Ceritasilat Novel Online

Munculnya Seorang Pendekar 1


Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id Bagian 1



Munculnya Seorang Pendekar Karya dari Tjan Id

   
Pendekar Pedang Sakti (Bwee Hoa Kiam Hiap) Saduran . Liong Pei Yen Judul Lain . Munculnya Seorang Pendekar . Tjan ID Ebook oleh . Dewi KZ

   

   Tiraikasih Website
http.//kangzusi.com

   
http.//dewi-kz.info/

   
http.//cerita-silat.co.cc/
http.//kang-zusi.info/

   Daftar Isi PENDEKAR PEDANG SAKTI DAFTAR IS I

   Jilid 1

   Jilid 2

   Jilid 3

   Jilid 4

   Jilid 05

   Jilid 06

   Jilid 07

   Jilid 08

   Jilid 09

   Jilid 10

   Jilid 11

   Jilid 12

   Jilid 13

   Jilid 14

   Jilid 15

   Jilid 16

   Jilid 17

   Jilid 18

   Jilid 19

   Jilid 20

   Jilid 21

   Jilid 22

   Jilid 23

   Jilid 24

   Jilid 25

   Jilid 26

   Jilid 27

   Jilid 28

   Jilid 29

   Jilid 30

   Jilid 31

   Jilid 32

   Jilid 33

   Jilid 34

   Jilid 35

   Jilid 36

   Jilid 37

   Jilid 38

   Jilid 39

   Jilid 40

   Jilid 41

   Jilid 42

   Jilid 43

   Jilid 44

   Jilid 45

   Jilid 46 (TAMAT) PENUTUP

   Jilid 1 Pada saat ini adalah musim semi.

   Diluar kota Kun-beng, digunung Ngo-hoa-san, salju melayang turun sangat tebalnya, sehingga keadaan disekelilingnya putih bagaikan ditabur oleh batu giok dan disana pohon Bwee tumbuh dengan suburnya.

   Dikejauhan tampak puncak gunung itu menjulang tinggi, se-akan2 hendak sambung-menyambung dengan awan.

   Pohon2 Bwee yang sangat tinggi2 banyak terdapat tumbuh disitu dengan sangat rapatnya.

   Puncaknya yang tinggi2 itu menjulang kelangit seperti ingin menjangkau awan putih yang melayang-layang diatasnya.

   Pohon2 itu diantaranya sudah mencapai usia ratusan tahun dan kerasnya seperti besi.

   Karena banyaknya pohon2 Bwee ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus secara langsung kebumi, sehingga disana sini tampak keadaan sangat gelap.

   Pohon2 Bwee yang bertumbuhan ditempat yang sangat indah pemandangannya itu berbau amat harum semerbak tatkala ditiup angin sepoi2 basah.

   Tiba2 dari tempat yang jauh sekali, diantara pohon2 Bwee itu terdengar suara helaan napas, tak lama kemudian muncul keluar seorang pemuda berpakaian seperti anak sekolah, datangnya entah dari mana.

   Dengan tenang ia berjalan mengelilingi gunung yang penuh diliputi salju yang berwarna putih itu.

   Jalan yang telah dilaluinya tiada membekas jejak2 kakinya kemudian ia berhenti di bawah sepohon Bwee sambil berpangku tangan.

   Dengan penuh perhatian dia memandang pada sekuntum bunga Bwee yang sedang mekar.

   Bajunya yang berwarna putih itu tampak ber-kibar2 ditiup angin yang ber- desir2 itu.

   Barang siapa yang melihatnya akan menduga orang itu dewa yang baru saja turun dari kahyangan.

   Pada saat itu dari jurusan lain ditempat yang jauh sekali, terrdengar suara percakapan orang yang terbawa oleh desiran angin.

   Suara itu kedengarannya perlahan sekali.

   Muka pemuda yang berhenti dimuka pohon Bwee itu berubah, mulutnya tersenyum mengejek.

   Dalam waktu yang amat pendek dari jauh kelihatan beberapa sosok bayangan yang samar2 mendatangi ketempat dimana pemuda itu berada.

   Dalam waktu beberapa detik saja mereka sudah sampai ditempat yang tidak jauh dari pemuda itu berdiri.

   Kedatangan orang2 itu, yang begitu cepat sekali sungguh mengejutkan bagi kebanyakan orang, tapi pemuda itu melihat mereka, hanya tersenyum saja.

   Dibalik senyum pemuda itu terbayang wajah asam se-akan2 ia tak senang atas kedatangan orang itu.

   Bayangan2 orang itu tampak ber-putar2 disekeliling puncak gunung itu, kemudian barulah secara langsung menuju ketempat pemuda itu.

   Dengan suara perlahan pemuda itu berkata pada dirinya sendiri .

   "Mengapa yang datang hanya empat orang ? Apakah barangkali kali ini aku akan dikecewakannya lagi ......"

   Ketika keempat orang itu tiba dihadapannya dalam diarak beberapa puluh tombak, mereka lalu menahan langkah mereka.

   Salah seorang yang mukanya merah dengan tubuh yang tinggi besar adalah seorang Tojin (kurang lebih sama dengan pendeta), setelah tertawa nyaring sekali kemudian berkata .

   "Tuan sungguh seorang yang dapat memegang janji, hanya disayangkan bahwa .kedatangan kami terlambat sedikit."

   Suara yang menggeledek itu berkumandang dipegunungan itu, lalu menggema dengan suara 'ung, ung, ung'.

   Pemuda itu hanya mengeluarkan suara 'Hmmm' saja.

   Dengan menggunakan matanya yang tajam ia lalu memandang sebentar keempat orang itu.

   Pandangannya itu terhenti pada seorang yang berbadan kurus, dan diantara keempat orang itu dialah kelihatan paling tua umurnya.

   Orang tua itu memakai baju yang terbuat dari sutera, sedangkan dipunggungnya tampak tergantung sebilah pedang yang panjang.

   Dahinya lebar, sedangkan matanya tajam seperti mata burung elang, dan barang siapa yang memandang orang tua itu pasti akan merasa jeri sekali.

   Walaupun muka mereka tampak tersenyum-simpul, tapi nyata senyuman mereka di-buat2 belaka dan tidak wajar kelihatannya.

   Namun hal demikian tidak dapat menutupi perasaan yang terkandung didalam hati mereka, yaitu perasaan takut dan kuatir.

   Sikap demikian tampak jelas pada salah satu dari keempat orang itu yang paling muda.

   Ia tampak sedikit gemetar, sedangkan mukanya yang tampan itu menunjukkan perasaan keputusasaan yang dalam.

   Bayangan muka mereka itu tidak dapat mengelabui mata pemuda yang seperti anak sekolah dengan mukanya yang selalu masam itu.

   Sinar matanya berkilat memandang keempat orang itu, kemudian dengan suara yang nyaring dan lantang dia berkata .

   "Bagus, bagus, diantara kelima Ciang-bun-jin (ahli waris) dari Bu-lim (rimba persilatan), sekarang sudah sampai tiga orang, hal itu membuat aku Bwee San Bin merasa girang sekali, tetapi ...."

   Disaat itu mukanya berubah dan dari sinar matanya membayangkan tegas sekali nafsu membunuh. Kemudian dengan tertawa dingin dia berkata .

   "Kun-lun-pay Leng-kong-pouw-hie To Teng dan Tiam-cong-pay Ciang-bun-jin Huy-hong-kiam Cia Seng, mengapa sampai saat ini belum muncul juga, apakah barangkali sengaja mereka tidak memandang sebelah mata padaku orang she Bwee ?"

   Tojin yang bermuka merah itu adalah ketua dari lima partai terbesar. Dia adalah Ciang-bun-jin dari partai Bu- tong, yaitu Cek Yang Too-tiang dan waktu dia mendengar kata2 pemuda ini dengan tertawa ia membalasnya .

   "Mendengar nama Tuan yang begitu terkenal, siapa bilang mereka tidak berani datang, hanya ...."

   Situa itu lalu melanjutkan perkataan kawannya sambil tertawa sinis .

   "Hanya ada seorang yang berkepandaian sepuluh kali lipat tingginya dari kepandaian kau Bwee San Bin telah mengundangnya,"

   Mata Bwee San Bin terbelalak mendengar jawaban ini, kemudian dengan pandangannya yang tajam ia menatap muka situa kurus itu sambil berkata .

   "Orang itu siapa namanya ? Aku orang she Bwee ingin berkenalan dengannya."

   Orang kurus itu tersenyum, kemudian menyahut .

   "Jika kau hisa menjumpai orang itu, aku Li Gok adalah orang yang pertama kali merasa bergirang."

   Muka Bwee San Bin berubah lalu bertanya .

   "Apa maksudmu ?"

   Cek Yang Tojin melanjutkan kata2nya .

   "Tuan jangan lekas naik darah, Huy-hong-kiam Cia Tay-hiap bersama Leng-kong-pouw-hie To Teng Tay-hiap beberapa bulan yang lalu sudah pergi saling susul-menyusul sekalipun mereka tidak dapat menepati janji untuk membalas dendam yang telah dijanjikannya tiga tahun yang lalu dengan Tuan, barulah ...."

   Perkataannya sampai disitu saja, lalu dengan menggunakan jarinya dia menunjuk pada pemuda ganteng disampingnya sambil berkata .

   "Dia adalah murid tingkat ketujuh dari partai Tiam-cong-pay, dan keturunan Huy- hong-kiam Cia Tay-hiap, bernama Lok-eng-kiam Cia Tiang Kheng, hari ini dia datang mewakili ayahnya untuk memenuhi janjinya."

   Bwee San Bin lalu mengeluarkan suara ejekan dan dengan matanya yang tajam dia memandang Li Gok yang tengah tertawa dingin itu, kemudian pandangannya dialihkan kepada Cia Tiang Kheng sambil berkata .

   "Saudara Cia gagah sekali, tidak seperti kebanyakan orang. Karena saudara sudah ada disini, hal itu menggembirakan saya sekali. Mengenai urusan yang dulu itu, baiklah kita selesaikan dengan baik, jika Cia Heng (saudara Cia) tidak mempunyai sangkut-paut yang penting, lebih baik kau jangan turut campur dalam urusan ini."

   Dalam waktu yang pendek itu, apa yang terkandung dalam hati Cia Tiang Kheng terasa olehnya sangat kacau.

   Memang benar perkataan Bwee San Bin ini, karena apa yang diucapkannya itu justeru bertepatan dengan jalan pikirannya sendiri, karena dia dilahirkan dan dibesarkan dalam kalangan dunia Kang-ouw, apa lagi sekarang ini dia sudah menjadi ahli waris dari satu partai, dengan sendirinya urusan bertambah banyak pula.

   Sekalipun urusan2 itu sulit dia harus berusaha sendiri menyelesaikannya, demi nama baik partai Tiam-cong, dan demi kedudukannya sendiri dalam dunia Kang-ouw.

   Dengan sekuat-tenaga dia berusaha untuk menekan perasaannya sendiri, supaya jangan sampai terlihat oleh lawannya.

   Dia memandang jauh kedepan, sambil berkata .

   "Perkataan Tuan itu dapat diterima oleh akal kita, tapi seorang ksatria tidak akan pernah menarik janjinya. Ayahku pernah berjanji pada Tuan dan akulah yang menerima perintah untuk menepati janjinya, jika aku kalah, menang, hidup ataupun mati, hal itu adaiah diluar kuasa kita manusia untuk dapat menentukannya."

   Sambil tersenyum Bwee San Bin memanggutkan kepalanya dan dalam hatinya, ia memuji keberanian pemuda itu, lalu ia ber kata .

   "Tiap2 orang mempunyai cita2nya sendiri2 dan siapapun tidak dapat menghalang- halanginya. Jika Cia Heng berkemauan demikian, aku orang she Bwee akan mengaguminya."

   Selesai perkataan itu diucapkannya, bayangan mukanya berubah menjadi dingin dan sungguh2. Lalu ia membalikkan mukanya memandang pada Cek Yang Tojin dan kawan2 sambil berkata .

   "Tiga tahun yang lalu, kalian dari lima partai pernah mengadakan pertemuan diatas gunung Thay-san, dengan mengundang sahabat2mu yang segolongan dan sama2 menuju kegunung Thay-san untuk memperebutkan nama ahli pedang, bukan ?"

   Sehabis mengucapkan perkataannya itu dia menengadahkan kepalanya, lalu ketawa keras. Begitu keras sekali sampai bunga2 Bwee gugur berhamburan diatas salju. Kemudian dengan suara yang tajam dia berkata .

   "Seperti aku sendiri yang mendapat julukan Chit-biauw-sin- kun, bagaimana aku ikut campur segala urusan tetek-bengek itu dengan kalian. Sekalipun kalian suka akan hal itu, aku rela membiarkan kalian berusaha untuk merebut sebutan siapa yang paling ahli dalam menggunakan pedang diseluruh dunia ini, hal mana tidak ada sangkut-pautnya dengan aku. Akan tetapi apa yang aku tidak duga semula ialah sejak kalian mendapat kedudukan sebagai pemimpin dari partai kalian, kalian telah melakukan segala perbuatan yang tidak patut serta menyeleweng sekali. Ini terbukti dengan bersatunya kalian berlima pada perjanjian tersebut. Beberapa waktu yang lalu kalian sampai melukai kawanku Tan-kiam-toan-hun Gouw Ciauw In disalah satu tempat air terjun ...."

   Pundak Li Gok sedikit bergerak dan dia melangkah maju kehadapan Bwee San Bin, lalu sambil berkata .

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Sebaiknya jangan terlampau besar bacotmu. Apa yang dialami oleh Gouw Ciauw In adalah kemauannya sendiri. Bagaimana itu bisa disesalkan orang lain. Hari ini aku dan kawan2ku dari tempat yang jauh sekali datang kemari, dengan maksud yang sudah lama terkandung dikalbu kami, yaitu ingin menyaksikan sendiri kepandaian dari Chit-biauw-sin-kun. Bagaimana lihaynya, boleh kau keluarkan saja segala kepandaianmu itu, kami pasti bisa melayaninya satu per satu."

   "Hanya dikuatirkan bahwa kalian masih belum mempunyai cukup tingkat untuk menyaksikan kepandaianku yang 'tujuh' itu,"

   Menyahut Bwee San Bin. Cek Yang Tojin yang mendengar perkataan Bwee San. Bin menyindir mereka, lalu berkata .

   "Hal itu memang wajar, Chit-biauw-sin-kun dengan kepandaiannya yang 'tujuh' itu ialah sebagai ahli . pedang, tenaga dalam, tenaga kepalan, syair, pengetahuan, menggambar dan mmebedakan sesuatu adalah kepandaian yang sangat istimewa sekali dalam dunia ini, seperti aku seorang yang tidak begitu paham dan ahli dalam ilmu silat, bagaimana dapat dibandingkan dengan kepandaian kau yang Bun-bu- siang-coan (ahli dalam ilmu silat dan surat)."

   Li Gok dari samping turut tertawa dingin dan menyambung .

   "Apa lagi kepandaianmu yang terakhir itu, kami berhasrat sekali ingin menyaksikannya."

   Sambil gelak tertawa lalu Cek Yang Tojin berkata .

