di depannya ini sedemikian saktinya.

   Hampir-hampir dia tidak dapat mempercayainya karena sedikitpun dia tidak ungkulan melawan gadis tersebut.

   Lebih terkejut lagi saat itu saat tatapannya melirik kearah keempat dayang saktinya yang mengerubuti Hong Sin.

   Mereka semua telah berdiri kaku seperti patung.

   Sementara di lihatnya Hong Sin telah berdiri sambil menatapnya dengan tajam.

   Tahulah dia bahwa usahanya telah mengalami kegagalan total.

   Segera dia mendengus kemudian meloncat jauh meninggalkan pertempurannya dengan Hui Hwa.

   "Mau lari kemana kau?..."

   Bentak Hui Hwa sambil mengerahkan tenaga untuk mengejar.

   "Biarkan dia Goat-Moi, musuh yang sudah lari untuk apa di kejar"

   Hong Sin mencegah gadis itu. Goat Hui Hwa membalikkan tubuh kemudian memandang dengan tatapan penasaran.

   "Tapi dia bermaksud membunuhmu kau??!". Gadis itu hendak melanjutkan perkataannya namun tubuh Hong Sin tiba-tiba berkelebat dengan amat cepat kehadapannya. Wajah mereka saling memandang dengan sangat dekat, sedangkan ibu jari dan jari telunjuk pemuda itu menyentuh dagunya dan menengadahkan wajahnya. Saat itu terdengar suara Hong Sin dengan perlahan dan lembut berbisik.

   "Mengapa Goat-moi?...apakah kau tak ingin kalau aku terbunuh?..."

   Dengan tatapan mesra di pandanginya wajah gadis yang amat cantik dan ayu itu.

   Wajah Goat Hui Hwa bersemu merah dadu, di balasnya tatapan pemuda itu dengan hati bergetar.

   Wajah di hadapannya ini yang selalu di ingatnya dan yang selalu mengisi kalbunya saat dia sendiri, sekarang nampak begitu dekat, tak tahu dia harus berkata apa.

   "Akuakuauumphh!!"

   Hanya kalimat pendek itu yang dapat-di keluarkan karena di lain saat kedua Hong Sin sudah menyumbat bibir yang merah segar itu dengan bibirnya.

   Kedua bibir mereka bertautan mesra sekali, Hui Hwa ingin menolaknya namun tak kuasa.

   Segala yang ada di hati tertumpah saat itu juga melalui ciuman tersebut, seakan-akan itu semua telah mewakili semua isi hati yang ada tanpa kata-kata.

   Sampai lama mereka beciuman, akhirnya Hui Hwa mendorong dada pemuda itu.

   Wajahnya terseyum malu-malu dengan nafas terengah-engah.

   "Sin-koko, kauakhh jangan begini lagi, akuaku malu!". Setelah mengatakan perkataan itu Hui Hwa membalikkan tubuhnya sambil mengerahkan Ilmu "Melayang Bagai Kapas"

   Dia melesat kearah hutan berloncatan dari pohon-ke pohon.

   "Goat-moi, jangan lari"

   Hong sin berseru sambil berkelebat mengejar. Tubuhnya melambung tinggi dengan pengerahan "Langkah Angin Menembus Langit"

   Mengejar di belakang gadis itu. Goat Hui Hwa meliriknya sejenak kemudian berkata lagi.

   "Aku tidak akan lari, tapi akupun telah berjanji hanya mau di miliki oleh pemuda yang dapat mengalahkan aku, kau punya "Langkah Angin Menembus Langit"

   Sedangkan aku punya Ilmu "Melayang Bagai Kapas", kalau kau dapat menangkapku, aku akan mengikutimu."

   Sebegitu jauh kedalam hutam mereka saling mengejar, hanya terlihat dua kilatan yang sangat cepat hampir tanpa bayangan. Hong Sin harus memeras keringat menguber gadis itu, yang hebatnya Ilmu "Melayang Bagai Kapas"

   Rupanya sudah di kuasai gadis itu sampai dapat di gerakkan sesuka hati dapat berpindah tempat dalam sekejap tanpa perlu berganti nafas, namun bukan berarti Hong Sin ketinggalan.

