Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 4


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 4



Misteri Pulau Neraka Karya dari Gu Long

   

   Khi Cui tertawa rawan, lalu menyahut dengan sedih.

   Teguran kongcu akan hamba ingat terus, harap kongcu sudi memaafkan."

   "Aku tak akan menyalahkan kalian"

   Jawab Oh Put-kui dengan gaya pembesarnya.

   "lebih baik jika kalian menerima tamu seorang pembesar, janganlah bertanya tentang soal negara, daripada mendatangkan kesulitan bagi diri sendiri"

   "Nasehat kongcu akan hamba ingat selalu didalam hati,"

   "Kalau bisa di ingat memang lebih baik"

   Jawab Oh Put-kui tertawa hambar. Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba katanya kepada si pengemis pikun.

   "Lok tayjin!"

   "Kongcu ada perintah apa?"

   Pengemis tua menjura dengan sikap menghormat.

   "Sewaktu ada di ibu kota, kau selalu memuji ke empat orang gadis ini sebagai orang yang pandai ilmu silat, tapi setelah berjumpa hari ini, sungguh membuat hatiku kecewa!"

   Pengemis pikun jadi tertegun, bagaimana harus menjawab. Dalam cemasnya dia lantas berseru tergagap.

   "Soal ini soal ini hamba...hamba..."

   Oh Put-kui memandang sekejap wajah ke-empat orang gadis itu, kemudian katanya lagi sambil tertawa.

   "Lok tayjin, kau tak usah gugup, aku tidak bermaksud untuk menegur dirimu."

   "Ooh rupanya begitu "

   Si pengemis pura-pura menghembuskan napas lega.

   "kongcu, kau..."

   Oh Put Kui kembali tertawa, tapi kali ini dia tertawa sambil memandang kearah Liu Im yang genit.

   Sikap Liu Im nampak sangat aneh, agaknya mereka sudah terpikat oleh kegantengan Oh Kongcu ini, lagi pula terpengaruh oleh apa yang dikatakannya tadi.

   Maka mereka hanya sempat berpikir, siapa gerangan Oh Kongcu ini ? Apa maksud kedatangannya ? Ternyata tak seorangpun diantara mereka yang memperhatikan sorot matanya yang tajam, atau tegasnya mereka tidak menyangka kalau Oh Put Kui sesungguhnya adalah seorang jago muda yang berilmu sangat tinggi.

   Sudah barang tentu mereka lebih-lebih tak menyangka kalau pemuda tampan ini adalah Oh Put Kui yang pernah berkunjung ke Pulau neraka dan dapat pulang dengan selamat.

   Sekalipun demikian, Liu im adalah seorang yang sangat berpengalaman dalam bidang pelacuran, maka sewaktu Oh Put Kui tertawa kepadanya, diapun segera mengeluarkan ilmu merayunya.

   Sambil tertawa genit, katanya dengan lembut.

   "Kongcu tak pernah meninggalkan ibu kota, dan cuma mendengar pembicaraan orang saja, sudah barang tentu jauh sekali dengan kenyataan.

   Walaupun kami berparas lumayan, dan mengerti sedikit tentang ilmu sastra, tapi dalam hal ini silat sesungguhnya kami tidak tahu sama sekali !?"

   Oh Put Kui segera tersenyum, dibalik senyuman tersebut tersimpanlah suatu arti yang sangat mendalam.

   "Nona, kalian pandai sekali merendahkan diri !"

   Mendadak dia berpaling dan memandang sekejap ke arah Pengemis pikun, lalu katanya lagi.

   "Lok tayjin, kalau kudengar dari pembicaraan nona ini, bukankah berarti apa yang kau dengar itu tidak benar?"

   Kali ini pengemis tua agak tertegun, kemudian baru menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Hamba rasa apa yang hamba dengar sudah pasti dan bisa dipercaya seratus persen."

   "Haaaahhh...

   haaaaahhh...

   haaaahhh...

   benar, kalau tersiar kabar begini sudah pasti tak akan tersiar tanpa sebab."

   Dengan sorot matanya yang jeli dia lantas mengerling kembali ke atas wajah ke empat orang gadis itu.

   Sebodoh-bodohnya Liu Im berempat tentu saja mereka dapat menangkap arti yang sebenarnya dari ucapan tersebut, maka tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap.

   Siau Hong yang termuda diantara mereka berempat, tiba- tiba menutup mulutnya Sambil tertawa, kemudian katanya .

   "Kongcu, kau terlalu menyanjung kemampuan kami empat bersaudara."

   Suaranya lemah lembut dan amat merdu bagaikan kicauan burung nuri, membuat setiap orang yang mendengar akan terpikat rasanya.

   Oh Put Kui tertawa, diamatinya sekejap si nona cantik yang berada dihadapannya, lalu sambil berpaling kearah pengemis pikun, dia berseru.

   "Lok tayjin, kalau aku tidak salah dengar, agaknya diantara nama-nama keempat pelacur kenamaan dari rumah pelacuran Yan-hiang-lo tidak tercantum nama nona Siau-hong, apakah hal ini keliru?"

   "Tidak, tidak keliru, waktu itu diantara nama-nama keempat nona memang tidak ter dapat nama Siau Hong!"

   Oh Put Kui segera berlagak seakan-akan termenung sambil berpikir sejenak, lalu katanya lagi.

   "Kalau aku tidak salah ingat, seharusnya terdapat nona Han Yan."

   "Ya, yaa betul, memang nona itu bernama Han Yan!"

   Kembali si pengemis pikun bertepuk tangan.

   Pelafi-pelan Oh Put Kui segera berpaling kearah Siau Hong, lalu katanya lebih jauh.

   "Nona, kalau begitu kau telah menggantikan kedudukan nona Han Yan! Atau mungkin nona Han Yan sudah jemu dengan pekerjaan semacam ini maka dia mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menikah."

   Paras muka Liu Im sekalian berempat segera berubah berulang kali, tapi belum menjumpai sesuatu yang mencurigakan mereka berempat tak berani sembarangan berkutik.

   Siau Hong sebagai orang yang ditanya, tentu saja tak dapat berdiam diri terus, maka sambil tertawa paksa sahutnya.

   "Dugaan kongcu, kedua-duanya salah besar !"

   "Aaah, aneh kalau begitu, aaah jangan-jangan nona Han Yan telah jemu dengan segala macam kehidupan manusia biasa, maka dia telah masuk kebidang agama dengan mencukur diri menjadi rahib?"

   Siau Hong segera tersenyum.

   "Kongcu, walaupun dugaanmu tidak benar toh tidak selisih jauh, benar enci Han Yan memang telah suci sekarang, tapi dia suci di alam baka, karena beberapa waktu berselang dia diserang penyakit aneh dan menghembuskan napasnya yang penghabisan!"

   Oh Put Kui segera menghela napas sedih.

   "Aaaa! kalau begitu, nona Han Yan benar-benar seorang gadis cantik yang bernasib mengenaskan!"

   "Siapa bilang tidak?"

   Dengan wajah murung Siau Hong menghela napas pula, kematian enci Han Yan benar-benar mengenaskan."

   Sekalipun Oh Put Kui telah berperan lebih baik, cuma Oh Put Kui mengerti bahwa kematian Han Yan telah menimbulkan pula perasaan ngeri dihati mereka. Oleh karena itu tidaklah heran jika mereka turut bersedih hati.

   "Kong-cu-ya,"

   Pengemis pikun segera berseru sambil tertawa.

   "tampaknya berita kematian dari nona Han Yan ini masih belum tersiar sampai di ibu kota ?"

   Oh Put Kui tertawa hambar.

   "Kematian seorang pelacur kenapa mesti dianggap begitu serius dan penting ? Lok tayjin, bukannya aku sengaja mengurangi suasana gembira disini, tapi sebenarnya perbuatan para pembesar dari ibu kota betul-betul kelewat brutal."

   Pengemis pikun kesima, kemudian sahutnya berkali-kali.

   "Benar... benar..."

   Padahal dalam kenyataan dia tidak tahu apa, yang dimaksudkan oleh Oh Put-kui, tapi dia tahu asal mengucapkan kata "benar"

   Maka jawaban tersebut sudah pasti tak bakal salah Iagi.

   Sementara itu mimik wajah Liu Im berempat semakin tak menentu dan berubah-ubah, tamu yang dijumpainya sekarang boleh dibilang merupakan tamu paling istimewa yang dijumpainya tahun ini.

   Berbicara soal dandanan, Oh kongcu ini memiliki gaya dari seorang pangeran.

   Tapi kalau ditinjau dari soal pembicaraan dia justru lebih mirip seorang jagoan persilatan dari golongan putih.

   Mereka sudah berusaha keras untuk menemukan suatu cara yang paling baik untuk menghadapi tamu semacam ini, tapi untuk beberapa saat mereka justru tidak berhasil menemukan sikap semacam apakah yang sepantasnya diperlihatkan hingga tak sampai menimbulkan kesulitan.

   Oleh karena itu sambil tersenyum, Liu Im segera berkata kepada Oh Put kui.

   "Oh kongcu, dalam keadaan seperti ini, aku sangat berharap bisa berbincang-bincang dengan kongcu sambil menikmati keheningan suasana, kebetulan kami berempat mengerti juga tentang seni suara, bagaimana kalau kami bawakan sebuah lagu untukmu."

   Oh Put-kui tahu kalau ke empat orang perempuan penghibur itu sudah menaruh curiga kepadtnya, sambil tertawa segera sahutnya.

   "Setelah berada dalam barisan perempuan tampaknya aku harus menurut saja..."

   Khi Cui dan Wi Hiang segera tertawa, mereka lantas mengambil kim dan harpa dari atas dinding, kemudian jari jemari mereka memetik senar-senar harpa itu membawakan irama merdu, sedang Liu Im Siu liong menarik suara.

   -oOdwOoOOdwOodwOo- Mendengarkan suara nyanyian yang begitu merdunya.

   Pengemis pikun sampai melongo dengan mata terbelalak.

   Ia benar-benar amat girang, sebab selama hidup baru pertama kali ini dia merasakan suasana semacam ini.

   Arak wangi, hidangan Iezat, perempuan cantik, nyanyian merdu dan tarian indah....

   kesemuanya itu hampir saja membuatnya menjadi mabuk kepayang.

   Oh Put Kui masih saja duduk dengan senyuman dikulum, padahal perasaannya makin lama semakin berat.

   Dia mempunyai rencana untuk menaklukkan ke empat orang perempuan itu dalam sekali serangan.

   Demi gurunya, mau tak mau dia harus turun tangan terhadap perempuan perempuan penghibur itu.

   Dia ingin mencari tahu tempat tinggal Thian hiang Hui-cu Ki Yan-hong dari mulut ke empat orang dayang tersebut, kemudian berusaha untuk membebaskan gurunya dari kesulitan.

   Perjamuan telah berlangsung, nyanyianpun telah berakhir.

   Sambil tertawa tergelak, pengemis pikun berkata.

   "Merdu merayu, lembut mengalun, selain cantik nona berempat memang mempunyai kepandaian yang amat menarik hati.!"

   Oh Put Kui tak kuasa menahan gelinya, dia segera berseru.

   "Lok ... Lok tayjin, tampaknya kau adalah orang yang amat mengenal seni suara!"

   Mencorong sinar terang dari balik mata pengemis pikun, sambil tertawa sahutnya.

   "Kongcu, aku yang rendah belum pernah merasa segembira hari ini..."

   Liu Im segera memenuhi cawannya dengan arak, kemudian ujarnya dengan manja.

   "Biarlah aku yang rendah sekalian menghormati arak secawan sebagai rasa terima kasih kami atas pujian kongcu dan tayjin."

   Sambil berkata dia lantas meraba tengkuk si pengemis pikun dengan lemah lembut.

   Serta merta pengemis pikun menyingkir kesamping dengan perasaan terkejut.

   Menyaksikan rabaannya dihindari Liu Im kelihatan tertegun, lalu katanya lagi dengan lembut.

   "Tayjin, apakah kau merasa aku yang rendah kotor?"

   Satu ingatan cerdik segera melintas dalam benak pengemis itu, sambil tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Bukan begitu nona, selama berada dihadapan Oh Kongcu, terpaksa aku harus tahu menahan diri."

   Mendengar itu, Liu Im segera tertawa cekikikan.

   Sedang Siau Hoag yang berada disisi Oh Put Kui juga sudah mulai melancarkan ilmu rayuan mautnya.

   Seluruh tubuhnya hampir boleh dibilang bersandar diatas dada pemuda itu, sambil mendongakkan kepalanya dia berkata dengan manja.

   "Koogcu, suara parau aku yang rendah mungkin hanya akan mengganggu pendengaran Kongcu saja, bagaimana kalau kuhormati kau dengan secawan arak sebagai permintaan maafku ? Kongcu, kau harus memberi muka kepada aku yang rendah."

   Walaupun dihati kecilnya diam-diam Oh Put Kui tertawa geli, tapi dia merasa tak tahan juga menghadapi rayuan lembut dari perempuan cantik itu.

   Yaa, lelaki mana yang bisa melewati barisan perempuan dengan selamat? Apalagi Oh Put Kui cuma manusia biasa.

   Tangannya segera merangkul pinggang Siau Hong yang ramping dan menekannya keras-keras, sementara sekulum senyuman aneh tiba-tiba menghiasi ujung bibirnya.

   Dengan sorot mata yang tajam, pengemis pikun mengawasi wajah pemuda tersebut tanpa berkedip, inilah keputusan yang terakhir.

   Jika senyuman dari Oh Put K.ui telah berubah, maka pada saat yang bersamaan mereka akan turun tangan secara serentak.

   Tapi senyuman yang menghiasi ujung bibir Oh Put Kui masih saja tetap dan tak berubah.

   "Lama kelamaan habis sudah kesabaran pengemis pikun, dia lantas berkata dengan lantang.

   "Kongcu, Van-hiang-su-hoa memang merupakan empat bunga yang indah dan menahan di kota Kim-leng, cukup didengar dari suara nyanyiannya yang begitu merdu, boleh dibilang jarang sekali dijumpai gadis semacam mereka ini..."

   Suara tertawanya amat keras dan nyaring, karena saat inilah yang mereka nanti-nantikan selama ini.

   Sepasang mata Oh Put Kui yang bersinar jeli, tiba-tiba saja berubah menjadi aneh sekali menyusul gelak tertawa pengemis pikun yang keras, ketika pengemis pikun menyaksikan sorot mata tersebut ia segera bersorak didalam hati.

   Tangan kiri Oh Put Kui yang menempel diatas pinggang Siau Hong itu mendadak menekan keras, sementara tangan kanannya pada saat yang bersamaan disentilkan ke muka melepaskan dua buah serangan berantai ka arah tubuh Khi- cui dan Wi hiang.

   Ditengah jeritan kaget yang berkumandang saling beruntun, empat orang dari Thian hiang itu sudah kena dipecundangi semua.

   Jalan darah Wi Kiong-hiat ditubuh Liu Im pun kena di totok oleh pengemis pikun.

   Untuk menghadapi seorang korban saja-sudah barang tentu bagi pengemis tersebut lebih dari cukup.

   Sebaliknya Oh Put Kui sendiripun dapat bekerja dengan enteng dan amat santai.

