Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 18
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 18
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya dari Khu Lung
"Ciong cici, kau masuk saja ke dalam. Ringkus perempuan Itu. Urusan di sini biar siaute yang selesaikan"
Bentak Yok Sau Cun.
Tanpe menunda waktu lagi, pergelangan tangan kanannya langsung diangkat ke atas, terdengar suara gemerincing senjata yang disentakkan.
Cahaya dingin memijar Datam spkejap mata pedang lemasnya telah menjulur kaku.
Dia fangsung mengibasken pedangnya ttu ke arah lengan baju sl orang tua tadi yang longgar.
Orang tua sebelah kiri itu marah sekali.
Dia membentak dengan suara keras....
"Bocah busuk, kau benar-benar tidak tahu tinggi tebalnya bumi!"
Mistardi tangan kanannya langsung menebas ke arah pedang lemas Yok Sau Cun.
Kali ini keempat orang itu semuanya ber' gerak.
Meskipun ada yang bergerak terlebih dahulu dan ada yang belakangan, namun waktu yang terpaut sedikit sekali, Orang tua di sebelah kanan yang terlebih dahulu mengibaskan lengan bajunya ke arah Tiong Hui Ciong.
Dafam waktu yang bersamaan, sinar pedang Yok Sau Cun juga menyapu datang.
Terdengar suara.
"Sret!"
Yang halus di mana ujung pedang berkelebat.
Secarik lengan baju orang tua tadipun tertebas putus.
Tepat pada saat itu, mister di tangan orang tua sebelah kiri meluncur datang dan bermaksud menahan ujung pedang Yok Sau Cun yang sudah terkutung tfga cun.
Dalam waktu yang bersamaan, Tiong Hui Ciong menggunakan kesempatan itu untuk menyelinap ke dalam goa.
Pedang di tangan Yok Sau Cun yang sudah berhasil menebas kutung ujung lengan baju orang tua sebelah kanan, langsung ditarik kembali dan menebas mistar kakek yang satunya.
Caranya turun tangan damikian cepat dan gaya pun aneh Hal ini membuat orang tua sebelah kin itu Jadi tercengang.
Padahal mistar di tangannya sedang dijulurkan untuk menangkis pedang Yok Sau Cun, bukan sa|a tindakannya tidak berhasil, malah dengan kecepatan yang sulit djikuti pandangan mata, pedang lemas anak muda itu malah berbalik manebas dari atas ke bawah.
Bukankah hal ini membuktikan bahwa gerakannya lebih lambat satu detik dari pada Yok Sau Cun?.
Kejadian ini baginya merupakan suatu peristiwa yang memalukan.
Apalagi beradunya pedang dan mistar cukup keras.
Keduanya tentu saja mengerahkan tenaga dalam.
Tetapi anak muda itu tidak bergetar sedikit pun.
Hanya terdengar suara.
"Trang!"
Yang nyaring LJalam sekejap mata pedang dan mistar terpisah lagi.
Yok Sau Cun sudah berdiri lagi di tempat semula.
Bahkan pedang lemas yang tadi digenggamnya sudati terselip lag! di ikat pinggang.
Sama sekali tidak terlihat bagaimana dia melakukannya.
Dengan perasaan terkejut orang tua sebelah idri memandang Yok Sau Cun lekatlekat.
"Apakah kau anak murid dari Bu Liangkiam pai?"
Tanyanya. Sebetulnya dia tidak percaya murid Bu Liangkiam pai ada yang memiliki ilmu sehebat ini Sementara itu, Yok Sau Cun tersenyum simpui.
"Cayhe bukan anak murid Bu Liang kiam pai,"
Sahutnya.
Kakek yang sebelah kanan tidak berhasil mencegah terobosan Tiong Hui Ciong, behkan ujung lengan bajunya yang telah disalurkan hawa murni dapat tertebas kutung oleh pedang lemas Yok Sau Cun.
Hatmya semakin marah.
Bibirnya mencibir dan membentak dengan suara keras.
"Loji, tidak perlu banyak cakap dengannya. Pokoknya hari ini aku aken mencincang tubuh bocah ini menjadi tujuh bagian!"
Tangan kanannya langsung terangkat.
Sabuah mistar yang juga berwarna hitam pekat segera dikeluarkan.
Bagian depan jubahnya yang menutupi dada seperti mengambang lebih besar.
Matanya menatap Yok Sau Cun dengan sinar yang mengandung hawa pembunuhan yang tebal.
"Bocah busuk, hari ini adalah hari kematianmu!"
Perlahan-lahan dia melangkeh mendekati anak muda itu.
Rupanya mereka adalah loji dan losi dari Kong Tong sihao, pikir Yok Sau Cun dalam hatinya.
Pikirannya tergerak, hawa murninya segera disalurken untuk bersiap siaga.
Mulutnya tertawa terbahak-bahak.
"Sejak tadi cayhe sudah mengatakan bahwa kalian sebaiknya turun tangan berdua sekaligus..."
Sindirnya tajam.
Belum lagi ucapannya selesai, tubuh orang tua sebelah kfri tiba-tiba melesat meninggalkan tanah kirakira tiga cun.
Kecepatannya bagai gumpalan awan yang berarak.
Sekelebatan saja mistar hdamnya sudah meluncur ke arah jantung Yok Sau Cun.
Kakek sebetah kiri tadi sudah mengadu tenaga dalam satu kali dengan anak muda yang ada di hadapannya.
Dia'sadar ilmu silat Yok Sau Cun sudah mencapai taraf yang tinggi sekali.
Hal ini benacbenar di luar dugaannya.
Oleh karena itu, ketika orang tua sebelah kanan mulai menerjang ke arah Yok Sau Cun, kaki kirinya pun segera melangkah mendekati.
Meskipun dia belum turun tangan, tapi pertarungan kali ini pasti tidak terhindarkan lagi.
Ketika kakek sebelah kanan mulai bergerak, padang lemas Yok Sau Cun sudah dihentakkan dan sekerang melintang di depan dada.
Tenaga dalamnya segera disalurkan.
Belum lagi mistar orang tua itu mencapai dirinya, hawa dingin dari pedangnya sudah memancar keluar.
Dirinya sadar bahwa ilmu pedang yang dikuasainya sulit menandingi kedua orang tua sakti ini.
Oleh karena itu, dia tidak menunggu sampat mistar tersebut mencapai dirinya, pedangnya langsung digetarkan dan menusuk ke depan.
llmu yang digunakannya adalah Jurus pertama yang diajarkan oleh Kim Tijui Jurus pertama ini sebetulnya ada gerakan pembukaannya.
Tetapi saat itu dia hanya menggetarkannya sadikit lalu menusuk ke depan.
Berarti dia hanya mengerahkan setengah jurus dari ilmu itu Kemudian setelah lukanya sembuh, Kim Tijui mengajarkan tagi jurus kedua ilmu tersebut.
Sepanjang perjalanan menuju Soat san, Yok Sau Cun tidak parnah lupa berlatih.
Sekarang dia sudah menguasai dengan mahir.
Meskipun garakannya sangat sederhana dan dia hanya mengarahkan setangah jurus saja, tetapl begitu meluncur keluar, kecepatannya seperti kilat serta mengandung kekuatan tenaga yang dahsyat.
Sedangkan orang tua sebelah kanan juga bukan tokoh sembarangan.
Begitu merasakan sesuatu yang tidak benar, wajahnya langsung berubah hebat.
Dengan panik dia menank mistarnya kembali, namun terlambat juga Terdengar suara.
"Trakkk!"
Pedang dan mistar segera beradu. Ternyata mistar kakeksebelah kanan itu langsung terpenta! di udara. Dengan gugup dia mencelat ke sampmg sejauh tujuh delapan depa. Mata kakek sebelah kiri menyorot dengan tajam.
"Losi, anak muda ini tampaknya sudah menguasai ilmu yang dapat mengikuti ke . inginan padangnya,"
Katanya dengan suara berat. Wajah kakek sebelah kanan berkerutkerut saking marahnya.
"Makanya kita harus membunuhnya!". Kong Tong sihao adalah angkatan tua Kong Tong pai yang sangat disegani Kalau pada hari biasa, dia pasti tidak sudi melawan seorang anak muda dengan berkeroyok. Tapi situasi han ini berbeda, dia tidak perlu sungkan lagi. Orang tua sebeiah kanan menganggukkan kepalanya sambil berdehem. Tubuh orang tua sebelah kiri langsung mencelat ke udara. Kadua orang itu bargerak dalam waktu yang hampir bersamaan. Dua buati mistar hitam menimbulkan cahaya yang redup dan meluncur menyerang dari dua arah. Angin menderuderu. Suasana mencekam. Serangkum hawa dingin memenuhi tempat itu. Membuat perasaan orang Jadi menggigil. Yok Sau Cun tidak bersuara. Pedang lemas di tangannya hanya digetarkan ke depan. Kemudian dia memutarnya satu kali membuat lingkaran Kalau dipikirkan, gerakannya yang hanya menggetarkan pedang kemudian memutarnya satu kali, tidak terlalu hebat Apalagi membuat nyali lawan menjadi ciut. Tetapi tidak tersangka, begitu pedangnya berputar hawa pedang langsung memenuhi tempat tersebut. Kalau dikatekan memang aneh, kedua mistar di tangan orang tua itu seperti terangkat sendiri menjauhi dirinya. Hanya terdengar suara.
"Trak! Trak!"
Sebanyak dua kali.
Pertama yang sebelah kiri, kemudian yang sebelah kanan.
Dalam waktu yang hampir bersamaan beradu dengan pedang lemas Yok Sau Cun, ternyata dia berhasil menyambut dengan baik serangan kedua lawan itu.
Tidak! Dia bukan saja dapat menyambut dengan baik, kedua buah mistar terpental ke atas dan tangkah kedua kakek itu pun targetar mundur dua tindak.
Padahal dua orang kakek dan Kong Tong Pai itu sudah bergabung untuk melawannya.
Sebetutnya dalam pikiran mereka, paling tidak Yok Sau Cun akan kalang kabut dan terdesak terus.
Namun tidak disangkasangka, meskipun mereka berdua mengeroyokinya, tetap saja tidak menghasilkan apa-apa.
Lagipula mereka melihat Yok Sau Cun hanya memainkan sebuah jurus yang sangat sederhana.
Pedangnya hanya digetarkan dan kemudian diputar satu kali.
Sepertinya mudah sekali dia berhasil menangkis kedua buah mistar hitam sampai terpental.
Bahkan lengan kanan orang tua itu sampai terasa kesemutan akibat getarannya.
Sedangkan di pihak Yok Sau Cun sendiri diamdiam merasa terkejut.
Pergetangan tangannya yang menggenggam pedang lemas hampir saja mengendur dan sedikit lagi pasti pedangnya terlepas dari tangannya.
Ketiga orang itu tertegun datam sesaat.
Kakek sebelah kiri menatap Yok Sau Cun sekilas dan berkata dengan suara perlahan....
"Anak muda, dengan sekati gerak kau bisa menghindarkan diri dari serangan kami kakek beradik, sebetulnya di dunia kangouw sudah boteh matang melintang. Siapa kau sebetutnya dan berasal dari perguruan mana?". Pedang lemas masih tergenggam eraterat di tangan Yok Sau Cun.
"Suhu cayha. meskipun disebutkan, Jiwi belum tentu kenal,"
Sahutnya tenang. Orang tua yang sebelah kanan tampaknya tidak sabaran.
"Loji, buat apa kau mengoceh panjang lebar dengannya?"
Mistar di tangannya bergerak lagi.
Tampak segurat sinar kelabu berkelebat dan tangannya pun terjulur dengan perlahan.
Orang tua itu tidak seperti sedang menyerang.
Gerakan tangannya malah lebih mirip orang yang sedang menari.
Tidak jelas Jurus apa yang dimainkannya.
Tetapi dalam sekejap mata, gerakan mistar di tangannya membentuk bayangan seperti sebuah jaring yang siap mencaplok bagian dada Yok Sau Cun.
Terdengar suara keluhan yang berat dari mulut orang tua sebelah kiri.
"Kau sendiri yang cari mati, jangan salahkan lohu!". Dengan gerakan yang sama dia memutar mistarnya. Tampak juga secarik sinar kelabu yang membentuk bayangan seperti jaringan. Lambat laun bergerak dan akhirnya bergabung dengan ianngan yang dibentuk oleh mistar Losi. Kedua janngan yang terpancar dari mistar-mister hitam tersebut, semakin lama semakin merapat. Yok Sau Cun berdiri tegak di antara kedua orang itu Dia hanya merasakan bahwa serangkum hawa dingin yang menyerang dirinya semakin lama semakin menguat. Seluruh peredaran darah dalam tubuhnya seakan mulai membeku. Namun bayangan janng yang muncul dari mistar kedua lawan juga bergerak semakin lambat. Kalau jarak lawan dengan dirinya belum sampai batas tertentu, Yok Sau Cun juga tidak bisa mengerahkan jurusnya untuk melawan. Dleh karena itu, dia terpaksa berdiri tegak di tempatnya dan menghimpun hawa murni secara diamdiam. Dia berharap dengan cara ini dia sanggup menahan rasa dingin yang semakin menggigit. Tetapi tampaknya kurang berhasil. Hawa dingin bahkan menyusup ke dalam tulang dan tanpa sadar gigi atas dan gigi bawahnya gemerutuk terus. Melihat keadaannya, kedua orang tua tadi diamdiam menertawakan di dalam hati. Gerakan kedua rrnstar di tangan mereka mulai cepat. Bagaikan sedang menari-nari, mereka mendekati Yok Sau Cun. Hawa dingin pun semakin menyebar. Kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata. Kedua mistar yang menyerang dari kiri dan kanan juga bergerak semakin dekat. Tentu saja Yok Sau Cun memperhatikan dengan seksama gerakan kedua mistar yang mendesak terus ke arah dirinya. Dia juga tahu gerakan kedua kakek itu bukan sedang menari-nari, namun sedang mengerahkan sebuah jurus yang menambah kekuatan daya serang mereka. Jaringan yang terbentuk dari kedua mistar itu juga tidak mudah dihadapi. Yok Sau Cun sadar sekali akan hat ini. Namun dia tidak mempunyai pilihan lain.Padang lemasnya segera digetarkan lalu berputar dan kemudian menyapu ke kiri dan kanan. Jurus yang dimainkannya ini mengandung hawa murni yang kuat. Tentu saja suara angin yang timbul pun menderu-deru. Sekilas cahaya terang berwarna kehijauan segera menyelimuti sekitar tubuhnya. Justru karena bayangan kedua mistar itu telah membentuk menjadi jaringan, dia tahu kedua orang tua ini sedang menJalankan semacam ilmu yang hebat Yok Sau Cun juga menambah kekuatan tenaganya dan disalurkan ke ujung pedang lalu menyapukannya ke hadapan mereka. Sinar pedangnya dan tenaga yang terpancar sangat dahsyal. Namun dia hanya dapat menahan mister kedua orang itu agar jangan sampai mendeketi dirinya dan tetap tidak sanggup membuat kedua kakek itu tergetar mundur. Hati Yok Sau Cun menjadi panik. Pergelangan tangannya memutar. Kembali dia mainkan jurus pertama ilmu pedang yang diajarkan oleh Kim Tijui. Karena Kim Tijui pernah mengataken bahwa jurus kedua dari Nmu pedang yang diajarkannya sangat dahsyat serta mengandung kekejian, maka kalau bukan pada saat yang teramat genting, dia dilarang mengerahkannya. Itulah sebabnya sampai hari ini, Yok Sau Cun belum pernah menggunakan jurus kedua itu untuk melawan musuh yang dihadapmya. Sekarang dia sudah menjalankan jurus yang pertama, hasilnya pun segera terlihat. Sinar pedang memijar dan dua jaringan dari mistarmistar di tangan orang tua jtu pun mulai goyah, tatapi dia tetap tidak sanggup mendesak bayangan jaring itu sampai menghilang atau buyar. Melihat keadaan itu, orang tua sebelah kiri langsung terbahak-bahak.
