Ceritasilat Novel Online

Pengelana Tangan Sakti 3


Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear Bagian 3



Pengelana Tangan Sakti Karya dari Lovely Dear

   

   Tiba-tiba Hui Giok bertanya. Hakekatnya pertanyaan ini ingin juga di dengar oleh semua orang, maka merekapun lebih memperhatikan lagi.

   "Keduanya setali tiga uang, berasal dari akar yang sama. Hanya saja Jit Cu Kiong (Istana Mustika Matahari) sengaja di bangun di daratan tionggoan ini dan di kepalai oleh tiga murid terpandai dari si Maharaja Mustika Langit. Mereka adalah Si Penunggang Angin, Si Penghancur Bumii. Tujuan mereka ialah menghancurkan Sian Thian San, Istana Atas Angin dan menguasai dunia persilatan serta membentuk dunia baru yang berdasarkan ideologi mereka..."

   "Eh, bukankah ada tiga, siapakah yang satu lagi? Liem Kun bertanya dengan suara penasaran. Kakek itu tersenyum. Tapi matanya di arahkan kepada salah satu dari antara mereka, yakni si cantik Lie Fu Lan. Demi mendapat tatapan tajam dari sang kakek, si gadis tak kuasa menahan, akhirnya dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara perlahan.

   "Itu...aku adanya, ya...akulah si Dewi Pengacau langit dari Jit Cu Kiong..."

   "Iiikhh...kalau begitu kau memata-matai kami?"

   Lu Kong Ci berteriak marah sambil bersiap untu menyerang. Begitu juga teman-teman yang lainnya. Namun sebelum mereka berbuat apapun, Sian Lee sudah menarik Fu Lan ke sampingnya.

   "Jangan ganggu dia, sekarang dia bagian dari kita..."

   Katanya sambil menatap tersenyum.

   "Tapi..?"

   Kembali Kong Ci menyahut, tanda tak mengerti.

   "Percayalah Lu-heng, jika dia seperti yang kau pikirkan, kedua-suhu pasti takkan membiarkannya."

   Lu Kong Cu terhenyak, dia pikir benar juga.

   Akh masa hal sesepele itu saja tidak terpikirkan olehnya.

   Diam-diam dia menjadi malu dan mengangguk-angguk diam.

   Kakek itu juga terdiam.

   Begitu pula kakek aneh di sebelahnya.

   Sampai lama tiada seorangpun yang bersuara.

   Hening....

   Siapapun juga sedang tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

   Terlalu banyak kejutan yang mereka alami dan dengarkan.

   Semua mulai tertunduk dan menilai diri serta kemampuan masing-masing.

   Entah berapa lama keadaan seperti ini.

   Tiba-tiba suara mereka di pecahkan oleh suara lembut si kakek aneh.

   "Mulai saat ini kalian akan menghadapi lawan-lawan yang lebih tangguh, itu sebabnya kami berdua akan mematangkan semua ilmu dewa yang telah kalian pelajari agar dapat di gunakan dengan sempurna. Asal kalian bertujuh berlatih dengan tekun, dan dengan tingkat yang kalian miliki di tambah pil dewa, rasanya tidak akan lebih dari sebulan kalian akan mendapat banyak kemajuan."

   Mendengar akan hal ini, ketujuh orang yang berdiri di belakang Sian Lee ini lalu menjatuhkan diri berlutut dan berterima kasih.

   Demikianlah Kai Ong dengan Hong In Sian Pin Ciangnya, Lu Kong Ci dengan Cui Beng Sian Kiam ciangnya, Lian Hui Giok dengan Hok Mo Cap Sha Ciangnya, Cui Im Yan dengan Pak thian Sian Hui Kiamnya, Liem Kun dengan Kim Tiauw Sian Kangnya, Hong Er Yong dengan Thian Liong Sip Pat Kiamnya, Lie Fu Lan dengan Thian Tee Kek Sian Ciangnya, Dan terakhir, seorang pemuda yang berada di bagian paling belakang.

   Pemuda ini tidak terlalu tampan.

   Namun tubuhnya tegap dan kokoh bagai batu karang.

   Semua orang memandangnya dengan heran karena hakekatnya tidak ada orang yang mengenalnya.

   Namun setelah pemuda itu memperkenalkan diri, ternyata dia adalah Tio Kim Jin dari keluarga Tio pewaris ilmu Lam Tee Sian Hui To (Golok Terbang Dewa Bumi Selatan), salah satu dari Sembilan Pusaka Wasiat Dewa yang dahsyat.

   Selama sebulan penuh mereka di haruskan bersamadi dan berlatih silat melalui daya pikiran.

   Cara melatih ilmu seperti ini sangat aneh dan berbahaya sekali karena tubuh mereka tidak bergerak dan tidak makan hanya pikiran mereka yang berkerja sesuai dengan arahan-arahan dari kedua kakek sakti tersebut, namun ternyata setelah di lewati, ternyata membawa hasil yang besar sekali.

   Walau hanya satu bulan, namun hasil yang mereka telah capai adalah sama dengan hasil latihan empat puluh tahun.

   Apalagi di tambah dengan pil dewa penambah tenaga.

   ---000--- Sian Lee mengajak Beng Sian meninggalkan puncak yang telah hancur itu.

   Meninggalkan ke tujuh rekan-rekannya bersama kedua orang gurunya yang akan melatih dan memperdalam ilmu mereka.

   Hanya sekejap saja tubuhnya telah berada di bawah dari puncak Sian Thian San tersebut.

   Keadaannya sangat jauh berbeda dengan beberapa jam sebelumnya.

   Dengan adanya pemahaman baru dalam ilmu silatnya, dia sesungguhnya telah menjadi seorang mahaguru yang sangat sukar di cari tandingannya.

   "Kongcu...!"

   Tampak seorang pemuda memanggil Sian Lee dengan tubuh gemetar dan mata penuh air mata.

   Pemuda itu datang bersama keempat rekannya.

   Sekejap kemudian pemuda itu berlutut, diikuti oleh rekan-rekannya yang berlutut juga di sampingnya.

   Mereka adalah lima dari enambelas pengawal yang sempat selamatkan diri dari penyerbuan.

   "Bangunlah, dan ceritakan apa yang terjadi?"

   Sian Lee tetap tenang dan menyuruh mereka berdiri. Sejenak keempat orang itu berdiri dengan kepala tertunduk.

   "Kami tiba-tiba di serang oleh tigabelas orang kakek bersorban yang amat sakti. Kepandaian mereka tidaklah di bawah dari enam Pelindung bahkan mungkin setingkat di atas enam pelindung. Terjadi pertempuran yang dahsyat selama setengah hari, tapi kemudian enam pelindung dan kami juga tidak dapat bertahan. Saat mereka memasang peledak di sekeliling puncak, pelindung ke-enam sempat melemparkan kami ke bawah sebelum akhirnya dia mati terkena pukulan yang dahsyat."

   "Sekarang apa yang akan kalian lakukan?"

   Tanya Sian Lee dengan penuh selidik pada mereka.

   "kong-cu, kami ingin terus mengabdi. Namun kami kawatir kalau tenaga kami hanya akan merepotkan kongcu saja?!"

   Kembali jawab pemuda itu dengan suara kaku dan setengah menyesal.

   "Hemm, mendekatlah, aku akan membantu kalian..."

   Tiba-tiba tubuhnya berkelebat mengelilingi ke lima pengawal tersebut.

   Tangannya bergerak ke arah tubuh mereka masing-masing sambil menotok seluruh nadi penting di tubuh mereka.

   Setelah itu dia menyuruh Beng Sian mengambil mangkok besar.

   Di lukainya ujung jari tangannya dan mendorong keluar darahnya dengan tenaganya.

   Setelah itu dia mulai meminumkan datah tersebut kepada mereka berlima.

   Dan menyuruh mereka bersamadi sambil saling menempelkan tangan selama enam jam.

   "Setelah bersemedi selama satu hari satu malam, maka kekuatan kalian akan meningkat duapuluh kali lipat dari sebelumnya. Tubuh kalian juga kebal dengan racun. Asal kalian rajin berlatih, kalian akan menjadi jago-jago yang pilih tanding. Aku mau kalian menyebar dan menghimpun kekuatan. Bila tiba saatnya Sian Thian San akan bangkit lagi untuk menggempur musuh, aku akan sangat membutuhkan bantuan kalian. Hanya ingat! Jauhi kejahatan dan jalan-jalan sesat."

   Setelah berkat demikian Sian Lee dan Beng Sian lenyap dari tempat tersebut menuju ke arah selatan.

   Tujuan mereka hanya satu, mencari jejak ketigabelas tokoh penyerbu Sian Thian San dan istana Jit Cu kiong.

   ---000--- "Hahahahahaha....

   akhirnya Sian Thian San hancur juga...Rasakan pembalasanku...!"

   Po Tee Giok berdiri di atas singasana Istana Jit Cu Kiong sambil tertawa senang.

   Ambisinya untuk menghancurkan Sian Thian San dan menguasai dunia persilatan akan segera terwujud.

   Di hadapannya tampak empat orang kakek aneh.

   Mereka bukan lain adalah Thian Tee Bong Su-kwi (Empat Iblis Kuburan Langit Bumi).

   Mata mereka memandang ke arah pemuda tersebut dengan sinis.

   "Huh, apa yang kau sorakki? Perjuangan kita masih jauh dari keberhasilan."

   Seru orang tertua. Po Tee Giok terdiam. Matanya memandang dengan sinar tajam ke arah mereka.

   "Dunia kang-ouw sekarang telah kehilangan pegangan mereka yang paling di harapkan. Kalau aku tidak gembira menyambut hal ini, lantas Su-Wi suhu suruh aku harus bagaimanakah?..."

   "Ini memang hasil yang bagus, namun belumlah merupakan kemenangan. Masih ada musuh-musuh tangguh yang harus di hadapidan mereka sekarang sudah menyadari keberadaan kita. Setidaknya haruslah ada ada rencana yang matang untuk menghadapi serangan balik mereka"

   Pemuda itu mengerutkan kening.

   Dia hendak bicara, namun di urungkan juga karena di sampingnya tiba telah berdiri dua orang kakek dan nenek yang berperawakan aneh, serta seorang pemuda bertampang asing yang lebih tua lima tahun darinya.

   Segera Po Tee Giok menjatuhkan diri berlutut.

   "Murid Poo Tee Giok menghadap guru berduaserta suheng.?"

   Perawakan Kakek dan nenek tersebut tidak seperti orang pribumi kebanyakan.

   Pakaian merekapun aneh bentuknya dan tampak seperti dari golongan ningrat berdarah biru.

   Namun yang menarik dari mereka adalah sinar mata mereka yang amat lembut.

   Sinar mata seperti ini adalah tanda orang yang sudah mencapai tingkat tenaga dalam yang amat sempurna.

   Sementara bersujut, Po Tee Giok mendengar suara nenek itu.

   "Po Tee Giok, benar apa yang di katakan keempat gurumu itu, masih banyak tugas yang harus kau kerjakan utuk mencapai keberhasilan. Suhengmu ini baru saja kembali dari Istana Mustika langit di Jawadwipa. Mulai sekarang dia akan memperkuat kekuatanmu di tempat ini."

