Dendam Sejagad 22
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung Bagian 22
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya dari Khu Lung
Siksaan hatin menjelang ajalnya serta umpatan orang setelah ajalnya jauh lebih berat ketimbang hukuman mati itu sendiri.
Walaupun hal tersebut sudah tidak menimbulkan pengaruh lagi bagi yang terhukum, sebab orang yang telah meninggal tak akan mengetahui akan segala umpatan orang lain.
Tapi, peristiwa itu akan beredar terus diantara anak keturunannya, noda hitam dari leluhur mereka akan membuat anak keturunannya merasa rendah diri, malu dan memencilkan diri .....
Demikianlah keadaan Him Ji im sekarang, pukulan hatin yang diterimanya sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata.
Penyesalan Ceng Lang hiang menjelang saat ajalnya membuat Him Ji im lebih menderita dan sedih, sebab ibunya memang tewas ditangannya.
Betapa pun besarnya dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan ibunya, Him Ji im merasa berdosa dan salah karena dia telah membunuhnya, apalagi gadis ini berhati penuh welas asih.
"Adik Im, segala sesuatunya telah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa"
Kata Ku See hong sedih.
"jangan menangis terus, perhatikan kesehatan tubuhmu. Kami dapat melupakan semua kejadian yang memedihkan ini secara pelahan-lahan"
"Engkoh Hong"
Teriak Him Ji im dengan sedih.
"bagaimana mungkin aku dapat melupakan kejadian ini?"
Pelan-pelan Keng Cin sin berjalan mendekat, lalu berkata dengan suara lembut.
"Adik Im, jangan menangis terus hingga merusak badan, mari kita selekasnya meninggalkan tempat ini!"
Sambil berkata, Keng Cin sin membopong tubuh Ceng Lan hiang dan membaringkannya ke atas ranjang, kemudian menutupi jenasahnya dengan kain.
Ceng Lan hiang memang seorang perempuan yang cantik rupawan, walaupun sudah menghembuskan napas penghabisan namun wajahnya masih tetap cantik dan menarik.
Dengan suara pedih Him J i im berkata.
"Cici, aku ingin mengubur jenasahnya secara baik-baik, agar aku bisa membaktikan diri sebagai seorang anak terhadap orang tuanya ....."
"Lebih baik kita selesaikan dulu persoalan lain sebelum mengurusi jenasahnya"
Kata Seng sim cian li Hoa Soat kun dengan suara dalam. Mendadak Ku See hong bertanya.
"Adik Im, kau sudah berhasil mendapatkan kitab Ban sia cin keng tersebut?"
Dari sakunya Him Ji im mengeluarkan kitab pusaka Ban sia cin keng tersebut dan diserahkan kepada Ku See hong, lalu katanya dengan sedih.
"Engkoh Hong, obat penawar racun dari Im hwee si hun wan dikatakan dalam kitab tersebut sebagai rumput Han sia cau, cuma tidak diketahui benda apakah itu, bagaimana bentuknya dan dihasilkan dimana."
Ku See hong segera bergumam.
"Rumput Han sia cau? Rumput Han sia cau? Benarkah di dunia ini terdapat rumput tersebut?"
Dengan pandangan tidak habis mengerti pemuda itu berpaling ke arah Keng Cin sin, kemudian tanyanya lagi.
"
Nona, tahukah kau benda apakah itu?"
Dengan cepat Keng Cin sin menggeleng.
"Di dalam kitab obat-obatan yang ada dalam Cang ciong pit kip.. sama sekali tidak dicantumkan nama rumput Han sia cau."
"Tapi dalam benakku seakan-akan pernah mengingat nama Han sia cau tersebut, hanya untuk sementara waktu tak dapat mengingatnya..
"
Seng Sim cian li Hoa Soat kun malah berdiri melongo dengan pikiran kosong setelah mendengar nama Han sia cau itu, sebab pada hakekatnya dia belum pernah mendengar akan nama rumput itu.
Akan tetapi sewaktu mengetahui bahwa Keng Cin sin pernah mendengar nama rumput obat itu, dia merasa sedikit agak lega, ujarnya kemudian.
"Nona, coba tenangkan pikiranmu dan pikirkan lagi pelan-pelan, tak perlu tergesa-gesa, apalagi masa kambuhnya racun dalam tubuh Im Yan cu masih ada sebelas hari lagi, kau tak perlu tergesa-gesa ...."
Walaupun diluar Hoa Soat kun berkata tak perlu tergesa-gesa, padahal hati kecilnya benar-benar merasa amat cemas, bahkan kalau bisa Keng Cin sin dapat teringat sekarang juga.
Cuma sayang, semakin dia ingin cepat-cepat teringat kembali, pikirannya makin bingung dan kacau.
Akhirnya Keng C in sin menghela napas pelan seraya berkata.
"
Aaaai, saat ini aku tak dapat mengingatnya kembali, tapi moga-moga saja aku dapat mengingatnya kembali didalam tiga hari mendatang"
Mendadak Ku See hong berkata pula.
"Nona, aku pun seperti pernah mendengar nama rumput Han sin-cau tersebut."
Buru-buru Seng sin clan li Hoa Soat kun berpaling seraya bertanya dengan cepat.
"Kau pernah mendengar dari siapa?". Ku See hong menghela napas sedih.
"Akupun tidak tahu mendengar dari siapa, tapi dalam benakku seakan-akan tertera kata Han sin cau tersebut"
Mendengar perkataan tersebut Seng sim cian li Hoa Soat kun segera mendengus dingin, dengan gemas dia melotot sekejap ke wajah Ku See hong, lalu katanya ketus.
"Bila kau tak berhasil menyelamatkan dia, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu"
"Aku pasti dapat teringat kembali, aku pasti akan berhasil menyelamatkan adik Im Yan cu"
Janji Ku See hong dengan suara nyaring. Keng Cin sin serta Him Ji im yang mendengar perkataan Hoa Soat kun tersebut, segera merasakan hatinya amat kalut tak karuan. Sesudah hening sejenak, akhirnya Him Ji im yang berkata dengan suara pedih.
"Hoa locianpwee, pembunuh dari enci Im Yan cu adalah si pedang ular perak Ciu Heng thian, dan bangsat itu sudah tewas secara mengenaskan ditanganmu, dendam sakit hatimu juga telah terbalas, mengapa kau orang tua hendak membuat perhitungan dengan dirinya ....?"
Seng sim cian li Hoa Soat kun melotot sekejap ke arah Him J i im dengan gusar, lalu sahutnya.
"Antara aku dengan dirinya masih terikat dendam sakit hati yang belum terselesaikan, kalian anggap urusan tersebut bisa dipahami angkatan muda seperti kau?"
Keng Cin sin pernah membaca riwayat hidup Bun J i koan su Him Ci seng yang tragis, maka diapun mengetahui pula hubungan cinta Hoa Soat kun dengan Him C i seng yang berakhir dengan mengenaskan.
Tapi ia merasa tidak pada tempatnya apabila Hoa Soat kun ingin membalas dendam sakit hatinya dimasa lampau atas diri Ku See hong.
Sambil menghela napas sedih Ku See hong segera berkata.
"Hoa locianpwee, benarkah kau orang tua tak sudi mengampuni kesalahan guruku, dimasa lalu? "Menjelang saat ajalnya, berulang kali dia telah berpesan kepadaku agar aku bersungguh hati menyampaikan rasa cintanya kepadamu, dia bilang. Bila kau tak bersedia memaafkan kesalahannya, maka dia bersedia menerima hukuman macam apapun darimu atas jenasahnya, dia tak akan pernah menyesal dialam baka. Sebab dengan begitu, rasa menyesalnya akan jauh berkurang, dia menyatakan penyesalannya yang tak terkirakan, karena dia tidak menerima cintamu waktu itu, tapi setelah pertempuran berdarah di bukit Soat san, dia baru sadar kalau dia amat mencintaimu, menjelang ajalnya dia berkata agar kau selalu bahagia, karena selama berada di alam baka dia akan selalu mencintaimu"
Sekujur tubuh Seng Sim cian li Hoa Soat kun gemetar keras setelah mendengar perkataan itu, sementara titik air matanya jatuh berlinang membasahi wajahnya, jelas ia sangat terharu oleh perkataan tersebut.
Mendadak dia membentak dengan suara menggeledek.
"Tutup mulut! Setan tua itu sangat licik dan banyak akal muslihatnya, siapa tahu disaat menjelang ajalnya dia sengaja menciptakan kata-kata semacam itu untuk membohongi aku? Aku tak dapat memaafkan kesalahannya, aku hendak menghancur lumatkan tulang belulangnya sehingga halus dengan bubuk"
Ku See hong segera berkerut kening, serunya dengan gusar.
"Aku telah menyampaikan suara hati guruku kepadamu, bila kau tetap bersikeras dengan pandanganmu tersebut, tentu saja akupun 1284 tak bisa berbuat apa-apa, tapi sampai waktunya apabila aku sampai berbuat kurang ajar kepadamu, harap kaupun sudi memaafkan."
Tiba-tiba mencorong sinar penuh kebuasan dari balik mata Seng sim cian li Hoa Soat kun, setelah mendengus dingin dia berkata dingin.
"Dengan kepandaian silatmu itu kau ingin menghalangi niatku? Huuuhh .... masih ketinggalan jauh"
"Boanpwee tahu kalau kepandaian silatku rendah dan tak becus, tapi demi melindungi jenasah guruku, terpaksa aku harus mempertaruhkan selembar jiwaku"
Keng Cin sin berada disisinya menghela napas sedih, tiba-tiba dia menimbrung.
"Hoa cianpwee, Ku See hong, racun Im Yan cu belum disembuhkan, mengapa kalian malah bentrok sendiri? Kalau dihitung-hitung, kalian berdua masih mempunyai hubungan yang cukup erat, persoalan besar apa sih yang tak dapat diselesaikan? Bila demikian terus keadaan kalian, niscaya Im Yan cu akan merasa lebih menderita dan tersiksa ...... Mendadak.... Jeritan kaget dari Him Ji im bergema memecahkan keheningan, kemudian terdengar ia berteriak keras.
"Kalian cegat kabur orang dari empat penjuru ...... Serentak Ku See hong, Keng Cin sin dan Hoa Soat kun berbondong-bondong lari ke pintu depan Cun kiong thian dan menyerbu keluar dari situ .... Tapi ... Serentetan desingan angin tajam segera berkumandang memecahkan keheningan. Hujan panah yang amat deras langsung dibidikkan ke depan pintu gerbang gabungan tersebut... Menyaksikan datangnya hujan panah itu, serentetan ketiga jago lihay ini membentak gusar, telapak tangan mereka segera diayunkan kemuka, enam gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung merontokkan anak panah-panah tersebut. Tapi, di saat mereka berhasil merontokkan barisan anak panah yang pertama... Serentetan desingan angin tajam lain menggema pula memecahkan keheningan... Puluhan batang panah tajam, bagaikan amukan angin puyuh langsung menyapu seluruh permukaan tanah. Mimpi pun ke tiga orang jago itu tak pernah menyangka kalau serangan musuh datangnya begitu cepat, terpaksa mereka harus bertekuk pinggang dan mengundurkan diri kesamping. Disaat mereka sedang melayang mundur inilah, ke tiga orang itu masing-masing melepaskan dua gulung angin puyuh yang merontokkan hujan panah tadi.
"Sreeet...! Sreeeet.. .! "
Dua desingan angin tajam yang memekikkan telinga kembali bergema memenuhi angkasa...
Dua batang anak panah yang tajam tahu-tahu berhasil menembusi jaring hawa serangan dan secepat kilat meluncur kearah Him Ji im yang berada dibelakang.
Untung Ku See hong bermata tajam dengan kaget dia berteriak keras.
"Adik Im. cepat minggir!"
Ditengah bentakan, secepat kilat tubuh Ku See hong miring ke samping lalu ke lima jari tangan kanannya di sentilkan ke muka melepaskan lima gulung desingan angin tajam.
"Blaaammm. blaaammm...!"
Dua benturan nyaring kembali bergema memecahkan keheningan.
Termakan oleh ke lima desingan angin jari itu, dua batang panah tadi patah menjadi tiga bagian.
Tapi nampaknya ke dua mata panah itu masih mempunyai sisa kekuatan yang cukup tangguh, kali ini panah-panah tersebut menyambar ke arah sepasang bahu Him Ji im.
Entah mengapa, meski menyaksikan datangnya ancaman panah tersebut, namun Him Ji im sama sekali tidak menghindar ataupun berkelit, tak terlukiskan rasa gelisah Ku See hong setelah menyaksikan kejadian tersebut, segera teriaknya keras-keras.
"Adik Im... ."
Sepasang bahu Him Ji im segera terhajar oleh mata panah yang tinggal enam inci panjangnya itu sampai tembus sedalam tiga inci ke bahunya, setelah gemetar keras dia lantas roboh terjengkang ke atas tanah...
Dengan cepat Ku See hong memeluk gadis itu sambil berteriak sedih.
"Adik Im, mengapa kau tidak berkelit...."
Paras muka Him Ji im pucat pias seperti mayat, bibirnya membiru, dengan pedih ia berkata.
"Engkoh Hong, maafkanlah aku, aku tak punya muka untuk hidup terus di dunia ini!"
Memandang bahunya yang terluka dan berdarah, Ku See hong merasa pedih sekali, tak terbendung lagi titik air mata jatuh bercucuran, katanya sedih.
"Adik Im, mengapa kau harus rendah diri? Kau .... apakah kau hendak meninggalkan aku seorang diri?"
Bergetar keras seluruh badan Him J i im setelah mendengar perkataan itu, kulit wajahnya nampak mengejang keras menahan penderitaan, sudah jelas rasa sakit akibat lukanya mendatangkan siksaan yang cukup berat bagi gadis ini.
Dengan sinar mata yang rawan karena kepedihan, dia berkata agak parau.
"Engkoh Hong, aku... aku tak ingin meninggalkan dirimu, tapi takdir menentukan lain..."
"Adik Im, aku akan mencabut keluar panah yang menancap dibahumu itu"
Tukas Ku See hong dengan cepat.
Sembari berkata, pemuda itu segera menggerakkan jari tangan kirinya untuk menotok jalan darah sui hiat diatas bahu nya, lalu dengan jepitan jari tengah dari telunjuknya dia mencabut keluar mata panah tersebut.