"Loji, bocah ini hanya menguasai satu Jurus ilmu saja!". Tampak kakek sebelah kiri mengeluarkan suara keluhan dari mulutnya.
"Satu jurus saja sudah sehebat ini, sayang sekali....". Jaringan dari kedua mistar sebentar lagi akan bertemu. tampaknya sekejap kemudian tubuh Yok Sau Cun dapat hancur oleh serangan mereka. Datam saat yang genting itu, tiba-tiba tampak tubuh Yok Sau Cun berkelebat. Sekilas bayangan hijau melesat bagai segumpal asap dan menerobos lewat di antara kedua orang tua itu. Padahal kedua mistar itu sudah hampir merapat. Jarak di antara'nya sedemikian sempit sehingga tinggal segurat garis yang terlihat. Apabila hendak menerobos lewat celah sekecil itu tanpa terluka sedikit pun, rasanya merupakan sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Tetapi anak muda itu justru menggunakan peluang yang tidak mungkin untuk menerobos keluar. Hati kedua kakek itu langsung tergetar. Tetapi mereka sudah kepatang tanggung. Mana mungkin membiarkan Yok Sau Cun lolos begitu saja? Mulut kakek sebelah kanan menggerung keras. Dengan kecepatan bagai angin yang berhembus, dia mengejar ketat di betakang tubuh Yok Sau Cun. pergelangan tangannya memutar. Mistar hitam yang ada di tangannya berputar setengah lingkaran kemudian bagai orang yang sedang bermain catur digesekkan ke depan. Sedangkan kakek kiri yang mengeJar Yok Sau Cun, segera menutulkan sepasang kakinya dan mencelat di udara Mistar di tangannya juga mengeluarkan secarik sinar kelabu yang akhirnya membentuk jaringan terus menyerang dari atas ke bawah. Kedua jaringan ini kirakira membentuk bayangan sebesar delapan cun persegi panjang. Kalau tadi mereke menyerang dari kiri dan kanan, sekarang serangan mereka ber. ubah dari atas dan bawah. Ketika kedua bayangan bergabung, dengan perlahantahan namun pasti bergerak dengan gaya meliuk-liuk. Kalau gerakan yang partama tadi tarus lambat, make serangan yang kali ini mendadak meluncur secepat kilat. Yok Sau Cun baru saja meloloskan diri dari jaringan kedua mistar tersebut. Belum lagi kakinya berdki dengan tegak, dari betakang punggungnya sudah tarasa serangkum hawa dingin yang menerjang. Jaringan yang pertama mengancam bagian kepalanya dan Jaringan yang kedua mengancam bagian kakinya. Kalau serangan mereka masih sama seperti sebelumnya, yakni dari kiri dan kanan maka Tian san kiamhoat yang dipetajarinya rnasih dapat digunakan untuk menangkis. Tetapi serangan yang dilakukan kali inijustru dari atas dan bawah. Sedangkan gerakan jurus partamanya adalah menggetarkan padang, memutar dan menusuk ke depan. Karena dia harus melancarkan serangan kedua mistar itu justru mengancam dari atas dan bawah?. Otaknya segera bekerJa. Setelah rnempertimbangken dalam waktu yang singkat, dia mengambil keputusan untuk cnenghadapi serangan bagian atas terlebih dahulu. Pikirannya tergerak, pedang lemasnya digatarkan, hawa murni dihimpun dan dia membecok ke atas. Keadaannya saat itu sudah sedemikian tardesak, tarpeksa dia harus mengerahkan jurus kedua dari Tian san kiamhoat yang diajarkan oleh Kim Tijui. Pedangnya menjulur ke atas, bagai seekor naga sakti yang mengibaskan ekornya. Sinar pedangnya berkilauan. Ketika beradu dengan mistar yang membentuk bayangan seperti jaring itu langsung terdengar suara seperti mata rantai yang dihantam ke dinding batu.
"Ting! Ting!"
Angin yang timbul dari sapuan pedang Yok Sau Cun bergelombang- gelombang bagai topan dan cahaya terang pun menyilaukan mata.
Mistar di tangan kakek sebelah kiri yang tadinya memancarkan sinar kelabu lambat laut memudar Padahal dia menggengamnya dengan erat dan mengibaskan dari atas ke bawah.
Ketika beradu dengan keras dan menimbulkan suara nyanng.
mistar itu pun terlepas dari tangan.
smar kelabu sirna seketika tubuh kakek itu pun meluncur ke bawah dengan posisi kaki di atas dan kepala di bagian bawah.
Kebetulan saat itu, mistar di tangan kakek kanan sedang menyapu bagian kaki Yok Sau Cun Dia metihat tubuh anak muda itu yang melesat ke udara, gerakan tangannya pun berubah, dia bermaksud menyerang ke bagian atas.
Tetapj sinar matanya sempat melihat tubuh saudaranya yang sedang meluncur jatuh ke bawah.
hatinya tarkejut sekali.
Dengan gugup dia merubah lagi jurus yang sedang dikerahkannya.
Pada saat genting dia terpaksa menggunakan kekerasan untuk menarik serangannya.
"Loji, bagaimana keadaanmu?"
Tanyanya cemas. Tubuh kakek kiri itu mengalami sedikit luka di sana sini, tetapi lukanya itu tldak terlalu parah Setelah terhempas di atas tanah. dengan susah payah dia berdiri lagi.
"Losi, hari ini untuk pertama kalinya lohu mendapat kekalahan dalarn ilmu pedang seseorang. .."
Katanya dengan suara pilu.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah menggetarkan dunia kangouw selama puluhan tahun dan perlama kali mengalami kekalahan, tentu saja merupakan hal yang mengenaskan! Kalau jurus pertama yang diajarkan oleh Kim Ti jui, Yok Sau Cun sudah menggunakannya berapa kali untuk menghadapi lawan tangguh.
Sedangkan Jurus kedua baru pertama kali ini dikerahkannya.
Padahal dia belum dapat dikatakan matang sekali.
Hanya asal- asalan menurut ajaran Kim Tijui.
Saat itu tubuhnya sedang melayang di tengah udara.
Dia hanya tahu bahwa dirinya telah berhasil menangkis serangan mistar kakek kiri yang meluncur dari atas.
Tetapi dia tidak tahu sampai di mana kekuatan yang terpancar dari pedangnya.
Dan begitu kakek kiri terhempas jatuh ke atas tanah, dia juga melayang turun kembali.
Kakek kanan tidak membiarkan saudaranya berkata lebih lanjut.
Melihat Yok Sau Cun matayan'g turun di sebelah kanannya dan jarak di antara mereka begitu dekat, mulutnya langsung mengeluarkan suara geraman.
Mistar di tangannya dijulurkan dengan kecepatan kilat dia menghantam ke arah belakang punggung Yok Sau Cun.
Yok Sau Cun baru saja mencapai tanah, dia merasa serangkum angin dingin menerjang dah betakang punggungnya.
Hatinya terasa marah, tubuhnya langsung berbalik dan pedang lemas pun ditusukkan dalam waktu yang bersamaan.
Serangannya kalj ini disertai hawa amarah yang meluap, maskipun yang dijatankannya adalah jurus pertama dari ilmu pedang ajaran Kim Ti jui, tetapi serangan itu mengandung kekuatan tenaga sebanyak sepuluh bagian.
Sebelumnya dia sudah menggunakan jurus pertama ini untuk melawan kedua orang kakek dari Kong Tong pai itu.
Berarti dia menyambut dua mistar sekaligus.
Sekarang yang dihadapmya hanya misiar si kakek kiri saja, sedangkan tenaga yang digunakannya sebanyak sepuluh bagian, tentu saja akibatnya lebih dahsyat lagi.
Terdengar suara.
"Trang!' yang memekakkan telinga. Mistar di tangan kakek kiri langsung terlepas dan terpental di udara Setitik sinar yang dingin bagai bintang jatuh dalam sekejap mata menempel di bagian tenggorokan kakek kiri tersebut. Kakek kiri bahkan tidak sempat melrtiat jelas jurus apa yang digunakannya. Tahutahu dia merasa setitfk hawa dingin menempel di tenggorokannya Tentu saja dia tidak sempat menghindar lagi. Namun Yok Sau Cun tidak menusukkan pedangnya. Gerakan tubuhnya berhenti, pedangnya pun ditank kembali.
"Cayhe tidak ingin melukai orang Jiwi, silahkan!"
Katanya dengan nada dingin. Kakek sebelah kiri diam saja Kakek sebelah kanan merasa gusar bukan kepalang. Matanya mendelik lebarlebar kepada Yok Sau Cun. Dadanya terasa hampir rfteledak. Dia menggertakkan giginya eraterat.
"Baik, bocah busuk! Harap kau ingat baikbaik. Kong Tong sihao pasti akan memperhitungkan hutang piutang ini". Sepasang mata Yok Sau Cun memancarkan sinar taJam.
"Harap Lao cang juga ingat baikbaik. Orang she Yok han im kalau tidak memandang usia kalian yang sudah tua sehingga sengaja tidak turun tangan berat Kalau tidak, kalian ingin meninggalkan tempat ini pun tidak sederrnkian mudah keadaannya!". Kakek kiri segera mengambil kembali mistarnya yang terlempar di atas tanah.
"Lo si, ilmu kita memang tidak dapat disamakan dengan orang Buat apa kjta banyak bicara lagi,"
Katanya dengan nada pilu. Tanpa menoleh lagi, dia langsung membalikkan tubuh meninggalkan tempat itu. Kakek kanan terpaksa mengikuti di belakangnya. Sampai di depan dia menolehkan kepalanya.
"Pada suatu han nanti, kau akan tahu kehebatan Kong Tong sihaol"
Ancamnya.
Yok Sau Cun sedang mencemasken keadaan Tiong Hui Ciong.
Dia enggan berdebat dengan kakek itu.
Tangan kanannya menggenggam pedang lemas eraterat.
Dia membalikkan tubuh dan melangkah masuk ke dalam goa.
Tiong Hui Ciong merasa benci sekali terhadap Li so.
Tentu saja dia juga mengkhawatirkan keselamatan kakeknya, oleh ka.
rena itu, ketika Yok Sau Cun mengatakan bahwa dia akan mengurus kedua kakek dah Kong Tong pai, dia langsung menghentakkan sepasang kakinya dan dengan kecepetan seperti seekor burung walet, dia melesat ke dalam goa.
Li so segera mencelat mundur.
Mulutnya mengeluarkan suara tawa yang genit.
"Ji siocla, untuk apa kau berbuat demikian?". Ketika berbicara, tangannya mengibas. Tampak puluhan utas tali yang berwarna keemasan dan yang pasti merupakan sebuah perangkap meluncur seperti terbang dari atas kepala Tlong Hui Ciong. Bagian dalam goa ini berbentuk lorong panjang. Keadaannya cukup luas. Pada setiap celah dinding terdapet sebuah lampu kaca. Oteh karena itu, meskipun adanya dj bagian dalam tetapi suasananya terang benderang. Tiong Hui Ciong mempertajam penglihatannya. Dia melihat belasan tali seperti benang yang mana terdapat kaitan kecilkaitan kecil bersinar biru Dia langsung tahu bahwa di atas setiap kaitan itu telah dilumuri racun yang ganas. Pergelangan tangannya langsung terangkat ke atas, Han engkiam di ulur ke depan kemudian menebas ke arah tali-tali tersebut. Li so tertawa genit.
"Ji siocia yang baik, Han engkiam dapat memotong besi maupun emas, tapi belum tentu dapat menebas putus kedua belas utas tali kapas ini!"
Rupanya tali yang digunakan sebagai senjata itu dibuat dari bahan kapas dan bahan lainnya lagi.
Perempuan yang satu ini benar-benar ticik dan banyak akal busuknya.
Meskipun sedang menghadapi musuh, mulutnya tetap bisa mengucapkan kata-kata manis dan selalu tertawa genit.
Tiong Hui Ciong mendengus dingin.
Sinar pedangnya bagai rantai dan terus menebas ke arah tali yang sedang meluncur ke arahnya Mulut Li So mengatakan bahwa Han engkiam tidak dapal menebas putus tali senjatanya, namun bicara boleh demikian, tetapi sepasang tangannya tetap menghenlak ke atas dan merubah gerakannya sehingga tali itu seperti seekor meliuk ke arah pinggang Tiong Hui Ciong.
Dua belas utas tali yang digunakan Li so sebagai senJata mempunyai perbandingan panJang yang berbedabeda Tebal halusnya puntidaksama Tali yang panjang digunakan , untuk melilit lawan, yang pendek untuk mellndungi diri.
Yang kasar untuk menyerang, sedangkan yang halus untuk mengibaskan senjata rahasia.
Dalam satu jurus saja, senjata talinya itu dapat membentang selebar beberapa cun.
Bisa diluncurkan sekaligus dan dapat ditarik sekehendak hati.
Kedua belas tali itu bisa dimanfaatkan sebagiannya saja.
Umpanya tali yang panjang meluncur keluar, maka tali yang pendek bisa menyurut untuk melindungi dirinya Benar-benar merupakan senjata yang jarang dijumpai Sudah tentu sulit menemukan kelemahannya.
Tiong Hui Ciong berturut-turut menebas sebanyak delapen kali.
Sinar pedangnya berkilauan.
tetapi seutas tali pun tidak tertebas olehnya Malah terdengar suara.
"Crepp!"
Lengan bajunya sendiri terkoyak ujungnya karenatercantol oleh kaitan dari tali yang panjang Hati gadis itu terkejut bahkan akhirnya menjadi marah.
Dia menggunakan kesempatan ketika lawannya melancarkan jurus serangan di mana enam utas tali yang panjang kemudian ditank kembali.