   Dengan mengerahkan Sim-Khe (Cermin Hati)nya dia dapat menangkap inti gerakan melayang tanpa berganti nafas gadis itu.

   Kemudian dia mengerahkan jurus "Jejak Dewa Mendahului Angin"

   Tubuhnya tiba-tiba menyelinap di depan Hui Hwa sambil tangannya memeluk pinggang gadis itu.

   Namun gadis yang di peluknya tidak ampil pusing, seolah-olah terpaku di tempatnya sambil memandang dengan kagum.

   Bibirnya yang kecil mungil tak henti-hentinya mengguman.

   "Luar biasa, oooohhhh .indah sekali!". Hong Sin tertegun. Pelukannya mengendor sedang matanya mengikuti tatapan sang gadis yang di cintanya. Sesaat diapun tertegun. Tempat itu memang luar biasa, sebuah lembah yang di kelilingi pemandangan air terjun dan bunga-bunga liar beraneka warna yang indah. Sebuah anak sungai selebar sepuluh tombah mengalir dengan tenang dengan air yang jernih dan udara yang segar. Sungguh suasana romantis yang jarang di cari bandingannya. Apalagi di tambah dengan suasana senja yang amat indah. Goat Hui Hwa, tersenyum senang. Matanya diarahkan kepada pemuda pujaannya. Di lihatnya pakaian pemuda itu sudah robek sana-sini dan kotor. Segera dia tertawa kecil sambil menggunakan ujung jari menutup bibirnya, kemudian tanpa berkata apapun, dengan lemah gemulai dia berjalan ke pinggir sungai. Hong Sin terlolong dengan mulut terbuka hampir tak bernafas. Dia terpesona mengikuti melihat gerak-gerik bidadari cantik di hadapannya yang amat mempesona ini. Beberapa saat kemudian matanya terbeliak dengan jantung berdegup kencang. Goat Hui Hwa berdiri menyamping membelakanginya. Perlahan namun pasti tangannya bergerak melepaskan ikat pinggangnya, kemudian satu per satu jubahnya, serta baju bagian dalamnya di lepaskan sampai gadis itu berdiri dengan tubuh telanjang bulat dan tak berpakaian sama sekali. Dari arah samping belakang Hong Sin silau oleh kecantikan gadis itu, tampak gadis itu memiliki tubuh yang semampai dan padat dengan lekuk lengkung yang sempurna, terutama kedua bukit kembarnya yang membusung menantang dan pinggulnya yang bulat dan indah menyimpan daya tarik yang sanggup menjatuhkan hati manapun yang melihatnya. Tanpa memperdulikan kehadiran pemuda itu, Hui Hwa melangkah perlahan menuju ke dalam air sampai air menutupi lehernya. Kemudian dia mulai berenang sambil memekik-mekik kecil dengan senang. Tidak tahu Hong Sin harus berbuat apa, dia hanya berdiri saja menjublek seperti orang bodoh.

   "Sin-Koko, apakah kau tidak mau juga menikmati kesegaran air ini, mengapa hanya berdiam saja"

   Bagaikan tersadar dari sihir, pemuda itu tertawa senangtubuhnya melayang keatas dan berputaran bagaikan gasing.

   Dalam sekejap pakaiannya yang memang telah robek sana-sini itu hancur menjadi bubuk dari tubuhnya.

   Tubuhnya melayang turun ke dalam air dan melesak dengan menimbulkan percikan gelombang air yang tinggi.

   Sambil tertawa-tawa Hong Sin mendekati Hui Hwa dan berkata mesra.

   "Goat-moi, kau". Pemuda itu tak jadi melanjutkan perkataannya karena jemari Hui Hwa yang lentik sudah menutup mulutnya sambil menatapnya mesra.

   "Sin-Koko, bukankah sudah ku katakan bahwa aku hanya mau di miliki oleh pemuda yang sanggup mengalahkanku, asalkan selamanya kau baik padaku, akuaku takkan menyesal menjadi milikmu"

   Hong Sin terharu sekali. Tangannya memegang tangan gadis itu dan meremasnya serta menatapnya penuh selidik.

   "Eh, Goat-moi, namaku masih tercemar dan belum lolos dari tuduhanapakah itu tidak berpengaruh bagimu?"

