Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 16
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 16
e .. he. Mana ada kayu kenng yang tidak termakan api? Kalau pun ada pasti langka sekali. Dan Siau loji ini justru termasukjenis yang langka Lao cici, aku rasa lebih baik kau tidak usah melelahkan diri sendiri. Hentikan saja seranganmu itu!". Selesai mengoceh panjang lebar, dia langsung menarik kembali telapak tangannya yang sedang beradu kekuatan dengan Hue leng senbu. Tampaknya dia seakan tidak perduli dengan tambahan tenaga yang dikerahkan oleh perempuan tua itu. Saking marahnya, selembar wajah Hue leng senbu jadi pucat pasi Terpaksa dia menarik kembali serangan Hue Yantonya. Kim Tijui segera merangkapkan sepasang kepalan tangannya menjura dalamdalam. Bibirnya masih tersenyum simpul.
"Surat lisan sudah disampaikan oleh Siau loji. Sekarang juga Siau IOJI ingin mohon diri dari hadapan Senbui"
Selesai berkata dia menoleh kepada Cu Kiau Kiau sambil memamerkan sebans giginya yang berwarna kekuningan. Senyumnyasemakin lebar.
"Ketiga batang piau pona cilik ini terpaksa Siau loji simpan sebagai kenangkenangan.". Dia memasukkan ketiga batang Hue lengpiau yang disambutnya tadi ke balik pakaian Setelah itu dia membalikkan tubuh dan meninggalkan tempat tersebut dengan langkah kaki diseretseret seperti datangnya tadi. Dia mengambil jurusan jalan raya. Cu Kiau Kiau sampai termangumangu sesaat memikirkan mengapa senjata rahasianya tidak meledak. Kemudian dia menoleh kepada Hue leng senbu.
"Ibu, mengapa kau melepaskannya begitu saja?"
Tanyanya penasaran. Hue leng senbu mempechatikan bayangan Kim Tijui sampai menghilang di kejauhan.
"Orang ini sudah mempelaJari Sit tian cikang. Sampaisampai Hue Yanto Ibu juga tidak sanggup melukainya. Kalau orang semacam dia tidak ditumpas, kelak tentu akan menjadi duri dalam mata kita,"
Sahutnya sambil menarik nafas panjang. Cian Poa Teng segera majU satu langkah dan membungkukkan tubuhnya menghormat.
"Urusan ini lebih baik jangan ditunda lagj Kita harus segera melaporkannya kepada Kaucu'". Hue leng senbu menganggukkan kepalanya sedikit Setelah itu dia membalikkan tubuh dan masuk ke dalam tandu. Salah seorang pelayannya segera menutup kembali tirai tandu tersebut Lakilaki yang mengusung tandu itu tidak menunggu perintah lagi Mereka segera mengangkat tandu itu serentak dan menmgalkan tempat tersebut dengan berlanlan kencang. Mendengar suara Kim Ti jui yang dipancarkan lewat ilmu Coan im Jut bit, hati Tiong Hui Ciong senang sekali Begitu naik ke atas kereta, dia segera memerintahkan kepada Yu Kim Piau untuk menempuh pecialanan secepatnya. Kira-kira senja hari mereka sudah sampai di Cap ji libio (Kuil sejarak dua belas li). Cap ji li bio terletak di tengah pegunungan. Meskipun gunung itu sendiri tidak terlalu tinggi, namun jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tempat tersebut berkelok- kelok dan penuh dengan bebatuan. Belum lagi rumput ilalang dan pohon serta semak- semak yang menghalau pandangan mata. Menurut legenda, tempat itu dahulunya merupakan persemayaman seekor naga siluman Sedangkan panjang tubuh naga itu mencapai dua belas li Asal naga itu dari langit, tetapi karena berbuat kesalahan maka la dibuang ke bumi Di tempat tersebutlah naga siluman itu menemui ajalnya Entah tahyul atau bukan, tetapi menurut orang kampung yang ada di sekitar daerah itu, apabila seseorang menguburkan leluhurnya di gunung tersebut, maka seumur hidupnya la akan selalu menemui kesialan. Memang suatu kenyataan yang memang tidak dapat dielakkan, yakni musnahnya sebuah perkampungan yang tadinya berada di bawah kaki gunung tersebut Konon penduduk desa itu tiba-tiba terserang wabah penyakit yang tidak dapat terobati sehingga tidak ada satu pun yang berhasil meloloskan diri dan maut Menurut penduduk yang sekarang tinggal dalam batas kurang lebih seratus li dan gunung tersebut, naga siluman itu marah karena wilayahnya dijadikan tempat tinggal Karena musibah ini, para penduduk di desa tetangga lalu mengumpulkan rekan-rekan mereka dan membangun sebuah kuil yang dijadikan tempat pemujaan naga siluman tersebut Mungkin karena cerita dan naga siluman itu sendiri, maka akhirnya kuil tersebut pun dinamakan Cap ji libio. Sebetulnya penduduk yang membangun kuil itu sendiri menamakannya Yung Cengsi (Kuil perkampungan abadi). Dan selain 'memuia naga siluman mereka juga menyembah dewa bumi Untuk menuju kuil itu ada tiga pintu pada setiap tanjakan Diiihat darl bawah bagai penjaga pintu yang gagah. Justru karena kuil itu terdapat di tengah pegunungan yang banyak bebatuan maka Yu Kim Piau menghentikan keretanya di kaki gunung tersebut Tiong Hui Ciong mengajak| Hu toanio, Cun Hong, Sia Ho, Ciu Suang dan Tung Soat naik ke kuil yang terdapat di tengahtengah pegunungan itu. Ternyata untuk naik ke kuil tersebut telah disediakan undakan batu seperti tangga Tingginya mencapai seribu undakan lebih i Namun karena jalannya yang berkelok dan ada Juga celah yang sempit, maka tidak mudah Juga memanjat ke atas. Tetapi Tiong Hui Ciong dan Hu toanio serta keempat pelayannya memiliki itmu silat yang tinggi Rintangan itu tidak menjadi masalah bagi mereka. Baru saja Tiong Hui Ciong sampai di depan pintu gerbang kuil, dia melihat seorang hwesio berpakaian abuabu berdiri di sana dengan merangkapkan sepasang telapak tangannya didepan dada. Melihat kadatangan Tiong Hui Ciong, hwesio itu langsung menyongsongnya. Sampai di hadapan gadis itu dia membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Apakah Li sicu ini yang dipanggil sebagai Tiong kouwnio?". Tiong Hui Ciong merasa heran Mengapa hwesio im tahu namanya?? Padahal, Tiong Hui Ciong bukan she Tiong Tetapi karena mereka tiga bersaudara selalu menggunakan sebutan Beng Tiongkiat (Sulung, tengah dan bungsu) di depan nama mereka sebagai panggilan sehanhari, maka orang yang tidak tahu langsung mengira Tiong itu sebagai shenya. Dengan perasaan terkejut Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya.
"Betul, aku memang Tiong Hui Ciong Bagaimana Taisu dapat mengetahuinya?". Hwesio berpakaian abuabu segera merangkapkan sepasang telapak tangannya sambil tersenyum lembut.
"Siau ceng menenma perintah dan Lao fangciong (Ketua kuil) Dan Siau ceng sudah menunggu di sini cukup lama ". Semakin didengarkan, perasaan heran Tiong Hui Ciong semakin dalam Ketua kuil itu seakan bisa meramal apa yang belum terjadi. Rupanya kedatangannya telah diduga sejak dirii oleh ketua kuil di sana Tiong Hui Ciong segera menjura dalam-dalam.
"Kalau begitu. terpaksa merepotkan taisu membawa kami menemui Lao fangciong.". Hwesio berpakaian abu-abu membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Harap Li sicu ke dalam dulu untuk minum secawan teh sebagai pelepas lelah.". Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Taisu, silahkan.".
"Mari Siau ceng tunjukkan jalannya,"
Kata hwesio tersebut sambil membalikkan tubuh berjalan ke dalam,.
Tiong Hui Ciong dan rombongannya mengikuti dari belakang Setelah melewati sebuah lapangan terbuka yang luas, mereka masuk ke sebuah pintu besar yang terdapat pada bagian kiri bangunan tersebut Di sana terdapat tiga deretan ruangan.
Yang paling ujung merupakan tempat untuk menerima para tamu.
Hwesio berpakaian abuabu segera mempersilahkan Tiong Hui Ciong dan rombongannya masuk ke dalam ruangan itu.
Kembati dia merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Li sicu, silahkan duduk.". Tiong Hui Ciong tidak sungkansungkan lagi Dia segera duduk di atas sebuah kursi yang memang disediakan di dalam ruangan itu. Dia mengedarkan pandangannya sekilas.
"Hu momo, kau juga duduk,"
Perintahnya. Hu toanio segera mengiakan, Dia langSLing mengambil tempat duduk di bagian bawah Tiong Hui Ciong. Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan dengan nampan yang di atasnya terdapat sebuah teko teh lengkap dengan beberapa cawan.
"Li sicu, silahkan diminum tehnya,"
Hwesio berpakaian abuabu itu mempersilahkan para tamunya. Tiong Hui Ciong mengangkat cawan yang ada di meja sampingnya dan minum seteguk. Kemudian dia meletakkan cawan itu kembali pada tempatnya dan memandang ke arah tiwesio berpakaian abuabu itu.
"Kami terpaksa merepotkan taisu untuk melaporkan kedatangan kami kepada Lao fangciong.". Hwesio itu segera merangkapkan sepasang telapak tangannya sambil membungkuk sedikit.
"Lapor'kepada Li sicu, Lao fangciong sekarang sedang bersemedi untuk memulihkan kesehatan tubuhnya yang sudah tua. Terpaksa Li sicu sekalian menunggu di sini sejenak lagi.".
"Entah kapan Lao fangciong baru menyelesaikan semedinya?"
Tanya Tiong Hui Ciong. Hwesio berpakaian abuabu menggelengkan kepalanya.
"Mengenai hal ini, Siau ceng tidak berani memastikan. Hanya tadi Lao fangciong berpesan untuk menunggu Li sicu di depan pintu dan mengantar ke dalam sini ".
"Kalau Lao fangciong sedang bersemedi, tentu kami tidak enak mengganggu Tetapi ada suatu hal yang ingin kutanyakan kepada taisu,"
Kata Tiong Hui Ciong,. Hwesio berpakaian abuabu itu segera merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Li sicu, silahkan katakan saja ".
"Kenalkah taisu dengan seseorang yang bernama Kim Ti jui?". Hwesio berpakaian abuabu langsung mengembangkan seulas senyuman.
"Kim sicu barusan datang ke mari Tentu saja Siau ceng kenal dengannya.". Ini dia! pikir Tiong Hui Ciong dalam hatinya Setelah mempunyai pikiran demikian, dia langsung mengajukan pertanyaan lagi.
"Tadi Kim Tijui menggendong seseorang yang sedang terluka parah .,".
"Orang yang Li sicu maksud pasti Yok Sicu,"
Tukas hwesio berpakaian abu-abu itu. Tiong Hui ciong segera menganggukkan kepalanya.
"Benar, benar. Apakah taisu kenal juga dengan Yok Sau Cun?". Hwesio berpakaian abu-abu itu menggelengkan kepalanya.
"Tidak kenal Tapi Kim Sicu mengatakan bahwa Yok Sau Cun adalah Siau sutenya. Kalau tidak, mana mungkin Lao fangciong bersedia mengobati lukanya'?".
"Oh, jadi Lao fangciong taisu yang mengobati luka Yok Sau Cun?"
Tanya Tiong Hui Ciong senang sekali. Hwesio berpakaian abuabu kembati menganggukkan kepalanya.
"Yok Sau cun adalah adik angkatku. Di mana dia sekarang? Dapatkah taisu mengantarku untuk melihatnya?"
Tanya Tiong Hui Ciong dengan nada gembira. Hwesio itu menggelengkan kepalanya.
"Soal ini, Siau ceng .
".
"Aku datang ke tempat ini atas petunjuk Kim Tijui,"
Tukas Tiong Hui Ciong,.
"Siau ceng tahu,"
Sahut hwesio berpakaian abuabu itu sambil merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Lao fangciong me merintahkan Siau ceng menunggu di depan pintu gerbang, justru karena keadaan han ini yang istimewa Tanp'a adanya Siau ceng sebagai penunjuk jalan, orang luar yang mempunyai ilmu setinggi apa pun, jangan harap dapat melangkah ke dalam kuil Siau ceng ini.". Tidak disangka mulut hwesio ini cukup besar juga, pikir Tiong Hui Ciong dalam hatinya.
"Li Sicu adalah orang yang diiJinkan masuk oleh Lao fangciong Siau ceng tidak beraru berdusta Saat ini Lao fangciong sebenarnya sedang mengerahkan ilmu Ciap yin sinkang dari aliran Buddha untuk menyembuhkan luka dalam yang didenta Yok Sicu Oleh karena itu keadaannya sangat genting. Tidak boteh terganggu sedikit pun.". Tiong Hui Ciong terperanjat mendengar keterangannya.
"Oh! Rupanya begitu.". Sekali lagi hwesio tersebut merangkapkan sepasang tangannya dan tersenyum lebar.
"Harap Li sicu bersedia memaafkan. Untuk isementara terpaksa menunggu saja dalam ruangan ini sambil beristirahat. Apabila Yok Sicu sudah sadarkan diri, tentu Li sicu sudah boleh masuk untuk melihat keadaannya.".
"Terima kasih, taisu,"
Sahut Tiong Hui Ciong sambil menjura.
Meskipun wajahnya tenang sekali, tetapi sebetulnya hati Tiong Hui Ciong sedang kalut Perlu diketahui bahwa dua urat nadi Yok Sau Cun telah tertembus oleh Jitkong dan Patkong, namun tiba-tiba kedua orang tua itu dibokong musuh sehingga menemui ajal.
renaga dalam mereka berkumpul di dalam tubuh Yok Sau Cun dan bersimpang Siur tidak teratur Sedangkan seorang tokoh kelas tinggi seperti Gokong Cuang Kong Yuan saja mengakui bahwa dirinya tidak sanggup mengobati Yok Sau Cun.
Tiong Hui Ciong sama sekali tidak tahu siapa ketua kuil ini Mungkinkah ilmu yang dia miHki malah lebih tinggi daripada Jitkong, patkong dan Gokong? Tetapi otaknya berputar lagi Meskipun lagaknya seperti orang yang kurang waras, tetapi Tiong Hui Ciong tahu Kim Tijui sebenarnya seorang tokoh berilmu tinggi yang tidak ingin menonjolkan diri.
