Ceritasilat Novel Online

Dendam Sejagad 12


Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung Bagian 12



Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya dari Khu Lung

   

   "Engkoh Hong, apakah yang sedang kau pikirkan?"

   "Aku sedang menghubungkan nama Hay jin gay dengan nama semacam ilmu pukulan"

   "Engkoh Hong, ilmu pukulan apakah yang kau maksud?"

   "Hay jin ciang (ilmu pukulan unggas laut).."

   Dengan wajah girang Im Yan cu segera berseru.

   "Engkoh Hong, kau kenal dengan suhuku bukan?"

   Dengan cepat Ku See hong menggeleng.

   "Adik Im, darimana aku bisa tahu siapakah gurumu itu?"

   "Engkoh Hong, kau sedang berbohong, aku tidak mau..."

   "Adik Im, aku tidak pernah berbohong, sungguh! Aku tidak berbohong!"

   "Kalau tidak, darimana kau bisa mengetahui akan suhuku mempunyai serangkaian ilmu pukulan maha sakti yang bernama Hay jin ciang?"

   Diatas wajah Ku See hong yang pucat segera terlintas rasa girang, serunya terkejut.

   "Adik Im, kalau begitu gurumu adalah... gurumu adalah Seng sim cianli Hoa Soat kun?" ' Engkoh Hong, kau mengatakan tidak kenal dengan guruku, mengapa kau bisa mengetahui nama dan julukan dari dia orang tua"

   Seru Im Yan cu dengan manja.

   Tatkala Pek lui jiu dan Sian hong kek mengetahui bahwasanya guru Im Yan cu adalah Seng sim cian li (perempuan suci berhati mulia) Hoa Soat kun, mereka berdua sama-sama merasa terperanjat, tak heran kalau ilmu silat yang dimiliki gadis itu sedemikian lihaynya.

   Ternyata meski Seng sim Cian li Hoa Soat kun tak lama muncul dalam dunia persilatan, akan tetapi ilmu silatnya yang lihay dan tiada taranya dikolong langit sempat memberi kesan yang amat mendalam bagi umat persilatan sehingga sukar buat mereka untuk melupakan akan hal ini....

   Dimasa lalu, hanya ilmu silat dari Seng sim cianli Hoa Soat kun saja dikolong langit yang sanggup menandingi kelihayan dari Bun ji koansu Him C i seng, tokoh aneh dalam dunia persilatan.

   Oleh sebab itu, kendatipun julukannya tidak sebesar Bun jin koansu, namun setiap pendekar dari golongan lurus hampir rata- rata menaruh perasaan kagum dan memuji akan kehebatannya.

   Oleh karena para pendekar sejati dan kaum lurus dari dunia persilatan menaruh hormat atas watak serta perbuatannya, maka ketika itu berulang kali orang mengajukan permohonan kepadanya agar sudi menampil kan diri guna membasi Bun ji koansu dari muka bumi.

   Akan tetapi permintaan tersebut selalu ditolak mentah-mentah, bahkan ada pula diantara mereka yang malah sebaliknya dibunuh olehnya.

   Keadaan Seng sim cianli Hoa Soat kun ketika itu ibaratnya naga sakti yang nampak kepala tak nampak ekornya, begitu muncul lantas lenyap kembali.

   Walaupun orang-orang persilatan waktu itu lantas menduga-duga apa-apa gerangan yang mendorong perempuan lihay tersebut menampik permohonan mereka, namun belum pernah ada orang yang tahu kalau hal tersebut disebabbkan cintanya kepada Bun ji koan su telah ditolak mentah-mentah, sehingga dalam marah dan mendongkolnya dia lantas mengasingkan diri di tebing Hay jin gay dan menciptakan ilmu pukulan Hay jin ciang yang khusus ditujukan untuk melawan ilmu pukulan dari Bun ji koan su.

   Bayangan manusia dibawah emper rumah itu kelihatan merasa terperanjat pula setelah mendengar nama Hay jin ciang, diam-diam dia bergumam.

   "Diantara sekian banyak ilmu silat yang ada di kolong langit, hanya ilmu pukulan Hay jin ciang saja yang sanggup mematahkan serangan-serangan dari ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka cang ciong pit kip, kepandaian sakti yang dapat mematahkan ancaman ilmu serangan Hou kut jian hun im kang yang tercantum dalam kitab Pusaka Ban shia cinkeng pun hanya ilmu Hay jin ciang.."

   Dalam pada itu, tatkala Ku See hong sudah mengetahui kalau Im Yan cu adalah murid kesayangan dari Seng sim cian li Hoa Soat kun, dia merasa seperti lega sekali, setelah menghela napas sedih katanya.

   "Kalau memang begitu, urusan lebih mudah untuk diselesaikan, urusan lebih mudah untuk diselesaikan..." ' Engkoh Hong, apakah luka yang kau derita ada harapan untuk ditolong... ?' seru Im Yan cu gembira. Ku See hong tahu kalau orang telah salah mengartikan ucapannya, maka serunya cepat.

   "Adik Im, aku bukan maksudkan begitu, bukan maksud itu yang kuatirkan."

   "Lantas, apa maksudmu?"

   Seru Im Yan cu tertegun.

   "apakah suhuku tak sanggup untuk menyembuhkan luka racun yang kau derita itu?" ' Bila aku sanggup bertahan selama lima hari lagi dan suhumu bersedia mengobati lukaku, aku rasa harapanku untuk tetap hidup masih tetap ada, tapi aku tak akan mampu bertahan selama lima hari lagi.

   "Apa yang kukatakan tadi adalah bermaksud semua pekerjaan yang telah dititipkan kepadaku selama ini akan terpenuhi seluruhnya, sehingga meski harus kembali ke alam baka, aku tak akan usah malu lagi berjumpa dengan guruku' Ku See hong adalah seorang yang amat berperasaan, dulu dia telah berjanji kepada Bun ji koan su untuk menyampaikan pesan- pesannya, maka apapun yang terjadi ia tetap bertekad untuk menyelesaikannya. Tanggung jawab yang begitu besar dan diperlihatkan anak muda ini, kontan saja menimbulkan perasaan terharu dihati kecil Kanglam siang hou.

   "Engkoh Hong, kau benar-benar tak sanggup bertahan selama lima hari lagi?"

   Seru Im Yan cu sedih.

   "Tak mungkin bisa!' jawaban dari Ku See hoag ini amat meyakinkan. Jawaban tersebut membuat Im Yan cu amat putus asa, putus harapan, tak terlukiskan rasa sedih yang dialaminya, titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya. Perasaan cinta Im Yan cu terhadap Ku See hong boleh dibilang sudah amat mendalam sekali, selama berapa hari terakhir ini hampir boleh dibilang tiap saat tiap detik dia selalu berada disampingnya tanpa berpisah barang selangkah pun, selama ini dia selalu yakin kalau Ku See hong akan bisa sembuh kembali. Tapi ucapan Ku See hong yang putus harapan sekarang segera menimbulkan selapis bayangan hitam dalam hati kecilnya. Mendadak Ku See hong seperti teringat akan sesuatu, ia bertanya.

   "Adik Im, apakah suhumu menyuruh kau datang mencari guruku?' Im Yan cu manggut-manggut. 'Benar, tapi aku tak tahu apa kehendak dia orang tua"

   Ku See hong segera menghela napas panjang.

   "Aaaai ... adik Im, gurumu hendak membunuh guruku!"

   "Aku hanya tahu dia orang tua amat membenci Bun ji koan su locianpwee. Aah....! Engkoh Hong, apakah kau mengetahui sebab-sebab perselisihan antara guruku dengan Bun ji koan su locianpwe, sehingga mereka saling bermusuhan?"

   Tergetar keras perasaan Ku See hong setelah mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya.

   "Padahal sebab musabab terjadinya persoalan ini adalah disebabkan cinta guru nya ditolak oleh guruku, tapi... bagaimana mungkin aku dapat membeberkan rahasia ini dihadapan muridnya."

   Berpikir sampai disitu, anak muda tersebut segera menghela napas panjang, katanya.

   "Adik Im, dibalik peristiwa tersebut masih terdapat banyak masalah yang amat pelik, maafkan aku bila persoalan ini tak dapat kuterangkan, sebab guruku pernah berpesan agar tidak memberitahukan hal ini kepada orang lain, selain itu ada urusan akan kusampaikan sendiri kepada gurumu...

   "Aaaaai.! Tapi nyawaku sudah tak dapat hidup lebih panjang lagi, tak mungkin persoalan itu tak bisa kusampaikan sendiri kepadanya? Apa yang harus kulakukan kini?"

   Sebenarnya Im Yan cu adalah seorang yang cerdik, dia tahu kalau gurunya sangat membenci kaum lelaki bahkan suruh dia membantai laki-laki tampan yang dijumpai nya.

   Dari hal tersebut dia lantas menarik kesimpulan kalau gurunya besar kemungkinan pernah mengalami pukulan batin yang amat berat akibat ulah laki-laki, sehingga akhir nya menimbulkan watak aneh serta jalan pikiran yang begitu sempit.

   Im Yan cu sebetulnya tidak berwatak begini, tapi akibat pergaulan dan pendidikan dari gurunya sejak kecil, akibatnya diapun turut berubah sedingin dan seaneh itu.

   Wataknya yang aneh dan luar biasa itu bisa berubah akhir-akhir ini, kesemuanya itu disebabkan karena dia terlalu cinta kepada Ku See hong, manusia aneh berhati dingin.

   Terdengar Ku See hong berkata lagi dengan suara yang sedih dan memilukan hati.

   "Adik Im, aku amat berterima kasih sekali atas budi cinta kasihmu kepadaku selama ini, sebelum meninggal hanya kaulah satu-satunya orang yang dapat menerima titipanku, sekarang mumpung aku masih punya beberapa waktu untuk hidup, aku ingin sekali menitipkan beberapa masalah kepadamu, bersediakah kau untuk menerima nya? Setelah siksaan yang keempat kalinya dari hawa racun Hou kut jian hun im kang nanti, aku tak akan sanggup berbicara lagi kepadamu."

   Terbayang kembali nasibnya yang buruk dan mengenaskan, tanpa terasa air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Ku See hong, perkataannya turut tersumbat di tengah jalan.

   Kematian, merupakan suatu kejadian yang akan dialami setiap manusia didunia ini, hal ini merupakan suatu kejadian yang adil, karena setiap orang bakal kebagian dan akan merasakannya.

   Mati karena tua, mati karena sakit, kejadian itu adalah lumrah, sebab itulah jalan yang harus dilewati oleh setiap manu-sia, kematian bukan sesuatu yang aneh.

   Tapi bila kematian itu harus diterima akibat mati ditangan musuh besarnya, maka kejadian ini kelewat keji, kelewat mengenaskan, membuat orang itu tak bisa memejamkan mata, membuat arwahnya tak dapat memperoleh ketenangan untuk selama nya.

   Sekarang, Ku See hong sudah berada di ambang pintu kematian, oleh sebab itu terbayang akan soal kematian, timbullah perasaaan sedih yang tak terlukiskan dihatinya, sesungguhnya dia merasa segan mendengar hal itu, tapi nasib menetapkan dia harus mengalami kejadian begini, seolah-olah kematian semacam itu sudah di takdirkan untuknya, sudah amat berjodoh dengannya.

   Sejak dilahirkan, ia sudah beberapa kali bertemu dengan soal "kematian"

   Namun semuanya berhasil dihindari, tapi kali ini dia benar-benar merasa putus asa, Waktu itu, Im Yan cu sudah tak kuasa menahan rasa sedih yang menekan perasaannya lagi, dia menangis tersedu-sedu sehingga suara tangisannya kedengaran begitu memedihkan hati, membuat orang yang mendengar pun turut merasa iba.

   Tangisan yang memedihkan hati itu membuat suasana semakin mengenaskan, bayangan manusia dibawah wuwungan rumah itu pun turut terpengaruh hingga la nampak turut menjadi sedih.

   Dia bukan bersedih hati karena Ku See hong tak dapat hidup kembali, melainkan merasa sedih untuk sukma dirinya dimasa lalu, sedih karena sukmanya tak bisa bangkit kembali.

   Meski sekarang dia mempunyai kemampuan yang sangat besar dan sanggup mencincang tubuh kawanan manusia laknat tersebut, namun luka dalam hatinya tak mungkin bisa terobati lagi.

   Pek lui jiu dan Sian hong kek sesungguh nya berkeyakinan besar kalau luka yang diderita Ku See hong bisa peroleh pertolongan, tapi sekarang mereka ikut menjadi murung dan sedih, oleh isak tangis Im Yan cu yang memilukan hati itu, hingga tanpa mereka sadari, titik-titik air mata turut membasahi wajah mereka.

   Ku See hong membiarkan lm Yan cu menangis sepuas-puasnya, kemudian ia baru berkata lagi dengan suara gemetar.

   "Adik Im, hawa racun Hou kut jian hun im kang yang berada dalam tubuhku sudah mulai bergerak lagi, cepat pusatkan perhatianmu dan dengarkanlah perkataanku ini.. Im Yan cu mendongakkan kepalanya yang basah oleh air mata dan menatap Ku See hong lekat-lekat, perasaan sedih yang semula mencekam perasaannya kini sudah terkendali, mungkin dihati kecilnya dia telah mengambil suatu keputusan.

   "Katakanlah engkoh Hong!"

   Dia berbisik kemudian lirih.

   Agaknya Ku See hong juga tahu keputusan apakah yang telah diambil gadis itu, namun dia cukup menyadari bahwa dinasehatipun ta ada gunanya, terpaksa dia hanya menghela napas sedih.

   Waktu itu urat nadi dalam tubuhnya secara lamat-lamat merasa amat sakit, waktu tidak mengijinkannya untuk membuat kesempatan dengan begitu saja, buru-buru dia berseru.

   "Adik Im, persoalan pertama yang ingin kutitipkan kepadamu adalah setelah berjumpa dengan gurumu nanti.. katakanlah kalau Bun ji koansu telah mati secara menge-naskan dalam kuil kuno, ia telah menitipkan pesannya kepada muridnya agat menyam-paikan cerita ini kepada dia orang tua.

   "Katakanlah kepada gurumu, sebetulnya aku hendak memberitahukan sendiri hal ini kepadanya, tapi nasibku tak beruntung menyebabkan aku terkena pukulan Hou kut jian hun im kang lawan dan tewas ditangan musuh, karena keadaan mendesak terpaksa aku titipkan pesan ini kepadamu.