   Buktinya hanya didalam sekali gerakan saja, Khi-cui, Wi- hiang dan Siu-hong sudah berhasil dikuasai sama sekali.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Oh Put Kui tertawa hambar, memandang kearah empat dayang Thian-hiang yang sedang melotot ke arahnya dengan perasaan gemas.

   marah, gelisah, jengkel dan kaget itu, dia berkata dengan suara rendah.

   "Maaf, terpaksa aku harus menyiksa kalian berempat!"

   Mimpi pun ke empat orang dayang Thian-hiang itu tak pernah menyangka kalau dalam dunia persilatan masih terdapat orang berani mencari gara-gara dengan mereka berempat.

   Apa yang terjadi sekarang sungguh membuat mereka tidak puas, tidak takluk.

   Sementara itu si pengemis pikun telah melompat ke depan pintu dan menguncinya rapat rapat.

   "Lok tua, pertunjukkan bagus sekarang baru akan dimulai!"

   Oh Put Kui kemudian sambil tertawa hambar. Pengemis pikun tertawa tergelak.

   "Benar, hei bocah muda, aku siap menantikan perintahmu..."

   Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sambaran kilat, Oh Put Kui memandang sekejap ke arah Liu Im, lalu bentaknya keras-keras.

   "Aku hanya ingin menyelidiki tentang satu hal kepada kalian, asal kalian bersedia untuk menjawab dengan sejujurnya, maka akupun tak akan menyusahkan kalian!"

   Setelah berada dalam keadaan seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan oleh Liu im sekalian berempat? Mereka betul- betul mau menangis tak bisa, tertawa apa lagi.

   Jalan darah yang tertotok membuat sekujur badan mereka tak sanggup bergerak, selain matanya yang masih bisa bergoyang, hampir seluruh tulang belulangnya terasa sakit bagaikan remuk.

   Diantara ke empat orang dayang itu Liu Im merupakan pemimpin diantara mereka.

   Setelah melirik sekejap kearah ketiga orang rekannya, dengan perasaan gemas dia berseru.

   "Siapakah kau? Mengapa kau melakukan perbuatan semacam ini terhadap kami? Tahu kah kau, perbuatanmu itu telah mengundang bencana besar bagi dirimu sendiri ?"

   "Nona, kau tak usah bertanya siapakah diriku,"

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa.

   "Sedang bencana besar yang kau maksudkan bagi pendengaran kami justru amat menggelikan sebab tujuan dari kedatanganku ke tempat ini adalah untuk menerbitkan bencana besar..." "Sebenarnya apa yang kau inginkan?"

   Jerit Liu Im dengan suara tercengang.

   "Hmmm, aku hanya ingin mencari tahu tentang kabar berita seseorang!"

   Sekali lagi Liu Im tertegun.

   "Siapa?"

   "Ki Yan-hong!"

   Hampir saja ke empat orang dayang itu menjerit tertahan saking kagetnya setelah mendengar perkataan itu, lama sekali mereka termangu-mangu dan ternyata tak seorang pun yang menyahut.

   Sambil tartawa dingin Oh Put Kui berkata lagi.

   "Tidak kenal? Nona aku percaya kalian pasti sangat mengenal diri orang itu"

   "Kong cu, sebenarnya siapakah kau ?"

   Tanya Liu Im dengan sinar mata sayu karena duka. Oh Put Kui tertawa dingin.

   "Soal ini tak usah nona tanyakan, apa yang kalian kerjakan hanya menjawab apa yang ku ajukan kepada kalian !"

   Siau-hong, dayang termuda diantara ke empat orang itu tiba-riba berteriak keras.

   "Kau.,.kau si iblis jahanam... cepat bebaskan jalan darah kami."

   "Nona, kau belnm menjawab pertanyaan yang kuajukan tadi!"

   Siau-hong menjadi amat gusar sehingga sepasang matanya melotot brsar kembali teriaknya.

   "Iblis...sampai mati pun aku tak akan memberitahukan hal ini kepadamu.." "Benarkah itu?"

   Pengemis pikun tertawa aneh.

   "budak cilik, lebih baik jangan sembarangan berbicara kalau tidak merasa tulangmu sudah cukup keras!"

   Oh Put Kui tertawa dingin, dia mengalihkan pula sorot matanya kewajah perempuan-perempuan itu dengan sinar mata setajam sembilu kemudian jengeknya.

   "Kalian anggap aku benar-benar tak berani menggunakan kekerasan untuk memaksa kalian?"

   Sikap yang begitu angker dan seram tersebut, seketika menggetarkan setiap orang. Gemetar keras sekujur badan Liu Im karena ngeri, sahutnya kemudian dengan suara lirih.

   "Kongcu, tahukah kau siapa kami berempat ?"

   Oh Put Kui menjengek sinis. Sebaliknya pengemis pikun membentak keras.

   "Ngaco belo, bicara tak karuan!"

   Tiba-tiba sorot mata Liu Im pun berkilat, kemudian tertawa, pikirnya dengan cepat.

   "Ternyata kalian memang benar-benar anggota dunia persilatan kalau toh begitu, berarti ancaman terhadap jiwa kami pun menjadi tipis sekali..."

   Ia bisa berpikir demikian karena dia menganggap nama besar dari majikannya sudah terlampau termashur dalam dunia persilatan Ditinjau dari keberanian mereka untuk datang mencari gara-gara dengan majikannya, tentu saja merekapun tak akan mencelakai dirinya sebagai seorang dayang sehingga merusak nama baik sendiri, sebab dia cukup mengetahui titik kelemahan orang persilatan lebih suka menjaga gengsi dan nama baik daripada mempersoalkan yang lain.

   Berpikir demikian, dia lantas bertanya.

   "Kongcu, ada urusan apakah kau mencari majikan kami?" "Tak usah banyak bicara,"

   Bentak pengemis pikun gusar.

   "persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian!"

   Liu Im segera mendengus dingin.

   "Jika kalian berdua tak mau menerangkan alasannya lebih dulu, terpaksa kamipun tak bisa memenuhi keinginan kalian itu!"

   Pengemis pikun menjadi semakin gusar, bentaknya.

   "Budak sialan, kau berani menantang aku? Baik, lohu akan suruh kau merasakan kelihayanku..."

   Begitu selesai berkata, dia lantas mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan kearah punggung Liu Im. Oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu segera berseru cepat.

   "Lok, tua ampuni selembar jiwanya!"

   Waktu itu telapak tangan si pengemis pikun sudah menempel diatas punggung Liu Im, tenaga dalamnya juga sudah siap dilancarkan keluar, seandainya Oh Put Kui tidak membentak tepat pada waktunya, sudah pasti Liu Im akan merasakan suatu penderitaan yang luar biasa.

   Untung saja kepandaian silat yang dimiliki pengemis pikun sudah mencapai pada taraf yang sempurna, sehingga mendengar suara tersebut, dengan cepat dia menarik kembali tenaga serangannya.

   Kendati pun demikian, peluh dingin toh sempat jatuh bercucuran juga membasahi seluruh badan Liu im.

   "Terlalu enakan budak sialan ini...."

   Omel pengemis pikun dengan perasaan tidak puas. Oh Put-kui tertawa hambar.

   "Lok tua, sabarlah dulu, mereka pasti akan mengakui dengan terus terang"

   Katanya. Tapi kemarahan sipengemis tua itu belum juga mereda, sambil tertawa dingin dia berseru.

   "Bocah muda, kau jangan sampai terpikat olehnya."

   Mendengar itu, Oh Put-kui tertawa gelak.

   "Haaahh.... haaaaahhh haaahhh.... jangan kuatir, didalam dunia pada saat ini masih belum ada orang yang bisa membuat diriku jadi terpikat!"

   Kemudian sambil menarik kembali senyumanya, dia berpaling kearah Liu Im dan membentak lagi.

   "Nona, terus terang kukatakan bahwa aku tak ingin mencelakai jiwa kalian, oleh sebab itu akupun berharap nona bisa baik-baik membawa diri."

   "Hmm, memetik bunga didapati kerbau..

   ..."

   Kembali pengemis pikun itu tertawa mengejek.

   Agaknya saat ini Lin im sudah tahu kalau kongcu yang berada dihadapannya sekarang bukan seorang manusia yang mudah dihadapi, setelah berputar otak sekian lama, akhirnya berhasil juga dia menemukan suatu akal yang amnt bagus.

   "Kongcu, bukannya aku tak mau berkata"

   Katanya kemudian "melainkan. .,.

   "

   Dia sengaja menjual mahal dan tidak melanjutkan perkataannya sedang matanya segera mengerling kewajah Oh Put-kui, si anak muda itu tersenyum.

   "Nona, lebih baik kau tak usah berlagak lagi, apa yang kau pikirkan sudah cukup jelas bagiku!"

   Terkesiap juga Liu Im setelah mendengar perkatan itu, tapi perasaan mana tak berani di-utarakan diatas wajahnya.

   Maka sambil berusaha keras untuk mempertahankan ketenangannya, dia berkata sedih "Kongcu, setelah kau mengetahui asal usul kami bersaudara tentunya juga tahu bukan akan tabeat dari majikan kami? Bila kalau sampai menyebutkan tempat tinggalnya tanpa mengetahui alasannya, maka mungkin sekali hal ini akan..."

   Berbicara sampai disitu, kembali ia berhenti ditengah jalan.

   Oh Put-kui berkerut kening, dia seperti mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkan.

   Berdua dengan pengemis pikun, habis sudah kesabarannya menghadapi keadaan seperti itu, dengan gusar dia lalu membentak "Budak kecil, bila kau masih saja berbicara mencla-mencle, jangan salahkan kalau aku si pengemis tua akan segera membunuhmu!."

   Begitu kata "si pengemis tua", disebutkan, maka terbongkarlah kedudukan dan rahasiaj pengemis tersebut. Siauw Hong yang pertama-tama menjerit keras lebih dulu.

   "Kalian adalah anggota Kay-pang ?"

   Pengemis pikun agak tertegun sejenak, kemudian bentaknya cepat.

   "Kalian tak usah mencampuri urusan ini!"

   Mungkin dalam pandangan ke empat orang perempuan itu Kay-pang adalah suatu perkumpulan lemah yang tak perlu dikuatirkan maka setelah mengetahui ranasia tersebut mimik wajah mereka yang semula menegang pun kini menjadi jauh lebih kendor.

   Dengan suara lembut Liu Im berkata .

   "Kau orang tua sudah pasti adalah salah Satu diantara ke enam orang tianglo dari kay-pang, sedang kongcu ini, mungkinkah ia adalah murid pertama dari Kongsun pangcu ?"

   Dilihat dari mimik wajah serta nada pembicaraan ke empat orang perempuan itu, Oh Put-kui sudah dapat menduga apa yang menjadi pikiran mereka berempat.

   Dengan kedudukannya sebagai empat dayang kepercayaan Thian-hiang Hui-cu Ki Yan-hong, tentu saja mereka tidak memandang sebelah matapun terhadap perkumpulan Kay-pang.

   Maka sambil tertawa dingin ujarnya.

   "Kalian jangan lupa, nyawa kamu berempat sudah berada didalam genggamanku."

   Tampaknya keberanian ke empat orang perempuan itu makin lama makin menjadi, baru saja Oh Pni-kui menyelesaikan kata-katacya, mendadak terdengar Siau Hong berkata dengan suara dingin.

   "Hmm, jangan lagi kalian, sekalipun pangcu kalian Kongsun Liang juga tak berani mengganggu seujung rambutku pun, padahal kau tak lebih cuma muridnya Kongsun Liang...

   hmmm, kesombonganmu betul-betul mendekati keadaan tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi..."

   Belum habis perempuan itu berkata, pengemis pikun sudah gusar, mendadak dia mengayunkan telapak tangannya dan menampar wajahnya keras-geras.

   Sekalipun tamparan itu tidak dilakukan tanpa disertai tenaga dalam, toh akibatnya cukup mengenaskan, lima buah bekas telapak tangan yang memerah telah membekas jelas diatas pipinya yang pntih.

   "Hmm, kalian anggap nama besar Kongsun pangcu boleh sembarangan disebut oleh perempuan-perempuan lonte seperti kalian?"

   Teriaknya marah.

   "hmm, kalian harus tahu, aku si pengemis tua tidak sesabar bocah muda itu, kalau berani mengoceh tak karuan sekali lagi, jangan salahkan kalau aku si pengemis tua tak akan sungkan-sungkan kepada kalian..."

   Sekarang, keempat orang dayang itu baru terperanjat sebab sepanjang sejarah baru pertama kali ini mereka jumpai anggota Kay pang yang tidak jeri terhadap nama majikannya.

   Sementara itu, paras muka Oh Put-kui juga telah berubah menjadi amat mengerikan, dengan suara dingin ia membentak.

   "Aku sama sekali tiada hubungan apa-apa dengan pihak Kay-pang, lebih baik kalian jangan salah paham dengan menghubungkan aku dengan perkumpulan lain..."

   Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya. "Bila kalian merasa berkepandaian silat lebih lihay dari ke tujuh orang kakek yang menghuni di Pulau Neraka, silahkan saja, tunjukkan keangkuhan kalian itu."

   Begitu mendengar nama "Pulau Neraka,"

   Disebutkan, paras muka ke empat orang perempuan itu berubah menjadi pucat pias, peluh dingin jatuh bercucuran sementara matanya terbelalak lebar. @oodwoo@

   Jilid 8 Sekarang mereka baru sadar bahwa kongcu yang mereka hadapi sekarang, ternyata adalah Long-cu koay-hiap (pendekar aneh pengembara) yang namanya menggetarkan dunia persilatan belakangan ini.

   Tak heran kalau mulut mereka segera terkunci rapat-rapat dan tak berani berkutik lagi.

   orang persilatan telah melukiskan si "pengembara"

   Yang bernyali besar dan berilmu tinggi sukar diukur ini mendekati seperti seorang malaikat.

   Mimpipun mereka tak mengira kalau si pendekar aneh tersebut masih berusia begitu muda, malah justru telah muncul dihadapan mereka berempat.

   Untuk beberapa saat, mereka jadi termangu mangu dan memandang wajah oh Put Kui dengan perasaan yang amat terkesiap.

   sebaliknya oh Put Kui tetap tenang, dia tahu orang persilatan telah mengibaratkan dia bagaikan malaikat, itulah sebabnya dia bersikap acuh tak acuh terhadap pandangan orang.

   Pengemis pikun yang berada disisi arena masih saja tertawa dingin tiada hentinya, terdengar ia kembali membentak.

   "Budak ingusan, kalian sudah berpikir jelas ?" Tentu saja mereka sudah berpikir jelas, mereka bukan orang bodoh tentu saja mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan dapat dibedakan dengan jelas. Liu Im memutar biji matanya yang jeli, kemudian katanya pelan.

   "Bolehkah aku yang rendah sekalian menanyakan nama besar Kongcu?"

   "Aku oh Put Kui"

   "Oh Kongcu..."

   Kata Liu Im sambil tertawa.

   "maaf kalau aku yang rendah sekalian tak bisa memberi hormat kepadamu karena jalan darah kami masih tertotok...."

   "Tidak usah"

   Oh Put Kui sambil tersenyum.