   "Omongan Li Tay-hiap ini tepat sekali, kepandaian kau ini kami beberapa gelintir kaum tua se-kali2 tidak dapat menandinginya. Maka hari ini aku bersama Kam-sin- Li Tay-hiap dari partai Kong-tong, Kouw-am-siang-jin dari Go-bie. dan Lok-eng-kiam Cia Heng tee dari Tiam-cong sengaja datang kemari untuk menepati janji kita tempo hari. Kami hanya memikirkan untuk minta pangajaranmu dalam ilmu pedang dan tenaga kepalan saja, jika sampai kami dapat memenangkan pertandingan ini, yaitu masing2 sekali dari pertandingan dua macam ini, barulah kami meminta pula pengajaranmu dalam ilmu kepandaian tenaga dalam, syair, pengetahuan, menggambar dan membedakan sesuatu."

   Dengan senyuman pahit Bwee San Bin menjawab .

   "Hal ini adalah yang paling baik, per-tama2 aku ingin minta pengajaran dari ahli pedang nomor satu didunia yaitu saudara Li Tay-hiap. Aku ingin sekali mengetahuinya sampai dimana kepandaian istimewanya, yang membikin dia sampai begitu berani menyombongkan dirinya. Jika kalian mempunyai kepandaian yang istimewa, kupersilahkan kalian memperlihatkannya kini, aku orang she Bwee, pasti tidak akan mengecewakan kalian. Dan tepatlah hari ini orang2 yang memasuki lembah ini, jika tidak dapat memenangkan aku orang she Bwee, jangan memikirkan untuk bisa pulang kembali hidup2. Sebaliknya jika sampai terjadi aku orang she Bwee jatuh ditangan kalian alias kalah, akupun tidak memikirkan bahwa aku akan hidup lebih lama lagi. Segala perkataanku sudah jelas, dan kalianpun tidak usah mengucapkan segala perkataan yang berlaku dalam kalangan Kang-ouw, maka aku persilahkan kalian mengeluarkan kepandaian masing2 seperti yang kalian lakukan terhadap Gouw Ciauw In."

   Sehabis berkata demikian, pemuda itu lalu melihaft mereka dengan sekilas pandang.

   Mereka tampaknya bertekad dengan penuh keyakinan akan berhasil.

   Rupanya mereka ini siang2 sudah mengatur rencananya dengan sempurna.

   Pemuda itu mulai agak curiga, tapi tiba2 berpikir .

   "Walaupun mereka mempunyai tipu muslihat apapun, masakan aku tidak dapat menandinginya ? Sekalipun mereka berlima turun tangan secara berbareng, juga masih diragukan apakah mereka dapat melukaiku ?"

   Sambil mengeluarkan suara ejekatinya Li Gok lalu berkata .

   "Tuan sungguh seorang yang berpandangan luas dan tajam, dan selalu suka berterus terang. Hal itu sungguh cocok dengan perasaanku. Sekarang lebih baik kita jangan terlampau banyak bicara yang bukan2. Baiklah kita tetapkan cara bagaimana kita harus bertanding satu sama lain."

   Lalu dia membuka kancing bajunya kemudian mengeluarkan sebilah pedang panjang.

   Dengan gesit sekali dipermainkannya pedangnya itu, sehingga memancarkan sinar berkeredepan menyilaukan mata.

   Kecepatannya laksana hujan yang turun dari langit saja layaknya.

   Pedang yang dipegangnya ternyata adalah pedang pusaka.

   Sesudah meratakan sarung Pedangnya dengan tangannya dia lalu menarik pedangnya dan sekali dorong saja sarung pedang itu melayang lurus sekali lalu jatuh keatas batu gunung yang menonjol disitu.

   Bwee San Bin melihat Li Gok mempertontonkan kepandaiannya dan didalam hatinya dia berkata, bahwa orang yang telah mendapat julukan ini ternyata bukanlah omong kosong belaka.

   Hari ini mereka bertemu yang berarti mereka harus menentukan siapa yang sanggup mempertahankan dirinya sampai menang atau kalah dan hidup ataupun mati.

   Keempat orang ini kecuali Cia Tiang Kheng, adalah orang2 yang telah ternama dikalangan dunia Kang-ouw, meskipun namanya juga sudah terkenal diseluruh kalangan Knga-ouw, tapi bertempur bersama kelima ahli waris dari masing2 partai ini adalah untuk pertama kalinya.

   Kouw-am-siang-jin tampak mengebutkan lengan bajunya lalu dengan suaranya yang nyaring berkata .

   "Perkataan Tuan benar sekali. Tapi pinceng (sebutan pendeta terhadap dirinya sendiri) bukannya hendak berlagak, sekalipun aku dan kawan2ku bukan ahli dikalangan Kang-ouw, dan meskipun kami tidak berhasil tapi kami bukannya manusia2 yang bisa dibuat serampangan saja tegasnya kami bukannya seperti kebanyakan orang2 Kang-ouw. Sekali kami turun tangan tentu ada batas2nya dan menurut pandangan pinceng, lebih baik kita tentukan cara yang se-baik2nya untuk bertempur."

   Kening Bwee San Bin nampak dikerutkan, lalu ia menjawab .

   "Siang-jin (sebutan terhadap orang lain yang menjadi pendeta) tentu mempunyai suatu pandangan. Silahkan kau sebutkan saja."

   Kouw-am-siang-jin menyahut .

   "Pertama kita bertanding dalam ilmu pedang, tapi tidak perlu beradu dengan tangan."

   Sambil berkata demikian, dia menunjuk kearah tempat yang luas yang tertutup salju dan meneruskan perkataannya .

   "Diatas salju ini kita membuat satu lingkaran. Aku bersama Cek Yang, Li dan Cia berdua masing2 masuk berdiri dalam satu kotak, dan bilamana dalam waktu setengah jam kami keluar dari lingkaran tersebut, berarti kamilah yang kalah."

   Bwee San Bin menganggukkan kepalanya sambil berkata .

   "Begitu juga baik."

   Kouw-am-siang-jinpun berkata .

   "Bila demikian silahkan Tuan membuat sebuah lingkaran pula."

   Bwee San Bin membalikkan tubuhnya lalu mematahkan sebatang cabang pohon Bwee, yang terdapat banyak sekali bunganya.

   Dan dengan cabang pohon Bwee yang ada ditangannya.

   Bwee San Bin menyalurkan tenaga dalamnya kedalam cabang pohon Bwee itu, sehingga dalam sekejap mata saja bunga2 Bwee itu berjatuhan sekali gus dan masuk kedalam lengan bajunya.

   Sambil tertawa dia berkata .

   "Tidak disangka hari ini aku harus menjadi tamu yang mesti menyebarkan bunga2."

   Sambil berkata lengan bajunya dikibaskannya keatas, beberapa puluh bunga2 Bwee beterbangan diudara keluar dari lengan bajunya, lalu me-layang2 dan jatuh diatas salju, sehingga membentuk sebuah lingkaran., bunga2 Bwee yang berwarna merah segar itu tertancap diatas salju putih merupakan sebuah pemandangan yang sedap dipandang mata.

   Menyaksikan kepandaian pemuda itu, secara diam2 Kouw-am-siang-jin merasa sangat kagum sekali.

   Tetapi apa yang dikaguminya itu bukanlah kepandaiannya pemuda itu, melainkan lingkaran yang kecil yang dibuat oleh Bwee San Bin, sebab semakin kecil lingkaran itu orang yang berada didalamnya semakin sulit untuk menerobosnya keluar.

   Setelah melihat kepandaian pemuda itu, mereka tidak berani memandang ringan lawannya ini, disamping memuji keberaniannya.

   Dilain pihak merekapun tercengang dan kuatir atas sikap Bwee San Bin ini, karena mereka yakin lawannya ini mempunyai pegangan yang kuat dan bisa menjatuhkan mereka.

   Badan Bwee San Bin tidak bergerak sedikitpun jua, tetapi dengan penuh keheranan, ternyata lawan mereka sudah berdiri didalam lingkarannya.

   Dengan suara yang nyaring dia berseru .

   "Silahkan kalian maju mendekati aku. Izinkanlah aku berkenalan dengan ilmu pedang kalian yang sudah termasyhur dalam kalangan Kang-ouw itu."

   Li Gok adalah orang pertama yang datang menyerbu.

   Sambil berdiri dalam lingkaran disebelah selatan.

   Cek Yang Tojin, Kouw-am-siang-jin bersama Cia Tiang Khengpun masing2 memilih tempatnya sendiri2.

   Mereka kemudian mencabut pedang masing2 dari punggung.

   Cek Yang Tojin mengangkat pedangnya sambil berkata .

   "Pertandingan pertama adalah adu pedang, silahkan Tuan mencabut pedangmu."

   Bwee San Bin masih tetap memegang cabang pohon Bwee tadi yang kini sudah gundul karena bunga2nya sudah berserakan diatas salju, lalu dia berkata .

   "Beberapa puluh tahun yang lalu aku orang she Bwee belum pernah mempergunakan segala senjata tajam, tapi hari ini karena kalian adalah gembong2 yang terkemuka juga dalam dunia Kang-ouw, terpaksa aku melanggar peraturanku sendiri, yaitu aku akan menggunakan cabang pohon Bwee ini sebagai ganti senjata tajam. Dengan cabang pohon Bwee ini aku ingin meminta pelajaran dari kalian, silahkan kalian turun tangan segera."

   Mendengar perkataan pemuda ini wajah keempat orang itu berubah. Bwee San Bin menengadah sambil tertawa, kemudian berkata .

   "Kalian jangan terlalu memandang enteng pada cabang pohon Bwee yang ditanganku ini. orang she Bwee dapat mempergunakannya sebagai pedang dan tajamnya bila dibandingkan dengan pedang yang sebenarnya tak ada bedanya sedikitpun."

   Cek Yang Tojin yang sudah kawakan dan berpengalaman luas, dalam tempo sekejap berubah merahlah mukanya akhirnya berkata .

   "Jika Tuan berkata demikian, aku akan menuruti perkataanmu itu."

   Baru saja perkataannya selesai diucapkannya, keempat batang pedang panjang itu seperti ular yang sangat lincah sekali, lalu bergerak dalam bentuk mengurung.

   Sebelum keempat pedang itu disambut oleh Bwee San Bin, mereka sudah mengitarinya dari keempat penjuru angin membentuk satu kurungan yang merupakan segundukan sinar yang menyilaukan mata.

   Bwee San Bin hanya merasakan dirinya sendiri seperti terkurung dalam sangkar yang terbuat dari pecahan kaca saja sedangkan diempat penjuru yang tampak hanya sinar yang menyilaukan pandangannya saja.

   Segala gerakan2 pedang itu dikenalnya, karena ia tahu bahwa ilmu pedang itu tidak dapat digolongkan dari partai2 .

   Bu-tong, Go-bie, Tiam-cong, Kong-tong maupun dari golongan partai lainnya, yang jelas ialah pedang itu terus bergerak tak putus2nya merupakan serangkaian serangan yang dahsyat sekali menyerang dirinya.

   Serangan itu tak ubahnya seperti air sungai Tiang-kang yang mengalir tak habis2nya.

   Walaupun ia berdiri diam tidak bergerak, namun lawan mereka tidak dapat juga melukainya.

   Sejak zaman dahulu kala, ilmu pedang dikalangan Kang- ouw, jika tidak digunakan untuk menjaga diri, pasti dipakai untuk melukai orang.

   Tapi ilmu pedang semacam itu, yang bukan digunakan buat menjaga diri maupun untuk melukai orang, sungguh jarang terdengar.

   Jika ia tidak bergerak, maka ia pasti tidak dapat keluar dari dalam lingkaran itu, jika ia berpikir untuk bergerak, maka keempat batang pedang yang bersatu-padu itu mengurungnya se-rapat2nya, sekalipun air sukar menembusinya.

   Walau bagaimanapun sukar baginya untuk memecahkannya, jangankan orang, rusa sekalipun yang dapat berlari cepat sekali bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya sulit untuk dapat keluar dari kurungan itu.

   Bwee San Bin berdiam diri sejenak dibawah ancaman kurungan pedang2 lawannya itu.

   Kemudian ia mendapat satu akal untuk memecahkannya dan dalam hati ia berkata .

   "Tidak heran jika mereka menggunakan cara ini untuk menghadapiku, ternyata mereka sudah berhasil menciptakan ilmu pedang yang sangat aneh ini, hal ini memang berada diluar dugaanku semula sama sekali. Aku berpikir jika mereka berempat turun tangan secara berbareng, walaupun untuk memenangkan mereka dalam waktu yang pendek agak sukar juga, tapi jika aku memikirkan untuk keluar dari kurungan itu, gampang sekali seperti juga orang membalikkan telapak tangannya, tapi siapa duga ....?"

   Ia lalu memperhatikan permainan keempat batang pedang lawannya itu, hanya kelihatan pedang mereka keluar satu per satu dan terus sambung menyambung, dengan demikian maka yang paling bagus ialah mereka dapat saling mengisi kekosongan antara serangan pedang yang pertama dengan pedang yang berikutnya.

   Tanpa terasa, dalam hati Bwee San Bin merasa sedikit menyesal dan dengan diam2 ia berkata pada dirinya sendiri .

   "Jika aku membawa pedang 'Bwe-hoa' kemari, dalam waktu singkat aku akan dapat menggunakan latihanku beberapa puluh tahun yang lalu yaitu tipu Kiu-cie-kiam-sek untuk membubarkan kurungan mereka, tapi sekarang yang berada dalam genggaman tanganku hanyalah sebatang cabang pohon Bwee saja, untuk dapat memecahkan kurungan musuh2ku yang lihay2 itu tak mungkin lagi."

   Berpikir sampai disitu, tiba2 ia lihat kedua pasang pedang lawannya saling tempur satu sama lain.

   Suara benturan pedang2 itu perlahan sekali, hanya mengeluarkan suara 'crang' yang amat lemah.

   Bwee San Beng tidak mempunyai keyakinan lagi untuk dapat memecahkan kurungan lawannya, tapi melihat beradunya kedua pasang pedang lawannya sekali ini membuat dia berdiri tertegun.

   Tapi dalam waktu seketika saja, tiba2 dari tempat yang gelap-gelita memancar sekilas sinar terang, cabang pohon Bwee yang berada ditangan Bwee San Bin lain digunakannya untuk menyerang ketempat musuh yang lowong itu, tangan kirinya diangkatnya se-cepat2nya, sehingga mengeluarkan deru angin yang keras dan tajam seperti golok, kemudian disabetkannya kedua pasang batang pedang lawannya itu.

   Ternyata ilmu pedang itu adalah ciptaan Kouw-am- siang-jin yang digodok ber-sama2 sebagai hasil kerjasamanya dengan Cek Yang Tojin dan Li Gok dan Huy-hong-kiam Cia Seng.

   Sebenarnya ilmu pedang itu bukan diciptakan untuk menghadapi Bwee San Bin, tapi adalah untuk dipakai berburu, menangkap burung tawon 'Hong Niauw', oleh karenanya ilmu pedang itu tidak termasuk untuk menjaga maupun untuk menyerang, hanya dipakai untuk mengurung burung saja sampai lelah, setelah burung yang diburu itu lelah dengan sendirinya gampang bagi mereka menangkapnya.