   "Bun ji koansu telah menyesal sekali atas perbuatannya dulu, dia merasa tidak seharusnya menampik cinta kasihnya, dia membenci kepada diri sendirl karena tak dapat mencintainya dalam hidup ini, namun setelah berada di alam baka, dia akan mencintainya untuk selamanya, bila ia tak bersedia memaafkan kesalahannya maka tulang belulangnya dalam kuil terserah hendak diapakan, di alam baka dia tak akan mendendam kejadian itu, karena dengan kejadian itu, kemungkinan besar akan mengurangi rasa menyesalnya selama ini.

   "Adik Im, perkataan tersebut harus kau ingat baik-baik dan sampaikan kepada gurumu."

   "Ke dua, kau harus menyelamatkan Him Ji im dari kurungan pihak Ban shia kau, dia adalah putri kandung Bun ji koan su, kau harus menyelamatkan jiwanya." 'Ke tiga, aku minta kepadamu untuk menyelidiki apakah Keng Cin sin ... murid perempuan dari Han thian it kiam Cia cu kim, kiongcu dari istana Huan mo kiong di Lam hay masih hidup di dunia ini, bila dia masih hidup, sampaikanlah berita kematian ku ini kepadanya. ' Ke empat, kumohon kepada gurumu, seandainya dia orang tua merasa simpatik dengan kematian Kami guru dan murid ditangan kaum laknat, balaskan dendam untuk kami, musuh-musuh kami adalah orang-orang dari Ban sia kau, Thi kiong pang, Jian khi pang dan istana Huan mo kiong di Lam hay' Tatkala Kanglam siang hou mendengar Ku See hong menyebutkan nama-nama musuh besarnya, diam-diam mereka merasa amat terperanjat, sebab ke empat organisasi tersebut merupakan perkumpulan besar yang amat berpengaruh dalam dunia persilatan dewasa ini, cukup hanya satu saja diantara nya sudah mampu mengobrak abrik dunia persilatan dan mengancam keselamatan umat manusia, tapi kenyataannya, dia seorang telah bermusuhan dengan musuh besar sebanyak ini..Sementara itu, bayangan manusia dibawah wuwungan rumah itupun segera mengingat baik-baik nama-nama dari musuh besar yang diucapkan Ku See hong barusan, segenap rasa dendamnya yang membara segera dilimpahkan ke semua anggota perkum- pulan-perkumpulan itu. Tak lama setelah Ku See hong menyebutkan nama-nama Ban shia kau, Thi kiong pang, Jian khi pang dan Lam hay Huan mo kiong... Mendadak dari atas atap rumah diseberang sana berkumandang suara tertawa seram yang dingin dan menggidikkan hati. Suara tertawa ini melengking tajam amat menusuk pendengaran, seperti tangisan setan, seperti juga lolongan serigala, sungguh mengerikan sekali kedengarannya... Begitu suara tertawa itu berhenti, terdengar seseorang berkata dengan nada sinis. 'Ku See hong, si bocah keparat, heeehhh... heehhhh... heeehhh... kau juga tahu bahwa usiamu hampir berakhir? Sungguh patut disayangkan, disisimu terdapat daging yang montok dan menggiurkan sukma, tapi kau tak mampu menikmatinya, heeehhh.... heeeehhh...

   "

   Begitu mendengar suara tersebut, api benci dan dendam yang berkobar dalam dada Ku See hong segera membara, apa mau di kata pada saat itulah rasa sakit yang luar biasa telah menyerang semua jalan darah penting disekujur tubuhnya, kontan ucapannya tersumbat sampai ditengah jalan, dia hanya dapat merintih dengan perasaan menderita.

   Im Yan cu berkerut kening pulas setelah mendengar ucapan kotor tersebut, dengan memancarkan selapis hawa pembunuhan yang menggidikkan hati ujarnya kepada Kanglam siang hou.

   "Saudara Ho, untuk sementara waktu lindungilah dia, aku akan bereskan dulu manusia laknat tersebut' Begitu selesai berkata, gadis itu segera melejit ke tengah udara dan melayang pergi dari sama dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Dikala Im Yan cu meluncur ke luar itulah, dari atas atap rumah terdengar seseorang tertawa licik, kemudian nampak sesosok bayangan putih meluncur keatas atap rumah yang lain seperti seekor burung elang. Im Yan cu mendengus dingin, dia turut mengembangkan ilmu meringankan tubuh nya yang sempurna dan melakukan pengejaran dengan kecepatan seperti sambaran kilat. Pada saat itulah... Kanglam sianghou yang berada dalam ruangan tiba-tiba mendengar suara mendehem dari belakang, dengan cekatan kedua orang itu segera membalikkan badan. Dimana sorot mata mereka memandang, tampaklah entah sejak kapan dalam ruangan itu telah bertambah dengan sesosok bayangan manusia yang kecil dan mungil. Begitu menyaksikan siapa yang muncul Kanglam siang hou segera menunjukkan wajah berseri tapi belum sempat mereka mengucapkan sesuatu, bayangan manusia tersebut sudah mengebaskan tangan kirinya ke depan.. Dua gulung angin lembut berhembus lewat, Kanglam siang hou segera mendengus tertahan dan bersama-sama roboh lemas ke atas tanah... Sewaktu Ku See hong merasakan pula gelagat yang tidak beres dan segera miring kan tubuhnya ingin melihat jelas pendatang tersebut, tapi bayangan manusia itu kembali mengayunkan tangan kanannya, segulung angin pukulan lembut berhembus lewat dan Ku See hong merasakan sekujur tubuhnya tak mampu berkutik lagi.... Gerak gerik orang ini seperti sukma gentayangan saja, bayangan hitam berkelebat lewat dia telah menyambar pedang Ang Soat kiam milik Ku See hong yang tergeletak di pembaringan itu, kemudian sambil membopong tubuh Ku See hong, ia berlalu dari sana Pek lui jiu dan Sian hong kek tertotok jalan darahnya oleh sambaran tangan bayangan manusia yang kecil mungil seperti sukma gentayangan itu, bagaikan terkena semacam ilmu totokan istimewa, sambaran angin lembut tersebut, kedua orang itu jatuh tak sadarkan diri. Tapi dikala bayangan manusia kecil mungil itu sudah lenyap diujung kegelapan sana dengan membawa tubuh Ku See hong dan pedang Ang soat kiam. Pelan-pelan Pek lui jiu dan Sian hong kek sadar kembali dari pingsannya, serentak mereka melompat bangun dari atas tanah, kedua orang itu saling berpandangan dengan wajah tertegun, matanya terbelalak lebar dengan mulut melongo, keadaan mereka lucu sekali membuat siapapun akan tertawa tergelak bila melihatnya. Tiba-tiba Pek lui jiu dan Sian hong kek sama-sama menghela napas sedih.

   "Kita sedang bermimpi!"

   Tiba-tiba Sian hong kek Ho Gi berkata. Pek lui jiu Ho Kian memandang sekejab ke atas pembaringan yang kosong, mendadak ia menjerit kaget lagi.

   "Adik Gi, Ku See hong telah hilang!"

   Serunya. Pek lui jiu dan Sian hong kek turut merasa terperanjat setelah menyaksikan Ku See hong hilang, dengan cepat ke dua orang itu memburu ke tepi pembaringan.

   "Aaah, pedang Ang soat kiam itupun turut lenyap!"

   Sambung Sian hong kek Hoo Gi pula. Tiba-tiba sinar mata Peklui jiu Ho Kian tertumbuk dengan secarik kertas diatas meja, dia segera berteriak berat.

   "Hoore .... Ku See hong tertolong!"

   Sesudah menjerit kaget, tangan kanannya segera menyambar ke depan secepat kilat dan melepaskan kertas yang tertempel ditepi pembaringan itu.

   "Toako, kau bilang apa?''seru Sian hong kek Ho Gi gelisah. Sementara dimulut dia bertanya, sepasang matanya menatap kertas tersebut lekat-lekat, sekilas rasa girang segera menghiasi wajahnya, tapi hanya sebentar kemudian rasa girang itu sudah diganti dengan perasaan tercengang. Tampak olehnya, diatas kertas itu hanya dicantumkan beberapa huruf yang amat singkat. Adik Im Yan cu. Racun Hou kut jian hun im kang yang diidapnya akan sembuh kembali besok pagi, selain tubuhnya menjadi sehat kembali, kemampuannya akan melebihi naga dan harimau."

   Dia amat berterima kasih kepada budi kebaikanmu, diapun mencintai kau, aku harap kau pun dapat mencintainya, melindunginya, agar hatinya yang sedih bisa memperoleh kehangatan dan ketenangan.

   Aku harap surat ini jangan dibicakan kepadanya, apa yang kutulispun jangan kau bocorkan kepadanya, bila kejadian ini sampai diketahui olehnya, maka akan berakibat mencelakai dia dan aku sendiri, orang bernasib malang di ujung langit berharap semoga kalian bahagia selalu"

   Selesai membaca isi surat tersebut, Sian hong kek Ho Gi segera berguman seperti orang mengigau.

   "Siapakah dia? Siapakah dia?' Pek lui jiu Ho Kian memasukkan surat itu kedalam sakunya, lalu berkata.

   "Walaupun isi surat ini amat singkat, namun mencerminkan perasaan sedih, murung dan cinta kasih yang menggetarkan perasaannya, aku lihat hubungannya dengan Ku See hong pasti bukan hanya hubungan biasa saja, tapi asal usulnya dan raut wajahnya mungkin hanya Ku See hong yang dapat menebaknya."

   "Toako, bukankah dalam surat itu dicantumkan agar nona Im jangan membocorkan peristiwa ini?"

   Pek lui jiu Ho Kian mengangguk.

   "Benar, namun nada murung dan sedih yang termakna dalam isi surat ini bukanlah perasaan cemburu seorang perempuan terhadap perempuan lainnya, melainkan suatu perasaan sedih yang amat besar, suatu perasaan menyesal yang menekan perasaannya, membuat dia malu terhadap Ku See hong, dan tak punya muka lagi bertemu dengannya. oooo0dw0oooo BAB 31

   "PENDAPAT TOAKO tepat sekali!' ucap Sian hong kek Hoo gi, meski isi surat ini singkat, namun dari nadanya bisa dirasakan betapa suci dan murninya perasaan cinta orang itu terhadap Ku See hong, kebesaran jiwanya betul-betul mengagumkan hati, andaikata kita punya kemampuan untuk melakukan nya, pasti akan kubantu dia agar cinta ini berakhir dengan suatu kebahagiaan"

   "Perlukah kita berikan surat ini kepada nona Im?"

   Bila kita berniat untuk menjodohkan mereka agar berhasil, tentu saja masalah ini harus dirahasiakan"

   "Baik! Aku pun berpendapat demikian, langkah pertama yang harus kita lakukan sekarang adalah berapa orangkan gadis yang mencintai Ku See hong, bila ditemukan orang yang mencurigakan itu, kita selidiki lebih lanjut riwayat hidupnya, kemudian kita perhatikan bagaimanakah sikap Ku See hong terhadap perempuan itu, apakah dia pun sangat mencintainya, bila begitu keadaannya, urusan ini lebih gampang untuk diselesaikan, sebab betapa pun tekad seorang perempuan, dibawah kobaran api cintanya yang membara tekad itu akhirnya pasti akan luluh, bila mereka bisa hidup bahagia, bukanlah berarti kita telah melakukan suatu perbuatan amal.. Gara-gara mereka berdua merahasiakan surat tersebut kepada Im Yan cu, siapa tahu kalau dikemudian hari berakibat terjadinya gelombang besar akibat pergolakan cinta? Mendadak pada saat itulah ditengah suasana hening yang mencekam seluruh jagad, tiba-tiba terdengar suara tertawa lengking yang sangat membetot sukma. Paras muka Kanglam Sianghou berubah hebat sesudah mendengar gelak tertawa itu, sebab suara tertawa yang melengking itu cukup menggetarkan perasaan mereka hingga telingan menjadi sakit dan darah di dalam dadanya bergolak keras, dari sini dapat diketahui betapa sempurna tenaga dalam yang dimiliki orang itu. Sekilas cahaya melintas dalam benak mereka, buru-buru Kanglam Sianghou menjatuhkan diri berbring lagi ke atas tanah, mereka berlagak seolah-olah masih tertotok jalan darahnya oleh totokan bayangan kecil tadi, sedang matanya menyipit dan secara diam-diam memperhati kan gerak gerik di sekeliling tempat itu. Tak lama kemudian, suara tertawa aneh itu sirap... Mendadak terdengar jendela belakang berbunyi lirih, suara itu amat kecil dan lirih, andaikata Kanglam sianghou tidak memper- hatikan dengan seksama, sulit rasanya untuk menjumpai suara tersebut. Menyusul suara lirih tadi, tirai didepan jendela bergerak dan sesosok bayangan manusia menyelinap masuk kedalam ruangan dengan kecepatan luar biasa. Pek lui jiu Ho Kian segera mengintip dari balik ujung bajunya, ia saksikan pendatang tersebut adalah seorang sastrawan setengah umur yang bertubuh jangkung, berwajah tampan dengan mengenakan jubah panjang berwarna biru, wajah orang itu putih, hidungnya mancung meski sudah berusia setengah umur, namun tak dapat menutupi kegagahan dan ketampanannya semasa masih muda dulu. Tanpa terasa Pek lui jiu Ho Kian dan Sian hong kek Ho Gi bersama-sama mengalihkan sorot matanya memperhatikan pedang panjang berwarna hitam pekat yang tersoren dibahu orang itu. Menyaksikan pedang hitam itu serentak mereka berpekik kaget didalam hati.

   "Aaaaah. .! Dia adalah Thi bok sin kiam (pedang sakti kayu besi) Cu Pok, salah satu diantara dua murid murtad Bun ji koansu locianpwe .....' Orang ini adalah Thi bok sin kiam (pedang sakti kayu besi) Cu Pok. Sedangkan manusia aneh berkerudung yang dijumpai Ku See hong di luar kuil kuno tempo hari juga murid murtad dari Bun ji koansu yang bernama Jian hun kim ciang (telapak tangan emas sukma cacad) Tu Pak kim. Tapi orang itu sudah dikalahkan oleh Im Yan cu dengan pukulan Hay jin ciang yang dilancarkan pada akhir pertarungan tersebut. Begitu memasuki ruangan sepasang mata Pedang sakti kayu besi, Cu Pok memandang sekejab sekeliling tempat itu, mula-mula paras mukanya berubah hebat, tapi selang sesaat kemudian telah lenyap tak berbekas. Sekulum senyuman menyeringai yang amat licik segera tersungging diujung bibirnya, tidak gugup tidak panik dia masuk ke dalam kamar orang dengan santai, seakan-akan sedang berada dalam rumah sendiri saja. Langkahnya begitu ringan, gerak-gerikrya amat santai. mungkin dia tidak memandang sebelah matapun terhadap Kanglam sianghou yang berada di situ atau mungkin juga mereka dianggap benar- benar sudah tertotok. Pedang sakti kayu besi Cu Pok berjalan bolak balik berulang kali dalam ruangan itu, kemudian bergumam.

