Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 10


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 10


boanpwe datang kemari, siapa sangka gara-gara ada peristiwa lain, aku sampai tertunda perjalananku selama empat lima hari !"

   Dengan langkah lebar dia masuk keruang dalam.

   Dia pun dengan berani sekali menyambut sambutan hangat dari sepasang mata yang indah dan jeli tersebut.

   Senyuman Leng Cui-cui betul-betul sangat indah, manis dan hangat......

   Sedang kelima orang kakek disisi kanan kelihatan agak tertegun, agaknya kemunculan Oh Put Kui dan pengemis pikun secara tiba-tiba disana sama sekali diluar dugaan mereka.

   Terutama sekali bagi si pedang iblis berbaju merah suma hitam.

   Sesudah tertegun beberapa saat, dia lantas membisikan sesuatu disisi telinga dua orang kakek berbaju hitam yang duduk di sampingnya.

   "Terhadap gerak gerik mereka itu, Oh Put Kui berlagak seolah-olah tidak melihatnya. Tanpa sungkan ia segera mengambil tempat duduk di samping Jian-hu-siu. Pengemis tua lebih hebat lagi, tanpa banyak bicara dia pun duduk disamping ke-lima orang kakek itu. Setelah memandang sekeja sekeliling arena dengan sorot mata yang tajam, tiba-tiba Oh Put Kui berkata dengan kening berkerut .

   "Leng tua, sewaktu masuk benteng tadi boanpwe seperti tidak bertemu dengan seorang anak buahpun, apakah di dalam benteng telah timbul suatu kejadian ?"

   Jiau lihu-siu Leng Siau-thian tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahh ........haaahhh...... haaahh...... dugaan lote memang tepat sekali, dalam benteng kami memang telah timbul suatu kejadian besar."

   Oh Put Kui mengerti, sudah pasti peristiwa ini timbul karena ulah dari pedang iblis berbaju merah Suma Hian, walaupun demikian ia toh tetap bertanyalagi .

   "Leng tu, sebetulnya apa yang telah terjadi dengan benteng kalian ini ?"

   Leng Sia-thian mengalihkan sorot matanya dan memandang sekejab ke lima orang kakek itu, lalu sahutnya sambil tertawa .

   "Gedung Sian hong-hu yang menggetarkan seluruh dunia persilatan telah datang mencari gara-gara dengan diriku ! "Gedung Sian hong-hu ?"

   Kali ini Oh Put Kui benar-benar dibikin tertegun, dia tidak habis mengerti apa sebabnya pihak Sian-hong-datang mencari cari gara-gara dengan pihak Bu- lim-tit-it-poo. Maka setelah termangu beberapa saat, dia bertanya lagi ;

   "Perselisihan apa sih yang telah terjalin antara Leng tua dengan si kakek malaikat?"

   "Aku sama sekali tidak mempunyai perselisihan apa-apa dengan Sengsiu."

   Leng Siau thian mengeleng.

   "kejadian ini timbul dikarenakan padang Hiam-peng-kiam tersebut ...... aku tak pernah mengira kalau benda mestika milik keluarga kami ini bisa mendatangkan banyak kesulitan bagi kami semua."

   Oh Put Kui tersenyum.

   "AOoh, aku pun tidak menyangka kalau pihak Sian hong hu ikut serta di dalam persoalan ini!"

   Pada saat itulah, si kakek yang duduk di tengah diantara lima orang laiannya tertawa dingin secara tiba-tiba, kemudian berkata .

   "Pedang Hian-peng-kiam adalah milik Seng-siu, aku harap pembicaraanmu jangan bernada menyindir."

   Baru sekarang Oh Put Kui memperhatikan sekejap wajah si kakek tersebut.

   Ia saksikan kakek ini berwajah antik, alis matanya putih, kepalanya botak dan wajahnya bersih, sama sekali tidak mencerminkan hawa sesat barang sedikitnya jua.

   Sambil tertawa hambar dia lantas menegur "Siapa sih ka orang tua ?"

   Kakek beralis putih itu mendengus dingin "Hmmmm, kalua aku saja tidak kau kenal, ini menandakan kalu pengalaman serta pengetahuan betul-betul sangat cupat !"

   Kalau didengar dari nada pe,bicaraannya kakek ini mungkin bernama besar. Oh put Kui tertawa seram.

   "Heeeehhh...heeehh...heeeehh..., sebenarnya aku memang seorang yang pengetahuan cetek namun bila nama besarmu betul-betul seperti nada pembicaraanmu tadi, semestinya aku pun pernah mendengarkannnya."

   "Kurang ajar !"

   Teriak kakekk beralis putih itu dengan mencorong sinar biru dari balik matanya.

   "Bocah keparat, besar amat nyalimu ...."

   "Bila nyaliku kecil, tak nanti tak berani didatangani orang lain !"

   Ucapan tersebut segera membuat si kakek beralis putih itu tertegun, lalu seruya sambil tertawa dingn .

   "Apakah kau adalah sang pemuda yang telah berkunjung kepulau neraka tersebut ? sungguh beruntung aku bisa bertemu dengan kaku pada hari ini ! Meski begitu ...."

   Setelah berhenti sejenak, sambil tertawa terbahak-bahak dia melanjutkan .

   "hei boacah keparat,kau bisa berkunjng ka pulau beraka dengan selamat hal ini hanya satu kebetulan saja, siapa saya sudi melukai seorang pemuda berbakatbagus seperti kau ?"

   Atau dengan perkataan lain,a di hendak menegaskan kepada Oh Put Kui bahwa keberhasilan lolos dari pulau tersebut tak lain karena dia mengandalkan bakatnya yang baik.

   Kontan saja Oh Put Kui mendengus.

   Hmmmm, kalu begitu kau tentu sudah pernah berknjung kepulau itu ?"

   "Heeeehhh...heeehh...heeeehh..., aku sih belum sudi untuk berkunjung kesana !"

   Kakek beralis putih itu tertawa dingin.

   "Haaaahhh...haaaaahh...haaaaahh...., saudara benar-benar terlalu menilai tinggi kemampuan sendiri !"

   "Oh lote,"

   Tiba-tiba Leng Siau-thian berkata sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Kakek ini adalah pelatih kepala dari gedung Sian-hong-hu, orang menyebutnya Toh-min-sin.-huan (panji sakti penrenggut nyawa) Ku Bun-wi !"

   Tampaknya Leng Siau-thian tak ingin kedua orang itu saling menyindir tiada hentinya, maka dia sengaja memperkenalkan orang itu. Oh Put Kui sama sekali tidak menunjukan perubahan apapun, hanya ujarnya sambil tertawa hambar .

   "Oooh..... rupanya Ki-sik-sancu ! kalau begitu aku telah bersikap kurang hormat ?"

   Mendengar itu, iar muka panji sakti perenggut nyawa Ku Bun-wi segera terlintas sedikit perasaan gembira. Sudah cukup lama sebutan "Ki-sik-sancu"

   Tersebut tak pernah disinggung orang lain.

   Tapi kenyataan sekarang.

   Oh Put Kui dapat menyebut nama tersebut, ini menunjukan kalu angakatan tua dari pemuda ini tertu sudah pernah membicarakan hal-hal yang menyangkut kehebatannya di masa silam.

   Berpikir begitu, dengan wajah yang jauh lebih cerah kakek itu berkata sambil tertawa .

   "Kalau dilhat dari kemampuan untuk menyebutkan julukanku di masa lampau, hal ini menandakan kalau kau meang mempunyai sedikit asal usul yang mengagumkan"

   Oh Put Kui tertawa tergelak "Haaahh ....haaahh .... Haaahh.......... Sudah lama ku dengar asala usul saudara, yaa, sipaa yang tidak kenal denganpengalima perang nomor satu dari Cengthian-kui-ong, (raja setan penggetar langit) Wi Thian yang?"

   Rupanya tertawa Ku Bun-wi segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Dunia meang selalu berputar, kau tak usah menyindir diriku lagi"

   Tiba-tiba nada suaranya berubah menajdi lembut dan halus. Hal ini kembali membuat Oh Put Kui tercengang.

   "Saudara telah bergabung dengan pihak Sian-hong-hu, semestinya kau harus memahami watak dari Wan-sing-seng- siu, apakah cara kalian mengincar barang mestika milik orang lain tidak menyimpang dari pesan terakhir Seng-siu?"

   Tiba-tiba Oh Put Kui telah membawa pokok pembicaraan kembali ke amsalah semula Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia menambahkab .

   "Sebelum kedatangan saudara kemari, sudahkah kau mendapatkan persetujuan dari anak keturunan Seng-siu ?"

   Si Panji sakti pereggut nyawa Ku Bun-wi tertawa hambar.

   "Tanpa persetujuan dari majikan muda kami, masa akua berani datang kemari ?"

   Oh Put Kui segera berkerut kening.

   "Sepengetahuanku, pedang Hian-peng-kiam adalah milik keluarga Leng. Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan sebagai milik Wan-sing-seng-siu ? Aku benar-benar merasa tidak habis mengerti ......"

   Ku Bun-wi tertawa lagi.

   "Aku rasa, Leng Siau-thian pasti akan lebih mengerti ketimbang kau sendiri."

   Dengan kening berkerut, Oh Put Kui segera berpaling ke arah Leng Siau-thia, kemudian tanyanya .

   "Leng tua, sebenarnya apa sih yang telah terjadi?"

   Leng Siau-thian menghela napas dan menggelangkan kepalanya berulang kali .

   "Aaaai ..... apabila kejadian ini dibicarakan kembali, sungguh akan membangkitkan rasa diriku saja."

   "Kalau memang begitu, kau tak usah menyinggung lagi masalah terebut !"

   "Lote, kau tak usah membantu lagi untuk menutup-nutupi kejadian terebut."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia meneruskan .

   "Semata aku masih muda dulu, aku telah kehilangan pedang ini di bukit Thay-san."

   "Kepandaian silat yang kau miliki waktu itu, sudah pasti tak bisa dibandingkan dengan kemampuan sekarang bukan ?"

   Salah Oh Put Kui sambil tertawa.

   "Yan, memang begitulah, dikerubuti oleh tiga orang gombong iblis yang sangat lihay akhirnya aku menderita luka parah dan kehilangan pedang Hian-peng-kiam milik keluargaku itu, kemudian ke tiga orang gembong iblis tewas pula ditangan Wan-sin-sang-siu Nyoo tayhiap. Sedang saat itulah pedang Hian-peng-kiam menjadi milik Wan-sin-sang-siu !"

   "Leng tua, bukankah Ceng-thian-kui ong juga pernah menuntut pedang tersebut dari tanganmu?"

   Ucap Oh Put Kui sambil tertawa. Leng Siau-thian menghela napas panjang.

   "Aaaai, sejak Nyoo thayhiap mendapat pedang itu, dia merasa sayang sekali dengan benda ini sebelum akhirnya dihadiahkan kepada putri kesayangannya Nyoo Sian -sian, tapi gara-gara pedangan itu nyaris nona Nyoo Sian-sian kehilangan nyawanya !"

   "Waaah, kalau begitu pedang tersebut memang membawa firasat kurang baik."

   Ucap Oh Put Kui pula sambil menggelangkan kepalanya.

   "Pengalaman yang dialami nona Nyoo hampir serupa dengan diriku, dalam keadaan terluka parah ia kehilangan pedang tersebut tapi kemudaian ke liam orang yangmerebut pedang milik nona Nyoo itu terbunuh ditangan si raja setan ...."

   "Ooh, jadi pedang Hian-peng kiam tersebut jatuh ketangan si raja setan ?"

   "Benar !"

   Leng Siau-thian manggut-manggut.

   "Kalau begitu, kedatangan cong-huhoat dari Siang-hong-hu juga dikarenkan pedang Hian-peng-kiam tersbut ?"

   Nada lain dari perkataan itu adalah seakan-akan dia tak percaya kalau kedatang Ku Bun-wi hanya dukarenakan hednak meminta kembali pedang tersebut. Leng Siau thian menggut-manggut berulang kali.

   "Yaa, betul, Ku huhoat memang datang kemari untuk meminta kembali pedang tersebut."

   Sekali lagi Oh Put Kui memandang sekejab sekeliling arena, kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh ....haaaahh .... Haaaahh.... Kalau begitu. Ketua dari Su tay-kiam -wi pelaya pedang"

   Dibawah pimpinan Raja setan pengetar langit Wi Thian-yang, si pedang iblis berbaju merah Su-ma Hian ayhiap juga datang karena ingin minta kemabli pedang itu ?"

   Begitu pertanyaan tersebut diantarakan, Ku-Bun-wi segera menjadi tertegun, rupanya pertanyaan ini sama sekali diluar dugaannya "Hei, anak muda! Kau kenal dengan Su-maHian?"

   "Apakah saudara tidak menyangka?"

   Oh Put Kui tertawa . Dengan kening berkerut Toh-Mia-Siu-huan Segera berkata .

   "Saudara datang kemari sebagai tamu, aku pun datang kemri sebagai tamu, mengapa tudan rumah belum berkata apapun, kau malah mengoceh tida hentinya?"

   Agaknya Ku Bun-wi merasa keheranan apa sebabnya Oh Put Kui seperti sentimen dengannya. Bahkan Ji-li-hu-siu sendiripun seolah-olah bersedia tunduk di bawah perkataannya. Mendengar pertanyaan itu. Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahhh ....haaaahh .... Haaaahh.... Sekarang kau tak usah keheranan, kau toh akan mengetahui dengan sendirinya ......"

