Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 6


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 6


mana anak muda? Kau tak pernah menyangka bukan?"

   Kata siau Lun sambil tertawa hambar. oh Put Kui manggut.

   "Ya. Mimpipun aku tak pernah menyangka"

   Tiba-tiba siau Lun menghela napas, kemudian berkata.

   "Anak muda, terhadap siapapun kau boleh bertindak tekebur atau jumawa, tapi jangan mencoba-coba berbuat demikian terhadap si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok, kalau tidak kau bisa menderita kerugian yang amat besar...."

   "Terima kasih banyak atas petunjukmu itu "

   Seru oh Put Kui sambil tertawa. siau Lun tertawa lalu menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Anak muda, tampaknya kau kurang percaya dengan perkataan lohu?"

   Katanya tiba-tiba.

   "Boanpwe percaya, cuma boanpwe memang ada niat buat bertarung melawan dia."

   "Kau sudah gila?"

   "Tidak. Boanpwe dapat merasakan hal ini, cepat atau lambat suatu pertarungan sudah pasti akan berkobar antara aku dengannya."

   "Hei anak muda, mengapa kau bisa mempunyai jalan pikiran seperti ini?"

   Kata siau Lun sambil menggelengkan kepalanya.

   "Apakah kau tidak memperhatikan paras muka dari Hui Lok?"

   Mendengar perkataan itu, siau Lun lantas berpaling kearah Hui Lok. Begitu melihat apa yang terjadi, kakek itu berseru dengan perasaan terperanjat.

   "Hei, sebenarnya apa yang telah terjadi?"

   Ternyata si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok sedang melotot kearahnya dengan sinar mata yang mengerikan. sambil tertawa oh Put Kui segera berkata.

   "Antara lurus dan sesat tak bisa dipersatukan, siau tua, dia hendak mencari gara-gara denganmu "

   "Huuuh, dia mah tidak pantas"

   Seru siau Lun sambil tertawa geli.

   "Yaa benar, dia memang tidak pantas"

   Si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang berada disampingnya mendadak menimbrung.

   "Jika Hui Lok berani mencari gara-gara dengan siau locianpwe, Kit Hu-seng lah yang pertama-tama tak akan mengampuni dirinya"

   "aaah, kalian anak- anak muda lebih baik jangan kelewat emosi,"

   Kata siau Lun sambil tertawa.

   "sekalipun Hui Lok mempunyai keberanian yang melampaui bataspun, tak nanti ia berani menantang lohu........"

   Belum habis dia berkata, mendadak tampak Hui Lok yang berada dimeja utama sana telah bangkit berdiri.

   Bukan cuma bangkit berdiri saja, bahkan berjalan menuju kearah meja perjamuan mereka.

   oh Put Kui segera tertawa hambar setelah menyaksikan kejadian itu, katanya kemudian-"Bagaimana, kakek siau?"

   "Bocah muda, tunggu saja tanggal mainnya....."

   Dalam pada itu si kakek pemut usus pelenyap hati telah tiba didepan meja perjamuan, setelah memandang sekejap kearah enam orang yang berada dimeja itu, dia lantas menyapa siau Lun- "Kehadiran saudara siau sama sekali tak kuketahui, bila mana dalam penyambutan kurang memadai, harap saudara siau sudi memaafkan"

   Siau Lun memandang sekejap kearah oh Put Kui, lalu menjawab.

   "Aaah, mana....... lohu pun sama sekali tak tahu kalau saudara Hui adalah gurunya Lam kiong lote, kalau tidak begitu, sudah seharusnya lohu siapkan kado yang lebih baik untukmu...."

   "Aaah, mengapa saudara siau berkata begitu? saudara Siau bersedia menghadiri pesta perkawinan muridku saja sudah merupakan suatu kehormatan bagi kami, masa masih memikirkan soal kado?"

   Siau Lun segera tertawa terbahak- bahak.

   "Haaahhh...haaahh....haaahhh.... sanjungan saudara Hui sungguh membuat lohu seolah olah lagi terbang diatas awan- sebagai tuan rumah, janganlah gara-gara lohu membuat masalah lain terbengkalai, silahkan saudara Hui balik ketempat dudukmu "

   Diatas wajah Hui Lok yang sinis terlintas sekulum senyuman yang aneh.

   "Kalau begitu, harap saudara siau suka minum arak lebih banyak....."

   Katanya. Selesai berkata dia lantas menjura dan balik kembali ketempat duduknya. sepeninggal gembong iblis itu, oh Put Kui baru bertanya dengan kening berkerut.

   "Kakek siau, sebenarnya apa yang telah terjadi ?"

   "Aaah, bukankah kau telah menyaksikan segala sesuatunya dengan mata kepalamu sendiri ?"

   Kata siau Lun tertawa. Dengan cepat oh Put Kui menggelengkan kepalanya.

   "sayang aku bodoh sekali sehingga tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi."

   Kembali siau Lun tertawa.

   "Tak mungkin Hui Lok akan mencari gara-gara dengan lohu."

   "Tapi boanpwe lihat dia sedang marah, mengapa setelah mengucapkan beberapa patah kata yang penuh rasa sungkan, kemudian membalikkan badan dan berlalu dengan begitu saja?"

   Siau Lun tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh...haaaahhh...haaaahhhh... bocah muda, tahukah kau dia sedang marah kepada siapa?"

   "Tentunya bukan lagi marah kepada boanpwe bukan?"

   "

   Tepat sekali, justru tua bangka itu sedang marah kepadamu"

   "Aaah.... mana mungkin? Boanpwe toh tidak kenal dengannya, masa dia bisa marah kepadaku?"

   "Waah.... tampaknya kau sibocah muda ada kalanya pintar, ada kalanya menjadi bodoh sekali"

   "Mungkin memang begitu, toh sebagai seorang manusia kita tak bisa selalu pintar bukan"

   "Tepat sekali "

   Siau Lun tertawa.

   "Bocah muda, tahukah kau siapakah yang mempunyai nama yang paling termashur dalam dunia persilatan belakang ini ?"

   "Boanpwe selamanya tak pernah mempersoalkan nama maupun kedudukan...."

   Tukas oh Put Kui menggeleng.

   "sekalipun kau tidak mengharapkan, tapi perbuatan yang kau lakukan telah mendatangkan nama serta kedudukan sendiri untukmu Nah, bocah muda, kau harus tahu, nama julukanmu Long-cu-koay-hiap boleh dibilang jauh lebih termashur daripada nama lohu."

   Oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya dengan cepat.

   "Locianpwe, bila kau bermaksud untuk mentertawakan diriku, tidak seharusnya kau ucapkan sindiran tersebut dihadapan teman-teman yang baru saja kukenal...."

   Si kakek setan berhati cacad siau Lun memandang sekeliling tempat itu, lalu katanya sambil tertawa.

   "Bocah muda, lohu tidak bermaksud mempermainkan dirimu atau mencemoohkan dirimu, bila kau kurang perCaya, beberapa orang lote ini akan menjadi saksi bagi perkataanku tadi."

   Si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng segera menimbrung sambil tertawa lebar.

   "saudara oh, apa yang dikatakan siau locianpwe memang benar, belakangan ini nama besar saudara oh boleh dibilang dihormati dan disanjung orang melebihi malaikat."

   "oh ya? siaute benar- benar tidak menduga."

   Seru oh Put Kui dengan kening berkerut.

   sejaktadi, sipedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-hu sudah mendongkolnya setengah mati, begitu melihat ada kesempatan untuk mengutarakan kemendongkolannya, dengan cepat dia menimbrung sambil tertawa dingin.

   @oodwoo@

   Jilid 11

   "Saudara oh, persoalan yang diluar dugaan masih banyak sekali, menurut berita dalam dunia persilatan, konon bukan saja saudara oh pernah berkunjung ke pulau neraka, lagipula......."

   Tiba-tiba dia tertawa seram, setelah itu sambungnya.

   "Konon saudara oh merupakan jago lihay dari Hud-mo- siang-siu (sepasang manusia sakti Buddha dan iblis) "

   "Hud-mo-siang-siu ?"

   Seru oh Put Kui terperanjat.

   "apa maksudmu? Mengapa saudara Nyoo tidak mengutarakan dengan blak-blakan?"

   Nyoo Ban-hu tertawa sinis, katanya.

   "Saudara Oh, buat apa kau mesti berlagak pilon lagi?"

   Oh Put Kui benar-benar dibikin tidak habis mengerti oleh perkataan orang itu.

   "Saudara Nyoo, sejak dilahirkan didunia ini aku selalu berusaha untuk jujur dan tak berbicara bohong walau sepatah katapun, tapi kini saudara Nyoo menuduhku berlagak pilon, sebenarnya apa yang kau maksudkan ?"

   Nyoo Ban-hu memandang pemuda itu sekejap, kemudian tertawa dingin tiada hentinya.

   "Heeehhhh... heeehhhh.... heeeehhhh.... saudara oh, masa apa yang kau lakukan tidak kau pahami sendiri?"

   "Saudara Nyoo, sebenarnya apa maksudmu?"

   Seru oh Put Kui semakin naik pitam. Tiba-tiba Nyoo Ban-hu tertawa.

   "saudara oh, apakah pulau neraka yang berada dilautan timur adalah suatu tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang?"

   "Tentu saja bukan setiap orang dapat kesitu."

   "Bagaimana dengan umat persilatan?"

   "Setiap orang boleh berkunjung kesitu"

   Nyoo Ban-hu segera mengalihkan sorot matanya kewajah setiap orang yang berada disana, lalu katanya sambil tertawa.

   "Percayakah kau dengan perkataan itu?"

   Kit Hu-seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "saudara oh, ucapanmu itu tidak benar"

   "Tapi.... saudara Kit, aku berbicara sejujurnya"

   "Bukan sejujurnya"

   Kata Kit Hu-seng sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "saudara oh, dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali kau, belum pernah ada orang yang dapat berhasil mencapai pulau neraka, oleh karena itu siaute rasa kau tidak berbicara sejujurnya."

   Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhhh... hhaaaahhh... haaaahhhh... tapi paling tidak, si nelayan sakti dari lautan timur cin-poo-tion dan si pengemis pikun Lik Jin-ki dua orang tua pernah pula berkunjung kepulau neraka"

   "Apakah mereka berangkat kesana bersama sama saudara oh?"

   Tanya Nyoo Ban-hu sambil tertawa.

   "Yaaa benar, mereka memang berangkat kesana bersama- sama aku"

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Nyoo Ban-hu, dia segera tertawa dingin tiada hentinya.

   "

   Ucapanmu itu bukankah berarti ucapan yang sama sekali tak ada gunanya? Mereka kalau berangkat bersama saudara oh, berarti sang kelinci berjalan mengikuti rembulan, mereka membonceng dirimu, tentu saja hal ini tak bisa dimasukkan hitungan."

   Mendengar perkataan itu, oh Put Kui merasa sangat tidak senang hati, katanya.

   "saudara Nyoo, kau sangat pandai untuk memutar balikkan- persoalan guna mencari menangnya sendiri "

   "Aaaah, siapa bilang siaute hanya ingin mencari menangnya sendiri,"

   Nyoo Ban-hu tertawa.

   "

   Apa lagi toh bukan aku saja yang berkata demikian, setiap umat persilatan telah mengabarkan kalau saudara oh mempunyai hubungan yang erat dengan kawanan iblis yang berdiam dipulau neraka, aku lihat apa yang dikabarkan itu bukan kabar bohong belaka"

   Paras muka oh Put Kui berubah hebat, dia benar-benar dibikin naik pitam.

   "Nyoo Ban-hu,"

   Serunya.

   "pandai sekali kau memfitnah orang dengan kata-kata seperti itu" -oOdwOoo- "Jangan marah saudara oh,"

   Kata Nyoo Ban-hu dengan mata berkilat tajam.

   "aku toh mendengar kabar itu dari berita yang tersiar dalam dunia persilatan."

   Oh Put Kui tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehhhh... heeeehhhh... pandai benar saudara bersilat lidah, tolong tanya siapa saja yang berdiam dipulau neraka dan pernahkah kau melihat mereka?"

   "Aku toh belum pernah kesitu, mana mungkin aku bisa tahu?"

   "Hmm, itu bukan kesimpulan yang tepat.Jikalau kau memang belum pernah menjumpai mereka, dari mana kau bisa tahu kalau diatas pulau tersebut berdiam gembong iblis?"

   "saudara oh,"

   Kata Nyoo Ban-hu sambil tertawa dingin.

   "tentunya kau pernah mendengar bukan tentang empat peristiwa besar yang telah terjadi dalam dunia persilatan berapa tahun berselang?"

   "Aku bukan seorang yang tuli, masa tidak tahu akan peristiwa besar tersebut?"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ayahku adalah salah seorang korban dari pembunuhan biadab tersebut....."

   Seru Nyoo Ban-hu secara tiba-tiba dengan nada penuh kebencian.

   "Oooh.... nasibmu sungguh tragis"

   "Itulah sebabnya aku sangat menaruh perhatian terhadap pulau kecil tersebut....."

   "Bukan hanya kau seorang, setiap umat persilatan rata-rata menaruh perhatian terhadap pulau kecil itu"

   "Tapi siaute berbeda dengan orang lain, karena siaute curiga kalau keempat peristiwa besar itu kemungkinan besar dilakukan oleh gembong-gembong iblis yang tinggal diatas pulau tersebut, maka dari itu, siaute ingin menyelidiki hal ini dengan lebih jelas lagi "

   Sekujur tubuh oh Put Kui segera gemetar keras saking gusarnya menahan luapan emosi, segera pikirnya.