   "asal nona berempat bersedia untuk menerangkan dimana letak rumah kediaman majikan kalian, aku sudah merasa sangat berterima kasih sekali..."

   "Oh Kongcu"

   Kata Liu Im pelan.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "bukannya kami tidak bersedia memberitahukan alamat majikan kami kepada Kongcu, adalah Kongcu sendiri yang tak mau menerangkan maksud kedatanganmu, bila aku yang rendah melanggar peraturan dengan memberikan alamat suhu kami, niscaya nyawa kami berempat akan terancam...."

   Beberapa patah kata itu diutarakan dengan suara sesengukkan, malah sampai akhirnya hampir saja menangis.

   "Sungguhkah demikian ?"

   Tanya oh Put Kui dengan kening berkerut.

   "Masa aku yang rendah berani membohongi Kongcu ?"

   Oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya, memejamkan mata dan tidak berbicara lagi.

   sebaliknya pengemis pikun berseru dengan gusar.

   "Waaduhh....

   betul betul repot, tampaknya akal bulus kalian benar benar amat banyak"

   "Locianpwe, kau harus maklum, kami mempunyai kesulitan kami sendiri, harap kalian suka memaafkan." "Heehhhh....

   heeeehhh...

   heeehhhh.

   memaafkan- Lohu sudah cukup memaafkan kalian-"

   Kembali Liu Im tertawa sedih.

   "Locianpwe, bagaimanapun juga kalian tak akan membiarkan kami dihukum mati oleh majikan kami sendiri tanpa berusaha untuk menolong bukan ?"

   "Hmm..."

   Kembali pengemis pikun itu tertawa dingin.

   "Kenapa aku mesti menolong kalian? Berbicara dari perbuatan terkutuk yang kalian lakukan selama ini dalam dunia persilatan, sekalipun mati seratus kali lagi juga belum cukup untuk menebus dosa tersebut. Lohu mah tak akan memiliki hati yang begitu welas "

   Mendengar perkataan itu, Liu Im merasa terkesiap sekali.

   "Pengemis itu tampaknya tak bisa didekati dengan cara yang halus tapi tak dapat pula dihadapi dengan kekerasan.

   itu berarti kemungkin mereka berempat bisa lolos dari situ dengan keadaan selamat menjadi tipis sekali.......

   Tanpa terasa ia lantas berpaling kearah oh Put Kui sambil berkata.

   "Kongcu, kalau begitu lebih baik bunuhlah kami berempat................"

   Setelah menangis tersedu-sedu, kembali lanjutnya.

   "Lebih baik kami mati ditangan kongcu saja daripada mati secara mengenaskan ditangan majikan kami "

   Begitu ia selesai berkata, Khi Cui, Wi Hiang dan siau Hong segera berseru pula bersama sama...

   "Kongcu, bunulah kami semuaa..... Kamu tak akan tahan menerima siksaan keji dari majikan kami.........."

   Sikap yang diambil keempat perempuan itu sangat menyusahkan oh Put Kui, karena dia memang tidak berniat utk membunuh keempat orang itu, tujuan kedatangannya tak lebih hanya ingin membantu gurunya untuk melepaskan diri dari kesulitan- Apalagi setelah ia tahu kalau Thian Hiang Hui Cu Ki Yan Hong adalah bekas kekasih gurunya, dia lebih lebih tak ingin menyalahi anak murid dari Thian Hiang Hui Cu.

   setelah termenung beberapa saat, akhirnya pemuda itu menghela napas panjang, katanya .

   "Nona, terus terang kuberitahukan kepada kalian, sebenarnya aku tidak mempunyai dendam sakit hati apa apa dengan majikan kalian, aku ingin bertemu dengannya karena ingin berbicara sebentar saja dengannya"

   Mendengar perkataan itu, perasaan keempat orang perempuan itu menjadi lega.

   -oOdwOooOdwOoo- Sambil tertawa, Liu Im segera berkata.

   "Kongcu, benarkah kau hanya ingin berbicara sebentar saja dengan majikan kami?"

   "Sejak dilahirkan sampai sekarang, aku belum pernah berbicara bohong...."

   Kata oh Put Kui dengan wajah serius. Tiba-tiba nona siau Hong tertawa.

   "Dengan nama besar Kengcu, kami semua merasa mempercayainya seratus persen-"

   "Hmmm, sekalipun tidak percaya juga harus percaya."

   Sela pengemis pikun sambil tertawa mengejek.

   Buru-buru oh Put Kui mengerling sekejab kearah pengemis pikun, melarangnya banyak berbicara lagi.

   Dia kuatir kalau sampai menggusarkan keempat orang perempuan itu maka hal mana justru malah akan membengkalaikan urusan-sedang pengemis pikun memang sangat menuruti perkataan dari oh Put Kui, begitu diberi tanda, terpaksa manggut-manggut.

   Maka sambil tertawa oh Put Kui berkata lagi kepada keempat orang perempuan itu.

   "Nona berempat, aku harap kalian bisa cepat - cepat memberitahukan kepadaku tempat tinggal Ki locianpwe, sebab kalau tidak.

   bila jalan darah kalian berempat tertotok kelewat lama, maka akhirnya yang bakal menderita adalah kalian sendiri"

   Mendengar perkataan itu, dengan suara rendah Liu Im lantas berbisik.

   "Setelah kami mempercayai kongcu, tentu saja kamipun akan menghantar kongcu kesana..."

   "Apakah kalian berempat akan pergi bersama?"

   Liu Im kembali menggelengkan kepalanya.

   "Adik siau Hong yang akan membawa kongcu kesana. sedangkan kami bersaudara masih harus tugas disini....."

   Walaupun dia hanya seorang penghibur, akan tetapi setelah berjumpa dengan manusia seperti oh Put Kui, ternyata sikap mereka turut berubah juga menjadi serius.

   Maka mereka tak berani mengatakan "harus menerima tamu", melainkan kata itu dirubahnya menjadi "harus bertugas disini".

   Diam-diam pengemis pikun menggelengkan kepalanya sambil berpikir.

   "Bocah muda itu benar-benar luar biasa sekali, sampai sampai lontepun tahu malu...."

   Sementara itu oh Put Kui telah berkata sambil tertawa hambar.

   "Kalau memang begitu, aku harus merepotkan nona siau Hong...."

   Begitu selesai berkata, dia lantas menggerakkan tangannya melancarkan tiga buah totokan untuk membebaskan jalan darah Khi cui, Wi Hiang serta siau Hong yang tertotok.

   Pengemis pikunpun segera menepuk bebas jalan darah Liu Im, cuma sikapnya tidak selembut oh Put Kui, sambil membebaskan pengaruh totokan tersebut, dia membentak keras.

   "Lebih baik kalian bertindaklah dengan sedikit sopan, kalau tidak.

   kalian sendirilah yang bakal menderita"

   Begitu totokannya dibebaskan, keempat orang perempuan itu segera menghela napas panjang. sambil menggerakkan otot-otot badannya yang kaku, Liu Im berkata.

   "Kau orang tua tak usah kuatir. Kami empat budak Thian- hian bukan manusia yang termasuk golongan licik, apa yang telah kami ucapkan, selamanya tak pernah disesali kembali."

   Setelah berhenti sebentar, katanya kepada oh Put Kui sambil tertawa.

   "Kongcu, ikutlah nona siau Hong kesana"

   Sementara itu nona siau Hong telah bangkit berdiri, setelah memberi hormat kepada oh Put Kui katanya.

   "Silahkan Kongcu"

   Oh Put Kui segera memberi tanda kepada pengemis pikun, kemudian dia membuka pintu dan berjalan keluar dari situ dengan langkah lebar.

   Dengan cepat pengemis pikun menyelinap dibelakang tubuh nona siau Hong dan mengawasinya secara ketat.

   Dia tidak percaya dengan budak budak tersebut, maka untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, dia harus bersiap sedia selalu.......

   Ternyata Liu Im, Khi Cui dan wi Hiang tidak melakukan tindakan apa-apa, dengan sikap yang amat menghormati mereka menghantarkan keberangkatan pemuda tersebut.

   Kejadian mana kontan saja membuat oh Put Kui dan pengemis pikun menjadi tertegun, sebab hal ini sama sekali diluar duagaannya.

   Tapi berada dalam keadaan seperti ini, mereka tak sempat untuk berpikir lebih jauh lagi, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, mereka mengikuti dibelakang tubuh siau Hong dengan kencang.....

   -oOdwOooOdwOoo- Nona siau Hong mengajak oh Put Kui dan pengemis pikun berdua menuju kedepan sebuah patung sik-ang-tiong yang besar sekali didepan kuburan siau-leng.

   Tiba-tiba saja nona itu tidak berjalan lagi.

   "Sudah sampai"

   "Sudah sampai ? Ki Yan Hong tinggal disini?"

   Saking herannya pengemis pikun sampai melototkan matanya besar-besar dan berteriak aneh.

   Nona siau-hong tertawa, sahutnya.

   "Benar, majikan kami memang tinggal didalam kuburan sian-leng ini"

   "Nona, dimanakah kuburan tersebut? Apakah berada dibawah tanah?"

   Tanya oh Put Kui sambil tertawa. Nona siau-hong turut tertawa.

   "Apa yang Kengcu ucapkan memang benar, letaknya memang berada dibawah kuburan siau-leng"

   Pengemis pikun menjadi tertegun Sungguh besar nyali Thian-hiang Hui-cu, ternyata dia berani tinggal didalam kuburannya kaisar Tay-cu-huang-leng.

   Apakah pihak kerajaan tak ada yang mengurusi ulahnya ini? Sebaliknya oh Put Kui hanya menggelengkan kepalanya sambil berkata.

   "Mengapa majikan kalian berani menghina dan mengusik ketenangan Kaisar yang telah tiada? Kompleks pekuburan sian-leng merupakan kompleks pekuburan raja raja, apakah majikan kalian tidak kuatir ditangkap oleh pihak Kerajaan ?"

   Tiba-tiba siau Hong tertawa, sahutnya.

   "Kongcu, bila kau telah bersua dengan majikan kami nanti, persoalannya akan menjadi jelas dengan sendirinya, budak sekalian tak berani memberikan kritik seenaknya sendiri, harap kongcu dapat memakluminya."

   Oh Put Kui manggut manggut dan tidak berbicara lagi. sebaliknya si pengemis pikun berseru sambil tertawa aneh. "Budak, banyak amat permainan busukmu, hayo cepat katakan, bagaimana cara kita untuk masuk kedalam?"

   Nona siau Hong tertawa, dia segera maju kedepan mendekati patung sik-ang-tiong dan mengetuk bagian perutnya dua kali, kemudian dia berbelok kesebelah kiri dan membisikkan sesuatu diantara celah celah pakaian-...

   Belum habis dia berbisik, patung sik-ang-tiong tersebut telah bergeser sejauh tiga kaki kesamping, menyusul kemudian muncullah sebuah pintu rahasia.

   Sambil tertawa terbahak-bahak.

   pengemis pikun berseru.

   "Benar-benar sebuah cara yang sangat bagus, baru pertama kali ini aku sipengemis tua menyaksikan cara membuka pintu rahasia dengan cara semacam ini."

   "Benar, selain leluasa juga amat hati-hati"

   Sambung oh Put Kui sambil tertawa juga. Sambil tertawa nona siau Hong segera melangkah masuk ke dalam lorong rahasia bersebut, katanya.

   "Silahkan kalian berdua mengikuti budak masuk kedalam"

   "Silahkan-....."

   Sambung pengemis pikun Mungkin saking girangnya, maka dia mengucapkan kata sungkan.

   Nona siau Hong berpaling dan memandangnya sambil tertawa, kemudian dia berjalan lebih dulu memasuki lorong rahasia tersebut.

   Oh Put Kui dan pengemis pikun segera mengikuti pula dibelakang tubuhnya.

   Lorong rahasia itu menjorok ke bawah, mereka harus berjalan sedalam sepuluh kaki lebih sebelum mencapai permukaan tanah yang datar.

   oh Put Kui segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengawasi daerah disekeliling tempat itu, dijumpainya luas lorong rahasia itu tidak sampai dua kaki, tapi tingginya mencapai tiga kaki lebih dan luas sekali.

   Pada kedua belah dinding lorong rahasia tadi terdapat beberapa butir mutiara, itulah sebabnya suasana disekitar tempat itu tidak kelewat gelap.

   Akan tetapi setelah mencapai tanah yang datar, suasanannya menjadi terang benderang.

   Disana nampak sebuah pintu besar, pintu itu terbuat dari batu kemala yang penuh dengan ukiran, sehingga nampak sangat anggun dan indah sekali.

   Diatas pintu terpancang sebuah papan nama yang bertuliskan .

   "Tee- hu-thian- kiong "

   Oh Put Kui yang menyaksikan keadaan disana diam diam ia merasa hatinya bergetar keras.

   Tampaknya tempat itu bekas dihuni oleh orang-orang yang bertugas menjaga kuburan raja-raja itu dimasa lampau.

   Tiga ratus berselang, kerajaan Ming sudah runtuh, dan gedung istana inipun entah sejak kapan berhasil ditemukan oleh Thian hiang Hui-cu dan dipakai sebagai tempat tinggalnya.

   Setelah melewati pintu gerbang, didalamnya merupakan sebuah ruangan tamu yang luas.

   setelah ruang tamu terlihat sebuah ruangan tengah yang luas sekali.

   Ruangan itu tingginya mencapai beberapa kali dengan luas hampir puluhan kaki lebih, betul betul sebuah ruangan yang amat besar.

   Untuk membangun ruangan sebesar itu, entah berapa banyak tenaga, pikiran dan uang yang telah dikeluarkan? Oh Put Kui menjadi gegetun sendiri, karena membangun ruangan dalam kompleks kuburan dengan segitu megahnya jelas merupakan suatu pemborosan yang tidak pada tempatnya.

   Waktu itu ruangan tengah yang amat luas itu sunyi senyap tak nampak seorang manusiapUn.

   Tapi didalam ruangan tersebut penuh dengan rak senjata disekelilingnya, pelbagai macam senjata nampak tersedia disana.

   Setelah memperhatikan sekejap sekitar ruangan tersebut, sambil tertawa pengemis pikun berkata.

   "Tampaknya ruangan ini mirip sekali dengan sebuah ruangan untuk berlatih silat."

   Mendengar itu, Siau Hong segera tertawa sahutnya.

   "Benar, ruangan ini memang ruangan yang disediakan untuk berlatih ilmu silat."

   Pengemis pikun tidak menyangka kalau dugaanya bisa benar, sambil tertawa serunya.

   "Benarkah itu?"

   Nona Siau Hong kembali tertawa, katanya.

   "Kongcu dan locianpwe ini silahkan duduk sebentar, budak akan segera melaporkan kunjungan kalian kepada majikan kami,......"

   "Silahkan"

   Sambil tertawa siau Hong segera berlalu dari ruangan itu dan masuk melewati sebuah pintu berbentuk rembulan disisi ruangan.