   "Hmm, saat aku mengakui di depan umum bahwa kau sepanjang malam bersamaku, aku sudah mempertimbangkanya masak-masak dan aku percaya kau tidak melakukannya. Aku yakin pandanganku tidak salah apalagi saat ku lihat kau tidak menurunkan tangan jahat pada merekaEh, apa aku perlu membuktikan keyakinanku itu?"

   "Tidak perlu, justru akulah yang akan membuktikannya"

   Sehabis berkata demikian kedua tangannya bergerak menggendong tubuh bugil yang sintal itu melesat keluar dari sungai sambil berkelebat ke belakang air terjun yang ada di situ.

   Rupanya dengan Ilmu Hud-Kiam-Gan (Mata Pedang Budha)nya, dia telah mengawasi wilayah sekitar tempat itu dan yakin tidak ada seorangpun di situ.

   Dia juga telah mendapati bahwa di belakang air terjun itu ada goa yang cukup luas.

   Goa itu cukup luas di punuhi rumput liar yang padat, tampak sekali itu adalah gua alam yang tak pernah di jamah.

   di lihatnya sekilas terdapat batu sebesar gajah di tengah-tengah goa.

   Dia menurunkan kaki gadis itu ke tanah kemudian tangan kanannya bergerak kearah batu tersebut.

   Di lain saat telah di kerahkannya hawa Im-Yang Tok-Kiam-ci di ujung jarinya kemudian memukul mendartar kearah batu tersebut.

   Akibatnya sungguh hebat.

   Batu itu terpotong bagian tengahnya secara mencatar sehingga sisa setengah ke bawa menyerupai dipan batu yang cukup besar.

   Sambil tersenyum Hong Sin kembali memondong gadis cantik yang hanya pasrah saja sambil memandang kepadanya dengan tersenyum kemudian membaringkannya di atas dipan batu tersebut.

   Di lain saat tubuhnya telah menindih tubuh gadis itu.

   Sementara kedua tangan tak henti- henti meremas, mengelus, memilin, mencium bahkan mulut dan lidahnyapun bekerja menggigit, menjilat dan menghisap seluruh tubuh molek itu, terutama sepasang payudaranya yang membusung kencang itu dengan tak bosan-bosannya sampai akhirnya "Aaaaakhhhhooooohhhhss"

   Terdengar suara memekik dan gerakan mengejang dari gadis itu saat sesuatu benda yang besar, panjang dan tumpul dengan berani memenuhi miliknya yang paling berharga.

   Walaupun awalnya sedikit perih, namun lama-kelamaan gesekan benda yang besar dan tumpul itu memberikan kenikmatan yang amat sangat sehingga gadis itu yang baru pertama kali merasakannya, mulai mengerang dan merintih panjang-pendek mengikuti dengusan nafas pemuda yang sedang menggumulinya dengan hebat smpai akhirnya keduanya mengejang hebat pada puncaknya.

   Tidak tahu berapa lama adegan ini berlangsung berulang-ulang.

   Tidak tahu berapa kali adegan puncak ini terjadi,tiga hari berlalu dengan lambat tapi pasti.

   Saat Hong Sin sadar dari tidurnya pada hari berikutnya, tubuh molek yang di gelutinya selama hamper tiga hari itu sudah tidak ada lagi di sampingnya, sementara di samping kepalanya di gantikan oleh seperangkat pakaian putih yang masih baru.

   Dia menyambar seperangkat pakaian tersebut yang sangat cocok sekali dengan perawakannya yang gagah dan memakainya.

   Saat itu juga matanya menangkap goresan huruf-huruh yang kecil dan indah di bawah pakaian, berbunyi.

   "Sin-Koko, aku sungguh bahagia bisa mencintaimu, namun kita belum boleh bersama karena banyak tugas yang menanti, jagalah dirimu baik-baik sampai kita bertemu lagi"

   Istrimu tercinta.

   Goat Hui Hwa Hong Sin termenung memandangi tulisan itu, dia teringat kembali semua kejadian awal pertemuan mereka bahkan peristiwa hamper tiga hari ini.

   Masih terasa semua kenikmatan yang dia rasakan dari tubuh indah gadis cantik yang memikat itu.