   "Bocah keparat, kau hendak memfitnah aku dengan tuduhan-tuduhan tanpa dasar itu?"

   Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, tapi hanya sebentar saja ingatan tersebut telah lenyap kembali tak berbekas, keningnya kontan saja berkerut. sementara itu Nyoo Ban-hu telah berkata lagi setelah berhenti sebentar.

   "saudara oh, tadi kau mengatakan bisa masuk keluar dari pulau neraka dengan leluasa, hal ini membuktikan kalau saudara oh telah bersekongkol dengan para iblis yang menghuni dipulau tersebut"

   Oh Put Kui segera tertawa dingin, dia tak ingin membantah ataupun mendebat, dia sedang memikirkan persoalan lainnya.... Mendadak terdengan si singa latah pedang iblis berteriak pula dengan suara lantang.

   "Benar ucapan dari saudara Nyoo memang sangat masuk diakal"

   Sambil tertawa dingin kembali Nyoo Ban-hu berkata.

   "Ilmu silat yang dimiliki saudara oh amat lihay, konon kau pernah memukul mundur Tiang-sian-sin-ang Beng Pek tim ketika berada diperkampungan Tang-mo-san-ceng, siaute rasa bukan mustahil saudara oh yang melaksanakan keempat peristiwa besar dalam daratan Tionggoan itu..."

   "Benar, saudara oh memang berkemungkinan hal ini,"

   Sambung Kit Hu-seng dengan suara dalam.

   Perkataan itu diutarakan dengan nada tegas dan penuh keyakinan- Cuma saja ia tidak mengerti apa sebabnya oh Put Kui tidak berusaha untuk menyangkal? sementara itu Jui-sim-huan-im-kek 'tamu bayangan semu penghancur hati' berkata pula sambil tertawa.

   "saudara Nyoo, aku rasa dugaan dari saudara Kit kurang sesuai dan tidak masuk akal."

   "Jadi saudara ciu menganggap saudara oh telah difitnah?"

   Tanya Nyoo Ban-hu tertawa.

   "Yaa, siaute memang berpendapat demikian"

   "Dapatkah saudara Ciu memberikan penjelasan?"

   Ciu It Kim tertawa.

   "Tak perlu dijelaskan lagi, karena perkataan dari saudara Nyoo hanya jalan pemikiran sepihak"

   Terkesiap juga Nyoo Ban-hu setelah mendengar perkataan itu, diam-diam ia lantas berpikir.

   "

   Orang she Ciu ini tak boleh dipandang enteng....."

   Sementara diluaran dia berkata sambil tertawa.

   "saudara Ciu, dari mana kau bisa mengatakan kalau ucapanku hanya jalan pemikiran sepihak? Bukankah saudara oh tidak menyangkal? Apakah hal ini bukan berarti kalau dia sudah mengakui kalau apa yang siaute ucapkan tadi adalah suatu kenyataan?"

   "Benar"

   Sambung Kit Hu-seng sambil bertepuk tangan.

   "

   Bukankah ia telah mengakui secara diam-diam?"

   "

   Tapi siaute justru tidak percaya "

   Kata Ciu It Kim tertawa. Nyoo Ban-hu segera tertawa dingin.

   "Heeehhh....heeehhhh....hehhhh.... saudara Ciu tidak percaya adalah urusan saudara ciu sendiri....."

   Belum habis dia berkata, Siau Lun telah menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

   "siau Locianpwe, mengapa kau tertawa?"

   Tegur Nyoo Ban- hu dengan sorot mata berkilat. Mencorong sinar aneh dari balik mata Siau Lun setelah mendengar ucapan itu, katanya sambil tertawa.

   "Apakah lohu tak boleh tertawa?"

   Terkesiap perasaan Nyoo Ban-hu, buru-buru dia berseru.

   "Bila kau orang tua ingin tertawa, tentu saja boanpwe sekalian tak berani menghalanginya......"

   "Hmmm, jika mengikuti adat lohu dimasa lampau, dengan ucapanmu itu, kau sudah bisa mampus"

   "Boanpwe benar-benar terlalu gegabah...."

   Nyoo Ban-hu segera menjulurkan lidahnya. siau Lun tertawa.

   "Kau bukan sembrono, lohu tahu kau lebih cerdik daripada orang lain.... bocah muda, mengertikah kau akan perkataan yang berbunyi. orang pintar malah dijadikan bahan pembicaraan oleh orang pintar?"

   "Aaah, jadi siau locianpwe menganggap boanpwe berlagak sok pintar....?"

   Ucap Nyoo Ban-hu sambil tertawa hambar. siau Lun kembali tertawa seram.

   "Hmmm, bocah muda, berada dihadapan beribu orang jago silat yang berkumpul disini, kau menganggap dalam bagian yang manakah lebih cerdik daripada orang lain? Lebih baik simpan saja kejumawaanmu itu."

   Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya kepada Kit Hu-seng.

   "Kau sibocah tolol tak lebihpun merupakan seorang telur busuk yang tak tahu mana yang benar mana yang salah"

   Si singa latah pedang iblis Kit Hu-seng yang didamprat menjadi tertegun dibuatnya.

   "siau locianpwe......"

   "Kau tak usah banyak bicara, lebih baik banyak minum arak,"

   Tukas siau Lun sambil mengulapkan tangannya.

   "lain kali jika ingin berteman, lebih baik berhati-hatilah, bedakan mana yang baik mana yang jahat, daripada terperangkap oleh siasat lawan."

   Sekali lagi si singa latah pedang iblis Kit Hu- seng merasakan hatinya terperanjat.

   sorot matanya yang menatap wajah oh Put Kui, pelan-pelan dialihkan pula kewajah Nyoo Ban-hu.....

   Mendadak dia seperti memahami sesuatu, ia merasa apa yang dikatakan sikakek setan hati cacad siau Lun seakan- akan merupakan sesuatu petunjuk....

   Dalam pada itu, Nyoo Ban-hu juga sedang mengawasi wajah Kit Hu-seng dengan sepasang matanya yang jeli dan tajam.

   "saudara Nyoo"

   Tiba-tiba terdengar Kit Hu-seng berkata.

   "secara tiba-tiba siauwte merasa bahwa saudara oh tidak mirip manusia seperti apa yang kau katakan, mungkin apa yang saudara Nyoo dengar dan utarakan tadi, terdapat banyak kesalahan atau salah pengertian....."

   Mendengar perkataan itu, si kakek setan berhati cacad segera tertawa, si tamu bayangan semu penghancur hati Ciu It-kim juga tertawa. Hanya Nyoo Ban-hu seorang yang tak bisa tertawa, katanya setelah menghela napas panjang.

   "Sungguh tak kusangka saudara Kit pun menaruh kesalah pahaman terhadap siaute....."

   "Apa yang diuraikan saudara Nyoo tadi memang masuk diakal,"

   Kata Kit Hu-seng sambil tertawa.

   "tapi andaikata saudara oh benar-benar mempunyai hubungan atau bersekongkol dengan kawan gembong iblis di pulau neraka, ia toh tak perlu mengajak si pengemis pikun dan nelayan sakti dari lautan timur untuk melakukan perjalanan bersama hingga rahasianya ketahuan orang banyak?"

   Jangan dilihat tampang dan perawakan tubuhnya yang kasar bagaikan singa, seakan-akan seorang lelaki yang tak berotak.

   namun nyatanya apa yang dikatakan justru mematikan.

   Nyoo Ban-hu kontan saja dibuat tertegun sehingga tak mampu berbuat apa-apa.

   Tiba-tiba oh Put Kui tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaaahhhh.....haaahhh.....haaahhh... kakek siau, boanpwe telah memahami akan sesuatu hal "

   "Oya ? Persoalan besar apakah yang membuat kau harus memutar akal memeras otak?"

   Tanya siau Lun sambil tertawa. oh Put Kui memandang sekejap wajah Nyoo Ban-hu, lalu ujarnya sambil tersenyum.

   "Sekarang belum waktunya untuk diutarakan, maaf kalau aku terpaksa harus jual mahal"

   "Haaahhhh....haaaahhhh.....haaaahhhh.... bocah muda kau, lagi-lagi hendak bermain setan denganku...."

   "Tidak, kali ini boanpwe bukan lagi bermain setan, tapi keadaan dan situasinya tidak mengijinkan bagiku untuk membocorkan rahasia tersebut, lebih baik kau orang tua menunggu selama beberapa hari lagi...."

   Balum habis dia berkata, sinona Leng Seng-luan yang selama ini hanya minum arak sambil membungkam telah melirik sekejap kearah pemuda itu sambil berbisik.

   "sttt.... sang pengantin sedang menghormati arak untuk tamu- tamunya......"

   Ketika semua orang berpaling, tampaklah Lamkiong Ceng dan Leng Lin-lin diiringi HHui Lok, Leng siau-thian, Lok Jin-ki serta Leng Cu-cui yakni adik perempuan Leng Lin-lin sedang beranjak dari tempat duduknya dan langsung berjalan menuju kemeja perjamuan yang ditempati siau Lun.

   Rentetan mercon terdengar berkumandang dengan ramainya diluar ruangan upacara.

   Ditengah dentuman mercon, sepasang pengantin baru itu menghormati oh Put Kui sekalian dengan secawan arak.

   Waktu itu sipengemis pikun juga sudah dipengaruhi oleh lima bagian alkohol.

   sewaktu rombongan pengantin bergerak menuju kemeja perjamuan yang ditempati ketua dari lima partai besar, tiba- tiba pengemis pikun berbisik kepada oh Put Kui.

   "Lote, sudah kau perhatikan?"

   "Perhatikan apa?"

   Oh Put Kui tertegun- "si tua bangka berkepala botak itu merasa sangat tak senang terhadap kehadiranmu?"

   "Kau maksudkan Hui Lok?"

   Tanya oh Put Kui tersenyum setelah mendengar ucapan tersebut.

   "Lote, jadi kau sudah tahu siapakah dia?"

   Oh Put Kui manggut-manggut.

   "Yaa, sudah tahu Loko, kau tak usah menguatirkan aku, kau sendiri yang seharusnya berhati-hati, kalau tidak- Hui Lok tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."

   "Aku tahu, aku sipengemis tua memang tak berani menghadapi gembong iblis tersebut....."

   "Asalkan loko mempunyai pendapat demikian, siautepun akan berlega hati......"

   Pengemis pikun segera tertawa lebar, sambil mengangkat cawan araknya dia berkata sambil tertawa tergelak.

   "Terima kasih atas kesudian lote memberi muka, aku sipengemis tua harus mewakili pengantin lelaki minum arak. maaf tak akan kutemani lebih lama lagi....."

   Seusai berkata, dia segera memburu kemeja perjamuan lain dengan langkah cepat. Menyaksikan hal itu, siau Lun segera berkata sambil tertawa.

   "Waaah, tampaknya pengemis pikun ini semakin lama semakin bertambah cerdik saja."

   "siapa bilang kalau dia itu pikun.....?"

   Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak dari seratus kaki diluar ruangan terdengar suara pekikan nyaring yang amat menusuk pendengaran.....

   suara pekikan itu amat kuat dan nyaring meski di ruangan hadir seribu orang tamu yang bersuara hiruk pikuk.

   namun tak sanggup untuk membendung suara pekikan yang amat nyaring itu Dalam waktu singkat, suara pekikan tadi semakin lama semakin mendekati ruang upacara.

   sementara para jago yang berada dalam ruangan itu masih tertegun, suara pekikan tersebut sudah berada ditengah udara.

   oh Put Kui merasa amat terperanjat, bisiknya tanpa terasa.

   "Kakek siau, sungguh cepat gerakan tubuh orang ini...."

   Dengan wajah terkejut siau Lun manggut-manggut.

   "Yaa, tampaknya tenaga dalam yang dimiliki orang ini sama sekali tidak berada dibawah kepandaianku.... siapakah dia?"

   Belum habis dia berkata, suara pekikan panjang tadi sudah lenyap tak berbekas.

   Tampak sesosok bayangan manusia bagaikan bayangan merah melayang turun dimuka ruangan tengah.

   oh Put Kui kembali merasa terkejut setelah menyaksikan gerakan tubuh orang itu, pikirnya.

   "

   Cepat benar gerakan tubuh orang ini, jarak sejauh berapa ratus kaki ternyata ditempuh dalam waktu singkat."

   Singa latah pedang iblis Kit Hu-seng melototkan pula sepasang matanya bulat-bulat.

   "Yaa, kelihayan ilmu silat yang dimiliki orang ini pada hakekatnya belum pernah ku jumpai sepanjang hidup."

   Katanya.

   "Aaaah, hal ini salah saudara Kit sendiri yang tidak banyak melihat....."

   Ejek Nyoo Ban-hu sambil tertawa hambar.

   Mendengar perkataan itu, sepasang mata Kit Hu-seng segera memancarkan sinar tajam.

   Belum lagi dia mengumbar hawa amarahnya, bayangan merah itu sudah munculkan diri didepan mata.

   Ternyata dia adalah seorang kakek yang berperawakan tinggi besar.

