Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 19


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 19


tuk menghadirl partemuan, tetapi pihak penyelenggara hanya mengutus seorang Yu huhoat dari Kong Tong pai untuk keluar menyambut.

   Bukankah ini sanna saja artinya bahwa mereka tidak memandang sebelah mata terhadap delapan partal besar?".

   Ciek Ban Cing tantu 3aja mengerti maksud Song Loya cu.

   Oieh kerena itu, dia tidak merasa aneh tarhadap pertanyaan majikannya itu.

   Dia segera membungkukkan tubuhnya dengan hormat dan menjawab....

   "Lapor Loya cu, orang yang keluar menyambut ini adalah yu huhoat dari Kong Tong pai yang barnama Cian Poa Teng taihiap."

   Dia sengaja menambahkan kata-kata "taihiap"

   Di balakang nama orang itu. Cian Poa Teng tangsung menjura sekali lagi.

   "Song Loya cu nnungkin tidak ingat lagi, Cayhe memang Cian Poa Teng dari Kong Tong pai. Tetapi di dalam pertemuan besar ini, Cayhe juga menjabat kedudukan Cong Ying peng (Kepala rnenerima tamu) Mewakili pihak penyelenggara menyambut tamutamu yang datang Harap Ciek congkoan dapat memberi patunjuk apabila ada kesalahan yang tidak disengaja.". Begitu dia menegakkan tubuhnya, tampak di dada kiri pakaian kuningnya tarnyata terfepit sebuah pita merah yang bantuknya lebih besar dari kedelapan pamuda tadi, dan di atasnya tertera huruf "Cong Ying Peng". Cong Ying Peng memang yang disebut sebagai wakil untuk menyambut tamu-tamu yang diundang. Hal ini tidak ada salahnya, oleh karena itu Song Ceng San tidak enak hati apabila terlalu menyudutkannya.

   "Apakah pertemuan ini diselenggarakan oleh Ci Sancu sendiri?". Cian Poa Teng membungkukkan tubuhnya sedikit.

   "Lapor Loya cu, pertemuan hari ini memang diselenggarakan oleh Ci sancu. Tentu dia sendiri harus hadir dalam pertemuan ini. Tetapi sampai saat ini kereta kudanya belum sampai juga. Jadi dia tidak bisa keluar sendiri menyambut kedatangan para tamu agung. Harap Loya cu dan saudara sekalian memaktuminya.". Song Ceng San tersenyum datar.

   "Kaiau begitu, kedatangan lohu dan rekanrekaniah yang terlalu awal!". Cian PoaTeng tersenyum simpul.

   "Song Loya cu dan cuwi sekalian silahkan masuk dulu ke dalam untuk beristirahat.". Mereka sudah sampai di tempat ini, tentu tidak dapat mengundurkan diri begitu saja. Song Ceng San mengibas tangannya.

   "Kalau begitu, harap Cong Ying peng menunjukkan jalan,"

   Sahutnya. Cian Poa Teng segera mengiakan.

   "Cuwi taisu, totiang, harap ikut orang she Cian ini."

   Selesai berkata dia langsung membalikkan tubuh berjalan masuk mendahului.

   Para hadirin juga tidak banyak cakap lagi.

   Mereka segera mengikuti di belakang Cian Poa Teng.

   Setelah menikung di sebuah cetah gunung, mereka masuk ke dalam sebuah lapangan terbuka yang sangat luas.

   Di hadapan mereka terdapat ruangan yang sangat luas.

   Tadinya tempat ini merupakan sebuah museum yang menyimpan berbagai bendabenda bersejarah.

   Sekarang untuk sementara digunakan sebagai tempat penyelenggara pertemuan para pendekar.

   Dari lapangan terbuka sampai depan ruangan besar tersebut, di tengahtengah jalan telah terhampar parmadani panjang becwarna kuning Mereka diajak ke dalam ruangan besar itu.

   Di atas ruangan terhias pita besar berwarna merah yang mentuntai dari sebalah kiri ke sebelah kanan.

   Di bagian tengahnya ada lagi secarik kain besar yang bertuliskan huruf Tian te taihue (Pertemuan besar langit dan bumi).

   Empat huruf itu ditulis dengan tinta emas sehingga menyolok pandangan.

   Melihat tulisan itu, diam-diam hati Song Ceng San merasa geli.

   "Pertemuan besar apa ini? Namanya aneh, kata-kata yang ditulis sembarangan. Dan keempat huruf saja sudah dapat dibuktikan bahwa orang-orang ini tidak berpendidikan dan hanya bisa menyombongkan diri. Orang seperti ini mana mungkin bisa mengurus persoalan besar segala macam?"

   Katanya dalam hati.

   Di atas undakan batu terdapat sebuah koridor panjang yang luas.

   Di bagian kiri kanan telah diletakkan dua buah mejayang ditutupi dengan kain merah.

   Di beiakang masingmasing meja berdiri dua orang gadis yang cantik dan menawan.

   Di atas meja sebelah kiri terdapat sebuah bantaian yang bersulamkan bungabunga yang indah.

   Di atas bantal tersebut terletak sebuah buku besar yang dasarnya berwarna keemasan.

   Tentunya buku itu digunakan sebagai daftar para tamu.

   Di atas meja sebelah kanan terdapat setumpukkan pita merah.

   Entah apa kegunaannya? karena jarak di antara kedua meja ini amat rapat, maka j'aian di tengahtengahnya menjadi sempit.

   Mungkin hanya timbang pas apabila dua orang jalan berendengan.

   Dengan kata lain, apabila ingin memasuki ruangan pertemuan, para tamu harus melewati celah antara kedua meja tersebut.

   Di bagian kiri kanan undakan batu, sama seperti di depan gerbang.

   Disana juga dijaga oleh delapan orang pemuda yang berpakaian hijau.

   Pinggang masingmasing menyelip sebatang pedang panjang.

   Wajah merekajuga bersih dan tampan.

   Usia mereka juga paling banter tujuh atau delapan belas tahunan, Di depan dada sebelah kanan juga terjepit pita merah dengan tulisan "Penerima tamu'.

   Tetapi apabila kita perhatikan dengan seksama, jangan dikira usia mereka masih muda, namun sinar mereka tajam dan di tengahtengah kening merekaterlihat urat hijau yang menonjol sedikit.

   Demikian samarnya urat hijau tersebut sehmgga apabila mata kita kurang awas, tentu tidak menyadarinya.

   Hal Jni membuktikan bahwa mereka mempelajari semacam ilmu tenaga daiam yang berbeda dengan golongan umumnya.

   Namanya sih penenma tamu.

   tapi tidak usah diragukan lagi bahwa mereka juga mempunyai tugas lain, yakni menjaga keamanan dan bertindak sebagai matamata.

   Sementara itu, Cian Poa Teng sedang mengajak rombongan Song Ceng san ke arah meja yang di sebelah kiri.

   Dia menghentikan langkah kakinya dan menjura dengan hormat.

   "Silahkan Loya cu rnencantunikan nama.". Seorang gadis berpakaian kuning yang berdiri di betakang meja segera maju ke depan. Dia mengambil sebatang pit kemudian mencelupkan pjt itu ke bak tinta dan menyodorkannya kepada Song Ceng San.

   "Harap tamu agung tuljs nama di atas buku ini,"

   Katanya dengan suara merdu.

   Sinar mata Song Ceng San memperhatikan buku daftar nama tersebut.

   Di atasnya terdapat tulisan "Daftar namanama wakil delapan partai besar dan para tamu undangan iainnya".

   Song Loya cu melihat buku itu nnasih kosong.

   Berarti dia merupakan orang pertama yang mencantumkan namanya sebagai tamu.

   Akhirnya dia menerima pit yang disodorkan gadls itu dan menulis Song Ceng San tiga huruf.

   Gadis tadi mengambil kembalj pit di tangannya yang kemudian dicelupkan lagi ke dalam baktmta lalu menyodorkannya lagi kepada Song Bun Cun.

   Pemuda itu juga mengikuti tindakan ayahnya dan menuliskan nama di atas buku tersebut.

   Cian Poa T6ng kemudian mengajak Song Cenq San berjalan di antara kedua meja.

   Seorang gadis berpakaian kuning lainnya yang berdiri di meja sebelah kanan segera menghampiri.

   Dia mengambil sebuah pita berwarna ungu keemasan dengan huruf "tamu"

   Di atasnya, bibirnya tersenyum manis.

   "Selamat datang kepada para tamu agung. Harap jepitkan pita jni dulu beru kemudian masuk ke ruangan pertemuan,"

   Katanya dengan suara ramah,.

   Penyambutan yang ramah dan senyuman manis yanfg tersungging dari bibir seorang gadis cantik, tentu saja tidak dapat ditolak oieh siapa pun.

   Oleh karena itu, Song Ceng San terpaksa menghentikan tangkah kakinya.

   Gadis cantik berpakaian kuning itu mengulurkan tangannya yang indah Dia menyematkan pita berwarna ungu keemasan Jtu di pakaian Song Ceng San.

   Pita itu disematkan di dada sebelah kiri Mata gadis itu berkedip-kedip.

   "Terima kasih,"

   Sahutnya lirih.

   Pokoknya setiap tamu yang akan menghadiri pertemuan itu harus terlebih dahulu menuju meJa sebetah kiri untuk mencantumkan nama, kemudian menuju meja sebelah kanan dan gadis berpakaian kuning itupun akan menyematkan masingmasing selembar pita berwarna ungu keemasan di dada kiri para tamu.

   Setelah itu mereka baru boleh melalui jalan panjang yang diapit oteh kedua meja tadi.

   Rombongan itu seperti direpotkan oleh segala macam tatek bengek itu hampir setengah kentungan kemudian baru diantarkan ke dalam ruangan pertemuan.

   Ruangan pertemuan itu besar sekali, cukup untuk menampung ratusan tamu.

   Pada bagian depannya yang terbuka telah didirikan tiangtiang penyangga dengan alas yang tabal untuk menutupi permukaannya.

   Bagian tengah ruangan dihiasi pita berwarnawarni.

   Di bagian paling ujung terdapat lagi secank kam lebar yang bertuliskan "Tian te taihue"

   Seperti di depan tadi.

   Di bawah tulisan itu ada lagi sebuah meja panjang yang kain berwarna merah dengan sulaman benang emas di tepiannya.

   Di befakang meja telah diletakkan dua buah kursi tinggi dengan sandaran yang empuk.

   Di sisi kin kanan masingmasing kursi tinggi tersebut terdapat masingmasing dua kursi yang lebih rendah.

   Berhadapan dengan meja panjang, telah tersedia pula sembilan baris bangku.

   Tiga baris bagian paling depan merupakan kursi yang berbantalan tmggi, khusus disediakan untuk para tamu agung Mulai dari baris keempat sampai belakang disediakan untuk tamu yang kedudukannya lebih rendah atau para generasi muda.

   Cian Poa Teng mengantarkan rombongan Song Ceng San di barisan tamu agung.

   Namun karena banyaknya rombongan mereka.

   para murid yang lebih muda terpaksa duduk di barisan tamu biasa.

   Saat itu, para tamu yang ingin menghadiri pertemuan tersebut mulai berdatangan dan membanjiri ruangan itu.

   Orang-orang yang bisa mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan tersebut setidaknya adalah tokoh-tokoh dunia kangouw yang sudah cukup punya nama.

   Kalau bukan Ciang bunjm dari sebuah partai, pasti pandekar yang nananya menjulang di wiiayah tertentu.

   Pokoknya, baik tokoh golongan hitam maupun putih sudah hampir semuanya berkumpul di dalam ruangan pertemuan itu.

   Terhadap pertemuan yang diberi nama "Tian te taihue"

   Ini, para undangan hampir semtjanya bertanyatanya dalam hati.

   Mereka merasa tidak mengerti mengapa dinamakan demikian S&telah bertemu dengan sahabatsahabat lama di tempat tersebut, pokok pembicaraan mereka hampir semuanya berkisar pada tujuan Tian te taihue tersebut.

   Ada juga beberapa di antaranya yang mendugaduga.

   Apa sebetulnya rencana di balik pertemuatT besar ini? Apakah benar-benar ada perangkap atau jebakan yang akan membahayakan jiwa mereka?.

   Tetapi ketika para hadirin melihat bahwa di barisan "Tamu agung"

   Telah duduk Bulim toafo Song Ceng San dan orang-orang dari delapan partai besar, hati mereka yang tertekan menjadi agak lega.

   Dengan kehadiran Song Ceng San serta orang-orang dari delapan partai besar, kemungkinan ttdak akan timbul bahaya apa-apa dalam pertemuan besar ini.

   Waktu berfalu dengan perlahan-lahan.

   Dari bagian belakang gedung Ce Po tangoan berkumandang suara tambur yang riuh.

   Saatnya sudah hampir tiba! Pikir para hadirin dalam hatinya.

   Suara tambur belum lenyap, terdengar lagi suara iringiringan musik dan letusan mercon.

   Hal ini menandakan bahwa partemuan besar itu memang sebentar lagi akan dimulai.Setring dengan alunan musik, dari balik tirai kuning yang ada di bagian kin, keluarlah orang pertama yang berdandan seperti seorang su seng (pelajar).

   Dia memakai pakaian berwarna biru langit.

   Di pinggangnya terselip sebatang pedang panjang.

   Wajahnya putth bersih.

   Sepasang alisnya melengkung seperti golok.

   Bibirnya tipis matanya bersinar terang.

   Tangannya mengibasngibas sebuah kipas, Penampilannya gagah.

   Selain tampan, orans ini juga mempunyai kewibawaan tersendiri bahkan tarsirat juga sedikit keangkuhan pada wajahnya.

   Langkah kakinya mantap.

   Dia merupakan orang pertama yang berJalan keluar menuju altar sebelah kiri dan berdiri tegak.

   Dari para hadirin, kecuali Song Ceng San, Kan Si Tong dari Pat Kua Bun, Bei g Ta jin dari Liok Hap bun, Hui hung Su dari Cong lam pai, serta beberapa rekannya, tidak ada yang tahu siapa orang ini Sedangkan rombongan Song Ceng San segera mengenalinya sebagai Cong huhoat pertemuan besar ini, yakni Cu Tian Cun Dia juga mecupakan putra Hue leng senbu.

   Di belakang Cu Tian Cun, berjalan keluar Long San it pei Suo Yi Hu, Pek po sin cian Yan Kong Kiat, Hek houw sin Cao Kuang Tu, Go la cinjin Bun Tian Lui, Kiuci Lo Han Cu Siang Hu, Siang si suangse, Hun Bu Pao.

