Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 20


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 20


gah udara.

   Meskipun saat itu adalah tengah hari, tetapi sinar yang berkilauan dari pedangnya tetap terlihat dengan jelas.

   Pedang Ceng Kangkiam dari Giok Si Cu Juga dihunus dalam waktu yang bersamaan.

   Ketika digerakkan terlihat selarik sinar hijau yang panjang, tetapi sinar ini begitu lembut tidak menusuk mata.

   llmu yang dilatih tosu ini adalah Tai kit kiamhoat yang tenang namun mengandung kekuatan yang dalam.

   Dan di balik kekuatan ini ada mengandung unsur Im yang lembut.

   Kedua orang tokoh Bulim yang mempunyai kedudukan tinggi ini ternyata tidak mengindahkan peraturan kangouw lagi serta langsung menghunus pedang mereka menerjang ke tengah arena.

   Hal ini membuktikan betapa gentingnya situasi yang sedang berlangsung.

   Suara memekakkan telinga yang timbul dari benturan kedua batang pedang itu bagaikan bebatuan longsor yang timbul akibat gempa bumi.

   Cahaya pedang memenuhi angkasa, kumandang gaungannya terdengar kemanamana.

   Telinga para hadirin seperti berdengungdengung.

   Tetapi dalam waktu yang smgkat suasana di lapahgan itu menjadi sunyi senyap,.

   Para hadirin segera memusatkan perhatiannyaketengah arena.

   PadasaatituCuTian Cun sudah melayang turun di atas tanah.

   Selembar wajahnya yang tampan sekarang berubah menjadi hijau membesi.

   Dari sepasang matanya terpancar gelombang pembunuhan yang tebal.

   Sepasang alisnya masih berkerutkerut.

   Tetapi meskipun dia berusaha menenangkan hatinya seakan dia tidak merasakan apaapa, namun sulit baginya untuk menahan perasaan amarahnya yang meluapluap.

   Dadanya tampak naik turun dengan cepat.

   Pedang panjang milik Kwek Si Hong telah terkutung bagian demi bagian Natasnya tersengalsengal.

   Mirnik wajahnya tampak lelah sekali Seperti orang yang beru bekerja berat sepanjang hari.

   Dapat dipastikan bahwa dengan sekali tarikan nalas dia menyambut tujuh buah serangan Cu Tian Cun.

   Sedangkan dua serangan yang lainnya, disambut oleh San Ceng Hun dan Giok Si Cu yang Mewakili Kwek Si Hong.

   Sekarang kedua orang itu sudah berdiri di sampingnya.

   Sementara itu, Kan Si Tong yang ikut menghambur ke tengah arena, sudah terlambat satu tindak untuk memberi bantuan.

   Tetapi dia juga tidak perduli techadap Cu Tian Cun yang sedang berdiri memandang ke arah me"

   Reka dengan sinar mata menusuk. Dia segera menghampiri Ciang bun suhengnya dan bertanya dengan suara berbisik.

   "Ciang bunjin, bagaimana keadaanmu?". Kwek Si Hong meliriknya sekilas Mulutnyaterbuka sedikit.... ''Tidak.

   ". Masih lumayan kalau dia tidak membuka mutut. Begitu buka mulut dan mengucapkan sepatah kata 'tidak', tubuhnya langsung bergoyanggoyang dan hampir saja dia teriatuh ke atas tanah. Kan Si Tong terkejut sekali Dengan panik dia mengulurkan tangan memapahnya.

   "Ciang buniin, sebetuinya bagaimana keadaannnu?"

   Tanyanya cemas. Kwek Si Hong menutup matanya seienak.

   "Aneh sekali. Barusan Gi heng merasakan hawa murni di dalam tubuh seperti buyar dan tidek dapat dihimpun,"

   Katanya dengan suara lemah. 'Lebih baik Ciang bunjin.duduk dulu untuk beristirahat sejenak,"

   Kan Si Tong segera membantu Kwek Si Hong duduk.

   Diamdiam dalam hatinya sudah timbul perasaan yakin.

   Rombongan merekayang hadir dalam pertemuan ini pasti telah terperangkap dalam rencana licik musuh.

   Beberapa orang rekan mereka yang sudah bergebrak dengan musuh pasti merasakan hambatan pada hawa murninya.

   Sepertinya hawa murni dalam tubuh itu sedang membuyar dengan perlahan-lahan.

   Keadaan ini membukttkan bahwa mereka telah terserang racun yang proses kerjanya tambat.

   Tapi, kapan pihak musuh turun tangan meracuni mereka? Tidak salah' Ketika ingin masuk ke dafam ruang pertemuan, rombongan mereka diharuskan memasang pita di dada kiri yang mana disematkan oleh dua orang gadis berpakaian kuning Pasti pada saat itu mereka menyebarkan racun yang tidak berbau sama sekali.

   Tian Te kau sudah mempersiapkan segalanya dengan matang.

   Mereka memang bermaksud menahan rombongan ini di tempat tersebut.

   Tentunya agar dapat menahan rombongan mereka apabila menunjukkan sikap tidak setuju.

   Hal ini karena rombongan mereka terdiri dari para tokoh dunia kangouw yang paling disegani pada zaman ini.

   Juga merupakan penghalang terbesar untuk mewujudkan citacita mereka yang ingin menguasai dunia persilatan,.

   Setelah pikiran demikian melintas dibenaknya, mana mungkin Kan Si Tong dapat menahan kemarahan hatinya.

   Saat itu juga dia melonjak bangun, sepasang alisnya berkerutkerut.

   Mimik wajahnya menunjukkan kegusaran hatinya.

   Telunjuktangannyalangsung menuding wajah Cu Tian Cun.

   "Cu Tian Cun, perbuatan kalian sungguh rendah. Hati kalian teramat keji. Ternyata secara ticik kalian menggunakan kesempatan untuk menyebarkan racun pembuyar tenaga kepada pihak kami. Tidak heran kau berani membuka muiut besarbesar bahwa tidak ada seorang pun yang sanggup menyambut sepuluh jurus seranganmu. Apakah kalian tidak tekut orang-orang Bulim akan timbul amarahnya dan bersatu untuk membasmi perkumpulan kalian ini?'1 bentaknya dengan suara lantang. Cu Tian Cun menjadi tertegun mendengar ucapannya.

   "Kan Si Tong, apa yang kau maksudkan?". Kan Si Tong memperdengarkan serangkaian tawa dingin.

   "Apa yang aku maksudkan, tentun a hatimu sendiri jauh lebih paham!".

   "Omong kosong!"

   Wajah Cu Tian Cun menjadi kelam.

   "Cuwi semua adalah tokohtokoh keias tinggi dunia Bulim Orang she Cu hari ini meraih kemenangan dengan mengandalkan kepandaian sendiri. Dengan sendirinya aku tahu bahwa aku belum pernah melakukan cara licik untuk menghadapi kalian. Kalau kau sendiri merasa tidak puas, mengapa tidak cabut senjatamu dan coba sambut jurus serangan dari orang she Cu ini?". Hue leng senbu yang seiak tadi duduk di kursi kebesarannya berdiri seketika. Matanya memancarkan sinar yang dingin.

   "Tian Cun, tidak perlu kau banyak bicara dengan mereka. Delapan partai besar ternyata tidak mengindahkan peraturan dunia kangouw dan berusaha meraih kemenangan dengan cara mengeroyok. Kalian tentunya jugatidak perlu lagi mengmdahkan peraturan yang ada. Kalian para anggota Tian Te kau, boleh turun tangan bersama. Urusan hari ini pokoknya tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kalau musuh ada, maka kita yang tidak ada. Kalau tidak ada, merekalah yang harus tenyap dan muka bumi ini. Orang-orang dari defapan partai besar, satu pun Jangan ada yang dibiarkan lolos!". Meskipun kata-katanya ini diucapkan kepada Cu Tian Cun, tetapi sama artinya bahwa diatelah menurunkan perintah untukmenyerbu. Long san itpei mempunyai kedudukan sebagai wakil Cong huhoat. Dia segera menggapaikan tangannya kepada Hu Bu Pao, Kiuci lohan, Siang si suangse, Pekpo sin cian Yan Kong Kiat, Goca ciniin Bun Tian Hong agar menghunus seniata masingmasing dan berjalan menghampiri orang-orang dari delapan partai besar. Hanya rombongan perempuan dari pihak lawan yang tidak bergerak. Mereka masih tetap berdiri pada posisi semula. Salah seorang gadis yang berdiri di samping Be Hua popo, yakni Ciok Ciu Lan, berulang kali melemparkan pandangannya ke arah pintu masuk. Sepasang atisnya terus merapat. Hatinya bagai diganduli beban yang berat. Hal ini tersirat jelas dari wajahnya. Bulim toaio Song Ceng San dapat merasakan suasana yang semakin tegang. Dia sadar pertarungan besar-besaran dengan pihak musuh tidak dapat dihindarkan tagi. Cepat-cepat dia menghampiri Ciok Sam San dan Kwek Si Hong. Kwek toheng, Ciok toheng, apakah kalian berdua masih sanggup menghadapi musuh?"

   Tanyanya dengan suara rendah.

   "Hengte hanya merasakan hawa murni di tubuh sedikit buyar. Rasanya tidak terlalu mengkhawatirkan,"

   Sahut Ciok Sam San. Sinar mata Song Ceng San berbincarbinar Dia memalingkan kepalanya menghadap Bu Cu taisu dan Giok Si Cu dari Bu Tong pai,.

   "Situasi di depan mata sangat gawat. Taisu harus perintahkan ke delapan mufid yang taisu bawa untuk segera membentuk barisan. Biar dapat membuka lalan mundur bagi klta. Sedangkan delapan murid dari Bu Tong pai, harus bersiap diri untuk membentuk barisan setiap waktu. Kita harus meniaga kemungkinan kalau pihak lawan juga membentuk barisan dan untuk menoiong orang-orang yang racunnya sudah mulai bekerja, Kita harus bersiaga apabila pihak lawan mempunyai perangkap yang lain,"

   Katanya dengan nada berbisik.

   Mendengar ucapannya, Bu Cu taisu dan Giok Si Cu menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   Kemudian mereka langsung menurunkan perintah seperti apa yang dikatakan oleh Song Ceng San barusan.

   Delapan belas murid Siau lim pai berjaga di sebelah kiri.

   Mereka segera membentuk barisan Lo han tin.

   Delapan mund Bu tong sudah menghunus pedangnya masingmasing.

   Dengan posisi membentang sayap, mereka bersiapsiap untuk membentuk barisan pedang setiap waktu.

   Song Ceng San memperhatikan gerakgerik murid Siau lim pai dan Bu Tong pai yang sigap tTtenghadapi situasi yang ada.

   Dalam waktu singkat mereka sudah menjalankan perintah seperti yang diturunkan oleh atasannya masingmasing.

   Melihat kaadaan ini, Song Ceng San menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   Setelah itu "dia memalingkan kepalanya dan memesankan beberapa patah kata dengan nada berbisik kepada Sang Ceng Hun.

   Dia mengulurkan tangan dan mengambii pedang dari tangan Song Bun Cun.

   Dengan langkah tenang dan perlahan dia berjalan menuju lapangan.

   Parajago pihaklawanyang sudah berjalan menghampiri mereka, dapat melihat kemungkinan Song loya cu yang menggenggam sebatang pedang.

   Biar bagaimana pun, hampir tiga puluh tahun yang lalu, dia sudah mendapat sebutan Jago pedang nomor satu di dunia Bulim.

   Memang benar pepatah yang mengatakan 'Masuk hutan takut melihat bayangan, bertemu orang takut dengan nama besarnya'.

   Biar bagaimana kewibawaannya sampai sekarang masih terpancar nyata.

   Para Jago pihak musuh yang sudah mulai mendekat, tanpa terasa menyurut kembali.

   Hanya Cu Tian Cun yang berdiri tegak tanpa bergeming sedikit pun.

   Orang yang lainnya sudah menghunus pedang masingmasing, pedangnya sendiri malah sudah dimasukkan kembali ke dalam sarung.

   Dia menyongsong kedatangan Song Ceng San sambil menjura.

   "Apakah Song ioya cu ingin memberikan petunjuk langsung kepada cayhe?". Sinar mata Song Ceng San menatapnya dengan tajam. Terdengar suara tawanya yang berat dan parau,.

   "Anak muda, kau ingin bergebrak dengan lohu? Kau masih belum pantas, lebih baik panggil saja Cu Leng Sian untuk menghadapiku,"

   Sahutnya sinis. Mendengar nada suaranya yang memandang rendah dirinya, tanpa terasa sepasang alis Cu Tian Cun langsung teriungkit ke atas. Wajahnya menyiratkan perasaannya yang gusar.

   "Kau...!". Dalam waktu yang bersamaan, wajah Song Ceng San seperti orang yang terpana Dengari terharu dia juga mengucapkan sepatah kata....

   "Kau...?". Dua petah 'kau' ini boleh dibilang diucapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Cu Tian Cun dapat merasakan pandangan Song Ceng San yang seperti orang terkejut. Kata-kata yang tadi hendak diucapkan jadi berhenti setengah jalan.

   "Ada apa dengan cayhe?"

   Tanyanya bingung. Dua bola mata Song Ceng San terus menatap wajah Cu Tian Cun lekatleka}. Kemudian dia bertanya dengan cepat....