   "Baik subo, namun sangat di sayangkan, sumoi telah terluka parah saat bertanding dengan si bangsat Sian Lee, dan sekarang dia lenyap tidak tahu kemana?...suatu saat nanti, aku akan membalas sematian sumoi..."

   Suara Po Tee Giok terdengar penuh kemarahan.

   "Jangan khawatir, suhengmu akan menyelidiki masalah ini. Namun kau, segeralah bersiap. Jika enam Panglima Iblis dari Istana Mustika Langit dan empat Putri Gaib telah tiba, kita akan segera bergerak besar-besaran untuk menyempurnakan kekuasaan kita di tionggoan ini."

   Kali ini si Kakek yang menjawab sambil terkekeh-kekeh.

   "Maaf suhu, seberapa hebatkah kepandaian mereka dan berapa lama lagikah kita harus menunggu?"

   Kembali Po Tee Giok bertanya penasaran. Tampak kakek itu menarik nafas panjang dan menjawab.

   "Hemmn, Enam panglima Iblis mungkin setingkat dengan kepandaianmu saat ini, tapi ke-empat Putri Gaib adalah putri-putri pelindung Istana Mustika Langit yang sangat sakti. Satu orang saja dari mereka setingkat di atas suhengmu dan hampir menyamai kepandaian kami sendiri. Paling lambat mereka akan tiba satu setengah bulan lagi, oleh karena itu pergunakanlah waktu yang singkat ini untuk terus berlatih memperdalam ilmumu."

   "Baik suhu, tapi ada satu lagi yang menjadi pertanyaanku, bukankah kekuatan kita sudah cukup untuk menggempur para jago dari berbagai di tionggoan ini, kalaupun hanya sisa-sisa manusia-manusia tak berguna dari Sian Thian San termasuk si bangsat yang menamakan diri Pengelana Tangan Sakti itu, bukankah suhu dan subo sendiri bisa menghadapinya?"

   "Hemmn, engkau terlalu menganggap enteng lawan, kami sudah melihat seperti apa adanya pemuda yang kau maksudkan itu, dalam hal ilmu silat mungkin kami masih sanggup menandinginya, tapi dia telah menguasai ilmu rahasia Darah Gaib yang sangat sakti. Sekuat apapun kami tetap tidak akan dapat menandinginya. Satu-satunya jalan ialah mencoba ilmu baru ciptaan Maharaja Mustika Langit yang khusus di ajarkan pada empat Putri Gaib." ---000--- Waktu satu bulan setengah berjalan begitu cepat. Sian Lee sedang termenung di atas batu karang di tepi laut Po-Hai. Pikirannya berkecamuk. Penyelidikannya selama satu bulan ini telah membawanya menyadari bahwa lawan-lawan yang akan mereka hadapi bukanlah lawan yang enak. Sampai lama dia termenung, tiba-tiba, tubuhnya bergerak. Dalam kecepatan yang amat mengagumkan tubuhnya seolah menghilang dari tempat berdirinya. Saat itu juga tidak terdengar suara apapun. Tiba-tiba batu karang yang di dudukinya tadi berhamburan dan sirna bagaikan debu di tiup angin. Diam-diam Sian Lee terkejut sekali segera dia memandang ke arah datangnya serangan tersebut. Dia terkejut sekali karena di depannya telah berdiri tiga orang gadis yang cantik dengan dandanan minim. Ketiga gadis ini tak kalah cantiknya dengan gadis-gadis yang pernah di temuinya. Hanya saja dari raut wajah, dan bentuk pakaian mereka, dia dapat menduga tentu mereka dari daratan yang sama dengan si Kakek Aneh yang mengajarkannya tiga ilmu sakti. Segera dia menyapa mereka.

   "Maafkan cahye yang tidak tahu kehadiran nona sekalian sehingaga tidak menyambut dengan selayaknya...siapakah adanya nona bertiga ini?"

   Gadis yang di tengah tersenyum manis dan berbicara dengan bahasa yang kaku namun suaranya merdu.

   "Maaf tuan, kami baru tiba di daratan cina ini. Namaku Tara Gita, ini adik-adik seperguruanku Tara Ningrum dan Tara Murti. Masih ada lagi kakak kami yang paling tua Tara Shinta, sayangnya dia sudah mendahului kami bersama keenam pengawal kami untuk bertemu dengan paman dan bibi guru kami."

   Setelah tersenyum sejenak, kembali gadis manis yang bernama Tara Gita itu melanjutkan.

   "Kami melihat tuan termenung, sehingga adikku telah lancang menjahili tuan. Sekali lagi kami mohon maaf."

   "Akhh, tidak apa-apa, jika kalian tidak bermaksut merugikan orang lain, maka lupakan saja kejadian tadi."

   Sian Lee sudah menemukan ketenangannya dan segera membalas sambil tersenyum.

   "Terima kasih tuan, anda baik sekali. Aku melihat tuan bisa menghindari serangan dengan begitu mudah, apa tuan termasuk salah satu pendekar terhebat di tanah cina ini?"

   Pertanyaan ini membuat Sian Lee melengak dan tersipu-sipu.

   "Hahaha, kalau hanya kepandaian sepertiku, mana ada harganya untuk di golongkan Pendekat Terhebat...masih banyak yang lain lagi."

   Ke tiga gadis itu saling menatap dengan sinar mata kagum.

   Tak di sangka baru saja mereka turun dari kapal, sudah bertemu dengan seorang jago yang mereka percayai ilmunya pasti tidaklah di bawah kepandaian mereka perorangan.

   Otomatis timbul rasa hormat mereka.

   "Hemmn, sebenarnya kami masih ingin berbincang lama, namun waktu kami terbatas, lain kali saja kita bertemu lagi, kami mohon diri."

   Selesai berkata demikian, mereka tersenyum dan berkelebat dari tempat itu.

   Sian Lee terhenyak.

   Heran dia, mengapa banyak sekali orang-orang asing dari JawaDwipa datang ke daratan Tionggoan ini.

   Bahkan kepandaian merekapun tidaklah rendah.

   Apakah mereka bagian dari Istana Mustika Langit? Diam-diam dia mulai khawatir sampai akhirnya dia mendesah.

   "Akh, lawan begini banyak, bagaimana menghadapinya?"

   "Hihihi...kau memiliki ilmu maha sakti, masakkan engkau takut?"

   Tiba-tiba sebuah suara yang amat merdu menimpali desahannya.

   Sian Lee terkejut sekali.

   Bagaimana mungkin dia tidak mendengar ataupun mendeteksi kehadiran seseorang dalam jarak tigapuluh li dari tempatnya, diam-diam dia menyesal atas keteledorannya.

   Kali ini dia lebih tekejut lagi, karena orang yang mengeluarkan suara itu adalah seorang gadis yang amat cantik dan ayu bukan main.

   Dia terpesona! Gadis ini begitu cantik, setelah di amati tampaknya wajah gadis itu mirip-mirip ketiga gadis tadi namun juga tidak mirip.

   Dengan pakaian yang putih dari bahan halus seperti gadis-gadis daratan lainnya, bahkan yang ini lebih cantik lagi dengan tubuh yang indah.

   Gadis itu duduk di bawah pohon yang tak jauh dari situ.

   "Nona ini...?"

   "Aku adalah Sim Sian Li...di negeri Jawa Dwipa aku di kenal sebagai Rara Ayu, aku murid kakek Aneh Penunggang Jagat...?"

   Belum selesai Sian Lee bertanya, bibir manis yang merekah dari gadis itu telah memotong pembicaraannya bahkan memberi jawaban dengan lancar. Tentu saja dia tertegun dan makin terpesona memandang bibir tersebut. Kembali gadis itu melanjutkan.

   "Aku mengenal tentang dirimu dari guruku, bahkan katanya kaupun telah mewarisi tiga jenis ilmu rahasia dari Istana Atas Angin kami?"

   "Akh...nona, sebenarnya akupun tak menyangka namun..."

   
Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bagus, sekarang sambut seranganku..."

   Kembali gadis itu memotongnya sambil tubuhnya bergerak seebat dengan kedua tangan bergerak cepat mengeluarkan serangan yang dahsyat dengan jari-jari mungilnya yang mengeluarkan hawa pedang yang menggiriskan.

   Diam-diam Sian Lee mendongkol juga dengan gadis ini.

   Datang-datang langsung menyerang.

   Tapi apa boleh buat, serangan itu sangat dahsyat, jika dia mandek saja, akan tidak baik buatnya.

   Segera dia bergerak mengikuti arah serangan lawan sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya.

   Di lain saat terjadilah pergantian jurus yang amat cepat dan dahsyat.

   Berkali-kali sang gadis mengeluarkan ilmu-ilmunya yang aneh, namun Sian Lee juga menandinginya dengan ilmu-ilmu yang tak kalah aneh lagi.

   Akhirnya gadis itu berhenti.

   "Huh, kalau engkau hanya bisa memakai tiga ilmu warisan guruku, bukankah engkau terlalu memandang rendah diriku? Kalau begitu sambut Ajian Batara Naga Mas yang satu ini..Heaaaahhhh"

   Serangan yang satu ini luar biasa sekali.

   Segala sesuatu yang bergerak sejauh empat tombak seperti dari tempat itu seperti berhenti bergerak.

   Sian Lee pun terkejut di buatnya.

   Pukulan itu di lakukan dalam jarak dua tombak.

   Datangnya juga amat cepat melebihi angin.

   Tak berani ayal, Kaki Sian Lee tertancap di tanah sebatas lutut.

   Tubuhnya terdiam dalam keheningan, namun pengaruh hawa yang keluar dari tubuhnya amat kuat melawan pengaruh dari Ajian Batara Naga Mas tersebut.

   Dalam keadaan diam itulah, sesungguhnya tubuh Sian Lee sedang bergerak dengan kecepatan yang amat mengagumkan sambi mengeluarkan Ajian Tapak Begawan Pamungkas untuk menahan ajian sang gadis.

   Tidak ada ledakan yang terjadi akibat pertemuan kedua tenaga dahsyat tersebut.

   Terjadi ledakan yang mat keras di iringi debu yang mengepul tinggi, setelah itu angin bertiup kencang dan semuanya tampak tenang dan mereka saling mengawasi dengan penuh selidik.

   Ternyata sesaat sebelum kedua pukulan mereka bertemu, keduanya segera menghentakkan pukulan mereka sehingga berbelok menghantam tanah di depan mereka.

   Hal ini luar biasa sekali.

   Kalau tenaga dalam mereka tidak amat kuat, mereka pasti akan terluka dlam.

   Biasanya hanya para tokoh angkatan tua yang tenaga dalamnya sudah sempurna saja yang bisa melakukannya.

   Gadis itupun tersenyum.

   Sian Lee-pun ikut tersenyum.

   Saat tubuh mereka berkelebat lenyap, di tempat mereka berdiri telah membentuk lubang sedalam dua meter.

   ---000--- Puncak Siong San, dimana Siauw Lim Pai telah berdiri dengan megahnya selama ratusan tahun tampak tegang.

   Tak seorangpun tahu, tiba-tiba lonceng besar yang terdapat di tengah-tengah pendopo lenyap tanpa bekas.

   Tak seorangpun tahu siapa yang mengambilnya.

   Ini membayangkan betapa tingginya ilmu pencuri tersebut.