Sementara enam utas tali yang pendek belum sempat meluncur keluar, tiba-tiba dikerahkannya jurus Tian sinhoat dan Tian san pai Tubuhnya bagai segumpal asap hijau meluncur kemudian menerobos di antara talitali yang sedang bergerakgerak.
Sinar pedangnya langsung dihunjamkan ke depan, mengancam dada Li so.
"Kalau masih tidak lepas tangan juga, aku akan membuat kau menjajal rasanya pedang menembus jantung!". Tali panjang di tangan Li so kurang lebih ukurannya delapen cun. Begitu tubuh Tiong Hui Ciong melesat mendekati dirinya, dia ttdak punya peluang untuk melakukan gerakan macammacam lagi. Saat itu dia melihat Tiong Hui Ciong menghambur ke arahnya dengan pedang di tangan. Jarak antara pedang itu dengan dadanya tinggal tiga cun saja. Hatinya menjadi panik. Mulutnya mengeluarkan suara jeritan tarkejut. Dengan gugup dia mengibaskan tangannya dan melepaskan senjata talinya. Bagai seekor tikus yang dfkejar kucing, dia mencalat mundur dan menghambur keluar. Setelah serangannya berhasil, Tiong Hui Ciong mana sudi melepeskan dicinya begitu saja. Tubuhnya seperti bayangan yang berkelebat dan secepat tarbang melesat mengejar. Pedang Han engkiamnya terus meluncur mengikuti gerakan tubuhnya. Dengan demikian jarak mereka tetap terpaut tiga cun. Tetapi justru ketika dia berhasil mengejar Li so, tiba-tiba matanya menangkap kilasan cahaya berwarna keperakperakan, disusul dengan terdengarnya suara Trangl yang nyanng, Lalu dalam waktu yang bersamaan dia merasa tangannya tergetar dan pedang Han engkiam pun terdesak ke belakang. Sementara itu, Li so sudah mencelat mundur lagi satu langkah. Mulutnya tartawa cekikikkan. Dia berdiri di depan Tiong Hui Ciong dan tangannya sudah menggenggam sebatang kaitan yang besar dan tarbuat dari perak. Han engkiam adalah hasil karya kakeknya yang dibuat dari bahan besi dingin yang dicampur dengan emas murni. Pedang itu dapat memotong besi maupun emas. Namun terpyata tjdak sanggup menebas kutung kaitan perak miiik Li so yang memancarkan sinar berkilauan. Bahkan dalam satu gebrakan saja, perempuan itu sanggup membuat Han engkiam di tangannya tergetar ke belakang. Hal ini membuktikan tenaga dalam Li so ini tidak berada di bawahnya. Tiba-tiba, sebuah ingatan melintas di benak Tiong Hui Ciong. Dia membayangkan seseorang yang she Li juga Jangan Jangan dialah selir kedua yang paling disayangi Ci Leng Un dan selalu dipanggif selir Li. Tidak salah, dia mengubah panggilannya menjadi Li so. Tidak keliru lagi, perempuan ini pasti selir Li adanya. Senjata kaitan perak yang ada di tangannya pasti Go koukiam milik Ci Leng Un. Begitu pikirannya targerak, matanya langsung menatap Li so lekat-lekat.
"Kau adalah selir Li!"
Katanya dengan nada dingin. Perempuan itu memang selir Li. Bibirnya tersenyum sehingga dua baris giginya yang putih berkilauan kentara jetas.
"Terserah bagaimana kau menyebutnya,"
Sahut selir Li yang seakan 'mengakui siapa dirinya. Tiong Hui Cioog menggertakkan giginya dengan erat.
"Yaya dengan Ci Sancu tidak ada dendam apa-apa. Kalian malah merencanakan hal"
Yang licik untuk mencelakai kakekku. Sebetulnya apa maksud kalian?". Sinar mata selir Li berkifaukjiauan. Senyumnya tetap mengembang.
"Ji siocia, kata-katamu tidak tepat. Kedaianganku di lembah ini memang benar- benar mengemban tugas dari Sancu untuk menjaga Lao sinsian.".
"Sudahlah. Yaya dengan Ci Sancu sudah bersahabat selama puluhan tahun, aku tidak ingin banyak bicara. Kau sudah boleh pergi sekarang,"
Kata Tiong Hui Ciong selanjutnya.
"Pergi?"
Selir Li seperti terkejut.
"Mana boleh aku pergi begitu saja Kaiau aku meninggatkan tampat ini, coba kau pikirkan, bagaimana aku harus bertanggung jawab di hadapan Sancu?". Tiong Hui Ciong menudingnya dengan Han engkiam.
"Kalau kau tidak mau pergi, jangan salahkan kalau aku Tiong Hui Ciong tidak memakai aturan lagi'. Selir Li tersenyum simpul.
"Ji siocia ingin mengandalkan kepandaian untuk mengusirku? Bukankah tadi kita sudah ' menjajaki diri masingmasing ..? Rasanya kepandaian Ji siocia belum bisa berbuat apaapa terhadap diriku.". Selembar wajah Tiong Hui Ciong menyiratkan perasaannya yang marah. Mulutnya mengeluarkan suara gerungan dan tubuhnya melesat. Pedang Han engkiam bergerak menimbulkan cahaya yang berkilauan. Gadis itu langsung menerjang ke arah setir Li.
"Tepat. Untuk mengetahui siapa yang kalah atau menang, sebaiknya kita bertarung dengan senjata masing-masing! sindirnya tajam. Kaitan perak bergerak, Trangl Terdengar suara yang nyaring ketika beradu dengan pedang Han engkiam milik Tlong Hui Ciong. Bayangan kaitan berkelebat, selir Li sudah menerjang lagi ke depan. Tiong Hul Ciong tidak memberinya kesempatan sampai serangannyatiba. Han engkiam segeramenerbitkan sinar yang berpijarpijar Sekaligus dia menebas sebanyak dua kali. Gerakan yang pertama beradu dengan kaltan perak Li so. Sedangkan serangan yang kedua mengincar bagian perut lawannya. Telapak tangan kiri mengiringi pedang menghantam ke depan. Kaitan perak di tangan selir Li segera bergerak dengan jurus Po Jau sincoa (Menguak rumput mencari ular). Tangan kirinya mendorong ke depan. Dengan keras dia menyambut pukulan talapak tangan Tiong Hui Ciong. Terdengar suara Plakl Kedua telapak telah beradu. Dengan memanfaatkan tenaga yang terpancar dari telapak tangan ini, tubuh selir Li mencelat ke udara. Pakaiannya yang berwarna hijau melambai-lambai. Orangnya sendiri langsung berjungkir balik ke belakang dan lari ke ujung koridor panjang. Tiong Hui Ciong tertawa dingin. Dia mengejar di belakang setir Li dengan ketat. Tubuhnya yang sedang meluncur ke depan belum lagi mendarat di tanah, tiba-tiba dia melihat kelebatan bayangan berwarna hijau yang melesat ke atas kemudian bayangan perak menghunjam ke arahnya. Tubuh Tiong Hui Ciong sedang melayang di udara. Pinggangnya meliuk dan Han engkiam pun segera diulurkan ke depan. Kedua orang itu mengadu kekerasan di tengah udara. SekeJap kemudian keduanya mendarat lagi di atas tanah Gerak tubuh dan pedang Tiong Hui Ciong bagaikan angin. Seperti seekor burung Hong yang mengembangkan sayapnya. Di manamana terlihat bayangan bunga pedang yang berpercikan. Serangannya gencar sekali. Selir Li juga tidak mau katah sigap. Kaitan di tangannya mengulur, mengait, mengunci, menyapu dan terkadang ditarik kembali. Gerakannya juga tidak kalah cepet. Bagaikan seekor ular berbisa yang siap mencapiok mangsanya. Dia bergerak dari atas kemudian dari bawah Setitik pun kelemahannya tidak terlihat. Keduanya segera terlibat dalam perkelahian yang seru Siapa pun tidak berani memandang remeh lawannya. Yang satu mengerahkan limu Soat san pai yang hebat. Gerakannya bagai rajawali sakti. Siapa pun yang sempat menyaksJkan pertarungan itu pasti akan mendecak kagum Sedangkan yang satunya lagi mengerahkan ilmu pusake Kong Tong pai Kaitan perak di tangan selir li bagai naga sakti yang menannari dt langit biru. Bayangan yang terbentuk dan kaitannya seperti mata rantai yang panjang ?. Dua macam senjata berutangkali beradu lalu merenggang kembaii Deruan angin yang timbui dari kedua senjata itu memenuhi sepanjang koridor. Tempat itu jadi seolah diselimuti cahaya terang dan suarasuara yang memekakkan telinga. Tepat pada saat itu, di Ujung koridor tarlihat beyangan seseorang yang mendatangi. Pakaiannya yang berwarna hijau melambailambai. Cara jalannya cepat sekali, seakan tidak menempel di tanah dan melayang di atasnya. Dalam waktu yang singkat dia sudah menerobos di tengah-tengah cahaya pedang Han engkiam dan kaitan perak. Coba bayangkan saja, kedua orang jni sedang bertarung dengan sengit, sinar pedang bagai kilat, cahaya kaitan berkilauan, orang ini justru menerobos di antara kedua senjata yang sedang saling meluncur itu. Sampai di mana tingginya ilmu sNat orang ini, benarbanar sulit ditanma oleh akal sehat. Selir Li dan Tiong Hui Ciong sedang bargebrak dengan seru Meskipun ada orang yang mendekat ke arah mereka, keduanya sama-sama ttdak berani mengalihkan perhatiannya Dalam waktu yang barsamaan terdengar suara yang baning dan lantang.
"Ciong cici, biar siaute saja yang menghadapinya!". Serangan yang dilakukan Tiong Hui Ciong gencar sekali Meskipun dia menguasai barbagai ilmu yang aneh, tetapi diasadar tidak mudah mengalahkan perempuan genit ini. Hatinya sedang kalut memikirkan jalan keluarnya, tiba-tiba terdengar suara Yok Sau Cun, perasaannya menjadi tega seketika. Tentu saja dia merasa sangat gembira. Kalau Tiong Hui Ciong merasa gembira, selir Li Justru terkejut setengah mati, Tap' perlu diketahui behwa perempuan Ini bukan saja mendapet didikan langsung dari Ci Sancu dalam hal ilmu silat Bahkan kelicikan ketua Kong Tong pai itu juga dikuasainya. Mendengar suara Yok Sau Cun, dia tidak memberi kesempatan kepeda Tiong Hui Ciong untuk menyahut. Perempuan itu langsung mengeluarkan suara tawa cekikik.
"Bocah tampan, kedatanganmu sungguh tepat!"
Tiba-tiba dia melepasken diri dari Tiong Hui Ciong.
Tubuhnya mencelat ke udara dan dengan gerakan yang indah di barjungkir balik lalu kaitan peraknya menebas ke arah Yok Sau Cun.
Kejadian ini apebila diceritakan memang terasa panjang, padahal semuanya terjadi dalam waktu yang singkat.
Kaitan perak memancarkan sinar yang menyilaukan mata.
Segurat cahaya bagai pelangi memijar.
Serangannya ini bukan saja cepat tetapi juga mengandung tenaga dalam sebanyak sepuluh bagian.
Begitu bayangan kaitan berkelebat, tahu-tahu sudah di depan tubuh Yok Sau Cun.
Tiong Hui Ciong melihat selir Li meninggalkan dirinya untuk membokong Yok Sau Cun.
Hatinya terkejut sekali.
"Perempuan siluman...!' Han engkiam digerakkan. Pedangnya langsung ditusukkan ke arah punggung selir Li yang sedang menerjang datang. Belum sempat Tiong Hui Ciong menghambur ke arah perempuan itu, tahutahu kaitan perak di tangan selir Li yang sedang meluncur ke arah Yok Sau Cun gagal mencapai sasarannya Terangterangan serangannya mengancam dada Yok Sau Cun. Tiba-tiba dia merasa pergelangan tangannya mengetat, bayangan manusia melintas di depan mata dan tangannya sudah tercekal eraterat oteh orang itu Dia sama sekali tidak sanggup berontak lagi. Hati selir Li terkesiap sekali. Dia yakin serangannya sudah mengincar arah yang tepat, bagaimana tiba-tiba Yo Sau Cun bisa menghindan serangannya itu? Tentu saja dia tidak tahu kalau Yok Sau Cun menggunakan Pit kiam sinhoat yang khusus diciptakan untuk mengelakkan diri dari serangan lawan. Tubuh Tiong Hui Ciong yang sedang menerjang ke arahnya, segera melihat bahwa selir Li sudah diringkus oleh adik Cun. Pedang Han engkiam di tangannya langsung terulur ke depan. Dia menotok tiga urat nadi yang ada di belakang punggung perempuan itu. Kemudian dia mengambil kaitan peraknya dan menyodorkannya kepada Yok Sau Cun.
"Adik Cun, senjata ini kepunyaan Ci Leng Un Untuk sementara biar kau saja yang menyimpannya!". Yok Sau Cun menerima kaitan itu dan menyelipkannya di ikat pinggang Tiong Hui Ciong merapikan rambutnya yang acak-acakan.
"Bagaimana keadaan Kong Tong Jihao?"
Tanyanya kemudian.
"Mereka sudah pergi,"
Sahut Yok Sau Cun. Tiong Hui Ciong menatap dengan pandangan penuh kasih.
"Apakah kau berhasil mengafahkan mereka?". Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya sambil tarsenyum.
"Kemenangan tipis,"
Sahutnya tersipu-sipu.
"Kalian juga harus melepaskan aku!"
Tukas selir Li yang dalam keadaan tertotok. Mimik wajah Tiong Hui Ciong berubah menjadi dingin. 'Kau tidak boleh ke manamana! Sekarang ikut kami ke dalam!"
Dia langsung menarik tangan selir Li dan menyeretnya untuk berjalan di depan.
Yok Sau Cun mengikuti dari belakang.
UJung koridor panjang merupakan sebuah ruangan batu yang sangat luas.
Hampir tidak ada bedanya dengan sebuah ruang tamu datam gedung yang besar Di tengahtengah ruangan terletak sebuah meja bundar yang terbuat dan bahan batu gunung yang berwarna kahijauan Juga terdapat beberapa buah kursi batu berbantuk kepata singa Ukirannya 1 sangat halus dan indah.
Di sekeliling ruang batu itu ada lima pintu penghubung.
Semuanya terbuat dan batu gunung yang berwarna kehijauan.
Saat itu semua pintu tertutup rapat.
Jari tangan Tiong Hui Ciong bergerak.
Lagilagi dia menotok tiga urat nadi selir Li.
Pedangnya ditudingkan ke tenggorokan perempuan itu.