   Begitu rombongan ini keluar, mereka segera berdiri berderet pada bagian belakang kursi tinggi dengan mengambil posisi dari kiri ke kanan.

   pada saat Cu Tian Cun berJalan keluar, dari balik tirar sebefah kanan Juga muncul serombongan orang.

   Yang pectamatama adaiah seorang wanita dengan rambut disanggul ke atas.

   Pakaiannya sangat mewah.

   Usianya kurang lebih dua puluh lima atau enam tahun.

   Wajahnya cantik jelita Alisnya seperti bulan sabit, di bagian pinggangnya terselip sebatang Han eng kiam.

   Dia adalah istri kesayangan Cong hu hoat Cu Tian Cun, juga mecupakan salah satu dari Soat san sam eng yakni si sulung Beng Hui Ing.

   Seperti Juga Cu Tian Cun Dia berjalan ke arah sebelah kanan dan berdiri tegak di sana.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mengiringi di belakang Beng Hui Ing berjalan seorang gadis berpakaian merah.

   Dialah Hue moli Cu Kiau Kiau, kemudian terlihat seorang nenek yang rambut kepalanya sudah putih.

   Dia mengenakan pakaian berwarna hijau pupus.

   Dia adalah Be hua popo Ciok Sam ku.

   Yang membuat orang terkejut adalah seorang gadis yang berJalan di belakangnya.

   Baik Song Ceng San maupun rekan-rekannya yang lain segera mengenalinya.

   Ternyata dialah Ciok Ciu Lan yang dicaricari oleh Yok Sau Cun.

   Kemudian terlihat Yi Ju Si, Ca popo, dan yang paling belakang adatah seorang gadis yang pernah menyamar sebagai Cun Bwe dan menyelundup ke dsiam Tian Hua sanceng yakni Liu Cing Cing.

   Rombongan para perempuan ini, seperti juga rombongan Long san itpei.

   Mereka berjalan menuju belakang kursi tinggi dan berdiri berderet dari kanan ke kiri.

   Setelah kedua baris orang-orang ini berdiri di tempatnya masingmasing, dari balik tiral kuning keluar lagi dua orang tua berjubah hijau.

   Wajah kedua orang Jni mirtp sekati.

   Gerakgeriknya pun tidak berbeda dan di bawah dagunya terdapat beberapa helai Janggot yang berwarna keperakan seperti Jenggot kambing.

   Mereka keluar dari dua bagian kiri dan kanan.

   Setelah itu keduanya juga mengambil posisi berdlri di sudut yang berbeda.

   Satu di kiri dan satunya lagi di sebelah kanan.

   Ketika melewati hadapan Cu Tian Cun, mereka merangkapkan tangannya dan menjura.

   Cu Tian Cun sebegal angkatan yang lebih muda cepatcepat membalas penghormatan yang dilakukan kedua orang tua itu.

   "Jiwi, silahkan,"

   Kalanya Oia menunJuk ke arah dua buah kursi yang lebih rendah.

   Kedua kakek itu juga tldak sungkan lagi.

   Mereka tidak Jadi berdiri di sudutsepertj sebelumnya melainkan duduk di kursi yang telah ditunjukkan oleft Cu Tian Cun.

   Para hadirin yang metihat rupa kedua orang tua itu, diamdiam mengeluh dalam hati.

   JanganJangan kedua orang tua inilah yang disebut Kong Tong sihao? Tetapi mengapa Kong Tong sihao yang jumlahnya terdiri dari empat orang sekarang hanya muncul dua orang saja? Kemana dua orang lalnnya?.

   Justru ketika pera hadirin sedang bectanyatanya itutah, Hun Bu Pao mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah yang ukurannya besar sekad.

   Dia bicara dengan suara lantang.

   "Tian te taihue dimulai. Panitia penyatenggara pertemuan besar ini, Cu Cong huhoat harap tampil ke depan". Para hadirin tidak menyangka bahwa panitia penyelenggara pertenwan ini adalah Cong huhoat Cu Tian Cun. Sementara itu, Cu Tian Cun segera maju satu langkah dan berhenti di depan sebuah bangku kecil yang terdapat di samping kursi tinggi. Hun Bu Pao merentangkan tangannya ke arah wanita bersanggul tinggi yang berdiri di sebelah kanan.

   "Harap Cong huhoat hujin tampil ke depanl". Beng Hu Ing pun maju satu langkah. Dia juga berdiri di depan sebuah bangku kecil lainnya yang terdapat di samping kursi tinggi satunya lagi. Sekarang para hadirin segera dapat menduga. Dua kursi tinggi yang ada di tengahtengah pasti disediakan untuk Ci Leng Un dan Hue leng senbu. Mereka berdualah yang sebenarnya merupakan dalang penyelenggara pertemuan besar ini. Tentu saja kedudukan mereka lebih tinggi. Namun cara yang diatur menandakan keangkuhan diri mereka. Di hadapan delapan partai besar dan Bulim toalo Song Ceng San, mereka menyediakan tempat duduk yang tingginya di atas mereka semua. Bukankah hal ini berarti mereka memandang diri mereka demikian tinggi sehmgga tidak memandang sebelah mata kepada orang lain?. Terdengar Hun Bu Pao berseru dengan suara lantang kembali....

   "Mengundang kaucu dan Hu kaucu tampil ke depan!". Yang disebut kaucu dan Hu kaucu tentu saja Ci Leng Un dan Hue leng senbu!". Selama berpuluh tahun, Ci Leng Un selalu menyebut dirinya sebagai Sancu dari Kong Tong pai, sekarang tiba-tiba panggilannya berubah menjadi kaucu. Sebetulnya perkumpulan agama apa yang mereka dirikan?. Seiring dengan berkumandangnya suara Hun Bu Pao, dan balik tirai sebelah kiri dan kanan berjalan keluar empat orang gadis yang berwajah dingin dan kaku Mereka mengenakan pakaian berwarna hijau Di pinggang masingmasing terselip sebatang pedang panjang Dengan berbagi dfri menjadi dua pasangan, mereka berjalan keluar dengan perlahan-lahan. Kemudian terlihat dua orang gadis lagi yang mengenakan pakaian yang sama dan berwajah dingin dan kaku juga. Tangan orang yang pertama menggenggam sebatang pedang berbentuk api lilin. Sedangkan gadis yang satunya lagi menggenggam sebatang tongkat berwarna ungu. Mereka berdua langsung ber]alan menuju sisi belakang kursi tinggi dan bsrdiri dengan tegak. Tidak lama kemudian, tampak Hue teng senbu yang mengenakan gaun panjang berwarna ungu dengan sulaman merah pada lengan dan begian dadanya. Oia berjalan menuju kursi tinggi sebelah kanan dan monghentikan langkah kakinya di sana. Telapi dia sama sekali tidak duduk. Saat itu, suasana di dalam ruang pertemuan semakin mencekam. Tldak ada sedikit pun suara yang terdengar. Hati para hadirin sama tegangnya. Mereka seperti merasakan hari tenang sebelum badai menjelang. Tiba-tiba tiral kuning terkuak kembali. Dari dalam berjalan keluar dua orang. Orang yang sebelah kiri bertubuh pendek dan berkepala besar. Raut wajahnya seperti nenek- nenek yang sudah keriput. Dia adalah Cuo huhoat dari Kong Tong pai, yakni Toan Pek Yang yang pernah dikalahkan oleh Yok Sau Cun. Orang yang berada dl bagian kanan tidak bukan tidak laln dari kepala penerima tamu dalam pectamuan besar tersebut, Cian Poa Teng yang juga merupakan Yu huhoat dari Kong Tong pai. Rupanya kedua orang ini hanya bertindak sebagai pelindung kiri dan kanan. Di antara kedua orang ini, berjalan seorang wanita yang berpakaian hijau yang mana tangannya membimbing seorang laki-laki tua bertubuh kecil dan pendek Orang tua itu juga mengenakan pakaian dengan warnayang sama. Rambut orang tua itu masih lebat. WaJahnya kekanak-kanakan Seharusnya dia adalah seorang manusia yang berjiwa besar dan optimis pandangan hidupnya. Tetapi pada saat itu, tampak sepasang matanya yang kuyu, mimik wajahnya menunjukkan keletihan yang dalam Tampaknya untuk melangkah saja dia harus menyeret kakinya dengan berat. Dengan dibimbing oleh wanita tadi, dia berjalan dengan perlahan-lahan. Tidak perlu diragukan lagi, orang tua berjubah hijau ini pasti Kong Tong sancu Ci Leng Un adanya. Sedangkan wanita yang membimbingnya pasti salah satu dan dua selir kasayangannya. Nama besar Ci Leng Un sebagai ketua Kong Tong pai sudah menggetarkan dunia kangouw. Menurut berita yang tersebar, ilmu silatnya tinggi sekali. Sekarang untuk berjalan saja. dia harus dibimbing oleh seorang wanita. Tampaknya kegemilangannya dahulu hari sudah mulai surut, karena termakan usia tua. Seharusnya orang seperti dia sudah mengasingkan diri dan melewati sisa umur dengan tenang. Tetapi dia malah menyelenggarakan entah Tian te taihue apa dan menyebut dirinya sebagai kaucu. Sekali lihat saja orang sudah dapat menduga bahwa semua ini hanya sandiwara saja. Tentu Hue leng senbu yang mendalangi semua ini dengan meminjam nama besar suhengnya. Begitu Sancu dari Kong Tong pai ini melangkah kaluar, Cu Tian Cun segera mengangkat tangannya sebagi isyarat. Suara tambur pun berbunyi kembali. Meskipun suara tepukan tangan juga tidak kalah riuhnya, namun sebagian besar merupakan murid Kong Tong Pai yang seakan menyambut kemunculan ketuanya. Para hadirin yang duduk di barisan tamu agung ataupun tamu biasa haoya beberapa gelintir yang ikutikutan tepuk tangan. Sebagian besar lainnya memandang ke atas altar dengan mempertahankan ketenangan hati mereka. Dengan dibimbing oleh wanite berpakaian hijau, Ci sancu langsung berjalan dan kemudian duduk di kursi tinggi sebelah kiri. Balk Cian Poa Teng dan Toan Pek Yang maupun wanita cantik itu mengambil posisi di kiri kanan Ci sancu dan bertindak sebagai pengawalnya. Hue leng senbu menunggu sampai Ci Leng Un sudah duduk di kursi kebesarannya, baru dia ikut duduk dengan tampang angkuh.

   "Harap bagian pengurus Tian tekau membacakan daftar nama anggota!"

   Terdengar suara Hun Bu Pao yang lantang berkumandang kembali.

   Baru saja ucapennya selesai, Laong san itpei yang entah sejak kapan menyelinap keluar dari atas altar tersebut dan sekarang berjalan masuk kambali dengan wajah serius dan berwibawa.

   Di belakangnya mengiringi dua orang gadis berpakaian kuning.

   Tangan mereka masingmasing membawa sebuah baki perak yang atesnya dialasi dengan kain merah dan sebuah buku besar.

   Mereka berjalan secara berendengan.

   Suo Yi Hu terus berjalan sampai di atas altar.

   Di sana dia menghentikan langkah kakinya.

   Cu Tian Cun yang bortindak sebagai penyelenggara segera berdiri dari kursinya.

   Kedua orang gadis berpakaian kuning tadi segera membalikkan tubuhnya dengan cara mengitar lalu berdiri di depan Suo Yi Hu.

   Dari kedua baki perak di tangan gadisgadis tersebut, Suo Yi Hu mengambil dua buku besar yang terdapat di atasnya.

   Dengan langkah yang kompak kedua gadis berpakaian kuning itu mengundurkan diri kembali.

   Suo Yi Hu langsung mengangkat sepasang tangannya ke atas dan mempersembahkan dua buah buku besar tersebut.

   Cu San Cun majU selangkah untuk menyambut buku-buku yang disodorkan ke hadapannya.

   Suo Yi Hu membungkukkan badannya melakukan penghormatan kemudian mengundurkan diri lagi ke tempatnya semula.

   Setelah menerima kedua buku itu, Cu Tian Cun tidak duduk kembali di atas bangkunya.

   Tampak sinar matanya yang tajam mengedar ke sekellling ruangan.

   Kemudian sepasang tangannya mengangkat buku yang sebelah ates dan membuka lembarannya, Dia membaca dengan suaranya yang bening dan lantang.

   "Perkumpulan kami telah diputusken memakai nama Tian Te kau. Tinggi langit tidak terkira, dalamnya bumi tidak terukur. Sejak pertama alam diciptakan, semuanya sudah tsrmasuk bagian dan langit dan bumi. Seluruh lautan, pegunungan, bukit maupun daratan adanya antara langit dan bumi. Keadilan langit dan bumi, bukankah ditegakkan di antara Keduanya juga? Dengan adanya Tian Te kau, maka seluruh partai di muka burru ini dapat disatukan Kalau dunia Bulim dapat bergaoung menjadi satu, bukankah tidak akan terJadi lagi segala macam pertikalan? Baik pandanganpandangan yang berbeda maupun segala macam perselisihan, dapat dlhilangkan sampai sirna Ilmu pusaka setiap partai maupun perguruan yang sudah menjadi Warisan selama ratusan tahun dapat disatukan dan dipelajari bersama. Dengan demikian tidak akan terjadi pencurian kitab pusaka maupun adanya murid yang berkhianat. Meningkatkan kesejahteraan kaum Bulim, menjalankan keadilan serta melindungi yang lemah merupakan tujuan utama perkumpulan kami!". Dia berhenti sejenak dan merubah nada pembicaraannya.

   "Perkumpulan kami ini sudah dipersiapkan sejak tiga tahun yang lalu. Hari ini, tanggal satu bulan dua betas, dinyatakan secara tecbuka bahwa Tian Te kau telah diresmikan. Adapun katua perkumpulan ini, merupakan tokoh besar yang tidak asing lagi, yakni Ci Sancu dari Kong Tong pai yang sejakhari ini panggilannya dirubah menjadi Ci kaucu. Sedangkan wakil ketua perkumpulan kami ini tidak bukan dan tidak lajn dari Hue leng senbu Cu Leng Sian'". Cu Tian Cun merendek sejenak intuk menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dia melanjutkan lagi dengan suaranya yang lantang dan nyaring.

   "Orang-orang maupuii tokohtokoh yang memberi dukungan kepada kami terdiri dari bekas Bulim bengcu teidahulu yakni, Song Ceng San.

   ". Song Ceng San yang duduk di baris psrtama para tamu agung tersebut setengah mati mendengar uraiannya. Tanpa sadar cia melonjak bangun dari tempat duduknya dan berteriak....

   "Tunggu dulu!". Tampaknya Long san it pei sudah menduga bahwa Song Ceng San akan melonjak bengun begitu namanya disebut. Dia segera turun dari aitar dan mengharnpiri orang tua itu. Wajahnya mengembangkan seulas senyuman.