   Diam-diam pengemis pikun merasa keheranan setelah menyaksikan keadaan disana, dia tidak habis pikir kenapa ruangan Tee-hu-thian-kiong yang begitu luas bisa sunyi senyap tak nampak seorang manusiapun, apakah Thian- hiang Hui-cu tinggal disana seorang diri? Ia tidak percaya kalau perempuan tua itu tidak mempunyai pembantu juga.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
sebaliknya oh Put Kui juga sedang berpikir mengapa Ki Yan-hong menggunakan kompleks pekuburan raja-raja ini sebagai tempat tinggalnya? Mungkinkah dibalik kesemuanya itu terdapat hal-hal yang luar biasa? Demikianlah, mereka berdua tercekam dalam lamunan masing-masing, tapi toh tiada jawaban yang berhasil didapatkan- Entah berapa lama sudah lewat, mendadak terdengar suara tertawa merdu berkumandang memecahkan keheningan, lalu terdengar seseorang berkata dengan merdu.

   "Oh kongcu, Lok locianpwe, majikan kami mempersilahkan kalian untuk masuk kedalam."

   Oh Put Kui tidak merasakan apa-apa sesudah mendengar perkataan itu, sebaliknya pengemis pikun merasakan hatinya bergerak.

   Ia sudah lama mendengar kabar kalau Ki Yan-hong adalah seorang gembong iblis yang sangat kejam, mengapa dia mempergunakan kata "mengundang"

   Untuk mempersiapkan mereka masuk? Mungkinkah apa yang tersiar didunia persilatan tidak sesuai dengan kenyataan? Tapi berada dalam keadaan seperti ini mereka tak sempat untuk banyak bertanya lagi.

   oh Put Kui memandang sekejap kearah wajah siau Hong yang berdiri ditepi pintu berbentuk rembulan, lalu katanya sambil tertawa.

   "Terima kasih banyak nona ?"

   Selesai berkata, dia lantas berjalan menuju kearah pintu berbentuk rembulan itu.

   Pengemis pikun mengikuti pula dengan kencang dibelakangnya.

   setelah masuk kedalam pintu tersebut, oh Put Kui segera merasakan pandangannya menjadi silau.....

   sungguh indah sekali apa yang terlihat didepan mata.

   Bangunan loteng, bangunan gardu, gunung-gunungan dan batu-batuan disusun begitu indah didepan mata, menengok dari balik pintu, tempat tersebut mana mirip seperti sebuah kompleks tanah pekuburan? pada hakekatnya menyerupai istana dilangit.

   Tanpa terasa oh Put Kui menghela napas panjang dengan perasaan amat kagum.

   Sedangkan peng emis pikunpun memuji tiada hentinya.

   sambil tertawa siau Hong kembali berkata.

   "Disini terdapat lima puluh delapan buah bangunan loteng serta gardu indah, bila kongcu mempunyai kegembiraan, dikemudian hari boleh datang kemari untuk menikmatinya.

   Bukan budak sengaja mengibul, istana kaisar diibukotapun paling cuma begitu saja bila dibandingkan dengan keindahan tempat ini...."

   "Apa yang nona katakan memang benar,"

   Ucap oh Put Kui sambil tertawa.

   "semua yang indah diibu kota telah kusaksikan, dan keindahan keraton kaisar memang tak lebih indah dari tempat ini."

   "Budak. tentunya bukan majikanmu yang membangun keraton ini bukan ?"

   Kata sang pengemis sambil tertawa.

   "Tentu saja bukan-..... majikan kami hanya........"

   Mendadak ia berhenti berbicara dan tertawa, sambungnya.

   "Kongcu, locianpwe, silahkan mengikuti budak masuk kedalam"

   Ia lantas membalikkan badannya dan berjalan menelusuri gunung-gunungan ditengah sana.

   Walaupun oh Put Kui merasa seperti teringat akan sesuatu setelah mendengar ucapan yang tak selesai itu, tapi karena siau Hong enggan meneruskan pembicaraannya, tentu saja diapun merasa kurang leluasa untuk bertanya lebih jauh.

   Dengan mulut membungkam, mereka bertiga segera berjalan menuju kedepan, menurut perhitungan oh Put Kui secara diam-diam, mereka telah berjalan lima li sebelum tiba ditempat mereka berada sekarang.

   Didepan mata sekarang, tampaklah berdiri sebuah bangunan loteng yang sederhana.

   Dibawah loteng, berdiri dua orang gadis yang menyoren pedang.

   siau Hong segera maju dan mengucapkan sesuatu kepada kedua orang gadis tersebut, dua orang gadis itupun membuka pintu loteng dan mempersilahkan tamunya masuk.

   Sambil tertawa oh Put Kui manggut manggut kearah dua orang gadis itu, katanya.

   "Merepotkan nona berdua saja" Kemudian dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk kedalam ruangan loteng. Setelah memasuki bangunan loteng, dihadapan mereka terlihat sebuah ruang altar Buddha yang amat indah. Didepan altar terdapat sebuah kasur untuk duduk. dan disitu duduklah seorang perempuan cantik setengah umur yang berdandan model keraton-oh Put Kui segera merasa terkesiap setelah menyaksikan kesemuannya itu, ternyata apa yang tersiar dalam dunia persilatan tentang Thian- hiang Hui- cu, sama sekali berbeda dengan kenyataannya. Kalau dibilang perempuan berwajah suci dan anggun itu adalah seorang iblis keji yang berwatak cabul, maka perempuan didunia ini bukankah akan menjadi siluman semua. Bahkan sipengemis pikun yang tak pernah seriuspun, kini mulai terpengaruh oleh suasana yang terbentang dihadapan mukanya, ia tak mampu tertawa lagi. Dengan wajah yang serius, dia berjalan masuk kedalam ruangan itu dengan langkah pelan, seolah-olah kuatir kalau langkah kakinya akan mengusik ketenangan disitu. Pada saat itulah, siau Hong telah memburu kedepan lebih dulu, sambil berlutut katanya.

   "Majikan, oh Kongcu telah datang"

   Perempuan cantik setengah umur yang berbaju putih dan berwajah anggun itu segera membuka matanya, mencorong sinar setajam sembilu dari balik matanya.

   Diam-diam pengemis pikun berpikir.

   "Tajam amat sepasang mata orang ini, nampaknya ilmu silat yang dimiliki Permaisuri (Hui-cu) ini benar benar menggidikkan hati."

   Belum habis dia berpikir, Thian- hiang Hui-cu telah menatap wajah oh Put Kui dan berkata sambil tertawa.

   "Kongcu, silahkan duduk Dalam loteng yang kuhuni ini selalu hanya tersedia kasur duduk saja, terpaksa aku harus merendahkan derajat oh Kongcu dan tianglo dari Kaypang ini......"

   Sementara itu, oh Put Kui sudah terpengaruh oleh keanggunan orang maka mendengar perkataan itu, buru-buru dia membungkukkan badannya memberi hormat sahutnya .

   "Boanpwe oh Put Kui menjumpai Ki locianpwe........."

   Sembari berkata, dia lantas melakukan penghormatan besar kepada perempuan itu. Menyusul kemudian, pengemis pikun pun turut menjura dalam-dalam.

   "Tak usah banyak adat, aku tak berani menerimanya...."

   Seru perempuan itu cepat.

   Ujung bajunya dikebaskan kedepan, nyaris tubuh oh Put Kui terangkat meninggalkan permukaan tanah.

   sedangkan pengemis pikun, segera merasakan badannya terangkat satu depa dari permukaan tanah.

   Dari sini dapat diketahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu.

   Diam-diam oh Put Kui berdua merasa terkejut sekali sehingga peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuh mereka.

   Tapi diluarnya, oh Put Kui masih tetap bersikap dengan hormat, sahutnya sambil menjura.

   "Terima kasih Ki cianpwe."

   Sedangkan pengemis pikun berkata.

   "Lok Jin-ki dari Kay-pang menjumpai Ki lo....."

   "silahkan duduk"

   Tukas Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa hambar.

   "Boanpwe turut perintah......."

   Kedua orang itu masing- masing duduk diatas kasur yang telah tersedia. Setelah semua orang duduk Thian-hiang Hui-cu baru mengawasi wajah oh Put Kui dengan seksama, kemudian tegurnya.

   "Oh Kongcu, ada urusan apa kau datang mencari diriku?"

   Suatu pertanyaan yang langsung ditujukan pada maksud dan tujuan, hal ini membuat pemuda kita agak tertegun.

   Tapi dengan cepat oh Put Kui menjawab dengan hormat.

   "Boanpwe datang kemari karena ingin menanyakan tentang satu hal kepada kau orang tua"

   "Persoalan apa? silahkan Kongcu utarakan"

   "Boanpwe datang kemari karena urusan guruku,"

   Ucap pemuda tersebut serius.

   "boanpwe hanya berharap selanjutnya lociapwe jangan mencari guru boanpwe lagi, agar guru boanpwe bisa beristirahat dengan perasaan hati yang lebih tenang......"

   Thian-hiang Hui-cu nampak agak tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, serunya dengan cepat.

   "siapakah guru Kongcu? Aku....."

   Ia berhenti sebentar dan mengelengkan kepalanya berulang kali, sambungnya.

   "Kongcu, apakah kau tidak salah orang?"

   "Boanpwe merasa tak mungkin salah orang, mohon locianpwe sudilah kiranya....."

   "sebenarnya siapakah gurumu?"

   Tukas Thian- hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "Guru boanpwe disebut orang Pendeta sinting Tay-gi sangjin".

   Begitu ucapan tersebut diutarakan, sekali lagi mencorong sinar tajam dari balik mata Thian- hian Hui-cu.

   Ditatapnya wajah oh Put Kui lekat-lekat, kemudian katanya sambil tertawa.

   "Apakah kau ahli waris dari Tay-gi?"

   "Benar"

   "Ehmmm.........

   dengan menggunakan tujuh bagian tenaga Si-mi-sin-kang, nyatanya aku gagal membuatmu meninggalkan permukaan tanah, hal ini menunjukkan kau telah memperoleh warisan langsung dari Tay-gi sangjin-"

   Setelah tertawa, lanjutnya.

   "Tay-gi bisa mempunyai murid seperti kau, rasanya diapun boleh merasa lega hati" -oOdwOooOdwOoo- Mendengar perkataan itu, oh Put Kui merasa amat terkejut.

   oh Put Kui merasa terharu sekuli, pikirnya.

   "Heran, mengapa orang tua ini bisa dianggap sebagai iblis cabul oleh kebanyakan orang? Padahal apa yang berada dihadapan ku sekarang ini adalah seorang perempuan anggun yang menyerupai malaikat........"

   Dalam hati dia berpikir begitu, diluar ujarnya.

   "Locianpwe begitu memandang tinggi diri boanpwe, hal ini sungguh membuat boanpwe merasa malu sekali "

   Thian-hiang Hui-cu tersenyum, tiba-tiba ujarnya kepada pengemis pikun.

   "Hei si pikun kecil, baik- baikkah dengan Kongsun Liang ?"

   Buru-buru pengemis pikun melompat bangun, lalu menjawab dengan sikap yang amat menghormat.

   "Pangcu kami berada dalam keadaan sehat wal-afiat, terima kasih banyak atas perhatianmu...."

   Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   "Duduklah, selamanya aku tidak terlalu memperhatikan soal adat istiadat atau tata kehormatan"

   Buru- buru pengemis pikun mengucapkan terima kasih dan duduk kembali ditempat semula. Setelah menghela napas panjang, Thian-hiang Hui-cu kembali berkata.

   "Pikun kecil, diantara kalian suheng-te bertujuh, Kongsun Liang memang terhitung paling becus dan mampu, dulu aku pernah berkata kepada gurumu Ciang- liong- koay-siu (kakek aneh penakluk naga) Huyong Beng, bilamana perkumpulan Kay-pang bisa dipimpin oleh orang ini, maka Kay-pang pasti akan semakin besar dan jaya...."

   Setelah berhenti sebentar dan tertawa hambar, katanya lebih jauh.

   "Sekarang terbukti sudah, Kongsun Liang memang tidak menyia-nyiakan harapan gurunya"

   "Petunjuk berharga dari locianpwe, membuat boanpwe sekalian merasakan manfaatnya, hal ini sungguh membuat boanpwe sekalian merasa amat berterima kasih sekali."

   Kembali Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   "Pikun cilik, ketika aku berjumpa dengan kalian ditempat gurumu dulu, waktu itu kau masih berusia belasan tahun bukan? Kini enam puluh tahun sudah lewat, aaai...., benar- benar sudah tua....."

   Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu menjadi terkejut sekali, kalau didengar dari pembicaraan tersebut, bukankah berarti usia Thian-hiang Hui-cu telah mencapai seratus tahun lebih ? Tapi, kalau dilihat dari paras mukanya mengapa dia nampak seperti baru berusia tiga puluh tahunan? Sementara itu pengemis pikun buru buru bangkit berdiri sambil menyahut.

   "Boanpwe masih ingat kau orang tua....... enam puluh tahun belakangan ini, ternyata wajah cianpwa masih saka seperti sedia kala."

   "Pikun cilik, kaupun sudah menjadi pintar. sungguh patut diucapkan selamat, benar-benar pantas menerima selamat....."

   Kata Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   Merah padam selembar wajah pengemis pikun setelah mendengar perkataan itu.

   Sedang oh Put Kui pun merasa geli, cuma dia tak berani mengeluarkan suaranya.

   Pelan-pelan Thian-hiang Hui-cu mengalihkan kembali sorot matanya keatas wajah oh Put Kui, kemudian katanya .

   "Nak, tadi kau bilang apa ? Kau mengatakan aku telah mengganggu ketenangan gurumu ? sudah lama sekali aku tak pernah pergi meninggalkan tempat ini, walau hanya selangkah pun."

   Mendengar perkataan tersebut oh Put Kui menjadi tertegun-"Kau orang tua......."

   Dengan kening berkerut dia segera menjura kepada Thian- hiang Hui-cu, kemudian lanjutnya .

   "Boancwe telah menemukan surat yang ditinggalkan guruku ditebung Cing-peng-gay, dalam surat itu dikatakan......"

   Ia berhenti sejenak.

   kemudian akhirnya membeberkan apa yang ditulis gurunya pada surat tersebut.

   Ketika mendengar isi tulisan tersebut, mendadak Thian- hiang Hui-cu tertawa tiada hentinya.

   Meskipun perempuan ini sudah berusia hampir seratus tahun lebih, namun gerak geriknya masih tak terlepas dari tingkah laku seorang gadis remaja, sehingga waktu tertawa ia nampak amat menawan hati.

   Dengan wajah termangu karena keheranan oh Put Kui segera bertanya .

   "cianpwe, mengapa kau tertawa ?"

   "Nak, kau keliru besar "

   "Maksud cianpwe, orang yang dimaksudkan suhuku dalam suratnya itu bukanlah dirimu ?"

   Tanya oh Put Kui agak sangsi.

   "Benar nak. yang dimaksudkan gurumu adalah seseorang yang lainnya......" Ketika mengucapkan perkataan itu, wajahnya menjadi murung dan sorot matanya memancarkan sinar duka, lanjutnya .

   "Kau keliru besar, orang itu bukan aku "

   Sekali lagi oh Put Kui berdiri termangu mangu sambil mengawasi wajah Thian-hiang Hui-cu tanpa berkedip.

   "Kau orang tua......"