   Sampai Cia Seng meninggal, merekapun tidak meneruskan usaha mereka untuk menangkap burung Hong Niauw itu lagi.

   Kemudian terciptalah ilmu pedang berburu itu yang dapat dipertahankannya sampai kini.

   Mereka berjanji sebelumnya untuk saling bertemu dengan Bwee San Bin tiga tahun kemudian.

   Masa berjalan semakin hari semakin dekat kemasa perjanjian.

   (Oo=dwkz=oO) Bwee San Bin dikalangan Kang-ouw sangat terkenal sebagai seorang yang berhati sangat kejam sekali.

   Acapkali ia dalam ber-cakap2 dan ter-tawa2, tidak segan2nya mengambil jiwa orang.

   Dengan kepandaiannya yang sangat tinggi itu pula ia pernah mengembara dikalangan Kang-ouw ber-tahun2.

   Dan selama pengembaraannya itu ia belum pernah menjumpai lawan yang dapat bertahan sampai dua puluh jurus terhadapnya.

   Bwee San Bin adalah seorang yang istimewa, pikirannya tajam dan cerdik sekali, dia dapat bertindak segera dengan cepat dan tepat.

   Daya pemikirannya amat luar biasa jika dibandingkan dengan orang lain.

   Masa 3 tahun itu berjalan tanpa terasa, maka tibalah saat ia mengadu kepandaian dengan Cia Tiang Kheng dan kawan2 sebagai latihan gabungan.

   Dalam hal tenaga maupun daya bertahan, yang paling lemah terletak ditangan Cia Tiang Kheng seorang, dengan adanya kelemahan ini, mereka tidak berhasil mengurung rapat yang membahayakan lawannya.

   Itulah sebabnya mengapa tadi terdapat kelemahan2 yang menguntungkan Bwee San Bin.

   Dalam pertarungan itu Cia Tiang Kheng hanya merasakan pergelangan tangannya kesemutan, karena ada semacam tenaga yang besar dan luar biasa yang mendorongnya, sehingga badannya bergemetaran, menyebabkan pedang yang dipegang ditangannya, dengan sendirinya menjadi agak terlambat gerakannya karena terhenti sebentar dengan adanya serangan se-konyong2 tadi itu, karenanya dia tidak mempunyai daya untuk mempersatukan kembali ilmu pedangnya itu dengan kawan2nya lagi.

   Dengan adanya cacat ini membuat kurungan yang begitu rapat tadi, mendapat satu kekosongan, dengan demikian pergerakan antara pedang dengan pedang terdapat lowongan yang terbuka.

   Dengan adanya kesempatan yang sudah terbuka itu, Bwee San Bin mulai melancarkan serangannya ber-tubi2 menyerang tempat yang lowong itu, serangan dan kurungan pedang lawannya menjadi kacau-balau.

   Li Gok yang melihat adanya perubahan ini, lalu mengangkat pedangnya sebagai tanda pada kawan2nya supaya mundur dan kemudian mempersatukan kembali daya rapat dari ilmu pedangnya itu.

   Dan dengan pedangnya yang panjang itu ia melakukan gerak tipu Tiang-hong-keng- thian (bianglala panjang melingkari langit).

   Dengan disertai warna hijau yang ber-keredep2an, ia melangsungkan serangan pedangnya yang ditusukkan kearah pundak terus menuju kepinggang Bwee San Bin.

   Bwee San Bin sendiri segera melompat mundur sedikit, maka dengan demikian ia dapat menghindarkan serangan pedang lawannya itu, lalu dengan menggunakan cabang pohon Bwee dia balas menyerang .Tangannya ditekannya agak kebawah, sedangkan ujung dari cabang pohon Bwee itu menusuk pinggang pedang Cia Tiang Kheng.

   Ketika itu ia hanya menggunakan tenaga yang sedikit sekali, tapi Cia Tiang Kheng merasakan serangan lawannya itu bukan main kuatnya, buru2 dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan serangan lawannya itu.

   Dalam waktu yang amat pendek serangan pedang Li Gok jatuh ketempat yang kosong, kemudian disusul dengan serangan selanjutnya, dengan gaya Bwee-hoa-sam-long (nama lagu) serangan ini dilakukan dengan, teriakan untuk mengacau pemusatan pikiran lawannya.

   Dengan siasatnya ia mempergunakan pedangnya mencoba untuk menotok jalan darah Kian-ceng dan Ju- coan ditubuh Bwee San Bin, serangan2nya itu diarahkannya ke-tempat2 yang berbahaya pada tubuh lawannya, serangannya itu selalu disertai tenaga samberan angin yang keras.

   Pukulan dan serangan itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang ahli tenaga dalam saja.

   Kouw-am-siang-jin dan Cek Yang Tojin setelah melihat barisannya menjadi kacau-balau, tanpa terasa lagi mereka lalu bersatu padu kembali melakukan serangan berbahaya yang se-konyong2 pada lawannya.

   Karena melihat Bwee San Bin yang bertahan dalam lingkaran kecil itu belum juga terubuhkan, maka sekali lagi Kouw-am-siang-jin, Cek Yang Tojin dan Li Gok, ber-sama2 mengeluarkan serangan yang cukup dahsyat terhadap lawannya, Bwee San Bin yang masih berdiri tetap dalam lingkaran yang sangat kecil itu.

   Ia agak repot juga menerima serangan lawannya yang dilakukan dengan sangat cepatnya.

   Sebetulnya serangan yang semacam inilah yang di- nanti2kan oleh Bwee San Bin.

   Sejurus kemudian dengan tiba2 cabang pohon Bwee ditangannya menjadi kendor.

   Ia menahan gerakannya sesaat untuk me-nanti2 suatu lowongan yang terbuka.

   Dan dalam saat itulah dia akan mengadakan serangan mendadak pada Cek Yang Tojin dan Kouw-am-siang-jin.

   Dengan serangannya ini, yang dilakukan dengan tenaga penuh, yang luar biasa besarnya menyerang pedang lawannya, dia berhasil menghajar pedang Li Gok, sehingga miring.

   Waktu keempat batang pedang lawannya itu agak miring, buru2 ia melompat seperti kilat cepatnya keluar dari dalam lingkaran tadi.

   Ternyata Bwee San Bin telah berhasil berdiri jauh sekali diluar lingkaran tadi sambil ter-tawa2.

   Kemudian orang2 dipihak lawannyapun segera menarik kembali pedangnya masing2.

   Kouw-am-siang-jin dengan langkah yang lebar maju kemuka dan berkata .

   "Tuan sungguh mempunyai kepandaian yang sangat tinggi sekali, pertempuran yang pertama ini sudah terang kami sekalian mengalami kekalahan."

   Dengan tertawa, Bwee San Bin menjawab .

   "Kalau begitu pertempuran yang kedua kalinya dimana dan apabila hendak dilakukan ? Silahkan kalian menyebutkannya. Aku pasti akan menerima dan menyambut baik usul2 kalian."

   Kouw-am-siang-jin lalu berkata .

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Pertempuran yang kedua ialah antara Loo-lap (sebutan pendeta terhadap dirinya sendiri) dengan Tuan untuk saling mencoba tenaga telapak tangan masing2 saja."

   Sehabis berkata, Kouw-am-siang-jin menghampiri tempat yang baru saja dibuat lingkaran oleh Bwee San Bin dengan bunga Bwee.

   Bila dibandingkan dengan tadi kali ini Bwee San Bin membuat lingkaran jauh lebih indah.

   Waktu Bwee San Bin menyebarkan bunga2 Bwee tadi membuat lingkaran itu, ia tidak mengerahkan tenaga sedikitpun juga tapi siapa tahu bahwa batang2 dan bunga2 Bwee ini menancap dengan eratnya didalam salju itu.

   Kepandaian semacam ini sebenarnya jarang sekali dapat dijumpai, diam2 Kouw-am-siang-jin berpikir pada dirinya sendiri .

   "Ai, ternyata Bwee San Bin ini adalah seorang tokoh yang luar biasa sekali dikalangan Kang-ouw. Melihat pada umurnya belum seberapa tinggi, tapi tenaga dalamnya demikian sempurna. Mengenai ini jika tidak dari siang2 sudah kuatur beres rencana2 yang akan kulakukan, maka sebagai salah seorang pemimpin dari lima partai, aku tidak akan sia2 menyerahkan nyawaku diatas gunung Ngo-hoa- san ini ?"

   Pada wajahnya tidak terbayang perasaan terkejutnya atas kebisaan yang dimiliki Bwee San Bin. Dengan pura2 berlaku sangat tenang sekali dia lalu memungut bunga Bwee tadi, kemudian berkata pada Bwee San Bin .

   "Tenaga dalam Tuan, sebenarnya Loo-lap sering betul melihatnya. Apa yang ingin Loo-lap lakukan sekarang ini agak berbeda dengan kebanyakan yang dilakukan oleh orang2 dikalangan Kang-ouw umumnya, tapi kukira permainan yang hendak kuadakan ini mungkin amat remeh dalam pandangan Tuan."

   Dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah ia memungut bunga Bwee tadi, sesudah itu ia berkata .

   "Hari ini beruntung sekali Loo-lap dengan tidak di-sangka2 dapat bertemu dengan Tuan sebagai seorang tokoh terkemuka disini, apalagi dapat saling mengadu kekuatan dengan Tuan dilembah gunung yang sepi dan liar ini. Tampaknya pertemuan kita ini bukannya secara kebetulan saja. Tapi baiklah, dengan menggunakan kembang Bwee ini kita dapat mengadu kekuatan."

   Sehabis kata2nya lalu diletakkannya bunga Bwee itu diatas telapak tangannya.

   Setelah memusatkan seluruh perhatiannya, dengan per-lahan2 diulurkannya tangannya kemuka Bwee San Bin.

   Bunga Bwee itu melekat dengan eratnya diatas telapak tangannya, kemudian dengan tenangnya ia berkata lagi .

   "Tuanpun harus berbuat seperti yang kulakukan, yaitu menempelkan bunga Bwee ditelapak tangan Tuan pula. Setelah itu kedua tangan kita lalu saling ditempelkan, biarkan kedua bunga Bwee ini terjepit diantara kedua telapak tangan kita, tapi bunga2 yang ada dalam telapakan tangan kita ini tidak boleh sampai menjadi hancur, kita harus dapat kalah mengalahkan. Jika sekali ini Loo-lap sampai kalah lagi, aku bersama kawan2ku pasti akan menurut segala perintah Tuan. Perintah mana pasti akan kami laksanakan dengan se-baik2nya."

   Dengan tertawa nyaring Bwee San Bin menjawab .

   "Jika benar Siang-jin adalah seorang yang pandai, tentu saja kepandaianmu tinggi sekali dan apa yang dihasilkan oleh daya pikiranmu pasti hebat sekali. Aku yang rendah pasti tidak mempunyai alasan untuk tidak menerima segala usul2mu itu."

   Oleh sebab itu Bwee San Bin lalu memetik sekuntum bunga Bwee.

   Kemudian bunga itu diletakkannya diatas telapak tangan kanannya, hingga melekat.

   Dia menaruhkan bunga itu sembarangan saja tidak tampak sedikitpun seperti yang dilakukan Kouw-am-siang-jin yang begitu hati2.

   Lalu dengan sembarangan pula ia berkata .

   "Dengan demikian biarlah Lok-eng-kiam Cia Heng menjadi saksi, jika dalam waktu satu jam ini tidak ada yang menang maupun kalah, biarlah aku mengaku kalah."

   Cia Tiang Kheng ketika mendengar perkataan itu air mukanya terlukis kegembiraannya, buru2 ia berjalan kesamping kedua orang itu, sedangkan Cek Yang Tojin bersama Li Gok dengan rapat sekali berdiri dibelakang Kouw-am-siang-jin.

   Bwee San Bin sedikitpun tidak menaruh curiga terhadap gerak-gerik mereka ini, ia maju dua langkah lagi, tangan kanannya dibengkokannya sedikit, sedangkan Kouw-am-siang-jin sendiri lalu maju pula selangkah.

   Bunga, Bwee dikedua tangan mereka sudah melekat satu sama lainnya, sesudah itu memulai persentuhan yang perlahan.

   Sesaat kemudian mereka merapatkan telapak tangan mereka dengan kencangnya.

   Begitu tangan Bwee San Bin beradu dengan telapak tangan lawannya, ia merasa lega sekali, karena ia yakin ia pasti akan memperoleh kemenangan yang gemilang dalam pertarungan itu, sedangkan tenaga yang dikeluarkan oleh Kouw-am-siang-jin dari telapak tangannya tidak begitu kuat, diam2 ia berpikir dalam hatinya .

   "Orang pertama ini sungguh mengeluarkan tipu yang akibatnya kelak aku mencelakakan dirinya sendiri. Dalam waktu tidak sampai setengah jam aku pasti akan dapat melumpuhkannya dengan tipu Am-eng-pu-hiang (dengan diam2 melakukan serangan yang se-konyong2 lagi pula daya serangannya ini sangat hebat sekali). Tidak di-sangka2 orang yang begini terkenalnya ini hanya mempunyai kepandaian yang demikian rendahnya, ai, ternyata kaum Bu-lim sekarang ini jika dibandingkan dengan kepandaian yang kumiliki, berselisih jauh sekali."

   Begitu pikiran ini terlintas dikepalanya tiba2 ia merasakan tenaga yang menggencet telapak tangannya kian bertambah kencang dan keras, ternyata serangan telapak tangan lawannya pada waktu itu sudah bertambah satu kali lipat lebih berat dari tadi, malahan serangannya sekali ini luar biasa sekali kuatnya, pada saat ini dalam waktu yang cukup pendek telapak tangannya terasa kesemutan, hampir2 saja ia menjadi korban lawannya alias dia menjadi keok.

   Buru2 dia memusatkan seluruh perhatiannya kepada kekuatan lawannya itu.

   Begitu semangatnya terpusat, ia mulai membalas serangan lawannya dengan mengerahkan segala kekuatan ditelapakan tangannya.

   Walaupun dia merasakan tenaga gencetan telapak tangan dari Kouw-am-siang-jin sekali ini agak aneh dan luar biasa, dalam waktu yang sekejap itu ternyata perubahannya bertambah hebat, akan tetapi mana ia tahu, bahwa hal ini adalah akal bulus yang telah diatur sempurna lebih dahulu oleh lawan2nya.

   Ternyata diantara pemimpin kelima partai di Tionggoan, tenaga dalam yang paling tinggi adalah yang dimiliki oleh Li Gok.

   Ia bukan saja lihay dalam ilmu pedangnya, tenaga kepalan tangannyapun sangat luar biasa juga, malah ia telah berhasil melatih dirinya untuk menggunakan tenaga lawannya dipakai menyerang kembali tenaga lawannya itu, alias meminjam tenaga lawannya untuk dipakai membalas menyerang lawannya itu.

   Pada saat itu ia berdiri miring diantara tubuh Cek Yang Tojin dan Kouw-am-siang-jin.

   Tangan kirinya ditempelkannya ketangan kanan Cek Yang Tojin, sedangkan tangan kanan yang belakangan ini dipakai untuk menekan punggung Kouw-am-siang-jin, dengan tenaga dalam yang disalurkan dari seorang ke seorang yang lainnya kemudian disalurkannya ketubuh Kouw-am-siang-jin, lalu dari telapak tangan Kouw-am-siang-jin barulah dilepaskan kearah Bwee San Bin.