   Lalu sambil berpaling katanya pula kepada Suma Hian .

   "Suma Hian, baik-baiklah kau selama ini?"

   Terhadap Leng Siau-thian sekeluarga maupun terhadap pengemis pikun yang duduk tak jau dari sisinya, boleh dibilang si pedang iblis berbaju merah Suma Hian tidak merasa takut, tapi terhadap Oh Put Kui yang pernah mengndurkan dirinya dan mengusir Tiang-siau-san-ang dari perkampungan Tang- mo-sen-ceng ini dia betul betul merasa amat keder.

   Oleh sebab itu terpaksa dia harus memnyahut sambil tertawa .

   "Oh sauhiap. Baik baikkah kau ?"

   "Suma Hian, agaknya aku harus menyampaikan ucapan selamat lebih dulu kepadamu."

   "Apa maksud sauhip berkata demikian ?"

   Suam Hian tertegun.

   "Bukankah majikan kalian telah muncul kembali didalam dunia persilatan ? Apa hal semacam ini tidak pantas untuk diberi selamat,.....?"

   Suma Hian segera tersenyum.

   "Ooh, rupanya kejadian ini yang sauhiap maksudkan ! Aku pernah dengar orang bilang kalu majikan kami telah lolos dari kurungan, tapi hingga kini aku belum penah berjumpa dengan majikan kami itu....!"

   "Ooh, bukan ! Bukan !"

   Suam Hiat menggelengkan kepalanya berulangkali.

   "Aku datang kemari atas undangan dari saudaraku !"

   "Haaahhh ....haaaahh .... Haaaahh.... Kalu begitu aku telah salah menduga !"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba tiba katanya lagi kepada Ku Bun-wi .

   "Ku Tayhiap, aku belum pernah bertemu dengan beberapa orang rekaman itu!"

   Suatu perkataan yang amat sombong, sudah jelas dia mengharapkan perkenalan dengan ketiga orang kakek itu, namun tidaksudi mempergunakan kata memohon. Ku Bun-wi segera berkerut kening, lalu katanya .

   "Ooh, kau ingin aku perkenalkan dengan rekan-rekanku ini ?"

   "Aku tak ingin berbicara dengan orangorang tak bernama !"

   Ucapan ini lebih angkuh lagi, sedemikan angkuhnya sehingga si pengemis pikun pun sedikit agak tertegun.

   Walaupun dia sudah bekumpul selma banyakwaktu dengan pemuda ini, namun ia tahu bahwa pemuda yang tangguh ini bukan seorang manusia yang tinggi lain.

   Tapi kenyataannya sekarang, dia seolah olah telah berganti menjadi orang lain.

   Sudah barang tentu pengemis pikun tak dapat menduga apa yang sedang dipikirkan oleh Oh Put Kui sekarang.

   Agaknya Oh Put Kui telah melihat kalu Bu-lim-tit-it-poo sedang terancam oleh bahsa maut yang amat gawat.

   Maksud kedatangandari Ku Bun-wi sekalian agakanya bukan untuk minta pedang tersebut, ia percaya majikan muda dari gedung Sian-hong-hu, si naga sakti pedang kilat Nyoo Ban-wi telah melihat bagaima di mengambil pedang Hian-png- kiam tersebut dan menghadiahkan sepada Lamkiong Ceng suami istri.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tapi kenyataan sekarang, dia justru telah mengutus KU Bun-wi untuk meminta kembali pedang tersebut, bukan hal ini jelas ada udang di balik batu ? Oleh sebab itu dia megambil keputusan untuk meghadapi KU Bun-wi dengan sepenuh tenaga.

   Bahkan ia tak segan-segan untuk bertarung mati-matian didalm benteng ini.

   Dan sekarang, tiga orang kakek yang duduk tak jauh dari ku bun-wi telah menunjukkan sikap gusar, enam pasang mata mereka yang memancarkan cahaya api mengawasi Oh Put Kui tanpa berkedip.

   Dengan alis mata berkenyit KU Bun-wi membentak nyaring .

   "Kau si bocah keparat benar-benar kelewat jamawa......."

   Tapi setelah berhenti sejenak. Dia menuding kearah ke tiga orang kakek itu sambil berkata .

   "Kedua orang kakek berbaju hitam ini adalah saudara angkat dari Suma Hian, orang menyebutnya Ci-sim thi kiam (peang baja berhati merah) Hui wong-ki dan Lui-ing-Huang- kiam (pedang latah irama guntar) The tay-hong ...... Berkilat sepasang mata Oh Put Kui setelah mendengar nama itu, katanya kemudian sambil tertawa .

   "Bagus sekali, tampaknya tiga dari empat pelayan pedang telah hadir disini !"

   Sementara itu KU Bun-wi telah menuding lagi kearah kakek berjubag abu-abu lainnya semabari berkata .

   "Sedangkan dia adlah Hek-pek-sin-kiam "pedang sakti hitam putih"

   Pak Cau-kun yang amat tersohor namanya didalam dunia persilatan ....."

   "Betul,"

   Kali ini Oh Put Kui menjura.

   "Pak tayhiap memang seorang yang ternama, aku senang berjumpa denganmu !"

   Dalam dunia persilatan Pak Cau-kun terhitung seorang manusia yang adil dan bijaksana, sekalipun pada mulanya di turut di buat gusar oleh sikap Oh Put Kui yang jumawa, namun setelah menyaksikan pemuda itu hanya menjura kepadanya seorang, seketika itu juga rasa gusarnya hilang lenyap tak berbekas.

   Kakek bercambang yang gagah perkasa in kembali tertaw nyaring, katanya .

   "Terima kasih Oh sauhiap !"

   Oh Put Kui kembali tertawa.

   "Aku tahu, Pak tayhiap selama ini termashur karena berhati baja, tidak pandangbulu adil dan menghadapi setiap persoalan dengan adil dan bijaksana, bolehkah aku tahu kedatanganmu pada hari ini dengan membawa maksud apa ? Ataukah Pak tayhiap pun menganggap pedang Hiam-peng-kiam tersebut memang sudah sepantasnya menjadi milik Sian-Houng-hu ........?"

   Pak Cau kun tidak menyangka kalua Oh Put Kui akan mengajukan pertanyaan tersebut untuk beberapa saat dia menjadi tergagu dan mukanya berubah menjadi marah padam.

   Untuk beberapa saat lamanya kakek yang bijaksana ini tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

   Oh Put Kui takut Pak Cau-kun kehilangan muka, maka sambil tertawa kembali ketanya kepada KU Bun-wi .

   "Ku sauhiap, tahukah kalian bahwa kedatangan kamu semua utuk minta kembali pedang tersebut dari tangan Leng poocu adalah suatu tindkan yang keliru ?"

   Ku Bun-wi tertawa dingin.

   "Bocah muda, tampaknya kau memang sengaja hendak mencari gara-gara denganku ?"

   "Itu mah tidak, sebab semenjak setengah bulan berselang pedang Hian-peng-kiam tersebut berhasil kurebut dari tangan seorang jago jihay dan kini telah kuhadiahkan pula kepada orang lain !"

   "Apa kau bilang ?!"

   Seru Ku Bun-wi tertegun.

   "Pedang Hian-peng-kiam tersebut telah kuhadiahkan kepada siapa?"

   "Soal ini tak usah kau tanya, pokoknya kalu kau menginginkan pedang tersebut, tak salah lagi kalau memintanya dariku .....,"

   "Huuuh, kau ini terhitung manusia apa?"

   Belum habis KU Bun-wi berbicara, tiba-tiba saja dia melompat bangaun dari kursinya. Kemudian dengan wajah berubah menjadi amat menyeramkan dia menuding Oh Put Kui sambil mengumpat .

   "Manusia yang tak tahu diri, kau berhasil melukai akua ..... Umpatan dari KU Bun-wi ini disambut oleh Oh Put Kui dengan wajah tertegun .

   "Aku sama sekali tidak menggerakkan Ku bin wi ini disambut oleh Oh Put kui dengan wajah tertergun.

   "Aku sama sekali tidak menggerakkan tubuhku, sejak kapan aku telha melukaimu?"

   Serunya. Dari dalam mulutnya Ku bun wi mengngeluarkan separuh potong giginya yang patah kemudian berteriak.

   "Coba lihat apakah ini bukan hasil perbuatanmu? Aku ......"

   Mendadak dia membungkam.

   Sebab dia teringat sewaktu sedang mengumpat Oh Put kui tadi, si anak muda itu memang tetap duduk di tempat tanpa bergerak barang sedikitpun jua.

   Ini berarti ada orang lain yang telah menyerangnya secara diam - diam.

   Tapi siapakah dia? Setelah berhasil menenangkan diri, mendadak bentaknya keras - keras;

   "Leng Siau-thian, sebenarnya kau telah menyembunyikan manusia keledai didalam bentengmu dan berani menyerang diriku secara diam-diam......"

   Mendengar perkataan tersebut, Leng Siau-thian tertegun.

   "Saudara Ku. Untuk menghadapi kau. Aku leng Siau-thian tidak usah memakai cara seperti ini......."

   Dengan jawaban tersebut, KU Bun-wi menjadi tergagap dan tak mampu menjawab lagi. Tapi tak tahan kemudian ia memandang sekejab di sekeliling tempat itu, kemudian umpatnya .

   "Bangsa tikus tak bermata manakah yang berani ......"

   Belum lagi perkataan itu selesai diucapkan, mendadak seluruh tubuh KU Bun-wi berjungkal dari atas kursinya.

   Menyusul suara tertawa aneh bergema memecahkan keheningan diseluruh ruangan tersebut.

   Mendengar suara tertawa mana , Oh Put kui segera tertawa.

   Sejak ia mendeugar suara tguran dari KU Bun-wi tadi, ia sudah mengetahui siapakah yang telah melakukan perbuatan tersebut.

   Semenjak masuk kedalam benteng.

   Dia tidak meliahat Put- lo-huang-siu Ban Sik-thong sedang menampakan diri.

   Maka dia segra mengarti kalau kakek terebut sedang bermain gila.

   Betul juga dugaanya, dia mencari gara-gara dengan Ku Bun-wi.

   Bantingan yang menyebabkan KU Ban-wi terjengkal ke atas tanah kali ini benar-benar tidak ringan.

   Ku Bun-wi segera merangkak bangun dari atas tanah, kemudian denagn perasaan mendongkol dia mencak-mencak sambil megumpat kalang kabut.

   Tiba-tiba bayangan manusia berkelabat lewat, dari atas sebatang pohon siong melayang turun se sosok bayngan manusia, bayangan itu muncul bagaika malaikat langit turun dari khayangan, setelah menampakan diri maka tampaklah bahwa orang tersebut tak lain adalah Put-lo-huang-siu..

   Begitu mencapai permukaan tanah, kakek itu lantas menuding keara KU Bun-wi dan berseru sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh ....haaaahh .... Haaaahh.... Siau- kokoay, jumpalitanmu kali ini kurang menarik .... Bagaimana kalau diulang sekali lagi Tatkala si kakek sedang melayang turun ke atas permukaan tanah tadi, sebenarnya Ku Bun-wi masih mencak- mencak sambil mengumpat kalang kabut dengan gusarnya, bahkan dengan sepenuh tenaga menerkam orang itu seraya melancarkan dua pukulan. Tapi setelah mendengar sebutan "Siau-kokoay"

   Tersebut, ia benar-benar meraskan sukmanya serasa melayang meninggalkan rasanya.

   Tubuh yang semula masih melncur kedepan sambil melancarkan kedepan sambil melancarkan terkaman, kini merosot turun ke bawah dengan cepat.

   Bukan hanya merosot ke bawah saja.

   Bahkan begitu mencapai tanah ia lantas menjejak kakinya ke bumi dan melejit kebelakang sejauh beberapa kaki.

   Tentu saja ia berbuat demikian karena tak ingin dibikin jumpalitan sekali lagi.

   "Put-lo-huang-siu kah disitu....."

   Suara teguran dari Ku bun- wi kedengaran setengah parau. Ia berdiri sejauh dua kaki lebih dari posisi semula dan mengawasi Put-lo huang siu dengan pandangan termangu- mangu "Bagaimana ? sudah tidak kenal lagi dengan diriku?"

   Tegur Put-lo-huang-siu sambil tertawa.

   "Terhadap kau orang tua, masa boanpwe bisa tidak mengenali ?"

   Sahut Ku Bun-wi dengan alis mata berkenyit.

   "Heeeehhh...heeehh...heeeehh..., kalau toh kenal, mengapa masih berani mencaci maki ?"

   "Tadinya boanpwe tidak tahu kalau kau orang tua yang datang!"

   Suara Ku Bun-Wi kedengaran jauh lebih lirih.

   "Kau benar benar tidak tahu ?"

   Agaknya Ku Bun-wi cukup mengenali tabiat dari si orang tua ini, kalau tidakbiarpun boanpwe punya nyali setinggi langit pun takkan berani bersikap kurang ajar kepadamu ....."

   Memandang paras muka Ku Bun-wi yang begitu mengenaskan, mendadak Pui-lo-huang siu tertawa terbahak- bahak,katanya kemudian .

   "Siau- kukoay, aku hanya menggodamu saja, sana, pulanglah ke tempat dudukmu semula"

   Seusai berkata, dengan langkah lebar dia berjalan ke kursi utama dan duduk tanpa sungkan-sungkan, setelah itu ujarnya kepada Oh Put Kui sambil tertawa .