   "Betul-betul menggemaskan, ternyata keparat itu telah dilarikan orang lebih dulu hingga yang tersisa hanya dua gentong nasi yang tergeletak disini..."

   Sembari bergumam dia menghampiri Kanglam sianghou, mendadak dia membalikkan badan, sepasang tangannya digunakan mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Kanglam Sianghou.

   Mimpipun Kanglam sianghou tak menyangka kalau Pedang sakti kayu besi Cu Pok bakal bertindak begitu licik kendatipun ilmu silat mereka tergolong nomor wahid dalam dunia persilatan, namun menghadapi sergapan dalam keadaan tak siap begini, kedua orang tersebut dibikin gelagapan juga.

   Tahu-tahu urat nadi merka sudah terbekuk dan seluruh kekuatan yang mereka milikipun membuyar.

   Pedang sakti kayu besi Cu Pok adalah seorang jagoan yang luar biasa, semenjak masuk kedalam ruangan, ia sudah mengetahui kalau kedua orang itu hanya berpura-pura belaka, maka timbullah niatnya untuk menyergap mereka.

   Agar sergapan tersebut berhasil, siluman rase yang amat licik ini segera berlagak seakan-akan tidak memperhatikan Kanglam sianghou, dia hanya berjalan mondar mandir belaka dalam ruangan seolah-olah tak ada kejadian apapun.

   Padahal dia bergerak sambil mengatur posisi, secara diam-diam dia memilih posisi yang paling cepat untuk turun tangan, selain diapun harus waspada terhadap sergapan lawan, karena dia tahu kalau ke dua orang itu adalah Kanglam siang hou.

   Setelah berhasil mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Kanglam Siang hou, si Pedang Sakti kayu besi Cu Pok tertawa terbahak-bahak, katanya.

   "Haaaahh...haahhh... haaahh... Kanglam Sianghou, betapapun lihaynya siasat yang kalian gunakan, jangan harap bisa mengelabui aku si Pedang sakti kayu besi, haaaahhh...haaaahhh..."

   Dicengkeram urat nadinya oleh musuh, Kanglam sianghou merasakan kesakitan hebat, terpaksa mereka membungkam diri dalam seribu bahasa, sementara dihati kecilnya berpikir setelah menghela napas.

   "Heran, mengapa orang-orang yang kujumpai selama berapa hari terakhir ini memiliki kepandaian silat yang luar biasa? Tampaknya apa yang diucapkan sastrawan berpakaian perlente Hoa Siang si tempo hari memang betul, kepandaian silat yang dimiliki kami berdua masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan kaum laknat, tapi.... benarkah anggota persilatan rata-rata berkepandaian setangguh itu....?"

   Kang lam sianghou merasakan hatinya sedih, murung dan kesal, kepercayaannya terhadap kepandaian sendiri pun semakin berkurang.

   Meskipun sepasang tangan mereka berdua kena dicengkeram, namun secara diam-diam mereka masih dapat menghimpun tenaga murninya, tapi begitu perbuatan mereka ketahuan si Pedang sakti Kayu besi Cu Pok, dia segera perkeras cengkeramannya hingga mengakibatkan kedua orang itu kesakitan hebat, peluh jatuh bercucuran dengan derasnya, akan tetapi dimulut mereka masih tertawa seram.

   Mendadak terdengar Pedang sakti kayu besi Cu Pok berkata dengan suara yang dingin menggidikkan hati.

   "Kanglam siang hou, aku orang she Cu ingin bertanya, kalian telah menyembunyikan Ku See hong di mana? Cepat beri jawaban yang sejujurnya..."

   Meskipun rasa sakit yang mencekam tubuhnya sukar ditahan, namun Pek lui jiu Hoo Kian masih tertawa dingin tiada hentinya.

   "Cu Pok!"

   Dia berseru.

   "kau bajingan rendah yang bermoral bejat, penghianat perguruan, bedebah terkutuk, setelah Kanglam siang hou terjatuh ke tanganmu malam ini, mau dibunuh mau dibantai terserah kepadamu, tapi bila kau hendak mempermainkan kami dua orang, jangan salahkan kalau kami akan mencaci maki delapan keturunan nenek moyangmu!' Pedang sakti kayu besi Cu Pok mencibiran bibirnya memperlihatkan sikap yang sinis dan keji, lalu setelah tertawa seram katanya sinis.

   "Kanglam siang hou, prajurit yang kalah perang, tak usah berlagak hebat, heeehhh... heehhh... heeehh...heeeehhh.... jika kalian tidak mengatakan kepadaku dimana tempat persembunyian Ku See hong, akan kusuruh kalian hidup tak bisa, matipun susah, selama hidup berada dalam penderitaan dan siksaan" 'Bedebah, anjing jahanam yang terkutuk! Kau tak usah banyak ngebacot lagi .....' teriak Sian hong kek Ho Gi mendadak sambil menggertak gigi kencang-kencang. ' Baik! Baik!"

   Kata pedang sakti kayu besi Cu Pok sambil tertawa seram.

   "kalau begitu, aku orang she Cu ingin menyaksikan sampai dimanakah kehebatan kalian, heeeehhh .....heeeehhh...."

   Ditengah suara tertawanya yang menyeram kan, Kanglam siang hou merasakan muncul nya segulung aliran hawa yang menembusi tubuh mereka, menyusup kedalam urat penting dan mengakibatkan pergolakan darah dalam tubuhnya mengalir berbalik.

   Butiran keringat sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran melalui rongga badan mereka, tapi kedua orang itu tetap menggertak gigi kencang-kencang, mereka berusaha keras menahan penderitaan dan siksaan yang menghebat akibat darah yang mengalir terbalik ditubuh mereka.

   Tapi mengikuti berputarnya sang waktu, penderitaan yang mereka rasakan pun kian lama kian bertambah dahsyat, kedua orang itu hanya merasakan nadi-nadi mereka melebar dan membengkak seperti mau meledak.

   Makin besar gelombang aliran hawa sakti yang dipancarkan Cu Pok, makin menghebat rasa sakit yang mencekam dalam tubuhnya, seluruh badan mereka terasa seperti di gigit semut beracun, mana gatal, sakitnya bukan kepalang...

   Penderitaan tersebut bagaikan sebilah pedang tajam yang sebentar-sebentar menusuk dan mencongkel kulit badan mereka.

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Heehh...heeehhh.. heeehh.. tentunya perasaan semacam ini tak sedap dirasakan bukan?"

   Jengek pedang sakti kayu besi Cu Pok dengan suara yang dingin menyeramkan, keji dari menggidikkan hati.

   "terus terang aku katakan kepadamu, siksaan yang lebih kejam justru masih berada dibelakang! Hayo cepat kalian katakan, sekarang dia bersembunyi dimana? atau mungkin dia telah diculik orang lain, siapakah yang menculiknya? Hayo cepat katakan!"

   Paras muka Pek lui jiu Hoo Kian dan Sian hong kek Hoo Gi yang sesungguhnya berwarna merah darah itu, kini berubah menjadi hijau kekuning-kuningan, kulit wajahnya mengejang keras penuh penderi-taan, peluh bercucuran bagaikan hujan, gigi saling beradu dan napasnya ngos-ngosan, meski demikian mereka sama sekali tidak mengeluh.

   Keras kepala, tangguh dan tahan uji, dapat tercemin dari sikap mereka berdua sekarang.

   Sekalipun rasa sakit yang menyiksa badan benar-benar tak tertahankan akan tetapi Pek lui jiu Ho Kian sama sekali tidak menunjuk kan sikap lemah atau minta ampun, sorot matanya mencorongkan serentetan cahaya penuh rasa dendam dan benci.

   "Bajingan laknat!"

   Bentaknya kemudian "siksaan macam apa lagi yang kau miliki? Hayo, keluarkan semua! Betapa pun keji dan mengerikannya siksaanmu itu, jangan harap bisa memaksa Kanglam siang hou merengek minta ampun kepadamu"

   "Heeeeehhh... heeeehh... heeeehhh... kalau begitu silahkan dicoba"

   Jengek pedang sakti kayu besi Cu Pok sambil tertawa kejam.

   "akan kulihat sampai berapa keraskah tulang belulang kalian?"

   Seusai berkata, pedang sakti kayu besi Cu Pok segera mengerahkan haws sakti Han it ji khi sinkang (dua unsur panas dingin) yang telah dilatihnya selama puluhan tahun ke dalam ke dua belah tangannya lalu menyalur kan ketubuh Kanglam sianghou.

   Akibat dari penyaluran hawa dua unsur tersebut, kontan saja Kanglam sianghou merasakan tubuh mereka seakan-akan dijebloskan ke dalam neraka tingkat delapan belas yang amat mengerikan...

   Yang mula-mula mereka rasakan paling dulu adalah sekujur badan gemetar keras, seakan-akan seluruh badan mereka diceburkan ke dalam sebuah gudang es yang sangat dingin, menyusul kemudian terasa ada aliran hawa dingin yang menyerupai gelombang samudra menyusup ke dalam tubuh dan menerjang nadi-nadi penting di seluruh badan.

   Kemudian, mereka rasakan hawa panas yang menyengat badan menjalar ke seluruh badan mereka, membuat mereka kegerahan setengah mati.

   Belum lama hawa panas itu menggerahkan tubuh, hawa dingin kembali mengalir ke dalam tubuh, untuk kesekian kalinya mereka menggigil kedinginan.

   Hawa dingin dan hawa panas menyerang tubuh silih berganti, kontan Kang lam sianghou merasakan siksaan dan penderi-taan yang berakibat seluruh tubuh mereka remuk redam.

   Ternyata pengaruh dari serangan Han jit ji khi sin kang, ini tak jauh berbeda dengan siksaan haws panas dan hawa dingin yang dihasilkan oleh ilmu Hou kut jian hun im kang, hanya saja bedanya kalau yang depan lebih ringan daripada yang terakhir, terutama soal kekejaman dan kehebatan dari akibatnya.

   Sebab ilmu Han jit ji khi sinkang dilakukan berdasarkan hawa murni seseorang yang disalurkan ke tubuh korbannya, apabila hawa murni itu ditarik kembali maka penderitaan si korban pun akan hilang.

   Betul dia pun bisa menyalurkan hawa jahatnya untuk melukai nadi musuh, tapi sang korban hanya akan merasakan penderitaan menjelang saat kematiannya, tidak sekeji dan selihay akibat dari racun hou kut jian hun im kang yang menderita siksaan berapa kali sebelum ajalnya tiba.

   Kendatipun begitu, penderitaan dan siksaan yang dialaminya tak dapat disejajarkan dengan ilmu silat beracun yang manapun.

   Terutama sekali aliran hawa jahat Cu Pok yang munculnya gelombang demi gelombang, hal mana semakin menyiksa Kanglam siang hou sehingga isi perutnya bagaikan putus semua.

   Makin lama mereka semakin tak sanggup menahan diri meskipun mereka hampir jatuh tak sadarkan diri, namun ke dua orang itu tidak merintih barang sekejappun.

   Ketabahan dan kekerasan hati ke dua orang itu, diam-diam membuat Pedang sakti kayu besi Cu Pok merasa kagum, namun jagoan yang berhati kejam, bengis dan tak tahu peri kemanusiaan ini hanya tahu mencapai tujuannya dengan cara apapun, dia semakin gencar mengerahkan hawa murni nya menerjang tubuh lawan.

   Mendadak, pada saat inilah dari luar jendela berkumandang dua kali suara desingan tajam..

   Menyusul kemudian kelihatan ada dua sosok bayangan manusia melayang masuk dengan kecepatan luar biasa, mereka berdiri di muka rumah penginapan tersebut.

   Ternyata mereka adalah si lelaki bercodet di wajahnya serta seorang kakek cebol yang kurus kering.

   Lelaki bercodet diwajahnya itu bertampang buas dan garang, namun sekarang dia memberi hormat kepada Pedang sakti kayu besi dengan rasa hormat yang luar biasa, setelah itu ujarnya.

   `Lapor suhu, orang-orang Hiat mo bun telah menampakkan jejaknya, sekarang ke empat iblis dari pulau lautan timur sudah dikejar oleh banyak jago lihay, namun akhirnya berhasil meloloskan diri, barusan tecu dan Tan hiangcu kebetulan menemukan tempat persembunyian mereka...."

   "Tutup mulut"

   Mendadak pedang sakti kayu besi Cu Pok membentak keras.

   Ternyata lelaki bercodet diwajahnya itu adalah seorang perampok tunggal dari Wilayah Kwang tong yang banyak melakukan perbuatan jahat, orang menyebutnya sebagai Sing ci hou (harimau bersayap) Kiong Hiong..

   Sejak menggabungkan diri dengan pihak perkumpulan Ban sia kau, bakat ilmu silatnya yang baik telah menarik hati Pedang sakti kayu besi Cu Pok, maka diapun diterima sebagai muridnya.

   Padahal berbicara yang sebenarnya, tindakan yang dilakukan olehnya itu tak lebih hanya untuk menguatkan kedudukan nya di dalam perkumpulan Ban sia kau.

   Sedangkan kakek cebol yang berperawakan kurus kering itu merupakan hiangcu terlihay diantara enam belas orang hiangcu perkumpulan Ban sia kau, dia adalah hiangcu yang mengepalai ruang Sin hwee tham (ruang api suci), orang menyebutnya sebagai Kun thian ciang (Pukulan langit) Tan Khong lun.

   Tatkala si Harimau bersayap Kiong Hiong mendengar suara bentakan dari Pedang sakti kayu besi Cu Pok, dia segera memahami maksudnya dan segera membungkam..

   Sementara itu, semenjak masuk ke ruangan tersebut, Kun thian ciang Tan Khong lun sudah memperhatikan wajah Kanglam siang hou yang meringis menahan siksaan dan penderitaan yang sangat hebat itu, paras mukanya segera berubah, tapi hanya sesaat kemudian telah lenyap kembali tak berbekas, kemudian dengan wajah sedingin es dia berkata.