   "Song loya cu, andaikata kau orang tua mempunyai pendapat apa-apa, kalau bisa tunda dulu sampai Cong huhoat menyelesaikan pengumumannya beru kemudian dicetuskan. Pada saat itu kami memberi kesempatan kepadamu agar orang lain juga biaa mendengarkan dengan jelas Sekarang harap kau orang tua sudi duduk kembati,"

   Katanya dengan nada ramah. Ketika Suo Yi Hu turun dari altar dan berbicara dengan Song Cng San, Cu Tian Cun sama seKali tidak menghentikan pengumumannya.

   "Wakif dan Siau lim pai, Bu Cu taisu, Tung Sit Cong, wakil dah Bu Tong pai, Giok Si Cu, Su Po Hin, Ciang bunjin dari Hua san pai, Sang Ceng Hun. Wakil dari Ciong San pai, Ciok Sam San. Wakil dari Cong Lam pai, Lu Hui Peng. Ciang bunjin dari Pat Kua bun,. Kwek Sf Hong, Kan Si Tong Wakil dari Liok Hap bun, Beng Ta ]in. Wi Yang samkiat, Wi Lam cu, Gi Ceng Lam (Gi Hua to) dan Hui Km Siau "

   Dia membacakannya dengan cepat sekali Dengan sekali hembusan nafas dia sudah membacakan semua nama-nama dari para undangan yang duduk di bagian tamu agung.

   Tepat pada saat itu, para undangan yang namanya disebut tadi, semuanya sudah mengikuti tindakan Song Ceng San.

   Dengan serentak mereka melonjak bangun dari tempat duduk masing-masing.

   Sepasang alis Song Ceng San yang sudah memutih langsung terjungkit ke atas.

   "Cu Cong huhoat tidak perlu meneruskan pengumumannya. Orang she Song sekarang juga akan menyangkal di hadapan orang banyak bahwa pernah mendukung Tian Te hue kalian. Aku juga tidak menyetujui diresmikannya perkumpulan kalian ini, apalagi mengakui Ci sancu sebagai kaucu dan Hue teng senbu sebagai Hu kaucu Harap Cu Cong huhoat membereskan masalah ini sekarang juga!"

   Katanya dengan suara penuh wibawa.

   "Apa yang Song loya cu katakan memang tepat sekali. Aku percaya setiap orang dari delapan pactai besar yang menghadiri pertemuan ini juga tidak tahu menahu mengenai persoalan ini. Apalagi mengakui Ci Leng Un danHue leng senbu sebagai kaucu dan wakil kaucu. Kami juga tidak pernah memberi dukungan untuk peresmian perkumpulan kalian. Apabila kalian memang ingin mendirikan sebuah perkumpulan, harap dilakukan dengan cara yang baik dan dengan maksud yang baik!"

   Sambung Ciang bujin dari Hua san pai , Sang Ceng Hun.

   Kemudian orang-orang dan Siau Lim pai, Bu Tong pal, Ciong San pai, Cong Lam pai, Pat Kua bun, Liok Hap bun maupun Wi Yang samkiat masingmasing mengucapkan beberapa patah kata yang intinya menyangkal pernah memberi dukungan kepada pihak Tian Te kau dan mereka juga tidak mengakui Ci Leng Un dan Hue Leng senbu sebagai kaucu dan wakil kaucu perkumpulan yang akan didirikan.

   Parahadirin yang duduk di barisan tamu biasa mendengar dengan telinga sendiri dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Tian Te kau yang akan didirikan ini belum apa-apa sudah bertindak curang.

   Apalagi delapan partai besar serta Song loya cu pun sudah menyangkal secara terangterangan Hal ini membuktikan bahwa semuanya merupakan ocehan sembarangan dari pihak penyelenggara pertemuan ini.

   Mereka enggan berdiam disana tebih lama.

   Satu per satu mulai berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan tempat tersebut.

   Saat itu tampak Hue leng senbu berdiri dari tempat duduknya perlahan-lahan.

   "Para hadirin harap sabar sebentar Mengenai urusan ini kami bisa memberikan bukti yang kuat dan alasan yang tepat!"

   Kata perempuan itu sambil merentangkan kadua tangannya agar para hadirin agak tenang. Dia tidak memberi kesempatan kepada Song Ceng San maupun rombongannya untuk membantah. Dengan tenang dia melanjutkan kata-katanya.

   "Cian Poa Tengl"

   Entah apa maksudnya memanggil Yu huhoat itu. Cian Poa Teng segera mengiakan. Dia melangkah kaluar dan sisi belakang sang 'kaucu' kemudian mengitari meja parijang dan membungkukkan tubuhnya.

   "Hamba di sinil".

   "Apakah masih ada orang-orang dari delapan partai besar yang belum hadir di sini?"

   Tanyanya kembali. Urusan ini memang merupakan tanggung Jawab Kepala Penerimaan Tamu. Maka Cian Poa Teng pun segera menjawab.

   "Lapor Hu kaucu, di antara delapan partai besar hanya Go Bi pai yang belum mengirimkan wakilnya.". Hue leng senbu mengibaskan tangannya, Cian Poa Teng membungkuk sambil mengundurkan diri dan kembali lagi ke tempat berdirinya semuta. Hue leng senbu memanggil kembali.

   "Suo Yi Hu!". Long san itpei cepatcepat tampil ke depan dan membungkukkan tubuhnya sedikit.

   "Hamba di sini!". Wajah Hue leng senbu kaku dan dingin sekali. Dengan nada sepatah demi sepatah dia berkata.

   "Perkumpulan kita mengadakan pertemuan dengan mengundang berbagai pactai terkemuka, termasuk Go Bi pai yang dikatuai oleh Lian Seng teisu. Sekarang bukan saja dia tidak hadir sendiri, bahkan juga tidak mengirimkan wakilnya. Hal ini merupakan penghinaan bagi perkumpulan kita. Coba kau katakan, menurut peraturan dunia kangouw, orang yang menghina perkumpulan orang lain harus diapakan?".

   "Or'ang yang berani menghina sebuah perkumpulan harus dihukum mati!"

   Sahut Suo Yi Hu tegas.

   "Bagaimana kaiau sebuah partal yang melakukan penghinaan tersebut?"

   Tanya Hue teng senbu kembali.

   "Sama saja,"

   Sahut Suo Yi Hu.

   "Baik, Suo Yi Hu, Urusan ini kuserahkan ke tanganmu!"

   Terdengar suara Hue leng senbu yang parau dan berat.

   Kata-kata ini membuat perasaan para hadirin menjadi terkejut setengah mati.

   Hal ini merupakan tindakan pecmulaan yang berarti awal pertumpahan darah.

   Tian Te kau ingin melakukan pembunuhan besarbesaran.

   Dan Go Bi pai seperti menJadi korban pertama mereka.

   Suo Yi Hu membungkukkan tubuhnya kembali.

   "Hamba menerima perintah!". Hue leng senbu membalikkan tubuhnya lagi ke arah Song Ceng San.

   "Song Ceng San, kau bilang bahwa kalian tidak mencantumkan nama sebagai orang- orang yang memberi dukungan kepada perkumpulan kami dan dengan demikian kaljan juga tidak mengakui kami sebagai kaucu dan Hu kaucu, bukankah begitu?". Selama tiga puluh tahun terakhir ini, belum pernah ada orang yang memanggil Song Ceng San dengan namanya langsung Menilik dari nada suara perempuan tua ini, tampaknya dia memang sudah terangterangan ingin mencari garagara dengan delapan partai besar. Song Ceng San tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerrnng sedikit pun.

   "Tidak salah, perkumpulan kalian seharusnya memberikan jawaban yang dapat diterima oleh kami semua,"

   Sahutnya tenang. Hue leng senbu tertawa dingin.

   "Hitam di atas putih merupakan kenyataan yang tjdak dapat dipungkin. Apakah perkumpulan kami memalsukan nama kalian satu per satu?"

   Berkata sampai di sini, dia menoleh kepada Cu Tian Cun.

   "Cong huhoat, kau bawakan daftar nama biar Song loya cu lihat sendiri. Apakah yang tercantum di sana bukan tanda tangannya?". Cu Tian Cun menatap Hue leng senbu sekilas. Wajahnya tampak jadl serba salah.

   "Hu kaucu.

   ". Hue leng senbu mendengus dingin. 'Apakah kau takut mereka akan menolak merobek daftar nama itu? Hal ini tidak perlu kau khawatirkan. Mereka semua terdiri dah aliran lurus dan sudah lama mempunyai nama basar. Mereka tidak akan melakukan perbuatan serendah itu. Pokoknya kau bawakan saja daftar nama itr agar mereka dapat memeriksanya sendiri!". Cu Tian Cun segera mengiakan. Dia menggapaikan tangannya ke arah Suo Yi Hu. Dengan cepat Suo Yi Hu menghampirinya. Cu Tian Cun mengambll buku daftar nama dan menyerahkannya kepada Suo Yi Hu.

   "Bawakan buku daflar nama para pendukung ini agar mereka dapat membuktikannya sendiri,"

   Katanya. Suo Yi Hu menganggukkan kepalanya. Dia menerima buku daftar nama tersebut kemudian membalikkan tubuhnya turun dari altar dan berjalan ke tempat Song Ceng San. Bibirnya mengembangkan seulas senyuman. 'Song loya cu, silahkan periksa."

   Song Ceng San menyambut buku daftar nama tersebut.

   Pada halaman ketiga yang mana atasnya ada tulisan yang barbunyi.

   Daftar nama para pandukung parkumpulan Tian Te kau.

   Di barisan pertama bagian bawahnya, partama-tama memang tercantum namanya sendiri.

   Lagipula dia segera mengenali bahwa tulisan yang tercantum disana juga buah hasil tangannya sendiri.

   Dia tidak mengerti rnengapa tulisannya bisa barpindah ke kertas halaman itu.

   Tentu saja pihakHue leng senbu yang memalsukannya.

   Tapi bagaimana caranya sampai pemilik nama sendiri tidak dapat mengemukakan perbedaan sedikitpun! Song Ceng San merasa tertekan.

   Dia menyodorkan buku daftar nama itu kepada Ciang bunjin Hua san pai, Sang Ceng Hun yang ada di sebelahnya.

   Sinar mataHue leng senbu yang berbinar-binar mengerling kepada Song Ceng San sekilas,.

   "Kau sudah lihat dengan jelas bukan? Apakah yang tercantum disana bukan tulisanmu sendiri?"

   Tanyanya dengan nada dingin.

   Song Ceng San mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.

   'Lohu tidak merasa pernah mencantumkan nama dalam buku daftar tersebut, tetapi tanda tangan yang ada di dalam buku itu tampaknya memang asli.

   Sampai Lohu sendiri menjadi curiga jangan-jangan memang pernah mencantumkan nama di dalam daftar itu!".

   Sekel! lag!Hue leng senbu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

   "Kalian semua sudah melihatnya? Mungkin kalian semua ingin mengatakan bahwa perkumpulan kami yang memalsukannya?". Daftar nama itu sudah diedarkan ke seluruh tamu agung yang hadir, Terakhir sampai di tangan Gi Ceng Lam, Orang tua yang mempunyai julukan Gi Hua to itu segera menutupnya kembali dan menyodorkan kepada Suo Yi Hu, Orang itu menerimanya dengan bibirtersenyum kemudian dia naik kembali ke atas altar dan buku itu dipersembahkan kepada Cu Tian Cun. Tampak Beng Ta jin tertawa terbahak-bahak.

   "Kata-kata Senbu tapat sekali. Kami tidak mengatakan ada yang memalsukan tanda tangan kami, namun apakah kami harus mengakui bahwa memang kami yang menandatanganinya?". Hue leng senbu tertawa sumbang.

   "Di dalam dunia Bulim, untuk membedakan mana yang aliran putih dan mana yang aliran hitam saja sulit. Kalian semua adalah tokoh kelas satu pada jaman ini. Kalau kelian telah memastikan bahwa perkumpulan kami memang memalsukan tanda tangan kalian, tentu tidak bersedia dibantah begitu saja. Kalau begitu, menurut peraturan dunia Bulim, terpaksa kita menyelesaikannya dengan mengadu kepandaian, Siapa yang menang dan kalah juga dapat membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Entah bagaimana pendapat cuwi sekalian?". Song Ceng San segera mengembangkan seulas senyuman lebar,.

   "Apabila Senbu ada minat seperti itu, lohu tentu saja akan mengiringi!". Bu cu taisu dari Siau lim pai langsung merangkapkan sepasang telapak tangannya.

   "Omitohud! Tampaknya perkumpulan kalian sudah mengadakan persiapan sejak mula!". Hue leng senbu memperdengarkan suara tertawa dingin satu kali. Dia menolehkan kepalanya dan memerintahkan...,.

   "Tian Cun, di antara para tamu yang hadir, apabila ada yang merasa tidak puas, biar kau saja yang melawannya beberapa jurus Harus membuat perasaan mereka terpuaskan baru boleh berhenti. Kalau ada orang yang sengaja rnengacau atau memfitnah di antara para hadirin, atau sengaja mencari gara gara dengan perkumpulan kita, jangan ragu-ragu, kau boleh bunuh sesuka hatimu!". Benar-benar kata-kata yang sombong dan mengandung hawa pembunuhan yang tebal!. Cu Tian Cun segera membungkukkan tubuhnya,.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hamba terima perintah,"

   Sahutnya,. Cu Tian Cun menegakkan tubuhnya kembali, Dengan langkah perlahan dia berjalan menuruni altar. Kemudian dia menjura kepada Song loya cu.

   "Song loya cu, cuwi Ciang bunJin, siapa saja yang berminat memberi petunjuk, siiahkan keluar ke halaman depan'". Saking kesalnya, selembar wajah Song kiya cu sampai memucat. Dia mendengus dingin satu kali. Apa? Sen bu tidak turun tangan sendiri untuk membariken petunjuk?"

   Tanyanya. Cu Tian Cun tersenyum simpul,.

   "Song loya cu salah paham. Asal cuwi bisa mengalahkan cayhe, dengan sendirinya Hu kaucu akan turun ke gelanggang, untuk meminta petunjuk dari cuwi, Tetapi apabila cayhe saja, tidak sanggup cuwi kalahkan, untuk apa Hu kaucu turun tangan sendiri?". Senyumannya begitu ceria. Kata-katanya juga diucapkan dengan santai. Penampilannya gagah. Suaranya bening dan nyaring. Tetapi nadanya benar-benar terlalu sombong. Benar-benar merupakan paduan yang jarang terlihat. Ciok Sam San dari Ciong San pai langsung mendengus dingin.