   Ia tak tahu apa yang musti diucapkan, karena sianak muda itu benar-benar dibikin tertegun oleh keadaan yang sedang dihadapinya.

   sekali lagi Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya lebih lanjut "Nak, yang dimaksudkan gurumu sebagai kekasih lamanya bukan aku, cuma dia memang sangat mirip sekali wajahnya dengan diriku, maka orang persilatan banyak yang mengira dia sebagai aku "

   Hampir saja oh Put Kui tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, betulkah dalam dunia terdapat kejadian semacam ini ? sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dia berseru .

   "cianpwe, boanpwe benar-benar merasa kebingungan setengah mati........"

   "Nak, tentu saja kau akan merasa kebingungan-"

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sahut Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "selama banyak tahun ini, kecuali gurumu, aku dan perempuan itu, siapapun tak akan mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya........."

   Oh Put Kui memandang sekejap kearah pengemis pikun, kemudian manggut- manggut.

   "Locianpwe, bolehkah boanpwe menanyakan sumber dari persoalan ini?"

   "Tentu saja boleh,"

   Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang.

   "

   Sejak berjumpa dengan kau, aku sudah merasa senang denganmu nak. aku sudah merasa sedari dulu bahwa persoalan ini sudah seharusnya dibikin jelas." "Terima kasih banyak atas kesediaan locianpwe....."

   Buru- buru Oh Put Kui membungkukkan badannya memberi hormat.

   Dari balik sorot mata Thian-hiang Hui-cu tiba-tiba terpancar keluar sinar jengah seperti seorang gadis remaja, kemudian setengah menghela napas panjang dan tertawa ringan, katanya .

   "Nak.

   tahukah kau siapa nama preman dari gurumu itu ?"

   Dengan cepat Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Boanpwe tak pernah menanyakan soal ini,"

   Sahutnya. Thian-hiang Hui-cu segera berpaling kearah pengemis pikun dan bertanya pula "Pikun cilik, pernahkah kau mendengar seseorang yang bernama Thian-yang-yu-cu si pengembara dari ujung langit oh sian?"

   Pengemis pikun tercengang dan berdiri terbelalak, nama Thian-yang-yu-cu oh sian sudah lama termashur dalam dunia persilatan.

   Delapan puluh tahun berselang, bila nama tersebut disebut orang, maka setiap manusia pasti tahu, setiap manusia pasti pernah mendengar namanya......

   Dengan mengandalkan sebilah pedang, ia pernah membabat mampus delapan orang gembong iblis sekaligus.

   Sedang kedelapan orang gembong iblis itu rata-rata memiliki ilmu silat yang sepuluh kali lipat lebih lihay daripada kepandaian silat ketua dari pelbagai perguruan.

   Waktu itu, nasib seluruh umat persilatan hampir sebagian besar dikuasahi oleh kedelapan gembong iblis itu dan dikuasai sepenuhnya.

   Didalam suasana yang serba kritis dan kacau inilah, mendadak Thian-yang-yu-cu oh sian munculkan diri dalam dunia persilatan.

   Dengan kekuatan seorang diri ditambah sebilah pedang, dia segera mencari kedelapan orang gembong iblis itu dan menantang mereka untuk berduel sambil menentukan kehidupan masing-masing.

   Maka terjadilah suatu pertempuran sengit diatas bukit Thay-san tebing Thian-bun-sian, disitulah delapan orang gembong iblis tersebut berhasil dibereskan nyawanya.

   Menurut penuturan salah seorang murid dari delapan iblis yang menyaksikan jalannya pertarungan tersebut dengan mata kepala sendiri, selama pertarungan berlangsung, Thian- yang-yu-cu oh sian hanya mengeluarkan delapan jurus serangan untuk membereskan kedelapan orang iblis tersebut.

   Tapi semenjak peristiwa itu pula, jejaknya tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.

   Sekalipun demikian, hampir semua jago dari angkatan tua rata-rata mengetahui akan peranan jago lihay tersebut.

   Pengemis pikunpun pernah mendengar soal ini dari gurunya, maka dia pun tahu.

   "Apakah kau maksudkan pendekar besar yang secara beruntun membinasakan kedelapan orang gembong iblis dibukit Thay-san itu ?"

   Tanyannya kemudian dengan ragu.

   "Yaa, betul.

   Dialah yang kumaksudkan", sahut Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "Boanpwe pernah mendengar guruku menceritakan tentang soal ini, cuma kemunculan pendekar besar itu konon hanya singkat sekali, tak sampai setahun ia muncul dalam dunia persilatan, tahu-tahu jejaknya sudah lenyap tak berbekas "

   "Haaahhhh.....

   haaaahhhh.....ha^ahhhh....

   siapa bilang dia lenyap tak berbekas ?"

   Seru Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa tergelak "

   Dia tak lebih hanya mencukur rambutnya menjadi pendeta "

   "Jadi maksudmu..... Tay-gi sangjin sesungguhnya adalah oh tayhiap......"

   Kata pengemis pikun terperanjat.

   "Yaa, memang dia "

   Pengemis pikun segera berpaling kearah oh Put Kui, kemudian serunya dengan cepat. "Bocah muda, gurumu benar-benar adalah seorang manusia yang sangat aneh tapi sakti......."

   Oh Put Kui hanya berdiri terbengong, dia tak tahu bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu. selang berapa saat kemudian, ia baru berkata sambil tertawa .

   "Lok tua, terima kasih banyak atas pujianmu......."

   Sementara itu Thian-hiang Hui-cu telah berkata lagi sambil tertawa ramah .

   "Nak. gurumu tak lain adalah Thian-yang-yu- cu oh sian yang amat termashur itu. Bahkan dia bukan cuma gurumu saja, diapung merupakan empek kandungmu sendiri....."

   "sungguh ?"

   Seru oh Put Kui dengan perasaan bergetar keras.

   "

   Kalau begitu locianpwej uga mengetahui akan asal usul boanpwe ?"

   Mendengar pertanyaan itu, berganti Thian- hiang Hui-cu yang menjadi tertegun, serunya keheranan .

   "Aya?Jadi gurumu tak pernah memberitahukan tentang asal usulmu itu kepadamu ?"

   "Yaa, belum pernah.........."

   Oh Put Kui menggeleng.

   "Waaah, kalau begitu lucu sekali......"

   Setelah berhenti sejenak. dengan cepat dia menambahkan kembali "Tapi mungkin juga gurumu mempunyai tujuan lain- ....."

   Selama ini oh Put Kui boleh dibilang gelap sama sekali terhadap asal-usulnya, maka setelah menemukan setitik cahaya terang tanpa disengaja, tentu saja dia enggan melepaskannya dengan begitu saja, buru-buru katanya lagi .

   "Locianpwe, tentunya kau tahu bukan siapakah ayah ibu boanpwe?"

   "Yaa, tentu saja aku tahu "jawab Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "Dapatkah kau orang tua memberitahukan kepada boanpwe?"

   "Maaf nak.

   aku tak dapat memberitahukan kepadamu " "Mengapa ?"

   Tanya oh Put Kui.

   "Apakah kau......"

   "Nak, kalau toh gurumu tidak bersedia memberitahukan kepadamu, itu berarti dibalik kesemuanya itu pasti ada sebabnya, mungkin juga karena saatnya belum tiba, jika kuutarakan kepadamu sekarang, apakah gurumu tak akan marah kepadaku?"

   Tiba-tiba sepasang oh Put Kui menjadi merah, pintanya .

   "Oh locianpwe, sejak dilahirkan didunia ini boanpwe sudah tak punya keluarga lagi, aku hanya hidup bersama dengan guruku selama ini.

   Baru kali ini kuketahui kalau suhu sebenarnya empek boanpwe sendiri, tapi sekarang locianpwe enggan mengatakan siapakah ayah ibuku, hal ini membuat boanpwe bersedih hati......"

   Ketika berbicara sampai disitu, titik air mata segera jatuh berlinang membasahi pipinya . Thian-hiang Hui-cu segera menghela napas panjang.

   "Nak. kau tak usah bersedih hati, cepat atau lambat gurumu pasti akan memberitahukan hal ini kepadamu "

   Kemudian setelah tertawa dan berhenti sejenak. kembali dia berkata .

   "Nak. apakah kau ingin mendengar kisah cerita tentang diriku dan gurumu ?"

   Oh Put Kui tahu, sekalipun dia bertanya lagi sekarang, Thian-hiang Hui-cu juga tak akan menceritakan asal usulnya, terpaksa dia mengiakan .

   "Boanpwe bersedia mendengarkan "

   Thian-hiang Hui-cu menarik napas panjang, lalu setelah tertawa katanya .

   "Sebelum mencukur rambutnya menjadi pendeta dulu, gurumu adalah kakak seperguruanku.

   "

   "Oooh........"

   Oh Put Kui baru mengerti sekarang.

   Thian- hiang Hui-cu manggut - manggut, kembali lanjutnya.

   "Gurumu dan aku adalah saudara seperguruan, sebenarnya hubungan kami selama ini baik sekali......" Sikap jengah seorang gadis, sekali lagi menghiasi wajah Thian-hiang Hui-cu, sesudah berhenti sejenak.

   lanjutnya.

   "Cuma, kebetulan sekali akupun menpunyai seorang adik perempuan yang benar benar tak becus...."

   "ooh, ternyata kembali ada perempuan yang masuk dalam lingkaran hidup mereka........"

   Pikir oh Put Kui. Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya lagi .

   "Adik kandungku ini berasal dari Mo-kau, sejak bertemu dengan gurumu, dia menjadi tergila-gila dan mengejarnya terus menerus akhirnya karena desakan yang kelewat batas, gurumu memutuskan untuk mencukur rambut menjadi pendeta dan tidak mencampuri urusan keduniawian lagi......"

   Sesudah menghela napas panjang, ia menambahkan .

   "Dan akupun terpaksa harus hidup seorang diri pula hingga setua ini......"

   Ketika mengucapkan kata-kata yang terakhir itu, mendadak matanya berkaca-kaca.

   "Apakah locianpwe tidak membenci adikmu itu ?"

   Tanya oh Put Kui dengan kening berkerut. Thian-hiang Hui-cu menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Bagaimana aku bisa membencinya? Dia adalah adik kandungku sendiri, yaaa......... apa boleh buat ? Terpaksa aku harus menerima kenyataan tersebut sebagai nasib "

   "Aaaai.... apakah kejadian ini bukan suatu peristiwa tragis yang paling mengenaskan didunia ini ?"

   Sela pengemis pikun sambil menghela napas pula.

   "besar benar jiwamu, coba kalau berganti orang lain, mungkin-..... aaai, kamu memang malaikat suci yang berjiwa besar....."

   Sikap si pengemis tua itu selain telah berubah menjadi lebih manusiawi, bahkan diapun bersikap begitu menaruh hormat terhadap Thian-hiang Hui-cu.....

   Thian-hiang Hui-cu tertawa rawan- "Kejadian lampau sebagai impian, sekalipun disinggung kembali juga sama sekali tak ada gunanya.....

   nak.

   apakah kau datang kemari mencariku adalah bermaksud agar aku jangan merecoki gurumu lagi?"

   Merah padam selembar wajah oh Put Kui karena jengah, dia menyesal karena sudah menaruh prasangka yang salah terhadap perempuan ini.

   Walaupun masih ada hal hal yang masih membingungkan hatinya, seperti kenapa keempat orang dayang Thian-hiang Hui-cu Ki Yan-hong menjadi pelacur-pelacur kenamaan- Mengapa namanya dalam dunia persilatan begitu jelek sehingga dianggap sebagai iblis perempuan yang berhati keji ? Tetapi dalam keadaan yang seperti ini, ia merasa tak sanggup untuk mengutarakannya kembali.

   "Boanpwe memang datang kemari dengan maksud demikian-...."

   Dia mengakui.

   "cuma sekarang, boanpwe sudah berubah pendapat. Boanpwe tak ingin memohon apa apa lagi kepada kau orang tua."

   Dia memang tak dapat memohon apa apa lagi.

   Seandainya apa yang dikatakan Thian-hiang Hui-cu merupakan kenyataan, maka penderitaan yang dialaminya didalam kehidupan ini sudah kelewat berat, bahkan jauh lebih berat daripada penderitaan manapun yang pernah dialami kaum wanita.

   Bila oh Put Kui sampai mengajukan sesuatu permohonan lagi kepadanya, hal ini sama artinya dengan kelewat memaksanya untuk menerima suatu kenyataan.

   Ketika mendengar perkataan tersebut, Thian-hiang Hui-cu segera tertawa, katanya .

   "Nak.

   aku merasa sangat berterima kasih sekali kepadamu karena kau dapat memahami perasaanku....."

   Sesudah berhenti sebentar, dia mendehem pelan, lalu melanjutkan .

   "Nak. mungkin dalam hatimu masih ada persoalan persoalan yang mencurigakan hatimu bukan ?"

   Oh Put Kui tertawa hambar.

   "Boanpwe tak ingin banyak bertanya,"

   Sahutnya.

   "Anak baik, kalian orang orang dari keluarga oh memang semuanya merupakan orang-orang aneh."

   Sekali lagi oh Put Kui merasa terkejut sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya.

   "Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, dia seperti mengenal sekali dengan ayah ibuku......"

   Dian ingin bertanya lagi.....

   tapi diapun tak ingin ketanggor batunya lagi.

   Thian-hiang Hui-cu menatap sekejab kearahnya, lalu sambil tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya.

   "Nak.

   aku tahu persoalan yang tidak kaupahami adalah mengapa namaku dalam dunia persilatan bisa sebegitu jeleknya, mengapa siau-hong sekalian budak menjadi pelacur di sarang pelacuran? Tapi apa yang kau dengar ternyata tidak sesuai dengan apa yang kau saksikan sekarang, bukankah demikian ?"

   Merah padam selembar wajah oh Put Kui karena jengah, sahutnya agak tergagap.

   "Boanpwe..... hal ini pasti dikarenakan cianpwe mempunyai sesuatu rahasia yang tak bisa diutarakan-...."

   Mendadak mencorong sinar terang dari balik mata Thian- hiang Hui-cu, bagaikan seorang malaikat suci, ia menatap wajah oh Put Kui sambil tertawa hambar dan manggut- manggut, sahutnya pelan- "Nak, tahukah kau akan asal usulku? Aku adalah seorang yang berasal dari marga cu......." -oOdwOooOdwOooOdwOo- Begitu Thian-hiang Hui-cu mengatakan kalau dia she Cu, oh Put Kui dan pengemis pikun Lok Jin-ki segera saling berpandangan muka dengan wajah berubah hebat.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan cepat mereka teringat akan kompleks pekuburan raja-raja "Siau-leng"

   Ini.

   Bukankah Ming-tay-cu adalah seorang dari keluarga Cu? Mungkinkah Thian-hiang Hui-cu ada hubungannya dengan kaisar dari ahala yang lain? Tampaknya Thian-hiang Hui-cu dapat menebak jalan pemikiran kedua orang itu, sambil tersenyum dia lantas berkata.

   "Nak, apa yang sedang kalian pikirkan? Apakah ada sangkut pautnya dengan kompleks pekuburan siau Leng ini ?"

   "Boanpwe memang sedang menduga demikian, harap cianpwe bersedia memberi petunjuk."

   Kata oh Put Kui dengan wajah serius. Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya pelan.

   "Nak, sesungguhnya aku tak lain adalah adik kandung dari Kaisar si-tiong-liat......"