Darah segar yang dicampur dengan hancuran daging segera membasahi tangan si anak muda itu.
Dalam pada itu, suasana dalam ruang Cun kiong thian bertambah pengap dan panas, bau hangus makin menusuk hidung, sementara kobaran api yang membara, diluar sana semakin menghebat, suara ledakan demi ledakan bergemuruh diseluruh angkasa.
Hoa Soat kun dan Keng Cin sin berdiri lebih kurang satu kaki didepan Ku See hong serta Him Ji im, sepasang tangan mereka sedang repot digerakkan ke sana kemari melepaskan pukulan- pukulan yang dahsyat.
Rupanya hujan panah yang berasal dari luar pintu tiba secara beruntun dan tiada hentinya, hujan panah yang disertai desiran angin tajam itu meluncur datang dengan cepat sekali.
Dalam waktu singkat, beberapa kaki dihadapan Hoa Soat kun dan Keng Cin sin sudah berserakan beribu-ribu batang panah panjang.
Pada saat itulah, tiba-tiba...
Dari luar ruangan situ bergema suara tertawa licik yang dingin dan penuh perasaan bangga.
Kemudian dari balik suara tertawa itu terdengar seseorang berkata dengan suara sedingin es.
"Anjing perempuan dan laki, sekarang rasakanlah bagaimana nikmatnya kalau mati terbakar". Ucapan tersebut sudah jelas berasal dari salah seorang dari dua murid murtad Bun ji koan su yakni si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim. Kemudian secara tiba-tiba terdengar lagi seseorang yang lain berseru sambil tertawa nyaring.
"Tu sute, sejak kini dunia persilatan akan menjadi milik kita berdua, haaahhh....haaahh... haaahhh...."
Dalam pada itu, Ku See hong telah selesai membalut luka panah yang diderita Him Ji im, ketika mendengar perkataan dari dua orang murid murtad tersebut, dengan gusarnya ia membentak.
"Manusia laknat, kalian anggap setelah menggunakan siasat licik yang memuakkan ini untuk menjebak kami, lantas kami semua tak mampu keluar dari kurungan?"
Perlu diketahui, sekeliling ruangan Cun kiong tian ini terdiri dari bahan dinding yang kokoh dan kuat, demikian pula jendela dan pintunya terbuat dari besi baja, pada hakekatnya sebuah balok kayu yang sudah terbakar pun tidak dijumpai, maka Keng Cin sin sekalian merasa curiga dan keheranan setelah mendengar kata-kata kedua orang murid murtad itu akan membakar mati mereka.
Tiba-tiba terdengar si Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim berkata dengan suara menyeramkan.
"Cu suheng, waktunya telah tiba bukan?"
Pedang sakti kayu baja Cu Pok segera berteriak keras.
"Gunakan panah berapi!"
Ditengah seruan tersebut, sebaris panah berapi sudah meluncur masuk ke dalam ruangan.
Keng Cin sin dan Hoa Soat kun segera melontarkan pukulan mereka untuk merontokkan panah-panah berapi itu, namun kobaran api di mata panah tersebut sama sekali tidak padam.
Tatkala barisan panah itu mencapai tanah.
"Blaaammm....!"
Segera terdengar ledakan nyaring.
Batang panah yang banyak berserakan di tanah tadi tiba-tiba saja terbakar dengan hebatnya, namun apinya sedikit dengan asap yang tebal.
Dalam waktu singkat asap tebal berwarna hitam itu sudah memenuhi seluruh ruangan Cun kiong tian.
Menyaksikan kejadian ini, Keng Cin sin menjadi sangat terperanjat, buru-buru serunya.
"Kita tak boleh berdiam terus disini, rupanya mereka ingin menggelapkan ruang Cun kiong tian ini dengan asap tebal, kemudian baru membidik kita dengan hujan panah"
Rencana yang dilakukan dua orang tua manusia laknat tersebut memang benar-benar sangat kejam, mula-mula panah yang mereka bidikkan kedalam ruangan itu sengaja dilapisi dengan minyak pelumas, minyak tersebut bila sampai terbakar maka akan menimbulkan asap tebal yang berwarna hitam pekat.
Bila asap semacam ini sampai memenuhi seluruh ruangan, niscaya suasana akan menjadi gelap gulita sehingga melihat ke lima jari sendiri pun sukar.
Dalam keadaan demikian, rupanya mereka sudah bersiap sedia akan melancarkan hujan panah.
Bila rencana busuk ini sampai berhasil maka sekali seluruh ruangan dilapisi asap hitam yang tebal, sulitlah bagi mereka untuk melihat keadaan disekitar sana.
Walaupun seseorang memiliki ilmu silat yang betapa pun lihaynya dalam keadaan begini tak akal mungkin bisa meloloskan diri, mereka pasti akan mati secara mengenaskan.
Buru-buru Ku See hong berseru lantang.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona, harap kau suka membopongnya, biar aku orang she Ku yang membuka jalan."
Ditengah pembicaraan tersebut, sekilas cahaya pelangi menyelinap di angkasa, tahu-tahu dalam genggaman tangan kanan Ku See hong telah bertambah dengan sebilah pedang Hu thian seng kiam...
Serentetan suara pekikan nyaring yang membetot sukma turut berkumandang pula memecahkan keheningan.
Ku See hong melejit ke tengah udara bagaikan seekor burung raksasa, dia melayang ditengah udara dalam waktu singkat sekeliling tempat itu sudah dipenuhi satu lingkaran cahaya pelangi yang amat menyilaukan mata melindungi sekeliling tempat tersebut...
Semua barisan panah yang berdatangan seperti hujan badai itu serentak rontok ke atas tanah begitu membentur sinar pedang tersebut.
Rupanya Ku See hong telah mengeluarkan jurus ke dua dari ilmu pedang Cang ciong ciat mia kiam si yang disebut Hong sin lui tong ming kim thi" (Angin menderu guntur menggelegar, senjata berdentingan) Selapis cahaya pedang membentuk sebuah dinding pertahanan yang kuat sekali, dalam posisi demikian jangan lagi hujan panah, biar diguyur dengan air pun belum tentu air tersebut dapat menembusi dinding pertahanannya.
Dalam waktu singkat Ku See hong telah berhasil menerobos keluar dari pintu gerbang Cun kiong tian.
Ternyata di luar cun kiong tian merupakan sebuah ruang dari markas besar Ban sia kau, sedemikian luasnya ruangan tersebut sehingga dapat memuat ribuan orang.
Begitu keluar dari Cun kiong tian, sorot matanya yang tajam segera memandang sekejap sekeliling tempat itu.
Tak jauh dari sana, terdapat tiga baris anggota Ban sia kau yang masing-masing membawa busur lengkap dengan anak panahnya, setiap baris terdiri dari dua puluh orang.
Sepuluh kaki dibelakang tiga baris anggota Ban sia kau, nampak kepala manusia yang berjejal-jejal, mungkin terdapat enam tujuh ratus jago yang menyandang busur, membawa pedang dalam posisi siap tempur.
Betapa terkesiapnya Ku See hong setelah melihat keadaan ini, dia tidak kuatir menghadapi manusia sebanyak itu, tapi kuatir bila dia dipaksa membunuh sekian banyak manusia.
"Sreeeet! Sreeeet .....!"
Desingan angin tajam segera berkumandang membelah angkasa.
Sebaris anak panah tahu-tahu sudah meluncur ke arah Ku See hong, kali ini ke tiga baris manusia tersebut bersama-sama membidikkan anak panah mereka secara beruntun, dahsyatnya bukan alang kepalang.
Tampak seluruh angkasa dipenuhi hujan panah yang benar-benar menggidikkan hati.
Dengan gerakan yang amat cepat kembali Ku See hong meluncur kemuka, sekilas cahaya pedang langsung menyongsong tibanya hujan panah yang memenuhi seluruh angkasa itu.
Dimana cahaya pedang berkelebat, anak panah jatuh berhamburan ke atas tanah dalam keadaan patah dan hancur oleh sebab itulah hujan panah yang dahsyat segera ditujukan kepada Ku See hong seorang.
"Sreeet..!"
Sebilah anak panah mendadak melesat menembusi bayangan pedangnya.
Ku See hong sangat terkejut, tubuhnya yang berada ditengah udara, segera miring ke samping, dengusan tertahan bergema di angkasa ....
Paha kanan Ku See hong termakan oleh bidikan panah sehingga darah segar mengucur keluar dengan amat derasnya, dengan cepat seluruh celananya sudah basah dan memerah, tapi begitu tubuhnya mencapai permukaan tanah, ia cabut keluar panah tersebut dengan tangan kirinya.
Pada saat itulah, mendadak ....
Enam puluh orang anggota Ban sia kau tersebut sudah menyebar sejauh sepuluh kaki, sedang tiga baris kaum iblis lainnya memburu ke muka dengan busur ditangan, kecepatan mereka berganti posisi betul-betul sangat mengagumkan.
Tidak sampai tiga barisan anggota Ban sia kau itu melepaskan bidikan panahnya, pekikan nyaring yang membetot sukma telah berkumandang memecahkan keheningan.
Tubuh Ku See hong bersama cahaya pedangnya telah bergabung menjadi satu sambil melesat kemuka.
Tampak serentetan hawa pedang yang berkilauan tajam dan amat menyilaukan mata langsung meluncur ke arah barisan pertama yang berada paling muka.
Kawanan iblis dari Ban sia kau itu cuma merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu enam orang iblis yang berada dibarisan terdepan sudah roboh tewas tanpa sempat mengeluarkan sedikit suarapun.
Percikan darah segar mereka memancar ke empat penjuru dan membasahi wajah setiap orang yang berada disekeliling sana.
Hu thian seng kiam yang berada ditangan kanan Ku See hong kembali diputar dengan cepat, cahaya tajam yang menyilaukan mata sekali lagi membelah angkasa.
Menyusul kemudian...
Jeritan ngeri yang menyayat hati segera bergema diseluruh angkasa, kepala beterbangan dan darah berhamburan, dalam waktu singkat dua puluh orang iblis yang berada dibarisan terdepan sudah menjadi setan-setan tanpa kepala.
Sejak melayang ketengah udara sampai berhasil membunuh dua puluhan orang, Ku See hong melakukan kesemuanya itu secara beruntun dan didalam waktu singkat.
Tindakan yang menyeramkan dan menggidikkan hati ini kontan saja membuat paniknya kedua baris anggota Ban sia kau lainnya, serentak mereka membubarkan diri dan mengundurkan diri dari situ...
Sementara itu suara pekikan nyaring yang memekikkan telinga kembali berkumandang memecahkan keheningan.
..
Seng Sim cian li Hoa Soat kun seperti seekor rajawali raksasa tahu-tahu sudah meluncur kedepan dan menghadang jalan mundur kawanan iblis tersebut.
Sepasang tangan dan sepasang kakinya tidak ambil diam, dengan kecepatan yang hebat dia serang habis-habisan kawanan iblis tersebut.
Sedangkan Ku See bong telah melejit untuk sekian kalinya ke tengah udara, selapis cahaya pelangi seperti naga perkasa menggulung dan meluncur diangkasa.
Pada hakekatnya sukar untuk dibedakan lagi, mana cahaya pedang dan mana cahaya pelanginya.
Seperti daun kering disambar angin kencang, kawanan jago dari Ban sia kau itu rontok satu persatu keatas tanah, hancuran badan dan percikan darah berceceran di atas tanah, keadaannya benar-benar mengerikan sekali...
Jeritan ngeri, teriakan takut dengan cepat menyambar diseluruh ruangan tersebut.
Dalam waktu sekejap, empat puluhan anggota Ban sia kau yang terbabat oleh keganasan Ku See hong serta Hoa Soat kun dan roboh binasa didalam keadaan mengerikan.
Kutungan lengan dan anggota badan memenuhi permukaan tanah, darah kental berceceran diseluruh permukaan membuat udara disekitar situ sangat mengerikan...
"Lepaskan panah..."
Dari balik kerumunan beratus-ratus anggota Ban Sia kau tiba-tiba bergema bentakan nyaring..
Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah dipenuhi hujan panah yang dengan cepat mengurung tubuh Ku See hong, Hoa Soat kun serta Keng Cin sin.
Ku See hong yang menyaksikan gelagat kurang baik segera membentak keras.
"Nona, boponglah dia dan untuk sementara waktu mundur dulu ke Cun kiong tian"
Ternyata Ku See hong kuatir kalau Keng Cin sin yang harus membopong Him J i im tak dapat menghindar dengan cekatan, sehingga terluka oleh hujan panah.
Apalagi hujan panah yang dilepaskan kali ini mencapai ratusan batang sekaligus, keadaan semacam itu betul-betul menggidikkan hati orang, Keng Cin sin tak berani berayal lagi, dia menurut dan segera melompat masuk ke dalam ruangan Cun kiong tian.
Sementara itu, disaat hujan panah sedang memenuhi angkasa, mendadak terdengar seseorang berteriak lagi.
"Serbu!"
Di ringi teriakan yang gegap gempita, enam tujuh ratus anggauta Ban sia kau dengan tombak dan golok terhunus, seperti seribu pasukan tentara berkuda, serentak menerjang bersama kearah Ku See hong dan Hoa Soat kun.....
Teriakan keras, bentakan menggeledek segera memenuhi seluruh angkasa...
Keadaan seperti ini, cukup membetot sukma setiap orang yang memandangnya.
Sistim penyerangan seperti ini, boleh dibilang merupakan taktik perang lautan manusia ....
Benar-benar tidak terduga, bila manusia sudah gila, mereka tak segan-segan mempergunakan nyawa sendiri sebagai bahan gurauan...
Ditengah hujan panah yang sangat rapat itu, secara beruntun Ku See hong dan Hoa Soat kun terkena beberapa batang panah..Dengan tenaga dalam mereka yang sempurna, lagipula tempat yang terkena serangan bukan tempat yang mematikan, meskipun untuk sementara waktu luka mana tidak mengganggu, namun mereka terkejut juga setelah menyaksikan datangnya serbuan lautan manusia tersebut, sadarlah ke dua jago kita ini, bahwa pertarungan keji dan pembunuhan massal tak dapat dihindari lagi...