"Kalau keadaan Yaya baikbaiksaja, tentu aku akan membiarkan kau pergi dari sini. Tetapi kalau terjadi hal yang tidak diinginkan atas diri kakekku, maka aku akan menggunakan dirimu sebagai pensai dan akan kubunuh habis seluruh Kong Tong pai, anjing dan ayam pun tidak ada yang ketinggaian!"
Ancamnya dengan suara dingin.
Selir Li didorongnya sampai terjatuh di atas tanah.
Tanpa meliriknya sekalipun, Tiong Hui Ciong langsung becjalan menuju pintu yang terdapat di tengahtengah ruangan la mendorong pintu tersebut dan melangkah ke dalam.
Yok Sau Cun juga ikut melangkah ke dalam.
Ruangan yang satu ini berbentuk segi empat.
Dindingnya dilapisi batu-batu kerikil berwarna putih yang ditempelkan dengan .
rapi.
Di bagian sudut tardapat sebuah lampu minyak.
Tiong Hui Ciong segera menyalakannya.
Tampak cahaya yang berkilauan dan seiuruh ruangan itu memantufkan bayangan bagai cermin.
Di bagian utara ruangan terdapat sebuah tempat tjdur besar yang terbuat dari batu kumala kuning Di atasnya duduk bersila seorang lakilaki tua yang rambutnya panjang terurai sampai ke bahu.
Jenggotnya yang sudah berubah warna semua menjuntai di depan dada.
Sepesang matanya terpejam rapat Dua untai alis yang panjangnya menutupi sudut mata juga sudah berwarna putih PanJang alis itu mungkin ada satu cun lebih.
Tidak perlu diragukan lagi, orang tua ini pasti Si Leng Sou yang mendapat julukan manusia dewa.
Begitu melihat kakeknya, Tiong Hui Ciong langsung menghambur menghampiri.
Dia berdiri sejenak di samping tempat tidur kemudian membungkukkan tubuhnya dan memanggil dengan suara rendah.
"Yaya, aku sudah pulang ' Si Leng Sou tampaknya sudah mendengar suara Tiong Hui Ciong. Matanya yang sedang terpejam membuka dengan pertahanlahan. Yok Sau Cun yang mengikuti Tiong Hui Ciong masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba merasakan bahwa mimik Lao sinsian sangat kuyu dan tampak lelah sekali. Ketika matanya membuka, Yok Sau Cun maiah melihat sinar yang menyorot dan sepesang matanya seperti orang yang termangumangu. Entah apakah Ciong cici juga memperhatikan hal ini?. Hati Yok Sau Cun tercekat. Dia tldak habis pikir, mengapa sepasang mata Lao sinsian separti orang yang sedang termangu-mangu? Saat itu Tiong Hui Ciong sedang menundukkan wajahnya. Jaraknya dengan Lao sin-sian dekat sekali. Tentu dia tidak dapat melihat sinar mata kakeknya itu Pandangan Yok Sau Cun yang berdiri di belakangnya lebih jelas. Ketika kakeknya membuka mata dengan parlahan-lahan, dia menganggap kakeknya itu baru bangun dari semedinya. Itulah sebabnya dia tidak berani bersuara keraskeras karena takut akan membuat kakeknya terkejut.
"Yaya, baikkah keadaan kau orang tua?"
Tanyanya dengan suara lembut.
Lao sin-sian sedang menatap ke arah Tiong Hui Ciong.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba mulutnya brgerakgerak.
Dia seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak ada yang keluar suara sedikit pun.
Yok Sau Curi merasakan sesuatu yang tidak beres.
Dia segera berseru kepada Tiong Hui Ciong.
"Ciong cici, keadaan Lao sinsian tampaknya kurang wajarl". Tiong Hui Ciong tertegun. Dia menolehkan kepalanya dan memandang dengan mata terbelalak.
"Apanya yang kurang wajar?".
"Lao sin-sian melihatmu, dia seperti ingin mengatakan apa-apa, tapi tidak keluar suara sedikit pun.
"Benarkah?"
Hati Tiong Hui Ciong bagai diganduli batu yang berat, dengan gugup dia membalikkan tubuhnya kembali dan menatap kakeknya lekat-lekat. Dengan panik dia memanggil.
"Yaya. Yaya, bagaimana keadaanmu? Yaya....". Kali ini dia juga sudah melihat dengan Jelas. Mata kakeknya memang terbuka lebar tetapi seperti orang yang termangumangu. Orang tua itu sedang memandang kepadanya, mulutnya bergerak-gerak, ternyata memang seperti ingin mengucapkan sesuatu, tatapi tetap tidak ada sedikit pun suara yang keluar. Wajahnya yang pucat dan layu menyiratkan perasaan khawalir dan gusar. Hati Tiong Hui Ciong semakin penik, Dia memoluk kakeknya erat-erat. Hampir saja dia menangis terisak-isak. Namun pada dasarnya dia seorang gadis berhati keras Dia hanya rnemanggil terus ...
"Yaya, bagaimana kau bisa.,.?"
Tiba-tiba dia melepaskan tangannya dari pelukan dan dengan cepat dia membalikkan tubuhnya, dari wajahnya tersirat hawa pembunuhan yang dalam. Dia mengepalkan tinjunya erat-erat.
"Perempuan siluman, aku akan membunuhmu! Kau akan kusiksa perlahan-lahan!"
Teriaknya marah. Tiba-tiba pintu batu didorong orang dari luar, kemudian lerdengar sebuah suara yang merdu dan bening....
"Rupanya kau ingin membunuh orang untuk membungkam mulutnya!"
Suaranya merdu namun nadanya ketus.
Orang ini mengenakan pakaian berwarna merah.
Kepalanya juga diikat dengan sebuah pita dengan warna yang sama.
Kakinya memakai sepatu kain yang bersulamkan sekuntum bunga bwe yang indah Wamanya lagi-lagi merah.
Tangannya menggenggam sebatang pedang yang menimbulkan cahaya dingin namun berkilauan.
Alisnya tebal dan bentuknya bagus.
Matanya besar dan saat itu sadang mendelik.
Tampangnya ayu namun sekerang terlihat garang sekali.
Kafau dililik dari wajah dan bentukbadannya, usianya paling bantertujuh belas tahunan.
Seorang gadis yang baru memasuki tahap remaJa.
Melihat kedatangan gadis itu, wajah Tiong Hui Ciong langsung berseri-seri.
"Sam moay, kedalanganmu sungguh kebetulan!"
Sapanya.
Yok Sau Cun pernah mendengar dari Tiong Hui Ciong bahwa mereka tiga kakak beradik mendapat lulukan Soat san sameng Toacinya yang menikah dengan Cu Tian Cun bernama Beng Hui Ing alias si suiung Hui Ing Tiong Hui Ciong berkedudukan sebagai Jici.
Tiong artinya tengah.
Dan sam moay itu bernama Kit Hui Yan alau si bungsu Hui Yan.
Sekarang tibaliba ada seorang gadis yang berpakaian merah yang masuk ke dalam ruangan tersebut, dan Tiong Hui Ciong menyapanya dengan sebutan Sam moay alau adik ketiga, tidak perlu diragukan lagi, dia pasti si bungsu Hui Yan.
Terdengar suara dengusan djngin dari mulut si bungsu Hui Yan.
"Tentu saja kedatanganku ini sangat kebetulan. Kalau tidak, bukankah rencana busukmu sudah berhasil dilaksanakan?". Tiong Hui Ciong jadi tartegun mendengar kata-katanya.
"Sam moay, apa yang kau maksudkan?"
Tanyanya bingung. Si bungsu Hui Yan tertawa dingin.
"Apayang aku maksudkan, hatimu sendiri pasti sudah dapat menduganya...."
Katakatanya tarhenti sampai di situ, malanya beralih, dia melihat Lao sinsian duduk bersemedi di atas tempat tidur batu yang tarbuat dari batu kumala kuning itu.
Dari matanya perlahan-lahan tersocot sinar yang keji dan ganas.
Sambil menggertakkan giginya dia berkata.
"Untung aku keburu datang, kau... rupanya kau sudah dihinggapi penyakit lupa diri sehingga Yaya sendiri akan kau celakai juga...!". Tiba-tiba secarik cahaya dingin yang berkilauan melintas, dia menusukkan pedangnya ke dada Tiong Hui Ciong. Jangan lihat usianya masih kecil, rupanya gerakan gadis ini cukup gesit dan lincah. Tentu saja Tiong Hui Ciong tidak menyangka akan diserang oleh adiknya sendirl. Untung saja usianya lebih besar dan ilmu yang dimilikinya lebih tinggi. Dengan gerakan yang jauh lebih cepat dia menghindarkan diri ke samping dan luputJah serangan si bungsu Hui Yan.
"Sam Moay, apa yang kau lakukan?"
Tanya Tiong Hui Ciong dengan suara gugup. Sepasang mata Hui Yan memancarkan api yang berkobar-kobar.
"Jangan panggil aku sam moay, aku bukan adikmu lagi! Jangan,kau kira karena ilmumu lebih tinggi, maka aku akan takut kepadamu. Biar mati sekalipun, aku tetap akan membunuhmu terlebih dahulu!"
Sambil menggerung keras, cahaya pedang memijar, pargelangan tangannya yang kecU dan indah.
Han engkiam tarus dilancarkan dengan bertubi-tubi.
Tiong Hui Ciong tecus mengelit.
Tubuhnya berkelebat ke sana sini Mereka tiga bersaudara memang dibesarkan bersama-sama.
llmu pedang maupun gerakan tubuh tentu saja jauh lebih matang Namun pada dasarnya ilmu yang mereka miliki sama.
Jadi keniana pun Tiong Hui Ciong menghindar, Hui Yan sudah dapat memperhitungkannya.
Dia terus mengejar dengan ketat.
Tiong Hui Ciong tidak mengeluarkan Han engkiam.
Dengan tangan kosong dia terus menghindari serangan Hui Yan.
Beberapa kali dia hampir tertusuk pedang Han engkiam adiknya itu.
Sambil mengelit kesana kemari, dia terus berteriak...
"Sam moay, apakah kau sudah gila?"
"Aku gila?"
Serangan Hui Yan semakin gencar. Dengan suara dingin dia menyahut.
"Kau yang tidak tahu malu. Memihak kepada orang luar, malah mengajaknya pulang ka Tiong Cun kok untuk merampas kitab pusaka serta obatobatan jangka miiik Yaya. Kaulah yang sudah tidak waras". Di bawah serangan adik bungsunya yang gencar, Tiong Hui Ciong terpaksa mengeluarkan Han engkiam. Dia memainkan jurus Fei hun jutsan (Awan terbang muncul dari gunung) dan terdengarlah suara.
"Trangl"
Yang nyanng. Pedangnya berhasil menekan pedang Hui Yan. Bahkan adiknya itu mulai terdesak mundur.
"Dari siapa kau mendengar fitnah semacam itu?"
Bentaknya gusar.
"Kalau takut orang tahu, jangan berbuat."
Sekali hentak, Hui Yan berhasil menarik pedangnya kembali "Perduli apa darl mana aku mendengar kebusukanmu! Mendengar ucapan orang memang masih bimbang, tetapi melihat dengan mata kepala sendiri barulah kenyataan.
Aku lihat sendiri kau berjongkok di depan Yaya.
Tentu kau sudah mencekokinya semacam obat bius yang membuat pikirannya kacau.
Cepat keluarkan obat pemunahnya!"
Bentak gadis itu sambit tertawa dingin. Mendengar kata-katanya, hati Tiong Hui Ciong jengkel juga marah.
"Baik! Kau tunggu sebentarl Aku akan menyeret selir U kemari, nanti kau dengar sendiri dari mulutnya!". Pedang si bungsu Hui Yan direntangkan. Dia menghadang di depan pintu.
"Tidak perlu bertanya kepadanya! Kau kira aku tidaktahu kalau kau ingin membunuhnya agar ia bungkam. Untung aku kaburu datang, Aku kaiakan kepadamu, aku sudah membebaskan dirinya darl totokanmu. Dia sudah menceritakan seluruh rencana licikmu yang ingin menguasai Soat san pai Sekarang aku sudah menyuruhnya cepatcepet pergi dari sini."
Sahutnya dengan bibir mengejek,. Tiong Hui Ciong sampai menghentakkan kakinya karena kasal. Tepat pada saat itulah, terdengar suara.
"Blaml"
Yang karas. pintu batu terbuka lebar. Sesosok bayangan kuning bagai terbang melayang masuk. Dia adalah seorang laki-laki tua berpakaian kuning dan bongkok.
"Bagus sekalil Budak nomor dua, aku masih mengira halimu baik datang untuk melihat keadaan Lao sinsian. Rupanya kau mengandung maksud jahat dan berpihak kepada orang luar unluk mencelakainya.,.1"
Bola matanya segera beralih. Dia menatap Yok Sau Cun dengan sinar mate mengandung api yang berkobackobar. Telapak tangannya diulurkan kemudian menghantam ke arah Yok Sau Cun.
"Bocah busuk, budak nomor dua itu tiba-tiba menjadi berani dan mengandung rencana jahat. Semua ini pasti karena rayuanmu. Lo hu benar-benar salah menilaimul"
Bentaknya marah. Dia, sudah tentu yang mendapat julukan "It ciang kuilian"
Suto Gi.
Coba bayangkan saja, ]ulukan orang mi Satu pukulan membuka langit.
Serangan pukulannya ini dilancarkan dengan hati gusar.
Tentunya tanaga yang terkandung di dalamnya juga besar sekali.
Yok Sau Cun mengerti bahwa orang tua di hadapannya ini adalah manusia kasar tetapi polos.
Tenaga pukulannya tidak di bawah kedua kakek dan Kong Tong Pai tadi.
Malah mungkin lebih hebat dari mereka Dia tidak berniat berkelahi dengan orang tua ini.
Itulah sebabnya dia hanya mencelat mundur ke samping kurang lebih selengah tindak dan mengulurkan telapak tangannya unluk menahan serangan orang tua itu.
Mulutnya berteriak lantang.
"Sito cianpwe, lebih baik urusan dibuat terang dulu baru bertindak ....". Pukulan yang dilancarkan oleh Suto Gi dalam sekejap mala sudah beradu dengan telapak langan Yok Sau Cun Ternyala beradunya kedua pukulan ini lidak menimbulkan suara sedikil pun. Rupanya tanpa suara dan tanpa wujud pukulan lersebut buyar begitu saja Yok Sau Cun hanya merasa sedikil tergetar dan kakinya mundur satu langkah ke belakang. Sedang kui tian Suto Gi tidak tahu kalau dalam tubuh Yok San Cun terdapat tiga bagian hawa murni Tai kil taisu dan Cap Ji libio Sadangkan ilmu yang dipelajari oleh Tai kit taisu adalah Ciap hun sinkang allran Buddha. Tenaga pukulan Suto Gi mengandung unsur Yang yang tinggi. Sementara itu Ciap hun sinkang adalah semacam ilmu yang dilatih dengan kekosongan pikiran atau semacam ilmu semedi tingkal tinggi dalam agama Buddha. llmu ini mengandung unsur kelembutan alau Ying. Oleh karena ilu, ketika kadua pukulan tersebut saling beradu, maka tenaga dalam Suto Gi yang mengandung unsur Yang ditelan oteh tenaga dalam Yok Sau Cun yang mengandung unsur Ying tetapi karena tenaga dalam Suio Gi sudah mencapai taraf kesempurnaan. Tetap saja Yok Sau Cun lergetar oleh pukulannya dan mundur satu langkah. Suto Gi hampir tidak dapat percaya kalau Yok Sau Cun yang berusia begilu muda sudah menguasai tenaga dalam setinggi itu. Sinar matanya mengandung kecurjgaan Tiba-tiba ia tertawa terbahakbahak.