   "Orang she Ciok sudah lama berkecimpung di dunia kangouw, Orang yang pernah kutemui juga tidak sedikit, tetapi belum pernah ada yang demikian tidak tahu malunya mengagulkan diri sendiri'". Cu Tian Cun melirik ke arahnya sekilas.

   "Hal ini pasti karena pengetahuan saudara yang sempit,"

   Sindicnya. Kemudian dia menjura kembali kepada Song Ceng San,.

   "Song loya cu, silahkan."

   ". Meskipun Song Ceng San sebal terhadap nada bicaranya yang sombong, tetapi biar bagaimana pun dia merupakan seorang bekas Bulim bengcu yang disegani orang banyak. Dengan kedudukannya sekarang, tentu tidak baik apabita dia mengumbarkan hawa amarahnya. Akhirnya dia mengeluselus jenggotnya yang panjang dan menyunggingkan seutas senyuman, Dengan gaya santai, dia berjalan keluar. Ciang bunjin Hua San pai, Sang Ceng Hun dan rekanrekan yang lain segera mengikuti langkeh Song Ceng San kelyar dari ruangan tersebut. Pakaian Cu Tian Cun yang berwarna biru berkibarkibar, Dengan langkah mantap dia menginngi Song Ceng San menuju lapangan yang terdapat di halaman depan. Long san itpei tidak mau ketinggalan Beserta rombongannya dia j'uga bergegas keluar, Para hadirin yang duduk di barisan tamu biasa tidak jadi meninggalkan tempat itu. Dengan berbondongbondong mereka ikut keluar dari ruangan tersebut untuk ikut menyaksiken keramaian yang akan berlangsung,. Pada saat itu, kedua meja yang tadi mengapit di kiri kanan jalan telah diangkat. Beberapa pemuda segera menyediakan dua buah kursi tinggi di ujung lapangan. Kaucu Tian Te kau, yakni Ci Leng Un berdlrl dengan dipapah oleh wanita tadi. Yu huhoat Cian Poa Teng dan Cuo huhoat Toan Pek Yang masih mengawal di kedua slsinya. Bersama-sama dengan Hu keucu Cu Leng Sian, mereka keluar menuju lapangan terbuka. Beng Hui Ing. Hue moti Cu Kiau Kiau, Be Hua popo Ciok Sam ku, Yi Ju Si dan Ca popo langsung berjalan menuju lapangan terbuka dan berdtri berbaris dideretan sebelan kanan. Tampang Cu Tian Cun berubah menjadi sehus. Dia menjura kepada Song Ceng San dengan sepesang mata terangkat ke atas.

   "Apakah Song loya cu ingin turun sendiri memberi petunjuk?". Terangterangan dia menantang Song Ceng San dj hadapan umum. Begitu mendongkolnya Song Ceng San, sampai d!a merasa dirinya hampir mengamuk. Hamplr saja dia ingin mengatakan 'Kau balum pantas bertarung denganku. Tetapi kata-kata ini akan merendahkan derajatnya sendiri aebagat bakas Bulim bengcu yang diseganl. Oleh karena itu dia hanya mendengus dingln. Kemudlan membalikkan tubuhnya,...

   "Cun ji, bawakan pedang!"

   Perintahnya. Sekali berkelebat, Song Bun Cun sudah berada di hadapannya. Dia membungkukkan tubuhnya menghormat.

   "Tia, usia Cu Cong huhoat tidak terpaut Jauh dengan anak. Dia masih balum pantas melawan kau orang tua. Biar anak saja yang menerima beberapa jurus petunjuk darinya Anak ingin lihat sampai di mana kehebatannyasehingga berani menantang delapan partai besar?". Tentu saja Song Ceng San sadar bahwa dalam pertarungan hari Jni, pihak lawan sudah mempunyai persiapan yang matang, Tetapi Hue leng senbu hanya mengunjuk Cu Tian Cun seorang untuk melawan pihak meraka. Hal ini membuktikan bahwa kepandaian anak muda ini pasti sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali sehingga Hue leng senbu menaruh kepercayaan yang besar pada dirinya. Berdasarkan kedudukannya sendiri, sebetulnya dia tidak boleh bergebrak dengan anak muda ini. Untung saja putranya, Bun Cun sudah mendapat didikan langsung darinya selama bartahuntahun, Mengandafkan Song ka pekkiam. biarpun anak Cun tidak bisa menang, tetapi rasanya juga tidak mudah dikalahkan. Setelah mempunyal pikiran seperti itu, akhirnya Song Ceng San menganggukkan kepalanya.

   "Baikiah, llmu silat orang yang satu ini pasti sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali Harap kau berhatihati menghadapinya,"

   Pesannya dengan suara lirih. Song Bun Cun membungkukkan tubuhnya sedikit.

   "Anak mengerti,"

   Sahutnya sembari membalikkan tubuh dan berjalan ketangah arena. Terpaut dari Cu Tian Cun kurang lebih delapan cun, dia menghentikan langkah kakinya serta merangkapkan sepasang kepetan tangannya menjura,.

   "Song Bun Cun dari Tian Hua sanceng pertamatama yang Ingin menyambut beberapa jurus petunjuk dari Cu Cong huhoat,"

   Katanya. Kiuci lo han Cu Siang Hu segera melesat keluar ke tengah arena dan membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Cu Tian Cun.

   "Cu Cong huhoat, biar hamba saja yang melawannya!"

   Katanya menawarkan diri,. Cu Tian Cun menggelengkan kepalanya perlahan-lahan,.

   "Tidak usah,"

   Sahutnya sambil mengibasken tangannya memberi isyarat agar Kiuci lo han keluar dari arena tersebut.

   Kiuci lo han tidak barani membantah.

   Dia terpaksa mengundurkan dJri ke tempatnya semula.

   Sementara itu, Cu Tian Cun menatap ke arah Song Bun Cun sekilas kemudian mendongakhan wajahnya menatap langit.

   "Apakah kau putra kesayangan Song loya cu yang bernama Song Bun Cun?". Song Bun Cun dapat mendengar nada suaranya yang sangat angkuh, seakan tidak memandang sebelah mata terhadapnya. Tanpa sadar dia mengeluarkan suara tawa yang mengandung kemarahan. 'Tidak salah, kongcumu ini memang Song Bun Cun adanya. Apakeh engkau yang mengaku diri sendiri sebagai Jago andalan Ci Leng Un dan merupakan anak angkat dah Cu Leng Sian?"

   Tanya Song Bun Cun kembali.

   Dia sengaja memanggil Ci Leng Un dan Cu Leng Sian dengan namanya langsung, Ha| ini tentu merupakan penghinaan bagi Cu Tian Cun.

   Tentu saja Cu Tian Cun merasa marah sekati.

   Sepasang alisnya langsung menjungkit ke atas.

   Wajahnya yang tampen segera menyiratkan hawa pembunuhan.

   Di keningnya terlihat uraturat hijau bertonjolan.

   "Bukankeh kau ingin meminta petunjuk dariku? Terimalah seranganku ini!"

   Dia tidak menghunus pedangnya.

   Kaki kirinya melangkah ke depan, tangan kanan diulurkan dan kipasnya pun dikibeskibaskan.

   Tiba-tiba dia menarik kipasnya kembali kemudian meluncur keluar dengan kecepatan tinggi.

   Jurus yang digunakan adaiah 'Tangan mengembangkan lima jari', sasarannya menuju ke arah dada kanan Song Bun Cun.

   Serangannya ini merupekan totoken kilat yang menggunakan ujung kipas.

   Gerakannya langsung mengincar tampat yang berbahaya.

   Tetapi tubuhnya hanya didorong sedikit ke depen, Tampaknya begitu sederhana namun gayanya mempesona.

   Dia seperti sedang bermalnmain dan tidak menganggap Song Bun Cun sebagai lawan yang serius.

   Padang panjang Song Bun Cun masih belum dikeluarkan.

   Hanya tubuhnya yang berkelebat sedikit dan sekejap mata dia sudah berhasil menghindarkan diri dari serangan Cu Tian Cun,.

   "Cu Cong huhoat, mengapa masih belum keluarkan senjatamu?"

   Tanyanya dengan suara nyaring,.

   Dia memang tidak malu disebut sebegai putra dari Bulim toalo, Penampilannya tidak kalah gagah.

   Gerakannya cepat dan nngan, orang yang menyaksikannya jadi ikut terpesona.

   Kedua orang ini patut disebut generasi muda harapan bangsa yang berbakat tinggi'.

   Terdengar sahutan Cu Tia.n Cun dengan nada yang angkuh,.

   "Orang she Cu ini Justru ingin menjajal sampai di mana kehebatan seratus jurus ilmu pedang keluarga Song. Kalau sampai kau sanggup mendesak aku untuk terpaksa menggunakan pedang, dengan sendirinya pedang in! akan kukeluarkan. Kau tidak usah perdulikan hal itu. Yang penting lihat sampai di mana kemampuanmu sendiril". Padahal biasanya Song Bun Cun sudah tecmasuk seorang pemuda yang angkuh. Sekarang dia menemukan Cu Tian Cun yang ternyata Jauh lebih angkuh dari padanya, Orang Jtu malah mengucapkan kata-kata yang menyatakan kalau dia bisa mendesaknya sedemikian rupa sehingga terpaksa menggunakan pedang, dia tentu akan mengeluarkan pedangnya pada saat itu. Hampir sa]a Song Bun Cun tidak dapat menahan kemarahan di hatinya. Namun di depan hadapan begitu banyaknya tokoh kangouw yang berkumpul, dia terpaksa menahan sebisanya. Untuk sesaat, dari sepasang matanya tersorot sinar kekejian yang mencekat. Kemudian dia menutupinya dengan tertawa terbahak-bahak,.

   "Ucapan Saudara sombong sekali. Song Bun Cun hari ini justru ingin melihat begaimana caranya kau menghadapi seranganku apabila kau tidak mengeluarkan pedangmu itu?".

   "Trang!"

   Cahaya kilat berkelebat, pedang panjangnya telah dihunus.

   Tangan kanannya mehyusul bergerak, dia mengerahkan jurus Awan terbang menembus langit, Pedangnya ibarat seekor ular terbang yang melesat keluar dari balik rerumputan.

   Sebetulnya Song loya cu merupakan murid perguruan Hua San pal.

   Oleh karena itu, gerakan pedang yang dimainkan oteh Song Bun Cun ini juga merupakan Hua san kiamhoat, Telapi karena hatinya mendongkol sekaii mendengar ucapan pihak lawan yang pongah maka dia sengaja memainksn jurus Awan terbang menembus langit int.

   Tetapi baru mencapai setengah jurus saja, pedangnya mendadak berputar arah.

   Dia telah mengganti gerakannya dengan jurus yang iain.

   KalJ ini yang dikerahkannya adalah Tian San kamhoat, yakni menguak gunung menerobos batu,.

   Pada saat itu juga terlihat cahaya pedang memijar dan menimbulkan baberapa kali kelebetan kilat yang menggigilkan.

   Cahayacahaya itu mengurung dah kiri dan kanan kemudian menyerang ke arah lawan.

   Gerakan perubahan pedang Song Bun Cun sudah cukup cepat, tetapi tarnyala Cu Tian Cun malah lebih cepat setengah langkah dari padanya, mululnya mengaiuarkan suara dengusan dingin satu kall.

   Tubuhnya melesat dengan ringan.

   Dalam sekejap mata dia sudah menerobos ke dalam cahaya pedang yang berbungabunga.

   Kamudian terdengar suara.

   "Trak!"

   Dari kipasnya yang telah dibuka.

   Setelah itu meluncur lurus ke arah tubuh pedang Song Bun Cun dan menekennya.

   Serangannya kati ini bukan saja mengandalkan gerakan tubuhnya yang ringan, jurus yang dilancarkan juga aneh, demikian pula putaran pergelangan tangannya.

   Orang- orang delapan partai besar yang menyaksikannya tidak ada satu pun yang tidak berubah wajahnya.

   Tentu saja Song Ceng San yang paiing khawatir.