   "Apakah nama kecil Cong huhoat ialah Liong Koan?". Rupanya ketika Cu Tian Cun mengerutkan sepasang alisnya tadi, dia sempat melihat setitik tahi ialat merah di atas alis kinnya. Tentunya para pambaca masih ingat ketika Yok Sau Cun pertama kali terjun dunia kangouw, dia segera menuju ke Tian Hua sanceng, karena dia mewakili gurunya menyelesaikan dua buah permintaan. Yang satu harus dengan anggukkan kepala Song loya cu bacu bisa terpenuhi. Sampai sekarang Yok Sau Cun masih tidak mengertj apa permintaan gurunya yang satu itu. Satu lagi adalah mencan pulranya yang menghilang enam belas tahun yang lalu. Satusatunya tanda lahir yang masih diingatnya adatah tahi lalat merah di atas alis kirinya, dan namanya sewaktu kecil adalah Liong Koan. Ketika menghilang, usia anak itu bacu dua belas tahun. Kalau masih hidup, semestinya sekarang sudah berusia dua puluh delapan tahun. Hal di atas ini Yok Sau Cun yang memberitahukan pada Song loya cu. Kemudian, setelah mendapatkan pertolongan budi beberapa kali dari Yok Sau Cun, akhirnya Song loya cu mengabulkan juga permintaan gurunya. Dia memberikan sebilah giok dan meminta Yok Sau Cun membawanya kepada Hui hujin. Pada waktu itu Song loya cu memang tidak menJelaskan secara terangterangan kepada Yok Sau Cun. Tetapi dalam hatinya sudah yakin bahwa suhu Yok Sau Cun yang bergelar Bu beng lojin adalah adik iparnya yang bungsu. Adik iparnya yang tua adalah Hui Kin Siau. Mereka adalah suami istri sudah berpisah selama dua puluh tahun lebih. Padahal sebab musababnya timbul dari masalah yang kecil. Menurut Yok Sau Cun, suhunya mengatakan bahwa urusan ini hanya bisa diselesaikan dengan anggukkan kepala Song loya cu. Tentu saJa Yok Sau Cun tidak mengerti. Tetapi Song loya cu segera memahami maksud adik iparnya yang berharap dia bersedia mendamaikan mereka suami istn. Song !oya cu menyerahkan sebelah giok kepada Yok Sau Cun dan memintanya menyerahkan kepada Hui hujin juga karena urusan ini. Dia meminta bantuan adiknya, Hui hujin, untuk membujuk Tan hujin yang merupakan guru Yok Sau Cun dan memiliki nama asli Sian. Dan anak mereka yang hilang itu sudah barang tentu keponakan luarnya. Kita kembali lagi pada Cu Tian Cun yang mendengar pertanyaan Song toya cu. Orang tua itu menanyakan apakah nama kecllnya Liong Koan? Untuk sesaat dia tidak dapat menyahut. Tetapi nama itu seakan tidak asing di telinganya, Namun biar bagaimana dia menguras otaknya, tetap saja dia tidak dapat mengingatnya kembali Oleh karena itu, dia menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

   "Cayhe tidak mempunyai nama kecil. Sudafi tentu Liong Koan bukan nama kecil cayhe. Mungkin Song loya cu salah mengenali orang,"

   Sahutnya. Sudah barang tentu Song loya cu tidak mau menyudahi begitu saja.

   "Apakah tahun ini kau berusia dua puluh delapan tahun?"

   Lanyanya kembali.

   Sekali lagi Cu Tian Cun menjadi tartegun mendengar pertanyaannya.

   Belum lagi sempat dia menjawab, tahu-tahu senbu sudah melonjak bangun dari kursi kebesarannya.

   Dari seorang wanita palayan yang bardiri di belakangnya, dia mengambil pedang pusakanya.

   Kemudian terdengar suara tawanya yang sumbang.

   "Song Ceng San, tadi kau mengajukan tantangan kepadaku! Hu kaucumu ini sekarang juga akan mengabulkan keinginanmu,"

   Katanya dengan suara lantang. Dengan tangan menggenggam padang pusaka, dia barjalan ketuar dan rombongannya. Tentu saJa tindakannya ini untuk iriencegah Song Ceng San mengajukan lebih banyak pactanyaan kepada Cu Tian Cun. Terdengar suara.

   "Trangl' yang nyaring. Pedang panjang Song Ceng San pun sudah dihunus dari sarungnya.

   "Boleh juga. Setelah kalah dan menang di antara kita sudah ketahuan, masih balum terlambat untuk bertanya kepadanya,"

   Sahutnya santai.

   Hue leng senbu menudingkan pedangnya ke depan.

   Dengan suara barat dia berkata....

   'Kami tidak bertarung untuk menentukan siapa yang akan kalah atau siapa yang akan menang.

   Pokoknya salah satu di antara kita harus ada yang terkapar di atas tanah tanpa bisa bangkit lagi untuk selamanyal"

   Tibetiba tangan kanannya terjulur ke depan dan menusuk ke arah bahu kiri Song Ceng San. Song Ceng San tertawa terbahak-bahak,.

   "Bagusl Bagusl Lohu justru ingin lihat apakah kau mempunyai kemampuan untuk membunuh Lohu?"

   Pedang panjang yang ada di tangannya langsung diulurkan ke depan.

   Kedua tokoh kelas tinggi ini sama-sama sudah mengeluarkan pedangnya dan mulai bergebrak.

   Kalau dilihat sepintas selalu, tampaknya tidak ada yang aneh dan tidak juga ada yang istimewa.

   Satu hal yang barbeda depgan pertarungan orang-orang laln, yakni hredua pedang mereka sama sekali tidak menimbulkan suara.

   Tetapi hawa yang terpancar dari setiap pedang, dalam jarak beberapa cun saja su' dah dapat dirasakan hawa dinginnya, bahkan ; terasa sampai menyusup ke dalam tulang sumsum.

   Kalau lawannya adalah Jago kelas teri, pedangnya belum sampai, rangkuman hawa dinginnya sudah dapat membuatnya mati dalam keadaan baku.

   Begitu kedua orang ini mulai bergebrak, Suo Ying Hu dan rekanrekannya juga lang' sung menyerbu ke arah orang-orang detapan partai besar.

   Suara teriakan mereka bagai orang kalap.

   Dari pihakdelapan partai besar.

   baru Song Ceng San yang keluar ke tengah arena.

   Tapi sebelumnya dia sudah berpesan kepada Ciang bunjin Hua San pai, yakni Sang Ceng Hun, dan memintanya berunding dengan Wi Ting sintiau Beng Ta jin mengenai cara membagi orang-orang yang harus mereka hadapi.

   Dan ketika Song Ceng San dan Cu Tian Cun sedang berbicara, Sang Ceng Hun sudah mengajak Beng Ta jm ke samping dan menghitung jumlah jago pihak lawan lalu membandingkannya dengan jago dari pihak sendiri Sekarang mereka sudah menentukan siapa yang harus melawan siapa dari pihak lawan.

   Saat ini mereka melihat pihak musuh sudah datang menyerbu ke arah mereka Dan sesuai dengan hasil perundingan, masingmasing pun segera keluar dan kerumunan dan menghadapi lawan yang telah ditentukan.

   Tentu saja mereka bukan sembarangan menentukan pihak yang harus dihadapi, tetapi mempartimbangkannya sesuai dengan ketinggian ilmu masing-masing.

   Bu Cu taisu segera menghentakkan tongkatnya ke atas tanah sehingga menimbulkan suara.

   "Bluk! Bluk!"sebanyakduakali. Kemudian dia melemparkan tongkat itu ke samping serta mengeluarkan pedang panjangnya.

   "Trang! Pedangnya itu pasti merupakan sebilah pedang yang sudah tua sebab warnanya saja sudah mulai pudar. Setelah itu dia melangkah keluar dan merangkapkan sepasang telapaktangannya kepada Cu Tian Cun.

   "pinceng memohon petunjuk dari Cu sicu."

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Katanya.

   Para hwesio Siau lim pai jarang yang menggunakan pedang panjang.

   Itulah aebabnya orang-orang dunia kangouw mengira bahwa di Siau lim pai tidak ada jurus ilmu pedang yang hebat Partai ini terkenal dengan pukulannya.

   Padahal di Siau lim paj ada tujuh puluh dua macam ilmu pusaka.

   Dan yang terdaltar sebagai nomor satu justru adalah Tat mokiam.

   Tetapi, para murid yang belum mencapai taraf tianglo tidak boleh mempelajarinya.

   Oleh karena itu jarang orang yang mengetahui hal ini.

   Sekarang Bu Cu taisu tiba-tiba melemparkan tongkatnya dan menggantikannya dengan pedang.

   Hal ini membuktikan bahwa orang tua ini sudah menguasai Tat mokiam.

   Sebagai seorang tokoh generasi muda yang sudah banyak mempelajari berbagai ilmu pedang dari berbagai aliran, tenUi saja Cu Tian Cun tahu mengenai Tat mo kiamhoat ini.

   Selain rumit, ilmu pedang ini juga mengandung kekuatan yang dahsyat.

   Oleh karena itu dia sarfta sekali tidak berani memandang ringan musuhnya yang satu ini.

   Dia segera mengeluarkan pedangnya yang terselip di pinggang.

   Mulutnya mengembangkan seulas senyuman.

   "Taisu barsedia memberi petunjuk benar-benar merupakan kehormatan bagi cayhe."

   Cu Tian Cun merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam.

   "Silahkanl".

   "Cu sicu, silahkan!". Blbir Cu Tian Cun tetap tersenyum.

   "Selama bertarung menghadapi lawan, cayhe belum parnah turun tangan tertebih dahulu. Silahkan taisu yang mulai dutuan saja,"

   Katanya.

   "Kalau begitu pinceng tidak sungkan lagi."

   Pedang Bu Cu taisu langsung digerakkan.

   Serangannya yang tanpa suara sedikit pun ini tidak langsung diarahkan kepada Cu Tian Cun, melainkan ditusukkan ke tengah udara.

   Meskipun serangan Bu Cu taisu ini tidak menimbulkan suara dan tidak terasa dorongan angin yang kencang tetapi gerakannya begitu sempurna dan wajar.

   Seakan padangnya itu sudah bersatu dengan lengannya sendiri dan apabila dia menggerakkan pedangnya, yang terlihat malah seperti orang yang menggerakkan tangan dengan seenaknya.

   Hal ini membuktikan bahwa latihan pedangnya sudah mencapai taraf yang demlkian tinggi sehingga dia sudah bisa menggerakkannya dengan menyesuaikan keinginan hati.

   Sepasang mata Cu Tian Cun memancarkan sinar yang tajam.

   Tubuhnya bergerak ke depan dan pedangnya pun langsung ditun' curkan.

   Dalam waktu yang sangat singkat, kedua orang itu sudah mulai bergebrak, Suara benturan senjata tajam pun terdengar riuh rendah bagai berpadu menjadi satu.

   Tangan Ciang bunjin Hua San pai, San Ceng San sudah menggenggam pedang panjang.

   Perlahan-lahan namun pesti dia menyambut kedatangan Suo Yi Hu.

   Orang ini terkenal karena ilmu pukuiannya.

   Sekarang dia melihat yang menyambut kedatangannya justru Sang Ceng San.

   Tanpa terasa sepasang alisnya langsung terjungkit ke atas.

   Perlu diketahui bahwa dan rombongan Song Ceng San serta delapan partai besar, maka kalau ditilik dari ilmu pedangnya, yang pallng tinggi sudah pasti Song loya cu.

   Sedangkan orang keduajustru Ciang bunim Hua San pai ini, yakni Sang Ceng Hun.

   Hua San Kiamhoat di dunia kangouw sudah sangat terkenal.

   Apalagi kalau dihubungkan, sebetulnya Sang Ceng Hun itu masih adik seperguruan Song Ceng San.

   Tentu saja orang ini tidak dapat dianggap enteng.

   Long san itpei Suo Yi Hu memang bertangan kosong.

   Dia segera merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam.

   Bibirnya menyunggingkan seulas senyum yang dipaksakan,.

   "Ciang buiin membawa pedang menuju ke slni, apakh berarti Ingin bergebrak dengan hengte?. Sang CengHun menatapnya dengan dingin.

   "Tidak sala. Urusan hari ini tampaknya tidak dapat dialaskan lagi dengan musyawarah. Hu Cag huhoat harap keluarkan senjatal". Long san it pei tersenyum simpul.

   "Hengte jaraig sekeli bergebrak dengan orang Tetapi k'adaan hari ini memang berbeda. Hengte tepaksa menemani!". Dengan keergganengganan dia mengeluarkan sebatarg potlot besi yang panjangnya kurang lebh satu cun Digerakkannya potiot besi itu daiam genggaman serta mendongakkan kepalanya sambil tertawa lebar.

   "Sang Ciang bunjin, silahkan'.". Sang Ceng Sai melihat senjatanya hanya berupa sebatang potlot besi. Dia langsung menyadari bahwa keahlian lawan adalah ilnui menotok jalan darah Apalagi di dunia kangouw ada sebuah ucapan yang sangat terkenal, yaitu satu cun lebih pendek, maka satu totokan lebih keji.

   "Beng Ta jin parnah menglakan bahwa orang ini licik sekali. Tampakny kata-kata itu memang tidak salah,"

   Pikirny dalam hati.

   Membawa piklran demikjan, rulutnya langsung mengeluarkan suara taw yang dingin.

   ''Silahkan!".

   Tai Pekkiam segera bergrak memutar.

   Timbul selarik smar berwana keperakan yang langsung metuncur ke cepan.

   Sebagai ciang bunjin dari Hua San pa, tentu saja dia tidak sudi menarik keuntunian dari orang lain.

   Gerakan pedangnya lanbat sekall.

   Padahal ilmu pedang Hua San aai terkenal dengan kelincahannya dan kecepatannya.

   Dia membuka serangan dengan perlahan hanya karena menjaga pamornya siJa.

   Long san itp^, memperdengarkan suara tawa yang seram.

   "Sang ciang bunjin tertafu sungkan!"

   Kakinya langsung bargerak m^'u beberapa fangkah mendahului.

   Tangan kanannya mengibas, setitik sinar berwarna kelabu bagaikan blntang komet meluncur ke rusuk kanan Sang Ceng Hun.

   Siapa sangka, baru saja Tou Smgpit (Potlot bintang jatuh) nya bergerak, pedang di tangan Sang Ceng Hun tiba-tiba ber.

   putar dan menimbulkan cahaya pelangl yang berkilauan.

   Gerakan itu sungguh indah dan tepat meluncur ke arah pergelangan tangan ';anan yang menggenggam pollot besi.

   Long san itpei terkejut sekali.

   "Terhyata Hua san kiamhoat mempunyai gerakan yang demikian cepat,"

   Katanya dalam hati. Pergelangan tangannya segera ditarik sedikit. Terdengarlah suara.

   "Trang!"

   Yang keras dan kedua senjata yang berbeda itu pun sudah saling membentur.

   Pedang Sang Ceng Hun bergerak bagai awan yang berarak Tidak begitu mudah bila ingin menekannya Dia telah merasakan kekualan tenaga yang terkandung dalam potlot besi Suo Yi Hu Ternyata orang ini juga melatih semacam ilmu tenaga dalam yang berasal dari luar perbatasan Namun dia tidak I gugup sama sekali Tiba- tiba pedangnya i ditarik kembali lalu menusuk ke arah pinggang lawan.

   Long san itpei pun terdengar sampai menggeser ke samping dengan terburu-buru.

   Pada jurus kedua, baik Sang Ceng Hun maupun Long san it Pei sudah muai menunjukkan kecepatan masingmasing.

   Kehebatan mereka pun mulai diunjukkan.

   Sang Ceng Kun meraih keuntungan dari Hua san kiamhoatnya yang mengandalkan kecepatan.

   Tampaknya Long san itpei sebentar lag! akan berada di bawah angin.

   Telapi kelihatannya Long san itpei tidak merasa khawatir sama sekali.

   Mulutnya sekali tag! memperlihatkan seringai yang menyeramkan.

   Pottot besinya diputarkan satu lingkaran, kemudian seiring dengan tubuhnya yang bergerak, potlot itu pun meluncur ke depan.

   Pertarungan di antara kedua pihak yang mana satu menggunakan pedang dan satunya lagi memakai potlot besl pun berlangsung dengan sengit dalam waktu yang singkat.