   Dengan demikian Bwee San Bin menghadapi bukan saja satu tenaga Kouw-am-siang-jin, melainkan juga tenaga dari Cek Yang Tojin dan Li Gok.

   Tiga tenaga yang disatukan melawan satu tenaga, sekalipun kepandaiannya lebih sempurna tentu ia tidak dapat mempertahankan dirinya dengan baik.

   Kita maklum bila dua orang yang mempunyai tenaga dalam yang sudah mencapai tingkat tertinggi sedang mengadu kekuatan, sedikitpun mereka tidak boleh berlaku lengah apa lagi untuk melepaskan kekuatan itu, karena bila orang berbuat demikian, maka orang yang pertama melepaskan diri itu akan menderita luka2 berat didalam tubuhnya.

   Tiada lama antaranya, diantara keempat kekuatan yang sedang bergumul ini, masing2 pihak sama2 berkeringat, mereka semuanya memusatkan segala perhatiannya pada pergumulan ini, segala kekuatan, mereka pusatkan ditelapak tangan mereka, sedangkan anggauta badan lainnya se-akan2 menjadi saksi saja, maka pada saat yang demikian ini, andaikata ada seseorang yang coba mendorong mereka, maka mereka pasti akan terdorong jatuh.

   Salju yang dibawah kaki mereka yang tadinya membeku pada saat itu setelah mengalami tenaga dorongan dari keempat ahli silat yang mempunyai tenaga dalam yang luar biasa ini, salju itu mulai mencair kembali, sedangkan cairan yang telah jadi air ini terus mengalir dan mengenai sepatu dari Cia Tiang Kheng yang tengah menyaksikan pertempuran itu dari samping.

   Tapi Cia Tiang Kheng sendiri se-akan2 tidak mengetahuinya, ketika matanya dipusatkan menyaksikan pergumulan keempat orang ini, tiba2 hatinya berpikir .

   "Haruskah aku berbuat demikian ?"

   Sekali lagi dia memandang pada mereka yang sedang bertempur mati2an ini, ternyata pada saat itu sudah mencapai tingkat yang menentukan.

   Bwee San Bin walaupun melawan tiga orang, tapi dia tetap berdiri tegak laksana gunung, tapi tangan Kouw-am-siang-jin tampak sedikit dibengkokkan, ternyata badannya dan tangannya mulai menggetar sedikit.

   Mengenai usia Kouw-am-siang-jin sudah mencapai usia yang tinggi juga, sudah tentu tidak sekuat waktu dia masih muda sekalipun tenaga dalamnya sangat tangguh.

   Dalam pada itu secara diam2 Cek Yang Tojin dan Li Gok menyalurkan tenaga yang ribuan kati beratnya kepada Bwee San Bin, detik demi detik ia mulai merasakan badannya sedikit terdesak.

   Hal ini sudah sewajarnya.

   Cia Tiang Kheng juga melihat kejadian ini, ia lalu melihat kembali pada keempat orang yang tengah bertempur ini, dalam hatinya ia kembali berpikir .

   "Agaknya aku tak bisa tidak harus melakukan pekerjaan ini walaupun hanya satu kali saja dalam masa mudaku ini. Aku tidak ingin mati dengan demikian saja. Dipegunungan ini tidak ada orang lain lagi. Sekalipun aku melakukan hal ini, masih ada siapakah lagi orang yang dapat menyiarkan peristiwa ini keluar ? Tiap2 orang tentu harus menentukan dirinya sendiri,"

   Pikirnya.

   Dengan diam2 dan per-lahan2 dia mengisarkan kakinya menuju ketempat keempat orang yang tengah bertempur dengan dahsyatnya itu.

   Dan dengan masih tampaknya segaris sinar yang agak ke-suram2an, membuat mukanya yang tampan itu membayangkan kelicikannya.

   Dia maju kesamping Bwee San Bin, lalu memandang pada dahi pemuda yang lebar dan mukanya yang agak kurus itu kemudian kepada kedua matanya yang bersinar tajam ini.

   Air mukanya bila dipandang tampak amat sederhana sekali, hal itu menunjukkan bahwa pemuda ini kecerdikannya melebihi orang2 lainnya.

   Sesaat lamanya, sambil menggigit kencang giginya, tampak sepasang tangannya bergerak secara berbareng, dengan gerakan secepat kilat.

   Ternyata dia telah menotok jalan darah Kian-ceng dan Cong-hay yang merupakan jalan darah yang dapat mematikan seseorang, pada tubuh Bwee San Bin, ternyata ilmu totokan yang dikeluarkannya itu merupakan ilmu totokan terahasia dari partai Tiam-cong yang bernama "Chit- coat-ciu-hwat".

   Bwee San Bin yang sedang memusatkan seluruh perhatiannya atas pergumulan ini, mulai terasa olehnya bahwa telapak tangan lawannya mulai kehilangan keseimbangannya.

   Serta-merta ia merasakan seluruh badannya kesemutan dan kaku hingga tak dapat bergerak.

   Begitu tangannya merasa lemas terus menjalar kejantungnya, hingga kemudian ia tak bertenaga lagi.

   Pandangannya mulai ber-kunang2.

   Dalam pada itu diotaknya terbayang beberapa peristiwa yang dialaminya masa lampau sewaktu ia masih muda remaja, akhirnya ia hilang ingatan.

   Keadaan disekitar tempat itu berangsur gelap.

   Hawa dingin me-nusuk2 kalbu.

   Dilembah ini, ketenangan kembali seperti sedia kala, se-olah2 ditempat itu tidak terjadi sesuatu.

   Cek Yang Tojin, Kouw-am-siang-jin, Li Gok dan Cia Tiang Kheng dengan perasaan puas karena memperoleh kemenangan lalu berangkat pulang, meninggalkan lawan mereka dalam keadaan tak bernyawa lagi.

   Tapi didalam sanubari mereka, mereka tetap merasa tidak enak, sebab mereka telah melakukan satu kecurangan yang tidak patut diperbuat oleh seseorang yang sudah tinggi ilmu kepandaiannya.

   Dari celah2 gunung tiba2 berkelebat sesosok tubuh berwarna putih.

   Ia adalah seorang pengemis yang masih muda sekali.

   Dalam waktu singkat ia sudah sampai dimana Bwee San Bin ter baring diatas salju, setelah ia sampai disitu, ia lalu me-raba2 pernapasan dan denyutan ditangan kiri Bwee San Bin.

   Kemudian ia menarik napas panjang.

   Ia bermaksud hendak membawa mayat Bwee San Bin, tapi se- konyong2 niatnya itu diurungkannya karena ia berpendapat lebih baik mayat ini terbaring disitu, karena tempat itu adalah sebuah tempat yang baik.

   Kemudian ia membiarkan tubuh itu ditutupi oleh salju.

   Pengemis muda itu lalu mengalihkan pandangannya pada suatu benda yang tak jauh dari tempat itu.

   Benda itu adalah sarung pedang Li Gok.

   Waktu dia melihat sarung pedang Li Gok yang tertinggal diatas batu gunung itu, hatinya ingin melihat benda itu dari dekat, maka dengan sekali lompat saja ia sampai ditempat benda itu lalu mengambil sarung pedang itu.

   Setelah itu badan pengemis itu melesat pergi, berlari cepat keluar dari lembah gunung itu.

   (Oo=dwkz=oO) Desa Lie-kee-cun yang terletak diluar kota Kun-beng dipinggir gunung Ngo-hoa-san, ternyata adalah sebuah kampung kecil, orang yang berdiam dikampung itu, sebagian besar adalah orang2 she Lie, itulah sebabnya mengapa kampung itu dinamakan kampung Lie-kee-cun.

   Didalam propinsi Hun-lam, Kwie-ciu dan Kho-goan kampung kecil itu sudah sangat terkenal.

   Beberapa tahun yang silam, dikampung ini muncul dua orang yang luar biasa sekali.

   Seorang laki2 dan seorang lagi wanita, mereka ini merupakan sepasang suami-isteri.

   Sejak kecil sampai dewasa mereka dibesarkan didalam kampung tersebut.

   Keduanya bersaudara sepupu.

   Yang laki2 bernama Lie Kim Kong sedangkan yang wanita bernama Lie Hong, sejak kecil mereka selalu bermain ber-sama2.

   Perasaan kasih sayang mereka tambah hari tambah erat.

   Kemudian setelah mereka dewasa, secara diam2 mereka sudah saling berjanji untuk mendirikan sebuah rumah tangga yang bahagia.

   Pada saat itu peraturan rumah tangga dan adat-istiadat didaerah itu masih dipegang dengan teguh oleh rakyatnya.

   Perkawinan dengan saudara sepupu didaerah ini suatu hal yang sangat terlarang.

   Penduduk sekitarnya menganggap hal ini suatu peristiwa yang hina.

   Tetapi perhubungan diantara kedua orang itu sudah begitu mendalam.

   Mereka tidak akan merubah pendirian mereka terhadap niat sekalipun undang2 perkawinan daerah itu sangat melarang.

   Pada suatu hari dimusim semi, kedua orang muda-mudi ini menghilang.

   Orang2 kampung tidak mengetahui kemana mereka pergi, setelah lewat sepuluh tahun lebih, orang2 kampung sudah mulai lupa akan peristiwa ini.

   Pada suatu hari Lie Kim Kong dan Lie Hong dengan se-konyong2 kembali lagi kekampung halamannya itu.

   Mereka membawa seorang anak laki2 yang kecil mungil yang umurnya ketika itu ditaksir baru tujuh atau delapan tahun, anak itu bernama Lie Siauw Hiong.

   Tak lama sesudah Lie Kim Kong berada dikampung halamannya ini, kedua orang tuanya meninggal dunia ber- turut2.

   Lie Kim Kong kini terkenal sebagai seorang yang baik hati dan pemurah.

   Seseorang yang datang berkunjung padanya, sekalipun orang dikenalnya atau tidak, apabila pamit hendak pulang tidak ada yang bertangan kosong.

   Ia begitu hormat terhadap siapapun saja.

   Seringkali ia sendiri mengantarkan tamunya sampai diluar pintu pekarangan rumahnya.

   Pada umumnya sebagian besar penduduk dikampung kecil ini sifatnya kikir, tapi bagi Lie Kim Kong tidak demikian halnya, sehingga seluruh rakyat kampung itu memujinya.

   Penduduk sekitar kota Kun-beng dan kampung Lie-kee- cun hampir rata2 ahli dalam pekerjaan tangan, seperti mengukir dan membuat alat2 rumah tangga yang terbuat dari tembaga.

   Lie Kim Kong dan Lie Hong adalah ahli pahat, kini sejak mereka kembali dari perantauan, hasil ukirannya amat luar biasa banyaknya.

   Waktu senggangnya dipergunakannya untuk mengukir potret2 orang.

   Uang hasil ukirannya sering disedekahkannya pada orang2 kampung yang hidupnya melarat.

   Oleh sebab itu penduduk kampung yang tamak sering berkunjung kerumah Lie Kim Kong ini untuk meminta hasil seninya.

   Lie Kim Kong tidak pernah menolak tamu2 yang bertandang ke rumahnya itu dan untuk tidak mengecewakan tamunya itu, Lie Kim Kong selalu memenuhi segala permintaan mereka.

   Begitulah peristiwa itu berlalu sampai beberapa tahun lamanya, penduduk yang berdekatan dengan kota Kun-beng sudah pada mengetahui bahwa didalam kampung Lie-kee- cun terdapat seorang yang sangat pandai sekali dalam ilmu pahat, hingga akhirnya banyak sekali para pedagang yang ingin mendapat keuntungan besar dari basil berdagang ukiran2 itu kelak pada datang kekampung itu untuk mengunjungi suami-isteri itu.

   Pada mulanya suami-isteri ini tidak insyaf apa yang menyebabkan ia semakin hari mendapat kunjungan makin men-jadi2 dan apakah maksud kedatangan para tamunya itu.

   Setelah mereka mendengar dari beberapa orang kampung itu, bahwa namanya sangat tenar dalam hal mengukir, ia dipuji oleh orang2 yang mengerti dan diberi julukan 'ahli pahat malaikat', karena mereka terdiri dari pedagang2 besar yang ingin mendapat keuntungan yang banyak dari berdagang barang ukir2an.

   Lain halnya dari kedatangan tamunya yang sudah2, yang se-mata2 meminta pertolongan.

   Dalam pada itu tanpa disadari Lie Kim Kong, ia berada di kampung halamannya sejak pulang dari perantauan sudah lebih kurang empat tahun pula, selama itu pula kampung Lie-kee-cun menjadi lebih ramai dari sebelumnya, disamping tidak adanya kejadian apa2 yang luar biasa.

   Dan dalam pada itu pula anak Lie Kim Kong yang bernama Lie Siauw Hiong, telah mencapai usia dua belas tahun.

   Ia sangat cerdik badannya bila dibandingkan dengan anak2 kampung lainnya jauh lebih sehat dan kuat.

   Pada waktu bunga2 Bwee sedang mekar, Lie Kim Kong suami-isteri mengundang orang2 tua dikampung itu untuk makan minum.

   Setelah mereka makan minum arak se- puas2nya barulah mereka pada bubaran, pulang kerumah mereka masing2.

   Pada hari itu Lie Kim Kong suami-isteri bukan main girangnya, sesudah para tamunya pulang, lantas mereka mengatur hidangan pada satu media, lalu mereka duduk sekelilingnya, Siauw Hiongpun duduk pula disitu, mereka makan minum sambil ter- tawa2.

   Ketika itu dari jauh kedengaran suara kentongan, tandanya hari sudah mulai larut malam.

   Waktu Lie Kim Kong mengangkat cangkir araknya, ia berkata pada isterinya Lie Hong .

   "Selama beberapa tahun ini, sungguh membuat aku merasa sengsara sekali. Kini kita boleh dikatakan sudah hampir lima tahun berada dikampung. Masa yang selama ini kita lalui dengan aman dan tenteram. Dan tidak ada terjadi sesuatu hal yang aneh."

   Sambil tertawa Lie Hong menjawab .

   "Semoga untuk masa yang datang tidak terjadi sesuatu apa yang menimpa diri kita dan akupun sudah tidak sudi menerjunkan diriku kedalam dunia rimba persilatan lagi. Kini aku ingin hidup tenang sebagai rakyat biasa saja. Aku sudah jemu dengan pekerjaan membawa golok dan pedang seperti masa yang silam itu."

   Sambil tertawa Lie Kim Kong menjawab .

   "Sebaliknya bagiku selama beberapa tahun ini, aku merasa amat kesepian terkurung ...."

   Dengan paras yang ber-seri2 Lie Hong memotong perkataan suaminya .

   "Asal saja malam ini dapat kita lewatkan dengan selamat dan tak kurang suatu apa, kitapun sudah boleh merasa puas. Apakah mereka masih tidak mau melepaskan kita juga ?"

   Lie Kim Kong tertawa dan lalu berkata .

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hal itu tidak mungkin Hay-thian-siang-sat walaupun hatinya kejam dan bengis, tapi selama dua puluh tahun ini, apa yang kita katakan pasti mereka laksanakan, asal saja dia berikan waktu lima tahun. Setelah lewat lima tahun, sekalipun jika aku bertemu muka dengan mereka ditengah jalan, mereka pasti tidak akan menggangguku lagi."