   Hari itu Siauw Lim Pai kedatangan tamu.

   Tamu ini bukan sembarang tamu.

   Khong Bhok Hwesio sendiri yang menyambutnya di iringi oleh seluruh jago-jagi Siauw Lim Pai yang ada serta tak kurang dari seratus limapuluh orang.

   Siapa tamu istimewa yang mendapat penyambutan istimewa ini? Mereka tak lain tak bukan adalah empat orang gadis cantik bersama seorang pemuda tampan yang bukan lain adalah Po Tee Giok sendiri.

   Di belakang mereka tampak duaratus orang yang di pimpin oleh enam orang berpakaian panglima perang yang aneh sekali.

   "Khong Bhok Hwesio, aku Po Tee Giok ketua Jit Cu Kiong memerintahkan kau untuk tunduk di bawah perintah kami. Kalian takkan punya jalan mundur selain mengabdi kepada Istana Mustika Matahari. Kalau kalian menolak, kami akan membumi hanguskan puncak Siong-san ini sama seperti Sian Thian San..."

   Terlihat senyum menyeringai dari Po Tee Giok yang pongah dan angkuh.

   "Omitohud..., sicu terlalu memandang rendah Siauw Lim Pai kami ini. Bagaimanapun juga Siauw Lim Pai di puncak ini adalah lambang kejayaan ratusan tahun...kami takkan tunduk di bawahperintah siapapun juga."

   Sahut Khong Bhok Hwesio dengan tenang.

   "Kalau begitu aku rasa kita tidak perlu banyak bicara karena kalian sendiri yang mencari mati!..."

   Teriak Poo Tee Giok, segera dia membari aba-aba.

   Serentak seluruh anak buahnya menyerbu sehingga terjadilah pertempuran yang seru.

   Korban mulai berjatuhan, namun paling banyak dari pihak siauw Lim Pai.

   Kenyataannya seluruh pertempuran yang terjadi adalah berat sebelah karena lawan terlalu kuat.

   Hanya ada beberapa tokoh Siauw Lim Pai dari angkatan tua yang boleh bertahan sama kuat, tapi itupun tidak lama.

   Tidak sampai tengah hari pertempuran terhenti.

   Tampak para hwesio Siauw Lim Pai tergeletak dengan luka-luka dan banyak yang mati.

   Beberapa tokohnya tampak duduk bersila untuk memulihkan luka dalam mereka.

   "Hahaha...bagaimana Khong Bhok Hwesio, masihkan engkau berkeras untuk tidak mau tunduk di bawah Jit cu Kiong?"

   Kembali terdengar suara Po Tee Giok yang diiringi tawa menyeringai.

   "Omitohudi...keputusan kami sudah bulat. Apapun yang terjadi kami tidak akan menyerah..."

   "Bangsat hidung kerbau keras kepala, matilah..."

   Sangking gusarnya, Po Tee Giok tak dapat menahan dirinya lagi.

   Matanya berkilat kemerahan.

   Satu pukulan bentuk bola tenaga yang amat dahsyat di lancarkan.

   Sudah tentu pukulan ini amat hebat dan tidak dapat di tahan oleh hwesio yang sudah lemah tersebut.

   Khong Bhok Hwesio memejamkan mata menunggu kematian...

   Namun kematian itu tak kunjung datang juga.

   Sesaat pukulan itu akan menghantam Khong Bhok Hwesio, tiba-tiba tampak sepasang tangan halus yang bertenaga amat kuat menangkis pukulan tersebut.

   Tangan tersebut amat lincah.

   Tidak ada bunyi yang di timbulkan saat pukulan Po Tee Giok bertemu dengan tangan halus itu.

   Ajaib, karena tangan itu tidak hancur, melainkan bergerak menangkap bola pukulan tersebut dan dengan entengnya membelokkan ke arahnya ke pohon terdekat.

   "Dhuaaaaaarrrr....."

   Pohon tersebut hancur berkeping-keping. Po Tee Giok melengak kaget, sekejap dia memperhatikan bayangan seorang gadis yang amat cantik.

   "Kau..."

   Po Tee Giok terkejut saat melihat seorang gadis yang dapat menyambut pukulannya.

   Namun bukan ke arah sang gadis tersebut saja sumber keterkejutannya, melainkan pada pria yang berdiri di samping gadis tersebut.

   Dia sangat mengenal sekali pria tersebut...

   ---000--- Sementara penyerangan di puncak Siong San terjadi, gerakan yang lain juga terjadi di tempat yang cukup jauh dari situ, yaitu di Bu Tong San.

   Tiga belas orang bersorban warna-warni di pimpin oleh si Penunggang Angin menyerang Bu Tong Pai yang saat itu sedang tidak siap.

   Pertempuran itupun tidak lama.

   Para penyerang terlalu tangguh, sementara para pemimpin teras Bu Tong Pai tidak berada di tempat.

   Syukurlah di saat-saat yang genting muncul tujuh orang yang memberi bantuan sehingga menyelamatkan Bu Tong Pai dari kehancuran.

   Mereka tidak lain adalah Kai Ong dan kawan-kawan yang baru saja turun dari Sian Thian San dan sedang mencari Sian Lee.

   Terjadi pertempuran yang dahsyat antara tokoh-tokoh sakti jaman itu.

   Gerombolan Jit Cu Kiong tidak menyangka jika mereka akan mendapat perlawanan yang demikian hebat.

   Si Penunggang Angin yang melihat Lie Fu Lan, sumoi-nya berada di antara ke tujuh orang tersebut segera bergerak menghampiri sambil berseru.

   "Sumoi, apa maksudmu? Mengapa kau membantu pihak musuh?"

   "Kok suheng, maafkan aku, sekarang aku tidak berpihak pada Jit Cu Kiong lagi..."

   Seru Fu Lan sambil tersenyum ke arah Si Penunggang Angin yang ternyata adalah she Kok tersebut. Gadis ini tersenyum. Manis sekali, yah, hakekatnya tidak pernah sang suheng melihat senyuman cerah dari sang sumoy. Diam-diam dia heran.

   "Sumoi tahukah kau bahwa subo juga ada di sini?"

   "Aku tahu suheng, aku dapat merasakan hawa pembunuhnya!"

   Sahut si gadis tenang.

   "Hik..hik..hik, kalau kau sudah tahu mengapa kau tidak segera berlutut dan memberi melapor?"

   Tiba-tiba muncul sebuah bayangan si nenenek aneh yang langsung berdiri di hadapan Fu Lan.

   "Maafkan murid yang tidak berbakti, subo! Tapi murid tidak lagi bisa mengikuti Jit cu Kiong..."

   Kali ini Fu Lan berbicara dengan kepala tertunduk.

   "Bagus, kalau kau tidak sehaluan lagi, matilah...!"

   Kata si nenek dengan suara geram. Segera dia mengangkat tangan hendak memukul, namun dua buah bayangan lain bergerak di menghalangi di depannya.

   "Lan-moi, biar kami saja yang melawan mereka..."

   Menyusul Lian Giok Hui dan Hong Er Yong yang telah menghadang dengan senjata terhunus di tangan.

   "Siapa kalian?"

   Nenek itu bertanya dengan ketus sambil memandang dengan mata berkilat.

   "Tidak perlu tahu siapa aku, kalau engkau hendak menyusahkan Lan-moi, aku takkan membiarkanmu..."

   Giok Hui segera bergerak menyerang sambil mengerahkan jurus Thian Liong Sip Pat Kiam Sut-nya.

   Nenek itu mendengus melihat serangan lawan.

   Diam-diam dia terkejut karena lawannya yang masih muda ini ternyata memiliki ilmu yang dahsyat.

   Segera dia mengerahkan salah satu ilmu tongkat paling saktinya yaitu "Ilmu Seribu Tongkat Menyengat Dewa" .

   Gerekan-gerakannya aneh.

   Tak kalah anehnya dengan Thian Liong Sip Pat Kiam Sut dari Giok Hui.

   Dengan ini mereka bertempur sebanyak limapuluh jurus dengan imbang.

   Sementara Si Penunggang Angin kemudian di hadapi oleh Hong Er Yong yang mencecarnya dengan kedahsyatan ilmu pedangnya yang di mainkan bergantian menggunakan payungnya serta pedang tipis pendek di tangan kiri.

   Walaupun memiliki ilmu-ilmu yang sakti, namun Si Penunggang Angin tak mampu berbuat banyak untuk mengalahkan lawannya karena Er Yong juga telah mengerahkan kedua ilmu pedang "Sepuluh Jurus Titisan Dewa Angin"

   Dan "Hok Mo Cap Sha Kiam Sut"

   Dengan dahsyat. Di sebelah, Lian Giok Hui juga berkutat keras dengan si nenek aneh yang sakti. Pengerahan "Thian Liong Sip Pat Kiam Sut"

   Yang di lambari "Ajian Lebur Samudra"

   Serta "Ajian Gelap Sewu"

   Membuat sang nenek tidak mampu mendesak lebih.

   Karena dia tahu kedahsyatan Ilmu Lebur Samudra yang mampu menghilangkan tenaga lawan, apa lagi Ajian Gelap Sewu yang memiliki perbawa menggidikkan sangking dahsyatnya.

   Sementara Fu Lan telah mengundurkan diri dan bergabung dengan Kai Ong bersama rekan-rekan lainnya untuk menahan gempuran tiga belas kakek sakti bersorban yang sakti.

   Ternyata dengan kepandaian mereka sekarang, tidak susah takut akan kalah.

   Akhirnya, karena tidak melihat jalan keluar yang lebih baik, maka pihak Jit cu Kiongpun akhirnya mengundurkan diri.

   ---000--- "Mau apa kau di sini?"

   Kembali suara Po Tee Giok membentak.

   "Huh, Po Tee Giok, engkau membuat onar di mana-mana, kalau aku tidak melenyapkanmu, akan sulit rasanya membayangkan lebih banyak korban yang akan berjatuhan sebagai hasil pekerjaanmu yang penuh kelicikan..."

   Sian Lee menyahut dengan tenang, namun matanya berkilat-kilat manahan emosi.

   "Bangsat, apa kau kira aku takut padamu, huh, kau rasakan kesaktian empat Putri Gaib?"

   Sesudah demikian, dia memberi tanda pada keempat putri gaib untuk maju. Keempat putri itu memandang pada Sian Lee sejenak. Tiba-tiba Tara Gita bersuara.

   "Tuan, sayang pertemuan kita kedua ini sebagai musuh...?"

   "Benar...sangat di sayangkan sekali, namun apa boleh buat, aku tak dapat membiarkan kejahatan merajalela..."

   "Baik, kalau begitu kami berempat tidak sungkan lagi"

   "Silahkan..."

   Jawab Sian Lee singkat. Namun saat keempat gadis itu hendak bergerak menyerang, tiba-tiba bayangan Sim Sian Li mendahului menyerang.

   "Huh, apak kalian pikir aku hanya patung?..."

   Sejenak keempat gadis itu memendang ke arah Rara Ayu dengan pandangan mata menyelidik.

   Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Eh, apakah engkau murid istana Atas Angin yang berjuluk Putri Awan dan Angin?"

   Tanya Tara Shinta.

   "Tak usah banyak bicara, lihat pukulan...."