   Lawan yang telah ditentukan untuk dlhadapi oteh Kim kasin Ciek Ban Cing adalah Hun Bu Pao.

   Ketika tubuhnya melesat dan melayang keluar, sepasang tangannya sudah direntangkan di depan dada.

   Dia sama sekali tidak menyapa lawannya.

   Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras.

   Sepasang telapak tangannya langsung dihantamkan.

   Serangkum angin yang kencang segera terpancar dari sepasang telapak tangannya meneriang ke depan.

   Hun Bu Pao juga menghampiri maiu dengan tangan kosong.

   Melihat pukulan telapak tangan Ciek Ban Cing melucur ke arahnya, rnulutnya langsung menyenngai seram.

   "Serangan yang bagusl"

   Dia membentak lantang dan kakinya langsung bergerak maju kurang lebih lima cun.

   Tangan kanannya mengerahkan jurus Menyapu dedaunan yang rontok, dia bergerak di samping pinggang Ciek Ban Cing dan tiba-tiba tubuhnya memutar mengikuti luncuran telapak Tangan kirinya bagai sebilah pisau yang tajam menebas ke arah belakang punggungnya Serangannya ini tidak menimbulkan suara sedikit pun.

   Ciek Ban Cing mempunyai postur tubuh yang tinggi besar.

   Sedangkan Hun Bu Pao adalah seorang tua yang tubuhnya pendek kecil, Kalau dibandingkan dengan Ciek Ban C'mg, palingpaling tingginya hanya mencapai pundak orang itu.

   Bagi oraig yang bentuk tubuhnya pendek kecil, gerakannya pastt lebih lincah.

   Sekali berputar, tubuhnya sudah nriencapai bagian punggung Ciek Ban Cing Sayangnya Ciek Ban Cing bukan golongan tokoh yang mudah dihadapi.

   Dengan gerakan yang tidak kalah cepatnya, dia meraung keras.

   Rambut dan jenggotnya sampai berkibarkibar.

   Sepasang telapak tangannya diangkat sedikit kemudian dihantamkan ke depan.

   Tubuh Hun Bu Pao yang pendek segera mencelat mundur sembilan cun.

   Kembali Ciek Ban Cing mendengus dingin Lengan.

   nya bergetar dan mendahului menyerang Sepasang telapak tangannya langsung menyerang dengan gencar.

   Hun Bu Pao terlawa dingin.

   "Ciek Ban Cing, kau anggap orang she Liau ini takut kepadamu?"

   Sepasang lengannya bergerak maju.

   Sekaligus dia melancarkan dua buah pukulan Yang pertama diarahkan ke bagian perutCiek Ban Cing, kemudian tubuhnya dengan lincah melesat maju mengitari lawannya.

   Dengan panik Ciek Ban Cing segera mem balikkan tubuhnya.

   Hatinya m.arah sejtali mendengar ucapan Hu Bu Pao.

   "Kalau kau benar-benar tidak takut menghadapi Ciek toaya, mengapa kau selalu menghindar dari pukulan telapak tanganku ini?".

   "Kau kira aku tidak berani?"

   Menggunakan kesempatan ketika tubuh Ciek Ban Cing baru berputar, Hun Bu Pao mencelat ke udara.

   Sepasang telapak tangannya bagai golok yang menerjang dan depan Ternyata kedua pukulan ini menimbulkan suara seperti siulan dan mengandung kekejian yang tersembunyi.

   Ciek Ban Cing malah senang melihat serangannya itu Sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan Terdengarlah suara.

   "Blam! Blaml"

   Sebanyak dua kali Empat buah telapak tangan saling beradu Ciek Ban Cing masih berdiri tegak di tempat semula.

   Sedangkan tubuh Hun Bu Pao berjungkir balik di udara Keiika tubuhnya melorot turun, kakinya pun bergerak memutar dan langsung mengeluarkan tendangan.

   Ciek Ban Cing segera menepuk ujung kaki lawannya.

   Pukulannya belum sampai, angin yang diterbitkan bagai kapakyan tajam.

   Di antara kedua orang ini, yang satu bermaksud meraih kemenangan dengan mengandalkan kekuatan dan kekejian ilmu pukulannya, sedangkan yang satu lagi lebih mengandalkan kelincahan gerakannya.

   Namun sebetulnya ilmu pukulan yang dikuasai kedua orang ini hampir seimbang.

   Begitu kedua orang ini bergebrak, di tengah-tengah suara deruan tangan, Ciek Ban Cing tidak hentihentinya mengeluarkan suara bentakan yang keras, kadangkadang terdengar pula satu atau dua kali suara getaran akibat pukulan yang sating beradu.

   Perkelahian antara pihak lawan dengan rornbongan ini, tidak kalah serunya dengan pertarungan yang terjadi antara Ciek Ban Cing dengan Hun Bu Pao Di antaranya Tung Sit Cong dan Pekpo sin cian Yan Kong Kiat.

   llmu yang dipelajari oleh Tung Slt Cong adalah Kan Kunjiu dari Siau limpai Sedangkan Kan Kunjiu ini termasuk ilmu nomor tuJuh belas dan tujuh puluh dua macam ilmu andalan Slau lim pai.

   llmu ini masih di atas Lo Han cian (tinju Lo Han) tatapi sama-sama merupakan ilmu yang mengandung kekerasan.

   Sedangkan lawannya mempunyai julukan Pekpo sin cian (Tinju sakti seratus langkah).

   Dah namanya saja sudah kentara bahwa ilmu ini juga termasukyang lebih mengutamakan gwakang.

   Yang aneh justru duaduanya mengambil nama ilmu yang dipelajarinya sebagai julukan Hal ini membuktikan bahwa mereka berdua sudah mempelaiari ilmu ini.

   secara khusus.

   Begitu pertarungan dimulai, yang satu segera melancarkan sepasang tinjunya yang bagai baja Sedangkan yang satunya lagi berkali-kali menebas sepasang telapak tangannya bagai kapak membuka gunung.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Siapa pun di antara mereka berusaha dengan segenap kemampuan untuk merobohkan musuhnya Berulang kali tinju dan lelapak mereka beradu Timbul angin yang kencang bahkan terasa sampai di kejauhan satu depa.

   Halaman terbuka Ce Po tangoan dikelilingi tembok batu, tanahnya telah dialasi dengan batu-batu pipih dan besar yang di zaman sekarang disebut pelataran.

   Meskipun tidak ada debu-debu yang beterbangan atau batu-batu yang berpentalan, tapi suara benturan senjata maupun pukulan dan tendangan itu menimbulkan suara yang rnemekakkan telinga, bahkan terdengar seperti bangunan yang rubuh akibat gempa burni yang dahsyat.

   Tetapi itu tentunya hanya pengumpamaan tentang perasaan saja.

   Di antara para pgo yang bertarung ada lagi HLH Hung 1 Su yang menghadapi Goca cinJtn, Bun Tian Hong Cahaya pedang yang satu berkelebatan naikturun, laksana pelangi yang melintas di angkasa Sedangkan yang satunya menggerakkan garpu besarnya sehingga mennnbulkan suara yang menggidikkan hati.

   Wt Ting sintiau Beng Ta jin melawan Cuo huhoat Kong Tong pai, yakni Toan Pek Yang Kan Si Tong melawan Yu huhoatCian poa Teng, tampaknya kekuatan rnereka juga harnpir seimbang.

   Sulit ditentukan dalam waktu yang singkat siapa yang akan kalah atau siapa yang akan menang.

   Dua orang dan Wi Yang samkiat, yakni 16toa Wi Lam Cu dan loji Gi Hua to bergabung melawan dua mayat dari Siang se.

   Empat orang saling bergebrak.

   Yang tampak hanya empat sosok bayahgan kadang beradu, kadang berpencar lagi Begitu cepatnya sehingga membuat mata orang yang rnenyaksikan jadi berkunangkunang Sulit untuk rnemastikan manayang pihak sendiri dan mana yang merupakan pihak musuh.

   GiokSi Cu dan BuTong pai dan ketuadari Wi Yang pai, Hui Km Siau rnenggenggam pedang masing masing dan berdiri di depan bansan Lo han ttn dan Siau Lim pai yang sudah terbenluk.

   Mereka berdua mendapat tugas mengatur barisan Oleh karena itu mereka tidak terjun ke arena Tetapi tanggungjawab rnerekajuga tidak terrnasuk nngan Karena orang- orang dari delapan partai besar kernungkinan sudah terserang racun pembuyar tenaga pihak musuh Mereka tidak dapat menunda waktu lamalaina Semakin cepat selesainya suatu pertarungan semakin baik Sebab apabila mereka bertarung tertalu lama, maka racun sudah keburu bereaksi dalam tubuh rnereka Lo Han tin dipersiapkan pada sebelah kiri lapangan tersebut Giok Si Cu dan Hui Kin Siau beserta delapan mund Bu Tong pai rnenjaga di dekatnya untuk mernberikan pertolongan kepada mereka yang terluka ataupun racunnya kambuh.

   Selain itu masih ada Song Bun Cun, Ciok Sam San dan Kwek Si Hong.

   Mereka bertiga tadi sudah bergebrak rnelawan Cu Tian Cun.

   Mereka sudah mulai merasakan hawa murni dalam tubuh tidak dapat dihirnpun dan bergerak dengan lancar.

   Meskipun mereka sudah duduk bersemedi beberapa saat dan keadaannya agak rnernbaik.

   Tetapi racun rnasih mengendap di dalam tubuh Apakah mereka masih sanggup menghadapi lawan tetap merupakan sebuah pertanyaan yang masih belum terjawab.

   Oleh karena itu, mereka bertiga disiapkan sebagai orang di belakang layar yang hanya akan turun tangan apabila keadaan benar-benar sudah terlalu mendesak.

   Mereka berdiri di depan Lo Han tin dan berjagajaga apabila pihak musuh yang jurnlahnya lebih banyak tiba-tiba menyerbu ke arah mereka.

   Pengaturan posisi ini merupakan ide yang diberikan oleh Beng Ta jin.

   Kalau disimak memang semuanya mendapat lawan yang tepat dan susunan strateginya juga cukup memuaskan.

   Pada dasarnya dia mernaog seorang yang sangat teliti bahkan sampai ke hal-hal yang sekecil-kecilnya.

   Ce Po tangoan yang tadinya merupakan tempat suci bahkan tempat bersejarah saat ini menjadi ajang pembunuhan yang berkobarkobar.

   Bagi orang-orang yang beragama, hal ini merupakan musibah yang tragis.

   Sebab dengan pertempuran besarbesaran seperti itu, tentu tidak sedikit orang yang akan Jatuh sebagai korban.

   Dalam situasi yang panas ini, dikalakan Ciek Ban Cing yang sedang bergebrak dengan Hun Bu Pao sudah berulang kali mengadu kekuatan.

   Kirakira belasan kali benturan tenaga kemudian, Ciek Ban Cing rnulai merasakan hawa murni di dalam tubuhnya sulit lagi dihimpun Hatinya menjadi tercekat seketika.

   Justru ketika gerakannya berubah menjadi lambat, Hun Bu Pao menggunakan kesempatan itu untuk mendesak secara rnendadak dan sebuah pukulan dari telapak tangannya pun menghantam ke dada Ciek Ban Cing.

   Dengan panik Ciek Ban Cing berusaha menahannya dengan telapak tangan.

   Tetapi karena hawa murninya mulai mernbuyar, tiba-tiba tenaganya bagai hilang.

   Ketika kedua telapaksaling beradu, seluruh tubuhnya tangsung bergetar.

   Dadanya bagai terhantam palu.

   Darah dalam seluruh peredaran tubuhnya bagai bergolak Kedua kakinya tidak sanggup berdiri dengan rnantap Tubuhnya terhuyunghuyung dan terdesak mundur sejauh lima langkah.

   Hun Bu Pao yang merasa serangannya mencapai sasaran, senang bukan main.

   Tanpa sadar dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak.

   "Kim Kasin yang namanya menggetarkan kolong langit, ternyata cuma begitu ...". Dua patah 'begitu saja'nya belurn selesai diucapkan, Ciek Ban Cing menghimpun sisa tenaganya, rambutnya sarnpai berjingkrakan dan tiba-tiba dia meraung keras dan menerjang ke depan dan menghantamkan pukutannya. Serangannya ini dilancarkan dalam keadaan kritis. Tentu saja hal inidi luardugaan Hun Bu Pao. Seseorang yang sudah terkena racun pembuyar tenaga, apabila racunnya mulai bekerJa, maka dia tidak punya kekuatan lagi untuk menghadapi lawan, apalagi mernbalas serangannya. Apalagi serangan Ciek Ban Cing ini dilancarkan dengan mendadak. Kecepatan dan keanehan gerakannya tak usah dikatakan lagi Menunggu sampai Hun Bu Pao sadar ada yang tidak beres, dia tidak mempunyai kesempatan lagi untuk menghindar. Pukulan Ciek Ban Cing yani dab^vat itu sudah meluncur ke arah dadanya. Terdengar suara.

   "Blammm!"

   Yang memekakkan telinga.

   Tubuh Hun Bu Pao yang pendek kecil langsung terbang dan melayang keluar Sebetulnya racun di dalam tubuh Ciek Ban Cing memang sudah mulai bekerja Tetapi dengan tenaga dalam yang dilatihnya selama puluhan tahun, dia rnasih sempat mengurus sisa tenaganya dan membalas serangan lawan.

   Oleh karena itu puta, begitu serangannya selesai dilancarkan, kakinyapun menjadi lemas dan tubuhnya terkulai dt atas tanah.

   Dengan panik Giok Si Cu mengibaskan tasbih kumala di tangannya Dua orang murid Bu Tong segera menghambur ke depan dan menggotong tubuh Ciek Ban Cing lalu meletakkan ke dalam bansan.

   Hui Km Siau cepatcepat mengeluarkan sebuah kotak berisi obat penyembuh luka dalam yang diberikan oleh Bu Cu taisu kapadanya.

   Dia mengambil satu butir obat itu dan menyuapkannya ke mulut Ciek Ban Cing.

   Pada saat itu, Tung Sit Cong yang sedang bartarung melawan Yan Kong Kiat, juga dengan susah payah telah bertempur kurang lebih tlga puluhan jurus.

   Tiba-tiba dia juga rnerasa tenaga dalamnya mulai melemah, dan bahu kirinya langsung terhantarn telak oleh tinju Yan Kong Kiat.

   Tubuhnya limbung dan terhuyung-huyung mundur sejauh lima tangkah.

   Lututnya tidak dapat menahan berat badannya dan dia pun jatuh terduduk di atas tanah.

   Yan Kong Kiat memperdengarkan segulungan suara tawa yang menandakan kebanggaan dihatinya.

   Dia segera mengerahkan jurus Pekpo sin cian dan menghantamkannya ke arah Tung Sit Cong yang sudah jatuh terduduk di ates tanah itu.

   Tepat pada saat itu, tampak dua bayangan berkelebat.