Tiba-tiba Ku See hong membentak nyaring.
"Harap semuanya berhenti, kalian mesti ingat, nyawa lebih berharga dari segala- galanya!. Namun teriakan tersebut sama sekali tidak menghasilkan pengaruh apa pun, tombak, pedang dan golok masih datang berhamburan... Seng sim cian li Hoa Soat kun tertawa seram, tubuhnya menerjang lebih dulu ke dalam kelompok manusia-manusia sinting itu, dengan cepat dia berhasil merampas sebilah pedang dan mulai melancarkan pembantaian secara besar-besaran .... Jeritan ngeri dan teriakan kesakitan dengan cepat berkumandang silih berganti. Batok kepala bergelindingan, darah segar berhamburan, suasana amat mencekam perasaan. Di dalam waktu singkat, ada tiga empat puluhan manusia sudah tewas diujung pedang dan serangan gencar Hoa Soat kun. Desingan tajam tiba-tiba membelah angkasa . Enam batang tombak panjang secepat kilat sudah meluncur datang dari empat arah delapan penjuru dan bersama-sama menusuk tubuh Ku See hong... Ku See hong berpekik nyaring, begitu keras suara pekikan tersebut hingga menggetarkan seluruh ruangan.... Pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangannya segera memancarkan cahaya tajam, hawa pedang membumbung tinggi sehingga memenuhi angkasa... Bayangan darah memercik ke empat penjuru, jerit kesakitan menggema di seluruh angkasa .. ENAM batang tombak dari ke enam anggota Ban sia kau itu terpapas oleh sambaran pedang hingga kutung menjadi dua dan tewas seketika.... Begitu ke enam orang itu roboh, muncul delapan orang lainnya .... Delapan orang itu roboh, dua belas orang yang lain datang kembali .... Kawanan iblis dari Ban sia kau itu sungguh-sungguh sudah gila dan sinting, walau pun kawan-kawannya pada bergelimpangan secara mengerikan, namun kawanan jago lainnya yang berada dibarisan belakang masih juga datang menyerang dengan tanpa gentar yang membuat orang tidak habis mengerti adalah sesungguhnya mereka beradu jiwa untuk siapa. Karena dendam kesumat? Karena kehancuran total perkumpulan Ban sia kau? Hoa Soat kun dan Ku See hong seperti dua ekor binatang buas yang haus darah, mereka membentak, menusuk, membabat dan berjuang demi mempertahankan kehidupan sendiri. Untuk mempertahankan hidup dan demi kepentingan rekan sendiri, mau tak mau mereka harus melakukan pembantaian secara besar-besaran. Sejak jaman kuno, pedang Hu thian seng kiam memang sudah termashur sebagai senjata pembunuh, malam ini senjata tersebut benar-benar telah memperlihatkan keganasannya, bahkan jauh lebih ganas ketimbang tiga ratus tahun berselang, sewaktu senjata itu masih berada ditangan Si long lojin. Tampak Ku See hong berpadu dengan cahaya pedangnya, dia bergerak lincah kesana ke mari tak menentu, keadaannya benar- benar menggidikkan hati. Didalam waktu sekejap, sudah empat lima orang iblis yang tewas secara mengenaskan diujung pedang Ku See hong. Hoa Soat kun si gembong iblis perempuan yang membunuh orang tanpa berkedip ini melancarkan pula pembunuhan- pembunuhan kejinya, pedang yang berada ditangan kanannya seperti sebilah senjata mestika yang datangnya dari langit, bukan saja menjadi senjata pembunuh, bahkan tangan dan kakinya bahkan seluruh bagian badannya seakan-akan berubah pula menjadi senjata yang mematikan orang. Tubuhnya bergerak semakin cepat lagi dia menyambar kesana kemari tiada hentinya. .. Sewaktu mencapai puncaknya, didalam sekali gerakkan tangan saja secara beruntun dia telah menghabisi nyawa enam orang. .. Jari tangan, sikut, bacokan, tabokan, terjangan, babatan semuanya ditarikan dengan bersamaan waktunya. Hawa pembunuhan yang mereka pancarkan benar-benar menggidikkan hati, membuat bulu kuduk orang yang memandangnya jadi berdiri semua saking ngerinya. Betapa pun lihaynya ilmu silat yang dimiliki Hoa Soat kun dan Ku See hong, namun saat ini sekujur badan mereka sudah berlumuran 1298 darah, lukanya penuh memenuhi badan, hawa darah dalam dadanyapun ikut bergolak .... Ku See hong mencoba untuk memperhatikan sekeliling tempat itu, dari enam tujuh ratus anggota Ban sia kau, sekarang sudah tinggal separuh jumlahnya, atau dengan perkataan lain dia dan Hoa Soat kun telah membunuh tiga ratusan orang. Darah kental, bangkai manusia berserakan dimana-mana. Seluruh permukaan lantai ruang Ban sia kau dan permukaan tanah yang beralas batu hijau, kini telah dibasahi darah kental yang berbau amis. Memandang keadaan seperti ini, tiba-tiba saja timbul perasaan iba dan kasihan di hati Ku See hong, dia mulai berpikir didalam hati.
"Tuhan adalah maha pengasih dan penyayang, mengapa aku harus melakukan pembantaian secara besar-besaran? Pada hal biang keladinya si pedang sakti kayu besi Cu Pok dan telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim justeru secara pengecut menyembunyikan diri dibelakang Ia benar-benar merasa tak tega untuk melakukan pembantaian lebih jauh dengan suara menggeledek segera bentaknya.
"Aku harap kalian berhenti semua!"
Tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong memang cukup sempurna, tidak heran kalau bentakannya ini ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, sangat menggetarkan perasaan setiap orang.
Tanpa disadari semua orang menghentikan serangannya dan membungkam dalam keheningan yang mencekam.
Hoa Soat kun segera menghentikan pula pembantaiannya .....
Dengan suara menggeledek Ku See hong berkata lebih jauh.
"Para saudara sekalian, sepanjang hidup kita boleh dibilang tiada ikatan sakit hati maupun dendam kesumat apa pun, buat apa kita saling membantai dan membunuh....? "Kalian betul-betul kelewat bodoh, sebenarnya untuk siapakah kalian menjual nyawa? Coba, lihatlah pentolan kalian Cu Pok dan Tu Pak kim sekalian, secara pengecut menyembunyikan diri menyaksikan kalian jual nyawa untuknya."
Mendadak.... Suara gelak tawa yang keras dan menyeramkan memotong pembicaraan Ku See hong yang belum selesai, Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang menyembunyikan diri di belakang kerumunan orang banyak segera berteriak dengan keras.
"Saudara-saudara sekalian dari Ban sia kau, kalian jangan mau termakan oleh hasutannya, coba lihatlah, mereka telah membantai tiga ratusan orang saudara kita, apakah dendam kesumat ini tidak wajib kita tuntut balas?.
"Coba kalian saksikan pula keadaannya, dia sudah kehabisan tenaga dan kecapaian justru karena takut mati maka dia mengucapkan perkataan semacam ini, mari kita teruskan perjuangan kita bersama-sama membunuhnya.
"Tidak, kita mesti menghancur lumatkan tubuh anjing laki-laki dan perempuan ini sampai remuk sebelum dapat melampiaskan rasa dendam dan sakit hati kita ...."
Bunuh! Bunuh! Bunuh .....
Teriakan demi teriakan yang memekikkan telinga dengan cepat memenuhi seluruh angkasa.
Tiga ratusan anggota Ban sia kau yang masih tersisa kecuali melancarkan serangan mereka yang nekad dan membabi buta...
Golok, pedang, tombak seperti angin puyuh hujan badai menggulung dengan hebatnya ke tubuh Hoa Soat kun serta Ku See hong...
Tak terlukiskan rasa gusar dan sedih Ku See hong serta Hoa Soat kun setelah menyaksikan kenyataan ini...
Kalau bisa mereka ingin membinasakan Cu Pok serta Tu Pak kim sekalian dalam sekali tusukan pedang, tapi kedua bajingan itu cukup licik, ternyata mereka menyembunyikan diri dibelakang kerumunan orang banyak, hal ini menghalangi ke dua jago kita untuk menghampiri mereka serta menghujamkan senjatanya ke dada bajingan-bajingan itu.
Dalam keadaan demikian terpaksa mereka berdua harus menggigit bibir kencang-kencang dan sambil menahan gejolak hawa darah didalam dadanya, melakukan pembantaian secara brutal kian kemari .....
000de0wi000 BAB 60 YAA, nyawa manusia menjadi sama sekali tak berharga di ajang pertarungan seperti ini, bahkan selembar nyawa manusia jauh lebih tidak berharga daripada nyawa seekor anjing....
Tiga ratusan anggota Ban sia kau yang bertarung macam orang gila, dalam waktu sekejap saja sudah berkurang dua ratusan orang manusia.
Lalu menyusut terus dengan cepatnya, dari delapan puluh...
enam puluh...
empat puluh...
dua puluh...
Enam tujuh ratusan anggota Ban sia kau yang semula masih bertarung dengan gagah akhirnya tinggal Pedang sakti kayu besi Cu Pok, Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim serta bala bantuan yang kemudian berdatangan seperti Jian khi pang cu si pedang iblis Toan Gi cong dan Thi kiong pangcu tombak terbang berwajah besi (Thi bin hui cian) Seng Ko piau.
Ruang utama markas besar Ban sin kau yang luasnya mencapai lima enam puluh kaki itu, sekarang menjadi kuburan masal, mayat 1301 manusia, hancuran anggota badan serta darah kental berhamburan dimana-mana...
Permukaan lantai yang beralaskan ubin hijau, kini berubah menjadi lautan darah, setiap jengkal tanah pasti di nodai sejengkal darah kental, pemandangan mengerikan semacam ini sungguh membetot sukma siapapun yang melihatnya.
Keadaan waktu itu betul-betul ibaratnya darah menganak sungai, bau anyirnya darah hampir menyusupi setiap jengkal udara kosong yang ada.
Mayat-mayat yang bergeleparan dilantai, menambah seramnya keadaan, kutungan lengan, potongan kaki, hamburan usus dan isi perut, ditambah kutungan pedang dan golok hampir memenuhi seluruh lantai bertumpuk-tumpuk dan bersusun-susun membukit.
Enam puluh kaki persegi yang begitu luas, pada hakekatnya dipenuhi dengan mayat.
"Suasana semacam ini sangat mengerikan dan menggidikkan sukma setiap orang.... Peristiwa berdarah ini boleh dibilang merupakan pembantaian berdarah yang paling besar dan mengerikan.... Mungkin sejak dulu hingga sekarang, belum pernah dunia persilatan dilanda pembantaian sedemikian beratnya.. Tiga ratus tahun berselang, Si hong lojin telah menimbulkan badai darah, dua puluh tahun berselang Bun ji koan su Him Ci seng melakukan pula pertempuran berdarah dibukit Soat san, tapi tak sebuah pun yang bisa menandingi kebrutalan serta kesadisan peristiwa pada malam ini... Bayangan darah menyelimuti jagad, seluruh langit dan bumi benar-benar sudah di selimuti hujan darah yang sangat tebal. Seng sim cian li Hoa Soat kun serta Leng hun koay seng Ku See hong, ke dua-duanya sudah tergeletak ditengah genangan darah. Sekujur badan mereka bermandikan darah segar, lukapun memenuhi sekujur tubuh mereka, namun luka itu semuanya bukan luka yang mematikan, akan tetapi rupanya mereka telah mempergunakan tenaga kelewat batas, sehingga akibatnya kehabisan tenaga dan tak mampu untuk bangkit kembali. Dengan sekuat tenaga Seng Sim cian li Hoa Soat kun berusaha untuk meronta bangun, pedangnya yang berlumuran darah ditancapkan keatas tanah, sementara seluruh badannya penuh dengan darah kental, matanya memancarkan sinar pembunuhan yang menggidikkan, dengan pandangan penuh kebencian dia awasi ke empat pentolan bajingan tersebut tanpa berkedip. Ku See hong lebih payah lagi keadaannya, dia harus berusaha meronta sebanyak tiga kali sebelum berhasil berdiri kembali dengan menopang pada pedang, bibirnya sudah dinodai oleh darah segar, sepasang matanya merah membara, kulit wajahnya mengejang keras menahan derita, dengan pancaran sinar pembunuhan yang menggidikkan hati dia pun sedang mengawasi Cu Pok sekalian berempat dengan pandangan marah. Suasana sekeliling tempat itu amat sepi, namun penuh diliputi hawa pembunuhan yang menegangkan dan menggidikkan hati ... Suasana begitu keji, sadis, sehingga lama-lama dapat mendirikan bulu roma siapa pun... Ditengah keheningan, Ku See hong serta Hoa Soat kun memancarkan sinar kewibawaan yang menyeramkan, membuat orang lain tak berani memandang enteng kepadanya, bahkan yang membuat hati orang bergidik adalah pancaran sinar pembunuhan yang mencorong keluar dari balik sorot mata mereka. Pedang sakti kayu besi Cu Pok, telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim, ketua Jian khi pang si pedang iblis Toan Gi cong maupun ketua Thi kiong pang si tombak terbang berwajah besi Seng Ko piau semuanya dibikin terkejut dan bergidik oleh pancaran kewibawaan ke dua orang musuhnya, terutama sekali setelah mereka saksikan ke enam tujuh ratus sosok mayat yang tergelepar diatas tanah itu.... Walaupun mereka pun jelas mengetahui bahwa Ku See hong serta Hoa Soat kun telah kehabisan tenaga dan kelelahan, tapi untuk beberapa waktu mereka toh tak berani melancarkan sergapan terhadap ke dua orang itu. Mendadak.... Ketua Jian khi pang si Pedang iblis Toan Gi cong mengulumkan sekulum senyuman liciknya yang sinis dan dingin, kemudian katanya.
"Saudara Cu, saudara Tu, saudara Seng, mari kita beramai-ramai membunuh mereka, dunia persilatan pasti akan terjatuh ke tangan kita!"
Begitu selesai berkata, Toan Gi cong segera mengangkat pedang dengan tangan kirinya kemudian menerkam Ku See hong lebih dahulu ....