   Berkata demikian, Rara Ayu sudah menyerang dengan jurus-jurus yang mematikan dan dahsyat.

   Dengan begitu pertempuran empat lawan satupun terjadi dengan amat hebat.

   Sian Lee membiarkan saja karena dia percaya akan kepandaian Rara Ayu.

   Matanya terus memandang Po Tee Giok dengan tajam.

   Perlahan-lahan dia melangkah mendekati pemuda tersebut.

   Saat itu di samping Po Tee Giok telah muncul seorang kakek yang berperawakan seperti pembesar.

   Di lihat dari dandanannya, Sian Lee berani memastikan bahwa kakek ini pasti datang dari daerah yang sama dengan Kakek Penunggang Jagad.

   "Orang muda semangatmu besar, namun kau bukan tandinganku, menyingkirlah..."

   Katanya sambil mengibaskan tangannya ke arah muka Sian Lee.

   Kontan serangkum angin yang amat dahsyat menyerang Sian Lee...

   Sian Lee tersenyum.

   Namun tangannya tidak tinggal diam.

   Dia menggerakkan tanganya di kibaskan ke arah serangan kakek tersebut.

   Terjadi benturan tenaga kasat mata.

   tapi kakek itu terkejut karena tenaganya seolah-olah lenyap di telan samudra yang luas.

   "Bagus anak muda, kau sambutlah Ajian Brajakirana-ku!"

   Dari tangan kakek itu melesat sebuah sinar biru kehitam-hitaman sebesar jari kelingking.

   Sinar itu bergerak tidak terlalu cepat, namun dahsyatnya bukan kepalang.

   Dari tempat Sian Lee berdiri, dia merasakan tenaga pukulan lawan yang aneh karena hawa pukulan itu membekukan semua gerakannya sehingga dadanya terasa sesak.

   Keadaan ini berlangsung sangat cepat, namun walau demikia Sian Lee bukan petarung kemarin sore.

   Hanya dalam sekejap saja, segera Sian Lee sadar bahaya dari pukulan tersebut.

   Segera dia mengempos semangatnya sambil mengerahkan Ajian Tapak Begawan Pamungkas dengan delapanpuluh persen tenaga Iweekangnya.

   "Bleeedaaarrrrrr!...."

   Terjadi benturan tenaga yang dahsyat, pijaran bunga api menyilaukan mata berpendar dalam jarak empat tombak.

   Keduanya tak bergeming.

   Namun semua orangpun tahu dan dapat meihat betapa sepasang kaki kakek itu telah melesak sejengkal kedalam tanah sedangkan dari sudut bibirnya mengalir setetes darah segar.

   Po Tee Giok terkejut melihat akan hal ini.

   Segera tubuhnya melesat cepat ke depan sambil tangan kanannya mengerahkan tingkat tertinggi dari Thian-Te Kip-Kwi-Li-Ciang menghantam dada sedangkan tangan kirinya mengerahkan ilmu Ajian Brajakirana yang dahsyat memukul ke arah perut.

   Tapi walau secepat apapun dia bergerak, tetap bukanlah lawan Sian Lee yang berpuluh kali lipat lebih lihai darinya.

   Sedangkan kakek itu saja tidak sanggup melawannya.

   Pukulan Po Tee Giok tepat bersarang di dada dan perut Sian Lee, namun sedetik itu juga Po Tee Giok merasakan tangannya amblas menembus tubuh lawan.

   Segera jeritan ngeri keluar dari tubuhnya.

   Namun saat itu juga tubuhnya telah terlempar sejauh lima tombak kebelakang dan pingsan.

   Sementara kakek aneh itu yang melihat Po Tee Giok terlempar, segera melesat dengan cepat menangkap tubuhnya dan melarikan diri dari situ sambil meninggalkan rekan-rekannya yang lain.

   Di sisi lain pertarungan antara Sim Sian Li melawan keempat Putri Gaib telah mencapai pada puncaknya.

   Gerakan mereka amat cepatnya saling susul menyusul.

   Sian Li terkejut dengan gerakan ilmu lawan yang saling membantu dengan amat rapat sekali.

   Keempat Putri Gaib sendiri telah mengerahkan ilmu mereka yang paling dahsyat yaitu "Ajian Petaka Iblis"

   Yang sarat dengan hawa kematian mengerikan yang dahsyat.

   Tubuh mereka bergerak bagaikan bayangan-bayangan iblis yang menyerang dari berbagai penjuru.

   Sedangkan tubuh Sim Sian Li sendiri tidak terlihat.

   Hanya bayangan jari Pedang yang bergerak bagai jarum bertaburan di seluruh tubuhnya.

   Kemana saja bayangan pedang itu bergerak, maka tampak pula bayangan-bayangan iblis itu hancur satu per satu.

   Satu jam berikutnya kembali tersisa empat gadis itu saja.

   Di wajah mereka tampak cahaya keletihan.

   Begitu juga dengan Sim Sian Li.

   Gadis itu terlalu banyak mengerahkan tenaga.

   Walau demikian bibirnya yang mungil itumasih tetap tersenyum menghadapi pengeroyokan lawan-lawannya.

   AkhirnyaEmpat bayangan Putri Gaib-pun bergerak merapat sambil berpegangan tangan membentuk lingkaran.

   Sim Sian Li terhenyak melihat hal ini.

   Namun belum sempat dia membuka mulut mengucapkan sesuatu, tiba-tiba tubuh keempat gadis lawannya itu berputaran seperti gasing dengan apat cepatnya sehingga menimbulkan pusaran iblis berhawa panas yang amat dahsyat.

   Inilah tingkat terakhir dari "Ajian Petaka iblis".

   Jarak lima tombak dari keempat gadis itu tidak terlepas dari daya sedotan yang amat kuat dari ilmu tersebut.

   Semua benda-benda yang tersedot kedalam pusarannya langsung hancur menjadi abu.

   Sim Sian Li atau Rara Ayu terkejut sekali dan tak dapat menahan untuk tidak terseret ke dalam pusaran penghancur tersebut.

   Namun saat tubuhnya melayang ke arah pusaran, segera ia mengerahkan salah satu ilmu tertingginya yaitu "Ajian Lembu Sekilan"

   Seangkan tangannya memukul kedepan dengan "Ajian Batara Naga Mas"

   Tingkat terakhir.

   "Haiiiiiiiiitttt......".

   "

   Daaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrr....".

   "Aiikh...!"

   Terdengar suara ledakan yang amat kuat.

   Keempat Putri Gaib terlempar arah keempat penjuru dengan memuntahkan darah segar yang banyak.

   Mereka terluka dalam yang akan segera merengut nyawa mereka.

   Sementara di tengah bekas-bekas pusaran penghancur yang mulai memudar itu, tampak sesosok bayangan melayang bagai daun yang jatuh dari pohonnya, pingsan!.

   Tiada sepotong benangpun melekat di badannya.

   Semuanya hancur.

   Untung saja dia menguasai Ajian Lembu Sekilan yang membuatnya kebal.

   Kalau tidak sedari tadi tubuhnya sudah pasti hancur lebur.

   "Li-Moi....!"

   Sian Lee berseru tertahan dan memburu menangkap tubuh gadis yang polos yang pingsan dalam keadaan tanpa pakaian tersebut.

   Saat dia memeluknya, tubuh tersebut tampak lemah sekali seperti tidak bertenaga.

   ---000--- Bagaimanakah keadaan Sim Sian Li? Seberapa kuatnyakah Ajian Lembu Sekilan mampu menahan gempuran Ajian Petaka Iblis? Bagaimana kelanjutan petualangan para jago muda ini? Dan bagaimana kisah asmara antara Sian Lee dan para gadis-gadis cantik tersebut...? Nantikan kisah selanjutnya.

   TAMAT ~Seri Pengelana Tangan Sakti~ Seri ke V Panggung Penghukum Dewa Karya LovelyDear di Indozone Ebook oleh .

   Dewi KZ
http.//kangzusi.com

   atau
http.//dewi.0fees.net

   / Salam kembali saya hadirkan petualangan dari Pengelana Tangan Sakti Sian Lee.

   Cerita ini adalah CERITA PENDEK yang tamat tiap serinya Kisah ini saya tambahkan dengan ilmu-ilmu baru yang mahasakti dari Legenda Sian Thian San (Gunung Para Dewa) saya dan juga sedikit ilmu-ilmu pinjaman dari beberapa partai di Indonesia, hehehe...Cerita ini adalah cerita pendek yang tamat tiap serinya.

   Semoga dapat menghibur pembaca.

   0oo LovelyDear oo0 Seri 5.

   Panggung Penghukum Dewa Tubuh Sim Sian Li atau Rara Ayu yang telanjang tanpa pakaian melayang ringan bagaikan kapas ke tanah.

   Sesaat sebelum tubuh itu menyentuh tanah, sepotong jubah yang lebar telah menyambar dan menggulung tubuh yang indah berkilat itu, kemudian sepasang tangan yang kekar telah menadahnya dan memeluknya dengan erat.

   "Li-moi, bertahanlah!"

   Suara Sian Lee setengah berbisik di telinga gadis itu.

   Sejenak dia memeriksa tubuh gadis itu kemudian menarik nafas panjang.

   Kemudian matanya di alihkan kearah ke empat gadis yang terkapar tak berdaya di depannya.

   Perlahan dia mendekati mereka kemudian memasukkan pil obat ke dalam mulut mereka.

   Setelah itu tubuhnya bergerak pergi dari tempat itu.

   Khong Bhok Hwesio yang tadinya terluka dan baru selesai bermeditasi menyembuhkan luka dalamnya, segera berdiri dan berseru.

   "Sicu, gunakanlah Dipan Pualam Dingin yang ada di goa larangan di belakang kuil kami untuk menyembuhkan Li-Lihiap yang terluka. Tempat itu adalah daerah terlarang bagi Siauw Lim Sie kami, namun karena sicu berdua telah berjasa mempertahankan keutuhan kuil kami, maka sicu boleh menggunakan Gua Pualam dingin tersebut untuk mengobati"

   Sian Lee termenung sejenak.

   "Terima kasih paderi Agung, tolong tunjukkan jalannya?"

   Pemuda itu mempersilahkan. Saat akan berlalu dari tempat itu, sekilas dia melirik keempat gadis yang masih pingsan tadi.

   "Tolong rawat mereka dan bebaskan saja. Ilmu mereka telah musnah sebagian, jadi tidak perlu di khawatirkan."

   Khong Bhok Hwesio mengangguk dan memerintahkan murid-muridnya untuk mengurusi.

   Kemudian diapun berlalu dari situ dan mengantar kedua tamunya.

   Sian Lee memasuki gua Pualam dingin tersebut dan membaringkan Sim Sian Li di atasnya dipan Pualam dingin.

   Sementara Khong Bhok Hwesio hanya tinggal di luar saja.

   Sesaat kemudian dia sudah berdiri di sisi si gadis, tanganya menempel di pusar dan di ubun-ubun dari si gadis dan mulai mengerahkan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan.

   Entah sudah berapa lama dia mengerahkan tenaga tiba-tiba dia merasakan perasaan yang aneh.

   Tenaganya tidak bisa di tarik dari tubuh gadis tersebut.

   Merasakan keanehan ini, hatinya tidak tenang dan tenaganya mulai kacau.