   Dua orang murid Bu Tong pai yang mengenakan pakaian berwarna biru langsung melesat keluar dan menghadang di depan Tung Sit Cong.

   Padang di tangan mereka berputar sehingga tampak cahaya yang berkilauan.

   Serangkum angin pukulan yang kehcang menghantam pada kadua tubuh pedang yang saling bersilangan.

   Terdengar suara yang membuat telinga menjadi ngilu dan harnpir saja kedua murid Bu tong itu tergetar sampai tidak dapat mempertahankan kedua kakinya.

   Tetapi, biar bagaimana pun mereka sudah berhasil menyambut sejurus Pekpo sin cian yang dilancarkan oleh Yan Kong Kiat.

   Dua orang mund Bu Tong pai lainnya segera membirnbing Tung Sit Cong bangun dan membawanya roundur dan tempat tersebutDua orang murtd Bu Tong pai yang tadi menghadang di depannya melfhat bahwa Tung Sit Cong sudah berhasil diselamatkan oleh dua orang rekannya Mereka juga segera menarik kembali pedang panjangnya dan mencelat mundur ke tempat semula.

   Sementara itu, Sang Ceng Hun dan Long San it pei juga sudah bertarung kirakira tiga puluhan jurus.

   Potlot besi Suo Yi Hu ditebaskan ke depan dan menekan pedang di tangan Sang Ceng Hun.

   Menggunakan peluang yang ada, Suo Yi Hu mengulurkan tangan kirinya dan menghantam ke depan.

   Serangannya ini tidak mengandung angin kencang yang dapat mendorong lawannya, tetapi terasa adanya arus gelombang yang dapat menekan lawannya dan setelah jaraknya agak dekat, tiba tiba baru terasa dahsyatnya serangan tersebut.

   Sang Ceng Hun tertawa dingin Dengan gerakan yang sama, dia mengulurkan telapak tangan kirinya dan mendorong ke depan Dua buah telapak tangan saling berkelebatan.

   Tentu saja dalam sekejap mata kedua telapak tangan itu sudah beradu Terdengarlah suara.

   "Plak!"

   Satu kali dan baik Sang Ceng Hun maupun Suo Yi Hu sama-sama terdesak mundur satu langkah.

   Pada hari biasanya, Sang Ceng Hun selalu rnemandang tinggi dirinya sendiri Tetapi han ini, setelah telapak tangannya beradu dengan pukulan lawan, dia baru merasakan bahwa seorang tokoh yang kedudukannya lebih rendah dan berasal dari golongan sesat seperti Long San itpei ternyata sanggup nrienahan pukulannya dan sulit menentukan siapa yang lebih hebat.

   Diamdiam hatinya menjadi tercekat.

   "Toa lat kimkong ciangl"

   Serunya tanpa sadar.

   Rupanya Toa lat kimkong ciang merupakan sejenis ilmu pukulan yang apabila dilancarkan tidak mengeluarkan suara sedikit pun, bahkan tidak mengandung kekuatan yang menekan lawannya Tenaga dalam secara keseluruhan terpusat pada telapak tangan dan apabila pukulan sudah mencapai tubuh lawan, barulah kekuatan itu mengalir keluar menghantamnya.

   Telapak tangan kin Suo Yi Hu sudah beradu dengan telapak tangan Sang Ceng Hun secara keras Tiba-tiba potlot besinya dipindahkan ke tangan kanan, mulutnya memperlihatkan senngai yang menyeramkan.

   "Sang ciang buriJin harap sambut lagi pukulan orang she Suo ini!"

   Katanya.

   Tangan kanannya diangkat ke atas, sebuah pukulan terlihat dihantamkan lagi ke depan.

   Serangan ini kali menggunakan ilmu Pitkong ciang, i tapi kalau dibandingkan dengan Pitkong ciang yang biasa, ada perbedaannya.

   Bagi sebagian besar orang Bulim, asal tenaga dalamnya cukup kuat, maka banyak yang bisa menggunakan Pitkong ciang ini llmu ini apabila dikerahkan maka akan terasa angin yang rnenderuderu terus meluncur ke arah lawannya Sedangkan Pitkong ciang yang dimainkan oleh Suo Yi Hu tidak mengeluarkan angin sama sekali.

   Pergetangan tangan bagai angin yang bertiup lernbut menghembus ke depan,.

   Sebagai seorang Ciang bunjin dari Hua San pai tentu saja Sang Ceng Hun tidak sudi mengalah.

   Begitu melihat pihak lawan melancarkan serangannya, tangan kirinya segera diangkat ke atas, kemudian diturunkan di depan dada dengan posisi menahan baru dihantemkan keluar.

   Telapak tangan kedua orang itu beradu seketika, tiba-tiba Sang Ceng Hun merasakan gelombang yang terpancar dari telapak tangan lawan masih mengandung serangkum hawa dingin yang lernbut sekali Namun dibalik kelembutan itu tersimpan kekuatan yang mengejutkan Sekali lagi hatinya menjadi tercekat.

   "Apakah ilrnu Cuisim ciang (Telapak penghancur hati) yang dikerahkannya mi?"

   Tanyanya dalam hati.

   Dia sudah melatih ilmu pedangnya selama puluhan tahun Pedangnya sudah bersatu dengan kemginan hatinya Begitu perasaannya terkejut, pedang paniang di tangan kanannya sudah berubah membentuk bayangan seutas rantai.

   Dengan kekuatan.

   tenaga dalam yang dahsyat menerjang keluar.

   Serangannya im dilancarkan dalam keadaan terkesiap, segenap kekuatan tenaganya boleh dibilang telah dilancarkan.

   Begitu pedangnya meluncur, tentu terbit suara yang keras dan cahaya dingin pun berkilauan Pancarannya bahkan mencapai satu depa lebih.

   llmu yang digunakan oleh Suo Yi Hu memang Cuisim ciang Hatinya sedang merasa gembira dan bangga, dia bahkan tidak bermimpi bahwa Sang Ceng Hun dapat menyerangnya dengan pedang pada saat seperti ini.

   Terlebihlebih tidak menyangka kalau serangan ini dikerahkan dengan seluruh kekuatan tenaga dalarn yang telah dilatihnya selama puluhan tahun.

   Cahaya pedangnya saja bisa memantul sampai sejauh ini.

   Ketika merasa ada sesuatu yang tidak beres, dia bermaksud menggerakkan potlot besinya Tetapi senjatanya itu masih tergenggam di tangan kiri.

   Apabila menunggusaropai dia mengalihkan ke tangan kanan, tentu sudah terlambat Dalam keadaan gugup, terpaksa dia mengerahkan tangan kinnya untuk menangkis.

   Tentu saja dia tidak tahu bahwa pantulan cahaya yang terliFiat bukan benar-benar serangan yang dilancarkan oleh Sang Ceng Hun.

   Kalau pedang bisa ditangkis, sedangkan cahaya hanya merupakan panlulan sinar yang terpancar dan pedangnya Kalau sampai ditangkis, tentu saja yang ditemukan hanya kekosongan.

   Kali ini rasa terkejut dalam hati Suo Y| Hu benar-benar bukan kepalang Tangan kirinya menggerakkan potiot besi, sedangkan tangan kanannya melancarkan pitkong ciang Keduanya dihantamkan ke arah cahaya pedang dengan harapan dapat mengatasinya.

   Pernahkah kau berdiri di bawah cahaya matahari dan mengambil sebuah cermin untuk memantulkan sinarnya kepada orang lain? Bagaimana rnenyilaukan cahaya seperti itu? Pftkong ciang yang dilancarkan oleh Suo Yi Hu belum mencapai sasaran Pantulan cahaya pedang Sang Ceng Hun sudah menyinari tubuhnya Tiba-tiba dia merasakan sekilas sinar yang mencekam melintasi tubuhnya.

   Dia terkeJut setengah rnati.

   Dengan menjent histeris dia rnundur beberapa langkah kemudian terjatuh di atas tanah.

   Orang itu sudah rnati.

   Dan kematiannya karena hawa pedang San Ceng Hun.

   Tetapi pada saat itu juga Sang Geng Hun rnerasakan tenaga dalamnya terkuras habis oleh serangan yang dilancarkannya itu.

   Tenaga dalamnya seperti sirna Sepasang rnatanya terasa berkunang kunang Hampir saja dia semaput Tetapi biar bagaimana pun dia adalah seorang Ciang bunjin dan sebuah partai yang terkemuka setiap han dia melatih ilnriu tenaga dalamnya sehingga sudah harnpir mencapai taraf kesernpurnaan.

   Saat ini, ketika dia merasakan keadaan tubuhnya tidak beres, dia segera menancapkan pedangnya di tanah dan menumpu pada pedang tersebut serta mernpertahankan dirinya jangan sampai terjatuh.

   Ketika Sang Ceng Hun dan Suo Yi Hu bertarung dengan sengit, Kiuci lo han masih bertempur melawan Su Po Hin.

   Siang si suangse melawan Wi Lam Cu dan Gi Hua to, serta Goca cinjin yang menghadapi Hui Hung 1 Su Dari pihak delapan partai besar, karena sudah terserang racun pembuyar tenaga, maka mereka pun terpaksa mengundurkan diri sebab hawa murni di dalam tubuh sudah terasa mulai membuyar.

   Mereka tidak mempunyai kemampuan untuk bertarung lebih lama Ha! inj berarti pihak musuh yang meraih kemenangan.

   Siasat yang digunakan oleh pihak musuh adalah mengulur waktu sepanjangpanjangnya.

   Sampai racun d'i dalam tubuh sudah mulai bekerja, mereka pun tidak sanggup menghadapi lawan lagi Itulah sebabnya pihak delapan partai besar mulai merasakan tekanan yang semakin lama semakin berat.

   Giok Si Cu sedang mernusatkan perhatian ke tengah arena di mana pertarungan masih berlangsung.

   Tentu saja dia melihat Sang Ceng Hun yang kehabisan tenaga Orang itu sedang berdiri dengan terhuyunghuyung.

   Cepatcepat dia memerintahkan dua orang muridnya untuk keluar ke depan dan membimbing Sang C^ng Hun ke dalam barisan Lo Han tin.

   Orang yang terserang racun pembuyar tenaga masih bisa sadarkan dih.

   Sang Ceng Hun yang dibimbing mengundurkan diri oleh dua orang mund Bu Tong pai membuka suara dengan susah payah .

   "Giok si toheng, cepat suruh orang kita yang sedang bertarung mundur kembali. Semua ini termasuk rencana licik pihak musuh. Mereka berharap kita bertarung sehingga racun dengan cepat menyebar. Kalau sekarang mengundurkan diri, mungkin masih bisa mempertahankan kekuatan yang ada Kita can aka! lain untuk keluar dan tempat ini.".

   "Harap toheng segera duduk benstirahat agar tenaga dapat dipulihkan kembali Keadaan saat ini sudah suht dihentikan Kita terpaksa melihat perkernbangannya saja.". Sang Ceng Hun menarik nafas panjang.

   "Mungkin sudah merupakan takdir Yang Kuasa,"

   Katanya lirih. Hatinya yakin, apabila pihak lawan tidak menggunakan cara licik dengan meracuni mereka, pihak delapan partai besar tidak mungkin mengalami kekalahan dalam waktu yang demikian singkat.

   "Bukan takdir, tetapi sudah diperhitungkan dengan baik oleh pihak musuh,"

   Sahut Giok SiCu.

   Saat ini, dan pihak delapan partai besar yang masih bertarung hanya tingga! empat orang.

   Mereka adalah Song Ceng San yang berlawanan dengan Hue leng senbu, Bu Cu taisu yang menghadapi Cu Tian Cun, Beng Ta jin melawan Toan Pek Yang dan Kan Si Tong yang berhadapan dengan Cian Poa Teng.

   Dengan sebatang pedang di tangan, sebetulnya Song Ceng San dapat melancarkan berbagai jurus andalaonya yang sulit disambut oleh lawan.

   Tetapi sSat ini hatinya sedang digelayuti dua buah persoalan.

   Pertama, ketika Cu Tian Cun bergebrak dengan Song Bun Cun, orang muda itu dapat memecahkan berbagai juru's ilmu pedang keluarga Song dengan mudah Kedua, rom bongan mereka telah diserang dengan racun ofeh pihak musuh.

   Sedangkan menurut penglihatannya, orang-orang mereka apabila mengerahkan segenap kekuatan, palingpaling masih'dapat berlahan sebanyak tiga puluhan jurus lagi Setelah itu racun dalam tubuh pasti menyebar dan hawa murni pun membuyar sedikit demi sedikit Tenaga dalamnya sendiri memang termasuk yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya Tapi dia Juga paling=paling bias bertahan sebanyak tujuh puluhan jurus saja.

   Setelah itu dia pasti tidak sanggup menghadapi lawan lagi.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Oleh karena itu, di dalam hatinya sudah mempunyai dua macam pertimbangan.

   pertama, mereka harus bergerak cepat.

   Serangan yang dflancarkan harus mematikan.

   Kalau dia ingin memben bar Jan kepada yang lainnya Maka dalam sepuluh atau dua puluh jurus dia harus berha il membunuh Hue leng senbu Tetapi setelah bergebrak sekian lama dengan nenp* itu Dia sadar bahwa dirinya tidak sanggup melakukan hal itu dalam waktu singkat Bahkan dia merasa ilmu Hue leng senbu demikian tingg;, termasuk ilmu pedangnya.

   Kekuatan perempuan itu tidak berada di bawah dirinya sendiri Biarpun dia mengerahkan segenap kemampuannya, sebelum hma ratus jurusan, masih sulit ditentukan siapa yang akan kalah da"

   Siapa yang akan menang Apalagi ingin membunuhnya dalam waktu singkat.

   Kedua, tetap mengulur waktu sepanjang rnungkin.

   Agar racun dalam tubuh jangan sampai bekerja maka jangan rnengadu kekerasan dengan pihak lawan.

   Sebab untuk mengadu kekerasan diperlukan saluran hawa murni.

   Dengan mempertahankan diri saja, mungkin dalarn keadaan terdesak dapat memberikan bantuan yang berarti bagi rombongan pihaknya.

   Sekarang dia justru mengembangkan pertimbangan yang kedua.

   Pedang panJang di tangannya hanya bergerak kesana kemari.

   Dia tidak ingin beradu kekerasan dengan Hue leng senbu.

   Ternyata Bu Cu taisu mempunyai pikiran yang sama dengan Song Ceng San.

   |!mu yang digunakan adalah Tak rno kiarnhoat dari Siau Lim pai yang terkenal dengan gerakannya yang tenang Sama sekali Udak terkandung kekejian sebagaimana ilmu pedang lainnya.

   Sejak sepuluh tahun yang lalu, pihak Kong Tong pai sudah membujuk para mund murtad dari berbagai aliran untuk bergabung dengan pihak mereka.