   "Soat san pei mempunyai semacam ilmu gerakan tubuh yang ajaib. Janganjangan inilah 'Tian Sin Hoat' dari Soat san pai", Pikirnya dalam hati. Hanya Tian sin hoat dari Soat San pai yang mempunyai gerakan tubuh tidak berwujud namun sanggup menyambut serangan ilmu pedang dari aliran mana pun. Perlarungan kedua belah pihak ini, sama-sama mempunyai kecepatan seperti kilat yang sedang menyambar. Ketika pedang Son Bun Cun dilancarkan, beru saja terlihat tubuhnya melesat, lawannya sudah menerjang datang. Dalam waktu sesaat, Song Bun Cun tkiak sempat lagi menarik kembali jurus serangannya. Dia terdesak mundur dengan terhuyung-huyung sampai beberapa cun, baru terhitung dapat menghindarkan diri. Kali ini, demikian kesal dan marahnya Song Bun Cun sampei selembar wajahnya menjadi merah padam. Bayangkan saja, berpuluh tahun yang lalu saja ayahnya sudah mendapatjutukan jago pedang nomor satu di Bulim. Sebagai putranya, Song Bun Cun mendapat didikan langsung dari ayahnya, Tetapi barusan dengan sebatang pedang, ternyata hanya dalam satu Jurus saja, lawannya berhasit mendesaknya sampai terhuyunghuyung mundur dengan sebuah kipas yang panjangnya hanya satu cun lebih. Rasa malu yang dirasakannya terlebihlebih daripada ditusuk satu keli oleh Cu Tian Cun. Mulutnya berteriak histen's. Begitu mundur langsung menerjang lagi. Pedang panjangnya dijulurken ke depan, tubuhnya berkelebat mengikuti gerakan pedang. Dia langsung mengerahkan jurus yang hebat dari Song ka pekkiam. Tampak kilatan cahaya yang dingin melesat dan menerbitkan titik sinar yang beterbangan, pedangnya terus menyerang dengan gencar. Serangannya kali ini dipenuhi rasa amarah. Bukan saja gerakannya demikian cepat seperti kalap, sekitas cahaya pedangnyajuga bagai ular putih yang mengejar mangsanya. Kehebatannya tidak terkirakan,. Dalam sekeJap mata Cu Tian Cun segera terkurung dalam cahaya pedang yang membentuk bayangan berkilauan. Dia sama sekali tidak berani memandang ringan serangan ini, Kipasnya segera digetarkan sehingga timbul bayangan dalam jumlah banyak. Pakaiannya yang berwarna biru berkibarkibar mengikuti gerakan tubuhnya. Sapuan pedang Song Bun Cun sudah termasuk hebatnya bukan main, tetapt tidak disangka gerakan kipas di tangan Cu tian Cun lebih cepat lagi mengagumkan. Hampir setiap Jurus dapat dilayaninya dengan baik. Dalam waktu yang singkat, para hadirin maupun orang-orang dan detapan partai hanya merasakan pedang dan kipas saling berkelebat, kecepatannya bagai kitat, mereka belum merasakan apa-apa. Tetapi sebagai seorang yang sudah memiliki kepandaian tinggi, Song Ceng San memandang dengan penuh perhalian. Di wajahnya tersirat rasa kekhawatiran yang dalam. Tidakl Begitu terkejutnya orang tua itu sampaisampai tangannya mengeluarkan keringat dingin. Tentu saja sebagai seorang ayah dia mencemaskan keselamatan putranya. Sedangkan kaiau ditilik dari keadaan yang sedang bertangsung, lipis sekali harapan bagi Song Bun Cun untuk memenangkan pertandingan ini. Padahal Song Ceng San mengetahui bahwa itmu yang baru dimainkan oleh Song Bun Cun merupakan satah satu jurus mematikan dari seratus jurus ilmu pedang keluarga Song. llmu ini keluaran Tian San I Sou. Setiap jurusnya mempunyai perubahan yang sulit dipecahkan. Apalagi Song Bun Cun yang turun tangan lebih dahulu. Seharusnya Cu Tian Cun tebih lambat setengah jurus dari padanya. Tetapi gerakan kipas di tangan orang itu malah lebih cepat lagl, bahkan mengejar setangah jurus di depan Song Bun Cun. Pertu diketahui, sebagian orang apabila dapat mengejar setengah jurus di muka, tetapi kalau kau turun tangan dengan cepat, tetap saja tidak dapat berbuat apa-apa. Namun gerakan Cu Tian Cun yang lebih cepat setengah jurus dengan hasil mengejar kece^ patan, tentu tidak dapat disamakan. Dia hanya menggunakan sebatang klpas yang panjangnyacumasatu cun lebih. Begitu mengerahkan jurus yang pertama, serangan pertama Song Bun Cun pun berhasil disambutnya dengan baik. Sedangkan Song Bun Cun sendiri yang melihat jurus partamanya berhasil disambut oleh Cu Tian Cun dengan baik, segera merubah jurusnya. Siapa sangka begitu jurus kedua dikerahkan, kipas Cu Tian Cun dengan secepat kilat menerjang datang. Song Bun Cun yang baru menjalankan jurus kedua setengah bagian, segera merasakan apabila diteruskan tentu dapat dipecahkan lagi oleh lawan, maka dalam keadaan panik dia segera merubah lagi gerakannya. Cu Tian Cun melihat dia mengganti jurus yang lain, Juga ikutikutan mecubah gerakan kipasnya. Pokoknya, dalam tiga puluh jurus yang telah berlangsung, kedua orang itu tidak hentinya mengganti gerakan dan jurus. Semuanya merubah gerakan ketika setengah jurus baru dimainkan. Tidak ada satu pun yang menyelesaikan satu Jurus sampai selesai. Yang membuat Song Ceng San begitu terkejut justru dalam tiga puluh jurus ini, ilmu yang digunakan Song Bun Cun semuanya terdiri dari ilmu pedang keluarga Song. Tetapi Cu Tian Cun dapat memecahkannya dengan tanpa kesulitan sama sekati,. Selama berpuluh tahun terakhir ini, seratus Jurus ilmu pedang kaluarga Song yang dikatakan sebagai ilmu pedang yang tidak terpecahkan, ternyata hari ini sudah berhasil dipecahkan semuanya. Bagaimana hal ini tidak membuat parasaan Song Ceng San Jadi tertekan?. Apabiia ingin memecahkan ilmu pedang sebuah partai atau sebuah keluarga yang terkenal, paling tidak harus memahami dulu scara keseluruhan itmu tersebut, Kalau ditilik dari keadaan sekarang, beracti pihak mereka sudah mengadakan persiapan sebelumnya. Hanya melalui pangamatan seorang ahli seperti Ci Leng Un, kemudian merundingkennya bersama lalu menciptakan jurus panangkalnya, barulah ilmu pedang keluarga Song dapat dipecahkan. Hati Song Ceng San merasa cemas dan marah Baru saja dia ingin membuka mulut membentak, tahu-tahu terdengar suara tertawa dingin dari mulut Cu Tian Cun.

   "Cukup. Seratus jurus ilmu pedang keluarga Song ternyata hanya begitu sa]a!"

   Tubuhnya berkelebat, tangan kirinya tiba-tiba terjulur keluar dan mencengkeram ke arah pedang Song Bun Cun.

   Serangannya ini tampaknya hanya asal mencengkeram saja.

   Sama sekali tidak terlihat kaistimewaan apa-apa.

   Tangan yang mendadak dijulurkan untuk mencengkaram pedang malah membuat orang merasa orang ini tidak mengenal bahaya.

   Tetapi kenyataannya gerakan Cu Tian Cun memang indah sekali.

   Song Bun Cun yang sedang menikamkan pedangnya ke depan, melihat dia mengulurkan tangan untuk mencengkeram padangnya.

   Sejak usia kecil dia sudah melatih ilmu pedang.

   Tentu saja dia dapat melihat gerakan tangan lawan yang aneh.

   Dan yang lebih aneh tagi pedangnya seperti menghampiri sendiri ke arah tangan Cu Tian Cun.

   Hatinya terkesiap.

   Dia bermaksud merubah gerakan pedangnya tetapi sudah tertambet.

   Ujung padangnya sudah ter|epit oleh dua ]ari telunjuk dan tengah Cu Tian Cun.

   Dalam keadaan panik, tangan kanannya mengerahkan tenaga dan diputar.

   Sedangkan telapak tangan kirinya segera mengirimkan sebuah pukulan yang meluncur ka arah Cu Tian Cun yang sedang menerjang datang.

   Dua jari tangan kiri Cu Tian Cun tetap menjepit ujung pedang.

   Kipas di tangan kenannya mengipas perlahan.

   Wajahnya segera menyiratkan senyuman yang dingin.

   Tiba-tiba terdengar suara bentakan....

   "Pergilahl". Tangan kanan diangkat ke atas dan mendorong ke depan. Tubuh Song Bun Cun menjadi tidak seimbang. Orang berikut pedangnya melayang di udara kemudian berjungktr balik satu kali lalu terdengar suara,.

   "Bluk!"

   Dan Song Bun Cun pun terhempas di atas tanah. Cu Tian Cun tidak mengejarnya lebih lanjut, Bahkan dia tidak meliriknya sekilas pun. Hanya kipasnya yang direntangkan di depan dada kemudian digerakkannya dengan perlahan-lahan.

   "Siapa lagl yang bersedia memberikan petunjuk?"

   Tanyanya dengan nada dingin dan angkuh,.

   Dengan menopang Song Bun Cun berdiri perlahan-lahan, begitu malunya Song Ceng San sampai selembar wajahnya merah padam.

   Song Ceng San segera menggapaikan tangannya memberi isyarat agar dia mengundurkan diri.

   Saat itu Clek Ban Cing yang sudah terpancjng kemarahannya segera melesat keluar ke tengah lapangan dengan suara tertawa yang lantang.

   "Biar orang she Ciek Yang saja yang mencoba jurusJurus mautmul"

   Katanya dengan nada yang keras. Dalam waktu yang hampir bersamaan, ada lagi seorang yang melesat keluar dari rombongan para tamu agung Dia adalah Ciok Sam San dan Cong San pai.

   "Ciek Congkoan harap tunggu sebentac. Hengte sudah lama ingin mengenal ilmu hebat dari Kong Tong pai. Biar babak ini kau mengalah sa|a kepada hengte, bagaimana?"

   Tukasnya dengan lantang. Belum lagi Ciek Ban Cing sempat menjawab, Cu Tian Cun sudah memperdengackan suara tawa dingin.

   "Kalian berdua tidak perlu berebutan. Lebih baik turun tangan berdua sa|a!"

   Sindirnya dengan berani. Mata Ciok Sam San merah membara. Sei perti ada api yang berkobarkobar di dalamnya. Dia tertawa terbahak-bahak.

   "Saudara adalah Cong huhoat darl Tian Te kau. Apakah kau mengerti peraturan dan tata krama dunia kangouw? Kau anggap manusia apa lohu ini'?". Sikap Cu Tian Cun tetap tenang seperti tadi.

   "Daiam setiap pertarungan memang hanya ada kalah atau menang. Semua ini mengandalkan kepandaian yang dimilikt. Apebila tidak ada keyakinan penuh, apa salahnya turun tangan bersama?". Ciok Sam San benar-benar dibuatnya kesal sehingga wajahnya merah padam menahan kegusaran. Dia tertawa seperti orang kalap. Dari belakang punggungnya dia mencabut sebilah pedang yang bentuknya agak lebar. Ukurannya kira-kira empat cun. Dan saat itu dia menudingkannya ke arah Cu Tian Cun.

   "Bagus sekali Han irn lohu akan memberi petejaran untuk bocah sombong seperti dirimu!"

   Bentaknya dengan suara penuh emosi.

   Kim ka sin Ciek Ban Cing melihat kemarahan Ciok Sam San benar-benar sudah tidak terbendung lagi, sedangkan orang ini adalah angkatan tua Cong San pai yang sudah termashyur, tentunya dia tidak enak hati untuk tetap berkeras merebut pertarungan babak ini.

   Akhirnya dia terpaksa mengundurkan diri.

   Cu Tian Cun mengerling sekilas kepada Ciok Sam San.

   Dia sengaja berdehem satu kali.

   "Apakah kau tokoh Cong San pai yang mendapat julukan Kera sakti bermata emas?".

   "Tidak salah. Memang lohu lah orangnya!"

   Sahut Ciok Sam San.

   "Tadi kau mengatakan bahwa kau akan memberi pelajaran kepada cayhe?"

   Tanya Cu Tian Cun kembali.

   "Betul Lohu memang mengatakan demikian!". Cu Tian Cun menariknarik pakaiannya agar terlihat lebih rapi. Lagaknya sungguh pongah. Kipasnya direntangkan di depan dada kemudian digerakgerakannya dengan santai. Separti orang yang sedang menikmati pemandangan alam dan bukan sedang menghadapi seorang musuh tangguh. Kemudian dengan gerak kemalasmalasan, diamenunjuk ke arah Song Bun Cun dengan uJung kipasnya.

   "Tadi karena cayhe ingin melihat ilmu pedang keluarga Sonc ing menggetarkan kolong langit maka seriy |a bertanding dengan Song heng itu sebanyak tiga puluh tiga setengah Jurus. Tiga puluh tiga setengah Jurus tepat sepertiga dari jumlah keseluruhannya yang mencapai seratus jurus. Terhadap seratus jurus ilmu padang keluarga Song ini, cayhe sempat merenung cukup lama.

   "

   Dia sengaja menghentikan ucapannya seJenak, Ktpasnya diketukkan ka Jantung telapek tangan dengan perlahan- lahan. Kemudian melanjutkan lagi kata-katanya.

   "Tetapi menghadapl Ciong san ktam hoat, cayhe Juga sudah lama mendengar kehebatannya. Kalau Saudara barmaksud memberi pelajaran dengan ilmu pedang tersebut, rasanya masih belum tentu sanggup melakukannya. Begini saja, kirakira berapa Jurus Saudara ini memberi pelajaran kepada cayhe?". Kata-kata yang diucapkannya tentu saja dimengerti oleh para hadirin. Dia justru bermaksud melihat kehebatan seratus jurus ilmu pedang keluarga Song maka baru bergebrak dengan Song Bun Cun sebanyak tiga puluh tiga setengah jurus. Hal ini berarti apabila benar-benar ingin bertarung saja dengan Song Bun Cun. tidak perlu menunggu sampat sedemikian banyak jurus untuk mengalahkannya. Oleh karena itu pula, sekarang dia menanyakan kepada Ciok Sam San. berapa jurus yang ingin digunakannya untuk memberi palajaran kepadanya? Ucapan ini tidak diragukan lagi kesombongannya. Apakah karena dia terlalu yakin dengan kepandaiannya sendiri maka dia mengucapkan kata-kata seperti itu? Atau dibalik semua ini sudah dipasang jebakan lainnya?.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bagaimana menurut pendapatmu sendiri?"

   Ciok Sam San membalikkan pertanyaannya. Cu Tian Cun merenung sejenak.

   "Sedemikian besarnya bumi ini, tapi belum pernah ada seorang pun yang dapat melepaskan diri dalam sepuluh jurus ilmu pedang cayhe. Biar cayhe tetap menggunakan klpas ini untuk menyambut sepuluhjurus pelajaran darimu!". Belum pernah ada seorang pun yang dapat keluar dengan selamat dalam sepuluh jurus ilmu pedangnya. Dan dia ingin melawan Ciok Sam San dengan sebatang kipas di tangannya. Secara kasardia ingin mengatakan bahwa untuk melawan Ciok Sam San sa]a dia masih belum perlu mengeluarkan pedangnya. Sepasang mata Ciok Sam San terlihat menyorotkan sinaryang mengerikan Kalau bisa dia ingin menelan orang muda ini hiduphidup. Tanpa terasa dia tertawa kalap.

   "Tampaknya Saudara mempunyai keyakinan penuh?". Cu Tian Cun tertawa dingin.

   "Kalau kau bisa menyambut sepuluh jurus saja, maka hitunglah cayhe yang katah datam pertarungan ini". Kemarahan Ciok Sam San hampir tidak terbendung. Tanpa dapat menahan diri lagi dia bertanya....

   "Setelah kau kalah, bagaimana kelanjutannya?". Terdengar suara.

   "Trakkk!!!"

   Kipas Cu Tian Cun telah dibuka. Dia mengipasngipaskannya di depan dada. Kemudian terlihat bibirnya mengulum senyuman datar.

   "Cayhe sebagai Cong huhoat dari Tian Te kau mewakili perkumpulan ini untuk meminta petunjuk dari katian. Tentu saja urusan hari ini diselesaikan penentuannya oleh kekalahan ataupun kemenangan cayhe. Tadi Hu kaucu sudah berpesan, cayhe harus meraih kefnenangan sampai hati kalian benar-benar merasa puas. Kalau pihak cayhe kalah, berarti Tian Te kau juga yang kalah. ApabilaTian Te kau sampai mengalami kekalahan, maka di dunia kangouw tidak akan ada tempat lagi bagi Tian Te kau untuk berpijak!"

   Katanya tegas.

   Mendengar ucapannya itu, wajah setiap tamu yang hadir segera berubah hebat.

   Biarpun anggota Tian Te kau sendiri, banyak Juga yang merasa ucapannya itu terlalu tinggl.