   Tercekat oh Put Kui mendengar ucapan itu, buru-buru dia bertekuk lutut dan segera menyembah keatas tanah.

   Pengemis pikun Lok Jin-kipun ikut melompat bangun dan menyembah keatas sambil berseru keras .

   "Lok Jin-ki murid Kay-pang menjumpai tuan putri....." Tadi Thian-hiang Hui-cu mencegah mereka untuk melakukan penyembahan, tapi sekarang dia membiarkan mereka melaksanakan penyembahan tersebut sebanyak tiga kali, setelah itu sambil mengulapkan tangan kanannya, dia berseru sambil tertawa rawan.

   "Nak, Lok Jin-ki, bangunlah orang yang sudah kehilangan negeri tak perlu menerima penghormatan besar lagi, bangunlah sekarang......"

   Segulung hembusan angin lembut dengan cepat mengangkat kedua orang itu untuk bangun berdiri. Dengan wajah serius dengan sikap yang sangat menghormat, oh Put Kui berbisik.

   "Terima kasih Tuan putri "

   Sekali lagi Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, tukasnya .

   "Nak. kalian tak usah mempergunakan sebutan semacam itu "

   "Sebutan tak boleh ditinggalkan dalam suatu tata kenegaraan, Tuan putri siau-bin (rakyat kecil) menganggap soal panggilan tak boleh disebut secara sembarangan "

   Thian-hiang Hui-cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya dengan cepat .

   "Nak, aku adalah seorang anggota persilatan, bukan berada dalam suatu istana kenegaraan, mengapa kalian harus menggunakan sebutan seperti itu? Apalagi kerajaan telah runtuh, dinastiku telah berakhir.

   Penggunaan sebutan hanya akan menimbulkan kesedihan dalam hatiku saja.

   Nak.

   kau tak usah menolak lagi, bila kau tetap berkeras kepala, terpaksa aku akan memerintahkan untuk mengusir kalian......"

   Terpaksa oh Put Kui mengiakan.

   "Kalau begitu terpaksa boanpwe harus menurut perintah daripada membantah terus."

   "Bilamana siau-bin telah melakukan kesalahan tadi, harap kau orang tua sudi memaafkan...."

   Kata pengemis pikun pula dengan hormat. Thian-hiang Hui-cu tertawa. "Tampaknya pengemis pikun sesuai juga dengan namanya, tentu saja aku tak akan menyalahkan dirimu "

   Dalam pada itu, siau Hong telah munculkan diri menghidangkan tiga cawan air teh.

   Sekarang oh Put Kui telah merubah sikapnya setelah mengetahui siapa gerangan tuan rumah tempat itu, maka metelah menerima teh wangi, dia lantas berkata kepada nona siau Hong dengan suara yang lembut dan ramah .

   "Merepotkan nona saja " @oodwoo@

   Jilid 9 Nona Siau-hong tertawa manis, ditatapnya sekejap dengan penuh arti yang dalam, kemudian bisiknya .

   "Kongcu, asal kau tidak menaruh kesalah pahaman terhadap budak sekalian. Budak sudah merasa gembira sekali "

   Selesai berkata, dia lantas ngeloyor pergi. Tergerak hati oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, pikirnya .

   "Nona ini sungguh menarik hati........"

   Dalam pada itu, Thian-hiang Hui-cu telah mengalihkan kembali sorot matanya kewajah kedua orang itu, kemudian katanya sambil tertawa.

   "Nak, konon kau telah berkunjung ke Pulau Neraka, benarkah berita tersebut ?"

   Oh Put Kui tidak menyangka kalau secara tiba-tiba dia akan mengajukan pertanyaan tersebut, buru-buru sahutnya.

   "Atas dorongan emosiku sebagai anak muda, boanpwe memang telah berkunjung kesana."

   "Menyerempet bahaya memang merupakan kesukaan anak muda, hal ini tak bisa dibilang sebagai dorongan emosi.

   Nak, apakah kau telah berjumpa dengan ketujuh orang tua yang menghuni di pulau tersebut ?"

   Mendengar pertanyaan itu, oh Put Kui menjadi tertegun.

   Bukankah Thian-hiang Hui-cu telah hidup terpencil didasar tanah dalam kuburan ? Mengapa setiap persoalan yang terjadi dalam dunia persilatan diketahui olehnya ? Tapi ia toh menjawab juga .

   "Yaa, sudah bertemu "

   Thian-hiang Hui-cu kembali tertawa.

   "Apakah kau juga telah menyaksikan kepandaian silat yang mereka miliki?"

   "

   Yaa, sudah kusaksikan, kepandaian mereka memang luar biasa sekali....."

   Thian-hiang Hui-cu kembali tertawa.

   "Apakah kau juga telah menyaksikan kepandaian silat yang mereka miliki......"

   "Yaa, sudah kusaksikan, kepandaian mereka memang luar biasa sekali...."

   Thian-hiang Hui-cu segera tersenyum.

   "sepuluh tahun lebih melatih diri secara tekun, tentu saja kemajuan yang berhasil mereka capai luar biasa sekali."

   Sesudah berhenti sebentar, tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu berkata dengan wajah serius .

   "Nak, apakah dalam hatimu masih terdapat persoalan yang mencurigakan dirimu?"

   Sejak oh Put Kui tahu kalau Thian-hiang Hui-cu adalah tuan putri dari dinasti Ming yang terakhir, dalam hati kecilnya sudah tidak mempunyai perasaan curiga lagi.

   Ia percaya, setiap perbuatan yang dilakukan perempuan ini sudah pasti mempunyai maksud yang mendalam.

   oleh karena itu, setelah mendengar ucapan tersebut segera sahutnya .

   "Boanpwe sama sekali tidak mencurigai apa apa " "Tidak, kau jangan bohong,"

   Seru Thian-hiang Hui-cu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "janganlah dikarenakan kau sudah tahu kalau aku adalah tuan putri dari dinasti Ming, maka kau telah merubah jalan pikiranmu, sekalipun tidak kau tanyakan, akupun akan memberitahukan kepadamu......"

   Terkesiap juga hati oh Put Kui setelah mendengar pernyataan tersebut.

   "Locianpwe begitu memandang tinggi diri boanpwe, hal ini sungguh membuat boanpwe merasa tidak tenang "

   "Nak, bukankah kau ingin tahu mengapa keempat orang dayangku Liu Im, Khi Cui, Wi Hiang dansiau Hong menjadi perempuan penghibur dirumah pelacuran Yan-hiang-lo ?"

   "Boanpwe bodoh dan tak berani menduga secara sembarangan "

   "Kota Kim leng merupakan pusat dari tujuh propinsi diwilayah selatan, banyak pembesar penting dari kerajaan Ching yang berkumpul ditempat ini, maka aku menyuruh mereka berusaha menggunakan segala akal dan daya upaya untuk menarik mereka agar berpihak ke kita......."

   "Locianpwe, dengan berbuat demikian, apakah rahasiamu tak akan menjadi terbongkar? Misalnya pihak lawan pada dasarnya memang berjiwa budak, apakah hal mana tak akan merusak rencana besar ?"

   Dia tahu, Thian-hiang Hui-cu berusaha untuk menyuap pembesar kerajaan Ching dengan maksud hendak mengenyahkan penjajah bangsa Boan dari muka bumi serta membangun kembali kerajaan Ming yang jaya.

   Tapi dia menganggap mencari orang lewat ruma pelacuran bukankah suatu cara yang bisa dipercaya keberhasilannya.

   selamanya dia memang memandang rendah soal perempuan penghibur dan kehidupan malam seperti itu.

   Thian-hiang Hui-cu segera tertawa hambar.

   "Nak, keempat orang dayangku ini mempunyai ketajaman firasat yang melebihi orang lain.

   Kalau tidak berjumpa dengan orang-orang yang rasanya bisa dibujuk untuk berpihak kepada kita, mereka tak pernah akan membuang tenaga dengan percuma."

   Diam-diam oh Put Kui manggut- manggut setelah mendengar perkataan itu, tapi secara tiba tiba ia teringat kembali akan satu persoalan.

   Maka katanya kemudian dengan wajah bersungguh-sungguh.

   "Locianpwe, boanpwe ingin memohon maaf kepadamu tentang satu hal yang maha penting "

   Tertegun Thian-hiang Hui-cu menyaksikan keseriusan orang.

   "Persoalan apa ? seriuskah ?"

   "oleh karena boanpwe tak tahu jelas keadaan kau orang tua yang sebenarnya, maka boanpwe telah banyak mempercayai berita yang tersiar dalam dunia persilatan dan benar benar menganggap kau sebagai seorang gembong iblis dari dunia persilatan......"

   "Kau tidak salah nak"

   Tukas Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "nama Thian-hiang Hui-cu memang merupakan suata nama yang penuh dengan dosa, karena nama tersebut selalu digunakan orang lain untuk melakukan perbUata yang tak senonoh."

   "walaupun cianpwe berkata demikian, tapi boanpwe masih tetap merasa tidak tenang......"

   Oh Put Kui menggeleng. sepasang alis mata Thian-hiang Hui-cu segera berkenyit, serunya cepat.

   "Nak, kau berulang kali mohon ampun, sesungguhnya kesalahan besar apakah yang telah kau lakukan ?"

   "Boanpwe..... boanpwe telah salah mencelakai seorang dayang locianpwe....."

   "OOOo, benarkah itu? Itu mah tidak menjadi soal....."

   "Tapi..... tapi...... boanpwe telah membunuhnya " "Siapa yang telah kau bunuh ?"

   Seru Thian-hiang Hui-cu agak kaget.

   "Han Yan "

   Mendengar nama tersebut, tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu tertawa tergelak.

   "Jadi Han Yan mati ditanganmu ?"

   "Benar, boanpwe telah salah membunuhnya "

   Dengan cepat Thian-hiang Hui-cu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.

   "Nak, kau tidak salah membunuh......."

   "Kau orang tua tak akan menegur boanpwe ?"

   Seru oh Put Kui setelah tertegun beberapa saat lamanya.

   "Ilmu silat yang dimiliki Han Yan memang sangat lihay, dalam kami dia sudah terhitung seorang jago lihay kelas wahid, kecuali kau, rasanya memang tak ada orang yang sanggup membinasakan dirinya lagi."

   "

   Kepandaian silat yang dimiliki Han Yan memang sangat lihay,"

   Ucap oh Put Kui dengan perasaan ragu.

   "seandainya boanpwe tidak mengeluarkan ilmu jari Thian-liong-ci, hampir saja aku yang kena dipecundangi olehnya, cuma waktu itu boanpwe tidak tahu kalau dia adalah seorang pembela tanah air yang berjiwa ksatria, aku telah menghilangkan nyawa seorang pahlawan perempuan. .......

   "

   Mendadak Thian-hiang Hui-cu tertawa dingin, tukasnya .

   "Nak, dia tidak pantas disebut sebagai seorang pahlawan perempuan "

   Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya .

   "Nak, apakah kau telah menemukan dia sedang melakukan suatu perbuatan biadab yang memalukan sebelum turun tangan melenyapkannya dari muka bumi"

   Oh Put Kui mengangguk.

   "Yaa, boanpwe berhasil memergoki dia sedang berunding dengan Jian-tok-coa-sin (dewa ular selaksa bisa) It bun seng untuk mencelakai seorang tokoh persilatan, maka akupun turun tangan lebih dulu untuk membereskan nyawa mereka "

   Thian-hiang Hui-cu merasa terkejut setelah mendengar perkataan itu, serunya "Benarkah itu ? siapa yang hendak mereka celakai ?"

   "Locengcu dari perkampungan Ang-yap-san-ceng, Pat- hong-koay-siu kakek aneh delapan penjuru Liu Thian-cong "

   "Ternyata bajingan tersebut adalah bajingan tua itu........"

   Seru Thian-hiang Hui-cu dengan gemas.

   Tiab-tiba ia berhenti sebentar, lalu katanya lagi .

   "Nak.

   kau memang tidak salah membunuh, Han Yan memang beralasan untuk menerima kematiannya "

   "Kau orang tua benar-benar tak akan menyalahkan diriku ?"

   "Nak, sekalipun kau tidak membunuhnya, aku juga akan menghabisi nyawa perempuan itu......."

   "ooh....."

   Tiba-tiba oh Put Kui menjadi paham, kemungkinan besar Han Yan adalah seorang mata-mata dari kerajaan ching. Berbeda dengan pengemis pikun, dia merasa tidak habis mengerti.

   "Locianpwe konon diantara keempat orang dayangmu itu Han Yan adalah dayang yang paling kau percayai, sebab itu pula dayang tersebut paling sukar dihadapi dalam dunia persilatan, entah mengapa kau selalu mengatakan bahwa dia memang pantas mati ?"

   "Pikun, pikun, kau si pikun cilik ternyata menjadi pikun kembali....."

   Seru Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa. Pengemis pikun jadi tersipu-sipu.

   "Boanpwe memang bodoh......"

   Bisiknya. Thian-hiang Hui-cu tak dapat menahan gelinya, dia segera tertawa tergelak, kemudian baru katanya perlahan .

   "Dia adalah seorang mata-mata "

   "seorang mata-mata ? Waaaah....... kalau begitu dia pantas dibunuh......"

   "Itulah sebabnya, sekalipun bocah ini tidak membunuhnya, akupun akan turun tangan membereskan dirinya "

   "Waaah, jika locianpwe selalu berkata demikian, boanpwe jadi merasa malu sendiri....."

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seru oh Put Kui sambil tertawa.

   Thian-hiang Hui-cu ikut tertawa.

   "Nak, kau telah membantuku melenyapkan penghianat, sudah seharusnya aku berterima kasih kepadamu "

   "Aaah, boanpwe tak berani menerima rasa terima kasih dari cianpwe, ucapan terima kasihmu hanya membuat boanpwe malu......"

   "Aaaai....., nak.

   kau tak usah sungkan-sungkan......"

   Thian- hiang Hui-cu menghela napas pelan. setelah berhenti sebentar, tiba-tiba sorot matanya berubah menjadi amat sedih, lanjutnya .

   "Apakah kau ingin mengetahui jejak adik kandungku yang memalukan itu ?"

   Tentu saja oh Put Kui ingin mengetahuinya, tapi dia merasa rikuh untuk bertanya secara langsung, maka bukan menjawab, dia hanya tertawa jengah.

   Thian-hiang Hui- cu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian "Selama ini dia selalu mencatut namaku untuk berbuat segala macam kejahatan dalam dunia persilatan, ada kalanya aku menjadi marah dan ingin sekali memberi hukuman atau peringatan kepadanya."

   "Yaa, betul, kau orang tua memang harus berbuat demikian"

   Seru pengemis pikun tanpa sadar. Tapi Thian-hiang Hui-cu kembali menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya lebih jauh.

   "Tidak. aku tidak sanggup untuk turun tangan...."

   Setelah mendongakkan kepalanya, dengan mata berkaca- kaca dia menghela napas panjang, ujarnya lebih jauh.

   "Negara hancur rumah berantakan, sakit hati leluhur belum lagi terbalas, bagaimana mungkin aku bisa turun tangan terhadap sanak keluargaku sendiri......? oleh karena itu......

   aaai, segala sesuatunya terpaksa membiarkan dia bertindak sesuka hati, dia bisa seperti sekarang, boleh dibilang akulah yang paling berdosa......

   cuma sayang menyesalpun telah terlambat......"