   "Hei anak muda, kau benar-benar kelewajumawa!"

   "ban tua"

   On Put Kui tertawa.

   "bagi boat anpwee, semakin jumawa orang yang kujumpai. Aku pun bersikap lebih jumawa lagi"

   "Benar! Benar! Cara ini memang paling manjur kalau digunakan untuk menghadapi mereka yang jumawa, tempo hari justru dengan kubikin Thian-tok-siang ciat setengah mati saking mendongkolnya."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba sapanya pula kepada Legn Siau-thian.

   "Leng Siau-thian baru maju kedepan untuk memberi hormat, sahutnya .

   "Berkat doa restu kau orang tua, aku selalu berada dalam keadaan sehat wal'afiat."

   Put lo-huang-siu segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahh ....haaahh .... Haaahh.......... Kau memang jujur. Wahai Leng Siau thian, bila aku tidak datang saat ini, benteng yang kau sebut sebagai Bu-lim-tit-it-poo ini pasti tak akan berada dalam keadaan aman tentram lagi."

   Leng Siau-thian tertawa jengah.

   "Yaa, kesemuanya ini memang berkat kasih sayang kau orang tua terhadap boanpwe."

   Put-lo-huang siu segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahh ....haaahh .... Haaahh...... tidak usah, sekarang Lohu sudah mempunyai pengganti !"

   Leng Siau thian tertegun, sebelum ia mengucapkan sesuatu, kakek itu sudah menuding kearah Oh Put Kui sambil berkatalagi .

   "Segala sesuatunya akan diselenggarakan oleh anak muda itu, tak usah kuatir."

   "Ooh, rupanya kau orang tua hendak melepaskan diri dari sampur tangan persoalan ini ?"

   "Haaahh ....haaahh .... Haaahh...... tepat, tepat sekali ! Dengan kehadiran Oh Put Kui si bocah ini, aku boleh berpeluk tangan belaka dengan hati lega, coba lihatlah, bukankah si anak muda tersebut jauh lebih jumawa ketimbang akua ?" @oodwoo@

   Jilid 20

   "OH LOTE ADALAH SEORANG jago muda yang berbakat hebat, biarpun jumawa tidak berarti kurang sedap di pandang."

   "Betul, hei anak muda, sudah kau dengar itu ? Leng Siau- thian mengatakan kejumawaanmu itu amat menawan hati ! Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ..... anak muda, nampaknya aku memang tak salah memilih orang !"

   Oh Put Kui segera tertaw hambar.

   "kau orang tua jangan kelewat awal mengutarakan kata- kata semacam itu, ketahuilah tidak sedikit penyakit yang boanpwee miliki ......!"

   Put-lo-huong-siu segera tertawa terkekeh-kekeh.

   "Hanya manusia yang punya penyakit barulah memiliki watak, anak muda, aku tak bakal menyesal !"

   Dari perkataan tersebut, seakan akan dia sudah menegaskan kalau Oh Put Kui sudah pasti akan menjadi penggantinya. Oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Locianpwee, kau anggap boanpwee benar-benar akan menjadi penggatimu ?"

   "Siapa sih yang sedang bergurau denganmu ?"

   Put lo- huang-siu menedlik besar.

   "Tapi, tidaklah kau orang tua bertanya kepada boanpwee, bersedia, bersedia ataukah tidak."

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., buat apa mesti ditanyakan lagi? Bagi kau si orang muda, apakah hal ini bukan berarti pucuk dicinta ulam tiba ?"

   Mendadak Oh Put Kui mendongakan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., Ban tua anggapanmu itu keliru besar."

   "Kenapa?"

   Put-lo-huang-siu tertegun.

   "Jadi kan benar- benar tidak bersedia?"

   "Memang begitulah maksudku!"

   Mendadak Put-lo-huang-siu melompat bangun dan melejit kehadapan Oh Put Kui, kemudian jeritnya.

   "Kau berani ?"

   "Mengapa boanpwee tidak berani ?"

   "Kau tidak takut lohu akan memunahkan semua kepandaian silat yan kau miliki ?"

   Put lo-huang-siu mencoba untuk mengertak. Oh Put Kui tertawa hambar.

   "Boanpwee toh tidka menyusahi dirimu, mengapa kau orang tua hendak memusnahkan ilmu silat yang boanpwee miliki ?"

   "Jika kau tidak menyanggupi permintaan lohu, ini berarti kalau telah menyalahi diriku, hei anak muda, kau jangan anggap setelah mempunyai dua orang tulang punggung maka bisa berbuat semaunya sendiri. Ketahuilah akupun sama saja tak sungkan-sungkan terhadp tay-gi maupun Thian-liong !"

   Oh Put Kui tertawa.

   "Boanpwee sudah tahu, guruku dan susiok memang seringkali menyinggung tentang dirimu."

   Perkataan ini benar- benar menimbulkan perasaan gembira bagi Put-lo-Huang-siu.

   Jelaslah sudah, biarpun diluarnya Put-lo Huang-siu Mengatakan akan bersikap begini begitu terhadap Tay-gi sangjin serta Tiang-liong sanjin, padahal dia merasa kagum dan hormat sekali terhadap ke dua orang tokoh persilatan tersebut.

   Pelan-pelan paras muka kakek itu berubah menjadi lunak kembali, katanya kemudian sambil tertawa .

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Biarpun mereka sering menyinggung tentang diriku dihadapanmu ...."

   "Suhu dan susiok bukan Cuma seringkali menyinggung tentang kau orangtua dihadapan boanpwee, bahkan berpesan kepada boanpwee agar didalam tindak-tandukku dimasa depan harus banyak belajar dari kau oarang tua."

   "Sungguhkah itu ?"

   Si kakek bertambah gembira "Wah anak muda, gurumu memang cukup memahami perasaanku."

   Dalam hati kecilnya Oh Put Kui meras geli, tapi di luar dia berkata lagi .

   Guru boanpwee pernah hilang, kau adalah seorang tua yang tak suka mengikuti peraturan dan adat istiadat, setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan tak pernah melanggar kebesaran dan ajaran Thian, pada hakekatnya kau merupakan seorang tokoh berhati mulia."

   Mendadak Put-lo-huang-siu tertawa.

   "Bocah muda, gurumu melukiskan diriku keliwat baik!"

   "Ban tua, apakah kau pernah melakukan perbuatan yang melanggar ajaran Thian ?"

   Tiba-tiba pemuda itu bertanya. Cepat-cepat Put-lo-hiang siu menggelang.

   "Tentu saja tidak pernah, sejak dilahirkan didunia ini, belum pernah kulukai seorang manusia pun !"

   Mendengar perkataan mana, Oh Put Kui segera ikut menggelengkan kepalanya .

   "Sewaktu berada di loteng kecil tempo hari, bukankah kau pernah bilang selama terkurung disitu maka kau membunuh orang untuk mengisi waktu tenggang? Mengapa kau mengatakan tak pernah membunuh orang semasa hidupnya ?"

   Merah jengah se ember wajah Put lo-huang-siu, katanya kemudian sambil tertawa .

   "Anak muda, terus terang sajakau bilang, tempo hari aku hanya mengibul !"

   "Mengibul ? jadi kau benra-benar tak pernah membunuh orang?"

   "Selama ini aku Cuma menakut-nakuti orang lain saja, biar[un menghadapi manusia bengis berhati kejipun, paling bater aku hanya menusnahkan ilmu silatnya saja!"

   Mendadak Oh Put Kui tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., Ban tua, apakah boanpwee termasuk seorang manusia bengis keji ?"

   Cepat-cepat Put-lo-hiang-siu menggeleng.

   "Tentu saja bukan, masa kau manusia bengis berhati keji ....?"

   "Nah, itulah dia, kalau toh memang begitu apa sebabnya kau hendak memusnahkan ilmu silatku ?"

   "Soal ini ... dengan memerah kakek itu tertawa jengah.

   "Aku Cuma ingin menggertakmu !"

   "Untung aku tidak takut digertak, coba tidak, bukankah bida berabe jadinya?"

   Put-lo-hiang-siu menghela napas panjang.

   "Aaaai... betul juga, kau si anak muda memang tidak samapai kena digertak, tampaknya aku bakal menggung kecewa !"

   "Kau orang tua tak perlu kecewa, asal kau ingin meminta bantuanku, sudah pasti akan kulaksanakan perintahmu tersebut!"

   "Sungguh ?"

   Teriak kakek ituamat girang.

   "Selamanya apa yang telah kuucapakan tentu kulaksanakan dengan sungguh-sungguh! "Aaaai ..."

   Kembali kakek itu menghela napas panjang.

   "anak muda, kalau kau megatakan hal ini sadari tadi, bukankah sudah beres ? Bikin aku merasa kuatir saja ..."

   Berbicara sampai disitu, dia lantas melompat balik ke kursinya dan duduk kembali. Oh Put Kui tertawa geli di hatio, pikirnya .

   "Sikakek ini benar-benar, lucu dan menawan hati ..."

   Biarpun demikian, ia toh menyahut juga .

   "Ban tua, sekarang perintah apa yang hendak kau sampaikan kepadku?"

   Sambil memejamkan matanya rapat-rapat, Put-lo-huang-siu berkata .

   "hei anak muda, hari ini akan kusuruh kau laksanakan permintaanku yang pertama!"

   "Katakanlah!"

   "Bereskan kesulitan yang sedang dialami Leng-Siau Thian!"

   "Tak usah disuruhpun aku juga akan berbuat demikian,"

   Batin Oh Put Kui. Namun shutnya juga .

   "Aku turut perintah!"

   Waktu itu Leng Siauw-yhian sudah balik kembali ketempat semula, mendengar perkataan itu buru-buru dia bangkit berdir sembari ujarnya .

   "Aaaah, mana boleh jadi, lebih baik biar aku sendiri yang merundingkan persoalan tersebut dengan sandara Ku!"

   Mendadak Oh Put Kui berkata sambil tertawa .

   "Leng tua, pedang Hian-peng-kiam tersebut telah kuhadiahkan kepada putri dan menantumu sebagai hadiah perkawinan mereka, tapi sekarang muncul segelincir manusia yang ingin merampas pedang tersebut, sewajarnya kalu akupula yang tampilkan diri untuk menyelesaikan masalah tersebut."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berpaling kearah KU Bun-wi sekalian berlima sembari berkata .

   "Bukankah kedatangan kalian berlima untuk mendapatkan pedang ini ? Aku bersedia untuk menyelesaikan maslah ini dengan kalian ...."

   Menghadapi keadaan yang tidak menguntungkan pihaknya ini, Ku Bun-wi sudah mempunyai rencana untuk mengundurkan diri dari tempat tersebut.

   Dia tahu, dengan kepandaian yang dimiliki mereka berlima, tak nanti bisa menandingi kehebatan dari Put-lo-huang-siu.

   Sekalipun demikian, dia enggan menunjukkan kelemahannya dihadapan Oh Put Kui, mendengar ucapan mana, katanya sambil tertawa hambar .

   "Apabila kau ingin melibatkan diri dalam kasus ini, terpaksa aku harus menyalahi dirimu."

   Mendadak dia memandang sekejab kearah Put-lo-huang- siu, kemudian melanjutkan .

   "Cuma saja, memandang diatas wajah emas dari Ban tua, hari ini kita sudahi masalah tersebut samapai disini!"

   Tampaknya saja dia seperti bersedia mengalah, tapi tak sudi memberi muka untuk Oh Put Kui.

   "Ku tayhiap, apa maksud perkataanmu itu""

   Desak Oh Put Kui tiba-tiba. Ku Bun-wi tertawa dingin.

   "Selewatnya hari ini, dimana kita bersua di situ kita selesaikan perselisihan perselisihan kita ini."

   Mendengar perkataan tersebut, Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kalian takut ban Locianpwee melibatkan diri didalam persoalan ini sehingga lebih suka mengundurkan diri saja dari sini?"

   Ku-Bun-wi tertawa dingin pula .

   "Justru karena kami menghormati Ban Locianpwee !"

   Belum selesai Ku Bun-wi berkata, Put-lo-huang-siu sudah tertawa terbagak-bahak.

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., Siau-kukoay, aku akan mencampuri urusan kalian semua, apapun yangkalian suka lakuakan, silahkan saja melakukannya, tak usah kuatir aku akan mencampuri urursan ini!"

   Oh Put Kui juga berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kecuali kalian semua tidak akan menyinggung lagi masalah pedang Hian- peng-kiam tersebut, kalau tidak semua perselisihan bersedia kuselesaikan pada hari ini juga!"

   Ku Bun-wi berkerut kening, lalu katanya ketus .

   "Tampaknya kau tak ingin melepaskan kami semua meninggalkan tempat ini ?"

   "Aku hanya berharap semua masalah dapat dijelaskan sehingga duduknya perkara menjadi terang."

   "Majikanmuda kami bertekad hendak mendapatkan pedang Hian Peng Kiam tersebut!"

   Ujar Ku Bun-wi kemudian samabil tertawa dingin.

   "Sungguhkah itu?"

   "Aku pun tidak terhitung seorang manusia yang suka berbicara mencla-mencle, lihat saja nanti !"

   "Aku tak akan menunggu sampai nanti, sekarang juga persoalannya akan kubikin jelas !"

   "Bagaimana caranya untuk bikin jelas ?"