"Bocah busuk, tidak heran kau berani mengacau di Tiong Cunkok inj. Rupanya kau mengandalkan sedikit kebisaanmu itu, Terimalah sekali lagi pukulan Lo hu ini!"
Tangan kanannya sudah bersiapsiap dihantamkan ke depan. Terdengar suara.
"Trang!"
Yang nyanng. Ternyata Tiong Hui Ciong mengibaskan pedang han engkiam miliknya untuk menekan pedang si bungsu Hui yan. Karena kibasannya cukup keras, maka timbullah suara yang nyaring. Wajah Tiong Hui Ciong hijau membesi.
"Kaliansemuaberhentil"teriaknyadengan nada berwibawa. Suto Gi yang sudah siap melancarkan serangan terpaksa menarik telapak tangannya kembali. Matanya menatap Tiong Hui Ciong sekilas.
"Budak nomor dua, apalagi yang ingin kau katakan?". Wajah Tiong Hui Ciong kembali seperti biasanya. Dingin dan menggidikkan hati siapa pun yang memandangnya,.
"Salah salu dari kalian, adalah orang yang melihat aku tumbuh dewasa. Tidak ubahnya seperti ayahku sendiri. Dan yang satunya lagi adalah adik kandung yang dilahirkan oleh rahim yang sama Aku ingin mengajukan salu pertanyaan kepada kalian. Apakah kalian lebih mempercayai ucapanku alau lebih mempercayai ucapan orang luar yang mungkin sa]a mengandung maksud mengadu domba kita?"
Tanyanya dengan nada sinis.
"Yang kau maksud sebagai orang luar itu, apakah Li so adanya?"
Sulo Gi malah bal'k bertanya.
"Li so?"
Tiong Hui Ciong mendengus dingin.
"Apakah kalian tahu identitas orang itu yang sebenarnya?". Suto Gi sampai tertegun mendengar pertanyaan Tiong Hui Ciong.
"Maksudmu dia bukan Li so?". Tiong Hui Ciong mendengus sekali lagi.
"Dia adalah selir kedua dan Ci Leng Un yang biasa dipanggi! selir Li!". Tampaknya Suto Gi seperti kurang percaya. Tetapi kemudian dia menganggukkan kepalanya.
"Hm... memang Ci sancu yang membawanya kamari. Katanya untuk melayani Lao sinsian. Ci Sancu dan Loa sinsian bersahabat selama puluhan tahun. Mana mungkin....". Tiong Hui Ciong menunjuk ka arah kakeknya Tanpa terasa air matanya mengalir dengan deras.
"Yaya pasti sudah terkena bokongan perempuan siluman itu Dia orang tua tidak bisa bicara ataupun bergerak Suto pekpek, kau sudah lama berkecimpung di dunia kangouw. Pengalamanmu luas sekali Coba kau lihat apa yang telah terjadi pada diri Yaya?". Tubuh Suto Gi langsung lergetar mendengar perkataannya.
"Bukankah Lao sinsian sedang bersemedi melatih ilmu?"
Tanyanya gugup.
Tiong Hui Ciong hanya mencibir bibirnya tanpa menyahut.
Suto Gi langsung menghambur ke samping tempat tidur.
Dia meniperhatikan dengan seksama.
Keadaan Lao sinsian masih termangumangu seperti tadi.
Matanya yang terbuka lebar menyorotkan sinar kekhawatiran dan kaflusaran yang tidak terkira.
Melihat keadaan Lao sin-sian, tubuh Suto Qi sampei tachuyunghuyung karena terkejut bukan kepatang.
"llmu silat Lao sinsian sudah mencapai taraf kasempurnaan, mengapa dia bisa...?"
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya dan menggeram marah.
"Lohu 'akan meringkus budak Li so itu kemball. Dia pasti tahu mengapa Lao sinsian bisa berubah seperti ini!. Tiong Hui Ciong tertawa dingin.
"Dia yang menurunkan tangan jahat kepada Yaya, tentu saja dia tahu."
Dia berhenti sejenak.
"Tapi kemungkinan besar sudah terlambat. Identitas dirinya sudah terbongkar. Saat ini dia pasti sudah lari ke tempat yang jauh ....". Suto Gi mengepalkan tinjunya erat-erat.
"Perempuan siluman itu.... Lohu pasti akan menangkapnya kembali!"
Tubuhnya melesat bagai angin. Tahutahu dia sudah menghambur keluar dari ruangan tersebut. Hui Yan menyimpan pedangnya kambali. Wajahnya yang manis tertunduk dengan perasaan jengah.
"Ji ci, maafkan aku. Aku telah salah meniiaimu,"
Katanya dengan suara lirih. Tiong Huj Ciong meraih tangannya sambil tersenyum.
"Kita adalah saudara. Apa yang telah terjadi, jangan dimgat lagi. Tetapi ada satu pertanyaan yang ingin aku ajukan kepada Sam Moay, mengapa kau tibalibe pulang ke Soat san ini?".
"Senbu yang mengatakan kepadaku, katanya Ji ci...."
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Matanya mendelik secara diam'diam kepada Yok Sau Cun.
Wajahnya meniadi merah padam.
Kemudian dia mendekati telinga Tiong Hui Ciong dan membisikinya beberapa patah kata.
Setelah mendengar bisikan adiknya, selembar wajah Tiong Hui Ciong juga menjadi merah pedam.
"Nenek siluman ilu ternyata pandai mengadaada. Rupanya dia tidak segan mengeluarkan fitnahan keji agar kita terpecah belah. Hm, aku harus mencarinya untuk mengadakan perhitungan!"
Kemudian dia menggapaikan tangannya kepada Yok Sau Cun dan memperkenalkan mereka berdua.
"Ini adalah Sam Moay yang bernama Kit hui Yan, sedangkan yang ini... adik angkatku Yok Sau Cun. Adik Cun, tahun ini Sam moay berusia delapan belas tahun. Kau boteh memanggilnya Moay Cu saja "
Dia lalu menoleh kembali kapada si Bungsu Hui Yan.
"Sam Moay, adik Cun adalah murid perguruan Tian San pai. llmu silatnya tinggi sekali Iho. Kau boleh panggil dia Yok toako....". Dengan sepasang mata yang indah dan berbinarbinar, Hui Yan menatap Yok Sau Cun. Kemudian dia tertunduk tersipu-sipu.
"Yok toako..
"
Panggilnya dengan suara lirih. Yok Sau Cun terpaksa membalas panggilannya.
"Moay Cu...."
Akhirnya panggilan itu kefuar juga dari bibirnya, tetapi dia merasa malu sekali.
Wa]ahnya tampak tersipu-sipu.
Tiong Hui Ciong lalu mencerilakan bagaimana Tal kil taisu berpesan wantiwanti pada Kim tijui unluk menyampaikan kepeda mereka agar dia dengan Yok Sau Cun kembali ke Soat san secepatnya, dan bagaimana mereka menghadapi penghadangan orang-orang Kong Tong pai dalam perjalanan, lalu kejadian selelah mereka sudah sampai di Tiong cunkok yang mana Yok Sau Cun tarpaksa bertarung dengan kakek dari Kong Tong sihao.
Wajah si bungsu Hui Yan menyiratkan hawa amarah yang meluapluap.
Dia mengepalkan sepasang tinjunya erat-erat.
"Padahal Ci Sancu dengan Yaya sudah bersahabat selama puiuhan tahun Sekarang dla berbuat demikian, sebelulnya apa yang direncanakan dalam halmya?". Pinlu batu terbuka lebar It cing kuitian Suto Gi ternyata sudah kembali. Dia masuk ke dalam ruangan tanpa menyerel selir Li. Hal ini menandakan bahwa dia tidak berhasil mengejar perempuan itu. Hui Yan segera menyongsongnya dengan perasaan khawatir. ,.
"Suto pekpek, apakah kau tidak berhasil menemukan selir Li itu?"
Tanyanya panik. Wajah Suto Gi lampak kelam. Dia menggertakkan giginya erat-erat.
"Aih, lohu memang patut mali! Lohu sudah hidup di dunia sampai setua ini, tarnyata masih bisa dikecoh oleh seorang perempuan siluman yang bermulut manis. Lohu merasa malu menghadapi Lao sinsian,.."
Katanya dengan nada gusar,.
"Suto pekpek, meskipun perempuan siluman itu sudah kabur, tetapi hwesio lari, kuilnya toh masih ada. Kita bisa pergi ke Kong Tong pai dan memperhitungkan hutang piutang ini. Sekarang yang tarpenthig adalah menolong orang, coba kau lihat sekali. Apa yang djlakukan perempuan siluman itu terhadap diri Yaya?". Suto Gi memeriksa kaadaan Lao sinsian sejenak. Wajahnya menyiratkan kebimbangan yang dalam.
"llmu silat Lao sinsian sudah mencapai taraf kesempurnaan. Apabila ingin membokong Lao sinsian begitu saja, rasanya bukan hal yang mudah dilaksanakan. Rasanya cuma ada satu kemungkinan yang masuk akal...".
"Apa itu?"
Tanya Hui Yan cepat.
"Dengan racun."
Kata Suto Gi sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Tetapi... ingin meracuni Lao sinsian, juga bukan masalah yang gampang....". Hui Yan menganggukkan kepatanya.
"Betul. Tenaga dalam 'Yaya tinggi sekali. Dengap mudah diadapat merasakan sesuatu yang tidak wajar dalam tubuhnya. Apabila Yaya tahu dirinya keracunan, pasti dia akan menghimpun hawa mumi dan mendesak racun itu kaluar dari tubuhnya...."
Gadis cilik itu rupanya mempunyai otak yang tidak kalah cerdasnya dengan Tiong Hui Ciong Suto Gi juga mengangguk perlahan.
"Oleh karena itu, hanya ada satu cara untuk melakukannya, yaitu dengan mengguna' kan racun yang proses kerjanya lambat. Mungkin Lao sinsian setiap hari dicekoki sedikit demi sedikit. Dengan demikian dia tidak menyadarinya, Ketika racun sudah mulai memperlihatkan reaksinya di dalam tubuh, dan dia bermaksud menghimpun hawa murni untuk mendesaknya, pasti sudah terlambat,"
Sahutnya dengan wajah semakin kelam.
"Apa yang Suto pekpek katakan memang masuk akal. Perempuan siluman itu sudah tiga bulan melayani Yaya. Tentu saja dia bisa membenkan racun yang prosesnya lambat itu sedikit demi sedikit tanpa disadari oleh Yaya sendiri.". Si bungsu Hui Yan merasa gusar sekali.
"Kaiau aku bertemu lagi dengan perempuan siluman itu, aku akan membuat tubuhnya terkoyakkoyak menjadi beberapa bagian. Biar dia tahu bahwa kita orang dari Soat san bukan orang yang nnudah dipermainkan,"
Katanya geram.
'Sarn kouwnio, sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengumbar amarah.
Orang toh sudah tidak ada lagi disini Yang harus kita pikirkan justru bagaimana caranya memunahkan racun yang terdapat dalam tubuh Lao sinsian? Yang lainnya harus ditangguhkan dulu untuk sementara Ini,"
Tukas Suto Gi,.
"Baiklah,"
Sahut si bungsu Hui Yan.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ini?".
"Kalau ingtn memunahkan racun dalam tubuh Yaya, pertama-tama Rita harus tahu dulu jenis racun apa yang digunakannya Setelah itu kita baru bisa mencari jalan keluar untuk menyembuhkannya, kata Tiong Hui Ciong. Suto Gi menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Tidak salah. Obat pemunah racun tidak dapat sembarang dipakai Setiap obat hanya untuk memunahkan jenis racun tertentu. Kalau sembarangan dimmumkan akibatnya malah akan membahayakan tubuh. Kita memang harus memeriksa dulu apa yang diminum oteh Lao sinslan, kemudian baru dapat nnenentukan obat yang tepat untuk mennusnahkannya.".
"Bagaimana cara kita mengetahuinya?"
Tanya Hui Yan.
"Memang sulit untuk mengetahuinya. Satusatunya jalan yang harus kita tempuh sekarang ini adalah mencari Ci Leng Un atau Hue leng senbu untuk meminta obat penawar racun itu."
Sahut Tiong Hui Ciong. Hui Yan memang sejak tadi sudah gusar sekali mengetahui kakeknya diracuni orang. Tentu saja dia nnerupakan orang pertama yang setuju dengan usul Tiong Hui Ciong.
"Betul. Mari kita berangkat sekarang juga. Aku dengar dari mulut toaci bahwa pertamuan para pendekar akan diadakan di Oey san. Ci sancu sendiri juga akan turut hadir. Kita segera mencarinya di Oey san saja!". Tiong Hui Cipng menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Yaya tidak bisa bergerak sama sekali. Mulutnya pun tidak bisa berbicara, Harus ada orang yang menjaganya. Kau tinggal saja di sini menunggui Yaya, Suto pekpek yang menjaga di mulut lemba.h. Urusan mencari Ci Sancu, serahkan kepada cici dan adik Cun yang akan menyelesaikannya.".
"Ci Sancu tidak mengingat hubungan persahabatan yang sudah dibina selama puluhan tahun. Dia sampai hati turun tangan sekeji ini. Biarpun kalian berhasil menemuinya, belum tentu dia bersedia mednberikan obat penawar racun itu. Mungkin dia malah mengarang centa lain yang akan menyudutkan posisi kalian "
Tukas Suto Gi. Tiong Hui Ciong tersenyum simpul.
"Aku akan pergi menemui toaci dulu Aku akan menceritakan semua kejadian yang dialami Yaya. Kaiau Ci Leng Un tidak sudi mengeluarkan obat penawar racun, maka kami akan melabraknya.".
"Kekuatan Kong Tong pai sekarang tidak dapat dipandang ringan Di sana banyak terdapat jagojago yang memihak kepada mereka. Ji siocia....". Tiong Hui Ciong tidak memberinya kesempatan untuk membantah lebih lanjut.
"Aku tidak takut!". Tiba-tiba Yok Sau Cun berdehem satu kali.
"Ciong cici, siaute tiba-tiba teringat sesuatu hal.