   `Lapor Cu Kau si (ketua pelatih), barusan aku menyaksikan ada sesosok bayangan manusia membopong seseorang bergerak menuju ke arah barat kota, tampaknya menuju ke arah Tay an ko bio....' "Sungguhkah perkataanmu itu?"

   Belum habis Ku thian ciang Tan Khong lun menyelesaikan perkataannya, buru-buru pedang sakti kayu besi Cu Pok menukas.

   Sembari berkata, sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati itu mengawasi wajah Ku thian ciang Tan Khong lun lekat-lekat, seakan-akan dia hendak menembusi hatinya saja.

   Paras muka Tan Khong lun tetap tenang seperti sediakala, sama sekali tidak menun-jukkan perubahan apapun.

   "Ucapan Tan hiangcu tepat sekali"

   Harimau bersayap Kiong Hiong segera menyambung.

   "memang ada sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, hanya saja apakah dia membopong orang atau tidak, hamba tak berani memastikan dengan pasti!"

   Dengan paras muka dingin tanpa terasa si pedang Sakti kayu besi Cu Pok segera berkata lagi.

   "Kalau begitu kalian bunuh segera kedua orang bangsat ini, kemudian bersama-sama melakukan pengejaran!" ' Tunggu dulu!"

   Buru-buru Kun thian ciang Tan Khong lun berseru.

   "apa salahnya kalau kita totok saja jalan darah mereka, senadainya pengejaran kita tidak mendatang kan hasil, bukankah kita bisa memaksa mereka untuk memberikan keterangan yang diperlukan? Seandainya pedang Ang soat kiam dan Ku See hong sampai terjatuh ke tangan orang-orang Hiat mo bun, bisa jadi kedua hal tersebut akan mendatangkan ancaman yang maha besar untuk kita semua"

   "Hmm, kalau begitu biarlah mereka keenakan untuk sementara waktu!"

   Pedang sakti kayu besi Cu Pok mendengus dingin.

   Sepasang bahunya tiba-tiba merendah kebawah, sikut kiri dan kanannya mendadak disodok bersama-sama menghajar jalan darah Ki bun hiat di tubuh Pek lui jiu dan Sian hong kek.

   Dalam pada itu kanglam Sianghou sudah dibuat kelelahan sekian waktu, hawa darahnya membuyar dan tubuhnya amat lemas.

   Berada dalam keadaan demikian, tidak terlalu sulit buat pedang sakti kayu besi Cu Pok untuk menotok jalan darah mereka.

   Begitu jalan darah Ki bun hiatnya tertotok kedua orang itu segera roboh ke atas tanah dalam keadaan lemas.

   Tiba-tiba terdengar dengusan tertahan bergema dalam ruangan itu, suara tersebut begini lirih dan lemahnya, sehingga andai kata seseorang yang memiliki ketajaman pendengaran yang luar biasa, jangan harap dapat menangkap suara tersebut.

   Paras muka pedang sakti kayu besi Cu Pok berubah sedikit, sambil membalikkan badannya, dia mengebaskan ujung bajunya kemuka seketika itu juga enam batang lilin dalam ruangan padam bersama-sama.

   Suasana gelap gulita segera mencekam seluruh ruangan, pada saat itulah dari luar jendela terdengar seseorang mengejek sambil tertawa dingin.

   "Kawanan manusia laknat dari Ban sia kau, cepat pasang lampu menyambut kedatangan raja akherat...' Semua orang yang hadir dalam ruangan rata-rata memiliki ketajaman pendengaran yang melebihi orang lain, namun mereka tak habis mengerti apa sebabnya kehadiran orang tersebut diluar jendela tidak dirasakan olehnya, ditinjau dari sini, dapat diketahui betapa lihaynya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu. Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang sombong, keji dan berhati busuk itu turut merasa terperanjat dibuatnya, itulah sebab nya ia 678 segera memadamkan lampu lilin dalam ruangan lantaran kuatir disergap musuh. Sementara suara ejekan orang itu berkumandang, Harimau bersayap Kiong hiong telah mengayunkan tangan kanannya secara tiba-tiba segenggam jarum lembut yang berkilauan tajam dengan cepat meluncur keluar jendela. Senjata rahasia itu amat kecil dan lembut, sewaktu dilancarkan sama sekali tidak bersuara, apalagi dalam kegelapan malam, lebih sukar untuk dielakkan. Selama berkelana dalam dunia persilatan sebagai seorang perampok, Harimau bersayap Kiong Hiong sudah termashur karena kekejaman hatinya, semua jarum lembut miliknya telah diolesi dengan racun keji yang mematikan bila bertemu darah, ditambah lagi caranya melepaskan serangan sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, dalam sekali serangan saja tiga puluh batang jarum bisa dilancarkan bersama-sama, bahkan sepasang tangannya bisa menyerang tiada hentinya. Jarum lembutnya yang dilancarkan pada genggaman pertama telah meluncur ke muka menembusi jendela, namun seperti batu yang tenggelam di dasar samudra, lenyap tak berbekas tanpa kedengaran sedikit suarapun. 'Weeeess.. !"

   Tangan kiri harimau bersayap Kiong Hiong segera diayunkan kembali melepaskan segenggam jarum beracun.

   Kali ini terdengar lagi suara dengusan tertahan yang amat lirih sekali....

   Setelah dengusan itu menggema, terdengar lagi suara ujung baju terhembus angin, tampaknya pendatang itu sudah mengundur kan diri secara tiba-tiba....

   Harimau bersayap Kiong Hiong sudah terbiasa berhati keji dan buas, tentu saja ia tidak membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja, dengan cepat dia menyelinap dan menerobos keluar lewat jendela.

   Pedang sakti kayu besi Cu Pak adalah seorang jago yang berkepandaian tinggi, dan berotak amat cerdik, sejak dia mengebaskan tangannya memadamkan api lilin tadi, ia telah memusatkan perhatiannya mendengar kan semua gerak gerik diluar dengan seksama.

   Tatkala dilihatnya Harimau bersayap Kiong Hiong menerjang keluar, buru-buru dia berseru.

   "Hati-hati siasat lawan, waspada terhadap se..."

   Belum habis ia berseru, dari luar ruangan telah berkumandang suara gelak tertawa yang memekikkan telinga...

   Menyusul kemudian bergema pula serentetan suara jeritan ngeri yang memilukan hati.

   Selembar nyawa Harimau bersayap Kiong Hiong yang telah banyak melakukan kejahatan pun melayang meninggalkan raga nya di tengah jeritan tersebut, tubuhnya dihajar orang sampai terpental balik ke dalam ruangan, batok kepalanya juga berubah menjadi remuk dan hancur penuh dengan genangan darah.

   Dari luar jendela terdengar seseorang berseru lagi sambil tertawa dingin.

   "Pedang sakti kayu besi Cu Pok, mengakunya saja orang kedua dalam perkumpulan Ban sia kau, tak tahunya nyawa seorang muridnya pun dikorbankan dengan begitu saja, haaahhh ... .haaaahhh... .. bila punya kepandaian, hayo keluarkan dan mari kita bertarung tiga ratus gebrakan..' Tantangan yang dilontarkan secara terang-terangan ini kontan saja membuat Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang jumawa dan sudah terbiasa kepala besar itu tak sanggup menahan diri, ia segera tertawa seram. Dengan suatu gerakan cepat dia melejit tiga depa ke tengah udara, kemudian dengan posisi yang sama sekali tak berubah, mendadak tubuhnya melejit ke muka, sepasang lengannya berputar kencang seperti roda, secepat sambaran kilat ia meluncur keluar dari ruangan tersebut. Akan tetapi suasana diluar, amat hening, amat gelap gulita, bintang bertebaran diangkasa, tak sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan disitu. Pedang sakti kayu besi Cu Pok segera mementangkan kembali tangannya, sebelum kakinya menginjak tanah ia sudah melejit kembali ke udara dan melayang keluar dari halaman tersebut. Dalam waktu singkat ia sudah melompat naik ke atas atap rumah, sepasang matanya yang tajam mengawasi sekeliling tempat tersebut tanpa berkedip. Angin malam berhembus lewat menyiarkan bau harum bunga yang semerbak, suasana ditengah halaman amat hening, sedang jejak musuh sudah lenyap tak berbekas. Mendadak ...ia menyaksikan ada sesosok bayangan manusia melejit ke tengah udara dari atas atap rumah berapa kaki dari situ dengan kecepatan tinggi, orang itu meluncur ke depan. Pedang sakti kayu besi Cu Pok mendengus dingin, sorot mata yang keji buas dan mengerikan memancar keluar dari balik matanya, dengan suatu gerakan cepat dia mengejar ke depan sana. Akan tetapi setelah melalui tiga buah halaman rumah, sedikit kurang seksama, tahu-tahu bayangan manusia itu sudah lenyap tak berbekas. Tak terlukiskan perasaan mendongkol yang dirasakan pedang sakti kayu besi Cu Pok pada waktu itu, akan tetapi dia pun merasa terkejut bercampur kagum akan kelihayan ilmu meringankan tubuh serta kecerdasan orang yang luar biasa. Berdiri tegak diatas atap rumah, sepasang matanya yang buas dan tajam itu memeriksa sekeliling tempat itu dengan seksama. Malam sangat gelap, namun tidak terlihat jejak musuh disekitar tempat itu. Tiba-tiba suatu ingatan melintas dalam benaknya, segera pekiknya tertahan. aah, celaka! Aku tertipu ...."

   Sambil membalikkan badan, dia segera menerjang kembali ke arah halaman rumah...

   Kiranya sewaktu pedang sakti kayu besi Cu Pok membalikkan tubuhnya tadi, Kun than ciang Tan Khong lun telah menerjang ke arah Kanglam sianghou dan secepat kilat membebaskan jalan darah Pek lui jiu dan Sian hong kek yang tertotok.

   Pek lui jiu Ho Kian sekalian merupakan jago dalam dunia persilatan, yang sudah berpengalaman, meski berada dalam ruangan yang gelap gulita, mereka masih bisa melihat jelas keadaan disitu.

   Maka begitu jalan darah mereka dibebaskan, apalagi menyaksikan orang yang menolong mereka adalah Kun thian ciang Tan Khong lun, dengan cepat kedua orang itu melompat bangun.

   Pada saat inilah Kun thian ciang Tan khong lun berseru dengan nada cemas.

   "Dua bersaudara Hoo, rahasia ini akan kalian ketahui dikemudian hari, sekarang cepat kalian ikuti aku pergi dari sini!"

   Selesai berkata, Kun thian ciang Tan Khong lun segera menarik kedua orang itu dan secepat kilat menerjang keluar dari pintu utama, kemudian berputar ke kiri membelok ke kanan, mereka bergerak dengan kecepatan luar biasa.

   Walaupun jalan darah Pek lui jiu Hoo Kian dan Sian hong kek Hoo Gi sudah bebas, akan tetapi berhubung mereka sudah membuang banyak tenaga tadi, hingga kini tubuhnya masih terasa linu dan lemas, tentu saja dalam keadaan demikian sulit bagi mereka untuk mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki.

   Untung saja Kun thian ciang Tan Khong lun mengempit mereka berdua dibawah ketiaknya, sehingga perjalanan dapat dilanjutkan dengan cepat.

   Sedemikian cepatnya gerakan tubuh orang itu, membuat mereka berdua hanya merasa kan sepasang kaki mereka meninggalkan tanah dan angin kencang berhembus lewat disisi telinganya.

   Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu singkat, kesemuanya ini membuat mereka seakan-akan berada dalam impian saja, kelabakan dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.

   Padahal kenyataan yang berada didepan mata mereka sekarang pun sulit dipercayai oleh Kanglam siang hou, bayangkan saja seorang hiangcu yang rendah kedudukannya dalam perkumpulan Ban sia kau ternyata memiliki ilmu meringankan tubuh yang begini sempurna, bahkan kelihayannya sama sekali tidak berada dibawah kepandaian yang di miliki sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si.

   Mendadak Kanglam siang hou merasa gerakan tubuh orang itu berhenti, menanti mereka coba memeriksa keadaan disekitar sana, ternyata mereka sudah berada dalam sebuah kamar.

   Terdengar Kun thian ciang Tan Khong lun kembali berkata.

   "Tempat ini merupakan sebuah ruang kamar dalam sebuah gedung yang terletak di barat laut rumah penginapan Yang tang, untuk sementara waktu tinggallah kalian berdua disini barang satu jam atau lebih baik lagi menanti sampai fajar nanti setelah itu berangkatlah ke lembah Cu yu kok, tiga li di tenggara kota!"

   "Saudara siapa namamu? Bolehkah kami tahu..."

   Buru-buru Pek lui jiu Hoo Kian bertanya.

   "Kun thian ciang Tan Khong lun hanya nama samaranku dalam perkumpulan Ban shia kau, persoalan selanjutnya kita bicarakan bila ada kesempatan saja, Pedang sakti kayu besi Cu Pok selain berilmu tinggi, berhati kejam dan tak berperi kemanusiaan, diapun amat cerdas otaknya, bila aku bersikap kurang hati-hati, bisa jadi semua 683 rahasiaku akan ketahuan, meski aku tidak takut menghadapinya, namun urusan lain pun tidak mudah diselesaikan."

   "Nah, ingatlah baik-baik perkataanku, besok berangkatlah ke lembah Cui yu kok, tapi gerak gerik kalian meski berhati-hati dan rahasia, lebih baik lagi jangan sampai bertemu dengan anggota Ban shia kau"

   Selesai berkata dia lantas melejit ke tengah udara dan meluncur pergi meninggalkan tempat itu.

   Mendadak ia menyaksikan pedang sakti kayu besi Cu Pok sedang berdiri kaku di atas atap rumah, buru-buru ia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna melewati beberapa buah bangunan rumah secara beruntun.

   Ketika ia berpaling dan menyaksikan Cu Pok sedang mengejar ke arahnya, buru-buru dia melompat turun ke atas permukaan tanah, kemudian dalam berapa kali belokan saja dia sudah lari kembali ke dalam kamar.

   -ooo0dw0ooo-

   Jilid 21 SETELAH itu dengan suatu gerakan cepat, dia menotok jalan darah sendiri hingga tubuhnya roboh tergelepar ditanah.

   Disaat Kun thian ciang Tan Khong lun selesai menotok jalan darah sendiri, Pedang sakti kayu besi Cu Pok sudah menerjang masuk ke dalam ruangan dengan sebuah telapak tangan melindungi dada sendiri, akan tetapi setelah menyaksikan Kun thian ciang Tan Khong lun menggeletak ditanah, sedang Kang lam siang hou lenyap tak berbekas, untuk sesaat dia berdiri tertegun disana dan tak tahu apa yang meski dilakukan?.