   Saat itulah terdengar bisikan lirih dari Sim Sian Li.

   "Lee-ko, tenangkan pikiranmutenagaku sedang berputar dan menyatu dengan tenagamu, aku sudah mengerti rahasianya, aku merasakan suatu kekuatan yang amat dahsyat, sepertinya perpaduan tenaga Batara Naga Mas-ku dan Ajian Cara Pancasona serta telapak Begawan Pamungkas yang telah kau miliki telah saling melebur dengan Ilmu Delapan Dewa milikmu. Sebenarnya aku telah sembuh dari tadi, hanya jika kau menarik tenagamu, maka kaulah yang akan di rugikan karena kau akan kehilangan semua tenagamu. Ikutilah rapalan Ajian Bataracaya Sakti ini dan kita latih bersama."

   Demikianlah Sim Sian Li atau Rara Ayu memberi petunjuk yang dia ingat pernah di bacakan oleh gurunya.

   Hanya saja dulu belum mampu untuk di latihnya.

   Namun sekarang peningkatan terhadap ilmu tersebut telah menjadi mungkin dengan penemuan yang tak terduga ini.

   Sian Lee pun menurut saja, tak lama kemudian tubuh mereka berdua mulai memancarkan sinar terang.

   Dalam sekejab seluruh pakaian yang mereka kenakan telah hancur.

   Dengan mata tertutup kedua muda-mudi ini merasakan tubuh mereka terangkat dan bergerak berputaran di udara, kemudian tangan Sian Lee terlepas dari tubuh Sim Sian Li dan turun perlahan di tanah.

   Perlahan mereka membuka mata dan saling memandang.

   Saat itulah Sim Sian Li menjerit tertahan sambil memalingkan wajah ke kanan.

   "Eh, Li-Moi ada apakah? Apa lukamu belum sembsemb..."

   Tanpa terasa Sian Lee mengeluarkan pertanyaan itu, namun belum habis pertanyaannya tiba-tiba di rasakannya pertanyaannya itu sangatlah konyol bila di lihat keadaan mereka berdua.

   Mulutnya hanya melongo tak dapat melanjutkan kara-katanyasementara matanya menatap terpesona tubuh gadis yang polos bagaikan pualam di hadapannya itu.

   Agaknya si gadis dengan cepat menyadari akan hal ini, segera dia menjerit lagi dan membalikkan tubuhnya.

   Namun gerakan apapun itu tetap tak bisa menyembunyikan bentuk tubuhnya yang indah itu dari belakang sekalipun.

   Mereka terdiam sejenak.

   "Li-moiakhhhmaafkan aku, aku tak bermaksud berbuat kurang ajar padamu!"

   Sian Lee membalikkan tubuhnya membelakangi pemandangan yang indah itu.

   
Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"biar ku carikan pakaian untuk kita"

   Segera dia berlalu dari gua itu.

   Karena pikirannya khusuk, tanpa terasa dia justru berjalan cukup lama ke bagian dalam dari gua yang gelap itu.

   Agak lama dia berjalan sampai mulut goa itu semakin menyempit hingga dia harus merangkak dan akhirnya keluar di ruangan lain yang lebih terang.

   Di Pintunya tertulis.

   "Ruang Samadhi Tat-Mo Cousu"

   Matanya tertegun, ruangan itu sangat luas.

   Tidak ada satu bendapun di situ, namun setelah di perhatikan di seluruh ruangan maka tampaklah di seluruh dinding ruangan itu ukiran-ukiran gambar serta tulisan kecil orang-orang bersilat dengan berbagai jurus yang dahsyat.

   Sian Lee tertegun sejenak, saat matanya yang tajam memperhatikan dengan teliti tulisan dan gambar itu satu persatu, dia teringat semua jurus-jurus yang di latih bersama dengan gurunya serta kakek aneh Penunggang jagat.

   Sekali lihat saja dia telah mengerti dengan baik sehingga tanpa terasa tubuhnya bergerak perlahan mengikuti semua gerakan teresebut di ikuti tenaga Ajian Bataracaya Sakti di dalam tubuhnya yang baru saja di latih bersama dengan Sim Sian Li tadi memancar keluar dan bergerak bergolak dengan cepat dan secara otomatis bergerak mengikuti setiap gerakan yang di lihat dengan mata kepalanya.

   Tenaganya bergerak selaras dan bersambungan bagai air bah mengalir sehingga menggerarkan ruangan tersebut.

   Empat jam lebih Sian Lee bergerak tanpa henti, tanpa dia sadari tenaga saktinya mulai menemukan bentuk dan penyaluran yang amat dahsyat sampai ke taraf kesempurnaan yang dia sendiri tak akan percaya.

   Bahkan semua ilmu-ilmu yang pernah dia miliki telah terbentuk dalam suatu penggabungan yang lebih sempurna sehingga dapat di gunakan atau saling bertukar sekehendak hatinya tanpa halangan.

   Bahkan tanpa di sadarinya dia telah melatih seluruh intisari dari 72 ilmu rahasia dari Siauw-Lim-Sie yang ratusan tahun ini tidak seorangpun dapat melatihnya, meskipun telah berubah dalam bentuk yang sedikit berbeda karena bercampur dengan ilmu-ilmu asing dari negeri JawaDwipa.

   Meski ciangbunjin saat itu Khong Bhok Hwesio sekalipun di usia tuanya hanya dapat menguasai dua belas ilmu saja dari tujuh puluh dua ilmu tersebut.

   Guo Pualam Dingin adalah goa yang sangat terlarang bagi para murid Siauw-Lim-Sie, meski ketuanya sekalipun hanya sekali saja boleh memasuki daerah itu.

   Sementara 72 ilmu itu telah di tulis dan di simpan dalam ruang penyimpanan kitab kuil tersebut, namun tak seorangpun yang menyangka bahwa di dinding, jauh di belakang goa Pualam Dingin ada tertulis akan semua ilmu tersebut.

   Sejenak kemudian dia berhenti dan menarik nafas panjang.

   Setelah itu dia berlutut Sembilan kali dan berlalu dari ruangan tersebut.

   Saat dia kembali ke ruangan tempat Dipan Pualam Dingin, dia menemukan seperangkat pakaian hwesio di sana namun dia tidak menemukan Sim sian Li.

   Cepat dia mengenakan pakaian itu sambil tersenyum-senyum kemudian melangkah keluar dari goa Pualam Dingin tersebut Sesampainya di luar keadaan sepi.

   Tidak di temuinya satu orangpun di situ, maka segera dia menuju ke paseban agung dari kuil itu untuk menemui Khong Bhok Hwesio yang sedang bersemedhi.

   Khong Bhok Hwesio membuka matanya dan memandang Sian Lee dengan tajam.

   "Omitohud, sicu sudah keluar, bagaimana dengan Li-lihiap, apakah luka dalamnya sudah sembuh sepenuhnya?..."

   "Salam paderi agung, cahye berterima kasih atas kebaikan hati losuhu mengijinkan kami melakukan pengobatan di Goa Pualam Dingindia sudah sembuh sama sekali, hanya saja tadi dia lebih dahulu keluar dari goa tersebut, tidak tahu apakah ada murid-murid kuil uni yang melihatnya keluar atau tidak?..."

   Sambil menghormat, Sian Lee balas bertanya.

   "Omitohud, pinceng akan menanyakannya"

   Ssaat dia memberi tanda sutenya untuk mengecek.

   Beberapa saat kemudian dia telah kembali lagi sambil membawa sepotong batu pipih dan menyerahkannya pada khong Bhok Hwesio.

   Setelah membacanya Khong Bhok Hwesio lalu menyerahkannya pada Sian Lee yang segera membacanya, agaknya ini memang di tujukan kepadanya.

   "Aku kembali ke Istana Atas Angin, jagalah diri baik-baik sampai kita bertemu lagi,"

   Sian Lee termangu-mangu sampai lama. Khong Bhok Hwesio dan para sutenya memaklumi keadaannya sehingga hanya berdiam diri saja. Akhirnya pemuda itu mengangkat kepalanya.

   "Paderi agung, cahye sudah menerima kebaikan dari kuil Siauw-Lim-Sie ini, walaupun secara kebetulan, namun akupun tidak serakah. Maka sebelum cahye meninggalkan tempat ini, cahye ingin membantu Paderi Agung dan yang lainnya untuk memungkinkan pada peningkatan ilmu yang lebih tinggi lagi"

   Demikianlah Sian Lee kemudian membanti Paderi Agung dan ke lima sutenya untuk menyempurnakan ke duabelas ilmu yang mereka telah miliki sebelumnya.

   Tentu saja tidak sedikit kemajuan yang mereka peroleh.

   Hanya dalam waktu lima hari itu saja, kepandaian Khong Bhok Hwesio berenam telah mengalami kemajuan sepuluh kali lipat daripada keadaan lima hari sebelumnya.

   *** Di bawah pengaruh dari Khong Bhok Hwesio dan Thian in Kiam ong, maka di kibarkanlah "Hok-Mo-Enghiong-Khi" (Panji Orang Gagah Pembasmi Iblis), dengan harapan ini akan menjadi satu-satunya pertahanan terakhir dari kaum putih.

   Namun sejak hancurnya Sian-Thian-San, dunia persilatan, telah di mulainya suatu babak baru dalam sejarah persilatan di Daratan Tengah ini, meski dengan adanya "Hok-Mo-Enghiong-Khi"pun tetap tak dapat berbuat banyak.

   Tujuh bulan berlalu dengan cepat.

   Bahkan sejak hancurnya beberapa partai besar, maka desas desus kekuatan, kekejaman dan ambisi untuk menguasai dunia dari orang-orang Jit-Cu-Kiong semakin menyebar ke seluruh Tionggoan.

   Rimba persilatan serasa mati.

   Tidak ada orang yang berani memunculkan diri lagi.

   Apalagi saat tersiar kabar munculnya seorang dedengkot sakti dari negri JawaDwipa yang menjadi pelindung di balik Jit-Cu-Kiong.

   Yang paling menyedihkan ialah para ciangbunjin ke lima partai besar di tawan oleh begundal-begundal Jit-Cu-Kiong ini.

   Banyak tokoh-tokoh tua yang sudah lama mengasingkan diri akhirnya bermunculan.

   Namun merekapun tidak dapat berbuat banyak karena kekuatan Jit-Cu-Kiong terlalu kuat dan merekapun hanyalah merupakan kumpulan-kumpulan kecil yang bergerak sendiri-sendiri..Waktu itu telah genap tujuh bulan dunia persilatan terdiam.

   Kejahatan orang-orang Jit-Cu-Kiong kian merajalela.

   Banyak tawanan-tawanan jago-jago persilatan dari berbagai cabang yang di bunuh di atas "Panggung Penghukum Dewa"

   Yang di dirikan oleh Po Tee Giok setengah bulan terakhir ini.

   Setiap dua hari ada saja satu orang jago aliran putih yang di sembelih dengan sadis di panggung tersebut.

   Total yang sudah mati hingga saat itu sudah lima belas orang.

   Mayatnya tidak di kuburkan, melainkan hanya di buang saja di bawah panggung dan di biarkan membusuk sampai habis di makan burung gagak.

   Tuntutannya hanya satu, yaitu meminta orang-orang dari Sian Thian San untuk menyerahkan diri.