". Tiong Hui Ciong mendengar Yok Sau Cun memanggilnya "Ciong cici"
Dengan mesra di hadapan Suto Gi dan Hui Yan, wajahnya menjadi merah padam.
"Hal apa yang teringat olehmu?"
Tanyanya dengan kepala tertunduk sedikit.
"Kedatangan kita yang tergesa-gesa ke Soat san ini adalah atas suruhan Lao koko yang dipesankan oieh Tai Kit taisu Siaute rasa sejak semula Lao koko sudah dapat menduga rencana licik pihak Kong Tong pai. Mungkin dia bisa membantu kita menyelesaikan masalah ini,"
Kata Yok Sau Cun mengeluarkan pendapatnya. Mendengar perkataannya, wa|ah Tiong Hui Ciong menjadi bersensen seketika.
"Betul. Mengapa aku tidak teringat akan hal itu? Hanya Lao koko yang dapat membantu kita. Man kita mencarinya sekarang juga!". Hui Yan merasa bingung karena tidak mengerti maksud pembicaraan mereka.
"Ji ci, siapa yang kalian sebut Lacf koko itu?"tanyanya.
"Lao kokojuga murid perguruan Tian san. Dia mengaku sebagai toa suhengnya adik Cun. llmu silatnya tinggi sekall. Pokoknya sulit diuraikan dengan kata-kata. Tapi kisah ini panjang sekali apabila diceritakan. Ketak kalau urusan ini sudah selesai, cici akan menceritakannya dengan terperinci. Sekarang waktu kita terbatas, kami harus berangkat sekarang juga!". Bulan dua belas tanggal satu. Paglpagi sekali. Matahari baru menampakkan cahayanya. Di depan Ce Po tangoan yang terletak di puncak gunung Oey san, terlihat undakan batu yang jumtahnya mungkin mencapai ratusan. Undakan batu itu merupakan tangga untuk mencapai puncak gunung. Saat Itu terlihat serombongan orang sedang mendaki dengan parlahan-lahan. Rombongan ini dipimpin oteh Bu Lim toalo. Song Ceng san. Mengiringi di sisi klri dan kanannya sudah pasti putranya sendirl Song Bun Cun dan Lao koanke Ciek Ban Cing. Di balakang mereka terdapat puluhan orang yang mengikutt dangan perlahan. Mereka adalah Clang bun'jln dari Hoa san paj, Sang Ceng Hun; wakil ketua Siau Kiam Beng dan Kimbak Leng yan (Kera sakti bermata emas) Ciok Sam San darl Ciong San pai; Huihung 1 Su Liok Huipefig darl Cong Lem pai, Ciang bunjin darl Pat Kua bun, Kwek Si Hong beserta wakilnya Kan SI Tong, Wi Ting sintiau Beng Ta iin darl Liok Hap Bun. Yang taraktiir adalah Wi Yang samkiat. Wi Lamcu, Gi Huato basarta Ciang bunjin mereka, Hui Kin Siau. Kurang tebih dua puluh undakan batu di belakang mereka masih ada rombongan yang lain. Mereka terdiri dari Giok Si Cu dari Bu Tong pai, Yu Uong kiamkek Su Po Hin ketua Lo Han tong dari Siau Lim pai. Bu Cu taisu dan detapan belas orang. muridnya. Di belakang orang-orang ini adalagi seorang murid Siau Lim yang menyediakan tempat tinggal untuk mereka selama partemuan Itu berlangsung. Dia adalah Tung Sit Cong. Di depan pintu gerbang Ce Po tangoan, yaitu di bagian kiri dan kanan. berdiri delapan orang pamuda yang mengenakan pakaian hijau. Semuanya berwajah bersih dan tampan. Usia mereka paling banyak tujuh belas atau delapan belas tahunan, Oi bagian pinggang mereka terselip pedang panJang. Pada dada sebelah kanan terselip sebuah pita yang bertuliskan "Penerima tamu". Baru saja rombongan itu sampai di depan pintu gerbang, salah seorang pemuda berpakaian hijau sudah maju dua langkah dan membungkukkan tubuhnya sebagai pepghormatan.
"Mohon tanya kepada para tamu, dari partai manakah saudara sekalian?". Kim kasin Ciek Ban Cing maju ke depan dan menyahut dengan suara lantang.
"Bulim Bengcu terdahulu, Song Loya cu beserta anggota Siau lim pai, Bu Tong pai, Ciong san pai, Cong lam pai, Pat kua Bun, Liok hap bun. Wi Yang samkiat, segenap undangan telah sampai di sini untuk menghadiri partemuan Ce Po tangoan Harap masuk ke dalam dan beri laporan Tai Hwu cutaijin (Pengurus pertemuan) harap keluar menyambut kedatangan tamutamunya.". Kata-kata yang diucapkan oleh Ciek Ban Cing inj tidak kelewatan. Dengan kedudukan Song Loya cu dan orang-orang dari delapan partai yang hadir. Pihak pengelola partemuan ini memang sudah seharusnya keluar menyambut. Dunia kangouw memang paling memberatkan masalah 'etiket'. Dan hal ini termasuk etiket yang harus dijalankan oleh orang-orang dunia kangouw. Justru ketika Kim kasin Ciek Ban Cing baru saja menyelesaikan kata-katanya, dari balik pintu gerbang terlihat seorang tua berpakaian kuning yang tubuhnya kurus kering melangkah keluar dengan tergopohgopoh. Sampai di depan dia menguak tubuh anak muda tadi dan merangkapkan sepasang tangannya menJura kepada Song Ceng San beserta rombongannya.
"Song Loya cu, cuwi Ciang bunjin, taisu, totiang dan undangan lainnya sekalian, maafkan keterlambatan hengte menyambut kedatangan kalian. Silahkan masuk menikmati suguhan,"
Katanya sambil tersenyum simpul. Sekali lihat saja, tentu Song Loya cu sudah mengenali orang tua kurus yang menyambut mereka adalah Yu huhoat dari Kong Tong pai, yakni Cian Poa Teng Diamdiam hatinya merasa kesal.
"Pertemuan hari ini, terangterangan diselenggarakan oleh pihak Kong Tong pai. Ci Leng Un merasa kedudukannya demikian tinggi sehingga begitu sonnbong,"
Pikirnya dalam hati..Tetapl Song Loya cu tidak mau kalah pamor. Dia mengeluselus Jenggot dengan santai. Matanya memandang sekilas kepada Cian Poa Teng, tetapi dia purapura tidak tahu siapa orang itu.
"Ciek congkoan, siapa orang yang baru ketuar inl?"
Tanyanya.
Ciek Ban Cing juga merasa geram melihat pihak KongTong pai dennikian tidak sopan.
Ciang Bunjln dari delapan partai besar dan sebagian wakilnya, nnereka semua adalah tokohtokoh yang dfsegani dalam dunia kangouw.
Saat ini mereka semua sudah sampai di depan pintu Ce Po tangoan untuk menghadirl partemuan, tetapi pihak penyelenggara hanya mengutus seorang Yu huhoat dari Kong Tong pai untuk keluar menyambut.
Bukankah ini sanna saja artinya bahwa mereka tidak memandang sebelah mata terhadap delapan partal besar?".
Ciek Ban Cing tantu 3aja mengerti maksud Song Loya cu.
Oieh kerena itu, dia tidak merasa aneh tarhadap pertanyaan majikannya itu.
Dia segera membungkukkan tubuhnya dengan hormat dan menjawab....
"Lapor Loya cu, orang yang keluar menyambut ini adalah yu huhoat dari Kong Tong pai yang barnama Cian Poa Teng taihiap."
Dia sengaja menambahkan kata-kata "taihiap"
Di balakang nama orang itu. Cian Poa Teng tangsung menjura sekali lagi.
"Song Loya cu nnungkin tidak ingat lagi, Cayhe memang Cian Poa Teng dari Kong Tong pai. Tetapi di dalam pertemuan besar ini, Cayhe juga menjabat kedudukan Cong Ying peng (Kepala rnenerima tamu) Mewakili pihak penyelenggara menyambut tamutamu yang datang Harap Ciek congkoan dapat memberi patunjuk apabila ada kesalahan yang tidak disengaja.". Begitu dia menegakkan tubuhnya, tampak di dada kiri pakaian kuningnya tarnyata terfepit sebuah pita merah yang bantuknya lebih besar dari kedelapan pamuda tadi, dan di atasnya tertera huruf "Cong Ying Peng". Cong Ying Peng memang yang disebut sebagai wakil untuk menyambut tamu-tamu yang diundang. Hal ini tidak ada salahnya, oleh karena itu Song Ceng San tidak enak hati apabila terlalu menyudutkannya.
"Apakah pertemuan ini diselenggarakan oleh Ci Sancu sendiri?". Cian Poa Teng membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Lapor Loya cu, pertemuan hari ini memang diselenggarakan oleh Ci sancu. Tentu dia sendiri harus hadir dalam pertemuan ini. Tetapi sampai saat ini kereta kudanya belum sampai juga. Jadi dia tidak bisa keluar sendiri menyambut kedatangan para tamu agung. Harap Loya cu dan saudara sekalian memaktuminya.". Song Ceng San tersenyum datar.
"Kaiau begitu, kedatangan lohu dan rekanrekaniah yang terlalu awal!". Cian PoaTeng tersenyum simpul.
"Song Loya cu dan cuwi sekalian silahkan masuk dulu ke dalam untuk beristirahat.". Mereka sudah sampai di tempat ini, tentu tidak dapat mengundurkan diri begitu saja. Song Ceng San mengibas tangannya.
"Kalau begitu, harap Cong Ying peng menunjukkan jalan,"
Sahutnya. Cian Poa Teng segera mengiakan.
"Cuwi taisu, totiang, harap ikut orang she Cian ini."
Selesai berkata dia langsung membalikkan tubuh berjalan masuk mendahului.
Para hadirin juga tidak banyak cakap lagi.
Mereka segera mengikuti di belakang Cian Poa Teng.
Setelah menikung di sebuah cetah gunung, mereka masuk ke dalam sebuah lapangan terbuka yang sangat luas.
Di hadapan mereka terdapat ruangan yang sangat luas.
Tadinya tempat ini merupakan sebuah museum yang menyimpan berbagai bendabenda bersejarah.
Sekarang untuk sementara digunakan sebagai tempat penyelenggara pertemuan para pendekar.
Dari lapangan terbuka sampai depan ruangan besar tersebut, di tengahtengah jalan telah terhampar parmadani panjang becwarna kuning Mereka diajak ke dalam ruangan besar itu.
Di atas ruangan terhias pita besar berwarna merah yang mentuntai dari sebalah kiri ke sebelah kanan.
Di bagian tengahnya ada lagi secarik kain besar yang bertuliskan huruf Tian te taihue (Pertemuan besar langit dan bumi).
Empat huruf itu ditulis dengan tinta emas sehingga menyolok pandangan.
Melihat tulisan itu, diam-diam hati Song Ceng San merasa geli.
"Pertemuan besar apa ini? Namanya aneh, kata-kata yang ditulis sembarangan. Dan keempat huruf saja sudah dapat dibuktikan bahwa orang-orang ini tidak berpendidikan dan hanya bisa menyombongkan diri. Orang seperti ini mana mungkin bisa mengurus persoalan besar segala macam?"
Katanya dalam hati.
Di atas undakan batu terdapat sebuah koridor panjang yang luas.
Di bagian kiri kanan telah diletakkan dua buah mejayang ditutupi dengan kain merah.
Di beiakang masingmasing meja berdiri dua orang gadis yang cantik dan menawan.
Di atas meja sebelah kiri terdapat sebuah bantaian yang bersulamkan bungabunga yang indah.
Di atas bantal tersebut terletak sebuah buku besar yang dasarnya berwarna keemasan.
Tentunya buku itu digunakan sebagai daftar para tamu.
Di atas meja sebelah kanan terdapat setumpukkan pita merah.
Entah apa kegunaannya? karena jarak di antara kedua meja ini amat rapat, maka j'aian di tengahtengahnya menjadi sempit.
Mungkin hanya timbang pas apabila dua orang jalan berendengan.
Dengan kata lain, apabila ingin memasuki ruangan pertemuan, para tamu harus melewati celah antara kedua meja tersebut.
Di bagian kiri kanan undakan batu, sama seperti di depan gerbang.
Disana juga dijaga oleh delapan orang pemuda yang berpakaian hijau.
Pinggang masingmasing menyelip sebatang pedang panjang.
Wajah merekajuga bersih dan tampan.
Usia mereka juga paling banter tujuh atau delapan belas tahunan, Di depan dada sebelah kanan juga terjepit pita merah dengan tulisan "Penerima tamu'.
Tetapi apabila kita perhatikan dengan seksama, jangan dikira usia mereka masih muda, namun sinar mereka tajam dan di tengahtengah kening merekaterlihat urat hijau yang menonjol sedikit.
Demikian samarnya urat hijau tersebut sehmgga apabila mata kita kurang awas, tentu tidak menyadarinya.
Hal Jni membuktikan bahwa mereka mempelajari semacam ilmu tenaga daiam yang berbeda dengan golongan umumnya.
Namanya sih penenma tamu.
tapi tidak usah diragukan lagi bahwa mereka juga mempunyai tugas lain, yakni menjaga keamanan dan bertindak sebagai matamata.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu, Cian Poa Teng sedang mengajak rombongan Song Ceng san ke arah meja yang di sebelah kiri.
Dia menghentikan langkah kakinya dan menjura dengan hormat.
"Silahkan Loya cu rnencantunikan nama.". Seorang gadis berpakaian kuning yang berdiri di betakang meja segera maju ke depan. Dia mengambil sebatang pit kemudian mencelupkan pjt itu ke bak tinta dan menyodorkannya kepada Song Ceng San.
"Harap tamu agung tuljs nama di atas buku ini,"
Katanya dengan suara merdu.
Sinar mata Song Ceng San memperhatikan buku daftar nama tersebut.
Di atasnya terdapat tulisan "Daftar namanama wakil delapan partai besar dan para tamu undangan iainnya".
Song Loya cu melihat buku itu nnasih kosong.
Berarti dia merupakan orang pertama yang mencantumkan namanya sebagai tamu.
Akhirnya dia menerima pit yang disodorkan gadls itu dan menulis Song Ceng San tiga huruf.
Gadis tadi mengambil kembalj pit di tangannya yang kemudian dicelupkan lagi ke dalam baktmta lalu menyodorkannya lagi kepada Song Bun Cun.
Pemuda itu juga mengikuti tindakan ayahnya dan menuliskan nama di atas buku tersebut.
Cian Poa T6ng kemudian mengajak Song Cenq San berjalan di antara kedua meja.
Seorang gadis berpakaian kuning lainnya yang berdiri di meja sebelah kanan segera menghampiri.