   Baru saja perkataannya habis diucapkan, tiba2 terdengar suara orang yang tertawa dingin dan berkata dengan suara nyaring .

   "Lie Lao Liok sesungguhnya orang kebanggaanku, baiklah aku turut perkataanmu. Aku Ciauw Loo Toa akan mengantarkan kematianmu dengan segera !"

   Mendengar kata2 itu, Lie Kim Kong suami-isteri jadi kaget sekali, sehingga mereka berdiri terpaku.

   Malam itu cuacanya sangat suram sedangkan hawanya luar biasa dingin, disetiap penjuru tidak tampak bayangan seorangpun.

   Wajah Lie Kim Kong menunjukkan perasaan sangat terkejut.

   Dengan memberanikan diri dan dengan suara yang lantang dia berseru .

   "Toa-ko, Jie-ko sudah pada datang, mengapa tidak segera menampakkan diri ?"

   Tak lama antaranya dikegelapan malam itu terdengar lagi suara tertawa dingin yang menusuk perasaan bagi siapa yang mendengar, katanya .

   "Betulkah kau ingin aku menurunkan tanganku kepadamu dalam saat yang pendek ini ? Bila kau suami-isteri beserta anakmu tidak segera membunuh diri, aku sangat kuatir kematian kalian pasti akan lebih menyedihkan lagi !"

   Muka Lie Kim Kong menjadi pucat dan seketika lalu berkata .

   "Aku suami-isteri hanya membuat kesalahan pada kalian berdua bersaudara, tentu saja aku rela untuk diapakan saja, tapi aku mohon belas kasihan kalian berdua, demi kebaikanmu, sudi apalah kiranya kalian mengampuni anakku ini."

   Sekali lagi terdengar suara tertawa menyeringai dan kemudian berkata .

   "Aku baru saja mengatakan bahwa kau adalah orang kebanggaanku, tapi aku tidak sudi lagi mendengar saran2mu dan aku tidak sudi pula memberi hidup pada keturunanmu itu !"

   Mendengar hal itu, Lie Hong menjadi nekad dan dengan geram sekali dia berseru .

   "Kalian berdua manusia2 yang bercacat, mengapa kalian ingin memutuskan turunan orang ? Apakah kita tidak mempunyai kebebasan sama sekali jika dibandingkan dengan seorang penjahatpun ? Kalian harus ketahui, kami Tian-kwie-siang-tiauw (sepasang rajawali dari Hunlam dan Kwie-ciu) bukan orang yang gampang menerima penghinaan. Kami suami-isteri ingin menyaksikan sebenarnya kepandaian kalian betapa hebatnya !"

   Sehabis perkataannya diucapkan, lalu terasa berkesiurnya angin, ternyata dalam ruangan rumah mereka sudah bertambah dua bayangan manusia, yang seorang walaupun kaki tangannya serba lengkap, tapi mukanya sangat pipih sekali.

   Ternyata dia tidak mempunyai hidung maupun kuping, hidungnyapun berbulu, yang tampak hanyalah kedua biji matanya yang seperti batu giok.

   Kedua biji matanya ini memancarkan sinar yang amat tajam.

   Sedangkan yang seorang lagi lebih aneh lagi.

   Kepala maupun badannya, luar biasa besarnya, sedangkan kedua kaki dan tangannya luar biasa halus dan pendeknya.

   Tampaknya ia seperti seorang bocah yang baru berusia enam atau tujuh tahun saja.

   Kedua orang ini memakai pakaian yang berwarna abu2.

   Dalam gelap kedua orang ini mirip sekali seperti setan, sama sekali tidak menyerupai manusia.

   Kedua orang ini dikalangan Bulim terkenal sebagai tokoh2 yang paling disegani orang dewasa itu.

   Mereka berdua bukan lain daripada Hay-thian-siang-sat, yaitu Thian-can Ciauw Hoa dan Thian-hui Ciauw Loo dua saudara.

   (Oo-dwkz-oO)

   Jilid 2 Diantara sembilan jago dari Oey-hong-kwan, yang menjadi pemimpin kalangan Liok-lim (rimba hijau) dewasa itu adalah Hay-thian-siang-sat, Loo Toa dan Loo Jie, sedangkan Lie Kim Kong dan Lie Hong sejak meninggalkan Lie-kee-cun, terus saja mengembara kebarat dan timur.

   Diluar dugaan pada suatu hari mereka bertemu dengan seorang ahli yang sudah lama mengasingkan diri yaitu Cui Ceng.

   Dari guru inilah mereka memperoleh kepandaian yang sejati dan tinggi.

   Lie Kim Hong suami-isteri yang selalu mendapat perlakuan tidak baik dalam perantauan, akhirnya timbul rasa sentimen dalam hati mereka.

   Maka setelah berhasil dalam pelajaran mereka, lalu mereka menerjunkan diri untuk menjajal kepandaian mereka dalam kalangan Kang- ouw.

   Di-mana2 pekerjaan mereka hampir setiap saat berkelahi dengan maksud menguji kepandaian lawannya se- mata2, sehingga tiada berapa lamanya nama Tian-kwie- siang-tiauw telah menjadi terkenal dikalangan Kang-ouw.

   Dan bersamaan dengan itu, dikalangan Bu-lim lantas muncul sepasang suami-isteri yang melakukan pekerjaan begal tanpa pembantu.

   Mereka ini selain kepandaiannya sangat tinggi, juga tak kenal ampun.

   Jarang musuh2nya yang dapat hidup lagi setelah bertempur dengan mereka.

   Kemudian sembilan jagoan yang dibentuk oleh Hay- thian-siang-sat, tiba2 mati dua orang.

   Hay-thian-siang-sat begitu mendengar nama Tian-kwie-siang-tiauw dan tertarik dengan segala tindak-tanduk mereka, dengan lantas mereka menariknya kedua orang suami-isteri itu kepihak mereka.

   Sembilan jago dari Kwan-tiong adalah tokoh dari golongan hitam, sedangkan Tian-kwie-siang-tiauw yang baru saja kesohor itu, tidak ada alasan untuk tidak menerima ajakan Hay-thiansiang-sat itu.

   Oleh karena itu, merekapun dengan rela hati masuk menjadi anggota dari sembilan jagoan itu.

   Selama beberapa tahun ini Lie Kim Kong suami-isteri entah sudah berapa kali melakukan perbuatan yang jahat dan keji.

   Semenjak mereka memperoleh satu2nya anak laki2 sebagai penyambung keturunan mereka, segala tindakan mereka yang hendak dilakukan selalu mereka pertimbangkan dahulu masak2.

   Sejak itu pula sifat2 mereka sudah banyak berubah.

   Akhirnya Lie Kim Kong suami- isteri menginsyafi, bahwa segala perbuatan mereka pada masa2 yang lalu sangat terkutuk.

   Kini mereka hendak merubah segala tindakan2nya kejalan yang benar.

   Tapi apa saja peraturan kumpulan sembilan jagoan Kwan-tiong ini sangat keras sekali, karena kecuali 'mati', siapapun tidak diizinkan keluar dari kumpulan tersebut.

   Apa lagi masih banyak sekali orang2 yang mempunyai kepandaian lebih tinggi daripada Hay-thian-siang-sat, kedua orang ini tidak berani turun tangan sembarangan.

   Setelah mereka menanti ber-tahun2 dengan penuh kesabaran, akhirnya mereka menjumpai juga ketika yang baik untuk melarikan diri.

   Ketika Lie Siauw Hiong berusia kira2 tujuh tahun, kebetulan Hay-thian-siang-sat keluar menuju keluar perbatasan, sedangkan didalam kota Kwan-tiong hanya tinggal jago ketujuh, yaitu Cu-bo-lie-hun-piauw Tan Kie Tiauw bersama Lie Kim Kong suami-isteri.

   Dalam pada inilah Lie Kim Kong suami-isteri mengambil kesempatan membunuh Tan Kie Tiauw, kemudian mereka berdua melarikan diri mereka jauh2.

   Kemudian setelah Hay-thian-siang-sat kembali lagi ke Kwan-tiong dan mendengar kejadian tersebut, mereka jadi marah sekali.

   Lalu mereka menyiarkan berita pada kaum rimba hijau, bahwa jika Tian-kwie-siang-tiauw tidak mau menyerahkan diri selama lima tahun ini, maka pada akhir tahun kelima Hay-thian-siang-sat akan mencabut nyawa Lie Kim Kong sekeluarga dimana saja mereka bersembunyi.

   (Oo=dwkz=oO) Lie Kim Kong merasa tidak ada satu tempatpun yang aman untuk mereka menyembunyikan diri.

   Akhirnya setelah mereka pertimbangkan masak2, mereka mengambil keputusan untuk pulang kekampung halaman mereka sendiri, Lie-kee-cun, yang terletak diluar kota Kun-beng didekat gunung Ngo-hoa-san, karena mereka yakin, bahwa mereka akan lebih aman bersembunyi disini daripada tempat2 lain.

   Lie Kim Kong suami-isteri beserta anaknya Lie Siauw Hiong lalu kembali kekampung halaman mereka untuk menyembunyikan diri sekeluarga.

   Empat tahun lebih masa mereka lalui dengan aman tanpa gangguan apa2.

   Tapi tak di-sangka2 pada akhir tahun kelima Hay-thian-siang-sat dapat menemukan jejak mereka.

   Begitu Hay-thian-siang-sat tiba dirumahnya dengan secara mendadak itu, ia baru mengetahui bahwa kepandaian lawannya ini sungguh2 tinggi.

   Pada saat2 itu Lie Kim Kong berpikir bahwa ia harus menerima pembalasan sebagai pertanggunganjawab atas segala perbuatan laknatnya pada masa lampau.

   Hanya saja ia memohon pada lawannya, agar lawannya itu suka mengampuni anaknya yang tidak berdosa ini.

   Lie Hong sudah tidak dapat menahan sabar lagi, dengan suara yang nyaring ia me-maki2.

   Hay-thian-siang-sat memang saudara kembar, sejak dilahirkan, yang satu empat anggota badannya tidak lengkap, sedangkan yang satunya lagi adalah gagu dan tuli, walaupun mereka menamakan diri mereka Thian-can (orang yang bercacat sejak lahir), dan Thian-hui (orang yang tidak berguna) tapi mereka justeru paling benci bila ada orang yang me-nyebut2 cacat2 mereka ini.

   Maka waktu mereka mendengar suara makian Lie Hong, menyebabkan napsu membunuh mereka semakin bergolak.

   Sambil tertawa dingin Thian-can Ciauw Hoa berkata .

   "Tidak disangka bahwa tulang Lie Kiu Nio jauh lebih keras daripada tulang Lie Loo Liok. Bagus, bagus, aku berdua bersaudara tidak membiarkan kalian mati dengan tenang, maka sejak hari ini boleh dikatakan bahwa didunia rimba persilatan tidak ada pula julukan Hay-thian-siang-sat ini!"

   Dengan suara yang sedih sekali Lie Hong berkata .

   "Kim Kong, belum juga maju untuk mengadu jiwa dengan mereka ?"

   Sehabis berkata begitu, Lie Hong sudah segera loncat dengan mementangkan sepasang tangannya menyerang lawannya dengan gerak tipu Kie-eng-pok-touw (burung elang yang kelaparan menubruk kelinci), dengan disertai angin yang men-deru2, ia menyerang Ciauw Hoa, serangannya itu memang cukup mengejutkan lawan.

   Karena ia menyerang lawannya dengan perasaan penuh kemarahan itu, sekali turun tangan saja ia telah melakukan suatu kesalahan besar.

   Tipu Kie-eng-pok-touw ini, sebenarnya hanya tepat untuk dipergunakan melawan musuh yang kepandaian silatnya lebih rendah, sebaliknya jika menjumpai lawan yang lebih tangguh, hal itu hanya akan mendatangkan bahaya.

   Maka Lie Kim Kong yang melihat Lie Hong mengeluarkan tipu tersebut, ia tahu bahwa isterinya akan mendapat celaka, tapi sudah tidak keburu lagi untuk memberi tahukan kepadanya.

   Ciauw Hoa yang melihat Lie Hong dari sebelah atas melayang turun hendak menubruk dirinya, buru2 dia miringkan badannya.

   Badannya yang memang kecil itu, dengan pergerakan tubuhnya menjadi lebih rendah dua sampai tiga meter, se- akan2 badannya ini menempel dengan lantai saja, serangan yang dilancarkan oleh Lie Hong itu adalah dengan sepenuh tenaga.

   Waktu ia melihat lawannya tidak mengelitkan badannya, ia dapat membayangkan bahwa pukulannya kali ini pasti akan menemui sasarannya.

   Bila gagal ia harus mengorbankan dirinya dan sama2 binasa dengan lawannya.

   Siapa menduga ilmu meringankan badan dari Ciauw Hoa ini sudah sampai dipuncaknya yang tertinggi, ditunggunya ketika pukulan lawannya ini hampir menyentuh badannya, sepasang tangannya dengan cepat sekali diulurkan untuk menangkap tangan Lie Hong, kemudian dia menotok lawan itu.

   Lie Hong merasa sakit bukan buatan ternyata sepasang buku2 tangannya terlepas! Lie Hong menjerit sayu, kemudian ia jatuh ketanah.

   Menyaksikan itu Lie Kim Kong pecah nyalinya.

   Dengan gerakan secepat kilat Ciauw Hoa sudah melompat jauh sekali dan tiba disekeliling Lie Kim Kong ayah dan anak, pergerakannya yang sedemikian cepatnya ini, se-akan2 tidak dapat dilihat oleh mata orang biasa, kemudian dengan berdiri disamping tubuh Lie Kim Kong ia tertawa getir dan berkata .

   "Lie Loo Liok, jika kau dapat menerobos dari lingkaran ini satu tindak saja, aku berdua saudara akan mengurus isterimu dengan baik dan sempurna, dan aku berdua bersaudara kali ini akan melanggar peraturanku sendiri, yaitu kami akan mengampuni jiwa anakmu, bila tidak, jika kau ingin menempur kami boleh juga, lihatlah bagaimana hasilnya nanti !"

   Lie Kim Kong lalu melihat kebawah, ternyata lantai yang begitu keras entah dengan ilmu apa ternyata Ciauw Hoa telah menggariskan sebuah lingkaran, waktu dia memandang pula pada Lie Siauw Hiong, ternyata anaknya masih tetap duduk diatas kursi, mukanya tampak begitu tenang dan tabah se-akan2 dia tidak takut suatu apapun.

   Mata Lie Siauw Hiong tampak ber-kilat2 oleh airmata memandang pada ibunya yang kini sudah terluka itu.

   Tidak terasa lagi dalam hatinya Lie Kim Kong merasa heran sekali, dia pikir anaknya yang baru berusia dua betas tahun ini mempunyai ketenangan yang begitu mengagumkan sekali, selama tahun2 belakangan ini, perhatiannya terhadap anaknya ini cukup besar, memang dia sayang sekali terhadap anaknya ini, tapi baru sampai hari ini, dia baru tahu yang anaknya berbeda sekali dengan anak2 orang kebanyakan.