   Matahari semakin tinggi menjelang tengah hari, sesosok bayangan pria berjubah hitam tiba-tiba telah berada di atas panggung tersebut.

   Di tangannya menyeret dua orang tua berpakaian lusuh.

   Salah satunya berpakaian tambal-tambalan yang bukan lain adalah Kiam-Lek-Cu (Si Pedang Petir) Ciang Wi Tosu yang merupakan ciangbunjin Go-Bie-Pai serta Liong-Tung Sin-Kai (Pengemis sakti tongkat Naga) Lok kai yang juga adalah ciangbunjin Kay Pang cabang selatan.

   Tiba-tiba terdengar suara tawa dari pria tersebut.

   Tanpa berbicara apapun, kedua tangannya bergerak dan satu per satu mematahkan kedua lengan dua orang tawanan itu kemudian di lemparkan kepada kawanan anjing buas yang di rantai di bawah panggung.

   Ini menimbulkan jeritan kesakitan yang amat memilukan.

   Bahkan pria itu dia mulai mencongkel mata ke dua orang itu lan melemparkannya kepada anjing-anjing tersebut.

   Semua ini di lakukan dengan sadis dan tidak mengenal perasaan.

   "WuuuuussssshhBlammm"

   Sementara dia melakukan hal itu, tiba-tiba pria berpakaian hitam tersebut melompat ke atas menghindari serangan pukulan berapi yang dahsyat.

   Namun dia kecele karena pukulan tersebut ternyata tidak di tujukan kepadanya.

   Melainkan kepada kedua tokoh yang sudah sekarat itu.

   Dalam sekejab saja kedua tubuh itu hangus dan lenyap dari tempat itu.

   Sementara pria berpakaian hitam itu sudah tegak kembali di tempatnya tadi sambil memandang tajam kearah pendatang baru yang baru muncul.

   Terdengar suara yang perlahan dan halus seperti orang berdoa.

   "Semoga locianpwe berdua memaafkan cahye. Cahye hanya bermaksut membebaskan ji-wie locianpwe agar tidak menderita lagi"

   "Siapa yang cari perkara dengan Hek-Jiu--Mo (Iblis Bertangan Hitam)..?"

   Pria berjubah hitam yang ternyata adalah tokoh sesat yang telah lama menghilang dari dunia persilatan itu membentak dengan suara dingin.

   Namun dia tertegun sejenak, karena di depannya telah berdiri seorang remaja tanggung yang memakai jubah merah dengan lengan yang tergulung sampai di sikut.

   "Hem Hek-Jiu--Mo (Iblis Bertangan Hitam), kalian mencari orang-orang Sian Thian San bukan? Sekarang sudah ada di depanmu, kau tunggu apa lagi?..."

   Remaja tanggung itu balas menatap pria tersebut dengan tatapan tajam.

   "Hahaha, ku kira siapa? Tak tahunya hanya anak kemarin sore yang coba berlagak. Apakah Sian Thian San memang sudah kehilangan jagoannya sehingga mengajukan anak kecil ini? Sungguh memalukan"

   Suaranya menggelegar, sengaja di perdengarkan ke angkasa. Namun belum habis suaranya tiba-tiba.

   "Jangan tekebur kau, belum tentu kau sanggup bertahan duapuluh jurus dengannya!"

   Terdengar suara mendengus dingin di belakangnya. Cepat dia berpaling, ternyata di belakangnya sudah berdiri sekitar delapan orang yang berpakaian dan berkerudung hitam seperti kerucut. Cepat dia berlutut menyembah.

   "Hehee, kau tidak percaya perkataanku bukan? Kalau begitu kuberi kesempatan padamu untuk menjajalnyakalau kau menang barulah kau bunuh diri"

   Kembali terdengar suara dingin itu menyahut.

   Hek-Jiu--Mo (Iblis Bertangan Hitam), segera mengangkat mukanya dan membalikkan tubuh memandang remaja tanggung di depannya dengan sinar mata ganas.

   Tanpa bersuara lagi, mulutnya memekik nyaring dan sudah menerjang dengan kecepatan kilat menyerang dengan dua pukulan dahsyat kearah lawannya itu.

   "Huh, tak tahu diri!"

   Remaja tanggung itu mendengus sambil memandang dengan mata berkilat.

   Tubuhnya tetap diam di tempat, namun saat pukulan lawan hampir menyentuh tubuhnya, tiba-tiba bayangan tubuhnya berubah menjadi dua dalam pandangan Hek-Jiu--Mo (Iblis Bertangan Hitam).

   Dia terkejut dan berusaha menarik pukulannya, namun terlambat.

   Sebuah pukulan keras berhawa panas telak menghantam dadanya.

   Tubuhnya terlempar bagai laying-layang putus dengan dada hangus.

   Ternyata dia telah terkena salah satu jurus dari Hok Liong Hwee Sian ciang (Telapak Dewa Api Penakluk Naga).

   Sebenarnya Hek-Jiu--Mo (Iblis Bertangan Hitam) bukanlah tokoh kacangan.

   Dia adalah salah satu dari Lima Siluman Bumi yang telah berhasil di taklukkan oleh pihak Jit-Cu-Kiong, namun dia terlalu memandang enteng lawan.

   Sementara remaja tanggung itu, yang tak lain adalah Beng Sian, murid terkasih dari Sian Lee.

   Sejurus kemudian dia menyapu ke delapan orang yang telah hadir di tempat itu, kemudian mendengus.

   "Hahtak ku sangka hari ini bisa mendapat penyambutan yang se meriah ini darimu orang she Po? Tapi kau terlalu keji dengan mengadakan pembantaian ini"

   "Hehehe, Bocah setan, mengandalkan apa kau mau mengguruiku. Apa kau piker masih dapat lolos dari tempat ini dalam keadaan hidup?..."

   Suaranya pemuda itu yang tak lain adalah Po Tee Giok dingin dengan mata mencorong tajam memperhatikan Beng Sian dari balik kerudungnya.

   "Hoho, aku takkan datang kalau tak yakin akan kemampuanku. Sekarang katakan apa maumu?..."

   Tandas Beng Sian dengan suara tak kalah dinginnya.

   "Hem, aku mau kepala Pat Sian dari Sian Thian San, kalau tidak aku akan bunuh semua tokoh-tokoh persilatan ini di atas panggung ini. Akan ku lihat bagaimanakah kalian dapat menyelamatkannya." Huaaahahahahakau pikir Pat Sian adalah anak kemarin soreaku justru membawa pesan guruku untuk di sampaikan kepada kalian"

   "Siapa gurumu?..."

   Terdengar suatu suara mendengus dari samping kiri Po Tee Giok.

   Ternyata adalah seorang tua berkerudung hitam yang tidak mau memperlihatkan wajahnya.

   Melihat lagak orang berkerudung tersebut, timbul sifat angkuh dari Beng Sian "Heh, tidak ada urusanmu di sini anjing penjilat! Kalau kau bisa menangkan aku, aku akan memperhitungkan kau orang"

   "Baik, apa susahnya menangkapmu!"

   Belum lagi kata-kata habis di ucapkan, tubuh orang berkerudung hitam itu melesat dengan kecepatan bagai sambaran kilat.

   Jari-jari tangannya bagai capit baja menjepit ke tubuh Beng Sian.

   Heh, jika aku dapa kau tangkap sedemikian mudahnya, maka aku akan menarik diri dari Delapan Dewa pelindung Sian Thian San"

   Beng Sian mendengus sambil tertawa hambar.

   Tak tampak sedikitpun kegugupan di wajahnya.

   Tanpa menggerakkan kakinya, tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi tiga bayangan, dan lain kejab semua serangan itu telah di hindarinya dengan manis.

   Hal itu tentu mengejutkan orang berkerudung tersebut.

   Tanpa berhenti tubuhnya berputar cepat dan mengirimkan delapan belas serangan dari atas yang menghadang semua gerak dari Beng Sian.

   Tenaga yang di kerahkannyapun bukan olah-olah, bagaikan gugur gunung dahsyatnya.

   Sesaat semua pukulan itu akan menghantam Beng Sian, tiba-tiba tubuhnya merendah dan berputar maju dengan cepat menyongsong pukulan-pukulan tersebut dari arah bawah.

   Jurus ke tiga dari Hok Liong Hwee Sian ciang (Telapak Dewa Api Penakluk Naga) segera di lancarkan dengan pengerahan tenaga penuh.

   "Dhuaaaaarrr.!"

   Delapan belas bayangan pukulan tersebut sirna, hanya tampak sepasang telapak tangan yang beradu dan menimbulkan ledakan yang dahsyar. Orang berkerudung itu terlempar ke belakang dan muntah darah sedangkan Beng Sian tergentak ke belakang setindak.

   "Iiihhh"

   "Hebattt"

   Terdengar seruan kaget bercampur dengan pujian.

   Sesungguhnya hamper tiada seorangpun yang percaya.

   Remaja itu baru berapa tahun berlatih, tapi tenaga dalamnya sudah mampu mengungguli rekan mereka yang tak lain adalah Bu-Tek Thian-Mo (iblis Langit Tanpa Tanding), yaitu seorang dari antara Lima Iblis Langit yang sudah lama mengasingkan diri.

   Diam-diam mereka terkejut, baru salah satu dewa pelindungnya saja sudah begini hebat, sampai di manakah kekuatan Sian Thian San yang sebenarnya? Kalau di pikir memang mereka sangat mudah menaklukkan Sian Thian San tempo hari di karenakan hamper semua jago-jagonya tidak berada di tempat.

   Beng Sian masih tetap berdiri tegak, sedangkan di sudut sebelah kanan tampak seorang berkerudung yang lain yang memiliki tubuh berbau kuburan yang sedang memandang ke arahnya dengan sorotan mata yang tajam bagai sembilu.

   Pelan-pelan orang ini berjalan ke arahnya.

   Saat itu juga Beng Sian merasakan tekanan yang amat kuat mengurungnya dari berbagai penjuru.

   Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tahulah dia bahwa lawan kali ini tak boleh di pandang ringan.

   Paling tidak dia bisa mendeteksi bahwa tenaga orang ini masih di atas lawannya yang pertama.

   Kedua tangannya di buka ke samping dengan jari-jari menghadap ke bawah.

   Saat itu juga dia kerahkan tenaga Hok Liong Hwee Sian ciang nya.

   Tekanan yang tadi menghimpitnya sirna dalam sekejap, berganti dengan hawa panas menyengat di sekeliling tubuhnya.

   Sementara matanya tajam mengawasi gerak-gerik kakek tersebut.

   "Marilah layani lohu bermain-main sedikit!"

   Seketika itu juga tangannya melakukan gerakan menotok aneh yang mengurung dari delapan penjuru.

   Semua totokannya mendatangkan perbawa tenaga tajam yang berlipat kali lebih kuat dari Bu-Tek Thian-Mo tadi.

   Beng Sian dapat merasakannya karena kedahsyatan totokan-totokan tersebut hampir dapat membobol kekuatan khie-kang tubuhnya.

   Namun di saat bersamaan pula tubuhnya bergerak cepat sambil mengempos seluruh kekuatannya.