Dia mengambil sebuah pita berwarna ungu keemasan dengan huruf "tamu"
Di atasnya, bibirnya tersenyum manis.
"Selamat datang kepada para tamu agung. Harap jepitkan pita jni dulu beru kemudian masuk ke ruangan pertemuan,"
Katanya dengan suara ramah,.
Penyambutan yang ramah dan senyuman manis yanfg tersungging dari bibir seorang gadis cantik, tentu saja tidak dapat ditolak oieh siapa pun.
Oleh karena itu, Song Ceng San terpaksa menghentikan tangkah kakinya.
Gadis cantik berpakaian kuning itu mengulurkan tangannya yang indah Dia menyematkan pita berwarna ungu keemasan Jtu di pakaian Song Ceng San.
Pita itu disematkan di dada sebelah kiri Mata gadis itu berkedip-kedip.
"Terima kasih,"
Sahutnya lirih.
Pokoknya setiap tamu yang akan menghadiri pertemuan itu harus terlebih dahulu menuju meJa sebetah kiri untuk mencantumkan nama, kemudian menuju meja sebelah kanan dan gadis berpakaian kuning itupun akan menyematkan masingmasing selembar pita berwarna ungu keemasan di dada kiri para tamu.
Setelah itu mereka baru boleh melalui jalan panjang yang diapit oteh kedua meja tadi.
Rombongan itu seperti direpotkan oleh segala macam tatek bengek itu hampir setengah kentungan kemudian baru diantarkan ke dalam ruangan pertemuan.
Ruangan pertemuan itu besar sekali, cukup untuk menampung ratusan tamu.
Pada bagian depannya yang terbuka telah didirikan tiangtiang penyangga dengan alas yang tabal untuk menutupi permukaannya.
Bagian tengah ruangan dihiasi pita berwarnawarni.
Di bagian paling ujung terdapat lagi secank kam lebar yang bertuliskan "Tian te taihue"
Seperti di depan tadi.
Di bawah tulisan itu ada lagi sebuah meja panjang yang kain berwarna merah dengan sulaman benang emas di tepiannya.
Di befakang meja telah diletakkan dua buah kursi tinggi dengan sandaran yang empuk.
Di sisi kin kanan masingmasing kursi tinggi tersebut terdapat masingmasing dua kursi yang lebih rendah.
Berhadapan dengan meja panjang, telah tersedia pula sembilan baris bangku.
Tiga baris bagian paling depan merupakan kursi yang berbantalan tmggi, khusus disediakan untuk para tamu agung Mulai dari baris keempat sampai belakang disediakan untuk tamu yang kedudukannya lebih rendah atau para generasi muda.
Cian Poa Teng mengantarkan rombongan Song Ceng San di barisan tamu agung.
Namun karena banyaknya rombongan mereka.
para murid yang lebih muda terpaksa duduk di barisan tamu biasa.
Saat itu, para tamu yang ingin menghadiri pertemuan tersebut mulai berdatangan dan membanjiri ruangan itu.
Orang-orang yang bisa mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan tersebut setidaknya adalah tokoh-tokoh dunia kangouw yang sudah cukup punya nama.
Kalau bukan Ciang bunjm dari sebuah partai, pasti pandekar yang nananya menjulang di wiiayah tertentu.
Pokoknya, baik tokoh golongan hitam maupun putih sudah hampir semuanya berkumpul di dalam ruangan pertemuan itu.
Terhadap pertemuan yang diberi nama "Tian te taihue"
Ini, para undangan hampir semtjanya bertanyatanya dalam hati.
Mereka merasa tidak mengerti mengapa dinamakan demikian S&telah bertemu dengan sahabatsahabat lama di tempat tersebut, pokok pembicaraan mereka hampir semuanya berkisar pada tujuan Tian te taihue tersebut.
Ada juga beberapa di antaranya yang mendugaduga.
Apa sebetulnya rencana di balik pertemuatT besar ini? Apakah benar-benar ada perangkap atau jebakan yang akan membahayakan jiwa mereka?.
Tetapi ketika para hadirin melihat bahwa di barisan "Tamu agung"
Telah duduk Bulim toafo Song Ceng San dan orang-orang dari delapan partai besar, hati mereka yang tertekan menjadi agak lega.
Dengan kehadiran Song Ceng San serta orang-orang dari delapan partai besar, kemungkinan ttdak akan timbul bahaya apa-apa dalam pertemuan besar ini.
Waktu berfalu dengan perlahan-lahan.
Dari bagian belakang gedung Ce Po tangoan berkumandang suara tambur yang riuh.
Saatnya sudah hampir tiba! Pikir para hadirin dalam hatinya.
Suara tambur belum lenyap, terdengar lagi suara iringiringan musik dan letusan mercon.
Hal ini menandakan bahwa partemuan besar itu memang sebentar lagi akan dimulai.Setring dengan alunan musik, dari balik tirai kuning yang ada di bagian kin, keluarlah orang pertama yang berdandan seperti seorang su seng (pelajar).
Dia memakai pakaian berwarna biru langit.
Di pinggangnya terselip sebatang pedang panjang.
Wajahnya putth bersih.
Sepasang alisnya melengkung seperti golok.
Bibirnya tipis matanya bersinar terang.
Tangannya mengibasngibas sebuah kipas, Penampilannya gagah.
Selain tampan, orans ini juga mempunyai kewibawaan tersendiri bahkan tarsirat juga sedikit keangkuhan pada wajahnya.
Langkah kakinya mantap.
Dia merupakan orang pertama yang berJalan keluar menuju altar sebelah kiri dan berdiri tegak.
Dari para hadirin, kecuali Song Ceng San, Kan Si Tong dari Pat Kua Bun, Bei g Ta jin dari Liok Hap bun, Hui hung Su dari Cong lam pai, serta beberapa rekannya, tidak ada yang tahu siapa orang ini Sedangkan rombongan Song Ceng San segera mengenalinya sebagai Cong huhoat pertemuan besar ini, yakni Cu Tian Cun Dia juga mecupakan putra Hue leng senbu.
Di belakang Cu Tian Cun, berjalan keluar Long San it pei Suo Yi Hu, Pek po sin cian Yan Kong Kiat, Hek houw sin Cao Kuang Tu, Go la cinjin Bun Tian Lui, Kiuci Lo Han Cu Siang Hu, Siang si suangse, Hun Bu Pao.
Begitu rombongan ini keluar, mereka segera berdiri berderet pada bagian belakang kursi tinggi dengan mengambil posisi dari kiri ke kanan.
pada saat Cu Tian Cun berJalan keluar, dari balik tirar sebefah kanan Juga muncul serombongan orang.
Yang pectamatama adaiah seorang wanita dengan rambut disanggul ke atas.
Pakaiannya sangat mewah.
Usianya kurang lebih dua puluh lima atau enam tahun.
Wajahnya cantik jelita Alisnya seperti bulan sabit, di bagian pinggangnya terselip sebatang Han eng kiam.
Dia adalah istri kesayangan Cong hu hoat Cu Tian Cun, juga mecupakan salah satu dari Soat san sam eng yakni si sulung Beng Hui Ing.
Seperti Juga Cu Tian Cun Dia berjalan ke arah sebelah kanan dan berdiri tegak di sana.
Mengiringi di belakang Beng Hui Ing berjalan seorang gadis berpakaian merah.
Dialah Hue moli Cu Kiau Kiau, kemudian terlihat seorang nenek yang rambut kepalanya sudah putih.
Dia mengenakan pakaian berwarna hijau pupus.
Dia adalah Be hua popo Ciok Sam ku.
Yang membuat orang terkejut adalah seorang gadis yang berJalan di belakangnya.
Baik Song Ceng San maupun rekan-rekannya yang lain segera mengenalinya.
Ternyata dialah Ciok Ciu Lan yang dicaricari oleh Yok Sau Cun.
Kemudian terlihat Yi Ju Si, Ca popo, dan yang paling belakang adatah seorang gadis yang pernah menyamar sebagai Cun Bwe dan menyelundup ke dsiam Tian Hua sanceng yakni Liu Cing Cing.
Rombongan para perempuan ini, seperti juga rombongan Long san itpei.
Mereka berjalan menuju belakang kursi tinggi dan berdiri berderet dari kanan ke kiri.
Setelah kedua baris orang-orang ini berdiri di tempatnya masingmasing, dari balik tiral kuning keluar lagi dua orang tua berjubah hijau.
Wajah kedua orang Jni mirtp sekati.
Gerakgeriknya pun tidak berbeda dan di bawah dagunya terdapat beberapa helai Janggot yang berwarna keperakan seperti Jenggot kambing.
Mereka keluar dari dua bagian kiri dan kanan.
Setelah itu keduanya juga mengambil posisi berdlri di sudut yang berbeda.
Satu di kiri dan satunya lagi di sebelah kanan.
Ketika melewati hadapan Cu Tian Cun, mereka merangkapkan tangannya dan menjura.
Cu Tian Cun sebegal angkatan yang lebih muda cepatcepat membalas penghormatan yang dilakukan kedua orang tua itu.
"Jiwi, silahkan,"
Kalanya Oia menunJuk ke arah dua buah kursi yang lebih rendah.
Kedua kakek itu juga tldak sungkan lagi.
Mereka tidak Jadi berdiri di sudutsepertj sebelumnya melainkan duduk di kursi yang telah ditunjukkan oleft Cu Tian Cun.
Para hadirin yang metihat rupa kedua orang tua itu, diamdiam mengeluh dalam hati.
JanganJangan kedua orang tua inilah yang disebut Kong Tong sihao? Tetapi mengapa Kong Tong sihao yang jumlahnya terdiri dari empat orang sekarang hanya muncul dua orang saja? Kemana dua orang lalnnya?.
Justru ketika pera hadirin sedang bectanyatanya itutah, Hun Bu Pao mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah yang ukurannya besar sekad.
Dia bicara dengan suara lantang.
"Tian te taihue dimulai.... Panitia penyatenggara pertemuan besar ini, Cu Cong huhoat harap tampil ke depan". Para hadirin tidak menyangka bahwa panitia penyelenggara pertenwan ini adalah Cong huhoat Cu Tian Cun. Sementara itu, Cu Tian Cun segera maju satu langkah dan berhenti di depan sebuah bangku kecil yang terdapat di samping kursi tinggi. Hun Bu Pao merentangkan tangannya ke arah wanita bersanggul tinggi yang berdiri di sebelah kanan.
"Harap Cong huhoat hujin tampil ke depanl". Beng Hu Ing pun maju satu langkah. Dia juga berdiri di depan sebuah bangku kecil lainnya yang terdapat di samping kursi tinggi satunya lagi. Sekarang para hadirin segera dapat menduga. Dua kursi tinggi yang ada di tengahtengah pasti disediakan untuk Ci Leng Un dan Hue leng senbu. Mereka berdualah yang sebenarnya merupakan dalang penyelenggara pertemuan besar ini. Tentu saja kedudukan mereka lebih tinggi. Namun cara yang diatur menandakan keangkuhan diri mereka. Di hadapan delapan partai besar dan Bulim toalo Song Ceng San, mereka menyediakan tempat duduk yang tingginya di atas mereka semua. Bukankah hal ini berarti mereka memandang diri mereka demikian tinggi sehmgga tidak memandang sebelah mata kepada orang lain?. Terdengar Hun Bu Pao berseru dengan suara lantang kembali....
"Mengundang kaucu dan Hu kaucu tampil ke depan!". Yang disebut kaucu dan Hu kaucu tentu saja Ci Leng Un dan Hue leng senbu!". Selama berpuluh tahun, Ci Leng Un selalu menyebut dirinya sebagai Sancu dari Kong Tong pai, sekarang tiba-tiba panggilannya berubah menjadi kaucu. Sebetulnya perkumpulan agama apa yang mereka dirikan?. Seiring dengan berkumandangnya suara Hun Bu Pao, dan balik tirai sebelah kiri dan kanan berjalan keluar empat orang gadis yang berwajah dingin dan kaku Mereka mengenakan pakaian berwarna hijau Di pinggang masingmasing terselip sebatang pedang panjang Dengan berbagi dfri menjadi dua pasangan, mereka berjalan keluar dengan perlahan-lahan. Kemudian terlihat dua orang gadis lagi yang mengenakan pakaian yang sama dan berwajah dingin dan kaku juga. Tangan orang yang pertama menggenggam sebatang pedang berbentuk api lilin. Sedangkan gadis yang satunya lagi menggenggam sebatang tongkat berwarna ungu. Mereka berdua langsung ber]alan menuju sisi belakang kursi tinggi dan bsrdiri dengan tegak. Tidak lama kemudian, tampak Hue teng senbu yang mengenakan gaun panjang berwarna ungu dengan sulaman merah pada lengan dan begian dadanya. Oia berjalan menuju kursi tinggi sebelah kanan dan monghentikan langkah kakinya di sana. Telapi dia sama sekali tidak duduk. Saat itu, suasana di dalam ruang pertemuan semakin mencekam. Tldak ada sedikit pun suara yang terdengar. Hati para hadirin sama tegangnya. Mereka seperti merasakan hari tenang sebelum badai menjelang. Tiba-tiba tiral kuning terkuak kembali. Dari dalam berjalan keluar dua orang. Orang yang sebelah kiri bertubuh pendek dan berkepala besar. Raut wajahnya seperti neneknenek yang sudah keriput. Dia adalah Cuo huhoat dari Kong Tong pai, yakni Toan Pek Yang yang pernah dikalahkan oleh Yok Sau Cun. Orang yang berada dl bagian kanan tidak bukan tidak laln dari kepala penerima tamu dalam pectamuan besar tersebut, Cian Poa Teng yang juga merupakan Yu huhoat dari Kong Tong pai. Rupanya kedua orang ini hanya bertindak sebagai pelindung kiri dan kanan. Di antara kedua orang ini, berjalan seorang wanita yang berpakaian hijau yang mana tangannya membimbing seorang laki-laki tua bertubuh kecil dan pendek Orang tua itu juga mengenakan pakaian dengan warnayang sama. Rambut orang tua itu masih lebat. WaJahnya kekanak-kanakan Seharusnya dia adalah seorang manusia yang berjiwa besar dan optimis pandangan hidupnya. Tetapi pada saat itu, tampak sepasang matanya yang kuyu, mimik wajahnya menunjukkan keletihan yang dalam Tampaknya untuk melangkah saja dia harus menyeret kakinya dengan berat. Dengan dibimbing oleh wanita tadi, dia berjalan dengan perlahan- lahan. Tidak perlu diragukan lagi, orang tua berjubah hijau ini pasti Kong Tong sancu Ci Leng Un adanya. Sedangkan wanita yang membimbingnya pasti salah satu dan dua selir kasayangannya. Nama besar Ci Leng Un sebagai ketua Kong Tong pai sudah menggetarkan dunia kangouw. Menurut berita yang tersebar, ilmu silatnya tinggi sekali. Sekarang untuk berjalan saja. dia harus dibimbing oleh seorang wanita. Tampaknya kegemilangannya dahulu hari sudah mulai surut, karena termakan usia tua. Seharusnya orang seperti dia sudah mengasingkan diri dan melewati sisa umur dengan tenang. Tetapi dia malah menyelenggarakan entah Tian te taihue apa dan menyebut dirinya sebagai kaucu. Sekali lihat saja orang sudah dapat menduga bahwa semua ini hanya sandiwara saja. Tentu Hue leng senbu yang mendalangi semua ini dengan meminjam nama besar suhengnya. Begitu Sancu dari Kong Tong pai ini melangkah kaluar, Cu Tian Cun segera mengangkat tangannya sebagi isyarat. Suara tambur pun berbunyi kembali. Meskipun suara tepukan tangan juga tidak kalah riuhnya, namun sebagian besar merupakan murid Kong Tong Pai yang seakan menyambut kemunculan ketuanya. Para hadirin yang duduk di barisan tamu agung ataupun tamu biasa haoya beberapa gelintir yang ikutikutan tepuk tangan. Sebagian besar lainnya memandang ke atas altar dengan mempertahankan ketenangan hati mereka. Dengan dibimbing oleh wanite berpakaian hijau, Ci sancu langsung berjalan dan kemudian duduk di kursi tinggi sebelah kiri. Balk Cian Poa Teng dan Toan Pek Yang maupun wanita cantik itu mengambil posisi di kiri kanan Ci sancu dan bertindak sebagai pengawalnya. Hue leng senbu menunggu sampai Ci Leng Un sudah duduk di kursi kebesarannya, baru dia ikut duduk dengan tampang angkuh.