   Begitu kakek itu munculkan diri, suasana dalam arena seketika itu juga berubah menjadi hening, setiap orang mengalihkan sorot matanya kewajah tamu yang tak diundang.

   Dalam keadaan seperti ini, Kit Hu-seng seperti telah melupakan peristiwa barusan hingga hawa amarah yang hendak diumbar keluarpun segera terusungkan.

   Perawakan tubuh kakek berbaju merah itu tinggi sekali, tingginya mencapai delapan depa lebih, dia mengenakan sebuah jubah merah bersulamkan naga emas dengan kepalanya mengenakan mahkota tersebut dari emas, alis matanya amat tebal dengan sepasang biji mata sebesar gundu, hidung besar muka lebar dan keren sekali.

   Waktu itu dia sedang berdiri diatas undak-undakan baru didepan ruangan tengah tanpa bergerak.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   sementara sorot matanya yang tajam memperhatikan setiap orang yang berada dihadapannya dengan keren dan penuh kewibawaan.

   seolah-olah seribu orang jago persilatan yang berada didalam ruangan itu semuanya adalah anak buahnya saja.

   "Benar- benar seorang kakek yang gagah dan perkasa"

   Kit HHu-seng menghela napas pelan oh Put Kui berkerut kening, dia hanya memperhatikan kakek berjubah merah itu dengan wajah termangu-mangu.

   sebaliknya sekulum senyuman aneh yang tidak dipahami apa artinya telah menghiasi wajah Nyoo Ban-hu.

   Mendadak kakek berjubah merah itu menengadah dan tertawa terbahak bahak, suaranya keras dan nyaring bagaikan suara guruh.

   "Haaahhh.... haaahhhh.... haaaahhhh... saudara Hui, didalam perkawinan muridmu, mengapa kau tidak mengirim selembar kartu undangan kepadaku? Jangan-jangan saudara Hui mengira aku benar-benar sudah mampus.....?"

   Suaranya menggeledek seperti genta yang dibunyikan bertalu-talu, sedemikian kerasnya suara itu sehingga membikin telinga orang serasa bergetar keras.

   Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok sebagai wali dari pengantin lelaki itu segera mengerutkan dahinya rapat- rapat, setelah itu dia mendehem berulang kali.

   "Wi Loko......"

   Belum habis seruan itu, dari meja perjamuan yang ditempati lima orang ketua dari lima partai besar telah melompat keluar sesosok bayangan tubuh dan langsung menuju kedepan kakek berjubah merah itu.

   Dia tak lain adalah Lan-san-gin-kiam (pedang perak berbaju biru) seebun Jin.

   Begitu tiba dihadapan kakek berjubah merah itu, orang itu sambil membungkukkan badan sambil menjura dalam-dalam.

   "

   Hamba menjumpai majikan...."

   Sekali lagi suasana dalam ruangan upacara digemparkan oleh ucapan tersebut, paras muka semua orang berubah hebat.

   setiap orang tahu kalau si pedang perak berbaju hijau seebun Jin adalah salah satu diantara empat orang pengawal pedang Ceng-thian-kui-ong 'raja setan penggetar langit' Wi Thian-yang.

   Lantas, mengapakah dia memanggil kakek berjubah merah itu sebagai majikannya? apakah dia? Mungkinkah kakek berjubah merah itu adalah Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang yang ditakuti setiap orang bagaikan melihat ular berbisa dan pernah mengobrak-abrik dunia persilatan pada empat puluh tahun berselang? Bukankah dia sudah mati? Mengapa kini bisa muncul kembali? sungguh merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak masuk diakal.

   Padahal setiap umat persilatan tahu kalau dia telah tewas diujung telapak tangan Wan-sim-seng-siu 'kakek malaikat berhati suci'.

   Tapi sekarang, mengapa dia hidup kembali? Kemana saja perginya selama empat puluh tahun terakhir ini? Dengan munculnya kembali si Raja setan dalam dunia persilatan, hal ini akan merupakan suatu rejeki atau bencana bagi umat persilatan? serentetan pertanyaan yang penuh tanda tanya ini negara berkecamuk dalam benak setiap orang.....

   suasana diluar maupun didalam ruangan berubah menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.

   sedemikian heningnya sampai jatuhnya sebatang jarum keatas lantaipun dapat terdengar dengan amat jelas.

   Yaa, kalau manusia punya nama, pohon punya bayangan.

   Bukan saja nama besar wi Thian-yang kelewat termashur didalam dunia persilatan, lagipula kelewat mengerikan hati....

   sedemikian ngerinya sehingga orang lebih ngeri melihat dia daripada menerima surat undangan dari Raja akhirat.

   Tak heran kalau suasana menjadi hening dan semua orang terbungkam dalam seribu bahasa......

   Kakek berjubah merah itu memandang sekejap kewajah pedang perak berbaju biru seebun Jin, kemudian menengadah dan tertawa tergelak-gelak.

   serunya lantang.

   "Tak usah banyak adat..... baik-baikkah kalian berempat?"

   "Baik sekali"

   Sahut seebunJin sambil menjura dan tertawa.

   "Haaahhhh....haaahhh....haaahhhh.... masih tinggal bersama menjadi satu tempat?"

   Seebun Jin menggeleng.

   "saudara suma berdiam dilembah sin-mo-kok...."

   "Apa? suma Hian telah bergabung dengan Kit Put-sia?"

   Kakek berbaju merah itu melototkan matanya bulat-bulat.

   "Bukan- bukan bergabung, sekarang suma heng tinggal disana sebagai pemilik benteng"

   "Bagus sekali, bagaimana dengan kalian?"

   Kakek itu manggut-manggut.

   "Hamba beserta Hui dan The dua orang saudara berdiam di Tiong-lam"

   Kakek berjubah merah itu segera tertawa hambar.

   "Apakah mereka masih berada di Tiong-lam-san-...."

   "saudara Hui dan saudara The masih tinggal dibukit Tiong- lam-san.."

   Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek berbaju merah itu, mendadak ujarnya dengan suara dingin.

   "Beritahu kepada mereka, lohu sudah munculkan diri kembali dalam dunia persilatan, suruh mereka datang menghadap kepadaku"

   "Hamba akan segera berangkat......"

   Sahut seebun jin- Tapi sebelum beranjak. ia nampak agak sangsi, kemudian katanya lagi.

   "

   Hamba sekalian akan berjumpa dengan majikan dimana?"

   "Cin-si"

   Sahut sikakek sambil mengulapkan tangannya. seebunJin segera menjura dalam-dalam.

   "Hamba akan turut perintah....."

   Tampak bayangan biru berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

   Benar-benar suatu tindakan yang kurang ajar, bukan saja tidak meminta diri kepada rekan-rekan semejanya, bahkan kepada tuan rumahpun tidak dilakukan-....

   Terutama sekali tanya jawab mereka tadi pada hakekatnya tak pandang sebelah matapun terhadap segenap jago yang hadir diruangan tersebut, tentu saja peristiwa ini selain membuat tuan rumah Hui Lok menjadi tak senang hati, bahkan oh Put Kuipun menunjukkan wajah penuh kegusaran- Kakek setan berhati cacad siau Lun yang menyaksikan kejadian itu, segera berbisik kepada oh Put Lui.

   "Bocah muda, jangan marah. Tunggu saja sebentar lagi, pertunjukan lain akan segera berlangsung"

   "Hmm, raja setan ini benar-benar tak tahu aturan........"

   Oh Put Kui mendengus dingin.

   Dalam pada itu, kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok dan sikakek sebatang kara Leng siau-thian telah mendekati Ceng-thian-kui-ong Wi Thian-yang dengan langkah lebar.

   sementara Wi Thian-yang masih tetap berdiri tegak ditempat semula.

   Ia memandang sekejap keatas wajah Jian-li-hu-siu Leng siau-thian, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya "Leng lote, apakah kau yang sedang mengawinkan anak perempuan?"

   "Wi-heng, sungguh amat panjang usiamu....."

   Kata Leng siau-thian dengan kening berkerut.

   "dalam upacara perkawinan siawii, ternyata Kui ong bersedia menghadirinya. Hal ini sungguh merupakan suatu kehormatan bagi kami"

   Ceng-thian-kui-ong mengebaskan jubah merahnya lalu tertawa seram.

   "Heeehhh.... heeehhhh.... heeeehhh..... mana, mana, tampaknya teknik memaki yang lote kuasai, makin lama semakin hebat saja"

   Kakek yang tinggi besar itu tertawa tergelak lagi, setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.

   "Leng siau-thian, kalau tidak salah, bukankah kau masih berhutang budi kepada lohu?"

   Jin-li-hu-siau Leng siau-thian agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera katanya.

   "Lohu berhutang budi apa kepada saudara Wi?"

   "Lote benar-benar seorang pelupa,"

   Kata Ceng-thian-kui- ong sambil tertawa.

   "seandainya lohu belum mati, mungkin selama hidup Leng lote tak akan teringat oleh budiku itu....."

   Leng siau-thian segera berkerut kening.

   "Saudara Wi, sejelek-jeleknya aku orang she Leng. Aku masih bisa membedakan mana budi dan mana dendam"

   Kembali Ceng-thian-kul-ong tertawa seram.

   "Haaaahhhh....haaaahhh....haaahhh.... lihatlah, kau Leng lote adalah orang yang jujur sedangkan lohu tak lebih hanya raja setan, bukankah begitu? Barusan lohu bilang, cara lote memaki orang benar-benar memaki sampai kelihatan tulangnya......"

   Berbicara sampai disitu, kembali dia tertawa seram.

   Kontan saja paras muka Leng siau-thian berubah sangat hebat.

   sedangkan sikakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok merasakan hatinya tergerak.

   cepat dia menjawil ujung baju Jian-li-hu-siu Leng siau-thian dan mencegahnya agar jangan marah dulu, kemudian dengan suara dingin dia berkata lagi.

   "saudara Wi, hari ini adalah hari perkawinan muridku, jauh- jauh kemari saudara Wi adalah tamu, silahkan duduk. Bila ada persoalan bagaimana kalau dibicarakan seusainya upacara perkawinan ini?"

   Ceng-thian-kui-ong menengadah dan tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaahhhh.....haaahhh....haaahhhh .... saudara Hui, tentu saja lohu akan menghormati secawan arak untukmu......"

   Setelah memandang sekejap wajah Leng siau-thian, katanya lebih jauh sambil tertawa dingini "Leng lote, persoalan dlantara kita lebih baik dibicarakan nanti saja......"

   Kemudian tanpa menunggu dipersilahkan tuan rumah, dia segera melangkah kemeja perjamuan yang ditempati pengantin serta tuan rumah tadi dengan langkah lebar dan mulai makan minum dengan lahap.

   sikap yang acuh seakan-akan tak memandang sebelah matapun terhadap orang lain ini kontan saja membuat Kit Hu- seng merasa kagum sekali......

   "Ceng-thian-kui-ong benar benar merupakan seorang manusia yang amat gagah,"

   Tanpa serasa dia bergumam.

   "Benar,"

   Nyoo Ban-hu menanggapi,"

   Kui-ong locianpwe memang seorang enghiong yang luar biasa....."

   Jui-sim-huan-im-kek Ciu It Kim yang menyaksikan hal itu segera tertawa dingin tiada hentinya.

   "Heeeehhh....heeehhhh....heeehhhh.... nampaknya kalian berdua amat mengagumi gembong iblis ini?"

   Ciu It Kim menggelengkan kepalanya dengan cepat.

   "Perbedaam antara lurus dan sesat dijelaskan secara tegas saudara Kit, walaupun ayahmu bergelar Ban-mo-ci-mo, Tay- lek-sin-kiam 'Ibiis sakti diantara selaksa iblis, pedang sakti berkekuatan raksasa', namun ayahmu belum pernah melakukan suatu perbuatan jahat"

   "Haaahhh.....hhaaaahhhhh.....haaaahhhh.... tentu saja,"

   Kit Hu-seng tertawa tergelak.

   "ayahku adalah seorang jago yang berhasil menaklukkan kawan iblis, karena keberhasilannya itulah dia baru mendapat gelar kehormatan tersebut."

   "Nah, itulah dia..... saudara Kit, kau harus mengetahui masa lalu dari si Raja setan ini selama hidup orang ini boleh dibilang tak pernah melakukan perbuatan baik barang sebuahpun......"

   "saudara Ciu, dari mana kau bisa tahu kalau orang lain tak pernah melakukan perbuatan baik?"

   Tiba-tiba Nyoo Ban-hu tertawa dingin.

   "saudara Nyoo, tampaknya dalam setiap persoalan kau seperti mempunyai cara berpandangan yang berbeda dengan orang lain?"

   Ciu It Kim berkerut kening. Nyoo Ban-hu tertawa.

   "Bukannya begitu, aku rasa dalam kehidupannya Wi Thian- yang pernah juga melakukan beberapa macam perbuatan baik,.... toh seseorang tak mungkin akan selalu melakukan perbuatan jahat"

   "Benar, ucapan saudara Nyoo memang benar"

   Kit Hu-seng segera menanggapi sambil tertawa. Ciu It-kim tertawa dingin.

   "saudara Kit, jalan pemikiranmu sungguh amat polos....."

   "Yaa,jalan pikiran siaute memang selamanya begini, maklumlah watak manusia memang sukar berubah....."