   Anehnya, mereka telah menjadi suami istri, namun dia hanya sedikit saja mengetahui tentang gadis itu.

   Tiba-tiba dia tersentak kaget.

   Cepat tubuhnya berkelebat keluar gua.

   Sesampainya di luar cepat dia mengerahkan "Langkah Angin Menembus Langit"

   Meloncat tinggi ke udara kemudian tubuhnya berputar sambil matanya di arahkan di kejauhan dengan ilmu Hud-Kiam-Gan (Mata Pedang Budha).

   Saat tubuhnya melayang turun, segera dia berkelebat kearah selatan dengan sangat cepat.

   Hatinya belum yakin, namun dia tetap ingin membuktikan penglihatannya.

   Dia berharap dapat menemukan Hui Hwa di tempat itu.

   Beberapa saat kemudian tubuhnya berhenti di atas sebuah pohon rimbun yang tinggi.

   Sambil menatap ke bawah, bukan Hui Hwa yang di lihatnya melainkan seorang gadis lain yang amat cantik berpakaian serba biru sedang bertarung melawan tujuh orang pengawal Topeng Perak dan dua Topeng Emas yang sakti.

   Sekilas dia mengamati pertempuran itu hatinya lega, meskipun gempuran kesembilan orang bertopeng itu sangat dahsyat, namun pertahanan gadis cantik itu juga tidak kalah hebatnya.

   Nampaknya tidak akan kalah dalam ratusan jurus kedepan.

   Diam-diam dia membandingkan.

   "Hmm, kepandaian gadis ini tak kalah dengan Hwa-moisiapa dia?"

   Sementara gadis cantik berpakaian biru itu berkelebat dengan amat cepat melayani semua serangan para penyerangnya, tangannya berubah-ubah warna menjadi tujuh warna yang silih berganti menempur lawannya.

   Hong Sin terkejut karena sepengetahuannya ilmu seperti itu adalah Cui-Beng Chit-Seng-Khi (Hawa Tujuh Bintang Pengejar Nyawa) yang amat sakti.

   Hatinya kagum bukan main.

   Memang gadis itu, bukan lain adalah Seng Lin Hong, murid dari Ang-I-Giam-Sian (Dewa Neraka Berjubah Merah) Tek Kun yang merupakan salah satu dari Bulim Su-Sian yang amat terkenal.

   Gadis itu bertempur dengan gagah dan tak kenal takut.

   Ratusan jurus kemudian pertempuran masih berjalan seimbng, tampaknya gadis itu juga sulit memperoleh kemenangan dengan mudah.

   Tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan nyaring dari ke Sembilan pengurungnya, di lain saat tempat itu telah di penuhi dengan kabut asap beracun.

   Rupanya kesembilan lawannya itu telah melepaskan berbagai bom asap serta pukulan-pukulan yang mengandung racun yang dahsyat...

   BAB IX.

   Siapa Pengguna Thian-Te Tok-Khi itu? "Heiiii.curangnona awas!"

   Hong Sin berteriak memprotes dan memperingatkan.

   Tubuhnya bergerak secepat kilat sambil mengerahkan Thian-The-Tok-Khi, mengebut asap-asap beracun tersebut.

   Namun sebelum tubuhnya bergerak lebih lanjut tiba-tiba terdengar bentakan yang ketus tapi berasal dari suara yang sangat merdu.

   "Huh, sok jagosiapa butuh bantuanmu, apa kau kira Ang- In-Hoat-sut-I-Ciang (Pukulan Jubah Sihir Awan Merah)ku tak mampu mengatasinya?"

   Hong Sin tertegun dan berdiri bengong.

   Dari dalam kepulan asap itu terlihat sang gadis yang di bentengi dengan tenaga yang aneh.

   Lima inchi di sekitar tubuhnya di lindungi oleh hawa sakti yang aneh berwarna merah sehingga tidak tertembus apapun.

   Memang kenyataannya gadis itu tidak membutuhkannya.

   Bahkan di hadapan gadis itu telah terlentang tiga mayat, satu mayat topeng Emas dan dua lagi Topeng Perak.

   Sementara yang sisa telah melarikan diri entah kemana sehingga dalam sekejap tersisa mereka berdua saja.