Sebagaimana diketahui, dalam pertempuran dibukit Im Cu san tempo hari, lengan kanannya telah dipapas Ku See hong sehingga kutung menjadi dua, tidak heran kalau dia sangat mendendam kepada si anak muda itu dan berusaha untuk membalas sakit hatinya tersebut.
Bentakan nyaring berkumandang pula memecahkan keheningan ....
Tahu-tahu Keng Cin sin seperti sukma gentayangan sudah menubruk tiba dengan kecepatan luar biasa...
Telapak tangannya yang putih mulus segera menekuk sambil menyentil, lima gulung desingan angin serangan yang sangat tajam segera meluncur ke muka dan menerkam tubuh ketua Jian khi pang si pedang iblis Toan Gi cong.
Si pedang iblis Toan Gi cong termasuk juga seorang jago lihay didalam dunia persilatan, ketika tubuhnya berada ditengah udara, 1304 mendadak saja dia berjumpalitan ke samping kemudian melayang turun ke arah permukaan tanah.
Keng Cin sin mengerti kalau Ku See hong dan Hoa Soat kun sudah tidak berkemampuan melancarkan serangan lagi, padahal musuh yang mereka hadapi sekarang justru empat jago lihay kelas satu dari dunia persilatan, apabila pertarungan tidak diselesaikan secepatnya, niscaya dia akan menyesal sepanjang jaman.
Baru saja ujung kaki si pedang iblis Toan Gi cong menyentuh permukaan tanah, Keng Cin sin telah membentak nyaring, angin pukulan yang maha dahsyat, jurus tendangan yang menyambar secepat kilat telah berdatangan secara beruntun...
Di dalam waktu yang relatif amat singkat...
Secara beruntun Keng Cin sin telah melancarkan dua belas pukulan ditambah delapan tendangan berantai...
Seperti yang diketahui, pertarungan antara jago-jago lihay, selisih yang amat sedikitpun dapat menghasilkan kematian yang amat tragis..
Begitu serangan berhamburan tiba, seluruh angkasa diliputi hawa serangan yang maha dahsyat, kehebatannya benar-benar luar biasa dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Sejak mula hingga kini si Pedang Iblis Toan Gi cong belum sempat melancarkan serangan balasan barang setengah juruspun, dia segera kena terdesak oleh serangan Keng Cin sin yang maha dahsyat itu sehingga mundur ke belakang dengan sempoyongan.
Mendadak....
Keng Cin sin membentak dengan suara menggeledek.
"Roboh kau!"
Tiba-tiba saja tubuhnya menyelinap ke depan, telapak tangan kirinya menyerang secara dahsyat dengan membawa berpuluh- puluh titik bintang yang segera menyebar kemana-mana.
Desingan angin serangan yang menderu-deru dan maha dahsyat serentak menggulung ke tubuh si pedang iblis Toan Gi cong.
Menghadapi ancaman seperti ini, Toan Gi cong sungguh merasa terperanjat sekali, dalam gugupnya pedang di tangan kirinya segera disambit kedepan mengancam Keng Cin sin.
"Blaaammm..."
Benturan nyaring yang amat memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.
Menyusul kemudiam....
Jerit kesakitan yang memilukan hati bergema pula memenuhi angkasa....
Dengan wajah pucat pias seperti mayat, Toan Gi cong mundur sejauh tujuh langkah dengan sepasang bahu bergetar keras.
Dengan cekatan Keng Cin sin miringkan tubuhnya ke samping, lalu dengan tangan kirinya dia sambar pedang yang disambitkan ke arahnya itu, menyusul kemudian pergelangan tangan kirinya diputar sembari digetarkan.
"Sreeett, ....!"
Desingan tajam membelah seluruh angkasa"
Serentetan pelangi putih meluncur kembali dari genggaman tangannya...
"Aduuuh....!"
Jerit kesakitan yang menyayat hati berkumandang kembali memecahkan keheningan...
Dada Toan Gi cong ditembusi oleh pedang sendiri sehingga tembus dipunggungnya, seketika itu juga tewaslah dia.
Kepandaian silat Keng Cin sin yang begitu sakti dan cepatnya sungguh membuat orang bergidik.
Sejak kemunculannya hingga berhasil membunuh Toan Gi cong, semua rangkaian gerakannya ini dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali ....
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Oleh sebab itu baik si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim, si pedang Sakti kayu besi Cu Pok maupun ketua Thi kiong pang si tombak terbang berwajah besi Seng Ko piau tidak sempat memberikan pertolongannya.
Barulah setelah serangan itu berhasil mematikan rekan mereka, ketiga orang itu baru membentak keras kemudian bersiap sedia melancarkan serangan ke arah Keng Cin sin..."
Mendadak....
"Omitohud!"
Suara pujian kepada sang Budha bergema dengan nyaringnya.
Kemudian tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dalam ruangan tersebut tahu-tahu sudah bertambah dengan sebelas sosok manusia, dua diantaranya hweesio, empat toosu dan lima orang kakek yang masing-masing bersenjata lengkap? Tak terlukiskan rasa terperanjat Keng Cin sin setelah mengetahui siapa saja yang menampilkan diri barusan, dengan cepat dia menyelinap ke sisi Ku See hong, kemudian sambil mengangsurkan tiga butir pil kepada pemuda itu bisiknya.
"Cepat telan pil ini dan aturlah pernapasan dengan segera."
Kemudian dengan cepatnya Keng Cin sin menyelinap pula ke sisi Hoa Soat kun serta memberikan pula tiga butir pil kepadanya.
Hoa Soat kun menyadari betapa seriusnya peristiwa tersebut, dia tidak menampik dan buru-buru menelan pil pemberian si nona itu...
Ternyata ke sebelas orang yang barusan menampakkan diri ini tidak lain adalah para ciangbunjin dari sembilan partai besar dunia persilatan yang terdiri dari Siau lim pay, Bu tong pay, Tiong lam pay, kun lun Pay, Hoa San pay, Khong tong Pay, Cing shia pay, Tiam cong pay serta Tiang pek pay.
Dari pihak Siau lim pay tak lain adalah dua orang hwesio gundul tersebut, si hwesio tua berbaju kuning tersebut tak lain adalah satu 1307 diantara tiga pendeta yang pernah mengerubuti Keng Cin sin tempo hari, Hoa hian taysu adanya.
Sedangkan yang lain membawa tongkat lik giok sian ciang dan berwajah amat serius, dia adalah ketua Siau lim pay sekarang, Goan thong siansu.
Sementara ke empat tosu tersebut, dua diantaranya berasal dari Bu tong pay yakni ketuanya Kiu yang totiang serta adik seperguruannya Tang yang totiang.
Sedang dua tosu tua yang lain, satu adalah ketua dari Khong tong pay yang lain adalah ketua Kun lun pay.
Sementara kelima kakek yang lain tak lain adalah ciangbunjin dari lima partai lainnya.
Sebagaimana diketahui, Hiat mo bun telah ditumpas oleh gabungan kekuatan yang terdiri dari sembilan partai besar, oleh sebab itu, tak terlukiskan rasa terkejut Keng Cin sin setelah menyaksikan kehadiran sembilan ciangbunjin dari sembilan partai besar tersebut.......
Sembilan ketua dari sembilan partai besar dunia persilatan sudah jelas bersatu padu, dalam keadaan demikian, kendatipun Ku See hong serta Hoa Soat kun tidak menderita luka pun, mereka harus melalui suatu pertempuran sengit lagi.
Tapi sekarang, ke dua orang itu sudah terluka dan tidak berkekuatan lagi, yang masih tertinggal cuma dia seorang, bagaimana mungkin dengan kekuatannya seorang dia bisa menghadapi kerubutan begitu banyak jago? Itulah sebabnya dengan cepat Keng Cin sin mengeluarkan pil mustika yang bisa memulihkan tenaga secepatnya kepada Ku See hong dan Hoa Soat kun agar di dalam seperempat jam kemudian, kekuatan dari kedua orang rekannya telah pulih kembali seperti sedia kala.
Tapi, mampukah dia bertahan selama seperempat jam untuk menghadapi kerubutan lima belas orang jago lihay tersebut dengan kekuatan seorang diri? Sementara itu, paras muka ke sebelas orang jago dari sembilan partai besar itu nampak berubah hebat setelah menyaksikan mayat-mayat yang bergelimpangan di atas tanah...
Goan tong siancu, ketua Siau lim pay, Hoat hian loceng serta ke empat tosu lainnya segera memejamkan matanya dengan telapak tangan dirangkap didepan dada, mulutnya berkemak kemik entah apa saja yang didoakan.
Tapi bisa jadi mereka sedang membaca doa kematian bagi ketentraman arwah yang telah tiada.
Suara liamkeng yang rendah dan berat dengan cepat menggetarkan seluruh ruangan tersebut.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 39 SEMENTARA ke lima orang ciangbunjin yang lain berdiri dengan wajah berat dan amat serius.
Suasana segera diliputi ketegangan yang luar biasa, apalagi ke sebelas orang itu berdiri ditengah ruangan, seolah-olah mereka sengaja memisahkan antara rombongan Cu Pok, Tu Pak kim serta Seng Ko piau dengan rombongan Keng Cin sin, Ku See hong serta Hoa Soat kun.
Pedang sakti kayu besi Cu Pok nampak gembira sekali setelah menyaksikan kedatangan sembilan ketua dari sembilan partai besar itu, pikirnya dengan cepat.
"Kali ini Ku See hong sekalian sudah pasti akan mampus di tempat ini....."
Sementara dia masih termenung, mendadak suara berdoa telah berhenti...
Dua orang pendeta dan empat tosu dengan kedua belas sorot mata mereka yang tajam segera dialihkan ke wajah Ku See hong dan Hoa Soat kun yang penuh berlepotan darah.
Sebaliknya pancaran sinar mata Ku See hong serta Hoa Soat kun semakin bertambah tajam lagi, rupanya tenaga dalam mereka telah pulih kembali seperti sedia kala, bahkan pelan-pelan berjalan menuju kesamping Keng Cin sin.
Tak terlukiskan rasa gembira Keng Cin sin, perasaannya yang semula berat kini mengendor, asal ke dua orang rekannya telah peroleh kembali kemampuannya untuk melanjutkan pertarungan, biar musuh yang berada didepan mata bertambah satu kali lipat pun, dia tak akan merasa kuatir.
"Omitohud!".
"Bu lian su hud!"
Dua pujian kepada yang Kuasa bergema memecahkan keheningan disekeliling tempat itu. Pelan-pelan Hoat hian siancu berkata.
"Sicu berdua, tidakkah kalian rasakan bahwa pembunuhan yang kalian lakukan terlampau berat?"
Api dendam dan sakit hati segera membara didalam dada Keng Cin sin, dia tertawa dingin tiada hentinya, lalu ujarnya dengan nada amat sinis.
"Lantas tidak terlampau beratkah hawa pembunuhan kalian sendiri? Tadi mereka telah melakukan pembantaian secara besar- besaran, dan sekarang tiba giliranku, mungkin doa ketenteraman bagi arwah tak mungkin kalian dengar lagi"
"Siancay .....siancay.... Omitohud, siancay, siancay....."
Hoat hian taysu berbisik tiada hentinya.
"Li sicu, harap kau jangan salah 1310 paham dengan maksud kedatangan kami, dosa-dosa kami di masa lampau pasti akan kami beri keadilan untukmu..."
Memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini, pedang sakti kayu besi Cu Pok tertawa nyaring, kemudian serunya.
"Hoat hian taysu, terima kasih banyak atas bantuan yang kalian berikan, sekarang ke tiga orang itu sudah terlibat dalam suatu pembantaian manusia secara besar-besaran, mereka telah membunuh orang tanpa rasa peri kemanusiaan, dosanya tak dapat diampuni lagi, buat apa kita musti bersungkan-sungkan lagi dengan mereka?"
"Betul!"
Sambung telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim dengan cepat-cepat.
"coba saksikanlah ke enam tujuh ratus sosok mayat yang tergelepar disini, semuanya ini membuktikan betapa buas dan ganasnya ketiga orang itu, sekalipun tubuh mereka dicincang sampai hancur berkeping-keping pun belum tentu bisa membayar hutang nyawa sedemikian banyaknya ini" . Mencorong sinar buas yang menggidikkan hati dari balik mata Ku See hong, dia mendengus dingin lalu menjengek menghina, dengan suara yang dingin seperti es katanya. Kalian dua orang murid murtad, jangan harap hari ini bisa lepas tanggung jawab, seandainya bukan kalian manusia-manusia laknat yang mendesak mereka untuk melancarkan serangan menggila, ke enam tujuh ratus orang tersebut tak nanti akan kami bunuh, tapi justru gara-gara ulah kalian, terpaksa kami harus melakukan pembunuhan secara besar-besaran demi membela diri.
"Sebelas manusia yang mengaku ketua dari sembilan partai ini pun pernah menggunakan cara yang licik dan kotor untuk membasmi kelompok jago pembela keadilan yang bergabung dalam perkumpulan Hiat mo bun, dengan kami boleh dibilang sudah terikat dendam sakit hati sedalam lautan, biarpun hari ini kalian tidak muncul disini, kamipun akau mencari kalian untuk membuat perhitungan, Nah, sekarang kalian sudah datang, inilah kesempatan yang paling baik bagi kami untuk membuat perhitungan. sembilan 1311 partai atau Ban sia kau sama-sama pembunuh dan penjahat yang keji, sekarang kalian sudah berkumpul jadi satu, apa salahnya kalau berkomplot untuk bersama-sama menghadapi kami? kami bertiga percaya masih berkemampuan untuk membinasakan kalian semua"
Mendengar perkataan itu, paras muka ke sebelas orang jago dari sembilan partai besar itu berubah menjadi sangat serius, namun mereka tidak membantah atau pun memberi penjelasan, semuanya orang bungkam dalam seribu bahasa.
Dengan wajah amat serius ketua Siau lim pay Goan tong siansu merangkap tangan ke depan dada, kemudian berkata.
"Omitohud! Demi masa depan sembilan partai besar dalam dunia persilatan, para ciangbunjin telah mengangkat diriku untuk menyelenggarakan pertahanan serta usaha melenyapkan bibit ancaman dari muka bumi, sekarang kami datang pula untuk menghadapi kalian ....