   Mungkin sejak itu mereka sudah mengadakan penelitian terhadap ilmu ilmu delapan partai besar dan menciptakan ilmu lain yang dapat digunakan untuk menghadapinya.

   Tetapi Siau lim pai mempunyai tujuh puluh dua macam ilmu yang hebathebat.

   Bukan saja ilmuilmu ini sangat dirahasiakan, bahkan muridmurid perguruannya sendiri, sebelum mendapat i]in dari ketua kuil tidak boleh mempelaJan ilmu tersebut.

   Meskipun Kong Tong pai audah berusaha selama sepyluh tahun, tetapi mereka belum berhasil mendapatkan apaapa yang berarti.

   Oleh sebab itu, ketika melihat Bu Cu taisu menghadapinya dengan pedang, Cu Tian Cun segera maklurn bahwa ilmu yang akan digunakannya pasti Tat mo kian hoat Dia sendiri belum tahu cara menghadapinya.

   Terpaksa dia harus mengikuti perkembangan.

   Asal Bu Cu taisu menyerang satu jurus.

   Dia melakukannya dengan berhatihati maka dari itu pula pertarungan mereka memakan waktu yang lama.

   Beng Ta Jin dan Kan Si Tong secara terpisah menghadapi pelindung hukum kanan dan kiri dari Kong Tong pai.

   Kadua belah pihak sama-sama menyerang lawannya dengan gencar Tetapi Wi Ting sintiau Beng Ta Jin adalah pihak seorang tokoh yang pengalamarmya luas dan banyak akalnya Melihat jumlah pihak lawan lebih banyak dari mereka dan sebagian besar dari rekannya sudah sanggup menghadapi lawan lagi karena racun pembuyar tenaga di dalam tubuh mereka sudah menunjukkan reaksinya, maka sebelum terjun ketengah arena, dia sudah membisiki Kan Si Tong agar menghadapi lawan dengan hatihati Kalau bukan dalam keadaan terdesak, jangan salurkan hawa murni dan jangan mengadu kekerasan dengan pihak lawan.

   Meskipun tenaga dalam Kan Si Tong masih kalah sedikit kalau dibandingkan dengan suhengnya Kwek Si Hong, tetapi ketika mengerahkan Pat Kua kiamhoat, tetap saja cahaya berkilauan memantul dan pedangnya dan langkah kakinya juga mengikuti unsur Pat Kua.

   Namun dia Juga tidak mengerahkan hawa murninya untuk menghadapi lawan, boleh dibilang Cian Poa Teng seperti sedang diajaknya berlatih ilmu pedang dan sama sekali tidak serius.

   Sedangkan iawan Beng Ta jin, yakni Toan Pek Yang justru merupakan musuh yang tidak mudah dihadapi.

   Meskipun bentuk tubuhnya pendek, tetapi pedangnya yang berbentuk lebar dapat menyapukan angin yang dahsyat.

   Namun Beng Ta Jin menghadapinya dengan tenang.

   Liok Hap k'iamhoatnya memang merupakan ilmu yang mengandung unsur kelembutan Biarpun lawan menyerangnya dengan gencar, dia tetap menghadapinya dengan kalem Pedangnya hanya digerakkan dengan perlahan dan menghindari benturan dengan pedang Toan Pek Yang.

   Hal ini membuat hati Toan Pek Yang kesal sampai berkoakkoak marah.

   Diamdiam Beng Ta jin merasa geli melihatnya Dan ketika hawa pedang yang dilancarkan oleh Sang Ceng Hun berhasil membunuh Suo Yi Hu, dia pun tertawa terbahak-bahak.

   "Kan heng, Sang ciang bunJin sudah mendapatkan hasil Kita toh tidak mungkin bertarung dengan Toan toa tau dan Cian Poa Teng dengan sia-sia. Setidaknya harus menunjukkan sedikit hasil!"

   Katanya dengan suara lantang. Kan Si Tong mengerti maksud hati Beng Ta jin, cepatcepat dia menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   "Betul, betul. Kita juga seharusnya meringKus kedua orang ini secepatnya,"

   Sahutnya cepat. Mendengar percakapan mereka, hati Toan Pek Yang marasa marah sekali.

   "Beng Ta jin, jangan kau membual! Lihat pedangl"

   Bentaknya keras.

   Pedang lebarnya menerbitkan suara berdesir dan langsung menerjang ke depan.

   Beng Ta jin memang mengharapkan Toari Pek Yang menJadi marah.

   Apalagi sejak tadi dia terus mempermainkannya, dia tahu Toan Pek Yang tidak dapat menahan kekesalan hatinya lagi.

   Sekarang tiba-tiba dia tertawa terbahakbahak.

   pedang panjangnya bergerak dan Liok Hap kiamhoat pun langsung dilancarkan.

   "Trang!"

   Terdengar suara nyanng.

   Dalam sekejap mata pedang Beng Tajin sudah menyampok pedang lebar Toan Pek Yang.

   Ta ngan kirinya malah bergerak lebih cepat dan pedangnya.

   Dengan ilmu Liok Hap sin ci (Totokan sakti Liok Hap bun) secara diam-diam dia mengincar urat darah di bagian punggung Toan Pek Yang.

   Totokan sakti Liok Hap bun ini paling sulit dihindari.

   Apalagi Toan Pek Yang tidak menyangka Beng Tajin akan menekan pedangnya secara tiba-tiba.

   Baru saja dia bermaksud menyalurkan tenaga dalam yang lebih kuat lagi ke pedangnya, tiba-tiba dia merasa urat nadi di bagian punggung menjadi kebaf dan separuh badannya pun lumpuh seketika.

   Mana mungkm dia masih sanggup mengerahkan tenaga dalamnya? Mulutnya mengeluarkan suara dengusan.

   pedang lebar teriepas dan tubuhnya pun mundur dengan terhuyung-huyung.

   Beng Ta jin sama sekali tidak mengejarnya Pedang panjangnya disimpan kembali dan tertawa terbahak-bahak.

   "Kan heng, kita tidak perlu meneruakan lagi babak ini,"

   Katanya.

   Sementara itu, Cian Poa Teng masih berdiri dengan tertegun menyaksikan apa yang telah terjadi, Kan Si Tong dan Beng Ta jin sudah mencelat mundur ke tempat rombongannya berada.

   Sekarang, di tengah arena hanya tertinggal Song Ceng San dan Bu Cu taisu yang sedang bertarung melawan Hue leng senbu dan Cu Tian Cun.

   Tampaknya kalah atau menang di antara mereka masih belum dapat ditentukan dalam waktu yang singkat.

   Di pihak delapan partai, saat ini ada Beng Ta jin dan Kan Si Tong yang melmdungi dengan sepenuh hati.

   Meskipun hanya menjaga saja, tetapi berarti mereka sudah menambahkan beberapa bagian kekuatan.

   Mata Hue leng senbu sampai memerah saking marahnya.

   "Kalian ini benar-benar kantong nasi semuanya. Hayo cepat serbu kembali Bunuh semuanya Pokoknya orang-orang yang hadir di tempat mi, Jangan satypun yang dibiarkan lolos hari inil"

   Bentaknya gusar.

   Begitu mendengar suara bentakannya, rombongan Kiuci lo han, Cian Poa Teng, Siang si suangse, Goca cin lin dan yang lain-lainnya segera bergerak menyerbu ke arah barisan Lo Han tin.

   Perempuan-perempuan yang berdiri di sebelah kiri seperti Ca popo, Be hua popo Ciok Sam Ku, Liu Cing Cing, serta Hue moli Cu Kiau Kiau segera berbaris keluar dan ikut menyerbu ke arah rombongan delapan partai besar.

   Dengan demikian, pertarungan yang tadinya telah diatur satu lawan satu menjadi ajang pertempuran besar-besaran seperti perang saja.

   Giok Si Cu dapat melihat keadaan yang kurang menguntungkan Terpaksa dia memerintahkan kepada anak murid Siau Lim pai yang membentuk Lo Han tin untuk bersiap diri dan menjaga mereka yang terluka.

   Sedangkan dia sendiri segera mengajak Hui Kin Siau, Beng Ta Jin, dan Kan Si Tong dan delapan muridnya untuk terjun ke arena untuk menyambut serbuan musuh.

   Song Bun Cun, Kwek Si Hong dan Ciok Sam San bertiga sudah beristirahat cukup lama.

   Mereka merasa keadaan tubuh mereka sudah agak lumayan Tanpa menunggu perintah lagi, mereka segera terjun ke tengah ajang pertempuran untuk memberiken bantuan kepada rekan-rekannya yang lain.

   Song Bun Cun mehggetarkan pedang panjangnya.

   Kebetulan dia berampokan dengan Liu Cing Cing, gadis yang mengaku bernama Cun Bwe dan menyelundup ke dalam Tian Hua sanceng sebagai mata-mata.

   "Budak keparat, antarkan nyawamu kemari!"

   Bentaknya lantang Pedangnya segera ditusukkan ke depan. Liu Cing Cing memparlihatkan seulas senyuman yang dingln. 'Kau kira sekarang dirimu berada di Tian Hua sanceng?"

   Sindimya tajam. Sepasang pedangnya langsung dilancarkan untuk menyambut serangan Song Bun Cun Terdengar suara.

   "Trangl"

   Dari benturan senjata mereka.

   Saat itu juga Song Bun Cun merasakan hawa murninya agak membuyar.

   Tanpa dapat dipertahankan lagi, kakinya tergetar mundur beberapa tangkah.

   Padahal sebatang pedang Liu Cing Cing yang lainnya sedang meluncur dating.

   Untung ada seorang murid Bu Tong pai yang kebetulan di belakangnya Orang itu segera mengulurkan pedangnya dan mewakili Song Bun Cun menyambut serangan pedang Liu Cing Cing.

   Kekualan antara murid Bu Tong pai dan Liu Cing Cing rupanya hampir seimbang.

   Keduanya terdesak mundur satu langkah.

   Ciok Sam San dan Kwek Si Hong demikian juga.

   Mereka berhadapan dengan Ca popo dan Cu Kiau Kiau.

   Tidak sampai satu jurus, mereka tidak dapat mempartahankan diri lagl dan sambil mengeluh pasrah, mereka terpaksa mencelat mundur ke dalam barisan Lo Han tin kembali.

   Kalau dipikirkan, pada hari biasa, Cu Kiau Kiau dan Ca popo pasti bukan tandmgan Ciok Sam San maupun Kwek SS Hong.

   Dibandingkan dengan kedudukan mereka saja, sudah terpaut jauh.

   Justru inilah kelicikan pihak musuh Para perempuan yang tadinya hanya berdiam diri di sebelah kiri, sengaja menunggu sampai racun di dalam tubuh tokohtokoh delapan partai besar bekerja, baru turun tangan menghadapt mereka Pada saat sekarang, tentu saja tokohtokoh itu bukan tandingan para perempuan itu lagi.

   Ketika pihak musuh mulai menyerbu, delapan belas mund Siau Lim pai yang membentuk Lo Han tirl sudah mengeluarkan tongkat besi masing-masing Mereka menjuturkannya serentak Pergelangan tangan mereka bagai delapan belas ekor naga yang meliuk-liuk di angkasa Suara yang terbit dari sapuan tongkat mereka berdesirdesir.

   Kurang lebih lima depa tanah di sekeliling mereke terjaga dengan ketat.

   Lo Han tin yang berjumlah delapan belas orang itu, di Siau Lim si merupakan barisan Lo Han tin kecil Lo Han tin yang sebenarnya atau Lo Han tin besar merupakan gabungan dari seratus delapan orang hwesio Tetapi kekualan Lo Han tin kecil ini saja sudah cukup mengejutkan.

   Malah membawa manfaat yang besar bagi;rombongan delapan partai besar Pihak musuh yang sedang menyerbu ke arah mereka terpaksa tartahan di luar barisan tersebut.

   Pertempuran ini benar-benar sengit.

   Di manamana terlihat bayangan tubuh berkelebat.

   Senjatasenjata tajam saling bersilangan dan beradu.

   Suara begitu menggetarkan hati bagai gemuruh geledek yang aedang mengamuk.

   Sinarsinar berkilauan akibat senjata yang diktbeskan kesana kemari.

   Begitu senjata tajam saling membentur, tampaklah cahaya bunga api yang memercik Benar-benar merupakan p tarungan mati hidupyang menegangkan.

   Bagi pihak delapan partai besar, partarungan ini benar-benar membahayakan Apabila waktu terus berlalu, maka dengan parlahanlahan kekuatan mereka semakin berkurang dan otomatis mereka yang akan keluar sebagai pecundang.

   Kalau sebelumnya mereka bisa bertempur dengan tidak mengerahkan hawa murni kerena mereke menghadapi lawan satu berbanding satu Tetapf sekarang keadaan sudah kacau.

   Pokoknya setiap musuh yang ada di depan mata lang' sung diserang.

   Mereka tidak bisa memperdulikan hal lainnya lagi.

   Sampai kapan mereka bisa bertahan, mereka akan terus berjuang menghadapi lawan.

   Tangan Sang Ceng Hun masih menggenggam pedang Dia menopang pada pedangnya dan berusaha bangkit dengan perlahanlahan.

   Dihimpunnya sisa tenaga yang masih ada dan berteriak dengan sekeras-kerasnya.

   "Cuwi toaya kalian tidak usah perdulikan pinto sekalian, Yang masih sanggup menerobos keluar, harap tenang keluar dengan secepatnya Selama delapan partai besar masih ada, asal bisa menerjang keluar secara hiduphidup, pasti bisa kumpulkan jagojego lainnya untuk membasmi manusiamanusia sesat ini sehingga lenyap dari muka bumi. Kalian tidak boleh berkutat terus di sini Jangan sampai kita gugur bersama secara parcuma'". Kata-katanya ini diucapkan dengan kekuatan tenaga yang masih tersisa Begitu ucapannya selesai, orangnya pun terkulai jatuh ke belakang. Melihat keadaan itu Hue leng senbu langsung tertawa terkekeh-kekeh.

   "Apakah kalian masih bermimpi dapat menerjang keluar dari tempat ini?". Pedang panjang Song Ceng San disapukan ke depan. Matanya mendelik lebar-lebar.

   "Cu Leng Sian, usia Lohu sudah tinggi. Meskipun harus kehilangan selembar nyawa ini, pokoknya kau harus merasakan dulu ketajaman pedangku ini!"

   Angm yang timbul dari pedangnya begitu kencang Bahkan terhhat selarik sinar yang berkitauan bagai seutas rantai emas yang dikibaSkan Gerakan pedangnya begai naga sakti mengibaskan ekor Wajah Hue leng senbu sampai berubah hebat melihat serangannya Tanpa terasa kakinya bergetar mundur sejauh lima enam langkah.