   "Kau orang tua tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri "

   Ujar oh Put Kui sambil tertawa.

   "Aaai....nak.

   kau mana tahu, coba kalau aku tidak mewariskan ilmu silat ku secara diam-diam kepadanya, mana mungkin dia bisa mencelakai umat persilatan dan melakukan banyak kejahatan kejahatan besar bagi umat manusia.....?"

   Oh Put Kui segera terbungkam dan tak sanggup berbicara lagi.

   Agaknya semua akibat ini bisa terjadi karena gara-gara perasaan kasih dan sayang yang berlebihan dari Thian-hiang Hui-cu terhadap adiknya.

   Thian-hiang Hui-cu memandang sekejap kearah oh Put Kui, kemudian berkata lagi.

   "Nak, namaku yang sebenarnya adalah Cu Yu-hong, sedangkan adikku bernama Cu Yu-hun setelah negaraku musnah, akupun merubah namaku menjadi Ki Yan-hong, sedangkan diapun berganti nama menjadi Ki Yan-hun.

   Akan tetapi orang persilatan tiada yang tahu kalau Thian-hiang Hui- cu sebetulnya bukan cuma satu orang......"

   Setelah tertawa, lanjutnya.

   "Tentu saja selain gurumu " "sekarang boanpwe dan Lok-lopun mengetahui akan hal ini "

   Kata oh Put Kui sambil tertawa.

   "Benar, aku merasa persoalan ini memang sudah saatnya untuk diketahui orang lain aku berharap kau sudi melakukan suatu pekerjaan bagiku, nak, bersediakah kau ?"

   "

   Harap kau memberikan perintah "

   "Nak, bantulah aku untuk membekuk Cu Yu-hun dan seretlah kemari "

   Oh Put Kui menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, lama kemudian baru katanya.

   "Bukankah kau orang tua enggan untuk melukai........ Ji- kuncu ?"

   Dia tak dapat menyebut nama Cu Yu-hun secara langsung, maka disebutnya sebagai tuan putri kedua.

   Thian-hiang HHul-cu menghela napas panjang.

   "Aaaai....

   aku hanya tak ingin membekuknya dengan tanganku sendiri Nak, seandainya kau dapat membekuknya besok.

   akupun tak akan mencelakai jiwanya, cuma akupun melarang dia untuk melakukan kejahatan lagi Toh tindakanmu merupakan suatu tindakan menguntungkan bagi gurumu? Nak, masa kau tidak mau?"

   Oh Put Kui termenung sebentar, kemudian katanya.

   "Baik, boanpwe bertekad akan membakti demi cianpwe"

   Thian-hiang Hui-cu segera tertawa.

   "Nak, dia tinggal di....."

   Belum selesai perkataan itu diutarakan mendadak terdengar gelak tertawa yang amat nyaring menggelegar memotong ucapan Thian-hiang Hui-cu yang belum selesai.

   Menyusul gelak tertawa tersebut, terdengar seseorang membentak dengan suara nyaring.

   "Hong-nio, jangan berbuat demikian......" oOdwOo Mendengar seruan tersebut, Thian-hiang Hui-cu agak tertegun, kemudian sambil tertawa tegurnya.

   "sian-heng kah disitu ?"

   Suara tertawa nyaring segera menggema lagi.

   "Tak nyana Hong-nio masih dapat mengenali suaraku, benar-benar Budha maha pengasih........"

   Belum selesai perkataan itu diutarakan sesosok bayangan manusia telah meluncur datang. sambil melompat bangun, oh Put Kui segera menyongsong kedatangan orang itu sembari berseru .

   "suhu....."

   Sambil berlutut dia memeluk sepasang kaki orang itu dengan wajah yang binal.

   Ketika pengemis pikun berpaling, dia segera saksikan orang yang baru saja munculkan diri itu adalah seorang hwesio tua berambut putih, berjubah abu-abu dan berwajah penuh senyuman.

   Mungkinkah pendeta ini adalah si pendeta sinting Tay-gi sangjin ? Pengemis pikun benar-benar menjadi pikun, untuk sesaat dia sampai berdiri termangu-mangu.

   Dalam pada itu, sipendeta sinting telah membelai kepala oh Put Kui seraya berkata.

   "Ayohlah bangun, jangan seperti bocah umur tiga lagi, nanti kau bisa ditertawakan orang "

   "Tidak"

   Kata oh Put Kui sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "suhu, teecu tak akan bangun "

   "Mengapa? sudah begini besar masih mengambek?"

   Oh Put Kui segera tertawa. "Suhu, kau harus mengabulkan sebuah permintaanku dulu sebelum tecu mau bangun-"

   "Soal apa ?"

   Pendeta itu memicingkan matanya.

   "Ijinkan aku untuk mengganti panggilanku terhadapmu"

   "Kenapa ? Apakah kau sudah tak ingin menjadi muridku lagi ?"

   Seru pendeta sinting sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Tentu saja"

   Jawaban tersebut kembali membuat pendeta sinting menjadi tertegun.

   "Bocah keparat, sudah merasa sayapnya mulai tumbuh, kau lantas melupakan asal usulmu? Gurumu sudah dipanggil pendeta sinting, apakah kau ingin disebut orang sebagai bocah sinting pula? Hayo cepat bangun."

   "Tidak, tidak.

   Kecuali kalau kau mengabulkan aku memanggilmu sebagai empek......"

   Ketika mendengar ucapan tersebut, sekujur badan pendeta sinting itu segera bergetar keras, senyuman yang semula menghiasi wajahnyapun seketika lenyap tak berbekas. Dia menundukkan kepalanya dan menatap oh Put Kui lekat lekat.....

   "Empek....."

   Oh Put Kui segera memanggil dengan mesra.

   Tiba-tiba sorot mata pendeta itu memancarkan sinar kesedihan, tapi hanya sebentar kemudian, senyuman manis kembali menghiasi ujung bibirnya.

   Ditatapnya sekejap wajah Thian-hiang Hui-cu sorot mata yang ramah dan penuh welas kasih, setelah itu dia bertanya.

   "Hong-nio, kau yang memberitahukan hal ini kepadanya ?"

   Thian-hiang Hui-cu segera tertawa.

   "Sian-heng aku hanya memberitahukan hal ini saja, yang lain akupun tidak tahu" Suatu pemberitahuan yang sangat cantik, Pendeta sinting segera tertawa, ditepuknya kepala oh Put Kui, lalu bisiknya lirih.

   "Bangun, kukabulkan permintaanmu itu "

   Oh Put Kui segera bersorak gembira dan melompat bangun. selama ini sorot mata Thian-hiang Hui-cu tak pernah beralih dari tubuh pendeta sinting. Begitu oh Put Kui bangkit berdiri, perempuan itu baru berseru lagi sambil tertawa.

   "sian-heng, silahkan duduk"

   Dia tidak bangkit berdiri, melainkan hanya sedikit membungkukkan badan, Pendeta itu segera tertawa.

   "Lolap sepanjang hari tak pernah meninggalkan kasur duduk. persiapan dari sicu benar-benar amat sempurna."

   Tiab-tiba saja dia merubah panggilannya. Inilah yang menyebabkan dirinya disebut sinting ? Tak tahan lagi Thian-hiang Hui-cu segera tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaaahhhh......haaahhhh....haaaahhhh.... Sian-heng....."

   "sicu, lolap Tay-gi"

   Kata pendeta sinting dengan sinar mata berkilat tajam. Thian-hiang Hui-cu segera tertawa rawan, katanya dengan nada suara rendah .

   "Yaa benar, kau adalah Tay-gi..... sayang sekali, kesintinganmu belum juga berakhir......"

   Sementara itu Tay-gi sangjin telah duduk diatas kasur yang semula ditempati oh Put Kui, ketika mendengar perkataan itu dia segera merangkap tangannya sambil memberi hormat, kemudian sambil tertawa tergelak ucapnya pelan.

   "sicu, ada sebab pasti ada akibat, karena sebab dan akibat selalu saling berkaitan, bila tiada akibat, bukanlah hal itu ajaib namanya ?" "Aaai.....

   saudara sian, aah tidak, sangjin, pandanganmu benar-benar amat terbuka"

   Bisik Thian-hiang Hui-cu sambil menghela napas rendah.

   "Buddha mengajarkan empat kekosongan yang terutama, mengapa lolap tak bisa berpandangan terbuka?"

   "Kalau begitu kuucapkan selamat untuk suheng......"

   "Terima kasih sicu......"

   Selama ini si pengemis pikun berdiri menanti disamping arena untuk maju memberi hormat, akan tetapi berhubung sipendeta sinting berbicara terus dengan Thian-hiang Hui-cu, maka diapun tak berkesempatan untuk ikut menimbrung.

   Karenanya begitu mendengar pendeta tersebut mengeluarkan kata yang terakhir, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan begitu saja, dengan cepat tubuhnya maju kedepan untuk menyembah.

   "Boanpwe Lok Jin-ki dari Kay-pang menjumpai sangjin"

   Sekalipun lagi berpejam mata, ternyata pendeta itu dapat melihat semua gerak gerik dari pengemis pikun itu dengan jelas.

   Baru saja pengemis pikun menbungkukkan badannya sambil tertawa terbahak-bahak serunya .

   "Tidak berani, tidak berani, sicu tak usah banyak adat....."

   Walaupun pendeta itu tidak menggerakkan badannya ataupun tidak mengebaskan ujung bajunya, akan tetapi nyatanya sipengemis pikun tak sanggup untuk berlutut lebih jauh.

   MEnghadapi keadaan seperti ini, dengan wajah memerah karena jengah terpaksa pengemis pikun hanya menjura belaka.

   saat itulah pendeta sinting baru mengulurkan tangannya seraya berkata pelan.

   "sicu, harap duduk kembali ketempat dudukmu "

   "Tidak berani, ada cianpwe berdua disini Lok Jin-ki lebih baik berdiri saja disini " Mendengar itu, pendeta sinting segera tertawa terbahak- bahak.

   "Haaaaahhhh.....haaaahhhh..haaahhhh.. tidak usah, tidak usah, silahkan duduk"

   Tay-gi sangjin tertawa.

   "

   Orang sering bilang kalau dalam kaypang terdapat seorang pengemis yang disebut pengemis pikun, dia kadang kala pikun kadang kala pintar, ada kalanya sinting ada kalanya latah, kaukah orangnya?"

   Dengan wajah memerah karena jengah, pengemis pikun menyahut.

   "Yaa, benar, memang boanpwe...."

   "Kau tidak mirip....."

   Ujar Tay-gi sangjin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

   Menghadapi jawaban tersebut, sipengemis pikun agak tertegun untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

   sekali lagi pendeta sinting tertawa tergelak.

   katanya.

   "seorang enghiong yang sejati adalah seorang manusia yang berwatak sejati, tidak banyak bertingkah, bila kau tak bisa menunjukkan watak aslinya, buat apa pula hidup sebagai manusia?"

   Pengemis pikun menjadi terkesiap.

   sekarang dia baru merasa kalau dia sudah kehilangan watak sejatinya.

   Bagaimana dia adalah seorang jago lihay yang sudah termasyur banyak tahun, mendengar perkataan itu dia segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhhh.....

   haaahhhhh....

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
haaaahhhhh......

   teguran locianpwe memang tepat sekali, boanpwe tahu kesalahan dan pasti akan merubahnya."

   "Nah, begitu baru benar....."

   Thian-hiang Hui-cu yang menyaksikan kejadian itu menjadi geli, serunya sambil tertawa.

   "Pendeta sinting, pengemis pikun, kalian memang merupakan pasangan yang paling cocok didunia ini......" "sicu memang berbicara benar....

   itulah yang lolap harapkan-"

   Tingkah laku kedua orang itu segera menimbulkan gelak tertawa oh Put Kui dan Thian-hiang Hui-cu sekalipun Thian-hiang Hui-cu sudah tua, ternyata wajahnya masih kelihatan cantik dan daya tariknya masih nampak besar.

   Pendeta sinting yang menyaksikan kejadian itu segera bergidik, serunya sambil tertawa.

   "sicu benar benar memiliki ilmu awet muda, meskipun usiamu sudah seratus tahun namun wajahmu masih nampak muda, lolap ucapkan selamat untuk itu"

   Thian-hiang Hui-cu mendongakkan kepalanya kembali, suatu perasaan girang yang tak terlukiskan dengan kata segera melintas diatas wajahnya.

   "saudara sian...."

   "sicu...."

   Pendeta itu segera berkerut kening. Melihat itu, Thian-hiang Hui-cu segera menghela napas sedih, tapi hanya sebentar kemudian ia sudah tertawa kembali, katanya.

   "Bukankah sangjin berusia lebih tua daripada diriku ? Apakah kau nampak sudah tua ?"

   "Yaah, rambutku sudah putih, jenggotku sudah beruban, lolap berbeda jauh dari sicu."

   Setelah berhenti sejenak, mendadak katanya dengan wajah serius.

   "Sicu, tentang soal adikmu, bagaimana kalau kau suka memandang diatas wajah lolap untuk menyudahi sampai disini saja ?"

   Berkilat sepasang mata Thian-hiang Hui-cu.

   "Kau....... kau tidak kuatir akan mengganggu ketenanganmu?"

   "Aaah, tidak Tidak takut, adikmu masih belum memiliki kemampuan seperti itu."

   Oh Put Kui yang berada disisinya segera menimbrung. "Empek. bukankah kau melarikan diri dari gua karena hendak menghindari dirinya?"

   Dengan cepat Tay-gi sangjin menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Anak bodoh, kau anggap aku benar benar menyembunyikan diri karena dirinya?"

   "Lantas surat yang kau tinggalkan itu?"

   "Surat itu sengaja kutinggalkan agar dibaca olehnya."

   Jawab Tay-gi sangjin sambil tertawa.

   "Ananda tidak mengerti."

   "Tentu saja kau tak akan mengerti, maksudku agar dia matikan hatinya itu."

   Seraya berkata sorot matanya dialihkan ke wajah Thian-hiang Hui-cu. Melihat itu, Thian-hiang Hui cu segera tertawa, tertawanya kelihatan manis sekali.

   "Terima kasih banyak.."

   Bisiknya. Mengapa dia berterima kasih ? oh Put Kui masih saja tidak mengerti. setelah tertawa hambar, kembali Tay-gi sangjin berkata.

   "sicu, tak usah berterima kasih..... lolaplah biang keladi dari dosa ini....."

   "Aku akan mengikutimu"

   Kata Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa manis. Tay-gi sangjin menghela napas panjang.

   "Aaai.... perkataan itu telah mencelakai sepanjang hidupmu.... Hong..."

   Mendadak ia menutup mulutnya kembali.

   Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   "sangjin kelewat kukuh diri sendiri, padahal cinta adalah sesuatu yang agung....."

   "Bukan begitu, apakah sicu lupa kalau lolap sudah menjadi pendeta, aku sudah melepaskan diri dari segala macam ikatan."