   Tangannyapun melakukan gerakan-gerakan yang tak kalah anehnya dari serangan orang berkerudung tersebut, sehingga orang berkerudung itu jadi khaki di buatnya.

   Dalam waktu singkat terjadi pertukanran jurus sebanyak limapuluh jurus tanpa ada yang terdesak, kemudian tubuh mereka terpisah dengan cepat dalam jarak dua tombak.

   Kemarahan dan gengsi yang memuncak sudah hampir sampai di ubun-ubun orang berkerudung tersebut.

   Tiba-tiba terdengar pekik menggelegarnya yang amat dahsyat.

   Tubuhnya melambung ke atas sambil melayangkan hujanan pukulan tajam yang amat dahsyat.

   Inilah pengerahan seluruh kekuatannya.

   Tampaknya dia bertekat memperoleh kemenangan dalam sekali serang.

   Beng Sian tak membiarkan ini.

   Sedetik itu juga ke dua kakinya terpantek di tanah sedalam setengah jengkal.

   Sementara tubuhnya merendah ke belakang dengan tubuh menghadap ke atas.

   Sementara tangannya tiba-tiba berubah menjadi menjadi api biru.

   Inilah pengerahan tertinggi dari Hok Liong Hwee Sian ciang.

   Kehebatan dari jurus ini adalah terletak dari punggung yang merendah menempel di tanah.

   Karena saat itu dia menyerap tenaga "Im"

   Dari tanah sehigga tenaganya berlipat ganda, dan tersalur dengan di bungkus oleh kekuatan hawa panasnya.

   Jadi seolah-olah Beng Sian memukul dengan hawa panas berapi, tapi kekuatan yang paling dahsyat terletak pada hawa dingin di balik pukulan berapi tersebut, karena hawa dingin ini tak dapat di tahan.

   Bahkan akan menyusup dengan tenaga lawan dan kenghancurkan pusat tenaga lawan sehingga lawan akan jadi lumpuh.

   "Blaaammmmm"

   Terdengar ledakan yang dahsyat bagai gugur gunung, namun semua orang terkejut.

   Tubuh orang berkerudung terhuyung lima langkah dengan tubuh bergetar keras.

   Sedetik kemudian kembali dia memuntahkan darah kental "Hahahahaadik kecil, kau hebat sekalikeberanianmu benar-benar menambah semangat lohu yang sudah puluhan tahun tidak bergebrak inimarimari lohu temani engkau menyingkirkan tikus-tikus ini"

   Belum habis suara itu, di saat bersamaan muncul dua sosok bayangan dari arah yang berbeda.

   Sangat cepat sekali.

   Satu bayangan muncul di samping kanan sambil terbahak-bahak kesenangan.

   Sedangkan yang satu bayangan lagi berkelebat ke sebelah kiri Beng Sian dan menyapanya.

   "Adik Sianminumlah ini dan sembuhkan lukamu dulu". Pendatang ini tak lain adalah Hong Er Yong adanya. Sambil berdiri tegak menjaga di samping Beng Sian, dia memandang tajam kearah kakek aneh yang terkapar di tanah sambil memuntahkan darah tersebut. Kemunculan bayangan ke dua sungguh takdi sangka oleh kakek yang baru datang ini, diam-diam dia tercengang dan berdecak kagum.

   "Eh nona cilik, umurmu hanya seukuran cucuku, namun kau hebat sekali, bisa datang tanpa sepengetahuan lohu.benar-benar ombak sungai tiangkang mendorong ombak di depannya"

   Er Yong hanya tersenyum saja.

   "Mohon tanya, siapakah nama cucu locianpwe?"

   "Hemanak Bengal itu bernama Cui Im Yan"

   "Aakhternyata Cui Im Yan cici. Kalau begitu locianpwe adalah Mo Kauw Kauwcu Kian Kun Mo Cui Ho Meng?... "Eh, kau juga kenal budak cilik itu?"

   Jawab Kakek tersebut dengan bajah cerah.

   "Dia ada bersama dengan kami, bahkan merupakan salah satu dari Delapan Dewa Sian Thian San"

   "Apa??? Dia juga Dewa dari Sian thian San"

   Kakek itu bertanya penasaran, namun baru saja dia hendak melanjutkan tiba-tiba terdengar bentakan keras.

   "BangsatApa kalian kira tempat ini adalah tempat bernostalgia?"

   Saking gusarnya Cui Ho Meng memelototkan matanya kepada orang berkerudung yang mengeluarkan suara tersebut.

   "Penipu licik, murid durhaka, sampai ke liang kuburpun lohu takkan dapat melupakan baumu yang busuk itukebetulan kita bertemu di sini"

   Tubuh Po Tee Giok gemetar sesaatkemudian tenang kembali. Dia terkejut bahwa orang tua ini dapat mengenalnya, namun kembali dia tenangkan diri karena percaya pada kemampuan orang-orang yang di bawanya.

   "Hem, orang tuakau tak usah gembar-gembor di sini, itu semua salahmu yang terlalu pelit membagi ilmu. Sekarang dengan kedudukanmu sebagai iblis dari mo-kauw kauwcu, siapakah yang akan kau bantu?"

   "Huh, banyak bacot, meskipun lohu Kian Kun Mo, tapi tak dapat lohu sejalan dengan pembokong licik sepertimu"

   Bentak kakek tersebut sambil tubuhnya berkelebat menyerang dengan pukulan-pukulan dahsyat dari Kian Kun Sin Kang kearah Po Tee Giok.

   Pemuda itu segera menghindar dengan sebat ke belakang.

   Sedangkan tempatnya kemudian di gantikan oleh dua orang berkerudung lain.

   Cui Ho Meng terkejut, dari pertemuan tenaga barusan, dia dapat menduga kalau kekuatan lawan hanya setengah tingkat di bawahnya.

   Entah siapa mereka? Saat itu tiba-tiba terdengar suitan nyaring dari arah timur.

   Tubuh Po Tee Giok tersenyum mendengarnya.

   "HahahaSelamat datang Guru!"

   Segera tubuhnya membungkuk kearah sumber suara tadi di ikuti yang lain. Cui Mo Heng yang merasa tidak di pedulikan jadi khaki bukan main dan membentak.

   "Bangsat, jangan salahkan lohu yang tidak sopan"

   Tenaga Kian-Kun Sin-Kangnya di kerahkan kemudian memukul keaarah dua orang berkerudung yang tadi menghalanginya.

   "Ddaaaarrrr!"

   Terdengar bunyi ledakan keras, namun bukan kedua orang berkerudung itu yang terlempar, melainkan Cui Mo Heng yang terdorong mundur dengan memuntahkan darah segar.

   Entah bagaimana, tahu-tahu di tengah panggung itu telah berdiri seorang kakek asing yang berjubah hitam dan bersorban hitam.

   Sementara itu Beng Sian membuka mata setelah memulihkan luka dalamnya, kemudian bertanya kepada Er Yong.

   "Yong-Cici, Siapakah orang tua ini?..."

   "Entahlahmelihat gelagatnya, sepertinya kita bertemu lawan tangguh"

   Er yong berbisik sambil terus menatap kakek itu yang juga sedang menatapnya.

   "HeheheTee Giok, apakah ini nona kecil yang kau katakana tidak mau takluk?"

   Cepat-cepat Po Tee Giok maju kemuka dan menjawab.

   "Benar gurumohon petunjuk?..."

   "Baik, kau tangkaplah dia sekarang"

   Kata kakek itu tenang sambil menyeringai. Po Tee Giokmenganggukkan kepalanya sambil mendekati Er Yong.

   "Nona Yong, menyerahlah"

   "Huh, kau pemuda mesum yang tak tahu dirirasakan pedangku"

   Bentak Er Yong dingin.

   Pedangnya langsung berkelebat mencecar dengan sembilanbelas tusukan kearah leher Po Tee Giok dengan jurus "10 Titisan Dewa Angin".

   Sementara tangannya mengerahkan Ajian Cakra Bayu menghantam dengan gencar.

   Po Tee Giok terkejut.

   Belasan jurus di muka dia hanya bias menghindar dengan berat saja tanpa bias melawan.

   Tiba-tiba "Heh sungguh bodoh, hanya Sepuluh Titisan Dewa Angin"

   Saja kau takutkan, lalu apa gunanya kau belajar jurus "Seribu Bianglala iblis"?..."

   Terdengr makian kakek itu.

   Segera Po Tee Giok tersadar Saat itu juga dia memekik nyaring dan mengerahkan Kian-Kun-Mo Kang yang andalan ketua Mo-kauw untuk menangkis pukulan gadis itu.

   Sedangkan pedangnya sudah di loloskan dan bergerak dengan ilmi"Seribu Bianglala iblis"

   Ajaran kakek asing itu untuk menggentak mundur lawan. Kali ini Er Yong tidak dapat berbuat banyakkeadaan mereka sama kuabahkan dengan beberapa petujuk dari kakek itu, pada jurus-jurus selanjutnya gadis itu terdesak hebat.

   "Hahahanona Yongmenyerahlah!"

   Sahut pemuda itu dengan suara bangga.

   Saat-saat menggenaskan itu, tiba-tiba Er Yong memejamkan matanya.

   Gerakan kaki tangannya berubah, lebih sederhana, tidak ada keanehan di dalamnya, namun semua yang melihat terkejut.

   Semua serangan dan desakan Po Tee Giok kandas di tengah jalan.

   Dari mendesak kini m,alah terdesak.

   "MINGGIR"

   Tiba-tiba terdengar bentakan kakek itu. Saat itu juga tuguh Po Tee Giok tergeser ke pinggir panggung.

   "Istirahatlah Yong-moikakek inibagianku!"

   Terdengar suara halus di telinga Er Yong.

   Tiba-tiba di hadapan kakek itu, entah bagaimana, tak seorangpun yang melihat telah berdiri seorang pemuda tampan berpakaian putih dengan rompi kulit harimau putih yang ternyata adalah Sian Lee adanya Kedua orang itu, satu tua dan satu muda saling berhadapan.

   Pancaran tenaga yang amat kuat saling bentrok hingga seluas limabelas tombak.

   Melihat kekuatan tenaga orang, diam-diam pemuda ini coba menduga.

   apakah ini tokoh sakti dari Istana Mustika langit yang di sebutkan oleh "Si Penunggang Jagat",yaitu.

   Ki Reksa Sadewa yang di negri JawaDwipa lebih di kenal dengan julukan Maharaja Petaka Bumi, yaitu adik seperguruan dari Maharaja Petaka Langit yang menjadi ketua dari Istana Mustika Langit.

   Memang sejak semula dia sudah merasakan firasat yang amat kuat tentang adanya satu kekuatan yang tersembunyi ini, namun tak di sangkanya akan secepat ini bertemu.

   Ki Reksa Sadewa juga dapat merasakan perbawa kekuatan Sian Lee yang dahsyat.

   Dia segera sadar bahwa murid-muridnya sekalipun takkan dapat memengatasi pemuda ini, itulah sebabnya siang-siang dia telah menunjukkan diri untuk menghadang pemuda tersebut.

   Sementara itu Sian Lee mengamati sekelilingnya.

   Walaupun wujud-wujud mereka belum kelihatan namun pemuda itu dapat merasakan pancaran-pancaran hawa sakti pekat yang telah mengurungnya.