   Diam-diam dia menjadi malu sendiri, segera dia menjura sambil berkata.

   "Harap nona maafkan cahye yang tidak tahu tingginya gunung Thai-san sehingga unjuk kebodohan cahye mohon permisi tidak mengganggu lagi!"

   Habis itu dia membalikkan tubuh hendak berlalu dari situ. Namun baru saja dia mau melangkah, bayangan tubuh gadis itu telah menghadang di depannya.

   "Eh, aku toh tidak mengatakan kau bodoh, mengapakah hatimu mengkal sepert itu?...hihihi"

   Hong Sin terdiam.

   Di tatapnya gadis di hadapannya ini, sungguh cantik sekali, tak kalah dengan Goat Hui Hwa.

   Hanya kalau Hui Hwa lembut dan agung seperti cahaya rembulan, kalau gadis di depannya ini Nampak ayu seperti cahaya bintang.

   Teringat akan Hui Hwa, jantungnya berdetak keras, seketika wajahnya menjadi merah seperti udang di rebus.

   "Haiiapakah engkau sakit? Mengapamengapa wajahmu merah seperti itu?"

   Suara merdu gadis itu bertanya dengan nada kuatir. Sedangkan matanya yang bersinar-sinar seperti bintang menatapnya dengan tatapan yang penuh selidik, tanpa sadar gadis itu maju satu langkah di hadapan Hong Sin.

   "Oh, tidtidakaku tidak apa-apa!"

   Hong Sin tersadar dan menjawab dengan gagap.

   "Ada apakah nona, mengapa kau menghadang jalanku?"

   
Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Gadis itu melotot kepadanya kemudian mendengus sambil berkata lirih.

   "Huh enak saja kau bilang menghadang!...kau ini laki-laki yang tidak bertanggung jawab, setelah kau turun tangan menolongku lantas kau mau tinggalkan aku sendirian di tengah hutan ini?...Huh, hendak ku lihat kalau saja adik goat tahu kau memperlakukanku seperti ini, entah dia masih mau menggubrismu atau tidak"

   Habis berkata demikian gadis itu membalikkan tubuh dan langsung berkelebat lenyap dari tempat itu.

   "Hehtunggu!!"

   Hong Sin gelagapan dan kaget mendengar kata-kata terakhir gadis tersebut, cepat dia meloncat mengejar ke arah gadis tersebut.

   Namun gadis itu telah menghilang dengan cepat .

   ********************** Hong Sin berjalan keluar hutan dan mulai memasuki kota Su Chuan kembali.

   Hatinya dongkol bukan main karena tidak menemukan gadis yang di kejarnya.

   Dalam hatinya dia bertanya-tanya, siapakah gerangan gadis itu? Mengapa dia mengetahui hubungannya dengan Goat Hui Hwa? Lalau di manakah sekarang Goat Hui Hwa, gadis yang telah menjadi istrinya semalam itu? Sementara dia mendekati pintu gerbang timur.

   Keadaan gerbang timur itu begitu sepi tanpa kehidupan apapun yang terlihat.

   Perasaannya menyiratkan hal yang tidak mengenakkan segera dia mempercepat langkahnya memasuki pintu gerbang tersebut.

   Matanya terbeliak! Tiba-tiba di lihatnya banyak sekali mayat bergantungan di sana-sini.

   Bau busuk yang menyengat hidung di mana-mana.

   Tampak semua mayat mati dengan tubuh keracunan yang amat ganas.

   Ketika dia memeriksanya dia terkejut karena racun ini tak kalah hebatnya dengan Thian-Te-Tok-Khi yang di milikinya.

   Siapa pemilik dari pukulan beracun yang amat ganas ini? Yang begitu kejam menjadikan kota ini sebagai kota mati.

   Tubuhnya melangkah maju sambil mengamati sekelilingnya.

   Sepeminuman teh selanjutnya telinganya menangkap bunyi yang kibasan baju tersampok angin.

   Segera dia melesat bagaikan kilat menuju ke sumber suara itu.

   Tak lama kemudian dia tiba di sebuah lapangan di tengah kota itu yang penuh dengan mayat-mayat berserakkan.