   Dia terlalu mengagungkan dirinya sendiri.

   Ciok Sam San langsung tertawa terbahak-bahak.

   "Bagus! Meskipun lohu tidak mewakili kedelapan partai besar yang hadir di sini, tetapi lohu tetap mewakili Ciong San pai. Hari ini dapat mendengar kata-kata yang barusan Saudara ucapkan ini, dengan senang hati Lohu akan menerima sepuluh Jurus ilmumu yang tinggi itu!". Cu Tian Cun segera mengangkat kipasnya ka atas.

   "Silahkan!". Ciok Sam San mengulurkan pedangnya ke depan kemudian menggetarkannya. Dengan wajah serius dia berkata,...

   "Dalam pedang lohu ini masih adapadang lainnya. Harap Saudara berhati-hati!". Cu Tian Cun tertawa datar.

   "Saudara tidak perlu ragu, silahkan mulail". Parahadirin yang mendengar ucapan Ciok Sam San, langsung timbul barbagai dugaan dalam hati mereka. Entah apa yang dimaksudkannya dengan 'Dalam pedang masih ada pedang lainnya?'. Beberapa puluh tahun yang lalu parnah terjadi perselisihan antara Ciong San pai dengan Kong Tong pai. Dalam pertarungan itu, Ciong San pai mengalami kekalahan yang tragis. SeJak itu, Jarang ada murid Ciong San pai yang berkedmpung di dalam dunia kangouw. Selama tiga puluh tahun ini, tentunya Ciong San pai tidak melupakan kekalahan yang mereka alami. Mereka beriatih dengan giat. Kali ini kedatangan Ciok Sam San menghadiri pertemuan tersebut, tentu sudah mempunyai keyakinan yang besar. Kata-kata 'di daiam pedang masih ada pedang lainnya' tentu bukan hanya ocehan gertak sambal belaka. Tiba-tiba tubuh Ciok Sam San berkelebat.

   "Baik, harap Saudara sambut serangan ini!"

   Tubuhnya melesat, lengannya mengulur dengan pedang digatarkan lalu langsung menyerang ke arah dada lawan.

   Bentuk tubuhnya kurus kecil, itulah sebabnya dia mendapat julukan Kera sakti.

   Pedang yang digunakannyajustru mempunyai ukuran.

   lebar separti tetapak tangan.

   Panjangnya kira-kira empat cun.

   Dengan tinggi tubuhnya hampir tidak berbeda.

   Saat itu pedangnya yang lebar sudah digerakkan.

   Meskipun jurus yang satu ini tidak mengandung banyak perubahan, tetapi begitu pedang diluncurkan, panjangnya mengejutkan dan cahayanya berkilauan.

   Pergelangan tangannya bagai seutas rantai yang dihentakkan ke depan.

   Hanya tampak pergelangan tangannya yang menJulur ke depan bagai seutas rantai.

   Orangnya sendiri tldak kelihatan.

   Rupanya tubuh orang itu meluncur seiring dengan gerakan pedangnya.

   Tubuhnya langsung diselimuti cahaya pedang yang berkilauan Apalagi dia sedang melayang di tengah udara.

   Sinar pedang memijarmijar.

   Tubuhnya yang kucus dan kecil langsung terselimuti sehingga tidak tampak lagi.

   Para hadirin yang menyaksikan Jalannya pertarungan, memperhatikan dengan seksama gerakannya.

   Mereka dapat merasakan kekuatan dari serangannya itu.

   Tanpa terasa, mereka menganggukkan kepalanya secara diamdiam.

   Ciok Sam San sudah hampir tiga puluh tahunan tidak terjun ke dunia kangouw.

   Ternyata ilmu silatnya sudah mengatami kemajuan yang pesat.

   Cu Tian Cun tidak menghindar ataupun memberi kesempatan.

   Kipas di tangan kanannya mengibas ke atas, Timbul secarik bayangan kipas yang berbentuk lingkaran.

   Sekali berkelebat langsung menyambut datangnya cahaya pedang Ciok Sam San.

   Dengan sebatang kipas yang panjangnya hanya satu cun lebih, ternyata dia berani menyambut serangan pedang Ciok Sam San yang lebar.

   Bahkan dia menyambutnya dengan kekerasan.

   Cahaya pedang yang berkilauan dari pedang Ciok Sam San demikian cepatnya.

   Sebentar saja sudah beradu dengan percik sinar darl kipas di tangan Cu Tian Cun.

   Ciok Sam San hanya merasakan bahwa dari percikan sinar kipas Cu Tian Cun terpancar segulungan arus tenaga yang tidak bersuara maupun berwuJud Kemudian dengan keras membentur pedangnya sehingga terdorong ke belakang.

   Demikian kerasnya sehingga timbul suara yang berdentangan darl tubuh pedangnya.

   Selama tiga puluh tahun ini, Ciok Sam San tidak hentinya melatih Ctong San kiam hoat, masih mending kalau senjata lawannya tidak membentur padangnya itu.

   Tetapi kalau sekall beradu, makin keras makin baik.

   Sebab semakin keras tenaga benturan itu, hati Ciok Sam San pun semakin senang,.

   Hal ini disebabkan karena Ciong San ktamhoat barbeda dengan aliran Umu pedang lainnya.

   Dalam ilmu pedang biasa, kita harus menyalurkan tenaga dalam dengan menghimpun hawa murni dari tubuh kita senrfbaiuntuk mengisi kekuatan dalam pedang SWa padang Ciong Sp.n kiamhoat justru menggunakan tenaga datam orang lain yang membentur pedangnya.

   Dengan demikian dia seperti meminjam tenaga lawannya untuk menghadapi lawan itu sendiri, Akibatnya separti senjata makan tuan.

   Begitu merasakan kuatnya tenaga yang terpancar dari kipas Cu Tian Cun ketika membentur pedangnya, diamdiam Ciok Sam; San tertawa dalam hati.

   Sepasang kakinya segera menutul ka udara dengan bentuan tenaga pantulan dari kipas lawannya.

   Tubuhnya jungkir balik satu kali kamudian rnencelat balik dan menerjang cepat ke arah Cu Tian Cun.

   Tepat pada saat itu juga pedang lebarnya segera dihunjamkan ke depan.

   Cahaya pedang menimbulkan segumpal awan putih yang menebas kepala Cu Tian Cun.

   Pedangnya belum sampai, namun cahayanya yang menimbulkan serangkum hawa dingin telah menyelimuti sekitar tempat itu.

   Serangan ini bahkan membuat orang merasa bahwa awan putih itu mengandung hawa pembunuhan yang tebal.

   Jurus ini bernama Awan kelabu menuju atap rumah, jurus yang paling maut dari Ciong San kiamhoat.

   Bahkan Bulim toalo Song Ceng San sampai mengawasinya dengan tidak berkedip.

   Seakan takut kahilangan kesempatan itu.

   Dia mengelus-elus jenggotnya dan menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   Sementara itu, Cu Tian Cun masih berdirj tegak dengan kipas direntangkan di depan dada Seperti juga yang lainnya, dia juga ikut menatap datangnya serangan pedang Ciok Sam San yang sudah hampir mencapai sasarannya.

   Tampaknya dia separti tidak merasakan apa-apa dan tidak mengadakan parsiapan sama sekali.

   Sampai cahaya pedang hanya tinggal satu cun menekan di atas kepalanya, kipasnya baru diangkat ke atas seiring dengan tubuhnya yang bergerak ringan dan memutar bagai seekor ular yang sedang melilit.

   Sekejap kemudian dia sudah mencelat ke samping.

   Ketjka tubuhnya berputar, yang terlihat hanya secank sinar kipas yang membentuk bayangan.

   Kemudian pergelangan tangannya yang diangkat ke atas tegak lurus bagai sebuah pagoda yang tidak bergeming meskipun diterpa hujan badai.

   Segulung cahaya pedang menekan dari atas ke bawah, secara perlahan-lahan semakin melorot dan sesaat kemudian terdengar suara dentangan yang bartubitubi serta memekakkan telinga Paling tidak suara tadi terdengar sebanyak tujuh delapan kali.

   Hal ini membuktikan bahwa meskipun jurus Awan kelabu menutupi atap rumahyang dijalankan oleh Ciok Sam San ini terdiri dari satu Jurus, tetapi secara berturut-turut dapat melancarkan tujuh delapan serangan.

   Tetapi semuanya dapat disambut oleh Cu Tian Cun dengan baik.

   Awan putih yang timbul dari pedang Ciok Sam San dan bayangan kipas sirna seketika.

   Serangan Ciok Sam San yang pertama kali mengalami kagagalan, tubuhnya yang sedang melorot turun berjarak kurang dari satu depa dengan tanah.

   Pada saat dentangan kedelapan kalinya terdengar, tahu-tahu tubuhnya sudah melayang lagi ke atas.

   Pedang lebarnya mengeluarkan cahaya seperti pelangi seiring dengan gerakan tubuhnya.

   Dia kembah menyerang dengan gencar.

   Karena kali ini padangnya sudah beradu dengan kipas Cu Tian Cun sebanyak delapan kali, pantLilan tenaganya otomatis jauh lebih kuat.

   Tubuh diri pedang melesat ke atas setinggi lima depa Bahkan timbu! cahaya yang lebih terang dari sebelumnya.

   Tiba- tiba tubuhnya yang sedang melayang di udara itu memutar dan dengan pedang di muka, orangnya di belakang, dia menikam dari atas ke bawah.

   Meskipun jurus ini tidak mengandung perubahan, tetapi secarik sinar pedang dari ketinggian lima depa menusuk ke bawah bagai gunung berapi yang meletus.

   Juga laksana air bah yang mengalir dengan deras dari sungai Huang Ho.

   Begitu dahsyatnya serangan yang satu ini, malah jauh lebih hebat dari jurus Awan kelabu menutupi atap rumah yang sebelumnya.

   Temyata Ciong San kiamhoat mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan ilmu pedang tujuh partai besar lainnya!.

   Tampang Cu Tian Cun tadinya gagah serta berwibawa.

   Seakan tidak menaruh perhatian sama sekali.

   Namun saat ini tiba-tiba saja wajahnya menjadi serius dan berkonsentrasi penuh.

   Dia sendiri merasakan apabila ingin menghadapi pedang tebar Ciok Sam San ini dengan sebatang kipas di tangannya, bukan hal yang mudah.

   Sebelumnya dia terlalu memandang remeh lawannya itu.

   Tetapi, biar bagaimanapun, tidak terlihat setitik pun ketakutan di wajahnya.

   Kipasnya masih direntangkan di depan dada.

   matanya menatap datangnya serangan lawan lekat- lekat.

   Tubuhnya berdiri tegak tidak bergeming sedikitpun,.

   Para hadirin yang menyaksikan pertarungan itu tantu dapat metihat Cu Tian Cun yang berdiri tegak sambil merentangkan kipasnya di depan dada.

   Oia seperti sedang termenung memikirkan cara untuk menyambut serangan lawannya.

   Pada dasarnya, serangan Ciok Sam San kali inf sangat hebat.

   Biar dfIJhat dari sudut mana pun, susah menemukan kelemahannya.

   Entah bagaimana cara Cu Tian Cun menyambut jurus Naga langit mencarj tempat persembunyian dah Ciok Sam San ini?.

   Dapat dibayangken sampai dl mana kecepatan kelebatan cahaya yang tarpancar dari pedang Ciok Sam San ini! Justru ketika tubuhnya meluncurturun dari ketinggian lima depa mencapai tiga depa, tidak ada seorang pun yang melihat bagaimana cara kaki Cu Tian Cun melesat meninggalken tanah dan orang itu mendadak sudah melayang ke atas dengan posisi tubuh seperti semula,.

   Yang satu merupakan sekilas sinar yang menghunjam ke bawah sedangkan yang lainnya mengandalkan posisi tubuh yang tegak lurus mencelat ke atas.

   Keduanya bartemu pada jarak dua depa di atas tanah.

   Cu Tian Cun menghindarkan diri dari hunjaman pedang yang sedang menusuk ke bawah dan menunggu sampai tubuh mereka hampir saling beradu.

   Tiba-tiba kipasnya bagai seutas rantai yang disapukan ke arah sinar pedang yang berkitauan,.

   Dalam jurus yang satu ini, pedang dan kipas tanpa dapat ditahan lagi beradu di uda' ra.

   Terdengarlah suara benturan yang memecahkan kesunyian yang mencekam Dua sosok bayangan tergetar sampai mental ke kiri dan kanan Tepat pada saat itulah, para hadirin melihat titik-titik sinar dingin memercik dari cahaya pedang Ciok Sam San yang lebar.

   Tadinya para hadirin masih mengira bahwa titiktitik sinar itu merupakan bungabunga api yang tlmbul akibat benturan pedang dan kipas yang keras.

   Tetapi setelah dlperhatikan dengan seksama, rupanya titiktitik sinar itu merupakan lima batang pedang pendek yang mengeluarkan sinar berkilauan dan langsung meluncur ke arah tubuh Cu Tian Cun.

   Tepat pada saat itu, para hadirin langsung mengerti apa yang dimaksudkan oleh Ciok Sam San dengan di dalam pedang masih ada pedang lainnya.

   Kedua orang itu mendapat getaran di tengah udara dalam waktu yang bersamaan.

   Bahkan tubuh mereka sampai terpental.

   Boleh dikatakan, menggunakan peluang ketika kekuatan tenaga mulai melemah ialu meluncurkan kelima batang pedang pendek Itu menyerang tawan merupakan saat yang paling tepat.

   Tubuh Cu Tiang Cun sedang terpental.

   karena getaran benturan tadi, matanya melihat lima titik sinar sedang meluncur ke arahnya Kipasnya langsung dibuka dan dikibaskan SenJatanya yang satu ini memang khusus untuk menangkis serangan am gi (senJata rahasia).

   Tetapi sialnya saat itu tubuhnya sedang melayang di udara Sedangkan pedang lebar Ciok Sam San masih mengancamnya.

   Apabila dia menggerakkan kipasnya untuk menangkis serangan senjata rahasia, maka dia tidak keburu menghindarkan diri dan serangan pedang lawan.

   Akhirnya dia mengulurkan tangan kinnya ke atas dan menyapu ketima batang pedang kecil tadi dengan ujung lengan bajunya.

   Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang singkat.

   Ciok Sam San yang baru saja menyambitkan lima batang pedang pendek, langsung merasa kepalanya pusing tujuh keliling.

   Padahal saat itu, tubuhnya sedang melayang di udara.

   Hawa murninya tidak dapat dihimpun.

   Oengan kepala di bawah dan kaki di atas, dari ketinggian kurang lebih dua depaan, Ciok Sam San tarhempas jatuh, Terdengarlah suara.