"
Ku See hong mencibirkan bibirnya sambil tertawa dingin dengan sinis, katanya.
"Kalian manusia-manusia munafik yang berlagak sok pahlawan, sok gagah, bila ingin memakai cara yang rendah dan terkutuk untuk menghadapi kami, silahkan saja digunakan semua".
"Aku kuatir kalau sembilan ketua partai silat ini bakal mampus semua disini"
Pedang sakti kayu besi Cu Pok menjadi gembira sekali menyaksikan adegan tersebut, sekulum senyuman bangga sempat menghiasi ujung bibirnya, sambil tertawa dingin dia lantas berpikir.
"Biarkan saja mereka saling gontok-gontokan sendiri sampai pada terluka atau mampus, sedang aku akan menjadi si nelayan yang beruntung dan tinggal memungut hasil... heeehhh...heeehhh tampaknya dunia persilatan memang ditakdirkan akan terjatuh ke tanganku."
Belum selesai dia berpikir, mendadak terdengar lagi suara bentakan keras yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan.
"Tumpas kawanan manusia laknat itu"
Serentak ke sebelas jago dari sembilan partai besar itu mengangkat telapak tangan masing-masing sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
"Weeesss.. !"
Deruan angin puyuh yang sangat dahsyat segera bergema diangkasa.
Angin puyuh yang maha dahsyat disertai desingan angin tajam segera menyapu seluruh jagad, apalagi dua puluh dua gulung angin serangan tersebut bergabung menjadi satu dan menyapu bersama-sama, bisa dibayangkan betapa mengerikannya keadaan semacam itu...Akan tetapi serangan gabungan yang maha dahsyat itu bukan ditujukan ke arah Ku See hong, Keng Cin sin atau Hoa Soat kun, diluar dugaan ternyata serangan mana dilontarkan ke arah Pedang sakti kayu besi Cu Pok, telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim serta ketua Thi kiong pang si tombak terbang berwajah besi Seng Ko piau, tiga manusia jahanam tersebut.
Deruan ingin puyuh yang menyapu jagad, dengan cepat menghantam setiap benda yang dijumpainya...
Tenaga serangan yang luar biasa dengan kekuatan yang menghancurkan itu segera meluncur datang dari suatu sudut yang sangat aneh serta mengurung ke tiga manusia laknat tersebut dari arah delapan penjuru.
Mimpi pun Pedang Sakti kayu besi Cu Pok sekalian bertiga tak pernah menyangka kalau sembilan jago dari sembilan partai besar itu akan menyerang dirinya, bahkan menyerang dengan serangan yang begitu berat.
Baru saja mereka terperanjat oleh kejadian itu, segulung tenaga serangan yang maha dahsyat tersebut sudah menyapu tiba dengan hebatnya ....
Suatu keinginan untuk mempertahankan hidup membuat mereka melompat mundur tanpa terasa ....
Kemudian dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya, mereka mengayunkan telapak tangan masing-masing melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat...
Perlu diketahui, ke sebelas orang dari sembilan partai besar itu merupakan pemimpin dari suatu perguruan, tenaga dalam mereka amat sempurna, ditambah lagi mereka memang berhasrat untuk membinasakan ke tiga orang itu, tidak heran kalau serangan yang mereka lancarkan sekarang telah mempergunakan tenaga dalam hasil latihan mereka selama empat lima puluh tahun.
Terdengar suara desingan yang memekikkan telinga membentur satu sama lainnya...
Lalu ditengah pusaran angin tajam yang berpusing di permukaan tanah..
Tiga kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memenuhi seluruh angkasa.
Pedang Sakti kayu besi Cu Pok, Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim serta ketua Thi kiong pang si tombak terbang berwajah baja Seng Ko piau segera mencelat seperti layang-layang yang putus benang dan bergulingan sejauh tiga kaki lebih dari posisi semula.
Sebetulnya Ku See hong, Keng Cin sin dan Hoa Soat kun telah menghimpun tenaga dalam mereka sambil bersiap sedia menerima datangnya ancaman lawan.
Sungguh tak pernah mereka duga, ternyata ketiga manusia laknat itulah yang memperoleh serangan dari mereka, kenyataan ini tentunya membuat mereka jadi tertegun dan berdiri melongo ...., 1314 Cu Pok, Tu Pak kim dan Seng Ko piau segera memuntahkan tiga empat kali darah kental, wajahnya pucat pias seperti mayat, seluruh badannya gemetar keras menahan rasa sakit ....
Dengan sorot mata penuh perasaan dendam dan benci, Pedang sakti kayu besi Cu Pok mengawasi musuh-musuhnya, kemudian dengan suara keras ia membentak.
"Tak pernah kusangka kalian sembilan partai besar ternyata melakukan perbuatan yang begini rendah dan tak tahu malu dengan bekerja sama, bersama manusia manusia kejam, kaaa.... kalian.... kalian...."
Tak sempat ucapan tersebut diselesaikan, pergolakan hawa darah didalam dadanya membuat dia memuntahkan kembali darah segar .....Hoat hian taysu segera membentak dengan suara dalam.
"Cu Pok, kalian sudah banyak melakukan dosa dan kesalahan, sampai sekarang apakah kalian belum juga mau bertobat?"
Sambil berkerut muka menahan rasa sakit yang luar biasa, telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim mengumpat dengan penuh kegusaran.
"Kalian manusia-manusia dari sembilan partai besar ternyata begini kejam dan jahat, sama sekali tak tahu peraturan dunia persilatan, kalian lebih rendah dari pada binatang, walaupun sekarang kami sudah terluka akibat ulah kalian yang pengecut, namun bukan berarti kami akan menyerah dengan begitu saja, selama masih ada kekuatan dalam tubuh kami, akan kubunuh dahulu kalian beberapa orang..."
Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim tahu bahwa sepanjang hidupnya dia selalu licik, banyak memakai tipu muslihat dan banyak melakukan kejahatan, tapi dia merasa orang-orang sembilan partai yang berada dihadapannya justru jauh lebih rendah, licik, dan jahat ketimbang mereka.
Hawa pembunuhan segera meliputi seluruh wajah Goan tong taysu, ketua dari Siau lim pay, dengan suara keras bentaknya.
"Toyu sekalian, mari kita selesaikan nyawa mereka dengan segera. .!"
Begitu perintah diturunkan, bayangan manusia nampak berkelebat lewat, sebelas orang jago dari sembilan partai besar itu dengan cepat mengepung Cu Pok sekalian bertiga ditengah arena.
Ku See hong tertawa dingin, secepat kilat dia menerobos masuk ke dalam lingkaran kepungan para ciangbunjin dari sembilan partai, lalu dengan wajah dingin dan kaku, ujarnya ketus.
"Kalian manusia-manusia dari sembilan partai besar jangan harap bisa mengusik seujung rambutpun dari musuh besarku ini"
"Ku Sicu"
Kata Hoat hian taysu pelan.
"tenaga dalam kalian belum pulih kembali, tak usah repot-repot lagi mesti turun tangan, biar kami saja yang membereskan kawanan manusia laknat itu"
Nada suaranya lembut, ramah dan penuh rasa perhatian. Ku See hong tertawa dingin, kemudian ujarnya.
"Heeehhh.... heeeehhh... heeeehhh... semenjak kapan sih aku orang she Ku telah mengikat perhubungan dengan kalian manusia-manusia dari sembilan partai besar? hmmm, setelah aku berhasil membunuh musuh besarku nanti, akan kuminta dari kalian semua!"
Sementara itu, Hoa Soat kun bersama Keng Cin sin telah menerjang maju pula seperti sukma gentayangan. Mencorong sinar penuh perasaan dendam dari balik mata Ku See hong, ditatapnya sekejap ke tiga manusia laknat tersebut kemudian ujarnya dingin.
"Cu Pok. Tu Pak kim, Seng Ko piau, hari ini apa lagi yang ingin kalian katakan? Bila tiada perkataan lain, aku orang she Ku akan membersihkan perguruanku dari noda hitam dan menuntut balas bagi kematian ke dua orang tuaku"
Pucat pasi wajah ke tiga manusia laknat tersebut, bahkan lebih pucat daripada mayat, mereka tahu keadaan mereka sekarang sangat kritis dan terancam bahaya maut.
Namun bila seseorang sudah tersudut dan putus asa, seringkali akan timbul tekad didalam hatinya untuk melakukan perlawanan dengan sepenuh tenaga atau berusaha untuk melarikan diri, meski mereka tahu harapan semacam itu tipis sekali, namun berusaha untuk mempertahankan hidup memang merupakan ciri khas dari manusia.
Ketua Thi kiong pang, si tombak terbang berwajah besi Seng Ko piau segera mengayunkan tangan kanannya ke depan, tiga batang tombak terbang yang tajamnya luar biasa, dengan di ringi serentetan suara yang nyaring menyelinap ke depan dalam formasi segi tiga, langsung mengancam Ku See hong.
Sementara tubuhnya tidak tinggal diam, dengan cepat dia melejit pula ketengah udara bersiap-siap untuk melarikan diri.
Jarak antara kedua belah pihak begitu dekat, sedang sambaran tombak terbang tersebut cepat mengejutkan, dalam waktu singkat senjata-senjata tersebut telah berada beberapa depa di depan Ku See hong.
Mendadak- Pekikan nyaring yang memekikkan telinga bergema memenuhi angkasa, bagaikan seekor burung rajawali raksasa Ku See hong melayang ke tengah udara.....
Pedang mestika Hu thian seng kiam yang berada dalam genggamannya segera bersatu padu dengan tubuhnya, seperti naga sakti yang bermain di angkasa, secepat kilat dia melancarkan serangkaian serangan dengan kecepatan tinggi.
Sedemikian cepatnya serangan tersebut, sehingga pada hakekatnya tak bisa dibedakan mana cahaya pedangnya dan mana cahaya pelanginya .....
"Trii i ng, tri i ing .! Traaang..!"
Traaang....."
Serentak suara benturan nyaring yang memekikkan telinga berkumandang diudara, ketiga batang tombak terbang tersebut tahu-tahu sudah terpapas oleh cahaya pedang sehingga hancur dan berkeping- keping.
Menyusul kemudian ........
Jerit kesakitan yang menyayatkan hati berkumandang pula memecahkan keheningan .....
Ketua Thi kiong pang, si tombak terbang berwajah besi Seng Ko piau yang masih melambung diudara tahu-tahu sudah terpapas oleh sambaran pedang si anak muda itu sehingga kutung menjadi tiga bagian, darah segar memancar keempat penjuru dan menyebar ke sekeliling situ, keadaannya sungguh mengerikan.
Mendadak, pada saat itulah ....
Pedang Sakti kayu besi Cu Pok dan Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim seperti anjing yang kena digebuk, serentak membalikkan badan dan melarikan diri terbirit-birit ....
Ku See hong berpekik nyaring, suara pekikannya keras hingga melambung ke tengah udara...
Dibalik suara pekikan mana teriring nada yang penuh rasa dendam, benci, sedih dan duka.
Begitu suara pekikan bergema, tubuhnya yang berada ditengah udara segera berjumpalitan berulang kali, kini arahnya langsung tertuju ke tubuh si Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim yang sedang melarikan diri.
Gaya serangan ilmu pedangnya sungguh dahsyat seperti air bah yang menjebolkan bendungan, selapis cahaya pedang yang membukit diiringi kilauan cahaya yang tajam dan hawa pedang yang berlapis-lapis dengan cepat menyerang batok kepala Tu Pak kim.
Pekikan keras yang di ringi jeritan kesakitan yang amat memilukan hati sekali lagi berkumandang memecahkan keheningan, batok kepala Tu Pak kim tahu-tahu terhajar oleh cahaya pedang yang tajam itu sehingga hancur berantakan tak berwujud lagi, percikan darah memancar pula ke mana-mana.
Tampaknya rasa benci dan dendam Ku See hong belum puas terlampiaskan, sekali lagi pedang Hu thian seng kiamnya diayunkan ke bawah, bagaikan Kwan kong membacok kayu, tubuh Tu Pak kim yang sudah kehilangan batok kepala itu segera terbacok hingga kutung menjadi dua bagian.
Tiba-tiba cahaya pedang, kembali menyambar, kedua potongan badan itu sekali lagi terbacok hingga menjadi kepingan-kepingan kecil, hancuran daging dan percikan darah dengan cepat melapisi seluruh permukaan tanah.
Dua jurus serangan yang dipergunakan barusan selain dahsyat, dan jarang terlihat di dunia saat ini.
Semenjak Ku See hong melejit ke udara pedang dan tubuhnya bersatu padu, sampai dia membunuh Seng Ko piau kemudian mencincang tubuh Tu Pak kim, serangkaian gerakan tersebut boleh dibilang dilakukan beruntun dan memakan waktu yang relatip amat singkat.
Terutama sekali ke tiga bacokan pedangnya untuk mencincang tubuh Tu Pak kim, kecepatannya betul-betul menggidikan hati orang, sampai sampai Hoa Soat kun si tokoh dunia persilatan nomor wahid itupun diam-diam merasa kagum.
Pikirnya kemudian di dalam hati.
"Heran, mengapa sedemikian cepatnya dia berhasil memperoleh kembali tenaga dalamnya? Bahkan tenaga dalamnya seakan-akan semakin bertambah hebat?"
Yaa, benar! Tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong memang telah bertambah maju setingkat lagi.
Seperti diketahui dia telah memperoleh warisan tenaga murni dari Bun ji koan su, kemudian dengan bakatnya yang bagus dan rejekinya yang baik, tanpa sengaja dia berhasil menghisap darah mestika naga bumi yang langka.
Namun oleh karena hawa murni dan sari darah mestika itu belum dapat terhisap sama sekali oleh tubuhnya, selama ini kekuatan mana hanya tersimpan di dalam sum-sumnya.
Namun setiap kali dia selesai melakukan pertarungan sengit atau getaran yang cukup keras, sari hawa murni dan darah mestika itu sedikit demi sedikit terhisap oleh tubuhnya dan sebagai akibat dari kejadian ini, tenaga dalamnya pun bertambah maju setingkat lagi..
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu, Pedang sakti kayu besi Cu Pok sudah memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri.
Keng Cin sin yang bermata jeli segera menangkap kejadian ini, cepat-cepat dia turut melejit ke muka.