Apabila dia tidak mempunyai keyakinan bahwa ketua kuii ini bisa menyembuhkan Yok Sau Cun, dia pasti tidak akan membawanya ke tempat ini.
Sebuah ingatan langsung berkelebat di benak Tiong Hui Ciong.
"Maaf, aku masih belum tahu siapa nama besar |_ao fangciong kuil ini.". Hwesio berpakaian abuabu segera merangkapkan sepasang tangannya dengan gaya penuh hormat.
"Gelar Lao fangciong kami adalah Tai Ciok.". Tai Ciok taisu? Di dunia kangouw belum pernah terdengar adanya seorang tokoh bernama demikian. Tiong Hui Ciong masih merasa penasaran.
"ilmu silat Lao fangciong pasti tinggi sekali. Entah dari perguruan mana orang tua itu tadinya?". Hwesio berpakaian abu-abu itu tertawa datar.
"Usia Lao fangciong sudah di atas sembilan puluh tahun Seumur hidup, orang tua itu belum pernah tecJun ke dalam dunia kangouw Juga bukan murid dari perguruan mana pun. Siau ceng sendiri tidak tahu danmana orang tua itu memiliki itmu silat seperti sekarang ini.". Pada saat mereka berbicara itu tampak dua orang kacung masuk ke dalam ruangan dengan baki bensi hidangan di tangan. Mereka meletakkan berbagai macam hidangan tersebut di atas meja kemudian keluar dan ruangan itu. Hwesio berpakaian abuabu itu segera merangkapkan sepasang telapak tangannya dan tersenyum.
"Hari sudah meriJelang malam Li sicu sekalian telah melakukan perjalanan yang cukupjauh untuk sampai ke kuil ini. Tentunya perut katian sudah lapar Di sini hanya ada beberapa macam hidangan yang terdiri dan sayuran saja. Kalau para Li sicu tidak keberatan, silahkan menyantap hidangan^ yang disediakan ". Tiong Hui Ciong melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa karena mengkhawatirkan keadaan Yok Sau Cun. Sebetulnya dalam beberapa hari ini dia memang tidak pernah makan secara baikbaik. Sekarang dia sudah mendapat kabar bahwa Yok Sau Cun sedang diobati oleh Lao fangciong, perasaannya menjadi agak lega P rutnyayang keroncongan pun segera terasa.
"Terima kasih atas kebaikan taisu,"
Sahutnya cepat. Hwesio berpakaian abuabu segera merangkapkan tangannya.
"Li sicu tidak perlu sungkensungkan Siau ceng permisi sebentar"
Dia membungkukkan tubuhnya sedikit kemudian berbalik mening1 galkan tempat itu.
"Ji siocia, sudah beberapa han perutmu jarang terisi makanan. Kita tidak perlui sungkan-sungkan lagi,"
Kata Hu toanio. Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya.
"Bukan aku saja, kalian semuajugajarang mengisi perut. Mari kita duduk di sana."
Ajaknya sambil mendahului berjalan menuJU meja makan dan duduk di bagian dalam.
Hu toanio dan keempat gadis pelayannya langsung mengikuti tindakannya.
Hidangan yang disediakan terdiri makanan bagi orang yang berpantang daging Meskipun hanya terdiri dan sayurmayurdan tahu goreng serta kuah sayur bening, tetapi tampaklebih menggiurkandaripadafkanataupun ayam Semua orang makan dengan lahap.
Mungkin hal ini disebabkan oleh perut mereka yang sudah tidak tensi selama beberapa han Memang benar ucapan 'Perut lapar apapun terasa enak'.
Selesai bersantap, dua orang kacung tadi masuk lagi membereskan mangkok serta piring kotor yang berserakan di atas meja Tidak lama kemudian mereka keluar dan balik lagi dengan membawa seteko teh yang harum baunya Sampai saat itu, hwesio berpakaian abuabu yang menyambut kedatangan mereka masih belum kelihatan juga.
Mereka terpaksa duduk melepas rasa lelah sambil menikmati teh yang disediakan.
Waktu berlalu perlahan-lahan.
Malam sudah mulai merayap Sampai hari gelap, mer^ka masih betum mendapat kabar apa-apa, Setelah duduk sekian lama, Tiong Hui Ciong mulai merasa jenuh.
Dia tidak tahu apakah luka yang didenta Yok Sau Cun sudah berhasil disembuhkan atau belum.
Beberapa kali dia duduk lalu berdiri lagi.
Hatinya semakin tegang menunggu kabar dari hwesio tadi.
Beberapa jenak kemudian, kedua orang kacung tadi masuk lagi dengan membawa beberapa macam hidangan keci! seperti bakpao dan kue.
Tiong Hui Ciong langsung berdiri dan menghampin mereka.
"Numpang tanya kepada kedua taisu, tadi ada seorang hwesio berpakaian abuabu yang menyambut kedatangan kami. Di mana dia sekarang?"
Tanyanya. Kedua hwesio itu meletakkan hidangan yang dibawa ke atas meja. Mereka segera merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Kong cik suhu sedang sibuk. Mungkin sebentar tagi dia akan ke man Silahkan Li sicu sekalian makan hidangan ini,"
Sahut salah satunya yang bertubuh agak tinggi.
"Terima kasih atas keterangan Liong wi suhu,"
Sahut Tiong Hui Ciong.
Kedua orang kacung itu keluar dari ruangan tersebut.
Tiong Hui Ciong dan rombongannya juga tidak sungkansungkan lagi.
Mereka segera duduk kembali di dekat meja dan menyantap kue serta bakpao yang disediakan.
Hari sudah mulai gelap.
Seorang kacung masuk ke dalam ruangan dan menyatakan dua batang lilin di atas meja Setelah itu dia membawakan lagi teh untuk para tamu itu.
Tetapi hwe&io berpakaian abuabu yang menyambut kedatangan mereka masih tidakterlihat batang hidungnya.
Kurang lebih sepeminuman teh kemudian telah berlalu.
Tampak hwesio berpakaian abuabu itu masuk dengan tergopohgopoh, Dia segera merangkapkan sepasang telapak tangannya dan tersenyum.
"Maaf kalau Li sicu sekalian terpaksa agak lama menanti Sekarang Yok Siacu sudah sadarkan diri. Harap Li sicu ikut dengan Siau ceng,"
Katanya. Mendengar keterangannya, Tiong Hui long gembira sekali.
"Apakah lukanya sudah sembuh?"
Masalah ini yang paling mengganggu hatinya,.
'Luka Yok Sicu tidak terlalu parah Hanya aliran darah dalam tubuhnya yang bersimpang siur.
Sejak tadi Lao fangciong sudah mengobatinya sampai sembuh.
Tetapi karena keadaan tubuhnya yang masih sangat lemah, maka Lao fangciong menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh Yok Sicu agar dapat membantu kesehatannya supaya pulih segera.
Hal ini malah membuat Li sicu terpaksa menunggu sampai dua kentungan lebih..
"
Selesai berkata, dia merangkapkar lagi sepasang telapak tangannya "Yok Sicu sekarang berada di kamar tamu dan menyantap hidangan.
Kamar tamu itu tidak terlalu besar.
Para Li sicu yang lain harap tunggu saja di sini sebentar".
Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya.
"Benar. orang yang baru sembuh juge tidak boleh dikerumuni oleh terlalu banyak orang Hu momo, kalian tunggu saja di sini Biar aku saja yang masuk."
Selesai berkata dia membalikkan tubuhnya ke arah hwesio tadi.
"Taisu, silahkan.".
"Mari Siau ceng tunJUkkan jalan,"
Sahut si hwesio berpakaian abu-abu.
Dia membawa Tiong Hui Ciong keluar dari ruangan tersebut dan menyusuri sebuah kondor panjang Mereka iangsung menuju ke bagian belakang bangunan tersebut.
Di sana terdapat sebuah bangunan yang didirikan di tengah pegunungan Suasananya sangat tenang.
Mereka berjalan terus sampai di pintu kayu.
Hwesio berpatman abuabu menghentikan langkah kakk'ya dan mendorong pintu kayu tersebut.
"Li sicu, silahkan,"
Katanya. Tiong Hui Ciong segera masuk ke dalam kamar tamu tersebut Dia langsung dapat melihat Yok Sau Cun yang sedang duduk bersandar sambil mengisi perut Hatmya gembira sekali Langkah kakinya diparcepat.
"Adik Cun, ternyata lukamu memang sudah sembuh!"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Serunya dengan nada riang. Yok Sau Cun yang melihat kehadiran Tiong Hui Ciong jadi tertegun. Cepat-cepat diletakkannya mangkok dan sumpit yang di tangannya ke atas meja dan berdiri.
"Ciong cici, kapan kau datang ke tempat ini?". Tiong Hui Ciong menatap Yok Sau Cun lekat-lekat, Gadis itu bagai terpesona. Meskipun tubuh Yok Sau Cun agak kurus dan ada rona keunguan di keningnya, namun sepa$ang matanya bersinar semakin tajam. Dia langsung menyadari bahwa Lao fangciong kuil ini benarbenar telah mengobati luka datam yang dtdentanya. Bahkan orang tua itu juga sudah metancarkan darah dan hawa murni di dalam tubuh anak itu sehingga mengalir dengan normal. Dan sudah pasti tenaga dalam Jitkong dan Patkong yang tersalur di dalam tubuh anak muda itu telah disatukan dengan tenaga dalamnya sendiri. Kalau didhat dan sinar matanya yang demikian tajam, hati Tiong Hui Ciong langsung curiga. Janganjangan tenaga dalam adik Cun sudah bertambah menjadi berapa kali lipat dari sebelumnya. Seandainya kecungaannya benar, maka ini merupaken suatu kabar yang menggembirakan sekali Tanpa sadar, bibirnya langsung mengembangkan seulas senyuman.
"Senja tadi aku sudah ada di sini. Aih, kali ini semua merupakan kesalahanku. Aku tidak tahu kalau kau mempelaJan tenaga dalam yang istimewa dan darahmu memang menga|ir dari arah yang berfawanan. Aku kira aliran darahmu membalik sehingga keadaan jiwamu sangat berbahaya Cici benar-benar membawa kesulitan bagi dirimu ".
"Hal ini bukan atas kesalahan Cici, Kau kan bermaksud baik. Ketika Cici menyatuckan hawa murni membantu agar urat nadi dalam tubuhku ini dapat tertembus, sebetulnya siaute sudah ingin menjelaskan kepada Cici mengenai keadaan yang sebenarnya Sayangnya, mulut siaute saat itu susah sekali digerakkan sehingga terjadi..
".
"Aku menyesal sekali Waktu itu aku sembarangan mengambil keputusan sendiri. Tidak merundingkan dulu dengan dirimu Eh, kau duduk dan habiskan makananmu.".
"Siaute sudah kenyang."
Sahut Yok Sau Cun. Mulutnya tertawa lebar.
"Tadi siaute dengar dari lao suhu bahwa di dalam tubuh siaute mengahr dua tenaga dalam yang dahsyat sekali Dua arus tenaga dalam ini paling tidak sudah memakan latihan selama tiga puluh lima tahunan ke atas. Sekarang, atas petunjuk Lao suhu, dua arus tenaga dalam itu sudah disatukan dengan tenaga dalam siaute sendiri. Tenaga dalam yarvg siaute miliki saat ini paling tidak sepuluh kali lipat sebelumnya. Kata Lao suhu, hal ini merupakan keajaiban bagi siaute, boleh dibilang juga rejeki dalanl kemalangan. Tetapi, entah siapa yang menyalurkan tenaga dalam ini? Apakah Ciong Cici yang melakukannya?".
"Cici mana mempunyai tenaga dalam sehebat itu?"
Kata Tiong Hui Ciong. Mendengar sebutan "cici"
Yang keluar dari mulut Yok Sau Cun demikian mesra, hati Tiong Hui Ciong jadf berbungabunga.
Senyumannya semakin merekah "Cici membawamu menemui dua orang locianpwe Ketika mereka sedang menyalurkan tenaga dalam ke tubuhmu, tiba-tiba mereka dibokong orang Jahat sehingga menemui ajalnya Oleh karena itu, tenaga dalam mereka yang tersalur ke dalam tubuhmu tidak dapat ditarik kembali.".
Yok Sau Cun terkejut sekali.
"Apakah kedua Cianpwe itu tidak tertolong lag,?". Tiong Hui Ciong terpaksa menceritakan dari awa! M mana Yok Sau Cun terkena serangan Hue Yanto oleh Hue leng senbu Kemudian dia melihat Hui HuJin dan Hui Fei Cin membawanya ke Kui Hunceng Secara diam-diam dia mengikuti jejak mereka dan mencuri dengar apa yang mereka percakapkan. Setelah itu, dia juga melihat Gi Huato yang merupakan salah satu dari Wi Yang samkiat bergegas datang dan memeriksa lukanya Menurutorangtua itu, tidakadacara lain untuk mengobati dirinya kecuali dengan tusukan jarum emas Sementara itu dia pa ham sekali bahwa dengan cara pengobatan tersebut, meskipun nyawa Yok Sau Cun bisa tertolong, tetapi dia juga akan cacat seumur hidup. Mendengar keterangan Gi Huato tersebut, hati Tiong Hui Ciong menjadi panik sekali Dia fangsung mencan akal untuk menyelamatkan Yok Sau Cun dan Kui Hunceng. Dibawanya anak muda itu ke penginapan di mana mereka bermalam dan berusaha melancarkan tenaga dalam untuk membantu penyembuhannya yang mana sebelumnya Yok Sau Cun sudah diminumkan pil 'Soat somwan' buatan kakeknya Tentu saja Tiong Hui Ciong tidak menceritakan bagaimana caranya dia menyuapkan obat itu Yok Sau Cun yang sudah sadarkan diri tiba-tiba jatuh pingsan lagi Tiong Hui Ciong sangat terkejut Dia segera memenksa seluruh tubuh anak muda tersebut. Dan dia semakin terkejut ketika mengetahui bahwa aliran darahnya mengalir dari arah yang berlawanan. Dia menceritakan sampai bagaimana Jitkong dan Patkong dibokong oleh seseorang sehingga menemui ajalnya. Dia sendiri akhirnya mengambil keputusan untuk segera membawanya ke Soat san. Tetapi rombong an Hue leng senbu dan Wi Yang samkiat mengejarnya dan berhasil menghadang perjalanannya. Kemudian Kim Ti jui melarikannya dari kereta Tiong Hui Ciong dan membawanya ke Cap Ji libio ini. Yok Sau cun mendengarkan cerita Tiong Hui Ciong sampai terkesima.
"Rupanya ketika dalam keadaan terluka, siaute sudah mengalami banyak keJadian tanpa disadan Oh ya, ke mana Lao koko sekarang?". Tiong Hui Ciong merasa bingung.