   Sementara ketika orang itu melangsungkan tanya jawab, maka Ceng-thian-kui-ong wi Thian-yang duduk seorang diri sambil makan minum dengan lahap.

   tak selang berapa saat kemudian tiga guci arak sudah berpindah kedalam perutnya.

   setelah itu dia baru mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekeliling tempat itu.

   Mendadak sorot matanya terhenti.....

   rupanya dia menemukan sikakek setan berhati cacad siau Lun berada disitu.

   Kemudian diiringi gelak tertawa yang amat nyaring, si Raja setan yang tinggi besar itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kedepan- "siau loko, kaupun ikut datang kemari?"

   Tegurnya. orang itu benar-benar tidak sungkan, begitu sampai disitu, dia lantas duduk disisi oh Put Kui. Kakek setan berhati cacad siau Lun mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak.

   "Haaahhhh.....haaaahhhh....haaaahhhh..... Kui-ong saja sudah tiba disini masa aku sikakek setan tidak ikut hadir pula disini?"

   Ceng-thian-kui-ong segera mengangkat sebuah guci arak dan tertawa tergelak.

   "Waaah..... setelah mendengar ucapan dari loko itu, wajah siaute menjadi merah padam rasanya lantasan malu......"

   "siapa suruh kau memakai julukan Kui-ong untuk namamu?"

   Setelah berhenti sejenak, dia menuding kearah oh Put Kui dan berkata kembali.

   "Wi lote, mari lohu perkenalkan teman muda ini kepadamu"

   "Dia?"

   Seru Ceng-thian-kui-ong wi Thian-yang sambil berpaling dan memandang wajah Put Kui. Siau Lun tertawa.

   "orang ini she oh bernama Put Kui, dia adalah ahli waris dari Tay-gi dan Thian-liong dua orang sengjin"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sebenarnya WiThian Yang sedang memandang kearah oh Put Kui dengan pandangan menghina.

   Tapi begitu mendengar nama Tay-gi dan Thian-liong disebut, kontan saja paras mukanya berubah hebat.

   Mencorong sinar tajam dari balik matanya yang besar dan bulat, kemudian ia menegur.

   "Lote, baik- baiklah kedua orang gurumu?"

   Oh Put Kui merasa muak sekali menyaksikan sikap tengik si gembong iblis tersebut, dia hanya tertawa hambar.

   "Baik"

   Begitu mendengar kata yang begitu singkat, sekali lagi Wi Thian-yang merasakan hatinya bergetar keras.

   "Benar-benar amat jumawa bocah keparat ini, masa dihadapan lohupun berani bertindak begini kasar?"

   Demikian berpikir. Akan tetapi, Kui-ongpun mempunyai kelebihan yang sangat mengagumkan, kendatipun disindir oleh oh Put Kui dihadapan siau Lun, akan tetapi kemarahan mana tak sampai diumbar keluar.

   "Lote"

   Kembali dia berkata.

   "sudah hampir empat puluh tahun lamanya lohu belum pernah bersua muka dengan kedua orang padri suci itu, bila berjumpa dengan kedua orang padri suci nanti, jangan lupa sampaikan salam lohu untuknya"

   "Aku tak akan melupakan-...."

   Oh Put Kui tertawa.

   Pemuda ini benar-benar seorang yang luar biasa kalau tadi masih menyebut diri sebagai "boanpwe", tapi sekarang dia sudah membasahai sendiri aku.

   Akan tetapi Wi Thian-yang belum juga mengumbar amarahnya, bahkan dia bersikap seakan-akan tidak merasakan hal itu, senyuman masih menghiasi ujung bibirnya.

   siau Lun yang menyaksikan kejadian itu merasa amat girang, dengan cepat ia berpaling lagi kearah Wi Thian-yang sembari bertanya.

   "wi lote, apakah wan-sim-seng-siu tidak berhasil melukai dirimu dimasa lalu?"

   "Haaaahhhh.... haaaahhhh.... dengan kemampuan yang dia miliki mana mungkin berhasil melukai aku? siau loko, hal ini salahkan siaute yang bertindak salah selangkah sehingga selama empat puluh tahun aku harus hidup terpencil ditengah gunung yang sepi."

   "Lote, bagaimana ceritanya sehingga kau mengatakan salah bertindak.....?"

   "siaute menilai kelewat tinggi perangai serta watak dari Nyoo Thian-wi..."

   "Ada apa?"

   Siau Lun agak tertegun- "Permainan setan apakah yang telah dilakukan Wan-sim-seng-siu? "

   Wi Thian- yang tertawa dingin "Kakek suci apa?"

   Serunya "dalam pandangan siaute, tak lebih cuma kentut anjing...."

   Oh Put Kui segera mengalihkan sorot matanya memandang kearah Nyoo Ban-hu.

   Tapi sikap Nyoo Ban-hu ternyata kelihatan aneh sekali, dia sama sekali tidak memperlihatkan rasa gusar, bahkan rasa kagetpun sama sekali tidak nampak.

   orang ini nampaknya sangat pandai menguasai diri sehingga perubahan wajahnya sama sekali tak terlihat......

   "Lote, kau nampak begitu marah, tentunya Nyoo Thian-wi telah melakukan suatu perbuatan yang telah menyakiti hatimu"

   Wi Thian-yang tertawa dingin.

   "Heeeehhhh.... heeehhhh... ternyata tua bangka itu telah menyembunyikan sebatang jarum Bwe-hoa-tok ciam (jarum beracun bunga bwe) diantara pukulan telapak tangannya, siaute yang kurang teliti menjadi terkecoh, hampir saja selembar jiwaku turut menjadi korban akibat kecurangannya itu."

   Siau Lun menjadi amat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya.

   "Aah... masa Nyoo Thian-wi mempergunakan racun?"

   Ia sangat tidak percaya akan kenyataan tersebut, karenanya kembali dia berkata.

   "Lote, tujuan dari seng-sin memang hendak membinasakan dirimu diujung telapak tangannya."

   "Benar,"

   Kata Wi Thian-yang sambil tertawa.

   "bila dia bisa menangkan siaute dalam pukulan atau tendangan, tentu saja siaute tak bisa berkata apa apa lagi, tapi kalau dia ingin menggunakan perbuatan keji dan licik untuk mencelakai siaute, sampai matipun siaute tidak akan rela."

   "Kau bisa menemukan jarum Bwe-hoa-ciam yang disembunyikan dalam telapak tangan lawan, hitung-hitung hal ini merupakan suatu keberuntungan bagimu"

   "saudara siau, jangan lupa kalau siaute adalah seorang yang pandai didalam mempergunakan jarum beracun"

   Seru Wi Thian-yang tertawa.

   "Aaah benar, kenapa lohu bisa melupakan hal ini? Tapi mengapa kau membutuhkan waktu selama empat puluh tahun untuk mengobati luka beracun tersebut....?"

   Dengan penuh kebencian wi Thian-yang segera memaki.

   "Disinilah letak kekejian dari Nyoo Thian-wi si anjing tua tersebut Racun yang dipoleskan diujung jarumnya itu bukan saja amat berbahaya dan mematikan, bahkan racunnya dapat membuat otot-otot manusia menjadi layu dan menyusut."

   "Aaah... masa sedemikian lihaynya?"

   Siau Lun menjerit dengan perasaan kaget.

   "siapa bilang tidak?"

   Sahut Wi Thian-yang "karena terlalu gegabah maka siaute keracunan, dalam keadaan begitu aku berusaha untuk menyembuhkan luka itu, nyatanya seketika itu juga aku telah berhasil menyembuhkan luka beracun itu..."

   Setelah berhenti sejenah, dengan sorot mata tak tenang dia melanjutkan lebih jauh.

   "siapa tahu ketika siaute sedang bersiap sedia hendak mencari Nyoo Thian-wi untuk membuat perhitungan, tiba-tiba saja kutemukan peredaran darah didalam tubuhku mulai menyusut...."

   "Tampaknya Wan-sim-seng-siu benar-benar merupakan seorang manusia yang amat licik"

   Kata siau Lun dengan kening berkerut.

   "Maka dari itu, terpaksa siaute harus menyembunyikan diri diatas bukit yang terpencil untuk menyembuhkan luka itu, dengan mempergunakan waktu selama empat puluh tahun lebih, akhirnya dengan tenaga murni sam-moay-cin-hwee, aku berhasil menembusi segenap otot dan nadiku dari gumpalan darah akibat keracunan tersebut...."

   Setelah berhenti sejenak mendadak dia melanjutkan dengan suara rendah.

   "Siau tua , sebentar siaute akan mencari si botak Hui untuk menuntut keadilan, aku akan membunuhnya untuk mewakili Nyoo Thian-wi, aku harap engkoh tua jangan menghalangi niatku tersebut". Mendengar kalau Mo-thian- kui-ong wi Thian-yang hendak menuntut keadilan dari si kakek pemutus usus pelenyap hati, sambil tertawa siau Lun segera bertanya.

   "Wi lote, apakah kau mempunyai dendam sakit hati dengan orang itu....?"

   Tampaknya dia tak jelas terhadap maksud hati Wi Thian-yang berkata demikian tadi.

   "

   Engkoh tua, dia telah membunuh Nyoo Thian-wi"

   Ucap Wi Thian-yang sambil berkerut kening.

   "Apa?"

   Siau Lun benar-benar dibuat tertegun.

   Bukan cuma dia seorang yang tertegun, bahkan hampir segenap orang yang duduk semeja dengannya turut tertegun pula.

   Apakah keempat buah peristiwa pembunuhan yang menghebohkan dunia persilatan selama ini adalah hasil perbuatan dari Hui Lok? siapapun tidak menduga sampai kesitu, tapi kenyataan menunjukkan kalau hal itu kemungkinan memang begitu.

   Apalagi berbicara soal ilmu silat, Hui Lok memiliki kemampuan untuk berbuat demikian.

   Ketika Wi Thian-yang menyaksikan semua orang dibuat terkesiap oleh kejadian itu, sambil tertawa segera katanya.

   "

   Engkoh tua, tentunya kalian sama sekali tak mengira bukan?"

   "Bukan cuma sama sekali tak mengira, pada hakekatnya hal tersebut tak pernah melintas didalam benakku"

   "Keesokkan harinya setelah luka beracun yang siaute derita telah sembuh, aku berangkat menuju kekota Peking dengan maksud untuk mencari Nyoo Thian-wi dan membalas dendam atas perbuatannya pada empat puluh tahun berselang yang mengakibatkan aku harus menderita......."

   Sesudah harus menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil melanjutkan.

   "siapa tahu Nyoo Thian-wi telah mati dibunuh orang"

   "Ya, kenyataan memang begitu,"

   "WAktu itu siaute amat sedih dan menderita sekali, sebab bila aku melampiaskan rasa dendamku kepada turunannya, hal ini akan memperlihatkan jiwaku yang sempit...."

   "Yaa benar,"

   Seru siau Lun cepat.

   "ayah yang melakukan, tidak seharusnya anaknya yang menanggung"

   Wi Thian- yang manggut-manggut.

   "Itulah sebabnya, siaute lantas berusaha untuk mencari si pembunuh tersebut."

   "Buat apa? Kau hendak membalas dendam bagi kematian Nyoo Thian-wi..."

   Tanya siau Lun sambil tertawa. Mendengar pertanyaan itu, wi Thian-yang segera tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehhhh.... engkoh tua, siaute bukan seorang yang suci dan baik hati."

   "Kalau memang begitu buat apa kau mencari musuh besar pembunuh Nyoo Thian-wi?"

   "Siaute hendak membunuh orang ini untuk melampiaskan rasa mangkel dan dendamku"

   "Ooh, peristiwa semacam ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang amat jarang terjadi....."

   Oh Put Kui sendiripun diam-diam merasa amat geli, diapun berpikir.

   "Masa dikolong langit terdapat cara pembalasan dendam dengan sistem semacam ini?"

   Tapi sedikit banyak oh Put Kui merasa kuatir juga bagi keselamatan jiwa Nyoo Ban-hu.

   seandainya gembong iblis tua ini sampai mencari gara-gara dengan ahli waris Nyoo Thian-wi, sudah pasti Nyoo Ban-hu tak akan sanggup untuk menahan sepuluh gebrakan serangan dari Ceng-thian-kui-ong.....

   sementara itu, siau Lun telah menarik kembali senyumannya, kemudian berkata.

   "Lote, apakah kau telah berjumpa dengan keturunan dari keluarga Nyoo.....?"

   "

   Engkoh tua, siaute tak pernah mencari gara-gara dengan kaum muda atau angkatan muda......"

   "Haaaahhhh....haaaahhhhh.....haaaahhhh..... bagus sekali lote, tak kusangka kau masih tetap gagah......"

   Oh Put Kui, Kit Hu-seng maupun Leng Seng-luan diam- diam turut merasa kagum akan kebesaran jiwa orang ini.

   Cuma, oh Put Kui segera menyusul suatu rencana bagus....

   dia ingin mencoba apakah wi Thian-yang benar-benar merupakan seorang yang berjiwa besar seperti apa yang barusan dia katakan, Dengan kening berkerut oh Put Kui segera menimbrung dari samping.

   "Wi tua, apakah kau tahu jika putra sulung dari Nyoo Thian- wi juga duduk semeja dengan kita semua?"

   Ucapan itu dengan cepat membuat Siau Lun tertegun, Kit Hud seng berkerut kening sedang ciu It-kim cuma tertawa belaka. Agaknya Wi Thian-yang pun dibikin tertegun oleh perkataan tersebut, dengan cepat dia berseru.