Di ringi bentakan nyaring, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke muka melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
000DE0WI000 BAB 61 SEGULUNG hawa pukulan yang dahsyat, di ringi desingan tajam yang memekikan telinga dengan cepat meluncur ke depan...
Perlu diketahui, ilmu silat yang dimiliki pedang sakti kayu besi Cu Pok sangat sempurna, sedang dia pun satu-satunya orang yang menderita luka paling ringan sewaktu sebelas jago dari sembilan partai besar melepaskan serangannya.
Ketika melihat datangnya ancaman yang begitu hebat, dia menjadi nekad dan membalikkan tubuhnya sambil meluncur ke bawah ....
Pedang kayu besi ditangan kanannya, di iringi sekilas cahaya hitam yang bertenaga hebat, segera meluncur ke tubuh Keng Cin sin ....
Keng Cin sin bukan manusia sembarangan, dia segera membentak keras, sepasang telapak tangannya disilangkan berulang kali, dalam waktu singkat seluruh angkasa diliputi bayangan telapak tangan yang di sertai kekuatan dahsyat bagaikan ambruknya bukit karang saja segera meluncur ke muka.
Pertarungan yang berkobar kali ini betul-betul amat menegangkan syaraf, begitu serangan dahsyat menggulung tiba, Cu Pok segera terdesak sampai pedang kayu besinya tak mampu dipergunakan lagi, secara beruntun dia mundur terus ke belakang, sambil membentak keras pedang kayu besinya diayunkan ke muka, seperti seekor ular sakti langsung menusuk ke depan ....
Serangan pedang ini aneh lagipula sakti, mau tak mau Keng Cin sin dipaksa untuk berkelit ke samping....
Sedangkan Cu Pok segera manfaatkan kesempatan itu, pedang kayu besinya digetarkan, lalu melepaskan serangan-serangan menusuk, membacok, menyambar dan menggeletar.
Empat jurus serangan dahsyat yang di lancarkan secara berantai ini, hampir semuanya merupakan jurus-jurus beradu jiwa, tampaknya dia sudah nekad untuk mengajak musuhnya gugur bersama.
Empat jurus serangan yang dilancarkan berangkaian ini memiliki kekuatan yang luar biasa, seluruh angkasa segera diliputi hawa pedang yang tajam dan menggidikkan hati.
Setiap serangan hampir semuanya disertai perubahan yang luar biasa, kehebatannya pun cukup mendirikan bulu roma orang.
Tenaga dalam Keng Cin sin amat sempurna, gerak serangannya pun aneh, jurus-jurus serangan yang digunakan semuanya memiliki perubahan yang tak terhitung jumlahnya, sehingga membuat orang lain mau tak mau mesti ekstra hati-hati dan waspada.
Sebaliknya keempat jurus serangan pedang dari Cu Pok itu meski ganas keji dan hebat, sayang tak mampu melukai perempuan sakti ini.
Tampak Keng Cin sin menyelinap kekiri dan kekanan dengan gesitnya, tahu-tahu keempat jurus serangan pedang ini sudah mengenai sasaran yang kosong.
Dalam pada itu Ku See hong sudah melayang turun keatas tanah dengan gerakan yang sangat ringan, ia segera berseru nyaring.
"Harap nona suka mundur, dia adalah murid murtad perguruanku, biar aku sendiri yang membereskan.. ."
Baru saja suara itu berkumandang, tahu-tahu Keng Cin sin sudah manfaatkan kesempatan disaat Cu Pok gagal dengan ke empat serangannya dan sebelum pedangnya berubah bentuk untuk menerjang ke sisinya.
Sementara itu tangan kirinya dengan kecepatan luar biasa dan melalui sudut yang aneh, tahu-tahu sudah mencengkeram pergelangan tangan kanan Cu Pok yang menggenggam pedang ....
"Traaang...traaanggg"
Dentingan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, pedang kayu besinya tahu-tahu sudah rontok ke atas tanah. Telapak tangan kanan Keng Cin sin segera diayunkan kembali ke depan.
"Blaaamm...!"
Sebuah pukulan keras tepat menghajar dada lawan.
Paras muka Cu Pok berubah semakin pucat pias seperti mayat, secara beruntun dia muntahkan darah segar dua kali, setelah itu dengan sempoyongan badannya mundur ke belakang ....
Keng Cin sin tidak mengejar lebih jauh, padahal dia memang tidak berniat membunuhnya, kalau tidak, bagaimana mungkin Cu Pok sanggup menahan pukulannya? Paras muka Cu Pok mengejang keras, kulit mukanya berkerut kencang seperti menahan penderitaan yang luar biasa, dengan pancaran sinar mata penuh rasa benci dan dendam, dia awasi Keng Cin sin dan sebelas orang dari sembilan partai besar tanpa berkedip.
Sambil tertawa dingin Ku See hong segera berkata.
"Cu Pok, diantara kawanan manusia laknat yang berada disini, nampaknya umurmu paling panjang, hal ini patut kau banggakan..."
Dengan pandangan mata penuh kebencian, Cu Pok melotot sekejap ke arah Ku See hong, lalu pekiknya.
"Cara kalian bermain kerubut bukan perbuatan seorang manusia gagah ...."
"Hmmmm, siapa sih yang mengerubut kau? "
Jengek Ku See hong dengan nada sinis.
"selain sembilan partai besar bukankah kami bertiga yang kalian kerubuti?"
"Hmmmm jangan harap kau bisa lolos dari kematian, demi adilnya untuk menghadapi manusia yang tidak bersenjata seperti kau, pedang kayu besi ini akan kukembalikan kepadamu..."
Begitu selesai berkata, Ku See hong telah memungut pedang kayu besi tersebut dari atas tanah dan melemparkan ke depan.
Setelah menerima pedang kayu besinya, mendadak Cu Pok merendahkan tubuhnya lalu melalui sebuah sudut yang aneh, pedang kayu besinya menciptakan tiga titik cahaya bintang yang segera menusuk jalan darah Tay meh hiat, Ngo siu hiat serta wi to hiat ditubuh Ku See hong.
Perubahan ini dilancarkan dengan gerakan yang aneh serta kecepatan bagaikan sambaran petir.
Melihat datangnya ancaman tersebut, mencorong sinar tajam yang menggidikkan hati dari balik mata Ku See hong, dia tertawa dingin...
Bagaikan sukma gentayangan tubuhnya segera berkelebat maju ke muka, pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangan kanannya diputar lalu membalik ke atas ....
Gerak serangan pedang itu membelah angkasa dan memercikkan cahaya yang sangat menyilaukan mata.
Hawa pedang yang menggidikkan, diiringi suara yang tajam dan cahaya yang menyilaukan mata, langsung meluncur ke arah depan, tapi tidak mudah ditebak ke arah manakah serangan tersebut akan di tuju.
Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan di sekitar sana..
Lengan kanan Cu Pok yang menggengam pedang tahu-tahu sudah berpisah dengan badan, darah kental segera memancur keluar dari mulut lukanya, membuat Cu Pok kesakitan setengah mati.
Sekujur badannya gemetar keras, sepasang giginya saling beradu keras-keras ....
Paras muka Ku See hong dingin dan kaku, sama sekali tidak berperasaan, sementara dari balik matanya mencorong sinar mata tajam yang sukar dimengerti maksudnya, sambil memungut kembali pedang kayu besi itu dengan tangan kirinya, dia membentak.
"Sambut kembali pedangmu ini!"
Cu Pok benar-benar amat perkasa, kebuasannya pun mencapai pada puncaknya, begitu menerima pedang kayu besinya dengan tangan kiri, ia membentak keras.
Tubuhnya segera berputar cepat, pedang kayu besinya digetarkan menciptakan serentetan cahaya berwarna hitam, hawa pedangnya dengan di ringi desingan tajam langsung menusuk ke tempat kematian di tubuh Ku See hong.
Serangan tersebut datangnya amat cepat dan jarang sekali dijumpai di kolong langit.
Ku See hong benar-benar merasa kagum sekali, dia tak mengira dalam keadaan luka yang begini parah, ternyata dia masih memiliki kemampuan seperti ini.
Pekikan nyaring segera bergema membelah angkasa ......
Pedang Hu thian seng kiamnya dengan menciptakan selapis cahaya tajam langsung menembusi kabut cahaya hitam yang diciptakan Cu Pok ....
"Traanggg...."
Benturan nyaring yang di ringi percikan bunga api berlangsung di tengah udara.
Ke dua bilah pedang tersebut segera bertautan antara yang satu dengan lainnya.
Pedang kayu besi milik Cu Pok tersebut entah terbuat dari bahan apa, ternyata pedang Hu thian seng kiam yang begitu tajam itu tak berhasil memapas kutung senjata itu.
Pekik kesakitan bergema di udara, percikan darah segar menyebar keempat penjuru.
Pedang kayu besi milik Cu Pok tidak terpapas kutung, namun lengan kirinya berikut batas bahunya terpapas kutung dan rontok ke atas tanah.
Dengan demikian kedua belah lengannya terpapas kutung semua, darah segar bagaikan pancuran segera menyembur keluar dari mulut lukanya dan menyebar kemana-mana.
Dengan kening berkerut dan hawa pembunuhan menyelimuti wajahnya, Ku See hong menggerakkan pedang Hu thian seng kiam yang berada di tangan kanannya langsung ditujukan kedepan dada Cu Pok..
Gemetar keras seluruh tubuh Cu Pok menahan rasa sakit yang melilit, wajahnya mengejang semakin keras sehingga mukanya menyeringai seram, peluh jatuh seperti hujan gerimis, entah dia sedang ketakutan, ataukah sedang menahan penderitaan yang luar biasa.
Tapi yang pasti dia merasa ngeri dan ketakutan, merasa takut menghadapi kematian....
Ku See hong tertawa dingin dengan nada sinis dan menghina, kemudian ujarnya.
"Cu Pok, kau tidak menyangka bukan akan merasakan ngerinya menghadapi kematian seperti apa yang kau alami hari ini...
"Hmmm, disaat kau sedang berbuat kejahatan dan menganiaya orang lain, pernahkah kau rasakan pula penderitaan yang dirasakan orang lain? "
Cu Pok membuka bibirnya, lalu berbisik dengan suara yang bergetar keras karena gemetar.
"Kau .... kau pun terlalu keji ...."
"Hmmm, tidakkah kau rasakan bahwa cara kerjamu justru lebih kejam, lebih munafik dan pengecut?"
Sembari berkata, Ku See hong yang tak berperasaan menggerakkan pedang Hu thian seng kiamnya dan pelan-pelan menusuk ulu hatinya...
Sorot mata Cu Pok yang memancarkan sinar kebuasan lambat laun semakin memudar, tubuhnyapun pelan-pelan terjongkok ke atas tanah.
Dalam keadaan beginilah dia telah mengakhiri hidupnya yang penuh dengan dosa.
Ku See hong masih tetap menggenggam pedang Hu thian seng kiamnya yang memancarkan sinar tajam, kemudian pelan-pelan membalikkan badan, hawa pembunuhan masih menyelimuti seluruh wajahnya, dengan sorot mata yang dingin di awasinya ke sebelas jago dari sembilan partai besar itu tanpa berkedip.
"OMITOHUD....."
Bisik Hoat hian taysu dengan suara pelan.
"siancay, siancay.... moga-moga Thian membantuku untuk melenyapkan badai pembunuhan berdarah ini dari muka bumi"
"Tidak sulit bila kalian ingin menghilangkan ancaman badai pembunuhan berdarah ini, asal kamu semua dapat mengungguli kami"
Kata Keng Cin sin ketus. Paras muka Goan tong siancu, ketua Siau lim pay segera berubah menjadi amat serius, katanya pelan.
"Li sicu, tahukah kau apa sebabnya kami semua datang ke tempat ini?"
"Mengapa aku mesti mencampuri urusan kalian?"
Jengek Keng Cin sin dingin.
"apa lagi kalau dihitung-hitung, diantara kita berdua masih terikat dendam sakit hati sedalam lautan"
Hoat hian taysu menghela napas sedih.
"Aaaai, bunuh membunuh, balas membalas akan berlangsung tiada hentinya dalam dunia persilatan..."
Sambil tertawa dingin Ku See hong segera menukas.
"Kalian pandai benar berbicara yang welas kasih, pantang membunuh, tapi aku ingin bertanya, apa sebabnya kalian membunuhi anggota Hiat mo bun? Dan dua puluh tahun berselang mengapa kalian turut menghadiri pertempuran di bukit Soat san?"
"Nasi sudah menjadi bubur, kesalahan besar pun telah diperbuat, buat apa masa lampau disinggung kembali? Lebih baik kita bicarakan persoalan yang berada didepan mata saja!"
"Hmmmm, apalagi yang musti kita bicarakan? Dibicarakan pun pembunuhan akan dilakukan, tidak dibicarakan pun pembunuhan tetap akan berjalan .....!"
Seru Keng Cin sin sambil menahan rasa bencinya.
"Sicu!"
Kata Goan tong siancu dengan suara dalam.
"benarkah kalian begitu gemar membunuh?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Perlu diketahui, Thian mencintakan umatnya di dunia ini untuk hidup berdampingan secara damai dan saling hormat menghormati, tapi perbuatan sicu sekalian terlalu keji dan memandang enteng Firman Thian, lolap sekalian benar- benar merasa sayang untuk kebagusan bakat sicu bertiga"
"Siapa sih yang menyuruh kalian keledai-keledai gundul menyayangkan kami?"
Tegur Seng sim cian li Hoa Soat kun dingin.
"lonio lihat, manusia-manusia yang membaca doa dimulut, kejam seperti ular dihati macam kalian tak baik dibiarkan hidup terus.
"Hmm, kedua anak muda itu terpaksa melakukan pembantaian, hal ini disebabkan keadaan yang terpaksa, maka pembunuhan harus dilakukan demi melenyapkan ancaman bahaya bagi dunia persilatan, apa salahnya melakukan hal ini? Membunuh kaum manusia laknat merupakan perbuatan sosial, siapa bilang perbuatan ini jahat?"
Ke sebelas orang dari sembilan partai besar tersebut tak seorangpun yang kenal dengan Hoa Soat kun, ketika mendengar ucapannya yang mengandung nada teguran ini, kontan saja semua orang merasa terperanjat.