   Dia membayangkan bahwa kalau dia dapat melatih anaknya dalam ilmu silat sampai dewasa, pasti kelak dikemudian hari anaknya akan menjadi seorang manusia yang luar biasa sekali.

   Ia lalu mengambil keputusan untuk tidak membiarkan anaknya ini sampai binasa oleh lawannya.

   Untuk itu dia bersedia mengorbankan dirinya sendiri.

   Sekalipun Hay-thian-siang- sat memperlakukan isterinya dengan kejam sekali, tapi dia berpikir untuk berlaku sabar saja, karena ia yakin bahwa ia akan menemui ajalnya ditangan lawannya.

   Ciauw Hoa melihat Lie Kim Kong bersedia menjadi bulan2-annya, dengan girang sekali ia tertawa, tapi sehabis tawanya, sifat kejamnya lalu muncul.

   Ternyata dia ingin memperlakukan dan menyiksa lawannya ini dengan kejam, sehingga dia merasa puas.

   Oleh karena itu lalu dia menolehkan kepalanya, memandang pada saudaranya yang tengah berdiri diam.

   Ciauw Loo juga merasa senang.

   Kedua orang ini lalu pada tersenyum.

   Kadang2 senyuman kedua orang ini lebih menakutkan daripada waktu mereka sedang murka, karena senyumannya mereka itu berarti yang mereka segera akan menurunkan tangan jahatnya pada lawannya, se-akan2 binatang buas yang hendak menerkam mangsanya saja.

   Lie Hong yang semaput dan yang telah jatuh ditanah itu, pada saat ini ia telah mendusin karena merasakan serangan hawa dingin.

   Baru saja ia ingin bangun, tiba2 ia mengeluarkan suara teriakan tertahan yang menyayat hati.

   Mendengar suara itu Ciauw Hoa merasa puas sekali, dengan sekali berkelebat saja ia telah sampai pada Lie Hong dan menotoknya dengan totokan yang paling istimewa dari Hay-thian-siang-sat, membuat orang tidak dapat bergerak, tapi pikirannya tetap tidak berubah.

   Sudah itu dia lalu manggut2kan kepalanya kepada Ciauw Loo, dengan membungkukkan badannya dia lalu menjambret baju Lie Hong.

   Dengan sekali sentak saja baju mantel Lie Hong yang sangat tebal itu sudah sobek besar sekali.

   Oleh karena itu badan Lie Hong menjadi telanjang.

   Hawa dingin lebih leluasa merasuk kesumsum dan sekujur badannya.

   Mata Hay-thian-siang-sat yang ber-kilat2 menyatakan kepuasannya.

   Melihat hal itu, hati Lie Kim Kong menjadi sangat pilu sekali laksana di-iris2 oleh ribuan pisau yang tajam, hingga timbul pikiran nekad hendak menempur lawannya itu untuk menentukan hidup mati mereka.

   Demi mengingat keselamatan anaknya, terpaksa dia tidak bisa berbuat apa2, selain meng-gertak2kan giginya saja, sehingga akhirnya mengeluarkan darah.

   Pada.

   saat itu Lie Hong menerima penderitaan lahir- bathin demikian hebat.

   Sukar untuk dilukiskan.

   Sementara itu ia dengan segala daya-upaya tidak berhasil bergerak barang sedikitpun.

   Ia ingin membuka mulutnya untuk benteriak, tapi inipun tidak bisa, ia membayangkan peristiwa yang lebih menakutkan akan tiba.

   Akhirnya ia berdiam diri karena ia tidak dapat mengadakan perlawanan.

   Pada saat bersamaan ia merasakan badannya sangat sakit, ditambah pula oleh rasa dingin, malu, sedih dan keputus- asaannya disebabkan badannya telah ditotok oleh musuh itu, maka pada saat2 itu pula rasa benci terhadap suaminya mencengkam dibenaknya, karena tidak mau membantunya, oleh karena itu sambil memejamkan matanya dia berkata seorang diri .

   "Sekalipun aku akan mati, aku akan menjadi setan yang akan membalas sakit hatiku ini."

   Lie Siauw Hiong yang baru berusia 12 tahun itu melihat ibunya begitu menderita dan menerima hinaan yang begitu hebat dari manusia yang seperti binatang buasnya ini, sebaliknya ia melihat ayahnya suka menerima penghinaan yang demikian besarnya untuk keselamatan dirinya sendiri.

   Hatinya menjadi pilu, tapi apa hendak dikata, karena ia yang masih sekecil itu tentu tak dapat berbuat apa2.

   Dia hanya duduk terpekur disitu memandang pada Hay-thian- siang-sat, tapi Hay-thian-siang-sat sebaliknya jika mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh bocah ini, biar bagaimanapun mereka pasti akan bertekad untuk membunuh anak ini.

   Tapi Hay-thian-siang-sat bagaimana bisa memperhatikan bocah ini, mereka hanya merasa bukan main puasnya atas perbuatan mereka ini.

   Mereka menggunakan cara2 yang diluar peri-kemanusiaan untuk menyiksa seorang wanita yang lemah dan tidak berdaya.

   Kemudian Ciauw Hoa dengan tangannya yang bengkok menunjuk kearah Lie Kim Kong sambil berkata .

   "Baik, Lie Loo Liok, dengan adanya kau disini, bukan saja anak ini jiwanya dapat kuampunkan, juga jiwa anjingmu yang bergelora ditubuhmupun dapat kuampunkan, asal saja kau masih suka menurut perintahku, aku tetap akan memperlakukan kau seperti dulu2."

   Lie Kim Kong lalu mengarahkan pandangannya pada Lie Siauw Hiong. Tiba2 saja perasaan terharunya terbit dari sanubarinya, kemudian dia memandang pada Ciauw Hoa sambil berkata.

   "Apakah kau mau meluluskan, tidak akan mencelakakan anakku ini dalam waktu sepuluh tahun yang akan datang ?"

   Ciauw Hoa manggut2 sambil berkata .

   "Aku Ciauw Loo- toa, apa yang telah kuucapkan pasti kutepati, apakah kau masih sangsi ?"

   Lie Kim Kong lalu menjawab .

   "Bagus, bila demikian halnya, maka akupun akan merasa senang sekali."

   Sehabis ucapannya, ia lalu dengan per-lahan2 berjalan mendekati belakang Ciauw Hoa, dimana tergeletak tubuh isterinya yang tidak dapat pertolongan dari siapapun.

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Matanya jadi ber-api2, lantas dengan kepalan tangannya ia menyerang lawannya itu, dengan tipu Pie-ek-siang-hui (gerak burung terbang mengadu kekuatan terbang).

   Tangan kanannya, sekaligus menyerang jalan darah Hian-cu dibelakang kuping lawannya, sedangkan tangan kirinya dipakai menusuk tenggorokan lawannya.

   Gerak tipu Pie-ek-siang-hui ini, adalah salah satu tipu dari ilmu Sin-tiauw-ciang-hoat (telapak tangan rajawali sakti) yang sangat dibanggakannya.

   Lie Kim Kong melakukan penyerangan sekali ini karena sedang diliputi oleh kesedihan yang sangat memuncak, tenaganya tidak seperti biasanya, apa lagi Ciauw Hoa yang sedang merasa kepuasannya, dengan sendirinya tidak pernah terlintas diotaknya bahwa Lie Kim Kong akan melakukan penyerangan secara demikian nekadnya ini, sewaktu dia insyaf pukulan lawannya itu sudah hampir menemui sasarannya.

   Tapi Ciauw Hoa yang dapat menempatkan dirinya sebagai salah satu jago yang ulung dikalangan Kang-ouw, adalah bukan secara kebetulan, pukulan yang disertai hembusan angin yang kencang dari Lie Kim Kong ini dapat diketahuinya, maka Ciauw Hoa buru2 membungkukkan kepalanya agak maju kemuka, dengan badan yang tetap tidak berkisar dari tempatnya semula, kepalanya diangkatnya sedikit maka dengan berbuat demikian dia telah berhasil memunahkan serangan lawannya.

   Lie Kim Kong melakukan penyerangannya sekali ini dengan penuh keyakinan bahwa dia akan berhasil, waktu diketahuinya pukulannya jatuh ditempat kosong, kembali jiwanya jadi terancam.

   Dengan perasaan putus asa, ia hanya menantikan saat2 kematiannya, badannya segera dibungkukkan sedikit, dengan gerak Peng-see-lok-ek (kuncupkan sayap turun kepasir yang datar) dengan sepasang tangannya dipukulkannya kearah dada musuh.

   Ciauw Hoa dengan tertawa dingin lekas2 menotolkan kakinya, dengan memiringkan badannya diulurkannya tangannya untuk menotok jalan darah Cim-hiong, dengan geraknya yang cepat ini se-akan2 dia telah melakukan tipu yang berhasil, yaitu dari diserang lalu berbalik menjadi pihak yang menyerang.

   Lie Kim Kong kini hanya dapat menggigit bibir saja, buru2 ditariknya kembali badannya, lalu dengan sepasang tangannya dia menyerang lawannya kembali dengan tipu silat latihan yang telah diyakinkannya beberapa puluh tahun yang lampau, yaitu ilmu Sin-tiauw-ciang-hoat yang terdiri atas 127 jurus, dengan melakukan penyerangan ini, berarti dia sudah tidak menghiraukan dirinya lagi, dia sudah bersedia untuk mati ber-sama2 lawannya.

   Penyerangan yang demikian dahsyatnya ini, baru dilakukan terhadap seseorang musuh yang dibencinya sekali, apa lagi dia yang sudah bersedia untuk mati ber-sama2 lawannya, maka ia terpaksa mengeluarkan pukulannya ini, sebenarnya dikalangan Kang-ouw jarang orang berani mengeluarkan ataupun memakai pukulan macam demikian, bila keadaan tidak terlalu memaksa, Ciauw Hoa sekalipun ilmunya sudah mencapai taraf yang tertinggi, tapi waktu dihadapkan dengan penyerangan yang nekad2an ini, diapun merasa jeri juga.

   Mengenai tenaga dalam, Lie Kim Kong sudah mencapai taraf yang tinggi juga, andaikata ia berniat hendak melukai Ciauw Hoa, sukar dapat dilaksanakannya.

   Selang sejurus lamanya, Lie Kim Kong merasakan tenaganya sudah jauh berkurang, sedangkan barangsiapa yang menggunakan cara berperang dengan ilmu tersebut harus mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatannya.

   Waktu dilihatnya Ciauw Hoa dengan gampang saja dapat memunahkan tiap2 pukulannya.

   Malahan Ciauw Loo kini waspada.

   Matanya tak luput memperhatikan Lie Kim Kong.

   Bila dia turut membantunya, dirinya pasti dalam waktu sekejap mata saja akan binasa, bahkan mungkin kematiannya itu akan menyedihkan sekali.

   Walaupun pekarangan rumah Lie Kim Kong tidak seberapa luas, beberapa kali ia terpaksa untuk mengelitkan badannya dari serangan lawannya.

   Selama pertarungan itu Lie Kim Kong ber-kali2 lewat disisi Ciauw Loo, tapi Ciauw Loo tetap saja berdiri dengan tenang, sedikitpun dia tidak berusaha untuk menghalang-halanginya.

   Seratus dua puluh tujuh jurus dari ilmu Sian-tiauw-ciang- hoat sudah dipergunakannya, hanya yang belum ia keluarkan ialah serangan berantai yang semuanya ada duabelas macam, yaitu tipu Cie-ek-coan-in (burung terbang menembusi awan), yang berikutnya harus dilanjutkan dengan Sin-tiauw-tian-ek (rajawali sakti membentangkan sayap), Lie Kim Kong melanjutkan serangannya dengan serangan berantai.

   Walaupun ilmu silat Ciauw Hoa sangat tinggi, diapun tidak berani berlaku semberono akan serangan lawannya pada kali ini.

   Baru saja Lie Kim Kong mencoba ilmunya ini, badannya, sudah bergerak lagi mendekati tubuh Ciauw Loo, dan dalam waktu yang sangat pendek ini, tiba2 sebuah akal terlintas dikepalanya, lalu dia gerakkan sepasang tangannya yang dipencarkan dengan tenangnya, se-akan2 ia membuka pintu, tipu yang akan dilancarkannya ini tampaknya gampang, tapi mengandung perubahan yang tidak dapat disangka lawannya, melihat hal itu Ciauw Hoapun tidak berani mencoba untuk menangkisnya.

   Tapi secara se-konyong2 saja dia telah mengubah serangannya ini, dengan memiringkan tubuhnya dia telah menyerang tubuh Ciauw Loo, sepasang tangannya dengan kencang sekali memeluk tubuh Ciauw Loo.

   Dengan perbuatannya ini terang sekali menunjukkan kelicikannya, Hay-thian-siang-sat sekalipun tidak pernah menyangka yang lawannya akan berbuat demikian, waktu diri Ciauw Hoa ditinggalkan begitu saja sebaliknya saudaranya yang telah kena dipeluk lawannya, dia merasa tercengang sekali, karena sedikitpun dia tidak pernah terpikir olehnya bahwa lawannya dapat berbuat demikian.

   Lie Kim Kong mengeluarkan seluruh tenaganya pada kedua pasang tangannya ini, ia memeluk tubuh lawannya dengan erat sekali seperti jepit dari besi.

   Ciauw Loo lebih terkejut lagi ketika melihat Lie Kim Kong membuka mulutnya dan hendak menggigit tenggorokannya.

   Sebenarnya Ciauw Loo sangat mahir sekali dengan tenaga kepalannya maupun dengan tenaga-dalamnya, dibandingkan dengan Ciauw Hoa yang mempunyai kepandaian tenaga dalam yang bersifat lemas, tentu saja berbeda sekali, malahan ilmu melemaskan tulangnya jauh melebihi kakaknya, dia dapat menggunakan tenaga- dalamnya yang dapat disalurkan ketangan dan kekaki.

   Baru saja tadi dia berpikir untuk berbuat demikian, tapi dalam waktu sekejap saja, diapun tidak berdaya untuk melaksanakan maksudnya itu.

   Dalam waktu yang pendek dan singkat itu, leher Ciauw Loo hampir saja digigit lawannya, sekalipun dia mempunyai kepandaian yang tinggi, dia dapat binasa seketika itu juga, karenanya bagaimana dia tidak menjadi kaget ? Tapi dia adalah seorang yang sudah berpengalaman luas sekali dalam kalangan Kang-ouw, maka dalam waktu yang berbahaya ini, dengan sendirinya dia dapat mengeluarkan kepandaiannya yang baik untuk menyambut serangan lawannya.

   Sepasang tangannya segera diangkat sedangkan kepalanya ditundukkan yaitu dengan gerak demikian dia mencoba untuk menghindarkan lehernya agar lawannya tidak sampai dapat menggigitnya.

   Lie Kim Kong baru saja membuka mulutnya mau menggigit, dia hanya dapat menggigit bagian antara mulut dan pelipis saja, dengan penuh kemarahan Ciauw Loo sambil berseru dengan keras meninju lawannya dengan sepasang kepalannya.

   Pukulannya itu adalah pukulan dari ahli tenaga-dalam, kemudian dengan jarinya dia menotok jalan darah Lie Kim Kong yang akan membinasakannya.