   "Blukkki"

   Yang cukup keras.

   Tepat pada saat itu juga, Cu Tlan Cun melayang turun di atas tanah, Kettka dia menundukkan kepalanya, dia melihat ujung lengan baju kirinya sudah tardapat tima buah lubang kecil akibat tusukan pisau yang disambit oleh Ciok Sam San.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Wajahnya yang tampan langsung berubah hebat.

   Baru saja dia hendak melancarkan serangan kembeli, dia melihat Clok Sam San yang terjatuh di atas tanah seperti tidak sanggup bangun lagl.

   Hatinya merasa aneh.

   Gerakan kipasnya terhenti seketika.

   Dia memperlihatkan tawanya yang dingln.

   "Kenapa kau?". Tepat pada saat Jtu, orang-orang dari delapan partai basar Juga melihat tingkah laku Ciok Sam San yang aneh. Tampaknya gerak gerik orang itu kurang wajar. Ciek Ban Cing dan Wi Ting slntiau merupakan orang-orang yang berada paling dekat dengannya. Kedua orang itu segera menghambur kaluar dan memapah bangun Ciok Sam San. Dalam waktuyang bersamaan mereka melihat sinar keemasan terpancar darl dalam lengan ba|U kihnya. Ternyata di sana terdapat lima batang pisau pandek separti yang disambitkannya kepada Cu Tian Cun tadi. Apabila di tengah udara tadi dia tidak merasakan kelainan pada hawa murni di tubuhnya, kelima batang pisau keol ini pasti dapat merobohkan lawannya dengan telak.

   "Ciok taihiap, apakah kau terluka?"

   Tanya CJek Ban Cing panik. Ciok Sam San dibtmbing bangun oleh kedua orang itu. Dia berusaha menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, tetapi rasanya tidak ada yang nyeri atau pun sakit. Hatinya diamdiam merasa aneh.

   "Heran, tubuh hengte tampaknya tidak mengalami luka apa pun.".

   "Lalu bagaimana Ciok heng bisa tarjatuh dari atas?"

   Tanya Beng Ta Jin.

   "Hengte tadi baru saja menyambitkan lima batang pisau terbang. Tiba-tiba kepela terasa pusing tujuh keliling. Ketika mencoba menghimpun hawa murni untuk mempertahankan diri, ternyata tidak bisa. Dengan demikian tubuh terus metuncur turun dan terjatuh ke bawah Kejadian semacam ini beium pernah hengte alami sebelumnya,"

   Sahut Ciok Sam San.

   Diamdiam timbul rasa curiga dalam hati Beng Ta JJn.

   llmu yang dilatih o[eh murid Ciong San pai memang ada semacam yang merupakan melemparkan pisau terbang dan udara.

   Meskipun berada di ketinggian lima enam depa sekalipun, asal hawa murni dihimpun, gerakan tubuh pun dapat diimbangkan sesuka hati Sedangkan bagi Ciok Sam San yangsudah melatih ilmu iniselamatiga puluh tahunan, tidakmungkm akan terjadi kesalahan apalagi kegagalan Kecuaii kalau dia dibokong musuh.

   Tetapi mereka semua tidak melihat Cu Tlan Cun melakukan serangan apa-apa.

   Hatinya jadi tergerak seketika Cepatcepat dia menoleh kembafi kepada Ciok Sam San dan berkata dengan suara rendah.

   "Coba Ciok heng himpun hawa murni sekall lagi. Apakah ada sesuatu yang dirasakan tidak waJar?". Ciok Sam San Juga jego tua yang sudah lama barkecimpung di dunia kangouw. Pengalamannya sudah luas sekali. Kalau membayangkan dirinya sendiri yang sudah melatih ilmu pedang ini selama puluhan tahun, tidak mungkin dia terJatuh dari udara seperti anak kecil yang baru mulal latihan. Selama ini dia belum pernah menemui kejadlan seperti itu. Mendengar ucapan Beng Ta jin, hatinya jadi tercekat. Cepatcepat dia mengikuti permintaan rekannya dan memejamkan matanya untuk menghimpun hawa murni. Dia berusaha menemukan kelainan pada dirinya. Ternyata begitu dia menghimpun hawa'murni untuk dialirkan ke seluruh tubuh, dia segera merasakan hawa murrn itu terkadang ada dan terkadang menghilang Ada kalanya dia merasa agak susah bernafas seperti orang sesak. Tetapi selain ftu dia tidak merasakan apa-apa tagi. Beng Ta Jin menunggu sampai dia membuka matanya kembali baru mengajukan pertanyaan.

   "Apa yang Ciok heng rasakan?". Alis Ciok Sam San tampak berkerut-kerut.

   "Benarbanar mengherankan. Hengte merasa hawa murnt dl datam tubuh ini terkadang ada dan terkadang tidak. Di an^ara ada dan tidak itu hawa murni terasa sedikitsedlkit membuyar. Hal inl belum pernah tarjadi pada diri hengte selama puluhan tahun ini.". Beng Tajin langsung mengeluarkan suara keluhan. Wajahnya menjadi kelam seketika.

   "Cuwi totiang cepat-cepet himpun hawa murni dalam tubuh. Coba lihat apakah ada tarasa kelainan pada diri sendiri. Tetapi jangan sampai membuat pihak lawan menjadi curiga."

   Katanya dengan nada berbisik. Mendengar ucapannya yang serius, para hadirin yang lain segera menghimpun hawa murni mereka secara diamdiam. Tetapi mereka tidak merasakan sesuatu yang tidak wajar. Ciok Sam San menarik nafas panjang.

   "Mungkin hengte memang sudah tua.".

   "Kemungkinan ketika Ciok Heng berada di udara dan menyambitkan pisau terbang dengan emosi yang meluapluap sehingga untuk sesaat hawa murni jadi tidak terhimpun dengan lancar,"

   Sahut Beng Ta jln.

   "Tia, ketika anak menghimpun hawa murnl barusan, anakjuga merasaken hawa murni di dalam tubuh ini buyar sedikit demi sedikit,"

   Terdengar Song Bun Cun mengatakan kepada ayahnya. Song Ceng San agak terkejut mendengar keterangan anaknya.

   "Bisa begitu?". Ciok heng dan Song sau heng berdua, sama-sama sudah bergebrak dengan Cu Tian Cun Sekarang mereka sama-sama merasakan hawa murni di dalam tubuh buyar sedikit demi sedikit Apakah di balik semua ini ada hal yang aneh? Pikir Beng Ta jin dalam hatinya. Cu Tian Cun yang melihat pihak lawan tidak menjawab pertanyaan, tetapi malah berbicaradengan bisikbisiksekarang menggerakkan kipasnya di depan dada dan menunggu sejenak lagi. Namun dari pihak lawan tetap tidak ada orang yang keluar menyambutnya. Hatinya mulai merasa tidak sabar.

   "Hei! Apakah perundingan kalian sudah selesai? Siapa sebetulnya yang ingin rnenjadi lawan orang she Cu Jni?"

   Teriaknya kesal. Ciang bunjin dari Pat Kua bun, Kwek Si Hong segera mengeiuarkan pedang panjang. Dia melangkah ke tengah arena dengan perlahan-lahan.

   "Plnto tidak mengukur kekuatan sendiri dan ingin mencoba beberapa jurus ilmu Cong huhoat yang tinggi,"

   Katanya.

   Karena pihak lawan yang tampil kali ini adala.h seorang Ciang bunjin, Cu Tian Cun tidak enak hati menghadapinya dengan sebatang kipas.

   Oleh karena itu, dia "^egera menutup kembali kipasnya kemudian menyelipkannya ke pinggang.

   Dia langsung meng^iunus pedang panjangnya kemudian menjura dalam-dalam.

   "Apabila Kwek totiang bersedia memberikan petunjuk, cayhetentu akan menemani dengan senang hati,"

   Sahutnya. Pedangnya yang panjang langsung digetarkan. Terdengar suara.

   "Serrr'"

   Cahaya hijau pun tampak dan pedang tersebut. Tanpa perlu diragukan lagi, senjata yang digunakannya inj pasti merupakan sebatang pedang pusaka.

   "Totiang, silakan.". Kata-kata yang diucapkannya sangat sungkan, tetapi mimik wajahnya begitu dingin. Penampilannya tetap gagah. Kwek Si Hong menatapnya lekat-lekat. Diamdiam dia menarik nafas panjang. Usia orang ini masih muda sekati. Pasti belum ada tiga puluh tahunan, Namun ilmu yang dimilikinya sudah demikian tinggi kalau dlpikirkan, dia termasuk generasi muda yang mempunyai bakat gemilang dan pasti bisa menonjolkan diri kelak, Sayangnya dia tidak masul' dalam allran lurus, malah bergabung dengan Kong Tong pai. Bukan saja dia menjadi tulang punggung mereka hari ini, tetapi juga merupakan bibit bencana di kelak kemudian hari, Tampaknya orang ini tidak boleh dibiarkan hidup Dia pesti akan merajatela nantinya. Lebih baik dienyahkan dari sekarang jugal kata Kwek Si hong dalam hatinya. Usia orang tua ini sudah di atas tujuh puluhan. Baik rambut maupun jenggotnya sudah memutjh. Saat itu dia berdiri tegak dengan pedang di tangan. Karena pikirannya tergerak untuk membasmi bibit bencana bagi dunia Bulim, tanpa sadar sepasang matanya mengilaukan cahaya seperti kilat. Dia menatap lekatiekat pada diri Cu Tian Cun dengan pandangan menusuk,. Cu Tian Cun melihat Kwek Si Hong terus menatap dirinya. Pedangnya masih belum dihunus, tetapi sinar matanya telah menyiratkan hawa pembunuhan yang tebal. Hatinya diamdiam menJadi terkesiap.

   "Hawa pembunuhan pada dfri totiang ini tebal sekali", Diamdiam dia berpikir. Di luarnya dia tidak menunjukkan perasaan apa-apa. Tangannya dirangkapkan dan menJura sekali lagi.

   "Totiang sudah boleh mulai sekarang!". Kwek Si Hong segera melintangkan pedangnya di depan dada. Sebelah tangannya membuat tanda penghormatan.