   "oh lote, kau bilang apa?"

   "Keturunan dari Nyoo Thian-wipun hadir disini"

   Kata oh Put Kui sambil tertawa.

   Begitu perkataan tersebut diulang sekali lagi, mau tak mau diam diam Nyoo Ban-hu harus berkerut kening juga.

   oh Put Kui yang mengawasi terus sejak tadi, menjadi tidak habis mengerti dibuatnya.

   Dia merasa reaksi yang diperlihatkan Nyoo Ban-hu ini sangat aneh dan luar biasa sekali.

   seandainya berbicara menurut keadaan pada umumnya, seandainya dia tidak kaget, pasti akan menunjukkan wajah gusar.

   Akan tetapi perubahan mimik wajah yang diperlihatkan Nyoo Ban-hu sekarang sama sekali tidak termasuk kedua hal tersebut.

   oh Put Kui benar-benar dibikin bingung dan tidak habis mengerti.

   sementara itu Wi Thian-yang telah bertanya sambil mengerutkan dahinya.

   "Lote, siapakah yang merupakan putra Nyoo Thian-wi?"

   "Wi tua, apakah kau hendak turun tangan kepadanya?"

   Tanya oh Put Kui sambil tertawa. Wi Thian-yang segera tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, serunya cepat.

   "Lote, kau anggap lohu adalah seorang yang berbicara mencle-mencle, ludah yang sudah kubuang kujilat kembali?"

   Diam-diam oh Put Kui menganggak. baru saja dia hendak mengatakan siapakah yang merupakan keturunan dari Nyoo Thian-wi, Kit Hu-seng telah berteriak dengan penuh kegusaran "saudara oh, sungguh rendah amat perbuatanmu"

   Oh Put Kui tertawa hambar.

   "saudara Kit, aku sudah tahu kalau kau bakal mengucapkan perkataan tersebut, tapi siaute hendak memberikan kepada saudara Kit, andaikata disini ada orang menghina nama Kit Put-shia, bagaimana reaksimu.....? Kit Hu-seng agak tertegun sejenak setelah mendengar perkataan itu, kemudian sahutnya.

   "sederhana sekali, siaute akan beradu jiwa dengannya"

   "Itulah dia."

   Seru oh Put Kui lagi sambil tertawa.

   "saudara Kit, seandainya disini ada orang memaki dan menghina Nyoo Thian-wi, apakah putra Nyoo Thian-wi tak akan menunjukkan satu reaksi?"

   "Betul, betul sekali,"

   Seru Kit Hu-seng dengan kening berkerut.

   "saudara Nyoo..."

   Dia berpaling kearah Nyoo Ban-hu dan berkata lebih jauh.

   "Mengapa kau begitu sabar dan tenang? Apakah kau bukan putra Nyoo Thian-wi?"

   "Itulah sebabnya, aku ingin membongkar rahasianya,"

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sambung oh Put Kui lebih jauh. sementara itu Kit Hu-seng sedang mengawasi wajah Nyoo Ban-hu lekat-lekat, mendengar perkataan itu, dia lantas manggut-manggut.

   "saudara oh, siaute telah salah menegur......aai, saudara Nyoo, apakah kau adalah seorang manusia pengecut yang bernyali kecil dan takut urusan? Ketahuilah nama orang tua bukan suatu yang boleh dihina atau dicemooh"

   Nyoo Ban-hu tertawa, belum lagi dia berbicara, Wi Thian- yang telah menegur dengan lantang.

   "Apakah kau adalah putra Nyoo-thian-wi?"

   "Aku Nyoo Ban-hu Wan-sim-seng-siu memang ayahku"

   Jawab Nyoo Ban-hu dengan sorot mata berkilat.

   Dengan sorot mata yang tajam, Wi Thian-yang memperhatikan seluruh tubuh Nyoo Ban-hu dari atas hingga kebawah lekat-lekat.

   Leng seng-luan yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam mengucurkan keringat dingin karena merasa kuatir bagi keselamatan jiwa orang itu.....

   Tampaknya selama ini mereka berdua dapat berbicara amat cocok satu sama lainnya, sehingga Leng seng luan menaruh perasaan yang amat kuatir terhadap keselamatan jiwanya.

   Dia benar-benar kuatir kalau dalam gusarnya Wi Thian- yang akan mengayunkan telapak tangannya untuk melancarkan serangan mematikan-....

   siapa tahu, setelah mengawasinya berapa waktu, mendadak Wi Thian-yang menengadah dan tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaahhhh.....haaahhhhh.....haaahhhh... Nyoo Thian-wi wahai Nyoo Thian-wi, sekalipun kau sudah mati, kau bisa mati dengan mata yang meram"

   Setelah mendengar perkataan itu, diam-diam semua orang merasa amat lega hati, sebab dibalik perkataannya itu, dia sama sekali tidak menyertakan nada yang bermaksud jahat.

   "Apakah mendiang ayahku akan mati dengan mata meram atau tidak, rasanya itu bukan urusanmu dan tak usah kau campuri"

   Ucap Nyoo Ban-hu dengan alis mata berkenyit.

   Benar-benar suatu ungkapan perkataan yang amat bernyali.

   oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu menjadi geli sekali dan ingin tertawa.

   Dia tak menyangka kalau Nyoo Ban-hu bukan seorang manusia yang gampang dihadapi @oodwoo@

   Jilid 12 Cheng-Thian-Kui-ong sendiri sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa sekalipun sudah disemprot oleh pemuda tersebut dengan kata-kata yang pedas. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa, lalu berkata .

   "Bocah muda, kau benar-benar pantas disebut sebagai putranya Seng-siu... Hari ini lohu tak akan menyusahkan dirimu, tapi mengharapkan kau bisa melanjutkan cita-cita ayahmu dan mengangkat tinggi nama besar ayahmu di masa lalu..."

   Apa yang diucapkan ternyata adalah kata kata semacam itu, peristiwa mana benar-benar merupakan suatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan siapapun. Untuk sesaat lamanya Nyoo Ban-bu menjadi tertegun, kemudian serunya dengan Cepat .

   "Apa maksud saudara dengan mengucapkan perkataan semacam itu ?"

   Wi Thiau-yang tertawa terbahak bahak.

   "Haaah... haaahh... haaahh.. menanti kau sudah mempunyai nama dan kedudukan separti Wan-sim-seng-siu dahulu, lohu pasti akan mencarimu dan menantangmu untuk berduel. Bocah muda, apakah kau belum memahami maksudku?"

   Paras muka Nyoo Ban-bu berubah hebat.

   "Saudara. kau tak usah menunggu lebih lama lagi, kalau ingin bertarung maka sekarang juga aku akan melayani keinginanmu itu,"

   Serunya dengan lantang. Kit Ha-seng segera bersorak sambil bertepuk tangan.

   "Benar saudara Nyoo, kau benar-benar bersemangat"

   Sedangkan si Kakek setan berhati cacad hanya menundukkan kepala sambil minum arak, dia berlagak seolah- olah sama sekali tidak mendengar pembicaraan tersebut.

   "sobat kecil, apa yang kau ucapkan memang benar,"

   Kata Wi-thian-yang kemudlan dengan suara lirih.

   "kau memang benar-benar punya semangat jantan..."

   Setelah berhenti sejenak, mendadak dia menengadah dan tertawa terbahak bahak.

   "Haahh.... haaahh... haaahhh... sayang sekali keberanianmu yang membabi buta itu hanya akan merugikan dirimu sendiri, bahkan bisa merembet pada keselamatan jiwamu. Coba kalau menuruti tabiat lohu dimasa lalu, nyawamu itu sudah melayang semenjak tadi..."

   "Heehhh... heehhh... heeehhh... asal nama baik bisa dijaga keutuhannya, sekalipun mati juga tak mengapa,"

   Kata Nyoo Ban-bu sambil tertawa dingin. Raja setan yang menggetarkan langit Wi-thian-yang yang mendengar perkataan itu, diam-diam mengangguk, ucapnya.

   "Perkataanmu memang benar, tapi tak bermanfaat bagiseorang manusia sejati... bocah muda, kesetiaan yang bodoh, kebaktian yang bodoh, keberanian yang bodoh dan menjaga nama bodoh merupakan perbuatan-perbuatan bodoh yang hanya dilakukan oleh manusia manusia tak berotak..."

   Sesudah bernhenti sebentar, sambil menggelengkan kepala dan menghela napas, terusnya.

   "Bilamana kau memiliki kemampuan untuk menahan sabar dan menunggu sampai mendapat kesuksesan dikemudian hari, maka segala sesuatunya bisa berjalan dengan sukses, sebaliknya bisa kau tak mampu menahan gejolak perasaanmu sekarang, meski dikemudian hari mencapai suatu keberhasilan tak mungkin keberhasilan itu akan mengejutkan orang, apalagi menandingi keberhasilan ayahmu"

   Nyoo Ban-bu yang mendengar perkataan itu segera merasakan seluruh badannya gemetar keras, untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun. Wi Thian-yang tertawa, sambil berpaling kearah siau Lun katanya kemudian.

   "siau loko, siaute ingin mohon diri dulu"

   "Apakah kau hendak mencari Hui Lok?"

   Tanya siau Lun sambil meletakkan sumpitnya keatas meja.

   "Tidak, aku hendak mencari Leng siau-thian lebih dulu"

   "Masa situa bangka itupun pernah mencari gara-gara denganmu?"

   Tanya siau Lun tertawa.

   "Bukan saja dia berani mengusikku, bahkan dimasa lalu pun pernah berhutang kepadaku."

   "Aaai... yang lewat biarkan saja lewat, lote, bilamana bisa lepas tangan lebih baik lepaskan saja..."

   Kata siau Lun sambil menggelengkan kepalanya.

   "siaute bukannya tidak punya maksud demikian Cuma..."

   Mendadak sorot matanya terbentur dengan senyUman aneh yang menghiasi ujUng bibir oh Put Kut, hatinya kontan saja tergerak pikirnya dengan Cepat.

   "Tampaknya bocah ini sedikit rada aneh..."

   Siau Lun seperti tidak menaruh perhatian terhadap apa yang sedang dipikirkan Wi-thian-yang, sambil tertawa kembali dia berkata.

   "Lote, bila persoalan tentang Leng siau-thian bisa dilewatkan, lebih baik lepaskan saja, toh kita semua sudah sama sama tua dan hampir mendekati akhirnya masa hidup..."

   Ucapan dari siau Lun itu kontan saja membuat hatinya terkesiap.

   perkataan itu sama sekali diluar dugaannya...

   sudah tua? Mendekati masa hidupnya....? Tapi baginya, meski masa tua merupakan suatu masa yang patut disedihkan, namun persoalan itu hanya sebentar saja melintas dalam benaknya, sementara ambisinya untuk menguasai dunia persilatan tak boleh menjadi tawar karenanya.

   sambil tersenyum dia lantas beranjak, kemudian katanya .

   "siau-loko, memandang diatas wajahmu, siaute berjanji tak akan bertindak kelewat batas."

   "Kalau begitu, lohu akan mewakili Leng siau thian mengucapkan banyak terima kasih dulu kepadamu."

   Si Raja setan yang menggetarkan langit tertawa hambar, dengan langkah lebar dia lantas berjalan menuju ke depan meja Leng siau-thian.

   sebelum pergi dia tak lupa untuk memandang sekejap kearah oh Put Kui...

   Dengan wajah yang tenang dan mantap.

   oh Put Kui memandang sekejap ke arah wajah si setan yang disegani banyak orang itu dan tertawa hambar.

   sedangkan dalam hati kecilnya dia berpikir .

   "Kau jumawa, aku bisa lebih jumawa lagi daripada dirimu..."

   Leng siau-thian telah melompat dari tempat duduknya. Kini wi Thian-yang telah berdiri dihadapannya dengan wajah penuh kegusaran.

   "Leng siau-thian, kau harus memberi keadilan bagiku"

   Teriaknya dengan suara lantang. Jian-li-hua-siu (kakek kesepian dari seribu li) Leng siau- thian tertawa terbahak-bahak.

   "Haahah... haaahh... haaahhh... Wi Thian-yang, orang lain mungkin takut kepadamU, tapi lohu tak akan jeri kepadamu"

   "Yaa, benar, kau orang she Leng memang tidak takut kepada lohu,"

   Kata Wi Thian-yang sambil tertawa dingin.

   "kalau bukan demikian, kenapa barang yang kau dapat pinjam dari lohu, sampai sekarang belum juga dikembalikan kepada pemiliknya?"

   Tiba-tiba Leng siau-thian mengerutkan alis matanya yang putih, kemudian balas tertawa dingin.

   "Wi Thian-yang, masih ingatkah kau bahwa pedang Hian peng-kiam merupakan benda keluarga lohu yang berhasil kau rebut dengan mengandalkan kekerasan? sekarang lohu telah mendapatkannya kembali, apakah hal ini bisa dianggap sebagai meminjam?"

   Wi Thian-yang tertawa seram.

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... bukan didapat dengan meminjam? Leng siau-thian, percuma kau menjadi seorang tokoh persilatan di dunia ini, pedang Hian-peng-kiam tersebut berhasil kudapatkan bukan lewat tanganmu, tentunya kau juga mengetahui bukan tentang persoalan ini ?"

   "Hmmm. lohu tidak ambil perduli kau dapatkan dari mana, yang pasti adalah benda itu merupakan warisan keluargaku, maka aku harus menggunakan cara apapun juga untuk mendapatkannya kembali"

   Tiba-tiba Wi Thian-yang tersenyum.

   "Leng siau-thian, ucapanmu barusan memang tepat sekali..."

   Katanya.

   "Jadi kaupun sudah mengerti?"

   Ucap Leng siau-thian pula sambil tersenyum.

   "Tentu saja mengerti"

   "Kalau sudah mengerti, hal itu lebih baik lagi"

   "Mengapa tidak?"

   Seru Wi Thian yang.

   "seandainya kau tidak mengingatkan lohu, aku masih tak tahu bagaimana caranya untuk meminta kembali pedang tersebut, tapi sekarang, lohu sudah tahu"

   "Mau apa kau?"

   Seru Leng siau thian tertegun. Wi-thian- yang segera tertawa.

   "Aku akan meniru caramu dengan mempergunakan cara apapun untuk mendapatkan kembali benda tersebut, Leng siau-thian, kau anggap perbuatan lohu ini benar atau tidak?"

   Leng siau-thian yang mendengar perkataan itu segera melototkan sepasang matanya bulat bulat, serunya dengan penuh kegusaran.

   "Kalau memang merasa mampu, tak ada salahnya untuk kau coba"

   "Tentu saja lohu akan mencobanya,"

   Sahut Wi Thian-yang sambil tertawa seram. setelah berhenti sejenak. sambil tertawa tergelak serunya lanjut.

   "Leng siau thian, tahukah kau dengan meminjam pedang Hian-peng-kiam tersebut berarti kau telah berhutang budi kepadaku? Hari ini, bukan saja lohu akan merebut kembali pedang itu, bahkan akan menagih pula jasa dari budi yang telah kulepaskan itu"

   "Wi Thian yang lohu akan menantikan kedatanganmu..."

   Seru Leng Siau-thian teramat gusar. Wi Thian-yang tertawa seram.

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... manusia yang lupa budi, paling tidak aku harus memberikan pelajaran yang setimpal kepadamu hari ini..."

   Berbicara sampai disitu, mencorong serentetan sinar merah yang tajam menggidikkan hati dari balik matanya.

   Ini pertanda kalau hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Ceng-thian-kui-ong .

   si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok yang menjumpai kejadian itu ikut merasa terkesiap.

   buru-buru dia menjura sembari berkata.

   "saudara Wi, siaute mempunyai sepatah dua patah kata yang hendak diutarakan, apakah saudara Wi bersedia untuk memberi muka kepadaku?"

   Mendengar ucapan itu, sinar mata merah membara yang menggidikkan hati itu segera lenyap tak berbekas, kata Ceng- thian- kui-ong kemudian sambil tertawa.

   "Kalau ingin berbicara, katakan saja berterus terang."

   Hui Lok tertawa.

   "saudara Wi, hari ini adalah hari perkawinan adalah putri sulung saudara Leng dengan muridku Lam kiong Ceng, apakah saudara Wi bersedia untuk meredakan amarahmu untuk sementara waktu? Bilamana ada persoalan bagaimana kalau kita bicarakan lagi selewatnya hari ini?"

   Mendengar perkataan itu, Wi-thian-yang segera menengadah dan tertawa terbahak bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... setelah Hui lote berkata demikian, sepantasnya bila siaute segera mengabulkan..."

   "Terima kasih saudara Wi"

   Mendadak meneorong sinar tajam dari balik mata Wi Thian- yang, sambil tertawa dingin serunya .

   "saudara Hui, kau tak usah buru-buru mengucapkan terima kasih kepadaku, ketahuilah selama hidup perbuatan jahat macam apapun sudah pernah kulakukan, termasUk jUga perbUatan mengacaU hari perkawinan orang lain, toh persoalan semacam ini bukan suatu hal biasa oleh karena itu maafkan kalau lohu tak sanggup permintaan darimu itu..."

   Hui Lok menjadi tertegUn, dia sama sekali tidak menyangka kalau Wi Thian-yang bakal berkata demikian.

   seandainya Hui Lok tidak berpikir kalau musuhnya adalah seorang musuh yang sukar dihadapi disamping dia merupakan tuan rumah pesta perkawinan kali ini, mUngkin sedari tadi dia sudah akan beradU jiwa dengan si Raja setan yang menggetarkan langit Wi Thian-yang.

   setelah tertawa tersipu-sipu, katanya kemudian.

   "Jadi saudara Wi tidak bersedia memberi muka?"

   Wi Thian yang tertawa.

   "Bukan lohu enggan memberi muka kepadamu, tapi dalam kenyataan Leng siau-thian terlampau menghina orang..."

   Ucap Wi Than-yang sambil tertawa. sementara itu Leng siau thian telah berpaling dan memandang sekejap kearah Hui Lok, kemudian ujarnya sambil tertawa .

   "Jin-keh (besan), tak usah bersilat lidah lagi dengan orang itu..."

   Belum sempat Hui Lok berbicara, sipengemis pikun telah berteriak secara tiba-tiba.

   "Yaa, benar, buat apa bersilat lidah melulu seperti lagi adu berkentut saja, jika memang pingin berkelahi, labrak saja habis-habisan, dengan begitu aku sipengemis pikun pun akan turut mencuci mata..."

   Sekalipun ucapan tersebut diutarakan dalam keadaan mabuk.

   tapi justru amat cocok dengan selera beribU orang jago yang hadir dalam ruangan pesta itu.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Disuatu pihak adalah Cheng-thian- kui-ong (raja setan yang menggetarkan langit) Wi Thian-yang.

   sedangkan dipihak lain adalah Jian-li-hu-siu (si kakek sebatang kara seribu li) Leng siau-thian.

   Berbicara soal kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini, boleh dibilang mereka termashur dalam kolong langit dan dikenal setiap manusia, seandainya mereka sampai bertarung sungguhan dalam kesempatan ini, maka boleh dibilang kejadian tersebut merupakan suatu tontonan langka yang amat menarik hati.

   oleh sebab itu begitu pengemis pikun menyelesaikan perkataannya, serentak kawanan jago lainnya bertepuk tangan menyambut usul tersebut dengan gembira.

   Dengan gemas si kakek botak Hui Lok melotot sekejap kearah pengemis pikun dengan sorot mata yang penuh kebencian, benar-benar suatu sorot mata yang mengerikan hati.

   Kontan saja pengemis pikun tersadar sebagian dari pengaruh alkoholnya, melihat keadaan tidak menguntungkan, bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia tahu kalau kepandaiannya tak mungkin bisa menandingi kelihayan gembong iblis tua tersebut.

   Pikir punya pikir, akhirnya dia merasa mengambil langkah seribu merupakan suatu tindakan yang paling tepat.

   Apa lagi dalam ruangan tersebut memang penuh dengan manusia, maka dalam dua tiga langkah saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik kerumUnan orang banyak...

   Rupanya dia sudah kabur kembali di sisi oh Put Kui, begitu munculkan diri dibalik meja perjamuan, sepasang matanya yang melotot besar segera dialihkan ke wajah Hui Lok dan menatapnya dengan wajah termangu...

   Hanya saja Hui Lok tidak menaruh perhatian kepadanya, karena pada waktu itu segenap perhatiannya sedang ditujukan kearah Wi Thian-yang.

   Dalam pada itu, Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang telah mundur sejauh lima langkah dari posisi semula.

   Dengan demikian dia berdiri persis ditengah-tengah ruangan.

   Leng siau-thian dengan rambut putih yang berdiri semua bagaikan landak berdiri lebih kurang beberapa kaki dihadapannya.

   Wi Thian-yang segera berseru sambil tertawa nyaring.

   "Leng siau-thian, lohu akan mengalah tiga jurus kepadamu, daripada kawan-kawan Liok-lim di enam propinsi diutara sungai besar mengatakan aku Ceng-thian- kui-ong sengaja memeras dan mempermainkan angkatan muda..."

   Perkataan itu amat besar lagaknya, membuat paras muka Leng siauw-thian kontan saja berubah menjadi hijau membesi.

   "Wi Thian-yang, kau betul- betul kelewat latah,"

   Teriaknya penuh kegusaran. sesudah berhenti sejenak. mendadak dia menerjang kemuka sambil melancarkan serangan, bentaknya.

   "Lohu akan suruh kau rasakan bahwa aku orang she Leng bukan seorang manusia yang bisa dipermainkan dengan begitu saja "

   Segulung angin pukulan yang maha dahsyat, dengan cepat meluncur keluar berbareng dengan getaran telapak tangan itu. mendadak suatu bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan.

   "Gak-hu, silahkan mundur..."

   Serentetan cahaya merah yang membara dengan cepat meluncur ketengah arena...

   Ternyata orang itu tak lain adalah pengantin pria, Lamkiong Ceng adanya.

   Perawakan tubuhnya yang tinggi besar hampir seimbang dengan perawakan tubuh dari Ceng-thian- kui-ong wi Thain- yang, hanya saja potongan badannya tidak segemuk tubuh si Raja setan "Wi locianpwe, kau kelewat menghina orang..."

   Tampaknya Lamkiong Ceng benar-benar sudah dibuat marah sekali, sehingga nada pembicaraannya pun kedengaran agak gemetar. Wi Thian yang memperhatikan wajah Lamkiong Ceng beberapa saat lamanya, kemudian berkata sambil tertawa .

   "saudara, kau benar-benar seorang lelaki sejati "

   "Aku tak sudi menerima pujian dan sanjungan dari saudara"

   Tukas Lamkiong Ceng dengan marah.

   Nada panggilannya berubah semakin keras, dari sebutan locianpwe kini telah menjadi sebutan saudara.

   Tampaknya Wi Thian-yang sama sekali tidak ambil perduli akanpersoalan itu, dia masih menengadah sambil tertawa terbahak bahak.

   "Haahhh... haaahhh... haahhh... lote, hari ini adalah hari perkawinanmu,pantang untuk berkelahi dengan orang Lebih baik cepatlah menyingkir dari situ, jangan sampai menunda malam perkawinanmu...

   "

   Sambil berkata, kembali dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak. Lamkiong Ceng melototkan sepasang matanya bulat- bulat, kemudian berseru dengan marah.

   "Bila saudara ingin mengajUkan sUatu permintaan, aku akan melayani semUanya..."

   Sementara Lamkiong Ceng menerjang ke depan tadi, Leng siau Thian telah menarik kembali serangannya sambil mundur setengah langkah.

   Tapi setelah mendengar Lamkiong Ceng menantang musuhnya untuk bertarung, dia menjadi amat kuatir, bagaimanapun juga pemuda itu adalah menantunya...

   "cengji, cepat mundur,"

   Segera teriaknya "persoalan ini merupakan persoalan diriku..."

   Tapi Lamkiong ceng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Gak-hu "ayah mertua", selama berada dalam perkampungan Siu-ning-ceng ini, pelbagai persoalan yang terjadi merupakan tanggung jawab dari siau-say "menantu"..."

   Belum habis dia berkata, pengantin perempuan telah memburu pula kesana.

   "Ayah, apa yang dikatakan engkoh Ceng memang betul,"

   Serunya pula.

   "persoalan dalam perkampungan siu-ning-ceng ini merupakan tanggung jawab putrimu serta engkoh Ceng, lebih baik kau orang tua menyingkir saja kesamping..."

   Sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibir Leng siau Thian...

   Cuma dia hanya merasa lega dan gembira karena putrinya dan menantunya telah menunjukkan rasa bakti mereka, sementara soal bertarung, tentu saja dia tak rela membiarkan kedua anak itu menyerempet bahaya.

   Dia cukup mengetahui betapa lihaynya Ceng-thian-ku-ong tersebut "Anak Lin, cepat ajak Ceng-li mundur"

   Segera teriaknya keras-keras.

   "jangan lupa siapakah musuh kalian itu, ilmu silat yang dimiliki Wi Thian-yang amat tangguh, kalian tak mungkin bisa menangkan dirinya, tapi aku, aku tak akan jeri kepadanya..."

   "Tidak..."

   Tolak Leng Lin-lin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Leng siau-thian menjadi marah, segera hardiknya .

   "Budak, apakah kau tidak mau mengerti perkataanku?"

   "Ayah, mengapa hari ini kau memaki aku..."

   Seru Leng Lin lin dengan manja. Dengan cepat Leng siau-thian menggeleng.

   "Lin-ji, cepatlah kalian menyingkir dari situ..."

   Dia segera menyelinap kedepan dan berebut untuk berdiri dihadapan Raja setan yang menggetarkan langit, kemudian teriaknya .

   "Wi Thian-yang, segala urusan lebih baik berurusanlah langsung dengan lohu"

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... memangnya urusan ini adalah urusanmu"

   Sahut Ceng-thian- kui-ong Wi Thian-yang sambil tertawa seram. Mendorong sinar tajam dari balik mata Leng siau-thian, mendadak sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan.

   "Wi Thian-yang, sambutlah sebuah pukulan ini"

   Teriaknya.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... sudah lama kudengar tentang ilmu Hu-liong-siang ciang, kini ingin kusaksikan sampai dimanakah kelihayannya Leng siau Thian, bila kau mengerahkan segenap tenaga yang kau miliki, mungkin sulit bagimu untuk meloloskan diri dari bencana ini"

   Sembari berkata dia segera bergerak ke samping untuk menghindarkan diri dari ancamam kedua buah pukulan dari Leng siau-thian itu "Leng siau Thian"

   Serunya kemudian.