   Seandainya kesemuanya ini merupakan kenyataan, maka bisa dibayangkan kalau ilmu silat yang dimiliki pendatang itu benar-benar sudah mencapai puncak kesempurnaan, bahkan ibaratnya jago sakti yang nampak kepala tak kelihatan ekornya.

   Lantas siapakah orang itu? Mungkin hanya manusia berkerudung warna warni yang misterius saja yang bisa berbuat demikian.

   Tapi kalau didengar dari nada ucapannya tadi, jelas orang itu adalah seorang lelaki, padahal dalam dunia persilatan dewasa ini paling banter hanya ada dua tiga orang saja yang sanggup menangkan dirinya, atau mungkin hanya suci (kakak seperguruan)nya seorang saja yang memiliki ilmu silat setaraf itu.

   Diluar perkumpulan Ban shia kau memang masih ada jagoan yang yang pernah dicoba kehebatan kepandaian silatnya, yakni Im Yan cu, bahkan adik seperguruannya Tu Pak kim pernah bertarung melawannya.

   Namun andaikata pihak lawan hanya seorang, mustahil dia bisa melakukan berapa macam pekerjaan tersebut bersamaan waktunya, sebaliknya bila pihak lawan terdiri dari dua atau tiga orang, maka ilmu silat yang dimiliki ke tiga orang ini paling tidak harus setaraf dengan kepandaian sendiri.

   Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan ter-sebut, bisa diduga kalau kehebatan yang dimiliki pihak Hiat mo bun tak boleh dianggap enteng.

   Masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan yakni, seandainya pihak lawan terdiri dari tiga orang, sudah pasti mereka akan berusaha untuk menyergapnya dan kalau bisa melenyapkan dirinya dari muka bumi, sehingga kekuatan perkumpulannya akan jauh berkurang.

   Tapi nyatanya sekarang, mereka hanya bertujuan menolong Kang lam siang hou, berdasarkan dari hal ini, bisa diduga pula kalau mereka merasa sangsi atas kemampuan yang dimiliki.

   Tapi dibalik kesemuanya itu masih terdapat pula banyak hal yang mencurigakan hati atau siapa tahu kalau mereka mempunyai mata-mata yang disusupkan ke dalam perkumpulannya?, tapi, siapakah musuh dalam selimut tersebut.....? Berpikir sampai di situ, sekulum senyuman menyeringai yang keji dan mengerikan segera tersungging diujung bibir Pedang sakti kayu besi Cu Pok, tanpa terasa sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati itu dialihkan ke atas wajah Kun thian ciang Tan Khong lun yang tergeletak di tanah.

   Akan tetapi orang itu sama sekali tidak mencurigakan, sudah jelas jalan darahnya ditotok orang.

   Pelan-pelan Pedang sakti kayu besi Cu Pok berjalan ke sisi Kun thian ciang Tan khong lun, kemudian tangan kanannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah serangan untuk membebaskan jalan darah Kun thian ciang Tan Khong lun yang tertotok.

   Mendadak Kun thian ciang Tan Khong lun menghembuskan napas panjang, menyaksi kan Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang berada dihadapannya, dia berlagak mengucak matanya, seolah-olah matanya masih berkunang-kunang saja..

   Sementara itu pedang sakti kayu besi Cu Pok telah menyulut tiga batang lilin, mukanya dingin tanpa perasaan sedikitpun, sedang sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati mengawasi wajah Kun thian ciang Tan Khong lun tanpa berkedip.

   "Tan hiangcu, kau melihat jelas orang itu?"

   Tegurnya dengan suara dingin. Mendapat pertanyaan tersebut, Kun thian ciang Tan Khong lun menghela napas sedih.

   "Cu cong kau si, sejak masuk menjadi anggota perkumpulan lantaran kepandaian silatku kelewat rendah, berulang kali aku telah menghilangkan kewibawaan perkum-pulan, untuk itu aku merasa amat malu sekali"

   Sepasang mata Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang tajam bagaikan sembilu itu tak pernah beralih dari wajah Kun thian ciang Tan Khong lun walau sekejap pun, setelah mendengus berat, katanya dingin.

   'Coba kau tuturkan kembali kejadian yang barusan kau alami'' Kembali Kun thian ciang Tan Khong lun menghela napas panjang, pelan-pelan ia menuturkan.

   "Sewaktu Cu Congkau si menerjang keluar lewat jendela tadi, sesosok bayangan manusia menyelinap masuk lewat pintu utama dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, baru saja aku hendak menjerit keras, segulung angin dingin telah berhembus datang menerjang jalan bisuku. Begitu jalan darahku tertotok, sambil tertawa dingin orang itu lantas berkata.

   "Kalian manusia-manusia laknat, sebenar nya malam ini harus dibasmi semua dari muka bumi, tapi berhubung waktu yang tidak mungkin, untuk sementara waktu biar kalian yang beruntung"

   Mungkin lantaran dia kuatir Cu Congkau si keburu kembali, buru-buru jalan darah Ciang bun hiat di tubuhku ditotoknya, maka akupun jatuh tak sadarkan diri, apa yang kemudian terjadi aku tidak tahu."

   Sekulum senyuman menyeringai kembali menghiasi ujung bibir pedang sakti kayu besi Cu Pok, jengeknya sinis? "Benarkah ilmu silatnya amat lihay? Atau mungkin ucapanmu itu terdapat penyakit nya? Apakah kau tidak melihat raut wajahnya? Tapi aku rasa kau pasti tak sempat melihat jelas bukan? Hmmm, siapa kah dia?' Sikap Kun thian ciang Tan Kong lun sangat tenang, ujarnya pelan.

   "Orang persilatan mengutamakan soal budi yang besar, aku orang she Tan sudah banyak menerima budi dari kaucu, budi tersebut belum sempat kubayar hingga kini, sebalik nya berulang kali aku harus menderita kekalahan yang mengenaskan ditangan orang, hal ini membuat rasa malu dan sedihku tak terlukiskan dengan kata. Meski ilmu silat aku orang she Tan tak mampu menandingi orang, namun aku pun tak akan membiarkan musuh menghina dan memper-mainkan diriku dengan seenaknya, raut wajah orang itu sempat kulihat jelas, namun aku tidak mengetahui siapakah orang itu?"

   Mendengar ucapan tersebut, kembali Pedang sakti kayu besi Cu Pok memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang seram dan sukar diduga maksudnya itu. 'Heeeehh.. heeehh.... heeeehh... coba kau lukiskan bagaimanakah raut wajah orang itu?"

   "Orang itu mengenakan baju perlente yang halus mutunya dan indah bentuknya, ber- dandan sebagai sastrawan, berusia empat puluh tahunan, bermata tajam, bertubuh sedang dan berwajah keren penuh kewibawaan"

   Begitu selesai mendengar perkataan itu, pedang sakti kayu besi Cu Pok segera menjerit kaget, serunya tanpa terasa. 'Jangan-jangan orang itu adalah Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si?"

   Paras muka Kun thian ciang Tan Khong lun turut berubah hebat, dengan perasaan kaget dan membawa nada gemetar, serunya.

   "Dia... mungkinkah dia adalah... adalah sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si? Bukankah dia sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan semenjak dua puluh tahun berselang?"

   Sepasang mata Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang tajam menggidikkan hati itu kembali memancarkan semacam cahaya tajam, bibirnya mencibir lalu tertawa licik dengan seramnya.

   Sedemikian mengerikannya gelak tertawa orang itu, cukup membuat bulu kuduk orang pada berdiri lantaran ngeri, seram dan takutnya.

   Menyusul kemudian tubuhnya yang bergerak seperti sukma gentayangan itu selangkah demi selangkah berjalan mendekati Kun thian ciang Tan Khong lun.

   Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Terkesiap juga Kun thian ciang Tan Khong lun menyaksikan peristiwa tersebut, dengan cepat dia berpikir.

   "Jangan-jangan bangsat ini sudah mengetahui rahasiaku? Tapi .... tak mungkin, aku sama sekali tidak memperlihatkan gejala yang 688 bisa menimbulkan kecurigaannya, Ehmmm... manusia ini licik dan banyak tipu muslihatnya, aku tak boleh sampai tertipu oleh siasatnya, tapi akupun tak boleh mengendorkan penjagaanku, kalau tidak, bisa jadi selembar nyawaku akan hilang dengan percuma..."

   Walaupun ingatan tersebut secepat kilat melintas dalam benak Kun thian ciang Tan Khong lun, akan tetapi wajahnya masih tetap tenang dan sama sekali tidak memperlihat-kan perasaan gugup atau takut barang sedikit pun jua, dia tak nampak tegang tapi tetap biasa.

   Padahal tenaga dalam yang dimilikinya secara diam-diam telah disalurkan ke seluruh tubuhnya untuk melindungi jalan darah pentingnya.

   'Cu congkau si ....."

   Serunya kemudian pura-pura dengan suara gemetar.

   "benarkah dia .... dia, adalah sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si?". Pedang sakti kayu besi Cu Pok tetap memperdengarkan suara tertawa seramnya yang menusuk pendengaran itu, matanya yang mengerikan mengawasi wajah Kun thian ciang Tan Khong lun tanpa berkedip, kini tubuhnya sudah berada empat depa saja dihadapannya... Kun thian ciang Tan Khong lun menjadi makin gelisah, pikirnya lebih jauh.

   "Andaikata bangsat ini benar-benar berniat keji dan menyerangku dengan sepenuh tenaga, sudah pasti sulit bagiku untuk menyambut ancamannya itu, bisa jadi aku tewas seketika ....."

   Kendatipun berpikir demikian, tubuh Kun thian ciang Tan Khong lun sama sekali tidak mundur barang setengah langkah pun, namun diatas wajahnya sudah terlintas suatu perasaan ngeri, meski sikap tersebut tidak nampak terlalu jelas.

   Akhirnya pedang sakti kayu besi Cu Pok berhenti hanya tiga depa saja dihadapan Kun thian ciang, dengan suara sedingin es dia pun berkata.

   "Tan Hiangcu, gotong pergi mayat Kiong Hiong, sekalian selidiki jejak musuh !"

   Diam-diam Kun thian ciang Tan Khong lun menghembuskan napas lega, namun dia tetap tak berani gegabah, segera sahutnya.

   "Baik!"

   Pelan-pelan dia berjalan mendekati mayat Harimau bersayap Kiong Hiong yang terkapar ditanah...

   Mendadak...

   Pedang sakti kayu besi Cu Pok memperdengarkan suara tertawa seramnya yang mengerikan.

   Setelah itu tubuhnya bergerak ke depan secepat kilat melancarkan sebuah serangan yang dahsyat ke tubuh Kun thian ciang Tan Khong lun yang berdiri membelakanginya.

   oooo0dw0oooo BAB 32 TAK TERLUKISKAN rasa kaget Kun thian ciang Tan Khong lun tatkala ia merasakan datangnya segulung tenaga tekanan yang amat berat menekan dari belakang punggung nya dan menekannya kuat-kuat, untuk menghimpun tenaga murninya guna memantulkan kembali serangan tersebut jelas tak sempat lagi..

   Sebelum dia bertindak sesuatu, mendadak Kun thian ciang Tan Khong lun merasa tenaga tekanan yang maha dahsyat itu telah ditarik kembali oleh Pedang sakti kayu besi Cu Pok secara tiba-tiba, mesti masih ada sisa kekuatan yang tertinggal, namun tenaga dorongan mana tidak kelewat besar.

   Tampaknya Kun thian ciang Tan khong lun sama sekali tidak mengerahkan tenaganya untuk melawan, atau berusaha untuk menghirdarkan diri, secara beruntun ia kena terdorong oleh kekuatan sisa itu sehingga badannya maju dua tiga langkah dengan sempoyongan.

   Setelah itu dia berdiri tertegun disitu bagaikan sebuah patung batu, ia seperti tidak habis mengerti dengan apa yang barusan terjadi, ditatapnya wajah atasannya itu dengan wajah termangu.

   Sebenarnya Pedang sakti kayu besi Cu Pok, siluman rase yang amat licik ini menaruh perasaan curiga terhadap Kun thian ciang Tan Khong lun, tapi oleh karena dia tak berhasil menemukan sesuatu pertanda yang mencurigakan, maka manusia licik ini berlagak seakan-akan telah berhasil menemukan sesuatu hal yang mencurigakan dan menggunakan ancaman kekuatan untuk memaksa Kun thian ciang Tan Khong lun bertindak, siapa tahu kalau dengan cara ini dia akan berhasil memaksa lawannya untuk menunjukkan indentitas yang sebenarnya..? Biasanya seorang mata-mata yang menyusup ke dalam tubuh suatu perkumpulan akan segera menunjukkan asal usul aslinya setelah mereka dihadapkan pada ancaman kematian.

   Tapi Kun thian ciang Tan Khong lun adalah manusia yang luar biasa, ia merupakan seorang manusia berpengalaman, yang sudah sering terjun ke kuali berminyak atau naik bukit golok.

   Tentu saja dia pun bisa menduga akan siasat licik Pedang sakti kayu besi Cu Pok tersebut, itulah sebabnya asal usulnya tidak sampai dipaksa terungkap.

   Sementara itu, Pedang sakti kayu besi Cu Pok telah menghilangkan rasa curiganya tadi setelah menyaksikan sikap Kun thian ciang Tan Khong lun, meski begitu diatas wajahnya masih diliputi hawa dingin yang mengerikan.

   Mendadak bentaknya keras.

   "Hei, kenapa kau masih berdiri termangu saja? hayo cepat pergi dari sini!"

   Ditengah seruan mana, tubuhnya secepat kilat sudah menyelinap keluar dari ruangan tersebut lewat daun jendela.

   Kun thian ciang Tan khong lun segera membopong jenazah Harimau bersayap Kiong Hiong dan turut pula meninggalkan ruangan tersebut untuk menyusul Cu Pok.

   { Tentang riwayat hidup Kun thian ciang Tan Khong lun akan dibicarakan dikemudian hari, untuk senentara ini tak akan dibicarakan dulu.

   } oooo0dwoooo DALAM pada itu, secara tiba-tiba Im Yan cu menyaksikan ada sesosok bayangan putih secepat sambaran kilat meluncur datang dan melayang diatas atap rumah dengan gerakan yang sangat enteng.

   Ketika itu perasaan Im Yan cu sudah di bikin kalut oleh keadaan luka yang diderita Ku See hong, dalam keadaan begini dia pun tidak menyangka kalau orang lain sedang bermaksud memancingnys meninggalkan tempat itu sehingga ada orang lain yang turun tangan terhadap anak muda tersebut.