   "Omitohud'". Tepat pada saat itu. terdengar suara seseorang yang menyebut nama Buddha Dia berjalan dan arah !uar bukit menuju ke tempat pertempuran berlangsung Yang pertamatama terlihat adalah seorang hwesio tua yang bentuk tubuhnya tinggi besar dan berpakaian kuning Tangannya membawa sebatang pedang kuno Sinar matanya tajam sekali Dengan berkelebat melewati orang yang bertarung, dia sampai di depan barisan Lo Han tin. Di belakangnya mengikuti seorang hwesio lainnya yang memakai pakaian berwarna putih ke abu-abuan. Tangannya Juga menggenggam sebatang pedang panjang. Hwesio tua ini rupanya adalah Ciang bunjin Go Bi pai yang sekarang yakni Lian Seng taisu. Masih ada empat perempuan yang datang bersamasama Lian Seng taisu. Mereka adalah Hui hujin, Hui Fei Cen, Slau Cul dan seorang wanita setengah baya yang memakai gaun panjang dan kain kasar. Keempat orang ini semuanya juga membawa pedang dan saat ilu sedang menghampin ke arah barisan Lo Han tin. Mata Song Ceng San yang mengedar berhenti pada diri wanita setengah baya yang berkain kasar itu Dia cepatcepat berseru memanggilnya.

   "Sam moay, Cu Tian Cun yang sedang berkelahi melawan Bu Cu taisu dari Siau Lim Pai adalah putramu yang menghilang enam belas tahun lalu!". Rupanya wanita setengah beya yang pakaiannya terbuat dan bahan kain kasar ini merupakan adik ketiga dari Song Ceng San. Selama ini dia menetap di kota Kiu Hua. Hui huJin yanapergi ke kota itu dan mengajaknya kesini. Mendengar ucapannya Hue leng senbu marah sekali.

   "Ji lo cepat hadang mereka! Jangan sampai satu pun meloloskan diri dari tempat ini!"

   Bentaknya lantang.

   Jj lo yang dipanggilnya barusan, sudah pasti Lotoa dan losam dari Kong Tong si hao.

   Loji dan Losi sedang mengemban tugas ke Soat san dan sampai saat itu belum kembali.

   Sejak tadi mereka mempartahankan kedudukannya yang tinggl, maka tidak ter]un ke gelanggang, Tetapi mereka juga mempunyai tugas tersendiri, yaitu bertanggung jawab untuk melihat jalannya partempuran Apablla ada orang dari delapan partai besar ada yang sempat menerjang keluar dan ajang pertempuran, maka merekatah yang harus menahan orang itu agar tidak sempat meloloskan diri.

   Pokoknya tidak boteh ada seorang pun dari pihak delapan partai besar yang sempat melepaskan diri dari perangkap mereka.

   Tetapi keadaan saat itu sudah berbeda.

   Dengan kedatangan Lian Seng taisu beserta rombongannya, pihak delapan partai besar yang su dah kewalahan seperti mendapat tenaga baru dan semangat terpacu kemball.

   Oleh karena itu, Hue leng senbu segera menyuruh dua kakek dari Kong Tong sihao itu untuk turun ke arena dan menghadang combongan Lian Seng taisu.

   Dua kakek itu segera mengiakan.

   Kemudian tarlihat dua sosok bayangan melayang bagai burung terbang menuju ke barisan Lo Han tin.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tepat ketika tubuh kedua orang itu melesat, darl depan plntu batu juga melesat masuk sesosok bayangan lainnya.

   Kedatangan sosok bayangan ini begitu mendadak, melayangnya juga menuju ke arah kedua orang Kong Tong sihao.

   Memang yang terlihat hanya satu beyangan, apabila sampai beramprokan, pasti juga satu yang tertubruk olehnya.

   Siapa sangka, tiba-tiba mata lotoa dan Lo sam seperti melihat bayangan orang yang melesat, tahutahu keduanya sudah ditabrak orang sampai terhuyung-huyung.

   Terdengar suara.

   "Blukl Bluk!"

   Sebanyak dua kali Tidak! Ketiga orang itu samasama terhempas ke atas tanah.

   Kemudian bangkit lagi dalam waktu yang hampir bersamaan.

   Toahoa dan Samhao merasa heran, Mata mereka segera terangkat.

   Mereka melihat bahwa yang bertabrakan dengan mereka tadi ternyata seorang lakilaki berusia kurang lebih lima puluh tahunan dan kepalanya ditutupi topi dari kulit labu yang bentuknya jadi aneh Tubuh orang itu kurus sekali.

   Sedangkan tampang orang ini benar-benar tidak enak dilihat.

   Matanya sipit seperti mata ayam, hidungnya seperti burung betet, warna mukanya kuning seperti orang penyakitan.

   Di atas bibirnya dipelihara dua baris kumis yang panJang dan tipis.

   Tubuhnya seperti kulit langsung membungkus tulang.

   Bahunya juga memanggul dua buah karung besar.

   Pada saat ini dia sedang mendelikkan sepasang mata ayamnya Dia menatap kepada Lotoa dan Losam lekat-lekat Dengan tampang kesal dia meletakkan kedua karung yang tadi dipanggulnya ke atas tanah.

   Dia sepertl orang yang habis melakukan perialanan jauh Nafasnya masih tersengalsengal.

   Dengan bersungutsungut dia menggerutu dl hadapan Lotoa dan Losam dan Kong Tong sihao.

   "Kalian berdua tua bangka ini, jalan juga tidak lihatlihat lagi ada Siau loji yang sedang masuk ke dalam sini Juga tidak perduli barang apayang SJau loji bawa ini. Main asal tabrak saja! Untung saja tulang kurus Siau loji ini cukup keras dan untung saja dua buah kacung berharga ini tidak sampai terlempar ke atas tanah. Kalau sampai dua orang yang masih hidup ini berubah menjadi orang mati, kalian tidak boleh melemparkan kesatahan pada diri Siau Loji". Sikapnya yang sangat khas ini sudah pasti Kim Ti jui adanya!". Meskipun toahao tidak dapat mengenali asalusul orang yang ada di hadapannya ini, tetapi melihat dia sanggup menabrak mereka berdua sekaligus tanpa terluka sedikit pun, sudah membuktikan bahwa orang ini bukan orang sembarangan llmunya pasti cukup tinggi. Toahao sama sekali tidak berani memandang remeh orang yang baru datang ini. Bibirnya hanya mengembangkan senyuman mengejek. ..

   "Siapa Saudara? Maafkan mata Lohu yang sudah lamur ini,' katanya dengan nada dingin. Bagi toahao, ucapan yang dikeluarkannya ini sudah termasuk sungkan. Kim Tijui memandang kadua orang itu darl atas kepala sampai ka ujung kaki. Tiba-tiba dia tertawa terkekeh-kekeh. Sepasang kepalan tangannya segera dirangkapkan dan dia menjura dalam-dalam.

   "Lao ko berdua, kalau tidak salah kalian adalah Lotoa dan Losam dari Kong Tong sihao yang namanya sudah menggetarkan kolong langit. Rejeki Siau loji memang bagus sekali. Baru sampai yang dicari tangsung bertemu. Siau loji sebetulnya menerima titipan dari seseorang untuk mengantarkan dua orang kepada Lao koko berdua. Orang itu mengatakan, asal hengte mengantarkan kedua orang ini sampai di tujuan yang disebutkan, Lao koko berdua pasti akan menghadiahkan uang sebanyak dua puluh tail. Sekarang orangnya sudah dlantarkan. Hi... hi... hi..,. Sesudah kalian menerima barang aotaran, maka uang jasa itu.

   "

   Dia mengulurkan tangannya dan membuat gayaseparti Sedang menimbangnimbang. Maksudnya tentu saja ingin meminta upah yang dljanjikan.

   "Di mana orang itu?"

   Tanya toahao, Kim Tijui menunjuk kedua buah karung yang diletakkannya diatas tanah. Dia mengangkat sepasang bahunya dan tersenyum simpul.

   "Di dalam karung itu. Hengte memanggulnya dari kaki gunung sampai ka tempat inl. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih tujuh puluh delapan li. Semakin dipanggul rasanya semakin berat. Beberapa tail uang ini sungguh tidak mudah didapatkan. He.. he .. he.

   ". Di dunia Bulim sekarang, orang yang berani menyebut dirinya sebagai adik di hadapan Kong Tong sihao.'rasanya sudah tidak ada lagi. Sam hao mendengus dingin.

   "Coba kau buka kedua karung itul"

   "'Orang itu mengatakan behwa Lao koko berdua harus memenksanya sendiri, Lagipula hengta sudah memanggulnya sampai demikian jauh. Untuk menarik nafas saja rasanya masih susah, masa kalian masih ingin kerja gralis dari Siau loii?' sahut Kim Tijui.

   "Sam te, coba kau saja yang buka. Lihat sebetulnya siapa yang dimasukkan ke dalam karung itu?"

   Kata toahao,.

   Sementara itu, seprang gadis yang seJak semula berdiri di sebelah kiri dengan termangumangu dan sepasang alisnya terjungkit ke atas, yakni Ciok Ciu Lan, telah melihat Kedatangan Kim Tijui Dia seperti bertemu dengan sanak familinya sendiri Dengan langkah tergopohgopoh dia segera menghambur ke arahnya.

   "Lao koko, kau sudah datang, dia . Sepasang mata ayam Kim Tijui langsung berkejapkejap. Kedua bahunya dijungkitkan ke atas, bibirnya tersenyum cengar-cengir.

   "Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa Dia ada di belakang, Lao koko hanya datang lebih cepat sedikit dari padanya,"

   Sahut Kim Tijui dengan nada menghibur.

   Dia yang dikatakan oleh Ciok Ciu Lan dan 'Dia' yang dimaksud oleh Kim Tjjui, kirakira siapa gerangan?.

   Baglan Enam Puluh Enam.

   Sejak turun dari gunung Soat san, Yok Sau Cun dan Tiong Hul Ciong melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa menuju Ce Po tangoan.

   Mereka takut tidak sempat menghadiri pertamuan tersebut.

   Sepanj'ang perjalanan, merekajuga harus menjaga kondisi tubuh agar stamina dapat terj'aga dengan baik Karena siapa tahu di dalam pertemuan tersebut, tenaga mereka akan dipertukan Terpaksa mereka hanya tmelakukan perjalanan pada siang hari.

   Malam harinya mereka mencari penginapan untuk bermalam dan berangkat lagi keesokan paginya.

   Pahng tidak, mereka harus memberi kesempatan bagi kudanya untuk beristirahat.

   Akhirnya mereka sampai Juga di tujuan.

   Tanggal satu bulan dua belas, hampir tengah hari.

   Dua ekor kuda pilihan dari Soat san berjalan dengan nafas tersengalsengai.

   Dari mulutnya sampai terlihat uap putih mengapulngepul Mereka berhenti di kaki gunung Oey san.

   Dengan sekali toncat, Yok Sau Cun turun dari kudanya.

   Dia menepuknepuk kepala binatang itu dan membiarkan kedua ekor kuda itu beristirahat di bawah sebatang pohon yang terdapat di pegunungan.

   Tiong Hui Ciong sagera menambatkan kedua ekor kuda tersebut.

   Dia memalingkan kepalanya ke arah Yok Sau Cun.

   "Adik Cun, mari kita teruskan perialanan.". Kedua orang itu segera mendaki ke atas. Jalanan di pagunungan itu bertikuliku. Tidak berapa lama kemudian mereka sudah melewati Sing husi, nama sebuah kuil. Pemandangan di sana sangat indah. Suasananya tenang. Mungkm hal inilah yang membuat nama Oey san jadi terkenal. Tentu saja mereka berdua tidak berminat menikmali pamandangan yang indah. Mereke bahkan meneruskan perjalanan dengan targesa-gesa. Kirakira mencapai setengah perJalanan, Mereka sampai di sebuah sungai yang airnya bening sekali. Di sampingnya ada sebelang pohon siong yang sudah tua sekali. Di bawahnya duduk sepasang pria dan wanita yang tampaknya sedang memadu kasih. Di sisi kedua orang itu tardapat dua buah karung yang ukurannya cukup besar. Yang laki-laki bersandar dengan bahunya karena pinggangnya sudah bungkuk. Tampak seperti orang yang sudah berlanjut usia. Tetapi yang perempuan justru mempunyai rambut yang indah. Bentuk tubuhnya langsing sekali. Kulit tangannya yang tersembul Juga sangat halus. Tampaknya usia kedua orang itu terpaut cukup jauh. Sepasang kekasih yang sedang beristirahat di bawah pohon, pada dasarnya adalah peristiwa yang jamak Tetapi justru karena lakilakinya begitu tua dan perempuannya masih muda, maka menank perhatian orang yang kebetulan lewat di tempat itu. Sekali linkan itu membuat pikiran Tiong Hui Ciong meriJadi tergerak. Perempuan itu mengenakan paRaian barwarna hijau dan tecbuat dan bahan sutera Kalau dilihat dari bagian punggungnya ada sedikit kemlripen dengan selir Li. Padahal kedua orang' itu sudah berjalan menelusurl pegunungan untuk menuju ke puncaknya, tetapi karena kecurigaan yang timbul dalam hati Tiong Hui Ciong maka dia segera berseru.... Adik Cun, tunggu sebentarl". Langkah kaki Yok Sau Cun otomalis terhenti,.

   "Apakah Ciong cici menemukan sesuatu?"

   Tanyanya. Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya berkali-kali.

   "Aku melihat seseorang yang tampaknya seperti selir Li. Mari kita balik ke tempat tadi dan lihat sekali lagi,"

   Ajaknya.

   Kedua orang itu segera membalikkan tubuh dan kembali ke tepi sungai tadi Sekarang di bawah pohon Siong itu hanya tiriggat seorang saJa, yakni si perempuan berpakaian hijau tadi' Dia duduk sambii menundukkan kepalanya Lakilaki yang duduk bersamanya barusan sudah tidak tertihat lagi.

   Semakin diperhatikan, perempuan itu semakin mirip selir Li.

   Dengan diamdiam dia memberi isyarat kepada Yok Sau Cun agar dia berjagajaga apabila perempuan itu becmaksud melarikan diri.

   Tubuhnya berkelebat bagai hembusan angin.

   Sekali melesat saja dia sudah sampai di hadapan perempuan berpakaian hijau itu.

   Matanya segera menatap lekat-lekat.

   Kalau perempuan itu bukan selir Li yang meloloskan diri dari Soan san, habis'siapa lagi? Wajahnya menjadi berseriseci seketika.

   "Adik Cun, cepat ke sini! Dia memang sellr Li!"

   Teriaknya keras-keras. Baru saja suaranya sirna, tiba-tiba terdengar suara tertawa yang tarbahak-bahak. Suara itu berkumandang dari atas pohon.

   "Ha... ha... ha.. kami sudah menunggu kalian di tempat ini cukup lamal". Yok Sau Cun segera melesat ke depan. Dia berdiri di samping Tiong Hui Ciong dengan sikap melindungi.

   "Siapa? Mengapa masih belum mengunjukkan diri'"' bentaknya dengan suara lantang.

   "Kami sudah keluar!"