   Jalan darah yang kena ditotok oleh Ciauw Loo itu tepat sekali mengenai sasarannya, apa lagi hal itu dilakukan oleh seorang yang ahli dalam hal tenaga-dalam.

   Lie Kim Kong tanpa dapat mengeluarkan suara lagi lantas roboh binasa.

   Ciauw Loo lalu meraba pipinya yang keluar darah bekas gigitan Lie Kim Kong tadi, dengan tertawa dingin ia lalu memandang pada mayat lawannya yang sudah menggeletak tak berdaya itu, mukanya tampak tidak berperasaan sama sekali, se-akan2 di- dunia yang berlaku hanya hukum rimba saja.

   Ciauw Hoa dengan tertawa pahit lalu berkata..

   "Sungguh menguntungkan dia saja, membiarkan dia mati begitu enaknya."

   Se-konyong2 dia berpikir bahwa dalam pekarangan itu tidak terdapat orang lainnya kecuali saudaranya sendiri, dan disamping itu masih ada satu orang lagi yang belum mati, yaitu Lie Siauw Hiong.

   Lie Siauw Hiong tetap saja masih berduduk disamping meja, mukanya penuh dengan bekas butir2 airmata, sedangkan sepasang tangannya tampak dikepalkannya keras sekali.

   Dalam hati Ciauw Hoa berpikir .

   "Anak itu begitu kecilnya, tapi tampaknya sangat aneh sekali, apakah barangkali anak ini termasuk bocah yang luar biasa ? Dilihat dari romannya, dia tampak tidak menunjukkan tanda2 yang istimewa, jika ia seorang anak tolol tidak mengapa, tapi jika sebaliknya bocah ini seorang anak yang sangat pintar, aku kuatir dikemudian hari merupakan bencana besar bagi kita."

   Sambil berpikir ia menghampiri Lie Sauiw Hong, dengan per- lahan2 dia angkat tangannya, dia sudah berpikir untuk sekali tepok saja untuk membinasakan anak itu supaya dikemudian hari tidak merupakan bahaya baginya.

   Bila pukulannya ini sudah jatuh kebadan anak kecil ini, jangankan tubuh Lie Siauw Hiong yang terdiri dari darah dan daging, sekalipun ia besi dapat juga dipukulnya sehingga hancur lebur.

   Sesudah itu, dia memandang lagi pada Lie Siauw Hiong, tapi anak itu dengan geramnya memandang pula pada musuh orang tuanya itu.

   Tapi hati Ciauw Hoa dan Ciauw Loo kedua orang ini sangat aneh sekali, setiap dia menemukan sesuatu yang luar biasa, pasti dia lekas tertarik.

   Kemudian ia teringat akan kata2 yang pernah diucapkan, yaitu bahwa ia telah menjanjikan pada Lie Kim Kong untuk tidak membunuh anaknya ini, tapi bila aku membiarkan dia hidup, dikemudian hari aku sangsi anak ini pasti merupakan lawan yang sangat berbahaya .....

   Tangan kanannya yang telah diangkat itu, dengan ragu2 masih belum turun.

   Dia ragu2, mestikah dia memukul anak ini atau tidak ? Pikirannya masih tetap bercabang, jiwa Lie Siauw Hiong juga tergantung padanya.

   Bagi Lie Siauw Hiong sendiri tentu saja dia tidak mempunyai daya apa2 dalam menghadapi bahaya ini.

   Malam itu hawanya sangat dingin sekali, tiba2 terbit angin keras yang datang meniup, ternyata angin itu datang dari pekarangan rumah Lie Siauw Hiong dari jalan kecil, lalu disusul dengan terdengarnya suara tindakan kaki yang berat sekali, tampaknya bukan seperti tindakan kaki manusia.

   Tindakan yang begitu berat, terdengar dimalam yang sepi begini tentu saja sangat mengagetkan.

   Ciauw Hoa sewaktu mendengar hal itu merasa terkejut sekali.

   Dengan melambaikan tangan sebagai tanda, kakak beradik ini sudah memberi tanda pada masing2 bagaimana mereka harus bertindak, dengan cepat mereka menyembunyikan diri mereka ditempat yang gelap dalam pekarangan rumah lawannya.

   Siapa menyangka bahwa yang keluar dari pekarangan itu adalah seekor sapi jantan, tanpa diketahui apa sebabnya tiba2 saja sapi jantan ini dapat keluar dari dalam kandangnya.

   Melihat itu, Hay-thian-siang-sat hanya tertawa getir.

   Sapi jantan itu tampaknya sapi peliharaan, karena terbukti dengan badannya yang gemuk dan sehat, sedangkan tanduknya mengkilat.

   Tampaknya sapi jantan itu amat garang sekali, menampak kejadian ini, se-konyong2 hati Ciauw Hoa jadi ragu2, diam2 dia berpikir .

   "Apa yang telah aku janjikan tadi terhadap lawanku ialah bahwa aku berdua bersaudara tidak akan membunuh anaknya ini, tapi aku tidak menyanggupinya kalau sapi jantan ini tidak menyerangnya."

   Berpikir sampai disitu, mukanya tampak bersenyum, se-akan2 urusan yang begitu berat sudah dapat dia selesaikan dengan sempurna, dari hasil pemikirannya ini memang sulit untuk dipikirkannya dari semula.

   Karena hal itu terjadi dengan tidak disengaja.

   Sapi jangan begitu sampai didalam pekarangan, lalu mengangkat kepalanya sambil menguak, baru saja ia mau masuk kembali dari mana ia datang, Ciauw Hoa lalu menghadang dimuka sapi jantan itu.

   Melihat dengan tiba2 orang yang menghadangnya sapi jantan itu menjadi kaget, sepasang tanduknya ditundukkan, ia bermaksud untuk segera menanduk orang yang menghadang dimukanya itu, Ciauw Hoa dengan gerak tangan yang cepat sekali lalu memegang tanduk sapi jantan itu, tenaga yang memegang tanduk sapi itu adalah luar biasa kerasnya, sapi itu berusaha untuk melepaskan dirinya, tapi sedikitpun ia tidak dapat bergerak, ia hanya dapat me- nendang2 pasir dan tanah.

   sehingga beterbangan keudara.

   Tangan kiri Ciauw Hoa tidak bergerak, dengan tangan kanannya lalu dia memberi tanda pada Ciauw Loo.

   Ciauw Loo lekas2 membuka pintu besar dari pekarangan itu, secepat kilat dia telah kembali pula, dengan sekali samber saja dia telah mengempit tubuh Lie Siauw Hiong diketiaknya.

   Lie Siauw Hiong tidak gugup sedikitpun juga dan tidak berontak, sebab dia tahu hal itu adalah percuma saja, dia menyerahkan nasibnya pada dewata.

   Dalam hatinya dia mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri, dia yakin dan percaya bahwa pada suatu hari kelak, dia akan dapat membalaskan sakit hati ayah-bundanya ini.

   Dia tidak coba menggerakkan badannya, ketika ia dikempit dan dibawa kemuka sapi jantan tersebut.

   Sapi yang sedang coba be-rontak2 itu, begitu merasa tubuhnya diduduki Lie Siauw Hiong, dia terpaksa memeluk kencang2 badan sapi tersebut, supaya badannya jangan sampai terlempar jatuh.

   Walaupun dia tidak tahu apa maksudnya dia didudukkan diatas sapi itu, tapi dia mengerti hal itu tentunya bersangkut-paut dengan keselamatan jiwanya.

   Ciauw Loo setelah mendudukkan tubuh Lie Siauw Hiong diatas sapi itu, dia lalu memegang salah satu tanduk sapi itu yang kemudian dia lemparkan keluar, ternyata sapi yang begitu besar tubuhnya dapat terputar oleh dorongan tangannya ini.

   Setelah sapi jantan itu terputar satu kali kelihatan dari tanduknya darah mengalir keluar.

   Dalam kesakitan yang sangat sapi jantan itu jadi mengamuk dengan hebatnya, sapi itu yang berada dibawah pegangan orang tidak dapat maju maupun mundur, ia hanya dapat mem-banting2kan badannya saja, sedangkan Lie Siauw Hiong yang duduk diatas sapi itu merasakan kecemasan yang sukar dilukiskan, dalam waktu yang pendek dia merasa se-akan2 hendak muntah.

   Tangan kiri Ciauw Hoa yang memegang tanduk kiri itu dilepaskan, kemudian dia lalu menyodok tubuh sapi itu dengan jari tangannya, sehingga kulitnya mengeluarkan darah segar.

   Sapi itu menjadi lebih murkah.

   Begitu tangan Ciauw Hoa dilepaskan, sapi itu dengan cepatnya segera lari keluar dari pintu pekarangan dengan pesatnya.

   Ayah dan ibu Lie Siauw Hiong walaupun mempunyai kepandaian silat yang cukup tinggi, tapi sejak Lie Siauw Hiong dilahirkan belum pernah mendapat pelajaran silat dari kedua orang tuanya itu, karena pada saat ia berusia empat tahun, kedua orang tuanya sangat membenci pada orang2 kaum persilatan, maka mereka tidak mau menurunkan kepandaiannya ini kepada anaknya, selain hanya merawat.

   badan anaknya se-baik2nya, sehingga tubuhnya menjadi sehat dan kuat luar biasa.

   Sapi jantan itu mengamuk dan lalu lari se-kencang2nya kedalam hutan belukar, Lie Siauw Hiong hanya merasakan barang2 yang dilewatinya disampingnya seperti terbang saja.

   Dengan larinya yang sangat gila ini, maka anak seperti Lie Siauw Hiong mana dapat menahannya, beberapa kali dia sudah berpikir untuk melepaskan saja tangannya dari pegangannya diperut sapi itu untuk menjatuhkan tubuhnya ketanah.

   Entah sudah berapa jam sapi jantan itu ber-lari2, dan entah berapa jauh pula ia sudah lari.

   Pada saat itu haripun sudah berangsur terang, tanpa disadarinya ia telah sampai digunung Ngo-hoa-san.

   Sapi itu masih terus berlari dengan lurusnya.

   Kemudian Lie Siauw Hiong merasakan sapi itu yang tadinya lari dengan lurus, tiba2 larinya ber-putar2, membuat kepalanya pening sekali.

   Sesudah ber-putar2, sapi itu melompat dengan se-konyong2, sehingga tubuhnya terlempar jatuh diatas salju.

   Sejurus lamanya Lie Siauw Hiong tak sadarkan diri.

   Waktu ia siuman ia melihat dihadapannya berdiri seorang yang bertubuh tinggi kurus.

   Orang itu ternyata memakai baju yang sangat sederhana sekali seperti anak sekolah saja layaknya.

   Tubuhnya menggigil kena tiupan angin salju, tatkala dia melihat Lie Siauw Hiong sudah sadar kembali, dibibirnya tersungging sebuah senyuman penuh rasa kasih sayang yang mesra sekali.

   Waktu Lie Siauw Hiong melihat senyumannya itu, ia lupa seketika itu bahwa orang yang berdiri dimukanya adalah seorang yang masih asing baginya, lalu dia berusaha untuk duduk.

   Orang itu se-akan2 sudah mengetahui maksud Lie Siauw Hiong, dengan perlahan lalu dia membuka mulutnya dan berkata .

   "Jangan bergerak, beristirahatlah sebentar."

   Tapi Lie Siauw Hiong tetap berusaha hendak duduk, sinar mata orang itu menjadi bengis sekali, sedangkan mukanya yang tampaknya sangat lesu itu kini terang menunjukkan muka yang sangat berpengaruh sekali.

   Lalu dia ulurkan tangannya mencegah Lie Siauw Hiong, kemudian tanpa terasa lalu tubuhnya jatuh kembali keatas tanah.

   Walaupun tidak seluruh tenaganya hilang.

   kecerdikan Lie Siauw Hiong masih tetap ada, sambil memperhatikan keempat penjuru disekitarnya.

   Dia dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah dilembah gunung, ditempat itu ia dapat menikmati bau yang harum semerbak menyerang hidungnya.

   Ternyata disekitar itu tampak bertumbuh pohon2 bunga Bwee, kemudian orang itu berkata .

   "Kau ini bocah, mengapa bisa menunggang sapi edan dan kabur sampai disini ? Siapakah kau dan dimana rumahmu ?"

   Lie Siauw Hiong menjadi tertegun, pada air mukanya terbayang kesedihan, tanpa terasa lagi air matanya menitik turun ber-linang2. Waktu orang itu melihat dia menangis, dengan suara yang lembut sekali dia berkata lagi .

   "Kau jangan menangis, kau mengalami kesusahan apa ? Cobalah kau beritahukan kepadaku."

   Sambil menangis, Lie Siauw Hiong menuturkan peristiwa yang dialaminya, waktu dia menuturkan riwayatnya itu hanya dilakukan dengan perasaannya saja, sedikitpun dia tidak pernah menyangka yang dia dapat menceriterakan sesuatunya itu dengan sempurna.

   Ternyata orang yang mendengarkan ceritanya itu adalah orang aneh nomor satu dikalangan Kang-ouw yang bernama julukan Chit-biauw-sin-kun Bwee San Bin.

   Bwee San Bin yang telah kena ditotok jalan darah Kian-ceng dan Cong-hay oleh ahli waris tingkat ketujuh dari partai Tiam- cong, yaitu Lok-eng-kiam Cia Tiang Kheng, kemudian anggota sebelah dalam tubuhnya telah terluka pula oleh Kouw-am-siang-jin, Cek Yang Tojin dan Li Gok.

   Jika orang lain yang terkena salah satu macam pukulan tersebut, sudah pasti hanya kematianlah bagiannya.

   Tapi bagi Bwee San Bin yang mempunyai kecerdikan dan kepandaian yang melebihi orang lain, belakangan iapun telah berhasil dalam latihannya, kesemuanya itu bukanlah suatu hal yang gampang yang dapat dicapai oleh setiap orang dalam kalangan Kang-ouw.

   Dengan latihannya yang sudah melampaui orang banyak dengan rajin pula dia telah berhasil mencapai tingkat yang tertinggi dengan ilmu dalamnya, tapi sekali ini dadanya disebelah dalam yang dirasakan sangat sakit ini, setelah dia berusaha dengan jalan menyalurkan pernapasannya dengan teratur ternyata sia2 belaka.

   Diapun menginsyafi bahwa sekali ini dia telah kena totokan yang lain dari yang lain.

   Jika bagian sebelah dalam dari badannya tidak terluka, barangkali dia masih ada harapan untuk menggunakan tenaga-dalamnya akan membuka ilmu totokan lawannya, tapi pada saat ini tidak mungkin agaknya dia melaksanakan maksudnya itu.

   Tangan dan kakinya terasa lemas dan tidak bertenaga sama sekali, sampaipun untuk menggerakkan jarinya saja dia tidak dapat, malahan dia merasakan darah yang mengalir dijantungnya perlahan sekali.

   Karena ternyata dengan sisa tenaga yang masih ada padanya dia tidak bisa berbuat apa2, hingga yang diharapkannya ialah agar dia dapat lekas2 binasa saja daripada harus menderita dengan penuh perasaan sakit yang sangat, atau suatu yang gaib muncul atas dirinya.