   Si gadis yang angkuh dan keras kepala ini tentu saja tidak akan dibuat terkesiap oleh ilmu meringankan tubuh lawan, bahkan justru membangkitkan semacam rasa ingin menang yang sangat kuat.

   Tiba-tiba dia pun menghimpun tenaga dalamnya, kemudian secepat sambaran kilat menyusul dari belakang.

   Tampaknya bayangan putih itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang melebihi orang lain, kendatipun Im Yan cu telah mengerah-kan ilmu meringankan tubuhnya yang amat sempurna itu untuk melakukan pengejaran, namun mereka tetap dipisahkan oleh suatu selisih jarak tertentu yang jauhnya mencapai puluhan kaki lebih.

   Dalam waktu singkat mereka berdua telah melewati dinding kota, sementara bayangan putih di depan itu langsung kabur ke hutan diluar kota sebelah timur.

   Lambat-lambat Im Yan cu mulai merasa bahwa bayangan putih yang berada di depan itu memiliki potongan badan yang sangat di kenal olehnya dan diapun merasa bahwa kedatangan orang itu bukan untuk mencari balas, melainkan hanya untuk melaksanakan saaru siasat licik belaka.

   Mendadak Im Yan cu membentak dengan suara keras.

   "Kawanan anjing yang berada di muka, kalau memang punya kepandaian ayolah berhenti, mari kita bertarung sepuasnya .. ."

   Sementara itu mereka berdua sudah sampai di depan sebuah hutan yang lebat, hutan itu selain terpencil sepi juga tidak nampak sesosok bayangan manusiapun.

   Mendadak bayangan putih yang berada didepan itu memperdengarkan suara gelak tertawanya yang panjang, keras dan menggetarkan seluruh angkasa.

   Dibalik gelak tertawa itu penuh mengandung nada licik, bangga dan gembira.

   Bersama dengan menggemanya suara tertawa itu, mendadak saja dia memper-lambat gerakan tubuhnya dan aknirnya berhenti dengan suatu gerakan yang indah dan lincah, dia membalikkan tubuhnya hingga nampak seluruh wajahnya dengan jelas.

   Disaat ia baru saja membalikkan badannya, dengan sebuah lompatan Im Yan cu telah berhasil pula mencapai dua kaki dihadapan manusia berbaju putih itu, sepasang matanya yang jeli dengan cepat mengawasi manusia berbaju putih itu lekat-lekat.

   Dibawah sinar rembulan, tampak ia berperawakan tinggi, berwajah tampan menggembol sebilah pedang aneh di punggungnya dan berwarna keperak- perakan, dia tak lain adalah wakil kaucu Ban sia kau yaug keji, licik dan berhati busuk....

   Gin coa kiam (si pedang ular perak) C iu Heng thian adanya.

   Sambil menghentikan gelak tertawanya si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera mengalihkan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu itu untuk mengawasi seluruh badan Im Yan cu dari atas hingga ke bawah, kemudian memperlihatkan sekulum senyuman cabulnya yang licik dan memuakkan.

   Selang sejenak kemudian, dia baru menjura kepada Im Yan cu seraya menyapa.

   "Nona Im, harap kau sudi memaafkan bila terpaksa aku harus memancingmu datang kemari, tapi berhubung aku menguatirkan keselamatan jiwa nona, maka mau tak mau terpaksa aku baru berniat demikian"

   Sementara itu Im Yan cu sudah melimpahkan seluruh cinta kasihnya kepada Ku See hong seorang, walaupun diluarnya si Pedang ular perak Ciu Heng thian memiliki daya tarik seorang lelaki, akan tetapi kesemua nya itu masih belum dapat menggoncangkan perasaan dari Im Yan cu.

   Mendengar ucapan mana, dengan wajah sedingin es dan sama sekali tak menunjukkan perubahan perasaan apa-apa, Im Yan cu mendengus dingin, kemudian ujarnya.

   "Kita tidak saling mengenal satu sama lainnya, mengapa tanpa sebab kau memancing aku kemari? Sebenarnyah apa maksud dan tujuanmu? Hmmm, malam ini nona tak akan membiarkan kau pergi dengan begicu saja, mengerti?"

   Dihari-hari biasa sikap si pedang ular perak Ciu Heng thian selalu keji, angkuh dan keras kepala, tapi setelah mendengar ucapan dari Im Yan cu sekarang, ia sama sekali tidak memperlihatkan hawa amarahnya, malah sekulum senyuman segera menghiasi ujung bibirnya.

   "Nona Im"

   Demikian ia berkata lantang, ' sebelum kuterangkan keadaan yang sebenarnya, tak heran kalau kau menegur dengan marah, tapi sekarang sekali lagi kumohon kepada nona agar jangan marah dulu, malam ini aku tidak mempunyai maksud jahat apa-apa, aku hanya berhasil mendapat kabar kalau ada sejumlah orang bermaksud melakukan tindakan yang tidak menguntung kan nona sekalian, karena itulah aku sengaja menyerempet bahaya dengan mengundang nona kemari"

   Pelan-pelan paras muka Im Yan cu berubah agak melunak, segera tegurnya dingin.

   "Siapa kau?' Dari balik mata si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera memancar keluar sinar kelicikan yang menggidikkan hati, hanya sayang sinar kelicikan tersebut tidak terasakan sama sekali oleh Im Yan cu, karena ia sudah terpengaruh oleh sikap luar sang pemuda yang begitu gagah dan simpatik itu. Sambil tertawa Pedang ular perak Ciu Heng thian, menjawab.

   "Aku hanya seorang prajurit tak bernama, she Wan bernama Kiam peng.

   "Belakangan ini aku baru mulai terjun ke dalam dunia persilatan, Kali ini berhubung secara kebetulan kudengar kalau di kota Heng yang telah terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan, maka aku sengaja datang kemari untuk menyaksikan keramaian tersebut, siapa tahu setibanya di kota ini, aku baru merasa kalau persoalanaya tidak begitu sederhana, aku lihat seakan-akan semua jago persilatan yang berada didunia ini telah berkumpul semua disini, bahkan akupun merasakan juga bahwa latar belakang dari peristtwa ini bisa berakibat tejadinya suatu badai darah yang mengerikan bagi seluruh umat persilatan..."

   Sewaktu Pedang ular perak Ciu Heng thian mengucapkan kata- kata tersebut, pada hakekatnya, sama sekali tidak nampak kalau dia sedang berbohong dengan mengandung maksud yang jahat, tak heran kalau Im Yan cu pun tidak berhasil menemukan titik kelemahan orang.

   Bagaimanapun juga, pemuda itu memang memiliki paras muka yang tampan, gagah dan gampang menimbulkan simpatik orang lain terutama kaum wanita, kalau bukan ke situ, bayangkan saja bagaimana mungkin Biau ki siangsu In Han im yang berotak cerdas dan berpengalaman begitu luas pun akhirnya bisa tertipu olehnya hingga berakibat kematian baginya? Sambil tertawa dingin lm Yan cu berkata.

   "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih atas jerih payahmu yang telah menguntil kami selama beberapa hari' Mendengar ucapan tersebut, paras muka Pedang ular perak Ciu Heng thian agak berubah, tapi hanya sekejap kemudian sudah lenyap tak berbekas, bahkan segera mengalihkan pokok pembicaraan ke hal lain, ujarnya sambil tertawa.

   "Nona Im, entah kau murid siapa? Kelihayan ilmu silatmu benar-benar membuat hatiku kagum..."

   Lm Yan cu adalah seorang gadis suci yang cerdas dan licik, tentu saja dia tak akan gampang terpengaruh oleh bujuk rayu Pedang ular perak Cu Heng thian yang halus dan lembut itu, bahkan sewaktu berada di jalan raya Heng yang tadi, ia telah mendapat petunjuk dari perempuan aneh lainnya, maka sekarang ia sudah mengetahui dengan pasti bahwa orang yang berada dihadapannya sekarang tak lain adalah wakil ketua Ban sia kau, si pedang ular perak C iu Heng thian.

   Bukankah pedang yang digembol dibelakang punggung pemuda itu juga merupakan pedang ular perak? Namun dalam hati kecilnya masih terdapat satu hal yang tidak dipahami olehnya yakni apa sebabnya sikap si Pedang ular perak Ciu Heng thian terhadap dirinya tidak seganas dan sekeji apa yang pernah di dengar dan dibayangkan sebelumnya? Im Yan cu mendengus dingin, lalu menukas pembicaraan Ciu Heng thian yang belum selesai dengan bentakan keras.

   "Orang she Ciu, dalam mata orang yang jeli belum kemasukan pasir, apa salahnya kalau kita berbicara secara blak-blakan saja? Malam ini kau telah memancingku datang kemari, sebenarnya apa maksud dan tujuanmu? Ayo cepat katakan, agar kau bisa segera berangkat menuju ke alam baka...."

   Mendengar perkataan itu, si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menengadah dan memperdengarkan suara tertawa panjang nya yang keras dan memekikkan telinga.

   "Haaaahhh...haaahhh...haaahh... benar-benar tajam amat pandangan matamu, benar-benar memiliki ketajaman mata yang mengagumkan, mungkin inilah yang dinama kan gadis cantik hanya mengenal enghiong' Im Yan cu segera tertawa sinis.

   "Manusia bedebah yang bermuka tebal dan tak tahu malu. Hmmm! Aku pikir mungkin malam ini kau lagi sial hingga yang kau jumpai adalah kuntilanak yang gemar makan manusia"

   Pedang ular perak Ciu Henh thian tertawa nyaring.

   "Mana, mana, bila nona Im tidak menampik diriku, aku orang she Ciu bersedia untuk memuaskan dirimu!"

   Tentu saja yang dimaksudkan sebagai memuaskan dirimu oleh Pedang ular perak Ciu Heng thian adalah kata-kata cabul yang rendah dan kotor artinya ......

   Mendengar perkataan itu, mendadak Im Yan cu memperdengarkan suara gelak tertawanya yang amat merdu bagaikan suara keleningan.

   Tertawanya kali ini benar-benar mempersonakan hati orang, apalagi pinggang nya yang ramping itu bergoyang tiada hentinya kesemuanya itu menambah daya pesona gadis tersebut.

   Sambil tertawa kembali Im Yan cu berkata.

   "Orang she Ciu, bukankah kau mengagumi diriku, maka aku baru kau pancing datang ke mari?"

   Suara yang bernada aleman ini dikombinasikan dengan gerak geriknya yang genit, kontan saja membuat Ciu Heng thian yang pada dasarnya hidung bangor menjadi terperana, kontan napsu birahinya berkobar, sekarang dia telah salah menilai diri Im Yan cu.

   "Nona Im memang burung hong dari manusia, puji si pedang ular perak Ciu Heng thian sambil tertawa.

   "cukup menilai wajahnya, sudah mengetahui isi hatinya. Asal kau sesungguh hati, aku orang she Ciu pun bersedia melepaskan jabatanku sebagai wakil kaucu dan menyerempet bahaya untuk mengawini dirimu, ehmm. perkataanmu memang benar, tadi bukan saja aku memancing dirimu kemari karena tertarik oleh kecantikan nona, bahkan akupun tak ingin menyaksikan nona terjatuh ke tangan orang-orang Ban sia kau lainnya...."

   "Oooh.... Kau bilang apa?"

   Seru Im Yan cu sambil tersenyum. Pedang ular perak Ciu Heng thian memperdengarkan suara tertawa cabulnya yang amat tak sedap didengar, katanya.

   "Aku bilang pada malam ini baik Ku See hong Si bocah keparat itu maupun Kang lam siang hou, jangan harap mereka bisa meloloskan diri dari kematian yang mengerikan, heeeh... heeehh....."

   "Nona Im, aku orang she Ciu tidak kalah kalau dibandingkan dengan keparat she Ku itu, aku heran mengapa kau bersedia mempertaruhkan selembar jiwamu hanya untuk membelai dia? Padahal ia sudah terkena racun Hou kut jian hun im kang, tiada obat-obatan dikolong langit ini yang bisa menyembuhkan dia lagi..."

   Im Yan cu agak tertegun oleh perkataan itu, tapi sekejap kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala, katanya setelah tertawa ringan.

   "Orang she Ciu, kau pun rupanya kena kubohongi juga, terus terang saja kuberitahu kan kepadamu, aku bisa merawat Ku See hong selama ini sesungguhnya tak lain dikarenakan pedang Ang soat kiam tersebut. Heehh...heehh... tadi kau bilang menyukai aku, benarkah perkataanmu itu? Orang lelaki macam kau belum tentu bisa dipercaya perkataannya, pagi bilang begini mungkin sorenya sudah berkata begitu...' Sewaktu mengucapkan kata-kata tersebut, Im Yan cu secara beruntun memperlihatkan sikap manjanya, sikap cemburu dan genit, hingga kesemuanya itu menambah kecantikan dan daya tarik dari si nona. Pedang ular Perak Ciu heng thian merasa gembira sekali, buru- buru sahutnya.

   "Nona Im, cinta kasihku kepadamu adalah cinta kasib yang tulus, tidak percayakah kau? Kau mengatakan perhatianmu terhadap keparat she Ku itu hanya dikarenakan pedang Ang soat kiam? Benarkah itu?"

   "'Aduuuh mak, bagaimana sih kamu ini? Sekarang kau malah tidak percaya denganku?"

   "Ooooh, tidak berani! Tidak berani Cuma mengapa kau tidak membunuhnya semenjak dulu-dulu?' Tiba-tiba Im Yan cu berkerut kening, ia lantas menghela napas sedih.

   "Aaaai, hal ini disebabkan dia dengan guruku masih terikat sedikit hubungan, maka dari itu aku tak ingin disebut orang sebagai penghianat perguruan, aku tahu ia sudah terkena pukulan beracun Hou kut jian hun im kang, sejenis racun yang tak mungkin bisa disembuhkan lagi, cepat atau lambat akhirnya dia pasti akan mampus jua..."

   "Nona Im, benarkah kau menginginkan pedang Ang soat kiam tersebut? Aku orang she Ciu pasti akan mendapatkannya secara mudah, jangan kuatir, pedang itu tentu akan kuhadiahkan kepadamu"

   "Sekarang dia sudah hampir mati, sedangkan Kang lam Siang hou terlebih cuma dua orang manusia bodoh, untuk mendapatkan pedang Ang soat kiam, mengapa aku harus menggantungkan kepada mu, aku toh bisa melakukannya sendiri?"

   Sekali lagi terpancar keluar sinar berahi dari balik mata si Pedang ular perak Ciu Heng thian.