   "sebelum pertarungan berlangsung, aku hendak menerangkan lebih dahulu, pertarungan yang berlangsung hari ini hanya terbatas sepuluh gebrakan belaka,jika kau kalah, maaf, terpaksa pedang Hianpeng-kiam tersebut harus kau kembalikan kepadaku..."

   "Jika kau yang kalah.. .?^ bentak Leng siau-thian tanpa menghentikan serangan yang dilancarkan- Wi Thian-yang segera tertawa terbahak bahak.

   "Lohu yakin seratus persen tak bakal menderita kekalahan ditanganmu..."

   Serunya.

   "Manusia laknat..."

   Wi Thian-yang sama sekali tidak menggubris terhadap makian "manusia laknat"

   Tersebut. kembali ujarnya sambil tertawa .

   "Leng siau-thian, sekali lagi kuberitahukan keuntungan bagimu"

   "Lohu tak sudi menerima kebaikan hatimu itu"

   Teriak Leng siau-thian amat gusar.

   "Mau diterima atau tidak. itu adalah urusanmu. Dalam sepuluh gebrakan mendatang, bila lohu tak bisa menangkan dirimu, lohu tak akan membicarakan tentang pedang Hian- peng-kiam lagi "

   Sekilas perasaan girang melintas diatas wajah Leng siau- thian, tapi diluarnya dia tetap berseru dengan gusar .

   "Wi Thian-yang lihat serangan"

   Ditengah ayunan telapak tangannya, secara beruntun dia melepaskan lima buah serangan berantai.

   serangan-serangan itu semuanya dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, membuat kawan jago yang berada diluar maupun dalam ruangan sama-sama menjulurkan lidah.

   oh Put Kui sendiripun menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya pelan .

   "Tampaknya ilmu yang dimiliki tua bangka itu termasuk lumayan juga..."

   "Yaa, cepat bagaikan kilat, berat bagaikan batu karang, baik bergerak maupun berhenti semuanya dilakukan tanpa kalut barang sedikitpun juga,"

   Kata Kit Hu-seng tertawa.

   "bahkan sepasang telapak tangannya dilancarkan berbareng, ilmu pukulan ini benar-benar merupakan pukulan yang maha daysyat"

   "Saudara Kit, aku rasa ilmu pukulan ini mana lamban, kurang cekatan lagi"

   Timbrung Nyoo Ban-bu dari sisi arena.

   "Benarkah begitu?"

   Seru Kit-Hu-seng tertegun.

   "

   Apakah saudara Nyoo pernah menyaksikan ilmu pukulan yang jauh lebih baik daripada ilmu pukulan ini?"

   "Tentu saja pernah"

   "

   Ilmu pukulan apakah itu?"

   "sian-hong-pat-ciang (delapan pukulan angin puyuh) "

   Mendengar itu, Kit Hu-seng segera tertawa terbahak- bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... rupanya ilmu pukulan dari keluarga saudara Nyoo sendiri?"

   "Benar"

   "Apakah saudara Nyoo tidak merasa sudah terlampau mengibul?"

   Nyoo Ban-bu tertawa.

   "Jika saudara Kit tidak percaya, dikemudian hari kau boleh membuktikan sendiri"

   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... siaute percaya suatu ketika aku pasti akan membuktikan kehebatanmu itu, moga- moga saja jangan membuat siaute kecewa."

   "Tentu saja tak akan kecewa..."

   Kata Nyoo Ban-bu sambil tertawa dingin sementara pembicaraan masih berlangsung, pertarungan yang berlangsung di arena telah mencapai pada puncak pertempuran tersebut.

   Akhirnya sepuluh gebrakan sudah terpenuhi.

   Mendadak terdengar Ceng Thian Kui ong wi Thian-yang tertawa tergelak, sedangkan Jian-li-hu-sin Leng siau Thian mengundurkan diri sejauh lima depa dari posisi semula, peluh dingin tampak membasahi seluruh tubuhnya.

   Kalau dilihat dari lengan kirinya yang tergantung lemas kebawah, bisa diketahui kalau dia sudah menderita luka.

   sementara itu sepasang pengantin baru telah berdiri dikedua belah samping Leng-siau-thian.

   sambil menarik kembali senyumannya, Ceng Thian Kui ong wi-thian-yang telah berkata dingin.

   "

   Leng-siau-thian, tampaknya ilmu pukulan Hui-liong-siang- ciang mu tak lebih cuma kepandaian seperti itu, sungguh membuat hati orang merasa kecewa..."

   Sesudah berhenti sejenak. katanya lebih jauh.

   "Mana pedang Hian-peng-kiam tersebut? Cepat serahkan kembali kepada lohu"

   Leng-siau-thian memejamkan matanya rapat-rapat, sambil menggigit bibir dia lantas berseru.

   "Lin-ji ambil pedang Hiam peng kiam tersebut"

   "Ayah... kau tidak apa-apa bukan?"

   Kata Leng Lin-lin dengan wajah sedih. Leng-siau-thian berkerut kening, kemudian bentaknya.

   "Aku hanya menderita luka ringan cepat ambil pedang tersebut, aku tak boleh mengingkari janji...

   "

   Dengan wajah sedih Leng- lin-lin membalikkan badandan berjalan menuju keruangan dalam. sementara itu, Leng-cui-cui yang selama ini hanya duduk belaka, mendadak menghampiri Leng Lin-lin, kemudian bisiknya lirih.

   "Toa-ci, kau tak usah masuk. biar aku yang mengambilkan bagimu"

   Leng Lin-lin mengangguk.

   "Kalau begitu cepatan sedikit..."

   Bicara sampai disitu, tak tahan lagi air mata segera jatuh berlinang, dia segera membalikkan badan dan beranjak dari situ.

   Tak selang berapa saat kemudian, dia telah muncul sambil membawa sebilah pedang berwarna hitam, dengan langkah cepat dia menghampiri ayahnya.

   Ketika Leng-siau-thian menyaksikan putri bungsunya membawa keluar pedang antik yang telah dipergunakan sebagai mas kawin bagi putri sulungnya itu, mendadak hatinya merasa sedih sekali, hingga tanpa terasa dengan titik air mata bercucuran dia menerima angsuran pedang itu.

   Kemudian sambil menyentil pedang itu dia menghela napas panjang, gumamnya.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Oo... pedang... wahai pedang... Leng siau thian tak becus dan tak mampu untuk melindungi benda mestika dari leluhur, peristiwa ini sungguh memalukan leluhur keluarga Leng saja... sebetulnya aku harus menggorok leher untuk menebus dosa ini, tapi..."

   Setelah memandang pedang Hian-peng-kiam itu sekejap. kemudian memandang pula putrinya sekejap. akhirnya sambil menghela napas panjang katanya lebih jauh.

   "Kini, aku orang she Leng masih mempunyai banyak tugas yang belum diselesaikan, apa daya... apa daya... Ooh pedang, dalam sepuluh tahun mendatang, jika kau belum dapat kembali lagi ke dalam keluarga Leng, Leng siau-thian pasti akan menebus dosa ini dengan kematian..."

   Seorang kakek berambut putih berdiri dengan wajah murung dan air mata bercucuran, kejadian semacam ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sangat mengharukan.

   Selesai mengucapkan perkataan itu, Leng siau-thian segera mencengkeram pedang itu dan berjalan ke hadapan Wi-thian-yang.

   Kemudian kambali menggetarkan tangannya, pedang berikut sarungnya diangsurkan ke depan- "Wi-thian-yang"

   Serunya keras.

   "pedang Hianpeng-kiam kuserahkan kepadamu untuk sementara waktu, tapi dalam sepuluh tahun mendatang, lohu pasti akan berusaha untuk merebutnya kembali... kau harus menyimpannya secara baik- baik"

   Wi-thian-yang tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bagus sekali, semoga lohu bisa memenuhi harapanmu itu sepuluh tahun kemudian- .."

   Dia lantas mengulurkan tangannya dan menerima pedang itu.

   siapa tahu, baru saja pedang itu akan tersentuh oleh tangannya, tiba-tiba saja pedang Hian-peng-kiam itu melesat ke udara dan terlepas dari genggamannya.

   sementara Wi Thian-yang masih tertegun, tahu-tahu pedang Hian-peng-kiam itu sudah berpindah tangan- Peristiwa ini sama sekali tidak disangka siapa pun, termasuk juga diluar dugaan wi Thian-yang sendiri Serta merta raja setan yang menggetarkan langit ini melejit ke tengah udara dan siap untuk mencengkeramnya.

   sayang tubrukannya itu kembali mengenai sasaran kosong, pedang mana sudah terjatuh ke tangan orang lain- Rasa terkejut yang dialami Wi Thian yang saat ini sungguh tak terlukiskan dengan kata kata.

   "siapa gerangan yang bisa merebut pedang itu dari tanganku?"

   Demikian dia berpikir.

   orang pertama yang dituju olehnya adalah Kakek setan berhati cacad siau Lun.

   Kecuali siau lojin dalam perkampungan siu-ning-ceng saat ini, termasuk Kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok.

   selain tak berkemampuan untuk berbuat demikian, mereka pun tak akan bernyali untuk berbuat begitu terhadapnya.

   Dengan sepasang mata melotot besar, Wi Thian-yang segera mengalihkan sorot matanya kedepan, tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya menjadi tertegun- "Bocah keparat, rupanya kau? Hmmm...

   kau benar-benar sudah makan nyali beruang rupanya..."jerit Ceng Thian- kui- ong kemudian dengan penuh kegusaran.

   Rupanya pedang Hian peng-kiam tersebut kini sudah terjatuh ketangan oh Put Kui.

   Agaknya oh Put Kui telah menggunakan tenaga dalamnya yang sempurna dan luar biasa itu untuk menghisap pedang Hian peng-kiam yang berada ditangan Ceng-thian- kui-ong wi Thian-yang itu sehingga mencelat ketengah udara dan terjatuh ketangannya.

   Maksud dari perbuatannya itu memang tak lain ingin membuat malu si Raja setan ini.

   "Wi Thian-yang,"

   Terdengar pemuda itu berseru.

   "hari ini adalah hari perkawinan Kiong cong piauw pacu, setiap orang yang datang kemari sudah seharusnya membawa maksud untuk menyampaikan selamat, kedatanganmu seharusnya juga tak boleh terkecuali, tapi perbuatanmu sekarang terlalu mengada ada, selain membuat malu tuan rumah, juga memaksa tuan rumah untuk memenuhi keinginanmu, tindakan semacam ini sungguh merupakan suatu tindakan yang keterlaluan..."

   Ucapan tersebut kedengarannya memang bisa diterima dengan akal sehat dan sesuai dengan kenyataan.

   Kontan saja Wi Thian yang dibuat melototkan matanya bulat- bulat sesudah mendengar perkataan dari oh Put Kui tersebut, dari malu dia menjadi naik pitam.

   sekalipun dia tahu, kedua orang guru bocah itu bukan musuh yang bisa dianggap enteng, namun dalam keadaan seperti ini, dia betul-betul tak sanggup untuk mengendalikan emosinya lagi.

   Dengan suara yang keras bagaikan geledek, dia segera membentak nyaring.

   "Manusia jumawa, tahukah kau bahwa perbuatanmu tersebut melanggar pantangan lohu?"

   Oh Put Kui segera tertawa.

   "Berbicara soal perbuatanku, aku merasa apa yang telah kulakukan tidak ada satupUn yang salah, sedang soal melanggar pantanganmU atau tidak. hal ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan diriku"

   Jawaban yang amat tepat tersebut dengan cepat disambut oleh siau Lun dengan sekulum senyuman- sementara pengemis Pikun segera menggumam.

   "Rasain sekarang, akau kulihat apa yang hendak dilakukan oleh kau si raja setan sekarang..."

   Dalam pada itu, si raja setan yang menggetarkan langit, wi Thian yang telah berseru lagi dengan kening berkerut .

   "oh Put Kui, cepat kembalikan pedang lohu"

   Tampaknya dia tahu tak bakalan bisa menangkan oh Put Kui bila diajak bersilat lidah, maka dia melangsungkan pembicaraan tersebut pada tujuan yang sebenarnya.

   "Apakah pedang ini milikmu?"

   Tanya oh Put Kui sambil tertawa.

   "Tentu saja"

   Sahut Wi Thian-yang tertawa dingin. Mendengar itu, oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... saudara, sungguh tebal kulit mukamu Perkataan dari Leng siau-thian tadi paling tidak didengar oleh seribu orang, bagaimana ceritamu pedang Hian- peng-kiam ini secara tiba-tiba bisa berubah menjadi milikmu?"

   Paras muka Wi Thian-yang kontan saja berubah hebat, serunya dengan penuh kegusaran.

   "Bocah keparat, kau hanya mendengar ucapan satu pihak."

   "siapa bilang aku hanya mendengarkan perkataan satu pihak?"

   Oh Put Kui tertawa.

   "Wi Thian-yang, aku harap kau sudi menjawab sebuah pertanyaanku saja, benarkah pedang Hian-peng-kiam ini merupakan benda warisan dari keluarga Leng?"