   Terlihat banyak orang yang berkumpul di lapangan tersebut dan kesemuanya terbagi dalam dua kelompok besar.

   Sejenak dia mengamati segera dia mengambil kesimpulan bahwa baru saja terjadi pertempuran besar di tempat itu.

   Terlihat kelompok pertama terdiri dari para pentolan tokok-tokoh golongan putih dari ke sembilan partai besar bersama Pek Sim Sian, It Thian Sian serta Sin Kun Sian sedangkan empat orang yang lainnya tidak di kenal.

   Sedangkan kelompok yang kedua lebih besar ialah pasukan topeng perak terbagi empat golongan yang masing-masing di pimpin oleh enam pentolan Topeng Emas yang sakti.

   Namun yang membuat dia lebih tertarik dan menaruh perhatian bukannya pertempuran hidup mati tersebut, melainkan empat orang dengan hawa pembunuh yang lebih kuat di rasakannya muncul di situ.

   Jaraknya di seberang antara dia dengan kedua kelompok yang bertempur tersebut jadi searah dengan angin.

   Yang lainnya adalah tekanan hawa lain yang dahsyat namun tidak mengandung hawa pembunuh dari arah Utara dan Timur.

   Sambil bertempur, salah seorang dari antara enam Duta Topeng Emas berteriak.

   "Haiiimanusia-manusia bodoh, jika kalian tidak segera menyerah maka hari ini dunia persilatan akan kehilangan pegangan untuk terus bertahan hidup"

   Pek Sim Sian Thai Su Lojin tertawa sinis.

   "Huh, walaupun harus mati, tapi kami Chit-Pai Chit-cu masih memiliki kemampuan untuk menyeret Hekto Kui-Mo ke liang kubur. Huh sunggu mentertawakan, Hekto Kui-Mo yang menakutkan ternyata hanya anjing penjaga pintu dari Mo Kiong Bun, heheheh"

   "Bangsatdi kasi hati minta empeduserang mereka dengan racun-racun."

   Para tetua persilatan ini mengadakan perlawanan dengan ganas dan sepenuh tenaga.

   Namun racun-racun yang di lepaskan lawan semakin banyak dan memuakkan sehingga mengurangi perlawanan para tokoh golongan putih ini.

   Terlihat melihat kondisi mereka yang makin parah, bahkan ada beberapa yang hanya bisa bertahan sambil duduk akibat terkena racun ganas, Hong Sin memastikan bahwa pertempuran itu tidak akan bertahan lebih dari setengah jam lagi.

   Segera dia akan meloncat untuk membantu namun gerakannya urung saat matanya menangkap bayangan berwarna biru dari seorang gadis cantik menyerang dari atas wuwungan dari rumah di samping kanannya.

   "Eh, ternyata dia di sini!Heiiimengapa dia juga menguasai ilmu itu? Apa hubungannya dengan Hui-moi?"

   Membatin Hong Sin melihat gadis ini.

   Yang lebih aneh lagi saat gadis itu mulai menyerang para Duta Topeng Perak dari luar kepungan gadis itu memainkan ilmu Bian-Ciang Chap- Sha-Ciang (Tigabelas Pukulan Tangan Kapas) yang sakti.

   Tubuh gadis itu berkelebat bagaikan malaikat maut sehingga merusak barisan sebelah luar.

   ""Perempuan binal dari mana berani mengacau di sini?..."

   Melihat pendatang baru ini yang cukup lihai, salah satu dari enam Duta Topeng emas membentak marah namun tak berani meremehkan, segera dia memerintahkan dua kawan Topeng Emas yang lain bersama dengan duapuluh Duta Topeng Perak yang lain keluar dari barisan dan mengurung gadis cantik berpakaian biru tersebut.

   "Huh, jangan kau kira dengan mengandalkan diri kalian bias mempersulitku! Cepat panggil keluar Duta Topeng Kemala kalian karena aku mempunyai perhitungan yang belum selesai dengan dia"

   Jawaban gadis itu seperti orang marah, namun suara yang keluar dari bibirnya ternyata amat lembut dan merdu.

   


Duri Bunga Ju -- Gu Long Golok Kumala Hijau -- Gu Long Lencana Pembunuh Naga -- Khu Lung

Cari Blog Ini