   'Nona Im, pedang Ang soat kiam tersebut sudah didapatkan oleh anggota perkumpulan kami.

   Tapi aku yakin dapat merampasnya kembali dari tangan mereka' Sepasang biji mata Im Yan cu yang jeli segera mengerling ke sana ke mari, seperti mendongkol, seperti juga gembira, ia lantas menatap wajah Pedang ular perak C iu Heng thian dan menatapnya dengan penuh cinta kasih.

   Ditatap secara begini, Pedang ular perak Ciu Heng thian segera merasakan jantungnya berdebar keras, segulung hawa panas menyerang dalam hati kecilnya, dia tidak menyangka kalau gadis itu berhasil digaet hatinya dalam waktu sesingkat ini.

   Angin malam berhembus sepoi-sepoi mengibarkan baju Im Yan cu dan memper-lihatkan lekukan tubuh si nona yang ramping, padat berisi dan menawan hati itu.

   Tiba-tiba Im Yan cu mengulumkan sekulum senyuman manis diujung bibirnya, sambil berjalan menghampiri Ciu Heng thian dengan langkah yang lemah lembut, tiba-tiba katanya dengan manja.

   'Orang she Ciu, kau benar-benar manusia bodoh yang tak tahu bagaimana bercinta..."

   Tiba-tiba.. In Yan cu mengerakkan tubuhnya mener-jang kehadapan Pedang ular perak Ciu Heng thian, kemudian telapak tangannya di ayunkan ke depan dan... 'Sreeet, sreeet?"

   Segulung desingan angin tajam segera berkelebat membelah angkasa, lima gulung angin jari tangan yang tajam dengan cepat mengurung jalan darah Yu bun tong kok, siang ci, Im tok dan Magi hiat, lima buah jalan darah penting ditubuh Ciu Heng thian.

   Bukan saja serangan tersebut dilancarkan dalam keadaan orang tak siap, jurus serangan yang dipakai juga amat ganas dan keji.

   Sementata itu si Pedang ular perak Ciu Heng thian sedang tertegun setelah mendengar perkataan gadis itu, mendadak dia melihat telapak tangan lawan telah menyambar didepan dadanya, menyusul kemudian lima gulung desingan angin tajam menyergap keatas badannya.

   Serangan itu dilepaskan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, mimpipun pedang ular perak Ciu heng thian tidak mengira kalau dalam sikap lemah lembut dan alemannya Im Yan cu bisa begini tega untuk melepaskan serangan keji yang mematikan.

   Dalam terkesiapnya buru-buru Ciu Heng thian mengegos ke samping, tangan kanan nya segera dikebaskan ke depan melepaskan segulung tenaga pukulan yang sangat kuat, sementara tubuhnya mundur ke belakang dengan cepat....

   Kendatipun reaksinya cukup cepat, namun ia tak dapat mengundurkan diri dengan begitu saja.

   Mendadak.

   ..

   "Brreet ?"

   Terdengar suara pakaian yang tersambar robek, disusul suara dengusan tertahan.

   Paras muka Ciu Heng thian berubah menjadi pucat pias, iga kirinya tersambar angin pukulan hingga pakaiannya robek dan darah segar bercucuran membasahi tubuh nya.

   Sejak tadi Im Yan cu sudah berniat melakukan pembunuhan, dia ingin membi-nasakan anak muda tersebut dalam suatu sergapan yang akan dilancarkan secara tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa.

   Itulah sebabnya, tadi ia sengaja mempergunakan kecantikan dan kegenitan nya untuk mempengaruhi perhatian Ciu Heng thian, tak heran kalau dia tak sudi berhenti sampai disitu saja ketika dilihatnya serangan yang dilancarkannya belum berhasil juga merobohkan lawan...

   Terdengar dia membentak nyaring, ujung bajunya segera dikebaskan ke depan, mendadak bagaikan gulungan salju saja meluncur ke depan dengan membawa gulungan hawa dingin yang menggidikkan hati, kali inipun serangan tersebut ditujukan ke tubuh Ciu Heng thian.

   Bukan begitu saja, berbareng itu pula kakinya menjejak tanah lalu dengan suatu gerakan yang cepat ia menyusul dari belakang.

   Senjata andalan dari Im Yan cu adalah sepasang ujung bajunya yang kelewat panjang dan lunak itu, namun didalam permainannya, kain yang lembek justru berubah menjadi sebuah senjata pembetot sukma yang tajam dan mengerikan, selain banyak kegunaannya juga dapat dirubah-rubah sekehendak hati sendiri.

   Serangan yang dilancarkan kali ini di lepaskan dengan sebuah jurus serangan yang aneh dan sakti, diam-diam Im Yan cu merasa berbangga hati, dalam anggapannya serigala perempuan yang memuakkan dan menjengkelkan hati itu niscaya akan termakan oleh serangannya dan terpapas kutung menjadi empat bagian.

   Mencorong sinar bengis dari balik mata Pedang ular perak Ciu Heng thian karena menahan geram, sambil menggigit bibirnya kencang-kencang mendadak dia melejit ke tengah udara, lalu sepasang tangannya dilepaskan ke depan dengan suatu gerakan aneh dan menyambut datangnya ancaman lawan dengan keras lawan keras...

   Angin pukulan menderu-deru seperti angin puyuh, tajamnya melebihi golok, benar-benar sebuah ancaman yang menggidikkan hati.

   Im Yan cu sangat terperanjat, sambil membentak ujung bajunya berbalik menggulung keluar, pinggangnya bertekuk indah, lalu dengan mempergunakan tangan yang lain ia menghantam sepasang telapak tangan lawan.

   Setelah itu ujung kakinya menjejak tanah dan secara tiba-tiba melambung ke angkasa sambil melepaskan tendangan, bersamaan itu pun ujung bajunya di kebaskan ke muka secepat sambaran petir.

   Dua telapak, satu tendangan ditambah kebasan ujung baju, beberapa jurus serangan yang aneh dan sakti itu ternyata dilancarkan semua dalam waktu singkat, membuat orang sukar untuk membedakan mana serangan tangan, mana kebasan baju dan mana tendangan.

   "Plaaakk.!"

   Terjadi suatu bentrokan yang amat nyaring ...

   Bahu kiri pedang ular perak Ciu Heng thian lagi-lagi terhajar oleh sebuah pukulan Im Yan cu sehingga mengakibatkan pemuda itu mundur sejauh tiga empat langkah dengan sempoyongan, tapi justru karena hal itu juga, dua serangan berikutnya berhasil dihindari pula dengan selamat.

   "Cri ing. !"

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bunyi gemerincing nyaring berkumandang memecahkan keheningan.

   Kini ditangan kanan Ciu Heng thian telah bertambah dengan sebilah pedang ular peraknya, cahaya keperak-perakan yang memancar ke empat penjuru membiaskan pula raut wajahnya yang diliputi kegusaran dan kebencian yang meluap.

   Sementara itu, sebenarnya Im Yan cu hendak melancarkan serangkaian ancaman lagi untuk membunuh lawannya setelah serangannya bersarang telak ditubuh Ciu Heng thian tadi, akan tetapi justru pada saat itulah Ciu Heng thian telah mencabut keluar pedang ular peraknya sambil menyodorkan senjata tersebut ke depan dan memasang sebuah gaya serangan aneh.

   Sebagai seorang gadis yang berpengalaman dan tahu keadaan, tentu saja ia pun mengetahui betapa lihaynya ancaman tersebut, dia tak berani menyerang secara gegabah melainkan berdiri tenang sambil menghimpun tenaga mempersiapkan diri.

   Suara tertawa yang seram dan wajah yang menyeringai seram karena diliputi perasaan dendam dan benci yang meluap-luap menghiasi seluruh wajah Ciu Heng thian, terdengar ia berkata.

   'Im Yan cu, kau perempuan jalang, sebenarnya aku orang she Ciu hendak melayanimu sebagai seorang kekasih, tak tahunya kau perempuan sundal, rupanya sudah bosan hidup lagi di dunia ini, 703 hmmm! Malam ini, bukan saja aku menghendaki tubuhmu, bahkan akupun menghendaki selembar nyawamu.

   ."

   Paras muka Im Yan cu berubah sedingin es, katanya sinis.

   "Bajingan cabul yang tak tahu malu, malam ini juga nonamu akan mencincang tubuhmu menjadi berkeping-keping, aku hendak membantu umat persilatan untuk melenyapkan seorang pencoleng dari muka bumi..."

   Sekali lagi Ciu Heng thian memperdengarkan suara tertawanya yang licik dan menyeramkan.

   "Heeehhh... heeehhh... heebehhh... Im Yan cu, kau sudah ditakdirkan untuk mampus ditangan aku orang she Ciu. Cuma, aku pun hendak memberitahukan kepadamu bagaimanakah keadaannya sewaktu kurenggut nyawamu nanti, heeehhh....heeehhh ... aku orang she Ciu akan menghilangkan kesadaranmu dan merubah mu menjadi seorang jalang dan cabul, setiap saat setiap titik selalu membutuhkan keputusan birahi untuk memuaskan hatimu, kemudian kau akan kehabisan tenaga dan akhirnya mampus karena kekeringan."

   Im Yan cu cukup mengetahui akan kehebatan ilmu silat yang dimiliki Ciu Heng thian, walaupun ia berada dalam keadaan marah sekarang, namun gadis tersebut tak berani melancarkan sergapan, karena gaya serangan yang dipasang pemuda tersebut kini mengandung suatu jurus pembunuh yang mengerikan sekali.

   Begitulah sambil menahan kobaran hawa marah dalam hatinya, gadis itu berkata lagi dengan dingin.

   "Bajingan cabul, kalau memang punya kepandaian, ayo cepat datang menghantar nyawamu, apa gunanya kau meski menunda saat keberangkatanmu menuju ke akhirat."

   Ciu Heng thian segera memperlihatkan sekulum senyuman licik yang mengerikan.

   "Im Yan cu"

   Dia berseru.

   "terus terang kuberitahukan kepadamu, kini keparat she Ku dan kedua orang manusia bodoh itu sudah mampus di tangan Thi bok sin kiam Cu Pok, kau tak usah terburu napsu, sebentar marilah kita nikmati dahulu sorga dunia sebelum kau kuhantar pulang ke rumah nenekmu!"

   Sekalipun Im yan cu tahu kalau pihak lawan sengaja hendak membangkitkan hawa amarahnya, tapi begitu mendengar tentang keselamatan Ku See hong yang etrancam, hatinya kontan sukar dikendalikan lagi.

   Mendadak Im Yan cu membentak nyaring, sepasang telapak tangannya didorong ke muka melancarkan dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat, ibaratnya bukit karang yang berguguran ke atas tanah, di ringi suara deruan nyaring yang membetot sukam, secepat sambaran kilat rmenggulung ke atrah Ciu Heng thqian.

   Pada saatr angin pukulannya dilepaskan inilah, tubuh Im Yan cu turut melejit pula ke tengah udara...

   Sejak tadi Ciu Heng thian telah memperhitungkan bahwa Im Yan cu bakal melakukan tindakan tersebut, maka disaat si gadis melepaskan serangannya tadi, dengan gaya burung bangau meluncur ke angkasa, mendadak ia melejit ke udara, lalu pedang nya digetarkan ke depan, serentetan cahaya pedang berwarna keperak-perakan langsung menyergap ke tubuh Im Yan cu...

   Tatkala telinganya menangkap suara desingan angin pedang yang memekikkan telinga, Im Yan cu tidak sangsi lagi, tubuhnya yang berada di udara segera berjumpalitan indah lalu dengan cepat melayang turun ke bawah bermaksud hendak mencari jalan untuk melarikan diri...

   "Weeeesss !"

   Kembali hembusan angin bergema diudara...

   Bagaikan sesosok sukam gentayangan saja kembali Ciu Heng thian menghadang dihadapannya, suara tertawa seram yang menggetarkan sukma serasa menusuk pendengarannya.

   Terdengar Ciu Heng thian berkata dengan bangga.

   "Im Yan cu, buat apa kau mesti terburu-buru.

   Tunggulah sampai kita menikmati dahulu sorga dunia sepuasnya sebelum kau berangkat ke akhirat, dengan demikian baru tak sia-sia kehidupanmu di dunia ini"

   Im Yan cu berkerut kening, selapis hawa pembunuhan yang mengerikan segera menghiasi wajahnya, jelas dia telah bertekad hendak beradu jiwa dengan lawannya.

   Agak terkesiap juga perasaan Ciu Heng thian setelah menyaksikan sikap maupun paras muka gadis itu, namun dia merasa punya kemampuan untuk menguasahi lawannya, maka perubahan sikap tersebut sama sekali tidak membuat hatinya jeri.

   Sambil tertawa dingin kembali ujarnya.

   "Im Yan cu, kau tentunya bukan seorang gadis yang sudah kehilangan keperawananmu bukan? Waaah... kalau selaput daramu sudah didahului orang, aku bisa kecewa sekali, Heeehhh... heeehhh... aku pikir keparat she Ku itu belum tentu mempunyai rejeki yang demikian besarnya"

   Disaat si anak muda itu masih berguman tiada hentinya, sementara itu Im Yan cu telah menghimpun segenap tenaga dalamnya ke dalam tubuh, ia telah bersiap sedia melangsungkan suatu pertarungan mati-matian, sebab ia mengerti Ciu Heng thian adalah serigala perempuan yang berhati cabul, seandainya sampai terjatuh ke tangan iblis muda itu, sudah pasti dia akan menyesal sepanjang jaman.

   Sambil tertawa licik kedengaran Ciu Heng thian berkata lagi.

   "Bersenang-senang sedikit nilainya melebihi seribu tahil emas, aku orang she C iu tak ingin mengulur waktu lagi ....."

   Ditengah ucapan mana, pedang ular perak ditangan Ciu Heng thian segera dilayangkan menciptakan berpuluh-puluh titik cahaya bintang.

   Ditengah selapis kabut cahaya yang teramat besar, serentak hawa pedang yang tajam secepat kilat menembusi angkasa dan meluncur ke bagian tubuh yang mematikan dari Im Yan cu.

   Rupanya Ciu Heng thian juga tahu bahwa ilmu silat dari Im Yan cu sangat lihay, maka begitu turun tangan dia lantas mempergunakan jurus serangan yang paling ganas.

   Im Yan cu membentak nyaring, tubuhnya bergerak dengan suatu gerakan aneh, sepasang lengannya berputar membentuk satu lingkaran cahaya busur di sisi tubuhnya, kemudian secara bersilang melepaskan bacokan keluar.