"Siapakah orang ini?"
Ingatan tersebut dengan cepat melintas dalam benak mereka.
"kalau dilihat dari usianya, paling banter baru tiga puluh tahunan, namun rambutnya telah beruban semua, belum pernah ku dengar dalam dunia persilatan terdapat perempuan semacam ini ........ Sementara itu Hoat hian taysu telah manggut-manggut seraya bertanya.
"Bolehkah aku tanya, sejak kapan kau terjun kedalam dunia persilatan? Maaf lolap...."
Seng sim cian li Hoa Soat kun mendengus dingin. `Hmm, ketika aku terjun kedalam dunia persilatan, mungkin kau masih belum lulus dari perguruan, tentu saja kau tidak akan mengenali siapakah aku."
Tatkala semua orang mendengar perkataan ini, kontan saja mereka mengumpat didalam hati.
"Sombong amat lagak orang ini ...... Padahal usia Hoa Soat kun hampir setaraf dengan usia Hoat Hian taysu yakni sekitar tujuh puluh tahunan. meski demikian apa yang diucapkan Hoa Soat kun tidak salah. Ternyata kebanyakan hweesio yang selesai belajar silat di Siau lim pay rata-rata usia mereka sudah mencapai tiga puluh tahunan, padahal Hoa Soat kun sudah mulai menjagoi dunia persilatan semenjak berusia delapan belas tahun. Dengan suara dingin Ku See hong segera berkata.
"Lo cianpwee ini tidak lain adalah jago nomor wahid didalam dunia persilatan saat ini, Seng sim cian li Hoa Soat kun locianpwee adanya"
Setelah mendengar nama tersebut, para ciangbunjin dari sembilan partai besar baru merasa terperanjat, mmpipun mereka tidak mengira kalau perempuan ini, adalah Seng sim cian li Hoa Soat kun yang kelima puluh tahun berselang mengangkat nama bersama Bun ji koan su Him Ci seng.
Dengan sikap yang berubah menjadi hormat sekali, Hoat hian taysu berkata.
"Ooooooh, rupanya Hoa sicu, kalau begitu tolong kau sudi membantu kami untuk menghilangkan ancaman bencana pada hari ini"
"Aku tidak sudi mengurusi pelbagai persoalan seperti itu, dendam sakit hati kalian, lebih baik kalian sendiri yang selesaikan!"
Seru Seng sim cian li Ho Soat kun dingin.
"Sudah, tak usah banyak bicara lagi"
Bentak Keng Cin sin pula.
"aku hendak menuntut balas bagi kematian sebelas orang saudara kami...'.
"Li sicu, benarkah kau memandang begitu rendah atas nyawa manusia...?"
Ucap Goan tong siansu sambil menghela nafas sedih.
"Rendah atau tidak rendah itu urusan lain, yang pasti aku tak pernah membunuh orang baik, aku hanya membantai mereka yang tergolong manusia laknat" 'Li sicu, kami sudah menyatakan penyesalan yang sedalam- dalamnya terhadap keterlibatan kami dalam peristiwa di bukit Soat san serta pembantaian berdarah pada perguruan kalian...
Keng Cin sin tertawa dingin.
"Heeeehhh..... heeehhh...... heeeeh..... kau anggap beberapa lembar nyawa tersebut bisa dihilangkan rasa dendam kesumatnya hanya dengan pernyataan penyesalan kalian?"
"Sicu"
Goan tong siansu ikut berbicara.
"kami bukan takut mati, tunggulah sampai kami menyelesaikan perkataan lebih dulu sebelum memberi keadilan buat kalian, kau pun tidak usah turun tangan sendiri, karena kami bisa membereskan kami sendiri untuk menebus dosa-dosa kami."
Dengan wajah yang hambar tanpa perubahan emosi, Keng Cin sin bertanya.
"Kalian bersebelas hendak bunuh diri di sini? Hmmm, omong kosong!"
"Kalian bersenjata lengkap macam hendak menghadapi musuh tangguh saja, siapa yang bakal percaya dengan obrolan kalian?"
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan perasaan pedih Hoat hian taysu berkata.
"Sicu, setiap hutang ada pemiliknya, masa kau menghendaki nyawa kami semua? Apalagi orang-orang yang mengerubuti dan membunuh anggota perkumpulan kalian bukanlah kami sembilan partai besar "
"Lantas siapakah yang melakukan pembunuhan tersebut?' "Bu lim jit hun, tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan"
Goan thong siancu menghela napas panjang.
"tentu saja kami berdosa karena turut menghadiri peristiwa tersebut, namun lolap bersumpah kepada langit, tak seorang pun dari sembilan ciangbunjin sembilan partai besar yang melakukan pembunuhan atas seorang anggotapun dari perkumpulan kalian"
"Sungguhkah perkataan ini?"
Jengek Ku See hong sambil tertawa dingin tiada hentinya. Dengan suara pedih Goan tong siansu berkata lagi.
"Ku sicu, perbuatan kami terhadap Hiat mo bun tempo hari merupakan kesalahan terbesar yang pernah kami perbuat selama ini, untuk menyatakan penyesalan kami, lolap bersedia mengorbankan diri, namun lolap pun meminta suatu permintaan yakni berharap Ku sicu sekalian hanya menganggap kesalahan ini sebagai kesalahan kami, janganlah mencari balas terhadap partai lain, sesuatu persoalan ini, kami sembilan partai besar pun bersedia mengurung diri serta tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi."
"Kini sicu sekalian telah melakukan pembantaian secara besar-besaran, hampir boleh dibilang segenap kekuatan inti dari dunia persilatan tewas ditangan kalian, kami berharap sicu sekalian bersedia memikirkan kesejahteraan umat manusia dalam dunia persilatan dengan tidak melakukan pemban-taian lagi, Bila sicu enggan mengabulkan permintaan kami ini, terpaksa kami pun harus mengorbankan diri semuanya disini. Cuma sebelumnya lolap masih ada perkataan yang terakhir. 'Membunuh orang paling banter hanya merobohkan mereka ke tanah dan mengirim sukma mereka ke alam baka, seperti anggota Ban sia kau yang bergelimpangan menjadi mayat pada hari ini, betapa pun termashur nya nama mereka, sampai akhirnya toh akan menjadi seonggokan tanah lagi, nama besar ratusan tahun akhirnya cuma kosong belaka, apalah gunanya mesti berbuat yang tidak-tidak? "Nah, sekarang lolap sudah selesai berbicara, moga-moga saja setelah kematian lolap nanti, sicu bersedia untuk berpikir tiga kali lebih dulu sebelum melakukan perbuatan apapun.
"Hoat hian susiok, harap kau orang tua suka menerima kembali tongkat Lik giok sian ciang ini serta menghadiahkan sebuah kematian untukku"
Dengan air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya, Hoat Hian taysu berbisik pedih. 'Masalahnya telah berkembang menjadi begini, Goan tong sutit, berkorbanlah dengan gagah berani. Dunia persilatan akan selalu teringat akan pengorbananmu ini"
Hoat hian taysu merasa sedih sekali, dengan hormat dia lantas menerima kembali lambang kekuasaan dari Siau lim pay, tongkat Lik giok sian ciang.
Mendadak Hoan tong siansu duduk bersila diatas tanah sambil merangkap tangannya didepan dada, wajahnya kelihatan begitu tenang, seakan-akan sama sekali tidak memandang serius soal nama dan kedudukan, ini membuktikan kalau dia memang bersedia untuk mengorbankan diri.
Sepuluh orang jago dari sembilan partai besar lairinya sama- sama memperlihatkan wajah sedih dan perasaan murung yang sangat tebal, bahkan sempat berkaca-kaca.
Ku See hong, Keng Cin sin dan Hoa Soat kun tiga gembong iblis laki perempuan dari dunia persilatan ini tetap menunjukkan wajah yang begitu dingin dan kaku, bahkan dari sorot mata merekapun memancarkan sinar mata yang dingin tanpa perasaan.
Mendadak Hoat hian taysu mengangkat tinggi-tinggi tongkat Lik giok sian ciangnya, lalu berkata dengan suara dalam.
"Ciangbunjin Siau lim pay angkatan ketiga puluh enam, Goan tong siansu akan mengorbankan diri demi menyelematkan dunia persilatan dari bencana serta menghilangkan ancaman bahaya maut yang berada di depan mata, moga-moga Budha maha pengasih suka mengampuni dosa-dosanya dan membawanya ke nirwana."
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang pedih, tapi serius sekali.....
Begitu selesai berkata, Hoat hian taysu segera memutar tongkat Lik giok sianciangnya dan disertai kilatan cahaya hijau langsung meluncur ke arah jalan darah penting di ubun-ubun Goan tong siansu.
Di saat yang amat kritis inilah..
Mendadak melintas lewat serentetan cahaya pelangi yang sangat menyilaukan mata...
"Traaang, traaang.."
Serentetan bunyi benturan senjata yang sangat nyaring bergema pula memenuhi angkasa.
Ku See hong dengan wajah sedingin es dan pedang Hu thian seng kiam terhunus ditangan telah menangkis datangnya sambaran toya Lik giok sian ciang tersebut.
Melihat ayunan toya itu gagal menghantam ubun-ubunnya, secepat kilat Goan tong siansu ketua Siau lim pay itu mengayunkan tangan kanannya dan langsung di hantamkan ke atas ubun-ubun sendiri...
Bayangan manusia berkelebat lewat..
Keng Cin sin telah menyelinap ke depan sementara tangan kanannya telah mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Goan tong siansu....
Melihat kejadian mana, Goan tong siansu melototkan sepasang matanya lebar-lebar, kemudian setelah menghela napas sedih dia berkata pelan.
"Sicu, apakah kalian tidak mengijinkan kepada kami untuk melakukan bunuh diri? Kalau memang begitu, silahkan saja turun tangan sendiri..."
Ku See hong turut menghela napas panjang, setelah itu ujarnya dengan lantang.
"Taysu, seperti apa yang kau katakan.
Thian menciptakan umat manusia untuk saling hormat menghormati dan saling sayang menyayangi, kami adalah manusia yang punya otak, kau anggap kami begitu buasnya sehingga gemar melakukan pembunuhan? "
"Kalau toh orang yang membunuh angota Hiat mo bun serta mengerubuti Bun ji koan su bukan jago-jago dari sembilan partai besar.. mengapa pula kami mesti memojokkan orang yang telah bertobat? Mulai saat ini semua pertikaian diantara kita telah pudar, aku orang she Ku pun tidak akan sembarangan membunuh umat manusia lagi, terutama sekali perkataan taysu benar-benar sangat mengetuk perasaan kami.
"Mulai hari ini aku orang she Ku berani memberikan jaminan kepada taysu sekalian, selain membunuhi Bu lim jit hun dan kawanan manusia laknat dari Huan mo kiong di Lam hay, kami tidak akan membunuhi umat manusia lagi, bahkajn akan segera meninggalkan nama dan pahala untuk hidup mengasingkan diri di tempat yang terpencil"
Goan tong siansu terharu sekali setelah mendengar perkataan ini sambil menahan rasa harunya dia berkata.
'Ku sicu, tidak nyana kalau jiwamu begitu besar, hal ini membuat kami semua merasa semakin malu dan menyesal atas perbuatan kami dimasa lalu, rasanya kesalahan tersebut hanya bisa ditebus dengan kematian saja"
Sekilas sinar mata yang lembut dan halus memancar keluar dari balik mata Keng Cin sin, setelah menghela nafas sedih, dia berkata pula.
"Taysu, mengapa kau mesti berbuat demikian? Bila kau sampai mati, tentu hati kecilku ikut merasa tak tenang"
Kemudian setetah berhenti ia melanjutkan.
"Aaai!, hanya berharap sejak kini kau sebagai seorang ciangbunjin bisa mendidik anak muridmu dengan lebih tegas dan disiplin lagi, didiklah mereka agar selalu melindungi keadilan serta kebenaran bagi umat persilatan.
"
"Kini anggauta Hiat mo bun sudah punah akupun sudah bosan hidup luntang-lantung dalam dunia persilatan, maka seusai menyelesaikan pelbagai masalah yang ada aku pun hendak mengasingkan diri ke tempat yang terpencil sana untuk melepaskan diri dari kehidupan keduniawian yang penuh maksiat' "Sicu sekalian tidak mempermasalahkan budi, lolap sekalian benar-benar dibikin terharu, mulai sekarang kami pasti akan memperbaiki perguruan kami dengan sebaik-baiknya serta membersihkan perguruan dari anasir yang mengacau, kini terimalah hormat dari lolap sebelum kami semua hendak mohon diri"
Seusai berkata Goan tong siansu segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam, setelah itu serunya kepada semua orang dengan nada berat.
"Toheng sekalian, kita pun tidak usah bercokol terus ditempat ini ....' Begitu selesai berkata, Goan tong siansu yang pertama terus beranjak lebih dulu meninggalkan ruangan tersebut, sementara para jago yang lain mengikuti dibelakangnya. Memandang sehingga rombongan sembilan partai besar menjauhi tempat tersebut, Keng Cin sin baru memalingkan kepala dan memandang sekejap mayat-mayat yang bergelimpangan diatas tanah, tanpa terasa dia menghela napas sedih, katanya.
"Kita pun harus pergi dari sini!"
Mendadak.... Keng Cin sin mengalihkan sorot matanya ke arah sudut ruangan sana, kemudian agak terkejut dia menjerit keras.
"'Aaaah, mengapa Him J i im tidak nampak disitu?"
Mendengar ucapan mana, buru buru Ku See hong bertanya.
"Apa? Kau tadi meletakkannya dimana?"
Di dalam terperanjatnya dia mengira Him Ji im telah menemui musibah didalam pertarungan massal tadi. Rasa gelisah Keng Cin sin sendiripun tak terlukiskan dengan kata-kata, dengan terkejut dia berkata.