"Harap bagian pengurus Tian tekau membacakan daftar nama anggota!"
Terdengar suara Hun Bu Pao yang lantang berkumandang kembali.
Baru saja ucapennya selesai, Laong san itpei yang entah sejak kapan menyelinap keluar dari atas altar tersebut dan sekarang berjalan masuk kambali dengan wajah serius dan berwibawa.
Di belakangnya mengiringi dua orang gadis berpakaian kuning.
Tangan mereka masingmasing membawa sebuah baki perak yang atesnya dialasi dengan kain merah dan sebuah buku besar.
Mereka berjalan secara berendengan.
Suo Yi Hu terus berjalan sampai di atas altar.
Di sana dia menghentikan langkah kakinya.
Cu Tian Cun yang bortindak sebagai penyelenggara segera berdiri dari kursinya.
Kedua orang gadis berpakaian kuning tadi segera membalikkan tubuhnya dengan cara mengitar lalu berdiri di depan Suo Yi Hu.
Dari kedua baki perak di tangan gadisgadis tersebut, Suo Yi Hu mengambil dua buku besar yang terdapat di atasnya.
Dengan langkah yang kompak kedua gadis berpakaian kuning itu mengundurkan diri kembali.
Suo Yi Hu langsung mengangkat sepasang tangannya ke atas dan mempersembahkan dua buah buku besar tersebut.
Cu San Cun majU selangkah untuk menyambut buku-buku yang disodorkan ke hadapannya.
Suo Yi Hu membungkukkan badannya melakukan penghormatan kemudian mengundurkan diri lagi ke tempatnya semula.
Setelah menerima kedua buku itu, Cu Tian Cun tidak duduk kembali di atas bangkunya.
Tampak sinar matanya yang tajam mengedar ke sekellling ruangan.
Kemudian sepasang tangannya mengangkat buku yang sebelah ates dan membuka lembarannya, Dia membaca dengan suaranya yang bening dan lantang.
"Perkumpulan kami telah diputusken memakai nama Tian Te kau. Tinggi langit tidak terkira, dalamnya bumi tidak terukur. Sejak pertama alam diciptakan, semuanya sudah tsrmasuk bagian dan langit dan bumi. Seluruh lautan, pegunungan, bukit maupun daratan adanya antara langit dan bumi. Keadilan langit dan bumi, bukankah ditegakkan di antara Keduanya juga? Dengan adanya Tian Te kau, maka seluruh partai di muka burru ini dapat disatukan Kalau dunia Bulim dapat bergaoung menjadi satu, bukankah tidak akan terJadi lagi segala macam pertikalan? Baik pandanganpandangan yang berbeda maupun segala macam perselisihan, dapat dlhilangkan sampai sirna Ilmu pusaka setiap partai maupun perguruan yang sudah menjadi Warisan selama ratusan tahun dapat disatukan dan dipelajari bersama. Dengan demikian tidak akan terjadi pencurian kitab pusaka maupun adanya murid yang berkhianat. Meningkatkan kesejahteraan kaum Bulim, menjalankan keadilan serta melindungi yang lemah merupakan tujuan utama perkumpulan kami!". Dia berhenti sejenak dan merubah nada pembicaraannya.
"Perkumpulan kami ini sudah dipersiapkan sejak tiga tahun yang lalu. Hari ini, tanggal satu bulan dua betas, dinyatakan secara tecbuka bahwa Tian Te kau telah diresmikan. Adapun katua perkumpulan ini, merupakan tokoh besar yang tidak asing lagi, yakni Ci Sancu dari Kong Tong pai yang sejakhari ini panggilannya dirubah menjadi Ci kaucu. Sedangkan wakil ketua perkumpulan kami ini tidak bukan dan tidak lajn dari Hue leng senbu Cu Leng Sian'". Cu Tian Cun merendek sejenak intuk menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dia melanjutkan lagi dengan suaranya yang lantang dan nyaring.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Orang-orang maupuii tokohtokoh yang memberi dukungan kepada kami terdiri dari bekas Bulim bengcu teidahulu yakni, Song Ceng San....". Song Ceng San yang duduk di baris psrtama para tamu agung tersebut setengah mati mendengar uraiannya. Tanpa sadar cia melonjak bangun dari tempat duduknya dan berteriak....
"Tunggu dulu!". Tampaknya Long san it pei sudah menduga bahwa Song Ceng San akan melonjak bengun begitu namanya disebut. Dia segera turun dari aitar dan mengharnpiri orang tua itu. Wajahnya mengembangkan seulas senyuman.
"Song loya cu, andaikata kau orang tua mempunyai pendapat apa-apa, kalau bisa tunda dulu sampai Cong huhoat menyelesaikan pengumumannya beru kemudian dicetuskan. Pada saat itu kami memberi kesempatan kepadamu agar orang lain juga biaa mendengarkan dengan jelas Sekarang harap kau orang tua sudi duduk kembati,"
Katanya dengan nada ramah. Ketika Suo Yi Hu turun dari altar dan berbicara dengan Song Cng San, Cu Tian Cun sama seKali tidak menghentikan pengumumannya.
"Wakif dan Siau lim pai, Bu Cu taisu, Tung Sit Cong, wakil dah Bu Tong pai, Giok Si Cu, Su Po Hin, Ciang bunjin dari Hua san pai, Sang Ceng Hun. Wakil dari Ciong San pai, Ciok Sam San. Wakil dari Cong Lam pai, Lu Hui Peng. Ciang bunjin dari Pat Kua bun,. Kwek Sf Hong, Kan Si Tong Wakil dari Liok Hap bun, Beng Ta ]in. Wi Yang samkiat, Wi Lam cu, Gi Ceng Lam (Gi Hua to) dan Hui Km Siau ..."
Dia membacakannya dengan cepat sekali Dengan sekali hembusan nafas dia sudah membacakan semua nama-nama dari para undangan yang duduk di bagian tamu agung.
Tepat pada saat itu, para undangan yang namanya disebut tadi, semuanya sudah mengikuti tindakan Song Ceng San.
Dengan serentak mereka melonjak bangun dari tempat duduk masing-masing.
Sepasang alis Song Ceng San yang sudah memutih langsung terjungkit ke atas.
"Cu Cong huhoat tidak perlu meneruskan pengumumannya. Orang she Song sekarang juga akan menyangkal di hadapan orang banyak bahwa pernah mendukung Tian Te hue kalian. Aku juga tidak menyetujui diresmikannya perkumpulan kalian ini, apalagi mengakui Ci sancu sebagai kaucu dan Hue teng senbu sebagai Hu kaucu Harap Cu Cong huhoat membereskan masalah ini sekarang juga!"
Katanya dengan suara penuh wibawa.
"Apa yang Song loya cu katakan memang tepat sekali. Aku percaya setiap orang dari delapan pactai besar yang menghadiri pertemuan ini juga tidak tahu menahu mengenai persoalan ini. Apalagi mengakui Ci Leng Un danHue leng senbu sebagai kaucu dan wakil kaucu. Kami juga tidak pernah memberi dukungan untuk peresmian perkumpulan kalian. Apabila kalian memang ingin mendirikan sebuah perkumpulan, harap dilakukan dengan cara yang baik dan dengan maksud yang baik!"
Sambung Ciang bujin dari Hua san pai , Sang Ceng Hun.
Kemudian orang-orang dan Siau Lim pai, Bu Tong pal, Ciong San pai, Cong Lam pai, Pat Kua bun, Liok Hap bun maupun Wi Yang samkiat masingmasing mengucapkan beberapa patah kata yang intinya menyangkal pernah memberi dukungan kepada pihak Tian Te kau dan mereka juga tidak mengakui Ci Leng Un dan Hue Leng senbu sebagai kaucu dan wakil kaucu perkumpulan yang akan didirikan.
Parahadirin yang duduk di barisan tamu biasa mendengar dengan telinga sendiri dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Tian Te kau yang akan didirikan ini belum apaapa sudah bertindak curang.
Apalagi delapan partai besar serta Song loya cu pun sudah menyangkal secara terangterangan Hal ini membuktikan bahwa semuanya merupakan ocehan sembarangan dari pihak penyelenggara pertemuan ini.
Mereka enggan berdiam disana tebih lama.
Satu per satu mulai berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan tempat tersebut.
Saat itu tampak Hue leng senbu berdiri dari tempat duduknya perlahan-lahan.
"Para hadirin harap sabar sebentar Mengenai urusan ini kami bisa memberikan bukti yang kuat dan alasan yang tepat!"
Kata perempuan itu sambil merentangkan kadua tangannya agar para hadirin agak tenang. Dia tidak memberi kesempatan kepada Song Ceng San maupun rombongannya untuk membantah. Dengan tenang dia melanjutkan kata-katanya.
"Cian Poa Tengl"
Entah apa maksudnya memanggil Yu huhoat itu. Cian Poa Teng segera mengiakan. Dia melangkah kaluar dan sisi belakang sang 'kaucu' kemudian mengitari meja parijang dan membungkukkan tubuhnya.
"Hamba di sinil".
"Apakah masih ada orang-orang dari delapan partai besar yang belum hadir di sini?"
Tanyanya kembali. Urusan ini memang merupakan tanggung Jawab Kepala Penerimaan Tamu. Maka Cian Poa Teng pun segera menjawab.
"Lapor Hu kaucu, di antara delapan partai besar hanya Go Bi pai yang belum mengirimkan wakilnya.". Hue leng senbu mengibaskan tangannya, Cian Poa Teng membungkuk sambil mengundurkan diri dan kembali lagi ke tempat berdirinya semuta. Hue leng senbu memanggil kembali.
"Suo Yi Hu!". Long san itpei cepatcepat tampil ke depan dan membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Hamba di sini!". Wajah Hue leng senbu kaku dan dingin sekali. Dengan nada sepatah demi sepatah dia berkata.
"Perkumpulan kita mengadakan pertemuan dengan mengundang berbagai pactai terkemuka, termasuk Go Bi pai yang dikatuai oleh Lian Seng teisu. Sekarang bukan saja dia tidak hadir sendiri, bahkan juga tidak mengirimkan wakilnya. Hal ini merupakan penghinaan bagi perkumpulan kita. Coba kau katakan, menurut peraturan dunia kangouw, orang yang menghina perkumpulan orang lain harus diapakan?".
"Or'ang yang berani menghina sebuah perkumpulan harus dihukum mati!"
Sahut Suo Yi Hu tegas.
"Bagaimana kaiau sebuah partal yang melakukan penghinaan tersebut?"
Tanya Hue teng senbu kembali.
"Sama saja,"
Sahut Suo Yi Hu.
"Baik, Suo Yi Hu, Urusan ini kuserahkan ke tanganmu!"
Terdengar suara Hue leng senbu yang parau dan berat.
Kata-kata ini membuat perasaan para hadirin menjadi terkejut setengah mati.
Hal ini merupakan tindakan pecmulaan yang berarti awal pertumpahan darah.
Tian Te kau ingin melakukan pembunuhan besarbesaran.
Dan Go Bi pai seperti menJadi korban pertama mereka.
Suo Yi Hu membungkukkan tubuhnya kembali.
"Hamba menerima perintah!". Hue leng senbu membalikkan tubuhnya lagi ke arah Song Ceng San.
"Song Ceng San, kau bilang bahwa kalian tidak mencantumkan nama sebagai orangorang yang memberi dukungan kepada perkumpulan kami dan dengan demikian kaljan juga tidak mengakui kami sebagai kaucu dan Hu kaucu, bukankah begitu?". Selama tiga puluh tahun terakhir ini, belum pernah ada orang yang memanggil Song Ceng San dengan namanya langsung Menilik dari nada suara perempuan tua ini, tampaknya dia memang sudah terangterangan ingin mencari garagara dengan delapan partai besar. Song Ceng San tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerrnng sedikit pun.
"Tidak salah, perkumpulan kalian seharusnya memberikan jawaban yang dapat diterima oleh kami semua,"
Sahutnya tenang. Hue leng senbu tertawa dingin.
"Hitam di atas putih merupakan kenyataan yang tjdak dapat dipungkin. Apakah perkumpulan kami memalsukan nama kalian satu per satu?"
Berkata sampai di sini, dia menoleh kepada Cu Tian Cun.
"Cong huhoat, kau bawakan daftar nama biar Song loya cu lihat sendiri. Apakah yang tercantum di sana bukan tanda tangannya?". Cu Tian Cun menatap Hue leng senbu sekilas. Wajahnya tampak jadl serba salah.
"Hu kaucu....". Hue leng senbu mendengus dingin. 'Apakah kau takut mereka akan menolak merobek daftar nama itu? Hal ini tidak perlu kau khawatirkan. Mereka semua terdiri dah aliran lurus dan sudah lama mempunyai nama basar. Mereka tidak akan melakukan perbuatan serendah itu. Pokoknya kau bawakan saja daftar nama itr agar mereka dapat memeriksanya sendiri!". Cu Tian Cun segera mengiakan. Dia menggapaikan tangannya ke arah Suo Yi Hu. Dengan cepat Suo Yi Hu menghampirinya. Cu Tian Cun mengambll buku daftar nama dan menyerahkannya kepada Suo Yi Hu.
Iblis Sungai Telaga -- Khu Lung Gelang Perasa -- Gu Long Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung