Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 2
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 2
engan kinnya Dan pemuda yang diserangnya itu dengan mudah melepaskan diri.
Semestinya, setelah dua kali dia berhasil dilempar oleh pemuda itu dia sudah harus tahu diri Tapi pada dasarnya, dia memang orang yang keras kepala dan menyombongkan kepandaiannya sendin Dia masih ber usaha menghibur hannya sendiri bahwa apa yang terjadi hanya kebetulan saja.
Ho Pak Tung menatap pangkal lengan kirinya yang terkena sabetan pedang tadi Warna bagian yang terkena sabetan itu sudah menjadi merah legam Menimbulkan memar yang cukup lebar Hal ini membuktikan bahwa seandainya Yok Sau Cun menggu-nakan ujung pedang, tentu lengannya sen-din yang sudah terkutung.
Yok Sau Cun hanya menggunakan satu jurus saja Hasilnya sudah demikian menak jubkan Dan kenyataan ini, Houw jiau Siin yang menyaksikan secara diam diam menjadi terkesima Dia mencoba memperhatikan dengan seksama, namun masih belum berhasil mengetahui sampai di mana tingginya ilmu silat dan dari perguruan mana asalnya pemuda itu.
Dia menjadi penasaran.
Setelah berhasil mendesak Lik Pak Tou dan Ho Pak Tung, Yok Sau Cun segera menghampin Ciok Ciu Lan Dengan sekali tepukan saja, jalan darahnya sudah terbebas dan totokan.
"Ah "
Ciok Ciu Lan sudah bisa membuka suara Dia menank pinggangnya ke kiri dan kanan untuk melepaskan ototnya dan kekakuan Kemudian pandangannya beraiih ke- padaYokSau Cun..."Yok siangkong, ilmu silatmu bagus seka|i,"
Katanya.
"Kouwnio terlalu memuji Cahye baru pertama kali bertarung dengan orang lain"
Sahut Yok Sau Cun.
Thi pit Lie Pak Tou dan Kang jiau Ho pak Tung memang tokoh dari golongan hitam Selama ini sifat mereka keji dan kalau turun tangan telengas sekali Meskipun dalam satu jurus, mereka berhasil didesak oleh Yok Sau Cun, namun mereka belum teriuka parah padahal dalam hati mereka tahu bah wa Yok Sau Cun tidak mudah dihadapi Mana mungkin mereka mau menyerah begitu saja.
Setelah saling lirik sekilas, kedua orang itu berteriak nyaring dan menyerbu kembali ke arah Yok Sau Cun.
Houw jiua Sun segera mencegah.
"Tunggu dulu"
Serunya Kedua orang itu tidak berani membantah Terpaksa mengeraskan hati dan menggeser posisi mereka ke samping Pandangan mata Houwjiau Sun sekali lagi menelusuri seluruh tubuh Yok Sau Cun.
"Kepandaian Yok siangkong amat tinggi Bolehkah siaulo tahu nama gurumu yang mulia?"
Tanyanya dengan wajah tersenyum.
"Suhu disebut Bubeng rojin (orang tua tanpa nama),"
Sahut Yok Sau Cun,. Houw jian Sun tertawa terbahak-bahak Dia mengira pemuda itu pandai bersandiwara.
"Siaulo belum pernah mendengar ada tokoh berilmu tinggi yang mendapat julukan seperti itu. Apakah kata kata Siangkong benar adanya?".
"Buat apa cayhe harus berbohong?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Bagus Siaulo tidak perduli kekuatan sendiri, tetapi ingin mendapat pelajaran dari siangkong,"
Kata Houw jiau Sun.
"Kau juga ingin bertarung denganku'"' ta-nya Yok Sau Cun. Houw jiau tersenyum licik. 'Betul Dalam sepuluh jurus, Siaulo pasti dapat menerka asal usul ilmu silatmu,"
Katanya.
"Mendengar nada pembicaraanmu, tampaknya kau tidak percaya apa yang kukatakan tadi,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Kalau memang mau bertarung, bertarunglah' Apakah kau kira Yok siangkong akan gentar menghadapimu?"
Teriak Ciok Ciu Lan yang kesal melihat sikap Houw Jiau Sun yang licik.
"Siaulo hanya ingin saling menguji de ngan Yok Siangkong Batasnya hanya pada siapa yang berhasil menutul tubuh lawannya Bukan benar-benar ingin mengadu nyawa,"
Kata Houw Jiau Sun. Ciok Ciu Lan mendengus dingin.
"Anak buah Hek Houw Sin selamanya bertindak telengas dan keji Sekali hutang tetap hutang Pepatah ini sudah lama menjadi peraturannya Mengapa han ini tiba tiba berubah menjadi orang baik?"
Sindirnya.
"Kata-kata kouwnio seakan menuduh siaulo sebagai pembunuh berdarah dingin. Teman-teman di dunia bulim memang keterlaluan Soal kecil suka dibesar-besarkan. Membunuh satu katanya seputuh Berbuat satu kesalahan seakan harus dijebloskan ke dalam neraka,"
Kata Houw jiau Sun sambil tersenyum simpul. 'Dengan cara apa Lao cang (panggilan kepada yang lebih tua) hendak bertarung denganku? tanya Yok Sau Cun menukas pembicaraan mereka.
"Terserah Yok siangkong saja,"
Wajah yang penuh kerlput itu menampilkan se- nyuman.
"Kaiau Yok siangkong memang bia-sa pergunakan pedang, silahkan Siaulo selamanya tidak pemah menggunakan senjata apa-apa.
"Julukanmu adalah Houw jiau. Kau menggunakan sepasang jari tanganmu yang seperti cakar harimau itu untuk bertarung. Ten-tu saja kau tidak memerlukan senjata lainnya lagi,"
Ejek Ciok Ciu Lan.
Kata-kata ini sengaja diucapkannya untuk memperingatkan Yok Sau Cun bahwa pada dasarnya Houw jiau Sun bukan orang yang boleh dipercaya begitu saja.
Siapa sangka pemuda itu sedang meman-dang ke arah lain.
Dia tidak begitu memperhatikan kata-kata Ciok Ciu Lan.
"Kalau Lao cang tidak menggunakan senjata, tentu cayhe juga akan melayani dengan tangan kosong,"
Katanya santai,. Yok Sau Cun mengembalikan pedang lentur yang tadi dpakainya kepada Ciok Ciu Lan. Perempuan itu cemberut menerimanya.
"Benar-benar kutu buku gerutunya diam-diam. Tapi dia tidak boleh membuat Yok Sau Cun rriengingkari kata-kata yang telah di-ucapkannya Dfa terpaksa menggulung pedang tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam keranjang.
"Yok siangkong, silahkan!"
Kata Houwjiau Sun. Yok Sau Cun balas menjura kepada orang tua itu.
"Cayhe belum pernah bertarung selama ini Lebih baik Lao cang yang memulai saja,"
Sahutnya.
Houw jiau Sun merasa sedikit ragu Entah sampal tingkat apa tingglnya ilmu silat pemu-da itu? Kalau mendengar nada btcaranya, dia seperti anak muda yang baru terjun dalam dunia persilatan Tapi melihat caranya yang mudah dan gesit dalam menghadapi Lie Pak Tou dan Ho Pak Tung, hatinya kem-bali bimbang.
Biarpun seorang tokoh kelas tinggi dunia Bulim )uga tidak akan melebihinya.
Tentu bukan hal yang mudah bagi houw jlau Sun untuk dapat menjadi orang keper- cayaan Hek Houw Sin, Malam im dia diutus untuk mengundang Ciok Ciu Lan.
Apabila dia tidak sanggup mengalahkan pemuda pela|ar itu, pasti Ciok Ciu Lan pun tidak akan berhasil diundang olehnya.
Maksud turun tangannya kali ini mempunyai dua tujuan.
Pertama, dia tentu saja berharap dapat me-ngalahkan pemuda itu.
Kedua, seandainya dia tidak sanggup, dengan pengalamannya selama ini di dunia kangouw, dia yakin dirinya pasti akan mengetahui dari perguruan mana asalnya pemuda Hu.
Dengan demikian, dia dapat memberikan tanggung jawab apa-bila ditanya oleh sang majikan.
Sedangkan untuk mengetahui asal uaul pemuda itu, tentu tidak dapat terlaksana dalam pertarungan satu atau dua jurus.
Diam-diam Houw jiau Sun sudah mempunyai rencana sendiri.
Dalam pertarungan kali Ini yang entah memerlukan berapa jurus, dia tetap akan mengerahkan seluruh kepadaiannya.
Meskipun akibatnya adalah mati atau hidup Paling bagus kaiau dia berhasii me-ngalahkan pemuda tersebut.
Kalau ternyata tidak berhasil, maka dia akan bertarung mati-matian.
Dengan demikian dia juga dapat mengetahui sampai di mana tingginya ilmu silat Yok Sau Cun.
"Yok siangkong tidak mau merugikan ke-dudukan Siaulo. Daiam hal ini, s aulo benar-benar merasa kagum. Kalau memang demikian kemauan siangkong, baiklah. Siaulo akan menyerang terlebuih dahuiu,"
Kata Houwjiau Sun.
Begitu ucapannya selesai, kakinya segera mundur dua setengah langkah Tubuhnya menekuk, kedua tangannya mengambii si-kap menyembah di dada.
Kelima jari direntangkan.
Mulutnya mengeiuarkan suara auman harimau.
Jangan dianggap remeh ba-dannya yang begitu kurus.
Gerakannya saja sudah dapat membuktikan berapa tinggi ilmu yang dimiiikinya.
Kedua tangannya belum teruiur, namun kesepuluh jari tangannya talah mengancam dada Yok Sau Cun.
Jyrus ini sangat keji sekali,.
Yok Sau Cun sama sekali belum menge' tahui bahaya yang sedang mengancamnya.
Wajahnya masih tenang-tanang sa|a.
Rupa-nya sejak kecil dia diajar oleh orang tua yang sangat suka membaca berbagai macam buku.
Dia tidak mengerti bagaimana cara menggunakan pedang ataupun senjata iainnya.
Namun banyak kiam hoat ataupun ciang hoat yang dijelaskan oleh guru itu.
Terutama cara memecahkan setiap serang- an.
Sedangkan arti memecahkan setiap serangan yang dipahaminya adaiah cara me- nangkis semua kiam hoat atau clang hoat yang dilancarkan orang lain.
Biasanya, orang belajar bagalmana menggunakan jurus-jurus kiam hoat dan ciang hoat dari perguruan masing-masing.
Tapi apa yang di-pelajari Yok sau Cun maiah kebalikannya.
Dia harus menunggu sampal pihak iawan mulai menyerang, baru dia bisa tahu bagai-mana cara menangkisnya- Oleh sebab itu, dia tadi menolak mulal menyerang,.
Houw jiau Sun tidak berani memandang enteng pemuda ini iagi.
Sarangannya penuh pemikiran yang matang.
Ho Pak Tung adalah seorang ahli daiam iimu siiat cakar harimau, namun dengan mata kepaianya sendiri dia melihat bagaimana tokoh itu dipermalukan dan dikalahkan dengan mudah.,.
Yok Sau Cun hanya berdiri dengan te-nang Kuda-kuda kakinya pun belum dipa-sang.
Dia terus menunggu pihak lawan mulai menyerang.
Kaki kirinya bergeser satu langkah, tubuh memutar setengah lingkaran, kedua telapak tangan di kembangkan, dari atas menekuk ke bawah.
Serangan Houw jlau Sun kali ini sangat hebat Dia tidak mau bermain-main lagi.
Yang dikeluarkan adalah salah satu jurus andalannya, Entah berapa banyak lawan yang telah dikalahkan dengan jurus yang satu ini.
Sepasang cakarnya ber-putaran, biar bagaimana lawan mencoba berkelit tetap tidak akan terlepas dari se-rangannya, Daiam pikiran Houw jiau Sun, kalau Yok Sau Cun tidak mati seketika, pa' llng tidak akan mengalami luka parah Tetapi apa yang dibayangkan jauh berbeda dengan kenyataan.
Melihat jurus yang keji itu, Yok Sau Cun sama sekall tidak menghindar Dia membiarkan telapak tangannya membentur cakar harimau itu, Houw Jiau Sun sama se-kali tidak menduga akan berakhir demikian Sekarang dia malah yang takut dan bergeser dua tindak,.
"Hai ku totian (kura-kura menatap langit), jurus ini adalah salah satu ilmu aliran agama To di selatan,"
Pikir Houw jiau Sun dalam hati.
Dia terkejut sekali, namun biar bagai-mana pun dia tetap seorang yang sudah banyak pengalaman di dunia kangouw De-ngan cepat dia bisa menenangkan hatinya.
Mereka kembali bergebrak Houw jiau Sun tetap memperhatikan setiap jurus yang digu-nakan oleh Yok Sau Cun.
"Yok siangkong, tenmalah beberapa jurus siauio ini"
Katanya.
Tubuhnya berputar lak-sana angin puyuh.
Dalam waktu sekejap sudah sampai di depan muka Yok Sau Cun.
Sebelah lengan diacungkan.
Jarak antara keduanya tinggal enam cun.
Lima jan ta-ngannya seperti kaltan besi yang tiba-tiba mengulur dan mencengkeram bahu Yok Sau Cun.
Entah bagaimana tangannya bisa terulur sampai dua kali lipat dari biasanya.
''.
Yok Sau Cun tampaknya memahami setiap jurus yang dikeluarkannya Begitu sasarannya hampir mencapai, pasti dia menemukan Jalan untuk meloloskan diri dan membalas Gerakannya bahkan makin lama makin lambat dan tidak bertenaga, Tetapi begitu mencapai lawan baru menimbulkan kesan yang mengejutkan Berkali-kali Houw jiau Sun yakln serangannya akan mengena, namun iuput kembali.
Yang lebih mengherankan adalah jurus-jurus yang digunakan pemuda itu.
"Ini Jurus Ciu cuan liong jiau dari Siauiim si,"
Pikirnya dalam hati,.
"Mungkinkah pemuda ini murid tidak resmi dari Siaulim pai? Bisa jadi' Mamun hanya sesaat hatinya ragu kembali. Pemuda itu sudah merubah gaya mempertahankan dirinya. Kali ini Houw jiau Sun yakin ilmu yang digunakannya adalah salah satu jurus Kui kiong ciang1 dart Mo kau, Kemudian dia beralih kembali pada gaya semula, Jurus yang digunakannya kali ini adalah 'Huan ciu pat ciang yang juga berasal dari Siaulim pai, Tapi Houw jiau Sun memang ttdak malu disebut sebagai salah satu tokoh di dunia Bulim. Daya tangkapnya sangat cepat Setiap kali Yok Sau berhasll memecahkan jurus serang-an yang dikerahkannya, dia segera mengganti jurus lain lagi Begitulah berturu- turut berlangsung, Satu hal yang membuat hatinya kesai, yaitu dia masih belum bisa juga menebak asal-usul pemuda itu. Sedangkan tadi dia sudah membuka suara bahwa dalam sepuiuh |urus dia akan berhasil mengetahuinya. Sekarang limabelas jurus telah berlalu. Sebelumnya dia hampir yakin bahwa Yok Sau Cun adalah murid Siaulim Siapa tahu setelah lewat limabelas jurus, dia melihat Yok Sau Cun menggunakan ilmu Ciongsan pai, Hua san, Butong, Pat kua Heng gi, juga ilmu dan perbatasan yaitu Cang pak, Hun kui dan Tiam cong pai llmu yang digunakan oleh Yok Sau Cun seperti gado gado Ja ngan harap dapat meraba kepandaian dan asal usulnya dan jurus yang dia perguna-kan Satu hal lagi yang membuat Houw jiau Sun terperanjat Ada beberapa jurus darialir-an tertentu yang tadinya biasa-biasa saja Namun Yok Sau Cun dapat memainkannya menjadi jurus yang lihai. Houw jiau Sun sudah lama berkec'mpung dalam dunia persilatan Selama mi dia belum pernah menemukan lawan seaneh ini Sema-kin bertarung semakin menurun dan terde sak di bawah angin Sedangkan Yok Sau Cun semakin gencar Dia bagaikan men-dapat latihan praktek yang dapat mengsm bangkan pengetahuannya. Tiba-tiba Houw jiau Sun tertawa keras.
"Bagus'"
Serunya Dia masih penasaran Dikerahkannya ilmu yang tidak pernah digunakannya kecuali sudah terdesak Sekali ini dia terpaksa menelan pil pahit pula Dengan gaya sederhana dan mudah Yok Sau Cun berkelit ke samping pertarungan ditanjut-kan Sekarang sudah mencapai tigapuluh jurus lebih.
Bagaimana pun, Houw jiau Sun sudah berusia lanjut Daya tahannya tentu tidak sebaik Yok Sau Cun.
Lagipula dia merasa pemuda itu makin maju ilmunya setelah ber-tarung sekian lama.
Oleh karena itu, dia me rasa lebih baik menghentikan pertarungan tersebut.
"Tahan!"teriaknya. Yok Sau Cun menank kembali serangannya.
"Apakah Lao cang sudah berhasil menge-tahui asal-usul cahhe'". Wajah Houw tiau Sun merah padam karena malu.
"llmu silat Yok siangkong memang tinggi sekali Siaulo bukan tandinganmu. Terpaksa mengaku kalah saja,"
Katanya.
Mata Ciok Ciu Lan terbelalak.
Ketika pertarungan itu baru dimulai, dia masih mengkhawatirkan keadaan Yok Sau Cun.
Namun pada akhir pertarungan itu, gerakan tubuh pemuda itu makin tidak jelas lagi.
Tampaknya Houw jiau Sun juga tidak berhasil melukainya Perasaannya mulai mantap.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekarang dia mendengar sendiri bahwa Houw jiau Sun mengaku kalah.
Hampir saja dia tidak mempercayai pendengarannya.
llmu silat Houw jiau Sin dalam dunia Bulim sudah sulit dicari tandingannya Bagaimana mungkin dia mau mengaku kalah begitu saja'? Tapi ucapan itu didengarnya dengan telinga sendiri, tentu tidak salah lagi Ciok Ciu Lan membalikkan tubuhnya dan memandang pemuda tersebut.
"Yok siangkong, kau benar-benar sudah menang,"
Katanya riang. Yok Sun Cun tersipu-sipu Dia mengibaskan tangannya berkali-kali.
"Lao cang hanya memuji llmu silatnyalah yang amat tinggi Cayhe sungguh kagum,"
Katanya.
Apa yang dikatakan Yok Sau Cun juga tidak satah Bagi Houw jlau Sun, setiap kali dia menyerang.pasti pemuda itu sempat kelabakan untuk beberapa saat Sedangkan bagi Yok Sau Cun, meskipun dia akhirnya berhasil meloloskan diri dan maut, namun dia harus melihat dulu serangan yang dikerahkan lawan dan memikirkan cara peme cahannya Dia harus berpikir keras jurus mana yang cocok untuk menandingi Jurus yang dikerahkan lawan Hal ini disebabkan pengalamannya yang masih cetek serta belum terbiasa.
Mungkin kalau dia sudah pernah bertarung beberapa kali ceritanya akan lain lagi.
Houw jiau Sun melink Ciok Ciu Lan sekilas.
"Mari kita pergi' Tiga bayangan itu melesat dengan cepat Dalam sekejap mata mereka sudah menghilang di kegelapan malam. Ciok Ciu Lan memandang sambil tersenyum.
"Houw Jiau Sun sudah berhasil diusir olehmu Ilmu silat Yok Siangkong demikian tinggi, mengapa harus menutupinya?".
"Cayhe sungguh-sungguh belum pernah bertarung dengan siapa juga Malam ini adalah untuk pertama kalinya"
Sahut Yok Sau Cun.
"Oh "
Matanya yang indah telap menatap pemuda itu lekat-lekat"
Yok Siangkong, benarkah suhumu bernama Bubeng lojin'?"
Tanya Ciok Ciu Lan.
"Betul, Orang tua itu adalah guru yang banyak menanamkan budl kepada cayhe,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Dia memang mewariskan ilmu silainya kepadamu, tentu sudah banyak menanam budi,"
Kata Ciok Ciu Lan.
"Bukan. Maksud cayhe, sebeiulnya dia adaiah seorang guru baca dan tulis di rumah cayhe,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Dia mengajar engkau baca dan tulis, juga menurunkan ilmu silat Bagaimana kau tidak tahu siapa namanya?"
Tanya ciok Ciu Lan heran. Wajah Yok Sau Cun merah jengah.
"Mungkin ayah tahu. Cayhe sejak kecil memanggilnya Lao huji Tidak tahu siapa nama aslinya Setelah menginjak dewasa cayhe juga pernah menanyakan persoalan ini. Dia berkata "Lohu sudah lama tidak pernah menggunakan nama asli Anak, bila kau tetap ingin mengetahuinya Lohu menamakan diri sendin Bubeng lojin. Kau juga boleh memanggil dengan sebutan itu,"
Sahutnya. Ciok Ciu Lan mengedipkan matanya beberapa kali.
"Dia pasti orang yang aneh"
Katanya.
"Dia adalah orang tua yang welas asih, sama sekali tidak aneh,"
Sahut Yok Sau Cun. Tiba-tiba sebuah ingatan melintas dibenak Ciok Ciu Lan.
"Oh ya.. Yok siangkong, kau belum menjelaskan kepadaku, apa maksudmu datang ke Kwa Ciu?"
Tanyanya.
"Cayhe hanya kebetulan lewat saja Cayhe hendak menyebrangi sungai menuju Cen kiang,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Apakah kau berasal dan Cen kiang?"
Ta-nya Ciok Ciu Lan.
"Bukan Cayhe pergi ke Cen kiang karena ada sedikit urusan,"
Sahut Yo Sau Cun.
"Sejak berita tentang pedang Cen ku kiam tersebar. Banyak tokoh kelas tinggi yang berdatangan dari segala penjuru Meskipun ilmu silatmu cukup tinggi, rasanya masih belum dapat menandingi Hek Houw Sin. Kau sudah lihat sendiri, anak buahnya saja sudah begitu hebat kepandaiannya. Maka dari itu, lebih baik kau tidak usah kembali lagi ke Kwa ciu kalau niatmu hanya ingin menyeberangi sungai,"
Kata Ciok Ciu Lan.
"Apa yang dikatakan Kouwnio memang benar, namun.
"
Wajah Yok Sau Cun merah padam. Ciok Ciu Lan yang melihat pemuda itu tersipu-sipu, segera teringat bahwa Yok Sau Cun baru pertama kali berkelana, pasti belum mengenal jalan daerah tersebut Dia tersenyum penuh pengertian.
"Tempat ini tidak seberapa jauh lagi ke Cen ciu Di sana juga ada sebuah dermaga penyeberangan Seteiah sampai di ujung sebetah sana, hanya perlu jalan sedikit untuk mencapai Cen kiang,"
Katanya menjelaskan. Yok Sau Cun menjura dalam-dalam.
"Terima kasih atas petunjuk kouwnio,"
Sahutnya.
"Kau ini terlalu banyak adat. Man.. aku temani kau kesana ,"
Kata Ciok Ciu Lan.
"Ini. Cayhe mana berani merepotkan'?". Ciok Ciu Lan tertawa merdu Dia merasa lucu sekali.
"Lihat . aku baru belum lama mengatakan kau terlalu banyak peradatan sekarang mulai lagi. Kau toh tidak mengenal jalan, maka aku yang mengantarkan. Apanya yang merepotkan? Mari, siangkong Silahkanl". Kata-kata 'siangkong yang diucapkannya, membuat pipinya sendiri merah padam. Dalam ucapan sehari-hari, 'siangkong dan 'niocu' merupakan panggilan antara suami istri Namun boleh juga diucapkan sebagai kata pergaulan Wajah Ciok Ciu Lan tertunduk Dia tidak berani menatap mata pemuda tersebut Dia berjalan di muka. Yok Sau Cun mengikuti di belakangnya Setelah berjalan cukup jauh, Yok Sau Cun tidak dapat menahan hatinya untuk bertanya.
"Ciok kouwnio, apakah masih jauh untuk mencapai Cen Ciu'?". Ciok Ciu Lan mengacungkan tangannya di kejauhan.
"Di depansana Yang hitam pekat itu adalah tembokkota Hendak menyeberangi sungai, kita tidak perlu masuk ke dalamkota . Dermaga tersebut adanya di luar tembok,"
Katanya menjelaskan. Tempat yang ditunjuknya tampak ada sedikit penerangan Langkah kakmya tiba-tiba terhenti Dia menolehkan kepala dan memandang Yok Sau Cun.
"Dari sini jaraknya tinggal tiga li Maka kau akan sampai di dermaga Song kun cian li, cung si it piek (mengantar Tuan seribu li, akhirnya harus berpisah jua) Aku masih harus mencari ibuku Sampai di sini saja aku mengantar dirimu.". Yok Sau Cun menank nafas panjang.
"Terima kasih atas kesudian Kouwnio mengantar Cayhe ".
"Lihat Mulai lagi Apakah aku mengantarmu hanya karena ingin mendapat kata terima kasihmu?"
Tukas Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun terpana Setelah ah uh.
ah uh dia titiak dapat melanjutkan kembali Ciok Ciu Lan tertawa sekali lagi Dia mencoba membuka mulut beberapa kali, seakan ada yang ingin dlkatakannya, namun dia hanya menggigit bibir saja, tanpa dapat berkata apa-apa Kira kira sepeminuman teh, kemudian.
"Yok siangkong aku ingin aku hendak memberikan sesuatu kepadamu ". Yok Sau Cun melihat sikap perempuan itu tidak seperti biasanya.
"Kouwnio .". Ciok Ciu Lan merogoh ke dalam keranjang yang ditentengnya. Dia mengambil sebuah bola kecil yang terbuat dan logam.
"Ini .. Pedang yang tadi kau gunakan untuk bertarung dengan para penjahat itu Aku lihat kau tidak membawa senjata apa-apa. Kau adalah seorang pelajar Memang lebih baik tidak usah membawa pedang supaya tidak menarik perhatian. Tapi kau mengerti ilmu silat, apalagi pernah bentrok dengan anak buah Hek houw sin. Pedang fentur ini, meski bukan pedang pusaka, namun dia terbuat dari bahan besi yang lunak pedang yang biasa saja akan tertebas putus olehnya Bila hendak digunakan dapat disentak menjadi paniang, Bilatidak, kau dapat menggulungnya kembali seperli ini. Tidak akan ada orang yang tahu bahwa ini adalah sebatang pedang. Lagipula kau dapat menyelipkannya di ikat pinggang Mudah bukan? Paling sesuai untuk dirimu,"
Katanya. Yok Sau Cun menggoyangkan tangannya berkali-kali.
"Cayhe benar benar tidak dapat menerimanya Kebaikan kouwnio biar cayhe simpan dalam hati,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Kata kataku belum selesai. Pedang ini ibu dapatkan dari seorang tokoh golongan hitam. Karena merasa aneh, aku lalu menyimpannya. Tapi menggunakan pedang lentur semacam ini, harus orang yang ilmunya sesuai Bagaimana pun aku menggunakannya, tetap tidak berhasil dengan memuaskan karena tidak cocok dengan ilmu yang kupelajari. Tadi aku melihat kau menggunakannya untuk bertarung Ternyata hebat sekali Ini yang dinamakan jodoh. Setidaknya aku telah berhasil mendapatkan majikan yang pantas untuk pedang ini Kau jangan sungkan lagi. Terimalah!' kata Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun masih juga tidak berani menerimanya.
"Pedang in! adalah senjata untuk melindungi diri kouwnio, mana aku berani menerimanya?"
Dia menggelengkan kepala berkali-kali. Ciok Ciu Lan mendelik ke arahnya.
"Kau ini suka berbelit-belit. Laki-laki tidak boleh bersikap demikian, Kita bisa berlemu hari ini aih, kalau kau menganggap aku teman, maka kau harus menerima pedang ini. Aku masih banyak barang lain di dalam keranjang,"
Kata Ciok Ciu Lan.
"Tidak, kouwnio ". Ciok Ciu Lan kesal melihat kekerasan hatinya Dia mendengus satu kali.
"Bagaimana sih. Aku, toh sudah mengeluarkannya, bagaimpna mungkin aku menyimpannya kembali'?". Tiba-tiba dia menank tangan Yok Sau Cun Di selipkan gulungan bola besi itu ke dalam tangan pemuda tersebut.
"Cepat simpan, ada yang datang,"
Kata-katanya selesai orangnya sudah melayang jauh sekali.
Yok Sau Cun menolehkan kepatanya Tidak ada siapa-siapa yang datang Ketika dia sadar dirinya telah ditipu bayangan Ciok Ciu Lan sudah menghilang Dalam kegelapan, hanyatinggaldia seorang diri Diatidaksem pat memanggii perempuan itu lagi.
Tangannya menimang-nimang bola besi tersebut.
Bibirnya menunjukkan seulas senyum getir.
Dalam sesaat dia mengerti mengapa Ciok Ciu Lan tidak rnau mengantarkannya sampai ke dermaga dan berhenti di tempat itu saja.
Karena di dermaga ada penerangan Hal itu berarti di sana ada orang.
Dan dia tidak ingin ada yang melihatnya memberikan pedang kepada Yok Sau Cun.
Begitulah perasaan hati anak perempuan Yok Sau Cun merasa di tangannya masih tersisa kehangatan yang ditinggalkan Ciok Ciu Lan ketika menank tangannya tadi.
Dia menatap ke arah perempuan itu menghilang Ada sesuatu yang hilang juga dari hatmya Seandainya dia berkeras mengejar Ciok Ciu Lan dia pasti tidak mau menerima kembali pedang itu Lagipula sekarang belum tentu dapat terkejar lagi Oleh sebab itu, dia terpaksa menerima pedang itu untuk sementara Dia menyimpannya di balik baju.
Setelah itu ia menuju dermaga pernyeberangan.
Jarak tiga li di tempuhnya dalam sekejap.
Keadaan di dermaga itu gelap sekali.
Sama sekali tidak ada penerangan Sinar lampu yang dilihatnya dan jauh adalah dua buah lentera kecil yang tergantung di tiang perahu.
Tampaknya perahu itu akan segera berangkat Di dermaga itu ada dua tukang perahu yang sedang bersandar Yok Sau Cun berjalan dengan tergesa-gesa Dia tidak menengok lagi perahu apa yang ada disana .
Dia hanya mernperhatikan bahwa perahu itu sudah melepas sauh dan akan berangkat.
Dia mendekat dengan tangan rnelambai lambai.
"Cuan cia (Tukang perahu), tunggu dulu Apakah tujuan perahu inikota Cen kiang? Aku ingin menumpang Biayanya ". Disana ada dua laki-laki bertubuh tinggi besar Salah satunya tidak membiarkan Yok Sau Cun melanjutkan kata-katanya.
"Berhenti! Apa yang kau lakukan?"
Tenaknya lantang.
"Apabilatujuan kaliankota Cen kiang, aku ingin menumpang ' kata Yok Sau Cun sambil terus melambaikan tangannya. Laki-laki tinggi besar tadi mendelik ke arahnya. 'Apakah kau tidak lihat lebih tegas, perahu apakah ini? Masih tidak cepat-cepat menggelinding!"
Bentaknya. Yok Sau Cun mendongkol juga mendengar nada bicaranya yang kasar.
"Cayhe hanya bertanya, apakah tujuan kahankota Cen kiang'? Kalau betul, cayhe ingin menurnpang Andaikata bukan, ya tidak apa apa Mengapa kau demikian tidak tahu sopan santun?"
Sahutnya. Laki-laki tinggi besar itu berdiri tegak Dia berkacak pinggang dan melotot ke arah Yok Sau Cun.
"Bocah busuk! Matamu sudah buta'"
Ben taknya. Melihat kekasaran laki-laki itu, tanpa sadar Yok Sau Cun marah juga.
"Meskipun kau yang mengurus perahu ini, juga tidak boleh, ngoceh sembarangan!"
Tenaknya.
"Locu mengoceh atau menyakiti hatimu karena matamu memang sudah buta. Mengapa masih tidak cepat-cepat enyah dari sini?".
"Lagak kalian sungguh besar Entah menenma penntah siapa?"
Teriak Yok Sau Cun kesal. Laki-laki yang satunya lagi juga ikut berkacak pinggang.
"Buat apa kau ribut-ribut dengannya? Orang rendah yang tidak membuka matanya lebar lebar Mengapa kau tidak melemparkannya saja ke dalam sungai?"
Katanya menyarankan.
"Betul'"
Sahut yang pertama Dia segera menghampiri Yok Sau Cun. Tangannya diulurkan dengan cepat Dia mencengkeram baju bagian dada pemuda itu.
"Kalian manusia-manusia jahat Buka mulut menyakiti hati, gerak tangan langsung pukul Apakah tidak ada hukum lagi di negara ini?"
Katanya tajam Ditariknya tangan yang sedang mencengkeram bajunya itu Sekali sentak tangan itu sudah terlepas Dengan kecepatan yang sukar diraba, dia mengangkat tubuh laki-laki itu dan melemparkannya sejauh tujuh depa.
Laki-laki yang kedua melihat temannya dilemparkan dengan begitu mudah jadi marah sekali,.
"Bocah busuk1 Kau sudah bosan hidupi"
Teriaknya Sekali meloncat, tangannya terulur untuk mencengkeram bahu Yok Sau Cun Gerakan pemuda itu masih menggunakan jurus yang sama Laki-laki itu pun mengalarm nasib seperti rekannya, terlempar jauh.
Keributan ini sudah membuat orang-orang yang berada di atas perahu terkejut Dua laki-Jaki tmggi besar itu terlempar sampai babak belur Mereka segera bangkit dan ingin menerjang Yok Sau Cun kembali Tiba-tiba tercium bau harum memancar dari atas perahu, disusu! dengan teguran suara yang merdu.
"Dengan siapa kalian bertengkar?"
Kedua laki-laki yang mencan gara-gara itu, segera berdiri dengan sikap hormat.
"Cui kouwnio "
Panggil mereka serentak. Orang yang dipanggil Cui kouwnio itu adalah seorang gadis berpakaian hijau dan sangat cantik Matanya mendelik ke arah dua orang itu.
"Aku bertanya dengan siapa lagi kalian berkeiahi kali ini'?"
Sebetulnya mata gadis itu sedang mengerling Sejak semula dia sudah meiihat Yok Sau Cun, tapi dia pura-pura tidak tahu. Laki-laki yang pertama menyerang segera menuding ke arah pemuda itu.
"Bocah ini tidak bertanya lagi, langsung menerjang ke dermaga Siaujin hanya menyuruh dia pergi dari sim dan mendorongnya Mana tahu dia perlakukan Siaujin dengan kasar,"
Katanya.
"Hanya begitu?"
Tanya Cui kouwnio Matanya menatap sekilas kepada Yok Sau Cun Kemudian menoleh lagi kepada anak buahnya "Pemuda ini hanya seorang pelajar Pasti kalian yang menghinanya lebih dahulu, bukan?"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanyanya dengan suara berwibawa.
"Cui kouwnio, Jangan lihat tampangnya yang seperti pelajar llmunya lumayan juga,"
Sahut laki-laki yang kedua. Alis mata Cui kouwnio agak berkerut Bibirnya tetap tersenyum.
"Siangkong ini . Tengah malam menyerbu ke dermaga ini, apakah memang ingin mengganggu karm?"
Tanyanya.
"Kouwnio harap maklum Cayhe sedang tergesa-gesa ingin menyebrangi sungai. Melihat ada sebuah perahu yang segera berangkat, cayhe bermaksud menumpang Cayhe menanyakan kedua laki-laki itu dengan cara baik baik, apakah perahu ini menuju kota Cen kiang'. Siapa tahu mereka tidak mengenal sopan santun dan mengucapkan kata kata yang kasar,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Bagaimana cara kasar mereka? Apa yang diucapkannya?"
Tanya Cui kouwnio.
"Cuan cia itu buka mulut langsung menyuruh cayhe enyah Dan mengatakan mata cahye buta,"
Sahut Yok Sau Cun. Cui kouwnio tersenyum simpul.
"Kau menyerbu ke dermaga ini, lagipula berani sembarangan hendaK menumpang Mereka menyuruhmu enyah, masih termasuk sungkan Andaikata matamu tidak terbuka, kau toh masih mempunyai telinga untuk mendengar, siapakah pemilik perahu ini'?' katanya. Yok Sau Cun merasa darahnya naik ke atas kepala.
"Memangnya siapa pemilik perahu ini'?"
Tanyanya. Cui kouwnio tertawa lebar.
"Itulah sebabnya merekamengatakan matamu buta". Yok Sau Cun tertawa dingin.
"Cayhe melihat wajah kouwnio cantik jelita. Mestinya dan keluarga terpandang dan terpelajar. Siapa sangka satu komplotan dengan laki-laki kasar itu,"
Katanya sims Wajah Cui kouwnio berubah hebat "Kau berani mengeiek aku?"
Bentaknya "Manusia mesti mengoreksi diri sendiri lebih dahulu, sebelum orang lain yang mengoreksinya Kalau kauwmo tidak membuka mulut dengan kata-kata kasar cayhe juga tidak melakukan hal yang sama."
Kata Yok Sau Cun. Wajah gadis itu merah padam Kekesalan hatinya memuncak.
"Aku rasa ada yang sudah menelan nyali hanmau, rupanya memang sengaja rnencari gara-gara di sini Hm. Aku tidak percaya kau mempunyai-keberanian sebesar ini dan ingin mencan masalah di atas perahu siocia kami,"
Katanya Kemudian pergelangan tangannya di angkat, sepasang gefang diso rongkan ke depan.
"Kalian rupanya memang turunan manu sia manusia rendah,"
Sahut Yok Sau Cun di ngin Dia menoleh pun tidak, tangannya diki baskan seenaknya Sepasang gelang tangan yang sedang mengarah kepadanya langsung tersentak ke samping Untung saja yang menyerangnya adalah seorang anak gadis, kalau tidak dia tentu akan melamparkannya seperti kedua laki-laki kasar tadi Tidak! Tangannya membentur sesuatu yang lembut, Oleh karena itu dia baru sadar bahwa dirinya tidak boleh memperlakukan seorang gadis dengan kasar Dengan demikian dia melepaskan lengan yang berhasil dicengkeramnya.
Cui kouwnio sangat penasaran melihat pergelangan tangannya dicengkeram begitu saja.
Hatinya tergetar Setelah mengaduh sekali, dia menank tangannya dengan se kuat tenaga Namun dia tidak berhasil, sampaiYou Sau Cun merenggangkan pegangannya barulah dia dapat terlepas Wajahnya yang bersemu dadu seketika menjadi merah padam Dia meraba pergelangan tangan yang masih terasa agak sakit karena cengkeraman yang keras itu Ditatapnya Yok Sau Cun dengan mata mendelik Dia marah sekali.
"Bagus' Berani menghma aku! Malam ini aku tidak akan mengampuni jiwamu! Teriaknya Gaunnya melambai, dalam sekejap saja tangannya SLfdah menggenggam sebatang pedang Sinarnya berkilauan Pedang itu diacungkan ke depan "Manusia jahat lihat pedang!"
Dengan sengit dia melancarkan se buah serangan yang hebat. Tepat pada saat itu, terdengar sebuah suara merdu berkumandang dari dalam perahu.
"Siau cui, tidak boleh kurang ajar". Cui kouwnio segera menank kembali pedangnya. Wajahnya cemberut.
"Siocia, dia yang tidak tahu aturan,"
Katanya.
Yok Sau Cun mengalihkan pandangannya ke arah suara itu.
Dia melihat seorang perempuan berdiri di ujung perahu Pakaiannya berwarna hijau muda Wajahnya ditutupi sehelai cadar tipis, sehingga tidak terlihat bagaimana rupanya dan berapa usianya Tetapi dan gayanya yang anggun dan jari tangannya yang tersembul dan balik lengan bajunya, mestinya dia seorang wanita yang cantik jelita.
"Aku sudah mendengar semuanya, kalian yang memulai pertengkaran. Sikap kalian sangat memalukan. Lekas minta maaf kepadanya'"
Bentak wanita berbaju hijau itu.
"Siau cui minta maaf kepada siangkong,"
Katanya seperti terpaksa. Yok Sau Cun tertawa datar Dia nnenjura kepada wanita berbaju hijau itu.
"Cayhe telah nnengganggu ketenangan siooa, cayhe merasa tidak enak hati Selamat tinggal"
Perkataannya selesai, dia segera membalikkan tubuh dan berjalan'.
"Siangkong, harap hentikan langkah!"
Terdengar suara lembut wanita baju hijau itu. Yok Sau Cun membalikkan tubuhnya "Apakah Siocia ada pertanyaan lagi'?"tanyanya.
"Bukankah kau tergesagesa hendak ke kota Cen kiang? Perahu im kebetulan memang menuju ke sana Kalau siangkong tidak keberatan, silahkan naik ke atas perahu,"
Kata wanita baju hijau itu.
Yok Sau Cun terpana Tadinya dia memang ingin menumpang Tapi dia tidak menyangka kalau dalam perahu itu hanya ada seorang wanita.
Lagiputa wanita ini tampaknya sangat supel dan mempunyai pandangan yang terbuka Sejak kecil dia memang belum pernah berdekatan dengan kaum perempuan Dia merasa kikuk.
"Ini Rasanya kurang leluasa bukan?"
Tanyanya gugup. Mata yang cemerlang menembus lewat cadar yang tipis dan berarti di wajah Yok Sau Cun.
"Tujuan kami memang ingin menyeberangi sungai. Siangkong kebetulan mempunyai tujuan yang sama. Tidak ada yang dapat disebut kurang leluasa Siangkong tidak usah ragu, silahkan naik ke atas perahu,"
Kata si wanita baju hijau. Dia segera berjalan masuk ke dalam perahu. Cui kouwnio mengerling sejenak kepada Yok Sau Cun Ada sesuatu yang mulai dimengerti olehnya. Dia mendengus sekali.
"Siocia kami sudah menyuruh kau naik ke atas perahu, mengapa tidak melakukannya segera''"
Katanya dengan nada ketus.
Gadis itu menunggu di atas Jembatan Dia menunggu Yok Sau Cun naik lebih dahulu Yok Sau Cun merenung se|enak, kemudian dia meloncat ke atas jembatan penyeberangan itu Cui kouwnio mengikuti di belakangnya Setelah ikut meloncat ke atas jembatan, dia segera mendahului Yok Sau Cun dan membuka tirai perahu tersebut.
"Siangkong, silahkan,"
Katanya. Yok Sau Cun hanya ingin menumpang perahu itu Apalagi pemiliknya adalah seorang wanita, dia tentu tidak enak masuk ke ruangan dalam Oleh sebab itu, dia mengulapkan tangannya berkalikali.
"Tolong katakan tenma kasih kepada Siociamu Lebih baik aku beristirahat di geladak saja. Itu juga lebih dan lumayan"
Sahut Yok Sau Cun. Cui kouwnio mencibirkan bibirnya.
"Tampaknya ilmu silatmu cukup tinggi Mengapa pelintat pelintut seperti kutu buku?"
Sindirnya. Sebelum Yok Sau Sun sempat menjawab, terdengar suara lembut tadi kembali berkumandang dan ruangan dalam.
"Kalau Siangkong sudah naik ke atas pe rahu, mengapa tidak masuk ke dalam kabin. Menyeberangi sungai juga memerlukan waktu yang cukup lama Ruangan geladak itu sempit sekali Lagi pula angin kencang, ombak bergelombang Bagaimana kami boleh melayani tamu dengan cara demikian? Lebih baik Siangkong tidak usah banyak peradatan lagi.". Tangan Cui kouwnio menarik tirai penghubung sekali lagi.
"Betul Siocia sudah mengundang kau masuk Buat apa sungkan?"
Katanya dengan nada menyindir.
Ruangan dalam perahu itu luas sekali.
Tirai tirai terpasang dengan rapi dan indah Di kedua sisinya terdapat jendela kaca.
Karena saat itu han sudah malam, maka jendela- jendela itu sudah ditutup.
Tadinya wanita berbaju hijau itu duduk di samping sebuah me|a kecil.
Dia berdiri ketika melihat Yok Sau Cun masuk.
"Siangkong, silahkan duduk!"
Katanya. Yok Sau Cun mengibaskan tangannya dengan gaya kebingungan.
"Cayhe merasa tidak enak hati telah mengganggu Siocia,"
Sahutnya. Wanita berbaju hijau itu melinknya sekilas Dia megenakan cadar penutup wajah. Tentu saja Yok Sau Cun tidak tahu gerak-gerik mukanya.
"Kita bertemu secara kebetulan Boleh dibilang ada jodoh. Buat apa Siangkong merasa sungkan terus?"
Katanya.
"Siangkong, silahkan duduk! Siau Cui akan menuangkan teh untukmu,"
Lanjut Cui kowvnio Tingkahnya sungguh menyebalkan Yok Sau Cun Di depan siocianya dia mengambi! hati Tapi di belakangnya dia ketus sekalf. Setelah mengucapkan kata-kata tadi, dia baru melangkah keluar meninggalkan mereka.
"Mengapa Siangkong berdiri terus'? Silahkan duduk,"
Kata wanita berbaju hijau itu.
"Tenma kasih,"
Sahut Yok Sau Cun sambi! duduk di atas sebuah kursi pendek dekat pintu.
Perahu itu sudah mulai berangkat Malam hari angin sangat kencang Begitu memnggalkan pelabuhan, perahu itu terombang-ambing.
Tentu saja harus duduk baru bisa tenang.
Wanita berbaju hij'au itu tertawa merdu melihat sikap Yok Sau Cun.
"Siau Cui mengatakan kau adalah seorang kutu buku. melihat tampangmu yang [ugu, kau memang minp kutu buku,"
Katanya. Yok Sau Cun hanya tersenyum mendengar perkataan itu.
"Tampaknya kau bukan orang dunia Bulim?"
Tanya wanita itu mengalihkan arah pembicaraan.
"Cayhe memang bukan orang Bulim,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Kau adalah putera keluarga baik-baik Seorang pelaiar bukan?"
Tanya wanita itu kembali.
"Cayhe belum pernah benar-benar belajar ilmu silat Hanya pernah berlatih selama beberapa tahun di rumah,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Begitu baru betu! Hanya orang yang belajar membaca dan menulis baru mengerti sopan santun "
Kata wanita tersebut. Pada waktu itu Siau cui masuk dan meletakkan secangkir teh di atas meja.
"Sayangnya sedikit pemarah,"
Sahutnya,.
"Siau cui, jangan mengoceh sembaranganl' kata wanita baju hijau itu Cui kouwnio mengiakan Dia menoleh ke arah Yok Sau Cun.
"Siangkong, silahkan minum ".
"Tenma kasih, Cui kouwnio,"
Sahut Yok Sau Cun. Cui kownio seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi tidak jadi Wanita berbaju hijau itu mengangkat kepalanya.
"Aku masih belum tahu nama Siangkong yang mulia,"
Katanya.
"Cayhe Yok Sau Cun.".
"Siocia kami bernama Hui Fei Cin,"
Siau cui menjelaskan. Wanita berbaju hijau itu tampak panic.
"Siau cui !"
Bentaknya Cui kouwnio tertawa-tawa.
"Siocia sudah menanyakan nama or'ang Seharusnya memperkenalkan diri sendiri juga Siocia tentu malu hati mengatakannya, maka Siau cui yang mewakili,"
Katanya.
"Aku toh tidak bermaksud menyembunyikan nama,' kata wanita yang bermana Hui Fei Cin itu. Dia menoleh kembali kepada Yok Sau Cun.
"Yok siangkong menyeberangi sungai dengan tujuan kemana'?".
"Cen kiang,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Ada apa Yok Siangkong ke kota tersebut'?"tukas Siau Cui.
"Cayhe bermaksud mencan seseorang,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Kalau begitu Yok Siangkong pasti tidak akan tama menetap di kota itu. Dua hari lagi kami akan kembali ke Yang ciu. Setelah urusan Yok Siangkong selesai, boleh ikut kami ke Yang ciu untuk berpesiar,"
Kata Siau Cui. Di balik cadar penutup wajahnya, mata Hui Fe Cin bersinar cerah.
"Kalau Yok Siangkong sudi mampir di kota kami siaumoi pasti akan menyambut dengan senang,"
Dia sendiri telah menyebut dirinya sebagai Siaumoi. Hal ini membuktikan bahwa dia masih seorang gadis remaja. Yok Sau Cun yang mendengar nada bicaranya begitu senus, menjadi agak terkejut.
"Kalau cayhe ada waktu luang tentu akan memenuhi undangan dengan senang hati,"
Sahutnya.
"Siaumoi bermaksud merubah kata kalau ada waktu luang' Yok Siangkong,"
Kata Hui Fei Cin.
"Entah bagaimana cara Siocia merubahnya?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Merubah dengan kata "kalau urusan Cen kiang sudah selesai' Bagaimana pendapat Yok Sia'ngkong?". Sekali lagi Yok Sau Cun terpana Dalam hati dia berpikir "Kalau melihat perkataan yang dirubahnya, maka berarti kalau urusan Cen kiang sudah selesai, mau tidak mau aku harus berkunjung ke rumahnya Dia adalah seorang gadi.s yang cerdik tentu tidak mau mengatakan secara terus terang kepada seorang laki-iaki Dia bermaksud mengajak aku ke rumahnya. Oleh sebab itu dia merubah perkataan 'kalau ada waktu fuang' menjadi kalau urusan di Cen kiang sudah sele sail Bukankah maksudnya sudah jelas?". Yok Sau Cun memandang kepada Hui Fei Cin Untuk sesaat dia tidak tahu bagaimana harus membenkan jawaban Cui kouwnio diam diam meninggalkan mereka berdua. Hui Fei Cin menunggu beberapa saat Dia belum mendapat jawaban dan Yok Sau Cun.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau tidak bersedia?"
Tanyanya dengan nada pilu.
"Siocia jangan menduga yang bukan-bukan Cayhe "
Sahutnya panic.
"Aku tak tahu Mungkm aku menganggap pertemuan kita hanya kebetulan Tidak perlu saling mengenal lebih mendalam Namun entah mengapa aku bisa bisa'?"
Nada suaranya semakin menyedihkan. Setelah berhenti sejenak Dia memaksa kan diri untuk menatap pemuda itu.
"Yok Siangkong adalah seorang laki-laki sejati Penampiiannya pun amat sopan Benar benar membuat siaumoi kagum Aku menyesal mengapa dilahirkan sebagai seorang anak gadis Kalau tidak, aku akan mengangkat persaudaraan dengan Yok Siangkong Hal mi memang menyedihkan Ada sebuah pepatah zaman duiu yang sangat bagus Jin sin tek it ce yi, si el bo han jAsalkan bisa mendapatkan apa yang di dambakan, mati pun tidak percuma) lanjut Hui Fei Cin. Mendengar kata-kata itu, Yok Sau Cun semakin terperanjat. Dia mengibaskan tangannya dengan panik.
"Tenma kasih atas cinta kasih Siocia, cayhe tidak berani menyambutnya.".
"Kalau Siangkong tidak keberatan nama kecilku adalah Fei Cin Harap Siangkong memanggil nama itu saja,"
Kata Hui Fei Cin.
"Ini.
"
Yok Sau Cun semakin gugup.
"Aku tadi sudah mengatakan, seorang manusia asal bisa mendapatkan apa yang didambakan mati pun tidak sia sia. Aku percaya diriku tidak berumur pendek, Yok Siangkong juga akan hidup lama. Itu hanya sebuah perumpamaan Siaumoi bermaksud baik. Mengundangdan berkunjung ke rumah untuk saling mengenal lebih dalam. Benarkah kau tidak bersedia'"' tanya Hui Fei Cin sendu. Yok Sau Cun jadi serba salah.
"Sio cia jangan menduga yang bukan-bukan. Cayhe tidak ada maksud demikian. Hanya. .".
"Kalau begitu kau, ."
Tangannya dengan lembut menarik cadar yang menutupi wajahnya.
Tia (ayah) yang menyuruh aku mengenakan cadar ini.
Orang tua itu mengatakan bahwa merantau di dunia kangouw sangat berbahaya.
Lebih baik jangan menunjukkan wajah asli pada siapa pun Yok Siangkong adalah laki-laki yang jujur Siaumoi sengaja membuka cadar ini agar bila kelak kita bertemu lagi, Yok Siangkong tidak lupa,"
Katanya.
Cadar itu telah dilepas Dia adalah seorang gadis remaja dengan wajah berbentuk kuaci.
Hidungnya mancung.
Wajahnya tenang dan lembut Meskipun dia tidak secantik pelayannya Siau cui yang sangat rupawan.
Setelah melihat wajah aslinya, Yok Sau Cun malah lebih tenang Dia tersenyum lernbut.
"Harap Sio Cia mengenakan cadar itu kembali,"
Katanya. Huei Fei Cin mengerlingkan matanya yang seperti telaga berair jernih. Dia juga tersenyum manis.
"Apakah YokSiangkong sudah mengingat wajah siaumcn?"
Tanyanya Sebetulnya, meskipun wajahnya biasa saJa namun sepasang matanya yang sayu dan giginya yang putih memberi kesan menawan Yok Sau Cun menganggukkan kepaianya.
"Cayhe sudah ingat betul"
Sahutnya. Hui Fei Cin mengenakan kembali cadar penutup wajahnya.
"Yok siangkong belum menjawab permlntaan siaumoi Apakah setelah urusan di Cen kiang selesai, Yok Siangkong bersedia mampir ke rumah?". 'Melihat kesediaan Siocia mengundang, setelah urusan ini selesai, tentu cayhe akan berkunjung ke sana,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Ternyata aku memang tidak salah memlai Yok Siangkong benar-benar seorang laki laki sejati,"
Kata Hui Fei Cin. Tiba-tiba Slau cui masuk ke dalam ruangan dengan sikap tergesa-gesa.
"Siocia, di pelabuhan terdapat sinar terang jangan jangan Ku Taiya mengutus orang untuk menjemput kita,' katanya.
"Meskipun Ku ku (paman) tahu aku akan datang, juga tidak mungkin menyuruh orang menyambut dan jarak demikian jauh "
Sahut Hui Fei Cin. Siau Cui tersenyum penuh rahasia.
"Belum tentu Meskipun Ku loya tidak menyuruh orang menyambut, tentu ada orang lain yang ".
"Saiu cui, jangan ngoceh sembarangan'"
Tukas Hui Fei Cin.
Siau cui meniulurkan lidahnya dengan cepat dia keluar kembali ke depan perahu perlahan lahan menepi Akhirnya bersandar Terdengar suara tenakan Siau cui di muka pintu.
'Sio cia Piau siauya sendiri yang datang menjemput Tandu sudah tersedia di d^r maga Silahkan Siocia keluar!".
Hui Fei Cin tampak menank nafas panlang Dia berdiri dan menoleh kepada Yok Sau Cun.
"Yok siangkong, silahkan!"
Katanya.
"Siau cui masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Sio cia, kau saja yang naik lebih dahulu Yok Siangkong biar menunggu sebentar lagi,"
Katanya dengan suara rendah.
"Mengapa harus begitu? perahu toh sudah bersandar. Yok Siangkong adalah tamuku. Dengan sendirinya harus didahulukan Kau Jangan banyak mulut'"
Sahut Hui Fei Cin sambil mendelikkan matanya. Siau cui tidak berani banyak bicara lagi. Dia mundur keluar dan membukakan tirai penghubung.
"Yok Siangkong jangan melupakan perjalanan ke Yang cui. Jangan membuat siaumoi mendambakan siang malam,"
Kata Hui Fei Cin. Dia tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu untuk menjawab. Dia hanya mengulurkan tangannya dan mengucapkan. Silahkan!". Yok Sau Cun mulai bisa menenangkan diri. Dia tidak sungkan lagi.
"Terima kasih,"
Sahutnya kemudian mendahului Hui Fei Cin melangkah ke luar dari anjungan perahu.
Hui Fei Cin mengikuti di belakangnya Tukang perahu sudah menyediakan papan untuk meniti Dia membiarkan Yok Sau Cun berjalan di muka dengan diiringi Hui Fei Cin dan Siau cui.
Di sekitar pelabuhan terlihat delapan orang laki-laki bertubuh tinggi besar.
Mereka memakai baju tanpa lengan Tangan masing-masing membawa obor Mereka berjajar berbentuk bansan yang rapi Di samping mereka terdapat sebuah tandu berwarha hijau.
Di depan orang-orang itu ada seorang pemuda yang berwajah tampan.
Dia sedang berdiri menghadap jembatan titian Pakaiannya berwarna biru langit Ikat pinggang merupakan sulaman dengan batu kumala menjuntai di uJungnya Sepatunyajuga bersulam indah.
Selain itu dia mengenaRan ikat rambut berwarna biru langit juga Alisnya hitam lebat.
Raut wajahnya persegi dan gagah Bibir nya kemerahan Sayangnya ada sedikit ke san sombong pada diri pemuda itu.
Pemuda berpakaian biru langit itu melihat bahwa yang pertama-tama turun adalah seorang pemuda yang tidak pernah d;kenalnya Dia agak terpana Dengan sendirinya Yok Sau Cun juga sudah melihat pemuda tersebut Pikirannya membayangkan kata- kata Siau Cui yang meminta Siocianya naik lebih dahulu.
Dalam sekejap hatinya mulai yakin Kemungkinan besar pemuda inilah yang disebut sebagai Piau siauya tadi.
Yok Sau Cun terpaksa menjura dengan hormat kepadanya.
Meskipun pemuda berpakaian biru langit ilu iiicmporhnlikan Yok Sflii Cun donfian sek Gaina lapi dia [icldk mGmpordulikan peng hormatan yang dilakukan olehnya Matanya malah dialihkan kepada Hui Fei Cin Wajahnya menampilkan senyum.
'Piaumoi, mengapa sampai saat im kau baru tiba? Sejak sore han aku sudah bergegas datang ke sini Aku menunggu terus sampai sekarang Aku kira kau tidak jadi datang malam ini,"
Katanya.
"Siaumoi minta maaf karena piauko menyambut dari tempat yang jauh Siaurnoi ada urusan sedikit sehingga terlambat Siapa suruh kalian menyambut dari kemann sore?"
Sahut Hui Fei Cin.
"Tia tidak tenang Dia mengatakan bahwa dalam beberapa han ini perjalanan kurang aman. Dia mengharuskan aku menunggu di smi,"
Kata pemuda itu.
"Paman juga ketedaiuan Aku toh bukan anak kecil lagi. Masa aku bisa menghilang'?"
Gerutu Hui Fei Cin dengan wajah cemberut. Mata pemuda itu melink ke arah Yok Sau Cun.
"Piaumoi Orang ini ".
"Ah Aku lupa memperkenalkan kalian berdua Ini adalah Yok Siangkong ...". Yok Sau Cun tidak menunggu sampai kata-katanya selesai Dia segera memper kenalkan diri sendiri kepada pemuda tersebut.
"Cayhe Yok Sau Cun Tadi menumpang perahu Siocia untuk menyeberang "
Selesai memperkenalkan diri, dia segera menoleh kepada Hui Fei Cin "Tenma kasih atas ke baikan hati Siocia membiarkan cayhe menumpang Sampai jumpa". Di balik cadar penutup wajahnya, Hui Fei Cin tergetar.
"Yok Siangkong tidak perlu sungkan,"
Sahutnya. Pemuda berpakaian biru langit itu mengerling ke arah Hui Fei Cin Dia memaksakan diri untuk tersenyum.
"Yok heng, silahkan "
Katanya. Tanpa melihat lagi kepada Yok Sau Cun, dia segera berkata dengan suara rendah.
"Piaumoi han sudah larut. Cepat naik ke a.tas tandu,"
Lanjutnya.
Yok Sau Cun melewati kedua orang itu, dengan iangkah santai dia melanjutkan perjalanan Mata Hui Fei Cin menatapnya sampai menghflang di kegelapan Setelah itu dia baru naik ke atas tandu Siau cui menurunkan tirainya.
Pemuda baju biru itu tentu dapat merasakan kebimbangan hati Hui Fei Cin yang tidak seperti biasanyaAda sesuatu yang hilang dan sinar matanya yang bening.
Dia mengangkat tangannya memben isyarat kepada beberapa laki-laki tadi Tandu segera diusung Pemuda itu sendiri naik ke atas kudanya Dia mengawa! dari belakang.
Oborobor di tangan laki-laki tinggj besar itu membuat daerah sekitar itu terang benderang.
Orang banyak sudah berlalu Tidak lama kemudian, tampak sebuah sampan muncul di permukaan sungai.
Karena cuaca gelap maka tidak terlihat jelas apa yang ada diper.
mukaan sungai Sampan itu kecil sekali OIeh sebab itu, lebih sulit lagi diketahui orang.
Sampan kecil itu bergerak cepat Tidak sampai sepeminuman teh sudah tiba di dermaga.
Terlihat bayangan seseorang Dia melayang dan atas sampan tersebut Sebentar saja sudah sampai di jembatan titian.
Dia adalah laki laki berus.ia pertengahan.
Bentuk tubuhnya sedang-sedang saja Wajahnya putih bersih Dalam kegelapan, ma tanya berkilauan Sekali lihat saja sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah orang yang berilmu tinggi.
Setelah mencapai daratan, matanya di edarkan ke sekelilmg tempat itu, kemudian mengarah kepada tandu yang sudah berada di jarak yang jauh Tubuhnya melesat cepat.
Dia mengikuti rombongan orang tadi secara diam-diam Dari caranya melayang dan mengintil tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, dapat dibayangkan sampai di mana ginkang yang dimilikinya.
Siapakah orang itu'? Apa tujuannya^ Apakah dia ditugaskan oleh seseorang? Mungkm selain orang itu sendiri, tidak ada orang lain yang akan mengetahui jawabannya.
Cen kiang, sebuah kota yang menjadi persimpangan antara dua sungai In ho dan Cang kiang Kota kecil itu juga menjadi pusat perdagangan Keadaannya ramai sekali Kehidupan di sana cukup makmur oleh karena itu, meskipun malam hari tetap saja semarak, lentera-lentera besar memenuhi jalan.
Rumah makan, kedai minum Tempat hiburan banyak terdapat di kota itu Pada musim apa pun, selalu ada saja tamu yang keluar masuk penginapan-penginapan di kota kecil tersebut.
Yok Sau Cun memilih sebuah penginapan di dalam kota.
Dia melangkah masuk Tepat pada saat itu, ada seseorang yang mengintil d' belakangnya Ketika Yok Sau Cun sudah masuk ke dalam dia mendongakkan kepafanya ke atas seakan hendak menghapalkan nama pengmapan tersebut Sesaat kemudian baru dia mengundurkan diri.
Kalau melihat dan pakaiannya bukankah dia yang tadi menggotong tandu Hui Fei Cin dan merupakan anak buah pemuda berbaju biru langiP Mengapa dia harus mengintil di belakang Yok Sau Cun?".
Keesokan paginya Yok Sau Cun mfin bayar sewa kamarnya.
Dia juga menanyakan kepada pengurus penginapan tersebut, kemana arah harus ditempuhnya apabiia hendak menuju Cang ciu Setelah itu dia melan jutkan perjalanan.
Sebetulnya dia mempunyai seekor kuda sebagai alat transportasi Namun ketika di Kwa ciu, dia diseret oleh Ciok Ciu Lan meninggalkan kedai minum Kuda itu di tambat di bawah sepatang pohon liu Karena keadaan waktu itu sangat tergesa-gesa maka kuda itu tidak sempat diambilnya Sekarang dia terpaksa menempuh perjalanan dengan sepasang kakinya.
Siang hannya dia sudah sampai di Tan yang Dia tidak masuk ke dalam kota itu Dia mengisi perut di sebuah kedai kecil di pinggir jalan Tempat itu merupalan perbatasan penting menuju Lam pak Banyak orang yang menempuh perjalanan benstirahat di sana Apalagi tengah hari seperti ini, banyak tamu yang sedang bersantap Kedai yang hanya berisi beberapa meja itu sudah penuh semuanya Terpaksa la bergabung dengan orang lain.
Yok Sau Cun memesan semangkok mi dan seporsi bakpao.
Baru saja dia mulai makan dan minum, ketiga orang yang duduk semeja dengannya sudah selesai bersantap dan menmggalkan kedai tersebut Tidak lama kemudian, seorang tamu berpakaian hijau dan bertubuh sedang menggantikan mereka di hadapannya Usia orang itu seki tar empatpuluhan Dia menjura kepada Yok Sau Cun.
'Apakah Siangkong hanya seorang d'ri?"
Sapanya. Yok Sau Cun mendongakkan kepalanya.
"Cayhe hanya seorang diri Silahkan hengtai duduk,"
Sahutnya.
"Terima kasih "
Laki-laki itu tanpa segan segan lagi duduk di hadapan pemuda itu.
Pelayan mengantarkan sebuah ceret tah Dia menanyakan apa yang hendak dipesan oleh laki-laki setengah baya itu Sesudah itu ia segera mengundurkan diri.
Yok Sau Cun juga tidak memperdulikan,.
Dia menyantap hidangan di depannya dengan penuh selera.
Setelah kenyang, dia membayar semuanya.
Dia bermaksud melanjutkan kembali perjalanannya.
Terlihat seseorang dengan dandanan pengawal menghampinnya dengan tergesa-gesa.
Dia membungkukkan tubuhnya di hadapan Yok Sau cun.
"Apakah anda Yok Siangkong?"
Sapanya. Yok Sau Cun agak terpana mendengar teguran itu.
"Cayhe memang Yok Sau Cun Anda ..". Laki-laki itu mengunjukkan senyuman lebar.
"Siau ya menerima perintah Kongcu untuk mengundang Yok siangkong,"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Katanya. 'Siapa kongcu saudara?"
Tanya Yok Sau Cun. 'Kalau Yok Siangkong sudah bertemu dengan Kongcu kami, dengan sendirinya akan tahu,"
Sahut pengawal itu.
"Cayhe dengan kongcu saudara belum mengenal dengan akrab Dia mengutuskan untuk mengundang aku, entah apa keperluannya?"
Tanya Yok Sau Cun "Kongcu kami hanya memmta siau jin lengundang Yok siangkong. ada perlu apa, siau Jin tidak dibentahu,"
Sahut pengawal itu. Meskipun Yok Sau Cun merasa penstiwa ini agakaneh Dan diatidaktahu siapa kong cu laki-laki di hadapannya ini, namun dia tidak dapat menghiiangkan penasaran yang ada di hatinya. 0!eh karena itu dia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Di mana kongcumu sekarang'?"
Tanyanya.
"Kongcu kami berada di depan sana Dia sedang menantikan kedatangan Yok Siang kong,"
Kata pengawal itu. Yok Sau Cun mengibaskan tangannya.
"Tolong saudara menunjukkan jalan,"
Katanya.
"Baik . baik Harap Yok Siangkong mengikuti siau jin,"
Ajaknya setelah mengiakan berkali-kali.
Pengawal itu berjalan di depan Yok Sau Cun mengikuti di belakangnya.
Setelah menempuh perialanan sejauh tiga li, pemuda itu merasa cunga Tidak seorang pun yang ter lihat di sekitar itu Dia tidak dapat menahan sabar lagi.
"Sebetulnya di mana kongcu saudara menunggu?"
Tanyanya. Pengawal itu menunjuk ke arah depan.
"Di tempat peristirahatan itu,"
Sahutnya Yok Sau Cun mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjuk pengawai tersebut. Di ujung jalan yang letaknya masih cukup jauh terdapat sebua+i bangunan berbentuk segi enam Di depannya ada seekor kuda putih yok Sau Cun terkejut melihat kuda itu.
"Bukankah kuda itu yang ditunggangi si pemuda berbaju biru kemarin?"
Pikirnya dalam hati.
Pikiran itu baru mehntas di kepalanya, pe ngawal tersebut sudah mengaiaknya berlan ke arah bangunan itu Setelah dekat Yok Sau Cun baru melihat dengan jelas Di dalamnya terdapat sebuah meja batu untuk beberapa bangku mengelilinginya.
D| atas salah satu bangku tersebut duduk seseorang Siapa lagi kalau bukan pemuda yang kemarin menyambut Hui Fei cin!.
Di atas meja yang ada di hadapannya, terdapat sebuah teko teh berwarna keemas an dua buah cawan dengan bahan yang sama melihat keadaan itu, agaknya dia me mang sedang menanti kedatangan seseorang.
Di dekat tiang sebelah kanan ada sebuah perapian, Apinya sedang menyala dan berwarna merah terangAda sebuah ceret yang terbuat dari tanah liat di atasnya.
Tampaknya dia sedang memasak air untuk menyeduh teh.
Yok Sau Cun menghampiri dengan tergesa gesa Pemuda itu bangkit dan menyambutnya dengan bibir tersenyum.
"Teh hangat menyambut tamu Hengte sudah menunggu sejak tadi,' sapanya. Yok Sau Cun men]ura dalam-dalam.
"Hengtai mengutus orang untuk mengundang cayhe Entah ada keperluan apa?"
Tanyanya.
"Terima kasih atas kesudian Yok heng memenuhi undangan Silahkan duduk "
Ajak pemuda itu tanpa mengatakan maksudnya Meskipun dia tersenyum dan berbicara dengan nada sopan, namun ada kesan kesombongan dalam sinar matanya.
Yok Sau Cun tidak tahu apa maksudnya mengundang dia datang.
Tetapi pemuda itu menyambutnya dengan ramah, maka dia terpaksa melangkahkan kakinya ke dalam rumah penstirahatan tersebut dengan wajah tersenyum.
"Cayhe belum tahu nama 'hengtai yang besar,"
Tanyanya.
"Hengte mengundang Yok heng ke sim hanya untuk menikmati teh saja Tidak perlu menyebutkan nama atau she,"
Kata pemuda tersebutangkuh. Pengawal yang tadi menjadi petunjuk jalan menuangkan teh untuk kedua orang itu.
"Yok Siangkong, silahkan minum,"
Katanya.
"Tenma kasih Kuan ke (Pengurus rumah),"
Sahut Yok Sau Cun yang mulai mengerti apa kedudukan pengawal tersebut Dia mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah pemuda berbaju biru. 'Kalau begitu, Hengtai pasti ada urusan yang lebih penting maka mengundang Cayhe ke sini bukan?"
Tanyanya.
"Betul. Yok heng duduklah dulu. Dengan demikian kita juga dapat berbmcang lebih leluasa,"
Kata pemuda berbaju biru. Yok Sau Cun duduk di hadapannya.
"Cahye bersedia mendengarkan,"
Sahutnya. Pemuda itu mengangkat cangkir teh dan mengucapkan sepatah kata silahkan' Setelah itu dia meletakkan cangkirnya kembali dan menatap Yok Sau Cun dengan par angan menyelidik.
"Dan manakah asal Yok heng? Dan dengan maksud apa berkunjung ke kota Cen kiang?"tanyanya.
"Apa yang Hengtai tanyakan adalah soal pnbadi cayhe. Apakah harus diberitahukan kepada hengtai?"
Sahut Yok Sau Cun datar. Mata pemuda itu menyiratkan sinar yang tajam.
"Tentu saja harus, Hengte mendapat kabar bahwa Hengtai datang ke kotaCen kiang karena ada urusan yang harus diselesaikan. Namun baru menginap satu malam, Hengtai sudah melanjutkan perjalanan. Sebetulnya kemana tujuan Hengtai ini?"
Tanyanya sinis. Alis Yok Sau Cun berkerut Dia tampak kurang senang mendengar nada pembicaraan pemuda itu.
"Aneh sekali kemana pun tujuan cayhe, apakah ada hubungannya dengan hengtai?". Pemuda berbaju biru itu mendengus satu kali.
"Hengte mengundang kau kemari, sama sekali tidak ada mat buruk Aku hanya ingin mengenal tebih dalam asal usul Hengtai Dan apa tujuannya datang ke kota Cen kiang? Sebagai nasehat dan hengte, lebih baik Hengtai berterus terang saja "
Katanya.
"Hengtai berkeras menanyakan tujuan cayhe, sedangkan nama dan she hengtai sendiri keberatan di bentahukan Apakah tindakan saudara tidak keterlaluan? Tidak ada yang dapatcayhejelaskan Selamattinggal"
Yok Sau Cun segera bangkit dan tempat duduknya. Pemuda berbaju biru langit itu iuqa berdiri.
"Tahan!"
Bentaknya.
"Apakah Hengtai masih ada urusan yang lain?"
Tanya Yok Sau Cun. Mata pemuda itu menatap Yok Sau Cun dengan tajam Wajahnya kaku.
"Apakah kau akan pergi begitu saja sebelum mengatakan lebih jelas tujuan Heng tai?"
Tanyanya sinis. Wajah Yok Sau Cun menampilkan kemarahan,.
"Cayhe dan Hengtai hanya kenal sepintas lalu. Tidak ada kaitan yang istimewa. Hengtai mendesak cayhe terus menerus Sebetulnya apa maksudmu?".
"Karena sikapmu mencurigakan,"
Sahut pemuda tersebut. Yok Sau Cun terpana mendengar perkataannya.
"Sikap mana yang mencurigakan?"
Tanyanya.
"Hatimu sendirl lebih mengerti,"
Sahut pemuda itu dengan nada dingin.
"Cayhe minta penjelasan yang lebih dalam Apa maksud Hengtai sebenarnya?"
Ta nya Yok Sau Cun mulai tidak sabar.
"Semalam kau purapura hendak menyeberangi sungai Kau minta ijin menumpang di perahu piaumoi Sebenarnya apa maksudmu'?"
Pemuda itu membuka kedoknya sendiri. Yok Sau Cun segera mengerti. Pemuda berbaju biru ini rupanya cemburu kepadanya.
"Oh. Hengtai salah pengertian. Cayhe sampai di tempat penyeberangan, hari sudah larut malam Tidak ada perahu lain yang disewakan lagi. Karena kebetulan Hui siocia memang mempLinyai tujuan yang sama. Berkat kemurahan hatinya cayhe dibolehkan menumpang,"
Sahutnya.
"Tidak usah banyak bicara.. !"
Bentak pemuda itu.
"Kau terang-terangan sudah tahu asal usul piaumoi Bukankah kau mempunyai niat tertentu'?". Wajah Yok Sau Cun merah padam.
"Mana boleh Hengtai sembarangan menuduh'"
Katanya dingin.
"Apakah yang ku katakan itu salah?"
Tanya pemuda itu ketus. Tangan kanan yang sejak tadi disembunyikan di belakang diangkat. Sebuah pedang yang bercahaya tajam telah tergenggam di tangan itu.
"Kalau kau tidak mau mengakui secara terus terang, Hengte terpaksa menahan dirimu di sini!"
Bentaknya. Mata Yok Sau Cun menyiratkan sinar yang aneh.
"Apakah Hengtai hendak menggunakan senjata melawan aku?"
Tanyanya.
"Betul Hengtai tidak ingin meminum arak kehormatan, terpaksa hengte menyuguhkan arak hukuman,"
Sahut pemuda itu dengan sinar mata yang tidak kalah aneh. Yok Sau Cun sudah marah sekali.
"Hengtai tampaknya seorang yang terpelajar Mengapa begitu tidak mengerti peraturan?"
Tanyanya.
"Menghadapi seorang manusia rendah saia, untuk apa harus memakai peraturan Apalagi aku sudah menyambutmu dengan sopan sebelumnya Berarti aku tidak melanggar peraturan dunia kangouw lagi Menurut orang, kepandaianmu amat tinggi Mana senjatamu?"
Pemuda itu agaknya tidak memandang sebelah mata kepada Yok Sau Cun.
"Cayhe dengan hengtai sebelumnya be]um pemah ada dendam pribadi. Sekarang pun demikian Apakah Hengtai tidak merasa terlalu mendesak cayhe?"
Tanya Yok Sau Cun yang tidak suka mencan kenbutan.
"Kalau kau tidak mau mengefuarkan senjatamu jangan bilang aku terlalu kejam!"
Bentak pemuda itu Pedang di tangannya direntangkan Dia mendesak Yok Sau Cun sampai mundur tiga langkah.
"Hengtai terlalu menghina. Cay.he tidak dapat mengatakan apaapa [agi kecuali memenuhi kehendak Hengtai!"
Tenak Yok Sau Cun kesal.
Pemuda itu tersenyum mengejek Yok Sau Cun mengeluarkan pedang yang dibenkan oleh Ciok Ciu Lan kepadanya Cring!! Berbareng dengan suara itu sebuah sinar yang gemerlap menyilaukan mata Pedang yang berbentuk gulungan bola itu mengulur menjadi kaku.
Pemuda berbaju biru itu yakin kalau dirinya dapat mengalahkan Yok Sau Cun melihat pedangnya yang lentur, tanpa sadar mulutnya mendesah kagum.
'Pedang bagus!"
Serunya. Yok Sau Cun mendongakkan wajahnya.
"Hengtai tetap ingin bergebrak denganku Silahkan mulai!"
Katanya.
"Harap hati hati,' sahut pemuda itu. Dengan gerakan yang cepat pedang tersebut menerjang dari arah depan. Pedang lemas Yok Sau Cun terangkat Dia menggunakan jurus Fo hun jut ci dengan gaya yang indah. Dia yakin jurus itu dapat memecahkan serangan pemuda tersebut Tapi dugaannya ternyata salah Serangan pemuda itu berubah di tengah jalan Hal itu di luar dugaan Yok Sau Cun Pedangnya memutar bagai kitiran angin sebuah serangan yang keji dan telengas. Yok Sau Cun memang kurang pengalaman dalam bertarung. Dia terkejut sekali melihat perubahan yang dilancarkan pemuda itu Tanpa berpikir panjang, dia meloncat mundur beberapa langkah Siapa tahu pemuda itu seperti sudah menduga apa yang akan diiakukan oleh Yok Sau Cun. Mulutnya bertenak nyanng, pedangnya meluncur terus Kaki Yok Sau Cun belum sempat berdiri dengan mantap, serangan yang ganas itu sudah tiba Tidak ada waktu lagi untuk menghindar Yok Sau Cun terpaksa mengangkat pedangnya dan melawan dengan kekerasan pula. Kedua pedang saling membentur Pihak Yok Sau Cun lebih rugi ketimbang pemuda tersebut. Kakinya belum sempat mantap Lagipula pedang yang digunakan adalah pedang lemas. Dan dia iuga harus mengerahkan tenaga dalam agar pedang itu meniadi kaku. Dengan demikian ketika pedang itu sating membentur, tenaganya sudah jauh berkurang. Trangi!! Terdengar suarayang menggelegar. Pedang di tangan Yok Sau Cun seakan tergetar lepas dari tangannya. Tubuhnya sendiri juga terdesak mundur dua langkah seiring getaran tersebut. Pemuda berbaju biru itu tertawa terbahak-bahak.
"Terima lagi tiga jurus serangankul"
Tenaknya lantang.
Pergelangan tangannya memutar Dia mengeluarkan tiga jurus sekaligus Kecepatannya bagaikan petir yang menyambar Tusukan demi tusukan beruntun diarahkan kepada Yok Sau Cun.
Belum lagi gerakan pemuda itu dapat terlihat dengan jelas, Yok Sau Cun sudah diserang kembali Di sekitarnya hanya terlihat bayangan pedang yang mengelilinginya Hatinya tergetar.
Untuk sesaat dia tidak berani menyambut serangan pemuda tersebut.
Langkah kakinya bukan mundur tapi maju.
Dia melakukannya berkali-kali Ketika kesempatan mulai luang, dia menghentakkan tubuhnya mendesak ke depan Sekali foncat saja dia sudah berhasil lolos dari serangan pemuda berbaju biru Lawannya sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang sedang terancam oleh tusukan pedang akan menggunakan siasat demikian Pada umumnya orang yang diserang akan memilih jalan mundur.
Beluin pernah orang menggunakan siasat seaneh itu untuk meloloskan dirl Pemuda itu agak terkeiut melihat cara Yok Sau Cun.
"Bagus sekalil"
Serunya dengan nada dlngin Pedangnya sekali lagi meluncur Lengan kanannyajugamenggempur ke depan.
Kelihatannya serangan itu sederhana saJa Pada saat itu, tubuh Yok Sau Cun masih melayang di udara Dia yakm serangannya kaii ini tidak akan luput lagi Apalagi posisinya berada di belakang Yok Sau Cun Meskipun dia meluncur terus ke depan atau membalikkan tubuh, tusukan pedang pemu da itu tetap dapat melukai Yok Sau Cun Tapi tanpa disangka, sekali lagi Yok Sau Cun memutar tubuhnya, pedang lemas di tangan nya telah dikibaskan dengan cara yang sama seperti tadi Dia menggunakan cara keras lawan keras Tampak secank wama merah dan keperakan memenuhi angkasa Trangi".
Sekali lagi kedua pedang saling membentur Keduanya sama sama mencelat mundur sebanyak tiga langkah Wajah tampan pe muda itu tersirat hawa amarah Dia menatap tajam ke arah Yok Sau Cun.
"Ternyata ilmu Hengtai lumayan Juga'"
Katanya sinis.
Jaraknya dengan Yok Sau Cun kira-kira beberapa cun Meskipun dia betum mendesaknya, namun begitu perkataannya selesai.
pedang di tangannya menikam ke depan dan menimbulkan warna keperakan.
Sampai kitauan perak tersebut membuyar, pedangnya tetah di depan mata.
Bayangan tubuhnya berputar Pergelangan tangannya digeser sedikit ke samping Bagai kan seekor naga yang sedang mengamuk menerjang secepat kilat ke arah pundak Yok Sau Cun Gerakannya sungguh aneh dan keJi.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yok Sau Cun belum sempat menenangkan perasaannya yang galau Tadi dia baru saja menerima serangan pedang pemuda itu dengan kekerasan.
Dia merasa ilmu pemuda itu jauh di atas dirinya.
Apalagi jurus- jurus yang dikeluarkan pemuda itu sangat aneh sehingga dia tidak sanggup memecahkannya Namun dari pengalaman dua kali melawan dengan kekerasan, tampaknya ada hasilnya juga.
Dengan pikiran demikian, hatinya menjadi agak mantap Asal melihat pemuda itu menyerang, dia selalu menyambut dengan cara yang sama.
Pada saat itu, pedang lawan seperti roda yang berputar, datangnya cepat sekali.
Tentu saja Yok Sau Cun mempunyai pikiran untuk mengadu dengan kekerasan lagi, namun kall ini harinya ragu Dalam keadaan terdesak.
dia bergeser ke kiri dua langkah, kemudian baru mengangkat pedangnya untuk menangkis pedang pemuda itu.
Trang!'! Pemuda itu tergetar bersamaan dengan bunyi yang keras itu.
Pedangnya segera ditarik kembalj Matanya menatap Yok Sau Cun dengan tajam Di antara kedua alisnya terlihat hawa pembunuhan yang tebal.
Dia mendengus sekali, disusul dengan melesatnya tubuh menerjang kembali ke arah lawannya.
Bayangan tubuhnya memutar bagai terbang Di sekitar terasa udara menggigil Lima jurus dilontarkannya berturutturut.
Pedangnya menimbulkan cahaya seperti pelangi Yok Sau Cun kelabakan, hawa pedang memenuhi sekitarnya.
Dalam keadaan demikian, Yok Sau Cun tidak berani berharap banyak pedang lemasnya diputar bagai orang sedang menan dengan sehelai selendang Dia hanya mempertahankan diri tanpa menyerang Kakinya bergeser terus kadang ke kin dan ke kanan Tampaknya dia ingin menghindari arah yang dituju lawannya.
Dapat dikatakan aneh juga ketika dia menggeser kakinya secara serampangan, tiba- tiba dia merasa ada beberapa jurus iangkah kaki yang pernah diajarkan oleh gurunya sangat tepat digunakan untuk mengimbangi serangan pemuda tersebut Setiap kali pedang lawannya hampir mengenai dirinya, dia pasti dapat menghindar dengan langkah a;aibnya itu Meskipun keadaannya terdesak, namun dia tidak usah khawatir dirinya akan terluka Tetapi, justru setiap kali pedang pemuda itu hampir mengenai diri Yok Sau Cun, pasti terdengar suara Trang' Yang lembut dan tangannya tergetar.
Dia tidak tahu, Yok Sau Cun sudah menemukan cara menghindan setiap serangannya Dia hanya tahu bagaimanapun dirinya tetap tidak sanggup melukai pemuda tersebut Dia jadi marah sekali Apalagi ketika pedangnya hampir terlepas dan genggaman begitu beradu dengan tangan Yok Sau Cun.
Dia merasa ada orang lain yang membantu pemuda itu.
'Siapa?"
Bentaknya.
Di sebelah kiri bangunan berbentuk segi enam itu ada sebuah pohon yang sangat lebat Pemuda itu segera melesat ke arah pohon itu dengan pedang terarah ke depan.
Pedang menimbulkan sinar pelangi.
Dia menyabel ke kiri dan kanan dengan kesal Pada saat yang sama, dan bagian dalam pohon yang nmbun terlihat sesosok bayangan manusia melesat Dia hinggap di pucuk bangunan segi enam dan menutul kakinya sebagai tambahan tenaga kemudian melayang pergi Sekali hentakan sajatubuhnya sudah berada di tempat sejauh tiga depa.
Kecepatannya bagai terbang, kemudian menghilang.
Pemuda berbafu biru itu menyabet ketempat kosong Matanya menatap orang itu melayang pergi Mana mungkin dia mau'melepaskannya begitu saja Mulutnya bertenak nyan'ng dan melesat mengikuti bayangan tersebut.
Dua sosok bayangan, yang satu di depan dan yang lainnya di belakang dafam waktu sekejap menghilang di kejauhan.
Yok Sau Cun bagai terpana Dia baru tahu ada orang yang membantunya secara diamdiam Dia sama sekali tidak dapat berpikir siapa adanya orang itu? Karena pengalamannya yang dangkal, se|ak tadi dia masih mengira dirinya sendiri yang berhasil mengimbangi serangan pemuda tersebut.
Dia hanya sempat melihat bahwa di punggung orang tersebut tersampir sehelai kain berwarna hijau Tampaknya orang itu sengaja mengalihkan perhatian pemuda berbaju biru itu dan dirinya.
Sebetulnya, kepandaian Yok Sau Cun sendiri mamang sudah cukup untuk menandingi pemuda itu.
Dia hanya kurang pengalaman dalam bertarung.
Namun bagaimana pun orang tadi mungkin bermat baik Yok Sau Cun berdiri di tempat dan memandang kedua orang itu menghilang di kejauhan Seandainya dia mgin menyusul tentu tidak keburu lagi Dia memasukkan pedang lemasnya ke dalam baju, kemudian menoleh ke arah koan ke yang sedang berdiri dengan termangu-mangu.
"Seandainya kongcu koan kembali nanti, tolong sampaikan cayhe masih ada urusan lain aehingga tidak bisa menemani lebih lama,' katanya.
"Yok Siangkong harap tunggu sebentar Kongcu tentu akan kembali segera"
Sahutnya panic. Yok Sau Cun baru berjalan beberapa langkah, dia membalikkan tubuhnya.
"Tidak perlu Cayhe dengan kongcu saudara memang tidak ada permusuhan apa-apa Hanya sedikit salah paham saja Kalau bertemu muka, mungkin semakin dijelaskan semakin ruwet Cayhe sama sekali tidak ada niat melanjutkan perkelahian yang tidak ada alasannya,"
Katanya. Yok Sau Cun melanjutkan perjalanannya Tidak lama kemudian dia sudah tiba di kota Lu ceng Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara nngkikan kuda 1lati Yok Sau Cun terkesiap.
"Apakah pemuda berbaju biru itu telah berhasil mengejarku?"
Pikirnya dalam hati.
Dia tidak ingin melanjutkan pertikaian dengan pemuda berbaju biru itu Dengan cepat tubuhnya melayang ke balik rerumputan yang tinggi dan mengintip ke jalanan Tampak pemuda berbaju biru itu mendatangi dengan kuda putihnya.
Matanya celingukan kesana kemari Yok Sau Cun menundukkan kepalanya dalam-dalam Sejenak kemudian pemuda itu menepuk kudanya dan meninggalkan tempat tersebut.
"Entah berasal dan keluarga mana pemuda itu Orangnya tampan, ilmunya juga cukup tinggi Sayangnya terlalu angkuh Aku hanya menumpang perahu piaumomya untuk menyeberangi sungai, tampaknya dia mencan aku seperti hendak membalas den dam Mana ada peraturan demikian'?"
Kata nya dalarn hati.
Yok Sau Cun segera bangkit Dia bermaksud melanjutkan perjalananya Tiba- tibatelinganya menangkap suara erangan Pendengaran Yok Sau Cun sangat taJam Sekali mendengar saja, dia segera tahu bahwa suara rintihan itu datang dari arah belakangnya.
Dan dia juga dapat merasakan bahwa penderitaan orang itu cukup parah.
Yok Sau Cun segera mencari sumber suara tersebut.
Dia menyibak rumput-rumput yang tinggi dan tumbuh liar di sekitarsana .
Tempat itu tidak jauh dan gudang penyimpanan alat-alat pertanian penduduk desa Di bagian sebelah dalam rumput- rumput itu ada sebuah lumbung padi yang sudah terbengkalai Disana ada tumpukan jerami dan mata Yok Sau Cun segera menangkap sesosok tubuh sedang rebah di atasnya.
Dia belum sempat melihat wa|ah orang itu dengan jelas, namun yang pertama tama ditangkap oleh matanya adalah sehelai selendang berwarna hijau Yok Sau Cun segera mengenali bahwa orang tersebut adalah laki-laki setengah baya berpakaian hijau yang duduk semeja dengannya di kedai makan pinggir Jalan kota Tan yang.
Apakah orang yang diam-diam membantunya tadi adalah laki-laki setengah baya ini'?.
Yok Sau Cun maju beberapa langkah Tampaknya dia menderita luka yang cukup parah.
Napasnya tersengal-sengal.
Mulutnya mengeluarkan suara nntihan terus menerus.
Yok Sau Cun meringankan langkah kakinya dan mendekati laki-laki tersebut.
"Apakah Hengtai mengalami cedera?"
Tanyanya. Laki-laki setengah baya itu mengerling sekilas. Tampaknya dia hampir tidak mempunyai tenaga untuk bicara.
"Karena sikapmu mencurigakan,"
Sahut pemuda tersebut. Yok Sau Cun terpana mendengar perkataannya.
"Sikap mana yang mencurigakan?"
Tanyanya.
"Hatimu sendirl lebih mengerti,"
Sahut pemuda itu dengan nada dingin.
"Cayhe minta penjelasan yang lebih dalam Apa maksud Hengtai sebenarnya?"
Ta nya Yok Sau Cun mulai tidak sabar.
"Semalam kau purapura hendak menyeberangi sungai Kau minta ijin menumpang di perahu piaumoi Sebenarnya apa maksudmu'?"
Pemuda itu membuka kedoknya sendiri. Yok Sau Cun segera mengerti. Pemuda berbaju biru ini rupanya cemburu kepadanya.
"Oh. Hengtai salah pengertian. Cayhe sampai di tempat penyeberangan, hari sudah larut malam Tidak ada perahu lain yang disewakan lagi. Karena kebetulan Hui siocia memang mempLinyai tujuan yang sama. Berkat kemurahan hatinya cayhe dibolehkan menumpang,"
Sahutnya.
"Tidak usah banyak bicara.. !"
Bentak pemuda itu.
"Kau terang-terangan sudah tahu asal usul piaumoi Bukankah kau mempunyai niat tertentu'?". Wajah Yok Sau Cun merah padam.
"Mana boleh Hengtai sembarangan menuduh'"
Katanya dingin.
"Apakah yang ku katakan itu salah?"
Tanya pemuda itu ketus. Tangan kanan yang sejak tadi disembunyikan di belakang diangkat. Sebuah pedang yang bercahaya tajam telah tergenggam di tangan itu.
"Kalau kau tidak mau mengakui secara terus terang, Hengte terpaksa menahan dirimu di sini!"
Bentaknya. Mata Yok Sau Cun menyiratkan sinar yang aneh.
"Apakah Hengtai hendak menggunakan senjata melawan aku?"
Tanyanya.
"Betul Hengtai tidak ingin meminum arak kehormatan, terpaksa hengte menyuguhkan arak hukuman,"
Sahut pemuda itu dengan sinar mata yang tidak kalah aneh. Yok Sau Cun sudah marah sekali.
"Hengtai tampaknya seorang yang terpelajar Mengapa begitu tidak mengerti peraturan?"
Tanyanya.
"Menghadapi seorang manusia rendah saia, untuk apa harus memakai peraturan Apalagi aku sudah menyambutmu dengan sopan sebelumnya Berarti aku tidak melanggar peraturan dunia kangouw lagi Menurut orang, kepandaianmu amat tinggi Mana senjatamu?"
Pemuda itu agaknya tidak memandang sebelah mata kepada Yok Sau Cun.
"Cayhe dengan hengtai sebelumnya be]um pemah ada dendam pribadi. Sekarang pun demikian Apakah Hengtai tidak merasa terlalu mendesak cayhe?"
Tanya Yok Sau Cun yang tidak suka mencan kenbutan.
"Kalau kau tidak mau mengefuarkan senjatamu jangan bilang aku terlalu kejam!"
Bentak pemuda itu Pedang di tangannya direntangkan Dia mendesak Yok Sau Cun sampai mundur tiga langkah.
"Hengtai terlalu menghina. Cay.he tidak dapat mengatakan apaapa [agi kecuali memenuhi kehendak Hengtai!"
Tenak Yok Sau Cun kesal.
Pemuda itu tersenyum mengejek Yok Sau Cun mengeluarkan pedang yang dibenkan oleh Ciok Ciu Lan kepadanya Cring!! Berbareng dengan suara itu sebuah sinar yang gemerlap menyilaukan mata Pedang yang berbentuk gulungan bola itu mengulur menjadi kaku.
Pemuda berbaju biru itu yakin kalau dirinya dapat mengalahkan Yok Sau Cun melihat pedangnya yang lentur, tanpa sadar mulutnya mendesah kagum.
'Pedang bagus!"
Serunya. Yok Sau Cun mendongakkan wajahnya.
"Hengtai tetap ingin bergebrak denganku Silahkan mulai!"
Katanya.
"Harap hati hati,' sahut pemuda itu. Dengan gerakan yang cepat pedang tersebut menerjang dari arah depan. Pedang lemas Yok Sau Cun terangkat Dia menggunakan jurus Fo hun jut ci dengan gaya yang indah. Dia yakin jurus itu dapat memecahkan serangan pemuda tersebut Tapi dugaannya ternyata salah Serangan pemuda itu berubah di tengah jalan Hal itu di luar dugaan Yok Sau Cun Pedangnya memutar bagai kitiran angin sebuah serangan yang keji dan telengas. Yok Sau Cun memang kurang pengalaman dalam bertarung. Dia terkejut sekali melihat perubahan yang dilancarkan pemuda itu Tanpa berpikir panjang, dia meloncat mundur beberapa langkah Siapa tahu pemuda itu seperti sudah menduga apa yang akan diiakukan oleh Yok Sau Cun. Mulutnya bertenak nyanng, pedangnya meluncur terus Kaki Yok Sau Cun belum sempat berdiri dengan mantap, serangan yang ganas itu sudah tiba Tidak ada waktu lagi untuk menghindar Yok Sau Cun terpaksa mengangkat pedangnya dan melawan dengan kekerasan pula. Kedua pedang saling membentur Pihak Yok Sau Cun lebih rugi ketimbang pemuda tersebut. Kakinya belum sempat mantap Lagipula pedang yang digunakan adalah pedang lemas. Dan dia iuga harus mengerahkan tenaga dalam agar pedang itu meniadi kaku. Dengan demikian ketika pedang itu sating membentur, tenaganya sudah jauh berkurang. Trangi!! Terdengar suarayang menggelegar. Pedang di tangan Yok Sau Cun seakan tergetar lepas dari tangannya. Tubuhnya sendiri juga terdesak mundur dua langkah seiring getaran tersebut. Pemuda berbaju biru itu tertawa terbahak-bahak.
"Terima lagi tiga jurus serangankul"
Tenaknya lantang.
Pergelangan tangannya memutar Dia mengeluarkan tiga jurus sekaligus Kecepatannya bagaikan petir yang menyambar Tusukan demi tusukan beruntun diarahkan kepada Yok Sau Cun.
Belum lagi gerakan pemuda itu dapat terlihat dengan jelas, Yok Sau Cun sudah diserang kembali Di sekitarnya hanya terlihat bayangan pedang yang mengelilinginya Hatinya tergetar.
Untuk sesaat dia tidak berani menyambut serangan pemuda tersebut.
Langkah kakinya bukan mundur tapi maju.
Dia melakukannya berkali-kali Ketika kesempatan mulai luang, dia menghentakkan tubuhnya mendesak ke depan Sekali foncat saja dia sudah berhasil lolos dari serangan pemuda berbaju biru Lawannya sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang sedang terancam oleh tusukan pedang akan menggunakan siasat demikian Pada umumnya orang yang diserang akan memilih jalan mundur.
Beluin pernah orang menggunakan siasat seaneh itu untuk meloloskan dirl Pemuda itu agak terkeiut melihat cara Yok Sau Cun.
"Bagus sekalil"
Serunya dengan nada dlngin Pedangnya sekali lagi meluncur Lengan kanannyajugamenggempur ke depan.
Kelihatannya serangan itu sederhana saJa Pada saat itu, tubuh Yok Sau Cun masih melayang di udara Dia yakm serangannya kaii ini tidak akan luput lagi Apalagi posisinya berada di belakang Yok Sau Cun Meskipun dia meluncur terus ke depan atau membalikkan tubuh, tusukan pedang pemu da itu tetap dapat melukai Yok Sau Cun Tapi tanpa disangka, sekali lagi Yok Sau Cun memutar tubuhnya, pedang lemas di tangan nya telah dikibaskan dengan cara yang sama seperti tadi Dia menggunakan cara keras lawan keras Tampak secank wama merah dan keperakan memenuhi angkasa Trangi".
Sekali lagi kedua pedang saling membentur Keduanya sama sama mencelat mundur sebanyak tiga langkah Wajah tampan pe muda itu tersirat hawa amarah Dia menatap tajam ke arah Yok Sau Cun.
"Ternyata ilmu Hengtai lumayan Juga'"
Katanya sinis.
Jaraknya dengan Yok Sau Cun kira-kira beberapa cun Meskipun dia betum mendesaknya, namun begitu perkataannya selesai.
pedang di tangannya menikam ke depan dan menimbulkan warna keperakan.
Sampai kitauan perak tersebut membuyar, pedangnya tetah di depan mata.
Bayangan tubuhnya berputar Pergelangan tangannya digeser sedikit ke samping Bagai kan seekor naga yang sedang mengamuk menerjang secepat kilat ke arah pundak Yok Sau Cun Gerakannya sungguh aneh dan keJi.
Yok Sau Cun belum sempat menenangkan perasaannya yang galau Tadi dia baru saja menerima serangan pedang pemuda itu dengan kekerasan.
Dia merasa ilmu pemuda itu jauh di atas dirinya.
Apalagi jurus- jurus yang dikeluarkan pemuda itu sangat aneh sehingga dia tidak sanggup memecahkannya Namun dari pengalaman dua kali melawan dengan kekerasan, tampaknya ada hasilnya juga.
Dengan pikiran demikian, hatinya menjadi agak mantap Asal melihat pemuda itu menyerang, dia selalu menyambut dengan cara yang sama.
Pada saat itu, pedang lawan seperti roda yang berputar, datangnya cepat sekali.
Tentu saja Yok Sau Cun mempunyai pikiran untuk mengadu dengan kekerasan lagi, namun kall ini harinya ragu Dalam keadaan terdesak.
dia bergeser ke kiri dua langkah, kemudian baru mengangkat pedangnya untuk menangkis pedang pemuda itu.
Trang!'! Pemuda itu tergetar bersamaan dengan bunyi yang keras itu.
Pedangnya segera ditarik kembalj Matanya menatap Yok Sau Cun dengan tajam Di antara kedua alisnya terlihat hawa pembunuhan yang tebal.
Dia mendengus sekali, disusul dengan melesatnya tubuh menerjang kembali ke arah lawannya.
Bayangan tubuhnya memutar bagai terbang Di sekitar terasa udara menggigil Lima jurus dilontarkannya berturutturut.
Pedangnya menimbulkan cahaya seperti pelangi Yok Sau Cun kelabakan, hawa pedang memenuhi sekitarnya.
Dalam keadaan demikian, Yok Sau Cun tidak berani berharap banyak pedang lemasnya diputar bagai orang sedang menan dengan sehelai selendang Dia hanya mempertahankan diri tanpa menyerang Kakinya bergeser terus kadang ke kin dan ke kanan Tampaknya dia ingin menghindari arah yang dituju lawannya.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dapat dikatakan aneh juga ketika dia menggeser kakinya secara serampangan, tiba- tiba dia merasa ada beberapa jurus iangkah kaki yang pernah diajarkan oleh gurunya sangat tepat digunakan untuk mengimbangi serangan pemuda tersebut Setiap kali pedang lawannya hampir mengenai dirinya, dia pasti dapat menghindar dengan langkah a;aibnya itu Meskipun keadaannya terdesak, namun dia tidak usah khawatir dirinya akan terluka Tetapi, justru setiap kali pedang pemuda itu hampir mengenai diri Yok Sau Cun, pasti terdengar suara Trang' Yang lembut dan tangannya tergetar.
Dia tidak tahu, Yok Sau Cun sudah menemukan cara menghindan setiap serangannya Dia hanya tahu bagaimanapun dirinya tetap tidak sanggup melukai pemuda tersebut Dia jadi marah sekali Apalagi ketika pedangnya hampir terlepas dan genggaman begitu beradu dengan tangan Yok Sau Cun.
Dia merasa ada orang lain yang membantu pemuda itu.
'Siapa?"
Bentaknya.
Di sebelah kiri bangunan berbentuk segi enam itu ada sebuah pohon yang sangat lebat Pemuda itu segera melesat ke arah pohon itu dengan pedang terarah ke depan.
Pedang menimbulkan sinar pelangi.
Dia menyabel ke kiri dan kanan dengan kesal Pada saat yang sama, dan bagian dalam pohon yang nmbun terlihat sesosok bayangan manusia melesat Dia hinggap di pucuk bangunan segi enam dan menutul kakinya sebagai tambahan tenaga kemudian melayang pergi Sekali hentakan sajatubuhnya sudah berada di tempat sejauh tiga depa.
Kecepatannya bagai terbang, kemudian menghilang.
Pemuda berbafu biru itu menyabet ketempat kosong Matanya menatap orang itu melayang pergi Mana mungkin dia mau'melepaskannya begitu saja Mulutnya bertenak nyan'ng dan melesat mengikuti bayangan tersebut.
Dua sosok bayangan, yang satu di depan dan yang lainnya di belakang dafam waktu sekejap menghilang di kejauhan.
Yok Sau Cun bagai terpana Dia baru tahu ada orang yang membantunya secara diamdiam Dia sama sekali tidak dapat berpikir siapa adanya orang itu? Karena pengalamannya yang dangkal, se|ak tadi dia masih mengira dirinya sendiri yang berhasil mengimbangi serangan pemuda tersebut.
Dia hanya sempat melihat bahwa di punggung orang tersebut tersampir sehelai kain berwarna hijau Tampaknya orang itu sengaja mengalihkan perhatian pemuda berbaju biru itu dan dirinya.
Sebetulnya, kepandaian Yok Sau Cun sendiri mamang sudah cukup untuk menandingi pemuda itu.
Dia hanya kurang pengalaman dalam bertarung.
Namun bagaimana pun orang tadi mungkin bermat baik Yok Sau Cun berdiri di tempat dan memandang kedua orang itu menghilang di kejauhan Seandainya dia mgin menyusul tentu tidak keburu lagi Dia memasukkan pedang lemasnya ke dalam baju, kemudian menoleh ke arah koan ke yang sedang berdiri dengan termangu-mangu.
"Seandainya kongcu koan kembali nanti, tolong sampaikan cayhe masih ada urusan lain aehingga tidak bisa menemani lebih lama,' katanya.
"Yok Siangkong harap tunggu sebentar Kongcu tentu akan kembali segera"
Sahutnya panic. Yok Sau Cun baru berjalan beberapa langkah, dia membalikkan tubuhnya.
"Tidak perlu Cayhe dengan kongcu saudara memang tidak ada permusuhan apa-apa Hanya sedikit salah paham saja Kalau bertemu muka, mungkin semakin dijelaskan semakin ruwet Cayhe sama sekali tidak ada niat melanjutkan perkelahian yang tidak ada alasannya,"
Katanya. Yok Sau Cun melanjutkan perjalanannya Tidak lama kemudian dia sudah tiba di kota Lu ceng Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara nngkikan kuda 1lati Yok Sau Cun terkesiap.
"Apakah pemuda berbaju biru itu telah berhasil mengejarku?"
Pikirnya dalam hati.
Dia tidak ingin melanjutkan pertikaian dengan pemuda berbaju biru itu Dengan cepat tubuhnya melayang ke balik rerumputan yang tinggi dan mengintip ke jalanan Tampak pemuda berbaju biru itu mendatangi dengan kuda putihnya.
Matanya celingukan kesana kemari Yok Sau Cun menundukkan kepalanya dalam-dalam Sejenak kemudian pemuda itu menepuk kudanya dan meninggalkan tempat tersebut.
"Entah berasal dan keluarga mana pemuda itu Orangnya tampan, ilmunya juga cukup tinggi Sayangnya terlalu angkuh Aku hanya menumpang perahu piaumomya untuk menyeberangi sungai, tampaknya dia mencan aku seperti hendak membalas den dam Mana ada peraturan demikian'?"
Kata nya dalarn hati.
Yok Sau Cun segera bangkit Dia bermaksud melanjutkan perjalananya Tiba- tibatelinganya menangkap suara erangan Pendengaran Yok Sau Cun sangat taJam Sekali mendengar saja, dia segera tahu bahwa suara rintihan itu datang dari arah belakangnya.
Dan dia juga dapat merasakan bahwa penderitaan orang itu cukup parah.
Yok Sau Cun segera mencari sumber suara tersebut.
Dia menyibak rumput-rumput yang tinggi dan tumbuh liar di sekitarsana .
Tempat itu tidak jauh dan gudang penyimpanan alat-alat pertanian penduduk desa Di bagian sebelah dalam rumput- rumput itu ada sebuah lumbung padi yang sudah terbengkalai Disana ada tumpukan jerami dan mata Yok Sau Cun segera menangkap sesosok tubuh sedang rebah di atasnya.
Dia belum sempat melihat wa|ah orang itu dengan jelas, namun yang pertama tama ditangkap oleh matanya adalah sehelai selendang berwarna hijau Yok Sau Cun segera mengenali bahwa orang tersebut adalah laki-laki setengah baya berpakaian hijau yang duduk semeja dengannya di kedai makan pinggir Jalan kota Tan yang.
Apakah orang yang diam-diam membantunya tadi adalah laki-laki setengah baya ini'?.
Yok Sau Cun maju beberapa langkah Tampaknya dia menderita luka yang cukup parah.
Napasnya tersengal-sengal.
Mulutnya mengeluarkan suara nntihan terus menerus.
Yok Sau Cun meringankan langkah kakinya dan mendekati laki-laki tersebut.
"Apakah Hengtai mengalami cedera?"
Tanyanya. Laki-laki setengah baya itu mengerling sekilas. Tampaknya dia hampir tidak mempunyai tenaga untuk bicara.
"Cayhe terkena serangan telapak maling itu,"
Sahutnya.
"Tampaknya Hengtai terluka oleh pemuda berbaju biru itu. Apakah Hengtai yang membantuku secara diam-diam?"
Tanya Yok Sau Cun terkejut.
"Kebetulan cayhe lewat di tempat itu Cayhe tidak tahan melihat kesombongannya. Oleh karena itu, cayhe mengalihkan perhatiannya Cayhe bukan terluka di tangannya tapi dibokong oleh seseorang. Telapaktangannya tepat mengenai cayhe..."
Sahut laki- lakl setengah baya tesebut.
"Di mana Hengtai terluka? Apakah parah sekali?"
Tanya Yok Sau Cun,. Wajah laki-laki setengah baya itu menyiratkan perasaan berterima kasih.
"Terima kasih. Cayhe... terluka tepat di bagian hati sebelah belakang Tadi cayhe sudah minum obat. Rasanya masih sanggup bertahan .. tapi . aih ...". Yok Sau Cun merasa ada kata-kata yang berat dikatakan oleh laki-laki setengah baya itu Dia jadi penasaran.."Hengtai ada perkataan apa, silahkan jelaskan,"
Katanya. Laki-laki setengah baya itu meliriknya sekilas.
"Siangkong adalah seorang laki-laki sejati Cayhe sebetulnya ada sesuatu yang ingtn dititipkan Hal ini penting sekali, namun..
"
Kata-katanya belum selesai, wajahnya membayangkan seperti ada sesuatu yang memberatkan.
"Hengtai ada urusan apa. harap katakan dengan jelas Asalkan sesuatu yang tidak menyalahi peraturan Bulim, cayhe pasti akan melaksanakannya sampai tuntas,"
Sahut Yok Sau Cun tegas. Laki-laki setengah baya itu menganggukkan kepatanya berkali-kali dengan sorot mata penuh Terima kasih.
"Siangkong mempercayai aku Cayhe dengan sendirinya lebih mempercayai Siangkong, tetapi urusan ini menyangkut hal yang besar."
Katanya.
"Apa sebetulnya yang Hengtai ingin katakan?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Tentang . selembar surat rahasia,"
Sahut laki laki tersebut. Dia menekan kedua telapak tangannya ke tanah dan berusaha memperbaiki duduknya Matanya celingak- celinguk ke kiri dan kanan Dia menyondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Yok Sau Cun.
"Surat ini ditujukan kepada bekas Bulim bengcu yang terdahulu, yaitu Song loya cu. Isinya mengenai keselamatan kaum Bulim". Dia terpaksa berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang memburu Sejenak kemudian dia melanjutkan kembali "Surat ini harus.. di sampaikan langsung ke tangan Song loya cu Tidak boleh lewat dan matahari terbenam hari ini. Tetapi cayhe dibokong orang sehingga tidak sanggup melanjutkannya kewajiban ini Cayhe mati tidak apa, tapi keselamatan kaum Bulim ber ada di surat yang harus cayhe sampaikan. Oleh karena itu cayhe minta siangkong. .". Yok Sau Cun terkesiap mendengar peristiwa yang demikian genting Jangan kata orang ini tadi telah membantunya mengalihkan perhatian pemuda berbaju biru. andaikata tidak pun, sebagai seorang manusia yang mengenal budi pekerti, sudah seharusnya dia mengulurkan tangan membantu dunia Bulim Dia segera menganggukkan kepalanya.
"Cayhe mengerti Apakah Song toya cu yang Hengtai maksudkan tadi adalah Song Ceng San Song toya cu itu?"
Tanyanya.
"Song loya cu yang pernah menjadi Bulim bengcu rasanya hanya orang itu saja,"
Sahut laki lakl setengah baya tersebut.
"Kalau begitu bagus sekali. Perjalanan cayhe kali ini, memang untuk mengunjungi orang tua itu Hengtai ingin cayhe mengantarkan surat rahasia tersebut benar-benar adalah hal yang kebetulan,"
Kata Yok Sau Cun riang. Laki-laki setengah baya itu mendengar bahwa tujuan Yok Sau Cun memang hendak mengunjungi Song [oya cu, wajahnya tidak menampilkan perasaan gembira malah rada curiga. Dia menatap Yok Sau Cun dengan tajam.
"Entah apa tujuan Siangkong mengunjungi Song loya cu? tanyanya. Yok Sau Cun tidak tahu laki-laki itu mencurigainya.
"Cayhe ada sedikit urusan pribadi ingin memohon sesuatu,"
Sahutnya.
Sebagai orang yang terkenal, sejak muda Song loya cu juga sudah berilmu tinggi.
Pada saat usia pertengahan, dia malah ter pilih sebagai Buhm bengcu Tidak heran kalau banyak orang yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia untuk memohon sesuatu kepadanya Biasanya sesuatu itu merupa kan pelajaran ilmu silat Laki-laki setengah baya itu menduga maksud Yok Sau Cun pasti sama juga dengan yang lainnya.
"Bagus sekaii Tapi urusan ini sangat mendesak lagipula penting sekali. Siangkong harus menyampaikannya iangsung ke tangan Song loya cu ".
"Hengtai menyerahkan urusan yang demikian penting, cayhe pasti akan melaksanakannya dengan baik Cayhe akan menyerahkan surat ini langsung ke tangan Song loyacu,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Terima kasih atas kesediaan Siangkong, cayhe akan mengingat kebaikan ini dalam hati,"
Kata laki-laki tersebut.
"Hengtai tidak perlu sungkan. Di mana surat rahasia tersebut?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Surat itu ada di balik pakaian cayhe. Silahkan Siangkong mengambilnya sendiri."
Lukanya cukup parah, kedua tangannya menumpu di tanah agar memudahkan Yok Sau Cun mengambil surat itu.
Dia sendiri tampaknya tldak bertenaga lagi.
Yok Sau Cun segera mengulurkan tangan merogoh ke balik pakaian laki laki setengah baya itu Dia meraih sebuah bungkusan dari kain.
"Betul bungkusan itu,"
Kata laki laki setengah baya itu sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Yok Sau Cun membuka bungkusan kain tersebut Di dalamnya memang terdapat sepucuk surat rahasia, di mana terdapat tulisan 'Kepada yang terhormat, Song loya cu.' Di bagian bawahnya masih terdapat huruf huruf yang tercetak besar 'penting' Tidak ada nama atau pun alamat si penginm Yok Sau Cun menduga tentunya keterangan tersebut ada di datam isi surat.
Sekali tihat saja, dia dapat menduga pentingnyasurat itu oleh sebab itu, Yok Sau Cun segera menutupinya kembati dengan kain tadi lalu dimasukkan di balik pakaiannya dengan hati-hati.
"Entah Hengtai masih ada pesan apa?"
Tanyanya. Wajah laki-laki setengah baya itu semakin pucat Dia memaksakan diri untuk berbicara....
"Suratitu harus sampai sebelum matahan terbenam hari mi. Kaiau tidak, aku tidak membayangkan akibatnya.
"
Katanya.
"Cayhe tahu. Cayhe akan melaksanakan sesuai penntah Hengtai,"
Sahut Yok Sau Cun menenangkannya. Tiba-tiba ada sesuatu yang melintas di benaknya. 'Cayhe belum tahu nama besar Hengtai,"
Katanya,.
"Cayhe she Yu .
"
Dia memaksakan sebuah senyuman dibibir "Tetapi cayhe hanya pengantar surat. Song loya cu belum tentu mengenal cayhe.
"
Dia menarik nafas beberapa kati.
"Urusan ini penting sekali. makin cepat makin baik Lebih baik Siangkong berangkat sekarang juga. Cayhe terpaksa merepotkan Siangkong. .". Yok Sau Cun tahu laki-laki itu tidak enak hati terhadapnya tapi urusan ini memang mendesak sekali. Meskipun dia tidak tahu apa.
"Hengtai tidak usah khawatir Harap baik-baik merawat luka. Cayhe mohon diri,"
Katanya. Laki-laki ilu terharu sekali. Air matanya jatuh bercucuran. Dia menatap Yok Sau Cun dengan berbagai perasaan.
"Siangkong harap berhati-hati di jalan '. Yok Sau Cun berdiri.
"Cayhe akan mengingat nasehat Hengtai,"
Katanya.
"Apakah Siangkong sudah tahu tempat tinggal Song loya cu?"
Tanya laki-laki setengah baya itu.
"Meskipun cayhe baru pertama kali datang ke Cang ciu, namun nama Song loya cu menggetarkan dunia Bulim. Song cia ceng di Cang ciu tidak ada yang tidak tahu 'Asal cayhe bertanya ke sana sini, tentu akan menemukannya dengan mudah,"
Sahut Yok Sau Cun. Laki-laki setengah baya itu menggelengkan kepalanya perlahan.
"Rumah keluarga Song di bagian timur adalah tempat tinggal lamanya. Nama Song loya cu telah menggetarkan dunia Bulim Banyak sahabat juga tidak kurang banyak musuh yang mengincarnya Demi ketenteramannya, orang tua itu sudah sepuluh tahun yang lalu pindah ke Ma cik san."
Katanya. Yok Sau Cun terpana mendengar keterangan tersebut.
"Di mana letak Ma cik san?"
Tanyanya. Laki-laki itu diam sejenak Dia sedang mengatur nafasnya yang memburu.
"Ma cik san terletak di tengah-tengah Tai hu Song loya cu tinggal di bawah Kuan Cang Fong Disana ada sebuah gedung bernama besar yang mirip sebuah perkam pungan. Orang sekitar situ tidak ada yang tidak tahu. Mereka menyebutnya Tian Hua san ceng,"
Katanya.
"Cayhe sudah mengingatnya dalam hati,"
Sahut Yok Sau Cun.
Setelah itu dia men]ura kepada laki-laki setengah baya dan menatapnya sesaat.
Dia tidak ingin perasaannya menjadi berat Oleh karena itu, dia melangkah dengan tergesa-gesa Apalagi dia telah menenma baik permintaan laki-taki itu Jangan sampai dirinya menyalahi janji, sedangkan tugas itu menyangkut keselam
Harimau Kemala Putih -- Khu Lung Pisau Terbang Li -- Gu Long Harimau Kemala Putih -- Khu Lung