"Tatkala pertarungan massal sedang berlangsung tadi, kubaringkan dia di atas meja altar sebelah sana.. waktu itu jalan darah tidurnya masih belum dibebaskan, dia masih tertidur nyenyak sekali. Sembari berkata, dengan gerakan tubuh yang enteng sekali seperti burung walet yang terbang melintas, dia melewati mayat-mayat yang bergelimpangan di atas tanah dan langsung meluncur ke depan meja altar yang dimaksudkan. Hoa Soat kun serta Ku See hong segera menyusul pula dibelakangnya. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Keng Cin sin mengawasi sekeliling tempat tersebut dengan seksama, namun sekitar tempat itu berada dalam keadaan kosong tak berpenghuni, namun dimeja terlihat ada sepucuk surat yang ditancapi dengan pisau belati. Begitu menyaksikan surat dimeja, Keng Cin sin segera dapat menduga apa gerangan yang sesunggguhnya telah terjadi, dia segera menghela napas panjang. Suara helaan napas itu jelas mengandung perasaan sedih, murung dan menyesal, karena dia tahu lagi-lagi kekasihnya Ku See hong akan dihadapi dengan sebuah percobaan. Sementara itu Ku See hong telah berteriak-teriak keras.
"Adik Im! Adik Im... Kau berada dimana.... adik Im...'. Ditengah teriakan tersebut, dia telah menerjang masuk ke dalam ruang Cun Kiong tian, waktu itu asap tebal berwarna hitam yang menyelimuti seluruh ruangan telah buyar terhembus angin, sedangkan jenasah Ceng Lan hiang yang semula tergeletak diatas tanahpun kini sudah hilang lenyap tak berbekas. Dengan suara pilu Ku See hong segera melayang keluar dari ruangan itu, ucapnya sedih.
"Dia... dia telah pergi..."
"Benar"
Kata Keng Cin sin pula sambil memperlihatkan sampul surat yang diperoleh dari meja.
"dia telah pergi meninggalkan tempat ini secara diam-diam"
Tadi Ku See hong tidak melihat surat tersebut, buru-buru diterimanya dengan sepasang tangan gemetar keras, kemudian diperiksa isi surat tersebut. Tulisan dalam surat itu sangat indah dan lembut, terbaca olehnya isi surat tersebut berkata demikian.
"Engkoh Hong! Pertama-tama aku ingin memohon maaf kepadamu karena aku pergi tanpa pamit, aku berbuat demikian karena aku tahu, bila kukatakan niatku yang sebenarnya, sudah pasti kau tak akan membiarkan aku pergi, aku sendiripun tidak berkeberanian untuk pergi meninggalkan dirimu. Aku tahu hatimu pasti akan sedih sekali sewaktu membaca surat ini, tapi aku sesungguhnya jauh lebih sedih dari pada dirimu Engkoh Hong! Tahukah kau, hatiku remuk rendam, air mataku jatuh berlinang ketika kutulis surat ini! karena aku mencintaimu, mencintaimu dengan sepenuh hati, dengan demikian hatiku baru merasakan kepedihan yang tidak terkirakan. Hubungan cinta kita, semua peristiwa yang kita alami serasa bagaikan suatu impian yang indah dan mesra, yang kenyataan memang bagaikan dalam impian, bagaikan asap yang melayang diangkasa. Jika kita telah mendusin, impian kita hilang, asap pun akan membuyar. Yang kita temui kemudian hanya kehampaan dan kekosongan, hanya kenangan yang tak pernah akan terlupakan untuk selamanya. Inilah kesedihan, kepedihan dan kesendirian yang amat melumat perasaan. Walaupun hati kecilku tak ingin menerima penderitaan semacam ini, siksaan yang menghancurkan perasaan, tapi aku harus menentang perasaanku untuk melakukannya, bukankah banyak kejadian didunia ini yang mesti dilakukan orang dengan menentang perasaan dan suara batin? Engkoh Hong, aku tahu hatimu akan pedih setelah membaca sampai disini, tapi kuharap kau jangan kelewat sedih kau pun tak usah pergi mencariku, moga-moga dalam perpisahan kita kali ini. Tuhan memberikan rahmatnya agar kita tak pernah bersua kembali untuk selamanya. Engkoh Hong, bukan aku tidak berperasaan, melainkan nasiblah yang menentukan demikian. Aku adalah seorang manusia yang amat berdosa, seorang manusia yang telah membunuh ibu kandung sendiri. Membunuh ibu kandung sendiri bukan alasanku yang terutama mengapa aku pergi meninggalkanmu, tapi perbuatan jahat dan kebejadan moral ibuku selama hidupnya yang membuatku malu hidup sebagai manusia layak, malu untuk mendampingi dirimu. Oleh karenanya, kuputuskan untuk pergi meninggalkan dirimu, aku hendak mencukur rambut menjadi pendeta dan mengakhiri sisa hidupku di dalam biara, aku ingin mengurangi dosa yang pernah dilakukan ibuku semasa masih hidupnya. Engkoh Hong, meskipun semenjak kecil aku hidup terpencil dan menyendiri, namun cinta kasih kita dalam waktu yang demikian singkatnya telah menimbulkan kehangatan yang tak terkirakan bagiku, lupakan saja aku! Untung sekali hubungan yang kita lakukan tempo hari tidak sampai membuahkan benih kehidupan lain. semoga akupun dapat meninggalkan kau tanpa beban yang lebih parah. Sebagai akhir kita, kumohon kepadamu janganlah mencari aku ke mana-mana, sebab perbuatan itu hanya akan menambah penderitaanku belaka. Di dalam bigara aku selalu bberdoa bagi kebahagiaan hidupmu, semoga kau hidup senang bersama adikmu yang lain. Dan sampai disini pula surat terakhir yang kubuat dalam perasaan yang hancur lebur ini. Tertanda. Adikmu yang bodoh Him Ji im"
Ketika Ku See hong selesai membaca isi surat yang penuh dengan kepedihan ini, ia tak dapat membendung air matanya lagi, sambil mengucurkan air matanya, dengan pedih serunya.
"Adik Im, mengapa hatimu sekeras baja? Bagaimana mungkin aku dapat melupakan dirimu? Adik Im, kembalilah kau! Aku tak dapat kehilangan kau, aku tak dapat kehilangan dirimu lagi...."
Suara yang serak diliputi kepedihan membuat siapa pun yang ikut mendengarkan turut merasakan kedukaan yang sangat mendalam.
Terutama sekali Keng C in sin, perasaannya boleh dibilang sudah hancur luluh ....
Kalau bisa, dia ingin memberitahukan indentitasnya yang sebenarnya untuk menghibur pemuda tersebut, agar luka dihati kekasihnya dapat teratasi.
Namun peristiwa tragis yang pernah menimpa dirinya dimasa lalu, membuatnya merasa rendah diri, diam-diam ia mengambil keputusan akan mencari kembali Him Ji im sampai ketemu, kalau tidak, sudah pasti kekasihnya tidak akan tahan hidup sebatang kara dalam kesepian dan kepedihan.
Sebab perempuan ini adalah seorang perempuan yang sangat perasa, dia tahu bila Im Yan cu sampai mati, maka besar kemungkinannya pemuda tersebut tak akan berkeberanian untuk hidup seorang diri.
Sebaliknya perasaan Ku See hong sendiripun sangat kalut dan diliputi berbagai ingatan yang bukan-bukan, ia teringat pula pesan gurunya bila berjumpa dengan Him ji im dia diminta melindunginya dengan baik, sebab gadis tersebut hidup sebatang kara dalam suasana yang serba mengenaskan ....
Teringat sampai disitu, timbul perasaan sesalnya yang amat mendalam, tiba-tiba ia berteriak keras.
'Adik Im, aku akan pergi mencarimu sampai ketemu, sekarang juga aku akan pergi mencarimu.....
'Kau terlampau memedihkan, aku tak bisa melepaskan dirimu dengan begitu saja adik Im...
Sambil berteriak keras Ku See hong sudah menggerakhan tubuhnya siap menerjang keluar ......
Bentakan nyaring bergema memecahkan keheningan, tiba-tiba Seng sim cian li Hoa Soat kun mengebaskan tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan berhawa lembut.
Pukulan itu dengan cepat menggetarkan tubuh Ku See hong sehingga tergetar mundur sejauh tiga empat langkah sebelum berhasil berdiri tegak.
Dari balik matanya memancar keluar sorot mata tajam yang menggidikkan hati, di awasinya wajah Ku See hong dengan penuh kegusaran, kemudian sambil memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang menusuk tulang, dia menghardik.
"Bila kau mencarinya sekarang juga, detik ini juga akan kubunuh dirimu.
"Kau manusia yang tidak punya liangsim mengapa tidak kau pikirkan tentang mati hidup Im Yan cu yang sedang menghadapi maut? Sekarang juga kuberitahukan kepadamu, bila Im Yan cu tak dapat hidup, jangan harap kau pun bisa hidup terus didunia ini"
Terkesiap Ku See hong sesudah mendengar perkataan ini, dengan cepat dia berpikir. 'Betul, aku mesti menyelamatkan Im Yan cu terlebih dulu sebelum pergi mencari Him Ji im..."
Tapi, sewaktu terbayang bagaimana caranya menyelamatkan gadis tersebut, anak muda itu segera merasakan hatinya menjadi dingin separuh....
Akhirnya dengan pedih Ku See hong berkata.
'Andaikata nona Im Yan cu mati, aku pun tak ingin hidup seorang diri di dunia"
"Huuah, semenjak kapan sih cinta kasih mu kepadanya meningkat sedemikian dalam nya?" .
"Hoa locianpwee, kau benar-benar tidak memahami perasaan hatiku... aaai i..."
Ku See hong menghela napas panjang. Keng Cin sin menghela napas pula. 'Aaaai, kita harus segera berangkat, kita mesti berusaha keras untuk mencari obat penawar yang dapat memunahkarn racun di dalam tubuh Im Yan cu!"
Ku See hong, Hoa Soat kun dan Keng Cin sin bertiga dengan membawa perasaan yang berbeda-beda berangkat meninggalkan tempat pembantaian tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun....
Suasana disekeliling tempat itu berubah menjadi hening, sepi dan terasa menyeramkan...
Darah kental yang membasahi permukaan tanah kini berubah menjadi merah tua, bahkan memancarkan cahaya merah yang amat menyilaukan mata.
Pemandangan seperti ini sangat memedihkan dan mengenaskan hati ....
ooo0de0wi0ooo BAB 62 ANGIN musim gugur berhembus amat kencang, daun-daun kering berguguran ke atas tanah....
Matahari senja telah menyelinap ke balik bukit diseberang sana, sementara kegelapan malam mulai menelan seluruh jagad ....
Meski nun jauh diatas sana, dijagad raya tertera bintang-bintang yang memercikkan sinar redup, namun suasana tetap geliap gulita dan remang-remang.
Pepohonan berdiri angker, rumput terkulai layu, betapa mengenaskan pemandangan semacam ini ....
Diluar sebuah kota dekat hutan belantara, terdapat sebuah bangunan kecil yang berdiri terpencil dan menyendiri.
Sepercik sinar lentera memancar keluar dari balik ruang kecil ditengah bangunan tersebut, tiga sosok bayangan manusia berada di bawah cahaya lentera.
Kalau dilihat dari sikap mereka yang berdiri tegak tak berkutik, dapat kita bayang kan betapa murung, sedih dan berdukanya orang-orang itu..
Angin kencang berhembus makin kencang diluar pintu sana, suasana duka makin tebal menyelimuti seluruh ruangan, malam ini adalah malam musim gugur yang memedihkan.
Tiba-tiba berkumandang suara helaan napas panjang dari balik ruangan, bayangan manusia itu pelan-pelan membalikkan badan dan berjalan ke tepi jendela kemudian mendongakkan kepalanya memandang cuaca dan menutup kembali daun jendela tersebut...
Dia berpaling kembali, lalu tanyanya kepada seorang perempuan berkerudung warna-warni.
'Apakah racun yang mengeram dalam tubuhnya akan kambuh kembali esok malam?.' Orang-orang itu tak lain adalah Ku See hong, Keng Cin sin serta Hoa Soat kun, sementara dalam ruangan lain berbaring Im Yan cu.
Setelah melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap anggota Ban sia kau, mereka berangkat ke situ dan berdiam sampai sebelas hari lamanya.
Namun mereka gagal untuk memikirkan sumber dari rumput Han si cau tersebut, seakan-akan mereka hanya menanti saat ajal dari Im Yan cu.
Selama beberapa hari ini, kadangkala Im Yan cu mendusin dari pingsannya, tapi dua jam kemudian ia terlelap tidur lagi dengan nyenyak.
Hari ini adalah hari ke empat belas, sehari lebih awal dari batas waktu lima belas hari kambuhnya kembali racun dalam tubuh Im Yan cu.
Dengan suara pedih Keng Cin sin menyahut.
"Yaa, esok tengah malam, aaai ...!"
Sekarang, perasaannya sedang diliputi juga oleh rasa sedih yang tak terkirakan, oleh sebab itu dia enggan banyak berbicara lagi Kembali Ku See hong bertanya.
"Setelah racun itu kambuh untuk ke dua kalinya, benarkah dia tak akan tertolong lagi?"
Keng Cin sin menghela napas pedih.
'Biasanya bila racun itu mulai bekerja untuk ke dua kalinya, saat itulah sari Im cing nya akan mengering, mesti dapat tertolong, namun tanpa Jim som berusia seribu tahun serta beberapa macam bahan obat-obatan langka lainnya, mustahil dia dapat hidup melewati jangka waktu satu bulan.
Tapi sayang dia telah mendapat pengobatanku dimana dengan tusukan jarum aku telah memperpanjang masa kambuh racun itu menjadi lima belas hari lagi jadi andaikata racun itu bekerja lagi, niscaya dia akan kehabisan tenaga dan tewas, tidak mungkin dapat kambuh untuk ke tiga kalinya"
Berubah hebat paras muka Ku See hong setelah mendengar perkataan itu, atau dengan perkataan lain ia sudah tiada harapan lagi untuk memperpanjang masa hidup gadis itu.
Berpikir sampai disini, tanpa terasa titik air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Mendadak dia mendongakkan kepalanya lalu dengan suara lantang membawakan bait lagu Dendam sejagad, Dendam kesumat membentang bagai jagad.
Bukit tinggi berhutan lebat disisi sebuah kuil.
Sungai besar di depan kuil berombak besar.
Dendam kesumat sepanjang abad.
Dendam kesumat membentang bagai jagad.
Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id Legenda Kematian -- Gu Long Lembah Patah Hati Lembah Beracun -- Khu Lung