   Berbicara sampai disitu, Thian-hiang Hui-cu hanya bisa manggut-manggut sambil tertawa rawan. "Yaa benar, tapi aku tetap akan menurutimu "

   Demikian ia berbisik. Tanpa terasa Tay-gi sangjin menghela napas panjang.

   "sicu, lolap tak akan melupakan budimu itu untuk selamanya....."

   "Bisa mendengar perkataanmu itu, aku merasa puas sekali...."

   Mendadak Tay-gi sangjin tertawa tergelak. serunya.

   "Seorang yang berkedudukan terhormat, terseret masuk didalam dunia persilatan,oohh tuan putri..... kaupun seorang yang tolol seperti lolap sendiri..."

   Diantara gelak tertawanya itu, kelihatan air matanya turut jatuh bercucuran, sedang Thian-hiang Hui-cu sendiripun telah bercucuran air mata pula karena sedih.

   Menyaksikan keadaan seperti ini, sipengemis pikun hanya bisa memandang dengan wajah kebingungan.

   sedangkan oh Put Kui ikut merasa amat sedih, karena secara tiba-tiba ia teringat pula akan asal usulnya sendiri "Empek"

   Akhirnya dia berbisik. Waktu itu Tay-gi sangjin sedang tertawa tergelak. Ia baru terperanjat setelah mendengar seruan itu, tanyanya dengan cepat.

   "Nak, ada urusan apa?"

   "Bagaimana dengan ayahku?"

   "Tak usah ditanyakan"

   Tay-gi sangjin mengelengkan kepalanya berulang kali.

   "Tidak. empek aku harus bertanya. Bagaimana pula dengan ibuku, aku ingin berjumpa dengan mereka"

   "Nak. belum sampai waktunya....."

   Kata pendeta itu sambil tetap menggeleng.

   "Empek. mengapa kau tidak bersedia memberitahukan hal itu kepadaku? Apakah ayah adan ibuku telah melakukan suatu perbuatan jahat yang amat berdosa ? Ataukah karena mereka adalah....."

   Dia tak jadi melanjutkan kembali kata-katanya, karena bagaimanapun juga ia merasa sungkan untuk mengeritik orang tua sendiri Mendadak Tay-gi sangjin berteriak keras.

   "Nak, kau tak boleh menduga sembarangan"

   "Empek.....

   kalau kau tidak mengatakan, ananda tentu akan terus menduga duga."

   Ujar oh Put Kui dengan air mata bercucuran. Thian-hiang Hui-cu yang menyaksikan hal itu dari samping, segera menimbrung sambil tertawa.

   "Yaaa, aku tahu....."

   Tay-gi sangjin menghela napas.

   "Yaa benar, kau toh tak bisa mencegah bocah itu untuk tidak menduga duga secara sembarangan "

   Tay-gi sangjin menghela napas panjang, kemudian katanya.

   "Nak, ayah dan ibumu adalah orang baik semua. Mereka adalah orang terbaik didunia ini"

   "Sungguh ?"

   Senyuman segera menghiasi wajah oh Put Kui.

   "Buat apa aku mesti membohongi dirimu ?"

   Sahut Tay-gi sangjin dengan wajah bersungguh sungguh.

   "Tapi dimanakah? Aku hendak pergi menjumpai mereka..... empek. kau pasti tahu bukan betapa sedihnya keponakan selama banyak tahun ini........"

   "

   Empek. kalau toh sudah tahu, mengapa kau tidak bersedia memberitahukan kepada keponakan?"

   Sekali lagi pendeta itu menghela napas.

   "Belum waktunya....."

   "Empek. sampai kapan hal ini baru bisa kau beritahukan kepadaku?"

   Seru oh Put Kui dengan gelisah. "Disaat kau sukses dan berhasil"

   Oh Put Kui menjadi tertegun- "

   Kenapa? Apakah takut aku berpikiran cabang?"

   "Benar"

   OOdwOo "Ananda tak mungkin akan berpikiran cabang, apalagi kalau aku bisa bertemu dengan ayah ibuku, aku dapat memusatkan segenap perhatianku untuk memperdalam ilmu silatku agar bisa menggirangkan hati orang tuaku......"

   Mendadak Tay-gi sangjin tertawa tergelak.

   "Tidak mungkin nak. pikiranku pasti bercabang, karena......"

   Agaknya dia merasa kalau telah salah berbicara sehingga buru-buru dia membungkam kembali. oh Put Kui tak mau lepas tangan dengan begitu saja, dia segera mendesak lebih jauh.

   "Mengapa begitu empek ? Mengapa kau tak mau berbicara ?"

   Tay-gi sangjin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Nak. bukannya aku enggan berbicara, tetapi sesungguhnya dibalik kejadian itu masih ada persoalan lainnya."

   Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menimbrung.

   "sian-heng, bocah itu pernah berkunjung kepulau neraka "

   Mendengar perkataan itu, sekujur badan Tay-gi sangjin bergetar amat keras.

   Dengan cepat sorot matanya dialihkan kewajah Thian- hiang Hui-cu, kemudian serunya.

   "Hong-nio, kau bilang apa ?" "Dia telah berkunjung kepulau neraka dan bertemu dengan ketujuh orang tua itu"

   Dengan kening berkerut Tay-gi sangjin segera berpaling kembali kewajah oh Put Kui, setelah menatapnya lekat-lekat, ujarnya lebih jauh.

   "Nak.jadi kau telah berkunjung kepulau neraka yang dikenal orang persilatan sebagai pulau yang bisa dikunjungi tak bisa kembali itu?"

   "Ya benar, ananda telah berkunjung kesana."

   "Apa saja yang dikatakan ketujuh orang tua itu kepadamu ?"

   Tanya pendeta sinting itu dengan wajah agak tegang.

   "Ananda pergi bersama Lok lo dan Nelayan sakti dari lautan timur Cin Poo-tiong, agaknya ketujuh orang tua itu sangat suka dengan ku, kami sudah berdiam beberapa hari dipulau tersebut "

   Mendengar perkataan itu, paras muka Tay-gi sangjin berubah menjadi amat berat dan serius.

   "Nak.

   aku ingin bertanya kepadamu, apa saja yang mereka katakan kepadamu ?"

   "Mereka mengira aku adalah muridnya Thian- liong susiok.

   maka dari itu mereka mengajakku membicarakan banyak peristiwa yang menyangkut diri Thian- liong susiok dalam dunia persilatan dimasa lalu..."

   "Tidak menyinggung soal aku ?"

   "Pernah, tapi ananda berlagak tidak tahu....."

   "Bagus sekali,"

   Seru Tay-gi sangjin sambil tersenyum.

   "apalagi yang mereka bicarakan ?"

   "Mereka semua mewariskan semacam kepandaian silatnya untuk ananda "

   "Haaaahhhh.... haaaaahhhhh.... haaahhhhh.... bagus sekali,"

   Tay-gi sangjin tertawa terbahak-bahak."hei bocah, nampaknya rejekimu cukup besar juga...." "Kesemuanya ini adalah berkat doa restu dari empek."

   Sahut oh Put Kui tertawa.

   "seandainya empek tidak memelihara keponakan hingga dewasa, bagaimana mungkin aku bisa mempunyai kesempatan untuk merasakan rejeki besar itu ?"

   Perasaan Tay-gi sangjin yan semula tegang tampaknya jauh lebih mengendor lagi sekarang, katanya kemudian sambil tertawa.

   "Bagus sekali nak. kaupun mulai sungkan sungkan terhadap empek......"

   Thian-hiang Hui-cu ikut berkata sambil tertawa.

   "sebutnya sih sudah sebut, cuma...."

   "Nak, apakah kau telah berhasil mempelajari ketujuh macam ilmu silat tersebut.

   Apakah kau juga mengetahui siapakah nama dari ketujuh orang itu....?"

   "Aku tidak tahu "

   "Waaah, siapa suruh kau bergaul dengan si pengemis pikun,"

   Seru Tay-gi sangjin sambil tertawa.

   "tak heran kalau kaupun ketularan penyakit pikunnya....."

   Oh Put Kui segera tersenyum.

   "Bukannya keponakan tak mau bertanya, hanya sungkan rasanya untuk mengajukan pertanyaan itu....."

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Masa mereka tidak menyebutkan nama mereka sendiri ?"

   Tanya Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa. Kontan merah padam selembar wajah oh Put Kui.

   "Haaaahhhh....haaaahhhh....hhhhaaaah..... anak muda apakah karena namanya kelewat banyak maka kau lantas melupakan nama mereka itu..."

   Seru Tay-gi sangjin sambil tertawa.

   "

   Keponakan memang telah melupakan....."

   Setelah berhenti sejenak, ujarnya lagi.

   "Cuma aku masih teringat nama dari dua orang diantara mereka."

   "siapakah dua orang ang kau maksudkan?"

   "Yang pertama adalah Lei-hun-mo-kiam oh Ceng-thian, dia merupakan seorang kakek kurus, maka keponakan mempunyai kesan yang dalam terhadapnya.

   selain itu ilmu pedang yang dimilikinya juga sangat lihay sekali, sama sekali tidak kalah dengan empek....."

   Sewaktu mendengar nama oh Ceng-thian, paras Tay-gi sangjin kontan berubah hebat. Thian-hiang Hui-cu juga menunjukkan sikap yang amat tegang. Tapi selesai mendengar ucapan dari oh Put Kui, mereka segera tertawa kembali.

   "siapa pula yang lain ?"

   Tanya mereka hampir berbareng.

   "Yang seorang lagi bernama Ciat-cing suseng Leng To....

   aaaah, keponakan teringat cula dengan seorang lagi yang bernama Toan-kiam-huang-seng Liong Hui-thian...."

   "Benar, ketiga nama itu memang benar, tapi masih ada empat orang lagi....."

   "Boanpwe ingat nama mereka....."

   Timbrung pengemis pikun tiba-tiba sambil tertawa.

   Thian-hiang Hui-cu segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhhh....haaaahhh....hahhhh....

   nak, kau tak bisa menandingi si pikun cilik "

   "Bukan begitu, karena boanpwe pernah mendengar nama mereka dimasa lalu...."

   Cepat-cepat pengemis pikun menambahkan sambil tertawa jengah. setelah berhenti sejenak, terusnya.

   "Empat orang lainnya adalah It-gi-ki-su Ku Put-beng,jian-gi siausu, Mi-sim-kui-to dan Tiang-pek-cui-sin "

   "Lok tua, hebat benar daya ingatmu "

   Puji oh Put Kui cepat.

   Tay-gi sangjin iut tertawa, tanyannya tiba-tiba.

   "Nak.

   kepandaian apakah yang mereka wariskan kepadamu, bagaimana pula dengan hasil latihanmu?"

   "Ku tua mewariskan ilmu Hong-hwe kun (pukulan angin api)nya kepadaku....."

   "Waah, itu mah ilmu andalannya,"

   Sela Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "nak.

   selama hidup dia memusatkan perhatiannya untuk melatih ilmu pukulan ciptaannya itu sudah pasti luar biasa dahsyatnya."

   "Hong-nio, kalau bukan begitu masa dia dianggap orang sebagai si manusia gila dari ilmu pukulan ?"

   Sambung Tay-gi sangjin- "sedangkan oh lojin mewariskan ilmu pedang Lui-im-kiam pedang irama gunturnya kepadaku,"

   Oh Put Kui menambahkan sambil tertawa.

   "Ooh, ilmu pedang Lui-im-kiam?"

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Tay-gi sangjin- "Yaa, ilmu pedang Lui-im-kiam, ketika oh lojin menggunakan ilmu pedang tersebut, suara angin dan gemuruh yang menyertai ancaman itu amat memekikkan telinga dan menggidikkan hati....."

   Tay-gi sangjin segera menghela napas panjang.

   "Aaai...Ji..... akhirnya dia berhasil juga....."

   "sian-heng, kuucapkan selamat kepadamu "

   Thian-hiang Hui-cu menambahkah sambil tertawa.

   oh Put Kui tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi dia dapat merasakan betapa besarnya perhatian empeknya itu terhadap oh Ceng-thian-....

   Maka tanpa berpikir panjang lagi, dia berkata lebih jauh .

   "Leng loji mewariskan ilmu seruling Liu-hou-siau kepadaku, sedangkan Jiang-gi siansu mewariskan ilmu jari Ban-hud-ci" "Waaah, semuanya merupakan ilmu paling top didunia ini "

   Thian-hiang Hui-cu komentar.

   "sedangkan Liong lojin mewariskan ilmu pukulan Im-sat- ciang, Mi-sim-toojin mengajarkan ilmu gerak badan Tay-siu- heng-poh, sebaliknya To lojin mewariskan ilmu senjata rahasia terutama menggunakan arak sebagai anak panah "

   "Nak.

   kau benar-benar seorang manusia yang hebat, hampir semua ilmu silat paling top yang ada didunia ini telah kau pelajari semua."

   "sian heng, belum komplit rasanya...."

   Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menyela. Mendengar perkataan itu, Tay-gi sangjin segera berseru sambil tertawa "Hong-nio, kau..... kaupun hendak membuatnya bertambah komplit....?"

   "Mengapa tidak? Kalian orang lain bisa.... Mengapa aku tak dapat ?"

   Sahut perempuan itu sambil tertawa.

   "Aku toh tidak mengatakan kau tak dapat?"

   Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   "Kalau memang begitu kaupun tak usah mewariskan kepandaian apa-apa kepadanya, aku hanya ingin menghadiahkan semacam barang untuknya."

   Sembari berbicara dari sakunya dia mengeluarkan sebutir mutiara sebesar buah kelengkeng yang berwarna warni serta memancarkan cahaya yang gemerlapan. Melihat benda itu, dengan heran Tay-gi sangjin segera berseru.

   "Hong-nio, kau hendak menghadiahkan mutiara penghindar hawa sesat untuknya?"

   "Tentu saja, barang lain toh tak ada gunanya diberikan kepadanya ?"

   Sahut perempuan itu tersenyum.

   "Aaai.... Hong-nio, kau kelewat baik terhadap bocah ini......"

   Setelah berhenti sejenak katanya kepada oh Put Kui.

   "Nak, selain mutiara itu bisa dipakai untuk menghindari hawa sesat, juga bisa memunahkan racun, bisa menghindari air bah dan kebakaran, benda tersebut merupakan salah satu diantara tujuh benda mustika dari dunia persilatan-"

   Sementara itu Thian-hiang Hui-cu telah menghadiahkan mutiara tersebut oh Put Kui sembari berkata .

   "Nak, mutiaraku ini akan sangat bermanfaat bagimu dikemudian hari, ambillah"

   Sebenarnya oh Put Kui hendak menampik, tapi dia merasa apa yang dikatakan memang benar, apalagi dalam keadaan seperti ini. Karena itu dengan sikap hormat dia lantas menerima pemberian tersebut.

   "Terima kasih banyak locianpwe,"

   Katanya kemudian. Perempuan itu kemudian tertawa.

   "Tak usah berterima kasih, baik- baiklah mempergunakannya, asal kau bersedia untuk menerimanya, aku sudah sangat gembira sekali"

   Dengan sangat berhati-hati oh Put Kui menyimpan mutiara mestika itu kedalam saku lalu mengundurkan diri ketempat semula, setelah itu tanyanya kepada Tay-gi sangjin.

   


Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Gelang Perasa -- Gu Long

Cari Blog Ini