"Siapa itu Lao koko?"
Tanyanya. Yok Sau Cun tersenyum simpul.
"Lao koko itu Kim Tijui.".
"Ketika aku berangkat, dia sedang bersiapsiap untuk bergebrak melawan Hue leng senbu,"
Sahut Tiong Hui Ciong. Yok Sau Cun merasa khawatir sekali mendengar keterangan gadis itu.
"llmu silat Hue leng senbu itu tinggi sekali. Sedangkan Lao koko sampai saat ini masih belum sampai. Entah bagaimana akhir pertarungan mereka?". Tiong Hui ciong tertawa lebar.
"Jangan khawatir, Lao kokomu jtu tidak mungkin kalah . !".
"Betul sekati! Kalau Siau loji sampai dikalahkan seorang nenek, bukankah sama saj'a mengalami sial selama tujuh tucunan?"
Terdengar suara sahutan seseorang.
Ucapannya selesai, orangnya pun muncul.
Siapa lagi kalau bukan Kim Ti JUI, Dia mengangkat bahunya dan cengarcengir Kemudian dia berbicara dengan suara yang direndahkan, Sebetulnya Siau loji bisa datang lebih cepat.
Tetapi setelah Siau loji hitunghitung, dua urat nadi siau hengte yang tertembus tentu tidak mudah dibalikkan kembali seperti semula Setidaknya menierlukan waktu selama satu atau dua kentungan Apalagi setelah sembuh tentu masih harus menghimpun hawa murni agar seluruh peredaran darah berjalan dengan [ancar Tentu harus menghabiskan sedikit waktu lagi.
Siau IOJI jarang mempunyai waktu senggang Begitu hati merasa gembira, langsung saja nongkrong di kedai arak yang ada di dusun sebelah ini.".
"Masa minum sampai sekarang baru datang ke rnari?"
Tanya Tiong Hui Ciong. Kim Ti jui merabaraba hidung betetnya. Dia langsung tertawa getir.
"Sebelum mulai minum arak, Siau loji tidak memikirkan apa-apa Sampai sudah cukup puas, Siau loji baru teringat bahwa Siau loji bukan hendak menuju ke tempat yang lain, tapi naik ke atas kuil ini Celaka!". Tiong Hui'.Ciong tidak mengerti maksud ucapannya.
"Apa bedanya?".
"Aduh, nona besarku Masa kau tldak berpikir demi Siau loji Memangnya kau kira ini tempat apa? Masa Siau loji boleh datang ke tempat ini dengan sempoyongan karena mabuk berat Terpaksa Siau !oji mencan sebuah tempat yang nyaman di kaki gunung dan tidur pulas sejenak sampai pengaruh arak hilang, baru setelah itu Siau loj'i naik ke atas gunung ini ".
"Apakah Lao koko jadi bergebrak dengan Hue leng senbu tadi?"
Tanya Tiong Hui Ciong. Gadis itu Jadi ikut-ikutan Yok Sau Cun memanggil Kim TIJUJ dengan sebutan Lao koko.
"Kalau tidak bergebrak, mana mungkin dia sudi melepaskanku?".
"Apakah Lao koko yang meraih kemenangan dalam pertarungan tersebut?"
Tanya Yok Sau Cun. Kim Ti jui kembali mengangkat sepasang bahunya.
"Lao koko tidak menang, tapi diajuga tidak kalah Begitu sa|a, akhirnya bubar"
Berkata sampai di situ, tiba-tiba dia mengetuk bagian belakang kepalanya sendiri "Eh! Lao koko terus mengoceh, sampaisampai urusan penting dilupakan!".
"Urusan apa?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Kalau dibilang, urusan ini maha besar."
Dia menelannelan air liurnya kemudian melanjutkan kembali "Masalah ini baru Lao koko dengar dan susiok ketika sampai di sini.
Dia orang tua meminta kalian berdua berangkat ke Soat san secepatnya.".
Mendengar ucapannya, selembar wajah Tlong Hui Ciong berubah merah padam.
Dia menyuruh dirinya berangkat berdua dengan Yok Sau Cun ke Soat san, tak perlu dikatakan alasannya lagi.
Pasti agar kakek dapat melihat sendiri anak muda itu.
"Bukankah Toacl sendiri Juga begitu? Dia bertemu dengan pemuda pilihannya di tempat lain. Yaya langsung menyuruhnya membawa Toa cihu ke Soat san. Kemudian karena kakek merasa cukup puas, mereka pun dinikahkan. !". Teringat akan pernikahan, kenangan ketika dia menyuapkan obat kepada Yok Sau Cun langsung terbayang kembali Hatinya langsung berdebar-debar.
"Untuk apa siaute dan Ciong cici pergi ke Soat san?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Menurut apa yang susiok katakan, kemungkinan telah terjadi perubahan di Soat san,"
Bisik Kim Tijui.
"Terjadi perubahan?"
Hati Tiong Hui Ciong menjadi tegang "Lao koko, apa yang kau maksudkan? Mengapa bisa terjadi perubahan di Soat san?". Kim Ti jui mengangkat sepasang bahunya.
"Mengenai hal ini, Lao koko Juga tidak tahu Tunggu sampai kalian tiba di sana dan mengadakan penyelidikan dengan teliti, mungkin kalian bisa mengetahuinya.". Tiong Hul Ciong tampaknya kurang mempercayai kata-kata Kim TiJui.
"Kakekku ada di Soat san Masa bisa terjadi perubahan apa-apa?".
"Kemungkinan penstiwanya Justru terjadi pada diri kakekmu,"
Sahut Kim Tijui. Tiong Hui Ciong mengerutkan sepasang alisnya.
"Kira-kira urusan apa yang terjadi di sana?".
"Kalau Siau loji bisa tahu, bukankah pantas disebut sebagai Buddha hidup?".
"Apakah kita akan berangkat malam ini juga?"
Tanya Tiong Hui Ciong kembali.
"Tentu saja semakin cepat semakin baik. Tetapi setidaknya kau harus mengijinkan Siau loji menyelesaikan kata-kata yang akan diucapkan bukan?".
"Memangnya Lao koko masih ada perkataan apa lagi?". Seng mialo Kim Ti Jui tertawa terkekeh-kekeh.
"Urusan Siau Loji banyak sekali. Setelah urusan di sini selesal, Siau loji hacus berangkat ke Wi Yang pai. Setelah urusan di Wi Yang pai selesai, Lao koko ini masih harus menuju ke Pak hai."
Kembalj dia menelan air liurnya.
"Kita bicarakan saja urusan di sini terlebih dahulu Lao koko harus menjelaskan urusan Siau sute sampai terang."
Sinar matanya beralih kapada Yok Sau Cun.
"Siau sute, ilmu Yang tian sikang yang kau pelajari merupakan llmu yang sangat langka. Orang yang mempelajari ilmu ini memang aliran darahnya mengalir dari arah yang berlawanan. Dengan demikian tidak akan mempan terhadap itmu totokan dari partai mana pun. Tapi pada tahap akhir ilmu ini, orang yang mempelajarinya harus mengusahakan agar aliran darahnya norma! kembali. Dengan demikian baru bisa mencapai tingkat tertinggi. Mempelajari ilmu ini saja memang sudah sulit sekali. Untuk mencapai tahap akhir di mana aliran darah harus dikembalikan sebagaimana orang umumnya. lebih sulit lagi Karena dalam tubuhmu mengalir dua arus tenaga dalam yang dahsyat maka susiok segera mengerahkan ilmu aliran Buddha untuk menyatukannya dengan tenaga dalammu sendiri Merasa sudah kepalang tanggung, susiok menambahkan lagi hawa murninya untuk menormalkan kembali aliran darahmu yang membalik Sekarang ilmu Yang tian sikang yang kau pelajari sudah mencapai tahap tertinggi Coba kau pikirkan baik-baik, bukankah hal ini merupakan suatu kabar yang sangat menggembirakan?". Mendengar keterangannya, hati Tiong Hui Ciong senang bukan kepalang. Dia menoleh pada Yok Sau Cun sambil tersenyum.
"Adik Cun, Cici harus mengucapkan selamat kepadamu!".
"Keberhasilan siaute ini sebetulnya merupakan kerja keras Cici. Aih, Jitkong dan Patkong dibokong Orang jahat ketika ingin mengobati siaute. Biar bagaimana, Siaute harus menemukan orang jahat itu dan membalaskan dendam untuk mereka. Siaute berharap dengan demikian arwah kedua Cianpwe bisa tenang di alam baka.".
"Pembicaraan kita sudah bergeser jauh. Kau Siau sute. di dunia kangouw saat ini, boleh dibilang sudah jarang tandingannya. Tetapi ilmu pedangmu masih cetek sekali. Kalau hanya mengandalkan satu jurus yang Lao koko ajarkan tempo hari, tentu saja masih belum cukup. Menurut susiok, untuk menenangkan kembali gejolak pembunuhan yang melannda dunia Bulim saat ini, kamungkinan harapan paling besar tertumpu pada dihmu. Oteh karena itu, Lao koko disuruh menurunkan Tian san samci kepadamu. Jurus pertamanya sudah kau pelajari. Namun sekarang kau harus bergegas menuju ke Soat san. Seandainya Lao koko ingin mengajan dua jurus terakhir tlmu tersebut kapadamu, tentunya tidak keburu lagi. Maka dari itu, terpaksa Lao koko sekarang mengajarkan jurus keduanya terlebih dahulu. Tunggu sampai kau kembali dan Soat san, Lao koko baru mengajarkan lagi jurus ketiganya. Dengan demikian, dalam perjalanan menuju Soat san, kau bisa melatih jurus yang kedua itu."
Selesai berkata dia langsung bangkit berdiri. Tangannya menggapai kepeda Yok Sau Cun.
"Baiklah... Apa yang ingin Lao koko ucapkan hanya sekian saja. Cepat, cepat. Setelah mengajarkan jurus kedua ini, Lao koko masih banyak urusan yang harus diselesaikan.". Tiong Hui Ciong tersenyum simpul.
"Tampaknya kau memang selalu sibuk."
"Apa tidak? Setelah mengajarkan jurus kadua dari Tian san samci ini, aku masih harus bergegas menuju Ke Wi Yang pai.".
"Untuk apa Lao koko pergi ke Wi Yang pai?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Pertemuan Ce Po tan goan sudah di depan mata. Di dalamnya terselip rencana yang licik. Aku harus segera menemui Hui taihiap agar dia sampaikan lagi kepada Song Loya cu. Seandainya orang-orang dari delapan partai besar ingin menghadiri pertemuan tersebut, sebaiknya tinggalkan sebagian jago-jago mereka di perguruan masing-masing. Tidak boleh teledor Jangan sampai semua anggota mereka terperangkap dalam jebakan yang telah diparsiapkan,"
Sahut Kim Ti jui.
Terhadap ucapan Kim Ti jui tadi, Tiong Hui Ciong merasa kurang senang.
Pertemuan Ce Po tan goan diselenggarakan oleh Toa cihu dan Cu Tian Cun.
Setahu gadis itu, di dalamnya tidak terkandung rencana licik atau parangkap apa pun Tetapi dia tidak mengatakan atau memprotes sepatah kata pun.
"Lalu untuk apa Lao koko pargi ke Pak Jai?"
Tanya gadis itu.
"Oh ya"
Kim Ti jui meraba-raba hidung betetnya.
"llmu Hue Yanto Hue leng senbu itu sudah mencapai tingkat tenaga dalam sebanyak dua belas bagian Lain kali kaiau kalian bertemu dengannya, jangan sekali-sekali terjadi bentrokan dengan orang itu ". Tiong Hui Ciong tampaknya kurang percaya.
"Mungkinkah dia sehebat itu?".
"Tentu saja benar,"
Sahut Kim Tijui sambil menganggukkan kepatanya berkalikali "Dia bahkan jauh lebih hebat dari pada dugaan Lao koko."
Dia segera mengulurkan sepasang tangannya "Tadi Siau loji mengadu tenaga dalam dengannya.
Sit tian cikang yang dipelajari oleh Lao koko meski masih bisa mendesak unsur api yang terkandung dalam Hue Yanto miliknya tetapi telapak Lao koko sampai melepuh dan pakaian ini Juga jadi karing kerontang bagai dijemur di bawah matahari tenk selama tiga hari berturutturut.
Kalau diteruskan juga, tulang betulang Lao koko yang kurus ini pasti akan semakin ciut Coba kau bayangkan, hebat tidak kepandaian nenek tua itu?".
Mulut Tiong Hui Ciong sampai terbuka mendengar katerangannya.
"Untung saja dia berhasil digectak oleh Lao koko, sehingga menghentikan pertarungan. Oleh karena ituiah, bagaimana pun Lao koko harus pergi ke Ping kiong (Istana es)."
Berkata sampai di situ, tiba-tiba dia menggerutu sendiri.
"Sudah, sudah. Pertanyaan kalian tidak habishabisnya. Sampaisampai Lao koko juga mengoceh terus. Sekarang kalian tidak boleh menyianyiakan waktuku lagi. Mari, mari, Siau sute, sudah tiba saatnya untuk bersungguhsungguh. Lao koko akan mengajarkan jurus kedua ilrnu Yang tian san ci.". Tiong Hui Ciong segera berdiri.
"Tian san smkiam, merupakan dedengkotnya ilmu pedang di dunia. llmu ini pasti hebat sekali Aku akan menjaga di depan pintu,"
Katanya. Kim Ti Jui menggoyang-goyangkan tangannya. Mulutnya tertawa terkekeh-kekeh.
"Tiong Kouwnio selama ini Siau loji tidak pernah menganggapmu seperti orang lain. Siau sute belajar tlmu padang, kau juga tidak usah nierasa segan sehingga mencari- cari alasan segala macam,"
Kim TiJui langsung menarik tangan Yok Sau Cun dan dengan terperinci dia menjelaskan teori ilmu Tian san Samci kiamhoat kepada anak muda itu.
Kali jni dia hanya menerangkan jurus keduanya saja, karena jurus pertama telah dikuasai oleh Yok Sau Cun.
Sedangkan Jurus ketiga baru akan diajarkan setelah dia kembali dari Soat san.
Kim Tijui menjelaskan bagaimana cara melancarkan Jurus tersebut, juga mengenai setiap perubahannya.
Dia lalu meminta Yok Sau Cun menghunus pedangnya dan cobacoba jalankan jurus kedua yang diajarkannya barusan.
Dengan penuh kesabaran Kim Tijui selalu mengulangi penjelasannya.