   Pada saat itu ternyata ia tengkurap diatas salju, hawa dingin salju itu terus meresap kedalam tubuhnya, sewaktu dia merasa putus asa sama sekali, tiba2 sekali dia mendengar dalam lembah gunung itu ada suara tindakan kaki orang yang ber-lari2 dengan kencang sekali, pada saat itu dia sangat mengharapkan pertolongan.

   Suara tindakan kaki itu kencang sekali datangnya, sebentar saja sudah masuk kedalam lembah itu, kemudian disusul dengan tampaknya seekor sapi jantan yang lari seperti sapi liar, melihat hal itu dia menjadi putus asa kembali, karena dia pikir sapi jantan itu ada apa faedahnya terhadapnya.

   Sapi jantan itu ber-lari2 satu putaran dalam lembah itu, kemudian secara langsung berlari kearah dimana dia terbaring, dia tidak berdaya untuk menghindarkan dirinya, sehingga sewaktu sapi jantan itu menginjak tubuhnya, lantas dia rapatkan matanya.

   Justeru dalam waktu yang singkat sekali dia rasakan jalan darah Ju-coan dan Him- kienya seperti ada tenaga yang ribuan kati beratnya memukulnya dua kali.

   Dia tahu bahwa itulah injakan kaki dari sapi jantan tersebut.

   Tapi sungguh aneh sekali, sesudah peristiwa itu berlalu, tiba2 dirasakannya tubuhnya sangat segar, hawa dibadannya walaupun agak lemah dirasakannya, tapi ia sudah dapat berjalan dengan lancar, semacam harapan untuk 'hidup' telah terlintas dikepalanya.

   Pikirnya, asal dia dapat mengatur pernapasannya dengan sempurna, keempat anggota badannya yaitu kaki dan tangannya dengan sempurna, ia pasti dapat bergerak pula.

   Dan bila demikian halnya, sekalipun lukanya lebih berat, masakan dia tidak dapat menyembuhkannya ? Oleh karena itu, lalu dia gerakkan tangannya, benar saja dirasakannya badannya sudah mempunyai tenaga pula, sekalipun tenaganya ini jauh sekali kurangnya, bila dibandingkan dengan dahulu.

   Tapi hal itu cukup menggirangkan baginya.

   Sesudah itu cepat sekali sapi jantan itu balik kembali ketempatnya berbaring tadi.

   Sekali ini dia tidak mendiadi gugup lagi.

   Dia berpikir, sekalipun tenaga dalamnya sudah hilang sebagian besar, tapi untuk menghadapi sapi ini ia tidak kuatir, namun pikirannya ini justeru merupakan satu kesalahan besar sekali.

   Sewaktu sapi jantan itu melewati dia dengan menginjak tubuhnya, Bwee San Bin lalu mengumpulkan seluruh kekuatannya ditangannya, begitu dia rasakan sapi itu menginjak badannya, lantas diangkatnya tangannya, badan sapi jantan yang begitu besar itu ternyata kena terpukul dan terlempar keatas.

   Tapi sesudah Bwee San Bin melakukan pukulannya itu, se- konyong2 dia rasakan badannya menjadi sangat lelah sekali, dimana perasaan tersebut ber-puluh2 tahun lamanya belum pernah ia rasakan.

   Patut diketahui tenaga-dalam Bwee San Bin ini sudah mencapai taraf yang tertinggi, dimana orang banyak sukar mencapainya, perkataan 'capai' ini selama hidupnya belum pernah dia rasakan, kemudian sekarang dia rasakan seluruh badannya sampai ke-tulang2nya begitu sakit, sedangkan mulutnyapun menarik napas dengan lemahnya, se-akan2 dia seperti orang yang tidak mempunyai kepandaian silat sama sekali, karena dia rasakan badannya sangat lelah sekali seperti sudah dalam jangka waktu yang lama sekali, barulah sekarang dapat dia rasakan hal itu.

   Tentu saja Bwee San Bin dapat mengalami hal semacam yang berarti seluruh tenaga dalamnya sudah lenyap, setelah mengalami serangan dari luar dan didalam badannyapun telah menderita luka2 begitu berat, dengan menjaga dirinya se-baik2nya dia percaya yang tenaganya sukar pulih kembali dengan sempurna dalam waktu yang singkat, tapi hal itu tidak menjadikan dia berputus harapan.

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Setelah mengalami pukulan yang hebat ini dari ahli waris tingkat ketujuh dari partai Tiam-cong-pay, sekalipun dia mempunyai kepandaian yang tertinggi didunia ini, tapi pada saat ini dia telah menjadi orang biasa kembali.

   Dari seorang yang luar biasa menjadi orang yang biasa kembali, perasaaannya ini sukar dilukiskan karena dia merasa duka sekali, ditambah dengan susah-payah yang telah mencapai tingkat yang tertinggi dalam ilmu tenaga- dalam, sekarang ilmunya ini telah punah, dia menjadi sedih bukan kepalang, hingga membuat Bwee San Bin ingin melarikan diri saja dan cara yang paling baik untuk melarikan diri itu ialah mati.

   Begitu ingatan untuk 'mati' itu terlintas dikepalanya, tiba2 hal itu telah diputuskan dengan secara se-konyong2 dari dalam lembah itu terdengar suara rintihan orang.

   Bwee San Bin merasa aneh sekali, oleh karena itu, dengan tenaga yang penghabisan yang dimilikinya, lalu dia berdiri.

   Kemudian dia dapatkan Lie Siauw Hiong, sewaktu dia menghampiri anak itu, dia lihat Lie Siauw Hiong dengan samar2 lalu membuka matanya memandang kepadanya.

   (Oo=dwkz=oO) Bwee San Bin yang sudah putus harapan mendengar riwayat yang dituturkan oleh Lie Siauw Hiong begitu menyedihkan dan menyayat hati, perasaan hatinya yang ingin mati itu tiba2 hilang dan digantikan dengan perasaan murka dan ingin membela ke-tidakadilan, dalam waktu yang sekejap mata saja, Lie Siauw Hiong dapat menentukan hidupnya kemudian hari, yaitu dia telah menjumpai seorang tokoh nomor wahid dalam dunia rimba persilatan ini, yang dibelakang hari namanya akan ditakuti dan disegani oleh seluruh para pendekar kaum rimba persilatan.

   Bwee San Bin se-konyong2 berpikir .

   "Didunia ini bagaimana ada kejadian yang begini aneh dan ajaib. Seekor sapi jantan dapat mabur ketempat yang jarang ditempuh manusia, mungkinkah ada orang yang mendalangi perbuatan ini, untuk menipu aku, sekalipun tenaga dalamku sudah hilang, tapi tipu2 yang masih ada padaku, tidak semua orang dikalangan Kang-ouw dapat menandinginya."

   Dengan susah-payah dia berusaha untuk bangun duduk, sambil memandang pada Lie Siauw Hiong dia berkata .

   "Apakah kau mengenal siapa aku ?"

   Lie Siauw Hiong hanya meng-geleng2kan kepalanya, mukanya yang tampak begitu wajar sekali sudah menarik perhatian Bwee San Bin, Bwee San Bin ini adalah seorang yang cerdik sekali, dari air muka Lie Siauw Hiong dia dapat menerka, bahwa anak ini jujur sekali.

   Anak seperti ini akan dapat menggantikannya dikemudian hari, harapannya mulai timbul, sehingga dia girang sekali dan menyebabkan dia tanpa terasa lagi lalu tertawa.

   Samba tertawa dan memandang muka Lie Siauw Hiong dia berkata .

   "Nah sekarang kau tentunya tidak mempunyai pamili yang dapat dibuat senderan, apakah kau suka mengikutiku ?"

   Lie Siauw Hiong lalu memandang pada orang yang tampaknya begitu loyo dan tidak bertenaga ini. Dengan suara yang pasti sekali dia menjawab .

   "Baik, aku pasti mengikutimu, aku akan merawatmu dengan baik2, kau jangan pandang sekarang aku tidak mempunyai tenaga, asal saja aku sudah mengasoh cukup, tenagaku luar biasa besarnya, apapun aku dapat melakukannya."

   Bwee San Bin tergerak sekali hatinya mendengar kata2 anak ini, oleh karena itu, sambil tertawa dan manggut2 dengan ber-ulang2 dia berkata .

   "Baik, baik, aku memang membutuhkan perawatanmu. Bisakah kau berdiri, untuk mendukungku keluar dari lembah ini ?"

   Lie Siauw Hiong lalu memutar badannya sedikit, dirasakannya kaki dan tangannya sakit dan kesemutan, tapi perasaan menang dan tanggungjawab telah mengalahkan perasaannya yang pertama.

   Dia mesti menguatkan semangatnya.

   oleh karena itu, sambil menggertakkan giginya, dia lalu bangun berdiri, kemudian memayang tubuh Bwee San Bin dengan tindakan yang sempoyongan untuk keluar dari lembah itu.

   Gunung Ngo-hoa-san yang letaknya diluar kota Kun- beng adalah suatu tempat tamasya yang sangat indah, sekalipun ditempat tersebut jarang didatangi manusia, tapi orang yang ingin mengunjungi gunung tersebut tetap saja banyak.

   Belum lagi Bwee San Bin dan Lie Siauw Hiong jauh berjalan, mereka sudah menjumpai orang2 yang hendak bertamasya kesitu.

   Melihat keadaan mereka berdua yang romannya morat-marit, orang2 agak ke-heran2an dan menduga yang mereka tentu menemukan suatu hal yang sangat pelik terjadi atas diri mereka.

   Atas pertanyaan orang banyak, Bwee San Bin hanya menjawab secara serampangan saja.

   Kemudian setelah menemukan tukang joli diatas gunung itu, mereka lalu menyewanya untuk pergi kekota Kun-beng.

   Sesampainya dikota, mereka lalu menyewa sebuah kamar disalah satu penginapan yang paling baik, dimana mereka makan dan minumpun semuanya adalah makanan pilihan.

   Dan disamping itu Bwee San Bin pun tidak lupa membelikan beberapa setel pakaian untuk Lie Siauw Hiong dan keperluan2 yang lainnya.

   Kota Kun-beng sendiri terkenal dengan hawanya yang sepanjang empat musim tetap saja seperti juga dimusim semi, hawa disana dengan didaerah pegunungan tentu saja berbeda jauh sekali.

   Dikota itu selama empat musim itu jarang terlihat salju turun.

   Diluar se-gala2nya yang mengherankan Lie Siauw Hiong yang menjadi tanda tanya baginya, ialah tanda yang tampak ditangan Bwee San Bin.

   Pada hari keduanya Bwee San Bin menyewa satu kereta besar.

   Dari kota Kun-beng kereta yang mereka tumpangi itu berjalan amat lambat sekali.

   Hal itu bagi Bwee San Bin pun tidak disadarinya.

   Setelah melewati beberapa tempat.

   Lie Siauw Hiong hanya merasa bahwa perjalanan mereka sudah sangat jauh sekali.

   Dalam pada itu kesehatannyapun per-lahan2 sudah mulai pulih kembali, tapi waktu ia melihat muka Bwee San Bin tampaknya begitu lemah sekali.

   Perjalanan mereka telah satu bulan lebih lamanya sampai pada saat itu, yaitu saat musim semi.

   Ditengah jalan Lie Siauw Hiong melihat pohon2 mulai menghijau kembali, tapi ia tidak tahu telah sampai dimana perjalanan waktu itu.

   Dalam perjalanannya itu Bwee San Bin entah sudah menukar berapa kali kereta yang dinaikinya, hingga mereka sampai disebuah kampung kecil.

   Kampung itu hanya lebih besar sedikit dari kampung Lie-kee-cun.

   Sesampainya dikampung itu, Bwee San Bin menyuruh tukang kereta berhenti.

   Kemudian Bwee San Bin dengan Lie Siauw Hiong lalu berjalan per-lahan2 kedalam kampung tersebut.

   Lie Siauw Hiong dapat merasakan sendiri betapa Bwee San Bin telah memperlakukannya begitu baik sekali.

   Sambil ber- cakap2 dan ter-tawa2 mereka terus saja berjalan.

   Setelah melewati kampung itu, berjalan lagi kira2 setengah lie jauhnya, Bwee San Bin kelihatan sangat lelah sekali, tapi semangatnya tampak begitu gembira.

   Perjalanan mereka sampai disalah satu hutan yang tidak begitu lebat.

   Disitu Lie Siauw Hiong melihat beberapa rumah.

   Bwee San Bin sambil menunjuk kearah rumah2 tersebut lalu berkata .

   "Kau tengoklah, ini adalah rumahku."

   Diam2 Lie Siauw Hiong menyatakan keheranannya dalam hatinya, mengapa rumah Bwee Siok-siok begitu jauh sekali.

   Dia berpendapat bahwa tempat tersebut berada didalam lembah gunung Ngo-hoa-san juga, tapi hal ini dia tidak perduli.

   Setelah berjalan sampai didepan pintu rumah, Bwee San Bin lalu dengan per-lahan2 mengetuk beberapa kali, lalu pintunya yang berwarna hitam itu tampak terkuak.

   Orang yang membukakan pintu itu adalah seorang yang kurus, melihat usianya ia sudah setengah umur.

   Ketika melihat kedatangan Bwee San Bin, dia lalu memberi hormat sambil membungkukkan badannya dan berkata dengan suara yang dalam .

   "Kau sudah kembali ?"

   Pada air mukanya tidak tampak perubahan apa2.

   Sebagai jawaban atas pertanyaan orang itu.

   Bwee San Bin hanya meng-angguk2kan kepalanya saja sambil tertawa, kemudian dia menarik tangan Lie Siauw Hiong untuk diajak masuk.

   Lie Siauw Hiong melihat rumah ini bersih sekali, perabot2 yang terdapat didalamnya teratur rapih, tapi pada beberapa kamar tampak sepi saja se-akan2 tidak ada orang yang menghuninya.

   Orang kurus setengah umur itu dengan matanya yang tajam lalu memandang pada Lie Siauw Hiong.

   Bwee San Bin sambil me-nepok2 kepala Lie Siauw Hiong dengan per-lahan2 berkata kepada orang itu .

   "Ia adalah muridku, kau lihat, baguskah dia ?"

   Kemudian dia tertawa pula sambil melanjutkan perkataannya .

   "Apakah mereka semuanya pada baik2 saja sepeninggalku ?"

   Orang kurus setengah umur itu tampak ragu2 kemudian menyahut .

   "Aku sudah mengusir pergi mereka."

   Tampak muka Bwee San Bin berubah, dia lalu bertanya lagi .

   "Semuanya sudah diusir ?"

   Orang itu hanya menundukkan kepalanya lalu menyahut .

   "Beberapa hari ini dikalangan Kang-ouw tersiar berita yang kau telah menemui mara bahaya digunung Ngo-hoa- san dipropinsi Hunlam, akibat keroyokan Li Gok dan kawan2nya. Sesudah itu, orang2 dari partai Kay-pang (partai pengemis) mengatakan yang mereka telah menemukan mayatmu. Setelah aku berpikir dan mempertimbangkan masak2, aku lalu mengusir mereka satu per satu, karena aku sangat sangsi, bahwa mereka nanti mungkin menerbitkan onar, aku sudah ber-siap2 untuk pergi kegunung Kong-tong untuk ...."

   


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Golok Kumala Hijau -- Gu Long Duel Dua Jago Pedang -- Khu Lung

Cari Blog Ini