   Dua gulung angin pukulan yang dalam dan berat bagaikan gelombang samudra, langsung menyerang hawa pedang lawan dari dua arah yang berlawanan.

   Gerak serangan yang dilancarkan itu benar-benar merupakan suatu gerak serangan yang sangat aneh.

   Kekuatan seranganya bagaikan gelombang besar di samudra, cukup menggetarkan hati setiap orang.

   "Blaaamm -Blaaammmm . !"

   Terdengar dua kali benturan nyaring menggelegar di angkasa.

   Ciu Heng thian merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku, pedang ular peraknya terasa ditekan oleh segulung kekuatan suhingga seakan-akan hendak terlepas dari cekalan.

   Berbareng dengan serangan dua telapak tangan yang dilakukan Im Yan cu tadi, kedua ujung bajunya bagaikan dua ekor ular sakti telah menggulung pula ke atas pedang ular perak milik C iu Heng thian dari suatu sudut yang sangat aneh.

   Ciu Heng thian benar-benar merasa terkesiap, dia tak menduga kalau kepandaian silat yang dimiliki Im Yan cu ternyata jauh lebih lihay daripada apa yang disangka semula.

   Menyaksikan datangnya serangan tersebut, ia tak berani berayal, tubuhnya segera merendah, lalu menghindar ke samping secara mendadak dengan suatu gerakan aneh.

   Disaat tubuhnya berkelit, pedang ular pendek ditangannya membuat gerakan lingkaran, selapis cahaya perak yang berkilauan disertai dengan desingan angin tajam kembali meluncur keluar.

   Jurus pedang yang dipergunakan kali ini adalah ilmu sakti yang tercantum dalam kitab Pek kok cinkeng warisan dari Cing hay.

   Cahaya pedang tampak berputar-putar, lalu seperti ombak disungai meluncur ke muka dan menembusi setiap peluang yang ada.

   Dari gerak serangan lawan, Im Yan cu sudah tahu lihay, kali ini berganti dia yang harus berkelit ke samping dengan ilmu gerakan tubuh yang aneh, kemudian sepasang telapak tangannya balas mendorong ke muka melepaskan pukulan yang membendung hawa pedang lawan.

   Ciu Heng thian memang seorang yang berhati keji dan pandai memanfaatkan kesempatan yang ada, cepat-cepat kakinya berputra kencang, sambil membentak gusar pedang ular peraknya diputar sambil digetarkan, cahaya pedang segera memancar ke mana- mana.

   Hawa pedang yang berbentuk seperti ular itu berkelak kelok kina kemari membawa desingan angin tajam yang mengerikan, dalam waktu singkat delapan belas jalan darah penting di tubuh Im Yan cu sudah terancam oleh serangan tersebut.

   Kecepatan gerak yang digunakan pun sukar dilukiskan dengan kata-kata.

   Paras muka Im Yan cu berubah menjadi berat, mendadak tubuhnya melejit ke tengah udara, telapak tangan kirinya diputar membentuk satu lingkaran, sementara tangan kanannya langsung menyambar dari tengah udara.

   Dalam jurus dua gerakan disertbakan bersama dedngan menggunakaan dua kekuatan byang berbeda, kembali ia mendesak mundur pedang ular perak lawan.

   Jurus serangan yang digunakan barusan merupakan suatu gerakan aneh, seakan-akan terdapat daya kekuatan im dan yang yang saling berhubungan.

   Begitu gerakan serangan dilancarkan, selapis hawa pukulan yang maha dahsyat seakan-akan selembar jaring yang amat besar dan kuat menggulung ke arah depan.

   Suatu serangan yang benar-benar dahsyat dan menggetarkan sukma setiap orang yang menghadapinya.

   Tatkala hawa pedang yang dipancarkan dari ujung pedang ular perak ditangan Ciu Heng thian saling bersentuhan dengan hawa pukulan yang aneh itu, seketika itu juga timbulah segulung tenaga hisapan yang sangat dahsyat yang memaksa gerakan pedang ular peraknya bergerak miring ke arah samping.

   Setelah mempunyai pengalaman tempo hari, dalam kejutnya Ciu Heng thian segera berjongkok ke bawah, pedang ular peraknya pun turut segera membuyar, buru-buru dia memutar senjatanya menciptakan selapis dinding hawa pedan untuk melindungi sekeliling tubuhnya.

   Jurus serangan Ciu Heng thian yang lincah dan gesit kali ini digunakan secara tepat sekali serta mendatangkan manfaat yang tak terduga.

   Kiranya sewaktu Im Yan cu mengeluarkan ilmu pukulan aneh tadi, tangan kirinya melepaskan pula lima gulung desingan angin pukulan yang berhawa tajam.

   Tapi serangan tersebut segera membentur di atas dinding pedang Ciu Heng thian yang diciptakan sangat rapat dan kuat, oleh karena itu telah terjadi serentetan suara ledakan yang amat nyaring, semuanya punah dengan begitu saja.

   Tubuh Ciu Heng thian yang berada dalam posisi setengah berjongkok itu mendadak bergerak ke depan secepat sambaran angin puyuh.

   tubuh berikut pedangnya dengan cepat menggulung ke arah mana Im Yan cu sedang berdiri.

   Im Yan cu memang berkepandaian luar biasa, berada dalam keadaan demikian, kaki kanannya segera menutul pada kaki kirinya, lalu sekali lagi melambung ke udara setinggi dua kaki lebih.

   Kelitan yang dia lakukan inipun tepat sekali saatnya, babatan pedang Ciu Heng thian kembali mengenai sasaran yang kosong, meski selisihnya hanya sedikit sekali dari sasaran.

   Baru saja sepasang kaki Im Yan cu menyentuh permukaan tanah, tubuhnya kembali menerjang ke muka dengan cepat, angin pukulan, kebasan ujung baju dan bayangan tendangan dalam waktu singkat bersama-sama ditujukan ke tubuh C iu Heng thian.

   Pedang ular perak di tangan kanan Ciu Heng thian berputar kencang menciptakan kabut pertahanan yang begitu rapat seperti sebuah jaring laba-laba, bersusun-susun begitu rapatnya hingga tercipta selapis dinding cahaya yang sangat kuat..

   Jurus serangan yang dimainkan pedang ular perak pun kian lama kian bertambah ganas, perubahannya aneh, sakti dan sukar diraba.

   Gerakan tubuh Im Yan cu jauh lebih hebat lagi, bagaikan bidadari yang turun dari angkasa, dia bergerak kian kemari dengan kecepatan tinggi, sementara serangan demi serangan dilancarkan bagaikan air sungai yang menjebolkan bendungan, mengalir keluar tiada hentinya.

   Dalam waktu singkat dia telah melancarkan serangkaian serangan yang mengerikan.

   Begitulah, dua orang tersebut segera terlibat dalam suatu pertempuran yang benar-benar amat seru dan sengit..Angin puyuh memancar ke empat penjuru, pasir dan batu beterbangan memenuhi angkasa, dari sini bisa dibayangkan betapa ramainya pertarungan yang sedang berlangsung.

   Semakin lama bertarung, ke dua orang itu bertempur makin sengit, jurus-jurus serangan yang digunakan makin lama semakin aneh pula, setiap jurus, setiap gerakan hampir semuanya merupakan jurus-jurus serangan sakti yang harus memeras otak orang lain untuk mematahkannya.

   Justru karena kepandaian silat yang dimiliki ke dua orang ini berada dalam keadaan seimbang, sedang jurus serangan yang mereka gunakan pun hampir berimbang kekuatannya, maka sekalipun pertarungan sengit itu telah berlangsung hampir tiga kentongan, masing-masing pihak pun sudah saling melancarkan delapan ratus jurus serangan, akan tetapi tiada satu pihakpun yang berhasil meraih kedudukan di atas angin.

   Sebenarnya tenaga dalam yang dimiliki Ciu heng thian lebih tinggi, daya tahan seorang lelaki pun jauh lebih baik daripada kaum wanita, akan tetapi berhubung sebelum pertarungan berlangsung dia sudah termakan dua serangan dahsyat dari Im Yan cu lebih dulu, kendatipun luka ini untuk sementara waktu masih bisa ditahan dengan mempergunakan hawa murninya, namun lama kelamaan hawa murninya menjadi tak lancar.

   dia pun mulai merasa agak kepayahan.

   Im Yan cu, ketika baru terjun ke dalam dunia persilatan tempo hari, musuh tangguh pertama yang dia hadapi adalah manusia aneh berkerudung yang dijumpainya di depan kuil bobrok dulu, orang itu sebenarnya tak lain adalah salah seorang murid murtad dari Bun ji koan su yakni Jian hun kim ciang Tu Pak kim.

   Selanjutnya mata-musuh yang terhitung cukup tangguh adalah si pedang ular perak Ciu Heng thian.

   Tak heran kalau sekarang dia pun sudah mulai bermandikan keringat, namun serangan demi serangan yang dilancarkan masih tetap amat dahsyat dan luar biasa.

   Sementara itu kentongan ke lima sudah menjelang tiba, fajar sudah mulai menyingsing di langit timur.

   Pedang ular perak Ciu Heng thian benar-benar dibikin terkejut oleh kemampuan ilmu silat dari Im Yan cu.

   Sejak memperoleh kitab pusaka Pek Toh cinkeng dari Cing hay, dia beranggapan bahwa ilmu silat yang dimilikinya sekarang sudah tiada taranya lagi, dia menganggap dalam pengembaraannya dalam dunia persilatan nanti, sudah pasti akan malang melintang, tanpa tandingan.

   Siapa tahu, begitu muncul dalam dunia persilatan, dia segera ditaklukkan oleh kehebatan ilmu silat dan kecantikan wajah Ceng Lan hiang, ketua dari Ban sia kau.

   Dalam pertarungan yang pertama kali diadakan kemudian iapun harus menderita kekalahan total diujung pedang Ku See hong dan sekarang dia pun tak mampu menaklukkan Im Yan cu.

   Berada dalam keadaan demikian, sadarlah bajingan muda ini seandainya dia tidak mempergunakan cara yang licik bdan siasat kejid, sulit rasanyaa untuk menaklukbkan Im Yan cu, apalagi memenuhi harapannya untuk menikmati kehangatan tubuh gadis tersebut.

   Sebaliknya lm Yan cu pun mulai kacau pikirannya setelah menyaksikan fajar telah menyingsing, dia amat menguatirkan keselamatan jiwa Ku See hong.

   "Bila aku tidak menggunakan ilmu Hay jin ciang ajaran guruku, niscaya sulit bagiku untuk membinasakan lawan .. .."

   Demikian dia mulai berpikir.

   berpendapat demikian, mendadak saja gadis itu berpekik nyaring...

   Segulung hawa pukulan yang membawa udara dingin seperti gelombang dahsyat yang datangnya bergulung-gulung dari tengah udara, langsung menghantam Ciu Heng thian dan mendesaknya habis-habisan.

   Sementara itu Ciu Heng thian telah menghimpun tenaga Tay ih kun goan khikangnya kedalam tangan kiri sebesar sepuluh bagian.

   Di ringi bentakan nyaring, dia melepaskan empat buah pukulan secara beruntun dengan jurus Huang hong si ni (angin puyuh hujan badai).

   Begitu gerak serangan dilakukan, angin pukulan yang membawa desingan tajam ibaratnya gunung karang yang ambruk, langsung meluncur ke muka dan menyambar setiap benda yang dijumpainya.

   Tatkala dua gulung hawa serangan yang berbeda jenis itu saling bertemu satu sama lainnya, segera terjadilah suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga.

   Menyusul kemudian...

   "Blaaamm, blaaamm, blaamm..!"' secara beruntun terjadi lagi ledakan-ledakan beruntun yang memekikkan telinga. Tampak bayangan manusia saling berpisah, angin tajam seperti sayatan pisau menyambar ke empat penjuru dan membabat habis semua rumput, bunga dan tetumbuhan lainnya. Sampai dimanakah kehebatan dari tenaga serangan tersebut, bisa dibayangkan dari kerusakan yang timbul akibat ledakan mana. Sesaat kemudian, suasana di sekeliling tempat itu diliputi keheningan yang luar biasa, yang terdengar hanya dengusan napas yang memberat. Pedang ular perak ditangan Ciu Heng thian terkulai ke bawah, noda darah membekas di ujung bibirnya, sepasang matanya merah membara penuh mengandung kebencian yang meluap, mukanya pucat pias sedang kulit wajahnya mengejang keras. Tangan kirinya juga terkulai ke bawah, seakan-akan sudah tak bertenaga lagi untuk diangkat, namun dilihat dari caranya menggenggam, agaknya secara diam-diam ia telah menyembunyikan sesuatu benda yang jahat dibalik jari tangannya itu. Im Yan cu berdiri pula dengan napas tersengkal, dadanya berombak naik turun mengikuti napasnya yang memburu, wajahnya berubah menjadi pucat pias, pakaiannya robek beberapa bagian, namun matanya yang jeli justru memancarkan hawa pembunuhan yang sangat menggidikkan hati. Rupanya saat itu dia sedang menghimpun sisa tenaga dalam yang dimilikinya untuk melepaskan serangan terakhir yang mematikan bagi Ciu Heng thian... Mendadak... Im Yan cu menyerang dengan menggunakan ilmu simpanannya, Hay jin ciang atau pukulan unggas laut yang maha dahsyat itu. Tiba-tiba tubuhnya melejit ke angkasa, di tengah udara mendadak badannya menyusut sementara sepasang lengannya dipentangkan lebar-lebar, pakaiannya yang berwarna biru segera bergetar menciptakan gelombang demi gelombang.. Suatu ketika, sepasang tangan Im Yan cu dirapatkan menjadi satu dan melurus ke depan, tubuhnya seperti seekor burung elang buas secepat kilat menyambar tubuh Ciu Heng thian. Tatkala ujung jari tangannya mencapai enam depa dari tubuh Ciu Heng thian, badannya bergetar keras dan mendadak menukik ke bawah. Disaat tubuhnya hampir mencapai tanah inilah, sepasang tangannya secara aneh membentang lebar kembali. Suatu kekuatan daya serangan yang mengerikanpun segera terbentang di depan mata.. Akan tetapi pada saat itu pula... Mendadak Ciu Heng thian mengayunkan tangan kirinya ke muka, bubuk berwarna merah darah segera meluncur ke depan dan menghantam wajah Im Yan cu.

   "Sreeet, sreeet, sreeet...!"

   


Legenda Kelelawar -- Khu Lung Legenda Pendekar Ulat Sutera -- Huang Ying Legenda Kematian -- Gu Long

Cari Blog Ini