Tanpa merasa jenuh sedikit pun dia mem' beri gambaran tentang setiap perubahan dari iimu tersebut, bahkan sampai gerakangerakan sekecil-kecilnya Tindakannya itu menimbulkan kesan bahwa ilmu pedang yang satu ini demikian hebat seakan tidak tertandingi.
Siapa kira ketika dia memben contoh dengan menjalankan jurus tersebut, dia hanya berdiri dengan kaki kanan di depan lalu padang panjangnya dijulurkan dan diputar sebanyak dua kaii.
Setelah itu dia menarik pedangnya kembali dan menyodorkannya kapada Yok Sau Cun.
"Nah, begitu gerakannya. Apakah kau sudah paham?"
Tanyanya. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Siaute sudah mengerti".
"Bagus. Sekarang kau tunjukkan sekali lagi.". Yok Sau Cun segera berdiri dan mengikuti gerakannya tadi Dia Juga memutar pedangnya sebanyak dua kali lalu berhenti. Tampaknya sudah persis, tetapi Kim Tijui menggoyanggoyangkan tangannya berulang kali.
"Tidak benar, tidak benar. Jauh sekali parbedaannya!"
Kemudian dia mengambil kembali pedang dan tangan Yok Sau Cun dan mengulangi gerakannya sekali lagi.
Sembari memberi contoh, mulutnya terus menerangkan bagaimana caranya mengerahkan tenaga datam, bagaimana membuka serangan dan kapan waktu yang tepat untuk memutar pedangnya.
Terhadap Jurus yang pertama, Yok Sau Cun sudah hapal di luar kepala.
Tetapi justru jurus kedua yang tampaknya sederhana ini, dia memerlukan waktu selama setengah kentungan baru dapat menggerakkan dengan benar.
Menggerakkannya dengan benar yang dimaksudkan di sini hanya berarti bahwa setiap gerakan yang ditakukannya sudah tidak salah tagi.
Tetapi kalau dibandingkan dengan kata 'bisa', masih terpaut jauh.
Setidaknya dia masih harus berlatih terus dalam Jangka waklu' yang cukup lama untuk mencapai kematangannya.
"Sudah lumayan, asal kau ingat baik-baik jurus kedua ini Lao koko akan pergi sekarang,"
Kata Kim Ti jui.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sejak Yok Sau Cun berlatih jurus kedua ini, Tiong Hui Ciong tidak keluar dan ruangan tersebut.
Tetapi dia juga tidak melirik sedikit pun kepada mereka.
Tentunya dia tidak enak hati apabila dikira mencuri belaJar itmu orang lain.
Sampai saat ini, setelah mendengar kata-kata Kim TiJui, dia baru berdiri.
"Lao koko, apakah kita juga harus berangkat sekarang ini?"
Tanyanya.
"Betul, betul "
Kim Ti jui melangkah keluar Sampai di depan pintu dia menolehkan kepalanya.
"Sudah tentu kalian harus berangkat sekarang juga. Perjalanan dari sini ke Soat san masih lumayan jauhnya.". Batas waktu antara pertemuan Ce po tangoan di Oey san hanya tinggal bga hari lagi. Padasaat ini gedung Lam Leng Tung sudah ditata sedemikian rupa. Para anggota deiapan parlai besar yang akan hadir dalam partemuan sudah mulai mengalir datang. Karena Cong huhoat dan pihak lawan yakni Cu Tian Cun memiliki ilmu sitat yang tinggi dan mengeJutkan, maka pertemuan ini menarik perhatian orang banyak. Dalam pertemuan kali ini, sudah ada beberapa orang Ciang bunjin yang hadir sendiri. Para tokoh mulai berkumpu! di gedung tersebut. Yang sudah hadir antara lain Bulim toalo Song Ceng San putranya Song Bun Cun, Lao koanke mereka yang terkenal berilmu tinggi Ciek Ban Cing, Ciang bunjin dari Hoa sanpai Sang Ceng Hun, wakilnya Siau Kiam Beng, Lohan tongcu dan Siau lim pai yakni Bu cu taisu yang datang dengan delapan belas orang mundnya yang biasa membentuk bahsan Lo Hantin, Ciok Sam San dari Ciong Sampai, Giok Si Cu dari Bu Tong pai, Yu Liong kiam kek Su Po Hin dengan delapan orang muridnya, Hui Hung 1 su dari Ciong Lam pai, Kwek Si Hong, Kan Si Tong dan Pat Kua bun dan Beng Ta jin dari Liok Hap bun Hanya orang dari Go Bi pai yang masih belum kelihatan. Tuan rumah Tung Sik Cong berasal dari Siau Lim pai. Dia merupakan seorang pendekar yang senang bergaul. Beberapa hari ini gedung rumahnya dipenuhi oleh berbagai kalangan dari kangouw. Orang-orang ini apabila pada hari biasa, diundang pun belum tentu mau datang, maka kali ini boleh dibilang pamornya jadi naik seketika. Kamarkamar tamu di gedung itu sudah dipersiapkan Juga sudah dipilih beberapa orang untuk melayani tamu, tetapi sampai saat ini tuan rumah masih saja kelabakan melayani tamutamu yang terus mengalir tiada hentinya Pada saat itu, seorang pelayan masuk lagi dan melaporkan tentang kedatangan Wi Yang samkiat. Tung Sik Cong bergegas keluar menyambut. Dia melihat Wi Yang tayhiap Hui Kin Siau, Wi Lamcu dan Gi Huato bertiga sudah diantar masuk oleh seorang penyambut tamu dan saat ini sedang melangkah memasuki pintu kedua. Tung Sik Cong cepatcepat menyongsong ke depan. Sepasang kepalannya langsung dirangkapkan. Bibirnya tidak lupa mengembangkan senyuman yang ramah.
"Terima kasih atas kehadiran laoko bertiga. Hengte tidak sempat menyambut dari jauh, harap maafkan ". Wi Yang samkiat menjura serentak. Wi Lamcu tertawa terkekeh-kakeh.
"Kata-kata Tung laoko terlalu sungkan Kita sudah berapa tahun tidak pernah berjumpa. Jarang sekali ada kesempatan seperti ini, kebetulan kita bisa berbincangbincang tentang kenangan masa lalu,' sahutnya.
"Harap kalian bertiga masuk dulu ke dalam dan menikmati secawan teh,"
Kata Tung Sik Cong mempersilahkan. Dia langsung menggeser sedikit dan mempersilahkan para tamunya masuk ke ruangan dalam.
"Tung heng, entah siapa saja dari delapan partai besar yang sudah hadir?"
Tanya Hui Kin Siau.
"Hampir semuanya, kecuali Go Bi pai yang belum,"
Sahut Tung Sik Cong.
Dia mengajak mereka menuju ke taman di belakang rumah yang luas sekali Di sana para tamu yang lainnya sedang duduk berbincangbineang.
Melihat kehadiran Wi Yang sam kiat, mereka segera berdiri dan menyapa.
Wi Yang samkiat membalas sapaan setiap orang Song Bun Cun segera maju ke depan menghampiri Wi Yang Samkiat Dia menJura dalam-dalam kepada Ku congnya (Hui Kin Siau adalah suami dan adik ayahnya).
Song Ceng San mengeluselus jenggotnya sambil tersenyum simpul.
"Benar-benar suatu kejutan sampaisampai Siheng (Wi Lamcu) dan Giheng ikutikutan hadir dalam pertemuan ini,"
Katanya.
"Mungkin Bengcu masih belum tahu...? Sebelum pertemuan ini saja, pihak Wi Yang pai kami sudah parnah bergebrak dengan pihak Kong Tong pai di Yang Ciu Kebetulan aku dan Gi jite mendengar bahwa pertemuan ini diadakan di gedung rumah Tung heng, itulah sebabnya kami bergegas datang. Pertama, kami bisa bertemu dengan teman"
Teman lama yang tidak mengadakan kontak lagi sejak lama.
Dengan demikian kita bisa berbincang-bincang dengan mereka.
Kedua, ada suatu tugas rahasia yang penting sekali dan harus disampaikan kepada temanteman dari dunia kangouw agar kahan dapat mempertimbangkannya baik-baik.".
Ciok Sam San dan Ciong Sam pai merasa tertank dengan keterangan itu.
"Siapa orangnya dari pihak Kong Tong pai yang bergebrak dengan kalian di Yang Ciu?"
Tanyanya.
Disebabkan kitab itmu Cu Pit keng, pihak Ciong sam pai sudah lama berbentrok dengan pihak Kong Tong pai.
Urusan ini sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Mendengar keterangan Wi Lam cu bahwa mereka telah berbentrok dengan pihak Kong Tong pai, tentu saja dia merupakan orang pertama yang paling tertank dengan kejadian ini.
"Hue leng senbu Cu Leng sian,"
Sahut Wi Lam cu. Ciok Sam San tertegun mendengar perkataannya.
"Hue leng senbu sendiri sudah sapipai di Yang Ciu?"
Tanyanya kurang percaya.
"Peristiwa ini bermula dari Sit Kimkiam..."
Kata Hui Kin Siau.
"Gi heng meminta Yok laote mengantarkan pedang Sit Kimkiam ke Kui Hun Ceng, apakah telah terjadi sesuatu?"
Tukas Song Ceng San cepat.
"Rupanya Sit Kimkiam sudah didapatkan oleh Bengcu,"
Demikianlah pikir orang- orang yang hadir daiam ruangan tersebut.
"Betull Pertamatama, Hue leng senbu menculik Siau li dan meminta kami menukarnya dengan pedang Sit Kimkiam. Tepat pada saat itu Yok Sau Cun datang.
"
Hui Kin Siau langsung membeberkan kejadian tentang kesediaan Yok Sau Cun yang mana mewakili istrinya menukar padang Sit Kimidam dengan diri Hui Fei Cin.
Bagaimana dia menyandera Cu Kiau Kiau dan menyeretnya ke Sian li bio.
Anak muda itu berbalik menggunakan diri Cu Kiau Kiau untuk ditukarkan dengan putrinya.
Dia juga menceritakan bagaimana akhirnya Yok Sau Cun menyanggupi tantangan Hue leng senbu untuk menyambut tiga serangannya dan kemudian ia terluka oieh Hue Yanto di tangan Hue leng senbu.
Song Ceng san sampai terpana mendengar kejadian itu.
Dia terkejut sekali.
"Yok laote terkena serangan 'Hue Yanto'?".
"Omitohud!"
Seru Bu Cu taisu dari Siau lim pai.
"Bagaimana keadaan Yok laote?"
Beng Ta Jin ikutikutan cemas mendengar peristiwa tersebut.
Jawaben atas pertanyaan ini juga yang menggelayuti hati para tamu yang lainnya.
Sekali lagi Hui Kin Siau mengisahkan bagaimana Yok Sau Cun yang sedang terluka parah diculik oleh seseorang dari Kui Hun ceng.
Kemudian mereka berhasil mengetahui siapa yang menculik Yok Sau Cun dan berhasil menghadang Tiong Hui Ciong di Oey Kang si.
Kebetulan Hue leng senbu juga menyusul tiba Dia mendesak Tiong Hui Ciong menyerahkan Yok Sau Cun.
Tentu saja permintaannya ditofak oleh gadis itu.
Kedua orang itu hampir bergebrak.
Dan dari pembicaraan keduanya, lampaknya Soat san dan Kong Tong pai sudah bergabung untuk menguasai dunia Bulim.
Song Ceng San kembali terperanjat.
Kemudian dia menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.
"Ini dia! Di kaki gunung Hun Tai san, Yok laote pernah bertemu dengan seorang tua. Katanya orang tua itu mengucapkan empat baris syair. Cukup lama juga hengte berusaha mencankan arti syair ini. Sekarang setelah mendengar keterangan dari adik ipar lohu ini, barulah [ohu mengerti kalau yang dimakaudkannya adalah Soat san! Aikh...! llmu silat Soat san lojin sangat tinggi, Kong Tong pai juga mempunyai keistimewaannya sendiri, apaiagi ilmu Hue Yanto milik nenek Hue ieng senbu itu Tampaknya masalah ini tidak mudah diselesaikan ".
"Kalau ditilik dan nada pembicaraan Tiong kouwnio hari itu, rasanya Soat san iojin tidak keluar sendiri. Dia hanya mengutus tiga orang cucu perempuannya untuk memberi bantuan kepada pihak Kong Tong pai Seperti yang kalian ketahui, cucu perempuan Soat san lojin yang sulung merupakan menantu dari Hue leng senbu.
"
Kata Hui Kin Siau. Terdengar seruan dan mulut Kan Si Tong.
"Tidak salah, cucu perempuannya yang sulung adalah istn Cong huhoat yang pernah kita temui tempo han Dia adalah Cu Tian Cun yang memiliki ilmu tinggi itu!". Ciok Sam san tersenyum simpul.
"Hal ini pasti salah besar. Seumur hidupnya Cu Leng Sian belum pernah menikah, dari mana dia bisa punya anak?".
"Apakah Hue moh Cu Kiau Kiau itu bukan puirinya?"
Tanya Hui Kin Siau kurang percaya. Ciok Sam San menggelengkan kepaianya sambil tersenyum.
"Cu Kiau Kiau adalah anak pungutnya yang diasuh sejak kecil'.
"Kalau begitu, Cu Tian Cun kemungkinan juga anak pungutnya ' kata Kan Si Tong.
"Harap liongwi kesampingkan duiu masalah anakanak Hue Leng senbu ini. Kita dengarkan duiu kelanjutan cerita Hui taihiap tentang keadaan Yok laote sekarang,"
Tukas Beng Ta jin.
"Akhirnya hengte mengambil keputusan untuk melerai pertikaian keduanya dan mengajukan usul untuk memenksa keadaan Yok Siangkong terlebih dahulu. Apabila lukanya memang benar separah yang dikatakan oleh Tiong kouwnio, maka kami tei^aksa mengijinkan dia membawa Yok Siangkong ke Soat san untuk memohon pertoiongan dari kakaknya. Namun ketika kami memeriksa keadaan dalam kereta, lernyala Yok Siangkong sudah hilang...
". Beng Ta Jin tampaknya cemas sekali "Siapa yang menculik Yok laote?"
"Kim Tijui,"
Sahut Hui Kin Siau. Bu Cu Taisu mengerutkan sepasang alisnya yang putih.
"Siapa itu Kim Ti jui?"
Tanyanya heran.
Kembali Hui Kin Siau mengisahkan bahwa hampit saja terjadi pertikaian besarbesaran karena hilangnya Yok Sau Cun dan dalam kereta.
Tepat pada saat itu, datang seseorang yang mengaku dirinya sebagai tukang ramal nasib dan becnama Kim Ti jui.
Bagaimana orang tua itu meminta Tiong kouwnio dan rombongan Wi Yang pai meninggalkan lempat tersebut Karena merasa orang ini bukan tokoh sembarangan, maka Hui Kin Siau dan yang lainnya segera menuruti permintaan Kim Ti jui.
"Kalau begitu Hui taihiap lidak tahu di mana Yok laote sekarang?"
Tanya Hui Hung Su.
"Tidak. Hengte dan kedua suheng segera kembali ke Kui Hun Ceng Tidak lama kemudian orang yang bernama Kim Tijui itu pun menyusul tiba. Menurut ceritanya, luka yang diderita oleh Yok Siangkong sudah sembuh secara keseluruhan Saat ini dia sedang mengemban sebuah tugas yang laha penting..
"
Sahut Hui Kin Siau.
"Apakah Kim Ti Jui itu tidak mengatakan ke mana tujuan Yok laote?".
"Tidak, Kim Ti Jui hanya mengatakan bahwa Yok laote pergi mengurus sebuah masalah yang penting sekali Hal ini merupakan rahasia besar yang tidak boleh dibocorkan.". Song Ceng San lampak merenung.
"Tindaktanduk orang ini sangat mistarius. llmu silatnya tinggi sekali. Tetapi dalam dunia kangouw namanya belum pernah terdengar. Sam te sudah pernah bertemu dengannya sebanyak dua kati. Apakah kau dapal menduga dari mana asal usul orang ini?".
"Hal ini masih belum diketahui oleh siaute. Tetapi menurut apa yang dikatakan oleh Kim Tijui, dia bergegas datang ke Hun Ceng karena ingin siaute menyampaikan kaiakata kepada toako,"
Sahut Hui Kin Siau.
"Oh?"
Song Ceng San agak terpana mendengar ucapannya.
"Apa yang ingin disampaikan olehnya?".
"Menurut Kim Ti jui, dalam pertemuan Ce Po tangoan kalj ini pihak lawan sudah mengadakan persiapkan. Ini merupakan perangkap yang sangat berbahaya. Dia ingin toako menyampaikan kepada pihak delapan partai basar yang hadir dalam pertemuan ini, katanya lebih baik batalkan niat untuk menghadiri pertemuan itu dan tidak usah melayaninya ".
"Para anggota delapan partai besar sudah berbondongbondong datang. Pertemuan itu tinggal tiga hari lagi. Sedangkan kita sudah menjadi lamu di rumah Tung heng. Kalau kita tiba-tiba membataikannya, mungkm inaiah menjadi lidak enak,"
Kata Giok Si Cu dari Bu Tong pai.
"Apa yang loheng katakan memang benar. Kalau kita lidak hadir dalam pertemuan tersebut, bukankah kita membuktikan bahwa dirl kita takut menghadapi mereka? Dengan demikian pamor delapan partai besar juga akan Jatuh. Lagipula, meskipun Kong Tong pai benar telah memasang perangkap di pertemuan nanti, dengan mengandalkan begitu banyaknya anggota delapan partai besar, masa kita harus merasa gentar?"
Tukas Ciok Sam San.
"Kim Tijui meminta kita membatalkan niat untuk menghadiri pertemuan, setidaknya dia dapat membenkan alasan yang masuk akat,"
Kata Sang Ceng Hun dan Hua San pai.
"Tentang hal im, Kim TIJUI tidak mengatakannya. Dia hanya meminta hengte menyampaikan pesan Apabila detapan partai besar tetap mgin menghadiri pertemuan tersebut, sebaiknya para jagonya dibagi menjadi dua bagian Sebagian tetap menjaga di perguruan masing masing untuk berjagajaga dan sebagian lainnya menghadiri pertemuan.". Song Ceng San mengeluselus jenggotnya yang panjang.
"Apa lagi yang dikatakannya?".
"Dia hanya mengucapkan beberapa patah kata itu saja lalu pergi dengan tergesa- gesa,"
Sahut Hui Kin Siau.
"Kita tidak mungkin mempercayai begitu saja' o6ehan seorang tukang ramal yang tidak dfketahui asal usulnya. Kita tidak bolffh gentar mendengar kata-katanya Kong Tong pai rnemang sudah iama ingin menguasai dunia kangouw. Hal ini sudah diketahui oieh kita semua. Meskipun dia tidak merencanakan perangkap apaapa, kita tetap harus berkumpul di pertemuan Ce Po tangoan untuk memperingatkannya. Di dunia Bulim, tidak boleh ada partai sepihak yang berkuasa. Kaiau memang ada yang ingin membuat kekacauan. Kita akan bergabung untuk menghentikan tindakannya. Dengan demikian keadilan tatap dapat ditegakkan!"
Sahut Ciang bunjin dan Pat Kua bun, Kwek Si Hong. Ciok Sam San tangsung tertawa terbahakbahak.
"Betul sekali! Hanya mengandalkan Leng Un lojin dan Cu Leng sian, apanya sjh yang perlu ditakutkan? Kita semua yang berkumpul di sini, meskipun bukan pendekar tiada tandingan, tetapi toh merupakan anggota dari deiapan partai besar yang semuanya memiliki ilmu silat cukup tinggi. Kalau bertarung satu lawan satu, mungkin kita semua bukan tandingan Leng Un lojin, tetapi kalau tidak bergandengan tangan menghadapinya, memangnya kita tidak bisa mengalahkan mereka?".
"Apa yang dikatakan ciok heng memang benar. Tetapi kita semua yang terdiri dan deiapan partai besar ditambah lagi dengan orang orang dan Wi Yang pai, rasanya masih belum cukup Pihak Kong Tong pai bukan saja berhasit menarik Soai san pai sebagai rekanan. Mereka |uga berhasil menarik tidak sedikit tokoh golongan hitam. Jumlah mereka Jauh melebihi kita Seorang Cong Huhoat dari pihak mereka, yakni Cu Tian Cun saja mungkin sudah tidak ada yang sanggup melawan. Apalagi kalau kata- kata Kim Tijui benar bahwa mereka sudah memasang perangkap untuk menjebak kita.". Sekali lagi ciok Sam San tertawa lerbahak-bahak.
"Biarpun mereka niemasang perangkap, kita juga tidak perlu takut. Perangkap atau apapun yang sejenis itu hanya sesuatu yang dipandang rendah oleh kaum Bulim. Buat apa Kita harus merasa gentar?"
Katanya. Bu Cu taisu segera merangkapkan sepasang tangannya dan menyebutkan nama Budha.
"Omitohud! Ketika pinceng akan datang ke tampat ini, suheng pinceng ingin pincenig sampaikan beberapa patah kepada kalian. Maksudn/a, sejak Bengcu yang terdahulu (Song Ceng San) mengundurkan diri, dunia Bulim seperti kehilangan pe'gangan. Masing-masing melakukan tindakan menurut inisiatif sendirisendiri. Selama itu tidak terpikir untuk memilih seorang Bengcu lainnya. Meskipun selama puluhan tahun ini, deiapan partai besar tetap bersatu sebagaimana layaknya sebuah keiuarga besar, tetapi biar bagaimana pun tetap tidak ada seorang kepala ketuarga yang memimpin. Hal ini menimbulkan kasan seakan seekor naga tanpa kepala .
". Apa yang dikatakannya memang kenyataan, tanpa sadar para hadirin menganggukkan kepala mendengar ucapan Bu Cu taisu.
"Untung saja selama puluhan tahun ini, tidak terjadi gelombang badai di dunia kangouw. Karena keadaan yang tenang, kita pun tidak merasakan apaapa. Tetapi coba bayangkan kaiau seandainya terfadi sesuatu yang dahsyat, kita pasti akan kefabakan karena tidak ada yang membimbing kita menyelesaikan masalah itu Oleh karena itu, suheng pinceng ingin menguiangi sekali iagj. Biar bagaimana pun, demi kepentingan kaum Bulim, harap Bengcu bersedia menjabai kembaii kedudukan yang dulu Pertama, agar delapan partai besar dan sahabat dari dunia Bulim lainnya tidak usah mendengar suara dari berbagai pihak melainkan mengikuti keputusan Bengcu Kedua, biar dunia Bulim sadar bahwa antara golongan hitam dan aliran lurus ada jUrang yang memisahkan. Dengan demikian mereka tidak sembrono mengikuti ajakan golongan sesat dan yang aKhirnya dapat menimbulkan kejahatan yang merugikan diri mereka sendiri Masalah ini besar sekali. Harap para sahabat dari delapan partai besar dapat memben dukungan demi kesejahteraan dunia kangouw."
Selesai berkata, kembali Bu Cu laisu merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Apa yang Bu Cu taisu katakan tapat sekali. Nama bengcu sudah dikenal oleh semua kalangan. Tentu jabatan ini tidak pertu diragukan lagi. Sekarang baias waktu pertemuan sudah sedemikian dekat. Paling bagus kalau Song loya cu bersedia menjabat kembali kedudukan ini Kita memerlukan seorang Bengcu yang dapat membimbing delapan partai besar untuk menentukan jalan yang harus ditempuhnya...!"
Tukas Ciang bunjin Pat Kua bun, Kwek Si Hong. Mendengar ucapan kedua orang tadi, para hadirin dapat merasakan bahwa mereka mendesak Song loya cu untuk menduduki kembali jabatan bengcu.
"Para toheng, hengte sekalian...
". Baru saja Song Ceng San mengucapkan beberapa patah kata, Giok Si Cu dan Bu Tong pai sudah menukas perkataannya.
"Bengcu, hat ini adalah atas persetujuan delapan partai besar. Orang dulu sering mengatakan sebuah pepatah yang sangat bagus. 'Langkahlah sesuai kata hatimul' Bengcu, harap Jangan menolak lagi!". Song Ceng San terpaksa menganggukkan kapalanya.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau hal ini sudah menjadi kesepakatan delapan partai besar, hengta tentu tidak enak menoiaknya. Tetapi ada satu hal yang harus hengte beritahukan sebelumnya. Jabatan ini hanya hengte ten'ma selama pertemuan Ce Po tangoan. Apabila pertemuan ini sudah selesai, hengte terpaksa melepaskan kembali jabatan ini. Pada saat itu, harap para anggota delapan partai besar bisa memilih seorang dan golongan muda yang bertanggung jawab dan berjiwa pendekar. Juga harus seseorang yang tidak hanya memikirkan kepentmgannya sendiri, tetapi mengutamakan kepentingan dunia Bulim. Ombak yang di belakang selalu mendorong ombak yang di depan Ombak yang di belakang pun mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada ombak yang di depan. Sudah waktunya kita memben kesempatan kepada generasi muda '.
"Hal ini merupakan urusan setelah Bengcu mengundurkan diri nanti. Sesudah pertemuan Ce Po tangoan berakhir, kamungkinan dunia kangouw akan tenang kembali. Pada saat itu, kita bisa mengumputkan lagi orang-orang dan delapan partai besar dan mengadakan sebuah rapat besar untuk memilih seorang Bengcu sebagai pengganti Bengcu yang sekarang..."
Kata Hui Hung Su.
"Benar sekali apa yang toheng katakan, urusan yang akan datang kita rundingkan kembati setelah pertemuan Ce Po tangoan. Saat ini yang harus kita pertimfcangkan adalah bagaimana caranya menghadapi apa yang akan terfadi daiam pertemuan nanti,"
Tukas Beng Ta Jin. Ciok Sam San kembali tertawa terbahak-bahak.
"Sekarang Bengcu sudah menyatakan kesediaannya. Hal ini berarti bahwa kita sudah mempunyai seorang pemimpin Mengenai bagaimana caranya menghadapi pertemuan Ce Po tangoan nanti, ada sebuah pepatah Juga yang sangat bagus. 'Tentara datang, Jenderal menghadang. Air datang, tanah menghalau.' Kita harus lihat duiu perangkap apa yang akan dipasang dalam pertemuan nanti. Sampai waktunya asal ada sepatah perintah dan Bengcu saja, kita sudah boleh segera bertindak ".
"Suheng, waktu pertemuan tinggal beberapa hari lagi. Kapan kita haius berangkat ke tampat yang ditentukan?"
Tanya Ciang bunjin dari Hoa san pai, Sang Ceng Hun.
"Sekarang waktu yang ditentukan tinggat tiga hari. Tetapi orang dari Qo Bi pai masih belum tampak Juga batang hidungnya. Maksud lohu, biar kita tunggu lagi sampai malam ini. Kalau orang dan Go Bi pai masih ttelum ada yang hadir, besok pagipagi kita boleh segera berangkat. Entah bagaimana pendapal kalian semua?' kata Song Ceng San. Para hadirin sudah tentu menyetujui usul orang tua itu Baik orang Go Bi pai hadir atau tidak, besok pagi mereka harus berangkat menuju tempat yang ditentukan. Ai Teng berada di wilayah An Wi dan merupakan sebuah dusun yang berbatasan dengan Ho Lam Sepanjang jalan terlihat tanah kuning yang dipenuhi dengan kerikilkerikil kecil. Meskipun jalanan itu tidak rata naroun kereta kuda saja dapat melewatinya tanpa menemui kesulitan.
"
Di atas sebatang ranting pohon, tampak tergantung sebuah kendi arak yang warnanya sudah pudar.
Dan saat itu sedang melambai-lambai tertiup angin.
Serombongan orang yang sudah menempuh perjalanan sejauh dua tiga puluh ti metalui padang tandus langsung melihat sebuah kendi arak yang tergantung melambai di atas ranting pohon Siapa orangnya yang tidak kepingin duduk di bawah sebatang pohon yang nndang beristirahat sambil menikmati sekendi arak.
Mereka langsung bertanya kepada seorang anak gembala di mana letak kedai arak? Gembala cilik itu mengulurkan telunjuknya ke arah timur dan mengatakan bahwa ada sebuah kedai arak di desa Siu Hua cun.
Mereka berjalan menyusuri hutan Di luar hutan, meskipun bukan desa Siu Hua cun yang dikatakan anak gembala tadi, ternyata di situ ada sebuah kedai arak.
Dua pondok yang dibangun berhimpHan cukup luas juga Di dalamnya terdapat empat lima buah meja kursi yang disediakan untuk para tamu.
Selain arak, kedai itu juga menyediakan hidangan seperti sayuran dan bakmi.
Saat itu sudah menjelang tengah hari.
Angin utara berhembus sepoisepoi Tempat yang terdapal sinar matahari juga dapat merasakan hembusan angin yang lembut.
Hari ini kebetulan cuaca cerah Usaha kedai arak itu juga cukup laris.
Bahkan lebih ramai dacipada harihari biasanya.
Dari lima buah meja yang disediakan, sudah ada tiga meja yang tensi Di depan dua buah meja yang terletak di sebelah timur, duduk masing-masing empat orang iakilaki berpakaian hijau seperti dandanan para tosu.
Semuanya terdiri dan delapan orang.
Di meja yang satunya lagi, duduk seorang tosu tua Rambutnya sudah penuh uban Wajahnya bersih dan enak dilihat Pakaiannya juga berwarna hijau Hal ini [nembuktikan bahwa tosu im serombongan dengan delapan tosu di dua meja lainnya.
Dia hanya duduk seorang diri Ini juga membuktikan bahwa kedudukannya lebih tinggi dan kedeiapan orang yang lainnya.
Mungkin juga dia adalah guru mereka! Di hadapan sembilan orang tosu ini masing-masing terdapat secawan teh dan semangkok mie daging sapi Saat itu mereka sedang menundukkan kepalanya menikmati hidangan masing-masing.
Pada jalanan yang bertanah kuning tiba-tiba berkumandang suara larinya sebuah kereta.
Dari jauh sudah tampak bahwa kereta Jtu berwarna hitam dengan dua ekor kuda menarik di depannya.
Kereta itu dilankan dengan kancang.
Sesampainya di luar hutan, kereta itu dihentikan dengan perlahan-lahan.
Tetapi meski bagaimana pun lambatnya kereta itu dihentikan, debudebu yang timbul akibat gesekan keki kuda tetap berhamburan ke manamana.
Apalagi kalau kebetulan angin bertiup.
Pandangan pun akan menjadi kabur sejenak.
Begitu kereta dihentikan, sang kusir segera meloncat turun dan menurunkan tirai kereta tarsebut Sekejap kemudian, tampak empat orang gadis berpakaian hijau yang berwajah ayu turun terlebih dahutu.
Mereka semua masih sangat muda usianya.
Pakaiannya juga berwarna hijau.
Yang terakhir merupakan sepasang laki-laki dan perempuan yang masih muda.
Usia yang laki-laki kurang lebih dua puiuh tahun.
Wajahnya tampan dan penampilannya gagah.
Dia mengenakan pakaian berwarna biru langit.
Sepasang alisnya yang berbentuk go|ok membuat dirinya tampak lebih perkasa.
Sedangkan yang perempuan mungkin barusia sedikit di atas dua puluh tahun.
Dia mengenakan pakaian berwarna kuning gading.
Wajahnya sangat cantik dan gayanya anggun.
Sayangnya mimik wajah iiu terlalu dingin sehingga membuat takut laki-laki yang ingin memandangnya lebih lama.
Mereka adalahTiongHui Ciong, Yok Sau Cun, Hu loanio beserta keempat pelayan Cun Hong, Sia Ho, Ciu Suang dan Tung Soatyang melakukan perjaianan menuju ke Soat san.
Mereka melangkah masuk ke kedai arak Mata Hu toanio mengeriing sekilas kepada tosu tua dan kedelapan anak buahnya.
Tetapi, kehadiran Yok Sau Cun dan rombongannya ternyata tidak menarik perhatian kesembilan tosu lersebut Mereka bahkan tidak mendongakkan kepalanya sekalipun.
Hu toanio sudah lama berkecimpung di dunia kangouw.
Keiopak matanya sudah pasti lebih lebar dari pada yang lain Diam-diam hatinya menjadi curiga.
"Keadaan sembilan tosu mi lidak seperti biasanya. Jangan-jangan kedatangan mereka di tempat ini memang sengaja untuk mencari gara-gara dengan kami,"
Katanya dalam hati.
Sebagai seorang yang sudah banyak makan asam garam, sedikit saja melihat lingkah laku yang kurang wajar, dia langsung dapat merasakan sesuatu yang kurang beres.
Umpamanya rombongan mereka yang terdiri dari sekian banyak orang.
Mereka tiba- tiba berhenti di depan kedai arak dengan kereta kuda, seharusnya ada satah satu atau dua dari tosu tersebut yang meiink sediklt atau mendongakkan kepalanya, Apabila dan tosu yang berjumlah sembilan orang itu tidak ada satu pun yang mengerling sekilas atau pun dipengaruhi rasa ingin tahu, berarti mereka sudah mengetahui bahwa tempat tersebut akan kedatangan rombongan mereka.
Perbuatan mereka yang mendongakkan kepaia pun tidak, seperti tidak ada ke|adian apaapa, bukankah berarti mereka memang sengaja melakukannya'? Diamdiam Hu toanio mendengus dingin.
"Benar-benar ingin mencari perkara dengan kami, memangnya mata kalian sudah buta?"
Maki Hu toanio dalam hatinya.
Pemilik kedai arak itu merupakan sepasang suami istn yang sudah lanjut usia.
Lao pocu sedang mengipas tungku api.
Si kakek tua yang melihat kedatangan beberapa orang tamu segera keluar menyambul Wajahnya yang sudah keriput langsung mengembangkan seulas senyuman.
"Kongcu, siocia, silahkan duduk. Entah apa yang ingin dipesan oleh kalian?". Yok Sau Cun, Tion'g Hui Ciong serta Hu toanio duduk di meja yang satunya. Sedangkan keempat gadis peiayan Tiong kouwnio duduk di meja sebelahnya lagi.
"Toiong Lao cang sediakan duiu beberapa cawan teh. Hidangan apa yang dijual di sini, harap sediakan saja kata Yok Sau Cun. Kakek tua itu segera mengiakan Dia menuangkan secawan teh untuk masing-masing tamunya. Kemudian dia bertanya dengan bibir tersenyum 'Apakah kongcu ingin memesan arak?".
"Kami semua lidak minum arak. Tapi tolong kau bawakan satu botol untuk kusit kami di sana,"
Sahut Yok Sau Cun sambil menunjuk ke arah Yu Knn Piau.
"Kalau begitu, Siau lojt sediakan semacam sayuran dan buatkan kalian masing- masing satu mangkok bakmi, bagaimana?"
Tanya orang tua itu. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Baiklah.". Tidak lama kemudian, orang tua itu kembali lagi dengan dua pinng berisi sayuran dan satu botol arak. Yu Kim Piau menambatkan tali kendal! kuda pada sebatang pohon. Dia meminta orang tua tadi inenyediakan semangkok kedelai dan rumput segar. Seteiah memberi makan kedua ekor kudanya, dia mencuci muka di sumur yang tedetak di samping kedai baru melangkah ke dalam. Yok Sau Cun menggapaikan tangannya.
"Yu heng, silahkan duduk di sini. Makanan sudah kami pesankan untukmu,"
Katanya.
"Terima kasih, Yok Siangkong,"
Sahut Yu Kim Piau. Dia langsung duduk di kursi kosong yang ada di samping Hu toanio dan berbisik kepadanya.
"Hu Toanio, tampaknya kesembtlan tosu ini memang menunggu kehadiran kita di sini.". Yu Kim Piau juga sudah lama berkecimpung di dunia kangouw. Sekali lihat saja, dia Juga langsung curiga. Hu toanio mengeluarkan suara seruan 'ohi' yang lirih.
"Rasanya mereka orang-orang dari Bu Liang kiam pai.". Hu toanio mendengus dingin.
"Memangnya kenapa kalau memang benar orang-orang dan Bu Liang kiam pai?".
"Bu Liang sou hudl'. Tiba-tiba tosu tua yang duduk sendirian mengeluarkan suara seruan Wajahnya menatap ke atas langit 'Bu Uangkiam pai jarang datang ke daerah Tionggoan. Dengan tokoh Bulim yang ada di Tionggoan, tidak pernah terjadi perselisihan apaapa. Kalau mendengar nada ucapan U sicu tadi, tampaknya sangat tidak puas terhadap Bu Liangkiam pai kami!". Hu toanio sedang meneguk teh dan cawannya. Mendengar kata-kata tosu tua itu, tanpa sadar dia mendehem satu kali.
"Memangnya kedatangan kalian tosutosu ini bukan untuk mencan garagara dengan kami?".
"Siancai! Siancail Kedatangan kami di tempat mi memang sedang menunggu seorang sicu, tetapi tidak ada hubungannya dengan Li sicu ini'. Hu toanio agak terpana mendengar keterangannya.
"Entah siapa yang sedang kalian tunggu itu?".
"Pinto sedang menunggu seorang sicu yang bermarga Yok!".
"She Yok?"
Diamdiam Hu toanio tertawa dingin dalam hatinya.
"Kalian masih tidak mengaku bahwa kedatangan kalian memang sengaja mencari garagara dengan kami?"
Katanya daiam hati.
"Pasti sicu she Yok yang totiang katakan itu mempunyai nama bukan?"
Tanyanya kembali.
"Sicu itu she Yok, namanya Sau Cun!". Yok Sau Cun merasa heran Dia tidak merasa kenal dengan tosutosu itu Mengapa mereka datang mencarinya? Meskipun hatinya merasa aneh. tetapi dia berdiri juga. Sepasang kepalan tangannya langsung dirangkapkan serta menJura dalam-dalam.
"Cayhe adalah Yok Sau Cun Tosu sekalian menunggu cayhe di tempat iru entah ada keperluan apa?"
Tanyanya sopan. Tosu tua yang mendengar bahwa pemuda yang ada di hadapannya itu adalah Yok Sau Cun, langsung berdiri dari tempat duduknya. Dia memperhatikan anak muda itu dari atas kepaia sampai ke ujung kaki.
"Siancai! Siancai! Rupanya sicu ini adalah Yok Sau Cun. Hitunghitung perjalahan kami ini tidak sia-sial". Yok Sau Cun juga memperhatikan tosu tua itu sekilas.
"Entah siapa gelar tosu ini?". Tosu tua itu membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Pinto bergelar Hong Lam San ". Mendengar tosu tua itu menyebutkan namanya, tanpa terasa sepasang alis Tiong Hui Ciong langsung terjungkit ke atas Setahunya. Hong Lam San adalah Ciang bunjing dan Bu Liang kiam pei Menurut kabar, llmu silatnya sangat tinggi Sebagai seorang Ciang bunjin dan sebuah partaiyang terkemuka, dia juga berminat besar terhadap ilmutlmu dari Tionggoan. Kali ini, dengan membawa delapan mundnya dia duduk di tempat ini menunggu, apakah dia pernah berbentrokan dengan adik Cun nya? Hati Tiong Hui Ciong menjadi waswas Dia langsung ikut berdiri.
"Bagaimana Lao totiang dapat mengetahui bahwa kami akan melewati jalanan ini sehingga sudah mendahului di depan dan menunggu kami di sini? Tentunya ada seseorang yang memberitahukan kepadaLaototiang, bukan? Dapatkah Lao totiang memberitahukan kepada kami siapa orangnya?". Hong Lam San tarsenyum simpul.
"Pinto mencari Yok sicu innaukan satu dua haci saja. Tadi malam kebatulan Pinto bertemu dengan seorang teman lama Dia memberitahukan kepada pinto bahwa siang ini Yok sicu pasti akan lewat di tempat mi, dan meminta menunggu saja Ternyata pinto berhasil bertemu dengan Yok sicu di sini,"
Sahutnya. Mendengar kata-katanya, dia sama sekali tidak ingin memberitahukan siapa orang yang memberi kabar kepadanya.
"Kalau ditilik dari ucapan totiang tadi, tampaknya rombongan totiang mencan cayhe sudah agak lama Entah ada urusan apa yang demikian penting? Dapatkah totiang mengatakannya agar cayhe menjadi Jelas?". Hong Lam San menatap Yok Sau Cun sekilas.
"Pinto dengar, senjata yang digunakan Yok sicu adaiah sebatang pedang lemas. Entah benar atau tidak kabar yang pinto dengar itu?". Yok Sau Cun tidak merasa perlu menutupi hal tni, Dia langsung menganggukkan kepatanya.
"Memang benar!". Sinar mata Hong Lam San berkelebat tajam.
"Bolehkah pinto pinjam lihat sebentar?".
"Kalau totiang memang berminat, silahkan saja."
Dia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan gulungan pedang lemasnya dan menyodorkannya ke hadapan Hong Lam San.
Tosu tua itu segera menerima dan memperhatikannya sesaat Tampak perubahan pada waJahnya Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Yok Sau Cun.
"Entah dan mana Yok sicu mendapatkan pedang ini?".
"Apa maksud totiang sendiri menanyakan asal usul pedang Cayhe ini'?"
Tanya Yok Sau Cun kembali. Hong Lam San tidak menyahut Jempol tangannya perlahanlahan menekan di bagian UJung. Terdengar suara.
"Cring.". Pedang itu pun langsung terjulur keluar menjadi panjang. Tampak segulung cahaya dingin memijar darj pedang pusaka tersebut! Tetapi melihat ujung pedang tersebut yang sudah berkurang, kurang lebih tiga cun, wajah tosu itu langsung berubah hebat. Tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara tawa yang memilukan. Sepasang matanya bersinar tajam. Dia mendelik lebarlebar kepada Yok Sau Cun.
"Yok sicu harus mengatakan siapa teman yang menghadiahkan pedang ini kepadamu!"
Kata tosu itu dengan suara berat.
Saat ini pengalaman Yok Sau Cun sudah mulai banyak walaupun dia belum begitu lama berkecimpung di dunia kangouw.
Melihat tampang Hong Lam San, dalam hatinya langsung timbul kecurigaan.
'Begitu melihat pedang lemas pemberian Lan moay, mimik waJahnya seperti murka dan sedih.
Janganjangan pedang lemas ini ada kaitannya dengan Bu Liangkiam pai mereka, tetapi, bagaimana aku boleh mengatakan kalau pedang ini adalah pemberian Lan moay?' katanya dalam hati.
Di luar dia tetap tersenyum simpul.
"Totiang belum menjelaskan kepada cayhe apa sebabnya totiang menanyakan dari mana cayhe mendapatkan pedang ini?".
"Apa sebabnya?"
Suara tawanya semakin berat.
"Sebab pinto sedang mencari seseorang!". Pada dasarnya Yok Sau Cun memang seorang pemuda yang cerdas. Mendengar tosu itu mengatakan bahwa tu]uannya menginjak daerah Tionggoan edalah untuk mencan dirinya Setelah bertemu dia ingin melihat pedang lemas yang selalu digunakan sebagaj senjata sejak dia berhecimpung di dunia kangouw. Sekarang setelah melihat pedang tersebut, dia menanyakan siapa yang menghadiahkannya. Kemudian dia juga mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mencari seseorang. Apabila semua cerita ini dirangkaikan, maka sudah dapat dipastikan bahwa orang yang dicannya adalah pemilik pedang ini. Pikirannya langsung tergerak, dia segera mengajukan pertanyaan....
"Apakah orang yang totiang can itu pemilik pedang ini?". Hong Lam San melirik sekilas Dia menganggukkan kepalanya.
"Tidak salah Orang yang hendak pinto can adalah suheng pinto sendiri, Ca Nam Kiau. Orang-orang menjulukinya Nam Fang Kiau Cu.". Seumur hidup Yok Sau Cun belum pernah mendengar nama Ca Nam Kiau maupun Nam Fang Kiau Cu.
"Dapatkah Yok sicu mengatakannya sekarang?"
Tanya Hong Lam San kembali.
"Apa yang harus cayhe katakan?".
"Pinto lihat Yok Sicu berwajah terang, pasti berasal dari perguruan besar Harap Yok sicu mengatakan dengan terus terang, siapa yang menghadiahkan pedang ini kepadamu?".
"Tadi cayhe sudah mengatakan bahwa pedang ini merupakan pemberian dari seorang sahabat,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Tapi Yok sicu tidak menyebutkan nama orang yang menghadiahkannyai"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hbng Lam San tidak memberi kesempatan kepada Yok Sau Cun untuk menyahut.
"Mungkin Yok sicu belum tahu Pedang lemas ini merupakan padang pusaka Bu Liangkiam pai kami Bahannya terbuat dan campuran besi dengan emas murni. Bukan saja dapat memotong besi bagai tanah, tetapi juga lentur sekali sehingga tidak mudah patah Oieh karena itu, dalam partai kami ada sebuah peraturan yang tidak tertulis Pedang ada, orangnya pun ada. Pedang hilang, orangnya mati.
". Semua orang hanya mendengarkan kata-katanya, tidak ada satu pun yang bersuara. Hong Lam San melanjutkan ucapannya ..
"Partai kami masih mempunyai sebuah peraturan yang lain Para murid yang mengalami kekalahan tidak boleh menenma hinaan. Seandamya dikalahkan oleh seseorang, maka dia harus mematahkan pedangnya sendiri lalu membunuh diri dengan memotong urat nadinya "
Hong Lam San berhenti seJenak "Kekalahan murid partai kami ibarat kekalahan diri pinto sendiri, juga para murid lamnya.
Oleh karena itu, segenap murid yang memiliki ilmu cukup tinggi langsung dikerahkan.
Meskipun sampai ke Ujung langit, kami harus menemukan orang yang mengalahkan murid partai kami itu dan menjbalaskan dendamnya!".
Tiba-tiba Yok Sau Cun tenngat bahwa Song loya cu pernah menasehati agar dia iangan terlalu senng menggunakan pedang lemas tersebut.
Orang tua itu memang tidak mengutarakan maksudnya.
Ternyata di batik pedang ini terdapat cerita yang sedemikian rupa rumitnya.
Berkata sampai di situ, mimik wajah Hong Lam San berubah meniadi serius.
"Tentunya Yok sicu sudah mengerti sekarang. Pedang yang kau gunakan ini adalah milik suheng pinto. Apalagi pedang ini sudah terkutung kurang lebih tiga cun, hat ini membuktikan bahwa telah terjadi sesuatu pada diri suheng pinto itu dan sebelumnya dia pasti mengutungkan pedangnya sendiri ". 'Celaka!' Mengapa di dunia ini ada keJadian yang begini kebetulan?' seru Yok Sau Cun daiam hati. Pedang lemas milik Yok Sau Cun tetah dikutungkanoleh Song loya cu sebanyak tiga kali. Dan setiap kalinya pasti terkutung kurang lebih satu cun. Hal ini kebetulan sama dengan peraturan dalam partai Bu Liangkiam pai, yang rpana setiap murid yang mengalami kekalahan harus mengutungkan pedangnya sendiri kurang lebih tiga cun sebefum membunuh dirinya sendiri.
"Orangnya mati mayatnya tentu ada. Pedang ini berada di tangan Yok sicu, biar bagaimana Yok sicu harus membenkan sebuah tanggung jawab kepada partai pinto dengan mengatakan siapa yang menghadiahkan padang ini Dan petunjuk yang dibenkan oleh Yok sicu nanti, kami dapat menelusun lebih jauh siapa sebenarnya orang yang menjadi musuh partai Bu liangkiam kami Dalam masalah ini kami harap Yok sicu bersedia mengulurkan tangan untuk bekerja sama."
Selesai berkata, dia merangkapkan sepasang telapak tangannya di depan dada dan membungkuk penuh hormat. Yok Sau Cun segera membalas penghormatan tersebut dengan menJura dalam- dalam.
"Totiang ternyata salah paham. Pedang ini bukan dikutungkan oleh suheng totiang sendiri.".
"Lalu siapa yang mengutungkannya?"
Tanya Hong Lam San kurang percaya.
"Cerita ini cukup panjang,"Yok Sau Cun terpaksa mengisahkan tentang permintaan suhunya yang mana harus dengan persetujuan Song loya cu, baru dapat dikabulkan. Sedangkan orang tua itu sudah menentukan sebuah peraturan. yakni permintaannya akan dikabulkan apabila Yok Sau Cun sanggup menerima satu jurus saja serangan ilmu pedangnya. Ternyata tiga kali dia mencoba tetap saja tidak berhasil. Mendengarkan cerita Yok Sau Cun, bibir Hong Lam San langsung tersenyum.
"Pedang lemas Bu Liang kiam pai kami terbuat dari campuran besi dan emas. Meskipun pedang pusaka yang sudah terkenal, tetap tidak mudah mengutungkannya. llmu pedang Song loya cu memang tersohor di dunia Bulim Pinto sendiri sudah mengetahuinya. Tetapi dengan sebatang sumpit, dia berhasil mengutungkan pedang lemas partai kami, rasanya pinto masih belum bisa percaya sepanuhnya,"
Sahut tosu itu. Wajah Yok Sau Cun serius sekali.
"Apa yang cayhe beberkan tadi semuanya adalah kenyataan. Untuk apa cayhe harus berdusta kepada totiang?".
"Baiklah. Andaikata apa yang Yok sicu katakan memang benar Tentunya ketika sahabat Yok sicu memberikan pedang jtu kepadamu, keadaannya masih utuh. Apakah itu berarti suheng pinto masih hidup? Kalau suheng pinto itu tidak mengutungkan pedangnya sendiri dan orangnya masih hidup sekaljpun, pedang ini pasti tidak akan berpisah dengan dirinya Tetapi sekarang pedang ini justru ada pada diri Yok sicu. Bagaimana penjelasan yang sebenarnya?".
"Masalah ini cayhe sendiri kurang mengerti,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Oleh karena itu. pinto masih mengulangi pertanyaan yang sama Harap Yok sicu bersedia mengatakan siapa sahabet yang menghadiahkan pedang ini kepadamu?". Untuk sesaat Yok Sau Cun jadi serba Salah.
"Cayhe benar-benar mempunyai kesulitan sendiri untuk mengatakannya. Terus terang saja, sahabat yang menghadiahkan pedang jni tiba-tiba menghilang beberapa hari yang lalu. Cayhe sendiri sedang mencari jejaknya. Seandainya totiang dapat mempercayai cayhe, tunggu sampai cayhe menemukan sahabat cayhe itu dan menanyakan kepadanya sampai Jelas. Kalau sudah mendapat penjeiasan, meskipun jarak yang harus ditempuh sejauh ribuan li, Cayhe tetap akan mengunjungi partai totiang dan mengabarkannya Entah bagaimana pendapat totiang?". Hong Lam San tersenyum simpul.
"Yok sicu bukan saja tidak bersedia mengatakan siapa nama sahabat itu bahkan sekarang tiba-tiba mengatakan bahwa orang tersebut telah menghilang sejak beberapa hari yang lalu Apakah Yok sicu mengira pinto sebagai anak yang baru berusia tiga tahun sehingga dapat dikelabui begitu saja?".
"Apa yang Cayhe katakan semuanya merupakan kenyataan Bukan sekedar mengada- ada saja ".
"Kalau Yok sicu berani mengutarakannya, tentu saia semuanya benar,"
Sindir Hong Lam San sambil mendengus dingin. Mimik wajahnya berubah menjadi datar dan kaku.
"Satu hal yang harus diketahui oteh sicu, tUjuan kami adalah mencari pedang berikut dengan orangnya Apabila belum mendapat keterangan yang jelas, kami tidak akan melepaskannya begitu saja.".
"Hal ini tentu saja cayhe tahu, tetapi.. .". Hong Lam San tidak memberi kesempatan kepadanya untuk berkata lebih lanjut.
"Bagus sekati kalau Yok sicu tahu Kecuali Yok sicu bersedia mengatakan siapa nama sahabatmu itu, dan apabila orangnya benar ada serta pernah menghadiahkan pedang tersebut kepadamu, meskipun dia menghilang ke UJung dunia pinto pasti akan berhasil menemukannya Tetapi kalau Yok sicu tidak bersedia mengatakannya, maka terpakaa pinto mendesak Yok sicu sendiri untuk membenkan ]awaban atas pertanyaanpertanyaan pinto tadi".
"Kalau ditilik dan nada bicara totiang, sepertinya totiang kurang percaya dengan keterangan yang cayhe benkan tadi?".
"Pedang suheng pinto ada di tangan Yok Sicu, seharusnya Sicu dapat memberikan pen]elasan Pecmmtaan pinto barusan tidak dapat dikatakan keterlaluan bukan?".
"Kalau menurut pendapat totiang, bagaimana cara kita menyelesaikan parsoalan ini?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Pinto tidak perlu mengelabui Yok sicu. Kalau menurut peraturan partai Bu Liangkiarn kami, kenyataannya pedartg ini berada di tangan Yok Slcu, Kalau pedang ini belum putus, maka Yok Sicu seharusnya dapat mengatakan di mana Jejak suheng kami sekarang. Karena pedangnya sudah kuiung, maka Yok Sicu harus dapat memperlihatkan mayatnya. Dan Yok Sicu harus mempersembahkan pedang ini di hadapan Jasad suheng kami itu dan menyatakan permohonan maaf!".
"Minta maaf kepada orang yang sudah mati? Omongan apa itu?"
Bentak Hu toanio yang tidak dapat menahan kekesalan hatinya. Hong Lam San meng ling ke arahnya sekilas. 'Harap U sicu maafkan. Tetapi ini sudah mecupakan peraturan partai Bu Uangkiam kami,"
Sahutnya tenang.
"Apakah totiang tidak merasa bahwa kejadian hari ini merupakan adu domba yang memang sudah direncanakan oleh seseorang?"
Tanya Tlong Hui Ciong.
"Siancai! Siancai!"
Hong lam san merangkapkan sepasang telapak tangannya memuji.
"Dua patah kata 'adu domba' yang Li sicu katakan ini rasanya tidak tapat sama sekali. Pada diri Yok sicu memang ada pedang lemas mitik partai kami, hal ini bukan palsu adanya dan merupakan kenyataan yang dapet disaksikan oleh kita semua!".
"Kalau begitu, totiang bersedia menyudahi masalah ini?' tanya Tiong Hui Ciong kembali.
"Tidak salah! Pinto sudah berhasil menemukan Yok sicu dan sudah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa pedang lemas ini memang ada padanya Sedangkan pedang ini sudah pinto penksa dengan teliti dan memang benar kepunyaan suheng pinto. Bagaimana mungkin pinto harus menyudahinya begitu saja?"
Sahut Hong Lam San.
"Lalu, bagaimana cara totiang menyelesaikannya?".
"Pinto sudah mengatakan, pedang ada orangnya pun ada Kenyataan pedang ini ada pada diri Yok sicu Bagamnana pun Yok sicu harus mempertanggungjawabkan masalah Jni. Seandainya Yok sicu tidak dapat memberikan keterangan apaapa, terpaksa kami menyelesaikannyadengan ilmu silat. Apabila dia bisa memecahkan barisan peAang Bu Ljangkiam pai kami atau memenangkan pertarungan dengan pinto sendiri, dalam waktu tiga tahun. partai kami tidak akan menanyakan soal pedang ini..."
Sahut Hong Lam San.
"Tiga tahun kemudian?"
Tanya Tiong Hui Ciong.
"Tigatahun kemudian pasti ada orang dari pihak partai kami yang meminta pelajaran kembali!".
"Baik Tiga tahun kemudian, kemungkinan adik Cun sudah dapat membenkan penjelasan kepada partai kalian!"
Tiong Hui Ciong melirik Hong Lam San sekilas "Sekarang juga Siau li bersedia menerima petunjuk dan totiang!".
"Cringl' Dan selipan ikat pinggangnya Tiong Hui Ciong mencabut sebilah pedang pendek yang langsung nnemancarkan serangkum hawa dingin dan cahayanya putih berkilauan seperti bongkah batu es. Dia melintangkannya di depan dada dengan gaya yang anggun. Mata Hong Lam San memperhatikan sejenak. Mimik wajahnya menampilkan kesan tarperanjat.
"Han Eng kiam dari Soat san. Rupanya kouwnio merupakan salah satu dari Soat san sam eng!". Tiong Hui Ciong tertawa dingin.
"Bagus kalau kau tahu'". Sementara itu, Yok Sau Cun cepatcepat maju ke depan satu langkah.
"Ciong cici, urusan ini tfdak ada hubungannya dengannw Kalau Lao totiang Jni tidak bersedia menyudahi masalah ini, biar siaute sendiri yang menyelesaikannyal' Yok Sau Cun mengalthkan pendangannya kepada Hong Lam San. 'Botehkeh totiang mengembalikan pedang lemas itu kepada cayhe?". Hong Lam San memandangnya dengan curiga.
"Harap Yok sicu maafkan. Pedang ini asalnya memang milik partai kami, sudah seharusnya kembali ke tangan pemiliknya yang sah Mudahmudahan Yok sicu dapat mengerti". Yok Sau Cun mulai marah mendengar ucapannya itu.
"Ucapan totiang ini tidak benar sama sekali. Tadi totiang hanya pinjam lihat sebentar. Yang dinamakan pinjatyi lihat, setelah melihat otomatis harus dikembalikan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkin lagi. Mana boleh totiang mengucapkan kata-kata seperti tadi?". Hong Lam San tersenyum mengejek.
"Awalnya memang pinjam lihat. Karena pada waktu itu, pinto belum berani memastikan bahwa pedang lemas yang Yok sicu bawa itu adalah barang milik partai kami. Sekarang pinto sudah yakin bahwa pedang itu memang senjata yang biasa digunakan oleh suheng pinto Sebagai Ciang bunjin dan Bu Liangkiam pai yang menjadi pemilik pedang ini, sudah tentu pinto berhak menyimpannya.". Hati Yok Sau Cun semakin gusar mendengar kata-katanya.
"Pedang itu adalah pembenan seorang sahabat Cayhe sama sekali tidak tahu kalau pedang itu merupakan milik partai kalian!". Sikap Hong Lam San semakin dingin.
"Bukankah Yok sicu sekarang sudah tahu?". Yok Sau Cun merasakan bahwa pihak lawan seperti sengaja mendesak dirinya. Kata- kata Hong Lam San membuat kesabarannya habis. Wajahnya yang tampan berubah merah padam.
"Meskipun cayhe sudah tahu bahwa pedang itu merupakan milik partai kalian. Tetapl sebelumnya totiang hanya pinjam lihat saja. Mana boleh tidak mengembalikannya kepada cayhe? Bukankah totiang sendiri sudah mengatakan syaratnya? Cayhe bersedia mengikuti apa pun kemginan Totiang Mengenai pedang lemas itu, mau tidak mau totiang harus mengembalikannya Cepat bawa kemari!"
Karena hatinya dipenuhi hawa amarah, sembari bicara, tangannya langsung meluncur ke depan.
Tangan Hong Lam San memang sedang menggenggam pedang lemas itu Tapi karena tidak bersiapsiap, dia tidak menggenggamnya dengan erat Baru saja dia melihat tubuh Yok Sau Cun bergerak, tahutahu pergelangan tangannya sudah tergetar dan pedang lemas itu pun terpental di udara.
Dengan kecepatan kilat, Yok Sau Cun segera meraihnya.
Padahal Yok Sau Cun tidak sengaja melakukan serangannya.
Karena perasaannya yang terlalu marah.
maka dia bergerak secara refleks.
Baru ketika pedang sudah tarlepas dan tangan Hong Lam San dan terpental di udara, dia tarperanjat.
Untung saja dengan segera kesadarannya pulih kembali.
Cepatcepet dia mencelat ke atas dan menyambut jatuhnya pedang tersebut.
Sepasang mata Hong Lam San menyorotkan sinar yang tajam.
Mioipi pun dia tidak menyangka kalau Yok Sau Cun yang usianya masih demikian muda dapat memiliki tanaga dalam yang begjtu hebat.
Bahkan dia sudah berhasil mencapai taraf merebut benda dari jarak jauh.
Hatinya terkejut sekali Namun mulutnya mengeluarkan suara tawa yang mengandung kegusaran.
"Rupanya Yok sicu sudah berhasil mempelajari Ciap hun sinkang dari aliran Buddha. Pinto kagum sekali. Anggap saja pinto tidak mengukur kepandaian sendiri dan sekarang ingin meminta pelajaran barang beberapa jurus dari Yok sicu "
Setesai berkata, dia segera keluar dan kedai tersebut dan menuju ke tanah kosong yang ada di depan halaman.
Tiong Hui Ciong sendiri sampai tarpana melihat gerakan yang dilakukan oleh Yok Sau Cun Mendengar Hong Lam San menyebut Ciap hun sinkang dan aliran Buddha, hatinya langsung tercekat Pikirannya bergerak dengan cepet.
"Adik Cun mendapat penyaluran tenaga dalam dari Jitkong dan Patkong ketika berusaha mengobatinya. Namun pada saat itu juga kedua cianpwe itu dibokong orang sehingga menemui ajal Otomatis kedua gulungan tenaga dalam yang sudah tersalur ke dalam tubuh adik Cun tidak dapat ditarik kembali. Itulah sebabnya dia Jatuh pingsan karena tidak tahan terhadap gejolak dua arus tenaga yang saling bertentangan Kemudian oleh Lao Fang ciong dan Cap ji libio, Yok Sau Cun kembali dibantu dengan ilmu Ciap hun sinkang dan aliran Budha untuk menyatukan tanaga dalam yang bersimpang siur tersebut. Mungkinkah ketika selesai menyalurkan hawa murni dengan ilmu Ciap hun sinkang dari aliran Buddha, Lao langciong tidak sempat menarik kembali ilmu itu secara keseluruhan sehingga masih ada sedikit yang tertinggal di dalam tubuh adik Cun? Pasti demikian. Buktinya tadi dia tidak sengaja melancarkan sebuah serangart, tahutahu tanaga Ciap hun sinkang ikut terpancar ketuar,"
Pikir Tiong Hui Ciong dalam hatinya.
Diamdiam dia ikut gembira atas penemuan Yok Sau Cun yang tidak terduga-duga ini.
Tadinya Tiong Hui Ciong masih khawatir Yok Sau Cun tidak akan sanggup menandingi tosu tua dari Bu Liongkiam pai ini Sekarang perasaannya menjadi lega.
"Cayhe tidak mengerti Ciap hun Sinkang sama sekali. Kalau totiang berkeras ingin bergebrak, orang she Yok ini pasti tidak keberatan menemani!"
Terdengar teriakan Yok Sau Cun yang mengandung kemarahan.
Tanpa menunggu sahutan dari Hong Lam San, dia langsung melangkah keluar dari kedai arak tersebut.
Delapan orang tosu yang mengiringi Hong Lam San, demi melihat Ciang bunjinnya segera akan bertarung melawan anak muda itu.
segera berdiri serentak dan ikut berjalan keluar.
Salah satu dari delapan orang tosu itu segera menghampiri Hong Lam San Dia membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Harap Ciang bunjin ijinkan teecu membentuk barisan pedang. Kalau Yok sicu berhasil menembusnya, masih belum terlambat untuk bergebrak dengan Ciang bunjin,"
Katanya. Hong Lam san mengelus-elus jenggotnya yang panjang Wajahnya menampilkan kebimbangan hatinya. Dia tidak menyahut sepatah kata pun. Tosu tadi kembali membungkukkan tubuhnya sedikit dan melanjutkan kata-katanya.
"Ini juga merupakan peraturan partai kita. Sebelum Yok sicu melewati barisan pedang, dia tidak boleh bergebrak dengan Ciang bunjin. Harap Ciang bunjin segera turunkan perintah'.".
"Meskipun usia Yok sicu itu masih muda, tetapi dia sudah berhasil menguasai Ciap hun sinkang dari aliran Budha. Tenaga dalamnya sama sekali tidak dapat dipandang ringan. Rasanya barisan pedang kita tidak sanggup menyulitkan dirinya,"
Sahut Hong Lam San. Tosu tadi menghormat dulu sebelum berkata.
"Tecu akan berusaha sekuat tenaga!". Hong Lani San terpaksa menganggukkan kepalanya.
"Baiklah... tetapi kalian harus berhati-hati!.
"Tecu menerima perintahl"
Sahut tosu itu. Kemudian dia membalikkan tubuhnya menghadap Yok Sau Cun.
"Yok sicu tentu sudah mendengar ucapan Ciang bunjin tadi. YoK Sicu harus meiewati rintangan barisan pedang' kami dulu baru boleh bergebrak meiawan Ciang bunjin sendiri.".
"Cayhe tadi juga sudah mengatakan akan mengikuti apa saja keingjnan kalian Toheng ini.
". Tosu itu segera membungkukkan tubuhnya sedikit,.
"Pinto Li Yuan Kok, pimpinan barisan pedang ini".
"Kalau begitu, silahkan toheng mempersiapkan barisan pedangnya!". Li Yuan Kok membalikkan tubuhnya. Tangan kirinya diangkat ke alas memberi abaaba. Tujuh orang lainnya segera memencarkan diri dan membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari dua orang. Jarak antara setiap kelompok kurang lebih tiga cun. Kelompok yang paling depan dipimpin oleh Ll Yuan Kok dan seorang tosu lainnya. Pada saat itu, Li Yuan Kok sedang berbicara dengan Yok Sau Cun. Dleh karena itu, di sana hanya berdiri seorang tosu saja. Yok Sau Cun pernah mendengar bahwa di Siau Ilm pai ada barisan yang bernama Lo Han tin, di Bu Tong pai ada barisan Tai kitcian. Konon barisan ini sangat terkenal dan mempunyai kekuatan yang dahsyat. Dan selama ratusan tahun ini, orang yang dapat menerobos barisan Lo Hantin dari Siau lim maupun Tai Kitcian dari Bu Tong pai dapat dihitung dengan jari. Barisan pedang sesuai dengan namanya, hierupakan bentukan kelompok beberapa orang yang akan melawan musuh dengan cara bergabung. Sekarang Bu Liangkiam pai juga mempunyai barisan pedang. Tetapi cara mereka berkelompok malah seperti orang yang sedang berbaris menanti jatah beras. Tidak tampak sedikit pun kewibawaannya. Li Yuan Kok sudah memberi isyarat kepada rekanrekannya untuk membentuk barisan pedang seinentara Yok Sau Cun memperhatikan dengan tenang.
"Barisan pedang partai kami sudah terbentuk. Semuanya dibagi dalam kelompok yang terdiri dari dua orang. Asal Yok sicu dapat menerobos keluar dari bansan pedang kami ini dalam waktu sepembakaran hio, maka berarti kau sudah mencapai kemenangan,"
Keta Li Yuan Kok. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Baik. Cayhe bersedia menerima syaratnya!". Li Yuan Kok mengeluarkan sebuah kotak kayu dan mengambil sebatang hlo dan dalamnya. Dia menyalakan hio tersebut dan menancapkannya di atas tanah dekat bawah pohon. Dengan kecepatan kilat dia mundur kembali dan berdiri di samping tosu yang hanya seorang diri tadi. Tampangnya berubah menjadi serius. 'Yok sicu, silahkan tembus dulu barisan pedang ini!"
Maksudnya tidak sulit dimengerti.
Dia menyuruh Yok Sau Cun masuk ke dalam bansan dengan cara menerobos dari antara dua orang yang berkelompok.
Asal dia sanggup menerobos keluar masuk kelompok yang terdiri dari empat baris ttu berarti dia sudah berhasit Tampaknya cara menerobos barisan pedang ini tidak terlalu sulit.
Yok Sau Cun malah merasa seperti sedang kembali ke masa kanakkanaknya yang mana dia sering melakukan permainan 'Elang makan anak ayam!'.
Pedang lemas pembenan Ciok Ciu Lan sudah tergenggam di tangan.
Yok Sau Cun menjura dalam-dalam.
"Cayhe terpaksa lancang, maafkan!"
Dia segera berJalan menuju barlsan pedang tersebut dan perlahan-lahan mendesak ke depan.
Justru ketika dia mendesak ke depan itulah, Li Yuan Kok dan tosu yang satunya mendadak memencarkan diri.
Sekarang bentuk antara Yok Sau Cun dengan mereka berdua seperti segitiga.
Pihak lawan sudah memencarkan diri se.
perti dua orang penjaga pintu yang berdiri di bagian kiri dan kanan serta menunggu masuknya Yok Sau Cun dengan tenang.
Karena kedua tosu itu masih belum mengeluarkan pedangnya, dia juga merasa tfdak enak untuk turun tangan.
Pedang lemasnya dilintangkan di depan dada dan dia mendesak maju satu langkah lagi.
Tentu saja Yok Sau Cun sadar, senjata yang digunakan pihak lawan pasti pedang lemas seperti miliknya.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekarang mereka memang belum mengeluarkan pedang tersebut tetapi sejak sefnula sudah disiapkan dalam genggaman tangan.
Orang yang tidak tahu pasti tidak mehhatnya dengan jetas.
Karena seperti pedang lemas milik Yok Sau Cun, pedang mereka juga dapat dilipat menjadi gulungan kecil.
Justru karena senjata mereka tidak terlihat maka tidak bisa ditebak bagaimana jurus pembukaan yang akan mereka lakukan Hal ini membuat jawan mereka seperti merabaraba dalam kegelgpan.
Masih mending kalau mereka belum menyerang, sekali serangan dilancarkan pasti hebat sekali.
Itulah sebabnya ketika dia mendesak maju satu langkah, matanya terpaku menatap kedua orang di hadapannya.
Dialah yang harus menerobos barisan pedang tersebut.
Maka dari itu dia tidak boleh berdiam diri.
Kaki kirinya bertindak ke depan dan baru saja dia hendak menerjang ke dalam barisan....
Tiba-tiba terdengar suara seruan dari mulut Li Yuan Kok.
",.
"Yok sicu, harap hati-hati!"
Mendadak dia melangkah ke depan, sepasang tangannya bergerak seketika.
Tetapak tangan kiri diturunkan dan melindungi di depan dada, telapak tangan kanan langsung meluncur.
Serangannya ini ternyata dahsyat sekali sehingga menimbulkan suara yang menderu-deru.
Yok Sau Cun terpana.
Bu Liangkiam pai.
Nama pertainya menggunakan nama pedang Bansannya juga menggunakan sebutan pedang, tetapi serangan yang dilancarkannya justru menggunakan tinju dan pukulan.
Tangan kanan Yok Sau Cun sudah bersiapsiap dengan pedang temasnya.
Pihak lawan tidak menggunakan pedang namun mengerahkan pukulan, tentu saja hal ini merupakan hal yang di luar dugaannya, Untuk sesaat anak muda itu menjadi serba salah.
Kaki kiri yang sudah melangkah ke depan tiba-tiba ditarik mundur setengah tangkah.
Tubuhnya berkelebat.
Pertamatama dia mengelakkan diri dari pukulan tangan kanan pihak lawan.
Dia sudah menyadari apabila tangan kanan lawan dapat mengerahkan pukulan, berarti tangan kirinya yang menggenggam gulungan pedang.
Telapak tangan kiri langsung bergerak.
Dengan jurus Ci liong tankua, Yok Sau Cun mendesak kepalan tangan kiri yang menempel di dada.
Penstiwa ini berlangsung hanya dalam sekejap mata.
Begitu Li Yuan Kok mendesak maju, kaki Yok Sau Cun pun mundur setengah langkah.
Tosu yang satunya lagi tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Secara diamdiam tiba-tiba tubuhnya berkelebat dan tahutahu dia sudah berada di belakang Yok Sau Cun.
Terdengar suara.
"Cnng!"
Yang nyanng disusuf dengan cahaya berkilauan dengan serangkum hawa dingin.
Belum lagi hilang rasa terkejut Yok Sau Cun, pedang di tangan tosu itu sudah meluncur menyerang ke arah pinggangnya.
Pada saat Yok Sau Cun mengelakkan diri dari serangan pukulan Li Yuan Kok itulah, pedang tosu itu dikeluarkan, Perlu diketahui, apabila seseorang sedang mengelakkan diri dari serangan, maka matanya pasti terpusat pada orang yang ada di hadapannya.
Lagi pula dia harus menggeser tubuhnya dengan perhatian penuh.
Otomatis sulit baginya untuk menghindarkan diri dari serangan yang lain.
Oleh karena itu, luncuran pedang tosu yang satunya lagi boleh dibilang seperti bokongan yang sangat keji.
Ketika telapak tangan kanan
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Antara Budi Dan Cinta -- Gu Long Lembah Nirmala -- Khu Lung