   Tanya Ku Bun-wi agak tertegun.

   "kau hendak menyuruh aku mengakui apa? Tak bakal ku kabulkan permintaan itu."

   "Tidak megabulkan poun harus dikabulkan juga!"

   Tukas Oh Put Kui sambil tertawa dingin.

   oOdwOooOdwOooOdwOooo Bebera kata dari Oh Put Kui ini diutarakan dengan nada yang amat ketus.

   Seolah-olah dia menganggap bagaimanpun jua, si panji sakti perenggut Nyawa Ku Bun-wi pasti akan menyanggupi permintaannya ini.

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku Bun-wi, dengan gusar teriaknya .

   "Jika aku tak akan mengabulkan, mau apa kau?"

   Oh Put Kui seger tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kalau begitu terpaksa kalian akan kutahan disini samapi kau berlima menyanggupi permintaan itu."

   Kontan saja Ku Bun-wi melotot besar, sedangkan Hakim sakti hitam putih Pak Cau Kun melotot marah, rambut dan cambangnya pada berdiri tegak semua bagaikan landak.

   "Bocah ingusan yang masih bau tetek, kau berani amat ngebacot yang bukan-bukan !"

   "Jika kau tidak percaya, mengapa tidak di coba saja ?"

   Hek-pek-sin-poan Pak Cau-kun terhitung seorang lelaki berhati keras yangtak pernah tunduk pada siapapun, selama tiga puluh tahun ini dia tak pernah mau bersikap lunak kepada oranglain.

   Entah beberapa banyak manusia jumawa yang telah disikat olehnya.

   Maka dari itu, begitu Oh Put Kui menyelesaikan kata- katanya, ia segera bangkit berdiri, kemudian serunya sambil tertawa dingin .

   "Aku justru tidak percaya !"

   Sambil berkata, dengan langkah lebar dia berjalan menuju kedepan ...... Oh Put Kui tertawa dingin, secepat sambaran kilat dia menyelinap kedepan.

   "Sebelum kau memberikan janjian, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini barang selangkahpun !"

   Serunya. Tahu-tahu dia sudah menghadang dihadangan Hek-pek- sin-poan Pak Cau-kun. Hek-pek-sin-poan Pak Cau-kun mendongakkan kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kalau kau mah belum pantas, ayo cepat enyah dari sini!"

   Sebuah pukulan segera dilontarkan keatas Oh Put Kui. Oh Put Kui sama sekali tidak bergerak dari posisinyasemula, katanya sambil tertawa dingin .

   "Kecuali kau annggap untuk membunuh aku dalam sekali pukulan saja, kalau tidak, kau harus tetap tinggal disisni !"

   "Bluukkk ..... !"

   Pukulan tersebut benar-benar bersarang telak ditubuhnya, tapi serangan tersebut sama sekali tidak memberikan hasil apa-apa.

   Oh Put Kui masih tetap berdiri tegak seperti bukit karang.

   Sebaliknya Hek-pek-sin-poan Pak Cau Kun justru memperlihatkan rasa terkejut dan tercengangnya yang luar biasa.

   Jangan-jangan sianak muda ini berotot kawat tulangbesi ? Klau tidak, mengapa serangannya tidak mempan sama sekali ? Padahal Pak Cau kun cukup mengetahui daya kekuatan dari serangan sendiri, biarpun baja yang keras pun pasti akan terhajar menajdi tujuh pasti akan terhajar menjadi tujuh delapan bagaian oleh tenaga pukulannya yang maha dahsyat tersebut ......

   Menyaksikan sikap Hek-pek-sin poan Pak Cau Kun yang berdiri melongo seperti orang bodoh itu, Oh Put Kui segera berkata sambil tertawa .

   "Serangan yang kau lakukan ternyata tidak mampu membodohkan aku, lebih baik kau pulang dan duduk kembali!"

   Hekpen-sin poan tertegun untuk beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata lagi .

   "Sungguh ,... sngguh suat kejadian yang aneh ...."

   "Kau tak usah keheranan, sejak kecil aku sudah hidup bersama binatang buas, jadi akupun sudah terlatih ilmu kebal, yang mampu manahan serangan lawan, pukulanmu tadi sih belum berarti apa-apa bagi dirku!"

   Hek-pek-poan Pak Cau Kun menggelangkan kepalanya berulang kali sambil tertawa dingn .

   "Aku tidak percaya, aku tidak percaya..."

   "Kalau tidak percaya, mengapa tidak mencoba sekali lagi?"

   "betul! Aku memang justru akan mencoba sekali lagi...."

   Begitu selesai berkata, sebuah pukulan kembali dilontarkan ke depan. Dalam serangan yang dilancarkan olehnya kali ini, dia telah sertakan tenaga sebesar dua belas bagian. Diam-diam Pak Cau Kun berpikir .

   "Biarpun kau si bocah berotot kawat tulang besi, sembilan puluh persen tak akan dengan menyambut seranganku ini keras lawan keras."

   Didalam waktu singkat tepi telapak tangannya telah menyentuh bahu kanan Oh Put Kui. Mendadak ..... Hek-pek-sin-poan membentak gusar, tubuhnya melompat mundur ke belakang dengan sangat cepat. Mundurnya kalai mencapai jarak sejah dua kali lebih.

   "Kau....kau... kepandaian silat apakah itu?"

   Seru Pak Cau Kun tertegun.

   Serangan yang dilancarkan dengan tenaga sebesar dua belas bagaian itu ternyata barhasil dipunahkan oleh Oh Put Kui sehingga hilang lenyap tak berbekas.

   Bukan begitu saja.

   Lamat-lamat dia merasakan badannya sehingga nyaris terbang ke angkasa, coba kalau tenaga dalam yang dimilikinya tidak terlalu tinggi, sudah pasti kerugian yang dideritanya akan semakin bertambah besar.

   Sambil tertawa hambar Oh Put Kui berkata .

   "Sekarang kau tentunya sudah percaya bukan?"

   "Tidak, aku tetap tidak percaya !"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Seru Hek-pek-sin-poan dengan mata melotot dan teramat gusar.

   Manusia ini betul-betul keras kepala, mendadak dari balik jubag panjangnya dia mencabut keluar sebatang pena emas yang panjangnya beberapa depan.

   Kemudian sambil tertawa dingin dia maju kearah Oh Put Kui dengan langkah lebar.

   Melihat itu, sambil tertawa Oh Put Kui berkata .

   "Saudara disebut si pena sakti. Itu berarti kepandaian silatmu dalam permainan poan koan pit pasti hebat, aku bersedia mencoba kelihayan ilmu silatmu dengan tangan kosong!"

   Sikap dari si anak muda ini ternyata lebih keras kepala lagi.

   Sekalipun musuh yang dihadapinya adlah seorang jago lihay kelas satu didalam dunia persilatan,namun dia tak bersedia mengahadapinya dengan mempergunakan senjta tajam.

   Saking mendongkolnya Hek-pek-siu-poan Pak Cau Kun sampai melotot besar landak, bentaknya dengan marah .

   "Bocah keparat, kau tak usah takabur!"

   Secepat kilat pena emasnya diayunkan kedepan dan mengurung lima buah jalan darah penting didepan dada Oh Put Kui.

   Oh Put Kui tertawa hamabar, menddak kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar, kemudian sambil mengerahkan ilmu Hun kong-cho-im (memisah cahaya menangkap bayangan ) dia cengkeram pena ems la.

   Hek-pek-siu-poan sangat terperanjat, tiba-tiba pena emasnya ditekan kearah bawah.

   Ditengah gelak tertawa Oh Put Kui yang amat nyaring, mendadak Pak Cau Kun kehilangan bayangan tubuh lawannya.

   Kenyataan tersebut tentu saja disambut Hek-pek-siu-poan Pak Cau Kun dengan perasaan amat terperanjat.

   "Aaah. Ilmu langkah Tay-siu Huan-ipoh!"

   Pekiknya dihati.

   Namun gerakan tubuhnya sama sekali tidk berhenti, secepat kilat dia memutar badannya kemudian penanya disodok kedepan dengan cepat.

   Didalam perkiraannya, kali ini Oh Put Kui psti mengandalkan ilmu langkah tay Siu-huan im-poh nya untuk menyelinap kebelakang tubuhnya, maka sewaktu membalikkan badan, pena emasnya kembali disodokkan ke muka.

   Siapa tah ketika badannya berputar sambil melancarkan serangan tadi, dari belakang tubuhnya kembali bergema suara tertaw ringan dari Oh Put Kui telah balik kembali ke posisinya semuala.

   Dengan perasaan terkesiap Hek-pek-siu-poan berseru .

   "Apa hubunganmu dengan Mi-sim-kui-to (sitosu setan pembingung hati) "Sahabat!"

   Sahut Oh Put Kui tersenyum. Hek-pek-siu-poan segera mneunjukan sikap sama sekali tidak percaya, serunya cepat .

   "Kau tidak terlalu jujur!"

   Nada suara dari Pak Cau Kun saat ini sama sekali telah berubah, kesombongannya sudah bekurang separuhnya. Sambil tertawa Oh Put Kui segera berkata .

   "Tampaknya kau tidak mau percaya engan begitu saja terhadap setiap masalah yang dijumapai, apapun yang dikatakan lawan, aku tetap akan mempercayainya."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba ia menarik wajahnya seraya berkata lagi .

   "Kedudukan Pak Tayhiap dalam dunia persilatan cukup bersih, aku benar-benar tak tega untuk memberi kejelakan yang kulewat batas kepdamu apabila Pak tayhiap masih mendesak terus, terpaksa aku harus melakukan yang lebih kasar, tapi bila kua tahu harap Pak Tayhiap jangan marah."

   Nada suara dari Oh Put Kui pun turut berubah menjadi jauh lebih sungkan. Tapi nada suaranya masih tetap membikin hari orang puas dan tidak tahan. Sesudah tertegun beberapa saat lamanya. Hek-pek-siu-poan baru berkata .

   "Mau apa kau? Masa aku takut kepadamu ?"

   "Kalau begitu Pak Tayhiap tak sudi kembali ke tempat duduk semula ....?"

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa dingin. Oh Put Kui segera terbahak-bahak .

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., sekalipun aku seorang manusi rudhiu , namun belum sampai sehina itu derajatku sehingga mesti menjadi seorang kuli pemikul tandu !"

   "Belum habis di berkata, mendadak telinganya menangkap suara bisikan dari Put-lo-huang-siu Ban Sik-tong yang berkata dengan ilmu menyampaikan suara .

   "Bocah muda, bekuk saja orang tua itu dan kembalikan kebangkannya!"

   Oh Put Kui menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan tersebut, segera pikirnya.

   "Memangnya pekerjaan yang gampang untuk mencengkeramnya dan di kembalikan kebangku semula?"

   Dia cukup sadar, tenaga dalam yang dimilikinya masih belum mencapai ketingkatan yang sedemikian tingginya itu. Sementara dia masih berpikir dengan sangsi terdengar suara bisikan dari kakek itu berkumandang lagi .

   "Hey anak muda, mengapa kau tidak mencobanya?"

   Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Oh Put Kui, dia tahu sudah pasti Put-lo-huang-siu telah bersedia membantunya secara diam-diam.

   Sorot matanya segera dialihkan kembali ke arena, baru saja dia hendak berbicara ....

   Tiba tiba Hek pek sin-poan (hakim sakti hitam putih) telah berkata lagi .

   "Hey bocah keparat, kalau toh kau enggan menggotong kembali aku ke tempat semula, aku pun bersumpah tak akan balik sendiri ke situ ...."

   "Bagus sekali,"

   Pikir Oh Put Kui segera.

   "Kau telah memberi kesempatan kepadaku untuk dapat berbicara lagi."

   Maka sambil tertawa hambar katanya .

   "Tampaknya saudara benra-benar keras kepala dan kolot!"

   Seusai berkata, Oh Put Kui melayangkan pandangan matanya dengan sinar tajam, kemudian bentaknya keras- keras .

   "Silahkan saudara kembali ke tempat duduk sendiri!"

   Sepasang tangannya digetarkan bersama kemuka, kesepuluh jari tangannya dari jarak beberapa kaki segera dilakukan tiga kali segerakan mencengkeram ke tubuh si Hakim saksi hitam putih Pak Kun-jau tersebut..... Pak Kun-jiau tertawa tergelak .

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., bocah keparat, kepandaian silat yang kau miliki itu masih belum cukup tangguh untuk memindahkan aku ...."

   Tapi sebelum perkataan itu selesai diutarakan, dia sudh membungkam dalam seribu bahasa.

   Sebab pada saat itu Pak Kun-Jiau telah menjumpai tubuhnya sudah meninggalkan permukaan tanah setinggi tiga depan lebih dan melayang kedepan.

   Sekuat dia berusaha untuk meronta dan melepaskan diri dari pengaruh cengkeman tersebut, namun sayang usahanya itu sama sekali tidak memberikan hsil apa-apa, tubuhnya tetap melayang kedepan dan kembali ke bangkunya semua.

   Setelah lawannya di kirim balik ke kursi semuala, Oh Put Kui baru menurunkan kembali tangannya dan berkata sambil tertawa hambar .

   "Nah saudara, coba kau lihat bagaimanakah kemampuanku ini...,"

   Hakim sakti hitam ptih Pak kun-jai seger terbungkam dalam seribu bahasa .

   Sudah jelas si kakek yang keras kepala ini sudah dibikin jengkel sampai hampir semaput rasanya.

   Si pengemis sinting yang duduk disampingnya kontan saja menggelengkan kepalanya sambil tertawa tergelak .

   "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., lote, wahai loteku, jangan bicara terus menerus, tahukah kau bahwa Pak Tayhiap sudah hampir semaput lantaran dongkolnya ....?"

   "Lok loko, Jangan salahkan aku, siapa suruh dia tak tahu diri dan mencari penyakit buat diri sendiri...."

   Kata Oh Put Kui sambil menggelangkan kepalannya dan menghela napas.

   "Lote, aku rasa kau pun kelewat batas dengan seranganmu itu."

   "Aaaah, apakah lok lote merasa kasihan kepadanya?"

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa.

   "Aku si pengemis memang selamanya berbelas kasihan kepada siapa saja, tapi lote... aku kan tidak berbelas kasihan kepada Pak Kun-jiau, aku Cuma meras tua bangkotan tersebut mengenaskan sekali dan patut dikasihani."

   Oh Put Kui tertawa hambar. Ia tidak menggubris si pengemis sinting lagi, sambil berpaling kearah KU Bun-wi, katanya kemudian .

   "ku congkau-lian, bagaimana dengan persoalan pedang Hian-peng-kiam tersebut ?"

   Panji sakti pencabut nyawa Ku Bun-wi mengerutkan dahinya, dia memandang sekejab kearah pedang setan baju merah Suma Hian serta dua orang berpedang lainnya, lalu sambil tertawa katanya .

   "Aku tahu lote memiliki ilmu silat yang luar biasa semestinya aku harus memenuhi janji ...."

   "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih lebih dahulu."

   Tapi secara tiba-tiba si panji sakti pencabut nyawa menggelengkan kepalanya lagi sambil berkata . Hanya saja, perintah dari atasan kami sukar dibantah, oleh sebab itulah kami pun sulit untuk memenuhi janji tersebut !"

   "Jadi kalian ber empat mempunyai jalan pemikiran yang sama seperti Pak tayhiap?"

   Tanya Oh Put Kui pelan sambil memejamkan matanya rapat-rapat.

   Sikapnya yang sombong dan tinggi hati ini pada hakekatnya seperti tak memandang sebelah mata pun terhadap Ku Bun-wi sekalian.

   Sementara itu Leng Cui-cui sudah meras kan hatinya berdebar keras, keringat dingin bercucuran keluar membasahai seluruh tubuhny, ia benar benrta merasa kuatir sekali.

   Sebab dia tahu ke empat orang itu memiliki kepandaian silat yang amat hebat, bahkan ayahnya pun hanya bisa bertarung seimbang bila seorang melawa seorang.

   Namun kenyataannya sekarang, disaat Oh Put Kui jelas tahu kalau pihak lawan sengaja mencari gara-gara dengannya, ia justru memejamkan matanya rapat-rapat, bukankah tindakan ini jelas sudah melanggar pantangan terbesar bagi seorang umat persilatan ? Betul juga apa yang dia duga, baru saja Oh Put Kui memejamkan matanya rapat-rapat, empat sosok bayangan manusia sudah menerjang ke muka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

   Ku Bun-wi, Suma Hian, Hui Bong Ki dan The Tay hong serentak menyerbu ke muka, delapan buah telapak tangan mereka bagaikan segulung dinding angin pukulan langsung mengurung seluruh tubuh Oh Put Kui rapat-rapat.

   Pada saat itu pula Oh Put Kui membuka matanya lebar- lebar.

   Dia segera tertawa seram, kemudian tubuhnya melejit ketengah udara dengan kecepatan tinggi.

   Kembali leng Cui-cui menjerit kaget."

   Oh kungcu, kau ...."

   Dia telah melihat bahwa tindakan Oh Put Kui yang melejit ketengah udara itu lagi-lagi merupakan suatu pelanggaran yang besar sekali ....

   Sandainya empat orang musuhnya menyerang bersama secara ganas.

   Bukankah Oh Put Kui akan mengalami kesulitan untuk menghindarkan diri? Oleh sbab itulah dia menjerit saking kagetnya.

   Tapi kenyataannya sama sekali tidak sejelek apa yang dibayangkan semula.

   Baru saja Oh Put Kui melejit ketengah udara, keempat orang itu benar-benar membalikkan telapak tangannya sambil melepaskan serangan bersama.

   Tapi kenyataannya Oh Put Kui telah bertindak jauh lebih pintar dari pada musuh-musuhnya itu.

   Disaat keempat gulung angin pukulan itu dilontarkan kepadanya, secepat sambaran anak panah dia meluncur kembali ke atas permukaan tanah.

   Dengan tindakan yang diambil olehnya itu, secara otomatis angin pukulan yang di lontarkan keempat orang itupun mengenai sasaran yang kosong.

   Bukan Cuma begitu, berhubung sepasang tangan keempat orang itu sedang diayunkan keatas, dengan sndirinya pertahanan pada bagian dadanya menjadi sama sekali terbuka.

   Begitu turun kembali keatas permukaan tanah.

   Oh Put Kui segera tertawa keras.

   Ditengah gelak tertawa yang amat keras itulah, secepat kilat dia berputar satu lingkaran didepan keempat orang itu."

   Plaaaakk ..........plaaaakk.......... plaaaakk...."

   Terdengar tiga kali suara benturan yang amat nyaring.

   Tahu-tahu masing-masing orang sudah termakan oleh sebuah pukulan.

   Namun saja, biarpun suara benturan itu kedengarannya sangat nyaring, sesungguhnya kekuatan yang dipergunakan amat lemah.

   Oleh sebab itulah kendatipun setiap serangan bersarang telak diatas bagian yang mematikan diatas dada mereka, namun bagi keempat orang jago lihay tersbut, keadaan itu Cuma menimbulkan sedikit rasa sakit saja, bagaikan anak kecil yang memukul nyamuk diatas tubuh mereka ...,.

   "Aaaah, Oh kongcu! Kau memang benar-benar sangat hebat...."

   Tanpa sadar Leng Cui-cui berseru memuji.

   Oh Put Kui segera berpaling dan melemparkan sebuah senyuman kearahnya Jangan dilihat senyuman tersebut hanya senyuman bias, namun bagi pandangan Leng Cui-cui yang menaruh hati kepada lawan, senyuman tersebut bagaikan runtuhnya sebuah bukit karang, sangat menggetarkan perasaan hatinya.

   Kontan saja selembar pipinya berubah menjadi merah padam karena jengah .....

   Sementara itu jantungnya turut berdebar keras, mukanya teras merah dan kepalanya tertunduk rendah-rendah .....

   Namun dia toh tak tahan sempat melirik sekejap ke arah pemuda itu dengan pandangan penuh perasaan cinta.

   Sayang sekali Oh Put Kui tak sampai lagi memperhatikan kadaan tersebut, sebab keempat lawannya telah menyerang lagi secara ganas dan membabi buta.

   Biarpun Oh Put Kui hanya menepuk dada mereka secra pelan dengan maksud untuk menggertak mereka.

   Agar orang- orang itu tahu diri dna segera mengundurkan diri.

   Namun kejadian ini diterima oleh keempat orang tersebut sebagai suatu penghinaan yang amat besar, jauh lebih nista dari pada membinaskan mereka sekaligus.

   Itulah sebabnya didalam keadaan gusar dan malunya, mereka jadi nekad dan segera menyerang dengan cara beradu jiwa.

   Agaknya Oh Put Kui pun sudah menduga bakal terjadi akibat seperti ini, oleh sebab itu disaat empat musuhnya menyerang secara membabi buta, dia justru menghadapi mereka secara tenang dan santai.

   Dengan mengandalkan ilmu gerakan tubuh Tay-siu-huan- im-poh, seperti setan gentayangan saja tubuhnya bergerak kian kemari, sebentar kedepan sebentar ke belakang, dia selalu berkelabatan di antara serangan-serangan empat lawannya.

   Melihat seperti apa yang diharapkan, Suma Hian segera bekaok kaok penuh kegusaran.

   Si pedang latah irama guntur The tay-hong juga melototkan sepasang matanya yag ber api-api sambil berteriak seperti orang gila.

   Sayangnya biarpun mereka berkaok-kaok dengan suara yang keras, jangan lagi merobohkan lawannya, untuk menjawil ujung baju dari Oh Put kui pun tak pernah berhasil.

   Sehingga kurang tepatlah kalau dikatakan pertaruhkan tersebut merupakan suatu pertarungan adu jiwa yang mempertaruhkan mati dan hidup mereka.

   Pada hakekatnya keadaan tersebut lebih mirip dengan Oh Put Kui yang memipin ke empat orang itu untuk bermain petak dan berlarian kian kemari.

   Pengemis sinting tak bisa menahan diri lagi, akhirnya dia bertepuk tangan sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh......haaahhh...... haaahhh...... lote, nampaknya kau sedang melihat monyet bermain akrobat ? Kali ini, aku si pengemis tua benar. The Tay hong dikenal orang sebagai si pedang latah irama guntur, sudah barang tentu dia memiliki kekuatan yang luar biasa dilancarkan segera terasa deruan angin dan guntur yang sangat memekikkan telinga. Oh put kui yang menjumpai keadaan tersebut tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh... haaahhh... haaahhh.... Suatu permainan ilmu pedang yang sangat hebat, tidak malu disebut sebagai pedang latah irama guntur!"

   Dalam pembicaraan tersebut, Oh Put kui telah menghindarkan diri dari serangan pedang The Tay hong itu.

   Sementara itu Mi-ih-mo-kiam Suma Hiang telah meloloskan pula pedang andalannya.

   Serangan gencar yang kemudian dilancarkan oleh kedua bilah pedang tersebut tak ....

   Benar terbuka sepasang mataku, ternyata ke empat pengawal pedang dari Ceng-thian-kui-ong tidak lebih hanya sekawanan monyet yang pandai bermain akrobatik saja..."

   Ejekan dari si pengemis sinting ini kontan saja membuat Ku Bun-wi berempat murka, ia makin kehilangan muka. -oOdwOo0dw0oOdwOo- Mendadak terdengar pedang latah irama guntur The Tay- hong membentak keras.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Bocah keparat, aku akan beradu jiwa denganmu!"

   Dengan cepat dia memutar tangan kanannya, kemudian meloloskan pedangnya.

   Cahaya emas segera memancar ke empat penjuru, secara beruntun lima buah serangan berantai telah dilancarkan, bisa dibandingkan dengan enteng dan ringannya serangan pukulan tadi.

   Di dalam keadaan seperti ini, jangan harap Oh Put Kui bisa melayani datangnya semua ancaman tersebut dengan mengandalkan ilmu langkah Tay-siu-huan-im-poh saja.

   Selain desingan angin pedang yang menderu-deru dan amat menyayat badan, diapun harus waspada untuk menghadapi serangan-serangan gencar dari Ku Ban-wi dan Hu Bong-ki dengan pukulan tangan kosongnya...

   Satu ingatan segera melintas dalam benak Oh Put Kui, tiba-tiba dia berpekik nyaring lalu tubuh nya meluncur keluar dari arena Si pedang latah irama guntur The tay-hong mengira Oh Pot K"i hendak berusaha untuk melarikan diri, ia segera membentak keras.

   "Pingin kabur? Jangan bermimpi di liang hari bolong bocah keparat."

   Bagaikan seekor burung elang dia segera melejit ke tengah udara dan langsung mengejar kearah Oh Put Kui.

   Biarpun gerakan tubuh Oh Put Kui sangat cepat, pengejaran yang dilakukan olehnyapun tidak terhitung lambat.

   Tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau Oh Put Kui sebenarnya tidak bermaksud untuk melarikan diri.

   Apa yang dilakukan pemuda tersebut tak lebih hanya mengulurkan tangannya mengambil sesuatu dari atas kursi yang semula di dudukinya.

   Selain itu, diapun segera membalikkan badannya sambil menubruk kembali.

   Dengan tindakan yang dilakukan olehnya itu, berarti dia saling bertemu dengan si pedang latah irama guntur The Tay Hong.

   Hanya kali ini, didalam genggaman Oh Put Kui telah bertambah dengan sebilah pedang berkarat Dan pedang karat tersebut secara kebetulan sekali menyambut datangnya bacokan pedang Lui-ing Kiam dari The Tay hong.

   Menyaksikan kejadian ini, The Tay-hong merasa gembira, segera serunya.

   "Bocah keparat, nampaknya kau sedang mencari mampus!"

   Pedang Lui-lng Kiam adalah sebilah pedang mestika yang tajamnya luar biasa, jangan lagi hanya sebilah pedang karat, biar pun sebilah pedang mestika pun niscaya akan kutung bila terpapas.

   The Tay-hong merasa sangat yakin bahwa pedang karat milik Oh-put Kui tersebut pasti akan terpapas kutung menjadi dua oleh bacokan senjatanya, dan sampai waktunya "Sudah pasti bocah keparat itu akan menemui suatu musibah yang luar biasa."

   Sebab menurut perhitungannya, dengan kekuatan serangan pedangnya, bisa jadi pergelangan tangan kanan Oh Put Kui akan turut terpapas kutung oleh bacakan pedangnya itu. Tak heran kalau dia segera bersorak kegirangan "Traaang tranng trring !"

   Dengan cepat ke dua bilah pedang itu sudah saling beradu satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara dentingan yang amat nyaring.

   Bersamaan dengan menggemanya suara dentingan keras itu, The Tay-hong mundur beberapa langkah ke belakang dengan ketakutan.

   Ternyata pedang karat dari Oh Put Ku tidak kutung seperti apa yang diduganya semula.

   Dengan perasaan terkesiap bercampur cemas cepat-cepat dia menarik kembali pedang Lui-ing-kiam nya sambil mundur kebelakang, Apa yang kemudian terlihat? Ternyata diatas tubuh pedang Lui-ing kiam nya telah muncul dua buah gumpilan yang cukup besar, ini berarti pedang mestikanya telah berubah menjadi pedang cacad irama guntur.

   The Tay-hong sungguh dibuat tertegun oleh kejadian tersebut.

   Didalam keadaan seperti ini, sekalipun Oh Put Kai memenggal batok kepalanya sekalipun, sudah pasti dia tidak akan merasakannya.

   Tentu saja Oh Put Kai tak akan melakukan perbuatan seperti ini.

   "Sungguh tajam pedang dari The tayhiap "

   Tanpa menggerakkan tubuhnya Oh Put Kui memperdengarkan suara tertawanya yang kering namun penuh dengan ejekan itu.

   The Tay-hong masih juga tidak bergerak, dia masih juga mengawasi pedang andalannya dengan wajah tertegun, seakan-akan tidak merasa apa gerangan yang terjadi.

   Dengan cepat Suma Hian, Hai Bong-ki dan Ko Ban-wi berlarian mendatang, mereka bukannya kuatir Oh Put Kui bakal melancarkan serangan berikut untuk melukai li pa-dang latah irama guntur The Tay-hong.

   Mereka hanya merasa tercengang apa sebabnya The Tay- hong sampai berdiri termangu-mangu.

   Sebab di dalam pertarungan yang sedang berlangsung seru tadi, secara tiba-tiba saja mereka telah kehilangan jejak Oh Put Kui menanti mereka membalikkan badan untuk mencari Oh Put Kui.

   lawannya itu sudah beradu pedang dengan The Tay-hong.

   Bentrokan tersebut tidak lebih hanya berlangsung satu kali saja.

   tapi apa sebabnya The tay-hong berdiri termangu? Tanpa terasa ke enam buah sorot mati mereka bersama- sama dialihkan ke arah pe dang irama guntur tersabet.

   Tiba-tiba paras muka mereka bertiga pula turut berubah sangat hebat.

   Kemudian terdengar Ku Bun wi berseru tertahan.

   "Apakah pedang saudara The menjadi gumpil?"

   Sedangkan Hui Bong-ki dengan kening berkerut segera mengawasi pedang karat milik Oh Put Kui itu lekat-lekat, kemudian katanya dengan suara dalam .

   "Apakah pedangmu itu adalah pedang karat Cing-peng kiam milik Thian yang-yu-cu (pengembara dari ujung langit) Oh Sian tay hiap dimasa lalu?"

   Begitu mendengar nama pedang karat "Cing peng-kiam", semua hadirin segera dibuat tertegun dan gempar. Bahkan Put lo noangsiu (kakek latah awet muda) pun ikut membuka matanya sambil menegur.

   "Hei anak muda, apakah pedang itu milik gurumu?"

   "Betul!"

   Sahut Oh Put Kui sambil tertawa Mendadak si kakek latah awet muda itu tertawa tergelak.

   "Hey anak muda, kau tidak sepantasnya mempergunakan pedang tersebut dalam kejadian semacam ini."

   "Mengapa?"

   Tanya pemuda itu melongo. Sekali lagi Kakek latah awet muda tertawa terbahak-bahak.

   "Anak muda, selama pedang tersebut berada di tangan gurumu, dalam sepanjang hidup nya ia hanya pernah mempergunakan sekali saja."

   "Boanpwe tidak mengetahui tentang persoalan ini, tapi kapan sih guruku pernah mempergunakannya?"

   "Kejadian ini berlangsung sebelum dia mencukur gundul kepalanya, dengan pedang tersebut ia telah bertarung melawan golok nomor wahid dari kolong langit yang disebut Golok penggetar langit milik Cian Thian-oh seorang tokoh silat yang disebut orang Rasul sakti dari jagad."

   "Siapa yang menangkan pertarungan itu? Bagaimana pun dia tak ingin nama perguruannya ternoda, karena itu dia ingin mengetahui hasil dari pertarungan tersebut.

   "Sudah barang tentu Oh Sian yang unggul"

   Jawab kakek latah awet muda sambil tertawa.

   "kalau tidak, bagaimana mungkin Cian Thian-oh bisa mengundurkan diri sedemikian ini? Kalau dihitung-hitung, peristiwa itu sudah berlangsung delapan puluh tahun lamanya."

   Apakah maksudmu mengutarakan kisah tersebut adalah minta kepada boanpwee agar tidak sembarangan mempergunakan pedang karat milik guruku ini apabila tidak terpaksa karena menghadapi musuh yang benar-benar tangguh ?"

   "Kau memang cerdik sekali, coba bayangkan sendiri, dengan kemampuan yang kau miliki, pedang biasa yang berada ditanganpun tak kalah dengan pedang mestika, mengapa kau mesti mengandalkan pedang karat Cing- peng- kiam yang tajam untuk meraih kemenangan ?"

   Oh Put Kui lantas tertawa terbahak-bahak, dia segera melontarkan pedang karat tersebut ke arah kakek itu.

   "Kakek Ban !"

   Serunya.

   "kuserahkan pedang ini kepadamu untuk kau simpan bila kau menganggap boanpwe pantas memakainya, serahkanlah kepada boanpwee nanti nya."

   "Tepat sekali"

   Kakek latah awet muda tertawa, baiklah, akan kusimpankan untukmu. Karena tindakanmu ini tepat sekali, aku yakin tak akan ada yang berani merampasnya. Hey bocah cilik, kan ternyata licik sekali."

   "Boanpwee tidak licik, cuma aku mau memakai wibawamu untuk menakut-nakuti orang."

   Kakek latah awet muda segera tertawa terpingkal-pingkal, serunya kemudian.

   "Baik, baik, aku akan menyimpankan untukmu !"

   "Terima kasih banyak !"

   Kemudian pemuda itu berpaling ke arah Leng Siau-thian sambil katanya pula .

   "Kakak Leng, bolehkah boanpwee meminjam sebilah pedang ?"

   Sebelum Leng Siau-thian menjawab, Leng Cui-cui telah menyela.

   "Oh kongcu, biar kupinjamkan pedangku ini ..."

   Dia segera meloloskan pedang milik sendiri dan segera disodorkan ke muka. Sambil tertawa Oh Put Kui manggut-manggut, lalu sambil menerima pedang itu katanya .

   "Banyak terima kasih nona !"

   Dengan wajah memerah Leng Cui-cui tertawa. katanya .

   "Gara-gara urusan keluargaku kongcu tat segan-segan bermusuhan dengan orang lain apa salahnya kalau aku meminjamkan sebilah pedang untuk kongcu? Apalagi memang sudah sewajarnya kalau kuucapkan banyak terima kasih atas bantuan kongcu....,."

   Hampir saja Oh Put Kui dibuat tergiur oleh sikap si nona yang halus lembut dan penuh daya tarik itu.

   Untung saja Leng Cui-cui telah memberi hormat dan segera membalikkan badan untuk beranjak pergi dari situ.

   Saat itulah Oh Put Kai baru menggetarkan pedangnya, segera terasa olehnya pedang itu beratnya hanya sepertiga daripada berat pedang karat Cing-peng-kiam yang dipergunakan olehnya tadi.

   Tak tahun dia merasa tertawa geli sendiri sambil berpikir.

   "Enteng benar pedang yang dipergunakan oleh kaum wanita,..."

   Sementara dia masih termenung memikirkan persoalan tersebut, mendadak ia mendengar si pedang latah irama guntur The tay-hong sedang menangis tersedu-sedu.

   Oh Put Kui menghadapi kejadian tersebut menjadi tertegun, dia benar-benar dibuat keheranan oleh kejadian tersebut.

   Padahal orang itu sudah tua kalau tak bila dibilang sudah kakek-kakek, tapi mengapa dia masih juga menangis? "Yaa, kakek itu nampak menangis sangat sedih, bahkan sedihnya bukan alang kepalang The Tay-hong telah berjuang hampir sepanjang hidupnya dengan mengandalkan pedang irama guntur untuk memperoleh gelar sebagai si pedang latah irama guntur, sungguh tak disangka pedang irama gunturnya telah dibuat cacat oleh seorang bocah muda, bayangkan saja siapa yang tak akan sedih menghadapi keadaan seperti ini? Isak tangis The Tay-hong yang begitu memedihkan hati itu kontan saja membuat amarah yang semula menyelimuti wajah Ka Bun wi hilang lenyap tak berbekas.

   Dia se olah-olah telah kehilangan semangat nya untuk bertempur.

   Bahkan si pedang iblis baju merah Suma Hianpun ikat menghela napas sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   Hanya si pedang baja berhati merah Hui Bong-ki seorang masih tetap mencerminkan kemarahan yang membara.

   Ditatapnya Oh Put Kui sekejap, kemudian katanya sambil mendengus dingin.

   Dengan mengandalkan senjata mestika kau telah membuat gumpilnya pedang mestika Hong-te ku, kemenangan semacam itu tak bisa dibilang suatu kemenangan yang gemilang, Hui Bong Ki memang seorang manusia yang tak becus, namun ingin Sekali kucoba berapa jurus ilmu pedangmu yang hebat, itu!"

   "Ooh, Hui tayhiap bermaksud menantangku bertarung? Boleh-boleh saja, tentu akan kulayani keinginanmu itu!"

   Kata Oh-Put Kai sambil tertawa. Dia segera mempersiapkan pedangnya, lalu berkata lagi.

   "Pedang ini bukan termasuk pedang mestika yang tajam, apakah Hui tayhiap setuju bila kupergunakannya?"

   Hui Bong Ki tertawa dingin. Heehhh...heehh...heeehhh... pedang itu toh sudah berada dalam genggamanmu, buat apa kau mesti banyak bertanya?"

   Dengan kening berkerut tiba-tiba saja dia meloloskan senjata andalannya.

   "Criinggg"

   Serentetan cahaya merah segera memancar ke empat penjuru. Agaknya inilah pedang andalan Hui Bong-ki yang disebut pedang baja hati merah. Diam-diam Oh Put Kui tertawa geli di dalam hati, pikirnya. @oodwoo@

   Jilid 21

   "Benar benar sebilah pedang mestika, meski Hui Bong-ki nampaknya saja seorang yang kasar dan tak berotak. ternyata dia jauh lebih cermat dan licik ketimbang The Tay-hong "Dia melarangku mempergunakan pedang mestika, padahal pedang yang ia pergunakan justru merupakan pedang mestika, benar- benar suatu tindakan yang luar biasa..."

   Meskipun dalam hati kecilnya berpikir demikian, namun diluaran dia justru berkata sambil tertawa hambar.

   "Tampaknya pedang baja milik Hui-tayhiappun termasuk semacam benda yang amat termashur"

   "Termashur atau tidak. asal sudah dicoba kau toh akan mengetahui dengan sendirinya"

   Jengek Hui Bong-ki sambil tertawa dingin.

   Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja pedangnya digetarkan melancarkan serangan- oh Put Kui masih tetap berdiri tenang ditempat semula tanpa bergerak barang Sedikitpun jua .

   Kembali Hui Bong-ki tertawa dingin sambi membentak.

   "Hey, hati-hati..."

   Pedang bajanya segera memancarkan selapis cahaya merah yang segera menyelimuti seluruh angkasa.

   oh Put Kui mencoba untuk melayangkan pandangan matanya kesekeliling tempat itu, dia jumpai getaran dari pedang Hui Bong-ki tersebut dapat menciptakan dua puluh satu buah cahaya pedang yang bersama-sama menyerang kearahnya, diam-diam ia mengangguk kagum atas kemampuan tersebut.

   Namun pedang yang berada ditangannya masih tetap dihadapkan kebawah tanpa bergerak.

   Menanti ujung pedang dari HuBong-ki tersebut sudah hampir mencapai depan dadanya, baru dia bertindak.

   Tidak nampak dia menggerakkan lengannya, tahu-tahu saja pergelangan tangannya miring kesamping lalu pedangnya ditusukkan kearah atas...

   "Traaanggg...."

   Secara tepat sekali ujung pedangnya itu mencukil tubuh pedang Hui Bong-ki sehingga mencelat kesamping.

   Tindakan oh Put Kui yang menghadapi musuh dengan ketengangan ini segera memanding tempik sorak dari Leng cui-cui Seban dari kedua puluh satu kuntum bunga pedang yang dilancarkan oleh Hui Bong-ki itu, bunga pedang manakah yang merupakan serangan sebenarnya merupakan suatu hal yang sulit untuk ditentukan secara tepat sekali.

   Kecuali bila kau berani menggerakkan pedangnya dan menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.

   Sudah barang tentu oh Put Kui enggan menghamburkan tenaga dengan begitu saja.

   Itulah sebabnya dia menantikan gerakan musuh berikutnya dengan suatu sikap yang sangat tenang.

   Dan kenyataannya, dengan mengandalkan suatu kebasan yang sangat ringan saja dia telah memberikan hasil yang gemilang.

   Pada saat itulah sipedang baja hati merah Hui Bong Ki merasakan tenaga getaran yang terpancar keluar dari pergelangan tangan oh Put Kui itu besarnya bukan kepalang, hal ini sungguh membuat hatinya merasa terkejut sekali.

   Sekrang dia tak berani bertindak secara gegabah lagi.

   Pedang bajanya segera diputar, kemudian secara beruntun dia melancarkan tujuh buah serangan berantai Kali ini oh Put Kui sama sekali tidak mengangkat pedangnya, dia cuma menggerakkan tubuhnya sambil menghindar ke samping, lalu dalam tiga langkah saja dia sudah melepaskan diri dari ancaman serangan musuh...

   Kemudian katanya sambil tersenyum.

   "Sungguh cepat gerakan pedang dari Hui tayhiap"

   Ketika melihat ketujuh buah serangan pedangnya mengalami kegagalan total, Hui Bong Ki merasakan hatinya amat terkesiap. Tapi ia merasa tak puas, dengan segera teriaknya lagi.

   "Hey, bocah keparat, apakah gurumu hanya mengajarkan kau untuk menghindarkan diri?"

   Mendingan kalau dia tidak mengucapkan kata-kata tersebut, begitu perkataan diucapkan, bencana pun segera muncul didepan mata.

   oh Put Kui memang seorang pemuda yang tidak gampang marah, akan tetapi jikalau ada orang berani memandang hina atau mencemooh angkatan tuanya, maka dia bisa gampang marah jauh melebihi siapa pun.

   Apa yang dikatakan Hui Bong Ki tersebut sama artinya seperti memaki gurunya, bayangkan saja apakah dia bisa menerima keadaan tersebut dengan begitu saja? Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik matanya, lalu dengan suara dingin berkata.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Hui Bong Ki, pada hakekatnya kau sedang mencari penyakit buat diri sendiri.."

   Begitu selesai berkata pedangnya yang tipis itu tiba-tiba diangkat ke atas.

   Sementara itu sorot matanya yang tajam mengawasi musuhnya itu tanpa berkedip.

   sementara itu Hui Bong Ki masih belum tahu kalau oh Put Kui telah dibikin gusar oleh ulahnya, dia pun tidak tahu kalau perkataan yang diucapkan tanpa sengaja tadi telah menimbulkan amarah dari si gembong iblis kecil ini.

   Bukannya tahu diri, Hui Bong Ki justru bersikap lebih kaku, tiba-tiba dia membentak lagi.

   "Bocah keparat, tak usah ngebacot dulu coba kita lihat saja nanti siapa yang lagi mencari penyakit buat diri sendiri."

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... tapi yang jelas orang itu bukan aku"

   Begitu selesai berkata, pedangnya sudah diangkat hingga mencapai batas alis mata. Hui Bong-ki tak mau menunjukkan kelemahannya diapun tertawa dingin sembari berseru.

   "Hey keparat, buat apa sih kau banyak berlagak di hadapanku?"

   Dalam pada itu, pedang dari oh Put Kui sudah diangkat hingga mencapai alis matanya dan tidak diangkat lebih keatas lagi. Begitu perkataan lawan selesai diutarakan, dia segera menjawab dengan suara hambar.

   "Orang she Hui, kalian empat jago pedang termashur karena permainan pedangnya, aku percaya kalian pasti memiliki ilmu pedang yang jauh melebihi orang lain bukan?"

   "Tentu saja"

   Sahut Hui Bong ki sambil tertawa seram. oh Put Kui manggut-manggut, katanya lebih jauh.

   "Hari ini, aku akan menyuruh kalian empat jago pedang menyaksikan sesuatu agar menambah pengetahuan kalian-"

   "Pengetahuan apa?"jengek Hui Bong-ki sambil tertawa dingin.

   "Apakah menyaksikan jurus sakti mengangkat pedang menutupi mataharimu ini...?"

   Oh Put Kui segera tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... tepat sekali perkataanmu itu, aku akan menyuruh kau menyaksikan jurus seranganku ini, bahkan aku akan membuat kau sipedang baja hati merah kehilangan pedang dan kehilangan jari tangan didalam satu gebrakan ini juga"

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... betul- betul tekebur,"

   Hui Bong-ki tertawa tergelak.

   "siapa yang mau percaya kalau kau sanggup menjatuhkan pedangku dan mengutungi jari tanganku dalam satu jurus saja? Hmmm. biar setanpun pasti tak akan percaya. Kau tak usah bermimpi disiang hari bolong"

   Tiba-tiba oh Put Kui berkata sambil tertawa hambar.

   "Hui Bong-ki, tiba-tiba saja aku merasa kasihan kepadamu, seandainya kukutungi jari jari tanganmu itu, bukankah selanjutnya kau tak akan mampu mengunakan pedang lagi? Aku merasa cara semacam ini sedikit kelewat keji..."

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... jadi kau menaruh belas kasihan kepadaku"

   Gelak tertawa Hui Bong kisemakin keras. Oh Put Kui balas tertawa.

   "Itulah sebabnya aku ingin mengubah dalam satu gebrakan membuatmu kehilangan pedang terpapas rambutnya, bagaimana menurut pendapatmu?"

   Rupanya manusia yang bernama pedang baja hati merah Hui Bong ki ini tak berbeda keadaannya dengan sipengemis sinting, mempunyai rambut yang kusut dan awut awutan tak karuan, bukan saja tidak disisir bahkan dibiarkan tergantung begitu saja dibelakang bahunya.

   Dalam satu gebrakan bisa memaksa orang untuk melepaskan pedang dan kehilangan jari tanganpun sudah merupakan suatu kejadian yang sulit untuk dipercayai.

   Apalagi oh Put Kui mengatakan sekarang bahwa di dalam satu gebrakan saja dia akan memapas rambut dari si pedang baja hati merah Hui Bong ki, bukankah ucapan semacam itu lebih mendekati sebagai bualan belaka...? Oleh karena itulah Hui Bong Ki tertawa tergelak tiada hentinya...

   "Bocah keparat, aku ingin sekali mengetahui sampai dimanakah kehebatanmu itu"

   Katanya kemudian- Oh Put Kui masih tetap tersenyum tenang.

   "Sebetulnya aku memang berniat untuk menambah pengetahuan kalian, cuma saja, aku mempunyai syarat."

   "Syarat apa?"

   Tanya Hui Bong Ki tertegun.

   "ataukah kau sudah sadar kalau bualanmu terlampau tinggi sehingga sekarang ingin mencari alasan untuk menyulitkan diriku sekalian, dengan begitu kau bisa memperoleh alasan untuk mengundurkan diri?"

   Oh Put Kui tertawa dingin- "Lebih baik kau jangan menilai maksud baik seseorang dari balik kacamata kepicikan dan kemunafikanmu itu"

   Kemudian dengan wajah serius, dia berkata lebih jauh.

   "Andaikata dalam satu gebrakan nanti aku berhasil memaksa Hui tayhiap melepaskan pedang dan memapas kutung rambutmu itu, aku mengharap kalian berjanji untuk melanjutkan tak akan menyinggung masalah pedang Hian Peng Kiam lagi, dan lagi kalian pun harus berjanji untuk tidak mencari kesulitan lagi terhadap seluruh keluarga Leng dan orang yang memegang pedang Hian Peng Kiam tersebut"

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... baik, aku setuju,"

   Hui Bong Ki tertawa tergelak^ "bukan cuma soal itu saja, sekalipun kau menghendaki batok kepalakupun aku pasti akan menyanggupi, sebab aku sudah tahu, bualan dari kau si bocah keparat sudah keterlaluan sekali"

   Dari perkataan tersebut dapat diketahui kalau dia memang sama sekali tak percaya kalau oh put Kui memiliki kemampuan tersebut.

   Bukan cuma tak percaya kalau oh Put Kui mempunya kemampuan itu, bahkan di dalam anggapan si Pedang baja berhati merah Hui Bong Ki, biarpun si kakek latah awet muda turun tangan sendiripun belum tentu ia mampu berbuat demikian.

   Tak heran kalau ia segera menyanggupi permintaan mana tanpa pikir panjang lagi.

   oh Put Kui tertawa hambar tiba-tiba ia berpaling ke arah Ku Bun-wi sambil bertanya pula.

   "Bagaimana dengan Ku tayhiap?"

   Sekalipun Ku Bun-wi tahu dengan pasti bahwa oh Put Kui memiliki kepandaian silat yang sangat hebat, namun ia memiliki jalan pikiran yang sama seperti Hui Bong Ki, dia menganggap mustahil kemampuan oh Put Kui untuk memaksa Hui Bong Ki melepaskan pedang dalam satu gebrakan saja, apa lagi memapas rambutnya.

   Maka sewaktu oh Put Kui mengajukan pertanyaannya, dia pun menjawab dengan segera.

   "Aku setuju"

   Belum lagi oh Put Kui bertanya kepada si Pedang iblis berbaju merah Suma Hian, orang she Suma itu sudah berseru dengan suara lantang.

   "Aku dan The sute setuju sekali, cuma bagaimana andaikata kau gagal memaksa Hui Samte melepaskan pedangnya dan memapas kutung rambutnya dalam satu geberakan?"

   Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku segera akan membalikkan badan dan berlalu dari sini, dan tak akan pernah mencampuri urusanmu dengan keluarga Leng lagi"

   "Bagus sekali, kita tetapkan dengan sepatah kata itu saja"

   Seru Suma Hian sambil tertawa tergelak.

   "Hmmm, cuma kuperingatkan, setelah menyanggupi kalian jangan menyesal dibelakang hari."

   Dengus sang pemuda lagi.

   "Kami semua belum pernah mengingkari janji yang telah diucapkan sendiri"

   "Bagus sekali Nah, Hui tayhiap. kau harus berhati-hati"

   Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja tangan kirinya memencet tombol pada gagang pedang yang diangkat setengah depa diatas alis mata itu sehingga menimbulkan suara dengungan yang keras dan amat memekikkan telinga.

   "Banyak betul penyakit dari bocah keparat ini"pikir Hui Bong-ki dengan kening berkerut. Belum sempat mengucapkan sesuatu, tahu tahu oh Put Kui sudah menggerakkan senjatanya. Tiba-tiba saja mengayunkan tangan kanannya kedepan dengan kecepatan tinggi... Pedang tersebut segera memapas kedepan dan segera menutul keatas pedang yang berada dalam genggaman Hui Bong-ki. Menyaksikan serangan ini, diam diam Hui Bong-ki tertawa geli, pikirnya.

   "Dengan mengandalkan jurus serangan yang begitu lamban, bagaimana mungkin..."

   Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba saja pandangan matanya menjadi silau.

   Dengan perasaan terkesiap dia hendak mundur kebelakang, tapi secara tiba tiba saja tangan kanannya seperti ditindih dengan suatu kekuatan yang berpuluh laksa kati beratnya.

   "Traaaanggg..."

   Seluruh lengan kanan Hui Bong-ki menjadi kaku, kesemutan dan seolah-olah kehilangan rasa.

   Belum sempat dia menghindarkan diri dari ancaman itu, kembali batok kepalanya terasa dingin seperti disambar dengan angin yang sangat tajam.

   Entah apa yang sesungguhnya telah terjadi, terbukti pedangnya benar-benar sudah mencelat sejauh berapa kaki dan terlepas dari genggamannya.

   Bukan cuma begitu, malah segenggam rambutnya turut terpapas kutung dan beterbangan menjatuhi seluruh tubuh sendiri.

   Hui Bong-ki benar-benar tertegun, berdiri bedoh dengan mata mendelong sekujur badannya betul-betul merasa lemas sekali seperti tak bertenaga.

   Sebaliknya oh Put Kui masih tetap berdiri ditempat semula dengan senyum dikulum.

   Pedangnya masih juga dijulurkan kebawah persis seperti posisi semula, seakan-akan dia sama sekali tidak pernah menggerakkan senjata tersebut untuk melancarkan serangan- lmu pedang yang demikian cepat dan mengerikan hati itu kontan saja membuat Leng Siauw-thian sekalian berdiri termangu dengan mulut terbUka lebar-lebar dan mata melotot besar.

   Lama kemudian baru terdengar Leng cui-cui menjerit kaget .

   "Ooh... suatu ilmu pedang yang sangat hebat"

   Sedangkan kakek latah awet muda berkata pula sambil tertawa terbahak bahak.

   "Hey anak muda, apakah jurus serangan yang kau pergunakan itu adalah Thian-Lui-it ki (Gempuran hebat guntur langit)...?"

   Oh Put Kui segera tertawa tergelak pula.

   "Ban tua, tampaknya kau seperti mengenali setiap jenis ilmu silat yang berada dikolong langit ini. Betul sekali, jurus serangan yang boanpwee pergunakan ini adalah jurus gempuran hebat guntur langit"

   "Hey bocah muda, memangnya kau lupa? Akukan tahu segala-galanya..."

   "Waaah, tampaknya nama besarmu itu memang bukan cuma nama kosong belaka"

   "Haaahhh... haah... haaah... sudah sepantasnya bila kau mempercayai hal tersebut semenjak dulu, cuma kau merasa amat heran, darimana kau pelajari ilmu pedang guntur langit itu?"

   "Boanpwee berhasil mempelajari dari pulau neraka"

   "Aaah, betul mengapa aku sampai lupa kesitu..."

   Kakek latah awet muda segera termanggut- manggut. Dalam pada itu, sipedang baja berhati merah Hui Bong Ki telah membungkukkan badan dan memungut kembali pedang bajanya.

   "Nah, sekarang kalian boleh pergi dari sini."

   Kata oh Put Kui kemudian kepada keempat orang lawannya sambil tertawa.

   "aku percaya kalian tentu tak akan mengingkari janji"

   Sekarang The Tay-hong sudah berhenti menangis, paling tidak ia merasa keadaannya jauh lebih baik ketimbang keadaan yang dialami sipedang baja berhati merah. Tiba-tiba terdengar Ku Bun-wi menghela napas panjang sembari berkata.

   "Kesaktian ilmu pedang yang saudara miliki sungguh mengagumkan sekali, apa yang sudah kami janjikan, sudah barang tentu akan kami laksanakan pula, namun kami harnya bisa menjamin kami sendiri dan tak bisa bertanggung jawab atas usaha dari anggota Sian-hong-hu yang lain bila mereka datang lagi kemari..."

   Oh Put Kui yang mendengar ucapan tersebut segera mengerutkan dahinya rapat rapat. Pada saat itulah sipedang iblis berbaju merah Suma Hian telah berkata pula.

   "Apa yang saudara Ku ucapkan memang merupakan suatu kenyataan, sekalipun oh kongcu menahan kami berlima disini pun, kami hanya bisa berjanji bahwa kami berlima tidak akan mencampuri urusan ini lagi, sedangkan mengenai jalan pemikiran dari majikan muda istana Sian hong-hu... yaa, bagaimana mungkin kami bisa menghalangi segala tindakannya...?"

   Oh Put Kui manggut-manggut pelan, dia tahu apa yang diucapkan ke lima orang kakek itu memang benar dan tak bisa disalahkan. Maka sambil tersenyum katanya.

   "Baiklah, aku setuju dengan apa yang kalian katakan, cuma aku berharap sekembalinya kalian ke istana nanti, sampaikan kepada Nyoo Ban-bu, lebih baik dia tahu diri daripada kedua belah pihak saling bentrok lebih jauh"

   "Apa yang oh sanhiap ucapkan tentu akan kusampaikan"

   Sahut Ku Bun-wi cepat. Kemudian setelah berhenti sejenak. dia berkata kepada di Hakim sakti hitam putih Pak Kun jiu yang masih duduk dikursi sambil tertawa.

   "Saudara Pak. mari kita pulang saja"

   Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi lebih dulu.

   Tanpa banyak berbicara Pak Kun jin, Suma Hian, Hui Bong Ki, The Tay-hong serta kesembilan orang lelaki kekar yang berada di luar ruangan itu bersama-sama berangkat meninggalkan Benteng nomor wahid dari dunia persilatan- Ancaman bahaya maut akhirnya dapat dilalui dengan selamat, rasa terima kasih yang menggelora didalam dada Leng Siau-thian sungguh tak dapat diucapkan dengan kata- kata.

   Perasaan Leng cui-cuipun bagaikan bunga yang sedang mekar, sekulum senyuman manis yang penuh pancaran rasa cinta memancar keluar dari wajahnya yang ditujukan semua kepada oh Put Kui.

   Sedangkan oh Put Kui sendiri justru secara diam- diam merasa amat terkejut.

   Dalam keadaan begini dia tak dapat menerima limpahan cinta kasih muda mudi, sebab diatas bahunya masih memikul beban pembalasan dendam atas terbunuhnya kedua orang tua Sekalipun berbicara yang sesungguhnya, dia sendiripun merasa senang sekali dapat bertemu dengan nona tersebut...

   Diantara sekian orang yang hadir, hanya sipengemis sinting seorang nampak paling santai, tiada hentinya dia mengacungkan ibu jarinya sambil memuji kelihayan dan kehebatan dari jurus pedang yang dipergunakan oh Put Kui tadi.

   Si kakek latah awet muda hanya memeluk pedang karat yang dititipkan kepadanya itu sambil tertawa tergelak..

   Tak lama setelah semua anggota istana sian-hong-hu berlalu, kakek menyendiri seribu li Leng Siau thian baru teringat kalau putranya belum kenal dengan oh Put Kui sekalian- Sambil mengumpat kepikunan sendiri, cepat-cepat dia menyuruh putranya Leng Yok peng untuk menjumpai ketiga orang itu.

   Leng Yok-peng yang mempunyai julukan sebagai Tui-sim- sin-jin (tangan sakti penghancur hati) ini benar- benar mempunyai kesan persis seperti namanya, dingin dan kaku tanpa basa basi.

   Begitu selesai memberi hormat kepada tiga orang tamunya, tanpa banyak cincong dia segera mengundurkan diri dari situ.

   Leng Siau-thian yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil berkata.

   "Ban tua, saudara Lok oh sauhiap. harap kalian hangan marah, anakku yang satu ini memang tidak suka bergaul dengan siapapun, orangnya kolot dan suka menyendiri"

   Mendengar perkata an, sikakek latah awet muda segera mendelik besar sambil berkata.

   "Setiap orang mempunyai kemauan sendiri-sendiri kenapa sih kau mesti mengurusi kemauanmu? Leng Siau-thian, kau jangan lagi menganggap anakmu itu masih anak kecil, biarkan saja dia pergi dari sini..."

   "Kalau Ban tua-pun berkata demikian, apa lagi yang bisa boanpwee katakan?"

   Kata Leng siauw thian sambil tertawa sesudah mendengar perkataan itu.

   "aku hanya kuatir, dengan watak anakku yang dingin dan kaku itu, bisa jadi dia akan menderita kerugian besar dikemudian hari"

   "Leng tua tak usah kuatir"

   Kata oh Put Kuipula sambil tertawa.

   "justru sikap hidup putramu itu tidak sudi mencari pamor dan rebutan nama dan kedudukan dengan orang lain merupakan suatu tindakan yang terpuji, keadaannya inijauh lebih baik daripada mereka yang mempunyai banyak kawan di dalam dunia persilatan"

   Leng Siauw-thian tertawa terbahak=bahak.

   "Haaahh... haaahh... haaahhh... semoga saja apa yang dikatakan oh sauhiap memang terwujud"

   Tiba-tiba pengemis sinting mengerutkan keningnya secara mendadak lalu berkata.

   "Tauke Leng, aku si pengemis memang kere, dapatkah kau menghadiahkan semangkuk nasi lebih dulu untukku?"

   Sudah jelas perutnya mulai lapar sehingga dia berkaok kaok tanpa rikuh... Merah jengah selembar wajah Leng Siauw-thian setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat serunya.

   "Aku benar-benar sudah lupa... maaf maaf... biar sekarang juga kuperintahkan mereka untuk mempersiapkan sayur dan arak yang hangat..."

   "Ayah, biar aku saja yang pergi"

   Cepat cepat Leng cui-cui berkata sambil tertawa. Dia membalikkan badan lalu kabur dari situ dengan cepat. Leng Siauw-thian segera berkata lagi dengan nada minta maaf.

   "Saudara Liok, maaf kalau siaute telah melupakan hal ini..."

   "Tidak usah minta maaf"

   Pengemis sinting tertawa aneh.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Leng loko, asal ada makanan saja, aku si pengemis tua tak pernah marah kepada orang lain..."

   Ucapan tersebut kontan saja diambut oleh kakek latah awet muda sekalian bertiga dengan gelak tertawa yang keras.

   oOdwOo0dw0oOdwOo Pemilik benteng nomor wahid dari dunia persilatan Leng Siau-thian mengumumkan secara tiba tiba kepada dunia persilatan bahwa ia akan mengundurkan diri bahkan menutup bentengnya yang disebut benteng nomor wahid tersebut.

   Tentu saja, kejadian ini segera menggemparkan seluruh umat persilatan yang mengetahuinya .

   Mengapa Leng Siau-thian hendak mengundurkan diri? Mengapa dia hendak menghapus nama bentengnya sebagai benteng nomor wahid dari dunia persilatan? Dengan nama besar dan kedudukan Leng Siau-thian dalam dunia persilatan, siapa yang berani mengusik dan mengganggunya? Setiap orang yang berperasaan tajam segera merasa bahwa dibalik peristiwa tersebut tentu ada sesuatu yang tidak beres.

   Tapi, mereka tak berhasil menggali keluar alasan tersebut.

   Mungkin, kecuali Leng Siau-thian seorang siapapun tidak tahu apa sebabnya bisa begitu.

   Atau paling tidak masih ada juga yang tahu, meski sedikit sekali Dan mereka lain adalah oh Put Kui, pengemis sinting dan kakek latah awet muda.

   Sebab berbicara yang sebenarnya, ide tersebut justru muncul dari benak oh Put Kui.

   Ia merasa bahwa tujuan dan sasaran dari pihak istana sian- hong-hu dan Raja setan penggetar langit wi Thian-yang adalah nama besar Benteng nomor wahid dari dunia persilatan, itu berarti selama Leng Siau-thian sekalian bersama anak buahnya bila masih berdiam dibukit Ho lan-san, maka cepat atau lambat akhirnya tentu akan bentrok juga dengan pihak mereka.

   Padahal pihak lawan mempunyai kekuatan yangj auh lebih besar dan kedatangan merekapun tak bisa diduga sebelumnya, bagaimana akibatnya sunguh amat sulit untuk diramalkan sebelumnya.

   Sebagai seorang lelaki sejati yang pandai dan tahu keadaan, sudah barang tentu mereka tak ingin mengorbankan diri secara konyol, karena itu satu-satunya jalan adalah menghindarkan diri dari sana.

   Maka diapun menganjurkan kepada Leng Siau-thian agar untuk sementara waktu pindah dulu keperkampungan Siu- leng-ceng milik Lamkiong ceng...

   Ternyata usul tersebut disetujui oleh Leng Siau-thian, sebagai seorang jago silat kawakan dia cukup memahami maksud baik dari oh Put Kui tersebut.

   Begitulah, nama besar Benteng nomor wahid dalam dunia persilatanpun segera terhapus dari keramaian dunia.

   Dan Leng Siau-thianpun mengumumkan pengunduran dirinya.

   Setelah berdiam dibukit Ho lan san selama tiga hari, oh Put Kui pun segera memohon diri.

   Dia bersama kakek latah awet muda dan pengemis sinting meneruskan perjalanannya menuju ke selatan.

   Sedangkan sang tuan rumah Leng Siau-thian segera memboyong keluarganya pindah rumah.

   Adapun perjalanan oh Put Kui menuju ke selatan kali ini adalah untuk mencari si Bangau sakti dibalik mega.

   Ia merawa wajib untuk mencari tahu dulu masalah sekitar siapa yang telah mengambil tusuk konde penghancur tulang dari tubuh ibunya, sebelum ia dapat mengembara dalam dunia persilatan dan membalas dendam dengan perasaan tenang.

   oleh sebab itu, dia bersikeras hendak menemukan si Bangau sakti dibalik mega lebih dulu.

   Markas besar dari Liok- lim Bangau tujuh propinsi diwilayah Kanglam ini terletak di gedung Tiong-gi-hu dalam kota Lam- cong.

   Kakek latah awet muda segera mengusulkan untuk mengambil jalan darat sampai di Kang ciu, lalu dari Kang-ciu berganti lewat jalan air menuju kota Lam cong dengan melewati telaga Phoa-yang-oh dan menelusuri sungai ci ciang-kang.

   Sudah barang tentu pengemis sinting menyatakan persetujuannya, terhadap setiap perkataan dari kakek latah awet muda ia memang tak pernah barani mengucapkan kata "tidak".

   Bagi oh Put Kui hal tersebut sama saja, baginya entah lewat jalanan yang manapun, yang penting asal dapat bertemu dengan im Tlong-hok seCepatnya sehingga musuh besat pembunuh ibunya juga seCepatnya diketahui.

   Tak sampai sepuluh hari kemudian, mereka sudah tiba di kota Kang ciu.

   tapi mereka justru tak berhasil menyewa sebuah perahupun di dermaga kota Kang ciu yang begitu besar.

   Hal ini tentu saja membuat si kakek latah awet muda merasa sangat berduka hati.

   orang tua ini bukan cuma bersedih hati saja, bahkan amarahnya segera berkobar.

   Semakin tidak berhasil mendapat sewaan perahu, dia semakin bertekad untuk mencari perahu hingga dapat.

   Sebenarnya oh Put Kui hendak berganti melewati jalan darat saja, namun kakek latah awet muda bersikeras dengan pendiriannya.

   Akibatnya terpaksa mereka harus beristirahat semalam di kota Kang ciu tersebut.

   oh Put- kui minta kepada pemilik rumah penginapan untuk mengusahakan perahu sewaan, namun alhasil gagal juga usaha tersebut, konon semua perahu yang ada telah diberong oleh seseorang dengan biaya sewa yang tinggi.

   Mengenai siapa yang telah memborong semua perahu sewaan tersebut, ternyata pemilik rumah penginapan tersebut tidak berhasil untuk memperoleh keterangan.

   Mengetahui keadaan tersebut, kontan saja kakek latah awet muda mencak-mencak sambil mengumpat.

   Sebaliknya oh Put Kui dengan kening berkerut dan wajah masgul duduk termenung tanpa bicara.

   Namun akhirnya dia berhasil mendapatkan sebuah jalan baik, ujarnya kemudian.

   "Lloktua, apakah dikota Kang- ciu inipun terdapat anggota Kay-pang..."

   Pertanyaan tersebut dengan cepat menyadarkan kembali sipengemis sinting. Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, segera serunya keras keras.

   "Aaaai, aku sipengemis bet


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung

Cari Blog Ini