   Terdengar suara desiran lengan baju, dan atas pohon berkelebat empat lima sosok bayangan Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah terkurung di tengahtengah.

   Yok Sau Cun dan Tiong Hui Ciong segera memperhatikan siapa orang-orang itu.

   Tanpa sadar mulut mereka mengeluarkan suara seperti helaan nafas panjang.

   Orang yang menjadi pemimpin itu langsung tertawa terkekeh-kekeh.

   Dia memalingkan wajahnya ke arah empat orang yang melayang turun bersama-sama dengannya tadi.

   "Coba katian lihat. Bagaimana? Apa yang Siau loji duga lidak pernah salah, bukan?". WaJah Tiong Hui Ciong dan Yok Sau Cun tampak berseriseri. Mereka memanggil dengan serentak.

   "Lao koko!". Rupanya orang yang memimpin itu memang si tukang ramal nasib, Kim Tijui adanya. Sedangkan keempat orang lainnya, tentu saja pelayan Tiong Hui Ciong, yakni Cun Hong, Sia ho, Ciu Suang dan Tung Soat. Kim Tijui mengangkat sepasang bahunya dan tetap tertawa terkekeh-kekeh.

   "Lao koko mengatakan kepada mereka agar tidak usah langsung ke Ce Po tangoan. Asal menurut apa kate Siau loji, yaitu menunggu di sini saja, pasti dapat bertemu dengan kalian. Tadinya mereka masih tidak per'caya!"

   Katanya kepada Tiong Hui Ciong.

   Tiong Hui Ciong melirik sekilas ke arah selir Li.

   Perempuan itu duduk bersandar di batang pohon dan tidak bergerak sama sekali.

   Seperti orang yang tertotok jalan darahnya.

   Tidak usah diragukan lagl ini pasti perbuatan Kim Tijui.

   "Lao koko, bagalmana kau bisa tahu bahwa kaml sedang mencari perempuan inl dan tangsung meringkusnya?"

   Tanyanya heran. 'Mudah saja. Bukankah dia baru saja meloloskan diri dari Soat san?". Yok Sau Cun merasa kagum sekali.

   "Lao koko, sepertmya kau memang benar-benar bisa meramal hal yang belum terjadi?".

   "Tukang ramal kalau tidak tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan lerjadl, namanya kan bukan tukang ramal lagi?"

   Sahut Kim TiJui sambil mengembangkempiskan pucuk hldungnya.

   Bibirnya tersenyum lebar sehingga dua bans giginya yang kekuningkuningan tangsung terlihat jelas 'Siau hengte, Lao koko hanya bercanda Baiklah, aku akan mengatakan terus terang Sebetulnya aku mendengarnya dari Kong Tong jihao.".

   Tiong Hui Ciong terkejut sekali.

   "Lao koko, apakah kau juga sudah bertemu dengan Kong Tong Jihao dan Sihao yang baru turun dari Soat san?". Kim Tijui menunjuk ke arah dua buah karung yang tergeietak di atas tanah.

   "Bukankah mereka ada di dalam situ."

   Rupanya Kong Tong jihao dan Sihao sudah dimasukkan ke dalam karung olehnya. Yok Sau Cun sampai penasaran mendengar kata-katanya.

   "Lao koko..,.". Kim Tijui mengibasngibaskan tangannya. Dia segera menukas ucapan Yok Sau Cun....

   "Jangan panggil Lao koko tecus. Kalian harus cepat berangkat Kalian kira keadaan d Ce Po tangoan masih amanaman saja? Biar Lao koko beritahu kepada kalian, saat ini orang-orang dari delapan partai besar $udah kembang kempis menghadapi lawan Kalau kalian masih tidak berangkat juga, sebentar lagi mereka pasti tamat hwayatnya.". Mendengar keterangannya, Yok Sau Cun menjadi panik.

   "Begitu gawat? Lao koko, kalau begitu kita berangkat sekarang juga!". Kim Tijui menggelenggelengkan kepalanya.

   "Lao koko justru karena menunggu kelian di sini, kalau tidak se|ak tadi aku sudah berangkat. Tapi, Siang hengte, hari ini kau meCLipakan pemeran utama. Nenek she Cu itu harus kau yang menghadapinya. Mari, kau sudah belajar dua jurus ilmu pedang, tepi kau masih belum sanggup membunuhnya. Sekarang juga Lao koko akan mengajarkan jurus yang ketiga.". Yok Sau Cun merasa ragu-ragu.

   "Apakah jurus ketiga ini tidak sukar dipelajan? Masa baru belajar sudah bisa digunakan?".

   "Sekarang juga Lao koko akan mengajarkannya kepadamu Hari ini kau harus unjuk gigi. Cepat dekatkan telingamu ke mari,"

   Sahut Kim TI]UI. Yok Sau Cun masih bimbang, tetapi dia mendekatkan juga tetinganya ke samping mulut Kim Tijui Tukang ramal nasib itu segera berbisik dj felinganya "

   "Ingat, setelah menjalankan jurus yang kedua, pedang ditusukkan ke sebelah kanan kirakira satu cun tebih sedikit.". Mendengar kata-katanya, Yok Sau Cun menjadi tertegun.

   "Itu yang Lao koko maksudkan dengan jurus ketiga?"

   Tanyanya dengan nada kurang percaya. Kim Tijui tertawa lebar.

   "Tidak salahl".

   "Masa begitu gampang?"

   Tanya Yok Sau Cun masih kurang yakin.

   "Begitu kau bilang gampang?"

   Kim Tijui mengangketangkat behunya.

   Kemudlan dia melanjutkan lagi kata-katanya.

   'Tigajurus ini merupakan ilmu pedang paling dahsyat pada jaman ini.

   Jangan kau anggap enteng.

   Boleh dibilang, di bawah kolong langit ini masih belum ada orang yang sanggup memecahkannya Baiklah, Lao koko akan berangkat duluan.

   Kalau sampai terlambat bisa gawat."

   Dia tangsung mengangkat kedua buah karung yang tadinya tergeletak di atas tanah. Kakinya mulai melangkah, tetap! kepalanya sempat menoleh satu kali.

   "Nyonya muda ini Lao koko serahkan kepada kalian saja!"

   Sebentar kemudian bayangan tubuhnya sudah tidak terlihat lagi. Yok Sau Cun juga menofehkan kepalanya.

   "Ciong cici, kita juga harus berangkat!"

   Ajaknya.

   "Tenang sa|a. Ada Lao koko yang sampai duluan di sana, pasti tidak akan terjadi apa- apa. Sedangkan perempuan ticik ini sudah tertangkap di tangan kita. Seharusnya kita lanyaKan dulu sampai jelas, racun apa sebetulnya yang diberikan kepada Yaya. Dan di mana kita bisa mendapatkan obat pemunahnya?"

   Sahut Tiong Hui Ciong. Yok Sau Cun menganggukken kepalanya.

   "Apa yang cici katakan memang benar."

   Melihat sikap Yok Sau Cun yang selalu menurut kepadanya, hatt Tiong Hui Ciong senang sekali.

   Seulas senyuman manis fangsung tersungging di sudut bibirnya.

   Kemudian dia berjalan ke bawah pohon Siong dan menepuknepuk tiga jalan darah selir Li berturut-turut.

   Selir Li mengeJapngejapkan matenya.

   Perlahanlahan dia mutai tersadar.

   Sekali lihat, dia langsung mengenad siapa yang sedang berdiri di hadapannya Tanpa terasa mulutnya mengeluarkari seruan terkejut,.

   Cun Hong, Sia Ho, Ciu Suang dan Tung Soat tidak menunggu perintah lagi.

   
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tubuh mereka segera melesat dan mengambil posisi mengurung selir Li.

   Wajah Tiong Hui Ciong menjadi dingin dan kaku.

   "Selir Li, kau pasti tidak menyangka bahwa kau akan terjatuh di tanganku bukan? Aku boleh memandang muka Ci Sancu dan tidak menyusahkan dirimu. Tetapi kau harus menjawab baik-baik. Apabila ada setengah patah kata saja kau berdusta, jangan salahkan kalau aku turunkan tangan kejam terhadapmu!"

   Ancamnya dengan nada sinis. Mendengar perkataannya, tanpa menunggu perintah lagi Cun Hong, Sia Ho, Ciu suang dan Tung Soat segera menghunus pedang masing-masing. Terdengar suara.

   "Trang! Trang! Trang! Trang!"

   Sebanyak empat kali.

   Empat larik cahaya yang memantulkan hawa dingin pun memenuhi tempat itu.

   Hal Jni saja sudah cukup menyiutkan nyali orang yang melfhatnya.

   Tetapi selir Li mengedipngedipkan matanya dengan genit.

   Dia mengedarkan pandangannya ke arah rombongan Tiong Hui Ciong Kemudian terdengar suara tertawa cekikikan keluar dari mulutnya.

   "Ji kouwnio, tahukah tempat apa kita sekarang berada?"

   Tanyanya kenes. Sikap Tiong Hui Ciong masih kaku seperti tadi.

   "Aku tidak perduli tempat apa ini. Kau sudah tecjatuh ke dalam tanganku, maka kau harus menjawab pertanyaanku.". Sekali lagi selir Li tertawa terkekeh-kekeh.

   "Mungkin kalian masih kurang paham. Jarak Ce Po tangoan darl tempat Ini hanya kurang iebih dua belas li. Di sini sudah termasuk wilayah Tian Te kau. Apakah kau masih berani mengumbarkan kemarahanmu pada diriku?".

   "Memangnya kenapa kalau wilayah Tian Te kau?".

   "Tampaknya hal ini kau juga belum paham. Wilayah Tian Te kau berarti tempat yang berada di bawah pengawasan Tian Te kau. Mulai siang hari ini, Tlen Te kau sudah menguasai dunia Bulim. Tiga perkumpulan delapan partai, sungai telaga dan berbagai pegunungan semuanya harus mengakui kejayaan Tian Te kau. Aku adalah salah satu dari selir pendamping kiri kanan dari kaucu Tian Te kau. Mengandalkan diri kalian saja, memangnya bisa berbuat apa terhadap diriku?". Akhirnya Tiong Hui Ciong mengerti juga. Rupanya Tian Te kau yang dia bicarakan adalah hasil ulah orang-orang Kong Tong pai. Mungkin perkumpulan ini akan diresmikan pada pertemuan besarbesaran di Ce Po tangoan.

   "Hm, menguasai dunia Bulim? Nada bicara mereka benar-benar cukup berani,"

   Pikirnya dalam hati. Pikirannya tergerak, tanpa terasa dia mendengus dingin.

   "Kalau hanya mengandalkan sebuah Kong Tong pai saja, memapgnya seberapa besar kemampuan kalian?"

   Sahutnya sinis. Selir Li mencibirkan bawah bibirnya yang merah menawan.

   "Kalau kalian tidak percaya, mengapa tidak ikut aku ke Ce Po tangoan dan saksikan sendiri. Delapan partai besar Huh! Mungkin sejak tadi sudah menyerah".

   "Aku tidak percaya!"

   Tukas Yok Sau Cun. Selir Li mengangkat jan tangannya.

   "Coba kalian lihat, bukankah tukang ronda. pegunungan tni sudah datang?"

   Tiong Hui Ciong tertawa dingin.

   "Selir Li, tidak perlu berbuat macam-macam di hadapanku !". Belum lagi kata-katanya sirna, tiba-tiba sebuah suara yang parau berkumandang ke arah mereka.

   "Siapa di sana?"

   Lima sosok bayangan seperti terbang metesat ke tempat Tiong Hui Ciong dan rombongannya berada.

   Tidak, seluruhnya berjumlah enam orang Tetapl orang yang terakhir melangkah dengan lambat sekali.

   Dapat dipasiikan bahwa kedudukan orang ini lebih tinggi sehingga dia sengaja berjalan di bagian pating belakang.

   Lima orang yang berjalan di depan, dalam sekejap mata sudah sampai di hadapan mereka.

   Kelima orang ini, sudah pasti dikenali oleh Yok Sau Cun.

   Tiga orang yang paling depan adalah Ma blnlong Sen Kiu, Pek pilong, Pak Seng.

   Yang terakhir Toan bwelong Tio Cao.

   Dua orang yang lainnya adalah Potlot besi Li pak Tou dan Kang Jiauho Pak Tong Mereka pernah bertemu di kedai arak yang terdapat di kote Kwa Ciu.

   Si Potlot besi Li pak Tou langsung melihat Yok Sau Cun.

   Hatinya merasa heran.

   Tetapi dia segera merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam- dalam.

   "Kalau ingatan hengte tidak salah, kau tentunya Yok kongcu bukan? Dalam jarak dua puluh ini merupakan wilayah Tian Te kau, entah apa keperluan Yok kongcu datang ke tempat ini?"

   Tenyanya ramah. Tiong Hui Ciong menyahul tanpa menofehkan kepatanya sama sekali,.

   "Aku ada sedikit upupan dl tempat ini, kalian enyahlah!"

   Katanya ketus. Kang Jiau yang adatnya lebih berangasan tangsung maju satu langkah.

   "Slapa kau? Berani-beraninya blcara seperti itu di hadapan Li totoa?". Belum lagi kumandang suaranya sirna, sudah terdengar suara.

   "Plokl Plok!"

   Sebanyak dua kali. Mata Ho Pak Tung sampai berkunangkunang terkena pukulan itu. Rupanya dalam sekejap mata, di hadapannya sudah bertambeh seorang tua yang tubuhnya kurus kering. Dialah yang menampar Ho Pak Tung tadi.

   "Kau benar-benar sudah buta? Berani-beraninya kau membentak Ji kuownio, mungkln batok kepalamu sudah bosan berdiam di atas lehermu?"

   Bentaknya marah. Ho Pak Tung menatep orang tua berpakaian biru yang ada dihadapannya semb'ari mengelusngelus pipinya yang langsung membengkak. Tubuhnya membungkuk dalam-dalam.

   "Betul, betul. Hamba minta ampun.

   ". Orang tua berpakaian biru itu melink pun tidak kepada Ho Pak Tung. Dia membungkukkan tubuhnya sedikit sebagai tanda penghormatan.

   "Hamba tidak tahu ada Ji kouwnio di sini. Bawahan hamba tadi tidak mempunyai bi|i mata, harap Jj kouwnio sudi memaafkan.". Selir Li segera mendengus dingin.

   "Sun Bukai, jadi kau hanya melihat Ji kuownio dan Nyonyamu yang sebesar ini tidak terlihat olehmu? Mana majikanmu, Cao Kuan Tu?"

   Bentaknya kesal.

   Rupanya orang tua berpakeian blru itu memang Houw Jiau Sun B.ykai adanya.

   Mendengar ucapan itu, matanya segera dialihkan.

   Dia melihat empat gadis yang masih mudamuda dengan tangan masing-masing menggenggam sebilah pedang pendek.

   Dan ujung pisau yang tajam ditempelkan pada leher seorang nyonya muda berpakaian hijau.