   "Betul, pedang Hian-peng-kiam memang merupakan benda warisan milik keluarga Leng"

   Jawab Wi Thian yang sambil tertawa seram. Raja setan yang menggetarkan langit memang tak malu disebut seorang pemimpin dunia persilatan, apa yang diucapkan memang merupakan perkataan yang sejujurnya. oh Put Kui tertawa.

   "Kau memang tak malu disebut Raja setan, kau berani berterus terang,"

   Serunya.

   "Hmmm, selama hidup lohu tak pernah membohong"

   "Aku percaya dengan perkataanmu itu, cuma sayang tindakan saudara dalam merampas pedang mustika itu dari tangan Leng tua kelewat dipaksakan sehingga mendatangkah perasaan tidak puas bagi setiap orang."

   "Bocah muda, tahukah kau kalau pedang Hian-peng-kiam ini dipinjam oleh Leng siau-thian dariku? Lagipula setelah Leng siau-thian meminjam pedang itu, baru saja dia melewatkan suatu musibah kematian?"

   "Apa hubungannya dengan peristiwa pada hari ini?"

   Tanya oh Put Kui sambil menggelengkan kepalanya.

   "Tak ada hubungannya?"

   Wi Thian-yang segera melototkan matanya besar-besar.

   "Bocah keparat, kau benar-benar kurang ajar..."

   Hampir setiap jago liok-lim yang hadir disitu pada keheranan dibuatnya, sebab watak dari Ceng thian-kui-ong Wi Thian-yang saat ini sama sekali berbeda dengan apa yang tersiar dalam dunia persilatan, bahkan dia nampak begitu sabar menghadapi si anak muda tersebut.

   sementara itu, setelah berhenti sejenak.

   kembali Wi Thian yang berkata sambil tertawa seram .

   "Seandainya Leng Siau-thian tidak meminjam pedang lohu, buat apa lohu datang kemari pada hari ini?"

   Oh Put Kui segera tertawa tergelak.

   "saudara, berbicara pulang pergi, kau selalu mengatakan kalau pedang itu diperoleh dari meminjam kepadamu, tapi aku rasa pedang itu kalau toh merupakan benda mestika dari leluhur keluarga Leng, tidak sepantasnya bila saudara berniat untuk mengangkanginya"

   "Jadi menurut pendapatmu, pedang tersebut harus kukembalikan dtngan begitu saja kepada Leng siau-thian?"

   "Bila saudara tidak mau memberikan secara gratis, toh paling tidak bisa mengajukan penawaran."

   "Tepat sekali,"

   Suara Wi Thian-yang dengan sorot mata berkilat.

   "Lohu memang harus mengajukan suatu penawaran, kalau tidak maka pedang tersebut harus kau kembalikan kepadaku."

   Oh Put Kui tertawa.

   "Jika saudara ingin mengajukan penawaran, utarakan saja, aku akan mendengarkannya dengan seksama."

   Sambil tertawa dingin Wi Thian-yang segera berseru.

   "sewaktu lohu mendapatkan pedang ini aku pernah membayar dengan nyawa sepuluh orang jago"

   "Ooh... suatu hawa pembunuhan yang amat tebal..."

   Wi Thian yang tertawa nyaring.

   "Nah bocah muda,"

   Terusnya.

   "bila Leng Siau-thian menginginkan kembali pedangnya, paling tidak dia harus membayar dengan nilai yang sama pula..."

   "Ooh, kalau begitu pedang itu membawa firasat yang jelek..."

   Sembari berkata tangannya digetarkan keras keras, pedang Hian-peng-kiam berikut sarungnya segera menancap keatas tanah. setelah itu katanya lebih jauh sambil tertawa dingin.

   "Dimasa lalu saudara sudah banyak melakukan pembunuhan berdarah, dalam kemunculanmu dalam dunia persilatan kali ini, sudah sepantasnya jika banyak melakukan perbuatan amal, hari ini merupakan suatu kesempatan yang baik sekali untukmu, mengapa tidak kau pergunakan peluang itu dengan sebaik baiknya?"

   Walaupun dia cuma mengayunkan pedang tersebut sekenanya, pedang Hian-peng-kiam tersebut berhasil menembusi permukaan tanah sedalam satu depa setengah.

   Padahalpermukaan lantai berupa batu hijau yang sangat keras, sedangkan pedang itu masih bersarung, kalau dilihat kenyataannya pedang berikut sarung itu bisa menancap sedemikian dalamnya, bisa diketahul kalau tenaga dalam yang dimiliki oh Put Kui betul betul mengerikan sekali.

   Wi Thian-yang merasa terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu, segera ujarnya sambil tertawa.

   "Bocah keparat, tampaknya tenaga sambitan mu cukup hebat, entah kesempatan macam apakah yang kau persiapkan untuk lohu? Bocah muda, ketahuilah kejadian seperti ini merupakan kejadian yang baru pertama kali ini kujumpai."

   Oh Put Kui tertawa hambar, katanya.

   "Bagaimana kalau sepuluh lembar nyawa ditukar dengan suatu pertaruhan kecil.Bila darijarak tiga depa kau berhasil mencabut keluar pedang itu maka aku tak akan mencampuri urusan ini, sebaliknya bila saudara tak mampu mencabut pedang ini, terpaksa aku akan "meminjam bunga untuk menyembah Buddha"

   Dengan menghadiahkan pedang ini untuk sang pengantin perempuan..."

   Mendapat tantangan tersebut, Wi Thian-yang segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

   "Bagus, bagus sekali, lohu amat setuju dengan tantangan semacam itu..."

   Kembali oh Put Kui tertawa, ujarnya.

   "Walaupun kemampuan saudara menghisap benda di udara kosong memiliki kekuatan seribu kati, tapi aku hendak memberitahukan kepada saudara, bila pedang tersebut berada lima depa dihadapanku, maka ilmu penghisap benda diudara kosongmu itu pasti tak berdaya..."

   Seandainya dia tak mengucapkan perkataan itu, mungkin keadaannya masih agak mendingan, tapi begitu ucapan tersebut diutarakan, kontan saja Wi Thian yang dibikin terpojok.

   Berbicara dari kedudukan serta nama besarnya dalam dunia persilatan, seandainya pedang Hian-peng-kiam yang menancap di tanah pun gagal dihisap keluar, maka kejadian tersebut benar-benar merupakan suatu kejadian yang memalukan sekali.

   sekalipun pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Wi Thian-yang namun diluar dia tetap berkata sambil tertawa tergelak "Kau tak usah mengatakan apa-apa lagi, toh asam garam yang kumakan jauh lebih banyak daripada dirimu."

   Kemudian selesai berkata mendadak dia mundur sejauh tiga depa lebih, setelah itu bentaknya.

   "Bocah keparat, lihat saja kelihayanku ini "

   Mendadak sepasang tangannya diayunkan ke depan, kesepuluh jari tangannya dengan memancarkan tenaga hisapan yang besar langsung menghisap ke arah pedang itu.

   Tapi begitu cengkeramannya selesai dilancarkan, tiba-tiba saja wajah Ceng-thian- kui-ong berubah hebat.

   Rupanya pedang tersebut sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun juga.

   Padahal Ceng-thian kui ong cukup memahami bahwa tenaga yang keluar dari kesepuluh jari tangannya itu paling tidak berbobot ribuan kati, tapi mengapa pedang tersebut tak berhasil dicengkeram olehnya? Kejadian tersebut sungguh membuat orang tidak habis mengerti.

   Bukan Wi Thian-yang sja yang tak percaya dengan kenyataan tersebut, bahkan siau Lun serta Hui Lokpun turut berubah wajahnya setelah menyaksikan adegan tersebut.

   Akhirnya siau Lun tak kuasa menahan diri lagi, sambil tertawa tergelak serunya.

   "Hei bocah muda, tampaknya Thian-liong siau-kang mu benar-benar telah berhasil dengan sempurna..."

   Gelak tertawa siau Lun itu tidak terlampau keras, tapi justru suaranya berhasil menindih suara kawanan jago lainnya.

   Usianya masih begitu muda akan tetapi telah berhasil mencapai tingkat kedudukan yang begitu tinggi dalam kepandaian silatnya, andaikata tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri, setiap orang tak akan mempercayai hal itu, tak heran kalau suasana dalam ruangan itu berubah menjadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.

   Dalam pada itu, Ceng Thian- kui-ong telah mengerahkan hawa murni untuk kedua kalinya.

   Hawa marah yang sangat tebal dengan cepat memancar keluar dari balik matanya.

   Tatkala kesepuluh jari tangannya diayunkan ke depan, segera terlihatlah sepuluh buah gulung cahaya hijau memancar keluar...

   "sreet... sreeet..."

   Desingan angin tajam yang menderu deru serasa menusuk pendengaran.

   Ketika hawa hijau tersebut menyentuh gagang pedang Hian-peng-kiam yang menancap diatas tanah, ternyata senjata itu bergetar amat keras kemudian berayun ke kiri dan kanan- Anehnya ternyata pedang mustika itu belum juga bergeser dari tempatnya semula.

   Kopiah emas yang dikenakan Raja setan yang menggetarkan langit hampir saja menerjang ke udara, jelas gembong iblis tua ini telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya.

   Wajah oh-put-kui sama sekali tidak berubah, pelan-pelan dia memejamkan kembali matanya.

   Ketika kejadian tersebut dipandang oleh beberapa orang tokoh persilatan yang hadir disitu, semua orang mengerti kalau oh-put- kui telah mengerahkan pula segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melawan kekuatan yang terpancar ke luar dari tubuh Wi Than-yang.

   setengah perminum teh lewat tanpa terasa sementara itu seluruh jidat Ceng Thian- kui-ong telah dibasahi oleh air keringat.

   Akan tetapi kedua belah pihak masih tetap berdiri kaku ditempat semula tanpa bergerak barang sedikitpun jua.

   Kini getaran yang semula tampak pada ujung pedang Hian- peng-kiam, kini sudah lenyap tak berbekas.

   Tampaknya Ceng Thian- kui-ong Wi Thian-yang sudah menunjukkan tanda tanda akan menderita kekalahan.

   seperminum teh kembali lewat...

   Mendadak terdengar Ceng Thian Kui-ong berpekik panjang, suara pekikan tersebut begitu keras dan nyaringnya hingga menggetarkan kayu belandar diatas wuwungan rumah.

   "Kau menang..."

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jerit Wi-thian yang dengan suara seperti orang menangis. sepasang mata oh Put Kui melotot besar dan memancarkan cahaya tajam, ucapnya kemudian sambi tertawa .

   "Maaf..."

   Belum habis dia berkata, mendadak terdengar wi Thian- yang tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya.

   "Bocah keparat, cobakau lihat..."

   "criiiit..."

   Ternyata dikala oh Put Kui sedang berbicara itulah, pedang Hian-peng-kiam yang semula menancap diatas tanah itu tahu- tahu sudah meluncur ketangan kanan Raja setan yang menggetarkan langit Wi Thian-yang.

   Tindakan semacam ini jelas merupakan suatu tindakan yang rendah dan sangat memalukan.

   Paras muka oh Put Kui kontan saja berubah hebat, serunya sambil tertawa dingin .

   "Apakah kau anggap pedang itu berhasil kau dapatkan?"

   "Hmmm, memangnya tak masuk hitungan?"

   Oh Put Kui segera menengadah dan tertawa terbahak- bahak. Dari kejauhan sana terdengar pengemis pikun segera mengejek .

   "Huuuh... manusia yang tak tahu malu Ternyata Wi-thian- yang tak lebih cuma manusia pengecut yang tak tahu malu"

   Dengan penuh kegusaran wi Thian-yang membalikkan badannya lalu tertawa seram .

   "Lok Jin-ki, kaukah yang sedang ngebacot disitu?"

   Buru-buru pengemis pikun menjulurkan lidahnya sambil menggelengkan kepala.

   "Entahlah..."

   Dasar pengemis ini memang gentong nasi, keberanian untuk mengakusaja tidak dipunyai. sambil tertawa dingin Wi Thian-yang berseru .

   "Lok Jin-ki, kau tak usah berlagakpikun, dalam pandangan mata lohu tidak kemasukan pasir tahu?"

   "Betul, yang disebut sebagai Raja setan tentu saja memiliki sepasang mata yang jeli..."

   Kemudian setelah menggelengkan kepalanya dan tertawa getir, sambungnya lebih jauh.

   "Saudara, buat apa kau mencari gara-gara dengan aku sipengemis? Sobat-sobat yang punya nama dan kedudukan banyak hadir di sini. lebih baik simpan tenagamu untuk menghadapi mereka."

   Ucapan itu betul- betul membuat Wi Thian-yang ketanggor batunya, sorot matanya mencorong sinar tajam, tampaknya dia hendak mengumbar hawa amarahnya.

   oh Put Kui juga menarik kembali suara tertawanya ketika itu, dengan gusar dia berseru kepada Wi Thian-yang .

   "Manusia she Wi, kau betul- betul seorang manusia yang tak tahu malu, manusia bermuka tebal"

   "Dalam hal apa lohu tak tahu malu?"

   Sahut Ceng-thian-kul- ong seraya berpaling. oh Put Kui tertawa dingin- "Hmm. setelah mengaku kalah masih main serobot, apakah tindakan semacam ini bukan suatu perbuatan yang tak tahu malu?"

   Mendengar perkataan tersebut, wi Thian-yang segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bocah


Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Lembah Nirmala -- Khu Lung Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id

Cari Blog Ini