   Getar-getar tenaga yang di pancarkan ke sekeliling dalam jarak lima tombak mendapatkan perlawanan kuat.

   Segera dia dapat mendeteksi orang-orang yang mengurungny ada sekitar duapuluh orang banyaknya.

   Namun tak lama kemudian terdengar siutan-siutan nyaring dan di atas panggung itu telah berdiri bertambah enam orang yang ternyata adalah orang-orang muda semua.

   Mereka adalah Giok Hui dan kawan-kawan yang taelah hadir di situ.

   "Hem, anak muda, aku kagum dengan bakatmu. Semuda ini sudah mampu membuat terobosan yang luar biasa dalam ilmu silat. Sayang sekali jika aku harus melenyapkanmubersiaplah"

   Ki Reksa Sadewa berkata dengan aksen latah tanpa menggerakkan bibirnya. Sementara itu tenaganya mulai di pancarkan untuk mengurung Sian Lee dari berbagai penjuru.

   "Orang tua, selamanya daratan Tionggoan dan JawaDwipa terpisah jauh dan tidak saling menyinggung, mengapa kalian dating mengacau dan berbuat jahat di sini?"

   Jawab Sian Lee dengan suara datar.

   "Anak muda, Sian Thian San dan Istana Atas Angin selalu menyombongkan diri sebagai satu-satunya kekuatan yang dapat menjaga perdamaian dunia sehingga berusaha menyingkirkan kami yang di anggap sesat. Dendam ini sudah lama terpendam di hati kamikaupun tidak perlu banyak bicara lagi"

   Berkilat mata Sian Lee.

   Saat itu juga dia mengerahkan tenaganya menolak desakan tenaga lawan ini sehingga terjadi benturan tenaga yang kasat mata.

   Akibatnya terdengar jeritan-jeritan kecil di sekeliling saat orang-orang yang bersembunyi terdesak dan akhirnya bermunculan satu per satu dan berdiri dengan pandangan garang.

   "Perbuatan kalian menghancurkan Sian Thian San belum sempat ku perhitungkan, agaknya thian memang sudah mengatur semua ini.Hem, baiklah apa maumu sekarang?..."

   Jawab Sian Lee dengan suara datar dengan nada menantang.

   "Bagus, kau berjiwa besaraku akan bermurah hati untuk memberi kematian yang utuh bagimu"

   Kembali kakek itu tertawa.

   "Menilik gelagat ini, selain bertempur dengamu, aku tak punya pilihan bukan?"

   Kembali Sian Lee menyindir dengan suara sinis. Melotot mata kakek itu. Wajahnya memerah seketika.

   
Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kau tekebur sekali, apa kau pikir dapat lolos dari tanganku?"

   "Mohon Tanya, apa kepandaian kau orang tua dapat melebihi kesaktian "Si Penunggang Jagat?"

   Ki Reksa Sadewa melengak mendengar pertanyaan ini.

   "

   Huh, si bangsat itu apa hebatnya? Tak perlu kau menggunakan namanya untuk menggertakku"

   "Maaf, aku tak ada muka tebal untuk menunggangi namanya. Pengelana Tangan Sakti tidak tidak hanya ku dapat dengan membonceng nama oranghanya saja aku mendapat wasiatnya untuk mencari kau orang tua dan mengembalikan ke penjara abadi di Istana Atas Anginentah kau suka ikut atau tidak?..."

   Mendelik mata Ki Rekso Sadewa. Mukanya memerah tanda gusar.

   "Baik anak muda, agaknya aku harus melenyapkan sesumbarmu dulu"

   Tiba-tiba mulut Ki Rekso Sadewa tertawa keras.

   Suaranya membahana bagaikan dentuman halilintar yang amat banyak menyerang Sian Lee.

   Hakekatnya itu adalah Ajian Kidung Ngampar yang sangat dahsyat.

   Tataran Ajian ini berada setingkat lebih tinggi dari Gelap Ngampar.

   Kehebatannya adalah menyerang melalui getaran ultra sonic di alam, mengubahnya menjadi tenaga penghancur dan menjalar melalui suara sehingga mampu melumpuhkan tenaga lawan yang bagaimana hebatnyapun.

   Hakekatnya hampir musthil ada manusia yang sanggup menghadapi ilmu ini tanpa terluka.

   Sekarang ilmu tersebut di gunakan menyerang Sian Lee.

   Tampak tubuh Sian Lee itu bergetar sesaat.

   Segera dia mengerahkan seluruh tenaganya.

   Hanya sesaat saja kemudian tenang kembali.

   Matanya terpejam dan mulai mengikuti alur tenaga dari ajian tersebut.

   Sejak memahami Ajian Bataracaya Sakti yang di lebur dengan intisari 72 ilmu-ilmu warisan Tat-Mo-couwsu serta semua ilmu-ilmu yang dia miliki sebelumnya, dia telah menyingkirkan penghalang dari semua ilmu-ilmu yang ada sehingga dengan sekali lihat, rasa atau dengar saja dia dapat menciptakan penangkalnya.

   "Mustahillll!"

   Terdengr pekikan nyaring dari mulut Ki Rekso Sadewa.

   Detik itu juga tubuhnya lenyap dari hadapan Sian Lee.

   Tak terjadi apa-apa saat tenaga yang membalik menghantam bangunan megah di belakang Ki Rekso Sadewa tadi.

   Namun sesaat kemudian saat angina bertiup, bangunan itu runtuh menjadi serbuk halus.

   Saat itu juga terdengar seruan-seruan kaget dari mulut para jago-jago yang mengepung tempat tersebut.

   "Mustahil!...seumur hidup belum pernah ada ilmu lain yang dapat mengalahkan ilmu ini kecuali bertarung seimbangilmu apa yang kau gunakan bocah?..."

   Ternyata kakek itu telah berada di belakang Sian Lee, memandang pemuda itu dengan muka pucat pias. Sian Lee menarik nafas panjang dan menatap dingin pada kakek tersebut.

   "Ilmu itu adalah Thian-Sian-Ho-kang (Titah Dewa Langit) yang baru ku ciptakan setelah merasakan getaran dan daya penghancur ajian yang baru kau orang tua keluarkan tadiyah memang belum sempurna, tapi aku yakin dua atau tiga kali lagi ku gunakan, pasti akan lebih hebat lagi"

   "Bocah setan!"

   Tampak Ki Reksa Sadewa tergerak mundur dengan tubuh bergetar.

   Dia sungguh terkejut sekali, orang yang dapat menciptakan ilmu penangkal terhadap ilmu lawan dengan sekali lihat dan merasakan, sungguh seorang yang luar biasa.

   Pemilik Istana Atas Angin maupun penguasa Sian Thian San dulupun tidak ada yang seperti itu.

   Segera dia sadar bahwa sangat mustahillah memenuhi ambisinya untuk menguaasai daratan tionggoan ini.

   Perlahan dia menarik nafas panjang.

   "Kali ini Bintang Pamungkas (Kemujuran) benar-benar berpihak pada Sian Thian San baiklah aku akan mengundurkan diri dari sini dan tidak akan kembali lagi di tionggoan sini, namun sudilah kiranya engkau memenihi dua keinginanku"

   Kakek itu menatap tajam kepada Sian Lee dengan tatapan mengharap. Sian Lee terhenyak dan balas menatap orang tua di depannya ini.

   "

   Silahkan kau orang tua bicar"

   "Pertama kita adu dalam gerakan silatdan kedua akan ku sampaikan jika aku kalah bagaimana?"

   "Baik! Silahkan kau orang tua mulai!"

   Sian Lee mengangguk sambil mempersilahkan.

   Ki Reksa Samudra mendengus sekali kemudian tubuhnya bergerak dengan kecepatan tinggi menyerang dengan jurus-jurus silat.

   Saat itu juga terjadi pertukaran jurus yang amat dahsyat dan aneh dari kedua orang tersebut.

   Yang lebih aneh lagi, pertarungan itu hanya berlangsung dalam lima gebrakan.

   Namun dalam lima gebrakan itu, Ki Reksa Samudra telah mengerahkan semua jurus-jurus silat dan ajian yang paling aneh dan dahsyat yang di ketahuinya, seperti Aji Wisanggeni, Aji Serat Biru, Ajian Cakrabuana Sukma, Ajian Gelap Sewu dan Ajian Lembur Kuning dang menerikan, namun dia terkejut karena tetap saja serangannya tak bias menyentuh seujung bajupun dari pemuda tersebut.

   Bahkan dia merasa semua serangannya melempem dan tak bisa di kembangan di bawah tekanan-tekanan lawan yang hanya menangkis seadanya tapi yang berakibat semua pukulannya tak bisa maju.

   Merasa semua usahanya sia-sia segera dia mengundurkan diri setelah gebrakan ke lima.

   "Anak muda, aku menunggumu di Istana Mustika Langit"

   Tanpa banyak bicara kakek itu lalu membalikkan tubuhnya dan berlalu dari situ.

   Di ikuti semua murid-muridnya yang berasal dari luar tionggoan tersebut.

   Tersisa empat orang di antara Lima Iblis Langit yang masih hidup serta dua orang sisa dari antara Lima Siluman Bumi.

   Tadinya mereka mengikuti Po Tee Giok.

   Sian Lee tidak menghalangi kepergian orang tua itu.

   Ucapan "Menunggumu"

   Sudah cukup baginya.

   Dan melihat pamor datuk sesat itu dia yakin takkan ingkar janji.

   Maka walaupun dia juga mengetahui saat bayangan Po Tee Giok melarikan diri dari situ sudah tidak di gubrisnya lagi.

   Diam-diam dia menarik nafas panjang.

   Tak di sangkanya kekacauan ini bisa berakhir tanpa banyak kesulitan seperti ini.

   Tiba-tiba dia bertelut dan berseru.

   "Orang tua berdua, murid Sian Lee mohon petunjuk"

   Ternyata di depannya telah berdiri Lo-Jin dan si Kakek Penunggang Jagat yang memandangnya sambil tersenyum.

   "Hemmmsatu kesulitan sudah teratasi, namun belum selesai, kau masih harus menjawab tantangan Ki Rekso Sadewa untuk pergi ke istana Mustika Langit"

   Selesai berkata demikian tubuh keduanya lenyap.

   Sementara keenam iblis sesat itu sudah berlutut di depan Sian Lee.

   Sesungguhnya setelah menyaksikan pertarungan tadi mereka telah takluk lahir batin dan menyadari kemampuan mereka yang jauh di bawah orang "Taihiapapa yang harus kami buat?"

   "Asal kalian insaf, aku tidak akan memperpanjang lagi masalah ini"

   Sian Lee berkata sambil berbalik meninggalkan tempat tersebut .

   ..........

   Bagaimanakah kisah kasih Sian Lee dengan gadis-gadis cantik ini? Akankah dia bertemu lagi dengan Rara Ayu? Bagaimana pertarungannya dengan majikan Istana Mustika langit di negri JawaDwipa? ikuti kelanjutannya berikut ya...

   

   Tiraikasih Website
http.//kangzusi.com

   

   

   Tiraikasih Website
http.//kangzusi.com

   

   

   

   

   

Perkampungan Hantu -- Khu Lung Amarah Pedang Bunga Iblis -- Gu Long Amarah Pedang Bunga Iblis -- Gu Long

Cari Blog Ini