   Nada bicara nyonya muda berpakaian hijau ini sombong sekati.

   Tetapi dia sendiri belum pernah melihat orang itu.

   Tanpa terasa dia jadi termangu-mangu.

   "Sebetulnya apa yang sedang terjadi di tempat itu?"

   Hatinya bertanya-tanya.

   Tentu saja dia mengenali bahwa keempat gadis yang usianya masih muda itu adalah pelayan pribadi Ji kouwmo.

   Tetapi siapa perempuan berbaju hijau itu?.

   Justru kelika dia sedang tertegun itulah, terdengar kumandang suara yang nyaring sekati dari kejauhan...,.

   "Siapa yang menanyakan diri lohu?". Majikan Sun Bukai, siapa lagi kalau bukan Hek Houwsin Cao Kuang Tu? Seiring dengan berkumandangnya suara tadi, dari kejauhan tampak dua sosok bayangan melesat dengan cepat menghampiri. Kedua orang itu semakin mendekat. Semua orang dapat melihat kalau yang berjalan di muka adalah seseorang yang mengenakan jubah panjang berwarna abuabu. Tubuhnya kurus tinggi hampir sama dengan batang bambu. Wajahnya datar tanpa menunjukkan mimik apa pun Sampaisampai kedua bola matanya juga hampir tidak pernah bergerak. Orang ini adalah Houw Cang Au Bu Ki. Bersamasama Sun Bukai, mereka berdua merupakan orang kepercayaan Hek Houwsin Cao Kuang Tu. Di mana tampak Sung Bukau, Hek Houwsin belum tentu ada di sekitar tempat itu. Tetapi apabila muncul Au Bu Ki, Hek Houwsin pasti ada di belakangnya. Sekarang yang berjalan di depan adalah Au Bu Ki, yang di belakangnya terdapat seorang lakilaki yang bertubuh tinggi besar, alisnya tebal dan matanya buas. Orang ini mengenakan jubah longgar berwarna hitam. Siapa lagi kalau bukan Hek Houwsin Kuang Tu?. Tiong Hui Ciong tertawa dingin.

   "Perempuan laknat, kau kira dengan kedatangan Cao Kuang Tu, kau pasti bisa diselamatkan olehnya? talau kau tidak menjawab pertanyaanku baikbaik, biar yang datang adalah Ci sancu sendiri, aku akan membuat kau hidup enggan ingin matipun sulit!"

   Ancamnya sembari menolehkan kepala kepada Yok Sau Cun dan memberi perintah.

   "Adik Cim, kau halangi Cao Kuang Tu. Jangan sampai dia mendekat ke mari!". Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya. Dia segera maju beberapa langkah. Ketika Tiong Hui Ciong mengucapkan kata-katanya, Au Bu Ki yang berjalan di depan Hek'Houw Sin sudah hampir sampai di dekat batang pohon Siong.

   "Saudara harap berhenti! ' bentak Yok Sau Cun. Sepasang mata Au Bu KJ yang seperti orang buta itu langsung mendelik lebarlebar. Belum lagi sempat dia mengucapkan sepatah kata pun, He Houwsin yang melangkah di belakangnya sudah membentak dengan suara nyaring.

   "Enyah kau! Matanya segera beredar dan berhenti pada diri Tiong Hm Ciong Tentu saja dia juga sudah meiihat adanya selir Li di tempat itu. Wajahnya menjadi terpana. Dia segera menjura dalamdatam.

   "Mohon tanya kepada Ji kouwnio, apa sebetulnya yang terjadi di sini?".

   "Di sini tidak ada urusanmu!"

   Sahut Tiong Hui Ciong sinis.

   "Lohu mengemban tugas menjaga di pegunungan ini Ji kuownio harus tahu behwa nyonya ini adatah salah satu selir pendamping kaucu kami. Apabila terjadi kesalahpahaman, seharusnya Ji kuownio laporkan kepada kaucu. Ji kuownio meringkus selir Li, di sini jadi...

   "Aku sudah mengatakan bahwa di sini tidak ada urusanmu Kau tidak usah ikut campur!"

   Sahut Tiong Hui Ciong masih dengan nada dingin dan kaku. Wajah Hek Houwsin menjadi kelam seketika.

   "Perbuatan Ji kuownio ini tidak dapat dibenarkan. Lohu bertugas menjagakeamanan di pegunungan ini Kalau di sini terjadi sesuatu, sebagai seorang yang diserahi tugas, bagaimana mungkin Lohu diam saja?". Tiong Hui Ciong mendengus dingin.

   "Hm, kehancuran Kong Tong pai sudah di depan mata Untuk apa lagi kau menjaga keamanan di pegunungan ini Cepat enyah darl hadapanku!". Kata-kata yang diucapkan oleh Tiong Hui Ciong ini merupakan sindiran yang telak Sepasang mata Hek Houwsin sampai memancarkan sinar yang menusuk.

   "Ji kuownio, apa yang kau maksudkan?"

   Tanyanya dengan nada berat.

   "Apakah kau masih belum mendengar jelas apa yang kukatakan tadi?".

   "Apakah Ji kuownio bermaksud berkhianat?.

   "Aku bergegas datang dari Soat san justru ingin membuat perhitungan dengan Hue Leng senbu,"

   Sahut Tiong Hui Ciong. Hek Houwsin tertawa terbahak-bahak.

   "Rupanya Ji kuownio bermaksud berpaling hati. Terpaksa Lohu ringkus dulu dirimu dan seret ke Ce Po tengoan.". Tiong Hui Ciong marah sekali.

   "Cao Kuang Tu, kau berani berbicara seperti itu terhadapku?".

   "Mengapa Lohu tidak beram?"

   Baru saja dia hendak melangkahkan kakinya. ..

   "Cao Kuang Tu, berhentil"

   Yok Sau Cun sudah membentaknya. Hek Houwsin bermaksud mempertahankan kedudukannya. Dia merasasungkan bergebrak dengan Yok Sau Cun. Kapalanya segera dipalingkan ke belakang.

   "Bu Ki, wakili Lohu ringkus orang inil". Houwcang Au Bu Ki segera mengiakan. Gerakan orang ini lambat sekali. Dengan tampang kemalas-malasan dia melangkahkan kakinya. Hanya mututnya saja yang terdengar membentak.

   "Enyah!". Telapak tangannya terulur kemudian dihantamkan ke depan. Apabila orang-orang dl dunia kangouw bertamu dengan Houwjiau Sun Bukai, di bawah cakar mautnya masih ada yang mungkin bisa meloioskan diri. Tetapi apabila bertemu dengan Au Bu Ki, maka sembilan di antara sepuluh pasti tewas di bawah pukulannya. Itulah sebabnya dia becnama Au Bu Ki (Sombong karena tidak tectanding). Hek Houwsin tadi memberi perintah kepadanya untuk menngkus Yok Sau Cun. Karena tidak dikatakan apakah dia harus meringkus Yok Sau Cun hiduphidup atau dalam keadaan mati, maka Au Bu Ki merasa tidak perlu melelahkan diri Kan lebih mudah menangkap orang mati dan pada orang hidup?. Yok Sau Cun berdiri tegak sambll memangku tangan. Dia tidak menghindar atau pun menangkis. Pukulan Au Bu Ki dengan telak menghantam dadanya. Tubuh Yok Sau Cun bahkan tidak bergerak sedikit pun. Tangan kirinya diulurkan dan tahutahu pergelangan tangan kanan Au Bu Ki sudah tercengkeram olehnya. Mulutnya mengeluarkan suara bentakan....

   "Kau saja yang enyah!"

   Tangannya bergerak, tubuh Au Bu Ki langsung melayang melewati kepala yang Jainnya dan terpental sampai jauh.

   Au Bu Ki tidak menyangka lawannya tidak menghindarkan diri atau pun menangkis.

   Dengan dada menantang anak muda itu membiarkan pukulannya menghantam telak pada sasarannya.

   Oia terlebihlebih tidak menyangka bahwa dalam keadaan tidak menyadari sedikit pun tahutahu tubuhnya sudah dilempar orang sampai terpental jauh.

   Tetapi biar bagaimana pun, dia adalah seorang tokoh yang sudah punya nama seiama puluhan tahun.

   Begitu tubuhnya melayang di udara, kakinya segera dihentakkan.

   Dengan berjungkir balik, tiba-tiba dia menerjang kembali ke mari.

   .'Kakinya belum sempat memijak tanah sedikit pun, dari lengan bajunya yang longgar terlihat dua titik sinar yang berkilauan.

   Dua batang pisau terbang meluncur lebih cepat dari pada kilat menyerang ke arah dada sebelah kiri dan kanan Yok Sau Cun.

   Pada gagang kedua bilah pisau terbang ini terdapat kaitan yang disambungkan dengan seutas rantai halus, jadi dapat dilemparkan atau ditarik kembali dengan sesuka hati.

   Selama ini belum pernah mengalami kegagalan.

   Namun ketika dua titik sinar yang membawa hawa dingin itu meluncur ke bagian depan tubuh Yok Sau Cun, tahutahu keduanya sudah terjepit oleh jari telunjuk dan jari tengah anak muda itu Alis Yok Say Cun segera terjungkit ke atas.

   "Au Bu Ki, orang she Yoksudah lama mendengar bahwa tindakanmu selalu semenamena Kau adalah pembunuhnya Hek Houwsin. Dengar-dengar kau sudah banyak mewakilinya membunuh orang Sepasang tanganmu berlumuran darah Hari ini orang she Yok akan membasmi bencana bagi dunia Bu lim. Tetapi orang she Yok selamanya tidak suka membunuh orang Nyawamu boleh diampuni, tetapi sepasang tanganmu yang berlumuran darah itu harus dibuat cacat!"

   Kedua tangan mengibas, dua belah pisau terbang berubah menjadi dua cank kitat dan meluncur kembali ke arah Au Bu Ki.

   Melihat dua belah pisau terbang itu berhasil dijepit dengan jan tangan oleh Yok Sau Cun, Au Bu Ki langsung sadar bahwa anak muda yang dihadapinya ini bukan lawan enteng.

   Ketika Yok Sau Cun sedang berbitfara, secara diamdiam dia menarik kembali rantai halus di.

   tangannya, tetapi dia tidak berhasil.

   Pisau terbang yang terjepit di tangan Yok Sau Cun tidak bergeming sedikit pun,.

   Saat itu dia mefihat Yok Sau Cun menyambitkan kembali kedua pisau terbang itu ke arahnya, dalam hati dia masth sempat menertawakan.

   "Pisau terbangku itu mempunyai kaitan rantainya, mana rtiungkin bisa melukai diriku?"

   Katanya dalam hati.

   Mana tahu pikirannya masih bergerak, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara Jeritan ngeri.

   Dua batang pisau terbang itu sudah menancap di kedua lengannya.

   Bahkan tulangnya pun ikut tersayat putus.

   Begitu sakitnya dia sampai berguhngan di atas tanah.

   Dari sepasang mata Hek Houwsin terpancar dua sorot sinar yang tajam.

   Dia mendengus berat,.

   "Bocah busuk, lohu benar-benar salah melihat. Baik! Sambutlah pukulan lohu ini'"

   Benteknya marah.

   Ternyata dia memang pantas menyandang gelar Hek Houwsin.

   Kegarangannya tersirat jelas.

   Kakinya segera melangkah maju dan mendesak maju.

   Tiba-tiba terdengar mulutnya mengaum keras, tangan kanannya terangkat ke atas.

   Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tampaklah warna kulit telapaknya yang putih keabuabuan.

   Ukuran telapak tangannya Jauh lebih besar dari orang biasa Lima jarinya menekuk, kemudian meluncur ke arah Yok Sau Cun.

   Yang paling aneh justru telapak tangannya begitu pucat sehingga berwarna putih keabuabuan, tetapi kuku jan tangannya malah hitam pekat dan mengkilap Tiong Hui Ciong yang melihat keadaan itu segera berteriak....

   "Adik Cun, hati-hati terhadap Hek Houwtok ciangnya. (Pukulan beracun harimau hitam)!". Yok Sau Cun tidak memandang sebelah mata kepada Hek Houw Sin, Dia matah menolehkan kepalanya kepada Tiong Hui Ciong.

   "Apakah Ciong cici pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang anak kecil yang ingin menggambar hanmau tetapi yang dibuatnya malah lebih minp seekor anjing budukan! Siaute Justru merasa bahwa orang ini hanya seekor anjing buas di dalam dunia kangouw,,,.". Mendengar kata-katanya, tanpa dapat menahan diri lagi Cun Hong, Sia Ho, Cu Suang, langsung tertawa cekikikan. Sebelah telapak tangan Hek Houwsin yang besar baru meluncur setengah jalan. Di dalam dunia kangouw, dia terkenal sebagai orang yang selatu menganggap tinggi dirinya sendiri Dia masuk ke perguruan Kong Tong pai dan menjabat sebagai kepala keamanan. Kedudukannya tidak berada di bawah Cong huhoat. Sekarang Yok Sau Cun malah menganggapnya sebagai seekor anjing buduk dalam dunia kangouw, apalagi ucapannya itu dikeluarkan di hadapan para bawahannya. Mana mungkin dia sanggup menahan dirinya?. Begltu marahnya dia sampaisampai telapak tangannya yang sudah diiuncurkan bisa berhenti di tengah jalan. Bewok yang memenuhi wajahnya seperti berdiri kaku. Pakaiannya yang longgar seperti tambah mengembang. Matanya bagai mengandung bara api, terlihat sorot kebuasan seperti ingin menerkam lawannya hidup-hidup. Mulutnya mengeluarkan suara tawa yang menyeramkan. 'Bocah cilik, justru karena kata-katamu itu. lohu akan memakan jantungmu mentah- mentah'"

   Benar-benar menggidikkan! Rupanya dia Juga suka makan jantung manusia.

   llmu andalan Hek Houwsin adalah Houw hong patsut (Delapan jurus terjangan harimau) Ganasnya serangan ini bagai hanmau mengamuk di tengah pegunungan.

   Bukan saja keji, tetapi kecepatannya juga bagai hembusan angin.

   Di daiam dunia kangouw belum pernah ada orang yang sanggup menerima tiga kali pukulannya Dia juga belum pernah melancarkan serangan sebanyak delapan kali berturut-turut.

   Kali ini dia berhadapan dengan Yok Sau Cun.

   Boleh dibilang merupakan musuh tertangguh yang baru dltemuinya selama puluhan tahun ini.

   Oleh karena itu dia langsung melancarkan delapan pukulan secara berturutturut.

   Tetapi suara yang menggelegar dari pukulan-pukulan Mu terang-terangan ada sembilan kali!.

   Setelah terdengar suara pukulan seb


Seruling Perak Sepasang Walet -- Khu Lung Pendekar Bayangan Setan -- Khu Lung Tiga Maha Besar -- Khu Lung

Cari Blog Ini