   "Siancai! Siancai! Pinto terpaksa berlaku lancang.". Kaki kirinya bertindak setengah langkah. pedang panjang di tangan kanannya segera dikibaskan ke udara. Terdengar suara berdesir yang terbit dari getaran pedang tersebut. Tiga larik cahaya segera terlihat, dengan gerakan lurus pedang itu terus menghunjam ke depan. Serangannya ini merupakan salah satu jurus ilmu Pat Kua kiamhoat yang bernama Tiga berantai. Gerak pembukaannya sudah demikian hebat, hal inl membuktikan bahwa ilmu pedang yang dikuasai orang tua ini tidak dapat dianggap remeh. Tiga larik sinar yang terbit dari pedangnya Ini bukan hanya mengandung enam puluh empat perubahan, tetapi suara yang berdesirdesir dari getaran pedang itu pun dapat membuat perasaan orang menggigil sampai ke tulang sumsum dan jarak beberapa cun. Tangan Cu Tian Cun memegang Ceng pengkiam alias Pedang hijau yang digunakannya Kaki kirinya juga menindak ke depan setengah langkah, kemudian tiba- tiba memutar. Gerakannya indah, dengan mudah dia sudah berhasil mengelakkan diri dan serangan Kwek Si Hong yang menimbulkan tiga larik sinar itu. Matanya menatap ke sebelah kanan Dalam waktu yang bersamaan, tangan kinnya juga menjulur keluar ke arah kanan. Juluran tangannya ini tampaknya ringan saja, tetapi sebenarnya mengandung kekuatan dan kecepatan yang tidak terkirakan. Serangan itu langsung meluncur ke bagian depan tubuh Kwek Si Hong. Sebetutnya gerakan tangan kirinya yang mengarah ke sebefah kanan ini hanya gertakan saja Begitu sampai di depan dada Kwek Si Hong, tenaganya sudah buyar. Jurusnya pun diganti lagi, Seiring dengan gerakan tubuhnya, pedangnya diangkat ke atas, lalu tubuhnya berputar sekali lagi dan tampaklah sekumpulan cahaya yang juga memancarkan hawa dingin. Sasarannya lagilagi dada Kwek Si Hong. Tentu saja Kwek Si Hong tidak menyangka dia akan menyerang lagi tempat yang sama. Tipuannya ini sangat bagus. Kalau tokoh kangouw biasa saja pasti tidak bisa menghindarkan diri lagi Tentu dengan telak pedangnya akan menikam ke dada. Tadi Kwek Si Hong sudah menyaksikan pertarungan antara orang ini dengan Song Bun Cun. Lalu dia bertarung lagi dengan Ciok Sam San. Dia tahu gerakan yang dllakukan Cu Tian Cun selalu mengandung perubahan yang mengejutkan, Karena sejak permulaan dia sudah mempersiapkan diri, padang panjangnya segera digetarkan, Secara berturutturut beberapa titik sinar memijar. Jurus yang digunakannya adalah Meninggalkan jejak di tanah. Dua lahk cahaya yang timbul dari pedang dengan tepat menahan serangan lawan. Dua titik sinar yang lain terus meluncur ke arah dua urat nadi penting di tubuh Cu Tian Cun. Cu Tian Cun tidak menyangka Kwek Si Hong yang sedang menangkis serangan pedangnya masih dapat memencarkan titik kekuatan yang timbul dari pedangnya untuk menotok jalan darahnya. Mulutnya mengeluarkan suara tawa dingin. Tubuhnya melesat dan pedang Ceng pengkiamnya langsung ditusukkan ke depan. Tiba-tiba cahaya pedang menjadi sirna. Kemudian berubah menjadi titiktitik bintang yang berkilauan. Pergelangan tangan Cu Tian Cun bagai ranting pohon yang melambailambai. Gerakannya seperti orang yang sedang menari Tetapi dan pedangnya timbul titiktitlk yang jumlahnya mungkin mencapai ratusan. Kwek Si Hong juga tidak memperdutikannya. Hanya tangannya yang terus menggerakkan pedang, kakinya terus bertindak maju. Cahaya yang timbul dari pedangnya memenuhi sekitar tempat itu kemudian terlihat berkelebat dari kiri ke kanan Tubuhnya juga mengikuti gerakan kakinya, orang yang tidak paham tentu mengira dirinya sedang melakukan upacara pengusiran setan. Rupanya selama berpuluh tahun ini Kwek Si Hong melatih ilmu pedang yang mengikuti unsur Pat kua. Pada dasarnya langkah Pat kua memang merupakan ajaran tentang Im dan Yang seperti yang biasa digunakan untuk upacaraupacara ntual untuk meminta hujan di musim kemarau, pengusiran rohroh Jahat yang mengganggu dan sebagainya. Tentu saja ilmu yang dipelajan Kwek Si Hong bukan jenis ilmu itu. Tetapi ilmu pedangnyalah yang mengandung langkah Pat kua Tadi mereka berdua menggerakkan pedang masing-masing untuk menangkis dan menyerang. Sekarang ini Kwek Si Hong hanya mengulurkan pedangnya dan menggerakkan kakinya. Tetapi keanehannyajustru terietak di sini. Dia seperti terus berputar pada posisi segi delapan itu. Hujan titik sinar yang keluar dari pedang Cu Tian Cun seperti tidak berhasii menemukan sasarannya. Dia seperti kehilangan musuhnya secara tibatfba. Padahal mata Cu Tian Cun masih dapat melihat Kwek Sl Hong yang tarus berputaran. Dalam waktu yang singkat, titik-titik yang timbul itu sirna dengan perlahan-lahan. Perlu diketahui bahwa ratusan titlk-titik seperti bintang yang terpancar dari padang Cu Tian Cun tentu saja merupakan fantasi saja, Sedangkan titik pusat hanya ada satu. Dan tltik pusat ini terselimut dalam bayangan titik-titik yang merupakan fantasi tadi. Hal ini membuat lawan sulit menentukan mana yang benar-benar mecupakan Ujung pedang yang sedang mengancamnya. Semua titik ini bagai nyata tetapi seperti juga tipuan. Dengan demikian perasaan lawannya jadi mendugaduga. Pada saat musuh lengah itulah, titik pusat tersebut akan menyerang dengan kecepatan tinggi dan tentunya sulit dihindari lagi. Tentu saja ketika Kwek Si Hong mengerahkan Pat Kua kiamhoat, Cu Tian Cun segera menyerangnya dengan titik pusat tersebut. Tetapi serangannya ini mengalami kegagalan. Orang tuar hanya mellhat titik-titik seperti bintang jatuh, tidak sempat mellhat bagaimana dia menusukkan pedangnya. Itulah sebabnya mereka hanya melihat titiktkik itu sirna dengan perlahan-lahan dan sama sekali tidak tahu kalau Cu Tian Cun sudah menyerang dan ternyata gagal. Kwek Si Hong sama sekali tldak memperdulikan hujan titik-titik yang memenuhi sekitar tempat itu la juga tak memperdulikan titik-titik yang kemudian sirna itu. Dia masih terus melangkah mengitari unsur Pat kua. Pedang di tangannya juga terus digerakkan. Selarik demi selarik cahaya pedang berkelebat semakin lama semakin cepat. Tubuhnya yang terus memutar itu juga bergerak semakin cepat. Dia hanya menggunakan sebatang pedang. Tentu saja dia tidak bisa membuat janngan bayangan dari pedang itu pada ukuran satu depa di sekelilingnya. Tetapi karena langkah kakinya terus mengikuti unsur Pat kua, maka cahaya pedangnya terus berkelebat. Terkadang muncul di sebelah timur, terkadang pula muncul di sebelah barat. Dengan kecepatan seperii kilat dan bayangan yang kadang timbul, terkadang menghilang. Cu Tian Cun berdiri di tengahtengah. Dia seperti egak terkesima. Terangterangan Kwek Si Hong beijalan melewati sampingnya. Dia sepertl merasakan seperti juga tidak. Dia terus memperhatikan bayangan pedang yang kadang ada dan kadang menghilang. Lama sekali dia tidak melakukan gerakan apa-apa. Kirakira sepemirruman teh telah berlalu Tiba-tiba mulut meraung keras dan pedang panjangnya diulurkan lalu menerjang ke dalam bayangan pedang Kwek Si Hong yang berkilauan. Sebetulnya gerakan pedang Kwe Si Hong Jni memantulkan cahayayang berkilauan. Tetapi begitu cahaya ttu timbul, Kwek Si Hong sendiri sudah menggeser ke arah lain. Sekarang Cu Tian Cun justru menerjang ke arah bayangan pedangnya. Tentu saja serangannya ini akan mengalami kegagalan. Kelika serangannya tidak mencapai sasaran, Cu Tian Cun mana sudi membiarkan saja. Pergelangan tangan kanannya segera digerakkan, secara berturutturut dia mengeluarkan serangan sebanyak tujuh delapan kali. Namun Cu Tian Cun mengulangi kesalahan yang sama Tujuh delapan kali serangannya ini terus diluncurkan ke arah bayangan pedang Kwek Si Hong. Ketika pedangnya mencapi pantulan bayangan itu, kambali tubuh Kwek Si Hong sudah berganti arah ke posisi yang lain. Maka serangannya kali ini pun tldak berhasil,. Rupanya inilah kaistimewaan dari Pat kua kiamhoat. Rumus ilmu padang Pat Kua kiamhoat ini memang mengandung keanehan yang membuat lawannya terkejut dan bingung. Apabila Iwekang seseorang yang menjadi lawannya kurang tinggi, lama kelamaan dia sendiri bingung menentukan mana lawan dan mana dirinya sendiri. Sehingga tidak jarang yang akhirnya berakibat senjata makan tuan. Asalkan orang sudah tertarik oleh pesona gerakan Pat kuanya, maka ia seperti memasuki barisan Pat Ceng tu yang ada jaman dahulu diciptakan oleh Cui Kek Liang, si manusiajenius. Orang tak dapat lagi menentukan mana timur, barat, selatan atau utara. Perhatian tidak dapat dipusatkan dengan kasadaran penuh dan ia bisa terjebak di dalamnya. Meskipun orang luar yang berdiri sebagai penonton dapat melihat semuanya dengan Jelas, Cu Tlan Cun malah dibuat terpesona oleh cahaya pedang yang berpindahpindah, Dia sama sekali tidak dapat menentukan lagi dl mana Kwek Si Hong berada. Matanya separti berkunangkunang. Yang terlihat olehnya hanya cahaya pedang yang kadang timbul dan terkadang menghilang begitu saja. Selama tiga puluh tehun tarakhir ini, Kong Tong pai telah msmusatkan segafa perhatian dan bekerja keras guna memecahkan ilmu pedang dari berbagai partai besar yang terdapat di Bu lim. Boleh dibilang usaha mereka ini tidak sia-sia. Hampir seluruh aliran ilmu pedang di dunia ini telah berhasil mereka selidiki dengan teliti bahkan mereka juga telah menciptakan berbagai ilmu untuk memecahkannya. Tetapi ilmu pedang Kwek Si Hong kelewat aneh. llmu Pat Kua kiamhoat yang dikerahkannya dengan ilmu Pat Kua kiamhoat yang asli memang mempunyai aliran yang sama. Tetapi setiap jurusnya sudah mengalami banyak perubehan di sana sini sehingga jauh berbeda dengan Pat Kua kiamhoat yang dulu. Oleh.karena itu, meskipun Cu Tian Cun sudah mempelajari semacam ilmu yang dapat memecahkan Pat Kua kiamhoat, namun dia tetap menemui kesulitan dalam unsur Pat kua ini. Tetapi, biar bagaimana pun Cu Tian Cun adalah ahli waris Ci Sancu yang berilmu tinggi. Setelah delapan kali serangannya mengalami kagagalan, hatinya langsung tersentak. Suatu ingatan melintas di benaknya. Tadi dia pernah mengatakan, apabila ada orang yang sanggup menyambut sepuluh kali serangannya, maka terhitung dia yang kalah dalam pertarungan tersebut. Sedangkan dia sudah mempertaruhkan nama Tian Te kau atas kepandaiannya sendiri, Apabila dia mengalami kekalahan, maka berarti Tian Te kau juga sudah kalah. Barusan dia sudah melancarkan serangan sebanyak delapan kali. Kalau ditambah lagi dengan serangannya yang pertama, berarti semuanya sudah berjumlah sembilan kali serangan. Sekali ini apabila dia gagal lagi. bukankah berarti Kwek Si Hong sudah dapat menyambut sepuluh kali serangannya seperti yang diumbarkannya sendiri tadi?. Sekarang perasaan Cu Tian Cun menjadi panik sekaligus marah. Tiba-tiba kepalanya mendongak ke atas dan dari mulutnya berkumandang suara siulan yang panjang. Pedang Ceng Pengkiamnya digerakkan ke atas. Secarik sinar hijau mendadak meliukliuk bagai naga sakti yang bergerak di angkasa. Dalam sekejap mata dia sudah berhasil meloloskan diri dari pesona Pat kua kiamceng tersebut. Kakinya pun dihentakkan dan tubuhnya melesat setinggi tiga depa. Melayang ke atas mernang merupakan cara yang paling tepat untuk memecahkan kelemahan Pat Kua kiamhoat. Hal ini tentu Jarang dikatahui lawan lainnya karena mereka telah terjerat dalam pengaruh bayangan pedang itu sendiri. Tubuh Cu Tian Cun yang sedang melayang di udara diiringi suara siulan yang panjang. Pedang Ceng Pengkiamnya pun bergerak di angkasa. Dalam waktu yang singkat, cahaya kehijauan memijar. Dalam sekejap mata berubah menjadi sembilan larik sinar. Setiap sinar pedang menyelimuti pergelangan tangan Cu Tian Cun sehingga tidak terlihat lagi. Cahayanya yang kehijauan seperti mengandung hawa kekejian yang dalam. Bagai seutas rantai panjang meluncur ke arah kepala si Kwek Si Hong. Melihat keadaan yang sedang berlangung, hati Song Cong San menjadi tercekat.

   "Fun kuang kiamhoat (llmu pedang memencarkan cahaya)!"

   Serunya dalam hati.

   Serangan Cu Tian Cun ini, kecuali Song Ceng San yang mengenalinya sebagai Fun kuan kiamhoat, orang yang lainnya melihat pun tidak pernah.

   Tidak salah! llmu yang dijalankan oleh Cu Tian Cun kali ini memang Fun kuang kiam hoat.

   Sedangkan jurus yang digunakannya adalah Kiu liong kicuj atau Sembilan naga menyedot air.

   llmu ini merupakan ciptaan Ci Sancu dan Kong Tong sihao yang perumusannya memakan waktu hampir sepuluh tahun.

   Kegunaan ilmu ini memang khusus untuk menghadapi ilmu pedang yang aneh dari Pat Kua kiamhoat.

   Dalam satu jurus terdapat sembilan kali serangan.

   Delapan sinar di antaranya adalah untuk memecahkan pengaruh dari langkah Pat Kua bun, sedangkan titik sinar yang satunya iagi merupakan inti dari ilmu itu yang khusus didptakan untuk menghadapi Pat Kua kiamhoat.

   Coba bayangkan, apabila ilmu sakti darj Pat Kua kiamhoat ini kehilangan kekuatannya, maka titik sinar yang terakhir itu, bukankah bisa segera merenggut nyawa? Kwek Sj Hong yang melihat tubuh Cu Tian Cun sedang melesat ke udara dan dapat meloloskan diri dari pengaruh langkah Pat kuanya, diam-diam merasa hatinya tercekat!.

   "Rupanya orang ini benar-benar lawan yana tangguh!"

   Pikirnya dalam hati.

   M Tepat pada saaf itu dia melihat sembilan larik sinar memijar dari pedang Cu Tian Cun dan terus meluncur ke bawah.

   Sebagai orang yang sudah berpengalaman, dia segera sadar bahwa iurus yang digunakan orang ini memang khusus untuk memecahkan Pat Kua kiamhoatnya.

   Hatinya semakin tercekat.

   Sementara itu salah satu titik sinar yang sedang meluncur itu memang khusus ditujukan kepada dirinya.

   Tetapi saat itu dia sudah tidak mempunyai banyak waktu untuk merenungkan ha| ini.

   Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras.

   Pedang panjangnya langsung digerakkan ke atasdan menyambut serangan Cu Tian Cun.

   Dengan mengandalkan selarik sinar pedang untuk melawan sembilan larik sinar yang terpancar dari pedang lawan, biar dihhtung bagaimana pun, sedikit sekali kemungkinannya untuk meraih kemenangan.

   Rumus ini tentu saja disadari sekati oleh Kwek Si Hong.

   Justru yang membuat pikirannya teri ganggu adalah dari sembilan titik sinar yang terpancar dari pedang pihak lawan, hanya satu yang merupakan titik inti yang mematiKan.

   Meskipun titik sinar yang pertama sudah nnenekan dan atas ke bawah, tapi tenaga dalamnya masih dapat menanggulangi masalah ini.

   Tetapi ternyata dugaannya salah.

   Sembilan titik sinar yang terpancar dari pedang Cu Tian Cun ini bagai keluar dalam waktu yang bersamaan.

   Hal ini terjadi karena kecepatan gerak orang muda itu.

   Fun kuang kiamhoat berbeda dengan ilmu pedang lainnya, yakni tidak ada satu pun yang merupakan Jurus tipuan.

   Tiba-tiba ciang bunjin dan Hua San pai, San Ceng Huan dan Giok Si Cu dan Bu Tong pai dapat melihat sesuatu yang kurang beres.

   Dalam waktu yang bersamaan, keduanya segera melesat ke tengah arena.

   Kan Si Tong dari Pat kua bun melihat suhengnya melancarkan sejurus serangan untuk menangkis sembilan titik sinar dari pedang lawannya.

   Tentu sulit bagi Kwek Si Hong meraih keuntungan dari hal ini Tadinya dia masih ragu apakah dia harus keluar untuk memberikan bantuan.

   Tapi dia melihat Sang Ceng Hun dan Giok Si Cu berduaduaan sudah meiayang ke depan maka dia pun tidak bimbang lagi dan mengikuti di belakang mereka.

   Kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata.

   Terdengar suara.

   "Trang' Trang!"

   Sebanyak dua kali.

   Semua orang merasakan mata mereka silau karena kilatan cahaya.

   Sebegitu silaunya sampaisampai mereka tidak sanggup membuka mata Kemudian disusui dengan suara berdentangan yang lain sampai sembilan kali berturut-turut.

   Suara itu begitu nyaring sehingga telinga terasa pekak dibuatnya Angin yang timbul dari pertarungan kedua orang itu menderuderu.

   Hal ini membuat perasaan orang-orang yang menyaksikannya menjadi semakin tertekan.

   Suara dentangan yang pertama dan kedua merupakan suara pedang Sang Ceng Hun dan Giok Si Cu yang dicabut dalam waktu yang hampir bersamaan Begitu Tai pekkiam milik Sang Ceng Hun dihunus, terlihat|ah secarik sinar keperakan yang memanJang bagai seutas rantai lalu meluncur di ten


Pendekar Pengejar Nyawa -- Khu Lung Golok Halilintar Karya Khu Lung Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung

Cari Blog Ini